BAB V HASIL PENELITIAN. Kecamatan Sukawati merupakan salah satu dari tujuh kecamatan yang ada

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL PENELITIAN. Kecamatan Sukawati merupakan salah satu dari tujuh kecamatan yang ada"

Transkripsi

1 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Sukawati merupakan salah satu dari tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Gianyar,adapun batas-batas wilayah Kecamatan Sukawati adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kecamatan Tampaksiring - Sebelah Selatan : Samudra Indonesia - Sebelah Barat : Kecamatan Ubud dan Kota Denpasar - Sebelah Timur : Kecamatan Blahbatuh Luas wilayah Kecamatan Sukawati adalah 55,02 Km 2 yang terdiri dari 12 Desa yaitu : 1) Desa Kemenuh, 2) Desa Batuan Kaler, 3) Desa Batuan, 4) Desa Sukawati, 5) Desa Celuk, 6) Desa Guwang, 7) Desa Ketewel, 8) Desa Batubulan Kangin, 9) Desa Batubulan, 10) Desa Singapadu, 11) Desa Singapadu Tengah dan 12) Desa Singapadu Kaler (BPP Sukawati, 2013 ) Karakteristik Lahan Ketersediaan air yang ada di Kecamatan Sukawati meliputi suhu berkisar antara 25,5 26,5 0 C, bulan kering 4 sampai 5 bulan, curah hujan pada tahun 2013 rata-rata 1560 mm (Pemetaan Potensi Wilayah Kab. Gianyar, 2013). Media perakaran tanah seperti drainase sedang sampai baik, tekstur tanah termasuk tanah berlempung sampai lempung berliat dan memiliki kedalaman efektif rata-rata

2 58 cm. Ketersediaan retensi unsur hara seperti KTK (me/100g) rata -rata 23,18, PH 6,5, KB 85,44 %, dan C-organik 1,79 %, ketersediaan unsur hara N total 0,09, P2O5 tersedia 13,53 dan K2O (HL 25%) 59,68 dengan tingkat kemiringan 0 sampai 8 %. (Bappeda Kabupaten Gianyar, 2013 ) Pelaksanaan SL-PTT Tahun 2012 di Kecamatan Sukawati Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) merupakan suatu tempat pendidikan non formal petani untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengenali potensi, menyusun rencana usaha tani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan dapat mengadopsi atau menerapkan teknologi sesuai dengan kondisi sumber daya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. Sasaran produksi Kabupaten Gianyar untuk tahun 2012 adalah 187,429,01 ton dengan sasaran tanam 12,69 juta ha, sasaran panen 12,45 juta ton. Upaya pencapaian sasaran produksi padi tahun 2012 difokuskan pada peningkatan produktivitas padi di kawasan areal tanam seluas 5000 Ha, melalui kegiatan SL- PTT yang tersebar di 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Gianyar. Dengan kegiatan SL-PTT padi non-hibrida diharapkan dapat meningkatkan produktivitas Kw / Ha Gabah Kering Giling. Kecamatan Sukawati yang terdiri dari 12 Desa memiliki 107 kelompok tani atau subak dengan luas garapan Ha dan jumlah anggota petani orang. Berdasarkan tabel 5.1, pada tahun 2012 ada 33 subak pelaksana SL-PTT yang

3 59 tersebar di 12 Desa yang ada di Kecamatan Sukawati, dengan jumlah anggota subak yang terlibat dalam program SL-PTT sebanyak 1568 orang. Tabel 5.1 Jumlah Subak dan Anggota Kelompok Tani pelaksana SL-PTT Tahun 2012 di Kecamatan Sukawati No Nama Desa Jumlah Subak Luas (Ha) 1 Kemenuh Batuan Kaler Batuan Celuk Sukawati Singapadu Singapadu Kaler Singapadu Tengah Batubulan Kangin Batubulan Guwang Ketewel 2 60 Jumlah Petani (orang) Jumlah Sumber : Distanhutbun Kab.Gianyar, 2012 Produktivitas padi sawah dari kegiatan SL-PTT berdasarkan hasil ubinan yang dilakukan di Kecamatan Sukawati diperoleh rata-rata gabah kering panen sebesar 74,60 kwintal per hektar. Hasil ini meningkat dari sebelum dilaksanakannya SL-PTT yang memiliki produktivitas 66,96 kwintal per hektar gabah kering panen. Dengan program ini diharapkan terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani untuk menerapkan inovasi PTT. 5.2 Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian merupakan variabel bebas yang diukur dengan 5 indikator yaitu indikator umur, tingkat pendidikan, luas lahan usahatani, pengalaman usahatani dan jumlah tanggungan keluarga.

4 Umur Karakteristik umur petani berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa 41,40 % petani berada pada kisaran umur > tahun. Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Umur No. Kisaran Jumlah Orang Persentase (%) Umur Responden tahun 3 1,91 2 >30-40 tahun 19 12,10 3 >40-50 tahun 65 41,40 4 >50-60 tahun 40 25,48 5 >60 tahun 30 19,11 Jumlah Kisaran umur >40-50 tahun menunjukkan bahwa secara umum responden berada pada kelompok usia masih produktif, yaitu usia dimana seseorang dengan umur produktif akan lebih mudah dan cepat menerima inovasi Tingkat Pendidikan Berdasarkan hasil tabulasi data yang dilakukan sesuai dengan lamanya responden mengikuti pendidikan formal,maka diperoleh gambaran sebagai berikut : Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pendidikan No. Kisaran Pendidikan Petani (Tahun) Jumlah Orang Persentase (%) > > ,57 4 > >15 1 0,64 Jumlah

5 61 Dari Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa lamanya pendidikan formal responden terbanyak adalah 0-6 tahun atau setingkat SD sebesar 52,87 %. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden pada umumnya masih rendah. Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendorong seseorang untuk berfikir dan bertindak secara rasional. Pendidikan rendah menandakan petani kurang memiliki pengetahuan untuk memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai Luas lahan usahatani Berdasarkan hasil tabulasi data, luas lahan usahatani responden tanpa membedakan lahan milik sendiri, sewa atau tanah sakap, maka diperoleh gambaran sebagai berikut : Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Luas Lahan Usahatani No. Kisaran Jumlah Orang Persentase (%) Luas Lahan 1 < 0,25 Ha 14 8,92 2 0,25-0,50 Ha 91 57,96 3 0,50-0,75 Ha 25 15,92 4 0,25-1,00 Ha 21 13,38 5 >1,00 Ha 6 3, Luas lahan usahatani petani berdasarkan tabel 5.4 memiliki rata-rata luas lahan 0,49 Ha dengan kisaran luas lahan petani 0,10-1,77 Ha. Luas lahan garapan petani dengan kisaran 0,25-0,50 Ha memperoleh persentase tertinggi 57,33 %. Lahan sempit akan berpengaruh terhadap adopsi inovasi PTT karena responden yang memiliki lahan sempit cenderung tidak berani mencoba suatu inovasi karena takut gagal berusahatani.

6 Pengalaman Usahatani Pengalaman dalam berusahatani merupakan guru terbaik dalam menunjang keberhasilan. Distribusi pengalaman usahatani dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengalaman Usahatani Petani No. Kisaran Pengalaman Jumlah Orang Persentase (%) 1 <5 tahun 13 8, tahun 44 28, tahun 16 10, tahun 28 17,83 5 >20 tahun 56 35,67 Jumlah Disribusi karakteristik petani berdasarkan pengalaman usahataninya seperti ditunjukkan pada tabel 5.5, petani responden memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun, hal ini menunjukkan bahwa petani sangat berpengalaman dalam usahatani padi. Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani biasanya turun temurun, cara bercocok tanam yang dilakukan biasanya mengikuti kebiasaan yang dilakukan oleh keluarganya Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi petani dalam menerima suatu inovasi. Karakteristik petani berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 5.6.

7 63 Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Jumlah Tanggungan Keluarga No. Kisaran Jumlah Orang Persentase (%) Jumlah tanggungan keluarga orang 14 8, orang 78 49, orang 49 31, orang 16 10,19 5 >8 orang Jumlah tanggungan keluarga responden paling banyak pada kisaran 3-4 orang hal ini menunjukkan jumlah keluarga yang ideal yang biasanya terdiri dari ayah, ibu dan dua orang anak. 5.3 Kompetensi Penyuluh Kompetensi penyuluh dalam penelitian merupakan variabel bebas, yang diukur dengan tiga variabel (first order konstruk) yaitu kemampuan penyuluh berkomunikasi, peguasaan materi penyuluh dan kemampuan penyuluh memotivasi dengan rata-rata skor keseluruhan 3,91 yang menunjukkan tingkat kompetensi penyuluh termasuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa tingkat skor kemampuan komunikasi penyuluh sebesar 3,92, hal ini menunjukkan kemampuan komunikasi penyuluh di Kecamatan Sukawati termasuk kategori tinggi. Rata-rata skor tertinggi dari indikator yang digunakan mengukur variabel kemampuan komunikasi adalah indikator penyuluh mampu menjelaskan materi dengan jelas dengan skor 4,31 yang termasuk kategori sangat tinggi. Selanjutnya skor terendah (3,45) pada indikator penyuluh dapat menggunakan alat peraga untuk memperjelas materi termasuk dalam kategori tinggi.

8 64 No. Tabel 5.7 Kompetensi Penyuluh di Kecamatan Sukawati Indikator 1. Kemampuan Komunikasi Penyuluh a. Penyuluh mampu menjelaskan materi b. Petani dapat memahami materi c. Penyuluh lancar menyampaikan materi d. Penyuluh dapat menggunakan alat peraga untuk memperjelas materi e. Pengertian yang sama antara penyuluh dan petani Jumlah Skor Rata-rata Skor % Angka 86,24 78,98 84,08 69,04 73,63 4,31 3,95 4,21 3,45 3,68 Keterangan Sangat Sangat Rata-rata skor ,39 3,92 2. Penguasaan Materi Penyuluh a. Penyuluh dapat menyampaikan materi dengan jelas. b. Materi mudah dipahami oleh petani c. Penyuluh dapat menggunakan alat bantu dlm menyampaikan materi d. Penyuluh dapat menjelaskan materi secara sistematis e. Penyuluh bisa menunjukkan kegunaan inovasi ,20 77,20 75,92 71,85 81,78 4,21 3,86 3,80 3,59 4,09 Sangat Rata-rata skor ,19 3,91 3. Kemampuan Penyuluh Memotivasi a. Mampu menumbuhkan semangat b. Dapat memberikan dorongan c. Dapat mengajak petani d. Dapat menunjukkan harapan-harapan e. Mampu menggerakkan tindakan petani ,36 79,87 74,78 79,87 74,90 3,97 3,99 3,74 3,99 3,75 Rata-rata skor ,76 3,89 Total ,34 11,72 Rata-rata skor Kompetensi Penyuluh 78,11 3,91 Penguasaan materi penyuluh mempunyai skor rata-rata 3,91, menunjukkkan bahwa tingkat penguasaan materi penyuluh termasuk dalam kategori tinggi. Untuk skor terendah dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel penguasaan materi penyuluh adalah indikator penyuluh dapat menjelaskan materi dengan sistematis dengan nilai skor 3,59 atau 71,85 % termasuk dalam kategori tinggi.

9 65 Nilai skor tertinggi dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel penguasaan materi penyuluh adalah indikator penyuluh dapat menyampaikan materi dengan jelas dengan nilai skor 4,21 termasuk dalam kategori sangat tinggi. Kemampuan penyuluh dalam memotivasi mempunyai rata-rata skor sebesar 3,91 yang menunjukkan bahwa kemampuan penyuluh dalam memotivasi petani termasuk dalam kategori tinggi. Skor tertinggi dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel kemampuan penyuluh dalam memotivasi adalah indikator kemampuan penyuluh dapat memberikan dorongan dan penyuluh dapat menunjukkan harapan-harapan kepada petani dengan skor 3,99 dengan kategori tinggi. Sedangkan skor terendah adalah indikator penyuluh dapat mengajak petani dengan nilai skor 3,74 yang termasuk dalam kategori tinggi. 5.4 Sifat Inovasi PTT Variabel sifat inovasi PTT dalam penelitian merupakan variabel bebas yang diukur dengan 5 indikator yang meliputi teknologi PTT relatif menguntungkan, tidak bertentangan dengan aturan yang ada, sangat mudah dipahami, mudah dicoba dan dapat diamati dan dirasakan manfaatnya. Tabel 5.8 Sifat inovasi PTT di Kecamatan Sukawati No. Indikator Jumlah Skor Rata-rata Skor Keterangan % Angka 1. Teknologi PTT relatif menguntungkan ,18 4,16 2. Tidak bertentangan dengan aturan ,58 3,88 yang ada, kondisi di petani. 3. Teknologi PTT sangat mudah ,05 3,80 dipahami 4. Teknologi PTT mudah dicoba ,16 3,79 5. Teknologi PTT dapat diamati dan ,51 4,03 dirasakan manfaatnya Rata-rata skor sifat inovasi ,50 3,91

10 66 Berdaasarkan tabel 5.8, rata-rata skor jawaban tertinggi dari 5 indikator yang digunakan adalah pada indikator teknologi PTT relatif menguntungkan dengan skor rata rata 4,16 berada dalam kategori tinggi. Selanjutnya skor penilaian terendah dari 5 indikator yang digunakan berada pada indikator mudah dicoba dengan skor rata-rata 3,79 yang berada dalam kategori tinggi. 5.5 Perilaku petani Perilaku petani dalam penelitian merupakan varibel terikat yang diukur dengan tiga variabel (first order konstruk) yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa rata-rata skor untuk pengetahuan adalah 4,08 yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan petani termasuk kategori tinggi. Skor tertinggi dari 13 indikator yang digunakan adalah pada indikator pengertian pupuk organik dengan skor 4,57 termasuk kategori sangat tinggi. Selanjutnya skor penilaian terendah pada indikator manfaat pemidahan bibit kurang dari 21 hari dengan skor 3,79 yang berada pada kategori tinggi. Nilai skor sikap petani di kecamatan Sukawati berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui adalah 4,10 yang menunjukkan bahwa sikap petani responden terhadap inovasi PTT termasuk dalam kategori tinggi atau setuju terhadap inovasi tersebut. Untuk skor terendah dari indikator yang digunakan untuk mengukur sikap inovasi PTT adalah indikator pemupukan spesifik lebih hemat dengan skor 3,61 yang termasuk dalam kategori tinggi. Skor tertinggi dari variabel sikap adalah petani lebih menyukai varietas unggul baru dengan nilai skor 4,43 termasuk kategori sangat tinggi.

11 67 Tabel 5.9 Perilaku Petani Responden terhadap Adopsi Inovasi PTT No. Indikator Jumlah Skor A. Pengetahuan Ciri-ciri varietas unggul baru Keuntungan penggunaan benih bermutu dan berlabel Pengertian pupuk organik Manfaat sistem jajar legowo Pemupukan spesifik lokasi Unsur-unsur pengendalian hama terpadu Kelemahan penggunaan pestisida kimia Pengolahan tanah sempurna Manfaat pemindahan bibit kurang 21 hari Manfaat penggunaan bibit 1-3 batang perlubang Manfaat pengairan terputus Manfaat penyiangan Prinsip panen yang baik Rata-rata Skor % Angka 76,94 88,03 91,34 79,62 77,20 83,95 83,44 84,33 75,92 77,71 83,18 76,18 82,80 3,85 4,40 4,57 3,98 3,86 4,20 4,17 4,22 3,79 3,89 4,16 3,81 4,14 Keterangan Sangat Sangat Sangat Rata-rata skor pengetahuan ( A ) ,59 4,08 B. Sikap ,66 88,15 87,01 79,11 4,43 4,41 4,35 3, Petani lebih menyukai varietas unggul baru Petani selalu menggunakan benih bermutu Tanah dipupuk organik lebih subur Sistem jajar legowo menghasilkan populasi lebih banyak Pemupukan spesifik lokasi lebih hemat Tanaman dengan sistem PHT lebih tahan serangan HPT Pengolahan tanah sempurna Pemindahan bibit kurang 21 hari Penggunaan bibit 1-3 batang perlubang Pengairan terputus lebih hemat Penyiangan dengan landak/gasrok lebih aman Hasil panen yang lebih tinggi dengan pendekatan PTT C. Keterampilan Cara memilih varietas unggul baru Cara menggunakan benih bermutu Cara aplikasi pupuk organik Cara tanam petani Pengaplikasian pupuk kimia Cara pengendalian hama dan penyakit Cara pengolahan tanah Cara penanaman bibit muda Penggunaan bibit 1-3 batang perlubang Cara mengatur pengairan berselang Penyiangan yang dilakukan petani Hal-hal yang dilakukan agar panen tepat waktu ,10 83,57 83,95 81,78 81,40 79,49 76,94 82,42 3,61 4,18 4,20 4,09 4,07 3,97 3,85 4,12 Sangat Sangat Sangat Rata-rata skor sikap ( B ) ,05 4, ,85 63,31 57,58 67,77 68,28 68,66 69,81 75,41 52,36 69,94 71,72 74,39 3,59 3,17 2,88 3,39 3,41 3,43 3,49 3,77 2,62 3,50 3,59 3,72 Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rata-rata skor keterampilan ( C ) ,69 3,38 Sedang Jumlah A+B+C 231,33 11,56 Rata-rata skor Perilaku Petani 77,11 3,85

12 68 Rata-rata skor keterampilan petani adalah 3,38 yang menunjukkan bahwa tingkat keterampilan petani termasuk kategori sedang. Rata-rata skor tertinggi pada first order konstruk keterampilan adalah indikator cara penanaman bibit umur muda dengan skor 3,77 termasuk kategori tinggi. Sedangkan skor terendah adalah indikator penggunaan bibit 1-3 batang per lubang dengan skor 2,62 yang termasuk dalam kategori sedang. Perilaku petani secara keseluruhan berdasarkan tabel 5.9 memiliki rata-rata skor perilaku petani 3,85 termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku petani di Kecamatan Sukawati tergolong tinggi atau baik yang tentunya akan berpengaruh terhadap kemudahan dalam adopsi inovasi PTT. 5.6 Adopsi inovasi PTT Variabel adopsi inovasi PTT terdiri dari 12 first order konstruk yang terdiri dari konstruk tanam varietas padi unggul, penggunaan benih bermutu dan berlabel, pemberian bahan organik, penananam yang dilakukan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pengolahan tanah, penggunaan bibit muda, tanam 1-3 bibit per lubang, pengairan, penyiangan dan panen yang dilakukan. Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui rata-rata skor tingkat adopsi responden di Kecamatan Sukawati adalah 4,00 yang menunjukkan tingkat adopsi inovasi responden termasuk kategori tinggi.

13 69 Tabel 5.10 Tingkat Adopsi Inovasi PTT Responden di Kecamatan Sukawati No. Variabel / Indikator Jumlah Skor 1. Tanam Varietas Padi Unggul (1) Selalu menanam varietas unggul (2) Selalu melaksanakan pergiliran varietas Rata-rata Skor % Angka 89,55 85,99 4,48 4,30 Keterangan Sangat TInggi Sangat TInggi Rata-rata skor 87,77 4,39 Sangat 2. Adopsi Menggunakan benih bermutu dan ,36 4,62 Sangat berlabel 3. Pemberian Bahan Organik (1) Menggunakan pupuk organik (2) Jerami dibenamkan ke tanah ,73 84,84 3,94 4,24 Sangat Rata-rata skor 81,78 4,09 4. Penanaman (1) Menggunakan caplak atau tali untuk mengatur jarak tanam (2) Menerapkan jajar legowo ,90 48,41 3,75 2,42 (3) Penanaman dilakukan secara serempak pada satu hamparan ,68 4,48 Rendah Sangat Rata-rata skor 71,00 3,55 5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman (1) Pemupukan sesuai anjuran Dinas Pertanian (2) Pemupukan I, kurang dari 14 HST (3) Pemupukan II Umur HST (4) Kebutuhan N sesuai BWD ,84 73,25 69,17 45,73 4,24 3,66 3,46 2,29 Sangat Rendah Rata-rata skor 68,25 3,41 6. Pengendalian Hama dan Penyakit (1) Melakukan pengamatan berkala (2) Melakukan rotasi tanaman (3) Menggunakan pestisida hayati (4) Pestisida kimia digunakan sebagai alternatif terakhir ,53 67,77 62,17 86,11 4,08 3,39 3,11 4,31 Sedang Sedang Sangat Rata-rata skor 74,39 3,72 7. Adopsi Pengolahan Tanah ,92 4,45 Sangat 8. Adopsi Penggunaan Bibit Muda ,72 4,59 Sangat 9. Adopsi Tanam Bibit 1-3 Batang per Lubang ,45 3, Pengairan secara efektif dan efisien (1) Pemberian air terputus-putus (2) Fase pembentukan malai digenangi air (3) Menjelang panen, sawah dikeringkan ,07 80,00 94,52 3,85 4,00 4,73 Sangat Rata-rata skor 83,86 4, Penyiangan (1) Penyiangan dengan menggunakan tangan atau alat landak/gasrok untuk membasmi gulma. (2) Penyiangan dilakukan 2 kali atau lebih ,87 86,62 3,99 4,33 Sangat Rata-rata skor 83,25 4, Adopsi panen ,78 4,74 Sangat Rata-rata skor (No. 1-12) tingkat adopsi petani 82,96 4,00

14 70 Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui bahwa skor jawaban tertinggi dari 12 komponen yang diteliti adalah pada first konstruk panen yang dilakukan petani dengan skor 4,74 yang berada pada kategori sangat tinggi sedangkan skor terendah pada first konstruk pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dengan skor 3,41 yang masuk dalam kategori tinggi. 5.7 Hasil Analisis Data menggunakan Partial Least Square (PLS) Data faktor-faktor yang diduga mempengaruhi Adopsi inovasi teknologi PTT Padi di Kecamatan Sukawati telah dianalisis menggunakan bantuan program Visual PLS versi 1.04 bl. Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari karakteristik petani (X1), kompetensi penyuluh (X2), sifat inovasi (X3), perilaku petani (Y1) dan adopsi inovasi PTT (Y2). Spesifikasi model dalam penelitian ini dilakukan dalam 2 tahapan yaitu evaluasi model pengukuran ( outer model) dan evaluasi model struktural (inner model) Evaluasi model pengukuran (outer model) Evaluasi model pengukuran digunakan untuk mendefinisikan bagaimana setiap indikator berhubungan dengan variabel latennya sehingga dapat diketahui validitas dan reliabilitas indikator-indikator yang mengukur konstruk atau variabel laten. Indikator indikator dalam penelitian ini bersifat reflektif sehingga untuk uji outer model dilakukan pengujian convergent validity, diskriminant validity, average variance extracted (AVE), composite reliability dan cronbach alpha.

15 Convergent validity Convergent validity dari measurement model dengan indikator refleksif dapat dilihat dari korelasi antara skor item/indikator dengan skor konstruknya. Indikator individu dianggap reliabel jika memiliki nilai korelasi diatas 0,70. Namun demikian pada riset tahap pengembangan skala loading 0,50 sampai 0,60 masih dapat diterima. Hasil analisis menunjukkan bahwa beberapa indikator kurang valid karena nilai loading kurang dari 0,50. Berdasarkan hasil loading pada lampiran 3, maka pada konstruk karakteristik petani (X1) yang dikeluarkan adalah indikator X1.3 (0,24) dan X1.5 (0, 14). First order konstruk penguasaan materi penyuluh yang harus dikeluarkan m4 (0,46). Konstruk sifat Inovasi yang harus dikeluarkan adalah Indikator X1.3 dan X1.5. Indikator yang harus dikeluarkan pada Second order konstruk perilaku yaitu indikator first order konstruk pengetahuan adalah p1, p3 dan p9, indikator pada first order konstruk sikap adalah s5 dan s11 dan indikator pada first order konstruk keterampilan yang dikeluarkan n1, n5, n6, n8, n9 dan n10. Second order konstruk adopsi yang dikeluarkan pada first order konstruk pupuk adalah pu4 dan pada first order konstruk pht adalah indikator ht4. Skala loading di bawah 0,50 setelah dikeluarkan kemudian model di re-estimasi. Hasil pengujian re-estimasi (lampiran.4) menunjukkan semua nilai faktor loading berada diatas 0,50, berdasarkan hasil re-estimasi maka indikator dianggap sudah valid sebagai pengukur variabel dan telah memenuhi Convergent validity.

16 72 (a) Karakteristik Petani Karakteristik petani dibentuk oleh loading faktor umur petani (X1.1), lamanya pendidikan (X1.2) dan pengalaman berusahatani (X1.3). Jadi ketiga indikator tersebut mencirikan atau yang menjadi prioritas karakteristik petani. Model persamaan outer model karakteristik petani selanjutnya dapat dilihat dengan menggunakan data loading dan residual dari Tabel Nilai loading terbesar pada indikator umur petani. Tabel 5.11 Konsruk Karakteristik Petani Konstruk Indikator Loading Residual Karakteristik (X.1.1) Umur Petani Petani (X1) (X.1.2) Lamanya Pendidikan (X.1.4) Pengalaman Berusahatani (b) Kompetensi Penyuluh Kompetensi penyuluh dalam penelitian ini merupakan second order konstruk, yang terdiri dari 3 first order konstruk yaitu kemampuan berkomunikasi penyuluh (X2.1), penguasaan mater i penyuluh (X 2.2) dan kemampuan penyuluh memotivasi (X2.3). Indikator first order konstruk kemampuan berkomunikasi (X2.1) dicirikan oleh lima indikator (k1,k2,k3,k4 dan k5). Penguasaan materi penyuluh (X2.2) yang menjadi penciri atau prioritas adalah empat indikator (m1,m2, m3 dan m5). Loading kemampuan penyuluh memotivasi (X2.3) dibentuk oleh lima indikator (t1,

17 73 t2, t3, t4 dan t5). Jadi indikator-indikator tersebut yang harus diperioritaskan dalam meningkatkan kompetensi penyuluh. Hasil re-estimasi kembali first order kemampuan berkomunikasi penyuluh (X2.1), penguasaan materi penyuluh (X2.2) dan kemampuan penyuluh memotivasi (X2.3) dengan masing-masing indikatornya ditunjukkan pada Tabel 5.12 sebagai berikut : Tabel 5.12 Second order konstruk Kompetensi Penyuluh First order konstruk Indikator Loading Residual Kemampuan (k1) Penyuluh mampu menjelaskan materi Berkomunikasi (k2) Petani dapat memahami materi yang disampaikan (X2.1) (k3) Penyuluh lancar menyampaikan materi (k4) Penyuluh dapat menggunakan berbagai alat peraga untuk memperjelas materi (k5) Adanya pengertian yang sama antara penyuluh dengan petani Penguasaan (m1) Penyuluh menyampaikan materi dengan jelas Materi Penyuluh (m2) Materi yang disampaikan mudah dipahami petani (X2.2) (m3) Penyuluh menggunakan alat bantu saat menjelaskan materi (m5) Penyuluh bisa menunjukkan kegunaan inovasi Kemampuan (t1) Penyuluh mampu menumbuhkan semangat petani Penyuluh (t2) Penyuluh mampu memberikan dorongan petani Memotivasi (t3) Penyuluh dapat mengajak petani (X2.3) (t4) Penyuluh dapat menunjukkan harapan hasil (t5) Penyuluh mampu menggerakkan tindakan petani (c) Sifat Inovasi PTT

18 74 Konstruk sifat inovasi (X3) di cirikan oleh tiga indikator yaitu inovasi teknologi PTT tidak bertentangan dengan aturan, situasi dan kondisi yang ada pada subak (X3.2), indikator teknologi PTT mudah dicoba dan dipraktekkan (X3.4) dan indikator inovasi PTT dapat dirasakan dan dilihat manfaatnya. Nilai loading ketiga indikator tersebut ditunjukkan pada Tabel Tabel 5.13 Konstruk Sifat Inovasi PTT Konstruk Indikator Loading Residual Sifat Inovasi (X3.2) Inovasi tidak bertentangan dengan aturan, situasi dan kondisi di subak (X3) (X3.4) Inovasi PTT mudah dicoba dan dipraktekkan (X3.5) Inovasi PTT dapat dirasakan dan dilihat manfaatnya (d) Perilaku Petani Perilaku petani merupakan second order konstruk terikat yang terdiri dari 3 first order konstruk yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil loading dan residual dapat dilihat pada tabel Konstruk pengetahuan dicirikan oleh 10 indikator, untuk konstruk sikap juga dicirikan oleh 10 indikator sedangkan konstruk keterampilan dibentuk atau dicirikan oleh 6 indikator. Indikator-indikator seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.14 harus menjadi prioritas untuk lebih ditingkatkan lagi.

19 75 Tabel 5.14 Second Order Konstruk Perilaku Petani First order konstruk Indikator Loading Residual Pengetahuan (p2) Keuntungan menggunakan benih bermutu dan berlabel (Y1.1) (p4) Manfaat sistem legowo (p5) Pemupukan spesifik lokasi (p6) Unsur-unsur pengendalian hama terpadu (p7) Kelemahan penggunaan pestisida kimiawi dalam PHT (p8) Pengolahan tanah sempurna (p10) Manfaat penggunaan bibit 1-3 batang per lubang (p11) Manfaat pengairan sistem terputus (p12) Manfaat melakukan penyiangan gulma (p13) Prinsip panen yang baik Sikap (Y1.2) (s1) Varietas unggul (s2) Benih bermutu dan berlabel (s3) Tanah yang dipupuk organik (s4) Sistem tanam jajar legowo (s6) Pengendalian hama terpadu (s7) Pengolahan tanah sempurna (s8) Bibit ditanam kurang dari 21 hari (s9) Bibit lebih hemat (s10) Penggunaan air lebih irit (s12) Hasil panen lebih tinggi Keterampilan (n2) Cara menggunaan benih bermutu (Y1.3) (n3) Cara menggunaan pupuk organik (n4) Cara tanam padi (n7) Cara pengolahan tanah (n11) Cara penyiangan (n12) Cara panen (e) Adopsi Inovasi Teknologi PTT Adopsi inovasi teknologi PTT dibentuk oleh 12 komponen yang dianjurkan kepada petani dalam Sekolah Lapang Pengelolaan Terpadu, ditunjukkan pada Tabel 5.15.

20 76 Tabel 5.15 Second Order Konstruk Adopsi Inovasi PTT First order konstruk Indikator Loading Residual Varietas (v1) Selalu menanam varietas unggul Unggul (v2) Selalu melakukan pergiliran varietas Bibit Bermutu (Y2.2) Selalu menggunakan benih bermutu Pupuk (o1) Selalu menggunakan pupuk organik Organik (o2) Jerami hasil panen dibenamkan ketanah Penanaman (ta1) Selalu menggunakan caplak atau tali (ta2) Menerapkan pola tanam legowo (ta3) Penanaman secara serempak Pemupukan (pu1) Takaran pupuk selalu mengikuti anjuran dinas (pu2) Pemupukan ke-1 kurang 14 hari setelah tanam (pu3) Pemupukan ke-2, hari setelah tanam Pht (ht1) Selalu pengamatan berkala (ht2) Selalu melakukan rotasi tanaman (ht4) Pestisida kimia sebagai alternatif terakhir olah (Y2.7) Pengolahan tanah satu kali bajak sekali garu Muda (Y2.8) Memindahkan bibit kurang dari 21 hari Satu (Y2.9) tanam bibit satu sampai 3 perlubang tanam Air (a1) Pengairan selalu terputus (a2) Pembentukan malai sampai pengisian biji sawah diari Siang (si1) Penyiangan dengan tangan /gasrok (si2) Penyiangan selalu dua kali atau lebih Panen (Y2.12) Panen apabila seluruh bulir padi menguning Konstruk yang memiliki nilai loading satu adalah first order konstruk yang memiliki hanya satu indikator yaitu pada konstruk bibit, pengolahan tanah,

21 77 memindahkan bibit kurang dari 21 hari, penanaman bibit satu sampai tiga bibit per lubang dan panen apabila seluruh bulir padi sudah menguning. Loading terkecil terdapat pada indikator penggunaan pestisida sebagai alternatif terakhir pada konstruk PHT sebesar 0,594. Second order konstruk adopsi yang dieliminir hanyalah indikator atau parameter pengukuran saja sedangkan 12 komponen yang dianjurkan dalam inovasi teknologi PTT tetap membentuk konstruk adopsi untuk analisis lebih lanjut Discriminant validity Uji discriminant validity merupakan nilai cross factor yang berguna untuk mengetahui diskriminan konstruk dengan cara membandingkan nilai loading pada konstruk yang dituju lebih besar dibandingkan dengan nilai loading dengan konstruk lainnya. Korelasi konstruk karakteristik petani dengan indikatornya lebih tinggi dibandingkan dengan korelasi indikator karakteristik petani dengan konstruk lainnya (kompetensi penyuluh, sifat inovasi, perilaku petani dan adopsi inovasi PTT). Demikian juga dengan cross loading dari indikator masing-masing konstruk kompetensi penyuluh, sifat inovasi, perilaku petani dan adopsi inovasi PTT menunjukkan nilai yang lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya. Hal ini diartikan bahwa konstruk laten memprediksi indikator pada blok mereka lebih baik dibandingkan dengan indikator di blok lainnya. Output cross loading masingmasing konstruk dengan indikatornya dapat dilihat pada lampiran 5. Metode lain untuk menilai discriminant validity adalah menilai validitas dari konstruk dengan melihat nilai AVE, model yang baik kalau AVE masing-

22 78 masing konstruk memiliki nilai AVE lebih besar dari 0,50 sedagkan pada konstuk sifat inovasi dan adopsi memiliki nilai AVE dibawah 0,50. Tabel 5.16 Nilai AVE dan Akar AVE dari Konstruk Pembentuk Model Konstruk / Variabel AVE Ѵ AVE Karakteristik Petani (X1) Kompetensi Penyuluh (X2) Sifat Inovasi (X3) Perilaku Petani (Y1) Adopsi Inovasi PTT (Y2) Uji discriminant validity lainnya adalah dengan membandingkan akar kuadrat dari average variance extracted (ѴAVE) untuk setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Model mempunyai discriminant validity yang cukup jika akar AVE untuk setiap konstruk lebih besar daripada korelasi antara konstruk dan konstruk lainnya dalam model. Tabel 5.17 Latent Variabel Correlation Konstruk K.Petani K.Penyuluh Ciri Perilaku Adopsi Inovasi K.Petani K.Penyuluh Sifat Inovasi Perilaku Adopsi

23 79 Hasil pengujian dengan akar AVE pada tabel 5.17 dapat diketahui bahwa akar AVE konstruk karakteristik petani sebesar 0,799 lebih tinggi dari pada korelasi antara karakteristik petani dengan konstruk kompetensi penyuluh, sifat inovasi, perilaku petani dan adopsi inovasi PTT. Begitu juga dengan akar AVE konstruk adopsi sebesar 0,494 lebih tinggi daripada korelasi antara konstruk adopsi dengan konstruk karakteristik petani, konstruk kompetensi penyuluh dan perilaku petani, sedangkan korelasi antara adopsi dengan sifat inovasi menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari pada akar AVE adopsi. Akar AVE yang lebih tinggi daripada korelasi antara konstruk menunjukkan bahwa konstruk dalam model yang diestimasi sudah valid Composite reliability dan cronbach s Alpha Uji reliabilitas konstruk diukur dengan dua kriteria yaitu composite reliability dan cronbach alpha dari blok indikator yang mengukur konstruk. Hasil composite reliability menunjukkan nilai yang reliabel jika diatas 0,70 dan nilai cronbach alpha yang disarankan diatas 0,60. Tabel 5.18 Composite Reliability dan Cronbach Alpha Konstruk / Variabel Composite Reliability Cronbach Alpha Karakteristik Petani (X1) Kompetensi Penyuluh (X2) Sifat Inovasi (X3) Perilaku (Y1) Adopsi (Y2) Dari tabel 5.18 menunjukkan bahwa nilai composite reliability tertinggi ada pada konstruk kompetensi penyuluh sebesar dan nilai terendah pada konstruk

24 80 karakteristik petani sebesar Untuk nilai cronbach s alpha terendah juga pada konstruk karakteristik petani sedangkan nilai tertinggi pada konstruk kompetensi penyuluh. Hal ini menandakan bahwa konstruk kompetensi penyuluh memiliki tingkat akurasi dan konsistensi instrumen paling tinggi dibandingkan dengan konstruk lainnya dalam mengukur konstruk Evaluasi model struktural ( inner model) Evaluasi model structural fungsinya untuk mengetahui hubungan antar konstruk atau variabel laten. Pengujian terhadap model structural dilakukan dengan beberapa uji yaitu melihat nilai R-square yang merupakan uji goodness-fit model, Uji prediction relevance (Q 2 ) dan Uji estimate for path coefficients atau koefisien parameter jalur Uji R-square dan uji prediction relevance Nilai R-square adalah koefisien determinasi pada konstruk endogen. Besarnya nilai R-square hasil pengujian model structural tertera pada tabel 5.19 Dependen Variabel Tabel 5.19 Hasil Uji Goodness-Fit Model R-Square Perilaku 0,2989 Adopsi 0,3632 Q 2 = 1- (1-R 1 2 ) (1-R 2 2 ) Q 2 = 1- ( ) (1-0, ) Q 2 = 0,21 R-square variabel perilaku sebesar 0,2989 yang artinya nilai tersebut mengindikasikan bahwa variabel perilaku dapat dijelaskan oleh variabel

25 81 karakteristik petani, kompetensi penyuluh dan sifat inovasi sebesar 29,89 % sedangkan sisanya yaitu sebesar 70,11 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model penelitian. Variabel Adopsi memperoleh nilai R-square sebesar 0,3632 artinya 36,32 % variabel adopsi dipengaruhi oleh variabel karakteristik petani, kompetensi penyuluh, sifat inovasi dan perilaku petani sedangkan 63,68 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar yang diteliti. Menurut Chin (1998) R-square sebesar 0,67 mengindikasikan model baik, 0,33 mengindikasikan model moderat dan 0,19 mengindikasikan model lemah. Berdasarkan tabel 5.19 R-square variabel perilaku mengindikasikan model lemah dan R-square variabel adopsi mengindikasikan model moderat. Evaluasi model structural dapat juga dilakukan dengan prediction relevance (Q 2 ) untuk mengetahui kapabilitas prediksi dari variabel laten endogen dengan indikator refleksif. Suatu variabel laten memiliki relevansi prediksi yang baik bila nilai Q 2 > 0. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai Q 2 sebesar 0,21, nilai Q 2 diatas nol memberikan bukti bahwa model memiliki predictive relevance Evaluasi koefisien parameter jalur (estimate for path coefficients) Evaluasi koefisien parameter jalur bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik petani, kompetensi penyuluh dan sifat inovasi terhadap perilaku petani dan untuk menganalisis pengaruh karakteristik petani, kompetensi penyuluh, sifat inovasi dan perilaku petani terhadap adopsi inovasi PTT. Uji koefisien parameter jalur dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian.

26 82 Hubungan antar variabel Tabel 5.20 Model Struktural Koefisien Parameter Standard error T-Statistik Keterangan Karakteristik petani->perilaku Terima H1 Kompetensi penyul->perilaku Terima H2 Sifat inovasi->perilaku Terima H3 Karakteristik petani->adopsi Tolak H4 Kompetensi penyul->adopsi Tolak H5 Sifat inovasi->adopsi Terima H6 Perilaku->adopsi Terima H7 Berdasarkan koefisien-koefisien parameter jalur yang diperoleh pada tabel 5.20 maka model persamaam struktural yang terbentuk antara konstruk eksogen dan konstruk endogen adalah sebagai berikut : 1. Perilaku = -0,292 k. petani + 0,156 k. penyuluh + 0,355 inovasi 2. Adopsi = 0,021 k. petani+ 0,043 k. penyuluh+ 0,365 inovasi+0,321 perilaku Pengaruh variabel laten endogen terhadap variabel laten eksogen sesuai dengan tujuan penelitian, dapat ditunjukkan pada Gambar 5.1 Model struktural.

27 83 PETANI X1.4 X1.2 X1.1 X2.1 k5 k4 k3 k2 k1 X2.2 m5 m3 m2 m1 X2.3 t5 t4 t3 t2 t1 PENYULUH INOVASI X3.5 X3.4 X3.2 PERILAKU Pengetahuan p2 p4 p5 p6 p7 p8 p10 p11 p12 p13 Sikap s1 s2 s3 s4 s6 s7 s8 s9 s10 s12 Keterampilan n2 n3 n4 n7 n11 n12 ADOPSI olah mutu muda satu var v1 v2 ta ta1 ta2 ta3 or o1 o2 pu pu1 pu2 pu3 Pht ht1 ht2 ht4 air a1 a2 siang si1 si2 panen -0,292 (-4,502) 0,021 (0,504) 0,156 (2,067) 0,043 (0,824) 0,365 (4,748) 0,355 (4,860) 0,321 (4,493) RSq = 0,299 RSq = 0,363 0,807-0,789 0,799 0,765 0,679 0,556 0,585 0,686 0,637 0,747 0,646 0,548 0,577 0,701 0,682 0,673 0,628 0,727 0,742 0,559 0,724 0,695 0,742 0,786 0,754 0,537 0,587 0,655 0,561 0,530 0,577 0,582 0,588 0,658 0,648 0,555 0,588 0,747 0,623 0,536 0,686 0,760 0,509 0,643 0,580 0,704 0,747 1,000 0,744 0,793 0,793 1,000 1,000 1,000 1,000 0,633 0,769 0,696 0,653 0,902 0,878 0,815 0,832 0,594 0,847 0,847 0,813 0,813 0,883 0,742 0,791 0,776 0,822 0,611 0,412 0,533 0,353 0,588 0,604 0,591 0,638 Gambar 5.1 Model Struktural

28 84 Hasil pada tabel 5.20 dan Gambar 5.1, merupakan hasil pengujian hipotesis masing-masing jalur yang terbentuk dalam model untuk mengetahui pengaruh variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogen adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh karakteristik petani terhadap perilaku petani Koefisien parameter jalur yang diperoleh dari hubungan karakteristik petani (X1) terhadap perilaku petani (Y1) sebesar 0,292 dengan nilai T-statistik - 4,5016 > 1,654 pada taraf signifikan α = 0,1 (10 %) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara karakteristik petani dengan perilaku petani. Sehingga hipotesis 1 (H1) : karakteristik petani berpengaruh nyata terhadap perilaku petani dapat dibuktikan. 2. Pengaruh kompetensi penyuluh terhadap perilaku petani Koefisien parameter jalur yang diperoleh dari hubungan kompetensi penyuluh (X2) terhadap perilaku petani (Y1) sebesar dengan nilai T-statistik > 1,654 pada taraf signifikan α = 0,1 (10 %) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi penyuluh dengan perilaku petani. Sehingga hipotesis 2 (H2) : kompetensi penyuluh berpengaruh nyata terhadap perilaku petani dapat dibuktikan. 3. Pengaruh sifat inovasi terhadap perilaku petani Koefisien parameter jalur yang diperoleh dari hubungan sifat inovasi PTT (X3) terhadap perilaku petani (Y1) sebesar dengan nilai T-statistik 4,8601 > 1,654 pada taraf signifikan α = 0,1 (10 %) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara sifat inovasi PTT dengan perilaku petani.

29 85 Sehingga hipotesis 3 (H3) : sifat inovasi PTT berpengaruh nyata terhadap perilaku petani dapat dibuktikan. 4. Pengaruh karakteristik petani terhadap adopsi inovasi PTT Variabel karakteeritik petani tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel endogen adopsi inovasi PTT dengan nilai T-statistik 0,824 < 1,654 (nilai t - tabel). Sehingga hipotesis 4 (H4) : Karakteristik petani tidak berpengaruh nyata terhadap adopsi inovasi PTT. 5. Pengaruh kompetensi penyuluh terhadap adopsi inovasi PTT Variabel kompetensi penyuluh secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel endogen adopsi inovasi PTT dengan nilai T-statistik 0,5037 < 1,654 (nilai t-tabel). Sehingga hipotesis 5 (H5) : kompetensi penyuluh tidak berpengaruh nyata terhadap adopsi inovasi PTT. 6. Pengaruh sifat inovasi terhadap adopsi inovasi PTT Koefisien parameter antara sifat inovasi PTT (X3) terhadap adopsi inovasi PTT (Y2) sebesar dengan nilai T-statistik 4,7481 > 1,654 pada taraf signifikan (10 %) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara sifat inovasi PTT dengan adopsi inovasi PTT. Sehingga hipotesis 6 (H6) : sifat inovasi PTT berpengaruh nyata terhadap adopsi inovasi PTT dapat dibuktikan. 7. Pengaruh perilaku petani terhadap adopsi inovasi PTT Pengaruh perilaku petani (Y1) terhadap adopsi inovasi PTT (Y2) sebesar dengan nilai T-statistik 4,4933 > 1,654 pada taraf signifikan α = 0,1 (10 %) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara perilaku

30 86 petani dengan adopsi inovasi PTT. Sehingga hipotesis 7 (H7) : perilaku petani berpengaruh nyata terhadap adopsi inovasi PTT dapat dibuktikan. Besarnya pengaruh langsung maupun tidak langsung berdasarkan model struktural dan gambar 5.1 maka disusun dekomposisi antar peubah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.21 Tabel 5.21 Dekomposisi antar peubah pengadopsian inovasi PTT Pengaruh Antar Peubah Pengaruh Peubah Bebas Peubah Terikat Langsung Tidak Langsung Melalui Total Y1 X1 Y1 (Perilaku) -0,292 (Karakteristik) Y2 (Adopsi) 0,021-0,094-0,073 X2 Y1 0,156 - (Kompetensi) Y2 0,043 0,050 0,093 X3 Y1 0,355 - (Sifat Inovasi) Y2 0,365 0,114 0,479 Y1 Y2 0,321-0,321 (Perilaku) Tabel 5.21 memberikan gambaran bahwa karakteristik petani dan kompetensi petani berpengaruh langsung terhadap perilaku dan berpengaruh tidak langsung terhadap adopsi melalui variabel perilaku. Variabel sifat inovasi adalah variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku maupun adopsi baik secara langsung maupun tidak langsung.

31 87

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Ex post facto, yang berarti

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Ex post facto, yang berarti BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Ex post facto, yang berarti setelah kejadian. Peneliti menyelidiki permasalahan dengan mempelajari peubahpeubah.

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. itu sendiri. Karakter-karakter tersebut yang membedakan tipe perilaku petani pada

BAB VI PEMBAHASAN. itu sendiri. Karakter-karakter tersebut yang membedakan tipe perilaku petani pada BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Petani Petani memiliki karakteristik yang beragam, karakteristik tersebut dapat berupa karakter demografis, karakter sosial serta karakter kondisi ekonomi petani itu

Lebih terperinci

Adopsi Inovasi PTT pada Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar

Adopsi Inovasi PTT pada Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar Adopsi Inovasi PTT pada Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar N. Dewi Maryani, N. Suparta 1), IG. Setiawan AP. 2) Program Studi Magister Agribisnis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Hasil Penelitian Responden dalam penelitian ini yaitu mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara. Penyebaran kuesioner dilakukan menggunakan penyebaran secara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian. Keripik Talas Dessy Padang-Panjang adalah usaha keripik Talas dengan bahan baku utama umbi talas berskala rumah tangga merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Jenis penelitian ini menerapkan adalah analisis asosiative karena penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan kausal antara variabel independen terhadap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. komprehensif mengenai hubungan hubungan antar variabel variabel yang

BAB IV METODE PENELITIAN. komprehensif mengenai hubungan hubungan antar variabel variabel yang BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian Rancangan penelitian merupakan suatu rencana yang terstruktur dan komprehensif mengenai hubungan hubungan antar variabel variabel yang

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kausal karena bertujuan untuk menguji hipotesis tentang pengaruh satu atau beberapa variabel (variabel independen)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian dari tahap awal sampai pada pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah penelitian ini. Selanjutnya akan dibahas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Proses Metodologi Penelitian Pada gambar dibawah ini adalah alur proses dari tahapan metodologi penelitian yang dapat dilihat pada gambar 3.1 Tahap Awal 1. Studi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. convergent validity yaitu apakah loading factor indikator untuk masing-masing konstruk sudah

BAB V ANALISA HASIL. convergent validity yaitu apakah loading factor indikator untuk masing-masing konstruk sudah BAB V ANALISA HASIL 5.1 Langkah langkah Pengujian 5.1.1 Convergent Validity (Uji Validitas) Langkah pertama yang dilakukan adalah menguji apakah model sudah memenuhi convergent validity yaitu apakah loading

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Ahmad Dahlan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk 35 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yang selanjutnya akan dianalisis dan di uji sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Kantor Keluarga Berencana Kota Administrasi Jakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Kantor Keluarga Berencana Kota Administrasi Jakarta BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Kantor Keluarga Berencana Kota Administrasi Jakarta Barat Sejarah berdirinya kantor Keluarga Berencana dimulai dari pembentukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Analisis Deskriptif Data Penelitian Gambaran data hasil penelitian dapat digunakan untuk memperkaya pembahasan, melalui gambaran data tanggapan responden

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unit II Gamping yang merupakan salah satu instansi rumah sakit yang berada di Jl. Wates

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Gambar 3.1 Tahapan Penelitian. 3.2 Tahap Pendahuluan Pada tahap ini hal yag dilakukan terdiri atas 3 tahapan, yaitu melakukan studi literatur, melakukan

Lebih terperinci

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH Siti Rosmanah, Wahyu Wibawa dan Alfayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu ABSTRAK Penelitian untuk mengetahui minat petani terhadap komponen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tahap Awal Dinas Koperasi dan UMKM Surabaya merupakan bagian dari unit layanan kepada masyarakat. Salah satu ruang lingkup tugas yang terdapat pada Dinas Koperasi dan UMKM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu sifat-sifat, ciri-ciri, atau hal-hal yang dimiliki oleh suatu elemen. Sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu sifat-sifat, ciri-ciri, atau hal-hal yang dimiliki oleh suatu elemen. Sedangkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen beserta karakteristiknya yang menjadi objek penyelidikan atau penelitian secara menyeluruh. Karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menguji pengaruh penerapan empat karakteristik SIAM yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menguji pengaruh penerapan empat karakteristik SIAM yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pengumpulan Data Penelitian ini menguji pengaruh penerapan empat karakteristik SIAM yang terdiri dari broad scope, aggregation, integration, timeliness, terhadap kinerja Manajer

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahap Awal. Tahap Analisis Variabel - variabel Penerimaan SAP. (Model UTAUT)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahap Awal. Tahap Analisis Variabel - variabel Penerimaan SAP. (Model UTAUT) BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada sub bab ini menjelaskan tentang tahapan yang dilakukan dari proses awal sampai akhir dalam penelitian. Secara singkat tahapan penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali L A M P I R A N Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali 151 152 Lampiran 2. Hasil uji CFA peubah penelitian Chi Square = 112.49, df=98 P-value=0.15028, RMSEA=0.038, CFI=0.932 153 Lampiran 3. Data deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITAN

BAB III METODE PENELITAN BAB III METODE PENELITAN A. Obyek / Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada PUSKESMAS Mantrijeron, sebagai unit pelayanan jasa yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO

Lebih terperinci

STRUCTURAL EQUATION MODELING - PLS. SPSS for Windows

STRUCTURAL EQUATION MODELING - PLS. SPSS for Windows STRUCTURAL EQUATION MODELING - PLS SPSS for Windows A. PENILAIAN MODEL PENGUKURAN Penilaian model pengukuran dibagi menjadi 2 pengukuran yaitu pengukuran model reflektif dan pengukuran model formatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Objek penelitian ini adalah Karyawan PT Tuin Abadi. Penelitian ini diteliti dengan kuesioner tertulis secara Face to Face (tatap muka) yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kepuasan pelanggan berbelanja di Tokopedia. Proses penelitian akan

BAB III METODE PENELITIAN. kepuasan pelanggan berbelanja di Tokopedia. Proses penelitian akan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini tentang pengaruh keamanan dan kemudahan terhadap kepuasan pelanggan berbelanja di Tokopedia. Proses penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kasihan, Tamantirto, Bantul, Yogyakarta. Akuntansi, Prodi Ilmu Ekonomi sejumlah 76 dosen.

BAB III METODE PENELITIAN. Kasihan, Tamantirto, Bantul, Yogyakarta. Akuntansi, Prodi Ilmu Ekonomi sejumlah 76 dosen. BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Alamat: Jalan Lingkar Selatan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Karakteristik responden Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini :

Lebih terperinci

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN. menjelaskan keadaan pada objek penelitian yaitu dengan penelitian asosiatif. Penelitian

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN. menjelaskan keadaan pada objek penelitian yaitu dengan penelitian asosiatif. Penelitian BAB 3 METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Disesuaikan dengan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan untuk menjelaskan keadaan pada objek penelitian yaitu dengan penelitian asosiatif.

Lebih terperinci

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penerapan Self Assessment System dan Kualitas Pelayanan Pajak terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penerapan Self Assessment System dan Kualitas Pelayanan Pajak terhadap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai pengaruh Penerapan Self Assessment System dan Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan

Lebih terperinci

2 METODE. Kerangka Pemikiran

2 METODE. Kerangka Pemikiran 16 2 METODE Kerangka Pemikiran PTT padi merupakan suatu metode pendekatan untuk mempertahankan atau meningkatkan produktivitas padi secara berkelanjutan dan efisiensi produksi. PTT menekankan pada prinsip

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2010:13), definisi dari objek penelitian yaitu Sasaran

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2010:13), definisi dari objek penelitian yaitu Sasaran BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2010:13), definisi dari objek penelitian yaitu Sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan adalah explanative research dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan adalah explanative research dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah explanative research dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2008), penelitian menurut tingkat penjelasan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2010:13), definisi dari objek penelitian yaitu sasaran

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2010:13), definisi dari objek penelitian yaitu sasaran 54 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2010:13), definisi dari objek penelitian yaitu sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sakit yang terdiri dari tenaga medis (para dokter), tenaga paramedis (para

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sakit yang terdiri dari tenaga medis (para dokter), tenaga paramedis (para BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan sampel Populasi dari penelitian ini adalah karyawan tingkat kepala bagian di lima rumah sakit yang terdiri dari tenaga medis (para dokter), tenaga paramedis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada PT. First Media Production yang beralamat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada PT. First Media Production yang beralamat di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada PT. First Media Production yang beralamat di Gedung Berita Satu Plaza Lantai 5 Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 35-36 Jakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data, populasi dan sampel, variabel dan indikator, serta teknik analisis data.

BAB III METODE PENELITIAN. data, populasi dan sampel, variabel dan indikator, serta teknik analisis data. 40 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai arah dan cara melaksanakan penelitian yang mencakup jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, populasi dan sampel, variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Riduwan dan Achmad,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Riduwan dan Achmad, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Dalam suatu penelitian, populasi dan sampel digunakan untuk menentukan atau memilih subjek penelitian a. Populasi adalah wilayah generalisasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 1. Waktu Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan di tempat yang akan digunakan sebagai lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perumusan masalah yang teridentifikasi, pengumpulan dasar teori yang

BAB III METODE PENELITIAN. perumusan masalah yang teridentifikasi, pengumpulan dasar teori yang BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelakasanaan 1. Waktu Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan di tempat yang akan digunakan sebagai lokasi penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dan pernah melakukan pembelian produk secara online di Bukalapak.com. pusat perkantoran yang berada di Jakarta.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dan pernah melakukan pembelian produk secara online di Bukalapak.com. pusat perkantoran yang berada di Jakarta. BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan pada responden yang tinggal di Jakarta Selatan dan pernah melakukan pembelian produk secara online di Bukalapak.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karbohidrat. Produk hortikultura terbesar adalah buah-buahan dan sayuran.

I. PENDAHULUAN. karbohidrat. Produk hortikultura terbesar adalah buah-buahan dan sayuran. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produk hortikultura

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Gagasan pertama berdirinya Rumah Sakit Islam Jakarta, bermula dirasakannya kebutuhan akan pelayanan rumah sakit yang bernafaskan islam.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif ini digunakan dalam meneliti para karyawan di PT. Wira Saka Abadi dengan

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek dan Lokasi Penelitian 26 Obyek penelitian ini adalah manajer menengah yang bekerja di perusahaan perhotelan bintang satu sampai bintang lima yang berlokasi di Kota

Lebih terperinci

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA M. Eti Wulanjari dan Seno Basuki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. semua pengguna akhir sistem (end-user) pada Dinas Pendapatan, Pengelola

BAB III METODE PENELITIAN. semua pengguna akhir sistem (end-user) pada Dinas Pendapatan, Pengelola 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer yang merupakan data penelitian yang diperoleh langsung dari sumber aslinya (Sekaran, 2003). Objek penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. penelitian ini berlangsung selama periode Juli 2017.

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. penelitian ini berlangsung selama periode Juli 2017. BAB III METEDOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan ditempat yang akan dilakukan untuk penelitian,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAKSI... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL...viii BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. ABSTRAKSI... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL...viii BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAKSI... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL...viii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Batasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah kerangka untuk melaksanakan proyek riset

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah kerangka untuk melaksanakan proyek riset BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah kerangka untuk melaksanakan proyek riset pemasaran. Desain penelitian merupakan rincian prosedur dalam memperoleh informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010), penelitian eksplanatori adalah

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010), penelitian eksplanatori adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010), penelitian eksplanatori adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan pengertian objek penlitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012:38)

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan pengertian objek penlitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012:38) BAB III METODE PENELITIAN.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data. Dengan pengertian objek penlitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (01:8) bahwa Objek penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Sejarah Umum Fakultas Ekonomi UMY didirikan pada tanggal 24 Rabi ul Akhir 1401 H, bertepatan dengan tanggal 1 Maret 1981 M. Pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penyusunan skripsi yang dilakukan oleh penulis membutuhkan data-data yang relevan guna menunjang proses penelitian. Usaha untuk mengumpulkan data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil obyek penelitian di

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil obyek penelitian di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil obyek penelitian di Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian mulai dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti (Cooper dan Emory,

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti (Cooper dan Emory, III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang berasal langsung dari sumber data dikumpulkan secara khusus dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah semua pimpinan di lingkungan Satuan Kerja

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah semua pimpinan di lingkungan Satuan Kerja 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan sampel Populasi pada penelitian ini adalah semua pimpinan di lingkungan Satuan Kerja Pengelola Daerah (SKPD) Kota Bandarlampung. Sampel diambil dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Pendekatan deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. asosiatif. Menurut Sugiyono (2010:55) penelitian yang bersifat asosiatif merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. asosiatif. Menurut Sugiyono (2010:55) penelitian yang bersifat asosiatif merupakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat asosiatif. Menurut Sugiyono (2010:55) penelitian yang bersifat asosiatif merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Direktorat Jendral Pajak (DJP) merupakan Direktorat Jendral di bawah Kementerian Keuangan Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji Hipotesis (hypothesis testing). Uji

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji Hipotesis (hypothesis testing). Uji BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji Hipotesis (hypothesis testing). Uji Hipotesis adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah metode studi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah metode studi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah metode studi empiris, yaitu penelitian terhadap fakta empiris yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Kepanjen, yang terletak di Jl.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Kepanjen, yang terletak di Jl. A. Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Kepanjen, yang terletak di Jl. Panglima Sudirman No.1, Jatirejoyoso, Kepanjen, kota Malang. Alasan pemilihan

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perumusan masalah yang teridentifikasi, pengumpulan dasar teori yang

BAB III METODE PENELITIAN. perumusan masalah yang teridentifikasi, pengumpulan dasar teori yang BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 1. Waktu Penelitian Pada proses penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan di tempat yang akan digunakan sebagai lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terdapat di pemerintah Kabupaten/Kota se-provinsi Lampung. Pemilihan dinas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terdapat di pemerintah Kabupaten/Kota se-provinsi Lampung. Pemilihan dinas 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terdapat di pemerintah Kabupaten/Kota se-provinsi Lampung. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif atau

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif atau BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif atau analisis data statistik. Desain penelitian merupakan rincian prosedur dalam memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Semawung, Kec. Andong, Boyolali (lahan milik Bapak Sunardi). Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah Karyawan Bagian Akuntansi dan Keuangan BMT Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Sekitarnya. Sedangkan responden

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang ada di Bandar Lampung untuk mengetahui faktor-faktor yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang ada di Bandar Lampung untuk mengetahui faktor-faktor yang 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan pada universitas yang ada di Bandar Lampung untuk mengetahui faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tertentu untuk dijadikan objek dalam sebuah penelitian. Populasi dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. tertentu untuk dijadikan objek dalam sebuah penelitian. Populasi dalam penelitian ini BAB III 40 METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan dari sekelompok orang yang memiliki katarestik tertentu untuk dijadikan objek dalam sebuah penelitian. Populasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani Identitas petani merupakan suatu tanda pengenal yang dimiliki petani untuk dapat diketahui latar belakangnya. Identitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah explanative research dengan menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah explanative research dengan menggunakan pendekatan 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah explanative research dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian menurut tingkat penjelasan adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel kualitas

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel kualitas BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel kualitas produk, harga produk dan distribusi terhadap kepuasan customer serta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT. WOM Finance merupakan salah satu perusahaan pembiayaan (finance), dimana bidang usahanya memberikan pembiayaan kepada konsumen dengan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Gambir Tiga, Jakarta Pusat, tempat ini sengaja dipilih karena akses

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Seminar Nasional Serealia, 2013 KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Syuryawati, Roy Efendi, dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Untuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan nilai dari variabel variabel yang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan nilai dari variabel variabel yang BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Yang Digunakan Jenis penelitian yang peneliti gunakan bersifat deskriptif asosiatif, dikarenakan penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan nilai dari variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan adalah explanative research dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan adalah explanative research dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah explanative research dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2008), penelitian menurut tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ditempat yang akan digunakan sebagai, perumusan masalah yang

BAB III METODE PENELITIAN. ditempat yang akan digunakan sebagai, perumusan masalah yang 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dantempat Pelaksanaan 1. Waktu Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan ditempat yang akan digunakan sebagai, perumusan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METEDOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 1. Waktu Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikas permasalahan ditempat yang akan digunakan sebagai lokasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Google Apps for Edu. Menggunakan konsep hybrid learning, pembelajaran bukan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Google Apps for Edu. Menggunakan konsep hybrid learning, pembelajaran bukan 4 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Profil Aplikasi Brilian Brilian adalah aplikasi hybrid learning Stikom Surabaya dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1 kota di Provinsi D.I. Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan data realisasi

BAB III METODE PENELITIAN. 1 kota di Provinsi D.I. Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan data realisasi 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 kabupaten dan 1 kota di Provinsi D.I. Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan data realisasi APBD

Lebih terperinci

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI Prof. Dr. Marwoto dan Prof. Dr. Subandi Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian MALANG Modul B Tujuan Ikhtisar

Lebih terperinci

D. Statistik Deskriptif. Tabel 5 Statistik Deskriptif Variabel Gaya Kepemimpinan Transformasional Gaya Kepemimpinan Transformasional.

D. Statistik Deskriptif. Tabel 5 Statistik Deskriptif Variabel Gaya Kepemimpinan Transformasional Gaya Kepemimpinan Transformasional. 65 D. Statistik Deskriptif Statistik deskritif menunjukkan gambaran umum kecenderungan sampel yang diobservasi. Jawaban dari responden secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6. Pada Tabel 5 berikut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas deskripsi mengenai data sekunder dan data primer yang digunakan dalam penelitian. Data ini kemudian dianalisis menggunakan pemodelan persamaan struktural

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bintaro Jaya Sektor IV Tangerang Selatan pondok betung no. 88 bintaro jaya sektor IV Tangerang Selatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bintaro Jaya Sektor IV Tangerang Selatan pondok betung no. 88 bintaro jaya sektor IV Tangerang Selatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 1. Waktu Penelitian Waktu yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai pada bulan September hingga Januari 2016. Lokasi penulis skripsi ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. Bab ini merupakan hasil analisis data dan pembahasan penelitian

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. Bab ini merupakan hasil analisis data dan pembahasan penelitian 45 BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN Bab ini merupakan hasil analisis data dan pembahasan penelitian mengenai Pengaruh Kepuasan Pengguna terhadap Efektivitas Sistem Informasi E-procurement di Organisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah explanative research dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah explanative research dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah explanative research dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono dalam Illah (2010), penelitian menurut tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci