PENGEMBANGAN PERIKANAN PURSE SEINE DI PPI BLANAKAN SUBANG AWLIA BAASITHU ALBAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN PERIKANAN PURSE SEINE DI PPI BLANAKAN SUBANG AWLIA BAASITHU ALBAR"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN PERIKANAN PURSE SEINE DI PPI BLANAKAN SUBANG AWLIA BAASITHU ALBAR PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Pengembangan Perikanan Purse Seine di PPI Blanakan Subang adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, November 2012 Awlia Baasithu Albar C

3 ABSTRAK AWLIA BAASITHU ALBAR, C Pengembangan Perikanan Purse Seine di PPI Blanakan Subang. Dibimbing oleh MULYONO S. BASKORO dan WAZIR MAWARDI. Dalam melakukan suatu kajian pengembangan perikanan tangkap yang berlanjutan maka perlu mengkajinya melalui aspek biologi, teknis, sosial, dan ekonomi (bioteknososionomi). Desa Blanakan memiliki aktivitas perekonomian yang cukup tinggi, hal ini ditandai dengan ramainya aktivitas pelelangan di PPI Blanakan. Salah satu alat tangkap ikan yang banyak digunakan dalam usaha perikanan tangkap di PPI Blanakan adalah pukat cincin (purse seine). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kinerja usaha perikanan purse seine dan mengkaji kelayakan usaha dalam rangka upaya pengembangan usaha perikanan purse seine di PPI Blanakan Subang yang berkelanjutan. Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis studi kasus. Metode pengambilan responden yang digunakan adalah purposive sampling. Data teknis kapal purse seine yang diperoleh berupa panjang: m; lebar: 5-6 m; dalam: 2-3 m dan draft: 0,75-1,5 m. Rumpon yang digunakan nelayan purse seine ditanam dengan jarak mil dari fishing base di perairan Laut Jawa dengan kedalaman lebih dari 40 meter. Komposisi hasil tangkapan purse seine didominasi oleh ikan pelagis kecil seperti: ikan layang (Decapterus spp.), kembung (Rastrelliger spp.), selar (Selaroides spp.), tembang (Sardinella fimbriata), tongkol (Euthynnus spp.) dan cumi-cumi (Loligo spp). Komposisi hasil tangkapan selama empat tahun ( ) didominasi oleh ikan tembang dengan rata-rata produksi kg/tahun. Produktivitas armada purse seine tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar kg/kapal/tahun. Biaya investasi yang dikeluarkan oleh nelayan pemilik untuk memulai usaha penangkapan adalah sebesar Rp ,00. Biaya tetap yang harus dikeluarkan setiap tahunnya sebesar Rp ,00. Biaya tidak tetap (variable cost) yang dikeluarkan setiap tahunnya sebesar Rp ,00. Nilai produksi hasil tangkapan (TR) yang diperoleh selama satu tahun sebesar Rp ,18 dan nilai total pengeluaran (TC) yang dikeluarkan selama satu tahun sebesar Rp ,67 sehingga keuntungan usaha (π) yang diperoleh nalayan pemilik selama satu tahun sebesar Rp ,51. Berdasarkan hasil perhitungan analisis usaha dan investasi yang telah dilakukan maka usaha perikanan purse seine di PPI Blanakan Subang masih menguntungkan dan layak untuk dikembangkan, sehingga dapat menjadi pertimbangan kapada calon pengusaha apabila berminat untuk memulai usaha perikanan purse seine. Kata kunci : pengembangan, purse seine, Blanakan

4 ABSTRACT AWLIA BAASITHU ALBAR, C The Development of Purse Seine Fishery at PPI Blanakan Subang. Supervised by MULYONO S. BASKORO and WAZIR MAWARDI. In a way to discover how to develop a sustainable fishing industry, it s necessary to studying it through multiple aspects such as biological, engginering, social and economic. Purpose of this research is to doing a feasibility study of purse seine fishery business and also describe the performance of purse seine fishery in PPI Blanakan Subang, West Java. Blanakan village have a fairly fisheries economic activity, marked by busy fisheries auction. The common fishing gear in PPI Blanakan Subang is purse seine. The method used in this research is descriptive method with case study type, while respondents sampling method used was purposive sampling. The purse seine vessels used as sample in research have dimension with provison, length: m, width: 5-6 m, dept: 2-3 m draft: 0,75-1,5 m. Fish agregating device is also used in purse seine operation, while fishing base location is in Java Sea, miles from shorline with a depth over 40 meters. Composition of purse seine catches are dominated by small pelagic fish include: Fish Seads (Decapterus spp.), Black Pomfret (Formio niger), Indo-pacific Mackerels (Rastrelliger spp.), Trevally (Selaroides spp.), Fringescalles Sardinella (Sardinella fimbriata), Eastern Title Tuna (Euthynnus spp.) and Squid (Loligo spp.). The requirements investment costs to start is Rp ,00. Fixed costs that must be paid every year is Rp ,00. Variable costs bear by owner each year is Rp ,00. Total Revenue (TR) acquired during the year amounted to Rp ,18 and the Total Cost (TC) issued during the year amounted to Rp ,67 so Profits (π) obtained by owner for one year of Rp ,51. Based on calculations from the analysis effort and investment has been made then this bussines is still profitable and feasible to be developed, so that may be a consideration if some entrepreneurs interested in starting businesses purse seine fishery. Keywords : development, purse seine, Blanakan

5 Hak Cipta IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

6 PENGEMBANGAN PERIKANAN PURSE SEINE DI PPI BLANAKAN SUBANG AWLIA BAASITHU ALBAR Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

7 Judul Penelitian Nama NRP Program Studi : Pengembangan Perikanan Purse Seine Di PPI Blanakan Subang : Awlia Baasithu Albar : C : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Disetujui, Komisi Pembimbing Ketua, Anggota, Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc Dr. Ir. Wazir Mawardi, M.Si NIP NIP Diketahui, Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP Tanggal ujian : 14 November 2012 Tanggal lulus :

8 PRAKATA Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan di PPI Blanakan Subang pada bulan April 2012 ini adalah Pengembangan Perikanan Purse Seine Di PPI Blanakan Subang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mewujudkan usaha perikanan tangkap yang berkelanjutan. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada: 1) Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc dan Dr. Ir. Wazir Mawardi, M.Si selaku komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan nasehat kepada penulis selama menyelesaikan skripsi; 2) Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si selaku penguji dan Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si selaku ketua komisi pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan yang telah menberikan saran untuk penyempurnaan penulisan skripsi; 3) Euis Suhartini, A.Md selaku bendahara KUD Mandiri Mina Fajar Sidik desa Blanakan yang telah banyak membantu saat penulis melakukan penelitian; 4) Kedua orang tua atas doa yang senantiasa diberikan; 5) Teman-teman PSP 45; dan 6) Mas Jaenal Arifin, ibu Rodiyah, mas Dedi dan pak Ipan yang telah banyak membantu saat penulis melakukan penelitian; 7) Pihak terkait yang tidak disebutkan atas bantuan dalam menyelesaikan skripsi. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Bogor, November 2012 Awlia Baasithu Albar

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Januari 1990 dari Bapak Imon Sudirman dan Ibu Sri Purwanti. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA KORNITA Bogor. Pada tahun yang sama, penulis diterima masuk IPB melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama masa perkuliahan, penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Futsal. Pada periode penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (BEM-FPIK) sebagai staf Divisi Biro Corporasi. Penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul Pengembangan Perikanan Purse Seine di PPI Blanakan Subang untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Penulis dinyatakan lulus sarjana pada tanggal.

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Ikan Pelagis Deskripsi Unit Perikanan Purse Seine Alat tangkap (purse seine) Kapal Nelayan Alat bantu penangkapan (rumpon) Metode Pengoperasian Pukat Cincin (Purse Seine) Daerah Penangkapan Ikan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Definisi dan kriteria PPI Fungsi PPI Fasilitas PPI METODOLOGI Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode Pengambilan Responden Analisis Data Analisis aspek biologi Analisis aspek teknik Analisis aspek sosial Analisis aspek finansial KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ix

11 4.1 Letak Geografis Desa Blanakan Keadaan Umum PPI Blanakan Fasilitas PPI Blanakan Kelembagaan perikanan di Desa Blanakan Unit penangkapan HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja Perikanan Purse Seine di PPI Blanakan (Aspek Teknis) Kapal (purse seiner) Alat tangkap purse seine Nelayan purse seine Alat bantu penangkapan Metode operasi penangkapan Produktivitas armada purse seine Hasil Tangkapan Purse Seine (Aspek Biologi) Komposisi dan trend hasil tangkapan purse seine Musim dan daerah penangkapan ikan Konflik Alat Tangkap (Aspek Sosial) Kelayakan Usaha Perikanan Purse Seine (Aspek Finansial) Analisis usaha Analisis investasi Pemasaran hasil tangkapan Sistem bagi hasil KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

12 DAFTAR TABEL 1 Nilai rasio dimensi utama kapal berdasarkan metode pengoperasian alat tangkap Perkembangan jumlah kapal di PPI Blanakan Subang tahun Perkembangan jumlah alat tangkap di PPI Blanakan Subang tahun Perkembangan jumlah nelayan di PPI Blanakan Subang tahun Volume dan nilai produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Blanakan Subang tahun Volume dan nilai produksi hasil tangkapan purse seine KM. Hasil Karya Menor yang didaratkan di PPI Blanakan Subang tahun Spesifikasi armada purse seine di PPI Blanakan Subang Spesifikasi alat tangkap purse seine di PPI Blanakan Subang Pembagian tugas dan tanggung jawab nelayan purse seine di PPI Blanakan Subang Spesifikasi dan komponen material rumpon di PPI Blanakan Subang Produktivitas armada purse seine di PPI Blanakan Subang tahun Komposisi dan trend hasil tangkapan armada purse seine di PPI Blanakan Subang tahun Harga hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di PPI Blanakan Subang Pendapatan (upah) nelayan purse seine di PPI Blanakan Subang xi

13 DAFTAR GAMBAR 1 Metode pengoperasian purse seine dengan satu kapal (one boat system) Analisis strategi pengembangan perikanan purse seine di PPI Blanakan Subang Peta lokasi penelitian Histogram perkembangan jumlah kapal di PPI Blanakan Subang tahun Histogram perkembangan jumlah alat tangkap di PPI Blanakan Subang tahun Histogram perkembangan jumlah nelayan di PPI Blanakan Subang tahun Desain konstruksi alat tangkap purse seine Desain konstruksi rumpon Skema operasi penangkapan dengan purse seine di PPI Blanakan Subang Histogram komposisi dan trend hasil tangkapan armada purse seine di PPI Blanakan Subang tahun Alur pemasaran hasil tangkapan purse seine di PPI Blanakan Subang Sistem bagi hasil usaha perikanan purse seine di PPI Blanakan Subang xii

14 DAFTAR LAMPIRAN 1 Perhitungan analisis usaha unit perikanan purse seine Perhitungan cash flow unit perikanan purse seine Kelembagaan pengusaha pengolahan di PPI Blanakan Subang tahun Dokumentasi hasil penelitian xiii

15 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Blanakan merupakan daerah yang secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan letak geografisnya, daerah ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Desa Ciasem Baru di selatan, Desa Lengensari di timur, serta Desa Jayamukti di barat. Di daerah tersebut memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar yang didominasi oleh perikanan tangkap. PPI Blanakan merupakan salah satu pusat kegiatan perikanan tangkap yang ada di Kabupaten Subang yang masih tetap aktif hingga saat ini. Sumberdaya ikan pelagis kecil diduga merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang paling melimpah di Indonesia (Widodo et al. 1998). Sumberdaya ini merupakan sumberdaya neritrik dengan penyebaran utamanya di perairan dekat pantai dan perairan yang mengalami proses kenaikan massa air (Upwelling). Diniah (2008), memberikan pengertian tentang perikanan tangkap sebagai suatu kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumberdaya alam, khususnya kegiatan penangkapan dan pengumpulan berbagai jenis biota yang ada di lingkungan perairan. Usaha perikanan tangkap di Desa Blanakan, Kabupaten Subang merupakan suatu kegiatan ekonomi untuk memanfaatkan secara optimal potensi sumberdaya ikan sesuai daya dukungnya dengan mengharapkan keuntungan yang layak bagi para pelaku usaha baik nelayan, pemilik kapal, perusahaan maupun pemerintah dengan kepentingan dan pengorbanannya masingmasing. Salah satu alat tangkap ikan yang banyak digunakan dalam usaha perikanan tangkap di PPI Blanakan adalah pukat cincin (purse seine). Purse seine merupakan jaring dengan mata jaring yang berfungsi bukan sebagai penjerat ikan, namun sebagai penghadang arah renang ikan dan mengurung gerombolan ikan, sehingga ikan akan terkurung di dalamnya. Prinsip pengoperasian alat tangkap ini ditujukan untuk menangkap ikan pelagis yang bergerombol kemudian bagian bawah jaring dikerutkan dengan menarik purse line melalui cincin-cincin yang terdapat di bagian bawah jaring tersebut sehingga jaring akan berbentuk seperti

16 2 mangkuk. Pengoperasian purse seine di PPI Blanakan cukup sederhana, ditandai dengan digunakannya rumpon dan penggunaan lampu sorot (cahaya) sebagai alat bantu penangkapan. Menurut Nugroho (2006), setelah pasca pelarangan pukat harimau tahun 1980, alat tangkap pukat cincin menjadi semi industri dan berkembang dengan cepat, baik kapasitas penangkapan (ukuran kapal termasuk kekuatan mesin) dan perluasan daerah penangkapan, maupun peningkatan efisiensi penangkapan melalui penggunaan jumlah lampu sorot (cahaya) yang cenderung meningkat. Selain lokasi PPI Blanakan Subang yang strategis, semakin eksisnya usaha perikanan purse seine dan banyaknya nelayan dari luar daerah yang menjual ikan di sana, maka sangatlah menarik untuk dilakukan suatu pengkajian atau penelitian dengan topik Pengembangan Perikanan Purse Seine di PPI Blanakan Subang. Dalam melakukan suatu kajian pengembangan perikanan tangkap yang berkelanjutan maka perlu dilakukan pengkajian melalui aspek biologi, teknis, sosial, dan ekonomi (bioteknososionomi). Oleh karena itu ada empat aspek yang harus dipenuhi suatu teknologi penangkapan ikan yang akan dikembangkan, yaitu : (1) ditinjau dari biologi tidak merusak atau mengganggu kelestarian sumberdaya, (2) secara teknis efektif digunakan, (3) secara sosial dapat diterima masyarakat nelayan, dan (4) secara ekonomi, teknologi tersebut bersifat menguntungkan (Haluan dan Nurani 1988). 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengkaji kinerja usaha perikanan purse seine di PPI Blanakan Subang 2) Mengkaji kelayakan usaha perikanan purse seine dalam mengembangkan usaha perikanan purse seine di PPI Blanakan Subang yang berkelanjutan. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1) Sebagai sumber informasi kepada pengusaha yang akan melaksanakan usaha perikanan purse seine di PPI Blanakan, Kabupaten Subang.

17 3 2) Sebagai sumber informasi kepada pemerintah daerah atau lembaga pemerintah setempat dalam membuat kebijakan mengenai pengembangan usaha perikanan purse seine di PPI Blanakan, Kabupaten Subang.

18 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis Ikan pelagis adalah ikan yang hidupnya di dekat permukaan laut. Salah satu sifat ikan pelagis yang paling penting bagi pemanfaatan usaha perikanan yang komersil adalah sifat mengelompok. Karena adanya sifat mengelompok ini, ikan dapat ditangkap dalam jumlah besar. Pola tingkah laku berkelompok pada ikan pelagis juga dipengaruhi oleh jenis dan ukurannya. Ikan pelagis pada umumnya berkelompok dan akan naik ke permukaan pada sore hari. Ikan-ikan tersebut akan menyebar di lapisan pertengahan perairan setelah matahari terbenam dan akan turun ke lapisan yang lebih dalam saat matahari terbit (Laevastu dan Hela 1970). Hal-hal yang menyebabkan ikan membentuk gerombolan antara lain adalah: 1) sebagai perlindungan diri dari pemangsa/predator; 2) mencari dan menangkap mangsa; 3) pemijahan; 4) musim dingin; 5) ruaya dan pergerakan; dan 6) pengaruh faktor dari lingkungan (Mantiefel dan Radakov diacu dalam Gunarso 1985). Penyebaran ikan pelagis dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yang sesuai dengan kondisi tubuhnya. Daerah yang banyak diminati ikan pelagis adalah daerah yang banyak mendapatkan cahaya matahari yang dikenal sebagai daerah fotik dengan suhu optimal yaitu berkisar C. Pada siang hari suhu lapisan permukaan akan lebih tinggi sehingga ikan pelagis beruaya ke lapisan bawah (Gunarso 1985). Pengkonsentrasian plankton mempengaruhi pengelompokan ikan pelagis. Plankton mengadakan migrasi harian secara vertikal dengan berbagai mekanisme. Pola pergerakan plankton akan diikuti oleh pola migrasi ikan-ikan pelagis (Nybakken 1988). Berdasarkan ukurannya, Direktorat Jendral Perikanan (1999) mengelompokan ikan pelagis menjadi dua jenis, yaitu: 1) jenis ikan pelagis besar yaitu jenis ikan pelagis yang memiliki ukuran panjang 100 cm 250 cm (ukuran dewasa) antara lain adalah tuna (Thunnus sp), cakalang (Katsuwonus pelamis), tenggiri (Scomberomorus spp), tongkol (Euthynus spp), setuhuk (Xiphias spp) dan lemadang (Coryphaena spp). Jenis ikan pelagis besar, kecuali tongkol biasanya

19 5 berada di perairan yang lebih dalam dengan salinitas yang lebih tinggi; 2) jenis ikan pelagis kecil yaitu jenis ikan pelagis yang memiliki ukuran 5 cm 50 cm (ukuran dewasa) antara lain adalah ikan layang (Decapterus spp), selar (Selaroides spp), teri (Stolephorus spp), japuh (Dussumieria spp), tembang (Sardinella fimbriata), lemuru (Sardinella longiceps) dan kembung (Rastrelliger spp). 2.2 Deskripsi Unit Perikanan Purse Seine Alat tangkap (purse seine) Pukat cincin atau purse seine merupakan alat tangkap yang aktif. Operasi penangkapan menggunakan alat tangkap ini dilakukan dengan cara melingkari jaring pada ikan yang bergerombol di permukaan (pelagic fish), kemudian bagian bawah jaring dikerucutkan dengan menarik tali kerut (purse line). Sehingga, ikan yang tertangkap dalam jaring tidak dapat melarikan diri. Fungsi dari badan jaring tersebut bukan sebagai penjerat, melainkan sebagai dinding yang akan menghalangi lolosnya ikan. Purse seine merupakan alat tangkap ikan yang digolongkan dalam kelompok alat tangkap jaring lingkar (surrounding nets) (Martasuganda 2004). Menurut Baskoro (2002), purse seine adalah jaring yang umumnya berbentuk empat persegi panjang, yang dilengkapi dengan tali kerut pada bagian bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik tali kerut bagian bawah jaring dapat dikuncupkan dan jaring akan berbentuk seperti mangkuk pada akhir proses penangkapan. Menurut Brandt (1984), purse seine merupakan alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap ikan pelagis di sekitar permukaan air. Purse seine dibuat dengan diding jaring yang panjang, terkadang hingga beberapa kilo meter, dengan panjang jaring bagian bawah sama atau lebih panjang dari bagian atas. Bentuk konstruksi jaring seperti ini, tidak ada kantong yang berbentuk permanen pada jaring purse seine. Karakteristik jaring purse seine terletak pada cincin yang terdapat pada bagian bawah jaring.

20 6 Dilihat dari segi konstruksinya maka komponen utama purse seine dapat dikelompokan dalam 5 bagian, yaitu: 1) badan jaring; 2) tali kerut; 3) cincin (ring); 4) pelampung dan pemberat; dan 5) tali selambar (Martasuganda 2004). Menurut Subani dan Barus (1989), konstruksi purse seine terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut: 1) Jaring yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu; jaring utama, jaring sayap dan jaring kantong. 2) Selvedge; berfungsi untuk memperkuat jaring pada saat dioperasikan terutama pada saat penarikan jaring. 3) Tali ris; terbagi menjadi dua bagian, yaitu: tali ris atas yang berfungsi menghubungkan antar pelampung dan tali ris bawah yang befungsi menghubungkan antar pemberat. 4) Tali kerut; berfungsi untuk mengerutkan bagian bawah jaring. 5) Tali selambar; berfungsi untuk menarik jaring saat setting. 6) Pelampung dan pemberat; berfungsi untuk memberikan gaya apung dan gaya tenggelam pada alat tangkap. 7) Cincin; berfungsi untuk penempatan tali kerut. Bahan yang biasanya digunakan adalah kuningan, baja putih dan besi yang digalvanisir Kapal Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan pasal 1, kapal perikanan adalah kapal, perahu atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidaya ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan penelitian/eksplorasi perikanan. Kapal atau perahu penangkapan merupakan sarana pendukung dalam operasi penangkapan ikan, dan berfungsi sebagai alat transportasi di perairan. Kapal pukat cincin (purse seiner) adalah kapal yang secara khusus dirancang dan dibangun untuk menangkap ikan dengan jenis alat tangkap pukat cincin (purse seine) dan sekaligus menampung, menyimpan, mendinginkan dan mengangkut hasil tangkapannya. Secara umum karakteristik purse seiner adalah di atas dek terdapat power block dengan tiangnya di bagian depan ruang nahkoda. Dek bagian lambung hingga haluan luas untuk kegiatan operasional, sedangkan

21 7 bagian buritan cenderung digunakan sebagai ruang nahkoda, ruang mesin dan kamar ABK (Diniah 2008). Kapal purse seine membutuhkan stabilitas yang baik dan mudah berolah gerak untuk keberhasilan operasi penangkapan. Dengan demikian, diperlukan nilai rasio L/B, L/d dan B/D yang cukup besar untuk mendukung kierja operasi penangkapan di laut (Iskandar dan Pujiati 1995). Nilai rasio tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini: Tabel 1 Nilai rasio dimensi utama kapal berdasarkan metode pengoperasian alat tangkap Kelompok Kapal L/B B/D L/D Encircling gear 2,60-9,30 0,56-5,00 4,55-17,43 Static gear 2,83-10,12 0,96-4,68 4,58-17,28 Towed gear 2,86-8,30 1,25-4,41 7,20-15,12 Multi purpose 2,88-9,42 0,35-6,09 8,69-17,55 Sumber: Iskandar dan Pujianti 1995 Nilai rasio dimensi utama kapal ini sangat penting diperhatikan dalam menentukan karakteristik kapal. Nilai L/B berpengaruh terhadap tahanan gerak kapal, semakin kecil nilai ini maka tahanan geraknya semakin besar dan kecepatan kapal akan berkurang. Nilai B/D berpengaruh terhadap stabilitas kapal, semakin kecil nilai ini maka stabilitas kapal akan buruk, namun meningkatkan kemampuan tenaga penggeraknya. Nilai L/D berpengaruh terhadap kekuatan memanjang kapal, semakin kecil nilai ini maka kekuatan kapal secara memanjang akan semakin besar (Ayodhoya 1972) Nelayan Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan, nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Nelayan dapat didefinisikan juga sebagai orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan, binatang lainnya atau tanaman air. Lain halnya dengan orang yang hanya melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat atau perlengkapan ke dalam perahu atau kapal, tidak dimaksudkan sebagai nelayan. Namun, juru masak dan ahli mesin yang bekerja di atas kapal penangkapan, dapat dimaksudkan sebagai nelayan, walaupun tidak secara langsung melakukan penangkapan. Berdasarkan waktu kerjanya, nelayan dapat dikategorikan menjadi:

22 8 1) Nelayan penuh adalah nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. 2) Nelayan sambilan utama adalah nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakaukan operasi penangkapan ikan. 3) Nelayan sambilan tambahan adalah nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Nelayan pada perikanan purse seine adalah orang yang ikut dalam operasi penangkapan ikan secara langsung maupun tidak langsung. Nelayan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha penangkapan ikan, karena segala kegiatan operasi penangkapan tidak akan berjalan tanpa adanya tenaga kerja. Dalam melakukan operasi penangkapan ikan setiap nelayan memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, sehingga operasi penangkapan ikan dapat berjalan dengan lancar. Jumlah nelayan yang mengoperasikan purse seine yaitu berkisar orang termasuk kapten kapal. Dalam pembagian tugas, kapten kapal memiliki tanggung jawab paling besar terhadap kelancaran operasi penangkapan ikan Alat bantu penangkapan (rumpon) Menurut SK Mentan Nomor 51/Kpts/IK250/1/97, rumpon didefinisikan sebagai alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada perairan laut. Berdasarkan tempat pamasangan dan pemanfaatan rumpon menurut SK tersebut, dikategorikan ada 3 jenis rumpon, yaitu: 1) Rumpon perairan dasar; merupakan alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada dasar perairan laut. 2) Rumpon perairan dangkal; merupakan alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada perairan laut dengan kedalaman sampai dengan 200 meter. 3) Rumpon perairan dalam; merupakan alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada perairan laut dengan kedalaman lebih dari 200 meter. Persyaratan umum komponen-komponen dari konstruksi rumpon menurut Tim Pengkaji Rumpon Institut Petanian Bogor (1987) adalah: 1) Pelampung (floater);

23 9 (1) Berkemampuan mengapung dengan baik (bagian yang terapung lebih dari 1/3 bagian) (2) Konstruksi yang kuat (3) Tahan terhadap gelombang (4) Mudah dikenali dari jarak jauh (5) Bahan konstruksinya mudah diperoleh. 2) Pemikat (attractor); (1) Memiliki daya pikat yang baik terhadap ikan (2) Tahan lama (3) Terbuat dari bahan yang kuat dan tahan lama. 3) Tali-temali (rope); (1) Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah busuk (2) Harga relatif murah (3) Memiliki daya apung yang cukup tinggi untuk mencegah gesekan terhadap arus (4) Tidak bersimpul. 4) Pemberat (sinker); (1) Berbahan kuat dan mudah diperoleh (2) Massa jenisnya besar, permukaan tidak licin dan dapat mencengkram. Panjang tali rumpon umumnya satu setengah kali kedalaman laut tempat rumpon tersebut ditanam. Menurut Badan Litbang Pertanian (1992), rumpon yang dikembangkan saat ini dikelompokkan berdasarkan: 1) Posisi dari pemikat atau pengumpul (aggregator), yang terbagi menjadi rumpon perairan dasar, lapisan tengah dan permukaan. Rumpon perairan permukaan dan lapisan tengah terdiri dari jenis rumpon perairan dangkal dan rumpon perairan dalam. 2) Kriteria portabilitas, yang dikelompokkan menjadi rumpon yang dijangkar secara tetap (statis) dan rumpon yang dijangkar namun dapat dipindahkan (dinamis). 3) Tingkat teknologi yang digunakan, yang dikelompokkan menjadi rumpon tradisional dan rumpon modern.

24 10 Menurut Simbolon (2004), rumpon dimaksudkan untuk memikat dan mengkonsentrasi ikan, baik ikan yang berada disekitar pemasangan rumpon maupun ikan yang sedang beruaya, sehingga ikan akan berada lebih lama di sekitar pemasangan rumpon dan penangkapan ikan dapat dilakukan dengan lebih mudah, efektif dan efisien. Penggunaan rumpon dalam aktivitas penangkapan ikan juga dapat menghemat waktu dan bahan bakar, karena tidak pelu lagi mencari dan mengejar gerombolan ikan (Subani 1986). Monintja (1993) menyatakan lebih lanjut bahwa manfaat yang diharapkan dengan penggunaan rumpon selain menghemat waktu dan bahan bakar juga dapat meningkatkan hasil tangkapan dalam satuan upaya penangkapan. 2.3 Metode Pengoperasian Pukat Cincin (Purse Seine) Metode penangkapan ikan dengan purse seine pada umumnya dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Pencarian dan pengejaran gerombolan ikan yang akan dijadikan target penangkapan, biasanya dengan menggunakan bantuan fish finder. 2) Penurunan jaring (setting) dari sisi lambung kanan kapal. Posisi kapal disesuaikan agar jaring tidak terpuntal pada baling-baling kapal. Tahapan setting berturut-turut dimulai dari salah satu ujung jaring, lalu pelampung pertama, diikuti bagian badan jaring dan bagian bawah jaring hingga akhirnya bagian ujung jaring lainnya. Disela-sela penurunan jaring (setting) tersebut, beberapa ABK menyisipkan cincin dengan tali kerut pada tali ris bawah jaring yang telah dipasangi tali ring. 3) Penurunan jaring (setting) disertai pergerakan kapal dengan cepat melingkari gerombolan ikan yang sebelumnya telah dideteksi keberadaannya. 4) Setelah jaring melingkari gerombolan ikan, kemudian tali kerut ditarik dengan cepat hingga jaring membentuk seperti kantong untuk mengurangi peluang ikan meloloskan diri. 5) Ikan yang berada dalam kantong kemudian diambil dengan menggunakan alat bantu serok dan langsung diangkat ke dalam palkah kapal.

25 11 Sumber: FAO.org (2012) Gambar 1 Metode pengoperasian purse seine dengan satu kapal (one boat system) 2.4 Daerah Penangkapan Ikan Daerah penangkapan merupakan suatu tempat yang terdapat banyak ikan, dapat dioperasikannya alat tangkap, ekonomis dan tidak dilarang oleh peraturan dan undang-undang. Menurut Sadhori (1985), syarat-syarat daerah penangkapan untuk alat tangkap purse seine yang baik adalah sebagai berikut: 1) Perairan yang terdapat ikan hidup secara bergerombol (schooling) 2) Jenis ikan tersebut dapat dikumpulkan dengan alat bantu pengumpul ikan (lampu dan rumpon) 3) Keadaan perairan sebaiknya lebih dalam dari pada kedalaman alat tangkap yang digunakan. Klasifikasi daerah penangkapan dapat didasarkan pada: 1) Spesies ikan yang akan ditangkap 2) Jenis alat tangkap yang akan digunakan 3) Pengoperasian di daerah perairan 4) Pengoperasian di laut bebas.

26 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Definisi dan kriteria PPI Definisi Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) adalah sama dengan Pelabuhan Perikanan ditinjau dari fungsi dan berbagai kegiatan khusus yaitu, menurut Lubis et al. (2010) pelabuhan yang berfungsi untuk berlabuh atau bertambatnya kapal yang hendak mengisi bahan perbekalan atau bongkar muat ikan hasil tangkapan. Menurut Lubis (2012) definisi pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang digunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan, memiliki kriteria sebagai berikut: 1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan kepulauan. 2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 3 GT. 3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam minus 2 m. 4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus. Pangkalan pendaratan ikan bila dilihat dari segi konstruksi bangunannya yang sebagian besar termasuk dalam pelabuhan alam dan atau semialam. Artinya tipe pelabuhan ini umumnya terdapat dimuara atau tepi sungai, di daerah yang menjorok ke dalam atau terletak di suatu teluk dan tidak ada dermaga atau hanya sebagian kecil mempunyai dermaga sehingga hasil tangkapan didaratkan di tepitepi pantai. Pada umumnya, PPI ini ditujukan untuk tempat berlabuh atau bertambatnya perahu-perahu penangkapan ikan tradisional yang berukuran lebih kecil dari 5 GT atau untuk perahu-perahu layar tanpa motor. Hasil tangkapan yang didaratkan kurang atau sama dengan 20 ton per hari dan ditujukan terutama untuk pemasaran lokal (Lubis 2012) Fungsi PPI Menurut Pemerintah UU No. 45 tahun 2009 tentang Perikanan dalam Lubis (2012), fungsi PPI adalah sama dengan Pelabuhan Perikanan yaitu mendukung

27 13 kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya, hal tersebut dapat berupa: 1) Pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan. 2) Pelayanan bongkar muat. 3) Pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan. 4) Pemasaran dan distribusi ikan. 5) Pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan. 6) Tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan. 7) Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan. 8) Tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumberdaya ikan. 9) Pelaksanaan kesyahbandaran. 10) Tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan. 11) Publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas kapal perikanan. 12) Tempat publikasi hasil riset kelautan dan perikanan. 13) Pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari. 14) Pengendalian lingkungan. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.16/MEN/2006 dalam Lubis (2012), menjelaskan bahwa fungsi pelabuhan perikanan sebagai sarana penunjang untuk menigkatkan produksi adalah sebagai berikut: 1) Perencanaan, pengembangan, pemeliharaan serta pemanfaatan sarana pelabuhan perikanan. 2) Pelayanan teknis kapal perikanan. 3) Koordinasi pelaksaan urusan keamanan, ketertiban, dan pelaksaaan kebersihan kawasan pelabuhan perikanan. 4) Pelaksaaan fasilitas dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan produksi, distribusi, dan pemasaran hasil perikanan. 5) Pelaksanaan pengawasan penangkapan, penanganan, pengolahan, pemasaran, dan mutu hasil perikanan. 6) Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi hasil riset, produksi, dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya.

28 14 7) Pemantauan wilayah pesisir dan fasilitas wisata bahari. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Target fungsi pelabuhan perikanan terakhir kiranya terlalu luas dan akan lebih sulit dicapai mengingat sebagian besar pelabuhan perikanan yang masih berskala kecil dengan kemampuan sumberdaya manusia pengelola yang terbatas. Berdasarkan berbagai hasil penelitian, masih sulit kiranya pelabuhan untuk mencapai terlaksananya 7 fungsi yang lama karena berbagai keterbatasan seperti fasilitas dan kualitas sumberdaya manusia pengelolanya (Lubis 2012) Fasilitas PPI Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006 pasal 1 dalam Yumi (2007), fasilitas pelabuhan perikanan adalah sarana dan prasarana yang tersedia di pelabuhan perikanan untuk mendukung operasional pelabuhan. Pasal 22 dalam Peraturan Menteri tersebut, fasilitas-fasilitas yang terdapat disuatu pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan umumnya terdiri dari tiga kelompok, yaitu fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang. 1) Fasilitas pokok Lubis (2012), menyatakan bahwa, fasilitas yang berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal baik sewaktu berlayar, keluar masuk pelabuhan maupun sewaktu berlabuh di pelabuhan. Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006 pasal 23 dalam Yumi (2007), fasilitas pokok yang wajib ada pada pelabuhan perikanan sekurang-kurangnya antara lain dermaga, kolam perairan dan alur perairan. 2) Fasilitas fungsional Lubis (2012), menyatakan bahwa fasilitas yang berfungsi untuk meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok sehingga dapat menunjang aktifitas di pelabuhan. Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006 pasal 23 dalam Yumi (2007), fasilitas fungsional yang wajib ada pada pelabuhan perikanan sekurang-kurangnya antara lain kantor, air bersih, listrik dan fasilitas penanganan ikan. 3) Fasilitas penunjang

29 15 Lubis (2012), fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung meningkatkan peranan pelabuhan atau para pengguna mendapatkan kenyamanan dalam melakukan aktifitas di pelabuhan. Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006 pasal 23 dalam Yumi (2007), fasilitas penunjang yang wajib ada pada pelabuhan perikanan antara lain pos jaga dan MCK.

30 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Tempat penelitian dan pengambilan data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu kuisioner, alat tulis dan kamera. Data primer yang diperoleh dari hasil kuisioner serta jenis ikan hasil tangkapan purse seine dan data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait digunakan sebagai bahan pengolahan data. 3.3 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis studi kasus, yaitu menggambarkan dan menguraikan suatu kondisi yang ada pada lokasi penelitian di waktu pengamatan yang dilanjutkan dengan menganalisis permasalahan yang ditemui (Nazir 1988). Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan survei dan pengamatan secara langsung di lapangan, serta dilakukan wawancara terhadap nelayan setempat sebagai pelaku usaha. Informasi yang didapat dari nelayan disertai dengan instrumen berupa kuisioner agar informasi yang diperoleh terarah pada fokus permasalahan. Penggunaan metode survei dalam penelitian ini sangat tepat karena kajian tentang teknologi penangkapan dan pengembangan usaha perikanan membutuhkan tinjauan langsung atau pengamatan langsung mengenai keadaan aktual di lapangan dari berbagai pelaku (stakeholder) yang terlibat dalam sistem bisnis perikanan. 3.4 Metode Pengumpulan Data Berdasarkan metode penelitian yang digunakan dan tujuan penelitian yang akan dicapai maka metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan cara pengukuran dan observasi langsung di lapangan. Terdapat dua jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu:

31 17 1) Data Primer; terdiri dari data yang dikumpulkan dari pemilik kapal (pemilik usaha), kapten kapal, nelayan (ABK) serta pihak terkait dengan cara wawancara menggunakan kuesioner yang telah disusun sesuai dengan keperluan analisis dan tujuan penelitian. 2) Data Sekunder; terdiri dari data yang dikumpulkan dari pemerintah daerah, dinas perikanan, serta instansi lain yang berkaitan dengan objek penelitian, dan literatur pendukung lainnya (studi pustaka). 3.5 Metode Pengambilan Responden Metode pengambilan responden yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengambilan responden yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan tujuan penelitian (Nasution 2003). Responden yang dijadikan tujuan objek penelitian diantaranya yaitu: pemilik usaha purse seine setempat, nahkoda dan ABK yang bersedia diwawancara dan mampu menjawab pertanyaan secara terbuka. 3.6 Analisis Data Analisis Kelayakan Usaha Perikanan Purse Seine Aspek Biologi Aspek Teknik Aspek Sosial Aspek Finansial Hasil Tangkapan - Komposisi - Trend produksi - Kapal - Alat tangkap - Rumpon - Nelayan - Kelembagaan - Analisis Usaha pengusaha - Analisis Investasi perikanan - Konflik alat tangkap Kinerja Perikanan Purse Seine di PPI Blanakan Subang Gambar 2 Analisis strategi pengembangan perikanan purse seine di PPI Blanakan Subang Analisis aspek biologi Upaya Pengembangan Perikanan Purse Seine Analisis aspek biologi meliputi musim penangkapan, komposisi hasil tangkapan dan trend hasil tangkapan tiap tahun. Dalam menganalisis aspek biologi, digunakan aplikasi microsoft excel sebagai alat analisis.

32 Analisis aspek teknik Analisis aspek teknik dilakukan secara deskriptif dengan menginventarisasi spesifikasi unit penangkapan sebagai berikut: 1) Armada penangkapan (kapal) meliputi; kapasitas kapal (GT), dimensi utama (panjang = L, lebar = B, dalam = D), spesifikasi mesin dan nilai produksi hasil tangkapan serta produktivitas kapal. 2) Alat tangkap meliputi; spesifikasi purse seine (panjang = L, lebar = B, mesh size) dan bahan yang digunakan. 3) Alat bantu penangkapan (rumpon) meliputi; spesifikasi rumpon (ukuran dan bahan yang digunakan) dan lampu meliputi; jumlah yang digunakan dan keterkaitannya terhadap hasil tangkapan. 4) Nelayan meliputi; durasi penangkapan, modus operasi penangkapan, sistem bagi hasil dan harga jual hasil tangkapan Analisis aspek sosial Aspek sosial yang penting diperhatikan dalam pemilihan teknologi penangkapan ikan adalah penerimaan oleh nelayan lain terhadap alat tangkap purse seine (pengoperasian purse seine tidak menimbulkan konflik), penyerapan tenaga kerja (pendidikan dan pengalaman) serta memberikan pendapatan yang sesuai (Monintja et al. 1986). Permasalahan utama usaha perikanan adalah sifat common property sumberdaya ikan, sehingga upaya seorang nelayan menimbulkan suatu biaya yang tidak diperhitungkan terhadap seluruh nelayan. Hal ini berpotensi menimbulkan konflik sosial antara nelayan dalam pemilihan teknologi penangkapan ikan. Oleh karena itu evaluasi terhadap perikanan tangkap yang akan dikembangkan hendaknya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat setempat Analisis aspek finansial Analisis finansial adalah analisis terhadap biaya dan manfaat di dalam suatu usaha yang dilihat dari sudut pandang orang-orang yang menginvestasikan modalnya atau yang berkepentingan langsung pada suatu kegiatan usaha (Kadariah et al. 1999). Analisis finansial yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis usaha dan analisis investasi.

33 19 Analisis usaha yang dilakukan meliputi analisis pendapatan usaha (π), analisis imbangan penerimaan dan biaya (revenue-cost ratio), payback period (PP) dan return of investment (ROI). Analisis investasi meliputi, net present value (NPV), net benefit cost-ratio (net B/C), dan internal rate of return (IRR). 1) Analisis pendapatan usaha (π) Analisis finansial pada umumnya digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu kegiatan yang dilakukan saat ini. Analisis pendapatan usaha bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan (Djamin 1984). Menurut Schaefer (1954) dalam Ghaffar et al. (2007), model analisis pendapatan usaha ini disusun dari model parameter biologi, biaya operasi penangkapan dan harga ikan. Asumsi yang digunakan adalah harga ikan per kg (P) dan biaya penangkapan per unit penangkapan (C) adalah konstan, sehingga total penerimaan nelayan dari usaha penangkapan (TR) adalah: TR = P.C Keterangan: TR : total biaya penerimaan (Rp) P : harga rata-rata ikan hasil survey per kg (Rp/kg) C : jumlah produksi ikan (kg) TC = C.E Keterangan: TC : total biaya penangkapan (Rp) C : total pengeluaran rata-rata tiap unit penangkapan ikan (Rp/unit) E : jumlah upaya penangkapan (unit) Sehingga keuntungan bersih usaha penangkapan ikan (π) adalah: π = TR - TC Keterangan: π : total keuntungan (Rp) TR : total biaya penerimaan (Rp) TC : total biaya penangkapan (Rp) Dengan kriteria:

34 20 (1) Jika TR > TC, maka kegiatan usaha tersebut mengalami keuntungan sehingga usaha tersebut layak untuk dilanjutkan (2) Jika TR = TC, maka kegiatan usaha tersebut tidak mengalami keuntungan atau kerugian, dengan kata lain usaha tersebut berada dalam titik impas (3) Jika TR < TC, maka kegiatan usaha tersebut mengalami kerugian sehingga usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan 2) Analisis imbangan penerimaan dan biaya (revenue-cost ratio) Analisis revenue-cost ratio dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya (Djamin 1984). Rumus yang digunakan adalah: = Dengan kriteria: (1) Jika nialai, maka usaha tersebut mengalami keuntungan dan layak untuk dilanjutkan (2) Jika nialai, maka usaha tersebut berada pada titik impas dan tidak layak untuk dilanjutkan (3) Jika nialai, maka usaha tersebut mengalami kerugiandan tidak layak untuk dilanjutkan 3) Payback period (PP) Payback period (PP) dimaksudkan untuk menghitung perkiraan waktu mengembalian modal atau investasi yang ditanamkan. Payback period (PP) dapat dihitung dengan rumus (Edris 1983): 4) Return of investment (ROI) Return of investment (ROI) adalah kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan keuntungan. Perhitungan terhadap return of investment (ROI) dilakukan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan besarnya investasi yang ditanamkan (Rangkuti 2001). Return of investment (ROI) dapat dihitung dengan rumus :

35 21 5) Net present value (NPV) Net present value (NPV) digunakan untuk menentukan nilai cash flow pada masa yang akan datang, kemudian dikalibrasi menjadi nilai sekarang dengan menggunakan tingkat suku bunga tertentu dan dikurangi dengan investasi awal (Djamin 1984). Proyek dinyatakan menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan apabila NPV > 0, sedangkan apabila NPV < 0 maka investasi dinyatakan tidak menguntungkan sehingga tidak layak untuk dilaksanakan. Pada keadaan nilai NPV = 0 maka investasi pada proyek tersebut tidak menguntungkan dan tidak merugikan sehingga tidak perlu untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan adalah: Keterangan: Bt Ct i t : penerimaan kotor pada tahun ke-t : biaya kotor pada tahun ke-t : tingkat suku bunga (discount rate) : periode (tahun) 6) Net benefit cost-ratio (net B/C) Analisis net B/C (net benefit cost ratio) dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan penerimaan dengan pengeluaran selama umur ekonomis proyek. Net B/C merupakan perbandingan antara nilai sekarang dari penerimaan bersih yang positif (Bt Ct > 0) dengan nilai sekarang dari penerimaan bersih yang negatif (Bt Ct < 0). Rumus yang digunakan adalah: Keterangan: Bt Ct : penerimaan kotor pada tahun ke-t : biaya kotor pada tahun ke-t

36 22 i : tingkat suku bunga (discount rate) t : periode Dengan kriteria: (1) Jika net B/C ratio > 1, investasi layak karena memberikan keuntungan. (2) Jika net B/C ratio = 1, usaha tidak untung dan tidak rugi. (3) Jika net B/C ratio < 1, investasi tidak layak karena mengalami kerugian. 7) Internal rate of return (IRR) Internal rate of return (IRR) merupakan suku bunga maksimal, sehingga NPV bernilai sama dengan nol dan berada pada keadaan batas untung rugi. IRR dapat disebut juga nilai discount rate (i) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. Oleh karena itu Internal rate of return (IRR) juga dianggap sebagai tingkat keuntungan bersih atas investasi, dimana benefit bersih yang positif ditanam kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama dan diberi bunga selama sisa umur proyek. Dengan demikian Internal rate of return (IRR) dapat dirumuskan sebagai berikut: ( ) ( ) Keterangan: i : tingkat suku bunga (discount rate) : tingkat suku bunga (NPV masih bernilai positif) : tingkat suku bunga (NPV sudah bernilai negatif) Dalam analisis finansial yang dilakukan pada usaha perikanan purse seine, digunakan beberapa asumsi sebagai berikut: (1) Umur proyek ditentukan berdasarkan nilai investasi yang memiliki umur teknik (paling lama lima tahun). (2) Tahun pertama proyek dimulai tahun (3) Harga dan nilai yang digunakan sepanjang umur proyek adalah tetap yang ditentukan pada saat penelitian. (4) Jumlah hasil tangkapan dianggap tetap sepanjang umur proyek, sehingga besar nilai penerimaan juga tetap. (5) Biaya operasional yang digunakan sepanjang umur proyek dianggap tetap.

37 23 (6) Nilai dicount rate yang digunakan sebesar 12% per tahun yang merupakan tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku di BRI Kabupaten Subang pada tahun (7) Dalam satu tahun, unit penangkapan ikan beroperasi selama 9 bulan (April- Desember) dan setiap bulan beroperasi sebanyak tiga kali trip (four days fishing).

38 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Desa Blanakan Desa Blanakan merupakan daerah yang secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan letak geografisnya, Desa Blanakan berada pada posisi BT BT dan LS LS dengan luas wilayah 980,46 ha. Daerah ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kecamatan Ciasem di selatan, Desa Langensari di timur, serta Desa Jayamukti di barat. Gambar 3 Peta lokasi penelitian 4.2 Keadaan Umum PPI Blanakan Di Desa Blanakan terdapat pelabuhan perikanan bertipe D, yaitu Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan. PPI Blanakan merupakan sebuah pelabuhan alami yang terletak di tepi sungai dan bermuara langsung ke Laut Jawa. PPI Blanakan dikelola oleh KUD Mandiri Mina Fajar Sidik yang diketuai oleh H. Mochamad Ali. Aktivitas perekonomian di PPI Blanakan cukup tinggi, ditandai dengan terdapat berbagai unit penangkapan ikan dan ramainya aktivitas pelelangan di lokasi tersebut. Aktivitas perekonomian di lokasi tersebut didominasi oleh nelayan

39 25 pendatang, sehingga keberadaan mereka sangat mempengaruhi perekonomian Desa Blanakan Fasilitas PPI Blanakan Dalam pelaksanaan fungsi dan peranannya, PPI Blanakan dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas tersebut terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu : 1) Fasilitas Pokok : Dermaga, kolam pelabuhan dan alat navigasi; 2) Fasilitas Fungsional : TPI (Tempat Pelelangan Ikan), pabrik es, fasilitas komunikasi, tempat perbaikan kapal dan tempat pemasaran; 3) Fasilitas Penunjang : MCK, kantin, tempat ibadah, rumah nelayan, kantor pengelola dan syahbandar Kelembagaan perikanan di Desa Blanakan 1) KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik Kelembagaan koperasi perikanan yang terdapat di Kabupaten Subang berjumlah empat koperasi yang tersebar di empat desa. Di Desa Blanakan terdapat satu koperasi yang dipercaya oleh pemerintah untuk dikelola secara mandiri yaitu KUD Mandiri Mina Fajar Sidik. KUD Mandiri Mina Fajar Sidik berdiri pada tahun 1958 yang dirintis oleh H. Dirman Abdurahman. Beliau juga merupakan tokoh yang memprakarsai gerakan koperasi di Desa Blanakan. Pada tahun 1966 beliau beserta tokoh masyarakat Desa Blanakan dan pemerintah setempat memanfaatkan aliran Sungai Blanakan untuk dijadikan Koperasi Perikanan Laut Misaya Laksana (KPL Misaya Laksana) tepatnya pada tanggal 23 Mei 1966 yang diketuai oleh H. Fajar Sidik. Berselang ± 2 tahun KPL Misaya Laksana mendapat badan hukum dengan nomor 3928 tertanggal 14 November Tahun 1974 KPL Misaya Laksana berganti nama menjadi KPL Misaya Fajar Sidik dengan Badan Hukum nomor 3928 A. Nama Fajar Sidik diambil dari nama almarhum H. Fajar Sidik sebagai penghargaan selama menjabat sebagai ketua. Empat tahun kemudian KPL Misaya Fajar Sidik diganti namanya menjadi Koperasi Unit Desa Mina Fajar Sidik dibawah instruksi Presiden RI nomor 2/1978, Badan Hukum No 3928 B. Pada tahun 1989 KUD Mina Fajar Sidik menyusun kembali anggaran dasarnya dengan penyesuaian terhadap perundang-

40 26 undangan dengan Badan Hukum No: 3928 C/BH/KWK.10/11 tepatnya pada tanggal 24 April Berdasarkan surat keputusan menteri koperasi RI Nomor: 344/KPTS/M/III/1990 tepatnya pada tanggal 26 Maret 1990 KUD Mina Fajar Sidik menjadi KUD Mandiri. Tidak hanya sampai disitu, perubahan nama terus terjadi sampai tahun 1994 tepatnya pada tanggal 24 Desember 1994 ditetapkan sebagai KUD Mandiri Inti berdasarakan surat kakanwil Depkop dan PPK Propinsi Jawa Barat. Tahun 1996 mendapatkan Badan Hukum No 3928/BH/PAD/KWK.10 berdasarkan Surat Kakanwil Depkop dan PPK Jawa Barat tanggal 28 April Lalu pada tahun 1997 tepatnya pada tanggal 30 Juli 1997 adalah akhir dari penentuan nama serta badan hukum KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik dengan Badan Hukum No 3928/BH/PAD/KWK.10/VII-1997 berdasarkan surat kakanwil Depkop dan PPK Propinsi Jawa Barat. 2) Pengawas Perikanan (PSDKP) Berdasarkan SK Dirjen PSDKP Nomor : KEP.307/DJ-PSDKP/2011 tentang Penetapan Pengawas Perikanan pada Unit Pelaksana Teknis Satuan Kerja dan Pos Pengawasan Sumber daya Kelautan dan Perikanan, maka Tugas Pengawas Perikanan adalah melakukan pengawasan untuk kegiatan: (1) Penangkapan ikan (2) Pembudidayaan ikan, pembenihan (3) Pengolahan, distribusi keluar masuk ikan (4) Distribusi keluar masuk obat ikan (5) Konservasi (6) Pencemaran akibat perbuatan manusia (7) Plasma nutfah (8) Penelitian dan pengembangan perikanan (9) Ikan hasil rekayasa genetika (10) Pengusahaan dan pemanfaatan pasir laut (11) Pemanfaatan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta benda berharga assal muatan kapal tenggelam (BMKT) berkoordinasi dengan instansi terkait

41 27 Di Desa Blanakan terdapat juga sepuluh kelembagaan pengusaha yang bergerak dibidang pengolahan ikan dan berada di bawah pengawasan PSDKP Kabupaten Subang (Lampiran 4). Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.12/Men/2012 Tentang Usaha Perikanan Tangkap di Laut Lepas, maka setiap pelaku usaha perikanan tangkap diharuskan memiliki dokumen perizinan resmi. Dokumen tersebut diantaranya adalah: (1) Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) merupakan dokumen yang harus dimiliki pemilik usaha perikanan sebelum melaksanakan usaha perikanan. Tarif yang dikenakan untuk perizinan usaha perikanan tangkap sebesar Rp ,00 dengan masa berlaku 5 (lima) tahun; (2) Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) merupakan dokumen yang secara khusus diperuntukkan dalam melakukan penangkapan ikan. Tarif yang dikenakan untuk kapal purse seine sebesar Rp ,00 dengan masa berlaku 3 (tiga) tahun; (3) Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) merupakan dokumen yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan pengangkutan hasil tangkapan. Tarif yang dikenakan untuk kapal purse seine sebesar Rp ,00 dengan masa berlaku 3 (tiga) tahun. 3) Syahbandar Berdasarkan Keputusan Menteri perhubungan nomor KM 64 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Syahbandar Pasal 3, Kantor Syahbandar mempunyai tugas dan Fungsi sebagai berikut: (1) Pelaksanaan pemeriksaan, pengujian dan sertifikasi kelaik lautan kapal sesuai dengan kewenangannya (2) Pengawasan bongkar muat barang berbahaya, limbah bahan berbahaya dan beracun dan pengisian bahan bakar (3) Pengawasan laik layar dan kepelautan, alih muat di perairan pelabuhan, keselamatan pengerukan, reklamasi dan pembangunan fasilitas pelabuhan sesuai dengan kewenangannya serta penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (4) Koordinasi dan pelaksanaan penanggulangan pencemaran dan pemadaman kebakaran di pelabuhan serta pengawasan perlindungan lingkungan maritim (5) Pelaksanaan bantuan pencarian dan penyelamatan (Search and Rescue/SAR), di Daerah Lingkungan Kerja (LDKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) pelabuhan

42 28 (6) Pelaksanaan Ketertiban dan Patroli, penyidikan tindak pidana pelayaran di dalam Daerah Lingkungan Kerja (LDKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) pelabuhan, serta pengawasan Pekerjaan Bawah Air (PBA), salvage, penundaan dan pemanduan kapal (7) Pengelolaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, hukum dan hubungan masyarakat Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak syahbandar di daerah setempat, dibutuhkan beberapa dokumen resmi yang harus dimiliki setiap kapal untuk memperoleh perizinan dalam pelaksanaan operasi penangkapan. Dokumen tersebut diantaranya adalah: (1) Surat Persetujuan Berlayar (SPB) yang diterbitkan syahbandar setiap kapal akan berlayar. Tidak dikenakan tarif untuk penerbitan dokumen tersebut; (2) Gross Akte, merupakan dokumen yang diterbitkan syahbandar apabila kapal telah menggunakan jasa pelabuhan perikanan dan terif yang dikenakan tergantung jenis jasa yang digunakan. Perhitungan tarif untuk berlabuh adalah GT x kunjungan x Rp 250,00 sedangkan untuk tambat adalah GT x etmal x Rp 250, Unit penangkapan Kapal yang terdapat di PPI Blanakan Subang dapat diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan tenaga penggeraknya, yaitu: motor luar (outboard engine) dan motor dalam (inboard engine). Berdasarkan hasil wawancara terhadap pihak KUD Mina Fajar Siddik selaku pengelola PPI Blanakan, ukuran kapal yang terdapat di lokasi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan kapasitas kapalnya, yaitu: kapal berukuran besar GT, kapal berukuran sedang GT dan kecil 5-10 GT. Berdasarkan alat tangkap yang digunakan, maka kapal berukuran besar merupakan kapal dengan alat tangkap pukat cincin (purse seine), kapal berukuran sedang merupakan kapal dengan alat tangkap dogol/cantrang (seine net), jaring kantong (trammel net) dan pancing (hook and lines), sedangkan kapal berukuran kecil merupakan kapal dengan alat tangkap jaring bondet (beach seine), tegur (half encircling net) dan jaring sontong (cast net). Perkembangan jumlah kapal yang terdapat di PPI Blanakan Subang dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 4.

43 29 Alat tangkap yang terdapat di PPI Blanakan Subang dapat dibedakan menjadi tujuh jenis, yaitu: pukat cincin (purse seine), dogol/cantrang (seine net), jaring kantong (trammel net), jaring bondet (beach seine), tegur (half encircling net), pancing (hook and lines), jaring sontong (cast net). Perkembangan jumlah alat tangkap yang terdapat di PPI Blanakan Subang dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 5. Nelayan yang terdapat di PPI Blanakan dibagi menjadi lima kelompok, pembagian kelompok ini dilakukan agar memudahkan saat pembagian sembako pada musim paceklik dan pembagian kaos serta topi pada saat pesta laut. Nama tiap kelompok diambil dari nama ketua yang memimpinnya, adapun nama dari tiap kelompok tersebut yaitu: Iwang, Sanda, Tata, Tamir dan Wardi. Selain nelayan setempat yang merupakan penduduk asli Kecamatan Blanakan dan masyarakat pesisir Kota Subang, terdapat juga nelayan pendatang yang berasal dari Indramayu, Jakarta, Cirebon, Tegal, Eretan dan Cilamaya. Tabel 2 Perkembangan jumlah kapal di PPI Blanakan Subang tahun Tahun Ukuran Kapal Jumlah Besar (20-35 GT) Sedang (10-20 GT) Kecil (5-10 GT) (unit) Sumber: KUD Mina Fajar Sidik (diolah)

44 GT GT 5-10 GT Gambar 4 Histogram perkembangan jumlah kapal di PPI Blanakan Subang tahun Dari Tabel 2 dan Gambar 4 di atas terlihat bahwa jumlah kapal yang terdapat di PPI Blanakan cenderung menurun, hal ini terkait kemampuan pelayanan PPI terhadap kapal yang mendaratkan hasil tangkapannya. Ukuran kapal yang sangat mendominasi di PPI Blanakan adalah kapal berukuran sedang yang berarti kapal dengan alat tangkap dogol/cantrang (seine net), jaring kantong (trammel net) dan pancing (hook and lines) merupakan armada penangkapan ikan yang dominan di PPI Blanakan. Tabel 3 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPI Blanakan Subang tahun No Jenis Alat Tangkap Tahun Purse seine Dogol/cantrang Trammel net Beach seine Half encircling net Pancing Cast net Jumlah Sumber: KUD Mina Fajar Sidik (diolah)

45 31 Gambar 5 Histogram perkembangan jumlah alat tangkap di PPI Blanakan Subang tahun Dari Tabel 3 dan Gambar 5 di atas terlihat bahwa alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan di daerah tersebut adalah trammel net. Alat tangkap tersebut banyak digunakan oleh nelayan dikarenakan biaya operasional yang dibutuhkan relatif tidak besar dan banyak memperoleh hasil tangkapan berupa ikan cucut (Sphyma sp.)yang sangat bernilai ekonomis. Tabel 4 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Blanakan Subang tahun Tahun Nelayan Lokal Nelayan Pendatang Jumlah Sumber: KUD Mina Fajar Sidik (diolah)

46 Nelayan Lokal Nelayan Pendatang Gambar 6 Histogram perkembangan jumlah nelayan di PPI Blanakan Subang tahun Dari Tabel 4 dan Gambar 6 diatas terlihat bahwa jumlah nelayan pendatang yang terdapat di PPI Blanakan mengalami fluktuasi tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan nelayan tersebut datang hanya untuk menjual hasil tangkapannya pada skala waktu tertentu dan tidak tinggal menetap di sekitar wilayah pemukiman nelayan setempat. Selain itu faktor kecelakaan dan musibah yang dialami nelayan dapat dijadikan alasan terjadinya fluktuasi tersebut. Tabel 5 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Blanakan Subang tahun Tahun Volume Produksi (kg) Nilai Produksi (Rp) Sumber: KUD Mina Fajar Sidik (diolah) Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa volume produksi paling tinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar kg dan nilai produksi paling tinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar Rp Berfluktuasinya

47 33 volume dan nilai produksi hasil tangkapan yang didaratkan tak lepas dari peran kapal nelayan pendatang yang menjual hasil tangkapannya di PPI Blanakan. Tabel 6 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan purse seine KM. Hasil Karya Menor yang didaratkan di PPI Blanakan Subang tahun 2011 Bulan Volume Produksi (kg) Nilai Produksi (Rp) Januari 0 0 Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah : Sumber: KUD Mina Fajar Sidik (diolah) Berdasarkan Tabel 6 di atas terlihat bahwa volume produksi paling tinggi terjadi pada bulan September sebesar kg dan nilai produksi paling tinggi juga terjadi pada bulan September sebesar Rp Sedangkan pada bulan Januari kapal tidak melakukan operasi penangkapan dikarenakan musim Barat dan cuaca buruk. Pada bulan Februari hingga April hasil tangkapan tidak banyak dikarenakan pada waktu tersebut masih berlangsung musim Barat dan tidak setiap waktu kapal beroperasi.

48 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kinerja Perikanan Purse Seine di PPI Blanakan (Aspek Teknis) Kapal (purse seiner) Kapal penangkapan yang digunakan nelayan purse seine di daerah penelitian berukuran GT dengan tipe tenaga penggerak inboard engine dan terbuat dari material kayu. Metode pengoperasiannya adalah dengan satu kapal (one boat system). Kapal purse seine yang menjadi objek penelitian merupakan milik pengusaha setempat dan bukan orang pendatang, berdasarkan pengukuran langsung yang dilakukan diperoleh data teknis kapal berupa ukuran panjang: m; lebar: 5-6 m; dalam: 2-3 m dan draft: 0,75-1,5 m (Tabel 7). Tabel 7 Spesifikasi armada purse seine di PPI Blanakan Subang Spesifikasi KM. Hasil Karya KM. Hasil Karya KM. Hasil Karya Upin Menor Bulan 1. Dimensi utama Panjang (m) 15,00 17,00 15,50 Lebar (m) 5,00 6,00 5,00 Dalam (m) 2,00 2,00 2,00 draft (m) 0,75 1,00 0,75 2. Kapasitas palkah (ton) Tonage (GT) Mesin Kapal PS 120 (2 buah) PUSO D14 dan PS 120 PS 120 (2 buah) 5. Winch hauler Dompeng (1 buah) Dompeng (1 buah) Dompeng (1 buah) Sumber: Data primer diolah Nilai rasio dimensi utama kapal purse seine milik pengusaha setempat, diperoleh nilai L/B sebesar 2,83-3,1 yang menandakan bahwa karakteristik kapal purse seine tersebut memiliki tahanan gerak yang cukup besar, sehingga membutuhkan tenaga penggerak yang besar pula. Nilai L/D sebesar 7,5-8,5 yang menandakan bahwa karakteristik kapal purse seine tersebut memiliki kekuatan memanjang yang cukup baik. Dan nilai B/D sebesar 2,5-3,0 yang menandakan bahwa karakteristik kapal purse seine tersebut memiliki stabilitas yang baik Alat tangkap purse seine Konstruksi alat tangkap purse seine yang digunakan nelayan di daerah penelitian pada umumnya sama dengan nelayan dari daerah lain di pulau jawa yang terdiri dari kantong (bunt), badan jaring, sayap, selvedge, tali ris, tali kerut,

49 35 tali selambar, pemberat (sinker), pelampung (floater) dan cincin (ring). Bahan dan spesifikasi purse seine yang dioperasikan di daerah penelitian relatif sama namun berbeda ukuran (Tabel 8). Tabel 8 Spesifikasi alat tangkap purse seine di PPI Blanakan Subang Bagian Jaring Material Twine Size Mess Size (inch) Kantong Pa cf 380 D x 12 0,50 Badan jaring Pa cf 210 D x 18 0,75 Sayap Pa cf 210 D x 18 1,00 Selvedge PE 380 D x 15 1,25 Bagian Tali Material Diameter Jumlah Panjang (m) (mm) (buah) Tali selambar PE 30,00 350,00 1 Tali pelampung PE 25,00 400,00 1 Tali pemberat PE 10,00 425,00 1 Tali ris atas PE 25,00 400,00 1 Tali ris bawah PE 25,00 425,00 2 Tali cincin PE 30,00 650,00 1 Tali bridle PE 10,00 0, Tali samping PE 10,00 90,00 2 Perlengkapan Lain Material Diameter W (gr) atau Jumlah (mm) F (grf) (buah) Pelampung (grf) Vinyl putih 90,00 840, Pemberat (gr) Timah hitam 25,00 200, Cincin (gr) Kuningan 110,00 500, Keterangan: Pacf : Poly amid continous filament PE : Poly ethylene grf : gram force Sumber: Data primer diolah

50 36 Gambar 7 Desain konstruksi alat tangkap purse seine Nelayan purse seine Nelayan di PPI Blanakan Subang dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan daerah asalnya yaitu nelayan lokal dan nelayan pendatang. Berdasarkan waktu kerjanya, nelayan purse seine yang menjadi objek penelitian dapat dikategorikan sebagai nelayan penuh, karena seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Jumlah nelayan yang mengoperasikan purse seine yaitu sebanyak orang. Dalam melakukan operasi penangkapan ikan setiap nelayan memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, sehingga operasi penangkapan ikan dapat berjalan dengan lancar. Dalam pembagian tugas, nahkoda kapal memiliki tanggung jawab paling besar terhadap kelancaran operasi penangkapan ikan. Pembagian tugas nelayan purse seine dapat dilihat pada Tabel 9.

51 37 Tabel 9 Pembagian tugas dan tanggung jawab nelayan purse seine di PPI Blanakan Subang Jumlah Nelayan No. Jabatan Tugas dan Tanggung Jawab (orang) 1 Nahkoda 7 ABK Menarik dan merapihkan jaring 14 Sumber: Data primer diolah Alat bantu penangkapan Pengoperasian purse seine yang dilakukan oleh nelayan purse seine di daerah penelitian menggunakan beberapa alat bantu, diantaranya: rumpon, lampu dan serok. Manfaat yang diharapkan dengan penggunaan alat bantu penangkapan selain menghemat waktu dan bahan bakar juga dapat meningkatkan hasil tangkapan tiap satuan upaya penangkapan. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan setempat, rumpon ditanam sekitar mil dari fishing base di perairan Laut Jawa dengan kedalaman lebih dari 40 meter. Mengacu pada SK Mentan Nomor 51/Kpts/IK250/1/97, maka rumpon yang digunakan nelayan purse seine setempat dapat dikategorikan sebagai rumpon perairan dangkal karena dipasang dan ditempatkan pada perairan laut dengan kedalaman kurang dari 200 meter. Konstruksi rumpon yang digunakan nelayan purse seine di daerah penelitian pada umumnya relatif sama dengan daerah lain di pulau jawa dengan memiliki empat komponen utama yaitu; pelampung yang terbuat dari bambu dan styrefoam, attractor yang terbuat dari daun kelapa, tali-temali yang terbuat dari bahan PE dan pemberat yang terbuat dari batu. Memimpin, mengemudikan kapal dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan operasi penangkapan ikan 2 Juru mesin Merawat dan memperbaiki mesin kapal 2 3 Juru masak memasak dan menyediakan makanan 1 4 Juru lampu Mengkondisikan lampu di laut saat setting malam hari 1 5 Juru arus Mengkondisikan rumpon di laut saat setting siang hari 2 6 Juru tawur Menurunkan jaring pertama kali saat setting 2 Bahan yang digunakan untuk membuat rumpon mudah didapat dan proses pembuatannya tidak rumit sehingga dibuat sendiri oleh nelayan sebelum melaut. Konstruksi rumpon dapat dilihat pada Gambar 8. Spesifikasi dan komponen meterial rumpon disajikan dalam Tabel 10. 1

52 38 Tabel 10 Spesifikasi dan komponen material rumpon di PPI Blanakan Subang Komponen Bahan Spesifikasi Pelampung (floater ) a. Styrefoam P = 50 cm ; L = 30 cm ; T = 20 cm = 1 Buah b. Bambu P = 5-6 m ; Ø = cm = 2 Buah Pemikat (attractor ) Daun kelapa = 6-8 Pelepah Tali-temali (rope ) Tali utama PE Ø 20 mm P = m Tali pelampung PE Ø 20 mm P = 5-10 m Tali pemberat PE Ø 20 mm P = 5-10 m Kili-kili (swivel ) Stainless stell = 1 Buah Pemberat (sinker ) Batu = 1 Buah; W = 50 kg Sumber: Data primer diolah Gambar 8 Desain konstruksi rumpon Penggunaan lampu memiliki tujuan yang sama dengan rumpon, namun hanya digunakan pada pengoperasian dimalam hari. Lampu yang digunakan sebanyak 6 (enam) buah dengan masing-masing 150 W tipe Halogen dan merk Phillips. Konstruksi dibuat sedemikian rupa agar dapat mengapung pada saat dioperasikan dengan bantuan mesin potable. Merk mesin yang digunakan adalah Honda GX 160.

53 39 Penggunaan serok memiliki tujuan untuk mempermudah pengambilan hasil tangkapan yang telah terkumpul pada jaring untuk dipindahkan ke dalam palkah. Serok yang digunakan terbuat dari material besi sebagai kerangka dengan diameter cm dan kantong yang terbuat dari bahan jaring Metode operasi penangkapan Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan purse seine di daerah penelitian, umumnya operasi penangkapan dilakukan selama empat hari dalam tiap keberangkatan (trip) dan dilakukan pada malam dan siang hari. Tahapan pengoperasian purse seine dibagi dalam empat tahap yaitu; persiapan di fishing base, perjalanan menuju fishing ground, setting alat tangkap, dan hauling. Skema operasi penangkapan dengan purse seine yang berpangkalan di PPI Blanakan Subang ditunjukkan pada Gambar 9. Operasi penangkapan yang dilakukan nelayan purse seine dalam tiap trip adalah selama empat hari operasi. Berikut penjelasan tahapan operasinya: 1) Persiapan di fishing base Persiapan yang dilakukan meliputi; pembelian perbekalan kebutuhan melaut oleh ABK, pemilik kapal melengkapi administrasi perizinan melaut dan nahkoda kapal bersiap menentukan fishing ground melalui GPS. 2) Pengoperasian alat tangkap (setting) Operasi yang dilakukan pada siang hari meliputi: dua orang juru arus mengkondisikan rumpon dengan menaikkan batu pemberat dari dasar perairan sebelum alat tangkap diturunkan; juru tawur kemudian menurunkan pelampung tanda diikuti penurunan jaring oleh ABK sambil kapal melingkari gerombolan ikan yang terkonsentrasi pada rumpon. Operasi yang dilakukan pada malam hari meliputi: dua orang juru arus mengkondisikan rumpon dengan menaikkan batu pemberat dari dasar perairan sebelum alat tangkap diturunkan dan mengkondisikan pelampung lampu sebagai alat bantu tambahan untuk memikat ikan; juru tawur kemudian menurunkan pelampung tanda diikuti penurunan jaring oleh ABK sambil kapal melingkari gerombolan ikan yang terkonsentrasi pada rumpon. 3) Pengangkatan alat tangkap dan hasil tangkapan (hauling)

54 40 Setelah purse line dikerutkan dengan bantuan winch hauler dan bagian cincin telah dinaikkan ke atas kapal, maka hasil tangkapan dipindahkan ke dalam palkah dengan alat bantu serok; setelah semua hasil tangkapan dipindahkan ke dalam palkah, maka alat tangkap dinaikkan ke atas kapal dan dilakukan penyimpanan dengan rapih agar mudah dalam melakukan setting selanjutnya; apabila terdapat kerusakan pada jaring, maka ABK segera memperbaikinya sebelum melakukan setting selanjutnya. 4) Evaluasi hasil tangkapan Setelah hasil tangkapan berada di dalam palkah, namun dirasa kurang memuaskan dan masih memiliki waktu beroperasi, maka nahkoda akan mengarahkan kapal menuju rumpon (fishing ground) berikutnya. 5) Armada penangkapan kembali menuju fishing base Setelah hasil tangkapan mencukupi dan waktu operasi penangkapan selama 4 (empat) hari hampir berlalu, maka nahkoda akan mengarahkan kapal kembali menuju fishing base untuk mendaratkan hasil tangkapan.

55 41 Persiapan di fishing base ; - Pembelian perbekalan melaut oleh ABK - Pengurusan administrasi melaut oleh juragan - Penentuan fishing ground dengan GPS Pindah Rumpon Rumpon (fishing ground ) Setting siang hari ; Setting malam hari ; - Pengkondisian rumpon oleh juru arus - Pengkondisian rumpon dan - Pelepasan pelampung tanda oleh penurunan lampu oleh juru arus juru tawur diikuti penurunan jaring - Pelepasan pelampung tanda oleh oleh ABK juru tawur diikuti penurunan - Melingkari gerombolan ikan jaring oleh ABK - Melingkari gerombolan ikan Hauling ; - Penarikan purse line dengan bantuan winch hauler - Hasil tangkapan dipindahkan ke palkah menggunakan serok Hasil tangkapan tidak memuaskan Hasil tangkapan memuaskan Gambar 9 Skema operasi penangkapan dengan purse seine di PPI Blanakan Subang Produktivitas armada purse seine Produktivitas armada purse seine tiap tahun ( ) selalu menurun. Produktivitas tertinggi pada tahun 2008 sebesar kg/kapal/tahun (Tabel 11). Tabel 11 Produktivitas armada purse seine di PPI Blanakan Subang tahun Tahun Jumlah Hasil Tangkapan Produktivitas per Armada Armada (Unit) (kg) (Rp) (kg/kapal) (Rp/kapal) , , , , , , , , , , , ,00 Sumber: KUD Mina Fajar Sidik (diolah) Fishing base Dari Tabel 11 diatas dapat dilihat bahwa produktivitas armada purse seine selama empat tahun ( ) selalu menurun. Menurunnya produktivitas armada purse seine tersebut dipengaruhi oleh fluktuasinya nelayan purse seine pendatang yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPI Blanakan. Keberadaan nelayan purse seine pendatang untuk mendaratkan hasil tangkapannya sangat

56 42 memperngaruhi aktivitas perekonomian di PPI Blanakan dikarenakan hanya terdapat tiga kapal purse seine milik seorang pengusaha lokal. Namun harga ratarata hasil tangkapan armada purse seine per kg selalu meningkat. Pada tahun 2008 sebesar Rp 5.666,78 /kg, tahun 2009 sebesar Rp 5.983,79 /kg, 2010 sebesar Rp 7.274,99 /kg dan ,02 /kg. 5.2 Hasil Tangkapan Purse Seine (Aspek Biologi) Komposisi dan trend hasil tangkapan purse seine Berdasarkan wawancara dengan nelayan purse seine setempat dan data dari KUD Mandiri Mina Fajar Sidik diperoleh informasi bahwa hasil tangkapan purse seine meliputi: ikan layang (Decapterus spp.), bawal hitam (Formio niger), kembung (Rastrelliger spp.), selar (Selaroides spp.), tembang (Sardinella fimbriata), tongkol (Euthynnus spp.) dan cumi-cumi (Loligo spp). Komposisi dan trend hasil tangkapan purse seine dapat dilihat dalam Tabel 12 dan Gambar 10. Tabel 12 Komposisi dan trend hasil tangkapan armada purse seine di PPI Blanakan Subang tahun Tahun Beberapa Jenis Ikan Hasil Tangkapan (kg) Layang Bawal Kembung Selar Tembang Tongkol Cumi-cumi Jumlah Rata-rata Sumber: KUD Mina Fajar Sidik (diolah) Gambar 10 Histogram komposisi dan trend hasil tangkapan armada purse seine di PPI Blanakan Subang tahun

57 43 Dari Tabel 12 dan Gambar 10 diatas dapat dilihat bahwa komposisi hasil tangkapan selama empat tahun ( ) didominasi oleh ikan tembang dengan rata-rata produksi kg/tahun. Sedangkan hasil tangkapan paling sedikit adalah ikan bawal dengan rata-rata produksi kg/tahun. Kecenderungan menurunnya jumlah hasil tangkapan tersebut dipengaruhi oleh fluktuasi nelayan pendatang yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPI Blanakan. Tertangkapnya ikan bawal dikarenakan terdapat daerah penangkapan ikan yang kedalaman perairannya dangkal dan tidak melebihi tinggi jaring purse seine sehingga perlu dilakukan evaluasi mengenai daerah penangkapan yang dangkal tersebut agar pengoperasian alat tangkap ini lebih optimal secara teknis Musim dan daerah penangkapan ikan Nelayan purse seine yang berpangkalan di PPI Blanakan, tidak setiap waktu melakukan aktifitas penangkapan. Dalam setahun umumnya musim penangkapan terjadi selama sembilan bulan (April-Desember) sedangkan pada musim peceklik berlangsung selama tiga bulan (Januari-Maret) sehingga banyak nelayan yang tidak melakukan aktifitas penangkapan dikarenakan kondisi gelombang yang tinggi disertai angin kencang. Dalam melakukan aktifitas penangkapan, umumnya nelayan purse seine mencari daerah penangkapan dengan kedalaman perairan lebih dari 50 meter dengan kecepatan arus dan gelombang yang rendah. Namun tidak semua daerah penangkapan (fishing ground) yang menjadi tujuan pengoperasian purse seine memiliki kedalaman perairan yang sesuai, terkadang terdapat hasil tangkapan berupa jenis ikan demersal. 5.3 Konflik Alat Tangkap (Aspek Sosial) Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan setempat, konflik sosial yang berkaitan dengan keberadaan alat tangkap purse seine maupun dengan alat tangkap lain hingga saat ini tidak pernah terjadi, karena setiap armada penangkapan sudah memiliki daerah penangkapan masing-masing yang berbeda dengan armada lainnya, sehingga tidak terjadi konflik dalam perebutan daerah penangkapan.

58 44 Dengan beroperasinya berbagai unit penangkapan dan banyaknya kapal yang menjual ikan di PPI Blanakan Subang, maka akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Desa Blanakan khususnya. Keberadaan unit penangkapan purse seine memberikan respon positif bagi masyarakat setempat karena memberikan banyak kesempatan untuk bekerja menjadi nelayan ABK, kuli angkut, pedagang ikan dan aktivitas lainnya. 5.4 Kelayakan Usaha Perikanan Purse Seine (Aspek Finansial) Analisis usaha Biaya investasi yang dikeluarkan oleh nelayan pemilik untuk memulai usaha penangkapan adalah sebesar Rp ,00 yang terdiri dari kapal, mesin kapal, alat tangkap, jirigen, kompas, radio komunikasi, GPS, lampu, mesin lampu dan mesin gardan (Lampiran 1). Biaya usaha merupakan pengeluaran dari kegiatan usaha penangkapan yang harus dikeluarkan. Biaya usaha tersebut terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang harus dikeluarkan meskipun tidak melakukan kegiatan penangkapan yang meliputi biaya penyusutan dan biaya perawatan unit penangkapan. Biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh pemilik usaha setiap tahunnya sebesar Rp ,00 (Lampiran 1). Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang hanya dikeluarkan apabila akan melakukan kegiatan penangkapan yang meliputi bahan bakar (solar, bensin, oli), ransum, es dan rumpon. Biaya tidak tetap (variable cost) yang dikeluarkan dalam satu kali trip sebesar Rp ,00 dengan rata-rata jumlah trip dalam tiap bulan sebanyak tiga kali trip dan selama satu tahun beroperasi sebanyak sembilan bulan waktu kerja efektif, sehingga biaya tidak tetap (variable cost) yang dikeluarkan setiap tahunnya sebesar Rp ,00 (Lampiran 1). Nilai produksi hasil tangkapan (TR) yang diperoleh selama satu tahun sebesar Rp ,18 yang diperoleh dari jumlah bobot hasil tangkapan purse seine pada tahun 2011 sebesar kg dikali harga rata-rata hasil tangkapan purse seine tiap kg sebesar Rp 8.338,02. Nilai total pengeluaran (TC) yang dikeluarkan selama satu tahun sebesar Rp ,67 sehingga

59 45 keuntungan usaha (π) yang diperoleh nalayan pemilik selama satu tahun sebesar Rp ,51 (Lampiran 1). Maka kegiatan usaha tersebut mengalami keuntungan sehingga usaha tersebut layak untuk dilanjutkan (TR > TC). Nilai revenue-cost ratio ( ) usaha perikanan purse seine yang menjadi objek penelitian sebesar 1,242 ( ) yang artinya setiap Rp 1,00 yang diinvestasikan, maka akan memperoleh Rp 1,242 sehingga usaha tersebut menguntungan dan layak untuk dilanjutkan (Lampiran 1). Nilai payback period (PP) usaha perikanan purse seine yang menjadi objek penelitian sebesar 1,778 yang artinya perkiraan waktu mengembalian investasi yang ditanamkan adalah selama 1,778 tahun (Lampiran 1). Hasil perhitungan terhadap return of investment (ROI) adalah 56%, hal ini berarti setiap investasi sebesar Rp 100,00 akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 56,00. Nilai ini juga menjelaskan tingkat keuntungan atas investasi sebesar 56%. Tentunya angka tersebut relatif memberikan gambaran terhadap prospek investasi yang baik terhadap usaha perikanan purse seine (Lampiran 1) Analisis investasi Hasil perhitungan terhadap net present value (NPV) usaha perikanan purse seine yang menjadi objek penelitian adalah Rp ,49 yang artinya keuntungan yang akan diperoleh dimasa depan sebesar Rp ,49 dengan DF 12% sehingga proyek dinyatakan akan menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan (Lampiran 2). Nilai net benefit cost-ratio (net B/C) usaha perikanan purse seine yang menjadi objek penelitian sebesar 2,027 (net B/C ratio > 1), artinya dengan mengeluarkan dana investasi sebesar Rp ,00 maka akan memperoleh Rp ,49 selama proyek berlangsung sehingga investasi layak diberikan karena usaha yang akan dilakukan akan memberikan keuntungan sebesar 2,027 kali lipat dari dana investasi (Lampiran 2). Nilai internal rate of return (IRR) usaha perikanan purse seine yang menjadi objek penelitian sebesar 48% (IRR > 12%), artinya adalah usaha yang akan dilakukan layak untuk dilaksanakan dan memperoleh keuntungan (Lampiran 2).

60 Pemasaran hasil tangkapan Berdasarkan wawancara dengan pihak nelayan setempat dan tinjauan langsung di TPI, diperoleh informasi bahwa pemasaran hasil tangkapan yang telah didaratkan terlebih dahulu melalui proses pelelangan sebelum dipasarkan ke berbagai daerah. KUD Mandiri Mina Fajar Sidik selaku pengelola TPI merupakan lembaga koperasi yang menentukan harga berdasarkan standarisasi harga dari PPS Nizam Zachman Jakarta dan biasanya penjualan dilakukan berdasarkan jenis hasil tangkapan tiap cepon (1 cepon = kg). Alur pemasaran hasil tangkapan purse seine dapat dilihat pada Gambar 11. Kapal TPI Bakul Pengecer Bakul Pengolah Bakul Suplier Bakul Grosir Blanakan, Jakarta, Bogor, Cianjur Blanakan, Jakarta, Indramayu, Cianjur Jakarta, Bandung, Karawang Gambar 11 Alur pemasaran hasil tangkapan purse seine di PPI Blanakan Subang Selain musim penangkapan, ramainya pembeli yang berdatangan dari berbagai daerah menjadi faktor penting yang membuat harga berfluktuatif. Umumnya calon pembeli yang berdatangan selain dari daerah setempat, terdapat pula calon pembeli yang berasal dari Bandung, Bogor, Cianjur, Indramayu, Jakarta dan Karawang. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengelola TPI setempat, pembeli yang terdaftar sebanyak 120 orang dan terdapat orang pembeli yang datang setiap hari. Sistem pembayaran yang tidak dihutang membuat nelayan yang telah menjual hasil tangkapannya dapat langsung membeli perlengkapan melaut lagi karena tiap calon pembeli yang datang diharuskan membayar sejumlah uang terlebih dahulu kepada pengelola TPI sebelum turut serta dalam pelelangan. Besarnya biaya yang harus dibayarkan pembeli kepada pengelola TPI disesuaikan dengan harga ikan yang akan dibelinya ditambah biaya retribusi sebesar 3% dari harga sejumlah ikan yang dibelinya. Hal inilah yang membuat banyak nelayan dari daerah lain berdatangan untuk menjual hasil tangkapannya. Harga hasil tangkapan dapat dilihat pada Tabel 13. Jakarta, Bogor, Bandung

61 47 Tabel 13 Harga hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di PPI Blanakan Subang Tahun Musim dan Harga Ikan per kg (Rp) Paceklik (Januari-Maret) Puncak (April-Desember) Layang Bawal Kembung Selar Tembang Tongkol Cumi-cumi Sumber: KUD Mina Fajar Sidik (diolah) Sistem bagi hasil Sistem bagi hasil yang diterapkan dalam usaha perikanan purse seine di daerah penelitian adalah: (1) produksi hasil tangkapan yang telah dilelang dan dikurangi retribusi sebesar 5% merupakan pendapatan kotor usaha; (2) pendapatan kotor tersebut dikurangi biaya operasional untuk mendapatkan pendapatan bersih; (3) pendapatan bersih tersebut dibagi untuk pemilik usaha dan nelayan masing-masing sebesar 50%; (4) pendapatan bersih yang diterima nelayan dibagi berdasarkan jumlah nelayan yang bekerja di atas kapal sesuai tanggung jawabnya; (5) pendapatan bersih yang diterima pemilik usaha dikurangi biaya tetap sehingga menghasilkan keuntungan (benefit) (Gambar 12). Pembagian hasil usaha ini dilakukan setiap usai melakukan pelelangan hasil tangkapan dan setelah membeli perlengkapan operasional untuk melaut. Besar pendapatan yang diterima nelayan purse seine yang menjadi objek penelitian dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah.

62 48 Produksi Pendapatan kotor Biaya operasional Pendapatan bersih Pemilik (juragan) 50% Nelayan 50% Nahkoda, juru mesin Juru lampu dan Juru tawur dan dan juru arus juru masak ABK 1 bagian 2 bagian 1,5 bagian Gambar 12 Sistem bagi hasil usaha perikanan purse seine di PPI Blanakan Subang Tabel 14 Pendapatan (upah) nelayan purse seine di PPI Blanakan Subang Jabatan Bagi Total Upah Jumlah Upah nelayan hasil Upah/bulan Upah/tahun (orang) (Rp/trip) (bagian) (±3 kali trip) (9 bulan) Nahkoda 1 2, , , ,69 Juru mesin 2 2, , , ,38 Juru lampu 1 1, , , ,27 Juru masak 1 1, , , ,27 Juru arus 2 2, , , ,38 Juru tawur 2 1, , , ,69 ABK 14 1, , , ,83 TOTAL , , ,51 Sumber: Data primer diolah Dari Tabel 14 diatas dapat dilihat bahwa upah yang diterima nahkoda, juru mesin dan juru arus per orang sebesar Rp ,21 tiap trip. Upah yang diterima juru lampu dan juru masak per orang sebesar Rp ,16 tiap trip. Upah yang diterima juru tawur dan nelayan ABK per orang sebesar Rp ,11 tiap trip.

63 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kinerja usaha perikanan purse seine di PPI Blanakan Subang pada umumnya memiliki kesamaan dengan daerah lain di Jawa Barat, namun terdapat perbedaan dari segi teknis. Kapal purse seine milik pengusaha setempat yang menjadi objek penelitian yaitu material kayu yang digunakan lebih tebal dari yang digunakan kapal purse seine daerah lain pada umumnya. Hal ini dapat mengurangi kecepatan kapal pada saat melingkari gerombolan ikan, namun menjadikan kapal tersebut lebih kuat terhadap gelombang. Konstruksi alat tangkap yang digunakan sudah cukup baik, namun perlu dilakukan evaluasi mengenai kedalaman perairan yang menjadi lokasi penangkapan agar kinerja operasi penangkapan berjalan secara optimal dan hasil tangkapan yang diperoleh sesuai dengan tujuan dari alat tangkap. Usaha perikanan purse seine yang dilakukan dapat dikategorikan layak untuk dilaksanakan karena memberikan keuntungan. Berdasarkan hasil perhitungan kelayakan usaha dan analisis finansial dengan mempertimbangkan kriteria investasi, maka usaha perikanan purse seine di PPI Blanakan Subang merupakan usaha yang layak untuk dikembangkan. 6.2 Saran Perlu dilakukan peninjauan secara langsung jalannya operasi penangkapan purse seine. Pengkajian lebih lanjut mengenai kedalaman perairan yang optimal antara tinggi jaring dengan kedalaman perairan pada daerah penangkapan perlu dilakukan.

64 DAFTAR PUSTAKA Ayodhoya Suatu Pengenalan Fishing Gear. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. [FAO]. Food Agricultural Organization Purse Seine. [internet]. [diunduh 2012 Oktober 22]. Tersedia pada ( Balitbang Pedoman Teknis Peningkatan Produksi dan Efisiensi Penangkapan Ikan Pelagis Melalui Penerapan Teknologi Rumpon. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 90 hal. Baskoro MS Metode Penangkapan Ikan. Diktat Pengajaran Kuliah Jurusan Pemanfaatan Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 54 hal. Brandt AV Fish Catching Methods of The World. 3rd Edition. Warwitckshire: Avon Litho Ltd. Stratford-Upon-Avon. 418 p. Diniah Pengenalan Perikanan Tangkap. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 62 hal. Djamin Z Perencanaan dan Analisis Proyek. Jakarta: Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 167 hal. Edris M Penuntun Study Kelayakan Proyek. Bandung: Sinar Baru. 172 hal. Ghaffar MA, Sugeng HW dan Iin S Optimasi Usaha Perikanan Mini Purse Seine di kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut pertanian Bogor. 83 hal. Gunarso W Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metode dan Taktik Penangkapannya. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan. Institut Pertanian Bogor. 149 hal. Haluan J dan Nurani TW Penerangan Metode Skoring ddalam Pemilihan Teknologi Penangkapan Ikan yang Sesuai dengan Dikembangkan di Suatu Wilayah Perairan. Buletin Jurusan PSP. Volume II. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal: Iskandar, BH dan Pujianti Keragaan Teknis Kapal Perikanan di Beberapa Wilayah Indonesia. Laporan Penelitian (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

65 51 Kadariah, Karina L dan Gray C Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 181 hal. Keputusan Menteri perhubungan nomor KM 64 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Syahbandar Laevastu T dan Hela I Fisheries Oceanography New Ocean Environmental Services. London: Fishing News Books Ltd. 238 hal. Lubis E, Solihin I, Nugroho T dan Muninggar R Diktat Pelabuhan Perikanan. Bagian Kepelabuhanan Perikanan dan Kebijakan Pengelolaan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Lubis E Pelabuhan Perikanan. Bogor: IPB Press. Martasuganda S Teknologi Untuk Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Seri Alat Tangkap Ikan. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia. 92 hal. Monintja DR Study on The Development of Fish Aggregating Device (FADs). Mantek, Buletin ITK, FPIK-IPB. 3(2): 137 p. Newell, G. E. dan R. C. Newell Marine Plankton. Hutchinson Educational. London. 244 p. Monintja DR, Pasaribu BP dan Jaya I Manajemen Penangkapan Ikan. SISDIKSAT BKS INTIM-IPB-AUSAID/AED. Bogor. Nasution S Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. 156 hal. Nazir M Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia hal Nugroho D Kondisi Trend Biomassa Ikan Layang (Decapterus spp.) di Laut Jawa dan Sekitarnya. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 12 (1): Nybakken JW Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia. Pustaka Utama. Jakarta. 459 hal. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.12/Men/2012 Tentang Usaha Perikanan Tangkap di Laut Lepas Rangkuti Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 88 hal. Sadhori N Penangkapan Ikan. Penerbit Angkasa. Bandung. Hal:

66 52 Simbolon DF Suatu Study Tentang Potensi Pengembangan Sumberdaya Ikan Cakalang dan teknologi Penangkapan yang Ramah Lingkungan. Buletin PSP 13 (1): SK Dirjen PSDKP Nomor: KEP.307/DJ-PSDKP/2011 tentang Penetapan Pengawas Perikanan pada Unit Pelaksana Teknis Satuan Kerja dan Pos Pengawasan Sumber daya Kelautan dan Perikanan SK Mentan Nomor 51/Kpts/IK250/1/97 tentang rumpon. Subani W Telaah Penggunaan Rumpon dan Payaos dalam Perikanan Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. BPPL. Jakarta. 33: Subani W dan HR Barus Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Laut Indonesia (Fishing Gears of Marine Fish and Shrimp in Indonesia). No. 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta. 248 hal. Tim Pengkaji Rumpon Institut pertanian Bogor Laporan Akhir Survey Lokasi dan Desain Rumpon di Perairan Ternete, Tidore, Bacan dan Sekitarnya (Tidak Dipublikasikan). Fakultas Perikanan. IPB. Bogor. Hal: Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan. Widodo Johanes, et al Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Laut di Perairan Indonesia. Puslitbang Oceanografi LIPI. Jakarta. Yumi HH Kajian Penyediaan dan Kebutuhan Air Bersih untuk Menunjang Aktivitas Penangkapan Ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. [Skripsi]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

67 LAMPIRAN

68 54 Lampiran 1 Perhitungan analisis usaha unit perikanan purse seine No. Uraian Nilai (Rp) 1 Biaya Investasi 1.1 Kapal penangkapan , Mesin kapal , Jaring purse seine , Jirigen , Kompas , Radio HT , GPS , Lampu , Mesin lampu , Mesin gardan ,00 Total Biaya Investasi ,00 2 Biaya Tetap 2.1 Biaya Penyusutan Kapal penangkapan , Mesin kapal , Jaring purse seine , Jirigen , Kompas , Radio HT , GPS , Lampu , Mesin lampu , Mesin gardan ,00 Jumlah , Biaya Perawatan Kapal penangkapan , Mesin kapal , Jaring purse seine , Lampu , Mesin lampu , Mesin gardan ,00 Jumlah ,00 Total Biaya Tetap ,00 3 Biaya Tidak tetap (Operasional) 3.1 Bensin , Solar , Oli , Es , Ransum , Rumpon ,00 Total Biaya Tidak tetap ,00 Total Pengeluaran ,00

69 55 Lampiran 1 Perhitungan analisis usaha unit perikanan purse seine (Lanjutan) Produksi Hasil Tangkapan ,18 Retribusi (5%) ,16 Upah nelayan ,51 Pengeluaran Bersih ,67 Keuntungan (π) ,51 R/C 1,242 ROI 56% PP 1,778

70 56 Lampiran 2 Perhitungan cash flow unit perikanan purse seine No. Uraian Tahun Proyek IN FLOW 1.1 Produksi , , , , , Nilai Sisa TOTAL IN FLOW 0, , , , , ,18 2 OUT FLOW 2.1 Biaya Investasi Kapal penangkapan , Mesin kapal , Jaring purse seine , Jirigen , Kompas , Radio HT , GPS , Lampu , Mesin lampu , Mesin gardan ,00 Jumlah ,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Biaya Penyusutan Kapal penangkapan , , , , , Mesin kapal , , , , , Jaring purse seine , , , , , Jirigen , , , , , Kompas , , , , , Radio HT , , , , , GPS , , , , , Lampu , , , , , Mesin lampu , , , , , Mesin gardan , , , , ,00 Jumlah 0, , , , , ,00

71 57 Lampiran 2 Perhitungan cash flow unit perikanan purse seine (Lanjutan) 2.3 Biaya Perawatan Kapal penangkapan , , , , , Mesin kapal , , , , , Jaring purse seine , , , , , Lampu , , , , , Mesin lampu , , , , , Mesin gardan , , , , ,00 Jumlah 0, , , , , , Biaya Operasional Bensin , , , , , Solar , , , , , Oli , , , , , Es , , , , , Ransum , , , , , Rumpon , , , , ,00 Jumlah 0, , , , , ,00 Pengeluaran Kotor , , , , , ,00 Retribusi (5%) Upah nelayan TOTAL OUT FLOW Net Benefit DF (12%) PV NPV Net B/C IRR 0, , , , , ,16 0, , , , , , , , , , , ,67 ( ,00) , , , , ,51 1 0, , , , , ( ,00) , , , , , ,49 2,027 48%

72 58 Lampiran 3 Kelembagaan pengusaha pengolahan di PPI Blanakan Subang tahun 2012 No. Nama Jumlah Alamat Jenis Usaha Surat Izin Usaha Jenis Bahan Baku Kapasitas Produksi Pengusaha Tenaga Kerja Daerah Pemasaran 1 Ogy Ds. Blanakan japuh, layang, petek, Bandung, Bogor, Cianjur, Pengolahan ikan asin Ada 2 ton/hari 6 orang RT 03/07 selar, tembang Lampung 2 Hj. Anisa Ds. Blanakan kuniran, trisi, Pengolahan ikan asin Ada RT 01/07 kapasan 5 kwintal/hari 42 orang Jakarta, Indramayu 3 Amin Ds. Blanakan Cianjur, Bogor, Bandung, Pengolahan ikan asin Ada trisi, jambal, kuniran 6 kwintal/hari 10 orang RT 01/07 Karawang 4 H. Carman Ds. Blanakan kapasan, trisi, petek, Bandung, Jakarta, Cianjur, Pengolahan ikan asin Ada 3 okwintal/hari 34 orang RT 01/07 udang, japuh Palabuhanratu 5 Ratiman Ds. Blanakan RT 02/07 Filet olahan Tidak ada kuniran 1 kwintal/hari 5 orang Cikampek, Karawang 6 Mami Ds. Blanakan RT 01/02 Pengolahan ikan asin Tidak ada petek, layur, terisi 1 kwintal/hari 4 orang Blanakan 7 Sari Ds. Blanakan japuh, gerok, blanak, Pengolahan ikan asin Tidak ada RT 02/07 jambal, terisi 1 kwintal/hari 3 orang Cikampek, Karawang 8 Warnadi Ds. Blanakan petek, kuniran, Cipendey, Kali jati, Pabuaran, Pengolahan ikan asin Tidak ada 1 ton/hari 10 orang RT 04/02 bloso, terisi, layur Purwadadi 9 Ralim Ds. Blanakan japuh, layang, petek, Lampung, Bogor, Cianjur, Pengolahan ikan asin Tidak ada 2 ton/hari 10 orang RT 07/07 terisi, selar, tembang Sukabumi, Cicurug, Karawang 10 Rasmani Ds. Blanakan japuh, layang, petek, Karawang, Kapuk, Jakarta, Pengolahan ikan asin Tidak ada 1 kwintal/hari 3 orang RT 03/07 terisi, selar, tembang Subang Sumber: PSDKP Kab. Subang

73 59 Lampiran 4 Dokumentasi hasil penelitian 1) Mesin kapal 2) Kapal purse seine 3) Alat tangkap (pelampung) 4) Alat tangkap (pemberat) 5) Alat tangkap (cincin) 6) Alat tangkap (selvedge) 7) Mesin rumpon lampu 8) Mesin rumpon lampu

74 60 9) Kompas 10) Radio komunikasi di kapal 11) Mesin gardan 12) Serok 13) Daun kelapa (attractor rumpon) 14) Bambu (pelampung rumpon) 15) Batu (pemberat rumpon) 16) Gabus (pelampung rumpon) 17) Blong air bersih

75 18) Aktivitas pelelangan ikan 61

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis Ikan pelagis adalah ikan yang hidupnya di dekat permukaan laut. Salah satu sifat ikan pelagis yang paling penting bagi pemanfaatan usaha perikanan yang komersil

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Tempat penelitian dan pengambilan data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang. 3.2 Alat

Lebih terperinci

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dimulai dengan penyusunan proposal dan penelusuran literatur mengenai objek penelitian cantrang di Pulau Jawa dari

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 27 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengumpulan data dilaksanakan bulan Juli-September 2007 yaitu di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menyatakan bahwa Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PUNGUTAN HASIL PERIKANAN (PHP) : STUDI KASUS PERIKANAN PURSE SEINE PELAGIS KECIL DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN

KEBIJAKAN PUNGUTAN HASIL PERIKANAN (PHP) : STUDI KASUS PERIKANAN PURSE SEINE PELAGIS KECIL DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN KEBIJAKAN PUNGUTAN HASIL PERIKANAN (PHP) : STUDI KASUS PERIKANAN PURSE SEINE PELAGIS KECIL DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN EDDY SOESANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun memiliki hak yang sama untuk mengambil atau mengeksploitasi sumberdaya didalamnya. Nelayan menangkap

Lebih terperinci

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Pengamatan Aspek Operasional Penangkapan...di Selat Malaka (Yahya, Mohammad Fadli) PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Mohammad Fadli Yahya Teknisi pada Balai

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DI DESA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DI DESA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN MASPARI JOURNAL Januari 2015, 7(1): 29-34 ANALISIS FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DI DESA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN FINANSIAL ANALYSIS OF DRIFT GILL NET IN

Lebih terperinci

C E =... 8 FPI =... 9 P

C E =... 8 FPI =... 9 P 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) bulan yang meliputi studi literatur, pembuatan proposal, pengumpulan data dan penyusunan laporan. Penelitian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

KAPAL IKAN PURSE SEINE

KAPAL IKAN PURSE SEINE KAPAL IKAN PURSE SEINE Contoh Kapal Purse Seine, Mini Purse Seine, Pengoperasian alat tangkap. DESAIN KAPAL PURSE SEINE Spesifikasi kapal ikan yang perlu di perhatikan : 1. Spesifikasi teknis : khusus

Lebih terperinci

THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE

THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE 1 THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE By Esra Gerdalena 1), Zulkarnaini 2) and Hendrik 2) Email: esragerdalena23@gmail.com 1) Students of the Faculty

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Desa Blanakan Desa Blanakan merupakan daerah yang secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian 35 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Timur, khususnya di PPP Labuhan. Penelitian ini difokuskan pada PPP Labuhan karena pelabuhan perikanan tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA 1 ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA THE ANALYSIS OF PURSE SEINE AT THE PORT OF SIBOLGA ARCHIPELAGO FISHERY TAPANULI REGENCY

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 36 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Teknik Unit penangkapan pancing rumpon merupakan unit penangkapan ikan yang sedang berkembang pesat di PPN Palabuhanratu. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang

Lebih terperinci

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun 37 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Aspek Teknis Perikanan Purse seine Aspek teknis merupakan aspek yang menjelaskan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan usaha penangkapan ikan, yaitu upaya penangkapan, alat

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap Karakteristik merupakan satu hal yang sangat vital perannya bagi manusia, karena hanya dengan karakteristik kita dapat

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

SELEKSI UNIT PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN MAJENE PROPINSI SULAWESI BARAT Selection of Fishing Unit in Majene Regency, West Celebes

SELEKSI UNIT PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN MAJENE PROPINSI SULAWESI BARAT Selection of Fishing Unit in Majene Regency, West Celebes SELEKSI UNIT PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN MAJENE PROPINSI SULAWESI BARAT Selection of Fishing Unit in Majene Regency, West Celebes Oleh: Muh. Ali Arsyad * dan Tasir Diterima: 0 Desember 008; Disetujui:

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal Ismail, Indradi 1, Dian Wijayanto 2, Taufik Yulianto 3 dan Suroto 4 Staf Pengajar

Lebih terperinci

SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT. Oleh

SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT. Oleh 1 SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh Wendy Alan 1) Hendrik (2) dan Firman Nugroho (2) Email : wendyalan@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN KEUNTUNGAN USAHA PENANGKAPAN PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN, JAWA TENGAH

ANALISIS KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN KEUNTUNGAN USAHA PENANGKAPAN PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN, JAWA TENGAH ANALISIS KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN KEUNTUNGAN USAHA PENANGKAPAN PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN, JAWA TENGAH Catch Composition and Profit Analysis of Purse Seiners in

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO BANDA ACEH PROPINSI ACEH

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO BANDA ACEH PROPINSI ACEH Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 5, No. 2, November 2014 Hal: 163-169 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO BANDA ACEH PROPINSI ACEH Analysis Financial

Lebih terperinci

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi 7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Teknologi penangkapan ikan pelagis yang digunakan oleh nelayan Sungsang saat ini adalah jaring insang hanyut, rawai hanyut

Lebih terperinci

FISHING GEAR PERFORMANCE ON SKIPJACK TUNA IN BONE BAY DISTRICT LUWU

FISHING GEAR PERFORMANCE ON SKIPJACK TUNA IN BONE BAY DISTRICT LUWU FISHING GEAR PERFORMANCE ON SKIPJACK TUNA IN BONE BAY DISTRICT LUWU Akmaluddin 1, Najamuddin 2 dan Musbir 3 1 Universitas Muhammdiyah Makassar 2,3 Universitas Hasanuddin e-mail : akmalsaleh01@gmail.com

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28 Jurnal perikanan dan kelautan 17,2 (2012): 28-35 ANALISIS USAHA ALAT TANGKAP GILLNET di PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum aktivitas perikanan tangkap di Indonesia dilakukan secara open access. Kondisi ini memungkinkan nelayan dapat bebas melakukan aktivitas penangkapan tanpa batas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan PENDAHULUAN Latar Belakang Kotamadya Medan merupakan salah satu daerah penghasil ikan di Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan penghasil ikan yang produktif di daerah ini ialah Kecamatan Medan Belawan. Kecamatan

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA Pengaruh Lampu terhadap Hasil Tangkapan... Pemalang dan Sekitarnya (Nurdin, E.) PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA Erfind Nurdin Peneliti

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU 1 EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU Oleh Safrizal 1), Syaifuddin 2), Jonny Zain 2) 1) Student of

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP DOGOL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) UJUNG BATU JEPARA

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP DOGOL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) UJUNG BATU JEPARA ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP DOGOL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) UJUNG BATU JEPARA Finansial Feasibility Study of Danish Seine Fishing in Fish Landing Center Ujung Batu Melina

Lebih terperinci

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI 131 8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI 8.1 Pendahuluan Mewujudkan sosok perikanan tangkap yang mampu mempertahankan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA) Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/btl e-mail:btl.puslitbangkan@gmail.com BULETINTEKNIKLITKAYASA Volume 15 Nomor 2 Desember 2017 e-issn: 2541-2450 BEBERAPA JENIS PANCING

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA JARING INSANG HANYUT (Drift Gill Net) TAMBAT LABUH KAPAL DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

ANALISIS USAHA JARING INSANG HANYUT (Drift Gill Net) TAMBAT LABUH KAPAL DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA ANALISIS USAHA JARING INSANG HANYUT (Drift Gill Net) TAMBAT LABUH KAPAL DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA BUSINESS ANALYSIS DRIFT GILL NETS MOORING FISHING VESSEL

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENANGKAPAN IKAN DENGAN ALAT TANGKAP DRIFT GILLNET DI KECAMATAN TOBOALI KABUPATEN BANGKA SELATAN BANGKA BELITUNG

ANALISIS FINANSIAL PENANGKAPAN IKAN DENGAN ALAT TANGKAP DRIFT GILLNET DI KECAMATAN TOBOALI KABUPATEN BANGKA SELATAN BANGKA BELITUNG MASPARI JOURNAL Juli 2015, 7(2):19-24 ANALISIS FINANSIAL PENANGKAPAN IKAN DENGAN ALAT TANGKAP DRIFT GILLNET DI KECAMATAN TOBOALI KABUPATEN BANGKA SELATAN BANGKA BELITUNG FINANCIAL ANALYSIS OF FISHING CAPTURE

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU PUSPITA SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth

TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gillnet) Gillnet adalah jaring dengan bentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek

Lebih terperinci

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN)

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN) PURSE SEINE (PUKAT CINCIN) Guru Pengampu: ADZWAR MUDZTAHID TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN SMK NEGERI 3 TEGAL Hal-1 METODE PENANGKAPAN DAN ALAT TANGKAP PUKAT CINCIN (PURSE SEINE) PENDAHULUAN P ukat cincin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia

TINJAUAN PUSTAKA. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Perkembangan Purse Seine Purse seine pertama kali dipatenkan atas nama Barent Velder dari Bergent, Norwegia pada tanggal 12 Maret 1858. Tahun 1860 alat tangkap ini diperkenalkan

Lebih terperinci

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN: GAYA EXTRA BOUYANCY DAN BUKAAN MATA JARING SEBAGAI INDIKATOR EFEKTIFITAS DAN SELEKTIFITAS ALAT TANGKAP PURSE SEINE DI PERAIRAN SAMPANG MADURA Guntur 1, Fuad 1, Abdul Rahem Faqih 1 1 Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN PAYANG JABUR (Boat Seine) DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI ASEMDOYONG KABUPATEN PEMALANG

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN PAYANG JABUR (Boat Seine) DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI ASEMDOYONG KABUPATEN PEMALANG ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN PAYANG JABUR (Boat Seine) DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI ASEMDOYONG KABUPATEN PEMALANG Analysis of Financial Feasibility of Fishing Effort (Boat Seine) at the

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL ALAT TANGKAP JARING CUMI DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA

ANALISIS FINANSIAL ALAT TANGKAP JARING CUMI DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA ANALISIS FINANSIAL ALAT TANGKAP JARING CUMI DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA Bima Muhammad Rifan*, Herry Boesono, Trisnani Dwi Hapsari Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Perikanan adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau budidaya ikan atau binatang air lainnya serta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gill net) Jaring insang (gill net) yang umum berlaku di Indonesia adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT. Oleh : Universitas Bung Hatta Padang

STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT. Oleh : Universitas Bung Hatta Padang STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT Oleh : Sabar Jaya Telaumbanua ) Suardi ML dan Bukhari 2) ) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kota Jakarta Utara 4.1.1 Letak geografis dan topografi Jakarta Utara Muara Angke berada di wilayah Jakarta Utara. Wilayah DKI Jakarta terbagi menjadi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Lambada Lhok Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar, Pemerintah Aceh. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis masalah Kemiskinan dan Ketimpangan pendapatan nelayan di Kelurahan Bagan Deli dan

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan

5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan 5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan Spesifikasi ketiga buah kapal purse seine mini yang digunakan dalam penelitian ini hampir sama antara satu dengan yang lainnya. Ukuran kapal tersebut dapat dikatakan

Lebih terperinci

Pujianto *), Herry Boesono, Dian Wijayanto

Pujianto *), Herry Boesono, Dian Wijayanto ANALISIS KELAYAKAN USAHA ASPEK FINANSIAL PENANGKAPAN MINI PURSE SEINE DENGAN UKURAN JARING YANG BERBEDA DI PPI UJUNGBATU KABUPATEN JEPARA Feasibility Study Analysis Financial Aspect to Marine Fisheries

Lebih terperinci

Produktivitas dan Kelayakan Usaha Bagan Perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara

Produktivitas dan Kelayakan Usaha Bagan Perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara Produktivitas dan Kelayakan Usaha Bagan Perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara 1,2 Frengky Amrain, 2 Abd. Hafidz Olii, 2 Alfi S.R. Baruwadi frengky_amrain@yahoo.com

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian 27 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini didahului dengan penelitian awal dan survei lapangan di PPN Kejawanan, Kota Cirebon, Jawa Barat pada awal bulan Maret 2012. Selanjutnya

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA PERIKANAN PAJEKO DI TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA

KELAYAKAN USAHA PERIKANAN PAJEKO DI TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA KELAYAKAN USAHA PERIKANAN PAJEKO DI TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA Feasibility effort of Fisheries, in North Halmahera Regency J Deni Tonoro 1, Mulyono S. Baskoro 2, Budhi H. Iskandar 2 Abstract The

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di sub-sektor perikanan tangkap telah memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan naiknya produksi

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP PAYANG DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN

ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP PAYANG DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP PAYANG DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN Technical and Financial Analysis of Payang Fisheries Business in Coastal

Lebih terperinci

KAJIAN UNIT PENANGKAPAN PURSE SEINE DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI INDRAMAYU

KAJIAN UNIT PENANGKAPAN PURSE SEINE DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI INDRAMAYU KAJIAN UNIT PENANGKAPAN PURSE SEINE DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI INDRAMAYU PROGRAM STUD1 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

KAJIAN KECEPATAN KAPAL PURSE SEINER TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN PROBOLINGGO

KAJIAN KECEPATAN KAPAL PURSE SEINER TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN PROBOLINGGO KAJIAN KECEPATAN KAPAL PURSE SEINER TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN PROBOLINGGO Ali Muntaha 1, Soemarno 2, Sahri Muhammad 3, Slamet Wahyudi 4 1 Jurusan PSPK Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauaan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.499 pulau dan memiliki garis pantai sekitar 81.000 km. Berdasarkan kondisi geografis Indonesia

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2010. Pengambilan data lapangan dilakukan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, sejak 21 Juli

Lebih terperinci

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pancing Ulur Pancing Ulur (Gambar 2) merupakan salah satu jenis alat penangkap ikan yang sering digunakan oleh nelayan tradisional untuk menangkap ikan di laut. Pancing Ulur termasuk

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data 13 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data lapang penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011. Tempat penelitian berada di dua lokasi yaitu untuk kapal fiberglass di galangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN JARING INSANG TETAP DAN BUBU DI KECAMATAN MEMBALONG KABUPATEN BELITUNG

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN JARING INSANG TETAP DAN BUBU DI KECAMATAN MEMBALONG KABUPATEN BELITUNG ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN JARING INSANG TETAP DAN BUBU DI KECAMATAN MEMBALONG KABUPATEN BELITUNG Dwi Siskawati, Achmad Rizal, dan Donny Juliandri Prihadi Universitas Padjadjaran Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi 93 6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu Unit penangkapan bagan yang dioperasikan nelayan di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar berukuran panjang lebar tinggi adalah 21 2,10 1,8 m, jika dibandingkan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti suatu usaha perubahan dari suatu yang nilai kurang kepada sesuatu yang nilai baik. Menurut

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelayakan Bisnis 2.2 Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelayakan Bisnis 2.2 Perikanan Tangkap 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang suatu kegiatan investasi yang dilaksanakan dapat memberikan manfaat atau tidak. Studi kelayakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

Kesesuaian ukuran soma pajeko dan kapalnya di Labuan Uki Kabupaten Bolaang Mongondow

Kesesuaian ukuran soma pajeko dan kapalnya di Labuan Uki Kabupaten Bolaang Mongondow Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(3): 93-97, Juni 2013 ISSN 2337-4306 Kesesuaian ukuran soma pajeko dan kapalnya di Labuan Uki Kabupaten Bolaang Mongondow The suitability of purse seine and

Lebih terperinci

1) The Student at Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Riau.

1) The Student at Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Riau. THE COMPOSITION OF PURSE SEINE DURING THE DAY AND AT NIGHT IN THE SASAK JORONG PASA LAMO RANAH PASISIE, DISTRICT WEST PASAMAN, WEST SUMATERA PROVINCE BY : Agus Muliadi 1), ParengRengi, S.Pi, M.Si 2), and

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO Teknik Penangkapan Ikan Pelagis Besar... di Kwandang, Kabupaten Gorontalo (Rahmat, E.) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan dilakukan selama 6 bulan dari Bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Purse Seine Jenis-jenis purse seine

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Purse Seine Jenis-jenis purse seine 8 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Purse Seine Brandt (1984) mengatakan bahwa purse seine merupakan alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis yang berada di sekitar permukaan air. Purse seine

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah laut Indonesia terdiri dari perairan teritorial seluas 0,3 juta km 2, perairan laut Nusantara seluas 2,8 juta km 2 dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Alat Tangkap 5.1.1 Penangkapan ikan pelagis besar Unit penangkapan ikan pelagis besar di Kabupaten Aceh Jaya pada umumnya dilakukan oleh nelayan dengan menggunakan alat penangkapan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi lestari perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dengan

Lebih terperinci

KERAGAAN UNIT PENANGKAPAN BAGAN APUNG DI PPN PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT FAHRUL ROZI

KERAGAAN UNIT PENANGKAPAN BAGAN APUNG DI PPN PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT FAHRUL ROZI KERAGAAN UNIT PENANGKAPAN BAGAN APUNG DI PPN PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT FAHRUL ROZI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN) BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN) 2.1 Potensi dan Usaha Perikanan di Indonesia 2.1.1 Perikanan dan Potensi Indonesia Berdasarkan UU. No 31 tahun 2004. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

Harry Kurniawan 1), Ir. Arthur Brown, M.Si 2), Dr. Pareg Rengi, S.Pi, M.Si 2) ABSTRAK

Harry Kurniawan 1), Ir. Arthur Brown, M.Si 2), Dr. Pareg Rengi, S.Pi, M.Si 2)   ABSTRAK KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN PUKAT TERI (PURSE SEINE) SEBELUM DAN SESUDAH TENGAH MALAM DI DESA KWALA GEBANG KECAMATAN GEBANG KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA Harry Kurniawan 1), Ir. Arthur Brown,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Lebih terperinci

Jaring Angkat

Jaring Angkat a. Jermal Jermal ialah perangkap yang terbuat dari jaring berbentuk kantong dan dipasang semi permanen, menantang atau berlawanlan dengan arus pasang surut. Beberapa jenis ikan, seperti beronang biasanya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Unit Penangkapan Jaring Rajungan dan Pengoperasiannya Jaring rajungan yang biasanya digunakan oleh nelayan setempat mempunyai kontruksi jaring yang terdiri dari tali ris

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2006), pelabuhan perikanan sebagai pelabuhan khusus adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan wilayah

Lebih terperinci