BAB I PENDAHULUAN. Kejang demam merupakan bangkitan yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Kejang demam merupakan bangkitan yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kejang demam merupakan bangkitan yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu mencapai >38-38,9 C) dapat terjadi karena proses intrakranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada balita berumur 6 bulan - 5 tahun sebanyak 2-4% dan paling sering terjadi pada balita usia bulan (Ngastiyah, 2007). Kejang demam anak perlu diwaspadai karena kejang yang lama ( 15 menit) dapat menyebabkan kematian 0,64-0,74%, kerusakan saraf otak sehingga menjadi epilepsi, kelumpuhan bahkan retardasi mental. Hasil pengamatan Livingston (2008) diantara 201 pasien kejang demam sederhana 6 orang (3%) menderita epilepsi, sedangkan diantara 297 pasien dengan epilepsi yang diprovokasi oleh demam 276 orang (93%) menderita epilepsi. Biasanya antara usia 3 bulan sampai 5 tahun, sekitar 2-5% balita pernah mengalami kejang demam sebelum usia 5 tahun (Soetomenggolo, 2007). Pengobatan segera atau terapi sangat penting, jika tidak dilakukan kambuhnya kejang semakin tinggi, sekitar sepertiga pasien kejang demam akan mengalami kekambuhan sebesar 44% pada pasien yang tidak diobati dan pada pasien yang mendapat terapi Fenobarbital maupun terapi Diazepam per rectal kekambuhan sebesar 21% (Soetomenggolo, 2007). 1

2 2 Tetapi anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya suhu seorang anak. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejadian kejang terjadi pada suhu 38-38,9 C, sedangkan balita dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 C atau lebih (Maulana, 2009). Demam kejang sederhana tidak menyebabkan kelumpuhan, meninggal atau gangguan kepandaian. Resiko untuk menjadi epilepsi dikemudian hari juga sangat kecil yaitu sekitar 2-3%. Risiko terbanyak adalah berulang demam kejang, yang dapat terjadi pada 30-50% balita. Risiko-risiko tersebut lebih besar pada demam kejang kompleks (Sabrina, 2008). Bila kejang sering berulang dan berlangsung lama (lebih dari 5 menit), bisa mengakibatkan kerusakan sel-sel otak akibat terhambatnya aliran oksigen ke otak. Hal ini dapat menyebabkan epilepsi berbeda-beda. Lumban Tobing (2007) mendapatkan 6% kerusakan otak bila kejang berulang, sedangkan Livingstone (2008) dari golongan demam kejang sederhana mendapatkan 2,9 % yang menjadi epilepsi dan golongan epilepsi yang diprovokasi oleh demam ternyata 97% menjadi epilepsi. Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik dan tidak perlu menyebabkan kematian (Ngastiyah, 2005). Insidensi kejang demam di Amerika Serikat dan Eropa berkisar 4-5% pada anak usia dibawah 5 tahun (Shinnar dan Glauser, 2002). Berdasarkan hasil penelitian prospektif Sillanpaa, M.dkk (2008) di Finlandia diperoleh insidens rate kejang demam 6,9% pada anak usia 4 tahun (Sillanpaa, 2008). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Karimzadeh, P.dkk (2008) di Mofid Children s Hospital, Iran

3 3 pada 302 penderita kejang demam diperoleh 73,2% penderita merupakan penderita kejang demam sederhana dan 26,8% merupakan penderita kejang demam kompleks (Karimzadeh, 2008). Di Indonesia khususnya di daerah Tegal, Jawa Tengah tercatat 6 balita meninggal akibat serangan demam kejang dari 62 kasus penderita demam kejang. Di negeri yang sedang berkembang, termasuk Indonesia terdapat dua faktor yaitu gizi dan infeksi yang mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap pertumbuhan anak, sekitar 70-90% dari seluruh kejang demam merupakan kejang demam sederhana dan sisanya merupakan kejang demam kompleks. Di Indonesia pada tahun 1967 kejang demam termasuk sebagai lima penyakit anak terpenting di RS Cipto Mangunkusumo sebesar 7,4%, meningkat pada tahun 1971 dengan kejadian demam kejang sebesar 22,2% (Kuncoro, 2009). Jumlah penderita kejang demam diperkirakan mencapai 2-4% dari jumlah penduduk di AS, Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan penderitanya lebih tinggi sekitar 20% diantara jumlah penderita mengalami kejang demam kompleks yang harus ditangani secara lebih teliti (Selamihardja, 2006). 2-5% dari seluruh anak di dunia yang berumur dibawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam, lebih dari 90% terjadi ketika anak berusia < 5 tahun (Christopher, 2012). Insiden tertinggi kejang demam terjadi pada usia dua tahun pertama (Vestergaard, 2006). Di seluruh Indonesia (2014) saat ini terdapat 70% kematian balita disebabkan karena pneumonia, campak, diare, malaria, dan malnutrisi. Ini berarti bahwa penyakit

4 4 infeksi masih menjadi penyebab kematian balita. Terjadinya proses infeksi dalam tubuh menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang biasa disebut dengan demam, demam merupakan faktor resiko utama terjadinya kejang demam (Selamihardja, 2006). Karakteristik balita demam kejang terjadi pada usia balita antara 6 bulan - 4 tahun dengan suhu 100 F (37,78 C) lamanya kejang berlangsung 30 menit. Terdapat lebih banyak jenis kelamin pada laki-laki dibanding perempuan dengan perbandingan yang berkisar antara 1,4:1 dan 1,2:1. Tinggi suhu badan segera setelah terjadinya kejang (dalam waktu 15 menit), suhu rata-rata 39,0 C dengan rentangan 37,8-41,5 C. Ambang kejang berbeda-beda untuk setiap anak, berkisar antara 38,3-41,4 C (Lumbantobing, 2007). Beberapa ciri-ciri dan tanda gejala balita mengalami demam kejang seperti, kenaikan suhu yang tinggi, pucat, pingsan, lidah atau pipi yang tergigit, gigi atau rahang yang terkatup rapat, mengeluarkan air kemih dan tinja di luar kesadarannya, gangguan pernapasan, kulit kebiruan, mata terbelak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan, kejang berlangsung singkat, serangan tonik klonik (dapat berhenti sendiri) dan disertai adanya gerakan sentakan berulang (Lumbantobing, 2007). Hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di RSUD Deli Serdang sebanyak 52 orang balita (52%) yang mengalami demam kejang dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik umtuk melakukan penelitian tentang Karakteristik Balita Dengan Demam Kejang Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang.

5 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah karakteristik balita dengan demam kejang di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kab.Deli Serdang. 1.3.Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengetahui karakteristik balita dengan demam kejang di Ruang Anak RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kab.Deli Serdang Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi umur balita yang mengalami demam kejang di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. 2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi jenis kelamin balita yang mengalami demam kejang di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. 3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi suhu badan balita yang mengalami demam kejang di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. 4. Untuk mengetahui distribusi frekuensi riwayat kejang sebelumnya pada balita yang mengalami demam kejang di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.

6 Manfaat Penelitian Bagi Peneliti Diharapakan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk melakukan penelitian selanjutnya, juga menjadi bekal bagi peneliti dalam memberikan pelayanan kesehatan saat bekerja di lapangan nanti Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan evaluasi terhadap teori yang telah diberikan, sebagai sumber bahan bacaan bagi perpustakaan di institusi pendidikan dan sebagai bahan tambahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan demam kejang Bagi Lahan Penelitian Dapat menjadi informasi bagi tenaga kesehatan tentang karakteristik balita dengan demam kejang, sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan.

7 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Kejang Definisi Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering di jumpai pada anak, terutama pada golongan balita umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari balita yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Pada percobaan binatang suhu yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya bangkitan kejang (Ngastiyah, 2005) Etiologi Kejang dibedakan menjadi intrakranial dan ekstrakranial. 1. Intrakranial meliputi: a. Trauma (perdarahan): perdarahan subarachnoid, subdural atau ventrikuler b. Infeksi: bakteri, virus, parasit misalnya meningitis c. Kongenital: disgenesis, kelainan serebri 2. Ekstrakranial, meliputi: a. Gangguan metabolik: hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia, gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan riwayat diare sebelumnya. b. Toksik: intoksikasi, anestesi lokal, sindroma putus obat. 7

8 8 c. Kongenital: gangguan metabolisme asam basa atau ketergantungan dan kekurangan piridoksin Klasifikasi Kejang Demam dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Kejang demam sederhana: Kejang bersifat umum (biasanya seluruh tubuh kejang, tangan ke atas dan mata terbalik), sering terjadi pada anak (sekitar 80% dari seluruh kejang demam), lama bangkitan berlangsung kurang dari 15 menit, dalam waktu periode demam tidak ada bangkitan kejang berulang dalam 24 jam, kemungkinan epilepsi di kemudian hari. 2. Kejang demam kompleks: Lama bangkitan kejang lebih dari 15 menit, manifestasi kejang bersifat lokal (sebagian anggota tubuh saja), didapatkan bangkitan kejang berulang lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam, kemungkinan epilepsi di kemudian hari sangat jarang (4%) Penyebab 1. Demam (tersering), mengalami serangan kejang selama 4 menit dengan suhu 38,9 C dan menderita radang tenggorok inilah yang dapat menyebabkan timbulnya demam. 2. Epilepsi yaitu gangguan pada otak atau gangguan neurologis yang bersifat kronis dan ditandai oleh timbulnya kejang berulang akibat implus saraf di otak yang berlebihan.

9 9 3. Tumor otak adalah tumbuhnya sel abnormal pada otak, penyakit yang disebabkan karena pertumbuhan yang tidak normal pada sel-sel dalam otak yang biasa menjadi pemicu dari terjadinya penyakit kanker atau penyakit non kanker. 4. Gangguan metabolik: gangguan pencernaan seperti radang lambung dan usus (gastroenteritis). 5. Trauma kepala (terjatuh, terpukul) yaitu trauma pada kulit kepala, tengkorak dan otak yang terjadi baik secara langsung ataupun tidak langsung pada kepala yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran bahkan dapat menyebabkan kematian. 6. Infeksi (meningitis/ensefalitis) adalah salah satu penyakit yang menyerang otak, Salah satu penyebabnya adalah infeksi bakteri. 7. Keracunan disebabkan oleh makanan yang akan menyebabkan timbulnya bakteri atau virus seperti salmonella, shigella, dan escherichia coli yang menimbulkan infeksi diserti dengan demam. 8. Kelainan bawaan pada pembuluh darah otak (aneurisma) adalah kelainan pembuluh darah di otak karena lemahnya dinding pembuluh darah. Dinding pembuluh darah tersebut tidak mampu menahan tekanan darah yang relatif tinggi. 9. Perdarahan di dalam kepala seperti perdarahan intrakranial akibat molding yang terlalu hebat atau robekan dari bridging vein yang menyebabkan perdarahan subaraknoid atau periventrikular.

10 Gejala Gejala yang timbul saat anak mengalami kejang demam antara lain adalah: anak mengalami demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba) kejang tonik, klonik, pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam). Kejang demam dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi tubuh anak. Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki. Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontraksi otot. Anak akan jatuh apabila dalam keadaan berdiri. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya), gangguan pernapasan, apneu (henti napas), dan kulitnya kebiruan (Sri, 2013). Setelah mengalami kejang, biasanya: a. Akan kembali sadar dalam beberapa menit atau tertidur selama 1 jam atau lebih. b. Terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi) sakit kepala. c. Mengantuk. d. Linglung sementara dan sifatnya ringan. e. Jika kejang tunggal berlangsung kurang dari 5 menit maka kemungkinan terjadi cidera otak atau kejang menahun sangat kecil (Dessy, 2010).

11 Patologi Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskular. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa sumber energi otak adalah yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionic. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI). Akhirnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP ase yang terdapat pada permukaan sel (Ngastiyah, 2007). Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh: 1. Perubahan konsentrasi ion membran di ruang ekstraselular. 2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. 3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

12 12 Pada keadaan demam kenaikan suhu 1 C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 C sedang anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi bila suhu mencapai 40 C. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu memperhatikan pada tingkat suhu berapa pasien menderita kejang (Ngastiyah, 2005). Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama ( 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi oleh skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak

13 13 meningkat. Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama (Lumbantobing, 2007). Faktor terpenting adalah gangguan peredaran yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan premeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelaianan di otak hingga terjadi epilepsi (Ngastiyah, 2005) Diagnosa a. Biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada anggota keluarga lainnya (ayah, ibu atau saudara kandung). b. Keluhan pemeriksaan saraf (neurologis): Tidak didapatkan kelainan pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan rutin tidak dianjurkan, kecuali untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab (darah tepi, elektrolit dan gula darah). c. Pemeriksaan Rongent/X Ray (Radiologi): X-ray kepala, CT Scan kepala atau MRI tidak rutin dan hanya dikerjakan atas indikasi. d. Pemeriksaan cairan otak (cairan serebrospinal (CSS): Tindakan fungsi lumbal untuk pemeriksaan CSS dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis (infeksi otak).

14 14 Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka tindakan fungsi lumbal dikerjakan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Bayi < 12 bulan: diharuskan 2. Bayi antara bulan: dianjurkan 3. Bayi > 18 bulan: tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda menigitis e. Pemeriksaan rekam otak (EEG): tidak direkomendasikan, kecuali pada kejang demam yang tidak khas (misalnya kejang demam komplikasi pada anak usia > 6 tahun atau kejang demam fokal) (Darto, 2013). Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosinya baik dan tidak perlu menyebabkan kematian. Angka kejadian berbeda-beda tergantung dari cara penelitiannya (Lumbantobing 2007) mendapat 6%. Sedangkan (Livingstone 2008) dari golongan kejang demam sederhana mendapatkan 2,9% yang menjadi epilepsi, dan golongan epilepsi yang diprovokasi oleh demam ternyata 97% menjadi epilepsi. Risiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang tergantung dari faktor: 1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga. 2. Kelainan dalam perkembangan atau kelianan saraf sebelum balita menderita kejang demam. 3. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal. Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut diatas, maka di kemudian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13% dibanding bila hanya terdapat 1 bila hanya terdapat 1 atau tidak sama sekali. Faktor tersebut diatas,

15 15 serangan kejang tanpa demam hanya 2-3% saja. Hemiparesis biasanya terjadi pada pasien yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari 30 menit) baik bersifat umum atau fokal. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mulamula kelumpuhan bersifat flaksid, tetapi setelah 2 minggu timbul spasitas (Ngastiyah, 2005) Gambaran Klinis Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, misalnya bronchitis, furunkulosis. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam berlangsung singkat. Umumnya kejang berhenti sendiri, begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun sadar kembali tanpa adanya kelaianan saraf. Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Menghadapai balita dengan demam kejang, mungkin timbul pertanyaan sifat kejang atau gejala yang manakah yang mengakibatkan balita menderita epilepsi (Ngastiyah, 2005). Untuk itu Living-Ston membuat kriteria dan membagi demam kejang atas 2 golongan yaitu: 1. Demam kejang sederhana (simple fibrile convulsion). 2. Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered off fever).

16 Komplikasi Kerusakan sel otak yaitu meningitis adalah sebuah kondisi ketika selaput (meningitis) yang mengelilingi system saraf pusat, yaitu otak dan sum-sum tulang belakang mengalami peradangan sehingga menyebabkan kecerdasan dan perkembangan tidak optimal. Kelumpuhan terjadi pada penderita yang mengalami demam kejang yang lama (berlangsung setengah jam) baik bersifat umum maupun kejang fokal. Dan penurunan IQ pada anak yang sebelumnya mengalami gangguan perkembangan atau kelainan neurologic ditemukan IQ yang lebih rendah, menyebabkan gangguan belajar dan tingkah laku tidak terbukti muncul pada anak dengan riwayat kejang (Lumbantobing, 2007). Kejang demam dapat mengakibatkan (Sofwan, 2011): 1. Komplikasi sangat jarang ditemui setelah kejang demam. 2. Kecacatan atau gangguan neurologis, gangguan perkembangan, dan kematian pun belum pernah dilaporkan. 3. Epilepsi dapat terjadi, tetapi jarang (hanya pada sekitar 4% kasus, terutama jenis kejang demam kompleks) Penanganan Pengobatan Medis Penatalaksanaan yang dilakukan saat pasien di rumah sakit antara lain: 1. Saat timbul kejang maka penderita diberikan diazepam intravena secara perlahan dengan panduan dosis untuk berat badan yang kurang dari 10 kg dosisnya 0,5-0,75 mg/kg BB, di atas 20 kg 0,5 mg/kg BB. Dosis rata-rata yang diberikan

17 17 adalah 0,3 mg/kg BB. Dosis rata-rata yang diberikan adalah 0,3 mg/kg BB/kali pemberian dengan maksimal dosis pemberian 5 mg pada anak kurang dari 5 tahun dan maksimal 10 mg pada anak yang berumur lebih dari 5 tahun. Pemberian tidak boleh melebihi 50 mg persuntikan. 2. Setelah pemberian pertama diberikan masih timbul kejang 15 menit kemudian dapat diberikan injeksi diazepam secara intravena dengan dosis yang sama. Apabila masih kejang maka di tunggu 15 menit lagi kemudian diberikan injeksi diazepam ketiga dengan dosis yang sama secara intramuskuler. 3. Pembebasan jalan nafas dengan cara kepala dalam posisi hiperektensi miring, pakaian dilonggarkan, dan pengisapan lendir. 4. Pemberian oksigen, untuk membantu kecukupan perfusi jaringan. 5. Pemberian cairan intravena untuk mencukupi kebutuhan dan memudahkan dalam pemberian terapi intravena. Dalam pemberian cairan intravena pemantauan intake dan output cairan selama 24 jam perlu dilakukan, karena pada penderita yang berisiko terjadinya peningkatan tekanan intrakranial kelebihan cairan dapat memperberat penurunan kesadaran pasien. Selain itu pada pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial juga pemberian cairan yang mengandung natrium (NaCl) perlu dihindari. Kebutuhan cairan rata-rata untuk anak terlihat pada tabel sebagai berikut:

18 18 Tabel 2.1. Kebutuhan Cairan Rata-rata Untuk Anak Balita Umur BB kg Kebutuhan Cairan/Kg BB 0 3 Hari hari 3, bulan bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun Pemberian kompres air es untuk membantu menurunkan suhu tubuh dengan metode konduksi yaitu perpindahan panas dari derajat yang tinggi (suhu tubuh) ke benda yang mempunyai derajat lebih rendah. Kompres diletakkan pada jaringan penghantar panas yang banyak seperti anyaman kelenjar limfe di ketiak, leher, lipatan dada, serta area pembuluh darah yang besar seperti leher. Tindakan ini dapat dikombinasikan dengan pemberian antipiretik seperti prometazon 4-6 mg/ kg BB/hari (terbagi dalam 3 pemberian). 7. Apabila terjadi peningkatan tekanan intrakranial maka perlu diberikan obatobatan untuk mengurangi edem otak seperti deksametason 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik. Posisi kepala hiperektensi tetapi lebih tinggi dari anggota tubuh yang lain dengan cara menaikkan tempat tidur bagian kepala lebih tinggi kurang lebih 15 (posisi tubuh pada garis lurus).

19 19 8. Untuk pengobatan setelah pasien bebas dari kejang pasca pemberian diazepam, maka perlu diberikan obat fenobarbital dengan dosis awal 30 mg pada neonatus, 50 mg pada anak usia 1 bulan - 1 tahun, 75 mg pada anak usia 1 tahun keatas dengan teknik pemberian intramuscular. 9. Pengobatan penyebab karena yang menjadi penyebab timbulnya kejang adalah kenaikan suhu tubuh akaibat infeksi seperti di telinga, saluran pernafasan, tonsil maka pemeriksaan kultur jaringan, pemeriksaan gram bakteri serta pemeriksaan penunjang lain untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang menjadi penyebab infeksi sangat perlu dilakukan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memilih jenis antibiotic yang cocok diberikan pada pasien anak dengan kejang demam. (Sujono, 2009) Penanganan Kejang Demam Non Medis 1. Tenangkan diri anda dan jangan panik. Langkah pertama sangat penting karena akan membantu langkah berikutya. 2. Lepaskan atau longgarkan pakaian balita agar ia dapat bernafas dengan baik. 3. Posisikan kepala balita miring ke satu sisi jika balita terlihat muntah atau mengeluarkan lender atau liur dari mulutnya agar balita tidak tersedak. Posisi miring memastikan lidah tidak menutupi jalan nafas. 4. Jauhkan balita dari benda tajam di sekitar balita agar tidak menabrak bendabenda lainnya. 5. Jangan memasukkan benda apa pun ke dalam mulutnya (sendok, jari, pen, dll). Banyak orangtua yang takut lidah anaknya tergigit (karena pada saat kejang anak

20 20 mengatup-ngatupkan giginya dengan kuat), tetapi memasukkan benda ke dalam mulut justru malah merugikan karena dapat membuat balita trauma berdarah. Resiko lidah tergigit sangat kecil, dan sekali pun tidak mengakibatkan sesuatu yang serius, seperti lidah putus. 6. Bila anda memiliki obat kejang (diazepam) yang dimasukkan lewat anus segera masukkan ke dalm anus. Perhitungan dosis yang mudah adalah jika berat badan 10 kg, gunakan dosis 5mg, sedangkan jika berat badan anak 10 kg, gunakan dosis 10 mg. masukkan ujung tip dosis dan pencet sampai obatnya habis. Diazepam per rectal dapat diulang 5 menit kemudian bila kejang belum berhenti. 7. Anda tidak perlu menahan gerakan kejangnya secara berlebihan, karena nanti akan berhenti dengan sendirinya. 8. Cobalah untuk mengukur suhu tubuh balita, menghitung lama kejang, dan bagaimana kejangnya, catat hasilnya. 9. Umumnya, setelah kejang berhenti balita akan tertidur. Kompres dengan air hangat untuk menurunkan panas tubuhnya. 10. Jangan sekali-kali mencoba untuk memasukkan minuman, makanan, atau obat, baik pada saat kejang maupun sesaat balita berhenti kejang, Karena balita dapat tersedak dan menimbulkan akibat yang lebih serius. 11. Bawa anak ke dokter bila kejang tidak berhenti atau kejang berlansung cukup lama ( 5 menit) (Sofwan, 2011).

21 Pengobatan Profilaksis Jangka Panjang 1. Pencegahan Berkala (Intermiten) Untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3 mg/kg BB/dosis PO dan antipiretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam. 2. Pencegahan Kontiniu Untuk kejang demam komplikata dengan Asam Valproat mg/kg BB/hari PO dibagi dalam 2-3 dosis. (Darto, 2013) Pengobatan Profilaksis Jangka Pendek 1. Pengobatan profilaksis jangka pendek untuk menurunkan demam dengan pemberian obat antiretika seperti paracetamol 10 mg/kg/bb dosis melalui oral atau minum. 2. Bisa juga dengan pemberian obat jenis ibuprofen 5-10 mg/kg/bb dosis PO, keduanya diberikan 3-4 kali perhari. 3. Pemberian kompres sebaiknya dilakukan dengan segera bila suhu > 39 C lakukan kompres dengan air hangat, bila suhu > 38 C cukup melakukan kompres dengan air biasa. 4. Pemberian diazepam juga bisa diberikan secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg/bb/hari dibagi dalam 3 dosis saat anak demam (Sri, 2013).

22 Karakteristik Balita Demam Kejang Kejang demam bersifat simetris, artinya akan terlihat lengan dan tungkai kiri yang kejang sama seperti yang kanan, usia balita antara 6 bulan-4 tahun dengan suhu 100 F (37,78 C) lamanya kejang berlangsung 30 menit. Keadaan fungsi saraf normal dan setelah kejang juga tetap normal (Lumbantobing, 2007). Menurut Consensus Statement On Febrile Seizures (2004), kejang demam adalah suatu kejadian pada balita atau anak biasaya terjadi antara umur 3 bulan-5 tahun. Berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu kejang demam terjadi pada 2-4 % balita berumur 6 bulan-5 tahun balita yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 5 tahun mengalami kejang di dahului demam kemungkinan lain misalanya infeksi SSP atau epilepsi. Pada umumnya, kejang demam terjadi berulang kali, tetapi tidak di hari yang sama. Pada usia 6 bulan ke atas, seorang balita yang pernah sekali mengalami kejang demam memilki risiko untuk mengalami hal serupa hingga sekitar usia 5 tahun. Dan pada umumnya, kejang sudah jarang terjadi di atas usia 5 tahun (Sofwan, 2011) Umur a. Sebanyak 3% balita berumur di bawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam. b. Insiden tertinggi terjadi pada usia 2 tahun dan menurun setelah 4 tahun, jarang terjadi pada balita di bawah usia 6 bulan atau lebih dari 5 tahun.

23 23 c. Serangan pertama biasanya terjadi dalam 2 tahun pertama dan kemudian menurun dengan bertambahnya umur. Hirtz dan Nelson 2009 mengemukakan bahwa usia rata-rata mulainya kejang demam berkisar antar bulan (Lumbantobing, 2007) Jenis Kelamin Kejang demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada perempuan dengan perbandingan 2:1. Hal ini mungkin disebabkan oleh maturasi serebral yang lebih cepat pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Dari berbagai hasil penelitian didapatkan bahwa kejang demam lebih sering di jumpai pada balita laki-laki dari pada perempuan, dengan perbandingan yang berkisar antara 1,4:1 dan 1,2:1. Dari 122 penderita kejang demam oleh Miyake (1992) terdapat 60 adalah laki-laki dan 52 perempuan (Lumbantobing, 2007) Suhu Badan Suhu yang berperan atau suhu yang dapat mencetuskan serangan kejang ialah suhu sebelum terjadinya serangan kejang. Tingginya suhu badan segera setelah terjadinya kejang (dalam waktu 15 menit) pada 201 penderita kejang demam. Suhu rata-rata yang diambil secara rectal, ialah 39,0 C, dengan rentangan 37,8-41,5 C (Lumbantobing, 2007). Kenaikan suhu tubuh adalah syarat mutlak terjadinya kejang demam. Tinggi suhu tubuh pada saat timbul serangan merupakan nilai ambang kejang. Ambang kejang berbeda-beda untuk setiap anak, berkisar antara 38,3-41,4 C. Adanya perbedaan ambang kejang ini menerangkan mengapa pada seorang anak baru timbul

24 24 kejang setelah suhu tubuhnya meningkat sangat tinggi sedangkan pada anak yang lain kejang sudah timbul walaupun suhu meningkat tidak terlalu tinggi. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam akan lebih sering pada anak dengan nilai ambang kejang yang rendah (Lumbantobing, 2007) Riwayat Kejang Sebelumnya Riwayat kejang demam pada balita berdasarkan riwayat kejang demam sebelumnya yang sering terjadi terdapat serangan kejang tertinggi adalah 1 kali. Salah satu hal yang merupakan faktor risiko berulangnya kejang demam yaitu usia < 15 bulan pada saat menderita demam kejang pertama. Adanya perbedaan riwayat kejang demam sebelumnya ini menerangkan bahwa dari usia balita < 15 bulan, lebih banyak yang mengalami riwayat kejang sebelumnya dan sedikit yang mengalami riwayat kejang sebelumnya ketika balita berumur > 15 bulan Kerangka Konsep Penelitian Karakteristik Balita Dengan Demam Kejang yaitu: 1. Umur 2. Jenis kelamin 3. Suhu badan 4. Riwayat kejang sebelumnya

25 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui karakteristik balita dengan demam kejang di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Lokasi Dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kab.Deli Serdang. Lokasi ini dipilih karena di RSUD Deli Serdang terdapat banyak kasus pada balita yang mengalami demam kejang sebesar 52% Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang mengalami demam kejang di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kabupaten Deli serdang pada bulan Maret Mei 2014 sebanyak 52 orang balita. 25

26 Sampel Besar sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sebagai sampel (total sampling) yaitu 52 balita (Notoatmodjo, 2010) Metode Pengumpulan Data Jenis Data a. Data Sekunder Data sekunder data yang diperoleh dari RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Definisi Operasional 1. Umur adalah lamanya hidup seseorang yang dihitung dari kelahiran sampai dengan saat ini yang diukur dengan angka. Kategori Umur: 1. 4 minggu 2. < 1 tahun tahun 4. > 3-5 tahun 2. Jenis Kelamin adalah jenis kelamin balita yang mengalami demam kejang di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang, yaitu: Kategori Jenis Kelamin: 1. Laki-laki 2. Perempuan

27 27 3. Suhu Badan adalah temperatur suhu badan balita yang mengalami demam kejang di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Kategori Suhu Badan: 1. > 38-38,9 C ,9 C C ( G.Herlitz ) 4. Riwayat kejang sebelumnya adalah riwayat kejang balita yang mengalami demam kejang di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Kategori Riwayat Kejang Sebelumnya: Apakah balita ibu pernah mengalaminya: ya atau tidak kali kali 3. > 3 kali 3.6. Pengolahan Data Dan Analisa Data Pengolahan Data Langkah langkah dalam mengelola data menurut Notoatmodjo (2010), adalah sebagai berikut: 1. Editing (Seleksi Data) Data yang telah dikumpulkan, dilakukan pengecekan dan perbaikan apabila kesalahan data atau data kurang lengkap.

28 28 2. Coding (Pemberian Kode) Hasil jawaban dari satu pertanyaan diklasifikasikan dengan member kode sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan sebelumnya. 3. Tabulating (Pengelompokan Data) Mengelompokkan data kedalam suatu tabel tentu di kumpulkan kedalam master tabel atau data base computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana. 4. Data Entry Adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana. 5. Cleaning (Pembersih Data) Pengecekan data kembali untuk kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya. Kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi Analisa data 1. Analisa Univariat Analisa data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi umur, jenis kelamin, suhu badan dan riwayat kejang sebelumnya.

29 29 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Deli Serdang Medan merupakan sebuah rumah sakit pemerintah yang dikelola Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara, terletak di lahan yang luas di pinggiran kota Lubuk Pakam Deli Serdang,Jl.Thamrin, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang. Rumah Sakit Umum Deli Serdang mulai berfungsi sejak tanggal 03 Februari 1964 dengan pelayanan rawat jalan dan untuk pelayanan rawat inap baru. RSUD Deli Serdang termasuk Rumah Sakit Umum kelas B. 1. Visi RSUD Deli Serdang a. Visi RSUD Deli Serdang adalah pelayanan yang unggul dalam mutu prima dalam pelayanan dan menjadi pusat rujukan. b. Pelayanan kesehatan yang paripurna dan pro aktif untuk mewujudkan masyarakat sehat. 2. Misi RSUD Deli Serdang a. Memberikan pelayanan yang professional, terjangkau, mudah, serta bertanggung jawab. b. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan kuwantitas SDM maupun sarana dan prasarana sesuai kebutuhan secara universal terarah dan berkesinambungan. 29

30 30 c. Mengembangkan system administrasi informasi, dan komunikasi serta pengelolaan data dan pelaporan secara cepat dan akurat. d. Membina dan mengembangkan hubungan kerja sama sektor pelayanan kesehatan pendidikan, penelitian, dan lingkungan dengan instansi, perusahaan, lembaga, pendidikan, serta lembaga sosial. e. Meningkatkan serta mengembangkan system management yang transparan serta akomodatif, dan responsif Analisa Univariat Analisa univariat dalam penelitian ini adalah terdiri dari umur, jenis kelamin, suhu badan dan riwayat kejang sebelumnya dan dapat dilihat pada tabel berikut: Distribusi Frekuensi Umur Balita yang Mengalami Demam Kejang di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Untuk melihat umur balita dengan demam kejang berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Balita yang Mengalami Demam Kejang di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang No Status Umur F % >4 minggu- <1 tahun 1-3 tahun >3-5 tahun ,9 53,9 19,2 Total Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa angka kejadian demam kejang lebih banyak terjadi pada balita umur 1-3 tahun sebanyak 28 balita (53,9 %) dan lebih sedikit pada balita umur > 3-5 tahun sebanyak 10 balita (19,2 %).

31 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Balita yang Mengalami Demam Kejang di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Untuk melihat karakteristik balita dengan demam kejang berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Balita yang Mengalami Demam Kejang di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang No Jenis Kelamin F % 1 2 Laki-laki Perempuan ,4 36,6 Total Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jenis kelamin balita yang mengalami demam kejang lebih banyak dengan laki-laki sebanyak 33 orang (63,4%) dan lebih sedikit dengan perempuan sebanyak 19 orang (36,6%) Distribusi Frekuensi Suhu Badan Balita yang Mengalami Demam Kejang di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Untuk melihat karakteristik balita dengan demam kejang berdasarkan suhu badan dapat dilhat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Suhu Badan Balita yang Mengalami Demam Kejang di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang No Suhu Badan F % > C > C > C 40 C ,0 52,0 19,2 5,8 Total

32 32 Berdaskan tabel di atas dapat dilihat, bahwa suhu badan balita yang megalami demam kejang lebih banyak dengan suhu badan > C yaitu 27 orang (52,0%) dan lebih sedikit dengan suhu 40 C yaitu 3 penderita (5,8%) Distribusi Frekuensi Riwayat Kejang Sebelumnya Pada Balita yang mengalami Demam Kejang di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Untuk melihat karakteristik balita dengan demam kejang berdasarkan riwayat kejang sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Riwayat Kejang Sebelumnya Pada Balita yang Mengalami Demam Kejang di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang No Riwayat Kejang Demam Sebelumnya F % 1 kali 27 51,9 2-3 kali 16 30,7 > 3 kali 9 17,4 Total Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat, bahwa riwayat demam kejang lebih banyak dengan kejang 1 kali sebanyak 27 balita (51,9%), dan lebih sedikit dengan kejang > 3 kali sebanyak 9 balita (17,4%).

33 33 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Umur Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang mengalami demam kejang lebih banyak dengan umur 1-3 tahun sebesar (53,9%) dan lebih sedikit dengan umur > 3-5 tahun sebesar (19,2%). Faktanya dapat disimpulkan bahwa semakin rendah umur balita di usia 1-3 tahun semakin banyak yang mengalami demam kejang dan lebih sedikit pada umur > 3-5 tahun yang mengalami demam kejang dan ada kaitannya dengan tingkat kematangan otak pada usia < 2 tahun. Hal ini terjadi karena serangan pertama biasanya terjadi dalam 2 tahun pertama dan kemudian menurun dengan bertambahnya umur (Lumbantobing, 2007). Hal ini sesuai menurut Hirzt Dan Nelson, pada tahun 2009 mengemukakan bahwa usia rata-rata mulainya demam kejang berkisar antara bulan, dan Menurut Aicardi dokter yang sekarang PKL di RSUD Deli Serdang melaporkan usia rata-rata penderita kejang demam berkisar antara bulan, dan sedikit dijumpai juga pada usia yang lebih tua yaitu, setelah usia 5-6 tahun (Lumbantobing, 2007). Menurut asumsi peneliti setelah melakukan penelitian pada balita yang mengalami demam kejang di RSUD Deli Serdang ini, terdapat bahwa usia 1-3 tahun balita yang mempengruhi terjadinya demam kejang karena dipikirkan secara logika dimana umur balita yang yang sedemikian ada kaitannya dengan tingkat kematangan 33

34 34 otak. Tingkat kematangan dalam bidang pertumbuhan, perkembangan, dan tingkat kematangan otak Jenis Kelamin Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang mengalami demam kejang lebih banyak dengan jenis kelamin laki-laki sebesar (63,4%) dan lebih sedikit pada balita jenis kelamin perempuan sebesar (36,6%). Hal ini mungkin disebabkan oleh maturasi serebral yang lebih cepat pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang di teliti oleh Miyake 1992, yang terdapat dalam buku (Lumbantobing, 2007) didapatkan bahwa kejang demam lebih sering dijumpai pada anak laki-laki dari pada perempuan, dengan perbandingan yang berkisar antara 1,4:1 dan 1,2:1 dari 122 penderita kejang demam, 60 adalah lakilaki dan 52 perempuan. Menurut asumsi peneliti setelah melakukan penelitian pada balita yang mengalami demam kejang di RSUD Deli Serdang ini, lebih banyak jenis kelamin dengan laki-laki sebanyak 33 orang (63,4%) dan lebih sedikit dengan perempuan sebanyak 19 orang (36,6%). Berdasarkan pernyataan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa balita yang mengalami demam kejang lebih banyak jenis kelamin laki-laki, dan lebih sedikit jenis kelamin perempuan disebabkan oleh kematangan otak yang lebih cepat pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Maka dari itu demam kejang lebih sering yang mengalami pada balita berjenis kelamin laki-laki.

35 Suhu Badan Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang mengalami demam kejang lebih banyak dengan suhu badan > C sebesar (52,0%) dan lebih sedikit dengan suhu badan 40 C sebesar (5,8%). Pada orang dewasa kira-kira 18% dari sirkulasi total tubuh pergi ke otak. Pada anak yang berusia 3 tahun angka ini jauh lebih tinggi yaitu sekitar 65%. Pada anak berusia lebih muda angka ini lebih tinggi lagi. Bila suhu tubuh meningkat beberapa derajat, aliran darah harus pula ditingkatkan untuk menjaga agar pasokan oksigen dan glukosa ke otak tetap cukup. Bila peningkatan aliran darah tidak mencukupi dapat memicu terjadinya kejang pada balita. Penelitian ini sejalan dengan yang terdapat di buku Lumbantobing, 2007 dikatakan bahwa berbagai pakar belum menentukan batasnya, pada kebanyakan penelitian klinis digunakan batas suhu 38 C yang diambil per rectum (pengambilan suhu badan melalaui dubur). Sebenarnya, suhu yang berperan atau suhu yang dapat mencetuskan serangan kejang ialah suhu sebelum terjadinya serangan kejang. Menurut Friederichsen dan Melchoir 2007, dalam penelitiannya membagi anak yang demam dalam 2 kelompok, yaitu yang mempunyai suhu di bawah 39 C yang di atasnya.didapatkannya bahwa insiden kejang demam balita dengan demam kejang yang bersuhu di bawah 39 C ialah 6,3% dan yang di atasnya ialah 19%. Menurut asumsi peneliti melakukan penelitian dengan berdasarkan tabel 4.3. suhu badan balita dengan demam kejang di RSUD Deli Serdang lebih banyak 27

36 36 balita dengan suhu badan > C (52,0%) dan lebih sedikit pada balita sebanyak 3 balita dengan suhu 40 C (5,8%) Riwayat Kejang Sebelumnya Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang mengalami demam kejang lebih banyak dengan kejang 1 kali sebesar (51,9%) dan lebih sedikit dengan kejang > 3 kali sebesar (17,4%). Penelitian ini sejalan dengan dengan yang terdapat Lumbantobing, 2007 dikatakan bahwa salah satu hal yang merupakan faktor resiko berulangnya kejang demam yaitu usia anak < 15 bulan pada saat menderita kejang demam pertama. Dari 30 balita penderita kejang demam yang memiliki status riwayat kejang demam sebelumnya terdapat 66,7% penderita mengalami demam kejang pertama ketika berumur < 15 bulan, 10% penderita mengalami demam kejang pertama ketika berumur > 15 bulan dan sisanya 23,3% tidak diketahui. Menurut asumsi peneliti melakukan penelitian dengan berdasarkan tabel 4.4. dapat dilihat riwayat kejang sebelumnya pada balita dengan demam kejang di RSUD Deli Serdang terdapat 27 balita dengan riwayat kejang sebanyak 1 kali (51,9%) dan lebih sedikit terdapat 9 balita yang mengalami riwayat kejang sebelumnya sebanyak > 3 kali (17,4%). Berdasarkan pernyataan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa balita usia < 1 tahun makin muda usia anak ketika kejang pertama, maka makin besar kemungkinan rekurensinya bila serangan pertama pada anak usia < 1 tahun sebesar 50% dan usia > 1 tahun sebesar 28%.

37 37 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Umur balita yang mengalami demam kejang 1-3 tahun sebanyak 14 orang (26,9%) dan lebih sedikit umur > 3-5 tahun sebanyak 10 orang (19,2%). 2. Jenis kelamin balita yang mengalami demam kejang lebih banyak pada laki-laki sebanyak 33 orang (63,4%) dan lebih sedikit pada perempuan sebanyak 19 orang (36,6%). 3. Suhu badan balita yang mengalami demam kejang lebih banyak pada suhu >37 C-38 C 27 orang (52,0%) dan lebih sedikit pada suhu >40 C sebanyak 3 orang (5,8%). 4. Riwayat kejang sebelumnya pada balita yang mengalami demam kejang lebih banyak selama 1 kali sebanyak 27 orang (51,9%) dan lebih sedkit pada >3 kali sebanyak 9 orang (17,5%). 37

38 Saran 1. Diharapkan kepada orang tua balita umur 1-3 tahun agar waspada apabila balita mengalami demam segera di berikan obat dan bila terjadi kejang segera di bawa ke Rumah Sakit terdekat. 2. Diharapakan kepada orang tua balita lebih memperhatikan kesehatan anaknya untuk mencegah terjadinya demam kejang terutama pada balita dengan jenis kelamin laki-laki. 3. Diharapkan kepada orang tua balita yang mengalami demam dengan suhu >38-39 C agar memperhatikan kondisi balitanya untuk mencegah terjadi demam kejang dan segera dibawa ke Rumah Sakit. 4. Diharapkan kepada orang tua balita yang pernah mengalami demam kejang sebelumnya akan lebih memperhatikan kondisi dan kesehatan balitanya agar tidak terulang demam kejang kembali.

39 39 DAFTAR PUSTAKA Cristopher, Penderita Demam Kejang, Dessy, Q & A (Question & Answers) Baby And Child Healt. hak cipta 2010 pada G- media FK USU / RS H. Adam Malik Medan, Ilmu kesehatan anak. IDAI, Demam Kejang Balita, http;// IDA, Demam Kejang Balita, http;//digilit.unimus.ac.id Karimzadeh, Angka Kejadian Demam Kejang. Kuncoro, Angka Kematian Demam Kejang. Kamus-kedokteran blogspot.com Lumbantobing, SM Penatalaksanaan mukhtahir kejang pada anak, Jakarta : FKUI Lumbantobing, Kejang Demam (Febrile Convulsion). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Maulana, Keperawatan Anak Sakit. Penerbit buku keperawatan, Jakarta Ngastiyah edisi 2, Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku kedokteran Jakarta: EGC. Notoatmodjo, Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta Darto, Perawatan Anak Sakit, penerbit buku kedokteran, Jakarta: EGC. RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang, Sofwan, Cara Tepat Atasi : Kejang Pada Anak. PT. buhana ilmu popular. Syafini, Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU. Sujono, Asuhan Keperawatan Pada Anak. penerbit buku kedokteran, Jakarta: EGC. Selamihardja, Demam Kejang.

40 40 Soetomenggolo, Kejadian Demam Kejang. Elvanam dkep.blogspot.com Sabrina, Buku Keperawatan Anak Balita, Penerbit Buku Kedokteran Jakarta :EGC Schwartz, Kejang Demam (Febrile Convulsion) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Sri, Kejang demam pada anak, penerbit buku kedokteran Jakarta EGC Vestergraard, Demam Kejang Pada Anak.

41 41 DAFTAR CHEK LIST UNTUK PENGUMPULAN DATA TENTANG KARAKTERISTIK BALITA DENGAN DEMAM KEJANG DI RSUD DELI SERDANG 1. Data Umum a. Register b.tanggal masuk 2. Data khusus karakteristik balita dengan demam kejang di RSUD Deli Serdang a. Umur 1. > 4 minngu - < 1 tahun tahun 3. > 3-5 tahun b. Jenis Kelamin 1. Laki- laki 2. Perempuan c. Suhu Badan 1. > 36 C-38 C 2. > 38 C-39 C 3. > 39 C-40 C 4. > 40 C

42 42 d. Riwayat kejang sebelumnya Apakah balita ibu pernah mengalaminya? 1. 1 kali kali 3. > 3 kali ya Tidak

43 43 MASTER DATA BALITA DENGAN KEJADIAN DEMAM KEJANG DI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM KAB. DELI SERDANG No Umur Jenis Kelamin Suhu Badan Riwayat penyakit Kejang sebelumnya

44

45 45 Frequency Table Umur Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 4 minggu <1 tahun tahun Total Jenis Kelamain Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid laki laki Perempuan Total Suhu Badan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid > 38-38, , > Total Riwayat Kejang Sebelumnya Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Ya tidak Total

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh proses BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kejang Demam Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh proses

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Menurut Fadila, Nadjmir dan Rahmantini (2014), dan Deliana (2002), kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia mempunyai dua faktor yang berpengaruh besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia mempunyai dua faktor yang berpengaruh besar terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai dua faktor yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan anak yaitu gizi dan infeksi. Saat ini 70% kematian balita disebabkan karena pneumonia, campak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kejang demam adalah kejang yang terjadi karena adanya suatu proses ekstrakranium tanpa adanya kecacatan neurologik dan biasanya dialami oleh anak- anak.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kejang Demam 2.1.1. Definisi Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,4 o C tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit

Lebih terperinci

KELOMPOK E DEPERTEMEN ANAK SRIYANTI B. MATHILDIS TAMONOB RANI LEKSI NDOLU HARRYMAN ABDULLAH

KELOMPOK E DEPERTEMEN ANAK SRIYANTI B. MATHILDIS TAMONOB RANI LEKSI NDOLU HARRYMAN ABDULLAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEJANG DEMAM SEDERHANA (KDS) KELOMPOK E DEPERTEMEN ANAK SRIYANTI B. MATHILDIS TAMONOB RANI LEKSI NDOLU HARRYMAN ABDULLAH PENGERTIAN KDS adalah demam bangkitan kejang yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%). pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara bulan.

BAB 1 PENDAHULUAN. (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%). pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara bulan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38ºC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial (Lumbantobing, 1995). Dari. tubuh yang disebabkan oleh karena proses ekstrakranial.

BAB I KONSEP DASAR. ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial (Lumbantobing, 1995). Dari. tubuh yang disebabkan oleh karena proses ekstrakranial. BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Kejang demam adalah suatu kondisi saat tubuh anak sudah tidak dapat menahan serangan demam pada suhu tertentu (Widjaja, 200 1). Kejang demam adalah kejang yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 C) akibat suatu proses ekstrakranium tanpa adanya infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak setiap orang dan investasi untuk keberhasilan pembangunan suatu negara. 1 Oleh karena itu, dilaksanakan pembangunan kesehatan yang diarahkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Kejang Demam 2.1.1. Definisi Kejang demam berdasarkan definisi dari The International League Againts Epilepsy (Commision on Epidemiology and Prognosis, 1993)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini disebabkan oleh demam dimana terdapat kenaikan suhu

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN PENDAHULUAN Bayi muda : - mudah sekali menjadi sakit - cepat jadi berat dan serius / meninggal - utama 1 minggu pertama kehidupan cara memberi pelayanan

Lebih terperinci

Biasanya Kejang Demam terjadi akibat adanya Infeksi ekstrakranial, misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas

Biasanya Kejang Demam terjadi akibat adanya Infeksi ekstrakranial, misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM PADA ANAK B. ETIOLOGI Biasanya Kejang Demam terjadi akibat adanya Infeksi ekstrakranial, misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas C. PATOFISIOLOGI Peningkatan

Lebih terperinci

KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING

KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING Pasaribu AS 1) 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ABSTRAK Latar Belakang. Kejang adalah peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sudah semestinya kita dapat menjaga dengan senantiasa memperhatikan kebutuhan dan kesehatannya. Sehat berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama, tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. sama, tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejang demam merupakankelainan neurologis yang paling sering terjadi pada anak, 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini dikarenakan, anak yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.07 WIB Ny Y datang ke RSUD Sukoharjo dengan membawa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kejang Demam Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas C) 38 tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan

Lebih terperinci

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Oleh : Agus Triyono, M.Kes Pengertian Kedaruratan medis adalah keadaan non trauma atau disebut juga kasus medis. Seseorang dengan kedarutan medis dapat juga terjadi cedera.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (American Academy of Pediatrics, 2008). Penyebab demam pada pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. (American Academy of Pediatrics, 2008). Penyebab demam pada pasien BAB 1 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Kejang Demam adalah kejang pada anak sekitar usia 6 bulan sampai 6 tahun yang terjadi saat demam yang tidak terkait dengan kelainan intrakranial, gangguan metabolik,

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. dengan peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses. ekstrakranium (Staf Pengajar IKA FKUI, 1997: 847).

BAB I KONSEP DASAR. dengan peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses. ekstrakranium (Staf Pengajar IKA FKUI, 1997: 847). BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997: 229). Kejang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma kepala (cedera kepala) adalah suatu trauma mekanik yang secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi neurologis,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

Kejang Demam (KD) Erny FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Kejang Demam (KD) Erny FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Kejang Demam (KD) Erny FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Tingkat kompetensi : 4 Kompetensi dasar : mampu mendiagnosis dan melakukan tatalaksana secara paripurna Sub-kompetensi : Menggali anamnesa untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, kemampuan, dan kepribadiannya. Lebih lanjut, seorang anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, kemampuan, dan kepribadiannya. Lebih lanjut, seorang anak adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua orang yang peduli terhadap keselamatan anak sejak konsepsi sampai masa dewasa, mempunyai tujuan utama bagaimana mempertahankan perkembangan otak yang normal. Bahaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang dapat berakibat fatal dan dapat mengakibatkan kematian pada penderita dalam waktu yang relatif singkat.penyakit

Lebih terperinci

Algoritme Tatalaksana Kejang Akut dan Status Epileptikus pada Anak

Algoritme Tatalaksana Kejang Akut dan Status Epileptikus pada Anak Algoritme Tatalaksana Kejang Akut dan Status Epileptikus pada Anak Yazid Dimyati Divisi Saraf Anak Departemen IKA FKUSU / RSHAM Medan UKK Neurologi / IDAI 2006 Pendahuluan Kejang merupakan petunjuk adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. 1,2 Demam

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. 1,2 Demam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan demam dan usia, serta tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. 1,2 Demam adalah kenaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. ISPA dapat diklasifikasikan menjadi infeksi saluran

Lebih terperinci

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Pedologi Cedera Otak dan Penyakit Kronis Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Apakah yang Dimaksudkan dengan Kelumpuhan Otak itu? Kelumpuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J,

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kraniotomy adalah operasi untuk membuka tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J, 2005). Pembedahan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Anak subbidang neurologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah kelainan struktur dan fungsi pada jantung yang muncul pada saat kelahiran. (1) Di berbagai negara maju sebagian besar pasien PJB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat inflamasi pada ruang subarachnoid yang dibuktikan dengan pleositosis cairan serebrospinalis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak (Junaidi, 2011). Menurut Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular adalah sistem organ pertama yang berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kejang Demam 1. Definisi Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakaranium

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II Catatan Fasilitator Rangkuman Kasus: Agus, bayi laki-laki berusia 16 bulan dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten dari sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan cara memelihara kesehatan.upaya kesehatan masyarakat meliputi : peningkatan

Lebih terperinci

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun. DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN DEFINISI ETIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN DEFINISI ETIOLOGI BAB I PENDAHULUAN Banyaknya jenis status epileptikus sesuai dengan bentuk klinis epilepsi : status petitmal, status psikomotor dan lain-lain. Di sini khusus dibicarakan status epileptikus dengan kejang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. sucking. Responden yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan

BAB V PEMBAHASAN. sucking. Responden yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan BAB V PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, peneliti mengukur hubungan asfiksia neonatorum dengan daya reflek sucking bayi baru lahir umur 0 hari di RSUD Karanganyar menggunakan instrumen data rekam medis dan

Lebih terperinci

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No.32 Tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT A.HIPERKALEMIA a. pengertian JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT Hiperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi b. penyebab 1.pemakaian obat tertentu yang menghalangi pembuangan kalium oleh ginjal misalnya spironolakton

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci : Balita, Demam Kejang

ABSTRAK Kata Kunci : Balita, Demam Kejang ABSTRAK Demam kejang pada balita di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang memiliki tinggi angka kejadian sebesar 52% dengan karakteristik yang berbeda-beda berdasarkan umur, jenis kelamin,

Lebih terperinci

MENINGITIS. b. Anak Umur 2 Bulan Sampai Dengan 2 Tahun 1) Gambaran klasik (-).

MENINGITIS. b. Anak Umur 2 Bulan Sampai Dengan 2 Tahun 1) Gambaran klasik (-). MENINGITIS A. Definisi Meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau semua apisan selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. melakukan penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap Ibu Primigravida Terhadap Tanda-

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. melakukan penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap Ibu Primigravida Terhadap Tanda- 55 Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bernama Nurjannah/105102085 adalah mahasiswa Program Studi D- IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun juga sehat rohani juga perlu, seperti halnya di negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. namun juga sehat rohani juga perlu, seperti halnya di negara sedang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan merupakan suatu hal yang paling penting. Dengan hidup sehat kita dapat melakukan segala hal, sehat tidak hanya sehat jasmani saja namun juga sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 persentase jumlah penduduk berdasarkan usia di pulau Jawa paling banyak adalah

Lebih terperinci

Kejang Pada Neonatus

Kejang Pada Neonatus Kejang Pada Neonatus Guslihan Dasa Tjipta Emil Azlin Pertin Sianturi Bugis Mardina Lubis 1 DIVISI PERINATOLOGI Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan 2 Definisi : Kejang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi masalah serius di dunia kesehatan. Stroke merupakan penyakit pembunuh nomor dua di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian yang cukup tinggi dalam bidang neurologi dan menjadi masalah kesehatan oleh karena penderitanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), stroke didefinisikan sebagai gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat lebih dari

Lebih terperinci

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1 Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks

Lebih terperinci

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM PADA ANAK Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Ajar Keperawatan Anak. Pembimbing Klinik :

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM PADA ANAK Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Ajar Keperawatan Anak. Pembimbing Klinik : MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM PADA ANAK Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Ajar Keperawatan Anak Pembimbing Klinik : Pembimbing Akademik: Ns. Elsa Naviati, M.Kep, Sp.Kep.An

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Definisi Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai dengan hilangnya sirkulasi darah ke otak secara tiba-tiba, sehingga dapat mengakibatkan terganggunya

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG

BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG Rumah sakit merupakan tempat pelayanan kesehatan secara bio,psiko,sosial dan spiritual dengan tetap harus memperhatikan pasien dengan kebutuhan khusus dengan melakukan

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan anugerah Tuhan yang Maha Kuasa. Sudah semestinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan anugerah Tuhan yang Maha Kuasa. Sudah semestinya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan anugerah Tuhan yang Maha Kuasa. Sudah semestinya kita dapat menjaga dengan senantiasa memperhatikan kebutuhan dan kesehatannya. Sehat berarti suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerebrovaskular accident atau yang sering di sebut dengan istilah stroke adalah gangguan peredaran darah di otak yang mengakibatkan terganggunya fungsi otak yang berkembang

Lebih terperinci

Bagaimana menghadapi anak dengan kejang dan epilepsi ; Peran orangtua. dr. Setyo Handryastuti

Bagaimana menghadapi anak dengan kejang dan epilepsi ; Peran orangtua. dr. Setyo Handryastuti Bagaimana menghadapi anak dengan kejang dan epilepsi ; Peran orangtua dr. Setyo Handryastuti Obyektif Tahu apa yang harus dilakukan Orangtua dapat berperan serta dalam proses pengobatan Mensuport dan mendampingi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

Asfiksia. Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur

Asfiksia. Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur Asfiksia Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur 1 Tujuan Menjelaskan pengertian asfiksia bayi baru lahir dan gawat janin Menjelaskan persiapan resusitasi bayi baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair, dengan atau tanpa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular sekarang merupakan penyebab kematian paling

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular sekarang merupakan penyebab kematian paling BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular sekarang merupakan penyebab kematian paling umum di seluruh dunia. Penyakit kardiovaskular menyumbang hampir mendekati 40% kematian di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi di negara ASEAN dan SEARO tahun 2009 berkisar 2 sampai 68 per 1000 kelahiran hidup dimana negara Kamboja dan Myanmar memiliki angka kematian bayi

Lebih terperinci

Keterangan : P1,2,3,...P15 : Pertanyaan Kuesioner. : Jawaban Tidak Setuju. No. Urut Resp

Keterangan : P1,2,3,...P15 : Pertanyaan Kuesioner. : Jawaban Tidak Setuju. No. Urut Resp No. Urut Sikap Total Skor Kategori Umur Pendidikan Lama Kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 41 Positif 25 BIDAN 5 Tahun 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 22 Negatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit (PDPI,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan anak merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi yang

Lebih terperinci

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS 1. Ketuban pecah Dini 2. Perdarahan pervaginam : Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta Intra Partum : Robekan Jalan Lahir Post Partum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sebagaimana pernyataan Iskandar (2004) Stroke sering menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, ekonomi, dan sosial, serta membutuhkan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan.

BAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan. BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada subyek berumur 1-5 tahun. Pemilihan subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk pencegahan utama keracunan botulismus pada

Lebih terperinci

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4. KONSEP MEDIK A. Pengertian Mastoiditis Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 6

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 6 MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 6 TINDAK LANJUT Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter UNIVERSITAS

Lebih terperinci

NEONATUS BERESIKO TINGGI

NEONATUS BERESIKO TINGGI NEONATUS BERESIKO TINGGI Asfiksia dan Resusitasi BBL Mengenali dan mengatasi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir Asfiksia Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan untuk memulai dan melanjutkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningitis merupakan reaksi peradangan yang terjadi pada lapisan yang membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kejang merupakan masalah neurologi yang paling sering kita jumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. Kejang merupakan masalah neurologi yang paling sering kita jumpai pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kejang merupakan masalah neurologi yang paling sering kita jumpai pada anak, dan biasanya kejang sudah dimulai sejak usia bayi dan anak-anak. Kejang pada

Lebih terperinci

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus. CIPROFLOXACIN: suatu antibiotik bagi kontak dari penderita infeksi meningokokus Ciprofloxacin merupakan suatu antibiotik yang adakalanya diberikan kepada orang yang berada dalam kontak dekat dengan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 7 Gizi Buruk Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Joshua adalah seorang anak laki-laki berusia 12 bulan yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari rumah yang berlokasi

Lebih terperinci