KEWIRAUSAHAAN sbg Penunjang Kesejahteraan Masyarakat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEWIRAUSAHAAN sbg Penunjang Kesejahteraan Masyarakat"

Transkripsi

1 KEWIRAUSAHAAN sbg Penunjang Kesejahteraan Masyarakat Pembekalan KKN 22 Nov 2016 Andy Kridasusila SE MM

2 Kasus pengangguran di Indonesia Jumlah pengangguran di Indonesia 10 % adalah kaum intelek yg menyandang gelar pendidikan perguruan tinggi. Untuk memajukan perekonomian dan kesejahteraan Indonesia butuh 4 juta wirausaha terutama yg Inovatif,di Indonesia baru ada atau 0,18%. Sebaiknya 2% dari populasi (Ir.Ciputra, Kompas )

3 FAKTA di Indonesia Pelaku UMKM yg mencapai 99% dari total 52,769 juta pelaku usaha di Indonesia Roda perekonomian terus berputar karena UMKM hanya membutuhkan asset paling besar 10 miliar. Usaha mikro asset maksimalnya cukup 50 juta hingga usahanya bisa terus bergerak walaupun tertimpa krisis

4 Relevansi Pertumbuhan wirausaha dg KKN Pertumbuhan wirausaha di Indonesia masih dibawah 1% (23 Juli 2013), jauh dibandingkan singapura yg mencapai 7%. Utk memacu tumbuhnya kewirausahaan ini dinilai perlu ada komitmen Mahasiswa melalui KKN diharapkan menjadi motor penggerak pertumbuhan wirausaha dengan pendampingan, pelatihan dan penyuluhan

5 Wirausahawan dunia terkenal :

6 Wirausahawan Indonesia

7 Ada tiga jenis Wirausaha (Ir.Ciputra) 1.Necessity Entrepreneur yaitu menjadi wirausaha karena terpaksa dan desakan kebutuhan hidup. 2.Replicative Entrepreneur, cenderung meniru-niru bisnis yang sedang trend, sehingga rawan terhadap persaingan dan kejatuhan. 3.Inovative Entrepreneur, wirausaha inovatif yang terus berpikir kreatif dlm melihat peluang dan meningkatkannya.

8 Wirausahawan lokal Dorce Lussi, Pengusaha Tenun yang Sukses Omzet Rp. 60 juta per bulan Butuh perjuangan yang kenal lelah dari perempuan asal Rote Ndao ini untuk mendapatkan nilai tersebut dengan usahanya di bidang pakaian dan souvenir berbahan dasar tenun NTT

9 Hendy Setiono (27 th) perusahaan yang dipimpin beromzet lebih dari 4 miliar per bulan. Anak muda asal Surabaya ini adalah Presiden Direktur Kebab Turki Baba Rafi Surabaya. Kebab Baba Rafi berdiri sejak September 2003 hingga kini telah memiliki 100 outlet di 16 kota yang tersebar di seluruh Indonesia.

10 Firmansyah Budi Prasetyo, S.H Alumnus Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada yang meniti karirnya dalam bidang wirausaha. Pemilik usaha dengan merek dagang Tela Krezz ini merupakan pebisnis muda yang kreatif, memanfaatkan singkong untuk ladang bisnisnya. Memulai usaha dengan modal Rp 3 juta sejak Nov 2006 dan sebuah gerobak yang tidak terpakai. Inilah yang kemudian membawanya hingga menjadi salah satu milyader muda Indonesia.

11 Andrie Wongso SDTT

12 Latar belakang perlu berwirausaha Agar mampu menatap masa depan yang lebih baik, Berwirausaha menjadikan seseorang mampu mandiri, membuka lapangan kerja bagi orang lain. Menjadi Bos bagi usahanya atau lebih baik membayar gaji dari pada menjadi orang gajian.

13 Kendala bagi seseorang memulai usaha : Adanya ketakutan akan rugi atau bangkrut; Merasa tidak memiliki masa depan yang pasti jika berwirausaha; Merasa bingung darimana memulai usaha.

14 WIRAUSAHA DENGAN CERDAS? PRINSIP : 1. Pahami setiap tindakan yg akan dilakukan, ikhlas, terencana, terkonsep,dengan langkah & strategi jitu jgn sekedar iseng atau coba-coba. 2. Peluang sukses selalu ada; kerja keras, lurus dan benar, cermat, serta hemat

15 Mengetahui teknik pemasaran. Menanamkan motivasi sehingga bergerak secara dinamis,kompak. Mengatur pos pengeluaran,tidak besar pasak dari pada tiang

16 Ingat Allah

17 Jenis badan hukum yg dpt dipilih 1.Perusahaan Perseorangan 2.Firma 3.Perseroan Komanditer 4.Koperasi 5.Yayasan 6.Perseroan Terbatas

18 Faktor-faktor penyebab kegagalan usaha; 1.Data dan informasi tdk lengkap 2.Salah perhitungan 3.Pelaksanaan pekerjaan salah 4.Kondisi lingkungan 5. Akses Modal

19 Untuk memperoleh modal usaha perlu diperhatikan : 1.Tujuan perusahaan 2.Masa pengembalian modal 3.Biaya yg dikeluarkan 4.Estimasi keuntungan

20 Prioritas jenis keterampilan yang relevan dengan pasar kerja dan/atau usaha di pedesaan (1). Pertanian, (2). Perkebunan, (3). Perikanan darat dan laut, (4). Kehutanan, (5) Peternakan, (6) Pertukangan, (7). Keterampilan lain yang dianggap laku di pasar sekitar (marketable).

21 Pola pendekatan penyelenggaraan dalam menggerakkan kewirausahaan desa 1. Analisis Kebutuhan (Need assessment) Need assessment atau penjajagan kebutuhan dilakukan dalam dua cara, yakni: (a) Mencari informasi tentang peluang usaha/kerja (b) Mengidentifikasi potensi usaha/pasar dengan memberdayakan potensi sumber daya alam sekitar

22 Pola pendekatan penyelenggaraan dalam menggerakkan kewirausahaan desa 2. Pelatihan Kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan kurikulum sesuai kebutuhan hasil need assessment (kebutuhan pasar kerja atau pasar usaha), namun tetap berbasis kompetensi yang mencakup: (a) Kompetensi personal (b) Kompetensi sosial (c) Kompetensi akademik (d) Kompetensi profesional/vocational;

23 Pola pendekatan penyelenggaraan dalam menggerakkan kewirausahaan desa 3. Tindak Lanjut : (a) Bekerja pada ke unit-unit produksi yang ada sesuai dengan keterampilan yang diajarkan; (b) Berusaha mandiri Lembaga penyelenggara kewirausahaan desa antara lain: a) Lembaga Penyelenggara Kursus (LPK), b) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), c) Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)

24 Mahasiswa melakukan pendampingan : 1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya 2. Kelembagaan sistem pembangunan partisipatif 3. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal 4. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat 5. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.

25 KELOMPOK SASARAN Menjadikan rumah tangga miskin (RTM) sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan melalui pentingnya pemberdayaan kewirausahaan sebagai pendekatan yang dipilih

26 Penyuluhan Kewirausahaan Desa

27 Aktivitas Wirausaha Desa

28 Warung kuliner bebek Warung-warung tenda di Jakarta, Bogor, Depok Tangerang, dan Bekasi yang menyajikan menu bebek dengan berbagai variasinya nyaris selalu ramai diserbu pengunjung. Selain mengindikasikan minat menyantap daging bebek, maraknya warung bebek sedikit banyak juga menggambarkan bisnisnya.

29 Warung kuliner bebek Seporsi menu bebek bisa mendatangkan laba bersih Rp Dengan asumsi, harga bebek Rp22.000/ekor dan tiap ekor dipotong jadi 4 bagian. Satu porsi menu bebek lengkap (nasi, lalapan dan sambal) dijual Rp Rata-rata keuntungan yang diperoleh warung kaki lima maupun outlet berkisar Rp Rp 2,4 juta/hari.

30 Kuliner Bebek

31 Bebek Lokal Melejit, Pasokan Sulit Permintaan tinggi bebek potong lokal tidak diimbangi dengan pasokan memadai. Usaha penetasan telur bebek skala rakyat justru banyak gulung tikar Jakarta (± 10,5 juta penduduk) membutuhkan pasokan bebek lokal 5000 ekor/ hari dan bebek peking 1000 ekor/hari Harga Bebek Lokal 0.8 kg Rp /ekor

32 Bisnis Bebek

33 Peternak Bebek sukses Nasib tidak akan berubah kecuali orang tersebut yang merubahnya Ungkapan itu tampaknya diilhami oleh Slamet Daroini warga Dusun Subontoro Desa Kebon Duren Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar. Pria yang sebelumnya berprofesi sebagai kuli angkut Tebu kini sukses setelah beralih menjadi pengusaha telur bebek.

34 Slamet Daroini (UD NOVA) Dalam sehari bebeknya mampu memproduksi telur hingga 1800 butir. Dari jumlah tersebut untuk memenuhi pesanan, Slamet juga mengumpulan telur dari peternak lainnya. Dalam seminggu UD Nova Sejahtera mampu mengirimkan telur ke Jakarta dan Banjarmasin sebanyak 4 kali pengiriman (4 truk/minggu) dengan muatan butir/truk. Omzet Rp. 50 juta/bulan

35 Analisis Usaha Budidaya Bebek MODAL INVESTASI 1. Buat kandang bebek (4m x 4m) 100 ekor x 2 kandang Rp ,- 2. Sewa lahan 1 tahun Rp ,- + Total investasi Rp ,-

36 Modal Kerja Usaha bebek (ilustrasi) 1. Beli DOD 200 ekor x Rp ,- Rp ,- 2. Pakan 3,75 kg/bebek/bulan x Rp 3.000/kg x Rp ,- 200 ekor x 2 bulan 3. Biaya vaksin & vitamin Rp ,- 4. Upah tenaga kerja Rp ,- x 2 bulan Rp ,- 5. Penyusutan kandang (2 tahun) Rp ,- 6. Penyusutan sewa lahan (1 tahun) Rp ,- 7. Biaya operasional Rp ,- x 2 bulan Rp ,- + Total modal kerja Rp ,-

37 Hasil Usaha Budidaya Bebek PEMASUKAN 200 ekor x 1,3 kg x Rp ,- = Rp ,- Laba = Rp Rp = Rp ,-

38

39

40

41

42

43 Selamat Melaksanakan KKN 2014

Kewirausahaan I Review Evaluasi Refleksi

Kewirausahaan I Review Evaluasi Refleksi Modul ke: 15 Eko Fakultas EKONOMI & BISNIS Kewirausahaan I Review Evaluasi Refleksi Putra Boediman Program Studi MANAJEMEN B = BERBASIS ILMU I = NOVATIF S = STRATEGI N = NIAT YANG KUAT I = INFORMASI &

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR DARI MK. KEWIRAUSAHAAN SISTEMIK DAN ILMIAH 2). MENJADI WIRAUSAHAWAN YANG BERBASIS ILMU PENGETAHUAN, DENGAN MODAL BISNIS.

KOMPETENSI DASAR DARI MK. KEWIRAUSAHAAN SISTEMIK DAN ILMIAH 2). MENJADI WIRAUSAHAWAN YANG BERBASIS ILMU PENGETAHUAN, DENGAN MODAL BISNIS. KOMPETENSI DASAR DARI MK. KEWIRAUSAHAAN 1). MENJADI ILMUWAN DAN PROFESIONAL YANG BERFIKIR KRITIS, KREATIF, INOVATIF, SISTEMIK DAN ILMIAH 2). MENJADI WIRAUSAHAWAN YANG BERBASIS ILMU PENGETAHUAN, DENGAN

Lebih terperinci

Pertemuan 1. Wiraswasta dan Wirausaha

Pertemuan 1. Wiraswasta dan Wirausaha Pertemuan 1 Wiraswasta dan Wirausaha KOMPETENSI DASAR DARI MK. KEWIRAUSAHAAN 1). MENJADI ILMUWAN DAN PROFESIONAL YANG BERFIKIR KRITIS, KREATIF, INOVATIF, SISTEMIK DAN ILMIAH 2). MENJADI WIRAUSAHAWAN YANG

Lebih terperinci

Pertemuan 1. Wiraswasta dan Wirausaha

Pertemuan 1. Wiraswasta dan Wirausaha Pertemuan 1 Wiraswasta dan Wirausaha KOMPETENSI DASAR DARI MK. KEWIRAUSAHAAN 1). MENJADI ILMUWAN DAN PROFESIONAL YANG BERFIKIR KRITIS, KREATIF, INOVATIF, SISTEMIK DAN ILMIAH 2). MENJADI WIRAUSAHAWAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut

BAB I PENDAHULUAN. juga cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) sering disebut juga sebagai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu kekuatan pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi.gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang berkepanjangan membawa dampak besar terhadap perkembangan ekonomi dan keadaan hidup pada penduduk Indonesia. Hal tersebut dikarenakan banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bisnis untuk mengetahui suatu usaha tersebut layak atau tidak untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan bisnis untuk mengetahui suatu usaha tersebut layak atau tidak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk membangun suatu usaha diperlukan adanya sebuah perencanaan dan bisnis untuk mengetahui suatu usaha tersebut layak atau tidak untuk dipasarkan kepada masyarakat.

Lebih terperinci

Merintis, memulai, dan menggembangkan usaha. Oleh Azmi Hikmah Fajrina

Merintis, memulai, dan menggembangkan usaha. Oleh Azmi Hikmah Fajrina Merintis, memulai, dan menggembangkan usaha Oleh Azmi Hikmah Fajrina Apa rencana anda sesudah lulus kuliah??? Sistem pendidikan di Indonesia mendidik anak didik bermental BURUH Ingin menjadi Pegawai Negeri,

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN I Konsepsi Dasar Kewirausahaan

KEWIRAUSAHAAN I Konsepsi Dasar Kewirausahaan Modul ke: 02Fakultas Didin EKONOMI KEWIRAUSAHAAN I Konsepsi Dasar Kewirausahaan Hikmah P, SE, MM Program Studi MANAJEMEN Pengertian Wirausaha Istilah kewirausahaan, kata dasarnya berasal dari terjemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang memicu orang-orang untuk mencari pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang memicu orang-orang untuk mencari pekerjaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini masyarakat kesulitan dalam menemukan lapangan pekerjaan. Banyak sarjana yang menjadi pengangguran, akibatnya pendidikan yang dulunya begitu diagung-agungkan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan terjadi karena perbandingan antara jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan terjadi karena perbandingan antara jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi permasalahan di Indonesia. Pengangguran dan kemiskinan terjadi karena perbandingan antara jumlah penawaran kesempatan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan kita telah berhasil menghasilkan lulusan dengan tanda lulus belajar untuk masuk ke pasar kerja namun sayangnya kenaikan jumlah lapangan kerja kalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi Nasional sangatlah besar. Hal ini tercermin dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi Nasional sangatlah besar. Hal ini tercermin dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)di Indonesia terhadap pembangunan ekonomi Nasional sangatlah besar. Hal ini tercermin dalam penyerapan tenaga kerja

Lebih terperinci

Peluang Bisnis Top ~ 1

Peluang Bisnis Top ~ 1 Dengan semakin meningkatnya permintaan produk bebek baik daging maupun telur dan kelestarian sumber daya alam, serta penyediaan bibit unggul, maka prospek agribisnis ternak bebek menjanjikan di masa mendatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis ekonomi berlangsung di Indonesia, UKM merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis ekonomi berlangsung di Indonesia, UKM merupakan sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai peran penting dan strategis bagi pertumbuhan ekonomi negara, baik negara berkembang maupun negara maju. Pada saat krisis ekonomi

Lebih terperinci

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Manusia merupakan mahluk sempurna, sehingga untuk mendapatkan sesuatu manusia harus berusaha. Semua mahluk hidup memiliki kebutuhan tak terkecuali manusia, bahkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. Sumber : I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri-industri dan bertumbuhnya (growth) industri-industri dan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. industri-industri dan bertumbuhnya (growth) industri-industri dan perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian Indonesia akan mendorong tumbuhnya industri-industri dan bertumbuhnya (growth) industri-industri dan perusahaan. Dalam rangka menggerakkkan

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

Aspek Hukum Dalam Usaha Makanan. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc

Aspek Hukum Dalam Usaha Makanan. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Aspek Hukum Dalam Usaha Makanan Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Adalah Kegiatan usaha dengan tujuan mencari keuntungan. Adalah Aturan tertulis maupun tidak tertulis yang mempunyai sanksi. Hukum

Lebih terperinci

Nama : Kristiani Putri NPM : Kelas : 4 EB 13

Nama : Kristiani Putri NPM : Kelas : 4 EB 13 ANALISIS PENGARUH USAHA MIKRO MONEL SEBELUM DAN SESUDAH MEMPEROLEH KREDIT DARI DINAS UMKM DI KAB. BEKASI. Nama : Kristiani Putri NPM : 00875 Kelas : 4 EB 3 BAB I PENDAHULUAN.Latar Belakang Masalah Usaha

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KELOMPOK PKK MELALUI USAHA KERUPUK LIDAH BUAYA DI DESA KEMANTREN KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

PEMBERDAYAAN KELOMPOK PKK MELALUI USAHA KERUPUK LIDAH BUAYA DI DESA KEMANTREN KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG PEMBERDAYAAN KELOMPOK PKK MELALUI USAHA KERUPUK LIDAH BUAYA DI DESA KEMANTREN KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG Dianawati Suryaningtyas Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kanjuruhan Malang fe.diana@yahoo.co.id

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian terbesar dalam perekonomian Indonesia, indikator tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. UNIT USAHA Satuan Tahun 2009 Tahun 2010 A. Usaha Mikro, Kecil dan (Unit)

I. PENDAHULUAN. UNIT USAHA Satuan Tahun 2009 Tahun 2010 A. Usaha Mikro, Kecil dan (Unit) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor usaha mikro, kecil dan menengah merupakan salah satu penggerak perekonomian nasional yang terbukti tahan terhadap adanya krisis ekonomi. Hal ini dapat dipahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Seorang wirausahawan (entrepreneur) adalah seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

MEMBANGUN BISNIS MAKANAN MELALUI MEDIA ONLINE

MEMBANGUN BISNIS MAKANAN MELALUI MEDIA ONLINE MEMBANGUN BISNIS MAKANAN MELALUI MEDIA ONLINE DIDIK HERI NUGROHO 10.12.4891 http://zigxz.blogspot.com SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Perkembangan bisnis

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM UPAYA PEMBERDAYAAN PENGEMIS MELALUI PELATIHAN USAHA BUDIDAYA BEBEK DAN PEMBUATAN TELUR ASIN DI KAMPUNG PENGEMIS SRI RAHAYU DESA KARANGKLESEM KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kemiskinan merupakan masalah yang belum sepenuhnya bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kemiskinan merupakan masalah yang belum sepenuhnya bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kemiskinan merupakan masalah yang belum sepenuhnya bisa diatasi oleh pemerintah di setiap negara khususnya di Indonesia. Angka kemiskinan di kota-kota yang

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN II BUKTI TRANSAKSI KEUANGAN. Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si TEKNIK INFORMATIKA. Modul ke: Fakultas FASILKOM.

KEWIRAUSAHAAN II BUKTI TRANSAKSI KEUANGAN. Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si TEKNIK INFORMATIKA. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Modul ke: 08 KEWIRAUSAHAAN II BUKTI TRANSAKSI KEUANGAN Fakultas FASILKOM Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si Program Studi TEKNIK INFORMATIKA www.mercubuana.ac.id I. Pengantar 11 Juta pengangguran 500 Ribu

Lebih terperinci

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 6.1 Karakteristik Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Martabak merupakan salah satu jenis makanan yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera,

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera, KATA PENGANTAR Salam Sejahtera, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunianya, penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan usaha ternak ayam di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1970 an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, yang kemudian mendorong

Lebih terperinci

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila No.6, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Peternak. Pemberdayaan. Hewan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5391) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Ketahanan ekonomi merupakan syarat mutlak bagi kemakmuran sebuah

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Ketahanan ekonomi merupakan syarat mutlak bagi kemakmuran sebuah BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Ketahanan ekonomi merupakan syarat mutlak bagi kemakmuran sebuah wilayah. Ketahanan ekonomi dapat dicapai dengan meningkatkan pertumbuhan dan pengembangan. Di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Terbukti dengan banyaknya para perusahaan baik mikro

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Terbukti dengan banyaknya para perusahaan baik mikro BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia usaha dan dunia industri saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Terbukti dengan banyaknya para perusahaan baik mikro maupun makro dengan dengan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

Usaha Mikro-Kecil-Menengah (UMKM) merupakan tulang punggung. perekonomian di Indonesia. Hal tersebut dapat terlihat dari kontribusi UMKM

Usaha Mikro-Kecil-Menengah (UMKM) merupakan tulang punggung. perekonomian di Indonesia. Hal tersebut dapat terlihat dari kontribusi UMKM BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro-Kecil-Menengah (UMKM) merupakan tulang punggung perekonomian di Indonesia. Hal tersebut dapat terlihat dari kontribusi UMKM pada produk domestik bruto

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Perusahaan CV Cipta Usaha Sejahtera Cipta Usaha Sejahtera ( CV CUS ) merupakan perusahaan kemitraan Ayam Pedaging yang berdiri sejak tahun 2002 dengan No izin usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia adalah salah satu sektor yang memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS SATE AYAM AMBAL. Akhmad Nur Prasetya Ginanjar S1 TI 2A /

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS SATE AYAM AMBAL. Akhmad Nur Prasetya Ginanjar S1 TI 2A / KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS SATE AYAM AMBAL Akhmad Nur Prasetya Ginanjar S1 TI 2A / 10.11.3596 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Jl. Ring Road Utara Condong Catur Yogyakarta 2011 A. ABSTRAK Peluang usaha makanan

Lebih terperinci

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Mengacu kepada arah pembangunan jangka panjang daerah, serta memerhatikan kondisi riil, permasalahan, dan isu-isu strategis, dirumuskan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

Lebih terperinci

BISNIS PETERNAKAN BEBEK

BISNIS PETERNAKAN BEBEK BISNIS PETERNAKAN BEBEK DI SUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN TUGAS KULIAH LINGKUNGAN BISNIS OLEH : AGUNG NUR ROHMAN 11.01.2897 PROGRAM STUUDI TEKNIK INFORMATIKA (D3) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA A. Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS Bisnis Makanan Tradisional Semakin Diburu Pasar Zakki Mubaraq 10.11.3992 SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2010/2011 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAK Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

SD kelas 5 - ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB 4. KEGIATAN EKONOMI DI INDONESIALatihan Soal 4.1

SD kelas 5 - ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB 4. KEGIATAN EKONOMI DI INDONESIALatihan Soal 4.1 SD kelas 5 - ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB 4. KEGIATAN EKONOMI DI INDONESIALatihan Soal 4.1 1. Berikut ini yang termasuk tanaman perkebunan adalah... coklat, teh, dan padi teh, kopi, dan coklat padi, jagung,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduknya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduknya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Pertanian di Indonesia membutuhkan perhatian dan peran pemerintah untuk

Lebih terperinci

A. Judul Upaya Pemberdayaan Pengemis dengan Berbagai Pelatihan Kerja di Kampung Pengemis Sri Rahayu Kota Purwokerto Kabupaten Banyumas

A. Judul Upaya Pemberdayaan Pengemis dengan Berbagai Pelatihan Kerja di Kampung Pengemis Sri Rahayu Kota Purwokerto Kabupaten Banyumas 1 A. Judul Upaya Pemberdayaan Pengemis dengan Berbagai Pelatihan Kerja di Kampung Pengemis Sri Rahayu Kota Purwokerto Kabupaten Banyumas B. Latar Belakang Masalah Kemiskinan adalah masalah utama yang ada

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 08 TAHUN 2017 TENTANG PENGANEKARAGAMAN PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PROYEK PROPOSAL INVESTASI. PT Ternaknesia Farm Innovation Jalan Manyar Jaya VII No 40, Sukolilo, Surabaya

PROYEK PROPOSAL INVESTASI. PT Ternaknesia Farm Innovation Jalan Manyar Jaya VII No 40, Sukolilo, Surabaya PROYEK Periode : 5 tahun Lokasi: Subang PROPOSAL INVESTASI PT Ternaknesia Farm Innovation Jalan Manyar Jaya VII No 40, Sukolilo, Surabaya 60117 admin@ternaknesia.com 0822-4777-4717 Proyek Udang Baba Rafi

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN Lokasi perusahaan :...

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN Lokasi perusahaan :... DAFTAR-LTU RAHASIA REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2012 1. Provinsi................... 2. Kabupaten/kota *) 3. Kecamatan 4. Desa/kelurahan *).........................................................

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mengubah: UU 7-1983 lihat: UU 10-1994 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1991 PAJAK. Warga Negara. UU. No. 7 Tahun 1983. (Penjelasan dalam

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR...

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ownload/regulasi/kepmen/ukm05kepmen, 10 Januari 2013.

BAB I PENDAHULUAN. ownload/regulasi/kepmen/ukm05kepmen, 10 Januari 2013. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kualitas sumber daya manusia dan persaingan dalam memperoleh pekerjaan di Indonesia menuntut tiap orang untuk berusaha menciptakan lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian. Saat ini UMKM di Indonesia per tahunnya mengalami. oleh anak muda dan wanita. Usaha mikro mempunyai peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian. Saat ini UMKM di Indonesia per tahunnya mengalami. oleh anak muda dan wanita. Usaha mikro mempunyai peran yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan usaha mikro ini sangat membantu mengatasi masalah pengangguran mengingat fenomena saat ini susahnya mencari pekerjaan formal, sehingga warga sekitar lebih

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS RUMAH MAKAN. Mannasye Arundika

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS RUMAH MAKAN. Mannasye Arundika KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS RUMAH MAKAN Mannasye Arundika 11.12.6062 JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Setiap orang

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dan benar. Salah satu kegiatan manajemen itu ialah kegiatan pemasarannya.

BAB I PENDAHULUAN. baik dan benar. Salah satu kegiatan manajemen itu ialah kegiatan pemasarannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sebuah bisnis, manajemen merupakan faktor yang paling penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. Salah

Lebih terperinci

BAB IV TAHU MERCON SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI DOMPET DHUAFA SEMARANG DALAM PENDAYAGUNAAN ZAKAT

BAB IV TAHU MERCON SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI DOMPET DHUAFA SEMARANG DALAM PENDAYAGUNAAN ZAKAT BAB IV TAHU MERCON SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI DOMPET DHUAFA SEMARANG DALAM PENDAYAGUNAAN ZAKAT A. Analisis Peran Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa melalui Program Tahu Mercon di Semarang Program

Lebih terperinci

FAQ LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN

FAQ LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN FAQ LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN 1. Apa itu BLU LPMUKP? BLU LPMUKP adalah Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan 2. Apa Pengertian BLU? BLU adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi fundamental ekonomi Indonesia tampak masih cukup kokoh

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi fundamental ekonomi Indonesia tampak masih cukup kokoh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi fundamental ekonomi Indonesia tampak masih cukup kokoh meskipun krisis ekonomi global sedang membara. Seperti yang kita banggakan bersama kondisi fundamental

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2009

LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2009 REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2009 1. Provinsi 2. Kabupaten/Kota *) 3. Kecamatan 4. Desa/Kelurahan *) 5. Nomor Urut Perusahaan............................................................................

Lebih terperinci

PEMETAAN USAHA EKONOMI DESA

PEMETAAN USAHA EKONOMI DESA PEMETAAN USAHA EKONOMI DESA Semua sektor usaha desa bisa dimasuki oleh BUMDes seperti perdagangan, jasa, pertanian, industri, dan sebagainya. Pada sektor perdagangan bisa dilakukan seperti membuka warung

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya organisasi (Richard L. Daft, 2005)

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya organisasi (Richard L. Daft, 2005) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membahas tentang perencanaan bisnis tidak lepas dari manajemen, karena perencanaan merupakan salah satu bagian dari empat fungsi manajemen. Manajemen (management) adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1991 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1991 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-undang

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI 1 BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 Undang- Undang Nomor 18 Tahun

Lebih terperinci

KEMISKINAN KEMISKINAN DAN KESEHATAN MELIMPAHNYA PENDUDUK USIA PRODUKTIF TAHUN DAN LANSIA DI INDONESIA

KEMISKINAN KEMISKINAN DAN KESEHATAN MELIMPAHNYA PENDUDUK USIA PRODUKTIF TAHUN DAN LANSIA DI INDONESIA KEMISKINAN DAN KESEHATAN MELIMPAHNYA PENDUDUK USIA PRODUKTIF 15-60 TAHUN DAN LANSIA DI INDONESIA Pengantar : Prof. Dr. Haryono Suyono, MA., PhD. YAYASAN ANUGERAH KENCANA BUANA, JAKARTA APAKAH ERA BONUS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, I. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2014 :... :... :... :... :...

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2014 :... :... :... :... :... DAFTAR-LTU REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2014 RAHASIA 1. KIP*) 2. Provinsi 3. Kabupaten/kota **) 4. Kecamatan 5. Desa/kelurahan **) 6. Nama

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2013 :... :... :... :... :...

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2013 :... :... :... :... :... DAFTAR-LTU REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2013 RAHASIA 1. KIP*) 2. Provinsi 3. Kabupaten/kota **) 4. Kecamatan 5. Desa/kelurahan **) 6. Nama

Lebih terperinci

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO 1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan

Lebih terperinci

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Peternak. Pemberdayaan. Hewan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 6) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan pada suatu negara yang saat ini sedang di alami adalah mengenai pengangguran. Jumlah pengangguran semakin mengkhawatirkan pertahunnya terus bertambah.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2005 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 3 SERI D TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Kewirausahaan I. Konsepsi Dasar Kewirausahaan. Rizal, S.ST., MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen.

Kewirausahaan I. Konsepsi Dasar Kewirausahaan. Rizal, S.ST., MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen. Modul ke: Kewirausahaan I Konsepsi Dasar Kewirausahaan Fakultas EKONOMI Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Rizal, S.ST., MM. Pengantar Perbedaan: pengetahuan, minat dan budaya dan lingkungan,

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN Pada dasarnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2011-2016 diarahkan untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar untuk mengatasi masalah perekonomian di Indonesia. UMKM di. ditampung sehingga tingkat pengangguran semakin berkurang.

BAB I PENDAHULUAN. keluar untuk mengatasi masalah perekonomian di Indonesia. UMKM di. ditampung sehingga tingkat pengangguran semakin berkurang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi salah satu jalan keluar untuk mengatasi masalah perekonomian di Indonesia. UMKM di Indonesia mampu membuka

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Pada Tahun 2014, rencana program dan kegiatan prioritas daerah adalah: Program indikatif prioritas daerah 1 : Agama dan syariat islam. 1. Program Peningkatan

Lebih terperinci

minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo.

minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo. minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo. Perpustakaan Jumlah kunjungan ke perpustakaan selama 1 tahun di Kota Bandung dibandingkan dengan jumlah orang yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan bagi peternak disertai pengembangan kelembagaan. Berbisnis

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan bagi peternak disertai pengembangan kelembagaan. Berbisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan peternakan unggas diarahkan pada visi pemberdayaan peternak dan usaha agribisnis peternakan, peningkatan nilai tambah dan dayasaing dengan misi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PERMENTAN/PK.240/5/2017 TENTANG KEMITRAAN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PERMENTAN/PK.240/5/2017 TENTANG KEMITRAAN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PERMENTAN/PK.240/5/2017 TENTANG KEMITRAAN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya dunia usaha umumnya, maka banyak. perusahaan-perusahaan yang mengalami pertumbuhan (growth) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya dunia usaha umumnya, maka banyak. perusahaan-perusahaan yang mengalami pertumbuhan (growth) menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan berkembangnya dunia usaha umumnya, maka banyak perusahaan-perusahaan yang mengalami pertumbuhan (growth) menjadi perusahaan lebih besar. Sehubungan dengan hal

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan No.60, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Pangan. Gizi. Ketahanan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci