MAKALAH SEMINAR BAB I. PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKALAH SEMINAR BAB I. PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 MAKALAH SEMINAR Judul : Analisis Usahatani Pepaya California Berdasarkan Standar Prosedur Operasional (Kasus di Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor, Jawa Barat). Pemrasaran/NRP : Artati widianingsih/ A Dosen Pembimbing : Ir. Yayah. K. Wagiono. MEc Pembahas/ NRP : Suci Mariah Ratnasari / A Hari/Tanggal : Kamis / 27 Desember 2007 Tempat/ Waktu : Ekstensi / Wib. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditas buah-buahan tropis yang memiliki prospek pengembangan yang cukup baik, karena papaya merupakan salah satu buah-buahan tropis yang cukup diminati oleh konsumen baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sebagai buah meja papaya memang sudah taka sing lagi,disamping citarasa buah papaya yang manis dan menyegarkan juga mengandung gizi yang tinggi dan lengkap. Kegunaan papaya cukup beragam dan hamper semua bagian papaya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Daun mudanya dapat digunakan sebagai lalapan, bahan baku obat tradisional, selain itu getah papaya yang mengandung enzim papain juga dapat diolah menjadi produk perdagangan yang banyak digunakan dalam berbagai industri makanan, minuman, dan industri farmasi. Sedangkan buahnya selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga juga mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Salah satu sentra produksi papaya di propinsi Jawa Barat adalah kabupaten Bogor. Keadaan agroklimat di daerah tersebut sangat cocok untuk tanaman pepaya 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian no 61/Permentan/OT.160/II/2006. Tanggal 28 november 2006(untuk tanaman Buah-buahan) untuk peningkatan produksi dan peningkatan mutu produk hortikultura yang baik dan tepat diperlukan adanya pedoman penyusunan prosedur kerja budidaya serta penanganan pasca panen atau Standar Prosedur Operasional (SPO). Dengan menerapkan SPO diharapkan dapat (1) meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman hortikultura, (2) meningkatkan mutu hasil hortikultura termasuk keamanan mengkonsumsi khususnya buah-buahan, (3) meningkatkan peluang penerimaan oleh pasar internasional, (4) memberi jaminan keamanan terhadap konsumen. Berdasarkan hasil survey lapangan dengan petani papaya di Desa Pasirgaok,Kecamatan Rancabungur,yang merupakan daerah sentra papaya California. Permasalahan yang dihadapi adal;ah sebagian besar petani papaya tidak mau menerapkan SPO karena dengan teknik budidaya yang kini diterapkan, para petani telah dapat bmenghasilkan pendapatan usahatani yang relative memadai untuk ukuran petani saat ini. Mengacu pada perumusan masalah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang dapat diteliti adalah sebagai berikut : (1) Seberapa besar tingkat pendapatan yang diperoleh petani yang telah menerapkan SPO dibandingkan dengan pendapatan petani yang belum menerapkan SPO, (2) bagaimana system pemasaran yang dijalankan dan pengaruhnya terhadap pendapatan petani Tujuan penelitian Berdasarkan permasalahan diatas maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis sisten usahatani dan pendapatan usahatani papaya yang telah menerapkan SPO 2. Menganalisis system usahatani dan pendapatan usahatani papaya yang belum menerapkan SPO 3. Menganalisi sistem pemasaran pepaya SPO dibandingkan dengan sistem pemasaran pepaya Non SPO

2 1.4. Kegunaan Penelitian 1.Sebagai masukan bagi petani dalam melakukan perubahan sistem usahatani 2. Sebagai masukan bagi pengambil kebijakan agar dapat menuangkan kebijakan yang tepat sehingga dapat meningkatkan kesejateraan petani. 3. sebagai referensi untuk bahan literatur bagi penelitian selanjutnya. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) berasal dari daerah tropis Amerika Tengah dan Hindia Barat yaitu sekitar Mexico, Costa Rica dan Nikaragua. Melalui pelaut-pelaut bangsa Portugis pada abad ke 16 tanaman ini tersebar sampai ke Afrika, Asia serta daerah lainnya. Pada abad ke 17 pepaya menjadi popular dan tersebar luas di kepulauan Hawaii dan pulau lainnya di Lautan Fasifik. Tanaman pepaya banyak ditanam orang abik di daerah tropis maupun sub tropis, di daerah-daerah basah dan kering atau di pegunungan (sampai 1000m dpl). Buah pepaya merupakan buah meja yang bermutu dan bergizi tinggi. 2.2 Standar Prosedur Operasional (SPO) Standar Prosedur Operasional (SPO) merupakan uraian tentang tahapan proses pekerjaan yang terdiri dari serangkaian atau beberapa kegiatan yang melibatkan fungsi. Manfaat dengan adanya SPO adalah dapat dijadikan sebagai alat untuk melakukan pengawasan pada setiap kegiatan, dan dsasr pelaksanaan audit internal maupun eksternal. 2.3 Studi Penelitian Terdahulu Studi Tentang Tanaman Pepaya Penelitian tentang pepaya dilakukan oleh Tika (2000)btentang analisis usahatani komoditas pepaya di Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Jawa Barat. Dengan menggunakan analisis terhadap manfaat bersih tambahan dengan ukuran kriteria yang digunakan yaitu NPV dan net B/C. Dari hasil perhitungan NPV yang bernilai positif ( ,17 rupiah) dan net B/C bernilai labih dari satu (2.18) sehingga memenuhi kriteria kelayakan. Penelitian tentang pepaya dilakukan oleh Tuti (2005) tentang Analisis Preferensi Konsumen Rumah Tangga Dan Katering Terhadap Buah Pepaya Dan Implikasinya pada segmentasi Pasar di Bogor. Dengan menggunakan analisis konjoin, menunjukkan bahwa konsumen rumah tangga di pasar tradisional dan modern menyukai pepaya bangkok. Atribut pepaya yang diinginkan berukuran besar,berbentuk lonjong,berasa manis legit dan berkulit pepaya hijau kekuningan. Penelitian yang dilakukan oleh Permana (2007) tentang Analisis Daya Saing Pepaya (Kasus di Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja & Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor, Jawa Barat). Dengan menggunakan matrik PAM,diketahui untuk pengusahaan pepaya di Desa Nagrak untuk perbandingan pepaya lokal mempunyai nilai PP Rp 378,71/Kg dan PS Rp 695,47/Kg, nilai PCR 0,56 (PCR<1) dan nilai DRC 0,39 (DRC<1). Untuk perbandingan dengan pepaya impor mempunyai nilai PP Rp 378,31/Kg dan PS Rp 1.632,78/Kg,sedangkan nilai PCR0,56 (PCR<1)dan nilai DRC 0,22(DRC <1). Pengusahaan pepaya di Desa Pasirgaok, untuk perbandingan pepaya lokal mempunyai nilai PP Rp 792,79/Kg dan PS Rp 483,82/Kg, nilai PCR0,44(PCR<1)dan nilai DRC 0,57(DRC<1).Untu7k pepaya impor mempunyai nilai PP Rp 792,93/Kg dan PS Rp 1.421,21/Kg, nilai PCR0,44 (PCR,1) dan DRC 0,31 (DRC<1). Hal ini menunjukkan bahwa usahatani pepaya mempunyai keuntungan dan layak untuk terus dijalankan Studi Tentang Pemasaran Hasil penelitian Ernawati (1999), menunjukkan bahwa saluran pemasaran buah durian Simas dan Matahari di Desa Rancamaya terdiri dari empat pola saluranh pemasaran dan dibagi lagi menjadi tiga berdasarkan mutunya yaitu mutu I, mutu II, mutu III tiap polanya. Hasil analisis margin pemasaran yang diperoleh menunjukkan bahwa margin pemasaran terkecil terdapat pada mutu III dari setiap pola pemasaran yang ada. Hal ini disebabkan harga jual lebih rendah dibandingkan mutu I dan mutu II. Dari ke empat pola pemasaran yang ada,saluran yang paling efisien adalah pola IV karena memiliki pola terpendek, dimana lembaga pemasaran yang bterlibat hanya petani. Hal ini disebabkan karena pola IV memiliki keuntungan yang tinggi,biaya yang kecil, farmer s share yang tinggi. Seluruh keuntungan diperoleh petani. Petrani dapat menetapkan harga yang tinggi karena mereka satu-satunya lembaga yang terlibat di dalam pola ini.

3 Prestiani (2004), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa rantai pemasaran untuk buah-buahan unggulan di kabupaten Serang, yaitu durian,pisang,rambutan dan salak berbeda-beda. Jalur pemasaran durian dan pisang terdiri dari dua jalur pemasaran, sedangkaan untuk salak dan rambutan terdiri dari tiga saluran pemasaran. Struktur pasar yang terjadi adalah oligopoli. Pembentukkan harga yang terjadi dilakukan dengan tawar menawar antara petani dan pedangang dengan pembayaran tunai. Farmer s Share terbesar yang diterima petani durian dan pisang pada pola dua yaitu sebesar 70,00 persen, Farmer s share terbesar yang diterima petani rambutan dan salak pada polak ketiga yaitu sebesar 50 persen untuk salak dan 53,33 persen untuk rambutan. Hasil penelitian tentang buah-buahan di atas menunjukkan bahwa setiapkomoditi buah mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penulis ingin membandingkan usahatani pepaya yang telah menerapkan Standar prosedur Operasional (SPO) dengan usahatani pepaya yang belum menerapkan SPO, meliputi varietas apa yang digunakan,tata cara budidaya yang dilakukan dimulai dari persiapan dan npengolahan lahan sampai dengan pengiriman dan pemasarannya. BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Konsep Usahatani Usahatani menurut Soeharjo dan Patong (1973) adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan oleh perorangan ataupun sekumpulan orang-orang untuk menghasilkan output yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga ataupun orang lain disamping motif mencari keuntungan Pendapatan Usahatani Soeharjo dan Patong (1973), mengemukakan definisi dari pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dengan penerimaan. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan dan tindakan. Bentuk dan jumlah pendapatan ini mempunyai fungsi yang sama, yaitu memenuhi keperluan sehari-hari dan memberikan kepuasan petani agar dapat melanjutkan kegiatannya Konsep Pemasaran Menurut Kotler, (1997), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang dibutuhkan serta diinginkan dengan penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Limbong dan Sitorus (1987), mendefinisikan pemasaran adalah serangkaian proses kegiatan atau aktivitas yang ditujukan untuk menyalurkan barang atau jasa dari titik produsen ke konsumen Fungsi-fungsi Pemasaran Limbong dan Sitorus (1987), menyatakan lembaga pemasaran akan melakukan fungsi-fungsi pemasaran secara umun seperti fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas Lembaga Pemasaran Lembaga pemasaran menurut Limbong dan Sitorus (1987) adalah suatu badan atau lembaga yang berusaha dalam bidang pemasaran, mendistribusikan barang dari produsen ke konsumen melalui proses perdagangan. Adanya jarak antara produsen dan konsumen melalui proses penyaluran produk dari produsen ke konsumen sering melibatkan beberapa perantara mulai dari produsen sendiri, lembaga-lembaga perantara sampai ke konsumen akhir Efisiensi Pemasaran Tujuan dari analisis pemasaran adalah untuk mengetahui apakah sistem pemasaran berlangsung dengan efisien atau tidak. Suatu pemasaran dikatakan efisien jika fungsi-fungsi yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dihilangkan maka tidak akan mempengaruhi aktivitas lembaga pemasaran dan tidak mempengaruhi besarnya biaya dan keuntungan yang diperoleh Margin Pemasaran Limbong dan Sitorus (1987), mengemukakan bahwa margin pemasaran atau margin tata niaga dapat juga dinyatakan sebagai nilai-nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tata naga sejak dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen akhir Stuktur Pasar Menurut Kotler (1993), berdasarkan sifat dan bentuknya pasar dibedakan menjadi dua macam struktur pasar, yaitu (1) pasar bersaing sempurna dan (2) pasar tidak bersaing sempurna.

4 Perilaku Pasar Perilaku pasar merupakan pola tingkah laku dari lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana lembaga tersebut melakukan kegiatan pembelian dan penjualan Kerangka Pemikiran Operasional Oleh karena itu agar petani dapat mengambil keputusan yang tepat, maka penelitian tentang usaha tani pepaya yang menerapkan SPO ini perlu dibandingkan dengan usaha tani pepaya yang belum menerapkan SPO. Dengan begitu maka akan diketahui usaha tani pepaya mana yang lebih menguntungkan bila dilihat dari hasil produksi serta pendapatannya. Adapun operasional penelitiannya, yaitu dengan cara membandingkan tingkat pendapatan dan R/C rasio yang diperoleh petani dari usaha tani pepaya yang sudah menerapkan SPO dan usaha tani pepaya yang belum menerapkan SPO. Tingkat pendapatan yang dibandingkan terdiri dari dua komponen, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pada penelitian ini, selain komponen pendapatan terdapat juga komponen lain yang dapat dibandingkan, yaitu komponen penerimaan dan komponen pengeluaran (tunai dan diperhitungkan). Berdasarkan perbandingan tersebut diharapkan diperoleh suatu informasi yang dapat menjelaskan perubahan tingkat pendapatan dan nilai R/C rasio yang diperoleh petani pepaya karena menerapkan SPO. Selain melakukan perbandingan dari sisi usaha taninya, maka dilakukan pula perbandingan dari pemasarannya. Hal ini dilakukan karena petani yang sudah menerapkan SPO dan petani yang belum menerapkan SPO memiliki jalur pemasaran yang berbeda. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis pola saluran pemasaran, lembaga pemasaran, marjin pemasaran dan efisiensi pemasaran. Operasional penelitiannya adalah dengan cara membandingkan saluran pemasaran pepaya yang sudah memenuhi SPO dan pepaya yang belum memenuhi SPO dari tingkat petani sampai dengan konsumen akhir. dari setiap saluran pemasaran yang dilalui tersebut dilakukan analisis fungsi pemasaran terhadap setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Berdasarkan analisis tersebut maka akan diketahui kegiatan fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat. Adapun fungsi pemasaran yang dianalisis, yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Setelah diketahui fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat maka kemudian dapat dihitung nilai biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran tersebut sehingga farmer s share atau keuntungan yang diperoleh dari masing-masing lembaga pemasaran dapat diketahui. Setelah diketahui nilai biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh maka kemudian dapat dihitung margin pemasaran dan efisiensi pemasarannya. BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa desa Pasirgaok merupakan sentra produksi pepaya di Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu bulan April 2007 sampai Mei Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan meliputi dua primer dan data sekunder yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani, penyuluh pertanian dari Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Bogor yang disertai dengan panduan kuesioner yang dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait yaitu Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik, Perpustakaan LSI IPB, internet dan lembaga lainnya Metode Pengumpulan Contoh Pengambilan responden untuk petani dipilih secara acak sederhana (simple random sampling), dimana setiap populasi anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sample. Jumlah petani pepaya yang menerapkan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang dijadikan responden pada penelitian ini adalah 30 orang dan 30 orang untuk petani pepaya yang belum menerapkan SPO.

5 Untuk jaringan pasarnya, responden akan ditentukan dengan menggunakan metode snow ball sampling (satu orang untuk tiap lembaga). Metode ini digunakan berdasarkan kepada informasi dari responden sebelumnya. Dengan kata lain bahwa responden yang terpilih di saluran pemasaran akan disesuaikan dengan pula pemasaran yang terjadi di lokasi penelitian Metode Analisis Data Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif, untuk data kuantitatif pengolahan datanya dilakukan dengan menggunakan kalkulator dan komputer (software Microsoft Excel). Sebelum dilakukan pengolahan data terlebih dahulu dilakukan proses editing. Editing merupakan kegiatan untuk memperbaiki kualitas data mentah yang di dapat dari hasil wawancara dengan petani. Setelah data diedit dan diolah kemudian dilakukan analisis data. Sedangkan untuk data kualitatif, pengolahan datanya dilakukan secara deskriptif. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah meliputi, analisis sistem usaha tani, analisis pendapatan usaha tani dan analisis pemasaran Analisis Sistem Usaha tani Analisis data ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan membandingkan keragaan antar usaha tani pepaya yang menerapkan Standar Prosedur Operasional (SPO) dengan usaha tani pepaya tradisional. Adapun yang dibandingkan pada analisis ini adalah proses budidaya, penggunaan input dan hasil produksi dengan usaha tani pepaya tradisional. Adapun yang dibandingkan pada analisis ini adalah proses budidaya, penggunaan input dan hasil produksi (output) Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio) Analisis R/C rasio digunakan untuk mengetahui efisiensi kegiatan usaha tani, yang dapat diketahui melalui perbandingan antara total penerimaan pada masing-masing usaha tani dengan total biaya. Analisis R/C rasio secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : R/C = Q x Pq TFC + TVC Keterangan : R = Penerimaan (Revenue) C = Biaya (Cost) Q = Total Produksi (kg) Pq = Harga persatuan produk (Rp) TFC = Biaya tetap (total fixed cost) TVC = Biaya variabel (total variable cost) Rasio R/C menunjukkan besarnya penerimaan untuk setiap rupiah biaya yang dilakukan dalam usaha tani pepaya. Semakin tinggi nilai R/C, maka usaha tani tersebut semakin menguntungkan. Jika nilai R/C ratio lebih dari satu (R/C >1) maka usaha tani tersebut menguntungkan untuk diusahakan, sementara jika R/C ratio kurang dari satu (R/C < 1) maka usaha tani tersebut tidak menguntungkan Analisis Struktur Pasar Analisis struktur pasar dapat dilihat berdasarkan saluran pemasaran, jumlah lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran pepaya california, mudah tidaknya memasuki pasar, dan jenis komoditas yang diperdagangkan serta informasi pasar Analisis Perilaku Pasar Perilaku pasar buah pepaya California dapat dianalisis dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian, sistem penentuan dan pembayaran harga, kerjasama diantara lembaga pemasaran, standardisasi serta praktek-praktek fungsi pemasaran lainnya. Fungsi-fungsi pemasaran yang dimaksud adalah fungsi pertukaran, fungsi fasilitas dan fungsi fisik Identifikasi Saluran Pemasaran Identifikasi saluran pemasaran dilakukan untuk mendapatkan saluran yang dilalui dalam pemasaran buahpepaya california. Saluran pemasaran ini dapat diidentifikasi dengan melakukan wawancara kepada pedagang di pasar pengecer hingga pedagang besar, sedangkan informasi saluran pemasaran di tingkat petani diperoleh dari pedagang antar wilayah dan supplier.

6 Analisis Margin dan Efisiensi Pemasaran Analisis margin pemasaran digunakan untuk melihat tingkat efisiensi pemasaran buah pepaya california. Secara matematis menurut Limbong dan Sitorus (1987), margin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut : M i = Ps i - Pb i M i = C i + π I Keterangan : M i = Margin pemasaran pasar tingkat ke-i (Rp/kg) Ps i = Harga jual pasar tingkat ke-i (Rp/kg) Pb i = Harga beli pasar tingkat ke-i (Rp/kg) C i = Biaya pemasaran pada tingkat ke-i (Rp/kg) π I = Keuntungan lembaga pemasaran pada tingkat ke-i (Rp/kg) Berdasarkan nilai marjin pemasaran tersebut maka dapat diketahui tingkat rasio keuntungan terhadap biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Rasio tersebut dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: Keuntungan terhadap Biaya (%) = π i x 100 C i Dimana : π I = Keuntungan lembaga pemasaran ke-i C i = Biaya pemasaran lembaga ke-i Farmer s share dapat digunakan juga dalam menganalisis efisiensi saluran pemasaran dengan membandingkan seberapa besar bagian yang diterima oleh petani dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Farmer s share akan menunjukkan apakah pemasaran tersebut memberikan balas jasa yang seimbang kepada semua pihak yang terlibat dalam pemasaran. Secara matematis farmer s share dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini : Fs = P/K x 100% Dimana : Fs = Farmer s share P = Harga yang diterima petani K = Harga yang dibayar konsumen akhir BAB V. GAMBARAN UMUN LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Secara geografis Kabupaten Bogor terletak antara 6.19 o 6.47 o Lintang Selatan dan 106 o o 103 Bujur Timur, dengan luas wilayah sebesar Hektar, serta memiliki ketinggian sekitar di atas permukaan laut. Wilayah ini berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kota Depok Sebelah Barat : Kabupaten Lebak Sebelah Timur : Kabupaten Purwakarta Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi 5.2. Kondisi Wilayah Desa Pasirgaok Desa Pasirgaok memiliki letak wilayah yang berbatasan dengan desa lain di Kecamatan Rancabungur, yaitu : Sebelah Utara : Desa Cimulang Sebelah Barat : Desa Bantar Jaya Sebelah Timur : Desa Rancabungur Sebelah Selatan : Desa Cisadane Desa Pasirgaok mempunyai lahan yang paling luas untuk sumber daya (dibandingkan dengan desa lainnya di Kecamatan Rancabungur) seluas 648 hektar.

7 BAB VI. ANALISA SISTEM USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO 6.1. Proses Budidaya Persiapan dan Pengolahan Lahan Adapun pengolahan lahan pepaya berdasarkan SPO lahan diolah terlebih dahulu, kemudian dibuat bedengan dengan ukuran lebar 1,5 m, tinggi 30 sampai 40 cm dengan jarak antar bedengan 70 cm. diantara 2 (dua) bedengan dibuat parit yang berfungsi sebagai saluran drainase sedalam cm. Ditengah bedengan dibuat lubang tanam dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm dengan jarak tanam 2 x 3 meter. Sedangkan pengolahan lahan pepaya tanpa SPO ukuran bedengan dan lubang tanam umumnya sangat bervariasi, hal ini tidak menjadi perhatian bagi petani karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki petani tentang budidaya pepaya itu sendiri. Begitu juga untuk ukuran jarak tanam yang sangat bervariasi antara satu petani dengan petani yang lain, petani hanya memperkirakan jarak kanopi pohon pepaya tersebut baru kemudian dibuat lubang tanam lain disebelahnya, agar antara pohon yang satu dengan pohon lainnya tidak terlalu bersinggungan atau agar antara tanaman yang satu dengan yang lain tidak terlalu jauh jaraknya Penanaman Kegiatan penanaman dilakukan setelah lubang tanam siap untuk ditanami. Untuk mendapatkan bibit pepaya petani yang menerapkan SPO mendapatkan dari mitra tanam sedangkan untuk petani tanpa SPO memperoleh bibit tanaman pepaya dari membeli kepada penjual bibit Pemeliharaan Setelah kegiatan persiapan dan pengolahan lahan, penanaman, kemudian kegitan selanjutnya adalah pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan ini meliputi kegiatan pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit serta penyiangan. Pada petani pepaya berdasarkan SPO pemberian pupuk dasar pada saat penanaman, setiap lubang tanam diberi pupuk organik ( kotoran kambing) sebanyak 60 Kg. Satu bulan setelah tanam diberi pupik anorganik yang terdiri dari pupuk ZA sebanyak 70 gram, SP36 sebanyak 100 gram, serta KCL sebanyak 150 gram. Pemberian pupuk lanjutan anorganik, diberikan setiap 3 (tiga) bulan sekali dengan komposisi Za sebanyak 70 gram,sp gram, KCL sebanyak 80 gram untuk setiap satu pohon, sedangkan untuk pemberian pupuk susulan organik diberikan setiap 6(enam) bulan sekali dengan takaran 60 kg untuk setiap pohon. Sedangkan pemberian pupuk dasar untuk petani pepaya tanpa SPO pada saat penanaman, setiap lubang di beri pupuk kandang dengan takaran bervariasi menurut perhitungan masing-masing, sebagian petani ada yang mempergunakan pupuk organik sebanyak 20 Kg untuk setiap pohon dan ada juga petani yang mempergunakan pupuk organik sebanyak 40 Kg. Sedangkan untuk pemberian pupuk susulan yang terdiri dari pupuk organik yang diberikan setiap 6 (enam) bulan sekali dan pupuk anorganik yang diberikan setiap 3 (tiga) bulan sekali dengan takaran komposisi pupuk anorganik yang bervariasi. Pada usahatani pepaya dengan SPO dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu : 1 (satu) cara mekanik adalah dengan cara mencabut gulma yang berada di lahan. Hal ini dilakukan agar kondisi lahan bersih dari gulma-gulma tersebut yang biasanya dijadikan tempat berkembang biak hama dan penyakit.2 (dua) dengan menyemprotkan pertisida ketika tanaman terindikasi terserang penyakit. Sedangkan pada petani pepaya tanpa SPO dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu mekanik dan mempergunakan pestisida sama halnya dengan petani yang sudah menerapkan SPO, perbedaannya terletak pada penyemprotan pestisida, pada petani tanpa SPO penyemprotan pestisida dilakukan ketika tanaman tidak maupun sedang terserang hama dan penyakit. Adapun alasan petani tetap melakukan penyemprotan pestisida ketika tanaman tidak sedang terserang hama dan penyakit adalah sebagai tindakan antisipasi untuk menghalau serangan hama dan penyakit Pemanenan Pemanenan buah pepaya baik pada petani pepaya yeng menerapkan SPO maupun yang tidak menerapkan SPO pada perinsipnya adalah sama yaitu petani sama-sama tidak melakukan pemanenan pepaya sendiri

8 melainkan diserahkan kepada mitra tanam untuk petani yang menerapkan SPO dan kepada pengumpul untuk petani tanpa SPO Bab VII.. ANALISA PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO 7.1. Analisis Perbandingan Penerimaan Usahatani Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antar usahatani dari sisi penerimaan usahatani pepaya. Berdasarkan tabel 13 diketahui ternyata rata-rata penerimaan total usahatani pepaya SPO lebih besar dari rata- rata penerimaan total usahatani pepaya non SPO. Rata-rata penerimaan total usahatani pepaya SPO adalah Rp ,00, sedangkan rata-rata penerimaan total usahatani pepaya non SPO adalah Rp Tabel 13. Analisis penerimaan Usahatani Pepaya SPO dan usahatani Pepaya Non SPO di Desa Pasirgaok Uraian Usahatani Pepaya SPO Usahatani Pepaya Non SPO Penetimaan Tunai Rp Rp Penerimaan Diperhitungkan 0 0 Total Penerimaan Usahatani Rp Rp Besarnya rata-rata penerimaan total yang diperoleh petani pepaya SPO dikarenakan harga jual pepaya/ Kg lebih tinggi dari harga jual pepaya Non SPO. Tingginya harga jual pepaya per kilogram yang diterima oleh petani yang telah menerapkan SPO dikarenakan kualitas pepaya yang dihasilkan, sehinnga konsumen bersedia untuk membayar mahal produk tersebut. Selain itu tingginya harga jual tersebut ditetapkan oleh lembaga pemasaran (pengusaha mitra) agar dapat mengangkat pendapatan petani pepaya di Desa Pasirgaok Analisis Perbandingan Biaya usahatani Pepaya SPO dan Pepaya Non SPO Berdasarkan tabel 16 diketahui ternyata rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani pepaya SPO lebih tinggi dari petani pepaya non SPO. Rata-rata total biaya yang dikeluarkan oleh petani pepaya SPO adalah Rp ,45, sedangkan rata rata total biaya yang dikeluarkan oleh petani pepaya non SPO adalah ,71. Tabel 16. Analisis perbandingan Biaya Usahatani Pepaya SPO dan Non SPO Selama Satu Musim Tanam (3 Tahun) Pengeluaran Usahatani Metode SPO Metode Non SPO (Rp) (%) (Rp) (%) 1. Biaya Tunai Bibit 813, , TKLK 28,818, ,812, PBB 114, , Pupuk Kandang 21,970, ,853, ZA 598, , SP36 2,115, , KCL 1,697, , Dektin 195, , Genacyl 195, , Round Up 62, , Total pengeluaran tunai 56,581, ,074, Biaya Diperhitungkan Penyusutan alat 335, , TKDK 18,671, ,746, Sewa lahan 1,714, , Total biaya diperhitungkan 20,720, ,439, Total Biaya 77,302, ,514,

9 Tingginya rata rata total biaya yang harus dikeluarkan oleh petani pepaya SPO dikarenakan petani harus mengeluarkan biaya tunai yang lebih besar dari petani pepaya non SPO. Besarnya rata- rata total biaya tersebut adalah dikarenakan petani pepaya SPO menggunakan lebih banyak pupuk organik dan pupuk kimia dari petani pepaya non SPO. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa total biaya diperhitungkan petani pepaya SPO lebih besar dibandingkan petani pepaya non SPO, tetapi apabila dilihat dari proposi persentasenya ternyata persentase biaya diperhitungkan petani pepaya non SPO lebih besar dari petani pepaya SPO. Besarnya biaya diperhitungkan yang dikeluarkan oleh petani pepaya non SPO adalah sebesar persen, sedangkan besarnya biaya diperhitungkan petani pepaya SPO adalah sebesar persen Hal ini terjadi karena petani pepaya non SPO lebih banyak menggunakan tenaga kerja dari dalam keluarga yaitu sebesar persen dari total biaya, sedangkan pada petani pepaya SPO penyebab rendahnya biaya diperhitungkan adalah karena dalam melakukan kegiatan usahataninya petani lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga yaitu sebesar persen dari total biaya.. Apabila dilihat dari penggunaan biaya diperhitungkan untuk tenaga kerja dalam keluarga maka penyebab besarnya biaya ini adalah karena petani tidak pernah memperhitungkan biaya untuk tenaga kerja dalam keluarga. Dampaknya adalah keuntungan yang diterima petani seolah-olah menjadi besar. Sedangkan apabila dilihat dari penggunaan biaya diperhitungkan untuk sewa lahan, penyebab besarnya biaya adalah karena petani harus memperhitungkan penggunaan lahan milik sendiri agar pendapatan atas biaya totalnya yang diperoleh petani diketahui 7.3. Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Pepaya SPO dan Pepaya Non SPO Rata rata pendapatan atas biaya tunai petani pepaya non SPO lebih rendah dari pendapatan atas biaya tunai petani SPO. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 19, dimana pendapatan atas biaya tunai petani pepaya SPO adalah RP ,55 sedangkan pendapatan atas biaya tunai petani pepaya non SPO adalah Rp Tabel 19. Analisis Pendapatan Usahatani Pepaya SPO dan Pepaya Non SPO di Desa Pasirgaok Uraian SPO Non SPO Produksi 140,099 34,628 Harga Satuan (Rp) 1, , Penerimaan (Rp) 213,221, ,781, Biaya/Pengeluaran (Rp) Biaya Tunai 56,581, Biaya Diperhitungkan 19,006, Biaya Total Pendapatan (Rp) Tunai 156,640, Total R/C Tunai R/C Total Apabila dilihat dari pendapatan atas biaya totalnya petani pepaya SPO memperoleh pendapatan atas biaya total yang lebih tinggi dari petani pepaya non SPO. Adapun pendapatan atas biaya total petani pepaya SPO adalah Rp, , sedangkan pendapatan atas biaya total untuk petani pepaya non SPO adalah Rp Berdasarkan tabel 19 dilihat dari nilai R/C rasio atas biaya tunai dan biaya totalnya, maka diketahui usahatani pepaya SPO dan non SPO yang dikembangkan oleh petani di desa Pasirgaok pada dasarnya layak diusahakan karena memiliki nilai R/C rasio ( atas biya tunai dan atas biaya total) yang lebih besar dari satu. Hal ini berarti bahwa usahatani pepaya baik yang SPO maupun non SPO sama sama menguntungkan.

10 BAB VIII ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO 8.1.Analisis Saluran Pemasaran Pepaya SPO Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian, saluran pemasaran pepaya SPO terdiri dari tiga saluran. Pola 1 Petani Pengusaha Mitra Supermarket & toko buah Konsumen Agen/supliyer Pola 2 Gambar 3. Saluran Saluran Pemasaran pepaya SPO 8.2. Analisis Saluran Pemasaran papaya Non SPO Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, terdapat tiga saluran pemasaran yang terjadi. Pedagang Pengecer Pola 1 Petani Pedagang Pengumpul Super market & toko buah Pola 2 Pola 3 Konsumen Gambar 4. Saluran Pemasaran Pepaya Non SPO Di Desa pasirgaok BAB IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian usahatani dan pemasaran pepaya SPO yang dibandingkan dengan usahatani dan pemasaran pepaya non SPO, maka disimpulkan : 1. Sistem usahatani pepaya SPO yang sedang dikembangkan oleh petani pepaya di Desa Pasirgaok Kecamatan Rancabungur secara umum kegiatannya sama dengan sistem usahatani pepaya non SPO. Perbedaannya hanya terletak pada input yang digunakannya saja, yaitu pupuk dan obatobatan. 2. Pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani pepaya SPO lebih tinggi dari pendapatan atas biaya tunai petani pepaya non SPO 3. Apabila ditinjau dari pendapatan atas biaya total, usahatani pepaya SPO yang dikembangkan oleh petani dapat meningkatkan pendapatan petani menjadi lebih tinggi dari pendapatan petani pepaya non SPO.

11 4. Apabila dilihat dari efisiensi pemasarannya maka pola pemasaran pepaya SPO lebih efisien bila dibandingkan dengan pola pemasaran pepaya non SPO. Hal ini dilihat dari besarnya nilai π/c yang diperoleh pola pemasaran pepaya SPO 5. Struktur pasar yang terbentuk untuk pepaya SPO dan non SPO adalah sama, yaitu pasar oligopoly Saran Perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani pepaya di Desa Pasirgaok, kecamatan Rancabungur telah membawa perubahan yang positif kepada tingkat pendapatan atas biaya total petani.oleh karena itu sebaiknya perubahan sistem usahatani ini dapat dipertahankan oleh petani pepaya setempat. Namun untuk memperlancar petani dalam pengembangan sistem usahatani pepaya di Desa Pasirgaok, maka sebaiknya sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh petani dapat dilengkapi. Contohnya saja saluran irigasi dan sarana transportasi yang belum memadai. Selain itu kemandirian dan kemampuan petani dalam membuat input (pupuk dan pestisida) perlu ditingkatkan lagi sehingga ketergantungan petani terhadap orang lain dapat dikurangi. Oleh karena itu penyuluhan dari pemerintah (Dinas Pertanian) terhadap petani harus lebih ditingkatkan lagi. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Survei Pertanian Produksi Tanaman Pangan dan Buah Buahan di Indonesia. Jakarta. Dinas Pertanian kabupaten Bogor Standar Prosedur Operasional Pepaya Bogor. Bogor Ernawati Analisis Pemasaran Buah Durian Simas dan Matahari. Kasus Pada Desa Rancamaya, Kecamatan Bogor selatan dan Desa Sukaraja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Skripsi Jurusan Ilmu-Ilmu social Ekonomi Pertanian. Fakultas pertanian. IPB. Bogor. Hernanto, F Ilmu Usahatani. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Kallie, M, B Bertanam Pepaya. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Kottler, P Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Prehallindo. Jakarta. Limbong, W, M. Dan P. Sitorus Pengantar Tataniaga Pertanian. Bahan kuliah Jurusan Ilmu Ilmu social Ekonomi Pertanian IPB. Bogor. Mubyarto Pengantar ekonomi Pertanian. Penerbit LP3ES. Jakarta. Nasir, M Methodology Penelitian. Ghalia. Jakarta. Permana, L Analisis Keunggulan kompetitif Dan Komparatif Buah Pepaya (Kasus di desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, dan desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor, Jawa Barat). Skripsi Program studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Prtanian. IPB. Bogor. Prestiani Analisis Usahatani dan Pemasaran Buah Buahan Unggulan di Kabupaten serang.skripsi Jurusan Ilmu Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. FakultasPertanian. IPB. Bogor. Rukmana, Rahmat Pepaya, Budidaya dan Pasca Panen. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Saefuddin, A.M Dasar Dasar Pemasaran. Jurusan Ilmu Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Soeharjo, A. dan Patong, D Sendi Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Jurusan social Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Soekartawi, Soeharjo, Dillon, dan Hardaker Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Tjakrawiralaksana, A Ilmu Usahatani. Departemen Sosial Ekonomi. Penerbit IPB. Bogor. Yuntini, T Analisis Usahatani Komoditas Pepaya di Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Jawa Barat. Skripsi Jurusan Ilmu Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

12 2008 Analisis Usahatani Pepaya Berdasarkan Standar Prosedur Operasional (Studi Kasus Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor, Jawa Barat) Oleh : Artati widianingsih A PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

13 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu meningkatkan sumber pendapatan petani Buah-buahan buahan tropis memiliki prospek yang cukup cerah Pentingnya kecukupan gizi dari buah-buahan buahan Pepaya (Carica papaya L) merupakan salah satu buah- buahan tropis yang diminati konsumen baik di dalam negeri maupun luar negeri Kegunaan pepaya cukup beragam dan hampir semua bagian pepaya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan

14 1.2. Perumusan Masalah Adanya Peraturan Menteri Pertanian 61/Permentan/OT.160/II/2006 Ada biaya tambahan yang harus keluarkan Sebagian besar petani pepaya belum menerapkan Standar Prosedur Operasional no petani mau

15 Perumusan masalah Bagaimana sistem usahatani pepaya California berdasarkan SPO dan non SPO? Bagaimana besaran pendapatan usahatani pepaya California berdasarkan SPO dan non SPO?

16 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana sistem usahatani pepaya California berdasarkan SPO dan non SPO 2. Untuk mengetahui besaran pendapatan usahatani pepaya California berdasarkan SPO dan non SPO Kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai masukan bagi petani dalam melakukan sistem perubahan usahataninya 2. Sebagai masukan bagi pengambil kebijakan agar dapat menuangkan kebijakan yang tepat sehingga dapat meningkatkan kesejateraan petani 3. Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya

17 BAB II.Tinjauan Pustaka 2.1. Sejarah Pepaya Pepaya (Carica papaya L) berasal dari daerah tropis Amerika Tengah dan Hindia Barat yaitu sekitar Mexico, Costa Rica dan Nikaragua. Melalui pelaut-pelaut Portugis pada abad ke 16 tanaman ini tersebar sampai ke Afrika, Asia serta daerah lainnya. Pada abad ke 17 pepaya menjadi lebih popular dan tersebar luas di kepulauan Hawaii dan pulau lainnya di Lautan Fasifik.

18 2.2. Standar Prosedur Operasional Standar Prosedur Operasional (SPO) merupakan uraian tentang tahapan proses pekerjaan yang terdiri dari serangkaian atau beberapa kegiatan yang melibatkan beberapa fungsi. Manfaat adanya SPO adalah dapat dijadikan sebagai alat pengawasan pada setiap kegiatan, dan dasar pelaksanaan audit internal maupun eksternal

19 Standar Prosedur Operasional Pepaya Desa Pasirgaok Target merupakan acuan utama yang digunakan untuk menyusun SPO yang akan diterapkan pada kebun petani sesuai dengan pasar yang dibidik. Pada saat ini target yang telah dicapai oleh petani pepaya kelompok tani rancasari di Desa Pasirgaok adalah: 1. Produktivitas 75 Kg/pohon/thn atau 75 ton/ ha/ thn 2. Jumlah grade A (1,5 2 Kg) sebanyak 30 % 3. Jumlah grade B (1 1,4 Kg) sebanyak 30 % 4. Jumlah grade C ( 0,9 0,7 Kg) sebanyak 20 % 5. Jumlah grade D (< 0,7 atau > 2 kg) sebanyak 20%

20 Penelitian Terdahulu Nama Judul Skripsi Alat Analisis Yuntini (2000) Analisis Usahatani Komoditas pepaya Permana (2007) Analisis Keunggulan Kompetitif & Komparatif Buah Pepaya NPVNPV B/CB/C PAMPAM

21 BAB IV. Metode Penelitian 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian April Mei 2007 Desa pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor, Jawa Barat 4.2 Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer 2. Data sekunder

22 Metode pengumpulan Contoh Petani responden simple random sampling Responden pemasaran snow ball sampling Metode Analisis Data Data kuantitatif komputer (software microsoft excel) Data kualitatif deskriptif

23 Analisis Sistem Usaha tani kualitatif membandingkan proses budidaya, penggunaan input dan hasil produksi (output) antara usahatani pepaya SPO dan non SPO. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio) untuk mengetahui efisiensi kegiatan usaha tani R/C = Q x Pq TFC + TVC Analisis Kelayakan Usaha n NPV= Σ B t C t B/C ratio = ( 1 + I ) t t=1 n Σ t=1 n Σ t=1 B t C t ( 1 + I ) t B t C t ( 1 + I ) t

24 BAB VI. ANALISA SISTEM USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO Persiapan dan Pengolahan Lahan a. Dengan SPO Lahan di olah terlebih dahulu Bedengan, lebar 1,5 m tinggi 30 cm dengan jarak antar bedengan 70 cm Lubang tanam 60x60x60 cm dengan jarak tanam 2x3 m b. Non SPO Ukuran bedengan & lubang tanam bervariasi Pemeliharaan a. Dengan SPO Pemberian pupuk dasar/ lubang tanam Pupuk kandang 60 Kg Za 70 gram, SP gram, KCL 150 Gram Pemberian pupuk lanjutan/lubang tanam/ / 3 bulan Pupuk kandang 60 Kg Za 70 gram, SP gram, KCL 80 gram

25 b. Non SPO Pemberian pupuk dasar (organik)) / lubang tanam bervariasi antara 20 Kg 40 Kg Pemberian pupuk lanjutan, baik pupuk organik& & an organik cukup bervariasi Pengendalian Hama&Penyakit Pada dasarnya pengendalian hama&penyakit yang dilakukan oleh petani yang telah menerapkan SPO dan yang belum menerapkan SPO adalah sama, yaitu dengan cara mekanik& mengunakan pestisida. Pada petani yang tidak menerapkan SPO pemberian pestisida dilakukan ketika tanaman tidak atau sedang terkena penyakit

26 Analisis Penerimaan Usahatani Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antar usahatani dari sisi penerimaan usahatani pepaya. Berdasarkan tabel 13 diketahui ternyata rata-rata penerimaan total usahatani pepaya SPO lebih besar dari rata- rata penerimaan total usahatani pepaya non SPO. Rata-rata penerimaan total usahatani pepaya SPO adalah Rp ,00. Sedangkan rata-rata penerimaan total usahatani pepaya non SPO adalahrp ,00

27 Analisis Biaya Usahatani Pepaya California No Pengeluaran Usahatani Metode SPO Metode Non SPO (Rp) (%) (Rp) (%) 1 Biaya Tunai Bibit ,00 1, ,00 3,01 Pupuk Kandang ,00 69, ,00 30,75 ZA ,00 2, ,00 6,01 SP ,00 9, ,00 13,75 KCL ,00 5, ,00 15,12 Genacyl ,00 Round Up ,00 0, ,00 0,51 PBB ,00 0, ,00 1,06 TKLK ,00 4, ,00 10,05 Total Pengeluaran Tunai ,00 92, ,00 80,27 2 Biaya Diperhitungkan Penyusutan Alat ,33 0, ,33 0,33 Sewa Lahan ,00 5, ,00 15,96 TKDK ,00 1, ,00 3,44 Total Biaya Diperhitungkan ,33 7, ,33 19,73 3 Total Biaya ,33 100, ,33 100,00

28

29 Analisis Pendapatan Usahatani Pepaya California No Uraian Metode SPO Metode Non SPO (Rp) (%) (Rp) (%) 1 Produksi (Kg) , ,00 2 Harga Satuan (Rp) ( ) 1.500,00 3 Penerimaan (Rp) ,00 100, ,00 100,00 4 Biaya/Pengeluaran Biaya Tunai ,00 30, ,00 32,63 Biaya Diperhitungkan ,33 2, ,33 8,02 Biaya Total ,33 33, ,33 40,65 5 Pendapatan Pendapatan Tunai ,00 69, ,00 67,37 Pendapatan Total ,67 66, ,67 59,35 6 R/C Tunai 3,26 3,06 7 R/C Total 3,02 2,46

30 Analisis Kelayakan Usahatani Pepaya California No Tahun SPO Non SPO Pendapatan df (8%) PV pendapatan df (8%) PV 1 I ,67 0, ,54 ( ,33) 0,926 ( ,26) 2 II ,67 0, , ,67 0, ,74 3 III ,67 0, , ,67 0, ,14 NPV , 91 NPV ,6 1 Net B/C 2,02 1,46

31 Analisis Sensitivitas Pepaya california SPO Tabel 20. Matriks Analisis Sensitivitas Pengusahaan Pepaya California SPO dengan Discount rate 8 Persen. Harga Produktivitas Output 0% -10% -15% 0% a ,91 a ,41 a ,91 20% 25% b. 2,02 b. 1,94 b. 1,77 a ,41 a ,41 a ,76 b. 1,61 b. 1,35 b.1,22 a ,91 a ,41 a ,03 b. 1,45 b. 1,20 b. 1,08

32 Analisis Sensitivitas pepaya California Non SPO b. 0,85 b. 0,68 b. 0,38 Tabel 21. Matriks Analisis Pengusahaan Pepaya California Non SPO dengan Discount Rate 8 Persen Harga Produktivitas Output 0% -10% -15% 0% a ,61 a ,61 a ,61 b. 1,46 b.1,24 b.0,85 20% a ,61 a ,61 a ,61 b. 0,97 b. 0,79 b. 0,48 25% a ,61 a ,61 a ,61

33 Jalur Pemasaran Pepaya California Berdasarkan SPO Supermarket & Toko Buah Pola 1 Petani Pengusaha Mitra Konsumen Agen/Supliyer Pola 2

34 Jalur Pemasaran Pepaya California Non SPO Pedagang Pengecer Pola 1 Petani Pedagang Pengumpul Konsumen Supermarket & Toko Buah Pola 2 Pola 3

35 Kesimpulan BAB IX. KESIMPULAN DAN SARAN Sistem usahatani pepaya SPO yang sedang dikembangkan oleh petani pepaya di Desa Pasirgaok Kecamatan Rancabungur secara umum kegiatannya sama dengan sistem usahatani pepaya non SPO. Perbedaannya hanya terletak pada input yang digunakannya saja, yaitu pupuk dan obat- obatan. Persentase pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani pepaya SPO lebih tinggi dari pendapatan atas biaya tunai petani pepaya non SPO Apabila ditinjau dari persentase pendapatan atas biaya total, usahatani pepaya SPO yang dikembangkan oleh petani dapat meningkatkan pendapatan petani menjadi lebih tinggi dari pendapatan petani pepaya non SPO. Nilai NPV pengusahaan pepaya California SPO di desa Pasirgaok selama tiga tahun bernilai Rp ,91, sementara nilai NPV pepaya California non SPO selama tiga tahun bernilai Rp ,61.

36 Nilai net B/C rasio pepaya California SPO lebih besar dibandingkan dengan nilai net B/C rasio pepaya California non SPO. Nilai net B/C rasio pepaya California SPO adalah sebesar 2,02, sementara nilai net B/C rasio pepaya California non SPO adalah sebesar 1,46. Apabila dilihat dari efisiensi pemasarannya maka pola pemasaran pepaya SPO lebih efisien bila dibandingkan dengan pola pemasaran pepaya non SPO. Hal ini dilihat dari besarnya nilai π/c yang diperoleh pola pemasaran pepaya SPO

37 Saran Perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani pepaya di Desa Pasirgaok, kecamatan Rancabungur telah membawa perubahan yang positif kepada tingkat pendapatan atas biaya total petani.oleh karena itu sebaiknya perubahan sistem usahatani ini dapat dipertahankan oleh petani pepaya setempat. Untuk menerapkan SPO diperlukan adanya biaya tambahan yang harus petani keluarkan. Saat ini permasalahan yang dihadapi oleh petani pepaya di Desa Pasirgaok adalah masalah permodalan, maka dari itu sebaiknya pemerintah memberikan bantuan berupa kredit usahatani bagi para petani. Selain itu untuk memperlancar petani dalam pengembangan sistem usahatani pepaya di Desa Pasirgaok, maka sebaiknya sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh petani dapat dilengkapi. Contohnya saja saluran irigasi dan sarana transportasi yang belum memadai.

38

II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah pepaya Pepaya (Carica papaya L.) berasal dari daerah tropis Amerika Tengah dan

II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah pepaya Pepaya (Carica papaya L.) berasal dari daerah tropis Amerika Tengah dan 8 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah pepaya Pepaya (Carica papaya L.) berasal dari daerah tropis Amerika Tengah dan Hindia Barat yaitu sekitar Mexico, Costa Rica dan Nikaragua. Melalui pelautpelaut bangsa

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO Bentuk analisis pendapatan ini mengacu kepada konsep pendapatan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tunai dan biaya

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (Kasus di Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor, Jawa Barat) Oleh : ARTATI WIDIANINGSIH A. 14103659 PROGRAM

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani Soeharjo dan Patong (1973), mengemukakan definisi dari pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO Ukuran Kelayakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah net present value (NPV) dan net benevit cost ratio (net

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011 di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April 2012 di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Pemilihan

Lebih terperinci

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH DENGAN SISTEM PANEN HIJAU DAN SISTEM PANEN MERAH (Kasus Pada Petani Cabai di Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya) Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (pusposive). Alasan

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kelompok

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan

Lebih terperinci

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK 56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (Kasus di Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor, Jawa Barat) Oleh : ARTATI WIDIANINGSIH A. 14103659 PROGRAM

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Sabila Farm dan wilayah Desa Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengambilan data primer dilaksanakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman buah dari famili caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat. Tanaman pepaya banyak ditanam baik di daerah

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN 06114023 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 ANALISIS TATANIAGA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK (Studi Kasus: Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) Oleh : TANTRI MAHARANI A14104624 PROGAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 2 Desember 2015 92 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Wahyu Wahyuna 1 1) Fakultas Agrobisnis dan Rekayasa Pertanian,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Kelurahan Sindang Barang dan Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif II. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data yang tidak hanya

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PEPAYA DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Refa ul Khairiyakh. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

ANALISIS USAHATANI PEPAYA DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Refa ul Khairiyakh. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi ANALISIS USAHATANI PEPAYA DI KABUPATEN MUARO JAMBI Refa ul Khairiyakh Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi ABSTRACT This research aimed to determine farm income and feasibility of papaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) ABSTRACT PENDAHULUAN

ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) ABSTRACT PENDAHULUAN Agricola, Vol 4 (1), Maret 2014, 1-7 p-issn : 2088-1673., e-issn 2354-7731 ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) Surel: untari_83@yahoo.com

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si rahmaniah_nia44@yahoo.co.id Abstrak Pengembangan kopi di Kabupaten Polewali Mandar dari tahun ke

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT EPP. Vol. 9 No.1. 2012 : 30-34 30 STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT Marketing Carrot Study (Daucus carota L.) in Citeko Village Cisarua

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI (Suatu Kasus di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI (Suatu Kasus di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak ANALISIS PEMASARAN KEDELAI (Suatu Kasus di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Yepi Fiona 1, Soetoro 2, Zulfikar Normansyah 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Galuh

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian survey. Dalam penelitian ini data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

A. WAKTU DAN TEMPAT B. METODE PENELITIAN

A. WAKTU DAN TEMPAT B. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilakukan di Kabupaten Sukabumi, Banyumas, Kebumen dan Boyolali. Pemilihan sample pada keempat lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya penduduk dan tenaga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMASARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR

EFISIENSI PEMASARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR EFISIENSI PEMASARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR Faisol Mas ud dan Slamet Hariyanto Fakultas Perikanan Universitas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Agribisnis Faperta Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI (Studi Kasus: Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan) WANDA ARUAN, ISKANDARINI, MOZART Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara e-mail

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster 43 Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam Petani Klaster 44 Lampiran 1 Usahatani Jahe Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam Petani Non Klater 45 Lampiran 2. Output Karakteristik

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pulahenti, Kecamatan Sumalata, Kabupaten Gorontalo Utara. Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor Jawa Barat, tepatnya di Kecamatan Jasinga. Pemilihan lokasi ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kabupaten Brebes merupakan daerah sentra produksi bawang merah di Indonesia, baik dalam hal luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas per

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya) ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Ade Epa Apriani 1, Soetoro 2, Muhamad Nurdin Yusuf 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013 ANALISIS USAHATANI CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) DI LAHAN TEGALAN DESA KETAWANGREJO KECAMATAN GRABAG KABUPATEN PURWOREJO Ragil Prastyo Kurniawan 1), Eni Istiyanti 2) dan Uswatun Hasanah 1) 1) Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa negara Indonesia adalah negara agraris yang harus melibatkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional Manajer I Sukamandi di Sukamandi, Kabupaten Subang. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012 KONTRIBUSI USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA UKIRSARI KECAMATAN GRABAG KABUPATEN PURWOREJO Hany Andewi Sundari, Zulfanita dan Dyah Panuntun Utami

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian khususnya tanaman hortikultura selama ini mempunyai peluang yang besar, tidak hanya sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang saat

Lebih terperinci

BAB II. KERANGKA TEORITIS

BAB II. KERANGKA TEORITIS 2.1. Pendapatan Petani Tembakau 2.1.1. Pendapatan Usahatani BAB II. KERANGKA TEORITIS Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam sekali periode. Pendapatan

Lebih terperinci

FARMER SHARE DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KACANG HIJAU

FARMER SHARE DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KACANG HIJAU Volume 6 No. 2September 2014 FARMER SHARE DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KACANG HIJAU (Vigna radiata, L.) DI KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN Oleh: Yudhit Restika Putri, Siswanto Imam Santoso, Wiludjeng

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan pada lokasi yang ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah atau lokasi yang terpilih merupakan salah satu sentra

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Oleh: Erwin Krisnandi 1, Soetoro 2, Mochamad Ramdan 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Galuh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN DODOL SIRSAK

ANALISIS PEMASARAN DODOL SIRSAK ANALISIS PEMASARAN DODOL SIRSAK (Annona muricata) (Suatu Kasus pada Pengusaha Pengolahan Dodol Sirsak di Desa Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Angga Lenggana 1, Soetoro 2, Tito

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk menjelaskan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian

Lebih terperinci

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PADA USAHATANI JAMBU BIJI

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PADA USAHATANI JAMBU BIJI VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PADA USAHATANI JAMBU BIJI Analisis sensitivitas perlu dilakukan karena analisis dalam metode

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan alasan bahwa lokasi tersebut adalah salah satu lokasi pengembangan pertanian porduktif

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci