KABUPATEN LAMONGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DINAS KESEHATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KABUPATEN LAMONGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DINAS KESEHATAN"

Transkripsi

1 KABUPATEN LAMONGAN Tahun 2016 PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DINAS KESEHATAN Jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo Nomor 57 Lamongan Telp. (0322) , Fax. (0322) dinkes@lamongan.go.id, Website : Subbag Program i

2 KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa buku Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan Tahun 2016 dapat diterbitkan setelah beberapa lama proses dalam penyusunannya. Disadari sepenuhnya bahwa penyusunan buku Profil Kesehatan ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar karena beberapa kendala dalam pengelolaan data informasi di masing-masing bidang di lingkup Dinas Kesehatan. Atas terbitnya Buku Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan tahun 2016, kami memberikan apresiasi dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu memberikan data dan informasi guna penyusunan Buku Profil Kesehatan ini. Ditahun mendatang, kiranya Buku Profil Kesehatan dapat diterbitkan lebih awal dengan memuat data informasi berkualitas, serta tetap memperhatikan kedalaman analisa dan konsistensi datanya, sehingag Buku Profil Kesehatan ini dapat dijadikan rujukan penting dan utama dalam proses menejemen pembangunan kesehatan khususnya di Kabupaten Lamongan. Semoga Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan Tahun 2016 ini dapat bermanfaat untuk semua pihak, baik dilingkungan pemerintahan, akademisi, organisasi profesi, swasta serta masyarakat umum yang membutuhkan informasi di bidang kesehatan. Kami tetap mengharapkan kritik, saran atau masukan dari para pembaca guna penyempurnaan Profil Kesehatan di masa yang akan datang. Lamongan, Juni 2017 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN dr. TAUFIK HIDAYAT Pembina Tk. I NIP ii

3 DAFTAR ISI Halaman Judul i Kata Pengantar ii Daftar Isi. iii Daftar Tabel SPM Daftar Gambar. Resume Profil Kesehatan iv v vi BAB I : PENDAHULUAN... 1 BAB II : GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMONGAN Kondisi Geografis Wilayah Kab. Lamongan Kependudukan Sosial Ekonomi Keadaan Perilaku Masyarakat BAB III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN Angka Kematian (Mortalitas) Angka Harapan Hidup (AHH) Angka Kesakitan (Morbiditas) Status Gizi Masyarakat BAB IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN Pelayanan Kesehatan Dasar Pemberantasan Penyakit Menular Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Indikator Kinerja Pelayanan Di Rumah Sakit Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar BAB V : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Sarana Kesehatan Tenaga Kesehatan Pembiayaan Kesehatan. 81 BAB VI : PENUTUP 83 Lampiran : iii

4 DAFTAR TABEL STANDAR PELAYANAN MINIMAL TABEL MASALAH Cakupan kunjungan Ibu Hamil K4, Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki Kompetensi Kebidanan Cakupan Pelayanan Nifas Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang ditangani Cakupan Kunjungan Bayi Cakupan Desa/Kelurahan UCI Cakupan Pelayanan Anak Balita Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Cakupan Peserta KB Aktif Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit : a) Penemuan Penderita AFP b) Penemuan dan Penanganan Penderita Pneumonia Balita c) Penemuan dan Penanganan Pasien Baru TB BTA Positif d) Penemuan dan Penanganan DBD e) Penanganan Penderita Diare Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Maskin A. Cakupan Kunjungan Pelayanan Kesehatan Dasar bagi Maskin Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Maskin Cakupan Pelayanan Gadar level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan (RS)di Kab/Kota Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan Epidemiologi <24 Jam Cakupan Desa Siaga Aktif iv

5 DAFTAR GAMBAR Gambar Judul Gambar Halaman 2.1 Peta Kabupaten Lamongan Piramida Penduduk Kabupaten Lamongan Tahun Rumah Sehat di Kabupaten Lamongan tahun Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk menurut Jenis Jaminan di Kabupaten Lamongan tahun Rumah Tangga ber-phbs di Kaubupaten Lamongan Tahun Proporsi Posyandu menurut Strata di Kabupaten Lamongan tahun Jumlah Penderita Kusta di Kabupaten Lamongan tahun Penyebaran Penyakit HIV/AIDS tahun Jenis Alat Kontrasepsi yang digunakan tahun Jumlah Bayi, Kunjungan Bayi dan KN 3 di Kabupaten Lamongan tahun Imunisasi Bayi di Kabupaten Lamongan tahun Jumlah Pra Usila dan Usia Lanjut di Kabupaten Lamongan tahun TPM yang diperiksa dan Memenuhi Syarat Kesehatan di Kabupaten Lamongan tahun Jumlah Posyandu di Kabupaten Lamongan tahun Proporsi Anggaran di Kabupaten Lamongan tahun v

6 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan merata dan dapat mewujudkan masyarakat yang mandiri, maju dan sejahtera. Undang undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 17 Ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pada Pasal 168 juga menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan infomasi kesehatan yang dilakukan melalui sistem informasi dan melalui kerjasama lintas sektor, dengan ketentuan lebih lanjut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan pada Pasal 169 disebutkan pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu produk dari Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan adalah Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan. Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan adalah gambaran situasi kesehatan di Kabupaten Lamongan yang memuat Indikator Kinerja dari penyelenggaraan Rencana Strategis (Renstra) Bidang Kesehatan, Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan, Pencapaian Target Indikator Millenium Development Goals (MDGs) Bidang Kesehatan serta berbagai upaya terkait dengan pembangunan 1

7 kesehatan yang diselenggarakan lintas sektor serta berisi data/informasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan serta data/informasi lainnya yang menggambarkan kinerja sektor kesehatan di wilayah Kabupaten Lamongan, baik Pemerintah maupun Swasta dalam kurun waktu satu tahun. 1.2 TUJUAN Untuk melihat keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan dan mengevaluasi pencapaian upaya kesehatan dalam rangka mewujudkan Lamongan sehat dan sejahtera dengan menggunakan indikator Rencana Strategis (Renstra) Kesehatan, Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan, Indikator Millenium Development Goals (MDGs) Bidang Kesehatan serta untuk mneyediakan data dan informasi Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Lamongan. 1.3 SISTEMATIKA PENYAJIAN Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan Tahun 2016 terdiri dari beberapa bagian, yakni sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Bab ini berisi penjelasan latar belakang pembangunan kesehatan, maksud dan tujuan penyusunan Profil Kesehatan serta sistematika penyajiannya. Bab II : Gambaran Umum Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Lamongan meliputi keadaan geografis, data kependudukan dan informasi umum lainnya. Bab III : Situasi Derajat Kesehatan Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikator derajat kesehatan yang mencakup angka kematian, angka/umur harapan hidup, angka kesakitan dan status gizi masyarakat. 2

8 Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan pelaksanaan program pembangunan di bidang kesehatan, yang meliputi pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan (dan penunjang) pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi masyarakat serta pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar. Bab V : Situasi Sumber daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, kefarmasian dan perbekalan kesehatan, anggaran kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. Bab VI : Penutup Lampiran Data Profil Kesehatan 3

9 2.1 Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Lamongan Kabupaten Lamongan merupakan salah satu dari 38 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur. Kabupaten Lamongan terletak di antara 6º sampai dengan 7º 23 6 Lintang Selatan dan antara 112º 4 41 sampai dengan 112º Bujur Timur, dengan luas wilayah 1.812,80 Km 2 atau Ha yang sebagian terdiri dari daratan rendah serta dibelah oleh Sungai Bengawan Solo yang panjangnya ± 65 Km 2 dan memiliki pantai sepanjang ± 47 Km 2. Batas wilayah Kabupaten Lamongan sebagai berikut : 1. Sebelah Utara : Laut Jawa 2. Sebelah Timur : Kabupaten Gresik 3. Sebelah Selatan : Kabupaten Jombang dan Mojokerto 4. Sebelah Barat : Kabupaten Bojonegoro dan Tuban Secara administratif, Kabupaten Lamongan terbagi atas 27 Kecamatan, 12 Kelurahan, 462 Desa dan Dusun sebanyak Dusun. 4

10 Gambar 2.1 Peta Kabupaten Lamongan PETA PER KECAMATAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 LAUT JAWA Brondong Solokuro Paciran KABUPATEN BOJONEOGORO KABUPATEN TUBAN Mod Modoo Laren Ma du ran Karang binangun Sekaran Turi TURI 2 Suko Babat Pucuk Deket 2 Sukodadi Lamongan Moropelang Kedung pring Kedung pring Sugio Karang Geneng 1 Kembang bahu Kali tengah Sari Rejo Tikung Tikung Glagah KABUPATEN GRESIK Suko rame Bluluk Ngimbang Sambeng Mantup KABUPATEN MOJOKERTO KABUPATEN JOMBANG Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Sambeng yaitu 195,44 Km 2. Sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah paling kecil adalah Kecamatan Maduran dengan luas 30,15 Km 2. Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian wilayah di atas permukaan laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan terdiri dari daratan rendah dan bonorowo dengan tingkat ketinggian 0-25 meter seluas 50,17%, sedangkan ketinggian meter seluas 45,68%, selebihnya 4,15% berketinggian di atas 100 meter di atas permukaan laut. Dengan panjang garis pantai sepanjang 47 Km, maka wilayah perairan laut bila 5

11 dihitung 4 mil dari garis pantai kearah laut Kabupaten Lamongan adalah seluas 302,5 Km. Dilihat dari tingkat kemiringan tanahnya, wilayah Kabupaten Lamongan merupakan wilayah yang relatif datar, karena hampir 72,45% lahannya adalah datar atau dengan tingkat kemiringan 0-2% yang tersebar di Kecamatan Lamongan, Deket, Turi, Sekaran, Tikung, Pucuk, Sukodadi, Babat, Kalitengah, Karanggeneng, Glagah, Karangbinangun, Mantup, Sugio, Kedungpring, Sebagian Bluluk, Modo Dan Sambeng, sedangkan hanya sebagian kecil dari wilayahnya sangat curam, atau kurang dari 1% (0,16%) yang mempunyai tingkat kemiringan lahan 40% lebih. Klimatologi Kabupaten Lamongan adalah daerah dengan iklim tropis yang dapat dibedakan atas dua (2) musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan April. Sedangkan untuk bulan yang lain curah hujan relatif rendah. Luas Wilayah Kabupaten Lamongan 1.812,80 km2 atau setara dengan ha, terdiri dari daratan rendah berawal dengan ketinggian 0 25 m seluas 50,17 % dari luas Kabupaten Lamongan, daratan ketinggian m seluas 45,68 % dan sisanya 4,15 % merupakan daratan dengan ketinggian di atas 100 m. Secara garis besar wilayah Kabupaten Lamongan dibedakan menjadi tiga karakteristik : 1. Bagian tengah-selatan, merupakan daratan rendah yang relatif subur, membentang dari kecamatan Kedungpring, Babat, Sagio, Sukodadi, Pucuk, Sarirejo dan Kembangbahu. 2. Bagian Selatan dan Utara, merupakan daerah pegunungan kapur bebatuan, tingkat kesuburan tanahnya katagori sedang, mulai dari Kecamatan Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran dan Solokuro. 6

12 3. Bagian tengah Utara, merupakan daratan Bonorowo, mulai dari Kecamatan Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinangun dan Glagah Iklim Ditinjau dari keadaan iklim, wilayah Kabupaten Lamongan tergolong beriklim tropis. Musim penghujan terjadi antara bulan Nopember sampai dengan April, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Mei Sampai dengan Oktober. Temperatur suhu udara rata rata 20-32º C Wilayah Administrasi NO Kecamatan Ibu Kota Kecamatan Jarak ke Ibukota kabupataen (km) Sukorame Bluluk Ngimbang Sambeng Mantup KembangBahu Sugio Kedungpring Modo Babat Pucuk Sukodadi Lamongan Tikung Sarirejo Deket Glagah Karangbinangun Turi Kalitengah Karanggeneng Sekaran Sukorame Bluluk Sendangrejo Ardirejo Mantup Kembangbahu Sugio Kedungpring Mojorejo Bedahan Pucuk Sukodadi Lamongan Bakalanpule Dermolemaabang Deketwetan Glagah Sambopinggiran Sukoanyar Dibee Karangeneng Bulutengger

13 Maduran Laren Solokuro Paciran Brondong Maduran Gampangsejati Panyaman Paciran Brondong Kependudukan Berdasarkan data hasil proyeksi Badan Pusat Statistik Kabupaten Lamongan, jumlah penduduk Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 tercatat sebesar jiwa dengan rincian jumlah penduduk laki-laki jiwa dan penduduk perempuan jiwa, dengan tingkat kepadatan 655 jiwa per km 2. Puskesmas yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Puskesmas Paciran yaitu sebesar 2.032,43 jiwa per km 2 dan Puskesmas dengan kepadatan penduduk terendah Puskesmas Sambeng yaitu 245,81 jiwa per km 2. Dari wilayah kerja UPT Puskesmas tercatat yang memiliki jumlah penduduk tertinggi adalah Puskesmas Paciran yaitu sebesar , sedangkan UPT Puskesmas dengan jumlah penduduk terendah UPT Puskesmas Sukorame yaitu jiwa. Komposisi penduduk Kabupaten Lamongan menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda laki-laki (0-14 tahun) sebesar (24.26%) sedangkan penduduk yang berusia muda perempuan sebesar (21.75%), yang berusia produktif laki-laki (15-64 tahun) sebesar (69.21%) sedangkan berusia produktif perempuan (15 64 tahun ) sebesar (69.12%), dan yang berusia tua laki-laki (> 65 tahun) sebesar (0.06% ) sedangkan yang berusia tua perempuan ( 65 tahun) sebesar (0.12%). Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 sebesar

14 Jumlah penduduk laki-laki relatif seimbang dibandingkan penduduk perempuan, yaitu masing-masing sebesar jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan. Jika dilihat berdasarkan rasio menurut jenis kelamin adalah sebesar Untuk komposisi penduduk Kabupaten Lamongan jika dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin, menunjukkan penduduk laki-laki maupun perempuan proporsi terbesar berada pada kelompok umur tahun sebanyak jiwa. Gambaran komposisi penduduk secara lebih rinci dapat dilihat dari gambar berikut. Gambar 2.2 PIRAMIDA PENDUDUK KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 PEREMPUAN LAKI-LAKI ,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10, ,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 9

15 2.3 Keadaan Lingkungan Rumah Sehat Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai tempat untuk melepas lelah setelah bekerja seharian, namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai tempat untuk membangun kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Rumah yang sehat dan layak huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar namun rumah yang sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni. Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap beberapa aspek yang sangat berpengaruh, antara lain : 1. Sirkulasi udara yang baik 2. Penerangan yang cukup 3. Air bersih terpenuhi 4. Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran 5. Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta tidakterpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor maupun udara kotor. Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut : 1. Bahan Bangunan Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan dan tidak 10

16 terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen. 2. Komponen dan penataan ruang rumah - Lantai kedap air dan mudah dibersihkan - Dinding di ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara - Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan 3. Pencahayaan Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi seluruh bagian ruangan. 4. Kualitas udara didalam rumah sesuai dengan standar yang telah ditentukan 5. Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai 6. Tidak ada binatang penular penyakit 7. Tersedia air bersih 8. Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene 9. Limbah tidak mencemari sumber air, tidak berbau dan tidak mencemari permukaan tanah 10. Luas kamar tidur minimal 8m 2 dan maksimal dihuni oleh 2 orang dewasa Dari kompilasi data yang dikumpulkan melalui Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan pada tahun 2016, tercatat jumlah seluruh rumah yang ada sebanyak rumah. Sementara rumah yang dibina sebanyak rumah atau sebesar 58,28% dari rumah yang belum memenuhi syarat sebanyak rumah. Setelah dilaksanakan pembinan dari tenaga kesehatan lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten 11

17 Lamongan, rumah yang memenuhi syarat kesehatan bertambah menjadi rumah (82,88%). ( Tabel: 58) Gambar : 2.3 RUMAH SEHAT DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN , , , , , , , ,000 50,000 71,941 41,925 18,351 0 Rumah yg ada Rumah yg belum memenuhi syarat RUMAH DIBINA RUMAH DIBINA MEMENUHI SYARAT RUMAH SEHAT Tempat Pengolahan Makanan (TPM) Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus. Tempat-tempat umum (TTU) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang, dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. TTU meliputi sarana pendidikan, sarana kesehatan dan hotel. Sedangkan TTU sehat adalah tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan 12

18 air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai (luas ruangan) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai. Data yang diperoleh dari rekapitulasi laporan bulanan puskesmas pada tahun 2016, menunjukkan bahwa jumlah TTU yang ada sebanyak buah, dan yang memenuhi syarat sebanyak (66,93%). (Tabel 63) Sementara untuk Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) meliputi usaha jasa boga, Rumah makan/restoran, Depo Air Minum, Makanan jajanan yang memenuhi syarat hygiene sanitasi menurut status hygiene sanitasi di Kabupaten Lamongan sepanjang tahun 2016 sebanyak (63,11%) dari seluruh jumlah TPM dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak (36,89%) dari seluruh jumlah TPM yang ada sebanyak (Tabel : 64) Akses Terhadap Air Minum Akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 terdiri dari mata air terlindung dengan jumlah sarana sebesar Mata air dengan jumlah penduduk pengguna sebesar orang, dari jumlah sarana yang ada, tercatat sarana yang memenuhi syarat dengan penduduk pengguna sebanyak orang. Sarana penampungan air hujan sebanyak dengan jumlah penduduk pengguna sebesar orang. Dari jumlah sarana yang ada, tercatat sarana yang memenuhi syarat dengan pengguna sebanyak orang. Perpipaan (PDAM dan BPSPAM) sebanyak sarana dengan jumlah penduduk pengguna sebesar orang. 13

19 Dari jumlah sarana yang ada, tercatat sarana yang memenuhi syarat dengan penduduk pengguna sebanyak orang. (Tabel 59) Sarana Sanitasi Dasar Salah satu sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga sehat adalah akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat). Dari beberapa jenis sarana jamban tersebut, terdiri dari leher angsa dengan jumlah sarana sebanyak sarana dengan jumlah pengguna sebanyak orang. Dari jumlah sarana yang memenuhi syarat sebanyak dengan jumlah penduduk pengguna sebanyak orang (87,88%). Untuk jenis plengsengan jumlah sarana sebanyak sarana dengan jumlah penduduk pengguna sebanyak orang dan jumlah sarana yang memenuhi syarat sebanyak dengan besar penduduk pengguna sebanyak orang atau mencapai 70,54% penduduk pengguna. Sementara yang menggunakan fasilitas jamban cemplung, terdapat sarana dengan penduduk pengguna sebanyak orang dengan sarana yang memenuhi syarat dengan jumlah penduduk pengguna sebesar orang atau mencapai 72.40%. Dari seluruh sanitasi dasar tersebut, total penduduk dengan akses sanitasi layak (jamban sehat) tercatat sebesar atau sebesar (83,70%). (tabel 61) 2.4 KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT Empat faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu : faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan. Dari ke-empat faktor di atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar 14

20 diikuti oleh pengaruh faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empat faktor di atas sangat berkaitan dan saling mempengaruhi. 1. Perilaku Faktor perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku atau kebiasaan mencuci tangan sebelum makan juga dapat menghindarkan penyakit saluran cerna. Di Kabupaten Lamongan, Kasus penyakit darah tinggi tercatat orang dari total diperiksa sebanyak orang yang terdiri dari orang laki-laki dari orang diperiksa dan orang perempuan dari orang diperiksa. (tabel 24) Sementara kasus kegemukan atau Obesitas di Kabupaten Lamongan tercatat sebanyak orang dari orang diperiksa, terdiri dari 904 orang laki-laki dari orang diperiksa dan orang perempuan dari orang di periksa. (tabel 25) Sedangkan untuk kasus Kanker Leher Rahim bisa diketahui dengan metode IVA dan Kanker Payudara dengan pemeriksaan klinis (CBE). Dari data yang ada diketahui IVA Positif sebanyak 212 orang dan Tumor/benjolan sebanyak 122 orang dari orang diperiksa dengan usia tahun. (tabel 26) 2. Lingkungan Faktor lingkungan adalah salah satu faktor yang berpengaruh beesar pada tingkat derajat kesehatan masyarakat. Lingkungan 15

21 atau daerah kumuh akan memberikan dampak terhadap mudah atau tidaknya suatu penyakit bisa menjangkit. Penyakit seperti gatal-gatal, infeksi saluran saluran pernafasan, dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit Demam Berdarah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Untuk kasus Pneumonia pada balita dengan penderita ditemukan dan ditangani tercatat sebanyak orang dari orang perkiraan penderita yang terdiri dari orang laki-laki dari perkiraan penderita sebanyak orang dan orang perempuan dari perkiraan penderita sebanyak orang. (tabel 10) 3. Keturunan Masalah kesehatan dan penyakit yang timbul akibat faktor genetik lebih banyak disebabkan kurang paham terhadap penyakit genetik, disamping sikap penolakan karena faktor kepercayaan. Agar masyarakat dapat berperilku genetik yang sehat diperlukan intervensi pendidikan kesehatan disertai upaya pendekatan kepada pengambil keputusan (tokoh agama, tokoh masyarakat dan penguasa wilayah). Penyakit keturunan pada manusia atau terjadi karena adanya penyakit kelainan genetik yang diturunkan orang tua kepada anaknya. Penyakit turunan seperti ini tidak bisa dihindari keberadaannya. Dalam hal ini, faktor genetik dari orang tua yang hanya beraksi sebagai pembawa sifat saja. Penyakit tersebut baru menampakkan diri setelah dipicu lingkungan dan gaya hidup seseorang. 4. Pelayanan Kesehatan Ketersediaan fasilitas dengan mutu pelayanan yang baik akan mempercepat perwujudan derajat kesehatan masyarakat. Dengan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang bermutu secara 16

22 merata dan terjangkau akan meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Demi untuk memenuhi ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut, pemerintah Kabupaten Lamongan telah memiliki fasilitas tersebut tentunya dengan tenaga kesehatan yang merata dan cukup jumlahnya serta memiliki kompetensi di bidangnya. Upaya meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan secara langsung juga dipermudah dengan adanya program jaminan kesehatan. Program ini terdiri dari Jaminan Kesehatan Nasional, Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN, PBI APBD, Pekerja Penerima Upah (PPU), Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU)/Mandiri, Bukan Pekerja (BP), Jamkesda. a. Penduduk Yang Memanfaatkan Sarana Kesehatan Jaminan Kesehatan Masyarakat adalah jaminan perlindungan untuk pelayanan kesehatan secara menyeluruh (komprehensif) mencakup pelayanan promotif, preventif serta kuratif dan rehabilitatif yang diberikan secara berjenjang bagi masyarakat/peserta. Di Kabupaten Lamongan, masyarakat Penduduk yang memanfaatkan sarana kesehatan dengan rawat jalan di sarana kesehatan (puskesmas, RS, BP/BKIA/RB) yang di cakup Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebanyak orang terdiri dari (40%) peserta laki-laki dan (60%) peserta perempuan. Penerima bantuan iuran (PBI) APBN dengan jumlah peserta sebesar orang yang terdiri dari (40%) orang laki-laki dan (60%) orang perempuan. Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBD dengan jumlah peserta sebesar peserta terdiri dari (40%) peserta laki-laki dan (60%) peserta perempuan. Pekerja Penerima Upah (PPU) sebanyak peserta terdiri dari (40%) lakilaki dan (60%) perempuan. Pekerja Bukan Penerima 17

23 Upah (PBPU) atau mandiri sebanyak peserta terdiri dari (40%) laki-laki dan (60%) perempuan. Bukan Pekerja (BP) sebanyak peserta terdiri dari (40%) laki-laki dan (60%) perempuan. Jamkesda sebanyak peserta terdiri dari (40%) laki-laki dan (60%) perempuan. (Tabel 53 ) Gambar : 2. 4 CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN PENDUDUK MENURUT JENIS JAMINAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN Rumah Tangga Sehat Hidup sehat adalah hal yang seharusnya diterapkan oleh setiap orang, mengingat manfaat yang ditimbulkan akan sangat banyak, mulai dari konsentrasi kerja, kesehatan dan kecerdasan anak sampai dengan keharmonisan keluarga. Menciptakan hidup 18

24 sehatpun sangatlah mudah serta murah, mengingat biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan apabila mengalami gangguan kesehatan cukup mahal. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2007). Yang termasuk dalam PHBS banyak sekali, misalnya Gizi: makan beraneka ragam makanan, minum Tablet Tambah Darah, mengkonsumsi garam beryodium, memberi bayi dan balita Kapsul Vitamin A. Tentang kesehatan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan lingkungan. Sementara PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan dimasyarakat serta bertujuan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di Rumah Tangga yaitu : 1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 2. Memberi bayi ASI eksklusif 3. Menimbang bayi dan balita 4. Menggunakan air bersih 5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 6. Menggunakan jamban sehat 7. Memberantas jentik di rumah 8. Makan buah dan sayur setiap hari 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari 10. Tidak merokok di dalam rumah 19

25 Tabel menunjukkan bahwa dari rumah tangga yang ada, dipantau sebanyak (54,20%), sedangkan untuk rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat ber PHBS sebanyak (64,98%). Dan data tersebut hanya di peroleh dari survey sebanyak 33 puskesmas. (Tabel 57) Gambar : 2.5 RUMAH TANGGA BER PHBS DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN JML RUMAH TANGGA JML DI SURVEI JML SEHAT 6. ASI Eksklusif Menurut WHO, ASI Eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan pada enam bulan pertama bayi baru lahir tanpa adanya makanan pendamping lain. ASI eksklusif adalah intervensi yang paling efektif untuk mencegah kematian anak, namun menurut Survei Demografi Kesehatan tingkat pemberian ASI eksklusif telah menurun selama dekade terakhir. Hari ini, hanya sepertiga penduduk Indonesia secara eksklusif menyusui anak-anak mereka pada enam bulan pertama. Ada banyak hambatan untuk menyusui di Indonesia, termasuk anggota keluarga dan dokter yang tidak mendukung. Beberapa ibu juga takut menyusui akan menyakitkan dan tidak praktis, tapi salah satu kendala terbesar adalah kesalahpahaman 20

26 dari istilah 'eksklusif'. Mitos bahwa bayi yang diberi ASI membutuhkan air selain ASI tersebar luas di negeri ini. Banyak keluarga juga percaya susu formula dapat meningkatkan kecerdasan dan meningkatkan kesehatan. Jumlah bayi yang ada sebesar terdiri dari bayi laki-laki dan bayi perempuan, sementara yang diberi ASI eksklusif sebesar bayi (73,3%) yang terdiri dari bayi lakilaki sebesar (72,8%) dan perempuan sebesar (73,9%). Cakupan terendah adalah Puskesmas Turi dengan cakupan sebesar 22,0%. Sementara untuk cakupan tertinggi di capai oleh puskesmas Laren dengan cakupan sebesar 96,1%. (Tabel 39) 7. Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan. Terutama kegiatan peningkatan tumbuh kembang bayi dan balita, kesehatan dasar bagi para ibu hamil, ibu menyusui dan wanita usia subur. Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfatkan potensi dan sumberdaya yang ada di masyarakat. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat ( UKBM ) yang paling dikenal oleh masyarakat, posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas. Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata. Di Jawa Timur sampai dengan taakhir tahun 2015 mempunyai jumlah Posyandu yang sangat fantastis yaitu sebanyak secara kuantitas, dalam kurun waktu lima tahun terakhir posyandu tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan, karena keberadaan posyandu sudah mencukupi ratio pelayanan 1 21

27 posyandu dapat melayani 67 balita. Namun secara kualitas, berdasarkan tingkat perkembangan posyandu strata Purnama dan Mandiri (PURI) menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2015 posyandu Puri mencapai 67,58%. Sedangkan data di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 Posyandu Pratama sebanyak 32 posyandu (1,84%), Posyandu Madya sebanyak 326 posyandu (18,71%), Posyandu Purnama yaitu posyandu dengan cakupan 5 program atau lebih dengan melaksanakan kegiatan 8 kali atau lebih pertahun sebanyak posyandu (64,93%), dan posyandu Mandiri sebanyak 253 posyandu (14,52%). Dengan jumlah Posyandu aktif sebanyak posyandu (79,45%) dengan Rasio Posyandu sebesar 2 Posyandu per 100 balita. (Tabel 69). Gambar : 2.6 PROPORSI POSYANDU MENURUT STRATA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 MANDIRI 14.52% PRATAMA 1.84% MADYA 18.71% PURNAMA 64.93% 22

28 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Yang dimaksud dengan keadaan kesehatan menurut UU RI Nomor 36 Tahun 2009 adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Beberapa aspek yang dapat dihubungkan dengan derajat kesehatan adalah : lingkungan, pelayanan kesehatan dan perilaku. Situasi derajat kesehatan di Kabupaten Lamongan digambarkan empat indikator pembangunan kesehatan, yaitu Angka Kematian (Mortalitas), Angka/Umur Harapan Hidup, Angka Kesakitan (Morbiditas) dan Status Gizi Masyarakat. 3.1 ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS) Angka kematian yang dimaksud adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu yang dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Data kematian di komunitas umumnya diperoleh melalui data survey karena sebagian besar kejadian kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Perkembangan tingkat kematian di tahun 2016 akan diuraikan di bawah ini Angka Kematian Bayi ( AKB ) Angka Kematian Bayi (AKB) adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup). 23

29 Angka Kematian Bayi menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB serta kondisi lingkungan sosial ekonomi. Berdasarkan data yang ada tahun 2016 angka kematian bayi di Kabupaten Lamongan mencapai 90 bayi terdiri dari 44 bayi laki laki dan 46 bayi perempuan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menemukan faktor yang paling dominan. Dari data yang ada, AKB di Kabupaten Lamongan mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa, tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksebilitas dan pelayanan kesehatan tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan sangatlah nyata dan membuahkan hasil. (Tabel 5) Angka Kematian Ibu Maternal ( AKI ) Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate) adalah Jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan dan paska persalinan per kelahiran hidup pada masa tertentu.angka pengukuran risiko kematian wanita yang berkaitan dengan peristiwa kehamilan. Kematian ibu adalah kematian wanita dalam masa kehamilan, persalinan dan dalam masa 42 hari (6 minggu) setelah berakhirnya kehamilan tanpa memandang usia kehamilan maupun tempat melekatnya janin, oleh sebab apa pun yang berkaitan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau pengelolaannya, bukan akibat kecelakaan. Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Timur cenderung menurun tiga tahun terakhir. Hal ini bisa dipahami mengingat 24

30 selama ini telah dilakukan dukungan dari Provinsi ke Kabupaten/Kota berupa fasilitasi baik dari segi manajemen program KIA maupun sistem pencatatan dan pelaporan, peningkatan klinis ketrampilan petugas di lapangan serta melibatkan multi pihak dalam pelaksanaan program KIA. Menurut MDGs tahun 2015, target untuk AKI sebesar 102 per kelahiran hidup. Pada tahun 2015, AKI Provinsi Jawa Timur mencapai 89,6 per kelahiran. Di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 jumlah kematian maternal yang ditangani oleh petugas kesehatan berdsarkan laporan dari Puskesmas yang diterima Subdin kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan sebanyak 11 orang yaitu 2 orang Ibu hamil, 1 orang Ibu bersalin dan 8 orang Ibu Nifas dengan Angka KematianIbu (AKI) sebesar 64 per kelahiran. (tabel 6) Angka Kematian Balita (AKABA) Akaba adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian balita menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor - faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan. Berdasarkan hasil data yang diperoleh, AKABA (Angka Kematian Anak dan Balita) di Kabupaten Lamongan tahun 2016 tercatat sebanyak 94 Balita yang terdiri dari 45 anak laki-laki dan 49 anak perempuan dengan 5 kematian per 1000 lahir hidup. (tabel 5) 25

31 3.2 Angka Harapan Hidup ( AHH ) Angka harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya, selain itu AHH juga menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk menghitung Indeks Pembangunan Manusia. Usia Harapan Hidup Kabupaten Lamongan sampai pada tahun 2016 sebesar Rata-rata Angka Harapan Hidup pada saat lahir (eo) adalah hasil perhitungan proyeksi yang sering dipakai sebagai salah satu indikator kesejahteraan rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum kondisi kesehatan masyarakat Lamongan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. 3.3 Angka Kesakitan ( MORBIDITAS ) Selain menghadapi transisi demografi, Indonesia juga menghadapi transisi epidemiologi yang menyebabkan beban ganda. Di satu sisi, kasus gizi kurang serta penyakit-penyakit infeksi, baik reemerging maupun new emerging desease masih tinggi. namun di sisi lain, penyakit degenerative, gizi lebih dan gangguan kesehatan akibat kecelakaan juga meningkat. Masalah perilaku tidak sehat juga menjadi faktor utama yang harus dirubah terlebih dahulu agar beban ganda masalah kesehatan teratasi. Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka Insiden maupun angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Angka kesakitan (morbiditas) pada penduduk berasal dari community based. Data yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin serta insidentil. Sementara untuk kondisi penyakit menular akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu mendapatkan perhatian, 26

32 termasuk penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan penyakit yang memiliki potensi untuk menjadi kejadian luar biasa (KLB). Pola penyakit di Kabupaten Lamongan dapat dipantau melalui Sistem Surveilans Terpadu Penyakit di Puskesmas selain dari hasil pemantauan kunjungan pasien di Puskesmas. Hasil pemantauan melalui STP di Tingkat Puskesmas diamati setiap bulan berdasarkan laporan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang selanjutnya disampaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan untuk dilakukan pengolahan dan pengamatan secara terus menerus terhadap penyakit yang berpotensi menyebabkan terjadinya wabah Penyakit Menular Langsung Tuberkulosis (TB) Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB akan menyerang paru, akan tetapi kuman TB juga bisa menyerang organ tubuh yang lainnya. Tuberculosis (TB) merupakan penyakit menular yang menyebabkan masalah kesehatan terbesar kedua di dunia setelah HIV. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara. Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatik (suatu penyakit ketika pasien tidak menyadari gejala apapun) dan laten. Namun hanya satu dari sepuluh kasus infeksi laten yang berkembang menjadi penyakit aktif. Bila Tuberkulosis tidak diobati maka lebih dari 50% orang yang terinfeksi bisa meninggal. 27

33 Angka keberhasilan (Success Rate) penderita TB BTA positif kasus baru di Jawa Timur pada tahun 2015 sudah sebesar 91%, sedangkan target yang ditetapkan adalah lebih dari 90%. Dengan success rate >90%, menggambarkan semakin banyak masyarakat yang menderita TB yang menyelesaikan pengobatan sampai tuntas. Mayoritas penderita TB adalah usia produktif, sehingga dengan sembuh dan tuntasnya pengobatan masyarakat dari penyakit TB berarti produktifitas mereka bisa meningkat dan mereka bisa hidup secara normal di masyarakat. Maka impact-nya adalah masyarakat Jawa Timur terbebas dari TB dan masalah-masalah sosial ekonomi yang diakibatkan karena penyakit TB. Sementara di Kabupaten Lamongan Pada tahun 2016, jumlah kasus baru BTA(+) tercatat sebanyak 989 orang yang terdiri dari 591 orang laki-laki dan 398 orang perempuan dengan CNR kasus baru BTA(+) per penduduk sebesar 83,24. Jumlah seluruh kasus TB sebanyak orang yang terdiri dari orang laki-laki dan 812 orang perempuan dengan CNR seluruh kasus TB per penduduk sebesar 159,99. Untuk BTA(+) diobati sebanyak 968 orang yang terdiri dari 596 orang laki-laki dan 372 orang perempuan dengan angka kesembuhan sebesar 865 orang yang terdiri dari 527 orang laki-laki dan 338 orang perempuan, dan dengan angka pengobatan lengkap sebesar 24 orang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. (Tabel 7,9) 28

34 Kusta Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa (kulit), saluran pernafasan bagian atas, sistem retikulo endothelial, mata, otot, tulang dan testis (Subdirektorat Kusta dan Frambusia, 2007). Kusta atau lepra (leprosy) atau disebut juga Morbus Hansen merupakan penyakit menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, melalui kulit dan mukosa hidung. Penyakit kusta terutama menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat yang apabila tidak didiagnosis dan diobati secara dini dapat menimbulkan kecacatan. Meskipun penyakit Kusta dapat diobati dan disembuhkan, bukan berarti Kabupaten Lamongan terbebas dari masalah penyakit Kusta, karena dari tahun ke tahun masih saja ditemukan sejumlah kasus baru. Beban penyakit kusta yang paling utama adalah kecacatan yang ditimbulkan, sehingga masalah penyakit Kusta sangat kompleks, bukan hanya dari segi medis tetapi meluas pada masalah sosial ekonomi. Keberhasilan pengobatan (RFT Rate) tahun 2015 di Jawa Timur telah melebihi target (>90%). Secara komulatif mulai awal program sampai dengan akhir Desember 2015 penderita Kusta yang dapat menyelesaikan pengobatan dengan MDT sebanyak penderita Kusta. Untuk pencapaian RFT rate di tingkat Provinsi mencapai 91,1%. 29

35 Sementara jumlah kasus dan angka prevalensi penyakit Kusta di Kabupaten Lamongan pada tahun 2015 tercatat sebesar 112 orang dengan angka prevalensi sebesar 0,94 per penduduk. Di tahun 2016 ini, jumlah kasus baru Pausi Basiler (PB) dan Multi Basiler (MB) sejumlah 112 orang yang terdiri dari 15 Pausi Basiler (PB) yang terdiri dari 9 orang lakilaki dan 6 orang perempuan dan 97 Multi Basiler (MB) yang terdiri 61 orang laki-laki dan 36 orang perempuan. (Tabel: 14, 15, 16, 17) Gambar : 3.1 JUMLAH PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN PENDERITA TYPE PB RFT TYPE PB PENDERITA TYPE MB RFT TYPE MB Human Immunodeficiency Virus (Hiv) Dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (Aids) Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain). 30

36 Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. [2][3] Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut. Secara teoritis WHO membagi tingkat epidemic HIV menjadi 3 tingkat, yaitu : 1. Tingkat epidemic HIV rendah (low level epidemic), dimana prevalensi HIV pada kelompok resiko tinggi masih dibawah 5%. 2. Tingkat epidemic HIV terkonsentrasi (concentrated level epidemic), dimana pada sub populasi tertentu (kelompok resiko tinggi) seperti kelompok Pekerja Seks Komersial (PSK), kelompok Injecting Drug Users / Use (IDU), kelompok waria Narapidana di Lembaga Permasyarakatan dan sebagainya, prevalensi HIV sudah lebih dari 5% secara konsisten (dalam 31

37 beberapa tahun pengamatan) dan atau prevalensi HIV pada ibu hamil masih di bawah 1%. 3. Tingkat epidemic HIV meluas (generalized level epidemic), dengan tingkat epidemic HIV terkonsentrasi ditambah prevalensi HIV pada ibu hamil sudah lebih dari 1%. Perkembangan penyakit HIV/AIDS di Kabupaten Lamongan di tahun 2016 cenderung mengalami penurunan dibandingkan pada tahun Di tahun 2016 kasus AIDS tercatat sebanyak 21 orang yang terdiri dari 16 laki-laki dan 5 perempuan sementara di tahun 2015 tercatat sebesar 50 orang, terdiri dari 32 orang laki-laki dan 18 perempuan. untuk penderita kasus HIV di tahun 2016 sebanyak 100 yang terdiri dari 62 orang laki-laki dan 38 orang perempuan, sementara di tahun 2015 sebanyak 102 orang terdiri dari 57 orang laki-laki dan 45 orang perempuan. (Tabel 11) GAMBAR : 3.2. PENYEBARAN PENYAKIT HIV/AIDS TAHUN HIV AIDS KEMATIAN 32

38 PNEUMONIA Pneumonia adalah peradangan jaringan di salah satu atau kedua paru-paru yang biasanya disebabkan oleh infeksi. Pada saat menderita Pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara yang kecil di ujung saluran pernafasan dalam paru-paru akan bengkak dan penuh cairan. Populasi yang rentan terhadap Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (Malnutrisi, gangguan immunologi). Dengan adanya perubahan target sasaran menjadi 4,45% balita diharapkan cakupan penemuan pneumonia meningkat. Di Jawa timur pada tahun 2015 terjadi peningkatan cakupan pneumonia diatas 50% walaupun belum mencapai target nasional yang ditentukan. Di tahun 2016 jumlah cakupan pneumonia balita sebesar anak (147,42%) yang terdiri dari anak laki-laki dan anak perempuan dari jumlah perkiraan penderita sebesar anak yang terdiri dari anak laki-laki dan anak perempuan. (Tabel 10) Diare Diare adalah bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Pada umumnya, diare terjadi akibat konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri, virus, atau parasit. 33

39 Di Jawa Timur cakupan pelayanan penyakit diare cenderung meningkat dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir, dimana pada tahun 2013 mencapai 118,39%, dan sedikit menurun pada tahun 2014 menjadi 106% dan meningkat menjadi 110,66% pada tahun Sedangkan di Kabupaten Lamongan kasus diare yang di tangani pada tahun 2016 sebanyak orang yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan dari jumlah target penemuan sebesar orang yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan dengan besar angka kesakitan 270 per penduduk dengan catatan jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas termasuk kasus yang ditemukan di rumah sakit. (Tabel 13) Penyakit Menular Bersumber Binatang Demam Berdarah Dangue (DBD) Demam berdarah (DBD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, yaitu Aedes Aegypti atau Aedes Albopictus. Penyakit demam berdarah ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis di berbagai belahan dunia, terutama di saat musim hujan dengan kondisi lembab, terutama disaat musim hujan. Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3 M), pemantauan angka bebas jentik (ABJ) 34

40 serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. DBD di Jawa Timur cenderung meningkat terkait dengan kepadatan penduduk, mobilitas penduduk, urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, perilaku masyarakat dan ketersediaan air bersih. Masih tingginya angka kesakitan dan kematian DBD menunjukkan bahwa masih perlu peningkatan diagnosa dini dan tata laksana kasus DBD yang adekuat di fasilitas kesehatan. Insiden rate (Incidence Rate) atau angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jawa Timur pada tahun 2015 sebesar 54,18 per penduduk, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014 yakni 24,1 per penduduk. Angka ini masih di atas target Nasional 49 per penduduk. Pada tahun 2016, di Kabupaten Lamongan jumlah kasus DBD tercatat sebanyak 585 yang terdiri dari 306 orang laki-laki dan 279 orang perempuan dengan kasus meninggal 4 orang dengan Incident Rate 49,2 per penduduk.. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya kasus DBD mengalami penurunan sebanyak 645 yang terdiri dari 373 orang laki-laki dan 272 orang perempuan dengan kasus meninggal 7 orang. (tabel: 21) Malaria Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus plasmodium dan mudah dikenali dari gejala panas dingin menggigil dan 35

41 demam berkepanjangan. Malaria tidak ditularkan secara kontak langsung dari satu manusia ke manusia lainnyamelainkan telah terinfeksi parasit malaria. Dalam rangka pengendalian penyakit malaria banyak hal yang sudah maupun sedang dilakukan baik dalam skala global maupun nasional. Malaria merupakan salah satu indikator dari target Pembangunan Milenium (MDGs), dimana ditargetkan untuk menghentikan penyebaran dan mengurangi kejadian insiden malaria pada tahun 2015 yang dilihat dari indikator menurunnya angka kesakitan dan angka kematian akibat malaria. Global Malaria Programme (GMP) menyatakan bahwa malaria merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring dan evaluasi, serta diperlukan formulasi kebijakan dan strategi yang tepat. Di dalam GMP ditargetkan 80% penduduk terlindungi dan penderita mendapat pengobatan Arthemisinin based Combination Therapy (ACT). Program eliminasi malaria di Indonesia tertuang dalam keputusan Menteri Kesehatan RI No 293/MENKES/SK/IV/2009. Pelaksanaan pengendalian malaria menuju eliminasi dilakukan secara bertahap dari satu pulau atau beberapa pulau sampai seluruh pulau tercakup guna terwujudnya masyarakat yang hidup sehat yang terbebas dari penularan malaria sampai tahun 2030, sedangkan di Jawa Timur pada tahun Sampai tahun 2015 di Jawa Timur terdapat 35 Kabupaten/Kota yang sudah mencapai eliminasi Malaria. Penemuan penderita malaria di Jawa Timur dari tahun 2014 ke 2015 terus mengalami penurunan, 36

42 tahun 2014 sebanyak 608 penderita malaria import, tahun 2015 sebanyak 282 penderita malaria import. Pada tahun 2016, di Kabupaten Lamongan terdapat 3 tanpa kasus meninggal. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kasus malaria di Kabupaten Lamongan mengalami peningkatan kasus yaitu sebanyak 1 (satu) kasus yang juga tanpa ada kasus kematian. (Tabel: 22) Kasus penyakit Filariasis ditangani Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah sekelompok cacing parasit nemtoda yang tergolong super familia Filarioidea yang menyebabkan infeksi sehingga berakibat munculnya edema. Gejala yang umum terlihat adalah terjadinya elefantiasis, berupa membesarnya tungkai bawah (kaki) dan kantung zakar (skrotum), sehingga penyakit ini secara awam dikenal sebagai penyakit kaki gajah. Walaupun demikian, gejala pembesaran ini tidak selalu disebabkan oleh filariasis. Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Terdapat tiga spesies cacing penyebab Filariasis yaitu: Wuchereria bancrofti; Brugia malayi; Brugia timori. Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia, namun lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi. Cacing tersebut hidup di kelenjar dan saluran getah bening sehingga menyebabkan kerusakan pada sistem 37

43 limfatik yang dapat menimbulkan gejala akut dan kronis. Gejala akut berupa peradangan kelenjar dan saluran getah bening (adenolimfangitis) terutama di daerah pangkal paha dan ketiak tapi dapat pula di daerah lain. Tingkat endemisitas filariasis di Indonesia berkisar antara 0%-40%. Dengan endemisitas setiap provinsi dan kabupaten berbeda-beda. Untuk menentukan endemisitas dilakukan survei darah jari yang dilakukan di setiap kabupaten/kota. Program pemberantas penyakit Filariasis diupayakan sampai tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi. Pada tahun 2000 WHO telah menetapkan kesepakatan global untuk melakukan Eliminasi Filariasis pada tahun Indonesia sepakat untuk melaksanakan Eliminasi Filariasis secara bertahap dimulai pada tahun Di Jawa Timur total kasus kaki gajah/filariasis Klinis Kronis tercatat sampai dengan tahun 2015 sejumlah 380 kasus. Jumlah penderita klinis Filariasis kronis yang tercatat di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 di temukan sebanyak 56 kasus baru yang terdiri dari lakilaki sebanyak 27 kasus dan perempuan sebanyak 29 kasus dengan angka kesakitan sebesar 5 per penduduk. (Tabel: 23) 38

44 3.3.3 Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Campak Campak adalah penyakit yang disebabkan virus Morbili, yang disebarkan melalui droplet bersin/batuk dari penderita. Gejala awal dari penyakit ini adalah demam, bercak kemerahan, batuk pilek, mata merah (conjunctivitis) yang kemudian menimbulkan ruam di seluruh tubuh. Di Jawa Timur kasus campak mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun Pada tahun 2011 telah dilakukan Kampanye Campak untuk mengurangi kasus ini, sehingga di tahun 2012 kasus campak mengalami penurunan menjadi kasus. Pada tahun 2013, kasus campak meningkat mencapai dan pada tahun 2014 kembali turun sejumlah 762 kasus, sedangkan di tahun 2015 mengalami peningkatan kembali mencapai kasus. Di Kabupaten Lamongan tahun 2016 terdapat 139 kasus campak yang terdiri dari 93 laki-laki dan 46 perempuan tanpa kasus meninggal. Bila dibandingkan dengan tahun 2015 kasus campak mengalami peningkatan dari 30 kasus menjadi 139 kasus. Untuk mencegah kanaikan kasus di tahun-tahun yang akan datang, diperlukan peningkatan pembinaan secara terpadu, koordinasi dan kemitraan dengan organisasi massa yang ada. (Tabel 20) 39

45 Difteri Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil) dan terlihat selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal jantung. Penularan umumnya melalui udara (betuk/bersin) selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontamiasi. Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Difteri merupakan kasus re-emerging disease di Jawa Timur karena difteri sebenarnya sudah menurun di tahun 1985, namun kembali meningkat di tahun Sedangkan pada tahun 2015, kasus difteri di Jawa Timur mengalami penurunan menjadi 255 kasus dengan 11 kematian karena difteri. Sedangkan di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 tidak terdapat kasus Difteri. (Tabel 19) Tetanus Neonatorum (TN) Tetanus Neonatorum (TN) adalah penyakit yang disebabkan Clostridium Tetani pada bayi (umur <28 hari) yang dapat menyebabkan kematian. Tetanus 40

46 sendiri merupakan penyakit toksemia akut yang menyerang susunan saraf pusat, oleh karena adanya tetanospasmin dari colostridium tetani. Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha. Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir. Neonatal tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang tidak bersih dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Penanganan Tetanus Neonatorum tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah upaya pencegahan melalui pertolongan persalinan yang higienis dan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ibu hamil serta perawatan tali pusat. Di Jawa Timur pada tahun 2015 terdapat 22 kasus Tetanus Neonatorum dengan 13 kasus kematian. Sedangkan di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 tidak terdapat kasus baik Tetanus Non Neonatorum maupun Tetanus Neonatorum. (Tabel19) Acute Flaccid Paralysis (AFP) Non Polio AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan. Sedangkan Non Polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus polio sampai 41

47 dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus polio. Kasus AFP terjadi pada semua anak yang berusia kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flaccid (layuh), terjadi secara akut (mendadak), bukan disebabkan oleh ruda paksa. Perkembangan kelumpuhan berlangsung secara cepat (rapid progressive) antara 1-14 hari sejak terjadinya gejala awal (rasa nyeri, kesemutan, rasa tebal/kebas) sampai kelumpuhan maksimal. Di tahun 2015, angka AFP Rate Non Polio Jawa Timur sebesar 1,67 (atau 181 kasus). Angka ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai2,83 (atau 254 kasus). Sedangkan di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 ditemukan kasus AFP (Non Polio) sebanyak 5 kasus dengan angka AFP Rate Non Polio sebesar 1,83. (Tabel 18) 3.4 Status Gizi Masyarakat Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi Balita, Anemia Gizi Besi pada ibu dan pekerja wanita, serta Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Status Gizi Balita Status gizi adalah Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Terdapat beberapa jenis teknik penilaian status gizi, baik secara langsung maupun tidak 42

48 langsung. Penilaian status gizi secara langsung terbagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikatorindikator antara lain dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi Balita yang meliputi indikator gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Status gizi balita merupakan salah satu indikator MDGs yang diharapkan untuk bisa menjadi tolok ukur keberhasilan program kerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan. Status Gizi dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain: 1. Pendapatan, 2. Pendidikan, 3. Pekerjaan, 4. Budaya. Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain : 1. Usia, 2. Kondisi Fisik, 3. Infeksi Persentase Bayi dengan Berat Badan lahir Rendah (BBLR) Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah suatu istilah yang dipakai bagi bayi prematur atau low birth weight. Hal ini dikarenakan tidak semua bayi lahir dengan berat badan kurang dari gram bukan bayi prematur. Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan gram) merupakan salah 43

49 satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena prematur atau BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetatpi berat badannya kurang. Di Negara berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat kehamilan. Dari laporan Puskesmas pada tahun 2016 di Kabupaten Lamongan, diketahui bahwa jumlah bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 500 bayi (2,9%) yang terdiri dari 240 (2,7%) bayi lakilaki dan 260 (3,1%) bayi perempuan dari bayi lahir hidup. (Tabel 37) Persentase Balita dengan Gizi Kurang Kekurangan berat badan (BB) adalah kekurangan berat dari badan ideal sesuai tinggi badan. Penyebabnya, kebanyakan karena pola pemberian makan yang salah pada masa bayi dan balita, serta penyakit penyertanya, seperti infeks saluran napas, dan gangguan psikologis. Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah pengukuran secara anthropometric yang menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U). Jumlah balita yang dtimbang di Kabupaten Lamongan tahun 2016 adalah balita terdiri 44

50 dari balita laki-laki dan balita perempuan, sedang yang BGM/Gizi Kurang sebanyak 381 (0.5%) dari total balita ditimbang terdiri dari 167 balita Laki-laki (0.5%) dan 215 balita Perempuan (0.5%). Dari seluruh balita gizi kurang seluruhnya tertangani 100 %. (Tabel 47) Persentase Balita dengan Gizi Buruk Gizi buruk bisa dikatakan jika suatu keadaan gizi pada balita sudah pada tahap under weight atau kekurangan gizi sudah pada tingkat berat. Jumlah Balita Gizi Buruk di Kabupaten Lamongan Tahun 2016 dilaporkan sebanyak 120 terdiri dari 58 laki-laki dan 62 perempuan, jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebanyak 147 balita terdiri dari 73 balita laki-laki dan 74 balita perempuan, maka bisa dilihat adanya penurunan yang signifikan. Hal itu menandakan bahwa keadaan gizi balita di Kabupaten Lamongan semakin tahun semakin meningkat. (tabel 48) 45

51 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilakukan upaya pelayanan kesehatan yang melibatkan masyarakat sebagai individu dan masyarakat sebagai bagian dari kelompok atau komunitas. Upaya kesehatan mencakup upaya-upaya pelayanan kesehatan, promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pengamatan sediaan farmasi dan alat kesehatan, penanggulangan bencana dan sebagainya. Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan. Berikut ini diuraikan gambaran situasi upaya kesehatan di Kabupaten Lamongan tahun 2016 tergambar dalam uraian di bawah ini : 46

52 4.1 PELAYANAN KESEHATAN DASAR Tujuan pokok upaya kesehatan adalah meningkatkan pemerataan dan mutu upaya kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna serta terjangkau oleh segenap anggota masyarakat. Sasaran program ini adalah tersedianya pelayanan kesehatan dasar rujukan, baik oleh pemerintah maupun swasta yang didukung oleh pesatnya kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks. Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat diharapkan mampu mengatasi sebagian besar masalah kesehatan masyarakat. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut : Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Kegiatan KIA merupakan kegiatan prioritas mengingat terdapat indikator dampak yaitu AKI dan AKB yang merupakan indikator keberhasilan pembangunan daerah. Indikator ini juga digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan kesehatan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan nifas. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standart paling sedikit 4 kali (K4) dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter 47

53 umum, bidan) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya, yang mengikuti program pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Berdasarkan data Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), capaian cakupan ibu hamil K1 Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015 adalah 98,75%. Sedangkan cakupan pelayanan K1 di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 sebesar (100,01%) dari total kunjungan sebesar bumil, telah mencapai target hal ini berarti akses pelayanan kepada sasaran ibu hamil sudah baik. (Tabel 29) Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya yang mengikuti program pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Melalui ANC Terpadu diharapkan deteksi dini dan perawatan kehamilan dapat dilaksanakan dengan baik dan berkualitas. Dengan demikian komplikasi yang terjadi pada saat kehamilam dapat dicegah sehingga kematian pada ibu hamil dan janinnya dapat juga dicegah. Kunjungan ibu hamil sesuai standart 10 T adalah pelayanan yang mencakup minimal : 48

54 1) Timbang badan dan ukur tinggi badan; 2) Ukur tekanan darah; 3) Skrining status gizi (ukur LILA); 4) Tinggi fundus uteri; 5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ); 6) Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian Tetanus Toxoid; 7) Pemberian tablet besi 90 selama kehamilan; 8) Tes laboratorium sederhana (Hb, Protein urine) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAG, sifilis, malaria, HIV, TBC); 9) Tata laksana kasus; 10) Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling). Cakupan pelayanan K4 di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 sebesar (95,6%) dari seluruh ibu hamil sebesar Bumil. (Tabel 29) Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besar terhadap Angka Kematian Ibu di Indonesia. Pertolongan persalinan di Kabupaten Lamongan semua ditolong oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan dan di fasilitas kesehatan. Hasil pengumpulan data di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 menunjukkan bahwa persentase cakupan persalinan dengan pertolongan oleh tenaga kesehatan sebesar (99,9%). (Tabel 29) 49

55 4.1.4 Cakupan Pelayanan Nifas Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standart pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan ibu nifas minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu : 1) kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari; 2) kunjungan nifas kedua (KF2) dilakukan pada minggu ke-2 setelah persalinan; dan 3) kunjungan nifas ketiga (KF3) dilakukan minggu ke-6 setelah persalinan. Cakupan kunjungan ibu nifas pada tahun 2016 sebanyak dari seluruh ibu bersalin sebesar atau mencapai 99,8%. Cakupan ibu nifas mendapat Vitamin A pada tahun 2016 sebanyak dari seluruh ibu bersalin sebesar atau mencapai 95,52 %. (Tabel 29) Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan tablet Fe Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8 10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001). Pada tahun 2016 ini jumlah ibu hamil yang ada sebesar orang, dengan jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet 50

56 Fe1 sebanyak atau sebesar 98,15%. Sementara ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe3 sebanyak orang (88,91%). (tabel 32) Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah ibu dengan kompikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang mendapat penanganan defiinitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesamas, Puskesmas PONED, Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK). Untuk itu perlu penguatan puskesmas PONED agar cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dapat mencapai target yang telah ditentukan. Keberadaan 8 puskesmas PONED di Kabupaten Lamongan rata-rata peralatan dan tim PONED puskesmas sudah tidak lengkap sehingga perlu dilakukan pelatihan untuk melengkapi tim PONED yang sudah tidak lengkap. Sedangkan stimulasi PONED perlu untuk segera dilakukan agar tetap dapat melakukan pananganan komplikasi kebidanan. Pada tahun 2016 jumlah komplikasi kebidanan yang ditangani sebanyak orang dari perkiraan bumil dengan komplikasi sebanyak orang (80,04%). ( Tabel 33) Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani Neonatus dengan komplikasi merupakan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian. Neonatus dengan komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan dan kelainan congenital. Neonatus dengan komplikasi yang ditangani merupakan 51

57 neonatus komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Pada tahun 2016 cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani sebanyak (82,1%) yang terdiri dari bayi laki-laki sebanyak (81,9%) dan bayi perempuan sebanyak 974 (82,4%) dari perkiraan Neonatal dengan komplikasi. (Tabel 33) Cakupan pemberian Vit.A pada bayi Vitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang barguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata. Vitamin A pada balita biasanya diberikan di posyandu dalam bentuk tetes. Pemberian tersebut dimaksudkan untuk menjaga kesehatan mata agar terhindar dari kebutaan. Karena vitamin A tidak diproduksi oleh tubuh, maka pemberian pada balita sangat penting. Caranya dengan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A, bisa juga melalui kapsul vitamin A atau tetes. Namun perlu diperhatikan, pemberian vitamin A pada balita harus mengikuti dosis dan aturan. WHO telah memberikan aturan kadar pemberian dosis vitamin A berdasarkan usia seperti yang saya kutip dari okezone. Untuk bayi usia 0-6 bulan, direkomendasikan 3 X IU. Untuk bayi usia 6-11 bulan, dosisnya IU dengan diberikan kapsul vitamin A yang berwarna biru. Sedangkan untuk anak usia 1-5 tahun dosisnya IU (1 tetes) dengan diberikan kapsul berwarna merah. Biasanya pemberian vitamin A dilakukan setiap 6 bulan sekali di puskesmas atau posyandu. Di tahun 2016, Kabupaten Lamongan jumlah bayi dengan usia 6-11 bulan tercatat sebanyak terdiri dari lakilaki dan perempuan dan mendapatkan tablet vitamin A 52

58 sebanyak (104,83%) terdiri dari (101,80%) laki-laki dan (108,05%) perempuan Cakupan pemberian Vit.A pada anak balita Anak balita dengan usia bulan tercatat sebanyak anak terdiri dari laki-laki dan perempuan dan yang mendapatkan vit A sebanyak anak terdiri dari (100,51%) laki-laki dan (102,96%) perempuan. (tabel 44) Persentase peserta KB Aktif menurut jenis Kontrasepsi Diketahui jumlah pasangan usia subur (PUS) pada tahun 2016 sebanyak , sedangkan yang menjadi peserta KB aktif jangka panjang (MKJP) terdiri dari : IUD sebanyak orang (6,8%), MOP sebanyak 647 orang (0,3%), MOW sebanyak orang (2,3%), IMPLAN sebanyak orang (9,6%), dengan total seluruhnya orang (21,9%); sedangkan yang tergolong Non MKJP terdiri dari Kondom sebanyak orang (1,6%), Suntik sebanyak orang (56,5%), PIL sebanyak orang (23,2%), dengan total keseluruhan sebanyak orang (78,1%). (tabel : 34) Persentase peserta KB Baru menurut jenis Kontrasepsi Diketahui jumlah pasangan usia subur (PUS) pada tahun 2016 sebanyak , sedangkan yang menjadi peserta KB aktif jangka panjang (MKJP) terdiri dari : IUD sebanyak 473 orang (2,2%), MOP sebanyak 215 orang (1,0%), MOW sebanyak 409 orang (1,9%), IMPLAN sebanyak orang (11,1%), dengan total seluruhnya orang (16,2%); sedangkan yang tergolong Non MKJP terdiri dari Kondom sebanyak 348 orang (1,6%), Suntik sebanyak orang (61,5%), PIL sebanyak 53

59 4.468 orang (20,7%), dengan total keseluruhan sebanyak orang (83,8%). (tabel : 35) Persentase peserta KB Baru Diketahui jumlah pasangan usia subur (PUS) pada tahun 2016 sebanyak , sedangkan yang menjadi peserta KB baru sebesar (10,0%), dengan cakupan tertinggi Puskesmas Karangpilang yaitu sebesar 10,0% dan cakupan terendah Puskesmas Paciran yaitu 5,3%. (Tabel 35) Persentase peserta KB Aktif Jumlah pasangan usia subur (PUS) pada tahun 2016 sebanyak orang, sedangkan yang menjadi peserta KB aktif sebesar orang (70,0%), dengan cakupan tertinggi Puskesmas Sukodadi yaitu sebesar 73,8%. dan cakupan terendah Puskesmas Sambeng yaitu 68,0%. (Tabel: 34). GAMBAR 4.1 JENIS ALAT KONTRASEPSI YANG DIGUNAKAN TAHUN suntik pil implant iud MOP MOW kondom 54

60 Cakupan Kunjungan Neonatus Bila dilihat menurut data dari seluruh Puskesmas di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016, dengan cakupan Kunjungan Neonatus 1 kali (KN1) sebesar 98,3% dengan cakupan tertinggi adalah Puskesmas Pucuk dengan cakupan sebesar 112,5% dan Puskesmas dengan cakupan KN1 terendah adalah Puskesmas Tlogosadang dengan cakupan sebesar 62,6%. Sedangkan untuk cakupan Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) sebesar 97,4% dengan cakupan tertinggi adalah Puskesmas Pucuk sedangkan cakupan KN Lengkap terendah adalah Puskesmas Tlogosadang dengan cakupan mencapai 62,3%. ( Tabel 38 ) Gambar 4.2 JUMLAH BAYI, KUNJUNGAN BAYI DAN KN3 DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN JML BAYI KUNJ. BAYI (KN1) KUNJ. KN Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Pada awalnya UCI dijabarkan sebagai tercapainya cakupan imunisasi lengkap minimal 80% untuk tiga jenis antigen yaitu DPT3, Polio dan Campak. Namun sejak tahun 2003, indikator perhitungan UCI sudah mencakup semua jenis antigen, 55

61 yakni BCG 1 (satu) kali, DPT 3 (tiga) kali, HB 3 (tiga) kali, Polio 4 (empat) kali dan Campak 1 (satu) kali. Adapun sasaran program imunisasi adalah bayi (0-11 bulan), ibu hamil, Wanita Usia Subur (WUS) dan murid SD. Cakupan desa/kelurahan UCI di Jawa Timur tahun 2015 sebesar 76,47%. Sedangkan cakupan desa/kelurahan UCI di Kabupaten Lamongan tahun 2016 tercatat sebanyak 447 desa (94,3%) dari 474 desa/kelurahan yang ada. (Tabel 41) Persentase Cakupan imunisasi Bayi Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi HB<7 hari, BCG, DPT-HB3/DPT-HB-Hib3, Polio, dan Campak, yang dilakukan melalui pelayanan rutin di posyandu dan fasilitas pelayanan kesehatan lainya. Cakupan imunisasi HB<7 hari tercatat sebesar terdiri dari laki-laki (93,45%) dan perempuan (96,76%), Cakupan imunisasi BCG sebesar (99,95%) terdiri dari laki-laki (98,33%) dan perempuan (101,68%), DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 sebesar terdiri dari laki-laki (105%) dan perempuan (107%), Polio sebesar terdiri dari laki-laki (104,43%) dan perempuan (106,53%), Campak sebesar terdiri dari laki-laki (104,32%) dan perempuan (106,53%). (Tabel: 42, 43) 56

62 Gambar : 4.3 IMUNISASI BAYI DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN BCG DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 Polio Campak HB<7hr Persentase Bayi yang mendapat ASI Ekslusif Pada tahun 2002 World Health Organization menyatakan bahwa ASI eksklusif selama 6 bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Menyusui eksekusif adalah memberikan hanya ASI segera setelah lahir sampai bayi berusia 6 bulan dan memberikan kolostrum (Depkes RI, 2005) Berbagai penelitian telah mengkaji manfaat pemberian ASI ekslusif dalam hal menurunkan mortalitas bayi, morbiditas bayi, mengoptimalkan pertumbuhan dan membantu perkembangan. ASI diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat bagi bayi baik dari sisi/aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologik (interaksi dan kasih sayang antara anak dan ibu), aspek kecerdasan, aspek neurologik (aktifitas menyerap ASI bermanfaat di Jawa Timur 2012 saat pada koordinasi syaraf bayi), aspek ekonomi serta aspek penundaan kehamilan. 57

63 Berdasarkan data dari kabupaten/kota diketahui bahwa cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Jawa Timur tahun 2015 sebesar 69,1% sedangkan di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 jumlah bayi yang diberikan ASI Eksklusif sebesar sebanyak (73,3%) bayi terdiri bayi laki-laki dan bayi perempuan dari total bayi sebesar bayi. (Tabel: 39) Jumlah Balita ditimbang Upaya pemantauan terhadap pertumbuhan balita dilakukan melalui kegiatan penimbangan di posyandu secara rutin setiap bulan. Hasil dari pengumpulan data di seluruh puskesmas di Kabupaten Lamongan Tahun 2016, jumlah balita yang ada sebanyak , balita yang ditimbang sebanyak (90,70%) terdiri dari (Laki : 88,2%, Perempuan : 93%). Sementara itu balita dengan bawah garis merah (BGM) sebesar 73 (0.2%) terdiri dari (Laki : 0.2%, Perempuan : 0.3%). (Tabel: 47) Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan Untuk menekan kematian bayi atau balita, dan menurunkan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pemerintah menetapkan target bahwa semua balita gizi buruk dirawat. Penanganan dan pemulihan balita gizi buruk dapat dilakukan secara rawat inap dan rawat jalan. Selama ini pemulihan balita gizi buruk dilakukan dengan rawat inap di fasilitas kesehatan, tanpa pemisahan penderita yang disertai komplikasi ataupun yang tidak disertai komplikasi. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya antara lain cakupan balita yang ditemukan dan dirujuk masih rendah, lamanya masa perawatan yang mengakibatkan perawatan tidak tuntas karena umumnya pulang 58

64 paksa. Untuk mengatasi kendala tersebut, penderita gizi buruk tanpa Komplikasi dapat dirawat di rumah secara rawat jalan. Penanganan rawat jalan dilakukan berupa Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM) di rumah tangga yang dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa penemuan penderita gizi buruk secara dini dan ditangani secara tepat maka tingkat keberhasilan penatalaksanaannya akan tinggi. Upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terutama masalah cakupan balita Gizi Buruk yang mendapat perawatan di Kabupaten Lamongan berkerja sama dengan UPT Puskesmas yang ada untuk memberikan penanganan berupa pelayanan pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan Konseling pada anak balita gizi buruk yang ada di wilayahnya. Kasus balita gizi buruk di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 sebesar 120 terdiri dari 58 laki-laki dan 62 perempuan dengan kasus yang mendapat perawatan sebesar 120 (100%). (tabel : 48) Cakupan Pelayanan Anak Balita Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang pesat, masa ini merupakan masa keemasan dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara, serta pertumbuhan mental sehingga perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak balita setiap anak usia bulan dilaksanakan melalui Pelayanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali pertahun, pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, pemberian vitamin A dosis tinggi 2 kali pertahun, pelayanan balita sakit dengan pendekatan MTBS dan tercatat pada kohort anak balita dan prasekolah atau pencatatan pelaporan lainnya misalnya pencatatan yang ada di Posyandu. 59

65 Cakupan kunjungan balita pada tahun 2016 cakupan pelayanan anak balita di Kabupaten Lamongan sebanyak anak balita terdiri dari laki-laki (12,7%) dan perempuan (13,0%) dari anak balita yang ada. (Tabel. 46) Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD setingkat Pelayanan kesehatan siswa SD dan setingkat melalui pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap murid kelas I SD dan Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga kesehatan terlatih (guru dan dokter kecil) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Sedangkan data penjaringan yang diperoleh pada tahun 2016 di Kabupaten Lamongan sebesar siswa terdiri dari laki-laki sebanyak siswa dan perempuan sebanyak siswa dari siswa yang ada di Kabupaten Lamongan seluruhnya mendapat pelayanan kesehatan (penjaringan) atau mencapai 100%. (Tabel:49) Cakupan pelayanan kesehatan Usila Jumlah usia lanjut pada tahun 2016 di Kabupaten Lamongan sebesar orang yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. Sedangkan yang mendapat pelayanan kesehatan orang (79,79%) dari seluruh jumlah usila yang ada terdiri dari Laki-laki sebanyak (80,64%), Perempuan sebanyak (79,12 %). (Tabel 52) 60

66 Gambar : 4.4 JUMLAH PRA USILA DAN USIA LANJUT DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN PRA LANSIA dan LANSIA DILAYANI KES. 4.2 PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR Upaya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini yang selanjutnya dengan penanganan secara tepat melalui pengobatan penderita. Selain itu juga bisa dilakukan upaya lain dengan cara pemberian imunisasi, upaya pengurangan faktor resiko melalui kegiatan untuk meningkatkan kualitas lingkungan serta peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan penyakit menular yang dilakukan melalui berbagai kegiatan Jumlah penderita dan kematian pada KLB Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkam di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. 61

67 Kesiagaan Dinas Kesehatan dalam menangani KLB di wilayahnya membutuhkan kerja sama lintas sektor untuk menjangka pelayanan kesehatan yang terkena KLB di daerahnya, sehingga pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat sasaran. Pada tahun 2016, di Kabupaten Lamongan terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) sebanyak 18 KLB. KLB tersebut terjadi dalam kasus Keracunan makanan terjadi di 2 desa, Pertusis terjadi di 1 desa, AFP terjadi di 5 desa, HMFD (Hand, Mouth, and Foot Desease terjadi di 4 desa, dan Campak terjadi di 6 desa. (Tabel : 28) Pemberantasan Penyakit Polio Penyakit Polio (Poliomielitis) adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf, khususnya pada balita yang belum melakukan vaksinasi polio. Penyakit ini dapat dibasmi atau dihilangkan karena : 1. Virus Polio dapat hidup bertahan lama ditubuh manusia + 2 bulan sedangkan diluar tubuh manusia/lingkungan akan segera mati oleh suhu matahari atau sinar ultraviolet. 2. Sudah ada vaksin Polio yang dapat menimbulkan kekebalan tubuh terhadap virus polio. Apabila sudah dapat vaksinasi Polio 4 kali ( lengkap). Anak yang baru mendapat imunisasi Polio mucosa usus akan ditempeli oleh virus vaksin dan membentuk koloni virus vaksin di mucosa usus sehingga apabila virus polio liar masuk ke tubuh anak tersebut tidak akan dapat berkembang biak. Karena itu Badan dunia WHA ( organisasi dibawah WHO ) mengadakan konfrensi pada tahun 1988 di New Delhi yang dihadiri oleh Menteri Kesehatan Negera-negara seluruh Dunia. 62

68 telah mengeluarkan kesepakatan untuk mencapai Eradikasi Polio pada tahun 2000 dengan strategi sebagai : 1. Imunisasi Polio Rutin dengan cakupan yang tinggi dan merata sampai ke Desa-desa. 2. Imunisiasi Suplement / tambahan ( PIN, Sub PIN, Mop Up, ORI, Bias Polio ). 3. Surveilans Acute Flacced Paralysis. ( AFP ). 4. Pengamanan Virus Polio di Laboratorium. Seperti tahun-tahun sebelumnya untuk tahun 2016 di Kabupaten Lamongan tidak pernah terjadi kasus Polio. (Tabel : 18) Pemberantasan TB Paru Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Kuman Tuberculosis (Mycobacterium Tuberculosa) yang ditularkan melalui udara atau droplet nuclei saat seorang pasien Tuberculosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernafas. Berdasarkan data kompilasi dari puskesmas yang bersumber dari Subdin P2PL Dinas Kesehatan Lamongan, sepanjang tahun 2016 terdapat kasus baru TB yang terdiri dari orang laki-laki dan 812 orang perempuan. (Tabel : 7) Pemberantasan Penyakit ISPA ISPA merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Penularan ISPA terutama droplet (partikel-partikel kecil) yang keluar saat penderita batuk atau bersn. Penularan ISPA juga dapat terjadi melalui kontak langsung (menyentuh penderita langsung) dengan penderita maupun kontak tidak langsung yaitu menyentuh benda yang terkontaminasi droplet infeksius. 63

69 Pencegahan penyakit ISPA bisa dilakukan dengan cara : 1. Menjaga keadaan gizi anda dan keluarga agar tetap baik; 2. Memberikan ASI Eksklusif pada bayi anda; 3. Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat/tidur yang cukup dan olah raga teratur; 4. Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun; 5. Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA; 6. Hindari menyentuh mulut atau hidung anda setelah kontak dengan flu; 7. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan atau rumah. Jumlah balita penderita ISPA di Kabupaten Lamongan pada tahun yang dilaporkan sebanyak anak, dan seluruhnya di tangani atau mencapai 100%. (Tabel : 10) Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS dan PMS AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir. AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). Bila kita terinfeksi HIV, tubuh kita akan mencoba menyerang infeksi. Sistem kekebalan kita akan membuat antibody khusus yang menyerang HIV. Perkembangan penyakit AIDS di Kabupaten Lamongan tahun 2016 sebanyak 21 orang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Untuk kasus HIV sebanyak 100 kasus terdiri dari 62 orang laki-laki dan 38 orang perempuan. Kematian penderita akibat AIDS tahun 2016 sebanyak 7 orang yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. (Tabel : 11) 64

70 4.2.6 Pemberantasan Penyakit DBD Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah dikenal di Indonesia sebagai penyakit yang endemis terutama bagi anakanak. Penyebab virus ini adalah virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty sebagai faktor utama, disamping nyamuk Aedes Albopictus. Cara yang paling mudah namun efektif dalam mencegah penyakit DBD dengan cara yang sering kita sebut dengan istilah 3M plus, yaitu dengan menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi dan tempat penampungan air sekurangkurangnya seminggu sekali serta menimbun sampah-sampah dan lubang-lubang pohon yang berpotensi sebagai tempat perkembangan jentik-jentik nyamuk. Selain itu juga dapat dilakukan dengan melakukan tindakan plus seperti memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik nyamuk secara berkala serta tindakan lain yang sesuai dengan kondisi setempat. Jumlah kasus DBD di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 terdapat 585 kasus (49.2 per penduduk) terdiri dari laki-laki sebanyak 306 (53 per penduduk) dan perempuan sebanyak 279 (45.7 per penduduk). Dari kasus DBD yang ada di tahun 2016 terjadi kematian sebanyak 4 orang terdiri dari 1 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. (Tabel : 23) Pemberantasan Penyakit Malaria Penyakit malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis. Penyakit tersebut semula banyak ditemukan di daerah rawa-rawa. Terdapat 5 jenis parasit strain yang menyebabkan malaria diantaranya vivax dan falciparum. 4 diantaranya berupaya menjangkiti manusia. Strain falciparum adalah jenis parasit yang 65

71 paling membahayakan karena dapat menyebabkan kematian dan bertanggungjawab terhadap 90 per 100 kematian. Pada tahun 2016 di Kabupaten Lamongan ditemukan 3 kasus malaria tanpa kasus meninggal. (Tabel : 22) Pemberantasan Penyakit Kusta Penyakit kusta merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang menyerang kulit, saraf tepid an jaringan lain kecuali otak. Manusia terkena penyakit kusta karena penularan. Penyakit ini sering menimbulkan masalah yang kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis, tetapi meluas sampai pada masalah social, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Ada stigma dan deskriminasi di masyarakat tentang penyakit ini, orang takut bersentuhan dengan penderita kusta, termasuk petugas kesehatan. Pada tahun 2016 di Kabupaten Lamongan tercatat ada 9 kasus baru kusta yang diderita oleh usia 0-14 tahun dengan 6 orang cacat tingkat 2, 15 penderita kusta jenis PB dan 97 penderita kusta jenis MB. (Tabel : 15, 16) Pemberantasan Penyakit Filariasis Filariasis adalah penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin. Sementara kasus penyakit Filariasis di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 sama dengan tahun sebelumnya 66

72 sebesar 56 orang terdiri dari laki-laki sebanyak 27 orang dan perempuan sebanyak 29 orang. (Tabel : 23) 4.3 Jumlah kegiatan penyuluhan kesehatan Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan penambahan pengetahuan yang diperuntukkan bagi masyarakat melalui penyebaran pesan. Tujuan kegiatan penyuluhan kesehatan yaitu untuk mencapai tujuan hidup sehat dengan cara mempengaruhi perilaku masyarakat baik itu secara individu ataupun kelompok dengan menyampaikan pesan. Sasaran penyuluhan kesehatan yaitu mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu biasanya dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. Kegiatan penyuluhan kesehatan di wilayah Kabupaten Lamongan ditujukan agar upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat bisa dilakukan dengan keberhasilan seperti yang diharapkan melalui program dan kegiatan sebagai berikut : Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat Pelayanan kesehatan gigi dan mulut merupakan setiap penyelenggaraan upaya kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan gigi dan mulut perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat secara paripurna, terpadu dan berkualitas. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk upaya promotif, preventif, dan kuratif sederhana seperti pencabutan gigi tetap, pengobatan, dan penambalan sementara yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan pada tahun 2016 di Kabupaten Lamongan. Dari Usaha Kesehatan Gigi 67

73 Sekolah (UKGS) melalui Promotif dan Preventif, dari seluruh jumlah murid SD/MI siswa dari siswa laki-laki dan siswa perempuan melakukan pemeriksaan gigi sebanyak anak SD terdiri dari anak laki-laki dan anak perempuan. (Tabel : 51) IV.4 Akses Dan Mutu Pelayanan Kesehatan Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat yaitu hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan juga harus dipandang sebagai suatu investasi dalam kaitannya untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Untuk meningkatkan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan dalam hal ini Dinas Kesehatan berkerja sama dengan UPT Puskesmas untuk mencapai cakupan pelayanan kesehatan Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Kesadaran tentang pentingnya jaminan perlindungan sosial terus berkembang sesuai amanat pada perubahan UUD 1945 Pasal 34 ayat 2, bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Ditetapkannya UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial (SJSN) pada tahun 2004 dan UU No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pada tahun 2011 serta rencana pencapian Universal Coverage Insurance (UCI) pada tahun 2019 yang dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2014 meniscayakan adanya langkah dan upaya untuk mencapai target tersebut. 68

74 Pola pembiayaan pelayanan kesehatan fee for service dimana masyarakat membayar kepada penyedia pelayanan kesehatan setiap selesai mendapatkan pelayanan kesehatan saat ini masih menjadi pilihan utama masyarakat. Pola pembiayaan fee for service pasti akan membebani masyarakat. Oleh karena itu seharusnya pola pembiayaan kesehatan dari fee for service harus dialihkan ke arah prospective payment atau pola pembiayaan kesehatan pra bayar, misalnya Asuransi Kesehatan oleh PT.ASKES (Persero), program pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja oleh PT. Jamsostek maupun asuransi kesehatan yang dkelola oleh pihak swasta. Untuk mencapai derajat kesehatan secara paripurna di masyarakat maka pemerintah memberlakukan program JAMKESMAS di setiap daerah. Suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan, berkesinambungan, dengan mutu yang terjamin dan biaya yang terkendali dengan melalui program JAMKESMAS. Pada tahun 2016 pencapaian cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Penduduk sebanyak terdiri dari Laki-laki (40%) dan Perempuan (60%). (Tabel: 53) Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Masyarakat Miskin dan Hampir Miskin Dalam meningkatkan pelayanan kesehatan rawat jalan masyarakat miskin, Pemerintah memberikan pelayanan kesehatan rawat jalan untuk masyarakat miskin di fasilitas kesehatan timgkat pertama di wilayah kerja masing-masing. Sedangkan untuk cakupan pelayanan kesehatan rawat jalan masyarakat miskin di Kabupaten Lamongan Tahun 2016 adalah 69

75 jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. (Tabel: 54) Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Masyarakat Miskin (dan hampir miskin) Untuk meningkatkan pelayanan fasilitas kesehatan di Puskesmas perawatan atau pelayanan dasar tingkat I, maka pelayanan di bidang kesehatan harus ditingkatkan, terutama pelayanan Rawat Inap di sarana kesehatan tingkat I dan dari hasil data cakupan Pelayana Kesehatan Rawat Inap masyarakat miskin di Sarana Kesehatan tingkat pertama pada tahun 2016 tercatat sebanyak orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. (Tabel : 54) 4.5 INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit (RS) antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta dengan rasio terhadap jumlah penduduk. Jumlah seluruh RS di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 sebanyak 11 buah dengan rincian RSUD sebanyak 2 buah yaitu RSUD. Dr. Soegiri Lamongan dan RSUD. Ngimbang, RS Khusus ada 3 buah yang terdiri dari RS Ibu dan Anak Fatimah Lamongan, RS Bedah Citra Medika dan RS Bedah Mitra Sehat Lamongan, RS Swasta ada 6 buah yaitu RSM Lamongan, RSM Babat, RSI Nasrul Ummah Lamongan, RS. dr. SUYUDI Paciran, dam RS Citra Medika Lamongan, RS KH. Abdurrahman Syamsuri Lamongan. (Tabel : 67) 70

76 4.6 PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR Persentase Rumah Sehat Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Pada tahun 2016 telah dilakukan pembinaan rumah sehat pada rumah atau 58,28% dari jumlah rumah yang ada di Kabupaten Lamongan, dari pembinaan tersebut tercatat rumah dinyatakan sehat atau 43,77% dari rumah yang dibina. Sehingga tahun 2016 terdapat atau 82,88% dari seluruh rumah yang ada di Kabupaten Lamongan telah menjadi rumah yang memenuhi syarat atau rumah sehat. (Tabel: 58) Persentase Desa yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Desa yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Kabupaten Lamongan tahun 2016 sebesar 100% dari jumlah seluruh desa sebanyak 474. Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) itu sendiri memiliki lima pilar sebagai indikator penilaian dalam upaya menuju lingkungan sehat. Untuk pilar pertama adalah jamban. Sesuai data yang ada di Kabupaten Lamongan tercatat desa stop BABS sebanyak 205 (42.25%) dari 474 desa. Untuk selanjutnya direncanakan pada program desa Stop BABS akan selesai pada tahun 2019 menuju terwujudnya desa ODF. (Tabel : 62) 71

77 4.6.3 Persentase Penduduk dengan Akses Berkelanjutan terhadap Air Minum berkualitas (Layak) di Kabupaten Lamongan Air bersih merupakan salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi (mandi, cuci, dan lain-lain). Di Kabupaten Lamongan sumber air bersih bisa di dapat dari mata air terlindung, penampungan air hujan dan perpipaan (PDAM). Untuk mata air terlindung, didapatkan jumlah sarana yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak dari sarana yang ada dengan jumlah penduduk pengguna yang memenuhi syarat sebanyak dari total pengguna sebanyak Untuk penampungan air hujan, didapatkan jumlah sarana yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak dari sarana yang ada dengan jumlah penduduk pengguna yang memenuhi syarat sebanyak dari total pengguna sebanyak Untuk Perpipaan (PDAM), didapatkan jumlah sarana yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak dari sarana yang ada dengan jumlah penduduk pengguna yang memenuhi syarat sebanyak dari total pengguna sebanyak (Tabel: 59) 72

78 4.6.4 Persentase Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengelolaan Makanan (TPUM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang, dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. TUPM meliputi hotel, restoran, pasar dan lain-lain. Sedangkan TUPM sehat adalah tempat umum dan tempat pengelolaan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai ( luas ruangan) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai. Data yang diperoleh dari rekapitulasi laporan bulanan UPT Puskesmas pada tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah hotel yang ada maupun yang diperiksa sebanyak 7 buah dan yang memenuhi syarat sebanyak 5 hotel (71,4%). Untuk tempat pengelolaan makanan (TPM) yang ada di Kabupaten Lamongan terdiri dari 45 jasa boga terdiri dari 27 jasa boga yang memenuhi syarat Hygiene Sanitasi dan 18 jasa boga yang tidak memenuhi syarat Hygiene Sanitasi. Rumah Makan/Restoran sebanyak 45 terdiri dari 27 Rumah Makan/Restoran yang memenuhi syarat Hygiene Sanitasi dan 18 Rumah Makan/Restoran yang tidak memenuhi syarat Hygiene Sanitasi. Depo Air Minum sebanyak 505 terdiri dari 284 Depo Air Minum yang memenuhi syarat Hygiene Sanitasi dan 221 Depo Air Minum yang tidak memenuhi syarat Hygiene Sanitasi. Untuk makanan jajanan ada sebanyak tempat terdiri dari tempat makanan jajanan yang memenuhi syarat Hygiene Sanitasi dan 944 tempat makanan jajanan yang tidak memenuhi syarat Hygiene Sanitasi. (Tabel: 64) 73

79 Gambar : 4.5 TPM YANG DIPERIKSA DAN YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN YANG ADA YG MEMENUHI SYARAT TIDAK MEMENUHI SYARAT Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Rumah tangga ber-phbs adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu mempraktikkan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Rumah Tangga Ber- PHBS, yang meliputi 10 indikator, yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI eksklusif, balita ditimbang setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, membrantas jentik di rumah sekali seminggu, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah. Apabila dalam rumah tangga tersebut tidak ada ibu yang melahirkan, tidak ada bayi dan tidak ada balita, maka pengertian rumah tangga ber- PHBS adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator. Pada tahun 2016 pencapaian Rumah Tangga Ber- 74

80 PHBS sebanyak (64,98%) dari Rumah Tangga yang ada. (Tabel: 57) 75

81 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Sumber daya kesehatan merupakan salah satu pendukung di segala level pelayanan kesehatan. Dan dengan terpenuhinya sumber daya kesehatan, diharapkan juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sehingga derajat kesehatan masyarakat akan terjaga. Pada bab ini, situasi sumber daya kesehatan akan menyajikan gambaran sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan anggaran kesehatan. 5.1 SARANA KESEHATAN Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan, Puskesmas di dukung oleh jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas kesehatan. Jaringan pelayanan Puskesmas terdiri atas Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Bidan Desa. Sedangkan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan terdiri atas klinik, rumah sakit, apotek, laboratorium dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Adapun kondisi sarana kesehatan di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 dapat digambarkan beriukut ini : Puskesmas Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan sampai ditingkat kecamatan. Sampai dengan tahun 2015, jumlah Puskesmas di Provinsi Jawa Timur yang sudah teregistrasi di Kementerian Kesehatan sebanyak 960 unit yang terdiri dari 588 Puskesmas Perawatan dan 372 Puskesmas non Perawatan. Puskesmas di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 berjumlah 33 buah, puskesmas dengan perawatan sebanyak 32 buah dan 1 buah non perawatan. Sedangkan jumlah puskesmas pembantu pada tahun 2016 sebanyak 109 buah. Selain itu, dalam menjalankan tugas 76

82 operasionalnya didukung oleh puskesmas keliling sejumlah 59 buah. (Tabel: 67) Rumah Sakit Rumah sakit sebagai salah satu penyelenggara kesehatan telah mengalami banyak kemajuan, di mana salah satunya dapat dilihat dari jumlah rumah sakit yang semakin bertambah. Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit (RS) antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta dengan rasio terhadap jumlah penduduk. Jumlah seluruh RS di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 sebanyak 11 buah dengan rincian RSUD sebanyak 2 buah, RS Khusus sebanyak 3 buah dan RS Swasta 6 buah. (Tabel: 67) Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan. Data yang berhasil dikumpulkan tahun 2016 adalah jumlah apotik di Kabupaten Lamongan sebanyak 91 buah, gudang farmasi kabupaten / kota sebanyak 1 unit, sementara itu Toko Obat 4 buah. (Tabel: 67) 77

83 5.1.4 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Upaya Kesehatan Bersumberdaya Kesehatan (UKBM) adalah suatu upaya kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) diantaranya adalah Poskesdes, Polindes dan Posbindu. Poskesdes merupakan wadah berkembangnya kegiatan Desa Siaga Aktif. Jumlah Poskesdes di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 sesuai dengan jumlah desa yaitu 474. Jadi disetiap desa telah tersedia Poskesdes sebagai sarana kesehatan yang diharapkan bisa memberikan pelayanan lebih. Jumlah Polindes di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 sebanyak 252 buah. Sedangkan jumlah Posbindu sebanyak 119 buah Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan, oleh dan bersama masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan. Di Kabupaten Lamongan menurut hasil kompilasi dari Profil Kesehatan tahun 2016, bahwa jumlah seluruh posyandu yang ada sebanyak posyandu, dengan rincian posyandu pratama 32 buah (1,84%), posyandu madya 326 buah (18,71%), posyandu purnama buah (64,93%), dan posyandu mandiri 253 buah (14,52%). (Tabel: 69) 78

84 Gambar : 5.1 JUMLAH POSYANDU DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 MANDIRI 9,83% PRATAMA 3,16% MADYA 20,34% PURNAMA 66,67% 5.2 TENAGA KESEHATAN Sumber daya manusia kesehatan merupakan bagian penting dari upaya peningkatan pembangunan kesehatan bangsa. Pada pelaksanaannya, Pemerintah memegang peranan dalam mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan. Menurut Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan menyatakan bahwa tenaga kesehatan merupakan bagian dari SDM Kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga psikologis klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisan medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lainnya. Data ketenagaan ini diperoleh dari hasil pengumpulan data oleh Sub Bagian Program. Data yang dapat dikumpulkan meliputi data jumlah dan jenis sumber daya manusia kesehatan yang ada pada Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum, Puskesmas, RS, RB, BP Swasta pada tahun

85 Jumlah dan jenis sumber daya kesehatan di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 berdasar pada pendidikan kesehatan maupun profesi terdiri dari : Dokter Umum di Puskesmas sebanyak 62 orang dan Dokter Gigi di Puskesmas sebanyak 30 orang, Bidan di Puskesmas sebanyak 410 orang, Perawat 287 orang di Puskesmas, Tenaga Kefarmasian di Puskesmas sebanyak 10 orang, Tenaga Gizi di Puskesmas sebanyak 3 orang, Tenaga Sanitasi di Puskesmas sebanyak 8 orang, Tenaga Fisoteraphi di Puskesmas nihil, di Rumah Sakit 12 orang, dan di Dinas Kesehatan nihil Jumlah dan Rasio Tenaga Medis (dokter umum, spesialis, dokter gigi) di Sarana Kesehatan Untuk memenuhi kebutuhan tenaga medis yang ada di kabupaten Lamongan pada tahun 2016 di perkirakan sebanyak 248 dokter dengan rasio kebutuhannya tenaga medis sebesar 20,87 per penduduk. (Tabel: 72) Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan (bidan, perawat) di Sarana Kesehatan Sesuai dengan pertumbuhan SDM di masyarakat dewasa ini maka masyarakat sudah dapat mengerti tentang masalah kesehatan, sehingga mereka dapat memilih pelayanan terdekat yaitu pelayanan yang ada di Pustu atau Polindes yang ada di desanya. Ada pun jumlah tenaga bidan tahun 2016 sebanyak 564 yang tersebar di seluruh UPT Puskesmas dan Rumah Sakit di Kabupaten Lamongan dengan rasio terhadao penduduk sebesar 47,47 per penduduk. (Tabel: 73) 80

86 5.3 ANGGARAN KESEHATAN Pembiayaan kesehatan sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat yang bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan. Pembiayaan program dan kegiatan bidang kesehatan diperoleh dari berbagai sumber, di antaranya APBD yaitu APBD Provinsi maupun APBD Kabupaten/Kota, APBN yaitu dana dekonsentrasi. Di Kabupaten Lamongan pada tahun 2016 Pembiayaan Kesehatan yang bersumber dari Pemerintah dan masyarakat. Anggaran Pemerintah bersumber dari : 1. APBD Kabupaten/Kota : Rp ,- 2. Total anggaran kesehatan : Rp ,- pada tahun 2016 Hal ini berarti, besar biaya kesehatan per kapita per tahun untuk tahun 2016 penduduk di Kabupaten Lamongan sebesar ,62 dengan persen APBD kesehatan terhadap APBD Kabupaten/Kota sebesar 12,78%. (Tabel : 81) 81

87 Gambar : 5.2 PROPORSI ANGGARAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN % TOTAL ANGGARAN KESEHATAN 13.17% TOTAL APBD KAB/KOTA 86.83% 82

88 BAB VI PENUTUP Penyediaan data dan informasidi bidang kesehatan yang berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan di lingkungan pemerintahan, organisasi profesi, akademisi, swasta dan pihak terkait lainnya. Di bidang kesehatan, data dan informasi juga merupakan sumber daya strategis bagi pimpinanan dan organisasi dalam penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan (SIK). Namun, sangat disadari bahwa saat ini Sistem Informasi Kesehatan masih belum optimal dalam pemenuhan kebutuhan data dan informasi. Terlebih dalam masa desentralisasi (otonomi daerah) ini dimana proses pengumpulan data dan informasi dari kabupaten/kota atau lintas sektor relatif lebih sulit. Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang di sajikan dalam Buku Profil Kesehatan ini masih belum sesuai dengan harapan. Walaupun demikian, Buku Profil Kesehatan ini diharapkan dapat memberikan gambaran keadaan kesehatan masyarakat Jawa Timur dan capaian kinerja pelayanan kesehatan yang telah dilakukan beserta aspek-aspek pendukung lainnya. Buku Profil Kesehatan sering kali belum mendapatkan apresiasi yang layak, karena belum dapat menyajikan data dan informasi kesehatan sesuai yang diharapkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan yang membutuhkan. Oleh karena itu, perlu adanya terobosan dan ide-ide baru dalam mekanisme penyusunan, baik dimulai dari masa pengumpulan data, proses validasi data serta dalam tahap analisa data, yang nantinya akan menghasilkan suatu publikasi data dan informasi pembangunan kesehatan, serta dapat membawa manfaat bagi dunia kesehatan di Jawa Timur dan Indonesia pada umumnya. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam rangka penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan tahun 2016 ini. 83

89 RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 1,813 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 474 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 577, ,082 1,188,193 Jiwa Tabel 2 4 Rata-rata jiwa/rumah tangga 3.3 Jiwa Tabel 1 5 Kepadatan Penduduk /Km Jiwa/Km 2 Tabel 1 6 Rasio Beban Tanggungan 44.6 per 100 penduduk produktif Tabel 2 7 Rasio Jenis Kelamin 94.4 Tabel 2 8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 3 9 Penduduk 10 tahun yang memiliki ijazah tertinggi a. SMP/ MTs % Tabel 3 b. SMA/ SMK/ MA % Tabel 3 c. Sekolah menengah kejuruan % Tabel 3 d. Diploma I/Diploma II % Tabel 3 e. Akademi/Diploma III % Tabel 3 f. Universitas/Diploma IV % Tabel 3 g. S2/S3 (Master/Doktor) % Tabel 3 B. DERAJAT KESEHATAN B.1 Angka Kematian 10 Jumlah Lahir Hidup 8,943 8,340 17,283 Tabel 4 11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) per Kelahiran Hidup Tabel 4 12 Jumlah Kematian Neonatal neonatal Tabel 5 13 Angka Kematian Neonatal (dilaporkan) per Kelahiran Hidup Tabel 5 14 Jumlah Bayi Mati bayi Tabel 5 15 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) per Kelahiran Hidup Tabel 5 16 Jumlah Balita Mati Balita Tabel 5 17 Angka Kematian Balita (dilaporkan) per Kelahiran Hidup Tabel 5 18 Kematian Ibu Jumlah Kematian Ibu 11 Ibu Tabel 6 Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 64 per Kelahiran Hidup Tabel 6 B.2 Angka Kesakitan 19 Tuberkulosis Jumlah kasus baru TB BTA Kasus Tabel 7 Proporsi kasus baru TB BTA % Tabel 7 CNR kasus baru BTA per penduduk Tabel 7 Jumlah seluruh kasus TB 1, ,901 Kasus Tabel 7 CNR seluruh kasus TB per penduduk Tabel 7 Kasus TB anak 0-14 tahun 5.68 % Tabel 7 Persentase BTA+ terhadap suspek % Tabel 8 Angka kesembuhan BTA % Tabel 9 Angka pengobatan lengkap BTA % Tabel 9 Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) BTA % Tabel 9 Angka kematian selama pengobatan per penduduk Tabel 9 20 Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani % Tabel Jumlah Kasus HIV Kasus Tabel Jumlah Kasus AIDS Kasus Tabel Jumlah Kematian karena AIDS Jiwa Tabel Jumlah Kasus Syphilis Kasus Tabel Donor darah diskrining positif HIV % Tabel Persentase Diare ditemukan dan ditangani % Tabel Kusta Jumlah Kasus Baru Kusta (PB+MB) Kasus Tabel 14 Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) per penduduk Tabel 14 Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun 8.04 % Tabel 15 Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 5.36 % Tabel 15 Angka Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 0.50 per penduduk Tabel 15 Angka Prevalensi Kusta per Penduduk Tabel 16 Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) % Tabel 17 Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) % Tabel Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi AFP Rate (non polio) < 15 th 1.83 per penduduk <15 tahun Tabel 18 Jumlah Kasus Difteri Kasus Tabel 19 Case Fatality Rate Difteri #DIV/0! % Tabel 19 Jumlah Kasus Pertusis Kasus Tabel 19 Jumlah Kasus Tetanus (non neonatorum) Kasus Tabel 19 Case Fatality Rate Tetanus (non neonatorum) 0 % Tabel 19 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum Kasus Tabel 19 Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum #DIV/0! % Tabel 19 Jumlah Kasus Campak Kasus Tabel 20 Case Fatality Rate Campak 0 % Tabel 20 Jumlah Kasus Polio Kasus Tabel 20 Jumlah Kasus Hepatitis B Kasus Tabel Incidence Rate DBD per penduduk Tabel Case Fatality Rate DBD % Tabel Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence ) #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! per penduduk berisiko Tabel Case Fatality Rate Malaria 0.00 #DIV/0! 0.00 % Tabel Angka Kesakitan Filariasis per penduduk Tabel Persentase Hipertensi/tekanan darah tinggi % Tabel 24

90 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran 35 Persentase obesitas % Tabel Persentase IVA positif pada perempuan usia tahun 5.08 % Tabel % tumor/benjolan payudara pada perempuan tahun 2.92 % Tabel Desa/Kelurahan terkena KLB ditangani < 24 jam % Tabel 28 C. UPAYA KESEHATAN C.1 Pelayanan Kesehatan 39 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 100 % Tabel Kunjungan Ibu Hamil (K4) % Tabel Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan % Tabel Pelayanan Ibu Nifas % Tabel Ibu Nifas Mendapat Vitamin A % Tabel Ibu hamil dengan imunisasi TT % Tabel Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe % Tabel Penanganan komplikasi kebidanan % Tabel Penanganan komplikasi Neonatal % Tabel Peserta KB Baru % Tabel Peserta KB Aktif % Tabel Bayi baru lahir ditimbang % Tabel Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) % Tabel Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) % Tabel Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) % Tabel Bayi yang diberi ASI Eksklusif % Tabel Pelayanan kesehatan bayi % Tabel Desa/Kelurahan UCI % Tabel Cakupan Imunisasi Campak Bayi % Tabel Imunisasi dasar lengkap pada bayi % Tabel Bayi Mendapat Vitamin A % Tabel Anak Balita Mendapat Vitamin A % Tabel Baduta ditimbang % Tabel Baduta berat badan di bawah garis merah (BGM) % Tabel Pelayanan kesehatan anak balita % Tabel Balita ditimbang (D/S) % Tabel Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) % Tabel Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan % Tabel Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat % Tabel Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap 1.16 Tabel SD/MI yang melakukan sikat gigi massal - sekolah Tabel SD/MI yang mendapat pelayanan gigi - sekolah Tabel Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) % Tabel Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan mulut #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) % Tabel 52 C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Persentase 75 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan % Tabel Cakupan Kunjungan Rawat Jalan % Tabel Cakupan Kunjungan Rawat Inap % Tabel Angka kematian kasar/gross Death Rate (GDR) di RS per pasien keluar Tabel Angka kematian murni/nett Death Rate (NDR) di RS per pasien keluar Tabel Bed Occupation Rate (BOR) di RS % Tabel Bed Turn Over (BTO) di RS Kali Tabel Turn of Interval (TOI) di RS 1.79 Hari Tabel Average Length of Stay (ALOS) di RS - Hari Tabel 56 C.3 Perilaku Hidup Masyarakat 87 Rumah Tangga ber-phbs % Tabel 57 C.4 Keadaan Lingkungan 88 Persentase rumah sehat % Tabel Penduduk yang memiliki akses air minum yang layak % Tabel Penyelenggara air minum memenuhi syarat kesehatan % Tabel Penduduk yg memiliki akses sanitasi layak (jamban sehat) % Tabel Desa STBM 0.21 % Tabel Tempat-tempat umum memenuhi syarat % Tabel 63 TPM memenuhi syarat higiene sanitasi % Tabel 64 TPM tidak memenuhi syarat dibina % Tabel 65 TPM memenuhi syarat diuji petik % Tabel 65 D. SUMBERDAYA KESEHATAN D.1 Sarana Kesehatan 94 Jumlah Rumah Sakit Umum 8.00 RS Tabel Jumlah Rumah Sakit Khusus 3.00 RS Tabel Jumlah Puskesmas Rawat Inap Tabel Jumlah Puskesmas non-rawat Inap 1.00 Tabel 67 Jumlah Puskesmas Keliling Tabel 67 Jumlah Puskesmas pembantu Tabel 67

91 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran 98 Jumlah Apotek Tabel RS dengan kemampuan pelayanan gadar level % Tabel Jumlah Posyandu 1, Posyandu Tabel Posyandu Aktif % Tabel Rasio posyandu per 100 balita 2.04 per 100 balita Tabel UKBM Poskesdes Poskesdes Tabel 70 Polindes Polindes Tabel 70 Posbindu Posbindu Tabel Jumlah Desa Siaga Desa Tabel Persentase Desa Siaga % Tabel 71 D.2 Tenaga Kesehatan 106 Jumlah Dokter Spesialis Orang Tabel Jumlah Dokter Umum Orang Tabel Rasio Dokter (spesialis+umum) per penduduk Tabel Jumlah Dokter Gigi + Dokter Gigi Spesialis Orang Tabel Rasio Dokter Gigi (termasuk Dokter Gigi Spesialis) 3.20 per penduduk 111 Jumlah Bidan Orang Tabel Rasio Bidan per penduduk per penduduk Tabel Jumlah Perawat Orang Tabel Rasio Perawat per penduduk per penduduk Tabel Jumlah Perawat Gigi Orang Tabel Jumlah Tenaga Kefarmasian Orang Tabel Jumlah Tenaga Kesehatan kesehatan Orang Tabel Jumlah Tenaga Sanitasi Orang Tabel Jumlah Tenaga Gizi Orang Tabel 77 D.3 Pembiayaan Kesehatan 120 Total Anggaran Kesehatan 396,158,563, Rp Tabel APBD Kesehatan terhadap APBD Kab/Kota % Tabel Anggaran Kesehatan Perkapita 333, Rp Tabel 81

92 TABEL 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 NO KECAMATAN LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN JUMLAH WILAYAH DESA + RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK (km 2 DESA KELURAHAN PENDUDUK ) KELURAHAN TANGGA TANGGA per km Sukorame ,384 6, Bluluk ,031 6, Ngimbang ,363 13, Sambeng ,041 16, Mantup ,826 13, Kembangbahu ,061 10, Sugio ,179 17, Kedungpring ,825 16, Modo ,880 16, Babat ,342 26, , Pucuk ,785 14, Sukodadi ,514 12, Lamongan ,026 17, , Tikung ,858 12, Dermolemahbang ,803 5, Deket ,484 9, Glagah ,768 8, Karangbinangun ,826 9, Kalitengah ,877 9, , Turi ,650 11, Karanggeneng ,424 10, Sekaran ,569 10, Maduran ,261 8, Laren ,054 3, Solokuro ,320 14, Paciran ,333 28, , Brondong ,709 24, JUMLAH (KAB/KOTA) 1, ,188, , Sumber: - Kantor Statistik Kabupaten/Kota

93 TABEL 2 NO KELOMPOK UMUR (TAHUN) JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN RASIO JENIS KELAMIN ,962 41,595 85, ,991 43,720 89, ,069 47,629 97, ,168 48,004 97, ,147 41,178 80, ,309 41,564 79, ,327 45,113 85, ,899 47,760 91, ,755 48,209 92, ,125 48,215 92, ,101 44,298 85, ,531 33,690 68, ,081 24,388 48, ,286 19,155 34, ,409 16,658 28, ,951 19,906 30, JUMLAH 577, ,082 1,188, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO) 45 Sumber: - Kantor Statistik Kabupaten/kota

94 TABEL 3 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 NO VARIABEL LAKI-LAKI JUMLAH PEREMPUAN LAKI-LAKI+ PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+ PEREMPUAN PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS 0 PERSENTASE 2 3 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF PERSENTASE PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN: 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! a. TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! b. SD/MI 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! c. SMP/ MTs 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! d. SMA/ MA 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! e. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! f. DIPLOMA I/DIPLOMA II 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! g. AKADEMI/DIPLOMA III 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! h. UNIVERSITAS/DIPLOMA IV 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! i. S2/S3 (MASTER/DOKTOR) 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! Sumber: (sebutkan)

95 TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 NO KECAMATAN NAMA PUSKESMAS HIDUP LAKI-LAKI MATI HIDUP + MATI HIDUP JUMLAH KELAHIRAN PEREMPUAN MATI HIDUP + MATI LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI Sukorame Sukorame Bluluk Bluluk Ngimbang Ngimbang Sambeng Sambeng Mantup Mantup Kembangbahu Kembangbahu Sugio Sugio Kedungpring Kedungpring Dradah Modo Modo Karangpilang Babat Babat Moropelang Karangkembang Pucuk Pucuk Sukodadi Sukodadi Sumberaji Lamongan Lamongan Tikung Tikung Dermolemahbang Dermolemahbang Deket Deket Glagah Glagah Karangbinangun Karangbinangun Kalitengah Kalitengah Turi Turi Karanggeneng Karanggeneng Sekaran Sekaran Maduran Maduran Laren Laren Solokuro Payaman Paciran Paciran Tlogosadang Brondong Brondong JUMLAH (KAB/KOTA) 8, ,969 8, ,354 17, ,323 ANGKA LAHIR MATI PER KELAHIRAN (DILAPORKAN) Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga Keterangan : Angka Lahir Mati (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan Angka Lahir Mati yang sebenarnya di populasi

96 TABEL 5 NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN LAMONGAN TAHUN Sukorame Sukorame Bluluk Bluluk Ngimbang Ngimbang Sambeng Sambeng Mantup Mantup Kembangbahu Kembangbahu Sugio Sugio Kedungpring Kedungpring Dradah Modo Modo Karangpilang Babat Babat Moropelang Karangkembang Pucuk Pucuk Sukodadi Sukodadi Sumberaji Lamongan Lamongan Tikung Tikung Dermolemahbang Dermolemahbang Deket Deket Glagah Glagah Karangbinangun Karangbinangun Kalitengah Kalitengah Turi Turi Karanggeneng Karanggeneng Sekaran Sekaran Maduran Maduran Laren Laren Solokuro Payaman Paciran Paciran Tlogosadang Brondong Brondong JUMLAH (KAB/KOTA) ANGKA KEMATIAN (DILAPORKAN) Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga NEONATAL LAKI - LAKI JUMLAH KEMATIAN PEREMPUAN Keterangan : - Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan AKN/AKB/AKABA yang sebenarnya di populasi LAKI - LAKI + PEREMPUAN BAYI a ANAK BALITA BAYI a ANAK BAYI BALITA NEONATAL BALITA a ANAK NEONATAL BALITA BALITA BALITA

97 TABEL 6 JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 KEMATIAN IBU JUMLAH LAHIR NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH KEMATIAN IBU HAMIL JUMLAH KEMATIAN IBU BERSALIN JUMLAH KEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH KEMATIAN IBU HIDUP < < < < tahun JUMLAH 35 tahun JUMLAH 35 tahun JUMLAH 35 tahun JUMLAH tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun Sukorame Sukorame Bluluk Bluluk Ngimbang Ngimbang Sambeng Sambeng Mantup Mantup Kembangbahu Kembangbahu Sugio Sugio Kedungpring Kedungpring Dradah Modo Modo Karangpilang Babat Babat Moropelang Karangkembang Pucuk Pucuk Sukodadi Sukodadi Sumberaji Lamongan Lamongan Tikung Tikung Dermolemahbang Dermolemahbang Deket Deket Glagah Glagah Karangbinangun Karangbinangun Kalitengah Kalitengah Turi Turi Karanggeneng Karanggeneng Sekaran Sekaran Maduran Maduran Laren Laren Solokuro Payaman Paciran Paciran Tlogosadang Brondong Brondong JUMLAH (KAB/KOTA) 17, ANGKA KEMATIAN IBU (DILAPORKAN) 64 Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga Keterangan: - Jumlah kematian ibu = jumlah kematian ibu hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas - Angka Kematian Ibu (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi

98 TABEL 7 NO KECAMATAN PUSKESMAS KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS TB PADA ANAK, DAN CASE NOTIFICATION RATE (CNR) PER PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 JUMLAH SELURUH JUMLAH KASUS BARU TB BTA+ KASUS TB KASUS TB ANAK JUMLAH PENDUDUK 0-14 TAHUN L P L P L+P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % Sukorame Sukorame 10,035 10,349 20, Bluluk Bluluk 10,602 11,429 22, Ngimbang Ngimbang 22,426 22,937 45, Sambeng Sambeng 23,680 24,361 48, Mantup Mantup 21,580 22,246 43, Kembangbahu Kembangbahu 23,404 23,657 47, Sugio Sugio 26,472 27,707 54, Kedungpring Kedungpring 12,361 13,427 25, Dradah 11,044 11,993 23, Modo Modo 12,097 12,940 25, Karangpilang 9,587 10,256 19, Babat Babat 16,118 16,656 32, Moropelang 12,445 12,862 25, Karangkembang 8,487 8,774 17, Pucuk Pucuk 17,730 19,055 36, Sukodadi Sukodadi 14,300 15,239 29, Sumberaji 10,637 11,338 21, Lamongan Lamongan 33,767 35,259 69, Tikung Tikung 21,668 22,190 43, Dermolemahbang Dermolemahbang 11,241 11,562 22, Deket Deket 21,167 21,317 42, Glagah Glagah 17,097 17,671 34, Karangbinangun Karangbinangun 15,925 16,901 32, Kalitengah Kalitengah 14,214 15,436 29, Turi Turi 23,585 24,292 47, Karanggeneng Karanggeneng 16,276 18,148 34, Sekaran Sekaran 14,325 16,244 30, Maduran Maduran 10,816 12,445 23, Laren Laren 15,140 17,914 33, Solokuro Payaman 19,200 22,120 41, Paciran Paciran 32,588 34,662 67, Tlogosadang 14,575 15,508 30, Brondong Brondong 32,522 34,187 66, JUMLAH (KAB/KOTA) 577, ,082 1,188, , , CNR KASUS BARU TB BTA+ PER PENDUDUK CNR SELURUH KASUS TB PER PENDUDUK Sumber: Seksi Pengendalian Penyakit Menular Keterangan: Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan, rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll Catatan : Jumlah kolom 6 = jumlah kolom 7 pada Tabel 1, yaitu sebesar:

99 TABEL 8 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 TB PARU NO KECAMATAN PUSKESMAS SUSPEK % BTA (+) BTA (+) TERHADAP SUSPEK L P L + P L P L + P L P L + P Sukorame Sukorame Bluluk Bluluk Ngimbang Ngimbang Sambeng Sambeng Mantup Mantup Kembangbahu Kembangbahu Sugio Sugio Kedungpring Kedungpring Dradah Modo Modo Karangpilang Babat Babat Moropelang Karangkembang Pucuk Pucuk Sukodadi Sukodadi Sumberaji Lamongan Lamongan , Tikung Tikung Dermolemahbang Dermolemahbang Deket Deket Glagah Glagah Karangbinangun Karangbinangun Kalitengah Kalitengah Turi Turi Karanggeneng Karanggeneng Sekaran Sekaran Maduran Maduran Laren Laren Solokuro Payaman Paciran Paciran Tlogosadang Brondong Brondong JUMLAH (KAB/KOTA) 4,251 4,086 8, , Sumber: Seksi Pengendalian Penyakit Menular Keterangan: Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan, rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll

100 TABEL 9 ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB PARU BTA+ SERTA KEBERHASILAN PENGOBATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 NO KECAMATAN PUSKESMAS BTA (+) DIOBATI* ANGKA KESEMBUHAN (CURE RATE) L P L + P L ANGKA PENGOBATAN LENGKAP (COMPLETE RATE) P L + P ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN (SUCCESS RATE/SR) JUMLAH KEMATIAN SELAMA PENGOBATAN L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P L P L+P Sukorame Sukorame Bluluk Bluluk Ngimbang Ngimbang Sambeng Sambeng Mantup Mantup Kembangbahu Kembangbahu Sugio Sugio Kedungpring Kedungpring Dradah Modo Modo Karangpilang Babat Babat Moropelang Karangkembang Pucuk Pucuk Sukodadi Sukodadi Sumberaji Lamongan Lamongan Tikung Tikung Dermolemahbang Dermolemahbang Deket Deket Glagah Glagah Karangbinangun Karangbinangun Kalitengah Kalitengah Turi Turi Karanggeneng Karanggeneng Sekaran Sekaran Maduran Maduran Laren Laren Solokuro Payaman Paciran Paciran Tlogosadang Brondong Brondong #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! JUMLAH (KAB/KOTA) ANGKA KEMATIAN SELAMA PENGOBATAN PER PENDUDUK Sumber: Seksi Pengendalian Penyakit Menular Keterangan: * kohort yang sama dari kasus yang dinilai kesembuhan dan pengobatan lengkap Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan, rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll

101 TABEL 10 NO KECAMATAN PUSKESMAS PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 L P L + P L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % Sukorame Sukorame , Bluluk Bluluk , Ngimbang Ngimbang 1,618 1,485 3, Sambeng Sambeng 1,708 1,577 3, Mantup Mantup 1,557 1,440 2, Kembangbahu Kembangbahu 1,688 1,532 3, Sugio Sugio 1,910 1,794 3, Kedungpring Kedungpring , Dradah , Modo Modo , Karangpilang , Babat Babat 1,163 1,078 2, Moropelang , Karangkembang , Pucuk Pucuk 1,279 1,234 2, Sukodadi Sukodadi 1, , Sumberaji , Lamongan Lamongan 2,436 2,283 4, Tikung Tikung 1,563 1,437 3, Dermolemahbang Dermolemahbang , Deket Deket 1,527 1,380 2, Glagah Glagah 1,233 1,144 2, Karangbinangun Karangbinangun 1,149 1,094 2, Kalitengah Kalitengah 1, , Turi Turi 1,702 1,573 3, Karanggeneng Karanggeneng 1,174 1,175 2, Sekaran Sekaran 1,033 1,052 2, Maduran Maduran , Laren Laren 1,092 1,160 2, Solokuro Payaman 1,385 1,432 2, Paciran Paciran 2,351 2,244 4, Tlogosadang 1,051 1,004 2, Brondong Brondong 2,346 2,214 4, JUMLAH (KAB/KOTA) 41,635 39,567 81,202 1,853 1,761 3,613 2, , , PERSENTASE PERKIRAAN KASUS JUMLAH BALITA JUMLAH PERKIRAAN PENDERITA Sumber: Seksi Pengendalian Penyakit Menular Keterangan: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS PNEUMONIA PADA BALITA PENDERITA DITEMUKAN DAN DITANGANI

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

Penyakit Endemis di Kalbar

Penyakit Endemis di Kalbar Penyakit Endemis di Kalbar 1. Malaria Penyakit Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2009 (tabel 11) terdapat

Lebih terperinci

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta KATA PENGANTAR Profil Kesehatan merupakan data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi Kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I 1 DERAJAT KESEHATAN (AHH, AKB DAN AKI) 2 STATUS GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA 3 JUMLAH RUMAH SAKIT BERDASARKAN KEPEMILIKAN DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

KABUPATEN LAMONGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DINAS KESEHATAN

KABUPATEN LAMONGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Tahun 2013 PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DINAS KESEHATAN Jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo Nomor 57 Lamongan 62211 Telp. (0322) 321338, Fax. (0322) 321338 E-mail : dinkes@lamongan.go.id,

Lebih terperinci

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS BAMBANG PRIHUTOMO, SKM., MPH. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Bidang Kemitraan dan Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kab.

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN Jalan Poros Andoolo Kel.

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

KEADAAN SAMPAI DENGAN BULAN 02 NOPEMBER 2012. Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember Produksi (ton)

KEADAAN SAMPAI DENGAN BULAN 02 NOPEMBER 2012. Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember Produksi (ton) Komoditi : Padi REALISASI PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2012 KABUPATEN LAMONGAN 1 Sukorame 1.896 6,03 11.431 1.342 6,03 8.091 - - - 3.238 6,03 19.522 2 Bluluk 2.975 6,61 19.671 1.842 6,61 12.179

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS KESEHATAN Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 KESEHATAN Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Sarana Kesehatan

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2012. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 17 Ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan tertuang dalam Undang- Undang No 36 Tahun 2009. Kesehatan merupakan suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Paparan Data 4.1.1 Latar Belakang Instansi/Perusahaan Kabupaten Lamongan adalah salah satu wilayah yang mempunyai peranan cukup penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2013. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat di Mandar 2007-2009 Indikator 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 Tujuan Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Menurunkan Proporsi

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2016-2021 SASARAN program promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif pada semua kontinum siklus kehidupan (life cycle) 1 Penurunan Angka Kematian Bayi : Jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terciptanya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENYUSUN : ROSMERI PALEBA, S.Si., Apt SAID KUDO, SKM., MPH YONGKI ANU, SST DEBBY JUALITA LEAUA JAMES MAKANONENG PENGUMPUL DATA : JOHANA AIPIPIDELI, SKM Hj.

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan sesuai dengan Visi Departemen Kesehatan Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat dengan Misinya Membuat Rakyat Sehat diperlukan

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS PROVINSI BANTEN 2012-2017 DATA CAPAIAN Persentase Balita Ditimbang Berat 1 2 1 PROGRAM BINA GIZI DAN Badannya

Lebih terperinci

BAB III KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KOTA LAMONGAN TAHUN

BAB III KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KOTA LAMONGAN TAHUN BAB III KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KOTA LAMONGAN TAHUN 1975-1982 Untuk mengawali kajian mengenai kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat kota Lamongan, digambarkan terlebih dahulu gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis bersifat tahan

Lebih terperinci

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100. Berdasarkan uraian mengenai visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah selama periode 2011-2015, maka telah ditetapkan target agregat untuk

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR [ ] PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR [ ] PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 2014 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR [ ] 20 13 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 i PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Buku ini diterbitkan oleh DINAS KESEHATAN PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa situasi Tuberkulosis (TB) dunia semakin memburuk, dimana jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. KETENAGAAN Situasi ketenagaan di Puskesmas Banguntapan III berubah dari tahun ke tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 Desember

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 8,972 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1557 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 5,932,601

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosis. Mikrobakterium ini

Lebih terperinci