BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian IPA Menurut Depdiknas (2006: 151) Ilmu pengetahuan alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-kensep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga prose penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari. proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPA di SD Menurut Depdiknas (2006: 27) tujuan pembelajaran IPA di SD/MI adalah sebagai berikut: 1) Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dalam kehidpuan sehari-hari; 2) Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap IPA dan teknologi; 3) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan; 4) Ikut serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam; 5) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; dan 6) Menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7

2 8 Menurut BNSP (2007: 13), mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam semesta dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD Berdasarkan kurikulum 2006 (KTSP), ruang lingkup bahan kajian IPA meliputi beberapa aspek kajian pokok IPA yang diajarkan di SD, yaitu: 1) Mahkluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan. 2) Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya. 3) Energi dan perubahannya, meliputi: magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana 4) Bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

3 9 2.2 Pengertian Belajar Menurut Slameto (2003:2) belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Skiner dalam Dimyati (2002:9) menyatakan belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar maka respennya menjadi lebih baik. Sehingga dengan belajar orang akan mengalami tingkah laku. Menurut Sumadi Suryabrta (2002) belajar adalah proses yang membawa perubahan dan dari perubahan itu didapat kecakapan baru karena adanya suatu usaha yang disengaja Dari beberapa definisi diatas dapat disumpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses interaksi manusia baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan lingkungan untuk memperoleh suatu perubahan, tingkah laku yang berupa perbuatan, pemahaman, keterampilan dan sifat yang positif sehingga membawa pada kondisi kehidupan yang lebih baik dan bemakna. 2.3 Pengertian Hasil Belajar Menurut Sudjana (2004: 14) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994: 250) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang baik bila dibandingkan pada saat belum belajar. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Purwanto (2009: 46) hasil belajar adalah pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan, karena

4 10 hasil belajar di ukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan melalui proses belajar mengajar. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar Faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Slameto (2003:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu: 1. Faktor internal, yang terdiri dari tiga faktor berikut: 1) Faktor jasmaniah yang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. 2) Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. 3) Faktor kelelahan yang meliputi kelelahan jasmani dan rohani. 2. Faktor eksternal 1) Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. 2) Faktor sekolah yang meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. 3) Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut Sardiman (2007:39), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor intern (dari dalam) diri siswa dan faktor ekstern (dari luar) siswa. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri siswa, selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Kehadiran faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor-

5 11 faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal siswa antara lain kemampuan yang dimiliki siswa tentang materi yang akan disampaikan, sedangkan faktor eksternal antara lain strategi pembelajaran yang digunakan guru di dalam proses belajar mengajar. 2.4 Model Pembelajaran Inkuiri Istilah inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry, yang secara harafiah berarti penyelidikan. Piaget (Mulyasa, 2007:108) mengemukakan bahwa inkuiri merupakan model pembelajaran yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas, agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan satu penemuan dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan peserta didik lain. Sclenker (Yudi, 2008: 76) mengungkapkan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat menghasilkan peningkatan pemahaman sains, produktivitas, berpikir kreatif, serta siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan sesuatu. Oleh karena itu, prosedur ilmiah dapat diajarkan langsung pada mereka. Model pembelajaran inkuiri adalah sebuah model pembelajaran yang termasuk dalam model pembelajaran pemrosesan informasi. Menurut Joyce dan Weil (Wena, 2009: 76), model inkuiri adalah sebuah model yang intinya melibatkan siswa ke dalam masalah asli dan menghadapkan mereka dengan sebuah penyelidikan, membantu mengindentifikasi konseptual atau metode pemecahan masalah yang terdapat dalam penyelidikan, dan mengarahkan siswa mencari jalan keluar dari masalah tersebut.

6 12 Sanjaya (2008: 196), mendefinisikan model inkuiri adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Model pembelajaran inkuiri adalah sebuah model pembelajaran yang mampu menciptakan peserta didik yang cerdas dan berwawasan. Dengan model pembelajaran ini, siswa dilatih selalu berpikir kritis, karena membiasakan siswa memecahkan suatu masalah sendiri. Model pembelajaran ini bertujuan untuk melatih kemampuan peserta didik dalam meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah. Dalam proses inkuiri, guru dalam hal ini hanya bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok. Para siswa didorong mencari pengetahuan sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan. Inkuiri merupakan model yang bersifat student center, dan guru disini berperan sebagai pembimbing, fasilitator, dan pengarah kerja siswa. Pada pelaksanaannya, model pembelajaran inkuiri tidak semata mengembangkan kemampuan intelektual, tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan ketrampilan. Pada hakikatnya, model pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses. Proses ini bermula dari rumusan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji hipotesis dan menarik kesimpulan sementara, menguji kesimpulan sementara supaya sampai pada kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini siswa yang bersangkutan. Semua tahap dalam proses inkuiri tersebut di atas, merupakan kegiatan belajar dari siswa (Gulo, 2002: 93). Dari seluruh pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri merupakan sebuah model pembelajaran yang mencoba memberikan pengalaman langsung kepada siswa, untuk merasakan secara nyata proses pembelajaran dengan melibatkan seluruh aspek kemampuan siswa. Sehingga, dengan merasakan langsung keterlibatannya pada saat kegiatan pembelajaran, siswa menjadi semakin yakin dengan kemampuan yang dimilikinya, sehingga proses belajar benar-benar terjadi, dan akhirnya terjadilah

7 13 perubahan pada diri siswa yaitu perubahan pengetahuan, pemahaman, pengalaman serta tingkah laku Tujuan dan Alasan Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Model pembelajaran inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Model pembelajaran ini melibatkan siswa dalam proses mental, dalam rangka penemuannya. Model pembelajaran inkuiri memungkinkan para siswa menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan, untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Tujuan utama dari pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri adalah menyediakan peralatan atau cara bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilan intelektualnya yang berkaitan dengan berpikir kritis dan memecahkan masalah. Secara lebih khusus, tujuan dari model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan keterlibatan siswa dalam menemukan arah dan proses bahan pelajarannya. 2) Mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya. 3) Melatih siswa menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya. 4) Memberi pengalamaan belajar seumur hidup. Adapun alasan pengunaan model pembelajaran inkuiri sebagai model pembelajaran dalam di sekolah adalah sebagai berikut: 1) Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan 2) Belajar tidak hanya diperoleh dari sekolah, tetapi juga lingkungan sekitar 3) Melatih peserta didik untuk memiliki kesadaran sendiri akan kebutuhan belajarnya. 4) Penanaman kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup.

8 Peranan Model Pembelajaran Inkuiri Dalam perkembangannya, teranyata model pembelajaran inkuiri mempunyai peranan yang penting terhadap pendidikan di sekolah. Pelaksanaan penggunaan model pembelajaran inkuiri mempunyai peranan penting, baik bagi guru maupun para siswa. Perananannya antara lain sebagai berikut: (1) Menekankan kepada proses perolehan informasi oleh siswa; (2) Membuat konsep diri siswa bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperolehnya; (3) Memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan memperluas penguasaan ketrampilan dalam proses memperoleh kognitif para siswa; (4) Penemuan-penemuan yang diperoleh siswa dapat menjadi kepemilikannya dan sangat sulit melupakannnya; (5) Tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar (Sumantri, 1999: 166) Sasaran Utama Kegiatan Belajar Mengajar Pada Model Pembelajaran Inkuiri Sasaran utama dalam kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran inkuri, adalah: (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belaja. Kegiatan belajar disini adalah kegiatan mental, intelektual, sosial dan emosial; (2) keterarahan kegiatan belajar secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran; (3) mengembangkan siskap percaya pada diri sendiri (self-belief) pada diri siswa, tentang apa yang ditemukannya dalam proses pembelajaran inkuiri. Gulo (2002, 85), mengatakan bahwa sasaran utama dalam kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri berpusat pada perkembangan kepribadian dan intelektual siswa Kondisi-Kondisi Umum Sebagai Syarat Timbulnya Pembelajaran Inkuiri Joyce (Gulo, 2002: 85) mengemukakan kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya pembelajaran inkuiri bagi siswa. Kondisi tersebut antara lain: (1) aspek sosial di dalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi. Hal ini menuntut adanya suasana bebas di dalam

9 15 kelas, dimana siswa tidak merasakan adanya tekanan atau hambatan untuk mengemukakan pendapatnya; (2) inkuiri berfokus pada hipotesis. Siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya semua pengetahuan bersifat tentatif. Tidak ada kebenaran yang bersifat mutl4ak. Kebenaran selalu bersifat sementara; (3) penggunaan fakta sebagai evidensi. Dalam kelas, dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta, sebagaimana dituntut dalam pengujian hipotesis pada umumnya. Dalam pelaksanaan model pembelajaran inkuiri, ada kondisi umum yang perlu diperhatikan agar model pembelajaran inkuiri dapat tercipta di dalam proses pembelajaran di sekolah Prinsip-Prinsip Penerapan Inkuiri Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang menekankan pada pengembangan intelektual anak. Dalam menggunakan model pembelajaran inkuiri, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh setiap guru, agar model pembelajaran ini benar-benar mencapai suatu keberhasilan dalam proses pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2007: ) ada beberapa prinsip yang harus diperhatiakn oleh seorang guru dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri: 1) Berorientasi pada pengembangan intelektual; maksudnya adalah model pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar, juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri, bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, namun pada sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. 2) Prinsip interaksi; proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antar siswa maupun interaksi antara siswa dengan guru; bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing), agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.

10 16 3) Prinsip bertanya; peran guru yang harus dilakukan dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan, pada dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah pertanyaan itu hanya sekedar meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan atau bertanya untuk menguji. 4) Prinsip belajar untuk berpikir; belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikiri (learning how to think), yakni mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan, baik otak reptil, otak limbik maupun otak neokorteks. Pembelajaran berpikir merupakan pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. 5) Prinsip keterbukaan; dalam pembelajaran, siswa perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan kemungkinan sebagai hipotesis, yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis, dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya Jenis-Jenis Model Pembelajaran Inkuiri Sund dan Trowbridge (Mulyasa, 2007: 109) mengemukakan ada tiga macam jenis pembelajaran inkuiri, sebagai berikut: 1) Inkuiri termbimbing (guided inquiry): siswa memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan yang membimbing. Pembelajaran inkuiri jenis ini digunakan terutama bagi siswa yang belum berpengalaman, guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya, sebgai besar perencanaan dibuat guru, dan siswa tidak merumuskan permasalahan.

11 17 2) Inkuiri bebas (free inquiry), pada jenis ini, siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Siswa harus dapat mengidentifikasi dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. 3) Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry). Pada jenis ini, guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian Model Pembelajaran Inkuiri Termbimbing Model pembelajaran inkuiri terbimbing digunakan apabila dalam kegiatan pembelajaran, guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Pada umumnya, model pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri atas: (1) penyajian masalah; (2) kelas semester; (3) prinsip atau konsep yang ditemukan; (4) alat/bahan; (5) diskusi pengarahan; (6) kegiatan penemuan siswa; (7) proses berpikir kritis dan ilmiah; (8) pertanyaan yang bersifat open ended; (9) catatan guru. Pada model pembelajaran inkuiri terbimbing ini, guru memberikan petunjuk-petunjuk kepada siswa seperlunya. Petunjuk tersebut dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing siswa, agar mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan, untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru. Pengerjaannya dapat dilakukan sendiri atau dapat diatur secara berkelompok. Bimbingan yang diberikan kepada siswa, dikurangi sedikit demi sedikit, sering bertambahnya pengalaman siswa dengan pembelajaran secara inkuiri. Menurut Supriyadi yang dikutip Kholifudin (2012: 2) model pembelajaran inkuiri terbimbing mempunyai beberapa ciri-ciri antara lain adanya ruang lingkup untuk melakukan suatu penyelidikan atau pengamatan diberikan kepada siswa, siswa melakukan restrukturisasi masalah-masalah, siswa melakukan identifikasi masalah yang berdasar penyelidikna atau pengamatan., dan siswa melakukan trial and eror atau berspekulasi berbagai cara untuk memecahkan masalah dan kesulitan.

12 18 Menurut Wayan Memes yang dikutip oleh Isnawati (2007: 38) ada enam langkah yang harus diperhatikan dalam inkuiri terbimbing, yaitu merumuskan masalah, membuat hipotesis, merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, mengumpulkan data, dan mengambil kesimpulan. Enam langkah ini akan membentuk peserta didik menjadi lebih berani berkomunikasi dan menggali informasi untuk dapat memecahkan masalah. Dalam inkuiri terbimbing guru tidak melepas siswa begitu saja akan tetapi guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepda siswa. sehingga diharapkan siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunya kecerdasan rendah mampu mengikuti siswa yang mempunyai kecerdasan tingkat tinggi. Oleh karena itu, diharapkan guru memiliki kemampuan untuk mengelola kelas yang baik. biasanya pembelajaran inkuiri terbimbing digunakan bagi siswa-siswa yang kemampuan belajarnya rendah. Menurut Roestiyah (1998) mengemukakan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat membentuk dan mengembangkan Self-Concept pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik, mambantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa untuk berpikir, bekerja atas inisiatipnya sendiri, bersikap obyektif, dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu, memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. Konsep, prinsip, hukum, dan teori yang akan dibahas, dikemas guru dalam bentuk permasalahan, disajikan kepada siswa untuk dipecahkan baik secara individu maupun kelompok. Dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis siswa akan melakukan diskusi dengan kelompoknya untuk membicarakan alat dan bahan yang akan digunakan. Siswa akan melakukan observasi atau percobaan untuk memecahkan permasalahan tersebut tanpa bantuan guru, keika kegiatan tersebut mengalami kesilutan maka guru memberikan solusi untuk memecahkan permasalahan yang ada. Di dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing terdapat kelemahan dan kelebihan. Menurut Suryosubroto yang dikutip oleh Isnawati (2007: 40)

13 19 menjabarkan beberapa kelebihan yang terdapat pada pembelajaran terbimbing diantaranya: a. Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa. b. Membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikan, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan. c. Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan. d. Membantu mempekuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses penemuan. e. Siswa terlibat langsung dalam proses belajar mengajar sehingga termotivasi untuk belajar. f. Model ini berpusat pada peserta didik, misalkan memberikan kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. guru menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawabannya belum diketahui. Sedangkan kelamahan atau kekurangan inkuiri terbimbing menurut Suryosubroto yang dikutip oleh Isnawati (2007: 41) adalah sebagai berikut: a. Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar. b. Pembelajaran kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. c. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara konvensional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri. Mengatasi kekurangan-kekurangan dari penerapan model inkuiri terbimbing, maka hal-hal yang dapat dilakukan yaitu: a. Memupuk kebiasaan dan persiapan pada siswa untuk membentuk cara belajar mandiri. b. Mengatasi kelas yang besar, maka sebaiknya siswa dibagi dalam kelompokkelompok.

14 20 c. Guru harus sudah menguasai perencanaan pembelajaran dan membiasakan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran secara inkuiri Tahap (Langkah-Langkah) Pembelajaran Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Tahap-tahap pembelajaran model inkuiri yang diterapkan dalam penelitian ini, diadopsi dari Eggen dan Kauchak (Trianto, 2007: 69), meliputi menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh data, mengumpulkan dan menganalisis data, serta membuat kesimpulan. Sintaks pembelajarannya disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Fase Indikator Peran Guru 1 Menyajikan pertanyaan atau masalah Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan dituliskan di papan tulis Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok 2 Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis yang akan digunakan untuk dijadikan prioritas penyelidikan. 3 Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkahlangkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa dalam 4 Melakukan percobaan untuk memperoleh data 5 Mengumpulkan dan menganalisis data menentukan langkah-langkah percobaan. Guru membimbing siswa mendapatkan data melalui percobaan. Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. 6 Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diperoleh.

15 Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian Glorius Agus (2013) yang berjudul Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPA dengan Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Siswa Kelas 4 SDN Salatiga 09. Glorius Agus memilih penelitian pada siswa kelas 4 Sekolah Dasar Negeri 09 karena hasil belajar IPA siswa kelas 4 masih rendah. Sebelum dilakukan tindakan, siswa yang tuntas belajar adalah 10 (36.3%) dari 38 siswa. Setelah diberikan tindakan pada siklus I, terjadi pertambahan siswa yang tuntas menjadi 25 siswa (65.8%). Dengan kata lain, setelah diberikan tindakan pada siklus I, terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas yaitu 15 siswa (29.5%). Setelah diberikan tindakan pada siklus II, terjadi lagi peningkatan ketuntasan belajar siswa menjadi 38 (100%). Dapat dirumuskan Melalui Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Dapat Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar Negeri Salatiga 09. Penelitian Dwi Purwanti (2013) yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Mata Pelajaran IPA SDN 3 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Penelitian Dwi Purwanti dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing ini menunjukkan peningkatan pada setiap siklusnya. peningkatan tidak hanya terjadi pada aspek kognitif, melainkan pada aspek afektif dan psikomotor. pada aspek kognitif, pencapaian rata-rata pada siklus I mencapai 63,07, selanjutnya di siklus II mencapai nilai 70,83 dan di siklus III mencapai nilai 80,73. Pencapaian rata-rata hasil belajar siswa pada aspek afektif di siklus I mencapai 63,6%, di siklus II mencapai 68,9%, dan siklus III mencapai nilai 75,7%. Begitupun pada aspek psikomotor yang mengalami peningkatan lebih tinggi daripada aspek afektif yaitu pada siklus I mencapai nilai 67,7%, siklus II mencapai nilai 70,4%, dan siklus III mencapai 78,1%. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil evaluasi yang dilakukan pada setiap siklus. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA.

16 Kerangka Berpikir Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan demi mengubah kondisi belajar yang terjadi dalam kelas. Perubahan kondisi ini adalah perubahan yang diarahkan hingga pada hasil akhir yang diharapkan, dimana hasil itu diacu berdasarkan kriteria ketuntasan minimal dalam kelas. Agar tujuan dari penelitian ini dicapai, diperlukan model pembelajaran yang mendorong terjadinya pencapaian tujaun itu. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Pemilihan model pembelajaran inkuiri terbimbing dibangun atas dasar pemikiran bahwa belajar merupakan proses penemuan. Belajar karena itu, merupakan sebuah proses untuk menyelidiki. Konsep-konsep yang diajarkan, sepatutnya diperlakukan sebagai hipotesis yang perlu dipertemukan dengan fakta, lewat pengujian-pengujian ataupun eksperimen. Belajar dengan cara ini, membawa siswa lebih mudah memahami sebuah konsep, lebih mudah menyerap pelajaran, dan pelajaran akhirnya lebih tersimpan lama dalam ingatan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengubah situasi kelas dimana siswa dari pasif menjadi aktif terlibat dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran dimana siswa lebih banyak terlibat lamgsumg dalam proses-proses belajar, mulai dari identifikasi masalah, merumuskan hipotesis pada masalah itu, melakukan eksperimen sampai pada penyimpulan. Dengan demikian, model ini dirancang agar siswa terlibat aktif dalam belajar. Kata lain, model pembelajaran ini dirancang agar mendorong siswa memiliki hasil belajar yang tinggi.

17 23 Pembelajaran IPA Guru menguunakan metode ceramah, pembelajaran berpusat pada guru Hasil belajar IPA siswa rendah, belum mencapai KKM Siswa kurang terlibat dalam pembelajaran sehingga siswa merasa jenuh dan bosan mengikuti pembelajaran Diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbng 1. Membantu siswa mengembangkan persediaan penguasaan keterampilan serta proses kognitif siswa 2. Membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikan 3. Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan 4. Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses penemuan 5. Siswa terlibat langsung dalam proses belajar mengajar 6. Model ini berpusat pada peserta didik Hasil belajar IPA siswa meningkat, sudah mencapai KKM Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir

18 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang diuraikan, maka hipotesis penelitian ini adalah: Diduga dengan menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga semester II tahun pelajran 2013/2014.

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu :

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu : A. Pengertian Metode Inkuiri Inquiri berasal dari bahasa inggris inquiry, yang secara harafiah berarti penyelidikan. Piaget, dalam (E. Mulyasa, 2007 : 108) mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Inkuiri Menurut Sund, yang dikutip oleh Suryasubroto (1993), menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry atau inquiry merupakan perluasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada pembahasan kajian pustaka pada bab II ini, hal-hal yang akan dibahas adalah hal-hal yang terkait dengan variabel-variabel dalam penelitian ini antara lain: model

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang artinya pertanyaan atau

II. KAJIAN PUSTAKA. Inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang artinya pertanyaan atau 9 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Pembelajaran Inkuiri Inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang artinya pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Trowbridge & Bybee (1986) mengemukakan Inquiry

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke II. TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan g alam sekitar di sekelilingnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian teori berisi penjelasan mengenai Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), pembelajaran IPA, variabel X (metode inkuiri) dan variabel Y ( hasil belajar IPA siswa kelas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang. Sejalan dengan itu, R. Gagne dalam Susanto (2013:1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi peserta didik untuk menghadapi masa depannya. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses kompleks yang mencakup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA Ridwan Abdullah Sani, Yeni Evalina Tarigan, M. Zainul Abidin T.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Pendidikan bertujuan antara lain mengembangkan dan meningkatkan kepribadian individu yang sedang melakukan proses pendidikan. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Mengunakan Metode Inkuiri Pada Siswa Kelas V SDN No 1 Balukang

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Mengunakan Metode Inkuiri Pada Siswa Kelas V SDN No 1 Balukang Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Mengunakan Metode Inkuiri Pada Siswa Kelas V SDN No 1 Balukang Ani, Ratman, dan Yusdin Gagaramusu Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dasar (SD) adalah salah satu wujud pendidikan dasar formal dimana seseorang mendapatkan pengetahuan dasar. Pendidikan dasar merupakan fondasi yang penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan (Syaripudin, T: 2009, 5).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sekolah dasar. IPA berguna untuk memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai fenomena-fenomena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran IPA di SD 1. Pengertian IPA Kata sains yang biasa diterjemahkan dengan ilmu pengetahuan alam (IPA) berasal dari kata natural science, yang artinya alamiah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa hipotesis, melakukan observasi, penyusunan teori, pengujian hipotesis, dan

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa hipotesis, melakukan observasi, penyusunan teori, pengujian hipotesis, dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar IPA SD 2.1.1 Pengertian Belajar IPA SD Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran Menurut Sulistyorini (2007: 39) Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia. Melalui dunia pendidikan seseorang akan mendapat berbagai pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Pada hakekat belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang dialaminya sehingga terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Menurut Djamarah (2008:13) mengatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah IPA merupakan salah satu mata pelajaran bagian dari kurikulum yang harus dikuasai siswa sesuai tingkat sekolah dari jenjang dasar sampai tingkat lanjutan. Semakin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Laharja Ridwan Mustofa, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Laharja Ridwan Mustofa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Sekolah Dasar (SD) meliputi berbagai mata pelajaran, salah satunya adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam adalah penyelidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Snowball throwing menurut asal katanya berarti bola salju bergulir dapat diartikan sebagai metode pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan (GBPP) kelas V Sekolah Dasar dinyatakan: Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran 2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Di era globalisasi saat ini menuntut setiap manusia agar dapat bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, berbagai masalah dan tantangan dalam segala aspek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial dimana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landaan Teori 2.1.1 Pengertian Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Hamalik (2005:27) menyimpulkan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA 12 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA Ponco Budi Raharjo Indri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran IPA 2.1.1.1 Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam sering disebut science. Telah mempengaruhi sebagian besar kehidupan manusia. Setiap warga masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bisa bersikap tertentu. Dalam hal ini, belajar merupakan sebuah upaya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bisa bersikap tertentu. Dalam hal ini, belajar merupakan sebuah upaya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Belajar adalah suatu proses dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampil, dari tidak bisa bersikap menjadi bisa bersikap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan latar belakang masalah menentukan penelitian mengenai PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPA IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya setiap individu wajib menempuh pendidikan di lembaga formal maupun lembaga non formal. Sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajarmerupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Keaktifan Belajar Sebelum penulis membahas tentang keaktifan belajar, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian belajar. Belajar adalah suatu proses

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP Anita Fitriyanti Guru Mata Pelajaran IPA di SMP 1 Paliyan, Kab. Gunungkidul ABSTRAK Keberhasilan dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

A. Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Pembelajaran. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan

A. Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Pembelajaran. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu alam atau dalam bahasa Inggris disebut natural science atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dalam Konteks Pembelajaran Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik secara umum maupun secara khusus. Penafsiran tersebut berbeda satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Metode Picture and Picture Picture and picture adalah suatu metode pemelajaran yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurut menjadi urutan logis.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1.1. Pengertian IPA Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA Menurut (Depdiknas RI No. 22, 2006) bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. IPA itu suatu cara atau metode mengamati Alam (Nash, 1963) maksudnya, membentuk suatu perspektif baru tentang objek yang diamati.

BAB I PENDAHULUAN. IPA itu suatu cara atau metode mengamati Alam (Nash, 1963) maksudnya, membentuk suatu perspektif baru tentang objek yang diamati. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitarnya yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode eksperimen Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari atau melakukan sendiri, mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Proses pembelajaran merupakan proses yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Salah satu model pembelajaran kooperatif yang menjadi bahan Penelitian Tindakan Kelas adalah model Picture and Picture.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains merupakan ilmu berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka

BAB II. Kajian Pustaka 5 BAB II Kajian Pustaka 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat PKn Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan, khususnya di Sekolah Dasar merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sekolah dasar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Lembar Kerja Siswa LKS merupakan salah satu media instruksional edukatif berbasis cetakan. LKS digunakan sebagai perangkat pembelajaran menjadi pendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Berikut ini akan dijelaskan mengenai kajian teori yang digunakan pada penelitian ini, antara lain Tinjauan Tentang Belajar IPA di SD, Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan saja tetapi lebih menekankan pada proses penemuan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan saja tetapi lebih menekankan pada proses penemuan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peranan guru adalah menciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1 ISSN 2354-614X Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Nuriati, Najamuddin Laganing, dan Yusdin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci