BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tanah dan Bangunan Arti dari lahan (site) adalah permukaan daratan yang memiliki kekayaan benda padat, cair dan gas, sedangkan tanah (soil) yang dimaksud dalam hal ini adalah benda berwujud padat, cair dan gas yang terdiri dari bahan organik maupun anorganik yang terdapat di dalam tanah. Tanah dijadikan sebagai barang investasi yang menguntungkan sekaligus mendorongspekulasi karena di satu sisi ketersediaan lahan tersebut, sedangkan di sisi lain permintaan akan lahan semakin bertambah terus-menererus, sehingga mengakibatkan nilai tanah menjadi mahal terutama bila berdekatan dengan pusat-pusat kota (Eckert, 1990). Tanah memiliki kekuatan ekonomis dimana nilai atau harga tanah sangat tergantung pada penawaran dan permintaan. Dalam jangka pendek penawaran inelastis, hal ini berarti harga tanah pada wilayah tersebut menjadi tergantung pada faktor permintaan, seperti kepadatan penduduk dan tingkat pertumbuhannya, tingkat kesempatan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat serta kapasitas sistem transportasi dan tingkat suku bunga (Eckert, 1990). Tanah dan bangunan adalah kebutuhan hidup manusia memiliki nilai yang membuatnya menjadi sangat berarti bagi manusia.menurut Marihot P. Siahaan (2003), nilai tanah dan bangunan bagi manusia ditentukan adanya 5 ciri tanah dan

2 digilib.uns.ac.id 10 bangunan, yang disingkat sebagai DUST + V yaitu meliputi permintaan (demand), kegunaan bagi pemiliknya (utility), memilikikelangkaan (scarcity), bisa dipindahtangankanatau dialihkan (transferability), dan bisa dinilai dengan uang (valuable). Tanah memang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, dan tak pernah sepi peminat.tetapi tanah juga memiliki standart harga yang tidak selalu stabil.tetapi secara umum, trend harga tanah cenderung terus meningkat.dan juga diketahui bahwa beberapa hal yang mempengaruhi harga tanah di setiap wilayah berbedabeda dan sering bersifat lokal (Aliyah, 2011). Desain arsitektur bangunan yang bertema perumahan telah menjadi tren yang berkembang pesat, hingga setiap perumahan hampir selalu tampil dengan desain bangunan dengan tema tertentu untuk mengembangkan lingkungannya. Dalam perkembanganya desain arsitektur perumahan sekarang muncul sebagai komoditi komsumsi manusia sehingga terjadi perubahan fungsi hunian sebagai rumah tinggal bertambah pada kenyamanan, keamanan, kebanggaan dan keindahan yang akan ditempati. Fenomena bangunan tematik dimulai sejak hilangnya batas ruang dan waktu di era teknologi informasi sehingga kita bisa melihat banyak sekali karya arsitektur di tempat yang berbeda hanya dengan visualisasi gambar, hal ini membuat banyak sumber ide yang dapat diambil dari mana saja. Berbagai macam artefak fisik karya arsitektur yang dilepas begitu saja dari konteks ruang geografis dan waktu kemudian direproduksi menjadi komoditas yang saat ini banyak digunakan sebagai tema keseharian commit dalam to kompleks user perumahan urban.

3 digilib.uns.ac.id 11 Di Kelurahan Singopuran sendiri fenomena bangunan tematik sudah tumbuh dari beberapa perumahan. Semua desain tersebut merupakan tawaran tempat tinggal sekaligus menawarkan keindahan fisik bangunan yang berbeda. Namun sejauh mana makna yang ingin ditampilkan perancang melalui visualisasi bangunan tersebut dapat tersampaikan kepada penggunanya, diperlukan wawasan yang lebih luas mengenai pentingnya pemahaman bahwa perancangan harus kembali kepada manusia sebagai penggunanya, memang pengertian keindahan luas sekali yang didalamnya terdapat ekspresi, proporsi, dan komposisi yang pada prinsipnya masih tergantung dari persepsi pengamatnya. Faktor-faktor untuk mempertimbangkan desain rumah antara lain dengan memperhatikan bentuk denah rumah, luas lahan / luas bangunan, tampak rumah. Luasan tanah yang besar memberikan konsumen berbagai pilihan untuk memperluas rumah untuk pengembangan rumah tersebut. Luas setiap ruangan menentukan keleluasaan menata interior ruangan. Tampak rumah membuat rumah bisa tampil unik, menarik dan merepresentasikan jati diri. Kapasitas rumah dan jumlah orang yang akan tinggal harus disesuaikan dengan kebutuhan. Perawatan berkala terhadap rumah dapat menjaga nilai dan kualitas bangunan rumah. Mutu dan desain bangunan harus dipertimbangkan oleh konsumen karena kualitas bangunan yang memenuhi standar dapat memberikan ketahanan dan kenyaman dalam rumah, serta desain bangunan yang sesuai kriteria konsumen akan berpangaruh terhadap harga rumah itu dan akhirnya mempengaruhi keputusan pembelian akan rumah tersebut (Effendi, 1996).

4 digilib.uns.ac.id Perumahan Menurut UU RI No.4 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat (2), rumah memiliki arti bangunan dan lingkungan tempat tinggal dilengkapi dengan sarana dan prasarana fasilitas yang memenuhi syarat-syarat untuk mendukung kehidupan manusia. Rumah menjadi pelindung yang menutupi manusia dari dunia luar. Filosofi rumah dapat diibaratkan tubuh manusia yang membutuhkan penutup berupa rumah (Taylor, 1990). Rumah akan disebut menjadi perumahan apabila menjadi sekumpulan kesatuan di atas petak-petak lahan individu atau sebagai kelompok rumah gandeng atau sebagai bangunan apartemen (Davis, 1993). Rumah dapat dianggap mesin, alat penggandaan produksi. Tapi nilai rumah lebih dari itu, rumah adalah citra, cahaya pantulan jiwa dan cita-cita kita. Rumah adalah lambang yang membahasakan segala yang manusiawi, indah dan agung dari dia yang membangunnya; kesederhanaan dan kewajarannya yang memperteguh hati setiap manusia. Rumah memang kita gunakan, namun lebih dari itu, rumah adalah cerminan jiwa yang bermartabat (Yusuf, 1995). Batasan permukiman atau pemukiman terkait erat dengan konsep lingkungan hidup dan penataan ruang. Pemukiman adalah area tanah yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan dan merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan (Raldi, commit 1995). to user

5 digilib.uns.ac.id 13 Rumah harus dapat memberikan lingkungan yang aman, sehat dan nyaman. Pemerintah dengan wewenang yang dimilikinya memberikan arahan, standar peraturan dan ketentuan yang harus dilaksanakan oleh pihak pengembang. Berdasarkan UU No 4 Tahun 1992, kewajiban pengembang antara lain : a. Pengembang harus membangun jaringan prasarana lingkungan rumah mendahului pembangunan rumah, memelihara dan mengelolanya sampai pengesahan dan penyerahan kepada Pemerintah Daerah. b. Mengkoordinasikan penyelenggaraan penyediaan fasilitas umum. c. Melakukan penghijauan lingkungan perumahan. d. Menyediakan tanah untuk sarana lingkungan. e. Membangun rumah. Silas (2002), mengatakan bahwa aspek yang paling dominan mempengaruhi perumahan di masa sekarang adalah keberlanjutannya (sustainability). Aspek ini memiliki konsep yang rumit walaupun tampak sederhana. Ada lima syarat dari rumah yang berkelanjutan, yaitu: 1) Mendukung peningkatan mutu produktivitas kehidupan penghuni baik secara sosial, ekonomi dan politik. Artinya setiap anggota penghuni terinspirasi untuk melakukan tugasnya lebih baik. 2) Tidak menimbulkan gangguan lingkungan dalam bentuk apapun sejak pembangunan, pemanfaatan dan apabila harus dimusnahkan. Ukuran yang dipakai terhadap gangguan yang terjadi terhadap lingkungan adalah efektivitas konsumsi energi.

6 digilib.uns.ac.id 14 3) Mendukung peningkatan mobilitas kesejahteraan penghuninya secara fisik dan spiritual. Berarti penghuni mengalami terus peningkatan mutu kehidupan fisik dan non-fisik. 4) Menjaga keseimbangan antara perkembangan fisik rumah dengan mobilitas sosial-ekonomi penghuninya. Pada awalnya keadaan fisik rumah lebih tinggi dari keadaan non-fisik, namun ini berbalik setelah penghuni mapan di rumah tersebut. 5) Membuka peran penghuni/pemilik yang besar dalam pengambilan keputusan terhadap proses pengembangan rumah dan rukun warga tempat dia berinteraksi dengan tetangga. antara lain : Persyaratan yang harus dipenuhi di suatu lokasi kawasan perumahan a. Tidak terganggu oleh polusi air, udara, maupun suara b. Tersedia air bersih c. Memungkinkan untuk melakukan perkembangan pembangunan d. Aksesbilitas yang baik e. Mudah dan aman menuju tempat kerja f. Tidak berada di bawah permukaan air lingkungan g. Memiliki kemiringan yang rata Tempat keramat / bersejarah dan tempat yang menjadi penghidupan penduduknya harus diperhatikan saat menentukan lokasi perumahan. Selain itu, pembangunan perumahan harusdidasari rencana tata ruang wilayah perkotaan dan rencana tata ruang wilayah.

7 digilib.uns.ac.id 15 Menurut C.A. Doxiadis (Time-Savern Standards for Urban Design, McGraw-Hill, 1966), ada lima unsur yang cukup tepat untuk sebuah pendekatan yang menyeluruh terhadap permukiman, unsur-unsur itu disebut Ekistic Element, yaitu : a. Individu (man) Maksudnya manusia sebagai individu, meliputi perempuan dan lakilaki b. Masyarakat (society) Kegiatan saling berinteraksi dengan kecenderungan populasi, menggolongkan perilaku, kebiasaan sosial, jabatan, pendudukan, pendapatan, dan pemerintahan. Masyarakat merupakan hal utama yang tidak bisa dipisahkan dalam komunitas masyarakat kecil setelah menjadi komunitas yang lebih besar (permukiman) c. Alam (nature) Adanya ekosistem untuk individu dan masyarakat beraktivitas dan menempati kota dan permukiman. Keterkaitan antara manusia, mesin, permukiman dan alam sangat penting seperti halnya daya dukung daerah, benua dan terakhir keseluruhan planet d. Pelindung (shells) Pelindung digunakan sebagai istilah umum untuk semua bangunan dan stuktur e. Jaringan (network) Jaringantransportasi, komunikasi dan fasilitas pendukung permukiman, terikat commit bersama to user dalam organisasi dan struktur.

8 digilib.uns.ac.id 16 Perubahan jaringan tersebut sangat mempengaruhi pola kota dan sering juga pengembangan di dalam jaringan dapat mengakibatkan pengembangan yang baru terhadap kota besar dan masyarakatnya. Aristoteles berkata, bahwa sasaran permukiman untuk sebuah kota besar adalah untuk membuat individu yang bahagia dan aman. Keselamatan tidaklah hanya terbatas pada keselamatan dari peperangan, tetapi keselamatan dari kejahatan, polusi dan bencana alam. Doxiadis mengatakan bahwa untuk aman, untuk tinggal dan untuk mencapai kebahagiaan, manusia harus membangun permukiman yang mengikuti prinsip prinsip dasar seorang individu mencari kebahagiaan : a. Kontak/interaksi maksimal (maximal contacts) b. Usaha minimum (minimum effort) c. Ruang optimal (optimum space) d. Lingkungan yang berkualitas (quality of environment) e. Optimal dalam mengkaji prinsip-prinsip (optimum in the synthesis of all principles). 3. Harga, Lokasi dan Lingkungan Harga Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, harga adalah jumlah uang atau alat tukar lain yang senilai, yang harus dibayarkan untuk produk atau jasa pada waktu tertentu dan di pasar tertentu.

9 digilib.uns.ac.id 17 Alfred Marshall ( ) dalam Principles of Economics, yang diterbitkan tahun 1890, menjelaskan bahwa permintaan dan penawaran secara simultan menentukan harga.permintaan dan penawaran secara bersama-sama menentukan harga (P) dan kuantitas keseimbangan suatu barang (Q) (Nicholson, 2002). Gambar 2.1. Kurva Permintaan dan Penawaran Menurut Marshall Sumbangan yang paling terkenal dari pemikiran Marshall dalam teori nilai merupakan sintetis antara pemikiran pemula dari marjinalis dan pemikiran Klasik. Bekerjanya permintaan dan penawaran seperti bekerjanya dua mata gunting, dengan demikian, analisis ongkos produksi merupakan pendukung sisi penawaran dan teori kepuasan marjinal sebagai inti pembahasan permintaan. Untuk memudahkan pembahasan keseimbangan parsial, maka digunakannya asumsi ceteris paribus.

10 digilib.uns.ac.id 18 Harga adalah unsur tunggal dalam pemasaran yang menghasilkan pendapatan penjualan. Penetapan harga pada perusahaan besar umumnya ditentukan oleh manajer divisi atau bagian produksi, tetapi pihak manajemen perusahaan tetap menentukan tujuan dan kebijakan umum mengenai harga jual, dan sering juga sejalan dengan usulan harga yang diajukan oleh para manajernya (Kotler, 1998 : 120). Menurut Kotler (1998), ada enam langkah pokok dalam penetapan harga jual suatu produk yang dapat dilakukan oleh produsen, yaitu dengan : a. Menetapkan tujuan pemasaran, misalnya untuk bertahan hidup, maksimalisasi keuntungan jangka pendek, unggul dalam pangsa pasar, atau unggul dalam kualitas produk. b. Menentukan kurva permintaan yang memperlihatkan jumlah produk yang akan dibeli di pasar dalam waktu tertentu, pada berbagai tingkat harga. Semakin inelastis permintaan, makin mampu perusahaan menaik - turunkan harganya. c. Memperkirakan mengenai perilaku biaya pada berbagai tingkat produksi dan perilaku biaya dalam kurva pengalamannya. d. Menguji dan mengambil sampel harga - harga kompetitor sebagai dasar penetapan harga jualnya sendiri. e. Perusahaan dapat memilih berbagai metode penentuan harga, yaitu : cost plus, analysis break even dan target profit, perceived value, going rate dan sealed-bid pricing.

11 digilib.uns.ac.id 19 f. Menentukan harga final yang harus mencerminkan berbagai cara psikologis yang paling efektif, harus mempertimbangkan reaksi yang mungkin muncul dari distributor, dealer, tenaga penjualperusahaan, kompetitor, pedagang dan pemerintah. Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu, dan pada tingkat harga tertentu. Keinginan para penjual dalam menawarkan barangnya pada berbagai tingkat harga ditentukan oleh beberapa faktor. adalah : Menurut Sadono Sukirno (2005), faktor yang mempengaruhi penawaran 1. Harga 2. Harga barang lain 3. Biaya faktor produksi 4. Teknologi 5. Tujuan perusahaan 6. Ekspektasi (ramalan) Ditinjau dari jumlah barang yang ditawarkan, penawaran dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penawaran perorangan dan penawaran kolektif. a. Penawaran Individu Penawaran individu adalah jumlah barang yang dijual oleh seorang penjual.

12 digilib.uns.ac.id 20 b. Penawaran Kolektif Penawaran kolektif disebut juga penawaran pasar. Penawaran kolektif adalah keseluruhan jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual di pasar. Penawaran pasar adalah penjumlahan dari keseluruhan penawaran perorangan. Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang, semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan dengan asumsi ceteris paribus (the other things on held constant). Developer perumahan sebagai produsen memiliki beberapa tujuan dalam penetapan harga (Peter, J.Paul & Olson, Jerry C, 2000 : 238), yaitu : a. Meningkatkan penjualan b. Menargetkan pangsa pasar c. Keuntungan jangka panjang maksimum d. Keuntungan jangka pendek maksimum e. Pertumbuhan f. Stabilisasi pasar g. Menurunkan sensitivitas konsumen terhadap harga h. Mempertahankan kepemimpinan harga i. Menakut - nakuti pendatang baru j. Mempercepat runtuhnya perusahaan - perusahaan marjinal.

13 digilib.uns.ac.id 21 Menurut Tutu (2007), konsumen dapat menafsirkan harga rumah secara rasional dengan dua komponen dasar, yaitu: a. Harga tanah 1) Status tanah Dalam hal ini mengenai keberadaan surat tanah, apakah berupa Sertifikat atau surat kepemilikan yang lain. Sertifikat itu sendiri ada yang berupa Sertifikat Hak Milik (SHM) dan Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB). Status yang bermacam macam membuat harga tanah beraneka ragam pula. 2) Lokasi tanah Terkait dengan NJOP (Nilai Jual Obyek Pajak), misalnya pada suatu kawasan terdapat lokasi dengan NJOP yang sama akan tetapi harga jual tanahnya berbeda untuk seluruh kawasan tersebut. Hal seperti ini bisa terjadi karena di kawasan itu ada tanah yang berada dalam gang dan ada yang di tepi jalan besar atau ada tanah yang terdapat pada lokasi yang sama tetapi salah satu tanah yang dimaksud kondisinya ada di bawah permukaan jalan, jadi sebelum dibangun harus diuruk dulu.

14 digilib.uns.ac.id 22 b. Harga bangunan 1) Permanensi bangunan Permanensi bangunan ada empat macam, yaitu bangunan tidak permanen, semi permanen, permanen, dan monumental. 2) Usia bangunan Semakin tua usia sebuah bangunan maka semakin murah harganya. Karena dianggap ada penyusutan (4% per tahun). Nilai penyusutan ini bisa berubah misalnya, semakin terawat sebuah rumah maka nilai penyusutannya akan semakin kecil dan begitu juga sebaliknya. 3) Bentuk dan ukuran bangunan Sebaiknya konsumen menilai bentuk bukan dalam arti model saja, tetapi juga pengorganisasian ruang. Maksudnya, apakah penataan ruang sudah sesuai dengan kebutuhan atau belum. Dari segi ukuran dapat dipastikan bahwa semakin besar sebuah rumah maka harganya akan semakin tinggi. Tetapi untuk rumah dengan luas yang sama harganya bisa berbeda - beda tergantung jumlah pembagian ruang di dalamnya. Hukum permintaan mengatakan bahwa semakin rendah harga barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut., ataupun sebaliknya. Trend kenaikan harga properti akan sangat dipengaruhi oleh kenaikan angka pertumbuhan penduduk di sebuah negara atau daerah, kemampuan dana juga sangat mempengaruhi, pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, perkembangan tingkat suku bunga, sarana investasi jangka panjang. Mereka

15 digilib.uns.ac.id 23 berharap akan mendapatkan penghasilan berupa sewa rumah.harga bukanlah satusatunya pertimbangan yang harus diambil guna mengambil keputusan untuk membeli rumah.keputusan ini juga didasari oleh beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan.aspek-aspek tersebut adalah lokasi, akses jalan menuju rumah, lingkungan sekitar rumah, keadaan fisik rumah itu sendiri, serta ukuran yang sesuai dengan yang diinginkan. Dalam jangka pendek penawaran perumahan adalah tetap karena waktu yang dibutuhkan untuk membangun rumah. Karena itu dalam jangka pendek permintaan lebih berpengaruh terhadap harga daripada penawaran. Bagaimanapun jika penawaran perumahan inelastis maka peningkatan permintaan akan membuat peningkatan besar pada harga. yaitu : Dalam jangka panjang penawaran rumah dipengaruhi oleh banyak faktor, 1. Ketersediaan ijin pengembangan. Hal ini sangat sulit untuk dilakukan di daerah pedesaan. 2. Oportunity cost untuk pengembang memberikan keuntungan yang lebih baik dari investasi tipe yang lain. 3. Rumah yang sudah ada mungkin diruntuhkan karena tidak layak untuk dihuni. 4. Peningkatan biaya pembangunan rumah baru akan menggeser penawaran ke kiri. (Pettinger, 2008)

16 digilib.uns.ac.id 24 Lokasi Menurut Sudharto P. Hadi (2005) secara garis besar tahap pengembangan permukiman dibagi ke dalam tahap perencanaan awal dan pada tahap operasional. Dilihat dari sisi lingkungan, ada dua persoalan yang muncul ketika lokasi pembangunan permukiman telah diputuskan. Pertama, apakah daerah tersebut layak dan tidak mengganggu ekologi. Banyak permukiman dibangun di daerah yang merupakan daerah konservasi seperti di daerah perbukitan atau daerah resapan air. Tidak mengherankan bila terjadi banjir dan berkurangnya cadangan air tanah. Kedua, permukiman yang dibuat oleh badan usaha (real estate) hampir seluruhnya menempati daerah pinggiran kota. Kondisi ini memperburuk dampak lingkungan di perkotaan karena menciptakan penduduk yang tergantung pada alat transportasi kendaraan bermotor. UU No 4 Tahun 1992 dan PP No 29 Tahun 1986 tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan merupakan sarana untuk melakukan pencegahan terhadap suatu rencana kegiatan pembangunan di suatu daerah. Dalam undang - undang tersebut pengelolaan lingkungan hidup wajib melaksanakan asas pelestarian lingkungan yang serasi dan seimbang untukmeningkatan kesejahteraan manusia di lingkungan tersebut. Kegiatan pembangunan proyek dan pengoperasian unit hasil proyek wajibberwawasan lingkungan.

17 digilib.uns.ac.id 25 lokasi, yaitu : Ada dua hal penting yang harus diperhatikan sebagai dasar pertimbangan a. Secara geografis Setidaknya ada tiga hal pokok yang dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk mencegah risiko besar yang dapat terjadi, yaitu : 1) Kelengkapan administrasi 2) Kondisi geografi 3) Kondisi geologi b. Kebutuhan Strategis 1) Kebutuhan Kepala Keluarga 2) Kebutuhan Ibu rumah tangga 3) Kebutuhan untuk anak (Tutu, 2007). Menurut Muhammad Taufik (2007), lokasi merupakan faktor paling penting yang mempengaruhi permintaan perumahan. Semakin strategis lokasi suatu perumahan maka akan semakin tinggi permintaandi perumahan tersebut. Lingkungan Ketentuan Umum Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan mahluk hidup lainnya.

18 digilib.uns.ac.id 26 Pengelolaan lingkungan bermakna pengaturan keadaan komponen lingkungan masing-masing dan saling keterkaitan untuk memperoleh manfaat sebaik-baiknya secara berkelanjutan bagi perikehidupan manusia. Menurut tinjauan produksi, istilah lingkungan dapat disamakan dengan istilah lahan. Lahan merupakan keseluruhan lingkungan alamiah dan budaya yang di dalamnya dilangsungkan kegiatan berproduksi. Trend perumahan sekarang yang memiliki pengaruh gaya dari aneka macam aliran sering kali melupakan bahwa gaya yang diterapkan kadang tidak sesuai dengan kondisi iklim di Indonesia. Untuk membangun rumah di daerah dengan iklim tropis seperti Indonesia, perlu adanya pengolahan pada kendala seperti panas sinar matahari yang berlebih, curah hujan yang tinggi, dan kelembaban udara yang tinggi. Hunian yang nyaman dapat dibuat dengan kombinasi dari potensi alam dan desain arsitektural yang tepat.perancangan arsitektural harus memprioritaskan respon dari iklim tropis sangat penting karena faktor ini akan berpengaruh langsung terhadap kenyamanan lingkungan perumahan. Faktor yang penting dalam merespon iklim tropis dalam perancangan perumahan antara lain : a. Perbandingan ruang terbuka hijau dengan ruang tertutup yang ideal. Fungsi dari areal hijau ini untuk mengurangi panas matahari pada lingkungan dan juga sebagai pelindung dari polusi udara sehingga kualitas udara dalam lingkungan tetap terjaga.

19 digilib.uns.ac.id 27 b. Master plan rencana penataan rumah menjadi bagian yang bisa membantu merespon iklim tropis, misalnya dengan memperhatikan garis edar matahari. Contohnya penataan kavling rumah dibentuk dengan orientasi utara-selatan, dengan cara ini beban rumah dalam mengatasi panas matahari akan berkurang. c. Desain arsitektural rumah yang merespon tren gaya terkini selaras permintaan pasar tetapi tetap merespon kondisi iklim dengan penyesuaian desain. Dalam memiih suatu hunian, ada beberapa kriteria jenis lingkungan yang baik untuk dihuni. Pepohonan atau taman lingkungan (green area) tentunya akan lebih nyaman bila lingkungan tempat tinggal asri, teduh sehingga tidak panas. Lebar jalan masuk perumahan dan lebar jalan lingkungan menetukan kemudahan akses keluar-masuk perumahan. Kepadatan lalu lintas di lingkungan perumahan berpengaruh terhadap tingkat kebisingan dan keamanan. Sarana dan Prasarana pendukung perumahan harus tersedia seperti ; kompleks pertokoan, pusat kebugaran, tempat rekreasi, dan lainnya. Menurut Hall et.al (2000) beberapa variabel yang sering digunakan sebagai indikator-indikator suatu lingkungan yang baik yaitu kondisi jalan dan lingkungan ketetanggaan hidup (liveable), penataan bangunan, kepadatan lingkungan, integrasi aktivitas berhuni, tempat kerja, belanja, umum, spiritual, dan rekreasi. Indikator-indikator tersebut berpengaruh terhadap rumah yang akan dihuni.

20 digilib.uns.ac.id 28 Tingkat kekumuhan pemukiman sangat berperan penting pada nilai jual suatu rumah / perumahan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kekumuhan pemukiman adalah faktor ekonomi penduduk, jumlah penduduk, kondisi jalan, kondisi bangunan, kerapatan bangunan, sanitasi, drainase, ruang terbuka, kebersihan lingkungan, dan rehabilitas lingkungan. Faktor-faktor tersebut berpengaruh positif terhadap tingkat kekumuhan pemukiman(ricky, 2006). Pengembangan suatu proyek perumahan tidak akan terlepas dari faktor internal maupun faktor eksternal, kedua faktor tersebut merupakan salah satu dasar penentuan keputusan oleh pengembang dalam menentukan segmen. Semakin banyak segmen perumahanyang dikembangkan maka harga jual rumah semakin bervariatif ini semua adalah mengikuti segmen pasar. Salah satu pengaruh penentu harga jual adalah biaya pengembangan (development cost), hal ini dapat dipahami bahwa proses pembentukan harga pokok penjualan berasal dari biaya pengembangan, sedangkan pembentukan biaya pengembangan adalah terdiri daribanyak faktor biaya (Ricky, 2006). B. Tinjauan Empirik Tren kenaikan bisnis properti terjadi pada tahun 2012 dan booming pada 2014 karena ada dukungan dari pertumbuhan di beberapa sektor. Kenaikan ini juga didukung oleh kenaikan kredit bank yang disinyalir akan tumbuh 18 sampai 22 persen. Hal ini dapat terjadi karena bank semakin percaya diri mengeluarkan KPR, sementara kebutuhan masyarakat khususnya kebutuhan akan tempat tinggal juga besar. Perumahan tetap menjadi penyokong terbesar dari industri ini, juga disertai kebutuhan akan perkantoran commit (Panangian, to user 2011).

21 digilib.uns.ac.id 29 Harga tanah di lokasi strategis akan naik dengan angka rata-rata tujuh sampai 15 persen, harga-harga properti di lokasi strategis juga naik sekitar tujuh sampai 20 persen. Bisnis perumahan dan townhouse di tengah kota bakal bertumbuh 12 persen. Bisnis ruko, rukan, dan apartemen di lokasi strategis akan tumbuh 10 sampai 15 persen. Sementara, bisnis perkantoran dan hotel tumbuh 10 sampai 12 persen.selain itu, bisnis mal dan trade center akan meningkat lima sampai tujuh persen. Semua yang terkait di properti akan tumbuh, meskipun tidak ada sesuatu yang istimewa di tahun- tahun ini. (Panangian, 2011). Situasi ekonomi yang terus membaik dan didukung stabilitas politik menjadi faktor paling penting pertumbuhan industri properti dan industri yang lain. Inflasi sebesar enam persen akan bisa ditekan pada tahun 2012 menjadi 5,8 persen. BI Rate akan stabil dari tahun 2011 sampai tahun 2012 sebesar 6,75 persen. Sementara, suku bunga KPR juga stabil di kisaran 11,5 persen. Pertumbuhan ekonomi meningkat dari 6,4 persen menjadi 6,9 persen di tahun 2012 (PSPI, 2011) Daya beli konsumen naik rata-rata 10 persen dengan dukungan suku bunga KPR yang sedang rendah dan stabil mengakibatkan industri properti terus berkembang. Hal ini didukung dengan kemungkinan investor asing akan masuk ke pasar properti Komersial di Indonesia, seperti halnya China (Panangian, 2011). Menurut Panangian (2011) sebagai pengamat properti, properti akan menjadi bisnis yang paling bagus di Indonesia. Alasannya, lantaran sebagai investasi, orang-orang kaya lebih percaya pada aset properti daripada aset keuangan, seperti saham, obligasi, commit dan reksadana.semenjak to user terjadi kasus saham

22 digilib.uns.ac.id 30 global ambruk, para investor pun mulai menghindari pembelian saham.sementara itu, kekayaan dari 80 persen rumah tinggal berasal dari properti dan bukan dari saham, reksadana, maupun obligasi. Investasi properti adalah sarana peringkat satu untuk membangun kekayaan di Indonesia.Ada 60 persen pembelian properti selama 10 tahun terkahir.hal ini yang membuat properti menjadi tujuan investasi.industri properti mempunyai risiko investasi paling rendah. Rumus investasi yang menunjukkan minimnya risiko ini adala high return low risk, highest return no risk. (Panangian, 2011). Dibandingkan dengan prospek bisnis properti di luar negeri, tren di Indonesia tergolong unik. Di Indonesiapertumbuhan penduduk dan ekonominya tinggi sementara harga properti naik terus - menerus walaupun pasar oversupply. Sebaliknya, di pasar luar negeri, pada saat pertumbuhan penduduk dan ekonomi rendah, harga properti biasa turun saat pasar oversupply, misalnya, di Amerika, China, Australia, Singapura, dan Malaysia, turunnya harga properti sudah biasa (PSPI,2012). Di luar negeri, nilai bangunan bisa mengalami penurunan dan bahkan dalam skala tinggi. Hal ini disebabkan faktor cuaca dan tingkat kenaikan harga bangunan yang rendah. Sebaliknya di Indonesia, penurunan nilai bangunan hampir dapat diabaikan karena harga-harga bahan bangunan selalu naik 10 persen setiap tahunnya (Panangian, 2011).

23 digilib.uns.ac.id 31 Di luar negeri, uniknya, pasar perumahan yang ditujukan untuk masyarakat kelas bawah sepenuhnya dilayani oleh pemerintah sehingga tertutup bagi investor dan pengembang. Di Indonesia, semua segmen pasar perumahan termasuk kelas bawahjuga terbukabagi investor dan pengembang. Indonesia mempunyai kelebihan yakni membuka bagi semua orang, bukan hanya bagi swasta besar, bagi pengembangan properti. Jumlah penduduk tinggi, tapi pemerintah tidak mempunyai kemampuan untuk men-supply.pasar di luar negeri, hampir semua pemerintahnya mempunyai aturan untuk menguasai hampir semua hal terkait property, harga dikontrol ketat.di sini, semua dimakan spekulan(panangian, 2012). Kejadian diatas disebabkan bukan hanya sekadar persoalan Undangundang Pertanahan yang ada, tapi juga soal perilaku sebagai orang yang sedang mengenal kekayaan. Tanah menjadi barang yang dikejar kejar,sementara hukum tanah tidak kuat, akibatnya sengketa tanah terjadi di mana-mana. Namun, demand-nya kuat sekali sehingga tetap terus tumbuh dan high cost (Panangian, 2012). Industri properti tumbuh meyakinkan sepanjang tahun Iklim perekonomian Indonesia yang kondusif diduga jadi pemicu pertumbuhan pesat dari industri properti. Kesuksesan bisnis properti ini juga ditunjang oleh sektor bisnis lain seperti sektor, perdagangan serta kemampuan daya beli konsumen (PSPI, 2013). Kinerja industri properti pada tahun 2012 rata-rata naik sebesar 12% pada semester pertama. Bahkan pada commit semester to user kedua terjadi peningkatan menjadi

24 digilib.uns.ac.id 32 sebesar 13%. Pertumbuhan industri properti dari tahun ke tahun telah meningkat rata-rata 12,5% bila dibandingkan dengan tahun Hal ini didorong oleh meningkatnya daya beli konsumen dan membaiknya iklim investasi. Kombinasi dari pertumbuhan PDB yang tinggi dan suku bunga KPR yang terendah, merupakan faktor yang mendorong kinerja pasar properti selama tahun 2012(PSPI, 2013). Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) melihat booming properti tahun 2012 karena beberapa indikator kunci pertumbuhan jumlah penjualan dan harga/sewa. Penjualan sub sektor industri properti seperti rumah tinggal, rumah bandar, apartemen strata title, kantor strata title, toko-toko komersial dan pusat perdagangan, telah meningkat sebesar 10 sampai 15 persen. Selain itu, juga terlihat dari tingkat hunian ruang-ruang komersial seperti perkantoran sewa, rumah bandar, apartemen sewa dan pusat perbelanjaan sewa, terus meningkat dalam jumlah yang signifikan. Salah satu contoh tingkat hunian ruang perkantoran di kawasan CBD dan diluar CBD masing-masing, telah mencapai rata-rata dari 90 dan 95%. Ini adalah tingkat hunian tertinggi, dalam 5 tahun terakhir (PSPI, 2013). Kemudian, hampir semua harga dari rumah sub sektor industri properti seperti rumah tinggal, apartemen strata title dan kantor strata title, toko-toko komersial, pusat perdagangan dan ruko, meningkat rata-rata 10 sampai 20 persen th ini. Contohnya harga apartemen strata title di Kawasan CBD, naik dari rata-rata Rp. 22 juta/m2 pada tahun 2011, menjadi Rp. 26 juta/m2 pada tahun 2012 (PSPI, 2013).

25 digilib.uns.ac.id 33 Demikian pula harga Apartemen strata title di luar Kawasan CBD, meningkat dari rata-rata Rp. 18 juta/m2 pada tahun lalu, menjadi Rp. 22 juta/m2 tahun ini. Selain itu, sewa ruang-ruang komersial seperti: perkantoran sewa, apartemen sewa dan pusat perbelanjaan sewa, telah meningkat sebesar 8 sampai 15% tahun ini. Ini juga merupakan tingkat kenaikan harga sewa tertinggi, dalam 5 tahun terakhir (PSPI, 2013). Hampir setiap minggu pengembang meluncurkan produk-produk baru, sementara bank-bank swasta bersaing ketat untuk memasuki pasar properti dengan menawarkan tingkat suku bunga KPR yang terendah. Hal ini merupakan faktor utama, yang mendorong daya beli konsumen untuk membeli properti selama tahun 2012, baik sebagai calon penghuni maupun untuk para investor. Ini tidak hanya terjadi di Jabodetabek, namun juga di kota-kota besar lain di Indonesia(Panangian, 2013). Setyo Maharso, Ketua Umum DPP Real Estat Indonesia, mengungkapkan tahun 2012 permintaan properti terus meningkat, dan mencapai puncaknya (booming) pada semester I Namun setelah itu tingkat penjualan properti cenderung melemah. Hal itu merupakan kondisi rutin lima tahunan di sektor properti. Pasar properti di Indonesia mulai meningkat pada 2006 namun sempat menurun lagi akibat dampak krisis ekonomi dunia pada Berdasarkan siklus lima tahunan pelemahan pasar akan terjadi pada Penurunan tersebut adalah hal rutin, sehingga secara umum tidak memengaruhi bisnis developer.

26 digilib.uns.ac.id 34 Pengembang telah menikmati pertumbuhan pasar properti yang pesat dalam dua tahun terakhir sejak 2010 (Setyo, 2013). Selain itu, menurut Setyo (2013), mulai tahun ini sektor properti juga sudah mulai diuji dengan banyaknya kebijakan / peraturan baru yang membebani pengembang seperti aturan wajib lapor transaksi properti dengan harga minimal Rp 500 juta dan ketentuan uang muka Kredit Pemilikan Rumah (KPR) minimal 30%. Menurut Lucy Rumantir, Chairman Jones Lang LaSalle Indonesia, kinerja pasar yang demikian positif akan terus berlanjut. Proyeksi pertumbuhan pasok dan permintaan dalam dua tahun ke depan yang didukung oleh fundamental ekonomi dan demografi lokal yang solid menunjukkan tren kenaikan tingkat hunian atau tingkat penjualan akan mendorong pertumbuhan harga jual maupun tarif sewa seperti yang terjadi belakangan ini. Hal ini juga yang mendorong investor manca negara mulai meningkatkan aktivitas bisnisnya di Indonesia. Ketika pasar domestik mereka dan sebagian pasar di kawasan Asia Pasifik mengalami kelesuan, pasar properti Indonesia menawarkan alternatif investasi yang menarik karena memberikan tingkat pertumbuhan (potential growth) yang baik dan pertumbuhan tersebut berkelanjutan (sustainable). Meskipun krisis Eropa sempat membayangi pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Indonesia Property Watch (IPW) melihat dampak krisis Eropa hanya bersifat market shock untuk pasar Indonesia yang bersifat sementara. Ali Tranghanda, Direktur Indonesia Property Watch, suku bunga diprediksi tidak akan berubah secara signifikan commit hingga to tahun user Namun, bila terjadi over

27 digilib.uns.ac.id 35 heating karena uang beredar dan suhu investasi memanas, dimungkinkan baru 2013 suku bunga akan beranjak naik. Pemerhati properti dari salah satu perusahaan pengembang, Andi K Natanael (2013) mengungkapkan bahwa saat ini masyarakat Indonesia masih percaya, bahwa properti merupakan investasi yang teraman. Indonesia tahun 2012 mencetak orang kaya (mempunyai aset diatas Rp 10M) dan super kaya naik 6%. Orang kaya baru lebih cenderung bermain aman dalam investasi. Pasar properti nasional yang diproyeksikan akan mengalami booming tahun 2013, mendorong munculnya banyak perusahaan properti baru. Jumlah anggota Persatuan Perusahaan Real Estat Indonesia misalnya, dilaporkan meningkat hingga 30% dalam setahun terakhir. Pertumbuhan jumlah developer tidak terlepas dari kondisi pasar properti yang mengalami pertumbuhan dalam dua tahun terakhir. Sebagian besar perusahaan properti tercatat sebagai anak usaha perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi dan pertambangan yang memiliki aset lahan dan cash flow memadai (REI, 2012) PSPI memperkirakan laju inflasi pada tahun depan masih tetap rendah, sekitar 4,5% per tahun, BI Rate tetap stabil di bawah 6% / tahun. Sebagai konsekuensinya, tingkat suku Bunga KPR untuk tahun depan, juga akan tetap rendah, sekitar 7,5% per tahun. Diprediksi, penjualan rumah tinggal, rumah bandar, apartemen strata title, kantor strata title, pusat perdagangan strata title, masih akan meningkat antara 18% s/d 12% tahun 2013, baik dari sisi harga maupun tingkat sewa. Industri properti diperkirakan akan terus tumbuh pada

28 digilib.uns.ac.id 36 tingkat yang tinggi, atau paling tidak sama seperti tahun ini, sekitar 13% sampai 15%. Kebijakan LTV yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, telah berjalan selama enam bulan terakhir, ternyata tidak memiliki efek negatif pada penyerapan pasar properti sepanjang semester kedua tahun Hal ini terlihat dari pembiayaan perumahan melalui kredit KPR dan KPA yang meningkat sebesar 24% tahun ini, dari Rp. 168 triliun pada akhir tahun lalu, menjadi Rp 215 triliun, pada akhir tahun (PSPI, 2013). Meskipun kebijakan LTV tetap dipertahankan oleh Bank Indonesia tahun 2013, PSPI percaya bahwa pembiayaan properti melalui KPR dan KPA dari perbankan, masih akan tetap meningkat sebesar 25% tahun Itu semua terjadi karena iklim pasar properti tahun 2013, masih sangat menjanjikan(panangian, 2013). Sepanjang tahun 2012, program pemerintah untuk merumahkan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dinilai belum optimal. Salah satu indikatornya adalah kinerja program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) yang masih jauh dari harapan. Pencapaiannya hanya mencapai 44% dari target tahun Deputi Bidang Pembiayaan Kemenpera Sri Hartoyo mengakui, realisasi KPR fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) pada tahun ini baru unit rumah dari rencana target unit. Sementara untuk tahun 2013, Kemenpera malah menaikkan target penyaluran FLPP untuk unit rumah.

29 digilib.uns.ac.id 37 Berdasarkan data Badan Layanan Umum Pusat Pembiayaan Perumahan (BLU PPP) Kemenpera, total realisasi KPR FLPP per 17 Desember 2012 sebanyak unit. Jumlah tersebut diharapkan bisa ditingkatkan menjadi sekitar unit hingga unit rumah hingga akhir Desember Kemenpera optimistis penyaluran KPR FLPP pada 2013 akan lebih baik. Dana sisa anggaran untuk pelaksanaan KPR bersubsidi tahun ini mencapai Rp4,63 triliun yang akan digabungkan dengan DIPA 2013 Rp2,70 triliun. Kemenpera telah menyiapkan dana untuk KPR FLPP 2013 sekitar Rp7,342 triliun. Kemenpera berharap kerja sama pihak pengembang untuk menyediakan pasokan rumah dan bank pelaksana akan meningkatkan penyaluran KPR FLPP di Indonesia. Hingga 15 Desember 2012, sejumlah bank yang menyalurkan KPR FLPP adalah, BTN unit (Rp ), BTN Syariah unit (Rp ), BNI 584 unit (Rp ), Bukopin 191 unit (Rp ), Bank Mandiri 246 unit (Rp ), BRI Syariah 201 unit (Rp ), BRI 81 unit (Rp ), BPD Kaltim 15 unit (Rp ), BPD Sumut 32 unit (Rp ), BPD Sumut Syariah 18 unit (Rp ) dan BPD Sumsel Babel 56 unit (Rp ). Pemerintah memastikan FLPP akan berlanjut. Jika ada perubahan regulasi, sudah ada klausul-klausul yang mengharuskan masa transisi. Pemerintah juga memperpanjang tenor kredit dari 15 tahun ke 20 tahun. Harga rumah yang dibiayai juga mengalami kenaikan, dari Rp 70 juta menjadi Rp 88 juta.

30 digilib.uns.ac.id 38 Permintaan terhadap rumah tapak (landed house) pada tahun 2012 terus meningkat, dan diprediksi masih menjadi primadona pada tahun Sejumlah pengembang besar, menengah maupun kecil tetap fokus menggarap sub sektor ini. Hal ini didukung oleh permintaan yang masih tinggi. Selain untuk ditempati, tak sedikit yang menjadikan rumah tapak sebagai investasi. Ada juga yang tertarik untuk menyewakan atau dijual kembali dengan keuntungan yang menggiurkan. Bahkan, mereka yang tidak memiliki kemampuan membeli rumah tapak di Jakarta yang harganya sudah mahal, berburu hingga ke pinggiran seperti Bogor, Depok, Bekasi dan Tangerang. Praktisi dan pemasar properti dari Century 21, Pertiwi Ali Hanafiah (2012), mengatakan bahwa konsumen yang tergolong segmen menengah atas, cenderung membeli rumah untuk kebutuhan investasi mereka. Sementara bagi kalangan menengah ke bawah, rumah menjadi tempat tinggal dan dihuni sendiri oleh mereka. Oleh karena itu, permintaan rumah masih sangat tinggi, sedangkan pasokan masih terbatas. Melanjutkan booming properti tahun 2012, permintaan sub sektor perumahan diperkirakan masih tetap tinggi pada tahun Jika harga rumah tapak di tengah kota mengalami kenaikan yang cukup tinggi, maka rumah-rumah di kawasan penyangga yang menjadi pilihan (REI, 2012). Meski berbeda penggunanya, baik apartemen primer maupun sekunder memiliki pangsa pasar sendiri. Penyerapan kedua jenis apartemen ini tinggi, baik oleh investor maupun enduser. Melihat Kondisi perekonomian Indonesia saat ini,

31 digilib.uns.ac.id 39 menurut Ir. Muhammad Nawir, wakil Ketua REI, secara makro terus membaik. Suku bunga bank relatif rendah serta likuiditas perbankan yang lancar menjadi indikasi booming properti akan terjadi. Secara rata-rata, dia memprediksi penjualan properti akan tumbuh sekitar 15% dibanding tahun lalu. Selain itu, Nawir menambahkan saat ini ada pergeseran selera konsumen. Selera konsumen sebelumnya adalah pada rumah dengan ukuran dan lahan yang besar, tapi kini cenderung mengarah pada hunian vertikal yang lebih simpel, seperti apartemen.banyak perusahaan properti saat ini masuk ke proyek apartemen. Selain pasarnya besar, kebutuhan tanahnya juga tidak banyak. Segmen apartemen diprediksi akan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor properti tahun ini. Associate Director PT Leads Property Service Indonesia, Evie Susanti, dalam diskusi "Prospek dan Investasi Kondominium pada 2012" mengatakan, pengembangan apartemen primer maupun sekunder memiliki tingkat pengembalian yang tinggi meskipun karakter pembelinya berbeda. Apartemen primerbanyak dikembangkan oleh pengembang baru dengan harapan mendapatkan marjin bagus. Pasar apartemen primer akan diserap pasar rata-rata 97 % saat pembangunannya rampung. Profil pembelinya kebanyakan adalah para investor, yang kemudian akan menyewakan atau menjualnya kembali. Sementara pada apartemen seken biasanya dibeli oleh enduser untuk digunakan sendiri atau ditinggali.

32 digilib.uns.ac.id 40 Kebanyakan pembeli apartemen tersebut adalah kalangan menengah atas dengan gaya hidup lebih efektif dan efisien. Mereka memilih tinggal di hunian vertikal karena menghindari kemacetan dan mendekat pada pusat bisnis.pada saat membeli mereka tidak perlu membayar 60 % - 80 % seperti pembeli pertama dari pengembang. Jika menginginkan keuntungan, mereka dapat menjual kembali 7-10 tahun sesudahnya dengan harga jauh lebih tinggi. Pasar apartemen akan terus diminati baik untuk investasi atau kebutuhan tempat tinggal. Sebagai investasi, apartemen memiliki tingkat pengembalian yang lebih cepat serta mengandung faktor risiko kecil. Bila dibandingkan dengan investasi lainnya, saham misalnya, nilai jual apartemen tidak akan pernah jatuh atau harganya menjadi murah.adapun sebagai tempat hunian, apartemen menjadi alternatif masyarakat mengingat lahan untuk perumahan di perkotaan semakin sempit dan mahal. Apalagi, belakangan ini banyak pengembang yang membangun hunian vertikal dipadukan dengan beragam fasilitas yang semakin mempermudah penghuninya. Direktur Marketing PT Agung Podomoro Land, Tbk Indra W. Antono menjelaskan, apartemen yang harganya di bawah Rp 1 miliar masih berprospek untuk dijadikan investasi pada tahun Namunhal yang harus diwaspadai adalah apartemen yang terletak di beberapa lokasi dengan harga penawaran yang over price. Unit-unit apartemen yang seperti itu akan susah dijual dengan mengharapkan keuntungan. Malah sebaliknya, yang terjadi adalah jual rugi. Selain bangunan apartemen dan pusat belanja, sektor perkantoran juga mengalami pertumbuhan besar di commit Jakarta. to user Setelah area pusat bisnis dipenuhi

33 digilib.uns.ac.id 41 dengan gedung-gedung perkantoran yang sangat besar dengan harga sewa yang mahal, kini para pengembang mulai melirik sektor perkantoran di luar pusat bisnis Jakarta. Ke depan, industri properti Indonesia diprediksi akan berkembang pesat tahun depan jika pertumbuhan ekonomi mencapai di atas 7%. Menurut Setyo, pertumbuhan ekonomi berdampak positif terhadap pasar properti karena daya beli masyarakat semakin tinggi, sehingga mampu berinvestasi properti. C. Penelitian Terdahulu 1. Penelitian yang dilakukan oleh Verbeek (2000), menggunakan Metode Harga Hedonik dengan alat analisis Ordinary Least Square (OLS) dalam menentukan faktor yang mempengaruhi harga rumah (housing price). Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa yang mempengaruhi harga rumah adalah luas rumah, kamar tidur, kamar mandi, AC (air conditioning), ruang keluarga, basement, gas untuk air panas, garasi, area yang disukai, dan sejarah rumah. 2. Penelitian Rima Jailani (2007), menggunakan Metode Harga Hedonik dengan alat analisis Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian ini mengkonfirmasi pemahaman bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap harga rumah adalah lokasi (diukur dengan jarak ke pusat kota) dan luas bangunan. Faktor-faktor lain seperti jumlah kamar tidur, jumlah kamar mandi, kapasitas garasi, dan luas ruang keluarga diduga juga berpengaruh namun secara statistik tidak nyata begitu dua faktor pertama tersebut di atasdimasukkan ke dalam model.

34 digilib.uns.ac.id Penelitian Wahyuningsih (2003), mengenai pola preferensi relatif konsumen dalam memilih lokasi rumah tinggal di kompleks perumahan real estate dan aspek kelembagaan yang mempengaruhinya (studi kasus di Kota Banda Aceh) menunjukkan seseorang memilih tinggal di kompleks perumahan real estate adalah karena lokasi yang dekat dengan tempat kerja, lingkungan hunian yang aman dan nyaman, fasilitas umum yang memadai, dekat dengan pusat pertumbuhan dan faktor selera untuk tinggal di kompleks perumahan bagus. 4. Wiraswara (2005), menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan data cross section untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi dan pengurangan angka kemiskinan di Indonesia. Berdasarkan penelitiannya diketahui bahwa yang berpengaruh nyata terhadap kemiskinan adalah variabel melek huruf, listrik dan dummy jawa. Sedangkan variabel pertumbuhan ekonomi tidak memiliki pengaruh yang nyata tehadap kemiskinan.

35 digilib.uns.ac.id 43 D. KERANGKA PEMIKIRAN Untuk memudahkan memahami keseluruhan ide yang terkandung dalam penelitian digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut : LUAS BANGUNAN LUAS TANAH HARGA PERUMAHAN LUAS FASILITAS UMUM Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Dalam suatu proses pembentukan harga perumahan, perusahaan pengembang akan mempertimbangkan faktor faktor yang mempengaruhi harga perumahan. Hal ini sangat penting karena harga perumahan sangat menentukan tingkat penjualan dan keuntungan. Setiap perusahaan pengembang perumahan memiliki produk yang luas bangunan, luas tanah, dan luas fasilitas umum yang berbeda beda. Hal ini menyebabkan harga yang ditawarkan para pengembang semakin beragam. Variabel luas bangunan, luas tanah, dan luas fasilitas umum menjadi faktor faktor yang mempengaruhi harga suatu perumahan.

36 digilib.uns.ac.id 44 E. HIPOTESIS Hipotesis adalah jawaban sementara dari masalah-masalah yang diangkat dan kebenaran dari suatu hipotesis masih harus diuji lebih lanjut. Berdasarkan teori pembentukan harga dari Marshall (1890) dan penelitian terdahulu, perumusan masalah dan kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Diduga luas bangunan berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga perumahan di Kelurahan Singopuran. 2. Diduga luas tanah berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga perumahan di Kelurahan Singopuran. 3. Diduga luas fasum berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga perumahan di Kelurahan Singopuran.

BAB I PENDAHULUAN. di suatu negara, tidak terkecuali di Indonesia. Kinerja perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. di suatu negara, tidak terkecuali di Indonesia. Kinerja perekonomian Indonesia digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan suatu negara dapat dilihat dari berbagai sektor dalam perekonomiannya antara lain sektor industri, pertanian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat tetap hidup setiap hari. Setiap manusia butuh makan dan minum.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat tetap hidup setiap hari. Setiap manusia butuh makan dan minum. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan primer makhluk hidup adalah papan selain sandang dan pangan. Sandang dan pangan merupakan penunjang yang membuat manusia untuk dapat tetap hidup

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Jakarta Selatan merupakan bagian dari wilayah Ibu Kota Indonesia yang terus berkembang dan semakin maju. Wilayah Jakarta Selatan diperuntukkan sebagai daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selama tahun tersebut. Menurunnya daya beli masyarakat yang dipicu dari

BAB I PENDAHULUAN. selama tahun tersebut. Menurunnya daya beli masyarakat yang dipicu dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlambatan ekonomi sepanjang tahun 2015 memberikan pengaruh tersendiri terhadap pertumbuhan beberapa sektor industri dalam negeri, tak terkecuali bagi sektor properti.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Tarif Sewa Hotel dan Ritel. Gambar 2 Sewa Apartemen, Kantor dan industri. Sumber : BI (2013)

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Tarif Sewa Hotel dan Ritel. Gambar 2 Sewa Apartemen, Kantor dan industri. Sumber : BI (2013) 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia bisnis properti di Indonesia, baik untuk properti residensial dan komersil, dari waktu ke waktu mengalami kecenderungan yang meningkat. Industri properti Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil menurut data yang diperoleh dari International Monetary Fund (IMF). Berikut adalah grafik yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sektor bisnis yang berkembang pesat.bisnis property dan real

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sektor bisnis yang berkembang pesat.bisnis property dan real BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perusahaan property dan real estate pada saat ini menggambarkan bahwa sektor property dan real estate di Indonesia merupakan sektor bisnis yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Properti dan real estat merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia tidaklah dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan Sektor Properti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan Sektor Properti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Tantangan Sektor Properti Tempat tinggal yang layak merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Demikian pula di kota-kota besar, perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah pendanaan menjadi tombak dalam dunia usaha dan perekonomian. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan untuk

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PROPERTY DAN REAL ESTATE DI INDONESIA Sejarah Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PROPERTY DAN REAL ESTATE DI INDONESIA Sejarah Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate 12 BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PROPERTY DAN REAL ESTATE DI INDONESIA 2.1. Sejarah Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate Industri sub sektor property dan real estate pada umumnya merupakan dua hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini perubahan laju pembangunan terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini perubahan laju pembangunan terus mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini perubahan laju pembangunan terus mengalami peningkatan. Khususnya Indonesia yang merupakan negara berkembang, di mana segala upaya dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama dari golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah.

BAB I PENDAHULUAN. terutama dari golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan perumahan dan pemukiman merupakan upaya untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan kehidupan, memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN 1.1.1 Pertumbuhan Sektor Perumahan Nasional Peta bisnis properti di Indonesia menunjukkan terjadinya kecenderungan penurunan kapitalisasi pada tahun 2007,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini, perkembangan kondisi perekonomian yang semakin pesat dan persaingan yang semakin ketat dalam pasar modal merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam peranannya sebagai pusat pendidikan keluarga, persemian budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam peranannya sebagai pusat pendidikan keluarga, persemian budaya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia sebagai salah satu kebutuhan primer dan mempunyai fungsi yang strategis dalam peranannya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alternatif masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alternatif masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang penelitian Berbagai macam sektor yang menggerakkan roda perekonomian, salah satunya adalah sektor properti. Investasi dalam bentuk properti masih menjadi alternatif

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor properti. Pada umumnya banyak masyarakat yang tertarik menginvestasikan dananya di sektor properti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri properti dan real estate merupakan industri yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN. Industri properti dan real estate merupakan industri yang bergerak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri properti dan real estate merupakan industri yang bergerak dibidang pembangunan gedung gedung dan fasilitas umum. Pasar properti secara umum dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memutarkan kelebihan dana yang dimilikinya. Menurut Ulfah Khaerani

BAB I PENDAHULUAN. memutarkan kelebihan dana yang dimilikinya. Menurut Ulfah Khaerani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu Jogiyanto (2003:5). Investasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota di Provinsi Banten yang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota di Provinsi Banten yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota di Provinsi Banten yang sejak tahun 2008 telah memisahkan diri dari Kabupaten Tangerang. Kota Tangerang Selatan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pilar penting dalam suatu perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pilar penting dalam suatu perekonomian di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan pilar penting dalam suatu perekonomian di Indonesia dan juga merupakan tempat bagi perusahaan dalam membiayai kegiatan perusahaan. Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting dalam melakukan bisnis perekonomian. Pasar modal menjembatani bertemunya investor yang menginvestasikan dananya

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELITA BANGSA Jln. Inspeksi Kalimalang Tegal Danas Cikarang Kab. Bekasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELITA BANGSA Jln. Inspeksi Kalimalang Tegal Danas Cikarang Kab. Bekasi Disusun Oleh : Teguh Widianto Jurusan : Tehnik Arsitektur Semester : 6 ( ENAM ) Mata Kuliah : REAL ESTATE SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELITA BANGSA Jln. Inspeksi Kalimalang Tegal Danas Cikarang Kab. Bekasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perencanaan Wilayah Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah berhak untuk membangun wilayahnya sendiri. Pembangunan yang baik tentunya adalah pembangunan yang terencana.

Lebih terperinci

Tim Statistik Sektor Riil BERITA PROPERTI. Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter. Edisi Perdana

Tim Statistik Sektor Riil BERITA PROPERTI. Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter. Edisi Perdana Tim Statistik Sektor Riil Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter BERITA PROPERTI Edisi Perdana KONDISI PROPERTI GLOBAL Posisi pasar properti di Indonesia cukup menjanjikan karena ditopang oleh perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang investor bersedia menanamkan dananya di suatu investasi jika

BAB I PENDAHULUAN. Seorang investor bersedia menanamkan dananya di suatu investasi jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang investor bersedia menanamkan dananya di suatu investasi jika investasi itu dianggap menguntungkan. Salah satu pilihan investasi yang menguntungkan yaitu perdagangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Ibu kota dari Indonesia Jakarta adalah kota yang sangat berkembang dan memiliki kemajuan yang sangat pesat di berbagai bidang dan sector, mulai dari pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan harganya yang cenderung selalu naik. Kenaikan harga properti

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan harganya yang cenderung selalu naik. Kenaikan harga properti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat tertarik menginvestasikan dananya di sektor properti dikarenakan harganya yang cenderung selalu naik. Kenaikan harga properti disebabkan karena harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Profil PT. Pesona Gerbang Karawang (Grand Taruma) Sumber : PT. Pesona Gerbang Karawang (Grand Taruma)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Profil PT. Pesona Gerbang Karawang (Grand Taruma) Sumber : PT. Pesona Gerbang Karawang (Grand Taruma) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum 1.1.1 Profil PT. Pesona Gerbang Karawang (Grand Taruma) Gambar 1.1 Logo PT. Pesona Gerbang Karawang (Grand Taruma) Sumber : PT. Pesona Gerbang Karawang (Grand Taruma)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain seperti kawasan Eropa, Kanada, Australia, Hongkong, dan

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain seperti kawasan Eropa, Kanada, Australia, Hongkong, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melihat dampak dari krisis finansial global yang memberikan pengaruh negatif ke negara-negara lain seperti kawasan Eropa, Kanada, Australia, Hongkong, dan Singapura,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga mempengaruhi minat investor untuk menanam atau menarik investasinya

BAB I PENDAHULUAN. dan juga mempengaruhi minat investor untuk menanam atau menarik investasinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan di dunia bisnis menjadi prioritas utama bagi manajemen perusahaan untuk menampilkan yang terbaik dari perusahaan yang dipimpinnya, karena baik buruknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dibandingkan kawasan lain di Jabotabek seperti Bekasi, Tangerang, Depok,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dibandingkan kawasan lain di Jabotabek seperti Bekasi, Tangerang, Depok, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dibandingkan kawasan lain di Jabotabek seperti Bekasi, Tangerang, Depok, Cibubur-lah wilayah yang mengalami pembangunan properti yang paling pesat, utamanya pembangunan

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN BISNIS PROPERTI MENYONGSONG GLOBALISASI

PROSPEK PENGEMBANGAN BISNIS PROPERTI MENYONGSONG GLOBALISASI PROSPEK PENGEMBANGAN BISNIS PROPERTI MENYONGSONG GLOBALISASI OLEH : Ir. Johannes Tulung DPP-Realestat Indonesia Pd. Gede Bekasi, 17 September 2014 Tema Kegiatan Action Plan Nasional Industri Pracetak &

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan bisnis properti di Indonesia mengalami kenaikan yang sangat tajam pada dekade terakhir ini. Banyak indikator yang dapat dilihat di dalam masyarakat

Lebih terperinci

Abstrak. Keyword : Hulu hilir, aspek perpajakan, real estat

Abstrak. Keyword : Hulu hilir, aspek perpajakan, real estat Abstrak Pertumbuhan berbagai produk properti berupa perumahan, apartemen, kondominium, pusat perdagangan, gedung perkantoran, rumah toko dan rumah kantor serta pembangunan kawasan industri baru menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan sektor properti dan real estate juga mengalami kenaikan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan sektor properti dan real estate juga mengalami kenaikan sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal, perkantoran, pusat perbelanjaan, taman hiburan, dan kebutuhan akan sektor properti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dananya. Jasa jasa perbankan memang lebih dahulu dalam membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Proyek Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2 dengan jumlah populasi 2 sebesar 8.792.000 jiwa dan memiliki kepadatan penduduk sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pangan adalah papan berupa rumah tempat tinggal. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. dan pangan adalah papan berupa rumah tempat tinggal. Sebagaimana yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar (basic needs) dan pokok manusia selain sandang dan pangan adalah papan berupa rumah tempat tinggal. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan dan pembenahan sebuah kota sekarang ini tidak hanya berfokus pada daerah pusat kota saja, hal ini disebabkan tanah kosong di pusat perkotaan sudah mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen adalah: Tempat tinggal (yang terdiri atas kamar tamu, kamar tidur,

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen adalah: Tempat tinggal (yang terdiri atas kamar tamu, kamar tidur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian apartemen Menurut (KBBI) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Apartemen adalah: Tempat tinggal (yang terdiri atas kamar tamu, kamar tidur, kamar mandi, dapur,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan Bank Indonesia, industri properti Indonesia tahun 2011 terus menunjukkan tren meningkat terutama pada sektor konsumsi yang didominasi oleh kredit kepemilikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu negara, khususnya bagi negara berkembang seperti Indonesia. Peranan pasar modal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi

BAB I PENDAHULUAN. dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang investor bersedia menanamkan dananya pada suatu investasi apabila dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi dapat diartikan

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perumahan sebagai kebutuhan dasar. Rumah merupakan kebutuhan dasar. manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan

BAB I PENDAHULUAN. perumahan sebagai kebutuhan dasar. Rumah merupakan kebutuhan dasar. manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selain memerlukan sandang dan pangan, juga memerlukan perumahan sebagai kebutuhan dasar. Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia dalam meningkatkan

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Triwulan II I - 2008 Perkembangan Properti Komersial di wilayah Jabodebek (q-t-q) : Penambahan pasokan baru properti komersial pada triwulan II-2008 terjadi pada subsektor ritel,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bisnis properti tahun 2008 akan berkembang pesat, hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. Bisnis properti tahun 2008 akan berkembang pesat, hal ini disebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis properti tahun 2008 akan berkembang pesat, hal ini disebabkan Bank Indonesia (BI) menurunkan BI Rate menjadi 9,50 persen pada minggu pertama tahun 2008. Subsektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan di industri building construction yang sudah masuk di listing Bursa Efek Indonesia per 8 Agustus 2011.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Ekonom Senior The Royal Bank of Scotland (RBS),

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Ekonom Senior The Royal Bank of Scotland (RBS), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan ekonomi merupakan suatu yang ingin dicapai oleh setiap negara. Menurut Ekonom Senior The Royal Bank of Scotland (RBS), Indonesia akan memiliki potensi pertumbuhan

Lebih terperinci

Tingginya permintaan pada sektor property residensial di tahun 2010 juga diiringi dengan peningkatan penjualan pada sektor tersebut.

Tingginya permintaan pada sektor property residensial di tahun 2010 juga diiringi dengan peningkatan penjualan pada sektor tersebut. BAB I PENDAHULUAN Industri pada sektor real estate dan property di Indonesia pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang cukup pesat. Peningkatan ini terjadi akibat pertumbuhan jumlah penduduk dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia. Selain itu, kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimumkan nilai saham dan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimumkan nilai saham dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan didirikannya suatu perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimumkan nilai saham dan meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan perekonomian dunia mengalami perkembangan yang pesat. Hal tersebut mendorong transaksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada triwulan III tahun 2006, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada triwulan III tahun 2006, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada triwulan III tahun 2006, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,40% dan diperkirakan pertumbuhan tahun 2006 mencapai 5,7%. Kondisi pertumbuhan ekonomi makro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya tingkat urbanisasi sangat berperan besar dalam meningkatnya jumlah penduduk di kota-kota besar. DKI Jakarta, sebagai provinsi dengan kepadatan penduduk tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat usaha serta rekreasi di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini membuka

BAB I PENDAHULUAN. tempat usaha serta rekreasi di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini membuka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Indonesia menciptakan kebutuhan akan tempat tinggal yang lebih baik dan juga tempat usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan kearah perbaikan yang orientasinya pada pembangunan bangsa dan sosial ekonomis. Untuk mewujudkan pembangunan

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah bank, nasabah, pengembang atau developer, pemerintah, serta Bank

BAB I PENDAHULUAN. adalah bank, nasabah, pengembang atau developer, pemerintah, serta Bank BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kredit Pemilikan Rumah (KPR) merupakan sebuah kredit bersifat konsumtif yang diberikan oleh pihak bank kepada masyarakat untuk memiliki rumah dengan jaminan atau agunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang lalu (Tanuwidjaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Proses tersebut adalah suatu perubahan di dalam perekonomian dunia, yang

Lebih terperinci

Gedung Kantor LKPP BAB I PENDAHULUAN

Gedung Kantor LKPP BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jakarta mengalami permasalahan rumit sebagaimana halnya dialami kota-kota besar lainnya di dunia. Harus diakui betapa sulit menyediakan kebutuhan akan ruang untuk menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial-budaya, politik, maupun pertahanan dan keamanan negara. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial-budaya, politik, maupun pertahanan dan keamanan negara. Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengangkutan atau transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam mendukung segala aspek kehidupan dan penghidupan, baik dibidang ekonomi, sosial-budaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan salah satu pelaku utama dari perekonomian negara karena berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku ekonomi tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan bisnis properti di Indonesia mengalami kenaikan yang cukup pesat pada dekade terakhir ini. Banyak indikator yang dapat dilihat di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi global pada tahun 1998 yang tidak hanya melanda di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan. Didalam dunia modern saat ini, seorang manajer memegang kunci

BAB I PENDAHULUAN. informasi sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan. Didalam dunia modern saat ini, seorang manajer memegang kunci 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berinvestasi para investor maupun calon investor perlu mengumpulkan informasi sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta Sebagai sentral dari berbagai kepentingan, kota Jakarta memiliki banyak permasalahan. Salah satunya adalah lalu lintasnya

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan investasi para pemegang dana

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Kota adalah kumpulan tempat tinggal dan lainnya dengan ukuran lebih besar dibanding desa. Kota mengandung empat hal utama, yaitu menyediakan fasilitas perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1.1 Isu Perkembangan Properti di DIY Jogjakarta semakin istimewa. Kekuatan brand Jogja di industri properti merupakan salah satu kota atau daerah paling

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Triwulan III I - 2007 Perkembangan Properti Komersial di wilayah Jabodebek (q-t-q) : Perkembangan pasokan baru properti komersial yang cukup pesat terjadi pada perkantoran sewa,

Lebih terperinci

ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO

ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO Dwi Joko Fachrur Rozi 1) dan I Ketut Gunarta 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen.

I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen. Pasar ini terdiri dari sekelompok lokasi usaha ritel dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kekayaan Indonesia akan flora dan faunanya membawa indonesia kepada sederet rekor dan catatan kekayaan di dunia. Tanahnya yang subur dan iklim yang menunjang, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Indonesia Property Watch (2015), menunjukkan bahwa rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Indonesia Property Watch (2015), menunjukkan bahwa rata-rata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan pengembang properti berdasarkan survei yang dilakukan oleh Indonesia Property Watch (2015), menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pengembang di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang memiliki spesialisasi yang tinggi. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang mampu memproduksi semua apa yang dikonsumsinya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.101 2016 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5883) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia era sekarang ini begitu cepat, ditandai dengan banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang sebelumnya kota telah berkembang menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

TOWNHOUSE DI SEMARANG

TOWNHOUSE DI SEMARANG LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TOWNHOUSE DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh : DINAR ARDIYANTA L2B 002 203 Periode

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sumberdaya Lahan Lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang diperlukan untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa sektor property dan real estate merupakan sektor bisnis yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. bahwa sektor property dan real estate merupakan sektor bisnis yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena industri yang berkembang pada saat ini menggambarkan bahwa sektor property dan real estate merupakan sektor bisnis yang cukup berkembang dan menjanjikan. Perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci