BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007), menyebutkan bahwa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007), menyebutkan bahwa"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Chikungunya Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007), menyebutkan bahwa Chikungunya berasal dari suatu penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti, Aedes Albopictus dengan gejala utama demam mendadak, bintik-bintik kemerahan, nyeri sendi terutama sendi lutut dan pergelangan kaki sehingga orang tersebut tidak dapat berjalan untuk sementara waktu. Biasanya menyerang sekelompok orang dalam suatu wilayah tertentu Penyebab Demam Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV). CHIKV termasuk keluarga Togaviridae, Genus alphavirus, dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti (Depkes RI, 2007) Gejala Gejala utama terkena penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti dengan linu di persendian. Bahkan, karena salah satu gejala yang khas adalah timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada tulang-tulang, ada yang menamainya sebagai demam tulang atau flu tulang. Dalam beberapa kasus didapatkan juga penderita yang terinfeksi tanpa menimbulkan gejala sama sekali atau silent virus chikungunya. Untuk lebih rinci gejala penyakit chikungunya antara lain, yaitu (Depkes RI, 2007):

2 a. Demam. Biasanya demam tinggi, timbul mendadak disertai mengigil dan muka kemerahan. Panas tinggi selama 2-4 hari kemudian kembali normal. b. Sakit persendian. Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul demam dan dapat bermanifestasi berat, nyeri, sehingga kadang penderita merasa lumpuh sebelum berobat. Sendi yang sering dikeluhkan: sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang. c. Nyeri otot. Nyeri bisa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah bahu. Kadang terjadi pembengkakan pada pada otot sekitar mata kaki. d. Bercak kemerahan ( ruam ) pada kulit. Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering pada hari ke 4-5 demam. Lokasi biasanya di daerah muka, badan, tangan, dan kaki. Kadang ditemukan perdarahan pada gusi. e. Sakit Kepala: sakit kepala merupakan keluhan yang sering ditemui. f. Kejang dan Penurunan Kesadaran. Kejang biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan secara langsung oleh penyakitnya. g. Gejala lain. Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher. Demam chikungunya sering rancu dengan penyakit demam dengue. Pada demam berdarah dengue terjadi perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian sedangkan pada Chikungunya tidak, namun chikungunya memiliki gejala nyeri sendi yang tidak terjadi pada penderita demam berdarah dengue.

3 Pemeriksaan Laboratorium Untuk memastikan penyakit ini dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan teknik ELISA, maupun pemeriksaan virusnya (Depkes RI, 2007) Tempat Nyamuk Berkembang Biak Nyamuk Aedes berkembang biak di tempat penampungan air bersih didalam rumah maupun di sekitar rumah seperti bak mandi, tempayan, vas bunga, tempat minum burung, ban bekas, drum, kaleng, pecahan botol, potongan bambu dan lainlain. Pada musim hujan lebih banyak lagi tempat-tempat yang menampung air (Depkes RI, 2007) Diagnosa Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik antara lain uji hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA. Tetapi pemeriksaan serologis ini hanya bermanfaant digunakan untuk kepentingan epidemiologis dan penelitian, tidak bermanfaat untuk kepentingan praktis klinis sehari-hari (Depkes RI, 2007) Pengobatan Menurut Depkes RI (2007) demam Chikungunya termasuk penyakit yang sembuh dengan sendirinya. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit ini. Pengobatan yang diberikan hanyalah terapi simtomatis atau menghilangkan gejala penyakitnya, seperti obat penghilang rasa sakit atau demam seperti golongan parasetamol. Antibiotika tidak diperlukan pada kasus ini. Penggunaan antibiotika dengan pertimbangan mencegah infeksi sekunder tidak bermanfaat. Untuk

4 memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak mungkin. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah segar. Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk penanganan penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak protein dan karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa mempercepat penyembuhan penyakit. Minum banyak juga disarankan untuk mengatasi kebutuhan cairan yang meningkat saat terjadi demam Pencegahan Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), cara menghindari penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa virusnya. Nyamuk ini, senang hidup dan berkembang biak di genangan air bersih seperti bak mandi, vas bunga, dan juga kaleng atau botol bekas yang menampung air bersih. Nyamuk bercorak hitam putih ini juga senang hidup di benda-benda yang menggantung seperti baju-baju yang ada di belakang pintu kamar. Selain itu, nyamuk ini juga menyenangi tempat yang gelap dan pengap. Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes Aegypti maka cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan memberantas nyamuk tersebut, sebagaimana sering disarankan dalam pemberantasan penyakit demam berdarah dengue. Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya.malation

5 dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini karena Aedes Aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung. Namun, pencegahan yang murah dan efektif untuk memberantas nyamuk ini adalah dengan cara menguras tempat penampungan air bersih, bak mandi, vas bunga dan sebagainya, paling tidak seminggu sekali, mengingat nyamuk tersebut berkembang biak dari telur sampai menjadi dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari. Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih dari benda-benda yang memungkinkan menampung air bersih, terutama pada musim hujan. Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi hari sampai sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat. Dengan demikian, tercipta lingkungan yang tidak ideal bagi nyamuk tersebut. Pencegahan individu dapat dilakukan dengan cara khusus seperti penggunaan obat oles kulit (insect repellent) yang mengandung DEET atau zat aktif EPA lainnya. Penggunaan baju lengan panjang dan celana panjang juga dianjurkan untuk dalam keadaan daerah tertentu yang sedang terjadi peningkatan kasus Penanganan Kasus Bila menemukan kasus chikungunya lakukan (Depkes RI, 2005) : a. Segera laporkan ke Puskesmas/Dinas Kesehatan setempat. b. Hindari penderita dari digigit nyamuk (tidur memakai kelambu) agar tidak menyebarkan ke orang lain. c. Anjurkan penderita untuk beristirahat selama fase akut. d. Pada keadaan KLB perlu dilakukan penyemprotan/pengasapan.

6 e. Lakukan Pemeriksaan Jentik di rumah dan sekitar rumah Karakteristik Penyakit Chikungunya Cara Penularan Penyakit chikungunya boleh dikatakan bersaudara dengan penyakit demam denggi dan demam denggi berdarah karena dibawa oleh pembawa yang sama yaitu nyamuk Aedes Aegypti maupun albopictus. Masa inkubasi virus ini ialah dua sampai empat hari, sementara manifestasinya tiga sampai sepuluh hari. Bedanya, jika virus denggi menyerang pembuluhdarah, virus chikungunya menyerang sendi dan tulang. Nyamuk aedes lazimnya akan menggigit seseorang yang telah dijangkiti oleh virus chikungunya dan memindahkan darah berkenaan kepada seorang mangsa lain yang sehat (Dwitagama, 2008). Seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya, penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang berperan sebagai vektor/pembawa, seperti Aedes Aegypti (merupakan vektor utama CHIKV), Aedes Albopticus yang mungkin juga berperan dalam penyebaran penyakit di kawasan Asia. Kera dan beberapa binatang buas lainnya juga diduga dapat sebagai perantara penyakit ini karena hewan-hewan inilah yang sebenarnya menjadi target awal penyakit ini Faktor Penyebab Chikungunya Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus, yaitu Alphavirus dan ditularkan lewat nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk yang sama juga menularkan penyakit demam berdarah dengue. Meski masih bersaudara dengan demam berdarah, penyakit ini

7 tidak mematikan. Penyakit Chikungunya disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti (Dwitagama, 2008) Pencegahan dan Pengendalian Chikungunya Satu-satunya cara menghindari gigitan nyamuk Chikungunya adalah dengan mencegah digigit nyamuk Aedes Aegypti. Selain itu bisa dilakukan pemberantasan vektor nyamuk dewasa maupun membunuh jentik nyamuk. Pemberantasan vektor nyamuk dewasa bisa dilakukan dengan racun serangga atau pengasapan/fogging dengan malathion sedangkan abatisasi digunakan untuk memberantas jentik pada TPA (tempat penampungan air). Sarang nyamuk diberantas dengan cara PSN (Dwitagama, 2008). a. Abatisasi Tujuan abatisasi agar kalau sampai telur nyamuk menetas, jentik nyamuk tidak akan menjadi nyamuk dewasa. Semua TPA yang ditemukan jentik Aedes Aegypti ditaburi bubuk abate sesuai dengan dosis satu sendok makanan peres (10 gram) abate untuk 100 liter air. Bubuk abate juga dituang di bak mandi. b. Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam membasmi jentik nyamuk Aedes dengan cara 3M, yaitu sebagai berikut : 1. Menguras secara teratur, terus-menerus seminggu sekali, mengganti air secara teratur tiap kurang dari seminggu pada vas bunga, tempat minum burung, atau menaburkan abate ke TPA

8 2. Menutup rapat-rapat TPA 3. Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barangbarang lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga tidak menjadi sarang nyamuk. 4. Khusus di tempat pasca-kebakaran harus segera dibersihkan dari wadahwadah yang bisa menampung air Proteksi diri dengan salep atau gunakan kawat nyamuk Tidak seperti nyamuk-nyamuk yang lain, nyamuk itu menggigit pada siang hari. Untuk mencegahnya kita bisa menggunakan salep atau minyak yang dioles di bagian tubuh yang terbuka. Selain menggunakan salep untuk mencegah gigitan nyamuk, bisa juga menggunakan minyak sereh. Cara lain adalah dengan menggunakan kawat nyamuk di pintu-pintu dan jendela rumah (Dwitagama, 2008). Dengan melakukan hal-hal di atas, sebenarnya sudah dilakukan perlindungan tidak hanya pada demam Chikungunya tetapi juga demam berdarah yang lebih fatal dan mematikan. Tidak mustahil penyakit Demam Chikungunya datang bersama-sama dengan penyakit demam berdarah Mata Rantai Infeksi Chikungunya Berdasarkan penjelasan oleh Dwitagama (2008)Dalam penularan penyakit Chikungunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni :

9 a. Agen Agen dalam penyakit chikungunya adalah nyamuk Aedes Aegypti betina (dominan) dan Aedes Albopictus. Arbovirus famili Togaviridae genus Alpha virus, dengan perantaraan nyamuk Aedes. b. Reservoir Habitat berkembang biak di genangan air bersih seperti bak mandi, vas bunga, dan juga kaleng atau botol bekas yang menampung air bersih. Kedua, Serangga bercorak hitam putih ini juga senang hidup di benda-benda yang menggantung seperti baju-baju yang ada di belakang pintu kamar. Ketiga, nyamuk ini sangat menyukai tempat yang gelap dan pengap. Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes Aegypti maka cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan memberantas nyamuk tersebut, sebagaimana sering disarankan dalam pemberantasan penyakit demam berdarah dengue. Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentikjentiknya. malation dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini karena Aedes Aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung. c. Portal of exit Penderita penyakit chikungunya seharusnya dirawat di rumah sakit agar kondisinya selalu dikontrol.

10 d. Portal of entry Lingkungan harus dibersihkan terutama pada barang-barang yang dapat digenangi air. Hindari gigitan nyamuk pada pagi sampai dengan sore hari karena nyamuk penyebab chikungunya aktif pada saat itu. e. Kerentanan penjamu Daya tahan tubuh yang lemah dan kekebalan tubuh yang lemah saat terkena gigitan nyamuk Peran Keluarga dalam Pencegahan Chikungunya Keluarga adalah sekumpulan orang yang memiliki hubungan melalui ikatan perkawinan, adopsi atau kelahiran. Keluarga memiliki peran yang sangat pentingdalam upaya pencegahan penyakit chikungunya. Keluarga berperan dalam hal menjaga pola hidup agar tetap bersih dan sehat. Selain itu, makanan yang dimakan pun harus memenuhi 4 sehat 5 sempurna agar tubuh tetap sehat dan tidak mudah terkena penyakit. Lingkungan rumah pun harus bersih. Lakukan gerakan 3 M secara teratur yaitu menutup tempat penampungan air, mengubur barang bekas agar tidak digenangi air dan menguras bak secara teratur agar terhindar dari nyamuk penyebab chikungunya ini (Dwitagama, 2008) Penanggulangan KLB Chikungunya Penyakit Chikungunya seringkali menjadi permasalahan tersendiri jika menyerang masyarakat, Chikungunya menjadi salah penyakit yang terjadi dengan cara KLB (kejadian luar biasa), hal ini dikarenakan jika salah satu masyarakat terjangkit Chikungunya maka dalam waktu dekat akan terjadi kasus yang lebih besar.

11 Sehingga untuk menanganinya dilakukan berdasarkan metode berikut (Depkes RI, 2005). STP Jejaring SE Deteksi Dini Kondisi Rentan KLB Identifikasi Kasus berpotensi KLB Kajian Epidemiologi Deteksi Dini KLB PWS Penyakit berpotensi KLB Peringatan Kewaspadaan dini KLB Peningkatan Kewaspadaan & Kesiapsiagaan KLB Kewaspadaan Masyarakat Penyelidikan dugaan KLB Upaya Pencegahan (Program) Kesiapsiagaan Menghadapi KLB Kewaspadaan Prov/Nasional Penanggulangan KLB Cepat & Tepat Upaya Pencegahan (Sektor) Upaya Pencegahan (Masyarakat) Kewaspadaan Antar Daerah Advokasi & Asistensi SKD-KLB Pengembangan teknologi SKD- KLB & Penangulangan KLB Gambar 2.1. Skema Penyelenggaraan SKD-KLB Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Sumber : Depkes RI, Ditjen PPM & PL. Jakarta.

12 2.2. Pemberantasan Nyamuk Penular Demam Chikungunya Pemberantasan nyamuk demam Chikungunya seperti penyakit menular lainnya, didasarkan atas pemutusan rantai penularan. Beberapa cara untuk memutuskan rantai penularan penyakit demam Chikungunya yaitu (Depkes RI, 2002): a. Melenyapkan virus dengan cara mengobati semua penderita dengan obat anti virus. b. Solusi penderita agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang lain c. Mencegah gigitan nyamuk/vektor. d. Immunisasi terhadap orang sehat. e. Membasmi/ memberantas sarang nyamuk. Cara yang biasa dipakai adalah memberantas sumber nyamuk, penyehatan lingkungan ataupun chemical control. Penyehatan lingkungan merupakan cara terbaik. Untuk mencapai tujuan ini di perlukan usaha yang terus - menerus secara berkesinambungan. Hasil yang diharapkan memang tidak tampak dengan segera. a. Pemberantasan Nyamuk Dewasa Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pengasapan (fogging) dengan insektisida. Hal ini dilakukan mengingat kebiasaan nyamuk yang hinggap di benda-benda tergantung karena itu tidak dilakukan penyemprotan di dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk penular penyakit demam Chikungunya (Depkes RI, 2002).

13 Insektisida yang digunakan adalah insektisida golongan organophospat misalnya malathion dan feritrothion, pyrectic syntetic misalnya lamda sihalotrin dan parmietrin, dan karbamat. Alat yang digunakan untuk menyemprot ialah mesin fog atau mesin ultra low volume (ULV), karena penyemprotan dilakukan dengan cara pengasapan, maka tidak mempunyai efek residu (Suroso, 2003). Penyemprotan insektisida dilakukan interval 1 minggu untuk membatasi penularan virus Chikungunya. Penyemprotan siklus pertama semua nyamuk mengandung virus Chikungunya (nyamuk inaktif) dan nyamuk-nyamuk lainnya akan mati. Penyemprotan insektisida ini dalam waktu singkat dapat membatasi penularan akan tetapi tindakan ini perlu diikuti dengan pemberantasan jentik agar populasi nyamuk dapat ditekan serendah-rendahnya (Suroso, 2003). b. Pemberantasan Larva (Jentik) Pemberantasan terhadap jentik A. Aegypti dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan dengan tiga cara yaitu kimia, biologi dan fisik. a). Cara kimia Cara pemberantasan jentik A. Aegypti secara kimia dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik (larva) atau dikenal dengan abatisasi. Larvasida yang biasanya digunakan adalah temephos. Dosis yang digunakan adalah 1 ppm atau 10 gram (lebih kurang atau satu sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air. Bentuk fisik temephos yang digunakan ialah granula (sand granula). Abatisasi dengan temephos ini mempunyai efek residu tiga bulan (Depkes RI, 2004 dan Soedarmo, 1988).

14 b). Cara Biologi Pemberantasan cara biologi dengan memanfaatkan predator alami seperti memelihara ikan pemakan jentik misalnya ikan kepala timah, ikan gufi, ikan nila merah dan ikan lega. Selain itu dapat pula dengan golongan serangga yang dapat mengendalikan pertumbuhan larva (Depkes RI, 2004). c). Cara Fisik Pemberantasan cara fisik melalui kegiatan 3 M + 1 T yaitu mengubur atau memusnahkan barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat terisinya air hujan, menguras tempat penampungan air minimal 1 kali seminggu, menutup tempat penampungan air, dan menelungkupkan barang barang yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypti (Depkes RI, 2004). Keberhasilan pemberantasan sarang nyamuk hanya dapat diperoleh dengan peran serta masyarakat untuk melaksanakannya. Oleh karena itu dilakukan usaha penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat secara kontinu dalam waktu lama, sebab keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat (Depkes RI, 1992) Jenis Kegiatan Pemberantasan Nyamuk Jenis kegiatan pemberantasan nyamuk penular demam Chikungunya meliputi: a. Penyemprotan massal Desa/kelurahan rawan dapat merupakan sumber penyebarluasan penyakit ke wilayah lain. Kejadian luar biasa/wabah demam Chikungunya sering kali dimulai dari peningkatan jumlah kasus demam Chikungunya di wilayah lain. Biasanya di

15 desa/kelurahan ini, pada tahun-tahun berikutnya akan terjadi kasus demam Chikungunya. Oleh karena itu penularan penyakit di wilayah ini diperlukan segera diatasi dengan penyemprotan insektisida dan diikuti PSN oleh masyarakat untuk membasmi jentik-jentik penular demam Chikungunya. Penyemprotan ini dilaksanakan sebelum musim penularan penyakit demam Chikungunya di desa rawan agar sebelum terjadi puncak penularan virus Chikungunya, populasi nyamuk penular dapat ditekan serendah-rendahnya sehingga KLB dapat dicegah (Depkes RI, 2004). b. Pemantauan Jentik Berkala (PJB) Pemantauan jentik berkala adalah pemeriksaan tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk A. aegypti untuk mengetahui adanya jentik nyamuk yang dilakukan di rumah dan di tempat umum secara teratur sekurangkurangnya tiap 3 bulan untuk mengetahui keadaan populasi jentik nyamuk penular penyakit demam Chikungunya. c. Pemberantasan Sarang Nyamuk Pencegahan yang dilaksanakan oleh masyarakat di rumah dan di tempat tempat umum dengan melaksanakan PSN meliputi: a) Menguras tempat penampungan air sekurang kurangnya seminggu sekali atau menutupnya rapat-rapat. b) Mengubur barang bekas yang dapat menampung air. c) Menaburkan racun pembasmi jentik (abatisasi). d) Memelihara ikan dan cara-cara lain untuk membasmi jentik (Soedarmo, 1988).

16 2.3. Perilaku Pengertian Perilaku Dari aspek biologis, perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Mulai dari binatang sampai manusia mempunyai aktivitas masing-masing (Notoatmodjo, 2007). Secara singkat aktivitas manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain, misal: berjalan, bernyanyi, tertawa, dan sebagainya. b. Aktivitas yang tidak dapat diamati oleh orang lain, misalnya: berfikir, berfantasi, bersikap, dan sebagainya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang disebut perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (tidak langsung) (Notoatmodjo, 2003). Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2005), perilaku kesehatan (healthy behavior) adalah merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini meliputi mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan

17 masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat di bedakan menjadi dua, yaitu : a. Perilaku tertutup (covert behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tertutup (covert). Respon ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati dengan jelas oleh orang lain. b. Perilaku terbuka (overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam tindakan yang nyata atau terbuka. Respon ini sudah jelas dalam tindakan atau praktek (practice), yang dapat diamati oleh orang lain dengan jelas Pengetahuan Pengetahuan dapat diartikan secara luas mencakup segala sesuatu yang diketahui (Tim Penyusun, 2005). Pengertian lain menjelaskan bahwa pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu (Suriasumantri, 2007). Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Hal

18 ini sejalan dengan pernyataan Soekanto (2003) bahwa pengetahuan merupakan hasil penggunaan panca indera dan akan menimbulkan kesan dalam pikiran manusia. Menurut Bakhtiar (2006) dalam Afdhal (2009), pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

19 d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas. Menurut Notoatmodjo (2005), dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni: a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara ini antara lain:

20 a) Cara coba-coba (Trial and Error) Melalui cara coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal trial and error. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. b) Cara kekuasaan atau otoritas Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. c) Berdasarkan pengalaman pribadi Dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. d) Melalui jalan pikiran Kemampuan manusia menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia menggunakan jalan pikirannya. b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology). Menurut Deobold van Dalen, mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan pengamatan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap

21 semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yaitu: a. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala yang muncul pada saat dilakukan pengamatan. b. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan. c. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu. Menurut Syah (2003) ditinjau dari sifat dan cara penerapannya, pengetahuan terdiri dari dua macam, yakni : declarative knowledge dan procedural knowledge. Declarative knowledge lazim juga disebut propositional knowledge. Pengetahuan deklaratif atau pengetahuan prososisional ialah pengetahuan mengenai informasi faktual yang pada umumnya bersifat statis-normatif dan dapat dijelaskan secara lisani atau verbal. Sebaliknya pengetahuan prosedural adalah pengetahuan yang mendasari kecakapan atau keterampilan perbuatan jasmaniah yang cenderung bersifat dinamis. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : a. Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

22 b. Tingkat Pendidikan Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. c. Keyakinan Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bias mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif. d. Fasilitas Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuann seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku. e. Penghasilan Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. f. Sosial Budaya Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu. Piaget menyatakan bahwa proses dasar yang terjadi pada penyusunan pengetahuan adalah adaptasi (assimilasi dan akomodasi) yang diatur oleh ekuilibrasi (Harahap, 1999). Assimilasi adalah pengambilan pengalaman dari lingkungan dan

23 menggabungkannya dengan cara berpikir yang dimiliki sehingga pengalaman baru dapat digabungkan ke dalam struktur kognitif. Akomodasi adalah komponen lain dari proses adaptasi. Ekuilibrasi meregulasi proses berpikir individu pada tiga arah fungsi kognitif yang berbeda, ketiganya adalah hubungan antara (1) asimilasi dan akomodasi dalam kehidupan individu sehari-hari, (2) sub-sub sistem pengetahuan yang timbul pada diri individu dan (3) bagian-bagian dari pengetahuan individu dan sistem pengetahuan sosial Sikap atau Attitude Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan pencetus (predisposisi) tindakan atau perilaku. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003). Dalam bagian lain, menurut Allport (1954) dalam Notoadmodjo (2003), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni: a) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

24 Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Menurut Notoatmodjo (2003) sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan yaitu: a. Menerima (Receiving) Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian terhadap ceramah-ceramah. b. Merespons (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengejakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut. c. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. d. Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap

25 suatu objek, secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan- pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoadmodjo, 2003) Praktek atau Tindakan (Practice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior.) Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain: fasilitas. Disamping fasilitas juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain (Nototmodjo, 2003). Menurut Notoadmodjo (2003) tingkat- tingkat praktek sebagai berikut: a. Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. b. Respon Terpimpin (Guided Respons) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua. c. Mekanisme (Mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. d. Adaptasi (Adaptation) Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut.

26 Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden Faktor yang Memengaruhi Perilaku Menurut Notoatmodjo (2005), perilaku terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama, yaitu : a. Faktor eksternal Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik maupun nonfisik dalam bentuk sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya. a) Sosial Setiap individu sejak lahir berada di dalam suatu kelompok, terutama kelompok keluarga. Kelompok ini akan membuka kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota kelompok lain. Setiap kelompok memiliki aturan dan norma sosial tertentu, sehingga perilaku setiap individu anggota kelompok berlangsung dalam suatu jaringan normatif. b) Ekonomi Keadaan ekonomi juga berpengaruh terhadap suatu penyakit. Misalnya, angka kematian lebih tinggi di kalangan masyarakat yang status ekonominya rendah dibandingkan dengan masyarakat dengan status ekonomi tinggi. Hal ini disebabkan karena masyarakat dengan ekonomi rendah tidak memiliki biaya

27 untuk berobat sehingga tidak ada suatu penanganan yang baik dalam menghadapi suatu penyakit. c) Budaya Setiap daerah pasti memiliki budaya yang berbeda-beda. Misalnya dalam suatu komunitas yang masyarakatnya menganut agama islam, tidak akan mau memakan daging babi karena bagi mereka daging babi adalah haram, dan tidak baik bagi kesehatan. Maka dari itu mereka tidak akan mau memakan daging babi tersebut demi menjaga kesehatan mereka. b. Faktor internal Faktor internal yang menentukan seseorang itu merespon stimulus dari luar yaitu: a. Perhatian Ada dua batasan tentang perhatian, yaitu energi psikis yang tertuju pada suatu obyek dan banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang sedang dilakukan. b. Pengamatan Pengamatan adalah pengenalan obyek dengan cara melihat, mendengar, meraba, membau, dan mengecap. Sedangkan mendengar, meraba, membau, dan mengecap itu sendiri disebut sebagai modalitas pengamatan. c. Persepsi Setelah melakukan pengamatan maka akan terjadi gambaran yang tinggal dalam ingatan. Gambaran yang tinggal dalam ingatan inilah yang disebut persepsi.

28 d. Motivasi Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motif tidak dapat diamati. Yang dapat diamati adalah kegiatan atau mungkin alasan-alasan tindakan tersebut. e. Fantasi Fantasi adalah kemampuan untuk membentuk tanggapan-tanggapan yang telah ada. Tanggapan baru ini tidak harus sama dengan tanggapan yang telah ada. Menurut Green (1991) dikutip oleh Notoatmodjo (2003), faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu : a). Faktor-faktor predisposisi (disposing factors) Merupakan faktor-faktor yang mempermudah dan mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat, adalah pengetahuan dan sikap atau masyarakat tersebut terhadap apa yang dilakukan. Misalnya perilaku warga untuk mencegah penularan Chikungunya akan lebih mudah apabila warga tersebut tahu apa manfaat dari pencegahan tersebut. Disamping itu, kepercayaan, tradisi, system nilai di masyarakat setempat juga sangat mempengaruhi terbentuknya perilaku. b). Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) Merupakan faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Maksud faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan seseorang atau

29 masyarakat. Dari segi kesehatan masyarakat, agar masyarakat mempunyai perilaku sehat harus terakses (terjangkau) sarana dan prasarana atau fasilitas pelayanan kesehatan. c). Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) Merupakan faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi ia tidak melakukannya. Dalam hal ini dukungan atau dorongan dari orang lain sangat dibutuhkan untuk pencegahan suatu penyakit. Selain itu sikap dan perilaku petugas kesehatan juga menjadi panutan bagi seseorang atau masyarakat Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Wijono, 1999). Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan tenaga keteknisian medis (Wijono, 1999). Secara terperinci, tenaga medis adalah tenaga dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi. Tenaga keperawatan adalah perawat dan bidan. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker. Tenaga Kesehatan Masyarakat

30 meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. Tenaga Gizi meliputi nutrisionis dan dietisien. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis (Wijono, 1999). Menurut Wijono seorang tenaga kesehatan harus memenuhi syarat-syarat, yakni: a. Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan. b. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki izin dari Menteri. c. Dikecualikan dari pemilikan izin sebagaimana dimaksud, bagi tenaga kesehatan masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan, diatur oleh Menteri. d. Selain izin sebagaimana yang dimaksud, tenaga medis dan tenaga kefarmasian lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah yang bersangkutan melakukan adaptasi. Ketentuan lebih lanjut mengenai adaptasi, diatur oleh Menteri (Wijono, 1999).

31 2.6. Sarana dan Prasarana Salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pembangunan adalah sarana kesehatan yang mampu menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan baik pada tingkat individu maupun masyarakat. Untuk masa mendatang kebutuhan sarana kesehatan akan disusun dengan memperhatikan beberapa asumsi dasar, yaitu : a) Terjadinya pergeseran peran pemerintah dari penyelenggara pelayanan yang dominan, menjadi penyusunan kebijakan dan regulasi dengan tetap memperhatikan kebutuhan pelayanan bagi penduduk miskin. b) Makin meningkatnya potensi sektor swasta dalam penyediaan pelayanan kesehatan, khususnya yang bersifat kuratif dan rehabilitatif c) Teratasinya krisis ekonomi dan politik dalam waktu yang tidak terlalu lama (Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, 1999) Pembangunan sarana dan prasarana kesehatan ke depan akan diselenggarakan secara bersama-sama oleh pemerintah dan swasta dengan memperhatikan faktor efisiensi dan ketercapaian bagi seluruh penduduk. Selain itu langkah peningkatan kuantitas pembangunan sarana dan prasarana kesehatan harus diikuti dengan peningkatan kemampuan manajerial yang professional dan didukung oleh peningkatan kemampuan teknis tenaga pemberi pelayanan untuk menjamin keberhasilan dan kelestrian upaya pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

32 2.7. Landasan Teori Berangkat dari analisis penyebab masalah kesehatan, Green membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan tersebut, yakni behavioral factors (faktor perilaku), dan non behavioral factors atau faktor non perilaku, selanjutnya perilaku ditentukan atau terbentuk oleh 3 faktor yaitu Predisposing, Reinforcing and Enabling. Teori model Lawrence Green ini dapat tercantum pada gambar berikut. Faktor Predisposisi - Pengetahuan - Sikap - Keyakinan - Nilai-nilai kehidupan - Kepercayaan Faktor Enabling - Sarana dan Prasarana - Perundang-undangan - Prioritas Kesehatan - Keterampilan Petugas Perilaku Masyarakat Faktor Reinforcing - Upaya Petugas - Dukungan Kelurga - Teman sebaya - Dukungan Guru - Tokoh Masyarakat - Pelayanan Kesehatan - Pengambil Kebijakan Gambar 2.2. Teori perilaku model Green

33 Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa kesehatan dipengaruhi oleh perilaku. Untuk membangun perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yakni faktor predisposing, enabling dan reinforcing. Faktor predisposing meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai kehidupan, dan keyakinan. Faktor enabling meliputi ketersediaan sarana, kemudahan sarana, perundang-undangan. prioritas kesehatan, dan keterampilan petugas. Sedangkan untuk faktor reinforcing meliputi dukungan petugas, dukungan keluarga, teman sebaya, guru, tokoh masyarakat, pelayanan kesehatan dan pengambil kebijakan. Jika mengacu pada teori Lawrence Green diatas dalam proses pencegahan penyakit chikungunya oleh petugas kesehatan, maka dalam proses penangulangannya tidak terlepas dari pembentukan perilaku petugas kesehatan itu sendiri. Dalam pencegahan penyakit chikungunya di masyarakat dipengaruhi oleh faktor predisposing, enabling dan reinforcing, yang meliputi pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana dan dukungan petugas.

34 2.8. Kerangka Konsep Penetian ini: Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan seperti gambar dibawah Variabel independen Variabel dependen Faktor Predisposing (predisposisi) Pengetahuan Sikap Faktor Enabling (pendukung) Sarana & prasarana Pemberantasan Sarang Nyamuk Chikungunya oleh kepala keluarga Faktor Reinforcing (pendorong) Dukungan petugas kesehatan Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

africanus, Aeluteocephalus, Ae opok, Ae. furciper, Ae taylori, Ae cordelierri).

africanus, Aeluteocephalus, Ae opok, Ae. furciper, Ae taylori, Ae cordelierri). Virus dan penyakit Chikungunya sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus Chikungunya. Chikungunya berasal dari bahasa Shawill berdasarkan gejala pada penderita,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vektor Aedes aegypti merupakan vektor utama Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia sedangkan Aedes albopictus adalah vektor sekunder. Aedes sp. berwarna hitam dan belang-belang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit yang keberadaannya sudah ada sejak lama, tetapi kemudian merebak kembali. Chikungunya berasal dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Chikungunya Istilah Chikungunya, digunakan baik untuk nama virus penyebab dan nama penyakitnya, yang berarti to walk bent over (berjalan bongkok) berasal dari bahasa Afrika Swahili

Lebih terperinci

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai media. Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. 1. Konsep Demam Berdarah Dengue (DBD) a. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. 1. Konsep Demam Berdarah Dengue (DBD) a. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD) BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Tinjauan Teori 1. Konsep Demam Berdarah Dengue (DBD) a. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut siklusnya bila faktor pendukungnya ada (Depkes RI, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut siklusnya bila faktor pendukungnya ada (Depkes RI, 2007). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi yang serba cepat seperti sekarang ini, seseorang hari ini dapat berada di Eropa atau Afrika, dan esok harinya sudah berada di tempat lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit bermunculan. Selain Demam Berdarah (DB) juga muncul penyakit. bagian persendian (arthralgia) (Arini, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit bermunculan. Selain Demam Berdarah (DB) juga muncul penyakit. bagian persendian (arthralgia) (Arini, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cuaca atau iklim yang tidak menentu menyebabkan berbagai penyakit bermunculan. Selain Demam Berdarah (DB) juga muncul penyakit chikungunya yang juga ditandai dengan

Lebih terperinci

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif Definisi DBD Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia.

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH Lampiran 1 50 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH Nama Alamat Umur Status dalam keluarga Pekerjaan Pendidikan terakhir :.. :..

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Demam Berdarah Dengue a. Definisi Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi yang dilakukan dalam penelitian serta sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Sampai saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Chikungunya adalah penyakit yang mirip dengan Demam Berdarah Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons), BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Pengertian perilaku Semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR 2015 Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 BAB VI PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akut bersifat endemik yang di sebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Jumlah penderita DBD cenderung meningkat

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN I PENGARUH KARAKTERISTIK IBU TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA KELUARGA DI KELURAHAN SEMULA JADI KECAMATAN DATUK BANDAR TIMUR KOTA TANJUNG BALAI

Lebih terperinci

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH SALINAN WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA PALU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Chikungunya merupakan suatu penyakit dimana keberadaannya sudah ada sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut sejarah, diduga penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memperkirakan penduduk yang terkena DBD telah meningkat selama 50 tahun terakhir. Insiden DBD terjadi baik di daerah tropik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG daerah. 3 Selama 40 tahun terakhir, zat kimia telah banyak digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Diantara kota di

Lebih terperinci

BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin

BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin Datangnya hujan setelah lama kemarau, tentu menjadi anugerah tersendiri bagi berbagai lapisan masyarakat. Udara yang sebelumnya panas

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA 1 BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT,

Lebih terperinci

Lampiran 1 : SURAT PERMINTAAN DARI KEPALA SEKOLAH SDN KALISAT 01

Lampiran 1 : SURAT PERMINTAAN DARI KEPALA SEKOLAH SDN KALISAT 01 Lampiran 1 : SURAT PERMINTAAN DARI KEPALA SEKOLAH SDN KALISAT 01 Lampiran 2 : SURAT TUGAS DARI KETUA LPM UNIVERSITAS JEMBER Lampiran 3 : DAFTAR RIWAYAT HIDUP PELAKSANA 1. Nama : Latifa Aini S., M.Kep.,

Lebih terperinci

FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009

FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009 FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009 Oleh : Yulian Taviv, SKM, M.Si* PENDAHULUAN Chikungunya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae yang mempunyai empat serotipe,

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Probo Adi Saputro NIM : 20130320119 Alamat : Pangukan Tridadi Sleman RT/RW 003/010 Adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh organisme atau makhluk hidup. Perilaku dapat diartikan suatu respon/reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan oleh alphavirus

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan oleh alphavirus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan oleh alphavirus yang disebarkan oleh gigitan nyamuk dari spesies nyamuk Aedes Aigepty. Chikungunya berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering muncul pada musim hujan ini antara

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular disebabkab oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, dan menjangkit

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE I. Kondisi Umum Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI, Menimbang :a. bahwa Demam Berdarah

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Saat ini kami dari Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan, memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap individu masyarakat yang harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk memproteksi masyarakatnya

Lebih terperinci

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) : Siswa dapat mengetahui, memahami dan mempunyai sikap. Waktu : 60 menit ( 45 menit ceramah dan 15 menit diskusi ).

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) : Siswa dapat mengetahui, memahami dan mempunyai sikap. Waktu : 60 menit ( 45 menit ceramah dan 15 menit diskusi ). DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) Lampiran 1 : Materi Penyuluhan Tujuan : Siswa dapat mengetahui, memahami dan mempunyai sikap yang positif tentang pencegahan Demam Berdarah Dengue yang dimulai dari pengertian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah satunya adalah musim penghujan. Pada setiap musim penghujan datang akan mengakibatkan banyak genangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita

Lebih terperinci

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta merupakan jenis penyakit yang berpotensi mematikan adalah demam berdarah dengue (DBD). World

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Demam

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang umumnya ditemukan di daerah tropis dan ditularkan lewat hospes perantara jenis serangga yaitu Aedes spesies.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Demam Berdarah Dengue 3.1.1. Definisi Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus Dengue dan terutama menyerang anak-anak

Lebih terperinci

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah? Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah? Upik Kesumawati Hadi *) Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan lingkungan hidup dapat mempengaruhi perubahan pola penyakit yang dapat menimbulkan epidemik dan membahayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Chikungunya sampai saat ini masih tetap menjadi salah satu penyakit menular yang berisiko menyebabkan tingginya angka kesakitan serta masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu kejadian luar biasa

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE Cabang Ilmu : Kuliah Kerja Nyata Topik : Pengenalan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Hari/Tanggal : Jumat, 17 Januari 2014

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang menempati posisi penting dalam deretan penyakit infeksi yang masih

Lebih terperinci

Fajarina Lathu INTISARI

Fajarina Lathu INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DBD DI WILAYAH KELURAHAN DEMANGAN YOGYAKARTA Fajarina Lathu INTISARI Latar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 45 tahun terakhir, sejak tahun 1968 sampai saat ini dan telah menyebar di 33 provinsi dan di

Lebih terperinci

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Pengertian perilaku Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku merupakan hasil dari seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui 1 BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) atau lazimnya disebut dengan DBD / DHF merupakan suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus

Lebih terperinci

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes aegypti yang mengakibatkan banyaknya jumlah penderita demam berdarah dengue setiap tahunnya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ratna Sari Dewi STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis:

PENDAHULUAN. Ratna Sari Dewi STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis: FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA RANTAU RASAU II KECAMATAN RANTAU RASAU TAHUN 2015 Ratna Sari Dewi STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penyakit Demam Berdarah Dengue Demam berdarah dengue DBD) adalah penyakit yang ditandai dengan demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas berlangsung terus menerus

Lebih terperinci

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue menjadi masalah kesehatan yang sangat serius di Indonesia. Kejadian demam berdarah tidak kunjung berhenti walaupun telah banyak program dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor. yang membawa penyakit demam berdarah dengue.

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor. yang membawa penyakit demam berdarah dengue. BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor yang membawa penyakit demam berdarah dengue. Nyamuk ini dapat tumbuh pesat di Indonesia karena Indonesia termasuk negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika

Lebih terperinci

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit DBD banyak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perilaku Dilihat dari aspek biologisnya, perilaku merupakan sesuatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya kegiatan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MASYARAKAT BERHUBUNGAN DENGAN CHIKUNGUNYA DI KELURAHAN PASIR KUDA, KECAMATAN BOGOR BARAT

KAJIAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MASYARAKAT BERHUBUNGAN DENGAN CHIKUNGUNYA DI KELURAHAN PASIR KUDA, KECAMATAN BOGOR BARAT 67 Lampiran 1 KAJIAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MASYARAKAT BERHUBUNGAN DENGAN CHIKUNGUNYA DI KELURAHAN PASIR KUDA, KECAMATAN BOGOR BARAT Alamat Rumah : RT/RW : Nama surveyor : Kode : KUESIONER I. DATA UMUM

Lebih terperinci

SIARAN RADIO TANGGAL 3 OKTOBER 2011 MATERI PENYAKIT DEMAM BERDARAH NAMA DR. I GUSTI AGUNG AYU MANIK PURNAMAWATI, M.KES

SIARAN RADIO TANGGAL 3 OKTOBER 2011 MATERI PENYAKIT DEMAM BERDARAH NAMA DR. I GUSTI AGUNG AYU MANIK PURNAMAWATI, M.KES SIARAN RADIO TANGGAL 3 OKTOBER 2011 MATERI PENYAKIT DEMAM BERDARAH PERKENALAN NAMA DR. I GUSTI AGUNG AYU MANIK PURNAMAWATI, M.KES NAMA SINGKAT DR MANIK DOKTER UMUM PNS DI PUSKESMAS BANJARANGKAN I ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditularkan lewat gigitan nyamuk. Penyakit Chikungunya disebakan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditularkan lewat gigitan nyamuk. Penyakit Chikungunya disebakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Chikungunya adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan lewat gigitan nyamuk. Penyakit Chikungunya disebakan oleh virus Chikungunya (CHIKV). Virus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Gejala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Gejala 2.1. Pengertian Demam Chikungunya BAB II TINJAUAN PUSTAKA Chikungunya adalah penyakit yang ditandai dengan demam mendadak, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DI RW III DESA PONCOREJO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DI RW III DESA PONCOREJO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DI RW III DESA PONCOREJO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL 6 Sri Wahyuni ABSTRAK Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit berbahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus. BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) DHF ( Dengue Haemoragic Fever)

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) DHF ( Dengue Haemoragic Fever) SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) DHF ( Dengue Haemoragic Fever) Cabang Ilmu : Keperawatan Komunitas Topik : Penyakit DHF (Dengue haemoragic Fever) Sasaran : Desa Tala-tala, Kelurahan Bontokio, Kec. Minasatene,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori-Teori Tentang Perilaku Seorang ahli psikologi pendidikan, Benjamin Bloom, membagi perilaku ke dalam 3 domain (kawasan), yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Terbentuknya

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Tanggal / Tempat Lahir : 13 Agustus 1988 / Terengganu, Malaysia.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Tanggal / Tempat Lahir : 13 Agustus 1988 / Terengganu, Malaysia. LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Nik Arif Ridhwan Bin Azemi Tanggal / Tempat Lahir : 13 Agustus 1988 / Terengganu, Malaysia. Agama : Islam Alamat : I-78, Rumah Awam Kos Rendah Bukit Kuang 2, 24000,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Demam berdarah dengue adalah penyakit dengan tanda-tanda klinis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Demam berdarah dengue adalah penyakit dengan tanda-tanda klinis 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Pengertian Demam berdarah dengue adalah penyakit dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot/sendi yang disertai leukopeia, dengan tanpa ruam,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Saat ini kami dari Bagian

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dengan kasus 58 orang anak, 24 diantaranya meninggal dengan Case Fatality Rate (CFR) = 41,3%. Sejak itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan atau hasil tahu seseorang dan terjadi terhadap objek melalui indra yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vector borne disease merupakan penyakit-penyakit yang ditularkan pada manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda yang dapat menularkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang harus lebih mengutamakan upaya promotif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id MENGENAL PEI\IYAKIT DEMAM BERDARAH PENDAHULUAN penderita dan keluarganya, karena kurangnya pengertian dan pemahaman tentang

bio.unsoed.ac.id MENGENAL PEI\IYAKIT DEMAM BERDARAH PENDAHULUAN penderita dan keluarganya, karena kurangnya pengertian dan pemahaman tentang MENGENAL PEI\IYAKIT DEMAM BERDARAH Oleh. DTa. HEXA APRILIANA HIDAYAH' MS. PENDAHULUAN Dalam masa peralihan menuju kemajuan, masyarakat akan berhadapan juga dengan timbulnya penyakit-penyakit, baik itu

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN Dian Nurafifah.......ABSTRAK....... Setiap wilayah yang terdapat nyamuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs) poin ketiga yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua

Lebih terperinci