KABUPATEN LAMONGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DINAS KESEHATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KABUPATEN LAMONGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DINAS KESEHATAN"

Transkripsi

1 KABUPATEN LAMONGAN Tahun 2013 PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DINAS KESEHATAN Jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo Nomor 57 Lamongan Telp. (0322) , Fax. (0322) dinkes@lamongan.go.id, Website : Subbag Program i

2 KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa buku Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan Tahun 2013 dapat diterbitkan setelah beberapa lama proses dalam penyusunannya. Disadari sepenuhnya bahwa penyusunan buku Profil Kesehatan ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar karena beberapa kendala dalam pengelolaan data informasi di masing-masing bidang di lingkup Dinas Kesehatan. Hal ini disebabkan proses penyusunan maupun pengumpulannya belum sepenuhnya memanfaatkan sarana elektronik/teknologi informasi yang ada di Puskesmas (simpustronik). Atas terbitnya Buku Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan tahun 2013, kami memberikan apresiasi dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu memberikan data dan informasi guna penyusunan Buku Profil Kesehatan ini. Ditahun mendatang, kiranya Buku Profil Kesehatan dapat diterbitkan lebih awal dengan memuat data informasi berkualitas, serta tetap memperhatikan kedalaman analisa dan konsistensi datanya, sehingag Buku Profil Kesehatan ini dapat dijadikan rujukan penting dan utama dalam proses menejemen pembangunan kesehatan khususnya di Kabupaten Lamongan. Semoga Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan Tahun 2013 ini dapat bermanfaat untuk semua pihak, baik dilingkungan pemerintahan, akademisi, organisasi profesi, swasta serta masyarakat umum yang membutuhkan informasi di bidang kesehatan. Kami tetap mengharapkan kritik, saran atau masukan dari para pembaca guna penyempurnaan Profil Kesehatan di masa yang akan datang. Lamongan, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN drg. FIDA NURAIDA, M.Kes Pembina Tk. I NIP ii

3 DAFTAR ISI Halaman Judul i Kata Pengantar ii Daftar Isi. iii Daftar Tabel SPM Daftar Gambar. Resume Profil Kesehatan iv v vi BAB I : Pendahuluan... 1 BAB II : Gambaran Umum Kabupaten Lamongan... 4 II.1 Kondisi Geografis Wilayah Kab. Lamongan... 4 II.2 Kependudukan... 8 II.3 Sosial Ekonomi II.4 Keadaan Lingkungan... II.5 Keadaan Perilaku Masyarakat BAB III : Situasi Derajat Kesehatan III.1 Angka Kematian (Mortalitas) III.2 Angka Harapan Hidup (AHH) III.3 Angka Kesakitan (Morbiditas) III.4 Pola Penyakit Terbanyak di Kab. Lamongan III.5 Status Gizi BAB IV : Situasi Upaya Kesehatan IV. 1 Pelayanan Kesehatan Dasar IV.2 Pemberantasan Penyakit Menular IV.3 Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan IV.4 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan IV. 5. Indikator Kinerja Pelayanan Di Rumah Sakit IV.6 Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar BAB V : Situasi Sumber Daya Kesehatan V.1. Sarana Kesehatan V.2. Tenaga Kesehatan. 85 V.3. Pembiayaan Kesehatan. 86 BAB VI : KESIMPULAN.. 88 Lampiran :. iii

4 DAFTAR TABEL STANDAR PELAYANAN MINIMAL TABEL MASALAH Cakupan kunjungan Ibu Hamil K4, Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki Kompetensi Kebidanan Cakupan Pelayanan Nifas Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang ditangani Cakupan Kunjungan Bayi Cakupan Desa/Kelurahan UCI Cakupan Pelayanan Anak Balita Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 bulan Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Cakupan Peserta KB Aktif Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit : a) Penemuan Penderita AFP b) Penemuan dan Penanganan Penderita Pneumonia Balita c) Penemuan dan Penanganan Pasien Baru TB BTA Positif d) Penemuan dan Penanganan DBD e) Penanganan Penderita Diare Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Maskin A. Cakupan Kunjungan Pelayanan Kesehatan Dasar bagi Maskin Cakupan Pelayanan Kessssssssehatan Rujukan Pasien Maskin Cakupan Pelayanan Gadar level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan (RS)di Kab/Kota Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan Epidemiologi <24 Jam Cakupan Desa Siaga Aktif iv

5 DAFTAR GAMBAR Gambar Judul Gambar Halaman 2.1 Peta Kabupaten Lamongan Piramida Penduduk Kabupaten Lamongan Tahun Rumah Sehat di Kabupaten Lamongan tahun TUPM yang diperiksa dan yang memenuhi syarat 11 kesehatan ditahun Keluarga yang memiliki Akses Air Bersih 11 dikabupaten Lamongan tahun Pelayanan Rawat Jalan Masyarakat Miskin (dan hampir 14 miskin) menurut Strata Sarana Kesehatan tahun Rumah Tangga Sehat di Kab. Lamongan tahun Jumlah Penderita RB Paru di Kabupaten Lamongan tahun Jumlah Penderita Kusta di Kabupaten Lamongan tahun Peta Sasaran Kusta di Kabupaten Lamongan tahun Penyebaran Penyakit HIV/AIDS tahun Jumlah Ibu Hamil, K4, Persalinan Nakes, Ibu Hamil Risti 46 di Kabupaten Lamongan tahun Jenis Alat Kontrasepsi yang digunakan tahun Jumlah Bayi, Kunjungan Bayi dan KN3 di Kabupaten 49 Lamongan tahun Imunisasi Bayi di Kabupaten Lamongan tahun Jumlah Bayi, Bayi BGM, Jumlah Balita, Balita BGM 51 tahun Jumlah Pra Usila dan Usia Lanjut dikabupaten Lamongan 54 tahun TUPM yang diperiksa dan Yang Memenuhi Syarat 61 Kesehatan di Kabupaten Lamongan Tahun Jumlah Posyandu di Kabupaten Lamongan tahun Proporsi Anggaran di Kabupaten Lamongan tahun v

6 Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,dinas Kesehatan terus berupaya meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu. Namun pembangunan kesehatan masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain masih terjadinya kesenajangan status kesehatan masyarakat antar wilayah, antar status sosial ekonomi, munculnya berbagai masalah kesehatan/penyakit baru (new emerging desease) atau penyakit lama muncul kembali (re-emerging desease). Indonesia sebagai salah satu negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dengan beberapa negara di dunia telah berkomitmen untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan Millenium pada tahun 2015 untuk mewujudkan kesejahteraan penduduk. Tujuan bersama dalam MDGs tersebut meliputi 1) Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan; 2) Mencapai pendidikan dasar untuk semua; 3) Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; 4) Menurunkan angka kematian anak; 5) Meningkatkan kesehatan ibu; 6) Memerangi penyebaran HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya; 7) Kelestarian lingkungan hidup: dan 8) Membangun kemitraan global dalam pembangunan. Dari 8 tujuan MDGs tersebut, 5 diantaranya terkait dengan bidang kesehatan yaitu MDGs 1,4,5,6, dan 7. Untuk mengukur keberhasilan Pembangunan Kesehatan khususnya Kabupaten Lamongan yang tercermin dalam Terwujudnya Masyarakat Lamongan yang Mandiri untuk Hidup Sehat adalah melalui upaya kesehatan prioritas yang berhubungan dengan tujuan Millenium Development Goals (MDGs) adalah sebagai berikut : 1

7 1. MDGs yang pertama adalah Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan; dilakukan dengan upaya menurunkan prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk, 2. MDGs yang keempat adalah Menurunkan angka kematian anak; dilakukan dengan upaya menurunkan angka kematian balita, 3. MDGs yang kelima adalah Meningkatkan kesehatan ibu; dilakukan dengan upaya menurunkan angka kematian ibu dan mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua, 4. MDGs keenam adalah Memerangi penyebaran HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit menular lainnya; dilakukan dengan upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS, Upaya mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan, Upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan TB, 5. MDGs yang ketujuh Kelestarian lingkungan hidup; dilakukan dengan upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber air minum dan sanitasi dasar yang layak. Untuk mendukung keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan tersebut, salah satunya dibutuhkan adanya ketersediaan data dan informasi yang akurat bagi proses pengambilan keputusan dan perencanaan program. Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan dapat digunakan sebagai sarana untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian program. Profil Kesehatan berisi data/informasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sember daya kesehatan serta data/informasi lainnya yang yang menggambarkan 2

8 kinerja sektor kesehatan di Kabupaten Lamongan, baik pemerintah maupun swasta selama satu tahun serta diharapkan dapt meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya Kabupaten Lamongan, yang diuraikan secara singkat sebagai berikut : - Bab I : Pendahuluan Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan penyusunan Profil Kesehatan serta Sistematika Penyajiannya. - Bab II : Ganbaran Umum Dan Perilaku Penduduk Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Lamongan. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya. - Bab III : Situasi Derajat Kesehatan Bab ini berisi tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. - Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi masyarakat serta pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar. - Bab V : Situasi Sumber daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. - Bab VI : Kesimpulan - Lampiran 3

9 BAB II GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK II.1 Kondisi Geografis Walayah Kabupaten Lamongan Kabupaten Lamongan merupakan salah satu dari 38 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur. Kabupaten Lamongan terletak di antara 6º sampai dengan 7º 23 6 Lintang Selatan dan antara 112º 4 41 sampai dengan 112º Bujur Timur, dengan luas wilayah 1.812,80 Km 2 atau Ha yang sebagian terdiri dari daratan rendah serta dibelah oleh Sungai Bengawan Solo yang panjangnya ± 65 Km 2 dan memiliki pantai sepanjang ± 47 Km 2 Batas wilayah Kabupaten Lamongan sebagai berikut : 1. Sebelah Utara : Laut Jawa 2. Sebelah Timur : Kabupaten Gresik 3. Sebelah Selatan : Kabupaten Jombang dan Mojokerto 4. Sebelah Barat : Kabupaten Bojonegoro dan Tuban Secara administratif, Kabupaten Lamongan terbagi atas 27 Kecamatan, 12 Kelurahan, 462 Desa. Jumlah Dusun sebanyak Dusun dan Jumlah RT (Rukun Tetangga) sebanyak RT. 4

10 Gambar 2.1 Peta Kabupaten Lamongan PETA PER KECAMATAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 LAUT JAWA Brondong Solokuro Paciran KABUPATEN BOJONEOGORO KABUPATEN TUBAN Mod Modoo Laren Ma du ran Karang binangun Sekaran Turi TURI 2 Suko Babat Pucuk Deket 2 Sukodadi Lamongan Moropelang Kedung pring Kedung pring Sugio Karang Geneng 1 Kembang bahu Kali tengah Sari Rejo Tikung Tikung Glagah KABUPATEN GRESIK Bluluk Suko rame Ngimbang Sambeng Mantup KABUPATEN MOJOKERTO KABUPATEN JOMBANG Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Sambeng yaitu 195,44 Km 2. Sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah paling kecil adalah Kecamatan Maduran dengan luas 30,15 Km 2. Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian wilatah di atas permukaan laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan terdiri dari daratan rendah dan bonorowo dengan tingkat ketinggian 0-25 meter seluas 50,17%, sedangkan ketinggian meter seluas 45,68%, selebihnya 4,15% berketinggian di atas 100 meter di atas permukaan laut. Dengan panjang garis pantai sepanjang 47 Km, maka wilayah perairan laut bila dihitung 4 mil dari garis pantai kearah laut Kabupaten Lamongan adalah seluas 302,5 Km. Dilihat dari tingkat kemiringan tanahnya, wilayah Kabupaten Lamongan merupakan wilayah yang relatif datar, karena hampir 72,45% lahannya adalah datar 5

11 atau dengan tingkat kemiringan 0-2% yang tersebar di Kecamatan Lamongan, Deket, Turi, Sekaran, Tikung, Pucuk, Sukodadi, Babat, Kalitengah, Karanggeneng, Glagah, Karangbinangun, Mantup, Sugio, Kedungpring, Sebagian Bluluk, Modo Dan Sambeng, sedangkan hanya sebagian kecil dari wilayahnya sangat curam, atau kurang dari 1% (0,16%) yang mempunyai tingkat kemiringan lahan 40% lebih. Klimatologi Kabupaten lamongan adalah daerah dengan iklim tropis yang dapat dibedakan atas dua (2) musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan April. Sedangkan untuk bulan yang lain curah hujan relatif rendah. Suhu rata-rata di Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut : Permukiman : ,00 Ha Sawah Irigasi : ,00 Ha Sawah Tadah Hujan : ,00 Ha Perkebunan : 9.919,14 Ha Hutan : ,30 Ha Hutan Rakyat :7.098,10 Ha Tambak : 1.380,05 Ha Sungai : 9.760,00 Ha Waduk : 8.719,50 Ha Tegalan/Ladang :12.138,91 Ha Pertambangan :1.200,00 Ha Peruntukan Lainnya : 5.997,00 Ha Luas Wilayah Kabupaten Lamongan 1.812,80 km2 atau setara dengan ha, terdiri dari daratan rendah berawal dengan ketinggian 0 25 m seluas 50,17 % dari luas Kabupaten Lamongan, daratan ketinggian m seluas 45,68 % dan sisanya 4,15 % merupakan daratan dengan ketinggian di atas 100 m. Secara garis besar wilayah kabupaten Lamongan dibedakan menjadi tiga karakteristik : 1. Bagian tengah-selatan, merupakan daratan rendah yang relatif subur, membentang dari kecamatan Kedungpring, Babat, Sagio, Sukodadi, Pucuk, Sarirejo dan Kembangbahu. 6

12 2. Bagian Selatan dan Utara, merupakan daerah pegunungan kapur berbatuan, tingkat kesuburan tanahnya katagori sedang, mulai dari Kecamatan Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran dan Solokuro. 3. Bagian tengah Utara, merupakan daratan Bonorowo, mulai dari Kecamatan Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinangun dan Glagah. II.1.1 Iklim Ditinjau dari keadaan iklim, wilayah kabupaten Lamongan tergolong beriklim tropis. Musim penghujan terjadi antara bulan Nopember sampai dengan April, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Mei Sampai dengan Oktober. Temperatur suhu udara rata rata 20-32º C. II.1.2 Wilayah Administrasi NO Kecamatan Ibu Kota Kecamatan Jarak ke Ibukota kabupataen (km) Sukorame Bluluk Ngimbang Sambeng Mantup KembangBahu Sugio Kedungpring Modo Babat Pucuk Sukodadi Lamongan Tikung Sarirejo Deket Glagah Karangbinangun Sukorame Bluluk Sendangrejo Ardirejo Mantup Kembangbahu Sugio Kedungpring Mojorejo Bedahan Pucuk Sukodadi Lamongan Bakalanpule Dermolemaabang Deketwetan Glagah Sambopinggiran

13 Turi Kalitengah Karanggeneng Sekaran Maduran Laren Solokuro Paciran Brondong Sukoanyar Dibee Karangeneng Bulutengger Maduran Gampangsejati Panyaman Paciran Brondong II.2 Kependudukan Sesuai dengan hasil Sensus Penduduk pada tahun 2013 jumlah penduduk Kabupaten Lamongan tercatat sebesar jiwa, dengan tingkat kepadatan jiwa per km 2. Puskesmas yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Puskesmas Paciran yaitu sebesar jiwa per km 2 dan Puskesmas dengan kepadatan penduduk terendah Puskesmas Sambeng yaitu jiwa per km 2. Dari wilayah kerja UPT Puskesmas tercatat yang memiliki jumlah penduduk tertinggi adalah Puskesmas Lamongan yaitu sebesar jiwa, dengan kepadatan 1.644,18 jiwa per km 2 sedangkan UPT Puskesmas dengan kepadatan penduduk terendah UPT Puskesmas Sukorame yaitu jiwa dengan kepadatan jiwa per km 2. Komposisi penduduk Kabupaten Lamongan menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda laki-laki (0-14 tahun) sebesar (11.6%) sedangkan penduduk yang berusia muda perempuan sebesar (11.03%), yang berusia produktif laki-laki (15-64 tahun) sebesar (33.65%) sedangkan berusia produktif perempuan (15 64 tahun ) sebesar (35,79%), dan yang berusia tua laki-laki (> 65 tahun) sebesar (3.25 % ) sedangkan yang berusia tua perempuan ( 65 tahun) sebesar (4.7% ). Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 sebesar Jumlah penduduk laki-laki relatif seimbang dibandingkan penduduk perempuan, yaitu masing-masing sebesar jiwa penduduk laki-laki dan 8

14 jiwa penduduk perempuan. Jika dilihat berdasarkan rasio menurut jenis kelamin rata-rata sama berkisar antara 94,05 sampai 94,10. Untuk komposisi penduduk Kabupaten Lamongan jika dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin, menunjukkan penduduk laki-laki maupun perempuan proporsi terbesar berada pada kelompok umur tahun. Gambaran komposisi penduduk secara lebih rinci dapat dilihat dari gambar berikut. Gambar 2.2 PIRAMIDA PENDUDUK KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 PEREMPUAN LAKI-LAKI < 1 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10, ,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 Pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin (berdasarkan data hasil Survey puskesmas) tercatat sebesar jiwa atau % dari total penduduk. Angka tersebut dapat diketahui dari tabel bahwa jumlah masyarakat miskin di Kabupaten Lamongan mengalami peningkatan dibanding dengan tahun lalu. Hal itu disebabkan bertambahnya jumlah penduduk di Kabupaten Lamongan. Untuk persentase jumlah penduduk miskin terbanyak adalah Kecamatan Sugio yaitu sebanyak jiwa atau 5.27% dan terendah 9

15 Puskesmas Karangkembang sebesar jiwa atau 0.48% dari total penduduk miskin. II.3 Sosial Ekonomi KONDISI EKONOMI A. POTENSI UNGGULAN DAERAH Hasil analisa komparatif dan sektor unggulan berdasarkan data produk Domestik Regional Bruto (PDRB) melalui indeks Dominasi antar daerah di Propinsi Jawa Timur 938 kabupaten/kota) dengan menggunakan 2 (dua) indikator utama yaitu Statis Location Quotion (SLQ) dan Dynamic Location Quotion (DLQ), maka dapat diketahui sektor-sektor unggulan daerah di Kabupaten Lamongan. Adapun sektor unggulan Kabupaten Lamongan tersebut antara lain : 1. Potensi Sektor Pertanian a. Pertanian Potensi unggulan Kabupaten Lamongan sampai dengan tahun 2013 masih didominasi oleh sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor perikanan. Sub sektor tanaman bahan makanan memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Lamongan selain itu juga menjadi salah satu penyumbang beras terbesar di Provinsi Jawa Timur. Setelah sektor pertanian, pada tahun 2013 sub sektor tanaman bahan makanan di dukung oleh total luas tanam Padi hektar, mampu memproduksi ton GKG. Jumlah Produksi gabah tersebut meningkat jika dibandingkan tahun 2012 yang sebesar ton GKG atau naik 2,96%. b. Perikanan Kabupaten Lamongan yang memiliki potensi pantai sepanjang 47 km yang berada di wilayah Kecamatan Brondong dan Paciran. 10

16 Sawah tambak dan perairan yang cukup luas adalah salah satu wilayah yang mempunyai potensi sumber daya perikanan yang terbesar di Jawa Timur. Produksi perikanan pada tahun 2013 sebesar ,38 ton yang terdiri dari perikanan tangkap, perikanan umum dan budidaya meningkat 1,32% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai ,97 ton. 2. Potensi Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor Sektor perdagangan, hotel dan restaoran merupakan penyumbang terbesar kedua terhadap perekonomian di Kabupaten Lamongan. Dengan di dukung oleh kondisi infrastruktur yang baik ternyata sektor perdagangan, hotel dan restoran mampu mendongkrak nilai PDRB Kabupaten Lamongan. Kontribusi terbesar pada sektor perdagangan, hotel dan restoran terutama pada sub sektor perdagangan besar dan eceran. Sub sektor perdagangan besar dan eceran mampu memberikan kontribusi kepada PDRB ADHB (estimasi) sebesar Rp ,00 atau sebesar 34,24% meningkat dibandingkan dengan tahun sebelum yang mencapai Rp ,00 atau sebesar 32,48%. Meningkatnya kontribusi sektor ini sangat dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas perdagangan pada kawasan perdagangan seperti Kecamatan Babat, Pucuk, Sukodadi, Lamongan dan Deket. Disamping itu, dengan meningkatnya perekonomian daerah telah memunculkan pusat perdagangan baru misalnya di Kecamatan Ngimbang dan Karanggeneng, hal ini tidak lepas dari peran pemerintah Kabupaten Lamongan melalui pembangunan fasilitas perdagangan antara lain berupa pasar tradisional milik daerah maupun pasar desa. 3. Potensi Sektor Jasa-jasa Sektor jasa-jasa pada tahun 2013 mampu memberikan kontribusi terhadap PDRB ADHB (estimasi) sebesar Rp ,79 atau sebesar 9,27%, kontribusi sektor ini dipengaruhi oleh berkembangnya sub sektor 11

17 Pemerintahan Umum yang terdiri dari administrasi pemerintahan dan pertahanan dan jasa pemerintah lainnya mampu memberikan kontribusi sebesar Rp ,29 atau sebesar 4,68% dari PDRB ADHB dan sub sektor swasta yang terdiri dari sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi serta perorangan dan rumah tangga mampu memberikan kontribusi sebesar Rp ,49 atau sebesar 4,46% dari PDRB ADBH. Pada tahun 2013 jumlah kunjungan wisata pada obyek wisata di Kabupaten Lamongan tercatat sejumlah orang. Secara keseluruhan mengalami kenaikan sebesar 20,61% dari tahun 2012 yaitu sebesar orang. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh semakin ketatnya persaingan industri pariwisata dan munculnya destinasidestinasi wisata baru di Jawa Timur. 4. Potensi Sektor Industri Pengolahan Trend kontribusi sektor industri pengolahan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Kontribusi sektor ini pada tahun 2013 sebesar Rp ,46 atau 5,23% dari PDRB ADHB (estimasi) meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp ,77. Besarnya kontribusi ini tidak lepas dari upaya Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam pengembangan industri melalui penyediaan kawasankawasan industri antara lain kawasan industry Sidomukti, Kandangsemangkon, Sumberagung, dan Sidokelar serta penyediaan infrastruktur yang memadai. Disamping itu dalam rangka mengembangkan potensi pertanian yang ada, maka Pemerintah Kabupaten Lamongan berupaya untuk mengembangkan agroindustri/industri berbasis pertanian terutama diwilayah agropolitan, hal ini dimaksudkan agar adanya peningkatan nilai tambah/value added terhadap komoditi pertanian. Demikian pula untuk Industri Kecil dan Menengah (IKM) maupun Industri Rumah Tangga (IRT) yang tersebar diseluruh wilayah kecamatan tidak luput dari perhatian pemerintah melalui pemberian bantuan modal, alat dan 12

18 peningkatan SDM. Melalui upaya tersebut diharapkan adanya peningkatan kuantitas dan kualitas produk IKM atau IRT. B. PERTUMBUHAN EKONOMI/PDRB Produk Domestik regional Bruto Atas Dasar harga Berlaku (PDRB ADBH) Kabupaten Lamongan Tahun 2013 mencapai rp ,54 sedangkan pada tahun 2012 mencapai Rp ,69. Adapn PDRB ADHB Kabupaten sebagai berikut : Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) Kabupaten Lamongan tahun 2012 mencapai Rp sedangkan pada tahun 2011 mencapai Rp Agar diperoleh gambaran tentang pertumbuhan ekonomi secara riil maka digunakan angka PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Sebagai tolok ukur atas keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi, angka pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dari perubahan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) dari tahun sekarang dengan tahun sebelumnya. Adapun Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) Kabupaten Lamongan tahun 2012 dan masih merupakan angka estimasi adalah sebesar Rp atau tumbuh sebesar 3.39% dari tahun 2011 sebesar Rp sebagaimana tabel berikut : PDRB Kabupaten Lamongan Tahun Menurut Harga Berlaku Dalam Rupiah LAPANGAN USAHA PERTANIAN , , , , , ,80 a. Tanaman Bahan Makanan , , , , , ,59 b. Tanaman Perkebunan , , , , , ,79 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya , , , , , ,08 d. Kehutanan 9.801, , , , , ,84 13

19 e. Perikanan , , , , , ,50 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN , , , , , ,01 a. Minyak dan Gas Bumi ,00 - b. Pertambangan tanpa Migas ,00 - c. Penggalian , , , , , ,01 3. INDUSTRI PENGOLAHAN , , , , , ,46 a. Industri Migas ,00-1. Pengilangan Minyak Bumi ,00-2. Gas Alam Cair ,00 - b. Industri Tanpa Migas , , , , , ,46 1. Makanan, Minuman dan ,78 Tembakau , , , , ,27 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas ,00 kaki , , , , ,87 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan ,15 lainnya , , , , ,60 4. Kertas dan Barang Cetakan 5.859, , , , , ,43 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari ,42 Karet , , , , ,08 6. Semen & Brg. Galian bukan ,64 logam , , , , ,63 7. Logam Dasar Besi & Baja ,00-8. Alat Angk., Mesin & - Peralatannya ,00-9. Barang lainnya , , , , , ,57 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH , , , , , ,67 a. Listrik , , , , , ,89 b. Gas ,00 - c. Air Bersih 4.625, , , , , ,78 5. BANGUNAN , , , , , ,71 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN , , , , , ,62 a. Perdagangan Besar & Eceran , , , , , ,63 b. Hotel 4.527, , , , , ,61 c. Restoran , , , , , ,38 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI , , , , , ,34 a. Pengangkutan , , , , , ,32 1. Angkutan Rel 5.018, , , , , ,78 2. Angkutan Jalan Raya , , , , , ,57 3. Angkutan Laut 588,66 741,42 834,54 926, , ,35 4. Angk. Sungai, Danau & - Penyebr ,00-5. Angkutan Udara ,00-6. Jasa Penunjang Angkutan , , , , , ,63 b. Komunikasi , , , , , ,03 1. Pos dan Telekomunikasi , , , , , ,49 2. Jasa Penunjang Komunikasi , , , , , ,53 8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN , , , , , ,13 a. Bank , , , , , ,24 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank , , , , , ,09 c. Jasa Penunjang Keuangan ,00 - d. Sewa Bangunan , , , , , ,39 14

20 e. Jasa Perusahaan 7.954, , , , , ,41 9. JASA-JASA , , , , , ,79 a. Pemerintahan Umum , , , , , ,29 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan , , , , , ,29 2. Jasa Pemerintah lainnya ,00 - b. Swasta , , , , , ,49 1. Sosial Kemasyarakatan , , , , , ,82 2. Hiburan & Rekreasi , , , , , ,38 3. Perorangan & Rumahtangga , , , , , ,29 PDRB DENGAN MIGAS , , , , , ,54 PDRB TANPA MIGAS , , , , , ,54 Distribusi Prosentase PDRB Kabupaten Lamongan Tahun Menurut Harga Berlaku LAPANGAN USAHA PERTANIAN 46,21 45,85 44,95 42,57 41,71 39,89 a. Tanaman Bahan Makanan 28,79 28,45 27,22 25,22 25,02 24,01 b. Tanaman Perkebunan 0,88 0,92 0,93 0,95 0,92 0,88 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,58 1,48 1,53 1,51 1,46 1,34 d. Kehutanan 0,11 0,04 0,03 0,02 0,02 0,02 e. Perikanan 14,85 14,94 15,25 14,87 14,30 13,64 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,22 0,21 0,20 0,21 0,21 0,22 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 0,22 0,21 0,20 0,21 0,21 0,22 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4,90 4,97 5,04 5,20 5,13 5,23 a. Industri Migas Pengilangan Minyak Bumi Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas 4,90 4,97 5,04 5,20 5,13 5,23 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2,29 2,42 2,54 2,68 2,67 2,79 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 0,80 0,79 0,78 0,79 0,78 0,79 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 1,16 1,12 1,10 1,12 1,10 1,09 4. Kertas dan Barang Cetakan 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 0,19 0,19 0,19 0,17 0,17 0,16 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 0,16 0,15 0,15 0,15 0,14 0,14 7. Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya 0,25 0,24 0,23 0,22 0,21 0,20 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,82 0,78 0,80 0,78 0,73 0,69 a. Listrik 0,77 0,73 0,76 0,74 0,69 0,65 b. Gas c. Air Bersih 0,05 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04 5. BANGUNAN 3,08 2,88 2,73 2,73 2,81 2,91 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 29,71 30,61 31,34 33,48 34,64 36,41 15

21 a. Perdagangan Besar & Eceran 27,42 28,37 29,18 31,29 32,48 34,24 b. Hotel 0,05 0,06 0,08 0,08 0,08 0,08 c. Restoran 2,23 2,18 2,07 2,11 2,08 2,10 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 2,11 2,10 2,11 2,06 2,01 2,04 a. Pengangkutan 1,21 1,19 1,20 1,15 1,10 1,15 1. Angkutan Rel 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,05 2. Angkutan Jalan Raya 0,93 0,86 0,85 0,80 0,76 0,80 3. Angkutan Laut 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan 0,22 0,27 0,28 0,29 0,28 0,28 b. Komunikasi 0,90 0,91 0,91 0,91 0,90 0,89 1. Pos dan Telekomunikasi 0,76 0,78 0,78 0,78 0,78 0,77 2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,14 0,13 0,13 0,13 0,13 0,12 8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 3,32 3,30 3,48 3,57 3,48 3,46 a. Bank 0,71 0,74 0,76 0,78 0,74 0,70 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,52 0,55 0,56 0,57 0,56 0,55 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan 1,99 1,93 2,08 2,14 2,09 2,14 e. Jasa Perusahaan 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,08 9. JASA-JASA 9,63 9,31 9,35 9,39 9,27 9,14 a. Pemerintahan Umum 5,12 4,93 4,85 4,86 4,78 4,68 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 5,12 4,93 4,85 4,86 4,78 4,68 2. Jasa Pemerintah lainnya b. Swasta 4,50 4,37 4,49 4,53 4,50 4,46 1. Sosial Kemasyarakatan 1,49 1,46 1,57 1,64 1,64 1,64 2. Hiburan & Rekreasi 0,23 0,27 0,30 0,27 0,26 0,25 3. Perorangan & Rumahtangga 2,79 2,65 2,62 2,62 2,59 2,57 PDRB DENGAN MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 PDRB TANPA MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Berdasarkan tabel tersebut nampak bahwa PDRB ADHB Kabupaten Lamongan didominasi dari sektor pertanian yang mencapai 39,89%; perdagangan, Hotel dan restoran 36,41%; Jasa-jasa 9,14%; Industri Pengolahan 5,23%; Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,46%; Bangunan/Konstruksi 2.91%; Angkutan dan Komunikasi 2,04%; Gas dan Air Bersih 0.69% dan Pertambangan dan Penggalian 0,22%. Dari hasil PDRB tahun 2013 telah diketahui bahwa total nilai PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Lamongan sebesar Rp ,00 (estimasi) sedangkan tahun 2012 telah sebesar Rp ,00. Apabila dilihat dari pertumbuhan PDRB Kabupaten Lamongan, pada tahun 2013 tumbuh menjadi 6,85%. Pertumbuhan 16

22 ekonomi Kabupaten Lamongan diatas pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5,78% maupun Propinsi Jawa Timur sebesar 6,55%. Untuk lebih jelasnya mengenai laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lamongan dalam waktu empat tahun terakhir dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamongan Tahun (%) 7,6 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamongan Tahun (%) 7,4 7,2 7 6,8 6,89 7,02 7,13 6,85 Pertumbuhan PDRB 6,6 6,4 6,31 6, Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 mengalami sedikit perlambatan, hal ini dipengaruhi oleh perlambatan perekonomian di tingkat nasional dan regional yang disebabkan oleh : 1) Belum pulihnya kondisi ekonomi global terutama perekonomian Amerika dan Eropa 2) Pelemahan nilai tukar rupiah 3) Kenaikan suku bunga perbankan 4) Dampak dari kenaikan harga BBM 5) Produksi sector pertanian mengalami perlambatan, karena penurunan produksi serta kenaikan biaya antara/biaya produksi. 17

23 Secara umum, perlambatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lamongan masih lebih baik dibandingkan Nasional dan Regional, hal ini didukung sector industry dan perdagangan yang terus tumbuh, sedangkan sektor pertanian mengalami perlambatan tetapi lebih baik daripada tingkat nasional dan regional. Selain upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, Pemerintah Kabupaten Lamongan terus berupaya melakukan pemerataan pembangunan serta pemberdayaan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak akan berarti tanpa adanya pemerataan pembangunan oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Lamongan bertekad membangun ekonomi masyarakat dengan berbasis pada pedesaan. Hal ini bukan berarti meninggalkan perkotaan yang selama ini telah digarap, tetapi keberpihakan kepada masyarakat pedesaan perlu dilakukan agar tidak ada ketimpangan yang mencolok antara kota dan desa. Program gemerlap ini bersifat penguatan yang mendorong potensi ekonomi masyarakat bisa berkembang dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya mengembangkannya. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lamongan sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor pertanian, industry pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa. Sektor-sektor ini mendominasi struktur perekonomian di Kabupaten Lamongan, sehingga peningkatan pertumbuhan maupun perlambatan atas sektor ini sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan maupun perlambatan perekonomian di Kabupaten Lamongan. Adapun PDRB ADHK Kabupaten sebagai berikut : PDRB Kabupaten Lamongan Tahun Menurut Harga Konstan Dalam Rupiah LAPANGAN USAHA PERTANIAN , , , , , ,74 a. Tanaman Bahan Makanan , , , , , ,27 b. Tanaman Perkebunan , , , , , ,79 18

24 c. Peternakan dan Hasilhasilnya , , , , , ,80 d. Kehutanan 4.325, , , , , ,11 e. Perikanan , , , , , ,77 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 8.768, , , , , ,45 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa - Migas c. Penggalian 8.768, , , , , ,45 3. INDUSTRI PENGOLAHAN , , , , , ,39 a. Industri Migas Pengilangan Minyak - Bumi Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas , , , , , ,39 1. Makanan, Minuman dan ,83 Tembakau , , , , ,74 2. Tekstil, Brg. Kulit & ,62 Alas kaki , , , , ,24 3. Brg. Kayu & Hasil ,57 Hutan lainnya , , , , ,70 4. Kertas dan Barang 3.697,42 Cetakan 3.918, , , , ,19 5. Pupuk, Kimia & Brg ,65 dari Karet 9.648, , , , ,01 6. Semen & Brg. Galian ,42 bukan logam , , , , ,45 7. Logam Dasar Besi & - Baja Alat Angk., Mesin & - Peralatannya Barang lainnya , , , , , ,06 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH , , , , , ,80 a. Listrik , , , , , ,21 b. Gas c. Air Bersih 2.143, , , , , ,60 5. BANGUNAN , , , , , ,57 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN , , , , , ,55 a. Perdagangan Besar & Eceran , , , , , ,77 b. Hotel 1.263, , , , , ,31 c. Restoran , , , , , ,47 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI , , , , , ,61 a. Pengangkutan , , , , , ,92 1. Angkutan Rel 1.856, , , , , ,98 2. Angkutan Jalan Raya , , , , , ,75 3. Angkutan Laut 368,88 397,07 416,08 433,86 452,25 474,69 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr Angkutan Udara Jasa Penunjang , , ,51 Angkutan 8.902, , ,64 b. Komunikasi , , , , , ,69 1. Pos dan Telekomunikasi , , , , , ,85 19

25 2. Jasa Penunjang Komunikasi 6.386, , , , , ,84 8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN , , , , , ,37 a. Bank , , , , , ,51 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank , , , , , ,95 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan , , , , , ,99 e. Jasa Perusahaan 3.732, , , , , ,92 9. JASA-JASA , , , , , ,83 a. Pemerintahan Umum , , , , , ,15 1. Adm. Pemerintah & , , ,15 Pertahanan , , ,29 2. Jasa Pemerintah lainnya b. Swasta , , , , , ,68 1. Sosial Kemasyarakatan , , , , , ,94 2. Hiburan & Rekreasi , , , , , ,85 3. Perorangan & , , ,88 Rumahtangga , , ,79 PDRB DENGAN MIGAS , , , , , ,31 PDRB TANPA MIGAS , , , , , ,31 Distribusi Prosentase PDRB Kabupaten Lamongan Tahun Menurut Harga Konstan LAPANGAN USAHA PERTANIAN 52,48 51,74 50,65 48,44 47,65 46,23 a. Tanaman Bahan Makanan 33,04 31,98 30,68 27,75 27,44 26,51 b. Tanaman Perkebunan 1,29 1,29 1,23 1,25 1,19 1,13 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,58 1,54 1,56 1,58 1,54 1,45 d. Kehutanan 0,08 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02 e. Perikanan 16,50 16,90 17,16 17,85 17,47 17,12 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,16 0,15 0,15 0,15 0,15 0,16 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 0,16 0,15 0,15 0,15 0,15 0,16 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 5,16 5,20 5,24 5,49 5,46 5,59 a. Industri Migas Pengilangan Minyak Bumi Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas 5,16 5,20 5,24 5,49 5,46 5,59 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2,48 2,60 2,68 2,88 2,89 3,03 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 0,89 0,87 0,86 0,89 0,88 0,90 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 1,09 1,04 1,02 1,04 1,02 0,99 4. Kertas dan Barang Cetakan 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 0,17 0,17 0,17 0,16 0,16 0,16 20

26 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 7. Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya 0,25 0,25 0,23 0,23 0,23 0,22 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 1,14 1,14 1,12 1,13 1,10 1,09 a. Listrik 1,10 1,10 1,09 1,10 1,07 1,06 b. Gas c. Air Bersih 0,04 0,04 0,04 0,04 0,03 0,03 5. BANGUNAN 2,73 2,66 2,57 2,62 2,69 2,78 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 24,70 25,42 26,13 27,56 28,36 29,37 a. Perdagangan Besar & Eceran 22,10 22,88 23,69 25,05 25,85 26,82 b. Hotel 0,02 0,02 0,03 0,03 0,03 0,03 c. Restoran 2,57 2,51 2,41 2,48 2,48 2,52 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 1,75 1,78 1,77 1,78 1,76 1,74 a. Pengangkutan 1,05 1,07 1,06 1,06 1,04 1,03 1. Angkutan Rel 0,03 0,04 0,04 0,04 0,04 0,03 2. Angkutan Jalan Raya 0,84 0,82 0,81 0,79 0,79 0,78 3. Angkutan Laut 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan 0,16 0,20 0,21 0,22 0,22 0,21 b. Komunikasi 0,70 0,71 0,71 0,72 0,71 0,71 1. Pos dan Telekomunikasi 0,59 0,59 0,59 0,59 0,59 0,59 2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 3,44 3,58 3,76 3,95 3,94 3,99 a. Bank 0,58 0,61 0,64 0,69 0,68 0,67 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,60 0,62 0,65 0,69 0,70 0,70 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan 2,19 2,29 2,40 2,50 2,49 2,55 e. Jasa Perusahaan 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 9. JASA-JASA 8,44 8,33 8,61 8,88 8,89 9,05 a. Pemerintahan Umum 4,25 4,20 4,26 4,30 4,28 4,32 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 4,25 4,20 4,26 4,30 4,28 4,32 2. Jasa Pemerintah lainnya b. Swasta 4,19 4,12 4,35 4,57 4,61 4,73 1. Sosial Kemasyarakatan 1,73 1,74 1,99 2,15 2,18 2,26 2. Hiburan & Rekreasi 0,22 0,24 0,28 0,25 0,25 0,25 3. Perorangan & Rumahtangga 2,24 2,14 2,08 2,17 2,18 2,22 PDRB DENGAN MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 PDRB TANPA MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Berdasarkan tabel tersebut Nampak bahwa, PDRB ADHK Kabupaten Lamongan didominasidari sektor pertanian yang mencapai 46,23%; Perdagangan, Hotel dan Restoran 29,3%; Jasa-jasa 9,05%; Industri Pengolahan 5,59%; Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 3,99%; 21

27 Bangunan/Kontruksi 2,78%; Angkutan dan Komunikasi 1,74%; Listrik, gas dan Air Bersih 1,09% dan Pertambangan & Penggalian 0,16%. II.4 Keadaan Lingkungan Rumah Sehat Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi masyarakat. Sementara rumah menurut KEPMENKES RI NO. 829 / Menkes / SK / VII / 1989, Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tingga l / hunian yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya, serta tempat pengembangan kehidupan keluarga. Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Dari kompilasi data yang dikumpulkan melalui Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan, prosentase rumah yang diperiksa sebesar 79.28% dari rumah yang di periksa sebesar atau rumah sehat sebesar (71.01%) dari seluruh rumah yang ada sebanyak Dari data tersebut, cakupan terendah adalah Puskesmas Tikung sebesar 49,11%, sedangkan cakupan tertinggi adalah Puskesmas Sugio sebesar 99,29%. ( Tabel 62) 22

28 Gambar : 2.3 RUMAH SEHAT DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN RUMAH YANG ADA RUMAH DIPERIKSA RUMAH SEHAT a. Pengolahan Makanan (TUPM) Sehat Tempat Umum Pengelolaan Makanan (TPUM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang, dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. TUPM meliputi hotel, restoran, pasar dan lain-lain. Sedangkan TUPM sehat adalah tempat umum dan tempat pengelolaan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai ( luas ruangan ) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai. Data yang diperoleh dari rekapitulasi laporan bulanan puskesmas pada tahun 2013, menunjukkan bahwa jumlah TUPM yang ada sebanyak buah, yang diperiksa (64.32 %). Dari TUPM yang diperiksa yang masuk katagori TUPM sehat sebanyak buah (80.36%). ( Tabel 67 ) 23

29 Gambar : 2.4 TUPM YANG DIPERIKSA DAN YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN YANG ADA YANG DIPERIKSA MEMENUHI SYARAT b. Akses Terhadap Air Minum Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut ledeng, pompa sumur terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai, air hujan dan lainnya. Dari jumlah keluarga yang ada sebanyak yang diperiksa sebanyak keluarga, sedangkan yang dapat mengakses air bersih sebanyak keluarga (66%), dengan rincaian berturut-turut yang terbanyak menggunakan ledeng = 91,688 (29%), SGL = (22%) diikuti pemakai sumber lainnya (9%), SPT = (6%), dan sisanya PAH = (1%). (Tabel 64) Gambar : 2.5 KELUARGA YANG MEMILIKI AKSES AIR BERSIH DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 PAH SGL 1% 33% LAINNYA 14% LEDENG 43% SPT 9% 24

30 c. Sarana Sanitasi Dasar Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi persediaan air bersih ( PAB ), jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah. Sesuai dengan data yang ada terdapat KK dan seluruhnya telah diperiksa. Untuk PAB, jumlah KK yang diperiksa sebesar (65,76%) dari jumlah KK yang ada sebesar KK dan yang memiliki PAB sebanyak KK (68,95%). Untuk jamban, jumlah KK diperiksa sebanyak KK dan yang memiliki jamban sebanyak (76,35%), dan jamban yang sehat dan memenuhi syarat berdasarkan data jumlah KK yang memiliki sebanyak (100%). Sedangkan jamban sehat berdasarkan data jumlah KK yang diperiksa sebanyak (81,78%). Untuk tempat sampah, jumlah KK yang diperiksa sebanyak dan yang memiliki sebanyak (100%) dan tempat sampah yang memenuhi syarat atau sehat sebanyak (75,13%), sedangkan untuk SPAL jumlah KK yang diperiksa sebanyak dan yang memiliki SPAL sebanyal (101,22%) dari jumlah KK yang diperiksa diketahui jumlah SPAL yang sehat sebanyak (79%). (Tabel 66) II.5 KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT Indikator Perilaku yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat % Penduduk Menurut Cara Pengobatan % Penduduk Menurut Tempat Berobat % Bayi 0-11 Bln yg Pernah Disusui % Penduduk yg Merokok % Penduduk yg Beraktifitas fisik % yg Mengkonsumsi Makanan Sehat 1. Penduduk Yang Memanfaatkan Sarana Kesehatan Di Kabupaten Lamongan, masyarakat Penduduk yang memanfaatkan sarana kesehatan dengan rawat jalan di sarana kesehatan 25

31 (puskesmas, RS, BP/BKIA/RB ) yang di cakup Askeskin/Jamkesmas sebanyak orang terdiri dari (89.84%) pasien laki-laki dan (89.84%) pasien perempuan dari masyarakat miskin dan hampir miskin yang ada sebanyak orang. Dari keseluruhan yang mendapatkan pelayanan kesehatan rawat jalan sebanyak terdiri dari (54.83%) laki-laki dan (54.83%) perempuan. Sementara yang mendapatkan rawat inap sebanyak orang (2,02%) dari seluruh masyarakat miskin dan hampir miskin terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. Sedangkan puskesmas dengan rawat inap tertinggi adalah Puskesmas Sugio sebesar 696 orang dan terendah Puskesmas Tlogosadang sebesar 142 orang. Kunjungan di Puskemas dengan rawat jalan di Kabupaten Lamongan yang dicakup melalui program Jamkesda sebanyak terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan dengan persentase tertinggi Puskesmas Sugio yaitu sebesar orang penduduk dan kunjungan rawat jalan terendah adalah Puskesmas Tlogosadang sebanyak orang. (Tabel 56 57A ) Gambar : 2. 6 PELAYANAN RAWAT JALAN MASYARAKAT MISKIN DAN HAMPIR MISKIN MENURUT STRATA SARANA KESEHATAN TAHUN 2013 RAWAT INAP MASKIN 4% RAWAT JALAN MASKIN DICAKUP ASKESKIN/ JAMKESMAS 96% 26

32 2. Rumah Tangga Sehat Sedangkan indikator komposit rumah tangga sehat terdiri dari 10 indikator yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, balita diberi ASI eksklusif, mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, tidak merokok, melakukan akitfitas setiap hari, makan sayur dan buah setiap hari, tersedianya akses terhadap air bersih, tersedianya jamban, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni dan lantai rumah bukan dari tanah. Tabel menunjukkan bahwa dari rumah tangga yang ada, dipantau sebanyak (18.95%), sedangkan untuk rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat ber PHBS sebanyak (59.27%). dan data tersebut hanya di peroleh dari survey sebanyak 33 puskesmas. (Tabel 61) Gambar : 2.7 RUMAH TANGGA SEHAT DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN JML RUMAH TANGGA JML DI SURVEI JML SEHAT 3. ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat bagi bayi baik dari sisi / aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologik ( interakasi dan kasih sayang antara anak dan ibu ), aspek kecerdasan, aspek neurologik (aktifitas menyerap ASI bermanfaat pada koordinasi syaraf bayi), aspek ekonomik serta aspek penundaan kehamilan. Selain 27

33 aspek-aspek tersebut, dengan ASI juga dapat melindungi bayi dari sindrom kematian bayi secara mendadak. Jumlah bayi yang ada sebesar terdiri dari bayi lakilaki dan bayi perempuan, sementara yang diberi ASI eksklusif sebesar bayi (85.81%) yang terdiri dari bayi laki-laki sebesar (85.80%) dan perempuan sebesar (85.80%). Cakupan tertinggi di Puskesmas Karangpilang sedangkan terendah adalah Puskesmas Karangbinangun. (Tabel 41) 4. Posyandu Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat bebagai upaya dilakukan dengan memanfatkan potensi dan sumberdaya yang ada di masyarakat. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Manusia ( UKBM ) yang paling dikenal oleh masyarakat, posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas. Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata. Posyandu purnama yaitu posyandu dengan cakupan 5 program atau lebih dengan melaksanakan kegiatan 8 kali atau lebih pertahun. Untuk prosentase posyandu pratama di Kabupaten Lamongan sebanyak 94 atau mencapai 5.42%, posyandu madya sebanyak 430 atau mencapai 24.78%, posyandu Purnama sebanyak atau mencapai 61.90%, dan posyandu mandiri sebanyak 137 atau mencapai 7.90%. sementara un tuk Posyandu PURI sebesar (69.80%). (Tabel 72) 28

34 Gambar : 2.8 PROPORSI POSYANDU MENURUT STRATA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 MANDIRI 5.19% PRATAMA 8.53% MADYA 33.54% PURNAMA 52.74% 5. Pembiayaan Kesehatan Oleh Masyarakat Dalam rangka meningkatkan kepesertaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, sejak lama dikembangkan berbagai cara untuk memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat. Pada saat ini berkembang berbagai cara pembiayaan kesehatan pra upaya, yaitu dana sehat, asuransi kesehatan, asuransi tenaga kerja (Astek/Jamsostek, JPKM dan asuransi kesehatan lainnya, serta Jamkesmas dan Jamkesda untuk penduduk miskin). Di Kabupaten Lamongan cakupan kepesertaan ASKESKIN/JAMKESMAS adalah sebesar atau mencapai 45.89% terdiri dari laki-laki dan perempuan Puskesmas yang telah mencapai cakupan tertinggi adalah Puskesmas Sugio (51,7%) dan terendah Puskesmas Tlogosadang (8,05%). (Tabel 55) 29

35 Gambar : 2.9 PROPORSI ASURANSI KESEHATAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 ASKES 0.01% Jamkesda 3.51% ASKESKIN 96.48% 30

36 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Derajat kesehatan merupakan pilar utama bersama-sama dengan pendidikan dan ekonomi yang sangat erat dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, sehingga dengan kondisi derajat kesehatan masyarakat ang tinggi diharapkan akan tercipta sumber daya manusia yang tangguh, produktif dan mampu bersaing untuk menghadapi semua tantangan yang akan dihadapi dalam pembangunan disegala bidang. Berbagai studi/penelitian menunjukkan bahwa terjadi kolerasi positif antara derajat kesehatan dengan produktifitas. Produktifitas merupakan perwujudan dari kualitas sumber daya manusia yang handal sehingga dapat mendukung peningkatan ekonomi dan pembangunan yang pada akhirnya akan mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kualitas suatu bangsa. Indikator derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 dapat diketahui dengan melihat indikator : angka kematian (mortalitas), kesakitan (morbiditas), angka harapan hidup (AHH) dan status gizi masyarakat. III.1 ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS) Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga komponen proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk selain fertilitas dan migrasi. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas di suatu daeah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga bisa dijadikan sebagai barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan di daerah tersebut. Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, adat istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan. Indikator kematian berguna untuk memonitor kinerja pemerintah pusat maupun lokal dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat ( Budi Utomo, 1985 ) Salah satu ukuran kematian yang cukup menjadi perhatian adalah jumlah kematian bayi. Jumlah kematian ini dpublikasikan dengan sebuah indikator yang disebut angka kematian bayi ( IMR ). 31

37 III.1.1 Angka Kematian Bayi ( AKB ) Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar penyebab kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian bayi neonatal, adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya disebabkan oleh faktor faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian bayi post neonatal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor faktor yang bertalian dengan pengaruh luar. Angka kematian bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan angka kematian bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara antara kematian neonatal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neonatal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program program untuk mengurangi angka kematian neonatal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan ibu hamil, misalnya program pemberian tablet tambah darah dan suntikan anti tetanus. Sedangkan angka kematian post neonatal dan angka kematian anak serta kematian balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program program pencegahan penyakit menular terutama pada anak anak, program penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun. Disini penulis akan menjelaskan tentang kematian bayi yang diakibatkan oleh kurangnya kesadaran akan kesehatan ibu. 32

38 Berdasarkan data yang ada tahun 2013 angka kematian bayi di kabupaten Lamongan mencapai 88 bayi (4,70) terdiri dari 53 bayi laki laki dan 35 bayi perempuan (tabel 7). Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menemukan faktor yang paling dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksebilitas dan pelayanan kesehatan tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB. AKB dalam beberapa waktu terakhir memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat. ( Sumber : Indek Pembangunan Manusia Kabupaten Lamongan tahun 2009). III.1.2 Angka Kematian Ibu Maternal ( AKI ) Angka kematian ibu ( AKI ) di Indonesia merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu ( AKI ) juga merupakan salah satu terget yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survey yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya telah menunjukkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus. Proyeksi Angka Kematian Ibu ( AKI ) Tahun (Dalam Kelahiran hidup) Sumber data: SDKI, 1994,2002/2003, 2007, MDGs dan Bappenas Menyatakan bahwa trend AKI Indonesia secara nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan SDKI pada tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut tertinggi di Asia. 33

39 Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menangah Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per Kelahiran Hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) diperoleh sebagai survey yang dilakukan secara khusus. Dengan dilaksanakannya Survey Kesehatan Rumah Tannga (SKRT) dan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), maka cakupan wilayah penelitian AKI menjadi lebih luas dibandingkan survey sebelumnya. Untuk melihat kecenderungan AKI di Indonesia secara konsisten digunakan data hasil SKRT, AKI menurun 450 per kelahiran hgidup pada tahun 1992, kemudian menurun lagi menjadi 373 per kelahiran hidup pada tahun Pada tahun AKI sebesar 307 per kelahiran hidup diperoleh dari hasil SDKI, walaupun cenderung terus untuk terus menurun, pencapaian Kabupaten Lamongan pada tahun 2012, yaitu sebesar 56 per kelahiran hidup. Sedangkan jumlah kematian maternal yang ditangani oleh petugas kesehatan pada tahun 2013, berdasarkan laporan dari puskesmas yang diterima Subbidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Lamongan sebesar 17 orang, terdiri dari kematian ibu hamil sebanyak 3 orang, ibu bersalin sebanyak 10 orang dan ibu nifas sebanyak 5 orang. (tabel 8) III.1.3 Angka Kematian Balita (AKABA) Salah satu tujuan dari SDKI 2012 adalah mengukur tingkat dan kecenderungan kematian bayi dan anak. Angka kematian bayi dan anak yang disajikan dalam tabel 7 adalah estimasi secara langsung berdasarkan keterangan yang di dapat dari bagian riwayat kelahiran dari kuesioner wanita mengenai tanggal kelahiran anak, status kelangsungan hidup, dan umur saat meninggal untruk anak yang sudah meninggal. Angka-angka kematian bayi dan anak didefinisikan sebagai berikut : Kematian neonatum: peluang meninggal dalam bulan pertama setelah lahir (0-28hari) 34

40 Kematian post neonatum: selisih antara kematian bayi dan kematian neonatum (1-11 bulan) Kematian bayi: peluang bayi meninggal sebelum ulang tahun pertama (0-11 bulan) Kematian anak: peluang meninggal antara ulang tahun pertama dan ulang tahun kelima (1-4 tahun) Kematian balita: peluang anak meninggal sebelum mencapai ulang tahun kelima (0-4 tahun) Survey AKABA ( Angka Kematian Anak Dan Balita) di Kabupaten Lamongan tahun 2013 laki-laki lebih besar daripada tingkat kematian anak balita perempuan yaitu 4 balita laki-laki dan 2 balita perempuan. III.2 Angka Harapan Hidup ( AHH ) Angka/umur harapan Hidup (AHH/UHH) secara definisi adalah perkiraan rata-rata lamanya hidup yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk dari sejak lahir. AHH dapat dijadikan salah satu alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah pada keberhasilan pembangunan kesehatan serta social ekonomi disuatu wilayah, termasuk didalamnya derajat kesehatan. Data AHH diperoleh melalui survey yang dilakukan oleh BPS. Penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 273, 65 juta jiwa pada tahun Pada tahun yang sama, AHH nasional diperkirakan mencapai 73,7 tahun. (Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional). Saat ini berdasarkan data BPS Propinsi Jawa Timur, AHH mencapai 70,09 tahun. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2011 yaitu sebesar 69,81 tahun. Angka Harapan Hidup Kabupaten Lamongan sampai pada tahun 2013 adalah 68,68 tahun. Rata-rata Angka Harapan Hidup pada saat lahir (eo) adalah hasil perhitungan proyeksi yang sering dipakai sebagai salah satu indikator kesejahteraan rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum kondisi kesehatan masyarakat Lamongan lebih baik dari tahun ke tahun. 35

41 III.3 Angka Kesakitan ( MORBIDITAS ) Selain menghadapi transisi demografi, Indonesia juga menghadapi transisis epidemiologi yang menyebabkan beban ganda. Di satu sisi kasus gizi kurang serta penyakit-penyakit infeksi, baik re-emrging maupun new-emerging desease masih tinggi. Masalah perilaku tidak sehat menjadi factor utama yang harus dirubah terlebih dahulu agar beban ganda masalah kesehatan bisa teratasi. Angka kesakitan (morbiditas) pada penduduk berasal dari community based. Data yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin serta insidentil. Sementara untuk kondisi penyakit menular akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu mendapatkan perhatian, termasuk penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan penyakit yang memiliki potensi untuk menjadi kejadian luar biasa (KLB). Pola penyakit di Kabupaten Lamongan dapat dipantau melalui Sistem Surveilans Terpadu Penyakit di Puskesmas selain dari hasil pemantauan kunjungan pasien di Puskesmas. Hasil pemantauan melalui STP di Tingkat Puskesmas diamati setiap bulan berdasarkan laporan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang selanjutnya disampaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan untuk dilakukan pengolahan dan pengamatan secara terus menerus terhadap penyakit yang berpotensi menyebabkan terjadinya wabah. III.4 Pola Penyakit di Kabupaten Lamongan Adapun kasus-kasus penyakit di Kabupaten Lamongan dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Jumlah Kasus Penyakit Menurut Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Berbasis Puskesmas Tahun 2013 No Jenis Penyakit Jumlah Kasus % 1 Kolera Diare Diare Berdarah Tifus perut klinis TB Paru BTA (+) Tersangka TB Paru

42 7 Kusta PB Kusta MB Campak Difteri Batuk redes Tetanus Hepatitis Klinis Malaria Klinis Malaria Vivak Malaria Falsifarum Malaria Mix DBD Demam Dengue Pneumonia Sifilis Gonorrhoe Frambusia Filariasis Influensa Hipertensi Diabetes Melitus ISPA Keracunan JUMLAH

43 Grafik Sepuluh Penyakit Terbanyak Menurut Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Berbasis Puskesmas Tahun PENYAKIT TERBANYAK BERDASAR LAPORAN STP BERBASIS PUSKESMAS TAHUN , ,303 23,291 20, ,985 6,602 4,964 2, Penyakit yang selalu masuk dalam sepuluh besar penyakit di Puskesmas selama beberapa tahun terakhir adalah Influensa, Diare, Hipertensi, ISPA, Typhus Perut Klinis, Diabetes Melitus, Diare Berdarah, DBD, Tersangka TB Paru, TB Paru BTA(+). Penyakit menular yang disajikan dalam profil kesehatan antara lain : III.4.1 Penyakit Menular Langsung a. Prevalensi Tuberkulosis Indonesia merupakan Negara yang dikategorikan sebagai penyumbang jumlah kasus bersama beberapa negara berkembang lainnya, di Indonesia khususnya Provinsi Jawa Timur menempati urutan kedua setelah Provinsi Jawa Barat. Dan tuberculosis menjadi beban masalah kesehatan di Jawa Timur. Pada tahun 2012 jumlah 38

44 kasus baru (BTA positif dan BTA negatif Thorax positif) sebanyak penderita dengan Case Notification Rate All Case (CNR) 112 sedangkan Case Detection Rate (CDR) Jawa Timur sebesar 63,03%. Kondisi wtersebut masih jauh dari target nasional yang ditetapkan yaitu 70%. Pada tahun 2013 kasus BTA (+) baru yang diobati sebanyak orang terdiri dari 639 orang laki-laki dan 439 orang perempuan, dengan capaian Case Detection Rate (CDR) mencapai 83,89% mengalami peningkatan sebesar 13,8% dari tahun sebelumnya. Diikuti Case Notification Rate (CNR) sebesar 158, berarti mengalami kenaikan dari target yang ditentukan untuk setiap tahunnya diharapkan mengalami kenaikan 5%. Keberhasilan pengobatan pasien TB Paru yang diobati 94,1% dan angka kesembuhan sebesar 92,56%. Jika dibandingkan dengan tahun lalu memang mengalami penurunan tetapi masih diatas target nasional yang ditentukan. Sedangkan di Kabupaten Lamongan pencapaian CDR pada tahun 2012 sebesar 70,05% diikuti CNR All Case sebesar 133. Dengan keberhasilan pengobatan pasiean tahun 2011 yang terpantau di tahun 2012 sebesar 97,1% yang melebihi 7,1% dari target nasional sebesar 90% diikuti angka kesembuhan sebesar 96,1%. b. Persentase Balita dengan pneumonia ditangani Cakupan penemuan penderita pneumonia balita yang ditangani di Jawa Timur pada tahun 2012 sebesar 27,08% dengan jumlah balita secara keseluruhan yang dilaporkan oleh 38 kabupaten/kota. Pada tahun 2013 di Kabupaten Lamongan cakupan penemuan penderita pneumonia balita yang ditangani di Kabupaten Lamongan sebesar balita (48%), yang terdiri dari balita laki-laki dan balita perempuan. Sementara di Kabupaten Lamongan mengalami peningkatan 17% dari tahun 2012, dimana cakupan penderita 39

45 pneumonia balita yang ditangani sebesar balita (31%) Meskipun mengalami peningkatan sebesar 17%, akan tetapi belum memenuhi target yang ditentukan. Hal ini disebabkan adanya petugas Puskesmas yang kurang memahami pengklasifikasian pneumonia pada balita, pelaksanaan MTBS yang belum maksimal. Ditunjang Puskesmas yang menangani wilayah kerja kurang aktif melaporkan sendiri maupun kurang aktif untuk menjemput laporan kasus pneumonia balita dari sarana kesehatan lainnya yang ada di wilayah kerjanya sehingga berdampak rendahnya kelengkapan laporan. (Tabel 13) c. Prevalensi Kusta Meskipun penyakit Kusta dapat diobati dan disembuhkan, bukan berarti Kabupaten Lamongan terbebas dari masalah penyakit Kusta, karena dari tahun ke tahun masih saja ditemukan sejumlah kasus baru. Beban penyakit kusta yang paling utama adalah kecacatan yang ditimbulkan, sehingga masalah penyakit Kusta sangat kompleks, bukan hanya dari segi medis tetapi meluas pada masalah sosial ekonomi. Sementara jumlah kasus dan angka prevalensi penyakit Kusta di Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 tercatat sebesar 292 orang dengan angka prevalensi sebesar 2,43 per penduduk. Di Kabupaten Lamongan masih banyak menyimpan kantong-kantong kusta yang kebanyakan berada di kawasan pantai utara. Pada tahun 2013 Penderita kusta type PB sebanyak 20 orang yang terdiri dari 10 Laki-laki dan 10 perempuan, berarti jauh lebih sedikit di banding tahun lalu sebanyak 39 orang, dan type MB sebanyak 272 orang yang terdiri dari 15 laki-laki dan 257permpuan. (tabel.19) 40

46 Gambar 3.2 : JUMLAH PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN PENDERITA TYPE PB RFT TYPE PB PENDERITA TYPE MB RFT TYPE MB d. HIV / AIDS Perkembangan penyakit AIDS di Kabupaten Lamongan tahun 2013 sebanyak 135 orang terdiri dari 75 orang laki-laki dan 60 perempuan, untuk kasus HIV sebanyak 59 kasus terdiri dari 32 orang laki-laki dan 27 orang perempuan. Sedangkan kasus IMS tidak ditemukan penderita baru. Kematian penderita AIDS tahun 2013 sebanyak 28 orang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 10 penderita perempuan. Sedangkan untuk tahun 2012 ditemukan kasus AIDS 89 orang terdiri dari 50 orang laki-laki dan 39 orang perempuan, untuk penderita IMS sebanyak 39 orang terdiri dari 29 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Kematian penderita AIDS tahun 2012 sebanyak 38 orang terdiri dari 25 orang laki-laki dan 13 orang perempuan. Dari analisa data diatas perkembangan kasus HIV/AIDS di tahun 2013 ini mengalami kenaikan sebesar 66%. Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan penemuan dan pelacakan dari upaya penanggulangan AIDS di masyarakat melalui peningkatan pengetahuan yang tepat dan benar mengenai HIV dan AIDS serta menjalankan perilaku aman dari tertular HIV. Ditunjang kesadaran para ODHA untuk mendapatkan dan memiliki 41

47 kepastian pelayanan, perawatan dan pengobatan serta layanan kesehatan yang dibutuhkan. (Tabel 14) GAMBAR 3.3 : PENYEBARAN PENYAKIT HIV/AIDS TAHUN HIV AIDS IMS 0 0 III.4.2 Penyakit Menular Bersumber Binatang a. Demam Berdarah Dangue (DBD) Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorragic Fever (DHF) mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, dan setelah itu jumlah kasus DBD terus bertambah seiring dengan semakin meluasnya daerah endemis DBD. Penyakit ini tidak hanya sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) tetapi juga menimbulkan dampak buruk social dan ekonomi. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di hampir seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Timur. DBD juga menjadi masalah yang rutin dihadapi pada setiap musim hujan. Angka kesakitan di Jawa 42

48 Timur cukup tinggi, meskipun jumlah kematian yang terjadi dapat di tekan. Di Kabupaten Lamongan, pada tahun 2013 terdapat jumlah kasus DBD sebanyak 644 kasus atau dengan incident rate 53,64 per penduduk dengan kasus meninggal sebanyak 2 orang, yang tahun sebelumnya hanya mencapai 499 kasus atau dengan incident rate sebesar 41,80 per penduduk dengan kasus meninggal 3 orang. Sama halnya di Provinsi, bahwa kesakitan DBD di Kabupaten Lamongan semakin tinggi, akan tetapi hanya bisa menekan jumlah kematian. Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3 M), pemantauan angka bebas jentik (ABJ) serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. Tingkat kematian penyakit DBD (case fatality rate) pada tahun 2013 lebih rendah dari rata-rata nasional. Data program P2M tahun 2013 di Kabupaten Lamongan menunjukkan bahwa CFR (case fatality rate / angka kematian) sebesar 0,31 (nasional <1) dengan incident rate/angka insidensi tahun 2013 sebesar 53,64/ penduduk. Jika dibandingkan dengan kondisi adanya kasus DBD Kabupaten Lamongan pada tahun 2012, untuk angka CFR sebesar 0,60 dengan angka insidensi sebesar 41,80/ penduduk. Pada tahun 2013 angka insidensi mengalami kenaikan 24,84/ penduduk sementara untuk angka kematian / CFR mengalami penurunan sebesar 0,29 dari keseluruhan kasus. Meskipun mengalami penurunan kasus kematian akibat penyakit DBD akan tetapi jumlah kasus DBD mengalami kenaikan yang signifikan. Dibandingkan dengan jumlah kasus tahun sebelumnya, jumlah kasus DBD bertambah sebanyak 145 kasus. 43

49 Untuk penanganan kasus DBD di Jawa Timur, antara lain : 1. Belum adanya obat anti virus dan vaksin untuk mencegah DBD, maka untuk memutus rantai penularan, pengendalian vector dianggap yang paling memadai untuk saat ini, 2. Vector DBD khususnya Aedes Aeggypti sebenarnya mudah dikendalikan, karena sarang-sarangnya terbatas ditempat yang berisi air bersih dan jarak terbangnya maksimum 100 meter. Tetapi karena vector tersebar luas, maka untuk keberhasilan pengendaliannya diperlukan total coverage meliputi selruhh wilayah) agar nyamuk tidak dapat berkembang biak lagi. Untuk itu sangat memerlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat khususnya dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD. 3. Partisipasi masyarakat dalam PSN DBD masih rendah, meskipun pada umumnya pengetahuan tentang DBD dan caracara pencegahannya sudah cukup tinggi. 4. Banyak faktor yang berhubungan dengan peningkatan kejadian DBD dan KLB yang sulit atau tidak dapat dikendalikan seperti kepadatan penduduk, morbbilitas, lancarnya transportasi (darat, laut, dan udara), pergantian musim dan perubahan iklim dunia, keberhasilan lingkungan dan perilaku hidup sehat, serta jenis dan keganasan virusnya. 5. Dukungan dari penggambil kebijakan yang belum memprioritaskan pemberantasan DBD 6. Keterlemabatan respon untuk melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) karena keterlambatan info darai rumah sakit atau klinik. 7. Surveylans epidemiologi DBD sebagai upaya kewaspadaan dini agar tidak terjadi KLB belum optimal. 8. Sebagian masyarakat masih minat dengan fogging. 9. Tatalaksana fogging/pengawasan (terutama fogging swasta) masih belum sesuai dengan SOP. 44

50 10. System pencatatan dan pelaporan DBD baik tertulis maupun melalui website belum optimal. 11. Tata laksana penanggulangan DBD yang terlambat dan tidak sesuai dengan SOP 12. Uji resistensi terhadap insektisida belum optimal. (Tabel 23) b. Malaria Sampai dengan tahun 2013 Indonesia bagian timur merupakan daerah yang masih sangat tinggi angka kasus malarianya. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan yang menunjukkan bahwa Papua, Papua Barat, dan NTT menjadi 3 provinsi yang memiliki angka kasus malaria terbesar. Pada tahun 2013 kasus Malaria yang ditemukan sebanyak 12 kasus. Untuk tahun 2013 tidak ditemukan kasus meninggal. Perlu diketahui bahwa kasus yang ada di Kabupaten Lamongan adalah kasus import dan tidak ditemukan kasus indegieus. Untuk angka API tahun 2013 Malaria Jawa Timur 0,6 per penduduk beresiko. Sedangkan Pada tahun 2012 penemuan penderita Malaria sebanyak 7 kasus. Sedangkan yang meninggal sebanyak 1 kasus untuk Angka Parasite Incidence (API) Malaria Jawa Timur mencapai 0,12 per penduduk beresiko. c. Kasus penyakit Filariasis ditangani Filariasis (penyakit kaki gajah) atau juga dikenal dengan elephantiasis adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan berbagai spesies nyamuk. Di Indonesia, vektor penular filariasis hingga saat ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres. 45

51 Filariasis dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, tangan, dan organ kelamin. Filariasis merupakan jenis penyakit reemerging desease, yaitu penyakit yang dulunya sempat ada, kemudian tidak ada dan sekarang muncul kembali. Kasus penderita filariasis khas ditemukan di wilayah dengan iklim sub tropis dan tropis (Abercrombie et al, 1997) seperti di Indonesia. Filariasis pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1877, setelah itu tidak muncul dan sekarang belum diketahui bagaimana perkembangannya. Filariasis tersebar luas hampir di seluruh Propinsi di Indonesia. Berdasarkan laporan dari hasil survei pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1553 desa di 647 Puskesmas tersebar di 231 Kabupaten 26 Propinsi sebagai lokasi yang endemis, dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Pada tahun 2013, di Kabupaten Lamongan tidak ditemukan adanya kasus baru Filariasis. Sementara jumlah penderita klinis Filariasis kronis yang tercatat di Jawa Timur sampai dengan tahun 2012 sebanyak 341 kasus. Pada tahun 2012, di Kabupaten Lamongan di temukan sebanyak 4 kasus baru yang terdiri dari laki-laki sebanyak 3 kasus dan perempuan sebanyak 1 kasus dengan seluruh total kasus 56 orang terdiri dari laki-laki sebanyak 25 orang dan perempuan sebanyak 31 orang. (Tabel 25) Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yang selanjutnya di singkat dengan PD3I adalah salah satu program Nasional yang indikator keberhasilannya tergantung dari kabupaten/kota untuk menggerakan desa-desanya agar dapat mencapai UCI (Universal Child Immunization) yaitu cakupan imunisasi harus mencapai diatas 89,60% dari seluruh sasaran populasinya sesuai dengan target SPM tahun Penyakit yang dapat di cegah tersebut diantaranya adalah Campak, Diptheri, Pertusis/batuk rejan, Tetanus Neonatorum (TN), Acute Flacid Paralysis (AFP) Non Polio. Penyakit ini disamping dapat menimbulkan kematian, kesakitan 46

52 juga kecatatan, bahkan apabila tidak ditangani secara maksimal dapat menular dan mengakibat kejadian luar biasa (KLB). Salah satunya upaya pencegahan yang menyeluruh hanya dengan pemberian imunisasi. PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imuniasasi, pada profil kesehatan ini akan dibahas penyakit tetanus neonatorum, campak, difteri, pertusis dan hepatitis B. a. Campak Untuk mendapatkan gambaran kasus campak pasti, maka dilakukan surveilans campak individu (Case Base Measles Surveilans atau CBMS) dimana setiap kasus campak klinis di catat secara individu dan konfirmasi laboratorium dengan pemeriksaan cerologis (IgM). Pada tahun 2013 terdapat kasus Campak sebesar 19 penderita dimana terjadi terjadi satu kali KLB Campak di wilayah kerja Puskesmas Pucuk. Jumlah kasus campak tahun 2013 ini meningkat bila dibandingka dengan tahun 2012 (1 penderita). Kasus Campak tahun 2012 dan tahun 2013 bila dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya juga lebih rendah dimana tahun 2009 ada 21 kasus, tahun 2010 ada 24 kasus dan tahun 2011 sebanyak 23 kasus. (tabel.22) GAMBAR 3.4 : PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK TAHUN Series

53 b. Difteri Difteri merupakan kasus re-emerging desease di Jawa Timur karena kasus difteri sebenarnya sudah menurun sejak Tahun 1985, namun kembali meningkat di tahun 2005 saat terjadi KLB di Kabupaten Bangkalan. Sejak saat itulah penyebaran difteri semakin luas dan mencapai puncaknya pada tahun 2012 sebanyak 955 kasus dengan 37 kematian dan tersebar di 38 Kabupaten/Kota. Kasus difteri di Jawa Timur merupakan kasus terbesar di Indonesia sebesar 74% bahkan di dunia. Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relative rendah, rendahnya kasus difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi, KLB difteri kadang-kadang masih terjadi. Tahun 2013 jumlah kasus suspek difteri sebanyak 2 penderita dengan jenis kelamin perempuan. Bila disbanding tahun 2012 kasus suspek difteri mengalami penurunan, dimana di temukan 6 penderita (4 laki-laki dan 2 perempuan). Hasil pemeriksaan specimen penderita oleh BBLK Surabaya menunjukkan hasil negative Corynebacterium Diphteriae (Tabel 21) c. Pertusis/Batuk Rejan Pertusis atau batuk rejan adalah penakit yang disebabkan oleh bakteri bardetella pertusis dengan gejala batuk beruntun disertai tarikan nafas hup (whoop) yang khas dan disertai muntah. Pada tahun 2013 di Kabupaten Lamongan tidak ditemukan kasus penyakit pertusis baik pada laki-laki maupun perempuan. (Tabel 21) d. Tetanus Neonatorum (TN) Tetanus neonatorum (TN) adalah penyakit yang disebabkan cloristidium tetani pada bayi (umur kurang dari 28 hari) yang dapat menyebabkan kematian. Penanganan kasus tetanus neonatorum tidak mudah, sehingga yang terpenting 48

54 adalah upaya pencegahan melalui pertolongan persalinan yang higienis dan imunisasi tetanus toxoid (TT) ibu hamil serta perawatan tali pusat. Surveilans yang efektif sangat penting untuk mengidentifikasi daerah dan populasi yang berisiko tinggi tetanus neonatorum (TN) dan untuk memantau dampak dari intervensi. Berdasarkan laporan surveilans kasus TN dapat diketahui bahwa jumlah kasus TN di Indonesia dari tahun terjadi penurunan. Pada tahun 2007 jumlah kasus TN sebanyak 141 naik menjadi 198 kasus TN pada tahun 2008, namun jumlah kasus TN terus menurun sampai tahun 2011 menjadi 114 kasus TN. Angka KematianTN (case fatality rate) berdasarkan persentase neonatus meninggal diantara neonatus terinfeksi tetanus dari tahun berkisar antara 48% - 61%. Namun walaupun terjadi penurun kasus dari tahun , case fatality rate TN mengalami peningkatan hingga 61% seperti dapat dilihat pada gambar 8. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh masalah tatalaksana penyakit akibat keterbatasan infrastruktur dan akses ke pelayanan kesehatan. Sumber : Ditjen P2&PL Subdit Surveilans Jumlah kasus tetanus neonatorum di Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 tidak ditemukan kasus tetanus neonatorum baik laki-laki maupun perempuan. Tetapi pada kasus tetanus non neonatorum di temukan 9 kasus yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. (Tabel 21) e. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit Acute Flaccid Paralysis (AFP) per penduduk < 15 tahun (MDG) AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan. Sedangkan Non Polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang di duga kasus Polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio. AFP Rate Non Polio dihitung berdasarkan per penduduk/populasi anak usia <15 tahun. 49

55 Ditahun 2012, angka AFP Rate Non Polio Jawa Timur sebesar 2,64. Angka ini telah mencapai target nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI sebesar minimal 2 per penduduk/populasi. Pada tahun 2013 di Kabupaten Lamongan ditemukan kasus suspect AFP sebanyak 7 kasus dari target 6 kasus. Ditemukan 1 kasus berjenis kelamin lakilaki (16,67%) dan 6 kasus berjenis kelamin perempuan (83,33%). Hasil pemeriksaan specimen faeses oleh BBLK Surabaya diperoleh hasil semua kasus negative Polio. Konsep Surveilans AFP Tujuan Surveilans AFP 1. Mengidentifikasi daerah berisiko transmisi virus-polio liar. 2. Memantau perkembangan program eradikasi polio. 3. Membuktikan Indonesia bebas polio. Strategi Surveilans AFP Menemukan kasus AFP minimal 2/ penduduk < 15 tahun Upaya penemuan : di Rumah Sakit di Puskesmas dan Masyarakat Pemeriksaan Klinis dan Laboratorium Keterlibatan ahli 50

56 Pemeriksaan Ulang 60 hari Zero Reporting Kegiatan Surveilans AFP Penemuan kasus Pelacakan Kasus Pengumpulan Spesimen Hot Case Survey Status Imunisasi Polio Nomor Epid Nomor Laboratorium Kasus AFP dan Kontak Kunjungan Ulang (KU) 60 Hari Umpan Balik dan Penyebarluasan Informasi Penemuan kasus Minimal Kasus 2/ anak dibawah 15 tahun Strategi : Surv. Aktif RS (HBS); Surv. Aktif Masyarakat (CBS) (Tabel 9) f. Hepatitis B Pada Tahun 2013, di Kabupaten Lamongan tidak ditemukan kasus penyakit Hepatitis B, akan tetapi ada kasus Hepatitis Klinis sebanyak 250 Kasus yang terdiri dari 149 orang laki-laki dan 101 orang perempuan. (tabel.22) III.5 STATUS GIZI Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator antara lain dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi Balita yang meliputi indikator gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Status gizi balita merupakan salah satu indikator MDGs yang diharapkan untuk bisa menjadi tolok ukur kebehasilan program kerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan. Status Gizi dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. 51

57 Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain : 1. Pendapatan, 2. Pendidikan, 3. Pekerjaan, 4. Budaya. Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain : 1. Usia, 2. Kondisi Fisik, 3. Infeksi. a. Persentase Bayi dengan Berat Badan lahir Rendah (BBLR) Dari laporan Puskesmas pada tahun 2013 di Kabupaten Lamongan, diketahui bahwa jumlah bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mencapai 1,27% yang diperoleh dari persentase 238 bayi dari bayi baru lahir ditimbang. Angka tertinggi adalah di Puskesmas Kalitengah dengan persentase 3,78%, dan angka terendah adalah Puskesmas Turi dengan persentase 0,13%. Kelahiran bayi prematur BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan utama dalam masyarakat dan merupakan penyebab utama kematian neonatal serta gangguan perkembangan saraf dalam jangka panjang. Usia kehamilan normal bagi manusia adalah 40 minggu. Menurut World Health Organization (WHO), usia kehamilan pada bayi yang baru lahir dikategorikan menjadi prematur, normal, dan lebih bulan. Kelahiran prematur terjadi sebelum 37 minggu usia kehamilan dan bisa dibagi dalam moderate premature atau prematur sedang, very premature atau sangat prematur,dan extremely premature atau amat sangat prematur. Berbagai faktor telah dikaitkan dengan kelahiran bayi prematur BBLR. Kurang lebih 25% dari kelahiran bayi prematur berberat badan lahir rendah terjadi tanpa adanya faktor risiko, yang menunjukkan pemahaman terbatas mengenai 6 penyebab dan patofisiologi dari masalah tersebut. Walaupun upaya telah dilakukan 52

58 untuk mengurangi dampak dari faktor risiko melalui perawatan sebelum kelahiran, insidens dari kelahiran bayi prematur BBLR belum berkurang secara signifikan. Sebagian besar kelahiran prematur terjadi tanpa diketahui penyebabnya, namun faktor risiko utama yang dikaitkan dengan prematur BBLR adalah : 1. Faktor Demografik 2. Faktor Tingkah Laku 3. Kondisi Medis Kehamilan 4. Faktor Janin 5. Polusi Udara 6. Infeksi Untuk data jumlah BBLR di Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 tercatat sebanyak 238 bayi terdiri dari laki-laki sebanyak 132 bayi atau sebesar 1,44%, perempuan sebanyak 106 bayi atau sebesar 1,13% dari bayi lahir hidup. ( Tabel 26 ) b. Persentase Balita dengan Gizi Kurang Kekurangan berat badan (BB) adalah kekurangan berat dari badan ideal sesuai tinggi badan. Penyebabnya, kebanyakan karena pola pemberian makan yang salah pada masa bayi dan balita, serta penyakit penyertanya, seperti infeks saluran napas, dan gangguan psikologis. Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah pengukuran secara anthropometric yang menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U). Jumlah balita yang ditimbang di Kabupaten Lamongan tahun 2013 adalah balita terdiri dari balita laki-laki dan balita perempuan, sedang yang BGM / Gizi Kurang sebanyak (4,13%) dari total balita ditimbang terdiri dari balita Laki-laki (4,03%) dan balita Perempuan (4,22%). Dari seluruh balita gizi kurang seluruhnya tertangani100 %. (Tabel 27) 53

59 c. Persentase Balita dengan Gizi Buruk Gizi buruk bisa dikatakan jika suatu keadaan gizi pada balita sudah pada tahap under weight atau kekurangan gizi sudah pada tingkat berat. Jumlah Balita Gizi Buruk di Kabupaten Lamongan Tahun 2013 mengalami penurunan, dan itu menandakan bahwa status gizi pada balita di Kabupaten Lamongan meningkat. Pada tahun 2013 sebanyak 397 balita terdiri dari 176 balita laki-laki (0,50%) dan 221 balita Perempuan (0,58%) yang tersebar di 33 Puskesmas di wilayah Kabupaten Lamongan sedangkan pada tahun 2012 jumlah balita gizi buruk di Kabupaten Lamongan sebesar 445 balita. (Tabel 27) 54

60 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilakukan upaya pelayanan kesehatan yang melibatkan masyarakat sebagai individu dan masyarakat sebagai bagian dari kelompok atau komunitas. Upaya kesehatan mencakup upayaupaya pelayanan kesehatan, promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, Pemberantasan Penyakit Menular, Pengendalian Penyakit Tidak menular, Penyehatan Lingkungan dan Penyediaan Sanitasi Dasar, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, Penanggulangan Bencana dan sebagainya. Upaya Kesehatan di Kabupatern Lamongan tergambar dalam uraian di bawah ini. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan. Berikut ini diuraikan gambaran situasi upaya kesehatan khususnya pada tahun IV.1 PELAYANAN KESEHATAN DASAR Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi. Di tahun 2013 Pelayanan kesehatan dasar di seluruh puskesmas di Kabupaten Lamongan dilaksanakan secara gratis, pelayanan kesehatan tersebut meliputi : IV.1.1 Cakupan Kunjungan ibu Hamil K-1 Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan kesehatan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan nifas. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelyanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit 4 kali (K4) dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan. 55

61 Pada tahun 2013 cakupan capaian K1 sebanyak (99.02%) dari total kunjungan sebesar bumil, sedangkan di. tahun 2012 di Kabupaten Lamongan capaian cakupan K1 tercatat sebanyak (98.36%). (Tabel 28) IV.1.2 Cakupan Kunjungan ibu Hamil K-4 Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup minimal : 1. Timbang badan dan ukur tinggi badan, 2. Ukur tekanan darah, 3. Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian Tetanus Toxoid, 4. Tinggi fundus uteri, 5. Pemberian tablet besi 90 selama kehamilan, 6. Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling), 7. Tes laboratorium sederhana (Hb, Protein urine) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAG, sifilis, malaria, HIV, TBC). Cakupan pelayanan K4 di Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 sebanyak (95.40%) dari seluruh ibu hamil sebanyak bumil. Capaian cakupan K4 Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 adalah 84.38%. sedangkan capaian (Tabel 28) IV.1.3 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besar terhadap Angka Kematian Ibu di Indonesia. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes) pada tahun 2012 di Jawa Timur masih sangat memprihatinkan, karena hanya 7 kabupaten/kota yang mencapai target, yaitu Kabupaten Lamongan, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Sampang Dan Kota Madiun. Persalinan oleh Tenaga kesehatan di Kabupaten Lamongan Tahun 2013 sebesar , sedangkan pada tahun 2012 cakupan linakes di Kabupaten Lamongan sebanyak (Tabel 28) 56

62 IV.1.4 Cakupan Pelayanan Nifas Masa nifas adalah masa dimana organ reproduksi mulai mengalami pemulihan untuk kembali normal dan baru pulih betul setelah tiga bulan pasca persalinan. Pasca persalinan (masa nifas) berpeluang untuk terjadinya kematian ibu maternal, sehingga perlu mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas dengan dikunjungi oleh tenaga kesehatan minimal 3 kali sejak persalinan. Pada tahun 2013 sebanyak dari seluruh ibu bersalin sebesar atau mencapai 96.73%. sedangkan cakupan pelayanan nifas di Kabupaten Lamongan pada tahun 2012 sebesar 94.61% dan (Tabel 28) Upaya pelayanan pada ibu nifas perlu ditingkatkan, khususnya pemberian vitamin A pada kurun waktu 6 jam sampai dengan 3 hari. IV.1.5 Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan tablet Fe Anemia pada ibu hamil bukan tanpa resiko. Menurut penelitian, timgginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin). Pada tahun 2013 jumlah ibu hamil yang ada sebesar orang dan yang mendapatkan pemberian tablet besi (Fe1) (90.57%) dan Fe3 sebesar (85.26%) bumil. ( Tabel 30 ) IV.1.6 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Komplikasi kebidanan merupakatan kesakitan pada ibu hamil, bersalin, dan ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya oleh bidan di desa dan puskesmas, beberapa ibu hamil di antaranya tergolong dalam kasus 57

63 resiko tinggi (risti), maka kasus tersebut memerlukan pelayanan kesehatan rujukan ke unit kesehatan yang memadai. Berdasarkan data Pemantauan Wilayah setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), 15 kabupaten/kota masih dibawah target provinsi (80%). Untuk itu perlu penguatan puskesmas PONED agar cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dapat mencapai target yang telah ditentukan. Kabupaten/kota yang belum memenuhi target pada umumnya karena kelengkapan tim PONED sudah tidak lengkap sehingga perlu dilakukan pelatihan untuk melengkapi tim PONED yang sudah tidak lengkap. Sedangkan simulasi PONED perlu untuk segera dilakukan agar tetap dapat melakukan penanganan komplikasi kebidanan. Pada tahun 2013, jumlah ibu hamil risti di Kabupaten Lamongan sebesar (91.31%). (Tabel 31) Gambar 4.1 : JUMLAH IBU HAMIL, K4, PERSALINAN NAKES, IBU HAMIL RISTI DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN IBU HAMIL KUNJ. K4 PERSALINAN OLEH NAKES IBU RISTI 58

64 IV.1.7 Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang ditangani Neonatus dengan komplikasi merupakan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian. Neonates dengan komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah <2500gr), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan congenital. Neonates dengan komplikasi yang ditangani merupakan neonates komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Pada tahun 2013 cakupan neonatus dengan komplikasi ditangani sebanyak (77.28%) yang terdiri dari bayi laki-laki sebanyak (78.78%) dan bayi perempuan sebanyak 984 (75.70%). Sedangkan cakupan neonatus dengan komplikasi ditangani di Kabupaten Lamongan pada tahun 2012 sebanyak %. (Tabel 31) IV.1.8 Cakupan pemberian Vit.A pada bayi Vitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata. Di tahun 2013 cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada bayi usia 6-11 bulan dengan jumlah total sebesar (101.41%) terdiri dari laki-laki sebanyak (93%) dan perempuan sebanyak (110.3%). (Tabel 32) IV.1.9 Cakupan pemberian Vit.A pada anak balita Sedangkan anak balita usia 1-4 tahun yang mendapat Vitamin A sebanyak 2 kali adalah sebesar (84.55%) terdiri dari laki-laki sebesar (79.09%) dan perempuan sebesar (90.29%). (Tabel 32 ) 59

65 IV.1.10 Cakupan pemberian Vit.A pada Ibu Nifas Pemberian kapsul Vitamin A pada ibu nifas memiliki manfaat penting bagi ibu dan bayi yang disusuinya. Tambahan Vitamin A melalui suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh, dan dapat melangsungkan kehidupan anak. Pada tahun 2013 tercatat ibu nifas yang mendapatkan tablet Vitamin A adalah sebesar orang dari target sasaran yang ditentukan sebesar orang atau cakupan sebesar 97.15%. (Tabel 32) IV.1.11 Persentase peserta KB Aktif menurut jenis Kontrasepsi Diketahui jumlah pasangan usia subur (PUS) pada tahun 2013 sebanyak , sedangkan yang menjadi peserta KB aktif jangka panjang (MKJP) terdiri dari : IUD sebesar 7.24%, MOP sebesar 0.23%, MOW sebesar 2.88%, IMPLAN sebesar 12.01%, dengan total seluruhnya (22.36%); sedangkan yang tergolong Non MKJP terdiri dari Suntuik sebesar 51.60%, PIL sebesar 24.35%, Kondom sebesar 1.68% dengan total keseluruhan sebesar (77.64%). (Tabel 33) IV.1.12 Persentase peserta KB Baru menurut jenis Kontrasepsi Diketahui jumlah pasangan usia subur (PUS) pada tahun 2013 sebanyak , sedangkan yang menjadi peserta KB aktif jangka panjang (MKJP) terdiri dari : IUD sebesar 5.77%, MOP sebesar 0.16%, MOW sebesar 0.96%, IMPLAN sebesar 9.86%, dengan total seluruhnya (16.76%); sedangkan yang tergolong Non MKJP terdiri dari Suntik sebesar 50.75%, PIL sebesar 28.26%, Kondom sebesar 4.24% dengan total keseluruhan sebesar (83.24%). (Tabel 34) IV.1.13 Persentase peserta KB Baru Diketahui jumlah pasangan usia subur (PUS) pada tahun 2013 sebanyak , sedangkan yang menjadi peserta KB baru sebesar 60

66 (10.84%), dengan cakupan tertinggi Puskesmas Karangbinangun yaitu sebesar %. dan cakupan terendah Puskesmas Moropelang yaitu 5.93%. (Tabel 35) IV.1.14 Persentase peserta KB Aktif Jumlah pasangan usia subur (PUS) pada tahun 2013 sebanyak , sedangkan yang menjadi peserta KB aktif sebesar (65.57%), dengan cakupan tertinggi Puskesmas Kembangbahu yaitu sebesar 83.41%. dan cakupan terendah Puskesmas Paciran yaitu 42.72%. (Tabel 35) GAMBAR 4.2 : JENIS ALAT KONTRASEPSI YANG DIGUNAKAN TAHUN suntik pil implant iud mop/mow kondom IV.1.15 Cakupan Kunjungan Neonatus Kunjungan Neonatus (KN) adalah kunjungan yang dilakukan oleh petugas kesehatan kerumah ibu bersalin untuk memantau dan memberi pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayinya. Cakupan Kunjungan Neonatal (KN) Lengkap sebagai salah satu program Kesehatan Anak juga memiliki kasus yang sama dengan indikator-indikator program Kesehatan Ibu terkait perubahan sasaran. Perubahan sasaran bayi pada tahun 2012 berimplikasi terhadap 61

67 menurunnya cakupan KN Lengkap di beberapa kabupaten/kota. Dari 38 kbabupaten/kota yang ada di Jawa Timur, hanya 8 kabupaten/kota yang memiliki nilai diatas target yang ditentukan (95%). Adapun angka cakupan KN Lengap Provinsi Jawa Timur mencapai 94.66%. Bila dilihat menurut data dari seluruh puskesmas di Kabupaten Lamongan pada tahun 2013, dengan cakupan Kunjungan Neonatus 1 kali (KN1) sebesar 98.90% dengan cakupan tertinggi adalah Puskesmas Maduran dengan cakupan sebesar % dan puskesmas dengan cakupan KN1 terendah adalah puskesmas Ngimbang yang terdiri dari laki-laki sebesar 97.92% dan perempuan sebesar 71.65%, sedangkan untuk cakupan Kunjungan Neonatus 3 kali (KN lengkap) sebesar 97.33% terdiri dari laki-laki sebesar 98.40% dan perempuan sebesar 96.20% dengan cakupan tertinggi adalah Puskesmas Sumberaji dengan cakupan sebesar %, sedangkan cakupan Kunjungan Neonatus lengkap terendah adalah Puskesmas Sugio dengan cakupan KN3 hanya mencapai 83.74%. ( Tabel 36 ) IV.1.16 Cakupan Kunjungan Bayi Kunjungan bayi adalah bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan paling sedikit 4 kali diluar kunjungan neonatus (setelah umur 28 hari). Cakupan (kunjungan) bayi Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 mencapai 94.10%, dimana 12 kaabupaten/kota belum mencapai target yang ditentukan, yakni 90%. Bagi kabupaten/kota yang belum mencapai target perlu dilakukan upaya peningkatan pelayanan yang berkualitas pada bayi paripurna yang sudah mendapatkan ASI eksklusif, vitamin A serta pelayanan lainnya. Hasil pengumpulan data/indikator kinerja Profil bidang kesehatan menunjukkan cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Lamongan pada tahun 2012 mencapai (95.3%), sedangkan data cakupan kunjungan bayi pada tahun 2013 mencapai (97.38%) ( Laki : 97.07%, Perempuan : 97.72% ), dari bayi yang ada ( Laki 62

68 : Perempuan : 8.666). Namun data ini belum mencakup semua kunjungan bayi yang tercatat di sarana pelayanan kesehatan swasta. (Tabel 37) Gambar 4.3 : JUMLAH BAYI, KUNJUNGAN BAYI DAN KN3 DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN JML BAYI KUNJ. BAYI KUNJ. KN3 IV.1.17 Cakupan Desa / Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Desa/Kelurahan Universal Child Imunization adalah desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap pada satu kurun waktu tertentu. Bila UCI dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut dapat digambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap penularan PD3I. Cakupan desa/kelurahan UCI di Jawa Timur tahun 2012 sebesar 73,02%. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 yakni 54,62%. Pada tahun 2013 dilaporkan puskesmas yang telah mencapai desa/kelurahan UCI sebesar 440 (92.83%) dari 474 desa/kelurahan yang ada. Hal ini mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2012 yaitu 97,68%. Hal ini dikarenakan kriteria penilaiannya berbeda dengan tahun yang lalu. (Tabel 38) 63

69 V.1.18 Persentase Cakupan imunisasi Bayi Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT+ HB (3 kali), Polio ( 4 kali ), Hepatitis B ( 3 kali ) dan Campak ( 1 kali ), yang dilakukan melalui pelayanan rutin di posyandu dan fasilitas pelayanan kesehatan lainya. Cakupan imunisasi BCG sebesar (110.90%) terdiri dari ( Laki : %, Perempuan : %), DPT 1 sebesar (114.60%) terdiri dari ( Laki : %, Perempuan : %), DPT3 sebesar (115.75%) terdiri dari (Laki : %, Perempuan : % ), Polio 3 sebesar (116.22%) terdiri dari (Laki : %, Perempuan : %), Campak sebesar (116.22%) terdiri dari ( Laki : %, Perempuan : %). Jika dilihat dari cakupan yang ada, melebihi 100%. Hal ini disebabkan oleh target sasaran yang ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten lebih kecil dibandingkan dengan kondisi sasaran yang ada di desa. (Tabel 39 dan 40) Gambar 4.4 : IMUNISASI BAYI DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN BCG DPT1 DPT3 POLIO3 CAMPAK IV.1.19 Persentase Bayi yang mendapat ASI Ekslusif Air Susu Ibu (ASI) adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan padat. ASI diyakini dan bahkan 64

70 terbukti memberi manfaat bagi bayi baik dari sisi / aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologik ( interaksi dan kasih sayang antara anak dan ibu ), aspek kecerdasan, aspek neurologik (aktifitas menyerap ASI bermanfaat di Jawa Timur 2012 saat pada koordinasi syaraf bayi), aspek ekonomi serta aspek penundaan kehamilan. Berdasarkan data dari kabupaten/kota diketahui bahwa cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Jawa Timur tahun 2012 sebesar 64.08%. cakupan tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 (61.52%). Di Kabupaten Lamongan pada tahun 2012 jumlah bayi yang diberikan ASI Eksklusif sebesar 37.82%. Sedangkan jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif pada tahun 2013 sebesar bayi (85.81%) terdiri dari (Laki : 5.533, Perempuan : 5.325) dari seluruh jumlah bayi sebesar bayi terdiri dari (Laki : 6.450, Perempuan : 6.204). (Tabel 41) IV.1.20 Cakupan pemberian Makanan pendamping ASI pada anak usia 6 23 bulan keluarga miskin Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dalam hal ini masalah pertumbuhan Balita usia 6-23 bulan pada keluarga Miskin, pemerintah berusaha untuk membantu dalam pemberian makanan tambahan pendamping ASI (PMT-ASI) guna pemenuhan kebutuhan gizinya. Sekarang ini jumlah balita usia 6-23 bulan keluarga miskin sebanyak 341, terdiri dari Laki : 136, Perempuan : 205. Sedangkan dari keseluruhan tersebut yang mendapat MP-ASI sebanyak 309 (90.58%) terdiri dari laki-laki sebesar 124 (90.58%) dan perempuan sebesar 185 (90.58%). (Tabel 42) IV.1.21 Jumlah Balita ditimbang Partisipasi masyarakat dalam perbaikan gizi bagi balita dapat ditunjukkan dari indicator jumlah balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran balita (D/S). tahun 2012, di Jawa Timur angka D/S tercatat 65

71 sebesar 72.36%. pencapaian ini sedikit lebih rendah dibanding dengan pencapaian tahun 2011 sebesar 74.72%. Upaya pemantauan terhadap pertumbuhan balita dilakukan melalui kegiatan penimbangan di posyandu secara rutin setiap bulan. Hasil dari pengumpulan data di seluruh puskesmas di Kabupaten Lamongan Tahun 2013, jumlah balita yang ada sebanyak , balita yang ditimbang sebanyak (82.33%) terdiri dari (Laki : 77.6%, Perempuan : 87.3%), dengan hasil penimbangan jumlah balita dengan berat badan naik sebanyak (82.74 %) terdiri dari (Laki : 82.5%, Perempuan : 83%). Sementara itu balita dengan bawah garis merah (BGM) sebesar 397 (0.54%) terdiri dari (Laki : 0.5%, Perempuan : 0.6%), dan hal itu menunjukkan hasil peningkatan kualitas kesehatan yang signifikan dibandingkan dengan cakupan BGM tahun 2012 sebesar 0.70%. (Tabel 44) Gambar 4.5 : JUMLAH BAYI, JUMLAH BALITA, BALITA BGM TAHUN JML BAYI JML BALITA BALITA BGM IV.1.22 Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan Kejadian gizi buruk perlu dideteksi sacara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang balita di Posyandu, dilanjutkan dengan pemantauan status gizi 66

72 Untuk menekan kematian bayi atau balita, dan menurunkan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pemerintah menetapkan target bahwa semua balita gizi buruk dirawat. Penanganan dan pemulihan balita gizi buruk dapat dilakukan secara rawat inap dan rawat jalan. Selama ini pemulihan balita gizi buruk dilakukan dengan rawat inap di fasilitas kesehatan, tanpa pemisahan penderita yang disertai komplikasi ataupun yang tidak disertai komplikasi. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya antara lain cakupan balita yang ditemukan dan dirujuk masih rendah, lamanya masa perawatan yang mengakibatkan perawatan tidak tuntas karena umumnya pulang paksa. Untuk mengatasi kendala tersebut, penderita gizi buruk tanpa Komplikasi dapat dirawat di rumah secara rawat jalan. Penanganan rawat jalan dilakukan berupa Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM) di rumah tangga yang dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa penemuan penderita gizi buruk secara dini dan ditangani secara tepat maka tingkat keberhasilan penatalaksanaannya akan tinggi. Upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terutama masalah cakupan balita Gizi Buruk yang mendapat perawatan di kabupaten Lamongan berkerja sama dengan UPT Puskesmas yang ada untuk memberikan penanganan berupa pelayanan pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan Konseling pada anak balita gizi buruk yang ada di wilayahnya. Cakupan Gizi Buruk pada tahun 2013 yang ada di kabupaten Lamongan sebanyak 347 kasus terdiri dari Laki : 148, Perempuan : 199. Dan dari seluruh kasus balita gizi buruk tersebut semuanya tertangani dan mendapat perawatan. Untuk cakupan kasus balita gizi buruk tertinggi ada di UPT Puskesmas Babat sebanyak 31 kasus terdiri dari Laki : 12 kasus dan Perempuan : 19 kasus. (tabel 45) IV.1.23 Cakupan pelayanan anak Balita Dari 38 kabupaten/kota se Jawa Timur, hanya 6 (enam) kabupaten/kota yang mencapai target 83%. Begitu juga dengan angka 67

73 capaian cakupan Provinsi Jawa Timur (70.34%)yang masih dibawah target yang telah ditentukan. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak balita setiap anak usia bulan dilaksanakan melalui Pelayanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali pertahun ( setiap 6 bulan ) dan tercatat pada kohort anak balita dan prasekolah atau pencatatan pelaporan lainnya misalnya pencatatan yang ada di Posyandu. Pada tahun 2013 cakupan pelayanan anak balita di Kabupaten Lamongan sebanyak anak balita terdiri dari Laki : 86.36%, Perempuan : 79.15% anak balita. (tabel 43) IV.1.24 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD setingkat Program kesehatan anak usia sekolah, khususnya pada penjaringan kesehatan SD dan sederajat terdapat 30 kabupaten/kota yang mencapai target provinsi, yakni sebesar 100%. Kabupaten/kota dimaksud telah melaksanakan pemeriksaan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih atau guru Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) atau dokter kecil.salah satu penyebab tidak tercapainya target bagi 8 kabupaten/kota di Jawa Timur adalah karena pengelola kesehatan anak usia sekolah atau UKS di kabupaten/kota ataupun di puskesmas sering diganti/dimutasi, serta karena system pencatatan dan pelaporan program kesehatan anak usia sekolah secara berjenjang belum berjalan optimal. Sedangkan data penjaringan yang di peroleh pada tahun 2013 di Kabupaten Lamongan sebesar siswa terdiri Laki-laki sebesar siswa (100%), Perempuan sebesar (100%) dari siswa yang ada di Kabupaten Lamongan atau mencapai 100%. (Tabel 46) 68

74 IV.1.25 Cakupan pelayanan kesehatan siswa SD setingkat Pelayanan kesehatan pada kelompok anak pra sekolah, usia sekolah dan remaja dilakukan dengan pelaksanaan pemantauan dini terhadap tumbuh kembang dan pemantauan kesehatan anak pra sekolah, pemeriksaan anak sekolah dasar / sederajat, serta pelayanan kesehatan pada remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun peran serta tenaga terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS dan dokter kecil. Program kesehatan anak usia sekolah pada pelayanan anak SD dan sederajat terdapat 20 kabupaten/kota yang memiliki angka cakupan dibawah cakupan provinsi (yakni sebesar 48.46%). Hal ini disebabkan karena program kesehatan anak usia sekolah pada pelayanan kesehatan (pemeriksaan kesehatan berkala) pada siswa SD dan sederajat masih belum menjadi prioritas sehingga belum atau tidak adanya anggaran untuk kegiatan dimaksud. Serta juga dikarenakan sering adanya mutasi bagi pengelola program kesehatan anak usia sekolah/uks di kabupaten/kota dan puskesmas. Dari hasil laporan yang terkumpul menunjukkan bahwa cakupan deteksi tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah pada tahun 2013 di Kabupaten Lamongan sebesar terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan. Sementara murid SD dan setingkat yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar siswa atau mencapai 100% yang terdiri dari laki-laki sebesar siswa (100%), Perempuan sebesar (100%) dari siswa yang ada. Dalam pelayanan kesehatan kelompok balita dan anak pra sekolah selama tahun 2013, puskesmas dengan cakupan tertinggi adalah Puskesmas Lamongan dengan jumlah siswa terdiri dari 702 siswa laki-laki dan 629 siswa perempuan, dan cakupan terendah puskesmas Sukorame sebesar 216 siswa yang terdiri dari 107 siswa laki-laki dan 109 siswa perempuan. (Tabel 47) 69

75 IV.1.26 Cakupan pelayanan kesehatan Usila Cakupan pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan usia lanjut pada tahun 2013 di Kabupaten Lamongan sebesar (66,59%) dari seluruh jumlah pra usia lanjut dan usia lanjut sebesar orang, yang terdiri dari laki-laki (66.48%) dan perempuam (66.70%). (Tabel 48) Gambar 4.6 : JUMLAH PRA USILA DAN USIA LANJUT DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN PRA LANSIA dan LANSIA DILAYANI KES IV.1.27 Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 Cakupan pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan pelayanan kesehatan (RS) di Kabupaten Lamongan sebesar 97.67%. dari keseluruhan untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 49. IV.2 PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR Upaya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan surveylens epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini yang selanjutnya dengan penanganan secara tepat melalui pengobatan penderita. Selain itu juga bisa dilakukan upaya lain dengan cara pemberian imunisasi, upaya pengurangan faktor resiko melalui kegiatan untuk 70

76 meningkatkan kualitas lingkungan serta peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan penyakit menular yang dilakukan melalui berbagai kegiatan. IV.2.1 Jumlah penderita dan kematian pada KLB Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Kesiagaan Dinas Kesehatan dalam menangani KLB di wilayahnya membutuhkan kerja sama lintas sektor untuk menjangka pelayanan kesehatan yang terkena KLB di daerahnya, sehingga pelayan kesehatan dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat sasaran. Pada tahun 2013, di Kabupaten Lamongan terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) sebanyak 16 KLB yang terjadi di 21 Desa. KLB tersebut terjadi dalam kasus AFP terjadi di 6 desa, Keracunan makanan terjadi di 2 desa, Difteri terjadi di 2 desa, Campak terjadi di 1 desa, Hepatitis terjadi di 9 desa dan DBD yang terjadi di 1 desa. (Tabel 50) IV.2.2 Pemberantasan Penyakit Polio Polio (Poliomielitis) adalah infeksi virus yang sangat menular dan kadang berakibat fatal. Infeksi virus ini mempengaruhi saraf dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang menetap, kelumpuhan, dan gejala-gejala lainnya. Seperti tahun-tahun sebelumnya di Kabupaten Lamongan tidak pernah terjadi kasus Polio. (Tabel 20) IV.2.3 Pemberantasan TB Paru Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Kuman Tuberculosis (Mycobacterium Tuberculosa) yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien 71

77 Tuberculosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernafas. (Widoyono, 2008) Berdasarkan data kompilasi dari puskesmas yang bersumber dari Subdin P2MPL Dinas Kesehatan Lamongan, sepanjang tahun 2013 terdapat kasus baru TB yang terdiri dari 621 orang laki-laki dan 437 orang perempuan. (Tabel 10) IV.2.4 Pemberantasan Penyakit ISPA Salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernaffasan Akut). Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan ringan. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. ISPA yang berlanjut menjadi Pneumonia (radanag paru-paru) sering terjadi pada anak-anak terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak sehat. Jumlah balita penderita pneumonia di Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 yang dilaporkan sebanyak anak, dan seluruhnya di tangani. dari perkiraan jumlah penderita. (Tabel 13) IV.2.5 Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS dan PMS Perkembangan penyakit AIDS di Kabupaten Lamongan tahun 2013 sebanyak 135 orang terdiri dari 75 orang laki-laki dan 60 orang perempuan. Untuk kasus HIV sebanyak 59 kasus terdiri dari 32 orang laki-laki dan 27 orang perempuan sedangkan kasus IMS tidak ditemukan penderita baru. Kematian penderita AIDS tahun 2013 sebanyak 28 orang yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Sedangkan tahun 2012 ditemukan kasusaids 89 orang terdiri dari 50 laki-laki dan 39 perempuan. Untuk penderita IMS sebanyak 39 orang terdiri dari 29 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Kematian penderita AIDS tahun 2012 sebanyak 38orang terdiri dari 25 orang laki-laki dan 13 orang perempuan, sedangkan di 72

78 tahun 2013 kematian sebanyak 20 orang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Dari analisa data diatas bisa kami sampaikan bahwa semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat untuk lbih memahami betapa resiko perilaku seksual bebas dan menurunnya penyalahgunaan NAPZA melalui suntukan secara stimulant. (Tabel 14) IV.2.6 Pemberantasa Penyakit DBD Jumlah kasus DBD di Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 terdapat 644 kasus (53.64 per penduduk) terdiri dari laki-laki sebanyak 317 (54.47 per penduduk) dan perempuan sebanyak 327 (52.86 per penduduk ) sedangkan yang ditangani 644 (100%). Dari kasus DBD yang ada di tahun 2013 terjadi kematian sebanyak 2 orang laki-laki. (Tabel 23) IV.2.7 Pemberantasa Penyakit Malaria Pada tahun 2012 penemuan penderita Malaria sebanyak 7 kasus sedangkan yang meninggal sebanyak 1 kasus untuk Angka Paracite Insidence (API) Malaria Jawa Timur mencapai 0,12 per penduduk beresiko. Sedangkan tahun 2013 kasus Malaria yang diketemukan sebanyak 12 kasus, untuk tahun 2013 tidak diketemukan kasus yang meninggal. Perlu diketahui bahwa kasus yang ada di Kabupaten Lamongan adalah kasus import dan tidak ditemukan kasus indegieus, untuk angka API tahun 2013 Malaria Jawa Timur 0,6 per penduduk beresiko. (Tabel 24) IV.2.8 Pemberantasan Penyakit Kusta Penyakit kusta merupakakn suatu penyakit menular menahun yang menyerang kulit dan susunan saraf tepi, sering dapat menimbulkan reaksi akut (ekserbasi) dan dapat menimbulkan cacat bila tidak diobati sewaktu penyakit dalam stadium dini. 73

79 Di Kabupaten Lamongan masih banyak menyimpan kantongkantong kusta yang kebanyakan berada di kawasan pantai utara. Penderita kusta type PB sebanyak 25 orang yang terdiri dari 17 Lakilaki dan 8 perempuan dan type MB sebanyak 140 orang yang terdiri dari 96 laki-laki dan 44 permpuan. (Tabel 17) IV.2.9 Pemberantasa Penyakit Filariasis Filariasis adalah penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin. Sementara kasus penyakit Filariasis di Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 di temukan sebanyak 56 kasus terdiri dari laki-laki sebanyak 27 orang dan perempuan sebanyak 29 orang. (Tabel 25) IV.3 Jumlah kegiatan penyuluhan kesehatan Upaya peningkatan kegiatan promotif dalam bidang penyuluhan Dinas Kesehatan dilakukan dengan sasaran massal, seperti pameran, pemutaran film, melalui media massa (cetak dan elektronik). Pada tahun 2013 pencapaian jumlah kegiatan penyuluhan kesehatan di Dinas Kesehatan sebanyak 58 kali. (Tabel 54) IV.3.1 Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut seharusnya dilakukan sejak dini. Usia sekolah dasar merupakan saat tepat untuk dilakukan upaya keshatan gigi dan mulut, karena pada usia tersebut merupakan awal tumbuh kembangnya gigi permanen. Kelompok usia ini juga paling beresiko mengalami kerusakan gigi. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk upaya promotif, preventif, dan kuratif sederhana seperti pencabutan gigi tetap, pengobatan, dan penambalan sementara yang 74

80 dilakukan di sarana pelayanan kesehatan pada tahun 2013 di Kabupaten Lamongan. Dari Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) melalui Promotif dan Preventif, dari seluruh jumlah murid SD/MI siswaterdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan. Sedangkan SD/MI yang mendapat pelayanan gigi sebanyak dan murid yang diperiksa sebanyak anak SD dan setingkatnya. (Tabel 52) IV.4 Akses Dan Mutu Pelayanan Kesehatan Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat yaitu hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan juga harus dipandang sebagai suatu investasi dalam kaitannya untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Untuk meningkatkan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan dalam hal ini Dinas Kesehatan berkerja sama dengan UPT Puskesmas untuk mencapai cakupan pelayanan kesehatan. IV.4.1 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Untuk mencapai derajat kesehatan secara paripurna di masyarakat maka pemerintah memberlakukan program JAMKESMAS di setiap daerah. Suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan, berkesinambungan, dengan mutu yang terjamin dan biaya yang terkendali dengan melalui program JAMKESMAS. Pada tahun 2013 pencapaian cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar sebanyak (89.84%) terdiri dari Laki-laki dan Perempuan. (Tabel 55) 75

81 IV.4.2 Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Masyarakat Miskin (dan hampir miskin) Dalam meningkatkan pelayanan kesehatan rawat jalan masyarakat miskin, Pemerintah memberikan pelayanan kesehatan rawat jalan untuk masyarakat miskin di fasilitas kesehatan timgkat pertama di wilayah kerja masing-masing. Sedangkan untuk cakupan masyarakat miskin di Kabupaten Lamongan adalah jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dan masyarakat miskin yang mendapat pelayanan kesehatan dasar di Sarana kesehatan tingkat pertama sebanyak yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. (Tabel 56) IV.4.3 Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Masyarakat Miskin (dan hampir miskin) Untuk meningkatkan pelayanan fasilitas kesehatan di Puskesmas perawatan atau pelayanan dasar Yingkat I, maka pelayanan di bidang kesehatan harus ditingkatkan, terutama pelayanan Rawat Inap di sarana kesehatan Tingkat I dan dari hasil data cakupan Pelayana Kesehatan Rawat Inap masyarakat miskin di Sarana Kesehatan tingkat pertama pada tahun 2013 tercatat sebanyak orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. (Tabel 57) IV.5 INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit (RS) antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta dengan rasio terhadap jumlah penduduk. Jumlah seluruh RS di Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 sebanyak 10 buah dengan rincian RSUD sebanyak 2 buah yaitu RSUD. Dr. Soegiri Lamongan dan RSUD. Ngimbang, RS Khusus ada 2 buah yang terdiri dari RS Ibu dan Anak Fatimah Lamongan dan RS Bedah Mitra Sehat Lamongan, RS 76

82 Swasta ada 6 buah yaitu RSM Lamongan, RSM Babat, RSI Nasrul Ummah Lamongan, RS. dr. SUYUDI Paciran, dam RS Citra Medika Lamongan, RS KH. Abdurrahman Syamsuri Lamongan. (Tabel 60) IV.6 PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR IV.6.1 Persentase Rumah Sehat Rumah bagi manusia memiliki arti sebagai tempat untuk melepas lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kegiatan seharihari, sebagai tempat bergaul dengan keluarga, sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya, sebagai lambang dari status sosial, tempat menyimpan kekayaan. Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Dari kompilasi data yang dikumpulkan melalui Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan Tahun 2013, prosentase rumah sehat sebesar dari rumah yang diperiksa. Atau rumah sehat sebesar 71.01% dari seluruh rumah yang ada sebanyak Dari data tersebut, cakupan terendah adalah Puskesmas Tikung sebesar 49.11%, sedangkan cakupan tertinggi adalah Puskesmas Sugio sebesar 99.29%. (Tabel 62) IV.6.2 Persentase Rumah/Bangunan yang diperiksa Jentik Nyamuk Aedes Persentase rumah/bangunan bebas jentik Nyamuk Aedes di Kabupaten Lamongan tahun 2013 sebesar 89.23% dari rumah/bangunan yang diperiksa sebanyak Sedangkan rumah/bangunan yang diperiksa sebesar 32.79% dari jumlah rumah/bangunan yang ada sebesar rumah. (Tabel 63) 77

83 IV.6.3 Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan Air bersih merupakan salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi (mandi, cuci, dan lain-lain), dan Sumber Air Bersih adalah sungai, curah hujan, air pemukiman dan air bawah tanah. Akibat ketiadaan air bersih dapat menyebabkan penyakit diare, kecacingan, dll. Pada 64 jenis sarana air bersih terdiri dari kemasan, ledeng, SPT, SGL, Mata Air, PAH, dan lainnya. Jadi untuk mendapatkan jumlah sarana air bersihdilakukan penambahan antaraair kemasan, Air Ledeng, SPT, SGL, Mata Air, PAH, dan lainnya. Sehingga persentase akses air bersih didapatkan dari jumlah jenis sarana air bersih di suatu wilayah tertentu pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah KK yang ada di wilayah dan pada kurun waktu yang sama dikali 100% adalah (68.95%). (Tabel 64) IV.6.4 Persentase Keluarga dengan kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Pengelolaan Air Limbah Sehat adalah tempat pembuangan air limbah keluarga yang konstruksinya memenuhi syarat-syarat kesehatan (ketentuan program). Air Limbah, air kotoran atau air bekas adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan. Jumlah keluarga yang diperiksa adalah jumlah keluarga yang diperiksa pada tahun berjalan di wilayah kerja Puskesmas Tahun 2013 yang diperiksa sejumlah (44.99%). Jumlah keluarga memiliki adalah jumlah keluarga yang memiliki tahun sebelumnya ditambah jumlah keluarga memiliki tahun berjalan adalah (101.22%). Jadi persentase pengelolaan air limbah sehat adalah jumlah pengelolaan air limbah sehat di suatu wilayah pada periode tertentu 78

84 dibagi jumlah keluarga yang memiliki pengelolaan air limbah di wilayah dan pada periode yang sama dikali 100 adalah (79.00%). (Tabel 66) IV.6.5 Persentase Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengelolaan Makanan (TPUM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang, dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. TUPM meliputi hotel, restoran, pasar dan lain-lain. Sedangkan TUPM sehat adalah tempat umum dan tempat pengelolaan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai ( luas ruangan) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai. Data yang diperoleh dari rekapitulasi laporan bulanan UPT Puskesmas pada tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah hotel yang ada maupun yang diperiksa sebanyak 8 buah dan kesemuanya memenuhi syarat (100%), Restoran/Rumah Makan ada sebanyak 265 buah dan yang diperiksa sebanyak 194 buah, sedangkan yang memenuhi syarat sebanyak 130 (49.06%); Pasar ada sebanyak 69 buah dan yang diperiksa ada 60 dan yang memenuhi sayarat sebanyak 48 (69.57%). (Tabel 67) 79

85 Gambar : 4.7 TUPM YANG DIPERIKSA DAN YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN YANG ADA YANG DIPERIKSA MEMENUHI SYARAT Untuk TUPM yang ada sebanyak buah sedangkan yang diperiksa sebanyak TUPM yang sehat (51.34%) dari TUPM yang ada. (Tabel 67) IV.6.6 Persentase Institusi dibina Kesehatan Lingkungan Untuk mengetahui pencapaian persentase institusi dibina kesehatan lingkungan per unit kerja yang dalam memberikan pelayanan/jasa potensial menimbulkan risiko/dampak kesehatan ; mencakup RS, Puskesmas, sekolah, instalasi pengolahan air minum, perkantoran, industri rumah tangga, dan industri kecil serta tempat penampungan pengunsi. Pada tahun 2013 pencapaiannya Sarana pelayanan kesehatan : 100%, Instalasi pengolahan minum : 100%, Sarana pendidikan : 100%. Sarana ibadah : 82.27%, Perkantoran : 92.49%, Jumlah keseluruhan yang mendapat binaan kesehatan lingkungan : 95.8%. (Tabel 68) IV.6.7 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Rumah tangga ber-phbs adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu mempraktikkan 80

86 PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko Rumah Tangga Ber- PHBS, yang meliputi 10 indikator, yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI eksklusif, balita ditimbang setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, membrantas jentik di rumah sekali seminggu, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah. Apabila dalam rumah tangga tersebut tidak ada ibu yang melahirkan, tidak ada bayi dan tidak ada balita, maka pengertian rumah tangga ber- PHBS adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator. Pada tahun 2013 pencapaian Rumah Tangga Ber-PHBS sebanyak (59.27%) dari Rumah Tangga yang ada. (Tabel 61) 81

87 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Sumber daya kesehatan merupakan salah satu pendukung di salah satu level pelayanan kesehatan. Dan dengan terpenuhinya sumber daya kesehatan, diharapkan juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sehingga derajat kesehatan masyarakat akan terjaga. Gambaran mngenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan dalam sajian dan informasi mengenai sarana kesehatan dan tenaga kesehatan SARANA KESEHATAN Penyediaan sarana kesehatan melalui Rumah sakit, Puskesmas, Sarana Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) dan institusi pendidikan tenaga kesehatan yang diharapkan dapat menjangkau masyarakat terutama masyarakat di pedesaan agar mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mudah dan bermutu. Adapun kondisi sarana kesehatan di Kabuoaten Lamongan pada Tahun 2013 dapat digambarkan sebagai berikut Puskesmas Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan sampai ditingkat kecamatan. Sampai dengan tahun 2012, jumlah Puskesmas di Provinsi Jawa Timur sebanyak 960 unit yang terdiri dari 501 Puskesmas Perawatan dan 459 Puskesmas non Perawatan yang tersebar di 622 kecamatan. Puskesmas di Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 berjumlah 33 buah, puskesmas dengan perawatan sebanyak 32 buah dan 1 buah non perawatan. Rasio Puskesmas terhadap jumlah penduduk adalah 1 : , dengan pengertian bahwa 1 (satu) Puskesmas melayani penduduk. Dengan jumlah tersebut berarti 1 puskesmas rata-rata melayani sebanyak jiwa. 82

88 Sedangkan jumlah puskesmas pembantu pada tahun 2013 sebanyak 108 buah. Selain itu, dalam menjalankan tugas operasionalnya didukung oleh puskesmas keliling sejumlah 67 buah. (Tabel 70) Rumah Sakit Rumah sakit sebagai salah satu penyelenggara kesehatan telah mengalami banyak kemajuan, di mana salah satunya dapat dilihat dari jumlah rumah sakit yang semakin bertambah. Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit (RS) antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta dengan rasio terhadap jumlah penduduk. Jumlah seluruh RS di Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 sebanyak 10 buah dengan rincian RSUD sebanyak 2 buah, RS Khusus sebanyak 2 buah dan RS Swasta 6 buah. (Tabel 70) Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan. Data yang berhasil dikumpulkan tahun 2013 adalah jumlah apotik di Kabupaten Lamongan sebanyak 72 buah, gudang farmasi kabupaten / kota sebanyak 1 unit. Sementara itu, Toko Obat 3 buah. (Tabel 70) Sarana Kesehatan Bersumber daya Masyarakat Upaya Kesehatan Bersumberdaya Kesehatan (UKBM) adalah suatu upaya kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Upaya kesehatan bersumber daya 83

89 masyarakat (UKBM) diantaranya adalah posyandu, polindes, Pos Obat Desa (POD). Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal oleh masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penaggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata, yaitu posyandu pratama, posyandu madya, posyandu purnama dan posyandu mandiri. Jumlah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Jawa Timur tahun 2010 sampai dengan 2012 menunjukkan kenaikan, akan tetapi tidak menunjukkan perubahan yang mencolok. Pada tahun 2012 jumlah balita sebanyak jiwa, sedangkan jumlah Posyandu yang ada sebanyak posyandu. Sedangkan di Kabupaten Lamongan menurut hasil kompilasi dari Profil Kesehatan tahun 2013, bahwa jumlah seluruh posyandu yang ada sebanyak pos, dengan rincian posyandu pratama 94 buah (5.42%), posyandu madya 430 buah (24.78%), posyandu purnama buah (61.90%), dan posyandu mandiri 137 buah (7.90%). (Tabel 72) Gambar 5.1 : JUMLAH POSYANDU DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 MANDIRI 8% PRATAMA 5% MADYA 25% PURNAMA 62% 84

90 Poskesdes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan dan palayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana. Pada tahun 2013 jumlah Poskesdes di Kabupaten Lamongan berjumlah 474 buah. (Tabel 73) 5.2. TENAGA KESEHATAN Sumber daya manusia khususnya tenaga kesehatan merupakan faktor penggerak utama dalam mencapai tujuan dan keberhasilan program pembangunan kesehatan. Peningkatan kualitas SDM Kesehatan dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan. Sebagaimana diketahui bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan tidak hanya dilakukan pemerintah, tapi juga diselenggarakan oleh swasta. Oleh karena itu gambaran situasi ketersediaan tenaga kesehatan baik yang disektor pemerintah maupun swasta perlu diketahui. Data ketenagaan ini diperoleh dari hasil pengumpulan data oleh Sub Bagian Program. Data yang dapat dikumpulkan meliputi data jumlah dan jenis sumber daya manusia kesehatan yang ada pada Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum, Puskesmas, RS, RB, BP Swasta pada tahun Jumlah dan jenis sumber daya kesehatan di Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 berdasar pada pendidikan kesehatan maupun profesi terdiri dari : Dokter Spesialis sebanyak 68 yang tersebar di puskesmas (1 orang) dan Rumah sakit (67 orang), Dokter Umum sebanyak 94 orang yang tersebar di Puskesmas sebanyak 37 orang dan Rumah Sakit 55 orang dan di Dinas Kesehatan sebanyak 2 orang dengan, Dokter Gigi sebanyak 37 orang yang tersebar di Puskesmas sebanyak 28 orang dan Rumah Sakit 6 orang dan di Dinas Kesehatan sebanyak 3 orang, Bidan di Puskesmas sebanyak 346 orang sedangkan d Rumah Sakit sebanyak 76 orang, Dinas Kesehatan sebanyak 5 orang, Perawat 250 orang di Puskesmas sedangkan di Rumah Sakit sebanyak 477 orang dan di Dinas Kesehatan nihil, Tenaga Kefarmasian di Puskesmas sebanyak 8 orang dan di Rumah Sakit sebanyak 50 orang dan di Dinas 85

91 Kesehatan nihil, Tenaga Gizi di Puskesmas sebanyak 19 orang, di Rumah Sakit 8 orang dan di Dinas Kesehatan nihil, Tenaga Kesehatan Masyarakat di Puskesmas 1 orang, di Rumah Sakit 6 orang dan di Dinas Kesehatan nihil, Tenaga Sanitasi di Puskesmas sebanyak 10, di Rumah sakit nihil dan di Dinas Kesehatan nihil, Tenaga Teknisi Medis di Puskesmas ada 13 orang, di Rumah Sakit 57 orang dan di Dinas Kesehatan nihil, Tenaga Fisoteraphi di Puskesmas nihil, di Rumah Sakit 5 orang, dan di Dinas Kesehatan nihil Jumlah dan Rasio Tenaga Medis (dokter umum, spesialis, dokter gigi) di Sarana Kesehatan Untuk memenuhi kebutuhan tenaga medis yang ada di kabupaten Lamongan pada tahun 2013 di perkirakan sebanyak 160 dokter dengan rasio kebutuhannya tenaga medis sebesar per penduduk. Sehingga kebutuhan medis di setiap UPT Puskesmas dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhannya dan pelayanan kesehatan dapat lebih ditingkatkan sesuai harapan masyarakat. (Tabel 74) Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan (bidan, perawat) di Sarana Kesehatan Sesuai dengan pertumbuhan SDM di masyarakat dewasa ini maka masyarakat sudah dapat mengerti tentang masalah kesehatan, sehingga mereka dapat memilih pelayanan terdekat yaitu pelayanan yang ada di Pustu atau Polindes yang ada di desanya. Ada pun kebutuhan tenaga bidan tahun 2013 sekarang ini sebanyak per penduduk. (Tabel 75) 5.3. PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan program dan kegiatan bidang kesehatan diperoleh dari berbagai sumber, di antaranya APBD yaitu APBD Provinsi maupun APBD Kabupaten/Kota, APBN yaitu dana dekonsentrasi. 86

92 Di Kabupaten Lamongan pada tahun 2013 Pembiayaan Kesehatan yang bersumber dari Pemerintah dan masyarakat. Anggaran Pemerintah bersumber dari : 1. APBD Kabupaten /Kota : Rp ,02 2. Total anggaran kesehatan pada tahun 2013 : Rp Hal ini berarti, besar biaya kesehatan per kapita per tahun untuk tahun 2013 penduduk di Kabupaten Lamongan sebesar ,78 dengan persen APBD kesehatan terhadap APBD Kabupaten/Kota sebesar 10,72. (Tabel 79) Gambar 5.2 : PROPORSI ANGGARAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN % TOTAL ANGGARAN KESEHATAN 10.47% TOTAL APBD KAB/KOTA 89.53% 87

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

KEADAAN SAMPAI DENGAN BULAN 02 NOPEMBER 2012. Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember Produksi (ton)

KEADAAN SAMPAI DENGAN BULAN 02 NOPEMBER 2012. Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember Produksi (ton) Komoditi : Padi REALISASI PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2012 KABUPATEN LAMONGAN 1 Sukorame 1.896 6,03 11.431 1.342 6,03 8.091 - - - 3.238 6,03 19.522 2 Bluluk 2.975 6,61 19.671 1.842 6,61 12.179

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN PREVIEW III TUGAS AKHIR PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN Dosen Pembimbing Putu Gde Ariastita, ST., MT. Merisa Kurniasari 3610100038

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Paparan Data 4.1.1 Latar Belakang Instansi/Perusahaan Kabupaten Lamongan adalah salah satu wilayah yang mempunyai peranan cukup penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

KABUPATEN LAMONGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DINAS KESEHATAN

KABUPATEN LAMONGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Tahun 2016 PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DINAS KESEHATAN Jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo Nomor 57 Lamongan 62211 Telp. (0322) 321338, Fax. (0322) 321338 E-mail : dinkes@lamongan.go.id,

Lebih terperinci

BAB III KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KOTA LAMONGAN TAHUN

BAB III KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KOTA LAMONGAN TAHUN BAB III KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KOTA LAMONGAN TAHUN 1975-1982 Untuk mengawali kajian mengenai kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat kota Lamongan, digambarkan terlebih dahulu gambaran

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: a. Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

TINJAUAN LINGKUP EKSTERNAL

TINJAUAN LINGKUP EKSTERNAL 2.1. KONDISI WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Lamongan, merupakan wilayah kabupaten yang berada di bagian Utara dari wilayah Propinsi Jawa Timur. Terletak diantara koordinat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 184.845.034 194.426.046 9.581.012 5,18 2 Usaha Menengah (UM)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Lamongan GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMONGAN

Pemerintah Kabupaten Lamongan GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMONGAN II GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMONGAN 2.1 ASPEK GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIS 2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah 2.1.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,80

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2016 KABUPATEN LAMONGAN

PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2016 KABUPATEN LAMONGAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2016 KABUPATEN LAMONGAN Komoditi : Padi Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember No Panen Rerata 1 Sukorame 1.928 67,30 12.975 1.512 63,14

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

Keterangan * 2011 ** 2012 *** Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2012. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2013. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL III. EKONOMI MAKRO KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013 Pembangunan ekonomi merupakan suatu hal mendasar suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi itu sendiri pada dasarnya

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 C-33 Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Ajeng Nugrahaning Dewanti dan

Lebih terperinci

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q. Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat di Mandar 2007-2009 Indikator 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 Tujuan Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Menurunkan Proporsi

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product X Produk Domestik Regional Bruto 306 Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2013 Gross Regional Domestic Product 10.1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013*** 8 6 4 2 5.99 6.29 6.81 6.45 6.52 6.49 6.50 6.29 6.36 6.16 5.81 6.11 6.035.81 3.40 2.69 2.04 2.76 3.37 1.70 1.50 2.82 3.18 1.42 2.61 0-2 (1.42) (1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II 2010

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2035

ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2035 ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2035 Imam Arifa illah Syaiful Huda, Melly Heidy Suwargany, Diyah Sari Anjarika Fakultas Geografi UGM Email: faillah.arif@gmail.com

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Prakelayakan Skenario Per Wahana Agrowisata Bina Darma

Lampiran 1. Analisis Prakelayakan Skenario Per Wahana Agrowisata Bina Darma LAMPIRAN Lampiran 1. Analisis Prakelayakan Skenario Per Wahana Agrowisata Bina Darma Komponen Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Penerimaan Kebun Agro 34200000

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH ASAL DAN DAERAH TUJUAN MIGRAN SEKTOR INFORMAL

V. DESKRIPSI DAERAH ASAL DAN DAERAH TUJUAN MIGRAN SEKTOR INFORMAL V. DESKRIPSI DAERAH ASAL DAN DAERAH TUJUAN MIGRAN SEKTOR INFORMAL Bab ini dibahas tentang kondisi umum daerah penelitian, meliputi daerah asal (perdesaan) dan daerah tujuan. Aspek-aspek yang dibahas adalah:

Lebih terperinci

Oleh : Nanda Gayuk Candy DosenPembimbing : Bapak Adjie Pamungkas, ST. M. Dev. Plg. Phd.

Oleh : Nanda Gayuk Candy DosenPembimbing : Bapak Adjie Pamungkas, ST. M. Dev. Plg. Phd. PENENTUAN ALTERNATIF LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN SORGUM DI KABUPATEN LAMONGAN Oleh : Nanda Gayuk Candy 3609 100 011 DosenPembimbing : Bapak Adjie Pamungkas, ST. M. Dev. Plg. Phd. Prodi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari Analisa Data Secara Integratif Untuk Menghasilkan Database Kecamatan dan Atlas adalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum sejauh mana pencapain dari 7

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 Penanggung jawab : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Pelaksana : Kepala UPT Surveilans, Data dan Informasi Tim Penyusun : - Seksi Data

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

BAB IV P E N U T U P

BAB IV P E N U T U P BAB IV P E N U T U P 4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari Analisa Data Secara Integratif Untuk Menghasilkan Database Kecamatan dan Atlas adalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum sejauh mana pencapain

Lebih terperinci