MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III"

Transkripsi

1 MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III Drs. M. Jani Ladi Hartoto Hendradjaja, SH, MM Drs. Ambar Riyanto Lembaga Administrasi Negara - Republik Indonesia 2006

2 Hak Cipta Pada : Lembaga Administrasi Negara Edisi Tahun 2006 Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Jl. Veteran No. 10 Jakarta Telp. (62 21) , Fax. (62 21) Latihan Kesegaran Jasmani, Baris Berbaris, Tata Acara Upacara Sipil, dan Ceramah Tentang Kesehatan Mental Jakarta LAN hlm: 15 x 21 cm ISBN: LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional telah menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah: (1) terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang aman, bersatu, rukun dan damai; (2) terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak asasi manusia; serta (3) terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan visi ini, mutlak diperlukan peningkatan kompetensi Pegawai Negeri Sipil (PNS), khususnya para Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang akan menjadi PNS. PNS memainkan peran dan tanggungjawabnya yang sangat strategis dalam mendorong dan mempercepat perwujudan visi tersebut. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS mengamanatkan bahwa Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Prajabatan dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika PNS, disamping pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, bidang tugas, dan budaya organisasi agar mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat. Untuk mewujudkan PNS yang memiliki kompetensi sesuai dengan amanat PP 101 Tahun 2000 maka seorang CPNS harus mengikuti dan lulus Diklat Prajabatan sebagai syarat untuk dapat diangkat menjadi PNS. iii

3 iv Untuk mempercepat upaya meningkatkan kompetensi tersebut, Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan desentralisasi dengan pengendalian kualitas dengan standar tertentu dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan. Dengan kebijakan ini, jumlah penyelenggaraan dapat lebih menyebar disamping jumlah alumni yang berkualitas dapat meningkat pula. Standarisasi meliputi keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mulai dari aspek kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan strukturnya, metode dan skenario pembelajaran dan lain-lain sampai pada aspek administrasi seperti persyaratan peserta, administrasi penyelenggaraan, dan sebagainya. Dengan standarisasi ini, maka kualitas penyelenggaraan dan alumni diharapkan dapat lebih terjamin. Salah satu unsur Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang mengalami penyempurnaan antara lain modul atau bahan ajar untuk para peserta. Oleh karena itu, kami menyambut baik penerbitan modul yang telah disempurnakan ini, sebagai antisipasi dari perubahan lingkungan stratejik yang cepat dan luas diberbagai sektor. Dengan kehadiran modul ini, kami mengharapkan agar peserta Diklat dapat memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali keluasan dan kedalaman substansinya bersama melalui diskusi sesama dan antar peserta dengan fasilitator para Widyaiswara dalam proses kegiatan pembelajaran selama Diklat berlangsung. Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kami haturkan terima kasih. Semoga buku hasil perbaikan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya. Jakarta, Desember 2006 KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA SUNARNO DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Deskripsi Singkat... 1 B. Tujuan Pembelajaran... 1 C. Relevansi Modul dengan Tujuan Diklat... 2 BAB II KESEHATAN DAN KESEGARAN JASMANI... 4 A. Pengertian Kesehatan dan Berpola Hidup Sehat. 4 B. Penerapan Pola Hidup Sehat Melalui Pesan Tangan... 8 C. Kesegaran Jasmani... 9 D. Latihan E. Rangkuman BAB III PERATURAN BARIS BERBARIS A. Pengertian Baris Berbaris B. Manfaat C. Gerakan Ditempat D. Gerakan Berjalan E. Latihan F. Rangkuman v

4 vi BAB IV TATA UPACARA SIPIL A. Pengertian Tata Upacara Sipil B. Manfaat C. Pengertian Upacara Umum D. Pejabat-Pejabat Dalam Upacara E. Tugas-Tugas Pejabat Upacara F. Tata Urutan Upacara Umum G. Pengertian Upacara Khusus H. Pelaksanaan Kegiatan Apel I. Tata Cara Kegiatan Laporan di Kelas J. Latihan K. Rangkuman vii H. Rangkuman I. Latihan BAB VI PENUTUP A. Tes Summatif DAFTAR PUSTAKA BAB V KESEHATAN MENTAL A. Pengertian B. Manfaat Pembinaan Kesehatan Mental C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi dan Ciri-Ciri Mental Sehat D. Mental Produktif E. Mental Masyarakat Modern F. Pengaruh Timbal Balik Antara Kondisi Mental dan Kondisi Fisik G. Cara-Cara Mengatasi Gangguan Mental... 65

5

6 BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Singkat Dalam kegiatan-kegiatan latihan Kesegaran Jasmani, Barisberbaris, mengikuti Tata Upacara Sipil, mengikuti ceramah kesehatan mental untuk dapat meningkatkan kesehatan memupuk sikap dan perilaku peserta Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Prajabatan Golongan III agar tercapai individu yang sehat jasmani dan rohaninya dalam kaitan dengan kelancaran pelaksanaan tugas-tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). B. Tujuan Pembelajaran 1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan memiliki pengetahuan tentang memelihara kesehatan jasmani melalui kegiatan: a. Latihan kesegaran jasmani tujuannya adalah agar tercapai individu peserta Diklat yang sehat jasmani; b. Baris berbaris tujuannya agar peserta Diklat mampu menerapkan peraturan baris-berbaris secara tertib, untuk mendukung penegakan disiplin dan kerjasama antara peserta; 1

7 2 Modul Diklat Prajabatan Golongan III 3 c. Tata Upacara Sipil tujuannya adalah agar peserta Diklat mampu memahami dan menerapkan tata upacara sipil dengan benar; d. Ceramah tentang Kesehatan Mental tujuannya agar peserta Diklat dapat memahami pentingnya kesehat an mental dalam kaitannya dengan kelancaran pelaksanaan tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil. b. Pengembangan program Kurikuler yang mengacu pada standar kompetensi yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan bangsa. 2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah pembelajaran selesesai peserta dapat menjelaskan manfaat: a. Olahraga senam bagi kesehatan jasmani; b. Baris-berbaris bagi penegakkan disiplin dan kerjasama; c. Tata Upacara Sipil dan penerapannya dengan benar di instansinya; d. Kesehatan mental bagi kelancaran pelaksanaan tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil. C. Relevansi Modul Dengan Tujuan Diklat Peningkatan kompetensi aparatur tersebut dengan melakukan pembahasan kebijakan penyelenggaraan Diklat PNS yang mempunyai sasaran ganda, yang berkaitan dan saling menunjang. a. Pengembangan sistem penyelenggaraan Diklat yang terdesentralisasi, dan

8 Modul Diklat Prajabatan Golongan III 5 BAB II KESEHATAN DAN KESEGARAN JASMANI A. Pengertian Kesehatan dan Berpola Hidup Sehat Kesehatan merupakan dasar untuk peningkatan dan pembinaan kesegaran jasmani, oleh karena itu sebelum seseorang melakukan latihan kesegaran jasmani, ia mutlak harus berada dalam kondisi "sehat". 1. Berpenampilan lebih sehat dan ceria; 2. Dapat tidur nyenyak; 3. Dapat menikmati kehidupan sosial baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat, sehingga meningkatkan kualitas hidup. 4. Dapat belajar atau berkarya lebih baik; 5. Dapat meningkatkan produktivitas kerja, 6. Berpikir sehat dan positif; 7. Merasa tentram dan nyaman; 8. Memiliki rasa percaya diri dan hidup seimbang. Pola hidup sehat pada dasarnya adalah suatu kesatuan program yang meliputi program kesehatan, kesegaran jasmani, gizi dan aktivitas rekreasi yang bila dilaksanakan dengan baik dan benar akan mendukung tercapainya produktivitas kerja yang tinggi. Dengan melaksanakan pola hidup sehat secara baik dan benar maka seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) akan memperoleh tubuh yang sehat, tingkat kesegaran jasmani yang memadai serta mampu menjaga keseimbangan antara aktivitas fisik dan mental melalui kegiatankegiatan yang bersifat rekreatif. Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan pola hidup sehat adalah sebagai berikut: 4 Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992, dijelaskan bahwa "kesehatan" adalah "keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis". Dari definisi tersebut jelas terlihat bahwa kesehatan bukanlah semata-mata keadaan bebas dari penyakit, cacat atau kelemahan. Dari pengertian tersebut tersimpulkan bahwa hidup sehat secara badaniah, sosial dan rohani merupakan hak setiap orang. Sedangkan yang dimaksudkan dengan "pola hidup sehat" adalah segala upaya guna menerapkan kebiasaan baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan diri dari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Kebiasaan-kebiasaan baik, dalam pola hidup sehat, yang perlu dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, meliputi: 1. Pemeliharaan kebersihan dan kesehatan pribadi, terutama kesehatan

9 6 Modul Diklat Prajabatan Golongan III 7 kulit, rambut, kuku, mata, telinga, mulut, gigi, tangan, dan kaki, serta memakai pakaian yang bersih. Selain itu tubuh juga perlu gerak dan istirahat yang cukup. 2. Makan makanan sehat, yang memenuhi gizi seimbang. Hidangan gizi seimbang mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur yang dikonsumsi seseorang dalam satu hari secara seimbang, sesuai dengan kebutuhan tubuh. 3. Makanan yang dimakan juga harus selalu disesuaikan dengan usia dan jenis aktivitas tubuh yang dilakukan, serta keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energi, sehingga tercapai berat tubuh yang proporsional. Cara mengukur berat badan yang proposional akan dijelaskan dalam uraian tentang pengukuran tingkat kesegaran jasmani. 4. Pemeliharaan kesehatan lingkungan, yang berarti menjaga kebersihannya. Untuk itu tiga faktor utama yang harus terpenuhi untuk menjaga kesehatan lingkungan adalah: tersedianya air bersih, terakomodasinya pembuangan sampah dan limbah, serta terjaganya kebersihan dan kesehatan kamar mandi, jamban/wc dan peturasan. 5. Pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mengetahui secara dini adanya gangguan kesehatan atau penyakit, sehingga pengobatannya akan lebih mudah dari pada jika penyakitnya sudah bertambah parah. Bagi PNS yang usianya di bawah 40 tahun, pemeriksaan kesehatan cukup di lakukan sekali dalam dua tahun, sedangkan bagi yang sudah di atas 40 tahun atau lebih sebaiknya setiap tahun dilakukan pemeriksaan kesehatan. 6. Menghindari kebiasaan buruk yang merugikan kesehatan seperti merokok dan minum alkohol serta penyalahgunaan obat, narkotik dan zat adiktif lainnya. Juga perlu dihindari terjadinya kontak langsung dengan orang yang menderita penyakit menular. 7. Hindari memakai perlengkapan pribadi orang lain (apalagi milik penderita penyakit menular) seperti sikat gigi, sabun mandi, handuk, pakaian, sendok, gelas dan sisir. 8. Jangan melakukan hubungan seksual di luar nikah, atau berperilaku seksual menyimpang (seperti homo-seksual dan seks bebas), karena dapat terkena penyakit menular seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS. 9. Mengendalikan stress dengan cara menyelesaikan pekerjaan satu persatu pada satu saat, tidak mengkritik orang lain, selalu bersikap ramah dan selalu mendekat kan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta cukup tidur teratur setiap harinya sehingga badan akan mendapatkan kesegaran pada hari berikutnya. 10. Olahraga dan Aerobik. Olahraga adalah menggerakkan tubuh dalam jangka waktu tertentu. Aerobik adalah setiap aktivitas fisik yang dapat memacu jantung dan peredaran darah serta pernafasan yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh, definisi ini dipopulerkan oleh Cooper.

10 8 Modul Diklat Prajabatan Golongan III 9 B. Penerapan pola hidup sehat melalui pesan tangan Untuk memudahkan seseorang agar selalu ingat untuk menerapkan pola hidup sehat, dapat di lakukan dengan teknik "pesan tangan" seperti tergambar dalam ilustrasi berikut ini. Teratur hidup: teratur makan (2-3 kali sehari), tidur cukup (7-8 jam sehari), teratur olahraga untuk menjaga kesegaran jasmani, dan jalani kehidupan seksual yang baik. Seimbang gizi: Makan makanan yang tinggi serta (50 %), rendah garam (kurang dari 4,5 gram), rendah lemak (20 % - 30%), rendah gula (< 10%), hindari sedapat mungkin bahan pengawet makanan, tidak makan "cemilan", dan makan beraneka ragam makanan. Enyahkan kebiasaan buruk: enyahkan rokok, alkohol, obat sembarangan, seks bebas, narkotik. Enyahkan kebiasaan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan berkala dan hindari kulit kena sinar matahari langsung antara jam sampai dengan jam Hidup seimbang, 5 harus: rekreasi, hobby, sosialisasi, nafkah batin (kasih sayang), dan ibadah. Awasi bagian tubuh rawan: awasi tekanan darah, gula darah, berat badan, dan kolesterol, serta lakukan pemeriksaan kesehatan berkala termasuk pemeriksaan gangguan alat kandungan pada wanita (PAP Smear), pemeriksaan payudara sendiri (sadari), awasi bagian tubuh rawan pada usia lanjut, dan awasi bagian tubuh rawan yang merupakan faktor keturunan. C. Kesegaran Jasmani 1. Pengertian Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa merasakan kelelahan yang berlebihan, serta masih memiliki cadangan tenaga untuk mengisi waktu luang dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya mendadak. Pembinaan kesegaran jasmani jelas bermanfaat bagi calon PNS guna menunjang kegiatan proses belajar mengajar selama mengikuti pelatihan, serta kelak dapat meningkatkan produktivitas kerja yang prima saat telah menjadi PNS. Dengan demikian, setelah mengikuti pembelajaran ini, calon PNS. Diharapkan dapat menjelaskan komponen kesegaran jasmani serta memelihara dan meningkatkan

11 10 Modul Diklat Prajabatan Golongan III 11 kesegaran jasmaninya. 2. Komponen Kesegaran Jasmani Komponen kesegaran jasmani dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang berkaitan dengan kesehatan (health-related fitness) dan komponen yang berkaitan dengan keterampilan (skills related fitness). komponen kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan, terdiri dari daya tahan jantung dan paru-paru; komposisi tubuh, fleksibilitas; kekuatan dan daya tahan otot. Sedangkan komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan, meliputi: daya ledak, kecepatan, kelincahan, koordinasi, kecepatan reaksi dan keseimbangan. Untuk dapat menjalankan tugas rutin sebagai PNS dan sebagai anggota masyarakat yang bersosialisasi, minimal komponen kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatanlah yang lebih perlu mendapat perhatian. Sedangkan komponen kesegaran jasmani yang berkaitan dengan keterampilan lebih dibutuhkan oleh orang yang memelihara prestasi fisik, seperti atlet dan penari. a. Daya Tahan Jantung Daya tahan jantung dan paru-paru di kenal juga dengan istilah daya tahan kardiorespirasi atau kapasitas aerobik, yang diartikan sebagai kemampuan jantung, paru-paru dan peredaran darah untuk mampu melakukan tugas-tugas fisik yang berat dalam jangka waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Jika daya tahan jantung dan paru-paru seseorang lemah, maka orang tersebut akan mudah lelah dan sulit pulih setelah melakukan kerja berat. b. Komposisi Tubuh Komposisi tubuh merupakan perbandingan proporsi tubuh yang di pengaruhi oleh berat badan, tinggi badan dan ukuran anggota tubuh lainnya termasuk tebal lemak, jumlah cairan tubuh dan selsel tubuh lainnya. Cara untuk mengetahui apakah berat badan seseorang itu proporsional akan dijelaskan dalam bab selanjutnya. c. Fleksibelitas Fleksibelitas atau kelenturan selalu dikaitkan dengan ruang gerak sendi dan elastisitas otot-otot, tendon dan ligamen. Dengan demikian orang yang lentur adalah yang memiliki ruang gerak luas dalam sendi-sendinya dan yang mempunyai otot yang elastis. d. Kekuatan Otot Kekuatan otot sangat penting guna meningkatkan kondisi kesegaran jasmani karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, yang memegang peranan pula dalam melindungi seseorang dari kemungkinan cedera. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari kekuatan otot amat diperlukan,

12 12 Modul Diklat Prajabatan Golongan III 13 misalnya untuk mengangkat sesuatu. Jika salah satu otot cedera dan tidak dapat digerakkan, maka akan terasa betapa pentingnya memelihara kekuatan otot. e. Daya Tahan Otot Daya tahan otot mengacu kepada suatu kelompok otot yang mampu untuk melakukan kontraksi yang berturut-turut, atau mampu mempertahankan suatu kontraksi statis untuk waktu yang lama. Contohnya, atlet yang melakukan push-up atau seseorang ibu yang mengulek sambal. 3. Pemeliharaan dan Peningkatan Kesegaran Jasmani Tingkat kesegaran jasmani seseorang perlu terus di pelihara agar selalu berada dalam kondisi yang prima. Untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani perlu dibiasakan hidup sehat dan selalu menjaga kebugaran tubuh dengan melakukan latihan kesegaran jasmani yang teratur. Manfaat dari latihan fisik, bukan saja meningkatkan derajat kesehatan dan daya tahan tubuh, tapi juga berdampak kepada peningkatan rasa percaya diri, perbaikan kualitas tidur dan menurunkan tingkat stress. Disamping itu, jangan lupa meluangkan waktu untuk rekreasi. Berikut ini diuraikan prosedur, prinsip dan macam latihan kesegaran jasmani. a. Prosedur Latihan Kesegaran Jasmani Dalam melakukan latihan kesegaran jasmani perlu diikuti prosedur latihan berikut ini agar latihan dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan cedera. 1) Sebelum latihan fisik, pastikan badan dalam keadaan sehat. Terutama jika baru sembuh dari sakit atau cedera, sebaiknya dilakukan dulu pemeriksaan kesehatan. 2) Gunakan pakaian olah raga yang memungkinkan tubuh bergerak bebas, menyerap keringat dan sopan, bersepatu olah raga dan gunakan topi jika berolahraga di luar gedung. 3) Mulailah latihan dengan pemanasan (warming-up), yang merupakan gerakan umum yang ringan ditambah dengan senam peregangan (stretching) selama sekitar 10 menit. Jika denyut nadi sudah mencapai per menit, dapat dikatakan bahwa tubuh sudah cukup panas untuk melakukan latihan inti. 4) Fokus awal dari latihan fisik adalah latihan dengan intensitas rendah yang bertujuan meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru, yaitu latihan aerobik seperti jogging, jalan cepat, senam, aerobik, bersepeda statis. 5) Dalam latihan inti yang bersifat aerobik, target latihan dapat dipantau dengan menetapkan zona latihan (training zone) seseorang berdasarkan denyut nadinya. Denyut nadi latihan harus mencapai denyut nadi optimal jika latihan ingin di

13 14 Modul Diklat Prajabatan Golongan III 15 rasakan manfaatnya. Untuk menentukan denyut nadi optimal perlu terlebih dahulu diketahui denyut nadi maksimal dan usia. Berikut ini cara menghitung denyut nadi optimal, dengan contoh usia 25 tahun. DN maksimal: usia = = 195 denyut/menit. merupakan pertanda ada sesuatu yang tidak beres pada tubuh. Oleh karena itu biasa lakukan pendinginan (cooling-down) setelah latihan inti, terutama dengan melakukan peregangan otot sampai denyut nadi kembali normal. Jika tidak hilang segera periksa ke dokter. 7) Lakukan gerakan-gerakan fisik yang tidak beresiko menyebabkan cedera. DN optimal : 80% x DN maksimal = 80% x 195 = 156 denyut/menit. DN minimal : 60% x DN maksimal = 60% x 195 = 117 denyut/menit. Jadi, agar latihan aerobik yang dilakukan PNS yang berusia 25 tahun tersebut efektif, denyut nadinya saat melakukan latihan inti berkisar antara 117 sampai dengan 156 denyut per menit. Apabila denyut nadi latihannya dibawah 117 maka latihan yang dilakukan tidak akan meningkatkan daya tahan tubuhnya, maka sebaliknya, jika denyut nadinya diatas 156 maka latihan tersebut terlalu berat, dan akan berbahaya bagi kesehatan jantungnya. Semakin terlatih daya tahan seseorang, maka akan semakin lama dapat bertahan latihan dalam denyut nadi optimalnya. 6) Timbulnya rasa pegal setelah latihan adalah hal yang biasa, namun jika ada rasa nyeri setelah melakukan latihan fisik, itu b. Prinsip Latihan Kesegaran Jasmani Program latihan fisik yang baik harus dapat menghasilkan peningkatan kualitas fisik dari orang yang melakukan latihan tersebut. Untuk bisa mencapainya program latihan harus mengikuti prinsip-prinsip latihan sebagai berikut: 1) Prinsip dasar "overload", yaitu suatu prinsip latihan dimana pembebanan latihan harus ditambah pada waktu tertentu, artinya beban latihan tidak monoton, ada saatnya semakin berat namun di selingi dengan latihan ringan. 2) Latihan untuk mencapai kondisi fisik yang baik setidaknya harus dilakukan tiga sampai lima kali dalam seminggu, dengan hari yang diselang-seling, misalnya Selasa, Jum'at, Minggu. Kalau latihan hanya satu atau dua kali seminggu, latihan tersebut tidak cukup untuk meningkatkan kualitas fisik. Sebaliknya, jika terlalu banyak sampai hampir setiap hari tanpa istirahatpun akan berbahaya bagi kerusakan fungsi

14 16 Modul Diklat Prajabatan Golongan III 17 tubuh. 3) Latihan harus progresif, artinya secara berangsur angsur disesuaikan dengan perkembangan prestasi orang yang melakukan latihan, misalnya dalam minggu pertama latihan jogging selama 20 menit, maka minggu berikutnya bisa di tingkatkan menjadi menit dan seterusnya. Latihan juga mengandung unsur individualitas, karena sebenarnya tidak ada program latihan yang langsung cocok untuk semua orang. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam prinsip individualitas ini antara lain: jenis kelamin, usia, tingkat kesegaran jasmani, selera, komposisi dan tipe tubuh serta karakter kepribadiannya. 4. Pengukuran Tingkat Kesegaran Jasmani Tingkat kesegaran jasmani PNS dapat diketahui dengan mengukur berbagai komponen kesegaran jasmaninya, ataupun dengan mengukur tingkat kesegaran jasmani umum yang biasanya dilakukan dengan suatu rangkaian tes fisik. Namun dalam pelatihan ini, hanya tiga macam pengukuran yang berhubungan dengan kesegaran jasmani yang akan dibahas dan dipraktekkan, yaitu pengukuran denyut nadi, pengukuran berat badan proposional, dan pengukuran kapasitas aerobik. Setelah mengikuti pelatihan ini, diharapkan para calon PNS peserta pelatihan akan memiliki kebiasaan untuk melakukan pengukuran kesegaran jasmaninya, sehingga para PNS dapat mengontrol tingkat kesegaran jasmaninya. a. Pengukuran Denyut Nadi Pengukuran denyut nadi, khususnya denyut nadi istirahat, perlu dilakukan setiap hari. Kegunaannya adalah kita dapat memonitor kondisi tubuh, apakah mengalami kelelahan atau kurang istirahat. Saat terbaik mengukur denyut nadi istirahat adalah saat setelah bangun tidur, pada saat masih terbaring. Denyut nadi ini disebut sebagai denyut nadi basal. Cara penghitungan denyut nadi yang paling sederhana adalah dengan meraba pergelangan tangan sebelah dalam (arteri radialis) atau leher (arteri carotis). Setelah denyut nadi teraba, hitung denyutnya selama satu menit, untuk mempercepat penghitungan, dapat dihitung dalam 15 detik lalu dikalikan 4, atau selama 30 detik lalu hasilnya dikalikan dua. Denyut nadi istirahat yang normal pada orang dewasa berkisar antara denyut permenit. Jika saat bangun tidur denyut mendekati 100 maka itu salah satu pertanda tubuh tidak sehat. b. Pengukuran Berat Badan Yang dimaksud dengan berat badan proporsional adalah keseimbangan antara berat badan dan tinggi badan. Salah satu cara yang praktis untuk mengetahui berat badan porposional

15 18 Modul Diklat Prajabatan Golongan III 19 tersebut adalah dengan menghitung indeks massa tubuh (body mass index = BMI). Untuk itu terlebih dahulu harus diketahui berat badan dan tinggi badannya. Perhitungan BMI menggunakan rumus sebagai berikut: Contoh: Berat badan= 60 kg, Tinggi badan = 160 cm BMI = (60 kg)/(1,6 m) x (1,6 m) = 60/2.56 = 23,4 kg /M2. 2) Malam sebelum mengikuti tes, peserta harus cukup tidur. 3) Sebelum melakukan tes peserta tidak melakukan latihan fisik yang berat, tidak merokok, tidak minum alkohol ataupun obatobatan. 4) Gunakan pakaian olah raga yang ringan dan tidak mengganggu gerakan. 5) Tes sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 10.00, atau jika terpaksa dapat dilakukan pada sore hari setelah matahari tidak menyengat, dan peserta tidak dalam keadaan lelah. c. Pengukuran Kapasitas Aerobika Sebelum melakukan pengukuran atau tes kapasitas aerobik, ikuti dahulu hal-hal berikut ini: 1) Peserta tes harus dalam kondisi sehat berdasarkan pemeriksaan dokter. Jika tekanan darah sedang terlalu tinggi atau terlalu rendah, lebih baik tes dilakukan di lain hari. Demikian juga jika peserta sedang merasa pusing, kurang tidur, denyut nadi mendekati 100 per menit, atau tidak sehat, jangan mengikuti tes. Ada beberapa macam jenis mengukuran tes aerobik yang bisa dilakukan perorangan maupun secara massal. Tes yang paling mudah dilaksanakan adalah tes lari 2,4 km dan tes jalan cepat 4,8 km (protokol test cooper). Ada pula tes lari 15 menit (Baike), tes naik turun bangku (Harvard step test) dan tes lari multi tahap (Bleep-test). Dalam uraian ini hanya kedua tes yang pertama di sebut tadi yang akan dibahas dan di praktekkan pelaksanaannya. 1) Tes Lari 2,4 km Tujuan dari pada tes ini adalah untuk mengukur daya tahan jantung dan paru-paru. Untuk itu diperlukan lintasan lari sepanjang 2,4 km yang bisa berbentuk lintasan atletik standar (keliling 400 meter), atau lintasan lurus, bahkan

16 20 Modul Diklat Prajabatan Golongan III 21 dapat dilakukan di jalan raya atau lintasan lari. Yang penting, jaraknya harus terukur benar sejauh 2,4 km. Alat bantu yang diperlukan adalah stop watch. Jika tes dilakukan terhadap orang banyak (massal), maka diperlukan petugas pencatat waktu dan pencatat jarak. Tes dilakukan dengan start berdiri. Tes dimulai saat aba-aba start (biasanya petugas start teriak "ya" atau sambil mengibaskan bendera start) bersamaan dengan mengaktifkan stop watch. Lalu peserta tes berlari secepatnya menempuh jarak 2,4 km dengan kecepatan yang diatur sendiri. Peserta boleh mengurangi kecepatan lari jika ia merasa lelah, namun harus tetap lari atau berjalan jangan berhenti. Pada saat peserta tes melewati garis finish di kilometer 2,4 stop watch dimatikan. Waktu yang tertera untuk menempuh jarak 2,4 km itulah prestasi yang dicapai. Hasil waktu tes kemudian dilihat dalam Tabel 1 sesuai dengan jenis kelamin dan usia. Tabel 1 Norma Tes Lari 2,4 Km (Cooper) 2) Tes Jalan Cepat 4,8 km Pelaksanaan tes jalan cepat ini mirip tes lari dengan tes lari 2,4 km. Bedanya jarak yang ditempuh adalah 4,8 km dan dalam tes jalan cepat ini peserta harus berjalan kaki secepatnya, namun tidak boleh berlari. Yang dikatagorikan berlari adalah pada saat yang bersamaan kedua telapak kaki

17 22 Modul Diklat Prajabatan Golongan III 23 melayang (tidak menginjak tanah). Tes jalan cepat ini lebih sering di berikan kepada PNS yang usianya di atas 40 tahun. Cara start, finish dan penghitungan waktu sama dengan tes lari 2,4 km. Katagori hasil waktu tes dapat dilihat dalam Tabel 2 sesuai dengan jenis kelamin dan usia. Tabel 2 Norma Tes Jalan Cepat 4,8 Km (Cooper) D. Latihan jasmani dilakukan secara berkala, misalnya setiap tiga bulan sekali, agar perkembangan tingkat kesegaran jasmani hasil latihan fisik dapat diketahui manfaatnya. Bentuklah kelompok sesuai dengan jumlah peserta untuk mengkaji halhal sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi siapa yang dianggap dan apa kreteria sehat itu? 2. Mengidentifikasi jenis yang berkatagori sehat? 3. Mengidentifikasikan persyaratan-persyaratan yang diperlukan pada setiap jenis-jenis sehat tersebut. 4. Waktu penyelesaian (mulai dari proses sampai menjadi kajian sehat). 5. Mengapa kita melakukan latihan kesegaran jasmani? 6. Apa saja yang harus kita lakukan sebelum melakukan kegiatan kesegaran jasmani? 7. Kegiatan kesegaran jasmani bagi yang berusia 40 tahun ke atas, bagaimana bentuknya! Agar para peserta lebih memahami dan dapat mengerti cara pelaksanaan pengukuran kesegaran jasmani ini, akan dilakukan praktek yang sekaligus untuk mengukur tingkat kesegaran jasmani peserta. Idealnya, pengukuran kesegaran E. Rangkuman 1. Kesegaran jasmani didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa merasakan kelelahan yang berlebihan, serta masih memiliki cadangan tenaga. 2. Komponen-komponen kesegaran jasmani dibagi menjadi 2 (dua)

18 24 bagian, yaitu Komponen yang berkaitan dengan kesehatan (health related fitness) dan komponen yang berkaitan dengan keterampilan (skills related fitness). 3. Untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani perlu dibiasakan hidup sehat dan selalu menjaga kebugaran tubuh dengan melakukan latihan. 4. Dalam melaksanakan kegiatan kesegaran jasmani perlu diukur tingkatan kesegaran tersebut, yaitu untuk melakukan pengukuran denyut nadi, pengukuran berat badan dan pengukuran kapasitas aerobiknya. BAB III PERATURAN BARIS BERBARIS A. Pengertian Baris Berbaris Peraturan Baris Berbaris (PBB) ini adalah dalam rangka pembinaan dan kerjasama antar peserta. Salah satu dasar pembinaan disiplin adalah melalui latihan PBB. Jadi PBB berarti bukanlah mengarahkan peserta menjadi TNI atau Militer tetapi untuk mewujudkan disiplin yang prima, agar dapat menunjang pelayanan yang prima pula. PBB tujuannya adalah antara lain, membentuk sikap, membentuk disiplin, membina kebersamaan/kesetiakawanan, dan lain-lain. Pokok-pokok baris-berbaris diberikan peserta untuk mengikuti upacara serta digunakan untuk pelaporan kesiapan belajar di kelas dengan gerakan-gerakan di tempat dan berjalan yang serba tertib guna mendukung penegakan disiplin. B. Manfaat 1. Peraturan baris-berbaris dimaksudkan untuk mengatur sekelompok orang dalam barisan melakukan gerakan 25

19 26 Modul Diklat Prajabatan Golongan III 27 bersama-sama secara tertib dan serempak baik gerakan ditempat maupun gerakan berjalan. 2. Pengetahuan PBB sangat bermanfaat bagi peserta Diklat Prajabatan Golongan III baik selama mengikuti Diklat maupun setelah Diklat, guna mendukung tugas pokok. Pembinaan disiplin dan memupuk rasa kebersamaan antar peserta dilakukan melalui PBB. Gerakan-gerakan enerjik dari kedisiplinan yang tinggi serta rasa karsa yang dihasilkan dari latihan PBB sangat diperlukan dalam pelaksanaan tugas. C. Gerak Ditempat Gerakan ditempat diperlukan untuk mempersiapkan atau merapikan barisan dalam menghadapi upacara-upacara, melaksanakan apel kerja pagi/siang, apel belajar pagi/persiapan pelaporan belajar pagi/siang di kelas 1. Contoh-Contoh Gerakan-gerakan di tempat yang umum dilakukan adalah: a. Sikap sempurna; b. Lencang kanan; c. Lencang depan; d. Berhitung; e. Hadap kanan; f. Hadap kiri; g. Hadap serong kanan/kiri; h. Balik Kanan; i. Istirahat ditempat. 2. Latihan Untuk melaksanakan gerakan-gerakan ditempat dilakukan melalui aba-aba yang diberikan oleh pelatih atau pimpinan barisan. Aba-aba yang diberikan terdiri dan aba-aba peringatan dan aba-aba pelaksanaan diperlukan jarak waktu beberapa detik agar anggota barisan dapat mempersiapkan diri dan melaksanakannya secara serempak. a. Sikap Sempurna Membentuk sikap sempurna dengan aba-aba "siap... Gerak", (berdiri) atau "duduk siap... gerak" (dalam keadaan duduk). 1) Begitu mendengar aba-aba "siap gerak" (dilapangan /berdiri). a) Kaki kiri ditarik rapat-rapat lurus ke kaki kanan dan ujung kaki membentuk sudut 45 ; b) Pandangan lurus kedepan; c) Dagu ditarik; d) Dada dibusungkan dan perut ditarik/dikempiskan; e) Tangan lurus ke bawah rapat dengan paha dan jarijari dikepalkan serta ibu jari menempel di paha.

20 28 Modul Diklat Prajabatan Golongan III 29 2) Setelah dilaksanakan tidak boleh bergerak lagi dan melirik ke kiri atau ke kanan serta bersuara atau senyum. 3) Khusus untuk di ruangan kelas dalam rangka persiapan pelaporan belajar, begitu mendengar aba-aba "duduk siap... gerak", langsung sikap sempurna di tempat duduk, pandangan lurus kedepan, kaki rapat, dagu ditarik, duduk tegak (dada busung), tangan mengepal menempel di tangkai kursi atau paha, tidak boleh lagi bergerak dan melirik ke kiri atau ke kanan serta bersuara atau tersenyum. b. Lencang kanan/lencang depan Untuk meluruskan atau merapikan barisan dengan aba-aba "lencang kanan... gerak" (barisan berbentuk SAF) atau "lencang depan... gerak" (barisan berbetuk BANJAR). 1) Begitu mendengar aba-aba "lencang kanan... gerak" (bersaf); a) Saf 1 (depan) langsung menoleh ke kanan bersamaan dengan melencangkan tangan kanan lurus ke kanan menyenggol pangkal tangan kiri orang di sebelah kanannya, khusus saf 2 dan 3 hanya menoleh ke kanan sejenak sambil meluruskan langsung kembali menoleh ke depan. b) Untuk staf 1 setelah mendengar aba-aba "tegak... gerak", langsung menurunkan/meluruskan tangannya memalingkan mukanya ke depan. 2) Khusus lencang depan berlaku untuk barisan yang bentuknya berbanjar. Begitu mendapat aba-aba "lencang depan... gerak", banjar paling kanan mengangkat tangan lurus ke depan dengan jarak 2 kepal dengan punggung di depannya, dan setelah mendengar aba-aba "tegak... gerak", kembali sikap sempurna. c. Berhitung Untuk mengetahui jumlah personil dalam barisan (3 bersaf), berikan aba-aba "hitung... mulai" 1) Begitu mendengar aba-aba "hitung... mulai" a) Saf 1 (depan) serentak menoleh ke kanan, dan setelah mendapatkan aba-aba pelaksanaan mulai berturut-turut menghitung dari kanan ke kiri. b) Bagi orang yang paling ujung dari saf 3

21 30 Modul Diklat Prajabatan Golongan III 31 mengucapkan "lengkap" kalau barisan lengkap kelipatan 3, mengatakan "kurang 1 atau kurang 2" kalau barisan kurang dari kelipatan 3. 2) Setelah menghitung langsung orang perorang dari saf depan itu menoleh ke depan (sikap sempurna). d. Hadap kanan/hadap kiri 1) Hadap kanan Begitu mendengar aba-aba "hadap kanan gerak", langsung melakukan gerakan: a) Kaki kiri diangkat serong ke kanan, kaki kanan sebagai poros berputar 90 0 ke kanan. b) Badan putar 90 0 ke kanan. c) Kaki kiri ditutup kembali kesikap sempurna. 2) Hadap kiri Begitu mendengar aba-aba "hadap kiri gerak", langsung melakukan gerakan: a) Kaki kanan diangkat serong ke kiri, kaki kiri sebagai poros berputar 90 0 ke kiri. b) Badan putar 90 ke kiri. c) Kaki kanan ditutup kembali kesikap sempurna. e. Hadap serong kanan/kiri 1) Hadap serong kanan Begitu mendengar aba-aba "hadap serong kanan... gerak", langsung melakukan gerakan: a) Kaki kiri diangkat serong sedikit ke kanan, kaki kanan sebagai poros berputar 45 ke kanan. b) Badan putar 45 0 ke kanan. c) Kaki kiri ditutup kembali kesikap sempurna. 2) Hadap serong kiri Begitu mendengar aba-aba "hadap serong kiri... gerak", langsung melakukan gerakan: a) Kaki kanan diangkat serong ke kiri, kaki kiri sebagai poros berputar 45 0 ke kiri. b) Badan putar 45 0 ke kiri. c) Kaki kanan ditutup kembali kesikap sempurna. f. Balik kanan 1) Balik kanan Begitu mendengar aba-aba "balik kanan... gerak", langsung melakukan gerakan: a) Kaki kiri diangkat serong ke kanan, kaki kanan sebagai poros berputar ke kanan/ke belakang. b) Badan putar 180 ke kanan/ke belakang. c) Kaki kiri ditutup kembali kesikap sempurna.

22 32 Modul Diklat Prajabatan Golongan III 33 g. Istirahat di tempat 1) Begitu mendengar aba-aba "istirahat di tempat... gerak", Langsung melakukan gerakan: a) Kaki kiri dibuka selebar bahu (± 20 atau 30 cm). b) Kedua tangan ditarik kebelakang menempel di punggung, tangan kiri memegang pergelangan tangan kanan. c) Pada waktu di istirahatkan pandangan tetap lurus ke depan, perhatian dipusatkan pada pelatih/pemimpinan barisan. D. Gerak Berjalan Gerakan berjalan diperlukan pada saat menggerakkan, memindahkan, atau menggeser barisan dari suatu tempat ke tempat lain. Gerakan-gerakan berjalan ini memerlukan kekompakan, ketertiban, keseragaman dalam rangka memupuk rasa kebersamaan. 1. Contoh-Contoh a. Maju jalan; b. Hadap kanan/kiri maju jalan; c. Balik kanan maju jalan; d. Jalan di tempat; e. Berhenti; f. Belok kanan/kiri jalan; g. Bubar jalan. 2. Praktek Pelaksanaan Untuk menggerakkan/memindahkan barisan atau melaksanakan gerak jalan pada umumnya barisan berbentuk berbanjar, yang dimulai dengan aba-aba "maju... jalan". Pada waktu memberikan aba-aba, sama halnya dengan gerakan ditempat, harus ada jarak waktu beberapa detik antara abaaba peringatan dan aba-aba pelaksanaan. a. Maju jalan Barisan setelah dirapikan dan menghadap kearah gerakan. 1) Begitu mendengar aba-aba "maju... jalan", langsung melakukan gerakan-gerakan: a) Langkah pertama, secara serempak dimulai dengan kaki kiri dihentakan. b) Tangan kanan lurus kedepan, dan langsung berjalan. 2) Waktu sedang berjalan pandangan tetap lurus ke depan dan yang menjadi penjuru sebagai patokan agar langkah tetap sama adalah orang yang paling depan sebelah kanan.

23 34 Modul Diklat Prajabatan Golongan III 35 b. Hadap kanan maju jalan Barisan yang akan digerakkan setelah dihadap kanan akan langsung berjalan. 1) Begitu mendengar aba-aba "hadap kanan maju... jalan", langsung melakukan gerakan-gerakan: a) Hadap kanan, dengan ketentuan kaki kiri yang tadinya harus menutup tapi sekarang dihenti kan menjadi langkah pertama. b) Tangan kanan lurus ke depan dan langsung jalan. c) Pelaksanaannya dilakukan serempak. 2) Selanjutnya ketentuan sama dengan gerak maju jalan. c. Hadap kiri maju jalan Barisan yang akan digerakkan setelah dihadap kirikan Langsung berjalan. 1) Begitu mendengar aba-aba "hadap kiri maju... jalan", langsung melakukan gerakan-gerakan: a) Hadap kiri, dengan ketentuan kaki kanan yang tadinya harus menutup tapi sekarang dihenti kan menjadi langkah pertama; b) Tangan kiri lurus ke depan dan Langsung berjalan. c) Pelaksanaannya dilakukan serempak. 3) Selanjutnya ketentuan sama dengan gerak maju jalan. d. Balik Kanan maju jalan Barisan yang akan digerakkan setelah dihadap kanankan langsung berjalan. 1) Begitu mendengar aba-aba "balik kanan maju... jalan", langsung melakukan gerakan-gerakan: a) Balik kanan, dengan ketentuan kaki kiri yang tadinya harus menutup tapi sekarang dihentikan menjadi langkah pertama.; b) Tangan kanan lurus ke depan dan langsung jalan. c) Pelaksanaannya dilakukan serempak. 2) Selanjutnya ketentuan sama dengan gerak maju jalan. e. Jalan di tempat Guna merapikan dan merapatkan barisan dapat dilakukan jalan ditempat, dengan aba-aba "jalan ditempat... gerak". 1) Begitu mendengar aba-aba "jalan ditempat... gerak, yang boleh jatuh pada kaki kiri dan boleh jatuh kaki kanan, langsung melakukan gerakangerakan: a) Tambah satu langkah bila jatuh kaki kiri dan tambah dua langkah bila jatuh kaki kanan. b) Kaki/paha diangkat rata-rata air disamakan 2) Pada waktu jalan ditempat pandangan lurus kedepan, sambil merapikan barisan. Yang menjadi patokan untuk menyamaratakan kaki adalah pen juru yaitu orang yang paling depan sebelah kanan.

24 36 Modul Diklat Prajabatan Golongan III 37 3) Tangan lurus ke bawah (tidak melenggang). f. Menghentikan barisan Barisan bisa dihentikan baik pada waktu sedang berjalan maupun sedang jalan di tempat dengan aba-aba "berhenti... gerak". 1) Begitu mendengar aba-aba "berhenti... gerak", bisa jatuh kaki kiri dan bisa jatuh kaki kanan langsung melakukan gerakan-gerakan: a) Tambah satu langkah (bila jatuh kaki kiri) atau tambah dua langkah (bila jatuh kaki kanan) dan langkah berikutnya menutup/berhenti: kaki kiri selalu menutup. b) Setelah berhenti tidak boleh gerak dulu. 2) Untuk merapikan barisan setelah berhenti, perlu dilencang kanankan atau dilencang depankan. g. Bubar Jalan Untuk membubarkan barisan secara tertib diberikan abaaba "bubar... jalan", langsung melakukan gerakangerakan: 1) Memberikan penghormatan barisan secara serentak. 2) Begitu selesai dibalas dengan yang membubarkan langsung tangan diturunkan dan otomatis balik kanan E. Latihan dengan kaki kiri menghentakkan secara serempak. 1. Apa yang Saudara ketahui tentang Peraturan Baris Berbaris (PBB)? 2. Manfaat apa saja didalam melakukan kegiatan PBB? 3. Sebutkan Contoh-contoh gerakan di tempat! 4. Sebutkan contoh-contoh gerakan berjalan! 5. Coba berikan aba-aba dari Baris-berbaris. F. Rangkuman Gerakan-gerakan yang umum dilakukan adalah gerakan maju jalan, belok kanan/kiri, balik kanan maju jalan, jalan ditempat, belok kanan/kiri jalan, menghentikan barisan dan membubarkan barisan. Pada pokoknya gerakan berjalan ini sasarannya adalah melatih kelompok/barisan agar terbentuk kekompakan dan kerjasama yang harmonis. Dalam suatu barisan bila terlihat salah seorang menyimpang dari aba-aba yang diberikan,. Akibatnya akan jelas memporak-porandakan barisan itu, misalnya pada waktu diberikan aba-aba hadap kanan, maju jalan, maka barisan utamanya pada gerakan berjalan setiap orang perorang memusatkan perhatian kepada aba-aba yang diberikan dan dapat dilaksanakan serempak, sehingga tercipta kebersamaan.

25 Modul Diklat Prajabatan Golongan III 39 BAB IV TATA UPACARA SIPIL A. Pengertian Tata Upacara Sipil Tata Upacara Sipil (TUS) ini adalah bagian dari pembinaan disiplin. Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus selama mengikuti Diklat Prajabatan, dengan semua kegiatan dilakukan serba tertib yakni tertib di ruang kelas, tertib di ruang tidur, tertib di ruang makan, tertib di lapangan, tertib pengaturan dan penggunaan waktu (tepat waktu) dan kegiatan-kegiatan lain yang tertib dan teratur. Suatu kehidupan yang serba tertib akan melahirkan suatu disiplin yang prima. Upacara dilakukan secara tertib dan teratur menurut urut-urutan acara yang telah dilakukan dengan gerakan-gerakan dan langkah-langkah kaki yang sera-gam dan serentak sesuai gerakan/langkah yang ditentu kan dalam Peraturan Baris Berbaris (PBB). Maka kepada peserta sebelum mendapatkan pelajaran TUS ini harus betul-betul memahami dan menguasai serta mampu melakukan ketentuan yang berlaku pada PBB. Karena upacara yang berdasarkan PBB itu membutuhkan mental yang kuat, disiplin yang tinggi dan fisik yang bugar dan tegar, sehingga tercermin suatu kekhidmatan dari upcara itu. Berbagai macam upacara yang kita ketahui, secara garis besar dikenal upacara umum yang biasanya dilaksanakan di lapangan dan upacara khusus biasanya di dalam ruangan. Aturan untuk melaksanakan upacara dalam acara kenegaraan atau acara resmi mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 62 tahun Dalam pelaksanaan aturan tersebut merupakan Pedoman Umum Tata Upacara Sipil yang memuat sebagai perencana dan pelaksanaan upacara untuk menjawab apa, siapa yang harus berbuat apa, dimana dan bilamana tata cara nya serta bentuk dan jenisnya. Sedangkan Pedoman Umum pelaksanaan upacara meliputi kelengkapan dan perlengkapan upacara, langkah-langkah persiapan, petunjuk pelaksanaan dan susunan acaranya. Pada dasarnya upacara umum di lapangan jumlah pesertanya lebih banyak, sedangkan upacara khusus diruangan pesertanya lebih sedikit. B. Manfaat Tata Upacara Sipil berguna bagi peserta Diklat Prajabatan Golongan III, terutama dapat dimanfaatkan di tempat tugas 38

26 40 Modul Diklat Prajabatan Golongan III 41 masing-masing sebagai penanggung jawab upacara sebagai pembina upacara, pemimpin upacara, upacara tertentu dan pelaporan kesiapan mulai belajar atau selesai mengikuti pelajaran setiap hari kepada Widyaiswara di kelas. C. Pengertian Upacara Umum Upacara umum adalah suatu kegiatan upacara secara umum di lapangan yang urut-urutan acaranya telah ditentukan diinstansi/perkantoran resmi pemerintah, misalnya upacara peringatan Hari Ulang Tahun Instansi, Kemerdekaan Republik Indonesia, upacara peringatan hari-hari besar nasional, upacara serah terima jabatan yang disaksikan pegawai dan pejabat di instansi masing masing, upacara pembukaan dan penutupan pendidikan dan berbagai upacara lainnya. D. Pejabat-Pejabat Dalam Upacara Mengingat upacara umum cakupannya cukup luas di lapangan perlu ditentukan pejabat-pejabatnya, antara lain: 1. Ketua panitia pelaksana upacara/penanggung jawab upacara; 2. Pemimpin upacara; 3. Pembina Upacara; E. Tugas-Tugas Pejabat Upacara 1. Ketua panitia pelaksana upacara/penanggung jawab upacara; a. Sebagai penangung jawab terlaksananya upacara dengan tertib dan khidmat; b. Menyiapkan dan menyusun tata urutan acara upacara; c. Menyiapkan sarana dan prasarana upacara (lapangan upacara, perlengkapan upacara dan lain-lain); d. Menyiapkan petugas pengerek bendera dan dilatih terlebih dahulu; e. Menyiapkan petugas pembaca/pengucap Pembukaan UUD Tahun 1945 dan Panca Prasetya KORPRI (kalau ada), f. Menunjuk dan menyiapkan pembawa acara; g. Menghubungi dan berkoordinasi dengan pemimpin upacara; h. Sebelum pembina upacara memasuki lapangan upacara, ketua panitia pelaksana upacara/penanggung jawab upacara memberitahukan kepada pembina upacara hal-hal yang penting dalam upacara sekaligus memberitahukan bahwa upacara siap dimulai; i. Baik buruknya pelaksanaan upacara adalah menjadi tanggung jawab ketua panitia pelaksana upacara/penangung jawab upacara.

27 42 Modul Diklat Prajabatan Golongan III Pemimpin upacara; a. Menerima laporan dari pemimpin kelompok/barisan upacara dan mengambil alih pimpinan seluruh barisan pesrta upacara serta menyiapkan kerapihan kelompok/barisan upacara (jarak antar barisan yang satu dengan yang lain diatur sedemikian rupa sehingga terlihat rapi/teratur dan seimbang); b. Memimpin penghormatan umum kepada pembina upacara dengan aba-aba "kepada pembina upacara hormat... gerak" (peserta upacara sudah disiapkan); c. Menyampaikan laporan, kepada pembina upacara bahwa upacara siap dimulai, dengan mengucapkan kata-kata sebagai berikut: "Lapor upacara (sebut upacara apa)... siap dimulai" d. Memimpin penghormatan kepada bendera Merah Putih dengan aba-aba: "kepada Sang Merah Putih hormat... gerak" selanjutnya setelah bendera sampai di puncak/ditempatnya lalu memberikan aba-aba "tegak... gerak"; e. Pada waktu pembina upacara akan menyampaikan amanat maka pemimpin upacara mengistirahatkan barisan upacara (kalau diminta), dengan aba-aba "untuk perhatian istirahat di tempat... gerak"; f. Selanjutnya secara otomatis menyiapkan kembali barisan upacara setelah pembina upacara selesai menyampaikan amanatnya dengan aba-aba "siap... gerak"; g. Menyampaikan laporan kepada pembina upacara bahwa upacara selesai dengan mengucapkan kata-kata "Upacara telah selesai dilaksanakan, laporan selesai"; h. Memimpin penghormatan umum kepada pembina upacara dengan aba-aba "kepada pembina upacara hormat... gerak"; i. Membubarkan barisan peserta upacara. 3. Pembina Upacara a. Memahami dan menguasai tata urutan acara upacara; b. Menerima laporan kesiapan upacara dari penanggung jawab upacara sebelum memasuki lapangan upacara; c. Menerima dan membalas penghormatan umum dari peserta upacara; d. Memimpin mengheningkan cipta; e. Memerintahkan kepada pemimpin upacara untuk mengistirahatkan atau membubarkan peserta upacara; f. Menerima laporan dari penanggung jawab upacara bahwa upacara telah selesai.

28 44 Modul Diklat Prajabatan Golongan III 45 F. Tata Urutan Upacara Umum Kegiatan upacara umum di lapangan terdiri dari persiapan upacara dan pelaksanaan upacara, sebagai contoh pelaksanaan upacara penaikan bendera. 1. Persiapan Upacara a. Seluruh peserta upacara diatur dalam kelompok/barisan, 15 menit sebelum pelaksanaan upacara dimulai, masingmasing kelompok/barisan meluruskan barisannya; b. Petugas upacara seperti pengerek bendera, pembaca/pengucap Pembukaan UUD tahun 1945 dan Panca Prasetya KORPRI serta pembawa acara telah menempati tempat yang telah ditentukan; c. Pemimpin upacara memasuki lapangan upacara; d. Pemimpin upacara mengambil alih pimpinan seluruh barisan peserta upacara; e. Pemimpin upacara merapikan/menyempurnakan susunan barisan peserta upacara; f. Pembawa acara membacakan urut-urutan upacara. 2. Pelaksanaan Upacara a. Penanggung jawab upacara lapor kepada Pembina upacara bahwa upacara siap dimulai, di luar lapangan upacara (biasanya dilakukan di ruang VIP) dengan kata- kata "Lapor, upacara... (jelaskan upacara apa) siap dimulai": b. Pembawa acara mulai membacakan acara upacara bahwa upacara segera dimulai, pembina upacara memasuki lapangan upacara dan barisan disiapkan; c. Pemimpin upacara menyiapkan barisan upacara dengan aba-aba Siap gerak. d. Pembina upacara memasuki lapangan upacara yang diantar oleh penanggungjawab upacara (biasanya pembina upacara didampingi oleh ajudan untuk membawakan map teks amanat/sambutan); e. Penghormatan umum kepada pembina upacara yang dipimpin oleh pemimpin upacara dengan aba-aba Kepada pembina upacara, hormat gerak. Setelah dibalas oleh pembina upacara sampaikan aba-aba Tegak gerak. f. Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara bahwa upacara siap dimulai, pelaksanaannya adalah : 2) Pemimpin upacara maju menghadap Pembina upacara dan langsung menyampaikan laporan dengan aba-aba Lapor, upacara (sebutkan upacara apa) siap dimulai. 3) Setelah dijawab oleh Pembina upacara dengan katakata Lanjutkan/kembali ketempat, maka pemimpin upacara kembali menjawab : Kerjakan/laksanakan.

29 46 Modul Diklat Prajabatan Golongan III 47 Selanjutnya kembali balik kanan dan kembali ketempat semula. g. Persiapan Penaikan Bendera 1) Petugas pengerek bendera (biasanya 3 (tiga) orang) membawa bendera mendekati tiang bendera; 2) Setelah sampai di tiang bendera, masing-masing bertugas: satu memegang bendera, satu mengikat bendera pada tali yang ada di tiang bendera dan satu lagi memegang tali dan menaikkan bendera; 3) Setelah bendera diikat dan dikembangkan, maka salah seorang melaporkan bahwa bendera siap untuk dinaikkan, bunyi laporan "Bendera... siap"; h. Penghormatan kepada Bendera Merah Putih di pim pin oleh pemimpin upacara (ada kalanya dipimpin oleh pembina upacara). Pelaksanaan dilakukan, begitu mendengar laporan dari petugas pengerek bendera bahwa bendera siap, langsung pemimpin upacara memberikan aba-aba "Kepada Sang Merah Putih, hormat... gerak", (seluruh peserta upacara melakukan penghormatan). Setelah bendera sampai ke puncak tiang bendera, pemimpin upacara memberikan aba-aba "Tegak... gerak (Penghormatan selesai); i. Mengheningkan cipta dipimpin oleh pembina upacara. Pelaksanaannya pembina upacara menyampaikan katakata "Mengheningkan cipta... dimulai" (semua peserta upcara menundukkan kepala beberapa detik) setelah itu pembina upacara mengucap kan "Selesai" dan seluruh peserta upacara secara serentak kembali menegakkan kepala; j. Pembacaan teks Pancasila. Pelaksanaannya, ajudan menyampaikan teks Pancasila kepada pembina upacara dan langsung dibaca satu persatu serta diikuti oleh peserta upacara; k. Pembacaan/pengucapan Pembukaan UUD tahun 1945 dan Panca Prasetya KORPRI,. Pelaksanaannya adalah: 1) Para pembaca/pengucap maju menghadap pembina upacara (3 atau 4 langkah di muka pembina upacara) dan laporan dengan katakata "Lapor pembaca/pengucap Pembukaan UUD tahun 1945 dan Panca Prasetya KORPRI... siap"; 2) Setelah dijawab oleh pembina upacara "Kerjakan/laksanakan", langsung masing-masing membacakan/mengucapkan yang di muiai dari Pembukaan UUD tahun ) Setelah selesai membacakan/mengucapkan, kembali melapor kepada pembina upacara bahwa pembacaan/pengucapan sudah dilaksanakan dengan kata-kata "Pembacaan pengucapan Pembukaan UUD tahun 1945 dan Panca Prasetya KORPRI telah dilaksanakan, laporan selesai";

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III Drs. M. Jani Ladi Drs. Emma Rahmawiati, M.Si Drs. Wahyu Hadi KSH, MM Lembaga Administrasi Negara - Republik Indonesia 2006 Hak Cipta Pada : Lembaga

Lebih terperinci

PERATURAN BARIS BERBARIS

PERATURAN BARIS BERBARIS PERATURAN BARIS BERBARIS 1. Pengertian Baris Berbaris Suatu wujud fisik yang diperlukan untuk menanamkan kebiasaan tata cara hidup suatu organisasi masyarakat yang diarahkan kepada terbentuknya perwatakan

Lebih terperinci

: M. DEDY WIJAYA OPERASI : - SADAR RENCONG NAD TAHUN CINTA MEUNASAH NAD TAHUN HOBBY : OLAH RAGA MOTTO : IKHLAS SEMANGAT TUNTAS

: M. DEDY WIJAYA OPERASI : - SADAR RENCONG NAD TAHUN CINTA MEUNASAH NAD TAHUN HOBBY : OLAH RAGA MOTTO : IKHLAS SEMANGAT TUNTAS NAMA : M. DEDY WIJAYA TEMPAT LAHIR : PALEMBANG TANGGAL LAHIR : 29 DESEMBER 1977 ALAMAT : - JL. SRIJAYA NEGARA ASRAMA BRIMOB GANG MOUSER BLOK I NO. 5 BUKIT BESAR PALEMBANG - JL. MUSI RAYA BARAT LR.KETAPANG

Lebih terperinci

PERATURAN BARIS BARIS (P.B.B) ( Bag. I )

PERATURAN BARIS BARIS (P.B.B) ( Bag. I ) PERATURAN BARIS BARIS (P.B.B) ( Bag. I ) Peraturan Baris Berbaris yang digunakan di lingkungan Pramuka ada dua macam yakni Baris berbaris menggunakan tongkat dan tanpa tongkat. Untuk baris berbaris menggunakan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN NILAI KEINDONESIAN MELALUI UPACARA BENDERA DI SEKOLAH DASAR

MENINGKATKAN NILAI KEINDONESIAN MELALUI UPACARA BENDERA DI SEKOLAH DASAR MENINGKATKAN NILAI KEINDONESIAN MELALUI UPACARA BENDERA DI SEKOLAH DASAR Bertika Kusuma Prastiwi, S.Pd.Jas, M.Or Dosen PJKR bertikakusuma@gmail.com Abstrak Tujuan dari artikel ini untuk menginformasikan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DI SEKOLAH

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DI SEKOLAH PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DI SEKOLAH Disampaikan pada Pelatihan Pembina Pasukan Pengibar Bendera Tingkat SMP/MTs, SMA/MA dan SMK Kabupaten Bintan Tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Pengantar : Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan menjadi instrumen

Lebih terperinci

PERATURAN BARIS BERBARIS

PERATURAN BARIS BERBARIS PERATURAN BARIS BERBARIS Acuan PBB-TNI AKMIL, Nomor: SKEP/23/III/2002, tanggal 4 Maret 2002 Tujuan Agar peserta didik mengerti dan dapat melaksanakan Peraturan Baris Berbaris sesuai dengan ketentuan. Penjelasan

Lebih terperinci

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) Pengertian Tes Kebugaran Jasmani Tes kebugaran jasmani adalah suatu instrument yang digunakan untuk mendapatkan suatu informasi tentang individu atau objek-objek.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani 2.1.1 Pengertian Kesegaran jasmani sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keolahragaan. Kesegaran jasmani biasa diucapkan dengan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP

PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP 19830127 200604 2 001 Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani

Lebih terperinci

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Lampiran 4. TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Pengantar : Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

Definisi aerobik Aerobik berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobik sangatlah erat dengan penggunaan oksigen. Dalam hal ini berarti

Definisi aerobik Aerobik berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobik sangatlah erat dengan penggunaan oksigen. Dalam hal ini berarti Sumaryanti Definisi aerobik Aerobik berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobik sangatlah erat dengan penggunaan oksigen. Dalam hal ini berarti latihan aerobik adalah latihan yang menggunakan

Lebih terperinci

Mitos Sixpack Orang menghabiskan uang jutaan setiap tahun untuk mendapatkan tubuh ideal. Sekarang ini terdapat sekitar 200 lebih alat-alat latihan untuk perut. Sebagian alat-alat ini tidak berguna sama

Lebih terperinci

PERATURAN BARIS BARIS (P.B.B)

PERATURAN BARIS BARIS (P.B.B) PERATURAN BARIS BARIS (P.B.B) Peraturan Baris Berbaris yang digunakan di lingkungan Pramuka ada dua macam yakni Baris berbaris menggunakan tongkat dan tanpa tongkat. Untuk baris berbaris menggunakan tongkat

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN DASAR CALON PNS TATA UPACARA SIPIL DAN KEPROTOKOLAN. LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NATIONAL INSTITUTE of PUBLIC ADMINISTRATION

MODUL PELATIHAN DASAR CALON PNS TATA UPACARA SIPIL DAN KEPROTOKOLAN. LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NATIONAL INSTITUTE of PUBLIC ADMINISTRATION MODUL PELATIHAN DASAR CALON PNS TATA UPACARA SIPIL DAN KEPROTOKOLAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NATIONAL INSTITUTE of PUBLIC ADMINISTRATION MODUL PELATIHAN DASAR CALON PNS TATA UPACARA SIPIL DAN KEPROTOKOLAN

Lebih terperinci

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Pengantar : Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan menjadi instrumen

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 29 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Proses suatu penelitian hendaknya dapat ditentukan suatu metode penelitian yang akan digunakan, hal ini berdasarkan pada suatu pemahaman bahwa metode

Lebih terperinci

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot Kebugaran jasmani harus dipenuhi oleh setiap orang. Kebugaran jasmani merupakan pendukung keberhasilan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Latihan kebugaran jasmani meliputi daya tahan, kekuatan, kelenturan,

Lebih terperinci

DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN

DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN SELEKSI BERSAMA MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI 2015 PROSEDUR PELAKSANAAN DAN RUBRIK PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN BIDANG KEOLAHRAGAAN 1. MATERI UJIAN Uji Keterampilan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017 PENGUKURAN KOMPONEN BIOMOTORIK MAHASISWA PUTRA SEMESTER V KELAS A FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN IKIP PGRI BALI TAHUN 2017 I Gusti Putu Ngurah Adi Santika, S.Pd., M.Fis. Fakultas Pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka a. Kebugaran Jasmani Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan peningkatan kebugaran jasmani bagi siswa. Batasan mengenai kebugaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lapangan Asrama PPLP Sumatera Utara di Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal 2.

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat indeks kesegaran jasmani merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur secara berkala. Manusia yang sehat

Lebih terperinci

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA Oleh : Farida Mulyaningsih, M.Kes PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 PENDERITA JANTUNG

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebugaran jasmani Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk pembinaan dan peningkatan kebugaran jasmani bagi siswa. Batasan mengenai kebugaran jasmani dikemukakan

Lebih terperinci

PETUNJUK PENILAIAN DAN DENAH LOMBA TATA UPACARA BENDERA DAN BARIS BERBARIS PEMUDA (SISWA SMA/SMK/MA) TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017

PETUNJUK PENILAIAN DAN DENAH LOMBA TATA UPACARA BENDERA DAN BARIS BERBARIS PEMUDA (SISWA SMA/SMK/MA) TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 PETUNJUK PENILAIAN DAN DENAH LOMBA TATA UPACARA BENDERA DAN BARIS BERBARIS PEMUDA (SISWA SMA/SMK/MA) TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 I. TATA UPACARA BENDERA UNTUK TINGKAT KAB/KOTA, eks. KARESIDENAN

Lebih terperinci

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117 BAB V KEBUGARAN JASMANI Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117 Kebugaran jasmani merupakan alat pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, juga merupakan upaya untuk meningkatkan dan

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Jl. Kentang I/ 126 Perum I Tangerang. 4. Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul, Jakarta (2005-Sekarang)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Jl. Kentang I/ 126 Perum I Tangerang. 4. Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul, Jakarta (2005-Sekarang) DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Abdul Malik AA Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 04 Oktober 1987 Alamat : Jl. Kentang I/ 126 Perum I Tangerang No Tlp : 08569077785 Riwayat Pendidikan : 1. SDN Karawaci XII,

Lebih terperinci

Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. 1) lintasan lurus, datar, tidak licin, berjarak 30 meter, dan mempunyai

Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. 1) lintasan lurus, datar, tidak licin, berjarak 30 meter, dan mempunyai Lampiran Petunjuk Pelaksanaan TKJI Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Petunjuk Pelaksanaan Tes 1. Lari 40 meter a. Tujuan Tes lari ini adalah untuk mengetahui atau mengukur kecepatan.

Lebih terperinci

Lampiran 8. Petunjuk Pelaksanaan Tes Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Umur tahun TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA UNTUK UMUR TAHUN

Lampiran 8. Petunjuk Pelaksanaan Tes Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Umur tahun TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA UNTUK UMUR TAHUN Lampiran 8. Petunjuk Pelaksanaan Tes Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Umur 10-12 tahun TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA UNTUK UMUR 10 12 TAHUN A. Rangkaian Tes Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, berbagai macam aktivitas yang dilakukan manusia sangat padat dan beraneka ragam. Di perkotaan manusia menjalani kehidupannya dengan persaingan

Lebih terperinci

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan latihan dengan gerakan-gerakan berikut ini. "Saya seorang wanita berusia 30 tahun. Secara teratur, saya melakukan olahraga jalan pagi. Setiap latihan waktunya antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu dalam masyarakat berperan penting sebagai agen dari suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut membutuhkan suatu keadaan yang mendukung

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA Pendahuluan Usia lanjut atau lanjut usia bukanlah merupakan suatu penyakit, meskipun hal tersebut dapat menimbulkan masalah sosial. Di beberapa negara, terutama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat yang menjadi acuan sebuah penelitian dan penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen tidak murni. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen tidak murni. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen tidak murni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan fartlek terhadap peningkatan daya

Lebih terperinci

Lampiran 3. Petunjuk Pelaksanaan TKJI untuk Anak Usia Tahun. Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan.

Lampiran 3. Petunjuk Pelaksanaan TKJI untuk Anak Usia Tahun. Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan. Lampiran 3. Petunjuk Pelaksanaan TKJI untuk Anak Usia 13-15 Tahun 1. Lari 50 meter a. Tujuan Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan. b. Alat dan fasilitas 1) Lintasan lurus, datar, rata, tidak licin,

Lebih terperinci

PERATURAN BARIS-BERBARIS

PERATURAN BARIS-BERBARIS PERATURAN BARIS-BERBARIS SKEP. MENHAMKAM/PANGAB NO. 611/X/1985 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENGERTIAN Baris-berbaris adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan guna menanamkan kebiasaan dalam tata cara

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian LAMPIRAN 51 Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian 52 Lampiran 2. Surat Ijin Riset/Survei/PKL 53 Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dari Sekolah PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit Budaya Hidup Aktif Melalui Aktifitas Fisik RUMPIS AGUS SUDARKO FIK UNY STATUS KESEHATAN Sehat &Bugar Sehat Sakit Gambar : Modifikasi Kondisi Sakit - Sehat - Bugar Pendahuluan Perkembangan IPTEKS mempermudah

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Judul Penelitian : Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Tidur Pada Atlet Tapak Suci Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Peneliti : Tegar Rizky Nur Maulidha NIM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian mengenai Perbandingan Antara Lansia Yang Melakukan Olahraga Jalan Kaki dengan Tenis terhadap Kebugaran Jasmani (Health Related Physical

Lebih terperinci

NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY

NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP 19830127 200604 2 001 FIK UNY Abstrak Dalam rangka menilai

Lebih terperinci

PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK. ppkc

PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK. ppkc PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK ppkc Terapi Sentuh (Touch Therapy) Metode sentuh untuk sehat adalah pendekatan atau terobosan baru dalam pemeliharaan kesehatan. Metode inipun bisa digabungkan dengan

Lebih terperinci

Olahraga Diabetes, Untuk Diabetasi?

Olahraga Diabetes, Untuk Diabetasi? Olahraga Diabetes, Untuk Diabetasi? Amankah Olahraga Diabetes Untuk Diabetasi Bolehkah? Amankah? Sebuah pertanyaan yang sering dilontarkan oleh diabetesi adalah tentang boleh tidaknya seorang diabetasi

Lebih terperinci

Berbagai Bentuk dan Kombinasi Gerak Dasar Anak Usia dini

Berbagai Bentuk dan Kombinasi Gerak Dasar Anak Usia dini Berbagai Bentuk dan Kombinasi Gerak Dasar Anak Usia dini Berbagai Gerakan Dasar BEBERAPA MACAM GERAKAN DASAR DAN VARIASINYA,YAITU; BERBARING, DUDUK, BERDIRI, BERJALAN, BERLARI, MENDAKI, MELONCAT DAN BERJINGKAT,

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu cara yang di tempuh untuk memperoleh

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu cara yang di tempuh untuk memperoleh BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang di tempuh untuk memperoleh tujuan. Adapun tujuan penelitian adalah mengungkapkan, menggambarkan, dan menyimpulkan

Lebih terperinci

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI Komponen Ya Dilakukan Tidak Pengertian Gerakan/sentuhan yang diberikan pada bayi setiap hari selama 15 menit, untuk memacu sistem sirkulasi bayi dan denyut

Lebih terperinci

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan LAMPIRAN 7 Prosedur Pelaksanaan Tes 1. Tes Daya Tahan (Endurance) menggunakan Balke Test Prosedur tes : a. Tujuan untuk mengukur daya tahan kerja jantung dan pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan kesadaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan kesadaran bahwa hal tersebut bagian dari

Lebih terperinci

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti TUJUAN MODUL Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat: 1. Memahami konsep dukungan latihan fisik untuk asuhan

Lebih terperinci

TES PENGUKURAN KAPASITAS AEROBIK

TES PENGUKURAN KAPASITAS AEROBIK TES PENGUKURAN KAPASITAS AEROBIK Suharjana FIK UNY. Tes Aerobik Lari 00 dan 00 m Kegunaan Untuk memperkirakan atau mengetahui kemampuan aerobik. Hasil tes ini untuk memprediksi berapa lama seseorang mampu

Lebih terperinci

Hidup Sehat. Peta Konsep. Halaman 1 dari 8

Hidup Sehat. Peta Konsep. Halaman 1 dari 8 5 Hidup Sehat Pola hidup akan menentukan kualitas kesehatan seseorang. Pola hidup yang baik akan membawa seseorang pada kesehatan jasmani. Sebaliknya, pola hidup yang buruk dapat menimbulkan berbagai masalah.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian ini adalah di Lapangan Gasmin yang beralamat di Jln. Kuningan Antapani, Bandung.

Lebih terperinci

AKTIVITAS FISIK DAN SENAM USILA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti FIK UNY

AKTIVITAS FISIK DAN SENAM USILA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti FIK UNY AKTIVITAS FISIK DAN SENAM USILA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti FIK UNY PENGANTAR Usila sebagai akronim usia lanjut mengandung konotasi ganda. Disatu pihak ia dikaitkan dengan kelemahan, ketidak mampuan, ketidak

Lebih terperinci

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Randy Suwandi Yusuf, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Randy Suwandi Yusuf, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta berhasilnya pembangunan khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan maka mengakibatkan terjadi penurunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Lempar Lembing Lempar lembing merupakan salah satu nomor pada cabang olahraga atletik yang diperlombakan dalam perlombaan nasional maupun internasional, baik untuk putra

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Casady, Mabes, dan Alley :1971) yang dikutip oleh Sudarno,SP (1992:9)

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Casady, Mabes, dan Alley :1971) yang dikutip oleh Sudarno,SP (1992:9) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebugaran Jasmani Pengertian Kebugaran Jasmani Menurut Karpovich dalam (Casady, Mabes, dan Alley :1971) yang dikutip oleh Sudarno,SP (1992:9) Kebugaran Jasmani didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban 1. Apa yang dimaksud dengan gerak olahraga? Gerak yang dilakukan atas dasar fakta empiris dan secara deduktif menunjukkan aktifitas gerak yang mempunyai ciri-ciri

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN BAGI CPNS GOLONGAN I DAN II KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2017

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN BAGI CPNS GOLONGAN I DAN II KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2017 PETUNJUK PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN BAGI CPNS GOLONGAN I DAN II KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN A. NAMA DIKLAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN BAGI CALON PEGAWAI

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas 36 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari DIY 37 Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dari Pemerintah Kabupaten Magelang 38 Lampiran 4. Surat Keterangan Melakukan

Lebih terperinci

OLAHRAGA KESEHATAN BAHAN AJAR

OLAHRAGA KESEHATAN BAHAN AJAR BAHAN AJAR 14 OLAHRAGA KESEHATAN Konsep Olahraga Kesehatan Olahraga terdiri dari dua kata, yaitu olah dan raga. Olah merupakan kata kerja memberikan makna melakukan sesuatu. Sedangkan raga artinya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia sangat padat dan beraneka ragam. Manusia menjalani kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. manusia sangat padat dan beraneka ragam. Manusia menjalani kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, berbagai macam aktivitas yang dilakukan manusia sangat padat dan beraneka ragam. Manusia menjalani kehidupan dengan persaingan tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Resimen mahasiswa (Menwa) adalah salah satu diantara sejumlah kekuatan sipil untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Resimen mahasiswa (Menwa) adalah salah satu diantara sejumlah kekuatan sipil untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resimen Mahasiswa Mahawarman 1. Sejarah Resimen Mahasiswa Mahawarman Jawa Barat Resimen mahasiswa (Menwa) adalah salah satu diantara sejumlah kekuatan sipil untuk mempertahankan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA. TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom. Ns. Emira Apriyeni, S.

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA. TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom. Ns. Emira Apriyeni, S. LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA KETUA: TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom Ns. Emira Apriyeni, S.kep PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. pemecahan masalah dengan teknik dan cara tertentu sehingga diperoleh data yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. pemecahan masalah dengan teknik dan cara tertentu sehingga diperoleh data yang 18 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknik dan cara tertentu sehingga diperoleh data yang valid untuk

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah

METODOLOGI PENELITIAN. digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu

Lebih terperinci

câüçt ctá~ uüt~t \ÇwÉÇxá t ]t~tüàt UtÜtà PERATURAN BARIS-BERBARIS Skep. Menhankam/Pangab No. 611/X/1985

câüçt ctá~ uüt~t \ÇwÉÇxá t ]t~tüàt UtÜtà PERATURAN BARIS-BERBARIS Skep. Menhankam/Pangab No. 611/X/1985 câüçt ctá~ uüt~t \ÇwÉÇxá t ]t~tüàt UtÜtà PERATURAN BARIS-BERBARIS Skep. Menhankam/Pangab No. 611/X/1985 Halaman 1 dari 31 PERATURAN BARIS-BERBARIS BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENGERTIAN Baris-berbaris

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup yang aktif dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup yang aktif dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan perilaku hidup

Lebih terperinci

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI I. Hakikat Latihan Kebugaran Jasmani II. KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan

Lebih terperinci

PLAN OF ACTION (Oktober 2016-Juli2017) Mengetahui, Malang, 2 Oktober 2016

PLAN OF ACTION (Oktober 2016-Juli2017) Mengetahui, Malang, 2 Oktober 2016 Lampiran 1 Nama : Agung Prasetio NIM : 1401100116 No. Kegiatan Penelitian I II III Tahap Persiapan a. Penentuan Judul b. Mencari Literatur c. Penyusunan Proposal d. Konsultasi Proposal e. Perbaikan Proposal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi sekarang ini masyarakat disibukkan dengan pekerjaan yang menjadi rutinitas masyarakat tersebut. Masyarakat membutuhkan waktu untuk merefresh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. membuktikan sesuatu atau untuk mencari sebuah jawaban.

BAB III METODE PENELITIAN. membuktikan sesuatu atau untuk mencari sebuah jawaban. 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah salah satu cara yang ditempuh dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian adalah penyelidikan yang dilakukan untuk membuktikan sesuatu

Lebih terperinci

BAB VIII RENANG. 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

BAB VIII RENANG. 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK BAB VIII RENANG 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Olahraga renang merupakan alat pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, juga merupakan upaya mempelajari manusia bergerak. Pilih salah satu gaya

Lebih terperinci

NARASI BENTUK-BENTUK TES KEBUGARAN JASMANI BAGI KARYAWAN

NARASI BENTUK-BENTUK TES KEBUGARAN JASMANI BAGI KARYAWAN NARASI BENTUK-BENTUK TES KEBUGARAN JASMANI BAGI KARYAWAN DISAMPAIKAN DALAM KEGIATAN TES KEBUGARAN JASMANI KARYAWAN DINAS KESEHATAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh: Ahmad Nasrulloh, S.Or., M.Or. FAKULTAS

Lebih terperinci

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar Lampiran 4 No. Panduan Senam Bugar Lansia (SBL) Langkah Gerakan SBL Bag. 1 Gerakan Pemanasan Gambar Latihan Pernapasan 1. Meluruskan badan dengan kedua tangan lurus ke bawah sejajar dengan kedua sisi tubuh.

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian secara umum dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode

Lebih terperinci

KONSEP Latihan kebugaran jasmani

KONSEP Latihan kebugaran jasmani KONSEP Latihan kebugaran jasmani OLEH SUHARJANA FIK UNY1 Pengertian Latihan Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan individual

Lebih terperinci

PERSETUJUAN TINDAKAN KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

PERSETUJUAN TINDAKAN KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Lampiran 1 PERSETUJUAN TINDAKAN KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangaan di bawah ini : Nama : Umur : Alamat : No. Hp : Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti

Lebih terperinci

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani Gerak Berirama Gerak berirama disebut juga gerak ritmik. Gerak ini dilakukan dalam gerakan dasar di tempat. Contoh dari gerakan yang berirama adalah gerak jalan, menekuk, mengayun, dan sebagainya. Ayo

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN TES KEBUGARAN JAMAAH CALON HAJI

KERANGKA ACUAN TES KEBUGARAN JAMAAH CALON HAJI KERANGKA ACUAN TES KEBUGARAN JAMAAH CALON HAJI PUSKESMAS MAESAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2015 KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN TES KEBUGARAN CALON JAMA`AH HAJI PUSKESMAS MAESAN 2016 I. LATAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jasmani Melalui Bermain sirkuit 8 Pos Siswa kelas IV dan V SD Negeri

BAB III METODE PENELITIAN. Jasmani Melalui Bermain sirkuit 8 Pos Siswa kelas IV dan V SD Negeri BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peningkatan Kesegaran Jasmani Melalui Bermain sirkuit 8 Pos Siswa kelas IV dan V SD Negeri Purwodadi Tegalrejo Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola kehidupan sehari-hari mahasiswi memiliki kegiatan yang cukup banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pola kehidupan sehari-hari mahasiswi memiliki kegiatan yang cukup banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pola kehidupan sehari-hari mahasiswi memiliki kegiatan yang cukup banyak sehingga sangat memerlukan kebugaran fisik yang cukup. Kebugaran fisik sangat terkait

Lebih terperinci

ATRI WIDOWATI 1 ADHE SAPUTRA 2 Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Fakultas ilmu keolahragaan Universitas jambi

ATRI WIDOWATI 1 ADHE SAPUTRA 2 Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Fakultas ilmu keolahragaan Universitas jambi PROFIL KONDISI FISIK ATLET DAYUNG SENIOR NOMOR PERAHU NAGA PROPINSI JAMBI 2017 ATRI WIDOWATI 1 ADHE SAPUTRA 2 Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Fakultas ilmu keolahragaan Universitas jambi ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di sekolah SMP Pasundan 1 kota Bandung dan SMP Pasundan 2 kota Bandung Jalan Pasundan 32 Balong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. playstation, dan yang saat ini digemari anak dan remaja sekarang yaitu game

BAB I PENDAHULUAN. playstation, dan yang saat ini digemari anak dan remaja sekarang yaitu game BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman telah mengantarkan kita pada era modernisasi dimana segala sesuatu serba praktis dan instan. Hampir semua peralatan yang diperlukan manusia saat

Lebih terperinci

TES KEBUGARAN JASMANI BAGI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN

TES KEBUGARAN JASMANI BAGI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN TES KEBUGARAN JASMANI BAGI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN DISAMPAIKAN DALAM KEGIATAN PENINGKATAN KAPASITAS TENAGA KESEHATAN DALAM PENJARINGAN KESEHATAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN DISELENGGARAKAN OLEH DINAS

Lebih terperinci

Bentuk-bentuk latihan kebugaran bagi atlet Oleh : Teguh Santoso

Bentuk-bentuk latihan kebugaran bagi atlet Oleh : Teguh Santoso Bentuk-bentuk latihan kebugaran bagi atlet Oleh : Teguh Santoso Abstrak Ada banyak bentuk-bentuk latihan kebugaran yang dapat dipilih oleh seorang atlet. Bantuk-bentuk latihan diperlukan untuk menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical fitness).

Lebih terperinci

KONSEP PENDIDIKAN KEB. JASMANI

KONSEP PENDIDIKAN KEB. JASMANI KONSEP PENDIDIKAN KEB. JASMANI 1. Definisi kebugaran jasmani 2. Komponen kebugaran jasmani 3. Permasalahan kebugaran jasmani 4. Kiat/cara mencapai keb. jasmani DEFINISI KEB. JASMANI Kebugaran jasmani (Physical

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Tentang metode deskriptif dijelaskan oleh Arikunto (1998:57) bahwa penelitian

Lebih terperinci

Suplemen untuk mendukung Perut Sixpack Anda

Suplemen untuk mendukung Perut Sixpack Anda Apakah memiliki perut sixpack tanpa lemak adalah hal yang sangat Anda idamkan? Bagaimana Cara Mendapatkan Perut Sixpack? Konsep untuk mendapatkan perut sixpack sebenarnya mudah dan singkat. Anda perlu

Lebih terperinci

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA Konsep Dasar Latihan Suatu proses yang sistematis dari program aktivitas gerak jasmani yang dilakukan dalam waktu relatif lama dan berulang-ulang, ditingkatkan

Lebih terperinci

PROFIL INDEKS MASSA TUBUH DAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PJKR UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI TAHUN 2015/2016

PROFIL INDEKS MASSA TUBUH DAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PJKR UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI TAHUN 2015/2016 PROFIL INDEKS MASSA TUBUH DAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PJKR UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI TAHUN 2015/2016 Aridhotul Haqiyah 1 Universitas Islam 45 Bekasi ary_haqiyah@yahoo.co.id Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan perilaku hidup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada dasarnya metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Suatu hasil dari penelitian harus diuji

Lebih terperinci