PENDAMPINGAN PEMBUATAN WAYANG KONTEMPORER UNTUK KEGIATAN MENDONGENG BAGI GURU TK DI KOTA SINGARAJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAMPINGAN PEMBUATAN WAYANG KONTEMPORER UNTUK KEGIATAN MENDONGENG BAGI GURU TK DI KOTA SINGARAJA"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK PENDAMPINGAN PEMBUATAN WAYANG KONTEMPORER UNTUK KEGIATAN MENDONGENG BAGI GURU TK DI KOTA SINGARAJA Oleh: Dr. I Made Tegeh, M.Pd. Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd. Drs. Ketut Pudjawan, M.Pd. Dr. I Komang Sudarma, M.Pd. Nice Maylani Asril, S.Psi., M.Psi.,Psikolog. Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 16/UN48.15/LPM/2014 tanggal 13 Pebruari 2014 JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2014

2

3 PENDAMPINGAN PEMBUATAN WAYANG KOMTEMPORER UNTUK KEGIATAN MENDONGENG BAGI GURU TK DI KOTA SINGARAJA Oleh: Dr. I Made Tegeh, M.Pd. Drs. I Nyoman Jampel, M.Pd. Dr. I Komang Sudarma, M.Pd. Dr. I Komang Sudarma, M.Pd. Nice Maylani Asril, S.Psi., M.Psi., Psikolog. RINGKASAN Berdasarkan latar belakang masalah, maka secara umum masalah yang dapat dirumuskan adalah Perlunya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru TK di Kota Singaraja dalam memproduksi media wayang kontemporer untuk kegiatan mendongeng. Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan P2M ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru TK di Kota Singaraja dalam memproduksi media wayang kontemporer untuk kegiatan mendongeng. Khalayak sasaran yang akan dilibatkan dalam kegiatan P2M ini adalah para guru TK di Kota Singaraja sebanyak 100 orang. Guru yang dijadikan sasaran P2M ini adalah guru-guru TK di Kota Singaraja yang: (1) siap meluangkan waktu untuk didampingi membuat media wayang kontemporer dan (2) memiliki motivasi yang tinggi untuk membuat wayang kontemporer. P2M ini akan dilaksanakan dalam bentuk pendampingan yang terdiri dari dua tahap yaitu: tahap pertama, pendampingan umum tentang pengetahuan dan prosedur pembuatan media wayang kontemporer dan tahap kedua, pendampingan secara intensif kepada lima kelompok guru TK dari gugus TK di Kota Singaraja untuk memproduksi media wayang kontemporer. Kegiatan P2M ini telah mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para guru untuk membuat media wayang kontemporer. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian produk wayang kontemporer yang dihasilkan oleh para guru TK. Nilai rerata produk wayang kontemporer yang dihasilkan oleh para guru TK adalah 88,89 berada pada kategori sangat baik. Secara kualitatif terdapat beberapa saran yang diberikan oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat terhadap produk media wayang kontemporer. Kata Kunci: pendampingan, wayang kontemporer, mendongeng iii

4 TIM PELAKSANA 1. Ketua Pelaksana a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. I Made Tegeh, S.Pd., M.Pd. b. Golongan, Pangkat, dan NIP : III.c, Penata, c. Jabatan Fungsional : Lektor d. Bidang Keahlian : Teknologi Pendidikan e. Jurusan/Fakultas : Teknologi Pendidikan/FIP f. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha g. Waktu untuk Kegiatan ini : 8 jam/minggu 2. Anggota Pelaksana a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd. b. Golongan, Pangkat, dan NIP : IVc, Pembina Utama Muda, c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala d. Bidang Keahlian : Penelitian dan Evaluasi Pendidikan e. Jurusan/Fakultas : Teknologi Pendidikan/FIP f. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha g. Waktu untuk Kegiatan ini : 4 jam/minggu 3. Anggota Pelaksana a. Nama Lengkap dan Gelar : Drs. Ketut Pudjawan, M.Pd. b. Golongan, Pangkat, dan NIP : IV.c, Pembina Utama Muda, c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala d. Bidang Keahlian : Pendidikan Luar Sekolah e. Jurusan/Fakultas : Teknologi Pendidikan/FIP f. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha g. Waktu untuk Kegiatan ini : 4 jam/minggu 4 Anggota Pelaksana a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. I Komang Sudarma, M.Pd. b. Golongan, Pangkat, dan NIP : III.c, Penata, c. Jabatan Fungsional : Lektor d. Bidang Keahlian : Teknologi Pendidikan e. Jurusan/Fakultas : Teknologi Pendidikan/FIP f. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha g. Waktu untuk Kegiatan ini : 4 jam/minggu 5. Anggota Pelaksana a. Nama Lengkap dan Gelar : Nice Maylani Asril, S.Psi., M.Psi., Psikolog. b. Golongan, Pangkat, dan NIP : III.a, c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli d. Bidang Keahlian : Psikologi e. Jurusan/Fakultas : PG PAUD/FIP f. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha g. Waktu untuk Kegiatan ini : 4 jam/minggu iv

5 PRAKATA Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Mahaesa, karena berkat karunia dan perlindungan Beliau, P2M yang berjudul Pendampingan Pembuatan Wayang Kontemporer untuk Kegiatan Mendongeng bagi Guru TK di Kota Singaraja dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Suksesnya pelaksanaan P2M ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Prof. Dr. Ketut Suma, M.S., Kepala Unit Pelaksana Pendidikan Kecamatan Buleleng, Pengawas dan Kepala TK di Kecamatan Buleleng, para guru TK peserta P2M, sekrertaris dan seluruh staf LPM Undiksha, semua pihak yang membantu kegiatan ini, dan tim pengabdian kepada masyarakat Undiksha. Saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan sebagai bahan penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, khususnya mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Akhirnya pelaksana berharap semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan profesionalisme guru. Singaraja, 10 September 2014 Penyusun v

6 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN.. RINGKASAN.. TIM PELAKSANA... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... i iii iv v vi vii BAB I PENDAHULUAN Analisis Situasi Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penerapan P2M... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Media Pembelajaran Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran Media Grafis Wayang Kontemporer Kegiatan Mendongeng Karakteristik Taman Kanak-Kanak BAB III MATERI DAN METODE PELAKSANAAN Kerangka Pemecahan Masalah Realisasi Pemecahan Masalah Khalayak Sasaran Metode yang Digunakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan.21 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran 23 DAFTAR PUSTAKA 24 vi

7 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Perjanjian Kerja Pengabdian Masyarakat 2. Surat Undangan Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat 3. Surat Undangan Pelatihan 4. Daftar Hadir Peserta 5. Piagam 6. Foto Kegiatan P2M 7. Instrumen Penilaian/Validasi Media 8. Logbook Kegiatan dan Penggunan Dana vii

8 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah bagian integral dari Standar Nasional Pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar PAUD dirumuskan dengan mempertimbangkan karakteristik penyelenggaraan PAUD terdiri atas empat kelompok, yaitu: (1) standar tingkat pencapaian perkembangan, (2) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (3) standar isi, proses, dan penilaian, dan (4) standar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Pada standar keempat diatur pengelolaan PAUD, yaitu: (1) PAUD jalur pendidikan formal dan (2) PAUD jalur pendidikan nonformal. PAUD jalur pendidikan formal untuk anak usia 4-6tahun, terdiri atas Taman Kanakkanak/Raudhatul Athfal dan bentuk lain yang sederajat. PAUD jalur pendidikan nonformal terdiri atas, Taman Penitipan Anak untuk usia 0-6tahun, Kelompok Bermain untuk anak usia 2-6tahun, dan bentuk lain yang sederajat (untuk anak usia 0-6tahun). Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 28 ayat 3 merupakan pendidikan anak usia dini ada jalur pendidikan formal yang bertujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial, emosional, kemandirian, kognitif, bahasa, fisik/motorik dan seni untuk siap memasuki sekolah dasar (Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, 2011). Dalam menuju perkembangan kedewasaan setiap anak didik TK memerlukan kesempatan untuk mengembangkan diri dengan ditunjang berbagai fasilitas, sarana dan prasarana pendukungnya seperti media pembelajaran, permainan, program-program pengembangan yang memadai serta suasana pendidikan yang menunjang. Konsep pembelajaran di TK adalah belajar melalui bermain. Untuk mencapi konsep pembelajaran tersebut guru TK menggunakan berbagai strategi 1

9 dan media pembelajaran. Pemilihan dan penggunaan media yang tepat sangat mendukung ketercapaian lima lingkup perkembangan anak TK, yaitu (1) nilainilai agama dan moral, (2) motorik, (3) kognitif, (4) bahasa, dan (5) sosialemosional. Untuk pengembangan lima lingkup perkembangan anak TK, para guru TK telah berusaha memanfaatkan media sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Berdasarkan hasil observasi pada pertengahan Pebruari 2013 di TK Negeri Singaraja diketahui bahwa guru telah menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran. Salah satu metode yang digunakan oleh guru TK adalah metode bercerita atau mendongeng. Metode ini menuntut keterampilan guru untuk menyampaikan sesuatu cerita secara verbal. Anak-anak TK cukup antusias mendengarkan dongeng yang disampaikan oleh guru. Hasil wawancara dengan Kepala TK Negeri Singaraja, Ibu Luh Sukraningsih, S.Pd. menunjukkan bahwa dalam metode mendongeng telah digunakan media pembelajaran seperti boneka tangan dan boneka biasa. Penggunaan media boneka tangan dan boneka biasa masih mengalami kendala, yakni sulit mencari boneka yang sesuai dengan tokoh cerita dalam dongeng. Persediaan boneka terbatas pada tokoh-tokoh tertentu saja. Selain itu, penggunaan media boneka yang terlalu sering dalam mendongeng, membuat anak TK merasa jenuh atau bosan. Hal ini dapat dilihat dari kurang fokusnya anak-anak dalam mendengarkan dongeng yang disampaikan oleh guru TK. Untuk itu, perlu dikembangkan media lain yang mendukung kegiatan mendongeng bagi anak TK. Salah satu media alternatif yang dapat dikembangkan adalah media grafis berupa media wayang kontemporer. Dengan adanya media baru ini diharapkan kendala yang dihadapi ketika menggunakan boneka untuk mendongeng dapat diatasi. Selain itu, keaktifan dan keterlibatan anak TK dalam mendongeng dapat lebih ditingkatkan. 2

10 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan analisis situasi di atas, maka masalah yang berhasil diidentifikasi adalah adalah sebagai berikut. 1. Dalam kegiatan mendongeng, banyak guru TK hanya sekadar mendongeng ataupun membacakan dongeng tanpa menggunakan media yang relevan. Hal ini berakibat kegiatan mendongeng bagi anak TK kurang menarik dan tidak melibatkan mereka secara aktif. 2. Beberapa guru TK telah menggunakan media boneka, boneka tangan, atau gambar untuk mendukung kegiatan mendongeng. Kesulitan yang dihadapi guru TK adalah mencari media-media tersebut karena keterbatasan karakter tokoh yang didongengkan. Kesulitsan lainnya adalah para guru TK belum memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memproduksi media pendukung kegiatan mendongeng. 3. Penggunaan media untuk mendongeng yang tidak bervariasi dan monoton menyebabkan kegiatan mendongeng kurang menarik bagi siswa TK. Berdasarkan identifikasi masalah, maka secara umum masalah yang dapat dirumuskan adalah: Perlunya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru TK di Kota Singaraja dalam memproduksi media wayang kontemporer untuk kegiatan mendongeng. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penerapan P2M Tujuan Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka, maka tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan P2M ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru TK di Kota Singaraja dalam memproduksi media wayang kontemporer untuk kegiatan mendongeng.. 3

11 1.3.2 Manfaat Manfaat pelaksanaan P2M ini adalah sebagai berikut. 1. Memberikan wawasan kepada guru tentang tata cara pembuatan wayang kontemporer, sehingga mereka termotivasi untuk mencoba membuat dan menggunakan wayang kontemporer dalam kegiatan mendongeng. 2. Memberikan pengalaman langsung kepada guru tentang prosedur pembuatan wayang kontemporer, sehingga guru mampu menghasilkan produk berupa media wayang kontemporer. 4

12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Media Pembelajaran Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, memberikan dampak pula pada sumber dan media pembelajaran seperti foto, slide, radio, film, dan video, komputer dan lain-lain. Pada awalnya hanya dikenal beberapa jenis media sederhana seperti buku bergambar, gambar, bagan, grafik, dan model yang bisa digunakan dalam pembelajaran. Pertambahan jenis media dan perluasan pemanfaatannya menimbulkan pemikiran untuk mengadakan pengklasifikasian atau penggolongan media pembelajaran dari berbagai aspek. Secara umum ada dua penggolongan media pembelajaran yang dibahas dalam tulisan ini, yakni penggolongan media pembelajaran berdasarkan persepsi indera dan penggunaannya. Berdasarkan persepsi indera, media diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yakni media audio, media visual, dan media audio visual (Setyosari dan Sihkabuden, 2005). Klasifikasi media berdasarkan penggunaannya dapat dilihat dari sasaran penggunanya dan cara penggunaannya. Berikut ini dipaparkan klasifikasi media berdasarkan penggunaannya dilihat dari kedua sudut pandang tersebut. Berdasarkan sasaran yang menggunakannya, media dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: media pendidikan/pembelajaran yang penggunaannya secara individual, media pendidikan/pembelajaran yang penggunaannya secara kelompok (baik kelompok kecil maupun kelompok besar), dan media pendidikan/pembelajaran yang penggunaannya secara massal (Degeng, dkk.,1993). Berdasarkan cara penggunaannya media pembelajaran dibedakan menjadi dua, yakni media pembelajaran yang penggunaannya secara (1) tradisional atau konvensional (sederhana) dan (2) modern atau kompleks. 5

13 2.2 Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran Sebelum menetapkan pilihan pada media yang akan digunakan dalam pembelajaran, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran. Prinsip-prinsip ini berupa kriteria pemilihan media atau dasar-dasar pertimbangan pemilihan media. Hal ini penting agar media yang dipilih benarbenar efektif dan efisien. Dick and Carey (dalam Sadiman, dkk., 2002) menyebutkan bahwa di samping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media.pertama, ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua, apakah untuk membeli atau memproduksi media tersebut ada dana, tenaga, dan fasilitasnya. Ketiga, faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan untuk jangka waktu yang lama. Artinya bisa digunakan di mana pun dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan kapan pun serta mudah dijinjing dan dipindahkan. Faktor yang terakhir adalah efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang. Sebab ada sejenis media yang biaya produksinya mahal, namun bila dilihat kestabilan materinya dan penggunaannya yang berulang-ulang untuk jangka waktu yang panjang mungkin lebih murah dari media yang biaya produksinya lebih murah (misal brosur) tetapi setiap waktu materinya diganti. Rohani (1997) mengatakan bahwa faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan terhadap pemilihan (prioritas) pengadaan media pembelajaran adalah : 1) relevansi pengadaan media tersebut, 2) kelayakan pengadaan media, dan 3) kemudahan pengadaan media. Lebih lanjut Rohani mengemukakan beberapa kriteria pemilihan dan pemanfaatan media, yaitu: 1) tujuan, 2) ketepatgunaan (validitas), 3) keadaan peserta didik, 4) ketersediaan, 5) mutu teknis, dan 6) biaya. 6

14 Miarso (1987) mengemukakan tentang rumit dan sulitnya menetapkan pilihan terhadap media pembelajaran karena hal ini didasarkan pada beberapa faktor. - Seberapa jauh situasi latar pekerjaan yang sebenarnya perlu ditiru dalam program latihan atau pembelajaran? - Media apa yang dianggap paling praktis untuk memaketkan, melaksanakan, dan memperbaharui program latihan atau pembelajaran? - Apakah diperlukan perlengkapan untuk menggunakan media yang dipilih itu? Jika ya, apakah sudah tersedia? Apakah pengadaan peralatan tertentu itu dapat dipertanggungjawabkan untuk keperluan pembelajaran yang bersangkutan? - Apakah media itu sesuai dengan kebutuhan belajar pebelajar (ditinjau dari segi budaya, usia, kebiasaan belajar, dan sebagainya), atau malah akan membingungkan mereka? - Sejauh manakah pencapaian pebelajar harus sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan? - Apakah nilai bahan pelajaran (perubahan tingkah laku yang diharapkan terjadi, jumlah siswa yang belajar, atau isi mata pelajaran) sepadan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan media itu? Ibrahim dan Syaodih S. (1996) mengemukakan beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media yang tepat, yakni: jenis kemampuan yang akan dicapai, kegunaan dari berbagai jenis media itu sendiri, kemampuan guru menggunakan media, keluwesan atau fleksibilitas dalam penggunaannya, kesesuaiannya dengan alokasi waktu dan sarana pendukung yang ada, ketersediaannya, dan biaya. Ali (2002) mengatakan bahwa faktor yang harus dipertimbangkan sebaikbaiknya dalam pembelajaran dalam memilih media adalah sebagai berikut. 1. Jenis kemampuan yang akan dicapai sesuai dengan tujuan. Sebagaimana diketahui bahwa tujuan pengajaran itu menjangkau daerah kognitif, afektif, dan psikomotor. Bila akan memilih media pembelajaran, harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. 7

15 2. Kegunaan dari berbagai jenis media itu sendiri. Setiap jenis media mempunyai nilai kegunaan sendiri-sendiri. Hal ini harus dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih jenis media yang digunakan. 3. Kemampuan guru menggunakan suatu jenis media. Betapun tingginya nilai kegunaan media, tidak akan memberi manfaat sedikitpun di tangan orang yang tidak mampu menggunakan. 4. Fleksibilitas (lentur), tahan lama, dan kenyamanan media. Dalam memilih media harus dipertimbangkan kelenturan, dalam arti dapat digunakan dalam berbagai situasi; juga harus tahan lama (tidak sekali pakai langsung dibuang), untuk menghemat biaya, dan digunakannya pun tidak berbahaya. 5. Keefektifan suatu media dibandingkan dengan jenis media lain untuk digunakan dalam pembelajaran. Gagne dan Briggs (dalam Ali, 2002) menyarankan suatu cara dalam langkah-langkah memilih media untuk pembelajaran sebagai berikut. 1. Merumuskan tujuan pengajaran. 2. Mengklasifikasi tujuan berdasarkan domain atau tipe belajar. 3. Memilih peristiwa-peristiwa pengajaran yang akan berlangsung. 4. Menentukan tipe perangsang untuk tiap peristiwa. 5. Mendaftar media yang dapat digunakan pada setiap peristiwa dalam pengajaran. 6. Mempertimbangkan (berdasarkan nilai kegunaan) media yang dipakai. 7. Menentukan media yang terpilih akan digunakan. 8. Menulis rasional (penalaran) memilih media tersebut. 9. Menuliskan tata cara pemakaiannya pada setiap peristiwa. 10. Menuliskan naskah pembicaraan dalam penggunaan media. Degeng (2001) mengemukakan bahwa ada sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan pengajar dalam memilih, mengembangkan, dan menggunakan media pembelajaran. Faktor-faktor tersebut dikemukakan berikut ini. 8

16 1. Tidak ada satu media yang paling unggul untuk semua tujuan. Suatu media hanya cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu, tetapi mungkin tidak cocok untuk yang lain. 2. Media adalah bagian integral dari proses belajar-mengajar. Hal ini berarti bahwa media bukan hanya sekadar alat bantu mengajar saja, tetapi merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari proses belajar-mengajar. Penetapan suatu media haruslah sesuai dengan komponen yang lain dalam perancangan instruksional. Tanpa alat bantu mengajar mungkin pembelajaran tetap dapat berlangsung, tetapi tanpa media pembelajaran itu tidak akan terjadi. 3. Media apapun yang hendak digunakan, sasaran akhirnya adalah untuk memudahkan belajar pebelajar. Kemudahan belajar pebelajar haruslah dijadikan acuan utama pemilihan dan penggunaan suatu media. 4. Penggunaan berbagai media dalam satu kegiatan pembelajaran bukan hanya sekadar selingan/pengisi waktu atau hiburan, melainkan mempunyai tujuan yang menyatu dengan pembelajaran yang sedang berlangsung. 5. Pemilihan media hendaknya obyektif (didasarkan pada tujuan pembelajaran), tidak didasarkan pada kesenangan pribadi. 6. Penggunaan beberapa media sekaligus akan dapat membingungkan mahasiswa. Penggunaan multimedia tidak berarti menggunakan media yang banyak sekaligus, tetapi media tertentu dipilih untuk tujuan tertentu dan media yang lain untuk tujuan yang lain pula. 7. Kebaikan dan keburukan media tidak tergantung pada kekonkritan dan keabstrakannya. Media yang konkrit ujudnya, mungkin sukar dipahami karena rumitnya, tetapi media yang abstrak dapat pula memberikan pengertian yang tepat. 2.3 Media Grafis Wayang Kontemporer Media grafis (graphic materials) adalah suatu media visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan, atau simbol visual yang lain dengan maksud untuk mengikhtisarkan, menggambarkan, dan 9

17 merangkum suatu ide, data atau kejadian (Tegeh, 2009). Batasan tersebut memberikan gambaran bahwa media grafis merupakan media dua dimensi yang dapat dinikmati dengan menggunakan indera penglihatan. Jenis-jenis media grafis antara lain sketsa, bagan, grafik, poster, gambar, kartun, dan lain-lain. Berdasarkan definisi media grafis tersebut, dapat diketahui unsur-unsur pembentuk media grafis. Unsur-unsur yang nampak pada karya desain untuk media grafis disebut unsur-unsur visual. Unsur-unsur visual media grafis adalah sebagai berikut. 1) Titik, yaitu tanda sebuah tempat yang tidak memiliki panjang dan lebar. Tetapi hanya merupakan pangkal atau ujung sebuah garis. Titik juga merupakan perpotongan atau pertemuan dua buah garis. 2) Garis, yaitu rangkaian titik-titik yang ditimbulkan oleh jejak sesuatu alat dari ujung yang runcing. Garis mempunyai ukuran panjang tanpa lebar, mempunyai kedudukan dan arah, dan juga memiliki watak yang tergantung dari keadaan sekitarnya. 3) Bidang, yaitu suatu bentuk pada bidang datar yang dibatasi oleh garis bagian terluar kelilingnya. Bidang mempunyai ukuran panjang dan lebar tanpa tebal, dan berperan secara struktural pada setiap karya desain. Pada dasarnya bidangbidang mempunyai tiga bentuk dasar, yaitu bujur sangkar atau persegi, lingkaran, dan segitiga. 4) Bentuk, yaitu bangunan hasil pertalian dari titik, garis, dan bidang yang nampak terlihat betapapun kecilnya. 5) Ruang, yaitu kesan kedalaman dari isi suatu bentuk yang dibatasi oleh bidangbidang bagian terluarnya. Ruang dapat terisi atau kosong, dapat nampak datar atau seakan-akan menjorok. 6) Warna, yaitu unsur desain yang paling menonjol dan dapat menimbulkan respons emosional terhadap orang yang melihatnya. Warna dapat dilihat karena adanya cahaya yang menyinari sesuatu benda. Warna memiliki jenis, keselarasan, intensitas, serta memiliki nilai dan pengaruh kejiwaan. Pada dasarnya jenis warna pokok ada tiga, yaitu merah, kuning, dan biru. Ketiga warna pokok tersebut bila dicampur dapat menghasilkan warna-warna yang lain. 10

18 7) Tekstur, yaitu tampak permukaan bidang suatu benda. Permukaan benda dapat polos atau berkurai, licin atau kasar, hal ini dapat diketahui dengan cara diraba atau diamati. Ada dua jenis tekstur, yaitu tekstur nyata dan tekstur buatan. Tekstur nyata ialah tekstur yang dapat diraba nilai teksturnya. Tekstur buatan ialah tekstur yang tidak dapat diraba nilai teksturnya karena hasil gambar. Beberapa jenis media grafis yang lazim digunakan dalam pembelajaran antara lain peta, atlas, sketsa, bagan, grafik, gambar, poster, kartun, karikatur, komik, dan media cetak. Gambar sebagai salah satu media grafis dapat dimodifikasi penggunaannya, sehingga lebih menarik dan mampu dimanipulasi oleh anak TK. Modifikasi gambar dapat berupa wayang kontemporer. Gambar sebagai media grafis digunting menurut bentuk gambar dan diberi tangkai pemegang seperti wayang. Media ini dinamakan wayang kontemporer karena tokoh-tokoh wayang sudah diadaptasi sesuai dengan keadaan, situasi, dan kebutuhan. Misalnya, untuk dongeng yang berjudul Siap Selem, media wayang kontemporer yang dibutuhan sesuai dengan tokoh cerita atau dongeng tersebut. 2.4 Kegiatan Mendongeng Kegiatan membacakan cerita atau mendongeng dapat dilakukan kapan saja bahkan sejak bayi. Sejak bayi, anak sudah dapat dikenalkan pada buku.bimbing anak untuk membacakan isi ceritanya dengan berulang-ulang sebagai bekal pemahamannya kelak dan membantu meningkatkan konsentrasinya. Anak dapat diajak memilih buku sendiri buku-buku yang diinginkannya sesuai dengan minatnya. Bila kebiasaan membaca sudah ditanamkan seja dini, kelak membaca bukan lagi menjadi salah satu alternatif bermain, tetapi sudah merupakan suatu kebutuhan (Sujiono, 2009). Ekspresi wajah orang dewasa dengan berbagai intonasi emosi saat membacakan cerita atau mendongeng, dapat mengarahkan anak menjadi lebih mandiri dalam mengeksplorasikan bacaan. Berbagai sumber bacaan yang berisi kumpulan dongeng dapat memudahkan para guru TK untuk mendapatkan cerita atau dongeng. Di sini peran guru TK sangat penting dalam memilih cerita atau dongeng yang sesuai dengan karakteristik anak dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 11

19 2.5 Karakteristik Taman Kanak-Kanak Pendidikan taman kanak-kanak (TK) merupakan pendidikan anak usia dini pada jalur formal pendidikan anak usia dini yang bertujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial, emosional, kemandirian, kognitif, bahasa, fisik/motorik dan seni untuk siap memasuki sekolah dasar (Pasal 8 ayat 3 UU RI Nomor 20 tahun 2003). Dalam menuju kedewasaan setiap anak didik TK memerlukan kesempatan untuk mengembangkan diri dengan ditunjang berbagai fasilitas, sarana dan prasarana pendukungnya seperti alat peraga/alat permainan, perabot kelas, ruang kelas/ruang bermain, guru, program-program pengembangan yang memadai serta suasana pendidikan yang menunjang. Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal dengan mengutamakan kegiatan bermain sambil belajar. Pendidikan anak usia dini yang diterapkan dalam program Taman Kanak-Kanak didasarkan atas prinsip-prinsip: (1) berorientasi pada kebutuhan anak, (2) sesuai dengan perkembangan anak, (3) sesuai dengan keunikan setiap individu, (4) kegiatan belajar dilakukan melalui bermain, (5) anak belajar dari yang konkrit ke abstrak, dari sederhana ke yang kompleks, dar gerakan ke vrbal, dan dari diri sendiri ke sosial, (6) anak sebagai pembelajar aktif, (7) anak belajar melalui interaksi sosial, (8) menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar,(9) merangsang munculnya kreativitas dan inovatif, (10) mengembangkan kecakapan hidup anak, (11) menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan sekitar, (12) anak belajar sesuai dengan kondisi sosial budayanya, (13) melibatkan peran serta orang tua yang bekerja sama dengan para pendidik di lembaga PAUD, dan (14) stimulasi pendidikan berifat menyeluruh yang mencakup semua aspek perkembangan (Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, 2011). 12

20 Dalam menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4 tahun sampai 6 tahun perlu memperhatikan prinsip-prinsip tertentu. Adapun prinsipprinsip penyelenggaraan TK meliputi: (1) ketersediaan, (2) transisional, (3) kerjasama, (4) kekeluargaan, (5) keberlanjutan, dan (6) pembinaan berjenjang. Fungsi pendidikan TK adalah membina, menumbuhkan, mengembangkan seluruh potensi anak secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya. Untuk mencapai fungsi tersebut, maka program pembelajaran di TK mencakup bidang Pengembangan Perilaku dan Pengembangan Kemampuan Dasar yang dilaksanakan melalui kegiatan bermain bertahap, berkesinambungan dan bersifat pembiasaan. Pembelajaran di TK dilakukan secara aktif dialogis dan kritis melalui pendekatan tematik dan terintegrasi serta mengacu pada karakteristik program pembelajaran. 13

21 BAB III MATERI DAN METODE PELAKSANAAN 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah Masalah yang terjadi di lokasi P2M ini adalah para guru TK di Kota Singaraja belum memiliki pengetahuan dalam membuat media wayang kontemporer untuk mendukung kegiatan mendongeng. Pengetahuan dan keterampilan membuat wayang kontemporer sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan daya tarik dan keaktifan anak TK dalam kegiatan mendongeng. Berdasarkan masalah yang dialami oleh para guru TK di lokasi P2M yang akan dilaksanakan ini, maka hal yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan memberikan kegiatan pendampingan pembuatan wayang kontemporer. Kegiatan pendampingan akan dilakukan secara intensif selama tiga bulan. Pada awalnya para guru TK diundang ke satu tempat untuk mendapat penjelasan tentang seluk beluk pembuatan dan penggunaan wayang kontemporer dalam kegiatan mendongeng. Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini tempat yang digunakan adalah aula TK Negeri Pembina Kabupaten Buleleng. Pendampingan secara lebih intensif dilakukan oleh tim P2M dengan cara berkunjung ke TK tempat P2M dilaksanakan. Dengan demikian para guru TK akan mendapat pemahaman secara menyeluruh, tidak sekadar pemahaman secara teoretis saja. 3.2 Realisasi Pemecahan Masalah Kegiatan pendampingan akan dilakukan secara intensif selama tiga bulan. Pada bagian awal para guru diundang ke Aula TK Negeri Pembina Kabupaten Buleleng untuk mendapat penejelasan umum tentang pembuatan media wayang kontemporer. Pembimbingan secara lebih intensif dilakukan oleh tim P2M dengan cara berkunjung ke lima TK tempat P2M dilaksanakan. Dengan demikian para guru akan mendapat pemahaman secara menyeluruh, tidak sekadar pemahaman secara teoretis saja. 14

22 3.3 Khalayak Sasaran Khalayak sasaran yang akan dilibatkan dalam kegiatan P2M ini adalah para guru TK di Kota Singaraja sebanyak 50 orang. Guru yang dijadikan sasaran P2M ini adalah guru-guru TK di Kota Singaraja yang: (1) siap meluangkan waktu untuk didampingi membuat media wayang kontemporer dan (2) memiliki motivasi yang tinggi untuk membuat wayang kontempore. Di antara 50 orang peserta, dibagi menjadi enam kelompok sesuai dengan gugus TK untuk diberikan pendampingan pembuatan wayang kontemporer secara lebih mendalam dan intensif. Diharapkan guru yang mengikuti kegiatan pendampingan ini bisa mendeseminasikan pengalamannya kepada guru lain di TK masing-masing dan TK sekitarnya Metode yang Digunakan P2M ini akan dilaksanakan dalam bentuk pendampingan yang terdiri dari dua tahap yaitu: tahap pertama, pendampingan umum terhadap 50 orang guru TK di Kota Singaraja tentang media grafis wayang kontemporer dan cara pembuatannya dan tahap kedua, pendampingan secara intensif kepada lima kelompok guru TK sesuai gugus TK di Kota Singaraja untuk membuat media wayang kontemporer. Pelaksanaan masing-masing tahap diuraikan sebagai berikut Tahap Pendampingan Umum Langkah-langkah kegiatannya adalah sebagai berikut. a. Merencanakan waktu dan tempat pendampingan bekerja sama dengan Kepala UPP Kecamatan Buleleng. b. Pelatihan umum tentang pengetahuan dan prosedur pembuatan wayang kontemporer bagi para guru TK perserta P2M. c. Diskusi dan tanya jawab tentang pembuatan wayang kontemporer antara pelatih dengan peserta. d. Pembentukan lima kolompok guru TK yang akan didampingi secara intensif dalam pembuatan wayang kontemporer. 15

23 e. Kerja kelompok untuk memilih dan meringkas dongeng dibimbing oleh Tim P2M Tahap Pendampingan Intensif Pelaksanaan Pembuatan Wayang Kontemporer a. Tahap pendampingan intensif pelaksanaan pembuatan wayang kontemporer dilakukan selama tiga bulan pada lima kelompok. b. Melakukan pemantauan dan pembimbingan terhadap produk wayang kontemporer yang dihasilkan oleh para guru. 16

24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Produk yang dihasilkan dalam kegiatan ini adalah media wayang kontemprer. Wayang kontemporer yang dhasilkan oleh kelima kelompok guru TK dinilai. Penilaian produk wayang kontemporer menggunakan instrumen berupa lembar validasi produk berupa kuesioner atau angket. Lembar validasi produk untuk menilai kualitas waang kontemporer yang dihasilkan, adalah sebagai berikut. GUGUS :... JUDUL DONGENG :... ANGKET TANGGAPAN/PENILAIAN AHLI MEDIA PEMBELAJARAN MEDIA GRAFIS WAYANG KONTEMPORER 1. Kualitas kotak penyimpanan wayang kontemporer Sangat kurang baik Kurang baik Cukup baik Baik Sangat Baik 2. Kualitas bahan dan laminating wayang kontemporer Sangat kurang baik Kurang baik Cukup baik Baik Sangat Baik 3. Kemenarikan desain cover Buku Dogeng Sangat kurang menarik Kurang menarik Cukup menarik Menarik Sangat menarik 4. Kemenarikan penggunaan warna pada wayang kontemporer Sangat kurang menarik Kurang menarik Cukup menarik Menarik Sangat menarik 17

25 5. Kejelasan tulisan/pengetikan Sangat kurang jelas Kurang jelas Cukup jelas Jelas Sangat jelas 6. Kemenarikan tampilan wayang kontemporer Sangat kurang menarik Kurang menarik Cukup menarik Menarik Sangat menarik 7. Ketepatan ukuran wayang kontemporer Sangat kurang tepat Kurang tepat Cukup tepat Tepat Sangat tepat 8. Kemudahan penggunaan media wayang kontemporer Sangat sulit Sulit Cukup mudah Mudah Sangat mudah 9. Ketepatan ukuran wayang Sangat kurang tepat Kurang tepat Cukup tepat Tepat Sangat tepat Komentar dan Saran: Singaraja,.2014 Validator, 18

26 Keterangan: Setiap kriteria diberi skor 1, 2, 3, 4 atau 5 Sangat kurang skor 1 Kurang skor 2 Cukup skor 3 Baik skor 4 Sangat baik skor 5 Nilai = (Total skor : SMI) x 100% Keterangan: SMI = skor maksimal ideal = 9 x 5 = 45 Nilai yang diperoleh dikonversikan ke Pedoman Konversi dengan Menggunakan Pedoman Acuan Penilaian (PAP) Skala Lima. Tabel 4.1 Pedoman Konversi PAP Skala Lima Tingkat Penguasaan Kriteria (dalam %) Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik 0-39 Sangat Kurang Baik Peserta terdiri atas lima kelompok guru TK. Setiap kelompok menghasilkan satu kotak media wayang kontemporer. Setiap kotak berisi buku dongeng dan wayang kontemporer. Gambar 4.1 Contoh Produk Wayang Kontemporer 19

27 Berikut adalah hasil penilaian terhadap produk wayang kontemporer yang dihasilkan oleh para guru. Tabel 4.2 Hasil Penilaian Media Wayang Kontemporer No. Gugus dan TK Judul Dongeng Nilai Kriteria (PAP Skala 5) 1 I: TK Kuncup Akibat Iri Hati 91,11 Sangat baik Harapan, TK Satya Kumara, TK Tunas Harapan, TK Widya Kumara 2 II: TK Kemala Hiu Murah Senyum 91,11 Sangat baik Bhayangkari II, TK Surapat 3 IV dan VII: TK Nurul Ubur-Ubur Jahat 88,89 Sangat baik Mubin, TK Diponegoro, TK Lab Undiksha, TK Santa Maria 4 V: TK Mutiara, TK Pupi yang Sombong 88,89 Sangat baik Eka Dharma, TKWidya Sanggraha, TK Kartika 5 VI: TK Negeri Laba-Laba Penolong 84,44 Baik Pembina, TK Ceria Asi, TK Tri Sula, TK Dharma Suda, TK Ath Thooriq, TK Aisyiyah, TK Nrul Huda Jumlah 444,44 Rerata 88,89 Sangat baik Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa berdasarkan penilaian Tim Pengabdian Kepada Masyarakat, terdapat empat produk wayang kontemporer berkriteria sangat baik dan satu produk berkrieteria baik. Secara umum kelima produk memiliki nilai rerata 88,89. Hal ini menunjukkan bahwa secara kuantitatif hasil produk media grafis wayang kontemporer yang dihasilkan oleh para guru TK dalam kegiatan P2M berkriteria sangat baik. Secara kualitatif terdapat beberapa saran yang diberikan oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat terhadap produk media wayang kontemporer. 20

28 Saran-saran yang diberikan, antara lain: (1) beberapa wayang perlu diperkuat tangkai dan ikatannya, (2) beberapa ukuran wayang perlu diperbesar, (3) pemasangan tangkai wayang tidak cukup hanya menggunakan isolasi, sebaiknya perlu dijahit dengan benang agar lebih kuat, (4) buku dongeng sebaiknya dijilid langsung, (5) ukuran huruf pada buku dongeng terlalu kecil, sehingga perlu digunakan font yang lebih besar, dan (6) beberapa item wayang kontemporer perlu digunting sesuai bentuknya, sehingga lebih menarik. Keenam saran atau masukan yang diberikan dapat dijadikan bahan acuan untuk merevisi produk media wayang kontemporer. 4.2 Pembahasan Kegiatan P2M ini telah mampu memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan tentang pembuatan media wayang kontemporer kepada para peserta. Hal ini dapat dilihat dari produk wayang kontemporer yang dihasilkan oleh para peserta. Berkat pendampingan yang intensif, empat kelompok peserta memperoleh nilai dalam kriteria sangat baik dan satu kelompok peserta mendapat nilai dalam kriteria baik. Kelompok peserta yang memperoleh nilai tertinggi ada dua, yakni Gugus I dengan judul dongeng Akibat Iri Hati dan Gugus II dengan judul dongeng Hiu Murah Senyum. Kelompok peserta yang memperoleh nilai terendah adalah Gugus VI dengan judul dongeng Laba-laba Penolong. Secara umum produk wayang kontemporer sangat memuaskan karena rerata produkproduk tersebut memiliki kriteria sangat baik. Dengan demikian, pendampingan pembuatan media wayang kontemporer untuk kegiatan medongeng telah berhasil dilaksanakan sesuai rencana dan tujuan yang ingin dicapai. Keberhasilan ini patut disyukuri bersama karena berkat kerjasama berbagai pihak, baik itu tim P2M, guru TK, dan kepala TK, serta Unit Pelaksana Pendidikan Kecamatan Buleleng. Pada saat kegiatan penjelasan umum, Kepala UPP Kecamatan Buleleng, Drs. Gede Wardana, berkenan mendampingi pemateri tim P2M untuk memberikan sambutan dan motivasi kepada para peserta. Faktor pendukung kegiatan ini adalah motivasi para peserta yang tinggi untuk mengikuti kegiatan P2M. Selain itu, kemampuan guru TK untuk mengoperasikan komputer sangat membantu dan memudahkan proses pembuatan 21

29 media wayang kontemporer. Faktor pendukung yang tidak kalah penting adalah dukungan dari Kepala UPP Kecamatan Buleleng, para pengawas di lingkungan Kecamatan Buleleng, dan para kepala TK mitra. Walaupun kegiatan ini telah terlaksana dengan baik, terdapat pula faktorfaktor penghambat. Faktor penghambat yang ditemui antara lain: (1) para guru belum pernah membuat media wayang kontemporer, sehingga perlu pendampingan secara intensif dan (2) kesibukan para guru untuk mengikuti berbagai kegiatan dan pelaksanaan berbagai tugas cukup menyulitkan untuk mempertemukan mereka dalam satu gugus untuk bersama-sama memproduksi wayang kontemporer. 22

30 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kegiatan P2M ini telah mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para guru untuk membuat media wayang kontemporer. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian produk wayang kontemporer yang dihasilkan oleh para guru TK. Nilai rerata produk wayang kontemporer yang dihasilkan oleh para guru TK adalah 88,89 berada pada kategori sangat baik. Secara kualitatif terdapat beberapa saran yang diberikan oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat terhadap produk media wayang kontemporer. 5.2 Saran Terdapat beberapa saran yang diajukan terkait dengan pelaksanaan P2M ini adalah sebagai berikut. (1) Para guru TK yang telah didampingi membuat media wayang kontemporer hendaknya mencoba untuk terus berlatih membuat wayang kontemporer dengan judul dongeng yang lain, sehingga mampu menghasilkan media wayang kontemporer sesuai kebutuhan TK. (2) Hasil yang diperoleh oleh para guru TK perlu diimbaskan kepada para guru TK yang lain agar kegiatan ini dapat memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat, khususnya para guru TK yang berminat untuk membuat media wayang kontemporer. 23

31 DAFTAR PUSTAKA Ali, M Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Algensindo. Sinar Baru Degeng, I N. S Kumpulan Bahan Pembelajaran. Malang: LP3 UM. Degeng, I N S., dkk., Proses Belajar Mengajar II (Media Pendidikan). Malang: IKIP Malang. Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak-kanak. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal. Ibrahim dan Syaodih S Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdikbud dan Rineka Cipta. Miarso, Y., dkk Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan TK dan SD. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan. Sadiman, A.S., Rahardjo, R., Haryono, A. & Rahardjito Media Pendidikan; Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Pustekkom Dikbud dan RajaGrafindo Persada. Setyosari, P. dan Sihkabuden Media Pembelajaran. Malang: Elang Mas. Tegeh, I M Media Pembelajaran. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasonal. 24

LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEKS

LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEKS LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEKS PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN PENGGUNAAN MEDIA WAYANG KONTEMPORER UNTUK KEGIATAN MENDONGENG BAGI GURU TK DI KOTA SINGARAJA Oleh: Dr. I Made Tegeh,

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN MEDIA RITATOON UNTUK PENGUATAN AREA AGAMA DI TK NEGERI PEMBINA, TK LABORATORIUM UNDIKSHA, DAN TK CERIA ASIH SINGARAJA

PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN MEDIA RITATOON UNTUK PENGUATAN AREA AGAMA DI TK NEGERI PEMBINA, TK LABORATORIUM UNDIKSHA, DAN TK CERIA ASIH SINGARAJA P2M DIPA 2017 PENERAPAN IPTEKS PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN MEDIA RITATOON UNTUK PENGUATAN AREA AGAMA DI TK NEGERI PEMBINA, TK LABORATORIUM UNDIKSHA, DAN TK CERIA ASIH SINGARAJA LAPORAN PENGABDIAN KEPADA

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENDAMPINGAN PENULISAN ARTIKEL HASIL PENELITIAN BAGI GURU SD DI KOTA SINGARAJA Oleh: Dr. I Made Tegeh, M.Pd. Dr. Ni Nyoman Parwati, M.Pd. Dr. I Komang Sudarma, M.Pd.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern di era globalisasi sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Perencanaan, Penerapan, dan Penilaian berbasis Kurikulum 2013 di Gugus 1, 2, 3 Kecamatan Seririt

Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Perencanaan, Penerapan, dan Penilaian berbasis Kurikulum 2013 di Gugus 1, 2, 3 Kecamatan Seririt LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEKS Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Perencanaan, Penerapan, dan Penilaian berbasis Kurikulum 2013 di Gugus 1, 2, 3 Kecamatan Seririt Oleh: Ketua Tim Pengusul Dra. Ni

Lebih terperinci

MEDIA ANTI BULLYING : PEMBIMBINGAN ANAK USIA DINI PADA TAMAN KANAK-KANAK DI KOTA SINGARAJA

MEDIA ANTI BULLYING : PEMBIMBINGAN ANAK USIA DINI PADA TAMAN KANAK-KANAK DI KOTA SINGARAJA MEDIA ANTI BULLYING : PEMBIMBINGAN ANAK USIA DINI PADA TAMAN KANAK-KANAK DI KOTA SINGARAJA Dewi Arum Widhiyanti Metra Putri Jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN

PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN Oleh: Regina Tutik Padmaningrum*) Jurdik Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta e-mail: regina_tutikp@uny.ac.id Media pembelajaran merupakan

Lebih terperinci

PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA BIMBINGAN KONSELING BERMUATAN ANTI BULLYING UNTUK ANAK USIA DINI PADA GURU-GURU TK DI KOTA SINGARAJA

PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA BIMBINGAN KONSELING BERMUATAN ANTI BULLYING UNTUK ANAK USIA DINI PADA GURU-GURU TK DI KOTA SINGARAJA PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA BIMBINGAN KONSELING BERMUATAN ANTI BULLYING UNTUK ANAK USIA DINI PADA GURU-GURU TK DI KOTA SINGARAJA Dewi Arum WMP Jurusan Bimbingan Konseling Universitas Pendidikan Ganesha,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat, pemerintah, melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung disekolah sepanjang hayat

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN PELAKSANAAN PENELITIAN PENGEMBANGAN BAGI GURU SD GURU DI KOTA SINGARAJA

PENDAMPINGAN PELAKSANAAN PENELITIAN PENGEMBANGAN BAGI GURU SD GURU DI KOTA SINGARAJA PENDAMPINGAN PELAKSANAAN PENELITIAN PENGEMBANGAN BAGI GURU SD GURU DI KOTA SINGARAJA oleh, I Made Tegeh Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah Indonesia telah merencanakan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun menjadi 9 tahun, ini bertujuan

Lebih terperinci

Oleh: Abstrak. Kata kunci: perangkat pembelajaran, karakter, kurikulum, paud

Oleh: Abstrak. Kata kunci: perangkat pembelajaran, karakter, kurikulum, paud PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PAUD BAGI GURU TK NEGERI PEMBINA DAN TK CERIA ASIH SINGARAJA Oleh: Dr. I Made Tegeh, S.Pd., M.Pd. Dr. I Nyoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan anak yang berusia antara 0 sampai enam tahun (Masnipal, 2013). Usia dini merupakan usia emas bagi anak. Usia tersebut merupakan usia

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA JUDUL

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA JUDUL LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA JUDUL Pelatihan dan Pendampingan Penyusunan RPP Bermuatan Kebudayaan Lokal dan Pendidikan Karakter Bangsa Untuk Guru-Guru Sekolah Dasar di Gugus II Kecamatan Tejakula

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbedabeda. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari sejak lahir. Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yaitu anak yang berusia empat sampai dengan enam tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode usia dini ini adalah tahuntahun berharga bagi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (P2M)

LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (P2M) LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (P2M) Judul: Pelatihan Pembuatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Guru-guru SMA dan SMP se-kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem Oleh: I Gede Partha

Lebih terperinci

PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH BAGI GURU-GURU SMP DI KECAMATAN PENEBEL

PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH BAGI GURU-GURU SMP DI KECAMATAN PENEBEL LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS JUDUL PROGRAM PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH BAGI GURU-GURU SMP DI KECAMATAN PENEBEL Oleh Drs. Putu Yasa, M.Si (Ketua) NIP. 196111041987031002 Drs. I Made

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA JUDUL Pelatihan dan Pendampingan Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 dalam Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini atau disingkat PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertulis dalam pasal 1 butir 14 Undang-undang RI Nomor 20. tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertulis dalam pasal 1 butir 14 Undang-undang RI Nomor 20. tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga sering disebut masa keemasan dalam perkembangan kehidupan anak. Masa-masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menunjukkan bakat di lingkungan masyarakat. Pendidikan diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menunjukkan bakat di lingkungan masyarakat. Pendidikan diarahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia juga sebagai bantuan agar anak tersebut kelak menjadi manusia yang dapat menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi. Oleh karenanya perlu sekali Potensi-potensi tersebut dirangsang dan dikembangkan agar pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah upaya yang terencana dan sistematis yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan tujuan agar anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (paud) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan

Lebih terperinci

K A 2012/2013. Disusun Oleh: YULIANA DEWI A FAKULTA

K A 2012/2013. Disusun Oleh: YULIANA DEWI A FAKULTA 0 PENGARUH KEGIATAN MERONCE TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK DI TK PERTIWI SINGOPADU, SIDOHARJO, SRAGEN KELOMPOK K A TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: YULIANA DEWI A520090084

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini memegang peranan yang sangat penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar pembelajaran yang akan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak

Lebih terperinci

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI Ni Nyoman Ayu Surasmi 1 ABSTRAK Permasalahan pokok dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar Pembangunan PAUD 2011 2025 menyatakan : bahwa PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya mendidik anak, sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa perkembangannya. Undang-undang Nomor 20

Lebih terperinci

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C Pendidikan TPA/ KB Eka Sapti C Anak Usia Dini? Usia 0 8 tahun (NAEYC = National Assosiation Education for Young Child) Usia 0 6 tahun (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas) PAUD? UU No. 20 Th. 2003 SISDIKNAS

Lebih terperinci

MEDIA GAMBAR SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA SISWA SEKOLAH DASAR Oleh: Arif Mustofa*

MEDIA GAMBAR SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA SISWA SEKOLAH DASAR Oleh: Arif Mustofa* MEDIA GAMBAR SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA SISWA SEKOLAH DASAR Oleh: Arif Mustofa* Abstrak Selama ini, pembelajaran apresiasi puisi sering menjadi momok yang menakutkan bagi siswa.

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran.

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran. I. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna. Istilah-istilah tersebut adalah pendekatan pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa menginginkan negara itu berkembang dan maju. Maju dan berkembangnya suatu negara itu dipengaruhi oleh pendidikan dalam negara itu sendiri. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum memasuki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum memasuki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir

Lebih terperinci

MEDIA 2 DIMENSI. Disusun oleh: SAIFUL AMIEN

MEDIA 2 DIMENSI. Disusun oleh: SAIFUL AMIEN MEDIA 2 DIMENSI Disusun oleh: SAIFUL AMIEN sebutan umum untuk alat peraga yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar yang berada pada satu bidang datar 1. Media Grafis 2. Media bentuk papan 3. Media

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan bahasa perlu memiliki kemahiran dan penguasaan yang baik, agar apa yang disampaikan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1, ayat (14) menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan atau golden age (Slamet. Suyanto, 2005: 6). Oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan atau golden age (Slamet. Suyanto, 2005: 6). Oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan masa keemasan atau golden age (Slamet Suyanto, 2005: 6). Oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan pendidikan yang sangat fundamental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami pubertas. Baik anak laki-laki maupun perempuan, mereka memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perubahan tidak akan terjadi dan tujuan tidak akan tercapai. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perubahan tidak akan terjadi dan tujuan tidak akan tercapai. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah upaya untuk membantu manusia mencapai kedewasaan. Upaya ini menuntut adanya proses yang harus dicapai, karena tanpa proses tersebut perubahan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan

PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan pertumbuhan dan perkembangan anak berdasarkan standar perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan yang di berikan anak sejak dini merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh yaitu ditandai dengan karakter budi pekerti luhur pandai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG PAUD OLEH :

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG PAUD OLEH : UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI KEGIATAN BERCERITA DENGAN GAMBAR PADA KELOMPOK B TK DHARMA WANITA TALES KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRI ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seseorang baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Pendidikan anak

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seseorang baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Pendidikan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan seseorang baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Pendidikan anak

Lebih terperinci

Oleh: Dr. I Komang Sudarma, S.Pd., M.Pd Dr. I Made Tegeh, S.Pd., M.Pd. Drs. I Wayan Romi Sudhita, M.Pd Drs. Ign. I Wayan Suwatra, M.Pd.

Oleh: Dr. I Komang Sudarma, S.Pd., M.Pd Dr. I Made Tegeh, S.Pd., M.Pd. Drs. I Wayan Romi Sudhita, M.Pd Drs. Ign. I Wayan Suwatra, M.Pd. LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN PENELITIAN PENGEMBANGAN UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU SD DI KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG Oleh: Dr. I Komang

Lebih terperinci

MODEL PENGENALAN AKTIVITAS JASMANI BAGI SISWA TAMAN KANAK-KANAK

MODEL PENGENALAN AKTIVITAS JASMANI BAGI SISWA TAMAN KANAK-KANAK MODEL PENGENALAN AKTIVITAS JASMANI BAGI SISWA TAMAN KANAK-KANAK Anung Probo Ismoko 1 Danang Endarto Putro 2 1.2. Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi STKIP PGRI Pacitan ismokoanung@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini (AUD) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga bagi setiap Negara. Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-3 di dunia, memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Proyek Deskripsi Proyek Judul : Pusat Pendidikan Anak Usia Dini Plus Tempat Penitipan Anak - Baby Class / Bayi (0-1 tahun) - Toddler Class/ Balita (2-3 tahun) -

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Guruan (Association for Education and Communication technology) AECT dalam

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Guruan (Association for Education and Communication technology) AECT dalam BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Media Secara harfiah, kata media berasal dari bahasa latin medium yang memiliki arti perantara atau pengantar. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992) xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti PENDIDIKAN TPA & KB Martha Christianti Usia 0 8 tahun (NAEYC = National Assosiation Education for Young Child) Usia 0 6 tahun (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas) UU No. 20 Th. 2003 SISDIKNAS Tentang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL Artikel Oleh RIYANTO NIM. 08503242008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MARET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah hidup (life is education,

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah hidup (life is education, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah hidup (life is education, and education is life) merupakan semboyan yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai fasilitator memiliki pengaruh yang besar dalam proses kegiatan pembelajaran. Salah satunya guru juga dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani anak di lingkungan keluarga sebelum memasuki. pendidikan dasar. Anak yang dalam pandangan pendidikan modern

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani anak di lingkungan keluarga sebelum memasuki. pendidikan dasar. Anak yang dalam pandangan pendidikan modern BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terkait pada seluruh aspek kehidupan manusia. Pendidikan diarahkan pada perkembangan dan pertumbuhan manusia agar menjadi manusia yang memiliki identitas

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBELAJARAN. C. Prinsip Prinsip yang digunakan dalam proses pembelajaran anak usia dini sebagai berikut.

PEDOMAN PEMBELAJARAN. C. Prinsip Prinsip yang digunakan dalam proses pembelajaran anak usia dini sebagai berikut. SALINAN LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PEDOMAN PEMBELAJARAN I. PENDAHULUAN Pendekatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) namun juga menggunakan, isyarat atau bahasa gambar. Peradapan manusia kuno sebelum mengenal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran 2.1.1 Pengertian media pembelajaran Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari "Medium" yang secara harfiah berarti

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang berjudul Aplikasi Pembelajaran Bahasa Arab pada Anak Prasekolah Berbasis Multimedia (Studi Kasus Tk Uswatun Hasanah Yogyakarta), mengemukakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Umum Program Pembelajaran di TK kota Bandung

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Umum Program Pembelajaran di TK kota Bandung BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Kondisi Umum Program Pembelajaran di TK kota Bandung Pada TK penelitian terdapat beberapa kondisi umum yang menunjang pelaksanaan program pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proyek kemanusiaan yang tiada henti-hentinya ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke waktu. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui. yang lebih lanjut.(yamin & Jamilah, 2012: 1)

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui. yang lebih lanjut.(yamin & Jamilah, 2012: 1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai salah satu syarat tujuan pembangunan. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai salah satu syarat tujuan pembangunan. Pendidikan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan sumber daya manusia dan peranan penting bagi kehidupan manusia. Peningkatan sumber daya pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah: Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar kekuatan spiritual keagamaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia saat ini perlahan sudah mulai di perhatikan oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU Sisdiknas No 20 Tahun

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD Oleh: Fitta Ummaya Santi SIAPAKAH ANAK USIA USIA DINI? Latar Belakang Anak adalah penentu kehidupan pada masa mendatang. Usia dari kelahiran hingga enam tahun merupakan usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang khas, dikatakan memiliki karakteristik yang khas dikarenakan mempunyai rasa ingin tahu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kritis untuk menganalisis

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kritis untuk menganalisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kritis untuk menganalisis masalah; dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

BAB I PENDAHULUAN. (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada jalur pendidikan formal. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang disengaja untuk membantu, membina, dan mengarahkan manusia mengembangkan segala kemampuannya yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat, pemerintah, melalui binbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah sepanjang hayat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia Dini merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan pendidikan dan nilai-nilai yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan pendapat Froebel (M. Solehuddin, 2000:33) bahwa Masa anak-anak merupakan fase yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pondasi awal untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pondasi awal untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pondasi awal untuk menumbuhkembangkan semua kemampuan, bakat, kreativitas dan kemandirian anak. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal tahun kehidupannya. Kualitas perkembangan anak dimasa depannya sangat ditentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar 1 I. PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar belakang belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan pengembangan,

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi PG-PAUD

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi PG-PAUD PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL TERJADINYA SIANG DAN MALAM MELALUI METODE EKSPERIMEN KOTAK LAMPU AJAIB PADA ANAK KELOMPOK A TK KUSUMA MULYA I KALIOMBO KOTA KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGISIAN KARTU PENGAWAS MINUM OBAT DAN PENEMUAN KASUS SUSPECT

PELATIHAN PENGISIAN KARTU PENGAWAS MINUM OBAT DAN PENEMUAN KASUS SUSPECT LAPORAN P2M PELATIHAN PENGISIAN KARTU PENGAWAS MINUM OBAT DAN PENEMUAN KASUS SUSPECT TUBERKULOSIS PADA KADER KESEHATAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULELENG I TAHUN 2014 Oleh: dr. Made Suadnyani Pasek, S.Ked.,M.Kes/0021088103

Lebih terperinci

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan

Lebih terperinci