KERAGAAN KUALITAS SUSU SEGAR DAN MENTEGA BERDASARKAN GENOTIPE GEN GH DARI KAMBING SAANEN DAN PERANAKAN ETAWAH DINA TRI MARYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERAGAAN KUALITAS SUSU SEGAR DAN MENTEGA BERDASARKAN GENOTIPE GEN GH DARI KAMBING SAANEN DAN PERANAKAN ETAWAH DINA TRI MARYA"

Transkripsi

1 KERAGAAN KUALITAS SUSU SEGAR DAN MENTEGA BERDASARKAN GENOTIPE GEN GH DARI KAMBING SAANEN DAN PERANAKAN ETAWAH DINA TRI MARYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keragaan Kualitas Susu Segar dan Mentega Berdasarkan Genotipe Gen GH dari Kambing Saanen dan Peranakan Etawah, adalah karya saya sendiri dibawah arahan dan bimbingan para pembimbing. Karya ini belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2011 Dina Tri Marya NRP. D

3 3 ABSTRACT DINA TRI MARYA. Diversity of milk quality and butter based on the genotype of GH gene from Saanen and Etawah Grade goats. Supervised by RARAH RATIH ADJIE MAHESWARI and CECE SUMANTRI. The Growth hormone (GH) secreted by the pituitary gland plays an important role in lactation. The objectives of this study were to observe the quality of raw milk (fat, protein, density, and dry matter) and characteristics of butter from Saanen and Etawah-Grade (EG) goat and to analyse the effect of GH gene type in milk quality. The DNA of 89 goats (Saanen and EG) was evaluated. Single-strand conformation polymorphisms (SSCP) was utilized to identify goat growth hormone (ggh) gene. The results showed that there were exist five types of GH gene in exon 4 consist of type CE, BC, CD, BB and CC. The CE, BC and BB types were found in all population (Saanen and EG). The CD and CC type only found in Saanen and EG goats respectively, but this diversity did not affect milk quality of the raw milk of Saanen and EG goats. Diversity of genotypes of GH gene also did not affect the characteristics of goat's milk butter. Keywords: Goat milk, quality, butter, GH gene, Saanen, Etawah- Grade

4 4 RINGKASAN DINA TRI MARYA. Keragaan Kualitas Susu Segar dan Mentega Berdasarkan Genotipe Gen GH dari Kambing Saanen dan Peranakan Etawah (PE). Dibimbing oleh RARAH. R. A. MAHESWARI dan CECE SUMANTRI. Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone/GH) merupakan hormon yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis serta memainkan peranan penting dalam laktasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kualitas susu segar (lemak, protein, BJ dan bahan kering), mempelajari karakteristik mentega dari kambing Saanen dan Peranakan Etawah (PE) serta menganalisis pengaruh keragaman gen GH terhadap kualitas susu. Evaluasi DNA dari 89 kambing (Saanen dan PE) menggunakan metoda Single-strand Conformation Polimorphysm (SSCP) untuk mengidentifikasi polimorfisme pada gen hormon pertumbuhan kambing (ggh). Amplifikasi gen GH exon 4 pada kambing perah (Saanen dan PE) menghasilkan ruas DNA sepanjang 200 bp. Berdasarkan hasil SSCP pada gen GH mendapatkan lima pita DNA yang menunjukkan pola migrasi yang berbeda, disebut tipe gen CE, BC, CD, BB dan CC. Gen CD hanya dijumpai pada bangsa kambing Saanen sedangkan tipe gen CC hanya terdapat pada kambing PE. Keragaman genotipe ini tidak berpengaruh terhadap kualitas susu kedua bangsa kambing Saanen dan PE. Keragaman genotipe gen GH juga tidak berpengaruh terhadap karakteristik mentega susu kambing Saanen. Kata Kunci : Kualitas susu kambing, mentega, gen GH, Saanen, Peranakan Etawah

5 5 Hak Cipta milik IPB, Tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau untuk tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB

6 6 KERAGAAN KUALITAS SUSU SEGAR DAN MENTEGA BERDASARKAN GENOTIPE GEN GH DARI KAMBING SAANEN DAN PERANAKAN ETAWAH DINA TRI MARYA Tesis sebagai salah syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

7 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. Ronny. R. Noor. M. Rur. Sc 7

8 8 HALAMAN PENGESAHAN JUDUL TESIS : Keragaan Kualitas Susu Segar Dan Mentega Berdasarkan Gen GH dari Kambing Saanen dan Peranakan Etawah NAMA NRP PROGRAM STUDI : Dina Tri Marya : D : Ilmu dan Teknologi Peternakan Disetujui, Komisi Pembimbing Dr. Ir. Rarah.R.A.Maheswari, DEA Ketua Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc Anggota Diketahui, Kordinator Mayor Ilmu dan Teknologi Peternakan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Dr. Ir. Rarah.R.A.Maheswari, DEA Dr. Ir. Dahrul Syah. M.Sc. Agr Tanggal Ujian: 1 Maret 2011 Tanggal lulus: 30 Mei 2011

9 9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga penulisan thesis ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Tesis dengan judul Keragaan Kualitas Susu Segar dan Mentega Berdasarkan Genotipe Gen GH dari Kambing Saanen dan Peranakan Etawah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara genotipe gen GH pada kambing Saanen dengan kualitas susu serta komposisi lemak mentega yang dapat dijadikan alternatif dalam pelaksanaan seleksi kambing perah dengan produksi tinggi dan kualitas lemak yang baik sebagai bahan baku pembuatan mentega. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Rarah.R.A.Maheswari, DEA dan Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc atas bimbingan dan kesempatan yang diberikan untuk menimba ilmu teknologi hasil susu dan ilmu pemuliaan dan genetika ternak. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Penguji Luar Komisi pada ujian Tesis Prof. Dr. Ir. Ronny. R. Noor. M. Rur. Sc. Penghargaan setinggi-tingginya kepada kedua Orang tua tercinta Ir. H. Mas Erdi dan Hj. Erita Saan atas bimbingan, perhatian dan doanya yang tak pernah terbalaskan. Kepada kedua kakak penulis yang selalu memberikan semangat, penulis juga sampaikan ucapan terimakasih. Ucapan terimakasih juga kepada teman-teman di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, teman-teman Pascasarjana angkatan 2008/2009 dan 2009/2010 atas bantuannya selama penulis melaksanakan studi. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan dukungannya. Penulis mengharapkan semoga karya ini bermanfaat bagi upaya pengembangan keilmuan dan peternakan di Indonesia. Bogor, Mei 2011 Dina Tri Marya

10 10 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 29 Maret 1984 sebagai anak ketiga dari pasangan Bapak Ir. H. Mas Erdi dan Ibu Hj. Erita Saan. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1996 di SD Negeri 72. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SLTP Negeri 19 Palembang. Pendidikan lanjutan menengah tingkat atas diselesaikan pada tahun 2002 di SMA Negeri 3 Palembang. Penulis sempat melanjutkan pendidikan strata satu di FKIP jurusan Biologi Universitas Sriwijaya pada tahun 2002, kemudian pindah ke Program Studi Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran dan lulus pada tahun Pada tahun 2008, penulis terdaftar pada Mayor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Sekolah Pascasarjana IPB.

11 11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... iii iv v PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... Manfaat Penelitian... Hipotesis Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Kambing Perah... 4 Kambing Saanen... 4 Kambing Peranakan Etawah... 5 Susu Kambing. 5 Mentega... 8 Gen Growth Hormone (GH)... 9 Mekanisme Kerja Gen Growth Hormone (GH). Penanda Molekuler..... Analisis Keragaman Genetik MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Materi Metode Analisis Data... 21

12 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Peternakan Kambing Perah Studi Polimorfisme pada Gen GH.. 24 Amplifikasi Gen GH. 24 Identifikasi Gen GH pada Kambing Perah Saanen dan Peranakan Etawah dengan Pendekatan PCR- SSCP. 24 Frekuensi Alel dan Genotipe Pengaruh Keragaman Gen GH terhadap Kualitas Susu Segar Kambing Saanen dan PE Gen GH Kualitas Susu Kambing Perah 29 Berat jenis. Protein Lemak 31 Bahan Kering dan Bahan Kering Tanpa Lemak.. 32 Mentega Susu Kambing Saanen dan PE Karakteristik Mentega Susu Kambing Saanen Rendemen.... Nilai ph Bilangan Peroksida Kadar Air.. 37 Kadar Abu. 37 Kadar Protein 38 Kadar Lemak 38 Karakteristik Organoleptik Mentega Kambing Saanen.. Aroma 40 Warna.... Rasa

13 13 KESIMPULAN DAN DAFTAR PUSTAKA

14 14 DAFTAR TABEL Halaman 1. Syarat mutu susu sapi segar berdasarkan SNI Klasifikasi mutu susu kambing segar berdasarkan karakteristiknya Primer untuk amplifikasi gen GH Frekuensi genotipe dan alel gen GH kambing Saanen dan PE Kualitas susu kambing Saanen berdasarkan tipe gen Kualitas susu kambing Peranakan Etawah berdasarkan tipe gen Komposisi asam lemak susu kambing Saanen Rataan kualitas susu kambing Saanen berdasarkan laktasi Rataan kualitas kambing Peranakan Etawah berdasarkan laktasi Komposisi asam lemak mentega susu kambing Saanen dan PE Karakteristik mentega susu kambing Saanen dengan genotipe berbeda Rendemen mentega susu kambing Saanen berdasarkan genotipe gen GH Komposisi lemak dan asam lemak susu kambing Saanen... 39

15 15 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Diagram alir proses pembuatan mentega Produk PCR gen GH exon Hasil visualisasi produk PCR-SSCP gen GH

16 16 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh peternak adalah kambing. Ternak kambing mempunyai peran strategis bagi masyarakat Indonesia khususnya di daerah pedesaan. Ternak kambing selain sebagai sumber pendapatan, juga memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi kesehatan dan gizi manusia. Kelebihan lain yang dimiliki kambing adalah ternak ini sangat efisien dalam mengubah hijauan pakan menjadi energi, modal usaha yang diperlukan relatif kecil dan cukup adaptif terhadap berbagai kondisi lingkungan. Ternak kambing disamping sebagai penghasil daging ada juga yang menghasilkan susu atau dikenal dengan kambing perah. Kambing Saanen dan Peranakan Etawah adalah bangsa kambing perah yang banyak dipelihara di Indonesia. Susu kambing memiliki kelebihan dibandingkan dengan susu sapi karena memiliki daya cerna yang tinggi, mempunyai ukuran butiran lemak susu yang lebih kecil dibandingkan dengan susu sapi dan baik dikonsumsi bagi penderita lactose intolerance karena mempunyai kandungan laktosa yang rendah. Kualitas susu kambing sangat dipengaruhi oleh kadar lemak. Lemak susu baik dalam bentuk susu cair, krim maupun mentega memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Salah satu gen yang berperan dalam mengontrol kadar lemak maupun produksi susu adalah gen GH. Penyebab kesenjangan antara produksi susu dan pemenuhan produk olahan asal susu adalah rendahnya populasi dan potensi genetik ternak perah. Kondisi manajemen pemeliharaan yang belum maksimal juga berpengaruh terhadap kualitas susu maupun produk olahan yang dihasilkan. Usaha kambing perah di Indonesia pada umumnya masih bersifat subsistem yaitu masih berskala kecil. Pengetahuan serta keterampilan petani yang mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem pencatatan, pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit juga masih rendah. Perbaikan mutu genetik kambing perah melalui seleksi pada umumnya banyak dilakukan secara konvensional berdasarkan morfologi dan produksi susu. Sistem konvensional memerlukan waktu yang lama. Kemajuan teknologi pada

17 17 bidang molekular saat ini dapat membantu mempercepat seleksi dalam program pembibitan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemanfaatan gen-gen penciri yang berpengaruh pada sifat-sifat kualitatif yang bernilai ekonomis. Pada studi gen kandidat terhadap sifat-sifat produksi ternak, gen hormon pertumbuhan atau growth hormone (GH) banyak diteliti untuk digunakan sebagai marker (penciri) dalam seleksi ternak. Hal ini dikarenakan hormon tersebut merupakan hormon regulator pertumbuhan, perkembangan tubuh ternak dan produksi susu. Penelitian ini diharapkan dapat membantu melakukan seleksi terhadap kambing-kambing perah yang memiliki sifat dan kualitas produksi yang diharapkan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis kualitas susu kambing Saanen dan Peranakan Etawah. 2. Mengidentifikasi polimorfisme gen GH pada kambing Saanen dan Peranakan Etawah. 3. Mengkaji hubungan antara keragaman gen GH pada kambing Saanen dan Peranakan Etawah dengan kualitas susu. 4. Mengkaji karakteristik mentega yang dihasilkan dari kambing Saanen dan Peranakan Etawah. Manfaat Penelitian 1. Diperoleh data tentang gen GH pada kambing perah Saanen dan Peranakan Etawah. 2. Didapatkan informasi genetik calon tetua kambing perah (Saanen dan Peranakan Etawah) sebagai penghasil susu untuk tujuan pengolahan mentega.

18 18 Hipotesis Penelitian 1. Adanya polimorfisme gen GH pada kambing perah Saanen dan Peranakan Etawah. 2. Terdapat korelasi antara variasi genotipe GH dengan kualitas susu dan mentega yang dihasilkan pada kambing Saanen dan Peranakan Etawah.

19

20 4 TINJAUAN PUSTAKA Kambing Perah Kambing diklasifikasikan kedalam kingdom Animalia, filum Chordata, subfilum Vertebrata, kelas Mammalia, ordo Artiodactyla, sub-ordo Ruminantia, famili Bovidae, genus Capra dan spesies Capra hircus (Ensminger 2002). Pemeliharaan kambing memberikan pengaruh besar terhadap sistem pertanian pedesaan, karena kambing telah beradaptasi dengan baik di sebagian besar wilayah Indonesia. Produksi susu kambing telah memberikan kontribusi sebesar 35% terhadap total produksi susu dunia, atau mengalami peningkatan cukup berarti dari tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 9 % (Weinsten 2005). Kambing Saanen Kambing Saanen berasal dari lembah Saanen di Swiss Barat. Kambing ini berwarna putih, krem atau coklat muda dengan bulu yang panjang atau pendek, telinga tegak, serta memiliki temperamen yang tenang dan jinak (Blakely & Bade 1992). Kambing Saanen mempunyai produksi susu tertinggi dibandingkan dengan bangsa kambing perah lainnya, oleh karena itu bangsa kambing ini disebarluaskan ke banyak negara. Rata-rata produksi susu kambing Saanen di daerah tropis adalah 1-3 kg per hari, sedangkan di daerah subtropik dapat mencapai 5 kg per hari. Jenis kambing Saanen banyak dipelihara sebagai penghasil susu. Kambing Saanen terkenal sebagai penghasil susu berkualitas dengan kandungan lemak rendah (Winarno & Fernandez 2007). Produksi susu dengan kandungan lemak antara 3-4% per masa laktasi yang berlangsung selama 250 hari (Davendra & Burn 1994). Kambing jenis Saanen dapat dibedakan dari kambing lainnya yaitu dengan ciri-ciri utama telinga dengan cuping kearah atas. Telinga kecil, pendek, tegak ke arah depan dan samping. Kepala kecil dan berbentuk lancip. Selain itu warna bulu biasanya putih atau krem, ambing serta puting besar dan lunak, induk betina sering melahirkan anak kembar (Mulyono 2008).

21 5 Kambing Peranakan Etawah Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing Ettawa dari India dengan kambing kacang yang penampilannya mirip Ettawa tetapi lebih kecil dengan proporsi genotipe yang tidak jelas (Balitnak 2004). Ciri khas kambing PE yaitu bentuk muka cembung melengkung dan dagu berjanggut, di bawah leher terdapat gelambir yang tumbuh berawal dari sudut janggut, telinga panjang, menggantung dan ujungnya agak melipat, tanduk berdiri tegak mengarah kebelakang dengan ujung tanduk melingkar, tinggi tubuh (gumba) cm, tubuh besar, pipih, bentuk garis punggung seolah-olah mengombak kebelakang, bulu tubuh tampak panjang di bagian leher, pundak, punggung, dan paha, bulu paha panjang dan tebal, warna bulu putih, hitam hingga cokelat (Mulyono 2008). Kambing PE digolongkan sebagai kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (Adiati et al. 2000). Kambing PE memiliki ambing yang besar, putingnya panjang. Produksi susunya berkisar liter/ekor/hari sepanjang masa laktasi antara 5-6 bulan, dengan masa kering 2-3 bulan (Balitnak 2004). Susu Kambing Susu menurut SNI , susu adalah cairan yang berasal dari ambing sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya (DSN 1998). Pemerintah untuk melindungi konsumen, menetapkan standar khusus untuk suatu produk. Indonesia saat ini baru mempunyai standar untuk susu sapi segar yang tercantum dalam SNI (Tabel 1) dan belum mempunyai standar susu kambing segar. Susu kambing memiliki nilai gizi yang serupa dengan susu sapi. Susu kambing terkenal karena kandungan atau nilai nutrisi dan dipercaya mempunyai nilai medis sejak zaman dahulu. Karakteristik susu kambing dibandingkan dengan susu sapi adalah (1) warna susu lebih putih (2) globula lemak susu lebih kecil dengan diameter µm (3) mengandung mineral kalsium, fosfor, vitamin A, E dan B kompleks yang tinggi (4) dapat diminum oleh orang-orang yang alergi susu sapi dan orang-orang yang mengalami gangguan pencernaan (5) dari segi

22 6 produktivitas, produksi susu kambing lebih cepat diperoleh karena kambing telah dapat berproduksi pada umur 1.5 tahun, sedangkan sapi baru dapat berproduksi pada umur 3-4 tahun, tergantung ras (Saleh 2004). Tabel 1. Syarat mutu susu sapi segar berdasarkan SNI No Parameter Syarat 1. SUSUNAN SUSU Berat Jenis (BJ) pada suhu 27,5 o C Kadar lemak Kadar Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL) atau Solid Non Fat (SNF) Kadar protein Cemaran logam berbahaya - Timbal (Pb) - Seng (Zn) - Merkuri (Hg) - Arsen (As) Minimal 1,0280 Minimal 3,0% Minimal 8,0% Minimal 2,7% Maksimum 0,3 ppm Maksimum 0,5 ppm Maksimum 0,5 ppm Maksimum 0,5 ppm 2. KEADAAN SUSU Organoleptik : warna, bau, rasa dan kekentalan Kotoran dan benda asing Cemaran mikroba - Total mikroba - Salmonella - Escherichia coli (patogen) - Coliform - Streptococcus group B - Staphylococcus aureus Jumlah sel radang Uji Katalase Uji Reduktase Residu antibiotic, pestisida dan insektisida Uji Alkohol (70%) Derajat Asam Uji Pemalsuan Titik Beku Uji Peroksidase Sumber: DSN 1998 Tidak ada perubahan Negatif Maksimum CFU/ml Negatif Negatif 20 CFU/ml Negatif 100 CFU/ml Maksimum /ml Maksimum 3 cc 2-5 jam Sesuai dengan peraturan yang berlaku Negatif 6-7 o SH Negatif -0,520 s/d -0,560 o C Positif Ketersediaan magnesium di dalam susu kambing, menurut Aliaga (2003) lebih besar dibandingkan susu sapi dan mengandung jumlah vitamin D yang lebih banyak. Magnesium memiliki arti penting, karena berhubungan dengan metabolisme. Mineral magnesium dikenali sebagai kofaktor di dalam lebih dari 300 reaksi enzimatik yang mempengaruhi kegiatan metabolisme dan sintesa

23 7 protein dan asam nukleat. Susu kambing adalah sumber Ca dan asam amino triptofan dan zat gizi lain yang sangat baik. Susu kambing tidak mengandung protein yang menyebabkan alergi seperti yang terdapat pada susu sapi serta mengandung olisakarida yang berperan sebagai anti-inflamasi (Mateljan 2008). Menurut Thai Agricultural Standard (2008) susu kambing segar adalah susu segar yang diperoleh dari induk kambing (Capra spp.) tidak kurang dari 3 hari setelah kelahiran. Susu harus tidak dikurangi dan tidak ditambahkan komponen lain. Tidak boleh mengalami suatu perlakuan kecuali pendinginan. Susu harus tidak mengandung kolostrum. Klasifikasi susu kambing berdasarkan mutu digolongkan berdasarkan total mikroba, jumlah sel somatik ambing, kandungan lemak dan bahan kering, dengan ketentuan parameter tersebut digunakan sebagai kriteria untuk pemasaran susu kambing segar. Penggolongan mutu tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Klasifikasi mutu susu kambing segar berdasarkan karakteristiknya Karakteristik Kelas Premium Baik Standar 1. Total Mikroba (cfu/ml) < 5 x x > x Sel Somatik (sel/ml) < 7 x x > ,5 x Protein (%) > 3.7 > Lemak(%) > 4 > Total Solid (%) > 13 > Thai Agricultural Standard (2008) menetapkan beberapa syarat untuk susu kambing segar, yaitu syarat secara umum dan pengelompokan berdasarkan mutu. Syarat umum yaitu: normal, bersih dan berwarna putih atau krem, flavor normal tanpa bahan asing dan pencampuran, ketika diuji dengan uji alkohol untuk mengamati reaksi antara susu kambing segar dengan etil alkohol, endapan atau gumpalan harus hanya sedikit dan berukuran kecil, ph harus diantara , berat kering tanpa lemak tidak boleh kurang dari 8.25 %, titik beku tidak boleh di atas o C, berat jenis harus tidak kurang dari pada suhu 20 o C, perubahan warna metilen blue harus lebih dari 4 jam, perubahan warna resazurin pada satu jam pertama tidak kurang dari skala 4.5.

24 8 Mentega Mentega berdasarkan SNI (DSN, 1995) adalah produk makanan berbentuk padat lunak yang dibuat dari lemak atau krim susu atau campurannya dengan atau tanpa penambahan garam (NaCl) atau bahan lain yang diizinkan dan maksimal mengandung 80 % lemak susu. Spreer (1998) menyatakan, mentega merupakan emulsi air dalam minyak dengan kira-kira 18% air terdispersi didalam 80% lemak dengan sejumlah kecil protein yang bertindak sebagai zat pengemulsi (emulsifier). Mentega merupakan lemak makanan dengan flavor dan cita rasa yang enak dan khas. Ciri khas ini pada dasarnya merupakan komposisi alami dari lemak susu yang dihasilkan melalui proses biokimia. Mentega mudah dicerna dan dimanfaatkan oleh tubuh (>90%) karena kemampuan mentega mencair yang mendekati temperatur tubuh. Mentega mengandung vitamin yang dapat larut dalam lemak, terutama vitamin A. Apabila ditinjau dari segi kesehatan maka kandungan kolesterol yang terdapat pada mentega sering menjadi perhatian utama, namun berdasarkan teori lipid belum ada bukti yang nyata dari hubungan antara kolesterol makanan dan kolesterol serum (dibentuk pada tubuh saat mencapai 1000mg/hari). Proses pembuatan mentega melalui tahapan utama separasi krim, churning dan kneading. Mentega diperoleh dari krim melalui proses agitasi yang disebut churning. Krim diaduk dan dikocok sehingga menghancurkan membran yang menyelubungi butir-butir lemak. Gumpalan-gumpalan lemak susu dipisahkan dari bagian lain dan dicuci dengan air dingin beberapa kali untuk menghilangkan buttermilk hasil ikutannya. Working atau kneading dilakukan dengan tujuan untuk mengeluarkan air yang tersisa dalam lemak butter fat (susu). Mentega biasanya diberi garam dengan jumlah sekitar dua setengah persen untuk meningkatkan citarasa dan sebagai pengawet (Winarno & Fernande 2007). Menurut Hettinga (2005), mentega adalah salah satu bentuk pengawetan komponen lemak susu. Karakteristik tekstur mentega secara signifikan tergantung pada komposisi lemak susu dan metode pembuatannya. Jika komposisi kimia dari lemak mentega diketahui, maka akan memudahkan untuk memilih parameter teknologi yang tepat pada pembuatan mentega guna memperbaiki teksturnya. Hal ini penting dilakukan pada industri pembuatan mentega guna menghasilkan

25 9 produk mentega dengan karakteristik yang konstan dan mengendalikan parameter pembuatan mentega. Lemak susu memiliki komposisi asam lemak yang cukup komplek. Trigliserida merupakan komponen yang paling banyak mendominasi lemak susu yaitu sebesar 98% (dengan sejumlah kecil digliserida, monogliserida dan asam lemak bebas). Komponen lainnya yang terdapat dalam lemak susu yaitu fosfolipid, sterol (kolesterol) serta sejumlah kecil vitamin yang larut dalam lemak (terutama A, D dan E), antioksidan (tokoferol), pigmen (karoten) dan komponen rasa (lakton, aldehid dan keton). Asam lemak adalah asam monokarboksilat berantai lurus yang terdapat di alam sebagai ester di dalam molekul lemak atau trigliserida. Hasil hidrolisis trigliserida akan menghasilkan asam lemak jenuh dan tak jenuh berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap rantai karbon di dalam molekulnya. Asam lemak tidak jenuh (memiliki ikatan rangkap) yang terdapat dalam lemak dapat berada dalam dua bentuk yakni isomer cis dan trans. Asam lemak tak jenuh alami biasanya berada sebagai asam lemak cis, hanya sedikit bentuk trans. Stuktur asam lemak pada mentega belum dipahami dengan jelas, diperkirakan terdapat 400 jenis asam lemak yang ditemukan didalam lemak susu dengan jumlah atom karbon C 2 hingga C 28, termasuk asam lemak dengan jumlah atom karbon ganjil, jenuh, tak jenuh tunggal dan tak jenuh ganda, cis dan trans, linear dan bercabang, dan berbagai keto-dan asam lemak hidroksi (Collomb et al. 2002). Sekitar 20 asam lemak merupakan komponen utama dalam pembentukan lemak susu dan sisanya terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit, sedangkan pada mentega hanya sekitar 15 asam lemak utama yang dipertimbangkan (Hettinga 2005). Gen Growth Hormon (GH) Hormon pertumbuhan atau growth hormone (GH) merupakan hormon anabolik yang disintesis dan disekresikan oleh sel somatotrof pada lobus anterior pituitari (Ayuk & Stephard 2006). Protein GH terdiri atas 191 asam amino, dengan berat molekul 22 kda (Frago & Chowen 2005). Sintesis dan sekresi protein tersebut dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin (Ardiyanti et al. 2009).

26 10 Protein ini memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan longitudinal pascanatal, pertumbuhan jaringan, laktasi, reproduksi, metabolism lipida, protein dan karbohidrat. Pada ternak ruminansia, GH berperan dalam pengaturan perkembangan kelenjar mamae (Akers 2002). Protein GH disandikan oleh gen GH yang terletak pada kromosom 18 dengan panjang sekitar 200 bp yang tersusun atas lima ekson dan empat intron. Gen GH telah digunakan secara luas sebagai penanda pada beberapa spesies ternak seperti sapi (Bos taurus dan Bos indicus) (Zhou et al. 2005) dan kambing (Capra hircus) (Boutinaud et al. 2003). Keragaman gen GH pada kambing Algarvia (Portugis) yang diidentifikasikan dengan metode single strand conformation polymorphism (SSCP) berhubungan dengan sifat produksi, lemak dan protein susu (Boutinaud et al. 2003). Mekanisme Kerja Growth Hormone GH (Growth hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari pertama-tama mengalir melalui pembuluh darah menuju ke organ hati. GH di dalam hati diubah menjadi IGF-1 (Insulinlike Growth Factor 1), melalui peredaran darah bersama aliran nutrien, IGF-1 dialirkan ke seluruh organ-organ yang ada di tubuh ternak. IGF-1 inilah yang bertanggung jawab untuk memelihara seluruh organ-organ di dalam tubuh manusia. Gen GH penting untuk pertumbuhan setelah kelahiran dan metabolisme normal karbohidrat, lemak, nitrogen serta mineral. Growth hormone tidak bekerja secara langsung dalam mempengaruhi pertumbuhan, tetapi melalui perantaraan suatu peptida yang disebut somatomedin (IGF I dan IGF II) yang produksinya diinduksi oleh growth hormone. Somatomedin yang produksi utamanya di hati ini dipengaruhi juga oleh usia dan keadaan nutrisi ternak. Somatomedin inilah yang akan berikatan dengan reseptor-reseptor dalam sel tubuh guna merangsang pertumbuhan melalui: 1. Sintesis protein. Hormon pertumbuhan akan meningkatkan produksi protein dan transportasinya ke sel-sel otot sehingga merangsang pertumbuhan otot dan jaringan pada umumnya. 2. Metabolisme karbohidrat. Hormon pertumbuhan memiliki efek antagonis terhadap insulin, sehingga meningkatkan kadar gula dalam

27 11 darah, yang nantinya akan meningkatkan proses konversi karbohidrat menjadi protein. 3. Metabolisme lemak. Hormon pertumbuhan akan meningkatkan penguraian lemak tubuh menjadi asam lemak bebas dan gliserol, sehingga kadar lemak dalam darah meningkat. 4. Efek mirip prolaktin sehingga merangsang kelenjar ambing dan produksi susu saat kebuntingan (Ohlsson et al.1998). Penanda Molekuler Penanda molekuler memiliki peranan penting dalam genetika ternak. Hal tersebut merupakan salah satu faktor utama yang mendasari terjadinya proses seleksi (Vignal et al. 2002). Penanda molekuler merupakan pemanfaatan dari keragaman meliputi subsitusi, delesi, insersi dan inverse (Nei & Kumar 2000). Polymerase chain reaction (PCR) merupakan suatu teknik untuk menggandakan jumlah molekul DNA secara in vitro. Proses ini berjalan dengan bantuan enzim polymerase dan primer. Primer merupakan oligonukleotida spesifik pada DNA template. Enzim polymerase merupakan enzim yang dapat mencetak urutan DNA baru. Hasil PCR dapat langsung divisualisasikan dengan elektroforesis atau dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut (Williams 2005). Polymerase chain reaction-single-strand conformation polymorphism atau PCR-SSCP merupakan salah satu metode analisis lebih lanjut yang memanfaatkan produk PCR. Metode PCR-SSCP merupakan metode yang handal dalam mendeteksi adanya mutasi secara cepat (Hayasi 1991). Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa perubahan asam nukleotida akan menyebabkan perubahan pola migrasi dari bentuk ikatan utas tunggal DNA pada gel poliakrilamida, yang disebut sebagai perubahan konformasi atau bentuk molekul. Pendeteksian dalam SSCP dipengaruhi oleh matriks gel, kondisi elektroforesis, panjang fragmen dan kandungan G+C (Nataraj et al. 1999). Perbedaan konsentrasi akrilamida, perbandingan akrilamida dengan bis-akrilamida, penggunaan gliserol, suhu elektroforesis dan kondisi buffer dapat berpengaruh terhadap pendeteksian keragaman (Barroso et al. 1999).

28 12 Single Strand Conformation Polymorphism (SSCP) merupakan suatu metode analisis molekuler yang bertujuan untuk melihat perbedaan jumlah basa antar fragmen dengan menggunakan gel poliakrilamid, yang masing-masing dapat memisahkan 6-8 basa. Template DNA pada poliakrilamid gel difragmentasi dengan elektroforesis terkontrol yang disebut GenePhor. Genephor merupakan horizontal elektroforesis kering, dengan suhu yang dapat diatur sedemikian rupa, sehingga dapat memisahkan DNA pada tegangan tinggi tanpa menimbulkan panas yang berlebihan pada poliakrilamid gel. Metode pewarnaan menggunakan metode silver stainning. Hasil dari SSCP sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh konsentrasi DNA sampel serta proses ekstraksi, amplifikasi, purifikasi dan restriksi serta optimasi dalam pelaksanaan stainning. Teknik ini merupakan salah satu teknik analisis polimorfisme dan banyak diterapkan untuk genotiping dengan hasil cukup akurat. Analisis Keragaman Genetik Keragaman genetik dapat digunakan sebagai parameter dalam mempelajari genetika populasi dan genetika evolusi. Tingkat keragaman dalam populasi dapat digambarkan dari frekuensi alel yang merupakan rasio relatif suatu alel terhadap keseluruhan alel yang ditemukan dalam satu populasi. Informasi keragaman genetik suatu populasi menggunakan beberapa lokus, dapat digambarkan melalui nilai heterozigositas (Nei & Kumar 2000). Identifikasi keragaman genetik dalam suatu populasi berguna untuk mengetahui dan melestarikan bangsa-bangsa dalam populasi terkait dengan penciri suatu sifat khusus. Populasi alami biasanya memiliki keragaman genetik yang tinggi. Informasi keragaman genetik suatu bangsa akan sangat bermanfaat bagi keamanan dan ketersediaan bahan pangan yang berkesinambungan (Blott et al. 2003).

29 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni 2010 hingga Januari Lokasi pengambilan sampel darah dan susu kambing dilakukan di PT Fajar Taurus Dairy Farm dan PT Elang 45. Analisis keragaman gen dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak Fakultas Peternakan IPB, sementara pengujian kualitas susu dan produk olahan susu dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Susu Bagian THT Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Terpadu IPB. Materi Sampel Darah Kambing Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing Saanen dan Peranakan Etawah yang berjumlah 89 ekor. Pengambilan sampel darah dilakukan untuk masing-masing individu ternak kambing. Alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah berupa venoject, vacutainer dan etanol. Ekstraksi DNA menggunakan metode fenol kloroform (Sambrook et al.1989). Primer Primer adalah DNA utas tunggal dengan ukuran pendek, biasanya 18 sampai 25 basa, yang akan menempel pada DNA cetakan pada tempat yang spesifik. Primer berguna untuk mengapit sekuen DNA target pada reaksi PCR. Pada penelitian ini, primer forward dan reverse untuk mengamplifikasi gen GH ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Primer untuk amplifikasi gen GH No. Sekuens (5'-3') Pustaka 1. Forward GGA AGG GAC CCA ACA ATG CCA Kioka et al. 2. Reverse CTG CCA GCA GGA CTT GGA GC 1989 Bahan dan Alat Analisis PCR Bahan yang digunakan untuk PCR adalah DNA, pereaksi PCR (Master mix- Genaid) yang terdiri atas enzim tag DNA polymerase, 10x buffer, larutan MgCl 2, dntps, primer forward dan reverse fragmen gen GH. Peralatan yang

30 14 digunakan adalah pipet tip, mikropipet, microtube eppendorf, microsentrifuge dan mesin thermocycler. Bahan dan Alat Analisis PCR-SSCP Bahan yang digunakan untuk analisis PCR-SSCP adalah air destilasi steril, akrilamida 30%, 5 x TBE, TEMED (tetramethylendiamine) dan APS (ammonium persulfat) 10 %, loading dye dan marker 100 pb (Biorad). Alat yang digunakan adalah dua buah kaca untuk cetakan gel, pipet berskala, tabung reaksi, sisir khusus untuk sumur, pipet mikro Eppendorf 2 µl dengan tipsnya dan power supply 200 Volt. Bahan dan Alat Pewarnaan Perak Bahan yang digunakan adalah larutan yang terdiri atas 0.2 gram AgNO 3 ; 80 µl NaOH 10 N ; 0.8 ml NH 4 OH dalam 200 ml air destilasi, larutan 6 gram NaOH dengan 200 µl formaldehida dan asam asetat 200 µl dalam 200 ml air. Alat yang digunakan adalah gelas ukur, labu Erlenmeyer dan water-bath shaker. Bahan dan Alat Analisis Kualitas Susu Kambing dan Mentega Sampel susu diambil dari ternak kambing Saanen dan PE. Pengolahan susu yang dilakukan adalah pemisahan lemak susu dengan separator krim. Sebelum dilakukan pengolahan susu dilakukan pengujian terhadap kualitas susu segar. Bahan yang digunakan untuk analisis susu dan mentega susu kambing antara lain H 2 SO 4, alkohol 70%, Aquadest, NaOH 0.1 N, amilalkohol, fenolftalin, NaOH, kalium oksalat, K 2 SO 4, HgO dan formalin. Peralatan yang digunakan antara lain laktodensimeter, butirometer, pipet volumetric, ph-meter, inkubator, autoklaf, timbangan analitik, termometer, labu Kjeldahl, alat titrasi, alat-alat gelas, sentrifuse, wadah plastik, desikator, cawan porselen, tanur, alat ekstraksi Sokhlet, oven 105ºC dan penangas air.

31 15 Metode I. Identifikasi Keragaman Molekuler a. Pengambilan Sampel Darah (Sulandari & Zein 2003) Pengambilan sampel darah kambing dilakukan menggunakan venoject pada bagian vena jugularis sebanyak 2 ml. Sampel darah selanjutnya dicampur dengan etanol 70% untuk menghindari kerusakan sel-sel darah. b. Ekstraksi DNA ( Sambrook 1989) DNA diekstraksi dengan menggunakan metode fenol kloroform (Sambrook et al.1989). Sampel darah total yang disimpan dalam etanol 95% disentrifugasi 3500 rpm selama 5 menit. Endapan sel-sel darah yang diperoleh dicuci dengan buffer TE sebanyak 2 kali. Sekitar 100 µl sel-sel darah yang telah bebas dari etanol disuspensikan dengan 1xSTE sampai volume mencapai 350 µl. Sel-sel darah kemudian dilisis dengan 20 µl proteinase K (10 mg/ml) dan 40 µl 10% SDS. Campuran ini dikocok pelan-pelan selama 2 jam pada suhu 55 o C. Pemurnian DNA dilakukan dengan metode fenol-kloroform, yaitu dengan menambahkan 1/10 volume 5 M NaCl, 1 x volume larutan fenol, dan 1 x volume kloroform iso amil alkohol (24:1), kemudian dikocok pelan-pelan pada suhu ruang selama 2 jam. Fase DNA dipisahkan dari fase fenol dengan sentrifugasi pada kecepatan 7000 rpm selama 5 menit. Molekul DNA diendapkan dengan menambahkan 1/10 x volume 5 M NaCl dan 2 x volume etanol absolut. Endapan DNA yang dihasilkan selanjutnya dicuci dengan etanol 70% kemudian diendapkan lagi dengan kecepatan 7000 rpm selama 5 menit. Sisa etanol dibuang dan diuapkan dengan menggunakan pompa vakum. DNA selanjutnya dilarutkan dengan 80 µl 80% buffer TE. c. Amplifikasi Gen dengan Tehnik PCR Teknik PCR dilakukan untuk memperbanyak (amplifikasi) fragmen gen menjadi 2 n copy. Dengan perbanyakan ini maka fragmen gen target dapat divisualisasikan pada gel elektroforesis.

32 16 Reaksi PCR dilakukan dengan volume total 25 µl dari campuran larutan yang terdiri atas 2 µl DNA genom, 1 U enzim taq polimerase dan 10X buffernya (New England Biolab); 2 mm dntp mix; 2.5 mm MgCl 2 dan dh 2 O steril. Kondisi reaksi PCR dalam mesin thermocycler dirancang dengan suhu pradenaturasi 94 o C selama 4 menit, selanjutnya 30 siklus reaksi yang terdiri atas denaturasi 95 o C selama 30 detik, annealing (suhu spesifik primer) selama 1 menit, perpanjangan 72 o C selama 1 menit. Pemanjangan akhir pada suhu 72 o C selama 5 menit. Suhu annealing untuk primer gen GH 60 o C. d. Genotiping Teknik PCR-SSCP (Tegelstrom 1992) Genotiping dengan teknik SSCP menggunakan elektroforesis gel poliakrilamid 10%. Gel dibuat dengan cara pencampuran 14 ml air destilata; 2.5 ml larutan 5 x TBE; 8,3 ml larutan akrilamid 30%; 15 µl larutan TEMED dan 150 µl APS 10%. Sebanyak 2 µl produk PCR dicampur dengan + 25 µl loadying dye (bromthymol blue 0.01%, xilene cyanol 0.01 dan gliserol 50%). Elektroforesis dilakukan pada tegangan konstan 200 volt selama 16 jam. Setelah elektroforesis selesai, gel diambil untuk dilakukan pewarnaan perak. d. Visualisasi Pita DNA (Tegelstrom 1992) Visualisasi pola pita hasil SSCP menggunakan metode silver stainning atau pewarnaan perak. Tahapan pewarnaan perak yaitu gel dicuci secara bertahap sebagai berikut: dengan larutan AgNO gram, 80 µl NaOH 10 N, 800µl ammonia dalam 200 ml air destilasi selama 8 menit, kemudian dibilas dengan air destilasi selama 2 menit. Proses memunculkan pita dalam gel melalui gel perendam dalam larutan yang terdiri atas 6 gram NaOH/200 ml air destilata selama 6 menit ditambah 200 µl formaldehid. Setelah pita muncul, larutan asam asetat dituangkan untuk penghentian aktifitas oksidasi perak oleh formaldehida. II. Analisis Kualitas Susu Segar Analisis kualitas susu segar meliputi pemeriksaan BJ, kadar lemak, kadar protein dan bahan kering tanpa lemak.

33 17 a. Analisis Berat Jenis (Standar Nasional Indonesia 1992) Pengukuran berat jenis dilakukan dengan alat laktodensimeter. Sebanyak 100 ml susu pada suhu antara 20 0 C dimasukkan kedalam gelas ukur. Laktodensimeter dicelupkan perlahan-lahan. Nilai berat jenis dapat dibaca pada skala yang tertera pada laktodensimeter, kemudian dilakukan penyetaraan pada suhu C. Setiap perbedaan 1 0 C diatas atau di bawah C maka nilai berat jenisnya ditambah atau dikurangi b. Analisis Kadar Lemak (Standar Nasional Indonesia 1992) Pengukuran kadar lemak menggunakan metode Gerber. Sebanyak 10 ml asam sulfat pekat dimasukkan kedalam butirometer, kemudian ditambahkan 10.5 ml susu secara hati-hati melalui dinding mulut butirometer dan ditambahkan 1 ml amilalkohol. Setelah butirometer ditutup dengan sumbat karet dan dihomogenkan, butirometer dimasukkan ke dalam penangas air pada suhu 60 º C selama ± 10 menit. Tahap selanjutnya adalah sentrifugasi dengan menggunakan sentrifuge Gerber dengan kecepatan 1200 rpm selama 5 menit, kemudian butirometer dimasukkan kembali kedalam penangas air minimal 2 menit. Butirometer dipegang vertikal dan karet penutup diatur, sehingga tepat pada suatu garis pada skala butirometer dan dibaca persen kadar lemaknya. c. Analisis Kadar Protein (Standar Nasional Indonesia 1992) Dua puluh lima mililiter susu, 1 ml larutan kalium oksalat dan 0.25 fhenolftalin dimasukkan kedalam gelas beker, dicampur hingga homogen, dibiarkan selama 2 menit. Setelah homogen, campuran dititrasi dengan larutan NaOH dari buret sampai warnanya sama dengan warna standar (merah muda), kemudian larutan formalin sebanyak 2.5 ml ditambahkan kedalam campuran yang telah dititrasi, lalu dikocok hingga warna merah muda hilang, dibiarkan selama 1 menit. Campuran dititrasi kembali dengan NaOH sampai berwarna merah muda. Dihitung dan dicatat jumlah NaOH yang terpakai (p ml). Blanko dibuat dengan 10 ml aquades ditambah 0.4 ml kalium oksalat jenuh, 2 ml formalin 40% serta 2-3 tetes fenolftalein 1%, lalu dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N sampai terbentuk warna merah muda dan dicatat banyaknya NaOH 0.1 N yang terpakai (q ml).

34 18 Kadar Protein dihitung dengan rumus berikut: % protein = ( p-q ) x 1.95 (faktor formol untuk susu kambing) d. Bahan Kering dan Bahan Kering Tanpa Lemak (Standar Nasional Indonesia 1992) Perhitungan dilakukan setelah kadar lemak dan berat jenis diperoleh dengan rumus: BK = 1.23 L (BJ 1) BJ BKTL = BK L Keterangan : BK : Bahan Kering BKTL : Bahan Kering Tanpa Lemak L : Lemak BJ : Berat Jenis III. Analisis Kualitas Mentega Analisis kualitas kimia mentega yang dilakukan meliputi nilai ph, bilangan peroksida, kadar lemak, kadar protein, kadar abu, kadar air dan rendemen. a. Nilai ph (Association of Official Analytical Chemist 1995) Pengukuran nilai ph dilakukan dengan ph meter. Sebanyak 50 gram sampel mentega dilelehkan, kemudian suhunya diturunkan sesuai dengan suhu ruang. ph meter terlebih dahulu distandarisasi dengan buffer untuk ph 4 dan ph 7. Pengukuran dilakukan dengan mencelupkan elektroda ph meter kedalam sampel dan skala di baca setelah jarum penunjuk berada pada posisi tetap. b. Bilangan Peroksida (SNI ) Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan diletakkan dalam labu Erlenmeyer. Ditambahkan 30 ml pelarut (terdiri atas 60% asam asetat glasial dan 40% kloroform), lalu dihomogenkan. Ditambahkan 0.5 ml larutan potasium iodida jenuh lalu dihomogenkan, didiamkan selama 2 menit dalam ruangan gelap. Ditambahkan 30 ml air destilata dan selanjutnya larutan di titrasi dengan larutan sodium tiosulfat 0.1 N.

35 19 Keterangan : A = ml sodium tiosulfat yang dipakai N = normalitas sodium tiosulfat B = bobot equivalen oksigen G = berat sampel (gram) Bilangan peroksida = A x N x B x 100/ G c. Kadar Lemak (Association of Official Analytical Chemist 1995) Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi Soklet yang akan digunakan dikeringkan dalam oven, didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Lima gram contoh ditimbang dalam selongsong lemak kemudian ditutup dengan kertas bebas lemak secukupnya, kemudian direflux selama 6 jam. Pelarut yang ada dalam labu didestilasi kemudian pelarutnya ditampung. Selanjutnya labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven selama 2 jam sampai berat tetap dan didinginkan dalam desikator. Labu beserta lemak tersebut ditimbang. Kadar lemak (%) = bobot labu lemak akhir bobot labu lemak awal x 100% Bobot sampel (g) d. Kadar Protein (Association of Official Analytical Chemist 1995) Metode yang digunakan adalah mikro Kjeldahl. Sampel sebanyak 0.1 gram dimasukkan kedalam labu Kjeldahl, lalu ditambahkan 1 g K 2 SO 4, 40 mg HgO dan 20 ml H 2 SO 4. Sampel yang diperoleh selanjutnya dididihkan sampai larutan menjadi jernih (sekitar 1 jam). Larutan jernih yang diperoleh ini dipindahkan ke dalam destilasi. Labu Kjeldahl dicuci dengan air (1-2 ml), kemudian air cuciannya dimasukkan kedalam alat destilasi dan ditambahkan 8-10 ml larutan NaOH-Na 2 S Dibawah kondensor diletakkan labu Erlenmeyer yang berisi 5 ml larutan H 3 BO 3 dan 2-4 tetes indikator (campuran metil merah 0.2 % dalam alkohol dan metil biru 0.2 % dalam alkohol dengan perbandingan 1:2) ujung kondensor harus terendam dalam larutan H 3 BO 3. Isi labu Erlenmeyer diencerkan sampai 50 ml, lalu dititrasi dengan HCl 0.02 N sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Blanko dipersiapkan dengan cara yang sama, tetapi sebagai ganti mentega digunakan aquades.

36 20 % N = (ml HCL ml blanko) x N HCL x x 100 % Berat sampel (g) % protein = % N x 6.38 e. Kadar Abu (Association of Official Analytical Chemist 1995) Pengukuran kadar abu menggunakan metode pengabuan dalam tanur. Sejumlah 5 gram sampel dimasukkan dalam cawan porselen yang telah dikeringkan dan telah diketahui beratnya. Terlebih dahulu sampel dipanaskan pada hot plate untuk menguapkan sebanyak mungkin zat organik yang ada (sampai sampel tidak berasap lagi). Cawan selanjutnya dipindahkan kedalam tanur dan dipanaskan pada suhu 300º C sampai semua karbon berwarna keabuan, kemudian suhu dinaikkan sampai 450º C selama 5 jam (sampel berwarna putih). Cawan dari tanur didinginkan dan ditimbang berat abu yang dihasilkan. Kadar abu (%) = bobot abu x 100% bobot sampel f. Kadar Air (SNI ) Cawan dikeringkan pada suhu 105º C selama 1 jam, diangkat dan didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel yang akan ditentukan kadar airnya ditimbang sebanyak 5 gram dan dimasukkan kedalam cawan. Cawan yang berisi sampel dimasukkan ke dalam oven bersuhu 105º C sampai mencapai berat konstan (6 jam). Kadar air dihitung berdasarkan persamaan berikut: Kadar air (%) = bobot sampel awal-bobot sampel akhir x 100% Bobot sampel awal g. Rendemen Mentega (Association of Official Analytical Chemist 1995) Besar rendemen dihitung berdasarkan persentase berat produk yang dihasilkan terhadap berat awal bahan yang digunakan. Rendemen mentega (%) = Bobot mentega x 100% Bobot susu segar

37 21 IV. Pembuatan Mentega Proses pembuatan mentega diawali dengan pemisahan antara krim dan skim susu menggunakan cream separator (merek Elecream). Krim yang diperoleh selanjutnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan mentega. Diagram alir pembuatan mentega disajikan pada Gambar 1. Pemisahan Krim Pasteurisasi 85 C-15detik Dinginkan hingga 7 C Churning 5-10ºC Kneading Mentega Gambar 1 Diagram alir proses pembuatan mentega (Hunziker 2008) Analisis Data Frekuensi Alel dan Genotipe Keragaman genotipe tiap-tiap individu dapat ditentukan dari pita-pita DNA gen yang ditemukan. Masing-masing sampel dibandingkan berdasarkan pola migrasi pita yang sama dan dihitung frekuensi alelnya. Frekuensi alel dihitung berdasarkan rumus Nei & Kumar (2000) sebagai berikut:

38 22 x i 2n Keterangan : x i = frekuensi alel, n ii = jumlah genotipe dari alel ke-i, dan n ij = jumlah alel ke-i terpaut alel ke-j (j i). Frekuensi genotipe dapat diperkirakan dengan menghitung perbandingan jumlah genotipe pada populasi. Menggunakan asumsi sebelumnya, maka frekuensi genotipe A i A i (Χ ii ) dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : ii 2n j i n ij Keterangan: Χ ii = frekuensi genotipe n ii = individu yang bergenotipe A i A i n = jumlah total sampel Χ ii= n ii / n Kualitas Susu dan Mentega Analisis perbedaan kualitas susu dan mentega antar genotipe gen GH menggunakan metode analisis General Linear Model (GLM) dengan bantuan software SAS 9.1.

39 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Peternakan Kambing Perah Pengambilan sampel darah dan susu kambing perah berlokasi di dua peternakan yaitu peternakan PT Elang 45 dan PT Fajar Taurus Dairy Farm. PT Elang 45 terletak di desa Sukajaya, kecamatan Taman Sari, kabupaten Bogor dengan letak geografis berada pada ketinggian meter di atas permukaan laut (dpl) dengan suhu udara antara 20 o -30 o C dengan curah hujan rata-rata pertahun antara 2500 mm sampai lebih dari 5000 mm/tahun. PT Fajar Taurus Dairy Farm yang terletak di jalan Raya Bogor-Sukabumi km 10 jalan Tenjo Ayu, desa Benda, kecamatan Cicurug, kabupaten Sukabumi, secara geografis terletak pada ketinggian dpl dengan suhu udara o C dan curah hujan mm/tahun. Letak geografis dari PT Elang 45 dan PT Fajar Taurus Dairy Farm sangat mendukung usaha peternakan, dengan akses pemasaran yang cukup luas karena berada di wilayah Jabodetabek. PT Elang 45 menempati area seluas 10 ha yang terbagi atas lahan hijauan, perkandangan, tempat pengolahan pakan dan bangunan yang berupa fasilitas perusahaan. Pemeliharaan kambing perah PE dilakukan secara intensif dengan bentuk kandang panggung tipe koloni, sedangkan pejantan mendapat kandang individu. Pakan yang diberikan terdiri atas (a) hijauan : rumput gajah, hijauan pohon, silase, sisa hasil perkebunan dan leguminosa (turi, gamal, lamtoro) dan (b) konsentrat: dedak, bungkil sawit, bungkil kedele, polard, dan jagung yang diperoleh dari Balai Penelitian Ternak Ciawi. Pemerahan susu dilakukan sebanyak 3 kali sehari : pagi hari (06.00 WIB), sore hari (14.00 WIB) dan malam hari (20.00 WIB). PT Fajar Taurus menempati area seluas 50 ha dengan luas bangunan 10 ha, luas hijauan 32 ha dan luas palawija 8 ha. Pemeliharaan ternak kambing perah Saanen dilakukan secara intensif dengan bentuk kandang panggung tipe koloni dengan kandang pejantan merupakan kandang individu. Pakan yang diberikan berupa hijauan (rumput gajah, leguminosa) dan konsentrat (polard, bungkil kelapa, dan jagung). Pemerahan susu dilakukan sebanyak 2 kali sehari: pukul WIB dan pukul WIB.

40 24 Studi Polimorfisme pada Gen GH Amplifikasi Gen GH Amplifikasi ruas gen GH terhadap sampel darah kambing Saanen dan Peranakan Etawah (PE) menggunakan mesin thermal cycler dengan suhu denaturasi 95º C, suhu annealing 60º C dan suhu ekstensi 72º C. Panjang produk hasil amplifikasi fragmen gen GH exon 4 adalah 200 bp dengan nomor akses GenBank D00476 (Kioka et al. 1989). Panjang produk PCR dari gen GH yang dihasilkan sesuai dengan yang dilaporkan oleh Mousavizadeh et al. (2009). Hasil amplifikasi fragmen gen GH kambing Saanen dan PE dirgtf visualisasikan pada gel agarose 1.5%, seperti ditampilkan pada Gambar bp Gambar 2 Produk PCR gen GH exon 4 (200 bp) 100bp Identifikasi Gen GH pada Kambing Perah Saanen dan Peranakan Etawah dengan Pendekatan PCR-SSCP Metode Single Strand Conformation Polymorphism (SSCP) digunakan untuk identifikasi genotipe atau genotyping gen GH dari kambing Saanen dan PE. Hasil PCR-SSCP dari gen GH kambing perah menunjukkan sifat yang polymorphic (beragam), karena ditemukan lima pita DNA dengan pola migrasi yang berbeda, yaitu tipe gen CE, BC, BB, CD dan CC. Keragaman ruas gen GH pada kambing perah Saanen dan PE disajikan dalam Gambar 3. Tipe gen CE, BC dan BB merupakan tipe yang ditemukan pada kedua bangsa kambing Saanen dan PE. Tipe gen CD tidak ditemukan pada populasi kambing Saanen dan tipe gen CC tidak ditemukan pada populasi kambing PE. Adanya polimorfisme gen GH pada kambing Saanen dan PE mengkonfirmasi keberadaan situs polimorfik kambing

41 25 perah dari hasil penelitian Mousavizadeh et al. (2009), Marques et al. (2003) dan Malveiro et al. (2001). CE BC CD BB CC Gambar 3 Hasil visualisasi produk PCR-SSCP gen GH Frekuensi Alel dan Genotipe Gen GH Keragaman genetik dapat dihitung secara kuantitatif berdasarkan nilai frekuensi alel. Frekuensi alel adalah proporsi jumlah suatu alel terhadap jumlah total alel dalam suatu populasi pada lokus yang sama (Nei & Kumar 2000). Frekuensi dari masing-masing genotipe pada populasi total dapat diketahui dengan membagi jumlah sampel yang memiliki tipe genotipe tertentu dengan jumlah sampel total. Hasil analisis frekuensi genotipe dan alel gen GH kambing Saanen dan PE dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Frekuensi genotipe dan alel gen GH kambing Saanen dan PE Frekuensi Genotipe Frekuensi Alel Kambing BC BB CC CD B C E D Saanen (25%) (25%) (25%) (25%) (40%) (30%) (20%) PE (40%) (30%) (10%) (20%) (25%) (45%) (20%) (10%) Keterangan : n= Jumlah individu (ekor) Penelitian mengenai polimorfisme gen GH juga telah dilakukan Mousavizadeh et al. (2009), Marques et al. (2003) dan Malveiro et al. (2001), yang melaporkan bahwa polimorfisme gen GH juga terjadi pada ekson 4. Berdasarkan hasil penelitian Malveiro et al. (2001) didapatkan bahwa pada bangsa kambing Algarvia ditemukan 6 genotipe yaitu genotipe AA, BB, CC, DD,

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Materi Sampel Darah Kambing Primer Bahan dan Alat Analisis PCR

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Materi Sampel Darah Kambing Primer Bahan dan Alat Analisis PCR 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni 2010 hingga Januari 2011. Lokasi pengambilan sampel darah dan susu kambing dilakukan di PT Fajar Taurus Dairy Farm dan PT Elang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Perah Kambing Saanen

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Perah Kambing Saanen 4 TINJAUAN PUSTAKA Kambing Perah Kambing diklasifikasikan kedalam kingdom Animalia, filum Chordata, subfilum Vertebrata, kelas Mammalia, ordo Artiodactyla, sub-ordo Ruminantia, famili Bovidae, genus Capra

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80-90% dari seluruh sapi perah yang berada di sana.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 2 Gen GH exon 2 pada ternak kambing PE, Saanen, dan persilangannya (PESA) berhasil diamplifikasi menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Pasangan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH 62 MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan, yaitu dari bulan Oktober 2009 sampai dengan Juni 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Nopember 2010. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetik Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah.

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 4 Amplifikasi gen GH exon 4 pada kambing Peranakan Etawah (PE), Saanen dan PESA (Persilangan PE-Saanen) diperoleh panjang fragmen 200 bp (Gambar 8). M 1 2 3

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Gen GH exon 3 pada kambing PE, Saanen, dan PESA (Persilangan PE dan Saanen) berhasil diamplifikasi menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Panjang fragmen

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang untuk proses pembuatan silase daun singkong,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Februari

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

TINJAUAN PUSTAKA. Susu TINJAUAN PUSTAKA Susu segar Susu adalah susu murni yang belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g) LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah Berdasarkan aspek pewilayahan Kalimantan Tengah mempunyai potensi besar untuk pengembangan peternakan dilihat dari luas lahan 153.564 km 2 yang terdiri atas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Analisis Polymerase Chain Reaction (PCR) serta analisis penciri Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Terpadu,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratoriun Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Kambing Perah, Laboratorium Industri Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai Oktober 2011, dan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010 LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Farm dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi, pada tanggal 28 September sampai tanggal 28 November 2016.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

Susu merupakan makanan pelengkap dalam diet manusia

Susu merupakan makanan pelengkap dalam diet manusia PROSES PEMBUATAN DAN ANALISIS MUTU YOGHURT Marman Wahyudi 1 Susu merupakan makanan pelengkap dalam diet manusia sehari-hari dan merupakan makanan utama bagi bayi. Ditinjau dari komposisi kimianya, susu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b)

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai Oktober 2011 di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitan dengan judul Tampilan Protein Darah Laktosa dan Urea Susu akibat Pemberian Asam Lemak Tidak Jenuh Terproteksi dan Suplementasi Urea pada Ransum Sapi FH dilakukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang digunakan hanya primer GE 1.10 dengan suhu annealing sebesar 49,5 o C yang dapat dianalisis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubuk susu kedelai bubuk komersial, isolat protein kedelai, glucono delta lactone (GDL), sodium trpolifosfat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu, Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian kefir dari susu sapi dengan kualitas terbaik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015. 3.2 Alat Alat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah yang sehat dan bersih yang digunakan untuk bahan utama makanan yang sangat komplit. Susu merupakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis. 1. Kadar Air (AOAC, 1999) Sebanyak 3 gram sampel ditimbang dalam cawan alumunium yang telah diketahui bobot keringnya. tersebut selanjutnya dikeringkan dalam oven

Lebih terperinci

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan antara lain : oven, autoklap, ph meter, spatula, saringan, shaker waterbath,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus terhadap kualitas yoghurt susu kambing

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu (uji kimia dan mikrobiologi) dan di bagian Teknologi Hasil Ternak (uji organoleptik), Departemen Ilmu Produksi dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah

TINJAUAN PUSTAKA. Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Indonesia Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah beradaptasi dengan iklim tropis dan beranak sepanjang tahun. Domba lokal ekor tipis

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai pengambilan sampel di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dan dianalisis

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Perlakuan Penelitian ini terdiri dari enam perlakuan yang masing-masing diberi 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan berupa perendaman dengan dosis relhp berbeda yaitu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi talas segar yang dibeli di Bogor (Pasar Gunung Batu, Jalan Perumahan Taman Yasmin, Pasar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2013 di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian, Medan. Bahan Penelitian Bahan utama yang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml 36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012 26 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Untuk lebih memudahkan prosedur kerja pembuatan crude papain dan

BAB III METODOLOGI. Untuk lebih memudahkan prosedur kerja pembuatan crude papain dan BAB III METODOLOGI 31 Bagan Alir Penelitian Untuk lebih memudahkan prosedur kerja pembuatan crude papain dan pembuatan keju cottage, maka di bawah ini dibuat bagan alir prosedur kerja yaitu prosedur preparsi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Bahan Alat Peubah yang Diamati

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Bahan Alat Peubah yang Diamati MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 sampai Februari 2011 di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi untuk tahap pembuatan biomineral,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit LAMPIRAN Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit 46 Lampiran 2. Diagram alir proses pembuatan Surfaktan Metil Ester Sulfonat (MES) Metil Ester Olein Gas SO 3 7% Sulfonasi Laju alir ME 100 ml/menit,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Bandar Lampung, Laboratorium

Lebih terperinci

EKSPLORASI GEN GROWTH HORMONE EXON 3 PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE), SAANEN DAN PESA MELALUI TEKNIK PCR-SSCP

EKSPLORASI GEN GROWTH HORMONE EXON 3 PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE), SAANEN DAN PESA MELALUI TEKNIK PCR-SSCP EKSPLORASI GEN GROWTH HORMONE EXON 3 PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE), SAANEN DAN PESA MELALUI TEKNIK PCR-SSCP (Exon 3 Growth Hormone Gene Exploration in Etawah Grade, Saanen and Pesa by PCR-SSCP Method)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi azeotropik kontinyu dengan menggunakan pelarut non polar.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat alat 1. Neraca Analitik Metter Toledo 2. Oven pengering Celcius 3. Botol Timbang Iwaki 4. Desikator 5. Erlenmayer Iwaki 6. Buret Iwaki 7. Pipet Tetes 8. Erlenmayer Tutup

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2008. Pembuatan biomineral dilakukan di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, sedangkan pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Salah satu bangsa sapi bangsa sapi perah yang dikenal oleh masyarakat adalah sapi perah Fries Holland (FH), di Amerika disebut juga Holstein Friesian disingkat Holstein, sedangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kambing Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah dikenal secara luas di Indonesia. Ternak kambing memiliki potensi produktivitas yang cukup

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos LAMPIRA 30 Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC 1984) Cawan alumunium kosong dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada temperatur 100 o C. Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST MspI) Amplifikasi fragmen gen calpastatin (CAST MspI) pada setiap bangsa sapi dilakukan dengan menggunakan mesin thermal cycler (AB Bio System) pada

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci