BAB I PENDAHULUAN. bentuk CSO pada aras lokal yang berfungsi sebagai saluran aspirasi masyarakat

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG CSO (Civil Society Organization) atau organisasi masyarakat sipil merupakan organisasi yang beranggotakan masyarakat sipil sebagai bentuk peran masyarakat dalam pembangunan maupun dalam kegiatan advokasi terhadap isu-isu sosial tertentu. Sementara itu, FKWA (Forum Komunikasi Winongo Asri) merupakan bentuk CSO pada aras lokal yang berfungsi sebagai saluran aspirasi masyarakat sehubungan dengan pengembangan dan pengelolaan kawasan sungai Winongo, kota Yogyakarta. Organisasi ini secara resmi berdiri pada tanggal 17 Agustus yang bertepatan dengan hari kemerdekaan. Organisasi ini beranggotakan masyarakat yang memiliki hunian di sekitar sungai Winongo sendiri (termasuk pengurus organisasi) dan bermitrakan pihak-pihak intelektual atau kaum akademisi. FKWA yang sudah berdiri hampir selama 4 tahun ini, telah menjalin interaksi dan kerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka pengembangan kawasan Winongo. Organisasi ini telah bekerja sama dengan pemerintah kota, pemerintah provinsi, Bappeda Kota, Kementrian PU, BBWSO (Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak), dan lembaga-lembaga formal besar lainnya. Dari pihak intelektual FKWA pun telah menjalin banyak bekerjasama. Salah satunya adalah kerja sama dalam menyusun Grand Design Pengembangan Kawasan Winongo dengan pihakpihak dari Magister Desain Kawasan Binaan Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM. Dari pihak internasional FKWA juga sempat bekerja sama 1 data hasil wawancara dengan pengurus FKWA selaku ketua penggal tengah, Desember

2 dengan pejabat Jepang dari bidang Community Disaster-prevention Support Team, Osaka Jepang. Fokus mengenai kendala koordinasi tersebut diambil berdasarkan beberapa temuan pada proses pra-penelitian yang pada akhirnya menghasilkan ketertarikan terhadapnya. Temuan-temuan tersebut antara lain adalah sebagai berikut; Pertama, disampaikan oleh koordinator yang bersangkutan, selain kerja sama dengan pihak eksternal organisasi yang telah banyak tersebut, beliau juga sempat menyatakan bahwa FKWA telah banyak menjadi objek penelitian bagi para akademisi terutama yang terkait dengan jurusan manajemen lingkungan, arsitektur, dan jurusan-jurusan lain yang terkait dengan sektor pengembangan fisik, sosial, maupun budaya pada area yuridiksi FKWA. Sehingga di mata eksternal organisasi, FKWA merupakan organisasi besar yang telah memiliki jaringan yang begitu luas. Namun beliau menambahkan, sekalipun FKWA telah memiliki image sebagai organisasi berbasis forum masyarakat yang besar dengan jaringan yang luas, kondisi kerjasama internal organisasi dalam koordinasi program penjaringan aspirasi masyarakat atau dalam organisasi FKWA kerap disebut jaring asmara masih perlu lebih dioptimalkan supaya tidak bertentangan dengan kondisi kerja sama organisasi dengan pihak eksternal organisasi yang dapat dikatakan telah berjalan optimal. Mendengar ungkapan koordinator, maka fokus mengenai kendala koordinasi internal lembaga menjadi menarik bagi penulis untuk diangkat sebagai bahan kajian. Fokus ini salah satunya diangkat untuk mengkaji kondisi koordinasi dan kerja sama internal organisasi yang dikatakan oleh koordinator belum berjalan secara optimal seperti yang telah diulas pada paragraf sebelumnya. Terlebih lagi selama ini penelitian-penelitian terhadap FKWA lebih banyak mengenai pembangunan dan 2

3 pengembangan secara fisik dan belum pernah dilakukan kajian terhadap kondisi koordinasi internal lembaga. Kedua, FKWA saat ini sedang merintis program besar dan berjangka panjang yakni mewujudkan Winongo sebagai Kawasan Wisata dengan program Winongo Wisataku Program ini telah mendapat dukungan dari pemerintah, terutama dukungan dalam bentuk dana. Ketua Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) di sela-sela pelaksanaan Program Kali Bersih pada Festival Winongo di Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta (November 2012) mengungkapkan sekalipun 2030 masih lama, namun banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mewujudkan keinginan itu. Ini membutuhkan kerja keras dari seluruh pihak. Menurutnya upaya untuk menjadikan Sungai Winongo menjadi kawasan tujuan wisata tersebut telah dimulai dengan pembangunan sejumlah ruang terbuka hijau di sepanjang bantaran sungai melalui pemberdayaan masyarakat. Dalam mewujudkan program besar dan jangka panjang inilah, aspek koordinasi dalam masyarakat yang tercermin dalam lembaga yakni FKWA menjadi penting agar lembaga ini secara optimal mampu menjadi saluran bagi pemerintah dalam memberdayakan masyarakat kawasan sungai Winongo secara langsung dalam pembangunan, misal seperti dengan menggunakan tenaga kerja padat karya saat pembangunan talud sungai ataupun pembangunan kawasan sungai Winongo yang lain. Sebaliknya pun mampu menjadi saluran aspirasi masyarakat bantaran sungai Winongo terkait pengembangan kawasan sungai. Ketiga, FKWA merupakan lembaga yang juga memiliki fungsi dalam menyalurkan aspirasi masyarakatnya terutama anggota organisasi sebagai 2 dipos oleh FKWA 15 November 2012, diunduh 10 Desember 2012 pk wib. 3

4 representasi masyarakat. Fungsi saluran aspirasi masyarakat ini salah satunya diwujudkan dalam setiap rapat FKWA yang melibatkan pengurus dan para anggotanya. Salah satu rapat FKWA yang telah diamati dan diidentifikasi permasalahannya adalah rapat antara pengurus inti FKWA dengan organisasi perwakilan Pakalan berdasarkan rapat terakhir pada 21 Desember FKWA merupakan organisasi dengan ruang lingkup pengelolaannya pada 11 kelurahan yang mana sebagian daerah dari tiap kelurahan tersebut berada di kawasan sungai Winongo. Oleh karena luasnya ruang lingkup pengelolaan, FKWA memiliki sub-sub organisasi berdasarkan letak kelurahan-kelurahan yang berdekatan. Sub-sub organisasi tersebut antara lain BecakMaju (komunitas masyarakat Bener dan Kricak), Greskap (komunitas masyarakat Sudagaran dan Pringgokusuman), dan Pakalan (komunitas masyarakat Pakuncen dan Ngampilan). Organisasi FKWA dengan sub organisasinya ini kemudian mengadakan rapat internal untuk mendiskusikan dan mengidentifikasi apa saja kebutuhan masyarakat setempat yang dapat dijembatani oleh FKWA untuk disampaikan kepada pemerintah, dan selanjutnya dapat diwujudkan secara bersama-sama tentu dalam kaitannya dengan pengembangan dan pengelolaan kawasan sungai Winongo. Dalam rapat yang dilaksanakan antara Pakalan dengan pengurus inti FKWA 21 Desember 2012 pada malam hari sekitar pukul WIB tersebut dihadiri oleh bapak-bapak, satu pemuda, satu ibu (diluar kepentingan rapat), serta peneliti. Setelah pembukaan, dan masuk dalam acara diskusi, salah satu anggota Pakalan berkomentar demikian. Sekarang FKWA cooling down dulu dari Pakalan. Kita sebagai masyarakat Pakalan mengajak lurah dan persuasi personil yang lain dulu. Pembangunan sekarang keperuntukannya mangkrak 3, langsung mbangun- 3 mangkrak (bahasa Jawa) = tidak dimanfaatkan 4

5 mbangun tanpa kulo nuwun 4. Seharusnya berdayakan juga perangkat daerah. Diimbuhkan lagi, Tidak usah terpaku dengan pengurus lama, tapi mana yang berdaya. Program-program yang sudah-sudah ini outputnya gur koyo tempe mendoan 5. Juga saling oyak-oyakan 6. Material akses jalan malah ga ada. Setelah dianter materialnya, RT ga tau. Dalam FKWA kebijakan pemerintah bersifat rekanan. Pengurus zona harusnya jadi pengawas. Kalo ga puas, bisa blow up di media. Untuk daerah wetan kali, misal RT7 kawasannya curam, dah banyak sampah, belum ada talud. Minta dibronjong saja. Pakalan minta proses, sehingga hasil pembangunan bisa handarbeni. Januari ayo mulai konsolidasi lembaga Pakalan secara internal. Anggota pengurus Pakalan lain menambah, Perlu nambah pengurus Pakalan. Kelembagaan Pakalan kurang aktif, perkuat kelembagaan masyarakat dahulu. Pemuda peserta rapat yang juga anggota Pakalan, menginformasikan, Ngampilan itu juga sudah ada lembaga-lembaga pengelolaan DAS lain. Jadi masyarakat kadang bingung kalo ada pembangunan ini dari yang mana, dari FKWA atau yang lain. Selang beberapa waktu kemudian, dalam pertemuan dengan seksi pembangunan Pakalan pada tanggal 23 Januari 2013 diketahui bahwa pihak Pakalan belum melakukan tindak lanjut dari apa yang menjadi aspirasi mereka yakni hendak melakukan konsolidasi kelembagaan Pakalan secara internal tanpa campur tangan FKWA. Padahal dikatakan pada rapat Desember 2012, bulan Januari Pakalan hendak melakukan rencana tersebut. Kondisi demikian apabila dibiarkan berlarut-larut dikhawatirkan dapat memengaruhi kinerja FKWA secara holistik yang berimplikasi pula terhadap cita-cita bersama membangun Winongo Wisataku kulo nuwun (bahasa Jawa) = permisi 5 tempe mendoan = tempe yang teksturnya kurang renyah/ cenderung lembek, mengartikan programprogram kurang efektif bagi masyarakat. 6 oyak oyakan (bahasa Jawa) = bekejar kejaran 5

6 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana koordinasi FKWA pada titik ungkit Pakalan dalam pengelolaan kawasan Sungai Winongo Kota Yogyakarta? Apabila diperinci, maka pertanyaan-pertanyaan yang hendak dijawab adalah sebagai berikut: - Bagaimana koordinasi lembaga FKWA pada titik ungkit Pakalan? - Apa saja kendala koordinasi lembaga FKWA pada titik ungkit Pakalan? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Seturut dengan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : - Mengetahui proses koordinasi FKWA titik ungkit Pakalan dalam pengelolaan kawasan Sungai Winongo Kota Yogyakarta. - Mengetahui kendala koordinasi FKWA titik ungkit Pakalan pengelolaan kawasan Sungai Winongo Kota Yogyakarta. 1.4 MANFAAT PENELITIAN Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain: 1. Bagi pemerintah, dapat memberi informasi terkait proses koordinasi level dasar (daerah titik ungkit) pada lembaga non profit dengan studi lembaga FKWA yang merupakan salah satu lembaga masyarakat yang mendapat sokongan dari pemerintah dan menjadi jembatan antara masyarakat dengan pemerintah. 6

7 2. Bagi pengurus inti FKWA dan pengurus zona FKWA, menjadi gambaran dan perhatian terkait proses koordinasi pada level titik ungkit lembaganya. 3. Bagi perangkat daerah, terutama bagi perangkat kelurahan, RW, dan RT yang menjadi bagian dari FKWA diharapkan penelitian ini memberikan gambaran dan menjadi perhatian untuk turut memaksimalkan koordinasi lembaga melihat perlunya kerjasama FKWA dengan perangkat daerah setempat terlebih sebagian pengurus FKWA juga merupakan perangkat daerah setempat. 4. Bagi civitas akademika, memberikan tambahan referensi bagi penelitian terkait yang akan datang. 5. Bagi masyarakat, terutama masyarakat sekitar sungai Winongo, untuk dapat menjadi bahan informasi terkait peran FKWA dan diharapkan dapat lebih berpartisipasi aktif dalam memberikan aspirasi dan meningkatkan keberdayaan dalam mencapai tujuan organisasi. 7