BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Resimen mahasiswa (Menwa) adalah salah satu diantara sejumlah kekuatan sipil untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Resimen mahasiswa (Menwa) adalah salah satu diantara sejumlah kekuatan sipil untuk"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resimen Mahasiswa Mahawarman 1. Sejarah Resimen Mahasiswa Mahawarman Jawa Barat Resimen mahasiswa (Menwa) adalah salah satu diantara sejumlah kekuatan sipil untuk mempertahankan negeri. Ia lahir di perguruan tinggi sebagai perwujudan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata), beranggotakan para mahasiswa yang merasa terpanggil untuk membela Negeri. Para anggota Menwa di setiap kampus membentuk satuan, yang disebut satuan sebagai salah satu unit kegiatan kemahasiswaan, selanjutnya komandan satuan melapor langsung kepada rektor/pimpinan universitas. Dalam buku petunjuk pelaksanaan pendidikan dan pelatihan resimen mahasiswa nomor : Kep/03/III/1996 bahwa resimen mahasiswa sebagai wadah keikutsertaan para mahasiswa dalam usaha bela negara yang sekaligus merupakan salah satu komponen kekuatan pertahanan keamanan Negara sebagai rakyat terlatih, perlu diberikan bekal pendidikan dan latihan sebagai anggota suatu organisasi yang berdisiplin, tertib dan teratur. 2. Sejarah Resimen Mahasiswa Mahawarman Batalyon XI / UPI 1.1. Sejarah Resimen Mahasiswa Mahawarman Jawa Barat Dalam buku Pradiklatsar dan Diklatsar angkatan XXXVII (2008/2009) resimen mahasiswa mahawarman batalyon XI / UPI berdiri pada tanggal 13 Juni 14 September 1959 diadakan wajib latih bagi para mahasiswa di Jawa Barat. Mahasiswa yang memperoleh latihan ini siap mempertahankan home-front dan bila perlu ikut memanggul senapan ke

2 medan laga. Mahasiswa-mahasiwa walawa (wajib latih) mendapatkan pendidikan di Kodam VI/Siliwangi dan para walawa diberikan hak untuk menggunakan lambang siliwangi. Pada tanggal 19 Desember 1961 di Yogyakarta, komando pimpinan besar revolusi Presiden RI Bung Karno mencetuskan Trikora. Seluruh komando menyambut hal tersebut dengan penuh semangat revolusi untuk merebut Irian Barat Sejarah Resimen Mahasiswa Mahawarman Batalyon XI/UPI Secara formal Batalyon XI Resimen Mahasiswa Mahawarman berdiri pada tanggal 29 April Namun sebelum tahun tersebut di lingkungan IKIP Bandung (sekarang UPI) telah ada mahasiswa-mahasiswa yang pernah mengikuti latihan dan pendidikan dasar resimen mahasiswa. Mereka yang menjadi cikal bakal resimen mahasiswa mahawarman batalyon XI / UPI. Pada tahun 1964 lulus 20 orang dari pendidikan dan latihan (DIKLAT) yang dilaksanakan oleh gabungan batalyon I (ITB), II (UNPAD), III (UNPAR) menwa mahawarman yang dipimpin langsung oleh Mayor Subroto. Tahun 1966 lulus 6 orang dari DIKLAT yang diadakan di Batalyon II UNPAD. Tahun 1966 pula ketika batalyon XI masih bergabung dengan batalyon V, lulus 128 orang dari UPI. Karena adanya beberapa hal, baik dilihat secara teknis maupun praktis, akhirnya batalyon V dibagi menjadi batalyon V dan Batalyon XI. Resimen mahasiswa mahawarman batalyon XI / UPI (sekarang UPI) dapat ditelusuri, pada tahun 1945 berkiprah tentara RI pelajar (TRIP), tentara pelajar (TP), tentara ganie pelajar (TGP) yang anggota-anggotanya terdiri dari mahasiswa. Pada tahun 1959 dibentuklah wajib latihan (WALA) mahasiswa dengan surat keputusan Pangdam III Siliwangi (Kolonel Kosasih) NO.40/2/5/1959. Wala mahasiswa dibentuk untuk menghadapi situasi keamanan Jawa Barat ini pulalah yang selanjutnya menjadi resimen mahasiswa pertama di Indonesia dan komandan pertamanya adalah kapten Oyik Soeroto.

3 Respon terhadap berdirinya resimen mahasiswa mahawarman batalyon XI universitas pendidikan Indonesia tidak hanya datang dari pihak tertentu saja, melainkan dari banyak pihak termasuk dari pihak mahasiswa, dosen dan pimpinan IKIP Bandung (sekarang UPI). Tokoh pendiri dari kalangan dosen dan dewan mahasiswa antara lain Drs. Singgih Wibisono, Drs. Yusuf Amir Faisal dan K.I. Budiman. Dari pihak institut antara lain Prof. Dr. Ahmad Sanusi, SH. Yang pada saat itu menjadi rektor IKIP Bandung (sekarang UPI). B. Peraturan Baris Berbaris (PBB) 1. Pengertian Peraturan Baris Berbaris (PBB) 1.1.Pengertian Peraturan Baris Berbaris (PBB) Baris berbaris merupakan salah satu kegiatan yang membutuhkan ketangkasan dan daya tahan yang cukup baik. Peraturan baris berbaris memberikan ketentuan-ketentuan tentang bagaimana menanamkan disiplin/tata tertib dengan melakukan latihan-latihan untuk selanjutnya menjadikan dasar dalam mengatur adanya sikap bathin (ketaatan, keikhlasan berkorban, kesetiakawanan, dan peraturan) dan sikap lahir (ketegapan, ketangkasan, kelincahan dan keterampilan) yang harus dimiliki oleh tiap perorangan maupun pasukan dalam kehidupan angkatan bersenjata. Baris berbaris menurut buku peraturan tentang baris berbaris angkatan senjata (PBB-AB) yang disahkan dengan surat keputusan Pengab nomor : Skep /611/X/1985 Tanggal 8 Oktober 1985, halaman 1 pasal 1. Baris berbaris adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan guna menanamkan kebiasaan dalam tata cara hidup angkatan besenjata yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.

4 Guna menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin, sehingga dengan demikian senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas di atas kepentingan individu dan secara tidak langsung juga menanamkan rasa tanggung jawab. Yang dimaksud dengan menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan oleh tugas pokok tersebut dengan sempurna. Adapun maksud dari rasa persatuan adalah adanya rasa senasib dan sepenanggungan serta ikatan bathin yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas. Yang dimaksud dengan rasa tanggung jawab adalah keberanian untuk bertindak yang mengandung resiko terhadap dirinya tetapi menguntungkan tugas atau sebaliknya tidak mudah melakukan tindakan yang akan dapat merugikan kesatuan. Para pimpinan wajib mengetahui adanya, mengenal kegunaannya serta senantiasa menegakan peraturan tersebut. Para pembantu pimpinan (kader) wajib paham isinya, mahir mengerjakannya dan mampu melatihnya. Semua warga angkatan bersenjata baik perwira, bintara, atau tamtama wajib melaksanakan secara tertib (tepat) serta dilarang merubah, menambah atau mengurangi apa yang tertera dalam peraturan baris berbaris ini. Terwujud atau tidaknya maksud dan tujuan peraturan ini sangat tergantung kepada mutu serta kesanggupan seorang pelatih. Pelatih yang melaksanakannya hanya karena tugas tidak akan mencapai hasil yang diharapkan. Hasil yang baik akan dapat diperoleh dengan memperhatikan pokok-pokok seperti berikut ; rasa kasih sayang, persiapan, mengenal tingkatan anak didik, tidak sombong, adil, teliti, dan sederhana. Perhatian khusus bahwa dengan latihan (drill) dimaksud untuk mencapai kebiasaan atau kepahaman bertindak bukan untuk mengetahui saja oleh karenanya hendak diperhatikan jangan terlalu banyak bercerita melainkan teladan, mencoba, mengkoreksi, mengulangi sehingga paham mengerjakannya Pengertian Aba-aba

5 Aba-aba adalah perintah yang diberikan oleh seorang komandan kepada pasukan untuk dilaksanakan pada waktunya secara serentak atau berturut-turut. Macam-macam aba-aba yaitu : a. Aba-aba petunjuk. b. Aba-aba peringatan. c. Aba-aba pelaksanaan. Aba-aba petunjuk dilakukan hanya digunakan jika perlu, untuk menegaskan maksud daripada aba-aba peringatan/pelaksanaan. Contoh : a. Untuk perhatian-istirahat di tempat = gerak. b. Untuk istirahat-bubar = jalan. c. Jika aba-aba ditunjukan untuk satu bagian dari sesuatu keutuhan pasukan : pleton II siap = gerak. d. Selanjutnya lihat baris berbaris kompi. e. Kecuali di dalam upacara: aba-aba petunjuk pada penyampaian penghormatan terhadap seseorang, cukup menyebutkan jabatan orang yang diberi hormat. Contoh : kepada komandan pusat infanteri hormat = gerak. Aba-aba peringatan adalah inti perintah yang cukup jelas untuk dapat dilaksanakan tanpa ragu-ragu. Contoh : lencang kanan = gerak. Aba-aba pelaksanaan adalah ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan aba-aba petunjuk/peringatan dengan cara serentak atau berturut-turut. Aba-aba pelaksanaan yang dipakai adalah : a. Gerak b. Jalan c. Mulai

6 Gerak adalah untuk gerakan-gerakan tanpa meninggalkan tempat yang menggunakan kaki dan gerakan-gerakan yang menggunakan anggota tubuh lain, baik dalam keadaan berjalan maupun berhenti. Contoh : Jalan di tempat = gerak. Siap jalan adalah untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan dengan meninggalkan tempat. Contoh : a. Haluan kanan/kiri = jalan b. Dua langkah ke depan = jalan Apabila gerakan meninggalkan tempat itu tidak dibatasi jaraknya, maka aba-aba pelaksanaan harus di dahului dengan aba-aba peringatan. Contoh : a. Maju = jalan b. Haluan kanan/kiri maju = jalan Mulai adalah untuk dipakai pada pelaksanaan perintah yang harus dikerjakan berturutturut. Contoh : hitung = mulai, berbanjar/bersaf kumpul = mulai. 1.3 Cara menulis aba-aba Aba-aba petunjuk dimulai dengan huruf besar dan ditulis seterusnya dengan huruf kecil, atau semuanya huruf besar. a. Aba-aba peringatan dimulai dengan huruf besar dan ditulis seterusnya dengan huruf kecil yang satu dan yang lain agak jarang atu semuanya huruf besar. b. Aba-aba pelaksanaan ditulis seluruhnya dengan huruf besar. c. Semua aba-aba ditulis lengkap, walaupun ucapannya dapat singkat. d. Diantara aba-aba petunjuk dan aba-aba peringatan terdapat garis penyambung/koma, anatara aba-aba pelaksanaan terdapat dua garis bersusun.

7 1.4 Cara memberi aba-aba a. Waktu memberi aba-aba, pemberi aba-aba pada dasarnya harus berdiri dalam sikap sempurna dan menghadap pasukan. b. Apabila aba-aba yang diberikan itu berlaku juga untuk si pemberi aba-aba, maka pada saat memberikan aba-aba tidak menghadap pasukan. Contoh : waktu Danup memberi aba-aba penghormatan kepada Irup (inspektur upacara), hormat senjata = gerak. Pelaksanaan, pada waktu aba-aba Dan Up menghadap kearah Irup sambil melakukan gerakan penghormatan bersama-sama dengan pasukan. Setelah penghormatan selesai dijawab/dibalas oleh Irup maka dalam sikap sedang memberi hormat Dan Up bersama-sama pasukan kembali ke sikap sempurna. c. Dalam rangka menyiapkan pasukan pada saat Irup memasuki lapangan upacara dan setelah amanat Irup selesai, komandan upacara tidak menghadap pasukan. d. Pada taraf permulaan latihan aba-aba yang ditujukan kepada pasukan yang sedang berjalan/berlari, aba-aba pelaksanaanya harus diberikan bertepatan dengan jatuhnya salah satu kaki tertentu yang pelaksanaan gerakannya dilakukan dengan tambahan : satu langkah pada waktu berjalan / 3 langkah pada waktu berlari. Sedangkan pada taraf lanjutan, aba-aba pelaksanaan dapat diberikan bertepatan pada jatuhnya kaki yang berlawanan dan pelaksanaan gerakannya dilakukan dengan gerakan tambahan 2 langkah pada waktu berjalan / 4 langkah pada waktu berlari, kemudian berlari dan maju dengan merubah bentuk dan arah pada pasukan. e. Semua aba-aba diucapkan dengan suara nyaring, tegas dan bersemangat. f. Pemberian aba-aba petunjuk yang dirangkaikan dengan aba-aba peringatan dan pelaksanaan, pengucapan tidak diberi nada.

8 g. Pemberian aba-aba peringatan wajib diberi nada pada suku kata pertama dan terakhir. Nada kata suku terakhir lebih panjang menurut besar kecilnya pasukan. Aba-aba pelaksanaan senantiasa diucapkan dengan cara yang di hentakkan. h. Waktu antara aba-aba peringatan dan aba-aba pelaksanaan diperpanjang sesuai dengan besar-kecilnya pasukan dan atau tingkat perhatian pasukan (konsentrasi perhatian). Dilarang memberikan aba-aba lain di sela-sela memberikan aba-aba. i. Bila ada suatu bagian aba-aba diperlukan pembetulan, maka dikeluarkan perintah ulangi. Contoh : hormat senjata = ulangi pundak kiri senjata = GERAK. Gerakan yang tidak termasuk ke dalam aba-aba tetapi yang harus dijalankan dapat diberikan petunjukpetunjuk dengan suara yang nyaring, tegas dan bersemangat. Biasanya digunakan pada waktu dilapangan seperti : MAJU, IKUT, BERHENTI, LURUSKAN, dan LURUS. 2. Manfaat Peraturan Baris Berbaris (PBB) a. Dalam baris berbaris kita diwajibkan untuk selalu mematuhi semua intruksi, aba-aba, perintah dari komandan dengan selalu melakukannya. Apabila terjadi intruksi, abaaba maupun perintah dari komandan yang keliru, maka setiap anggota tidak melakukannya. Hal ini merupakan suatu bentuk kedisiplinan atau loyalitas anggota (staff) kepada komandan (pimpinan). Setiap perintah yang sesuai dengan peraturan wajib dilaksanakan dan segala perintah yang tidak sesuai dengan peraturan tidak wajib dilakukan. b. Selalu menyeragamkan seluruh gerakan anggota, setiap gerakan yang dilakukan oleh anggota, dilakukan secara serentak, patah-patah sehingga terbentuk suatu ritme hitungan pada setiap gerakan.

9 c. Selalu berkonsentrasi terhadap aba-aba dari komandan. d. Ladi dkk, (2003:20) mengatakan peraturan baris berbaris dimaksudkan untuk mengatur sekelompok orang dalam barisan melakukan gerakan bersama-sama secara tertib dan serempak baik gerakan di tempat maupun gerakan berjalan. Hendradjaja dkk, (2003:21) mengatakan bahwa pengetahuan baris berbaris sangat bermanfaat bagi peserta LATPRAJAB golongan I dan II baik selama mengikuti Diklat maupun setelah Diklat, guna mendukung tugas pokok. Pembinaan disiplin dan memupuk rasa kebersamaan antar peserta dilakukan melalui PBB. Gerakan energik dari kedisiplinan yang tinggi serta rasa karsa yang dihasilkan dari latihan baris berbaris sangat diperlukan dalam melaksanakan tugas. Apabila latihan baris berbaris benar-benar dapat diimplementasikan di dalam lingkup kedinasan, maka akan terjalin suatu kekompakan dan terbentuk suatu kedisiplinan dan loyalitas terhadap pimpinan. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi kinerja para aparatur negara sebagai pelayan masyarakat dalam membangun negara kesatuan republik Indonesia. Apabila hal ini terus dapat dilakukan secara konsisten dan kontinue, maka akan terbentuk suatu budaya kerja yang positif yang berpengaruh terhadap kinerja para aparatur negara dalam melakukan pelayanan prima terhadap masyarakat. 3. Unsur-Unsur yang di Bina dalam Peraturan Baris Berbaris (PBB) 3.1.Gerakan ditempat Gerak di tempat diperlukan untuk mempersiapkan atau merapihkan barisan dalam menghadapi upacara-upacara, melaksanakan apel kerja pagi/siang, apel belajar pagi/siang dan persiapan pelaporan belajar siang/malam.

10 Contoh : a. Sikap sempurna Membentuk sikap sempurna dengan aba-aba siap.gerak, (berdiri) atau duduk siap gerak (dalam keadaan duduk). 1. Begitu mendengar aba-aba siap.gerak (dilapangan/berdiri). Kaki kiri ditarik rapat lurus ke kaki kanan dan ujung kaki membentuk 45 derajat. Pandangan lurus ke depan, dagu di tarik, dada di busungkan dan perut ditarik dan dikempiskan. Tangan lurus ke bawah rapat dengan paha dan jari-jari dikepalkan serta ibu jari menempel di paha. 2. Setelah dilaksanakan tidak boleh bergerak lagi dan melirik ke kiri atau ke kanan serta bersuara atau senyum. 3. Khusus untuk diruangan kelas dalam rangka persiapan pelaporan belajar, begitu mendengar aba-aba duduk siap. gerak, langsung sikap sempuran di tempat duduk, pandangan lurus ke depan, kaki rapat, dagu di tarik, duduk tegak (dada busung), tangan mengepal menempel di kursi atau paha, tidak lagi bergerak dan melirik ke kiri atau ke kanan serta bersuara atau senyum. Gambar 1.1 Posisi siap (Sumber : upacara 17 Agustus 2010, Bandung 17 Agustus 2010)

11 b. Istirahat di tempat 1. Begitu mendengar aba-aba istirahat di tempat.gerak, langsung melakukan gerakan : kaki kiri dibuka selebar bahu (20-30 cm) dan tangan di tarik ke belakang menempel di punggung tangan kiri memegang pergelangan tangan kanan. 2. Pada waktu di istirahatkan pandangan tetap lurus ke depan, perhatian di pusatkan kepada pelatih/pimpinan barisan. Gambar 1.2 Posisi istirahat di tempat (Sumber : upacara Hardiknas 2009, Bandung 2 Mei 2009) 3. Hadap kanan/hadap kiri a. Hadap kanan

12 Begitu mendengar aba-aba hadap kanan.gerak, langsung melakukan gerakan yaitu kaki kiri diangkat serong ke kiri, kaki kiri sebagai poros berputar 90 derajat ke kanan. Badan putar 90 derajat ke kanan dan kaki kiri ditutup kembali ke sikap sempurna. b. Hadap kiri Begitu mendengar aba-aba hadap kiri.gerak, langsung melakukan gerakan yaitu kaki kanan di angkat serong ke kiri, kaki kiri sebagai poros berputar 90 derajat ke kiri. Badan putar 90 derajat dan kaki kanan di tutup kembali ke sikap sempurna. 4. Balik kanan Begitu mendengar aba-aba balik kanan.gerak langsung melakukan gerakan yaitu kaki kiri diangkat serong ke kanan, kaki kanan sebagai poros putar 180 derajat ke kanan/ke belakang. Badan putar 180 derajat ke kanan/ke belakang dan kaki kiri ditutup kembali ke sikap sempurna. 3.2.Gerak berjalan Menurut Riyanto dkk, (2003:25) gerakan berjalan diperlukan pada saat menggerakan, memindahkan, atau menggeser barisan dari suatu tempat ke tempat lain. Gerakan-gerakan berjalan ini sangat diperlukan kekompakan, ketertiban, keseragaman dalam rangka memupuk rasa tanggung kebersamaan. Contoh : a. Jalan di tempat 1. Ladi dkk, (2003:29) juga menjelaskan bahwa untuk merapihkan dan merapatkan barisan dapat dilakukan jalan di tempat, dengan aba-aba jalan di tempat. grak.

13 Begitu mendengar aba-aba jalan di tempat = gerak yang boleh jatuh pada kaki kiri dan boleh jatuh kaki kanan, langsung melakukan gerakan-gerakan : - Tambah satu langkah jika jatuh kaki kiri dan tambah dua langkah apabila jatuh kaki kanan. - Kaki/paha diangkat rata-rata air disamakan. 2. Pada saat jalan di tempat pandangan lurus ke depan, sambil merapihkan barisan. Yang menjadi patokan menyamaratakan kaki adalah penjuru yaitu orang yang paling depan sebelah kanan. 3. Tangan lurus ke bawah (tidak melenggang). Gambar 1.3 Jalan di tempat (Sumber : upacara 17 Agustus 2010, Bandung 17 Agustus 2010) b. Langkah tegap Begitu mendengar aba-aba langkah tegap maju jalan, langsung melakukan gerakan yaitu langkah pertama secara serempak dimulai dari kaki kiri di hentakan, tangan kanan lurus ke depan dan langsung melaksanakan langkah tegap. Posisi lengan lurus ke

14 depan ketika mengayun 45 derajat. Ketika sedang berjalan pandangan lurus ke depan dan yang menjadi penjuru sebagi patokan agar langkah tetap sama adalah orang yang paling depan sebelah kanan. Gambar 1.4 Langkah tegap Sumber : upacara 17 Agustus, Bandung 17 Agustus 2010 c. Hadap kanan maju jalan Barisan yang akan digerakan setelah dihadap kanankan langsung berjalan. Begitu mendengar aba-aba hadap kanan maju jalan, langsung melakukan gerakan yaitu hadap kanan, dengan ketentuan kaki kiri yang tadinya harus menutup tapi sekarang dihentikan menjadi langkah pertama. Tangan kanan lurus ke depan dan langsung jalan serta pelaksanaanya dilakukan serempak. Selanjutnya ketentuan dengan gerak maju jalan. C. Kebugaran Jasmani 1. Pengertian Kebugaran Jasmani

15 Tarigan (2009:27) kebugaran jasmani secara harfiah adalah kesesuaian fisik dan jasmani yang berarti harus sesuai dengan tuntutan tugas-tugasnya yang dalam pelaksanaannya tergantung pada aspek jasmaniah dan rohaniah individu bersangkutan. Kebugaran jasmani (KJ) adalah derajat sehat dinamis seseorang yang menjadi kemampuan jasmani dasar untuk dapat melaksanakan tugas yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu, diperlukan pembinaan dan pemeliharaan kebugaran jasmani seseorang. Untuk keberhasilan pelaksanaan tugas ini perlu adanya kesesuaian antara syarat yang harus di penuhi oleh si pelaksana yaitu yang bersifat anatomis dan fisiologis terhadap macam dan intensitas tugas fisik yang harus dilaksanakan. Di dalam aktivitas resimen mahasiswa dalam proses kegiatannya memerlukan kebugaran jasmani yang cukup baik untuk menunjang kegiatan berikutnya. Ada beberapa istilah lain yang dipergunakan untuk maksud yang sama dengan kebugaran jasmani yaitu : a. Kesegaran jasmani, b. Kesanggupan jasmani, dan c. Kesamaptaan jasmani. Kesemuanya tersebut dimaksudkan untuk menerjemahkan istilah asal yaitu Physiscal Fitness. Untuk dapat memahami arti kebugaran jasmani, perlu ditelusuri kembali ke istilah asalnya. Secara harfiah arti physical fitness adalah kecocokan fisik atau kesesuaian jasmani. Artinya harus ada sesuatu yang cocok dengan fisik atau dengan jasmani itu, yaitu macam atau ibaratnya tugas yang harus dilaksanakan oleh fisik atau jasmani itu. Dengan demikian secara garis besar bahwa kebugaran jasmani adalah kecocokan keadaan fisik terhadap tugas yang harus dilaksanakan oleh fisik itu, dengan perkataan lain : untuk dapat melaksanakan tugas

16 fisik tertentu dengan hasil yang baik diperlukan syarat-syarat fisik tertentu yang sesuai dengan sifat tugas fisik itu. 2. Komponen-komponen Kebugaran Jasmani 2.1. Komponen-komponen Kebugaran Jasmani Menurut Wiarto (2011) kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktifitas kehidupan sehari-hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap-tiap orang berbeda-beda sesuai dengan tugas/profesi masing-masing. Kebugaran jasmani terdiri dari komponenkomponen yang dikelompokkan menjadi kelompok yang berhubungan dengan kesehatan (Health Related Physical Fitness) dan kelompok yang berhubungan dengan keterampilan (Skill Related Physical Fitness). Dalam buku panduan ini hanya dijelaskan komponen kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan. a. Komposisi tubuh - Adalah persentase (%) lemak dari berat badan total dan indeks massa tubuh (IMT). - Lemak cepat meningkat setelah berumur 30 tahun dan cenderung menurun setelah berumur 60 tahun. - Memberi bentuk tubuh. b. Kelenturan/fleksibilitas tubuh - Adalah luas bidang gerak yang maksimal pada persendian, tanpa dipengaruhi oleh suatu paksaan atau tekanan. - Dipengaruhi oleh: jenis sendi; struktur tulang; jaringan sekitar sendi, otot, tendon dan ligamen. - Wanita (terutama ibu hamil) lebih lentur dari laki-laki. - Puncak kelenturan terjadi pada akhir masa pubertas.

17 - Penting pada setiap gerak tubuh karena meningkatkan efisiensi kerja otot. - Dapat mengurangi cedera (orang yang kelenturannya tidak baik cenderung mudah mengalami cedera). - Pengukuran: duduk tegak depan (sit and reach test) flexometer. c. Kekuatan Otot Adalah kontraksi maksimal yang dihasilkan otot, merupakan kemampuan untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Laki-laki kira-kira 25% lebih besar dari wanita (testoteron merupakan anabolik steroid), serta kekuatan dapat diukur dengan dinamometer. d. Daya tahan jantung paru Kemampuan jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada waktu kerja dalam mengambil O secara maksimal (VO maks) dan menyalurkannya keseluruh tubuh terutama jaringan aktif sehingga dapat digunakan untuk proses metabolisme tubuh. Kemampuan otot-otot besar untuk melakukan pekerjaan cukup berat dalam waktu lama secara terus menerus. Pengukuran : test lari 2,4 km (12 menit), bangku harvard test, ergocycles test merupakan pengukuran daya tahan otot. Kemampuan untuk kontraksi sub maksimal secara berulang-ulang atau untuk berkontraksi terus menerus dalam suatu waktu tertentu dapat mengatasi kelelahan Pembinaan Komponen Kebugaran Jasmani Menurut Tarigan (2009:45) uraian mengenai pentingnya komponen kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan melalui pendidikan jasmani di sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun komponen kebugaran jasmani tersebut meliputi daya tahan jantung, kekuatan, daya tahan otot dan kelentukan.

18 Komponen daya tahan jantung Daya tahan jantung dan paru adalah kesanggupan system jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada saat melakukan aktivitas sehari-hari, dalam waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Daya jantung dana paru (VO maks) adalah kesanggupan system jantung, paru, dan otot pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya ke jaringan yang aktif dan sehingga dapat digunakan kepada proses metabolism tubuh Cleland dkk, (2005). Daya tahan jantung paru dapat ditingkatkan dengan latihan yang direncanakan secara sistematis serta meningkatkan kemampuan system peredaran darah untuk mengantarkan oksigen ke otot Foss dan Keteyian (1998). Melakukan aktivitas dalam pendidikan jasmani dan olahraga dalam waktu yang cukup akan meningkatkan kemampuan mekanis paru, meningkatkan kemampuan difusi oksigen melalui membran paru, meningkatkan aliran darah ke paru, meningkatkan kapasitas pengambilan oksigen dalam darah dan meningkatkan kemampuan jantung memompa darah melalui peningkatan curah sekuncup Wilmore and Costill (2004: A. Purba. 2007). Menurut Astrand, VO maks ditentukan oleh kemampuan paru untuk menghirup udara dan mengalirkan udara melewati permukaan alveolus ke peredaran darah yang ditandai dengan ventilasi maksimum per menit dan kapasitas difusi paru-paru, kemampuan darah untuk mengangkut oksigen (seperti ditentukan oleh faktor konsentrasi hemoglobin), kemampuan sirkulasi jantung untuk menghantarkan oksigen ke otot yang sedang bekerja (curah jantung maksimum), kemampuan pembuluh darah untuk mengalirkan darah ke otot yang bekerja, kemampuan otot untuk menstransfer hemoglobin ke mitokondria dan kemampuan mitokondria untuk menggunakan oksigen.

PERATURAN BARIS BERBARIS

PERATURAN BARIS BERBARIS PERATURAN BARIS BERBARIS 1. Pengertian Baris Berbaris Suatu wujud fisik yang diperlukan untuk menanamkan kebiasaan tata cara hidup suatu organisasi masyarakat yang diarahkan kepada terbentuknya perwatakan

Lebih terperinci

PERATURAN BARIS BERBARIS

PERATURAN BARIS BERBARIS PERATURAN BARIS BERBARIS Acuan PBB-TNI AKMIL, Nomor: SKEP/23/III/2002, tanggal 4 Maret 2002 Tujuan Agar peserta didik mengerti dan dapat melaksanakan Peraturan Baris Berbaris sesuai dengan ketentuan. Penjelasan

Lebih terperinci

PERATURAN BARIS BARIS (P.B.B) ( Bag. I )

PERATURAN BARIS BARIS (P.B.B) ( Bag. I ) PERATURAN BARIS BARIS (P.B.B) ( Bag. I ) Peraturan Baris Berbaris yang digunakan di lingkungan Pramuka ada dua macam yakni Baris berbaris menggunakan tongkat dan tanpa tongkat. Untuk baris berbaris menggunakan

Lebih terperinci

: M. DEDY WIJAYA OPERASI : - SADAR RENCONG NAD TAHUN CINTA MEUNASAH NAD TAHUN HOBBY : OLAH RAGA MOTTO : IKHLAS SEMANGAT TUNTAS

: M. DEDY WIJAYA OPERASI : - SADAR RENCONG NAD TAHUN CINTA MEUNASAH NAD TAHUN HOBBY : OLAH RAGA MOTTO : IKHLAS SEMANGAT TUNTAS NAMA : M. DEDY WIJAYA TEMPAT LAHIR : PALEMBANG TANGGAL LAHIR : 29 DESEMBER 1977 ALAMAT : - JL. SRIJAYA NEGARA ASRAMA BRIMOB GANG MOUSER BLOK I NO. 5 BUKIT BESAR PALEMBANG - JL. MUSI RAYA BARAT LR.KETAPANG

Lebih terperinci

PERATURAN BARIS BARIS (P.B.B)

PERATURAN BARIS BARIS (P.B.B) PERATURAN BARIS BARIS (P.B.B) Peraturan Baris Berbaris yang digunakan di lingkungan Pramuka ada dua macam yakni Baris berbaris menggunakan tongkat dan tanpa tongkat. Untuk baris berbaris menggunakan tongkat

Lebih terperinci

PERATURAN BARIS-BERBARIS

PERATURAN BARIS-BERBARIS PERATURAN BARIS-BERBARIS SKEP. MENHAMKAM/PANGAB NO. 611/X/1985 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENGERTIAN Baris-berbaris adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan guna menanamkan kebiasaan dalam tata cara

Lebih terperinci

câüçt ctá~ uüt~t \ÇwÉÇxá t ]t~tüàt UtÜtà PERATURAN BARIS-BERBARIS Skep. Menhankam/Pangab No. 611/X/1985

câüçt ctá~ uüt~t \ÇwÉÇxá t ]t~tüàt UtÜtà PERATURAN BARIS-BERBARIS Skep. Menhankam/Pangab No. 611/X/1985 câüçt ctá~ uüt~t \ÇwÉÇxá t ]t~tüàt UtÜtà PERATURAN BARIS-BERBARIS Skep. Menhankam/Pangab No. 611/X/1985 Halaman 1 dari 31 PERATURAN BARIS-BERBARIS BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENGERTIAN Baris-berbaris

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu cara yang di tempuh untuk memperoleh

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu cara yang di tempuh untuk memperoleh BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang di tempuh untuk memperoleh tujuan. Adapun tujuan penelitian adalah mengungkapkan, menggambarkan, dan menyimpulkan

Lebih terperinci

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III Drs. M. Jani Ladi Hartoto Hendradjaja, SH, MM Drs. Ambar Riyanto Lembaga Administrasi Negara - Republik Indonesia 2006 Hak Cipta Pada : Lembaga Administrasi

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN DASAR CALON PNS TATA UPACARA SIPIL DAN KEPROTOKOLAN. LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NATIONAL INSTITUTE of PUBLIC ADMINISTRATION

MODUL PELATIHAN DASAR CALON PNS TATA UPACARA SIPIL DAN KEPROTOKOLAN. LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NATIONAL INSTITUTE of PUBLIC ADMINISTRATION MODUL PELATIHAN DASAR CALON PNS TATA UPACARA SIPIL DAN KEPROTOKOLAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NATIONAL INSTITUTE of PUBLIC ADMINISTRATION MODUL PELATIHAN DASAR CALON PNS TATA UPACARA SIPIL DAN KEPROTOKOLAN

Lebih terperinci

MENINGKATKAN NILAI KEINDONESIAN MELALUI UPACARA BENDERA DI SEKOLAH DASAR

MENINGKATKAN NILAI KEINDONESIAN MELALUI UPACARA BENDERA DI SEKOLAH DASAR MENINGKATKAN NILAI KEINDONESIAN MELALUI UPACARA BENDERA DI SEKOLAH DASAR Bertika Kusuma Prastiwi, S.Pd.Jas, M.Or Dosen PJKR bertikakusuma@gmail.com Abstrak Tujuan dari artikel ini untuk menginformasikan

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

PROFIL INDEKS MASSA TUBUH DAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PJKR UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI TAHUN 2015/2016

PROFIL INDEKS MASSA TUBUH DAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PJKR UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI TAHUN 2015/2016 PROFIL INDEKS MASSA TUBUH DAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PJKR UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI TAHUN 2015/2016 Aridhotul Haqiyah 1 Universitas Islam 45 Bekasi ary_haqiyah@yahoo.co.id Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani 2.1.1 Pengertian Kesegaran jasmani sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keolahragaan. Kesegaran jasmani biasa diucapkan dengan

Lebih terperinci

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot Kebugaran jasmani harus dipenuhi oleh setiap orang. Kebugaran jasmani merupakan pendukung keberhasilan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Latihan kebugaran jasmani meliputi daya tahan, kekuatan, kelenturan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani yang baik agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani yang baik agar dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani yang baik agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan efektif dan efesien tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical fitness).

Lebih terperinci

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani Gerak Berirama Gerak berirama disebut juga gerak ritmik. Gerak ini dilakukan dalam gerakan dasar di tempat. Contoh dari gerakan yang berirama adalah gerak jalan, menekuk, mengayun, dan sebagainya. Ayo

Lebih terperinci

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban 1. Apa yang dimaksud dengan gerak olahraga? Gerak yang dilakukan atas dasar fakta empiris dan secara deduktif menunjukkan aktifitas gerak yang mempunyai ciri-ciri

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017 PENGUKURAN KOMPONEN BIOMOTORIK MAHASISWA PUTRA SEMESTER V KELAS A FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN IKIP PGRI BALI TAHUN 2017 I Gusti Putu Ngurah Adi Santika, S.Pd., M.Fis. Fakultas Pendidikan

Lebih terperinci

Melebihi batas waktu yang telah ditentukan panitia, dengan rincian sebagai berikut : Lebih 2 menit dari waktu yang telah ditentukan = - 15 point

Melebihi batas waktu yang telah ditentukan panitia, dengan rincian sebagai berikut : Lebih 2 menit dari waktu yang telah ditentukan = - 15 point LOMBA LKBBT a. Ketentuan Umum 1) Jenis Perlombaan a) LKBBT dasar b) Formasi dan Variasi 2) Ketentuan Peserta a) Peserta yaitu pelajar SMP/MTs/sederajat Se-Jawa Barat. b) Setiap pleton terdiri dari 12 orang,

Lebih terperinci

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI I. Hakikat Latihan Kebugaran Jasmani II. KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu dalam masyarakat berperan penting sebagai agen dari suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut membutuhkan suatu keadaan yang mendukung

Lebih terperinci

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan latihan dengan gerakan-gerakan berikut ini. "Saya seorang wanita berusia 30 tahun. Secara teratur, saya melakukan olahraga jalan pagi. Setiap latihan waktunya antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan.

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) memerlukan tingkat kebugaran jasmani lebih tinggi dibandingkan orang biasa karena beratnya tugas yang diemban. Kebugaran jasmani

Lebih terperinci

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan LAMPIRAN 7 Prosedur Pelaksanaan Tes 1. Tes Daya Tahan (Endurance) menggunakan Balke Test Prosedur tes : a. Tujuan untuk mengukur daya tahan kerja jantung dan pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2

Lebih terperinci

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117 BAB V KEBUGARAN JASMANI Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117 Kebugaran jasmani merupakan alat pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, juga merupakan upaya untuk meningkatkan dan

Lebih terperinci

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Pengantar : Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan menjadi instrumen

Lebih terperinci

PETUNJUK PENILAIAN DAN DENAH LOMBA TATA UPACARA BENDERA DAN BARIS BERBARIS PEMUDA (SISWA SMA/SMK/MA) TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017

PETUNJUK PENILAIAN DAN DENAH LOMBA TATA UPACARA BENDERA DAN BARIS BERBARIS PEMUDA (SISWA SMA/SMK/MA) TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 PETUNJUK PENILAIAN DAN DENAH LOMBA TATA UPACARA BENDERA DAN BARIS BERBARIS PEMUDA (SISWA SMA/SMK/MA) TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 I. TATA UPACARA BENDERA UNTUK TINGKAT KAB/KOTA, eks. KARESIDENAN

Lebih terperinci

Pelaksanaan. Hari, Tanggal Waktu Tampat

Pelaksanaan. Hari, Tanggal Waktu Tampat PETUNJUK SMP/MTs. TEKNIS Nama Kegiatan Wahana Unjuk Kreatifitas untuk Fastabiqulkhairat (WUKUF) merupakan ajang silaturahmi dan unjuk kreatifitas antar anggota Pramuka se-indonesia yang diselenggarakan

Lebih terperinci

KONSEP PENDIDIKAN KEB. JASMANI

KONSEP PENDIDIKAN KEB. JASMANI KONSEP PENDIDIKAN KEB. JASMANI 1. Definisi kebugaran jasmani 2. Komponen kebugaran jasmani 3. Permasalahan kebugaran jasmani 4. Kiat/cara mencapai keb. jasmani DEFINISI KEB. JASMANI Kebugaran jasmani (Physical

Lebih terperinci

DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN

DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN SELEKSI BERSAMA MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI 2015 PROSEDUR PELAKSANAAN DAN RUBRIK PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN BIDANG KEOLAHRAGAAN 1. MATERI UJIAN Uji Keterampilan

Lebih terperinci

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Lampiran 4. TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Pengantar : Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP

PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP 19830127 200604 2 001 Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka a. Kebugaran Jasmani Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan peningkatan kebugaran jasmani bagi siswa. Batasan mengenai kebugaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Paru-paru terdiri dari bagian kanan dan kiri. Paru-paru kanan memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Paru-paru terdiri dari bagian kanan dan kiri. Paru-paru kanan memiliki 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Fisiologi Paru-Paru Paru-paru terdiri dari bagian kanan dan kiri. Paru-paru kanan memiliki tiga lobus yaitu lobus atas, lobus tengah dan lobus bawah. Paru-paru kiri memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik. 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat VO2max Burns (2000:2) VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN LOMBA KREASI KETANGKASAN BARIS BERBARIS (LKKBB) STEKMENSI XVI SMK NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

PETUNJUK PELAKSANAAN LOMBA KREASI KETANGKASAN BARIS BERBARIS (LKKBB) STEKMENSI XVI SMK NEGERI 1 KOTA SUKABUMI PETUNJUK PELAKSANAAN LOMBA KREASI KETANGKASAN BARIS BERBARIS (LKKBB) STEKMENSI XVI SMK NEGERI 1 KOTA SUKABUMI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal I PESERTA a) Peserta lomba adalah pelajar SMP,MTsSederajat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan laki-laki 50,9 tahun. Pada tahun 1985

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan laki-laki 50,9 tahun. Pada tahun 1985 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Di Indonesia angka harapan hidup semakin meningkat. Pada tahun 1980 angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan laki-laki 50,9 tahun. Pada tahun 1985 meningkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Daya tahan kardiorespirasi adalah salah satu unsur kebugaran jasmani yang menggambarkan kemampuan pembuluh paru-paru jantung dan darah untuk memberikan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sehat juga keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal sangatlah penting.

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal sangatlah penting. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi seseorang menunjukkan seberapa besar kebutuhan fisiologis individu tersebut telah terpenuhi. Keseimbangan antar nutrisi yang masuk dan nutrisi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan mudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan mudah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebugaran Jasmani Menurut Sadoso Sumodisardjono (1989;9), Kebugaran Jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan mudah tanpa meraskan lelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebugaran Jasmani Lutan (2001:7), mengatakan bahwa kebugaran jasmani (yang terkait dengan kesehatan) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan

Lebih terperinci

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Pengantar : Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan menjadi instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, terlebih dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Tingkat kebugaran

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, terlebih dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Tingkat kebugaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, olahraga adalah salah satu bentuk dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang diarahkan pada pembentukan watak, kepribadian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian mengenai Perbandingan Antara Lansia Yang Melakukan Olahraga Jalan Kaki dengan Tenis terhadap Kebugaran Jasmani (Health Related Physical

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat dan segala kemampuan. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan bergerak, bekerja

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Olahraga merupakan salah satu kesatuan yang memiliki tujuan cukup luas antaranya adalah untuk prestasi, pendidikan, dan sebagai aktivitas untuk kesehatan,

Lebih terperinci

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain.

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain. DADA 1. Breast Twist Fly 1. Posisikan tubuh bersandar incline pada bench dengan kedua tangan terbuka lebar memegang dumbbell. Busungkan dada untuk gerakan yang optimal. Angkat kedua dumbbell ke depan dengan

Lebih terperinci

Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. 1) lintasan lurus, datar, tidak licin, berjarak 30 meter, dan mempunyai

Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. 1) lintasan lurus, datar, tidak licin, berjarak 30 meter, dan mempunyai Lampiran Petunjuk Pelaksanaan TKJI Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Petunjuk Pelaksanaan Tes 1. Lari 40 meter a. Tujuan Tes lari ini adalah untuk mengetahui atau mengukur kecepatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kualitas hidup seseorang, akan tetapi nilai kebugaran jasmani

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kualitas hidup seseorang, akan tetapi nilai kebugaran jasmani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani merupakan salah satu bagian terpenting dalam mempertahankan kualitas hidup seseorang, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap-tiap orang berbeda-beda

Lebih terperinci

Peta Konsep GERAK RITMIK

Peta Konsep GERAK RITMIK Gerak Ritmik Apakah kamu tahu tentang senam aerobik? Senam aerobik termasuk salah satu senam ritmik. Senam aerobik biasanya diiringi dengan musik dan dipandu oleh instruktur. Mengapa banyak orang yang

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN KADET POLIS KAWAD TANGAN (TANPA SENJATA) DALAM KEDUDUKAN STATIK BAHAGIAN 1 SIRI 1

BUKU PANDUAN KADET POLIS KAWAD TANGAN (TANPA SENJATA) DALAM KEDUDUKAN STATIK BAHAGIAN 1 SIRI 1 BUKU PANDUAN KADET POLIS KAWAD TANGAN (TANPA SENJATA) DALAM KEDUDUKAN STATIK BAHAGIAN 1 SIRI 1 NAMA PELAJAR : TINGKATAN : SEDIA SKUAD! SKUAD SDIA! SKUAD SEDIA DENGAN NOMBOR! SKUAD UP! SKUAD SATU 1. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan kesadaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan kesadaran bahwa hal tersebut bagian dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lapangan Asrama PPLP Sumatera Utara di Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal 2.

Lebih terperinci

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti TUJUAN MODUL Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat: 1. Memahami konsep dukungan latihan fisik untuk asuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

BIAYA PENDAFTARAN IDR ,-

BIAYA PENDAFTARAN IDR ,- BIAYA PENDAFTARAN IDR 150.000,- Juara Umum Juara Utama Juara Madya Juara Mula Juara Harapan Variasi Formasi Komandan Terbaik Best Dress Contak Person : Wandi (083818087696) Dhesty (085215365126) PASKIBRA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. validitas dan reliabilitas. Dalam bab ini akan dikemukakan hal-hal yang

III. METODE PENELITIAN. validitas dan reliabilitas. Dalam bab ini akan dikemukakan hal-hal yang 33 III. METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Metodologi penelitian perlu diterapkan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang sebenarnya untuk memperoleh data yang mempunyai tingkat validitas dan reliabilitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fisik dengan baik untuk memacu semangat belajar.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fisik dengan baik untuk memacu semangat belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical fitness).

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMP/MTs :... Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan : VII (Tujuh )/1 (satu) : Mempraktikan

Lebih terperinci

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk

Lebih terperinci

KETENTUAN LOMBA PENGIBARAN

KETENTUAN LOMBA PENGIBARAN KETENTUAN LOMBA PENGIBARAN KETENTUAN PENDAFTARAN, TECHNICAL MEETING DAN DAFTAR ULANG 1. Pendaftaran Hari, tanggal : Sabtu 1 Oktober 2016 - Minggu, 6 November 2016 Pukul : 15.00 WIB 21.00 WIB Biaya pendaftaran

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DI SEKOLAH

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DI SEKOLAH PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DI SEKOLAH Disampaikan pada Pelatihan Pembina Pasukan Pengibar Bendera Tingkat SMP/MTs, SMA/MA dan SMK Kabupaten Bintan Tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebugaran jasmani Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk pembinaan dan peningkatan kebugaran jasmani bagi siswa. Batasan mengenai kebugaran jasmani dikemukakan

Lebih terperinci

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit Budaya Hidup Aktif Melalui Aktifitas Fisik RUMPIS AGUS SUDARKO FIK UNY STATUS KESEHATAN Sehat &Bugar Sehat Sakit Gambar : Modifikasi Kondisi Sakit - Sehat - Bugar Pendahuluan Perkembangan IPTEKS mempermudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berdampak buruk pada kesehatan. Menurut Alder dan Higbee, walaupun

BAB I PENDAHULUAN. dapat berdampak buruk pada kesehatan. Menurut Alder dan Higbee, walaupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola hidup masyarakat zaman sekarang yang cenderung tidak banyak melakukan aktivitas fisik adalah hal yang patut diwaspadai karena kebiasaan ini dapat berdampak buruk

Lebih terperinci

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar Lampiran 4 No. Panduan Senam Bugar Lansia (SBL) Langkah Gerakan SBL Bag. 1 Gerakan Pemanasan Gambar Latihan Pernapasan 1. Meluruskan badan dengan kedua tangan lurus ke bawah sejajar dengan kedua sisi tubuh.

Lebih terperinci

PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK. ppkc

PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK. ppkc PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK ppkc Terapi Sentuh (Touch Therapy) Metode sentuh untuk sehat adalah pendekatan atau terobosan baru dalam pemeliharaan kesehatan. Metode inipun bisa digabungkan dengan

Lebih terperinci

FORMULIR B TATA UPACARA PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE 66 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN

FORMULIR B TATA UPACARA PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE 66 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN N O WAKT U (WIB) FORMULIR B TATA UPACARA PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE 66 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 Hari :Rabu tanggal 17 Agustus 2011 ACARA URAIAN PEMBAWA

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 29 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Proses suatu penelitian hendaknya dapat ditentukan suatu metode penelitian yang akan digunakan, hal ini berdasarkan pada suatu pemahaman bahwa metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Lempar Lembing Lempar lembing merupakan salah satu nomor pada cabang olahraga atletik yang diperlombakan dalam perlombaan nasional maupun internasional, baik untuk putra

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat yang menjadi acuan sebuah penelitian dan penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas

Lebih terperinci

Melatih Kebugaran. Kecepatan gerak Loncat katak

Melatih Kebugaran. Kecepatan gerak Loncat katak Pelajaran 7 Melatih Kebugaran Kata Kunci Daya tahan Kekuatan Kelentukan Kecepatan gerak Loncat katak Mencium lutut Lari berbelok-belok Saat di semester 1, kalian pernah berlatih meningkatkan daya tahan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kodratnya dengan tidak bergerak dan tidak beraktivitas. Banyak manfaat

I. PENDAHULUAN. kodratnya dengan tidak bergerak dan tidak beraktivitas. Banyak manfaat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk bergerak, oleh karena itu tidak boleh melawan kodratnya dengan tidak bergerak dan tidak beraktivitas. Banyak manfaat yang diperoleh dengan bergerak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa

Lebih terperinci

BAB VIII RENANG. 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

BAB VIII RENANG. 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK BAB VIII RENANG 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Olahraga renang merupakan alat pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, juga merupakan upaya mempelajari manusia bergerak. Pilih salah satu gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses transfer falsafah dan sistem nilai,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses transfer falsafah dan sistem nilai, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses transfer falsafah dan sistem nilai, pengetahuan dan kemampuan sebagai bagian paling penting dari investasi sumber daya manusia.

Lebih terperinci

RESIMEN MAHASISWA. Oleh : KOMANDAN RESIMEN MAHASISWA MAHAKARTA H. PURWANTA, S.IP., MM. NBP

RESIMEN MAHASISWA. Oleh : KOMANDAN RESIMEN MAHASISWA MAHAKARTA H. PURWANTA, S.IP., MM. NBP RESIMEN MAHASISWA Oleh : KOMANDAN RESIMEN MAHASISWA MAHAKARTA H. PURWANTA, S.IP., MM. NBP. 90691005842 CURICULUM VITAE Nama : H. Purwanta, S.IP., MM. NBP : 90691005842 TTL : Yogyakarta, 7 Januari 1969

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan September November

METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan September November 18 III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan September November 2010 di kelas VIIIF semester ganjil SMP Negeri 1 Padangratu Tahun Pelajaran 2010/2011.

Lebih terperinci

SENAM. Bahan Belajar Mandiri

SENAM. Bahan Belajar Mandiri SENAM Bahan Belajar Mandiri PENDAHULUAN Bersenam merupakan salah satu dasar dalm pelaksanaan kegiatan berolah raga. Bersenam juga termasuk salah satu program kegiatan dalam kurikulum pendidikan jasmani

Lebih terperinci

Olahraga Bagi Orang yang Sibuk Di Kantor

Olahraga Bagi Orang yang Sibuk Di Kantor Olahraga Bagi Orang yang Sibuk Di Kantor Oleh: Yudik Prasetyo Staf Pengajar Fakultas Ilmu Keolahragaan, UNY Pendahuluan Pada era globalisasi ini, orang semakin disibukan dengan berbagai pekerjaan untuk

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR I. SENAM UNTUK ANAK SEKOLAH DASAR: 1. Menyenangkan, 2. Memberikan tantangan untuk setiap aktivitas jenjang keterampilan, 3. Memberi peluang yang menyenangkan untuk mengukur peningkatan keterampilannya

Lebih terperinci

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) Pengertian Tes Kebugaran Jasmani Tes kebugaran jasmani adalah suatu instrument yang digunakan untuk mendapatkan suatu informasi tentang individu atau objek-objek.

Lebih terperinci

LAILATIS SHOFIA NIM :

LAILATIS SHOFIA NIM : UNIVERSITAS JEMBER CHARACTER BUILDING Resume Kegiatan LAILATIS SHOFIA NIM : 1515110501174 Character Building adalah salah satu dari serangkaian kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus (PK2) Universitas Jember

Lebih terperinci

SIKAP HORMAT DAN TEGAK

SIKAP HORMAT DAN TEGAK SIKAP HORMAT DAN TEGAK Sikap tegak yang digunakan untuk menghormati kawan maupun lawan. Posisi sikap hormat adalah badan tegap, kaki rapat tangan di depan dada terbuka dan rapat dengan jari-jari tangan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian LAMPIRAN 51 Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian 52 Lampiran 2. Surat Ijin Riset/Survei/PKL 53 Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dari Sekolah PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Soreang. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Soreang. Meskipun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lay up shoot merupakan salah satu teknik dalam permainan bolabasket yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Soreang. Meskipun tidak spesifik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahun 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahun 2014 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian yaitu di Kabupaten Pati, untuk wilayah dataran rendah berada di Kecamatan Jakenan dan Winong sedangkan untuk wilayah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional, yaitu studi yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh banyak kalangan. namun dalam pelaksanaannya pengajaran pendidikan jasmani

Lebih terperinci

JURNAL EFFORTS TO INCREASE ACHIEVEMENT 50 METER RUN IN CLASS VI MI. TAUFIQUS SHIBYAN 01 TLANGOH SUB PROPPO PAMEKASAN LESSON YEAR 2015/2016

JURNAL EFFORTS TO INCREASE ACHIEVEMENT 50 METER RUN IN CLASS VI MI. TAUFIQUS SHIBYAN 01 TLANGOH SUB PROPPO PAMEKASAN LESSON YEAR 2015/2016 JURNAL UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR LARI 50 METER PADA SISWA KELAS VI MI. TAUFIQUS SHIBYAN 01 TLANGOH KECAMATAN PROPPO KABUPATEN PAMEKASAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 EFFORTS TO INCREASE ACHIEVEMENT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1958 TENTANG TANDA-TANDA PENGHARGAAN UNTUK ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1958 TENTANG TANDA-TANDA PENGHARGAAN UNTUK ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1958 TENTANG TANDA-TANDA PENGHARGAAN UNTUK ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : 1. Bahwa Angkatan Perang dalam usahanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas seharihari dengan giat dan penuh kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan dengan energi yang cukup

Lebih terperinci