PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2014"

Transkripsi

1 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2014

2 BAB I PENDAHULUAN Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan merata dan dapat mewujudkan masyarakat yang mandiri, maju dan sejahtera. Sejalan dengan tujuan pembangunan yang berwawasan kesehatan dan kesejahteraan maka pemerintah telah menetapakan pola dasar pembangunan yaitu pembangunan mutu SDM di berbagai sektor serta masih menitik beratkan pada program-program pra-upaya kuratif dan rehabilitatif yang didukung oleh informasi kesehatan secara berkesinambungan sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berperilaku hidup sehat, lingkungan sehat dan memiliki kemampuan untuk menolong dirinya sendiri serta dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015, maka strategi pembangunan kesehatan Kabupaten Lamongan diarahkan pada misi pembangunan kesehatan, yaitu : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan. 2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. 3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, rata dan terjangkau. 4. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. 1

3 Akan tetapi keberhasilan pembangunan kesehatan tidak akan terwujud tanpa kerja keras dan dukungan dari semua pihak serta sangat dipengaruhi oleh peran aktif baik pemerintah, masyarakat maupun pihak swasta. Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September 2000 menyetujui agar semua negara: 1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan 2. Mencapai pendidikan dasar secara universal 3. Mendukung adanya persaman jender dan pemberdayaan perempuan 4. Mengurangi tingkat kematian anak Target untuk 2015: Mengurangi dua per tiga tingkat kematian anakanak usia di bawah 5 tahun 5. Meningkatkan kesehatan ibu Target untuk 2015: Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam proses melahirkan 6. Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya 7. Menjamin daya dukung lingkungan hidup 8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan Namun pembangunan kesehatan masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain masih terjadinya kesenajangan status kesehatan masyarakat antar wilayah, antar status sosial ekonomi, munculnya berbagai masalah kesehatan/penyakit baru (new emerging desease) atau penyakit lama muncul kembali (re-emerging desease). Indonesia sebagai salah satu negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dengan beberapa negara di dunia telah berkomitmen untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan Millenium pada tahun 2015 untuk mewujudkan kesejahteraan penduduk. Tujuan bersama dalam MDGs tersebut meliputi 1) Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan; 2) Mencapai pendidikan dasar untuk semua; 3) Mendorong 2

4 kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; 4) Menurunkan angka kematian anak; 5) Meningkatkan kesehatan ibu; 6) Memerangi penyebaran HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya; 7) Kelestarian lingkungan hidup: dan 8) Membangun kemitraan global dalam pembangunan. Dari 8 tujuan MDGs tersebut, 5 diantaranya terkait dengan bidang kesehatan yaitu MDGs 1,4,5,6, dan 7. Untuk mengukur keberhasilan Pembangunan Kesehatan khususnya Kabupaten Lamongan yang tercermin dalam Terwujudnya Masyarakat Lamongan yang Mandiri untuk Hidup Sehat adalah melalui upaya kesehatan prioritas yang berhubungan dengan tujuan Millenium Development Goals (MDGs) adalah sebagai berikut : 1. MDGs yang pertama adalah Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan; dilakukan dengan upaya menurunkan prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk, 2. MDGs yang keempat adalah Menurunkan angka kematian anak; dilakukan dengan upaya menurunkan angka kematian balita, 3. MDGs yang kelima adalah Meningkatkan kesehatan ibu; dilakukan dengan upaya menurunkan angka kematian ibu dan mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua, 4. MDGs keenam adalah Memerangi penyebaran HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit menular lainnya; dilakukan dengan upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS, Upaya mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan, Upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan TB, 5. MDGs yang ketujuh Kelestarian lingkungan hidup; dilakukan dengan upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber air minum dan sanitasi dasar yang layak. Untuk mendukung keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan tersebut, salah satunya dibutuhkan adanya ketersediaan data dan informasi yang akurat bagi proses pengambilan keputusan dan perencanaan program. 3

5 Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan dapat digunakan sebagai sarana untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian program. Profil Kesehatan berisi data/informasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sember daya kesehatan serta data/informasi lainnya yang menggambarkan kinerja sektor kesehatan di Kabupaten Lamongan, baik pemerintah maupun swasta selama satu tahun serta diharapkan dapt meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya Kabupaten Lamongan, yang diuraikan secara singkat sebagai berikut : - Bab I : Pendahuluan Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan penyusunan Profil Kesehatan serta Sistematika Penyajiannya. - Bab II : Gambaran Umum Dan Perilaku Penduduk Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Lamongan. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya. - Bab III : Situasi Derajat Kesehatan Bab ini berisi tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. - Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi masyarakat serta pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar. - Bab V : Situasi Sumber daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. 4

6 - Bab VI : Kesimpulan Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan di tahun yang bersangkutan. - Lampiran 5

7 BAB II GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK II.1 Kondisi Geografis Walayah Kabupaten Lamongan Kabupaten Lamongan merupakan salah satu dari 38 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur. Kabupaten Lamongan terletak di antara 6º sampai dengan 7º 23 6 Lintang Selatan dan antara 112º 4 41 sampai dengan 112º Bujur Timur, dengan luas wilayah 1.812,80 Km 2 atau Ha yang sebagian terdiri dari daratan rendah serta dibelah oleh Sungai Bengawan Solo yang panjangnya ± 65 Km 2 dan memiliki pantai sepanjang ± 47 Km 2 Batas wilayah Kabupaten Lamongan sebagai berikut : 1. Sebelah Utara : Laut Jawa 2. Sebelah Timur : Kabupaten Gresik 3. Sebelah Selatan : Kabupaten Jombang dan Mojokerto 4. Sebelah Barat : Kabupaten Bojonegoro dan Tuban Secara administratif, Kabupaten Lamongan terbagi atas 27 Kecamatan, 12 Kelurahan, 462 Desa. Jumlah Dusun sebanyak Dusun dan Jumlah RT (Rukun Tangga) sebanyak Rumah Tangga. 6

8 Gambar 2.1 : Peta Kabupaten Lamongan PETA PER KECAMATAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2014 LAUT JAWA Brondong Solokuro Paciran KABUPATEN BOJONEOGORO KABUPATEN TUBAN Mod Modoo Kedung pring Kedung pring Laren Sugio Ma du ran Karang Geneng 1 Sekaran Turi TURI 2 Babat Pucuk Suko Sukodadi Deket 2 Lamongan Moropelang Kembang bahu Kali tengah Sari Rejo Karang binangun Tikung Tikung Glagah KABUPATEN GRESIK Bluluk Suko rame Ngimbang Sambeng Mantup KABUPATEN MOJOKERTO KABUPATEN JOMBANG Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Sambeng yaitu 195,44 Km 2. Sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah paling kecil adalah Kecamatan Maduran dengan luas 30,15 Km 2. Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian wilatah di atas permukaan laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan terdiri dari daratan rendah dan bonorowo dengan tingkat ketinggian 0-25 meter seluas 50,17%, sedangkan ketinggian meter seluas 45,68%, selebihnya 4,15% berketinggian di atas 100 meter di atas permukaan laut. Dengan panjang garis pantai sepanjang 47 Km, maka wilayah perairan laut bila dihitung 4 mil dari garis pantai kearah laut Kabupaten Lamongan adalah seluas 302,5 Km. 7

9 Dilihat dari tingkat kemiringan tanahnya, wilayah Kabupaten Lamongan merupakan wilayah yang relatif datar, karena hampir 72,45% lahannya adalah datar atau dengan tingkat kemiringan 0-2% yang tersebar di Kecamatan Lamongan, Deket, Turi, Sekaran, Tikung, Pucuk, Sukodadi, Babat, Kalitengah, Karanggeneng, Glagah, Karangbinangun, Mantup, Sugio, Kedungpring, Sebagian Bluluk, Modo Dan Sambeng, sedangkan hanya sebagian kecil dari wilayahnya sangat curam, atau kurang dari 1% (0,16%) yang mempunyai tingkat kemiringan lahan 40% lebih. Klimatologi Kabupaten lamongan adalah daerah dengan iklim tropis yang dapat dibedakan atas dua (2) musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan April. Sedangkan untuk bulan yang lain curah hujan relatif rendah. Luas Wilayah Kabupaten Lamongan 1.812,80 km2 atau setara dengan ha, terdiri dari daratan rendah berawal dengan ketinggian 0 25 m seluas 50,17% dari luas Kabupaten Lamongan, daratan ketinggian m seluas 45,68% dan sisanya 4,15% merupakan daratan dengan ketinggian di atas 100 m. Secara garis besar wilayah kabupaten Lamongan dibedakan menjadi tiga karakteristik : 1. Bagian tengah-selatan, merupakan daratan rendah yang relatif subur, membentang dari kecamatan Kedungpring, Babat, Sagio, Sukodadi, Pucuk, Sarirejo dan Kembangbahu. 2. Bagian Selatan dan Utara, merupakan daerah pegunungan kapur berbatuan, tingkat kesuburan tanahnya katagori sedang, mulai dari Kecamatan Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran dan Solokuro. 3. Bagian tengah Utara, merupakan daratan Bonorowo, mulai dari Kecamatan Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinangun dan Glagah. 8

10 II.1.1 Iklim Ditinjau dari keadaan iklim, wilayah kabupaten Lamongan tergolong beriklim tropis. Musim penghujan terjadi antara bulan Nopember sampai dengan April, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Mei Sampai dengan Oktober. Temperatur suhu udara rata rata 20-32º C. II.1.2 Wilayah Administrasi NO Kecamatan Ibu Kota Kecamatan Jarak ke Ibukota kabupataen (km) Sukorame Bluluk Ngimbang Sambeng Mantup KembangBahu Sugio Kedungpring Modo Babat Pucuk Sukodadi Lamongan Tikung Sarirejo Deket Glagah Karangbinangun Turi Kalitengah Karanggeneng Sekaran Maduran Laren Solokuro Paciran Brondong Sukorame Bluluk Sendangrejo Ardirejo Mantup Kembangbahu Sugio Kedungpring Mojorejo Bedahan Pucuk Sukodadi Lamongan Bakalanpule Dermolemaabang Deketwetan Glagah Sambopinggiran Sukoanyar Dibee Karangeneng Bulutengger Maduran Gampangsejati Panyaman Paciran Brondong

11 II.2 Kependudukan Sesuai dengan proyeksi penduduk Indonesia tahun 2010 yang diolah oleh Pusdatin Kemenkes RI in out penduduk, hasil penghitungan jumlah penduduk Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 tercatat sebesar jiwa, dengan tingkat kepadatan 666 jiwa per km 2. Puskesmas yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Puskesmas Paciran yaitu sebesar jiwa per km 2 dan Puskesmas dengan kepadatan penduduk terendah Puskesmas Sambeng yaitu 251 jiwa per km 2. Dari wilayah kerja UPT Puskesmas tercatat yang memiliki jumlah penduduk tertinggi adalah Puskesmas Paciran yaitu sebesar jiwa, sedangkan UPT Puskesmas dengan jumlah penduduk terendah UPT Puskesmas Sukorame yaitu jiwa dengan kepadatan 495 jiwa per km 2. Komposisi penduduk Kabupaten Lamongan menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda laki-laki (0-14 tahun) sebesar (11.39%) sedangkan penduduk yang berusia muda perempuan sebesar (10.86%), yang berusia produktif laki-laki (15-64 tahun) sebesar (33.75%) sedangkan berusia produktif perempuan (15 64 tahun ) sebesar (35.89%), dan yang berusia tua laki-laki (> 65 tahun) sebesar (3.35 % ) sedangkan yang berusia tua perempuan ( 65 tahun) sebesar (4.75%). Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 sebesar Jumlah penduduk laki-laki relatif seimbang dibandingkan penduduk perempuan, yaitu masing-masing sebesar jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan. Jika dilihat berdasarkan rasio menurut jenis kelamin adalah sebesar Untuk komposisi penduduk Kabupaten Lamongan jika dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin, menunjukkan penduduk 10

12 laki-laki maupun perempuan proporsi terbesar berada pada kelompok umur tahun sebanyak jiwa. Gambaran komposisi penduduk secara lebih rinci dapat dilihat dari gambar berikut. Gambar 2.2 : PIRAMIDA PENDUDUK KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2014 PEREMPUAN LAKI-LAKI ,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10, ,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 II.3 Sosial Ekonomi KONDISI EKONOMI A. POTENSI UNGGULAN DAERAH Untuk PDRB Kabupaten Lamongan pada tahun 2014, berdasarkan data proyeksi bisa dilihat pada tabel berikut: 11

13 Tabel 5.1. : Produk Domestik Regional Bruto Kab Lamongan atas Dasar Harga Berlaku LAPANGAN USAHA r 2013* 2014*** 1. PERTANIAN 5,292, ,730, ,398, ,070, ,762, a. Tanaman Bahan Makanan 3,205, ,394, ,837, ,230, ,658, b. Tanaman Perkebunan 109, , , , , c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 180, , , , , d. Kehutanan 3, , , , , e. Perikanan 1,794, ,002, ,192, ,437, ,662, PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 24, , , , , a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 24, , , , , INDUSTRI PENGOLAHAN 592, , , , ,058, a. Industri Migas Pengilangan Minyak Bumi Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas 592, , , , ,058, Makanan, Minuman dan Tembakau 298, , , , , Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 91, , , , , Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 128, , , , , Kertas dan Barang Cetakan 7, , , , , Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 21, , , , , Semen & Brg. Galian bukan logam 17, , , , , Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya 26, , , , , LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 94, , , , , a. Listrik 88, , , , , b. Gas c. Air Bersih 5, , , , , BANGUNAN 320, , , , , PERDAG., HOTEL & RESTORAN 3,689, ,507, ,313, ,362, ,572, a. Perdagangan Besar & Eceran 3,436, ,212, ,982, ,978, ,124, b. Hotel 9, , , , , c. Restoran 243, , , , , PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 248, , , , , a. Pengangkutan 141, , , , , Angkutan Rel 7, , , , , Angkutan Jalan Raya 100, , , , , Angkutan Laut , , , Angk. Sungai, Danau & Penyebr Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan 33, , , , , b. Komunikasi 107, , , , , Pos dan Telekomunikasi 92, , , , , Jasa Penunjang Komunikasi 15, , , , , KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 409, , , , , a. Bank 89, , , , , b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 65, , , , , c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan 244, , , , , e. Jasa Perusahaan 10, , , , , JASA-JASA 1,100, ,264, ,422, ,614, ,868, a. Pemerintahan Umum 571, , , , , Adm. Pemerintah & Pertahanan 571, , , , , Jasa Pemerintah lainnya b. Swasta 529, , , , , Sosial Kemasyarakatan 185, , , , , Hiburan & Rekreasi 35, , , , , Perorangan & Rumahtangga 308, , , , , PDRB DENGAN MIGAS 11,774, ,460, ,339, ,610, ,173, PDRB TANPA MIGAS 11,774, ,460, ,339, ,610, ,173, Keterangan : r = angka diperbaiki * = angka sementara *** = angka proyeksi 12

14 Tabel 5.2. : Produk Domestik Regional Bruto Kab Lamongan atas Dasar Harga Konstan 2000 LAPANGAN USAHA r 2013* 2014*** 1. PERTANIAN 3,135, ,209, ,382, ,505, ,626, a. Tanaman Bahan Makanan 1,899, ,838, ,947, ,009, ,071, b. Tanaman Perkebunan 76, , , , , c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 96, , , , , d. Kehutanan 1, , , , , e. Perikanan 1,062, ,183, ,240, ,298, ,355, PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 8, , , , , a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 8, , , , , INDUSTRI PENGOLAHAN 324, , , , , a. Industri Migas Pengilangan Minyak Bumi Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas 324, , , , , Makanan, Minuman dan Tembakau 165, , , , , Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 53, , , , , Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 62, , , , , Kertas dan Barang Cetakan 4, , , , , Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 10, , , , , Semen & Brg. Galian bukan logam 12, , , , , Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya 14, , , , , LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 69, , , , , a. Listrik 67, , , , , b. Gas c. Air Bersih 2, , , , , BANGUNAN 159, , , , , PERDAG., HOTEL & RESTORAN 1,617, ,826, ,012, ,227, ,466, a. Perdagangan Besar & Eceran 1,466, ,659, ,834, ,034, ,253, b. Hotel 1, , , , , c. Restoran 149, , , , , PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 109, , , , , a. Pengangkutan 65, , , , , Angkutan Rel 2, , , , , Angkutan Jalan Raya 50, , , , , Angkutan Laut Angk. Sungai, Danau & Penyebr Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan 13, , , , , b. Komunikasi 44, , , , , Pos dan Telekomunikasi 36, , , , , Jasa Penunjang Komunikasi 7, , , , , KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 232, , , , , a. Bank 39, , , , , b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 40, , , , , c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan 148, , , , , e. Jasa Perusahaan 4, , , , , JASA-JASA 532, , , , , a. Pemerintahan Umum 263, , , , , Adm. Pemerintah & Pertahanan 263, , , , , Jasa Pemerintah lainnya b. Swasta 269, , , , , Sosial Kemasyarakatan 123, , , , , Hiburan & Rekreasi 17, , , , , Perorangan & Rumahtangga 128, , , , , PDRB DENGAN MIGAS 6,191, ,625, ,098, ,588, ,120, PDRB TANPA MIGAS 6,191, ,625, ,098, ,588, ,120, Keterangan : r = angka diperbaiki * = angka sementara

15 II.4 Keadaan Lingkungan Rumah Sehat Rumah adalah struktur fisik atau bangunan sebagai tempat berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (WHO dalam Keman, 2005). Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah serta dapat menumbuhkan kehidupan secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat memperoleh derajat kesehatan yang optimal. (Depkes RI, 2003). Dari kompilasi data yang dikumpulkan melalui Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan pada tahun 2014, rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak rumah (68,88%) dari jumlah seluruh rumah yang ada sebanyak rumah. Sementara rumah yang dibina sebanyak rumah atau sebesar 40.91% dari rumah yang belum memenuhi syarat sebanyak rumah. Setelah dilaksanakan pembinan dari tenaga kesehatan lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan, rumah yang memenuhi syarat kesehatan bertambah menjadi rumah (73,80%) ( Tabel: 58) 14

16 Gambar 2.3 : RUMAH SEHAT DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN Rumah yg ada RUMAH MEMENUHI SYARAT RUMAH YG BLM MEMENUHI SYARAT RUMAH DIBINA RUMAH DIBINA MEMENUHI SYARAT RUMAH SEHAT a. Pengolahan Makanan (TUPM) Sehat Tempat-tempat umum (TTU) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang, dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. TTU meliputi sarana pendidikan, sarana kesehatan dan hotel. Sedangkan TTU sehat adalah tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai ( luas ruangan ) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai. Data yang diperoleh dari rekapitulasi laporan bulanan puskesmas pada tahun 2014, menunjukkan bahwa jumlah TTU yang ada sebanyak buah, dan yang memenuhi syarat sebanyak 816. (65.4%). Sementara untuk tempat Pengelolaan makanan (TPM) meliputi usaha jasa boga, Rumah makan/restoran, Depo Air Minum, Makanan jajanan yang memenuhi syarat hygiene sanitasi menurut status hygiene sanitasi di Kabupaten Lamongan sepanjang tahun 2014 sebanyak 2.524(59.65%) dari seluruh jumlah TPM dan yang tidak 15

17 memenuhi syarat sebanyak 1.707(40.35%) dari seluruh jumlah TPM yang ada. (Tabel : 64) Gambar : 2.4 TUPM YANG DIPERIKSA DAN YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN TTU yg ada 816 TTU memenuhi syarat 4231 TPM yg ada 2524 TPM memenuhi syarat 1707 TPM tdk memenuhi syarat b. Akses Terhadap Air Minum Akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas di Kabupaten Lamongan terdiri dari mata air terlindung dengan jumlah sarana sebesar Mata air dengan jumlah penduduk pengguna sebesar orang dari jumlah sarana yang ada, tercatat sarana yang memenuhi syarat dengan penduduk pengguna sebanyak orang. Sarana penampungan air hujan sebanyak dengan jumlah penduduk pengguna sebesar orang. Dari jumlah sarana yang ada, tercatat sarana yang memenuhi syarat dengan pengguna sebanyak orang. Perpipaan (PDAM dan BPSPAM) sebanyak sarana dengan jumlah penduduk pengguna sebesar orang.. Dari jumlah sarana yang ada, tercatat sarana yang memenuhi syarat dengan penduduk pengguna sebanyak orang. (Tabel : 59) 16

18 Gambar : 2.5 PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN c. Sarana Sanitasi Dasar Salah satu sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga sehat adalah akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat). Dari beberapa jenis sarana jamban tersebut, terdiri dari leher angsa dengan jumlah sarana sebanyak sarana dengan jumlah pengguna sebanyak orang dengan jumlah sarana yang memenuhi syarat sebanyak dengan jumlah penduduk pengguna sebanyak orang (92.47%). Untuk jenis plengsengan jumlah sarana sebanyak sarana dengan jumlah penduduk pengguna sebanyak orang dan jumlah sarana yang memenuhi syarat sebanyak dengan besar penduduk pengguna sebanyak orang atau mencapai 77.49% penduduk pengguna. Sementara yang menggunakan fasilitas jamban cemplung, terdapat sarana dengan penduduk pengguna sebanyak orang dengan sarana yang memenuhi syarat dengan jumlah penduduk pengguna sebesar orang atau mencapai 81.88%. (tabel : 61) 17

19 II.5 KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan. Dari ke 4 faktor di atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikuti oleh pengaruh faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empat faktor di atas sangat berkaitan dan saling mempengaruhi. 1. Perilaku Faktor perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku atau kebiasaan mencuci tangan sebelum makan juga dapat menghindarkan penyakit saluran cerna. Di Kabupaten Lamongan, Kasus penyakit darah tinggi tercatat orang dari total diperiksa sebanyak orang yang terdiri dari orang laki-laki dari orang diperiksa dan orang perempuan dari orang diperiksa. (tabel: 24) Sementara kasus kegemukan atau Obesitas di Kabupaten Lamongan tercatat sebanyak orang dari orang diperiksa, terdiri dari 943 orang laki-laki dari orang diperiksa dan orang perempuan dari orang di periksa. (tabel: 25) Sedangkan untuk kasus Kanker Leher Rahim bisa diketahui dengan metode IVA dan Kanker Payudara dengan pemeriksaan klinis (CBE) dari data yang ada diketahui IVA Positif sebanyak 148 orang dan Tumor/benjolan sebanyak 53 orang dari orang diperiksa dengan usia tahun. 18

20 2. Lingkungan Faktor lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat, daerah yang kumuh dan tidak dirawat akan rentan terhadap penyakit seperti gatal-gatal, infeksi saluran saluran pernafasan, dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit Demam Berdarah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Untuk kasus Pneumonia pada balita dengan penderita ditemukan dan ditangani tercatat sebanyak orang dari orang perkiraan penderita yang terdiri dari orang laki-laki dari perkiraan penderita sebanyak orang dan orang perempuan dari perkiraan penderita sebanyak orang. (tabel: 10) 3. Keturunan Banyak penyakit-penyakit yang dapat dicegah, namun sebagian penyakit tidak dapat dihindari, seperti penyakit akibat dari bawaan atau keturunan. Semakin besar penduduk yang memiliki risiko penyakit bawaan akan semakin sulit upaya meingkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. 4. Pelayanan Kesehatan Ketersediaan fasilitas dengan mutu pelayanan yang baik akan mempercepat perwujudan derajat kesehatan masyarakat. Dengan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang bermutu secara merata dan terjangkau akan meningkatkan akses masyarakat ke 19

21 fasilitas pelayanan kesehatan. Demi untuk memenuhi ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut, pemerintah Kabupaten Lamongan telah memiliki fasilitas tersebut tentunya dengan tenaga kesehatan yang merata dan cukup jumlahnya serta memiliki kompetensi di bidangnya. Upaya meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan secara langsung juga dipermudah dengan adanya program jaminan kesehatan. Program ini terdiri dari Jaminan Kesehatan Nasional, Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN, PBI APBD, Pekerja Penrima Upah (PPU), Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU)/Mandiri, Bukan Pekerja (BP), Jamkesda. 1. Penduduk Yang Memanfaatkan Sarana Kesehatan Jaminan Kesehatan Masyarakat adalah jaminan perlindungan untuk pelayanan kesehatan secara menyeluruh (komprehensif) mencakup pelayanan promotif, preventif serta kuratif dan rehabilitatif yang diberikan secara berjenjang bagi masyarakat/peserta. Di Kabupaten Lamongan, masyarakat Penduduk yang memanfaatkan sarana kesehatan dengan rawat jalan di sarana kesehatan (puskesmas, RS, BP/BKIA/RB ) yang di cakup Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebanyak orang terdiri dari (41.36%) peserta laki-laki dan (58.40%) peserta perempuan. Penerima bantuan iuran (PBI) APBN dengan jumlah peserta sebesar orang yang terdiri dari (46,33%) orang laki-laki dan (44,98%) orang perempuan. Pekerja Penerima Upah (PPU) sebanyak peserta terdiri dari (6,81%) laki-laki dan (%,74%) perempuan. Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) atau mandiri sebanyak peserta terdiri dari (1,59%) laki-laki dan (1,57%) perempuan. Bukan Pekerja (BP) sebanyak peserta terdiri dari (1,16%) laki-laki dan (1,19%) perempuan. 20

22 Jamkesda sebanyak peserta terdiri dari (0,87%) lakilaki dan (0,80%) perempuan. (Tabel 53 ) Gambar 2. 6 : CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN PENDUDUK MENURUT JENIS JAMINAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2014 JKN 659,772 PBI 550,923 PPU 75,523 PBPU 19,097 BP 14,229 JAMKESDA 10, Rumah Tangga Sehat PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Yang termasuk dalam PHBS banyak sekali, misalnya Gizi: makan beraneka ragam makanan, minum Tablet TambahDarah, mengkonsumsi garam beryodium, memberi bayi dan balita Kapsul Vitamin A. Tentang kesehatan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan lingkungan. 21

23 Sementara PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan dimasyarakat serta bertujuan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di Rumah Tangga yaitu : 1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 2. Memberi bayi ASI eksklusif 3. Menimbang bayi dan balita 4. Menggunakan air bersih 5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 6. Menggunakan jamban sehat 7. Memberantas jentik di rumah 8. Makan buah dan sayur setiap hari 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari 10. Tidak merokok di dalam rumah Tabel menunjukkan bahwa dari rumah tangga yang ada, dipantau sebanyak (31.9%), sedangkan untuk rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat ber PHBS sebanyak (61%). dan data tersebut hanya di peroleh dari survey sebanyak 33 puskesmas. (Tabel: 57) 22

24 Gambar : 2.7 RUMAH TANGGA BER PHBS DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN JML RUMAH TANGGA JML DI SURVEI JML SEHAT 3. ASI Eksklusif ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih,sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai bayi berumur dua tahun. Bayi yang diberikan ASI secara esklusif cenderung lebih sering pemberian ASI-nya daripada pemberian pada bayi yang minum susu formula. Pemberikan ASI eksklusif merupakan faktor penunjang kecerdasan bayi, meskipun hal itu terkadang sulit dilakukan. Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat bagi bayi baik dari sisi / aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologik ( interakasi dan kasih sayang antara anak dan ibu ), aspek kecerdasan, aspek neurologik (aktifitas menyerap ASI bermanfaat pada koordinasi syaraf bayi), aspek ekonomik serta aspek penundaan kehamilan. Selain aspek-aspek tersebut, dengan ASI juga dapat melindungi bayi dari sindrom kematian bayi secara mendadak. 23

25 Jumlah bayi yang ada sebesar terdiri dari bayi laki-laki dan bayi perempuan, sementara yang diberi ASI eksklusif sebesar bayi (82.2%) yang terdiri dari bayi laki-laki sebesar (82.1%) dan perempuan sebesar (82.2%). Cakupan terendah adalah Puskesmas Kalitengah. Sementara untuk cakupan 100% di capai oleh puskesmas Sukorame, Bluluk, Kembangbahu, Sugio, Karangkembang, Sukodadi, Turi, Karanggeneng, Sekaran, Maduran dan Brondong. (Tabel: 39) 4. Posyandu Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS. Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat bebagai upaya dilakukan dengan memanfatkan potensi dan sumberdaya yang ada di masyarakat. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Manusia ( UKBM ) yang paling dikenal oleh masyarakat, posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas. Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata. Data di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 Posyandu Pratama sebanyak 70 posyandu (4.03%), Posyandu Madya sebanyak 448 posyandu (25.82%), Posyandu purnama yaitu posyandu dengan cakupan 5 program atau lebih dengan melaksanakan kegiatan 8 kali atau lebih pertahun sebanyak posyandu (62.48%), dan posyandu Mandiri sebanyak 133 posyandu (7.67%). Dengan jumlah Posyandu aktif sebanyak posyandu (70.14%) dengan Rasio Posyandu sebesar 2 Posyandu per 100 balita. (Tabel: 69). 24

26 Gambar : 2.8 PROPORSI POSYANDU MENURUT STRATA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2014 MANDIRI 7,67% PRATAMA 4,03% MADYA 25,82% PURNAMA 62,48% 25

27 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Derajat kesehatan merupakan pilar utama bersama-sama dengan pendidikan dan ekonomi yang sangat erat dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, sehingga dengan kondisi derajat kesehatan masyarakat ang tinggi diharapkan akan tercipta sumber daya manusia yang tangguh, produktif dan mampu bersaing untuk menghadapi semua tantangan yang akan dihadapi dalam pembangunan disegala bidang. Berbagai studi/penelitian menunjukkan bahwa terjadi kolerasi positif antara derajat kesehatan dengan produktifitas. Produktifitas merupakan perwujudan dari kualitas sumber daya manusia yang handal sehingga dapat mendukung peningkatan ekonomi dan pembangunan yang pada akhirnya akan mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kualitas suatu bangsa. Indikator derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 digambarkan melalui Angka Mortalitas; terdiri atas Angka kematian Neonatal, Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA), Indeks Pembangunan Manusia termasuk Angka Harapan Hidup, Angka Morbiditas; Angka Kesakitan beberapa penyakit balita dan dewasa. III.1 ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS) Mortalitas adalah kejadian kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Salah satu ukuran kematian yang cukup menjadi perhatian adalah jumlah kematian bayi. Jumlah kematian ini dpublikasikan dengan sebuah indikator yang disebut angka kematian bayi ( IMR ). III.1.1 Angka Kematian Bayi ( AKB ) Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mancapai usia 1 tahun, yang dinyatakan 26

28 dalam 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Target MDGs untuk AKB pada tahun 2015 sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup. Tingkat kematian bayi pada saat lahir telah mengalami penurunan yang sangat pesat di Indonesia dalam waktu 20 tahun ke belakang. Menurut laporan Save The Children mengenai kematian bayi pada tahun 2013 bahwa kematian saat kelahiran di Indonesia menurun dari 390 per anak pada tahun 1994 menjadi 228 kematian. Penurunan itu sekitar 48 persen tersebut menempatkan Indonesia termasuk ke dalam 10 besar negara, dengan peringkat pertama negara Peru yang telah berhasil mengalami penurunan hingga 65 persen. Salah satu sebab menurunnya angka kematian bayi di Indonesia adalah dengan kehadirannya tenaga kesehatan yang sudah mencapai hampir 73 persen di Indonesia, selain itu dengan menempatkan bidan di kawasan pedesaan yang diikuti dengan berbagai pelatihan untuk bidan sehingga dapat mendorong penurunan kematian bayi. Berdasarkan data yang ada tahun 2014 angka kematian bayi di kabupaten Lamongan mencapai 10 bayi (1) terdiri dari 5 bayi laki laki dan 5 bayi perempuan (tabel 5). Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menemukan faktor yang paling dominan. Dari data yang ada, AKB di Kabupaten Lamongan mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa, tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksebilitas dan pelayanan kesehatan tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan sangatlah nyata dan membuahkan hasil. 27

29 III.1.2 Angka Kematian Ibu Maternal ( AKI ) Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu Indikator penting dari derajat KesehatanMasyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insendentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kahamilan per kelahiran hidup. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya Indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. Indonesia tidak mampu mencapai Target MDGs dalam hal Kesehatan Ibu. Berdasarkan hasil survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) 2012, terdapat kenaikan angka kematian ibu (AKI) yang cukup drastis dari 228 per 100 ribu kelahiran menjadi 359 per 100 ribu kelahiran. Data Kemenkes menyebutkan, penyebab kematian antara lain perdarahan, infeksi dan tekanan darah tinggi (eklampsi). Penyebab lain tingginya AKI adalah kualitas hidup perempuan yang rendah, rata-rata pendidikan rendah, derajat kesehatan dan gizi yang rendah, anemia, kurang zat besi, pendek dan stunting. Angka kematian ibu ( AKI ) juga merupakan salah satu terget yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun (Dalam Kelahiran hidup ) Sumber data: SDKI, 1994,2002/2003, 2007, MDGs dan Bappenas Menyatakan bahwa trend AKI Indonesia secara nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan 28

30 SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut tertinggi di Asia. Sementara Angka Kematian Ibu di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014, yaitu sebesar 54 per kelahiran hidup. Sedangkan jumlah kematian maternal yang ditangani oleh petugas kesehatan, berdasarkan laporan dari puskesmas yang diterima Subdin Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Lamongan sebesar 10 orang, terdiri dari kematian ibu hamil sebanyak 1 orang, ibu bersalin sebanyak 1 orang dan ibu nifas sebanyak 8 orang. (tabel 6) III.1.3 Angka Kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. Dari tahun 2003 sampai 2012 terjadi penurunan AKABA secara Nasional yaitu dari 46/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup. MDGs menetapkan nilai normatif AKABA, yaitu SANGAT TINGGI dengan nilai >140 per kelahiran hidup; SEDANG DENGAN NILAI PER 1000 Kelahiran Hidup, dan RENDAH dengan nilai < 20 per 1000 kelahiran hidup. Penurunan angka kematian Balita di Indonesia terjadi dari 84 kematian per kelahiran hidup menjadi 29 per kelahiran hidup. Namun, Indonesia masih menghadapi tantangan, apalagi secara keseluruhan upaya pengurangan angka kematian ibu dan anak telah melambat, bahkan mencapai titik stagnasi selama 5-10 tahun terakhir. Angka kematian anak cukup tinggi di Indonesia disebabkan beberapa hal, antara lain jumlah orang yang buang air besar (BAB) sembarangan di Indonesia menempati peringkat 29

31 kedua tertinggi di dunia (63 juta orang) dan sepertiga anak Indonesia tidak punya akses kepada air bersih. Tidak adanya sanitasi dan kebersihan, serta air yang tercemar menyebabkan diare dan penyakit mematikan lainnya. Sementara itu, sepertiga dari jumlah kematian anak di bawah satu tahun disebabkan oleh diare. Diare yang berulang juga menyebabkan gizi buruk. Faktor lain, jumlah anak yang tidak di imunisasi lengkap di Indonesia menempati peringkat ketiga terbesar di dunia. Survey AKABA (Angka Kematian Anak dan Balita) di Kabupaten Lamongan tahun 2014 tercatat sebanyak 12 anak terdiri dari 6 anak laki-laki dan 6 anak perempuan dengan 1 kematian per 1000 lahir hidup. (tabel : 5) III.2 Angka Harapan Hidup ( AHH ) Angka harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya, selain itu AHH juga menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk menghitung Indeks Pembangunan Manusia. Angka/umur harapan Hidup (AHH/UHH) secara definisi adalah perkiraan rata-rata lamanya hidup yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk dari sejak lahir. AHH dapat dijadikan salah satu alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah pada keberhasilan pembangunan kesehatan serta social ekonomi disuatu wilayah, termasuk didalamnya derajat kesehatan. Data AHH diperoleh melalui survey yang dilakukan oleh BPS. Saat ini berdasarkan data BPS Propinsi Jawa Timur pada tahun 2013 sebesar dan naik menjadi di tahun

32 Untuk angka Harapan Hidup Kabupaten Lamongan sampai pada tahun 2013 sebesar dan naik di tahun 2014 sebesar Rata-rata Angka Harapan Hidup pada saat lahir (eo) adalah hasil perhitungan proyeksi dan merupakan angka sementara berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum kondisi kesehatan masyarakat Lamongan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. III.3 Angka Kesakitan ( MORBIDITAS ) Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka Insiden maupun angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Angka kesakitan (morbiditas) pada penduduk berasal dari community based. Data yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin serta insidentil. Sementara untuk kondisi penyakit menular akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu mendapatkan perhatian, termasuk penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan penyakit yang memiliki potensi untuk menjadi kejadian luar biasa (KLB). Pola penyakit di Kabupaten Lamongan dapat dipantau melalui Sistem Surveilans Terpadu Penyakit di Puskesmas selain dari hasil pemantauan kunjungan pasien di Puskesmas. Hasil pemantauan melalui STP di Tingkat Puskesmas diamati setiap bulan berdasarkan laporan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang selanjutnya disampaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan untuk dilakukan pengolahan dan pengamatan secara terus menerus terhadap penyakit yang berpotensi menyebabkan terjadinya wabah. 31

33 III.4 Pola Penyakit Terbanyak di Kabupaten Lamongan Adapun kasus-kasus 10 besar penyakit dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Tabel Jumlah Kasus Penyakit Menurut Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Berbasis Puskesmas Tahun 2014 No Jenis Penyakit Jumlah Kasus % No Jenis Penyakit JUMLAH No ISPA Influensa Diare Hipertensi Tifus perut klinis Diabetes Melitus Diare Berdarah Tersangka TB Paru TB Paru BTA (+) Pneumonia

34 Gambar : 3.1 Grafik Sepuluh Penyakit Terbanyak Menurut Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Berbasis Puskesmas Tahun PENYAKIT TERBANYAK BERDASAR PADA LAPORAN STP TAHUN Penyakit menular yang selalu masuk dalam sepuluh besar penyakit di Puskesmas selama beberapa tahun terakhir adalah ISPA, Influensa, Diare, Hipertensi,, Typhus Perut Klinis, Diabetes Melitus, Diare Berdarah, Tersangka TB Paru, TB Paru BTA(+) dan Pneumonia. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, data tahun 2014 menunjukkan bahwa kasus DBD tidak lagi masuk dalam kategori 10 besar penyakit. III.4.1 Penyakit Menular Langsung a. Prevalensi Tuberkulosis Tuberkulosis atau TB singkatan dari bacillus berbentuk tuberkel. Merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam banyak kasus bersifat mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai strain 33

35 mikobakteria, umumnya Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru, namun juga bisa berdampak pada bagian tubuh lainnya. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara. Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatik (suatu penyakit ketika pasien tidak menyadari gejala apapun) dan laten. Namun hanya satu dari sepuluh kasus infeksi laten yang berkembang menjadi penyakit aktif. Bila Tuberkulosis tidak diobati maka lebih dari 50% orang yang terinfeksi bisa meninggal. Pada tahun 2013 kasus BTA (+) baru yang diobati sebanyak orang terdiri dari 639 orang lakilaki dan 439 orang perempuan, dengan capaian Case Detection Rate (CDR) mencapai 83,89% mengalami peningkatan sebesar 13,8% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 di Kabupaten Lamongan, jumlah kasus baru BTA(+) tercatat sebanyak 940 orang yang terdiri dari 560 orang laki-laki dan 380 orang perempuan dengan CNR kasus baru BTA(+) per penduduk sebesar 77,86. Jumlah seluruh kasus TB sebanyak 821 orang yang terdiri dari 441 orang laki-laki dan 380 orang perempuan dengan CNR seluruh kasus TB per penduduk sebesar 68. Untuk BTA(+) diobati sebanyak orang yang terdiri dari 632 orang laki-laki dan 446 orang perempuan dengan angka kesembuhan sebesar 977 orang yang terdiridari 559 orang laki-laki dan 418 orang perempuan, dan dengan angka pengobatan lengkap 34

36 sebesar 23 orang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. b. Persentase Balita dengan pneumonia ditangani Pnemonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (Alveoli) yang disebabkan oleh bakteri,virus,maupun jamur. Populasi yang rentan terhadap Pnemonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (Malnutrisi, gangguan immunologi ). Di Jawa Timur sepanjang tahun 2014, tercatat 23 anak meninggal akibat penyakit yang salah satunya disebabkan oleh polusi udara tersebut. Di tahun 2013 cakupannya balita (48%), yang terdiri dari balita laki-laki dan balita perempuan. Sementara di tahun 2014 ini, jumlah cakupan pneumonia balita sebesar anak (50,3%) yang terdiri dari anak laki-laki dan anak perempuan dari jumlah perkiraan penderita sebesar anak yang terdiri dari anak laki-laki dan anak perempuan. Dapat diketahui dari tahun ke tahun jumlah cakupan pneumonia balita semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh tenaga kesehatan yang semakin aktif untuk menjemput laporan kasus pneumonia balita dari sarana kesehatan lainnya yang ada di wilayah kerjanya sehingga berdampak semakin bertambahnya kelengkapan laporan. (Tabel 10) 35

37 c. Diare Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Laporan Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa penyakit diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi ( 31,4%) dan pada balita (25,2 %), sedangkan pada golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang ke-empat (13,2%). Di Kabupaten Lamongan kasus diare yang di tangani pada tahun 2014 sebanyak orang yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan dari jumlah target penemuan sebesar orang yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan dengan besar angka kesakitan 214 per penduduk dengan catatan jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas termasuk kasus yang ditemukan di rumah sakit. d. Prevalensi Kusta Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae. Penanganan Kusta yang buruk dapat menyebabkan menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata. Penyakit kusta merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, yang menyerang kulit, saraf tepi dan jaringan lain, kecuali otak. Penyakit ini sudah lama dikenal sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. 36

38 Indonesia menempati urutan ketiga Negara dengan endemik kusta terbesar di dunia setalah India dan Brazil. Meskipun Indonesia telah berstatus emilminasi sejak tahun 2000, tetapi penemuan kasus baru selalu ada. Tahun 2013, ditemukan kasus baru di Indonesia, atau 6,79 per penduduk. Angka ini berkurang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yakni (tahun 2012) dan (tahun 2011). Meskipun penyakit Kusta dapat diobati dan disembuhkan, bukan berarti Kabupaten Lamongan terbebas dari masalah penyakit Kusta, karena dari tahun ke tahun masih saja ditemukan sejumlah kasus baru. Beban penyakit kusta yang paling utama adalah kecacatan yang ditimbulkan, sehingga masalah penyakit Kusta sangat kompleks, bukan hanya dari segi medis tetapi meluas pada masalah sosial ekonomi. Sementara jumlah kasus dan angka prevalensi penyakit Kusta di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 tercatat sebesar 127 orang dengan angka prevalensi sebesar 1,1 per penduduk. Di tahun 2014 ini, jumlah kasus baru Pausi Basiler (PB) dan Multi Basiler (MB) sejumlah 145 orang yang terdiri dari 30 Pausi Basiler (PB) yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 16 orang perempuan dan 115 Multi Basiler (MB) yang terdiri 75 orang laki-laki dan 40 orang perempuan. jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, di Kabupaten Lamongan yang kebanyakan berada di kawasan pantai utara. Pada tahun 2013 Penderita kusta type PB sebanyak 20 orang yang terdiri dari 10 Laki-laki dan 10 perempuan, berarti jauh lebih sedikit di banding tahun 37

39 lalu sebanyak 39 orang, dan type MB sebanyak 272 orang yang terdiri dari 15 laki-laki dan 252 perempuan mengalami kenaikan pada kasus PB dan penurunan pada kasus MB. (tabel: 14, 15, 16, 17) Gambar : 3.2. JUMLAH PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN PENDERITA TYPE PB RFT TYPE PB PENDERITA TYPE MB RFT TYPE MB e. HIV / AIDS HIV AIDs merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Infeksi Human Immunodeficiancy Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga mudah terinfeksi berbagai macam penyakit lainnya. Sebelum memasuki fase AIDs, penderita terlebih dahulu dinyatakan sebagai HIV(+). Perkembangan penyakit HIV/AIDS di Kabupaten Lamongan di tahun 2014 cenderung mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2013, terutama pada kasus penderita AIDS sedangkan pada kasus penderita HIV mengalami kenaikan jumlah kasus. Di tahun 2014 kasus AIDS tercatat sebanyak 24 orang 38

40 yang terdiri dari 13 laki-laki dan 11 perempuan sementara di tahun 2013 tercatat sebesar 135 orang, terdiri dari 75 orang laki-laki dan 60 perempuan. untuk penderita kasus HIV di tahun 2014 sebanyak 85 orang terdiri dari 55 orang laki-laki dan 30 orang perempuan sementara di tahun 2013 tercatat sebanyak 59 kasus terdiri dari 32 orang laki-laki dan 27 orang perempuan. (Tabel: 11) GAMBAR : 3.3. PENYEBARAN PENYAKIT HIV/AIDS TAHUN Upaya yang dilakukan dalam rangka pemberantasan penyakit HIV/AIDS disamping ditujukan pada penanganan penderita yang yang ditemukan diarahkan pada upaya pencegahan yang dilakukan melalui skrening HIV/AIDS terhadap darah donor dan upaya pemantaun dan pengobatan penderita penyakit menular seksual. 39

41 III.4.2 Penyakit Menular Bersumber Binatang a. Demam Berdarah Dangue (DBD) Pemerintah Provinsi Jawa Timur menetapkan 11 kabupaten dan kota berstatus kejadian luar biasa atau KLB demam berdarah. Jumlah penderita demam berdarah di 11 kabupaten/kota itu meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu. Faktor utama adalah lingkungan, curah hujan tinggi yang berlangsung berkala. Di Jawa Timur, tren demam berdarah menurun dari tahun 2013 ke tahun Pada 2013, jumlah penderita demam berdarah di Jatim sebanyak orang. Jumlah ini menurun pada 2014 menjadi orang. Pada tahun 2014, di Kabupaten Lamongan kasus DBD sebanyak 153 yang terdiri dari 82 orang laki-laki dan 71 orang perempuan dengan kasus meninggal 1 orang la-laki dengan Incident Rate 12,7 per penduduk. Sementara, pada tahun 2013 terdapat jumlah kasus DBD sebanyak 644 kasus atau dengan incident rate 53,64 per penduduk dengan kasus meninggal sebanyak 2 orang, yang tahun sebelumnya hanya mencapai 499 kasus atau dengan incident rate sebesar 41,80 per penduduk dengan kasus meninggal 3 orang. Sama halnya di Provinsi, bahwa kesakitan DBD di Kabupaten Lamongan semakin tinggi, akan tetapi hanya bisa menekan jumlah kematian. (tabel: 21) 40

42 Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3 M), pemantauan angka bebas jentik (ABJ) serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. Tingkat kematian penyakit DBD (case fatality rate) pada tahun 2014 di Kabupaten Lamongan sebesar 5,9 jauh lebih tinggi di banding tahun sebelumnya. Meskipun demikian, secara keseluruhan kasus DBD di Kabupaten Lamongan menurun secara signifikan dengan penurunan sebanyak 491 kasus. b. Malaria Dalam rangka pengendalian penyakit malaria banyak hal yang sudah maupun sedang dilakukan baik dalam skala global maupun nasional. Malaria merupakan salah satu indikator dari target Pembangunan Milenium (MDGs), dimana ditargetkan untuk menghentikan penyebaran dan mengurangi kejadian insiden malaria pada tahun 2015 yang dilihat dari indikator menurunnya angka kesakitan dan angka kematian akibat malaria. Global Malaria Programme (GMP) menyatakan bahwa malaria merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring dan evaluasi, serta diperlukan formulasi kebijakan dan strategi yang tepat. Di dalam GMP ditargetkan 80% penduduk terlindungi dan penderita mendapat pengobatan Arthemisinin based Combination Therapy (ACT). 41

43 Dalam pengendalian malaria, yang ditargetkan penurunan angka kesakitannya dari 2 menjadi 1 per penduduk. Program eliminasi malaria di Indonesia tertuang dalam keputusan Menteri Kesehatan RI No 293/MENKES/SK/IV/2009. Pelaksanaan pengendalian malaria menuju eliminasi dilakukan secara bertahap dari satu pulau atau beberapa pulau sampai seluruh pulau tercakup guna terwujudnya masyarakat yang hidup sehat yang terbebas dari penularan malaria sampai tahun Pada tahun 2014, di Kabupaten Lamongan terdapat dua (2) tanpa kasus meninggal. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kasus malaria di Kabupaten Lamongan mengalami penurunan kasus yaitu sebanyak 12 kasus yang juga tanpa ada kasus kematian. (Tabel : 22) c. Kasus penyakit Filariasis ditangani Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Terdapat tiga spesies cacing penyebab Filariasis yaitu: Wuchereria bancrofti; Brugia malayi; Brugia timori. Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia, namun lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi. Cacing tersebut hidup di kelenjar dan saluran getah bening sehingga menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang dapat menimbulkan gejala akut dan kronis. Gejala akut berupa peradangan kelenjar dan saluran getah bening (adenolimfangitis) terutama di daerah pangkal paha dan ketiak tapi dapat pula di daerah lain. 42

44 Tingkat endemisitas filariasis di Indonesia berkisar antara 0%-40%. Dengan endemisitas setiap provinsi dan kabupaten berbeda-beda. Untuk menentukan endemisitas dilakukan survei darah jari yang dilakukan di setiap kabupaten/kota. Pada 2014 tercatat ditemukan enam kasus orang penderita filariasis kronis. Tercatat sebanyak 364 kasus, lebih banyak dari 2013 yang hanya 358 kasus. Menurut data yang ada pada Dinas Kesehatan Propinsi Jwa Timur, jumlah kasus kaki gajah terbanyak ada di Lamongan dengan 56 kasus, Malang 39 kasus, Ponorogo 32 kasus, Trenggalek 32 kasus, Kediri 22 kasus, Sodoarjo 19 kasus. Sedangkan untuk daerah yang bebas dari kasus filariasis terjadi di empat daerah yaitu Batu, Blitar, Gresik, dan Mojokerto. Jumlah penderita klinis Filariasis kronis yang tercatat di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 di temukan sebanyak 56 kasus baru yang terdiri dari lakilaki sebanyak 25 kasus dan perempuan sebanyak 31 kasus dengan seluruh total kasus 56 orang. Jumlah kasus yang ada sama dengan tahun sebelumnya sebanyak 56 kasus dengan 27 orang laki-laki dan 29 orang perempuan. (Tabel: 23) III.5 Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yang selanjutnya di singkat dengan PD3I adalah salah satu program Nasional yang indikator keberhasilannya tergantung dari kabupaten/kota untuk menggerakan desa-desanya agar dapat mencapai UCI (Universal Child Immunization) yaitu cakupan 43

45 imunisasi harus mencapai diatas 89,80% dari seluruh sasaran populasinya sesuai dengan target SPM tahun Penyakit yang dapat di cegah tersebut diantaranya adalah Campak, Diptheri, Pertusis/batuk rejan, Tetanus Neonatorum (TN), Acute Flacid Paralysis (AFP) Non Polio, Hepatitis B dan Tuber culosis. Penyakit ini disamping dapat menimbulkan kematian, kesakitan juga kecatatan, bahkan apabila tidak ditangani secara maksimal dapat menular dan mengakibat kejadian luar biasa (KLB). Salah satunya upaya pencegahan yang menyeluruh hanya dengan pemberian imunisasi. a. AFP (Acute Flaccid Paralysis) AFP adalah semua anak < 15 tahun dengan kelumpuhan (Paralysis/paresis) yang memiliki gejala sifatnya layuh (Flaccid) terjadi secara mendadak (Acute) dan bukan disebabkan ruda paksa. AFP Merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan. Sedangkan Non Polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kaus polio sampai di buktikan dengan pemeriksaan laborat AFP Rate Non Polio dihitung berdasarkan per penduduk/populasi anak usia <15 tahun. Pada tahun 2013 di Kabuoaten Lamongan ditemukan kasus suspect AFP sebanyak 7 kasus dari 6 target kasus. Di temukan 1 kasus berjenis kelamin laki-laki dan 6 berjenis kelamin perempuan. Sementara pada tahun 2014, kasus AFP terdapat 8 kasus. Hasil pemeriksaan specimen faeses oleh BBLK Surabaya diperoleh hasil semua kasus negative Polio. (Tabel : 18) 44

46 Konsep Surveilans AFP Tujuan Surveilans AFP 1. Mengidentifikasi daerah berisiko transmisi virus-polio liar. 2. Memantau perkembangan program eradikasi polio. 3. Membuktikan Indonesia bebas polio. Strategi Surveilans AFP Menemukan kasus AFP minimal 2/ penduduk < 15 tahun Upaya penemuan : di Rumah Sakit di Puskesmas dan Masyarakat Pemeriksaan Klinis dan Laboratorium Keterlibatan ahli Pemeriksaan Ulang 60 hari Zero Reporting Kegiatan Surveilans AFP Penemuan kasus Pelacakan Kasus Pengumpulan Spesimen Hot Case Survey Status Imunisasi Polio Nomor Epid Nomor Laboratorium Kasus AFP dan Kontak Kunjungan Ulang (KU) 60 Hari 45

47 Umpan Balik dan Penyebarluasan Informasi Penemuan kasus Minimal Kasus 2/ anak dibawah 15 tahun Strategi : Surv. Aktif RS (HBS); Surv. Aktif Masyarakat (CBS) b. Tetanus Neonatorum Salah satu penyebab dari kesakitan dan kematian anak adalah Tetanus Neonatorum. Tetanus Neonatorum merupakan penyakit tetanus yang disebabkan oleh neurotoxin yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani pada luka tertutup pada bayi baru lahir yang dapat menyebabkan kematian. Jumlah kasus Tetanus Neonatorum merupakan data jumlahan dengan asumsi mengikuti distribusi Poisson. Banyaknya data yang bernilai nol sebanyak 76,3% mengindikasikan adanya overdispersi dalam variabel respon. Adanya overdispersi dapat menyebabkan model yang terbentuk menghasilkan estimasi parameter yang bias sehingga dalam penelitian ini menggunakan regresi Zero-Inflated Generalized Poisson (ZIGP). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun Model terbaik yang dihasilkan dari regresi Zero-Inflated Generalized Poisson (ZIGP) menghasilkan 2 variabel prediktor yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah kasus Tetanus Neonatorum yaitu persentase ibu bersalin ditolong dukun (X2) dan persentase kunjungan neonatus 3 kali (KN3 atau KN Lengkap) (X4). Di Kabupaten Lamongan sendiri, pada tahun 2014 terdapat 4 kasus yang kesemuanya laki-laki tanpa kasus kematian, dan terdapat 1 orang perempuan dengan kasus tetanus non neonatorum dan meninggal. Sementara ditahun 46

48 sebelumnya tidak ada kasus tetanus neonatorum akan tetapi pada kasus tetanus non neonatorum ada sebanyak 9 kasus. (tabel : 19) c. Difteri Difteri adalah penyakit menular saluran penafasan bagian atas (tonsil, faring dan hidung) dan kadang-kadang pada selaput lendir dan kulit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diftheriae. Penyakit Difteri ini merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Penyakit difteri berbahaya tetapi dapat dicegah dengan cara imunisasi dasar lengkap. Tanda dan gejala difteri meliputi, sakit tenggorokan dan suara serak, nyeri saat menelan, pembengkakan kelenjar (kelenjar getah bening membesar) di leher, dan terbentuknya sebuah membran tebal abu-abu menutupi tenggorokan dan amandel, sulit bernapas atau napas cepat, demam, dan menggigil. Tanda dan gejala biasanya mulai muncul 2-5 hari setelah seseorang menjadi terinfeksi. Orang yang terinfeksi C. diphtheria seringkali tidak merasakan sesuatu atau tidak ada tanda-tanda dan gejala sama sekali. Difteri merupakan kasus re-emerging disease di Jawa Timur karena kasus Difteri sebenarnya sudah menurun di tahun 1985, namun kembali meningkat di tahun 2005 saat terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kabupaten Bangkalan. Sejak saat itulah, penyebaran Difteri semakin meluas dan mencapai puncaknya pada tahun 2012 sebanyak 955 kasus dengan 37 kematian dan sudah tersebar di 38 kabupaten/kota. Kasus Difteri di Jawa Timur merupakan penyumbang kasus terbesar di Indonesia (yakni sebesar 74%) bahkan di dunia. 47

49 Di Jawa Timur, jumlah kasus jenis penyakit Diftery pada tahun 2012 sebanyak 954 penderita, dengan angka kematian sebanyak 37 orang. Sedangkan di tahun 2013 per 14 Juni 2013, menurun menjadi 310 kasus dengan jumlah kematian 15 orang. Di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 jumlah kasus difteri sebanyak 5 orang laki-laki. Dari data yang ada bisa di lihat bahwa kasus Diftery lebih besar dibandingkan kan di tahun 2013 yaitu sebesar 2 orang perempuan. (tabel : 19) d. Campak Penyakit Campak disebabkan oleh virus campak, golongan Paramyxovirus. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet (ludah) orang yang telah terinfeksi. Campak dinyatakan sebagai KLB apabila terdapat 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu 4 minggu berturut-turut. Untuk mendapatkan gambaran tentang kasus campak pasti, maka dilakukan surveilans campak individu (Case Base Measles Surveilans atau CBMS) dimana setiap kasus campak klinis di catat secara individu dan konfirmasi laboratorium dengan pemeriksaan cerologis (IgM). Pada tahun 2014 terdapat sebanyak 28 kasus campak yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. Dari data 28 kasus tersebut berasal dari puskesmas Sumberaji (1 orang), puskesmas Lamongan (5 orang), puskesmas Tikung (1 orang), puskesmas Dermolemahbang (1 orang), puskesmas Karanggeneng (1 orang), dan puskesmas Brondong (19 orang). Jika dibandingkan dengan tahun 2013 mengalami kenaikan sebanyak 9 kasus. (tabel: 20) 48

50 e. Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosa. penyakit ini menyebar melalui pernapasan lewat bersin atau batuk. gejala awal adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam dan keluar keringat pada malam hari. gejala selanjutnya adalah batuk terus menerus, nyeri dada, batuk darah. gejala lain tergantung pada organ yang diserang. tuberkulosis dapat menyebabkan kelemahan dan kematian. Kasus penyakit tuberkulosis di Jawa Timur menduduki peringkat kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Tingginya kasus penyakit tuberkulosis juga berdampak pada tingginya angka kematian di Jawa Timur. Dari data dinas kesehatan Jawa Timur kasus tuberkulosis sepanjang tahun 2014 hingga Maret mencapai kasus dengan angka kematian mencapai 119 kasus. Di Kabupaten Lamongan, kasus baru TB BTA (+) sebanyak 940 orang yang terdiri dari 56 orang laki-laki dan 380 orang perempuan dari orang total suspek yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan dengan jumlah kematian selama pengobatan tercatat sebanyak 26 orang terdiri dati 10 orang laki-laki dan 16 orang perempuan. Dari keseluruhan BTA(+) di obati sebesar yang terdiri dari 632 orang laki-laki dan 446 orang perempuan, angka kesembuhan (cure rate) sebesar 977(90.63%) yang terdiri dari 559(88.45%) orang laki-laki dan 418(93.72%) orang perempuan. (tabel : 7,8,9) 49

51 f. Pertusis/ Batuk rejan Disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis. Penyebaran melalui percikan ludah (droplet infection) yang keluar pada waktu batuk atau bersin atau juga dengan gejala lain batuk beruntun disertai tarikan nafas hup (whoop) yang khas dan disertai muntah. komplikasi pertusis adalah pneumonia bscterialis yang menyebabkan kematian. Pada Tahun 2013, di Kabupaten Lamongan tidak ditemukan kasus penyakit pertusis baik pada laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi di tahun 2014 jumlah kasus Pertusis melonjak tingi sebanyak 12 orang yang terdiri dari 5 orang lakilaki dan 7 orang perempuan. (tabel : 19) g. Hepatitis B Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh hepatitis B yang merusak hati. penularannya dengan kontak darah yang terinfeksi atau produknya melalui suntikan yang tidak aman, tranfusi darah, dari ibu ke bayi selama proses persalinan atau melalui hubungan seksual. infeksi pada anak sering kali subklinis dan biasanya tidak menimbulkan gejala. gejala infeksi klinis akut yang ada adalah merasa lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu, urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat. warna kuning bisa terlihat. Pada Tahun 2014, di Kabupaten Lamongan tidak ditemukan kasus penyakit Hepatitis B. (tabel: 20) 50

52 III.6 STATUS GIZI Status gizi adalah Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Terdapat beberapa jenis teknik penilaian status gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung terbagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikatorindikator antara lain dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi Balita yang meliputi indikator gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Status gizi balita merupakan salah satu indikator MDGs yang diharapkan untuk bisa menjadi tolok ukur kebehasilan program kerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan. Status Gizi dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain: 1. Pendapatan, 2. Pendidikan, 3. Pekerjaan, 4. Budaya. Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain : 1. Usia, 2. Kondisi Fisik, 3. Infeksi. a. Persentase Bayi dengan Berat Badan lahir Rendah (BBLR) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Unuk keperluan bidan di desa berat 51

53 lahir masih dapat diterima apabila dilakukan penimbangan dalam 24 jam pertama. Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/ makin rendah berat bayi makin tinggi angka kematian), asfiksia / iskemia otak, sindroma gangguan pernafasan, perdarahan intraventrikuler, dysplasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasias, infeksi, gangguan metabolic (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia ). Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbillirubinemia, hipoglikemia, dan lain-lain. Penyebab BBLR sangat kompleks. BBLR dapat disebabkan oleh kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan atau kombinasi keduanya. Bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir sebelum umur kehamilan 37 minggu. Sebagian bayi kurang bulan belum siap hidup diluar kandungan dan mendapatkan kesulitan untuk mulai bernapas, menghisap, melawan infeksi dan menjaga tubuhnya agar tetap hangat. Penyebab BBLR terdiri dari beberapa faktor a. Faktor Ibu Penyakit (hipertensi dan ginjal yang kronik, penderita diabtes mellitus yang berat, toksemia, hipoksia ibu (tinggal didaerah pegunungan, hemoglobinopati, penyakit paru kronik) anemia berat, pre-eklampsia, infeksi selama kehamilan 52

54 (infeksi kandung kemih), hepatitis, IMS, HIV/AIDS, malaria). Kebiasaan ibu (perokok, peminum alkohol, pekerja berat, dan pengguna obat terlarang). Usia ibu dan paritas ibu Status ekonomi ibu Umur kehamilan b. Faktor Janin Premature Hidramnion Kelainan kromosom Dari laporan Puskesmas pada tahun 2014 di Kabupaten Lamongan, diketahui bahwa jumlah bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mencapai 2.2% yang diperoleh dari persentase 406 bayi atau sebesar 2.2% terdiri dari laki-laki sebanyak 186 bayi atau sebesar 1.9%, perempuan sebanyak 220 bayi atau sebesar 2.5% dari bayi lahir hidup. Angka tertinggi adalah di Puskesmas Sukorame dengan persentase 5.8% dan angka terendah adalah Puskesmas Laren dengan persentase 0%. (Tabel : 37). b. Persentase Balita dengan Gizi Kurang Kekurangan berat badan (BB) adalah kekurangan berat dari badan ideal sesuai tinggi badan. Penyebabnya, kebanyakan karena pola pemberian makan yang salah pada masa bayi dan balita, serta penyakit penyertanya, seperti infeks saluran napas, dan gangguan psikologis. 53

55 Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah pengukuran secara anthropometric yang menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U). Jumlah balita yang ditimbang di Kabupaten Lamongan tahun 2014 adalah balita terdiri dari balita laki-laki dan balita perempuan, sedang yang BGM/Gizi Kurang sebanyak 360 (0.5%) dari total balita ditimbang terdiri dari 164 balita Lakilaki (0.4%) dan 196 balita Perempuan (0.5%). Dari seluruh balita gizi kurang seluruhnya tertangani 100 %. Sementara jumlah balita yang ditimbang di Kabupaten Lamongan tahun 2013 adalah balita terdiri dari balita laki-laki dan balita perempuan, sedang yang BGM/Gizi Kurang sebanyak (4,13%) dari total balita ditimbang terdiri dari balita Laki-laki (4,03%) dan balita Perempuan (4,22%). Dari seluruh balita gizi kurang seluruhnya tertangani100 %. Nampak sekali penurunan jumlah balita gisi kurang (BGM) yang menunjukkan bahwa tingkat derajat kesehatan yang mencakup seluruh aspek termasuk didalamnya menyangkut masalah gizi semakin berhasil. (Tabel : 27) c. Persentase Balita dengan Gizi Buruk Gizi buruk bisa dikatakan jika suatu keadaan gizi pada balita sudah pada tahap under weight atau kekurangan gizi sudah pada tingkat berat. Jumlah Balita Gizi Buruk di Kabupaten Lamongan Tahun 2014 dilaporkan sebanyak 217 terdiri dari 116 laki-laki dan 101 perempuan, jika dibandingkan dengan tahun 2013 sebanyak 397 balita terdiri dari 176 balita laki-laki dan

56 balita perempuan maka bisa dilihat adanya penurunan yang signifikan. Hal itu menandakan bahwa keadaan gizi balita di Kabupaten Lamongan semakin tahun semakin meningkat. (tabel : 48) 55

57 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat adiktif dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan. Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. IV.1 PELAYANAN KESEHATAN DASAR Tujuan pokok upaya kesehatan adalah meningkatkan pemerataan dan mutu upaya kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna serta terjangkau oleh segenap anggota masyarakat. Sasaran program ini adalah tersedianya pelayanan kesehatan dasar rujukan, baik oleh pemerintah maupun swasta yang didukung oleh pesatnya kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks. 56

58 Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat diharapkan mampu mengatasi sebagian besar masalah kesehatan masyarakat. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut: IV.1.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami ibu bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya. Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan kesehatan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan nifas. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standart paling sedikit 4 kali (K4) dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya, yang mengikuti program pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Cakupan pelayanan K1 di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 sebesar (100%) dari total kunjungan sebesar 57

59 19979 bumil, telah mencapai target hal ini berarti akses pelayanan kepada sasaran ibu hamil sudah baik. Cakupan K1 menurut Puskesmas pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 28. IV.1.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Melalui ANC Terpadu diharapkan deteksi dini dan perawatan kehamilan dapat dilaksanakan dengan baik dan berkualitas. Dengan demikian komplikasi yang terjadi pada saat kehamilam dapat dicegah sehingga kematian pada ibu hamil dan janinnya dapat juga dicegah. Kunjungan ibu hamil sesuai standart 10 T adalah pelayanan yang mencakup minimal : 1) timbang badan dan ukur tinggi badan; 2) ukur tekanan darah; 3) skrining status gizi (ukur LILA); 4) tinggi fundus uteri; 5) tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ); 6) skrining status imunisasi tetanus dan pemberian Tetanus Toxoid; 7) Pemberian tablet besi 90 selama kehamilan; 8) tes laboratorium sederhana (Hb, Protein urine) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAG, sifilis, malaria, HIV, TBC); 9) tata laksana kasus; 10) temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling). Cakupan pelayanan K4 di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 sebesar (95.5%) dari seluruh ibu hamil sebesar Bumil. Cakupan K4 menurut Puskesmas pada tahun (Tabel : 28). 58

60 IV.1.3 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Kematian maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini disebabkan karena adanya komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan yang tidak dapat tertangani secara cepat meskipun sudah melaksanakan Rujukan Dini Berencana (RDB) dan rujukan tepat waktu. Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besar terhadap Angka Kematian Ibu di Indonesia. Pertolongan persalinan di Kabupaten Lamongan semua ditolong oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan dan di fasilitas kesehatan. Hasil pengumpulan data di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 menunjukkan bahwa persentase cakupan persalinan dengan pertolongan oleh tenaga kesehatan sebesar (96.9 %). Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan menurut Puskesmas pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 28. IV.1.4 Cakupan Pelayanan Nifas Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standart pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan ibu nifas minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu : 1) kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari; 2) kunjungan nifas kedua (KF2) dilakukan pada minggu ke-2 setelah persalinan; dan 3) kunjungan nifas ketiga (KF3) dilakukan minggu ke-6 setelah persalinan. 59

61 Cakupan kunjungan ibu nifas pada tahun 2014 sebanyak dari seluruh ibu bersalin sebesar atau mencapai 96.8 %. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas menurut Puskesmas pada tahun (Tabel : 28). IV.1.5 Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan tablet Fe Anemia pada ibu hamil bukan tanpa resiko. Menurut penelitian, timgginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin). Pada tahun 2014 ini jumlah ibu hamil yang ada sebesar orang, dengan jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe1 sebanyak orang bumil dan ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe3 sebanyak orang bumil. (tabel : 32) IV.1.6 Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil, bersalin, dan ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya oleh bidan di desa atau pustu, puskesmas, BPM, klinik dan RS, beberapa ibu hamil diantaranya tergolong dalam kasus resiko tinggi (resti), maka kasus tersebut memerlukan pelayanan kesehatan rujukan (rujukan dini) dan rujukan tepat waktu ke unit pelayanan kesehatan yang memadai. Untuk itu perlu penguatan puskesmas PONED agar cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dapat mencapai 60

62 target yang telah ditentukan. Keberadaan 8 puskesmas PONED di Kabupaten Lamongan rata-rata peralatan dan tim PONED puskesmas sudah tidak lengkap sehingga perlu dilakukan pelatihan untuk melengkapi tim PONED yang sudah tidak lengkap. Sedangkan stimulasi PONED perlu untuk segera dilakukan agar tetap dapat melakukan pananganan komplikasi kebidanan. Pada tahun 2014 jumlah ibu hamil resti di Kabupaten Lamongan sebesar ( 89.2% ). (Tabel : 31) IV.1.7 Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang paling rentan atau memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal 3 kali, dua kali pada 0-7 hari dan satu kali pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Neonatus dengan komplikasi merupakan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian. Neonatus dengan komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah < 2500 gram), kejang, diare, masalah pemberian ASI, sindroma gangguan pernafasan dan kelainan kongenital. Neonatus dengan komplikasi yang ditangani merupakan 61

63 neonatus komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Pada tahun 2014 cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani sebanyak (77.1%) yang terdiri dari bayi laki-laki sebanyak (79.8%) dan bayi perempuan sebanyak 967 (74.4%). (Tabel : 31) IV.1.8 Cakupan pemberian Vit.A pada bayi Vitamin A pada balita biasanya diberikan di posyandu dalam bentuk tetes. Pemberian tersebut dimaksudkan untuk menjaga kesehatan mata agar terhindar dari kebutaan. Karena vitamin A tidak diproduksi oleh tubuh, maka pemberian pada balita sangat penting. Caranya dengan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A, bisa juga melalui kapsul vitamin A atau tetes. Namun perlu diperhatikan, pemberian vitamin A pada balita harus mengikuti dosis dan aturan. WHO telah memberikan aturan kadar pemberian dosis vitamin A berdasarkan usia seperti yang saya kutip dari okezone. Untuk bayi usia 0-6 bulan, direkomendasikan 3 X IU. Untuk bayi usia 6-11 bulan, dosisnya IU dengan diberikan kapsul vitamin A yang berwarna biru. Sedangkan untuk anak usia 1-5 tahun dosisnya IU (1 tetes) dengan diberikan kapsul berwarna merah. Biasanya pemberian vitamin A dilakukan setiap 6 bulan sekali di puskesmas atau posyandu. Di tahun 2014, Kabupaten Lamongan jumlah bayi dengan usia 6-11 bulan tercatat sebanyak terdiri dari laki-laki dan perempuan dan mendapatkan tablet 62

64 vitamin A sebanyak bayi terdiri dari (93%) lakilaki dan (103.42%). (Tabel : 44) IV.1.9 Cakupan pemberian Vit.A pada anak balita Anak balita dengan usia bulan tercatat sebanyak anak terdiri dari laki-laki dan perempuan dan yang mendapatkan vit A sebanyak anak terdiri dari (87.28%) laki-laki dan (95.39%) perempuan. (Tabel : 44) IV.1.10 Persentase peserta KB Aktif menurut jenis Kontrasepsi Diketahui jumlah pasangan usia subur (PUS) pada tahun 2014 sebanyak , sedangkan yang menjadi peserta KB aktif jangka panjang (MKJP) terdiri dari :IUD sebesar 7.2%, MOP sebesar 0.2%, MOW sebesar 2.3%, IMPLAN sebesar 9.3%, dengan total seluruhnya (19.1%); sedangkan yang tergolong Non MKJP terdiri dari Suntik sebesar 56,2%, PIL sebesar 23,5%, Kondom sebesar 1,3% dengan total keseluruhan sebesar (80.9%). (Tabel : 34) IV.1.11 Persentase peserta KB Baru menurut jenis Kontrasepsi Diketahui jumlah pasangan usia subur (PUS) pada tahun 2014 sebanyak , sedangkan yang menjadi peserta KB aktif jamngka panjang (MKJP) terdiri dari : IUD sebesar 3,9 %, MOP sebesar 0,2 %, MOW sebesar 1,9 %, IMPLAN sebesar 12,0 %, dengan total seluruhnya (17,9 %); sedangkan yang tergolong Non MKJP terdiri dari Suntik sebesar 50,8 %, PIL sebesar 27,6 %, Kondom sebesar 3.7% dengan total keseluruhan sebesar (82.1%). (Tabel : 35) 63

65 IV.1.12 Persentase peserta KB Baru Diketahui jumlah pasangan usia subur (PUS) pada tahun 2014 sebanyak , sedangkan yang menjadi peserta KB baru sebesar (14.7%), dengan cakupan tertinggi Puskesmas Dermolemahbang yaitu sebesar 27.0 %. dan cakupan terendah Puskesmas Moropelang yaitu 8.4%. (Tabel : 36). IV.1.13 Persentase peserta KB Aktif Jumlah pasangan usia subur (PUS) pada tahun 2014 sebanyak orang, sedangkan yang menjadi peserta KB aktif sebesar orang (75,2%), dengan cakupan tertinggi Puskesmas Maduran yaitu sebesar 77.3%. dan cakupan terendah Puskesmas Moropelang yaitu 73.4%. (Tabel : 36). GAMBAR 4.1 JENIS ALAT KONTRASEPSI YANG DIGUNAKAN TAHUN suntik pil implant iud MOP MOW kondom 64

66 IV.1.14 Cakupan Kunjungan Neonatus Cakupan Kunjungan Neonatus (KN) adalah pelayanan kesehatan kepada bayi umur 0-28 hari sesuai dengan standart oleh bidan desa yang memiliki kompetensi klinis kesehatan neonatal, paling sedikit 3 kali pada satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu, baik di sarana pelayanan kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Kunjungan Neonatus murni (KN murni) adalah kunjungan neonatus yang dilakukan pada 6-48 jam setelah lahir, sedangkan Kunjungan Neonatus lengkap (KN lengkap) adalah kunjungan yang dilakukan sebanyak 3 kali selama periode 0-28 hari yaitu pada 6-48 jam, 3-7 hari dan 8-28 hari setelah lahir dengan pendekatan MTBM. Kunjungan neonatus bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin komplikasi yang terjadi pada bayi sehingga dapat segera ditangani dan bila tidak dapat ditangani maka dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap untuk mendapatkan perawatan yang optimal. Bila dilihat menurut data dari seluruh puskesmas di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 cakupan Kunjungan Neonatal 1 kali (KN1) sebesar yaitu 100% dari jumlah bayi yang ada yaitu Sedangkan untuk cakupan Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) pada tahun 2014 sebesar yaitu 100% dari jumlah bayi yang ada yaitu ( Tabel : 36 ) IV.1.15 Cakupan Kunjungan Bayi Dewasa ini kematian bayi sebagian besar terjadi pada usia kurang dari satu bulan. Upaya yang dilakukan 65

67 untuk mencegah kematian neonatal diutamakan pada pemeliharaan kehamilan sebaik mungkin, pertolongan persalinan sesuai dengan standar pelayanan dan perawatan bayi baru lahir yang adekuat. Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal 2 (dua) kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal, baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas (termasuk bidan desa, polindes dan kunjungan rumah) dengan ketentuan : Kunjungan pertama, hati pertama sampai hari ketujuh (sejak 6 jam setelah lahir) Kunjungan kedua kali pada hari kedelapan sampai dengan hari keduapuluh delapan (8 sampai 28 hari) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan bukan merupakan kunjungan neonatal. Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standart yang di berikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah bayi lahir. Kunjungan bayi bertujuan untuk : 1) untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar; 2) mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan; 3) pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 mencapai (99.8%) terdiri dari lakilaki (98.9%), perempuan (100.72%) dari

68 bayi yang ada. Namun data ini belum mencakup semua kunjungan bayi yang tercatat di sarana pelayanan kesehatan swasta. (Tabel : 38) Gambar : 4.2 JUMLAH BAYI, KUNJUNGAN BAYI DAN KN3 DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN JML BAYI KUNJ. BAYI KUNJ. KN3 IV.1.16 Cakupan Desa / Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Desa/Kelurahan Universal Child Imunization adalah desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap pada satu kurun waktu tertentu. Bila UCI dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut dapat digambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap penularan PD3I. Diperkirakan di seluruh dunia, 1 dari 5 anak atau sekitar 21,8 juta anak tidak mendapakan imunisasi yang bisa menyelamatkan nyawa mereka. Di Indonesia, Imunisasi Dasar 67

69 Lengkap (IDL) mencapai 86,8%,dan perlu ditingkatkan hingga mencapai target 93% di tahun Universal Child Immunization (UCI) desa yang kini mencapai 82,9% perlu ditingkatkan hingga mencapai 92% di tahun Di tingkat nasional, di harapkan target Imunisasi Dasar Lengkap 91% dan UCI Desa 84% pada akhir tahun Cakupan desa/kelurahan UCI di Jawa Timur tahun 2012 sebesar 73,02%. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 yakni 54,62%. Pada tahun 2014, cakupan desa/kelurahan UCI di Kabupaten Lamongan tercatat sebanyak 447 desa (94.3%) dari 474 desa/kelurahan yang ada. Jika dibandingkan dengan tahun 2013 dilaporkan mencapai desa/kelurahan UCI sebesar 440 (92.83%) dari 474 desa/kelurahan yang ada. Hal ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. (Tabel : 41) V.1.17 Persentase Cakupan imunisasi Bayi Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi HB<7 hari, BCG, DPT-HB3/DPT-HB-Hib3, Polio, dan Campak, yang dilakukan melalui pelayanan rutin di posyandu dan fasilitas pelayanan kesehatan lainya. Cakupan imunisasi HB<7 hari tercatat sebesar terdiri dari laki-laki (86.46%) dan perempuan (89.56%), Cakupan imunisasi BCG sebesar (97.42%) terdiri dari laki-laki (95.14%) dan perempuan (99.88%), DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 sebesar terdiri dari laki-laki (99%) dan perempuan (102%), Polio sebesar terdiri dari laki-laki (97.73%) dan perempuan (100.73%), Campak sebesar terdiri dari laki-laki (98.13%) dan

70 perempuan (99.64%). Jika dilihat dari cakupan yang ada, melebihi 100%. (Tabel : 42, 43) Gambar : 4.3 IMUNISASI BAYI DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN BCG DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 Polio Campak HB<7hr IV.1.18 Persentase Bayi yang mendapat ASI Ekslusif Berbagai penelitian telah mengkaji manfaat pemberian ASI ekslusif dalam hal menurunkan mortalitas bayi, morbiditas bayi, mengoptimalkan pertumbuhan dan membantu perkembangan. Air Susu Ibu (ASI) adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan padat. ASI diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat bagi bayi baik dari sisi / aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologik (interaksi dan kasih sayang antara anak dan ibu), aspek kecerdasan, aspek neurologik (aktifitas menyerap ASI 69

71 bermanfaat di Jawa Timur 2012 saat pada koordinasi syaraf bayi), aspek ekonomi serta aspek penundaan kehamilan. Berdasarkan data dari kabupaten/kota diketahui bahwa cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Jawa Timur tahun 2013 sebesar 36.8% dan di tahun 2014 sebesar 34.53%. Di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 jumlah bayi yang diberikan ASI Eksklusif sebesar sebanyak (82.2%) dari total bayi sebesar bayi terdiri bayi laki-laki dan bayi perempuan. Sementara jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif pada tahun 2013 sebesar bayi (85.81%) terdiri dari Laki : 5.533, Perempuan : dari seluruh jumlah bayi sebesar bayi terdiri dari Laki : 6.450, Perempuan : (Tabel : 39) IV.1.19 Jumlah Balita ditimbang Partisipasi masyarakat dalam perbaikan gizi bagi balita dapat ditunjukkan dari indikator jumlah balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran balita (D/S). Upaya pemantauan terhadap pertumbuhan balita dilakukan melalui kegiatan penimbangan di posyandu secara rutin setiap bulan. Hasil dari pengumpulan data di seluruh puskesmas di Kabupaten Lamongan Tahun 2014, jumlah balita yang ada sebanyak , balita yang ditimbang sebanyak (84%) terdiri dari (Laki : 81.6%, Perempuan : 86%). Sementara itu balita dengan bawah garis merah (BGM) sebesar 360 (0.5%) terdiri dari (Laki : 0.4%, Perempuan : 0.5%), dan hal itu menunjukkan hasil peningkatan kualitas kesehatan yang signifikan dibandingkan dengan cakupan BGM tahun 2013 sebesar 0.54%. (Tabel : 47) 70

72 Gambar : 4.4 JUMLAH BAYI, JUMLAH BALITA, BALITA BGM TAHUN JML BAYI JML BALITA BALITA BGM IV.1.20 Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan Kejadian gizi buruk perlu dideteksi sacara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang balita di Posyandu, dilanjutkan dengan pemantauan status gizi. Untuk menekan kematian bayi atau balita, dan menurunkan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pemerintah menetapkan target bahwa semua balita gizi buruk dirawat. Penanganan dan pemulihan balita gizi buruk dapat dilakukan secara rawat inap dan rawat jalan. Selama ini pemulihan balita gizi buruk dilakukan dengan rawat inap di fasilitas kesehatan, tanpa pemisahan penderita yang disertai komplikasi ataupun yang tidak disertai komplikasi. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya antara lain cakupan balita yang ditemukan dan dirujuk masih rendah, lamanya masa perawatan yang mengakibatkan perawatan tidak tuntas karena umumnya pulang paksa. Untuk mengatasi kendala tersebut, penderita gizi buruk tanpa Komplikasi dapat dirawat di rumah secara rawat jalan. 71

73 Penanganan rawat jalan dilakukan berupa Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM) di rumah tangga yang dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa penemuan penderita gizi buruk secara dini dan ditangani secara tepat maka tingkat keberhasilan penatalaksanaannya akan tinggi. Upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terutama masalah cakupan balita Gizi Buruk yang mendapat perawatan di Kabupaten Lamongan berkerja sama dengan UPT Puskesmas yang ada untuk memberikan penanganan berupa pelayanan pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan Konseling pada anak balita gizi buruk yang ada di wilayahnya. Kasus balita gizi buruk di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 sebesar 217 terdiri dari 116 laki-laki dan 101 perempuan dengan kasus yang mendapat perawatan sebesar 217 (100%). Cakupan Gizi Buruk pada tahun 2013 yang ada di kabupaten Lamongan sebanyak 347 kasus terdiri dari Laki : 148, Perempuan : 199. Dan dari seluruh kasus balita gizi buruk tersebut semuanya tertangani dan mendapat perawatan. Jika di bandingkan, kasus Balita Gizi Buruk di Kabupaten Lamongan semakin menurun. Hal itu menandakan bahwa semakin tahun kondisi derajat kesehatan dalam hal ini perbaikan gizi semakin meningkat. (tabel : 48) IV.1.21 Cakupan Pelayanan Anak Balita Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang pesat, masa ini merupakan masa keemasan dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara, serta pertumbuhan mental sehingga perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak balita setiap anak usia bulan 72

74 dilaksanakan melalui Pelayanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali pertahun, pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, pemberian vitamin A dosis tinggi 2 kali pertahun, pelayanan balita sakit dengan pendekatan MTBS dan tercatat pada kohort anak balita dan prasekolah atau pencatatan pelaporan lainnya misalnya pencatatan yang ada di Posyandu. Cakupan kunjungan balita pada tahun 2014 cakupan pelayanan anak balita di Kabupaten Lamongan sebanyak (90.3%) anak balita terdiri dari laki-laki (88.7%) dan perempuan (92%) dari anak balita yang ada. (Tabel :43) IV.1.22 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD setingkat Program kesehatan anak usia sekolah, khususnya pada penjaringan kesehatan SD dan sederajat terdapat 30 kabupaten/kota yang mencapai target provinsi, yakni sebesar 100%. Kabupaten/kota dimaksud telah melaksanakan pemeriksaan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih atau guru Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) atau dokter kecil.salah satu penyebab tidak tercapainya target bagi 8 kabupaten/kota di Jawa Timur adalah karena pengelola kesehatan anak usia sekolah atau UKS di kabupaten/kota ataupun di puskesmas sering diganti/dimutasi, serta karena system pencatatan dan pelaporan program kesehatan anak usia sekolah secara berjenjang belum berjalan optimal. Data penjaringan siswa SD dan setingkat Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 tercatat sebanyak di 73

75 siswa terdiri dari laki-laki dan perempuan, dengan jumlah yang mendapat pelayanan kesehatan sebesar atau mencapai 100%. (Tabel : 49) IV.1.23 Cakupan pelayanan kesehatan Usila Jumlah usia lanjut pada tahun 2014 di Kabupaten Lamongan sebesar orang yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. Sedangkan yang mendapat pelayanan kesehatan orang (66,62 %) dari seluruh jumlah usila yang ada terdiri dari Laki-laki sebanyak (66,15 %), Perempuan sebanyak (67,04 %). (Tabel : 52). Gambar : 4.5 JUMLAH PRA USILA DAN USIA LANJUT DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN PRA LANSIA dan LANSIA DILAYANI KES IV.2 PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR Di berbagai negara masalah penyakit menular dan kualitas lingkungan yang berdampak terhadap kesehatan masih menjadi isu sentral yang ditangani oleh pemerintah bersama masyarakat sebagai 74

76 bagian dari misi Peningkatan Kesejahteraan Rakyatnya. Faktor lingkungan dan perilaku masih menjadi risiko utama dalam penularan dan penyebaran penyakit menular, baik karena kualitas lingkungan, masalah sarana sanitasi dasar maupun akibat pencemaran lingkungan. Sehingga insidens dan prevalensi penyakit menular yang berbasis lingkungan di Indonesia relatif masih sangat tinggi. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing Sumber Daya Manusia Indonesia. Perubahan Paradigma Kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan lebih diprioritaskan pada upaya pencegahan dan promosi dengan tanpa meninggalkan kegiatan kuratif dan rehabilitatif, telah mendorong upaya dari dinas kesehatan umumnya dan dalam bidang penyehatan lingkungan permukiman serta tempat tempat umum dan industri pada khususnya untuk lebih menggali kemampuan dan kemauan masyarakat untuk dapat meningkatkan dan memecahkan permasalahan kesehatannya sendiri. Upaya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan surveylens epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini yang selanjutnya dengan penanganan secara tepat melalui pengobatan penderita. Selain itu juga bisa dilakukan upaya lain dengan cara pemberian imunisasi, upaya pengurangan faktor resiko melalui kegiatan untuk meningkatkan kualitas lingkungan serta peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan penyakit menular yang dilakukan melalui berbagai kegiatan. 75

77 IV.2.1 Jumlah penderita dan kematian pada KLB Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Kesiagaan Dinas Kesehatan dalam menangani KLB di wilayahnya membutuhkan kerja sama lintas sektor untuk menjangka pelayanan kesehatan yang terkena KLB di daerahnya, sehingga pelayan kesehatan dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat sasaran. Pada tahun 2014, di Kabupaten Lamongan terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) sebanyak 17 KLB yang terjadi di 10 desa. KLB tersebut terjadi dalam kasus AFP terjadi di 8 desa, Keracunan makanan terjadi di 1 desa, Difteri terjadi di 5 desa, Campak terjadi di 1 desa, Chikungunya terjadi di 2 desa dan TN yang terjadi di 1 desa. (Tabel : 28) IV.2.2 Pemberantasan Penyakit Polio Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis). Pada bulan Maret 2014, WHO untuk kawasan Asia Tenggara, menyatakan bahwa kawasan Asia Tenggara telah bebas polio, karena itu vaksinasi polio pada bayi sudah tidak perlu diberikan lagi. 76

78 Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga galur berbeda dan amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari. Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak antarmanusia. Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan virus. Seperti tahun-tahun sebelumnya di Kabupaten Lamongan tidak pernah terjadi kasus Polio. (Tabel : 20) IV.2.3 Pemberantasan TB Paru Tuberkulosis Paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). Pada dasarnya sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman TBC berbentuk batang, mempunyai sifat tahan terhadap asam dan alkohol pada pewarnaan, sehingga disebut sebagai basil tahan asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan adanya sinar matahari langsung. Pada tempat yang lembab dan gelap mampu bertahan hidup beberapa jam, 77

79 sedangkan di dalam jaringan tubuh kuman ini dapat tertidur selama beberapa tahun (dormant). Berikut beberapa standar kegiatan pemberantasan penyakit TB paru. Beberapa kegiatan tersebut antara lain : Upaya Penemuan Penderita: Ada dua cara upaya penemuan penderita TB Paru dalam program pemberantasan, yaitu secara pasif dan aktif. Secara pasif artinya penjaringan tersangka (suspek) penderita dilaksanakan pada mereka yang datang ke unit pelayanan kesehatan. Secara aktif yaitu dilakukan dalam angka meningkatkan cakupan penemuan penderita, melalui upaya penyuluhan secara aktif kepada masyarakat, baik oleh petugas kesehatan maupun kader kesehatan. Cara ini disebut passive promotive case finding (penemuan penderita secara pasif dengan promosi yang aktif). Dalam kegiatan tersebut di atas, semua kontak penderita harus diperiksa spesimen dahaknya secara mikroskopis langsung. Penderita tersangka ditandai gejala batuk selama 3 (tiga) minggu atau lebih dan mereka yang tinggal serumah dengan penderita TB Paru BTA positif. Pemeriksaan Bakteriologis: Pemeriksaan dahak secara mikroskopis merupakan kunci dalam menegakkan diagnosa penyakit tuberkulosis dan mengevaluasi hasil pengobatan. Untuk diagnosis harus memeriksa 3 (tiga) spesimen dahak. Pemeriksaan 3 spesimen dahak secara mikroskopis langsung nilainya identik dengan pemeriksaan dahak secara kultur atau biakan. Pengobatan Tuberkulosis Paru: Tujuan pengobatan adalah menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat penularan. Pengobatan dilakukan dalam 2 tahap, yakni tahap intensif dan 78

80 tahap lanjutan. Dalam pelaksanaannya penderita harus selalu diawasi oleh pengawas minum obat (PMO) yang telah ditunjuk oleh petugas kesehatan atau keluarga pasien. Berdasarkan data kompilasi dari puskesmas yang bersumber dari Subdin P2MPL Dinas Kesehatan Lamongan, sepanjang tahun 2014 terdapat 940 kasus baru TB yang terdiri dari 560 orang laki-laki dan 380 orang perempuan. (Tabel : 7) IV.2.4 Pemberantasan Penyakit ISPA ISPA merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Penularan ISPA terutama droplet (partikel-partikel kecil) yang keluar saat penderita batuk atau bersin. Penularan ISPA juga dapat terjadi melalui kontak langsung (menyentuh penderita langsung) dengan penderita maupun kontak tidak langsung yaitu menyentuh benda yang terkontaminasi droplet infeksius. Pencegahan Penyakit ISPA bisa dilakukan dengan cara: 1. Menjaga keadaan gizi anda dan keluarga agar tetap baik. 2. Memberikan ASI eksklusif pada bayi anda. 3. Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat/tidur yang cukup dan olah raga teratur. 4. Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun. 5. Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA. 6. Hindari menyentuh mulut atau hidung anda setelah kontak dengan flu. 7. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah. Jumlah balita penderita ISPA di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 yang dilaporkan sebanyak anak, dan seluruhnya di tangani. dari perkiraan jumlah penderita. (Tabel : 10) 79

81 IV.2.5 Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS dan PMS HIV/AIDS AIDS adalah kependekan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Acquired berarti didapat, bukan keturunan. Immune terkait dengan sistem kekebalan tubuh kita. Deficiency berarti kekurangan. Syndrome atau sindrom berarti penyakit dengan kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir. AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV atau Human Immunodeficiency Virus. Bila kita terinfeksi HIV, tubuh kita akan mencoba menyerang infeksi. Sistem kekebalan kita akan membuat antibodi, molekul khusus yang menyerang HIV. Perkembangan penyakit AIDS di Kabupaten Lamongan tahun 2014 sebanyak 24 orang terdiri dari 13 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Untuk kasus HIV sebanyak 85 kasus terdiri dari 55 orang laki-laki dan 30 orang perempuan. Kematian penderita AIDS tahun 2014 sebanyak 13 orang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 5 orang perempuan, sedangkan di tahun 2013 kematian sebanyak 20 orang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Dari analisa data diatas bisa kami sampaikan bahwa semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat untuk lebih memahami betapa resiko perilaku seksual bebas dan menurunnya penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan secara stimulant. (Tabel : 11) IV.2.6 Pemberantasa Penyakit DBD Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah dikenal di Indonesia sebagai penyakit yang endemis terutama bagi anak-anak. Di Indonesia DBD timbul sebagai wabah untuk 80

82 pertama kalinya di Surabaya pada tahun Penyebab penyakit ini ialah virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty sebagai faktor utama, disamping nyamuk Aedes albopictus. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk aides aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat baik secara lingkungan, biologis maupun secara kimiawi yaitu : 1. Lingkungan Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. PSN pada dasarnya merupakan pemberantasan jentik atau mencegah agar nyamuk tidak berkembang tidak dapat berkembang biak. Pada dasarnya PNS ini dapat dilakukan dengan : Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali,. Ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa perkembangan telur agar berkembang menjadi nyamuk adalah 7-10 hari. Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum, dan tempat air lain dengan tujuan agar nyamuk tidak dapat bertelur pada tempat-tempat tersebut. Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung setidaknya seminggu sekali. Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas terutama yang berpotensi menjadi 81

83 tempat berkembangnya jentik-jentik nyamuk, seperti sampah kaleng, botol pecah, dan ember plastik. Munutup lubang-lubang pada pohon terutama pohon bambu dengan menggunakan tanah. Membersihkan air yang tergenang di atap rumah serta membersihkan salurannya kembali jika salurannya tersumbat oleh sampah-sampah dari daun. 2. Biologis Pengendalian secara biologis adalah pengandalian perkambangan nyamuk dan jentiknya dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. seperti memelihara ikan cupang pada kolam atau menambahkannya dengan bakteri Bt H Kimiawi Pengendalian secara kimiawi merupakan cara pengandalian serta pembasmian nyamuk serta jentiknya dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Cara pengendalian ini antara lain dengan : Pengasapan/fogging dengan menggunakan malathion dan fenthion yang berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan Aides aegypti sampai batas tertentu. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempattempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain. Cara yang paling mudah namun efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara diatas yang sering kita sebut dengan istilah 3M plus yaitu dengan menutup tempat 82

84 penampungan air, menguras bak mandi dan tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali serta menimbun sampah-sampah dan lubang-lubang pohon yang berpotensi sebagai tempat perkembangan jentik-jentik nyamuk. Selain itu juga dapat dilakukan dengan melakukan tindakan plus seperti memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk, menur larvasida, menggunakan kelambu saat tidur, memasang kelabu, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik nyamuk secara berkala serta tindakan lain yang sesuai dengan kondisi setempat. Jumlah kasus DBD di Kabupaten Lamongan tahun 2014 sebanyak 153 kasus (12,7 per penduduk) dan seluruh kasus di tangani dengan 1 orang kasus meninggal. (tabel : 21) IV.2.7 Pemberantasa Penyakit Malaria Penyakit malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis. Penyakit tersebut semula banyak ditemukan di daerah rawarawa dan dikira disebabkan oleh udara rawa yang buruk, sehingga dikenal sebagai malaria (mal = jelek; aria=udara). Terdapat 5 jenis parasit 'strain' yang menyebabkan malaria di antaranya vivax dan falciparum. 4 daripadanya berupaya menjangkiti manusia. 'Strain' falciparum adalah yang paling merbahaya kerana dapat menyebabkan kematian dan bertanggungjawab terhadap 90 perseratus kematian. vivax biasa didapati di Amerika selatan dan Asia. Di Kabupaten Lamongan di tahun 2014 kasus malaria di temukan sebanyak 2 kasus tanpa kasus meninggal. 83

85 Sedangkan tahun 2013 kasus Malaria yang diketemukan sebanyak 12 kasus, dan tidak diketemukan kasus yang meninggal. Perlu diketahui bahwa kasus yang ada di Kabupaten Lamongan adalah kasus import dan tidak ditemukan kasus indegieus, untuk angka API tahun 2013 Malaria Jawa Timur 0,6 per penduduk beresiko. (Tabel: 24) IV.2.8 Pemberantasan Penyakit Kusta Penyakit kusta merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, yang menyerang kulit, saraf tepi dan jaringan lain, kecuali otak. Sering dianggap sebagai penyakit keturunan, karena kutukan, guna-guna atau makanan, padahal hal tersebut tidak benar. Manusia terkena penyakit kusta karena penularan. Penyakit kusta sering menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis, tetapi meluas sampai pada masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Ada stigma dan diskriminasi di masyarakat tentang penyakit ini, orang takut bersentuhan dengan penderita kusta, termasuk petugas kesehatan. Indonesia menempati urutan ketiga Negara dengan endemik kusta terbesar di dunia setalah India dan Brazil. Meskipun Indonesia telah berstatus emilminasi sejak tahun 2000, tetapi penemuan kasus baru selalu ada. Tahun 2013, ditemukan kasus baru di Indonesia, atau 6,79 per penduduk. Angka ini berkurang dibandingkan tahuntahun sebelumnya, yakni (tahun 2012) dan (tahun 2011). 84

86 Berdasarkan data tingkat provinsi, baru 20 provinsi yang belum mencapai eliminasi (jumlah kasus kurang dari 1 per penduduk). Masih ada 14 provinsi yang belum mencapai eliminasi. Di Jawa Timur pada tahun 2013 memiliki kasus baru Pada tahun 2014 di Kabupaten Lamongan tercatat ada 14 kasus baru kusta diderita oleh usia 0-14 tahun dengan 5 orang cacat tingkat 2, dengan 13 kasus PB (kusta kering), dan 114 kasus MB (kusta basah). (tabel : 15, 16,17) IV.2.9 Pemberantasa Penyakit Filariasis Filariasis adalah penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin. Di Jawa Timur pada 2014 tercatat ditemukan enam kasus orang penderita filariasis kronis. Sampai Desember 2014 jumlah penderita kaki gajah, sebanyak 364 kasus, lebih banyak dari 2013 yang hanya 358 kasus. Jumlah kasus kaki gajah terbanyak di Jawa Timur ada di Lamongan dengan 56 kasus, Malang 39 kasus, Ponorogo 32 kasus, Trenggalek 32 kasus, Kediri 22 kasus, Sodoarjo 19 kasus. Sedangkan untuk daerah yang bebas dari kasus filariasis terjadi di empat daerah yaitu Batu, Blitar, Gresik, dan Mojokerto. Sementara kasus penyakit Filariasis di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 sama dengan tahun sebelumnya 85

87 sebesar 56 orang terdiri dari 2013 di temukan sebanyak 56 kasus terdiri dari laki-laki sebanyak 27 orang dan perempuan sebanyak 29 orang. (Tabel :23) IV.3 Jumlah kegiatan penyuluhan kesehatan Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan penambahan pengetahuan yang diperutukkan bagi masyarakat melalui penyebaran pesan. Tujuan kegiatan penyuluhan kesehatan yaitu untuk mencapai tujuan hidup sehat dengan cara mempengaruhi prilaku masyarakat baik itu secara individu atau pun kelompok dengan menyampaian pesan. Sasaran penyuluhan kesehatan yaitu mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu biasanya dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. Kegiatan penyuluhan kesehatan di wilayah Kabupaten Lamongan ditujukan agar upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat bisa dilakukan dengan keberhasilan seperti yang di harapkan melalui program dan kegiatan sebagai berikut : IV.3.1 Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut seharusnya dilakukan sejak dini. Usia sekolah dasar merupakan saat tepat untuk dilakukan upaya keshatan gigi dan mulut, karena pada usia tersebut merupakan awal tumbuh kembangnya gigi permanen. Kelompok usia ini juga paling beresiko mengalami kerusakan gigi. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk upaya promotif, preventif, dan kuratif sederhana seperti pencabutan gigi tetap, pengobatan, dan 86

88 penambalan sementara yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan pada tahun 2014 di Kabupaten Lamongan. Dari Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) melalui Promotif dan Preventif, dari seluruh jumlah SD/MI yang ada dan murid SD/MI sebanyak siswa dari siswa laki-laki dan siswa perempuan. Sedangkan murid SD/MI yang di periksa sebanyak anak terdiri dari laki-laki dan perempuan. (Tabel : 51) IV.4 Akses Dan Mutu Pelayanan Kesehatan Kemudahan akses bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan menjadi agenda utama pembangunan kesehatan tahun Kedepan setiap warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan di tempat pelayanan yang terstandar, dilayani tenaga kesehatan yang kompeten serta dengan biaya terjangkau. Agenda pembangunan kesehatan tahun adalah mewujudkan akses dan mutu pelayanan kesehatan yang mantap. Selain itu, peningkatan kesehatan bisa dilakukan masing-masing daerah melalui otonomi daerah. Kemenkes mengapresiasi setiap provinsi yang mau mengalokasikan 10 persen dari APBD nya untuk kesehatan, mau membuat kawasan bebas asap rokok, mau memberi insentif tenaga kesehatan dari APBD serta membangun fasilitas kesehatan dan meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan. Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat yaitu hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan juga harus dipandang sebagai suatu investasi dalam kaitannya untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Untuk meningkatkan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan dalam hal ini Dinas Kesehatan berkerja sama dengan UPT Puskesmas untuk mencapai cakupan pelayanan kesehatan. 87

89 IV.4.1 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Kesadaran tentang pentingnya jaminan perlindungan sosial terus berkembang sesuai amanat pada perubahan UUD 1945 Pasal 34 ayat 2, bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Ditetapkannya UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial (SJSN) pada tahun 2004 dan UU No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pada tahun 2011 serta rencana pencapian Universal Coverage Insurance (UCI) pada tahun 2019 yang dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2014 meniscayakan adanya langkah dan upaya untuk mencapai target tersebut. Untuk mencapai derajat kesehatan secara paripurna di masyarakat maka pemerintah memberlakukan program JAMKESMAS di setiap daerah. Suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan, berkesinambungan, dengan mutu yang terjamin dan biaya yang terkendali dengan melalui program JAMKESMAS. Pada tahun 2014 pencapaian cakupan Jaminan Kesehatan penduduk sebanyak dengan persentase sebesar 55.48%. terdiri dari (56.76%) Laki-laki dan (54.28%) Perempuan. (Tabel : 53) IV.4.2 Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014, jumlah kunjungan rawat jalan sebanyak terdiri dari lakilaki (94.5%) dan perempuan (121.4%) dengan cakupan kunjungan sebesar 108.4%. dari data tersebut di atas meliputi data dari 33 UPT. Puskesmas, RS dan Klinik yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Lamongan (Tabel : 54) 88

90 IV.4.3 Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Untuk meningkatkan pelayanan fasilitas kesehatan di Puskesmas perawatan atau pelayanan dasar Tingkat I, maka pelayanan di bidang kesehatan harus ditingkatkan, terutama pelayanan Rawat Inap di sarana kesehatan Tingkat I dan dari hasil data cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap masyarakat miskin di Sarana Kesehatan tingkat pertama pada tahun 2014 tercatat sebanyak orang yang terdiri dari laki-laki (7.1%) dan perempuan (5.7%) dengan cakupan kunjungan sebesar (6.4%). (Tabel : 57) IV.5 INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap : 1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur) BOR menurut Huffman (1994) adalah the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005). Rumus : (jumlah hari perawatan di rumah sakit) 100% (jlh tempat tidur jlh hari dalam satu periode) 89

91 Untuk BOR di Kabupaten Lamongan tahun 2014, adalah sebesar 59.7%. Persentase untuk BOR sedikit berada di bawah nilai parameter BOR ideal menurut Depkes, RI 2005 karena kurang lengkapnya data yang masuk, sehingga mempengaruhi hasil akhir capaian. 2. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat) ALOS menurut Huffman (1994) adalah The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005). Rumus : (jumlah lama dirawat) (jlh pasien keluar (hidup + mati)) Untuk ALOS di kabupaten Lamongan tahun 2014, adalah sebebsar 4,3 hari. Hasil tersebut dapat dikatakan masih belum mencapai nilai ALOS yang ideal menurut versi Depkes RI, 2005 dikarenakan data yang masuk kurang lengkap sehingga hal tersebut mempengaruhi hasil capaian ALOS. 3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran) TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. 90

92 Rumus : ((jumlah tempat tidur Periode) Hari Perawatan) (jlh pasien keluar (hidup + mati)) TOI di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 mencapai 3 hari maka hasil tersebut sudah sesuai dengan nilai ideal menurut Depkes RI. 4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur) BTO menurut Huffman (1994) adalah the net effect of changed in occupancy rate and length of stay. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya satu tempat tidur rata rata dipakai kali/tahun. Rumus : Jumlah pasien dirawat (hidup + mati) (jumlah tempat tidur) BTO di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 mencapai 55.65, maka hasil tersebut melampaui nilai ideal menurut Depkes RI. 5. NDR (Net Death Rate) NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 2 x 24 jam atau 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Rumus : Jumlah pasien mati > 48 jam 100% (jumlah pasien keluar (hidup + mati)) Di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014, menunjukkan bahwa NDR sebesar

93 6. GDR (Gross Death Rate) GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Rumus : Jumlah pasien mati seluruhnya 100% (jumlah pasien keluar (hidup + mati)) Di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014, menunjukkan bahwa GDR sebesar 5.5. Jumlah seluruh RS di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 sebanyak 11 buah dengan rincian RSD sebanyak 2 buah yaitu RSUD. Dr. Soegiri Lamongan dan RSUD. Ngimbang, RS Khusus ada 3 buah yang terdiri dari RS Ibu dan Anak Fatimah Lamongan dan RS Bedah Mitra Sehat Lamongan dan RS Intan Medika, RS Swasta ada 6 buah yaitu RSM Lamongan, RSM Babat, RSI Nasrul Ummah Lamongan, RS. dr. SUYUDI Paciran, dan RS Citra Medika Lamongan, RS KH. Abdurrahman Syamsuri Lamongan. (Tabel : 60) IV.6 PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR IV.6.1 Persentase Rumah Sehat Rumah bagi manusia memiliki arti sebagai tempat untuk melepas lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kegiatan sehari-hari, sebagai tempat bergaul dengan keluarga, sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya, sebagai lambang dari status sosial, tempat menyimpan kekayaan. Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana 92

94 pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Dari kompilasi data yang dikumpulkan melalui Profil Kesehatan Kabupaten Lamongan Tahun 2014, rumah yang dibina sebanyak rumah(40.91%) dari jumlah seluruh rumah yang ada sebanyak rumah. Dari hasil rumah yang dibina terdapat (73.80%) rumah sehat. ( Tabel : 58) IV.6.2 Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih atau air minum yang Digunakan Secara umum Program Penyehatan Air bertujuan untuk meningkatkan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia untuk seluruh penduduk baik yang berada di pedesaan maupun di perkotaan dan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam memakai air. Secara khusus program penyehatan air bertujuan meningkatkan cakupan air bersih pada masyarakat dan meningkatkan kualitas air yang aman untuk konsumsi masyarakat. Kegiatan upaya penyehatan air meliputi : Surveilans kualitas air; Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih; Pemeriksaan kualitas air; Pembinaan kelompok pemakai air. Kegiatan dilaksanakan dengan strategi terpadu pengawasan, perbaikan dan pembinaan pemakai air. Target Program Penyehatan Air yang ingin dicapai yaitu : 1. Cakupan air bersih perkotaan 100% dan pedesaan 85%. 2. Memenuhi syarat kimia dan bakteriologis 70% Penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas atau layak di Kabupaten Lamongan tahun 2014 meliputi mata air terlindung, penampungan air hujan, perpiaan (PDAM, BPSPAM). Sehingga persentase akses air bersih didapatkan dari jumlah jenis sarana air bersih di suatu wilayah tertentu pada kurun 93

95 waktu tertentu dibagi jumlah KK yang ada di wilayah dan pada kurun waktu yang sama dikali 100% adalah (68.95%). (Tabel : 59) IV.6.3 Persentase Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengelolaan Makanan (TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang, dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. TUPM meliputi hotel, restoran, pasar dan lain-lain. Sedangkan TUPM sehat adalah tempat umum dan tempat pengelolaan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai ( luas ruangan) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai. Data yang diperoleh dari rekapitulasi laporan bulanan UPT Puskesmas pada tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah hotel yang ada maupun yang diperiksa sebanyak 7 buah dan ada 6 yang memenuhi kesemuanya memenuhi syarat (85.7%), pada tahun 2014, ada terdapat 476 restoran/rumah makan yang memenuhi syarat dan 226 yang tidak memenuhi syarat higyene sanitasi, jasa boga sebanyak 49 jasa boga yang memenuhi syarat dan 30 jasa boga yang tidak memenuhi syarat, depot air minum sebanyak 375 depo yang memenhui syarat dan 134 depo yang tidak memenuhi syarat dan makanan jajanan sebanyak yang memenhuhi syarat dan yang tidak memenuhi syarat. 94

96 Gambar : 4.6 TUPM YANG DIPERIKSA DAN YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN YANG ADA yang memenuhi syarat tidak MEMENUHI SYARAT Untuk Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) menurut status hygiene sanitasi di Kabupaten Lamongan, jumlah TPM yang ada sebanyak terdiri dari jasa boga sebanyak 49 jasa boga dengan 30 jasa boga yang tidak memenuhi syarat, Ruamah Makan (Restoran) sebanyak 476 restoran dengan 226 restoran yang tidak memenuhi syarat hygiene sanitasi, Depot Air Minum (DAM) sebanyak 375 DAM dengan 134 DAM yang tidak memenuhi syarat, Makanan jajanan sebanyak dengan yang tidak memenuhi syarat hygiene sanitasi. (tabel : 64) IV.6.4 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Rumah tangga ber-phbs adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu mempraktikkan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko. 95

97 Rumah Tangga Ber- PHBS, yang meliputi 10 indikator, yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI eksklusif, balita ditimbang setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, membrantas jentik di rumah sekali seminggu, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah. Apabila dalam rumah tangga tersebut tidak ada ibu yang melahirkan, tidak ada bayi dan tidak ada balita, maka pengertian rumah tangga ber- PHBS adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator. Pada tahun Jumlah keluarga yang diperiksa adalah jumlah keluarga yang dipantau pada tahun berjalan di wilayah kerja Puskesmas Tahun 2014 yang diperiksa sejumlah (31.90%) dan yang ber PHBS sebesar (61%). (Tabel : 57) 96

98 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, sumber daya kesehatan perlu ditingkatkan dan didayagunakan, sehingga dapat mendukung peningkatan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Sumber daya kesehatan meliputi pula penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan/kedokteran, serta data dan informasi yang makin penting peranannya. Untuk mendukung keberhasilan pencapaian cakupan program kesehatan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya kesehatan yang mencukupi sesuai kebutuhan 5.1. SARANA KESEHATAN Dalam melaksanakan program kesehatan di Kabupaten Lamongan diperlukan dukungan sarana kesehatan yang mencukupi dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Adapun kondisi sarana kesehatan di Kabupaten Lamongan pada Tahun 2014 dapat digambarkan sebagai berikut Puskesmas Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan sampai ditingkat kecamatan. Sampai dengan tahun 2014, jumlah Puskesmas di Provinsi Jawa Timur sebanyak 960 unit yang terdiri dari 504 Puskesmas Perawatan dan 456 Puskesmas non Perawatan. Puskesmas di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 berjumlah 33 buah, puskesmas dengan perawatan sebanyak 32 buah dan 1 buah non perawatan. Sedangkan jumlah puskesmas pembantu pada tahun 2014 sebanyak 109 buah. Selain itu, dalam menjalankan tugas operasionalnya didukung oleh puskesmas keliling sejumlah 67 buah. (Tabel : 67) 97

99 Rumah Sakit Rumah sakit sebagai salah satu penyelenggara kesehatan telah mengalami banyak kemajuan, di mana salah satunya dapat dilihat dari jumlah rumah sakit yang semakin bertambah. Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit (RS) antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta dengan rasio terhadap jumlah penduduk. Jumlah seluruh RS di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 sebanyak 11 buah dengan rincian RSUD sebanyak 2 buah, RS Khusus sebanyak 3 buah dan RS Swasta 6 buah. (Tabel : 67) Sarana Kesehatan Bersumber daya Masyarakat Upaya Kesehatan Bersumberdaya Kesehatan (UKBM) adalah suatu upaya kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) diantaranya adalah posyandu, polindes, Pos Obat Desa (POD). Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal oleh masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penaggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata, yaitu posyandu pratama, posyandu madya, posyandu purnama dan posyandu mandiri. Dari Profil Kesehatan tahun 2014, bahwa jumlah seluruh posyandu yang ada sebanyak pos, dengan rincian posyandu pratama 70 buah (4.03%), posyandu madya 448 buah (25.82%), 98

100 posyandu purnama buah (62.48%), dan posyandu mandiri 133 buah (7.67%). (Tabel : 69) Gambar : 5.1 JUMLAH POSYANDU DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2014 MANDIRI 8% PRATAMA 4% MADYA 26% PURNAMA 62% Poskesdes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan dan palayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana. Pada tahun 2014 jumlah Poskesdes di Kabupaten Lamongan berjumlah 474 buah. (Tabel : 70) 5.2. TENAGA KESEHATAN Sumber daya manusia khususnya tenaga kesehatan merupakan faktor penggerak utama dalam mencapai tujuan dan keberhasilan program pembangunan kesehatan. Peningkatan kualitas SDM Kesehatan dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan. Sebagaimana diketahui bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan tidak hanya dilakukan pemerintah, tapi juga diselenggarakan oleh swasta. Oleh 99

101 karena itu gambaran situasi ketersediaan tenaga kesehatan baik yang disektor pemerintah maupun swasta perlu diketahui. Data ketenagaan ini diperoleh dari hasil pengumpulan data oleh Sub Bagian Program. Data yang dapat dikumpulkan meliputi data jumlah dan jenis sumber daya manusia kesehatan yang ada pada Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum, Puskesmas, RS, RB, BP Swasta pada tahun (tabel : 72, 73, 74, 75, 76,77,78) 5.3. PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan program dan kegiatan bidang kesehatan diperoleh dari berbagai sumber, di antaranya APBD yaitu APBD Provinsi maupun APBD Kabupaten/Kota, APBN yaitu dana dekonsentrasi. Di Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 Pembiayaan Kesehatan yang bersumber dari Pemerintah dan masyarakat. Anggaran Pemerintah bersumber dari : 1. APBD Kabupaten /Kota : Rp Total anggaran kesehatan pada tahun 2014 : Rp Hal ini berarti, besar biaya kesehatan per kapita per tahun untuk tahun 2014 penduduk di Kabupaten Lamongan sebesar ,15 dengan persen APBD kesehatan terhadap APBD Kabupaten/Kota sebesar (Tabel : 81) 100

102 Gambar : 5.2 PROPORSI ANGGARAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ,00% TOTAL ANGGARAN KESEHATAN 7,20% TOTAL APBD KAB/KOTA 92,80% 101

KABUPATEN LAMONGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DINAS KESEHATAN

KABUPATEN LAMONGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Tahun 2013 PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DINAS KESEHATAN Jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo Nomor 57 Lamongan 62211 Telp. (0322) 321338, Fax. (0322) 321338 E-mail : dinkes@lamongan.go.id,

Lebih terperinci

KABUPATEN LAMONGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DINAS KESEHATAN

KABUPATEN LAMONGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Tahun 2016 PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DINAS KESEHATAN Jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo Nomor 57 Lamongan 62211 Telp. (0322) 321338, Fax. (0322) 321338 E-mail : dinkes@lamongan.go.id,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Paparan Data 4.1.1 Latar Belakang Instansi/Perusahaan Kabupaten Lamongan adalah salah satu wilayah yang mempunyai peranan cukup penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terciptanya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 17 Ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

KEADAAN SAMPAI DENGAN BULAN 02 NOPEMBER 2012. Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember Produksi (ton)

KEADAAN SAMPAI DENGAN BULAN 02 NOPEMBER 2012. Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember Produksi (ton) Komoditi : Padi REALISASI PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2012 KABUPATEN LAMONGAN 1 Sukorame 1.896 6,03 11.431 1.342 6,03 8.091 - - - 3.238 6,03 19.522 2 Bluluk 2.975 6,61 19.671 1.842 6,61 12.179

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta KATA PENGANTAR Profil Kesehatan merupakan data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi Kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di sebagian besar negara di seluruh dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN PREVIEW III TUGAS AKHIR PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN Dosen Pembimbing Putu Gde Ariastita, ST., MT. Merisa Kurniasari 3610100038

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS BAMBANG PRIHUTOMO, SKM., MPH. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Bidang Kemitraan dan Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kab.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat di Mandar 2007-2009 Indikator 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 Tujuan Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Menurunkan Proporsi

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: a. Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 184.845.034 194.426.046 9.581.012 5,18 2 Usaha Menengah (UM)

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB III KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KOTA LAMONGAN TAHUN

BAB III KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KOTA LAMONGAN TAHUN BAB III KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KOTA LAMONGAN TAHUN 1975-1982 Untuk mengawali kajian mengenai kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat kota Lamongan, digambarkan terlebih dahulu gambaran

Lebih terperinci

TINJAUAN LINGKUP EKSTERNAL

TINJAUAN LINGKUP EKSTERNAL 2.1. KONDISI WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Lamongan, merupakan wilayah kabupaten yang berada di bagian Utara dari wilayah Propinsi Jawa Timur. Terletak diantara koordinat

Lebih terperinci

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009). pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009). pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Perilaku masyarakat adalah perilaku proakftif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah dicerminkan oleh besar kecilnya angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan PDRB Per Kapita. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pentingnya menjaga kesehatan bagi masyarakat adalah hal mutlak. Karena dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat terus produktif.

Lebih terperinci

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2012. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi buang air besar. Diare dapat juga didefinisikan bila buang air besar tiga kali atau lebih dan

Lebih terperinci

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2013. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TB paru merupakan penyakit infeksi kronik dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan dan prilaku masyarakat. Penyakit TB paru merupakan penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan tertuang dalam Undang- Undang No 36 Tahun 2009. Kesehatan merupakan suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

Lebih terperinci

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia?

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia? Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia? Di beberapa negara terutama negara berkembang, kesehatan ibu dan anak masih merupakan permasalahan besar. Hal ini terlihat dari masih tingginya angka kematian

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2016-2021 SASARAN program promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif pada semua kontinum siklus kehidupan (life cycle) 1 Penurunan Angka Kematian Bayi : Jumlah

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2012 1 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Dasar 1945 Pasal 34 menyatakan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan manusia. Di era globalisasi ini banyak kita temukan penyakit-penyakit yang bukan hal biasa lagi.

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN 1

Bab 1 PENDAHULUAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN 1 Bab 1 PENDAHULUAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN 1 Bab 1 PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan Kesehatan di Provinsi Riau adalah Riau Sehat 2020. Dengan rumusan ini dimaksudkan bahwa pada tahun 2020

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

Keterangan * 2011 ** 2012 *** Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT

PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE-57 25 JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT 3 DIMENSI PEMBANGUNAN: PEMBANGUNAN MANUSIA, SEKTOR UNGGULAN, PEMERATAAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I 1 DERAJAT KESEHATAN (AHH, AKB DAN AKI) 2 STATUS GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA 3 JUMLAH RUMAH SAKIT BERDASARKAN KEPEMILIKAN DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama lebih dari tiga dasawarsa, Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari Analisa Data Secara Integratif Untuk Menghasilkan Database Kecamatan dan Atlas adalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum sejauh mana pencapain dari 7

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q. Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah program Indonesia sehat dengan sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yaitu meningkatkan status kesehatan dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3 DAFTAR ISI SAMBUTAN BUPATI POLEWALI MANDAR....... i DAFTAR ISI............ iii DAFTAR TABEL............ vi DAFTAR GRAFIK............ ix DAFTAR GAMBAR............ xiii DAFTAR SINGKATAN............ xiv PETA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis bersifat tahan

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal setiap tahun.

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Tri Kurniasih, FE UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Tri Kurniasih, FE UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit menular yang selalu menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Dalam laporannya, World Health Organization

Lebih terperinci

BAB IV P E N U T U P

BAB IV P E N U T U P BAB IV P E N U T U P 4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari Analisa Data Secara Integratif Untuk Menghasilkan Database Kecamatan dan Atlas adalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum sejauh mana pencapain

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product X Produk Domestik Regional Bruto 306 Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2013 Gross Regional Domestic Product 10.1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu agenda yang tercantum di dalam Nawa Cita Pembangunan Nasional adalah meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Upaya meningkatkan kualitas hidup manusia

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. KETENAGAAN Situasi ketenagaan di Puskesmas Banguntapan III berubah dari tahun ke tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitmen Indonesia untuk mencapai MDG s (Millennium Development Goals) mencerminkan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Millennium Development Goals (MDGs) Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan global Komitmen Indonesia kepada masyarakat Suatu kesepakatan dan kemitraan global

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam siklus hidup manusia gizi memegang peranan penting. Kekurangan gizi pada anak balita akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok adalah salah satu perilaku hidup yang tidak sehat yang dapat merugikan dan sangat mengganggu bagi diri sendiri maupun orang lain disekelilingnya khususnya bagi

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Visi ini dicapai dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, oleh karena itu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) adalah delapan tujuan pembangunan sebagai respons atas permasalahan global yang akan dicapai pada 2015. Delapan tujuan tersebut antara

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan

Lebih terperinci