KEPUASAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG BELUM MEMILIKI ANAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEPUASAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG BELUM MEMILIKI ANAK"

Transkripsi

1 KEPUASAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG BELUM MEMILIKI ANAK OLEH PUJI KRISTANTI TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

2

3

4

5 PENDAHULUAN Tugas perkembangan masa dewasa secara umum berkaitan dengan perkawinan antara lain, belajar hidup bersama sebagai pasangan dan mulai membina keluarga (Havighrust, 1972 dalam Hurlock, 1999). Menurut Arnett (2006, 2007, Santrock, 2011) Transisi dari masa remaja ke dewasa disebut sebagai beranjak dewasa (emerging adulthood) yang terjadi dari usia 18 sampai 25 tahun. Di Negara Negara berkembang pernikahan seringkali lebih dijadikan pertanda bagi seseorang untuk dinyatakan telah memasuki kedewasaan, dimana hal ini sering kali terjadi lebih awal di Amerika Serikat (Arnett, Santrock, 2011). Seperti di Indonesia, rata-rata umur ideal menikah bagi perempuan dan bagi laki-laki masing-masing adalah 22 tahun dan 25 tahun (BKKBN.go.id). Ditambahkan pula bahwa diantara kelompok umur perempuan tahun lebih dari 56,2 persen sudah menikah (Resides BKKBN 2010) Dalam teorinya, Sternberg (1986) menyatakan dalam teorinya tentang segitiga cinta (The Triangular Theory of Love) bahwa cinta itu terdiri dari tiga komponen utama yaitu intimacy, passion, dan commitment. Ia mengemukakan bahwa hubungan percintaan akan dikatakan ideal apabila dalam hubungan itu memiliki ketiga komponen cinta tersebut. Yang pertama adalah komponen cinta intimacy atau keintiman. Intimacy merupakan elemen emosional dimana meliputi perasaan yang menujukkan adanya kedekatan, keterikatan, dan keterkaitan secara emosional kepada pasangan. Intimacy juga meliputi perasaan yang menimbulkan kehangatan dalam hubungan percintaan. Komponen cinta kedua adalah passion atau gairah, dimana merupakan elemen motivasional dipenuhi hasrat yang mengacu pada romantisme, ketertarikan secara fisik dan seksual dalam hubungan cinta. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahun 1974 pasal 1 tentang perkawinan menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami-istri dengan tujuan 1

6 2 membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Duvall dan Miller (1985) menjelaskan bahwa pernikahan adalah hubungan pria dan wanita yang diakui secara sosial, yang ditujukan untuk melegalkan hubungan seksual, menglegitimasi membesarkan anak, dan membangun pembagian peran di antara sesama pasangan. Menurut Saxton (1986), kepuasan perkawinan adalah terpenuhinya tiga aspek kebutuhan dasar dalam pernikahan. Tiga kebutuhan itu yaitu, kebutuhan material, kebutuhan seksual, dan kebutuhan psikologis. Kepuasan perkawinan belum dicapai apabila aspek kepuasan perkawinan belum terpenuhi. Tujuan dari individu yang menikah adalah memiliki perkawinan yang berhasil. Individu yang perkawinannya berhasil, akan mengalami kebahagiaan karena mereka akan menggunakan cara-cara yang positif dalam mengatasi konflik dan permasalahan (Gottman, 1998). Pasangan akan dapat merasa puas apabila saling berkomitmen, setia, nilai moral yang kuat, menghargai pasangan sebagai teman, komitmen dalam hubungan seksual, ingin menjadi orang tua yang baik dan beriman kepada Tuhan, selalu ingin menyenangkan sahabat yang baik untuk pasangan, dan ada keinginan untuk memaafkan dan dimaafkan (Fennel, disitat dalam Rosen-Grandon, Myers, & Hattie, 2014). Faktor yang paling penting untuk tercapainya hubungan yang harmonis antara suami istri adalah adanya rasa saling pengertian satu sama lain. Adanya rasa saling pengertian pada pasangan, akan menjadikan mereka memiliki rasa toleransi yang merupakan faktor yang sangat penting dalam hubungan suami istri. Penting pula dalam suatu perkawinan yang harmonis, dimana kedua belah pihak merasakan kebahagian dan kepuasan adalah rasa saling menghargai antara keduanya (Munandar, 1983, dalam Setyoningsih, 2010). Anak adalah salah satu faktor kepuasan pernikahan, seperti yang dikemukakan, bahwa faktor-faktor yang mendukung

7 3 kepuasan pernikahan adalah adanya komunikasi yang terbuka, ekspresi perasaan secara terbuka, saling percaya, tidak adanya dominasi pasangan, hubungan seksual yang memuaskan, kehidupan sosial, tempat tinggal, penghasilan yang cukup, anak, keyakinan beragama, hubungan dengan mertua atau ipar (Latifah, 2005). Ternyata kehadiran seorang buah hati dalam sebuah pernikahan dapat mengubah segalanya menjadi lebih indah. Berjuta alasan kebahagiaan akan terpancar dari setiap pasangan suami istri yang telah memiliki anak. Tentunya semua harapan yang diinginkan semua pasangan suami istri adalah harapan-harapan yang positif. Seorang anak ternyata sangat penting karena anak adalah anugrah, amanah dan titipan dari Tuhan yang harus kita jaga, rawat dan besarkan dengan baik. "Kehadiran anak dapat menciptakan suasana baru yang lebih indah dalam rumah tangga kami"-adhit, (33 tahun, Wiraswata). "Buah hati sangat penting bagi pernikahan saya dan suami karena kelak ketika dewasa nanti, mereka bisa menjadi penolong dan teman bagi saya dan suami ketika kami menjadi tua"- Iklima, (28 tahun,guru). "Tanpa anak dalam pernikahan saya, saya mungkn tidak akan sebahagia saat ini. Hanya dengan melihat buah hati saya, meskipun saya mendapatkan cobaan berat sekalipun, anak dapat memberikan kekuatan dan semangat yang besar yang mampu membuat saya dan suami saya dapat tetap tersenyum."- Lestari, (28 tahun, Ibu rumah tangga). "Bagi saya, anaklah yang dapat menjadi penyemangat hidup saya, ketika saya mengalami masalah dan kertepurukan. Anak jugalah yang membuat hidup saya lebih berarti. Tanpa anak dalam rumah tangga saya, saya tidak memiliki semangat sebesar ini." - Yemi, (25 tahun, Dokter). Berjuta ungkapan kebahagiaan ditujukan oleh sekian banyak ibu dan ayah atas anak mereka. Tapi tidak semua pasangan dengan mudah diberikan karunia anak, dan masih banyak pasangan di luar sana yang mengharapkan kehidupan mereka diwarnai dengan tawa anak-anak.

8 4 Setiap individu yang menjalani kehidupan perkawinan tentunya menginginkan kehidupan rumah tangga yang bahagia dan mendapatkan kepuasan perkawinan. Dibutuhkan kerjasama, komitmen, dan komunikasi antara pihak suami dan pihak istri untuk mencapai tujuan dari perkawinan. Apabila tujuan perkawinan dicapai, maka tentu meningkatkan kepuasan perkawinan yang baik (koentjaraningrat, 1976). Hal tersebut diperkuat dengan adanya fenomena-fenomena yang telah ada yaitu; adanya kejujuran, saling mempercayai, saling setia, saling menguntungkan, saling menghargai, membuat satu sama lain merasa nyaman, memiliki komitmen, menerima apa adanya, tidak egois, tulus, terbuka, dan sopan. Dan pada akhirnya, hubungan yang saling menguntungkan menjadi keinginan pada setiap individu yang menjalin suatu hubungan, terutama dalam sebuah hubungan pernikahan. Dalam kehidupan sepasangan suami-istri menginginkan hadirnya seorang anak didalam pernikahannya tersebut, karena dengan hadirnya seorang anak pasangan tersebut akan merasakan kepuasan tersendiri, namun ada pula pasangan yang sudah menikah belum mendapatkan seorang anak didalam pernikahannya tetapi pasangan tersebut juga merasakan kepuasan tersendiri meskipun belum dikaruniani anak, dari situlah penulis penasaran apa yang yang membuat pasangan yang belum memiliki anak merasakan kepuasan tersendiri. Berdasarkan data-data diatas, perlu dilakukan penelitian apakah ada kepuasan perkawinan pada pasangan yang belum memiliki anak. Kepuasan ketika hubungan mereka tidak menghasilkan atau memiliki seorang anak yang diharapakan di tengah-tengah keluarga kecil mereka, yang kemudian berkaitan dengan kepuasan perkawinan pada pasangan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan kepuasan perkawinan pada pasangan yang belum memilki anak.

9 5 TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan perkawinan 1. Definisi kepuasan perkawinan Kepuasan perkawinan adalah bagaimana seseorang mengevaluasi dan menikmati perkawinannya secara subjektif (Alder, 2010; Nararaja, Rajamma, dan Reddy, 2012; Stone & shackelford, 2007) Kepuasan pernikahan dapat diukur dengan melihat aspek-aspek dalam perkawinan sebagaimana yang dikemukakan oleh Olson & Fower (1989; 1993). Adapun aspek-aspek tersebut antara lain: a. Communication Aspek ini melihat bagaimana perasaan dan sikap individu terhadap komunikasi dalam hubungan mereka sebagai suami istri. Aspek ini berfokus pada tingkat kenyamanan yang dirasakan oleh pasangan dalam membagi dan menerima informasi emosional dan kognitif. Laswell (1991) membagi komunikasi pernikahan menjadi lima elemen dasar, yaitu: keterbukaan diantara pasangan (opennes), kejujuran terhadap pasangan (honesty), kemampuan untuk mempercayai satu sama lain (ability to trust), sikap empati terhadap pasangan (empathy) dan kemampuan menjadi pendengar yang baik (listening skill). b. Leisure Activity Aspek ini mengukur pada pilihan kegiatan yang dipilih untuk menghabiskan waktu senggang. Aspek ini merefleksikan aktivitas sosial versus aktivitas personal, pilihan untuk saling berbagi antar individu, dan harapan dalam menghabiskan waktu senggang bersama pasangan.

10 6 a. Religious Orientation Aspek ini mengukur makna kepercayaan agama dan prakteknya dalam pernikahan. Nilai yang tinggi menunjukan agama merupakan bagian yang penting dalam pernikahan. Agama secara langsung mempengaruhi kualitas pernikahan dengan memelihara nilai-nilai suatu hubungan, norma dan dukungan sosial yang turut memberikan pengaruh yang besar dalam pernikahan, mengurangi perilaku yang berbahaya dalam pernikahan (Christiano, 2000; Wilcox, 2004 dalam Wolfinger & Wilcox, 2008). Pengaruh tidak langsung dari agama yaitu kepercayaan terhadap suatu agama dan beribadah cenderung memberikan kesejahterahan secara psikologis, norma prososial dan dukungan sosial diantara pasangan (Ellison, 1994; Gottman, 1998; Amato & Booth, 1997 dalam Wolfinger & Wilcox, 2008). d. Conflict Resolution Aspek ini mengukur persepsi pasangan mengenai eksistensi dan resolusi terhadap konflik dalam hubungan mereka. Aspek ini berfokus pada keterbukaan pasangan terhadap isu-isu pengenalan dan penyelesaian dan strategi-strategi yang digunakan untuk menghentikan argumen serta saling mendukung dalam mengatasi masalah bersama-sama dan membangun kepercayaan satu sama lain. e. Financial Management Aspek ini berfokus pada sikap dan berhubungan dengan bagaimana cara pasangan mengelola keuangan mereka. Aspek ini mengukur pola bagaimana pasangan membelanjakan uang mereka dan perhatian mereka terhadap keputusan finansial mereka. Konsep yang tidak realistis, yaitu harapan-harapan yang melebihi kemampuan keuangan, harapan untuk memiliki barang yang diinginkan, serta ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup

11 7 dapat menjadi masalah dalam pernikahan (Hurlock, 1999). Konflik dapat muncul jika salah satu pihak menunjukkan otoritas terhadap pasangannya juga tidak percaya terhadap kemampuan pasangan dalam mengelola keuangan. f. Sexual Orientation Aspek ini mengukur perasaan pasangan mengenai afeksi dan hubungan seksual mereka. Aspek ini menunjukan sikap mengenai isu-isu seksual, perilaku seksual, kontrol kelahiran, dan kesetiaan. Penyesuaian seksual dapat menjadi penyebab pertengkaran dan ketidakbahagiaan apabila tidak dicapai kesepakatan yang memuaskan. Kepuasan seksual dapat terus meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini bisa terjadi karena kedua pasangan telah memahami dan mengetahui kebutuhan mereka satu sama lain, mampu mengungkapkan hasrat dan cinta mereka, juga membaca tanda-tanda yang diberikan pasangan sehingga dapat tercipta kepuasan bagi pasangan suami istri. g. Family and Friends Aspek ini menunjukan perasaan-perasan dan berhubungan dengan hubungan dengan anggota keluarga dan keluarga dari pasangan, dan teman-teman. Aspek menunjukan harapan-harapan untuk dan kenyamanan dalam menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman. h. Children and Parenting Aspek ini mengukur sikap-sikap dan perasaan-perasaan mengenai mempunyai dan membesarkan anak. Aspek ini berfokus pada keputusan-keputusan yang berhubungan dengan disiplin, tujuan-tujuan untuk anak-anak dan pengaruh anak-anak terhadap hubungan

12 8 pasangan. Kesepakatan antara pasangan dalam hal mengasuh dan mendidik anak penting halnya dalam pernikahan. Orangtua biasanya memiliki cita-cita pribadi terhadap anaknya yang dapat menimbulkan kepuasan bila itu dapat terwujud. i. Personality Issues Aspek ini mengukur persepsi individu mengenai pasangan mereka dalam menghargai perilaku-perilaku dan tingkat kepuasan yang dirasakan terhadap masalah-masalah itu. j. Equalitarian Role Aspek ini mengukur perasaan-perasaan dan sikap-sikap individu mengenai peran-peran pernikahan dan keluarga. Aspek ini berfokus pada pekerjaan, pekerjaan rumah, seks, dan peran sebagai orang tua. Semakin tinggi nilai ini menunjukan bahwa pasangan memilih peran-peran egalitarian. B. Pasangan 2. Definisi Pasangan Pasangan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah yang selalu menemani dalam kehidupan dalam berkeluarga, partner, jodoh, pasangan. Sedangkan menurut bahasa pasangan itu berasal dari dua kata yaitu : pas dan angan, pas dapat diartikan sesuatu yang tepat pada tempatnya atau tepat posisinya, sesuatu yang dirasa cocok karena merasakan nyaman, sesuatu yang lebih dari cukup. Sedangkan angan dapat diartikan segala sesuatu yang menjadi bayangan atau sesuatu yang dipikirkan mengenainasib masa depan. Angan biasanya akan memunculkan sikap ingin mengerjar kebahagiaan. Dengan adanya angan maka akan ada siasat untuk menemukan kebahagiaan yang dicari.

13 9 C. Anak 3. Definisi Anak Anak adalah seseorang yang terbentuk sejak masa konsepsi sampai akhir masa remaja. Anak adalah salah satu faktor kepuasan pernikahan, seperti yang dikemukakan, bahwa faktor-faktor yang mendukung kepuasan pernikahan adalah adanya komunikasi yang terbuka, ekspresi perasaan secara terbuka, saling percaya, tidak adanya dominasi pasangan, hubungan seksual yang memuaskan, kehidupan sosial, tempat tinggal, penghasilan yang cukup, anak, keyakinan beragama, hubungan dengan mertua atau ipar (Latifah, 2005).

14 10 METODE PENELITIAN Penelitian Kualitatif Penelitian kuantitatif menampilkan data dalam bentuk angka-angka, sementara itu penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkrip wawancara, catatan lapangan, rekaman suara dan sebagainya. Hal itu karena dalam penelitian ini hal-hal yang ingin diungkap bersifat mendalam mengenai kepuasan perkawinan pada pasangan yang belum memiliki anak. Partisipan Penelitian Pada penelitian ini, pengambilan sampling sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Masing-masing subjek yang diteliti akan sangat membantu dan bermanfaat jika memiliki pengalaman sesuai dengan kriteria. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 2 pasangan partisipan. Karakteristik partisipan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah pada pasang yang belum memiliki anak. Metode Analisa Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lain. Penelitian kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku dapat diamati dari suatu individu, kelompok masyarakat, dan atau suatu organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu.

15 11 Proses analisis diawali dengan pengetikan transkip wawancara sesuai dengan hasil rekaman wawancara dari wawancara. Hal ini dilakukan agar memudahkan proses analisis data. Sementara untuk hasil observasi, penulis menulis hasil observasi pada lembar observasi yang sudah disediakan. Setelah proses pengetikan selesai, penulis kemudian membaca transkip secara berulang-ulang hingga penulis mampu menemukan aspek dbalik kalimat yang diungkapkan oleh partisipan. Kemudian penulis memberikan kode sesuai dengan insial nama partisipan pasangan pertama adalah P1, dan P2, kemudian partisipan kedua adalah P3, dan P4. Hal ini dilakukan mempermudah dalam proses kategorisasi dan analisis data. Persiapan Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam melakukan penelitian serta dalam pengambilan data. Persiapan awal yang dilakukan adalah dengan membuat rancangan penelitian. Setelah itu, penulis mulai mencari informasi mengenai partisipan penelitian yang sesuai dengan karakterisrik yang telah ditentukan penulis. Kemudian, penulis mendapatkan 5 pasangan namun yang setuju dan bersedia berperan serta dalam penelitian hanya 2 pasangan. Setelah penulis mendapatkan persetujuan dan kesedian diri dari 2 pasangan partisipan untuk berperan serta dalam penelitian ini. Karena penulis dengan partisipan sudah cukup mengenal satu sama lain, proses wawancara dalam penelitian menjadi lebih mudah. Selain itu, peneliti juga mempersiapkan perlengkapan penelitian yang sekiranya

16 12 dibutuhkan pada saat melaksanakan wawancara dan observasi, seperti : Hanphone (perekam), kertas HVS, serta alat tulis. Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 sampai dengan 23 bulan Oktober Wawancara dilakukan sebanyak satu kali pada semua partisipan. Wawancara dilakukan terhadap partisipan satu berada di sebuah perumahan Kaliwungu Kendal, karena tempat tinggal partisipan pada pasangan pertama di perumahan Kaliwungu Kendal untuk melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan terhadap partisipan kedua dilakukan empat hari kemudian setelah partisipan pertama, karena partisipan pada pasangan kedua hanya memiliki waktu untuk diwawancara pada hari minggu, dan wawancara dilakukan di sebuah rumah partisipan pasangan kedua di Bawen. Tidak ada kendala dalam melakukan wawancara, karena semua sudah diatur sedemikian rupa agar proses wawancara berjalan dengan baik. Observasi pada saat sebelum wawancara berlangsung, pada saat wawancara, dan pada saat setelah wawancara terhadap kedua partisipan. Latar Belakang dan identitas Partisipan Partisipan pasangan pertama bernama P1 dengan P2, ia sepasang suami istri yang menikah 8 tahun yang lalu tetapnya pada tanggal 11 Mei P1 lahir di Salatiga, Jawa Tengah 35 tahun yang lalu, anak kedua dari empat bersaudara, ia menganut agama Katholik, ia Alumi Fakultas Psikologi Universitas Satya Wacana tahun 2002 lulus tahun 2006, lalu P1 menikah pada usia 27 tahun, dan memiliki usaha catering dirumah. Sedangkan P2 suami P1 lahir di Salatiga, Jawa Tengah 37 tahun yang lalu, anak pertama

17 13 dari dua bersaudara, ia juga Alumi Fakultas Ekonomika & Bisnis Universitas Satya Wacana, P2 menikah pada usia 29 tahun, dan bekerja di sebuah perusahan dibagian pengawas. Pasangan partisipan pertama ini tinggal di salah satu perumahan Kaliwungu, Kendal. Partisipan pasangan kedua bernama P3 dengan P4, ia sepasang suami istri yang menikah 7 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 2 Juli P3 lahir di Gaden, Klaten 47 tahun yang lalu, anak pertama dari lima bersaudara, ia menganut agama Islam, ia hanya lulusan SMA, lalu menikah pada usia 40 tahun, ia adalah salah satu karyawan swasta di sebuah perusahan. Sedangkan P4 suami P3 lahir di Bawen, Kabupaten Semarang 37 tahun yang lalu, anak terakhir dari empat bersaudara, ia menganut agama Islam, ia juga hanya lulusan SMA, lalu menikah pada usia 30 tahun, ia juga salah satu karyawan swasta perusaha namun beda perusahan dengan istrinya. Pasangan partisipan kedua ini tinggal di Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

18 14 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa dua pasangan partisipan tersebut mengalami kepuasan tersendiri meskipun kedua pasangan partisipan belum memiliki anak setelah menikah lebih dari 5 tahun, kepuasan tersebut dapat dilihat sesuai aspek-aspek yang digunakan oleh penulis yaitu aspek-aspek dari Olson dan Fower (1989; 1993). Kedua pasangan partisipan (P1&P2), dan (P3&P4) mampu menjalin komunikasi dengan baik satu sama lain hal itu terlihat dari hasil wawancara meskipun dari pihak istriistri yang selalu memulai atau membuka topik pembicaraan ketimbang dari pihak suami, karena suami dari kedua pasangan partisipan tersebut adalah sok-sok suami yang pendiam kalau memang tidak penting suami lebih baik diam. Kedua pasangan (P1&P2), dan (P3&P4) memiliki waktu senggang untuk bersama, hal tersebut terbukti pasangan pertama (P1&P2) lebih banyak memiliki waktu senggang untuk bersama karena pasang pertama (P1&P2) setiap sabtu dan minggu selalu digunakan untuk berkunjung dirumah saudara-saudara dari pihak laki-laki maupun perempunan, namun pasangan pertama ini lebih banyak berkunjung saudara dari pihak perempuan, kalau seandainya pas waktu senggang sang istri (P1) mendapatkan pesanan catering atau roti dalam jumlah yang banyak pasangan (P1&P2) tidak pergi berkunjung melainkan hanya dirumah sibuk dengan pesanan dan sang suami (P2) membersihkan rumah atau sibuk dengan motornya. Pada pasangan kedua (P3&P4) hanya memiliki waktu senggang lebih sedikit daripada pasangan pertama (P1&P2), karena pasangan kedua ini waktu senggang hanya dihari minggu dan waktu makan pagi, sedangkan kalau

19 15 hari minggu pasangan ini hanya dirumah bersih-bersih rumah dan memanfaatkan waktu untuk istirahat dengan baik karena hari berikutnya pasangan ini harus kembali lagi pada aktivitasnya yaitu bekerja. Dari aspek keyakinan pasangan pertama (P1&P2) menjalani kehidupan sebagai sepasangan suami-istri beda keyakinan, sang istri (P1) beragama Khatolik dan sang suami Islam. Namun pasangan (P1&P2) menikah Islam, setelah menikah pasangan (P1&P2) menjalani keyakinannya masing-masing dan sampai saat ini pasangan pertama tidak pernah mengalami masalah yang berhubungan dengan keyakinan karena sebelum menikah kedua keluarga besar dari pihak istri maupun suami saling mendukung apa yang sudah di tentukan oleh pasangan (P1&P2). Meskipun berbeda pasangan (P1&P2) tetap melakukan kewajiban dan ajaran-ajaran agama meraka masaing-masing,disini sang istrilah (P1) yang selalu mengingatkan suami ke masjid maupun sholat, kalau hari minggu sang suami (P2) bergantian mengantar istri pergi ke gereja. Sedangkan pasangan yang kedua (P3&P4) adalah pasangan yang satu keyakinan, pasangan (P3&P4) selalu melakukan kewajiban dan ajaran-ajaran agama bersama-sama disaat waktu senggang contoh seperti sholat bersama di rumah. Setiap keluarga pasti akan mengalami dan menghadapi yang namanya masalah, seperti yang sedang dialami dan dihadapi oleh kedua pasangan partisipan (P1&P2), dan (P3&P4) memiliki masalah yang sama yaitu masalah belum memiliki anak dari hasil pernikahannya setelah 5 tahun lebih menikah. Di tahun-tahun awal pernikahan kedua pasangan (P1&P2), dan (P3&P4) ini menginginkan hadiran seorang anak namun di tahun pertama dan kedua pasangan (P1&P2), dan (P3&P4) mengalami keguguran di usia kandungan 2 minggu pada pasangan pertama (P1&P2), dan 1 bulan lebih pada pasangan

20 16 (P3&P4). Setelah kedua pasangan mengalami keguguran tersebut kedua pasangan sampai saat ini belum juga mempunyai seorang anak, namun usaha yang dilakukan kedua pasangan (P1&P2), dan (P3&P4) tidak berhenti begitu saja, kedua pasangan tetap berkonsultasi dengan dokter kandungan yang bagus hingga pasangan kedua (P3&P4) sampai mencari-cari tukang urut perut khusus kandungan juga, tetapi hal-hal tersebut belum juga menghasilkan yang sesuai dengan apa yang diinginkan kedua pasangan partisipan. Sekarang kedua pasangan (P1&P2), dan (P3&P4) hanya bisa pasrah dan menjalani kehidupan secara mengalir saja. Untuk masalah keuangan semua keluarga pasti mengalami entah mengalami disaat tahun-tahun awal, pertengahan pernikahan atau malah dari tahun awal dan hingga saat ini masih merasakan masalah keuangan. Partisipan pertama mengalami masalah keuangan di awal-awal tahun pernikahan. Pada pasangan pertama (P1&P2) mengalami masalah keuangan karena sebelum menikah suami dari (P1) belum memiliki pekerjaan sama sekali dan hanya sang istri (P1) yang hanya bisa mengandalkan hasil cateringan saja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, setelah berjalan 1 tahun lebih 6 bulan suami dari (P1) baru mendapatkan pekerjaan tetap dan mampu menafkahi sang istri lebih dari cukup. Berbeda pada pasangan pertama (P1&P2), pasangan kedua (P3&P4) mengatakan bahwa mereka tidak mengalami masalah keuangan dari awal tahun pernikahan hingga saat, karena istri (P3) maupun suami (P4) sudah memiliki bekerjaan yang tetap dahulu sebelum menikah. Menurut kedua pasangan partisipan masalah keuangan bisa dikelola dengan baik kalau para-para istri mampu mengatur dan mengutamakan prioritas-prioritas keluarga yang penting terlebih dulu.

21 17 Orientasi seksual pada pasangan pertama (P1&P2), dan kedua (P3&P4) 4 kali dalam sebulan, namun kedua pasangan mengakui bahwa tidak melakukan aktifitas seksual secara rutin karena tergantung permintaan dari suami atau kadang dari istri capek apa tidak. Kedua pasangan partisipan tetap merasakan kenyamanan dan kepuasan meskipun sampai saat ini partisipan pertama (P1&P2), dan kedua (P3&P4) belum memiliki anak. Bukan hanya nyaman terhadap pasanga, namun kedua pasangan partisipan (P1&P2), dan (P3&P4) juga merasakan kenyamanan dan kebersamaan dengan anggota keluarga dan teman-teman dari pihak istri maupun suami. Namun pada pasanga pertama (P1&P2), sang suami (P2) lebih dekat dengan anggota keluarga dari sang istri (P1), sedangan pada pasanga kedua (P3&P4) dapat mengenali anggota keluarga besarnya karena setiap tiga sampai empat bulan sekali pasti diadakan kumpulan keluarga jadi bisa mengenal lebih dalam lagi dengan anggota keluarga besar. Dari aspek Personality Issues pada pasangan pertama (P1&P2) selalu menghargai jika keputusan yang diambil dari salah satu dari mereka benar memang keputusan yang terbaik, dan sang istrilah (P1) yang selalu sering mengambil keputusan daripada sang suami (P2). Berbeda dengan pasangan kedua (P3&P4), pasangan ini sangat menghargai satu sama lain karena setiap ada masalah dan harus mengambil keputusan mereka berdua akan mengambil keputusan bersama. Dari aspek Equalitarian Role pada kedua pasangan partisipan (P1&P2), dan (P3&P4). Kedua pasangan ini sama-sama bangga terhadap pasangan mereka masingmasing, karena memilki suami ataupun istri yang mampu memerankan perannya didalam keluarga.

22 18 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa ada dua aspek kepuasan perkawinan yang belum terpenuhi yaitu aspek Conflict Resolution, dan children and parentin. Belum terpenuhinya kedua aspek ini memiliki keterkaitan kepuasan yang dirasakan oleh partisipan. Dengan adanya masalah yang dihadapi kedua pasangan partisipan belum memiliki anak menjadikan kedua pasangan partisipan tersebut belum juga merasakan memiliki anak ataupun menjadi orang tua sesungguhnya dengan hadirnya anak biologis, dan belum mampu merasakan bagaimana cara mengasuh anak hasil dari pernikahannya. Menurut kedua pasangan partisipan (P1&P2), dan (P3&P4) mengatakan meskipun mereka belum memiliki anak, tetapi mereka merasakan kepuasan tersendiri dalam perkawinannya selama ini, dan partisipan juga mengatakan bahwa faktor yang menjadi perkawinan merasakan kepuasan selain anak adalah saling menghargai, menerima kekurangan dan kelebihan pasangan kita, percaya, dan yang paling penting tetap bersyukur kepada Tuhan. Seperti hal yang diungkapkan oeh (Fennel, disitat dalam Rosen-Grandon, Myers, & Hattie, 2014). Pasangan akan dapat merasa puas apabila saling berkomitmen, setia, nilai moral yang kuat, menghargai pasangan sebagai teman, komitmen dalam hubungan seksual, ingin menjadi orang tua yang baik dan beriman kepada Tuhan, selalu ingin menyenangkan sahabat yang baik untuk pasangan, dan ada keinginan untuk memaafkan dan dimaafkan.

23 19 SARAN Sesuai dengan hasil penelitian dan berdasarkan pemahaman dan kesimpulan yang ada, maka penulis memberikan beberapa saran, yaitu : 1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan lebih memperbanyak partisipan untuk bahan penelitian. 2. Bagi kedua partisipan penelitian, kedua partisipan diharapkan tetap merasakan kepuasan perkawinaan tersendiri meskipun belum memiliki anak. 3. Bagi masyarakat sekitar kedua pasangan partisipan, masyarakat diharapkan dapat menerima pasangan suami-istri yang belum memiliki anak.

24 20 DAFTAR PUSTAKA Erna, M. (n,d). Apa Arti Kehadiran Anak untuk Anda & Pasangan?. Fadlyana, E., & Larasaty, S. (2009). Pernikahan Usia Dini dan Permasalahannya. 11(2). Indriastuti, I., & Nawangsari, F.A.N. (2014). Perbedaan Cinta (Intimacy, Passion, Commitment) Ditinjau dari Lamanya Usia Perkawinan pada Istri yang Bekerja. 3(3). Hilman, A.N. (2015). Hubungan Antara Intimasi & kesiapan Menikah pada Masa Dewasa Awal. Hussien, A.M. (n.d). Filosofi Definisi Pasangan Hidup. Larasati, A. (2012). Kepuasan Perkawinan pada Istri Ditinjau Dari Keterlibatan Suami dalam Menghadapi Tuntutan Ekonomi dan Pembagian Peran dalam Rumah Tangga. 1(03). Parung, G.E. (2014). Studi Diskriptif Kepuasaan Perkawinan pada Suami yang menjadi Caregiver dari Istri yang Menderita Kanker. 3(1). Prasetyo, J.D. (2016). Body Image Mahasiswa Bertato Di Universitas Kristen Satya Wacana. Sarwono Sarlito W dan Meinarno Eko A. (2014). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. UU RI Nomor 1 Tahun (1974). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERKAWINAN.

KEPUASAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG BELUM MEMILIKI ANAK

KEPUASAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG BELUM MEMILIKI ANAK KEPUASAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG BELUM MEMILIKI ANAK Puji Kristanti 1, Christiana Hari Soetjiningsih 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga kristantipuji20@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. PERNIKAHAN 2.1.1. Definisi Pernikahan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1952; klemer, 1970, (Ardhianita & Andayani, 2004) diperoleh dari suatu hubungan dengan tingkat perbandingan.

BAB II KAJIAN TEORI. 1952; klemer, 1970, (Ardhianita & Andayani, 2004) diperoleh dari suatu hubungan dengan tingkat perbandingan. 12 BAB II KAJIAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Devinisi Kepuasan Pernikahan Kepuasan merupakan suatu hal yang di hasilkan dari penyesuaian antara yang terjadi dengan yang di harapkan, atau perbandingan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Pernikahan Clayton (1975) dan Snyder (1979) menjelaskan bahwa kepuasan perkawinan merupakan evaluasi secara keseluruhan tentang segala hal yang berhubungan dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami dan istri terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami dan istri terhadap BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami dan istri terhadap hubungan pernikahan yang cenderung berubah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Pernikahan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Pernikahan BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan didefinisikan sebagai hubungan yang diakui secara sosial antara pria dan wanita yang didalamnya terdapat hubungan

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Universitas Sumatera Utara

PEDOMAN WAWANCARA. Universitas Sumatera Utara 166 PEDOMAN WAWANCARA Untuk Suami Wawancara yang akan dilakukan pada penelitian ini meliputi: I. Pandangan responden terhadap pernikahan dengan pariban - Bagaimana pendapat responden terhadap pernikahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pernikahan 2.1.1 Pengertian Pernikahan Secara umum, pernikahan merupakan upacara pengikatan janji nikah yang dilaksanakan dengan menggunakan adat atau aturan tertentu. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. terhadap hubungan pernikahan yang cenderung berubah sepanjang perjalanan

BAB II LANDASAN TEORI. terhadap hubungan pernikahan yang cenderung berubah sepanjang perjalanan BAB II LANDASAN TEORI A. KEPUASAN PERNIKAHAN 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami istri terhadap hubungan pernikahan yang cenderung berubah sepanjang

Lebih terperinci

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN ISTRI PADA PASANGAN COMMUTER MARRIAGE. Liza Marini1 dan Julinda2 Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN ISTRI PADA PASANGAN COMMUTER MARRIAGE. Liza Marini1 dan Julinda2 Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN ISTRI PADA PASANGAN COMMUTER MARRIAGE Liza Marini1 dan Julinda2 Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Kehidupan pekerjaan saat ini sangat dipengaruhi oleh globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat

Lebih terperinci

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah bagi diri anda sendiri? 2. Bagaimana anda menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam siklus kehidupan manusia. Setiap orang berkeinginan untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia bersama orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang senantiasa memerlukan interaksi dengan orang lain. Saat berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dengan proses pacaran dan proses ta aruf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dengan proses pacaran dan proses ta aruf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini difokuskan pada pasangan yang sudah menikah dengan proses pacaran dan proses ta aruf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas tentang landasan teori berupa definisi, dimensi, dan faktor yang berpengaruh dalam variabel yang akan diteliti, yaitu bahasa cinta, gambaran tentang subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia akan mencari pasangan hidupnya dan menjalin suatu hubungan serta melanjutkannya ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan yang sah dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melewati beberapa fase dalam siklus kehidupannya. Fase kedua dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di mana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian kepuasan pernikahan Fowers dan Olson (1993) mendefinisikan kepuasan pernikahan sebagai sebuah evaluasi menyeluruh mengenai hubungan pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang wanita yang memilih untuk menikah dengan prajurit TNI bukanlah hal yang mudah, wanita tersebut harus memiliki komitmen yang kuat dalam hubungan pernikahannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Pernikahan pada dasarnya menyatukan dua pribadi yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahin 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: Ikatan lahir dan batin antara seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan Antara Penyesuaian Perkawinan dengan Kepuasan Perkawinan. B. Identifikasi Variabel Variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tercipta sebagai mahkluk sosial. Sebagai mahkluk sosial manusia harus saling berinteraksi, bertukar pikiran, serta berbagi pengalaman. Setiap manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap tahap perkembangan terdapat tugas-tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap tahap perkembangan terdapat tugas-tugas perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melewati tahap demi tahap perkembangan dalam kehidupannya. Pada setiap tahap perkembangan terdapat tugas-tugas perkembangan yang menurut Havighurst

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya, akan mengalami banyak perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak, masa remaja, masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pernikahan merupakan perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, individu dituntut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Perkawinan Perkawinan merupakan hubungan antara pria dan wanita yang diakui dalam masyarakat yang melibatkan hubungan seksual, adanya penguasaan dan hak mengasuh anak dan saling

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pernikahan Pernikahan atau perkawinan merupakan salah satu kejadian paling penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya yang sifatnya paling intim dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan jarak jauh (long distance relationship) Pengertian hubungan jarak jauh atau sering disebut dengan long distance relationship adalah dimana pasangan dipisahkan oleh jarak

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas LAMPIRAN I KATA PENGANTAR KUESIONER Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, maka tugas yang harus dilaksanakan adalah mengadakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai salah satu dari lima agama yang diakui di Indonesia, sangat menekankan tentang bagaimana seorang muslim seharusnya menjalankan pernikahan. Namun sebelum

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pernikahan merupakan satu prosesi yang diatur sedemikian rupa untuk melegalkan hubungan sepasang pria dan perempuan. Indonesia sebagai negara hukum memiliki tata aturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi semakin canggih membuat komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin canggih dan berbagai sosial

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, setiap individu pada tahap perkembangan dewasa awal menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis yang berujung pada jenjang pernikahan. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan bahwa kawin sama dengan perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami istri. Sedangkan menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan manusia yaitu laki-laki dan perempuan secara berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk setiap masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan berkeluarga atau menempuh kehidupan dalam perkawinan adalah harapan dan niat yang wajar dan sehat dari setiap anak-anak muda dan remaja dalam masa perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Komitmen Perkawinan 1. Pengertian Komitmen Perkawinan Dalam menjalani suatu hubungan, individu tidak lepas dari rasa ketergantungan satu dengan yang lainnya, sehingga akan muncul

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah 7 TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah Duvall (1971) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah laki-laki maupun perempuan yang telah menyelesaikan masa remajanya dan siap secara fisik, emosi, finansial, tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan awal terbentuknya kehidupan keluarga. Setiap pasangan yang mengikrarkan diri dalam sebuah ikatan pernikahan tentu memiliki harapan agar pernikahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai Derajat S-1, Sarjana Psikologi Disusu Oleh: NUR ZULAIKAH F 100 030 010 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini, individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita yang bernama Mimi, usia 21 tahun, sudah menikah selama 2 tahun dan memiliki 1 orang anak, mengenai

Lebih terperinci

Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf

Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf Helda Novia Rahmah, Ahmad, Ratna Mardiati Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda. Pernikahan juga memerlukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesiapan Menikah 2.1.1 Definisi Kesiapan Menikah Kesiapan menikah merupakan suatu kemampuan yang dipersepsi oleh individu untuk menjalankan peran dalam pernikahan dan merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka pernikahan dini di Indonesia terus meningkat setiap tahunya. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN (2012), menyatakan bahwa angka pernikahan

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh : FAJAR TRI UTAMI F 100 040 114 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Perkawinan. Menurut Aqmalia dan Fakhrurrozi (2009) menjelaskan bahwa per kawinan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Perkawinan. Menurut Aqmalia dan Fakhrurrozi (2009) menjelaskan bahwa per kawinan BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Menurut Aqmalia dan Fakhrurrozi (2009) menjelaskan bahwa per kawinan merupakan suatu ikatan antara pria dan wanita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia akan mengalami peristiwa penting dalam hidupnya, salah satunya adalah momen perkawinan dimana setiap orang akan mengalaminya. Manusia diciptakan untuk

Lebih terperinci

SUSI RACHMAWATI F

SUSI RACHMAWATI F HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KEHARMONISAN KELUARGA PADA AWAL PERKAWINAN PASANGAN BERSTATUS MAHASISWA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimacy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalin suatu hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalani suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan 1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan setiap individu. Hal tersebut menjadi suatu kabar

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Resolusi Konflik Setiap orang memiliki pemikiran atau pengertian serta tujuan yang berbeda-beda dan itu salah satu hal yang tidak dapat dihindarkan dalam suatu hubungan kedekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam perjalanan hidup manusia, terdapat tiga saat yang penting, yakni lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa menjadi satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cinta (Love) 1. Pengertian Cinta Chaplin (2011), mendefinisikan cinta sebagai satu perasaan kuat penuh kasih sayang atau kecintaan terhadap seseorang, biasanya disertai satu

Lebih terperinci

ABSTRAK. A. Latar belakang masalah

ABSTRAK. A. Latar belakang masalah Judul Studi kasus : Penyesuaian menantu perempuan yang tinggal di rumah mertua yang berbeda suku Nama : Ika wahyuni NPM :10501147 NIRM : 20013137380050146 Pembimbing : M. Fakhrurrozi, M.psi, psi A. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan dini dapat didefinisikan sebagai sebuah pernikahan yang mengikat pria dan wanita yang masih remaja sebagai suami istri. Lazimnya sebuah pernikahan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai mahluk sosial (ditengah keluarganya). Mahluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang menuntut manusia untuk berpikir dan berperilaku selaras dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang menuntut manusia untuk berpikir dan berperilaku selaras dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di tengah perkembangan jaman yang semakin maju dan sarat perubahan di segala bidang menuntut manusia untuk berpikir dan berperilaku selaras dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah adalah bagian dari ibadah, karena itu tidak ada sifat memperberat kepada orang yang akan melaksanakannya. Perkawinan atau pernikahan menurut Reiss (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mengalami banyak transisi dalam kehidupannya. Menurut Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi secara fisik, transisi

Lebih terperinci