BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metode peleburan timbal tradisional dari konsentrat bijih galena yang menggunakan mesin sinter dan tanur tiup pada saat ini telah banyak digantikan oleh proses peleburan secara langsung yang memiliki keunggulan ditinjau dari aspek biaya modal dan biaya operasi, penggunaan energi dan efek terhadap lingkungan. Di samping itu didorong juga oleh adanya peraturan lingkungan yang makin ketat mengenai emisi dan nilai ambang batas timbal di udara telah mendorong pengembangan proses peleburan timbal untuk menggantikan kombinasi pabrik sinter dan tanur tiup. Proses baru ini dikenal sebagai proses peleburan langsung (direct smelting) dan merupakan teknologi peleburan timbal modern. Teknologi peleburan langsung timbal telah dikembangkan oleh berbagai perusahaan besar peleburan timbal di dunia seperti QSL, Kivset, AUSMELT, dan TBRC [1,2]. Teknologi QSL peleburan langsung timbal dari konsentrat dikembangkan oleh perusahaan peleburan timbal terbesar di Jerman, Berzelius Stolberg Gmbh, yang pertama kali dikomersialkan pada tahun Teknologi QSL secara komersial di dunia saat ini telah digunakan di beberapa negara selain Jerman, yaitu Republik Rakyat Cina, Kanada (Trial-Cominco Ltd) dan Korea Selatan (Onsan) [3, 4]. Teknologi ini telah diaplikasikan untuk berbagai proses seperti pengolahan terak, operasi peleburan dan converting. Teknologi ini didasarkan pada pengumpanan dari atas (topentry), submerged lance system, pemakaian gas alam, proses udara dan oksigen di bawah permukaan cairan terak. Proses ini mempunyai beberapa kelebihan di antaranya adalah: Memperbaiki kondisi Lingkungan Laju reaksi tinggi dan efisiensi perpindahan massa dan panas sangat baik Umpan sangat fleksibel Operasi dan pengendaliannya sederhana 1

2 1.2 Ruang Lingkup Kegiatan Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan penelitian tahun sebelumnya (tahun 2008). Kegiatan pada tahun 2009 ini meliputi : Penyiapan umpan proses QSL. Uji coba alat peleburan bijih galena. 1.3 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah karakterisasi sifat fisik dan kimia umpan pelet dan peleburan serta uji coba operasi alat rancang bangun peleburan bijih galena. 1.4 Sasaran Kegiatan Sasaran kegiatan adalah mendapatkan umpan yang sesuai, yaitu berkadar 60% Pb untuk peleburan dan parameter proses peleburannya serta uji/pengecekan (commissioning) operasi alat rancang bangun hingga C. 1.5 Lokasi Penelitian Lokasi kegiatan rancang bangun peleburan bijih galena di Laboratorium Puslitbang tekmira dan Sentra Percontohan Pengolahan Mineral di Cipatat, Bandung, sedangkan pengambilan percontoh bijih galena dilakukan di Jawa Barat.. 2

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Reaksi Kimia Proses Proses peleburan langsung timbal dengan tanur QSL mempunyai siklus proses yang terdiri dari dua tahap, yaitu tahap peleburan (peleburan oksida dan sulfida) diikuti oleh tahap reduksi terak oleh material reduktor seperti material karbon. Reaksi-reaksi yang berlangsung pada tahap pertama dapat dituliskan sebagai berikut: PbS + 1,5 O 2 PbO + SO 2 (2.1.1) ZnS + 1,5 O 2 ZnO + SO 2 (2.1.2) FeS + 1,5 O 2 FeO + SO 2 (2.1.3) PbS + 2 O 2 PbSO 4 (2.1.4) PbS + O 2 Pb + SO 2 (2.1.5) PbS + 2 PbO 3 Pb + SO 2 (2.1.5) PbSO 4 PbO + SO 2 + 0,5 O 2 (2.1.6) Tahap kedua adalah reduksi terak. Reaksi-reaksi yang terjadi selama proses reduksi adalah sebagai berikut: Fe 2 O 3 + C 2 FeO + CO (2.1.7) PbO + C Pb + CO (2.1.8) CO 2 + C 2 CO (2.1.9) Terak yang terbentuk juga mengandung seng. Ketika timbal dalam terak kurang dari 6%, proses reduksi seng oksida menjadi signifikan dan terjadi volatilisasi logam seng. Setelah oksidasi, seng pada daerah di atas terak sebagai uap oksida (oxide fume). Sistem pengendalian proses secara online bisa mengatur komposisi material umpan, sistem keseimbangan panas dan target kondisi operasi. Permodelan secara metalurgi telah dikembangkan untuk membantu menentukan kondisi proses yang optimum dan mendapatkan kestabilan proses Komposisi Terak Pengendalian komposisi terak dilakukan supaya: Mencegah terlapisinya bata tahan api oleh terak 3

4 Mengurangi terselimutinya lubang umpan akibat penutupan terak Memastikan fluiditas terak sehingga memungkinkan transfer massa yang baik di dalam tungku dan mencegah masalah penyumbatan pada slag tapping Mencegah fenomena pembusaan terak (slag foaming) Kombinasi penelitian secara percobaan dan model termodinamika telah digunakan untuk menguji komposisi terak yang sesuai. Sistem computer MTData dan NPL termodinamik database digunakan untuk menghitung diagram fasa dan tahap-tahap kristalisasi dalam sistem terak industri, meliputi PbO, CaO, FeO, Fe 2 O 3 dan ZnO. Contoh diagram fasa disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Sistem PbO-SiO 2 +CaO-FeO+Fe 2 O 3 dengan CaO/SiO 2 = 1% berat dan FeO/Fe 2 O 3 = 0.5 % berat. 4

5 Komposisi terak yang terjadi selama tahap peleburan disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Komposisi terak selama peleburan Unsur/senyawa Kisaran (persen berat) Pb Zn 5-15 SiO CaO 5-10 FeO + Fe 2 O Tanur QSL Peleburan Langsung Timbal Skema umum proses QSL peleburan timbal ditunjukkan pada Gambar 2.2. Gambar Skema umum proses QSL peleburan timbal Konsentrat galena, bahan imbuh, bahan bakar batu bara tambahan, daur ulang debu bahan imbuh, dan komponen umpan lain dicampur (b) dalam kondisi basah membentuk gumpalan (pelet) sebagai umpan tunggal ke reaktor QSL. Reaktor QSL adalah tabung silinder mendatar dan terlapis bata tahan api di bagian dalam yang 5

6 terbagi oleh dinding pemisah antara bagian reaksi oksidasi (c) dan reaksi reduksi terak (d). Dimensi tanur skala pabrik untuk 10 ton konsentrat per jam ( ton timbal per tahun) adalah 2.5 m diameter dan panjang 22 m yang terbagi sepanjang 7 m untuk zona oksidasi dan 15 m zona reduksi. Produk oksidasi proses QSL adalah terak kadar tinggi timbal, gas sulfur dioksida (SO 2 ), flue dust, dan bulion timbal. Besaran timbal yang dihasilkan dalam zona oksidasi dipengaruhi oleh kadar timbal dalam konsentrat dan pembaharuan umpan. Terak dari zona oksidasi mengalir melalui underflow port dalam reaktor dengan dinding pemisah ke dalam zona reduksi terak (d). Bullion timbal dikeluarkan melalui syphon timbal pada sisi reaktor. Gambar 2.3. Skema zona oksidasi dan zona reduksi 2.4 Bijih dan Preparasinya Untuk mendapatkan bijih galena yang diinginkan untuk proses peleburan pertamatama harus ditingkatkan kadarnya ke dalam bentuk konsentrat dengan kandungan timbal tinggi (50-70% PbS) tetapi dengan kehilangan timbal yang minimum. Secara umum metode konsentrasi bijih galena adalah dengan memanfaatkan perbedaan berat jenis material (jigging dan shaking table) dan perbedaan sifat permukaan material (flotasi). Metode flotasi dapat mencapai efesiensi perolehan lebih tinggi yang dapat memisahkan timbal dan seng serta mineral pengotor lainnya. Tahapan prosesnya meliputi peremukan (crushing), penggerusan (grinding), flotasi (flotation) dan pengeringan konsentrat. Flotasi bijih galena selalu diterapkan sebagai tahap pertama dalam proses pemisahan terhadap bijih galena-seng dan galena-seng- 6

7 tembaga. Perolehan metode flotasi untuk bijih galena dapat dicapai sebesar 90-95% dengan kadar galena dalam konsentrat sebesar 95-98%_PbS. Proses flotasi bijih galena, proses pertama adalah mensuspensi ukuran partikel bijih yang halus hasil proses penggerusan (grinding) baik dengan ball mill ataupun rod mill, ukuran partikel yang baik lebih kecil dari 0.25 mm, dalam air. Pengenceran pulp suspension ini dapat bervariasi dari 5 hingga 40%-padatan (berat). Udara kemudian ditiupkan melalui pulp ini dalam sel atau tangki flotasi, yang sebelumnya ditambahkan berbagai bahan kimia dan diaduk dengan baik, partikel mineral yang diinginkan menempel pada gelembung udara (bubble) dan terbawa ke permukaan membentuk lapisan gelembung mineralisasi yang stabil yang kemudian diambil. Partikel yang tidak diinginkan (gangue) tidak terpengaruh (terendapkan) dan tersisa dalam pulp. Konsentrat galena yang diperoleh dari proses flotasi mengandung sekurangkurangnya 50%-PbS. Selanjutnya dijadikan sebagai umpan proses peleburan (smelting process). Diharapkan recovery dalam konsentrat % Pb dengan kadar antara % Pb. Pada kasus bijih galena-seng, mineral logam umumnya dipisahkan dalam dua tahap proses. Pertama seng sulfida ditenggelamkan jika timbal sulfdida akan diapungkan. Tahap pemisahan selanjutnya penambahan reagen untuk mengaktifkan seng sulfida yang kemudian diapungkan. Sejumlah reagen kimia yang digunakan dalam proses ini meliputi seng sulfat, natrium sianida atau natrium sulfida untuk menekan seng dan tembaga sulfat untuk mengaktifkannya. 2.5 Deskripsi Proses Peleburan Timbal QSL Peleburan konsentrat galena di tanur QSL dilakukan dalam dua tahap: peleburan oksidasi dan peleburan reduksi. Konsentrat bijih galena, batu kapur (limes stone) dan senyawa silikat (sodium silicate) dicampur dan dibentuk menjadi pelet dan kemudian diumpankan ke dalam tanur melalui sistem pengumpan. Pengumpan konsentrat melalui lance bersama dengan oksigen/udara, peleburan dapat dilakukan dengan kontrol secara autogenous. Reaksi oksidasi (zona oksidasi) yang berlangsung dapat dituliskan sebagai berikut: PbS + O 2 Pb + SO 2 (2.1.10) PbS / 2 O 2 PbO + SO 2 (2.1.11) Peleburan berlanjut, terak yang dihasilkan dari reaksi oksidasi dialirkan ke zona reduksi. Tahap reduksi dimulai dengan penambahan serbuk batubara untuk mereduksi timbal dalam terak ke tingkat yang dihasilkan. Terak akhir dapat dikeluarkan. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut: PbO + CO Pb + CO 2 (2.1.12) 7

8 C + CO 2 2CO (2.1.13) Reaksi ini bersifat endotermis, karenanya panas harus diberikan melalui burner oil /oksigen.terak akhir yang dihasilkan akan mempunyai kandungan Pb antara 2-5%, besaran ini sangat dipengaruhi oleh seng (Zn) yang terkandung. Reaksi reaksi yang mungkin dapat berlangsung dan harga energi bebas pembentukannya dapat dilihat di Lampiran 3. Bagan alir proses peleburan langsung bijih galena dan neraca masa serta proses lanjut yaitu pemurnian (refining) secara skematik disajikan pada Gambar 2.4. Gambar 2.4. Bagan alir proses peleburan timbal(dutrizak dkk,2000) 8

9 BAB III PROGRAM KEGIATAN Program kegiatan rancang bangun peleburan bijih galena ramah lingkungan meliputi : Penyiapan umpan sebagai bahan baku peleburan : - Penyiapan umpan yang memenuhi syarat sebagai bahan baku peleburan - Penyiapan pelet/briket sebagai umpan kajian proses peleburan. - Karakterisasi sifat fisik pelet/briket umpan. Uji coba peleburan pelet dan alat rancang bangun : 1. Karakterisasi peleburan pelet skala laboratorium, yaitu a. Uji parameter proses peleburan b. Uji komposisi pelet umpan 2. Uji coba tungku peleburan galena. a. Penyetelan peralatan hasil rancang bangun b. Pengujian parameter proses. 9

10 BAB IV METODOLOGI Kegiatan peleburan bijih galena meliputi : 1. Uji karakterisasi peleburan bijih galena yang dilakukan di laboratorium 2. Uji pengoperasian tanur hasil rancang bangun dengan beban kosong untuk menguji pencapaian suhu (yang diinginkan sampai C) Uji Karakterisasi Peleburan Bijih Galena Preparasi Percontoh Percontoh bijih galena yang diperoleh sebagai bahan baku, mempunyai kisaran ukuran antara 2 hingga 10 cm. Untuk mendapatkan mineral galena yang terliberasi sempurna bijih galena tersebut dilakukan pengerjaan preparasi hingga mencapai ukuran butiran bijih galena tertentu. Tahap pengerjaan preparasi meliputi sebagai berikut: a) Unit pemecah : jaw crusher, roll mill, dan ball mill b) Unit pengayakan c) Unit pemercontohan Alat Percobaan Percobaan oksidasi dalam skala laboratorium telah dilakukan menggunakan tube furnace dengan ukuran diameter luar 8 cm, diameter dalam 7 cm, dan panjang tube keramik 70 cm; gram bentuk pelet dimasukkan ke dalam cawan keramik diameter 6 cm, pelet tersebut sudah dicampur karbon aktif dan kapur CaO dengan perbandingan 1 :1 :1 ( 2000 gram bijih galena kadar 20,014 % PbS : 1 % karbon aktip dan 4,7% CaO ) dan perbandingan 1 : 2 : 1 seperti di atas. Pelet dimasukkan krus keramik dan dimasukan ke dalam tube furnace dan dipanaskan hingga suhu 900 o C dan 1000 o C. Selama proses pemanasan dihembuskan oksigen dengan debit 3 liter/menit yang dimasukkan ke dalam tube furnace untuk membantu proses oksidasi. Selama pemanggangan atau peleburan dihembuskan oksigen dengan waktu yang berbeda yaitu : 20, 40, 50 dan 60 menit. Kemudian setelah selesai secara bertahap cawan keramik dan isinya dikeluarkan dan disimpan sampai dingin kemudian digerus untuk dianalisis kandungan S (sulfur ) total dalam produk pemanggangan PbO, serta karakterisasi lainnya. 10

11 Hasil pembakaran pada temperature 900 o C, selama waktu 20 menit sudah mulai menyinter dan pada waktu 40 menit seluruh percontoh pelet yang ada sudah menyinter semuanya dan kemungkinan sudah terbentuk PbO atau Pb. Untuk hal tersebut perlu menunggu hasil analisis XRD dan mineralogi serta hasil analisis kimia. Susunan alat percobaan pemanggangan timbal sulfida ditunjukkan pada Gambar 4.1. Gambar Unit tube furnace yang digunakan untuk pemanggangan oksidasi 11

12 4.1.3 Parameter-Parameter Proses Faktor-faktor yang mempengaruhi proses peleburan berdasarkan tinjauan teori secara termodinamika dan kinetika serta dari data literatur mengenai peleburan galena, maka parameter proses peleburan yang akan ditinjau meliputi waktu, suhu proses dan komposisi pelet. Komposisi pelet yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.1. Parameter proses peleburan tersebut diharapkan dapat memberikan bahasan terhadap kecenderungan pengaruhnya terhadap proses teroksidasinya bijih galena (PbS) menjadi PbO (kalsin). Tabel 4.1. Komposisi pelet Jenis pelet Komposisi pelet, perbandingan berat PbS CaO Carbon (C) Pelet Pelet Uji Pengoperasian Tanur Hasil Rancang Bangun Pengujian pengoperasian tanur hasil rancang bangun dilakukan untuk mengetahui apakah kinerja semua peralatan yang terpasang dapat mencapai kondisi yang diharapkan. Peralatan yang akan diuji dan diamati kinerjanya terdiri atas: 1. Tanur peleburan rancang bangun. Tanur peleburan mempergunakan bata tahan api SK 34 jenis alumina, kondisi netral dan tahan pada temperatur o C. Rancang bangun tungku terdiri atas dua bagian, yaitu tanur ruang proses oksidasi dan tanur ruang proses reduksi dengan spesifikasi sebagai berikut: a. Tanur ruang proses oksidasi: Panjang ± cm Diameter dalam ± cm Diamater luar ± cm Volume ± 6075,8324 kg 12

13 b. Tanur ruang proses reduksi Panjang ± 148,8 cm Diameter dalam ± 74,4 cm Diamater luar ± 965,56 cm Volume ± 7435,6047 kg 2. Burner (alat sumber panas) Burner yang terpasang OM 2, mempunyai spesifikasi sebagai berikut: Konsumsi bahan bakar 8-17 kg/jam Laju panas (kalori/jam) kal/jam Motor 250 watt On - Off 3. Alat pengukur suhu Alat pengukur suhu yang dilengkapi alat control panel yang mempunyai spesifikasi sebagai berikut: termokopel jenis Pt-Rh,Pt. Parameter pengujian dilakukan terhadap peralatan yang terpasang untuk mengamati akurasi alat-alat tersebut untuk mencapai kondisi yang diharapkan. Parameter yang diuji terdiri atas suhu yang dicapai pada ruang proses oksidasi dan ruang proses reduksi sebagai fungsi dari waktu. Selain itu diamati kualitas bata tahan api sebelum dan sesudah pengujian. Parameter suhu yang akan diamati terdiri atas suhu C, C, C, C. 13

14 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Percobaan Pengamatan Bahan Baku Pelet Analisis kimia bahan baku yang digunakan sebagai umpan untuk pengkajian yang akan dilakukan, telah dilakukan tahap pengerjaan preparasi hingga mempunyai ukuran butiran -100 mesh. Unsur-unsur yang dianalisis kimia dari percontoh bijih galena hanya terhadap unsur logam dasar yang sangat berpengaruh terhadap kemurnian logam timbal, yaitu unsur tembaga, seng dan besi serta kandungan total sulfur. Pembuatan pellet dilakukan pada alat peletizer. Alat dijalankan sambil berputar sedikit demi sedikit bijih galena yang sudah dicampur karbon aktif dan kapur ditaburkan sedikit demi-sedikit sambil disemprotkan air dan berulang-ulang sehingga terjadi butiran pelet yang diinginkan. Setelah selesai lalu dikeringkan di dalam open hingga kering. Bijih timbal tersebut mempunyai komposisi kimia seperti disajikan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Komposisi kimia bijih galena Komposisi kimia % Pb Cu Zn S-total Ca Fe 17,34 0, ,08 17,69 0,182 9, Hasil Analisis Mineralogi Dengan alat mikroskop optik terlihat bahwa percontoh bijih sulfida yang mengandung galena adalah mineral paling dominan. Selain itu teridentifikasi pula adanya mineralmineral sulfida lainnya seperti sfalerite dan pirit yang merupakan mineral ikutan. Hasil mineralogi belum terindikasi adanya logam Pb dan PbO, diperkirakan belum sempurnanya reaksi oksidasi sehingga masih adanya senyawa sulfida. Data hasil mineralogi dapat dilihat pada Gambar 5.1 dan

15 15

16 Gambar 5.1. Fotomikrograf sayatan poles bijih galena bahan asal Keterangan : G=Galena, P=Pirit, S=Sfalerit Tabel 5.2. Hasil analisis produk leburan dengan XRD dan fotomikrograf Suhu Waktu Komposisi leburan ( o C) (menit) Logam Pb PbO PbS Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada Ada Karakteristik Hasil Peleburan No No.LAB. & Kode Conto /09/ /60# /09/ /60# Tabel 5.3. Hasil analisis mineragrafi Komposisi mineral (%) Galena Pirit Sfalerit Kalkopirit Mangan Mineral pengotor Berdasarkan hasil uji SEM peleburan galena pada temperatur C selama 1 jam dengan komposisi 1:1:1 menunjukkan galena yang sudah teroksidasi, dan telah terbentuk Pb = 11,68 % dan PbO 12,58 %. 16

17 Hasil X-ray mapping mendeteksi adanya unsur Pb, Cu, Fe, Zn, Al dan Si. Empat unsur pertama kemungkinan berasal dari mineral sulfida galena, kalkopirit dan pirit serta spalerit. Fe terlihat lebih dominan dibandingkan dengan Pb dan Fe. Al dan Si kemungkinan berasal dari mineral lempung, Komposisi masing-masing unsur pada partikel uji terlampir Kegiatan Pengujian Tanur Hasil Rancang Bangun Persiapan Tahap persiapan terdiri dari pemasangan tanur yang terdiri dari dua bagian yaitu tungku reduksi dan oksidasi menjadi satu bagian. Susunan gambar skematik pembagian tungku reduksi dan oksidasi seperti disajikan pada Gambar 5.2. Gambar 5.2. Skematik pembagian zona peleburan : zona reduksi dan zona oksidasi 17

18 Gambar 5.3. Penyambungan pada tungku QSL hasil rancang bangun (tanur oksidasi dan reduksi) Gambar 5.4. Tungku QSL hasil rancang bangun, dilengkapi burner Pemanasan Awal Tungku QSL Pemanasan Awal Tungku Oksidasi Setelah pelapisan selesai, lapisan harus dikeringkan perlahan lahan, pengeringan dilakukan dengan membakar kayu bakar di bagian segmen oksidasi dan segmen reduksi. Pembakaran awal dilakukan selama kurang lebih 3 4 jam lalu dimatikan dan nyala api sedang /tidak besar. Setelah 2 hari lalu dilakukan uji coba pembakaran tungku bagian oksidasi dari mulai temperatur 900 o C, dengan waktu kurang lebih 51 menit dengan menghabiskan solar 18 liter, dan diteruskan pada temperatur 950 o C, waktu 63 menit kebutuhan solar 23 liter. Pembakaran dilanjutkan pada 1000 o C, waktu 75 menit dan kebutuhan solar 37 liter, pembakaran berlanjut sampai 1050 o C, waktu 88 menit, konsumsi solar 45 liter dan pembakaran dilanjutkan hingga sampai temperatur 1100 o C, waktu 105 menit solar yang terpakai 56 liter dan terus dilanjutkan sampai 1150 o C, ditempuh dalam waktu 125 menit dan menghabiskan solar 63 liter. Uji coba pembakaran dilanjutkan sampai 1200 o C kebutuhan solar 69 liter dengan waktu 164 menit, lalu burner dimatikan. Pada pemanasan atau pembakaran ini pengujian temperatur hanya berdasarkan panas termocople yang ada di panel listrik yang tertera dan tidak dilakukan kontrol pembanding karena belum mendapatkan alat kalibrasi pembanding. 18

19 Dari hasil uji coba pembakaran setelah dilihat dua hari berikutnya, tungku tidak mengalami pecah atau retak sehingga tungku dianggap baik. Hasil monitor pembakaran tungku oksidasi di atas ditabelkan (lihat tabel 5.4.). Tabel 5.4. Uji coba pembakaran tungku oksidasi Temperatur Waktu (menit) Konsumsi bahan bakar Keterangan o C (Solar, liter) Stabil/tidak retak Stabil/tidak retak Stabil/tidak retak Stabil/tidak retak Stabil/tidak retak Stabil/tidak retak Stabil/tidak retak Uji Coba Pembakaran Segmen Tungku Reduksi Sehubungan burner yang tersedia baru satu buah maka untuk uji coba pembakaran segmen tungku reduksi dilakukan setelah selesai uji coba bagian segmen oksidasi. Karena pemanasan awal sudah dilakukan maka pemanasan langsung dilakukan dan mulai dicatat pada temperatur 900 o C dengan waktu 62 menit dengan menghabiskan solar 26 liter. Burner ini mempunyai cara kerja otomatis, begitu temperatur mencapai yang diinginkan sesuai dengan penyetelan temperatur maka burner akan mati sendiri dan juga solar akan mati, begitu temperatur turun sampai 10 o C atau di bawahnya maka burner menyala lagi dan seterusnya. Pada temperatur 950 o C, waktu 73 menit kebutuhan solar 35 liter, dilanjutkan pada 1000 o C, waktu 85 menit dan kebutuhan solar 49 liter. Pembakaran berlanjut sampai 1050 o C, waktu 101 menit, konsumsi solar 62 liter dan pembakaran dilanjutkan hingga sampai temperatur 1100 o C, waktu 121 menit solar yang terpakai 76 liter dan terus dilanjutkan sampai 1150 o C, ditempuh dalam waktu 148 menit dan habis solar 86 liter. Uji coba pembakaran dilanjutkan sampai 1200 o C kebutuhan solar 97 liter dengan waktu 181 menit, lalu burner dimatikan. Tabel 5.5 menunjukkan hasil uji coba pembakaran segmen tungku reduksi Pada pemanasan atau pembakaran ini pengujian temperatur hanya berdasarkan panas termocople yang ada di panel kontrol temperatur dan tidak dilakukan kontrol pembanding karena belum mendapatkan alat kalibrasi pembanding. 19

20 Tabel 5.5. Uji coba pembakaran segmen tungku reduksi. Temperatur Waktu (menit) Konsumsi bahan bakar Keterangan o C (solar, liter) Stabil/tidak retak Stabil/tidak retak Stabil/tidak retak Stabil/tidak retak Stabil/tidak retak Stabil/tidak retak Stabil/tidak retak 20

21 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Bijih timbah sulit diperoleh dengan kadar tinggi (60 % Pb), sehingga perlu adanya peralatan kominusi (pengecilan ukuran butir) dan upgrading (konsentrasi secara gravity). Hasil analisis X-RD dan mineralogi terhadap hasil uji coba laboratorium menunjukkan bahwa peleburan pelet pada suhu 900 o C waktu 60 menit belum terbentuk PbO dan Pb walaupun pelet sudah menyinter. Hasil SEM sulfida (S) sudah habis/hilang dan mengindikasikan adanya fasa PbO = 12,58 % dan fasa logam Pb = 11,68 % Tungku QSL dapat dioperasikan hingga temperatur 1200 o C, dan waktu pencapaiannya adalah 181 menit dengan konsumsi solar 97 liter Saran Perlu diuji coba peralatan tungku QSL setelah perlengkapan lengkap. 21

22 DAFTAR PUSTAKA 1. M. Sibony, N. Basin and J. Lecadet, The lead bath smelting process in Nordenham, Germany 2. Lead and Zinc Smelting, Diunduh dari 3. Burton, D.J., 1981, An overview of occupational exposure control technologi in non ferrous smelting, American Journal of Industrial Medicine, hal Dutrizac, J.Ea., Ramachandr, V. dan Gonzales, J.A., 2000, Lead-Zinc 2000, TMS Lee, Y. dan Choi, C., 1995, Behavior of lead and impurities in QSL lead smelting, An International Symposium on the Extraction and Applications Zinc and Lead. 7. Kerle-Oshmer Encyclopedia

23 LAMPIRAN 1 HASIL ANALISIS XRD Hasil difraksi sinar-x bijih galena hasil oksidasi pada temperatur 900 o C (perbandingan 1:1:1) 23

24 24

25 Hasil difraksi sinar-x bijih galena hasil oksidasi pada temperatur 1000 o C (perbandingan 1:2:1) 25

26 26

27 LAMPIRAN 2. HASIL ANALISIS SEM Hasil SEM bijih galena hasil oksidasi pada temperatur 900 o C (perbandingan 1:1:1) 27

28 28

29 29

30 Hasil SEM bijih galena hasil oksidasi pada temperatur 1000 o C (perbandingan 1:2:1) 30

31 31

32 32

33 LAMPIRAN 3 Nilai Energi bebas standar pembentukan No. Reaksi - Reaksi G 0 (kal/mol) 1 Pb (l) + ½ O (g) = PbO (l) ,648 T 2 Pb (l) + ½ O 2(g) = PbS (l) 12304,8 11,016 T 3 PbO (l) = PbO (g) ,72 T 4 Pb (l) = Pb (g) T 5 ½ S 2 + O 2(g) = SO 2(g) T 6 CO (g) + ½ O 2(g) = CO 2(g) T 7 Sb (l) + ¾ O 2(g) = SbO 1,5(g) T 8 As (l) + ¾ O 2(g) = AsO 1,5(g) T 9 Bi (l) + ¾ O 2(g) = BiO 1,5(g) T 10 Cu (l) + ¾ O 2(g) = CuO 0,5(g) T 11 Sb (l) = Sb (g) T 12 Sb (l) = ½ Sb 2(g) T 13 ½ Sb 2(g) + ½ S 2(g) = SbS (g) T 14 ½ Sb 2(g) + ½ O 2(g) = SbO (g) T 15 As (l) = As (g) T 16 As (l) = ½ As 2(g) T 17 ½ As2(g) + ½ S2(g) = AsS(g) T 18 ½ As2(g) + ½ O2(g) = AsO (g) T 19 Bi (l) = Bi (g) T 20 Bi (l) = ½ Bi 2(g) T 21 ½ Bi 2(g) + ½ S 2(g) = BiS (g) T 22 ½ Bi 2(g) + ½ O 2(g) = BiO (g) T 23 PbO (l) + CO (g) = Pb (l) + CO 2(g) T 24 ZnO (s) + CO (g) = Zn (l) + CO 2(g) T 25 Fe 2 O 3 (s) + CO (g) = 2FeO (l) + CO 2(g) T 26 Cu 2 O (l) + CO (g) = 2Cu (l) + CO 2(g) T 33

34 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i S A R I... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ruang Lingkup Kegiatan Tujuan Sasaran Kegiatan Lokasi Penelitian... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Reaksi Kimia Proses Komposisi Terak Tanur QSL Peleburan Langsung Timbal Bijih dan Preparasinya Deskripsi Proses Peleburan Timbal QSL... 7 BAB III PROGRAM KEGIATAN... 9 BAB IV METODOLOGI Uji Karakterisasi Peleburan Bijih Galena Uji Pengoperasian Tanur Hasil Rancang Bangun BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan Kegiatan Pengujian Tanur Hasil Rancang Bangun BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. HASIL ANALISIS XRD LAMPIRAN 2. HASIL ANALISIS SEM

35 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Komposisi terak selama peleburan Komposisi pelet Komposisi kimia bijih galena Hasil analisis produk leburan dengan XRD dan fotomikrograf Hasil analisis mineragrafi Uji coba pembakaran tungku oksidasi Uji coba pembakaran segmen tungku reduksi DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Sistem PbO-SiO 2 +CaO-FeO+Fe 2 O 3 dengan CaO/SiO 2 = 1 % berat dan FeO/Fe 2 O 3 = 0,5 % berat Skema umum proses QSL peleburan timbal Skema zona oksidasi dan zona reduksi Bagan alir proses peleburan timbal Unit tube furnace yang digunakan untuk pemanggangan oksidasi Hasil fotomikrograf Fotomikrograf sayatan poles bijih galena bahan asal Penyambungan pada tungku QSL hasil rancang bangun Tungku QSL hasil rancang bangun, dilengkapi burner

36 KATA PENGANTAR Laporan ini merupakan hasil pelaksanaan kegiatan penelitian Tim Rancang Bangun Peleburan Bijih Galena Ramah Lingkungan, lanjutan Laporan 2009 meliputi kegiatan uji coba karakterisasi peleburan bijih galena atau uji coba reduksi pelet dengan perbandingan dan suhu tertentu, dihembuskan oksigen pada tanur tube Furnace dan uji coba pengoperasian tanur hasil rancang bangun dengan beban kosong/tanpa umpan bijih galena. Kegiatan ini seluruhnya dilakukan di Laboratorium Puslitbang tekmira dan Sentra Percontohan Pengolahan Mineral di Cipatat, Bandung, sedangkan pengambilan sampel bijih galena dilakukan di Jawa Barat. Kegiatan penelitian ini dibiayai oleh DIPA Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, tahun anggaran Kepada semua pihak yang telah membantu dan bekerjasama dalam kegiatan penelitian ini, kami ucapkan terima kasih. Harapan kami, semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang sebesarbesarnya terutama bagi industri pertambangan bijih galena yang memperhatikan aspek efisiensi dan lingkungan. Bandung, Desember 2009 Kepala Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, DR. Bukin Daulay, M.Sc. NIP

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim Flotasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Percobaan Percobaan tabling merupakan percobaan konsentrasi gravitasi berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Sampel bijih dipersiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pengolahan konsentrat tembaga menjadi tembaga blister di PT. Smelting dilakukan menggunakan proses Mitsubishi. Setelah melalui tiga tahapan proses secara sinambung,

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 ALAT DAN BAHAN Pada penelitian ini alat-alat yang digunakan meliputi: 1. Lemari oven. 2. Pulverizing (alat penggerus). 3. Spatula/sendok. 4. Timbangan. 5. Kaca arloji

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian Permasalahan industri Kandungan unsur Pb yang tinggi dalam tembaga blister Studi literatur Perilaku unsur timbal dalam tanur anoda Perilaku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN PERCOBAAN

PROSEDUR DAN PERCOBAAN BAB III PROSEDUR DAN PERCOBAAN 3.1 Prosedur Percobaan Prosedur percobaan yang dilakukan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Flow chart prosedur percobaan 24 25 3.1.1 Persiapan Red

Lebih terperinci

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN 5.1. Pengolahan Bahan Galian Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing) adalah pengolahan mineral dengan tujuan untuk memisahkan mineral berharga dan gangue-nya

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER

PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-xxxx Print) 1 PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER Girindra Abhilasa dan Sungging

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Laporan Praktikum Proses Pemisahan & Pemurnian Dosen Pembimbing : Ir. Ahmad Rifandi, MSc 2 A TKPB Kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Untuk menentukan distribusi As dalam tanur anoda, dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap komposisi kimia dari tembaga hasil proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2005 menurut penelitian South East Asia Iron and Steel Institute, tingkat konsumsi baja per kapita di Indonesia sebesar 26,2 kg yang lebih rendah dibandingkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental dan pembuatan keramik film tebal CuFe 2 O 4 dilakukan dengan metode srcreen

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1 Bahan baku dan hasil percobaan

Lampiran 1 Bahan baku dan hasil percobaan LAMPIRAN 13 14 Lampiran 1 Bahan baku dan hasil percobaan a a. Sampel Bijih Besi Laterit dan b. Batu bara b a b a. Briket Bijih Besi Laterit dan b. Bentuk Pelet yang akan direduksi Hasil Titrasi Analisis

Lebih terperinci

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN BAB IV DATA HASIL PENELITIAN 4.1. DATA KARAKTERISASI BAHAN BAKU Proses penelitian ini diawali dengan karakterisasi sampel batu besi yang berbentuk serbuk. Sampel ini berasal dari kalimantan selatan. Karakterisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

Sulfur dan Asam Sulfat

Sulfur dan Asam Sulfat Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. 3.1 Tempat Penelitian Seluruh kegiatan dilakukan di Laboratorium pengembangan keramik Balai Besar Keramik, untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian eksperimen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelompok Fisika Bahan,

Lebih terperinci

PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON. Ferdinand Fassa

PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON. Ferdinand Fassa PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON Ferdinand Fassa Outline Pertemuan 2 Pendahuluan Semen Pembuatan Semen Portland Komposisi Kimia Pada Portland Cement Kehalusan penggilingan Panas Hidrasi Jenis-Jenis

Lebih terperinci

4.1. TERMODINAMIKA ARSEN DALAM LELEHAN TEMBAGA DAN TERAK

4.1. TERMODINAMIKA ARSEN DALAM LELEHAN TEMBAGA DAN TERAK BAB IV PEMBAHASAN Dalam pemurnian anoda, unsur-unsur pengotor dihilangkan dengan cara memisahkan mereka ke dalam terak melalui proses pemurnian oksidasi. Untuk mengetahui seberapa baik proses pemisahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi yang sangat tinggi pada saat ini menimbulkan suatu pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu mengurangi pemakaian bahan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Teknologi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Menggunakan Media Pemurnian Batu Kapur, Arang Batok Kelapa, Batu Zeolite Dengan Satu Tabung

Lebih terperinci

Oksidasi dan Reduksi

Oksidasi dan Reduksi Oksidasi dan Reduksi Reaksi kimia dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara antara lain reduksi-oksidasi (redoks) Reaksi : selalu terjadi bersama-sama. Zat yang teroksidasi = reduktor Zat yang tereduksi

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan yang di gunakan dalam pembuatan sampel bata skala lab adalah : 1. Lumpur Sidoarjo yang sudah dipasahkan dan dikeringkan dari airnya, 2. Lempung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo BAB IV PEMBAHASAN Pada bagian ini penulis akan membahas hasil percobaan serta beberapa parameter yang mempengaruhi hasil percobaan. Parameter-parameter yang berpengaruh pada penelitian ini antara lain

Lebih terperinci

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond 1 Teja Sukmana 1 Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Jl.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PERILAKU UNSUR MINOR DALAM PELEBURAN TEMBAGA Unsur-unsur minor dalam fasa leburan tembaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PERILAKU UNSUR MINOR DALAM PELEBURAN TEMBAGA Unsur-unsur minor dalam fasa leburan tembaga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PERILAKU UNSUR MINOR DALAM PELEBURAN TEMBAGA 2.1.1. Unsur-unsur minor dalam fasa leburan tembaga Termodinamika dapat digunakan untuk memprediksi perilaku unsur minor di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

ANALISA KINETIKA REAKSI PROSES REDUKSI LANGSUNG BIJIH BESI LATERIT SKRIPSI. Oleh Rosoebaktian Simarmata

ANALISA KINETIKA REAKSI PROSES REDUKSI LANGSUNG BIJIH BESI LATERIT SKRIPSI. Oleh Rosoebaktian Simarmata ANALISA KINETIKA REAKSI PROSES REDUKSI LANGSUNG BIJIH BESI LATERIT SKRIPSI Oleh Rosoebaktian Simarmata 04 04 04 06 58 DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GANJIL

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 19 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 8 bulan, dimulai bulan Juli 2009 hingga Februari 2010. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biofisika

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji 4 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 0 cc, dengan merk Yamaha

Lebih terperinci

KARAKTERISASI PELINDIAN PRODUK PEMANGGANGAN ALKALI (FRIT) DALAM MEDIA AIR DAN ASAM SULFAT

KARAKTERISASI PELINDIAN PRODUK PEMANGGANGAN ALKALI (FRIT) DALAM MEDIA AIR DAN ASAM SULFAT KARAKTERISASI PELINDIAN PRODUK PEMANGGANGAN ALKALI (FRIT) DALAM MEDIA AIR DAN ASAM SULFAT Vanessa I. Z. Nadeak 1, Suratman 2, Soesaptri Oediyani 3 [1]Mahasiswa Jurusan Teknik Metalurgi Universitas Sultan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahapan Penelitian Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap pelaksanaan yang secara umum digambarkan oleh bagan alir di bawah ini: MULAI Pengambilan sample Lumpur Sidoardjo

Lebih terperinci

Study Proses Reduksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro dengan Variasi Daya dan Waktu Radiasi

Study Proses Reduksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro dengan Variasi Daya dan Waktu Radiasi LOGO Study Proses Reduksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro dengan Variasi Daya dan Waktu Radiasi Nur Rosid Aminudin 2708 100 012 Dosen Pembimbing: Dr. Sungging Pintowantoro,ST.,MT Jurusan Teknik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut. III. METODOLOGI PENELITIAN 3. Alat dan Bahan Pengujian. Motor bensin 4-langkah 50 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 50 cc, dengan merk Yamaha Vixion. Adapun

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian ditunjukkan pada Gambar 3.1: Mulai Mempersiapkan Alat Dan Bahan Proses Pengecoran

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih metode eksperimen. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat

BAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat 81 BAB V PEMBAHASAN Pada pengujian kualitas batubara di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, menggunakan conto batubara yang diambil setiap ada pengiriman dari pabrik. Conto diambil sebanyak satu sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak (BBM) dan gas merupakan bahan bakar yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi

Lebih terperinci

Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi

Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi Anton Irawan, Ristina Puspa dan Riska Mekawati *) Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Sultan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi pada saat ini dan pada masa kedepannya sangatlah besar. Apabila energi yang digunakan ini selalu berasal dari penggunaan bahan bakar fosil tentunya

Lebih terperinci

SKL 2 RINGKASAN MATERI. 1. Konsep mol dan Bagan Stoikiometri ( kelas X )

SKL 2 RINGKASAN MATERI. 1. Konsep mol dan Bagan Stoikiometri ( kelas X ) SKL 2 Menerapkan hukum-hukum dasar kimia untuk memecahkan masalah dalam perhitungan kimia. o Menganalisis persamaan reaksi kimia o Menyelesaikan perhitungan kimia yang berkaitan dengan hukum dasar kimia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab hasil dan pembahasan ini akan diuraikan mengenai hasil preparasi bahan dasar karbon aktif dari tempurung kelapa dan batu bara, serta hasil karakterisasi luas permukaan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian a. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah motor disel 4-langkah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode screen printing melalui proses :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode screen printing melalui proses : BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini menggunakan metode screen printing melalui proses : preparasi bahan pasta, dalam preparasi bahan pasta meliputi preparasi bahan olah yang merupakan material

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 4 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian. Alat penelitian a. Sepeda motor. Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah motor bensin 4-langkah 0 cc. Adapun spesifikasi

Lebih terperinci

BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN Pengolahan Bahan Galian (Ore Dressing) pada umumnya dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu : preparasi, konsentrasi, dan dewatering. 2.1. PREPARASI Preparasi

Lebih terperinci

Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM

Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM TUJUAN Mengetahui cara membersihkan, mengeringkan dan menggunakan berbagai alat gelas yang digunakan di laboratorium kimia. Mengatur nyala pembakar Bunsen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni. 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni. 3.2 Alur Penelitian Kegiatan penelitian akan dilakukan dengan alur seperti

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mencegah terjadinya pencemaran udara dari jenis-jenis kegiatan sumber tidak bergerak perlu dilakukan upaya pengendalian pencemaran udara dengan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

PROSES REDUKSI BIJIH BESI MENJADI BESI SPONS DI INDONESIA

PROSES REDUKSI BIJIH BESI MENJADI BESI SPONS DI INDONESIA PROSES REDUKSI BIJIH BESI MENJADI BESI SPONS DI INDONESIA Muhammad Yaasiin Salam 1306368394 DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2015 A. POTENSI BIJI BESI DI INDONESIA

Lebih terperinci

STUDI PERILAKU UNSUR TIMBAL (Pb) PADA PROSES DELEADING DI TANUR ANODA PT. SMELTING, GRESIK TUGAS AKHIR

STUDI PERILAKU UNSUR TIMBAL (Pb) PADA PROSES DELEADING DI TANUR ANODA PT. SMELTING, GRESIK TUGAS AKHIR STUDI PERILAKU UNSUR TIMBAL (Pb) PADA PROSES DELEADING DI TANUR ANODA PT. SMELTING, GRESIK TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi syarat meraih gelar sarjana pada Program Studi Teknik Metalurgi Institut Teknologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1. Mulai Mempersiapkan Alat dan Bahan Proses Peleburan Proses

Lebih terperinci

OXEA - Alat Analisis Unsur Online

OXEA - Alat Analisis Unsur Online OXEA - Alat Analisis Unsur Online OXEA ( Online X-ray Elemental Analyzer) didasarkan pada teknologi fluoresens sinar X (XRF) yang terkenal di bidang laboratorium. Dengan bantuan dari sebuah prosedur yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK BAHAN Tabel 4.1 Perbandingan karakteristik bahan. BAHAN FASA BENTUK PARTIKEL UKURAN GAMBAR SEM Tembaga padat dendritic

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

Kelompok I. Anggota: Dian Agustin ( ) Diantini ( ) Ika Nurul Sannah ( ) M Weddy Saputra ( )

Kelompok I. Anggota: Dian Agustin ( ) Diantini ( ) Ika Nurul Sannah ( ) M Weddy Saputra ( ) Sn & Pb Kelompok I Anggota: Dian Agustin (1113023010) Diantini (1113023012) Ika Nurul Sannah (1113023030) M Weddy Saputra (1113023036) Sumber dan Kelimpahan Sumber dan Kelimpahan Sn Kelimpahan timah di

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor diesel empat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor diesel empat III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian 1. Spesifikasi Motor Diesel 4-Langkah Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor diesel empat langkah satu silinder dengan spesifikasi

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 30 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Baterai seng udara merupakan salah satu bentuk sumber energi secara elektrokimia yang memiliki peluang sangat besar untuk aplikasi sumber energi masa depan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 3.1. Metodologi penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan menggunakan diagram alir seperti Gambar 3.1. PEMOTONGAN SAMPEL UJI KEKERASAN POLARISASI DICELUPKAN DALAM LARUTAN DARAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Industri besi baja merupakan basic industry yang merupakan penopang pembangunan suatu bangsa. Dari tahun ke tahun tingkat produksi baja dunia terus mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB 3 INDUSTRI BESI DAN BAJA

BAB 3 INDUSTRI BESI DAN BAJA BAB 3 INDUSTRI BESI DAN BAJA Pengantar Besi (Fe) merupakan salah satu logam yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan manusia, terlebih-lebih di zaman modern seperti sekarang. Kelimpahannya

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

LOGAM BUKAN BESI (NONOFERROUS)

LOGAM BUKAN BESI (NONOFERROUS) LOGAM BUKAN BESI (NONOFERROUS) LOGAM BUKAN - BESI ( NONFERROUS ) Kurang lebih 20% dari logam yang diolah menjadi produk industri merupakan logam bukan besi. Indonesia merupakan negara penghasil bukan besi

Lebih terperinci

STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO

STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO IGA A RI H IMANDO 2710 100 114 D O SEN P E MBIMBING SUNGGING P INTOWA N T ORO,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk mencegah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai Mempersiapkan Alat Dan Bahan Proses Pengecoran Pencampuran

Lebih terperinci

STUDI RANCANG BANGUN MICROWAVE BATCH FURNACE UNTUK PROSES REDUKSI PASIR BESI DENGAN OPTIMASI LAMA RADIASI

STUDI RANCANG BANGUN MICROWAVE BATCH FURNACE UNTUK PROSES REDUKSI PASIR BESI DENGAN OPTIMASI LAMA RADIASI STUDI RANCANG BANGUN MICROWAVE BATCH FURNACE UNTUK PROSES REDUKSI PASIR BESI DENGAN OPTIMASI LAMA RADIASI Oleh : Yuhandika Yusuf (2709100083) Dosen Pembimbing : Dr. Sungging Pintowantoro S.T., M.T. JURUSAN

Lebih terperinci

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL KEGIATAN IPTEK bagi MASYARAKAT TAHUN 2017 PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL Mohammad Nurhilal, S.T., M.T., M.Pd Usaha dalam mensukseskan ketahanan pangan nasional harus dibangun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam zaman modern ini terdapat 3 bahan struktur bangunan yang utama yaitu kayu, baja dan beton. Dan sekarang ini pertumbuhan dan perkembangan industri konstruksi

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Apabila meninjau mesin apa saja, pada umumnya adalah suatu pesawat yang dapat mengubah bentuk energi tertentu menjadi kerja mekanik. Misalnya mesin listrik,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METOOLOGI PENELITIAN III.1 IAGRAM ALIR PENELITIAN Persiapan bahan baku serbuk Karakterisasi serbuk Penimbangan Al Penimbangan NaCl Penimbangan Zn(C 18 H 35 O 2 ) 2 Penimbangan Al 2 O 3 Pencampuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Aneka Tambang (Antam), Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor adalah salah satu industri penambangan dan pengolahan bijih emas. Lingkup kegiatannya adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauksit Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mengandung mineral dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al 2 O 3.H 2 O) dan mineral gibsit (Al 2 O 3.3H 2

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3. Preparasi Sampel Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3 siti_marwati@uny.ac.id Penarikan Sampel (Sampling) Tujuan sampling : mengambil sampel yang representatif untuk penyelidikan

Lebih terperinci

3 Percobaan. Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1.

3 Percobaan. Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1. 3 Percobaan 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Daftar peralatan untuk sintesis,

Lebih terperinci

1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 110 cc. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah sepeda motor

1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 110 cc. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah sepeda motor 5 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah sepeda motor bensin 4-langkah 0 cc, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada ASEAN 3+ (China, Japan and Korea) Ministers on Energy Meeting (AMEM+3) yang diadakan di Bali Indonesia pada tanggal 25 September 2013, para menteri menyepakati

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, KEPUTUSAN MENTERI NOMOR 13 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER MENTERI, Menimbang : 1. bahwa untuk mencegah terjadinya pencemaran udara dari jenis-jenis kegiatan sumber tidak bergerak perlu dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci