Kata kunci : Loneliness Setelah Mengalami Kematian Pasangan Hidup,, Jenis Kelamin, Usia Lanjut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata kunci : Loneliness Setelah Mengalami Kematian Pasangan Hidup,, Jenis Kelamin, Usia Lanjut"

Transkripsi

1 PERBEDAAN LONELINESS PADA PRIA DAN WANITA USIA LANJUT SETELAH MENGALAMI KEMATIAN PASANGAN HIDUP Susan Puspita Mandasari Fakultas Psikologi ABSTRAKSI Sepanjang rentang kehidupan, manusia mengalami perubahan dalam perkembangannya, mulai dari manusia dilahirkan hingga usia lanjut. Salah satu tugas perkembangan pada masa usia lanjut adalah mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kematian pasangan hidup. Kematian seorang teman hidup merupakan trauma khususnya bagi kedua pasangan yang sebelumnya selalu menjalani kehidupan yang sangat aktif bersama-sama. Setelah mengalami kematian pasangan hidup, masing-masing individu memiliki tingkat loneliness yang berbeda-beda, dimana wanita setelah mengalami kematian pasangan hidupnya cenderung memiliki tingkat loneliness yang tinggi dibandingkan dengan pria hal ini disebabkan karena karakteristik wanita yang lebih mungkin mengakui dirinya kesepian dan lebih membutuhkan teman untuk berbagi pikiran dan pengalaman dibandingkan pria. Pria lebih banyak mengingkari kesepian yang dialaminya. Salah satu alasan untuk hal tersebut adalah pria yang kesepian kurang dapat diterima dan lebih sering ditolak secara sosial. Menurut stereotip jenis kelamin, pria dianggap kurang pantas mengekspresikan emosinya, dan pria yang menyatakan dirinya kesepian yang berarti menyimpang dari harapan tersebut. Kata kunci : Loneliness Setelah Mengalami Kematian Pasangan Hidup,, Jenis Kelamin, Usia Lanjut PENDAHULUAN Latar Belakang Sepanjang rentang kehidupan, manusia mengalami perubahan dalam perkembangannya, mulai dari manusia dilahirkan hingga usia lanjut. Pada tahap terakhir dalam rentang kehidupan yaitu masa usia lanjut, dimana periode ini ditandai dengan adanya berbagai perubahan fisik, psikis maupun social. Salah satu dari sekian banyak tugas perkembangan pada masa usia lanjut adalah mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kematian pasangan hidup. Kematian pasangan hidup mempengaruhi tingkat dan aktivitas sosial serta persahabatan yang biasa dilakukan serta mempengaruhi pola hidupnya yang mengalami perubahan. Perubahan ini menimbulkan efek terhadap penyesuaian diri dan pola kehidupan dalam keluarga. Untuk itu mereka diharapkan dapat merasakan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan masa tuanya tanpa pasangan hidup. Kenyataan yang ada, banyak lanjut usia yang tidak siap menghadapi hari tua tanpa pasangan hidup mereka. Mereka tidak merasakan kepuasan dan kebermaknaan hidup seperti yang diharapkan, bahkan banyak diantara mereka yang merasa tidak bahagia, depresi ataupun juga kesepian. Kesepian sebagai salah satu problem psikologis yang dapat dialami oleh siapa saja, termasuk juga oleh orang lanjut usia. Kesepian merupakan sebuah pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan karena adanya perasaan kurang dalam hal hubungan seseorang (Deaux, dkk, 1993). Menurut Weis (dalam Peplau & Perlman, 1982) orang yang mengalami kesepian cenderung kurang memperhatikan dirinya dan kurang terlibat dalam hubungan dengan orang lain. Tidak semua individu yang mengalami kesepian dapat menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, bahkan individu tersebut seringkali tidak mampu lagi membina hubungan baru yang akrab. Manusia membutuhkan hubungan yang akrab, intim, dan

2 mendalam. Bukan hanya secara jasmaniah, melainkan terlebih secara batiniah. Setelah mengalami kematian pasangan hidup, masing-masing individu memiliki tingkat loneliness yang berbeda-beda. Menurut Borys & Perlman (dalam Deaux, 1993) mengatakan bahwa wanita memiliki tingkat loneliness yang lebih tinggi dibanding pria. Menurut Cohn, Strassberg & Corby (dalam Brehm 1992), wanita biasanya mempunyai ciri khas seperti cenderung membuka diri, termasuk hal-hal yang bersifat pribadi, lebih berorientasi pada perasaan, senang terlibat dalam diskusi-diskusi intim, dan lebih terbuka dalam membicarakan perasaan mereka kepada orang lain. Menurut Peetronio & Weiss (dalam Derlega 1993), pria pada umumnya tidak suka membuka diri, terutama dalam hal yang berkaitan dengan hal-hal bersifat pribadi, karena bagi pria membuka diri berarti mengungkapkan kelemahannya dan menurunkan sifat maskulinitasnya. Berdasarkan karakteristik pria dan wanita diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perbedaan tingkat loneliness setelah mengalami kematian pasangan hidup antara pria dan wanita. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji perbedaan tingkat loneliness pada pria dan wanita usia lanjut setelah mengalami kematian pasangan hidup. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini, terlihat bahwa ada perbedaan loneliness yang signifikan antara pria dan wanita usia lanjut setelah mengalami kematian pasangan hidup. Dengan demikian hasil penelitian ini memperkuat teori psikologi yang menyatakan bahwa tingkat loneliness wanita yang telah kehilangan pasangan hidup lebih tinggi dibandingkan pria yang juga telah kehilangan pasangan hidupnya. 2. Manfaat Praktis Dari hasil penelitian ini menunjukkan tingkat loneliness pada wanita yang telah kehilangan pasangan hidupnya lebih tinggi dari pada pria yang juga telah kehilangan pasangan hidupnya. Dengan demikian hasil penelitian ini dapat memberi masukan bagi para pembaca dan khususnya bagi pria dan wanita usia lanjut setelah mengalami kematian pasangan hidupnya dengan menjalani kehidupan yang baru dengan hal-hal yang positif. TINJAUAN PUSTAKA Loneliness Pengertian loneliness Loneliness adalah Perasaan yang tidak menyenangkan karena kurang adanya hubungan yang bermakna dan kurang adanya keakraban dengan orang lain. Aspek aspek Loneliness Menurut Peplau dan Perlman (1982) secara umum defenisi kesepian meliputi tiga aspek utama, yaitu : 1. Aspek Need for Intimacy : aspek ini menitikberatkan pada faktor kedekatan atau keakraban. Kesepian dipandang sebagai suatu perasaan sepi yang diakibatkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan akan keakraban dengan orang lain. 2. Aspek Cognitive Process : aspek proses kognitif ini menitikberatkan bahwa kesepian merupakan hasil dari persepsi dan evaluasi individu terhadap hubungan sosial yang dianggap tidak memuaskan. 3. Aspek Social Reinforcement : aspek penguatan sosial ini menitikberatkan bahwa hubungan sosial yang memuaskan dapat dianggap sebagai suatu bentuk Reinforcement, dan tidak adanya reinforcement ini dapat menimbulkan perasaan kesepian.

3 Tipe-tipe Loneliness Menurut Weiss (dalam Deaux, dkk, 1993) membedakan dua tipe kesepian, berdasarkan hilangnya kesempatan sosial tertentu yang dialami oleh seseorang. 1. Emosional Loneliness yaitu kesepian yang disebabkan kurang dekat, intim, dan lekat dalam hubungan dengan seseorang. 2. Social Loneliness yaitu hasil dari ketiadaan teman dan family atau jaringan sosial tempat berbagai minat dan aktifitas. Karakteristik Loneliness Ciri-ciri umum kesepian adalah Isolasi, alienasi, perasaan penolakan, merasa disalah mengerti, merasa tidak dicintai, depresi, tidak mempunyai sahabat, malas membuka diri (tertutup) atau bungkam, bosan, gelisah, putus asa, mengutuk dirinya sendiri, tak ada tegur sapa, semua hubungan terasa mati, sepi sendiri, tak ada yang peduli, dingin-membeku, merasa dilupakan, disingkirkan, tak ditemani, tak berguna, kurang memadai, kurang efektif dalam membina dan mengembangkan pergaulan yang akrab, mengurung diri dirumah, cangung dalam pergaulan, dan sangat berlebihan atau menutup tentang dirinya. Faktor faktor yang mempengaruhi Loneliness 1. Loneliness dan jenis kelamin, Stokes & Cevin (dalam Marzukni, 2001) mengatakan bahwa antara pria dan wanita terdapat perbedaan standar untuk melihat derajat kepuasan dalam hubungan sosialnya. 2. Loneliness dan aktivitas, salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui perilaku sosial individu yang kesepian adalah menyangkut frekuensi dengan siapa individu terlibat dalam aktivitas sosial, dan kepuasan yang diperoleh individu dari hubungan tersebut. 3. Loneliness dan tempat tinggal, De Jong-Gierveld (1987), mengemukakan bahwa pemilihan tempat tinggal merupakan faktor yang sangat penting terhadap kesepian dan hal itu mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung. Hasil yang diperoleh adalah bahwa individu yang hidup bersama anak atau saudara memiliki tingkat kesepian yang lebih rendah dari pada individu yang tinggal sendiri. Kematian Defenisi Kematian Kematian adalah suatu peristiwa dalam kehidupan yang pasti dialami setiap manusia, dimana semua fungsi kehidupan yaitu fungsi biologis dan psikologisnya berhenti. Penyebab Kematian Kematian dapat terjadi di segala fase siklus kehidupan manusia mulai dari perkembangan prenatal seperti keguguran; selama proses kelahiran berlangsung atau beberapa hari setelah kelahiran; dimasa kanak-kanak, kematian paling sering terjadi karena kecelakaan atau sakit; masa remaja, seperti bunuh diri, kecelakaan dan pembunuhan; orang dewasa, penyebab kematian paling sering terjadi karena penyakit kronis seperti penyakit jantung dan kanker. Penyakit yang diderita orang dewasa seringkali melumpuhkan sebelum akhirnya membunuh, dan individu kebanyakan berada dalam keadaan sekarat dimana secara lambat laun keadaan tersebut menuju kearah kematian (Santrock, 2002). Jenis Kelamin Defenisi Jenis kelamin Jenis kelamin adalah suatu konsep yang digunakan untuk untuk mengidentifikasikan perbedaan pria dan wanita dilihat dari sudut anatomi dan biologis. Karakteristik Jenis Kelamin Hurlock (1996) mengemukakan beberapa ciri yang mendasar pada pria dan wanita, yaitu: Ciri-ciri Wanita: Peka, lembut, cerewet, emosional, manja, keibuan, senang berdandan, penyabar, pemalu, mudah takut, cengeng, jujur, materialistik, setia, tertutup, dan penuh pengertian.

4 Ciri-ciri Pria :Melindungi, rasional, berani, agresif, tegas, kasar, terbuka, ingin menguasai, maskulin, ingin memimpin, solider, pantang putus asa, keras dan pemarah. Usia Lanjut Pengertian Usia Lanjut Usia lanjut merupakan periode akhir dari tahap perkembangan yang dimulai saat seseorang memasuki usia enam puluh tahun. Tugas Tugas Perkembangan Pada Masa Usia Lanjut 1. Menurut Hurlock (1996), tugas-tugas perkembangan pada masa usia lanjut adalah sebagai berikut : 2. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan. 3. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income (penghasilan) keluarga. 4. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup. 5. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sesusia. 6. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan. 7. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes. Perubahan Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Usia Lanjut Pada masa usia lanjut banyak perubahan yang terjadi. Menurut Papalia & Olds (2001) perubahan yang terjadi pada masa usia lanjut, yaitu : 1. Perubahan Fisik : Penglihatan, Pendengaran, Perasa dan Penciuman 2. Perubahan Psikologis 3. Perubahan Emosional Beberapa Masalah Yang Muncul Pada Masa Usia Lanjut Menurut Hurlock (1996), ada beberapa masalah yang umum dialami oleh warga usia lanjut, yaitu: 1. Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus tergantung pada orang lain. 2. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukum beralasan untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya. 3. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik. 4. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah meninggal atau pergi jauh dan atau cacat. 5. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah. 6. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang dewasa. 7. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat, yang secara khusus direncanakan untuk orang dewasa. 8. Mulai merasakan kebahagiannya dari kegiatan yang sesuia untuk orang berusia lanjut dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan lama yang berat dengan kegiatan yang lebih cocok. 10. Menjadi korban atau dimanfaatkan oleh penjual obat, buaya darat, dan kriminalitas karena mereka tidak sanggup lagi untuk mempertahankan diri. Pasangan Hidup Pasangan sering diartikan sebagai seorang pendamping pada orang lain yang memiliki keterkaitan emosional yang dalam dan telah mendalami karakter masing-masing, dan berbagi suka maupun duka dalam kebersamaan. Pasangan hidup adalah seorang pendamping di dalam kehidupan seseorang yang telah mengenal, mendalami, menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing baik fisik maupun kepribadian, memiliki keterkaitan emosional yang sangat dalam, memiliki satu tujuan baik yang sama, dan berbagi suka maupun duka dalam kebersamaan yang berada dalam naungan pernikahan yang sah secara negara dan agama (Wahyudi, 2007)

5 Perbedaan Loneliness Pada Pria dan Wanita Usia Lanjut Dalam Menghadapi Kematian Pasangan hidup Usia lanjut adalah masa penutup dalam rentang kehidupan seseorang dimana terjadi perubahanperubahan seperti kemunduran yang diikuti oleh proses penurunan mental yang disebabkan adanya perubahan secara fisik seperti perubahan pada penglihatan, pendengaran, perasa dan penciuman maupun perubahan secara psikologis seperti merasa tidak dihargai dan diacuhkan (Hurlock,1996). Salah satu tugas perkembangan pada masa usia lanjut adalah mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kematian pasangan hidup. Perubahan ini menimbulkan efek terhadap penyesuaian diri dan pola kehidupan dalam keluarga. Kematian seorang teman hidup merupakan trauma khususnya bagi kedua pasangan yang sebelumnya selalu menjalani kehidupan yang sangat aktif bersama-sama. Ini dapat berarti, aktif dari seluruh gaya hidup yang ditempuh bersama-sama, berkenan dengan pekerjaan, hiburan, dan ketergantungan satu sama lainnya (Sedarlah, 2004). Masalah penyesuaian karena kesendirian individu menjadi sangat sulit bagi setiap individu yang ditinggalkan. Hal ini ditunjukkan oleh fakta bahwa keadaan ekonomi yang tidak mencukupi dan pengaruh kebutuhan sosial yang tidak bisa dijalani bersama-sama lagi serta tidak ada lagi teman hidup yang memperhatikan dan menemani seperti sedia kala, hal ini bisa menimbulkan masalah baru yaitu kesepian. Banyak tokoh menjelaskan tentang kesepian, salah satunya adalah Bruno (2000) menjelaskan bahwa kesepian adalah suatu keadaan mental dan emosional yang terutama dicirikan oleh adanya perasaan-perasaan terasing dan kurangnya hubungan yang bermakna dengan orang lain. Dalam menghadapi kematian pasangan hidup, masing-masing individu memiliki tingkat loneliness yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh karakteristik tertentu yang membedakan antara pria dan wanita. Menurut Cohn, Strassberg & Corby (dalam Brehm 1992), wanita biasanya mempunyai ciri khas seperti cenderung membuka diri, termasuk hal-hal yang bersifat pribadi, lebih berorientasi pada perasaan, senang terlibat dalam diskusi-diskusi intim, dan lebih terbuka dalam membicarakan perasaan mereka kepada orang lain. Dalam kehidupannya khususnya pergaulan, wanita cenderung memiliki banyak teman, senang memperkaya persahabatan untuk berbagi cerita, mencurahkan segala masalah yang dialaminya, serta memecahkan masalah mereka secara bersamasama. Pria menurut Peetronio & Weiss (dalam Derlega 1993) pada umumnya tidak suka membuka diri, terutama dalam hal yang berkaitan dengan hal-hal bersifat pribadi, karena bagi pria membuka diri berarti mengungkapkan kelemahannya dan menurunkan sifat maskulinitasnya. Sedangkan menurut Stein (1979) dalam pergaulannya sehari-hari pria umumnya kurang mampu untuk beradapatasi dan hanya memiliki sedikit teman, selain itu pria hanya mempunyai sedikit pengalaman interpersonalnya. Berdasarkan ciri-ciri karakteristik wanita dan pria diatas, dapat disimpulkan bahwa setelah kematian pasangan hidupnya wanita cenderung memiliki tingkat loneliness yang tinggi hal ini sesuai dengan pendapat Borys & Perlman (dalam Deaux, 1993) yang mengatakan bahwa wanita memiliki tingkat loneliness yang lebih tinggi dibanding pria, hal ini disebabkan karena wanita ketika masih bersama pasangan hidupnya selalu menjalankan aktivitas yang aktif secara bersama-sama, selain itu kondisi ekonomi yang mencukupi dan pengaruh kebutuhan sosial yang biasa dijalani bersama-sama sekarang tidak bisa lagi dijalani bersama-sama yang menyebabkan wanita lebih membutuhkan orang lain untuk menjalankan kehidupan tanpa pasangan hidupnya untuk berbagi pikiran dan pengalaman. Sedangkan pria setelah kehilangan pasangan hidupnya karena kenmatian kondisi emosionalnya tidak terlalu berbeda karena karakteristik pria yang tidak suka membuka diri. Apabila dikaitkan dengan loneliness setelah kematian pasangan hidup maka dapat diasumsikan bahwa wanita memiliki tingkat loneliness yang lebih tinggi dibanding pria. Hal ini dikarenakan wanita lebih mungkin mengakui dirinya kesepian dan lebih membutuhkan teman untuk berbagi pikiran dan pengalaman dibandingkan pria. Pria lebih banyak mengingkari kesepian yang dialaminya. Salah satu alasan untuk hal tersebut adalah pria yang kesepian kurang dapat diterima dan lebih sering ditolak secara sosial (Borys & Perlman dalam Deaux, 1993). Menurut stereotip jenis kelamin, pria dianggap

6 kurang pantas mengekspresikan emosinya, dan pria yang menyatakan dirinya kesepian yang berarti menyimpang dari harapan tersebut (Deaux, 1993). Hipotesis Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan tingkat loneliness pada pria dan wanita setelah mengalami kematian pasangan hidup. METODE PENELITIAN Indentifikasi Variabel-Variabel Penelitian Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan diuji adalah : 1. Variabel Bebas : Jenis Kelamin 2. Variable Tergantung : Derajat loneliness Definisi Operasional Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah : 1. Jenis kelamin adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasikan perbedaan pria dan wanita yang dilihat dari sudut anatomi dan biologis. Jenis kelamin ini dapat diketahui dari data identitas subjek. 2. Loneliness adalah perasaan yang tidak menyenangkan karena kurang adanya hubungan yang bermakna dan kurang adanya keakraban dengan orang lain. Untuk mengukur derajat loneliness maka digunakan skala model Likert yang akan diukur dengan aspek-aspek loneliness yang mengacu pada pandangan Peplau dan Perlman (1982) yaitu aspek Need for Intimacy, aspek Cognitive Process, dan aspek Social Reinforcement. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Subjek penelitian ini adalah janda atau duda yang telah ditinggal mati oleh pasangan hidupnya maksimal 5 tahun. Karakteristik subjek dalam penelitian adalah berjenis kelamin pria dan wanita berusia tahun yang dipilih dengan menggunakan teknik sampling accidental sampling. Accidental Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana sampel yang diambil secara tidak sengaja atau kebetulan serta dilakukan secara subjektif dan bila sampel memenuhi kriteria segera diambil (Sugiarto, 2001). Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh melalui metode kuesioner, yaitu daftar pertanyaan atau pernyataan yang diberikan kepada responden baik secara langsung atau tidak langsung untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan yang berupa kuesioner kesepian. Jenis pertanyaan dalam penelitian ini adalah pertanyaan tertutup atau berstruktur, Dalam kuesioner ini terdiri dari identitas subjek dan skala Loneliness berbentuk skala Likert yang disusun oleh peneliti. Kuesioner terdiri atas : 1. Lembar Identitas Subjek Penelitian Dalam lembar ini berisi data singkat mengenai subjek penelitian yang terdiri dari nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan terakhir, pekerjaan saat ini, status, suku bangsa, agama, jumlah anak, dan tempat tinggal. 2. Skala Loneliness Skala Loneliness yang digunakan dalam teknik pengumpulan data ini berbentuk skala Likert, berdasarkan pada aspek-aspek Loneliness yang disusun oleh Kusuma (2004). Aspek-aspek tersebut adalah aspek Need for Intimacy, aspek Cognitive Process, dan aspek Social Reinforcement.. Untuk melakukan pengskalaan dengan metode ini, responden diminta untuk menyatakan kesesuaian atau ketidaksesuaian terhadap isi pernyataan dalam empat macam katagori jawaban yaitu, Sangat Sesuai (SS); Sesuai (S); Tidak Sesuai (TS); Sangat Tidak Sesuai (STS).

7 Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data Agar skala yang digunakan dapat menjalankan fungsinya dengan baik, harus mampu memberikan informasi yang dapat dipercaya dan memenuhi kriteria tertentu. Diantaranya adalah validitas dan reliabilitas. Validitas Validitas sebuah alat tes menyangkut apa yang diukur tes dan seberapa baik tes itu bisa mengukur. Validitas tes memberitahu kita tentang apa yang bisa kita simpulkan dari skor-skor tes (Anastasi dan Urbina, 2003). Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (alat ukur) dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2005). Uji validitas atau kesahihan dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Product Moment dari Karl Pearson, yaitu mengkorelasikan skor setiap item dengan skor total item. Reliabilitas Reliabilitas maksudnya bahwa alat pengukur dengan yang diukur haruslah ada penyesuaian, artinya alat pengukur haruslah terpercaya (Achmadi dan Narbuko, 2003). Reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hal ini ditunjukkan oleh taraf keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh dari subjek yang diukur dengan alat yang sama, atau diukur dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda (Suryabrata, 1999). Reliabilitas menunjuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent item) yang berbeda, atau di bawah kondisi pengujian yang berbeda. Reliabilitas tes menunjuk sejauh mana perbedaan-perbedaan individual dalam skor tes dapat dianggap sebagai penyebab oleh perbedaan-perbedaan sesungguhnya dalam karakteristik yang dipertimbangkan dan disebabkan oleh kesalahan peluang (Anastasi dan Urbina, 2003). Untuk menguji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan perhitungan dengan mengunakan koefisien dari Alpha Cronbach. Perhitungan validitas dan reliabilitas tersebut dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows versi Teknik Analisis Data Pengujian hipotesis mengenai perbedaan loneliness pada pria dan wanita dalam menghadapi kematian pasangan hidup ini menggunakan uji T (t-test), yaitu Independent Sampel t Test. Menurut Santoso (2003) Independent Sampel t Test adalah uji T (t-test) untuk dua sampel independent atau bebas yang bertujuan membandingkan rata-rata dari dua grup yang tidak berhubungan satu dengan yang lain, apakah kedua grup tersebut mempunyai rata-rata yang sama ataukah tidak secara signifikan. Dalam penelitian ini Independent Sampel t Test digunakan untuk melakukan analis perbedaan loneliness (Y) sebagai variabel terikat dari dua kelompok yang berbeda, antara pria (x1) dan wanita (x2) sebagai variabel bebas. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows versi PERSIAPAN, PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan. Alat ukur dalam penelitian ini dipersiapkan dengan menyusun skala loneliness yang disusun oleh Kusuma (2004), yang mengacu pada aspek-aspek loneliness dari Peplau dan Perlman (1982) yaitu, aspek Need for Intimacy, aspek Cognitive Process, dan aspek Social Reinforcement. Pelaksanaan Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan try out terpakai. Hal ini dilakukan karena keterbatasan tenaga dan waktu peneliti. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 11 Maret 8 April Angket disebarkan kepada subjek yang berjenis kelamin pria dan wanita dan berstatus janda atau duda yang telah ditinggalkan pasangan hidup karena kematian serta berusia tahun. Penelitian ini dilakukan

8 terhadap pria dan wanita yang berstatus janda atau duda dan telah ditinggalkan pasangan hidup karena kematian yang ditemui peneliti dimanapun peneliti berada. Dalam penelitian ini peneliti menyebar sekitar 68 angket dan yang terkumpul kembali 65 angket, namun 5 angket tidak terisi semua. Secara umum pelaksanaan penelian ini cukup lancar walaupun terdapat kendala yang ditemui. Kendala tersebut adalah sulitnya mencari subjek penelitian khususnya mencari pria yang berstatus duda yang telah ditinggalkan oleh pasangan hidupnya oleh kematian, sehingga memperlambat pengambilan data. Kendala lain ialah sulitnya meminta subjek untuk mau mengisi angket dari peneliti karena keterbatasan pendidikan, penglihatan dan pendengaran subjek, sehingga peneliti membacakan angket penelitian satu persatu kepada sujek penelitian yang mempunyai keterbatasan tersebut. Hasil Penelitian Deskripsi Subjek Penelitian Tabel 4 Deskripsi Sujek Penelitian No. Identitas Penggolongan Jumlah % Mean Skala Loneliness 1. Jenis kelamin Pria ,67 Wanita ,23 2. Usia 60 Tahun Tahun Tahun Lama ditinggal pasangan 4. Tinggal dengan 1 Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Anak Kerabat / Saudara Sendiri Orang lain Aktivitas Informal Formal Solitary Pekerjaan Tidak bekerja Karyawan Wiraswasta Buruh

9 Penjaga fasilitas umum Pengacara Guru SD Bengkel Pengabar Tingkat Pendidikan SD SMP SMU Sarjana Tidak Sekolah Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Pengujian validitas dan reliabilitas skala loneliness menggunakan uji validitas dengan teknik product moment dari Karl Pearson dan uji reliabilitas dengan teknik Alpha Cronbach. Perhitungan uji validitas dan uji reliabilitas skala loneliness didasarkan pada tabel koefesien korelasi product moment dari Azwar yaitu dasar pengukuran item valid jika taraf signifikasi 0,3. Dari hasil uji coba pada skala loneliness diperoleh hasil bahwa dari 62 item yang diujicobakan terdapat 1 item yang dinyatakan gugur. Item yang valid berjumlah 61 item dengan koefisien validitas bergerak antara 0,326 sampai dengan 0,719. Sedangkan hasil uji reliabilitas menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0,966. Hasil uji validitas dan reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C. Pada tabel 5 di bawah ini dapat dilihat perincian item yang valid pada skala loneliness yang digunakan pada penelitian ini. Tabel 5 Distribusi Item Skala Loneliness Setelah Uji Coba Aspek aspek Loneliness No. Favorable Unfavorable Gugur Valid 1. Need for Intimacy 1, 8, 9, 17, 18, 26, 3, 7, 14, 19, 20, 24, 27, 34, 35, 36, 39, 40, 49, 54, 56 28, 31, 32, 37, 44, 45, 47*, 50, Cognitive Process 4, 5, 16, 23, 30, 55 10, 11, 15, 44, 42, Social Reinforcement 12, 13, 21, 25, 33, 43, 46, 60, 61, 62 2, 6, 22, 29, 38, 48, 51, 52, 53, * : Item yang gugur TOTAL 1 61

10 Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas, dalam hal ini dilakukan guna terpenuhinya normalitas dan homogenitas sebaran data. Uji asumsi dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS for windows versi Uji Normalitas Dari hasil uji normalitas menggunakan one sample Kolmogorov-Smirnov pada skala loneliness diperoleh data bahwa pria diketahui nilai z = 0,130 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,200 (p > 0,05) dan wanita diketahui nilai z = 0,102 dengan tingkat signifikasi 0,200 (p > 0,05). Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa distribusi skor loneliness pada subjek penelitian adalah normal. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 6 berikut : l 6 Test of Normality Jenis Kelamin Kolmogorov- Smirnov P Keterangan Statistik df Sig. Loneliness Pria > 0,05 Normal Wanita > 0,05 Normal Uji Homogenitas Dari hasil pengujian homogenitas diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,820 (p > 0,05), hasil pengujian ini menunjukkan bahwa keduanya mempunyai varians yang sama (homogen). Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 7 berikut : LONELINESS Tabel 7 Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic df1 df2 Sig. Based on Mean Based on Median Based on Median and with adjusted df Based on trimmed mean Hasil Analisis Data Berdasarkan hasil uji asumsi, baik melalui uji normalitas maupun uji homogenitas, diketahui data berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, untuk selanjutnya data penelitian dianalisis dengan menggunakan perhitungan statistik parametrik, yaitu dengan analisis Independent Sample T Test. Dari hasil analisis data diperoleh untuk nilai t sebesar 5,308 dan signifikasi sebesar 0,000 (p < 0.01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini diterima, artinya adanya perbedaan loneliness pada pria dan wanita usia lanjut setelah mengalami kematian pasangan hidup.

11 LONELINESS Equal variances Assumed Equal variances not assumsed Tabel 8 Independent Sampel Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2- tailed).000 Pembahasan Penelitian ini berusaha untuk menguji adanya perbedaan loneliness pada pria dan wanita usia lanjut setelah kematian pasangan hidup. Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa hipotesis penelitian ini diterima, artinya terdapat perbedaan loneliness yang signifikan antara pria dan wanita usia lanjut setelah mengalami kematian pasangan hidup. Dari hasil analisis Independent Sample T Test diketahui bahwa nilai signifikasi sebesar 0,000 (p < 0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis diterima, yaitu adanya perbedaan loneliness yang signifikan antara pria dan wanita usia lanjut setelah mengalami kematian pasangan hidup. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Borys & Perlman (dalam Deaux, 1993) yang menyatakan bahwa wanita memiliki tingkat loneliness yang lebih tinggi dibanding pria. Hal ini dikarenakan wanita lebih mungkin mengakui dirinya kesepian dan lebih membutuhkan teman untuk berbagi pikiran dan pengalaman dibandingkan pria. Pria lebih banyak mengingkari kesepian yang dialaminya. Salah satu alasan untuk hal tersebut adalah pria yang kesepian kurang dapat diterima dan lebih sering ditolak secara sosial. Menurut stereotip jenis kelamin, pria dianggap kurang pantas mengekspresikan emosinya, dan pria yang menyatakan dirinya kesepian yang berarti menyimpang dari harapan tersebut (Deaux, 1993). Dari hasil penelitian juga diketahui perbandingan Mean Empirik dan Mean Hipotetik pada skala loneliness pada pria dan wanita setelah mengalami kematian pasangan hidup, seperti yang dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini : Tabel 9 Mean Empirik dan Mean Hipotetik Skala Loneliness Skala Mean Empirik Mean Hipotetik Standar Deviasi Hipotetik Pria 144,67 152,5 30,5 Wanita 181,23 152,5 30,5 Standar deviasi (SD) hipotetik yang diperoleh untuk pria dan wanita adalah sebesar 30,5. dari data tersebut dapat diketahui bahwa MH + 1SD = 183; MH + 2SD = 213,5; MH 1SD =122; MH 2SD = 91,5. untuk menentukan kategori subjek apakah rendah ataupun tinggi pada pria, ditetapkan sebagai berikut : Rendah : < MH 1SD Sedang : MH 1SD sampai dengan MH + 1SD

12 Tinggi : > MH + 1SD Dengan MH sebesar 152,5 maka loneliness pada pria dan wanita usia lanjut setelah mengalami kematian pasangan hidup masing-masing berada pada kategori sedang. Secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 1 Posisi Tingkat Loneliness pada Pria dan Wanita Setelah Memgalami Kematian Pasangan Hidup dalam Distribusi Normal N - 2SD - 1SD ME(Pria) MH ME(Wanita) +1SD +2SD N 61 91, ,67 152,5 181, ,5 244 Rendah Sedang Tinggi Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas dapat dikatakan bahwa tingkat loneliness pada pria dan wanita setelah mengalami kematian pasangan hidup berada pada kategori sedang, karena mereka masih berinteraksi dengan orang lain, masih diperhatikan dan dihormati oleh anak atau keluarga mereka serta masyarakat sekitar. Selain itu mereka masih aktif menjalankan aktivitas seperti perkumpulan pengajian, berkebun, dan lain sebagainya. Selain hasil mean empirik dan mean hipotetik diatas, pada tabel 10 di bawah ini dapat terlihat hasil deskripsi dari subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin. Tabel 10 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah % Mean Skala Loneliness Pria ,67 Wanita ,23 TOTAL Berdasarkan data tersebut diatas, ditemukan bahwa tingkat loneliness pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Hal ini sesuai dengan pendapat Borys & Perlman (dalam Deaux, 1993) mengatakan bahwa wanita memiliki tingkat loneliness yang lebih tinggi dibanding pria, hal ini disebabkan karena

13 wanita ketika masih bersama pasangan hidupnya selalu menjalankan aktivitas yang aktif secara bersama-sama, selain itu kondisi ekonomi yang mencukupi dan pengaruh kebutuhan sosial yang biasa dijalani bersama-sama sekarang tidak bisa lagi dijalani bersama-sama yang menyebabkan wanita lebih membutuhkan orang lain untuk menjalankan kehidupan tanpa pasangan hidupnya untuk berbagi pikiran dan pengalaman. Sedangkan pria ketika pria ditinggalkan oleh pasangan hidupnya karena kematian kondisi emosionalnya tidak terlalu berbeda karena karakteristik pria yang tidak suka membuka diri. Menurut Stokes & Cevin (dalam Marzukni, 2001) mengatakan bahwa antara pria dan wanita terdapat perbedaan standar untuk melihat derajat kepuasan dalam hubungan sosialnya. Dalam persahabatan, wanita cenderung mementingkan hubungan yang dekat dan intim satu sama lain, serta saling memberikan dukungan sosial, jadi wanita yang tidak memiliki sahabat yang dekat kemungkinan besar lebih mengalami kesepian. Sedangkan pria lebih berorientasi pada kelompok, sehingga makin sempit jaringan sosialnya, maka lebih mengalami kesepian. Pada tabel 11 di bawah ini terdapat deskripsi dari subjek penelitian berdasarkan tempat tinggal. Tabel 11 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Tempat Tinggal Tempat Tinggal Jumlah % Mean Skala Loneliness Anak Kerabat / Saudara Sendiri Orang lain TOTAL Berdasarkan hasil deskripsi tempat tinggal, ditemukan bahwa subjek yang tinggal sendiri memiliki tingkat loneliness yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek yang tinggal dengan anak, kerabat/ saudara dan orang lain. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh de Jong-Gierveld (1987), mengemukakan bahwa pemilihan tempat tinggal merupakan faktor yang sangat penting terhadap kesepian dan hal itu mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung. Hasil yang diperoleh adalah bahwa individu yang hidup bersama anak atau saudara memiliki tingkat kesepian yang lebih rendah dari pada individu yang tinggal sendiri. Pada tabel 12 di bawah ini terdapat deskripsi dari subjek penelitian berdasarkan aktivitas. Tabel 12 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Aktivitas Aktivitas Jumlah % Mean Skala Loneliness Informal Formal Solitary TOTAL

14 Berdasarkan hasil deskripsi aktivitas, ditemukan bahwa individu yang memiliki aktivitas solitary (secara individual) memiliki hubungan yang paling rendah dengan kepuasan hidup yang menyebabkan individu tersebut memiliki tingkat loneliness yang lebih tinggi dibandingkan kedua tipe aktivitas lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Paloutzian & Ellison (dalam Pertiwi, 2001) bahwa orang lanjut usia yang aktif memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi, sedangkan salah satu indikator kepuasan hidup yang tinggi adalah rendahnya tingkat kesepian yang dirasakan. Semakin rendah tingkat kesepiannya, maka kepuasan hidup yang dirasakan semakin tinggi. Jadi dapat diasumsikan bahwa kesepian yang dirasakan lanjut usia akan berbeda antara individu yang aktif dan yang tidak aktif, dimana lanjut usia yang aktif akan memiliki tingkat kesepian yang lebih rendah, dan sebaliknya individu yang tidak aktif akan memiliki tingkat kesepian yang lebih tinggi. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil pengumpulan data dan hasil analisi data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini diterima. Ada perbedaan loneliness yang signifikan pada pria dan wanita usia lanjut setelah mengalami kematian pasangan hidup. Dalam penelitian ini juga diperoleh hasil perhitungan skala loneliness yang mengambarkan pria dan wanita usia lanjut setelah mengalami kematian pasangan hidup berada dalam katagori sedang. Berdasarkan hasil deskripsi jenis kelamin diketahui bahwa wanita memiliki tingkat loneliness yang lebih tinggi daripada pria. Demikian pula hasil deskripsi subjek penelitian berdasarkan tempat tinggal diketahui bahwa subjek yang tinggal sendiri memiliki tingkat loneliness yang lebih tinggi disbanding dengan subjek yang tinggal dengan anak, kerabat/ saudara dan orang lain. Selain itu, hasil deskripsi subjek penelitian berdasarkan aktivitas diketahui bahwa subjek yang memiliki aktivitas solitary (secara individual) memiliki tingkat loneliness yang lebih tinggi dibandingkan kedua tipe aktivitas lainnya yaitu informal dan formal. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Bagi subjek penelitian Penulis menyarankan untuk mengambil makna positif dari kesepian dengan membangun relasi yang bermakna dengan orang lain, melakukan hal-hal yang positif dan kreatif serta mempelajari ketrampilan- ketrampilan baru, yang paling penting adalah menyadari bahwa situasi bisa berubah, bahwa perasaan kesepian tidak akan selamanya dan individu lain juga mengalaminya. 2. Bagi peneliti selanjutnya Penulis menyarankan untuk mengikutsertakan dan memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi loneliness dan mencoba variabel-variabel lainnya yang lebih berpengaruh, sehingga diperoleh hasil yang maksimal. DAFTAR PUSTAKA Achmadi, A. & Narbuko, C Metodologi Penelitian: Memberikan bekal teoritis pada mahasiswa tentang metodologi penelitian serta diharapkan dapat melaksanakan penelitian dengan langkah-langkah yang benar. Jakarta: Bumi Aksara. Anastasi, A. & Urbina, S Tes Psikologi. Alih bahasa : Rubertus H. Imam. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia. Ayu, I. P Perbedaan Sikap terhadap Cybersex Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Dewasa Awal. Skripsi. (Tidak Diterbitkan) Depok : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

15 Azwar, S Tes Prestasi: Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron & Byrne Social Psychology. New York: Allyn & Bacon. Bruno, F. J Conquer Loneliness : Menaklukan Kesepian. Alih Bahasa: Sitanggang, A.R.H. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama. Burns, D. D Mengapa Kesepian : Program Baru Yang Telah Diuji Secara Klinis. Jakarta: Penerbit Erlangga. Dagun, S. M Feminin dan Maskulin: Perbedaan Antar Pria dan Wanita dalam Fisiologi. Jakarta: Rineka Cipta. Deaux, K, Dane, F. C, & Wrightsman, L. S Social Psychology In The 90s California: Wadsworth Inc. ( 6th ed.). de Jong-Gierveld, J., & Raadschelders, J Types of Loneliness. Dalam L.A. Peplau & D. Perlman (eds), Loneliness : A Sourcebook of Current Theory, Research and Therapy (h ). New York: John Wiley & Sons, Inc. De Jong-Gierveld, J Developing and Testing a Model of Loneliness. Journal of Personalityand Social Psychology, 53 (1), Derlega, V.J & Margulis S.T Self Disclosure. Newbury Park: Sage Publication Inc. Kusuma, D. F Hubungan Antara Kesepian dengan Kecemasan Pada Karyawati Lajang. Skripsi.(Tidak diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Haditono, S.R., Suwarsiyah, A., & Singgih, W.S Aktivitas dan Non Aktivitas dalam Hubungan dengan Rasa Kebahagiaan Hidup pada Masa Usia Lanjut. Laporan Penelitian. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. Hulme, W. E Kesepian : Sumber Ilham yang Kreatif. Cetakan kelima. Alih Bahasa: Sitanggang, A.R.H. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Hurlock, E. B Psikologi Perkembangan. (edisi ke-5). Jakarta : Erlangga. Jones, W.H Loneliness and Social Behavior. Dalam L.A Peplau & D. Perlman (eds), Loneliness : A Sourcebook of Current Theory, Research and Therapy (h ). New York: John Wiley & Sons, Inc. Kartono, K Psikologi Wanita. Bandung: Mandar Maju. Kurniadi, TK Wulan : Mandiri, Terhormat, Bermakna Pergumulan, Pemikiran, Gagasan dan Perjuangan. Jakarta : Yayasan Darma Wulan Lake, T Kesepian (Terjemahan). Jakarta: Arcan.

16 Marzukni, W Penghayatan Kesepian Pada Napi Wanita. Skripsi.(Tidak diterbitkan) Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Papalia, D. E Human Developmemtal. New York : McGray-Hill College. Papalia, D. E. & Olds, S.W Human Developmemtal. (3rd ed). New York : McGray-Hill College. Peplau, A, & Perlman., D Loneliness : a Source Book of Current Theory, Research and Therapy. New York: John Wiley & Sons, Inc. Perkumpulan Siswa-siswa AlKitab. Bertukar Fikiran Mengenai Ayat-ayat AlKitab Jakarta : Perkumpulan Siswa- siswa AlKitab. Santrock, J. W Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima. Jilid Dua. Jakarta : Erlangga. Sears, D. O, Fredmand, J. L, & Peplau, L. A Psikologi Sosial (jilid 1). Jakarta : Erlangga. Sears, D. O, & Peplau, J. A Social Psychology (7th ed.). Englewood Inc. Sunarto, K Pengantar Sosiologi (edisi kedua). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sugiarto Tehnik Sampling. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Suryabrata, S Pengembangan Alat Ukur Psikologi. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta Weenolsen, P Mati Bahagia. Alih Bahasa Huber, T. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Sadarlah : Sendirian Tapi Tidak Kesepian. Artikel. Jakarta: Perkumpulan Siswa-siswa Alkitab.

17

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

Agresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan

Agresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA MADYA DI SMA X BOGOR LATAR BELAKANG MASALAH Agresivitas Persahabatan Kesepian Penolakan AGRESIVITAS Perilaku merugikan atau menimbulkan korban pihak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugioyo, 2001), variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif, menurut Sudijono (2010) penelitian komparatif adalah salah satu teknik analisis statistik yang dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian ini melakukan kajian tentang perbedaan tingkat learned helplessness siswa yang memiliki prestasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENGGUNAAN FACEBOOK DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI PADA SISWA-SISWI DI SMA NEGERI 8 BEKASI Putri Ratna Juwita Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012

PERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012 PERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH 10508075 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Mahasiswa Tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, diperlukan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, diperlukan BAB III METODE PENELITIAN Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, diperlukan metode penelitian. Seperti yang sudah Penulis paparkan pada bab satu, metode penelitian yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional kuantitatif. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu syarat utama dalam penelitian ilmiah, untuk menentukan, mengembangkan dan menguji suatu kebenaran pengetahuan. Metode yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dilakukan dengan mengumpulakan data yang berupa angka. Data tersebut kemudian diolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pedoman Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan jenis studi korelasi. Alasan peneliti menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2009 : 96).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2009 : 96). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel disebut juga sebagai objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN oleh : MUTYA GUSTI RAMA Dra. AISAH INDATI, M.S FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan studi korelasional yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan di uraikan tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, karena subjek

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, karena subjek BAB III METODE PENELITIAN A. Disain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, karena subjek dalam penelitian ini (baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol) tidak dipilih secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya kepemimpinan partisipatif dan Work

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian (disebut juga rancangan penelitian; proposal penelitian atau usul penelitian) adalah penjelasan mengenai berbagai komponen yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan pada penelitian deskriptif atau dalam rangka pengujian hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan pada penelitian deskriptif atau dalam rangka pengujian hipotesis 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan pada data-data numerical atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang digunakan Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode yang menekankan analisisnya pada datadata numerical (angka)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Awal Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum penelitian dilaksanakan adalah perlunya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didik kelas VII di SMP Negeri 2 Pariaman, maka dalam penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didik kelas VII di SMP Negeri 2 Pariaman, maka dalam penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui hubungan signifikan keharmonisan keluarga Islami dengan penyesuaian diri pada peserta didik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisa data serta validitas dan reabilitas alat ukur. penelitian, untuk menentukan desai penelitian yang dipakai:

BAB III METODE PENELITIAN. analisa data serta validitas dan reabilitas alat ukur. penelitian, untuk menentukan desai penelitian yang dipakai: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : Variabel Tergantung : Kematangan karir pada remaja Variabel Bebas : 1. Self-Esteem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Untuk dapat meneliti konsep empirik, konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Menurut Arikunto (2006), variabel adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang suatu penelitian dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara attachment (X) dengan cinta pada individu dewasa yang telah menikah (Y), maka penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Ruseffendi (2010, hlm. 35) mengemukakan, Penelitian eksperimen atau percobaan adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang asuransi jiwa, yaitu PT. Prudential Life Assurance (Prudential

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan. kuantitatif maupun kualitatif (Azwar, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN. inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan. kuantitatif maupun kualitatif (Azwar, 2004). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan angka-angka yang

BAB III METODE PENELITIAN. interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan angka-angka yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yang mempunyai tata cara, yaitu pengambilan keputusan, interpretasi data dan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas tentang orientasi kancah penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian, hasil uji coba, hasil uji asumsi, hasil uji hipotesa dan pembahasan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penguasaan konsep dan keterampilan proses sains antara siswa yang mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN. penguasaan konsep dan keterampilan proses sains antara siswa yang mendapatkan 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu dan deskriptif. Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui perbandingan peningkatan penguasaan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2006:118) Objek penelitian adalah fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Diskripsi Data 4.1.1.1 Objek Dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 37 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu di kampus program studi Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian 1. Variabel Penelitian Untuk menguji hipotesis penelitian, akan dilakukan pengidentifikasian variabel-variabel yang diambil dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah 23 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah atau prosedur kerja sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah dukungan sosial orang tua, harga diri (self-esteem) sebagai variabel bebas dan prestasi belajar sebagai variabel terikat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Data dari metode penelitian kuantitatif ini berupa angka-angka dan. analisisnya mengunakan statistik (Sugiyono,2010:7).

BAB III METODE PENELITIAN. Data dari metode penelitian kuantitatif ini berupa angka-angka dan. analisisnya mengunakan statistik (Sugiyono,2010:7). 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian studi komparasi atau perbandingan yang bermaksud untuk mengadakan perbandingan kondisi yang ada di dua tempat, apakah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional (X) dengan efektivitas kinerja karyawan (Y),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah tidaknya suatu penelitian sangat tergantung pada metodologi yang

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah tidaknya suatu penelitian sangat tergantung pada metodologi yang 47 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara memecahkan persoalan dalam penelitian ilmiah tidaknya suatu penelitian sangat tergantung pada metodologi yang digunakan. 55 Kesalahan dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif untuk mengetahui perbedaan kinerja pegawai pria dan pegawai wanita Kantor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda,

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda, Aceh Tamiang. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2015 sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Pendekatan dan jenis penelitian. penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Pendekatan dan jenis penelitian. penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan jenis penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data angka (numerikal) yang

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data angka (numerikal) yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data angka (numerikal) yang diolah dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik komparatif. Penelitian dengan teknik komparatif yakni jenis penelitian yang bertujuan membandingkannya dengan melihat persamaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelit ian yang digunakan dalam

BAB 3 METODE PENELITIAN. metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelit ian yang digunakan dalam BAB 3 METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menekankan analisinya pada data-data numerikal (angka) tentang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai. 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan penelitian agar tidak

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 25 3. METODE PENELITIAN Pada bagian ketiga ini, peneliti akan menjelaskan mengenai permasalahan penelitian, hipotesis penelitian, variabel-variabel penelitian, tipe dan desain penelitian, partisipan penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian ini menggunakan analisis komparatif atau analisis perbedaan yang artinya bentuk analisis variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dari skala kepuasan perkawinan dan keterbukaan diri peneliti melakukan pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Suryabrata, 2004). Sedangkan menurut Winarsunu (2006), variabel diartikan sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. (Suryabrata, 2004). Sedangkan menurut Winarsunu (2006), variabel diartikan sebagai BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian (Suryabrata, 2004). Sedangkan menurut Winarsunu (2006), variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuasi eksperimen yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan) merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang meliputi: desain penelitian, variabel penelitian, definisi konseptual dan operasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor- faktor yang berperan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor- faktor yang berperan dalam 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor- faktor yang berperan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian kuantitatif.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Artikel Skripsi HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Jurusan Bimbingan Konseling FKIP UNP Kediri Oleh: SUCI

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 35 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji suatu kebenaran pengetahuan dengan menggunakan cara atau metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Ciri-ciri sebuah penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel terikat : Learned Helplessness Variabel bebas : Status kelas: - Kelas Reguler - Kelas Unggulan B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying

BAB III METODE PENELITIAN. sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying 88 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini berorientasi pada penelitian kuantitatif, yakni ingin melihat sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguraikan mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi Operasional Penelitian, (D). Subjek

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum peneltian dilaksanakan adalah perlunya memahami orientasi

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1 Variabel Variabel penelitian pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian 3.1.1 Jenis penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian quasi eksperimen yaitu desain eksperimen dengan kelompok kontrol dan kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan tekhnik korelasional yang bertujuan untuk mencari

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan tekhnik korelasional yang bertujuan untuk mencari 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk pendekatan penelitian kuantitatif yang menekankan pada analisis data numerikal yang diolah dengan metode statistika. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasi yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara kepercayaan diri dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN Bab ini membahas mengenai persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan yang terdiri dari uji validitas, uji reliabilitas, serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D)

BAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D) 87 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: (A) Identifikasi Variabel Penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Gaya Manajemen Konflik 2. Variabel Bebas : Kompetensi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Jenis penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif yang bersifat korelasi untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan tergantung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah : B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah : B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Variabel Tergantung : Prokrastinasi 2. Variabel Bebas : Kecemasan B. Definisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Tengaran sebagai SMP Regular dan SMP Terbuka Tengaran yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasional seorang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasional seorang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menguraikan tentang variabel penelitian, definisi operasional, metodologi pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan unsur penting di dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu daya tarik interpersonal dan kohesivitas kelompok. Untuk kepentingan penelitian ini, maka pelaksanaannya

Lebih terperinci

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya PERANAN INTENSITAS MENULIS DI BUKU HARIAN TERHADAP KONSEP DIRI POSITIF PADA REMAJA Erny Novitasari ABSTRAKSI Universitas Gunadarma Masa remaja merupakan masa mencari identitas diri, dimana remaja berusaha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. a. Variabel Terikat (Y) : Prestasi Kerja Karyawan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. a. Variabel Terikat (Y) : Prestasi Kerja Karyawan BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Identifikasi merupakan variabel yang diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu: a. Variabel Terikat (Y) : Prestasi Kerja Karyawan b. Variable Bebas (X) :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam suatu penelitian. Menurut Kerlinger variabel sebagai sebuah konsep.

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam suatu penelitian. Menurut Kerlinger variabel sebagai sebuah konsep. 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi fokus di dalam suatu penelitian. Menurut Kerlinger variabel sebagai sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

Lebih terperinci