I. PENDAHULUAN. karbohidrat. Produk hortikultura terbesar adalah buah-buahan dan sayuran.

Transkripsi

1 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produk hortikultura terbesar adalah buah-buahan dan sayuran. Produksi buah-buahan utama di tahun 2004 mencapai 9,1 juta ton diikuti sayuran 3,6 juta ton, dan tanaman biofarmaka sebesar 92,6 ribu ton (Bappenas, 2004). Hortikultura merupakan komoditas pertanian khas tropis yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia dan memiliki prospek yang cerah di masa mendatang sekaligus sebagai sumber perolehan devisa bagi Indonesia. Nilai ekspor hortikultura pada bulan Februari 2007 mengalami peningkatan sebesar 34,46 persen dari bulan Januari 2007 dan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan (Departemen Pertanian, 2007). Kebutuhan produk hortikultura yang terus meningkat tidak sebanding dengan pasokan komoditas hortikultura ke pasar-pasar tradisional hingga supermarket dan hypermarket di seluruh Indonesia sehingga belum mampu mencukupi kebutuhan konsumen. Kondisi tersebut menyebabkan banyak kelompok tani yang memfokuskan produksinya pada beberapa jenis tanaman hortikultura. Salah satu kelompok tani yang fokus pada budidaya hortikultura adalah kelompok tani sayur Mertanadi di Desa Pelaga. Adapun beberapa tanaman hortikultura yang dibudidayakan oleh kelompok tani Mertanadi diantaranya asparagus, brokoli, baby buncis, tomat cherry, selada, dan kailan.

2 2 Tabel 1.1 Pembelian Asparagus Tahun 2015 Koperasi Tani Mertanadi Asparagus Super Asparagus A Asparagus B Asparagus C No. Bulan Q Q Q Q 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber: Laporan Tahunan Koperasi Mertanadi, 2015 Keterangan : Q = Quantity/jumlah, R = Revenue/penerimaan Pembudidayaan komoditi asparagus menjadi fokus utama dari kelompok tani Mertanadi. Hal ini dikarenakan harga asparagus jauh lebih tinggi dari komoditi lainnya dan cuaca di daerah Pelaga sangat mendukung pembudidayaan asparagus. Meskipun didukung kondisi cuaca, jumlah produksi asparagus kelompok Mertanadi tetap mengalami fluktuasi. Fluktuasi jumlah produksi asparagus disebabkan oleh beberapa faktor seperti: usia petani yang selain menunjukkan stamina yang dimiliki oleh petani berusia muda lebih besar daripada petani berusia tua juga menunjukkan keterbukaan untuk mencoba hal hal baru dalam berusahatani, jenjang pendidikan dapat mengindikasikan seberapa banyak ilmu yang dapat diterapkan oleh petani dalam berbudidaya agar dapat membantu dalam proses produksi maupun manjemen, lama berusahatani dapat menunjukkan pengalaman yang dimiliki oleh petani dalam proses budidaya, luas area tanam menujukkan sejumlah luas area yang digunakan oleh petani untuk proses budidaya asparagus dari keseluruhan lahan yang dimiliki, tenaga kerja

3 3 menunjukkan banyaknya biaya yang harus dikeluarkan oleh petani untuk membayar tenaga kerja dalam berbagai tahap proses produksi asparagus, pupuk dan obat-obatan yang menunjukkan jumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh petani untuk pembelian pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, pupuk urea, pupuk NPK, serta obat-obatan yang mencakup pestisida dan fungisida yang digunakan dalam proses budidaya. Faktor-faktor produksi usahatani sangat penting bagi petani untuk menjalankan usahataninya. Produktivitas optimum dapat dicapai apabila faktorfaktor produksi dialokasikan secara efektif dan efisien. Apabila petani mengalokasikan faktor produksi secara efektif dan efisien tentunya petani mampu mengalokasikan biaya usahatani secara tepat, guna mendapatkan keuntungan maksimum (Soekartawi, 2002). Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi faktor faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas asparagus dalam upaya meningkatkan pendapatan petani pada kelompok tani Mertanadi di Desa Pelaga Kabupaten Badung, guna membantu petani serta pihak lain yang terkait untuk mengetahui input produksi yang paling berpengaruh dalam meningkatkan pendapatan petani. Serta membantu petani dalam upaya mengoptimumkan penggunaan input produksi dalam proses budidaya karena hasil produksi dipengaruhi oleh faktor produksi itu sendiri. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Faktor (konstruk) manakah yang secara dominan mempengaruhi pendapatan petani asparagus di kelompok tani sayur Mertanadi?

4 4 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor (konstruk) yang secara dominan mempengaruhi pendapatan petani asparagus di kelompok tani Mertanadi. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas asparagus dalam meningkatkan pendapatan petani pada kelompok tani sayur Mertanadi di Desa Pelaga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak. 1. Petani Membantu petani asparagus di kelompoktani Mertanadi dalam pengambilan keputusan bisnis untuk memproduksi asparagus. 2. Pemerintah Membantu pemerintah dalam pengambilan langkah keputusan atau kebijakan pada sektor pertanian khususnya pada komoditi asparagus. 3. Peneliti Menambah kajian pustaka dalam dunia pendidikan khususnya bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis dan menambah wawasan peneliti. 1.5 Ruang lingkup Penelitian tentang pengaruh identifikasi faktor faktor yang mempengaruhi produktivitas asparagus pada kelompok tani sayur Mertanadi di Desa Pelaga Kabupaten Badung membahas tentang besarnya pengaruh faktor produksi terhadap pendapatan petani. Dimana dalam penelitian ini mempergunakan 17 indikator yang dibagi menjadi 14 indikator pengukuran yang meliputi: usia petani,

5 5 luas area tanam, jenjang pendidikan, lama berusahatani, biaya pengolahan tanah, biaya persemaian, biaya pemupukan, biaya pemeliharaan, biaya panen, biaya pupuk organik ayam, biaya pupuk organic sapi, biaya pupuk urea, biaya pupuk NPK, biaya obat-obatan, dan 3 indikator terikat (Y) yang meliputi: total penerimaan asparagus di bulan Februari, total penerimaan asparagus di bulan Maret, dan total penerimaan asparagus di bulan April. Setelah itu akan dibentuk 4 variabel konstruk baru dari indikator yang sudah disebutkan, diantaranya: konstruk karakteristik petani dengan anggota indikator yaitu : usia petani, luas area tanam, jenjang pendidikan, dan lama berusahatani; konstruk biaya tenaga kerja dengan anggota indikator yaitu biaya pengolahan tanah, biaya persemaian, biaya pemupukan, biaya pemeliharaan, dan biaya panen; konstruk pupuk dan obat-obatan dengan anggota indikator yaitu biaya pupuk organik ayam, biaya pupuk organic sapi, biaya pupuk urea, biaya pupuk NPK, dan biaya obat-obatan; serta konstruk pendapatan sebagai variabel terikat dengan anggota indikator yaitu total penerimaan asparagus di bulan Februari, total penerimaan asparagus di bulan Maret, dan total penerimaan asparagus di bulan April. Data yang didapatkan akan kemudian dianalisis menggunakan analisis PLS yang dijalankan dengan aplikasi SmartPLS 2.0M3 serta aplikasi Microsoft Excel 2007 yang digunakan untuk mempermudah proses rekapitulasi data. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang secara dominan mempengaruhi pendapatan petani dan besar kecilnya pengaruh setiap indikator terhadap pendapatan petani asparagus di kelompok tani Mertanadi. Penelitian ini menggunakan metode PLS, dimana konstruk yang dibentuk menggunakan model konstruk refleksif karena arah kausalitas terjadi dari konstruk ke indikator. Kriteria uji outer model untuk konstruk refleksif adalah

6 6 (1) nilai convergen validity adalah nilai loading faktor pada variabel laten dengan indikator-indikatornya. Nilai yang diharapkan adalah lebih besar dari Nilai loading faktor lebih besar dari 0,60 masih dapat ditoleransi; (2) Discriminant validity. Nilai ini merupakan nilai cross loading factor yang berguna untuk mengetahui apakah konstruk memiliki diskriminan yang memadai yaitu dengan cara membandingkan nilai loading pada konstruk yang dituju harus lebih besar dibandingkan dengan nilai loading dengan konstruk yang lainnya, nilai cross loading yang diharapkan lebih besar dari 0.70; (3) Composite reliability. Data yang memiliki composite reliability lebih besar dari 0,70 mempunyai reliabilitas yang tinggi; (4) Average variance extracted (AVE). Nilai AVE yang diharapkan lebih besar 0,5 untuk semua konstruk. Konstruk exogen dari indikator yang terbentuk kemudian dihubungkan dengan kontruk endogen untuk melihat hubungan antara indikator dengan pendapatan petani, hubungan ini disebut inner model atau structural model. Uji model struktural meliputi: (1) R 2 pada konstruk endogen. Nilai R 2 sebesar 0.67 (kuat), 0.33 (moderat), dan 0.19 (lemah); (2) Effect size (f 2 ). Dilakukan untuk mengetahui kebaikan model yang dapat menunjukkan besarnya pengaruh interpretasi pengaruh predictor variable laten pada level structural. Setelah seluruh analisis dilakukan maka dapat dibuat kesimpulan yang diberikan kepada petani di lokasi penelitian terkait hasil penelitian yang didapat dan pemberian solusi agar dapat membantu petani mencapai pendapatan optimum.