IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A."

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Kabupaten Wonogiri Kabupaten Wonogiri memiliki luas wilayah ,02 Hektar atau 5.59% dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi 25 Kecamatan dengan 294 Desa Kelurahan, terdiri dari 251 Desa dan 43 Kelurahan. Kabupaten Wonogiri memiliki topografi berbukit dengan sekitar 20% bagian wilayah merupakan perbukitan kapur, terutama yang berada di wilayah selatan Wonogiri. Sebagian besar topografi bergelombang dengan kemiringan rata-rata 30 o (BPS 2012). Perbedaan topografi antar kawasan di Kabupaten Wonogiri inilah yang menjadikan adanya perbedaan keberadaan sumberdaya alam pada tiap-tiap kawasan. Kabupaten Wonogiri terdiri dari berbagai jenis tanah antara lain Aluvial, Litosol, Regosol, Andosol, Grumusol, Mediterian dan Latosol. Tindakan pemupukan yang dilakukan pada berbagai jenis tanah tersebut akan berbeda antara satu jenis tanah dengan lainnya. Kabupaten Wonogiri memiliki iklim tropis dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Suhu rata-rata di Kabupaten Wonogiri berkisar antara 24 o C hingga 32 o C. Curah hujan rata-rata di Kabupaten Wonogiri sebesar mm/tahun. Menurut pembagian iklim yang dikemukakan oleh Schmidt- Ferguson sebagian besar wilayah Kabupaten Wonogiri masuk kedalam tipe iklim C, yaitu tipe iklim dengan daerah agak basah yang meliputi 12 Kecamatan. Sembilan Kecamatan masuk kedalam tipe iklim D yaitu tipe iklim dengan curah hujan sedang dan 4 kecamatan masuk kedalam tipe iklim E yaitu tipe iklim dengan curah hujan yang agak kering. Menurut klasifikasi iklim yang dikemukakan oleh Oldeman Kabupaten Wonogiri terdiri atas empat tipe iklim yaitu C2, D2, D3 dan E. Klasifikasi iklim oleh Oldeman ditujukan untuk tanaman pangan terutama padi dan tanaman palawija. Klasifikasi iklim Oldeman sendiri didasari oleh banyaknya bulan basah dan bulan kering yang terjadi berturut-turut. Tipe iklim C2 meliputi satu Kecamatan yaitu Kecamatan Jatipurno. Pada tipe iklim C2 budidaya padi dapat dilakukan sekali dalam setahun dan palawija dua kali dalam setahun dengan berhati-hati tidak melakukan budidaya di bulan-bulan kering. Tipe iklim D2 meliputi satu Kecamatan yaitu Kecamatan Tirtomoyo. 16

2 Sebagian besar wilayah Kabupaten Wonogiri masuk kedalam tipe iklim D3 yang meliputi 14 Kecamatan. Pada iklim D2 dan D3 budidaya tanaman pangan hanya dimungkinkan dilakukan satu kali dalam setahun, satu kali padi atau satu kali palawija tergantung dengan sarana irigasi yang ada. Tipe iklim E pada Kabupaten Wonogiri meliputi 9 Kecamatan. Tipe iklim E merupakan tipe iklim yang kering yang dimungkinkan satu kali kegiatan budidaya tanaman palawija. B. Ketersediaan Unsur Hara 1. Tanah Litosols Tanah Litosol di wilayah Kabupaten Wonogiri yang menjadi objek penelitian meliputi 5 Kecamatan, antaralain Kecamatan Slogohimo, Kecamatan Nguntoronadi, Kecamatan Giriwoyo, Kecamatan Pracimantoro dan Kecamatan Manyaran secara umum memiliki tingkat kesuburan yang sangat rendah. Kandungan Nitrogen dalam tanah berkisar antara 0.055% sampai dengan 0.07% dengan Kecamatan Pracimantoro yang memiliki kandungan Nitrogen tertinggi yaitu 0.07% dan yang terendah yaitu Kecamatan Nguntoronadi sebesar 0.055%. Setyorini, et al (2006) menerangkan bahwa N yang dikandung tanah pada umumnya rendah, sehingga harus selalu ditambahkan dalam bentuk pupuk atau sumber lainnya pada setiap awal pertanaman. Selain kadarnya rendah, N dalam tanah mempunyai sifatnya yang dinamis dan mudah hilang menguap dan tercuci bersama air drainase. Kandungan Fosfor (P) pada tanah litosol yang berada di kelima kecamatan ini juga sangat rendah (<10 ppm). Kecamatan yang memiliki Fosfor tersedia tertinggi adalah Kecamatan Nguntoronadi sebesar 8.57 ppm dan yang terendah terdapat di Kecamatan Slogohimo dengan 6.05 ppm. Kandungan Kalium (K) tertukar yang terdapat di lima Kecamatan ini sangat rendah (<0.3 me/100), berkisar antara me/100 sampai me/100. Kecamatan Manyaran memiliki kandungan Kalium (K) tertinggi (0.258 me/100) sedangkan yang terendah terdapat pada Kecamatan Giriwoyo (0.149 me/100). Kandungan unsur Kalsium (Ca) di kelima Kecamatan ini rendah ( 5 me/100) berkisar antara me/100 hingga 4.48 me/100, dengan Kecamatan Mayaran sebagai kecamatan yang memiliki nilai Kalsium

3 tertukar tertinggi (4.48 me/100) dan kecamatan Nguntoronadi yang terendah (2.308 me/100). Unsur Magnesium (Mg) tertukar rendah ( 1 me/100) sampai tinggi ( 7 me/100) dengan Kecamatan Nguntoronadi yang tertinggi me/100 dan Kecamatan Pracimantoro yang terendah 0.87 me/100. Tanah Litosols yang berada di kelima Kecamatan ini memiliki Kandungan Sulfur (S) yang sangat rendah (SR) dengan Kecamatan Pracimantoro yang terendah % dan yang tertinggi berada di Kecamatan %. 2. Tanah Latosols Tanah Latosol di wilayah Kabupaten Wonogiri yang menjadi objek penelitian meliputi 4 Kecamatan yang melipuli Kecamatan Manyaran, Kecamatan Jatisrono, Kecamatan Ngadirojo dan Kecamatan Karangtengah. Secara umum kandungan kesuburan di keempat kecamatan tersebut berkisar antara sangat rendah hingga rendah. Kandungan Nitrogen dalam tanah berkisar antara 0.05% hingga 0.17%, dengan Kecamatan Ngadirojo yang memiliki kandungan Nitrogen tertinggi (0.017%) dan terendah dimiliki oleh Kecamatan Manyaran (0.05%). Fosfor tersedia di empat Kecamatan tersebut berkisar antara 6.54 ppm hingga 7.92 ppm dengan Kecamatan Jatisrono yang memiliki kandungan Fosfor tersedia terendah (6.54 ppm) dan tertinggi berada di Kecamatan Ngadirojo (7.92 ppm). Kandungan Kalium tertukar yang ada di empat Kecamatan ini berkisar antara 0.25 me/100 hingga me/100 dengan Kecamatan Manyaran yang memiliki kandungan Kalium tertukar terendah (0.25 me/100) dan tertinggi berada di Kecamatan Karangtengah (0.411 me/100). Kandungan Kalsium (Ca) tertukar yang berada di Kecamatan Manyaran, Kecamatan Jatisrono, Kecamatan Ngadirojo dan Kecamatan Karangtengah rendah ( 5 me/100) berkisar antara 2.96 me/100 hingga 4.72 me/100. Kandungan Kalium tertukar tertinggi dimiliki oleh Kecamatan Ngadirojo sebesar 4.72 me/100 dan terendah dimiliki oleh Kecamatan Karangtengah sebesar 2.96 me/100. Unsur Magnesium tertukar di empat kecamatan ini sedang ( 3 me/100) dengan Kecamatan Ngadirojo memiliki kandungan tertinggi (2.65 me/100) dan terendah berada di Kecamatan

4 Karangtengah (1.17 me/100). Tanah Latosol yang berada di empat kecamatan ini memiliki kandungan Sulfur (S) yang sangat rendah (<5%). Kecamatan Jatisrono memiliki kandungan Sulfur tertinggi % dan yang terendah berada di Kecamatan Karangtengah %. 3. Tanah Mediteran Tanah Mediteran di wilayah Kabupaten Wonogiri yang menjadi objek penelitian meliputi tiga Kecamatan, antaralain Kecamatan Giriwoyo, Kecamatan Wuryantoro dan Kecamatan Purwantoro. Secara umum Kecamatan Giriwoyo dan Kecamatan Wuryantoro memiliki tingkat kesuburan yang sangat rendah, sedangkan Kecamatan Purwantoro memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Kandungan Nitrogen tertinggi berada di Kecamatan Purwantoro sebesar 0.12%, Kecamatan Giriwoyo sebesar 0.08% dan terendah berada di Kecamatan Wuryantoro sebesar 0.03%. Fosfor tersedia di tiga Kecamatan ini sangat rendah (<10 ppm). Kecamatan Wuryantoro memilik kandungan Fosfor tersedia sebesar 8.51 ppm, Kecamatan Purwantoro sebesar 7.94 ppm, sedangkan Kecamatan Giriwoyo sebesar 7.76 ppm. Kandungan Kalium (K) tertukar tertinggi diantara ketiga kecamatan tersebut dimiliki oleh kecamatan Purwantoro me/100 dan terendah dimiliki oleh Kecamatan Wuryantoro 0.15 me/100, sedangkan Kecamatan Giriwoyo memiliki kandungan Kalium tertukar sebesar 0.16 me/100. Kandungan Kalsium (Ca) tertukar di tiga Kecamatan ini dikategorikan sedang ( 10 me/100). Nilai tertinggi terdapat di Kecamatan Wuryantoro sebesar 7.56 me/100, Kecamatan Purwantoro sebesar 6.56 me/100 sedengkan Kecamatan Giriwoyo sebesar 6.40 me/100. Unsur Magnesium tertinggi di tiga Kecamatan ini terdapat di Kecamatan Giriwoyo sebesar 4.74 me/100 lalu Kecamatan Wuryantoro sebesar 3.39 me/100 yang dapat diketegorikan memiliki kandungan Magnesium tertukar yang tinggi (3> me/100 dan 7 me/100). Sedangkan kandungan Magnesium di Kecamatan Purwantoro sebesar 2.29 me/100, yang dikategorikan kedalam kandungan Magnesium sedang ( 3 me/100). Tanah Mediteran yang berada di tiga Kecamatan ini memiliki kandungan Sulfur (S) yang dapat dikategorikan sangat rendah

5 ( 5%). Kecamatan Giriwoyo memiliki kandungan Sulfur sebesar %, Kecamatan Purwantoro sebesar % sedangkan Kecamatan Wuryantoro sebesar %. 4. Tanah Grumosols Tanah Grumosol di wilayah Kabupaten Wonogiri yang menjadi objek penelitian meliputi Kecamatan Selogiri dan Kecamatan Kismantoro. Kecamatan Selogiri memiliki kandungan Nitrogen sebesar 0.13% dan Kecamatan Kismantoro sebesar 0.04%. Kecamatan Selogiri dapat dikategorikan memiliki kandungan Nitrogen yang rendah (<0.3%), sedangkan Kecamatan Kismantoro dapat dikategorikan memiliki kandungan Nitrogen yang sangat rendah karena memiliki kandungan Nitrogen kurang dari 0.1%. Kandungan Fosfor tersedia di Kecamatan Selogiri dan Kecamatan Kismantoro dapat dikategorikan sangat rendah, hal ini dikarenakan kandungan Fosfor pada kedua kecamatan ini kurang dari 10 ppm. Kandungan Fosfor tersedia di Kecamatan Selogiri sebesar 7.21 ppm, sedangkan Kecamatan Kismantoro sebesar 7.92 ppm. Kalium (K) tertukar yang berada di dua kecamatan ini dapat dikategorikan sangat rendah (<0.3 me/100) dengan kandungan Kalium tertukar pada Kecamatan Selogiri sebesar 0.17 me/100, sedangkan Kecamatan Kismantoro sebesar 0.14 me/100. Kandungan Kalsium (Ca) tertukar di Kecamatan Selogiri sebesar 2.51 me/100 dan Kecamatan Kismantoro sebesar 2.90 me/100. kandungan kalium tertukar di Kecamatan Selogiri dapat dikategorikan rendah ( 5 me/100) sedangkan Kecamatan Kismantoro dapat dikategorikan memiliki kandungan Kalsium yang sangat rendah ( 2 me/100). Jenis tanah Grumosol yang berada di Kecamatan Selogiri memiliki kandungan Magnesium (Mg) sebesar 1.31 me/100, dikategorikan sebagai tanah yang memiliki kandungan Magnesium yang sedang. Kecamatan Kismantoro memiliki kandungan Magnesium sebesar 3.57 me/100 yang dapat dikategorikan memiliki kandungan Magnesium yang tinggi. Sulfur (S) yang terkandung pada tanah Grumosol yang terdapat di Kecamatan Selogiri dan Kecamatan Kismantoro dapat dikategorikan sangat rendah, hal ini dikarenakan di dua Kecamatan tersebut

6 memiliki kandungan Sulfur kurang dari 5%. Kandungan Sulfur di Kecamatan Selogiri sebesar %, sedangkan Kecamatan Kismantoro memiliki kandungan Sulfur sebesar %. 5. Tanah Regosols Tanah Regosol di wilayah Kabupaten Wonogiri yang menjadi objek penelitian terletak di Kecamatan Wuryantoro. Jenis tanah regosol yang berada di Kecamatan Wuryantoro memiliki kandungan Nitrogen sangat rendah yaitu sebesar 0.05%. Kandungan Fosfor tersedia pada tanah Regosol yang berada di wilayah Kecamatan Wuryantoro dapat dikategorikan sangat rendah ( 10 ppm) yaitu sebesar 8.51 ppm. Selain memiliki kandungan Nitrogen dan Fosfat yang sangat rendah jenis tanah Regosol yang berada di Kecamatan ini memiliki kandungan Kalium tertukar yang juga dikategorikan sangat rendah yaitu sebesar 0.13 me/100. Kalsium (K) tertukar yang terkandung tanah Regosol yang berada diwilayah Kecamatan Wuryantoro masuk kedalam kategori sedang ( 10 me/100), dengan kandungan kalsium sebesar 7.80 me/100. Tanah Regosol diwilayah Kecamatan ini memiliki kandungan Magnesium (Mg) sebesar 3.29 me/100 yang dikategorikan mengandung Magnesium (Mg) yang tinggi, sedangkan kandungan Sulfur (S) masuk kedalam kategori sangat rendah dengan besaran %. 6. Tanah Andosols Tanah Andosol di wilayah Kabupaten Wonogiri yang menjadi objek penelitian terletak di Kecamatan Jatipuro. Kandungan Nitrogen dalam tanah pada tanah andosol di Kecamatan Jatipuro sebesar 0.17%, dapat dikategorikan sebagai tanah memiliki Nitrogen (N) terkandung yang rendah. Kategori Nitrogen rendah yaitu apabila didalam tanah mengandung Nitrogen lebih besar dari 0.1% (0.1%<) dan lebih kecil atau sama dengan 0.3%( 0.3%). Fosfor tersedia masuk kedalam ketegori sangat rendah ( 10 ppm) yaitu sebesar 7.13 ppm, sedangkan untuk Kalium tertukar pada jenis tanah andosol ini masuk kedalam kategori rendah dengan nilai sebesar 0.32 me/100.

7 Nilai Kalsium (Ca) tertukar pada tanah Andosol yang berada diwilayah Kecamatan Jatipuro sebesar 4.69 me/100, yang dikategorikan sebagai tanah yang mengandung Kalsium tertukar yang rendah. Magnesium (Mg) tertukar yang terkandung pada tanah andosol sebesar 2.28 me/100, yang dapat dikategorikan sedang. Kandungan Sulfur (S) yang ada di Kecamatan Jatipuro sebesar % yang dikategorikan sangat rendah. 7. Tanah Aluvial Tanah Aluvial di wilayah Kabupaten Wonogiri yang menjadi objek penelitian terletak di Kecamatan Baturetno. Nitrogen terkandung dalam tanah pada tanah Aluvial yang terletak di Kecamatan Baturetno dapat dikatakan sangat rendah (<0.1%) yaitu sebesar 0.06%. Fosfor tersedia didalam tanah Aluvial yang berada di Kecamatan Baturetno masuk kedalam kategori sangat rendah dikarenakan jumlah tersedia didalam tanah kurang dari 10 ppm, dengan besaran 8.15 ppm. Kalium tertukar pada jenis tanah ini juga masuk kedalam kategori sangat rendah (<0.3 me/100) dengan besaran 0.14 me/100. Kalsium (Ca) tertukar pada tanah Aluvial yang berada di Kecamatan Baturetno sebesar 0.33 me/100, yang dikategorikan sebagai tanah yang memiliki kandungan Kalsium tertukar yang sangat rendah. Magnesium (Mg) tertukar yang terkandung pada jenis tanah ini sebesar 2.56 me/100 yang dapat dikategorikan sebagai tanah yang memiliki kandungan Magnesium yang sedang, sedangkan untuk kandungan Sulfuf (S) tanah Aluvial yang berada diwilayah Kecamatan Baturetno masuk kedalam kategori sangat rendah dengan besaran 0.013%.

8 Tabel 3. Ketersediaan Unsur Hara Unsur Hara Jenis Kecamatan K Ca Mg Tanah N % P ppm S % me/100 me/100 me/100 Litosol Slogohimo Nguntoronadi Giriwoyo Pracimantoro Manyaran Latosol Jatisrono Ngadirojo Karangtengah Mediteran Giriwoyo Wuryantoro Purwantoro Grumosol Selogiri Kismantoro Regosol Wuryantoro Andosol Jatipurno Aluvial Baturetno Sumber : analisis laboratorium C. Kondisi Kesuburan Kabupaten Wonogiri memiliki luas wilayah ,02 Hektar, dengan wilayah yang memiliki topografi berbukit yang sebagian besar tidak rata. Perbedaan topografi antar wilayah di Kabupaten Wonogiri mengakibatkan adanya perbedaan sumberdaya alam, perbedaan tersebut juga berpengaruh kepada perbedaan kesuburan tanah pada tiap-tiap daerah yang ada di wilayah Kabupaten Wonogiri selain faktor bahan induk, iklim, organisme dan waktu pembentukan tanah. Kesuburan tanah sendiri dapat didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan dan produksi dari tanaman. Kesuburan tanah sendiri ditentukan oleh sifat kimia, sifat biologi dan sifat fisika tanah. Kesuburan tanah sendiri dapat dilihat dari produktivitas tanaman yag dibududayakan, apabila produksi tanaman tinggi dapat dikatakan memiliki kesuburanyang tinggi pula, begitu sebaliknya.

9 Kesuburan tanah ditentukan oleh interaksi dari sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Umumnya kesuburan tanah banyak dikaitkan dengan sifat kimia tanah. Sifat kimia dikaitkan dengan kesuburan dikarenakan melalui sifat kimia tanah dapat diketahui kelimpahan kandungan unsur hara dalam tanah. Secara umum, tingkat kesuburan tanah di Kabupaten Wonogiri adalah sangat rendah hingga rendah. Hal ini berdasarkan harkat ketersediaan unsur N total, P tersedia, K tersedia, kapasitas tukar kation, kandungan bahan organik, ph tanah dan unsur hara makro sekunder Ca, Mg dan S. Keadaan unsur hara dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kecepatan pelapukan mineral tanah, sifat bahan induk, keadaan tanaman yang hidup di atasnya, dan laju pencucian oleh air hujan. Jika laju pencucian unsur sangat besar dan intensitas pelapukan rendah, maka kebutuhan unsur hara lebih besar dibandingkan dengan pengambilan unsur hara oleh tanaman. Ini berarti proses pemiskinan tanah (Rosmarkam dan Yunowo 2002). Jenis tanah Litosol yang meliputi kecamatan Slogohimo, Nguntoronadi, Giriwoyo, Pracimantoro dan Manyaran memiliki tingkat kesuburan yang sangat rendah. Jenis tanah Latosol yang ada di kabupaten Wonogiri meliputi Kecamatan Jatisrono, Ngadirojo dan Karang Tengah. Ketiga Kecamatan tersebut memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Jenis tanah Mediterania meliputi tiga Kecamatan yaitu, Kecamatan Giriwoyo, Kecamatan Wuryantoro dan Kecamatan Purwantoro. Kecamatan Giriwoyo dan Wuryantoro memiliki tingkat kesuburan sangat rendah, sedangkan Kecamatan Purwantoro memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Wilayah Kabupaten Wonogiri yang memiliki jenis tanah Grumosol meliputi dua Kecamatan, yaitu Kecamatan Selogiri dan Kismantoro. Dua kecamatan ini memiliki tingkat kesuburan yang berbeda, Kecamatan Selogiri memiliki tingkat kesuburan rendah sedangkan Kecamatan Kismantoro memiliki tingkat kesuburan yang sangat rendah. Jenis tanah Regosol meliputi satu kecamatan yaitu Kecamatan Wuryantoro dengan tingkat kesuburan yang sangat rendah. Jenis tanah Andosol yang berada di wilayah Kecamatan Jatipurno memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Wilayah Kecamatan Baturetno yang

10 merupakan daerah dengan jenis tanah Aluvial memiliki tingkat kesuburan sangat rendah. Kadar bahan organik tanah dari berbagai lokasi di Kabupaten Wonogiri rata - rata sangat rendah. Hal ini dapat terjadi karena dalam praktek budidaya pertanian yang selama ini dilakukan jarang atau tidak pernah sama sekali diberikan pupuk organik ke lahan pertanian, sehingga dengan penanaman yang intensif akan mendorong penurunan ketersediaan unsur hara dan bahan organik (Mulyono 2013), sedangkan menurut Nursyamsi (2005) rendahnya kadar bahan organik tanah dikarenakan di daerah tropika tingkat pelapukan bahan organik sangat tinggi sehingga turn over C-organik dalam tanah berlangsung singkat. Tabel 4. Status Unsur Hara Jenis Status Unsur Hara Kecamatan Tanah N P K Ca Mg S BO ph Litosol Slogohimo SR SR SR R T SR SR AM Nguntoronadi SR SR SR R T SR SR AM Giriwoyo SR SR SR R T SR SR AM Pracimantoro SR SR SR R R SR SR N Manyaran SR SR SR R S SR SR AM Latosol Jatisrono R SR R R S SR SR AM Ngadirojo R SR R R S SR SR M Karangtengah R SR R R S SR SR M Mediteran Giriwoyo SR SR SR S T SR SR N Wuryantoro SR SR SR S T SR SR N Purwantoro R SR R S S SR SR AM Grumosol Selogiri R SR SR R S SR SR N Kismantoro SR SR SR R T SR R AM Regosol Wuryantoro SR SR SR S T SR SR N Andosol Jatipurno R SR R R S SR SR M Aluvial Baturetno SR SR SR SR S SR SR N Sumber : Analisis laboratorium Ket : SR (Sangat Rendah), R (Rendah), S (Sedang), T (Tinggi), AM (Agak Masam). M (Masam ) dan N (Netral) (Balitan 1983)

11 D. Kebutuhan dan Rekomendasi Pemupukan Tanaman budidaya dalam satu siklus produksinya memerlukan unsurunsur hara, baik unsur hara makro maupun mikro. Asupan nutrisi untuk tanaman yang dibudidayakan oleh manusia biasanya ditambahkan dalam bentuk pupuk, baik pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pupuk organik maupun anorganik sama-sama memiliki unsur hara yang sama, yang membedakan adalah sumber dan jumlah yang dikandungnya. Unsur hara yang biasanya terkandung didalam pupuk yang ditambahkan pada tanaman adalah unsur hara essensial, antaralain N (nitrogen), P (fosfor), K (kalium), Ca (kalsium), Mg (magnesium) dan S (belerang). 1. Jenis Pupuk Pupuk dalam kegiatan sehari-hari dapat diartikan sebagai bahan yang ditambahkan kedalam media tanam yang diperuntukkan memperbaiki tingkat kesuburan media. Pupuk sendiri mengandung unsur hara yang yang dibutuhkan oleh tanaman untuk menyusun bagian tubuh tumbuhan dan berproduksi. Pupuk sendiri mengandung berbagai macam unsur hara baik unsur hara makro maupun mikro. Pupuk sendiri dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pupuk alami dan pupuk buatan. Pupuk alami dapat diartikan sebagai pupuk yang didapatkan langsung dari alam yang terbentuk secara alami, sebagai contoh fosfat alam dan pupuk organik. Pupuk buatan sendiri dapat diartikan sebagai jenis pupuk yang dibuat dan diproduksi didalam pabrik yang unsur haranya sudah diatur jenis dan kadarnya, sehingga dalam pupuk buatan sudah dapat diketahui kadar keharaan dari suatu unsur hara. Pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung satu macam jenis unsur hara saja semisal pupuk N, pupuk P dan sebagainya. Pupuk majemuk adalah pupuk yang memiliki lebih dari satu unsur hara didalamnya, misalnya NP, PK, NPK dan sebagainya. Berdasarkan senyawa yang dikandungnya pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk

12 yang berupa senyawa organik. Pupuk organik mencakup semua semua jenis pupuk yang berasal dari sisa metabolisme atau organ dari makhluk hidup. Kebanyakan pupuk alami merupakan pupuk organik, akan tetapi terdapat pupuk alam yang tidak dapat digolongkan kedalam pupuk organik misalnya rock phosphat, umumnya berasal dari batuan sejenis apatit [Ca3(PO4)2]. Pupuk anorganik sendiri adalah pupuk yang mengandung senyawa anorganik, semua pupuk buatan tergolong dalam pupuk anorganik. Pupuk yang digunakan sebagai rekomendasi pemupukan pada penelitian ini menggunakan pupuk antara lain pupuk urea untuk mendapatkan nitrogen (N), pupuk SP-36 untuk mendapatkan fosfor (P), pupuk KCl untuk mendapatkan kalium (K), Dolomit untuk mendapatkan kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dan pupuk ZA untuk mendapatkan sulfur (S). a. Urea CO(NH2)2 Pupuk urea merupakan pupuk buatan yang memiliki senyawa kimia CO(NH2)2. Pupuk ini berbentuk Kristal berwarna putih dan berbentuk butiran-butiran kecil. Pupuk urea memiliki kadar nitrogen (N) 45%. Urea bersifat higroskopis dan mulai menarik uap air pada kelembapan 73%, sehingga sering diberi selaput atau coated untuk mengurangi sifatnya yang higroskopis. b. SP-36 Pupuk SP-36 memiliki kandungan fosfor (P) sebesar 36% dalam bentuk P2O5. pupuk ini nterbuat dari fosfat alam. Memeilki sifat yang agak sulit larut didalam air dan bereaksi lambat, sehingga biasanya digunakan sebagai pupuk dasar. Sifat karakteristik dari pupuk SP-36 sulit larut atau lama larut, sehingga pada pertumbuhan awal SP-36 belum dapat digunakan secara maksimal oleh tanaman (Sumaryo 2000). c. KCl Pupuk KCl dapat disebut juga dengan pupuk Muriate. Secara teoritis kadar K2O dalam KCl dapat mencapai 60-62%, tetapi pupuk KCl

13 yang beredar dipasaran memiliki kandungan K2O sebesar 52-55%. Memiliki reaksi fisiologis masam lemah. Memiliki sifat yang agak higroskopis, yaitu pupuk ini agak mudah menyerap uap air yang ada diudara. d. Dolomit Pupuk dolomit merupakan pupuk yang berasal dari mineral alam yang mengandung unsur magnesium (Mg) dan kalsium (Ca) dengan rumus kimia CaMg(CO3)2. Dolomit mengandung unsur Ca sebesar 30% dan Mg sebesar 19%. Penambahan pupuk dolomit dapat meningkatkan jumlah magnesium dan kalsium didalam tanah. Selain dapat meningkatkan Ca dan Mg penambahan dolomit dalam tanah juga memperbaiki kemasaman tanah serta meningkatkan ketersediaan unsur yang lain misalnya Mo dan P (Sumaryo 2000). e. ZA (NH2)2SO2 Pupuk ini dikenal dengan nama Zwavelzuure Amoniak (ZA) atau ammonium sulfat. Pupuk ini berbentuk kristal putih dan hampir seluruhnya larut dalam air. Pupuk ZA memiliki kandungan sulfur (S) sebesar 24% dan kandungan nitrogen sebesar 21%. Pupuk ini memiliki potensi menurunkan ph tanah pada saat aplikasinya, sehingga perlu diperhatikan pengaplikasiannya pada tanah yang memiliki ph yang rendah. 2. Kebutuhan Unsur Hara Aplikasi penggunaan pupuk akan berbeda antara tanaman satu dengan yang lain, Hal ini disebabkan oleh kebutuhan unsur hara yang berbeda-beda antara satu tanaman komoditas dengan tanaman komoditas yang lainnya (Hardjowigeno 2003). Selain kebutuhan antara tanaman satu dan yang lain, perbedaan jenis tanah dan kandungan unsur hara yang berada didalamnya juga mempengaruhi aplikasi pemberian pupuk. Unsur-unsur hara yang diserap tanaman digunakan untuk menyusun bagian-bagian tubuh tanaman. Jumlah unsur hara yang diperlukan untuk menyusun bagian-bagian tumbuhan tersebut

14 berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman. Tingkat produksi tanaman juga dapat berbeda berdasarkan jumlah unsur hara yang digunakan tanaman. Tabel 5. Unsur Hara Yang Dibutuhkan Tanaman Komoditas Unsur yang dibutuhkan kg/ha N P K Ca Mg S Cabai (2.5 t/ha) Bawang Merah (25 t/ha) Kacang Panjang (12 t/ha) Sumber :Dierolf et al 2001 Berdasarkan tabel 5 diatas, kebutuhan unsur hara dari tiap-tiap komoditas berbeda antara satu dengan yang lain, untuk mencapai tingkat produksi 2,5 ton/ha cabai memerlukan total nitrogen sebanyak 160 kg/ha, fosfor sebanyak 15 kg/ha, kalium sebanyak 183 kg/ha, kalsium dan magnesium sebanyak 36 kg/ha dan 18 kg/ha serta sulfur sebanyak 10 kg/ha. Produksi bawang merah sebesar 25 ton/ha membutuhkan total unsur nitrogen sebanyak 100 kg/ha, unsur fosfor sebanyak 17 kg/ha, Kalium sebesar 91 kg/ha, unsur kalsium sebesar 21 kg/ha, magnesium sebesar 12 kg/ha dan sulfur sebesar 20 kg/ha. Total unsur hara yang dibutuhkan oleh kacang panjang guna mencapai tingkat produksi 12 ton/ha adalah 120 kg/ha nitrogen, 11 kg/ha fosfor, 58 kg/ha kalium, 29 kg/ha kalsium, 9 kg/ha magnesium dan 10 kg/ha sulfur. 3. Kebutuhan Total Unsur Hara Kebutuhan akan unsur hara antar tiap tanaman berbeda-beda tiap-tiap tanaman. Selain jenis tanaman, yang memepengaruhi kebutuhan unsur hara adalah ketersediaan unsur hara didalam tanah dan kebutuhan tanaman akan unsur hara. Kebutuhan total unsur hara didasari oleh selisih antara kebutuhan tanaman akan unsur hara dengan ketersediaan hara didalam tanah. Selisih inilah yang nantinya dijadikan sebagai dasar dari sebuah rekomendasi pemupukan.

15 a. Cabai Kebutuhan total unsur hara nitrogen pada tanaman cabai berkisar antara kg/ha hingga kg/ha. Kebutuhan tertinggi berada di Kecamatan Giriwoyo yang berjenis tanah Litosol dan yang terendah berada di Kecamatan Ngadirojo dengan jenis tanah Latosol. Rata - rata kebutuhan total unsurhara fosfor adalah sebanyak kg/ha. Kebutuhan tertinggi berada pada Kecamatan Slogohimo sebanyak kg/ha dan yang terendah berada pada Kecamatan Nguntoronadi sebanyak kg/ha. Kebutuhan unsur hara kalium pada tanaman cabai berkisar antara kg/ha. Kebutuhan terendah berada di kecamatan Karang Tengah dan tertinggi di Kecamatan Wuryantoro. Berdasarkan tabel 6. Hanya jenis tanah Aluvial saja yang membutuhkan tambahan unsur hara kalsium, yaitu sebanyak kg/ha, hal ini dikarenakan jumlah unsur hara kalsium didalam tanah sangat rendah sehingga dibutuhkan tambahan sebesar kg/ha guna memenuhi kebutuhan akan unsur hara kalsium. Kebutuhan total unsur hara sulfur berkisar antara 8.43 kg/hahingga 9.57 kg/ha.

16 Tabel 6. KebutuhanUnsur Hara Yang Ditambahkan Untuk Cabai Jenis Kebutuhan unsur hara kg/ha Kecamatan Tanah N P K Ca Mg S Litosol Slogohimo Nguntoronadi Giriwoyo Pracimantoro Manyaran Latosol Jatisrono Ngadirojo Karang Tengah Mediteran Giriwoyo Wuryantoro Purwantoro Grumosol Selogiri Kismantoro Regosol Wuryantoro Andosol Jatipuro Aluvial Baturetno Sumber : Perhitungan kebutuhan unsur hara penelitian b. Bawang Merah Tanaman bawang merah yang ingin dibudidayakan di Wonogiri membutuhkan unsur hara nitrogen sebanyak kg/ha. Kebutuhan unsur hara terendah berada di kecamatan Selogiri ang memeiliki jenis tanah Grumosol dan tertinggi berada pada Kecamatan Giriwoyo dengan jenis tanah Litosol. Total unsur hara fosfor yan dibutuhkan di Wonogiri berkisar antara kg/ha, dengan rata rata kebutuhan sebanyak kg/ha. Kebutuhan tertinggi berada pada jenis tanah Litosol di Kecamatan Slogohimo dan terendah berada pada jenis tanah Litosol di kecamatan Nguntronadi. Kebutuhan total unsur hara Kalium pada tanaman Bawang Merah berkisar antara kg/ha hingga kg/ha. Kebutuhan tertinggi berada di Kecamatan Wuryantoro yang berjenis tanah Regosol dan yang terendah berada di Kecamatan Karang Tengah dengan jenis tanah Latosol. Kecamatan yang membutuhkan tambahan unsur hara kalsium hanya

17 Kecamatan Baturetno dengan jenis tanahnya alluvial, hal ini dikarenakan unsur hara kalsium dalam tanah sudah cukup untuk mencukupi akan kebutuhannya. Kebutuhan total akanunsur hara sulfur pada budidaya tanaman bawang merah di Wonogiri kg/ha pada tanah Litosol, kg/ha pada tanah Latosol, kg/ha pada tanah Mediteran, kg/ha pada tanah Grumosol, pada tanah Regosol sebanyak kg/ha, pada tanah Andosol sebanyak kg/ha dan pada tanah Aluvial Sebanyak kg/ha. Tabel 7. Kebutuhan Unsur Hara Yang Ditambahkan Untuk Bawang Merah Jenis Kebutuhan unsur hara kg/ha Kecamatan Tanah N P K Ca Mg S Litosol Slogohimo Nguntoronadi Giriwoyo Pracimantoro Manyaran Latosol Jatisrono Ngadirojo Karang Tengah Mediteran Giriwoyo Wuryantoro Purwantoro Grumosol Selogiri Kismantoro Regosol Wuryantoro Andosol Jatipuro Aluvial Baturetno Sumber : Perhitungan kebutuhan unsur hara penelitian c. Kacang Panjang Kebutuhan total unsur hara nitrogen pada tanaman kacang panjang berkisar antara kg/ha hingga kg/ha. Kebutuhan tertinggi berada pada Kecamatan Giriwoyo dengan jenis tanah Litosol, sedangkan yang terendah berada pada Kecamatan Ngadirojo dengan jenis tanah Latosol. Rata rata kebutuhan unsur hara fosfor sebesar kg/ha. Kebutuhan tertinggi berada pada Kecamatan Slogohimo sebanyak 8.78

18 kg/ha dan terendah terdapat pada Kecamatan Nguntoronado Sebesar 7.86 kg/ha. Kebutuhan unsur hara kalium pada tanaman kacang panjang berkisar antara kg/ha. Kebutuhan tertinggi berada di Kecamatan Wuryantoro yang berjenis tanah Regosol dan yang terendah berada di Kecamatan Karang Tengah dengan jenis tanah Latosol. Kebutuhan unsur kalium pada budidaya tanaman kacang panjang di Wonogiri sebanyak kg/ha. Kebutuhan total unsur hara sulfur berkisar antara 8.43 kg/ha hingga 9.57 kg/ha. Tabel 8. Kebutuhan Unsur Hara Yang Ditambahkan Untuk Kacang Panjang Jenis Kebutuhan unsur hara kg/ha Kecamatan Tanah N P K Ca Mg S Litosol Slogohimo Nguntoronadi Giriwoyo Pracimantoro Manyaran Latosol Jatisrono Ngadirojo Karang Tengah Mediteran Giriwoyo Wuryantoro Purwantoro Grumosol Selogiri Kismantoro Regosol Wuryantoro Andosol Jatipuro Aluvial Baturetno Sumber : Perhitungan kebutuhan unsur hara penelitian

19 4. Rekomendasi Pemupukan Rekomendasi dapat diartikan sebagai sebagai pemberian masukan atau saran atas suatu hal baik kepada individu maupun kepada sebuah kelompok. Rekomendasi pemupukan sendiri dapat diartikan sebagai pemberian masukan terhadap rancangan pemupukan yang meliputi jenis pupuk dan jumlah yang diberikan dalam suatu luasan areal tertentu. Rekomendasi pemupukan bisa diberikan pada suatu lokasi yang spesifik, seperti lokasi sentra produksi tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Penerapan rekomendasi pemupukan memiliki beberapa keuntungan antaralain : pemberian pupuk yang tepat takaran, tepat waktu dan jenis pupuk yang diperlukan sesuai. Selain keuntungan-keuntungan yang sudah disebutkan diatas penerapan rekomendasi pemupukan juga berdampak kepada penggunaan pupuk yang lebih efisien, pencemaran lingkungan dapat dihindari dan dapat mengurangi biaya pembelian pupuk (Abdulrahman et al. 2008). Kegiatan rekomendasi pemupukan diawali dengan kegiatan survey dan pengambilan sampel tanah yang dilanjutkan dengan analisis tanah yang dilakukan di laboratorium tanah guna mendapatkan status keharaan dari sampel tanah yang telah diambil sebelumnya. Selanjutnya status keharaan yang telah didapatkan dari dari analisis laboratorium diolah dengan memperhitungkan kebutuhan hara bagi tanaman dan potensi kehilangan unsur hara, yang pada akhirnya menghasilkan suatu rekomendasi pemupukan. a. Rekomendasi Pemupukan Cabai Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia, hal ini dikarenakan tingkat konsumsi cabai yang tinggi serta memiliki harga jual yang cukup tinggi (Prajnanta 2004). Selain memiliki nilai ekonomis yang tinggi, cabai juga memiliki tingkat adaptasi yang tinggi sehingga cabai memiliki sentra produksi yang tersebar di seluruh Indonesia. Tanaman cabai tumbuh optimal di tanah yang bertekstur remah, gembur tidak terlalu liat, dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Kadar keasaman (ph) tanah yang cocok untuk budidaya cabai berkisar 6-7

20 (Agromedia 2008). Pada umumnya tanaman cabai dapat ditanam pada ketinggian antara m di atas permukaan laut di seluruh wilayah Indonesia (Syukur 2006). Curah hujan yang diperlukan dalam budidaya tanaman cabai adalah mm/tahun. Tanaman cabai tidak menghendaki curah hujan yang tinggi dan iklim yang basah karena tanaman akan mudah terserang penyakit. Tanaman cabai dapat tumbuh dan berproduksi baik pada iklim A, B, C, dan D (tipe iklim menurut Schmid dan Ferguson) dengan kelembapan berkisar antara 60-89%. Suhu udara optimum untuk pertumbuhan dan pembungaan cabai antara C (Duriat et al. 1996). Berdasarkan hasil analisis yang disajikan pada tabel 9 didapatkan rekomendasi pemupukan untuk tanaman cabai. Tanah Litosol memerlukan masukan berupa pupuk urea berkisar kg/ha. Pupuk SP-36 yang dibutuhkan untuk tanaman cabai pada jenis tanah ini antara kg/ha. Rekomendasi untuk pemberian pupuk KCl sebanyak kg/ha untuk terendah dan kg/ha untuk rekomendasi tertinggi. Pemberian dolomit dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur magnesium (Mg) dan kalsium (Ca), pada jenis tanah ini tidak diperlukan lagi input unsur hara kalsium dan magnesium dalam bentuk dolomite dikarenakan kandungan kalsium dan magnesium didalam tanah sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman cabai. Rekomendasi pemupukan dengan menggunakan pupuk ZA untuk memenuhi kebutuhan unsur hara sulfur (S) sebesar kg/ha (Nguntotonadi), kg/ha (Giriwoyo), kg/ha (Slogohimo), kg/ha (Pracimantoro) dan (Manyaran). Penggunaan pupuk ZA selain dapat memenuhi kebutuhan unsur hara S (sulfur) juga menambah unsur hara nitrogen. Nitrogen yang didapatkan dari penambahan ZA berkisar antara Kg. Penambahan pupuk urea untuk budidaya tanaman cabai pada tanah Latosol di Kecamatan Jatisrono sebesar kg/ha, Ngadirojo kg/ha dan Kecamatan Karang Tengah sebesar kg/ha.

21 Rekomendasi penggunaan pupuk SP-36 pada tanah jenis ini sebanyak 80.23kg/ha untuk Kecamatan Jatisrono, 77.02kg/ha untuk Kecamatan Ngadirojo dan 77.61kg/ha untuk Kecamatan Karang Tengah. Pemberian pupuk SP-36 yang tinggi disebabkan oleh kadar unsur hara fosfat yang rendah. Menurut Nurmegawati et al. (2012) Kadar P tanah pada umumnya tergolong rendah, hal ini disebabkan kebiasaan petani yang kurang bahkan tidak menambahkan pupuk P. Kehilangan unsur P pada saat terangkut panen, merupakan jumlah hara tanaman yang hilang karena diserap tanaman dan dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan. Penambahan berupa pupuk KCl sebesar kg/ha (Jatisrono), kg/ha (Ngadirojo) dan kg/ha (Karang Tengah). Rekomendasi pemupukan dengan menggunakan pupuk ZA untuk memenuhi kebutuhan sulfur tertinggi pada tanah latosol berada di kecamatan Karang Tengah (164.39kg/ha) dan terendah Jatisrono (154.58kg/ha). Unsur nitrogen dan didapatkan dari pemberian pupuk ZA sebesar Kg. Rekomendasi pemberian pupuk urea untuk tanaman cabai pada tanah Mediteran sebanyak kg/ha untuk kecamatan Giriwoyo, kg/ha untuk Kecamatan Wuryantoro dan untuk Kecamatan Purwantoro sebanyak kg/ha. Pemberian pupuk SP-36 terendah berada di Kecamatan Wuryantoro (75.65kg/ha), disusul dengan Kecamatan Purwantoro (76.96kg/ha) dan tertinggi berada di Kecamatan Giriwoyo (77.40kg/ha). Rekomendasi pemberian pupuk KCl untuk Kecamatan Giriwoyo sebanyak kg/ha, untuk Kecamatan Wuryantoro sebanyak kg/ha dan untuk Kecamatan Purwantoro sebanyak kg/ha. Penggunaan pupuk ZA untuk pemenuhan kebutuhan akan unsur S sebanyak kg/ha dengan unsur nitrogen yang didapat sebanyak 7.02 Kg untuk Kecamatan Giriwoyo, untuk Kecamatan Wuryantoro pengaplikasian kg/ha pupuk ZA akan memenuhi kebutuhan sulfur sebesar 9.29kg dan memeberikan unsur nitrogen sebanyak 7.10kg. rekomendasi pemupukan dengan pupuk ZA di

22 Kecamatan Purwantoro sebanyak kg/ha, dengan unsur nitrogen yang didapatkan sebesar 7.05kg. Rekomendasi pemupukan urea untuk tanaman cabai pada tanah Grumosol sebanyak 285kg/ha untuk kecamatan Selogiri dan kg/ha untuk Kecamatan Kismantoro. Pemberian pupuk SP-36 pada kedua Kecamatan ini tidaklah jauh berbeda jumlahnya, untuk Selogiri sebanyak 78.68kg/ha dan Kismantoro sebanyak 77.02kg/ha. Rekomendasi yang diberikan untuk aplikasi pupuk KCl sebanyak kg/ha untuk Kecamatan Selogiri dan kg/ha untuk pengaplikasian di kecamatan Kismantoro. Pemberian pupuk ZA untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur sulfur sebanyak kg/ha untuk Kecamatan Selogiri dan kg/ha untuk Kecamatan Kismantoro. Rekomendasi yang didapatkan untuk tanah regosol yaitu urea sebanyak kg/ha, SP-36 sebanyak 75.65kg/ha, KCl kg/ha. Pemberian dolomit tidak dibutuhkan pada jenis tanah ini, dikarenakan unsur hara yang terdapat didalam tanah sudah mencukupi kebutuhan tanaman cabai. Rekomendasi yang diberikan untuk pemupukan dengan menggunakan ZA sebanyak kg/ha. Selain dapat memenuhi kebutukan akan sulfur sebesar 9.17kg pemberian ZA sebanyak kg/ha juga memberikan masukan unsur nitrogen sebanyak 7.01kg. Pemberian pupuk urea untuk tanaman cabai pada tanah Andosol yang direkomendasikan menurut tabel 9 sebanyak kg/ha. Pemenuhan unsur phosfat diberikan dalam bentuk pupuk SP-36 sebanyak 78.87kg/ha. Rekomendasi untuk pemupukan KCl sebanyak kg/ha. Rekomendasi pemupukan dengan pupuk ZA sebanyak kg/ha yang diperuntukkan memenuhi kebutuhan sulfur sebanyak 6.87kg. Rekomendasi pemupukan urea untuk tanaman cabai pada tanah Aluvial sebanyak kg/ha, sedangkan untuk pupuk SP-36 sebanyak 76.49kg/ha dan untuk KCl sebanyak kg/ha kg/ha. Untuk memenuhi kebutuhan akan unsur kalsium dibutuhkan penambahan dolomit sebanyak kg/ha. Penambahan dolomit sebanyak kg/ha sudah cukup

23 untuk mencukupi kebutuhan akan unsur kalsium sebesar 30.28kg. Pemberian dolomit dapat menambah ketersediaan Ca dan Mg dalam tanah, dengan meningkatnya Ca dan Mg memacu turgol sel dan pembentukan klorofil sehingga proses fotosintesis menjadi lebih meningkat (Sumaryo dan Suryono 2000). Rekomendasi pemberian pupuk ZA yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan 8.43 kg sulfur sebanyak kg/ha. Tabel 9. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Cabai Jenis Tanah Kecamatan Rekomendasi Pemupukan kg/ha Urea SP-36 KCl Dolomit ZA Litosol Slogohimo Nguntoronadi Giriwoyo Pracimantoro Manyaran Latosol Jatisrono Ngadirojo Karang Tengah Mediteran Giriwoyo Wuryantoro Purwantoro Grumosol Selogiri Kismantoro Regosol Wuryantoro Andosol Jatipuro Aluvial Baturetno Sumber ; Perhitungan rekomendasi unsur hara penelitian b. Rekomendasi Pemupukan Bawang Merah Tanaman bawang merah pada pertumbuhannya menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca yang cerah, terutama yang mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi (0 1000) m dpl dengan curah hujan mm/ tahun (Rahayu dan Berlian 1999). Tanaman bawang merah menghendaki temperatur udara antara 25 C 32 C. Suhu rata -rata pertahun yang dikehendaki oleh tanaman bawang merah adalah sekitar 30 C.

24 Jenis tanah yang baik untuk budidaya tanaman bawang merah adalah tanah lempung berpasir atau berdebu. Hal ini dikarenakan sifat tanah lempung berpasir atau berdebu ini mempunyai aerasi dan drainase yang baik. Tingkat kemasaman tanah yang baik untuk lahan bawang merah yakni berkisar antara ph 6,0 6,8. Penggunaan pupuk urea yang direkomendasikan berdasarkan perhitungan analisis laboratorium untuk jenis tanah Litosol yang meliputi lima kecamatan sebanyak kg/ha untuk Kecamatan Slogohimo, kg/ha untuk Kecamatan Nguntoronadi, kg/ha untuk Kecamatan Giriwoyo, kg/ha untuk Kecamatan Pracimantoro dan kg/ha untuk Kecamatan manyaran. Rekomendasi penggunaan pupuk urea tertinggi berada pada Kecamatan Giriwoyo dan terendah di Kecamatan Pracimantoro. Menurut Ardell (2008) pengaplikasian pupuk nitrogen akan meningkatkan ukuran dari bawang merah. Rekomendasi peggunaan pupuk SP-36 tertinggi berada di Kecamatan Slogohimo sebanyak kg/ha, diikuti oleh Kecamatan Giriwoyo (91.22 kg/ha), Kecamatan Pracimantoro (88.74 kg/ha), kecamatan Pracimantoro (88.74 kg/ha) dan terendah beradara di Kecamatan Nguntoronadi sebanyak kg/ha. Penggunaan pupuk KCl untuk memenuhi kebutuhan Kalium berdasarkan rekomendasi yang telah didapatkan berkisar antara kg/ha. Penambahan pupuk ZA untuk mengatasi kekurangan unsur sulfur berdasarkan rekomendasi pemupukan yang telah didapat adalah sebesar kg/ha untuk Kecamatan Slogohimo, kg/ha untuk kecamatan Nguntoronadi, kg/ha untuk Kecamatan Giriwoyo, kg/ha untuk Kecamatan Pracimantoro dan kg/ha untuk kecamatan Manyaran. Rekomendasi pemupukan tanaman bawang merah pada tanah Latosol dilakukan di tiga Kecamatan, yaitu Kecamatan Jatisrono, Ngadirojo dan Karang tengah. Penggunaan pupuk urea sesuai rekomendasi untuk Kecamatan Jatisrono sebanak kg/ha, kecamatan Ngadirojo sebanyak kg/ha dan Kecamatan Karang Tengah sebanyak

25 144.04kg/ha. Rekomendasi ini lebih rendah apabila dibandingkan dengan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Balitan ataupun Dierolf (2001). Pengunaan pupuk SP-36 untuk tanaman bawang merah pada Kecamatan Jatisrono sebanyak 92.96kg/ha, Kecamatan Ngadirojo 89.75kg/ha dan Kecamatan Karang Tengah kg/ha Kg/Ha. Rekomendasi penggunaan pupuk KCl tertinggi berada pada Kecamatan Ngadirojo (90.49kg/ha) Kecamatan Jatisrono (86.15kg/ha) dan terendah terdapat pada Kecamatan Karang Tengah (69.45 kg/ha). Rekomendasi penggunaan pupuk ZA untuk memenuhi kebutuhan akan unsur sulfuf pada tanaman bawang merah di Kecamatan Jatisrono sebanyak kg/ha, dengan jumlah unsur nitrogen yang didapat sebesar 14.52kg. Kecamatan Ngadirojo membutuhkan pengaplikasian kg/ha ZA untuk memenuhi kebutuhan 14.63kg sulfur pada budidaya tanaman bawang merah. Rekomendasi penggunaan pupuk ZA untuk Kecamatan Karang tengah sebanyak kg/ha. Rekomendasi pemupukan urea untuk tanaman bawang merah pada tanah Mediteran sekitar kg/ha. Penggunaan pupuk SP-36 untuk kecamatan giriwoyo, Wuryantoro dan Purwantoro tidak berbeda jauh antara satu dengan yang lain dengan kisaran kg/ha. Rekomendasi pengunaan pupuk KCl untuk kecamatan Giriwoyo sebanyak kg/ha, jumlah sebanyak itu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan 71.64kg kalium pada budidaya tanaman bawang merah. Rekomendasi penggunaan pupuk ZA untuk Kecamatan Wuryantoro sebanyak kg/ha dan untuk Kecamatan Purwantoro sebanyak 90.25kg/ha. Penggunaan pupuk ZA dapat menambahkan unsur nitrogen pada tanah selain menambah unsur sulfur, sehingga pada rekomendasi kg/ha ZA di Kecamatan Giriwoyo selain diperuntukkan untuk menambahkan 19.18kg sulfur juga menambah unsur nitrogen sebesar 14.67kg. Rekomendasi penggunaan pupuk ZA pada kecamatan Wuryantoro sebanyal kg/ha dan pada Kecamatan Purwantoro sebanak kg/ha.

26 Rekomendasi pemupukan urea pada tanah Grumosol yang berada di Kecamatan Selogiri sebanyak kg/ha, sedangkan di Kecamatan Kismantoro sebanyak kg/ha. Penggunaan pupuk SP-36 yang sesuai dengan rekomendasi pada Kecamatan Selogiri sebanyak 91.41kg/ha dan Kecamatan Kismantoro sebanyak 89.75kg/ha. Rekomendasi penggunaan pupuk KCl untuk memenuhi kebutuhan unsur kalium di Kecamatan Selogiri sebanyak kg/ha dan Kecamatan Kismantoro sebanyak kg/ha. Rekomendasi penggunaan pupuk ZA di Kecamatan Selogiri sebanyak kg/ha, yang diperuntukkan memenuhi kebutuhan 18.72kg/ha sulfur pada budidaya tanaman bawang merah. Rekomendasi pemupukan dengan menggunakan pupuk ZA pada Kecamatan Kismantoro adalah sebanyak kg/ha. Rekomendasi pemupukan urea untuk tanah Regosol di Kecamatan Wuryantoro pada budidaya tanaman bawang merah sebanyak kg/ha. Jumlah tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan 77.01kg nitrogen pada budidaya tanaman bawang merah kg/ha SP- 36 direkomendasikan untuk ditambahkan pada budidaya tanaman bawang merah di Kecamatan Wuryantoro. Rekomendasi pemupukan KCl yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan 74.97kg kalium sebanyak kg/ha. Rekomendasi pemupukan dengan menggunakan pupuk ZA pada tanah Regosol di Kecamatan Wuryantoro sebanyak kg/ha. Rekomendasi pemupukan dengan menggunakan pupuk urea pada tanah Andosol yang berada di Kecamatan Jatipuro sebanyak kg/ha, jumlah tersebut ditambahkan guna mencukupi kebutuhan tanaman bawang merah akan62.51kg unsur nitrogen. Penggunaan pupuk SP-36 sesuai dengan rekomendasi adalah sebanyak 91.61kg/ha, jumlah ini lebih kecil apabila dibandingkan dengan rekomendasi dari Balitan atau rekomendasi yang dikeluarkan oleh Dierolf. Rekomendasi penggunaan kg/ha KCl diberikan untuk memenuhi kebutuhan tanaman bawang merah akan52.33kg/ha unsur kalium. Kecamatan jatipuro memiliki rekomendasi pemupukan ZA sebanyak kg/ha yang ditujukan memenuhi

27 kebutuhan akan kg unsur sulfur pada budidaya tanaman bawang merah. Sebanyak Kg unsur nitrogen didapatkan dari penggunaan kg/ha pupuk ZA. Pupuk urea yang direkomendasikan untuk tanah Aluvial yang berada di Kecamatan Baturetno sebanyak kg/ha. Rekomendasi penggunaan pupuk SP-36 sebanyak 89.22kg/ha. Guna memenuhi kebutuhan 73.49kg/ha unsur kalium, maka dibutuhkan pupuk KCl sebanyak kg/ha. Rekomendasi penggunaan dolomit untuk tanah Aluvial yang berada di Kecamatan Baturetno pada budidaya tanaman bawang merah sebanyak 50.95kg/ha. Jumlah ini diberikan untuk mencukupi kebutuhan akan15.28 Kg/Ha unsur kalsium. Penggunaan pupuk ZA yang direkomendasikan untuk memenuhi kebutuhan akan unsur sulfur pada budidaya tanaman bawang merah di Kecamatan Baturetno adalah sebanyak kg/ha.

28 Tabel 10. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Bawang Merah Jenis Rekomendasi Pemupukan kg/ha Kecamatan Tanah Urea SP-36 KCl Dolomit ZA Litosol Slogohimo Nguntoronadi Giriwoyo Pracimantoro Manyaran Latosol Jatisrono Ngadirojo Karang Tengah Mediteran Giriwoyo Wuryantoro Purwantoro Grumosol Selogiri Kismantoro Regosol Wuryantoro Andosol Jatipuro Aluvial Baturetno Sumber ; Perhitungan rekomendasi unsur hara penelitian c. Rekomendasi Pemupukan Kacang Panjang Kacang panjang dapat ditanam baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Syarat-syarat yang penting untuk tumbuhnya tanaman ini ialah tanah gembur, kandungan humus banyak, dan ph tanah antara 5,5-6,5. Tanaman kacang panjang akan tumbuh baik pada suhu udara yang optimal antara C. Tanaman kacang panjang yang dibudidayakan pada tanah Litosol yang berada di Kecamatan Slogohimo memiliki rekomendasi pemupukan dengan menggunakan pupuk urea sebanyak Kg/Ha, sedangkan untuk Kecamatan Nguntoronadi ( kg/ha), kecamatan Giriwoyo ( kg/ha), Kecamatan Pracimantoro ( kg/ha) dan Kecamatan Manyaran ( Kg/Ha). Rekomendasi penggunaan pupuk SP-36 pada tanah Litosol berkisar antara kg/ha. Rekomendasi penggunaan pupuk KCl pada tanah Litosol terendah berada di Kecamatan Manyaran sebanyak kg/ha, sedangkan tertinggi berada di Kecamatan Pracimantoro sebanyak kg/ha. Rekomendasi pemupukan dengan

29 menggunakan pupuk ZA tertinggi berada di Kecamatan Manyaran sebanyak kg/ha dan terendah sebanyak kg/ha berada di Kecamatan Nguntoronadi. Rekomendasi pemupukan urea tanaman kacang panjang pada tanah Latosol di Kecamatan Jatisrono, Ngadirojo dan Karang Tengah adalah sebanyak kg/ha, kg/ha, dan kg/ha. Penggunaan pupuk SP-36 menurut rekomendasi pada tabel 9 berkisar antara kg/ha Rekomendasi penggunaan pupuk KCl untuk memenuhi kebutuhan unsur kalium pada tanah Latosol di Kecamatan Jatisrono sebanyak kg/ha, Kecamatan Ngadirojo sebanyak kg/ha dan Kecamatan Karang Tengah sebanyak kg/ha. Rekomendasi pemupukan dengan menggunakan pupuk ZA pada tanah Latosol di Kecamatan Jatisrono sebanyak kg/ha, Kecamatan Ngadirojo sebanyak kg/ha dan Kecamatan Karang tengah sebanyak kg/ha. Budidaya tanaman kacang panjang pada tanah Mediteran di Kecamatan Giriwoyo, Wuryantoro dan Purwantoro memiliki rekomendasi pemupukan urea berturut-turut sebesar kg/ha, kg/ha dan kg/ha. Penggunaan pupuk SP-36 menurut rekomendasi untuk tanah Mediteran di Kecamatan Giriwoyo sebanyak 51.93kg/ha, untuk Kecamatan Wuryantoro sebanyak 50.19kg/ha dan Kecamatan Purwantoro sebanyak 51.50kg/ha. Rekomendasi penggunaan pupuk KCl untuk Kecamatan Giriwoyo sebanyak kg/ha, Kecamatan Wuryantoro sebanyak kg/ha dan 55.80kg/ha untuk Kecamatan Purwantoro. Rekomendasi penggunaan pupuk ZA pada tanah Mediteran yang berada di Kecamatan Giriyowo, Wuryantoro dan Purwantoro sebanyak kg/ha, kg/ha dan kg/ha. Jumlah nitrogen yang dihasilkan dari penambahan pupuk ZA dalam jumlah tersebut adalah 7.02kg untuk Kecamatan Giriwoyo, 7.10 kg untuk Kecamatan Wuryantoro dan 7.05kg untuk Kecamatan Purwantoro.

ANALISIS TANAH UNTUK REKOMENDASI PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA JAGUNG, PADI DAN KETELA POHON

ANALISIS TANAH UNTUK REKOMENDASI PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA JAGUNG, PADI DAN KETELA POHON ANALISIS TANAH UNTUK REKOMENDASI PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA JAGUNG, PADI DAN KETELA POHON Bagus Sri Mulyanto 1), Supriyadi 2) dan Djoko Purnomo 2) 1) Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sub pertanian tanaman pangan merupakan salah satu faktor pertanian yang sangat penting di Indonesia terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, peningkatan gizi masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti di Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Tanaman Cabai Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena 17 TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Ultisol Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN UNTUK TANAMAN CABAI, BAWANG MERAH DAN KACANG PANJANG BERDASAR STATUS KEHARAAN DI WONOGIRI

REKOMENDASI PEMUPUKAN UNTUK TANAMAN CABAI, BAWANG MERAH DAN KACANG PANJANG BERDASAR STATUS KEHARAAN DI WONOGIRI Agrotech Res J. Vol 4. No 2. 2015:14-22 ISSN : 2302 8226 REKOMENDASI PEMUPUKAN UNTUK TANAMAN CABAI, BAWANG MERAH DAN KACANG PANJANG BERDASAR STATUS KEHARAAN DI WONOGIRI Ario Prasetya 1), Supriyadi 2 ),

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi:

TINJAUAN PUSTAKA. diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Dalam sistematika tumbuhan, kedudukan tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi: Angiospermae; Kelas: Monocotyledoneae; Ordo:

Lebih terperinci

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah 1. List Program Untuk Menu Utama MPenjelasan_Menu_Utama.Show 1 2. List Program Untuk Penjelasan Menu Utama MPenjelasan_Tanah.Show 1 3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah MSifat_Bentuk2.Show

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan yaitu : 1. Hasil analisis laboratorium terhadap unsur hara makro tanah vulkanik berupa ph tanah, unsur N, P,

Lebih terperinci

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman 1. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada ph 6-7, karena pada ph tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan permukaan bumi yang dimanfaatkan sebagai media

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan permukaan bumi yang dimanfaatkan sebagai media I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan permukaan bumi yang dimanfaatkan sebagai media tumbuh dan berkembang suatu tanaman. Macam tanah yang ada di Indonesia seperti Gambut (Organosol), Latosol,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat pada

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat pada TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia cukup luas yaitu sekitar 38,4 juta hektar atau sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang dalam bahasa (Jawa) adalah nama tanaman dari familia Alliaceae. Umbi dari tanaman bawang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha pengembangan pertanian selayaknya dilakukan secara optimal tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha tersebut, maka produktivitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat. Meskipun disadari bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok, akan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Rumput Raja Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Rumput Raja Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012) TINJAUAN PUSTAKA Rumput Raja (Pennisetum purpureum Schumach x Pennisetum typhoides Burm.) Rumput raja merupakan hasil persilangan antara rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach) dengan Pennisetum typhoides

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk sayuran unggulan nasional yang dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat, namun belum banyak keragaman varietasnya, baik varietas

Lebih terperinci

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion MATERI-9 Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Pengelolaan tanaman secara intensif, disadari atau tidak, dapat menjadi penyebab munculnya kekurangan ataupun keracunan unsur

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

SYEKHFANI Fakultas Pertanian Universitas Brawijyaa

SYEKHFANI Fakultas Pertanian Universitas Brawijyaa SYEKHFANI Fakultas Pertanian Universitas Brawijyaa 2 SYARAT TUMBUH 3 Tanaman jagung berasal dari daerah tropis, tdk menuntut persyaratan lingkungan yg terlalu ketat, dpt tumbuh pd berbagai macam tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal digunakan adalah kotoran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN TANAMAN BAWANG MERAH

PUPUK DAN PEMUPUKAN TANAMAN BAWANG MERAH PUPUK DAN PEMUPUKAN TANAMAN BAWANG MERAH I. Pendahuluan A. Latar Belakang Pemupukan merupakan salah satu tahapan paling penting dalam budidaya tanaman. Proses pemupukan merupakan salah satu faktor yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif karena memiliki kandungan karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

HASIL PERCOBAAN. C N C/N P K Ca Mg ph Cu Zn Mn (%) (%) ppm Kompos 9,5 0,5 18,3 0,5 0,8 0,6 0,2 7,2 41,9 92,4 921,8 Kompos diperkaya

HASIL PERCOBAAN. C N C/N P K Ca Mg ph Cu Zn Mn (%) (%) ppm Kompos 9,5 0,5 18,3 0,5 0,8 0,6 0,2 7,2 41,9 92,4 921,8 Kompos diperkaya 17 Hasil Analisis Tanah HASIL PERCOBAAN Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tekstur tanah di Kubu Raya didominasi oleh debu dan liat dengan sedikit kandungan pasir. Tanah di Sui Kakap, Kabupaten Kubu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Survei Tanah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kualitas tanah dalam hal kemampuannya untuk menyediakan unsur hara yang cocok dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang

I. PENDAHULUAN. Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang berumbi. Dibandingkan dengan sayuran berumbi yang lain, misalnya wortel (Daucus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : SIFAT KIMIA TANAH Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : 1. Derajat Kemasaman Tanah (ph) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai ph. Nilai ph menunjukkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Namun

Lebih terperinci

CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN PUPUK TANAMAN. Perhitungan Kebutuhan Pupuk

CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN PUPUK TANAMAN. Perhitungan Kebutuhan Pupuk CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN PUPUK TANAMAN Perhitungan Kebutuhan Pupuk Pupuk harus diberikan sesuai dosis yang direkomendasikan. Dosis pupuk dinyatakan dalam bentuk kg pupuk/ha atau kg hara/ha. Kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kacang Tanah Tanaman kacang tanah memiliki perakaran yang banyak, dalam, dan berbintil. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun majemuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang memiliki banyak manfaat yaitu selain dapat dimanfaatkan sebagai sayur, lalapan, salad

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk,

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk, TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO NERACA HARA KEBUN KAKAO PRODUKSI = f (Tanaman, Tanah, Air, Cahaya) Tanaman = bahan tanam (klon, varietas, hibrida) Tanah = kesuburan tanah Air = ketersediaan air Cahaya = intensitas cahaya KOMPOSISI TANAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan komoditas strategis kacang-kacangan yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600- 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-700 ribu ton per tahun dengan kebutuhan kedelai nasional mencapai 2 juta ton

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Tanah di Lahan Miring. Lahan dengan kemiringan lebih dari 15% tidak baik ditujukan sebagai lahan

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Tanah di Lahan Miring. Lahan dengan kemiringan lebih dari 15% tidak baik ditujukan sebagai lahan TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Tanah di Lahan Miring Tanah-tanah di Indonesia tergolong peka terhadap erosi, karena terbentuk dari bahan-bahan yang mudah lapuk. Erosi yang terjadi akan memperburuk kondisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol dan Permasalahan Kesuburannya Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Rosihan Rosman dan Hermanto Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Nilam merupakan salah satu komoditi ekspor

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 1. Komponen tanah yang baik yang dibutuhkan tanaman adalah.... bahan mineral, air, dan udara bahan mineral dan bahan organik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, diantaranya tanaman buah, tanaman hias dan tanaman sayur-sayuran. Keadaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang berpotensi untuk dikembangkan secara intensif. Permintaan kacang hijau dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

Ilmu Tanah dan Tanaman

Ilmu Tanah dan Tanaman Ilmu Tanah dan Tanaman Pupuk dan Kesuburan Pendahuluan Pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan kepada tanah dengan tujuan memperbaiki sifat fisis, sifat kimia, dan sifat biologi tanah. Sifat fisis tanah

Lebih terperinci

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG Rossi Prabowo 1*,Renan Subantoro 1 1 Jurusan Agrobisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Semarang

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU Oleh : Sri Utami Lestari dan Azwin ABSTRAK Pemilihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah adalah salah satu jenis palawija yang dapat ditanam di sawah atau di ladang. Budidaya kacang tanah tidak begitu rumit, dan kondisi lingkungan setempat yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Dalam budi daya jagung perlu memperhatikan cara aplikasi pupuk urea yang efisien sehingga pupuk yang diberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia, namun sampai saat ini perhatian masyarakat petani kepada kacang

I. PENDAHULUAN. Indonesia, namun sampai saat ini perhatian masyarakat petani kepada kacang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang hijau merupakan salah satu tanaman Leguminosae yang cukup penting di Indonesia, namun sampai saat ini perhatian masyarakat petani kepada kacang hijau masih kurang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

KULIAH KE- 4(11) KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN

KULIAH KE- 4(11) KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN KULIAH KE- 4(11) KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN FEED THE SOIL TO FEED THE PEOPLE WE FEED THE LAND THAT FEEDS THE WORLD PEMBUATAN SIFAT DAN CIRI SINTETIK PUPUK SINTETIK A.PUPUK TUNGGAL 1. PUPUK NITROGEN

Lebih terperinci

JURNAL SAINS AGRO

JURNAL SAINS AGRO JURNAL SAINS AGRO http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/saingro/index e-issn 2580-0744 KOMPONEN HASIL DAN HASIL KACANG TANAH TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DAN DOLOMIT DI TANAH MASAM JENIS ULTISOL

Lebih terperinci