Tufia i <naiii<i Etik E>erawatan dan [ eiigguiiciciii Hewan Perccbaan Lntuk Penelitian Eicmedis"
|
|
- Yuliana Setiawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Tufia i <naiii<i Etik E>erawatan dan [ eiigguiiciciii Hewan Perccbaan Lntuk Penelitian Eicmedis" Oleh M.Edhie Sulaksono Pusat Penelitian Penyakit Menular Badan Litbangkes ALAM kegiatan penelitian biomedis tersebut terdapat pula Laboratory Animal seringkali melibatkan/ menggunakan Information Service Centre (LAISC) yang hewan percobaan. Setiap individu berkedudukan di National Institute of Nutritiatau peneliti yang menggunakan hewan per- on, Hyderabad dan mendapatkan dukungan cobaan disatu sisi tentunya berhak memperoleh penuh dari WHO dalam pengembangannya baik kepastian tentang hewan percobaan yang "hardware maupun software"nya. digunakan berasal dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi ilmiah, namun Tujuan penulisan ini adalah memberikan disisi lain menjadi kewajibannya untuk mem- informasi tentang peranan dari IACUC dalam perlakukan hewan percobaan dengan tidak kegiatan penelitian biomedis ("ethical clearensewenang-wenang ("humane care").^ Untuk ce) dan segi kepentingannya mengapa hal ini itu guna membantu dan memberikan bimbing- diperlukan di suatu lembaga penelitian di annya terhadap para peneliti atau "user" Indonesia, yang dalam melakukan sebagian lainnya, maka suatu lembaga/institusi penelitian kegiatannya membutuhkan hewan percobaan. dapat membentuk suatu Panitia/Kelompok Kerja yang disebut dengan Institutional Animal KEANGGOTAAN Care and Use Committee (IACUC), yaitu suatu panitia/kelompok kerja/komite yang bertang- Anggota IACUC dipilih dan ditunjuk oleh gungjawab dalam pengawasan/ pengamatan pimpinan Institusi/Laboratorium. Hubungan penggunaan dan perawatan hewan percobaan kerjasama antara komite/panitia dengan yang digunakan untuk kegiatan ilmiah di suatu pimpinan lembaga penelitian dan pihak-pihak lembaga/institusi penelitian. V8) lainnya harus jelas. Komite/Panitia/Kelompok Kerja diwajibkan memberikan laporannya Di beberapa negara Eropa, Amerika tentang segala temuannya kepada pimpinannya. Serikat, India, Jepang dan negara Asia lainnya Semua pihak yang berhubungan dengan hewan komite ini telah dikenal dan secara melembaga percobaan diminta mengikuti segala ketentuantelah terbentuk di institusi penelitian mereka. ketentuan dalam melakukan perawatan dan Di India misalnya, disamping Panitia/Pokja pemeliharaan hewan percobaan yang sedang 1S~ Media Litbanekes Vol III No. 04/1993
2 dalam pengamatannya sesuai petunjuk pelaksanaan yang berlaku. Jumlah dan kriteria anggota komite tersebut dapat ditentukan oleh pimpinan institusi penelitian sesuai kebutuhan. Pada umumnya seorang anggota adalah Dokter Hewan atau sejenisnya yang telah mempefoleh pendidikan/pelatihan atau berpengalaman dalam penerapan ilmu hewan percobaan dan kedokterannya. Di samping itu disarankan sebaiknya, minimal satu orang anggota berasal dari disiplin ilmu di luar ilmu hewan percobaan (non-scientist), misalnya pimpinan administrasi atau staf yang menangani sarana penelitian,dgngan maksud apabila ditemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan fasilitas/sarana kegiatan dapat lebih cepat dikoordinasikan dan diupayakan pemecahan masalahnya. Demikian pula panitia/kelompok kerja tersebut setidak-tidaknya mempunyai satu orang anggota tenaga peneliti senior serta dimungkinkan adanya tenaga yang menguasai biostatistik. Pimpinan lembaga/institusi penelitian menunjuk satu orang sebagai ketua yang mempunyai tugas mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kegiatannya termasuk menyelenggarakan pertemuan-pertemuan. Seluruh anggotanya mencerminkan tanggungjawabnya secara langsung maupun tidak langsung terhadap pemeliharaan dan penggunaan hewan percobaan dan mewakili pihak-pihak yang berkepentingan seperti yang disebutkan di atas (peneliti, pengelola hewan percobaan dan staf administrasi), dengan menerapkan teknik manajemen Pola Kerja Terpadu. TUGAS PANITIA ETIK PERAWATAN DAN PENGGUNAAN HEWAN PERCOBAAN Tugas pokok Panitia Etika tersebut adalah mengamati atau mengawasi semua aspek tentang penggunaan dan perawatan hewan percobaan yang akan dan sedang digunakan dalam penelitian. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, maka ada tiga komponen penting yang mendukung pelaksanaan tugas tersebut, yaitu : 1. "Review" terhadap program institusi dalam melaksanakan perawatan dan penggunaan hewan percobaan, sesuai standard operating procedures (SOP)/petun)uk pelaksanaan pemeliharaan dan penggunaan hewan percobaan yang berlaku di institusi yang bersangkutan. 2. Melakukan inspeksi atau pemeriksaan terhadap fasilitas hewan percobaan baik yang sedang digunakan dalam penelitian maupun kondisi pengembangbiakan. 3. "Review" terhadap protokol penelitian yang menggunakan hewan percobaan sebagai model, penelitiannya. 4) Ad. 1) Review terhadap program yang dimaksud adalah pengamatan secara ekstensif terhadap semua aspek program-program institusi dalam melakukan perawatan dan pengggunaan hewan percobaan. Review dapat dilakukan minimum dalam 6 (enam) bulan sekali. 2) Pimpinan Laboratorium Hewan Percobaan harus menyajikan dokumendokumen sebagai hasil pelaksanaan dari petunjuk pelaksanaan perawatan dan penggunaan hewan percobaan yang berlaku di institusi yang bersangkutan di dalam sidang Panitia/Pokja. Dokumen tersebut mencakup 2 (dua) hal penting, yaitu : 1. Tata laksana pengembangbiakan dan perawatan veteriner hewan percobaan. Tata laksana mencakup penggantian box/kandang dan sanitasinya; pengawasan dan pencegahan terhadap rodentia liar dan insekta; penanganan sampan/ limbahnya; fasilitas sanitasi; kebutuhan penerangan dan temperatur ruangan; sistim pencatatan; sumber-sumber makanan hewan; penyediaan Media Litbanskes Vol HI No. 04/
3 air minum dan alas kandang. Hal ini belum secara menyeluruh disampaikan, hanya pimpinan laboratorium hewan percobaan akan dapat memberikan jawabannya dalam sidang Panitia, apabila ada hal-hal lain yang perlu ditanyakan. 2. Petunjuk pelaksanaan mencakup pula tata cara pelaksanaan "emergency" dan perawatan hewan percobaan dihari libur ; cara mendapatkan hewan dari luar ; pengamatan dan kontrol penyakit; karantina hewan percobaan ; anestesia ; analgesia ; eutanasia ; pembedahan dan perawatan pasca bedah. - Kelompok kerja dapat menginginkan review dari hal-hal lainnya, misalnya cara-cara penanganan hewan percobaan yang sedang dipakai dalam percobaan penyakit menular ("hazardous agents"). - Disamping itu Panitia/ kelompok kerja harus pula mereview program kesehatan kerja bagi para teknisi hewan percobaan maupun pihak-pihak lain yang sehari-hari bekerja langsung dengan hewan percobaan. - Demikian pula program-program pelatihan yang sudah dilakukan oleh Laboratorium Hewan Percobaan dapat pula dilaporkan kepada Panitia/Kelompok Kerja tersebut. - Tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan dan penggunaan hewan percobaan disampaikan kepada Panitia/ Kelompok Kerja tersebut untuk digunakan sebagai bahan masukan guna perbaikan seperlunya dan selanjutnya disampaikan kepada Pimpinan institusi untuk ditindaklanjuti. Ad. 2) Setelah melakukan review terhadap perawatan dan penggunaan hewan percobaan, Panitia/ Kelompok kerja siap melakukan inspeksi fisik terhadap fasilitas laboratorium hewan percobaan dan fasilitas penelitiannya. Inspeksi dilakukan hanya untuk mengetahui sejauh mana kebenaran laporan atau review petunjuk pelaksanaan yang telah disampaikan sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan, Dalam inspeksi tersebut Panitia Kerja tidak hanya sekedar melihat/menyaksikan bagaimana dan apa kelebihan maupun kekurangan yang ada dalam fasilitas Laboratorium Hewan Percobaan dalam hal ini misalnya : tingkat kebersihan lingkungan, namun lebih dari itu apakah semua hewan percobaan memperoleh perlakuan yang sebaik-baiknya (humane care) oleh para pengguna hewan percobaan. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini barangkali dapat dilontarkan, antara lain : 0 apakah semua peralatan dalam kondisi baik? 0 apakah semua hewan percobaan memperoleh makanan yang baik sesuai standar? 0 apakah kondisi temperatur, penerangan maupun kelembaban ruangan sudah sesuai dengan program pengembangbiakan hewan percobaan? 0 apakah para teknisi hewan percobaan benar-benar tahu akan tugas dan kewajiban mereka? Kelompok kerja tidak hanya mencatat apa yang telah mereka lihat, namun dituntut juga bagaimana mencari penyelesaian yang sebaik-baiknya terhadap masalah-masalah yang ditemukan di lapangan. Selanjutnya Ketua Panitia/Kelompok Kerja dapat melaporkan segala sesuatu berkenaan dengan hasil inspeksi kelompok kerja, sehingga diharapkan dapat dicari jalan keluarnya terutama masalah pendanaannya. 20 Media Litbanekes Vol III No. 04/1993
4 Ad. 3) Para peneliti atau pengguna hewan percobaan yang akan menggunakan hewan percobaan untuk penelitian diharuskan menyampaikan protokol untuk memperoleh persetujuannya dalam hal penggunaan hewan percobaannya dan Panitia/ Kelompok Kerja Perawatan dan Penggunaan Hewan Percobaan. Disiapkannya proposal penggunaan hewan percobaan dimaksudkan agar Kelompok Kerja memperoleh jaminan penggunaan hewan percobaan. Oleh karenanya segala petunjuk menyangkut penelitian yang menggunakan hewan percobaan sebagai modelnya agar disebarluaskan kepada semua pihak yang tugasnya antara lain berkaitan dengan hewan percobaan. Review/pembahasan terhadap protokol oleh Panitia/Kelompok Kerja mencakup beberapa hal sebagai berikut: 1. Protokol harus dibuat sedemikian rupa dengan "bahasa" yang dapat dimengerti oleh semua anggota Panitia dan hindarkan pengertian-pengertian ilmiah yang sulit dipahami oleh sementara anggota panitia yang bukan ilmuwan. 2. Peneliti harus dapat meyakinkan Panitia/ Kelompok Kerja bahwa tidak ada ajternatif lain kecuali hewan percobaan yang digunakan dalam melakukan kegiatan yang termasuk penelitian tersebut dan penelitian tersebut harus dilakukan dengan menggunakan hewan percobaan sebagai modelnya. Hal lainnya adalah bahwa penelitian yang menggunakan hewan percobaan tersebut bukan duplikat penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti lainnya. 3. Cara kerja atau prosedur penggunaan hewan percobaan harus menjelaskan sejelas-jelasnya, termasuk jumlah hewan percobaan sesuai persyaratan ilmiah; cara kerja yang menyebabkan rasa sakit pada hewan percobaan harus dicegah dengan menggunakan analgesik atau anestesi yang dianjurkan; hewan percobaan dipelihara dalam tingkat kondisi yang bagaimana dan rencana perawatan kesehatannya. Kemudian perlu juga diperhatikan apakah ada tindakan-tindakan operasi/ pembedahan terhadap hewan percobaan yang dipakai dan bagaimana perawatan pra maupun pasca operasinya, bagaimana cara pemusnahan atau eutanasia setelah hewan selesai digunakan. 9j Peneliti juga diminta untuk menjelaskan bahwa semua teknisi telah memperoleh pembekalan praktek untuk menjalankan kegiatannya. Panitia/ Kelompok Kerja Perawatan dan Penggunaan Hewan Percobaan dapat menolak maupun menerima proposal tersebut. Jika ada penolakan, maka Panitia harus memberikan penjelasannya kepada peneliti yang bersangkutan untuk kemudian diperbaiki. Tujuan dari seluruh proses mi adalah bukan untuk menghambat/mempersulit kegiatan penelitian, namun untuk meyakinkan bahwa penelitian hewan percobaan dirancang dan dilaksanakan dengan baik sesuai petunjuk pelaksanaan yang berlaku di institusi yang bersangkutan. KEMUNGKINAN PENERAPANNYA Pertanyaannya sekarang, mengapa institusi perlu mempertimbangkan perlu adanya "Institutional Animal Care and Use Committee"?. Semenjak semakin meningkatnya interes peneliti biomedis, belum pernah dipikirkan adanya upaya menyelamatkan "hak-hak" hewan percobaan, maka sekaranglah saatnya untuk berbuat sesuatu. Berdasarkan perbandingan hasil survei penggunaan hewan percobaan di Indonesia tahun 1983 dan 1993 yang dilakukan oleh Unit MediaLitbanekes Vol IIlNo.04/
5 Hewan Percobaan,Pusat Penelitian Penyakit Menular, penggunaan Mencit Mm musculus masing-masing ekor/tahun (111 responden) 6) dan lebih dari ekor/ tahun (16 responden), maka hal ini menunjukkan adanya peningkatan. Oleh karenanya dengan semakin meningkatnya penggunaan hewan percobaan mulai dari ordo rendah hingga yang lebih tinggi (misalnya : kera),akan semakin mendesak upaya kemungkinan penerapan Panitia/Kelompok Kerja yang dimaksud. Apabila terlambat atau terjadi penundaan, sementara kita berpacu dengan teknologi hewan percobaan dan laboratorium biomedis/ kedokteran yang semakin berkembang, maka akan semakin sulit mengimplementasikan program tersebut, karena mekanisme kerja model lama akan semakin berlarut-larut dan sulit dirubah. ARTIKEL Hal ini perlu ditegaskan kembali guna dipahami kepada para peneliti biomedis/ kedokteran, bahwa peranan Panitia/ Kelompok Kerja Perawatan dan Penggunaan Hewan Percobaan bukanlah dalam rangka memaksakan aturan kerja baru, namun justru membantu para peneliti atau pengguna hewan percobaan lainnya didalam melaksanakan kegiatan penelitiannya yang sedikit banyak ada yang tidak dapat diatasi sendiri atau memerlukan koordinasi dengan pihak lainnya yang terkait, termasuk laboratorium hewan percobaan. berpengaruh selama kegiatan penelitian berlangsung. 3) Namun di atas semuanya itu sistim pemeliharaan hewan percobaan kalaupun ada fasilitas laboratorium hewan percobaan, perlu mendapatkan perhatian terlebih dahulu guna ditingkatkan kemampuannya yang menyangkut fisik, teknologi, daya dukung sumber daya manusia dan faktor pendukung lainnya. KESIMPULAN Melalui suatu bentuk program kerjasama yang terkoordinasi dalam Panitia/Kelompok Kerja Perawatan dan Penggunaan Hewan Percobaan, berarti hewan percobaan dilindnngi hak-haknya dan para peneliti memperoleh penghargaannya, karena hasil penelitiannya diakui secara ilmiah. DAFTARPUSTAKA 1. CIOMS, International Guiding Principales for Biomedical Research Involving Animals. Geneve : CIOMS, Dresser, R. Developing standards in animal research review. J. Am Vet Med Assoc ; 194: GJR Hovell. Basic principles and technological practice for animal welfare. Proceedings, IX th ICLAS International Symposium on Laboratory Animal Science. Bangkok January 10-16, Orlans, F.B. Research protocol review for animal SASARAN KEGIATAN welfare. Invest Radiol 1987 ; 22: Ralph Hovell. Worksshop a-rols the IACUC. Geneve, CIOMS, Sasaran pokok dari program-program 6. Sulaksono. ME ; Pudjoprajitno ; Siti Sundari Panitia/Kelompok Kerja tersebut adalah Yuwono dan Ketut Patra. Keadaan dan Masalah kualitas penelitian, yang sudah barang tentu Hewan Percobaan di Indonesia. Buletin merupakan cita-cita dari para peneliti sendiri. Penelitian Kesehatan, vol. 14(3). Badan Penelitian Panitia/Kelompok Kerja akan meyakinkan dan Pengembangan Kesehatan, peneliti, bahwa kerja mereka ada di dalam batas 7. US Animal Welfare Act 1966, amended 1970, 1976, dan etos kerja yang baik dan terkoordinasi, antara 8. US Federal Register, Rules and Regulations, Vol. lain menyangkut kualitas hewan percobaannya 54, No. 168, August 31, Institutional Animal dan hewan tidak akan mengalami rasa sakit Care and Use Committee. lebih dari sebentar atau distress (rasa tertekan) 9. US Nffl Publication No Guide For The sebagai hasil komplikasi variabel-variabel yang Care And Use Of Laboratory Animals. Revised Media Litbanekes Vol. Ill No. 04/1993
ETIKA PENELITIAN EPIDEMIOLOGI ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
ETIKA PENELITIAN EPIDEMIOLOGI ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PENDAHULUAN Penelitian epidemiologi - merupakan studi distribusi dan determinan (penentu) status atau kejadian yang berkaitan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1 P e d o m a n K e l a y a k a n E t i k P e n g g u n a a n H e w a n I n s t i t u t P e r t a n i a n B o g o r
1 P e d o m a n K e l a y a k a n E t i k P e n g g u n a a n H e w a n 1. PENDAHULUAN Keputusan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi No 108/M/Kp/IX/2004, Menteri Kesehatan No 1045/Menkes/SKB/IX/2004
Lebih terperinciKLIRENS ETIK PENELITIAN BIDANG ILMU PENGETAHUAN HAYATI (IPH)
KLIRENS ETIK PENELITIAN BIDANG ILMU PENGETAHUAN HAYATI (IPH) Enny Sudarmonowati Ketua Sub Komisi Klirens Etik Penelitian Bidang IPH dan Tim Sub Komisi Klirens Etik Penelitian Bidang IPH Sosialisasi 3 Pilar
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tenaga kesehatan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam pencapaian keoptimalan derajat kesehatan. Salah satu tenaga kesehatan yang jumlahnya
Lebih terperinciPERANAN KOMITE FARMASI SEBAGAI BADAN NORMATIF NONSTRUKTURAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
PERANAN KOMITE FARMASI SEBAGAI BADAN NORMATIF NONSTRUKTURAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO Bachtiar Saruddin Komite Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu farmakologi, histologi dan patologi anatomi. 3.2 Jenis dan rancangan penelitian Penelitian
Lebih terperinciKomunikasi Dokter dengan Sejawat Pertumbuhan pengetahuan ilmiah yang berkembang pesat disertai aplikasi klinisnya membuat pengobatan menjadi
Komunikasi Dokter dengan Sejawat Pertumbuhan pengetahuan ilmiah yang berkembang pesat disertai aplikasi klinisnya membuat pengobatan menjadi kompleks. Dokter secara individu tidak bisa menjadi ahli untuk
Lebih terperinciBADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN. Disajikan Pada : RAPAT 23 SEPTEMBER 2014
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN Disajikan Pada : RAPAT 23 SEPTEMBER 2014 Pemetaan Tenaga Kesehatan Mutu Tenaga Kesehatan Untuk Memenuhi: 1.Hak dan Kebutuhan Kesehatan
Lebih terperinciHospital by laws. Dr.Laura Kristina
Hospital by laws Dr.Laura Kristina Definisi Hospital : Rumah sakit By laws : peraturan Institusi Seperangkat peraturan yang dibuat oleh RS (secara sepihak) dan hanya berlaku di rumah sakit yang bersangkutan,dapat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1958 TENTANG PELAKSANAAN PERSETUJUAN PAMPASAN PERANG ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN JEPANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1958 TENTANG PELAKSANAAN PERSETUJUAN PAMPASAN PERANG ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN JEPANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. Bahwa pampasan
Lebih terperinciSalah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi atau Healthcare Associated Infections (HAIs) di rumah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu mata rantai pelayanan kesehatan yang mempunyai fungsi utama sebagai tempat penyembuhan dan pemulihan penderita. Perkembangan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciAGENDA RAPAT DAN NOTULEN
KOMITE ETIK AN KESEHATAN AGENDA RAPAT DAN TULEN Halaman 20-1 20-15 KOMITE ETIK AN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 KOMITE ETIK AN KESEHATAN DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI.....
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya guna produksi,
Lebih terperinciIndonesia Panduan Relawan
International Animal Rescue Didedikasikan untuk penyelamatan dan rehabilitasi satwa Amal Terdaftar Nomor: AHU-278.AH.01.02.Tahun 2008 Indonesia Panduan Relawan International Animal Rescue (IAR) Yayasan
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya
Lebih terperinciPersyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel
Pedoman KAN 801-2004 Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi lembaga yang ingin mendapat akreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 199, 2000 BADAN STANDARISASI. Standarisasi Nasional. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciINTERVENSI TERHADAP KESALAHAN/PENYIMPANGAN PROTOKOL
INTERVENSI TERHADAP KESALAHAN/PENYIMPANGAN PROTOKOL Halaman 15-1 15-6 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI... 15-2 1. TUJUAN... 15-3 2. RUANG LINGKUP...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketersediaan obat bagi masyarakat merupakan salah satu komitmen pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketersediaan obat bagi masyarakat merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat. Kesehatan merupakan hak asasi
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.298, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT DAERAH MENTERI DALAM NEGERI
KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT DAERAH MENTERI DALAM NEGERI Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Keputusan Presiden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil pengukuran yang diberikan oleh beberapa alat sejenis tidak selalu menunjukkan hasil yang sama, meskipun alat tersebut mempunyai tipe yang sama. Perbedaan ini
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. DORIS SYLVANUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tenaga kesehatan memiliki peranan penting
Lebih terperinciETIK PADA HEWAN PERCOBAAN FASILITATOR: GEMA NAZRI YANTI
ETIK PADA HEWAN PERCOBAAN FASILITATOR: GEMA NAZRI YANTI ETIK PENGGUNAAN HEWAN PERCOBAAN PENGATURAN ETIK PADA HEWAN PERCOBAAN PENGGUNAAN HEWAN PERCOBAAN PERLAKUAN THDP HEWAN PERCOBAAN ETIK PENGGUNAAN HEWAN
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BYLAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINJAI BUPATI SINJAI,
PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BYLAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINJAI BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Rumah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 417/MENKES/PER/II/2011 TENTANG KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 417/MENKES/PER/II/2011 TENTANG KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1960 TENTANG POKOK-POKOK KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1960 TENTANG POKOK-POKOK KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kesehatan rakyat adalah salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciIntegrasi Kelembangan KFN Menjadi Bagian KTKI
Integrasi Kelembangan KFN Menjadi Bagian KTKI Disampaikan oleh : Drs. Purwadi, Apt., MM., ME Ketua Komite Farmasi Nasional Disampaikan pada : Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan di Bidang Kefarmasian
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perkarantinaan hewan
Lebih terperinciBupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERKAH
Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERKAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG
BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SITUBONDO
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu farmakologi,
21 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu farmakologi, histologi, dan patologi anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 1) Tempat
Lebih terperinci*37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN PP 82/2000, KARANTINA HEWAN *37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciBUPATI SRAGEN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN
BUPATI SRAGEN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. H. ANDI ABDURRAHMAN NOOR KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perkarantinaan hewan
Lebih terperinciSISTEM STANDARDISASI NASIONAL (SSN)
SISTEM STANDARDISASI NASIONAL (SSN) 1 SISTEM STANDARDISASI NASIONAL 1. Tatanan jaringan sarana dan kegiatan standarisasi yang serasi, selaras dan terpadu serta berwawasan nasional. 2. Merupakan dasar dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 1 Kesehatan sebagai salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cita-Cita Bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang
Lebih terperinciPERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM
PERSYARATAN SERTIFIKASI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTIM MUTU () KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI PALEMBANG JL. PERINDUSTRIAN II
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 54 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN RUMAH
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.915, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Data. Informasi Kesehatan. Rahasia Kedokteran. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN
Lebih terperinciNOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan
Lebih terperinciPROGRAM KERJA INSTALASI LABORATORIUM TAHUN 2015 RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS JL. DANAU SUNTER UTARA, SUNTER PARADISE I, JAKARTA
PROGRAM KERJA INSTALASI LABORATORIUM TAHUN 2015 RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS JL. DANAU SUNTER UTARA, SUNTER PARADISE I, JAKARTA Laboratorium Rs Royal Progress Page 1 1. PENDAHULUAN Citra rumah sakit yang
Lebih terperinciAspek Etik dan Hukum Kesehatan
Aspek Etik dan Hukum Kesehatan Latar Belakang berlakunya etik sebagai norma dalam kehidupan manusia : - Kata etik atau etika, berasal dari dua kata yunani yang hampir sama bunyinya namun berbeda artinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan RS adalah suatu topik yang senantiasa merupakan isu yang hampir selalu hangat dibahas pada berbagai seminar di media massa. Bahkan sebagian masyarakat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO Menimbang : Mengingat : 1.
Lebih terperinciUndang Undang No. 9 Tahun 1960 Tentang : Pokok Pokok Kesehatan
Undang Undang No. 9 Tahun 1960 Tentang : Pokok Pokok Kesehatan Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 9 TAHUN 1960 (9/1960) Tanggal : 15 OKTOBER 1960 (JAKARTA) Sumber : LN 1960/131; TLN NO. 2068 Presiden
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS KEPUTUSAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI BANYUMAS KEPUTUSAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA LABORATORIUM KESEHATAN HEWAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
Lebih terperincic. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pembentukan
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Wates; LEMBARAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 21 TAHUN : 1999 SERI : D.4.
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 21 TAHUN : 1999 SERI : D.4. PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 1996 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA
Lebih terperinciSURAT PERMOHONAN KELAYAKAN ETIK HEWAN
Lampiran 1. BORANG A SURAT PERMOHONAN KELAYAKAN ETIK HEWAN 1. Biodata peneliti Nama : Institusi : Alamat : Telepon : HP : Email : 2. Kualifikasi pengusul Nama Pendidikan Peranan dalam penelitian Training
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PADJADJARAN FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITAS PADJADJARAN KOMITE ETIK PENELITIAN KESEHATAN
POB/25/KEPK-FKUP 2 Januari 2014 MENJAGA KERAHASIAAN Halaman 25-1 25-8 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI... 25-2 1. TUJUAN... 25-3 2. RUANG LINGKUP......
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.298, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan
Lebih terperinciPEMBENTUKAN KEPK Halaman
PEMBENTUKAN KEPK Halaman 2-1 2-17 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI... 2-2 1. TUJUAN... 2-3 2. RUANG LINGKUP... 2-4 3. PENANGGUNG JAWAB... 2-4 4. ALUR
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.2030, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Karatina Hewan. Instalasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/KR.100/12/2015 TENTANG INSTALASI KARANTINA
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Biomedik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan
30 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah dalam bidang ilmu Gizi Biomedik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas
Lebih terperinciOleh : Andriantoro Pusat penelitian dan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium Lingkungan kementerian lingkungan Hidup dan Kehutanan
Sosialisasi Metode SNI 7184.5:2017 Karakteristik limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3)- bagian 5: pengujian toksisitas akut limbah secara oral pada hewan uji mencit : Up and Down Procedure Oleh : Andriantoro
Lebih terperinciTATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 80% Terpenuhi 20-79% Terpenuhi sebagian < 20% Tidak terpenuhi
STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN TATA KELOLA TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 8% Terpenuhi 2-79% Terpenuhi sebagian < 2% Tidak terpenuhi Standar TKP. 1 Tanggung jawab dan akuntabilitas
Lebih terperinci3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992;
PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a.
Lebih terperinciK106 ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR- KANTOR
K106 ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR- KANTOR 1 K-106 Istirahat Mingguan Dalam Perdagangan dan Kantor-Kantor 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan
Lebih terperinciBagian Keenam Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet Pasal 16 (1) Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian
Bagian Keenam Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet Pasal 16 (1) Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi kesehatan hewan
Lebih terperinciBEBERAPA MODEL LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI
BEBERAPA MODEL LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI Supriyadi Widodo Eddyono 1 1 Tulisan ini digunakan untuk bahan pengantar diskusi FGD III perlindungan saksi dan Korban yang diinisiasi oleh ICW-KOMMNAS PEREMPUAN-ELSAM
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan
Lebih terperinciGOOD LABORATORY PRACTICE (PRAKTEK LABORATORIUM YANG BENAR) Hasil pemeriksaan laboratorium digunakan untuk :
GOOD LABORATORY PRACTICE (PRAKTEK LABORATORIUM YANG BENAR) Pelayanan laboratorium merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI PENGENDALIAN ZOONOSIS KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,
Lebih terperinciPerda Kab. Belitung No. 17 Tahun
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berkaitan dengan Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, dan Toksikologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Pemeliharaan hewan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya guna
Lebih terperinciBATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan penelitian yang bermutu harus memperhatikan aspek etik dan ilmiah;
PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR: 195/KA/XI/2011 TENTANG PEDOMAN ETIK PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN HEWAN PERCOBAAN BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA
LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 30 Tahun 2001 Seri D ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA
Lebih terperinciSENAT MAHASISWA KM UNDIP PERATURAN SENAT MAHASISWA KM UNDIP NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENERIMAAN MAHASISWA BARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN SENAT MAHASISWA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENERIMAAN MAHASISWA BARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA SENAT MAHASISWA Menimbang: a. bahwa Penerimaan Mahasiswa Baru merupakan kegiatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara
Lebih terperinciPedoman Me review Paper Untuk Seminar dan Jurnal Ilmiah
Pengantar Pedoman Me review Paper Untuk Seminar dan Jurnal Ilmiah Dr. Ir. Risanuri Hidayat, M.Sc. Dosen Pasca Sarjana Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jln. Grafika 2, Negeri Ngayogyakarta
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI A. PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini peningkatan produktifitas dan kualitas
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D
LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA RUMAH SAKIT INDERA PROVINSI BALI
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA RUMAH SAKIT INDERA PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. Standar
Lebih terperinciAUDIT I. The Audit Standars Setting Proces. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI
AUDIT I Modul ke: The Audit Standars Setting Proces Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA Program Studi AKUNTANSI PENGERTIAN STANDAR AUDITING Standard Auditing adalah Landasan konseptual
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG. ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. DORIS SYLVANUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah sakit sebagai satu lembaga sosio-ekonomi juga lembaga kemanusiaan yang memiliki nilai-nilai dan martabat luhur, sebaiknya mengutamakan nilai-nilai moral dan tidak
Lebih terperinciKONPENSI 106 MENGENAI ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR-KANTOR KONPERENSI UMUM ORGANISASI PERBURUHAN INTERNASIONAL
KONPENSI 106 MENGENAI ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR-KANTOR KONPERENSI UMUM ORGANISASI PERBURUHAN INTERNASIONAL Setelah diundang di Genewa oleh Badan Pengurus Biro Perburuhan Internasional
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. IV.1 Penetapan Kebijakan Dan Prosedur Pengendalian Mutu
BAB IV HASIL PENELITIAN IV.1 Penetapan Kebijakan Dan Prosedur Pengendalian Mutu Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil pembicaraan dengan top manajemen KAP Jamaludin, Aria, Sukimto & Rekan sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan sesuai dengan tujuan pembentukan Negara Indonesia, sebagaimana tercantum dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG
PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS
BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang
Lebih terperinciFORM CHECKLIST KELENGKAPAN REKAM MEDIS RS. SIAGA RAYA- JAKARTA SELATAN
FORM CHECKLIST KELENGKAPAN REKAM MEDIS RS. SIAGA RAYA- JAKARTA SELATAN Lampiran 6 No. No. RM IDENTITAS PASIEN Nama TTL JK Pekerjaan SP Agama Ayah Ibu Alamat anamnesis diagnosis Tindakan/ Pengobatan Dokter/
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah No. 102 Tahun Tentang : Standardisasi Nasional
Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 Tentang : Standardisasi Nasional Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya guna produksi, mutu barang,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM A.M. PARIKESIT TENGGARONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Definisi Safety Surgery Safety surgery dapat diartikan dengan upaya memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi di kamar operasi. Salahlokasi,
Lebih terperinci