ABSTRAK. A. Latar belakang masalah
|
|
- Inge Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Judul Studi kasus : Penyesuaian menantu perempuan yang tinggal di rumah mertua yang berbeda suku Nama : Ika wahyuni NPM : NIRM : Pembimbing : M. Fakhrurrozi, M.psi, psi A. Latar belakang masalah ABSTRAK Seperti pada tahapan kehidupan yang lain, pada masa dewasa muda seorang individu juga menghadapi berbagai tugas perkembangan. Tentang tugas perkembangan dewasa muda ini, Havinghurst (dalam turner & Helms, 1991) menyatakan bahwa menikah dilalui sebagian besar individu dewasa muda sebagai salah satu tugas perkembangannya. Carter & McGoldirck (dalam Santrock, 2002) menyatakan bahwa dengan menikah, individu berada pada tahap pasangan baru dalam siklus keluarga. Dimana individu menghadapi perubahan peran. Dapat dikatakan dengan menikah individu menghadapi tugas-tugas yang membutuhkan penyesuaian diri, karena diantara sekian banyak tugas perkembangan individu dewasa muda, tugas-tugas yang berhubungan dengan hidup, seseorang yang telah memiliki pengalaman kerja, menikah dan telah menjadi orang tua, tetap harus melakukan penyesuaian diri dengan peran-peran tersebut sehingga proses penyesuaian hidup sebagai suami dan istri bukan hal yang mudah. Duvall dan Miller (1985) mengatakan bahwa pada umumnya, seseorang menikah ketika ia menginjak umur 20-an. Laswell (dalam Astuti, 1988) mengatakan bahwa usia 25 tahun adalah usia yang ideal bagi wanita, dan 28 tahun adalah usia yang ideal bagi pria untuk menikah. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa usia yang sangatlah ideal bagi seseorang untuk menikah adalah usia antara tahun, dan rentan usia tersebut dalam tahap
2 perkembangan berada pada masa dewasa awal (Turner & Helms, 1995). Turner dan Helms (1995) menguraikan beberapa motif bagi seseorang untuk menikah. Adapun motif-motif tersebut adalah cinta, kebersamaan, perjanjian, legitimasi untuk melakukan hubungan seksual dan mempunyai anak yang sah, kesiapan, serta keuntungan yang legal. Setiap pasangan yang baru menikah memiliki harapan bahwa mereka berdua akan hidup bahagia selamanya. Tetapi cepat atau pun lambat mereka akan menemukan bahwa kehidupan di dalam perkawinan tidaklah selalu indah. Banyak konflik-konflik baru yang akan muncul yang mungkin belum pernah terjadi sebelumnya. Adakalanya terjadi suatu kesalah pahaman ataupun pertengkaran yang akan membuat mereka sadar bahwa pasangannya tersebut hanyalah manusia biasa yang lengkap dengan kelemahan dan perbedaan. Sementara itu, sebagian dari mereka terkadang masih menambahnya dengan masalah lain. Masih dapat kita temukan sampai hari ini, banyak pasangan muda yang baru menikah tetap tinggal dirumah orang tuanya, entah itu dirumah orang tua dari pihak suami ataupun dari pihak istri. Menurut purnomo (1994) ada beberapa alasan untuk tetap tinggal di rumah mertua. Pertama, mungkin mereka memang belum berani untuk mandiri dengan mengandalkan penghasilan, karena biaya hidup berumah tangga tidaklah sedikit. Kedua, secara psikologis, mungkin mereka belum siap, karena menikah merupakan suatu pengalaman baru bagi mereka. Berada dekat dengan orang tua dapat membantu untuk mendapatkan kekuatan, panutan, atau pun teladan. Ketiga, sang menantu memang diminta untuk tinggal bersama oleh mertuanya, karena sang mertua yang mungkin telah hidup sendiri, membutuhkan seseorang untuk menemaninya. Bagi para pasangan dengan alasan seperti di atas, tinggal dirumah mertua setelah menikah terkesan sebagai sesuatu hal yang sederhana. Pasangan tidak perlu pusing dengan uang kontrakan ataupun uang cicilan rumah. Seorang menantu yang baik adalah tugas seumur hidup setiap pasangan. Apabila kita ingin mempunyai hubungan yang baik dengan setiap anggota keluarga, maka sang menantu
3 harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Adapun yang dimaksud dengan menyesuaikan diri adalah kemampuan individu untuk mengatasi segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungannya secara efektif (Adams, 1972). Setiap individu merupakan anggota dari suatu kelompok, baik suatu negara tertentu, kelas sosial tertentu kelompok etnik tertentu dan lain-lain. Setiap kelompok masyarakat memiliki pola-pola perilaku tersendiri yang diikuti oleh setiap anggota kelompok masyarakat tersebut. Individu yang berasal dari suatu kelompok etnik tertentu memiliki nilai budaya yang berbeda dengan individu kelompok etnik yang lain misalnya dalam adat-istiadat melamar yang berbeda dalam masyarakat Minang kabau dan masyarakat Batak. Pada masyarakat Minangkabau, biasanya pihak wanita yang melamar sedangkan dalam masyarakat Batak pihak laki-laki yang melamar calon istri nya. Contoh lainnya adalah bila seorang menantu perempuan yang berasal dari Sumatra utara mempunyai suami yang berasal dari suku Jawa. Dalam hal tinggal di Jawa, menantu harus menyesuaikan diri dengan adaptasi kebiasaan jawa yang ada di sana. Adat Jawa dikenal dengan tata krama yang menjunjung tinggi kesopanan dan kehalusan. Terutama kepada kedua orang tua. Menantu perempuan yang memang kebudayaannya dikenal sangat terbuka dan suka berterus terang, tentu harus membiasakan dahulu bersikap lebih halus dan lembut kepada mertuanya, dengan berbicara lebih sabar dan pelan tidak langsung terang-terangan dalam mengungkapkan sesuatu. Tentu saja menantu perempuan membutuhkan untuk menyesuaikan diri dengan adat kebiasaan yang baginya baru. Bila usaha yang dilakukan berhasil dengan baik, maka penyesuaian diri yang dilakukannya berhasil juga dengan baik. Tetapi bila ternyata usaha yang dilakukannya tidak maksimal dan tidak berhasil, maka hal itu dapat mempengaruhi penyesuaian diri sang menantu selanjutnya. Bila si menantu mempunyai mertua yang baik dan penuh pengertian akan ketidak berhasilannya, maka hal itu dapat membantu si mertua untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri apa adanya. Tetapi bila ternyata ia mempunyai mertua yang sangat memegang penuh adat kebiasaan
4 Jawanya, maka hal itu dapat berpengaruh dalam hasil penyesuaian diri menantu menjadi lebih buruk lagi (Purnomo 1994). Penyesuaian diri merupakan proses yang terus berlanjut sepanjang kehidupan seseorang. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan situasi hidup yang menuntut seseorang untuk berubah. Oleh sebab itu dalam sepanjang hidup seseorang harus terus menyesuaikan diri sesuai dengan pengalaman hidupnya. Penyesuaian diri adalah suatu proses, mengingat kehidupan mereka merupakan rangkaian perubahan dan tantangan yang mengakibatkan individu selalu berada dalam proses yang berubah-ubah. Sehubungan dengan hal itu, individu dapat mencari dan menggunakan strategi baru untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan mereka. Perempuan dikatakan lebih sulit menyesuaikan diri dari pada laki-laki (Purnomo 1994). Hal ini dikarenakan perempuan memegang peranan yang sangat penting, yang salah satunya adalah mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga suami (Horsey,1996) dan perempuan pun memiliki kecemasan berupa aku tidak diterima dalam keluarga suami (Duvall dalam Horsey,1996). Menyesuaikan diri dengan sesuatu yang baru tidaklah mudah. Dalam menghadapi perubahanperubahan tersebut dibutuhkan usaha dari individu yang bersangkutan. Dalam kaitannya dengan pasangan yang tinggal dirumah mertua, bila mertua mempunyai latar belakang yang sama dengan menantunya, maka hal ini dapat mengurangi kesulitan yang dialami oleh sang menantu. Tetapi bila mertua mempunyai latar belakang yang berbeda dengan menantunya, maka sang menantu harus lebih pandai menyesuaikan diri. Memahami latar belakang budaya antara mertua dan menantu adalah suatu hal yang sangat penting. Sehingga dapat diketahui cara berpikir dan harapan mereka untuk menjadi orang tua atau menantu yang baik. Bernard (dalam Rumiyati,2002) mengatakan bahwa terdapat dua cara untuk menjelaskan penyesuaian diri. Adapun salah satu cara menjelaskan penyesuaian diri tersebut adalah yang diketahui sebagai proses. Tujuannya adalah untuk mengerti tentang penyesuaian diri itu sendiri. Dengan cara ini, kita dapat bertanya mengenai
5 bagaimana seseorang individu atau masyarakat secara umum menyesuaikan diri dalam lingkungan yang berbeda dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Pertanyaan dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah jenis penyesuaian diri menantu perempuan yang tinggal dirumah mertua yang berbeda suku? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian diri subjek? Permasalahan apa saja yang dapat timbul didalam hubungan antara mereka? Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara utuh tentang bagaimana penyesuaian diri menantu perempuan yang tinggal dirumah mertua yang berbeda suku, permasalahan apa saja yang dapat timbul di dalam hubungan antara mereka serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya B. Tinjauan pustaka Grasha dan Kirschenbaum memandang penyesuaian diri sebagai usaha mencocokkan diri antara kemampuan yang ada dengan tuntutan lingkungannya. Kemampuan tersebut terbentuk melalui proses belajar dan pengalaman, dimana kedua hal tersebut terbentuk berkaitan erat dalam mengatasi masalah yang terjadi dalam lingkungan Martin dan Osborne melihat penyesuaian diri lebih kepada bagaimana kita merubah tingkah laku untuk mendapatkan tingkah laku yang sesuai dengan tuntutan lingkungan kita. Menurut mereka setiap individu akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri, dimana tingkat kesulitan dari masalah tersebut sangat bervariasi. Masalah yang dihadapi seseorang dalam menjalani kehidupan seharihari pun bisa menjadi masalah dalam penyesuaian diri. Menjaga hubungan dengan teman, keluarga, sekolah, pekerjaan, lingkungan dimana kita tinggal, perubahan peran karena gender, atau perbedaan budaya. Semua itu mempengaruhi dan merupakan tantangan dalam menyesuaikan diri. Tantangantantangan seperti itulah yang harus dihadapi oleh individu setiap hari.
6 Dengan merubah tingkah laku yang semula tidak sesuai menjadi lebih sesuai dengan tuntutan lingkungan, maka individu akan berhasil dalam penyesuaian diri. Lazarus memiliki pandangan yang sejalan dengan Grasha dan Kirschenbaum bahwa individu selalu berusaha untuk mengatasi berbagai tuntutan atau tekanan yang dihadapinya. Dalam mengatasi berbagai tuntutan dan tekanan tersebut diperlukan prosesproses psikologi yang melalui aspek kognitif dan afektif, dimana dengan adanya hal-hal tersebut individu dapat mengatasi masalahmasalah yang dihadapi dengan lebih bijaksana (Astuti,1998) Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri individu merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi tuntutan lingkungannya dengan cara merubah tingkah laku untuk mendapat tingkah laku yang lebih sesuai, yang terdiri dari prosesproses psikologi untuk mengatasi berbagai tuntutan atau tekanan yang berasal dari lingkungannya agar tercipta keselarasan hubungan dengan orang lain maupun lingkungannya Karakteristik Penyesuaian Diri yang Baik Haber dan Runyon (1984) menyatakan bahwa ada beberapa karakteristik individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik yaitu: a. Memiliki Persepsi yang Akurat Terhadap Realitas Kemampuan untuk mengenali konsekuensi dari tindakan dan kemampuan untuk mengarahkan tingkah laku sesuai aturan merupakan aspek yang penting dalam mempersepsikan kenyataan dengan aturan. b. Mampu Mengatasi atau Menangani Stress dan Kecemasan Penyesuaian diri akan efektif apabila seseorang mampu membuat tujuan hidup yang realitis, dengan cara membuat tujuan jangka pendek yang lebih mudah diraih sehingga tercapai kepuasaan dan kebahagiaan. c. Memiliki Citra Diri yang Positif Variasi dari persepsi terhadap diri adalah indikator dari kualitas
7 penyesuaian diri untuk memiliki citra yang positif, seseorang harus menyadari kelebihan dan kekurangan. d. Mampu Mengekspresikan Perasaan Orang yang mampu merasakan dan mengekspresikan seluruh aneka warna dari emosi dan perasaannya adalah orang yang sehat secara emosional. Mereka juga dapat menunjukan emosinya secara realitas dan terkendali. e. Memiliki Hubungan Antar Pribadi yang Baik. Orang yang penyesuaian dirinya efektif mampu mencapai tingkat keakraban dalam hubungan sosial dengan orang lain. Mereka disukai dan dihormati orang lain sekaligus menyukai dan menghormati orang lain. Haber dan Runyon (1984) menguraikan dua pendekatan yang berbeda dalam mengevaluasi penyesuaian diri sebagai hasil, yaitu : a. Pendekatan Sebagai Hasil Negatif Yang dimaksud dengan pendekatan negatif adalah konsekuensi buruk dalam penyesuaian diri. Hal itu biasanya disebut salah penyesuaian diri jika individu tidak menyesuaikan dirinya dengan baik dengan lingkungannya, maka dapat kita sebut ia mengalami mal-adjusted. b. Pendekatan Sebagai Hasil Positif Pendekatan positif adalah konsekuensi yang baik dalam penyesuaian diri. Penyesuaian diri yang baik adalah kebalikan dari mal-adjusment, dan disebut sebagai well-adjusted. Individu dengan well-adjusted dapat menerima dan menyesuaikan pola tingkah laku yang dituntut lingkungannya. Dengan demikian individu akan nyaman dan berfungsi dalam lingkungannya sebagaimana mesin yang selalu terawat baik, secara tidak bertingkah laku menyimpang dari norma kelompok sosialnya. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Bernand ( dalam Rumiyati, 2002) menyatakan bahwa ada 3 faktor yang
8 mempengaruhi penyesuaian diri, yaitu: a. Faktor Stres 1). Pengertian Stres Penyesuaian diri menjadi penting ketika tuntutan untuk menyesuaikan diri sudah mendekati atau melewati ambang batas kemampuan individu untuk melakukannya. Ketika suatu tujuan tidak dapat dicapai maka seseorang akan mengalami apa yang disebut frustasi. Jika masa depan seseorang menjadi tidak pasti maka hal ini akan terasa sebagai ancaman. Ketika tuntutan berada pada suatu persaingan dimana seseorang atau dua orang tidak dapat mencapai tujuannya tanpa harus mengancam, maka konfliklah yang berbicara. Untuk mengerti masalah yang paling serius dalam menyesuaikan diri tidak hanya cukup berbicara tentang tuntutan eksternal maupun internal. Suatu kondisi penting dimana penyelesaian masalah yang paling sederhana saja menjadi sulit atau bahkan tidak mungkin dilakukan harus di perhatikan. Kondisi seperti itulah yang oleh Lazarus (1976) disebut dengan stres. b. Faktor Eksternal Lazarus (1976) membagi faktor eksternal dalam Penyesuaian diri menjadi dua, yaitu: tuntutan fisik dan tuntutan sosial C. Faktor Internal Lazarus (1976) membagi faktor internal dalam penyesuaian diri menjadi dua kebutuhan. 1). Kebutuhan Jasmani Yang dimaksud dengan kebutuhan jaringan adalah kebutuhan untuk tubuh kita. Bila kita merasa lapar, haus, atau mengantuk, maka kita harus segera memenuhi kebutuhan fisik tersebut. Bila kebutuhan itu tidak terpenuhi atau kekurangan maka kita akan merasa tidak sehat dan apabila sudah melampaui
9 ambang batas dapat menyebabkan kematian. Kebutuhan akan jaringan berkaitan erat dengan jumlah gizi yang didapati oleh tubuh kita. Bila kita mendapatkan gizi yang baik, maka jaringan tubuh kita pun sehat. Mempunyai tubuh yang sehat sangat erat kaitannya dengan mempunyai pembangkit motivasi yang kuat. Pembangkit motivasi inilah yang disebut sebagai faktor pendorong. 2). Motif Sosial Manusia adalah mahluk sosial. Sebagai manusia kita selalu mengharapkan adanya kerjasama dari orang lain, seperti penerimaan, penghargaan, dukungan, ataupun perhatian dari orang lain. Walaupun secara fisik kita tidak selalu tergantung dari hubungan antar manusia seperti yang dimaksudkan diatas, namun interaksi sosial adalah sarana mendasar yang paling sederhana dalam membentuk kepuasan. Fenomena perkawinan beda suku sebagai salah satu bentuk perubahan, karena perkembangan jaman. Gejala itu kebanyakan terjadi dikota-kota besar di Indonesia. Dengan meningkatnya mobilisasi kekotakota besar, maka kemungkinan bertemunya individu-individu dengan latar belakang etnik yang beragam juga semakin besar. Tidak dapat dipungkiri, hal ini juga memperbesar timbulnya perkawinan beda suku (Veroff & Feld, dalam powell,1983) Pasangan suami istri biasanya memiliki kemiripan dalam hal latar belakang sosial, agama, kelompok suku, tingkat intelegensi, dan pendidikan. Lebih jauh lagi, mereka biasanya lebih mudah menyesuaikan diri satu sama lain sehingga merasa bahagia didalam perkawinannya. Namun tidak dapat dipungkiri pula, meskipun perkawinan biasanya terjadi antar individu yang memiliki kemiripan latar belakang, individu bisa saja tertarik pada individu lain dengan latar belakang yang
10 berbeda namun dengan sifat kepribadian yang bisa saja saling melengkapi dengan individu tersebut. Dengan demikian perkawinan bisa saja terjadi antar individu dengan latar belakang yang berbeda dan tidak berarti bahwa perkawinan tersebut akan mengalami kegagalan., bisa saja berbagai perbedaan yang ada, baik perbedaan agama, latar belakang etnik maupun latar belakang pendidikan tidak dianggap penting oleh pasangan suami istri. Diskusi antar pasangan tentang perbedaan yang ada dapat dilakukan sebelum membuat komitmen perkawinan (Duvall & Miller, 1985). c. Metodologi penelitian Collins (1985) membagi masalah-masalah yang mungkin muncul karena masalah perbedaan latar belakang yang kontras menjadi dua yakni: a. Masalah Internal Yaitu masalah dari dalam keluarga itu sendiri, yang melibatkan hubungan antara anggota keluarga tersebut. b. Masalah Eksternal Yaitu masalah dari luar lingkungan keluarga, dari orangorang yang berkaitan dengan anggota keluarganya, misalnya dari orangtua, mertua, saudara ipar dan lain-lain. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus. Studi kasus itu sendiri ialah studi yang mempelajari fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang dibatasi dan kasus ini dapat berupa individu, peran, kelompok kecil, organisasi, komunikasi atau bahkan suatu bangsa Poerwandari (1998). Subjek dalam penelitian ini adalah wanita yang telah menikah dan tinggal dirumah mertua yang berbeda suku. Mertua bersuku Padang sedangkan menantu bersuku Sunda. Jumlah subjek dalam penelitian kualitatif tidak mengarah pada jumlah besar,
11 melainkan pada kasus-kasus yang sesuai dengan masalah penelitian, tidak ditentukan secara kaku dari awal, dapat terjadi perubahan dalam jumlah dan karakteristik sample sesuai perkembangan yang terjadi selama penelitian berlangsung dan diarahkan pada kecocokan konteks Sarantakos (dalam Poerwandari, 1998). Jumlah subjek pada penelitian ini adalah satu orang subjek. Alat yang dipakai untuk mengumpulkan data tersebut adalah wawancara dan observasi, yaitu : Dalam penelitian ini akan digunakan metode wawancara konvensional yang informal. Adapun alasan penggunaan bentuk wawancara tersebut adalah dengan adanya pertanyaan yang akan berkembang dan dijawab secara spontan maka peneliti memperoleh banyak data dari subjek, selain diwawancarai pun diamati oleh peneliti tanpa subjek menyadari maka peneliti dapat memperoleh semua data-data yang diperlukan dalam penelitian Dalam studi kasus ini penelitian menggunakan jenis observasi partisipan dan berstruktur. Hal ini berarti peneliti ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau diamati dan pengamat dalam melaksanakan observasinya, melakukan pengamatan bebas. D. Hasil dan Analisa Berdasarkan hasil wawancara dan observasi baik subjek maupun significant other bahwa subjek menyesuaikan diri di rumah mertuanya dengan cara mengikuti berbagai aturan di rumah mertuanya, akan tetapi hasil yang didapat subjek setelah melakukan penyesuain diri tidak sesuai dengan yang diharapkannya karena menyesuaikan diri di rumah mertuanya tidak lah mudah, subjek juga sering mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan mertua perempuannya. Hal ini disebabkan subjek jarang sekali berkomunikasi dengan mertua perempuannya dan memiliki hubungan yang kurang baik dengan mertua perempuannya. Walaupun demikian subjek mampu menghadapi stress dan kecemasan yang sering dihadapinya, dalam pergaulan subjek tidak mudah terpengaruh dengan halhal yang bersifat negatif, hal ini
12 dikarenakan subjek dapat mengontrol kehidupannya dan banyak menghabiskan waktunya pada hal-hal yang bersifat positif seperti: mengaji. Subjek juga mampu mengekspresikan perasaannya dan mengeluarkan emosinya dengan cara menangis. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Haber dan Runyon (1984) ada beberapa karakteristik individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik yaitu : Memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas, subjek menyesuaikan diri di rumah mertuanya dengan cara mengikuti berbagai aturan di rumah mertuanya. Mampu mengatasi atau menangani stress dan kecemasan, subjek tidak mudah stress dalam menghadapi masalah-masalah yang muncul selama tinggal di rumah mertuanya. Memiliki citra diri yang positif, subjek tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal yang bersifat negatif, hal ini dikarenakan subjek dapat mengontrol kehidupannya dan banyak menghabiskan waktunya pada hal-hal yang bersifat positif. Mampu mengekspresikan perasaannya dengan cara menangis, tertawa dan menunjukan emosinya secara realitas dan terkendali. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi baik subjek maupun significant other subjek memiliki penyesuaian diri yang positif, seperti : memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas, subjek mengikuti berbagai aturan di rumah mertuanya dengan cara mengerjakan pekerjaan rumah, mempelajari dan mengikuti adat istiadat mertua dan menggunakan kerudung. Hal ini disebabkan karena ada dua faktor yang mendukung penyesuaian diri subjek selama tinggal di rumah mertuanya. Kedua faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah : faktor yang berasal dari dalam diri subjek. Faktor internal adalah salah satu motivasi subjek untuk melakukan penyesuaian diri di rumah mertua. Hal ini dikarenakan oleh keinginan subjek agar bisa diterima di rumah mertuanya sangat kuat. Faktor eksternal adalah : tuntutan-tuntutan yang berasal dari luar individu. Subjek dituntut untuk menyesuaiakan diri agar bisa diterima dilingkungannya. Suami dan mertua perempuan subjek sangat berperan dalam proses penyesuaian diri yang
13 dilakukan subjek. Suaminya selalu memberi support jika dirinya enggan melakukan penyesuaian diri dikala sedang berselisih dengan mertua perempuannya. Mertua perempuan subjek banyak mengatur subjek dalam berbagai hal, seperti : cara berpakaian. Pada awalnya subjek merasa tidak nyaman, akan tetapi lama kelamaan subjek menjadi terbiasa dengan gaya berpakaian seperti yang diatur oleh mertuanya. Dari kedua faktor tersebut faktor internal yang paling mempengaruhi proses penyesuaian diri subjek. Hal ini ditandai dengan penyesuaian diri yang dilakukannya hingga sekarang. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi baik subjek maupun significant other bahwa permasalahan yang muncul pada saat subjek tinggal di rumah mertuanya disebabkan oleh sikap mertua perempuan subjek yang kurang menyetujui pernikahannya karena subjek bukan berasal dari suku Padang. Sehingga pada tahun ketiga pernikahannya, mertua perempuan subjek menjodohkan suami subjek dengan wanita lain yang bersuku Padang.Selain itu juga mertua perempuan subjek banyak ikut campur dalam hal mengasuh putranya hal ini dikarenakan mertua perempuannya menganggap subjek tidak mampu mengurus putranya sendiri sehingga subjek sering berselisih dengan mertua perempuannya.. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Collins (1985), masalah yang mungkin muncul karena perkawinan beda suku diantaranya adalah: Masalah eketernal. Masalah eksternal adalah masalah dari luar lingkungan keluarga, dari orang-orang yang berkaitan dengan anggota keluarganya, Misalnya mertua, orang tua, saudara ipar, dan lain-lain. Adapun masalah-masalah eksternal yang muncul selama subjek tinggal di rumah mertuanya adalah sikap mertua perempuan subjek yang kurang menyetujui pernikahannya karena subjek bukan berasal dari Padang, hal ini menyebabkan mertua perempuan subjek menjodohkan suami subjek dengan wanita lain yang bersuku Padang, selain itu juga mertua perempuan subjek banyak ikut campur dalam hal mengasuh putranya hal ini dikarenakan mertua perempuannya menganggap subjek tidak mampu
14 mengurus putranya dan belum bisa menerima subjek sebagai menantunya. E. Penutup Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan beberapa hal yaitu : 1. Penyesuaian diri menantu perempuan yang tinggal di rumah mertua yang berbeda suku adalah sebagai berikut: subjek memiliki karakteristik penyesuaian diri yang baik seperti, memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas, subjek menyesuaikan diri di rumah mertuanya dengan cara mengikuti berbagai aturan di rumah mertuanya. Mampu mengatasi atau menangani stress dan kecemasan, subjek tidak mudah stress dalam menghadapi masalah-masalah yang muncul selama tinggal di rumah mertuanya. Memiliki citra diri yang positif, subjek tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal yang bersifat negatif, hal ini dikarenakan subjek dapat mengontrol kehidupannya dan banyak menghabiskan waktunya pada hal-hal yang bersifat positif. Mampu mengekspresikan perasaannya dengan cara menangis, tertawa dan menunjukan emosinya secara realitas dan terkendali. 2. Ada dua faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri subjek sehingga subjek memiliki penyesuaian diri yang positif, yaitu : Faktor internal dan faktor eksternal.faktor internal adalah : faktor yang berasal dari dalam diri subjek. Faktor internal adalah salah satu motivasi subjek untuk melakukan penyesuaian diri di rumah mertua. Hal ini dikarenakan oleh keinginan subjek agar bisa diterima di rumah mertuanya sangat kuat. Faktor eksternal adalah : tuntutan-tuntutan yang berasal dari luar individu. Subjek dituntut untuk menyesuaiakan diri agar bisa diterima dilingkungannya. Suami dan mertua perempuan subjek sangat berperan dalam proses penyesuaian diri yang dilakukan subjek. Suaminya selalu memberi support jika dirinya enggan melakukan penyesuaian diri dikala sedang berselisih dengan mertua perempuannya. Mertua perempuan subjek banyak mengatur subjek dalam berbagai hal, seperti : cara berpakaian. Pada awalnya subjek merasa tidak nyaman, akan tetapi
15 lama kelamaan subjek menjadi terbiasa dengan gaya berpakaian seperti yang diatur oleh mertuanya. Kedua faktor tersebut menyebabkan subjek memiliki penyesuaian diri yang positif. Seperti : memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas, subjek mengikuti berbagai aturan di rumah mertuanya dengan cara mengerjakan pekerjaan rumah, mempelajari dan mengikuti adat istiadat mertua dan menggunakan kerudung 3. Permasalahan yang muncul pada saat subjek tinggal dirumah mertua yang berbeda suku berasal dari masalah eksternal hal ini ditandai dengan sikap mertua perempuan subjek yang kurang menyetujui pernikahannya karena subjek bukan berasal dari Padang, hal ini menyebabkan mertua perempuan subjek menjodohkan suami subjek dengan wanita lain yang bersuku Padang, selain itu juga mertua perempuan subjek banyak ikut campur dalam hal mengasuh putranya hal ini dikarenakan mertua perempuannya menganggap subjek tidak mampu mengurus putranya dan belum bisa menerima subjek sebagai menantunya. Melalui hasil observasi dan wawancara, dengan beberapa saran dapat peneliti sumbang, antara lain sebaiknya : 1. Kepada subjek agar melakukan introspeksi diri, dan juga meningkatkan kualitas hubungan dengan keluarga suami, khususnya dengan mertuanya, agar didapat mengertian bagi masing-masing pihak. 2. Untuk keluarga agar bisa lebih menerima kehadiran anggota keluarga baru yang berbeda latar belakang budaya dirumahnya, dengan cara bersikap terbuka dan mendukung penyesuaian diri yang dilakukan subjek selama tinggal di rumah mertua. 3. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya menggunakan jumlah subjek yang banyak, metode yang digunakan sebaiknya menggunakan metode kuantitatif, mengembangkan topik yang telah ada dengan menggumnakan teori lain. Sehingga bisa mendapatkan hasil yang lebih baik
BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam siklus kehidupan manusia. Setiap orang berkeinginan untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia bersama orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan jenjang awal pembentukan masyarakat, dari suatu parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di dalamnya akan lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan berkeluarga atau menempuh kehidupan dalam perkawinan adalah harapan dan niat yang wajar dan sehat dari setiap anak-anak muda dan remaja dalam masa perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang senantiasa memerlukan interaksi dengan orang lain. Saat berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah kepuasan perkawinan, ialah sesuatu yang merujuk pada sebuah perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna lebih luas daripada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan bahwa kawin sama dengan perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami istri. Sedangkan menurut Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang
Lebih terperinciLAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah
LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah bagi diri anda sendiri? 2. Bagaimana anda menggambarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal
Lebih terperinciKONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR
KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: SITI SOLIKAH F100040107 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Latar belakang. adat ( kebiasaan ), tujuan gaya hidup dan semacamnya.
16 PENDAHULUAN A. Latar belakang Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara 2 pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda. Menurut Afaq (2003) pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain, dimana setiap manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain dan hidup dengan manusia lain.
Lebih terperincidalam suatu hubungan yaitu pernikahan. Pada kenyataannya tidak semua pasangan pernikahan berasal dari latar belakang yang sama, salah satunya adalah p
Penyesuaian Diri Wanita yang Melakukan Konversi Agama Pra Pernikahan Yulia Eka Wati Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstrak Konversi agama yang dilakukan oleh seseorang terutama wanita karena
Lebih terperinciPENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN
PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tercipta sebagai mahkluk sosial. Sebagai mahkluk sosial manusia harus saling berinteraksi, bertukar pikiran, serta berbagi pengalaman. Setiap manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pernikahan merupakan perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal
HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti mempunyai harapan-harapan dalam hidupnya dan terlebih pada pasangan suami istri yang normal, mereka mempunyai harapan agar kehidupan mereka
Lebih terperinciSUSI RACHMAWATI F
HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KEHARMONISAN KELUARGA PADA AWAL PERKAWINAN PASANGAN BERSTATUS MAHASISWA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian ini. Selanjutnya juga akan dipaparkan hasil diskusi dan saran. 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Masa ini harus dilalui oleh setiap orang. Namun ternyata tidak mudah dan banyak terdapt
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia (Ardhianita & Andayani, 2011). Ketika individu memutuskan untuk menikah dan kemudian menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu tradisi dipersatukannya dua insan manusia dalam ikatan suci, dan keduanya ingin mencapai tujuan yang sama yaitu menjadi keluarga yang harmonis.
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka pernikahan dini di Indonesia terus meningkat setiap tahunya. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN (2012), menyatakan bahwa angka pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan sebagai jalan bagi wanita dan laki-laki untuk mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan sebagai jalan bagi wanita dan laki-laki untuk mewujudkan suatu keluarga atau rumah tangga, hal tersebut merupakan salah satu ibadah dalam agama islam dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan
PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
Lebih terperinciPENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA
PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh : FAJAR TRI UTAMI F 100 040 114 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mengalami berbagai proses perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa kanak-kanak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai salah satu dari lima agama yang diakui di Indonesia, sangat menekankan tentang bagaimana seorang muslim seharusnya menjalankan pernikahan. Namun sebelum
Lebih terperinciKEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI
KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan adalah suatu hubungan yang sakral atau suci dan pernikahan memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan adalah suatu hubungan yang sakral atau suci dan pernikahan memiliki banyak keuntungan dibandingkan hidup sendiri, karena pasangan yang sudah menikah dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Pernikahan pada dasarnya menyatukan dua pribadi yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan ke dunia dengan misi menjalankan kehidupan sesuai dengan kodrat ilahi yakni tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, setiap orang harus
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan
BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan kemudian dipertahankan oleh individu dalam memandang dirinya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai
1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah Manusia dalam proses perkembangan untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk selalu menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain menimbulkan sikap
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN
HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan
13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO
HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO Astrid Oktaria Audra Siregar 15010113140084 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia mempunyai nilai yang tinggi karena merupakan suatu system yang dikembangkan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad lamanya, di dalam kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya adalah mahkluk sosial dan mahkluk pribadi. Manusia sebagai mahluk sosial akan berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah telah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi, dan pula menciptakan manusia lengkap dengan pasangan hidupnya yang dapat saling memberikan kebahagiaan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya, dengan sifat dan hakekat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah
Lebih terperinciPENYESUAIAN DIRI Oleh : Weny Hastuti,S.Kep. Abstrak :
PENYESUAIAN DIRI Oleh : Weny Hastuti,S.Kep. Abstrak : Penyesuaian diri adalah kemampuan individu untuk bereaksi karena tuntutan dalam memenuhi dorongan/kebutuhna dan mencapai ketentraman batin dalam hubungannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia harus membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada saat ini tidak
Lebih terperinciKATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas
LAMPIRAN I KATA PENGANTAR KUESIONER Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, maka tugas yang harus dilaksanakan adalah mengadakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat muslim semakin kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang dihadapi ataupun ditanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan relasi antar pribadi pada masa dewasa. Hubungan attachment berkembang melalui
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,
Lebih terperinciMANAJEMEN KONFLIK ANTARPRIBADI PASANGAN SUAMI ISTRI BEDA AGAMA
MANAJEMEN KONFLIK ANTARPRIBADI PASANGAN SUAMI ISTRI BEDA AGAMA Penyusun Nama : Asteria Agustin NIM : D2C 007 012 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentu ingin hidup dengan pasangannya selama mungkin, bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu hubungan. Ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, ilmu psikologi lebih menekankan kepada aspek pemecahan masalah yang dialami individu dan cenderung lebih memusatkan perhatian kepada sisi negatif perilaku
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi antarpersonalnya menjadi berbeda satu dengan yang lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penelitian Jakarta sebagai Ibu Kota Indonesia adalah tempat bagi kurang lebih satu juta penduduk yang heterogen. Berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang-orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)
MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah
7 TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah Duvall (1971) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah laki-laki maupun perempuan yang telah menyelesaikan masa remajanya dan siap secara fisik, emosi, finansial, tujuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang
Lebih terperinci(Elisabeth Riahta Santhany) ( )
292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap perempuan dalam tahun 2008 meningkat lebih dari 200% (persen) dari tahun sebelumnya. Kasus kekerasan yang dialami perempuan, sebagian besar
Lebih terperinci