BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Faktor ekstrinsik yang sangat berperan dalam penuaan adalah ekspresi wajah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Faktor ekstrinsik yang sangat berperan dalam penuaan adalah ekspresi wajah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada usia 20 tahun, penuaan kulit yang bersifat irreversibel akan dimulai meskipun tanda-tanda tidak terlihat dalam waktu yang lama. Penuaan pada kulit merupakan suatu proses biologis kompleks yang dihasilkan dari penuaan intrinsik (dari dalam tubuh seperti genetik) dan perubahan yang berkembang seiring berjalannya waktu serta dampak ektrinsik disebabkan oleh faktor lingkungan. Faktor ekstrinsik yang sangat berperan dalam penuaan adalah ekspresi wajah repetitive, posisi tidur yang buruk dan merokok (Mackiewicz dan Rimkevicius, 2008). Terjadinya proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama kulit. Fungsi kulit ikut menurun, seiring bertambahnya usia. Sel kulit yang mati melekat lebih lama di lapisan terluar sehingga kulit menjadi kering, kusam dan terasa kasar. Proses penuaan pada setiap orang tidak sama, ada orang yang mengalami proses penuaan lebih cepat dibandingkan dengan orang lain (Wittenauer dkk., 2015). Tanda-tanda eksternal dari penuaan kulit yakni kerutan halus, kulit tipis dan transparan, bintik-bintik pigmen, kulit kendur, kulit kering dengan atau tanpa gatal, ketidakmampuan untuk berkeringat dengan cukup, rambut beruban, rambut ronok, tumbuh rambut yang tidak diingikan, penipisan lempeng kuku dan waktu pergantian kuku setengah bulan (Mackiewicz dan Rimkevicius, 2008). Penuaan terjadi akibat adanya radikal bebas terutama dari sinar UVB yang selanjutnya akan membentuk ROS, pembentukan ROS ini yang dapat menghambat

2 proliferasi sel dan menurunkan aktivitas dari sel fibroblas yang memproduksi kolagen sehingga mengakibatkan terjadinya penuaan dini (Brennan dkk., 2003). Teori radikal bebas merupakan teori yang sering dikaitkan sebagai penyebab faktor-faktor penuaan dini. Radiasi sinar UV merupakan pemicu yang sangat potensial dalam pembentukan radikal bebas Reactive Oxygen Species (ROS) pada kulit (Masaki, 2010). Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang sangat reaktif karena memiliki elektron yang tidak berpasangan (Winarsi, 2007). Proses penuaan dini dapat dihambat atau dicegah dengan menghindari faktor yang mempercepat proses penuaan dini (Fisher dkk., 2002). Beberapa cara untuk mengurangi kerusakan kulit dari radikal bebas akibat sinar UV yaitu menghindari paparan UV yang berlebihan, pemakaian pelindung sinar UV, pemakaian tabir surya, obat topikal vitamin A atau turunannya, atau obat topikal yang mengandung antioksidan, serta mengkonsumsi antioksidan, baik yang terdapat pada makanan maupun berupa suplemen (Jusuf, 2005). Indonesia mempunyai kekayaan alam yang sangat melimpah termasuk bahan yang berasal dari laut seperti biota laut dan ganggang atau rumput laut, sehingga pengembangan bahan antiaging dari alam sangat diperlukan. Kekayaan laut yang besar ini perlu dikembangkan mengingat hasil kelautan di Indonesia belum banyak dimanfaatkan sebagai obat maupun kosmetik. Menurut Gammone dan D Orazio (2015), ganggang laut sebagai sumber bahan fungsional telah diakui dengan baik karena efek yang menguntungkan dalam kesehatan. Oleh karena itu, isolasi dan penelitian bahan bioakif yang baru dengan aktivitas biologis dari rumput laut barubaru ini menarik perhatian. Fukosantin mendapat perhatian besar di antara bahan-

3 bahan fungsional yang diidentifikasi dari ganggang laut. Fukosantin merupakan salah satu kandungan dari karotenoid yang dimanfaatkan sebagai antioksidan dan antiaging. Karotenoid merupakan salah satu senyawa yang mempunyai aktivitas dalam menangkap radikal bebas sehingga memberikan perlindungan secara nonenzimatik. Karotenoid laut terbesar dapat ditemukan pada brown algae (rumput laut coklat) seperti Undaria pinnatifida atau Laminaria japonica, dan Hijikia fusiformis (Yu dkk., 2011), Turbinaria decurrens, Padina australis, Hormophysa triquetra (Nursid dkk., 2013). Fukosantin diisolasi dari Laminaria japonica telah dilaporkan dapat menekan aktivitas tirosinase pada marmot yang di radiasi UVB dan melanogenesis pada tikus yang teradiasi UVB. Pemberian fukosantin oral dapat mengurangi faktor melanogenesis dari radiasi UV (Shimoda dkk., 2010). Rumput laut coklat Padina australis, Hormophysa triquetra dan Turbinaria decurrens terbukti menganduung fukosantin sehingga memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Nursid dkk., 2013). Selain itu, fukosantin telah terbukti memiliki sifat photoprotective di sel fibroblas manusia melalui penghambatan kerusakan DNA dan meningkatkan aktivitas antioksidan sehingga juga dapat berpotensi mempunyai aktivitas sebagai antiaging (Heo dkk., 2009). Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa ekstrak etanol rumput laut coklat Padina australis mengandung fukosantin 13,79 mg/100 g berdasarkan uji kuantitatif KCKT. Ekstrak etanol rumput laut coklat Padina australis juga mempunyai aktivitas sebagai antioksidan dan antiaging melalui penghambatan enzim etalase, kolagenase dan tirosinase (Dirman, 2016). Oleh sebab itu penelitian

4 ini merupakan penelitian lanjutan yang berfokus pada aktivitas ekstrak etanol rumput laut coklat Padina australis terhadap viabilitas sel Human Dermal Fibroblast Adult (HDFa) sebagai salah satu uji antiaging yang berbahan baku rumput laut Indonesia yang melimpah. Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah persentase viabilitas sel dan Inhibition concentration 90 (IC90). Persentase viabilitas sel adalah persentase yang menyatakan kemampuan suatu sel dalam bertahan hidup setelah diberikan paparan senyawa uji sedangkan IC90 adalah nilai konsentrasi sampel yang menunjukkan 90% sel yang mampu bertahan setelah diberikan paparan senyawa uji. Aktivitas ekstrak etanol rumput laut coklat (Padina australis) yang berpotensi sebagai antiaging ditentukan dengan menghitung persentase viabilitas sel dan IC90. B. Rumusan Masalah 1. Apakah pemberian ekstrak etanol rumput laut coklat Padina australis mampu memberikan aktivitas dalam mempertahankan viabilitas sel Human Dermal Fibroblast Adult (HDFa) sebagai salah satu uji antiaging akibat paparan hidrogen peroksida? 2. Pada konsentrasi berapakah ekstrak etanol rumput laut coklat Padina australis dan fukosantin yang memiliki kemampuan paling tinggi dalam mempertahankan proliferasi sel HDFa dari paparan H2O2? 3. Berapakah nilai IC90 yang didapatkan pada uji aktivitas ekstrak etanol rumput laut coklat Padina australis dan fukosantin terhadap viabilitas sel Human Dermal Fibroblast Adult?

5 C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui aktivitas ekstrak etanol rumput laut coklat Padina australis dalam mempertahankan viabilitas sel Human Dermal Fibroblast Adult (HDFa) sebagai salah satu uji antiaging akibat paparan hidrogen peroksida. 2. Mengetahui konsentrasi ekstrak etanol rumput laut coklat Padina australis dan fukosantin yang memiliki kemampuan paling tinggi dalam mempertahankan proliferasi sel HDFa dari paparan H2O2. 3. Mengetahui nilai IC90 pada uji aktivitas ekstrak etanol rumput laut coklat Padina australis dan fukosantin terhadap viabilitas sel Human Dermal Fibroblast Adult. D. Manfaat Penelitian 1. Menambah bukti ilmiah tentang aktivitas antiaging ekstrak etanol rumput laut coklat khususnya Padina australis. 2. Memberikan tambahan informasi kepada masyarakat mengenai potensi rumput laut coklat sebagai sumber antiaging alami dalam bidang kecantikan. E. Keaslian Penelitian Penelitian uji aktivitas ekstrak etanol rumput laut coklat Padina australis terhadap viabilitas sel Human Dermal Fibroblast Adult (HDFa) sebagai salah satu uji antiaging dengan menghitung persentase viabilitas sel dan nilai IC90 dengan variasi konsentrasi belum pernah dilakukan. Penelitian yang sudah pernah dilakukan terkait dengan penggunaan bahan alam ini adalah aktivitas antioksidan, sitotoksisitas rumput laut coklat dari Pantai Binuangeun, Banten (Nursid dkk., 2013), aktivitas anti pigmen dari fukosantin dan pengaruhnya terhadap ekspresi

6 mrna kulit dari molekul melanogenik (Shimoda dkk., 2010), dan anti kanker terhadap berbagai karsinoma pada manusia (Yu dkk., 2011). F. Tinjauan Pustaka 1. Rumput laut coklat Padina australis Rumput laut coklat Padina australis merupakan jenis ganggang yang hidup diperairan laut dangkal dan banyak terdapat di Indonesia. Adapun morfologi, ciri morfologi dan habitat diuraikan sebagai berikut: Gambar 1. Tanaman Padina australis Hauck (Dirman, 2016) a. Klasifikasi dari jenis alga ini yaitu: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Phaeophyta : Phaeophyceae : Dictyotales : Dictyotaceae : Padina : Padina australis (Hauck dkk., 1887)

7 b. Ciri-ciri morfologi Thallus dari Padina australis mirip seperti kebanyakan rumput laut dari genus padina, yakni berbentuk seperti kipas, serta membentuk segmensegmen lembaran tipis (lobus) dengan garis-garis yang cenderung melingkar (radial). Sering ditemukan struktur thallusnya berbentuk terpotong-potong. Rumput laut padina merupakan salah satu rumput laut coklat yang mengandung kalsium karbonat pada bagian tubuhnya, terlihat dari warna keputih-putihan yang berada pada thallusnya (Gambar 1) (Dirman, 2016). c. Habitat dan distribusi Padina australis biasa ditemukan di pinggir pantai dan bebatuan. Penyebaran alga ini tersebar luas di perairan pasifik selatan terutama di wiliyah Australia dan perairan Samudera Hindia. Di Indonesia sendiri alga ini mudah sekali ditemukan di hampir seluruh pesisir kepulauan (Dirman, 2016). 2. Fukosantin Fukosantin ditemukan dalam rumput laut coklat, diatom dan dinoflagellata yang memiliki struktur yang unik, termasuk ikatan allenic, epoksida dan kelompok karbonil terkonjugasi dalam rantai poliena dari molekul yang membedakan struktur dari karotenoid tanaman, seperti β- karoten dan lutein (Dirman, 2016).

8 a. Struktur dan Metabolisme Fukosantin Karotenoid, sekelompok zat fitokimia yang bertanggung jawab untuk warna makanan, memainkan peran penting baik dalam pencegahan penyakit manusia dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Mereka diklasifikasikan menurut sumber mereka di laut dan darat, menurut struktur kimianya dibagi menjadi karoten dan xanthophylls. Karoten tidak mengandung oksigen, yang larut dalam lemak dan larut dalam air. Berbeda dengan karotenoid lain, xantofil, mengandung oksigen dan dengan demikian sifat hidrofobiknya kecil. Karoten termasuk beta-karoten dan likopen. Xantofil adalah pigmen kuning yang pembentukan dari band kuning terlihat pada kromatografi awal pigmen daun. Struktur molekulnya mirip dengan karoten, tetapi xantofil mengandung atom oksigen, sedangkan karoten adalah murni hidrokarbon tanpa oksigen. Xantofil mengandung oksigen baik sebagai kelompok hidroksil atau pasangan atom hidrogen yang diganti dengan atom oksigen yang bertindak sebagai jembatan (epoksida). Untuk alasan ini, sifatnya menjadi lebih polar daripada karoten hidrokarbon murni, dan perbedaan ini yang memungkinkan pemisahan mereka dari karoten dengan berbagai jenis kromatografi (Gammone dan D Orazio, 2015). Pada umumnya karoten lebih berwarna oranye dari xanthophylls. Kelompok xanthophylls meliputi fukosantin, lutein, zeasantin, neosantin, cantasantin, violasantin, capsorubin, astaksantin, α- dan β- criptosantin, yang merupakan xantofil hanya dikenal mengandung cincin beta ionone. Dengan demikian β-criptosantin adalah satu-satunya xantofil yang diketahui memiliki

9 aktivitas pro-vitamin A untuk mamalia. Dalam spesies lain dari mamalia, xanthophylls tertentu dapat dikonversi menjadi analog hidroksilasi retina. Mereka memiliki potensi biologis antioksidan karena struktur kimianya dan interaksi dengan membran biologis. Sifat antioksidan dianggap sebagai mekanisme utama yang bermanfaat untuk kesehatan. Sedangkan sifat reduktif dapat menjelaskan efek fisiologis sebagai antioksidan. Secara umum, konsentrasi karotenoid dalam plasma darah mencerminkan konsentrasi makanan yang tertelan (Gammone dan D Orazio, 2015). Gambar 2. Struktur Molekul Fukosantin b. Khasiat dan Manfaat Fukosantin merupakan salah satu karotenoid spesifik yang ditemukan dalam rumput laut coklat, makroalga, diatom, mikroalga, dan mempunyai sifat biologis yang luar biasa (Peng dkk., 2011). Fukosantin memiliki struktur yang unik termasuk ikatan allenic dan 5,6- monoepoxide dalam molekul. Dari estimasi total produksi alam karotenoid yang ada, lebih dari 10% merupakan jumlah karotenoid dari fukosantin (Maeda dkk., 2008). Menurut sejumlah penelitian yang telah dilakukan, fukosantin menunjukkan potensi yang cukup besar dalam aplikasi kesehatan manusia.

10 Bioaktivitas dari fukosantin termasuk antioksidan, anti-inflamasi, antikanker, anti-obesitas, antidiabetes, antiangiogenik dan antimalaria, dan efek pelindung pada hati, pembuluh darah otak, tulang, kulit,dan mata (Yamamoto dkk., 2011). Fukosantin menghambat aktivitas tirosinase, melanogenesis di melanoma dan pigmentasi kulit yang diinduksi UVB. Fukosantin menunjukkan aktivitas anti-pigmen oleh pemberian topikal atau oral pada melanogenesis yang diinduksi UV-B. Efek dari fukosantin mungkin karena penekanan sintesis prostaglandin (PG)E2 dan stimulasi reseptor melanogenic (neurotrophin, PGE2 dan ekspresi melanocyte stimulating hormone) (Shimoda dkk., 2010). Paparan kronis ultraviolet B (UVB) pada kulit menginduksi stres oksidatif, hal ini penyebab utama kanker kulit. Alga coklat pada kulit merupakan sumber potensial untuk antioksidan dan anti apoptosis, karena memproduksi senyawa pelindung terhadap faktor lingkungan, termasuk radiasi UV. Undaria Crenata (UCE) yang termasuk alga coklat berefek menghentikan aktivitas 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil spesies oksigen radikal reaktif dan menginduksi intraseluler hidrogen peroksida dan sinar UVB. UCE mengurangi apoptosis induksi UV-B, seperti yang ditunjukkan oleh penurunan apoptosis dan fragmentasi inti dan DNA, sehingga terjadi pemulihan viabilitas sel. UCE juga menurunkan tingkat stres oksidatif karena induksi UVB pada tingkat lipid, protein, dan DNA seperti yang ditunjukkan oleh penurunan di 8-isoprostan, karbonilasi protein dan DNA.

11 Hal ini menunjukkan bahwa UCE mampu melindungi keratinosit manusia terhadap stres oksidatif karena induksi UVB (Hyun dkk., 2013). 3. Proses Penuaan Penuaan pada kulit adalah suatu mekanisme biologis yang ditandai dengan adanya perubahan struktur maupun elastisitas kulit, yang terjadi bersama dengan waktu sebagai bagian dari proses penuaan fisiologis (intrinsik) maupun yang dipicu oleh efek luar (ekstrinsik) (Dianasari, 2014). Perubahan-perubahan yang terlihat pada penuaan kulit seperti kulit menjadi kasar, kendor, dan keriput disertai garis-garis ekspresi wajah yang nyata dan sebagainya, akan sangat mempengaruhi penampilan seseorang dan secara langsung akan memperlihatkan gambaran bahwa seseorang telah memasuki usia senja. Penuaan dini bisa terjadi pada siapa saja terutama di Indonesia yang merupakan daerah beriklim tropis dengan sinar matahari berlimpah. Proses degeneratif kulit yang terlalu sering terpapar sinar ultraviolet berlangsung lebih cepat (Muliyawan dan Suriana, 2013). Saat kulit terekspos sinar matahari, radiasi UV terserap oleh molekul kulit yang dapat menimbulkan senyawa berbahaya yang disebut Reactive Oxygen Species (ROS). ROS dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada komponen sel seperti dinding sel, membran lipid, mitokondria, dan DNA (Yaar, 2006). Setiap paparan radiasi UV sepanjang usia hidup, sesungguhnya terus terakumulasi sebagai solar scar, yang kemudian bermanifestasi sebagai kerutan (wrinkle), proses ini disebut photoaging.

12 Antiaging atau anti penuaan adalah sediaan yang berfungsi menghambat proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013). 4. Fibroblas Fibroblas adalah jenis sel utama dalam dermis. Fibroblas memproduksi kolagen, elastin, protein matriks lainnya, dan enzim seperti kolagenese dan stromelysin. Di dalam dermis juga terdapat sel mast, leukosit polimorfonuklear, limfosit dan maktofag (Baumann dan Saghfari, 2009). Fibroblas merupakan sel yang banyak didapat pada jaringan ikat terutama pada kulit. Sel fibroblas terlibat secara aktif dalam pembentukan serat-serat terutama serat kolagen dan matriks amorf ekstraseluler. Selain itu fibroblas menghasilkan serat-serat retikulin, elastin, glikosamin, dan glikoprotein dari substansi interseluler amorf. Fibroblas terlibat dalam pertumbuhan normal, proses penyembuhan luka dan aktifitas fisiologis dari tiap jaringan dan organ dalam tubuh. Fungsi utama fibroblas adalah menjaga integritas jaringan pendukung dengan cara mengatur perubahan umur matriks ekstraseluler secara berkesinambungan (Freshney, 2005). Paparan sinar matahari, terutama sinar UVB terbukti dapat menghambat proliferasi fibroblas dan menurunkan aktivitas fibroblas yang mendasari timbulnya penuaan dini pada kulit akibar terpapar sinar matahari (Brennan dkk., 2003; Choi dkk., 2007).

13 Gambar 3. Sel Fibroblas (Junquieira dan Corneiro, 2005) Sel fibroblas mudah untuk dikultur karena memiliki kemampuan tumbuh dan melekat yang tinggi dan regenerasi cepat (Freshney, 2005). Kultur sel fibroblas telah banyak digunakan antara lain untuk penelitian proses penyembuhan luka, mekanisme penuaan kulit (Akira, 1998). 5. Sel Human Dermal Fibroblast Adult (HDFa) Human Dermal Fibroblast Adult adalah fibroblas dermal manusia yang diisolasi dari kulit orang dewasa serta didapatkan dari spesimen jaringan pasien sehat yang menjalani operasi plastik rutin. Kultur primer dari Human Dermal Fibroblast diisolasi oleh sebuah kombinasi disagregasi mekanis dan digesti enzimatis (kolagenase dan dispase) (Karlsson, 2009). Human Dermal Fibroblast Adult bertanggung jawab dalam memproduksi matiks ekstraseluler yang membentuk jaringan ikat kulit dan mempunyai peran

14 penting pada proses penyembuhan luka (Anonim, 2017). Kultur Human Dermal Fibroblast Adult dapat dilakukan dengan menggunakan media DMEM (Dulbecco s Modified Eagle s Media) yang mengandung 1% (v/v) penicillin/streptomisin dan 10% (v/v) Fetal Bovine Serum (FBS) dengan kondisi suhu 370 C, kelembaban 95%, dan aliran CO2 5% (Karim dkk., 2014). 6. Viabilitas sel Viabilitas sel adalah kemungkinan sel untuk dapat hidup setelah terpapar suatu bahan. Viabilitas sel pada penelitian ini diukur dengan MTT assay yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengetahui aktivitas selular setelah terpapar dengan bahan uji berdasarkan aktivitas succinic dehydrogenase mitokondria sel yang mengubah methylthiazole tetrazolium berwarna kuning menjadi kristal formazan ungu. Perubahan warna yang terjadi, diukur dengan menggunakan microplate reader pada panjang gelombang 570 nm. Kemudian hasilnya dipresentasekan terhadap kontrol (Riss dkk, 2015). Gambar 4. Mekanisme reaksi MTT menjadi formazan ( Riss dkk., 2015)

15 7. Radikal Bebas Pengertian radikal bebas dan oksidan sering disamarkan karena keduanya mempunyai sifat mirip dalam hal sebagai penerima elektron. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada orbit terluarnya (Beckman dan Ames, 1998). Elektron tidak berpasangan pada radikal bebas bersifat tidak stabil dan reaktif (Valko dkk., 2006). Radikal bebas dapat bersumber dari dalam tubuh (endogen) yang dihasilkan oleh proses respirasi aerobik sel mitokondria, fagositosis sel lasing, sel peroksisom dan enzim sitokrom p450. Radikal bebas dapat berupa reactive oxygen species (ROS) dan reactive nitrogen species (RNS) (Valko dkk., 2006). G. Landasan Teori Uji aktivitas antioksidan dan anti penuaan dini rumput laut coklat Padina australis (Dirman, 2016) pada penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa ekstrak etanol rumput laut coklat P. australis mengandung fukosantin 13,79 mg/100 g berdasarkan uji kuantitatif KCKT yang memiliki aktivitas antioksidan dan anti penuaan dini. Pada penelitian terdahulu dalam Nursid (2013) menyebutkan bahwa kandungan fukosantin dalam rumput laut coklat Turbinaria decurrens memiliki bioaktivitas yang sangat baik seperti antioksidan (Nomura dkk., 1997), antikanker (Yoshiko & Hoyuku, 2007), anti sinar ultraviolet (Urikura dkk., 2011) dan sebagai antitumor HeLa (tumor serviks) dan T47D (tumor payudara). Selain itu penelitian yang sudah pernah dilakukan terkait dengan penggunaan bahan alam ini adalah sitotoksisitas rumput laut coklat dari Pantai Binuangeun, Banten (Nursid dkk.,

16 2013), aktivitas anti pigmen dari fukosantin dan pengaruhnya terhadap ekspresi mrna kulit dari molekul melanogenik (Shimoda dkk., 2010), dan anti kanker terhadap berbagai karsinoma pada manusia (Yu dkk., 2011). Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Heo & Jeon (2009) mengatakan bahwa ekstrak metanol Sargassum siliquastrum yang mengandung fukosantin dimanfaatkan untuk melindungi sel fibroblas manusia akibat UV-B. Evaluasi kemampuan melindungi sel fibroblas menggunakan metode 2,7 - dichorodihydrofluoroscein diacetate (DCFH-DA), 3-4,5-dimethylthiazol-2-yl) 2,5- diphenyltetrazolium bromide (MTT) dan cornet assay. Hasilnya menunjukkan bahwa ROS yang diproduksi akibat radiasi UV-B berkurang sangat signifikan. Peningkatan jumlah sel yang bertahan hidup dapat mencapai 87,47 % akibat efek dari fukosantin. Peningkatan jumlah sel fibroblas yang bertahan hidup menunjukkan bahwa ekstrak metanol S. siliquastrum yang mengandung fukosantin dapat mengurangi adanya kerusakan kolagen yang diproduksi oleh sel fibroblas kulit manusia dimana hal ini berperan dalam proses penuaan. Dengan peningkatan sel fibroblas yang bertahan hidup menunjukkan bahwa ekstrak metanol S. siliquastrum yang mengandung fukosantin dapat berpotensi sebagai antiaging (Heo & Jeon, 2009). Namun sampai saat ini, belum ditemukan penelitian mengenai aktivitas ekstrak etanol rumput laut coklat Padina australis terhadap viabilitas sel Human Dermal Fibroblast Adult (HDFa) sebagai salah satu uji antiaging akibat paparan hidrogen peroksida.

17 H. Hipotesis Ekstrak etanol rumput laut coklat Padina australis memiliki aktivitas pada konsentrasi tertentu dalam mempertahankan viabilitas sel Human Dermal Fibroblast Adult (HDFa) sebagai salah satu potensi antiaging akibat paparan hidrogen peroksida.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama kulit. Seiring bertambahnya usia, fungsi kulit ikut menurun. Sel kulit yang mati melekat lebih lama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fungsi kulit sebagai pelindung terhadap sejumlah racun, patogen, dan tekanan fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fungsi kulit sebagai pelindung terhadap sejumlah racun, patogen, dan tekanan fisik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penuaan atau aging merupakan suatu proses biologis alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Penuaan terjadi pada seluruh organ termasuk kulit. Fungsi kulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penuaan lebih cepat dibandingkan dengan orang lain (Wittenauer dkk., 2015).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penuaan lebih cepat dibandingkan dengan orang lain (Wittenauer dkk., 2015). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama kulit. Seiring bertambahnya usia, fungsi kulit ikut menurun. Sel kulit yang mati melekat lebih lama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses penuaan merupakan suatu proses fisiologis yang selalu terjadi pada setiap makhluk hidup. Penuaan atau proses menua/menjadi tua (aging) adalah menghilangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging adalah suatu proses menghilangnya kemampuan seluruh organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari adalah sumber utama radiasi sinar ultraviolet (UV) untuk semua sistem kehidupan manusia. Radiasi sinar UV dibagi menjadi tiga kategori, yaitu radiasi

Lebih terperinci

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang BAB II Penuaan Dini pada Wanita Jepang 2.1 Penuan Dini Banyak orang berfikir bahwa penuaan merupakan hal yang sangat biasa, bahkan bagi sebagian orang penuaan dianggap tidak terlalu penting untuk kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk kanker. Kandungan terbesar dalam

BAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk kanker. Kandungan terbesar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan alkohol sebagai minuman yang sudah tentu bertentangan dengan ajaran islam saat ini ada kecenderungan meningkat di masyarakat. Penggunaan alkohol terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penuaan atau aging menjadi salah satu masalah pada setiap orang, terutama pada mereka yang sudah memasuki usia menengah atas. Paparan sinar matahari, polusi udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi informasi dan ekonomi telah membawa perubahan pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV, polusi dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan penuaan seperti penyakit sehingga dapat dicegah, dihindari dan

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan penuaan seperti penyakit sehingga dapat dicegah, dihindari dan 2 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penuaan kini telah mendapat perhatian khusus di ilmu Kedokteran. Konsep Anti Aging Medicine yang dicetuskan pada tahun 1993, mengganggap dan memperlakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya dan merupakan suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang paling mendasar manusia memerlukan oksigen, air serta sumber bahan makanan yang disediakan alam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan wrinkle/kerutan kulit, kulit yang kasar, kulit kering,

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan wrinkle/kerutan kulit, kulit yang kasar, kulit kering, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan dini (PD) adalah proses degeneratif yang melibatkan kulit dan sistem penyokong kulit, 1 berupa perubahan stuktural dan elastilitas kulit yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penyakit diawali oleh adanya reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh. Reaksi oksidasi ini memicu terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan adalah proses fisiologis yang akan terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan adalah proses fisiologis yang akan terjadi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan adalah proses fisiologis yang akan terjadi pada semua makhluk hidup. Proses ini meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penampilan kulit adalah indikator utama dari usia. Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia.

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia terletak di daerah tropis dan sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pola hidup serta terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan pada persoalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah diketahui bahwa ketinggian menimbulkan stress pada berbagai sistem organ manusia. Tekanan atmosfer menurun pada ketinggian, sehingga terjadi penurunan tekanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum lycopersicum L.) terhadap perubahan histologi kelenjar mammae mencit betina yang diinduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latihan fisik secara teratur memberikan banyak manfaat bagi kesehatan termasuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, dan penyakit diabetes (Senturk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit degeneratif merupakan penyakit tidak menular yang berlangsung kronis seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes dan lainnya. Penyakit ini telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tubuh karena akan mengalami proses detoksifikasi di dalam organ tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tubuh karena akan mengalami proses detoksifikasi di dalam organ tubuh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alkohol merupakan zat kimia yang dapat menimbulkan berbagai dampak terhadap tubuh karena akan mengalami proses detoksifikasi di dalam organ tubuh. Penggunaan alkohol

Lebih terperinci

RINGKASAN. SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah

RINGKASAN. SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah RINGKASAN SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah Kebutuhan kosmetik saat ini tidak terbatas pada kosmetik

Lebih terperinci

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. obat-obatan kimia. Khasiat obat tradisional pada umumnya dipercaya

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. obat-obatan kimia. Khasiat obat tradisional pada umumnya dipercaya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan obat-obatan tradisional telah menjadi salah satu identitas masyarakat Indonesia. Obat-obatan tradisional diwariskan oleh para pendahulu dan penggunaannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan bahan minuman yang terkenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga terkenal di seluruh dunia. Hal ini karena seduhan kopi memiliki aroma yang khas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran atau polusi merupakan perubahan yang tidak dikehendaki yang meliputi perubahan fisik, kimia, dan biologi. Pencemaran banyak mengarah kepada pembuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan flora yang sangat beragam, salah satunya kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat menggunakan tanaman obat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan di perairan tropis diketahui memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan di perairan tropis diketahui memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan di perairan tropis diketahui memiliki keanekaragaman jenis biota yang tinggi, termasuk keanekaragaman jenis alganya (Atmadja, 1992).

Lebih terperinci

Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh manusia. Berat kulit diperkirakan sekitar 7 % dari berat tubuh total.

Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh manusia. Berat kulit diperkirakan sekitar 7 % dari berat tubuh total. WIJUMA wt Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh manusia. Berat kulit diperkirakan sekitar 7 % dari berat tubuh total. Kulit memiliki fungsi yang sangat penting bagi tubuh, diantaranya:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit sehat merupakan idaman semua orang terutama bagi kaum perempuan oleh karena itu mayoritas masyarakat menggunakan produk kosmetik pemutih yang beredar di pasaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat latihan fisik dipahami sebagai olahraga. Olahraga dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh, serta berdampak pada kinerja fisik. Olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makhluk hidup atau organisme akan sampai pada proses menjadi tua secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila datangnya tepat waktu. Proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental murni laboratoris in vitro. B. Sampel Penelitian Subjek penelitian ini adalah Human Dermal Fibroblast,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui konsep Anti Aging Medicine, masalah-masalah penuaan dapat diatasi. sehingga kualitas hidup tetap terjaga dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. Melalui konsep Anti Aging Medicine, masalah-masalah penuaan dapat diatasi. sehingga kualitas hidup tetap terjaga dengan baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses yang terjadi dalam kehidupan manusia. Kita berharap dapat melewati penuaan dalam kondisi sehat dan tanpa keluhan penyakit. Penuaan sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari sebagai sumber cahaya alami memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan, tetapi selain mempunyai manfaat sinar matahari juga dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring bertambahnya usia, daya fungsi makhluk hidup akan menurun secara progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada beberapa faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini terjadi transisi epidemiologi yakni di satu sisi masih tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain mulai meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan jumlah penderitanya terus meningkat di seluruh dunia seiring dengan bertambahnya jumlah populasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit degeneratif, seperti kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, stroke, sirosis hati, katarak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Timbal merupakan logam yang secara alamiah dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2. Logam ini telah digunakan sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup remaja yang telah digemari oleh masyarakat yaitu mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan mengakibatkan gangguan pada organ hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan kulit merupakan proses fisiologis yang terjadi pada semua makhluk hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti kulit menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 200 tahun. Kenyataannya, Biro Kependudukan Amerika Serikat meramalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. 200 tahun. Kenyataannya, Biro Kependudukan Amerika Serikat meramalkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses yang dialami oleh setiap manusia di dunia, tetapi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi proses penuaan dapat diperlambat. Usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas fisik adalah kegiatan hidup yang harus dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aging adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan yang sangat signifikan, banyak sekali aktivitas lingkungan yang menghasilkan radikal bebas sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manggis merupakan tumbuhan fungsional karena sebagian besar tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat. Akan tetapi, masih belum diketahui efek sampingnya (Pasaribu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab penuaan dini adalah merokok. Dimana asap rokok mengandung komponen yang menyebabkan radikal bebas. Radikal bebas dalam jumlah banyak akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahapan dalam siklus sel. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam surat an Nuh :

BAB I PENDAHULUAN. tahapan dalam siklus sel. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam surat an Nuh : 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri kehidupan sel ditandai dengan terjadinya proliferasi. Proliferasi merupakan pertumbuhan yang disebabkan oleh pembelahan sel yang aktif dan bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor 1 2 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging process merupakan proses alami yang akan dialami oleh setiap makhluk hidup di dunia ini, tetapi proses penuaan setiap orang tidaklah sama, ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron tidak berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat yang reaktif sehingga cenderung bereaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Penyebabnya adalah terjadinya hambatan aliran darah pada arteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. milyaran sel-sel neuron yang berorganisasi dengan berbagai macam jaringan. proses proliferasi pada sel saraf otak (Sloane, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. milyaran sel-sel neuron yang berorganisasi dengan berbagai macam jaringan. proses proliferasi pada sel saraf otak (Sloane, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem saraf merupakan struktur pusat pengaturan yang tersusun oleh milyaran sel-sel neuron yang berorganisasi dengan berbagai macam jaringan (Carlsson dkk, 2000).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia dibandingkan dengan jabatan, kekuasaan ataupun kekayaan. Tanpa kesehatan yang optimal, semuanya akan menjadi

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat sebagai obat. Banyak tanaman yang terdapat di alam selalu digunakan sebagai obat, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paparan sinar matahari dapat memicu berbagai respon biologis seperti sunburn, eritema hingga kanker kulit (Patil et al., 2015). Radiasi UV dari sinar matahari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama digunakan di dunia. Parasetamol merupakan obat yang efektif, sederhana dan dianggap paling aman sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah infertilitas pria merupakan masalah yang menunjukkan peningkatan dalam dekade terakhir ini. Infertilitas yang disebabkan oleh pria sebesar 50 %, sehingga anggapan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. daerah Gunung Kidul Yogyakarta dan pesisir Nusa Tenggara (Julyasih et

BAB I. PENDAHULUAN. daerah Gunung Kidul Yogyakarta dan pesisir Nusa Tenggara (Julyasih et BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selada laut (Ulva lactuca L) adalah makroalga laut yang banyak digunakan sebagai bahan pangan oleh masyarakat Indonesia di beberapa daerah seperti daerah Gunung Kidul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang radikal bebas dan antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit diawali oleh adanya

Lebih terperinci

MODUL NUTRITION FOR SKIN

MODUL NUTRITION FOR SKIN MODUL NUTRITION FOR SKIN EDISI 1, 14 DESEMBER 2015 POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA BY YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd NUTRITIONAL SKIN CARE Kulit manusia secara kontinyu terekspos pengaruh internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang tahun. Sebagian penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan ancaman besar bagi kesehatan di dunia (Emmons, 1999). Merokok memberikan implikasi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal (Herien, 2010). Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari, disatu pihak sangat diperlukan oleh makhluk hidup sebagai sumber energi, kesehatan kulit dan tulang, misalnya dalam pembentukan vitamin D dari pro vitamin

Lebih terperinci

Triple Stemcell kombinasi stemcell tanaman yang berasal dari : 1. Sel induk apel (apple stemcell), 2. Sel induk anggur (grape stemcell) dan 3.

Triple Stemcell kombinasi stemcell tanaman yang berasal dari : 1. Sel induk apel (apple stemcell), 2. Sel induk anggur (grape stemcell) dan 3. TRIPPLE STEMCELL Triple Stemcell kombinasi stemcell tanaman yang berasal dari : 1. Sel induk apel (apple stemcell), 2. Sel induk anggur (grape stemcell) dan 3. Sel induk argan ( Argan stemcell ) Serta

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA

UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA Nurshalati Tahar 1, Haeria 2, Hamdana 3 Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Saat ini, tingkat kematian akibat penyakit degeneratif seperti jantung, kanker, kencing manis dan lain-lain mengalami peningkatan cukup signifikan di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Molekul ini sangat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Molekul ini sangat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang tidak stabil karena memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Molekul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang radikal bebas dan antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit di awali dengan adanya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan perbandingan kondisi fibroblas yang didapat dari dua produsen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan perbandingan kondisi fibroblas yang didapat dari dua produsen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian ini menggunakan sel kultur primer fibroblas. Gambar 8 menunjukan perbandingan kondisi fibroblas yang didapat dari dua produsen yang berbeda untuk

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh secara cepat dan tidak terkendali melebihi sel-sel yang normal (Winarti,

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh secara cepat dan tidak terkendali melebihi sel-sel yang normal (Winarti, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kanker adalah pertumbuhan dan perkembangan sel yang tidak normal, yang tumbuh secara cepat dan tidak terkendali melebihi sel-sel yang normal (Winarti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu penyakit dari unit pilosebasea yang dapat sembuh sendiri, terutama dijumpai pada anak remaja. Kebanyakan kasus akne vulgaris disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini telah banyak diungkapkan bahaya lingkungan yang tidak sehat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini telah banyak diungkapkan bahaya lingkungan yang tidak sehat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini telah banyak diungkapkan bahaya lingkungan yang tidak sehat anatara lain terbentuknya radikal bebas. Asap kendaraan bermotor, asap rokok dan asap dari industri

Lebih terperinci

dan tiga juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan

dan tiga juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan I. PENDAHULUAN Kanker masih merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia dan menjadi penyebab kematian kelima di Indonesia. Jumlah penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan tiga juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berat badan lahir merupakan berat bayi baru lahir yang diukur dalam satu jam pertama kehidupan. Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah alga cokelat yang kaya akan komponen bioaktif. Selama beberapa dekade

I. PENDAHULUAN. adalah alga cokelat yang kaya akan komponen bioaktif. Selama beberapa dekade 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki kawasan pesisir dan lautan luas dengan berbagai sumber daya hayati. Salah satu potensi sumber daya laut Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Preparat jaringan yang telah dibuat, diamati dibawah mikroskop multinokuler dengan perbesaran 4x dan 10x. Semua preparat dapat dibaca berdasarkan tolok ukur skor tingkat peradangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan RI, rerata prevalensi diabetes di Indonesia meningkat dari 1,1 pada tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME Telah dilakukan penelitian pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek sitotoksik kitosan terhadap kultur sel HSC-4 dan HAT-7 yang dilakukan secara in vitro. Kedua jenis sel diaktivasi kembali dari cryopreservation

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 6 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Determinasi tanaman uji dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi UMS dengan cara mencocokkan tanaman pada kunci-kunci determinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik yang dilakukan dengan teratur dapat mencegah penyakit kronis seperti kanker, hipertensi, obesitas, depresi, diabetes dan osteoporosis (Daniel et al, 2010).

Lebih terperinci

Uji Sitotoksik Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Sitotoksik Analisis Siklus Sel dengan Flow Cytometry

Uji Sitotoksik Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Sitotoksik Analisis Siklus Sel dengan Flow Cytometry 8 serta doxorubicin 1 µm. Penentuan nilai konsentrasi pada flow cytometry berdasarkan daya penghambatan yang dimungkinkan pada uji sel hidup dan rataan tengah dari range konsentrasi perlakuan. Uji Sitotoksik

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Umum Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas) 1. Sejarah Singkat Ubi jalar (Ipomoea batatas) termasuk tanaman palawija penting yang diduga berasal dari Benua Amerika. Para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses normal seiring dengan pertambahan usia, kulit akan mulai mengendur dan berkerut. Hal ini disebabkan fungsi fisiologis dari organ terutama kulit mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Enzim katalase bersifat antioksidan ditemukan pada hampir sebagian besar sel. 1 Enzim ini terutama terletak di dalam organel peroksisom. Katalase ditemukan di semua

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Infertilitas merupakan masalah yang memiliki angka kejadian yang cukup besar di Indonesia. Penyebab infertilitas pria dipengaruhi oleh banyak faktor,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah proses penurunan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri, mempertahankan struktur dan fungsi normal secara perlahan, sehingga tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati adalah organ terbesar dalam tubuh. Penyakit pada hati merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Hepatitis adalah suatu peradangan difus jaringan hati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun sebenarnya dalam dunia ilmu pengetahuan diartikan sebagai alga (ganggang) yang berasal dari bahasa

Lebih terperinci