BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penuaan lebih cepat dibandingkan dengan orang lain (Wittenauer dkk., 2015).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penuaan lebih cepat dibandingkan dengan orang lain (Wittenauer dkk., 2015)."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama kulit. Seiring bertambahnya usia, fungsi kulit ikut menurun. Sel kulit yang mati melekat lebih lama di lapisan terluar sehingga kulit menjadi kering, kusam dan terasa kasar. Proses penuaan pada setiap orang tidak sama, ada orang yang mengalami proses penuaan lebih cepat dibandingkan dengan orang lain (Wittenauer dkk., 2015). Penuaan terjadi akibat adanya radikal bebas terutama dari sinar UVB yang selanjutnya akan membentuk ROS, pembentukan ROS ini yang dapat menghambat proliferasi sel dan menurunkan aktivitas dari sel fibroblas yang memproduksi kolagen sehingga mengakibatkan terjadinya penuaan dini (Brennan dkk., 2003). Beberapa cara untuk mengurangi kerusakan kulit dari radikal bebas akibat sinar UV yaitu menghindari paparan UV yang berlebihan, pemakaian pelindung sinar UV, pemakaian tabir surya, obat topikal vitamin A atau turunannya, atau obat topikal yang mengandung antioksidan, serta mengkonsumsi antioksidan, baik yang terdapat pada makanan maupun berupa suplemen (Jusuf, 2005). Pengembangan bahan anti aging dari alam sangat diperlukan dikarenakan Indonesia mempunyai kekayaan alam yang sangat melimpah termasuk bahan yang berasal dari laut (kelautan). Perairan Indonesia yang luas ini banyak tumbuh biota laut dan ganggang atau rumput laut. Keberadaan yang besar ini sangat perlu dikembangkan mengingat hasil kelautan di Indonesia belum banyak dimanfaatkan

2 sebagai obat maupun kosmetik. Gammone dan D Orazio, (2015) mengatakan pentingnya ganggang laut sebagai sumber bahan fungsional telah diakui dengan baik karena efek yang menguntungkan dalam kesehatan. Karotenoid laut terbesar dapat ditemukan pada brown algae (rumput laut coklat) seperti Undaria pinnatifida atau Laminaria japonica, dan Hijikia fusiformis (Yu dkk., 2011), Turbinaria decurrens, Padina australis, Hormophysa triquetra (Nursid dkk., 2013). Karotenoid merupakan salah satu senyawa yang mempunyai aktivitas dalam menangkap radikal bebas sehingg memberikan perlindungan secara non-enzimatik. Salah satu kandungan dalam karotenoid yang dimanfaatkan sebagai antioksidan dan anti aging adalah fukosantin. Fukosantin diisolasi dari Laminaria japonica telah dilaporkan dapat menekan aktivitas tirosinase pada marmot yang di radiasi UVB dan melanogenesis pada tikus yang teradiasi UVB. Studi ini menunjukkan bahwa pemberian fukosantin oral mencegah atau meminimalkan efek negatif dari radiasi UV seperti pembentukan melanin. Rumput laut coklat spesies Turbinaria decurrens, Padina australis, dan Hormophysa triquetra terbukti memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Nursid dkk., 2013). Selain itu, fukosantin telah terbukti memiliki sifat photoprotective di sel fibroblas manusia melalui penghambatan kerusakan DNA dan meningkatkan aktivitas antioksidan. Sifat protektif pada sel fibroblas dengan mencegah kematian sel akibat paparan sinar UVB dimaksudkan sebagai salah satu potensi anti aging fukosantin yang diisolasi dari ekstrak Sargassum siliquastrum (Heo & Jeon, 2009). Berdasarkan penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa ekstrak etanol rumput laut coklat Turbinaria decurrens yang telah diuji secara kualitatif (KLT) dan

3 kuantitatif (KCKT) menghasilkan kandungan fukosantin sebesar 285,47 ± 5,59 mg atau 3,32% dalam 8590 gram ekstrak etanol rumput laut coklat Turbinaria decurrens yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan dan anti aging melalui penghambatan enzim etalase, kolagenase dan tirosinase (Wirasti, 2016). Sehingga pada penelitian ini akan dilakukan penelitian lebih lanjut yang berfokus pada aktivitas ekstrak etanol rumput laut coklat Turbinaria decurrens terhadap viabilitas sel Human Dermal Fibroblast Adult (HDFa) sebagai salah satu uji anti aging. Penentuan aktivitas ekstrak etanol rumput laut coklat (Turbinaria decurrens) yang berpotensi sebagai anti aging dilakukan dengan menghitung persentase viabilitas sel dan IC90. B. Rumusan Masalah Apakah pemberian ekstrak etanol rumput laut coklat Turbinaria decurrens mampu memberikan aktivitas dalam mempertahankan viabilitas sel Human Dermal Fibroblast Adult (HDFa) akibat paparan hidrogen peroksida sebagai salah satu uji anti aging? C. Tujuan penelitian Mengetahui aktivitas ekstrak etanol rumput laut coklat Turbinaria decurrens dalam mempertahankan viabilitas sel Human Dermal Fibroblast Adult (HDFa) akibat paparan hidrogen peroksida sebagai salah satu uji anti aging.

4 D. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis Melengkapi bukti-bukti ilmiah tentang aktivitas anti aging ekstrak etanol rumput laut coklat Turbinaria decurrens. 2. Manfaat metodologis Memberikan informasi mengenai penggunaan metode kultur sel dengan MTT sebagai salah satu metode uji anti aging untuk bahan-bahan alam yang mangandung banyak senyawa. 3. Manfaat praktis Memberikan tambahan informasi kepada masyarakat mengenai potensi rumput laut coklat sebagai sumber anti aging alami. E. Keaslian penelitian Sampai saat ini, belum ada laporan penelitian tentang uji aktivitas terhadap viabilitas sel Human Dermal Fibroblast Adult (HDFa) sebagai salah satu uji anti aging dengan menghitung persentase viabilitas sel dan nilai IC90 dengan variasi konsentrasi dari ekstrak etanol rumput laut Turbinaria decurrens yang di uji menggunakan MTT (3-(4,5-Dimetiltiazol-2-il)-2,5-difeniltetrazolium bromida) dan diukur menggunakan ELISA reader pada panjang gelombang 550 nm.

5 F. Tinjauan Pustaka 1. Rumput laut coklat Turbinaria decurrens a. Taksonomi dan kandungan Turbinaria decurrens merupakan salah satu spesies dari rumput laut yang mempunyai kadar fukosantin tinggi. Turbinaria mengandung asam lemak, tanin, fenol, asam alginat, laminarin, steroid, manitol, mineral (termasuk Ca, Cu, Fe, I, K, Mg, Na, Zn), fitohormon (auksin, sitokinin, giberelin) dan pigmen (karoten, klorofil a, klorofil c dan fukosantin) (PROSEA, 2016). Taksonomi dari Turbinaria decurrens yaitu : Kingdom Phylum Class Orde Family Genus Species Sinonim : Chromista : Ochrophyta : Phaeophyceae : Fucales : Sargassaceae : Turbinaria : Turbinaria decurrens : Turbinaria vulgaris var decurrens (bory) J. Agardh (Silva dkk., 1996)

6 b. Fukosantin a). Biosintesis Fukosantin Diatom, mikroalga uniseluler tertutup dalam frustule silicaceous, menghasilkan fukosantin, meskipun jalur biosintesis untuk xantofil tidak diketahui di fitoplankton tersebut. Menurut analisis genom dua spesies, T. pseudonana dan P. Tricornutum (Armbrust dkk., 2004); (Bowler dkk., 2008) dua jalur yang berbeda diusulkan, yaitu hipotesis diadinosantin dan hipotesis neosantin (Gambar 1). Gambar 1. Hipotesis mengenai jalur biosintesis fukosantin (A) Hipotesis Diadinosantin:β - karoten diubah menjadi fukosantin dan diatosantindari diadinosantin ; (B) Hipotesis Neosantin: β karoten diubah menjadi fukosantin dan diadinosantin dari neosantin diolah dari Mikami dan Hosokawa, (2013)

7 Hipotesis diadinosantin melibatkan konversi berurutan violasantin untuk diadinosantin, yang merupakan prekursor fukosantin. Hipotesis neosantin, di sisi lain, mengusulkan percabangan dari jalur dari neosantin untuk kedua diadinosantin dan fukosantin. Hipotesis kedua sepenuhnya mendukung usulan (Mikami dan Hosokawa, 2013) jalur untuk rumput laut coklat; yaitu turunan diadinosantin dan fukosantin dari neosantin (gambar 1). b). Struktur dan metabolisme fukosantin Karotenoid yaitu sekelompok zat fitokimia yang bertanggung jawab untuk warna makanan dan memainkan peran penting baik dalam pencegahan penyakit manusia dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Menurut struktur kimianya dibagi menjadi karoten dan xanthophylls. Karoten tidak mengandung oksigen, yang larut dalam lemak dan larut dalam air. Berbeda dengan karotenoid lain, xantofil, mengandung oksigen dan dengan demikian sifat hidrofobik kecil. Karoten termasuk beta-karoten dan likopen. Xantofil adalah pigmen kuning yang pembentukan dari band kuning terlihat pada kromatografi awal pigmen daun. Struktur molekulnya mirip dengan karoten, tetapi xantofil mengandung atom oksigen, sedangkan karoten adalah murni hidrokarbon tanpa oksigen. Xantofil mengandung oksigen baik sebagai kelompok hidroksil atau pasangan atom hidrogen yang diganti dengan atom oksigen yang bertindak sebagai jembatan (epoksida). Untuk alasan ini, sifatnya menjadi lebih polar daripada karoten hidrokarbon murni, dan perbedaan ini yang memungkinkan pemisahan mereka dari karoten dengan berbagai jenis kromatografi (Gammone dan D Orazio, 2015).

8 Pada umumnya karoten lebih berwarna oranye dari xanthophylls. Kelompok xanthophylls meliputi fukosantin, lutein, zeasantin, neosantin, cantasantin, violasantin, capsorubin, astaksantin, α- dan β- criptosantin, yang merupakan xantofil hanya dikenal mengandung cincin beta ionone. Dalam spesies lain dari mamalia, xanthophylls tertentu dapat dikonversi menjadi analog hidroksilasi retina. Mereka memiliki potensi biologis antioksidan karena struktur kimianya dan interaksi dengan membran biologis. Sifat antioksidan dianggap sebagai mekanisme utama yang bermanfaat untuk kesehatan. Sedangkan sifat reduktif dapat menjelaskan efek fisiologis sebagai antioksidan. Secara umum, konsentrasi karotenoid dalam plasma darah mencerminkan konsentrasi makanan yang tertelan (Gammone dan D Orazio, 2015). Fukosantin (Gambar 2) adalah xantofil, strukturnya berbeda termasuk ikatan yang tidak biasa yaitu ikatan allenic, kelompok epoksida, dan gugus karbonil terkonjugasi dalam rantai poliena dengan sifat antioksidan (Maeda dkk., 2008; Maeda dkk., 2009; Takaichi, 2011). Gambar 2. Struktur molekul Fukosantin (Mikami,2013). 2. Khasiat dan manfaat Fukosantin, sebuah karotenoid spesifik yang ditemukan dalam rumput laut coklat, makroalga, diatom, mikroalga, dan mempunyai sifat biologis yang luar biasa

9 (Peng dkk., 2011). Memiliki struktur yang unik termasuk ikatan allenic dana 5,6- monoepoxide dalam molekul. Fukosantin adalah salah satu yang paling berlimpah dari jumlah karotenoid >10 % dari estimasi total produksi alam karotenoid yang ada (Maeda dkk., 2008). Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa fukosantin memiliki potensi yang cukup besar dan menjanjikan dalam aplikasi kesehatan manusia. Bioaktivitas dari fukosantin termasuk antioksidan, anti-inflamasi, antikanker, anti-obesitas, antidiabetes, antiangiogenik dan antimalaria, dan efek pelindung pada hati, pembuluh darah otak, tulang, kulit,dan mata (Yamamoto dkk., 2011). Fukosantin menghambat aktivitas tirosinase, melanogenesis di melanoma dan pigmentasi kulit yang diinduksi UVB. Pemberian topikal dari fukosantin (1%) secara signifikan menekan ekspresi mrna siklooksigenase (COX)-2, endotelin reseptor A, reseptor P75 neurotrophin (NTR), prostaglandin E reseptor 1 (EP1), melanocortin 1 reseptor (MC1R) dan protein-tirosinase yang terkait. Hasil ini menunjukkan bahwa fukosantin menunjukkan aktivitas anti-pigmen oleh pemberian topikal atau oral pada melanogenesis yang diinduksi UV-B (Shimoda dkk., 2010). Paparan kronis ultraviolet B (UVB) pada kulit menginduksi stress oksidatif, hal ini penyebab utama kanker kulit. Alga coklat pada kulit merupakan sumber potensial untuk antioksidan dan anti apoptosis, karena memproduksi senyawa pelindung terhadap faktor lingkungan, termasuk radiasi UV. Undaria Crenata (UCE) yang termasuk alga coklat berefek menghentikan aktivitas 1,1-difenil-2- pikrilhidrazil spesies oksigen radikal reaktif dan menginduksi intraseluler hidrogen

10 peroksida dan sinar UVB. UCE mengurangi apoptosis induksi UV-B, seperti yang ditunjukkan oleh penurunan apoptosis dan fragmentasi inti dan DNA, sehingga terjadi pemulihan viabilitas sel. UCE juga menurunkan tingkat stres oksidatif karena induksi UVB pada tingkat lipid, protein, dan DNA seperti yang ditunjukkan oleh penurunan di 8-isoprostan, karbonilasi protein dan DNA. Hal ini menunjukkan bahwa UCE mampu melindungi keratinosit manusia terhadap stres oksidatif karena induksi UVB (Hyun dkk., 2013). 3. Ekstraksi Ekstraksi merupakan suatu metode penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksi. Ekstraksi dalam penelitian bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Terdapat berbagai macam jenis ekstraksi, salah satunya ekstraksi secara maserasi. Ekstraksi secara maserasi merupakan cara ekstraksi paling sederhana. (Harbone, 1987) 4. Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan

11 pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan. Secara teknologi maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan (Depkes RI, 2000). Maserasi berasal dari bahasa latin Macerace berarti mengairi dan melunakan. Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang masih utuh (Voigh, 1994). 5. Ekstrak Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang terisi diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995). Ekstrak dikelompokan atas dasar sifatnya, yaitu (Voight, 1995): a. Ekstrak encer adalah sediaan yang memiliki konsistensi semacam madu dan dapat dituang. b. Ekstrak kental adalah sediaan yang dilihat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%. Tingginya kandungan air menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat karena cemaran bakteri. c. Ekstrak kering adalah sediaan yang memiliki konsistensi kering dan mudah dituang, sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.

12 d. Ekstrak cair, ekstrak yang dibuat sedemikiannya sehingga 1 bagian simplisia sesuai dengan 2 bagian ekstrak cair. Proses ekstraksi dapat melalui tahap dari pembuatan serbuk, pembasahan, penyarian, dan pemekatan. Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dipilih berdasarkan kemampuannya dalam melarutkan jumlah yang maksimum dari zat aktif dan yang seminimum mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan (Depkes RI, 2000). 6. Kulit Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dari lingkungan hidup yang membatasi dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa kira-kira 15% berat badan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga tergantung pada lokasi tubuh (Djuanda dkk., 1999). Secara garis besar kulit tersusun dari tiga lapisan utama yaitu: 1. Lapisan epidermis merupakan lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Lapisan penyusun epidermis mengalami regenerasi setiap 4-6 minggu. Lapisan ini tediri dari stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basal. a. Stratum corneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit terluar yang terdiri dari sel keratinosit, mudah terkelupas dan terus berganti. b. Stratum lusidum berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.

13 c. Stratum granulosum terdiri dari 3-5 lapis sel polygonal gepeng, dengan inti ditengah dan sitoplasma terdiri oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin. Granula ini mengandung protein kaya histidin. d. Stratum spinosum atau lapisan Malphigi terdiri berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril. Pada lapisan ini terdapat sel Langerhans. e. Stratum basal merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit dan diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan. Pada lapisan ini terjadi aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggungjawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan (Djuanda dkk., 1999). 2. Lapisan dermis Lapisan dermis merupakan lapisan di bawah dermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yakni: a. Pars papilare yaitu bagian tipis mengandung jaringan ikat jarang, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah. b. Pars retikulare adalah bagian tebal terdiri dari jaringan ikat padat, berisi kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan folikel rambut (Djuanda dkk., 1999). 3. Lapisan subkutis Lapisan subkutis merupakan lapisan di bawah dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Lapisan sel-sel lemak disebut penikulus adipose, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan

14 ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, berbeda dengan daerah di kelopak mata yang sangat sedikit jaringan lemaknya (Djuanda dkk., 1999). Lapisan kulit pada manusia mempunyai peranan yang sangat penting, selain fungsi utama yang menjamin kelangsungan hidup juga mempunyai fungsi sebagai proteksi, absorbsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D dan keratinisasi (Djuanda dkk., 1999). 7. Penuaan dini Penuaan dini adalah proses penuaan kulit yang lebih cepat dari waktunya (Noormindhawati, 2013). Penuaan dini bisa terjadi pada siapa saja terutama di Indonesia yang merupakan daerah beriklim tropis dengan sinar matahari berlimpah. Proses degeneratif kulit yang terlalu sering terpapar sinar ultraviolet berlangsung lebih cepat (Muliyawan dan Suriana, 2013). Anti aging atau anti penuaan adalah sediaan yang berfungsi menghambat proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu menghambat timbulnya tandatanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013). Penuaan pada kulit adalah suatu mekanisme biologis yang ditandai dengan adanya perubahan struktur maupun elastisitas kulit, yang terjadi bersama dengan waktu sebagai bagian dari proses penuaan fisiologis (intrinsik) maupun yang dipicu oleh efek dari luar (ekstrinsik) (Pinnell, 2003). Penuaan kulit pada dasarnya terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu penuaan intrinsik/kronologi (chronological aging)

15 merupakan proses penuaan yang berlangsung secara alamiah yang disebabkan berbagai faktor dari dalam tubuh sendiri, seperti genetik, hormonal, dan ras. Fenomena ini tidak dapat dicegah dan penuaan ekstrinsik (photoaging) yang disebabkan oleh faktor eksternal seperti sinar matahari/ultraviolet, polusi udara, suhu, asap rokok, alat elektronik, nutrisi yang tidak seimbang dan berbagai faktor eksternal lainnya yang dapat mempercepat proses penuaan kulit sehingga terjadi penuaan dini. Proses ini dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor yang mempercepat proses tersebut (Jusuf, 2005). Salah satu penuaan ekstrinsik bisa disebabkan karena adanya radikal bebas yang menyebabkan penuaan dini. Adanya radikal bebas yang terdapat dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai kerusakan baik pada sel maupun jaringan. Tubuh mempunyai sistem perlindungan endogen terhadap adanya senyawa radikal bebas. Sistem perlindungan tersebut berupa perlindungan secara enzimatik dan nonenzimatik. Perlindungan secara enzimatik dapat berupa enzim-enzim dalam tubuh yang dapat mengubah senyawa radikal bebas menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi tubuh. Enzim katalase dapat mengubah hidrogen peroksida yang bersifat radikal menjadi air dan oksigen (Kang dkk., 2006). Perlindungan secara non-enzimatik berupa senyawa-senyawa yang mempunyai aktivitas dalam menangkap radikal bebas seperti senyawa polifenol, asam askorbat dan karotenoid (Yoo dkk., 2008). Secara klinis pada penuaan ekstrinsik (terutama akibat radiasi sinar UV), kulit menjadi kering, kasar, tidak merata, warnanya tidak merata (hipo/hiperpigmentasi), terjadi kerutan yang dalam atau atrofi yang parah, pembentukan lentigo solaris,

16 timbulnya lesi kulit premalignan, tidak elastis dan kaku, serta leathery appearance (Pinnell, 2003). 8. Radikal bebas Radikal bebas adalah molekul yang pada orbit terluarnya mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan (Chen dkk., 1996). Elektron tidak berpasangan pada radikal bebas bersifat tidak stabil dan reaktif (Valko dkk., 2006). Radikal bebas dapat bersumber dari dalam tubuh (endogen) yang dihasilkan oleh proses respirasi aerobik sel mitokondria, fagositosis sel lasing, sel peroksisom dan enzim sitokrom p450. Radikal bebas dapat berupa reactive oxygen species (ROS) dan reactive nitrogen species (RNS) (Valko dkk., 2006). a. Reactive oxygen species (ROS). Oksigen yang sangat esensial bagi kehidupan, ternyata mempunyai peranan dalam kematian sel dan jaringan. Oksigen dalam bentuk molekul (dioksigen) mempunyai konfigurasi elektron yang unik dan bersifat radikal. Penambahan satu elektron pada molekul dioksigen dapat membentuk radikal anion superoksida. Radikal anion superoksida dihasilkan dari proses metabolisme aerobik atau dari radiasi fisik terhadap molekul dioksigen. Superoksida yang dihasilkan disebut sebagai ROS primer. Senyawa ROS primer yang bersifat reaktif akan berinteraksi dengan senyawa lain membentuk ROS sekunder (Valko dkk., 2006). Di dalam tubuh, radikal bebas sebagian besar dihasilkan oleh mitokondria melalui proses respirasi aerobik, dimana terjadi proses reduksi oksigen menjadi air. Pada proses respirasi aerobik terbentuk senyawa

17 intermediet ROS seperti anion superoksida, hidrogen peroksida, dan hidroksi radikal (Birben dkk., 2012). Senyawa H2O2 bersifat relatif permeabel terhadap membran sel, kurang reaktif dan merupakan radikal lemah dengan waktu paruh yang lama (Ryter dkk., 2007). Dengan adanya katalis logam seperti Fe, tingkat ketoksikan H2O2 terhadap sel menjadi lebih tinggi karena diubah menjadi molekul yang lebih reaktif (Mates dkk., 1999) melalui reaksi Fenton: H2O2 + Fe 2+ Fe 3+ + OH + OH (1) b. Reactive nitrogen species (RNS). Senyawa NO dihasilkan oleh nitric oxide synthetases (NOSs). Enzim NOSs dapat mengubah L-arginin menjadi L sitrulin (Sugamura dan Keany, 2011). NO berperan sebagai molekul sinyal dalam berbagai proses fisiologis, seperti neurotransmiter, pengaturan tekanan darah, mekanisme pertahanan tubuh, relaksasi otot polos, dan regulasi sistem imun. Waktu paruh senyawa NO hanya beberapa detik pada media air. Senyawa NO lebih stabil pada lingkungan dengan konsentrasi oksigen rendah. Senyawa NO mudah larut baik dalam air dan lemak, sehingga mudah berdifusi melalui membran sitoplasma (Valko dkk., 2006). Selain dari dalam tubuh (endogen), radikal bebas juga dapat bersumber dari luar tubuh (eksogen). Radikal bebas eksogen berasal dari menghirup asap rokok, paparan ozon, hiperoksia, radiasi sinar pengion, dan ion logam berat (Birben dkk., 2012). Spesies radikal bebas dapat menimbulkan beberapa akibat seperti proses adaptasi dengan meningkatkan sistem pertahanan antioksidan serta menimbulkan kerusakan jaringan misalnya kerusakan DNA, lipid, dan protein.

18 a. Kerusakan DNA. Senyawa radikal dapat merusak basa DNA, memecah rantai DNA, kesalahan penyandian gen dan dapat mengakibatkan terjadinya mutagenesis. Radikal bebas seperti OH dan H dapat bereaksi dengan basa DNA dan atom hidrogen senyawa gula yang terikat pada basa DNA. Atom C4-C5 basa pirimidin sangat sensitif terhadap serangan radikal bebas. Reaksi oksidasi basa pirimidin oleh radikal bebas menghasilkan senyawa seperti timin glikol, residu urea, 5-hidroksideoksiuridin, dan 5- hidroksideoksisitidin. Reaksi oksidasi basa purin oleh radikal bebas dapat menghasilkan senyawa seperti 8-hidroksideoksiguanosin (8-OhdG), 8- hidroksideoksiadenisin, dan formamidopirimidin. Senyawa 8-OhdG berhubungan dengan proses karsinogenesis dan digunakan sebagai marker adanya oksidasi DNA (Nisha dan Deshwal, 2011). Fragmentasi DNA oleh radikal bebas menyebabkan aktivasi enzim poli ADP-ribosa sintetase yang berfungsi dalam sistem repair DNA. Adanya kerusakan yang parah pada DNA membuat sel tidak dapat berfungsi secara normal dan mati (Sarma dkk., 2010). b. Peroksidasi membran lipid. Senyawa radikal bebas seperti ROS dan RNS dapat mengoksidasi membran sel yang terdiri atas fosfolipid. Senyawa fosfolipid mengandung asam lemak tak jenuh yang peka terhadap serangan radikal bebas. Proses oksidasi lipid terdiri dari (1) inisiasi, yaitu pembentukan radikal asam lemak tak jenuh oleh senyawa radikal bebas, (2) propagasi, radikal asam lemak tak jenuh bereaksi baik dengan oksigen maupun asam lemak lain membentuk peroksida lipid, dan (3) terminasi,

19 pembentukan asam lemak non-radikal akibat adanya dua radikal asam lemak yang bereaksi (Schafer dkk., 2000). Adanya kerusakan membran lipid dapat menyebabkan fluiditas dan permeabilitas membran terganggu. Kerusakan membran lipid juga menyebabkan terganggunya fungsi protein yang terikat pada membran seperti enzim dan reseptor (Sarma dkk., 2010). c. Kerusakan protein. Senyawa radikal bebas dapat menyerang protein, membuat protein mengalami fragmentasi, cross-linking dan modifikasi molekul protein. Reaksi antara protein dan radikal bebas dapat membentuk protein hidroperoksida yang bersifat reaktif dan dapat menginisiasi pembentukkan radikal bebas baru (Devasagayam dkk., 2004). Kerusakan pada protein dapat mengganggu fungsi enzimatik dan mengganggu proses signaling yang diperantarai oleh reseptor protein (Sarma dkk., 2010). Pengaruh senyawa radikal pada protein kolagen dan elastin menyebabkan fragmentasi protein kolagen dan elastin, menyebabkan kulit menjadi keriput dan kasar (Kammeyer dan Luiten, 2015). Senyawa radikal bebas lebih lanjut dapat menimbulkan kematian sel baik secara apoptosis maupun secara nekrosis (Halliwell, 1992). 9. Fibroblas Fibroblas adalah jenis sel utama dalam dermis. Fibroblas memproduksi kolagen, elastin, protein matriks lainnya, dan enzim seperti kolagenese dan stromelysin. Di dalam dermis juga terdapat sel mast, leukosit polimorfonuklear, limfosit dan maktofag (Baumann dan Saghfari, 2009).

20 Fibroblas merupakan sel yang banyak terdapat pada jaringan ikat terutama pada kulit. Sel fibroblas terlibat secara aktif dalam pembentukan serat-serat terutama serat kolagen dan matriks amorf ekstraseluler. Selain itu fibroblas menghasilkan serat-serat retikulin, elastin, glikosamin, dan glikoprotein dari substansi interseluler amorf. Fibroblas terlibat pada pertumbuhan normal, proses penyembuhan luka dan aktifitas fisiologis dari tiap jaringan dan organ dalam tubuh. Fungsi utama fibroblas adalah menjaga integritas jaringan pendukung dengan cara mengatur perubahan umur matriks ekstraseluler secara berkesinambungan (Freshney, 2005). Sel fibroblas mudah untuk dikultur karena memiliki kemampuan tumbuh dan melekat yang tinggi dan regenerasi cepat (Freshney, 2005). Kultur sel fibroblas telah banyak digunakan antara lain untuk penelitian proses penyembuhan luka, mekanisme penuaan kulit. Metode ini banyak digunakan untuk melihat perkembangan sel proliferasi kinetik seluler serta biosintesis komponen matriks ekstraseluler (Akira, 1998). Sel fibroblas memiliki bentuk aktif dan bentuk tidak aktif. Bentuk aktif disebut sel fibroblast sedangkan bentuk tidak aktif disebut sel fibrosit (Junquieira dan Carneiro, 2005) (Gambar 3). Fibroblas meiliki aktivitas sintesis yang giat, mempunyai banyak prosesus sitoplasmik tidak teratur, nucleus berbentuk bulat telur, besar dan berwarna muda dengan kromatin halus dan suatu nukleolus yang jelas, sitoplasma penuh dengan retikulum sitoplasmik granuler dan apparatus golgi berkembang dengan baik (Harjana, 2011). Fibrosit berukuran lebih kecil dari pada fibroblas dan cenderung berbentuk kumparan serta mempunyai prosesus lebih sedikit dari fibroblas, mempunyai nukleus berbentuk panjang dan lebih kecil dari

21 fibroblas, sitoplasma asidopilik, mempunyai retikulum endoplasmik granuler dan aparatus golgi yang kurang berkembang jika dibanding dengan fibroblas, pada kondisi tertentu untuk kepentingan sintesis, suatu fibrosit bisa menjadi aktif sebagai fibroblas (Harjana, 2011). A B Gambar 3. Sel Fibroblas (A) dan Fibrosit (B) (Junquieira dan Corneiro, 2005) Sel yang diperoleh secara langsung dari pasien dan tumbuh pada medium kultur disebut sebagai kultur primer. Berbeda dengan biakan keratinosit, fibroblas lebih mudah tumbuh dan dapat dilakukan subkultur. Subkultur fibroblas dilakukan dengan memindahkan fibroblas murni dari petridesk kultur primer ke dalam medium segar kemudian ditempatkan dalam petridesk baru untuk memulai pertumbuhan kembali. Media yang banyak digunakan untuk transport dan media pertumbuhan fibroblas adalah Dulbecco s Modified Eagle Medium (DMEM), atau Roswell Park Memorial Institute (RPMI). Medium ini ditambahkan penisilin, streptomisin dan fetal bovine serum (FBS) atau fetal calf serum (FCS) (Yuli dkk.,

22 2015). Kultur sel adalah teknik yang biasa digunakan untuk mengembangkan sel diluar tubuh (in vitro). Keuntungan penggunaan kultur sel adalah lingkungan tempat hidup sel dapat dikontrol dan diatur sehingga kondisi fisiologi dari kultur relatif konstan. Kelemahan teknik tersebut adalah sel yang dikultur mengalami perubahan sifat karena perkembangbiakan sel dalam tubuh (in vivo) bekerja secara terintergritas dalam satu jaringan, sedangkan dalam kultur sel terpisah-pisah. Kondisi lingkungan kultur harus dibuat semirip mungkin dengan lingkungan awal di dalam tubuh supaya sel tumbuh dengan baik (Zarisman, 2006). 10. Viabilitas sel Viabilitas sel adalah kemungkinan sel untuk dapat hidup setelah terpapar suatu bahan. Uji viabilitas ini dilakukan dengan menguji sampel menggunakan suatu stressor penginduksi toksisitas pada sel. Adanya sel yang bertahan hidup ditentukan dengan MTT assay. Viabilitas sel pada penelitian ini diukur dengan MTT assay yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengetahui aktivitas selular setelah terpapar dengan bahan uji berdasarkan aktivitas succinic dehydrogenase mitokondria sel yang mengubah methylthiazole tetrazolium berwarna kuning menjadi kristal formazan ungu. Senyawa yang terlibat dalam proses reduksi garam tetrazolium adalah nicotinamide adenine dinucleotide (NADH), nicotinamide adenine dinucleotide phosphate (NADPH), dan suksinat. Proses ini dapat terjadi jika sel masih dapat beraktivitas. Perubahan warna yang terjadi, diukur dengan menggunakan microplate reader pada panjang gelombang nm. Kemudian hasilnya dipresentasekan terhadap kontrol (Riss dkk., 2015).

23 Gambar 4. Struktur MTT dan produk formazan (Riss dkk., 2015) Pengukuran dilakukan menggunakan ELISA reader. ELISA adalah suatu teknik deteksi dengan metode serologis yang berdasarkan atas reaksi spesifik antara antigen dan antibodi, mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dengan menggunakan enzim sebagai indikator. Prinsip dasar ELISA (Burgess G.W., 1995) adalah analisis interaksi antara antigen dan antibodi yang teradsorpsi secara pasif pada permukaan fase padat dengan menggunakan konjugat antibody atau antigen yang dilabel enzim. Enzim ini akan bereaksi dengan substrat dan menghasilkan warna. Warna yang timbul dapat ditentukan secara kualitatif dengan pandangan mata atau kuantitatif dengan pembacaan nilai absorbansi (OD) pada ELISA plate reader (Burgess, 1995). G. Landasan Teori Berdasarkan penelitian sebelumnya uji aktivitas antioksidan dan anti penuaan dini rumput laut coklat Turbinaria decurrens (Wirasti, 2016) menyebutkan bahwa ekstrak etanol rumput laut coklat Turbinaria decurrens yang telah diuji secara kualitatif dan kuantitatif mengandung fukosantin sebesar 3,32% yang memiliki aktivitas antioksidan dan anti penuaan dini. Pada penelitian terdahulu dalam Nursid

24 (2013) menyebutkan bahwa kandungan fukosantin dalam rumput laut coklat Turbinaria decurrens memiliki bioaktivitas yang sangat baik seperti antioksidan (Nomura dkk., 1997), antikanker (Yoshiko & Hoyuku, 2007), anti sinar ultraviolet (Urikura dkk., 2011) dan sebagai antitumor HeLa (tumor serviks) dan T47D (tumor payudara). Penelitian lain yang dilakukan oleh Heo & Jeon (2009) mengatakan bahwa ekstrak metanol Sargassum siliquastrum yang mengandung fukosantin dimanfaatkan untuk melindungi sel fibroblas manusia akibat UV-B. Evaluasi kemampuan melindungi sel fibroblas menggunakan metode 2,7 - dichorodihydrofluoroscein diacetate (DCFH-DA), 3-4,5-dimethylthiazol-2-yl) 2,5- diphenyltetrazolium bromide (MTT) dan cornet assay. Hasilnya menunjukkan bahwa ROS yang diproduksi akibat radiasi UV-B berkurang sangat signifikan. Peningkatan jumlah sel yang bertahan hidup dapat mencapai 87,47 % akibat efek dari fukosantin. Peningkatan jumlah sel fibroblas yang betahan hidup menunjukkan bahwa ekstrak metanol S.siliquastrum yang mengandung fukosantin dapat mengurangi adanya kerusakan kolagen yang diproduksi oleh sel fibroblas kulit manusia dimana hal ini berperan dalam proses penuaan. Dengan peningkatan sel fibroblas yang bertahan hidup menunjukkan bahwa ekstrak metanol S.siliquastrum yang mengandung fukosantin dapat berpotensi sebagai anti aging (Heo & Jeon, 2009). Namun sampai saat ini, belum ditemukan penelitian mengenai aktivitas ekstrak etanol rumput laut coklat T.decurrens terhadap viabilitas sel Human Dermal Fibroblast Adult (HDFa) akibat paparan hidrogen peroksida sebagai salah satu uji anti aging.

25 H. Hipotesis Ekstrak etanol rumput laut coklat Turbinaria decurrens memiliki aktivitas dalam mempertahankan viabilitas sel Human Dermal Fibroblast Adult (HDFa) akibat paparan hidrogen peroksida sebagai salah satu potensi anti aging.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama kulit. Seiring bertambahnya usia, fungsi kulit ikut menurun. Sel kulit yang mati melekat lebih lama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Faktor ekstrinsik yang sangat berperan dalam penuaan adalah ekspresi wajah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Faktor ekstrinsik yang sangat berperan dalam penuaan adalah ekspresi wajah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada usia 20 tahun, penuaan kulit yang bersifat irreversibel akan dimulai meskipun tanda-tanda tidak terlihat dalam waktu yang lama. Penuaan pada kulit merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fungsi kulit sebagai pelindung terhadap sejumlah racun, patogen, dan tekanan fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fungsi kulit sebagai pelindung terhadap sejumlah racun, patogen, dan tekanan fisik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penuaan atau aging merupakan suatu proses biologis alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Penuaan terjadi pada seluruh organ termasuk kulit. Fungsi kulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang paling mendasar manusia memerlukan oksigen, air serta sumber bahan makanan yang disediakan alam.

Lebih terperinci

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit FISIOLOGI KULIT Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, serta bersambung dengan selaput lendir yang melapisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pola hidup serta terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan pada persoalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya dan merupakan suatu kelompok

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia terletak di daerah tropis dan sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penuaan atau aging menjadi salah satu masalah pada setiap orang, terutama pada mereka yang sudah memasuki usia menengah atas. Paparan sinar matahari, polusi udara

Lebih terperinci

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis KULIT MANUSIA FUNGSI KULIT Membantu mengontrol temperatur tubuh Melindungi tubuh dari kuman Melindungi struktur dan organ vital dari perlukaan Terlibat dalam proses pembuangan sampah sisa metabolisme tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari adalah sumber utama radiasi sinar ultraviolet (UV) untuk semua sistem kehidupan manusia. Radiasi sinar UV dibagi menjadi tiga kategori, yaitu radiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup remaja yang telah digemari oleh masyarakat yaitu mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan mengakibatkan gangguan pada organ hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses penuaan merupakan suatu proses fisiologis yang selalu terjadi pada setiap makhluk hidup. Penuaan atau proses menua/menjadi tua (aging) adalah menghilangnya

Lebih terperinci

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang BAB II Penuaan Dini pada Wanita Jepang 2.1 Penuan Dini Banyak orang berfikir bahwa penuaan merupakan hal yang sangat biasa, bahkan bagi sebagian orang penuaan dianggap tidak terlalu penting untuk kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab penuaan dini adalah merokok. Dimana asap rokok mengandung komponen yang menyebabkan radikal bebas. Radikal bebas dalam jumlah banyak akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum lycopersicum L.) terhadap perubahan histologi kelenjar mammae mencit betina yang diinduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging adalah suatu proses menghilangnya kemampuan seluruh organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi informasi dan ekonomi telah membawa perubahan pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV, polusi dan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah diketahui bahwa ketinggian menimbulkan stress pada berbagai sistem organ manusia. Tekanan atmosfer menurun pada ketinggian, sehingga terjadi penurunan tekanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk kanker. Kandungan terbesar dalam

BAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk kanker. Kandungan terbesar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan alkohol sebagai minuman yang sudah tentu bertentangan dengan ajaran islam saat ini ada kecenderungan meningkat di masyarakat. Penggunaan alkohol terutama

Lebih terperinci

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut: Histologi kulit Kulit merupakan organ tubuh paling luar dan membatasi bagian dalam tubuh dari lingkungan luar. Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1.5 m 2 dan beratnya sekitar 15% dari berat badan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tubuh karena akan mengalami proses detoksifikasi di dalam organ tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tubuh karena akan mengalami proses detoksifikasi di dalam organ tubuh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alkohol merupakan zat kimia yang dapat menimbulkan berbagai dampak terhadap tubuh karena akan mengalami proses detoksifikasi di dalam organ tubuh. Penggunaan alkohol

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental murni laboratoris in vitro. B. Sampel Penelitian Subjek penelitian ini adalah Human Dermal Fibroblast,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit degeneratif, seperti kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, stroke, sirosis hati, katarak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit sehat merupakan idaman semua orang terutama bagi kaum perempuan oleh karena itu mayoritas masyarakat menggunakan produk kosmetik pemutih yang beredar di pasaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan penuaan seperti penyakit sehingga dapat dicegah, dihindari dan

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan penuaan seperti penyakit sehingga dapat dicegah, dihindari dan 2 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penuaan kini telah mendapat perhatian khusus di ilmu Kedokteran. Konsep Anti Aging Medicine yang dicetuskan pada tahun 1993, mengganggap dan memperlakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit degeneratif merupakan penyakit tidak menular yang berlangsung kronis seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes dan lainnya. Penyakit ini telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahapan dalam siklus sel. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam surat an Nuh :

BAB I PENDAHULUAN. tahapan dalam siklus sel. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam surat an Nuh : 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri kehidupan sel ditandai dengan terjadinya proliferasi. Proliferasi merupakan pertumbuhan yang disebabkan oleh pembelahan sel yang aktif dan bukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini di jaman yang sudah modern terdapat berbagai macam jenis makanan dan minuman yang dijual di pasaran. Rasa manis tentunya menjadi faktor utama yang disukai

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah kondisi berlebihnya berat badan akibat banyaknya lemak pada tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), di sekitar organ tubuh,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penyakit diawali oleh adanya reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh. Reaksi oksidasi ini memicu terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring bertambahnya usia, daya fungsi makhluk hidup akan menurun secara progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada beberapa faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di dalam tubuh dan terlibat hampir pada semua proses biologis mahluk hidup. Senyawa radikal bebas mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makhluk hidup atau organisme akan sampai pada proses menjadi tua secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila datangnya tepat waktu. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan bahan minuman yang terkenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga terkenal di seluruh dunia. Hal ini karena seduhan kopi memiliki aroma yang khas yang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 200 tahun. Kenyataannya, Biro Kependudukan Amerika Serikat meramalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. 200 tahun. Kenyataannya, Biro Kependudukan Amerika Serikat meramalkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses yang dialami oleh setiap manusia di dunia, tetapi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi proses penuaan dapat diperlambat. Usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kanker merupakan suatu jenis penyakit berupa pertumbuhan sel yang tidak terkendali secara normal. Penyakit ini dapat menyerang semua bagian organ tubuh dan dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan ancaman besar bagi kesehatan di dunia (Emmons, 1999). Merokok memberikan implikasi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neoplasma adalah suatu massa jaringan abnormal yang berproliferasi cepat, tidak terkoordinasi melebihi jaringan normal dan dapat menetap setelah hilangnya rangsang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penampilan kulit adalah indikator utama dari usia. Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anti Aging Medicine (AAM) adalah ilmu yang berupaya memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang akan terjadi pada

Lebih terperinci

RINGKASAN. SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah

RINGKASAN. SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah RINGKASAN SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah Kebutuhan kosmetik saat ini tidak terbatas pada kosmetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latihan fisik secara teratur memberikan banyak manfaat bagi kesehatan termasuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, dan penyakit diabetes (Senturk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu penyakit dari unit pilosebasea yang dapat sembuh sendiri, terutama dijumpai pada anak remaja. Kebanyakan kasus akne vulgaris disertai

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 1. Berikut ini merupakan kandungan keringat, kecuali?? SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 Air NaCl Urea Glukosa Kulit merupakan salah satu alat ekskresi. Kulit mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Timbal merupakan logam yang secara alamiah dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2. Logam ini telah digunakan sejak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan jumlah penderitanya terus meningkat di seluruh dunia seiring dengan bertambahnya jumlah populasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng Minyak goreng merupakan salah satu bahan yang termasuk dalam lemak, baik yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun dari

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari BAB VI PEMBAHASAN VI.1. Pembahasan Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari kedua kelompok tak berbeda bermakna. Kadar NO serum antar kelompok berbeda bermakna. Kadar NO

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan wrinkle/kerutan kulit, kulit yang kasar, kulit kering,

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan wrinkle/kerutan kulit, kulit yang kasar, kulit kering, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan dini (PD) adalah proses degeneratif yang melibatkan kulit dan sistem penyokong kulit, 1 berupa perubahan stuktural dan elastilitas kulit yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plumbum adalah salah satu logam berat yang bersifat toksik dan paling banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non essential trace element

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik yang dilakukan dengan teratur dapat mencegah penyakit kronis seperti kanker, hipertensi, obesitas, depresi, diabetes dan osteoporosis (Daniel et al, 2010).

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA

UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA Nurshalati Tahar 1, Haeria 2, Hamdana 3 Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan yang sangat signifikan, banyak sekali aktivitas lingkungan yang menghasilkan radikal bebas sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal (Herien, 2010). Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

Struktur Anatomi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatomi Kulit.

Struktur Anatomi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatomi Kulit. Struktur Anatmi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatmi Kulit. Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan kulit terluar biasa disebut lapisan ari atau epidermis, di bawah lapisan ari adalah lapisan jangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik pun meningkat. Salah satu sumber gizi yang paling penting adalah protein

BAB I PENDAHULUAN. yang baik pun meningkat. Salah satu sumber gizi yang paling penting adalah protein BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dari tahun ke tahun jumlah penduduk di negara Republik Indonesia semakin meningkat yang menyebabkan kebutuhan akan sumber makanan yang memiliki gizi yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui konsep Anti Aging Medicine, masalah-masalah penuaan dapat diatasi. sehingga kualitas hidup tetap terjaga dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. Melalui konsep Anti Aging Medicine, masalah-masalah penuaan dapat diatasi. sehingga kualitas hidup tetap terjaga dengan baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses yang terjadi dalam kehidupan manusia. Kita berharap dapat melewati penuaan dalam kondisi sehat dan tanpa keluhan penyakit. Penuaan sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hidup sehat, tuntutan terhadap bahan pangan juga bergeser. Bahan pangan yang banyak diminati konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran atau polusi merupakan perubahan yang tidak dikehendaki yang meliputi perubahan fisik, kimia, dan biologi. Pencemaran banyak mengarah kepada pembuangan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini rimpang jahe merah dan buah mengkudu yang diekstraksi menggunakan pelarut etanol menghasilkan rendemen ekstrak masing-masing 9,44 % dan 17,02 %.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan kulit merupakan proses fisiologis yang terjadi pada semua makhluk hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti kulit menjadi

Lebih terperinci

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik Perbedaan gel dan emulgel? Emulgel merupakan terdiri dari 2 fase yang dimana gabungan antara fase emulsi dan fase gel.sedangkan gel merupakan terdiri dari satu fase saja yaitu terdiri dari basis gel dan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi 1 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi pelatihan fisik berlebih selama 35 hari berupa latihan

Lebih terperinci

MODUL NUTRITION FOR SKIN

MODUL NUTRITION FOR SKIN MODUL NUTRITION FOR SKIN EDISI 1, 14 DESEMBER 2015 POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA BY YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd NUTRITIONAL SKIN CARE Kulit manusia secara kontinyu terekspos pengaruh internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. milyaran sel-sel neuron yang berorganisasi dengan berbagai macam jaringan. proses proliferasi pada sel saraf otak (Sloane, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. milyaran sel-sel neuron yang berorganisasi dengan berbagai macam jaringan. proses proliferasi pada sel saraf otak (Sloane, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem saraf merupakan struktur pusat pengaturan yang tersusun oleh milyaran sel-sel neuron yang berorganisasi dengan berbagai macam jaringan (Carlsson dkk, 2000).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketuban Pecah Dini (KPD) masih merupakan masalah penting dalam bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua kelahiran dan mengakibatkan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan dan martabat manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas fisik adalah kegiatan hidup yang harus dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daun pohpohan merupakan bagian tanaman yang digunakan sebagai lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki aktivitas antioksidan yang besar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama digunakan di dunia. Parasetamol merupakan obat yang efektif, sederhana dan dianggap paling aman sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dibandingkan dengan unggas-unggas lainnya seperti ayam. Fakultas Peternakan

PENDAHULUAN. dibandingkan dengan unggas-unggas lainnya seperti ayam. Fakultas Peternakan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Itik Cihateup termasuk kedalam jenis unggas air yang memiliki sifat fisiologik terbiasa dengan air dan kemampuan thermoregulasi yang rendah dibandingkan dengan unggas-unggas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. daerah Gunung Kidul Yogyakarta dan pesisir Nusa Tenggara (Julyasih et

BAB I. PENDAHULUAN. daerah Gunung Kidul Yogyakarta dan pesisir Nusa Tenggara (Julyasih et BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selada laut (Ulva lactuca L) adalah makroalga laut yang banyak digunakan sebagai bahan pangan oleh masyarakat Indonesia di beberapa daerah seperti daerah Gunung Kidul

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan gizi pada masa kini. semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan gizi pada masa kini. semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan gizi pada masa kini semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi guna menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan di perairan tropis diketahui memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan di perairan tropis diketahui memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan di perairan tropis diketahui memiliki keanekaragaman jenis biota yang tinggi, termasuk keanekaragaman jenis alganya (Atmadja, 1992).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manggis merupakan tumbuhan fungsional karena sebagian besar tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat. Akan tetapi, masih belum diketahui efek sampingnya (Pasaribu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paparan sinar matahari dapat memicu berbagai respon biologis seperti sunburn, eritema hingga kanker kulit (Patil et al., 2015). Radiasi UV dari sinar matahari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh mereka untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh mereka untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temulawak termasuk salah satu jenis tumbuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Asia Tenggara. Temulawak sudah lama dimanfaatkan oleh mereka untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron tidak berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat yang reaktif sehingga cenderung bereaksi

Lebih terperinci

METABOLISME 2. Respirasi Sel Fotosintesis

METABOLISME 2. Respirasi Sel Fotosintesis METABOLISME 2 Respirasi Sel Fotosintesis Jalur Respirasi Aerobik dan Anaerobik Rantai respirasi Fotosintesis Fotosintesis merupakan proses sintesis molekul organik dengan menggunakan bantuan energi

Lebih terperinci

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Kompetensi Dasar : Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Indikator : 1. Menyebutkan organ-organ penyusun sistem ekskresi pada manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai penyakit dalam tubuh disebabkan oleh adanya radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul berbasis oksigen atau nitrogen dengan elektron tidak berpasangan

Lebih terperinci

Luka dan Proses Penyembuhannya

Luka dan Proses Penyembuhannya Luka dan Proses Penyembuhannya Anatomi Kulit Epidermis Dermis Subkutan 1 Epidermis Merupakan lapisan kulit terluar, tidak terdapat serabut saraf maupun pembuluh darah Berupa sel-sel berlapis gepeng yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. viii. PDF created with pdffactory Pro trial version

DAFTAR ISI. Halaman. viii. PDF created with pdffactory Pro trial version DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN. iii HALAMAN PERSEMBAHAN. iv HALAMAN DEKLARASI.... v KATA PENGANTAR.... vi DAFTAR ISI.. viii DAFTAR GAMBAR.. x DAFTAR TABEL.. xi DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tingkat gen akan kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor

I. PENDAHULUAN. tingkat gen akan kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat berbagai faktor penyebab tumor yang menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen akan kehilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia dibandingkan dengan jabatan, kekuasaan ataupun kekayaan. Tanpa kesehatan yang optimal, semuanya akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan flora yang sangat beragam, salah satunya kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat menggunakan tanaman obat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Molekul ini sangat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Molekul ini sangat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang tidak stabil karena memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Molekul

Lebih terperinci

Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh manusia. Berat kulit diperkirakan sekitar 7 % dari berat tubuh total.

Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh manusia. Berat kulit diperkirakan sekitar 7 % dari berat tubuh total. WIJUMA wt Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh manusia. Berat kulit diperkirakan sekitar 7 % dari berat tubuh total. Kulit memiliki fungsi yang sangat penting bagi tubuh, diantaranya:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini terjadi transisi epidemiologi yakni di satu sisi masih tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain mulai meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat latihan fisik dipahami sebagai olahraga. Olahraga dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh, serta berdampak pada kinerja fisik. Olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hidup sehat, tuntutan terhadap bahan pangan juga bergeser. Bahan pangan yang banyak diminati konsumen

Lebih terperinci