Kata Pengantar. Akhir kata kami ucapkan, terima kasih. Jakarta, Direktur Jenderal Cipta Karya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata Pengantar. Akhir kata kami ucapkan, terima kasih. Jakarta, Direktur Jenderal Cipta Karya"

Transkripsi

1 Kata Pengantar Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena hanya berkat rakhmat dan ridho-nya, Petunjuk Pelaksanaan Program KOTAKU Tingkat Kabupaten/Kota dapat disusun. Tersusunnya Petunjuk Pelaksanaan Program KOTAKU Tingkat Kabupaten/Kota bermaksud memberikan gambaran tentang bagaimana melaksanakan tahapan Program KOTAKU Tingkat Kabupaten/Kota. Dari sisi perencanaan dan pelaksanaan, penanganan kumuh umumnya masih bersifat sektoral, sehingga dibutuhkan pengintegrasian. Guna mengejar target pencapaian 0 ha kumuh di tahun 2019 di tingkat Kabupaten/Kota, dibutuhkan suatu strategi percepatan berkelanjutan dan berkesinambungan, yang diselaraskan dengan target pencapaian RPJM Nasional, dimana hal itu dapat diwujudkan melalui Program KOTAKU Tingkat Kabupaten/Kota. Proses Pelaksanaan Program KOTAKU ini dinakhodai Pemerintah Daerah dan melibatkan peran unsur perguruan tinggi, LSM, pihak swasta dan elemen masyarakat. Tahapan Program KOTAKU Tingkat Kabupaten/Kota ini juga secara proses bersamaan dengan tahapan kegiatan KOTAKU di tingkat kelurahan/desa. Meski demikian disadari bahwa masih terdapat ketidaksempurnaan dan berbagai kekurangan dalam penyusunan Petunjuk Pelaksanaan ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan masukan dari berbagai pihak, dalam perbaharuan dan penyempurnaan tata cara selanjutnya. Semua pihak yang telah meluangkan waktu dan pikiran serta energi dalam penyusunan Petunjuk Pelaksanaan ini diucapkan banyak terima kasih. Semoga Petunjuk Pelaksanaan ini dapat bermanfaat bagi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh untuk 5 tahun ke depan. Akhir kata kami ucapkan, terima kasih. Jakarta, 2016 Direktur Jenderal Cipta Karya i

2 Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Singkatan... v BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perihal dan Kedudukan Petunjuk Pelaksanaan Tujuan Strategi Pelaksanaan Keluaran dan Hasil Prinsip Dasar Pelaksanaan... 4 BAB II PENYELENGGARAAN Tahap Persiapan Tahap Perencanaan Dokumen rp2kp-kp Desain Kawasan Tahapan perencanaan Tahap Pelaksanaan Tahap Keberlanjutan Kegiatan Menerus Dan Berkala BAB III PERAN PELAKU Peran Dan Pelaku Kegiatan Pelaku Kegiatan Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan Di Tingkat Kabupaten/Kota Kegiatan Pembentukan/ Penguatan Pokja PKP BAB IV PENUTUP Lampiran 1. Nama Kebutuhan Peta Lampiran 2 : Sumber-Sumber Rujukan Data, Informasi, Kebijakan, Program, Rencana, Kegiatan yang digunakan dalam Penyusunan rp2kp-kp Lampiran 3: Form Kajian-Kajian Kebijakan dan Program/Kegiatan Sektoral Penanganan permukiman Kumuh Perkotaan ii

3 Lampiran 4 : Gambar Contoh Keterpaduan Persoalan, Potensi dan Rencana Penanganan Permukiman kumuh dengan permukiman Rawan Sanitasi Kota dan Perencanaan Sektor Lainnya Lampiran 5a : Contoh Perumusan strategi Pencegahan Permukiman Kumuh Skala Kota dari hasil proses sebelumnya; Refleksi Perkara Kumuh & Penyepakatan Visi Permukiman Kota, Konsolidasi data kumuh/profil Permukiman Kumuh serta hasil Kajian kebijakan dan perencanaan permukiman kota Lampiran 5b : Contoh Perumusan strategi Peningkatan kualitas Permukiman Kumuh Skala Kota dari hasil proses sebelumnya; Refleksi Perkara Kumuh & Penyepakatan Visi Permukiman Kota, Konsolidasi data kumuh/profil Permukiman Kumuh serta hasil Kajian kebijakan dan perencanaan permukiman kota Lampiran 6a : Contoh Matrik Program / Kegiatan Pencegahan Permukiman Rawan Kumuh untuk 5 tahun Lampiran 6b : Contoh Matrik Program / Kegiatan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh untuk 5 tahun Lampiran 7a : Contoh Matrik Kegiatan Tahunan Pencegahan Permukiman Kumuh 45 Lampiran 7b : Contoh Matrik Kegiatan Tahunan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Lampiran 8a : Penilaian Lokasi Prioritas Lampiran 8b : Penilaian Lokasi Prioritas penanganan tahun Lampiran 9a : Contoh; Rencana Penataan Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas 52 Lampiran 9b: Contoh Peta Tematik Rencana Penataan Kawasan Permukiman Kumuh Lampiran 10. Kerangka Kerja Hasil dan Monitoring dan Evaluation Lampiran 11. Matriks Program KOTAKU Lampiran 12. Formulir pemantauan dan evaluasi Program KOTAKU tingkat Kabupaten/Kota GAMBAR Gambar 2.1 :Tahapan kegiatan Program KOTAKU Tingkat Kabupaten/Kota dan Desa/kelurahan...7 Gambar 2.2 : Tahapan kegiatan Program KOTAKU Tingkat Kabupaten / Kota...8 Gambar 2.3 : Tahapan kegiatan Penyusunan rp2kp-kp...25 iii

4 iv

5 Daftar Singkatan AD APBD APBN ART BABS BAP2 BCB BDC BDI BGAP BKM BOP BPD BPKP BPS CAP CC CCMU CSR DED DPMU DPR DPRD EA FGD FKA-BKM GIS ICDD K/L KAK/TOR KBP : Anggaran Dasar : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara : Anggaran Rumah Tangga : Buang Air Besar Sembarangan : Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan : Benda Cagar Budaya : Bussiness Development Center : Bantuan Dana Investasi (dahulu disebut dengan Bantuan Langsung Masyarakat atau BLM) : Better Good Governance Action Plan : Badan Keswadayaan Masyarakat : Biaya Operasional Pelaksanaan : Badan Permusyawaratan Desa : Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan : Badan Pusat Statistik : Community Action Plan : City Changer : Central Collaboration Management Unit : Corporate Sosial Responsibility : Detailed Engineering Design : District Program Management Unit : Dewan Perwakilan Rakyat : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah : Executing Agency : Focus Group Discussion : Forum Komunikasi Atar-Badan Keswadayaan Masyarakat : Geographic Information Sistem : Integrated Community Driven Development : Kementerian dan Lembaga : Kerangka Acuan Kerja/Term of Reference : Komunitas Belajar Perkotaan v

6 KCB KK KME KMP KOTAKU KMT KMW KPP KPPN KSM LA LKM LO LPJ LPM LSM M&E MBR MCK MDGs MIS MP2K NCEP NSU NUAP O&P OC OJT OSP CB PAD Pemda PHBS PIP PJM PJOK PKK : Kawasan Cagar Budaya : Kepala Keluarga : Konsultan Manajemen Evaluasi : Konsultan Manajemen Pusat : Kota Tanpa Kumuh : Konsultan Manajemen Teknik : Konsultan Manajemen Wilayah : Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara : Kelompok Swadaya Masyarakat : Loan Agreement : Lembaga Keswadayaan Masyarakat : Loan Covenance : Laporan Pertanggungjawaban : Lembaga Pemberdayaan Masyarakat : Lembaga Keswadayaan Masyarakat : Monitoring and Evaluation : Masyarakat Berpenghasilan Rendah : Mandi Cuci Kakus : Millenium Development Goals : Management Information Sistem : Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Konstruksi : National Community Empowering Program : National Slum Upgrading : Neighborhood Upgrading Action Plan : Operasional dan Pemeliharaan : Oversight Consultant : On Job Training : Oversight Services Provider Cappacity Building : Project Appraisal Document : Pemerintah Daerah : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Pembangunan Infrastruktur Permukiman : Perencanaan Jangka Menengah : Penanggung Jawab Operasional Kegiatan : Program Kesejahteraan Keluarga vi

7 PKP PKP2B PKPBM PLPBK PMU POB Pokja PKP PPK PPM PPMK PS PT PUPR QA RAB RDTR RDTRK Renta ILP RKPD RKP-KP RKTL RP2KP-KP RPD RPJMD RPJMN RPK RPKPP RPLP RT/RW RTBL RTH RTPLP RTRW SAI SIM : Perumahan dan Kawasan Permukiman : Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan : Pengembangan Kawasan Permukiman Berbasis Masyarakat : Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas : Program Management Unit : Prosedur Operasional Baku : Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman : Pejabat Pembuat Komitmen : Pengelolaan Pengaduan Masyarakat : Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas : Pemetaan Swadaya : Perguruan Tinggi : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat : Quality Assurance : Rencana Anggaran Biaya : Rencana Detail Tata Ruang : Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan : Rencana Tahunan Infrastruktur Lingkungan Permukiman : Rencana Kerja Pemerintah Daerah : Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan : Rencana Kerja dan Tindak Lanjut : rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan : Rencana Penggunaan Dana : Rencana Jangka Menengah Daerah : Rencana Jangka Menengah Nasional : Refleksi Perkara Kritis : Rencana Pembangunan Kawasan prioritas Permukiman : Rencana Penataan Lingkungan Permukiman : Rukun Tetangga/Rukun Warga : Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan : Ruang Terbuka Hijau : Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman : Rencana Tata Ruang Wilayah : Sistem Akuntansi Instansi : Sistem Informasi Manajemen vii

8 SK SKPD SP2D SP3 SPK SPM SPPB SPPDE SPPDL SPPDS SPPIP STBM TAPD TIPP ToT TPA TPP TPS UP UPK UPL UPM UPP UPS : Surat Keputusan : Satuan Kerja Perangkat Daerah : Surat Perintah Pencairan Dana : Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan : Surat Perintah Kerja : Surat Perintah Membayar : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan : Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Ekonomi : Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan : Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Sosial : Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat :Tim Anggaran Pemerintah Daerah : Tim Inti Perencanaan Partisipatif : Training of Trainer : Tempat Pembuangan Akhir (Sampah) : Tim Perencanaan Partisipatif : Tempat Penampungan Sementara (Sampah) : Unit Pengelola : Unit Pengelola Keuangan : Unit Pengelola Lingkungan : Unit Pengaduan Masyarakat : Urban Poverty Program : Unit Pengelola Sosial viii

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memiliki tempat tinggal dan lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan kebutuhan dasar manusia dan adalah hak warga negara Indonesia. Hal ini tercantum di dalam Undang-Undang 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan menjadi kewajiban Pemerintah dari tingkat pusat hingga daerah untuk bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui pelaksanaan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak. Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah memiliki tanggung jawab untuk melakukan pembinaan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman secara berjenjang; dari Menteri hingga pemangku kepentingan yang ada di daerah; untuk seluruh aspek perencanaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan; sesuai dengan amanat PP No 88 tahun Di dalam Undang-Undang Nomor 9/ 2015 tentang perubahan kedua atas UU 23/ 2014 tentang Pemerintah Daerah, ditegaskan bahwa penyediaan pelayanan dasar perumahan rakyat dan kawasan permukiman merupakan urusan wajib pemerintah dimana pencegahan perumahan dan kawasan permukiman kumuh pada daerah Kabupaten/Kota merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Salah satu cara yang dilakukan untuk menangani kumuh adalah dengan mencegah dan meningkatkan kualitas perumahan dan permukiman kumuh guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat. Hal ini dilaksanakan berdasarkan prinsip kepastian bermukim yang menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, menikmati, dan/ atau memiliki tempat tinggal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun membuat target nasional pada sektor perumahan dan permukiman yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang RPJMN , yaitu pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 ha, tercapainya 100% pelayanan air minum bagi seluruh penduduk indonesia dan meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak menjadi 100% pada tingkat kebutuhan dasar hingga tahun Pencapaian ini membutuhkan pendekatan pembangunan yang berbeda, tidak hanya mengerahkan sumber daya pada satu sektor saja melainkan harus melibatkan sebanyak mungkin pelaku dan sektor baik vertikal maupun horizontal melalui platform Kolaborasi. Program KOTAKU menekankan peran Pemerintah Daerah sebagai nakhoda yang memegang kunci dalam mengarahkan dan mensinergikan segala bentuk kolaborasi antar pihak untuk pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, terutama masyarakat sebagai subyek pembangunan yang aktif. 2

10 Upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh secara kolaborasi tersebut dilakukan dengan pendekatan partisipatif yang mempertemukan proses perencanaan makro (top down) dan perencanaan mikro (bottom up). Rencana yang dibuat tidak hanya berdasarkan pada penyelesaian masalah saat ini tetapi harus dilandaskan pada pencapaian visi penataan permukiman untuk mencapai Kabupaten/Kota Layak Huni dan disesuaikan dengan visi Kabupaten/Kota, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota dan rencana pembangunan lainnya. Agar pelaksanaan kegiatan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh berjalan dengan baik, maka Petunjuk Pelaksanaan Program KOTAKU Tingkat Kabupaten/Kota ini disusun sebagai acuan bagi para pelaku di tingkat Kabupaten/Kota dalam melaksanakan kegiatan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh Perihal dan Kedudukan Petunjuk Pelaksanaan Petunjuk Pelaksanaan ini adalah turunan dari Pedoman Teknis Program KOTAKU. Pedoman Teknis menyajikan panduan dan informasi menyeluruh tentang program KOTAKU bagi seluruh pemangku kepentingan di tingkat pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, masyarakat dan sebagainya. Semua hal yang diatur dalam pedoman teknis namun tidak dimuat dalam pedoman ini secara otomatis berlaku untuk penyelenggaraan program di tingkat Kabupaten/Kota seperti misalnya Kerangka dasar pengelolaan pengamanan lingkungan dan sosial; Kerangka rencana aksi tata kelola pemerintahan yang baik; serta Penanganan pengaduan dan pengelolaan konflik. Petunjuk pelaksanaan merupakan penjabaran dari pedoman teknis, terutama memberikan panduan yang lebih detail kepada pemerintah daerah tentang proses, tahapan-tahapan, dan substansi penyelenggaraan program yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan keberlanjutan. Petunjuk Pelaksanaan ini untuk merumuskan rencana penanganan permukiman kumuh dan alat bantu untuk melengkapi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan rencana penanganan permukiman kumuh di tingkat Kabupaten/Kota. Oleh karena itu petunjuk pelaksanaan ini menjadi satu kesatuan dengan pedoman teknis ini dalam penggunaannya. Selanjutnya hal-hal lebih teknis dari petunjuk pelaksanaan disajikan dalam POS seperti untuk kegiatan infrastruktur skala kota, kegiatan ekonomi skala kota, pengembangan kapasitas serta pengelolaan keuangan Tujuan Tujuan petunjuk pelaksanaan ini mengacu pada tujuan program dalam pedoman teknis KOTAKU.

11 1.4. Strategi Pelaksanaan Strategi pelaksanaan KOTAKU Tingkat Kabupaten/Kota mengacu pada strategi pedoman teknis KOTAKU Keluaran dan Hasil Keluaran dan hasil yang akan dicapai dalam penyelenggaraan program KOTAKU Tingkat Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: 1. Tersusun dokumen perencanaan tingkat Kabupaten/Kota dalam rangka Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (rp2kp-kp) untuk mencapai permukiman layak huni dan berkelanjutan; 2. Terlaksananya pembangunan pelayanan sarana dan prasarana dasar, sosial dan ekonomi sesuai standar; dan berkontribusi pada berkurangnya luasan kumuh menjadi 0 ha. 3. Ada regulasi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh Tingkat Kabupaten/Kota Prinsip Dasar Pelaksanaan Prinsip dasar dalam petunjuk pelaksanaan KOTAKU mengacu pada prinsip dasar pedoman teknis KOTAKU. 4

12 BAB II PENYELENGGARAAN Penyelenggaraan program KOTAKU di tingkat Kabupaten/Kota merupakan upaya untuk mendorong kolaborasi kegiatan ditingkat Kabupaten/Kota dengan kegiatan di tingkat desa/kelurahan dalam rangka pencapaian target sanitasi dan air bersih 100% serta 0 hektar kawasan kumuh di tahun Penyelenggaraan program KOTAKU di tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan dalam empat tahap sebagai berikut: I. Tahap Persiapan; II. Tahap Perencanaan; III. Tahap Pelaksanaan; IV. Tahap Keberlanjutan. Ketentuan Penyelenggaraan : a. Lembaga Penanganan Kumuh. Terbentuknya Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman (Pokja-PKP) atau lembaga sejenisnya yang dimandatkan untuk merumuskan kebijakan perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh di tingkat Kabupaten/Kota b. Berorientasi OUTCOME. Setiap Kabupaten/Kota menetapkan tujuan dan tujuan antara yang diukur dengan indikator outcome yang akan berkontribusi pada pencapaian tujuan nasional dalam RPJMN (capaian pemda berkontribusi pada capaian 0% kumuh Nasional) c. Pemanfaatkan hasil pendataan kumuh. Masing-masing Kabupaten/Kota mengkonsolidasikan data kumuh dari berbagai sumber data termasuk didalamnya hasil pendataan kumuh serta data permukiman lainya yang sudah ditetapkan pemerintah daerah dalam SK Kumuh, Perda Kumuh, dll. Hasil konsolidasi data digunakan sebagai kondisi awal dalam merumuskan target capaian. d. Review atau Penyusunanan rp2kp-kp. Perencananaan di tingkat Kabupaten/Kota (rp2kp-kp) dikoordinasikan oleh Pokja PKP dan di tingkat desa/kelurahan (rplp/rtplp) dikoordinasikan oleh TIPP. Bagi Kabupaten/Kota yang sudah sudah memiliki dokumen rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh Tingkat Kabupaten/Kota, seperti misalnya dokumen rkpkp, dokumen SIAP, maka perencanaan mencakup proses review untuk memastikan jika rencana yang sudah disusun memenuhi substansi yang dibutuhkan untuk penanganan seluruh kawasan kumuh di kota yang bersangkutan untuk jangka waktu lima tahun. Untuk Kabupaten/Kota yang belum memiliki dokumen rp2kp-kp maka perencanaan mencakup penyusunan dokumen rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan (rp2kp-kp). Selain itu penyusunan rp2kp-kp, perencanaan juga mencakup penyusunan desain kawasan dan DED kegiatan infrastruktur yang akan dilaksanakan.

13 e. Pelaksanaan kegiatan. Semua kegiatan harus berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan di dokumen perencanaan di tingkat Kabupaten/Kota maupun kelurahan/desa dan dilakukan sesuai dengan tata kelola kepemerintahan yang baik. Kegiatan dipilah menjadi kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh masyarakat dan kegiatan pembangunan yang harus dilaksanakan oleh pihak ketiga. Bila melibatkan pihak ketiga seperti kontraktor maka pelaksanaan dilakukan melalui pola e-procurement agar transparan. f. Monev partisipatif. Guna memastikan bahwa pelaksanaan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh diperkotaan berjalan sesuai dengan tujuan dan rumusan kerangka keberhasilan maka penting dilakukan monitoring dan evaluasi dipimpin pokja dengan melibatkan berbagai unsur pelaku lainya. g. Selaras dengan sistem perencanaan Kabupaten/Kota. Perencanaan di tingkat Kabupaten/Kota dan tingkat desa/kelurahan harus terintegrasi dan selaras dengan sistem perencanaan Kabupaten/Kota ; Dalam hal ini terintegrasi dengan misi RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, atau dokumen lainnya yang relevan. h. Keterpaduan Pendanaan. Pendanaan dari berbagai sumber, yaitu APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta dan pihak donor. Gambaran umum keterkaitan tahapan pelaksanaan penyelenggaraan program KOTAKU ditingkat Kabupaten/Kota dan desa/kelurahan dapat dilihat pada gambar 2.1, serta tahapan pelaksanaan kegiatan tingkat Kabupaten/Kota dapat dilihat pada gambar

14

15 KEGIATAN TINGKAT KAB/KOTA V. KEGIATAN YANG MENERUS DAN BERKALA Monev Pengembangan Kapasitas (menerus) : Pelatihan & Sosialisasi Operasional & Pemeliharaan 1. Sosialisasi Awal 2. Pembentukan/ Penguatan Pokja PKP I.PERSIAPAN 3.Membangun Visi & RPK 4. Konsolidasi data Permukiman kumuh II.PERENCANAAN 5.Penyusunan rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan III.PELAKSANAAN 6.Implementasi Kegiatan Lingkungan, Ekonomi, Sosial IV. KEBERLANJUTAN 7.Penyusunan Kerangka Regulasi 8. Penguatan Kelembagaan 9.Pengelolaan database & Mekanisme Pemantauan Review Perencanaan PROSES KONSULTASI Review Perencanaan KEGIATAN TINGKAT KELURAHAN/ DESA 1. Sosialisasi Awal & RKM 2. Pembentukan/ Penguatan TIPP I.PERSIAPAN 3.Membangun Visi & RPK 4. Pemetaan Swadaya II.PERENCANAAN 5.Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP)/ RTPLP V.KEGIATAN YANG MENERUS DAN BERKALA III.PELAKSANAAN 6.Implemetasi Kegiatan Lingkungan, Ekonomi, Sosial Monitoring Pengembangan Kapasitas (menerus) : Pelatihan & Sosialisasi Operasional & Pemeliharaan IV.KEBERLANJUTAN 7.Pengembangan Kelembagaan 8.Integrasi Perencanaan Gambar 2.1. Tahapan kegiatan Program KOTAKU Tingkat Kabupaten/Kota dan Tingkat Desa/kelurahan

16 KEGIATAN TINGKAT KAB/KOTA V. KEGIATAN YANG MENERUS DAN BERKALA Monev Pengembangan Kapasitas (menerus) : Pelatihan & Sosialisasi Operasional & Pemeliharaan 1. Sosialisasi Awal 2. Pembentukan/ Penguatan Pokja PKP I.PERSIAPAN 3.Membangun Visi & RPK 4. Konsolidasi data Permukiman kumuh II.PERENCANAAN 5.Penyusunan rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan III.PELAKSANAAN 6.Implementasi Kegiatan Lingkungan, Ekonomi, Sosial IV. KEBERLANJUTAN 7.Penyusunan Kerangka Regulasi 8. Penguatan Kelembagaan 9.Pengelolaan database & Mekanisme Pemantauan Review Perencanaan PROSES KONSULTASI Review Perencanaan KEGIATAN TINGKAT KELURAHAN/ DESA 1. Sosialisasi Awal & RKM 2. Pembentukan/ Penguatan TIPP I.PERSIAPAN 3.Membangun Visi & RPK 4. Pemetaan Swadaya II.PERENCANAAN 5.Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP)/ RTPLP V.KEGIATAN YANG MENERUS DAN BERKALA III.PELAKSANAAN 6.Implemetasi Kegiatan Lingkungan, Ekonomi, Sosial Monitoring Pengembangan Kapasitas (menerus) : Pelatihan & Sosialisasi Operasional & Pemeliharaan IV.KEBERLANJUTAN 7.Pengembangan Kelembagaan 8.Integrasi Perencanaan Gambar 2.2. Tahapan kegiatan Program KOTAKU Tingkat Kabupaten / Kota 8

17 2.1. Tahap Persiapan Tahap persiapan dilaksanakan untuk membangun kapasitas, peran dan kontribusi Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan pemangku kepentingan pembangunan kota dalam peyelenggaraan kolaborasi; menyepakati penyebab utama kekumuhan dan menggalang komitmen kumuh menjadi musuh bersama yang harus ditangani; serta tersusunnya profil permukiman kumuh Kabupaten/Kota Tahap persiapan meliputi empat kegiatan utama, yaitu: (1) sosialisasi yang dilakukan melalui berbagai kegiatan termasuk lokakarya orientasi tk Kabupaten/Kota, (2) Pembentukan/Penguatan Pokja PKP, (3) Membangun visi permukiman & Refleksi Perkara Kumuh, serta (4) konsolidasi data permukiman kumuh perkotaan. Sebagai bahan sosialisasi, pemerintah Kabupaten/Kota (dengan salah satu instansi sebagai penggagas atau pemrakarsa program KOTAKU, Bappeda atau Dinas Pekerjaan Umum) memulai dengan mempersiapkan: Identifikasi pelaku yang sekiranya terkait dengan isu kekumuhan di kota maupun di desa/kelurahan dan dokumen-dokumen perencanaan Kabupaten/Kota. Pelaku tersebut akan berkumpul dalam beberapa forum diskusi dan penyepakatan (bisa jadi satu forum dengan forum lainnya diikuti oleh peserta yang berbeda). Pengumpulan data dan Informasi mengenai kondisi atau skala kumuh di tingkat Kabupaten/Kota. Beberapa Kabupaten/Kota sudah mengeluarkan SK Kepala Daerah mengenai luasan Wilayah kumuh serta Program PNPM Perkotaan sudah mengawali pengumpulan data baseline guna menyusunan profil kumuh. Berdasarkan data dan Informasi awal, maka pemrakarsa kegiatan (Bappeda atau Dinas PU) dapat menyusun indikasi target atau sasaran program yang akan disampaikan pada saat sosialisasi kepada pemangku kepentingan terkait Kajian terhadap berbagai instansi dan program yang sudah dan sedang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten/Kota, termasuk kebijakan dalam RPJMD, yang terkait dengan program KOTAKU Kegiatan Tahap Sosialisasi Awal Tahapan sosialisasi awal program KOTAKU dilakukan melalui berbagai kegiatan, berbagai media dan dilakukan dari tingkat Kabupaten/Kota hingga ke tingkat lingkungan dengan target sebanyak mungkin warga kota tahu dan memahami program KOTAKU. Tujuan 1. Penyampaian Informasi mengenai Program Nasional Penyamaan Pemahaman mengenai mekanisme penyelenggaraan Program KOTAKU 3. Penyampaian target pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh tingkat Kabupaten/Kota melalui Program KOTAKU 4. Program KOTAKU menjadi prioritas daerah 5. Mendapat dukungan dari berbagai kalangan Metoda Lokakarya, diskusi/rembuk warga, media kota dan media warga 9

18 Proses 1. Lokakarya ditingkat Kabupaten/Kota 2. Lokakarya tingkat Kecamatan 3. Lokakarya tingkat Desa/Kelurahan 4. Rembuk/diskusi ditingkat basis 5. Paralel dengan penggunaan medi sosialisasi non tatap muka langsung baik ditingkat Kabupaten/Kota maupun basis (koran, TV, radio,poster, leaflet dll) 6. Disetiap kegiatan sosialisasi dilakukan pendaftaran relawan penggerak KOTAKU baik ditingkat Kabupaten/Kota maupun di basis Output 1. Kesamaan pemahaman bahwa Kabupaten/Kota mempunyai permasalahan terkait kumuh yang harus diselesaikan bersama 2. Kesamaan pemahaman bahwa dalam mengelola program KOTAKU maka pemda membutuhkan adanya suatu kelompok kerja lintas pemangku kepentingan sebagai salah satu perwujudan kolaborasi, sehingga peserta sosialisasi sepakat untuk mulai pembentukkan atau penguatan Pokja PKP 3. Kesamaan pemahaman bahwa dalam rangka penyempurnaan pengelolaan Program KOTAKU maka pemda dapat menyusun atau memutakhirkan rp2kp-kp 4. Terbangunnya komitmen bersama untuk mewujudkan kolaborasi gerakan Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman Kumuh 5. Daftar Relawan penggerak KOTAKU 6. Rencana tindak lanjut kegiatan Pelaksana Bappeda Peserta Fasilitator SKPD, DPRD, Pokja PKP, Pokja AMPL/Sanitasi, KBP, FKA BKM, Asosiasi Air Minum dan Sanitasi, City Changer, Forum CSR, PT, lembaga pemerhati permukiman, dll Tim Konsultan Pembentukan dan Penguatan Pokja PKP Bupati/Walikota melalui Surat Keputusan membentuk Kolompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman (Pokja PKP) atau lembaga sejenis sebagai motor penggerak terjadinya kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten/Kota, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya (termasuk swasta). Keberadaan Pokja PKP/ lembaga sejenis pada intinya adalah untuk menguatkan peran SKPD yang sudah ada dalam urusan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan. Anggota Pokja PKP/ lembaga sejenis terdiri dari berbagai unsur SKPD yang disesuaikan dengan kebutuhan Kabupaten/Kota dalam menangani permukiman kumuh. Pokja ini diketuai oleh dinas/ pejabat yang memiliki fungsi koordinasi dengan Provinsi dan unsur SKPD yang ada di Kabupaten/Kota. Pokja PKP akan bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan lainnya yang ada di Kabupaten/Kota dan di tingkat masyarakat, seperti perguruan tinggi, city changger, Forum BKM/ LKM dan kelompok peduli lainnya. a. Pembentukan Pokja PKP Tujuan Metoda Komitmen dari pemangku kepentingan terkait untuk menyediakan sumberdaya dan alokasi anggaran guna memfungsikan Pokja PKP dan penyusunanan atau pemuktahiran rp2kp-kp Rapat Kerja (Raker) Pemerintah Daerah Proses 1. Diskusi mengenai tugas pokok dan fungsi Pokja (dalam rangka pencapaian tujuan pembentukan Pokja yang disepakati selama sosialisasi) 10

19 2. Review terhadap kinerja instansi terkait dan Pokja sejenis yang saat ini sudah ada di tingkat Kabupaten/Kota, dan menyepakati mengenai kebutuhan pembentukkan Pokja yang baru atau memanfaatkan Pokja yang sudah ada 3. Diskusi mengenai daftar usulan calon anggota atau instansi untuk duduk dalam Pokja PKP; Dalam hal ini, Pemda didorong untuk pembentukan pokja yang dapat mewakili tupoksi dari masing-masing sektor, serta mengundang keterlibatan pihak-pihak non pemerintah sebagai relawan (relawan yang sudah terdaftar dalam sosialisasi) 4. Diskusi mengenai indikasi rencana kerja dan alokasi anggaran. 5. Presentasi kepada masing-masing perwakilan lintansi atau unsur kepada pengambil keputusan guna pemanfaatan sumber daya dan anggaran 6. Kesepakatan dan komitmen lintas Sektor untuk memfungsikan Pokja semaksimal mungkin dalam penanganan kumuh Output 1. Draft SK tupoksi dan struktur Pokja PKP 2. Rencana Kerja Pokja PKP 3. Kesiapan alokasi anggaran Pelaksana Bappeda Peserta Sekda, Bappeda, Dinas PU, Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan, Dinas Lainnya yang terkait dengan KOTAKU b. Penguatan Pokja PKP Tujuan Adanya anggota Pokja yang memahami tupoksinya dan berkomitmen untuk menjalankanya. Metoda Pelatihan, lokakarya Proses 1. Penjelasan rencana Pemda untuk menjalankan Program KOTAKU diperlukan adanya Pokja dengan tujuan, tupoksi dan kegiatan seperti yang dirumuskan dalam rakertas sebelumnya 2. Diskusi mengenai struktur organisasi Pokja, dengan menampilkan hasil review terhadap kinerja Pokja sejenis dan instansi serta program lain yang terkait 3. Komitmen atau pernyataan kesanggupan dari peserta, bahwa yang diundang dalam Rakertas atau Mini Lokakarya diusulkan untuk menjadi anggota Pokja dengan pertimbangan tertentu (dapat menyanggah atau mengusulkan anggota lainnya) 4. Pembahasan indikasi rencana kegiatan untuk tahun 2016 dan 2017 dengan prioritas utama adalah menyusun dokumen rp2kp-kp 5. Pembahasan mengenai rencana alokasi anggaran (dalam rangka keterbukaan dan akuntabilitas) 6. Pembahasan mengenai kebutuhan pendampingan untuk pelaksanaan tupoksi kepokjaan. Output 1. Anggota Pokja Kabupaten/Kota memahami tupoksinya 2. Anggota Pokja Kabupaten/Kota siap dan mampu menjalankan kegiatan Kolaborasi penanganan kumuh sesuai dengan tupoksinya 3. Draft SK Pokja yang siap untuk disahkan oleh Kepala Daerah 4. Rencana kegiatan tahun 2016 dan 2017 (dengan output atau target yang terukur) Pelaksana Bappeda Peserta Fasilitator Calon anggota Pokja PKP dan pengambil keputusan terkait (Kepala Dinas) Tim Konsultan

20 Membangun Visi Permukiman & Refleksi Perkara Kumuh (RPK) Tahapan membangun visi dimaksudkan mengajak seluruh pelaku yang terlibat dalam penanganan kumuh untuk bersama-sama merumuskan cita-cita permukiman ideal seperti apa yang diharapkan pada masa depan kotanya, sehingga semua aktifitas tahapan dalam penanganan kumuh digerakan oleh visi bukan hanya digerakan untuk memecahkan persoalan yang ada. Tahapan kegiatan Refleksi Perkara Kumuh, dimaksudkan mengajak warga yang terlibat dalam penanganan untuk mendiskusikan penyebab, akibat dan akar masalah kumuh yang terjadi dikotanya, serta berdiskusi mengungkapkan ide dan gagasan awal penanganan kumuh dikotanya. Membangun visi permukiman dan refleksi perkara kumuh disamping menggali ide dan gagasan penanganan kumuh juga diharapkan bisa membangun komitmen bersama diantara pelaku dalam penanganannya. Tujuan 1. Membangun Visi permukiman kota 2. Menemukan persoalan dan gagasan awal pencegahan dan peningkatan kualitas 3. Membangun kesadaran kritis mengenai pentingnya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh. Metoda Acuan Proses Output Pelaksana Peserta Fasilitator Lokakarya dan FGD Panduan FGD Refleksi Perkara Kumuh 1. Membangun Visi Permukiman Kota a. Penjelasan mengenai pentingnya membangun Visi Permukiman; b. Identifikasi dan mengingat terhadap Visi permukiman Kota yang sudah ada atau Identifikasi Visi permukiman baru; c. Menyepakati Visi Permukiman Kota sebagai dasar pelaksanaan kegiatan Penanganan Kumuh. 2. Refleksi Perkara Kumuh Kota (RPK) a. Mendiskusikan persoalan penyebab kumuh b. Mendiskusikan gagasan penanganan kumuh untuk mencapai visi Ket; Diskusi bisa dilakukan di beberapa tempat dengan peserta yang berbeda sesuai tujuan diskusi. 1. Visi Permukiman Kota 2. Persoalan kumuh 3. Gagasan pencegahan dan peningkatan kualitas persoalan kumuh 4. Terbangun komitmen kumuh menjadi musuh bersama yang harus ditangani dengan cara kolaborasi Pokja PKP SKPD, DPRD, Tim Teknis, KBP, FKA BKM, City Changer, Forum CSR, PT, lembaga pemerhati permukiman, warga kawasan Tim Konsultan Konsolidasi data Permukiman Kumuh Perkotaan Tahapan ini dimaksudkan untuk menyepakati baseline data yang akan digunakan sebagai dasar dalam mengambil keputusan ditingkat Kabupaten/Kota dalam penanganan permukiman kumuh, serta digunakan untuk mengukur keberhasilan intervensi penanganan kumuh. Kegiatan ini melibatkan semua sektor yang terkait dengan data dan informasi permukiman khususnya 12

21 permukiman kumuh. Tahapan kegiatan ini dimulai dari pengumpulan data, konsolidasi data hingga verifikasi SK Kumuh Kabupaten/Kota terhadap data eksisting. Tujuan Metoda Acuan Mengkonsolidasikan semua data yang terkait permukiman kumuh dari berbagai sektor dan aktor, termasuk data baseline, untuk dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan Diskusi, Konsolidasi data, analisis data, verifikasi SK Kumuh, Pleno Buku POS Penyusunan Profil Permukiman kumuh Kabupaten/Kota Proses 1. Mengumpulkan data dari berbagai sumber sektor dan aktor yang ada di Tingkat Kabupaten/Kota yang terkait dengan permukiman termasuk Profil permukiman kelurahan yang sudah disusun kedalam bentuk profil permukiman kota; 2. Konsolidasi data untuk menyamakan atau menyepakati data yang sama; 3. Memasukan data hasil kesepakatan kedalam sistem informasi kota; 4. Verifikasi hasil konsolidasi data kumuh terhadap SK Kumuh Kabupaten/Kota Output 1. Sistem informasi data permukiman kumuh kota ; 2. Profil Permukiman Kumuh Kota; 3. Hasil verifikasi data kumuh terhadap SK Kumuh Kabupaten/Kota Pelaksana Pokja PKP, Peserta SKPD, DPRD, Tim Teknis, KBP, FKA BKM, City Changer, Forum CSR, PT, lembaga pemerhati permukiman Fasilitator Tim Konsultan Pokja PKP dan Tim Teknis Kota dalam Tahapan Persiapan ini sekaligus memastikan bahwa kegiatan di tingkat kelurahan/desa berjalan sesuai rencana melalui: 1. Mendampingi Pembentukan dan Penguatan Kelembagaan, 2. Melatih, 3. Memberikan bantuan teknis pada saat pelaksanaan Pemetaan Swadaya. Pada Tahap Persiapan Tingkat Kota dipastikan terjadi memorandum (kesepakatan) terhadap data baseline kumuh yang akan dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan, pengukuran progres kegiatan dan masuk dalam sistem informasi kota serta memastikan verifikasi data baseline terhadap SK Kumuh Kota/kab 2.2. Tahap Perencanaan Tahap ini merupakan tahapan yang penting dalam menggunakan sumber data dan informasi yang sama dari hasil konsolidasi data berbagai sektor dan aktor terkait permukiman dan perumahan. Oleh karena itu tahap perencanaan adalah proses kunci dalam menyusun pemecahan masalah bersama dan membangun komitmen pemangku kepentingan dalam penanganan permukiman kumuh melalui penyusunan rencanan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan (rp2kp-kp) Kabupaten/Kota. Rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh dapat digunakan oleh Pemda sebagai bridging document atau dokumen pelengkap untuk RPJMD dan RKPD, yang menjadi salah satu dokumen acuan dalam pembahasan anggaran tahunan di tingkat eksekutif, serta menjadi masukan bagi penyempurnaan Renstra dan Renja SKPD. Tahap perencanaan Tingkat Kabupaten/Kota menghasilkan dokumen rp2kp-kp dan Rencana/desain kawasan yang disusun secara bertahap sesuai prioritas kawasan yang akan ditangani.

22 Dokumen rp2kp-kp Dokumen rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh untuk 5 tahun mendatang. Di dalam dokumen rencana ini setidaknya harus memuat: a. Visi pembangunan permukiman yang mengacu pada visi/ misi Kabupaten/Kota di dalam RPJMD. b. Pemetaan persoalan dan lokasi permukiman kumuh di tingkat Kabupaten/Kota dan c. Luasan kumuh yang akan ditangani selama 5 tahun mendatang dengan melakukan delineasi dan pemetaan kawasan permukiman kumuh dan kawasan permukiman kumuh prioritas yang akan ditangani. d. Identifikasi kawasan rencanaan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang didasarkan pada akar permasalahan permukiman kumuh dan konektivitas infrastruktur yang direncanakan. e. Analisis Tingkat Kabupaten/Kota dan kawasan perencanaan yang meliputi: (i) Analisis tentang tingkat kemiskinan di perkotaan yang ditunjukkan dengan jumlah dan persentase KK miskin di wilayah Perkotaan, jumlah dan persentase KK miskin yang tinggal di kawasan kumuh; GINI koefisien di kawasan perkotaan. (ii) Analisis tentang akses pada infra dan pelayanan dasar, terutama masyarakat miskin perkotaan yang ditunjukkan dengan persentase rumah tangga yang memiliki akses air bersih, pengelolaan sampah, sewerage cost yang harus dibayar masyarakat miskin dibandingkan dengan masyarakat kaya utk air bersih, sanitasi, dsb. Dampak yang ditimbulkan terhadap kesehatan, dll. Dana APBD untuk penyediaan infra dan pelayanan dasar dan persentasenya terhadap APBD. Analisis juga dilakukan berdasarkan quintile. (iii) Analisis terhadap permasalahan kumuh terkait dengan jumlah penduduk tinggal di kawasan kumuh. Jumlah dan luas kawasan kumuh dan sebarannya di sekian banyak kelurahan. Jumlah dan persentase penduduk kumuh tidak memiliki akses terhadap masing2 dari tujuh indikator. Dalam hal ini termasuk analisis penyebab kumuh melalui serangkaian proses FGD ditingkat basis di lokasi kumuh (iv) Analisis karakteristik kumuh di masing2 Kabupaten/Kota yang mencakup luas kawasan yang telah diidentifikasi dan dikategorikan sebagai wilayah kumuh berat, sedang, ringan. Jumlah penduduk yang ada di masing-masing kawasan kumuh tersebut, persentase kk miskin, kondisi infrastruktur terkait dengan 8 kriteria kumuh. (v) Analisis terhadap rumah tangga tinggal di kawasan kumuh yang dikategorikan legal slums dengan yang dikategorikan sebagai illegal slums atau permukiman liar termasuk berlokasi di tempat yang bukan diperuntukkan bagi perumahan sesuai rencana tata ruang, tanah yang dimiliki perorangan tanpa aspek legal dan tanah yang rawan bencana. (vi) Analisa kapasitas Pemda termasuk (1) APBD termasuk persentase belanja untuk pembayaran gaji personil dengan untuk investasi, (2) kapasitas pemda untuk merencanakan (menyusun rp2kp-kp), O&M, koordinasi antar sektor, pengadaan (ULP), dan permasalahan lain yang dapat mempengaruhi pencapaian target/sasaran. f. Konsep dan strategi penanganan kumuh tingkat Kabupaten/Kota meliputi kegiatan penanganan permukiman kumuh yang berbasis ruang yang terdiri dari kegiatan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh di tingkat komunitas dan skala kota, termasuk jenis infratruktur yang akan dibangun (primer, sekunder dan tersier) dan konektivitas antar 14

23 infrastruktur berdasarkan 8 indikator kumuh yang tetap mengakomodasi aspek sosial dan ekonomi masyarakat dan penyebab kumuh, yang secara keseluruhan mengacu pada pencapaian visi pembangunan permukiman dan visi Kabupaten/Kota. g. Indikasi rencana investasi dan identifikasi sumber-sumber pembiayaan (nasional, Provinsi, Pemda, swasta, swadaya komunitas, dan sumber pembiayaan lainnya) untuk 5 tahun mendatang, serta peran dan tanggung jawab masing-masing sektor terkait dengan rencana investasi yang sudah diidentifikasi. h. Rencana pemeliharaan dan monitoring serta tugas dan tanggung jawab Pemda (masingmasing SKPD terkait) untuk melakukan mekanisme O&M Desain Kawasan Sebagai penjabaran rp2kp-kp, secara bertahap disusun desain kawasan untuk seluruh kawasan kumuh yang diidentifikasi, sesuai dengan skenario penanganan kawasan dalam rp2kp-kp, misalnya tahun ke 1 disusun desain kawasan A, B, C dan tahun selanjutnya untuk kawasan D,E,F, dst. diharapkan desain kawasan dapat diselesaikan untuk seluruh kawasan kumuh di Kabupaten/Kota pada tahun ke 3 perencanaan. Desain kawasan mencakup aspek infrastruktur, sosial, dan ekonomi, dilengkapi dengan rencana O & P, dan rencana investasi. Dalam desain kawasan, dilakukan analisa lebih mendalam terhadap kondisi dari sisi supply maupun demand, yaitu perencanaan detil infrastruktur yang dibutuhkan di dalam kawasan kumuh, termasuk infrastruktur primer dan sekunder yang terhubung dengan sistem infrastruktur di kawasan kumuh dan mempengaruhi secara langsung efektivitas penanganan di kawasan kumuh. DED (skala 1:100 1:20) akan disusun berdasarkan infrastruktur yang diprioritaskan dalam desain kawasan. Sedangkan untuk mendukung pengembangan penghidupan yang berkelanjutan, di kota terpilih akan dibangun pusat pengembangan usaha atau business development center (BDC), untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh. Bila lingkungan kumuh berada di wilayah yang sangat berisiko bencana tinggi atau kumuh berat dan tidak ada alternatif lain, maka kemungkinan untuk resettlement atau relokasi dapat dieksplorasi sebagai pilihan terakhir dengan proses konsultasi antara pemerintah daerah dan masyarakat untuk mencari solusi. Pemerintah daerah wajib melakukan kemitraan untuk menarik investasi, agar mendapatkan tambahan sumber dana dan sumberdaya dari sektor swasta dan organisasi non pemerintah. Bila ada kebutuhan rumah di wilayah relokasi, maka akan dihubungkan dengan program perumahan. Jika dalam jangka waktu lima tahun investasi tidak dapat diselesaikan, maka program ini akan membantu pemerintah daerah dan masyarakat untuk menyusun rencana resettlement atau relokasi. Rencana Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh harus sinkron dengan kebijakan perencanaan pembangunan dan penataan ruang kota dipastikan keselarasan antara desain kawasan tingkat masyarakat dengan tingkat Kabupaten/Kota dan setiap penanganan harus mempertimbangkan aspek manusia (penghuni) dan penghidupannya. Pola penanganan (dapat dikombinasikan) sesuai dengan UU No. 1 Tahun 2011 adalah sebagai berikut: a. Pemugaran b. Peremajaan c. Relokasi dan permukiman kembali

24 d. Penguatan ekonomi e. Legalitas kepastian bermukim Tahapan perencanaan Pemerintah Kabupaten/Kota melalui Pokja PKP melaksanakan tahapan penyusunan rp2kp-kp secara konsisten dengan skema kolaborasi. Tahapan perencanaan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Skema Tahapan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU), dalam tahapan KOTAKU sebelum masuk tahap perencanaan yaitu tahapan ; RPK dan Visi Permukiman Kota, serta konsolidasi data. Adapun hasil dari tahapan kegiatan RPK dan membangunn Visi permukiman kota adalah berupa rumusan akar masalah kumuh, ide/gagasan awal penanganan kumuh, serta penyepakat rumusan visi permukiman kota. Sedangkan tahapan kegiatan konsolidasi data permukiman kumuh menghasilkan ; Profil permukiman kumuh kota, data baseline kumuh, informasi persoalan dan potensi kumuh eksisting serta verifikasi terhadap SK Kumuh. Proses dan hasil dari tahapan diatas akan dijadikan dasar analisa dalam penyusunan rp2kp-kp. Tahapan penyusunan rp2kp-kp terdiri dari tahapan berikut: 1) Mempersiapkan Kegiatan Perencanaan 2) Kajian kebijakan dan rencana kota untuk Penanganan kumuh 3) Perumusan Skenario Penanganan 4) Perumusan Program dan Kegiatan 5) Uji Publik Draft rp2kp-kp 6) Memorandum Program dan Kegiatan 7) Penyusunan DED 16

25 II PERENCANAAN April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Thn ke -n+1 KEGIATAN TINGKAT KABUPATEN/ KOTA 1 Menyiapkan kegiatan 2 3 Kajian kebijakan dan rencana kota untuk Penanganan kumuh Perumusan Skenario Penanganan kumuh 4 5 Perumusan Program & Kegiatan rp2kpkp Uji Publik Draft RP2KP-KP 6 Memorandum Program & Kegiatan rp2kpkp 7 Penyusunan DED Integrasi Ke Perencanaan Daerah Pelaksanaan Kegiatan PROSES KONSULTASI SEBAGAI PROSES KOLABORASI DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KUMUH Memorandum Profil Kumuh Memorandum Program/Kegiatan Memorandum Keberlanjutan Program Gambar 2.3. Tahapan kegiatan Penyusunan rp2kp-kp Penyiapan Kegiatan Perencanaan Penyiapan kegiatan perencanaan ini merupakan kegiatan yang mengawali tahapan kegiatan perencanaan lainya, dimana pada kegiatan ini Tim perencanaan berkumpul untuk mendapatkan pemahaman yang sama dan menyepakati mekanisme serta rencana kerja dalam penyusunan rp2kpkp. Tujuan Disepakatinya rencana kerja dan metodologi penyusunan rp2kp-kp. Metoda Pelatihan tim perencanaan rp2kpkp, diskusi, koordinasi, pleno penyepakatan Proses 1. Melakukan koordinasi tim untuk penyamaan pemahaman lingkup tugas Pokja PKP dan unsur lainya dalam kegiatan Penyusunan rp2kp-kp; 2. Melakukan pengumpulan dokumen/bahan rujukan yang diperlukan ( Hasil RPK; berupa akar permasalahan kumuh, ide/gagasan pencegahan kumuh, rumusan visi permukiman kota, profil permukiman kumuh, hasil konsolidasi data baseline, peta digital) 3. Menyusun rencana aksi proses perencanaan termasuk jadwal kegiatan dan metodologi pelaksanaan kegiatan Output 1. Rencana kerja 2. Pendekatan dan metodologi pelaksanaan kegiatan 4. Data dan informasi mengenai kondisi eksiting permukiman kumuh, serta ide/gagasan awal pencegahan kumuh. ( Hasil RPK; berupa Akar permasalahan kumuh, ide/gagasan pencegahan kumuh, profil permukiman kumuh, hasil konsolidasi data baseline, hasil verifikasi SK kumuh, peta digital) Pelaksana Pokja PKP Peserta SKPD, DPRD, Tim Teknis, KBP, FKA BKM, City Changer, PT, lembaga pemerhati permukiman Fasilitator Tim Konsultan

26 Kajian Kebijakan dan Rencana Kota untuk Penanganan Kumuh Tahapan ini merupakan kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan karena dalam kegiatan ini akan dikaji kebijakan dan rencana sektor permukiman kota dengan profil permukiman kumuh kota eksisting, hingga dimungkinkan terjadi penyelarasan kebijakan dan rencana sektor kota dalam mendukung penanganan permukiman kumuh Tujuan Metoda Proses Output Pelaksana Peserta Fasilitator Mengkaji kebijakan dan strategi pembangunan, serta rencana tata ruang wilayah yang telah tersedia maupun yang sedang disusun terkait dengan persoalan permukiman kumuh kota analisis isi kebijakan dan perencanaan, studi literatur, overlay peta, pleno penyepakatan 1. Inventarisasi kebijakan dan strategi pembangunan Kabupaten/Kota, serta perencanaan sektor khususnya yang terkait pengembangan permukiman; RTRW, SPPIP, SSK, RISPAM, masterplan drainase, masterplan jalan, masterplan persampahan, RISPK, RTBL dan rencana Pengembangan ekonomi, serta perencanaan lainya ditingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi. 2. Melakukan pemetaan terhadap arahan kebijakan dan strategi pembangunan serta rencana sektor terkait penanganan kawasan permukiman kumuh terutama yang terdapat di dalam RTRW, SPPIP, SSK, RISPAM, masterplan drainase, masterplan jalan, masterplan persampahan, RISPK, RTBL dan rencana Pengembangan ekonomi, serta perencanaan lainya ditingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi. (lampiran 2; Sumber-Sumber Rujukan Data, Informasi, Kebijakan, Program, Rencana, Kegiatan yang digunakan dalam Penyusunan rp2kp-kp), 3. Melakukan kajian terhadap keselarasan antar kebijakan, strategi pembangunan, serta perencanaan sektor pengembangan permukiman yang ada (RTRW, SPPIP, SSK, RISPAM, masterplan drainase, masterplan jalan, masterplan persampahan, RISPK, RTBL dan rencana pengembangan ekonomi, serta perencanaan lainya ditingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi), terhadap data dan informasi persoalan kumuh eksisting ( Hasil RPK; berupa Akar permasalahan kumuh dan ide/gagasan pencegahan kumuh, Profil Permukiman kumuh, hasil konsolidasi Data baseline) (Lampiran 3; Form Kajian-Kajian Kebijakan dan Program/Kegiatan Sektoral Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan) 4. Overlay/superimpose peta permukiman kumuh dengan peta rencana tematik/sektor kota. (Lampiran 4; Gambar Contoh, Keterpaduan Persoalan, Potensi dan Rencana Penanganan Permukiman kumuh dengan Rawan Sanitasi Kota dan Perencanaan Sektor Lainya) 5. Update peta-peta tematik sesuai hasil kajian. 1. Matrik stretegi, kebijakan dan program Kabupaten/Kota 2. Peta-peta tematik hasil analisis 3. Kebijakan dasar yang mendukung pencegahan kumuh 4. Kebijakan dasar yang mendukung peningkatan kualitas permukiman kumuh Pokja PKP SKPD, DPRD, Tim Teknis, KBP, FKA BKM, City Changer, CSR, PT, lembaga pemerhati permukiman Tim Konsultan Perumusan Strategi Penanganan Perumusan strategi adalah tahapan berikutnya setelah kegiatan kajian Kebijakan dan rencana sektor kota untuk Penanganan Kumuh, dari tahapan kegiatan ini diharapkan bisa memunculkan strategi Kabupaten/Kota untuk merinci langkah pentahapan capaian target 0% hingga tahun 2019, serta memunculkan strategi pencegahan dan strategi peningkatan kualitas 18

27 Tujuan Merumuskan strategi Penanganan kumuh pencapaian 0% Metoda Analisa konsep penanganan, Diskusi, pleno penyepakatan Proses 1. Merumuskan konsepsi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh dan permukiman rawan kumuh untuk mencapai target 0% kumuh, yang meliputi: a. Perumusan misi, tujuan dan sasaran penanganan permukiman kumuh dan permukiman rawan kumuh yang sinergis dengan rencana pembangunan permukiman kota serta berlandaskan pada kondisi, potensi dan permasalahan lokasi yang mengacu pada rumusan Visi permukiman kota hasil kesepakatan. b. Perumusan strategi pencegahan kumuh mengacu pada visi, tujuan, sasaran serta hasil kajian kebijakan dan rencana kota serta kondisi eksisting kumuh kota hasil RPK untuk penanganan Kumuh. (Lampiran 5a: Contoh perumusan strategi pencegahan permukiman kumuh skala kota dari hasil proses sebelumnya; refleksi perkara kumuh & penyepakatan visi permukiman kota, konsolidasi data kumuh/profil permukiman kumuh serta hasil Kajian kebijakan dan perencanaan permukiman kota) c. Perumusan strategi peningkatan kualitas permukiman kumuh mengacu pada visi, tujuan, sasaran serta hasil kajian kebijakan dan rencana kota serta kondisi eksisting profil permukiman kumuh untuk penanganan kumuh hingga pencapaian 0% (Lampiran 5b : Contoh perumusan strategi peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kota dari hasil proses sebelumnya; refleksi perkara kumuh & penyepakatan visi permukiman kota, konsolidasi data kumuh/profil permukiman kumuh serta hasil kajian kebijakan dan perencanaan permukiman kota). 2. Menyusun pentahapan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh dan permukiman rawan kumuh yang dirinci kedalam langkah-langkah yang akan dilakukan pertahun hingga tahun 2019 a. Memastikan tema pengembangan pada seluruh kawasan kumuh yang disusun masyarakat dalam RTPLP b. Menyusun kriteria dan indikator permukiman kumuh dan permukiman rawan kumuh prioritas penanganan. (lampiran 8a; penilaian lokasi prioritas) c. Menetapkan permukiman kumuh dan rawan kumuh prioritas penanganan tahun pertama. (lampiran 8b. penilaian lokasi prioritas penanganan tahun 1) Output 1. Konsep penanganan permukiman kumuh untuk pencapaian target 0%. 2. Strategi pencegahan permukiman kumuh terhadap permukiman rawan kumuh 3. Strategi peningkatan kualitas terhadap permukiman kumuh. 4. Permukiman rawan kumuh prioritas pencegahan dan permukiman kumuh prioritas peningkatan kualitas yang secara bertahap akan ditangani Pelaksana Pokja PKP Peserta SKPD, DPRD, FKA BKM, KBP, Perguruan Tinggi, pemerhati permukiman, Tim Konsultan, Tenaga ahli perencanaan, Forum CSR, Lurah/Kades dan BKM lokasi prioritas, dll. Fasilitator Tim Konsultan Pokja PKP mengkoordinasikan Lurah/Kades dan BKM di lokasi prioritas penanganan kumuh agar strategi tingkat kawasan/lingkungan sinergis dengan strategi penanganan kumuh kota Perumusan Program dan Kegiatan rp2kp-kp Tahapan perumusan program dan kegiatan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan dimaksudkan mendetilkan dari hasil tahapan strategi penanganan kumuh diperkotaan kedalam program dan kegiatan 5 tahun dan tahunan. Bila diperlukan perlakuan khusus dari level kota untuk kawasan tertentu misalkan untuk peremajaan kota maka diperlukan desain kawasan dengan intervensi skala kota.

28 a. Perumusan Program dan Kegiatan rp2kpkp Tujuan Metoda Proses Output Pelaksana Peserta Fasilitator Menyusun program dan rencana kegiatan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh dan permukiman rawan kumuh tingkat Kabupaten/Kota yang selaras dengan penanganan kumuh kawasan. Diskusi Analisis, FGD, pleno penyepakatan 1. Merumuskan kebutuhan program-program pencegahan yang aplikatif, riil dan terukur sesuai dengan kebutuhan pencegahan kawasan permukiman rawan kumuh dalam skala Kabupaten/Kota berdasarkan pada konsep dan stretegi penanganan permukiman kumuh. (Lampiran 6a: Contoh matrik program / kegiatan pencegahan Permukiman rawan kumuh untuk 5 tahun) 2. Merumuskan kebutuhan program-program peningkatan kualitas yang aplikatif, riil dan terukur sesuai dengan kebutuhan penanganan kawasan permukiman kumuh dalam skala Kabupaten/Kota berdasarkan pada konsep dan stretegi penanganan permukiman kumuh. (Lampiran 6b: Contoh matrik program / kegiatan peningkatan kualitas permukiman kumuh untuk 5 tahun) 3. Merinci setiap program ke dalam skema pentahapan yang dirinci kedalam program tahunan ( ); 4. Menyusun indikasi kegiatan pencegahan permukiman kumuh dan peningkatan kualitas prioritas tahun pertama.(lampiran 7a: Contoh matrik kegiatan tahunan pencegahan permukiman kumuh) 5. Menyusun indikasi kegiatan peningkatan kualitas permukiman kumuh.(lampiran 7b : Contoh matrik kegiatan tahunan peningkatan kualitas permukiman kumuh) 6. Menyusun pemetaan spatial dari strategi dan program yang telah dirumuskan. 1. Daftar kebutuhan program pencegahan pada permukiman rawan kumuh skala kota 2. Daftar kebutuhan program peningkatan kualitas pada permukiman kumuh skala kota 3. Matriks program pembangunan dalam skala Kabupaten/Kota 4. Rencana kegiatan tahunan peningkatan kualitas dan pencegahan kumuh skala kota pada permukiman kumuh prioritas. Pokja PKP SKPD, DPRD, FKA BKM, KBP, Perguruan Tinggi, pemerhati permukiman, Tim Konsultan, Tenaga ahli perencanaan, Forum CSR, Lurah/Kades dan BKM lokasi prioritas, dll. Tim Konsultan b. Penyusunan Rencana/Desain Kawasan Kumuh Khusus (Peremajaan Kota) Tujuan Penerjemahan konsep dan desain penanganan kawasan yang telah dirumuskan ke dalam rencana teknis penanganan yang lebih terukur dan presisi baik secara lokasi, besaran/volume, dan terpetakan secara visual, serta menyusun dan menyepakati daftar komponen infrastruktur pembangunan; Metoda Studio, analisis kebutuhan, penjaringan informasi, observasi dan pengukuran lapangan (ground survey), teknik penelurusan lokasi (transek) Proses 1. Melakukan penyusunan peta rinci/siteplan, pembuatan siteplan diperlukan sebagai acuan untuk pelaksanaan di lapangan siteplan sedikitnya memuat: plotting komponen rencana jenis serta ukuran komponen rencana kondisi eksisting, misal: nama jalan, arah aliran, kontur eksisting serta kondisi 0% dari komponen yang akan dibangun. Peta kebutuhan infarstruktur yang dipersyaratkan skala 1:1.000 untuk penanganan tahun pertama 2. Penyusunan visualisasi pendukung perancangan, pembuatan komponen kawasan secara visual untuk memberikan pembanding dari kondisi kawasan semula dan kondisi kawasan 20

29 Output Pelaksana Peserta Fasilitator setelah dibangun atau before-after 3. Penyiapan gambar pra rencana berdasarkan rumusan program kegiatan untuk pembangunan kawasan secara keseluruhan. Gambar ini memuat bentuk dan komponenkomponen fisik apa saja yang diperlukan dalam penanganan kawasan kumuh prioritas, namun jumlah dan besarannya belum terinci yang disepakati antara Pokja Kabupaten/Kota, pemangku kepentingan Kabupaten/Kota serta masyarakat pada kawasan prioritas. 4. Melakukan analisis dan diskusi pemilihan komponen dengan pemangku kepentingan Kabupaten/Kota serta masyarakat pada kawasan prioritas 5. Melakukan ground check dan pengukuran yang di sesuaikan dengan kebutuhan nyata di lapangan. Komponen rencana disusun ulang dan dilihat sejauh mana kemungkinan dapat dilaksanakan pembangunannya di lapangan. Pemilihan komponen yang akan diukur harus melalui beberapa kriteria, yaitu: (a) Komponen harus benar-benar menjadi prioritas utama bagi penanganan kawasan kumuh; (b) Komponen harus memberikan dampak nyata/manfaat terhadap perbaikan lingkungan kumuh yang ditangani; dan (c) Komponen dapat dilaksanakan pembangunannya dan tidak berada dalam lahan yang disengketakan. Desain kawasan yang dilengkapi dengan rencana investasi, rencana operasional dan pemeliharaan, dan rencana aksi pusat pengembangan usaha (Lampiran 9a: Contoh; rencana penataan kawasan permukiman kumuh prioritas dan 9; Contoh peta tematik rencana penataan kawasan permukiman kumuh) Pokja PKP & Konsultan Perencanaan SKPD, DPRD, BKM, KBP, Perguruan Tinggi, pemerhati permukiman, Forum CSR, Lurah/Kades dan BKM lokasi prioritas dll. Tim Konsultan Pokja PKP mengkoordinasikan Lurah/Kades dan BKM terkait program dan kegiatan skala kota yang akan didesain pada lokasi prioritas penanganan kumuh agar sinergis dengan program dan kegiatan skala lingkungan yang ada dalam RTPLP Uji Publik Draft Program dan Kegiatan rp2kp-kp Kegiatan ini intinya dimaksudkan sebagai ajang sosialisasi terhadap proses yang sudah dilakukan dan dokumen rp2kpkp yang sudah disusun untuk medapatkan masukan dan pengakuan dari berbagai pihak. Secara tidak langsung kegiatan ini sekaligus merupakan kegiatan pemasaran sosial kepada seluruh pihak dengan harapan disamping mendapatkan dukungan moril juga mendapatkan dukungan materil. Tujuan Metoda Proses Output Pelaksana Peserta Untuk menjaring masukan dalam rangka mematangkan konsep, skenario, rencana aksi program peningkatan kualitas dan pencegahan permukiman kumuh perkotaan Pemaparan hasil dan diskusi terbuka, pleno penyepakatan 1. Memaparkan seluruh capaian kegiatan rp2kp-kp 2. Melakukan diskusi untuk mendapatkan masukan-masukan terhadap muatan rp2kp-kp 3. Melakukan perbaikan dan penyempurnaan terhadap capaian kegiatan rp2kp-kp. 1. Masukan terhadap pencapaian kegiatan rp2kp-kp 2. Masukan terhadap substansi rp2kp-kp Pokja PKP Kegiatan Konsultasi Publik melibatkan peserta dan pendukung. Peserta kegiatan antara lain mewakili unsur : 1. Dinas/instansi tingkat Kabupaten/Kota/Provinsi yang terkait dengan penanganan

30 Fasilitator kumuh 2. Akademisi, pemerhati permukiman, perwakilan masyarakat permukiman kumuh pendukung kegiatan antara lain mewakili unsur 3. Satuan Kerja Pengembangan Permukiman 4. DPRD 5. Lurah/Kades dan BKM lokasi prioritas. Tim Konsultan Memorandum Program dan Kegiatan rp2kp-kp Tahapan ini dimaksudkan menyepakati seluruh kegiatan yang telah dirumuskan pada tahapan sebelumnya untuk dikerjakan dan didanai secara kolaboratif oleh seluruh peserta yang diundang dibawah arahan kepala daerah. Kegiatan ini pun sekaligus penandatangan dokumen oleh kepala daerah sebagai dokumen resmi pemda. Tujuan 1. Menyepakati dokumen rp2kp-kp Menyepakati rencana aksi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh tingkat Kabupaten/Kota dan tingkat kawasan tahun pertama 3. Menyepakati rencana investasi kegiatan antar sektor dan aktor. Metoda Presentasi, tanya jawab, diskusi kelompok interaktif, dan pleno penyepakatan Proses 1. Melakukan diskusi sinkronisasi program sektoral tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi terkait peningkatan kualitas dan pencegahan permukiman kumuh. 2. Penyepakatan rencana antar sektor terkait peningkatan kualitas dan pencegahan permukiman kumuh tahun Menyepakati rencana investasi kegiatan tahun pertama 4. Penandatanganan dokumen rp2kp-kp oleh Kepala Daerah Output 1. Dokumen rp2kp-kp Rencana investasi Kegiatan tahun pertama Pelaksana Bappeda Peserta SKPD Terkait, DPRD, Pokja PKP, Perguruan Tinggi, CSR, Kelompok peduli, Tenaga Ahli Perencanaan, Lurah/Kades dan BKM lokasi prioritas,dll Fasilitator Tim Konsultan Penyusunan Detil Engenering Disain Penyusunan DED dikhususkan untuk investasi kegiatan yang akan dilaksanakan ditahun berjalan. Tujuan Metoda Proses Tersusunya DED sejumlah investasi kegiatan Infrastruktur Survai, Gambar, Hitung RAB 1. Membuat gambar detail bangunan atau bestek bisa terdiri dari gambar rencana teknis. gambar rencana teknis ini meliputi arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal, serta tata lingkungan 2. Menghitung Rencana Anggaran Biaya atau RAB 3. Menyusun Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini mencakup persyaratan mutu dan kuantitas material bangunan, dimensi material bangunan, prosedur pemasangan material dan persyaratan-persyaratan lain yang wajib dipenuhi oleh penyedia pekerjaan konstruksi 4. Menyusun laporan akhir tahapan perencanaan 22

31 Output Pelaksana Pengendali Fasilitator 1. Gambar detail bangunan/gambar bestek, yaitu gambar desain bangunan yang dibuat lengkap untuk konstruksi yang akan dikerjakan 2. Engineer's Estimate (EE) atau Rencana Anggaran Biaya (RAB) 3. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) 4. Laporan akhir tahap perencanaan Konsultan Perencanaan Pokja PKP Tim Konsultan 2.3. Tahap Pelaksanaan Dalam tahapan pelaksanaan kegiatan baik kegiatan sosial, kegiatan ekonomi maupun kegiatan infrastruktur harus sesuai dengan perencanaan yang disusun dalam dokumen rp2kp-kp (dokumen perencanaan kota) dan dokumen rplp (dokumen perencanaan desa/kelurahan ). Tahapan pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setelah dokumen rp2kp-kp maupun dokumen rplp disahkan oleh pihak yang berwenang. Kegiatan yang dilaksanakan merupakan kegiatan yang tertera dalam rencana tahunan dan merupakan kegiatan prioritas penanganan baik skala kota maupun skala lingkungan yang sudah dikoordinasikan antara berbagai stakeholder di tingkat desa/kelurahan dan tingkat Kabupaten/Kota. Tahapan ini dilakukan secara kolaboratif, dengan hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Transparansi pelaksanaan program mulai dari proses pengadaan barang dan jasa, dst 2. Mekanisme penyaluran dana dan mobilisasi sumber daya dari pemangku kepentingan 3. Penggunaan kombinasi pola penanganan swadaya, swakarya dan pihak ketiga 4. Tersedianya tenaga terampil atau ahli yang bertanggung jawab terhadap aspek teknis dan pemanfaatan teknologi 5. Pengawasan dan jaminan kualitas (quality assurance) sesuai standar mutu dan aturan yang berlaku 6. Evaluasi kinerja capaian program dan kegiatan yang disepakati semua pihak Tahap pelaksanaan mencakup: 1. Penganggaran. Setiap program dan kegiatan (prasarana sarana, sosial, ekonomi termasuk perumahan dan legalisasi tanah, dll) yang sudah direncanakan maka setiap tahun dimasukkan ke dalam proses penganggaran tingkat Kabupaten/Kota dan tingkat Provinsi/Pusat (untuk program dan kegiatan yang dalam rencana sudah disebutkan untuk meminta dukungan dari pemerintah Provinsi dan Pusat). Untuk tingkat Kabupaten/Kota, Pokja PKP dapat bekerjasama dengan TAPD sehingga dokumen rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan dapat menjadi salah satu dokumen acuan sebagai pelengkap RPJMD dan Renstra SKPD dalam setiap pembahasan anggaran antara TAPD dengan SKPD. Perkiraan kebutuhan pembiayaan program KOTAKU dengan sumber-sumber pendanaannya dituangkan dalam Pedoman Teknis Program KOTAKU khususnya di BAB 3.

32 2. Pra-konstruksi. Setelah penyusunan rp2kp-kp dan rencana/desain kawasan maka kemudian pemerintah Kabupaten/Kota menyiapkan DED (peta 1:100 1:20) atau perencanaan detail infrastruktur untuk infrastruktur primer dan sekunder prioritas yang terhubung dengan sistem infrastruktur di kawasan kumuh dan mempengaruhi secara langsung efektifitas penanganan di kawasan kumuh. Pemerintah Kabupaten/Kota merekrut konsultan yang akan menyiapkan DED infrastruktur. Konsultan Management Teknis (KMT) yang direkrut Pemerintah Pusat akan mensupervisi DED yang disiapkan oleh konsultan DED tersebut. 3. Konstruksi. Memasuki pelaksanaan konstruksi infrastruktur, pemerintah Kabupaten/Kota merekrut pihak ketiga (kontraktor dan konsultan supervisi) sesuai dengan prosedur pelelangan public. Pelelangan konstruksi infrastruktur Tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan melalui National Competitive Bidding di Kabupaten/Kota. Pemaketan kontrak untuk pekerjaan infrastruktur akan berdasarkan jenis pekerjaan, sumber pendanaan, dan efisiensi. Mengingat pekerjaan yang dilaksanakan akan menggabungkan berbagai sumber pendanaan maka satu kontrak untuk seluruh pekerjaan tidak selalu bisa dilaksanakan. Dimana pemerintah daerah kurang memiliki kapasitas untuk pengadaan maka pengadaan akan dilakukan di tingkat Provinsi atau Pusat. Pokja PKP memantau setiap usulan kegiatan yang akan dilelangkan atau konstruksi pada setiap SKPD melalui forum pertemuan lintas sektor. KMT memastikan proses dan kualitas konstruksi memenuhi syarat yang ditetapkan. Tata cara pengadaan dan konstruksi untuk jenis infrastruktur yang dibiayai oleh Pemerintah Pusat melalui Program KOTAKU untuk Kabupaten/Kota terpilih disediakan dalam SOP atau POS terpisah Tahap Keberlanjutan Tahapan keberlanjutan ini diartikan sebagai tahap setelah pelaksaaan lapangan dilakukan meskipun demikian hal tersebut tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan harus diupayakan sejak awal proses dari tahapan persiapan, perencanaan dan pelaksanaan dimana di dalamnya ada tahapan monitoring dan evaluasi. Untuk memastikan keberlangsungan pelaksanaan program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan, maka pemerintah Kabupaten/Kota perlu menyiapkan kerangka regulasi terkait, misalnya penyusunan SPM dan target kinerja, instruksi Kepala Daerah mengenai tata cara pelaporan, pemantauan dan evaluasi program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh dari masing-masing SKPD, penggunaan dan pengadaan lahan, pembaruan struktur organisasi dan tata kelola SKPD terkait, mekanisme penyaluran dana untuk dan pola pemanfaatan ruang. Pokja PKP dapat mengusulkan penyusunan atau perubahan regulasi sesuai dengan hasil pemantauan dan evaluasi serta konsultasi dengan berbagai pelaku. Upaya keberlanjutan pada program ini diharapkan pada keberlanjutan yang diuraikan sebagai berikut: 24

33 Penyusunan Kerangka Regulasi. Pokja PKP bisa mulai mengidentifikasi seluruh permasalahan kumuh dimulai dari tahap kegiatan persiapan, terutama pada tahap Refleksi Perkara Kumuh baik ditingkat kota maupun ditingkat kawasan. Pada tahapan tersebut diperoleh persoalan yang terkait dengan penyebab utama kekumuhan dari berbagai dimensi misalkan terkait soal ekonomi, fisik, sosial budaya, perencanaan, lahan dan kebijakan. Pada tahap konsolidasi data permukiman kumuh yang output dari kegiatan itu adalah kesepakatan data baseline yang akan digunakan dan profil permukiman kumuh kota yang bisa jadi tidak sesuai dengan SK Kumuh Kota/Kabupaten eksisting, sehingga perlu ada langkah verifikasi SK Kumuh terhadap data baseline dan profil kumuh yang rekomendasinya adalah perubahan SK Kumuh atau membuat SK kumuh baru. Data dan informasi hasil kegiatan RPK dan Konsolidasi data kumuh dianalisa melalui tahapan kajian kebijakan dan rencana kota untuk penanganan kumuh, pada tahapan ini data dan informasi kumuh disandingkan dengan kebijakan kota dan perencanaan kota khususnya yang terkait dengan permukiman. Hasil dari tahapan ini adalah Kebijakan dasar yang mendukung pencegahan kumuh dan Kebijakan dasar yang mendukung peningkatan kualitas permukiman kumuh. Pada tahapan kegiatan berikutnya sangat dimungkinkan ada kebijakan atau perencanaan kota yang perlu disesuaikan dengan penanganan kumuh, sehingga pokja PKP akan mengusulkan penyusunan atau perubahan regulasi sesuai dengan hasil pemantauan dan evaluasi serta konsultasi dengan berbagai pelaku dari semua tahapan kegiatan Pengembangan Kelembagaan Dari awal proses sudah harus dipikirkan bentuk kelembagaan dengan landasan hukumnya yang diharapkan dapat mengawal seluruh proses pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh di tingkat Kabupaten/Kota dan tingkat desa/kelurahan atau komunitas. Mulai dari membangun gagasan sampai dengan memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan. Untuk itu kelembagaan di Tingkat Kabupaten/Kota seperti fungsi Pokja PKP menjadi sangat penting di level kota guna pencegahan berkembangannya permukiman kumuh. Begitu pun di tingkat komunitas ada lembaga yang khusus seperti dibentuknya lembaga lembaga penjamin mutu seperti penilik sampah, penilik bangunan, penilik kebakaran dan sebagainya. lembaga lembaga tersebut harus diletakkan dasar kerja atau aturan main seperti peraturan bangunan, peraturan sempadan jalan/sungai dan lain-lain. pembinaan oleh SKPD terkait, dan lainnya Pengelolaan database & Mekanisme Pemantauan Database menjadi peran vital dalam program KOTAKU, dikarenakan pengolahan databasis sangat mendukung pelaku yang terlibat dalam penanganan kumuh untuk selalu mendapatkan informasi berkualitas yang dicirikan dengan informasi yang akurat, dapat dipastikan, penggambaran waktu sekarang, terorganisasi, mudah diakses, berguna, dan juga dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh pengelola. Pada tahapan konsolidasi data dihasilkan data baseline dan profil permukiman kumuh yang sudah disepakati dan diinput kedalam komputer, begitupun dengan data dan informasi yang ada dalam rp2kpkp semua dijadikan database dalam komputer, untuk selanjutnya dilakukan perekaman secara

34 berkala terhadap setiap proses yang terjadi dilapangan yang akan berdampak pada perubahan database. Mekanisme pemantauan mencakup pelaksanaan prosedur rutin seperti supervisi dan review atas kegiatan yang terjadi, yang membantu untuk memastikan apakah kegiatan operasional telah sesuai dengan sistem dan prosedur pengendalian yang telah ditetapkan. Lebih lanjut dengan perkembangan teknologi informasi, pemantauan juga sudah memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut, antara lain otomatisasi alat yang secara elektronis melakukan evaluasi terhadap sistem pengendalian dengan memanfaatkan pengelolaan database Integrasi Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran Daerah Integrasi perencanaan dan penganggaran daerah yang mulai dilaksanakan pada tahap perencanaan dan pemrograman tujuannya adalah untuk memastikan program nasional menjadi target pembangunan di dalam RPJMD dan untuk menjamin keberlanjutan program sampai permukiman kumuh di perkotaan menjadi 0 % pada tahun Proses integrasi difokuskan pada skenario pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang sudah menghasilkan investasi kegiatan, dapat terintegrasi dengan perencanaan daerah. Mengingat kebutuhan pembiayaan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh ini sangat besar dan kemampuan anggaran pemerintah pusat dan Pemda juga terbatas, maka diperlukan Investasi tambahan seperti yang terdapat dalam dokumen rp2kp-kp dan dokumen RPLP/RTPLP. Kegiatan yang sudah direncanakan dalam rp2kp-kp dan RPLP/RTPLP dapat dipasarkan kepada swasta dan kelompok peduli lainnya untuk ikut berkontribusi dalam menangani permukiman kumuh perkotaan. Intinya harus terjadi regularisasi dalam perencanaan dan bukan hanya kegiatan yang bersifat adhoc Replikasi Program Replikasi program diusulkan atas dasar komitmen dan inisiatif dari Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mengadopsi Program KOTAKU guna mengembangkan luas pelayanannya dalam pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan dan dilaksanakan di wilayah sasaran yang belum tersentuh oleh Program KOTAKU. Replikasi program ini menjadi salah satu indikator keberlanjutan terhadap komitmen dan kepemilikan Pemda terhadap program. Replikasi program dapat berupa program/kegiatan replikasi PLPBK, replikasi Pusat Pengembangan Usaha kota (BDC), replikasi PPMK maupun replikasi model kolaborasi penanganan kumuh yang pendanaanya dilaksanakan secara mandiri oleh pemerintah Kabupaten/Kota atau bermitra/kerjasama dengan pemerintah pusat maupun swasta Kegiatan Menerus Dan Berkala Kegiatan menerus dan berkala ini akan dilaksanakan dari mulai tahap persiapan sampai ke tahap keberlanjutan sesuai dengan kebutuhan, kegiatan- kegiatan tersebut adalah : 26

35 Monitoring dan Evaluasi Pokja PKP memimpin kegiatan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh dengan memanfaatkan sistem informasi dan GIS berbasis website yang terintegrasi dalam program KOTAKU. Dengan memanfaatkan sistem tersebut maka Pokja PKP: a. Mengkaji laporan dari SKPD untuk setiap pelaksanaan program dan kegiatan serta anggaran b. Mengkaji laporan pelaksanaan tingkat masyarakat c. Mengkaji laporan hasil audit Bawasda/Auditor Daerah Subyek pemantauan dan evaluasi adalah: a. Kesesuaian daftar program dan kegiatan pada tahun berjalan (apakah masih ada gap, misalnya ada program-program yang tidak bisa dilaksanakan karena kendala tertentu) b. Perbandingan alokasi anggaran dan realisasi (dari yang dibiayai oleh APBN, APBD maupun masyarakat dan pihak lainnya) c. Pencapaian target dan sasaran (jumlah dan jenis pemanfaat serta luasan kumuh) d. Ketepatan target dan sasaran (kesesuaian hasil program dengan pemanfaat, kawasan prioritas) e. Kesiapan keberlanjutan Indikator program secara lengkap dijelaskan pada kerangka keberhasilan dan monitoring program Lampiran 10. Kerangka kerja hasil dan monitoring evaluasi. Masing-masing Pemerintah Daerah menggunakan kerangka tersebut dan menetapkan taget capaian sesuai dengan kondisi spesifik masing-masing Kabupaten/Kota. Pemerintah dapat menambahkan indikator sesuai kebutuhan masing-masing Kabupaten/Kota. Masing-masing Kabupaten/Kota memanfaatkan data hasil pendataan kumuh sebagai kondisi awal dan merumuskan target capaian mengacu pada kondisi awal tersebut. Begitu pula di tingkat masyarakat kelurahan, dirumuskan pula kerangka keberhasilan dan monitoring program sesuai dengan kondisi awal hasil pendataan kumuh di masing-masing kelurahan. Pokja PKP dapat melakukan review dalam forum pertemuan lintas sektor dan masyarakat. Hasil pelaksanaan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan dilaporkan oleh Pokja PKP kepada Kepala Daerah, dengan salinan kepada Bappeda dan DPPKAD. Format pemantauan dan evaluasi terlampir (Lampiran 12). Berdasarkan kegiatan pemantauan dan evaluasi, maka Pokja PKP dapat merekomendasikan hal tersebut di bawah ini kepada Kepala Daerah dengan salinan kepada SKPD terkait dan Pokja PKP Provinsi/Pusat (untuk kegiatan yang dilaksanakan melalui pembiayaan Provinsi dan Pusat): a. Perubahan atau pemuktahiran rencana pelaksanaan tahunan yang termuat dalam rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan; b. Realokasi anggaran atau reorientasi target/sasaran; c. Perubahan kawasan prioritas; d. Penyusunan kebijakan untuk mendukung kesuksesan pelaksanaan rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan.

36 Pengembangan kapasitas. Kegiatan pengembangan kapasitas dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan sosialisasi, kegiatan ini akan dilaksanakan secara berkala pada setiap tahapan kegiatan. Kegiatan pelatihan akan dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas Pokja PKP, Tim Teknis, FKA BKM/LKM, KBP, relawan kota dalam rangka menjalankan setiap tahapan kegiatan. Sebagai rujukan untuk pelaksanaan pengembangan kapasitas menggunakan Prosedur Operasional Standar Kegiatan Pengembangan Kapasitas Tingkat Kabupaten/Kota Operasional dan Pemeliharaan Operasional dan pemeliharaan terhadap kegiatan infrastruktur yang telah dibangun akan dilaksanakan secara menerus. Sebagai rujukan untuk pelaksanaan Operasional dan Pemeliharaan menggunakan Prosedur Operasional Standar Operasional dan Pemeliharaan. 28

37 BAB III PERAN PELAKU Pemerintah Kabupaten/Kota merupakan nakhoda dalam pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan secara kolaboratif. Dalam implementasinya, Bupati/Walikota melalui Surat Keputusan membentuk Kolompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman (Pokja PKP) atau lembaga sejenis sebagai motor penggerak terjadinya kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten/Kota, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya (termasuk swasta). Keberadaan Pokja PKP/lembaga sejenis pada intinya adalah untuk menguatkan peran SKPD yang sudah ada dalam urusan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan. Anggota Pokja PKP/lembaga sejenis terdiri dari berbagai unsur SKPD yang disesuaikan dengan kebutuhan Kabupaten/Kota dalam menangani permukiman kumuh. Pokja ini diketuai oleh dinas/ pejabat yang memiliki fungsi koordinasi dengan Provinsi dan unsur SKPD yang ada di Kabupaten/Kota. Pokja PKP akan bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan lainnya yang ada di Kabupaten/Kota dan di tingkat masyarakat, seperti perguruan tinggi, city changger, Forum BKM/ LKM dan kelompok peduli lainnya. Dalam pelaksanaannya, Program KOTAKU akan menyediakan dukungan teknis berupa konsultan pendamping yang akan membantu Pokja PKP dalam melaksanakan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan tingkat Kabupaten/Kota hingga Kelurahan/Desa Peran Dan Pelaku Kegiatan Pelaku Kegiatan Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan Di Tingkat Kabupaten/Kota No Pelaku Peran dan tanggung jawab 1 Walikota/Bupati - Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan di tingkat Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan Provinsi - Menyusun rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh pada tingkat Kabupaten/Kota - Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan pada tingkat Kabupaten/Kota - Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program KOTAKU pada tingkat Kabupaten/Kota - Mengalokasikan dana dan/atau biaya untuk program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh pada tingkat Kabupaten/Kota - Menetapkan lokasi permukiman kumuh dan memfasilitasi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh pada tingkat Kabupaten/Kota - Membentuk dan menguatkan lembaga/ kelompok kerja yang menangani permukiman kumuh secara inklusif, representatif dan pro-pemberdayaan

38 No Pelaku Peran dan tanggung jawab 2 SKPD - Sinkronisasi rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan sesuai dengan tupoksi masing-masing - Penanggung Jawab pencapaian target pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sesuai dengan sektor/tupoksi SKPD (perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian) - Memberikan masukan kepada Pokja PKP/ lembaga sejenis dalam membuat rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan - Melaksanakan program KOTAKU sesuai dengan tupoksi masing-masing 3 Pokja PKP (Tim Teknis) 4 Pemangku Kepentingan Lainnya (termasuk lembaga keuangan non-bank, swasta, lembaga keilmuan, dll) - Menyiapkan rumusan rekomendasi kebijakan, strategis, dan program KOTAKU tingkat Kabupaten/Kota - Menyiapkan langkah-langkah koordinasi, pengendalian dan pemantapan pelaksanaan program KOTAKU tingkat Kabupaten/Kota - Menyiapkan arahan pelaksanaan program KOTAKU tingkat Kabupaten/Kota - Menjamin keterpaduan dan sinergitas penyelenggaraan KOTAKU lintas sekor dan aktor baik dari pusat hingga tingkat masyarakat - Melaporkan secara berkala perkembangan program KOTAKU di tingkat Kabupaten/Kota ke Bupati/ Walikota dan Pokja PKP Provinsi - Memfaslitasi pembentukan dan penguatan kelembagaan di Desa/Kelurahan dan memfasiltasi masyarakat melalui pendampingan pendataan dan perencanaan hingga monitoring dan evaluasi - Pemberi masukan kepada Tim Teknis - Kontributor (penelitian, pengembangan, diseminasi, pendanaan, dll) dalam pencapaian penaganan permukiman kumuh - Keterlibatan dalam mengembangkan alternatif pendanaan yang sesuai dengan pola penghidupan masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh 5 Lurah/Kades - Penanggungjawab pencapaian penaganan permukiman kumuh melalui kolaborasi di tingkat desa/kelurahan - Pemberi arahan dan kebijakan penaganan permukiman kumuh di tingkat desa/kelurahan - Penanggungjawab terwujudnya integrasi perencanaan penaganan permukiman kumuh ke dalam RPJM Desa dan Musrenbang 6 Lembaga Lainnya di tingkat Desa/Kelurahan - Pemberi masukan kepada Lurah/Kades terkait pencapaian penaganan permukiman kumuh - Kontributor (perencana, pendanaan, pelaksanaan, wasdal) dalam pencapaian penaganan permukiman kumuh 7 Masyarakat - Menyelenggarakan penanganan kumuh di kawasan permukiman - Melaksanakan pembangunan yang bersifat komprehensif di segala bidang (tri daya) - Bertanggung jawab melakukan pemeliharaan teradap infrastruktur dan sistem yang sudah dibangun dibantu dengan tim fasilitator untuk melakukan integrasi perencanaan di tingkat masyarakat dengan Tingkat Kabupaten/Kota - Melaksanakan pengawasan terhadap proses pembangunan di kawasan permukiman *Pelaku secara keseluruhan dari tingkat nasional hingga kelurahan dapat dilihat pada Pedoman Teknis Program KOTAKU 3.2. Kegiatan Pembentukan/ Penguatan Pokja PKP Penguatan atau pembentukan Pokja PKP diserahkan sesuai dengan kebutuhan Kabupaten/Kota, bergantung pada situasi berikut (Gambar 3.1 pembentukan /penguatan Pokja PKP). 30

39 a. Bagi Kabupaten/Kota yang sudah memiliki Pokja PKP/ lembaga sejenis yang diberi mandat untuk mengurusi urusan permukiman (seperti Pokja AMPL, Pokja Sanitasi, Pokja Perumahan, dll), maka hanya perlu melakukan review kelembagaan. Kabupaten/Kota yang berada pada kondisi seperti ini, maka yang harus dilakukan adalah melaksanakan review kelembagaan yang sudah ada (1a). review ini berfungsi untuk memastikan apakah Pokja/lembaga eksisting dalam implementasinya sudah mengakomodasi seluruh sektor permukiman atau belum. Jika sudah ada (1c), maka Pokja atau lembaga tersebut dapat dikukuhkan yang kemudian akan berperan dalam program KOTAKU di tingkat Kabupaten/Kota. Jika belum (1d), maka pemerintah daerah memiliki dua pilihan, yaitu (a) melakukan penguatan Pokja/lembaga eksisting dengan menambahkan unsur SKPD yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam sektor permukiman sebagai anggota Pokja/ lembaga eksisting; atau (b) membentuk Pokja PKP dengan anggota di luar Pokja/lembaga yang sudah ada karena Pokja PKP yang baru terbentuk dapat berkoordinasi dengan Pokja/lembaga eksisting yang sudah ada (misalnya Pokja AMPL, Pokja Sanitasi, Pokja Perumahan, dll). b. Bagi Kabupaten/Kota yang belum memiliki Pokja PKP/lembaga sejenis, maka harus membentuk Pokja PKP/ lembaga sejenis. Kabupaten/Kota yang belum memiliki Pokja PKP ataupun lembaga sejenis lainnya, maka harus menyelenggarakan pembentukan Pokja PKP. Anggota Pokja PKP /Tim Teknis terdiri dari berbagai SKPD yang disesuaikan dengan kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh di tingkat Kabupaten/Kota masing-masing. Kab/kota yang sudah memiliki pokja PKP atau pokja sejenis misal AMPL, pokja Sanitasi, Pokja Perumahan 1a Review kelembagaan eksisting (apakah sudah mengakomodasi seluruh sektor permukiman 1b Sudah Belum 1c 1d dikukuhkan dan kemudian berperan dalam Program Penguatan Pokja dengan menambahkan SKPD terkait dengan sektor permukiman Membentuk Pokja PKP yang berkoordinasi dengan Pokja lainnya yang sudah ada Kab/kota yang belum memiliki pokja PKP atau pokja sejenis 2 Membentuk Pokja PKP dengan anggota berbagai SKPD sesuai dengan kebutuhan Kabupaten/Kota Gambar 3.1. Kegiatan Pembentukan/ Penguatan Pokja PKP

40 BAB IV PENUTUP Hal hal yang belum diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan ini akan diatur dalam Prosedur Operasioanl Standar (POS). Petunjuk Pelaksanaan ini terbuka untuk disempurnakan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan Kabupaten/Kota. 32

41 LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Nama Kebutuhan Peta NO NAMA KEBUTUHAN PETA SKALA 1 Peta orientasi wilayah administratif kota 1 : Peta rencana tata guna lahan kota 1 : Peta arah pengembangan wilayah kota 1 : Peta infrastruktur eksisting pada wilayah perkotaan 1 : Peta deliniasi sebaran lokasi kawasan permukiman kumuh kota 1 : Peta deliniasi pada permukiman kumuh kota 1 : Peta status legalitas lahan pada wilayah perencanaan (planning area) 8 Peta kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan pada wilayah perencanaan 9 Peta keberadaan lahan kosong pada wilayah perencanaan (dalam delineasi kawasan permukiman dan menjelaskan status kepemilikan) 1 : : : Peta sebaran lokasi banjir/genangan pada wilayah perkotaan 1 : Peta rencana infrastruktur (jalan, drainase, air minum perpipaan, persampahan, jaringan air limbah) pada sistem perkotaan 12 Peta batas area rencana (planning area) penanganan setiap tahunnya pada kawasan kumuh kota 13 Peta tata guna lahan pada area rencana penanganan kawasan kumuh kota 1 : : : Peta kebutuhan infarstruktur 1 : 1000

42 Lampiran 2 : Sumber-Sumber Rujukan Data, Informasi, Kebijakan, Program, Rencana, Kegiatan yang digunakan dalam Penyusunan rp2kp-kp 34

43 Lampiran 3: Form Kajian-Kajian Kebijakan dan Program/Kegiatan Sektoral Penanganan permukiman Kumuh Perkotaan Kabupaten/Kota : A. Kajian Kebijakan No Produk Hukum Kebijakan Tujuan Strategi dan Rencana Kegiatan Komponen Program Sumber dana dan Waktu Dst. B. Kajian Program/Kegiatan Sektor Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan No Program/ Kegiatan Sektoral *) Lokasi Kumuh (Kelurahan) Lokasi dan Luas Penanganan (Cakupan Pelayanan) Skala Penanganan Lingkungan ** Sumber dana Tahun Komponen Infrastruktur Dst. Catatan *) - Kajian yang dilakukan mencakup program/kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan keterlibatan swasta - Kajian Program/Kegiatan Sektor Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan meliputi Program/Kegiatan yang telah/sedang berjalan dan yang masih dalam tahap rencana **) Skala Penanganan yang dimaksud adalah menyesuaikan dengan fungsi dan pengelolaan infrastruktur tersebut.

44 Lampiran 4 : Gambar Contoh Keterpaduan Persoalan, Potensi dan Rencana Penanganan Permukiman kumuh dengan permukiman Rawan Sanitasi Kota dan Perencanaan Sektor Lainnya 36

45 Lampiran 5a : Contoh Perumusan strategi Pencegahan Permukiman Kumuh Skala Kota dari hasil proses sebelumnya; Refleksi Perkara Kumuh & Penyepakatan Visi Permukiman Kota, Konsolidasi data kumuh/profil Permukiman Kumuh serta hasil Kajian kebijakan dan perencanaan permukiman kota. N0 Kondisi Faktual Dan Isu Kumuh Kota (Hasil RPK/Refleksi Perkara Kumuh & Kajian Awal) 1. URBANISASI & KEMISKINAN Urbanisasi gak terkontrol Kumuh identik dengan Kemiskinan Banyak pendatang yang tidak memiliki lahan Urbanisasi dan prilaku/budaya Lemah perencanaan dan keterbatasan sumber daya Lemah pengendalian pemb & rencana 2. WASDAL & KELEMBAGAAN Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh (Hasil Kajian kebijakan & rencana eksisting) Pengendalian urbanisasi Kebutuhan Pencegahan Konsep pencegahan Strategi Pencegahan Kaum urban menempati kawasan permukiman yang sudah disediakan. Kaum urban mentaati aturan yang dikendalikan kota Sosialisasi Pelayanan informasi Pengendalian Penegakan aturan Menyediakan lapangan kerja khususnya masyarakat MBR dikawasan kumuh Meningkatkan sistem regulasi urbanisasi, Penempatan kaum urban disesuaikan dengan tujuan ijin tinggal. Pelibatan semua unsur dalam pengendalian dan penempatan kaum urban sesuai ijin tinggal Konsistensi penerapan perda/ peraturan urbanisasi Membangun ekonomi kreatif yang diprakarsai oleh SKPD perdagangan dan UKM Mekanisme kendali mandul kerena lembaga tidak ada Pembiaran kondisi/ tidak peduli Pembiaran oleh pemerintah mendirikan bangunan, mendirikan usaha Adanya pembiaran dari pemerintah Pengendalian pembangunan permukiman pada kawasan yang tidak sesuai peruntukanya Ada lembaga khusus yang menangani pengendalian permukiman Kota memiliki perencaan permukiman masa depan yang jelas. Kota memiliki lembaga perencana dan pengendalian pembangunan yang efektif Pemberdayaan masyarakat Sosialisai & edukasi mengenai aturan dan ketentuan teknis pembangunan kawasan permukiman perkotaan Memfungsikan kelembagaan yang ada sebagai pengawasan dalam hal kesesuaian tataruang, aturan, SPM dan standar teknis. Penerapan sangsi yang jelas solusinya 37

46 N0 Kondisi Faktual Dan Isu Kumuh Kota (Hasil RPK/Refleksi Perkara Kumuh & Kajian Awal) 3 PERENCANAAN & REGULASI Kebijakan yang tidak adil Ketidaksiapan kota menghadapi pertumbuhan / perkembangan Zonasi/ tata ruang tidak jelas Rencana kota tidak diterapkan Kota tidak direncanakan sebagai pusat pertumbuhan Ketidaksesuaian dengan rencana/ peraturan Tidak ada aturan yang jelas dalam pengelolaan lingkungan Rencana kota tidak jelas Rencana kota tidak mengakomodasi kemajuan bangsa 4 PERILAKU DAN KAPASITAS Tidak disiplin / taat peraturan Masyarakat yang tidak disiplin terhadap kebersihan lingkungannya. Tidak tahu kondisi yang lebih baik tidak punya cita cita Miskin = hidup seadanya. Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh (Hasil Kajian kebijakan & rencana eksisting) Kebijakan dan perencanaan yang menghambat penangan kumuh harus segera dilakukan penyesuain terhadap kondisi yang ada guna mendukung penanganan kumuh. Kebutuhan Pencegahan Konsep pencegahan Strategi Pencegahan Kota memiliki visi permukiman yang jelas Penerapan aturan bagi semua kalangan dengan tegas Kota mempersiapkan daya dukung dan daya tampung demi permukiman layak huni Warga memahami kebijakan dan rencana permukiman kota Pengaturan untuk menciptakan permukiman yang layak huni. Ada lembaga yang khusus menciptakan permukiman layak huni Peraturan kota Warga memiliki sinergi dengan aturan harapan/visi hidup bersama yang dibuat dipermukiman layak warga kawasan soal huni permukiman layak Warga memahami huni. untungnya hidup dipermukiman yang layak Warga mentaati aturan demi terciptanya permukiman layak huni Sosialisasi Pelayanan informasi Pengendalian Penegakan aturan Kampanye penyadaran (web, TV, radio, poster) Pemberdayaan masyarakat Kampanye penyadaran (web, TV, radio, poster) Mereview kebijakan dan perencanaan kota terkait perencanaan permukiman layak huni Penyepakatan dan penegakan aturan yang bisa menciptakan permukiman layak huni Pelibatan semua unsur dalam menciptakn permukiman kota layak huni Mendorong Gerakan sosial permukiman layak huni Penyediaan pelayanan dasar sesuai SPM Penyediaan ruang publik hijau untuk semua Kesepakatan terhadap aturan bersama. Mendorong gerakan sosial permukiman layak huni. Mendorong even rutin yang mendukung permukiman layak huni. Peningkatan pendapatan kaum miskin 38

47 N0 Kondisi Faktual Dan Isu Kumuh Kota (Hasil RPK/Refleksi Perkara Kumuh & Kajian Awal) 5 VISUAL FISIK Hunian tidak teratur Banyak kontrakan pendatang Kostan tingkat 3 menutup sinar matahari Bangunan hunian yang tidak layak huni Masih berpikir individu dalam membangun rumah Membangun rumah tidak sesuai IMB / tidak teratur Penumpukan sampah Tidak ada sarana kebersihan dan pengelolaan sampah Kualitas sapras tidak layak / sesuai kebutuhan Kurangnya RTH Buang sampah disembarang tempat Banyak anak kecil main digang Kurang mampu masyarakat membangun mck pribadi Akses jalan rusak Tidak ada saluran air bersih Genangan air Saluran tidak berfungsi Tidak tersedia sanitasi dipermukiman Ternak berkeliaran Jemuran dijalan dan pagar Gang kecil belok-belok Gersang sumpek Gak ada cahaya matahari gelap Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh (Hasil Kajian kebijakan & rencana eksisting) Pengendalian pembangunan permukiman pada kawasan yang tidak sesuai peruntukanya Pembangunan sarana prasarana dasar sesuai SPM Pemeliharaan sarana dan prasarana yang sudah dibangun. Kebutuhan Pencegahan Konsep pencegahan Strategi Pencegahan Sosialisasi dan edukasi mengenai aturan dan ketentuan teknis pembangunan kawasan permukiman kota. Konektifitas jaringan; jalan, drainase, saluran limbah, air bersih, persampahan skala kota hingga skala lingkung/kawasan Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana permukiman dengan SPM sesuai Pemberdayaan masyarakat Sosialisai & edukasi mengenai aturan dan ketentuan teknis pembangunan kawasan permukiman perkotaan Membangun kepedulian gerakan permukiman layak huni. Menciptakan menerapkan bersama kawasan dan aturan disetiap Meningkatkan sistem regulasi terhadap kesesuain perijinan, kesesuaian tata ruang, SPM, aturan dan standar teknis. Memfungsikan operasional dan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana yang sudah ada.

48 Lampiran 5b : Contoh Perumusan strategi Peningkatan kualitas Permukiman Kumuh Skala Kota dari hasil proses sebelumnya; Refleksi Perkara Kumuh & Penyepakatan Visi Permukiman Kota, Konsolidasi data kumuh/profil Permukiman Kumuh serta hasil Kajian kebijakan dan perencanaan permukiman kota. N0 Kondis Faktual Dan Isu Kumuh Kota (Hasil RPK/Refleksi Perkara Kumuh, visi permukiman kota & Kajian Awal serta profil kumuh kota) Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh (Hasil Kajian kebijakan & rencana eksisting) Kebutuhan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Konsep Peningkatan kualitas permukiman kumuh Strategi Peningkatan kualitas Permukiman Kumuh 1. Tingkat kekumuhannya sudah sangat tinggi atau kondisi lingkungan permukiman yang sudah tidak layak huni, dimana infrastruktur yang tersedia sangat terbatas, kepadatan bangunan sangat tinggi, KDB tinggi, lahan terbatas, namun status lahan umumnya merupakan lahan hak milik, dan berada di permukiman pusat kota Pembangunan pengelolaan susun/vertikal. dan rumah Penyediaan fasiltasi Rumah dan sarana prasarana Lingkungan permukiman yang layak Pembangunan Rumah Susun Milik ini dilakukan oleh Pihak Perumnas bekerjasama dengan Pemda. Penguasaan tanah dilakukan dengan sistem ganti rugi, sedangkan sistem penjualannya dilakukan dengan pemberian subsidi terhadap penduduk asli, dibandingkan dengan harga jual terhadap penduduk pendatang Peremajaan kota 2. permukiman kumuh yang berada pada lahanlahan yang ilegal (bantaran sungai, taman kota, sempadan pantai, dll) yang umumnya ditempati oleh kaum migran yang sebagian besar merupakan pekerja informal dan buruh dengan tingkat pendapatan yang rendah Pembangunan pengelolaan susun/vertikal. dan rumah Penyediaan fasiltasi Rumah dan sarana prasarana Lingkungan permukiman yang layak Pembangunan Rumah Susun Sewa Peremajaan kota 3. Permukiman kumuh sedang menempati daerah-daerah bantaran / sempadan, Pengadaan Perumahan dan perrmukiman dengan dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Pembebasan/pengam anan bantaran dari aktifitas fungsi lindung. Konsep rumah sederhana dan rumah sangat sederhana (RS dan RSS) dengan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat / RsH) yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor 403/KPTS/M/2002 Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (RsH) 40

49 4. Permukiman kumuh dengan tingkat kekumuhan kurang kumuh sampai Kumuh sedang dimana infrastruktur terbatas atau kurang, sering terkena banjir atau genangan, merupakan kampung kampung tua, dan pendapatan perkapita masyarakat rendah program memperbaiki komponen infrastruktur untuk Peningkatan kualitas perumahan dan sapras lingkungan permukiman menjadi layak Meningkatkan mutu kehidupan, terutama bagi golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah melalui penataan lingkungan dan peningkatan serta penyediaan prasarana dasar, sehingga akan meningkatkan jumlah keluarga yang bertempat tinggal pada rumah-rumah yang layak huni dan sehat Penataan lingkungan atau perbaikan kampung 5. Tingkat penguasaan lahan secara tidak sah (tidak memiliki bukti primer pemilikan/ penghunian) oleh masyarakat cukup tinggi. Tata letak permukiman tidak/kurang berpola, dengan pemanfaatan yang beragam (tidak terbatas pada hunian). Berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan fungsional yang lebih strategis dari sekedar hunian. Penataan ulang permukiman di atas lahan yang selama ini telah dimanfaatkan sebagai lokasi permukiman dan strategis Layak permukiman strategis fungsi lainya sebagai dan sebagai Penataan ulang permukiman di atas lahan yang selama ini telah dimanfaatkan sebagai lokasi permukiman dan Mengembangkan menjadi kawasan fungsional yang lebih strategis Program Consolidation (penataan permukiman) Land ulang 6. Permukiman berada pada kawasan permukiman tidak layak sehingga perlu direhabilitasi dan dapat memberikan nilai ekonomi, sosial, dan estetika serta fisik lingkungan bagi kehidupan kota. Pengurangan bencana resiko Penyelamatan jiwa penduduk dari resiko bencana. Perumahan dan permukiman dilokasi baru yang layak program penataan permukiman kumuh melalui pemindahan penduduk yang biasanya memakan waktu dan biaya sosial cukup besar, termasuk kemungkinan timbulnya keresahan bahkan kerusuhan oleh masyarakat Resettlement (pemindahan penduduk) 7. Keterbatasan sarana dan sanitasi lingkungan di permukiman Kumuh perlu diatasi dengan pengadaan infrastruktur sanitasi lingkungan skala kota (yang secara teknis maupun pengadaan belum bisa dilaksanakan oleh kelompok masyarakat). Kewenangan penanganan pelaksanaan peningkatan permukiman kualitas Terlayaninya sarana dan prasarana peningkatan kualitas permukiman baik dalam kawasan maupun antar kawasan dalam kota Penanganan persolalan jaringan infrastruktur skala kota sebagai solusi peningkatan kualitas permukiman skala kota dan skala kawasan. Identifikasi jenis infrastruktur peningkatan kualitas permukiman berdasarkan kualitas penanganan. Pengadaan skala kota Monitoring skala kota. Peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kota

50 Lampiran 6a : Contoh Matrik Program / Kegiatan Pencegahan Permukiman Rawan Kumuh untuk 5 tahun Program Kegiatan Indikator Kinerja Pengendalian Urbanisasi Sosialisasi Pelayanan informasi Pengendalian Penegakan aturan Menyediakan lapangan kerja khususnya masyarakat MBR dikawasan kumuh Kaum urban menempati kawasan permukiman yang sudah disediakan. Kaum urban mentaati aturan yang dikendalikan kota Kaum urban berpenghasilan cukup Penanggung jawab dinas kependudukan, dinas perekonomian, Target % / Tahun % 30% 40% 20% 10% Perubahan Prilaku dan peningkatan kapasitas masyarakat (pemberdaya an) Mendorong gerakan sosial permukiman layak huni. Membangunan Kesepakatan terhadap aturan bersama mewujudkan permukiman layak huni. Mendorong berbagai even rutin yang mendukung permukiman layak huni. Peningkatan pendapatan kaum miskin Warga memiliki harapan/visi hidup dipermukiman layak huni Warga memahami untungnya hidup dipermukiman yang layak Warga mentaati aturan demi terciptanya permukiman layak huni Dinas PU, Kependudukan, dinas kesehatan, dinas pendidikan, dinas lingkungan hidup, Dinas pertanian, perikanan, peternakan, industri dan perdagangan 5% 30% 20% 40% 10% Pengawasan dan pengendalian lingkungan permukiman Memfungsikan kelembagaan yang ada sebagai pengawasan dalam hal kesesuaian tataruang, aturan, SPM dan standar teknis. Penerapan sangsi yang jelas solusinya Sosialisai & edukasi mengenai aturan dan ketentuan teknis pembangunan kawasan permukiman perkotaan Kota memiliki lembaga perencana dan pengendalian pembangunan yang efektif Warga membangun sesuai aturan yang berlaku Bapeda PU Kependudukan 30% 20% 30% 20% Dukungan Mereview kebijakan dan perencanaan kota terkait Kota memiliki visi permukiman Bapeda 10% 20% 20% 20% 20% 42

51 Perencanaan dan regulasi dalam menciptakan lingkungan layak huni perencanaan permukiman layak huni Penyepakatan dan penegakan aturan yang bisa menciptakan permukiman layak huni Pelibatan semua unsur dalam menciptakn permukiman kota layak huni Mendorong Gerakan sosial permukiman layak huni Penyediaan pelayanan dasar sesuai SPM Penyediaan ruang publik hijau untuk semua yang jelas Penerapan aturan bagi semua kalangan dengan tegas Kota mempersiapkan daya dukung dan daya tampung demi permukiman layak huni Warga memahami kebijakan dan rencana permukiman kota Pengaturan untuk menciptakan permukiman yang layak huni. Ada lembaga yang khusus menciptakan permukiman layak huni Pengelolaan Kawasan Bantaran/ Sempadan (Sungai, Pantai, Danau, KA, SUTET, dll) Pencegahan & Penertiban Kawasan Bantaran Tidak ada penambahan permukiman Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kelautan, PT. KAI, PU, BWS, dll 50% 50%

52 Lampiran 6b : Contoh Matrik Program / Kegiatan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh untuk 5 tahun Program Kegiatan Indikator Kinerja Penanggung jawab Target % / Tahun Peremajaan Kota Pembangunan akses infrastruktur skala kota Penataan Kawasan Bantaran 90 % kawasan tertata 30% 50% 20 % Pembangunan Rumah Susun milik Pembangunan Rumah Susun Sewa Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (RsH) Program Perbaikan Kampung Resettlement (pemindahan penduduk) Land Consolidation Jaringan jalan skunder Jaringan air minum skunder Jaringan drainase skunder Sistem Pengelolaan sampah Kota Sistem IPAL Kota Penyediaan fasiltasi Rumah dan sarana prasarana Lingkungan permukiman yang layak Penyediaan fasiltasi Rumah dan sarana prasarana Lingkungan permukiman yang layak Pembangunan rumah sehat sederhana dan penyediaan fasilitas lingkungan permukiman layak huni. Peningkatan kualitas perumahan dan sapras lingkungan permukiman menjadi layak Penyelamatan jiwa penduduk dari resiko bencana. Perumahan dan permukiman dilokasi baru yang layak Layak sebagai permukiman dan strategis sebagai fungsi lainya 100 % kawasan permukiman kumuh terlayani infrastruktus skala kota dan terkoneksi dengan skala lingkungan Dinas PU Pemda Dinas PU Pemda Dinas PU Pemda Dinas PU Pemda BPN, PU, Satpol PP, Bappeda 20% 30% 30% 20% 20% 30% 30% 20% 20% 30% 30% 20% 20% 30% 30% 20% 20% 30% 30% 20% BPN, PU, Bappeda 20% 30% 30% 20% PU 20% 20% 30% 30% 20% PU 20% 30% 30% 20% PU 20% 30% 30% 20% Dinas Kebersihan 20% 30% 30% 20% PU 20% 30% 30% 20% 44

53 Lampiran 7a : Contoh Matrik Kegiatan Tahunan Pencegahan Permukiman Kumuh No Program 1 Pengendalian Urbanisasi 2 Perubahan Prilaku dan peningkatan kapasitas masyarakat 3 Pengawasan dan pengendalian lingkungan permukiman 3 Pengadaan infrastruktur sanitasi lingkungan 4 pengadaan infrastruktur Jalan Drainase 5 Program Perbaikan Kampung Dst Kegiatan Sosialisasi, Pelayanan informasi Pengendalian Lokasi dan Luas Penanganan Kel A, B, C,D,E Target Volume Anggaran 30 % Kawasan Sumber pendana an 500 RT 500 jt APBD Penegakan aturan Mendorong gerakan sosial permukiman layak huni. Membangunan Kesepakatan terhadap aturan bersama Kel A, B, C 30 % mewujudkan permukiman layak huni. (...ha) kawasan Mendorong berbagai even rutin yang mendukung 500 RT 500 jt APBD permukiman layak huni. Memfungsikan kelembagaan yang ada sebagai pengawasan dalam hal kesesuaian tataruang, aturan, SPM dan standar teknis. Kel A, B, C,D,E Penerapan sangsi yang jelas solusinya 30% 500 RT 500 jt APBD Sosialisai & edukasi mengenai aturan dan ketentuan teknis pembangunan kawasan permukiman perkotaan Pembangunan IPAL Kel A, B, C APBD 10%... unit 4 Miliar (...ha) Pembangunan Jaringan Air Bersih Kel A, B, C (...ha) 10%... m 3 Miliar APBD Pembangunan Jaringan Jalan APBD, Kel A, B, C 10%... m 15 Miliar APBN Pembangunan Jaringan Drainase APBD,AP Kel A, B, C 10%... m 8 Miliar BN Sosialisasi Kel A, RW 1 100% 100 jt APBD Penyusunan Rencana Kel A, RW 1 100% 250 jt APBD Pembangunan Fisik APBN Kel A, RW 1 50% 18 Miliar Swasta Penanggung Jawab kegiatan Dinas kependuduk an Dinas lingkungan hidup Bapeda PU Dinas PUPR Dinas PUPR

54 Lampiran 7b : Contoh Matrik Kegiatan Tahunan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh No Program Kegiatan Lokasi dan Luas Penanganan Target Volume Anggaran Sumber pendanaan Penanggung Jawab kegiatan 1 Peremajaan Kota 2 Pembanguna n akses infrastruktur skala kota Pembangunan Rumah Susun milik Kawasan 1,2,3 (20 ha) Program Perbaikan Kampung Kawasan 4,5,6 (20.ha) 20 % Kawasan 20 % kawasan Resettlement (pemindahan penduduk) Kawasan 7,8 (5 ha) 20% Kawasan Jaringan jalan skunder Kawasan 7,8,9,10 (20 ha) Jaringan air minum skunder Kawasan 7,8,9,10 (20.ha) Jaringan drainase skunder Kawasan 7,8,9,10 (20 ha) 200 Kepala Rumah Tangga 300 Kepala Rumah Tangga 100 Kepala rumah tangga 10 M APBD APBN Perbangkan 5 M APBD APBN 5 M APBD APBN 20%...m...M APBD APBN 20%... m... M APBD APBN 20%... m...m APBD APBN Dinas kependuduk an Dinas lingkungan hidup PU PDAM PU Dinas PUPR Sistem Pengelolaan sampah Kota Kawasan 7,8,9,10 (20 ha) 20%... m...m APBD APBN Dinas Kebersihan Dst Sistem IPAL Kota Kawasan 7,8,9,10 (20.ha) 20%... m...m APBD APBN PU Lingkungan Hidup 46

55 Lampiran 8a : Penilaian Lokasi Prioritas Penilaian lokasi dilakukan untuk menilai hasil identifikasi lokasi yang telah dilakukan terhadap aspek berikut: 1. Kondisi Kekumuhan Penilaian lokasi berdasarkan aspek permasalahan kekumuhan terdiri atas klasifikasi : a. Kumuh kategori ringan; b. Kumuh kategori sedang; dan c. Kumuh kategori berat. 2. Legalitas Lahan Penilaian lokasi berdasarkan aspek legalitas lahan terdiri atas klasifikasi : a. Status lahan legal; dan b. Status lahan tidak legal. 3. Pertimbangan Lain Penilaian berdasarkan aspek pertimbangan lain terdiri atas : a. Pertimbangan lain kategori rendah; b. Pertimbangan lain kategori sedang; dan c. Pertimbangan lain kategori tinggi. Identifikasi Lokasi 1. Identifikasi Satuan Perumahan dan Permukiman Identifikasi satuan perumahan dan permukiman merupakan tahap identifikasi untuk menentukan batasan atau lingkup entitas perumahan dan permukiman dari setiap lokasi dalam suatu wilayah Kabupaten/Kota. Penentuan satuan perumahan dan permukiman untuk perumahan dan permukiman dilakukan dengan pendekatan administratif. 2. Identifikasi Kondisi Kekumuhan Identifikasi kondisi kekumuhan merupakan upaya untuk menentukan tingkat kekumuhan pada suatu perumahan dan permukiman dengan menemukenali permasalahan kondisi bangunan gedung beserta sarana dan prasarana pendukungnya. Identifikasi kondisi kekumuhan dilakukan berdasarkan kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh. 3. Identifikasi Legalitas Lahan Identifikasi legalitas lahan merupakan tahap identifikasi untuk menentukan status legalitas lahan pada setiap lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagai dasar yang menentukan bentuk penanganan. Identifikasi legalitas lahan meliputi aspek : a. Kejelasan Status Penguasaan Lahan Kejelasan status penguasaan lahan berupa : - Kepemilikan sendiri, dengan bukti dokumen sertifikat hak atas tanah atau bentuk dokumen keterangan status tanah lainnya yang sah; atau - Kepemilikan pihak lain (termasuk milik adat/ulayat), dengan bukti izin pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dalam bentuk perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dengan pengguna tanah.

56 b. Kesesuaian Dengan Rencana Tata Ruang Kesesuaian dengan rencana tata ruang merupakan kesesuaian terhadap peruntukan lahan dalam rencana tata ruang, dengan bukti Surat Keterangan Rencana Kabupaten/Kota (SKRK). 4. Identifikasi Pertimbangan Lain Identifikasi pertimbangan lain merupakan tahap identifikasi terhadap beberapa hal lain yang bersifat non fisik untuk menentukan skala prioritas penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Identifikasi pertimbangan lain meliputi aspek : a. Nilai Strategis Lokasi Nilai strategis lokasi merupakan pertimbangan letak lokasi perumahan atau permukiman pada: - Fungsi strategis Kabupaten/Kota; atau - Bukan fungsi strategis Kabupaten/Kota. b. Kependudukan Kependudukan merupakan pertimbangan kepadatan penduduk pada lokasi perumahan dan permukiman dengan klasifikasi : - Rendah yaitu kepadatan penduduk di bawah 150 jiwa/ha; - Sedang yaitu kepadatan penduduk antara jiwa/ha; - Tinggi yaitu kepadatan penduduk antara jiwa/ha; - Sangat padat yaitu kepadatan penduduk di atas 400 jiwa/ha. c. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya merupakan pertimbangan potensi yang dimiliki lokasi perumahan atau permukiman berupa: - Potensi sosial yaitu tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pembangunan; - Potensi ekonomi yaitu adanya kegiatan ekonomi tertentu yang bersifat strategis bagi masyarakat setempat; - Potensi budaya yaitu adanya kegiatan atau warisan budaya tertentu yang dimiliki masyarakat setempat. Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan berdasarkan formula penilaian tersebut diatas, selanjutnya lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat dikelompokkan dalam berbagai klasifikasi sebagaimana ditunjukkan dalam tabel dibawah ini: 48

57 Tabel Formula Penilaian Dalam Penentuan Skala Prioritas Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Nilai Keterangan Berbagai Kemungkinan Klasifikasi A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 B6 C1 C2 C3 C4 C5 C6 Tingkat Kekumuhan (Total Nilai A) Kumuh Berat x x x x x x Kumuh Sedang x x x x x x Kumuh Ringan x x x x x X Pertimbangan Lain (Total Nilai B) Pertimbangan Lain Tinggi Pertimbangan Lain Sedang Pertimbangan Lain Rendah x x x x x x x x x x x x x x x x x X Legalitas Lahan (Total Nilai C) (+) (-) Status Lahan Legal Status Lahan Tidak Legal Skala Prioritas Penanganan x x x x x x x x x x x x x x x x x x Sumber : Rancangan Peraturan Menteri PU tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kualitas TerhadapPermukiman Kumuh Perkotaan, 2014 Berdasarkan penilaian tersebut, maka terdapat 18 kemungkinan klasifikasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh, yaitu : 1. A1 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi dan status lahan legal; 2. A2 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi dan status lahan tidak legal; 3. A3 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain sedang dan status lahan legal; 4. A4 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain sedang dan status lahan tidak legal; 5. A5 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain rendah dan status lahan legal; 6. A6 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain rendah dan status lahan tidak legal; 7. B1 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi dan status lahan legal;

58 8. B2 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi dan status lahan tidak legal; 9. B3 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain sedang dan status lahan legal; 10. B4 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain sedang dan status lahan tidak legal; 11. B5 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah dan status lahan legal; 12. B6 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah dan status lahan tidak legal; 13. C1 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi dan status lahan legal; 14. C2 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi dan status lahan tidak legal; 15. C3 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang dan status lahan legal; 16. C4 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang dan status lahan tidak legal; 17. C5 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah dan status lahan legal; 18. C6 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah dan status lahan tidak legal. Berdasarkan berbagai klasifikasi tersebut, maka dapat ditentukan skala prioritas penanganan, sebagai berikut: a. Prioritas 1 yaitu untuk klasifikasi A1 dan A2. b. Prioritas 2 yaitu untuk klasifikasi B1 danb. c. Prioritas 3 yaitu untuk klasifikasi C1 dan C2. d. Prioritas 4 yaitu untuk klasifikasi A3 dan A4. e. Prioritas 5 yaitu untuk klasifikasi B3 dan B4. f. Prioritas 6 yaitu untuk klasifikasi C3 dan C4. g. Prioritas 7 yaitu untuk klasifikasi A5 dan A6. h. Prioritas 8 yaitu untuk klasifikasi B5 dan B6. i. Prioritas 9 yaitu untuk klasifikasi C5 dan C6. 50

59 Lampiran 8b : Penilaian Lokasi Prioritas penanganan tahun 1 Contoh dasar pertimbangan penentuan kawasan pembangunan tahap 1 1. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota Terhadap Penanganan Kawasan Semakin tinggi komtmen pemerintah Kabupaten/Kota maka semakin prioritas untuk ditangani. 2. Respon dan Kesiapan Masyarakat Terhadap Program Penanganan Semakin tinggi respon dan tingkat penerimaan masyarakat terhadap program maka semakin prioritas untuk ditangani. 3. Keberadaan dan Aktifitas Sistem/Kelompok Pengelola Lingkungan Semakin baik struktur dan pola kelembagaan di dalam kawasan maka semakin prioritas untuk ditangani. 4. Karakteristik Daerah dan Kebijakan Daerah Adanya karakteristik khusus dan kebijakan daerah yang perlu dipertimbangkan 5. Kemampuan Pembiayaan Daerah Adanya kontribusi kemampuan pembiayaan daerah untuk ikut serta dalam penanganan permukiman kumuh. Dasar pertimbangan penentuan kawasan pembangunan tahap 1, bisa tambahkan atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan daerah

60 Lampiran 9a : Contoh; Rencana Penataan Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas 52

61 Lampiran 9b: Contoh Peta Tematik Rencana Penataan Kawasan Permukiman Kumuh

62 Lampiran 10. Kerangka Kerja Hasil dan Monitoring dan Evaluation Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) TUJUAN Peningkatan akses terhadap infrastruktur dan pelayanan di lokasi target kawasan kumuh perkotaan Nama Indikator Indikator OUTCOME Jumlah orang yang menerima peningkatan kualitas infrastruktur yang difasilitasi program (Jumlah orang) Baseline YR 1 (2016) YR 2 (2017) YR 3 (2018) YR 4 (2019) Target kumulatif Kabupaten/Kota YR 5 YR 6 (2020) (2021) X Y Jumlah orang yang menerima peningkatan kualitas sumber air yang difasilitasi program (perempuan) (Jumlah orang) X Y Jumlah orang yang menerima peningkatan kualitas sanitasi yang difasilitasi program X Y (perempuan) (Jumlah orang) Jumlah orang yang memiliki akses ke semua jenis jalan dengan panjang X Y meter (perempuan) (Jumlah orang) Jumlah orang yang menerima pembuangan sampah secara berkala (perempuan) X Y (Jumlah orang) Jumlah orang yang menerima peningkatan kualitas drainase yang difasilitasi program X Y (perempuan) (Jumlah orang) Kawasan Kumuh yang ditangani (Hektar (Ha)) X Y Definisi Jumlah orang yang tinggal di kawasan kumuh yang secara langsung terkena dampak/menerima manfaat dari sub program infrastruktur yang difasilitasi oleh program Jumlah orang yang tinggal di rumah penerima peningkatan penyediaan air bersih yang didanai oleh program Jumlah orang yang tinggal di rumah penerima fasilitas sanitasi yang didanai oleh program Jumlah orang yang tinggal di lingkungan yang menerima peningkatan kondisi jalan yang didanai oleh program Jumlah orang yang tinggal di lingkungan yang menerima peningkatan pengumpulan sampah yang didanai oleh program Jumlah orang yang tinggal di lingkungan yang menerima peningkatan kualitas drainase yang didanai oleh program Total kawasan kumuh (Ha) yang menerima investasi dari program, mengalami peningkatan infrastruktur dan pelayanan Persentase penghuni kawasan kumuh yang % % Hasil dari survey kepuasan penerima manfaat 54

63 Nama Indikator puas dengan kualitas infrastruktur dan pelayanan di perkotaan (perempuan, dibawah 40%, miskin) (Persentase) Persentase pengaduan selesai (Persentase) Terbentuknya Pokja yang berfungsi dengan baik untuk penanganan kumuh di Tingkat Kabupaten/Kota Penerima Manfaat Langsung (Jumlah orang) Penerima Manfaat Perempuan Indikator HASIL Komponen 1: Pengembangan institusi dan kebijakan 1. Terbangunnya Database kumuh / profiling Komponen 2: Perencanaan yang terintegrasi dan peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dan masyarakat 2.1 Pemerintah Daerah telah menyusun rp2kp-kp yang telah disetujui oleh Bupati / Walikota 2.2 Kelurahan yang telah memiliki RPLP yang telah dikonsolidasi dengan rp2kp-kp Baseline YR 1 (2016) YR 2 (2017) YR 3 (2018) YR 4 (2019) Target kumulatif Kabupaten/Kota YR 5 YR 6 (2020) (2021) % % -- ya ya ya ya ya X Y Z X Y Z - Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya, terupda te % 70% 80% 90% 90% Definisi yang ditujukan kepada penerima manfaat infrastruktur dan pelayanan yang didanai oleh program Persentase dari total pengaduan yang selesai/terkumpul dari berbagai sumber (SMS, , Telepon, surat, dll) yang sesuai dengan pedoman Persentase Pemerintah Daerah yang telah membentuk Kelompok kerja, didanai dan memiliki pertemuan rutin Penerima manfaat langsung didefinisikan sebagai orang atau kelompok yang secara langsung menerima manfaat dari intervensi (melalui, contoh; pasangan pipa sambungan baru, pengguna jalan dan fasilitas sanitasi) Persentase penerima manfaat perempuan dari program Profil kumuh/ database partisipatif yang dikumpulkan oleh fasilitator dan BKM melalui survey dan FGD. Profil meliputi tujuh (7) indikator kumuh, ditambah ketersediaan ruang terbuka/umum Pemerintah Daerah telah menyelesaikan rp2kpkp, dikonsultasikan dan disetujui oleh Bupati/Walikota Persentase RPLP yang telah diselesaikan oleh masyarakat, dikonsultasikan dengan Pemerintah

64 (Persentase) Nama Indikator Komponen 3: Perbaikan sarana Prasarana dan Layanan Perkotaan di Kabupaten/Kota Terpilih 3.1 Persentase pekerjaan Infrastruktur primer dan sekunder dan pelayanan yang terkoneksi dengan kawasan kumuh selesai (%) 3.2 Persentase kelurahan yang telah menyelesaikan 90% pekerjaan Infrastruktur tersier dan implementasi pelayanan di kawasan kumuh (Jumlah) 3.3 Persentase infrastruktur dan pelayanan dengan kualitas baik (Persentase) Baseline YR 1 (2016) YR 2 (2017) YR 3 (2018) YR 4 (2019) Target kumulatif Kabupaten/Kota YR 5 YR 6 (2020) (2021) % 95% % 95% % 90% 90% 90% 3.4 Persentase infrastruktur terbangun yang berfungsi baik (persentase) % Komponen 4: Dukungan Implementasi dan Pendampingan Teknis 4.1 Pemerintah Daerah yang memiliki struktur monitoring program dan menyediakan informasi mengenai implementasi program secara berkala (persentase) 4.2 Persentase kelurahan yang telah melaksanakan audit keuangan tahunan (persentase) 0.00 Ya Ya Ya Ya Ya 0.00 Ya Ya Ya Ya Ya Definisi Daerah (Kelompok Kerja) / total kelurahan yang berpartisipasi Persentase pekerjaan Infrastruktur primer dan sekunder dan pelayanan yang terkoneksi dengan kawasan kumuh selesai (%) Persentase kelurahan yang telah menyelesaikan 90% sub-program infrastruktur tersier yang sesuai dengan RPLP/RTPLP Persentase dari seluruh sub-program infrastruktur primer, sekunder dan tersier dan pelayanan yang berkualitas baik, hasil penilaian dan verifikasi konsultan pusat dan konsultan Provinsi melalui uji petik tahunan Persentase sub-program infrastruktur yang masih berfungsi dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekelilingnya Ppemerintah daerah yang mengadakan pertemuan rutin, menyediakan hasil monitoring dan melaporkan informasi yang up-to-date ke dalam MIS dan diterbitkan di website program Persentase kelurahan yang berpartisipasi yang telah melakukan audit keuangan oleh auditor independen secara tahunan 56

65 Lampiran 11. Matriks Program KOTAKU Kode Program/ (Permendagri No No Kegiatan 13/2006)*) Indikator Kinerja Kondisi Kinerja Awal Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Target Rp Sumber dana Target Rp Sumber dana Target Rp Sumber dana Target Rp Sumber dana Target Rp Sumber dana Kondisi Kinerja Akhir SKPD Penanggung Jawab *) Khusus bagi program/kegiatan yang diindikasikan dengan sumber dana APBD. Program/kegiatan dengan sumber dana non APBD Kabupaten/Kota tidak dilengkapi dengan kode program/kegiatan Pengisian matriks mengikuti petunjuk pengisian matriks program dan kegiatan RPJMD yang tercantum dalam Permendagri No 54 Tahun 2010.

66 Lampiran 12. Formulir pemantauan dan evaluasi Program KOTAKU tingkat Kabupaten/Kota No Sasaran RP2KPKP Program/ Kegiatan Indikator Kinerja Data Capaian pd Awal Perenca naan Target Capaian Akhir Tahun Perencanaan -6 K Rp K Rp -7 Sumber dana K Rp Sumber dana Target RP2KPKP Tahun ke K Rp Sumber dana K Rp Sumber dana K Rp Sumber dana K Rp Sumber dana K Rp Sumber dana Realisasi Capaian Tahun ke K Rp Sumber dana K Rp Sumber dana K Rp Sumber dana Rasio Capaian pada Tahun ke K Rp K Rp K Rp K Rp K Rp SKPD -22 Rata-rata capaian kinerja (%) Predikat kinerja Faktor pendorong pencapaian kinerja: Faktor penghambat: Usulan tindak lanjut pada RKPD berikutnya: Catatan: K = kinerja; Rp = Anggaran Format disusun sesuai format evaluasi Hasil RPJMD dalam Permendagri N0 54/ , tanggal... Pokja PKP KAB/KOTA... Mengetahui..., tanggal... Kepala Bappeda KAB/KOTA... Menyetujui..., tanggal... Bupati/Walikota KAB/KOTA... ( ) ( ) ( )

PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) TINGKAT KABUPATEN/KOTA PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) TINGKAT KABUPATEN/KOTA PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) TAHUN 2016 PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) DI TINGKAT KABUPATEN /

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU TINGKAT KABUPATEN/KOTA PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU TINGKAT KABUPATEN/KOTA Penyelenggaraan program KOTAKU di tingkat Kabupaten/Kota merupakan upaya untuk mendorong kolaborasi kegiatan ditingkat Kabupaten/Kota dengan kegiatan

Lebih terperinci

Bab I. Gambaran Umum Program

Bab I. Gambaran Umum Program Bab I. Gambaran Umum Program 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28H Ayat 1 menyatakan bahwa: Setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

Lebih terperinci

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

Bersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh.

Bersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh. Bersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) merupakan Program lanjutan dari Program PNPM Mandiri Perkotaan. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)telah disosialisasikan di

Lebih terperinci

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman OUTLINE Latar Belakang Program Arahan Kebijakan DJCK: ATAR BELAKANG Kebijakan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) TINGKAT DESA/KELURAHAN

PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) TINGKAT DESA/KELURAHAN PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) TINGKAT DESA/KELURAHAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) TAHUN 2016 PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) DI TINGKAT KELURAHAN /

Lebih terperinci

Program Peningkatan Kualitas Permukiman di Perkotaan (P2KP)

Program Peningkatan Kualitas Permukiman di Perkotaan (P2KP) Program Peningkatan Kualitas Permukiman di Perkotaan (P2KP) Disampaikan Oleh: Mita D Aprini Jakarta, Juni 2015 Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat a. LATAR BELAKANGLatar

Lebih terperinci

KEY PERFORMANCE INDIKATOR NSUP IDB

KEY PERFORMANCE INDIKATOR NSUP IDB KEY PERFORMANCE INDIKATOR NSUP IDB 2016-2020 NO INDIKATOR SATUAN TARGET KINERJA (TAHUN) 2016 2017 2018 2019 2020 STRATEGI OPERASIONAL KOMPONEN PENDUKUNG PENCAPAIAN TARGET 2 Key Performance Indicator NSUP-IDB

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU TINGKAT DESA/KELURAHAN

PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU TINGKAT DESA/KELURAHAN PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU TINGKAT DESA/KELURAHAN Program KOTAKU di tingkat kelurahan/desa dan kecamatan mempunyai tahapan siklus program yang sinergis dengan program perencanaan pembangunan tingkat

Lebih terperinci

Buletin Warta Desa. Tentang Program Kotaku. Manfaat & Target Program. Tujuan. Tujuan Antara

Buletin Warta Desa. Tentang Program Kotaku. Manfaat & Target Program. Tujuan. Tujuan Antara Tentang Program Kotaku Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) adalah program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh nasional yang merupakan penjabaran dari pelaksanaan Rencana Strategis Direktorat

Lebih terperinci

PROGRAM KOTAKU (NSUP & NUSP-2) DALAM PENANGANAN KUMUH

PROGRAM KOTAKU (NSUP & NUSP-2) DALAM PENANGANAN KUMUH PROGRAM KOTAKU (NSUP & NUSP-2) DALAM PENANGANAN KUMUH TAHUN ANGGARAN 2017 Ir. Didiet Arief Akhdiat, M.Si Kepala PMU NSUP & NUSP-2 Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, DJCK Rapat Koordinasi Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

Arah Kebijakan Percepatan Penanganan Kumuh dan Gambaran Umum Program KOTAKU

Arah Kebijakan Percepatan Penanganan Kumuh dan Gambaran Umum Program KOTAKU Z Arah Kebijakan Percepatan Penanganan Kumuh 2015-2019 dan Gambaran Umum Program KOTAKU Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Latar Belakang & Kebijakan Amanat

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

Rumusan Hasil-hasil Sosialisasi dan Lokakarya Nasional Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) yang diselenggarakan pada tanggal 26 sampai 29 April 2016.

Rumusan Hasil-hasil Sosialisasi dan Lokakarya Nasional Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) yang diselenggarakan pada tanggal 26 sampai 29 April 2016. RUMUSAN HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTAKU (KOTA TANPA KUMUH) SOSIALISASI DAN WORKSHOP NASIONAL KOTAKU 2016 HOTEL SHERATON HOTEL AMBHARA HOTEL SAHID JAKARTA, 26 29 APRIL 2016 Rumusan Hasil-hasil Sosialisasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

A. FORM MONITORING DAN EVALUASI DALAM LINGKUP KEGIATAN PERSIAPAN

A. FORM MONITORING DAN EVALUASI DALAM LINGKUP KEGIATAN PERSIAPAN A. FORM MONITORING DAN EVALUASI DALAM LINGKUP KEGIATAN PERSIAPAN 1. Form 1-1 MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN SOSIALISASI 2. Form 1-2 MONITORING DAN EVALUASI KEIKUTSERTAAN DALAM KONSOLIDASI TINGKAT PROVINSI

Lebih terperinci

P E D O M A N T E K N I S PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

P E D O M A N T E K N I S PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) P E D O M A N T E K N I S PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS

Lebih terperinci

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh Ir. Joerni Makmoerniati, MSc Plh. Direktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM PLPBK

PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM PLPBK PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM PLPBK APA PERENCANAAN PARTISIPATIF? Proses perumusan dan penyepakatan produk perencanaan dengan melibatkan partisipasi aktif warga dan Pemda Proses penyelarasan perencanaan

Lebih terperinci

STRATEGI UMUM PENCAPAIAN TARGET PROGRAM KOTAKU. 25 Januari 2017

STRATEGI UMUM PENCAPAIAN TARGET PROGRAM KOTAKU. 25 Januari 2017 STRATEGI UMUM PENCAPAIAN TARGET PROGRAM KOTAKU 25 Januari 2017 Pengantar Program KOTAKU (NSUP) merupakan upaya strategis Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen Cipta Karya, dalam rangka memberdayakan

Lebih terperinci

Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh. Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016

Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh. Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016 Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016 Persentase Juta Jiwa MENGAPA ADA PERMUKIMAN KUMUH? Urbanisasi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013 Tahun Propinsi Kota Kelurahan 2008 (Pilot) Lokasi Kegiatan

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MEKANISME PENCAIRAN DAN PEMANFAATAN ANGGARAN BANTUAN DANA INVESTASI (BDI) NATIONAL SLUM UPGRADING PROGRAM (NSUP)

MEKANISME PENCAIRAN DAN PEMANFAATAN ANGGARAN BANTUAN DANA INVESTASI (BDI) NATIONAL SLUM UPGRADING PROGRAM (NSUP) LAMPIRAN I Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor : 63/SE/DC/2016 Tentang : Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Pemerintah Di Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman MEKANISME PENCAIRAN DAN

Lebih terperinci

MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) Modul Pelaksanaan Pemahaman Dasar SPPIP dan RPKPP MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2013 STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG POKJA SANITASI KABUPATEN TANGGAMUS POKJA BADAN SANITASI PERENCANAAN KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 6 / Pendahuluan. 8 / Ketentuan Pelaksanaan. 9 / Program Pemberdayaan. 10 / Komponen Penyelenggaraan. 11 / Tahapan Penyelenggaraan

DAFTAR ISI. 6 / Pendahuluan. 8 / Ketentuan Pelaksanaan. 9 / Program Pemberdayaan. 10 / Komponen Penyelenggaraan. 11 / Tahapan Penyelenggaraan VOLUME 6 Pedoman Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman dengan Pola Pemberdayaan Masyarakat/ 2015 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya 1 DAFTAR ISI 6 / Pendahuluan

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Kegiatan PENILAIAN KOTA MANDIRI (PKM) Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

Kerangka Acuan Kegiatan PENILAIAN KOTA MANDIRI (PKM) Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) Kerangka Acuan Kegiatan PENILAIAN KOTA MANDIRI (PKM) Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) A. LATAR BELAKANG Program KOTAKU sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Republik Indonesia telah memberlakukan kebijakan pembangunan sanitasi sebagai bagian dari strategi nasional bidang sanitasi dan higienitas untuk diterapkan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 Kabupaten Gunungkidul melakukan pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Gunungkidul dilakukan karena usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

PROGRAM DAN PENGANGGARAN PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN DI PERKOTAAN (P2KP) TAHUN 2015

PROGRAM DAN PENGANGGARAN PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN DI PERKOTAAN (P2KP) TAHUN 2015 PROGRAM DAN PENGANGGARAN PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN DI PERKOTAAN (P2KP) TAHUN 2015 Oleh : Kasubdit Perencanaan Teknis Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman Ditjen Cipta Karya Disampaikan

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Kegiatan PENILAIAN KINERJA BKM (PK-BKM) Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

Kerangka Acuan Kegiatan PENILAIAN KINERJA BKM (PK-BKM) Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) Kerangka Acuan Kegiatan PENILAIAN KINERJA BKM (PK-BKM) Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) A. LATAR BELAKANG Program KOTAKU sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah

Lebih terperinci

DRAFT JUKNIS PERENCANAAN PARTISIPATIF DAN PEMASARAN PLPBK

DRAFT JUKNIS PERENCANAAN PARTISIPATIF DAN PEMASARAN PLPBK DRAFT JUKNIS PERENCANAAN PARTISIPATIF DAN PEMASARAN PLPBK POKOK BAHASAN JUKNIS Ketentuan Tahapan PLPBK Ketentuan Review Pemetaan Swadaya Ketentuan Penyusunan RTPLP Kawasan Prioritas Ketentuan Pencairan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.57, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT. Peningkatan. Pengawasan. Pengendalian. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor: 01/PERMEN/M/2009 TENTANG ACUAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan 7. URUSAN PERUMAHAN Penataan lingkungan perumahan yang baik sangat mendukung terciptanya kualitas lingkungan yang sehat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatnya kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Pembangunan sanitasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara masih banyak dilakukan secara parsial, dimana masing-masing SKPD melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas pokok

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) Kabupaten Kepulauan Meranti adalah pembangunan sanitasi yang ditetapkan untuk memecahkan permasalahan sanitasi seperti yang tertera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH UNTUK MENDUKUNG TERWUJUDNYA PERMUKIMAN LAYAK HUNI DAN BERKELANJUTAN

PELAKSANAAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH UNTUK MENDUKUNG TERWUJUDNYA PERMUKIMAN LAYAK HUNI DAN BERKELANJUTAN PELAKSANAAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH UNTUK MENDUKUNG TERWUJUDNYA PERMUKIMAN LAYAK HUNI DAN BERKELANJUTAN Disampaikan Oleh: Kasubdit. Perencanaan Teknis/Kepala PMU Program Kotaku Direktorat Pengembangan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Pendahuluan. Bab Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang sebagai salah satu pusat pertumbuhan di wilayah metropolitan Jabodetabek, yang berada di wilayah barat DKI Jakarta, telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 01 /PERMEN/M/2009 TENTANG ACUAN PENYELENGGARAAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 01 /PERMEN/M/2009 TENTANG ACUAN PENYELENGGARAAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 01 /PERMEN/M/2009 TENTANG ACUAN PENYELENGGARAAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN 2014-2015 Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya LINGKUP PAPARAN 1 Pendahuluan 2 Landasan Kebijakan 3 Arah

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi karena lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi : tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

PEMILIHAN DUTA SANITASI DI SELA LOKAKARYA KONSULTASI PUBLIK SSK KOTA PROBOLINGGO

PEMILIHAN DUTA SANITASI DI SELA LOKAKARYA KONSULTASI PUBLIK SSK KOTA PROBOLINGGO PEMILIHAN DUTA SANITASI DI SELA LOKAKARYA KONSULTASI PUBLIK SSK KOTA PROBOLINGGO Bertempat di Ruang Puri Manggala Bakti Kantor Pemerintah Kota Probolinggo pada hari Selasa, 30 Nopember 2010 telah diselenggarakan

Lebih terperinci

Program Peningkatan Kualitas Permukiman (P2KP) Program Di Perkotaan Dll..DLl

Program Peningkatan Kualitas Permukiman (P2KP) Program Di Perkotaan Dll..DLl APA..??? Program Peningkatan Kualitas Permukiman (P2KP) Program Nasional Penanganan Kumuh (PNPK) Program Nasional Peningkatan Kualitas Permukiman (PNPKP) Program Pemberdayaan Masyarakat Kumuh (PPMK) Program

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kota yang dimaksudkan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor: 40/SE/DC/2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM KOTA TANPA KUMUH

SURAT EDARAN Nomor: 40/SE/DC/2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM KOTA TANPA KUMUH Kepada yang terhormat, 1. Gubernur Seluruh Republik Indonesia; 2. Bupati/Walikota Seluruh Republik Indonesia; 3. Kepala Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Provinsi; 4. Kepala Satuan Kerja Perencanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Bab 1 1.1. Latar Belakang Penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah dan bertempat tinggal di kawasan padat dan

Lebih terperinci

PANDUAN PERENCANAAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

PANDUAN PERENCANAAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN PANDUAN PERENCANAAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN KATA PENGANTAR Pemerintah melakukan upaya penyelenggaraan kawasan permukiman sesuai amanat UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan

Lebih terperinci

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang . Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan

Lebih terperinci

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II PROFILE DATA SIM P2KP NAD II U R A I AN 1 INFORMASI UMUM 1.1 Cakupan Wilayah 1.1.1 Jumlah Kota/ Kab 1.1.2 Jumlah Kecamatan 3 1.1.3 Jumlah Kelurahan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 1.1.4 Jumlah Lorong/Dusun

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab kondisi sanitasi yang buruk adalah kemiskinan. Permasalahan tersebut juga sama dengan permasalahan sosial lainnya yang tidak lepas juga dari persoalan

Lebih terperinci

BUKU 1 PETUNJUK PELAKSANAAN PERSIAPAN

BUKU 1 PETUNJUK PELAKSANAAN PERSIAPAN BUKU 1 PETUNJUK PELAKSANAAN PERSIAPAN K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH +- PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

Bab I : Pendahuluan I Latar Belakang

Bab I : Pendahuluan I Latar Belakang 1 Bab : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Belajar dari pengalaman kegagalan berbagai daerah dalam mengelola pembangunan khususnya yang berkaitan dengan dampak negatif dari pembangunan yang kurang peduli terhadap

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

SURAT EDARAN DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT SURAT EDARAN DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 63/SE/DC/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN BANTUAN PEMERINTAH DI DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU)

4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU) PNPM Mandiri Perkotaan merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dari PNPM Mandiri Nasional oleh sebab itu pengelolaan program ini juga merupakan bagian dari pengelolaan program nasional PNPM Mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memberikan arah bagi pengembangan sanitasi di Kabupaten Cilacap karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah Sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan adalah isu yang sampai hari ini belum terselesaikan secara maksimal bahkan sehingga sangat memerlukan perhatian semua

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 3 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014 Lampiran I : Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 21 Tahun 2013 Tanggal : 31 Mei 2013 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat,

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH Jakarta, 22 Desember 2014

KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH Jakarta, 22 Desember 2014 KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH 2015-2019 Jakarta, 22 Desember 2014 Persentase Juta Jiwa Kondisi dan Tantangan Permukiman Kumuh Urbanisasi yang pesat memberikan implikasi terhadap

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Mekanisme Pencairan dan Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Program KOTAKU (NSUP dan NUSP-2)

Mekanisme Pencairan dan Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Program KOTAKU (NSUP dan NUSP-2) Mekanisme Pencairan dan Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Program KOTAKU (NSUP dan NUSP-2) Berdasarkan SE Dirjen Cipta Karya No. 88/DC/2016 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Pemerintah di Direktorat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II)

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II) RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN 2013-2018 (PERUBAHAN II) B a d a n P e r e n c a n a a n P e m b a n g u n a n D a e r a h y a n g P r o f e s i o n a l, A n d a l d a n K r e d i b e l Untu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci