PANDUAN PERENCANAAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PANDUAN PERENCANAAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN"

Transkripsi

1 PANDUAN PERENCANAAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

2

3 KATA PENGANTAR Pemerintah melakukan upaya penyelenggaraan kawasan permukiman sesuai amanat UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman terutama Bab VII tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh. Dalam hal ini Pemerintah mendorong perwujudan kawasan permukiman yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan. Sebagai dukungan penyelenggaraan kegiatan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan, Subdit Perkotaan Direktorat Pengembangan Pemukiman, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, menyusun satu paket buku panduan. Dalam paket buku panduan ini terdiri dari tiga buku yang saling berkaitan, yaitu: 1. Buku 1: Panduan Perencanaan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan. 2. Buku 2: Panduan Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan. 3. Buku 3: Panduan Perhitungan Capaian Kegiatan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Perkotaan Buku yang sedang di tangan pembaca ini adalah Buku 1: Panduan Perencanaan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan. Buku kesatu ini menjelaskan cara menyusun dokumen perencanaan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan. Semoga paket buku panduan ini bermanfaat dalam penyelenggaraan kegiatan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan, sehingga sasaran pembangunan kawasan permukiman kumuh sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dapat tercapai. Jakarta, Agustus 2016 ii

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Sasaran Lingkup dan Batasan Pedoman Definisi... 2 BAB 2. PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Tahun Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No. 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh BAB 3. TAHAPAN PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN Persiapan Penyiapan Rencana Kerja Penyusunan Desain Survei Dan Format Kegiatan Penyiapan Data iii

5 3.1.4 Tinjauan/Overview Kebijakan Daerah Dan Identifikasi Kesesuaian Permukiman Eksisting Terhadap Rencana Tata Ruang Kab/Kota Penyiapan Kelembagaan Masyarakat Identifikasi Lokasi Koordinasi dan Sinkronisasi Data Kumuh Survei dan Pengolahan Data Permukiman Kumuh Verifikasi Lokasi Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator dan Parameter Kekumuhan Perumusan Konsep dan Strategi Perumusan Konsep serta Strategi Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Pembagian Peran Dalam Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perumusan Kebutuhan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perumusan Rencana Penanganan Perumusan Skenario Penanganan dan Konsep Desain Kawasan Perumusan Rencana Aksi dan Memorandum Keterpaduan Program Skala Kota dan Kawasan Penyusunan Desain Teknis Penyusunan dan Penetapan Daftar Rencana Komponen Infrastruktur Permukiman Penyusunan Detailed Engineering Design (Gambar kerja, RAB, RKS) Kawasan Kumuh iv

6 DAFTAR TABEL Tabel 2-1 Pasal yang Terkait dengan Peningkatan Kualitas Permukiman dan Identifikasi Lokasi Permukiman Kumuh dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Tabel 2-2 Pembagian Urusan Pemerintahan Concurrent antara Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman Tabel 2-3 Pasal yang Terkait dengan Perencanaan Infrastruktur Permukiman Kumuh Perkotaan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No. 02/PRT/M/ Tabel 3-1 Lingkup Kegiatan dan Output Kegiatan Tabel 3-2 Contoh Format Pendataan Tabel 3-3 Contoh Format Pemantauan Kegiatan Persiapan Tabel 3-4 Contoh Tabel Overview Kebijakan Tabel 3-5 Contoh Tabel Overview Kegiatan Sektoral Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Tabel 3-6 Contoh Hasil Pemetaan Peran Pelaku kelembagaan Masyarakat Tabel 3-7 Contoh Form Isian Data Profil Permukiman Kumuh Tabel 3-8 Contoh Data Profil Permukiman Yang Menampilkan Data Numerik Dan Persentase Tabel 3-9 Rekapitulasi Data Hasil Survei Tabel 3-10 Kelengkapan Peta Untuk Penyusunan Profil Kumuh Tabel 3-11 Contoh Tabel Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator Dan Parameter Kekumuhan Tabel 3-12 Contoh Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator Dan Parameter Kekumuhan Tabel 3-13 Contoh Perumusan Strategi Skala Kota Tabel 3-14 Contoh Perumusan Strategi Skala Kawasan Tabel 3-15 Contoh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kota/Perkotaan Tabel 3-16 Contoh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan Tabel 3-17 Contoh Tabel Rencana Aksi Program Penanganan Permukiman Kumuh Tabel 3-18 Contoh Tabel Memorandum Program v

7 Tabel 3-19 Contoh Daftar Komponen Infrastruktur Tabel 3-20 Kriteria, Komponen dan Keterangan Terkait Aspek Kondisi Bangunan Tabel 3-21 Contoh Back Up Volume Tabel 3-22 Contoh Analisa Harga Satuan Tabel 3-23 Contoh Bill Of Quantity Tabel 3-24 Contoh Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya (RAB) vi

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 2-1 Entitas Perumahan dan Kawasan Permukiman... 5 Gambar 3-1 Gambar 3-2 Proses Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh Menurut Undang-Undang No. 1/ Struktur Pembagian Peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat Gambar 3-3 Contoh Profil Permukiman Kumuh Gambar 3-4 Contoh Peta Hasil Overlay Permukiman Kumuh Eksisting dengan Rencana Pola Ruang Gambar 3-5 Profil Permukiman Kumuh Hasil Verifikasi Gambar 3-6 Contoh Site Plan Perencanaan Kawasan Gambar 3-7 Contoh Peta Program Penanganan Gambar 3-8 Contoh Ilustrasi Perbandingan Kondisi Sebelum (Before) dan Setelah (After) Penanganan Gambar 3-9 Contoh Ilustrasi Perencanaan Jalan Lingkungan Gambar 3-10 Contoh Ilustrasi Perencanaan Drainase Lingkungan Gambar 3-11 Contoh Ilustrasi Perencanaan Penyediaan Air Minum Gambar 3-12 Contoh Ilustrasi Perencanaan Pengelolaan Air Limbah Gambar 3-13 Contoh Ilustrasi Perencanaan Pengelolaan Persampahan Gambar 3-14 Contoh Ilustrasi Perencanaan Proteksi Kebakaran Gambar 3-15 Contoh Ilustrasi Perencanaan Ruang Terbuka Hijau Gambar 3-16 Contoh Ilustrasi Gambar Siteplan Existing Gambar 3-17 Contoh Ilustrasi Gambar Rencana Gambar 3-18 Contoh Ilustrasi Gambar Potongan Memanjang Gambar 3-19 Contoh Ilustrasi Gambar Potongan Melintang Existing Gambar 3-20 Contoh Ilustrasi Gambar Potongan Melintang Rencana Gambar 3-21 Contoh Ilustrasi Gambar Detail vii

9 BAB 1 PENDAHULUAN

10 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai upaya melakukan penyelenggaraan kawasan permukiman sesuai amanat Undang-Undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman terutama Bab VII tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, Pemerintah mendorong perwujudan kawasan permukiman yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan arahan RPJP Nasional untuk RPJM Nasional tahun yang menyebutkan bahwa untuk bidang permukiman diarahkan untuk memenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung. Hal ini diterjemahkan oleh Ditjen Cipta Karya untuk dijadikan sebagai target utama rencana strategis tahun , antara lain layanan air minum yang layak 100%, layanan sanitasi yang layak 100%, dan berkurangnya kawasan permukiman kumuh hingga 0%. Proses perencanaan dalam penyelenggaraan kawasan permukiman merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk dilaksanakan. Sesuai dengan Pasal 7 Ayat 2, Undang- Undang No. 1 Tahun 2011 disebutkan bahwa perencanaan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat. Dalam Ayat 3 selanjutnya disebutkan bahwa perencanaan disusun pada tingkat nasional, provinsi, atau kabupaten/kota yang dimuat dan ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka panjang, rencana pembangunan jangka menengah, dan rencana tahunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Sebagai dukungan lebih lanjut terhadap penyelenggaraan pengembangan kawasan permukiman, khususnya dalam perencanaan infrastruktur permukiman perkotaan untuk itu dibutuhkan Panduan Penyusunan Dokumen Perencanaan Infrastruktur Permukiman Perkotaan. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari Panduan ini adalah sebagai pedoman bagi Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan para pemangku kepentingan terkait dalam menyusun dokumen perencanaan infrastruktur permukiman perkotaan. 1

11 Tujuan disusunnya Panduan Penyusunan Dokumen Perencanaan Infrastruktur Permukiman Perkotaan ini adalah sebagai acuan dalam (i) penyiapan rencana infrastruktur permukiman kumuh perkotaan dan (ii) penyiapan penyusunan Detail Engineering Design (DED) permukiman kumuh perkotaan. 1.3 Sasaran Panduan Penyusunan Dokumen Perencanaan Infrastruktur Permukiman Perkotaan ini memiliki sasaran sebagai berikut: Tersedianya acuan teknis dalam penyiapan rencana infrastruktur permukiman kumuh perkotaan. Tersedianya acuan teknis untuk penyiapan penyusunan Detail Engineering Design (DED) permukiman kumuh perkotaan. 1.4 Lingkup dan Batasan Pedoman Lingkup dan batasan panduan ini antara lain sebagai berikut: Panduan ini ditujukan dalam penyiapan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman permukiman kumuh yang terdapat di wilayah perkotaan. Substansi yang dibahas ialah hanya terfokus pada aspek penyiapan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman kumuh saja, sedangkan aspek terkait lainnya akan dibahas di dalam buku Panduan lainnya secara terpisah. 1.5 Definisi Untuk dapat diperoleh kesamaan persepsi dan makna, beberapa definisi dan istilah yang digunakan dalam Panduan ini diuraikan sebagai berikut: Rumah : Bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. Perumahan : Kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni Permukiman : Bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Penyelenggaraan Perumahan dan : Kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan 2

12 Kawasan Permukiman kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Perumahan Kumuh : Perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian. Permukiman Kumuh : Permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh : Upaya untuk meningkatkan kualitas bangunan, serta prasarana, sarana dan utilitas umum. Prasarana : Kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman. Sarana : Fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi. Utilitas umum : Kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian. Pencegahan : Tindakan yang dilakukan untuk menghindari tumbuh dan berkembangnya Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh baru. Pemeliharaan : Kegiatan menjaga keandalan perumahan dan permukiman beserta prasarana, sarana dan utilitas umum agar tetap laik fungsi. Perbaikan : Pola penanganan dengan titik berat kegiatan perbaikan dan pembangunan sarana dan prasarana lingkungan termasuk sebagian aspek tata bangunan. Pemugaran : Kegiatan yang dilakukan untuk perbaikan dan/atau pembangunan kembali perumahan dan permukiman menjadi perumahan dan permukiman yang layak huni. Peremajaan : Kegiatan perombakan dan penataan mendasar secara menyeluruh meliputi rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan permukiman. Pemukiman Kembali : Kegiatan memindahkan masyarakat terdampak dari lokasi perumahan kumuh atau permukiman kumuh yang tidak mungkin dibangun kembali karena tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/atau rawan bencana. 3

13 BAB 2 PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT

14 2. PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT Dalam Bab ini diuraikan beberapa regulasi dan kebijakan yang terkait dengan permukiman kumuh perkotaan, yaitu: 2.1 Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, program penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh menjadi satu amanah yang wajib dilakukan oleh pemerintah. Dalam hal ini, disebutkan bahwa pemerintah melakukan pembinaan dan fungsi fasilitasi dalam peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Gambar 2-1 Entitas Perumahan dan Kawasan Permukiman 5

15 Tabel berikut akan menyampaikan beberapa pasal dalam Undang-Undang No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang terkait langsung dengan pelaksanaan peningkatan kualitas permukiman, terutama dalam aspek perencanaan infrastruktur permukiman perkotaan. Tabel 2-1 Pasal yang Terkait dengan Peningkatan Kualitas Permukiman dan Identifikasi Lokasi Permukiman Kumuh dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 BAB & PASAL SUBSTANSI BAB III PEMBINAAN Pasal 6 Pasal 7 (1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) meliputi: a. perencanaan; b. pengaturan; c. pengendalian; dan d. pengawasan. (2) Dalam melaksanakan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri melakukan koordinasi lintas sektoral, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan, baik vertikal maupun horizontal. (1) Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a merupakan satu kesatuan yang utuh dari rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah. (2) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan melibatkan peran masyarakat. (3) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun pada tingkat nasional, provinsi, atau kabupaten/kota yang dimuat dan ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka panjang, rencana pembangunan jangka menengah, dan rencana tahunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Perencanaan pada tingkat nasional menjadi pedoman untuk menyusun perencanaan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi. (5) Perencanaan pada tingkat provinsi menjadi pedoman untuk menyusun perencanaan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. BAB V PENYELENGGARAAN PERUMAHAN Pasal 20 Pasal 23 (1) Penyelenggaraan perumahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 meliputi: a. perencanaan perumahan; b. pembangunan perumahan; c. pemanfaatan perumahan; dan d. pengendalian perumahan. (1) Perencanaan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah. (2) Perencanaan perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. perencanaan dan perancangan rumah; dan b. perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan. (3) Perencanaan perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bagian 6

16 BAB & PASAL Pasal 24 Pasal 26 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 53 dari perencanaan permukiman. SUBSTANSI (4) Perencanaan perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup rumah sederhana, rumah menengah, dan/atau rumah mewah. Perencanaan dan perancangan rumah dilakukan untuk: (1) menciptakan rumah yang layak huni; (2) mendukung upaya pemenuhan kebutuhan rumah oleh masyarakat dan pemerintah; dan (3) meningkatkan tata bangunan dan lingkungan yang terstruktur. (1) Hasil perencanaan dan perancangan rumah harus memenuhi persyaratan teknis, administratif, tata ruang, dan ekologis. (2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan syarat bagi diterbitkannya izin mendirikan bangunan. (3) Perencanaan dan perancangan rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari perencanaan perumahan dan/atau permukiman. (1) Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan meliputi: a. rencana penyediaan kaveling tanah untuk perumahan sebagai bagian dari permukiman; dan b. rencana kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan. (2) Rencana penyediaan kaveling tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a digunakan sebagai landasan perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum. (3) Rencana penyediaan kaveling tanah dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah bagi kaveling siap bangun sesuai dengan rencana tata bangunan dan lingkungan. (1) Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 harus memenuhi persyaratan administratif, teknis, dan ekologis. (2) Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum yang telah memenuhi persyaratan wajib mendapat pengesahan dari pemerintah daerah. (1) Pengendalian perumahan dimulai dari tahap: a. perencanaan; b. pembangunan; dan c. pemanfaatan. BAB VI PENYELENGGARAAN KAWASAN PERMUKIMAN Pasal 57 Penyelenggaraan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 mencakup lingkungan hunian dan tempat kegiatan pendukung perikehidupan dan penghidupan di perkotaan dan di perdesaan. Pasal 59 (1) Penyelenggaraan lingkungan hunian perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 dilakukan melalui: a. pengembangan lingkungan hunian perkotaan; b. pembangunan lingkungan hunian baru perkotaan; atau c. pembangunan kembali lingkungan hunian perkotaan. (2) Penyelenggaraan pengembangan lingkungan hunian perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mencakup: a. peningkatan efisiensi potensi lingkungan hunian perkotaan dengan memperhatikan fungsi dan peranan perkotaan; b. peningkatan pelayanan lingkungan hunian perkotaan; 7

17 BAB & PASAL Pasal 64 Pasal 65 SUBSTANSI c. peningkatan keterpaduan prasarana, sarana, dan utilitas umum lingkungan hunian perkotaan; d. penetapan bagian lingkungan hunian perkotaan yang dibatasi dan yang didorong pengembangannya; e. pencegahan tumbuhnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh; dan f. pencegahan tumbuh dan berkembangnya lingkungan hunian yang tidak terencana dan tidak teratur. (3) Penyelenggaraan pembangunan lingkungan hunian baru perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b mencakup: a. penyediaan lokasi permukiman; b. penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum permukiman; dan c. penyediaan lokasi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. (1) Perencanaan kawasan permukiman harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. (2) Perencanaan kawasan permukiman dimaksudkan untuk menghasilkan dokumen rencana kawasan permukiman sebagai pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam pembangunan kawasan permukiman. (3) Pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk memenuhi kebutuhan lingkungan hunian dan digunakan untuk tempat kegiatan pendukung dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. (4) Perencanaan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan setiap orang. (5) Dokumen rencana kawasan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh bupati/walikota. (6) Perencanaan kawasan permukiman harus mencakup: a. peningkatan sumber daya perkotaan atau perdesaan; b. mitigasi bencana; dan c. penyediaan atau peningkatan prasarana, sarana, dan utilitas umum. Perencanaan kawasan permukiman terdiri atas perencanaan lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan serta perencanaan tempat kegiatan pendukung perkotaan dan perdesaan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan Pasal 66 (1) Perencanaan lingkungan hunian perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 dilakukan melalui: a. perencanaan pengembangan lingkungan hunian perkotaan; b. perencanaan pembangunan lingkungan hunian baru perkotaan; atau c. perencanaan pembangunan kembali lingkungan hunian perkotaan. (2) Perencanaan pengembangan lingkungan hunian perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mencakup: a. penyusunan rencana peningkatan efisiensi potensi lingkungan hunian perkotaan dengan memperhatikan fungsi dan peranan perkotaan; b. penyusunan rencana peningkatan pelayanan lingkungan hunian perkotaan; c. penyusunan rencana peningkatan keterpaduan prasarana, sarana, dan utilitas umum lingkungan hunian perkotaan; d. penyusunan rencana pencegahan tumbuhnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh; dan e. penyusunan rencana pencegahan tumbuh dan berkembangnya lingkungan hunian yang tidak terencana dan tidak teratur. 8

18 BAB & PASAL SUBSTANSI (3) Perencanaan pembangunan lingkungan hunian baru perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b mencakup: a. penyusunan rencana penyediaan lokasi permukiman; b. penyusunan rencana penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum permukiman; dan c. penyusunan rencana lokasi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. (4) Perencanaan pembangunan lingkungan hunian baru perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi perencanaan lingkungan hunian baru skala besar dengan Kasiba dan perencanaan lingkungan hunian baru bukan skala besar dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum. (5) Perencanaan pembangunan lingkungan hunian baru perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didahului dengan penetapan lokasi pembangunan lingkungan hunian baru yang dapat diusulkan oleh badan hukum bidang perumahan dan permukiman atau pemerintah daerah. (6) Lokasi pembangunan lingkungan hunian baru sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota. (7) Penetapan lokasi pembangunan lingkungan hunian baru sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan berdasarkan hasil studi kelayakan; a. rencana pembangunan perkotaan atau perdesaan; b. rencana penyediaan tanah; dan c. analisis mengenai dampak lalu lintas dan lingkungan Pasal 68 (1) Perencanaan pembangunan kembali lingkungan hunian perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) huruf c dan perencanaan pembangunan kembali lingkungan hunian perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (1) huruf c dimaksudkan untuk memulihkan fungsi lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan. (2) Perencanaan pembangunan kembali dilakukan dengan cara: a. penyusunan rencana rehabilitasi; b. penyusunan rencana rekonstruksi; atau c. penyusunan rencana peremajaan. Pasal 69 (1) Perencanaan tempat kegiatan pendukung perkotaan dan perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 meliputi perencanaan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, kegiatan ekonomi, dan prasarana, sarana, dan utilitas umum. (2) Perencanaan tempat kegiatan pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 70 Pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab dalam perencanaan pengembangan lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan, pembangunan lingkungan hunian baru perkotaan dan perdesaan, dan pembangunan kembali lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan. Pasal 82 (1) Pengendalian dalam penyelenggaraan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 ayat (1) dilakukan pada tahap: a. perencanaan; b. pembangunan; dan c. pemanfaatan. Pasal 83 (1) Pengendalian pada tahap perencanaan dilakukan dengan: a. mengawasi rencana penyediaan prasarana, sarana dan utilitas umum sesuai dengan standar pelayanan minimal; dan b. memberikan batas zonasi lingkungan hunian dan tempat kegiatan pendukung. (2) Pengendalian perencanaan kawasan permukiman dilakukan oleh pemerintah daerah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Sumber : UU No. 1 Tahun

19 2.2 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Berdasarkan lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, menyebutkan pembagian urusan pemerintahan bidang perumahan dan kawasan permukiman sub urusan kawasan permukiman, bahwa peran pemerintah pusat ditekankan pada penetapan sistem kawasan permukiman, serta penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam lampirannya mengatur pembagian kewenangan pemerintah pusat dalam menangani kawasan kumuh ialah minimal seluas 15 Ha, pemerintah provinsi menangani kawasan kumuh dengan luasan antara Ha, dan pemerintah kabupaten/kota menangani kawasan kumuh dengan luasan kurang dari 10 Ha. Berikut ini diuraikan pembagian urusan pemerintahan concurrent antara pemerintah pusat, provinsi, dan kab/kota bidang perumahan dan kawasan permukiman. Tabel 2-2 Pembagian Urusan Pemerintahan Concurrent antara Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman No. Sub Urusan Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah Kab/Kota 1 Kawasan Permukiman 2 Perumahan dan Kawasan Permukiman Kumuh 3 Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (PSU) Penetapan sistem kawasan permukiman. Penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas 15 (lima belas) ha atau lebih. Penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas 10 (sepuluh) ha sampai dengan di bawah 15 (lima belas) ha. Penerbitan izin pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman. Penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas di bawah 10 (sepuluh) ha Pencegahan perumahan dan kawasan permukiman kumuh pada Daerah kabupaten/kota. Penyelenggaraan PSU di lingkungan hunian dan kawasan permukiman. Penyelenggaraan PSU permukiman. Penyelenggaraan PSU perumahan. Sumber : Lampiran Undang-Undang No. 23 Tahun Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan Perumahan, penyelenggaraan kawasan Permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, 10

20 pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat. Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian. Sedangkan Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta Sarana dan Prasarana yang tidak memenuhi syarat. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 ini, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh diatur dalam Bab VI dari pasal 102 sampai pasal 121. Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru serta untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman. Secara khusus, peningkatan kualitas diatur dalam pasal 112 sampai pasal 114. Peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan dengan pola-pola penanganan: a) pemugaran; b) peremajaan; atau c) pemukiman kembali. Pemugaran dilakukan untuk perbaikan dan/atau pembangunan kembali perumahan kumuh dan permukiman kumuh menjadi perumahan dan permukiman yang layak huni. Sedangkan peremajaan dan pemukiman kembali dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah, perumahan, dan permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat sekitar. Pemilihan pola penanganan diatur dalam pasal 113, dengan memperhatikan klasifikasi kekumuhan dan status tanahnya. Sedangkan tahapan yang dilakukan pada setiap pola penanganan diatur dalam pasal Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Berdasar Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional pada saat ini telah sampai pada tahap ketiga, diarahkan untuk mempersiapkan proses tinggal landas menuju masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur, yaitu dengan memantapkan pembangunan yang menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian pada daya saing kompetitif, perekonomian berdasarkan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat. Dalam Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional disebutkan bahwa salah satu sasaran pembangunan kawasan permukiman ialah tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan 11

21 menjadi 0 persen melalui penanganan kawasan permukiman kumuh seluas hektar dan peningkatan keswadayaan masyarakat di kelurahan. 2.5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Tahun Disebutkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Tahun , bahwa Visi Kementerian Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat adalah: TERWUJUDNYA INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT YANG HANDAL DALAM MENDUKUNG INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG Misi Kementerian Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat yang merupakan rumusan upaya-upaya yang akan dilaksanakan selama periode Renstra dalam rangka mencapai visi serta mendukung upaya pencapaian target pembangunan nasional, yaitu: 1. Mempercepat pembangunan infrastruktur sumberdaya air termasuk sumber daya maritim untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan, dan kedaulatan energi, guna menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi; 2. Mempercepat pembangunan infrastruktur jalan untuk mendukung konektivitas guna meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan pelayanan sistem logistik nasional bagi penguatan daya saing bangsa di lingkup global yang berfokus pada keterpaduan konektivitas daratan dan maritim; 3. Mempercepat pembangunan infrastruktur permukiman dan perumahan rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam rangka mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip infrastruktur untuk semua; 4. Mempercepat pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat secara terpadu dari pinggiran didukung industri konstruksi yang berkualitas untuk keseimbangan pembangunan antardaerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan perdesaan, dalam kerangka NKRI; 5. Meningkatkan tata kelola sumber daya organisasi bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang meliputi sumber daya manusia, pengendalian dan pengawasan, kesekertariatan serta penelitian dan pengembangan untuk mendukung 12

22 fungsi manajemen meliputi perencanaan yang terpadu, pengorganisasian yang efisien, pelaksanaan yang tepat, dan pengawasan yang ketat. Strategi Kementerian Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat dalam pengentasan permukiman kumuh perkotaan adalah sebagai berikut: Peningkatan kualitas permukiman kumuh seluas Ha. Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kawasan. Pembangunan dan pengembangan kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar di 86 Kawasan serta pembangunan dan pengembangan kawasan rawan atau paska bencana di 63 Kawasan. 2.6 Peraturan Menteri Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No. 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Sebagai dasar operasionalisasi bagi peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh, maka telah ditetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 02/PRT/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh. Peraturan Menteri ini disusun sebagai acuan dan panduan bagi pemerintah dan pemerintah daerah dalam melaksanakan upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Aspek yang terkait dengan perencanaan infrastruktur permukiman kumuh perkotaan pada Peraturan Menteri Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat ini diantaranya sebagai berikut. Tabel 2-3 Pasal yang Terkait dengan Perencanaan Infrastruktur Permukiman Kumuh Perkotaan dalam Peraturan Menteri Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No. 02/PRT/M/2016 BAB & PASAL SUBSTANSI BAB III PENETAPAN LOKASI DAN PERENCANAAN PENANGANAN Pasal 25 (1) Perencanaan penanganan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (4) dilakukan melalui tahap: a. persiapan; b. survei; c. penyusunan data dan fakta; d. analisis; e. penyusunan konsep penanganan; dan f. penyusunan rencana penanganan. 13

23 BAB & PASAL SUBSTANSI (2) Penyusunan rencana penanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f berupa rencana penanganan jangka pendek, jangka menengah, dan/atau jangka panjang beserta pembiayaannya. (3) Rencana penanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam bentuk peraturan bupati/walikota atau gubernur khusus untuk Provinsi DKI Jakarta sebagai dasar penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh Sumber : Peraturan Menteri Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No. 02/PRT/M/

24

25 BAB 3 TAHAPAN PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

26 3. TAHAPAN PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN Mengacu pada Undang-Undang No.1 Tahun 2011, upaya peningkatan kualitas permukiman kumuh pada dasarnya meliputi 4 (empat) tahapan utama yakni pendataan, penetapan lokasi, pelaksanaan dan pengelolaan sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Gambar 3-1 Proses Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh Menurut UU No. 1/ 2011 Selain itu, Undang-Undang No.1/2011 juga mengamanatkan bahwa penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan melibatkan peran masyarakat. Terkait hal ini, masing-masing stakeholder memiliki peran, tugas dan fungsi sesuai dengan kapasitasnya dalam penyelenggaraan kawasan permukiman, termasuk di dalamnya terkait upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sebagaimana yang dapat dilihat pada gambar berikut ini. 16

27 Sumber : Panduan RP2KPKP 2016 Gambar 3-2 Struktur Pembagian Peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat Banyak permasalahan perkotaan yang berakar pada kawasan permukiman, seperti tidak meratanya penyediaan infrastruktur permukiman perkotaan, ketidaktersediaan lingkungan permukiman yang layak, dan sebagainya yang pada akhirnya berimplikasi pada terciptanya permukiman kumuh di kawasan perkotaan. Permasalahan yang ditimbulkan dari munculnya kawasan permukiman kumuh seperti lingkungan yang tidak sehat, pemanfaatan lahan ilegal, dan lain sebagainya tidak hanya berpengaruh terhadap internal kawasan itu sendiri namun juga terhadap kawasan sekitarnya dan sistem jaringan infrastruktur perkotaan secara umum. Belum efektifnya penanganan permukiman kumuh (khususnya dalam konteks perkotaan) hingga saat ini diakibatkan oleh beberapa kondisi sebagai berikut: Tuntutan yang tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan belum didasarkan pada kebijakan dan strategi pembangunan yang memadai, tepat, berskala kabupaten/kota, dan berbasis kawasan; Belum terdapatnya strategi penanganan dan pentahapan baik dalam tahapan kegiatan maupun kawasan penanganan pada program penanganan permukiman kumuh skala kota; Kebijakan untuk meningkatkan pembangunan kota kurang memperhatikan kebutuhan penanganan kawasan kumuh, karena pembangunan kota lebih berfokus pada upaya 17

28 peningkatan pertumbuhan perekonomian serta pembangunan infrastruktur skala kota dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat perkotaan secara umum; Upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang menjadi tugas dan wewenang pemerintah daerah (Undang-Undang No. 1/2011) belum diimbangi dengan kemampuan pemerintah daerah dalam hal kapasitas SDM dan pembiayaan; dan Terdapat ketidaksinkronan antar instansi di daerah dalam menentukan kebijakan penanganan terutama penentuan lokasi dan bentuk penanganan yang akan dilakukan pada tahap selanjutnya. Kabupaten/kota sudah seharusnya memiliki instrumen pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang jelas dan komprehensif yang mempertimbangkan semua aspek pembangunan baik fisik, sosial, ekonomi, investasi, pembiayaan, kelembagaan, maupun partisipasi publik. Selain itu, instrumen yang dimaksud sebaiknya dapat menjadi acuan bagi penerapan program penanganan yang ada. Terkait dengan hal ini, programprogram yang diselenggarakan mengacu pada kebutuhan untuk menjawab strategi yang telah dirumuskan dan skala prioritasnya. Untuk memenuhi kebutuhan sebagaimana diuraikan di atas, maka sejak tahun 2010 Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum (tahun 2016 menjadi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), secara nasional telah melakukan percepatan terkait penanganan permukiman kumuh dengan meluncurkan program Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP), yang ditindaklanjuti dengan penyusunan dokumen Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP). Program ini kemudian berinovasi menjadi Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP). Pada tahun 2015, sebagai bentuk komitmen pemerintah terkait RPJMN dan Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, program percepatan dilakukan dalam bentuk kegiatan penyusunan dokumen RP2KP-KP (Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan), dalam bentuk fasilitasi dan pendampingan dengan keluaran berupa (1) dokumen perencanaan penanganan dan pencegahan permukiman kumuh perkotaan, dan (2) dokumen Detail Enginering Design (DED) skala kawasan prioritas yang siap direalisasikan. Rencana aksi penanganan dan pencegahan permukiman kumuh kota terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu : (i) strategi peningkatan kualitas perumahan dan permukiman melalui kegiatan pemugaran, peremajaan kawasan permukiman kumuh dan/atau pemukiman kembali; dan (ii) strategi pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya kawasan permukiman kumuh baru, melalui pemberdayaan, pengawasan dan pengendalian. Terkait disusunnya dokumen peningkatan kualitas permukuman kumuh perkotaan diharapkan dapat menjadi: Dokumen acuan Pemerintah Kab./Kota dalam upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh. 18

29 Dokumen rencana yang mengintegrasikan program-program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh (program penanganan permukiman kumuh dari Pemerintah Kab./Kota, NUSP-SIAP, P2KKP/KOTAKU, PISEW, program regular dari APBN/Provinsi, dll). Secara garis besar, proses penyusunan dokumen peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan ini terdiri dari 4 (empat) tahapan besar, yaitu : (1) Persiapan, (2) Verifikasi Lokasi serta Perumusan Konsep dan Strategi; (3) Perumusan Rencana Penanganan, dan (4) Penyusunan Desain Teknis. Tabel 3-1 Lingkup Kegiatan dan Output Kegiatan PERSIAPAN LINGKUP KEGIATAN Penyusunan rencana kerja Penyusunan desain survei dan format kegiatan Penyiapan data : a. Kab/Kota yang telah memiliki SK Penetapan Lokasi Permukiman Kumuh - SK Bupati/Walikota tentang Penetapan Lokasi Permukiman Kumuh - Profil Permukiman Kumuh sesuai SK - Peta dasar skala 1 : untuk Kota dan 1 : untuk Kabupaten - Peta kawasan skala 1 : b. Kab/Kota yang belum memiliki SK Penetapan Lokasi Permukiman Kumuh - Profil Permukiman Kumuh - Peta dasar skala 1 : untuk Kota dan 1 : untuk Kabupaten - Peta kawasan skala 1 : Overview kebijakan daerah dan identifikasi kesesuaian permukiman terhadap rencana tata ruang kota Melakukan kegiatan penyiapan kelembagaan masyarakat di tingkat kota IDENTIFIKASI LOKASI Koordinasi dan sinkronisasi data permukiman kumuh Survei dan Pengolahan data permukiman kumuh Verifikasi lokasi Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator dan Parameter Kekumuhan Rencana kerja OUTPUT Pendekatan dan metodologi pelaksanaan kegiatan Desain survei dan format kegiatan Profil permukiman kumuh Peta Dasar Skala 1 : untuk Kota dan 1 : untuk Kabupaten (format SHP) Peta skala 1 : untuk skala kawasan (format SHP) Hasil overview dokumen perencanaan dan kebijakan daerah Peta kesesuaian permukiman terhadap rencana pola ruang kota/kabupaten (guna lahan permukiman) Terbentuknya/tersiapkannya kelembagaan masyarakat (BKM/KSM/OMS/dll yang disepakati di tingkat komunitas) Hasil sinkronisasi data permukiman kumuh (primer dan sekunder) Hasil survei berupa gambaran permukiman kumuh dan hasil pengolahan data kekumuhan. Data hasil verifikasi lokasi (delineasi, luasan, layanan hunian dan infrastruktur) Profil permukiman kumuh berdasarkan data hasil verifikasi Daftar sebaran kawasan permukiman kumuh berdasarkan kriteria, indikator dan parameter kekumuhan Daftar urutan lokasi prioritas penanganan 19

30 LINGKUP KEGIATAN PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI Melakukan koordinasi antar stakeholder terkait (pemda dan masyarakat) : Perumusan konsep dan strategi peningkatan kualitas kumuh Pembagian peran dalam peningkatan kualitas permukiman kumuh Perumusan kebutuhan peningkatan kualitas permukiman kumuh PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN Perumusan Skenario Penanganan dan Konsep Desain Kawasan OUTPUT Konsep dan strategi peningkatan kualitas permukiman kumuh Kesepakatan pembagian peran pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kab/kota serta masyarakat Tersusunnya kebutuhan penanganan kawasan permukiman Tersedianya skenario pentahapan pencapaian 0% kumuh Tersedianya desain kawasan Merumuskan rencana aksi dan memorandum keterpaduan program untuk skala kota dan skala kawasan Merumuskan konsep tematik & skenario peningkatan kualitas Menyusun Rencana Investasi & Pembiayaan kawasan kumuh Bersama-sama melakukan proses perencanaan partisipatif meliputi: - Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) - Pembahasan rencana kebutuhan komponen infrastruktur PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS Menyusun Desain Teknis, meliputi penyusunan peta rinci dan siteplan serta penyusunan visualisasi pendukung perancangan Penyusunan Daftar Rencana & Pengukuran Detail Komponen Infrastruktur Penyusunan Detailed Engineering Design (DED) Tersusunnya rencana aksi program untuk skala kota dan skala kawasan Tersusunnya rencana investasi dan pembiayaan permukiman kumuh Disepakatinya dokumen memorandum keterpaduan program Tersusunnya konsep tematik dan skenario peningkatan kualitas kawasan Tersusunnya rencana investasi dan pembiayaan kawasan Terselenggaranya perencanaan partisipatif (penyusunan Rencana Kerja Masyarakat/RKM) Penyepakatan rencana kebutuhan komponen infrastruktur di kawasan permukiman kumuh Peta rinci dan siteplan Visualisasi pendukung perancangan (dokumentasi drone, animasi 3D) Daftar rencana kebutuhan komponen infrastruktur Data hasil pengukuran detail kebutuhan komponen infrastruktur Nota Desain Gambar Rencana Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana Kerja dan Syarat (RKS) 20

31 Berikut ini akan dijelaskan proses pelaksanaan kegiatan penyusunan rencana penanganan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan. 3.1 Persiapan Penyusunan Rencana Kerja Kegiatan persiapan adalah kegiatan untuk menyiapkan seluruh rencana pelaksanaan kegiatan. Adapun form pemantauan kegiatan persiapan adalah sebagai berikut: Tujuan penyusunan rencana kerja adalah: Terinventarisirnya seluruh kegiatan dalam penyusunan dokumen perencanaan peningkatan kualitas permukiman kumuh Menyepakati pendekatan dan metodologi Penyusunan Desain Survei Dan Format Kegiatan Penyusunan desain survei pada awal kegiatan yang mencakup kebutuhan-kebutuhan data dan informasi yang dibutuhkan. Dalam pengolahan data permukiman kumuh, data baseline bisa dimanfaatkan sebagai basis data permukiman kumuh sebagai dasar verifikasi lokasi. Bagi kabupaten/kota yang belum memiliki data baseline, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap data rujukan permukiman kumuh yang ada di Kabupaten/Kota serta melakukan survei secara menyeluruh di seluruh lokasi permukiman kumuh untuk mendapatkan basis data permukiman kumuh. Tujuan dari penyiapan format pendataan terutama diawali dengan konsep/desain survei yang diperlukan untuk kebutuhan data baik dilapangan maupun pengelohan data dan informasi terkait dengan kondisi kawasan serta untuk penyamaan persepsi dan kesepakatan terkait data dasar yang sudah ada. Keluaran yang diharapkan adalah: Data awal (sekunder) Desain survei Format format survei dan kegiatan Tabel

32 Contoh Format Pendataan Provinsi Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa :.. :.. :.. :.. NO PARAMETER DATA UMUM KELURAHAN 1 Data Program/Kegiatan Penanganan Kumuh Sebelumnya No. Lokasi Penanganan Kumuh (RW/RT/Lingkungan) Luas Penanganan Kumuh (Ha) Sumber Dana Tahun Komponen Infrastruktur 2 Data umum wilayah Administratif Kelurahan No. RW Jumlah RT Luas Wilayah RW (Ha) Jumlah Penduduk KK Jiwa Jumlah Bangunan rumah (unit) Luas Permukiman Kumuh Kawasan Luas (Ha) 3 Data Umum kawasan kumuh tingkat kelurahan No. Kawasan Kumuh Luas Kawasan (Ha) Kepemillikan lahan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin Jumlah Rumah RT/KK Jiwa RTM Jiwa Total Kumuh 4 Data Kependudukan No. 0 5 Tahun 6 12 Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun > 55 Tahun 0 5 Tahun 5 Data Mata Pencaharian Penduduk No. Kawasan Kumuh Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian (orang) PNS/TNI/Polri Swasta Pengrajin Nelayan Petani Buruh Tidak Bekeraja 6 Data Penghasilan Rata-rata Penduduk No. Kawasan Kumuh < Rp. 1 Juta Jumlah Penghasilan Rata-rata Rumah Tangga (KK) Rp. 1 2 Rp. 2 3 Rp. 3 6 Juta Juta Juta >Rp. 6 Juta 7 Tingkat Kesehatan Penduduk No. Kawasan Kumuh Jumlah Penderita Penyakit Kronis (Jiwa) Demam Diare ISPA Muntaber Malaria TBC Lainnya Berdarah 22

33 NO PARAMETER DATA UMUM KELURAHAN 8 Peta Dasar Kelurahan yang dilengkapi dengan Delineasi Lokasi Permukiman Kumuh Sumber: Panduan penyusunan RP2KPKP Penyiapan Data Penyiapan data profil permukiman kumuh adalah kegiatan pengumpulan atau kompilasi data dan informasi dasar terkait dengan kawasan permukiman kumuh yang nantinya digunakan sebagai dasar dalam penyusunan dokumen perencanaan penanganan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan, yang selain tabulasi data juga diterjemahkan dalam bentuk Peta sebaran permukiman kumuh perkotaan dan profil kawasan permukiman kumuh perkotaan. Tujuan penyiapan data adalah Tersedianya data profil permukiman kumuh Tersedianya peta Dasar Skala 1: untuk wilayah administrasi kota dan peta dasar skala 1: untuk wilayah administrasi kabupaten (format SHP) Tersedianya peta kawasan skala 1:5000 (format SHP) Tabel 3-3 Contoh Format Pemantauan Kegiatan Persiapan FORM PEMANTAUAN KEGIATAN PERSIAPAN 23

34 FORM PERSIAPAN A.1 Kegiatan : * Sosialisasi / Koordinasi / Pertemuan Awal Kab/kota / Provinsi / Nasional Kab/Kota : Provinsi : TA Pendamping : Hari/Tanggal : Tempat : PEMANTAUAN STATUS KESIAPAN DATA AWAL DOKUMEN / OBYEK PEMANTAUAN Contoh : 1. SK Bupati/Walikota tentang Penetapan Kawasan Kumuh; 2. Profil permukiman kumuh; 3. Data base line kumuh atau data statistik terkait; 4. Daftar tim tenaga ahli pendamping (TAP) 5. Peta dasar skala 1: untuk wilayah administratif kota dan 1: untuk wilayah administratif kabupaten; peta kawasan skala 1:5.000 INDIKATOR EKSISTENSI OUTPUT Keterangan: 1. Ketersediaan SK Bupati/Walikota tentang Penetapan Kawasan Kumuh ADA / BELUM (asli, draft, copy, proses,dll) 2. Ketersediaan profil umum permukiman kumuh ADA / BELUM 3. Ketersediaan data base line kumuh atau data statistik terkait ADA / BELUM 4. Ketersediaan daftar tim tenaga ahli pendamping (TAP) ADA / BELUM 5. Ketersediaan Peta Dasar ADA / BELUM - Skala 1: untuk wilayah administratif Kota - 1: untuk wilayah administratif Kabupaten - Peta garis skala 1:5.000 untuk skala kawasan - Peta skala 1 : untuk skala kawasan prioritas INDIKATOR KUALITAS OUTPUT : SESUAI KURANG SESUAI TIDAK SESUAI Catatan / Rekomendasi Satker PKP : Catatan / Rekomendasi KMP : Catatan / rekomendasi Tim teknis : 24

35 Gambar 3-3 Contoh Profil Permukiman Kumuh Tinjauan/Overview Kebijakan Daerah Dan Identifikasi Keseuaian Permukiman Eksisting Terhadap Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota Sub tahapan ini pada dasarnya untuk melakukan kajian terhadap kebijakan, strategi, dan program pembangunan daerah yang terdapat dalam dokumen perencanaan pembangunan dan penataan ruang kabupaten/kota (RPJPD, RPJMD, Renstra Dinas, RTRW, Rencana Sektor dan dokumen lain yang terkait dengan kawasan permukiman kumuh). Tujuannya untuk : Mengidentifikasi dan melakukan kajian terhadap kebijakan dan strategi pembangunan, serta rencana tata ruang yang telah tersedia maupun yang sedang disusun terkait dengan pembangunan permukiman dan kawasan permukiman kumuh; dan Mengidentifikasi dan melakukan kajian sinkronisasi kebijakan dan strategi pembangunan kabupaten/kota, termasuk didalamnya kajian terhadap dokumendokumen sektoral. 25

36 No Mengidentifikasi dan melakukan kajian kesesuaian permukiman (kumuh) terhadap rencana tata ruang Langkah-langkah yang dilakukan yakni dengan (1) menginventarisasi kebijakan dan strategi pembangunan kabupaten/kota, khususnya yang terkait pengembangan permukiman kumuh perkotaan, terutama yang terdapat di dalam RTRW, RPJPD, RPJMD, SPPIP, RPI2JM, dan rencana sektor lainnya; (2) Melakukan pemetaan terhadap arahan kebijakan dan strategi pembangunan terkait penanganan kawasan permukiman kumuh terutama yang terdapat di dalam RTRW, RPJPD, RPJMD, SPPIP, RPI2JM, dan rencana sektor lainnya; (3) Melakukan kajian terhadap keselarasan antar kebijakan dan strategi pembangunan yang terkait pengembangan permukiman terutamanya terdapat di dalam RTRW, RPJPD, RPJMD, SPPIP, RPI2JM, dan rencana sektor lainnya; (4) Melakukan superimpose/overlay peta permukiman eksisting dengan peta rencana pola ruang kota (guna lahan permukiman). Output dari kegiatan ini menghasilkan: Matriks strategi, kebijakan dan program kabupaten/kota Peta kesesuaian guna lahan permukiman Peta rencana pengembangan sektor permukiman Sumber/Dokumen 1 RPJPD kota Tahun -. 2 RPJMD kota Tahun RTRW Kota Tahun - 4 RDTR Kawasan. 5 Dokumen SPPIP/RPKPP/RKPKP/RP2KPKP Tahun 6 Dokumen SSK 7 RPI2JM Tahun Dst Tabel 3-3 Contoh Tabel Overview Kebijakan Visi & Misi Tujuan & Sasaran Strategi & Kebijakan Rencana Program Kegiatan No Tabel 3-4 Contoh Tabel Overview Kegiatan Sektoral Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Pogram/Kegiatan Sektoral* Lokasi Kumuh (Kelurahan) Lokasi & Luas Penanganan (Cakupan Layanan) Skala Penanganan (skala Lingkungan)** Sumber Dana Tahun Dst. *) - Overview yang dilakukan mencakup program/kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan keterlibatan swasta - Overview Program/Kegiatan Sektor Penanganan Permukiman Kumuh meliputi Program/Kegiatan yang telah/sedang berjalan dan yang masih dalam tahap rencana **) Skala Penanganan yang dimaksud adalah menyesuaikan dengan fungsi dan pengelolaan infrastruktur tersebut. Komponen Infrastruktur 26

37 Gambar 3-4 Contoh Peta Hasil Overlay Permukiman Kumuh Eksisting dengan Rencana Pola Ruang Penyiapan Kelembagaan Masyarakat Sesuai dengan pendekatan dalam penanganan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh merupakan bagian dari upaya perwujudan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, dimana dalam hal ini tidak dapat dilepaskan dari upaya pencapaian target pembangunan sebagaimana yang diamantkan dalam RPJMN. Dalam implementasinya, upaya ini dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan utama pembangunan dalam bidang Cipta Karya yakni membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah, dan membangun kapasitas masyarakat. Dalam kegiatan penanganan kawasan kumuh, peran masyarakat sebagai salah satu pelaku utama dan memiliki fungsi sangat penting. Dalam hal ini kelembagaan masyarakat di tingkat kawasan perlu disiapkan agar pembagian peran masing-masing pemangku kepentingan di daerah menjadi lebih efektif dan jelas. 27

38 Tujuan menyiapkan kelembagaan lokal masyarakat sebagai mitra penggerak kegiatan sekaligus mengawal dan mengupayakan keberlanjutan program penanganan permukiman kumuh di tingkat masyarakat. Keberadaan dan keterlibatan masyarakat / kelembagaan masyarakat dapat dilakukan dengan melalui langkah-langkah berikut: Identifikasi kelembagaan masyarakat eksisting dalam konteks pembangunan permukiman. Melakukan pendekatan dan kerjasama dengan kelembagaan local masyarakat eksisting. Menyiapkan lembaga masyarakat (misalnya: BKM/KSM/Organisasi Masyarakat Setempat,dll) eksisting agar siap mendukung program penanganan kekumuhan. Sebagai perencana, pengguna dan penerima manfaat, kelembagaan masyarakat ini berfungsi dalam melakukan penyusunan rencana pengelolaan paska pembangunan. Fungsi yang penting dari kelembagaan masyarakat sebagai salah satu pemangku kepentingan pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat dan representasi dari peran serta masyarakat dalam pelaksanaan program dari tahap persiapan hingga pasca pembangunan dapat terpetakan seperti pada tabel berikut ini: Tabel 3-6 Contoh Hasil Pemetaan Peran Pelaku kelembagaan Masyarakat PEMANGKU KEPENTINGAN PERAN BENTUK KETERLIBATAN TUGAS DAN WEWENANG Kelambagaan Masyarakat Sebagai mitra pokjanis dalam penyusunan SPPIP, RPKPP, RKPKP, RP2KPKP Berpartisipasi dalam kegiatan FGD dan Survei kampung sendiri TUGAS: Membantu pokjanis dalam koordinasi dan sinkronisasi data permukiman kumuh Memberikan input dalam pola penanganan permukiman kumuh Melakukan perencanaan partisipatif untuk menghasilkan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) WEWENANG: Memberikan masukan dan pendapat terkait dengan komponen pembangunan 28

39 3.2 Identifikasi Lokasi Identifiksasi dilakukan pada kab/kota yang belum memiliki Surat Keputusan (SK) Bupati/Walikota tentang penetapan lokasi permukiman kumuh maupun kabupaten/kota yang telah memiliki penetapan lokasi permukiman kumuh. Pada kabupaten/kota yang telah memiliki SK Bupati/Walikota tentang penetapan lokasi permukiman kumuh, maka identifikasi mencakup juga verifikasi tehadap lokasi yang telah ditetapkan berdasarkan SK. Bupati/Walikota, dengan maksud untuk mengecek kembali (updating tehadap lokasi permukiman kumuh). Tahap verifikasi lokasi merupakan tahapan proses pemutakhiran profil permukiman kumuh agar diperoleh data dan informasi permukiman kumuh yang detail, akurat, dan terukur sebagai dasar perumusan konsep serta strategi peningkatan kualitas permukiman kumuh sesuai dengan kebutuhan lokasi permukiman kumuh Koordinasi dan Sinkronisasi Data Kumuh Merupakan kegiatan diskusi dalam rangka mengkonsolidasikan hasil identifikasi terhadap data profil permukiman kumuh yang telah diperoleh dari hasil survei sekunder maupun primer serta hasil pengolahan data permukiman yang diperoleh dari data baseline maupun data statistik lainnya yang menjadi rujukan data permukiman kumuh. Tujuannya adalah untuk mengkonsolidasikan hasil identifikasi terhadap data profil permukiman kumuh yang telah diperoleh dari hasil survei sekunder maupun primer serta hasil pengolahan data permukiman yang diperoleh dari data baseline maupun data statistik lainnya yang menjadi rujukan data permukiman kumuh. Langkah-langkah dalam tahap ini dengan melakukan: Identifikasi unsur-unsur terkait atau para pemangku kepentingan terkait dalam proses identifikasi permukiman kumuh di Kabupaten/Kota, Berkoordinasi dan melakukan sinkronisasi data permukiman kumuh, baik itu data hasil olahan maupun data hasil survei Survei dan Pengolahan Data Permukiman Kumuh Kegiatan ini merupakan proses identifikasi untuk memahami kondisi permukiman kumuh berikut sebaran lokasi, konstelasinya terhadap ruang kota/perkotaan, mengidentifikasi tipologi permukiman kumuh, serta potensi dan permasalahan yang terkait dengan karakteristik sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan kelembagaan. Identifikasi ini diperlukan: Sebagai dasar menyusun dasar profil permukiman kumuh untuk ditetapkan di dalam SK Bupati/ Walikota. Sebagai dasar verifikasi lokasi dan pemutakhiran profil permukiman kumuh yang telah ditetapkan di dalam SK Bupati/ Walikota. 29

40 Tujuan dari kegiatan survei dan pengolahan data permukiman kumuh adalah untuk mengidentifikasi kondisi permukiman kumuh berikut sebaran lokasi, konstelasinya terhadap ruang skala kota/perkotaan, mengidentifikasi tipologi permukiman kumuh, serta potensi dan permasalahan yang terkait dengan karakteristik sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan kelembagaan. Hasil dari kegiatan survei dan pengolahan data kumuh ini akan menjadi basis informasi awal untuk verifikasi permukiman kumuh yang telah ditetapkan didalam SK Bupati/ Walikota. Dan bagi Kabupaten/Kota yang belum meiliki SK Kumuh, dapat melakukan penyusunan profil kumuh dan penyiapan data-data terkait perumahan dan kawasan permukiman sebagai dasar penyusunan SK Kepala Daerah tentang Penetapan kawasan kumuh. Metode yang diperlukan idealnya adalah dengan melalui : (1) Survei dan observasi; (2) Konsolidasi dan analisis data; (3) Pemetaan isu strategis, potensi, dan permasalahan; (4) Diskusi. Langkah-langkah dalam kegiatan ini antara lain: Mengidentifikasi sebaran permukiman kumuh skala kota/perkotaan (termasuk permukiman kumuh yang berada diluar SK); Mengidentifikasi konstelasi permukiman kumuh terhadap ruang kota/perkotaan; Mengidentifikasi tipologi permukiman kumuh kota/perkotaan untuk mendapatkan pola penanganan yang tepat; Mengidentifikasi isu-isu strategis penanganan permukiman kumuh; Mengidentifikasi potensi dan permasalahan (karakteristik sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan kelembagaan); Mengolah basis data permukiman yang ada di Kabupaten/Kota menjadi profil permukiman kumuh kota/perkotaan. (Salah satu basis data yang bisa dimanfaatkan diantaranya adalah baseline); Output dari kegiatan survei dan pengolahan data permukiman kumuh adalah untuk menghasilkan daftar dan peta sebaran permukiman kumuh skala kota/perkotaan (termasuk permukiman kumuh yang berada diluar SK); matriks isu-isu strategis kawasan perkotaan dan permukiman kumuh perkotaan; Karakteristik permukiman kumuh kota/perkotaan yang didalamnya memuat kesimpulan mengenai kondisi fisik, sosial budaya, ekonomi, kelembagaan, konstelasi terhadap ruang kota/perkotaan; Kesesuaian SK dengan profil kumuh hasil survei dan pengolahan data kumuh. Dalam pengolahan data permukiman kumuh, data baseline dimanfaatkan sebagai basis data permukiman kumuh sebagai dasar verifikasi lokasi. Bagi kabupaten/kota yang belum memiliki data baseline, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap data rujukan permukiman kumuh yang ada di Kabupaten/Kota serta melakukan survei secara menyeluruh di seluruh lokasi permukiman kumuh untuk mendapatkan basis data permukiman kumuh. 30

41 Berikut adalah contoh form isian data profil permukiman kumuh : Tabel 3-7 Contoh Form Isian Data Profil Permukiman Kumuh FORM ISIAN DATA PROFIL PERMUKIMAN KUMUH DARI HASIL SURVEI DAN PENGOLAHAN DATA BASELINE Keperluan 1. Database permukiman kumuh 2. Baseline data kawasan kumuh (T0) 3. Monitoring dan evaluasi outcome penanganan kumuh TANGGAL SURVEI : A. INFORMASI LOKASI DAN TIPOLOGI Propinsi : Luas kawasan : Hektar Kab/Kota : Jumlah penduduk : Jiwa Kecamatan : Jumlah KK : KK Kelurahan : Jumlah bangunan : Unit Kawasan : Koordinat : E RT/RW : S Jumlah Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Panjang Jalan Lingkungan Panjang Saluran Drainase Unit m m Batas-batas kawasan Utara Selatan Timur Barat Nama Lokasi Kumuh Luas Lokasi Kumuh berdasarkan SK Luas Lokasi Kumuh berdasarkan Profil Ha Ha Legalitas Lokasi Ya, tercantum dalam SK Walikota/Bupati No. SK Walikota/Bupati Tidak tercantum dalam SK walikota/bupati Tipologi Lokasi Kumuh Di atas air Di tepi air Di Dataran Rendah Di perbukitan Di daerah rawan bencana B. KARAKTERISTIK Karakteristik kawasan Sekitar pusat kota/kws perkotaan Bantaran sungai Permukiman Nelayan Sekitar kawasan industri Sekitar permukiman baru C. IDENTIFIKASI LEGALITAS LAHAN 31

42 FORM ISIAN DATA PROFIL PERMUKIMAN KUMUH DARI HASIL SURVEI DAN PENGOLAHAN DATA BASELINE Kejelasan Status tanah jelas sebagian/seluruh Kesesuaian dengan Peruntukan RTRW sesuai tidak sesuai Persyaratan adm. bangunan Memiliki IMB Unit Tidak memiliki IMB Unit D. IDENTIFIKASI KONDISI KEKUMUHAN 1 Kondisi bangunan gedung a. Ketidakteraturan bangunan Jumlah bangunan/rumah yang tidak memiliki keteraturan b. Tingkat kepadatan bangunan Luas kawasan dengan kepadatan 250 unit/ha (Untuk Kota Besar dan Metropolitan) Luas kawasan dengan kepadatan 200 unit/ha (Untuk Kota Sedang dan Kota kecil) c. Ketidaksesuaian dengan persyaratan teknis Jumlah bangunan yang tidak memenuhi syarat teknis bangunan (kecukupan luas, keamanan, kenyamanan, kesehatan, kemudahan) 2 Kondisi jalan lingkungan a. Cakupan layanan jalan lingkungan Luas area yang belum terlayani prasarana jalan lingkungan (jalan lingkungan atau gang dngan struktur beton/paving/aspal) b. Kualitas jalan lingkungan Total panjang jalan lingkungan yang sudah terstruktur (aspal/paving block/beton rabat) Panjang jalan dengan permukaan jalan rusak (yang sudah terstruktur aspal/paving block/beton) 3 Kondisi penyediaan air minum a. Akses penduduk terhadap air minum yang aman Jumlah penduduk yang tidak terakses air minum yang berkualitas (bersih, tidak berbau dan tercemar) b. Kecukupan kuantitas air minum Jumlah penduduk yg belum terpenuhi kebutuhan air minum secara kuantitas (60 liter/hari) 4 Kondisi drainase lingkungan a. Genangan dengan >30cm, >2 jam, > 2x per tahun Luas area yang terkena genangan b. Ketidaktersediaan prasarana drainase lingkungan Luas area yang tidak terlayani prasarana drainase lingkungan Panjang saluran drainase yang tidak tersedia c. Ketidakterhubungan dengan sistem drainase kota Luas area dengan sistem drainase tidak terhubung ke sistem kota Panjang saluran drainase yang tidak terhubung dengan sistem drainase kota d. Tidak terpeliharanya sistem drainase Luas area yang sistem drainasenya tidak terpelihara baik melalui pemeliharaan rutin maupun berkala panjang saluran drainase yang tidak dipelihara e. Kualitas konstruksi sistem drainase Luas area yang konstruksi prasarana drainasenya buruk, baik karena belum di-struktur atau karena mengalami kerusakan berat struktur panjang saluran drainase dengan kualitas konstruksi buruk 5 Kondisi pemeliharaan air limbah a. Sistem pengolahan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku luas area b. Prasarana dan sarana pengolaha air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis Luas area yang sistem air limbah tidak sesuai persyaratan teknis 6 Kondisi pengolahan persampahan a. Sarana dan prasarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis Luas area yg tdk memiliki sarpras persampahan sesuai syarat teknis dengan pendekatan 3R (Reuse, Reduce, Recyclcle ) (Bin sampah dg pemilahan, gerobak sampah, TPS 3R, TPST) b. Sistem pengolahan sampah tidak sesuai persyaratan teknis Luas area dengan sistem pengolahan sampah yang tidak standar (pewadahan, pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan) c. Tidak-terpeliharanya sarana dan prasarana persampahan Luas area yang sarana dan prasarana pengolahan sampahnya tidak terpelihara baik melalui pemeliharaan rutin maupun berkala 7 Kondisi proteksi kebakaran a. Tidak tersedia sistem pengamanan secara aktif dan pasif Unit Unit Unit Unit Ha meter meter jiwa jiwa Ha Ha m Ha m Ha m Ha m Ha Ha Ha Ha Ha 32

43 FORM ISIAN DATA PROFIL PERMUKIMAN KUMUH DARI HASIL SURVEI DAN PENGOLAHAN DATA BASELINE Luas area yang tidak memiliki sistem pengamanan secara aktif dan pasif b. tidak tersedia pasokan air untuk pemadaman yang memenuhi persyaratan teknis Luas area yang tidak memiliki pasokan air c. Kondisi lebar jalan tidak memadai untuk dilalui sarana pemadam kebakaran panjang jalan Ha Ha m E. PERTIMBANGAN LAINNYA 1 Nilai strategis lokal ya, fungsi strategis kabupaten/kota bukan fungsi strategis kabupaten/kota 2 Kependudukan Rendah < 150 jt jiwa sedang, jt jiwa tinggi, jt jiwa sangat padat,. 400 jt jiwa 3 Tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pembangunan tinggi sedang rendah 4 Lokasi memiliki potensi sosial ekonomi dan budaya untuk dikembangkan/dipelihara ya tidak H. DATA PENDUKUNG 1 Peta orientasi lokasi 2 Peta delineasi kawasan 3 SHP koordinat data kawasan 4 Foto situasi kawasan 5 Foto nol pembangunan infastruktur (sumber: panduan RP2KPKP-2016) Tabel 3-8 Contoh Data Profil Permukiman Yang Menampilkan Data Numerik Dan Persentase No A KRITERIA / INDIKATOR FISIK Keteraturan Bangunan Hunian Kepadatan Bangunan Hunian Kelayakan Bangunan Hunian Aksesibilitas Lingkungan Drainase Lingkungan PARAMETER NILAI SATUAN Jumlah Keteraturan Bangunan Hunian 304 unit rumah tangga Persentase Keteraturan Bangunan Hunian 10% persentase Luas permukiman.ha 90,80 Ha Jumlah total bangunan unit Unit Tingkat kepadatan bangunan..unit/ha 33 Unit/Ha Jumlah Bangunan hunian memiliki luas lantai 7,2 m2 per orang 2539 unit rumah tangga Persentase Bangunan hunian memiliki luas lantai 7,2 m2 per orang 84% persentase Jumlah Bangunan hunian memiliki kondisi Atap, Lantai, Dinding sesuai persyaratan teknis unit rumah tangga Persentase Bangunan hunian memiliki kondisi Atap, Lantai, Dinding sesuai persyaratan teknis 79% persentase Panjang Total Jaringan Jalan Lingkungan yg ada meter Panjang jalan lingkungan dgn lebar > 1,5 meter meter Panjang jalan lingkungan dgn lebar > 1.5 meter yang permukaannya diperkeras meter Jangkauan Jaringan Jalan Lingkungan yang layak 45% persentase Panjang jalan lingkungan dgn lebar 1,5 meter yang permukaannya diperkeras dan tidak rusak meter Panjang jalan lingkungan dgn lebar 1,5 meter yang dilengkapi sal. samping jalan meter Jalan Sesuai Persyaratan Teknis 37% persentase Luas Area permukiman tidak terjadi genangan air/banjir 84,67 ha Persentase Kawasan permukiman tidak terjadi genangan air/banjir 93% persentase 33

44 No B KRITERIA / INDIKATOR Pelayanan Air Minum Pengelolaan Air Limbah Pengelolaan Persampahan Pengamanan Bahaya Kebakaran NON FISIK Legalitas pendirian bangunan Kepadatan penduduk Mata pencarian penduduk Penggunaan Daya Listrik Fasilitas Pelayanan Kesehatan Fasilitas Pelayanan Pendidikan PARAMETER NILAI SATUAN Panjang Total Drainase meter Panjang Kondisi jaringan drainase pada lokasi permukiman memiliki kualitas tidak rusak/berfungsi baik meter Persentase Kondisi jaringan drainase pada lokasi permukiman memiliki kualitas minimum memadai 50% persentase Jumlah Masyarakat terlayani Sarana Air Minum untuk minum, mandi, dan cuci (perpipaan atau non perpipaan terlindungi yang layak) 457 unit rumah tangga Persentase Masyarakat terlayani Sarana Air Minum untuk minum, mandi, dan cuci (perpipaan atau non perpipaan terlindungi yang layak) 16% persentase Jumlah Masyarakat terpenuhi kebutuhan air minum, mandi, cuci (minimal 60liter/org/hari) unit rumah tangga Persentase Masyarakat terpenuhi kebutuhan air minum, mandi, cuci (minimal 60liter/org/hari) 86% persentase Jumlah Masyarakat memiliki akses jamban keluarga / jamban bersama (5 KK/jamban) unit rumah tangga Persentase Masyarakat memiliki akses jamban keluarga / jamban bersama persentase 93% (5 KK/jamban) Jumlah Jamban keluarga/jamban bersama sesuai persyaratan teknis (memiliki kloset leher angsa yang terhubung dengan septic-tank) unit rumah tangga Persentase Jamban keluarga/jamban bersama sesuai persyaratan teknis (memiliki kloset leher angsa yang terhubung dengan septic-tank) 89% persentase Saluran pembuangan air limbah rumah tangga terpisah dengan saluran drainase lingkungan 45% persentase Jumlah Sampah domestik rumah tangga di kawasan permukiman terangkut ke TPS/TPA min. dua kali seminggu unit rumah tangga Persentase Sampah domestik rumah tangga di kawasan permukiman terangkut ke TPS/TPA min. dua kali seminggu 49% persentase Persentase Kawasan permukiman memiliki prasarana/sarana proteksi kebakaran 0% persentase Jumlah Bangunan hunian memiliki IMB unit rumah tangga Persentase Bangunan hunian memiliki IMB 66% persentase Jumlah Lahan bangunan hunian memiliki SHM/ HGB/ Surat yang diakui pemerintah unit rumah tangga Persentase Lahan bangunan hunian memiliki SHM/ HGB/ Surat yang diakui pemerintah 75% persentase Kepadatan penduduk..jiwa/ha (=jumlah penduduk dibagi luas wilayah RT) 78 jiwa/ha Jumlah penduduk jiwa Luas wilayah RT 153,81 Ha Pertanian,perkebunan, kehutanan, peternakan 2 Perikanan/nelayan 0 Pertambangan/galian 0 Industri/pabrik 395 rumah tangga Konstruksi/bangunan 70 Perdagangan/jasa (guru, tenaga kesehatan, hotel, dll) Pegawai pemerintah 235 <450 Watt Watt Watt 211 rumah tangga 2200 Watt 26 Menumpang/tidak punya meteran sendiri/dll 26 Rumah Sakit 63 Praktik dokter/poliklinik 349 Puskesmas/Pustu Dukun/Pengobatan tradisional 0 rumah tangga Bidan/mantri 0 Tidak pernah 0 Dalam kelurahan/kecamatan yang sama Luar kecamatan 0 Di kota lain 0 rumah tangga Tidak sekolah 18 Tidak ada anggota rumah tangga usia wajib belajar 89 34

45 Rekapitulasi hasil survei dan pengolahan data adalah berupa tabel seperti pada contoh berikut: Nama Kawasan.. 48 Luas (Ha) Tabel 3-9 Rekapitulasi Data Hasil Survei Informasi Lokasi Kondisi Aspek Parameter Data Koordinat RT/RW Kelur Kec Jum Sat Prosen RW / RT/Dus un/kamp... ung/kete rangan detail lainnya Bangunan Gedung Jalan Lingkungan Penyediaan air minum Drainase Lingkungan Bangunan/rumah yang tidak memiliki 2723 keteraturan Unit 90% Bangunan memiliki kepadatan tidak sesuai ketentuan (Luas kawasan dengan kepadatan 250 unit/ha untuk kota besar dan 200 unit/ha untuk kota sedang/kecil) 16 Ha 16% Bangunan yang tidak memenuhi syarat teknis bangunan (kecukupan 628 luas, keamanan, kenyamanan, Unit 21% kesehatan, kemudahan) Luas area yang belum terlayani prasarana jalan lingkungan (jalan 55,9 meter lingkungan atau gang dngan struktur 55% beton/paving/aspal) Panjang jalan dengan permukaan jalan rusak (yang sudah terstruktur aspal/paving block/beton) 63,88 meter 63% Penduduk yang tidak terakses air minum yang berkualitas (bersih, tidak Jiwa 84% berbau dan tercemar) Penduduk yg belum terpenuhi kebutuhan air minum secara 1658 Jiwa 14% kuantitas (60 liter/hari) Luas area yang terkena genangan (Genangan dengan >30cm, >2 jam, 6,87 meter 7% > 2x per tahun) Luas area yang tidak terlayani/tidak 22,3 tersedia saluran/drainase lingkungan Ha 57% Panjang saluran drainase yang tidak 57,74 meter tersedia 57% Panjang saluran drainase yang tidak terhubung dengan sistem drainase 86,44 meter 85% kota Panjang saluran drainase yang tidak dipelihara (drainase lingkungan kotor 79,32 meter 78% dan berbau) Panjang saluran drainase dengan 66,1 meter kualitas konstruksi buruk 65% Luas area yang sistem pengolahan air limbahnya tidak sesuai dengan 7,38 Ha 7% Pengelolaan standar teknis yang berlaku Air Limbah Luas area yang prasarana dan sarana pengolahan air limbahnya 11,09 Ha 11% tidak memenuhi persyaratan teknis Luas area yg tdk memiliki sarpras persampahan sesuai syarat teknis 52,35 dengan pendekatan 3R (Reuse, Ha 51% Reduce, Recyclcle ) Pengelolaan Persampah an Proteksi Kebakaran Luas area dengan sistem pengolahan sampah yang tidak standar 52,35 (pewadahan, pengumpulan, Ha 51% pengangkutan dan pengolahan) Luas area yang sarana dan prasarana pengolahan sampahnya 81,35 tidak terpelihara baik melalui Ha 80% pemeliharaan rutin maupun berkala Luas area yang tidak memiliki sistem 101,6 pengamanan secara aktif dan pasif 9 Luas area yang tidak memiliki 101,6 pasokan air untuk kebutuhan proteksi 9 kebakaran Ha 100% Ha 100% 35

46 3.2.3 Verifikasi Lokasi Merupakan bagian dari proses pemutakhiran profil permukiman kumuh berdasarkan SK Bupati/Walikota tentang penetapan lokasi permukiman kumuh untuk memperoleh data dan informasi permukiman kumuh terkini secara detail, akurat, dan terukur sebagai dasar perumusan konsep dan strategi peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan yang sesuai dengan kebutuhan penanganan. Tujuannya adalah untuk memperoleh data dan informasi permukiman kumuh terkini secara detail, akurat, dan terukur sebagai dasar perumusan konsep dan strategi peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan sesuai dengan kebutuhan penanganan, yang dilakukan dengan metode survei / observasi lapangan. Output kegiatan ini anatara lain: Daftar permukiman kumuh yang telah terverifikasi, mencakup : - Lokasi - Deliniasi - Luasan - Layanan Hunian dan Infrastruktur (by name by address) Pemutakhiran profil permukiman kumuh yang mencakup data fisik yang terkait dengan 7 aspek/kriteria kekumuhan dan data non fisik lingkungan permukiman Peta sebaran permukiman kumuh hasil verifikasi pada skala 1 : Peta deliniasi permukiman kumuh hasil verifikasi pada skala 1 : dalam bentuk peta citra dan peta garis Dokumentasi visual (foto, video drone) untuk seluruh permukiman kumuh perkotaan Berita acara verifikasi lokasi Adapun kelengkapan peta yang dibutuhkan dalan penyusunan peta profil dapat dlilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3-10 Kelengkapan Peta Untuk Penyusunan Profil Kumuh NO NAMA KEBUTUHAN PETA SKALA 1 Peta orientasi wilayah administratif kota atau perkotaan pada 1 : wilayah Kabupaten 2 Peta rencana tata guna lahan kota/perkotaan 1 : Peta arah pengembangan wilayah kota/perkotaan 1 : Peta infrastruktur eksisting pada wilayah kota/perkotaan 1 : Peta sebaran lokasi permukiman kumuh kota/perkotaan 1 : Peta deliniasi permukiman kumuh kota/perkotaan 1 : Peta status legalitas lahan pada kawasan perkotaan 1 : Sumber: Panduan Penyusunan RP2KPKP,

47 Secara skematis, kedudukan verifikasi permukiman kumuh, bisa dilihat pada gambar berikut. Gambar 3-5 Contoh Profil Permukiman Kumuh Hasil Verifikasi Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator dan Parameter Kekumuhan Merupakan tahapan untuk menilai lokasi permukiman kumuh berdasarkan kriteria, indikator dan parameter kekumuhan yang telah ditetapkan di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh. Untuk mendapatkan klasifikasi tingkat kekumuhan dan daftar urutan (rangking) permukiman kumuh berdasarkan hasil penilaian terhadap kompleksitas permasalahan sebagai landasan penetapan strategi dan pola penanganan. Proses ini dilakukan dengan metode: Observasi lapangan, analisis kondisi kawasan, analisis peta spasial, pemetaan masalah, diskusi melalui Focus Group Discussion (FGD). Langkah-langkah : Menentukan daftar urutan (rangking) permukiman kumuh berdasarkan kompleksitas permasalahan 37

48 Skoring permukiman kumuh sesuai dengan kriteria dan indikator yang telah ditetapkan didalam Permen PUPR No.2/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Perumahan dan Kawasan Permukiman. Melakukan diskusi FGD untuk menyepakati kolaborasi pola penanganan dan kontribusi program penanganan permukiman kumuh (RP2KPKP/P2KKP/NUSP ataupun penanganan yang dapat ditindaklanjuti melalui program-program regular di tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka peningkatan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Pemetaan sebaran lokasi permukiman kumuh dan kategorinya. Outputnya adalah : Daftar kawasan permukiman kumuh. Peta kawasan permukiman kumuh Profil detail permukiman kumuh Daftar urutan lokasi prioritas penanganan Tahap ini akan menjadi saringan awal penilaian lokasi permukiman kumuh berdasarkan kompleksitas permasalahan yang ada di lokasi permukiman kumuh yang telah teridentifikasi pada tahap sebelumnya. Penilaian lokasi dilakukan untuk menilai hasil identifikasi lokasi terhadap aspek: 1. Kondisi Kekumuhan Penilaian lokasi berdasarkan aspek permasalahan kekumuhan terdiri atas klasifikasi: a. Kumuh kategori ringan; b. Kumuh kategori sedang; dan c. Kumuh kategori berat. 2. Legalitas Lahan Penilaian lokasi berdasarkan aspek legalitas lahan terdiri atas klasifikasi: a. Status lahan legal; dan b. Status lahan tidak legal. 3. Pertimbangan Lain Penilaian berdasarkan aspek pertimbangan lain terdiri atas: a. Pertimbangan lain kategori rendah; b. Pertimbangan lain kategori sedang; dan c. Pertimbangan lain kategori tinggi 38

49 Tabel 3-11 Contoh Tabel Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator Dan Parameter Kekumuhan 39

50 Tabel 3-12 Contoh Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator Dan Parameter Kekumuhan 40

51 3.3 Perumusan Konsep dan Strategi Perumusan konsep dan strategi dilaksanakan melalui rangkaian kegiatan koordinasi berupa diskusi serta penyepakatan terhadap proses rencana peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan antar stakeholder terkait (pemda dan masarakat) Perumusan Konsep serta Strategi Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Merupakan proses identifikasi terhadap konsep serta strategi peningkatan kualitas permukiman kumuh untuk skala kota/perkotaan dan skala kawasan pada seluruh lokasi permukiman kumuh yang telah diverifikasi. Tujunannya adalah untuk memperoleh rumusan konsep serta strategi peningkatan kualitas permukiman kumuh berdasarkan kebutuhan yang telah teridentifikasi pada tahapan sebelumnya, baik itu skala perkotaan maupun skala kawasan pada lokasi permukiman kumuh yang telah diverifikasi. Output berupa: Matriks rumusan konsep dan strategi peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kota/perkotaan dan skala kawasan; Peta konsep dan strategi peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kota/perkotaan dan skala kawasan. Strategi skala kota/perkotaan diperlukan dalam hal menangani kondisi-kondisi permukiman yang tidak sesuai dengan peruntukan rencana tata ruang. Rumusan strategi diarahkan untuk mengembalikan fungsi ruang sesuai dengan peruntukannya. Strategi skala kota/perkotaan dalam konteks kualitas permukiman diwujudkan melalui penegakan terhadap kesesuaian perizinan, kesesuaian tata ruang, SPM, aturan dan standar teknis lainnya yang terkait dengan bidang Cipta Karya. Strategi skala kota/perkotaan dalam konteks peningkatan kualitas permukiman diwujudkan melalui pemindahan masyarakat dari lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali/ tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/ atau rawan bencana (relokasi/resettlement). Tabel 3-13 Contoh Perumusan Strategi Skala Kota No Kondisi Faktual dan Isu Strategis Kota/Perkotaan 1 Berkembangnya permukiman di lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya 2 Alih fungsi lahan (konversi) menjadi fungsi permukiman akibat demand yang cukup tinggi cenderung berkembang pada wilayah limitasi 3 Munculnya kantong-kantong kumuh akibat perkembangan yang tidak terkendali Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh Hasil Overview Pengendalian pembangunan permukiman pada kawasan yang tidak sesuai peruntukannya Membatasi perkembangan permukiman di wilayah limitasi Penataan kawasan permukiman perkotaan Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Pemukiman kembali Pemukiman kembali Pengembalian fungsi kawasan sesuai dengan peruntukannya Peningkatan infrastruktur dasar permukiman Peremajaan Pemugaran Strategi Penanganan Menyiapkan lahan bagi masyarakat yang terkena dampak penataan kawasan Mengembalikan fungsi kawasan sesuai dengan peruntukannya Meningkatkan layanan infrastruktur dasarpermukiman sesuai dengan SPM 41

52 Tabel 3-14 Contoh Perumusan Strategi Skala Kawasan Kawasan Kumuh Kawasan.. Kawasan. Dst. Aspek Bangunan Gedung Jalan Lingkungan Air Minum Drainase Lingkungan Air Limbah Persampahan Sistem proteksi kebakaran Permasalahan 85% bangunan permukiman tidak teratur, struktur permukiman tidak jelas, dan permukiman didominasi oleh bangunan yang berada di atas sempadan pantai 80% Bangunan Tidak Memenuhi Persyaratan Teknis, berada pada kawasan rawan gelombang pasang, dan pemanfaatan ruang permukiman mulai mengintervensi kawasan mangrove Konsep Penanganan Pemukiman Kembali Peremajaan melalui redevelopment kawasan Strategi Melakukan relokasi secara bertahap dan terbatas pada unit lingkungan permukiman yang dikategorikan kumuh berat dan cenderung merusak keseimbangan ekosistem pantai Rehabilitasi bangunan gedung agar fungsi dan massa bangunan kembali seusai kondisi saat awal dibangun Pembagian Peran Dalam Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Merupakan bagian dari proses perumusan untuk memberikan kejelasan distribusi peran dan peluang program penanganan permukiman kumuh perkotaan sesuai dengan cakupan skala penanganan permukiman kumuh, dengan tujuan untuk mendapatkan kejelasan distribusi peran dan peluang program penanganan permukiman kumuh perkotaan sesuai dengan cakupan skala penanganan permukiman kumuh. Distribusi peran penanganan dapat dikategorikan berdasarkan penanganan kawasan permukiman kumuh berat/masiv, kumuh sedang, dan kumuh ringan. Penanganan kumuh berat dilakukan melalui pendekatan keterpaduan program dan pendanaan dengan melibatkan pemerintah pusat, provinsi, kab/kota, dan pelaku lainnya. Sedangkan penanganan kumuh sedang dan ringan (berbasis kawasan/kelurahan) dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota atau memanfaatkan peluang dan skema program yang telah ada (P2KKP, NUSP-SIAP, SISHA, dan lainnya sehingga didapat : Daftar lokasi permukiman kumuh yang akan ditangani melalui kontribusi program skala kawasan Daftar lokasi permukiman kumuh yang akan ditangani melalui kontribusi program skala kelurahan/lingkungan 42

53 3.3.3 Perumusan Kebutuhan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Merupakan proses identifikasi untuk memperkirakan kebutuhan penanganan dalam konteks pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh baik itu pada skala kota/perkotaan maupun skala kawasan berdasarkan rumusan isu, potensi, permasalahan, dan hasil pemutakhiran profil permukiman kumuh. Tujuanya untuk memperoleh daftar kebutuhan penanganan dalam konteks pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh baik itu pada skala kota/perkotaan maupun skala kawasan berdasarkan rumusan isu, potensi, permasalahan, dan hasil pemutakhiran profil permukiman kumuh pada tahapan sebelumnya. Kebutuhan penanganan pada skala kota/perkotaan dirumuskan berdasarkan kondisi faktual dan isu strategis serta kebijakan penanganan permukiman kumuh hasil overview yang telah teridentifikasi pada tahap sebelumnya. Kebutuhan penanganan pada skala kawasan dirumuskan berdasarkan profil dan permasalahan permukiman kumuh yang telah dimutakhirkan dan diverifikasi sesuai dengan 7 (tujuh) indikator kekumuhan. No Kondisi Faktual dan Isu Strategis Kota/Perkotaan 1 Berkembangnya permukiman di lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya 2 Alih fungsi lahan (konversi) menjadi fungsi permukiman akibat demand yang cukup tinggi cenderung berkembang pada wilayah limitasi 3 Munculnya kantongkantong kumuh akibat perkembangan yang tidak terkendali Tabel 3-15 Contoh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kota/Perkotaan Lokasi Kawasan Permukiman di bantaran sungai Cimanuk Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh Hasil Overview Pengendalian pembangunan permukiman pada kawasan yang tidak sesuai peruntukannya Membatasi perkembangan permukiman di wilayah limitasi Penataan kawasan permukiman perkotaan Kebutuhan Penanganan Pencegahan Penegakan aturan perijinan Pengaturan Pemanfaatan Lahan dan Pengendalian Ruang di Kawasan Lindung Pembinaan masyarakat dalam pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan permukiman 4... Penyusunan norma, standar, pedoman, dan kriteria (NSPK) Rumah Sederhana Sehat Peningkatan Pemukiman kembali Pengembalian fungsi kawasan sesuai dengan peruntukannya Fasilitasi pembangunan infrastruktur dasar pemukiman berbasis masyarakat.. 43

54 Tabel 3-16 Contoh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan KAWASAN KUMUH Kawasan Kumuh A ASPEK YANG DIAMATI Bangunan Gedung Jalan Lingkungan Air Minum Drainase Lingkungan Pengelolaan Air Limbah Pengelolaan Persampahan Sistem Proteksi Kebakaran PERMASALAHAN Sebanyak unit bangunan hunian tidak memiliki keteraturan dan lingkungan permukiman didominasi oleh bangunan yang berada di atas sempadan pantai 16 Ha bangunan di dalam kawasan memiliki kepadatan tidak sesuai ketentuan Sebanyak 628 Unit bangunan berada pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan sepanjang 55,90 meter area memiliki kualitas permukaan jalan yang buruk sepanjang 63,88 meter KEBUTUHAN PENANGANAN PENCEGAHAN Sosialisasi dan edukasi mengenai aturan dan ketentuan teknis kawasan sempadan pantai Meningkatkan peran serta antara pemerintah dengan pihak lain dalam pengawasan dan pengendalian pembangunan permukiman Sosialisasi dan edukasi aturan bangunan dan lingkungan Sosialisasi, edukasi, dan promosi rumah dan lingkungan sehat PENINGKATAN Perubahan fungsi dan massa bangunan Pemukiman kembali bangunan yang berada di atas sempadan pantai Pengendalian dan pembatasan perkembangan permukiman Rehabilitasi bangunan gedung sesuai dengan standar lingkungan rumah sehat - Pembangunan jalan baru - Peningkatan kualitas jaringan jalan Kawasan Kumuh B Dst. 3.4 Perumusan Rencana Penanganan Perumusan Skenario Penanganan dan Konsep Desain Kawasan Tahap perumusan rencana penanganan ini merupakan kegiatan untuk merumuskan skenario dan konsep desain kawasan permukiman kumuh, merumuskan rencana aksi penanganan, memorandum keterpaduan program skala kota dan kawasan berdasarkan pada hasil perumusan kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh. Kegiatan ini untuk menurunkan rumusan konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh ke dalam skenario pencapaian 0% kumuh 44

55 dalam langkah-langkah strategis hingga tahun Konsep Desain kawasan permukiman yang didasarkan pada perumusan kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh. Adapun tujuan dari proses ini adalah : Merumuskan skenario pentahapan pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh yang aplikatif, riil dan terukur sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah dalam skala kota dan kawasan untuk mencapai target 0% kumuh; Menyusun konsep tematik pengembangan kawasan dan strategi penanganan kawasan kumuh; dan Menyusun konsep desain kawasan pada seluruh lokasi permukiman kumuh. Output dari kegiatan ini menghasilkan : Skema dan tabel skenario pentahapan penanganan permukiman kumuh dalam pencapaian target 0% kumuh; Peta konsep tematik pengembangan kawasan; dan Peta konsep desain kawasan yang berisi rencana desain 7 (tujuh) indikator kekumuhan. Plotting komponen infrastruktur kedalam peta tematik 2 D dan 3 D Pengertian konsep desain kawasan dalam konteks ini adalah persepektif suasana didukung skenario tematis pembangunan dan pengembangan infrastruktur permukiman sesuai dengan kebutuhan penanganan kawasan Perumusan Rencana Aksi dan Memorandum Keterpaduan Program Skala Kota dan Kawasan Penyusunan rencana aksi program penanganan permukiman kumuh ini dilakukan dengan model pembangunan berbasis kawasan dan lingkungan melalui pendekatan perencanaan partisipatif pada kawasan prioritas. Rencana aksi program disusun sesuai dengan indikator kekumuhan berdasarkan strategi penanganan kumuh dan target yang ingin dicapai dari penanganan kawasan kumuh prioritas akan dibahas oleh pemangku kepentingan yang ada di daerah dan disepakati dalam suatu memorandum keterpaduan program baik skala kota dan kawasan. Tujuan: Merumuskan rencana aksi program penanganan yang aplikatif, riil dan terukur sesuai dengan kebutuhan kawasan kumuh prioritas yang telah disepakati di dalam suatu memorandum keterpaduan program meliputi jenis/komponen, volume, lokasi, dan pelaku Menyusun rencana investasi dan strategi pembiayaan penanganan kawasan kumuh Langkah - langkahnya adalah : Mengidentifikasi dan memetakan pemangku kepentingan masyarakat untuk turut terlibat dalam proses perencanaan; Melakukan sinkronisasi terhadap program-program penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan yang terdapat di berbagai dokumen kebijakan; 45

56 Merumuskan kebutuhan program-program penanganan kawasan permukiman kumuh sesuai dengan strategi dan indikator kekumuhan; Mensinkronisasikan rencana kerja masyarakat kedalam memorandum program Merinci program-program yang telah disusun kedalam skema pentahapan yang dirinci ke dalam program lima tahunan; Mengidentifikasi volume dan satuan dari setiap program; Mengidentifikasi perkiraan besarnya pembiayaan; Mengidentifikasi penanggung jawab dari setiap program; Mengidentifikasi alternatif sumber investasi dan pembiayaan; dan Menyepakati program-program penanganan baik skala kota dan skala kawasan prioritas Output dari kegiatan ini berupa Rencana investasi dan pembiayaan penanganan kawasan permukiman kumuh prioritas; dan Matriks rencana aksi program penanganan dan memorandum program skala kota dan skala kawasan. 46

57 Tabel 3-17 Contoh Tabel Rencana Aksi Program Penanganan Permukiman Kumuh Provinsi : Kabupaten/Kota : Sumber : Dokumen RKP-KP Kab/Kota LUAS HARGA SATUAN TAHUN PENANGANAN SUMBER FOTO LOKASI RENCANA NO NAMA KAWASAN ASPEK KEKUMUHAN / JENIS KEGIATAN SATUAN VOLUME TOTAL BIAYA (Rp) (Ha) (Rp) PENDANAAN* KEGIATAN LELANG PRIORITAS 1 74,058,501,207 1,982,125,000 40,202,151,840 28,635,729,960 1,127,144,000 2,500,000, ,375,000 Kawasan Gayam Bangunan Gedung 55,738,464,000 1,030,000,000 33,883,375,000 20,825,089, RT 6, 7, 8, 9, 10, 11, - Sosialisasi Program LS 1-12, 13 - Pengadaan Lahan m2 87, ,000 32,853,375,000 32,853,375,000 RW - Pembangunan Rumah Swadaya Unit ,189,000 20,825,089,000 20,825,089,000 Kelurahan Gayam - Pembangunan Rusunawa Unit - Kecamatan Tanjung Redeb - Bantuan Stimulan Bahan Bangunan Unit ,000,000 2,060,000,000 1,030,000,000 1,030,000, Titik ' " Koordinat E Jalan Lingkungan 4,650,161, ,375,000 3,064,724,940 1,112,061, ,375, ' " N - Sosialisasi Program LS Pengadaan Lahan m2 - - Peningkatan kapasitas jalan lingkungan m 574 2,767,700 1,588,659, ,597,940 1,112,061, Peningkatan struktur jalan lingkungan m 1,438 2,129,000 3,061,502, ,375,000 2,588,127, ,375, Air Minum 281,250, ,250, Sosialisasi Program LS Pengadaan Lahan m2 - - Sambungan Rumah unit 225 1,250, ,250, ,250,000 - Pembangunan IPA unit - - Pembangunan Reservoir unit - - Pembangunan Hydran Umum unit - - Penyediaan Terminal Air (mobil tangki/tangki air) unit Drainase Lingkungan 12,082,131,000-2,917,801,900 6,664,329,100-2,500,000, Sosialisasi Program LS Pembangunan Pintu Air m2 1 2,500,000,000 2,500,000,000 2,500,000,000 - Perbaikan Saluran Drainase m 3,079 3,042,000 9,366,318,000-2,809,895,400 6,556,422, Pembangunan Baru Saluran Drainase m - - Pembangunan Gorong-gorong m - - Pembangunan Turap m - - Bantuan Stimulan Tandon Air (detensi air hujan) unit 169 1,277, ,813, ,906, ,906, Air Limbah 721,000, ,500, ,500, ,000, Sosialisasi Program LS - - Pembangunan Pintu Air m2 - - Pembangunan IPAL Komunal unit - - Perbaikan IPAL Komunal unit - - Pembangunan MCK Komunal unit - - Perbaikan MCK Komunal unit - - Penyediaan Truk tinja atau motor tinja unit 1 326,000, ,000, ,000, Bantuan Stimulan Jambanisasi (On-Site/Bio Filter); Penanganan BABS unit 158 2,500, ,000, ,500, ,500, Persampahan 457,000, ,750,000 26,750, ,500, Sosialisasi Program LS Pengadaan Lahan m2 - - Penyediaan Bak/Kontainer Sampah unit , ,000,000-26,750,000 26,750,000 53,500, Penyediaan Gerobak/Motor Sampah/Mobil Bak Sampah/Perahu Sampah unit 1 100,000, ,000, ,000, Pembangunan TPST unit 1 250,000, ,000, ,000, Pembangunan TPS 3R unit Pengamanan Kebakaran 19,500,000-12,000,000 7,500, Sosialisasi Program LS Pengadaan Lahan m2 - - Rehabilitasi Hidran Pemadam Kebakaran unit 3 2,500,000 7,500, ,500, Bantuan Stimulan Pompa Portabel Pemadam Kebakaran unit 1 12,000,000 12,000,000-12,000, Ruang Terbuka 108,994, ,644, Sosialisasi Program LS - - Pengadaan Lahan m2 - - Pembangunan Penerangan Jalan Umum Lingkungan (PJU) unit - - Penyediaan RTH m2 15,571 7, ,994, ,644,

58 Tabel 3-18 Contoh Tabel Memorandum Program No. PROGRAM KEGIATAN Lokasi PENCEGAHAN 1 Pengawasan pemanfaatan ruang Sosialisasi teknis ketentuan kawasan sempadan kawasan D 1 Ls 100 Sosialisasi teknis ketentuan kawasan hutan lindung kawasan G 2 dst PENINGKATAN KUALITAS I BANGUNAN HUNIAN 1 Rehabilitasi bangunan hunian sesuai dengan fungsi Perbaikan rumah tidak layak huni kawasan A 73 unit ,000 II JALAN LINGKUNGAN INDIKASI KEBUTUHANBIAYA (x juta) SUMBER PENDANAAN PEMBIAYAAN (x juta) Volume Satuan TAHUNANGGARAN Tahun APBN PENANGGUNGJAWAB DAK APBD PROV APBD Kota BUMD KPS/SWASTA MASYARAKAT LAINNYA Rupiah PHLN 1 Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh Rehabilitasi/peningkatan jalan lingkungan kawasan B 800 meter III DRAINASE LINGKUNGAN.dst Pembangunan jalan lingkungan kawasan C 600 meter Direktorat Penyediaan Perumahan Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Dinas PU Kota IV PENYEDIAAN AIR MINUM dst V PENGELOLAAN AIR LIMBAH dst VI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN VII PROTEKSI KEBAKARAN 48

59 3.5 Penyusunan Desain Teknis Kegiatan penyusunan desain teknis terdiri dari penyusunan dan Penetapan Daftar Rencana Komponen Infrastruktur Permukiman serta Penyusunan Detailed Engineering Design (DED). Sedangkan acuan dan standar yang dapat digunakan sebagai dasar penyusunan antara lain : 1. Bidang Jalan UU No.38/2004 tentang Jalan; UU No.22/2009 tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan; PP No.34/2006 tentang Jalan; Permen PU No.19/2011 tentang Persyaratan Teknis dan Kriteria Teknis Perencanaan Jalan; Permenegpera No. 32/PERMEN/M/2006 ttg Petunjuk Teknis KASIBA dan LISIBA yang Berdiri Sendiri; SNI Persyaratan Umum Sistem Jaringan Dan Geometrik Jalan Perumahan; SNI Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan; RSNI T tentang Geometri Jalan Perkotaan Pedoman Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan; Pd. T B Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan Pd T B Penempatan marka jalan; Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan; Kepmenhub No.KM 13/2014 tentang Rambu lalulintas; Kepmenhub No.KM 60/1993 tentang marka jalan; Kepmenhub No.KM 65/1993 tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan; Kepmenhub No.KM 3/1994 tentang Alat pengendali dan pengaman pemakai jalan; Kepmenhub No.KM 14/2006 tentang Manajemen dan rekayasa lalulintas di jalan; Permenegpera No.17/Permen/M/2006 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pengembangan Perumahan Kawasan Perbatasan. 2. Bidang SPAM UU No. 5/ tentang Perusahaan Daerah; UU No. 25/ tentang Pelayanan Publik; UU No. 23/1992 tentang Kesehatan; UU No. 23/1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup; UU No. 11/1974 tentang pengairan; UU No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah; UU No.5/1962 tentang perusahaan umum daerah; PP No. 5/2005 tentang pedoman penyusunan dan pelaksanaan standar pelayanan minimum; PP No. 82/2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air; PP No. 38/2007 tentang pembagian kewenangan antara pusat, provinsi, kota/kabupaten; 49

60 PP No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air; PP No 122 Tahun 2015 tentang SPAM; PP No. 82/2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air; PP No. 6/ tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; PP No. 41/200 - tentang organisasi perangkat daerah; PP No. 23/ tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; Perpres No 185 tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi; Kepmenkes No. 907/2002 tentang syarat dan pengawasan air minum; PermenPU No. 14/2010 tentang SPM prasarana PU dan Tata Ruang; SNI 7509: tata cara perencanaan teknik jaringan distribusi dan unit pelayanan sistem penyediaan air minum; SNI 6774: tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air; SNI 4829: Sistem perpipaan plastik - Pipa polietilena (PE) dan fiting untuk sistem penyediaan air minum; SNI ISO 15874: Sistem perpipaan plastik untuk instalasi air panas dan dingin - Polipropilena (PP); SNI Metode pengujian kinerja unit paket instalasi penjernihan air kapasitas di bawah 5 liter per detik; SNI Sambungan pipa PVC untuk saluran air minum; SNI Pipa baja saluran air; SNI Kapur untuk pengolahan air; SNI Sumur gali untuk sumber air bersih, spesifikasi SNI Spesifikasi desinfeksi perpipaan air bersih; SNI Tata cara pengoperasian dan pemeliharaan unit paket instalasi penjernihan air; SNI Spesifikasi konstruksi sumur bor produksi air tanah untuk kapasitas 150 liter per menit sampai dengan 300 liter per menit; SNI Pensteril air dengan sinar ultraviolet; SNI 7830: Tata cara pengendalian mutu pembangunan instalasi pengolahan air minum; SNI 7531: Alat pengolah air dengan membran ultra; SNI Air dan limbah; SNI 7829: bangunan pengambilan air baku untuk instalasi pengolahan air minum; SNI 7831: perencanaan sistem penyediaan air minum; SNI 7510: Tata cara pengolahan lumpur pada isntalasi pengolahan air minum dengan bak penegring lumpur (sludge drying bed); SNI 7507: Spesifikasi bangunan pelengkap unit instalasi pengolahan air; SNI 7504: Spesifikasi material fibreglass reinforced plastic unit instalasi pengolahan air; SNI 7505: Spesifikasi material baja unit instalasi pengolahan air; SNI 7506: Spesifikasi material baja tahan karat unit instalasi pengolahan air; SNI 7508: Tata cara penentuan jenis unit instalasi pengolahan air berdasarkan sumber air baku; 50

61 SNI 7509: Tata cara perencanaan teknik jaringan distribusi dan unit pelayanan sistem penyediaan air minum; SNI Air Minum; SNI Persyaratan umum rumah meter air; SNI Saringan air minum dari keramik bentuk tabung; SNI Arang aktif untuk air minum; SNI Pipa PVC untuk saluran air minum; SNI 6775: Tata cara pengoperasian dan pemeliharaan unit paket Instalasi Pengolahan Air; SNI 6774:2008 -Perencanaan unit paket instalasi pengolahan air; SNI 6773: Spesifikasi unit paket instalasi pengolahan air; SNI 2547: Spesifikasi meter air. 3. Bidang Drainase Permen PU No.12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan sistem Drainase Perkotaan; Permenegppera No.36/PERMEN/M/2006 tentang Petunjuk Teknis Kasiba dan Lisisba yang Berdiri Sendiri; Permenegppera No.34/PERMEN/M/2006 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan Parasarana, sarana dan Utilitas (PSU) Kawasan Perumahan; SNI Tata cara perencanaan Umum Drainase Perkotaan. 4. Bidang Air Limbah Undang-Undang Nomor 28Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung; Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; Undang-Undang Nomor 32Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009Tentang Kesehatan; Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman; Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air; Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air; Peraturan Presiden No 185 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi; Peraturan Presiden Nomor 15 tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP); Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; 51

62 SNI Pipa PVC untuk saluran air buangan di dalam dan di luar bangunan; SNI Spesifikasi pipa beton untuk air buangan, saluran peluapan dan gorong-gorong; SNI Spesifikasi pipa beton untuk saluran air limbah, saluran air hujan dan gorong-gorong; SNI tentang Spesifikasi dan Tata Cara Pemasangan Perangkap Bau; SNI tentang Tata Cara Pengambilan Contoh Limbah tanpa Pemadatan dari Truk; SNI Tata cara penimbunan tanah bidang resapan pada pengolahan air limbah rumah tangga; SNI tentang Metode Pengujian Lumpur Aktif; SNI Tata cara evaluasi lapangan untuk sistem peresapan pembuangan air limbah rumah tangga; SNI tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan; SNI tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan Umum MCK; SNI tentang Tata cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di perkotaan; SNI Limbah - Spesifikasi hasil pengolahan - Bagian 1: Lumpur (sludge) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) industri pulp dan kertas untuk pembenah tanah organik; 5. Bidang Pengelolaan Persampahan SNI Metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan; SNI Tata cara pemeliharaan pencatatan keselamatan dan kesehatan kerja pada fasilitas pengolahan sampah; SNI Spesifikasi kompos dari sampah organik domestik; SNI Tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan; SNI Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang di Indonesia Penyusunan dan Penetapan Daftar Rencana Komponen Infrastruktur Permukiman Kegiatan penyusunan desain teknis adalah penerjemahan dari rencana penanganan kawasan permukiman kumuh yang telah disusun pada tahap sebelumnya ke dalam bentuk rancangan/desain teknis untuk diimplementasikan. Dengan kata lain, rancangan/desain teknis dalam rangka pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh disusun berdasarkan rencana penanganan (konsep, strategi, dan program) dan disepakati sebelumnya. Penerjemahan konsep dan desain penanganan kawasan yang telah dirumuskan ke dalam rencana teknis penanganan yang lebih terukur dan presisi baik secara lokasi, besaran/volume, dan terpetakan secara visual, serta menyusun dan menyepakati daftar komponen infrastruktur pembangunan. Penyusunan dan penetapan daftar rencana komponen ini bertujuan untuk : 52

63 Memperoleh list/daftar komponen infrastruktur yang akan ditindaklanjuti dengan penyusunan gambar kerja; Melakukan pengukuran teknis untuk menentukan komponen-komponen dari infrastruktur permukiman; Menyusun peta rinci sebagai acuan untuk pelaksanaan pembangunan di lapangan; Menyusun visualisasi pendukung perancangan dan pembuatan komponen penanganan kawasan secara visual; Memperoleh gambaran visual kawasan kumuh prioritas secara komperhensif; Memperoleh detail kebutuhan perancangan komponen infrasruktur (volume dan dimensi) serta kondisi lapangan teraktual pada kawasan permukiman kumuh. Langkah-langkahnya adalah: Melakukan penyusunan peta rinci/siteplan, pembuatan site plan diperlukan sebagai acuan untuk pelaksanaan di lapangan siteplan sedikitnya memuat: (1) plotting komponen rencana, (2) jenis serta ukuran komponen rencana dan (3) kondisi eksisting, misal: nama jalan, arah aliran, kontur eksisting serta kondisi 0% dari komponen yang akan dibangun. Peta kebutuhan penanganan infrastruktur sebaiknya memiliki skala 1:1.000; Penyusunan Visualisasi Pendukung Perancangan, pembuatan komponen kawasan secara visual untuk memberikan pembanding dari kondisi kawasan semula dan kondisi kawasan setelah dibangun atau before-after; penyiapan gambar pra rencana berdasarkan rumusan program kegiatan untuk pembangunan kawasan secara keseluruhan. Gambar ini memuat bentuk dan komponen-komponen fisik apa saja yang diperlukan dalam penanganan kawasan kumuh prioritas, namun jumlah dan besarannya belum terinci yang disepakati antara pokja kab/kota, stakeholders kab/kota serta masyarakat pada kawasan permukiman kumuh; Melakukan analisis dan diskusi pemilihan komponen dengan stakeholders kab/kota serta masyarakat pada kawasan permukiman kumuh; Melakukan ground check dan pengukuran yang di sesuaikan dengan kebutuhan nyata di lapangan. Komponen rencana disusun ulang dan dilihat sejauh mana kemungkinan dapat dilaksanakan pembangunannya di lapangan. Pemilihan komponen yang akan diukur harus melalui beberapa kriteria, yaitu: - Komponen harus benar-benar menjadi prioritas utama bagi penanganan kawasan kumuh; - Komponen harus memberikan dampak nyata/manfaat terhadap perbaikan lingkungan kumuh yang ditangani; dan - Komponen dapat dilaksanakan pembangunannya dan tidak berada dalam tanah/lahan yang disengketakan. 53

64 Outputnya adalah: Daftar komponen infrastruktur; Peta rencana rinci pembangunan tahap pertama yang disusun dengan memperhatikan berbagai acuan yang ada (peta kebutuhan penanganan infarstruktur skala 1:1.000 dan skala 1:5.000 untuk jangka waktu tahun ); Visualisasi 3 dimensi (3D) dari rencana yang disusun; Animasi (video/flim yang memperlihatkan kondisi eksisting dan rencana); Dimensi dan volume pekerjaan komponen infrastruktur pembangunan; Berita acara kesepakatan daftar rencana komponen infrastruktur pembangunan; Tabel 3-19 Contoh Daftar Komponen Infrastruktur No Program Kegiatan Lokasi 1 Kebutuhan Penanganan 1: penataan permukiman pinggir pantai FISIK 1.1 Peningkatan kualitas Pembangunan jalan Gang Sampan jalan setapak setapak dan drainase (Lingk.I) Pemb. Jalan Setapak dan Drainase Gang (Lingk.I) Bubuh Pemb. Jalan Setapak Gang Jongkong - dengan Peninggian Gang Gang Sampan Penghubung (Lingk.I) 1.2 Penataan lingkungan Pembangunan Gapura Gang Songko (Lingk.I) 1.3 Pembatasan permukiman di pinggir pantai 1.4 Peningkatan kualitas jaringan drainase Dst.. Pembangunan Road Coastal Pemb. Taman Coastal Road (RTH) Pembangunan Jalan Setapak dan Drainase Pembangunan Jalan Setapak dan Drainase Gang Songko (Lingk.I) Gang Songko (Lingk.I) Gang Jala (Lingk III) Gang (Lingk III) Jaring Koordinat kegiatan Desimal Desimal , , , , , , , , '03.5"S '45.2"E 8 00'04.2"S '48.1"E 8 00'05.2"S '50.4"E 8 00'06.3"S '51.9"E 8 00'13.6"S '49.4"E 8 00'12.0"S '45.7"E 8 00'18.5"S '46.8"E 8 00'26.6"S '35.3"E Daftar komponen tersebut disepakati sebelum dilakukan pendetailan dan perhitungan dengan mempertimbangkan kemungkinan pelaksanaan di lapangan dan dampak penurunan tingkat kekumuhan dari rencana pembangunan komponen, yang kemudian di plotingkan dalam peta serta site plan perencanaan di kawasan tersebut seperti dalam contoh gambar di bawah ini. 54

65 Gambar 3-6 Contoh Site Plan Perencanaan Kawasan Gambar

66 Contoh Peta Program Penanganan Gambar 3-8 Contoh Ilustrasi Perbandingan Kondisi Sebelum (Before) dan Setelah (After) Pennganan 56

67 Rencana aksi dalam menyusun rencana peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan ini, akan mencakup komponen-komponen dasar permukiman: A. Komponen Kegiatan Bangunan Hunian Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan kriteria yang digunakan untuk menentukan kondisi kekumuhan pada perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh meliputi kriteria kekumuhan ditinjau dari Bangunan, yang mencakup: 1) Ketidakteraturan Bangunan merupakan kondisi bangunan pada perumahan dan permukiman: a. tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam Rencana Detil Tata Ruang (RDTR), yang meliputi pengaturan bentuk, besaran, perletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona; dan/atau b. tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas lingkungan dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yang meliputi pengaturan blok lingkungan, kapling, bangunan, ketinggian dan elevasi lantai, konsep identitas lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan wajah jalan. 2) Tingkat Kepadatan Bangunan yang tinggi yang tidak sesuai dengan ketentuan Rencana Tata Ruang merupakan kondisi bangunan pada perumahan dan permukiman dengan: a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi ketentuan RDTR, dan/atau RTBL; dan/atau b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi ketentuan dalam RDTR, dan/atau RTBL. 3) Ketidaksesuaian Terhadap Persyaratan Teknis Bangunan merupakan kondisi bangunan pada perumahan dan permukiman yang bertentangan dengan persyaratan: a. pengendalian dampak lingkungan; b. pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, di atas dan/atau di bawah air, di atas dan/atau di bawah prasarana/sarana umum; c. keselamatan bangunan; d. kesehatan bangunan; e. kenyamanan bangunan; dan f. kemudahan bangunan. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh disesuaikan dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Terkait aspek Kondisi Bangunan Gedung (rumah dan sarana perumahan dan/atau permukiman), Ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang dijadikan acuan adalah: 57

68 Tabel 3-20 Kriteria, Komponen dan Keterangan Terkait Aspek Kondisi Bangunan NO KRITERIA KOMPONEN KETERANGAN 1 KETERATURAN BANGUNAN Garis Sempadan Bangunan (GSB) Tinggi Bangunan Jarak Bebas Antarbangunan Tampilan Bangunan Adalah sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan; dihitung dari batas terluar saluran air kotor (riol) sampai batas terluar muka bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang, atau jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan terhadap lahan yang dikuasai, batas tepi sungai atau pantai, antara massa bangunan yang lain atau rencana saluran, jaringan tegangan tinggi listrik jaringan pipa gas, dan sebagainya (building line). Adalah tinggi suatu bangunan atau bagian bangunan, yang diukur dari rata-rata permukaan tanah sampai setengah ketinggian atap miring atau sampai puncak dinding atau parapet, dipilih yang tertinggi. Adalah jarak yang terkecil, diukur di antara permukaan-permukaan denah dari bangunan bangunan atau jarak antara dinding terluar yang berhadapan antara dua bangunan. Adalah ketentuan rancangan bangunan yang ditetapkan dengan mempertimbangkan ketentuan arsitektur yang berlaku, keindahan dan keserasian bangunan dengan lingkungan sekitarnya. Penataan Bangunan a. Pengaturan blok, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam kawasan menjadi blok dan jalan, di mana blok terdiri atas petak lahan/kaveling dengan konfigurasi tertentu. b. Pengaturan kaveling dalam blok, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam blok menjadi sejumlah kaveling/petak lahan dengan ukuran, bentuk, pengelompokan dan konfigurasi tertentu. c. Pengaturan bangunan dalam kaveling, yaitu perencanaan pengaturan massa bangunan dalam blok/kaveling. Identitas Lingkungan a. Karakter bangunan, yaitu pengolahan elemen elemen fisik bangunan untu mengarahkan atau memberi tanda pengenal suatu lingkungan/bangunan, sehingga menjadi karakter lingkungan. b. Penanda identitas bangunan, untuk mempertegas identitas atau penamaan suatu bangunan sehingga pengguna dapat mengenali bangunan yang menjadi tujuannya. c. Tata kegiatan, yaitu pengolahan secara terintegrasi seluruh aktivitas informal sebagai pendukung dari aktivitas formal yang diwadahi dalam ruang/bangunan, untuk menghidupkan interaksi sosial dan para pemakainya. 58

69 NO KRITERIA KOMPONEN KETERANGAN 2 TINGKAT KEPADATAN BANGUNAN 3 PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN Orientasi Lingkungan Wajah Jalan KDB KLB AMDAL UKL/UPL Pembangunan a. Tata Informasi, yaitu pengolahan elemen fisik di lingkungan untuk menjelaskan berbagai informasi/ petunjuk mengenai tempat tersebut, sehingga memudahkan pemakai mengenali lokasi dirinya terhadap lingkungannya. b. Tata Rambu Pengarah, yaitu pengolahan elemen fisik di lingkungan untuk mengarahkan pemakai bersirkulasi dan berorientasi baik menuju maupun dari bangunan atau pun area tujuannya.. Penampang jalan dan bangunan. Perabot jalan. Jalur dan ruang bagi pejalan kaki. Elemen papan reklame yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan hunian yang dapat dibangun dengan luas lahan yang dikuasai. yaitu angka persentase perbandingan antara jumlah seluruh lantai bangunan hunian yang dapat dibangun dengan luas lahan yang dikuasai. Yaitu kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Yaitu pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. a. Di atas dan/atau di bawah tanah, atau air. b. Prasarana/sarana umum yang dibangun dengan memperhatikan kesesuaian lokasi, dampak bangunan terhadap lingkungan, c. Mempertimbangkan faktor keselamatan, kenyamanan, kesehatan dan kemudahan bagi pengguna bangunan, d. Memiliki perizinan. Persyaratan Keselamatan a. kemampuan Bangunan terhadap beban muatan struktur Bangunan Hunian, pembebanan pada Bangunan Hunian, struktur atas Bangunan Hunian, struktur bawah Bangunan Hunian, pondasi langsung, pondasi dalam, keselamatan struktur, keruntuhan struktur dan persyaratan bahan. b. kemampuan Bangunan terhadap bahaya kebakaran meliputi sistem proteksi aktif (di luar rumah tinggal tunggal dan rumah deret), sistem proteksi pasif (di luar rumah tinggal tunggal dan rumah deret), persyaratan jalan ke luar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran, persyaratan pencahayaan darurat, tanda arah ke luar dan sistem 59

70 NO KRITERIA KOMPONEN KETERANGAN peringatan bahaya, persyaratan komunikasi dalam Bangunan Hunian, persyaratan instalasi bahan bakar gas dan manajemen penanggulangan kebakaran. c. kemampuan Bangunan Hunian terhadap bahaya petir meliputi persyaratan instalasi proteksi petir dan persyaratan sistem kelistrikan. Persyaratan Kesehatan a. sistem penghawaan berupa ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya. b. pencahayaan berupa sistem pencahayaan alami dan/atau buatan dan/atau pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya c. sanitasi dan penggunaan bahan bangunan berupa sistem air minum dalam Bangunan Hunian, sistem pengolahan dan pembuangan air limbah/kotor, persyaratan instalasi gas medik (untuk sarana medik), persyaratan penyaluran air hujan, persyaratan fasilitasi sanitasi dalam Bangunan Hunian (saluran pembuangan air kotor, tempat sampah, penampungan sampah dan/atau pengolahan sampah). Persyaratan Kenyamanan Persyaratan Kemudahan a. kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang. b. kenyamanan kondisi udara dalam ruang c. kenyamanan pandangan. d. kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingan.. kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam Bangunan Hunian tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman dan nyaman termasuk penyandang cacat, anak-anak, ibu hamil dan lanjut usia.. kelengkapan sarana dan prasarana dalam pemanfaatan Bangunan Hunian yaitu sarana hubungan vertikal antar lantai yang memadai untuk terselenggaranya fungsi Bangunan Hunian berupa tangga, ram, lift, tangga berjalan (eskalator) atau lantai berjalan (travelator). B. Komponen Kegiatan Jalan Lingkungan Jalan lingkungan adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah dan hanya untuk kendaraan-kendaraan kecil. Jalan lingkungan merupakan jalan penghubung antar jalan setapak dengan jalan kolektor. 60

71 Gambar 3-9 Contoh Ilustrasi Perencanaan Jalan Lingkungan Komponen kegiatan jalan lingkungan pada kegiatan infrastruktur peningkatan kualitas permukiman kumuh antara lain : 1. Jalan Aspal a. Konstruksi Hotmix (HRSatau AC) Berfungsi sebagai prasarana penghubung antar jalan setapak dengan jalan kolektor. Mampu dilewati oleh kendaraan roda empat atau lebih tanpa mengalami hambatan (lancar) pada saat hujan. Dapat dilalui oleh kendaraan roda dua atau empat dengan dua lajur-dua arah tanpa kesulitan Jalan tipe ini memiliki Lebar minimal adalah 3 m, hal ini terkait dengan lebar minimal Asphalt Finisher (alat berat) yang berfungsi untuk menghampar hot mix, juga Tandem Roller dan Tire Roller. 2. Jalan Beton Berfungsi sebagai prasarana penghubung antar jalan setapak dengan jalan kolektor. Jalan beton mampu dilewati oleh kendaraan roda empat atau lebih tanpa mengalami hambatan (lancar) pada saat hujan. Dapat dilalui oleh kendaraan roda dua atau empat dengan dua lajur-dua arah tanpa kesulitan. Pemilihan konstruksi ini dikarenakan, dari sisi pemeliharaan sangat mudah, tidak memerlukan teknologi tinggi sehingga masyarakat dapat memelihara asset komponen ini, bahan/material mudah didapatkan, tidak membutuhkan tenaga kerja/ tenaga ahli yang berpendidikan tinggi 3. Jalan Paving Blok Berfungsi sebagai prasarana penghubung antar jalan setapak dengan jalan kolektor. Mampu dilewati oleh kendaraan roda empat atau lebih tanpa 61

72 mengalami hambatan (lancar) pada saat hujan. Dapat dilalui oleh kendaraan roda dua atau empat dengan dua lajur-dua arah tanpa kesulitan. Pondasi jalan paving blok adalah pasir batu (sirtu), Konstruksi utamanya adalah paving blok dengan berbagai motif dan ketebalan berkisar antara 6-8 cm. Konstruksi ini dipilih karena dari sisi pemeliharaan sangat mudah, tidak memerlukan teknologi tinggi sehingga masyarakat dapat memelihara asset komponen ini, dan bahan/material mudah didapatkan. C. Komponen Kegiatan Drainase Lingkungan Drainase Lingkungan adalah komponen kegiatan perbaikan infrastruktur di lingkungan permukiman yang berfungsi sebagai penyalur air buangan rumah tangga serta penampung air hujan dari permukaan perkerasan jalan setapak maupun jalan lingkungan dan bukan sebagai konstruksi pembuangan air limbah rumah tangga. Gambar 3-10 Contoh Ilustrasi Perencanaan Drainase Lingkungan Kebutuhan pembangunan drainase lingkungan, antara lain: Berkurangnya kapasitas drainase yang ada atau tidak tersedia drainase yang akan mengalirkan air permukaan; Timbulnya genangan air didaerah permukiman; Ketentuan umum pembangunan drainase lingkungan adalah : Drainase permukiman yang dibangun harus terintegrasi dengan sistem/jaringan drainase yang sudah ada atau harus sampai pada tempat pembuangan air (saluran drainase/sungai/laut); Pembangunan drainase diusahakan mengindari perlintasan dengan bangunan yang telah ada, namun bila terpaksa maka desain dan pelaksanaannya wajib mendapat persetujuan dari instansi pengelola bangunan tersebut. Misalnya melintasi jalan kab/provinsi/nasional, irigasi teknis, jaringan/bangunan listrik, telepon, dan lain-lain; 62

73 Prioritas pembangunan drainase dengan urutan : perbaikan/peningkatan drainase lama karena kapasitas/fungsinya sudah berkurang dan pembangunan baru; Air hujan yang masuk kesaluran air hujan adalah air hujan yang tidak tercemar dan bukan air limbah. Komponen drainase lingkungan pada kegiatan infrastruktur peningkatan kualitas permukiman kumuh, yaitu : 1. Drainase Pasangan Batu Berfungsi sebagai penyalur air buangan rumah tangga serta penampung air hujan dari permukaan jalan setapak dan jalan lingkungan. Pelayanan lokal sepanjang jalan setapak atau jalan lingkungan menuju saluran tersier. Pelaksanaan konstruksi ini tidak memerlukan tenaga kerja dengan skill yang tinggi, cukup menggunakan tukang batu yang ada di wilayah permukiman kumuh. Pemeliharaannya sangat mudah, hanya membersihkan kotoran yang menyumbat saluran serta perbaikan kecil secara berkala dan biaya yang murah; 2. Drainase Beton Berfungsi sebagai penyalur air buangan rumah tangga serta penampung air hujan dari permukaan jalan setapak dan jalan lingkungan Konstruksi ini lebih baik dari konstruksi batu bata maupun konstruksi batu kali, namun memerlukan biaya investasi yang lebih tinggi, namun biaya pemeliharaan yang lebih rendah. Konstruksi ini memerlukan tenaga kerja/tukang dengan skill yang baik, sehingga diperlukan pengawasan khusus dalam pelaksanaan fisiknya. D. Komponen Kegiatan Penyediaan Air Minum Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Kualitas Air minum harus memenuhi standar kualitas air minum yang berlaku. Gambar 3-11 Contoh Ilustrasi Perencanaan Penyediaan Air Minum 63

74 Air minum yang ideal adalah : Jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak berasa; tidak mengandung kuman dan zat-zat yang berbahaya. Tujuannya adalah : mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air (water-borne-diseases). E. Komponen Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Gambar 3-12 Contoh Ilustrasi Perencanaan Pengelolaan Air Limbah 1. MCK Komunal Berfungsi sebagai tempat mandi, cuci, dan kakus yang digunakan secara bersama-sama(komunal). Apabila air bersih yang tersedia dapat digunakan sebagai air bersih/minum maka dapat dimanfaat/didistribusikan ke rumahrumah penduduk melalui pipa distribusi. MCK komunal harus diperhitungkan berdasarkan dengan jumlah jiwa yang akan memanfaatkan fasilitas MCK tersebut. 2. IPAL Komunal Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) (wastewater treatment plant, WWTP), adalah sebuah struktur yang dirancang untuk membuang limbah biologis dan kimiawi dari air sehingga memungkinkan air tersebut untuk digunakan pada aktivitas yang lain. Fungsi dari IPAL mencakup : Pengolahan air limbah pertanian, untuk membuang kotoran hewan, residu pestisida, dan sebagainya dari lingkungan pertanian; Pengolahan air limbah perkotaan, untuk membuang limbah manusia dan limbah rumah tangga lainnya; 64

75 Pengolahan air limbah industri, untuk mengolah limbah cair dari aktivitas manufaktur sebuah industri dan komersial, termasuk juga aktivitas pertambangan; IPAL komunal adalah instalasi pengelolaan air limbah yang tidak digunakan hanya untuk satu rumah tangga melainkan digunakan secara bersama-sama. Proses pengolahan air limbah secara komunal dibuat karena satu alasan pengendalian atau perawatan unit IPAL tersebut agar pengolahan limbah dapat di kontrol terpusat yang tujuannya adalah agar hasil dari proses itu mencapai hasil baik berstandart mutu buang layak. F. Komponen Kegiatan Pengelolaan Persampahan Gambar 3-13 Contoh Ilustrasi Perencanaan Pengelolaan Persampahan 1. TPST 3R TPST atau Material Recovery Facility (MRF) didefinisikan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pemisahan dan pengolahan sampah secara terpusat. Kegiatan pokok di TPST adalah: a. pengolahan lebih lanjut sampah yang telah dipilah di sumbernya; b. pemisahan & pengolahan langsung komponen sampah kota; Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembangunan TPST yaitu: a. Lokasi TPST; 65

76 b. Emisi ke lingkungan; c. Kesehatan dan kemanan masyarakat; 2. Bak Sampah Berfungsi sebagai tempat pengumpulan sampah sementara tingkat Rumah Tangga. Satu bak sampah untuk melayani KK. Konstruksi bak sampah rumah tangga menggunakan konstruksi batu bata dengan campuran (1 pc : 2 Kpr : 3 Psr). Umumnya untuk menghindari bau yang kurang sedap konstruksi ini diberi penutup dari kayu atau seng. Lantai bak sampah dibuat agak miring (2%) untuk menghilangkan air dari sisa-sisa sampah, sehingga tidak menimbulkan bau tidak sedap yang menyengat. 3. Gerobak Sampah Berfungsi alat pengumpulan/ transportasi sampah tingkat Rumah Tangga. Melayani buangan sementara sampah rumah tangga dengan kapasitas antara KK atau max 4 m 3. Konstruksi gerobak terbuat dari rangka kayu dan besi, roda besi. Pada umumnya masyarakat mendatangkan tukang las untuk membuat rangka besinya, dan tukang kayu yang menyelesaikan bagian penutupnya. 4. Motor sampah Berfungsi sebagai alat pengumpulan/pengangkut sampah tingkat rumah tangga. Melayani buangan sementara sampah rumah tangga dengan kapasitas hingga ke tingkat RT. Motor sampah merupakan motor beroda 3 yang memiliki bak sampah di bagian belakangnya. Motor ini dapat mengangkut sampah dengan kapasitas 500 kg. Bak sampah yang ada di motor ini dindingnya berbahan plat stell tebal dengan alasnya berupa plat polos. G. Komponen Kegiatan Proteksi Kebakaran Hidran ialah istalasi pemadam kebakaran yang dipasang secara permanen berupa jaringan perpipaan berisi air bertekanan terus menerus yang siap untuk memadamkan kebakaran. Gambar 3-14 Contoh Ilustrasi Perencanaan Proteksi Kebakaran Komponen Utama Sistem Instalasi Hidran 66

77 Persediaan Air Yang Cukup (Tangki Air); Sistem Pompa Yang Handal; Siamese Connection (Sambungan untuk mengisi air pada jaringan pipa hidran dari mobil pemadam kebakaran); Jaringan Pipa Yang Memadai; Pilar Hidran Yang Mencukupi; Kotak (Box) Hidran, Selang Hidran, Nozzle Hidran dan Tuas Pembuka Keran Hidran Yang Mencukupi. H. Komponen Kegiatan Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman. Fungsi utama ruang terbuka hijau, yaitu : memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paruparu kota); pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar; sebagai peneduh; produsen oksigen; penyerap air hujan; penyedia habitat satwa; penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta; penahan angin. Gambar 3-15 Contoh Ilustrasi Perencanaan Ruang Terbuka Hijau 67

78 3.5.2 Penyusunan Detailed Engineering Design (DED) Komponen Detailed Engineering Design (DED) antara lain : 1) Nota Desain Nota Desain berisikan justifikasi teknis pemilihan jenis struktur beserta perhitungan keandalan struktur. Justifikasi pemilihan jenis struktur dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: Pembebanan; Stabilitas Tanah Dasar; Letak Geografis Lokasi Pekerjaan; Kondisi Srtuktur Existing; Spesifikasi Pekerjaan Sejenis Yang Dilaksanakan Di Sekitar Lokasi; 2) Gambar Rencana Gambar rencana terdiri dari : Siteplan, menggambarkan kondisi permukiman kumuh eksisting dan rencana peningkatan kualitas. Untuk siteplan drainase harus menggambarkan arah aliran air; Tampak, terdiri dari tampak atas, tampak samping, tampak depan dan tampak belakang; Potongan memanjang dan melintang; menggambarkan kondisi permukiman di sekitarnya. Untuk jalan dan drainase, potongan dibuat tiap STA atau tiap ruas. Untuk pekerjaan jalan dan saluran dilengkapi dengan potongan memanjang dan melintang; Detail, menggambarkan detail spesifikasi dari infrastruktur; Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat gambar rencana : Skala gambar disesuaikan dengan kebutuhan (skala 1:200, 1:100, 1:50, 1:20, 1:10); Gambar siteplan, potongan dan tampak dibuat existing dan rencana; Notasi baik ukuran maupun keterangan harus jelas; Ketebalan rencana infrastruktur harus lebih tebal dari eksisting; 68

79 Gambar 3-16 Contoh Ilustrasi Gambar Siteplan Existing SKALA 1:1.000 Gambar 3-17 Contoh Ilustrasi Gambar Siteplan Rencana 69

80 Gambar 3-18 Contoh Ilustrasi Gambar Potongan Memanjang Gambar 3-19 Contoh Ilustrasi Gambar Potongan Melintang Existing 70

81 Gambar 3-20 Contoh Ilustrasi Gambar Potongan Melintang Rencana Gambar 3-21 Contoh Ilustrasi Gambar Detail 71

82 3) Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah,serta biaya- biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan. Rencana Anggaran Biaya (RAB) terdiri dari : a. Back Up Volume b. Analisa Harga Satuan c. Bill of Quantity d. Rekapitulasi Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) yang digunakan Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11 Tahun 2013 Tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum, yang terbagi dalam 4 (empat) bagian yaitu : a. Pedoman AHSP bidang umum b. Pedoman AHSP bidang sumber daya air (untuk bidang bangunan air) c. Pedoman AHSP bidang bina marga (untuk bidang jalan dan jembatan) d. Pedoman AHSP bidang cipta karya (untuk bidang bangunan gedung) Sedangkan untuk analisa pekerjaan tertentu yang tidak terdapat dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11 Tahun 2013, dapat menggunakan AHSP standar SNI. 72

83 Tabel 3-21 Contoh Back Up Volume 73

84 Tabel 3-22 Contoh Analisa Harga Satuan 74

85 Tabel 3-23 Contoh Bill Of Quantity 75

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N Bab I tediri dari ; Latar Belakang, Tujuan dan Sasaran, Ruang Lingkup, Kedudukan Dokumen RP2KPKP dalam Kerangka Pembangunan Kota Medan dan Sistematika Pembahasan 1.1. Latar

Lebih terperinci

KEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA

KEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA KEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA 2015-2019 DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 1 LANDASAN

Lebih terperinci

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh Ir. Joerni Makmoerniati, MSc Plh. Direktur

Lebih terperinci

Aspek-aspek minimal yang harus tercantum dalam Perda Kumuh

Aspek-aspek minimal yang harus tercantum dalam Perda Kumuh Aspek-aspek minimal yang harus tercantum dalam Perda Kumuh No Aspek-aspek minimal Perda 1. Ketentuan Umum; Muatan 1. Daerah adalah Kabupaten/Kota... 2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur

Lebih terperinci

A. FORM MONITORING DAN EVALUASI DALAM LINGKUP KEGIATAN PERSIAPAN

A. FORM MONITORING DAN EVALUASI DALAM LINGKUP KEGIATAN PERSIAPAN A. FORM MONITORING DAN EVALUASI DALAM LINGKUP KEGIATAN PERSIAPAN 1. Form 1-1 MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN SOSIALISASI 2. Form 1-2 MONITORING DAN EVALUASI KEIKUTSERTAAN DALAM KONSOLIDASI TINGKAT PROVINSI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.101 2016 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5883) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131,2012 PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN PENANGANAN LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016-2035 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

Lebih terperinci

Buletin Warta Desa. Tentang Program Kotaku. Manfaat & Target Program. Tujuan. Tujuan Antara

Buletin Warta Desa. Tentang Program Kotaku. Manfaat & Target Program. Tujuan. Tujuan Antara Tentang Program Kotaku Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) adalah program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh nasional yang merupakan penjabaran dari pelaksanaan Rencana Strategis Direktorat

Lebih terperinci

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 172, 2016 KEMENPU-PR. Perumahan Kumuh. Permukiman Kumuh. Kualitas. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG

Lebih terperinci

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya Yogyakarta, 13 Agustus 2015 Oleh : Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Permukiman

Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Permukiman Permukiman Kumuh : RPJPN 2005-2024 TANTANGAN BERTAMBAHNYA LUASAN PERMUKIMAN KUMUH*: 2004 = 54.000 Ha 2009 =

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.669, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Bantuan Stimulan. Peningkatan Kualitas. Kumuh. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

Pedoman Pemantauan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Bidang Keciptakaryaan

Pedoman Pemantauan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Bidang Keciptakaryaan 1 2 4 Jakarta, Desember 2016 Kepada yang terhormat, 1. Pimpinan Tinggi Pratama di Direktorat Jenderal Cipta Karya; 2. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum dan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA Gambaran Umum Wilayah Luas wilayah Kota Yogyakarta: 3.250 Ha (32,5 Km 2 ) Kota Yogyakarta memiliki 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 614 Rukun Warga (RW), dan 2.524 Rukun

Lebih terperinci

Bersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh.

Bersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh. Bersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) merupakan Program lanjutan dari Program PNPM Mandiri Perkotaan. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)telah disosialisasikan di

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON *s NOMOR 67 TAHUN 2016, SERI D. 16 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR : 67 Tahun 2016 TENTANG FUNGSI, TUGAS POKOK DAN TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5883 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 101). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 51 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 51 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) Modul Pelaksanaan Pemahaman Dasar SPPIP dan RPKPP MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

Lebih terperinci

MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016

MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016 Revisi 1 MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 /PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 2006

Lebih terperinci

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.371, 2015 KEMENPU PR. Dana Alokasi Khusus. Insfrastuktur. Petunjuk Teknis. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 03/PRT/M/2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian

Lebih terperinci

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman OUTLINE Latar Belakang Program Arahan Kebijakan DJCK: ATAR BELAKANG Kebijakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh. Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016

Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh. Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016 Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016 Persentase Juta Jiwa MENGAPA ADA PERMUKIMAN KUMUH? Urbanisasi

Lebih terperinci

2 dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 3. Undang-undang Nomor

2 dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 3. Undang-undang Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 204, 2014 KEMENPERA. Dana Alokasi Khusus. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal BUKU 2 Manual Penyusunan RP4D Kabupaten Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal bagi penyusun

Lebih terperinci

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 58 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN BANTUAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU) PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan Direktorat Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Outline

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN Disebarluaskan Oleh: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN DIREKTORAT PERENCANAAN

Lebih terperinci

KETERPADUAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

KETERPADUAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya KETERPADUAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN Oleh: Dwityo A. Soeranto Direktur Keterpaduan Infrastruktur Permukiman

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015 TENTANG BANTUAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS

Lebih terperinci

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016 WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

Lebih terperinci

TENTANG SINERGITAS PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH YANG BERKELANJUTAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

TENTANG SINERGITAS PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH YANG BERKELANJUTAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA AERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG SINERGITAS PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH YANG BERKELANJUTAN BERBASIS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN KABUPATEN

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 No.1216, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN PU-PR. Perumahan Umum. Bantuan. Prasarana. Sarana. Utilitas Umum. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 8 Tahun : 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 8 Tahun : 2017 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 8 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. No.606, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PRT/M/2010 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Bab 1 1.1. Latar Belakang Penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah dan bertempat tinggal di kawasan padat dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193,2012 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Penggunaan Dana Alokasi Khusus. Tahun Anggaran 2012. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Arah Kebijakan Percepatan Penanganan Kumuh dan Gambaran Umum Program KOTAKU

Arah Kebijakan Percepatan Penanganan Kumuh dan Gambaran Umum Program KOTAKU Z Arah Kebijakan Percepatan Penanganan Kumuh 2015-2019 dan Gambaran Umum Program KOTAKU Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Latar Belakang & Kebijakan Amanat

Lebih terperinci

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2018 KEMENPU-PR. DAK Infrastruktur PU-PR. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2017 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG KAWASAN PERMUKIMAN

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG KAWASAN PERMUKIMAN DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG KAWASAN PERMUKIMAN Konsep Entitas Objek Bidang Perumahan

Lebih terperinci

STRATEGI UMUM PENCAPAIAN TARGET PROGRAM KOTAKU. 25 Januari 2017

STRATEGI UMUM PENCAPAIAN TARGET PROGRAM KOTAKU. 25 Januari 2017 STRATEGI UMUM PENCAPAIAN TARGET PROGRAM KOTAKU 25 Januari 2017 Pengantar Program KOTAKU (NSUP) merupakan upaya strategis Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen Cipta Karya, dalam rangka memberdayakan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sujarto (dalam Erick Sulestianson, 2014) peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dan perpindahan penduduk ke daerah perkotaan, merupakan penyebab utama pesatnya

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 040 TAHUN 2017

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 040 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 040 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS UMUM UNTUK LINGKUNGAN PERUMAHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 95 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2013-2015 Disusun oleh: Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2017PRT/M/2017 TENTANG PENYEDIAAN RUMAH KHUSUS

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2017PRT/M/2017 TENTANG PENYEDIAAN RUMAH KHUSUS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2017PRT/M/2017 TENTANG PENYEDIAAN RUMAH KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

PENJELASAN MEKANISME PENYUSUNAN. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman SEMARANG, 5 JUNI 2014

PENJELASAN MEKANISME PENYUSUNAN. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman SEMARANG, 5 JUNI 2014 PENJELASAN MEKANISME PENYUSUNAN Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman SEMARANG, 5 JUNI 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERA CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan pembangunan kota yang terus berkembang dan pertumbuhan populasi penduduk dengan berbagai aktifitasnya yang terus meningkat dengan pesat menyebabkan pemenuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera

Lebih terperinci

FORM PEMANTAUAN PENYUSUNAN RPKPP

FORM PEMANTAUAN PENYUSUNAN RPKPP FORM PEMANTAUAN PENYUSUNAN RPKPP FORM MONITORING DAN EVALUASI DALAM LINGKUP KEGIATAN PERSIAPAN Form 1.1R MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN SOSIALISASI RPKPP Kegiatan : Sosialisasi Peserta : Hari/Tanggal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015 TENTANG BANTUAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS UMUM UNTUK PERUMAHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Untuk Pemerintah Kota/Kabupaten BANTUAN STIMULAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH (BSPK) TAHUN ANGGARAN...

Untuk Pemerintah Kota/Kabupaten BANTUAN STIMULAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH (BSPK) TAHUN ANGGARAN... 17 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN BANTUAN STIMULAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH Untuk Pemerintah Kota/Kabupaten

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 9 TAHUN : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN - 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.85, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Dana Alokasi Khusus. Perumahan dan Kawasan Pemukiman. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

Lebih terperinci

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA -1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI

Lebih terperinci

sebagian besar kota/kabupaten telah menunjukkan kesiapan dari sisi administrasi

sebagian besar kota/kabupaten telah menunjukkan kesiapan dari sisi administrasi Berdasarkan penyelenggaraan sosialisasi putaran 2 di Kota Semarang ini, terutamanya pada sesi desk, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kota/kabupaten telah menunjukkan kesiapan dari sisi administrasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, SALINAN BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 62 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 62 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 62 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS,

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2016

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2016 BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci