BAB II KAJIAN TEORI. peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas.
|
|
- Surya Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu 11. Sedangkan belajar menurut teori kontruktivisme adalah suatu pendekatan dimana peserta didik secara individual menemukan dan menstransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisikannya bila perlu. Sehingga belajar merupakan proses perubahan tingkah laku menuju kearah yang lebih baik. Belajar dalam proses pembelajaran diusahakan agar memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan jati diri dan pengetahuan pada diri peserta didik. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran peserta didik harus lebih berperan aktif, sehingga peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas. Teori belajar konstruktivisme lahir dari pandangan Piaget dan Vigotsky. Menurut pandangan Piaget dan Vigotsky adanya hakikat sosial dari sebuah proses belajar dan juga tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggotanya yang beragam, sehingga terjadi perubahan konseptual. Piaget menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun di dalam diri peserta didik. Keaktifan peserta didik menjadi unsur yang amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas mandiri adalah 11 Aunurrahman, op, cit, hal
2 jaminan untuk mencapai hasil belajar yang optimal 12. Proses pembelajaran konstruktivisme Piaget menekankan pada kegiatan internal individu terhadap objek yang dihadapi dan pengalaman yang dimiliki seseorang. Konsep belajar konstruktivisme Vigotsky mengartikan bahwa belajar adalah adanya sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting. Pertama, belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar. Kedua, proses secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya 13. Konstruktivisme Vigotsky menekankan pada interaksi sosial dan melakukan konstruksi pengetahuan dari lingkungan sosial. Pandangan konstuktivisme Piaget dan Vigotsky menekankan pentingnya interaksi dengan teman sebaya melalui pembentukan kelompok belajar. Kelompok belajar memberikan kesempatan kepada peserta didik secara aktif untuk mengungkapkan apa yang dipikirkan peserta didik kepada teman sebaya. Hal ini nantinya akan membantu peserta didik untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas dan melihat ketidaksesuaian pandangan diri mereka sendiri Tinjauan Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah campuran peserta didik yang terdiri dari peserta didik yang berprestasi rendah, berprestasi tinggi, jenis kelamin, dan suku. Hal ini memberikan kesempatan Budiningsih, 2008, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 13 Ibid, hal
3 kepada peserta didik dengan latar belakang dan kondisi yang beragam untuk bekerja sama, belajar dan saling menghargai. Pembelajaran kooperatif ini akan dapat dicapai apabila semua anggota tim bisa belajar mengenai kompetensi dasar yang telah diajarkan. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana peserta didik bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap sesama teman satu timnya serta mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya. Pembelajaran ini terdapat tugas-tugas yang diberikan pada peserta didik, bukan melakukan sesuatu sebagai sebuah tim tetapi belajar sesuatu sebagai sebuah tim. Pembelajaran ini akan menciptakan sebuah interaksi yang lebih luas yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik dan peserta didik dengan guru. Model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting: prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman dan pengembangan keterampilan sosial. Tujuan pembelajaran kooperatif akan tercapai melalui enam fase. Enam fase atau langkah utama yang terlibat dalam pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning adalah: 1. Pelajaran dimulai dengan guru membahas tujuan-tujuan pembelajaran dan membangkitkan motivasi belajar. 2. Fase ini diikuti oleh persentasi informasi, seringkali dalam bentuk teks daripada ceramah. 3. Siswa kemudian diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok belajar. 4. Dalam langkah berikutnya siswa dibantu guru, bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-tugas interdependen. 16
4 5. Persentasi akhir kelompok atau menguji segala yang sudah dipelajari siswa. 6. Memberi pengakuan pada usaha kelompok maupun individu. (Richard I.Arends, 2010:6) 14 Pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan melalui berbagai tipe, guru dapat memilih tipe yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Tipe-tipe dalam model pembelajaran kooperatifyaitu: tipe STAD ( Student Teams Achievement Divisions), tipe Jigsaw II, tipe TGT (Teams Games Tournament), tipe TAI (Teams Assisted Individualization), tipe GI (Group Investigation). Kelima metode ini melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual dan kesempatan sukses yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Metode GI (Group Investigation) berasal dari jaman John Dewey dan dikembangkan serta diperbaharui oleh Shlomo dan Yael Sharan. GI merupakan pendekatan kooperatif yang kompleks dengan perencanaan pengaturan kelas yang umum di mana siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif 15. Metode pembelajaran GI merupakan salah satu metode kooperatif yang mendorong peserta didik untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri, saling bekerja sama dalam kelompok dan menguasai materi yang disampaikan oleh guru. GI ini mengajak peserta didik untuk lebih aktif dalam berfikir dan mengkomunikasikan gagasan dalam proses pembelajaran. 14 Richard L. Arend, loc. cit, hal Robert E. Slavin, 2009, Cooperatif Learning (Teori, Riset dan Praktek), Nusa Media, Bandung, hal
5 GI merupakan salah satu model pembelajaran dimana peserta didik dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik dari unit yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi, dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Tiap kelompok lalau mempresentasikan atau menampilkan penemuan mereka di hadapan seluruh kelas. Dalam metode kooperatif GI, peran guru adalah bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator, guru tersebut berkeliling di antara kelompok-kelompok yang ada, untuk melihat bahwa peserta didik bisa mengelola tugasnya, membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran. Dalam Group Investigation, peserta didik bekerja melalui enam tahap. Tahap- tahap ini dan komponennya dijabarkan dibawah ini : Tahap 1 : Mengidentifikasi Topik dan Mengatur Murid ke dalam kelompok - Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topic, dan mengkategorikan saran- saran. - Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topic yang telah mereka pilih - Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen. - Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan. Tahap 2 : Merencanakan tugas yang akan dipelajari Para siswa merencanakan bersama mengenai : - Apa yang kita pelajari? - Bagaiman kita mempelajarinya? - Siapa yang melakukan apa?( pembagian tugas) - Untuk tujuan atau kepentingan apa kita 18
6 menginvestigasikan topic? Tahap 3 :Melaksanakan Investigasi - Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. - Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usahausaha yang dilakukan kelompoknya - Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensistesis semua gagasan Tahap 4: Menyiapkan laporan akhir - Anggota kelompok menentukan pesan- pesan esensial dari proyek mereka - Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka - Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana- rencana presentasi Tahap 5 : Mempresentasikan Laporan Akhir - Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam bergbagai macam bentuk - Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarannya secra aktif - Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan criteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas. Tahap 6 : Evaluasi - Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalamanpengalaman mereka. - Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa - Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi. 16 Menurut Suherman (2001: 75) metode pembelajaran kooperatif teknik Group Investigation memiliki kelebihan dan kekurangan, di antaranya: 1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif teknik Group Investigation. - Peserta didik menjadi lebih aktif. 16 Ibid, hal
7 - Tugas guru menjadi lebih ringan. - Setiap kelompok mendapatkan tugas yang berbeda sehingga tidak mudah untuk mencari jawaban dari kelompok lain - Diskusi menjadi lebih aktif. - Peserta didik yang nilainya tertinggi diberikan penghargaan yang dapat mendorong semangat belajar peserta didik. 2. Kekurangan model pembelajaran kooperatif teknik Group Investigation. - Peserta didik cenderung ribut, sebab peran seorang guru sangat sedikit. - Membutuhkan waktu yang lama. - Biasanya peserta didik mengalami kesulitan dalam menjelaskan hasil temuannya kepada temannya. Dari pendapat di atas maka dapat kita ketahui bahwa kelebihan dari metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ini adalah peserta didik menjadi lebih aktif, tugas guru lebih ringan, menumbuhkan rasa tanggungjawab, diskusi menjadi lebih efektif. Sedangkan kelemahannya adalah peserta didik cenderung menjadi ribut, peserta didik mengalami kesulitan dalam menjelaskan materi kepada temannya Motivasi Motivasi sangat berperan penting dalam proses belajar peserta didik, dengan adanya motivasi mendorong peserta didik untuk berusaha keras agar dapat memperhatikan dan memahami materi pembelajaran. 20
8 Menurut pakar psikologi, motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Dalam bahasa sederhana, motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan Anda melangkah, membuat Anda tetap melangkah, dan menentukan ke mana Anda mencoba melangkah 17 Peserta didik yang termotivasi untuk mempelajari materi pembelajaran akan menggunakan seluruh perhatian, pikiran,dan tenaganya untuk lebih berusaha keras memahami, menyerap dan mengingat materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Penulis berpendapat, bahwa motivasi di dalam pembelajaran adalah ketertarikan pada proses pembelajaran untuk lebih memperhatikan, memahami dan mengingat secara terus-menerus serta diikuti oleh perasaan senang atas kepuasan yang diperoleh di dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran diperlukan sebagai suatu proses pemusatan perhatian agar yang dipelajari oleh peserta didik akan mudah dipahami. Peserta didik dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan atau tidak diminati untuk dilakukan. Terjadilah suatu perubahan tingkah laku yang meliputi keseluruhan pribadi peserta didik baik dari aspek kognitif, psikomotor, maupun afektif. Peningkatkan motivasi belajar peserta didik di dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan bentuk kegiatan peserta didik, bekerja untuk mengalami sendiri yang ada di lingkungan sekitar peserta didik secara berkelompok dan mengkonsepkan pengalaman-pengalaman yang di dapat oleh peserta didik. Peserta didik dengan kegiatan tersebut akan memperoleh pengalaman pembelajaran yang dirasa sangat optimal. Jakarta, hal Robert E. Slavin, 2009, Psikologi Pendidikan (Teori Dan Praktik), Indeks, 21
9 Indikator motivasi belajar peserta didik terdiri dari adanya perhatian, adanya kegiatan dan adanya rasa senang terhadap materi pembelajaran yang di sampaikan. Indikator adanya perhatian dijabarkan menjadi dua bagian, yaitu perhatian terhadap bahan ajar dan memahami materi pelajaran di dalam pembelajaran. Kegiatan dibedakan menjadi pelaksanaan aktivitas kegiatan terhadap bahan ajar dan secara aktif untuk menyelesaikan tugas-tugas di dalam proses pembelajaran secara tepat waktu. Rasa senang meliputi rasa senang mengetahui bahan pelajaran, senang mengikuti proses pembelajaran, dan antusias di dalam menyelesaikan tugas belajar Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik setelah peserta didk tersebut mengalamai aktivitas atau proses belajar. Aktivitas atau proses tersebut dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, motivasi, dan ketrampilan dari peserta didik sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar,minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis ; 2. Faktor yang datang dari luar diri peserta didik atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran. Hasil belajar yang dicapai peserta didik menurut Sudjana, melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut : Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak 22
10 mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan yang telah dicapai. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia,mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat,membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dankemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranahpsikomotorik, keterampilan atau perilaku. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutamadalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. 18 Indikator hasil belajar peserta didik ditandai dengan adanya nilai peserta didik yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah. Dalam penelitian ini KKM yang ditetapkan oleh Sekolah Menengah Kejuruan Pelita Salatiga untuk mata pelajaran akuntansi kelas XI adalah Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan dan Standar Kompetensi Lulusan Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan 18 Aunurrahman, loc. cit, hal
11 meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau seluruh kelompok mata pelajaran. Standar Kompetensi ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Pasal 1 : 1. Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. 2. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran. 3. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran Peraturan Menteri ini. 19 Keseluruhan standar kompetensi lulusan tersebut adalah kompetensi minimum yang harus dilaksanakan. Setiap satuan pendidikan dapat menambahkan kompetensi kompetensi yang dinilai penting untuk menunjang mutu dan relevansi kompetensi lulusan. Dasar Kompetensi kejuruan merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di dalam Program Keahlian Akuntansi. Produktif Akuntansi merupakan salah satu mata diklat yang ada di dalam program keahlian akuntansi. Program keahlian akuntansi bertujuan untuk membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam: a. Mempersiapkan tamatan yang memiliki kepribadian dan berakhlak mulia sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang kompeten sesuai program keahlian akuntansi. 19 TIM MGMP Pemasaran SMK Negeri 1 Salatiga, op. cit. hal
12 b. Membekali peserta didik untuk berkarir, mandiri yang mampu beradaptasi di lingkungan kerja sesuai bidangnya dan mampu menghadapi perubahan yang terjadi di masyarakat. c. Membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam : 1) Mengelola dokumen transaksi 2) Memproses dokumen dana kas kecil 3) Memproses dokumen dana kas di bank 4) Memproses entri jurnal 5) Memproses buku besar memproses buku besar 6) Mengelola kartu piutang 7) Mengelola kartu persediaan 8) Mengelola kartu aktiva tetap 9) Mengelola kartu utang 10) Menyajikan laporan harga pokok produk 11) Menyusun laporan keuangan 12) Menyiapkan surat pemberitahuan pajak Penelitian tindakan akan dilakukan pada standar kompetensi mengelola administrasi dana kas kecil, dengan kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil. Pada kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil, akan membahas mengenai materi pembelajaran prosedur pengelolaan administrasi dana kas kecil yang berisi tentang prosedur 25
13 pembentukan dana kas kecil (awal), prosedur penggunaan dana kas kecil, dan prosedur pengisian kembali dana kas kecil secara sistematis Pembelajaran Dengan Metode GI Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Pengelolaan Administrasi Dana Kas Kecil. Pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif Group Investigation (GI) merupakan pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk berperan aktif di dalam setiap kegiatan pembelajaran. Menurut Killen, beberapa ciri esensial group investigation sebagai pendekatan pembelajaran adalah : 1. Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki independensi terhadap guru; 2. Kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan; 3. Kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan mereka untuk mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa kesimpulan; 4. Siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam belajar; 5. Hasil-hasil dari penelitian siswa dipertukarkan di antara seluruh siswa. 20 Peran peserta didik dalam pembelajaran GI, peserta didik benar-benar dituntut untuk aktif berfikir mandiri dan aktif bekerja dalam kelompok sesuai dengan kompetensi dasar yang diajarkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kompetensi dasar yang dibahas dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil, pada materi pembelajaran prosedur pengelolaan administrasi dana kas kecil yang berisi tentang materi prosedur pembentukan dana kas kecil (awal), prosedur penggunaan dana kas kecil, dan prosedur pengisian kembali dana kas kecil dengan 20 Aunurrahman, loc. cit, hal
14 menggunakan metode pembelajaran GI. Setiap prosedur pengelolaan administrasi dana kas kecil diuraikan tentang bagaimana cara pengelolaan administrasi dana kas kecil dan tugas dari masing-masing bagian prosedur pengelolaan administrasi dana kas kecil. Penerapan metode pembelajaran GI pada kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil ini peserta didik kelas XI Program Keahlian Akuntasi yang terdiri dari 15 anak dibagi ke dalam tiga kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari lima peserta didik. Setiap kelompok mendapatkan topik atau materi tentang prosedur pengelolaan administrasi dana kas kecil. Tiga kelompok ini memiliki tugas yang berbeda yaitu melakukan investigasi atau wawancara kepada Kepala Bendahara Yayasan SMK Pelita Salatiga, Kepala Tata Usaha SMK Pelita Salatiga, dan Kepala Bank Artha Pelita SMK Pelita Salatiga. Setelah melakukan wawancara tersebut, kelompok membuat laporan hasil investigasi yang kemudian hasilnya akan dipresentasikan di depan kelas. Penerapan metode pembelajaran GI pada kompetensi dasar ini, guru berperan sebagai mediator dan fasilitator di dalam setiap kegiatan pembelajaran peserta didik. Diharapkan dengan pembelajaran ini motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran meningkat, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar seluruh peserta didik Kerangka Berpikir Kinerja akademik (hasil belajar) peserta didik pada kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil ditentukan oleh proses 27
15 belajar peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Untuk memahami materi tersebut sudah sewajibnya guru dapat menumbuhkan motivasi peserta didik, agar dalam proses pembelajaran di kelas mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Penggunaan metode Group Investigation (GI) dipilih sebagai metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam rangka mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran. Metode GI ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Kerangka berpikir penelitian yang mendasari penulis dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut : Pembelajaran Guru Mengajar Dengan Metode Ceramah Bervariasi Motivasi yang rendah Hasil Belajar Peserta Didik Rendah Tindakan Perbaikan Guru Mengajar Dengan Metode Kooperatif GI Siklus 1 Motivasi Belajar Peserta Didik Mencapai Indikator Keberhasilan ( 75%) Siklus 2 Hasil Belajar Peserta Didik (mencapai 75) Skema 2.1. Kerangka Penelitian Pembelajaran Kooperatif GI 28
16 2.9. Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan metode kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat membuat peserta didik di kelas XI Program Keahlian Akuntansi pada kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil menunjukkan pengaruh positif berupa: 1. Peningkatan motivasi belajar peserta didik. Bertujuan untuk meningkatkan perhatian, kegiatan, dan rasa senang peserta didik terhadap proses pembelajaran. 2. Peningkatkan hasil belajar peserta didik. Bertujuan untuk meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik dalam pembelajaran. 29
BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang SMK Negeri 1 Salatiga merupakan salah satu sekolah kejuruan di Salatiga yang mempunyai banyak prestasi. Prestasi siswa tentu tidak mungkin diperoleh begitu saja
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum
I. PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam pendidikan mengacu pada perubahan kurikulum yang menuntut guru agar lebih aktif dan inovatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Akuntansi Sekolah Menengah Kejuruan Pelita Salatiga, peneliti berhasil
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal 4.1.1. Aktivitas Belajar Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI Program Keahlian Akuntansi Sekolah Menengah Kejuruan Pelita Salatiga,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. program keahlian terdiri dari kelas X, XI dan XII.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pelita Salatiga merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan swasta yang berada di Salatiga. Awal berdirinya sekolah ini hanya mempunyai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA. Menurut Sejathi yang dikutip Ali Muhidin, efektivitas merupakan ketepatgunaan,
10 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA 2. 1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Efektivitas Menurut Sejathi yang dikutip Ali Muhidin, efektivitas merupakan ketepatgunaan, hasil guna, menunjang tujuan.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. yaitu interaksi dengan lingkungan atau objek tertentu. fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Teori Belajar Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menjelaskan bagaimana manusia dapat menemukan pengetahuan dan informasi itu sendiri. Pengetahuan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme dalam belajar adalah peserta didik agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil anak sudah mempunyai struktur
7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Teori Belajar Konstruktivisme Proses belajar pada hakikatnya adalah kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi pada seseorang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam karena hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan produktif. Hal tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistim pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang
Lebih terperinciII. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
II. KAJIAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan
Lebih terperinciPENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PENCERNAAN MAKANAN KELAS XI IPA MAN SUKOHARJO SKRIPSI
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu pada individu guna mengembangkan bakat serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan kualitas Sumber daya manusia (SDM), baik dalam aspek spiritual, intelektual maupun kemampuan profesional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pendidikan merupakan proses interaksi antar manusia yang ditandai dengan keseimbangan antara peserta didik dengan pendidik. Proses interaksi yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadipribadi manusia yang berkualitas. Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses sepanjang hayat dari perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam ilmu pengetahuan sebagai penggerak utama perubahan menuntut pendidikan untuk terus maju melakukan adaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan
Lebih terperinciBAB II. Kajian Pustaka. pembelajaran kooperatif, dan prestasi belajar.
7 BAB II Kajian Pustaka A. Analisis Teoritik Dalam analisis teoritik akan diuraikan berbagai tinjauan yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu Sekolah Menengah Kejuruan, metode belajar mengajar, pembelajaran
Lebih terperinci*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK
Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha yang dapat dilakukan pendidik untuk menciptakan sumber daya manusia yang baik dan berkualitas. Pada dasarnya, manusia terus
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh: ARI SUSANTI NIM: K
SKRIPSI PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DAN TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI KELAS X DI SURAKARTA Oleh: ARI SUSANTI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan, intelektual,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, menuntut manusia untuk terus mengembangkan wawasan dan kemampuan di berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu,
Lebih terperinciCharlina Ribut Dwi Anggraini
METODE PEMBELAJARAN TGT MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA SEBAGAI ALTERNATIF MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI BEDIWETAN KECAMATAN BUNGKAL KABUPATEN PONOROGO Charlina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dari segi pelaksanaan secara operasional adalah terwujud dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar dengan menggunakan akal pikiran dan emosi yang dimiliki.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Belajar merupakan kebutuhan dasar bagi manusia yang dimana merupakan hal yang penting tidak hanya bagi individu saja melainkan juga bagi masyarakat dan bangsa.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2011:201) Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Soejadi dalam Teti Sobari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang berhubungan dengan variabel dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang menjadi dasar dari semua ilmu yang dipelajari di sekolah regular. Oleh sebab itu pelajaran ini diajarkan pada jenjang pendidikan dasar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar yang harus dimiliki oleh manusia, karena dengan pendidikan manusia akan lebih mampu untuk mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan. pendidikan, karena pendidikan berperan penting dalam meningkatkan potensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas terutama dalam bidang pendidikan, karena pendidikan berperan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Variabel Terikat a. Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir kritis menurut Ennis (1993) adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas
7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Belajar merupakan komponen penting dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Lebih terperinciOrientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak mulia,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. baik dari segi pengetahuan, sikap maupun keterampilannya.
11 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya interaksi antar sesama siswa atau dengan lingkungan. Siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) telah melaju dengan pesatnya. Hal ini erat hubungannya dengan perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak mulia,
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe. STAD (Student Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar
BAB V PEMBAHASAN A. Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar Setelah analisis data penelitian selesai, langkah selanjutnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah, diantaranya dengan melakukan perbaikan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana dengan maksud untuk membenahi dan meningkatkan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk ke dalam kategori lima besar di dunia dalam hal. keanekaragaman hayati. Berbagai jenis satwa dan tumbuhan banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Indonesia termasuk ke dalam kategori lima besar di dunia dalam hal keanekaragaman hayati. Berbagai jenis
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI Abstrak. Yulia Ayu Astuti. K8409074. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dari segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sengaja atau terencana untuk membantu meningkatkan perkembangan potensi bagi manusia agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan menengah kejuruan yaitu
BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Sekolah adalah lembaga atau organisasi yang dirancang pemerintah sebagai upaya pelaksanaan pembelajaran peserta didik dalam pengawasan guru yang professional. Salah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas X Kompetensi Keahlian 2 SMK Negeri 1 Salatiga, peneliti berhasil mengidentifikasi permasalahan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus mampu melakukan proses edukasi, sosialisasi, dan transformasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya tersebut
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 Achmad Hasbi Ash Shiddiq. Program studi pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komputer dan Jaringan untuk kelas XI D memiliki kapasitas 36 orang siswa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang SMK Pelita merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan bisnis dan manajemen yang ada di kota Salatiga. SMK Pelita memiliki beberapa program keahlian yaitu Perhotelan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi tersebut diharapkan tidak hanya terjadi komunikasi satu arah dari guru
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran merupakan perpaduan antara kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam interaksi tersebut
Lebih terperinciOleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 1 TILAMUTA
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA
Juhji 9 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA Oleh: Juhji 1 Abstrak. Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam
Lebih terperinciCooperative Learning dalam Pembelajaran Matematika
Cooperative Learning dalam Pembelajaran Matematika Posted by Abdussakir on April 14, 2009 A. Pandangan Konstruktivis mengenai Cooperative Learning Sebagian besar pembelajaran matematika tradisional berdasarkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan
Lebih terperinciSuherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS DI SMA NEGERI 1 STABAT Suherman Guru Fisika
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
20 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Kontekstual 1. Minat Minat sering dihubungkan dengan keinginan atau ketertarikan terhadap sesuatu yang yang datang dari dalam diri seseorang tanpa ada paksaan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar merupakan proses dan unsur dasar dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, proses belajarlah yang menjadi kegiatan paling pokok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Pasal 3 menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
Lebih terperinciPENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS
Novita Dwi Astuti 1 PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA Oleh: Novita Dwi Astuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA Widyo Pramono Universitas Negeri Surabaya widyo@rocketmail.com
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah suatu
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar 2.1.1.1. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA Leo Sutrisno (2008), mendefinisikan hasil belajar sebagai gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban. Sumber daya manusia yang unggul akan mengantarkan sebuah bangsa menjadi bangsa yang maju dan kompetitif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Restalina Nainggolan, 2013
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia pada dewasa ini sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang, termasuk diantaranya pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan memegang peranan yang
Lebih terperinciJurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam
Lebih terperinciBimafika, 2016, 8, 10 15
Bimafika, 2016, 8, 10 15 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATERI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 AIR BUAYA Hairan Wali 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas. yang berhubungan dengan pelajaran tersebut.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan proses pembelajaran terkadang terdapat kendalakendala. Salah satu permasalahan dalam proses pembelajaran adalah motivasi siswa untuk belajar.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keberhasilan proses belajar mengajar dapat diukur dari keberhasilan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan tersebut dapat terlihat dari tingkat pemahaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses belajar mengajar antara guru dengan siswa untuk pengembangan potensi diri yang dilakukan secara sadar dan terencana agar dapat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori, pendapat-pendapat ahli yang mendukung penelitian akan dipaparkan dalam obyek yang sama, dengan pandangan dan pendapat yang berbedabeda. Kajian
Lebih terperinciKAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:
II. KAJIAN PUSTAKAN 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan menjadi lebih baik. Pada proses belajar siswa melakukan perubahan ke arah kebaikan berdasarkan segala pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan pemegang peran utama dalam proses pembelajaran karena guru mempunyai peranan penting dalam keberhasilan siswa menerima dan menguasai pelajaran
Lebih terperinciJurnal Gea Volume 14 Nomor 1, April 2014
PENGARUH PENGGUNAAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK (Studi Eksperimen padamata Pelajaran Geografi di Kelas X Ilmu-ilmu Sosial di SMAN 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail dinyatakan bahwa siswa yang masuk pendidikan menengah, hampir 40 persen putus sekolah. Bahkan yang
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, fikiran,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bertukar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkompetensi karena di dalam pendidikanlah individu diproses menjadi manusia
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING
111 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SISTEM PENGATURAN REFRIGERASI Raden I. Saputra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut adanya upaya peningkatan mutu pendidikan. Hal ini sejalan dengan terus dikembangkannya kurikulum pendidikan di Indonesia. Menurut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 (2003:11) yaitu: Pendidikan nasional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang lebih berkualitas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan
Lebih terperinci