BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Manusia dan masyarakat merupakan objek kajian yang selalu menarik dan berkembang. Interaksi antar manusia kadang menimbulkan permasalahan yang harus diselesaikan. Pada tataran yang lebih luas, masyarakat beranggotakan manusia dari berbagai suku, agama, warna kulit, dan sebagainya. Semua ini dipelajari dalam IPS. Depdiknas (2004) IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Widiarto & Suwarso (2007:1) IPS adalah program pendidikan yang mengintegrasikan secara interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora Ilmu pengetahuan sosial lahir dari keinginan para pakar pendidikan untuk membekali para siswa supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan menangani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang seringkali berkembang secara tidak terduga. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik. Mata pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, oleh karena itu dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa IPS adalah program pendidikan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dengan mengintegrasikan secara interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik. 8

2 9 Menurut Permendiknas No.22 Tahun 2006 (2006:170) tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, bahwa mata pelajaran IPS memiliki ruang lingkup aspek-aspek berikut, yaitu : (1) manusia, tempat dan lingkungan (2) waktu, berkelanjutan, dan perubahan (3) sistem soisal dan budaya (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan Ruang lingkup pembelajaran IPS dituangkan menjadi beberapa ilmu sosial yaitu geografi, antropologi,dan sosiologi, serta ekonomi. Cabang-cabang ilmu tersebut sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat dalam kehidupan sosialnya, baik kehidupan sosial masyarakat masa kini maupun kehidupan dan peradaban masyarakat masa lampau yang terjadi secara berkesinambungan dan mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan kebutuhan hidup manusia. Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 (2006:170) tentang standar isi untuk satuan pendididkan dasar dan menengah, dijelaskan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya 2. memiliki kemampuan dasar untuk berikir logis, dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat local, nasional dan global. (BNSP, 2006:170). Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPS di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPS yang ditujukan untuk siswa kelas VI SD disajikan melalui tabel 1 berikut ini.

3 10 Standar Kompetensi 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, Tabel 3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS Kelas 4 Semester 2 dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi Sumber : Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Kompetensi Dasar 2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi di daerahnya 2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengelaman menggunakannya 2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan digunakan dalam penelitian dengan menggunakan model group investigation adalah sebagai berikut : Standar Kompetensi : Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi Kompetensi Dasar : Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi di daerahnya Harapan yang peneliti lakukan dengan menggunakan model group investigation pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tersebut di atas agar siswa lebih memahami materi sehingga meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS khususnya serta dapat meneliti dan mencari sendiri materi pembelajaran sehingga dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya.

4 Kreativitas Siswa Pada dasarnya setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat ditemukenali dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat. Maslow dalam Munandar 2012 menyatakan kreativitas merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan paling tinggi bagi manusia. Haefele dalam Munandar 2012 kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Guilford dalam Munandar 2009 menyatakan kreativitas merupakan kemampuan berpikir divergen atau pemikiran menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan, yang sama benarnya. Selanjutnya menurut Rogers dalam Zulkarnain, 2002, kreativitas merupakan kecenderungan-kecenderungan manusia untuk mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Dari ketiga pendapat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan kreativitas adalah kemampuan berpikir divergen dan membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial terhadap suatu persoalan sesuai dengan kemmapuan yang dimilikinya. Kreativitas tidak hanya tergantung pada potensi bawaan yang khusus, tetapi juga pada perbedaan mekanisme mental atau sikap mental yang menjadi sarana untuk mengungkapkan sikap bawaan trersebut. Menurut Harlock (2005:11) beberapa kegiatan untuk meningkatkan kreativitas adalah : 1. Waktu Untuk menjadi kreatif kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa sehingga anak mempunyai sedikit waktu bebas untuk bermain-main dengan gagasan dan konsep yang dipahaminya. 2. Kesempatan Apabila mendapat tekanan dari kelompok, kemudian anak menyendiri maka ia menjadi lebih kreatif 3. Dorongan Orang tua sangat berperan dalam hal ini, anak seharusnya dibebaskan dari ejekan dan kritik yang seringkali memojokkan anak 4. Sarana Harus disediakan untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi yang merupakan unsure penting dari kreativitas

5 12 5. Lingkungan Keadaan lingkungan yang merangsang kreativitas anak 6. Hubungan dengan orang tua Orang tua yang terlalu melindungi atau posesif terhadap anak dapat menghambat proses kreativitas 7. Cara mendidik anak Mendidik secara demokratis dan persimis di rumah dan di sekolah akan meningkatkan kreativitas, sedangkan mendidik dengan otoriter akan menghambat proses kreativitas 8. Pengetahuan Semakin banyak pengetahuan yang diperoleh anak maka semakin banyak dasar untuk mencapai proses kreativitas. Selanjutnya untuk melengkapi uraian mengenai faktor yang mempengaharui kreativitas, perlu dikemukakan adanya beberapa indikator kreativitas. Menurut Uno (2009:21) indikator kreativitas sebagai berikut : 1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar 2. Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot 3. Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah 4. Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu 5. Mempunyai atau menghargai keindahan 6. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain 7. Memiliki rasa humor tinggi 8. Mempunyai daya imajinasi yang kuat 9. Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang lain (orisinil) 10. Dapat bekerja sendiri 11. Senang mencoba hal-hal baru 12. Mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi) Kreativitas lahir bukan semata-mata karena faktor keturunan, tetapi lebih karena adanya faktor stimulasi dan lingkungan. Stimulus dan bimbingan merupakan faktor utama dalam menumbuh kembangkan kreativitas anak. Dengan mengenali dan memahami ciri anak kreatif, maka perlu adanya pengarahan

6 13 dengan memberi kegiatan yang dapat mengembangkan kreativitas anak. Dari indikator-indikator kreativitas di atas tersebut nantinya akan menjadi dasar penilaian kreativitas Hasil Belajar Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi tiga unsur yaitu tujuan pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasil belajar. Hasil belajar memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui berbagai kegiatan belajar. Selanjutnya, dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Menurut Purwanti dalam Subiyanto (2008) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswa dalam waktu tertentu. Soedjiharto (2007:49) mendefinisikan hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Selanjutnya menurut Nana Sudjana (2011:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Berdasarkan tiga pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu yang digunakan untuk menilai tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar setelah menerima pengalaman belajarnya dengan mengikuti program belajar dalam waktu tertentu. Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran. Kerlinger dalam buku Purwanto (2010:2) pengukuran (measurement) adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat ukurnya dan kemudian menerapkan angka menurut sistem aturan tertentu Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrument. Dalam

7 14 dunia pendidikan instrument yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa yaitu seperti teknik tes dan non tes. Teknik penilaian hasil belajar bentuk tes adalah cara merekam hasil belajar peserta didik dengan cara ujian menggunakan instrumen penilaian berbentuk soal, baik soal bentuk uraian maupun soal bentuk objektif. Secara umum teknik tes berfungsi sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu dan sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah berapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai. Purwanto (2004:25) tes formatif yaitu tes yang berfungsi untuk mencari umpan balik atau feedback yang berguna dalam usaha memperbaiki cara mengajar yang dilakukan oleh guru dan cara belajar siswa. Hasil tes formatif tidak dimaksudkan untuk memberi nilai kepada siswa tetapi hasil tes formatif dimanfaatkan untuk memonitor apakah proses pembelajaran yang baru saja dilaksanakan telah dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana pembelajaran atau belum. Jika hasil tes formatif ternyata terdapat sejumlah kompetensi yang belum dikuasai siswa, maka guru harus mencari penyebabnya. Penyebab tidak dikuasainya kompetensi dapat berasal dari diri siswa maupun dari pelaksanaan proses pembelajaran, seperti penggunaan metode dan media pembelajaran yang tidak tepat. Setelah diketahui penyebabnya, maka dapat ditentukan tindakan perbaikan pembelajaran yang sesuai, misalnya dengan mengulang proses pembelajaran secara individu maupun klasikal, mengulang pembelajaran yang berkaitan dengan sebagian kompetensi saja atau mengulang pembelajaran dengan perbaikan metode yang digunakan. Selanjutnya dilakukan kembali tes formatif untuk mengetahui apakah siswa telah benar-benar menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes formatif adalah tes hasil belajar untuk mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan

8 15 oleh guru, guna memperoleh umpan balik dari upaya pengajaran yang dilakukan oleh guru kepada siswa setelah siswa menyelesaikan satu unit pembelajaran. Tujuan tes ini yaitu sebagai dasar untuk memperbaiki produktifitas belajar mengajar. Dalam penelitian ini hasil belajar siswadiukur dengan tes formatif. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaharui belajar seseorang. Faktor tersebut bisa berasal dari dalam diri individu sendiri maupun berasal dari luar individu.slameto (2010: 54) menggolongkan faktor-faktor yang dapat mempengaharui belajar ke dalam dua jenis, yaitu: a. Faktor intern yaitu factor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern terbagi ke dalam tiga faktor: 1) Faktor Jasmaniah, terdiri atas: factor kesehatan dan factor cacat tubuh 2) Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan. 3) Faktor Kelelahan, meliputi: kelelahan jasamni dan kelemahan rohani b. Faktor Ekstern yaitu factor yang ada di luar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu: 1) Faktor keluarga, seperti: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. 2) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di aats ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. 3) Faktor masyarakat, diantaranya: kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat Model Group Investigation Group investigation sebuah bentuk pembelajaran kooperatif yang berasal dari jamannya John Dewey (1970), tetapi telah diperbaharui dan diteliti pada beberapa tahun terakhir ini oleh Shlomo dan Yael Sharan, serta Rachel-

9 16 Larazarowitz di Israel. Group Investigation memiliki akar filosofis, etis, psikologi penulisan sejak awal tahun abad ini. Yang paling terkenal di antara tokoh-tokoh terkemuka dari orientasi pendidikan ini adalah John Dewey. Pandangan Dewey terhadap kooperasi di dalam kelas sebagai sebuah prasyarat untuk bisa menghadapi berbagai masalah kehidupan yang kompleks dalam masyarakat demokrasi. Kelas adalah sebuah tempat kreativitas kooperatif di mana guru dan murid membangun proses pembelajaran yang didasarkan pada perencanaan mutual dari berbagai pengalaman, kapasitas, dan kebutuhan mereka masingmasing. Group investigationn menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model group investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Peran guru dalam kelas, guru bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling diantara kelompok-kelompok yang ada dan untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya dan membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran. Menurut Krismanto (2003:6) Salah satu model pembelajaran yang mendukung siswa dalam kegiatan belajar adalah model pembelajaran group investigation. Selanjutnya Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan group investigation adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa model GI

10 17 mempunyai fokus utama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus. Group investigasi dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif (Slavin, 2009:24). Dari ketiga pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa model group investigation adalah model pembelajaran yang mendukung siswa dalam kegiatan belajar menggunakan strategi belajar kooperatif dengan pengaturan kelas dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, perencanaan dan proyek kooperatif untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Model group investigation memanglah suatu rancangan mengenai pola pembelajaran aktif melalui investigasi kelompok yang terorganisir dengan baik. Namun, (Robert E.Slavin, 2005) model ini mempunyai kelebihan dan kelemahan, seperti di bawah ini: 1. Kelebihan Group Investigation a. Meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri kompleks b. Kegiatan belajar berfokus pada siswa sehingga pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik c. Meningkatkan keterampilan sosial dimana siswa dilatih untuk bekerja sama dengan siswa lain d. Meningkatkan pengembangan softskills (kritis, komunikasi, kreatif dan group process skill (managemen kelompok) e. Menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah f. Mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan g. mampu menumbuhkan sikap saling menghargai, saling menguntungkan, memperkuat ikatan sosial, tumbuh siakp untuk lebih mengenal kemampuan diri sendiri, bertanggung jawab dan merasa berguna untuk orang lain h. Dapat mengembangkan kemampuan professional guru dalam mengembangkan pikiran kreatif dan inovatif 2. Kelemahan Group Investigation a. Memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit

11 18 b. Mengutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis, sehingga tujuan tidak akan tercapai pada siswa yang tidak turut kreatif c. Memerlukan waktu belajar relatif lama d. Memerlukan waktu untuk penyesuaian sehingga suasana kelas menjadi mudah ribut e. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan model ini f. Menuntut kesiapan guru untuk menyiapkan materi atau topik investigasi secara keseluruhan. Sehingga akan sulit terlaksana bagi guru yang kurang kesiapannya Berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran dengan model group investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui investigasi. Democratic teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keberagaman peserta didik (Budimansyah, 2007: 7). Adapun beberapa langkah-langkah pembelajaran antara lain : Menurut Robert E. Slavin (2005 : ) membagi langkah-langkah pelaksanaan model investigasi kelompok meliputi 6 (enam) tahapan yaitu : Tahap 1: Mengidentifikasi Topik dan Mengatur Murid ke dalam kelompok c. Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran d. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih e. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen f. Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan Tahap 2: Merencanakan Tugas yang akan dipelajari a. Para siswa merencanakan bersama mengenai apa yang kitapelajari? Bagaimana kita mempelajarinya? Siapa melakukan apa? (pembagian tugas) Tahap 3: Melaksanakan Investigasi a. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya c. Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan

12 19 Tahap 4: Menyiapkan laporan akhir a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka b. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka c. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasi rencana-rencana ppresentasi. Tahap 5:Mempresentasikan laporan akhir a. Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk b. Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif c. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan criteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas Tahap 6: Evaluasi Pencapaian a. Para siswa saling memberikan umppan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka b. Guru dan murid berkolaborassi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa c. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi Menurut Sharen et al (Krismanto, 2003:8) mendisain model pembelajaran group investigation menjadi enam tahapan, yaitu: 1. Tahap mengidentifikasi topik dan pengelompokan Para siswa memilih berbagai sub topik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok pada pembelajaran ini heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik. 2. Tahap merencakan penyelidikan kelompok Para siswa beserta guru merencakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah di atas. 3. Tahap melaksakan penyelidikan Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah di atas. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber, baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika deperlukan. 4. Tahap menyiapkan laporan akhir Para siswa menganalisis dan mengsintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

13 20 5. Tahap menyajikan laporan Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. 6. Tahap evaluasi Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok dan bahkan kedua-duanya. Sharan (dalam Supandi, 2005:6) mengemukakaan langkah-langkah pembelajaran pada model pemelajaran GI sebagai berikut: 1. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen. 2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus dikerjakan. 3. Guru memanggil ketua-ketuaa kelompok untuk memanggil materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya. 4. Masing-masing kelompok membahas materi tugaas secara kooperatif dalam kelompoknya. 5. Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya. 6. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya. Berdasarkan ketiga pendapat di atas, maka untuk menerapkan pembelajaran Model group investigation dengan menggunakan langkah-langkah yang telah dimodifikasi yaitu sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompokkelompok penelitian 2. Merencanakan investigasi dalam kelompok 3. Melaksanakan investigasi 4. Menyiapkan laporan akhir 5. Mempresentasikan laporan akhir 6. Evaluasi pencapaian Hubungan Model Group Investigation dengan Krestivitas dan Hasil Belajar IPS Menurut Mafune (2005: 4) model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial. Model group

14 21 investigation merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dengan langkah-langkah yang khas yaitu pertama guru menjelaskan materi pembelajaran, kemudian guru membagi materi pelajaran menjadi beberapa topik pelajaran selanjutnya siswa berkelompok menurut topik materi pembelajaran yang mereka sukai dan dibimbing untuk dapat merencanakan dan mencari informasi, sumber data bersama kelompoknya, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam membahas materi pembelajaran dan menyimpulkan, siswa dilatih untuk menyajikan suatu presentasi yang menarik dengan membuat sebuah hasil karya dengan mengembangkan keterampilannya sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan, siswa tidak hanya diam saja, tidak hanya mendengarkan, dan tidak mudah bosan dalam pembelajaran. Dengan demikian model group investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok karena dipandang sebagai proses pembelajaran aktif, sebab siswa akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran. Selanjutnya model group investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri, melibatkan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran sehingga memberi dampak pembelajaran tentang pengetahuan, proses pembelajaran yang efektif, pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Kajian penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian yang terdahulu yang menjadi upaya penulis untuk memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan dalam penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Hasil penelitian yang relevan dengan penulis sebelumnya telah dilakukan Ratih Endarini Sudarmono (2011), dalam skripsi berjudul Penerapan Metode

15 22 Group Investigation pada Pembelajaran IPA di SD Sidorejo Lor 02 Salatiga Semester I Tahun Ajaran 2009/2010, kesimpulan yang dapat ditarik dari skripsi ini bahwa penerapan model group investigation dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa terhadap pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Sidorejo Lor 02. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisa data dari aktivitas siswa pada kondisi awal hanya 51%, siklus 1 mencapai 77% dan siklus 2 dengan presentase 89%. Peningkatan aktivitas siswa member dampak pada peningkatan hasil belajar siswa yaitu pada ulangan harian siswa pada kondisi awal hanya mencapai nilai rata-rata 66, siklus 1 dengan rata-rata 78 dan siklus 2 dapat mencapai nilai rata-rata 88. Winoto (2011) dalam skripsi PTK yang berjudul Penerapan Model Group Investigation untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Kelas V SDN Kidul Dalem 2 Malang menarik kesimpulan bahwa penerapan pembelajran dengan menggunakan model Group Investigation dapat meningkatkan pembelajaran IPA materi Bumi dan Alam Semesta pada siswa kelas 5 SDN Kidul Dalem 2 Malang. Kondisi awal siswa yang sebelum menggunakan metode Group Investigation terlihat ramai, tapi keramaian itu tidak disebabkan siswa membalas tentang pembelajaran tetapi karena hal lain selain itu pembelajaran masih berpusat pada guru, guru mendominasi. Dengan diterapkannya model Group Investigation dalam pembelajaran didapati hasil belajar yang meningkat, yaitu pada siklus 1 hasil belajar 55% dan siklus 2 mengalami peningkatan yaitu 75,93%. Sedangkan pada aspek aktivitas siswa meningkat dari 42,34% pada siklus 1 menjadi meningkat 64,03% pada siklus 2. Fitriyah, Lailatul (2010) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas 4 Tegalrejo. Hasil belajar siswa pada pra tindakan 61,12%, siklus 1 pertemuan pertama prosentase hasil belajar siswa mengalami penurunan yaitu mencapai 57,76%, hal ini disebabkan siswa belum mengenal model pembelajaran kooperatif tipe group investigation yang sedang digunakan. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus I pertemuan kedua yaitu mencapai 69,16%. Pada siklus 2 pertemuan pertama hasil belajar siswa meningkat

16 23 secara signifikan hingga mencapai 72,92%. Sedangkan pada akhir siklus 2 pertemuan kedua hasil belajar siswa mencapai 77,60% dengan prosentase siswa yang berhasil dalam pembelajaran mencapai 93%. Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data peningkatan hasil belajar siswa dalam masing-masing siklus. Bertitik tolak dari hasil penelitian-penelitian yang terdahulu, meskipun ada kendala dalam penggunaan model group investigation namun hasil yang didapatkan diketahui bahwa penelitian tentang model group investigation dapat meningkatkan berbagai aspek yaitu meningkatkan hasil belajar, aktivitas belajar dan minat belajar siswa. Dalam penelitian ini diharapkan juga model group investigation yang digunakan dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa, dapat membantu siswa untuk mengalami pembelajaran yang bermakna dan berusaha menghindari berbagai kendala yang ada dengan strategi yang sudah direncanakan sesuai dengan kondisi siswa. 2.3 Kerangka Berpikir Kerangka pikir dalam penelitian yang berjudul Peningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar IPS melalui Model Group Investigation Siswa Kelas 4 SD Negeri Kluwan 01 Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013 adalah sebagai berikut : pada mata pelajaran IPS, siswa kelas 4 SD Negeri Kluwan 01 dalam mengikuti proses pembelajaran, siswa kurang aktif terutama dalam proses berpikir, siswa hanya diam saja, kurang berani menyampaikan pertanyaan atau pendapat, mudah bosan dan mudah mengantuk dalam pembelajaran. Para siswa sulit untuk memperoleh nilai harian yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65, karena guru dalam menerapkan pembelajaran lebih menekankan pada metode konvesional (ceramah), guru kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran terutama dalam kegiatan proses berfikir, pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif dan kurang mengembangkan kreativitas siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti merumuskan rencana pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran yaitu dengan

17 24 guru menjelaskan topik-topik materi pembelajaran, kemudian siswa berkelompok menurut topik materi pembelajaran yang mereka sukai dan dibimbing untuk dapat merencanakan dan mencari informasi, sumber data tersebut bersama kelompoknya, sehingga suasana belajar terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam membahas materi pembelajaran dan menyimpulkan, siswa dilatih untuk menyajikan suatu presentasi yang menarik dengan membuat sebuah hasil karya dengan mengembangkan keterampilannya sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan, siswa tidak hanya diam saja, tidak hanya mendengarkan, dan tidak mudah bosan dalam pembelajaran. Dengan demikian maka diharapkan dengan menggunakan model group investigation dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar IPS siswa kelas 4 SD Negeri Kluwan 01 Kabupaten Grobogan. 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tinjauan pustaka, dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, maka didapatkan hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah model group investigation dalam meningkatkan kreativitas dan hasil belajar IPS siswa kelas 4 SD Negeri Kluwan 01 Kabupaten Grobogan semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar 2.1.1.1. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA Leo Sutrisno (2008), mendefinisikan hasil belajar sebagai gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION)

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) A. Pengertian Group Investigation Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION Indayani, Peningkatan Prestasi Belajar pada Bidang Studi IPS... 67 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VI SDN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengalaman merupakan hal yang penting bagi generasi muda, bukan hanya sekedar diingat tetapi juga sebagai cara bagi anak-anak untuk berkenalan dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang berhubungan dengan variabel dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI Dwi Avita Nurhidayah Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email : danz_atta@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam menyusun sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas, tentunya penulis tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan pribadi yang dimiliki tanpa bantuan sumber-sumber yang relevan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan pemerintah negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Dalam kajian teori akan disajikan teori tentang variable X yaitu model pembelajaran kooperatif tipe think pair square dan teori tentang variable Y yaitu hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas.

BAB II KAJIAN TEORI. peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung. Pada SMA 12 ini proses belajar mengajar masih menggunakan metode pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengkaji fakta, konsep, dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Suwarso

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Rasa Tanggung Jawab a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab Rasa tanggung jawab merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA Menurut H. W. Fowler (Trianto 2010:136), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS IV SD

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS IV SD PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS IV SD Oleh: Siti Radiyanti 1, Retnowati 2, Mokhamad Kharis 3, Wahyudi 4, Suripto 5 FKIP, PGSD

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS V SD. Afandi Roqit

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS V SD. Afandi Roqit 508 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS V SD ABSTRAK Afandi Roqit afandiroqit008@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Novi Sri Rahayu, dkk (2013) menyimpulkan bahwa s iswa dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Novi Sri Rahayu, dkk (2013) menyimpulkan bahwa s iswa dengan BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Dalam penelitian ini, penulis mengacu pada penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan saat ini. Berikut ini beberapa hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sekolah Dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan penting dan sebagai fundamental bagi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan 1. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam Permen Diknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 06 Kecamatan Sidorejo Kota Sal atiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah IPA merupakan salah satu mata pelajaran bagian dari kurikulum yang harus dikuasai siswa sesuai tingkat sekolah dari jenjang dasar sampai tingkat lanjutan. Semakin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Model Pembelajaran Role Playing (model bermain peran) a Pengertian Role playing atau bermain peran menurut Zaini, dkk (2008:98) adalah suatu aktivitas pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kluwan 01. Lokasi sekolah tersebut berada di Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang akademik maupun non

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi geografi meliputi aktifitas dan peranan manusia dalam upaya untuk beradaptasi dengan tantangan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IV SDN MOJOLUHUR

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IV SDN MOJOLUHUR UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IV SDN MOJOLUHUR TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, kaena dengan pendidikan manusia dapat hidup sesuai dengan tujuan dan fungsinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan mata pelajaran yang diberikan di tingkat SD dan

Lebih terperinci

Reni Rasyita Sari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Reni Rasyita Sari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI KELAS XI IIS 5 SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Reni Rasyita Sari Program Studi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Kegiatan pembelajaran meliputi belajar dan mengajar yang keduanya saling berhubungan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Variabel Terikat a. Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir kritis menurut Ennis (1993) adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 1.1.1. Hasil Belajar 1.1.1.1. Hakikat Belajar Slameto (2010: 2) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI Oleh Sartin Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum I. PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam ilmu pengetahuan sebagai penggerak utama perubahan menuntut pendidikan untuk terus maju melakukan adaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu negara. Dengan pendidikan dibentuk SDM yang berkualitas. Untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan pendidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang berlangsung di sekolah, merupakan interaksi aktif antara guru dan siswa. Tugas dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Kerja sama antara kedua pihak diharapkan dapat menciptakan atau mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tanggung Jawab a. Pengertian Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan.

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Dalam proses belajar mengajar terdapat kesatuan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses, dimana peserta didik memperoleh bimbingan, pendidikan, pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan aspek-aspek politik, ekonomi, budaya dan lingkungan dari

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan aspek-aspek politik, ekonomi, budaya dan lingkungan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam IPS yang dipelajari adalah materi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi perencanaan pembelajaran, proses pelaksanaan pembelajaran meliputi kemampuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangantantangan yang harus dijawab

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Cooperative Learning Tipe Group Investigation Peneliti memilih metode Cooperative Learning Tipe Group Investigation dengan alasan melalui penerapan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Pencapaian standar

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Pencapaian standar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dapat dimulai dari menganalisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam pendidikan mengacu pada perubahan kurikulum yang menuntut guru agar lebih aktif dan inovatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA. Menurut Sejathi yang dikutip Ali Muhidin, efektivitas merupakan ketepatgunaan,

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA. Menurut Sejathi yang dikutip Ali Muhidin, efektivitas merupakan ketepatgunaan, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA 2. 1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Efektivitas Menurut Sejathi yang dikutip Ali Muhidin, efektivitas merupakan ketepatgunaan, hasil guna, menunjang tujuan.

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang Bambang Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Manusia memerlukan pendidikan untuk menjadi manusia seutuhnya. Di indonesia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Jumlah siswa kelas 4 pada SDN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis, intensional dan kreatif dimana peserta didik mengembangkan potensi diri, kecerdasan, pengendalian

Lebih terperinci

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek 24 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI SUMBER DAYA ALAM DAN KEGIATAN EKONOMI MELALUI METODE KOOPERATIF JIGSAW PADA SISWA

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VI SDN REJOAGUNG 01 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER Sri Nupiksani 2 Abstrak. Dewasa ini tumbuh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. definisi ini adalah penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya agar cerdas,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. definisi ini adalah penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya agar cerdas, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Anitah, W, dkk. (2.3-2.4) menyatakan bahwa menurut definisi lama belajar adalah menambah dan mengumpulkan pengetahuan. Hal utama dalam definisi ini adalah penguasaan

Lebih terperinci

69 Media Bina Ilmiah ISSN No

69 Media Bina Ilmiah ISSN No 69 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS IV SD NEGERI 14 CAKRANEGARA Oleh: A.A.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses kehidupan. Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor pendukung maju atau

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor pendukung maju atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor pendukung maju atau mundurnya perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (2005: 35), dalam kelompok kooperatif, pembelajaran menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (2005: 35), dalam kelompok kooperatif, pembelajaran menjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (2005: 35), dalam kelompok kooperatif, pembelajaran menjadi sebuah aktifitas yang bisa membuat para siswa lebih

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION. Siswandi

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION. Siswandi Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah ISSN 0854-2172 SMP Negeri 1 Wonokerto Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa, maka akan diikuti dengan semakin baiknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan investasi sangat penting bagi generasi penerus bangsa. Apalagi sekarang sudah masuk pada era

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

Macam-Macam Model Pembelajaran

Macam-Macam Model Pembelajaran Medel pembelajaran kel.5 1. `Pembelajaran Istilah pembelajaran sama dengan proses belajar mengajar. Dalam konteks pembelajaran terdapat dua komponen penting, yaitu guru dan peserta didik yang saling berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang ada di Sekolah Dasar. Selain merupakan mata pelajaran pokok IPS juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Cara yang dapat ditempuh untuk mewujudkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik. Selain itu juga, model pembelajaran kooperatif efektif untuk mengembangkan keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH FLUIDA STATIS SISWA KELAS XI MAN 3 MALANG

PENGARUH PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH FLUIDA STATIS SISWA KELAS XI MAN 3 MALANG PENGARUH PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH FLUIDA STATIS SISWA KELAS XI MAN 3 MALANG Febrina Indriani 1, Agus Suyudi 2, Bambang Tahan Sungkowo 3 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KAJIAN TEORI 1. Belajar Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dimulai dari sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP) yang

Lebih terperinci