VI. STRATEGI PENGEMBANGAN KESEMPATAN KERJA KABUPATEN NATUNA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. STRATEGI PENGEMBANGAN KESEMPATAN KERJA KABUPATEN NATUNA"

Transkripsi

1 99 VI. STRATEGI PENGEMBANGAN KESEMPATAN KERJA KABUPATEN NATUNA 6.1 Identifikasi SWOT Pengembangan Kesempatan Kerja Sebagaimana yang dituangkan dalam metodologi, bahwa unit yang dijadikan basis analisis dalam menentukan stakeholder internal dan eksternal adalah kondisi sumberdaya manusia dan ketenagakerjaan di wilayah tersebut akan terkategori sebagai pihak eksternal. Tenagakerja, pemerintah daerah dan pengusaha diidentifikasikan sebagai pihak internal Identifikasi Kekuatan (Strengths) 1) Meningkatnya penduduk usia produktif. Jumlah Penduduk Kabupaten Natuna tergolong rendah bila dibandingkan dengan penduduk kabupaten/ kota yang ada di Jawa maupun Sumatera. Penyebaran penduduk menempati berbagai pulau-pulau yang tersebar di Laut Cina Selatan. Kepadatan penduduk Natuna relatif kecil. Struktur penduduk menurut umur Kabupaten Natuna pada tahun 2007 masih didominasi anak-anak berusia 0-4 tahun sebesar orang atau 12,13 persen. Sedangkan yang paling sedikit penduduk berusia dengan jumlah sebesar 804 orang atau 0,86 persen. Penduduk usia produktif usia sebesar orang atau 10,86 persen. Dari rentang Tahun 2005 sampai dengan 2007 laju pertumbuhan penduduk yang paling tinggi terdapat pada kelompok umur 0-4 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,19 persen. Sedangkan rata-rata pertumbuhan yang paling kecil bahkan negatif pada kelompok umur sebesar -0,11 persen dalam setiap tahun. Sedangkan menurut analisis persediaan tenagakerja di Kabupaten Natuna bahwa penduduk usia kerja yang telah diproyeksikan bahwa penduduk usia kerja yang mendominasi pada masa-masa yang akan datang pada kelompok umur tahun dengan proporsi 25 persen. Umur ini terbilang masih sangat produktif, begitu halnya dengan penduduk usia kerja dengan kelompok tahun memiliki peringkat kedua diperkirakan mengalami peningkatan signifikan.

2 100 2) Banyaknya penyerapan tenagakerja di sektor pertanian. Sektor Pertanian atau sub sektor perikanan merupakan primadona dalam menyerap tenagakerja masyarakat lokal. Melihat dari kondisi alam Kabupaten Natuna sub sektor perikanan merupakan penopang pendapatan masyarakat Kabupaten Natuna secara umum. Menurut data rentang waktu lapangan usaha sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan sektor dengan ketersediaan lapangan usaha yang paling besar 39,72 persen. Sektor Jasa-jasa/ sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang cukup besar dalam penyediaan lapangan usaha, yakni sebesar 24,47 persen dan 16,56 persen. Hasil proyeksi yang dilakukan bahwa sektor pertanian masih akan mendominasi penciptaan kesempatan kerja di Kabupaten Natuna di masa-masa yang akan datang. Hal ini selaras dengan karakteristik dan potensi daerah Kabupaten Natuna yang berbasis pertanian sub sektor perikanan. Selain mendominasi, penciptaan kesempatan kerja di sektor pertanian juga akan terus meningkat baik secara absolut maupun secara proporsi, yakni pada tahun 2013 diperkirakan akan mencapai orang atau 52,18 persen meningkat menjadi orang atau 54,94 persen pada tahun 2014 dan tahun 2015 menjadi orang atau 51,95 persen. 3) Meningkatnya jumlah sektor basis. Berdasarkan analisis Location Quotient (LQ) di Kabupaten Natuna menunjukkan hasil bahwa dalam perekomian yang sedang berkembang di wilayah Kabupaten Natuna pada tahun 2002 memiliki tiga sektor basis yakni sektor pertanian, sektor bangunan dan gabungan dua sektor yakni: pertambangan, penggalian dan listrik, gas dan air bersih dengan nilai LQ > 1. Dan selama rentang waktu selama tujuh tahun, perubahan ke arah perekonomian yang semakin membaik dengan bertambahnya 1 sektor jasa-jasa menjadi basis sehingga total sektor basis di Kabupaten Natuna menjadi 4 sektor basis pada tahun Penilaian sektor basis ini penting karena analisis pengganda basis lapangan pekerjaan akan memiliki efek ganda jika diperlakukan penambahan pada lapangan kerja di sektor basis. Menurut analisis pengganda basis lapangan kerja di

3 101 Kabupaten Natuna tahun 2002 sebesar 1,32 berarti akan berdampak pada kesempatan kerja total sebesar 132 persen. 4) Potensi Sumberdaya Alam Kabupaten Natuna. Kabupaten Natuna dianugerahkan potensi sumberdaya alam yang melimpah dengan kekayaan. Laut yang terhampar luas bukan saja menjadi objek pariwisata yang menarik namun memiliki kandungan potensi perikanan, tercatat sebesar ton/ tahun (Dinas Perikanan Provinsi Riau, 2005), potensi ini juga dimanfaatkan kabupaten-kabupaten yang ada disekitarnya kawasan laut Cina Selatan bahkan nelayan-nelayan asing ikut menikmatinya dengan ilegal fishing. Mengatakan SDA memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif berdasarkan analisis Shift share dan LQ dari tahun 2002 sampai dengan tahun Dampak dari keunggulan kompetitif daerah maka tercipta kesempatan kerja sebesar orang, pengaruh komponen pertumbuhan Provinsi Riau menciptakan kesempatan kerja orang, dampak bauran industri wilayah memberikan peluang kerja sebesar orang, maka dengan kesempatan kerja nyata Kabupaten Natuna sebesar orang. Berdasarkan analisis angka pengganda basis lapangan kerja Kabupaten Natuna bahwa kesempatan kerja basis pada tahun 2002 sebesar orang dan meningkat signifikan menjadi orang di tahun ) Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna terus menggesa pembangunan di segala sektor dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada ekonomi rakyat dengan banyak menyerap tenagakerja lokal. Upaya ini dilakukan dalam rangka melepaskan diri dari ketertinggalan daerah sebagaimana Keputusan Menteri Pembangunan Tertinggal Nomor. 01 tahun 2005 tentang Rencana Strategis Daerah Tertinggal. Kabupaten Natuna salah satu daerah tertinggal di wilayah Provinsi Kepulauan Riau, ketertinggalan Kabupaten Natuna disebabkan wilayahnya merupakan daerah perbatasan dengan negara-negara luar. Dalam rangka mempercepat pembangunan sesuai dengan kaidah-kaidah pembangunan daerah, yang merupakan misi pertama Kabupaten Natuna

4 102 sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Natuna Tahun , maka ditempuh kebijakan sebagai berikut: a) Perbaikan iklim investasi melalui regulasi pemerintah daerah dengan memberikan insentif terhadap investor yang diarahkan pada sektor pertambangan dan pertanian yang menjadi basis perekonomian daerah, b) Mengarahkan investasi pada program produktif yang dapat memacu perluasan lapangan pekerjaan. Khususnya sektor perkebunan, usaha penangkapan dan budidaya perikanan, c) Mengatasi persoalan pengangguran yang tinggi dengan mengarahkan pada peningkatan keterampilan pada pengangguran usia 30 tahun dan kelompok laki-laki yang memberikan kontribusi pengangguran terbesar, d) Perbaikan sektor pendidikan yang diarahkan pada persiapan output pendidikan yang akan masuk pasar kerja Identifikasi Kelemahan (Weaknesses) 1) Rendahnya kualitas tenagakerja Penduduk usia 10 tahun ke atas menurut pendidikan yang ditamatkan menggambarkan bahwa masih meningkatnya jumlah penduduk yang menamatkan pada sekolah dasar pada tahun 2012 mencapai orang atau sebesar 67,00 persen meningkat ke tahun berikutnya menjadi orang atau sebesar 66,33 persen, hingga pada tahun 2015 mencapai orang. Seiring dengan semakin menurunnya penduduk berpendidikan SMTA maka penduduk yang berpendidikan diploma mengalami peningkatan dari tahun ke tahun relatif signifikan pada tahun 2012 sebesar orang atau sebesar 51,34 persen meningkat terus dari tahun ke tahun hingga pada tahun 2015 sebesar orang atau sebesar 67,82 persen. Tenagakerja intelektual yakni berpendidikan sarjana yang diharapkan terus mengalami peningkatan justeru mengalami penurunan menurut perhitungan proyeksi. 2) Kecilnya penyerapan tenagakerja di sektor keuangan Menurut analisis shift share kesempatan kerja nyata di Kabupaten Natuna bahwa lapangan usaha ini menempati urutan ke kedelapan dari delapan lapangan usaha yang tersedia dengan menyerap tenagakerja sebanyak 35 orang di akhir

5 103 tahun Usaha keuangan dan perbankan terhadap pembentukan PDB menjadi relatif kecil. Tetapi posisinya bagi pembangunan lapangan usaha lain dalam sektor riil karena merupakan sumber pembiayaan diseluruh sektor kegiatan ekonomi. Tanpa jasa lembaga keuangan dan perbankan sektor ekonomi dan stagflasi. Sampai dengan akhir tahun 2008, sektor perbankan di Kabupaten Natuna belum menunjukkan adanya peningkatan yang cukup berarti, baik dari segi kuantitas maupun aktivitasnya. Hal ini terbukti dari masih minimnya jumlah bank di Kabupaten Natuna baru sebanyak empat unit bank, diantara Bank Pembangunan Daerah Riau, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia dan Bank Mandiri Syariah. Pengalaman masa krisis memperlihatkan masalah keuangan dan perbankan dapat menyebabkan perubahan struktural dalam bidang ketenagkerjaan, karena banyak perusahaan yang bangkrut akibat tidak mampu membayar bunga dan angsuran kredit. Lapangan usaha ini sangat penting karena efektivitasnya memfasilitasi kegiatan lapangan usaha lain. Lapangan usaha keuangan dan perbankan dapat memberikan sumbangan secara langsung bagi penciptaan kesempatan kerja, dengan cara mendorong pertumbuhan lapangan usaha jasa keuangan (bank dan non bank). Lembaga keuangan non bank mencakup bidang kegiatan yang sangat luas termasuk pasar modal, asuransi, dana pensiun, dan usaha jasa pembiayaan. 3) Tingginya Angka Pengangguran Menurut data Pusdatin Depnakertran RI tahun 2010 bahwa tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Natuna mencapai 8,4 persen pada tahun 2009 meningkat signifikan dari 4,3 persen di tahun Tingkat pengangguran tergolong relatif tinggi bila dibandingkan dengan tingkat pengangguran di Provinsi Kepri dan Nasional disajikan pada Tabel 2. Tingginya angka pengangguran merupakan salah satu permasalahan perekonomian di daerah ini, menjadikan salah satu faktor utama rendahnya taraf hidup masyarakat Kabupaten Natuna. Persoalannya adalah terbatasnya penyerapan sumberdaya manusia pada struktur perekonomian yang tidak efisien dan efektif dalam mengelola sumberdaya yang ada. Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 tahun sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum

6 104 mendapatkannya. Indikator yang biasa untuk mengukur pengangguran adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). 4) Balai Latihan Kerja Belum Optimal Balai latihan kerja adalah unit pelaksana teknis yang berada dibawah lingkungan Departemen Tenagakerja berdasarkan Keputusan Menteri Tenagakerja No.Kep.181/Men/1994, menyebutkan bahwa Balai Latihan Kerja memiliki tugas sebagai unit pelatihan penerapan teknik dalam bidang industri, pertanian, tata niaga, dan berbagai keterampilan, yang pengoperasiannya berada dibawah tanggungjawab kantor wilayah Departemen Tenagakerja dengan petunjuk teknis dari Direktorat Jendral Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Dirjen Binlatas). Balai Latihan Kerja dalam kegiatannya mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai unit percontohan pelatihan bagi lembaga pelatihan lainnya, baik pemerintah maupun swasta. Sebagai unit pelaksana pelatihan balai latihan kerja mengemban fungsi sebagai berikut: a. Menyelenggara pelatihan dalam berbagai jenis dan tingkat program yang bersifat standar dan non standar. b. Menyediakan fasilitas praktek bagi sekolah kejuruan dan lembaga pelatihan swasta yang memerlukan. c. Melaksanakan uji keterampilan untuk sertifikasi tenagakerja. Balai Latihan kerja berdasarkan daya tampungnya dibagi dalam tiga tipe yaitu: a). Balai Latihan Kerja Tipe A dengan kapasitas tampung sebanyak siswa. b). Balai Latihan Kerja Tipe B dengan kapasitas tampung sebanyak 700 siswa. c). Kapasitas tampung hanya 600 siswa disebut dengan Loka Latihan Kerja. Penetapan tipe balai latihan kerja atau loka latihan kerja di suatu daerah ditentukan berdasarkan banyaknya kebutuhan masyarakat setempat terhadap pelatihan dan keterampilan. Khusus di Kabupaten Natuna gedung balai latihan kerja sudah berdiri sejak tahun 2005 diatas lahan seluas lebih kurang tiga hektar. Gedung terdiri dari lima bangunan dengan rincian satu gedung induk untuk perkantoran dan ruang belajar, satu gedung diperuntukan untuk asrama siswa yang berjumlah 16 kamar dan tiga

7 105 gedung untuk ruang makan dan olah raga, ruang praktek las, mesin pompong, dan ruang praktek mesin bubut. Hingga saat ini status Balai Latihan Kerja Kabupaten Natuna masih belum tetap atau masih dibawah Dinas Tenagakerja Kabupaten Natuna. Pada tahun 2009 Dinsosnaker pernah mengadakan pelatihan bordir menjahit, pelatihan bubut dengan bekerja sama dengan Balai Latihan Kerja Provinsi Kepulauan Riau, karena Balai Latihan Kerja Kabupaten Natuna belum memiliki intstruktur/ staf pengajar Identifikasi Peluang (Opportunities) 1) Pangsa Pasar Asia Beberapa forum internasional yang menjadi keterlibatan aktif Indonesia dalam sektor ketenagakerjaan, diantaranya, International Labor Organization (ILO), ASEAN Labor Ministers Meeting (ALMM), Asia Europe Meeting (ASEM), Colombo Process, Abu Dabhi Dialogue, serta kerjasama bilateral seperti dengan Brunei Darussalam, Kuwait, Syria, dan Yordania untuk memperbaiki MoU untuk mengantisipasi traffiking in person karena memberlakukan visa on arrival di negara tersebut. Indonesia dapat digolongkan sebagai negara yang progresif dalam mengadopsi standar-standar ketenagakerjaan yang dikeluarkan lembaga ILO yang didirikan tahun 1919 dan Indonesia sendiri menjadi anggota ILO. Keanggotaan Indonesia di Forum ILO ini penting bagi pembangunan ketenagakerjaan nasional, melalui pergaulan internasional terdapat proses saling belajar, peluang kerjasama multirateral maupun bilateral, dukungan dalam forum-forum ketenagakerjaan internasional lainnya terhadap suatu isu tertentu yang menjadi kepentingan nasional. 2) Pembangunan Base Camp Blok D-Alpha Kementerian Energi Sumberdaya Mineral (ESDM) dipastikan belum menetapkan daerah tempat pengolahan gas hasil dari Blok D-Alpha Natuna. Selain itu, hingga kini pemerintah juga belum menetapkan perusahaan yang melakukan eksplorasi gas alam cair atau Liquid Natural Gas (LNG) di Blok tersebut. Namun Pemerintah Kabupaten Natuna yakin bahwa tempat pembangunan base camp

8 106 Blok D-Alpha Natuna akan berada di wilayahnya. Untuk meyakinkan BP Migas terkait itu sudah dipersiapkan lahan di wilayah Bunguran untuk dijadikan base camp. Dampak mega proyek ini akan memerlukan tenagakerja mencapai ribuan orang baik yang memiliki skill atau keterampilan maupun tenagakerja kasar atau buruh. Hal ini akan memberikan peluang kepada tenagakerja daerah untuk berkiprah terhadap pembangunan base camp tersebut. Industrialisasi ini akan menimbulkan trikcle down effect pada sektor lainnya. Seperti pertanian khususnya sub sektor perikanan di Kabupaten Natuna, juga sektor pariwisata daerah ikut akan menikmati hasil dari banyaknya tenagakerja asing yang akan menikmati keindahan alam di Kabupaten Natuna. 3) Kebijakan Otonomi Daerah Undang undang No. 33 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah merupakan kebijakan nasional yang memberi peluang kepada daerah untuk semakin berdaya dan mandiri dalam pengelolaan daerah. Dengan kebijakan otonomi daerah, pemerintah daerah diberi peluang untuk lebih berkreatif mengembangkan daerahnya. Bagi Kabupaten Natuna yang termasuk kategori daerah tertinggal disebabkan daerah perbatasan, kebijakan otonomi daerah memberikan peluang yang harus dicermati dan disikapi untuk menata diri guna mengejar ketertinggalan dari daerah lain. Kebijakan otonomi daerah merupakan momentum bagi Kabupaten Natuna untuk memulai proses implementasi kebijakan pengembangan kesempatan kerja. Kebijakan otonomi daerah menimbulkan implikasi bagi Kabupaten Natuna untuk mengembangkan kemampuan mobilisasi serta mengelola sektor ketenagakerjaan yang memiliki keunggulan daya saing komparatif dan kompetitif, baik untuk pasaran lokal, regional, nasional bahkan internasional. 4) Perkembangan Pendidikan Tinggi Nasional Pendidikan tinggi adalah lembaga yang berfungsi sebagai agent of development dalam rangka pembangunan nasional secara keseluruhan. Perguruan tinggi diharapkan berperan, mempersiapkan sumberdaya manusia yang

9 107 berkualitas. Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang sangat mendasar termasuk dalam konsep pembangunan perekonomian. Semula ekonomi dunia lebih mengandalkan kekuatan SDA (natural resources based) tetapi sekarang bergeser dan beralih pada kekuatan SDM yang dikenal knowlegde based economy. Perguruan tinggi merupakan instansi yang berkaitan langsung dan paling bertanggungjawab atas penyiapan SDM yang demikian. Tanpa mengabaikan ilmu-ilmu sosial yang juga penting bagi kehidupan bangsa dan pembangunan, perguruan tinggi harus banyak menghasilkan lulusanlulusan dibidang sain dan teknologi dalam menunjang proses industrialisasi bangsa kita dan masyarakat didaerah pada khususnya. Perguruan tinggi harus mencetak SDM yang dapat menjadi wirausahawan yang akan menjadi pelopor dan menggerakkan pembangunan daerah. Instansi pemerintah sudah tidak boleh lagi jadi tujuan lapangan pekerjaan dari para lulusan perguruan tinggi. Tugas perguruan tinggi justeru adalah menghasilkan SDM mandiri. Perguruan tinggi sebagai institusi sosial yang modern harus menjalankan peran dan fungsi sebagai agen transformasi budaya. Peran strategis ini dilakukan melalui penyebaran gagasan-gagasan baru kepada masyarakat dan menjadi jembatan antara pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penerapannya oleh masyarakat. Sosialisasi nilai-nilai budaya modern ini diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berbasis pada industri. Perguruan tinggi diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta berperan secara aktif dalam memecahkan masalah-masalah praktis yang dihadapi dalam pembangunan. Mengidentifikasi masalah secara cermat, melakukan analisis yang mendalam, dan mencari solusi atau merekomendasikan alternatif pemecahannya. Pakar ilmu ekonomi, sosial dan budaya tidak hanya berteori melainkan mencari jalan pemecahan masalah. Perguruan tinggi aktif berkiprah ditengah masyarakat untuk membantu memberdayakan masyarakat pendampingan kelompok-kelompok masyarakat dalam melepaskan diri dari belenggu kemiskinan dan membangun kesejahteraan merupakan tugas pokok perguruan tinggi yang berorientasi kemasyarakatan.

10 108 5) Dukungan Kebijakan Agroindustri Menurut Syam dan Ma arif (2004) bahwa dampak dari pola pembangunan ekonomi Indonesia yang mengarah pada era liberalisasi perdagangan yang ditandai dengan adanya perubahan term of trade. Menimbulkan kondisi industri Indonesia mengalami, 1). Mendapat perlindungan dari pemerintah melalui subsidi dan tarif, 2). Industri yang padat modal dan tergolong industri berat yang selama ini memiliki tingkat keunggulan komparatif rendah akan dihadapkan pada tantangan produk-produk impor. 3). Industri yang insentif sumberdaya lokal tampaknya berada dalam posisi yang aman dalam liberalisasi perdagangan. Oleh karena itu agroindustri berbasis pada sumberdaya lokal akan memiliki prospek yang cerah sehingga dimungkinkan akan menjadi leading sector dengan beberapa alasan, diantaranya: a) Kegiatan agroindustri umumnya bersifat resources based industry, kenyataan menunjukan bahwa pasar internasional hanya industri yang berbasiskan sumberdaya lokal yang mempunyai keunggulan kompetitif dan mempunyai kontribusi terhadap ekspor terbesar, dengan demikian pengembangan agroindustri di Indonesia menjamin perdagangan yang lebih kompetitif. b) Kegiatan agroindustri mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang sangat besar, keterkaitan berspektrum luas bahwa keterkaitan agroindustri tidak hanya dengan produk sebagai bahan baku, tapi juga dengan kosumsi, investasi dan fiskal. c) Teknologi agroindustri sangat fleksibel yang dapat dikembangkan dalam padat modal ataupun padat tenagakerja, dari manajemen sederhana sampai canggih dari skala kecil hingga besar. Berdasarkan alasan tersebut, maka strategi pembangunan agribisnis nasional harus menjadi pilihan utama dan tidak bisa ditawar lagi. Hal ini dikarenakan oleh usaha peningkatan kesempatan kerja, peningkatan ekspor, pertumbuhan, pemerataan pengentasan kemiskinan dan ketahanan nasional dapat terjamin. Jadi agroindustri harus dipandang sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi nasional.

11 109 6) Pengembangan Ekonomi Lokal Pengembangan ekonomi lokal merupakan proses penjalinan kepentingan antara sektor pemerintah, swasta, produsen dan masyarakat dengan mengoptimalkan sumberdaya lokal (manusia, alam dan sosial), di dalam sebuah komunitas dengan tujuan menciptakan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja. Perhatian khusus diberikana pada dampak pertumbuhan ekonomi rumah tangga miskin dan usaha kecil (Boulle et al, 2002). Sedangkan Dendi et al (2004) bahwa penekanan pembangunan ekonomi lokal terletak pada kewenangan lokal dalam menggunakan sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan kelembagaan. Kemitraan pengembangan ekonomi lokal mengintegrasikan upaya mobilisasi para pelaku, organisasi dan sumberdaya, serta pengembangan kelembagaan baru melalui dialog dan kegiatan-kegiatan strategik. Pengembangan ekonomi lokal merupakan sebuah pendekatan yang menghubungkan daerah perdesaan atau daerah terbelakang dengan sistem ekonomi pasar guna memacu kegiatan ekonomi daerah tersebut. Pengembangan dan integrasi tersebut dicapai dengan berfokus pada klaster yang memberikan kesempatan bagi kaum miskin untuk menaikan peranan penting dalam kegiatan ekonomi. Implementasi pengembangan ekonomi lokal akan meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan dan kesempatan, serta memunculkan strategi untuk menjaga agar sebahagian besar kesempatan memperoleh pendapatan bertahan di daerah bersangkutan. Daerah akan memberikan manfaat berupa peningkatan kegiatan ekonomi sebagai akibat dari peningkatan pendapatan rumah tangga, disamping memproleh pendapatan langsung (Boulle et al, 2002) Identifikasi Ancaman (Threats) 1) Globalisasi Tenagakerja Globalisasi merupakan sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias. Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang

12 110 memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Globalisasi tenagakerja Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenagakerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenagakerja yang telah memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah dan bebas. Dalam kaitannya dengan tenagakerja di Kabupaten Natuna globalisasi tenagakerja merupakan ancaman bagi kelangsungan mobilitas tenagakerja, karena kondisi tenagakerja Kabupaten Natuna pada umumnya tidak memiliki pendidikan dan keterampilan yang memadai, dampak globalisasi tenagakerja menimbulkan arus migrasi tenagakerja dari negara negara lain ke Indonesia bahkan ke Kabupaten Natuna untuk bekerja atau memulai usaha perekonomian. Hal demikian akan mematikan usaha tenagakerja masyarakat lokal yang sulit melakukan persaingan terhadap kompetisi global. 2) Ketidakstabilan Ekonomi Menurut Ahli ekonomi makro dari Universitas Harvard, Jeffrey Frankel, mengingatkan kemungkinan siklus krisis ekonomi global tiap 15 tahun. Implikasi krisis ini terutama melanda pasar-pasar bertumbuh pada 2012 nanti. Kajian Frankel tentang krisis ekonomi global akibat aliran modal internasional terjadi sebanyak tiga kali, pertama pada saat produksi minyak dunia berujung pada krisis keuangan dunia. Produk akhirnya terjadi pada 1982 berujung pada generasi yang hilang di Amerika Latin pada Siklus kedua terjadi akibat ledakan pasar-pasar bertumbuh pada Indonesia dan Thailand menderita keguncangan besar politik dan ekonomi akibat krisis moneter yang juga disebabkan kebijakan salah IMF tentang cara penanganan beban hutang luar negeri Indonesia.

13 111 Pada siklus kedua ini, negara Amerika Latin, yaitu Brazil dan Argentina, bersama Turki dan Russia juga mengalami akibat lanjutan krisis moneter pada Yang terakhir pada yang menunda krisis keuangan global pasca periode itu, yaitu pada Siklus ketiga ini bisa dianggap berujung pada kelahiran siklus keempat pada Akan tetapi waktu berubah, sekarang banyak negara berkembang yang telah mengungguli perekonomian negara maju. Pada resesi , China, Indonesia, India tetap memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang baik. Terlebih itu posisi tabungan dana swasta negara-negara pasar bertumbuh juga semakin mantap yang disempurnakan dengan kebijakan fiskal dengan lebih menghindari mekanisme prosiklik. Kebijakan ekonomi makro yang cendrung kurang memperhatikan perhatian terhadap usaha pengembangan kesempatan kerja di daerah merupakan ancaman bagi keberlangsungan mobilitas tenagakerja daerah. Kebijakan ekonomi makro kesenjangan antar kelompok dan antar daerah. Hanya kelompok atau daerah yang memiliki akses terhadap modal, kredit, informasi dan kekuasaan yang dapat mengambil manfaat dari program-program pembangunan. 3) Persaingan Antar Daerah Penyerahan wewenang ke daerah pada prinsipnya menimbulkan kemandirian serta menciptakan daya saing bagi daerah. Kompetisi ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun disatu sisi bisa menyulut konflik intern dan antar kawasan yang akhirnya mengancam perkembangan pembangunan pada masing-masing daerah se kawasan. Persaingan antar daerah terlihat ketika adanya rencana pembangunan mega proyek Blok D-Alpha Natuna. Antara Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat dan Kabupaten Natuna saling mengklaim sebagai daerah tempat pengelolaan minyak dan gas (migas) Blok D-Alpha Natuna. Ego daerah bisa menyebabkan akibat yang fatal dan stabilitas yang kurang kondusif bagi pengembangan kesempatan kerja di kedua daerah tersebut, oleh karena dalam meletakkan perencanaan pengembangan kesempatan kerja ke dalam konteks ekonomi regional yang lebih luas.

14 112 FAKTOR INTERNAL Kekuatan (Strengths) 1. Meningkatnya penduduk usia produktif. 2. Banyaknya penyerapan tenagakerja di sektor pertanian (sub sektor perikanan). 3. Meningkatnya jumlah sektor basis. 4. Potensi Sumberdaya Alam Kabupaten Natuna. Kelemahan (Weaknesses) 1. Rendahnya kualitas tenagakerja. 2. Kecilnya penyerapan tenagakerja di sektor keuangan. 3. Tingginya angka pengangguran. 4. BLK belum optimal FAKTOR EKSTERNAL Peluang (Opportunities) 1. Pangsa Pasar Asia 2. Pembangunan Base Camp Blok D-Alpha 3. Kebijakan Otonomi Daerah. 4. Perkembangan Perguruan Tinggi Nasional. 5. Dukungan Kebijakan Agroindustri. 6. Dukungan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Lokal. STRATEGI SO (Aggresive Strategies) 1. Pemberdayaan usia produktif guna mendukung pembangunan agroindustri (S1,2,3, dan O1,3,5). 2. Peningkatan Pembangunan Ekonomi lokal berbasis perikanan dan kelautan. (S,2,3, dan O6). STRATEGI WO (Turn-Around Strategies) 1. Peningkatan Penyerapan tenagakerja. (W1,3,4,5 dan O1,2,3). 2. Revitalisasi Balai Latihan Kerja (W1,2,4 dan O1,2,3). 3. Peningkatan kerjasama dengan Pemkab dan Perguruan Tinggi (W1, 2 dan O4). Ancaman (Threats) 1. Globalisasi Tenagakerja 2. Ketidakstabilan Ekonomi 3. Persaingan Antar Daerah STRATEGI ST (Dversification Strategies) 1.Pemberlakuan kebijakan penggunaan tenagakerja asing yang kondusif (S1,2,3,4, dan T1,2,3). 2.Peningkatan kemitraan/forum kerjasama Ketenagakerjaan antar daerah. (S1,2, dan T1,2,3) STRATEGI WT (Defensive Strategies) 1. Menyelenggarakan Perlindungan Kesejahteraan Pekerja (W3,4, dan T1,2). Gambar 7. Matrik SWOT Pengembangan Kesempatan Kerja di Kabupaten Natuna 6.2 Perumusan Strategi Perumusan strategi adalah tahap penggabungan (matching stage) dengan teknik analisis SWOT untuk menentukan strategi pengembangan kesempatan kerja di Kabupaten Natuna. Perumusan strategi dengan analisis SWOT dilakukan

15 113 dengan mencocokan antara kedua faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman), secara jelas dapat dilihat pada gambar Strategi SO (Aggressive Strategies) Aggresive Strategies merupakan strategi yang bernuansa pengembangan atau ekspansif. Berdasarkan empat kekuatan yang dimiliki dan disertai enam peluang yang ada, maka dapat dirumuskan dua strategi bersifat ekspansif. 1) Peningkatan mutu dan kualitas PUK Produktif guna mendukung pembangunan agroindustri. Untuk menghasilkan produk agroindustri yang berkualitas dan berkeunggulan kompetitif maka dengan memperhatikan peluang dan kendala yang ada, Departemen Pertanian menetapkan kebijaksanaan pengembangan agroindustri. Pengembangan agorindustri diarahkan untuk mengembangkan kluster industri, yakni industri pengolahan yang terintegrasi dengan sentra-sentra produksi bahan baku serta sarana penunjang. Mengembangkan industri pengolahan skala rumah tangga dan kecil yang didukung oleh industri pengolahan skala kecil yang didukung industri pengolahan skala menengah dan besar. Strategi pengembangan dilakukan melalui Gerakan Industrialisasi Perdesaan (GERINDA). Menumbuhkembangkan agroindustri yang menghasilkan komoditas unggulan standar ekspor yang bisa memenuhi logistik Base Camp Blok D-Alpha Natuna. Mengembangkan agroindustri tertentu di perdesaan melalui pola kemitraan dengan petani (pendekatan kesesuaian komoditas dengan kondisi sosial budaya dan geografis). 1) Pengembangan ekonomi lokal berbasis perikanan dan kelautan. Pengembangan kluster berarti bahwa inisiatif PEL dikonsentrasikan pada mendorong dan mendukung kerjasama antar perusahaan, pengembangan kelembagaan dan mendukung sektor industri yang dipilih. Pengembangan network, perhatian khusus diberikan untuk mendorong kerjasama penduduk setempat dalam kluster yang sama untuk secara bersama meningkatkan peluang pengembangan bisnis. Network ini dapat pemasaran produk bersama dan kemudian memulai perdagangan antar perusahaan dalam satu kluster. Mengembangkan upaya pemasaran bersama kluster. Identifikasi dan

16 114 pengembangan kluster membentuk basis untuk promosi invetasi dan pemasaran sebagai bagian dari program city marketing. Mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan. Kunci untuk netwoking bisnis di dalam suatu inisiatif kluster adalah apresiasi keterampilan di dalam sektor. Bila sejumlah bisnis mengekpresikan kebutuhan, sehingga pelatihan yang sesuai akan diberikan Strategi ST (Diversification Strategies) Diversification Strategies merupakan strategi yang bernuansa pengembangan alternatif tindakan yang didasarkan pada upaya pemanfaatan secara optimal berbagai kekuatan yang dimiliki untuk menekan berbagai ancaman yang dihadapi. Terdapat dua strategi yang dikembangkan berdasar pada empat kekuatan dan tiga ancaman. 1) Pemberlakuan kebijakan penggunaan tenagakerja asing yang kondusif. Mem-perda-kan pembatasan pemakaian tenagakerja asing terhadap proyekproyek Nasional yang ada di daerah. Memanfaatkan kebijakan Pemerintah Kabupaten Natuna dengan mengeluarkan aturan-aturan dan ketentuan pemakaian tenagakerja asing baik luar negeri maupun tenagakerja non lokal. Hal ini untuk mengakomodir tenagakerja lokal yang mempunyai kemampuan dan memiliki skill untuk berkiprah pada proyek-proyek yang bertaraf internasional. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya kecemburuan sosial bagi masyarakat setempat. 2) Membentuk Kemitraan/ Forum Kerjasama ketenagakerjaan antar daerah. Kerjasama dua daerah dalam bidang Ketenagakerjaan antara Kabupaten Paloh Provinsi Kalimantan Barat diperlukan dalam mengantisipasi perkembangan pembangunan mega proyek diantara dua kawasan. Pada akhir-akhir tahun 2010 ini timbul ketegangan antara kedua daerah, yakni: Kabupaten Sambas dan Kabupaten Natuna yang memiliki daerah teritorial yang hampir berdekatan dalam mengklaim diri sebagai daerah tempat pengelolaan perusahaan Migas (Minyak dan Gas) atau tempat base camp Blok D-Alpha Natuna. Masing-masing daerah sudah menyiapkan lahan, namun pihak Pemerintah Pusat dan Pertamina belum menetapkan daerah mana sebagai base camp Mega Proyek tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan Forum Kerjasama Bidang Ketenagakerjaan

17 115 kedua Daerah tersebut dalam mengantisipasi pembangunan Mega Proyek terbesar di dunia ini dalam hal menyediakan sarana dan prasarana dan kebutuhan akan tenagakerja Strategi WT (Defensive Strategies) Defensive strategies merupakan strategi yang bernuansa bertahan terhadap serangan dari luar sekaligus menutupi kelemahan yang dimiliki. Terdapat satu strategi defensif ini didasarkan pada empat kelemahan dan tiga ancaman. 1) Peningkatan Perlindungan kesejahteraan tenagakerja. Perlindungan dan peningkatan kesejahteraan tenagakerja adalah merupakan hal penting bagi terciptanya suasana hubungan kerja yang harmonis antara pelaku produksi. Peningkatan pelaksanaan hubungan industrial yang merupakan sarana untuk mempertemukan aspirasi pekerja dengan pemberi kerja. Pekerja harus duduk sejajar dengan pemberi kerja dalam memperjuangkan hak-haknya. Peningkatan perlindungan kesejahteraan pekerja melalui pelaksanaan upah yang wajar dan pemberian jaminan sosial ketenagakerjaan melalui pendanaan jamsostek (Jaminan Sosial Tenagakerja) Strategi WO (Turn-Arround Strategies) Turn Around Strategies merupakan strategi yang berusaha memanfaatkan peluang guna mengurangi kelemahan yang dimiliki. Berdasarkan empat jenis kelemahan dan enam peluang, dapat dikembangkan tiga jenis strategi. 1) Peningkatan Penyerapan Tenagakerja Pengurangan jumlah penganggur dan setengah penganggur hanya bisa berhasil jika dilakukan melalui penyiapan tenagakerja yang berkualitas, produktif, unggul, dan berdaya saing global. Jadi, ketersediaan angkatan kerja yang berkualitas merupakan kunci keberhasilan dalam mengatasi permasalahan ketenagakerjaan. Untuk itu, upaya peningkatan kualitas angkatan kerja atau sumberdaya manusia di Kabupaten Natuna dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan daerah Kabupaten Natuna. Peningkatan kualitas angkatan kerja dilakukan melalui pendidikan formal, pelatihan kerja dan pengembangan ditempat

18 116 kerja sebagai satu kesatuan sistem pengembangan SDM yang komprehensif dan terpadu. 2) Revitalisasi Balai Latihan Kerja Revitalisasi balai latihan kerja yang dilaksanakan meliputi semua aspek dalam rangka mempersiapkan tenagakerja profesional melalui pelatihan kerja berbasis kompetensi, dan dilaksanakan secara proaktif dan bertahap. Langkahlangkah proses revitalisasi ini dapat membawa balai latihan kerja mencapai visi yang dicita-citakan yaitu menjadikan balai latihan kerja yang mampu mempersiapkan tenagakerja yang profesional dalam bekerja atau berusaha mandiri. Menyikapi hal ini dan dalam menghadapi era globalisasi dimana tingkat kompetensi dari tenagakerja yang paling diutamakan. Sehingga nantinya balai latihan kerja dapat bersaing sebagai suatu institusi pelatihan yang handal, juga dapat memberi manfaat dalam meningkatkan kesejahteraan. 3) Peningkatan Kerjasama Perguruan Tinggi dan Daerah Lembaga Perguruan Tinggi (LPT) mengembankan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri dari pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Peningkatan kemampuan lembaga (institutional capacity building), sumberdaya manusia, perumusan kebijakan publik (public policy), revitalisasi fungsi DPRD, pengawasan publik, konservasi dan pendayagunaan sumberdaya alam merupakan sebahagian tema lingkup pemerintah daerah yang dapat digunakan sebagai wilayah kegiatan UPT, baik dalam konteks pendidikan, penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat. Kerjasama sama perguruan tinggi dan pemerintah daerah sangat diperlukan guna membantu mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah daerah atau wilayahnya. Perguruan tinggi dengan pengalaman akademisnya dengan wawasan yang luas diharapkan juga dapat membantu pemerintah dalam memprediksi keadaan yang akan dihadapi oleh suatu daerah dan wilayahnya pada masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan membantu menyususn rencana dan program jangka panjang, menengah maupun pendek. Perguruan tinggi dapat membantu pemerintah daerah dalam menyusun program-program strategis untuk pembangunan di suatu daerah.

19 117 4) Peningkatan Kerjasama LKS Tripartit Kabupaten Tripartit merupakan istilah dalam hubungan ketenagakerjaan sebuah LKS (Lembaga Kerja Sama) yang terdiri dari unsur pemerintah, serikat pekerja dan organisasi pengusaha. Menurut UU no. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, pasal 107 menyatakan bahwa LKS Tripartit memberikan pertimbangan, saran, dan pendapat kepada pemerintah dan pihak terkait dalam menyusun kebijakan dana pemecahan ketenagakerjaan. Keberadaan LKS Tripartit dibutuhkan untuk menyamakan persepsi dan membangun kepercayaan dalam kedudukan seimbang dan proporsional demi memperjuangkan kepentingan bersama antara pekerja/ buruh, pengusaha dan pemerintah. LKS Tripartit perlu memberdayakan kelembagaan membangun komunikasi untuk memperoleh masukan pengembangan hubungan industrial dan pemecahan permasalahan dibidang ketenagakerjaan. Tantangan yang dihadapi saat ini adalah perubahan iklim ketenagakerjaan yang dipengaruhi oleh globalisasi. 6.3 Road Map Strategy Pengembangan Kesempatan Kerja Kedelapan strategi yang telah dirumuskan sebelumnya perlu dilaksanakan agar upaya pengembangan kesempatan kerja untuk membangun daerah Kabupaten Natuna dapat terarah dan berjalan dengan baik. Namun kedelapan strategi tersebut tidak dilaksanakan sekaligus, mengingat banyaknya keterbatasan dan kendala yang bersifat sekuensial antara satu strategi dengan lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan road map pengembangan kesempatan kerja di Kabupaten Natuna yang dapat dijadikan panduan dalam pelaksanaannya. Road map strategy disusun dalam rentang waktu lima periode waktu. Hal ini terkait dengan kesiapan berbagai pihak yang terlibat dalam pengembangan kesempatan kerja, terutama kondisi tenagakerja. Gambar 8 menjelaskan road map yang dimaksud. Secara vertikal, bahwa road map terbagi atas tiga kluster strategi : (1) Ketersediaan dan mutu tenagakerja daerah (2) Pengembangan Kelembagaan Tenagakerja (3) Pengembangan Hubungan Industrial Ketenagakerjaan.

20 118 Tujuan Sustainabilitas Program Pengembangan Kesempatan Kerja Untuk Membangun Daerah Di Kabupaten Natuna Pengembangan Hubungan Industrial Ketenagakerjaan Perlindungan kesejahteraan Peningkatan Kerjasama Tripartit Pemrth, Pengusaha dan SP/SB Pengembangan Kerjasama Kelembagaan Tenagakerja Kerjasama Pemkab dan Perguruan Tinggi Kerjasama Ketenagakerjaan Natuna - Sambas Pembangunan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan dan Kelautan Ketersediaan dan mutu tenagakerja daerah Revitalisasi BLK Pemberdayaan PUK Produktif guna mendukung Pembangunan Agroindustri Peningkatan penyerapan Gambar 8. Road Map Strategi Pengembangan Kesempatan Kerja Untuk Membangun Daerah Kabupaten Natuna

21 119 Kluster strategi ketersediaan dan mutu tenagakerja daerah pengembangan persediaan dan kebutuhan tenagakerja daerah menekankan adanya keseimbangan tenagakerja yang dibutuhkan dan yang tersedia dalam upaya mengurangi pengangguran. Strategi yang masuk dalam kluster ini adalah Peningkatan SDM yang unggul dan berdaya saing, pemberlakuan kebijakan penggunaan tenagakerja asing yang kondusif dan strategi pembentukan kemitraan/ forum kerjasama ketenagakerjaan antar daerah. Strategi pengembangan kesempatan kerja menekankan pada pendekatan ekonomi basis yang dimiliki Kabupaten Natuna yaitu strategi peningkatan tenagakerja sektor basis, dan peningkatan, propaganda, doumentasi dan promosi daerah. Kluster Pengembangan Kesejahteraan tenagakerja menekankan pada strategi kerjasama lembaga keuangan dan perbankan, dan peningkatan upah dan penghasilan tenagakerja. Secara horizontal, road map menggambarkan time frame pelaksanaan kedelapan strategi yang telah dirumuskan. Diawali dengan strategi peningkatan penyerapan tenaga kerja pada periode pertama, lalu dilanjutkan dengan strategi revitalisasi balai latihan kerja. Selanjutnya pada akhir tahun pertama dapat dimulai pelaksanaan strategi pemberdayaan penduduk usia kerja produktif guna mendukung pembangunan agroindustri. Pada periode waktu ketiga dapat dilaksanakan strategi pembangunan ekonomi lokal berbasis perikanan dan kelautan. Pada periode keempat berturut-turut dapat dilaksanakan strategi kerjasama ketenagakerjaan daerah Kabupaten Natuna dan Kabupaten Sambas, strategi kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Natuna dan perguruan tinggi, strategi peningkatan kerjasama Tripartit antara pemerintah, pengusaha dan serikat pekerja/ serikat buruh dan strategi menyelenggarakan perlindungan kesejahteraan pekerja/ buruh. 6.4 Pembentukan Kluster dalam Road Map Strategy Pembentukan kluster dalam road map strategy merupakan pengelompokan strategi yang memiliki kesamaan tujuan. Adapun dasar kluster dalam pemetaan strategi pengembangan kesempatan kerja untuk membangun daerah Kabupaten Natuna. Kebijakan ketenagakerjaa yang diarahkan pada upaya perluasan dan penciptaan kesempatan kerja merupakan upaya yang dilakukan guna menyediakan banyak lapangan kerja yang produktif dan renumeratif. Dengan demikian, bukan

22 120 sekedar untuk menanggulangi pengangguran, melainkan juga diarahkan kepada upaya untuk memberikan pekerjaan yang layak, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya. Upaya perluasan dan penciptaan kesempatan kerja ditentukan oleh banyak faktor, seperti investasi, ketersediaan modal, sumberdaya manusia yang mempunyai jiwa wirasusaha (entrepreuneurship), sumberdaya alam/potensi wilayah yang bersangkutan, dan sebagainya. Upaya perluasan dan penciptaan kesempatan kerja bukan merupakan tanggungjawab instansi ketenagakerjaan semata, melainkan merupakan tanggungjawab segenap stakeholders pembangunan ketenagakerjaan, seperti instansi sektoral, swasta, perguruan tinggi atau bahkan setiap individu yang memiliki kepekaan (sense) terhadap peluang usaha. Dalam rangka mewujudkan pengembangan kesempatan kerja di Kabupaten Natuna, terdapat (1) Ketersediaan dan mutu tenagakerja daerah (2) Pengembangan kerjasama kelembagaan tenagakerja daerah (3) Pengembangan Hubungan Industrial Ketenagakerjaan, dapat dijelaskan sebagai-berikut: 1) Ketersediaan dan mutu tenagakerja daerah. Tujuan yang ingin dicapai dalam kluster ini adalah terwujudnya ketersediaan tenagakerja dengan kualitas dan mutu yang baik. Mendukung dalam pembangunan ekonomi lokal yang mengarah pada agroindustri. Kabupaten Natuna adalah daerah penghasil hasil perikanan dan kelautan. Agroindustri dapat menciptakan nilai tambah bagi masyarakat petani dan nelayan. Agroindustri yang dikelola secara lokal akan menciptakan lapangan-lapangan kerja tambahan. Berdampak kepada peningkatan pendapatan masyarakat. Strategi yang ada dalam kluster ini adalah: (1). Peningkatan Penyerapan Tenagakerja, (2). Revitalisasi Balai Latihan Kerja, (3). Pemberdayaan Penduduk Usia Kerja Produktif guna mendukung Pembangunan Agroindustri, (4). Pembangunan Ekonomi Lokal berbasis Perikanan dan Kelautan. 2) Pengembangan Kerjasama Kelembagaan Tenagakerja Daerah. Kluster ini bertujuan terwujudnya kerjasama lembaga yang harmonis guna mengfungsikan lembaga-lembaga yang ada. Terjalin koordinasi dan komunikasi antar lembaga untuk memecahkan permasalahan bidang ketenagakerjaan.

23 121 Mengantisipasi dan menyiapkan hal-hal yang terkait dengan masuknya investasi ke daerah. Kerjasama kelembagaan antar daerah dapat saling tukar informasi terkait dengan spesialisasi tenagakerja. Lembaga keuangan dan perbankan merupakan lembaga strategi dalam penjaminan kredit bagi usaha kecil dan menengah bagi masyarakat perdesaan. Ada dua strategi dalam kluster ini adalah: (1). Peningkatan Kerjasama Perguruan Tinggi dan Daerah, (2). Forum Kerjasama Tenagakerja Daerah antara Kabupaten Natuna dan Kabupaten Sambas. 3) Pengembangan Hubungan Industrial Ketenagakerjaan. Hubungan industrial adalah hubungan antara semua pihak yang tersangkut atau berkepentingan atas proses produksi atau pelayanan jasa di suatu perusahaan. Pihak yang paling berkepentingan atas keberhasilan perusahaan dan berhubungan langsung sehari-hari adalah pengusaha atau manajemen dan pekerja. Disamping itu masyarakat juga mempunyai kepentingan, baik sebagai pemasok faktor produksi yaitu barang dan jasa kebutuhan perusahaan, maupun sebagai masyarakat konsumen atau pengguna hasil-hasil perusahaan tersebut. Pemerintah juga mempunyai kepentingan langsung dan tidak langsung atas pertumbuhan perusahaan, antara lain sebagai sumber penerimaan pajak. Jadi hubungan industrial adalah hubungan antara semua pihak yang berkepentingan tersebut. Dalam pengertian sempit, hubungan industrial diartikan sebagai hubungan antara manajemen dan pekerja atau management-employess relationship. Kluster ini memiliki dua strategi: (1). Peningkatan Kerjasama LKS Tripartit Kabupaten. (2). Perlindungan Kesejahteraan Pekerja/Buruh. 6.5 Program Pengembangan Kesempatan Kerja Dalam upaya mencapai sustainable program pengembangan kesempatan kerja untuk membangun daerah Kabupaten Natuna maka perlu di laksanakan program-program yang akan dilaksanakan oleh masing-masing penanggungjawab SKPD. Dalam strategi yang perlu dengan cepat dilaksanakan adalah peningkatan penyerapan tenagakerja dengan melaksanakan program workshop bursa kerja, pelaksanaan program padat karya produktif perdesaan, penyelenggaraan seminar kewirausahaan, sosialisasi penerapan teknologi tepat guna dan pendampingan

24 122 usaha mandiri. Program dilaksanakan pada tahun pertama dan kedua dari time frame yang disusun. Pelaksanaan strategi revitalisasi balai latihan kerja dengan melaksanakan program penetapan status balai latihan kerja yang berdiri sendiri, peningkatan sarana dan prasarana BLK dan pengadaan instruktur dilaksanakan pada tahun pertama. Dinsosnaker Kabupaten Natuna akan menjadi koordinator dalam pelaksanaan program dimaksud. Pemberdayaan penduduk usia produktif guna mendukung pembangunan agroindustri merupakan strategi ketiga yang dilaksanakan pada tahun kedua dan ketiga. Program yang dilaksanakan antara lain: pengadaan sarana produksi dan peralatan perikanan, pelatihan pembenihan terhadap usaha ternak ikan, pelatihan pengolahan hasil perikanan dan pemasaran hasil olahan perikanan. Dinas kelautan dan perikanan merupakan SKPD yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan program ini. Strategi yang keempat adalah pembangunan ekonomi lokal berbasis kelautan dan perikanan. Program yang akan diterapkan dalam mencapai tujuan strategi dimaksud adalah membangun forum kemitraan pengembangan eonomi lokal ditingkat Kabupaten Natuna dan mobilitas sumber dana untuk pembiayaan dan akses kredit dengan SKPD penangungjawab program ini adalah Bappeda. Strategi kelima peningkatan kerja sama perguruan tinggi dan daerah dengan program peningkatan kapasitas aparatur melalui program tugas belajar di perguruan tinggi tertentu dan program kerjasama studi kajian tentang pembangunan daerah dengan masing-masing SKPD penanggungjawab BKD (Badan Kepegawaian Daerah) dan Bappeda dengan tahap mulai dilaksanakan pada tahun keempat dan kelima. Strategi keenam peningkatan kemitraan/ forum kerjasama ketenagakerjaan antar daerah dengan melaksanakan program pembentukan forum kemitraan ketenagakerjaan antara Kabupaten Natuna dan Kabupaten Sambas yang diinisiasi oleh Dinsosnaker Kabupaten Natuna. Program kedua merupakan program sosialisasi dan koordinasi tentang kesiapan dalam pembangunan Base Camp Blok D-Alpha Natuna dengan pelaksana Bappeda Kabupaten Natuna. Adapun waktu pelaksanaan kedua program tersebut pada periode tahun keempat. Strategi tujuh dalam pengembangan kesempatan kerja untuk membangun daerah Kabupaten Natuna adalah strategi peningkatan kerjasama LKS (Lembaga

25 123 Kerja Sama) Tripartit Kabupaten, dengan melaksanakan program penentuan upah yang lebih fleksibel disesuaikan dengan peningkatan prosuktivitas pekerja dan tingkat kebutuhan hidup pekerja dan program peningkatan kesejahteraan tenagakerja melalui perbaikan syarat-syarat kerja, seperti perbaikan mutu/ kualitas kesepakatan kerja bersama perbikan sistem pengupahan dan penggajian agar hidup layak. Strategi terakhir adalah strategi kedelapan menyelenggarakan perlindungan kesejahteraan pekerja dengan melaksanakan program peningkatan pemberian jaminan sosial ketenagakerjaan daerah pada pekerja dan buruh. Program tersebut dilaksanakan oleh Dinsosnaker Kabupaten Natuna dimulai pelaksanaan pada tahun keempat dan kelima.

26 124 Tabel 24. Rancangan Program Pengembangan Kesempatan Kerja Untuk Membangun Daerah Kabupaten Natuna No Strategi Program Pelaksana 1 Peningkatan Penyerapan tenagakerja 1. Penyelenggaraan Workshop Bursa Kerja. 2. Penyelenggaraan Program Padat Karya Produktif Perdesaan. 3. Penyelenggaraan Seminar Kewirausahaan. 4. Sosialisasi Penerapan Teknologi Tepat Guna Perikanan. 5. Pendampingan Usaha mandiri Dinsosnaker 2 Revitalisasi Balai Latihan Kerja. 3 Pemberdayaan Penduduk Usia Produktif guna mendukung Pembangunan agroindustri 1. Penetapan Status Balai Latihan Kerja Natuna. 2. Peningkatan Sarana dan Prasarana BLK. 3. Pengadaan Instruktur/ Tenaga Pengajar. 1. Pengadaan Sarana Produksi dan Peralatan Perikanan. 2. Pelatihan Pembenihan terhadap nelayan usaha budidaya ikan. 3. Pelatihan Pengolahan Hasil Perikanan. 4. Pemasaran Hasil Olahan Perikanan. Dinsosnaker Dinas Kelautan dan Perikanan 4. Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Kelautan dan Perikanan 5. Peningkatan Kerjasama Ketenagakerjaan antara Pemkab Natuna dan Sambas 6. Peningkatan Kerjasama antara Perguruan Tinggi dan daerah 7. Peningkatan Lembaga Kerja Sama Tripartit (Pemerintah, Serikat Pekerja/ Buruh dan Organisasi Pengusaha) 8. Peningkatan Perlindungan Kesejahteraan Pekerja/buruh 1. Membangun forum kemitraan pengembangan ekonomi lokal di tingkat Kabupaten Natuna. 2. Mobilitas sumber dana untuk pembiayaan dan akses kredit. 1. Membentuk forum kemitraan ketenagakerjaan antara Kabupaten Natuna dan Kabupaten Sambas. 2. Sosialisasi dan koordinasi tentang kesiapan dalam pembangunan base camp Blok D-Alpha. 1. Peningkatan kapasitas aparatur daerah melalui Program Tugas Belajar, izin belajar di Perguruan Tinggi. 2. Peningkatan Kerjasama Study tentang Pembangunan Daerah. 1. Penentuan upah yang lebih fleksibel disesuaikan dengan peningkatan produktivitas pekerja dan tingkat kebutuhan hidup pekerja. 2. Peningkatan kesejahteraan tenagakerja melalui perbaikan syarat-syarat kerja, seperti perbaikan mutu/kualitas kesepakatan kerja bersama, perbaikan sistem pengupahan dan penggajian, agar dapat hidup layak. 1. Pemberian Jaminan Sosial Tenagakerja Daerah pada pekerja/ buruh Bappeda Bappeda BKD Bappeda Dinsosnaker BPKAD

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 47 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Kabupaten Natuna merupakan salah satu daerah tertinggal dari tujuh kabupaten dan kota di Provinsi Kepulauan Riau. Daerah tertinggal adalah daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI RENCANA STRATEGIS PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2006-2009 Oleh Tim Renstra PMG 1. UU No. 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Palangka Raya

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Palangka Raya 1.1. Latar Belakang Strategi pembangunan ekonomi bangsa yang tidak tepat pada masa lalu ditambah dengan krisis ekonomi berkepanjangan, menimbulkan berbagai persoalan ekonomi bagi bangsa Indonesia. Mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau wilayah. Karena pada dasarnya, investasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

Terwujudnya Masyarakat Tenaga Kerja Kabupaten Bandung yang Mandiri, Produktif, Profesional dan Berdaya Saing

Terwujudnya Masyarakat Tenaga Kerja Kabupaten Bandung yang Mandiri, Produktif, Profesional dan Berdaya Saing BAB II PROGRAM KERJA 2.1 Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja merupakan instansi teknis yang melaksanakan salah satu urusan rumah tangga Daerah dibidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, dengan kewenangannya

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang pembangunan dan pemerintahan. Perubahan dalam pemerintahan adalah mulai diberlakukannya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya industri pengolahan nonmigas (manufaktur) menempati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 19 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesempatan kerja merupakan lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi atau produksi (Depnakertrans, 2007).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergulirnya wacana otonomi daerah di Indonesia berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi stimulan berbagai daerah untuk mengembangkan daerah

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

POLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF AGRIBISNIS JAWA TIMUR

POLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF AGRIBISNIS JAWA TIMUR POLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF AGRIBISNIS JAWA TIMUR Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Politik dan Pembangunan Pertanian OLEH: SUGIARTO 09.03.2.1.1.00013 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bagian perumusan isu strategi berdasarkan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan mengemukakan beberapa isu strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN Meningkatnya tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 9,5 persen berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan sosial. Kerja merupakan fitrah manusia yang asasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2004-2009 di Sektor Industri Manufaktur, Pemerintah Pusat memprioritaskan pengembangan agroindustri. Prioritas

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

docking kapal perikanan; (2) mengkaji kelayakan finansial di bidang usaha pelayanan jasa docking kapal perikanan sebagai bagian upaya dalam

docking kapal perikanan; (2) mengkaji kelayakan finansial di bidang usaha pelayanan jasa docking kapal perikanan sebagai bagian upaya dalam RINGKASAN EKSEKUTIF WAHYUDIN. 2001. Perencanaan Strategis UPT. UPMB Muara Angke Dalam Bidang Pembinaan, Pelayanan Jasa Perawatan dan Docking Kapal Perikanan. Di bawah bimbingan SYAMSUL MA ARIF dan WAHYUDI.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek, khususnya untuk pemulihan ekonomi.

Lebih terperinci

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 BOKS REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 I. PENDAHULUAN Dinamika daerah yang semakin kompleks tercermin dari adanya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan telah berkembang menjadi krisis ekonomi dan multidimensi, pertumbuhan ekonomi nasional relatif masih

Lebih terperinci

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Penerapan otonomi daerah sejatinya diliputi semangat untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA Fahrur Razi Penyuluh Perikanan Muda pada Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan email: fahrul.perikanan@gmail.com

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencerminkan wujud nyata sebagian besar kehidupan sosial dan ekonomi dari rakyat Indonesia. Peran usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pembangunan yang dipandang tepat dan strategis dalam rangka pembangunan wilayah di Indonesia sekaligus mengantisipasi dimulainya era perdagangan bebas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan pertanian dewasa ini telah berorientasi bisnis (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut usahatani (on-farm agribusiness)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN 2001-2004: VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN Visi Pembangunan Pertanian Visi pembangunan pertanian dirumuskan sebagai : Terwujudnya masyarakat yang sejahtera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan ketahanan pangan nasional, pembentukan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

I.1. Latar Belakang strategi Permasalahan Dari sisi pertanian

I.1. Latar Belakang strategi  Permasalahan Dari sisi pertanian 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagai industri yang mengolah hasil pertanian, yang menggunakan dan memberi nilai tambah pada produk pertanian secara berkelanjutan maka agroindustri merupakan tumpuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Lebih terperinci

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era otonomi daerah, pembangunan ekonomi menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam daerah maupun faktor eksternal, seperti masalah kesenjangan dan isu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Berbagai studi menunjukkan bahwa sub-sektor perkebunan memang memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan kearah perbaikan yang orientasinya pada pembangunan bangsa dan sosial ekonomis. Untuk mewujudkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

KAJIAN STRATEGI REVITALISASI PERTANIAN INDONESIA DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

KAJIAN STRATEGI REVITALISASI PERTANIAN INDONESIA DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 KAJIAN STRATEGI REVITALISASI PERTANIAN INDONESIA DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Leni Evangalista Marliani leni_evangalista@ymail.com Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

Bab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian

Bab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian 12 Rapat Dengan Wakil Presiden (Membahas Special Economic Zone) Dalam konteks ekonomi regional, pembangunan suatu kawasan dapat dipandang sebagai upaya memanfaatkan biaya komparatif yang rendah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Proses tersebut adalah suatu perubahan di dalam perekonomian dunia, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2006 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2006 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2006 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI Bambang Tjahjono Bidang Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada di peringkat 55 dari 134 negara, menurun satu peringkat dari tahun sebelumnya. Dalam hal ini,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : 7 TAHUN 2015 TANGGAL : 18 SEPTEMBER 2015 KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Sekretariat Kementerian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan ekonomi daerah disusun dalam rangka memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi

Lebih terperinci