HUBUNGAN PENDAMPING DENGAN KORBAN KDRT DALAM USAHA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN PENDAMPING DENGAN KORBAN KDRT DALAM USAHA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN"

Transkripsi

1 HUBUNGAN PENDAMPING DENGAN KORBAN KDRT DALAM USAHA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN Ramos Andrew Ondihon Simanjuntak UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA ABSTRAK Fenomena gunung es pada kasus-kasus KDRT dapat terjadi karena perempuan yang menjadi korban KDRT seringkali tidak mengetahui harus berbuat apa. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan antara pendamping dengan korban KDRT dalam usaha memberdayakan korban. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus yang menekankan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara. Penelitian memperlihatkan proses hubungan antara pendamping dengan korban KDRT dalam usaha pemberdayaannya. Hubungan yang terbentuk dapat berlangsung cepat hingga ke daerah yang lebih bersifat pribadi, akan tetapi hubungan tersebut tidak langsung menjadi dalam dan stabil. Kata kunci: Hubungan. Pemberdayaan. Perempuan. PENDAHULUAN Permasalahan gender di Indonesia merupakan permasalahan yang abadi, karena permasalahan tersebut telah ada sejak jaman penjajahan hingga sekarang yang telah mulai adanya pergerakan-pergerakan persetaraan gender. Gender sebenarnya bukanlah hanya berarti sebagai jenis kelamin ( sex), menurut Mansour Fakih, gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum perempuan dan laki-laki, yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural (Fakih, 1997:7). Konsep yang ada mengenai gender sangat berbeda dengan konsep jenis kelamin yang lebih melihat pada anatomi biologi manusia, konsep gender lebih berkaitan dengan dua hal, yaitu feminimitas dan maskulinitas. Menurut baron gender merupakan sebagian dari konsep diri yang melibatkan identifikasi individu sebagai seorang laki-laki atau perempuan (Baron, 2000:188). Salah satu permasalahan gender dalam ruang lingkup keluarga adalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). KDRT merupakan salah satu dari pelanggaran HAM dan juga pendiskriminasian terhadap gender. Elli Nur Hayati dalam tulisannya yang terdapat 20 dalam buku Menggugat Harmoni mengatakan bahwa KDRT adalah suatu batasan yang merujuk kepada kekerasan yang terjadi dalam lokus rumah tangga atau biasa dikenal sebagai keluarga. Arti KDRT menurut Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2004 pasal 1 ayat 1, menyebutkan: Setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikologis dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (Sumber UU No 23 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat 1). Salah satu penyebab perempuan sering menjadi korban KDRT, karena adanya pemikiran dari masyarakat pada umumnya yang menganggap perempuan adalah lemah dan inferior. Pola pemikiran seperti itulah yang membuat perempuan menjadi kurang dianggap keberadaannya, sehingga seringkali kaum perempuan menjadi sasaran KDRT. Kaum perempuan sering tidak berdaya dalam menghadapi penindasan tersebut.

2 Ketidakberdayaan tersebut telah terjadi secara turun-temurun karena adanya budaya patriarki. Patriarki adalah tata kekeluargaan yang sangat mementingkan garis keturunan bapak (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:654). Dalam pengartian yang hanya menarik garis keturunan bapak sangat terlihat sekali, bahwa laki-laki adalah yang lebih penting dari pada perempuan. Budaya patriarki mengakibatkan ketimpangan dalam gender dan ketimpangan tersebut membuat perempuan menjadi tidak berdaya. Dalam kebudayaan jawa, yang masyarakatnya sangat menganut adat dan budaya, banyak sekali peraturan-peraturan yang tidak adil dalam mengatur perempuan dan laki-laki. Masyarakat jawa menempatkan perempuan sebagai the second sex. Data statistik dari Mitra Perempuan Women s Crisis Centre pada tahun 2011 ada 90,43% dari 209 pengadu merupakan kasus-kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di wilayah Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok, Bogor dan wilayah lainnya. Suami korban merupakan pelaku tertinggi (75,60%), kemudian pacar (9,09%) dan sisanya orangtua, anak, atau saudara/kerabat. ( k-catatantahunan/2012/01/ 03/tahun-2011-statistikkekerasan-terhadapperempuan-mitra-perempuanwcc/ diakses pada 15 April ). 21 Pada tahun 2012 Badan Pemberdayaan Masyarat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Bapermas P2AKB) solo telah menangani 80 kasus KDRT. Jumlah tersebut meningkat 10% dari tahun sebelumnya. ( /10/31/kasus-kdrt-di-soloterus-meningkat diakses pada 15 April ). Jumlah kasus tersebut hanya yang didampingi oleh Bapermas P2AKB Solo. Dan masih banyak kasus KDRT yang ditangani oleh Yayasan, LBH (Lembaga Bantuan Hukum), komunitas-komunitas peduli perempuan, seperti ATMA dan Spek-HAM yang masih belum terdata. Selain itu problem KDRT merupakan fenomena gunung es, yang memiliki arti jumlah korban KDRT yang tidak berani melapor bisa lebih banyak dari yang melapor, sehingga jumlah kasus KDRT yang sesungguhnya masih bisa lebih banyak lagi. Yayasan ATMA sudah melakukan pemberdayaan kepada masyarakat luas pada umumnya dan korban-korban pelanggaran HAM pada khususnya. Pemberdayaan tersebut berupa training, diskusi, pendampingan dalam bentuk litigasi dan non-litigasi, sosialisasi, kampanye, penerbitan buku-buku yang memberikan pengetahuan mengenai HAM. Program-program yang dilakukan ATMA terkait dengan pemberdayaan perempuan adalah pendampingan hukum bagi Anak, perempuan dan masyarakat tidak mampu serta pendampingan dan pemberdayaan perempuan di Eks karesidenan Surakarta. Pendampingan dan pemberdayaan tersebut dengan cara membuat suatu komunitas-komunitas perempuan dan memberikan advokasi. Komunitas-komunitas perempuan yang telah dibentuk berada di daerah-daerah eks karesidenan Surakarta, seperti boyolali dan wonogiri. Komunitas tersebut diharapkan dapat membantu ataupun mengajak perempuan untuk mendapatkan kesetaraan gender dan memperjuangkan haknya. Pendamping dari KPBH ATMA yang merupakan komunikator mempersiapkan pesan-pesan untuk membantu mengatasi permasalahan-permasalahan hukum dari kliennya yang merupakan korban KDRT. Proses penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan merupakan proses komunikasi. Proses komunikasi yang terjadi antara

3 pendamping dari ATMA dengan korban dan sebaliknya adalah usaha pemberdayaan kesetaraan gender, proses-proses komunikasi tersebut penting karena peneliti melihat dari proses-proses komunikasi yang terjadi secara berulang-ulang dapat menjadi suatu pola komunikasi yang digunakan dalam membantu korban KDRT. Proses komunikasi dalam usaha pemberdayaan perempuan tersebut menjadi menarik, karena seorang perempuan mampu mengemukakan permasalahan rumah tangganya yang merupakan permasalahan pribadi atau private adalah hal yang sangat luar biasa. Kemudian dari proses komunikasi tersebut seorang perempuan mampu menembus barrier-barrier yang ada, seperti budaya patriarki dan tanggapan khalayak luas mengenai permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam rumah tangga dan menjadi berdaya untuk mengatasi permasalahan KDRT melalui jalur-jalur yang ada, baik jalur hukum ataupun dengan jalur kekeluargaan. Peneliti akan meneliti pola komunikasi yang terjadi antara komunikator dan komunikan, yang membentuk suatu hubungan melalui studi kasus di KPBH ATMA. Peneliti menggunakan studi kasus, karena kasus yang akan diteliti menarik seperti yang telah peneliti tuliskan pada paragraf-paragraf sebelumnya. Peneliti memilih melakukan studi kasus di KPBH ATMA, karena ATMA merupakan salah satu kantor pelayanan bantuan hukum yang sudah berdiri sejak lama dan masih dapat bertahan sampai sekarang, kemudian KPBH ATMA dari pertama kali berdiri sampai sekarang tetap menjadi badan non-profit yang melayani masyarakat dengan fokus isu yang diangkat selalu HAM dan demokrasi. Karena telah lama berdiri dan fokus isu yang diangkat tidak pernah berubah, maka KPBH ATMA telah memiliki pengalaman yang sangat banyak dalam penanganan kasus-kasus HAM. Selain itu KPBH ATMA memiliki hubungan kerjasama yang luas, baik dari dalam negeri ataupun luar negeri. KPBH ATMA juga memiliki wilayah kerja yang cukup luas, untuk wilayah Surakarta meliputi Sragen, 22 Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri, Klaten, Boyolali dan Solo. Selain wilayah Surakarta, ATMA juga melayani di Pati, Lampung, Sumba, Kalimantan. Pengalaman yang dimiliki oleh KPBH ATMA dari sisi komunikasi dapat diteliti, karena hal tersebut merupakan proses komunikasi. Proses komunikasi yang terjadi adalah mengenai usaha KPBH ATMA dalam menangani kasus HAM, khususnya pada kasus perempuan yang mengalami KDRT. Setelah itu mediasi ataupun edukasi yang dilakukan oleh KPBH ATMA kepada khalayak, terutama bagi masyarakat yang masih belum mengerti mengenai hukum dan HAM, juga merupakan proses komunikasi yang terjadi antara komunikator kepada komunikan. Kesimpulan yang ditemukan oleh peneliti belum tentu dapat ditarik atau digunakan secara umum, karena penelitian yang dilakukan peneliti hanya pada KPBH ATMA. Komunikasi merupakan suatu proses relasional yang menciptakan dan menginterpretasi pesan yang memperoleh respon (Griffin, 2009 : 6). Maka proses pengiriman pesan akan dianggap menjadi suatu komunikasi, apabila pesan yang dikirimkan memperoleh respon. Individu yang mengirimkan pesan disebut komunikator dan yang menerima pesan disebut komunikan. Dalam berkomunikasi setiap orang dapat menerima pesan, mengartikan pesan yang diterima dan memberikan respon terhadap pesan tersebut. Respon terhadap pesan yang diterima berdasarkan interpretasi terhadap pesan tersebut. Sehingga interpretasi terhadap pesan yang diterima oleh setiap orang dapat berbeda, tergantung dari informasi yang dimiliki oleh komunikan terhadap pesan tersebut. Mulyana (2005 : 69) mengatakan bahwa komunikasi tidak berlangsung dalam suatu ruang hampa-sosial melainkan dalam konteks atau situasi tertentu. Konteks tersebut terdiri dari empat aspek, yaitu: aspek pertama adalah aspek fisik, atau lingkungan/keadaan

4 sekitar yang mempengaruhi komunikasi berlangsung, seperti cuaca dan ruangan. Aspek kedua adalah aspek psikologis, kondisi dan perilaku psikologis dari komunikan yang mempengaruhi komunikasi, seperti emosi dan sikap. Aspek ketiga adalah aspek sosial, seperti norma kelompok, nilai sosial dan budaya. Aspek keempat adalah aspek waktu kapan berkomunikasi. Keempat aspek tersebut dapat mempengaruhi interpretasi seseorang dalam mengartikan pesan. Ciri-ciri komunikasi interpersonal adalah arus pesan cenderung dua arah, konteks komunikasi adalah tatap muka, tingkat respon atau umpan balik yang tinggi, kemampuan untuk mengatasi tingkat selektivitas sangat tinggi, kecepetan untuk menjangkau sasaran yang besar sangat lamban dan efek yang terjadi antara lain perubahan sikap (Liliweri, 1997:12). Sedangkan menurut DeVito (1997 : 259) komunikasi interpersonal memiliki lima unsur, yaitu: keterbukaan ( openess), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif ( positiveness), dan kesetaraan (equality). Komunikasi interpersonal menurut Jalaludin Rakhmat (1994) dipengaruhi oleh empat hal, yaitu: persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal, dan hubungan interpersonal. Persepsi interpersonal adalah memberikan makna pada stimulus yang diterima oleh indera atau menafsirkan informasi indera yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, karena seorang pelaku komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibatkan kegagalan komunikasi. Hubungan interpersonal adalah hubungan antara komunikator dengan komunikan. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad keterbukaan pelaku komunikasi untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga 23 makin efektif komunikasi yang berlangsung. Memahami proses komunikasi interpersonal menuntut hubungan simbiosis antara komunikasi dan perkembangan relasional, dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut (Miller, 1976). Teori penetrasi sosial dipopulerkan oleh Irwin Altman & Dalmas Taylor pada tahun Teori penetrasi sosial menyatakan bahwa berkembangnya hubungan-hubungan itu mulai dari tingkatan yang paling dangkal, yaitu mulai dari tingkatan yang bukan inti menuju ke tingkatan yang terdalam atau tingkatan yang lebih bersifat pribadi. Menurut teori penetrasi sosial terdapat tiga level hubungan, yaitu: awal hubungan ( artificial level), hubungan dalam proses (intimate level), hubungan yang lebih intim ( very intimate level). Altman & Taylor menggunakan contoh bawang dalam mengibaratkan manusia. Bawang terdiri dari beberapa layer, begitupun manusia memiliki beberapa lapisan kepribadian. Ketika seseorang memulai suatu interaksi dalam hubungan, maka mereka akan saling mengelupasi lapisan-lapisan informasi mengenai diri masing-masing. Kedalaman dan keluasan suatu hubungan dianggap penting oleh teori penetrasi sosial. Hal tersebut berarti dalam suatu hubungan interpersonal, mungkin dalam beberapa hal tertentu yang bersifat pribadi bisa sangat terbuka kepada seseorang yang dekat. Akan tetapi bukan berarti yang dibuka semua tentang hal pribadi. Jadi hanya membuka beberapa tentang hal yang pribadi, dan hal lain yang dianggap sangat penting tidak serta merta dibuka secara langsung. Karena hanya ada satu area saja yang terbuka bagi pihak lain, maka hal ini menggambarkan suatu situasi di mana hubungan yang terjadi bersifat mendalam tapi tidak meluas ( depth without breadth), sedangkan kebalikannya bersifat meluas tetapi tidak mendalam (breadth without depth). Sifat hubungan terebut mungkin terjadi pada hubungan interpersonal yang biasa-biasa saja.

5 Ketika hubungan interpersonal telah menjadi intim makan akan memiliki sifat yang dalam dan luas. Altman &Taylor melihat pemikiran John Thibaut dan Harold Kelley mengenai pengembangan hubungan melalui prinsip ekonomi, yaitu teori pertukaran sosial ( social exchange theory). Pertukaran sosial adalah perilaku hubungan dan status diatur oleh kedua belah pihak evaluasi dari penghargaan dan biaya interaksi dirasakan oleh kedua belah pihak. Hal yang penting dalam pertukaran sosial adalah relational outcomes, relational satisfaction, dan relational stability (Griffin. 2009:117). Menurut teori pertukaran sosial, manusia sebenarnya kesulitan dalam memprediksikan keuntungan yang akan didapatkan dari suatu hubungan dengan orang lain. Karena secara psikologis, keuntungan merupakan tolak ukur yang berbeda dari tiap orang. Dalam teori pertukaran sosial terdapat dua hal yang dijadikan perbandingan dalam mengevaluasi suatu hubungan interpersonal, yaitu: kepuasan relatif/level perbandingan dan level perbandingan alternatif. Teori pengurangan ketidakpastian memiliki fokus utama mengenai cara-cara individu memperhatikan lingkungan sosial mereka dan lebih mengenal diri mereka juga orang lain melalui sebuah interaksi. Pada saat awal memulai hubungan dengan orang asing, akan muncul rasa tertarik dan akan berusaha memahami pengalaman komunikasi mereka. Setelah rasa ketertarikan muncul, maka akan ada proses pengumpulan informasi yang terjadi karena ketidakpastian tergantung pada apa diketahui orang tersebut terhadap orang lain yang diajak berkomunikasi. Dalam proses pengumpulan informasi akan diketahui segala informasi yang dapat dikumpulkan mengenai seseorang yang dikenal, ketika informasi tersebut benar, maka tingkat kecemasan akan ketidakpastian akan berkurang. Hal tersebut akan memberikan dampak langsung terhadap hubungan, yaitu hubungan menjadi terus berlanjut. Tetapi apabila tingkat kecemasan tetap tidak berkurang, karena kurangnya informasi terhadap orang yang dikenal, maka akan menimbulkan perasaan tidak nyaman terhadap orang tersebut. Dan ketika hal tersebut terus berlanjut, akan mengakibatkan tingkat kecemasan terlalu tinggi, maka orang yang melakukan hubungan akan menghindari komunikasi Charles R. Berger (1988) mengajukan beberapa aksioma untuk menjelaskan hubungan antara konsep ketidakpastian dengan delapan variabel kunci dari mengembangkan hubungan. Kedelapan variabel tersebut adalah: verbal communication, nonverbal warmth, information seeking, self-disclosur, reciprocity, similiarity, liking, dan shared networks. METODE PENELITIAN Subjek penelitian studi kasus dari penelitian ini adalah kasus outlier, karena kasus yang diteliti merupakan kasus yang istimewa dan menyimpang. Subjek penelitiannya adalah pendamping atau pembela atau pengacara yang bekerja di KPBH ATMA dan juga yang menangani kasus berbasis gender khususnya kasus KDRT. Subjek penelitian yang lain adalah korban dari kasus berbasis gender khususnya kasus KDRT yang ditangani oleh KPBH ATMA. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara mendalam dengan subjek penelitian, yaitu: pendamping atau pembela atau pengacara yang bekerja di KPBH ATMA dan juga yang menangani kasus berbasis gender khususnya kasus KDRT dan korban dari kasus berbasis gender khususnya kasus KDRT yang ditangani oleh KPBH ATMA. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data dan peer review. Menurut HB. Sutopo (2006:92) trianggulasi data merupakan cara yang paling umum dipergunakan untuk peningkatan validitas dalam penelitian kualitatif. Trianggulasi merupakan teknik 24

6 menarik kesimpulan yang mantap, yang mengharuskan cara pandang yang tidak hanya satu, harus memiliki dasar pola pemikiran fenomenologis yang bersifat multiperspektif. Penggunaan trianggulasi data mengharuskan peneliti untuk menggunakan beragam sumber data, metode, pewawancara dan teori demi mendapatkan data yang otentik. Selain menggunakan trianggulasi data, peneliti akan menggunakan peer review untuk melakukan validitas data. Pada peer review, peneliti akan meminta informan untuk mengecek dan mendapat masukan selama penelitian berlangsung. Review atau member check merupakan tindakan yang dilakukan pada saat wawancara dan pada akhir wawancara berlangsung, dimana peneliti secara garis besar mengulangi apa yang telah dikatakan oleh informan dengan maksud agar dia dapat memperbaiki pernyataannya apabila ada kekeliruan atau menambah apa yang masih kurang (Moleong, 2007: ). HASIL DAN PEMBAHASAN Setiap manusia memiliki kepentingan yang berbeda dalam berkomunikasi. Menurut Abraham Maslow (dalam Wood, 2010:11), kita berkomunikasi untuk memenuhi kisaran dari kebutuhan manusia. Kebutuhan dasar harus terpenuhi terlebih dahulu, baru kemudian dapat fokus dalam kebutuhan yang lebih abstrak. Begitupun juga dalam komunikasi antarpribadi yang terbentuk antara pendamping dengan klien dan antara klien dengan pendamping. Komunikasi mereka terbentuk, karena kebutuhan yang berbeda di antara mereka. Seorang klien yang merupakan korban dari KDRT, memiliki kebutuhan dasar agar dapat terbebas dari permasalahan yang menimpa rumah tangganya. Sedangkan seorang pendamping memiliki keinginan untuk dapat membantu, karena merupakan bagian dari pekerjaannya dan selain itu adanya perasaan empati yang keluar dari dalam lubuk hati para pendamping. Komunikasi yang terjadi antara pendamping dengan korban KDRT, 25 merupakan komunikasi antarpribadi. Karena hubungan arus pesan yang terkandung didalamnya cenderung dua arah. Pendamping dengan korbanpun sering berkomunikasi secara tatap muka, sehingga tingkat respon satu dengan yang lainnya sangat tinggi. Proses komunikasi yang terjadi tidaklah hanya sekali ataupun dua kali saja, melainkan memiliki proses dan waktu yang berbeda disetiap kasusnya, sehingga akan membentuk suatu pola komunikasi. Membangun komunikasi antarpribadi antara pendamping dengan korban KDRT harus memiliki beberapa unsur, seperti empati, sikap mendukung, sikap positif, kesetaraan dan keterbukaan. Empati merupakan dasar sikap yang harus dimiliki oleh seorang pendamping, karena dengan empati pendamping dapat mengetahui apa yang sedang dialami oleh korban KDRT, melalui sudut pandang korban tersebut. Sangatlah penting untuk membangun empati, agar dapat membantu korban menyelesaikan masalahnya, karena empati bukanlah hanya rasa kasihan semata, tetapi juga ikut mengajak korban bergerak dan berusaha menyelesaikan permasalahan KDRT dengan kemampuannya. Pendamping maupun korban samasama mengatakan perlu adanya kejujuran atau keterbukaan ketika memberikan informasi. Bagi pendamping, keterbukaan yang ada lebih banyak mengenai proses hukum yang harus dilalui. Sedangkan bagi korban keterbukaan yang ada lebih mengenai informasi yang telah terjadi pada dirinya. Keterbukaan ini lebih sulit, karena informasi yang akan dibagikan oleh korban berada di daerah private, sehingga terkadang korban sendiri merasa malu akan pandangan orang lain mengenai kasus yang terjadi, atau bahkan korban merasa takut terhadap efek yang akan terjadi pada kehidupannya. Peran dari komunikator dan komunikan sangat dibutuhkan agar pemberdayaan tercapai. Agar dapat mencapai suatu tahapan yang dapat masuk ke daerah yang private dibutuhkan proses dan kemampuan dari pendamping selaku

7 komunikator untuk memperoleh kepercayaan dari korban selaku komunikan. Hubungan antarpribadi digambarkan memiliki lapisan-lapisan. Hubungan antara pendamping dengan korban KDRT juga melalui lapisan-lapisan yang ada. Ketika pertama kali bertemu, hubungan antara pendamping dengan korban KDRT akan membuka tahap orientasi sebagai lapisan pertama dengan sangat cepat, pendamping perlu menanyakan biodata secara singkat sebagai data. Hal tersebut sebagai data awal, apabila berkas kasus dari korban mulai ditangani oleh pendamping dari ATMA. Proses komunikasi antara pendamping dengan korban akan melewati tahap orientasi dengan cepat, dan bahkan terkadang tidak melalui tahapan pertukaran afektif-eksploratif. Karena pada tahapan ini, informasi yang diberikan berada dilapisan yang biasanya berupa kesenangan ataupun hobi, dan informasi tersebut tidak berhubungan dekat dengan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung proses dari kasus KDRT. Lapisan ketiga yang merupakan tahap pertukaran afektif, menjadi titik awal dalam penggalian informasi yang dibutuhkan oleh pendamping. Karena pada tahapan pertukaran afektif, pelaku komunikasi mulai berani membuka diri dengan informasi yang lebih pribadi. Korban KDRT untuk dapat menceritakan kasus KDRT yang dialaminya, membutuhkan suatu keberanian yang luar biasa, karena kasus yang korban alami berhubungan erat dengan kehidupan pribadi dari korban. Korban KDRT agar dapat menceritakan runtutan kejadian kepada pendamping, dibutuhkan kepercayaan diantara mereka. Pendamping untuk dapat membuka lapisan pertukaran afektif, harus mampu membuat korban KDRT percaya kepada mereka. Proses kepercayaan tersebut harus dapat terbentuk dalam waktu yang cepat, agar dapat membantu menyelesaikan kasus secara cepat. Meskipun telah mencapai pada tahapan pertukaran afektif, pada awal hubungan proses 26 komunikasi antara pendamping dengan korban KDRT tidak sepenuhnya lancar, dan bahkan tidak jarang korban KDRT dalam bercerita tidak terbuka sepenuhnya, atau menceritakan secara tidak urut, sehingga informasi yang disampaikan tidak utuh. Cepatnya perpindahan dari tiap tahapan, sebenarnya tidak terjadi secara tibatiba, melainkan karena ada faktor pendorong dari percepatan tersebut. Faktor pendorong merupakan orang yang sudah sangat dipercaya oleh korban KDRT, ataupun suatu badan yang benar-benar telah dinilai oleh masyarakat luas dapat membantu korban KDRT. Sehingga faktor pendorong tersebut dapat membuat korban KDRT memberikan kepercayaannya kepada pendamping dari ATMA, untuk membantunya menyelesaikan kasus KDRT. Penulis menemukan dua faktor pendorong, yang dapat membantu korban KDRT, menjadi lebih cepat percaya kepada pendamping. Pertama adalah orang-orang terdekat dari korban sendiri, biasanya korban mempunyai teman yang telah mencapai di tahapan hubungan yang stabil. Korban dan temannya telah lama berhubungan, dan pertukaran informasi diantara mereka sudah mencapai di tahapan yang paling dalam, sehingga korban dapat bercerita mengenai permasalahannya, walaupun letak permasalahannya ada di area yang pribadi. Selain teman dekat, bisa juga dari pihak keluarga yang membantu korban untuk menyelesaikan kasusnya. Korban KDRT biasanya telah mendapatkan motivasi dan saran dari yang mengarahkan ke ATMA. Korban telah memiliki tujuan dan pilihannya ketika mendatangi ATMA, berdasarkan saransaran yang telah diterimanya. Meskipun demikian, pendamping dari ATMA tetaplah memberikan penjelasan yang lebih detail mengenai penanganan kasus KDRT. Hubungan antara pendamping dengan korban KDRT tidak semua menjadi hubungan yang stabil, maka proses komunikasi mereka tidak semuanya mencapai pada tahapan

8 keempat. Hal tersebut dapat disebabkan berbagai hal, seperti jarak yang jauh dari kantor ATMA, sehingga pendamping ataupun korban menjadi jarang bertemu dan berkomunikasi setelah kasus selesai, atau kesibukan sendiri-sendiri yang mengakibatkan jarangnya berkomunikasi. Pendamping dari ATMA memiliki batasan untuk tidak terlalu masuk ke dalam kehidupan korban KDRT, seperti pada waktu kasus KDRT berjalan maupun ketika kasus telah selesai. Pada saat kasus KDRT berjalan, pendamping hanya mencari informasi yang berhubungan dengan kasus KDRT, sehingga pendamping hanya memiliki informasi yang dibutuhkan untuk penyelesaian kasus KDRT. Walaupun terkadang korban juga berbagi informasi mengenai kehidupannya selain yang berhubungan dengan kasus KDRT, hal itu hanya sebatas bercerita dan tidak menjadi suatu bahan yang akan dibahas. Pendampingpun tidak masuk dan mencampuri kehidupan baru dari korban KDRT, ketika kasus sudah selesai. Pendamping dan korban KDRT sebagai pelaku komunikasi sangat mudah membuka diri dan tiap tahapannya sangat cepat berpindah, bahkan hingga tahapan ketiga yang para pelaku komunikasi mulai membuka informasi diri yang lebih pribadi, juga cepat tercapai. Keterbukaan diri pada tahap awal hubungan akan bersifat timbal-balik, seperti pendamping dan korban KDRT saling berkenalan, kemudian pendamping berusaha menjelaskan mengenai langkah-langkah yang akan ditempuh dan pilihan penyelesaian kasus yang ada, selain itu korban juga mulai bercerita mengenai kronologi kasusnya, walaupun yang diceritakan tidak secara urut ataupun belum semuanya diceritakan, karena di tahap awal hubungan korban KDRT belum sepenuhnya percaya kepada pendamping, walaupun bibit keyakinan akan bantuan dari pendamping sudah ada pada awal hubungan terjadi. Informasi yang diberikan dari pendamping kepada korban KDRT, memiliki timbal-balik dengan informasi pribadi dari 27 korban dalam bentuk cerita kronologi kasus, maka keterbukaan yang ada masih memiliki sifat timbal-balik. Saat kasus KDRT sudah berjalan, maka keterbukaan yang ada tidak bersifat timbal-balik, karena korban KDRT telah memiliki kepercayaan secara utuh kepada pendamping. Korban KDRT harus dapat dibuat percaya kepada pendamping sejak awal hubungan terjadi, dan rasa percaya itu tergantung dari cara pendamping berkomunikasi dengan korban. Cara berkomunikasi pendamping haruslah dengan lembut, penuh perhatian dan ketika memberikan pertanyaan tidak membuat korban menjadi semakin terpuruk. Komunikasi antarpribadi antara pendamping dengan korban KDRT, merupakan hubungan antarpribadi yang biasabiasa saja, karena sifat dari hubungan antarpribadi tersebut adalah mendalam tetapi tidak meluas ( depth without breadth). Informasi yang diberikan oleh korban KDRT merupakan informasi yang dalam, tetapi hanya fokus kepada informasi-informasi yang bersangkutan dengan kasus KDRT tersebut. Informasi pribadi yang tidak ada sangkut pautnya dengan kasus belum tentu diberikan oleh korban. Pendamping akan lebih fokus kepada informasi yang bersangkutan dengan kasus saja, agar proses penyelesaian kasus KDRT dapat berjalan dengan benar. Pendamping juga tidak boleh terlalu masuk ke dalam kehidupan korban KDRT, agar tetap dapat objektif dalam menyelesaikan kasus. Oleh karena itu, hubungan antara pendamping dengan korban KDRT kebanyakan hanya mencapai pada tahapan pertukaran afektif, walaupun hubungan tersebut memiliki waktu jangka panjang, hubungan tersebut tidak dengan sendirinya menjadi pertukaran yang stabil. Prinsip dari pendamping yang tidak terlalu ingin terlalu masuk ke dalam kehidupan pribadi dari korban KDRT, membuat hubungan terus berada di tahapan pertukaran afektif. Prinsip untung-rugi merupakan penentu kedekatan suatu hubungan, akan tetapi

9 akan sangat sulit melihat hubungan menjadi suatu keuntungan atau kerugian, maka akan dilihat kepuasan relatif. Hubungan antara pendamping dengan korban KDRT, juga melihat untung-rugi yang dinilai dengan kepuasan relatif. Pendamping akan melihat suatu hubungan dengan korban KDRT sebagai keuntungan, ketika menganggap hubungan tersebut sebagai profesionalisme pekerjaan, merupakan pekerjaan dari pendamping untuk menolong korban KDRT, dan ketika membantu korban KDRT, pendamping juga dapat mengembangkan kemampuan diri, yang akan sangat membantu dalam pengembangan karirnya. Kerugian dari suatu hubungan akan dirasakan oleh pendamping, ketika korban KDRT sangat sulit diajak bekerja sama, ataupun kasus KDRT yang berjalan di pengadilan mengalami kekalahan. Sedangkan dari sudut pandang korban KDRT, hubungannya dengan pendamping merupakan suatu keuntungan, karena menganggap pendamping dapat membantunya dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Korban KDRT akan menganggap hubungannya suatu kerugian, ketika mengalami konflik dengan pendamping atau menganggap arah dan hasil dari proses penyelesaian kasusnya tidak sesuai dengan keinginan. Konflik yang terjadi diantara mereka selalu dapat dianggap sebagai kerugian bagi hubungan mereka, akan tetapi konflik yang ada tidak selamanya dirasakan oleh pendamping ataupu korban secara bersamaan. Konflik yang terjadi dapat dirasakan pada salah satu pihak, seperti ketika korban KDRT sangat sulit diajak bekerja sama ataupun semaunya sendiri. Contohnya ketika korban KDRT berada di rumah aman atau shelter, yang pastinya ada peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh korban, dan ternyata korban tidak mematuhinya hanya karena keinginannya sendiri. Padahal adanya rumah aman untuk kebutuhan dan keamanan dari korban KDRT sendiri. Hubungan antara pendamping dengan korban KDRT akan mengalami depenetrasi, 28 ketika kasus KDRT yang ditangani pendamping tidak berjalan lancar, seperti kasus tersebut tidak dilanjutkan oleh pihak korban atau berhenti ditengah jalan. Depenetrasi hubungan antara pendamping dengan korban KDRT, tidak hanya dapat terjadi pada awal hubungan, tetapi juga ketika hubungan sudah terbentuk. Karena kasus KDRT merupakan kasus yang unik dan sangat berhubungan erat dengan kehidupan pribadi dari korban, maka perubahan arah dari kasus dapat terjadi kapan saja. Perubahan tersebut adalah ketika korban secara sepihak memutuskan hubungan atau kontrak dengan pendamping, karena merasakan intimidasi dari pelaku ataupun desakan dari pihak keluarga korban untuk menghentikan proses hukum, yang menurut mereka mempermalukan keluarga mereka sendiri. Hubungan antara pendamping dengan korban KDRT, ketika pertama kali bertemu juga dapat dilihat melalui teori pengurangan ketidakpastian. Karena ketika pada awal berkomunikasi, pendamping dan korban tidak saling mengenal, maka ada banyak ketidakpastian diantara mereka. Untuk mengurangi ketidakpastian tersebut, pendamping dan korban KDRT melakukan beberapa aksioma yang telah dikemukakan oleh Charles R Berger. Pendamping dengan korban KDRT akan melakukan komunikasi verbal yang memiliki rentang waktu cukup panjang, terutama ketika awal pertemuan mereka akan melakukan komunikasi verbal secara langsung, untuk mengurangi ketidakpastian diantara mereka. Komunikasi verbal tersebut dapat berupa pencarian informasi yang dilakukan oleh pendamping untuk menggali kronologi kasus yang terjadi, dan bagi korban pencarian informasi yang dilakukan adalah mencari jalan untuk menjadi lebih berdaya dan terlepas dari permasalahan KDRT yang dialaminya. Bersamaan dengan itu diperlukan keterbukaan diri dalam pemberian informasi, karena informasi mengenai kasus KDRT yang dimiliki oleh korban KDRT berada di daerah yang pribadi dari kehidupan

10 seseorang, dan ketika telah ada keterbukaan diri, maka informasi tersebut dapat dibagi dengan pendamping. Sedangkan dari pihak pendamping juga memerlukan keterbukaan diri mengenai perjalanan dan arah kasus yang dialami oleh korban KDRT. Komunikasi verbal yang berlangsung diantara pendamping dan korban KDRT menjadi semakin sering, maka akan ada pertukaran informasi diantara mereka. Komunikasi non-verbal akan ditunjukkan oleh pendamping dan korban KDRT, sebagai wujud ekspresi dari perasaan yang ada. Pendamping yang harus memberikan empati dan korban yang harus kuat menghadapi permasalahannya. Contoh dari ekspresi tersebut adalah ketika korban yang mulai bercerita mengenai kasus yang dialaminya, kemudian mulai menangis karena mengingat kejadian yang mengakibatkan tekanan pada dirinya, hal tersebut merupakan sebuah perwujudan dari rasa kesedihan. Pendamping yang mengetahui korban menangis, maka akan berusaha menenangkan dan memberi support agar kuat. Pendamping dengan korban KDRT harus memiliki kesamaan dalam menentukan tujuan dari arah kasus tersebut, memang dalam usaha untuk memberdayakan korban KDRT, maka pilihan ada di tangan korban sendiri, akan tetapi terkadang akan ada perbedaan pendapat di dalam proses pemberdayaannya. Tujuan dari proses kasus KDRT memang dapat berubah ditengah jalan, oleh karena itu pendamping dan korban harus memiliki kesamaan tujuan. Awal pemrosesan kasus KDRT telah dijelaskan oleh pendamping mengenai pilihan yang dapat dijalani, konsekuensi yang akan didapatkan dari tiap pilihan yang ada dan langkah-langkah yang harus dilalui. Korban setelah mendengarkan semua akan menentukan pilihannya sendiri dan berusaha melalui proses dari pilihan yang ada. Selama proses berjalan, terkadang ada perubahan dari tujuan arah kasus. Perubahan yang terjadi dapat berupa korban merubah pilihan dari tujuan kasus di tengah perjalanan kasus, apabila perubahan tersebut merupakan 29 pilihan sendiri dari korban KDRT ataupun melalui proses mediasi yang berhasil, hal tersebut masih merupakan kesamaan tujuan dari pendamping dan korban KDRT. Tetapi korban yang merubah pilihannya karena ada tekanan-tekanan dari keluarga ataupun masyarakat, akan membuat perbedaan dalam tujuan memproses kasus KDRT. KESIMPULAN Hubungan antara pendamping dengan korban KDRT merupakan hubungan yang fokus pada satu tujuan, yaitu usaha pemberdayaan dari korban KDRT. Maka hubungan antarpribadi yang terjadi mendalam tapi tidak meluas, karena informasi yang dibagikan lebih fokus pada permasalahan KDRT yang dialami oleh korban. Hubungan tersebut juga terbentuk pada saat usaha pemberdayaan korban KDRT, oleh karena itu komunikasi yang ada hanya disekitar usaha pemberdayaan saja. Pendamping sedapat mungkin untuk tidak terlalu menggunakan perasaan ketika mendampingi korban, sehingga pendamping tidak ikut terhanyut dalam kesedihan korban. Pendamping diharuskan untuk lebih fokus pada informasi yang berhubungan dan dibutuhkan dalam kasus saja. Karena alasan tersebut, maka hubungan antara pendamping dengan korban KDRT kebanyakan hanya mencapai pertukaran afektif, dan bagi pendamping hubungan yang mencapai tahapan tersebut merupakan hal yang wajar. Sebab apabila hubungan dengan korban selalu menjadi hubungan yang stabil akan membuat pendamping kesulitan dalam profesionalisme pekerjaan. Pendamping dan korban, sama-sama diuntungkan dalam berhubungan. Korban dapat menjadi berdaya dan pendamping dapat mengembangkan diri dalam pekerjaan. Tetapi ketika proses hukum kasus KDRT dihentikan secara sepihak oleh korban dan dihentikannya karena tekanan dari luar, bukan karena proses mediasi, maka hubungan yang telah terbentuk

11 dapat dirasakan kerugian dan mulai mengalami depenetrasi. Unsur-unsur komunikasi antarpribadi harus dapat dijalankan oleh pendamping dalam usaha pemberdayaan korban KDRT. Unsur tersebut, yaitu: keterbukaan ( openess), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif ( positiveness), dan kesetaraan (equality). Harus ada keterbukaan diantara pendamping dan korban KDRT. Pendamping dalam usahanya memberdayakan korban KDRT yang didampinginya harus menekankan sikap empati, agar setiap usaha pemberdayaan yang dilakukan lebih obyektif dan fokus pada pemberdayaan korban. Pendamping harus menunjukkan sikap mendukung kepada korban, agar korban tidak sendirian dan merasa ada yang mendukung dalam usaha pemberdayaannya. Kesetaraan juga harus diberikan kepada korban, ketika menentukan langkah yang akan ditempuh oleh korban KDRT. Griffin, E. M. (2009). Communication: A First Look at Communication Theory (7th ed.). New York, NY: McGraw-Hill Liliweri, Alo. (1997). Komunikasi Antarpribadi. Bandung: Penerbit Citra Aditya Bakti. Miller. (1976). Explorations In Interpersonal Communication. London: Sage Publications Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. DAFTAR PUSTAKA Altman, I. & Taylor, D. (1973). Social penetration: The development of interpersonal relationships. New York: Holt. Baron, A. R. (2000). Psikologi Sosial. Bandung: Khazanah Intelektual. Berger, Charles R. (1988). Uncertainty and Informations Exchange in Developing Relationship. New York : John Wiley & Sons. Devito, Joseph A. (1997). Human Communication. New York: Harper Collinc Colege Publisher. Fakih, Mansour. (1997). Analisis Gender dan Transformasi Sosial, cet.2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fakih, Mansour. (2006). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani kehidupannya manusia tidak dapat hidup sendiri. Setiap individu membutuhkan orang lain untuk

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT JUDUL : Memahami Pengalaman Komunikasi Konselor dan Perempuan Korban KDRT Pada Proses Pendampingan di PPT Seruni Kota Semarang NAMA : Sefti Diona Sari NIM : 14030110151026 Abstraksi Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

Sistem Interpersonal. By Ita Mutiara Dewi

Sistem Interpersonal. By Ita Mutiara Dewi Sistem Interpersonal By Ita Mutiara Dewi Sistem komunikasi interpersonal Persepsi Interpersonal Konsep Diri Atraksi Interpersonal Hubungan Interpersonal. Persepsi interpersonal Persepsi adalah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering menjadi bahan perbincangan setiap orang. Perempuan sering kali menjadi korban diskriminasi, pelecehan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT 100904069 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran globalisasi membawa pengaruh bagi kehidupan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pengaruh globalisasi dirasakan diberbagai bidang kehidupan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari tahun ke tahun dan telah banyak diketahui oleh masyarakat. Itu semua tak lepas dari peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gencarnya pembangunan yang dilakukan oleh negara pada hakikatnya memberikan dampak buruk kepada perempuan. Maraknya kasus-kasus yang terjadi terhadap perempuan seperti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk memperoleh deskripsi mengenai Peranan komunikasi antar pribadi antara pengajar

Lebih terperinci

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis dengan rasa cinta dan kasih sayang antar keluarga, namun tidak setiap keluarga dapat menjalani

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian.

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian. BAB IV ANALISA DATA A. Temuan Penelitian Bab ini adalah bagian dari sebuah tahapan penelitian kualitatif yang akan memberikan pemaparan mengenai beberapa temuan dari semua data yang ada. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antarbudaya Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terkandung identitas masing-masing. Identitas tersebut yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus kekerasan di dalam rumah tangga merupakan hal yang bersifat pribadi dan cenderung dirahasiakan dari dunia luar. Kasus ini dapat merugikan sebagian orang dan

Lebih terperinci

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki Komunikasi Interpersonal Dwi Kurnia Basuki Definisi Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant 1. Definisi Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant Komunikasi interpersonal (interpersonal communication)

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kabanjahe) Sepfiany Evalina Ginting

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: stakeholder, pelanggan, proses komunikasi interpersonal, tahapan penetrasi sosial

ABSTRAK. Kata kunci: stakeholder, pelanggan, proses komunikasi interpersonal, tahapan penetrasi sosial ABSTRAK Pada dasarnya setiap perusahaan tidak akan pernah terlepas dari stakeholder. Salah satu stakeholder eksternal perusahaan yang berperan penting dalam keberhasilan suatu perusahaan adalah pelanggan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarganya yang meliputi kebutuhan fisik (makan

Lebih terperinci

ILMU KOMUNIKASI Pengampu: Dr. Rulli Nasrullah, M.Si

ILMU KOMUNIKASI Pengampu: Dr. Rulli Nasrullah, M.Si Pertemuan ke-4 PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI Pengampu: Dr. Rulli Nasrullah, M.Si Komunikasi Intrapibadi Menurut Blake dan Harodlsen (2005:28) komunikasi intrapribadi adalah peristiwa komunikasi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Wibisono, 2007: 90). Stakeholder internal adalah stakeholder yang berada di

BAB 1 PENDAHULUAN. (Wibisono, 2007: 90). Stakeholder internal adalah stakeholder yang berada di BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan tidak akan pernah terlepas dari yang namanya stakeholder. Kasali (dalam Wibisono, 2007: 90) menyatakan bahwa stakeholder adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

SELF DISCLOSURE DAN MEDIA KOMUNIKASI

SELF DISCLOSURE DAN MEDIA KOMUNIKASI SELF DISCLOSURE DAN MEDIA KOMUNIKASI (Studi Kasus Self Disclosure Pacaran Jarak Jauh Melalui Media Komunikasi Pada Mahasiswa/i di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU) NURUL HUDA NASUTION ABSTRAK Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Proses Komunikasi 2.1.1 Pengertian Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya sehingga dapat menciptakan suatu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode wawancara dan

BAB V PENUTUP. yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode wawancara dan BAB V PENUTUP Bab ini akan menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian strategi komunikasi antarpribadi untuk mempertahankan hubungan pacaran pasca konflik serta saran yang diharapkan dapat memberikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

III. METODE PENELITIAN. yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang dasar, dengan berkomunikasi manusia melakukan hubungan karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum gambaran dari manusia yang sehat adalah mereka yang mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, teratur, dan tepat pada masing-masing tahap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

PERBEDAAN SELF DISCLOSURE TERHADAP PASANGAN MELALUI MEDIA FACEBOOK DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN

PERBEDAAN SELF DISCLOSURE TERHADAP PASANGAN MELALUI MEDIA FACEBOOK DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN PERBEDAAN SELF DISCLOSURE TERHADAP PASANGAN MELALUI MEDIA FACEBOOK DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN Ditya Ardi Nugroho, Tri Dayakisni, dan Yuni Nurhamida Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

Tuty Muthiah. AKOM BSI Jakarta

Tuty Muthiah. AKOM BSI Jakarta Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2017, pp. 717~722 KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PSIKIATER DAN PASIEN PADA PENDERITA BIPOLAR (STUDI KASUS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PSIKIATER DAN PASIEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Menurut Effendy (2009: 5), komunikasi adalah aktivitas makhluk sosial. Dalam praktik komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antar Pribadi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi DeVito (2011) mengemukakan komunikasi antar pribadi adalah proses selektif, sistemik, unik, dan interaksi berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data adalah bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data adalah bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Peneliti Analisis data adalah bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna untuk menelaah data yang telah diperoleh peneliti dari informan maupun dari lapangan. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang. dan pengalaman masing-masing dalam percakapan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang. dan pengalaman masing-masing dalam percakapan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih, yang biasanya tidak diatur secara formal. Dalam komunikasi interpersonal, setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kunci dari hidup yang baik adalah kebahagiaan. Oleh karena itu, secara disadari maupun tidak, manusia terus berupaya untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan

Lebih terperinci

Oleh: Anggelia Dea Manukily Julia Pantow Lingkan E. Tulung

Oleh: Anggelia Dea Manukily Julia Pantow Lingkan E. Tulung PERAN KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MENCEGAH TINDAK KEKERASAN ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT KELURAHAN KLABALA KOTA SORONG Oleh: Anggelia Dea Manukily Julia Pantow Lingkan E. Tulung e-mail: deamanukily@gmail.com

Lebih terperinci

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! 4 dari 5 laki-laki seluruh dunia pada satu masa di dalam hidupnya akan menjadi seorang ayah. Program MenCare+ Indonesia adalah bagian dari kampanye global

Lebih terperinci

Salsabila Khairani 1 ABSTRAK

Salsabila Khairani 1 ABSTRAK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI ORANG TUA ANAK PENDERITA AUTIS DENGAN TERAPIS DALAM MASA TERAPI SERTA EFEKNYA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK (Studi Pada Orang Tua Dan Terapis Siswa Autis Di SLB Dharma Bhakti Dharma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian (loneliness) 1. Pengertian Kesepian Menurut Sullivan (1955), kesepian (loneliness) merupakan pengalaman sangat tidak menyenangkan yang dialami ketika seseorang gagal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Everett M. Rogers dalam Mulyana (2012:69) komunikasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Everett M. Rogers dalam Mulyana (2012:69) komunikasi adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Menurut Everett M. Rogers dalam Mulyana (2012:69) komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. sosial sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk multidimensional, memiliki akal pikiran dan kemampuan berinteraksi secara personal maupun sosial. Karena itu manusia disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Long Distance Relationship adalah suatu hubungan dimana para pasangan yang menjalaninya dipisahkan oleh jarak yang membuat mereka tidak dapat saling bertemu

Lebih terperinci

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE Komunikasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, setiap hari manusia menghabiskan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta 74 Komuniti, Vol. VII, No. 2, September 2015 CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF CULTURE SHOCK SANTRI ETNIS LUAR JAWA DENGAN SANTRI ETNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk dapat mempunyai pasangan dan akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang mempersatukan sepasang manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

MENGIKAT TALI KOMUNITAS MEMUTUS RANTAI KEKERASANTERHADAPPEREMPUAN

MENGIKAT TALI KOMUNITAS MEMUTUS RANTAI KEKERASANTERHADAPPEREMPUAN MENGIKAT TALI KOMUNITAS MEMUTUS RANTAI KEKERASANTERHADAPPEREMPUAN Danang Arif Darmawan Yogyakarta: Media Wacana 2008, xvi + 1 06 halaman Direview oleh: Sari Seftiani Pada awalnya, buku ini merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu hal penting yang telah menjadi perhatian serius oleh pemerintah pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI SUAMI ISTRI (Studi Kasus Kualitatif Pasangan Suami Istri yang Menikah Tanpa Pacaran di Kota Medan)

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI SUAMI ISTRI (Studi Kasus Kualitatif Pasangan Suami Istri yang Menikah Tanpa Pacaran di Kota Medan) KOMUNIKASI ANTARPRIBADI SUAMI ISTRI (Studi Kasus Kualitatif Pasangan Suami Istri yang Menikah Tanpa Pacaran di Kota Medan) Anggie Dahlia Simanjuntak 100904087 Abstrak Skripsi ini berisi penelitian mengenai

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI BAGI PENGEMBANGAN DIRI MAHASISWA

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI BAGI PENGEMBANGAN DIRI MAHASISWA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI BAGI PENGEMBANGAN DIRI MAHASISWA Indah Wahyu Utami, S.T., M.Si. 1, Margaretha Evi Yuliana, S.S, M.Si Teknik Informatika 1, Sistem Informasi 2 STMIK Duta Bangsa Surakarta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan.

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Komunikasi Kata komunikasi berasal dari kata latin cum yang kata depan yang berarti dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung es yang hanya nampak puncaknya saja di permukaan, namun sebagian besar badan

Lebih terperinci

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan.

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan. Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan Yora Munirah ABSTRAK Penelitian ini berjudul Hubungan Komunikasi Antara

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada bab hasil dan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada bab hasil dan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada bab hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian dari kemajemukan identitas perempuan adalah identitas

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS KOMUNIKASI INTERPERSONAL

PETUNJUK PRAKTIS KOMUNIKASI INTERPERSONAL PETUNJUK PRAKTIS KOMUNIKASI INTERPERSONAL Komunikasi Interpersonal adalah interaksi yang melibatkan dua orang atau lebih dan dilakukan secara tatap muka (face to face communication). Adanya interaksi yang

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Chandra Dewi Puspitasari Pendahuluan Kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat

Lebih terperinci

Diajukan Oleh : Camilla Emanuella Sembiring

Diajukan Oleh : Camilla Emanuella Sembiring JURNAL ILMIAH Komunikasi Antarpribadi Pada Anak Penderita Autisme (Studi Kasus Mengenai Komunikasi Antarpribadi Pada Anak Penderita Autisme di Sekolah Khusus Autisme YAKARI) Diajukan Oleh : Camilla Emanuella

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan komunikasi adalah kecemasan komunikasi. masalah-masalah yang banyak terjadi pada remaja maupun dewasa dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan komunikasi adalah kecemasan komunikasi. masalah-masalah yang banyak terjadi pada remaja maupun dewasa dikarenakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai sosial, manusia senantiasa berinteraksi dan melakukan kontak sosial dengan manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersungguh-sungguh sehingga dapat memperoleh prestasi yang baik di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. bersungguh-sungguh sehingga dapat memperoleh prestasi yang baik di sekolah. ABSTRAK IRMAYANTRI. Perilaku Komunikasi Antara Orang Tua Tunggal (Single Parent) Dan Anak Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak Di SMP Negeri 8 Makassar (Dibimbing oleh Muh. Farid dan Kahar). Tujuan

Lebih terperinci

INTISARI. Kata kunci : Organisasi, Kelembagaan, Kapasitas Kelembagaan, Perlindungan Perempuan dan Anak.

INTISARI. Kata kunci : Organisasi, Kelembagaan, Kapasitas Kelembagaan, Perlindungan Perempuan dan Anak. INTISARI Sebagai respon terhadap tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mendirikan Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TPA) Rekso

Lebih terperinci

PROSES KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PADA WARGA BINA SOSIAL

PROSES KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PADA WARGA BINA SOSIAL PROSES KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PADA WARGA BINA SOSIAL (Studi Deskriptif Kualitatif Proses Komunikasi Antarpribadi Sesama Warga Bina Sosial di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi) Rittar Murdani

Lebih terperinci

3. PERILAKU KELOMPOK DAN INTERPERSONAL

3. PERILAKU KELOMPOK DAN INTERPERSONAL 3. PERILAKU KELOMPOK DAN INTERPERSONAL PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI KELOMPOK Pengertian Beberapa Jenis Kelompok 1. Kelompok Kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, namun selama ini selalu dirahasiakan atau ditutup-tutupi oleh keluarga maupun

Lebih terperinci

PERAN SIGNIFICANT OTHERS

PERAN SIGNIFICANT OTHERS PERAN SIGNIFICANT OTHERS DALAM PEMBENTUKAN KONSEP DIRI (Studi Kasus tentang Peran Romo dalam Pembentukan Konsep Diri Kaum Muda melalui Komunikasi Interpersonal di Gereja Paroki Santa Maria Assumpta Babarsari)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada manusia yang sempurna, artinya semua orang pernah. mengalami situasi sulit. Ada beberapa orang yang sebenarnya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada manusia yang sempurna, artinya semua orang pernah. mengalami situasi sulit. Ada beberapa orang yang sebenarnya memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tidak ada manusia yang sempurna, artinya semua orang pernah mengalami situasi sulit. Ada beberapa orang yang sebenarnya memiliki kemampuan dan pengetahuan standar,

Lebih terperinci

Fitri Saraswati / Ike Devi Sulistyaningtyas

Fitri Saraswati / Ike Devi Sulistyaningtyas PENGARUH INTENSITAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI TERHADAP TINGKAT KEINTIMAN KOMUNIKAS INTERPERSONAL (Kasus penggunaan Smartphone Blackberry Pada Mahasiswa Universitas Atma Jaya Program Studi Ilmu Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di Kabupaten Malang sering kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan dalam rumah tangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komnas perempuan tahun 2014 yang dirilis pada 6 Maret Jumlah kasus

BAB I PENDAHULUAN. Komnas perempuan tahun 2014 yang dirilis pada 6 Maret Jumlah kasus BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Meskipun telah ditetapkannya UU Republik Indonesia No.23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Namun kasus KDRT masih saja meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kekerasan semakin marak dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian individu dapat mengatasi pengalaman akan kekerasannya, namun sebagian besar mencari solusi kepada

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TINGKAT (I) SATU

KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TINGKAT (I) SATU KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TINGKAT (I) SATU Juwita Palupi Muhamad Fajar Hidayat Devi Subiyantini Putri Rizky Psikologi, FPPsi, Universitas Negeri Malang juwi.pupi@gmail.com fajarjunior93@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia dewasa ini dan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap profesi auditor mampu membawa perubahan

Lebih terperinci

BENTUK KOMUNIKASI. By : Lastry. P, SST

BENTUK KOMUNIKASI. By : Lastry. P, SST BENTUK KOMUNIKASI By : Lastry. P, SST 1. KOMUNIKASI INTRAPERSONAL Komunikasi yang terjadi dalam diri individu. Berfungsi : 1. Untuk mengembangkan kreativitas imajinasi, mamahami dan mengendalikan diri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan dan berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan BAB V PENUTUP Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan melakukan kesimpulan dan mengusulkan saran, sebagai berikut: A. KESIMPULAN Indonesia adalah sebuah kata yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,

Lebih terperinci

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 51 GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan adalah persoalan pelanggaran kondisi kemanusiaan yang tidak pernah tidak menarik untuk dikaji. Menurut Mansour Fakih (2004:17) kekerasan

Lebih terperinci

Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan

Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Pengertian komunikasi secara epistemologi menurut Wilbur Schramm berasal dari bahasa latin communicatio (pemberitahuan, pemberian bagian,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai bentuk hubungan sosial. Salah satunya adalah hubungan intim lawan jenis atau hubungan romantis. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

Psikologi Komunikasi Antar Pribadi

Psikologi Komunikasi Antar Pribadi Modul ke: Psikologi Komunikasi Antar Pribadi Fakultas 04FIKOM Komunikasi Antarpribadi Sebagai Proses Komponen-Komponen dalam Komunikasi Antarpribadi Saling Tergantung Para Pelaku dalam komunikasi Antarpribadi

Lebih terperinci