BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pembahasan terkait gambaran terapi Transcutaneus Electrical Nerve

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pembahasan terkait gambaran terapi Transcutaneus Electrical Nerve"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menyajikan hasil pengumpulan data serta pembahasan terkait gambaran terapi Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) pada aktivitas fisik anak Cerebral Palsy (CP) mulai dari tahap persiapan, orientasi, kerja dan terminasi pada anak CP tipe spastic hemiplegic berdasarkan lembar observasi pemberian terapi TENS, serta membahas respon setelah diberikan terapi TENS. 4.1 Karakteristik Partisipan Partisipan dalam penelitian ini adalah orangtua yang memiliki seorang anak berusia enam tahun yang didiagnosa mengidap CP tipe spastic hemiplegic anak memiliki tanda lemahnya tangan dan kaki bagian kanan, terapis yang sedang memberikan terapi TENS pada anak CP. 4.2 Setting Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah An. A yaitu di kampung Widaran, Kelurahan Pulisen, Kecamatan Boyolali, Jawa Tengah. Setting atau pengaturan yang dibuat untuk pelaksanaan terapi TENS pada anak CP berada di ruang tamu, posisi dekat dengan listrik karena penggunaan alat TENS memerlukan aliran listrik. 29

2 30 Gambar 4.1 Ruang Tamu Rumah An. A dan Ny. Y Namun An. A meminta terapi dilakukan didepan TV sehingga diperlukan kabel roll untuk menyambungkan alat terapi TENS dengan sumber listrik yang berada di dekat pintu menuju kamar mandi. 4.3 Gambaran Umum Partisipan Gambaran Anak CP dan Ny. Y (W1) Partisipan dalam penelitian ini tinggal di Kampung Widaran, Kabupaten Boyolali yang biasa dipanggil dengan sebutan nama A. Ia adalah putra tunggal yang lahir pada tanggal 05 April Ayah An. A sudah meninggal pada tahun 2013 dan ibunya (35 tahun) yang biasa dipanggil Ny. Y bekerja sebagai pedagang. Ayah dan ibu An. A terlahir

3 31 dari keluarga yang tidak memiliki penyakit keturunan (degeneratif) lainnya. Ayah dan ibu an. A juga sama-sama menamatkan pendidikan terakhirnya dijenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Penghasilan yang diperoleh Ny. Y perbulannya dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, terkhusus untuk An. A. seperti memenuhi kebutuhan pendidikan, sandang, pangan, dan papan. Ny. Y melalui proses persalinan normal saat melahirkan An. A, namun mendapatkan kendala sehingga proses persalinan dibantu dengan vacuum. Ketika berumur kurang dari satu tahun An. A tidak melewati tahap merangkak sebelum berjalan. Ny. Y membawa anaknya ke Puskesmas namun perawat hanya menyarankan untuk mengikuti program terapi tanpa menjelaskan penyakit yang diderita An. A. Setelah mendengarkan saran dari perawat akhirnya An. A diberikan terapi sinar selama kurang lebih tiga bulan, namun orang tua An. A memutuskan menghentikan terapi karena dirasa akan membahayakan penglihatan An. A. Pada usia dua tahun Ayah An. A meninggal dan Ny.Y menjadi orangtua tunggal sekaligus tulang punggung keluarga. Setelah An. A berusia dua tahun Ny. Y membawa An. A ke Rumah Sakit karena tangan kanan dan kaki kanan An. A lemah. Dokter

4 32 menyarankan supaya An. A dibawa ke Pusat Terapi untuk mengikuti program terapi, tetapi Ny. Y tidak membawa anaknya ke sana karena keterbatasan biaya dan waktunya habis untuk bekerja. Bulan Desember 2015 nenek An. A mendapatkan terapi sinar karena fraktur hip, seorang terapis datang setiap dua kali satu minggu. Pada saat nenek An. A diberikan terapi, Ny. Y menanyakan kondisi anaknya apakah dapat diobati. Terapis lalu menyarankan An. A untuk diberikan terapi Transcutaneus Electrical Nerves Stimulation (TENS) dan Ny. Y menyetujuinya. Setelah mendapatkan terapi TENS selama kurang lebih tiga bulan yaitu dua kali dalam satu minggu, terlihat perubahan pada aktivitas An. A seperti dapat menggengam bola dengan tangan kanan, dapat mengayuh sepeda dan memegang stang dengan kedua tangan. Ny. Y dan keluarga An. A sering mengingatkan anak untuk menggunakan tangan dan kaki kanannya agar terbiasa untuk digunakan Gambaran Terapis Anak CP (W2) Partisipan dalam penelitian ini tinggal di Jalan Lembayung, Kabupaten Boyolali yang biasa dipanggil dengan sebutan S. Nn. S berusia 34 tahun. Latar

5 33 belakang pendidikan Nn. S adalah lulusan S1 Fisioterapi. Beliau sudah bekerja disalah satu Rumah Sakit swasta di Kabupaten Boyolali selama kurang lebih sepuluh tahun. Selain bekerja di RS, Nn.S juga bekerja secara mandiri (swasta) yaitu dengan datang kerumah dan memberikan terapi kepada beberapa pasiennya termasuk An. A yang sejak bulan desember telah mengikuti program terapi TENS. 4.4 Deskripsi Tahap-Tahap Terapi TENS Pada Anak CP Tipe Spastic Hemiplegic Tahap Persiapan Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan terapis untuk mempersiapkan seperti alat dan bahan dan kontrak waktu guna melancarkan jalannya stimulasi terapi TENS pada anak CP. Waktu yang digunakan terapis yaitu kurang lebih 30 menit. Kemudian mempersiapkan alat dan bahan seperti menyediakan alat TENS dan alat terapi latihan seperti bola, pensil, mobilmobilan. Sebelum melakukan terapi TENS, anak diajak berbicara untuk membantu memusatkan perhatian saat diberikan terapi. Pada tahap ini juga harus memastikan

6 34 bahwa anak dalam kondisi yang sehat dan mampu diberikan terapi TENS Tahap Orientasi Tahap orientasi merupakan tahap yang digunakan terapis dan juga peneliti untuk melakukan pendekatan pada anak CP. Tahap ini telah dilakukan disetiap pertemuannya sebelum masuk pada Tahap Kerja dan Terminasi. Jika pada pertemuan pertama dilakukan memperkenalkan diri dan menanyakan nama, namun pada pertemuan kedua hingga kedelapan peneliti tidak melakukannya lagi. Respon anak pada terapis pada tahap ini selalu menunjukan respon baik walaupun konsentrasi anak sedikit terganggu oleh karena televisi namun pada saat anak diajak berbicara konsentrasi anak menjadi terpusat hanya pada terapis Tahap Kerja Tahap kerja adalah tahap dimana terapis akan memulai terapi TENS dan memberikan terapi latihan. Pada tahap ini terapis memasangkan satu pasang elektroda TENS pada bagian sendi bahu, lengan dan pergelangan tangan anak CP secara bergantian. Setiap sendi diberi waktu sekitar 10 menit tegangan listrik rendah yaitu tiga Hz dan

7 35 menyesuaikan saat anak merasa kurang nyaman. Selanjutnya terapis memberikan terapi latihan setelah terapi TENS selesai diberikan kepada anak CP, dimana terapis melatih kekuatan tangan kanan anak menggunakan alat atau mainan yang sudah dipersiapkan. Berikut gambar terapis dan An. A yang sedang melakukan terapi pada tahap kerja. Gambar 4.2 Elektroda sedang ditempelkan pada bagian bahu tangan kanan An. A.

8 36 Gambar 4.3 Elektroda sedang ditempelkan pada bagian lengan tangan kanan An. A. Gambar 4.4 Elektroda sedang ditempelkan pada bagian pergelangan kaki kanan An. A.

9 37 Gambar 4.5 Terapis sedang memberikan terapi latihan dengan mengajari An. A untuk memindahkan bola kembali ketempatnya menggunakan tangan kanan. Gambar 4.6 An. A mampu menggenggam bola menggunakan tangan kanan.

10 38 Gambar 4.7 An. A sedang berusaha menggunakan tangan kanannya untuk mendorong mobil-mobilan. Gambar 4.8 An. A sedang berusaha menggunakan tangan kanannya untuk memegang botol sambil minum.

11 39 Pada tahap kerja anak mau mengikuti semua tahap-tahap pemberian terapi TENS yang dilakukan terapis. An. A terlihat sangat antusias dalam proses terapi dan berusaha untuk menggunakan tangan kanannya, walaupun masih belum sempurna anak mampu menggengam bola plastik, memindahkan beberapa buah bola dan mendorong mobilmobilan Tahap Terminasi Tahap terminasi merupakan proses dimana terapis mengevaluasi An. A dan memberikan pujian An. A dalam keberhasilannya dalam mengikuti proses terapi. Kemudian terapis menanyakan perasaan An. A setelah mengikuti terapi. Hal tersebut dilakukan terapis agar menubuhkan rasa nyaman dan percaya An. A pada terapis di pertemuan-pertemuan selanjutnya. Serta terapis juga harus membuat kontrak pertemuan selanjutnya pada anak dan orangtua. 4.5 Hasil Penelitian Respon anak setelah diberikan terapi TENS pada penelitian ini diperoleh berdasarkan lembar observasi pelaksanaan terapi TENS (pertemuan I-VIII) dan wawancara ibu An. A (W1) dan terapis (W2). Berdasarkan lembar observasi pertemuan I-VIII

12 40 bahwa setiap pertemuan anak mau mengikuti terapi secara bertahap dan anak selalu mendapatkan terapi TENS kurang lebih 30 menit dan dilanjutkan dengan terapi latihan. Observasi pada pertemuan pertama anak telah mendapatkan terapi TENS kurang lebih empat bulan. Observasi hari pertama setelah anak mendapatkan terapi TENS, terapis memberikan terapi latihan menggunakan bola plastik kecil. Ketika anak diinstruksikan untuk memindahkan beberapa bola kekeranjangnya anak terlihat berusaha menggunakan tangan kanannnya hasilnya beberapa bola berhasil dipindahkan dan beberapa lainnya jatuh terlepas pada genggaman anak. Selain latihan memindahkan bola anak juga dilatih untuk membuka atau melepas pakaiannya sendiri. Pertemuan Kedua, pertemuan kali ini anak diberikan terapi latihan dengan belajar membuka pakaiannya sendiri. Terapis mengajarkan anak untuk menarik baju menggunakan tangan kanannya. Anak mengatakan bahwa dia kesulitan membuka bajunya menggunakan tangan kanan. Selain itu anak diajari untuk mengayuh sepeda menggunakan kaki kanannya, walaupun masih dominan kaki kiri yang mengayuh, anak tetap berusaha mengikuti instruksi terapis. Pertemuan ketiga, setelah anak mendapatkan terapi TENS anak melanjutkan terapi latihan. Dari hasil observasi selama dua

13 41 pertemuan ini, anak sudah mampu membuka pakaiannya sendiri walaupun belum sempurna dan butuh bantuan orang lain, anak sudah terlihat menggerakan tangan kanannya untuk berusaha menarik pakaiannya. Selain itu anak memperlihatkan kepada terapis bahwa dia mulai dapat mengayuh menggunakan kaki kanannya, walaupun terlihat sangat berat untuk mengayuh menggunakan kaki kanannya. Pada pertemuan keempat terapis seperti biasa memberikan terapi TENS selama 30 menit. Setelah diberikan terapi TENS An. A diberikan terapi latihan dengan mengajarkan anak untuk menggunakan media disekitarnya seperti remote televisi. Anak diajarkan menggenggam remote menggunakan tangan kanan dan berusaha menggunakan jarinya untuk mengganti program televisi. Anak terlihat kesulitan saat akan menggenggam remote dan secara reflek tangan kirinya membantu untuk menggengam remote. Pertemuan ke lima melanjutkan pertemuan sebelumnya. Setelah diberikan terapi TENS anak langsung melanjutkan latihan untuk menggunakan remote dengan tangan kanannya. Anak terlihat bosan karena kesulitan menggenggam dan lebih memilih melihat televisi maka terapis mulai mengajak ngobrol anak untuk membuat anak agar fokus pada latihan. Setelah diajarkan kembali anak mulai dapat menggenggam remote namun belum dapat mengganti program televisi.terapis

14 42 berpesan pada keluarga dan anak untuk membiasakan diri anak untuk menggunakan remote secara mandiri. Pertemuan ke enam, seperti biasa anak mendapatkan terapi TENS selama 30 menit. Terapi latihan kali ini menggunakan pensil.terapis mengajarkan kepada An. A untuk menggenggam pensil menggunakan tangan kanannya, lalu melempar pensil tersebut kearah terapis. Anak tidak tampak kesulitan saat berusaha menggenggam pensil namun disaat anak akan melempar pensil, anak belum bisa melakukannya karena pensil masih tersangkut pada jari. Selanjutnya anak diajarkan bermain mobil-mobilan menggunakan kedua tangannya. An. A mulai mendorong mobil-mobilan tersebut menggunakan tangan kanannya, walaupun masih dominan tangan kirinya terapis berusaha untuk membiasakan anak mengguanakan tangan kanannya untuk mendorong dan menarik mobil-mobilan. Hasil observasi pertemuan ke tujuh, anak mendapatkan terapi TENS selama 30 menit. Kali ini anak diberi terapi latihan untuk menggenggam dan membuka tangan kanan sebanyak 10 kali. Konsentrasi anak sedikit terganggu karena terapi dilakukan sambil melihat televisi,namun terapis berhasil mengembalikan konsentrasi anak dan anak berhasil membuka dan mengepalkan tangan kanannya. Terapi kedua yang diberikan hari ini adalah menggenggam dan masih melempar pensil. Anak terlihat

15 43 antusias saat melempar pensil sambil bercanda dengan ibunya walau anak terlihat sangat berusaha keras untuk melempar pensil ke arah ibunya. Pertemuan ke delapan, pada pertemuan ini seperti biasa anak mendapatkan terapi selama 30 menit, kali ini anak diajari mengenal anggota tubuhnya dan tidak lupa menggunakan tangan kanannya. Anak diminta memegang anggota tubuh sesuai intruksi terapis. Respon anak sangat baik walaupun konsentrasinya agak terganggu karena televisi. Anak dapat melakukan sesuai intruksi terapis saat anak diminta memegang anggota kepala secara acak dan anak mampu memegangnya walaupun masih dibantu tangan kirinya sendiri. Pada pertemuan kali ini peneliti melakukan wawancara kepada ibu An. A dan terapis berdasarkan hasil percakapan wawancara setelah terapi TENS diberikan kepada anak CP ibu maupun terapis An. A mengatakan adanya perubahan yang signifikan Tema 1: An. A termasuk CP tipe Spastic Hemiplegic Pada penelitian ini, W1 menjelaskan gambaran fisik An. A yang merupakan ciri-ciri dari CP tipe spastic hemiplegic. Berikut pernyataan W1 mengenai gambaran fisik An. A: Yang dialami anak saya itu yang jelas itu tangan kanannya itu gak berfungsi sama tangan, kaki kirinya itu jalannya agak jinjit jadi sebelah kanan tangan sama kiri eh tangan sama kaki itutu agak lemah,tapi untungnya itu anak

16 44 saya itu otaknya kata dokternya itu ini masih bersyukur bu ini tu anaknya befikirnya seperti anak-anak biasa, biasanya kalo penyakit kayak gini itu anaknya itu otaknya juga lemah (seperti down syndrome) gitu itu tapi anak ini enggak,gitu jadi yang diserang sebelah kanan semua anak saya gitu loh mbak. (W1.95) Gambaran CP tersebut juga didukung oleh keterangan dari W2 yang menjelaskan bagaimana CP yang dialami An. A. Berikut pernyataan W2: Tidak sebegitu parah dari CP- CP yang pernah saya lihat ya mbak, karena anak ini cenderung lebih ke normalnya, dia masih berfikiran secara normal melakukan aktivitas-aktivitas biasa juga, seperti anak normal mungkin kekurangannya hanya ya tangan kanannya tidak bisa digunakan seperti tangan kiri. (W2.115) Tema 2: Adanya Miom dan Hambatan Persalinan pada Ibu sebagai Faktor penyebab CP Pada saat diwawancarai, W1 menyebutkan penyebab CP yang dialami oleh anaknya berdasarkan informasi yang didapatkan dari dokter. W1 menceritakan bahwa ada miom dalam rahimnya dan proses kelahirannya yang sulit sehingga memerlukan bantuan alat vacuum. Maka dari itu, ada kemungkinan anaknya terlahir cacat. Berikut ungkapan yang menjadi faktor penyebab CP yang dialami anaknya: Kalau waktu mengandung itu normal-normal aja, ya pengennya cuman muntah aja,lemes, sakit terus dari pertama sampai akhir mau sampai melahirkan, saya mau melahirkan itu aja dah gak kuat, gak kuat sampai di itu di apa namanya, divacuum kalau saya tahu divacuum begini hasilnya ya saya gak mau divacuum kalau tahu hasilnya

17 45 begitu ya maunya sih,ya kalau tahunya begitu disesar aja hasilnya begitu itu tangan anak saya kok jadi lemah satunya. Tapi bu dokter sebelumnya sudah bilang nanti anak saya lahir itu agak cacat gitu karena dirahim saya itu ada tamunya, ada miomnya itu juga bikin saya susah punya anak, saya itu 3 tahun menikah baru punya anak ya begitulah mbak. (W1.65) Saya gak tahu mbak penyebabnya CP itu apa. Tapi dokter yang nanganin saya waktu hamil itu bilang kalau nanti itu anak saya cacat agak lemah apa karena ada miom itu yang bikin anak saya kaya gitu, sama waktu lahirnya di vacuum yang bikin anak saya mental (terlempar) sampai 2x, dulu itu saya sampai kaya mau mati melahirkan anak saya. (W1.105) Tema 3: Gambaran Terapi TENS Terapi TENS berfungsi untuk menstimulasi otot syaraf yang lemah dengan cara menempelkan elektroda ke bagian tubuh yang mengalami spastic (kekakuan). Berikut pernyataan dari W1 dan W2 tentang terapi TENS: Terapi TENS itu anak saya pasangi kabel-kabel di tempel-tempelin disetrum-setrum seperti dipijet. (W1.155) Terapi TENS itu adalah yang diberikan menstimulasi otot otot pada anak. (W2.45) untuk Caranya ditempelkan pada sendi-sendi bahu, sendisendi lengan dan pergelangan tangan. (W2.55) Terapi TENS tidak memberikan efek samping dalam penggunaannya. W1 menyatakan bahwa terapi TENS tidak memiliki efek samping saat diberikan kepada An.A. W1 juga telah menanyakan bagaimana keadaan An. A ketika diberikan terapi TENS berikut pernyataannya:

18 46 Ketika saya tanya kepada anak saya, Bagaimana rasanya le?, anak saya mengatakan enak seperti dipijitin, tidak sakit. (W1.155) W2 juga menjelaskan jika tidak ada efek samping dari terapi TENS. Berikut penyataanya: Gak ada mbak karena TENS ini sendiri kan fungsinya untuk menstimulasi otak, menstimulasi otot. (W2.215) dan W2 menjelaskan frekuensi pemberian terapi TENS kepada An. A dan Berikut pernyataannya: Saya menggunakanya intensitanya lebih dari 10 Hz saya hanya menggunakan pada anak 3 Hz sesuai dengan apa yang si anak rasakan, kalau yang anak rasakan tidak nyaman terasa sakit maka, intensitasnya saya turunkan. (W2.205) Tema 4: Terapi Latihan Mendukung Terapi TENS Hasil wawancara terhadap W2 menjelaskan bahwa selain diberikan terapi TENS, anak juga diberikan terapi latihan dengan menggunakan tangan kanannya. Berikut pernyataannya. Saya memberikan terapi latihannya seperti menggerakkan tangan-tangannya melatih anak itu memegang pensil, memegang bola, memegang bajunya sendiri, mengenal hidungnya sendiri, mengenal telinganya sendiri, bersalaman, ya seperti itu terapi yang saya lakukan dan memberi anak itu permainan misalkan mobil-mobilan dengan mobilnya sendiri terus, ya seperti itu ya mbak yang saya lakukan kurang lebihnya. (W2.95)

19 Tema 5: Adanya Pengaruh Terapi TENS Terhadap Aktivitas Fisik Anak CP Berdasarkan hasil wawancara, W1 dan W2 mejelaskan bahwa terapi TENS sangat efektif dan mampu mempengaruhi aktivitas fisik anak CP. Setelah mendapatkan terapi TENS, anak mampu melakukan aktivitas menggunakan tangan dan kaki kanannya. Berikut percakapannya : Ya Puji Tuhan, sekarang dia bisa meganglah, megangmegang pakai tangan kanannya (W1.245) Ya ada meski gak begitu, yang dulu gak bisa megar, kalau disuruh megang malah dilepaske dibuang, tapi sekarang enggak, meski ya megangnya sampai beratberat gitu, berat gitu mbak. (W1.255) Ya dulu dia gak bisa pegang stang sepedanya itu, dia kan punya sepeda onthel, gak bisa megang banget tapi setelah diterapi bisa megang stang sepedanya itu, bisa megang bola, terus tanganya itu sukanya kalau suruh megang malah dibuang sekarang malah enggak enggak kaku gitu itu. (W1.265) Sangat efektif karena adanya terapi ini anak sudah bisa memegang pensil secara mandiri, memegang bola secara mandiri, membuka bajunya mandiri walaupun masih belum sempurna dan masih harus dibantu dengan tangan satunya. (W2.125) Ada, anak tersebut saja menggunakan sepeda sudah menggunakan tangan dua yang semula satu dia bisa memegang sepeda dengan tangan dua, memegang pensil juga sudah bisa sendiri. (W2.165)

20 Pembahasan An. A termasuk CP tipe Spastic Hemiplegic Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap dua partisipan, didapatkan tema pertama yaitu gambaran CP. W2 mengatakan bahwa CP adalah gangguan pada otak yang sering mengakibatkan gangguan keseimbangan gerak dan postur tubuh. Hal tersebut senada dengan pernyataan Campbell (2012), bahwa CP merupakan sekelompok gangguan permanen perkembangan gerakan dan postur tubuh, menyebabkan keterbatasan aktivitas. Selanjutnya, W1 mengatakan bahwa anaknya mengalami kekakuan pada tangan dan kaki kanannya. Hal ini didukung dengan pernyataan Mohammad (2006), spastic hemiplegic adalah spastic yang biasanya menyerang ekstremitas atas atau bawah, menyerang lengan dan kaki pada salah satu sisi tubuh Adanya Miom dan Hambatan Persalinan pada Ibu sebagai Faktor penyebab CP Menurut W1, penyebab CP yang terjadi pada anaknya disebabkan oleh adanya miom pada masa kehamilan. Info tersebut W1 dapatkan dari dokter yang mengontrol masa kehamilannya. Jeremy (2004) mengungkapkan

21 49 bahwa CP dapat disebabkan oleh gangguan dimasa kehamilan yang sangat berisiko menyebabkan bayi CP. Selanjutnya, W1 mengungkapkan bahwa ia mengalami kesulitan dalam proses kelahiran, sehingga memerlukan alat bantu berupa vacuum yang menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya CP. Menurut peneliti, CP yang dialami oleh An. A disebabkan oleh adanya miom pada masa kehamilan yang mengganggu proses penyerapan nutrisi sehingga menyebabkan gangguan perkembangan otak. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya CP adalah proses kelahiran yang sulit yang memerlukan bantuan alat vaccum. Pendapat ini didukung oleh pernyataan Bajraszewski (2008), gangguan prenatal terjadi ketika ibu hamil yang kurang mendapat asupan makanan bergizi dan sakit ditengah kehamilan. Masalah terjadi ketika perkembangan otak mulai terbentuk dapat mempengaruhi pertumbuhan janin. Proses persalinan yang lama dan sulit sehingga perlu pertolongan dengan alat bisa menyebabkan luka dikepala bayi dan dapat mempengaruhi perkembangan otak.

22 Gambaran Terapi TENS Sesuai dengan pernyataan W2, terapi TENS diberikan untuk menstimulasi otot saraf pada anak CP dengan cara ditempelkan pada permukaan kulit yang berada pada sendi bahu, sendi lengan dan pergelangan tangan. Besaran voltase alat TENS sebesar 10 Hz. Namun, yang diberikan kepada An. A sebesar 3 Hz sesuai dengan apa yang anak rasakan, jika anak merasa tidak nyaman, maka intensitasnya diturunkan. Seperti yang dikemukakan Johnson (2008) bahwa TENS merupakan alat terapi yang digunakan untuk merangsang syaraf melalui kulit menggunakan arus listrik, tetapi listrik yang digunakan adalah arus listrik rendah, sehingga arus yang dikeluarkan tidak berbahaya bagi penggunanya. Selain itu, W2 juga mengungkapkan bahwa terapi TENS tidak memiliki efek samping dalam penggunaanya. Senada dengan yang diungkapkan oleh Mark (2001), terapi TENS merupakan terapi non-invasif, mudah digunakan, dan tidak memiliki efek samping seperti penggunaan obat-obatan.

23 Terapi Latihan Mendukung Terapi TENS Berdasarkan hasil penelitian, W2 mengatakan bahwa terapi latihan diberikan kepada An. A setelah diberikan terapi TENS dengan cara menggerakkan tangan kanannya, memegang pensil, memegang bola, memegang bajunya sendiri, mengenal hidungnya sendiri, mengenal telinganya sendiri, bersalaman dan bermain mobil-mobilan. Menurut peneliti, terapi latihan ini berguna untuk melatih tangan dan kaki kanan anak yang pasif agar menjadi lebih aktif dan mulai membiasakan diri menggunakan tangan kanannya untuk melakukan aktivitas fisik. Hal ini didukung oleh pernyataan Gardiner (2006) yang menyebutkan bahwa terapi latihan adalah salah satu cara untuk mempercepat pemulihan pasien dari cedera dan penyakit yang dalam pelaksaannya menggunakan gerakan-gerakan aktif maupun pasif. Selain itu, Kwakkel (2004) menyatakan terapi latihan adalah kegiatan fisik yang reguler dan dilakukan dengan tujuan meningkatkan atau mempertahankan kebugaran fisik atau kesehatan dan termasuk di dalamnya fisioterapi.

24 Adanya Pengaruh Terapi TENS Terhadap Anak CP Setelah diberikan terapi TENS, terdapat perubahan yang terlihat pada aktivitas anak CP. W1 dan W2 mengutarakan bahwa An. A sekarang sudah mampu menggunakan tangan kanannya untuk memegang sesuatu walaupun belum maksimal. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Al-Abdulwahab (2010) tentang terapi TENS terhadap Spastic Diplegia Cerebral Palsy, yang memberikan perubahan yaitu penurunan kekakuan pada pinggul dan peningkatan kemampuan berjalan. W2 mengungkapkan bahwa terapi TENS sangat efektif karena saat ini An. A sudah mampu menggunakan tangan dan kaki kanannya walaupun masih belum sempurna dan masih harus dibantu dengan tangan satunya. Menurut peneliti, terapi TENS harus dilanjutkan agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Bakshi dkk (2014) juga mengemukakan dari hasil penelitiannya jika terapi TENS memberikan perubahan yang signifikan jika diberikan secara teratur kepada penderita CP spastic.

61 Lampiran II

61 Lampiran II Lampiran I 60 61 Lampiran II 62 63 Lampiran III 64 65 Lampiran IV 66 Lampiran V WAWANCARA Pemahaman tentang cerebral palsy a. Apa yang Ibu ketahui tentang cerebral palsy? b. Apakah Ibu mengetahui penyebab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Cerebral Palsy (CP) adalah suatu kelainan gerak dan. kerusakan atau gangguan disel-sel motorik pada susunan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Cerebral Palsy (CP) adalah suatu kelainan gerak dan. kerusakan atau gangguan disel-sel motorik pada susunan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Definisi Cerebral Palsy (CP) Cerebral Palsy (CP) adalah suatu kelainan gerak dan postur tubuh yang tidak progresif, dan disebabkan oleh karena kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang abnormal, gerakan tak terkendali, dan kegoyangan saat. dengan sifat dari gangguan gerakan yaitu spastic, athetoid,

BAB I PENDAHULUAN. yang abnormal, gerakan tak terkendali, dan kegoyangan saat. dengan sifat dari gangguan gerakan yaitu spastic, athetoid, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cerebral Palsy (CP) merupakan salah satu kelainan yang dialami anak karena adanya hambatan pada bagian otak yang berhubungan dengan pengendalian aktivitas

Lebih terperinci

UKDW BAB Latar Belakang

UKDW BAB Latar Belakang BAB 1 1.1.Latar Belakang Bermain adalah hal yang sangat dibutuhkan, baik bagi user-user yang baru lahir sampai user-user yang sudah sekolah. Dengan bermain, user-user juga sedang melakukan pembelajaran

Lebih terperinci

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Pedologi Cedera Otak dan Penyakit Kronis Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Apakah yang Dimaksudkan dengan Kelumpuhan Otak itu? Kelumpuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang (Helmi,2012). Klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang (Helmi,2012). Klasifikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang (Helmi,2012). Klasifikasi fraktur menurut hubungan dengan jaringan ikat disekitarnya dibagi menjadi 2 yaitu fraktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak. satunya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak. satunya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy menggambarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan masyarakat merupakan persoalan bersama yang harus menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat. Salah satu bagian dari program kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI A. Latar belakang Pada pasien gangguan jiwa dengan dengan kasus skizofrenia selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori, halusinasi. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penggunaan studi kasus sebagai suatu metode penelitian kualitatif memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar orang yang sudah menikah menginginkan seorang anak dalam rumah tangga mereka. Anak merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga dan dilindungi. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional setelah menjalani rutinitas yang melelahkan sepanjang hari. Hal

BAB I PENDAHULUAN. emosional setelah menjalani rutinitas yang melelahkan sepanjang hari. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisioterapi adalah bentuk pelayanan yang di tunjukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh

Lebih terperinci

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI A. Konsep Harga Diri Rendah Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Aktivitas kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan tangan, hal itu menunjukkan betapa pentingnya perkembangan

Lebih terperinci

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE Lampiran 8 MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE 2009.33.032 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Lebih terperinci

TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI

TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI TERAPI AKTIVITAS STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI Disusun oleh: Kelompok 4 1. Intan Cahya P (14.401.15.046) 2. Khusnul Hotimah (14.401.15.050) 3. Muhamad Gimnastyar (14.401.15.056) 4. Novia Panca A (14.401.15.059)

Lebih terperinci

Senam Hamil. Pengertian Senam Hamil

Senam Hamil. Pengertian Senam Hamil Senam Hamil Pengertian Senam Hamil Senam ibu hamil adalah jenis olahraga yang ringan untuk ibu hamil, olahraga ini bisa dilakukan untuk ibu hamil yang usia kandungannya di atas 6 bulan. Usia kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat proses alamiah yaitu proses menua dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kriteria riset partisipan adalah ibu hamil primigravida dengan usia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kriteria riset partisipan adalah ibu hamil primigravida dengan usia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Riset Kriteria riset partisipan adalah ibu hamil primigravida dengan usia kehamilan 20-32 minggu, mampu berkomunikasi dengan baik, tinggal di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah suatu titipan Tuhan yang sangat berharga. Saat diberikan kepercayaan untuk mempunyai anak, maka para calon orang tua akan menjaga sebaik-baiknya dari mulai

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DI RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DI RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DI RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA Disusun oleh : WURI RAHMAWATI NIM : J100 070 O26 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun negatif. Seiring dengan keberhasilan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION

EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION ( TENS ) PULSE BURST DAN ARUS TRABERT DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK DI LUTUT PADA USIA LANJUT SKRIPSI Disusun Oleh: WIWIK WIDIYASARI

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebiasaan duduk dapat menimbulkan nyeri pinggang apabila duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan otot punggung akan menjadi tegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat. dalam kelompok CP (Hinchcliffe, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat. dalam kelompok CP (Hinchcliffe, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak jenis kecacatan yang terjadi pada anak, diantaranya adalah Cerebral Palsy (CP). CP merupakan sekelompok gangguan gerak atau postur yang disebabkan oleh lesi yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng BAB IV ANALISIS DATA A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng Klingsingan Surabaya Faktor penyebab klien terkena epilepsi terjadi karena faktor eksternal. Yaitu faktor yang terjadi bukan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Keterbatasan manusia yang memiliki anggota tubuh tidak lengkap disebut dengan tunadaksa. Tunadaksa adalah ketidakmampuan anggota tubuh dalam melaksanakan fungsinya

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat 1 KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI STIFFNESS ANKLE JOINT SINISTRA AKIBAT POST FRACTURE CRURIS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA

Lebih terperinci

Tindakan keperawatan (Implementasi)

Tindakan keperawatan (Implementasi) LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN No. Dx Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari/ Pukul tanggal 1 Senin / 02-06- 14.45 15.00 15.25 15.55 16.00 17.00 Tindakan keperawatan (Implementasi) Mengkaji kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyeri tak tertahankan, mempengaruhi tangan, punggung, leher, lengan, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. nyeri tak tertahankan, mempengaruhi tangan, punggung, leher, lengan, bahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Myalgia cervical atau sering dikenal dengan nyeri otot leher adalah suatu kondisi kronis dimana otot mengalami ketegangan atau terdapat kelainan struktural tulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan pembangunan dan teknologi memberikan dampak bagi segala bidang pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara hakikat sebenarnya tidak ada anak cacat melainkan anak berkebutuhan khusus karena anak-anak tersebut sama dengan anak-anak pada umumnya yang memiliki kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya pusat rehabilitasi di Surakarta menuntut pengetahuan lebih

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya pusat rehabilitasi di Surakarta menuntut pengetahuan lebih 1 BAB I PENDAHULUAN Pada tahun 1948 Prof. Dr. Soeharso mendidik tenaga kesehatan dalam rangka kerja besarnya memulihkan korban perang, dibangun Sekolah Perawat Fisioterapi. Semakin berkembangnya pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive),

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive), BAB I PENDAHULUAN Dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap BAB V PEMBAHASAN Karakteristik responden meliputi umur, masa kerja, jenis kelamin, merokok dan trauma. Di mana untuk karakteristik jenis kelamin semua responden adalah perempuan, tidak merokok dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan dibidang IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan penduduknya yang cukup baik, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan usia dan atau mengalami gangguan akibat dari injuri atau sakit.

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan usia dan atau mengalami gangguan akibat dari injuri atau sakit. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Peran fisioterapi memberikan layanan kepada individu atau kelompok individu untuk memperbaiki, mengembangkan, dan memelihara gerak dan kemampuan fungsi yang maksimal

Lebih terperinci

nonfarmakologi misalnya, teknik

nonfarmakologi misalnya, teknik LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN Hari Pertama Hari/ tanggal/ Waktu Rabu, 20 Mei 2015 Pukul 09.00-10.30 No. Implementasi DX 1. 9. Mengkaji keluhan nyeri meliputi lokasi, karakteristik, awitan/durasi, frekuensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya akan menjadikan penerus bagi keturunan keluarganya kelak. Setiap anak

BAB I PENDAHULUAN. tentunya akan menjadikan penerus bagi keturunan keluarganya kelak. Setiap anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelahiran buah hati pasti sudah sangat berarti bagi orang tua, yang tentunya akan menjadikan penerus bagi keturunan keluarganya kelak. Setiap anak pasti melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu kondisi klinis yang berkembang dengan cepat akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting, banyak faktor internal maupun external yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, salah satunya adalah kematangan

Lebih terperinci

Sang Pangeran. Kinanti 1

Sang Pangeran. Kinanti 1 Sang Pangeran Langkah Rara terhenti mendengar percakapan dari ruang tamu. Suara seseorang yang sangat dikenalnya. Suara tawa yang terdengar khas itu semakin memperkuat dugaannya, membuat jantung Rara berpacu

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN 69 LAMPIRAN-LAMPIRAN 69 Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Pengaruh Senam Otak terhadap Peningkatan Daya Ingat Lansia di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan Oleh Paula Angelina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Punggung merupakan salah satu dari bagian tubuh manusia yang sering digunakan untuk beraktifitas. Banyak aktifitas yang melibatkan pergerakan punggung antara lain aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang Tuhan berikan untuk dijaga dan dirawat. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam masa tumbuh kembang. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus dari total populasi anak. Data akurat tentang jumlah

Lebih terperinci

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI SENSORI

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI SENSORI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI SENSORI 1. Pengertian TAK stimulasi sensori adalah TAK yang diadakan dengan memberikan stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi perubahan perilaku. 2. Bentuk

Lebih terperinci

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG SOP SENAM HAMIL

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG SOP SENAM HAMIL Versi : 1 Tgl : 17 maret 2014 1. Pengertian Senam Hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik maupun mental, untuk menghadapi persalinan yang cepat, aman dan spontan.

Lebih terperinci

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN Lampiran 1 88 SURAT IJIN PENELITIAN Lampiran 2 89 SURAT IJIN SURVEI AWAL PENELITIAN Lampiran 3 90 SURAT IJIN PENELITIAN Lampiran 4 91 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

Panduan Identifikasi Pasien

Panduan Identifikasi Pasien Panduan Identifikasi Pasien IDENTIFIKASI PASIEN 1. Tujuan Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien selama perawatan di rumah sakit. Mengurangi kejadian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buku Deteksi dan Stimulasi Perkembangan Anak Usia 0-36 bulan ini dikembangkan oleh peneliti untuk dijadikan pedoman bagi kader posyandu dalam rangka mengamati perkembangan

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA Disusun Oleh: DESI SUCI ANGRAENI SRI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT

EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (UU RI, NO 36 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (UU RI, NO 36 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dikenalkan pada anak. menyikapi fenomena perilaku anak ( Gleen doman, 2005 )

BAB I PENDAHULUAN. mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dikenalkan pada anak. menyikapi fenomena perilaku anak ( Gleen doman, 2005 ) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia balita merupakan usia perkembangan pesat sel otak anak. Pada masa usia emas seperti ini, kemampuan otak menangkap informasi sangatlah cepat. Pada usia emas ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur harapan hidup ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plexus Brachialis Injury adalah salah satu plexus saraf somatik yang

BAB I PENDAHULUAN. Plexus Brachialis Injury adalah salah satu plexus saraf somatik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Plexus Brachialis Injury adalah salah satu plexus saraf somatik yang mengatur persarafan motoris kehampir semua otot-otot ekstremits atas dan sebagaian besar kulit

Lebih terperinci

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK)

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK) DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK) KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DEFINISI Pertumbuhan Berkembangnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler Bertambah ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian

Lebih terperinci

Rehabilitasi pada perdarahan otak

Rehabilitasi pada perdarahan otak Rehabilitasi pada perdarahan otak Hal-hal yang timbul akibat perdarahan otak menyebabkan gangguan fungsi dan menjadi masalah pokok pada rehabilitasi medik, adalah : lokomotor, ketrampilan tangan, gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cerebral palsy merupakan suatu kelainan atau kerusakan pada otak yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP terjadi akibat kerusakan pada

Lebih terperinci

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Pengaruh Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi Terhadap Kemampuan Kognitif dan Psikmotor Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi Di Ruangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Brachial Plexus (pleksus brachialis) adalah pleksus saraf somatik yang

BAB I PENDAHULUAN. Brachial Plexus (pleksus brachialis) adalah pleksus saraf somatik yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Brachial Plexus (pleksus brachialis) adalah pleksus saraf somatik yang terbentuk antara ventral rami (akar) dari empat nervus cervical (C5-C8) dan nervus thoracal

Lebih terperinci

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016 Pengaruh Metode Senam Otak Melalui Gerakan Arm Activation Terhadap Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan Anak Cerebral Palsy Spastic Di SLB D YPAC Bandung Nera Insan N, Nia Sutisna Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

Cara Mengatasi Kecemasan

Cara Mengatasi Kecemasan Cara Mengatasi Kecemasan S etiap manusia pasti pernah merasa cemas. Perasaan cemas tersebut sering disertai dengan gejala tubuh seperti: jantung berdetak lebih cepat, otot otot menegang, berkeringat, gemetar,

Lebih terperinci

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II Jl. Wates KM 5,5 Gamping, Sleman, Yogyakarta 55294 Telp. 0274 6499706, Fax. 0274 6499727 i SURAT

Lebih terperinci

STRATEGI PELAKSANAAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA, PEMENUHAN NUTRISI

STRATEGI PELAKSANAAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA, PEMENUHAN NUTRISI STRATEGI PELAKSANAAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA, PEMENUHAN NUTRISI Hari / Tanggal : Kamis, 21 April 2011 Waktu Pertemuan : 10.00 Wita : II Proses Keperawatan a. Kondisi Klien Pasien berumur 25 tahun, sering

Lebih terperinci

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain.

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain. DADA 1. Breast Twist Fly 1. Posisikan tubuh bersandar incline pada bench dengan kedua tangan terbuka lebar memegang dumbbell. Busungkan dada untuk gerakan yang optimal. Angkat kedua dumbbell ke depan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pemberian layanan agar anak dapat tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak - anak penderita cerebral palsy sangat kesulitan mendapatkan alat bantu berjalan, dikarenakan minimnya produk tersebut dijual umum di toko - toko alat kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor baik internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi keberhasilan tumbuh kembang anak. Salah satu

Lebih terperinci

USER MANUAL M Last ref Nov 2015

USER MANUAL M Last ref Nov 2015 USER MANUAL M301 Last ref Nov 2015 www.advanceproduct.com 0804 1 98 98 98 Terima kasih telah membeli Power Relax. Mohon membaca dan memperhatikan buku manual ini tentang petunjuk keamanan sebelum menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Seting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang A. Sejarah RS. Panti wilasa Citarum Semarang RS. Panti Wilasa Citarum adalah rumah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SD Kutowinangun 08. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA ISCHIALGIA DEKSTRA DI RSAL DR RAMELAN SURABAYA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA ISCHIALGIA DEKSTRA DI RSAL DR RAMELAN SURABAYA KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA ISCHIALGIA DEKSTRA DI RSAL DR RAMELAN SURABAYA Oleh : WAHYU ANGGRAINI J100070027 Diajukan guna melengkapi tugas tugas dan memenuhi syarat - syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan tidak hanya menawarkan kebahagiaan tetapi juga penderitaan kepada manusia. Human life can be fullified not only in creating and enjoying, but also

Lebih terperinci

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien Klien sudah beberapa hari mengalami gelisah, sulit tidur, tidak nafsu makan. Klien selalu memikirkan

Lebih terperinci

PERSIAPKAN DIRI ANDA SEBELUM, SELAMA DAN SETELAH MASA KEHAMILAN

PERSIAPKAN DIRI ANDA SEBELUM, SELAMA DAN SETELAH MASA KEHAMILAN Menikah dan memiliki keluarga merupakan impian setiap manusia dan setiap orang yang menikah pasti mendambakan kehadiran seorang anak yang sehat, cerdas, kreatif, baik dan soleh/sholehah. Untuk mendapatkan

Lebih terperinci

A. Etika, Moral, dan Hukum dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

A. Etika, Moral, dan Hukum dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi BAB 3 Etika dan Moral dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi A. Etika, Moral, dan Hukum dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi B. Menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja C. Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak adalah kondisi Cerebral Palsy (Rosenbaum, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak adalah kondisi Cerebral Palsy (Rosenbaum, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum tujuan pembangunan bangsa Indonesia yaitu memajukan kesejahteraan umum. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerebral palsy (CP) merupakan suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan kata cerebral

Lebih terperinci

Disaster Management. Transkrip Minggu 4: Tindakan Pertolongan Pertama dan Penyelamatan Korban Bencana

Disaster Management. Transkrip Minggu 4: Tindakan Pertolongan Pertama dan Penyelamatan Korban Bencana Disaster Management Transkrip Minggu 4: Tindakan Pertolongan Pertama dan Penyelamatan Korban Bencana Video 1: Pertolongan Pertama Pada Korban Bencana Video 2: Bantuan Hidup Dasar Video 3: Penyelamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, lempeng epiphyseal atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan lunak, tekanan fisik yang

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab III ini merupakan data yang disajikan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009, BAB I PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009, kesehatan merupakan hak asasi manusia dan satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

TOILET TRAINING. C. Faktor-Faktor Yang Mendukung Toilet Training Pada Anak

TOILET TRAINING. C. Faktor-Faktor Yang Mendukung Toilet Training Pada Anak 1 TOILET TRAINING A. Pengertian Toilet Training Toilet Training pada anak adalah latihan menanamkan kebiasaan pada anak untuk aktivitas buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya (toilet). B. Tanda-Tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pendidikan luar biasa atau pendidikan khusus anak berkelainan, istilah penyimpangan secara eksplisit ditunjukan kepada anak yang dianggap memiliki kelainan

Lebih terperinci

Manfaat Deteksi Dini. Tumbuh Kembang Anak SERI BACAAN ORANG TUA

Manfaat Deteksi Dini. Tumbuh Kembang Anak SERI BACAAN ORANG TUA 03 SERI BACAAN ORANG TUA Manfaat Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB Latar Belakang Masalah Stroke

BAB Latar Belakang Masalah Stroke 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke Menurut Stroke Association tahun 2006, stroke adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh terhadap arteri utama menuju dan berada di otak, stroke terjadi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data baik yang berasal dari wawancara, observasi, maupun dokumen. Peneliti melakukan kegiatan analisis guna mendapatkan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE Oleh: Kelompok : 1A SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN 2014 SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok bahasan : Mobilisasi

Lebih terperinci

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik LAMPIRAN 1 Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Stroke Non Hemoragik A. Pengertian Latihan aktif dan pasif / ROM adalah merupakan suatu kebutuhan manusia untuk melakukan pergerakan

Lebih terperinci

Virtual Reality. Abstrak

Virtual Reality. Abstrak Virtual Reality Fauzan Azmi azmifauzan@gmail.com http://www.azmifauzan.web.id Abstrak Secara sederhana, virtual reality adalah pemunculan gambar-gambar tiga dimensi yang dibangkitkan komputer, yang terlihat

Lebih terperinci

MODUL PSIKOEDUKASI MENINGKATKAN REGULASI EMOSI PADA ANAK MENTAL RETARDASI. : Menjalin rapport dengan anak serta membuat peraturan-peraturan dengan

MODUL PSIKOEDUKASI MENINGKATKAN REGULASI EMOSI PADA ANAK MENTAL RETARDASI. : Menjalin rapport dengan anak serta membuat peraturan-peraturan dengan LAMPIRAN 1. Informed Consent 152 153 154 LAMPIRAN 2. Modul Psikoedukasi 155 MODUL PSIKOEDUKASI MENINGKATKAN REGULASI EMOSI PADA ANAK MENTAL RETARDASI Sesi 1 Tema Tujuan : ice breaking : Menjalin rapport

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang dilakukan setiap hari dapat menimbulkan berbagai macam. penyakit. Salah satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS).

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang dilakukan setiap hari dapat menimbulkan berbagai macam. penyakit. Salah satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan informasi yang berkembang pesat sekarang ini ternyata membawa dampak positif, namun juga membawa dampak negatif bagi manusia. Lama dan

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

SURVEY GLOBAL KESEHATAN BERBASIS SEKOLAH DI INDONESIA TAHUN 2007

SURVEY GLOBAL KESEHATAN BERBASIS SEKOLAH DI INDONESIA TAHUN 2007 SURVEY GLOBAL KESEHATAN BERBASIS SEKOLAH DI INDONESIA TAHUN 2007 Survei ini merupakan survey mengenai kesehatan dan hal-hal yang yang mempengaruhi kesehatan. Informasi yang anda berikan akan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi penting yaitusebagai stabilisasi serta mobilisasi tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi penting yaitusebagai stabilisasi serta mobilisasi tubuh. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia terbentuk dari banyak jaringan serta organ yang mempunyai fungsi penting yaitusebagai stabilisasi serta mobilisasi tubuh. Salah satunya adalah tulang,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Alamat Agama : Tn.G : 30 th : tamat SMA : Blora : Islam Tanggal masuk : 06/12/2009 Tgl pengkajian : 06/12/2009 No.cm : 06 80

Lebih terperinci