RANCANG BANGUN GENERATOR SINKRON AXIAL FLUX PERMANENT MAGNET 1500 WATT. Abdul Fajar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RANCANG BANGUN GENERATOR SINKRON AXIAL FLUX PERMANENT MAGNET 1500 WATT. Abdul Fajar"

Transkripsi

1 RANCANG BANGUN GENERATOR SINKRON AXIAL FLUX PERMANENT MAGNET 1500 WATT Abdul Fajar Perkembangan energi terbarukan sebagai energi alternatif untuk penggerak mula generator masih sedikit. Kebanyakan generator pada pembangkit saat ini menggunakan putaran tinggi, sedangkan energi terbarukan seperti air dan angin hanya dapat menggerakkan generator dengan putaran rendah, dikarenakan debit air yang tersedia relatif rendah dan kecepatan angin yang ada di Indonesia tidak stabil kecepatannya. Sehingga perlu dirancang bangun serta diuji generator Axial Flux Permanent Magnet (AFPM) fasa 3 dengan putaran rendah. Perancangan AFPM ini ada 2 tahapan utama yaitu membuat kepingan rotor yang terdiri dari beberapa magnet permanen dan membuat lilitan kawat konduktor yang berfungsi sebagai stator. Setelah 2 bagian utama dari generator AFPM dibuat dan dirakit, maka generator sudah siap diuji. Pengujian AFPM dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter yaitu putaran, tegangan, arus, frekuensi dan faktor daya. Berdasarkan hasil pengujian dari generator AFPM fasa 3 dihasilkan putaran rendah sebesar 375 rpm dengan tegangan 396 volt dan frekuensi 49,8 Hz pada kondisi beban nol, serta dapat menyuplai energi listrik dengan daya pada beban hingga 809 watt dengan beban berupa lampu pijar dan motor listrik. Kata kunci : Energi terbarukan, Axial Flux, rotor, stator, magnet permanen. I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan generator dalam memproduksi energi listrik saat ini sudah sangat beragam, energi terbarukan sebagai energi alternatif untuk penggerak mula generator masih sangat sedikit pemanfaatannya. Kebanyakan generator pada pembangkit saat ini menggunakan putaran tinggi, sedangkan energi terbarukan seperti air dan angin hanya dapat menggerakkan generator dengan putaran rendah karena debit air yang rendah dan kecepatan angin yang tidak stabil. Sehingga perlu dirancang bangun serta diuji generator Axial Flux Permanent Magnet (AFPM) fasa 3 dengan putaran rendah. Generator ini menggunakan magnet permanen pada rotornya sehingga dapat menghasilkan energi listrik ketika berputar. desain AFPM lebih sederhana dan lebih mudah pembuatannya dibandingkan dengan generator konvensional. Posisi rotor dan statornya tegak lurus terhadap porosnya sehingga dinamakan generator tipe aksia. Daerah-daerah pelosok di Indonesia memiliki banyak sumber energi terbarukan tetapi tidak dengan kapasitas yang kecil. Saat ini, banyak daerah-daerah terpencil yang kekurangan pasokan listrik. maka menjadi sebuah keharusan memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut. Rancang bangun AFPM Fasa 3 dengan putaran rendah sebesar 375 rpm dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai pembangkit listrik rumahan yang menggunakan energi terbarukan secara efisien dan ramah lingkungan. Perancangan AFPM dimulai dengan mengumpulkan dasar teori yang berhubungan dengan generator AFPM putaran rensedah. Kemudian menentukan spesifikasi desainnya dan perhitungan. Setelah sudah didapatkan hasil perhitungannya, dilakukan pembuatan 2 bagian utama generator yaitu rotor dan stator. Kemudian rakit stator dan rotor sehingga generator dapat diuji dan dianalisa. I.2 Tujuan Tujuan tugas akhir ini dalah perancangan dan pembuatan sebuah generator sinkron axial flux permanent magnet fasa 3 dengan putaran rendah 375 rpm. I.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

2 Rancang bangun generator fluks aksial magnet permanen fasa 3 dengan tegangan sistem 380 V dan 375 rpm. Stator tanpa inti besi berada diantara dua rotor dengan magnet permanen. Percobaan di Lab CNC Teknik Mesin, ISTN tanggal 1 Juni 17 Agustus 2014 II. DASAR TEORI 2.1 konsep umum Prinsip kerja generator dalam mengkonversi energi mekanik menjadi energi listrik adalah berdasarkan hukum Faraday. Hasil penelitian Faraday menunjukkan bahwa seutas kawat atau kumparan konduktor berada dalam medan magnet yang berubah terhadap waktu, maka pada ujung-ujung kawat atau konduktor tersebut akan timbul tegangan atau gaya gerak listrik (ggl) induksi. Mesin Axial Flux Permanent Magnet (AFPM), yang biasa disebut mesin disc-type, merupakan sebuah mesin alternatif atas mesin Radial Flux Permanent Magnet (RFPM) berbentuk silinder, dikarenakan bentuknya seperti kue panekuk (pancake) yang terlihat rapi dan tersusun padat, sehingga menghasilkan berat jenis daya (daya keluaran per massa/volume mesin) yang lebih besar. Sedangkan generator fluks aksial adalah suatu mesin fluks aksial yang dapat menkonversikan energi mekanik menjadi energi listrik yang menghasilkan arus bolak balik yang terdiri dari stator dan rotor dengan memiliki arah aliran fluks yang memotong stator secara aksial. Tentunya berbeda dengan generator-generator konvensional lainnya yang aliran fluksnya secara radial. Generator fluks aksial ini tentunya memiliki ukuran yang jauh lebih kecil dari yang biasanya, dan sering dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga angin. Keunggulan AFPM dibandingkan dengan RFPM adalah [1]: 1. AFPM memiliki diameter rotor dan stator yang lebih besar. 2. Konstruksi AFPM lebih mudah dan sangat ideal. 3. Semakin besar diameter rotor semakin banyak jumlah kutub magnet yang ada, membuat AFPM sangat cocok untuk frekuensi tinggi pada putaran rendah. Gambar 2.1 Topologi generator: (a) RFPM, (b) AFPM [1] 2.2 Prinsip Kerja AFPM Prinsip kerja generator AFPM sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan prinsip kerja generator konvensional pada umumnya. Pengunaan magnet permanen menghasilkan medan magnet yang tetap sehingga tidak memerlukan pencatuan arus searah untuk menghasilkan medan magnet. Sedangkan fluks aksial diperoleh dari magnet permanen yang telah diberikan perlakuan khusus sehingga arah garis-garis gaya magnet keluar dari kutub magnet secara aksial atau vertikal. Prinsip generator AFPM secara sederhana dapat dijelaskan bahwa tegangan akan diinduksikan pada konduktor, apabila konduktor tersebut bergerak pada medan magnet sehingga memotong garis-garis gaya magnet. Generator ini juga memiliki konstruksi umum yang diperlihatkan pada Gambar 2.2 yaitu terdapat rotor yang memiliki magnet permanen sebagai sumber medan magnet, kumparan stator sebagai tempat terjadinya induksi elektromagnetik, dan celah udara antara rotor dan stator. Gambar 2.2 Konstruksi Umum Generator Fluks Aksial [1] 2.3 Generator Axial Flux Permanent Magnet Seperti pada umumnya, generator terdiri dari bagian yang berputar disebut rotor dan bagian yang diam disebut stator. Diantara rotor

3 dan stator terdapat celah udara. Bagian-bagian generator,yaitu : Rotor Pada Generator AFPM Rotor terbuat dari besi carbon yang ditempatkan magnet permanen pada permukaannya, seperti ditunjukan pada Gambar 2.3. Pada pembuatan tugas akhir ini, generator menggunakan 2 buah rotor yang mengapit stator, dengan polaritas magnet yang berlawanan arah N-S, sehingga fluks magnet yang melewati kumparan bisa diperkuat, antara 2 rotor tersebut disambungkan dengan poros yang kemudian poros inilah yang diputar oleh energi mekanik. Rotor berfungsi sebagai kumparan medan dan untuk menghasilkan medan magnetik digunakan magnet permanen. karena rugi arus hystrisis yang berpusar dalam inti besi. Demikian juga dengan lilitan tembaga atau kawat mempunyai kualitas yang khusus disamping biasanya mempunyai lapisan isolasi juga mempunyai ketahahanan panas yang tinggi sampai 150 derajat celcius sehingga tahanan isolasi masih cukup kuat untuk menahan panasnya stator generator maupun arus lilitan itu sendiri. Stator terbuat dari beberapa koil atau kumparan dari kawat tembaga yang dilapisi bahan isolator, seperti ditunjukan pada Gambar 2.4. Jumlah kumparan lilitan tembaga menentukan tegangan yang bisa dikeluarkan oleh generator tersebut. Gambar 2.4 Stator fluks aksial [1] Gambar 2.3 Rotor fluks aksial [1] Pada rotor terdapat jumlah kutub magnet yang akan mempengaruhi banyaknya putaran per menit yang harus bekerja untuk menimbulkan frekuensi yang diinginkan. Rotor pada generator merupakan bagian yang berputar yang terdiri dari magnet yang berputar Stator Pada Generator AFPM Stator adalah bagian yang tak berputar (diam), didalam stator generator terdapat belitan-belitan penghantar yang disusun sedemikian rupa sesuai kaidah baik jumlah lilitan, jarak antara lilitan (pitch factor) dan beda sudut antara phasa, sehingga dapat menghasilkan tegangan fasa 3 yang mempunyai sudut 120 derajat terhadap phasa lainnya. Kemampuan dan kualitas generator ditentukan juga oleh bahan tembaga yang dipakai serta tingkat ketahanan isolasi terhadap panas yang melaluinya. Bahan inti dari stator merupakan bahan terpilih yang mempunyai tingkat permeabilitas magnetik yang tinggi, terbentuk dari lapisan-lapisan plat yang terlaminasi satu sama lain. Hal ini adalah dimaksudkan untuk mengurangi rugi besi Sebuah belitan stator hanyalah gulungan stasioner di sebuah generator listrik, baik untuk putar atau linier. Stator pada motor atau generator AC adalah kumparan kawat yang disebut gulungan / lilitan stator, yang terdiri dari beberapa koil atau kumparan. Ketika kumparan ini diberi energi, maka medan magnet yang berputar akan menghasilkan energi listrik Magnet Permanen Pada GeneratorAFPM Magnet adalah suatu objek yang mempunyai medan magnet, magnet selalu mempunyai 2 kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan dan garis-garis gaya magnet (fluks) keluar dari kutub utara dan masuk ke kutub selatan, seperti ditunjukan pada Gambar 2.5. Magnet permanen tidak memerlukan tenaga atau bantuan dari luar untuk menghasilkan medan magnet. Gambar 2.5 Garis gaya magnet [6]

4 Jenis magnet permanen yang diketahui sampai saat ini ialah [1] : 1. Magnet Neodymium, yaitu jenis magnet tetap yang paling kuat, Magnet neodymium (juga dikenal sebagai NdFeB, NIB, atau magnet Neo), merupakan sejenis magnet tanah, terbuat dari campuran logam neodymium. 2. Magnet Samarium - cobalt salah satu dari dua jenis magnet bumi yang langka, merupakan magnet permanen yang kuat yang terbuat dari paduan samarium dan kobalt. 3. Magnet keramik, seperti barrium ferrite (BaOx6Fe 2O 3) dan strontium ferrite SrOx6Fe 2O 3 4. Magnet Alnico (Al, Ni, Co, Fe) Magnet merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam suatu generator. Fungsinya adalah untuk menghasilkan fluks magnetik yang akan dipakai untuk membangkitkan ggl induksi pada kumparan yang telah dipasang, untuk membangkitkan ggl induksi maka diperlukan perubahan jumlah fluks magnet yang mengenai kumparan. Perubahan fluks magnetik tersebut dilakukan dengan proses gerakan berputar. Kelebihan menggunakan magnet permanen pada generator fluks aksial ini adalah [10]: 1. Tidak ada energi listrik yang diserap oleh sistem medan eksitasi sehingga tidak ada kerugian eksitasi dan dapat meningkatkan efisiensi. 2. Menghasilkan torsi yang lebih besar. 3. Menyederhanakan konstruksi dan perawatan. 2.4 Rangkaian Tiga Phasa Mesin listrik terdiri dari dua jenis yaitu mesin arus bolak-balik (AC) dan arus searah (DC). Mesin AC terdiri dari dua jenis yaitu mesin sinkron dan induksi. Mesin sinkron berfungsi sebagai generator apabila merubah energi mekanik menjadi energi listrik. Pada sistem tenaga listrik fasa 3, idealnya daya listrik yang dibangkitkan, disalurkan dan diserap oleh beban semuanya seimbang, daya pembangkitan = daya pemakaian, dan juga pada tegangan yang seimbang. Pada tegangan yang seimbang terdiri dari tegangan 1 phasa yang mempunyai magnitude dan frekuensi yang sama tetapi antara 1 phasa dengan yang lainnya mempunyai beda phasa sebesar 120 listrik, sedangkan secara fisik mempunyai perbedaan sebesar 60, dan dapat dihubungkan secara bintang (Y) atau segitiga (delta Δ). Gambar 2.6 Gelombang fasa 3 Gambar 2.6 menunjukkan gelombang dari tegangan phasa. Bila gelombang-gelombang tegangan tersebut berputar dengan kecepatan sudut dan dengan arah berlawanan jarum jam (arah positif), maka nilai maksimum positif dari phasa terjadi berturut-turut untuk phasa V 1, V 2 dan V 3. sistem fasa 3 ini dikenal sebagai sistem yang mempunyai urutan phasa a b c. sistem tegangan fasa 3 dibangkitkan oleh generator sinkron fasa 3. Rangkaian fasa 3 terhubung menjadi 2 bagian yaitu : berhubung Star dan berhubung Delta Hubungan bintang / star ( Y ) Pada hubungan bintang (Y), ujungujung tiap phasa dihubungkan menjadi satu dan menjadi titik netral atau titik bintang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.9. Tegangan antara dua terminal dari tiga terminal a b c mempunyai besar magnitude dan beda phasa yang berbeda dengan tegangan tiap terminal terhadap titik netral. Tegangan V a,v b dan V c disebut tegangan phasa atau V f. Gambar 2.7 Hubungan bintang / star ( Y ) Dengan adanya saluran atau titik netral maka besaran tegangan phasa dihitung terhadap saluran atau titik netralnya, juga membentuk sistem tegangan fasa 3 yang seimbang dengan magnitudenya (akar 3 dikali magnitude dari tegangan phasa). V line = 3.V f = 1,73V f. Sedangkan untuk arus yang mengalir pada semua phasa mempunyai nilai yang sama per line = I phasa, I a = I b = I c Hubungan delta / segitiga Pada hubungan segitiga (delta) ketiga phasa saling dihubungkan sehingga

5 membentuk hubungan segitiga fasa 3. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8 Gambar 2.8 Hubungan segitiga. Dengan tidak adanya titik netral, maka besarnya tegangan saluran dihitung antar phasa, karena tegangan saluran dan tegangan phasa mempunyai besar magnitude yang sama, maka V line = V phasa, Tetapi arus saluran dan arus phasa tidak sama dan hubungan antara kedua arus tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan hukum kirchoff, sehingga : I line =I f. 3 III. PERANCANGAN GENERATOR AXIAL FLUX PERMANENT MAGNET 3.1 Teori Umum Generator umumnya terdiri dari dua bagian utama yaitu rotor dan stator. Perancangannya yaitu masing-masing bagian dirakit dan disatukan melalui poros dan rangka. Tujuan dari tugas akhir ini adalah merancang bangun generator fluks aksial yang dapat merubah energi gerak menjadi energi listrik dan menghasilkan generator arus bolak balik (AC). Pada Gambar 3.1 menunjukan skema perancangan suatu generator fluks aksial. Gambar 3.1 Skema rancangan generator fluks aksial [10] Pada generator ini rotor berfungsi sebagai kumparan medan yang menghasilkan fluks, digunakan dua buah rotor mengapit stator untuk menghasilkan fluks magnet. Sedangkan stator berfungsi sebagai kumparan jangkar yang menghasilkan tegangan keluaran generator. 3.2 Perancangan Stator dan Rotor Putaran generator Untuk menentukan putaran pada sebuah generator diperlukan adanya hubungan antara jumlah kutub dan frekuensi dapat dirumuskan pada persamaan berikut [1] : n = 120 f (3.1) p Dengan : n = Putaran (rpm) f = Frekuensi (Hertz) p = Jumlah kutub (pole) Dengan demikian, maka sebuah generator dengan satu pasang kutub (p = 1), mempunyai putaran per menit (rpm), bila frekuensi f = 50 Hz. Bila frekuensi f = 60 Hz, maka n = putaran per menit (rpm). Untuk pasangan kutub p = 2, putaran menjadi per menit untuk f = 50 Hz dan per menit untuk f = 60 Hz, dan seterusnya. Dalam tabel 3.1 tercantum jumlah pasangan kutub dan putaran mesin menurut standar Hutte untuk f = 50 Hz. Tabel 3.1 Standardisasi putaran mesin sinkron untuk frekuensi 50 Hz Jumlah kutub (p) Jumlah putaran (n = rpm) Perancangan stator Untuk merancang suatu belitan stator harus menentukan jumlah belitan stator. Belitan stator terdiri dari sejumlah belitan atau kumparan, yang diletakkan dalam alur-alur inti stator. Pada stator terdapat gulungan kawat, yang akan memotong medan magnet pada saat magnet pada generator sedang berputar. Stator merupakan bagian yang tetap pada generator. Stator berfungsi sebagai kumparan jangkar yang menghasilkan tegangan keluaran pada generator, stator tediri dari beberapa kumparan atau lilitan kawat tembaga. Diameter kawat tembaga atau kawat enamel yang digunakan pada perancangan generator fluks aksial 1500 watt adalah ukuran yang berdiameter 0.9 mm, menurut standard AWG (American Wire

6 Gauge), kemampuan hantar arus mencapai 14 A. Belitan Stator fasa 3 Belitan tiga phasa pada dasarnya terdiri atas tiga kumparan serupa, yang tergeser 120 listrik. Untuk phasa R terdapat kumparan R 1- R 2, phasa S kumparan S 1-S 2 dan phasa T kumparan T 1-T 2. seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.2 kontruksi belitan stator satu phasa, dua phasa dan tiga phasa. R1 T2 S2 Gambar 3.2 konstruksi Belitan Stator fasa 3 hubung bintang 12 Koil Tabel 3.2 Jumlah koil pada stator fasa 3 [6] Jumlah koil S1 R2 Jumlah pasang kutub (pole) Jumlah koil per phasa (n c) Tabel 3.2 dapat digunakan untuk menentukan banyaknya jumlah koil per phasa, jumlah koil pada stator dan kutub pada rotor. Lilitan Stator Jumlah belitan atau lilitan stator sangat menentukan besarnya daya yang dikeluarkan suatu generator, untuk menentukan banyaknya jumlah belitan / lilitan stator per phasa, maka digunakan rumus berikut [1]: E N 1,44. f. K. f (3.2) 4 w1 T1 Dengan : N 1 = Jumlah lilitan E = Tegangan phasa (volt) f = Frekuensi (Hz) Φ f = Fluks magnet (Wb) K w1 = Faktor belitan Untuk menentukan nilai arus pada belitan stator per phasa dapat menggunakan rumus [1,5]: I Dengan : Pout m 1. V 1.cos a (3.3) I a V 1 P out = Arus pada tiap phasa (A) = Tegangan (V) = Daya keluar (W) Cosφ = Faktor daya m 1 = Jumlah phasa Dengan Diameter luar (D out) belitan stator dapat dihitung menggunakan rumus [1]: 3 D out ε.p out π 2 k D k w1 nb mg A m ηcosϕ (3.4) Dengan : ε = Rasio tegangan K D = Faktor Distribusi n = Putaran (rad/s) B mg = Nilai kepadatan fluks magnet (Tesla) Am = Nilai Kerapatan Arus (A/m) η = Efisiensi (%) Cos φ = Faktor daya Sedangkan dengan diameter dalam (D in) belitan stator adalah [1]: Dout Din (3.5) 3 Kerapatan arus pada konduktor stator dapat diasumsikan J a 4,5 x 10 6 A/m 2 (biasa digunakan untuk mesin AC sampai dengan kapasitas 100 kw. Sehingga untuk menghitung luas penampang konduktor / kawat tembaga stator (S a) adalah [1] : s I a a (3.6) aw. J a Dimana : I a = Arus stator per phasa (Ampere)

7 J a = Kerapatan arus pada konduktor stator (A/m 2 ) a w = Jumlah kawat paralel Fluks Magnet Pada Belitan Stator Fluks magnet (sering disimbolkan Φ f) adalah ukuran atau jumlah medan magnet B yang melewati luas penampang tertentu, misalnya kumparan kawat (hal ini sering pula disebut kepekatan medan magnet). Satuan fluks magnetik dalam satuan internasial weber (Wb), weber merupakan satuan turunan dari volt-detik. Pada medan magnet yang berputar akan menghasilkan besaran fluks magnet, untuk menentukan fluks magnet dapat ditulis dengan persamaan rumus [1]: Φ f = α i B mg π 2p [(0,5 D out) 2 ] [(0,5 D in ) 2 ] (3.7) Tegangan EMF per phasa [1] : E f = π 2fN 1 K w1 Φ f (3.8) Magnet permanen Magnet permanen dapat menghasilkan fluks magnetik dalam celah udara tanpa disipasi daya listrik. Ada tiga kelas jenis magnet permanen saat ini yang dapat digunakan untuk motor atau generator listrik yaitu [1] : Alnico (Al, Ni, Co, Fe) Keramik (ferrites), seperti barium ferrite (BaOx6Fe 2O 3) dan strontium ferrite (SrOx6Fe 2O 3) Bahan langka bumi, seperti samariumcobalt (SmCo) dan Neodymium-Besi- Boron (NdFeB) Dari ketiga jenis magnet permanen diatas, jenis Neodymium lebih banyak dipakai karena jenis magnet ini sangat kuat. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4, yaitu perbedaan demagnetisasi dari tiga jenis bahan magnet permanen. Hubungan persamaan tegangan di atas menunjukkan bahwa besarnya fluks magnet berpengaruh dengan tegangan yang dihasilkan Perancangan rotor Rotor merupakan bagian yang berputar pada generator pada perancangan ini menggunakan dua buah rotor yang dihubungkan oleh suatu poros. Seperti pada Gambar 3.3 kontruksi generator fluks aksial 2 rotor. Rotor berfungsi sebagai kumparan medan dan untuk menghasilkan medan magnetik maka digunakan magnet permanen. Gambar 3.4 Kurva demagnetisasi dari tiga jenis bahan magnet permanen [1] Pada rancang bangun ini, magnet permanen memakai jenis magnet Neodymium seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4. Magnet Neodymium adalah jenis magnet yang paling kuat, jenis ini merupakan campuran dari elemen Neodynium-Besi-Boron (Nd-Fe-B) untuk membentuk struktur kristal Nd2Fe14B tetragonal. (a) (b) Gambar 3.3 Topologi generator fluks aksial 2 rotor : a) pandangan samping b) ujung mesin AFPM 6 kutub [7] Magnet-magnet permanen disusun berlawanan arah untuk memberikan magnetisasi N-S yang bolak-balik (alternating), panah warna putih menunjukkan medan magnet yang berarah aksial. Gambar 3.5 Magnet Neodymium sebanyak 32 buah

8 Magnet neodymium memiliki beberapa kelebihan dibandingkan jenis magnet yang lain, yaitu : 1. Kekuatan medan magnet yang besar 2. Resistansi terhadap kehilangan daya magnetik 3. Kepadatan energi magnetik 4. Ketahanan terhadap suhu yang tinggi 5. Magnet neodymium tidak tahan terhadap korosi sehingga di-coating Kekuatan magnet ini sendiri bergantung pada massa nya, semakin besar semakin kuat. Selain itu juga terdapat nilai tingkatan (grade) yang menentukan kekuatan kemagnetan jenis ini, umumnya tedapat grade N35-N50. Magnet ini pertama kali berhasil dibuat tahun 1982 dan patennya dimiliki oleh perusahaan general motor dan Sumitomo special metal. Tetapi saat ini hampir 90 % produksi magnet dunia berasal dari Cina. Karena rentan terhadap pengkaratan, pada magnet ini dibuat lapisan pelindung di bagian luarnya. Biasanya bahan pelapis ini adalah nikel atau tembaga atau campuran keduanya (Ni-cu-Ni). Hal inilah yang menyebabkan magnet tersebut terlihat berwarna putih atau kuning keemasan ketika sudah melewati proses manufacturing. Pada perancangan generator fluks aksial 1500 watt, memakai bentuk magnet persegi panjang dengan ukuran demensi magnet yaitu Panjang 5,6 cm, Lebar 4 cm Tinggi 0,7 cm. panjang dan lebar magnet menghadap kearah lilitan stator. 3.3 Rugi dan effisiensi Rugi-rugi Rugi-rugi timbul karena adanya rugi histerisasi dan rugi arus eddy pada stator maupun rotor. Rugi besi juga dapat timbul karena ketidak seragaman distribusi fluks yang mengalir. Hambatan stator untuk arus bolakbalik perlu ditentukan untuk nilai nominal dari frekuensi (f), dengan menggunakan alat ukur Ampere dan alat ukur watt. Resistansi belitan stator per phasa [1]: R N L 1 1av 1dc (3.9) a w s a Dengan : L 1av = Panjang kawat stator (meter) a w = Jumlah kawat paralel σ = konduktifitas elektris (tembaga) S a = Luas penampang konduktor (mm 2 ) Dimana L 1av = 2 L i + l 1in + l 1out (3.10) Untuk resistansi stator pada frekuensi Hz = R 1 R 1dc. Kerugian pada generator terdiri dari : 1. Rugi tembaga Rugi tembaga atau rugi belitan stator, kerugian ini merupakan kerugian ohm yang terjadi dalam belitan stator, dan dapat dihitung dengan rumus berikut [2]: P 1w = m 1.I a 2.R 1 (3.11) Dengan : P 1w = kerugian belitan Stator (watt) I a = Arus belitan stator (Ampere) R 1 = Hambatan belitan stator (Ohm) = Jumlah phasa m 1 2. Rugi lain-lain Rugi lain-lain adalah 20% dari total rugi tembaga [2]: ΔP stray = 20% x P 1w (3.12) 3. Rugi gesekan dan angin Rugi gesekan dan angin adalah 0.7% dari nilai KVA (daya semu) [2]: ΔPf&w = 0,7% x S (3.13) Effisiensi Effisiensi merupakan suatu ukuran dimana suatu perbandingan rencana penggunaan keluaran dengan hasil penggunaanya. Persamaan rumus effisiensi adalah [1,5] Pout x 100 % P (3.14) in

9 IV. PERHITUNGAN, PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Perhitungan Perhitungan Desain Stator Pada perancangan ini stator berfungsi sebagai kumparan jangkar yang menghasilkan tegangan keluaran generator, stator dibentuk pipih seperti lingkaran. Untuk membuat suatu stator maka harus diketahui besaran nalai-nilai sebagai berikut. Generator didesain untuk bekerja dalam frekuensi 50 Hz, dengan jumlah 16 kutub maka diperoleh putaran berdasarkan Persamaan (3.1) sebagai berikut [1,5]: 120. f n = = = 375 rpm p 16 Diasumsikan ; D in / D out = 1/ 3, dengan K D = 1 1 1/ 3 ) [1 ( )2 ] = 0,131 Diketahui : Faktor daya atau cos = 0.8 Effisiensi = 80 % V 1 = 380 / 3 = 220 V Ratio tegangan, ε = E f / V 1 = 2 (desain untuk motor ε < 1 dan generator ε > 1), B mg = 0,65 T A m = A/m K w1 = 0,96 (sumber buku Axial Flux Permanent Magnet Brushless Machines by Jacek F Gieras, Rong-Jie Wang, Maarten J. Kamper). maka diameter luar (D out) stator berdasarkan Persamaan (3.4) adalah [1]: D Out = 3 εp out π 2 k D k w1 nb mg A m ηcosφ 3 D Out = 2 x ,8596x 0,131 x0,96x 6,25 x 0,65 x x 0,8x0,8 D out = 0, m 0,30 m Diameter dalam (D in) stator berdasarkan Persamaan (3.5) adalah [1]: Dout Din 3 0, = 0, m 0,176 m Fluks magnet berdasarkan Persamaan (3.7) adalah [1]: Φf = αi. Bmg. π 2p [(0.5 D out) 2 ] [(0.5 D in ) 2 ] Φf = 2 π x0,65x π 32 [(0,5x0, )2 (0,5x0, ) 2 ] Φf = 0, Wb Jumlah lilitan per phasa berdasarkan Persamaan (3.2) adalah [1]: E N 1 4,44. f. Kw1. f 220 N1 4,44x50x0,96x0, N 1 = 1633, N lilitan per phasa Menurut Tabel 3.2 dalam rancang bangun AFPM ini jika jumlah kutub ada 16 pasang maka menggunakan 12 koil dan jumlah koil pada stator per phasa adalah 4. Pada Gambar 4.1 menunjukkan konstruksi belitan stator 12 koil dengan fasa 3. Maka jumlah lilitan per N1 koil per phasa adalah = 1633, = nc 4 408, lilitan Gambar 4.1 Lilitan kawat tembaga stator Pada Gambar 4.1 menunjukkan bentuk lilitan koil pada stator, terdapat 12 buah koil. Arus per phasa untuk berhubung bintang (Y) pada single stator berdasarkan Persamaan (3.3) adalah [1,5]: Pout Ia m 1. V 1 cos 1500 I a 2, 841A 3x220x0,8

10 Tegangan per phasa (phasa-netral) berdasarkan Persamaan (3.8) adalah [1]: E f = 4.44fN 1 K w1 f E f = 4.44x50x x0,96x0, = 220 Volt Maka tegangan line to line, berhubung bintang adalah : V line = 3Ef = 3X220 = 381 volt Kerapatan arus pada konduktor stator dapat di asumsikan J a 4,5 x 10 6 A/m 2. Maka luas penampang konduktor atau kawat tembaga pada stator berdasarkan Persamaan (3.6) adalah [1]: s I 2, a 2 a 0,631mm aw. J a 1x4,5 Maka untuk menentukan diameter konduktor yang dipakai adalah A = πr 2 d = 4S a π = 4. (0,631) 3,14 = 0,897 mm 0.9 mm Perhitungan Desain Rotor Sebuah rotor terdiri dari sebuah plat besi dan magnet permanen yang diatur dengan pola radial. Pada Gambar 4.2 rotor digambarkan dengan sejumlah magnet permanen berjenis Neodymium, pada perancangan tugas akhir ini rotor menggunakan magnet permanen sebanyak 16 buah per rotor, jadi total magnet yang digunakan untuk dua buah rotor adalah 32 buah. Gambar 4.2 Konstruksi rotor dengan 16 magnet Pada Gambar 4.2 magnet permanen pada rotor dipasang berlawanan arah yaitu arah utara dan selatan, sesuai prinsip medan magnet dimana sebuah kutub magnet berlawanan arah akan menimbulkan gaya tarik menarik dan menimbulkan fluks magnet. Untuk diketahui bahwa diameter dalam (D in) dan diameter luar (D out) suatu rotor generator fluks aksial adalah sama dengan diameter dalam dan diameter luar suatu stator, dimana D in = 0, dan D out = 0, Kerugian dan Effisiensi Pada Generator Kerugian-kerugian generator terdiri dari: L 1av = 2 L i + L 1e dimana, L i = 0,5 (D out D in) L i = 0,5 (0, ,176681) = 0,064 m Panjang rata-rata dari ujung sambungan stator untuk plat rotor pada mesin a.c adalah L 1e 0,154 m, maka; L 1av = 2 (0, ,154) = 0,437 m Resistansi belitan stator per phasa, berdasarkan Persamaan (3.9) adalah [1]: N1L1 av R1 a s R 1 w a 1633, x0,437 19, x57x10 x0,631 Rugi tembaga stator ( P 1w ) berdasarkan Persamaan (3.11)adalah [2]: P 1w = m 1I a2 R 1 = 3x2, x19, = 480,367 Watt Daya keluaran (P out) adalah [1,5]: P out = m 1V 1I acosφ = 3 x 220 x 2, x 0,8 = 1500 watt Rugi daya lain-lain berdasarkan Persamaan (3.12) adalah [2]:

11 ΔP stray = 20% x ΔP 1w = 20 % x 480, = 96,073 watt Rugi gesekan dan angin berdasarkan Persamaan (3.13)adalah [2]: ΔP f&w = 0.7 % x S = 0,7 % x 1500/0,8 = 13,125 watt Maka, efisiensi dari generator berdasarkan Persamaan (3.14) adalah [1,5]: η = P out x 100% P in 1500 η = x 100% P out + P 1w + P stray + P f&w Frekuensi, Hz 50 Tipe Magnet NdFeB Dimensi Magnet P x L x T, cm 5,6 x 4 x 0,7 Diameter Kawat, mm 0,9 Jumlah Lilitan per Phasa 1634 Diameter Luar Rotor, cm 30 Diameter Dalam Rotor, cm Pengujian fasa 3 dengan Beban Lampu Pijar Pengujian dilakukan terhadap generator hubung bintang fasa 3 dengan variasi jumlah beban generator, dihasilkan data tegangan terminal, frekuensi, putaran, arus, faktor daya dan jumlah beban seperti ditunjukkan pada Tabel 4.2. Sedangkan rangkaian pengujian ditunjukkan pada gambar 4.3. η = 1500 x 100% , , ,125 η = 71, % 72 % Nilai efisiensi tersebut dikarenakan pembuatan belitan stator yang dikerjakan dengan gulungan manual atau tidak menggunakan mesin gulung. Sehingga tidak mendapatkan efisiensi yang maksimal. 4.2 Pengujian Pengujian dilakukan terhadap generator fasa 3 hubung bintang, dengan tanpa beban yaitu diuji dengan beban nol sehingga dapat diukur tegangan, frekuensi dan putaran yang dihasilkan sedangkan pengujian berbeban yaitu diuji dengan variasi jumlah beban hingga mendapatkan beban maksimal sehingga dapat diukur tegangan, frekuensi, putaran, faktor daya dan arus yang dihasilkan. Dengan alat ukur yang digunakan pada pengukuran ini menggunakan alat ukur merk HIOKI Clamp 0n Power Hitester dan Tacho Meter. Dari generator yang dibuat, diperoleh beberapa data seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Data spesifikasi generator Parameter Nilai Putaran, rpm 375 Daya, W 1500 Arus per Phasa, A 2.84 Jumlah Phasa 3 Jumlah Coil Stator 12 Jumlah Pasang Magnet 16 Gambar 4.3 Rangkaian pengujian dengan beban lampu pijar Tabel 4.2 Pengujian Generator AFPM fasa 3 Berbeban (lampu pijar) GENERATOR BEBAN Tegangan Terminal R-S-T Frekuensi Putaran Arus Faktor Daya Beban (Volt) (Hz) (rpm) (Ampere) Cosφ (Watt) ,07 0, ,8 373,9 0,14 0, ,7 367,4 0,27 0, , ,33 0, ,6 362,8 0,37 0, ,5 0,43 0, ,6 354,6 0,49 0, ,1 351,3 0,53 0, ,5 338,3 0,66 0, ,6 330,4 0,71 0, ,2 0,74 0, ,9 317,8 0,8 0,

12 arus (ampere) ,5 306,8 0,84 0, Pada tabel 4.2 terdapat beban generator yang terpasang pada terminal-terminalnya untuk mengukur frekuensi yang dihasilkan, tegangan terminal, putaran poros, arus beban dan faktor daya dengan menggunakan data yang terdapat pada tabel 4.2 yaitu tegangan terminal 305 volt, arus beban 0,84 A dan faktor daya 0,875 diperoleh daya pada beban sebesar 388 watt berdasarkan persamaan P= 3.V.I.Cos φ. Sedangkan saat pengujian beban nol, nilai tegangan terminalnya mencapai 396 volt, dikarenakan saat generator diberikan beban tegangan terminal dapat sesuai dengan nilai desain 380 volt. Karena saat generator diberikan beban, tegangan terminal akan mengalami penurunan. Pada tabel 4.3 terdapat data tegangan, frekuensi dan putaran dari data desain generator. Beban dan faktor daya hasil dari pengujian, sedangkan data arus yang ditampilkan hasil dari perhitungan. Tabel 4.3 Perhitungan Generator AFPM fasa 3 Berbeban (lampu pijar) GENERATOR BEBAN Tegangan Terminal R-S-T Frekuensi Putaran Arus Faktor Daya Beban (Volt) (Hz) (rpm) (Ampere) Cosφ (Watt) ,07 0, ,14 0, ,27 0, ,32 0, ,36 0, pengujian pada tabel 4.2, sehingga dapat diketahui deviasi rata-ratanya seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.4. Dari tabel 4.2 dan 4.3 dapat digambarkan grafik hubungan beban terhadap arus pada gambar ,5 0 Tabel 4.4 Perbandingan Arus Pengujian Dengan Arus Perhitungan Pada Pengujian Dengan Beban Berupa Lampu Pijar Arus Perhitungan/Ih (A) Arus pengujian/ip (A) GRAFIK HUBUNGAN BEBAN TERHADAP ARUS beban (watt) Deviasi (Δ) (%) 0,07 0,07 0,00 0,14 0,14 0,00 0,27 0,27 0,00 0,32 0,33 3,03 0,36 0,37 2,70 0,41 0,43 4,65 0,46 0,49 6,12 0,49 0,53 7,55 0,59 0,66 10,61 0,62 0,71 12,68 0,63 0,74 14,86 0,67 0,8 16,25 0,68 0,84 19,05 Jumlah 97,50 Deviasi rata-rata 7,50 Pengujian Perhitungan ,41 0, ,46 0, ,49 0, ,59 0, ,62 0, ,63 0, ,67 0, ,68 0, Dengan diperolehnya data arus hasil dari perhitungan pada tabel 4.3 maka dapat dibandingkan antara arus perhitungan dan arus Gambar 4.4 Grafik hubungan beban terhadap arus pada beban berupa lampu pijar Dari Gambar 4.4 menunjukkan hubungan yang berbanding lurus antara beban dan arus sesuai dengan persamaan P = 3.V.I.Cosφ. Jika P (daya pada beban) semakin besar maka I (arus) akan meningkat nilainya. Sedangkan perbandingan arus pada data pengujian dan data perhitungan terlihat lebih rendah arus perhitungan dibandingkan arus pengujian,

13 frekuensi (Hz) tegangan (volt) disebabkan karena keterbatasan peralatan saat pengujian sehingga tegangan yang seharusnya stabil menjadi turun nilainya ketika daya pada beban semakin besar, hal tersebut dikarenakan putaran generator tidak dapat dinaikkan oleh inverter (v-belt slip dan poros bergetar), sehingga arus pengujian meningkat saat tegangan yang dhasilkan menurun nilainya. Sedangkan grafik hubungan beban dengan tegangan digambarkan pada gambar GRAFIK HUBUNGAN BEBAN TERHADAP TEGANGAN beban (watt) Pengujian Perhitungan Dari Gambar 4.6 jika P (daya pada beban) semakin besar maka frekuensi semakin turun nilainya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan peralatan saat pengujian yaitu putaran generator tidak dapat dinaikkan oleh inverter (v-belt slip dan poros bergetar) sehingga frekuensi menurun nilainya saat beban dinaikkan. Oleh karena itu, pengatur putaran harus diatur agar frekuensi dan tegangan terminal tetap stabil, sehingga P (daya pada beban) dapat maksimal pemakaiannya Pengujian fasa 3 dengan Beban Motor Listrik Pengujian dilakukan terhadap generator hubung bintang tiga phasa dengan beban motor listrik fasa 3, dihasilkan data tegangan terminal, frekuensi, putaran, arus, faktor daya dan junlah beban, seperti ditunjukkan pada Tabel 4.3. Sedangkan rangkaian pengujian ditunjukkan pada gambar 4.7. Gambar 4.5 Grafik hubungan beban terhadap tegangan pada beban berupa lampu pijar Dari Gambar 4.5 jika P (daya pada beban) semakin besar maka tegangan terminal semakin turun nilainya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan peralatan saat pengujian yaitu putaran generator tidak dapat dinaikkan oleh inverter (v-belt slip dan poros bergetar) sehingga tegangan yang seharusnya stabil menjadi turun nilainya ketika daya pada beban semakin besar. Oleh karena itu, pengatur putaran harus diatur agar V tetap stabil dan P (daya pada beban) dapat maksimal pemakaiannya. Sedangkan grafik hubungan beban terhadap frekuensi digambarkan pada gambar HUBUNGAN GRAFIK BEBAN TERHADAP FREKUENSI beban (watt) Pengujian Perhitungan Gambar 4.6 Grafik hubungan beban terhadap frekuensi pada beban berupa lampu pijar Gambar 4.7 Rangkaian pengujian dengan beban motor listrik Tabel 4.5 Pengujian Generator AFPM fasa 3 Berbeban (Motor Listrik) GENERATOR BEBAN Tegangan Terminal R-S-T Frekuensi Putaran Arus Faktor Daya Beban (Volt) (Hz) (rpm) (Ampere) Cosφ (Watt) , , ,96 0, , ,12 0, , ,3 0, , ,43 0, Pada tabel 4.5 terdapat beban generator yang terpasang pada terminal-terminalnya untuk mengukur frekuensi yang dihasilkan, tegangan terminal, putaran poros, arus beban

14 tegangan (volt) arus (ampere) Tabel 4.7 Perbandingan Arus Pengujian Dengan Arus Perhitungan Pada Pengujian Dengan Beban Berupa Motor Listrik Dari tabel 4.5 dan 4.6 dapat digambarkan grafik hubungan beban terhadap arus pada gambar 4.8 ArusPerhitungan/Ih (A) Arus pengujian/ip (A) Deviasi (Δ) (%) 0,89 0,96 7,29 1,01 1,12 9,82 1,16 1,3 10,77 1,22 1,43 14, GRAFIK HUBUNGAN BEBAN TERHADAP ARUS Pengujian Perhitungan beban (watt) Jumlah 42,57 Deviasi rata-rata 3,27 dan faktor daya dengan menggunakan data yang terdapat pada tabel 4.5 yaitu tegangan terminal 326 volt, arus beban 1,43 A dan faktor daya 0,78 diperoleh daya pada beban sebesar 629 watt berdasarkan persamaan P= 3.V.I.Cos φ. Sedangkan saat pengujian beban nol, nilai tegangan terminalnya mencapai 396 volt, dikarenakan saat generator diberikan beban tegangan terminal dapat sesuai dengan nilai desain 380 volt. Karena saat generator diberikan beban, tegangan terminal akan mengalami penurunan. Pada tabel 4.6 terdapat data tegangan, frekuensi dan putaran dari data desain generator. Beban dan faktor daya hasil dari pengujian, sedangkan data arus yang ditampilkan hasil dari perhitungan. Tabel 4.6 Perhitungan Generator AFPM fasa 3 Berbeban (Motor Listrik) GENERATOR Tegangan Terminal R-S-T Frekuensi Putaran Arus (Volt) (Hz) (rpm) (Ampe re) BEBAN Faktor Daya Cosφ Beban (Watt) ,89 0, ,01 0, ,16 0, ,22 0, Dengan diperolehnya data arus hasil dari perhitungan pada tabel 4.6 maka dapat dibandingkan antara arus perhitungan dan arus pengujian pada tabel 4.5, sehingga dapat diketahui deviasi rata-ratanya seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.7. Gambar 4.8 Grafik hubungan beban terhadap arus pada beban berupa motor listrik Dari Gambar 4.8 menunjukkan hubungan yang berbanding lurus antara beban dan arus sesuai dengan persamaan P = 3.V.I.Cosφ. Jika P (daya pada beban) semakin besar maka I (arus) akan meningkat nilainya. Sedangkan perbandingan arus pada data pengujian dan data perhitungan terlihat lebih rendah arus perhitungan dibandingkan arus pengujian, disebabkan karena keterbatasan peralatan saat pengujian sehingga tegangan yang seharusnya stabil menjadi turun nilainya ketika daya pada beban semakin besar, hal tersebut dikarenakan putaran generator tidak dapat dinaikkan oleh inverter (v-belt slip dan poros bergetar), sehingga arus pengujian meningkat saat tegangan yang dhasilkan menurun nilainya. Sedangkan grafik hubungan beban dengan tegangan digambarkan pada gambar 4.9. GRAFIK HUBUNGAN BEBAN TERHADAP TEGANGAN beban (watt) Pengujian Perhitungan Gambar 4.9 Grafik hubungan beban terhadap tegangan pada beban berupa motor listrik Dari Gambar 4.9 jika P (daya pada beban) semakin besar maka tegangan terminal semakin turun nilainya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan peralatan saat pengujian yaitu putaran generator tidak dapat

15 frekuensi (Hz) dinaikkan oleh inverter (v-belt slip dan poros bergetar) sehingga tegangan yang seharusnya stabil menjadi turun nilainya ketika daya pada beban semakin besar. Oleh karena itu, pengatur putaran harus diatur agar V tetap stabil dan P (daya pada beban) dapat maksimal pemakaiannya. Sedangkan grafik hubungan beban terhadap frekuensi digambarkan pada gambar GRAFIK HUBUNGAN BEBAN TERHADAP FREKUENSI beban (watt) Pengujian Perhitungan Gambar 4.10 Grafik hubungan beban terhadap frekuensi pada beban berupa motor listrik Dari Gambar 4.10 jika P (daya pada beban) semakin besar maka frekuensi semakin turun nilainya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan peralatan saat pengujian yaitu putaran generator tidak dapat dinaikkan oleh inverter (v-belt slip dan poros bergetar) sehingga frekuensi menurun nilainya saat beban dinaikkan. Oleh karena itu, pengatur putaran harus diatur agar frekuensi dan tegangan terminal tetap stabil, sehingga P (daya pada beban) dapat maksimal pemakaiannya Pengujian fasa 3 dengan Beban Motor Listrik Dan Lampu Pijar Pengujian dilakukan terhadap generator dengan variasi jumlah beban. Generator, dihasilkan data tegangan terminal, frekuensi, putaran, arus, faktor daya dan junlah beban, seperti ditunjukkan pada Tabel 4.8. Sedangkan rangkaian pengujian ditunjukkan pada gambar Gambar 4.11 Rangkaian pengujian dengan beban lampu pijar dan motor listrik Tabel 4.8 Pengujian Generator AFPM fasa 3 Berbeban (Motor Listrik & Lampu Pijar) GENERATOR Tegangan Terminal R-S-T Frekue nsi Putara n Arus (Volt) (Hz) (rpm) (Ampere ) BEBAN Faktor Daya Cosφ Beban (Watt) , ,56 0, ,62 0, ,82 0, ,98 0, Pada tabel 4.8 terdapat beban generator yang terpasang pada terminal-terminalnya untuk mengukur frekuensi yang dihasilkan, tegangan terminal, putaran poros, arus beban dan faktor daya dengan menggunakan data yang terdapat pada tabel 4.8 yaitu tegangan terminal 328 volt, arus beban 1,98 A dan faktor daya 0,72 diperoleh daya pada beban sebesar 809 watt berdasarkan persamaan P= 3.V.I.Cos φ. Sedangkan saat pengujian beban nol, nilai tegangan terminalnya mencapai 396 volt, dikarenakan saat generator diberikan beban tegangan terminal dapat sesuai dengan nilai desain 380 volt. Karena saat generator diberikan beban, tegangan terminal akan mengalami penurunan..pada tabel 4.9 terdapat data tegangan, frekuensi dan putaran dari data desain generator. Beban dan faktor daya hasil dari pengujian, sedangkan data arus yang ditampilkan hasil dari perhitungan.

16 tegangan (volt) arus (ampere) Tabel 4.9 Perhitungan Generator AFPM fasa 3 Berbeban GENERATOR (Motor Listrik & Lampu Pijar) BEBAN Tegangan Terminal R-S-T Frekuensi Putaran Arus Faktor Daya Beban (Volt) (Hz) (rpm) (Ampere) Cosφ (Watt) ,55 0, ,58 0, ,67 0, ,7 0, Dengan diperolehnya data arus hasil dari perhitungan pada tabel 4.9 maka dapat dibandingkan antara arus perhitungan dan arus pengujian pada tabel 4.8, sehingga dapat diketahui deviasi rata-ratanya seperti yang ditunjukkan pada tabel Tabel 4.10 Perbandingan Arus Pengujian Dengan Arus Perhitungan Pada Pengujian Dengan Beban Kombinasi Berupa Motor Listrik Dan Lampu Pijar Arus Perhitungan/Ih (A) Arus pengujian/ip (A) Deviasi (Δ) (%) 1,55 1,56 0,64 1,58 1,62 2,47 1,67 1,82 8,24 1,7 1,98 14,14 Jumlah 25,49 Deviasi rata-rata 1,96 Dari tabel 4.8 dan 4.9 dapat digambarkan grafik hubungan beban terhadap arus pada gambar GRAFIK HUBUNGAN BEBAN TERHADAP ARUS beban (watt) Pengujian Perhitungan Gambar 4.12 Grafik hubungan beban terhadap arus pada beban berupa motor listrik & lampu pijar Dari Gambar 4.12 menunjukkan hubungan yang berbanding lurus antara beban dan arus sesuai dengan persamaan P = 3.V.I.Cosφ. Jika P (daya pada beban) semakin besar maka I (arus) akan meningkat nilainya. Sedangkan perbandingan arus pada data pengujian dan data perhitungan terlihat lebih rendah arus perhitungan dibandingkan arus pengujian, disebabkan karena keterbatasan peralatan saat pengujian sehingga tegangan yang seharusnya stabil menjadi turun nilainya ketika daya pada beban semakin besar, hal tersebut dikarenakan putaran generator tidak dapat dinaikkan oleh inverter (v-belt slip dan poros bergetar), sehingga arus pengujian meningkat saat tegangan yang dhasilkan menurun nilainya. Sedangkan grafik hubungan beban dengan tegangan digambarkan pada gambar GRAFIK HUBUNGAN BEBAN TERHADAP TEGANGAN beban (watt) Pengujian Gambar 4.13 Grafik hubungan beban terhadap tegangan pada beban berupa motor listrik & lampu pijar Perhitungan Dari Gambar 4.13 jika P (daya pada beban) semakin besar maka tegangan terminal semakin turun nilainya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan peralatan saat pengujian yaitu putaran generator tidak dapat dinaikkan oleh inverter (v-belt slip dan poros

17 frekuensi (Hz) bergetar) sehingga tegangan yang seharusnya stabil menjadi turun nilainya ketika daya pada beban semakin besar. Oleh karena itu, pengatur putaran harus diatur agar tegangan terminal tetap stabil dan P (daya pada beban) dapat maksimal pemakaiannya. Sedangkan grafik hubungan beban terhadap frekuensi digambarkan pada gambar GRAFIK HUBUNGAN BEBAN TERHADAP FREKUENSI beban (watt) Pengujian Perhitungan Gambar 4.14 Grafik hubungan beban terhadap frekuensi pada beban berupa motor listrik & lampu pijar Dari Gambar 4.14 jika P (daya pada beban) semakin besar maka frekuensi semakin turun nilainya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan peralatan saat pengujian yaitu putaran generator tidak dapat dinaikkan oleh inverter (v-belt slip dan poros bergetar) sehingga frekuensi menurun nilainya saat beban dinaikkan. Oleh karena itu, pengatur putaran harus diatur agar frekuensi dan tegangan terminal tetap stabil, sehingga P (daya pada beban) dapat maksimal pemakaiannya. 4.3 Analisis Perhitungan dan Pengujian Berdasarkan perhitungan dan pengujian yang sudah dilakukan, maka dilakukan analisis sebagai berikut : (a) Berdasarkan persamaan 3.3 hubungan antara tegangan, arus dan daya yang dihasilkan saling terkait. Menurut Tabel 4.2 pengujian fasa 3 berbeban (lampu pijar), bila daya pada beban dinaikkan maka frekuensi dan tegangan akan turun nilainya. Dikarenakan pengatur putaran yang tidak dinaikkan kecepatannya saat generator diberikan beban. Sehingga untuk mendapatkan tegangan yang stabil, harus diatur dan dipertahankan kecepataan putar dari rotor sesuai desainnya. (b) Berdasarkan persamaan 3.3 hubungan antara tegangan, arus dan daya yang dihasilkan saling terkait. Menurut Tabel 4.5 pada pengujian fasa 3 berbeban (motor listrik), nilai tegangan dan frekuensi akan turun saat daya pada beban dinaikkan. Dikarenakan pengatur putaran yang tidak dinaikkan kecepatannya saat generator diberikan beban. Sehingga untuk mendapatkan tegangan yang stabil, harus diatur dan dipertahankan kecepataan putar dari rotor sesuai desainnya. (c) Berdasarkan persamaan 3.3 hubungan antara tegangan, arus dan daya yang dihasilkan saling terkait. Menurut Tabel 4.8 pengujian fasa 3 berbeban (motor listrik & lampu pijar), bila daya pada beban dinaikkan maka frekuensi dan tegangan akan turun nilainya. Dikarenakan pengatur putaran yang tidak dinaikkan kecepatannya saat generator diberikan beban. Sehingga untuk mendapatkan tegangan yang stabil, harus diatur dan dipertahankan kecepataan putar dari rotor sesuai desainnya. (d) Menurut hasil data pengujian generator AFPM beban berupa lampu pijar nilai faktor daya mencapai rata-rata 0,87. Pada pengujian beban berupa motor listrik pada beban watt, nilai faktor daya mencapai 0,78-0,79. Sedangkan untuk pengujian dengan kombinasi beban berupa lampu pijar dan motor listrik diperoleh faktor daya mencapai rata-rata 0,73 pada interval beban watt. Nilai faktor daya pada pengujian dengan beban berupa lampu pijar akan semakin tinggi saat daya pada beban dinaikkan sedangkan nilai faktor daya pada pengujian dengan beban berupa motor listrik akan semakin rendah saat daya pada beban dinaikkan. Dikarenakan beban lampu pijar adalah jenis beban resistif. Sehingga daya pada generator akan terpakai maksimal karena tidak ada rugi-rugi daya. Sedangkan motor listrik adalah jenis beban induktif. Sehingga daya pada generator tidak terpakai maksimal karena adanya rugi-rugi daya seperti rugi belitan stator, rugi angin dan gesekan, serta rugi-rugi lainnya. V. KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai perhitungan, pengujian dan analisis yang terdapat pada Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

18 1. Pada pengujian berbeban dengan beban 385 watt (lampu pijar) diperoleh tegangan, frekuensi dan putaran masing-masing 305 volt, 40,5 Hz dan 306,8 rpm. Sedangkan pada pengujian beban 629 watt (motor listrik fasa 3) tegangan, frekuensi dan putaran masingmasing 326 volt, 47,4 Hz dan 354 rpm, dengan kondisi putaran generator tidak diatur oleh pengatur putaran (inverter). 2. Pada pengujian berbeban dengan beban kombinasi antara motor listrik fasa 3 dan lampu pijar sebesar 749 watt diperoleh tegangan, frekuensi dan putaran masingmasing 380 volt, 49 Hz dan 368 rpm. Sedangkan pada pengujian berbeban dengan beban 809 watt diperoleh tegangan, frekuensi dan putaran masing-masing 328 volt, 43 Hz dan 313 rpm, dengan kondisi putaran generator tidak dinaikkan oleh pengatur putaran (inverter). Aksial Rotor Belitan untuk Perbaikan Faktor Daya, Karya Unggulan ISTN, Jakarta, Abdul Multi, Iwa Garniwa, Design of Twin Rotor Single Double-Sided Stator Three Phase Axial Flux Synchronous Motor, Program Book Volume 1, The 12th International Conference On Quality in Research, ISSN , Bali, 4-7 July Nurhadi, Journal Perancangan Generator Putaran Rendah Magnet Permanen jenis Fe Fluks Aksial Malang, Abdul Multi, Iwa Gumiwa & Uno Bintang Sudibyo, Determining The Air Gap Length Of An Axial Wound Rotor Synchronous Generator Volume 17, MAKARA UI, Depok, 2013 DAFTAR PUSTAKA 1. Jacek F Gieras, Rong Jie Wang, Marteen J Kamper Axial Flux Permanent Magnet Brushless Machines Second Edition, Penerbit Springer, New York Sawhney. A.K Electrical Machine Design the fifth edition, Gagan Kapur for Dhanpat Rai : Nai Sarak, Delhi Prof. Ir. Abdul Kadir Mesin Sinkron Penerbit Djambatan, Jakarta Frederick J Bueche Fisika Buku Schaum Penerbit Erlangga, Jakarta Chapman, Stephen j Electric Machinery Fundamental,fourth edition McGraw-Hill, Australia Staven Fahay, Journal Basic Principles of the Homemade Axial FluxAlternator New York Howey, D.A Axial Flux Permanent Magnet Generators For Pico-Hydropower London Abdul Multi dan Iwa Ganiwa, Pemanfaatan Motor Sinkron 3 Fasa Fluks

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak balik ( AC ) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya

Lebih terperinci

PERANCANGAN MINI GENERATOR TURBIN ANGIN 200 W UNTUK ENERGI ANGIN KECEPATAN RENDAH. Jl Kaliurang km 14,5 Sleman Yogyakarta

PERANCANGAN MINI GENERATOR TURBIN ANGIN 200 W UNTUK ENERGI ANGIN KECEPATAN RENDAH. Jl Kaliurang km 14,5 Sleman Yogyakarta PERANCANGAN MINI GENERATOR TURBIN ANGIN 200 W UNTUK ENERGI ANGIN KECEPATAN RENDAH Wahyudi Budi Pramono 1*, Warindi 2, Achmad Hidayat 1 1 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung

BAB II DASAR TEORI. Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung BAB II DASAR TEORI 2.1 Energi Listrik Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Salah satu bentuk energi adalah energi listrik. Energi listrik adalah energi yang berkaitan dengan akumulasi arus elektron,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA Wendy Tambun, Surya Tarmizi Kasim Konsentrasi Teknik Energi Listrik,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1 Umum Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah sangat identik

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 UMUM Faraday menemukan hukum induksi elektromagnetik pada tahun 1831 dan Maxwell memformulasikannya ke hukum listrik (persamaan Maxwell) sekitar tahun 1860. Pengetahuan

Lebih terperinci

MODIFIKASI ALTERNATOR MOBIL MENJADI GENERATOR SINKRON 3 FASA PENGUAT LUAR 220V/380V, 50Hz. M. Rodhi Faiz, Hafit Afandi

MODIFIKASI ALTERNATOR MOBIL MENJADI GENERATOR SINKRON 3 FASA PENGUAT LUAR 220V/380V, 50Hz. M. Rodhi Faiz, Hafit Afandi TEKNO, Vol : 19 Maret 2013, ISSN : 1693-8739 MODIFIKASI ALTERNATOR MOBIL MENJADI GENERATOR SINKRON 3 FASA PENGUAT LUAR 220V/380V, 50Hz M. Rodhi Faiz, Hafit Afandi Abstrak : Metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor Arus Searah Sebuah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanik dikenal sebagai motor arus searah. Cara kerjanya berdasarkan prinsip, sebuah konduktor

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Generator fluks radial yang telah dirancang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan dan perakitan alat. Pada stator terdapat enam buah kumparan dengan lilitan sebanyak 650 lilitan.

Lebih terperinci

Transformator (trafo)

Transformator (trafo) Transformator (trafo) ф 0 t Transformator adalah : Suatu peralatan elektromagnetik statis yang dapat memindahkan tenaga listrik dari rangkaian a.b.b (arus bolak-balik) primer ke rangkaian sekunder tanpa

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK MENGGUNAKAN GENERATOR MAGNET PERMANEN DENGAN MOTOR DC SEBAGAI PRIME MOVER

PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK MENGGUNAKAN GENERATOR MAGNET PERMANEN DENGAN MOTOR DC SEBAGAI PRIME MOVER PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK MENGGUNAKAN GENERATOR MAGNET PERMANEN DENGAN MOTOR DC SEBAGAI PRIME MOVER Oleh : Mustofa, Prof. Dr. Ir. H. Didik Notosudjono, M.Sc. 1), Ir. Dede Suhendi, MT. 2) Program Studi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sebuah generator magnet permanen fluks axial yang dirangkai dengan keluaran 1 fase. Cara kerja dari generator axial ini adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor. BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum (8,9) Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik, dimana energi gerak tersebut berupa putaran dari motor. Ditinjau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motor DC Motor DC adalah suatu mesin yang mengubah energi listrik arus searah (energi lisrik DC) menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran rotor. [1] Pada dasarnya, motor

Lebih terperinci

TUGAS PERTANYAAN SOAL

TUGAS PERTANYAAN SOAL Nama: Soni Kurniawan Kelas : LT-2B No : 19 TUGAS PERTANYAAN SOAL 1. Jangkar sebuah motor DC tegangan 230 volt dengan tahanan 0.312 ohm dan mengambil arus 48 A ketika dioperasikan pada beban normal. a.

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1 Umum Motor arus searah ialah suatu mesin listrik yang berfungsi mengubah energi listrik arus searah (listrik DC) menjadi energi gerak atau energi mekanik, dimana energi gerak

Lebih terperinci

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal. 62-68 ISSN 0216-7395 PERANCANGAN PARAMETER PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA TIPE ROTOR BELITAN UNTUK PENINGKATAN UNJUK KERJA Tejo Sukmadi Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Perancangan Prototype Generator Magnet Permanen 1 Fasa Jenis Fluks Aksial pada Putaran Rendah

Perancangan Prototype Generator Magnet Permanen 1 Fasa Jenis Fluks Aksial pada Putaran Rendah Perancangan Prototype Generator Magnet Permanen 1 Fasa Jenis Fluks Aksial pada Putaran Rendah Leo Noprizal #1, Mahdi Syukri #2, Syahrizal Syahrizal #3 # Jurusan Teknik Elektro dan Komputer, Universitas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi yang merupakan motor arus bolak-balik yang paling luas penggunaannya. Penamaan ini berasal dari kenyataan

Lebih terperinci

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yangdigunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II GENERATOR SINKRON BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Pendahuluan Generator arus bolak balik berfungsi mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik arus bolak balik. Generator arus bolak balik sering disebut juga sebagai alternator,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Mesin arus searah Prinsip kerja

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Mesin arus searah Prinsip kerja BAB II DASAR TEORI 2.1 Mesin arus searah 2.1.1. Prinsip kerja Motor listrik arus searah merupakan suatu alat yang berfungsi mengubah daya listrik arus searah menjadi daya mekanik. Motor listrik arus searah

Lebih terperinci

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang BAB 2II DASAR TEORI Motor Sinkron Tiga Fasa Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang putaran rotornya sinkron/serempak dengan kecepatan medan putar statornya. Motor ini beroperasi

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik Nama : Gede Teguh Pradnyana Yoga NIM : 1504405031 No Absen/ Kelas : 15 / B MK : Teknik Tenaga Listrik PRINSIP KERJA MOTOR A. Pengertian Motor Listrik Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis

Lebih terperinci

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron BAB II MTR SINKRN Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan pada rotor.

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi BAB II GENERATOR SINKRON 2.1. UMUM Konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari bentuk mekanik ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron (altenator) merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. memanfaatkan energi kinetik berupa uap guna menghasilkan energi listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. memanfaatkan energi kinetik berupa uap guna menghasilkan energi listrik. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pembangkit Listrik Tenaga Uap merupakan pembangkit yang memanfaatkan energi kinetik berupa uap guna menghasilkan energi listrik. Pembangkit

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. biasanya adalah tipe tiga phasa. Motor induksi tiga phasa banyak digunakan di

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. biasanya adalah tipe tiga phasa. Motor induksi tiga phasa banyak digunakan di BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor listrik yang paling umum dipergunakan dalam perindustrian industri adalah motor induksi. Berdasarkan phasa sumber daya yang digunakan, motor induksi dapat

Lebih terperinci

GENERATOR SINKRON Gambar 1

GENERATOR SINKRON Gambar 1 GENERATOR SINKRON Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak mula (prime mover)

Lebih terperinci

PROTOTIPE GENERATOR MAGNET PERMANEN AXIAL AC 1 FASA PUTARAN RENDAH SEBAGAI KOMPONEN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PIKO HIDRO

PROTOTIPE GENERATOR MAGNET PERMANEN AXIAL AC 1 FASA PUTARAN RENDAH SEBAGAI KOMPONEN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PIKO HIDRO Techno, ISSN 141-867 Volume 15 No. 2 Oktober 214 Hal. 3 36 PROTOTIPE GENERATOR MAGNET PERMANEN AXIAL AC 1 FASA PUTARAN RENDAH SEBAGAI KOMPONEN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PIKO HIDRO Prototype of 1-Phase

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø 2.1. Prinsip Kerja Motor Induksi Pada motor induksi, supply listrik bolak-balik ( AC ) membangkitkan fluksi medan putar stator (B s ). Fluksi medan putar stator ini memotong konduktor

Lebih terperinci

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa Pengaruh Perubahan Beban Terhadap Frekuensi dan Tegangan Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri (421 13 019) Ryan Rezkyandi Saputra (421 13 018) Hardina Hasyim (421 13 017) Jusmawati (421 13 021) Aryo Arjasa

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Generator arus searah mempunyai komponen dasar yang hampir sama dengan komponen mesin-mesin lainnya. Secara garis besar generator arus searah adalah alat konversi energi mekanis

Lebih terperinci

DA S S AR AR T T E E ORI ORI

DA S S AR AR T T E E ORI ORI BAB II 2 DASAR DASAR TEORI TEORI 2.1 Umum Konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari bentuk mekanik ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron (altenator)

Lebih terperinci

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK Motor induksi Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana, murah

Lebih terperinci

Generator Magnet Permanen Sebagai Pembangkit Listrik Putaran Rendah

Generator Magnet Permanen Sebagai Pembangkit Listrik Putaran Rendah Generator Magnet Permanen Sebagai Pembangkit Listrik Putaran Rendah Permanent Magnet Generator as Low Speed Electric Power Plant Hari Prasetijo #1, Ropiudin #, Budi Dharmawan #3 aydinhari@yahoo.com #1

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) M. Arfan Saputra, Syamsul Amien Konsentrasi Teknik Energi

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA

BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA 2.1 Umum Motor listrik merupakan beban listrik yang paling banyak digunakan di dunia, motor induksi tiga fasa adalah suatu mesin listrik yang mengubah energi listrik menjadi

Lebih terperinci

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA I. MOTOR LISTRIK 1 FASA Pada era industri modern saat ini, kebutuhan terhadap alat produksi yang tepat guna sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan effesiensi waktu dan biaya.

Lebih terperinci

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik.

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik. Generator listrik Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik. Proses ini dikenal sebagai pembangkit

Lebih terperinci

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar Jurnal Kompetensi Teknik Vol.1, No. 2, Mei 2010 57 Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar Isdiyarto Jurusan Teknik Elektro, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator. BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA II.1. Umum Mesin Induksi 3 fasa atau mesin tak serempak dibagi atas dua jenis yaitu : 1. Motor Induksi 3 fasa 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II GENERATOR SINKRON BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Umum Mesin sinkron merupakan mesin listrik yang kecepatan putar rotornya (N R ) sama (sinkron) dengan kecepatan medan putar stator (N S ), dimana: (2.1) Dimana: N S = Kecepatan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah sangat

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang merubah enargi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Hampir pada semua prinsip pengoperasiannya,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG)

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG) BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG) II.1 Umum Motor induksi tiga phasa merupakan motor yang banyak digunakan baik di industri rumah tangga maupun industri skala besar. Hal ini dikarenakan konstruksi

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Generator sinkron adalah mesin pembangkit listrik yang mengubah energi mekanik sebagai input menjadi energi listrik sebagai output. Tegangan output dari generator sinkron

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II GENERATOR SINKRON BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Umum Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak

Lebih terperinci

KONSTRUKSI GENERATOR ARUS SEARAH

KONSTRUKSI GENERATOR ARUS SEARAH KONSTRUKSI GENERATOR ARUS SEARAH BAGAN DARI MESIN LISTRIK Konversi energi Trafo Listrik Listrik Medan magnet Generator Motor mekanik BAGIAN-BAGIAN MESIN ARUS SEARAH Bagian-bagian penting pada suatu mesin

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA II.1. Umum Konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari bentuk mekanik ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron (alternator)

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT 38 BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT Bab ini membahas rancangan diagram blok alat, rancangan Konstruksi Kumparan Stator dan Kumparan Rotor, rancangan Konstruksi Magnet Permanent pada Rotor

Lebih terperinci

9/10/2015. Motor Induksi

9/10/2015. Motor Induksi 9/10/015 Motor induksi disebut juga motor tak serempak Motor Induksi Merupakan motor AC yang paling banyak dipakai di industri baik 1 phasa maupun 3 phasa Lab. istem Tenaga Lab. istem Tenaga Keuntungan

Lebih terperinci

I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi

I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi Mengetahui macam-macam pengereman pada motor induksi. Menetahui karakteristik pengereman pada motor induksi. II. Alat dan bahan yang digunakan Autotrafo

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat BAB II TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkain listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui suatu

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA 2.1 UMUM Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik yang paling banyak dipakai dalam industri dan rumah tangga. Dikatakan motor induksi karena arus rotor motor ini merupakan

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Generator adalah mesin yang mengelola energi mekanik menjadi energi listrik. Prinsip kerja generator adalah rotor generator yang digerakan oleh turbin sehingga menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR ARUS SEARAH. arus searah. Energi mekanik di pergunakan untuk memutar kumparan kawat

BAB II GENERATOR ARUS SEARAH. arus searah. Energi mekanik di pergunakan untuk memutar kumparan kawat BB II GENERTOR RUS SERH II.1. Umum Generator arus searah mempunyai komponen dasar yang umumnya hampir sama dengan komponen mesin mesin listrik lainnya. Secara garis besar generator arus searah adalah alat

Lebih terperinci

GENERATOR LISTRIK MAGNET PERMANEN TIPE AKSIAL FLUKS PUTARAN RENDAH DAN UJI PERFORMA

GENERATOR LISTRIK MAGNET PERMANEN TIPE AKSIAL FLUKS PUTARAN RENDAH DAN UJI PERFORMA GENERATOR LISTRIK MAGNET PERMANEN TIPE AKSIAL FLUKS PUTARAN RENDAH DAN UJI PERFORMA Mulyadi (1*), Priyo Sardjono (1), Djuhana (1), Karyaman H Z (2), M Situmorang (3) (1) Program Studi Teknik Mesin, Universitas

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II1 Umum Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU FASA. Motor induksi adalah adalah motor listrik bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II MOTOR INDUKSI SATU FASA. Motor induksi adalah adalah motor listrik bolak-balik (ac) yang putaran BAB II MOTOR INDUKSI SATU FASA II.1. Umum Motor induksi adalah adalah motor listrik bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran rotor dengan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA.1 UMUM Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan induksi

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN EFEK PEMBEBANAN TERHADAP GGL BALIK DAN EFISIENSI PADA MOTOR DC PENGUATAN KOMPON PANJANG DAN MOTOR INDUKSI

ANALISIS PERBANDINGAN EFEK PEMBEBANAN TERHADAP GGL BALIK DAN EFISIENSI PADA MOTOR DC PENGUATAN KOMPON PANJANG DAN MOTOR INDUKSI ANALISIS PERBANDINGAN EFEK PEMBEBANAN TERHADAP GGL BALIK DAN EFISIENSI PADA MOTOR DC PENGUATAN KOMPON PANJANG DAN MOTOR INDUKSI Jean Jhenesly F Tumanggor, Ir. Riswan Dinzi, MT Konsentrasi Teknik Energi

Lebih terperinci

Universitas Medan Area

Universitas Medan Area BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori Generator listrik adalah suatu peralatan yang mengubah enersi mekanis menjadi enersi listrik. Konversi enersi berdasarkan prinsip pembangkitan tegangan induksi

Lebih terperinci

Generator arus bolak-balik dibagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Generator arus bolak-balik 1 fasa b. Generator arus bolak-balik 3 fasa

Generator arus bolak-balik dibagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Generator arus bolak-balik 1 fasa b. Generator arus bolak-balik 3 fasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangkit Listrik 2 Pembangkit Listrik adalah bagian dari alat Industri yang dipakai untuk memproduksi dan membangkitkan tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga. Bagian

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum )

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum ) STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum ) Makruf Abdul Hamid,Panusur S M L Tobing Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen

Lebih terperinci

PERANCANGAN GENERATOR INDUKSI MAGNET PERMANEN SATU FASE KECEPATAN RENDAH

PERANCANGAN GENERATOR INDUKSI MAGNET PERMANEN SATU FASE KECEPATAN RENDAH Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 16 ISSN : 2339-028X PERANCANGAN GENERATOR INDUKSI MAGNET PERMANEN SATU FASE KECEPATAN RENDAH Agus Supardi, Aris Budiman, Sahid Sholihin Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Umum. Motor arus searah (motor DC) ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Umum. Motor arus searah (motor DC) ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Motor arus searah (motor DC) ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus searah ( listrik DC ) menjadi tenaga gerak atau tenaga mekanik, dimana tenaga gerak

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. dengan putaran medan pada stator terdapat selisih putaran yang disebut slip.

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. dengan putaran medan pada stator terdapat selisih putaran yang disebut slip. BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA 2.1 Umum Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan putar pada stator, dengan kata lain putaran rotor

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa Telah disebutkan sebelumnya bahwa motor induksi identik dengan sebuah transformator, tentu saja dengan demikian

Lebih terperinci

Pendahuluan Motor DC mengkonversikan energi listrik menjadi energi mekanik. Sebaliknya pada generator DC energi mekanik dikonversikan menjadi energi l

Pendahuluan Motor DC mengkonversikan energi listrik menjadi energi mekanik. Sebaliknya pada generator DC energi mekanik dikonversikan menjadi energi l Mesin DC Pendahuluan Motor DC mengkonversikan energi listrik menjadi energi mekanik. Sebaliknya pada generator DC energi mekanik dikonversikan menjadi energi listrik. Prinsip kerja mesin DC (dan AC) adalah

Lebih terperinci

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA BAB III 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik,. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan

Lebih terperinci

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives Oleh PUSPITA AYU ARMI 1304432 PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 SYNCHRONOUS

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA ALAT UKUR

PRINSIP KERJA ALAT UKUR PRINSIP KERJA ALAT UKUR PRINSIP KERJA kwh dan kvarh meter : sistem induksi kw / kva max meter Volt meter Amper meter : sistem elektrodinamis : sistem elektro magnit, kumparan putar, besi putar : sistem

Lebih terperinci

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile :

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile : GENERATOR DC HASBULLAH, MT, 2009 ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. ELECTRICAL POWER SYSTEM Email : hasbullahmsee@yahoo.com has_basri@telkom.net Mobile : 081383893175 Definisi Generator DC Sebuah perangkat mesin

Lebih terperinci

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK Zainal Abidin, Tabah Priangkoso *, Darmanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR ARUS SEARAH KOMPON

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR ARUS SEARAH KOMPON ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR ARUS SEARAH KOMPON Irpan Rosidi Tanjung, Surya Tarmizi Kasim Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mesin listrik yang mengubah energi listrik pada arus searah (DC) menjadi energi

BAB II DASAR TEORI. mesin listrik yang mengubah energi listrik pada arus searah (DC) menjadi energi BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum (1,2,4) Secara sederhana motor arus searah dapat didefenisikan sebagai suatu mesin listrik yang mengubah energi listrik pada arus searah (DC) menjadi energi gerak atau energi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pembangkitan Listrik Melalui Proses Kimia. dapat menghasilkan listrik DC. Proses kimia pembangkitan listrik (discharging)

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pembangkitan Listrik Melalui Proses Kimia. dapat menghasilkan listrik DC. Proses kimia pembangkitan listrik (discharging) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembangkitan Listrik Melalui Proses Kimia Menurut Alesandro Volta dengan menggunakan proses kimia kita juga dapat menghasilkan listrik DC. Proses kimia pembangkitan listrik (discharging)

Lebih terperinci

PENGEREMAN DINAMIK PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA

PENGEREMAN DINAMIK PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA Pengereman Dinamik Pada Motor Induksi Tiga Fasa (A. Warsito, M. Facta, M Anantha BP) PENGEREMAN DINAMIK PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA Agung Warsito, Mochammad Facta, M Anantha B P a.warsito@elektro.ft.undip.ac.id,

Lebih terperinci

Perancangan Generator Magnet Permanen dengan Arah Fluks Aksial untuk Aplikasi Pembangkit Listrik

Perancangan Generator Magnet Permanen dengan Arah Fluks Aksial untuk Aplikasi Pembangkit Listrik Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Juli 2016 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.4 No.2 Perancangan Generator Magnet Permanen dengan Arah Fluks Aksial untuk Aplikasi Pembangkit

Lebih terperinci

Rancang Bangun Generator Portable Fluks Aksial Magnet Permanen Jenis Neodymium (NdFeB)

Rancang Bangun Generator Portable Fluks Aksial Magnet Permanen Jenis Neodymium (NdFeB) Rancang Bangun Generator Portable Fluks Aksial Magnet Permanen Jenis Neodymium (NdFeB) Fithri Muliawati 1, Taufiq Ramadhan 2 1 Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN GENERATOR MAGNET PERMANEN FLUKS AKSIAL TIGA FASE BERDAYA KECIL

RANCANG BANGUN GENERATOR MAGNET PERMANEN FLUKS AKSIAL TIGA FASE BERDAYA KECIL RANCANG BANGUN GENERATOR MAGNET PERMANEN FLUKS AKSIAL TIGA FASE BERDAYA KECIL Agus Supardi 1*, Rahajeng Hafidz Bastian 2 1,2 Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani

Lebih terperinci

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK )

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK ) MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK ) BAB I GENERATOR SINKRON (ALTERNATOR) Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin

Lebih terperinci

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan M O T O R D C Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan motor induksi, atau terkadang disebut Ac Shunt Motor. Motor

Lebih terperinci

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder TRANSFORMATOR PENGERTIAN TRANSFORMATOR : Suatu alat untuk memindahkan daya listrik arus bolak-balik dari suatu rangkaian ke rangkaian lainnya secara induksi elektromagnetik (lewat mutual induktansi) Bagian-bagian

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Generator Sinkron Tegangan output dari generator sinkron adalah tegangan bolak balik, karena itu generator sinkron disebut juga generator AC. Perbedaan prinsip antara generator

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan konsumsi energi tidak diimbangi dengan

1 BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan konsumsi energi tidak diimbangi dengan 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Peningkatan permintaan konsumsi energi tidak diimbangi dengan tersedianya energi primer yang dapat dikonversi langsung menjadi energi listrik seperti batu bara, minyak

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN TORSI START

ANALISIS PERBANDINGAN TORSI START ANALISIS PERBANDINGAN TORSI START DAN ARUS START,DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGASUTAN AUTOTRAFO, STAR DELTA DAN DOL (DIRECT ON LINE) PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka semakin maju suatu negara, semakin besar energi listrik yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. maka semakin maju suatu negara, semakin besar energi listrik yang dibutuhkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan suatu kebutuhan utama yang sangat dibutuhkan pada zaman modern ini. Jika dilihat dari kebutuhan energi listrik tiap negara, maka semakin maju

Lebih terperinci

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart 1. Hipotesis tentang gejala kelistrikan dan ke-magnetan yang disusun Maxwell ialah... a. perubahan medan listrik akan menghasilkan medan magnet b. di sekitar muatan listrik terdapatat medan listrik c.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Umum Seperti telah di ketahui bahwa mesin arus searah terdiri dari dua bagian, yaitu : Generator arus searah Motor arus searah Ditinjau dari konstruksinya, kedua mesin ini adalah

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA GENERATOR SINKRON. Abstrak :

PRINSIP KERJA GENERATOR SINKRON. Abstrak : PRINSIP KERJA GENERATOR SINKRON * Wahyu Sunarlik Abstrak : Generator adalah suatu alat yang dapat mengubah tenaga mekanik menjadi energi listrik. Tenaga mekanik bisa berasal dari panas, air, uap, dll.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci