Antonius Bowo Wasono TEKNIK GRAFIKA SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Antonius Bowo Wasono TEKNIK GRAFIKA SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional"

Transkripsi

1 Antonius Bowo Wasono TEKNIK GRAFIKA SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional

2 Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang TEKNIK GRAFIKA Untuk SMK Penulis : Antonius Bowo Wasono Ukuran Buku : x cm ABW Antonius Bowo Wasono. Teknik Grafika: SMK oleh Antonius Bowo Wasono Jakarta:Pusat Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, vi. 465 hlm. ISBN Teknik Grafika Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008 Diperbanyak oleh.

3 KATA SAMBUTAN Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah melaksanakan penulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui website bagi siswa SMK. Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia. Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkannya soft copy ini akan lebih memudahkan bagi masyarakat untuk mengaksesnya sehingga peserta didik dan pendidik di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini. Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Selanjutnya, kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan. Jakarta, Direktur Pembinaan SMK

4 KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan anugerahnya buku yang berjudul Teknik Grafika dan Keberhasilan Industri Grafika dapat terselesaikan dengan lancar. Buku ini disusun karena minimnya buku-buku pelajaran mengenai ke-grafikaan yang mengungkap secara utuh dan relevan digunakan dalam kurun waktu yang agak lama. Penyusun menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya buku ini. Semoga buku ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi siswa dan guru, khususnya yang bergelut di bidang grafika. Karena keterbatasan waktu dan pengetahuan yang dimiliki, penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam penyusunan ini masih banyak terdapat kekeliruan, baik dalam penulisan tata bahasa dan materi. Kritik dan saran dari pembaca demi kelengkapan isi dari buku ini penyusun harapkan, agar dapat diadakan revisi untuk terbitan yang akan datang. Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Departemen Pendidikan Nasional dalam hal ini Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan yang telah memberi kesempatan pada penyusun untuk menuangkan materi pengetahuan bidang grafika dalam bentuk buku dan kepada semua rekan kerja saya di SMK Negeri 11 Semarang yang telah memberikan dukungan pada penyusun. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para pembaca semua. Semarang, Nopember 2007 Hormat saya, Penyusun i

5 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Peta Kompetensi Diagram Alir Daftar Gambar Daftar Tabel halaman i ii ix xiii xiv xxvi BAB I Pendahuluan 1 1. Ruang Lingkup Teknologi Grafika 1 2. Perkembangan Teknologi Grafika Proses Kelebihan Kekurangan Masalah umum yang dijumpai Up-to-date dengan komputer dan perkembangannya 5 BAB II Kertas, Tinta Cetak,Warna, Densitometry, dan Colorimetrics 6 1. Kertas Bahan baku kertas 7 2. Tinta Cetak Berbagai Jenis Tinta Tinta garis Tinta fleksografi Tinta rotasi cetak dalam Tinta koran, tinta kerja dan tinta cetak tinggi rotasi (tinta 9 tidak cepat menguap) Tinta minyak lena (lijnolie) Tinta heat-set (kering dengan panas) Tinta cepat-kering (quick-set) Tinta dengan pengeringan uap air (moisture-set ink) Sifat-sifat tinta cetak (Ink property) Air pembasah Tegangan Permukaan Tegangan Interface (tegangan antar permukaan) Warna Cahaya adalah warna Persepsi visual pada warna Campuran warna Campuran warna tambahan/yang ditambahkan Campuran warna pengurangan/yang dikurangi Campuran warna autotypical Sistem klasifikasi warna Reproduksi Warna dalam Mencetak Ketebalan film tinta Signifikansi nilai halftone dalam mencetak Pergeseran nilai halftone Meningkat/menurunnya nilai halftone Perubahan bentuk titik halftone 31 ii

6 4.2.4 Dot gain Karakteristik cetakan Kontras Keseimbangan warna Komposisi kromatik Komposisi kromatik dengan penghilangan warna ke 40 bawah/ ke dalam Komposisi akromatik Komposisi akromatik dengan penambahan warna 41 kromatik Mencetak warna yang berjumlah lima, enam dan tujuh Pemasangan tinta dan rangkaian warna Pemasangan warna Rangkaian warna Kepingan pengontrol/kontrol cetakan Potongan benda (bidang) Potongan yang lebih tercetak (bidang) Potongan keseimbangan warna (bidang) Potongan halftone (bidang) Potongan slur/doubling (bidang) Potongan pengontrol pencahayaan lempengan (bidang) Densitometry Mengukur prinsip reflection densitometer Kegunaan filter pada densitometry Filter warna dan filter pencahayaan terang Filter polarisasi Nilai pengukuran pada densitometry Pengukuran Menjadikan nol pada putihnya kertas Kekentalan bahan padat Kekentalan halftone Cakupan area yang efektif secara optik (nilai halftone dalam mencetak) Evaluasi Nilai halftone dalam mencetak Dot gain Kontras Pemasangan tinta Superimposition dua warna Superimposition tiga warna Standarisasi dalam mencetak Sistem standarisasi Batas Densitometry Colorimetric Mengukur warna Nilai tristimulus/referensi putih Penerangan standar Pengamat standar/fungsi menyesuaikan warna Evaluasi dengan spectrophotometer Perbedaan warna AE CIELAB 66 iii

7 6.6.2 CIELUV CIELCH CMC Munsell Metode Tristimulus Pengukuran warna spektral Prinsip pengukuran pada kualitas kontrol spektral Heidelberg 74 CPC Cetakan percobaan dan kepingan kontrol warna Kepingan warna cetakan percobaan Kepingan kontrol warna Kontrol warna dengan Heidelberg CPC Kontrol colometric dengan bidang abu-abu Kontrol colometric dengan bidang padat Kontrol densitometric dengan bidang padat Kelebihan colometric untuk percetakan offset 79 BAB III Pekerjaan desain hingga bentuk file siap film 81 1 Peranan desainer grafis dalam produksi cetak Tugas/pekerjaan perwajahan Visualisasi ide penyajian Pola tata letak Elemen-elemen layout Ilustrasi garis Ilustrasi geometris Ilustrasi bercak-bercak/doodle Ilustrasi dengan cukilan kayu (tiruan) Ilustrasi dengan collage (kolase) Penyajian ilustrasi Garis Raut atau bangun Warna Gelap terang Tekstur atau barik Ruang Dasar-dasar tata letak dan perwajahan Proporsi Irama (rythm) Keseimbangan Kontras Kesatuan (unity) Harmoni Pekerjaan menyiapkan perwajahan (desain) buku Komputer dan perangkat pendukungnya Perangkat keras (hardware) Perangkat lunak (software) Mengerjakan scanning gambar atau mengolah gambar dari kamera digital Konsep warna RGB dan CMYK Gambar vektor dan bitmap Gambar bitmap 110 iv

8 Gambar vektor Imposisi Memproses data digital menjadi film 114 BAB IV Foto Reproduksi (film making) dan plate making Kamera Vertikal dan Kamera Horisontal Kamera Vertikal Lensa Jarak titik api (focal length) Diafragma Shutter (penutup) Cermin Bahan kamera Kamera Horisontal Persyaratan Kamera Reproduksi Menyetel ketajaman bayangan Perbandingan reproduksi Bahan peka Lapisan pelindung Lapisan emulsi Lapisan substrat Lapisan dasar Lapisan anti halo Bahan-bahan kimia untuk fotografi Cairan pengembang (developer) Bahan pengembang Pemercepat (aselerator) Penahan (restrainer) Pemelihara (preservative) Pelarut (solvent) Jenis-jenis cairan pengembang (developer) Cairan penghenti (stop bath) Cairan untuk fixing Cairan pengeras (hardener) Cairan pelemah (reducer) Cairan penguat (intensifier) Cara kerja filter Pemisahan warna dengan raster Metode langsung Metode tak langsung Kedudukan raster Montase film Montase negatif Montase positif Drum scaner dan film processor Pelat cetak offset Skala kekelabuan (grey scale) Pengembangan pelat Membuat pelat dengan beberapa image Pelat cetak daur ulang Pelat bekas 152 v

9 11.2 Bahan peka cahaya atau photosensitive layer 152 BAB V Kalkulasi Grafika Tugas estimator 1.1. Mengerjakan kalkulasi yang benar mempunyai tiga prinsip dasar Persyaratan bagi seorang estimator 2. Proses Produksi 2.1. Rumus untuk menghitung biaya cetak buku berdasarkan tarif Contoh Perhitungan Biaya Cetak Buku Berdasarkan tarif Biaya gudang Baiya Ekspedisi Matriks kertas cetak Seri A Seri B Seri C Seri D 170 BAB VI Acuan cetak fleksografi dan pad printing Acuan cetak photopolymer flexography Konvensional Film Kamera Screen Kontak printer Film processor Densitometer Elektronik Imagesetter Kapstan External drum Internal drum Teknologi CtP Mutu cetak Acuan cetak photopolymer pad printing Pelat keluli Pelat logam Pelat fotopolimer 188 BAB VII Macam-macam teknik cetak Sejarah cetak mencetak Prinsip dan proses cetak Teknik cetak tinggi (relief) Flexographic printing (cetak anilin) Prinsip dasar cetak fleksografi Proses pencetakan pada cetak fleksografi Konfigurasi mesin cetak fleksografi Teknik cetak dalam Prinsip dasar cetak dalam Proses pencetakan pada cetak dalam Acuan cetak mesin cetak rotogravure Perkembangan mesin cetak rotogravure 240 vi

10 2.4 Cetak datar/offset/litografi Prinsip dasar cetak litografi Proses pencetakan pada cetak offset Mesin cetak offset Mesin cetak offset lembaran (sheet fed offset) Mesin cetak offset gulungan (web fed offset) Ketebalan film tinta cetak Teknik cetak sablon Sejarah cetak sablon Pengertian cetak saring Alat-alat cetak sablon manual Meja cetak Cetak (engsel penyekat/penjepit screen) Bingkai saring (screen frames) Screen (kain gasa) Rakel (squeegee) Pelapis/coater Rak pengeringan Alat-alat penunjang lainnya Bahan-bahan sablon Bahan afdruk Tinta cetak Teknik mengafdruk Alat-alat cetak sablon semi otomatis dan otomatis Menghitung biaya cetak saring (sablon) Teknik cetak digital Definisi, printer, copier, press Reproduksi informasi Pendefinisian digital printing Teknologi peralatan digital printing Digital printing Hp Indigo Three technologi of Hp Indigo Digital work flow of Hp Indigo 316 BAB VIII Penyelesaian grafika/purna cetak Teknik melipat kertas secara manual dan dengan mesin Mesin lipat pisau Mesin lipat kantong/tas Mesin lipat kombinasi = pisau dan kantong Macam-macam Bentuk Lipatan Bagian-bagian pokok mesin lipat STAHL K-52 dengan 327 meja pemasukan manual Mesin lipat STAHL K-52 dan permasalahannya Penjilidan buku Beberapa teknik penjilidan Pelaksanaan proses penjilidan Finishing Kemasan 376 BAB IX Pekerjaan Laminasi dan UV Varnish Laminasi dengan sistem panas (thermal) 379 vii

11 1.1. Struktur mesin dan prinsip kerjanya Laminasi dengan sistem dingin (cold) Struktur mesin dan prinsip kerjanya Perawatan dan pemeliharaan Melakukan pekerjaan UV Varnish Keunggulan cetak UV 387 BAB X Melakukan Pekerjaan Pon, Ril, dan Emboss Pekerjaan pon Mengelem hasil pon secara manual dan mesin Cara mengelem pinggiran amplop manual Mengelem dengan menggunakan mesin Pekerjaan ril Pekerjaan emboss 393 BAB XI Kegiatan pendukung keberhasilan industri grafika Keselamatan dan kesehatan kerja Keselamatan umum Tanda larangan dan tanda bahaya/peringatan Bahaya api Pencegahan Keselamatan kerja dalam ruang cetak Bahaya listrik Perlindungan bahaya listrik Hubungan kerja Pengertian tim kerja dan perbedaannya dengan kelompok kerja Tipe-tipe tim kerja Hubungan tim kerja dengan kelompok kerja Proses komunikasi Komunikasi dalam organisasi Komunikasi antar pribadi (interpesonal) Hambatan dalam komunikasi Cara-cara memperbaiki komunikasi dalam organisasi Strategi komunikasi dalam mengikat pelanggan Melayani dengan hati Mengembangkan intuisi dengan analisis pasar Kombinasi antara pasar dan intuisi Strategi pemasaran Beberapa cara pendekatan strategi pemasaran Peranan customer service representative di industri percetakan Faktor-faktor yang menghambat laju keberhasilan industri/perusahaan 434 grafika 6. Menerapkan standar kualitas Mengirimkan hasil cetakan (ekspedisi) 438 BAB XII Penutup 440 Daftar Istilah 441 Daftar Pustaka 460 Curriculum Vitae 465 viii

12 PETA KOMPETENSI K 1 ; 2; 3; 4; 5 I 1 ; 2 ; 3; 4 H 1 ; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9;10 J 1 ; 2 ; 3 G 1;2 ;3;4;5;6;7;8;9 D 1 ; 2; 3; 4; 5; 6 C 1 ; 2 F 1 ; 2 E 1 ; 2 B 1 ; 2 ; 3; 4 A 1 ; 2 ix

13 Keterangan : BAB I A. Ruang Lingkup Bidang Keahlian Grafika, dengan mempelajari materi ini kompetensi yang diharapkan tercapai : 1. Mengetahui ruang lingkup bidang keahlian grafika 2. Mengetahui perkembangan teknologi grafika BAB II B. Tinta Cetak, Warna, Densitometry, dan Colorimetrics dengan mempelajari materi ini kompetensi yang diharapkan tercapai : 1. Mengetahui tentang tinta cetak 2. Mengetahui tentang warna 3. Mengetahui tentang kualitas cetakan 4. Mengetahui tentang kertas BAB III C. Pekerjaan Desain Hingga Bentuk File Siap Film dengan mempelajari materi ini kompetensi yang diharapkan tercapai : 1. Menindaklanjuti/ optimasi instruksi desain (design brief) 2. Menyusun huruf (typesetting) 3. Mengerjakan scaning image/gambar 4. Menggabungkan/menata image secara elektronik 5. Memproses gambar kerja 6. Membuat output image (file/film ready to plate) 7. Mengerjakan ujicoba (proof) image/gambar BAB IV D. Foto Reproduksi (film making) dan Pembuatan Acuan Cetak (Pelat Making) dengan mempelajari materi ini kompetensi yang diharapkan tercapai : 1. Membuat output image 2. Membuat proof image 3. Membuat pelat cetak 4. Mencetak coba plate relief/ letter press 5. Membuat plate offset lithography 6. Membuat plate ganda untuk beberapa image x

14 BAB V E. Kalkulasi Grafika dengan mempelajari materi ini kompetensi yang diharapkan tercapai : 1. Mengidentifikasi prinsip-prinsip kalkulasi garfika 2. Menghitung bahan-bahan pada pra cetak dan purna cetak BAB VI F. Membuat Berbagai Acuan Cetak dengan mempelajari materi ini kompetensi yang diharapkan tercapai : 1. Membuat dan ujicoba plat photopolymer flexography 2. Membuat dan ujicoba plat photopolymer pad printing BAB VII G. Macam-Macam Teknik Cetak dengan mempelajari materi ini kompetensi yang diharapkan tercapai : 1. Mengoperasikan mesin cetak tinggi (letter press) 2. Mengoperasikan mesin cetak intaglio 3. Mengoperasikan mesin cetak rotogravure 4. Mengoperasikan mesin cetak flexography 5. Mengoperasikan mesin pad printing 6. Mengoperasikan mesin cetak offset lembaran (sheet) 7. Mengoperasikan mesin cetak offset gulungan (web) 8. Mengoperasikan mesin cetak digital 9. Memproduksi cetakan dengan cetak saring/sablon BAB VIII H. Penyelesaian Grafika/ purna cetak dengan mempelajari materi ini kompetensi yang diharapkan tercapai : 1. Mengerjakan pelipatan lembar cetakan secara manual 2. Mengerjakan pelipatan lembar cetakan dengan mesin 3. Menyusun gabung lembar cetakan secara manual 4. Menyusun gabung lembar cetakan dengan mesin 5. Memotong kertas secara manual 6. Memotong kertas dengan mesin otomatis 7. Menjilid secara manual 8. Menjilid dengan mesin jilid lem panas 9. Menjilid dengan mesin jilid jahit kawat xi

15 10. Menjilid dengan mesin jilid jahit benang BAB IX I. Pekerjaan laminasi dan UV Varnish dengan mempelajari materi ini kompetensi yang diharapkan tercapai : 1. Menyiapkan mesin laminating 2. Mengerjakan laminating 3. Menyiapkan mesin uv varnish 4. Mengerjakan varnish BAB X J. Melakukan pekerjaan pon, ril, dan emboss dengan mempelajari materi ini kompetensi yang diharapkan tercapai : 1. Mengepon hasil cetak dan emboss 2. Mengelem hasil pon secara manual 3. Mengelem hasil pon secara mesin BAB XI K. Kegiatan Pendukung Keberhasilan Industri Grafika dengan mempelajari materi ini kompetensi yang diharapkan tercapai : 1. Keselamatan dan kesehatan kerja 2. Hubungan kerja. 3. Strategi komunikasi dalam mengikat pelanggan 4. Strategi pemasaran 5. Faktor-faktor yang menghambat laju keberhasilan industri/ perusahaan grafika xii

16 DIAGRAM ALIR A D I B E C G H K F J Keterangan : A. Ruang Lingkup Bidang Keahlian Grafika B. Tinta Cetak, Warna, Densitometry, Colorimetrics, dan Kertas C. Pekerjaan Desain Hingga Bentuk File Siap Film D. Foto Reproduksi (film making) dan Pembuatan Acuan Cetak (plate making) E. Kalkulasi Grafika F. Acuan Cetak Fleksografi dan Pad Printing G. Macam-Macam Teknik Cetak H. Penyelesaian Grafika/ Purna Cetak I. Pekerjaan Laminasi dan UV Varnish J. Melakukan Pekerjaan Pon, Ril, dan Emboss K. Kegiatan Pendukung Keberhasilan Industri Grafika xiii

17 DAFTAR GAMBAR halaman BAB I Pendahuluan 1 Gambar 1.1 Diagram perkembangan 2 Gambar 1.2 Alur produksi konvensional 3 Gambar 1.3 Kombinasi alur produksi konvensional dan digital 4 Gambar 1.4 Alur produksi teknologi digital 4 Gambar 1.5 Diagram computer to print 5 BAB II Kertas. Tinta cetak, Warna, Densitometry, dan Colorimetrics 6 Gambar 2.1 Proses pembuatan kertas 8 Gambar 2.2 Sistem penintaan cetak ofset 12 Gambar 2.3 Ketahanan terhadap pembagian tinta 12 Gambar 2.4 Viskositas tinta 13 Gambar 2.5 Diagram proses pembuatan tinta 14 Gambar 2.6 Skema water conditioning 16 Gambar 2.7 Skema gaya dalam zat cair 16 Gambar 2.8 Sudut kontak 17 Gambar 2.9 Skema gerakan penyaluran air pada sistem pembasahan 17 konvensional Gambar 2.10 Skema gerak putar rol bak air 17 Gambar 2.11 Sistem pembasahan alkohol tidak menggunakan rol jilat 18 Gambar 2.12 Alat pendingin sistem pembasahan dengan alkohol 18 Gambar 2.13 Bentuk gelombang 19 Gambar 2.14 Panjang gelombang 19 Gambar 2.15 Panjang gelombang merah ke hijau ke biru 20 Gambar 2.16 Proses tertangkapnya warna 21 Gambar 2.17 Retina mata menangkap warna 21 Gambar 2.18 Campuran warna 21 Gambar 2.19 Campuran warna yang dikurangi 22 Gambar 2.20 Kuning diatas kertas putih 23 Gambar 2.21 Cyan diatas kuning 23 Gambar 2.22 Magenta diatas cyan dan kuning 23 Gambar 2.23 Klasifikasi warna 24 Gambar 2.24 Ruang warna 25 Gambar 2.25 Nilai kadar warna 25 Gambar 2.26 Diagram kromatik 26 Gambar 2.27 Corak warna diletakkan dalam hexagon 27 Gambar 2.28 Pengaruh ketebalan film tinta 28 Gambar 2.29 Perbandingan nilai halftone 34 Gambar 2.30 Variasi dot mempengaruhi hasil cetakan 35 Gambar 2.31 Karakteristik cetakan 37 Gambar 2.32 Komposisi kromatik 39 Gambar 2.33 Struktur warna kromatik 39 Gambar 2.34 Porsi akromatik digantikan oleh hitam 40 Gambar 2.35 Porsi akromatik dikurangi hingga 30% 40 Gambar 2.36 Komposisi akromatik 40 Gambar 2.37 Porsi warna C,M,Y dikurangi 41 Gambar 2.38 Komposisi akromatik dengan penambahan warna kromatik 41 Gambar 2.39 Penambahan porsi C,M,Y ditambahkan ke struktur warna 41 xiv

18 akromatik Gambar 2.40 Cetakan 7 (tujuh) warna ditempatkan pada diagram 42 kromatik CIE Gambar 2.41 Tingkat reduksi nilai halfone yang disebabkan karena 43 kesalahan pemasangan tinta Gambar 2.42 Hasil tiga superimposition yang berbeda pada warna cyan 43 dan magenta Gambar 2.43 Potongan bidang beberapa kondisi 45 Gambar 2.44 Potongan halftone 45 Gambar 2.45 Potongan slur/doubling 46 Gambar 2.46 Pemantauan visual pada pencahayaan lempengan 46 Gambar 2.47 Cara kerja densitometer transmisi dan refleksi 46 Gambar 2.48 Prinsip densitometer refleksi 47 Gambar 2.49 Refleksi kurva untuk cyan, magenta dan kuning bersama 48 dengan filter warna Gambar 2.50 Filter polarisasi 49 Gambar 2.51 Ketebalan film tinta C,M,Y,K 51 Gambar 2.52 Penghimpunan/kumpulan cahaya 53 Gambar 2.53 Warna-warni tambahan diukur dengan sebuah 57 densitometer Gambar 2.54 Warna-warna tambahan HKS 8 dan HKS Gambar 2.55 Konstruksi alat pengukur warna mengikuti model visual 59 dan sensorik pada mata manusia Gambar 2.56 Cahaya mempengaruhi komposis spektral 60 Gambar 2.57 Komposisi jenis penyinaran D65 60 Gambar 2.58 Warna X dan Y 61 Gambar 2.59 Warna Z 62 Gambar 2.60 Ilustrasi sebuah area diameter 3,5 cm dan 17,5 cm dilihat 62 pada jarak 1 meter Gambar 2.61 Proses menggabungkan dan mengalikan dengan faktor 63 normalisasi, nilai tristimulus X,Y dan Z Gambar 2.62 Elips Mac Adam 64 Gambar 2.63 Lokasi porosn pada ruang warna CIELAB 65 Gambar 2.64 Sifat warna dan penjenuhan warna digambar pada 66 poros/sumbu aº dan bº Gambar 2.65 Ruang warna CIELAB untuk membentuk warna 66 Gambar 2.66 Bagian silang/melintang melalui ruang warna CIELAB 67 untuk membentuk warna pada level pencahayaan Lº=50 Gambar 2.67 Level pencahayaan Lº=75,3 dengan aº=51,2 dan bº=48,4 68 Gambar 2.68 Tiga sumbu koordinat ditunjukkan dengan Lº, uº dan vº 69 Gambar 2.69 Bagian silang/melintang melalui ruang warna CIELUV 69 untuk membentuk warna pada level pencahayaan Lº=50 Gambar 2.70 representasi skematik dengan lokasi ukuran L*= 75,3, C*= 70 70,5, hº= 43,40 Gambar 2.71 Elips untuk menilai evaluasi dalam pencahayaan dan corak 71 Gambar 2.72 Sistem klasifikasi warna Munsell 72 Gambar 2.73 Koordinat Munsell tidak dapat diubah menjadi koordinat 72 CIE Gambar 2.74 Prinsip pengukuran (menyangkut) three-range photometer 73 Gambar 2.75 Prinsip pengukuran CPC Gambar 2.76 Kepingan control warna 76 xv

19 Gambar 2.77 Kepingan kontrol warna untuk mengukur spektral dengan 76 CPC 21 Gambar 2.78 Tampilan monitor CPC Gambar 2.79 Output monitor CPC BAB III Pekerjaan desain hingga bentuk file siap film 81 Gambar 3.1 Diagram alur prepress analog dan digital 84 Gambar 3.2 Ilustrasi garis 91 Gambar 3.3 Ilustrasi bidang 92 Gambar 3.4 Ilustrasi bidang (geometris) 92 Gambar 3.5 Ilustrasi bercak-bercak (doodle) 93 Gambar 3.6 Ilustrasi cukilan sebagai klise cetakan 93 Gambar 3.7 Ilustrasi kolase 94 Gambar 3.8 Cover majalah gradasi 100 Gambar 3.9 Van de Graff 102 Gambar 3.10 Diagonal 102 Gambar 3.11 Perbandingan emas 103 Gambar 3.12 Visualisasi rancangan instruksi 104 Gambar 3.13 Scanner flat-bed 105 Gambar 3.14 Scanner Drum 106 Gambar 3.15 Kamera digital 107 Gambar 3.16 Skema imposisi 112 Gambar 3.17 Imposisi diatas layar monitor 112 Gambar 3.18 Peletakan nomor halaman sesuai karakteristik barang cetak 113 Gambar 3.19 Contoh imposisi elektronik 113 Gambar 3.20 Diagram proses input data-desain-imposisi-hingga 114 pencetakan Gambar 3.21 Diagram alur proses kerja Post Script-RIP 114 Gambar 3.22 Integrasi text, graphics, picture,dan layout 115 Gambar 3.23 Skema kerja dari proses data hingga menjadi film 115 Gambar 3.24 Sistem digital yang terkoneksi dengan mesin cetak (DCP9 9000/QM-DI, Kodak/Heidelberg) 116 BAB IV Foto Reproduksi (film making) dan plate making 117 Gambar 4.1 Proses pembuatan film konvensional 117 Gambar 4.2 Skema kamera vertikal tampak samping 118 Gambar 4.3 Perspektif kamera vertikal 118 Gambar 4.4 Skema vertikal tampak depan 119 Gambar 4.5 Perspektif kamera vertikal 119 Gambar 4.6 Bidang model 120 Gambar 4.7 Jalan sinar pada jenis kamera vertikal 120 Gambar 4.8 Macam-macam lensa 120 Gambar 4.9 Jarak titik api dengan fokus 120 Gambar 4.10 Skema penampang lintang lensa proses 121 Gambar 4.11 Cara kerja diafragma iris 121 Gambar 4.12 Cermin pembalik 121 Gambar 4.13 Kamera vertikal 122 Gambar 4.14 Tipe kamera vertikal 122 Gambar 4.15 Kamera vertikal tampak depan 123 Gambar 4.16 Panel kamera vertikal 123 Gambar 4.17 Skema jarak screening pada kamera reproduksi 124 xvi

20 Gambar 4.18 Skema kamera horisontal 124 Gambar 4.19 Jalan sinar pada jenis kamera horisontal 124 Gambar 4.20 Kamera horisontal 125 Gambar 4.21 Bagian-bagian kamera horisontal 125 Gambar 4.22 Bagian-bagian kamera horisontal 126 Gambar 4.23 Kamera horisontal menempati dua kamar 126 Gambar 4.24 Menyetel ketajaman bayangan 127 Gambar 4.25 Struktur film 129 Gambar 4.26 Struktur film 129 Gambar 4.27 Kepekaan film terhadap cahaya 131 Gambar 4.28 Film developer in tray design 131 Gambar 4.29 Film developer with deep tank technology 132 Gambar 4.30 Diagram skematis film processor 133 Gambar 4.31 Pengembangan film secara manual 133 Gambar 4.32 Film processor merk Tung Shung 137 Gambar 4.33 Kerja filter 138 Gambar 4.34 Sudut raster 138 Gambar 4.35 Metode pemisahan warna 139 Gambar 4.36 Produksi film separasi 140 Gambar 4.37 Scanning head of color separation scanner 141 Gambar 4.38 Proses produksi dari model sampai siap di film 141 Gambar 4.39 Penempelan film saat montase 142 Gambar 4.40 Montase film 143 Gambar 4.41 Montase 8 halaman buku 144 Gambar 4.42 Diagram skematis pemisahan warna scanner 145 Gambar 4.43 Bagan scanner drum 145 Gambar 4.44 The drum imagesetter 146 Gambar 4.45 The drum imagesetter and film processor 147 Gambar 4.46 Struktur pelat cetak offset 148 Gambar 4.47 Bak tempat pengembangan pelat 149 Gambar 4.48 Skema permukaan pelat 150 Gambar 4.49 Bagian demi bagian pelat di expose 151 Gambar 4.50 Film yang sama di expose dalam satu pelat 151 Gambar 4.51 Berbagai image di expose dalam satu pelat 152 Gambar 4.52 Graining pada pelat cetak 153 Gambar 4.53 Plate making 153 Gambar 4.54 Proses Produksi dari membuat model hingga print 153 finishing Gambar 4.55 Diagram proses transfer data file ke RIP dilanjutkan ke 154 berbagai media (CtFilm, CtPlate, CtPress Gambar 4.56 Plate making 154 Gambar 4.57 Contact copier 155 Gambar 4.58 Plate processor 155 Gambar 4.59 Plate making 156 Gambar 4.60 Komputer to plate 156 BAB V Kalkulasi Grafika 157 BAB VI Acuan Cetak Fleksografi dan Pad Printing 171 Gambar 6.1 Prinsip kerja acuan cetak konvensional 171 Gambar 6.2 Skema gambar mesin fleksografi 171 xvii

21 Gambar 6.3 Unit cetak fleksografi 172 Gambar 6.4.a Skema proses pencetakan 172 Gambar 6.4.b Skema gambar mesin fleksografi 173 Gambar 6.5 Proses pengembangan pelat photopolymer untuk cetak 173 fleksografi Gambar 6.6 Film processor 174 Gambar 6.7 Densitometer refleksi 175 Gambar 6.8 Densitometer transparansi 176 Gambar 6.9 Kapstan 176 Gambar 6.10 Eksternal dan internal drum 177 Gambar 6.11 Sleeve (seamless) untuk cetak fleksografi (BASF) 177 Gambar 6.12 Diagram alur proses cetak fleksografi 178 Gambar 6.13 CtP ThermoFlex Gambar 6.14 CtP ThermoFlex Gambar 6.15 CtP ThermoFlex Gambar 6.16 CtP fleksografi uk mm x 1524 mm 180 Gambar 6.17 Pelat tembaga wedgewood blue 182 Gambar 6.18 Prinsip penyinaran pelat keluli 183 Gambar 6.19 Gaya penyinaran pelat terskrin 184 Gambar 6.20 Schematic diagram of pad transfer printing 185 Gambar 6.21 Open system for inking the cliché in pad transfer printing 185 Gambar 6.22 Peralatan pelat jenis drum 187 Gambar 6.23 Kerataan fotopolimer 188 Gambar 6.24 Mesin cetak pad 1 warna 191 Gambar 6.25 Mesin cetak pad multicolor carousel (MKM 125, Morlock) 192 Gambar 6.26 Mesin cetak pad 4 warna (TPX 500, Teca Print) 192 Gambar 6.27 Contoh produk hasil pad printing 192 BAB VII Macam-macam teknik cetak 193 Gambar 7.1 Johannes Gutenberg 194 Gambar 7.2 Mesin cetak Gutenberg 194 Gambar 7.3 Batang huruf 195 Gambar 7.4 Mesin cetak Degel (1950) 196 Gambar 7.5 Hand press 196 Gambar 7.6 Hand press dengan sistem penintaan piring 197 Gambar 7.7 Skema mesin Degel 198 Gambar 7.8 Cara kerja sistem Boston 198 Gambar 7.9 Cara kerja sistem Gordon 199 Gambar 7.10 Cara kerja sistem Gally 199 Gambar 7.11 Cara kerja sistem liberty 200 Gambar 7.12 Landasan mesin cetak silinder 201 Gambar 7.13 Mesin cetak silinder 201 Gambar 7.14 Sistem pencetakan langsung 202 Gambar 7.15 Diagram proses pencetakan 202 Gambar 7.16 Batang huruf 202 Gambar 7.17 Nomerator 202 Gambar 7.18 Menutup acuan 202 Gambar 7.19 Peletakan gambar huruf pada siku susun 203 Gambar 7.20 Lemari huruf dan batang huruf 203 Gambar 7.21 Ruangan cetak tinggi beserta perlengkapannya 204 Gambar 7.22 Mesin proof 204 xviii

22 Gambar 7.23 Letterpress-8x12-old-the old style was first made in Gambar 7.24 Letterpress-12x18-new New Style was made in Gambar 7.25 Tim s model no 3 victorian hand press 204 Gambar 7.26 Hand press 204 Gambar 7.27 Heidelberg KORS 204 Gambar 7.28 Ruangan kerja cetak tinggi 205 Gambar 7.29 Proses pencetakan 205 Gambar 7.30 Produk mesin cetak tinggi 206 Gambar 7.31 Produk mesin cetak tinggi 207 Gambar 7.32 Cara kerja dan bentuk acuan 208 Gambar Skema unit pencetakan sistem mesin fleksografi 210 konvensional Gambar Skema unit pencetakan mesin fleksografi sistem doctor 211 blade Gambar 7.34 Contoh hasil cetak flexo pada kemasan popok bayi 214 Gambar 7.35 Struktur dari jenis-jenis pelat photopolymer 215 Gambar 7.36 Penampang silinder pelat dengan pelat cetak dan sticky 215 back Gambar 7.37 Skema unit pencetakan mesin fleksografi sistem single 216 doctor blade chamber Gambar 7.38 Skema unit pencetakan mesin fleksografi sistem double 216 doctor blade chamber Gambar 7.39 RAVOL, perangkat pengukur ketebalan tinta rol anilox 219 buatan APEX Gambar 7.40 Unit cetak satelit mesin fleksografi 220 Gambar 7.41 Mesin cetak flekso 8 warna dengan silinder tekan terpusat 220 (34 DF/8-CNC, Fischer & Krecke) Gambar 7.42 Penggantian lapisan silinder pelat dengan proses silinder 221 otomatis pada mesin flekso dengan silinder tekan terpusat (Fischer & Krecke) Gambar 7.43 Penggantian lapisan silinder pelat pada mesin fleksografi 221 (Fischer & Krecke) Gambar 7.44 Mesin cetak fleksografi dengan silinder tekan terpusat 221 dengan 8 unit cetak dengan keotomatisan tingkat tinggi (Astraflex, W&H) Gambar 7.45 Skema mesin fleksografi dengan desain satu garis 221 Gambar 7.46 Mesin cetak fleksografi desain satu garis terintegrasi 222 dengan unit pemotong dan unit lipat (Lemanic 82, Bobst) Gambar 7.47 Mesin cetak fleksografi untuk mencetak label dengan 222 pengering UV dan pemotong berputar (Arsona EM 510, Heidelberg/Gallus) Gambar 7.48 Mesin cetak fleksografi untuk mencetak label dengan 222 pemotong berputar, unit winding untuk menghilangkan pemborosan, dan mengontrol gambar (GLS-2000, Nilpeter) Gambar 7.49 Mesin cetak fleksografi untuk mencetak label dengan 223 pemotong berputar, stasiun winding (4200, Mark andy) Gambar 7.50 Skema mesin cetak fleksografi desain tipe susun/tumpuk 223 Gambar 7.51 Skema mesin cetak fleksografi empat warna desain tipe 224 susun/tumpuk untuk mencetak kemasan. Gambar 7.52 Mesin cetak surat kabar untuk mencetak multi dengan xix

23 unit cetak (flexocourier, KBA) Gambar 7.53 Skema mesin cetak fleksografi dengan multi silinder tekan 225 Gambar 7.54 Penggantian lapisan silinder pelat dan rol anilox pada 225 mesin fleksografi (Soloflex, W&H) Gambar 7.55 a. mesin cetak fleksografi 2 warna, b. silinder pelat dengan 225 pelat cetak dan rol tinta (flexogold, Aurelia) Gambar 7.56 Skema mesin cetak fleksografi 8 warna dengan silinder 226 tekan sentral Gambar 7.57 Skema mesin cetak fleksografi kapasitas tinggi dengan 226 silinder tekan terpusat dengan 8 unit penintaan (W&H) Gambar 7.58 Skema unit pencetakan mesin cetak fleksografi gulungan, 227 dengan silinder pusat, 8 warna Gambar 7.59 Pembuatan acuan pada silinder gravure dengan jarum 231 pemahat (engraving) Gambar 7.60 Mesin pembuat acuan untuk mesin rotogravure (Helio 231 Klischograph K 406-Sprint, Hell Gravure system) Gambar 7.61 Mesin pembuat film cetak rotogravure 231 Gambar 7.62 Skema struktur pencetakan mesin cetak dalam 232 Gambar 7.63 Master cetakan (dengan 4 warna tinta) pada silinder 236 gravure untuk mencetak uang kertas. Gambar 7.64 Jenis-jenis variasi dari pelat lembaga pada silinder gravure 238 Gambar 7.65 Penampang sel-sel pengukiran dengan electromechanicall 239 Gambar 7.66 Hasil cetak rotogravure yang diperbesar dan tampak 239 bagian tepinya yang bergerigi. Gambar 7.67 Ilustrasi unit pencetakan mesin rotogravure 240 Gambar 7.68 Mesin rotogravure yang dilengkapi peralatan untuk 242 penggantian lapisan silinder gravure dan unit penintaan untuk mempercepat proses penggantiannya (W&H) Gambar 7.69 Diagram mesin cetak rotogravure lembaran multiwarna 243 untuk bahan kemasan (Rembrant 142, KBA) Gambar 7.70 Mesin cetak rotogravure lembarab multiwarna untuk bahan 243 kemasan (Rembrant 142, KBA) Gambar 7.71 Diagram unit pencetakan mesin cetak rotogravure 8 warna 244 Gambar 7.72 Diagram struktur unit mesin Proff Rotogravure (KBA) 244 Gambar 7.73 Diagram mesin proff cetak rotogravure dengan 4 unit 244 pencetakan Gambar 7.74 Mesin cetak rotogravure dengan cadangan tinta pada 245 tangki penyuplai di bagian depan (KBA) Gambar 7.75a Mesin rotogravure dengan 10 unit cetak (heliostar 2000, 245 W&H) Gambar 7.75b Contoh produk kemasan hasil cetak rotogravure 245 Gambar 7.76 Johannes Gutenberg penemu teknik cetak offset 246 Gambar 7.77 Skema prinsip pencetakan pada mesin cetak offset 248 Gambar 7.78 Skema unit-unit pada mesin cetak offset lembarab dua 251 warna Gambar 7.79 a. skema unit pemasukan cetak offset lembaran sistem 252 pemasukan tunggal, b. contoh unit pemasukan cetak offset lembaran sistem pemsukan tunggal (Heidelberg) Gambar 7.80 Contoh unit pemasukan cetak offset lembaran sistem 253 pemasukan susun sirih (Heidelberg) Gambar 7.81 Kelompok kepala hisap 254 xx

24 Gambar 7.82 Sistem pemasukan susun sirih (stream feeder) dengan ban 254 penghisap mesin cetak speedmaster SM 74 Heidelberg Gambar 7.83 Unit pencetakan mesin cetak offset lembaran 255 Gambar 7.84 Macam-macam sistem pembasahan 256 Gambar 7.85 Sistem penintaan mesin cetak offset 257 Gambar 7.86 Unit pengeluaran mesin cetak offset 257 Gambar 7.87 Macam-macam diagram mesin cetak offset 1 warna 258 produksi Heidelberg Gambar 7.88 Macam-macam diagram mesin cetak offset 2 warna 259 produksi Heidelberg Gambar 7.89 Skema sederhana mesin cetak offset gulungan 260 Gambar 7.90 Automatic reel stand model flying paster 261 Gambar 7.91 Automatic reel stand zero speed dengan festoon vertikal 262 Gambar 7.92 Konstruksi unit pencetakan blanket 263 Gambar 7.93 Konstruksi unit pencetakan blanket to blanket tipe I 263 (M-600, Heidelberg) tipe Y (KBA) Gambar 7.94 Konstruksi unit pencetakan blanket to blanket tipe twin H 263 (GOSS) Gambar 7.95 Konstruksi unit pencetakan blanket to impression tipe twin 263 satelite (MAN Roland) Gambar 7.96 Konstruksi unit pencetakan blanket to impression tipe 264 satelit (MAN Roland) Gambar 7.97 Konstruksi unit pencetakan blanket to impression tipe 264 three quarter satelite (GOSS) Gambar 7.98 Konstruksi unit pencetakan blanket to blanket semi satelit 264 (WIFAG) Gambar 7.99 Konstruksi unit pencetakan blanket to blanket tipe H, 264 empat unit pencetakan (Galaxy Heidelberg) Gambar Konstruksi unit pencetakan blanket to blanket tipe H 265 (Universal 70 GOSS) Gambar Sistem pembasahan mesin cetak offset 266 Gambar Desain unit penintaan Speedmaster 102 9Heidelberg) 267 Gambar Desain unit penintaan Roland 700 (MAN Roland) 267 Gambar Desain unit penintaan Rapida 104 (KB) 267 Gambar Desain unit penintaan short inking unit 267 Gambar Desain unit penintaan Convertible inking unit (M-6000, 268 Heidelberg) Gambar Skema unit pengeluaran (double folder unit), (MAN 269 Roland) Gambar Skema unit jaws folder, interaksi antara cutting knife, 269 tucker blade dan interaksi antara jaw dan cylinder (IFRA) Gambar Skema unit darum folder (IFRA) 270 Gambar Skema former arranged (IFRA) 270 Gambar Contoh-contoh hasil lipatan mesin cetak offset gulungan 270 Gambar Sumbangan dot gain dalam proses pencetakan 271 Gambar Blanket smash karena lipatan kertas 282 Gambar Blanket rusak parah terhempas oleh lipatan tumpukan 282 kertas, kain putih terlihat keluar Gambar Fiber tercampur dengan coating tercabut dari sisi kertas 283 yang kasar Gambar Ukuran 12x18.25 diukur tepat pada sisi kiri templat 289 xxi

25 Gambar Ukuran 12x18.25 sisi kanan terdapat gap terhadap 289 templat terjadi penyusutan Gambar Prinsip cetak sablon 293 Gambar Meja sablon 294 Gambar Catok 295 Gambar Bingkai saring 295 Gambar Monofilament 297 Gambar Multifilament 297 Gambar Rakel 297 Gambar Coater 299 Gambar Alat bantu sablon, hairdryer dan handsprayer 299 Gambar Bahan-bahan sablon 300 Gambar Meja afdruk dilihat dari atas 301 Gambar Melapisi screen dengan larutan afdruk 302 Gambar Susunan alat-alat penyinaran 303 Gambar Melakukan penyinaran dengan bantuan sinar matahari 303 Gambar Proses pengembangan dan memasang screen yang sudah 303 diexpose pada meja sablon Gambar Memasang penepat dan mengatur kedudukan benda yang 304 akan dicetak Gambar Pencetakan 304 Gambar Rak pengeringan 305 Gambar Skema teknik cetak saring 306 Gambar Proses penintaan dan pencetakan pada cetak saring 306 Gambar Alat untuk melapisi screen dengan larutan afdruk 306 Gambar Mesin sablon semi otomatis jenis flat bed 306 Gambar Mesin sablon kaos 307 Gambar Mesin sablon semi otomatis untuk permukaan bidang datar 307 Gambar a. mesin sablon silinder (flat round), b. urutan pencetakan 307 Gambar Mesin sablon semi otomatis untuk permukaan bidang 307 lengkung Gambar Mesin sablon otomatis untuk botol, gelas,dll dan contoh 307 produknya Gambar Sistem mesin sablon multicolor untuk bahan tekstil 308 Gambar Struktur dasar teknologi elektrofotografi 311 Gambar Knologi ink jet 312 Gambar High-speed ink jet printing system (system 6240/color 314 runnar scitex digital printing/matti technology) Gambar Mesin cetak digital merk Ultra 72 Lite 8H/12H/16H 318 Gambar Mesin cetak digital JV3-160 SP 318 Gambar Mesin cetak digital merk Ultra 720 Luxury 8H/12H/16H 318 Gambar Mesin cetak Ultra 720T 8H 12H 16H 319 Gambar Mesin cetak digital ultra 1000 skywalker4c/6c 319 Gambar Mesin cetak digital ZY-Seiko printhead 6 warna 319 Gambar Mesin cetak ultra 1000skywalker 16H 319 BAB VIII Penyelesaian grafika/purna cetak 320 Gambar 8.1 Melipat dengan tulang pelipat 320 Gambar 8.2 Melipat dengan pisau lipat 320 Gambar 8.3 Melipat dengan kantong lipat 321 Gambar 8.4 Melipat satu langkah 321 xxii

26 Gambar 8.5 Melipat dua langkah 321 Gambar 8.6 Melipat tiga langkah 322 Gambar 8.7 Melipat empat langkah 322 Gambar 8.8 Skema rol-rol lipat dan kantong/tas 323 Gambar 8.9 Kantong dan pisau lipat 323 Gambar 8.10 Percobaan dengan kuku 324 Gambar 8.11 Percobaan merobek kertas 324 Gambar 8.12 Percobaan dua potongan kertas 325 Gambar 8.13 Percobaan membasahi kertas 325 Gambar 8.14 Percobaan dengan melengkungkan karton 325 Gambar 8.15 Lipat biasa 326 Gambar 8.16 Lipat paralel gulung tunggal 326 Gambar 8.17 Lipat paralel gulung rangkap 326 Gambar 8.18 Lipat sig-sag 326 Gambar 8.19 Lipat kombinasi 327 Gambar 8.20 Meja pemasukan manual mesin lipat STAHL K Gambar 8.21 Meja pemasukan standar 328 Gambar 8.22 Meja pemasukan otomatis 328 Gambar 8.23a Pelat penyalur kertas dan rol pembawa kertas 329 Gambar 8.23b Lembaran harus masuk tepat ke kantong lipat 330 Gambar 8.24 Tekanan rol yang tidak sama 331 Gambar 8.25 Penggunaan pisau lipat 331 Gambar 8.26 Penempatan sejumlah kertas disesuaikan tebal lipatan 332 Gambar 8.27 Rol dan ban pengangkut 332 Gambar 8.28 Pemakaian pelor 333 Gambar 8.29 Penepat lintasan 333 Gambar 8.30 Pengatur jarak dan kecepatan kertas 334 Gambar 8.31 Meja penerima 335 Gambar 8.32 Skema lipatan 336 Gambar 8.33 Penyetelan rol 337 Gambar 8.34 Perforasi, ril, dll 338 Gambar 8.35 Perlakuan terhadap kertas 339 Gambar 8.36 Perlakuan terhadap kertas yang akan dilipat pada meja 340 pemasukan manual Gambar 8.37 Penyetelan tekanan rol lipat 340 Gambar 8.38 Common parallel folds 341 Gambar 8.39 Common right angle folds 342 Gambar 8.40 Proses pelipatan kertas dengan pisau lipat 343 Gambar 8.41 Proses pelipatan kertas dengan kantong lipat 344 Gambar 8.42 Melipat sesuai arah serat kertas dan yang berlawanan 345 dengan arah serat kertas Gambar 8.43 Mesin risocolator TC Gambar 8.44 Mesin Jahit Buku DQ Gambar 8.45 Mesin Jahit Buku DQ Gambar 8.46 Mesin Binding Buku JBB-40A 357 Gambar 8.47 Mesin Binding Buku BBQH-40/4 358 Gambar 8.48 Mesin Jahit Buku SXB Gambar 8.49 Teknik melakukan pemotongan kertas 359 Gambar 8.50 Turunnya mata pisau pada kertas 359 Gambar 8.51 Prinsip pemotongan benda kerja 360 Gambar 8.52 Bagian-bagian mesin potong 361 xxiii

27 Gambar 8.53 Kelengkapan unit pemotongan (cutting line) 361 Gambar 8.54 Mesin potong model 6100B, Schon & Sandt 362 Gambar 8.55 Mesin potong RC-115DX 362 Gambar 8.56 Mesin potong RM-Series 363 Gambar 8.57 Bahan laminasi bentuk pouch dan roll 369 Gambar 8.58 Penomoran pada formulir dan barcode 370 BAB IX Pekerjaan Laminasi dan UV Varnish 379 Gambar 9.1 Bahan laminasi bentuk pouch dan roll 379 Gambar 9.2 Mesin laminasi sistem panas (thermal) buatan PAMOR 380 Behe Machinery Workshop Gambar 9.3 Mesin Laminasi SRFM Gambar 9.4 Unit Pemasukan ( meja aparat dan tombol operasi) 383 Gambar 9.5 Bagan Mesin Laminasi SRM Gambar 9.6 Rol gulungan plastik laminasi 384 Gambar 9.7 Tangkai/ batang pisau pemotong/ perforator 384 Gambar 9.8 Mesin UV (ultraviolet) Varnih seri ZHSG BAB X Pekerjaan Pon, Ril, dan Emboss 389 Gambar 10.1 Acuan cetak pon dan ril 389 Gambar 10.2 Operator melakukan pengeponan dengan mesin 390 Gambar 10.3 Operator menun jukkan cetakan yang telah dipon dan di ril 390 dengan menggunakan mesin Gambar 10.4 Cetakan yang telah di bentuk menjadi Dos Snack 391 Gambar 10.5 Mesin Degel dapat untuk pon, ril, dan emboss 392 Gambar 10.6 Bentuk klise emboss 393 Gambar 10.7 Hasil pabrikan teknik cetak emboss 394 Gambar 10.8 Pengembossan dapat dilakukan dengan mesin degel 395 Gambar 10.9 Mesin emboss untuk membuat kartu (credit card, name 395 card, identity crd, dll.) BAB XI Kegiatan pendukung keberhasilan industri grafika 396 Gambar 11.1 Pakailah sepatu kerja 398 Gambar 11.2 Dilarang merokok 406 Gambar 11.3 Gunakan kaca mata 406 Gambar 11.4 Sesuatu yang mudah terbakar 406 Gambar 11.5 Tempat memberikan pertolongan (PPPK) 406 Gambar 11.6 Bentuk alat pemadam kebakaran 407 Gambar 11.7 Gunakan alat pemadam kebakaran yang tepat 409 Gambar 11.8 Gunakan masker jika bersentuhan dengan bahan kimia 410 Gambar 11.9 Matikan listrik bila sudah tidak diperlukan 411 Gambar Hindarkan aliran listrik 412 Gambar Serahkan pemeriksaan dan penggantian pada ahlinya 412 Gambar Model keefektifan tim 419 Gambar Arah komunikasi dalam organisasi 420 Gambar Ilustrasi memperlakukan pelanggan secara profesional 422 Gambar Ilustrasi keberhasilan membangun usaha 424 Gambar Bagan perencanaan strategi pemasaran 430 xxiv

28 Gambar Gambar Bagan kaitan antara strategi pemasaran dengan situasi umum perusahaan Perkiraan pasar media cetak dan prediksi penggunaan media di masa yang akan datang BAB XII PENUTUP 440 xxv

29 DAFTAR TABEL halaman BAB II Tabel 2.1 Pencampuran warna 22 Tabel 2.2 Pencampuran warna 2 23 Tabel 2.3 Nilai colour coordinates dan luminance factor 27 Tabel 2.4 Pergeseran nilai halftone 30 BAB III Tabel 3.1 Campuran warna 109 Tabel 3.2 Penentuan Resolusi Gambar 110 BAB IV Tabel 4.1 Problem pelat dan cara penanganannya 150 BAB VII Tabel 7.1 Pemecahan masalah-masalah lipat 346 BAB VIII Tabel 8.1 Pemecahan masalah-masalah lipat 346 BAB IX Tabel 9.1 Spesifikasi mesin laminasi SRM Tabel 9.2 Perbandingan harga UV, gloss, dan dob 386 BAB XI Tabel 11.1 Perbandingan jumlah industri cetak 396 Tabel 11.2 Pendekatan-pendekatan strategi 432 xxvi

30 BAB I PENDAHULUAN 1. Ruang Lingkup Teknologi Grafika Grafika adalah suatu teknik atau cara penyampaian pesan, gagasan, informasi, pikiran, kesan perasaan melalui penggandaan dengan cara dicetak dan disajikan kepada khalayak. Grafika merupakan teknologi yang memungkinkan hasil pikiran-pikiran tokoh ratusan bahkan ribuan tahun lalu sampai kepada kita berupa hasil cetakan. Karena jasa grafika juga, maka segala urusan manusia modern dipermudah atau sudah merupakan suatu mekanisme yang tidak mungkin ditinggalkan sejak sebelum lahir sampai ke liang lahat. Bahkan beberapa tahun setelah manusia di alam kubur masih memerlukannya, terutama yang berkenaan dengan kontrak tanah pemakaman. Mulai dari bungkus korek api, ijazah, buku rapor, surat kabar, majalah, buku pelajaran, koran, majalah, sertifikat, surat keterangan, surat nikah, perangko, brosur, folder, spanduk, company profile, formulir, tiket, meterai, uang kertas, faktur, kuitansi, STNK, surat pajak, KTP, paspor, dokumen perdagangan, peraturan, kemasan (kertas, karton, kaleng, plastik, dll) sampai ke poster dan bentuk cetakan dengan ukuran besar, surat-surat berharga yang dipergunakan pada bank-bank, dan sangat banyak jenis, bentuk, jumlah barang cetakan di masyarakat.semua adalah hasil karya manusia yang hanya bisa diwujudkan melalui teknologi grafika. Industri grafika/percetakan di Indonesia sampai saat ini masih belum mampu menyetarakan diri dengan standar mutu industri grafika internasional, khususnya Asia dan Australia. Akibatnya, industri grafika Indonesia belum mampu berperan dalam menjawab tantangan pasar global. Dengan kata lain belum "Go International" Salah satu penyebabnya karena masih belum terpenuhinya sumber daya manusia (SDM) yang kompeten. Perubahan teknologi grafika terutama di pracetak sangat revolusioner. Perubahan software maupun hardware hampir dalam hitungan bulan. Teknologi desk top publishing (DTP) yang belum lama berkembang, meluas ke computer to film, computer to plate, computer to press, dan print on demand. Sejalan dengan perkembangan tersebut, teknologi cetak konvensional mulai bergeser ke arah digital print. Perkembangan teknologi dan pasar grafika yang terus berubah cepat menjadikan para pelaku industri tersebut tertuntut harus bisa menyesuaikannya. Faktor waktu memang menjadi daya tarik bagi industri grafika, di samping juga tarif yang murah. Harga pokok produksi bisa ditekan dengan penggunaan alat berteknologi terbaru. Kemajuan teknologi informasi sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan teknologi cetak mencetak, sehingga di mana pun kita 1

31 2 berada selalu menatap dan menggunakan barang cetakan. Gambaran umum fungsi dan jenis barang cetakan yang demikian banyak dan bervariasi menuntut industri grafika melengkapi peralatan yang memadai dari kualitas dan kuantitasnya, serta kesiapan sumber daya manusianya sebagai penentu keberhasilan produksi. 2. Perkembangan Teknologi Grafika Teknologi baru dalam bidang persiapan cetak. Komputer telah merombak dengan cepat bidang prepress sejak duapuluh tahun yang lalu. Ketika berkembang teknologi photo typesetter, PC dengan monitor dan keyboard; dimana sebelumnya bekerja dengan kamera foto reproduksi dan layar kontak, hingga scanner laser. Pada waktu yang sama, karena perkembangan yang pesat media elektronik, batasan antara prepress dan cetak offset telah saling melengkapi. Dengan GTO-DI Direct Imaging Technology yang diperkenalkan oleh Heidelberg pada tahun 1991, telah diciptakan koneksi/hubungan langsung yang pertama antara prepress dan cetak. Tinjauan masa depan Heidelberg Druckmaschinen telah menjadi sebuah kenyataan dalam hal ini membuat komputer dapat mencetak yang sama sekali tanpa memutar melalui/via pelat dan film. Teknologi ini Gambar 1.1. Diagram Perkembangan mempunyai kelebihan yang nyata/jelas. Hingga sekarang, beberapa tahapan disertakan dalam produksi cetak. Saat ini

32 3 porsi yang besar pada proses ini dari ide hingga realisasinya dapat dikerjakan/diselesaikan secara digital. Juga, dalam hubungannya dengan prepress konvensional, dengan digital prepress maka kita dapat menghemat waktu, dengan komputer hingga film atau komputer hingga pelat. Perkembangan yang inovatif juga mengemukakan terminologi baru. Dalam industri cetak kita bicara mengenai bits dan bytes, C-To-Press teknologi, PostScript, RIP, scanner, dan kamre digital. Berkembangnya teknologi digital dibidang prepress, printing, dan postpress dengan hardware dan software yang terbukti bagus, menawarkan alat-alat yang berguna untuk memenuhi produktivitas. Gambar 1.2. Alur Produksi Konvensional Dibawah ini diuraikan teknologi CTP. Computer-To-Plate, yaitu proses pembuatan image atau gambar pada pelat cetak. Proses ini dikerjakan pada tahapan "prepress" - proses persiapan cetak. CTP atau disebut juga "direct-to-plate" berarti proses pembuatan pelat cetak secara langsung dari (file) komputer. Kecenderungan industri adalah bergerak ke arah digital, penggunaan CTP semakin banyak ditemukan pada industri percetakan terutama dinegara maju. Penggunaan komputer selain masalah ekonomis, mengingat biaya buruh yang mahal maka aspek fleksibilitas penggunaan komputer yang menghilangkan proses reproduksi menjadi pertimbangan penting perubahan ke CTP. Dibawah ini ada beberapa hal yang perlu diketahui bagi percetakan di Indonesia mengenai CTP, kelebihan dan kekurangannya sebagai upaya antisipasi Proses Sesuai istilah direct-to-plate; proses pembuatan image pada plat tanpa mengunakan proses pembuatan film foto reproduksi, image langsung dicetak pada pelat langsung dari file komputer. File digital tidak perlu dirubah atau dimodifikasi kebeberapa file yang berbeda karena sudah deprogram dengan system RIPS, proses yang dilakukan pada pembuatan film cukup dilakukan semuanya menggunakan klik mouse dan memasukkan data via keyboard. Konsep dari pembuatan pelat berimage persis sama, sesuai data file yang dirancang/ didesain namun dengan cara yang sama sekali sudah berbeda.

33 Kelebihan CTP meningkatkan waktu pembuatan pelat lebih cepat, konsistensi kualitas image dan gambar cetakan. Cara ini membutuhkan waktu lebih singkat dari cara percetakan offset litografi yang analog sebab menggabungkan dua proses menjadi satu. Tenaga manusia jelas berkurang karena tidak perlu lagi membuat film foto reproduksi. Gambar 1.3. Kombinasi Alur Produksi Konvensional dan Digital Paling tidak waktu bisa dihemat 20-30% dengan CTP. Image yang dihasilkan juga lebih jelas, tajam dan akurat dibanding dengan cetak analog yang tradisional sebab dot yang muncul lebih bersih dan turunan image pertama - langsung ke pelat cetak, efek dot-gain juga berkurang. Penghematan lainnya dari aspek material yaitu lebih sedikit suplai, karyawan dapat dikurangi dan tidak menggunakan kamera reproduksi lagi, sehingga ruang yang dibutuhkan lebih sedikit. Penghematan ini bisa dijadikan insentif bagi harga cetak dan menjadi faktor kompetisi untuk menarik pelanggan baru Kekurangan Umumnya orang terbiasa dengan gambar cetak dengan dot-gain yang besar dan tampak lebih gelap. Tidak jarang pelanggan akan merasa aneh dengan hasil bagus "yang tidak biasa" ini. Perlu bagi percetakan untuk memberikan pengertian mengenai barang bagus yang baru Gambar 1.4. Alur Produksi Teknologi Digital

34 5 ini ke pelanggan, supaya terbiasa. CTP juga merubah pola tanggung jawab kualitas cetak yang semula penuh pada percetakan, beralih ke "digital file creator" - orang yang membuat file image Masalah umum yang dijumpai Dalam proses cetak litografi, ada banyak kemungkinan merubah atau mengkoreksi hal yang salah pada film. Tidak demikian halnya pada CTP, operator percetakan harus benar-benar menjamin file image bersih. Perhatikan hal-hal berikut ini, simpan file dalam format CMYK bukan RGB dan gunakan spesifikasi yang tepat seperti : (1) "bleed amount" yang tepat, (2) pastikan semua huruf dan resolusi image tinggi masuk dalam file, dan (3) check penggunaan spot-color yang benar, dll. Proses perbaikan digital file image yang salah sangat membutuhkan banyak waktu, yang akhirnya mengurangi kelebihan CTP terhadap sistim film analog Up-to-date dengan komputer & perkembangannya Belajar terus menerus atau mengikuti perkembangan proses yang baru dan komputer menjadi wajib, karena bidang ini sangat cepat kemajuannya - dalam hitungan bulan. Photoshop dan Illustrator selalu memberi penambahan-penambahan dalam perangkat lunaknya. Perusahan seperti Adobe dan Extensies sering melakukan seminar-seminar pendidikan diberbagai kota dan negara. Akses ke internet atau website CTP menjadi alternatif cara, ikuti kursus online, ikut chatroom dll. Gambar 1.5. Diagram Computer-To-Print

35 BAB II KERTAS, TINTA CETAK, WARNA, DENSITOMETRY, dan COLORIMETRICS 1. Kertas Kertas (bahan cetakan) adalah merupakan bahan yang sangat penting di dalam pekerjaan cetak sehingga penyesuaian kualitas dari kertas (bahan cetakan) akan sangat dominan di dalam menentukan/menghasilkan kualitas cetak. Kertas (bahan cetakan) dapat dibagi menjadi : 1. Uncoated, yang termasuk uncoated antara lain : HVS, HVO, Kertas koran, dll. Uncoated mempunyai sifat penyerapan besar, permukaan yang kasar, mudah terjadi picking (tercabut), PH rendah sehingga lambat kering, dan karena permukaannya bergelombang (tidak rata) maka hasil cetak tidak menimbulkan gloss. Cemani Toka dalam hal ini sudah menyesuaikan tinta untuk kertas uncoated tersebut. 2. Coated, yang termasuk coated antara lain : art paper, coated paper, mat coated, cast coated, art karton, coated karton. PT Cemani Toka dalam hal ini sudah menyesuaikan tinta untuk jenis-jenis kertas coated. 3. Non Absorption Paper, yang termasuk non absorbtion antara lain : Vynil stiker, Yupo, Typex, Gold Foil, Alumunium Foil, art synthetic paper, dll. Karena jenis ini tidak mempunyai daya serap, maka pengeringan terjadi secara oksidasi penuh. Biasanya timbul masalah set off atau lambat kering. Sehingga perlu penanganan khusus seperti : - tidak menumpuk hasil cetakan terlalu tinggi - PH air pembasah tidak terlalu asam (karena akan menghambat oksidasi) - memakai air pembasah seminim mungkin Hati-hati karena tinta mempunyai pengeringan lebih cepat dari pada tinta biasa, tidak sampai lapisan tinta mengering. Menurut Dameria (2005 : 98), jenis kertas terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu : 1. kertas berdasarkan jenis serat, kertas jenis ini terbagi menjadi 2 (dua) yaitu : a. kertas mengandung kayu, dengan ciri-ciri : - terdiri dari serat mekanis - tidak tahan disimpan lama - mudah berubah warna jika terkena matahari contoh : koran, HHI 6

36 7 b. kertas bebas kayu, dengan ciri-ciri : - terdiri dari serat kimia - tahan disimpan lama contoh : HVS, HVO 2. kertas berdasarkan pekerjaan akhir, yaitu : a. kertas coated, dengan ciri-ciri : - terdiri dari kertas dasae dan lapisan kapur dengan bahan perekat - permukaannya halus dan mengkilap (gloss) - daya serap terhadap minyak lemah contoh : art paper, kunsdruk b. kertas uncoated, dengan ciri-ciri : - tidak diberi lapisan kapur - permukaan kertas kasar tapi bisa juga dihaluskan - daya serap terhadap minyak kuat contoh : koran,hhi, HVS, HVO 3. kertas berdasarkan penggunaannya, yaitu : a. Kertas cetak, seperti HVO, koran, art paper b. Kertas tulis, seperti HVS, kertas gambar c. Kertas bungkus, seperti cassing, kertas sampul, kertas Samson d. Kertas khusus, seperti kertas uang, kertas sigaret, kertas tisue Bahan baku kertas Ada 2 macam bahan baku kertas, antara lain : a. Pulp mekanis, dengan ciri-ciri : - seratnya tidak murni masih mengandung lignin - seratnya tidak utuh (banyak yang rusak) - tidak tahan terhadap penyimpanan (warna kertas berubah menjadi kuning) - mempunyai opasitas tinggi - permukaan kertas lebih lunak - harga murah b. Pulp kimia, dengan ciri-ciri : - seratnya murni, tidak mengandung lignin - seratnya utuh - lebih stabil terhadap penyimpanan - mempunyai opasitas lebih rendah

37 8 - permukaan kertas lebih kaku - harga lebih mahal Gambar 2.1. Proses Pembuatan Kertas 2. Tinta Cetak Susunan umum suatu tinta terdiri atas varnish (vehicle) atau bahan pengikat, pigment (zat warna/ dai), aditional agent atau bahan penolong. Varnish, pigment, additional agent diproses menjadi tinta cetak melalui proses produksi mulai dari pre mixing, grinding, mixing

38 9 (color matching), sampai canning melalui standar proses produksi yang sudah baku dan akan mendapat hasil kualitas yang baku pula Berbagai Jenis Tinta Tinta garis, Zat cair dari tinta ini digunakan air atau campuran air dengan spiritus. Tinta ini tidak mengandung bahan pengikat, sehingga zat cair itu khusus untuk melarutkan saja. Bahan warnanya adalah bahan warna "dai", dalam bentuk bubuk halus (puder) dimasukkan ke dalam pelarut dan di dalamnya mudah sekali larut. Perekatan bahan warna pada kertas terjadi karena bahan warna mewarnai serat-serat selulosa. Tinta garis digunakan untuk membuat garis-garis blok catatan, buku tulis clan dan lain sebagainya Tinta fleksografi, Tinta ini di samping mangandung bahan pelarut (alkohol) juga mengandung bahan pengikat dalam bentuk tannine, shellak, atau arpus buatan. Sebagai bahan warna untuk tinta fleksografi yang normal digunakan zat warna dai. Tinta ini terdapat kelompok penting tinta pigmen. Tinta ini mengandung pigmen warna transparan. Ini terutama perlu pada tinta putih yang digunakan mencetak selofan. Untuk bahan warna yang dilarutkan, kita hanya membutuhkan bahan pengikat. Pada tinta pigmen harus digunakan bahan pengikat,yang lebih banyak, karena butir-butir pigmen akan terletak lepas di atas dasar, dan dapat dihapus. Gejala ini dapat pula timbul pada tinta-tinta lain Tinta rotasi cetak dalam/ rotogravure Yang hampir sejenis dengan tinta fleksografl yang menutup, adalah tinta rotasi cetak dalam. Zat cair terdiri dari bahan pelarut, dalam hal ini toluol atau xylol dan bahan pengikat yang dilarutkan di dalamnya, misalnya bahan gilsonit (sejenis aspal alamiah), arpus - selulosa clan dan sebagainya. Bahan warnanya adalah pigmen. Pengeringan pada kertas, seperti pada tinta fleksografi, sebagian terjadi karena penguapan dan sebagian karena peresapan Tinta koran, tinta kerja dan tinta cetak tinggi rotasi (Tinta tidak cepat menguap) a. Tinta koran rotasi Tinta ini sangat sederhana, pada prinsipnya terdiri dari minyak mineral dan pigmen. Tinta ini tak mengandung bahan pelarut yang menguap. Selain pigmen yang tak dapat larut (lengas gas atau jenis-jenis lengas yang lain), tinta ini mengandung zat yang disebut toner, ialah bahan pewarna biru atau ungu. Maksud dari toner ini adalah untuk menetralkan warna yang bernada kecoklat-coklatan yang menjadi sifat dari sebagian besar

39 10 macam lengas. Minyak mineral yang digunakan untuk tinta koran, sering dilarutkan sejenis damar. Damar ini bukan bahan pengikat, karena setelah pencetakan tetap larut clan tak menunjukkan pengikatan pada pigmen. Cocok untuk bahan kertas yang mempanyai daya serat tinggi. b. Tinta koran hitam Tinta ini lebih kental dibanding tinta koran rotasi yang dapat dikatakan encer. Bila pada mesin rotasi digunakan tinta kental, maka kertas koran akan robek karena tertarik oleh tinta itu. Tinta kerja (smout) erat sekali ikatannya dengan tinta koran hitam, tetapi di samping minyak mineral, mengandung pula vernis lena dalam prosentase tertentu. Tinta hitam kerja terutama digunakan untuk mencetak barang cetakan perdagangan (handelsdrukwerk) c. Tinta cetak buku clan roman Tinta ini lebih baik mutunya daripada tinta kerja, tetapi perbedaannya tidak demikian besar. Tinta inipun sedikit banyaknya mengandung minyak mineral Tinta minyak lena (lijnolie) Tinta ini tak mengandung minyak mineral, tetapi hanya mengandung vernis minyak lena; pengeringan terjadi dengan cara bereaksi dengan udara. Dalam hal ini vernis minyak lena berubah menjadi unsur padat (linoxyn), di bawah pengaruh zat asam dari udara. Proses pengeringan ini dipercepat dengan menambahkan bahan pengering, seperti campuran timah, mangan clan kobalt, yang dicampurkan ke dalam tinta dalam bentuk pasta atau cairan (siccative). Tinta itu setelah satu hari (sering juga setelah beberapa jam) telah cukup mengering, sehingga bila kertas oplah ditumpuk dan dipotong, tak menunjukkan gejala menular. Dalam tinta minyak lena termasuk tinta ilustrasi clan tinta hitam cetak Was (prachtdruk). Dalam kelompok yang sama termasuk tinta offset, tinta mengkilap dan beberapa macam tinta yang digunakan pada mesin cetak tinggi untuk mencetak permukaanpermukaan rapat seperti misalnya kertas logam dan selofan. Tinta-cetak minyak lena yang modern (untuk cetak buku maupun offset) biasanya mengandung arpus buatan atau alamiah, yang telah mengalami proses perubahan kimia. Tinta yang mengandung arpus ini menunjukkan kilauan yang lebih dan mengering lebih cepat dari tinta minyak lena biasa. Kita sebut tints ini dengan nama, "tinta sintetis".

40 Tinta heat-set (kering dengan panas) Untuk memperoleh pengeringan yang cepat, tinta dari macam minyak lena diolah dengan campuran kadar minyak mineral tertentu. Tinta ini digunakan pada mesin rotasi yang berputar cepat untuk pencetakan. majalah yang menggunakan kertas cetak seni (kunstdruk) dalam, bentuk gulungan. Jalur kertas setelah dicetak dilintaskan melalui sederetan api gas yang memanasi jalur sedemikian rupa sehingga minyak mineral menguap. Setelah didinginkan, tinta telah cukup kering, sehingga barang cetakan dapat dipotong dan dilipat. Tinta demikian disebut tinta Heat-set Tinta cepat-kering (quick-set) Tinta lain yang cepat sekali mengering ialah tinta "Quick-set". Sebagai bahan pengikat digunakan suatu zat, sejenis getah karet, yang sangat halus dalam minyak mineral. Segera setelah tercetak, minyak mineral yang tipis diserap kedalam kertas, sedang karet yang mengembang merekat satu sama lain, hingga menjadi lapisan dan mengikat pigmen pada permukaan kertas. Banyak tinta modern yang cepat mengering dibuat menurut prinsip mi. Tetapi sebagai pengganti karet dan minyak mineral digunakan suatu arpus buatan dan bahan pelarut yang encer sekali. Setelah pencetakan, seperti pada tinta quick-set, terjadi pengeringan yang cepat pada lapisan tinta, sedang pengerasan selanjutnya terjadi seperti pada tinta minyak cat Tinta dengan pengeringan uap air (moisture-set ink) Yang juga cepat mengering adalah yang disebut tinta dengan pengeringan uap air (moisture-set atau steam-set ink). Tinta ini tak mengandung 'minyak; bahan cair dibentuk dengan larutan sejenis arpus buatan dalam sejenis gliserin, ialah glycole. Glycole ini dapat dicampur dengan air, tetapi segera menyerap air; arpus menjadi membeku dan dengari cara demikian mengikat pigmen-pigmen pada kertas Sifat-sifat tinta cetak (Ink property) Sistim penintaan dapat dibagi menjadi empat bagian (lihat gambar 2.2.): a. Bak tinta, tempat persediaan tinta b. Rol bak, fungsinya mengeluarkan tinta dari bak ke rol-rol distribusi melalui rol jilat. c. Rol-rol distribusi atau seksi distribusi, yang menerima lapisan tinta tebal dari rol bak, menyebarkannya menjadi lapisan yang tipis merata, dan menghantarkannya ke rol acuan (pelat). d. Rol-rol acuan atau rol-rol pelat, yang menghantarkan lapisan tinta kepada permukaan pelat ofset dengan ketebalan yang tepat.

41 12 Gambar 2.2. Sistim Penintaan Cetak Ofset Gambar 2.3. Ketahanan terhadap pembagian tinta Sistim penintaan dari pada mesin-mesin cetak Letterpres pada prinsipnya sama dengan sistim penintaan diatas, demikian juga fungsi masing-masing bagian. Dengan memperhatikan gambar skema sistim penintaan dapat diuraikan: tinta keluar dari bak tinta, kemudian mengalir kebawah, kerangkaian rol distribusi dan tersebar menjadi lapisan yang tipis merata pada rol-rol serta pindah dari rol-rol acuan ke acuan/pelat. Selanjutnya tinta melekat pada bagian yang mencetak dari pelat (acuan) dan tidak mengalir atau lari kebagian yang tidak mencetak. Akhirnya tinta pindah dari acuan ke kain karet lalu ke kertas cetak. Sifat-sifat tinta cetak jika mungkin harus disesuaikan dengan kebutuhan dari setiap tahap penghantaran tinta. Daya alir tinta cetak agar dapat mengalir dari bak tinta sampai kepermukaan bahan cetak (kertas) disebut flow. Alat untuk mengukur flow, dapat menggunakan alat yang sangat sederhana, misalnya dengan sebidang kaca yang diletakkan miring atau dengan spread meter yang mampu mengukur daya sebar tinta dalam jangka waktu tertentu. Untuk memperoleh gambar-cetak yang tanpa cacat, tinta tidak boleh terlalu encer, dan tidak terlalu kental. Ukuran untuk keadaan encer-kentalnya tinta ini disebut viscositas. Viscositas adalah kekentalan tinta cetak atau ukuran tekanan dalam (internal friction) dari suatu zat cair terhadap alirannya yang diukur dengan alat ukur Viscometer dengan satuan Centipoise (cp). Tinggi rendahnya viscositas tinta cetak dipengaruhi oleh sifat mesin cetak dan bahan cetakan (kertas). Viskositas tinta ditentukan oleh bahan pengikatnya (pembawa warnanya). Dengan menambahkan bahan pengencer atau vernis dari berbagai tingkat viskositas, pencetak dapat mengubah viskositas tintanya.

42 13 Pada tiap pengalihan lapisan tinta dari satu permukaan ke permukaan lain, terjadi pembagian lapisan tinta itu. Ketahanan itu dinamakan kelekatan atau kelengketan tinta atau yang sering disebut tackness. Tackness adalah sifat lengket (kelengketan). Tinggi rendahnya kelengketan tinta cetak akan ditentukan oleh sifat-sifat mesin cetak/kecepatan, sifat bahan cetakan (kertas), jenis cetakan, dan lain-lain. Alat pengukur tackness adalah tack meter. Viskositas dan kelengketan tinta dapat diubah dengan penambahan pasta, bahan pengencer, dan vernis dari berbagai kelengketan. Minyakcetak membuat tinta encer dan pendek. Tinta ofset yang encer dan pendek sangat mudah mengendap pada rol hantar Gambar 2.4. Viskositas Tinta air. Sedangkan Pasta-cetak membuat tinta pendek, tetapi tidak encer, jadi baik terhadap pencabutan. Konsistensi dari sifat tinta cetak juga berubah karena gerak tinta. Tinta akan diam ketika dalam bak tinta, maka akan lebih kental daripada kalau digerakkan. Sifat tinta ini masish dipertinggi karena kerjasama antara pigmen organik dan vernis, sifat tinta ini disebut tiksotrop. Thixotropy adalah sifat yang dimiliki tinta ofset menjadi cair ketika diaduk dan akan kembali mengental bila didiamkan. Menurut jenis proses cetak dan pemilihan bahan pengikat bagi tinta, pada dasarnya dapat dibedakan tiga jenis pengeringan, antara lain: (a) setting, pengeringan karena perasukan tinta, (b) oksidasi dan polimerisasi, pengeringan karena oksidasi tinta, dan (c) evaporasi, pengeringan karena penguapan bahan pelarut. Pengeringan tinta sampai dengan ke pori-pori kertas disebut drying time. Perasukan tinta merupakan gejala fisik yang sederhana. Bahan pelarut dan sebagian bahan pengikat terserap oleh serat-serat kertas. Penampang kertas tercetak yang tintanya merasuk seluruhnya, memperlihatkan tinta yang telah masuk ke dalam kertas. Jumlah perasukannya tergantung dari tertutupnya permukaan dan kekerasan kertas. Tinta ofset Rotasi keringnya tinta karena gabungan dari ketiga proses pengeringan tersebut. Untuk mempercepat pengeringan dengan peningkatan suhu. Cetak ofset rotasi menggunakan tinta kering, karena panas (heat set). Bahan yang tercetak dengan tinta ini, dialirkan melalui tungku pengering yang biasanya dipanasi dengan nyala gas, sehingga dapat mengering seluruhnya. Baik buruknya pengalihan tinta ke kertas tergantung pada beberapa faktor, antara lain : (1) tekanan antara rol-rol tinta, (2) kekerasan rol-rol tinta (karet), (3) kerataan/ kelicinan permukaan kertas, (4) kemudahan kertas untuk dibasahi dengan tinta, (5) ketebalan lapisan tinta cetak, (6) sifat alir tinta cetak (reologi), (7) kecepatan mesin cetak, (8) tekanan cetak, dan (9) bahan acuan

43 14 (pelat cetak). Disamping itu, kekenyalan kain karet juga mempengaruhi alih tinta sehingga tinta dapat melekat di kertas dengan sempurna pada lapisan yang sangat tipis. Rol-rol tinta yang sudah mengeras, besarnya diameter antara tepi kanan-tengah-tepi kiri rol tidak sama atau diameter rol tinta menjadi lebih kecil akan sangat sulit untuk dapat mengalirkan tinta dengan baik. Alangkah lebih baiknya rol tinta seperti ini diganti. Derajat kekerasan dari rol karet dinyatakan dengan derajat shore. Berikut derajat kekerasan yang umumnya lazim dipakai : (1) rol hantar tinta shore, (2) rol jilat tinta shore, (3) rol penyalur shore, (4) rol jilat air shore, dan (5) rol hantar air shore. Pengambilan air (water pick up) oleh tinta pada batas tertentu sangat dibutuhkan dalam proses cetak agar transfer tinta dapat stabil. Hal ini harus didukung oleh : 1. Air pembasah yang ideal 2. Tekanan rol-rol tinta yang sesuai (terutama tekanan ink form roll) 3. Tekanan rol-rol air yang seimbang Jika kondisi ketiga unsur tersebut kurang baik, maka terjadi kelebihan atau kekurangan pengambilan air oleh tinta, sehingga dapat menimbulkan masalah transfer tinta tidak stabil, set off, lambat kering, kurang gloss atau setelah kering gloss kering (dry down), tahan gosok lemah, keseimbangan raster dan solid tidak tercapai, warna sulit dicapai. Gambar 2.5. Diagram proses pembuatan tinta 2.1. Air Pembasah Pengalihan tinta yang baik hingga ke permukaan kertas jika tidak didukung oleh pembasahan yang baik, hasil cetak akan tidak sesuai yang diharapkan, antara lain : warna tinta akan pudar, lama mengering, warna tinta pucat, dan lain-lain. Penyaluran air yang tanpa cacat

44 15 pada tempat-tempat tak bergambar, tergantung 3(tiga) faktor, yaitu : (1) sifat penarikan air bagian-bagian yang tak mencetak, (2) sifat dan susunan air pembasah yang diberikan pada pelat, dan (3) bekerjanya peralatan air secara teratur. Untuk mencapai pemisahan antara bidang gambar dan tidak bergambar, maka digunakan fountain solution. Fountain solution mempunyai beberapa fungsi, antara lain : (1) standarisasi dan stabilisasi nilai ph, (2) memampukan air membasahi pelat cetak secara tipis dan merata, (3) melindungi pelat cetak, (4) perlindungan terhadap alga dan bakteri dalam sirkulasi fountain solution, dan (5) mempercepat standarisasi dari ink-water balance (keseimbangan antara tinta dan air). Faktor penting lainnya yang menentukan kualitas hasil cetak yang optimal adalah air yang digunakan. Untuk menjaga kualitas air yang baik, disarankan menggunakan sistim water conditioning agar menjamin kualitas air yang konstan. Proses water conditioning yang terpenting adalah water softening, full demineralization, dan reverse osmosis. 1. Softening Plant Bekerja dengan dasar penukaran kation. Pada unit ini ion kalsium ditukar dengan ion natrium. Dengan demikian kandungan total mineral sebenarnya tidak berubah. Perbedaannya hanyalah bahwa endapan kapur (limescale) dapat dicegah karena natrium hidrogen karbonat sangat mudah larut. 2. Full demineralization Dua unit penukaran ion dihubungkan seri. Sebuah unit penukaran kation yang menggantikan seluruh kation seperti kalsium, magnesium, dan natrium dengan ion hydrogen, dan sebuah unit penukaran anion yang menggantikan seluruh anion seperti hidrogen karbonat, sulfat, dan klorida dengan ion hidroksida. Gabungan ion hidrogen dengan ion hidroksida akan membentuk air, yang berarti bahwa jumlah seluruh mineral yang terkandung digantikan oleh air. 3. Reverse osmosis Proses ini menjadikan air full demineralization. Setelah air melalui satu atau dua filter karbon aktif untuk menyerap klorine, air tersebut dialirkan secara paksa dengan tekanan tertentu melalui sebuah diafragma yang dapat melewatkan air tetapi tidak dapat mineral. Air yang telah melalui diafragma ini hanya mengandung sedikit sisa-sisa mineral. Selain itu bakteri (kuman) serta jamur juga tidak ada. Stabilnya nilai ph sesuai dengan yang dipersyaratkan akan akan menjaga kualitas dari hasil cetak. Nilai ph melambangkan derajat keasaman atau basa dari air, nilai ph yang dianjurkan antara 4,8 6 merupakan nilai optimal. Pada ph yang dianjurkan pelat cetak dapat bekerja cepat dan seringkali dapat mengurangi suplai air. Jika nilai ph dibawah 4,8 akan timbul

45 16 masalah lambat kering, warna cetakan pucat, gambar di pelat mudah rontok dan lain-lain. Jika nilai ph jauh diatas 6 akan terjadi masalah emulsifikasi tinta, jumlah air terlalu banyak, density cetakan rendah (warna cetakan pudar), dan lain-lain. Penambahan fountain solution antara 2-4%. Tugas penting lainnya dari fountain solution adalah menstabilkan nilai ph untuk jangka waktu yang selama mungkin. Gambar 2.7. Skema gaya dalam zat cair Gambar 2.6. Skema water conditioning Tegangan Permukaan Proses pencetakan pada cetak ofset tergantung pada daya tolak menolak yang berkesinambungan antara air dan tinta. Bagian gambar/ image pelat cetak menerima tinta dan menolak air, sedangkan bagian tak bergambar/ non image menerima air dan menolak tinta. Untuk menjamin pelat dapat bekerja dengan cepat dan tanpa hambatan saat proses cetak, air pembasah harus dapat membasahi pelat dengan baik. Molekul-molekul didalam zat cair mempunyai gaya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya, yang disebut sebagai gaya kohesi. Hal ini berarti gaya yang dimiliki oleh suatu molekul didalam zat cair akan menjadi seimbang oleh gaya yang berasal dari semua sisi dengan kekuatan yang sama. Akan tetapi pada permukaan yang berlawanan(membuat seimbang) ini tidak ada. Seluruh gaya yang ada menunjuk kedalam. Pada kondisi yang normal tegangan permukaan dalam air begitu kuatnya sehingga menarik permukaan air yang berbatasan dengan udara seperti kulit yang elastis. Ada perbedaan antara tegangan permukaan statis dan dinamis. Selama proses cetak, permukaan fountain solution pada permukaan rol-rol mengalami proses hilang dan timbul kembali beberapa kali setiap detik. Ini dikenal sebagai proses dinamis.

46 17 Berdasarkan alasan ini maka penting untuk mencapai tegangan permukaan yang rendah dalam jangkauan dinamis Tegangan Interface (tegangan antar permukaan) Interface adalah permukaan kontak antara dua material yang berbeda jenis. Tergantung pada kondisi suatu zat (padat, cair, gas), proses fisika yang berlainan dapat diamati pada interface tersebut. Padat - gas = adhesi, absorpsi Cair - gas = tegangan permukaan Padat - cair = tegangan antar permukaan, wetting Tegangan antar permukaan merupakan hasil dari interaksi kohesi dan adhesi pada permukaan kontak antara dua material yang berlainan. Istilah wetting umumnya dikorelasikan antara benda padat (pelat cetak) dengan zat cair (fountain solution). Semakin rendah tegangan antar Gambar 2.8. Sudut kontak permukaan semakin besar efek dari wetting. Wetting diartikan sebagai ukuran (besar/ kecilnya) permukaan kontak antara dua material. Sudut kontak dapat diukur pada titik dimana butiran zat cair menyentuh permukaan padat. Jika sudut tersebut melebihi 90 berarti zat cair memiliki wetting yang kurang baik. Butiran zat cair nampak seperti sebuah bulatan pada permukaan padat. Semakin kecil sudut kontak, butiran Gambar 2.9. Skema gerakan penyaluran air pada sistim pembasahan konvensional Gambar Skema gerak putar rol bak air zat cair akan menyebar lebih baik sehingga akan membasahi permukaan secara sempurna (tipis dan merata). Tegangan antar permukaan dapat dikurangi dengan menggunakan suatu bahan dalam fountain solution seperti surfaktan, tetapi yang terutama yaitu mengurangi penambahan alkohol ke dalam air pembasah. Alkohol yang dimaksud dalam proses cetak ialah isopropanol, yang juga dikenal sebagai IPA. Permukaan karet dari rol poembasah lama kelamaan akan

47 18 menyerap tinta. Dengan menambahkan 5 15 % alkohol, tegangan permukaan fountain solution akan berkurang sehingga lapisan air akan menyebar pada rol karet tersebut. Keuntungan yang diperoleh dalam proses cetak dengan penambahan alkohol kedalam fountain solution yaitu : (1) transportasi air menjadi lebih baik, (2) pendinginan unit tinta dan pembasah melalui penguapan, (3) tidak ada kontaminasi pada rol atau dalam tinta, (4) standarisasi yang cepat dari keseimbangan tinta dan air, (5) mencegah terjadinya busa, (6) menambah wetting pelat dengan mengurangi tegangan permukaan, dan (7) mengurangi penumpukan tinta pada rol pembasah. Selain keuntungan tersebut diatas, ada juga kerugian yang ditimbulkan dari permukanan alcohol yaitu: (1) berbahaya bagi kesehatan, (2) polusi bagi lingkungan, (3) bahaya akan kebakaran dan ledakan, (4) mengikis permukaan kertas, (5) mengikis bahan pembungkus pigmen metal, (6) membuat rol pembasah menjadi keras, dan lainlain. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, diusahakan untuk menggunakan alkohol dengan jumlah seminimal mungkin. Tetapi untuk menurunkan kadar pemakaian alkohol perlu informasi mengenai tingkat/ kadar yang digunakan saat ini. Gambar Sistim pembasahan alkohol tidak menggunakan rol jilat Gambar Alat pendingin sistim pembasahan dengan alkohol 3. Warna 3.1. Cahaya adalah warna Industri percetakan menggunakan warna agar penyajian hasil cetakannya lebih efektif. Permintaan/tuntutan kualitas pada bahan-bahan cetakan yang disuplai kepada para pelanggan dari waktu ke waktu terus meningkat. Untuk memperoleh/mendapatkan permintaan/tuntutan yang baru tersebut, telah diperkenalkan sebuah standar kualitas baru. Dalam menilai warna maka kita hendaknya melihat warna tersebut. Dalam rangka tujuan ini, maka kita membutuhkan cahaya/pencahayaan. Matahari memancarkan cahaya cahaya matahari tersebut merupakan

48 19 sumber cahaya yang utama. Sebagian besar benda-benda di lingkungan sekitar kita, betapapun, tidak memancarkan cahaya yang dimilikinya. Sehingga benda-benda tersebut dinamakan dengan sumber cahaya sekunder. Kita dapat melihat benda-benda itu serta warnanya hanya ketika benda tersebut diterangi/disinari oleh cahaya. Cahaya adalah radiasi yang menyebar dengan sangat cepat pada sebuah kecepatan yakni kilometer per detik. Pada sebuah pernyataan yang tegas/keras, cahaya terdiri dari osilasi/goyangan elektromagnetik yang menyebar dari sumbernya seperti sebuah gelombang, seperti halnya sebuah gelombang air, setiap gelombang cahaya terdiri dari puncak dan palung. Gelombang diklasifikasikan pada dasar panjang yang ia miliki atau jumlah osilasi/goyangan yang muncul/terlihat dalam setiap detiknya. Panjang gelombang ditentukan dalam setiap satuan seperti kilometer, meter, sentimeter, milimeter, nanometer atau pikometer. Jumlah osilasi setiap detik frekuensi diukur dengan Hertz. Gelombang dengan panjang yang berbeda-beda memiliki properti/sifat yang berbeda-beda pula. Contohnya adalah sinar-x, yang digunakan dalam dunia kedokteran yang mempunyai tujuan untuk/sebagai diagnosa, sedangkan beberapa rumah tangga telah memiliki alat yang disebut dengan oven microwave. Jenis gelombang yang lain bekerja/berfungsi untuk menyalurkan/memancarkan panggilan telepon juga program radio serta program televisi. Hanya gelombang elektromagnetik yang berjarak sangat kecil saja yang dapat dilihat oleh kita sebagai cahaya Gambar Panjang Gelombang Gambar Bentuk gelombang yang berwarna. Bagian yang dapat dilihat pada spektrum gelombang terbentang antara 380 nm (sinar ultraviolet) dan 780 nm (sinar inframerah). Diartikan dengan sebuah prisma, cahaya dapat dipecah menjadi komponen-komponen warnanya. Cahaya terang, terdiri dari semua warna spektrum, yang dipecah hingga menjadi warna-warna pelangi. Gambar memperlihatkan bagaimana panjang gelombang dari merah hingga hijau hingga biru menjadi lebih pendek dan lebih pendek.

49 Persepsi visual pada warna Hanya sesuatu yang mempunyai hubungan dengan cahaya sehingga warna dapat terlihat tetapi kenapa bisa demikian? Warna tidak dapat dikaitkan sebagai sebuah karakteristik gambar sebuah obyek/benda, tetapi dapat dikaitkan dengan bentuknya. Juga ia merupakan properti benda untuk menyerap dan juga memantulkan cahaya pada panjang gelombang tertentu. Kita hanya dapat melihat warna yang berhubungan dengan panjang gelombang yang dipantulkan. Jika cahaya terang/putih mencapai sebuah obyek/benda, satu hal yang dapat terjadi, antara lain : Gambar Panjang gelombang merah ke hijau ke biru - Semua warna diserap. Dalam hal ini kita melihat obyek/benda terlihat berwarna hitam. - Semua cahaya dipantulkan. Dalam hal ini obyek/benda nampak seperti berwarna putih - Semua cahaya dibiarkan menembus/melewati obyek/benda. Dalam hal ini warna cahaya tidak berubah - Sebagian cahaya diserap, sebagian yang lain dipantulkan. Kita melihat warna yang mempunyai corak bergantung pada panjang gelombang, maka akan dipantulkan, sedangkan yang tidak bergantung pada panjang gelombang akan diserap. - Sebagian cahaya diserap, sebagian yang lain dipancarkan. Kita melihat warna yang mempunyai corak bergantung pada panjang gelombang, maka ia diserap dan yang tidak bergantung pada panjang gelombang, maka ia dipancarkan - Sebagian cahaya dipantulkan, sebagian yang lain dipancarkan. Dibawah kondisi seperti ini warna yang cahayanya dipantulkan dan yang dipancarkan menjadi berubah Properti/sifat obyek/benda yang menerangi/menyinari menentukan efek-efek mana yang telah disebutkan diatas yang bisa terjadi.

50 21 Cahaya dipantulkan atau dipancarkan oleh sebuah obyek/benda yang diterima oleh mata kita dan dipancarkan ke urat syaraf, yang memicu sensasi warna di otak kita. Retina pada mata manusia terdiri dari sel-sel yang sensitif terhadap cahaya. Terdapat dua macam sel: batang dan kerucut. Sel yang berbentuk batang membedakan antara terang dan gelap, sedangkan yang berbentuk kerucut bereaksi terhadap warna. Terdapat tiga macam sel kerucut, setiap sel tersebut Gambar Proses tertangkapnya warna peka terhadap panjang gelombang tertentu. Sebagian dari sel-sel itu bereaksi terhadap cahaya dalam jarak/kisaran antara 400 hingga 500 nm dan sehingga peka dengan cahaya yang berwarna biru. Sel kerucut yang lain dapat melihat hanya dalam jarak Gambar Retina mata menangkap warna antara 500 hingga 600 nm, contohnya adalah cahaya berwarna hijau. Jenis yang ketiga ia mampu menerima cahaya warna merah, yang mempunyai kisaran/jarak antara 600 hingga 700 nm. Komposisi sel batang dan kerucut ini membuat/mengubah mata manusia menjadi peka sehingga kemudian mata kita mampu melihat dan membedakan jutaan warna Campuran warna Campuran warna tambahan/yang ditambahkan Campuran warna tambahan adalah sebuah pemaksaan yang hebat/luar biasa (superimposition) pada cahaya yang terdiri dari berbagai warna yang berbeda-beda. Jika semua warna spektrum ditambahkan bersama-sama, maka akan menghasilkan warna putih. Gambar Campuran Warna

51 22 Merah, hijau dan biru adalah warna utama yang ditambahkan. Sehingga ketiga warna itu disebut dengan warna sepertiga karena setiap warnanya menunjukkan satu pertiga dari spektrum yang dapat dilihat. Prinsip campuran warna tambahan dapat digambarkan dengan sangat jelas/bagus dengan tiga diascope, yang masing-masing menghasilkan sebuah titik cahaya dalam satu pertiga warna utama yang ditambahkan. Green + Red = Yellow Green + Blue = Cyan Blue + Red = Magenta Blue + Red + Green = White No light = Black Tabel 2.1. Pencampuran warna Prinsip campuran warna tambahan ini digunakan dalam TV berwarna dan dalam teater/bioskop untuk menghasilkan semua warna spektrum yang dapat dilihat Campuran warna pengurangan/yang dikurangi Untuk campuran warna yang dikurangi masing-masing komponen warna diambil dari cahaya terang/putih. Jika semua komponen warna dihilangkan, maka akan menghasilkan warna hitam. Cyan, magenta dan kuning merupakan warnawarna utama yang dikurangi. Ketiga warna tersebut adalah warna dua sepertiga karena masing-masing menunjukkan dua pertiga spektrum yang dapat dilihat. Warna-warna itu dapat dihasilkan dengan mengurangi warna utama tambahan dari cahaya terang (contohnya adalah dengan memakai sebuah filter/penyaring), atau dengan memaksakan cahaya Gambar Campuran warna yang dikurangi dua warna utama tambahan.

52 23 Tinta cetak merupakan bahan yang transparan yang berfungsi seperti halnya filter/penyaring warna. Warna apa yang dihasilkan jika bahan yang menyerap warna biru dicetak di atas kertas putih? Biru dihilangkan dari cahaya terang; komponen-komponen lainnya (hijau dan merah) dipantulkan. Pemaksaan tambahan Gambar Kuning diatas kertas putih kedua warna ini menghasilkan kuning. Inilah warna yang kita lihat. Tinta cetak telah berkurang satu pertiga (yakni biru) dari cahaya terang (terdiri dari merah, hijau dan biru). Mari kita asumsikan bahwa dua bahan transparan dicetak diatas warna Gambar Cyan diatas kuning lainnya sebagai contoh, tinta cetak berwarna kuning dan cyan. Bahan itu berturut-turut menyaring bagian biru dan merah dari cahaya terang. Sebagai hasilnya adalah, kita melihat cahaya hijau. Dengan bersama-sama, tinta cetak telah berkurang dua pertiga dari komponen warna itu. Gambar Magenta diatas cyan dan kuning Ketika cyan, magenta dan kuning dicetak pada lapisan diatas warna lainnya cahaya yang terjadi diserap secara keseluruhan, (yaitu tidak ada pantulan); maka kita melihat warna hitam. cyan + yellow = green yellow + magenta = red magenta + cyan = blue cyan + magenta + yellow = black no colour = white Tabel 2.2. Pencampuran warna 2

53 Campuran warna autotypical Gambar berwarna dicetak dengan menggunakan empat tinta cetak yaitu cyan, magenta, kuning dan hitam. Tinta cetak hitam meningkatkan/menaikkan ketajaman dan kedalaman/lebar gambar. Hal ini karena, sifat-sifat pigmen warna kromatik, warna hitam berikutnya di campur dari cyan, magenta dan kuning, yang tak pernah gelap seperti hitam. Dalam percetakan offset ukuran dots-nya tergantung pada corak yang diinginkan. Ketika mencetak, titik pada masing-masing warna mendekatkan/menjajarkan sebagian atau dicetak total atau sebagian diatas warna lainnya. Jika kita melihat dots itu melalui kaca pembesar, kita melihat warna kecuali untuk putih kertas adalah hasil campuran warna yang dikurangi. Bagaimanapun, tanpa kaca pembesar dan dari jarak normal, mata manusia tidak dapat melihat setiap dots itu. Dalam hal ini warna yang dicetak dicampur dengan ditambahkan. Komposisi campuran warna yang ditambah dan dikurangi ini disebut dengan campuran warna autotypical Sistem klasifikasi warna Setiap orang melihat/memandang warna dengan cara yang berbeda-beda. Gambaran/deskripsi mengenai corak warna oleh beberapa orang memberikan hasil yang berbeda-beda. Mesin cetak/pencetak, bagaimanapun juga, membutuhkan kriteria standar untuk mengidentifikasi/mengenali warna. Dalam rangka untuk mencapai tujuan ini, maka telah dikembangkan/dibangun sistem klasifikasi warna yang berbeda-beda. Beberapa manufaktur/pembuatan tinta cetak memproduksi buku-buku sampel dan warna diberi nama contohnya seperti Novavit 4F 434. Beberapa manufaktur yang lain menggunakan kipas warna Gambar Klasifikasi warna seperti HKS dan Pantone. Sirkulasi warna merupakan alat bantu lainnya. Ia bisa terdiri dari 6, 12, 24 atau lebih. Semua sistem tersebut mengatur contoh-contoh corak warna masing-masing dan memberinya nama. Ini semua belum cukup/lengkap dan sebagian besar tidak sesuai/cocok untuk kalkulasinya.

54 25 Seperti yang telah kita lihat, sensasi kromatik kita bergantung pada stimulasi receptor/penerima yang ada di mata kita, yang peka dengan warna merah, hijau dan biru. Juga, agar klasifikasi berbagai warna tidak ambigu maka dibutuhkan tiga nilai. Dengan bantuan sebuah sistem seperti hijau, contohnya, dapat digambarkan/dijelaskan sebagai berikut: hijau = 0 x merah + 1 x hijau + 0 x biru atau, bahkan lebih pendek, G = 0 x R + 1 x G + 0 x B. Jika seseorang menggambar warna utama sebagai poros/sumbu pada sebuah sistem koordinat maka menghasilkan apa yang disebut dengan ruang warna. Beberapa pakar/ahli telah membahas sistem klasifikasi warna dan membuat gagasan/pikiran yang berbedabeda mengenai bagaimana ruang warna seharusnya didesain. Semua ruang warna itu mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam ruang warna yang paling penting adalah telah dilakukan standarisasi secara internasional. Ia digunakan di berbagai cabang industri, misalnya di industri bahan pewarna dan industri pernis, pada industri tekstil, dalam produksi makanan dan dunia kedokteran. Bagan warna standar CIE telah diterima di seluruh dunia. (Singkatan CIE adalah Comission Internationale de l Eclairage). Sistem ini menggunakan variabel X, Y dan Z untuk nilai kadar warna sebagai pengganti dari R, G dan B. Untuk alasan praktis koordinat kromatik/warna x dan y dan faktor Y ditentukan dari koordinat tersebut. (faktor Y digunakan sebagai ukuran terang pada warna obyek/benda). Letak setiap warna dapat dijelaskan dengan tepat/seksama dengan menggunakan ketiga koordinat ini. Gambar Ruang warna Gambar Nilai kadar warna Warna-warna yang sama terangnya dapat digambarkan dalam dua dimensi, yaitu dalam bidang tunggal. Bagian silang/yang melintang pada ruang warna CIE dalam bidang yang terang adalah diagram kromatik CIE.

55 26 Warna spektrum merupakan warna yang paling jenuh yang dapat dihasilkan untuk corak yang diberikan (panjang gelombang). Ia diletakkan di garis/pinggir diagram kromatik CIE. Gambar ini memperlihatkan spektrum bersama-sama dengan panjang gelombang yang berhubungan dalam nanometer. Garis lurus yang berhubungan dengan panjang gelombang 380 nm dan 780 nm disebut dengan garis ungu. Semua satuan trikromatik ini membuat campuran tambahan pada spektrum yang terbentang di dalam area yang dikelilingi oleh tempat spektrum dan garis ungu. Satuan trikromatik pusat ini mempunyai koordinat x = 0,333 dan y = 0,333. Disingkat dengan E (yakni equi-energy spectrum ) untuk sumber cahaya utama dan terkadang juga disingkat dengan A (yakni achromatic ) dalam hal ini warna obyek/benda. Penjenuhan semua warna meningkat dari satuan trikromatik pusat menuju ke tempat spektrum. Euroscale DIN menjelaskan posisi lokasi warna untuk cyan, magenta dan kuning untuk percetakan offset tiga warna dan empat warna. Ia juga menjelaskan lokasi warna untuk warna sekunder yang dikurangi merah, hijau dan biru. Diagram kromatik pada gambar 2.26 memperlihatkan lokasi warna yang terbentang pada DIN juga jarak warna yang dapat dihasilkan dalam mencetak. Distribusi ini sangat sejenis untuk semua nilai terang/brightness. Corak warna diletakkan di dalam hexagon yang dapat disalin/direproduksi dalam percetakan offset empat warna dengan menggunakan warna Euroscale. Warna-warna di luar area ini hanya dapat dihasilkan dengan bantuan warna khusus tambahan (lihat gambar 2.27). Gambar Diagram kromatik Dalam Euroscale DIN nilai berikut ini untuk kertas yang dilapisi yang telah ditetapkan untuk percetakan tertentu/spesifik dan kondisi pengukuran:

56 27 Gambar Corak warna diletakkan dalam hexagon Primary and Colour coordinates Luminance factor secondary colours x y Y Yellow 0,437 0,494 77,8 Magenta 0,464 0,232 17,1 Cyan 0,153 0,196 21,9 Yellow-magenta 0,613 0,324 16,3 Yellow-cyan 0,194 0,526 16,5 Magenta-cyan 0,179 0,101 2,8 Tabel 2.3. Nilai colour coordinates dan luminance factor Nilai untuk x, y dan Y diukur dengan menggunakan spectrophotometer. Ia ada sebagai handset atau sebagai pusat perhitungan dengan kontrol mesin on-line (seperti pada Heidelberg CPC 21). 4. Reproduksi Warna dalam Mencetak Jaminan kualitas dalam mencetak bertujuan untuk reproduksi/menyalin warna yang konstan/tetap dan benar/tepat melalui keseluruhan dalam proses mencetak. Untuk tinta cetak dan warna persediaan cetak, paramater yang paling penting adalah ketebalan film tinta, nilai halftone, keseimbangan warna, pemasangan tinta dan rangkaian warna Ketebalan film tinta Untuk alasan teknis, ketebalan film tinta maksimal dalam percetakan offset adalah sekitar 3,5 µm. Untuk kertas yang dilapisi dan proses warna yang berkaitan dengan DIN lokasi

57 28 warna yang tepat hendaknya dicapai/diperoleh dengan ketebalan film tinta antara 0,7 dan 1,1 µm. Jika lithograpies nya tidak sesuai/tidak cocok, menggunakan tinta cetak yang tidak sesuai, bagaimanapun, ini bisa saja terjadi bahwa poin standarisasi pada diagram kromatik CIE tidak tercapai. Jarak warna reproduksi juga menurun jika penjenuhannya tidak memadai. Dalam gambar area putih memperlihatkan bagaimana jarak sempitnya warna dengan tinta yang kurang pada setiap tiga proses warna. Berkaitan dengan ilmu fisika pengaruh ketebalan film tinta pada tampilan dapat diterangkan sebagai berikut ini. Tinta cetak tidak menutupi kertas; tinta itu, agak, transparan. Cahaya memasuki/menembus tinta. Dalam melewati tinta, cahaya menghadapi pigmen yang menyerap menjadi panjang gelombang tertentu yang lebih besar atau lebih kecil. Konsentrasi pigmen yang makin tinggi/besar dan ketebalan film tinta yang juga makin tinggi/besar, maka lebih banyak pigmen yang dimasukkan oleh cahaya yang terjadi dan, akibatnya, lebih banyak yang diserap. Pada akhirnya, sinar cahaya mencapai permukaan (putih) pada persediaan cetak dan dipantulkan. Di saat jalan kembalinya Gambar Pengaruh ketebalan film tinta cahaya harus melewati film tinta lagi dan hanya setelah itu ia dapat ditangkap/dilihat oleh mata pengamat. Film tinta cetak yang tebal menyerap lebih banyak cahaya dan memantulkan sedikit saja daripada film tinta cetak yang tipis; sehingga pengamat/observer melihat warna lebih gelap, lebih jenuh, corak warna. Bagian cahaya yang mencapai mata menjadi sesuai/cocok sebagai basis untuk penaksiran/penilaian setiap warna.

58 Signifikansi nilai halftone dalam mencetak Selanjutnya pada tinta cetak, parameter yang paling penting adalah nilai halftone terhadap penampilan optik corak warna. Nilai halftone mengindikasikan seberapa besar persediaan mencetak tertutupi oleh tinta. Corak warna yang lebih terang untuk diproduksi maka akan membuat area yang tertutupi semakin kecil. Untuk reproduksi corak warna yang berbeda-beda dalam scanning klasik dengan frekuensi scanning konstan maka digunakan titik halftone, yang mempunyai ukuran bergantung pada corak yang dikehendaki. Berlawanan dengan hal ini, dalam scanning yang frekuensinya termodulasi, digunakan penempatan dots yang berbeda-beda untuk menghasilkan corak yang berbeda-beda (semua dots mempunyai ukuran yang sama). Secara umum, nilai halftone diekspresikan dalam persen Pergeseran nilai halftone Ketika dot halftone ditransfer dari film melalui lempengan dan lapisan menuju ke persediaan cetak, beberapa faktor bisa mengubah ukuran geometriknya, dan juga nilai halftone nya. Perubahan pada nilai halftone disebabkan karena pemrosesan yang dapat diganti dalam tahapan pra-cetak. Sebuah kurva menjelaskan karakteristik transfer yang dihasilkan dengan mengukur pola cetakan dan membandingkannya dengan yang asli. Jika selama seluruh proses mencetak (dari scanning hingga produk cetakan selesai) selalu digunakan parameter (yang telah distandarisasi) sama maka seseorang dapat mengharapkan produk cetakan sesuai dengan yang aslinya. Pergeseran nilai halftone disebabkan oleh sulitnya dalam mencetak, bagaimanapun juga, ini tidak dapat diramalkan/diprediksi. Mereka yang melakukan proses mencetak seharusnya memperoleh perhatian khusus. Beberapa hal yang juga penting adalah: Transfer titik halftone Film Montase Penyinaran Faktor-faktor yang mempengaruhi Tepi/pinggir pita film, bahan perekat Tampilan titik halftone Pengembangan Kimiawi, waktu pengembangan Dua titik halftone pada film (nampak pada pembesar 150fold)

59 30 Pelat Cetak Penyinaran Pelat Pembasahan Penintaan Pelat Cetak/Blangket Blangket Blangket cetak/ printing stock Bahan, abrasi selama mencetak Waktu penyinaran, Vakum, penyinaran samping/sisi Jumlah larutan pembasahan, nilai ph, cetakan permukaan, kekerasan air, suhu Ketebalan lapisan tinta, konsistensi, suhu Menggulung/lembar bantalan Bahan, kondisi, permukaan Menggulung/lembar bantalan Titik halftone pada pelat setelah pemberian tinta Printing stock Pengangkutan lembaran/kertas Pengiriman Tabel 2.4. Pergeseran nilai halftone Permukaan, kualitas kertas Transfer register Offset Titik halftone pada blangket Dalam pembesaran tampak dengan jelas hasil the first-rate Meningkat/menurunnya nilai halftone Dot gain Dot gain artinya bahwa terdapat sebuah kenaikan/peningkatan pada nilai halftone selama proses mencetak dibandingkan dengan titik pada film. Kenaikan/peningkatan ini adalah bagian selama pemrosesan, bahan, dan juga mesin, dan juga tidak dapat dipengaruhi oleh orang yang mencetak (aspek ini juga disebut dengan perluasan/memperbesar titik halftone). Untuk kadar/tingkat tertentu, orang yang mencetak dapat meniadakan/menetralkan dot gain, khususnya dengan memanipulasi pemberian tinta. Filling in Filling in artinya adalah reduksi/pengurangan area yang tidak dicetak hingga benar-benar tidak nampak/tak terlihat. Filling-in juga bisa disebabkan karena slur atau doubling.

60 31 Sharpening Sharpening artinya adalah penurunan/pengurangan pada nilai halftone dibandingkan dengan titik pada film. Secara praktis, istilah sharpening sering digunakan untuk menjelaskan/menggambarkan mengenai meningkatnya penurunan/pengurangan pada nilai halftone, meskipun cetakannya bisa jadi masih penuh dibandingkan dengan film Perubahan bentuk titik halftone Slur Slur artinya bahwa bentuk titik halftone berubah selama proses mencetak disebabkan karena gerakan relatif antara lempengan dan lapisan dan/atau lapisan dan lembar cetakan, bahwa ini merupakan titik/poin sirkuler yang dapat berubah menjadi oval. Slur dalam arah cetakan disebut dengan slur lingkaran/bundar/keliling (circumferential slur), dan slur pada sudut ke kanan pada arah cetakan disebut dengan slur menyamping/samping (lateral slur). Slur diagonal diperoleh jika kedua bentuk itu terjadi pada waktu yang bersamaan. Doubling Dalam cetakan offset, doubling artinya bahwa terlihat seperti ada sebuah bayangan dan bayangan ini tidak dikehendaki, secara umum lebih kecil, titik tinta nampak disamping titik halftone yang diinginkan. Doubling disebabkan karena retransfer/transfer kembali yang tidak kongruen pada tinta oleh lapisan berikutnya. Offsetting Istilah offsetting berkaitan dengan perubahan titik halftone yang disebabkan oleh faktor-faktor mekanis setelah proses mencetak. Istilah offset juga digunakan untuk menggambarkan transfer tinta dari bahan cetakan yang masih baru ke permukaan lainnya.

61 32 Hal-hal penting yang perlu diamati bagi seorang operator cetak Benar Salah Dengan bantuan kepingan/bidang kontrol, dot gain dapat dipantau/dimonitor secara visual dan diukur dalam pengukuran. Untuk pengecekan visual yang murni, terutama kepingan/bidang sinyal sangatlah tepat/cocok. Filling-in dapat dipantau dengan baik dengan menggunakan bantuan elemen pengukur kasa dengan nilai halftone yang tinggi. Dot gain dan clogging sebagian besar terjadi karena kelebihan dalam memberi tinta dan tidak cukup dalam memberi air, terlalu banyak cetakan antara lempengan dan lapisan, atau karena lapisan kelem yang jelek. Dalam hal ini, pemberian tinta dan pembasahan gulungan dapat diatur/disetel dengan baik. Dibawah kondisi normal dan pencahayaan lempengan yang tepat cetakan biasanya lebih penuh daripada filmnya. Beberapa kerusakan seperti lempengan kosong/samar dan penambahan tinta pada lapisan dapat menyebabkan sharpening. Perbaikannya bisa seperti ini: lebih sering mencuci lapisan dan unit tinta; merubah tinta dan rangkaian warna; mengecek gulungan lempengan, cetakan cetakan dan proses mencetak. Slur paling jelas ditandai/dicirikan dengan kasa bergaris. Garis paralel sering mengindikasikan arah slur. Circumferential slur (slur melingkar) secara normal mengindikasikan perbedaan mencetak yang telah muncul/timbulnya antara silinder lempengan dan silinder lapisan, atau cetakan cetakan yang berlebihan. Hal inilah kenapa setiap tahapan proses mencetak dan mesin cetak seharusnya dipantau/dimonitor dengan sangat hati-hati. Slur bisa juga disebabkan karena lapisan kelem yang buruk atau karena pemberian tinta yang terlalu banyak. Lateral slur (slur menyamping) sebagian besar berhubungan dengan masalah-masalah lainnya. Dalam hal ini, persediaan cetakan dan lapisan harusnya dicek dengan hati-hati

62 33 Benar Salah Doubling dipantau/dimonitor dalam basis elemen yang sama seperti halnya slur. Dalam hal ini, titik halftone seharusnya diuji dengan kaca pembesar, karena kasa bergaris itu sendiri tidak menyediakan/memenuhi dalam membedakan antara doubling dan slur. Doubling bisa juga disebabkan karena faktor-faktor yang bervariasi, sebagian besar berhubungan dengan persediaan tinta yang berlebihan atau persediaan tinta yang kurang. Masalah-masalah offsetting terjadi dengan lembaran kertas mesin cetak yang modern. Area cetakan lembar kertas tersebut yang menyangga sisi yang dicetak yang masih baru pada mekanis lembaran kertas dan ini paling sering terjadi menyebabkan offset. Persediaan cetak yang keras/kaku membuat masalah offset. Offset juga muncul karena tumpukan atau dalam mesin perfector. Elemen-elemen sinyal yang dicetak seperti kepingan SLUR merupakan alat yang berharga untuk evaluasi optik yang cepat pada perubahan nilai halftone. Elemen-elemen sinyal seperti kepingan SLUR menjelaskan/memperkuat secara optik kegagalan dalam proses mencetak. Kegagalan seperti dot gain, sharpening, slur dan doubling mempengaruhi elemen-elemen kasa yang halus/bagus daripada kasa yang kasar. Alasannya adalah bahwa titik kecil dikurangi atau diperbesar oleh beberapa nilai seperti halnya titik yang besar. Sejumlah besar titik-titik kecil, bagaimanapun juga, telah mempunyai panjang melingkar total pada titik kasar dalam nilai sifat yang sama. Hal ini kenapa, selama mencetak, lebih banyak tinta dimasukkan di sekitar titiktitik yang halus daripada di sekitar titik-titik yang kasar. Sebagai hasilnya/akibatnya, area gambar kasa yang halus akan nampak lebih gelap. Fenomena ini merupakan basis sinyal dan pengukuran fungsi elemen. Untuk diambil sebagai sebuah contoh, struktur dan fungsi kepingan SLUR akan diterangkan lebih ringkas/singkat (lihat gambar 2.29). Dalam kepingan SLUR, dikombinasikan/dipadukan elemen kasa yang kasar (di sekeliling) dan elemen kasa yang halus (angka/nomor).

63 34 Dibandingkan dengan nilai halftone yang sama pada kasa kasar, jumlah kasa yang halus dari 0 hingga 9 mempunyai nilai halftone tajam yang meningkat. Ketika selama proses mencetak pada lembaran cetak yang tepat angka 3 dan bidang kasa yang kasar menampilkan nilai halftone yang sama, kemudian angka 3 tidak lama lagi dapat dikenali. Jika dot gain terjadi selama mencetak, bagaimanapun juga, kemudian gambar yang lebih tinggi selanjutnya dengan kasa yang lebih tajam mendekati nilai halftone disekitarnya. Lebih banyak dot gain terjadi, lebih banyak persamaan nilai halftone yang bergeser menuju jumlah yang lebih besar/banyak. Dengan sharpening, proses ini di balik. Berikut ini angka 2, 1 atau bahkan 0 bisa menjadi tak terbaca. Gambar Perbandingan nilai halftone

64 35 Namun hanya gambar sajalah yang mengindikasikan apakah dot gain atau sharpening terjadi. Penyebabnya hendaknya dicari dengan kaca pembesar pada lempengan atau pada lembaran cetak itu sendiri. Bagian SLUR di sebelah kanan angka/nomor menunjukkan bahwa tidak terdapat dot gain, slurring, atau doubling. Dengan dot gain dalam mencetak, kata SLUR tidak terbaca lagi daripada dengan cetakan yang bagus, meskipun seluruh bidang muncul/nampak agak lebih gelap. Titik-titik halftone, bagaimanapun juga, kurang cocok/tepat untuk mendeteksi slurring dan doubling. Khususnya, arah yang berhubungan, memperluas dalam kasus slur adalah lebih mudah untuk mendeteksi pada bidang SLUR. Dalam kasus slur melingkar, contohnya, garis horisontal membentuk kata SLUR (paralel dengan awalan/permulaan gambar) akan diperluas/diperbesar. Dengan slur menyamping, di sisi lain, area di sekitar kata SLUR, yang terdiri dari garis vertikal, akan menjadi lebih gelap. Gambar Variasi dot mempengaruhi hasil cetakan Gambar 2.29 menunjukkan bagaimana variasi dot mempengaruhi hasil cetakan, dengan menggunakan dot gain sebagai sebuah contoh. Bahkan jika dots itu hanya satu warna lebih besar dari yang diinginkan, akan menghasilkan corak yang berbeda. Hal ini, tentu, juga penting untuk superimposition. Proses transfer yang digunakan dalam percetakan offset biasanya menyebabkan dots itu menjadi lebih besar. Efek ini disebut dengan dot gain. Potongan/kepingan sinyal membantu untuk menaksir/menilai hasil cetakan, tetapi ia tidak memberikan informasi pada nilai mutlak dan kesalahan/error. Untuk menaksir/menilai kualitas

65 36 nilai halftone dengan angka yang dapat dibuktikan secara obyektif maka dibutuhkan metode pengukuran yang obyektif Dot gain Dot gain adalah perbedaan antara nilai halftone pada film kasa dan cetakan. Hasil deviasi/penyimpangan baik dari variasi titik geometri dan dari efek pemasangan cahaya. Serupa dengan nilai halftone F, dot gain Z secara umum diekspresikan dalam persen. Dot gain adalah perbedaan antara nilai halftone dalam cetakan F D dan ukuran nilai halftone dalam film F F. Ketika dot gain berbeda dalam jarak/kisaran nilai halftone yang bervariasi, gambar pada dot gain seharusnya juga termasuk/meliputi nilai halftone dalam film. Contoh: 15% dot gain dengan F F = 40% atau lebih pendek, Z 40 = 15%. Instrumen pengukuran yang lebih maju menampilkan dot gain secara langsung. Catatan: Dot gain Z (%) mengindikasikan perbedaan antara nilai halftone pada film F F dan nilai halftone dalam cetakan F D pada gambar mutlak. Ia sehingga tidak berkaitan dengan nilai film! Karakteristik cetakan Deviasi nilai halftone dalam cetakan F D terhadap nilai halftone F F dalam film dapat ditunjukkan dengan jelas untuk penggunaan langsung pada kerja/karya yang diulang-ulang dalam bentuk yang disebut dengan karakteristik cetakan. Untuk menentukan karakteristik cetakan, skala tahapan kasa minimal tiga, atau bahkan lebih baik lima atau lebih tahapan kasa dan elemen tambahan keras/tajam yang dicetak. Densitometer digunakan untuk mengukur kekentalan tinta dalam tambahan yang keras dan dalam tahapan kasa, dan kemudian nilai halftone dihitung. Ketika nilai yang dihasilkan itu digambar terhadap diagram nilai film yang berhubungan maka dihasilkan karakteristik transfer. Setelah menggunakan lempengan inilah yang disebut dengan karakteristik cetakan. Ini valid hanya bagi kombinasi tertentu pada tinta, kertas, cetakan cetakan, lapisan dan lempengan yang ditentukan. Jika kerja/karya yang sama dicetak pada cetakan yang lain, dengan tinta yang berbeda atau kertas yang berbeda, kemudian karakteristik cetakan akan benar-benar berbeda. Gambar ini menunjukkan bagaimana karakteristik 1 berjalan pada sebuah sudut Ia menunjukkan kasus ideal dimana pada cetakan dan film yang identik/sama secara optik, tetapi

66 37 tak dapat dicapai dibawah kondisi normal. Karaktersitik 2 mereproduksi nilai halftone yang benar-benar diukur dalam cetakan. Area yang ditandai antara dua garis menunjukkan dot gain. Untuk menentukan dot gain dalam cetakan, jarak sifat tengah merupakan yang paling penting. Karakteristik cetakan menunjukkan bahwa di sinilah nilai halftone bergeser mencapai maksimum. Artinya karakteristik 2 film kasa dapat dinilai dalam cetakan itu (dengan dot gain normal) sehingga dicapai sifat yang dikehendaki. Secara praktis, bagaimanapun juga, ini hanya dapat dicapai sebagian saja. Gambar Karakteristik cetakan 4.3. Kontras Sebagai sebuah alternatif untuk dot gain maka ditentukan kekontrasan cetakan relatif K (%), khususnya untuk mengecek kasa pada sifat tiga perempat. Sebuah cetakan seharusnya mempunyai kekontrasan setinggi mungkin. Ini artinya bahwa bahannya harus mempunyai kekentalan tinta yang tinggi, tetapi kasanya masih bebas cetakan (perbedaan nilai halftone optimal). Ketika pemberian tinta meningkat dan kekentalan dalam tinta hanya dapat dipraktikkan hingga pada batas tertentu. Di atas batas itu titik-titik cenderung terlihat bertambah dan, khususnya pada sifat tiga perempat, hingga fill in. Ini mengurangi/menurunkan bagian putih kertas, dan kekontrasan menurun lagi. Jika tidak ada alat

67 38 pengukuran yang tersedia dengan tampilan kontras langsung, kekontrasan cetakan relatif dapat dihitung atau ditentukan pada basis FOGRA PMS. Jika nilai kekontrasan memburuk selama proses produksi meskipun nilai tinta konstan dalam bahan/zat DV, ini merupakan tanda bahwa lapisan tersebut butuh untuk dicuci. Jika kekentalan zat/bahan benar/tepat, nilai kekontrasan dapat digunakan untuk menaksir/menilai faktor-faktor yang bermacam-macam yang mempengaruhi hasil cetakan seperti: - cetakan gulungan dan cetakan - lapisan dan bantalan/dasaran - pembasahan - tinta cetak dan perekat Ketika nilai kontras, tidak seperti dot gain, tergantung pada perluasan dalam kekentalan zat/bahan ia tidak tepat sebagai sebuah variabel untuk standarisasi. 4.4 Keseimbangan warna Seperti yang telah diterangkan, corak warna disalin/direproduksi dalam cetakan empat warna dengan bagian yang berbeda-beda yakni cyan, magenta, kuning dan hitam. Jika proporsinya berubah, warna yang dihasilkan pun juga berubah. Untuk menghindari hal ini maka porsi warna untuk corak warna yang diinginkan harus benar-benar seimbang dan meyakinkan. Jika hanya porsi warna hitam yang berubah, maka corak menjadi lebih terang atau lebih gelap, sebuah fenomena yang tidak kita kenali sebagai suatu hal yang menggangu. Hal yang sama adalah ketika warna-warna kromatik semua relatif berubah pada porsinya dan arah yang sama. Bagaimanapun juga, kita bereaksi secara kritis terhadap pergeseran dalam corak warna. Pergeseran semacam ini terjadi jika masing-masing komponen warna tidak berubah secara bersamaan, atau yang paling buruk, jika ia berubah dalam arah yang berlawanan. Perusakan/pemburukan keseimbangan warna seperti ini dapat dikenali dengan sangat jelas pada bidang keseimbangan abu-abu; keseimbangan warna sehingga sering diistilahkan dengan keseimbangan abu-abu. Perluasan variasi yang tak dapat dihindari pada setiap tinta cetak selama proses mencetak ini secara luas bergantung pada prinsip tambahan gambar yang dipilih dalam pra-cetak. Berikut ini, jenis yang paling penting dalam menambahkan gambar yang akan dijelaskan. Diagram skematik yang diperlihatkan ini berkaitan dengan tinta yang ideal, dimana, bagaimanapun juga, sebenarnya secara realita tidak ada. Demikian juga, terdapat perubahan kromatik yang disebabkan pemasangan tinta dalam cetakan lembab/basah pada lembab. Inilah

68 39 kenapa, secara praktis, deviasi nilai halftone dari yang diberikan, nilai teoritis. Untuk mencapai corak yang seimbang, potongan/bidang telah dikoreksi dengan benar/sesuai Komposisi kromatik Komposisi kromatik terdiri dari warna-warna utama kromatik yakni cyan (C), magenta (M) dan kuning (Y). Hitam (K) hanya digunakan untuk memperkuat/meningkatkan kedalaman gambar dan untuk menaikkan penekanan/penitik beratan garis bentuk luar. Corak warna gelap dihasilkan dengan mencampur tiga warna-warna utama kromatik. Jika, sebagai contoh, tinta cetak cyan menjadi lebih gelap, bagian yang sama magenta dan kuning ditambahkan; tetapi proporsi warna itu harus tetap lebih rendah dari warna cyan. Porsi campuran warna kuning dan magenta dengan porsi sama dengan cyan untuk membuat menjadi hitam dan juga membuat gelap sisa cyan. Digambarkan dengan sebuah contoh. Gambar Komposisi kromatik Warna coklat yang diperlihatkan dalam gambar itu ditambahkan dalam warna kromatik yang strukturnya dari 70% cyan, 80% magenta dan 90% kuning. Semua dalam jumlah permukaan yang tertutupi mencapai 240%. Warna hitam tidak digunakan. Karena/disebabkan porsinya yang tinggi pada warna kromatik, bagaimanapun juga, keseimbangan warna ini sulit untuk dijaga selama proses mencetak. Demikian pula, dengan permuakan yang luas seperti itu yang tertutupi dengan konsumsi bubuk, menaikkan /meningkatkan waktu pengeringan dan konsumsi tinta. Struktur warna kromatik pada warna coklat, seperti yang terlihat dalam gambar, terdiri dari kromatik dan porsi akromatik. Porsi akromatik terdiri dari 70% Gambar Struktur warna kromatik cyan, 70% magenta dan 70% kuning, yang menghasilkan abu-abu jika dipaksakan dengan luar biasa dalam mencetak. Sisanya 10% magenta dan 20% kuning adalah porsi kromatik.

69 Komposisi kromatik dengan penghilangan warna kebawah/kedalam Penghilangan warna kebawah (UCR) adalah sebuah variasi komposisi kromatik dengan bagian porsi akromatik yang sedang digantikan oleh hitam. Mari kita asumsikan bahwa penghilangan warna dibawah 30% dari warna coklat pada contoh diatas adalah persyaratan yang diminta. Gambar Porsi akromatik digantikan oleh hitam Gambar Porsi akromatik dikurangi hingga 30% Porsi akromatik terdiri dari cyan, magenta dan kuning dikurangi hingga 30% dan dihilangkan dengan porsi hitam. Sebagai hasilnya, permukaan yang tertutupi tidak berjumlah hingga 240% tetapi hanya 180% dengan corak warna yang tidak berubah. Ini merupakan bantuan yang besar bagi orang yang mencetak, ketika noda/bintik yang berbahaya dikurangi dan keseimbangan warna dapat dijaga dengan lebih mudah Komposisi akromatik Berlawanan dengan komposisi kromatik, dalam komposisi akromatik semua kadar/isi akromatik digantikan dengan hitam. Corak warna kromatik juga tidak menggelapkan dengan warna seluruhnya tetapi hanya dengan hitam. Struktur akromatik pada contoh itu hanya terdiri dari magenta, kuning dan hitam. Kesemuanya, jumlah permukaan yang tertutupi tidak lebih dari 100%. Ini memberikan porsi warna cyan, magenta dan kuning menjadi hal yang dipertimbangkan untuk dikurangi dalam semua gambar dan corak warna; proses mencetak seperti ini dibuat lebih meyakinkan dan pemasangan film tinta ditingkatkan secara signifikan. Gambar Komposisi akromatik

70 41 Gambar Porsi warna C, M, Y dikurangi Komposisi akromatik dengan penambahan warna kromatik Penambahan warna kromatik merupakan variasi komposisi akromatik. Jika kekentalan tinta hitam netral habis tidak mencukupi, porsi cyan, magenta dan kuning ditambahkan ke struktur warna akromatik lagi untuk menaikkan/meningkatkan kedalaman gambar netral (25 persen pada contoh yang diberikan). Saat ini jenis gambar tambahan seperti ini digunakan secara luas dan telah terbukti menjadi metode yang berharga dalam praktek/pelaksanaannya, ia dapat memenuhi koordinasi yang bagus pada gambar dan kualitas cetakan. Gambar Komposisi akromatik dengan penambahan warna kromatik Gambar Penambahan porsi C, M, Y ditambahkan ke struktur warna akromatik Mencetak warna yang berjumlah lima, enam dan tujuh Peningkatan dalam mencetak warna empat tetap dijumpai standar kualitas yang tinggi. Meskipun demikian dibutuhkan pengaturan khusus pada lempengan warna dengan beberapa yang asli dan agar memenuhi /mendapatkan kualitas yang paling tinggi. Jarak/kisaran warna yang dapat direproduksi dapat diperluas dengan menggunakan warnawarna khusus (disamping empat warna utama). Jika, contohnya, penambahan warna merah digunakan dalam menambahkan empat warna yang diproses, yaitu, jarak/kisaran warna merah dapat diperbesar. Jika perlu, lebih dari satu pada beberapa warna khusus dapat digunakan. Gambar berikut ini memperlihatkan dimana nilai warna diukur untuk cetakan tujuh warna yang ditempatkan pada diagram kromatik CIE.

71 42 Hexagon yang letaknya di dalam garis diagram menunjukkan jarak proses warna cyan, magenta dan kuning (nilai diukur). Dodecagon disekitarnya mengindikasikan bagaimana jarak warna-warna dapat diperluas dengan warna tambahan seperti hijau (G), merah (R) dan biru (B). Gambar Cetakan 7(tujuh) warna ditempatkan pada diagram kromatik CIE 4.5. Pemasangan tinta dan rangkaian warna Pemasangan warna Variabel lain yang mempengaruhi reproduksi corak warna adalah karakteristik pemasangan tinta. Ia mengindikasikan bagaimana baik/kualitasnya sebuah tinta dapat diterima ketika dicetak pada tinta lain dibandingkan dengan ketika ia dicetak pada persediaan cetak. Suatu perbedaan hendaknya dibuat antara mencetak lembab pada kering dan lembab pada lembab. Istilah mencetak wet-on-dry/lembab pada kering digunakan ketika tinta dicetak secara langsung ke dalam persediaan cetak atau lainnya, tinta kering. Jika, disisi lain, tinta dipaksakan pada warna yang basah/lembab, ia menggunakan istilah wet-on-wet/lembab pada lembab. Untuk cetakan warna yang banyak, secara umum digunakan istilah mencetak wet-onwet/lembab pada lembab. Jika cakupan itu seragam/sama dan jika corak ditempatkan pada koordinat yang benar, kemudian dapat dikatakan pemasangan tinta itu bagus. Jika, disisi lain, corak yang dikehendaki tidak dapat diperoleh, pemasangan tinta adalah salah. Hal ini bisa menjadi kasus pada semua warna yang dicampur. Sebagai akibatnya, jarak warna dikurangi dan bayangan warna tertentu dapat direproduksi. Jika ketebalan film tinta benar dan jika letak warna pada warna utama cyan, magenta dan kuning disituasikan pada lokasi referensi yang benar, ia bisa sekalipun demikian menjadi kasus

72 43 bahwa lokasi referensi pada warna-warna yang dicampur yakni merah, hijau dan biru tidak dapat dicapai karena/disebabkan oleh kesalahan dalam pemaksaan/ superimposition selama mencetak. Diagram kromatik CIE berikut ini memperlihatkan efek-efek pemasangan tinta yang salah atau rangkaian warna yang tidak baik pada hasil cetakan. Area putih menggambarkan tingkat reduksi nilai halftone yang disebabkan karena kesalahan pemasangan tinta Gambar Tingkat reduksi nilai halftone yang disebabkan karena kesalahan pemasangan tinta Rangkaian warna Ilustrasi skematik ini memperlihatkan hasil tiga superimposition yang berbeda pada warna cyan dan magenta. Gambar hasil tiga superimposition yang berbeda pada warna cyan dan magenta Pada contoh pertama lapisan magenta dicetak pada cetakan warna tunggal seperti warna pertama. Kemudian lapisan cyan dipaksakan setelah proses pengeringan (wet-on-dry). Ketebalan film tinta kedua warna itu adalah identik. Pemasangan film tinta bagus dan dapat diperoleh lokasi warna yang dikehendaki. Contoh yang kedua dihasilkan pada cetakan warna yang banyak/multicolour. Pertama film magenta dicetak pada kertas kering (wet-on-dry). Kemudian lapisan cyan dicetak ke dalam tinta magenta yang masih basah (wet-on-wet). Sedangkan film tinta magenta diterima dengan baik

73 44 oleh kertas, pemasangan tinta untuk cyan buruk (karena pemisahan warna selama pemaksaan dalam mencetak). Hasilnya adalah biru dimasuki/dibalut merah. Contoh yang ketiga metode mencetak wet-on-wet juga digunakan tetapi rangkaian warnanya dibalik (cyan ke dalam magenta). Hasilnya adalah merah dimasuki biru. Dalam mencetak dengan warna empat rangkaian warna hitam-cyan-magenta-kuning secara umum diterima sebagai standar. Rangkaian warna ini juga merupakan basis untuk penilaian kemantapan warna dalam pembuatan/manufaktur tinta cetak. Untuk mengurangi efek-efek kesalahan dalam pemasangan tinta yang bisa saja terjadi dalam kasus-kasus tertentu, lempengan cetak dan kesalahan cetak harusnya dicek dengan seksama sebelum penempelan. Untuk bidang yang padat, sebagai contoh, ia bisa jadi bermanfaat untuk mencetak bentuk yang lebih terang sebelum bidang yang lebih padat lainnya. Secara khusus, ini diterapkan sebagai superimposition dalam kasa dan film tinta padat. Kasa hendaknya pertama dicetak di kertas putih dan kemudian film tinta diatasnya Kepingan pengontrol/kontrol cetakan Untuk mengontrol kualitas cetak pada basis data yang diukur, kepingan pengontrol cetak dicetak dengan gambar. Alat ini tersedia di berbagai macam lembaga penelitian dan suplier. Bagaimanapun juga, hanya yang asli yang dapat digunakan, karena deviasi bisa terjadi selama proses meng-copy ke dalam film duplikasi yang menganggu hasil pengukuran. Kepingan kontrol cetak ini tersedia untuk mencetak warna empat hingga delapan. Dengan kepingan kontrol cetakan untuk lebih dari empat warna jumlah halftone dan bidang slur dapat dikurangi membantu bidang bahan dan keseimbangan warna yang dibutuhkan untuk mengontrol zona sumber tinta. Semua kepingan kontrol cetakan terdiri dari beberapa elemen. Berikut ini, akan dijelaskan potongan/bidang yang paling penting pada kepingan pengukuran warna Heidelberg CPC, kepingan kontrol cetakan FOGRA dan Brunner.

74 Potongan benda (bidang) Potongan padat memungkinkan keseragaman pemberian tinta untuk dicek. Ini sebaiknya menggunakan bidang padat per spasi tinta cetak pada jarak lebar zona sumber tinta (32,5 mm untuk Heidelberg). Hal ini membuat ia mungkin untuk menggunakan bidang padat untuk pengontrol colorimetric otomatis pada benda Potongan yang lebih tercetak (bidang) Elemen ini didesain untuk penaksiran/penilaian visual dan densitometric pada penampilan/kinerja pemasangan tinta Potongan keseimbangan warna (bidang) Satu hal yang harus dibedakan antara bidang keseimbangan warna halftone dan zat padat. Dalam potongan padat, superimposition cyan, magenta dan kuning harus menghasilkan dalam mendekati hitam netral. Sebagai tujuan perbandingan, bidang padat hitam dicetak di sebelah bidang yang tercetak lebih. Pemberian ketebalan film tinta yang benar, rangkaian warna yang sesuai standar dan dot gain yang normal, superimposition cyan, magenta dan kuning Gambar Potongan bidang beberapa kondisi menghasilkan abu-abu yang mendekati netral. Nilai halftone yang berbeda digunakan dengan pembuatan untuk kesalahan cetak warna-warna yang bervariasi. Potongan keseimbangan warna juga digunakan untuk pengontrol keseimbangan abu-abu otomatis pada cyan, magenta dan kuning Potongan halftone (bidang) Bergantung pada pembuatnya, bidang halftone bisa jadi mengandung nilai halftone kesalahan cetak yang berbeda. Dari data yang diukur pada halftone dan potongan padat maka dihitung dot gain dan kekontrasan cetak. Gambar Potongan halftone

75 Potongan slur/doubling (bidang) Gangguan garis pada sudut kasa yang berbeda membiarkan bagi orang yang mencetak untuk mengecek secara visual dan densitometri terhadap kesalahan slur dan doubling Potongan pengontrol pencahayaan lempengan (bidang) Bidang pengontrol pencahayaan lempengan didesain untuk Gambar Potongan slur/ doubling pemantauan visual pada pencahayaan lempengan. Elemen-elemen pengontrol yang diperlihatkan mengandung microlines dan micro reverse lines dan juga bidang dengan titik-titik. Gambar pemantauan visual pada pencahayaan lempengan 5. Densitometry Densitometry adalah metode pengukuran dalam bidang cetakan yang paling murah harganya dan tersedia dimanamana. Densitometer digunakan sebagai instrumen yang dipegang dengan tangan atau dalam bentuk alat pengukuran otomatis (scanning densitometer). Terdapat dua macam densitometer, yang digunakan untuk tujuan yang berbeda-beda: - Transmission densitometer (memancarkan) digunakan untuk mengukur kehitaman film (substrata transparan). - Reflection densitometer (memantulkan) digunakan untuk Gambar Cara kerja densitometer transmisi dan refleksi mengukur gambar yang dicetak (substrata buram/tak tembus cahaya) Berikut ini, prinsip-prinsip kerja pada reflection densitometer akan dijelaskan dengan lebih detail.

76 Mengukur prinsip reflection densitometer Dalam reflection densitometer tinta yang diukur diterangi dengan sumber cahaya. Sinar cahaya melewati/menembus lapisan tinta transparan (sekilas) dan sebagian diserap. Isi/kandungan yang tidak dicetak pada cahaya menyebar secara luas oleh persediaan cetak. Sebagian dari cahaya yang dipantulkan ini melewati lagi tinta dan diserap lagi. Cahaya sisanya yang tidak diserap mencapai detector, yang mengubah cahaya menjadi listrik. Hasil pengukuran dengan reflection densitometer diberikan dalam satuan kekentalan. Dalam pengukuran, sistem lensa digunakan untuk menfokuskan cahaya. Filter polarisasi berjalan untuk mencegah perbedaan dalam nilai-nilai yang diukur yang dihasilkan dari permukaan basah yang berkilau dan dari permukaan tinta kering. Filter warna dimasukkan untuk pengukuran warna. Gambar Prinsip densitometer refleksi Gambar 2.48 menerangkan prinsip tersebut, mengambil tinta warna sebagai sebuah contoh. Secara ideal, peristiwa cahaya terang terdiri dari porsi yang sama pada warna merah, hijau dan biru. Warna yang dicetak mengandung pigmen yang menyerap bagian merah dan memantulkan bagian hijau dan biru, inilah kenapa kita menyebutnya dengan cyan. Densitometer dimaksudkan untuk mengukur dalam jarak penyerapan setiap warna, dimana kekentalan dan ketebalan film tinta berhubungan. Dalam contoh, filter merah digunakan yang hanya membiarkan cahaya merah menembus/melewatinya, sedangkan biru dan hijau diblok/dihalangi. Kekentalan tinta yang diberikan tergantung pada pigmentasi, konsentrasinya dan ketebalan film tintanya. Untuk tinta yang diberikan, kekentalan adalah ukuran ketebalan film tinta, namun kekentalan tidak memberikan keterangan apa-apa kepada kita mengenai corak.

77 Kegunaan filter pada densitometry Filter warna dan filter pencahayaan terang Filter warna dalam densitometer disetel untuk kinerja penyerapan pada cyan, magenta dan kuning. Standar umum seperti DIN dan ISO/ANSI 5/3 menjelaskan pita transmisi spektral dan posisi maksimal transmisi yang sesuai. Filter warna yang sempit dan filter warna yang luas ada dalam daftar, berkenaan dengan status A dan T dalam ISO secara berturut-turut, filter warna yang sempit seharusnya digunakan karena perbedaan dalam hasil pengukuran dari kegunaan jenis filter yang berbeda lebih kecil dari filter warna yang luas Gambar Refleksi kurva untuk cyan, magenta dan kuning, bersama dengan filter warna Filter warna harus selalu dipilih dalam warna untuk tinta cetak yang diukur. Warna hitam diukur dengan filter visual menyetel spektral sensitivitas pencahayaan pada mata manusia. Warna-warna spesial diukur dengan filter ini yang menghasilkan nilai pengukuran tertinggi. Ketiga ilustrasi berikut ini (lihat gambar 2.49)menunjukkan refleksi kurva untuk cyan, magenta dan kuning, bersama dengan filter warna berturutturut sesuai/menurut DIN Filter polarisasi Densitometer dapat digunakan untuk mengukur baik tinta cetak yang basah ataupun tinta cetak yang kering. Warna-warna basah mempunyai kelembutan, permukaannya berkilau. Selama proses pengeringan, tinta menyesuaikan dengan struktur iregular pada permukaan kertas, dan pemantulan yang mempengaruhi penurunan. Jika tinta yang diberikan diukur pertama kali dalam kondisi basah dan kemudian dalam kondisi kering, akan menghasilkan catatan yang berbeda.

78 49 Untuk mengeliminasi efek ini, dua filter polarisasi linier yang melintang dimasukkan ke dalam garis/jalan sinar. filter polarisasi membiarkan cahaya hanya satu arah getaran khusus untuk dilewati, sedangkan blocking semua gelombang cahaya yang sedang bergetar di arah yang lain. Bagian sinar cahaya yang terpolarisasi oleh filter polarisasi pertama dipantulkan dengan permukaan tinta secara spekulatif, contoh, tanpa mengubah arah getarannya. Filter polarisasi kedua diluruskan pada sudut 90 0 terhadap yang pertama sehingga gelombang cahaya yang dipantulkan dicegah untuk lewat. Sinar cahaya, bagaimanapun juga, yang masuk ke dalam film tinta dan dipantulkan baik oleh tinta atau oleh persediaan cetak, kehilangan polarisasi aslinya. Sehingga sinar cahaya itu mampu melewati/menembus filter polarisasi yang kedua dan mencapai detector. Juga menghalangi porsi cahaya yang dipantulkan oleh permukaan warna basah, mendekati catatan yang sama untuk tinta basah dan kering yang dihasilkan. Karena penyerapan oleh filter polarisasi yang kurang cahaya mencapai detector; hasil catatan dengan alat semacam ini sehingga secara umum lebih rendah Gambar Filter polarisasi daripada pengukuran yang dibuat dengan instrumen lain Nilai pengukuran pada densitometry Densitometer menampilkan catatannya untuk kekentalan tinta D seperti angka logaritma. Ini merupakan rasio logaritma yang diserap cahaya untuk referensi putih terhadap yang dihasilkan dari film tinta yang diukur. Secara praktis, catatan kekentalan tinta dikaitkan dengan kekentalan Nilai kekentalan tinta dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini: 1 D =lg β

79 50 Faktor pemantulan β dihitung dengan cara berikut ini: Dimana Lе P adalah pemantulan cahaya pada tinta cetak dan Lе W adalah pemantulan cahaya putih. Faktor pemantulan β merupakan rasio antara pemantulan cahaya dari sampel pengukur (tinta cetak) dan dari putih (nilai referensi). Dengan β nilai yang dihitung diatas kekentalan tintanya adalah: 1 1 D = lg = lg = lg2= 0.30 β 0.5 Terdapat korelasi yang erat antara ketebalan film tinta dan kekentalan tinta. Ilustrasi berikut ini memperlihatkan bahwa dengan ketebalan film tinta yang tinggi, pemantulan cahaya menurun dan nilai kekentalan tinta menjadi naik.

80 51 Diagram ini mengilustrasikan antara ketebalan film tinta dan kekentalan tinta untuk empat proses warna dalam percetakan offset. Garis vertikal menandakan jarak/kisaran ketebalan film tinta sekitar 1 µm biasanya digunakan dalam percetakan offset. Diagram ini juga menunjukkan bahwa kurva kekentalan tidak mulai meluruskan hingga ketebalan film tinta yang lebih tinggi secara signifikan dapat dicapai. Gambar Ketebalan film tinta C,M,Y,K

81 52 Dari kenaikan ketebalan film tinta berikut ini terdapat peningkatan dalam kekentalan tinta; bahkan jika pengukurannya dilakukan dalam kontainer tinta yang penuh, nilai kekentalan akan lebih tinggi. Bagaimanapun juga, ketebalan film tinta tersebut tidak relevan untuk percetakan offset Pengukuran Menjadikan nol pada putihnya kertas Sebelum pengukuran dimulai, densitometer harus disesuaikan ke nol terhadap putih kertas (referensi putih) pada persediaan cetak agar menghilangkan pengaruh pewarnaan kertas dan karakteristik permukaan pada evaluasi ketebalan film tinta yang dicetak. Untuk tujuan ini, kekentalan putih kertas berhubungan dengan putih mutlak diukur, dan gambar ini diatur ke nol (baca D = 0,00) Kekentalan bahan padat Catatan area bahan padat, dinamakan dengan solid density (DV). Ini diukur pada kepingan kontrol cetakan, yang dicetak pada lembaran di sebelah kanan sudut terhadap arah cetakan. Di samping elemen kontrol lainnya, kepingan kontrol cetakan mengandung bidang zat padat untuk semua empat proses warna dan, jika, diperlukan, untuk warna-warna tambahan. Nilai kekentalan bahan padat memberikan ketebalan film tinta untuk dicek dan dijaga (dalam toleransi tertentu) melalui seluruh luas lembaran dan proses mencetak Kekentalan halftone Kekentalan halftone diukur pada bidang halftone dalam kepingan kontrol cetak. Dalam titik pengukuran tiga hingga empat milimeter, kombinasi titik dan putih kertas diikut sertakan, serupa dengan yang terlihat oleh mata manusia. Nilai pengukuran adalah kekentalan tinta dalam halftone (DR). Lebih besar rasio area titik terhadap area total pada permukaan yang diukur dan ketebalan film tinta yang lebih tinggi pada tinta cetak yang diberikan, yang lebih tinggi adalah nilai kekentalan halftone yang diukur Cakupan area yang efektif secara optik (nilai halftone dalam mencetak) Ketika kasa diukur dengan densitometer, ini bukan merupakan cakupan area geometri, yaitu, rasio area antara titik dan putih kertas pada titik pengukuran, tetapi cakupan area yang efektif secara optik yang diukur. Perbedaan antara cakupan area yang efektif secara optik dan geometri disebabkan fakta bahwa baik dalam observasi visual dan dalam pengukuran densitometri, bagian cahaya yang tiba masuk ke kertas antara titik pada ujung yang tidak dicetak, tetapi terperangkap dibawah titik selama pemantulan dan sehingga diserap.

82 53 Efek ini disebut dengan penghimpunan/kumpulan cahaya. Ia menyebabkan titik muncul lebih besar secara optik daripada yang sebenarnya. Cakupan area yang efektif secara optik terdiri dari cakupan area geometri ditambah optik yang diperoleh pada area. Gambar Penghimpunan/ kumpulan cahaya 5.5. Evaluasi Dari nilai pengukuran bahan padat dan nilai halftone kekentalan halftone, dot gain dan kontras dapat dihitung. Pertama, bagaimanapun juga, semua alat pengukur harus disesuaikan dengan nol terhadap putih kertas Nilai halftone dalam mencetak Yang diberikan pada catatan DV dan DR, nilai halftone dalam cetakan F D dapat dihitung dengan menggunakan rumus Murray-Davies Dot gain FD DR 1 10 (%) =.100 DV 1 10 Dot gain Z (%) dihasilkan dari perbedaan antara pengukuran nilai halftone dalam cetakan F D dan nilai halftone yang diketahui dalam film F F Kontras Z (%) = F D F F Kekontrasan cetakan relatif juga dihitung dari catatan kekentalan tinta padat DV dan kekentalan tinta kasa DR. Nilai DR disini yang terbaik diukur dalam sifat tiga perempat Pemasangan tinta DV DR K (%) =.100 DV Pemasangan tinta dihitung dari nilai kekentalan bahan padat untuk setiap masing-masing warna dalam bidang padat, untuk semua superimposition dua warna dan untuk superimposition tiga warna dalam bidang superimposition padat pada kepingan kontrol cetakan sesuai dengan rangkaian warna didalamnya. Pemasangan tinta dihitung dengan rumus berikut ini yang mengindikasikan prosentase mana pada tinta yang dipaksakan ke yang lainnya. Nilai yang diberikan relatif dengan tinta yang terisolasi yang dicetak pada kertas yang mempunyai pemasangan disetel hingga 100%.

83 Superimposition dua warna FA2 % dimana : D 1+2 D 1 D 2 Catatan: D 2 D1.100 D 1+ = adalah kekentalan tinta untuk superimposition kedua warna adalah kekentalan tinta pada warna yang dicetak pertama dan adalah kekentalan tinta yang dicetak terakhir semua kekentalan tinta harus diukur dengan filter untuk warna kedua Superimposition tiga warna dimana : D D 3 Catatan D D1 + FA 3 (%) = D adalah kekentalan tinta untuk superimposition semua tiga warna dan adalah kekentalan tinta warna yang dicetak terakhir Semua kekentalan tinta harusnya diukur dengan filter untuk warna ketiga. Rumus yang diberikan juga digunakan dalam Kontrol Kualitas Heidelberg CPC 21. Dalam hal ini, terdapat metode lainnya dalam menghitung pemasangan tinta. Semua metode tersebut kontroversial, dan, untuk itulah nilai yang dihasilkan harusnya tidak ditafsirkan terlalu keras/kaku. Bagaimanapun juga, sebagai perbandingan dari proses yang satu ke proses berikutnya, dan khususnya pada proses yang sama, ini sungguh benar-benar berarti. Nilai FA yang semakin tinggi, maka kinerja pemasangan tintanya semakin baik Standarisasi dalam mencetak Dalam percetakan offset terdapat banyak tahapan antara kesalahan cetak dan hasil akhir cetakan, yaitu, reproduksi (pembuatan progresif), percobaan, pencahayaan lempengan dan proses dalam mencetak. Pada tiap tahapan pemrosesan tersebut ukuran elemen gambar berubah: titik halftone menjadi lebih besar atau lebih kecil, garis menjadi lebih tebal atau lebih tipis. Kinerja yang khas pada setiap tahapan proses ini dapat digambarkan dengan karakteristik transfer, yang paling umum adalah karakteristik pencahayaan lempengan dan karakteristik cetakan.

84 55 Keterangan : x = suited for process colours = suited for special colours ( ) = partially suited Proses reproduksi keseluruhan bertujuan untuk membuat cetakan terlihat salah cetak. Pada fase sebelum mencetak semua karakteristik transfer harus diketahui. Ini kemudian variasi elemen gambar yang dicetak sajalah yang menghasilkan dari karateristik proses yang dapat diganti. Untuk alasan efisiensi ekonomi, bagaimanapun juga, ini hanya memungkinkan jika jumlah karakteristik transfernya rendah.

85 56 Standarisasi dalam mencetak juga bertujuan untuk menjelaskan hanya sejumlah kecil pada karakteristik transfer sepanjang toleransinya agar menghasilkan reproduksi yang berkualitas tinggi dan biayanya rendah tanpa harus mempunyai properti alat-alat pencahayaan lempengan atau alat-alat cetak. Semua tahapan proses ini bertujuan untuk capaian tersebut, dan kekonstanan nya harus terus dipantau. Kepingan kontrol cetak, bidang kontrol pencahayaan lempengan, dan khususnya, colorimeter pada mesin cetak adalah alat yang berharga dalam meraih/mencapai tujuan ini Sistem standarisasi Terdapat beberapa macam sistem standarisasi. Namun semua sistem itu mempunyai tujuan sama: menghasilkan cetakan berkualitas tinggi yang biayanya efektif. Pedoman/petunjuk untuk standarisasi dalam mencetak tersedia dari berbagai macam lembaga penelitian dan para suplier. Sebagai sebuah contoh, pembaca diarahkan pada panduan standarisasi yang disusun oleh FOGRA, Komunitas Penelitian untuk Teknologi Percetakan dan Reproduksi di German, atas nama Bunderverband Druck BVD (Asosiasi Industri Peretakan Jerman). Konsep ini dijelaskan secara detail dalam terbitan yang dilengkapi dengan gambar/ilustrasi Buku Pedoman untuk Standarisasi Proses Percetakan Offset. Terbitan ini (dalam folder A4) dan kaset video dengan judul yang sama tersedia dari Bunderverband Druck di Wiesbaden di Inggris dan di Jerman Batas densitometry Seperti halnya teknik pemisahan warna, kerja densitometer dengan setelan filter untuk memproses empat warna. Alat ini menyediakan nilai relatif untuk ketebalan film tinta, yakni, alat ini tidak mengukur penampilan optik pada warna. Fakta ini mengatur batas tertentu untuk aplikasinya, tabel tersebut merupakan daftar bidang aplikasi khusus dibandiingkan dengan colorimeter tristimulus dan spectrophotometer.

86 57 Satu kekurangan esensial yang dimiliki oleh densitometer adalah bahwa kekentalan warna yang sama tidak memicu kesan optik yang sama. Inilah alasan ketika substansi warna yang dibandingkan berbeda dari satu sama lain. Sehingga nilai setelannya tidak dapat dilakukan/didapat dari cetakan percobaan ataupun dari sampel lainnya. Restriksi/pembatasan untuk tiga filter warna yakni merah, hijau dan biru adalah sama pentingnya. Ketika pengaturan warna dibandingkan dengan lebih dari empat warna yang diproses, pengukuran warna tambahan menjadi problematika. Dalam beberapa kasus tidak terdapat filter yang sesuai untuk warna-warna tambahan, sebagai hasilnya dimana pengukuran nilai untuk kekentalan tinta terlalu rendah dan pengukuran nilai untuk dot gain tidak benar/salah. Kegunaan densitometer juga sangat penting untuk mengontrol warna pada basis potongan halftone multiwarna seperti potongan keseimbangan abu-abu. Jika potongan keseimbangan abuabu diukur dengan tiga filter warna maka kekentalan tinta yang dihasilkan akan berbeda dari nilai yang dihasilkan ketika setiap warna diukur sendiri. Ini karena masing-masing ketiga tinta cetak berkontribusi untuk semua kekentalan tinta. Alasan untuk hal ini adalah bahwa warna yang diproses tidak sempurna dua pertiga tinta dan juga menyerap cahaya dari jarak spektral lainnya. Densitometer juga berguna dalam memonitor proses cetak pada mencetak empat warna. Dalam beberapa kasus densitometer penggunaannya terbatas. Dua contoh berikut ini mengilustrasikan bagaimana warna-warna tambahan diukur dengan sebuah densitometer. Gambar Warna-warna tambahan diukur dengan sebuah densitometer Corak (warna antara abu-abu dan coklat ) yang terlihat disini mempunyai pemantulan yang relatif tinggi, sedikit menurun dalam jarak biru (380 hingga 500 nm). Karena itu, nilai kekentalan yang tertinggi (0,17) diukur dengan filter biru. Nilai yang rendah ini tidak dapat diubah dengan mudah karena perubahan dalam ketebalan film tinta hanya memicu pergeseran yang tidak signifikan pada kekentalan. Dalam prakteknya warna-warna pastel bersinar/bercahaya oleh karena itu diukur secara visual pada basis lembaran yang bagus dan secara manual benar.

87 58 Gambar Warna-warna tambahan HKS 8 dan HKS 65 Warna-warna tambahan HKS 8 dan HKS 65 yang terlihat dalam contoh kedua benar-benar coraknya berbeda seperti yang dapat terlihat dari kurva pemantulan (lihat gambar 2.54). Untuk kedua warna itu penyerapan pada jarak biru (380 hingga 500 nm) adalah yang paling besar. Sebagai hasilnya, kekentalan tertinggi (1,60 untuk warna itu) diukur dengan filter biru. Nilai kekentalan yang sama diukur dengan filter yang sama sehingga tidak perlu mengartikan bahwa corak tersebut adalah sama! Penampilan warna itu dapat juga hanya dievaluasi secara colorimetric. 6. Colorimetric Seperti yang telah dijelaskan pada bab Sistem klasifikasi warna, tiga angka dibutuhkan untuk menjelaskan warna agar tidak ambigu. Colorimetric menjelaskan bagaimana gambar itu ditentukan dan bagaimana gambar tersebut berhubungan satu sama lain. Satu prasyaratnya adalah, bagaimanapun juga, warna-warna tersebut dapat diukur. Jadi pengukuran warna dan colorimetric berhubungan secara langsung dengan satu sama lain.

88 Mengukur warna Warna diukur dengan tristimulus colorimeter atau steptrophotometer. Secara prinsip, konstruksi alat pengukur warna mengikuti model visual dan sensorik pada mata manusia (lihat gambar 2.55). Tinta (sampel) diterangi dengan sumber cahaya (radiasi). Sebagian cahaya diserap oleh sampel, sisanya dipantulkan. Cahaya yang dipantulkan ditangkap oleh mata manusia. Biru, hijau dan merah warna yang sensitif (visual receptor) dirangsang. Melalui urat syaraf optik, rangsangan ini akan memicu/menimbulkan persepsi warna di otak kita. Proses yang alami ini didapat/ditiru dalam alat pengukur. Dalam proses pengukuran, cahaya dikirim ke sampel yang dicetak. Cahaya yang dipantulkan menembus/melewati sebuah sistem lensa dan ke sensor, yang mengukur intensitas cahaya yang terjadi untuk setiap warna dan meneruskan/menyebarkan catatan ukuran ke komputer. Terdapat berat/bobot dengan fungsi yang meniru fungsi pada tiga jenis sel sensitif dalam mata manusia, dan telah dijelaskan oleh CIE sebagai pengamat standar. Hasilnya adalah nilai tristimulus X, Y dan Z. Ini kemudian akhirnya yang diubah ke koordinat kromatik atau koordinat ruang warna lain (seperti CIELAB atau CIELUV) Nilai tristimulus / referensi putih Gambar Konstruksi alat pengukur warna mengikuti model visual dan sensorik pada mata manusia Dalam mengukur warna, identifikasi nilai tristimulus dari pantulan dan pemancaran yang diukur mensyaratkan kondisi standar. Sebagian besar pengukuran warna telah ditentukan/ditetapkan oleh para pembuat alat-alat dan telah dirawat/diperhatikan dengan

89 60 sedemikian rupa agar pengguna tidak terlalu memperhatkian pengukuran warna. Dalam mengukur bentuk warna, bagaimanapun juga, tiga faktor biasanya menjadi variabel dan harus dinilai oleh pengguna: referensi putih, jenis cahaya dan observer/pengamat. Secara normal, nilai colorimetric ditentukan relatif dengan putih mutlak. Pencocokan/pengujian juga diatur/disetel sesuai standar pengujian dalam mengukur satuan, yang berikutnya diuji terhadap putih absolut secara teoritis. Berlawanan dengan densitometri, kertas digunakan sebagai referensi hanya dalam kasus-kasus yang luar biasa Penerangan standar Tanpa cahaya maka tidak akan ada warna. Akan tetapi ini jenis cahaya akan mempengaruhi persepsi warna kita. Warna cahaya ditentukan oleh komposisi spektral. Pada sinar matahari, cuaca dan juga musim serta waktu pada hari itu mempengaruhi komposisi spektral. Para fotografer dan sutradara film sering harus menunggu waktu yang cukup lama hingga kondisi pencahayaan muncul sesuai dengan apa yang diharapkan mereka. Demikian juga, terdapat perbedaan dalam komposisi spektral pada cahaya lampu tiruan. Beberapa lampu menghasilkan Gambar Cahaya mempengaruhi komposis spektral Pemantulan spektral dan akibatnya persepsi warna berubah tergantung pada kondisi cahaya. Nilai tristimulus harus, sehingga, berdasarkan pada cahaya standar. Gambar Komposisi jenis penyinaran D65

90 61 Dalam standarisasi, distribusi intensitas telah membuat jenis-jenis cahaya berbeda-beda dalam jarak/kisaran antara 380 dan 780 nm (pada interval 5 nm). Ilustrasi ini memperlihatkan distribusi spektral untuk penerangan/penyinaran cahaya A, C, D 50 dan D 65. Standar penyinaran cahaya C, D 50 dan D 65 serupa/sama dengan rata-rata waktu siang dengan intensitas radiasi tertingginya dalam area biru. Ilustrasi berikut ini memperlihatkan komposisi jenis penyinaran D65. Sebuah penyinaran standar mempunyai intensitas tertinggi/puncak dalam area merah; ia juga muncul kemerah-merahan (cahaya di waktu malam dan cahaya listrik) Pengamat standar / fungsi menyesuaikan warna Masing-masing orang mempunyai tiga fungsi menyesuaikan warna untuk menilai/menaksir merah, hijau dan biru. Dalam kasus, ada orang yang mempunyai penglihatan kromatik normal, warna-warna tersebut akan hampir bisa dikenali. Demikian juga warna dilihat berbeda hanya dalam area yang terbatas. Sebagai contoh, seseorang masih dapat melihat warna seperti hijau kebiru-biruan, sedang yang lain akan melihat biru kehijau-hijauan. Inilah kenapa diperlukan untuk menjelaskan/menerangkan, sebagai tujuan colorimetric, seseorang dengan persepsi penglihatan rata-rata, yakni dinamakan dengan pengamat standar. Serangkaian tes yang komprehensif/menyeluruh dengan sejumlah besar orang yang mempunyai penglihatan kromatik normal dilakukan pada tahun Pada basis tes ini, fungsi menyesuaikan warna x, y dan z didefinisikan dan ditetapkan sebagai persetujuan CIE baik standar nasional ataupun internasional seperti misalnya DIN 5033 dan ISO/DC Gambar Warna x dan y Sebuah penelitian dilakukan untuk sudut pengamat 2 0, sudut pengamat dalam indera standar colorimetric adalah sudut visual dimana area warna dilihat (lihat gambar 2.58). Sebagai contoh, jika sebuah area dengan diameter 3,5 cm dilihat pada jarak 1 m, sudut visual akan persis 2 0.

91 62 Pada tahun 1964, uji yang sama diulangi untuk sudut pengamat 10 0, dan hasilnya demikian juga ditetapkan dalam standar tambahan/suplemen. Sehingga pengamat standar 1964 diterima. Gambar Warna z Gambar Ilustrasi sebuah area dengan diameter 3,5 cm dan 17,5 cm dilihat pada jarak 1 meter 6.5. Evaluasi dengan spectrophotometer Nilai warna standar dihitung dari fungsi radiasi penyinaran S (λ), derajat/kadar ukuran pada pemantulan spektral sampel (λ) juga fungsi penyesuaian warna X ( λ), Y ( λ) dan Z (λ) pada pengamat standar. Lambda dalam kurung menunjukkan bahwa perhitungan bergantung pada panjang gelombang λ pada cahaya (contoh pada kisaran panjang gelombang antara 400 dan 700 nm pada interval 5 nm). Dalam tahapan penghitungan yang pertama, nilai fungsi radiasi pada penyinaran standar S (λ) dikalikan dengan derajat ukuran pada pemantulan β(λ) pada sampel untuk tiap panjang gelombang λ (yakni untuk setiap warna spektral pada jenis cahaya tertentu). Hasilnya adalah sebuah kurva baru, fungsi stimulus warna φ(λ). Pada tahap kedua nilai fungsi stimulus warna dikalikan dengan fungsi penyesuaian warna X ( λ), Y ( λ) dan Z (λ) Ini menghasilkan tiga kurva baru.

92 63 Pada akhirnya, dengan menggabungkan dan mengalikan dengan faktor normalisasi, nilai tristimulus X, Y dan Z dihitung dari area dibawah kurva tersebut dengan penggabungan, yang membuat ini mungkin untuk menjelaskan dengan tepat mengenai warna yang diukur. Gambar Proses menggabungkan dan mengalikan dengan faktor normalisasi, nilai tristimulus X, Y dan Z 6.6. Perbedaan warna E Dua perbedaan warna adalah ukuran jarak antara dua lokasi warna dalam ruang warna (contoh perbedaan lembaran yang dicetak dan yang asli). Dalam bab Sistem klasifikasi warna, diterangkan ruang warna CIE. Tetapi ruang warna ini mempunyai satu kekurangan yang pokok: Tidak untuk semua warna mata manusia melihat perbedaan lokasi warna pada nilai yang sama.

93 64 MacAdam, seorang warga Amerika, mempelajari fakta ini selama serangkaian tes yang panjang, menganalisa dan mengilustrasikan hasilnya. Ilustrasi yang diperlihatkan disebut dengan elips MacAdam dalam perluasan sepuluh kali lipat. Ketika ruang warna CIE adalah tiga dimensi, elips akan benar-benar elips, yakni, elips yang bentuknya tiga dimensi. Ukuran elips ini adalah ukuran untuk batas ambang persepsi pada deviasi warna (masing-masing dilihat dari pusat elips dan untuk corak masing-masing). Gambar Elips MacAdam Sistem ini sehingga kegunaannya tidak praktis dalam evaluasi perbedaan warna, ketika ia menyatakan bahwa toleransi yang dapat diterima berbeda untuk setiap corak. Guna meyakinkan dan kalkulasi yang kuat pada perbedaan warna, ruang warna dibutuhkan dimana perbedaan warna yang dilihat sama mempunyai nilai numerik yang sama. CIELAB dan CIELUV adalah dua sistem semacam ini, ia dikembangkan dengan transformasi matematika dari ruang warna CIE. Melalui transformasi ini, elips MacAdam pada ukuran yang bervariasi dipetakan ke dalam bidang yang ukurannya hampir sama. Dalam hal ini, mata manusia melihat perbedaan warna yang sama untuk semua warna yang hampir sama. Di tahun 1976, ruang warna CIELAB dan CIELUV, adalah yang paling umum digunakan dalam industri percetakan, dimana ini telah distandarisasi pada basis internasional.

94 65 Gambar Lokasi poros pada ruang warna CIELAB Ilustrasi ini memperlihatkan lokasi poros/sumbu a * - dan b * - pada ruang warna CIELAB dalam tabel warna x-y. Ruang warna lainnya seperti sistem CMC dan ruang warna Munsell, juga digunakan di Amerika Serikat.

95 CIELAB Ruang warna CIELAB adalah yang paling sering digunakan untuk mengukur bentuk warna (tinta cetak), sebagai contoh, dalam mempersiapkan rumus tinta atau untuk kontrol kualitas dalam mencetak. Sifat warna dan penjenuhan warna digambar pada poros/sumbu a * dan b *. Sumbu a * bergerak/berjalan dari - a * (hijau) ke +a * (merah), sumbu b * dari -b * (biru) ke +b * (kuning). Sumbu pencahayaan L * bergerak dari 0 (hitam, di bawah/dasar) ke 100 (putih, di atas), lihat gambar Gambar 2.65 memperlihatkan ruang warna CIELAB untuk membentuk warna. Ketika ia merupakan hasil dari transformasi, bentuk/modelnya berbeda dari ruang warna CIE itu. Demikian juga, bentuk setiap level pencahayaan berubah dengan L *. Gambar Sifat warna dan penjenuhan warna digambar pada poros/sumbu a * dan b * Gambar Ruang warna CIELAB untuk membentuk warna.

96 67 Dalam gambar 2.66 bagian silang/melintang melalui ruang warna CIELAB diperlihatkan untuk membentuk warna pada level pencahayaan L * = 50. Penurunan skala area hijau dan perlusan area biru dapat dilihat dengan jelas. Gambar bagian silang/melintang melalui ruang warna CIELAB untuk membentuk warna pada level pencahayaan L * = 50 Bagi pengguna dalam prakteknya, ilustrasi skematik khususnya berguna. Contoh : Pre-set reference Measured location of colour L* a* b* L * = 75,3 artinya bahwa ini merupakan lokasi warna terang/cerah yakni antara kuning dan merah dengan a * = 51,2 dan b * = 48,4. Contoh yang diberikan ini sehingga kuning-merah cerah atau oranye. Hasil: lokasi referensi pada warna sebelum pengaturan dan loaksi yang diukur pada perbedaan warna.

97 68 Gambar Level pencahayaan L * = 75,3 dengan a * = 51,2 dan b * = 48,4 Sesuai/menurut penampakannya, perbedaan lokasi warna dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Ketika transformasi yang digunakan tidak linier, sifat beraturan ruang warna CIE tidak dapat siap diterapkan pada ruang warna CIELAB. Satu argumen dalam hal penggunaannya adalah aplikasinya yang diterima di seluruh dunia.

98 CIELUV Ruang warna CIELUV juga diperoleh melalui transformasi dari ruang warna CIE tetapi menggunakan rumus lainnya daripada yang sebelumnya. Tiga sumbu koordinat ditunjukkan dengan L *, u * dan v *. Ketika ruang warna CIELUV dan CIELAB adalah hasil transfromasi yang berbeda, keduanya juga berbeda dalam bentuk/modelnya. Keduanya digunakan untuk membentuk warna (lihat gambar 2.68). Gambar Tiga sumbu koordinat ditunjukkan dengan L *, u * dan v * Gambar bagian silang/melintang melalui ruang warna CIELUV untuk membentuk warna pada level pencahayaan L * = 50 Gambar memperlihatkan bagian silang/melintang melalui ruang warna CIELUV untuk membentuk warna pada pencahayaan L * = 50. Area hijau dalam ruang warna CIELUV diletakkan lebih dekat ke pusat daripada dalam ruang warna CIELAB; terlebih lagi, area biru lebih luas.

99 70 Ruang warna CIELUV sering digunakan untuk evaluasi warna pada monitor warna (contoh pada scanner komputer). Kelebihannya terletak pada linieritas transformasi sehingga semua regularitas ruang warna CIE tetap tidak berubah. (Ini bukan kasus dengan ruang warna CIELAB) CIELCH Istilah CIELCH digunakan ketika koordinasi polar C (jarak dari inti) dan h (sudut) digunakan pada koordinat Cartesian a, b, atau u, v pada ruang warna CIELAB atau CIELUV. CIELCH juga tidak/bukan ruang warna tambahan. Untuk CIELUV, penghitungannya sama. Berikut ini adalah representasi skematik dengan lokasi ukuran L * = 75,3, C * = 70,5, h * = 43,4 0 Gambar representasi skematik dengan lokasi ukuran L * = 75,3, C * = 70,5, h * = 43, CMC CMC, sebuah evaluasi perbedaan lokasi warna berdasarkan pada ruang warna CIELAB, yang dikembangkan di Inggris pada tahun 1988 oleh The Colour Measurement Commitee of the Society of Dyers and Colourists (CMC). Ia tidak menjelaskan persepsi deviasi warna (seperti CIELAB atau CIELUV), tetapi diterima oleh para pengamat. Secara umum, deviasi warna yang mendekati sumbu pencahayaan dilihat lebih mengganggu daripada deviasi warna dalam warna-warna yang dijenuhkan. Demikian juga, deviasi dalam kroma (penjenuhan) lebih siap tahan daripada di dalam sudut corak warna. Ilustrasi ini menunjukkan prinsip yang mendasari evaluasi CMC pada perbedaan lokasi warna dalam ruang warna CIELAB. Setiap elips memperlihatkan lokasi dengan perbedaan lokasi

100 71 warna konstan sesuai dengan rumus CMC berkenaan dengan pusat lingkaran (referensi lokasi warna). Ini dapat dilihat dengan jelas bahwa elips tersebut (jarak toleransi dalam ruang warna CMC) lebih kecil pada area akromatik daripada pada daerah yang penjenuhannya lebih tinggi. Dalam hal ini modelnya seperti deviasi yang dapat diterima pada sudut corak lebih kecil daripada dalam kroma (penjenuhan). Elips ini juga menjadi mungkin bagi setiap orang untuk menilai evaluasi deviasi dalam pencahayaan dan corak. Penilaian ini dibuat diartikan dengan faktor berat l dan c (l adalah faktor berat pencahayaan; c untuk corak adalah sama dengan 1). Industri tekstil sering mengoperasikan dengan rasio faktor berat 1 : c = 2 : 1, ini artinya bahwa deviasi dalam pencahayaan akan dua kali seperti yang dapat diterima pada deviasi dalam corak warna. Rasio ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan penerapan dalam pertanyaan. Sebagai hasilnya, nilai untuk perbedaan lokasi warna adalah signifikan dan dapat dibandingkan hanya yang berhubungan dengan faktor-faktor berat. Gambar Elips untuk menilai evaluasi deviasi dalam pencahayaan dan corak

101 Munsell Munsell mengembangkan sebuah sistem klasifikasi warna dengan perbedaan lokasi yang sama jauhnya seperti di tahun Dalam sistem ini, warna-warna disusun sesuai dengan corak, terang dan kroma. Basis corak adalah merah, kuning, hijau, biru dan ungu. Sistem ini dipublikasikan pada tahun 1915 sebagai Munsell Book of Colour untuk 40 corak, terang jenis C dan kecemerlangan. Gambar sistem klasifikasi warna Munsell Lima corak warna dasar dibagi lagi menjadi 100 corak bahkan angkanya masing - masing mempunyai 16 kroma dan 10 level terang. Ilustrasi ini menunjukkan bagian silang pada bentuk warna untuk 40 corak. Hasilnya adalah bentuk warna yang ireguler untuk beberapa warna yang sama dan nilai pencahayaan tidak semua bidang tertutupi. Gambar Koordinat Munsell tidak dapat diubah menjadi koordinat CIE Sistem mengenai klasifikasi warna lebih jauh lagi adalah kartu warna DIN (DIN 6164), the Natural Colour System (NCS)/Sistem Warna Alami, sistem OSA (the Optical Society of America)/Komunitas Optik Amerika dan sistem desain RAL (RAL-DS).

102 Metode Tristimulus Konstruksi colorimeter tristimulus serupa dengan densitometer. Sehingga tiga filter warna merah, hijau dan biru dan filter visual, kombinasi filter digunakan dimana meniru fungsi menyesuaikan tiga warna x, y dan z. Colorimeter tristimulus, bagaimanapun juga, mempunyai ketelitian pengukuran mutlak yang lebih kecil daripada spectrophotometer karena, aturannya, keduanya fungsi penyesuaian warna dapat ditiru kecuali yang memenuhi standar penyinaran yang tersedia. Keduanya cocok, bagaimanapun juga, untuk menentukan perbedaan warna karena dalam hal ini nilai mutlaknya tidak harus diteliti. Demikian pula, alat tristimulus lebih murah daripada spectrophotometer. Bidang pengukuran disinari dengan sebuah lampu yang mempunyai komposisi spektral mendekati dengan penyinaran standar. Dalam contoh kita, cyan adalah yang diukur. Pemantulan spektral diukur dengan memakai tiga kombinasi filter yang berbeda, dan nilai tristimulus X diukur di belakang filter (merah), nilai tristimulus Y di belakang filter (hijau) dan nilai tristimulus Z di belakang filter (biru). Setelah pengukuran nilai tristimulus dapat diubah menjadi ruang warna (CIELAB atau CIELUV) dimana perbedaan warna terlihat sama jauhnya. Gambar Prinsip pengukuran (menyangkut) three-range photometer

103 Pengukuran warna spektral Dalam proses mengukur spektral spektrum yang dapat dilihat semuanya dari 380 hingga 780 nm diukur. Cahaya yang dipantulkan dari tinta cetak dipisah menjadi komponen-komponen spektralnya dengan memakai kisi difraksi dan diukur dengan sebuah aturan sensor. Tergantung pada keakuratan yang diminta, identitas cahaya yang masuk diukur dalam tahap nanometer satu, lima atau sepuluh. Nilai tristimulus X, Y dan Z dihitung dari pemantulan yang diukur. Dalam hal ini, fungsi penyesuaian warna, disimpan dalam komputer. Ketika fungsi ini tidak butuh untuk disimulasikan oleh filter, keakuratan mutlak pada spectrophotometer sangat tinggi. Namun, harganya lebih mahal daripada tristimulus colorimeter. Terpisah dari keakuratannya yang mutlak tinggi, satu keuntungan utama pada pengukuran warna spektral adalah fakta bahwa spectrophotometer dapat membaca/mencatat nilai tristimulus untuk semua jenis standar cahaya dan pengamat secara praktis, jika nilainya disimpan dalam komputer. Terlebih lagi, alat ini dapat menghitung kekentalan warna untuk semua standar filter. Sejauh ini pengukuran spektral telah diterapkan di hampir semua industri tinta. Dalam penggulungan tinta, pembuat tinta seharusnya patuh/memenuhi dengan ketat terhadap target yang diberikan. Hal ini sangatlah penting dalam standarisasi tinta (Euroscale), tetapi juga dalam tinta HKS dan semua penggulungan khusus. Dalam kasus-kasus tersebut, bahan percobaan diukur dengan spectrophotometer, dan rasio campuran untuk tinta cetak dihitung pada komputer personal dengan program tinta. Sebelumnya tidak mungkin untuk membuat penggunaan spectrophotometer menjadi optimal dalam toko-toko cetak. Harganya sangat mahal dan susah dipakai, dan tidak mungkin untuk menggunakan alat itu secara langsung untuk memproses warna. Sehingga hanya digunakan untuk mengukur tinta tertentu dan menguji bahan-bahan (seperti persediaan cetak dan tinta). Alat ini tidak penting untuk kontrol kualitas dalam mencetak Prinsip pengukuran pada kualitas kontrol spektral Heidelberg CPC 21 Di DRUPA 1990, Heidelberg pertama kali dan satu-satunya yang mempersembahkan/menghasilkan unit pengukuran spektral untuk percetakan offset secara langsung dihubungkan dengan mesin cetak offset melalui kontrol warna jarak jauh otomatis CPC 1: unit pengukur CPC 21. Selama proses pengukuran, ujung pengukuran men-scan kepingan kontrol cetak, membuat pengukuran spektral pada semua elemen kontrol. Secara alternatif, penyinaran standar A, C, D50 atau D65 dan pengamat standar 1931 dan 1964 dapat digunakan.

104 75 Gambar Prinsip pengukuran CPC 21 Pertama, penyinaran diarahkan/diteruskan ke sampel cetak melalui ring catoptric pada sudut yang muncul Cahaya yang dipantulkan pada sudut 0 0 diteruskan melalui kaca defleksi dan cahaya optik fiber memandu dari ujung pengukuran hingga ke spectrophotometer. Terdapat pemisahan/pembelahan menjadi warna-warna spektralnya dengan memakai kisi difraksi yang mempunyai sebuah efek sejenis dengan prisma. Photodiode mengukur distribusi radiasi pada keseluruhan spektrum yang dapat dilihat (antara 380 dan 730 nm) dan mengirim hasilnya ke komputer. Nilai warna yang diukur dievaluasi secara colorimeter; hasilnya diberikan dalam nilai tristimulus X, Y dan Z dan koordinat kromatik x, y dan Y. Nilai ini dapat diubah pada ruang warna CIELAB ataupun pada CIELUV. Setelah nilai yang diukur dibandingkan dengan nilai referensi sebelumnya (memperhitungkan toleransi E yang diperbolehkan sebelum penyetelan), modifikasi yang diminta dipancarkan melalui CPC 1 menuju pipa/saluran tinta pada unit cetak dimana saluran ini terealisasi dengan segera Cetakan percobaan dan kepingan kontrol warna Kepingan warna cetakan percobaan Off-press tonal proof digunakan daripada press proof. Alasannya adalah bahwa alat ini lebih murah dan dapat diproduksi dengan cepat daripada press proof. Terdapat perbedaan metode, semuanya beroperasi tanpa tinta cetak offset. Namun, bahan-bahan pewarna pada bahan percobaan (yakni toner) dan tinta cetak offset berbeda dalam komposisinya.

105 76 Gambar Kepingan control warna Heidelberg telah mengembangkan kepingan kontrol khusus (lihat gambar 2.76). Ia mempunyai kepingan yang padat pada warna hitam, cyan, magenta dan kuning ditambah satu kepingan halftone dengan 70% area tertutupi per warna, elemen-elemen pemasangan tinta dan bidang abu-abu terdiri dari 70% cyan, 60% magenta dan 60% kuning. Dalam hal ini terdapat elemen interface untuk pencatatan otomatis pada nilai referensi pada CPC 21. Ketika elemen ini telah ditetapkan, semua elemen pengukuran akan direkam/dicatat. Pada basis ini, nilai yang diukur dapat disimpan sebagai nilai referensi Kepingan kontrol warna Kepingan kontrol warna untuk mengukur spektral dengan CPC 21 juga telah dikembangkan oleh Heidelberg dan terdiri dari elemen-elemen pengukuran yang sama sebagai kepingan cetakan percobaan (kecuali untuk elemen interface). Dalam hal ini, tersedia elemen-elemen pengukuran yang ditunjukkan untuk kepingan standar. Heidelberg menawarkan tiga kepingan kontrol warna yang berbeda: kepingan kontrol cetak jenis 4 GS (Gray filed and Solid control) untuk empat tinta cetak, kepingan kontrol cetak jenis 6 GS untuk lima dan enam tinta cetak dan kepingan kontrol cetak jenis 8 GS untuk tujuh dan delapan tinta cetak. Data pada kepingan kontrol warna dan kepingan kontrol cetak ini pada unit pengukuran densitometric yang lebih kuno CPC 2-01 disimpan dalam CPC 21. Pengguna juga dapat memasukkan kepingan kontrol cetak tambahan dengan tangan. Gambar Kepingan kontrol warna untuk mengukur spektral dengan CPC 21

106 Kontrol warna dengan Heidelberg CPC 21 CPC 21 menawarkan tiga jenis kontrol tinta: - kontrol colorimetric pada basis bidang abu-abu - kontrol colorimetric pada basis bidang halftone atau bahan padat - kontrol densitometric pada basis bidang halftone atau bahan padat Kontrol colorimetric dengan bidang abu-abu Keseimbangan warna merupakan kriteria yang menentukan terhadap kesan optik pada gambar yang dicetak. Kesalahan/kegagalan dalam keseimbangan warna akan terlihat jelas khususnya dalam bidang abu-abu. Sehingga dalam hal ini, sepertinya sensitif untuk menggunakan bidang abu-abu sebagai pengukuran yang berdasarkan pada sifat juga untuk memonitor dan mengontrol stabilitas proses mencetak. Colorimetric secara ideal tepat untuk hal ini. Tinta cyan, magenta dan kuning hendaknya dikontrol secara colorimetric pada basis bidang abu-abu (jika memungkinkan dengan kepingan sifat tiga perempat). Sebagai nilai referensi, dapat digunakan baik dalam standar biasa dan nilai dari kepingan kontrol percetakan cobaan. Gambar Tampilan monitor CPC 21 Gambar 2.78 memperlihatkan tampilan monitor CPC 21. Lokasi warna referensi diperlihatkan dalam latar/bidang a-b pada kiri atas. Dalam contoh kita ini ditempatkan di tengah, yakni pada sumbu abu-abu. Pusat ilustrasi ini memperlihatkan suatu perluasan di sekitar lokasi warna referensi. Tiga lingkaran menandakan garis tiga toleransi E kelas dekat, medium dan

107 78 luas. Sumbu pencahayaan diletakkan di dekat garis kanan pada layar juga mengarah pada lokasi warna referensi. Disini, juga, tiga toleransi ditandai. Masing-masing lintasan menandai catatan. Dalam contoh yang diperlihatkan berikut ini, lokasi warna yang diukur pada zona warna menyimpang menuju kuning-hijau dan lebih terang. Jika deviasinya lebih luas dari toleransi E yang diberikan, unit pemrosesan akan menghitung secara otomatis pembenaran/koreksi yang diperlukan untuk cyan, magenta dan kuning. Dalam hal ini untuk pencatatan spektral pada bidang abu-abu, kepingan padat warna tunggal dan kepingan halftone pada cyan, magenta dan kuning juga pada pencatatan spektral pada kepingan superimposition padat yang dievaluasi. Dalam hal ini, semua faktor yang relevan dimasukkan menjadi pertimbangan. Koreksi dalam mencetak akan secara otomatis dibuat melalui unit kontrol cetak CPC Kontrol colorimetric dengan bidang padat Kontrol bidang padat colorimetric secara umum dilebihkan untuk warna hitam dan untuk warna-warna khusus. Hitam adalah warna yang terutama mempunyai efek pada kecemerlangan/terang. Karena mata manusia cenderung lebih siap mentoleransi deviasi pada kecemerlangan/terang daripada deviasi kroma, hitam dapat dikontrol pada basis bidang padat. Pengalaman telah menunjukkan bahwa pengaruh hitam pada keseimbangan warna juga memadai untuk dihitung. Warna-warna tambahan dicetak sebagai/seperti area padat dan terisolasi. Ini, sehingga pantas dan benar untuk memantaunya pada basis bidang padat. Tetapi kontrol kepingan padat dan pengukuran spektral serta pengevaluasian colorimetric mempunyai kelebihan yang pokok/penting terhadap kontrol kekentalan: yakni dapat diketahui dengan tepat/seksama bahwa corak warna sebelum dicetak dapat dicapai. Terlebih lagi, lokasi warna referensi dapat dimasukkan sebagai nilai numerik maupun sebagai pengukuran contoh/bahan percobaan. Hal ini tidak memungkinkan dalam pengukuran kekentalan warna. CPC 21 mengindikasikan setelah pengukuran pertama bahwa lokasi warna referensi dapat atau tidak dicapai dengan warna spesifik. Jika tidak, hasil/output nya adalah perbedaan lokasi warna yang diharapkan E possible.

108 79 Gambar Output monitor CPC 21 Gambar 2.79 memperlihatkan output monitor CPC 21 dalam pengukuran bahan padat. Pada kiri atas, lokasi warna referensi dalam bidang a-b ditandai. Pusat perluasan di tengah monitor menandai lokasi warna dengan perbedaan lokasi warna yang mungkin paling kecil E possible dari lokasi warna referensi, yakni, lokasi warna terbaik yang dapat dihasilkan dengan warna yang dipilih. Lokasi warna referensi teoritis ditandai dengan sebuah lingkaran (dalam gambar 2.79 diperlihatkan sumbu merah di sebelah kanan sumbu kuning). Jika terdapat deviasi dalam kelebihan toleransi yang diberikan/dibolehkan, maka modifikasi yang diperlukan akan dihitung lagi. Catatan spektral pada bahan padat warna tunggal dan kepingan halftone warna tunggal digunakan dalam penghitungan Kontrol densitometric dengan bidang padat Sebagai tambahan untuk data colorimetric, spectrophotometer dapat juga menentukan nilai kekentalan untuk semua filter warna. Sebagai sebuah bantuan bagi para pengguna, sehingga Heidelberg CPC 21, juga menyediakan nilai kekentalan warna yang tidak bergantung pada jenis kontrol. Khusus untuk pesanan yang berulang, dimana nilai kekentalan warna telah dihitung, kontrol kekentalan bahan padat dapat menjadi sebuah alternatif Kelebihan colorimetric untuk percetakan offset Sebagai kesimpulan, sebuah survei mengenai kelebihan yang esensi/penting pada colorimetric bagi percetakan offset adalah:

109 80 - Pencatatan pengukurannya sesuai/cocok dengan persepsi subyektif pada warna yang mungkin atau yang dikehendaki. - Colorimetric adalah suatu teknik evaluasi warna yang tidak bergantung pada proses cetak dan dapat digunakan di seluruh proses mencetak dari tahapan sebelum cetak melalui semua tahapan cetakan percobaan, dan akhirnya, untuk kontrol kualitas. - Nilai referensi colorimetric dapat juga diberikan sebagai nilai numerik. Tersedia sebuah interface untuk unit sebelum cetak. - Nilai referensi colorimetric dapat diambil dari bahan percobaan/contoh - Hanya dengan colorimetric yang mungkin untuk mengatur warna secara obyektif. - Colorimetric memungkinkan untuk mengontrol warna yang berhubungan dengan gambar (contoh dengan memakai bidang abu-abu) tanpa prosedur kalibrasi/penyesuaian warna tertentu dan tanpa nilai yang tersimpan. - Dengan memakai colorimetric, semua tinta, bahkan tinta khusus yang sangat terang, dapat dikontrol dengan benar dan konsisten. - Dot gain dideteksi dengan pengukuran warna spektral sekalipun tinta khusus digunakan. - Kontrol dalam menjalankan produksi akan lebih aman karena perubahan pada persediaan cetak, kesuburan tinta dan metamerisme dapat dideteksi semua. - Cetakan halftone dengan empat warna atau lebih dapat juga dikontrol dengan sangat meyakinkan. - Kualitas cetak dapat ditetapkan dan diverifikasi dengan lebih baik, dan terdapat sebuah pengukuran untuk deviasi warna yang tidak bergantung pada corak warna. - Pengukuran warna spektral membuat perkembangan model kontrol warna yang lebih baik menjadi hal yang memungkinkan. - Industri percetakan akan menyesuaikan dengan prinsip pengukuran warna sekarang ini yang digunakan di seluruh industri pewarna. - Densitometry merupakan bagian integral pada pengukuran warna spektral - Kecenderungan terhadap penggunaan lebih dari empat tinta dicatat - Colorimetric juga membuat alat ini mungkin untuk membandingkan secara obyektif bagian pada gambar yang dicetak dengan yang asli.

110 BAB III PEKERJAAN DESAIN HINGGA BENTUK FILE SIAP FILM 1. Peranan Desainer Grafis dalam Produksi Cetak Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari keterlibatan seni. Perkembangan seni itu sendiri seiring dengan perjalanan peradaban manusia. Peranan seni dalam kehidupan yang semakin modern sangat dibutuhkan. Sentuhan seni yang mendalam dapat menjadikan sesuatu menjadi lebih indah, berarti, dan sangat bernilai. Naluri manusia akan menjadi lebih manusiawi jika seni ditempatkan sebagai anugerah Tuhan yang maha agung. Benda-benda yang digunakan atau dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, misalnya pakaian, rumah, barang cetakan, alat transportasi, dan lain-lain, kesemuanya dibuat dengan melibatkan pertimbangan-pertimbangan seni. Seni merupakan kegiatan kreatif manusia untuk manusia yang dalam penciptaan atau perwujudannya dapat secara individual atau diperlukan orang lain. Hasil karya itu bersifat sosial ketika hasil karya seni tersebut dinikmati oleh khalayak. Seni rupa yang merupakan cabang dari seni yang membutuhkan tempat dan tahan akan waktu, di dalam perwujudannya memakai medium, yaitu : a. DwiMatra, meliputi: seni lukis, seni dekorasi, seni ilustrasi, seni reklame, dan seni grafis. b. TriMatra, meliputi: seni patung, seni kerajinan, dan seni arsitektur. Proses kreatif seorang seniman, khususnya seniman grafis sangat dibutuhkan untuk dapat menghasilkan suatu produk yang dapat memuaskan keinginan konsumen. Hal ini sesuai dengan manfaat bidang ilmu grafika. Pada perkembangannya seorang ilustrator yang dengan kelihaian tangannya menggambar atau melukis diatas media kertas, kain, kanvas atau yang lainnya akan lebih maksimal ketika dapat mengekplorasi kreativitasnya melalui media komputer. Ilustrator adalah sebutan untuk orang yang mempunyai keahlian membuat ilustrasi. Fenomena seperti ini menjadi sebuah kebutuhan industri grafika masa depan. Dengan kemampuan multi talenta, seorang ilustrator dapat mengkolaborasikan seni murni menjadi seni terapan yang harus dikomunikasikan kepada khalayak sebagai media massa. Ilustrator yang baik akan mencoba memahami dengan seksama, visi, misi, dan tujuan serta fungsi dari barang cetakan yang akan di produksi. Sehingga produk yang dihasilkan mencerminkan kesatuan harmonis antara ilustrasi dan isi, yang pada gilirannya barang cetakan tersebut dapat diterima oleh masyarakat. Ilustrator yang 81

111 82 mempunyai kemampuan untuk dapat menuangkan keahliannya melalui media komputer disertai kemampuan teknisnya dibidang perwajahan barang cetakan dapat disebut juga sebagai seorang desainer grafis. Yang membedakan, seorang desainer grafis belum tentu pandai membuat ilustrasi sehingga belum bisa disebut sebagai seorang ilustrator. Desain berasal dari bahasa Latin, designare atau bahasa Inggris, design yang berarti rancangan. Yustiono dalam Sachari (1986 : 22), menyatakan istilah desain berasal dari bahasa Perancis, dessiner yang berarti menggambar dan kadang-kadang diartikan juga perancangan, bahkan ada kecenderungan yang menunjukkan bahwa bidang desain itu meliputi cara penanganan berbagai bidang; antara lain seni kerajinan, kekriyaan, dan teknologi. Pengertian desain bukan semata-mata mengupas persoalan gambar- menggambar dalam perencanaan total, dalam arti bukan hanya melihat perencanaan dari sudut tertentu, namun secara menyeluruh, mulai dari yang paling dasar sampai pada tahap penyelesaian. Merancang menurut Wong (1986 : 27) ialah proses mencipta rupa untuk maksud tertentu dengan pemenuhan kebutuhan penggunaannya. Dinyatakan pula bahwa karya rancang yang baik ialah ungkapan rupa yang sebaik-baiknya, sari pati sesuatu, entah sesuatu itu pesan atau kiasan untuk membuatnya tepat dan skill seorang perancang harus mencari cara terbaik agar sesuatu itu dapat dibentuk, dibuat, disebarkan, digunakan, dan dihasilkan dengan lingkungan serta mencerminkan dan memadukan selera jaman. Menurut Sachari (1986 : 53), perencanaan yang baik disesuaikan dengan tujuan untuk apa desain itu dibuat. Ada dua hal yang pokok yang perlu diamati dalam suatu perencanaan yaitu segi psikologi dan biologi. Segi psikologi yaitu pemenuhan yang berkaitan dengan rasa aman, senang, nyaman, bahagia, damai, tenteram dan sebagainya. Segi biologis yaitu pemenuhan halhal yang berkaitan dengan sentuhan indra peraba, rasa, penglihatan dan keselamatan tubuh manusia. Lebih lanjut Sachari (1986 : ) menjelaskan perencanaan yang baik didalamnya juga mencakup beberapa tahapan, yaitu : (1) tahap pertama adalah proses yang ditentukan oleh besar kecilnya ruang lingkup desain, (2) tahapan kedua menyusun program, yang didasarkan pada riset terhadap pasar untuk selanjutnya dituangkan dalam konsep atau deskripsi yang sistematis dan jelas. Tahapan penyusunan program pada prinsipnya merupakan skenario ke arah langkah-langkah desain yang hendak dilakukan, (3) tahapan ketiga merupakan tahapan yang memvisualisasikan proses dan program di atas yang berupa sketsa yang dilanjutkan dengan memberi arti fungsi, selanjutnya merangkul suatu totalitas dari pemahaman ergonomik, teknik ekonomi, dan estetikanya. Pada bagian lain Sachari (1986 : 23) menyatakan bahwa desain sebagai suatu kegiatan manusia untuk

112 83 menciptakan lingkungan dan khasanah perbendaan buatan yang diolah dari alam, khasanah ini kemudian sejalan dengan waktu yang selalu berubah dan penuh diwarnai inovasi-inovasi untuk menciptakan kehidupan budayanya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pengertian desain secara umum ialah (1) perancangan, (2) gambar rencana, (3) gambar untuk merencanakan sesuatu, (4) rancangan sesuatu karya, (5) konsep atau rancangan. Sedangkan desain dalam arti khusus ada kaitannya dengan kegunaan benda. Istilah Grafis berasal dari bahasa Yunani graphein yang berarti menulis atau menggambar. Seni (cetak) grafis merupakan penggubahan gambar bebas karya perupa menjadi cetakan, yang melalui proses manual dan menggunakan material tertentu, dengan tujuan membuat perbanyakan karya dalam jumlah tertentu ( Susanto, 2002 : 47). Dalam perkembangannya grafis diartikan sebagai penataan media komunikasi secara cetak-mencetak dengan cita rasa keindahan ( Effendy, 1989 : 154 ). Seni grafis adalah salah satu kegiatan seni rupa yang diwujudkan dalam bentuk dwimatra dan dilaksanakan dengan menggunakan bermacam medium, proses dan teknik cetak. Karya seni grafis merupakan karya yang dihasilkan melalui proses cetak yang berlandaskan pada empat macam teknik cetak; yaitu: cetak tinggi, cetak dalam, cetak datar dan cetak saring. Tanpa kehilangan nilai seninya, seni grafis dikerjakan melalui proses cetak yang dapat dibuat berulangulang sampai batas yang ditentukan, maka terciptalah karya yang berlipat ganda. Penciptaan karya seperti itu merupakan "keistimewaan" pada penciptaan karya seni grafis. Sifat lipat ganda inilah yang memudahkan penyebaran karya kepada para peminat secara meluas ( Lebih lanjut dijelaskan oleh Suparin (1986 : 2), pengertian seni grafis adalah sinonim dengan printmaking (cetak mencetak). Di dalam penerapannya, seni grafis meliputi semua karya dalam gambaran dan desain yang dibuat untuk diproduksi dengan proses cetak mencetak. Desain grafis sering disebut juga komunikasi visual, komunikasi visual tidak akan ada artinya bila hanya mementingkan unsur fungsi semata tanpa memperhatikan unsur-unsur keindahan yang menjadikan desain menjadi lebih menarik dan berkesan. Penerapan elemen-elemen visual serta prinsip-prinsip desain yang baik dapat menghasilkan suatu karya grafis yang menarik, nikmat dipandang, tampil menyolok, dan berkesan. Bentuk karya desain komunikasi visual tersebut dapat berupa pamflet, leaflet, iklan, brosur, logo, desain perangko, kartu ucapan, cover buku, cover majalah, cover tabloid, kemasan, dan sebagainya. Sebagai penentu keindahan dari desain komunikasi visual diperlukan pemahaman tentang pentingnya elemen dan prinsip desain, sehingga dapat dihasilkan karya yang memenuhi persyaratan estetika.

113 84 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa desain grafis adalah proses mencipta rupa untuk maksud tertentu yang disampaikan melalui media komunikasi secara cetak-mencetak dengan cita rasa keindahan. Dapat dijelaskan pula karya desain grafis merupakan salah satu kegiatan seni rupa yang diwujudkan dalam bentuk dwimatra dan dilaksanakan dengan menggunakan bermacam medium, proses dan teknik cetak serta dapat dijadikan sebagai penataan media komunikasi yang dapat dibuat secara berulang-ulang sesuai jumlah yang ditentukan. Sebuah karya desain grafis yang baik harus memenuhi unsur-unsur visual dan prinsip-prinsip desain sehingga mengandung nilai-nilai estetis dan dapat membangkitkan pengalaman rupa yang menarik bagi pemirsa. Dijelaskan Sunaryo (2000 : 2), dalam mencipta bentuk, perupa memilih unsur-unsur rupa, memadukan dan menyusunnya agar diperoleh bentuk yang menarik, memuaskan, atau membangkitkan pengalaman visual tertentu. Oleh karena itu unsur-unsur rupa harus diatur, diorganisasikan, sehingga menjadi bentuk yang harmonis dan memiliki keutuhan yang padu. Kegiatan seorang pewajah/ desainer grafis dalam memproses suatu produk, misalnya buku, adapat diuraikan sebagi berikut : 1.1. Tugas/ pekerjaan perwajahan Perwajahan sebuah barang cetakan sangat menentukan kualitas dari barang cetakan tersebut. Perwajahan merupakan pintu masuk suatu naskah yang berisi pesan-pesan penulis yang akan disampaikan kepada pembaca dengan cara penyebaran melalui barang cetak. Peranan Gambar 3.1. Diagram alur prepress analog dan digital

114 85 pewajah (desainer grafis) merupakan gabungan antara komunikasi dan kreasi. Sifat dari hasil karya seorang pewajah adalah sedikit berbeda dengan sifat hasil karya seniman. Dapat dikatakan sifatnya adalah seni terapan bukan semata-mata seni yang murni sebagai contoh pelukis, pemahat, dan sebagainya. Seorang pewajah tidak sebebas seperti rekan-rekan seniman didalam menciptakan hasil karyanya. Untuk mulai bekerja perlu mengingat keterbatasan yang ada, antara lain : 1. Keterbatasan sarana produksi, antara lain : mesin cetak, mesin reproduksi film, mesin/alat yang terdapat di dalam unit penyelesaian/ penjilidan. Keterbatasan yang dimiliki oleh setiap sarana produksi ini tidak lepas dari seorang pewajah di dalam menyiapkan desain/ rencana wajah. Misalkan untuk menentukan ukuran bersih buku perlu melihat maximum format mesin cetak untuk ekonomis dan efisiennya suatu pekerjaan, tanpa meninggalkan segi estetis suatu ukuran barang cetak. 2. Keterbatasan bahan, dalam menentukan ukuran barang cetak disamping memperhatikan segi estetisnya juga ukuran kertas plano kertas yang akan digunakan perlu menjadi pertimbangan. Demikian pula halnya dengan bahan yang lainnya, misalnya tinta cetak, bahan-bahan penjilidan, dan sebagainya. Banyak sedikitnya naskah tidak lepas dari pertimbangan seorang pewajah/ desainer di dalam menyiapkan suatu rencana buku. 3. Keterbatasan biaya, disini seorang pewajah/ desainer agak mengekang diri jangan sampai ide yang paling baik untuk penyajian buku sampai berhenti untuk tidak dapat dilanjutkan proses produksi disebabkan keterbatasan biaya. Sehingga peran seorang pewajah sangat penting untuk menciptakan ide penyajian sebaik mungkin disesuaikan dengan biaya yang tersedia/ diperkirakan. Dengan demikian rencana yang disiapkan menjadi tidak sia-sia. 4. Keterbatasan fungsi/ tujuan penggunaan, salah satu contoh kita ambil buku, kita ketahui bahwa fungsi buku adalah sebagai suatu sarana komunikasi. Dengan demikian seorang pewajah akan berusaha membuat rencana penyajian sedemikian rupa agar nantinya buku akan lebih efektif lagi sebagai sarana komunikasi termasuk aspek estetika. Dalam hubungannya dengan fungsi ini perlu seorang pewajah melihat siapa calon pembaca buku ini nantinya, anak-anak, orang dewasa dan seterusnya. Tujuan penggunaan buku juga tidak lepas dari pikiran seorang pewajah di dalam menyiapkan rencana wajah buku. 5. Keterbatasan waktu, disini jelas perbedaannya dengan rekan seniman yang menyiapkan suatu hasil seni, misalkan lukisan dan sebagainya dimana unsur waktu disini tidak mutlak

115 86 harus diperhatikan. Lain halnya dengan seorang pewajah unsur waktu disini penting. Keterbatasan waktu yang disediakan menjadi pedoman dalam menyelesaikan pekerjaannya. Tidak dapat dengan menunggu ide/ gagasan yang tidak pernah muncul sedang bagian produksi dan pemesannya menunggu pekerjaannya. Di dalam memulai pekerjaannya, seorang pewajah perlu mempunyai pedoman kerja agar diharapkan tidak keluar dari rel. Pedoman ini merupakan urutan/ tahapan pemikiran agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan sebaiknya. Secara singkatnya pedoman ini adalah kita singkat dengan 3F, yaitu function, format, dan frame. a. Function (fungsi) Waktu akan menyiapkan rancangan, perlu seorang pewajah mengetahui dahulu fungsi dari barang cetak tersebut dengan mendapatkan informasi yang lengkap dari penerbit maupun redaksi. Misalkan buku, buku untuk pembaca yang mana dan sifat penerbitannya. Hal ini penting untuk diketahui sebelum seorang pewajah memilih jenis huruf, korps huruf, panjang susunan, ukuran buku, jenis kertas, penyiapan sampul, ilustrasi, untuk membuat rancangan penyajian yang seefektif mungkin sebagai sarana komunikasi. Buku yang akan dipasarkan/ dijual desain sampul yang menarik sangat penting. Sebab di dalam proses komunikasi, sebelum terjadi proses komunikasinya perlu ditimbulkan dahulu daya tarik pada sarana komunikasinya. Setelah tertarik, buku akan dibuka dan disajikan suatu susunan pagina, tata letak yang mengikat dan diharapkan dengan demikian akan terjadi proses komunikasi yang lancar antara pengarang dan pembaca. b. Format (ukuran) Tahap berikut setelah fungsi adalah menentukan format (ukuran). Di dalam menentukan ukuran buku misalnya disamping segi keindahan, ukuran barang cetak sebagai daya tarik tersendiri. Hal ini juga tetap memperhatikan keterbatasan-keterbatasan diatas. c. Frame (bingkai) Perwajahan di dalam tugasnya adalah menyiapkan suatu rancangan penyajian sarana cetak dengan menata, memilih, membuat elemen-elemen tata letak yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengarang, penulis kepada pembaca. Berhasilnya halaman-halaman buku sebagai suatu sarana komunikasi, antara lain tergantung kepada kelihaian seorang pewajah memilih dan meneta elemen-elemen diatas

116 87 halaman buku sedemikian rupa sehingga menarik, jelas, mudah dibaca, tidak membingungkan si pembaca. Demikian juga dengan barang cetak yang lain, yaitu majalah, poster, leaflet, dan lain-lain. Berhasilnya pengungkapan jalannya cerita, pengekpresian adegan di dalam cerita antara lain dibantu dengan penyajian tata letak yang baik. Suatu hasil karangan, tulisan yang baik akan berkurang mutunya tanpa didukung oleh penyajian sarana komunikasi dengan sempurna. Tugas dari seorang pewajah adalah menata letak, elemen-elemen layout yang terdiri dari huruf, ilustrasi, dan elemen yang lain dalam suatu ruangan yang tertentu, ruangan ini adalah halaman cetak. Dapat kita bayangkan seandainya tidak adanya keteraturan dalam meletakkan elemenelemen grafis, hal ini akan berpengaruh dalam fungsinya sebagai sarana komunikasi. Untuk membuat halaman-halaman yang menyenangkan, enak dibaca, usaha kita adalah memberikan bingkai untuk mengikat elemen-lemen yang akan diatur. Bingkai ini biasanya kita sebut marse, margin, wit atau pias Visualisasi ide penyajian Proses pembuatan perwajahan ialah merangkainkan unsur-unsur tertentu menjadi suatu susunan yang menyenangkan dan juga mencapai suatu tujuan. Untuk itu harus dirancang dengan seksama. Tidak ubahnya pekerjaan seorang arsitek bangunan, untuk mewujudkan gagasan/ kreasinya perlu merancang bagaimana bentuk dan tata letak bangunan tersebut, memang sifat pekerjaan perwajahan banyak kesamaannya dengan pekerjaan arsitektur hanya elemen-elemen dan porposinya serba kecil. Langkah pertama penyajian secara visual adalah proses yang menghasilkan keputusan-keputusan tentang gagasan-gagasan yang kemudian dinyatakan dengan kata-kata : - unsur-unsur yang akan dipakai - pentingnya hubungan gagasan dari unsur secra relatif - urutan penyajian Keputusan ini dipengaruhi oleh jenis produk yang dihasilkan, jenis pemakai hasil cetak (konsumen) dan tingkatan perhatian para konsumen terhadap produknya. Desainer harus menyadari semua itu, sebab hal ini akan berpengaruh, misalnya dalam komposis atau susunannya. Ada 3 (tiga) cara untuk dapat memvisualisasikan gagasan/kreasi yang masingmasing disesuaikan deangan tujuannya. Ketiga macam visualisasi rancangan ini, adalah : - Layout miniatur, layout miniatur ini dibuat dengan ukuran yang lebih kecil dari ukuran barang barang cetak sebenarnya dan mempunyai 3(tiga) keuntungan : 1. Merupakan sarana ekonomis untuk menguji berbagai rancangan tata letak

117 88 2. Dapat dikerjakan dengan cepat 3. Merangsang kreasi atau menimbulkan gagasan-gagasan lebih lanjut - Sketsa (layout kasar) Sketsa atau layout kasar merupakan kelanjutan dari layout miniatur dengan diadakan perubahan atau penyempurnaan. Coretan-coretan tebal, miring, normal dapat digunakan menandai secara kasar bentuk elemen tata letak. - Layout komprehensif Visualisasi rancangan yang lebih lanjut dan lengkap adalah layout komprehensif, dalam visualisasinya telah menunjukkan, antara lain : 1. Ukuran bersih barang cetak 2. Ruang cetaknya 3. Elemen-elemen layoutnya : huruf, ilustrasi, dan lain-lain. 4. Warna cetakan, dan 5. Tata letak elemen-elemen tersebut 1.3. Pola Tata Letak Dengan pedoman 3F yaitu function, format, dan frame selanjutnya kita akan mendapatkan halaman buku dan ruang layoutnya. Dalam menata elemen-elemen layout tadi kita perlu suatu pedoman atau pola. Gagasan 3F akan mengawali terbentuknya pola yang mencakup : ukuran bersih barang cetak, bingkai halaman (margin), lebar susunan teks, tinggi susunan teks, dan garis-garis pedoman irama tata letak Elemen-elemen Layout Dalam membawakan pesan penulis kepada pembaca kita menggunakan elemenelemen cetak yang berupa huruf (type) dan ilustrasi yang keduanya merupakan elemen layout. Berhasil tidaknya suatu pesan disampaikan kepada pembaca antara lain ditentukan oleh ketepatan kita memilih dan menata elemen tersebut. Huruf merupaklan elemen yang terpenting diantara elemen-elemen lay out yang akan kita gunakan menyampaikan pesan pesan seorang penulis, sebab deretan huruf yang membentuk kata akan membentuk kalimat mampu menyampaikan pesan secara lengkap tanpa bantuanelemen lain, misalnya ilustrasi. Dengan sendirinya seorang pewajah barang cetak perlu mengetahui dengan benar tentang elemen terpenting ini antara lain

118 89 kelompok jenisnya, korp (ukuran huruf), dan penyusunannya. Jenis atau macam huruf yang sedemikian banyaknya, dapat kita golongkan dalam 5 (lima) kelompok besar : - Jenis pokok Roman - Jenis pokok Bodoni - Jenis pokok Egyption - Jenis pokok San Serif - Jenis pokok Fantasi Sedang ukuran huruf (korp) menunjukkan besar kecilnya ukuran huruf, misalnya 6 point, 8 point dimana point adalah bagian dari ukuran, misalnya 6 point, 8 point dimana point aadalah bagian dari ukuran tipografi yang dinyatakan dengan pica dan sisero (agustin) 1 pica=12 point. Variasi gambaran dari satu jenis huruf masih dapat dibedakan lagi antara lain ada yang tebal (bold), miring (italic), normal, kapital, onderkas (lower case type), merapat (cobdensed), melebar (extended) dan seterusnya. Ini semua memberikan kesempatan kepada pewajah untuk mengekspresikan, membedakan, dan memberi tekanan kepada bagian-bagian teks. Adapun elemen yang lain adalah ilustrasi. Ilustrasi adalah hasil angan-angan yang divisualisasikan berisi informasi. Seorang pewajah ataua desainer perlu mengarahkan bagaimana sebaiknya ilustrasi disiapkan dengan mengingat tujuan dan penempatan dalam tata letaknya nanti, seandainya ilustrasi ini tidak disiapkan sendiri oleh desainer. Ilustrasi didalam barang cetak berfungsi sebagai : - elemen daya tarik - memperjelas/ menerangkan isi teks - mengisi ruang kosong untuk keseimbangan tata letak Dalam menangani ilustrasi ini seorang pewajah perlu menggarap ilustrasi tersebut, misalnya ukuran pemuatannya dalam ruang tata letak, warna dan mungkin juga efek fotografinya. Secara mendasar ada 2 (dua) macam teknik ilustrasi yaitu ilustrasi dengan teknik fotografi dan ilustrasi dengan teknik tulis atau gambar tangan. Teknik drawing atau gambar tangan, antara lain : (1) line drawings, yaitu gambar yang dibuat dengan alat pena dan tinta gambar. Gambar ini hanya bersifat hitam dan putih. Ilustrasi yang sering dikerjakan dengan teknik ini adalah jenis ilustrasi kartun, karikatur, dan sejenisnya, (2) wash drawings, gambar dengan teknik ini lebih realistik, mirip foto hitam putih. Oleh karena itu lebih mungkin digunakan daripada fotografi dan bahkan kadang-kadang dapat melebihi

119 90 keterbatasan kemampuan kamera. Gambar dengan teknik ini dibedakan menjadi dua macam yaitu: (a) tight drawings, yaitu gambar ilustrasi dengan teknik wash drawings yang lebih bersifat detail dan realistik. Gambar ini lebih mendekati karya fotografi, dan (b) loose drawings yaitu ilustrasi dengan teknik wash drawings yang lebih bersifat impresif. Ilustrasi ini biasa dipakai dalam ilustrasi fashion, (3) scratchboard yaitu ilustrasi dengan teknik ini menggunakan kertas bertekstur khusus sebagai medianya. Sedangkan alat yang digunakan adalah pena atau alat lain yang tajam dan digoreskan dengan menggunakan tinta gambar, dan (4) teknik ilustrasi yang lain, ilustrasi dengan teknik ini adalah jenis gambar ilustrasi yang banyak dijumpai di sekitar kita. Media yang dapat dipakai dalam teknik ini antara lain pensil, crayon, arang, cat minyak, dan cat air. Dengan teknik ini gambar ilustrasi dapat dibuat dengan cara gores-goresan pensil, sapuan kuas atau air brush. Ilustrasi secara teknis grafis terdiri dari dua kategori: (a) ilustrasi garis, dan (b) ilustrasi nada penuh (Penyuluh Grafika, : 12). Ilustrasi nada penuh merupakan ilustrasi hasil pemotretan, sedangkan ilustrasi garis merupakan salah satu ilustrasi yang dibuat oleh seorang ilustrator. Lebih lanjut dijelaskan berdasarkan teknik pembuatannya ilustrasi dibedakan menjadi tiga bagian yaitu : (1) ilustrasi dengan teknik gambar tangan, (2) ilustrasi dengan teknik fotografi, dan (3) ilustrasi dengan teknik gabungan (fotorepro dan gambar tangan) sebagai hasil ekspresi dan kreasi dari ilustratornya. Ilustrasi dengan teknik fotografi dapat dibedakan menjadi: (a) pengolahan di kamar gelap, (b) special effect screen, (c) pembesaran raster, (d) penggeseran raster, (f) solarisasi (dicapai cara penggabungan film positif dan film negatif), (g) pengaruh sinar terang di kamar gelap, (h) corall (pencucian yang keras/negatif yang kecil) di-afdruk sebesar-besarnya, dan (i) fotogram (gabungan dua buah klise film dengan latar belakang yang gelap). Seperti diuraikan di muka, gambar ilustrasi merupakan hasil pendeformasian bentuk faktual, yang karakteristiknya selalu mengundang rasa simpatik, menarik perhatian bahkan lucu. Maka kehadirannya merupakan cara yang efektif untuk berkomunikasi dengan si pembaca maupun di peminatnya. Fungsi utama ilustrasi adalah sebagai daya tarik untuk membangkitkan perhatian dan merangsang minat audience agar membaca pesan yang disampaikan seluruhnya.

120 91 Jadi penggunaan ilustrasi merupakan unsur vital sebagai sarana komunikasi yang efektif, karena mudak dipahami oleh semua golongan masyarakat dan tingkat usia. Mengingat keefektifannya maka ilustrasi diharapkan mampu menarik perhatian dan merangsang minat untuk membaca kesan yang disampaikan pada cerita/berita tersebut. Dengan kata lain kehadirannya diharapkan mampu menerangkan persaingan dalam menarik perhatian pembaca diantara rentetan pesan lainnya dalam suatu media yang sama. Ilustrasi yang dibuat oleh seorang ilustrator dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Ilustrasi garis Ilustrasi ini dapat ditandai dengan melihat adanya goresan-goresan berupa garis seperti misalnya yang dibuat mempergunakan pena (garis lurus, garis lengkung, garis patah, garis getar, dan sebagainya). Untuk memproduksinya pada barang cetak, digunakan klise garis dengan pemotretan tanpa raster di bagian reproduksi foto. Ilustrasi ini bisa kita jumpai pada buku-buku cerita bergambar, novel, surat kabar, dan sebagainya. Gambar 3.2. Ilustrasi Garis (dikutip dari Sukardi, 1982 : 93) 2. Ilustrasi geometris Ilustrasi geometris yaitu ilustrasi yang mempergunakan pola-pola dan gambaran yang ada dalam geometri (ilmu ukur). Seperti lingkaran, segitiga, segi panjang, bujur

121 92 sangkar, kubus, trapesium dan sebagainya. Ilustrasi geometris kubistis sering digunakan pada pekerjaan poster-poster, iklan, dan sebagainya. Gambar 3.3. Ilustrasi Bidang (dikutip dari Sukardi, 1982 : 94) Gambar 3.4. Ilustrasi Bidang (geometris) (dikutip dari Sukardi, 1982 : 97)

122 93 3. Ilustrasi bercak-bercak/ doodle Ilustrasi ini mudah ditandai dengan melihat karakteristiknya yang kelihatan spontan pada waktu pembuatannya. Wujudnya berupa bercak-bercak seperti bekas lumpur di kubangan. Bekas sapuan kuas yang spontan dapat pula dinamakan doodle. Ilustrasi bercak-bercak banyak digunakan pada buku-buku yang bersifat seni ataupun pada ilustrasi sampul buku dan sebagainya. Gambar 3.5. Ilustrasi Bercak-Bercak (doodle) 4. Ilustrasi dengan cukilan kayu (tiruan) Ilustrasi ini dibuat seolah-olah merupakan hasil cetakan dari klise kayu yang dicukil-cukil (cukilan kayu). Dengan mempergunakan bahan lem yang mempunyai sifat larut air. Gambarnya diproses halnya membatik. Gambar akan muncul seperti hasil cetakan dari cungkilan kayu, karenanya dinamakan cungkilan kayu tiruan (imitasi). Ilustrasi ini banyak dipakai dalam buku-buku sastra atau novel, magic, dan pekerjaan poster. Gambar 3.6. Ilustrasi Cukilan sebagai Klise Cetakan (abad ke-15) (dikutip dari Scheder, 1990 : 23)

123 94 5. Ilustrasi dengan Collage (kolase) Ilustrasi kolase ini dibuat dengan cara menempel-nempelkan kertas atau apa saja yang disobek, digunting atau diiris, untuk dibentuk supaya lebih menjiwai isi yang diilustrasikan. Gambar 3.7. Ilustrasi Kolase (dikutip dari Sukardi, 1982 : 96) Pembuatan ilustrasi dengan cara ini diharapkan agar dapat menjiwai isi dari apa yang akan disajikan. Juga dalam segi penghematan/ ekonomi ilustrasi semacam ini memegang peranan penting, karena dalam pengerjaannya menggunakan bahan-bahan yang semestinya terbuang dapat dipakai. Dalam penyusunan unsur-unsur visual termasuk di dalamnya ilustrasi, agar diperoleh susunan yang harmonis harus memperhatikan bagaimana kombinasi unsur-unsur rupa dipadukan. Hasil yang diharapkan adalah suatu sarana komunikasi yang efektif, hal ini menyangkut soal fungsi dan keindahan Penyajian Ilustrasi Metode-metode yang efektif dalam penyajian ilustrasi menurut Otto Kleppner (1966 : ) adalah : (1) ilustrasi dari produk itu sendiri, (2) ilustrasi produk tata letak, (3) ilustrasi penggunaan produk, (4) ilustrasi manfaat dari penggunaan produk atau kerugiannya bila tidak menggunakannya, (5) dramatisasi judul, (6) dramatisasi dari situasi tunggal,

124 95 (7) dramatisasi kejadian, (8) dramatisasi yang berurutan, (9) dramatisasi secara rinci, (10) perbandingan, (11) perbedaan yang jelas, (12) kartun, (13) karakter dari aspek perdagangan, (14) chart dan bagan, (15) phantom atau bagan berbentuk skets hantu, (16) simbol dan (17) dekorasi, ornamen, desain abstrak. Menurut Sukadi (1982 : 98) sifat-sifat penyajian/karakteristik ilustrasi dapat dijabarkan dalam tiga sifat, yaitu : (a) secara humor; humor tidak menyindir, menyentil (mengoreksi), sebagai karikatur, (b) secara reklame; sebagai perangsang, sebagai daya tarik, dan (3) secara kiasan atau perlambang. Mengenai ilustrasi sebuah cerita dapat diceritakan secara efektif dengan gaya, corak dan sebagainya baik dalam bentuk tunggal maupun berseri. Apabila sebuah cerita ilustrasi dan dipergunakan dengan baik, maka gambar ilustrasi tersebut dapat menyampaikan pesan secara langsung dan tepat mengenai sasaran, dibandingkan dengan menggunakan banyak paragraf pada teks.untuk dapat mewujudkan suatu tampilan visual, ada beberapa unsur visual yang diperlukan, antara lain : Garis Garis secara umum terdiri unsur-unsur titik yang mempunyai peran tersendiri. Adapun sifat garis secara umum yaitu garis lurus, garis lengkung, dan bersudut. Sebagai unsur visual, garis memiliki pengertian, yaitu : (1) tanda atau markah yang memanjang yang membekas pada suatu permukaan dan mempunyai arah, (2) batas suatu bidang atau permukaan, bentuk, atau warna (3) sifat atau kualitas yang melekat pada objek lanjar/memanjang. Pengertian pertama, garis merupakan garis grafis dan benar-benar nyata, bersifat konkrit. Misalkan garis yang terbentuk dari goresan kapur di papan tulis, tarikan pena di kertas, dan lain sebagainya. Garis grafis yang nyata dapat berpenampilan macam-macam, tergantung dari alat yang digunakan dan permukaan yang menerimanya. Garis dapat

125 96 berpenampilan halus dan rata, bergerigi, terputus-putus, berpangkal dan berujung tumpul atau runcing, dan sebagainya. Pengertian kedua dan ketiga, garis lebih bersifat konsep, karena hanya dapat dirasakan keberadaannya. Misalnya garis yang dapat kita rasakan karena adanya pertemuan dua buah permukaan atau bidang warna, batas keliling suatu bentuk atau sifat memanjang pada kawat, benang, dan sebagainya. Menurut Suradjijo (1985 : 53) garis dimulai dari titik ke titik, garis merupakan sebuah bekas yang dibuat oleh titik yang bergerak. Secara tidak langsung garis merupakan pernyataan gerakan. Sidik (1981: 4) menyatakan bahwa garis adalah suatu goresan atau batas limit suatu benda, masa ruang, warna dan lain-lain. Garis hanya berdemensi memanjang serta mempunyai arah dan sifat-sifat : panjang, pendek, vertikal, horisontal, lurus, melengkung, berombak dan lain-lain. Garis dalam pengertian umum adalah tanda yang berarti menunjukkan arah, gerak dan juga energi. Garis dapat disebut juga sebagai tanda yang dibuat dengan alat-alat tertentu dan ditarik memanjang. Garis yang dibuat dengan alat dan kesengajaan sehingga menimbulkan bekas tersebut, disebut garis nyata atau garis aktual. Garis yang mengesankan arah, gerak, dan juga energi merupakan garis dalam pengalaman penghayat Raut atau bangun Raut adalah pengenal bentuk yang utama. Sebuah bentuk dapat dikenali dari rautnya, apakah sebagai suatu bangun yang pipih datar, yang menggumpal padat atau berongga bervolume, lonjong, bulat, persegi, dan sebagainya. Raut juga dapat terbentuk oleh sapuansapuan bidang warna. Raut memiliki dimensi, warna, arah, dan sifat permukaan. Dimensi terkecil sebuah raut akan tampak sebagai noktah atau titik dalam bidang tertentu. Sedangkan warnanya dapat mempengaruhi kesan besaran raut. Arah atau kedudukan raut dapat tegak, miring, atau mendatar. Bagian ruang gambar yang ditempati raut disebut raut negatif, sedangkan rautnya sendiri merupakan raut positif. Lebih lanjut dijelaskan Fajar Sidik dalam Setyanto (1996 : 10), bahwa raut atau bidang dapat diartikan sebagai daerah yang luas, warna, garis atau ketiganya, dan mempunyai dimensi yang dapat diukur. Ditinjau dari segi bentuknya ada berbagai macam bidang, antara lain bidang organis, bidang geometris dalam bidang tak beraturan. Adapun variasi bidang tidak ada batasnya dari simetri ke asimetri, dari berkesan statis ke dinamis dan masih banyak lagi. Bidang bisanya dikenal sebagai penggambaran suatu objek. Namun dalam kenyatannya tergantung dari keinginan desainer/senimannya, subjek karya bersifat subyektif berasal dari inner self desainer/senimannya, yang kemudian menjadi ekspresi personal yang dapat digambarkan sebagai subjek visual.

126 Warna Warna ialah kualitas rupa yang dapat membedakan kedua objek atau bentuk yang identik raut, ukuran, dan nilai gelap-terangnya. Pengertian warna dalam fisika adalah kesan yang ditimbulkan oleh cahaya yang diterima oleh mata. Menurut Sukardi (1982 : 22) warna mempunyai arti simbolis, antara lain: warna merah berarti berani, cerah, riang; warna kuning berarti mewah, agung, luhur, jaya; warna hijau berarti harapan; warna biru berarti tenang, damai; warna hitam berarti kuat; warna putih berarti suci dan sebagainya. Warna merupakan satu dari unsur dasar yang sensitif karena kualitasnya sangat peka sekali terhadap reaksi emosional. Dengan kata lain, warna merupakan unsur ekspresif, karena kualitasnya yang mempengaruhi emosi atau mempesona secara langsung dan segera Gelap-terang Gelap terang disebut juga nada. Dalam hubungannya dengan warna, unsur gelap terang telah terkait pada dimensi value. Ungkapan gelap-terang sebagai hubungan pencahayaan dan bayangan dinyatakan dengan gradasi mulai dari yang paling putih untuk menyatakan yang sangat terang, sampai kepada yang paling hitam untuk bagian yang sangat gelap. Unsur gelap terang dimanfaatkan pada berbagai hal, misalnya : untuk kepentingan desain, untuk memperkuat kesan trimatra pada suatu bentuk, mengisi kedalaman atau ruang, dan untuk mencipatakan kontras atau suasana tertentu. Di dalam kehidupan tradisional, cahaya adalah simbol aktivitas berpikir bersih dan terang, sedangkan gelap adalah simbol sesuatu yang misterius Tekstur atau barik Tekstur atau barik ialah sifat permukaan. Sifat permukaan dapat halus, polos, kasap, licin, mengkilap, berkerut, lunak, keras, dan sebagainya. Tekstur kita rasakan melalui penglihatan maupun melalui rabaan, menurut Sahman (1993 : 62) tekstur merupakan penggambaran struktur permukaan suatu objek. Lebih lanjut dijelaskan oleh Susanto (2002 : 20) bahwa tekstur/barik identik dengan nilai raba; kualitas permukaan, seperti kulit, rambut dan bisa merasakan kasar-halusnya, teratur-tidaknya suatu objek. Tekstur dimunculkan dengan memanfaatkan kanvas, cat atau bahan-bahan lain seperti pasir, semen, kerikil, zinc white, dan lain-lain. Tekstur visual hanya pada bentuk dwimatra (Wong dalam Sunaryo, 2000 : 11), yaitu: tekstur hias, tekstur spontan dan tekstur mekanis. Tekstur hias merupakan tekstur yang menghiasi permukaan bidang dan merupakan isian tambahan yang dapat dibuang tanpa menghilangkan identitas bidangnya. Tekstur spontan adalah tekstur yang dihasilkan sebagai bagian dari proses penciptaan, sehingga meninggalkan jejak-jejak yang

127 98 terjadi secara spontan, akibat dari penggunaan bahan, alat, dan teknik-teknik tertentu. Sedangkan tekstur mekanis merupakan tekstur yang diperoleh dengan menggunakan sarana mekanis. Tekstur ini dihasilkan oleh butir-butir raster pada karya cetak, atau pada karya lukisan komputer Ruang Ruang adalah unsur atau daerah yang mengelilingi sosok bentuknya. Dalam desain dwimatra, ruang bersifat maya, karena itu disebut ruang maya. Ruang maya dapat bersifat pipih, datar dan rata, atau seolah sejuk, berkesan trimatra, terdapat kesan jauh dan dekat, yang lazim disebut kedalaman (depth). Ruang pada benda dwimatra umumnya dibatasi oleh garis bingkai yang membentuk bidang persegi atau persegi panjang, dan disebut bidang cetak, atau bidang gambar. Dalam hal tidak dibatasi, misalnya halaman sebuah surat kabar, yang menjadi ruangan ialah seluruh muka halamannya. Efektivitas ilustrasi jika disajikan secara tepat dan sesuai dengan pesan yang ingin kita sampaikan. Dalam penyusunan unsur-unsur visual tersebut, agar diperoleh susunan yang harmonis harus memperhatikan bagaimana kombinasi unsur-unsur visual dipadukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan unsur visual atau yang disebut dengan juga dasar-dasar tata letak Dasar-dasar Tata Letak dan Perwajahan Tugas selanjutnya dari seorang pewajah setelah memilih elemen-elemen layout yang mana untuk membawakan pesan/ informasi adalah menata letak elemen-elemen tersebut dalam pola tata letak yang telah disiapkannya. Hasil yang diharapkan adalah suatu sarana komunikasi yang efektif,hal ini menyangkut soal fungsi dan keindahan. Untuk mencapai hal tersebut perlu seorang pewajah (designer) mengetahui/memperhatikan keenam dasar-dasar pokok yang erat hubungannya sifat-sifat manusia untuk cenderung menghubungkan titik-titik dalam ruang. Untuk bisa mengerti manusia harus mampu menguasai dan menggunakan jarak antara satuan-satuan yang ada di dalamnya. Pembaca tidak akan mencakup hubungan antara elemen-elemen layout satu dengan yang lain tanpa diadakan pengelompokan unsur-unsur secara wajar. Adapun dasar-dasar pokoknya adalah : Proporsi Proporsi atau perbandingan menunjukkan hubungan antara : - suatu elemen dengan elemen layout yang lain - elemen layout dengan dimensi ruang layoutnya

128 99 - dimensi ruang layout itu sendiri dalam kata proporsi tercakup pula pengertian hubungan harmonis antara elemendengan elemen dan ruang layoutnya yang menyenangkan sehingga hasil akhirnya ialah wajah keseluruhan yang menyenangkan ialah hubungan antara tinggi dan lebar tidak menyolok Irama (rhythm) Irama perlu dirasakan dalam penyajian barang cetak, hal ini untuk mencapai suatu bentuk tunggal. Irama dalam barang cetak dapat kita usahakan dengan jalan : - kesamanaan pengulangan penempatan elemen layout. - Pengulangan bentuk atau ukuran elemen layout. - Pengulangan warna Keseimbangan Keseimbangan akan terjadi bila elemen-elemen ditempatkan dan disusun dengan rasa serasi atau sepadan atau dengan kata lain bila bobot elemen-elemen itu setelah disusun memberi kesan mantap dan tepat pada tempatnya. Keseimbangan ada 2 jenis : - Keseimbangan formal (simetris) - Keseimbangan informal (asimetris) Formal apabila elemen-elemen sama pada kedua belah pihak dari garis poros ruang layout. Informal apabila elemen-elemen dari berbagai bobot menjadi seimbang disekitar pusat optik ruang layout Kontras Dalam setiap bentuk komunikasi ada beberapa bahan atau gagasan yang lebih perlu ditampilkan dari pada yang lain. Seorang pembicara yang ;pandai, dapat memanipulasi suaranya, ditambah dengan gerakan tangan untuk menonjolkan gagasan-gagasannya yang ingin diminta perhatian. Dengan maksud yang sama dalam hal produk cetak kontraslah yang digunakan sebagai kekuatab dalam menyatakab sesuatu yang ingin ditonjolkan. Kontras dapat dicapai dengan mengganti ukuran, bentuk, nada dan arah Kesatuan (unity) Antara elemen-elemen tersendiri yang kesemuanta akan membentuk suatu bentuk sarana informasi visual harus ada hubungannya satu dengan yang lain dan dengan seluruh rancangan sehingga memberi kesan menjadi satu.

129 100 Gambar 3.8. Cover majalah gradasi (komposisi yang memperhatikan prinsip-prisp tata letak akan menghasilkan hasil yang memikat) Harmoni Tidaklah lengkap dalam menata letak elemen-elemen ini seandainya tidak disinggung soal harmoni. Pada waktu kita menyusun pesan tercetak perlu diperhatikan dua persyaratan penting : - tata letak harus menggambarkan sesuatu yang kuat, dipandang dari segi visual. - sementara itu komposisi keseluruihannya harus menghasilkan efek kesatuan. kontras mempunyai sifat kuat,dan kontras sendiri memerlukan variasi dalam nada serta bentuk untuk memberikan efek tekanan dan untuk menghilangkan kedataran. Bila kontras merupakan alat yang baik untuk menyusun penyajian yang dapat membangkitkan perhatian pembaca lalu apa nilai harmoni disini gunanya untuk

130 101 bertindak sebagai factor pengaman untuk mencapai keserasian seluruh rancangan penyajiannya. 2. Pekerjaan Menyiapkan Perwajahan (desain) Buku Yang perlu diperhatikan oleh seorang desainer, adalah sebagai berikut : a. mempelajari naskah yang akan digarap Setelah kita menerima naskah yang sudah siap cetak, artinya telah diadakan penyuntingan (editing) baik isi maupun bahasanya kita perlu mempelajari apakah maksud/tujuan penerbitan tersebut dan menampung keinginan editor/redaksi. Hal ini berarti kita memasuki pedoman F yang pertama dari F yaitu Fungsi. b. menyiapkan pola tata letak Sesudah F pertama dari pedoman 3F kita telaah, selanjutnya kita menginjak F yang kedua dan ketiga yaitu menentukan format (ukuran) buku. Dengan lembaran calon halaman buku inilah kita menentukan frame (bingkai) ruang cetaknya. Dengan menambah beberapa garis pedoman baik horizontal maupun vertikal yang kita sebut garis irama tata letak. Terakhir adalah memberikan pada pola tersebut letak angka halaman. Selesailah pola tata letak yang selanjutnya kita gunakan untuk pedoman menata letak elemen-elemen layout baik yang berupa huruf (teks) maupun ilustrasi. Khusus untuk frame yang nantinya akan menjadi marse (margin) buku perlu diperhatikan teknik penjilidannya. Bidang cetak pada halaman-halaman buku perlu ditentukan secara tepat agar lebar dan tinggi/panjangnya sesuai dengan format bukunya. Bidang cetak ini ada yang didapatkan secara otomatis sesuai format buku yang dibuat dengan suatu metode. Ada pula yang telah ditentukan dengan dibuat menggunakan metode tertentu. Selain itu ada yang ditentukan sendiri oleh pewajah buku dengan pertimbangan seni visualnya. Penempatan bidang cetak pada halaman buku menyangkut ukuran bingkai margin (pias), yaitu ruang putih yang membatasi bidang cetaknya. Dalam hal pembuatan margin buku ada beberapa metode yang biasa dipakai, diantaranya adalah :

131 metode Van de Graff Dalam format kertas yang sama setiap orag akan mendapatkan ukuran bidang cetak yang sama pula bila menggunakan metode ini. Pada metode ini lebar dan tinggi bidang cetak serta marginnya ditemukan sekaligus setelah selesai dibuat. Gambar 3.9. Van de Graff 2. metode Diagonal Pada metode ini lebar susunan atau panjang baris telah ditentukan lebih dahulu sedang tinggi susunan atau banyaknya baris belum ditemukan. Gambar Diagonal 3. metode Perbandingan Emas (Gulden Snede, Golden Section) Panjang baris maupun tingginya (banyaknya baris beserta spasinya) telah ditentukan lebih dahulu. Persoalannya adalah penempatannya pada halaman, apakah tepat di tengah, menggeser ke kanan, menggeser ke kiri, atau ke atas/bawah.

132 103 Gambar Perbandingan emas Soal ini diselesaikan dengan pedoman angka 35-58, artinya nilai 3 untuk margin punggung, 5 untuk tepi, dan 8 untuk bawah/kaki. Yang dibagi-bagi dengan perbandingan itu adalah selisih antara tinggi halaman dengan tinggi susunan dan selisih lebar susunan dengan lebar halaman. 4. tanpa metode atau bebas Berarti seseorang bebas menentukan baik margin maupun bidang cetaknya dengan pertimbangan seninya. Yang menjadi pedoman adalah harus diingat bahwa margin mempunyai manfaat membatasi teks, sebagai tempat jari tangan memegang buku terutama ibu jari, dan tempat meletakkan angka halaman. c. membuat visualisasi penyajian baik sampul maupun bagian teks. Ide penyajian wajah buku perlu kita visualisasikan berupa layout komprehensif (layout comprehensif) untuk memberikan ujut yang lebih nyata bagaimana buku nanti disajikan baik sampul maupun bagian teksnya. Hal ini penting untuk menghindari keterlanjuran sebelum naskah tersebut masuk di bagian produksi mulai pengesetan sampai ke penjilidannya dan sekaligus menguji apakah penyajiannya cukup berfungsi sebagai sarana komunikasi. d. menyiapkan gambar kerja (art work) terutama sampul Yang dimaksud dengan gambar kerja (art work) adalah suatu model yang akan dikerjakan selanjutnya di bagian penyiapan acuan cetak yaitu bagian foto reproduksi. Gambar kerja ini dibuat berdasarkan layout komprehensif yang sudah disetujui. Diharapkan kerapian, ketepatan di dalam menyiapkan gambar kerja ini dan disiapkan diatas kertas putih yang cukup baik dengan elemen-elemennya semuanya kita gambar dengan hitam walaupun dalam layout komprehensifnya berwarna. Dengan gambar kerja ini bagian persiapan acuan cetak akan bekerja menyesuaikan keinginan juru pewajah yang digambarkan pada layout komprehensifnya.

133 104 e. Instruksi pelaksanaan dengan tertulis. Suatu petunjuk tertulis yang akan menyertai visualisasi rancangan instruksi ini menyebutkan antara lain : - ukuran bersih barang cetak - jenis kertas - jenis huruf dan korpnya. - berapa kali cetak - lebar susunan - macam penjilidannya - instruksi untuk ilustrasi - dan petunjuk-petunjuk yang lain Dengan demikian selesailah tugas juru pewajah (desainer) menyiapkan rancangan penyajian fisik barang cetak dan bersama naskah rancangan ini dilanjutkan ke bagian produksi. Gambar Visualisasi rancangan instruksi 3. Komputer dan perangkat pendukungnya Komputer merupakan alat yang sangat vital untuk dapat menghasilkan desain yang berkualitas serta dapat memperlancar proses pembuatan desain itu sendiri. Desainer grafis yang profesional akan tidak bisa berbuat apa-apa jika komputer yang dipakai mempunyai kemampuan yang rendah dengan kualitas hardware yang jelek. Kemampuan komputer yang memadai dengan spesifikasi yang mendukung keterlaksanaan proses desain akan sangat membantu seorang desainer grafis mengekploitasi kemampuannya menuangkan ide-ide kreatifnya. Untuk mengetahui apakah komputer yang dipakai mempunyai spesifikasi yang baik dan memadai untuk proses desain, ada baiknya kita mengetahui bagian-bagian yang ada di komputer.

134 105 Komputer terbagi dalam 2 (dua) bagian besar yaitu : hardware dan software. Hardware adalah perangkat keras yang terlihat oleh indera penglihatan dan peraba, yaitu berupa CPU, monitor, keyboard, mouse, serta perangkat pendukung lainnya misalnya : stabiliser, UPS, scanner, kamera digital, dan sebagainya. Sedangkan software adalah perangkat lunak atau program yang memungkinkan komputer menjalankan fungsinya sebagai sebuah sistem dengan arsitektur terbuka yang memungkinan antara alat satu dan yang lainnya bekerja terintegrasi sesuai tujuan dibuatnya komputer tersebut. Setiap perangkat keras biasanya dilengkapi dengan driver, yang berisikan software yang dapat saling mendeteksi menjadi suatu sistem. Peng-install-an software aplikasi biasanya disesuaikan tujuan digunakannya komputer tersebut Perangkat keras (hardware) Pemilihan spesifikasi perangkat keras yang perlu dipertimbangkan, antara lain : a. CPU dengan kapasitas sebagai berikut: - RAM dianjurkan minimal 512 MB. - Mother Board yang bermerk dengan kemampuan prosesor minimal setara dengan pentium III generasi terakhir atau diatasnya. - VGA card minimal 32 MB. - Harddisk yang mempunyai kemampuan menyimpan memori memadai, dianjurkan minimal 80 GB. - Dilengkapi dengan CD Writer. b. Monitor dengan kemampuan menterjemahkan warna yang baik. Untuk mendapatkan kualitas gambar yang bagus yang tertampil secara visual di layar monitor, ada baiknya monitor yang kita punyai dilakukan kalibrasi terlebih dahulu sehingga tidak akan muncul tipuan warna, warna gambar yang tampil di layar berbeda dengan hasil ketika kita print. Dengan sudah terstandarnya monitor yang kita punyai akan memperkecil kesalahan yang diakibatkan interpretasi terhadap warna yang dihasilkan pada layar monitor. c. Scanner dengan resolusi tinggi, scanner menggunakan teknologi CCD (Charged Couple Device) seperti pada kamera digital sebagai sensor penangkap gambar. Scanner dengan kualitas memindai yang bagus umumnya berupa drum scanner yang menerapkan teknologi PMT (photomultiplier) sebagai sensor pembaca yang memungkinkan men-scan slide dengan pembesaran diatas 1000%. Kelemahan utama scanner dibanding Gambar Scanner flat-bed kamera digital adalah masih menggunakan data

135 106 analog berupa photo, slide, sehingga melalui proses dahulu, jadi membutuhkan interval waktu yang cukup lama. Dengan menggunakan kamera digital kita sudah dapat data berupa data digital tanpa harus diproses atau diubah jadi photo terlebih dahulu. Scanner tetap masih relevan digunakan karena tidak semua konsumen yang mencetakkan membawa file dari kamera digital, tapi masih banyak kita jumpai mereka membawa foto (data analog) untuk diproses sebagai materi desain. Disamping itu, tidak semua data atau materi desain berupa data digital. Pengambilan materi gambar dari buku, majalah, atau barang cetakan lainnya masih membutuhkan scanner sebagai alat pemindai gambar. Gambar Scanner Drum (kemampuan mengungkap gambar lebih baik disbanding scanner flat-bed) d. Kamera digital yang high resolusi (high-end) jika memungkinkan, kamera digital menggunakan teknologi CCD dan teknologi CMOS sebagai sensor penangkap gambar. Teknologi CCD telah mampu menangkap jutaan pixel. Semakin banyak pixel yang bisa ditangkap maka semakin detail gambar yang didapat. Kamera digital dengan teknologi Hi-end mampu menghasilkan gambar digital lebih dari 20 Mb dan mempunyai software sendiri untuk meng-edit dan men-transfer ke Photoshop serta sudah menggunakan format TIFF bukan JPEG. Kamera digital dengan teknologi Low-end saat ini mampu menghasilkan gambar digital dibawah 10 Mb. Pada umumnya teknologi ini menggunakan software plug-in dengan photoshop dan menggunakan format JPEG untuk penyimpanan datanya. Dengan menggunakan kamera digital yang resolusi tinggi akan didapatkan data digital yang detail gambarnya sangat tajam. Tentunya harga kameranya juga relatif mahal. Ada berbagai macam jenis kamera digital, juga puluhan fitur yang membingungkan. Mana yang paling sesuai dengan kebutuhan kita? Memilih kamera

136 107 sebenarnya gampang-gampang susah, terutama bagi pengguna yang masuk kategori pemula/amatir. Berikut beberapa tips sebelum membeli kamera digital : 1. Perhatikan fitur sensor gambar (meliputi prosesor CCD/CMOS), yang akan membantu kinerja kamera, agar menghasilkan gambar dengan kualitas warna superior, bersih, sekaligus mengoptimalkan setting kamera saat digunakan. Semakin banyak pixel yg bisa ditangkap akan semakin detail gambar yang dihasilkan. Untuk ukuran kartu pos, Anda cukup membeli kamera digital kelas 1M pixel. Kamera ini juga masih mencukupi untuk keperluan gambar diwebsite. Untuk gambar yang jauh lebih detail maka diperlukan CCD dengan kemampuan 2M pixel keatas. Untuk kelas profesional kini sudah tersedia kapasitas 5-6M pixel. CMOS memiliki keunggulan dimana ongkos produksi murah sehingga harga kamera lebih terjangkau. Sedangkan CCD memiliki keunggulan dimana sensor lebih peka cahaya, jadi pada kondisi redup (sore/ malam) tanpa bantuan lampu kilat masih bisa mengungkap obyek dengan baik, sedangkan pada CMOS sangat buram. 2. Semakin besar resolusi maka kamera akan memproduksi foto yang lebih baik, terutama untuk ukuran yang besar. 3. Pilih kamera yang punya fitur menstabilkan gambar, agar saat memotret objek bergerak hasilnya bisa tetap fokus. AF(autofocus), ISO, Shooting mode manual/ automatic, direc print juga merupakan fitur-fitur yang penting. 4. Perhatikan titik fokus. Semakin banyak titik fokus Anda bisa bereksprimen mengambil objek dari berbagai angle. 5. Kemampuan optical zoom lebih penting ketimbang digital zoom. 6. Cermati asesoriesnya ; Flash berguna jika gambar yang diambil dalam kondisi agak gelap. Lensa tele untuk Gambar Kamera Digital mengambil gambar jarak jauh & memori tambahan Perangkat Lunak (software) Install software disesuaikan tujuan pemakaian. Untuk proses mendesain dapat dipertimbangkan, antara lain : Pagemaker, Ilustrator, Photoshop, Quark X-press, Corel Draw, Free Hand, atau software yang lainnya yang mendukung proses mendesain. Perlu

137 108 diperhatikan, semakin banyak kita memasukkan software di komputer kita, akan membebani memori harddisk kita. Aplikasi-aplikasi dalam sistem desktop publishing dapat dikelompokkan berdasarkan fungsinya : 1. Aplikasi Pengolah Kata Aplikasi ini biasanya untuk mengolah kata, baik grammar dan spelling-nya. Aplikasi ini dikhususkan untuk mengolah format teks atau membuat tagging. Aplikasi ini mampu melakukan penataan halaman, walaupun dalam konteks sederhana seperti yang dilakukan oleh Microsoft Word. Aplikasi ini banyak digunakan oleh kalangan akademis/ mahasiswa/pelajar untuk membuat jurnal ilmiah, skripsi, karya ilmiah, atau tugas-tugas lainnya yang mengedepankan fungsi sebagai pengolah kata.yang termasuk aplikasi ini, misalnya Microsoft Word, Wordstar,dan Corel WordPerfect. 2. Aplikasi Pengolah Gambar/ Foto Aplikasi ini untuk mengolah foto atau gambar bitmap dan gambar realistis lainnya. Photoshop merupakan salah satu aplikasi yang cukup familier di kalangan desainer grafis untuk ngolah foto, memanipulasi foto, retouching image, dan color correction. Selain Photoshop ada pengolah foto yang lain, seperti Fractal Design Painter, dan Corel Photo Paint. 3. Aplikasi Pengolah Ilustrasi Aplikasi ini berfungsi untuk mengolah gambar dalam bentuk vektor, seperti ilustrasi dan logo. Gambar yang dihasilkan oleh aplikasi jenis ini adalah gambar vektor. Dalam perkembangannya, aplikasi ini juga mampu mengolah gambar bitmap. Aplikasi pengolah ilustrasi yang banyak digunakan oleh para desainer grafis, seperti Adobe Illustrator, Macromedia Freehand, Corel Draw, dan Beneba Canvas. 4. Aplikasi Pengolah Layout Aplikasi ini untuk mengatur halaman. Aplikasi pengolah kata yang sering digunakan Adobe Pagemaker, QuarkXpress, dll. Sedangkan pengolah layout yang digunakan untuk mempermudah imposisi halaman buku, majalah, dll., yaitu: QuarkXtension, DK&A Imposition, Impose (Barco), Signastation (Heidelberg), dan lain-lain Dengan dukungan dari perangkat-perangkat yang menunjang seorang pewajah (desainer grafis) tidak dipusingkan oleh rendahnya kinerja komputer Mengerjakan scanning gambar atau mengolah gambar dari kamera digital Elemen grafis yang berupa gambar dapat kita peroleh dengan cara memindai gambar yang sudah ada atau me-scanner dan dari kamera digital. Untuk menghasilkan kualitas cetakan yang

138 109 baik, resolosi gambar yang cukup sangat dibutuhkan. Ada beberapa cara agar hasil scan yang kita hasilkan sesuai dengan harapan, yaitu : 1. Scan gambar dengan resolusi yang cukup, minimal 300 dpi. 2. Usahakan gambar yang discan melekat sempurna pada bidang kaca scanner. 3. Pada saat me-scan sebaiknya Menu Unsharp masking diaktifkan, meskipun nantinya akan dapat dibantu di menu Sharpness di Photoshop. 4. Setelah diperoleh hasil scan, lakukan pengeditan ulang di adobe photoshop, terutama dilakukan pada posisi dan croping terlebih dahulu, dan kemudian pada kualitas level; dengan mengatur levelnya, sehingga didapat hasil warna yang tajam. 5. Jangan lupa bersihkan permukaan scanner, sehingga didapat bersih dari noda-noda yang tidak diinginkan. Scanner yang mempunyai kemampuan menangkap gambar yang tinggi akan sangat berpengaruh terhadap kualitas gambar yang kita peroleh Konsep warna RGB dan CMYK 1. Warna RGB tidak bisa dikonversi secara sempurna ke CMYK. Tetapi perlu diingat bahwa warna adalah tampil dalam konteksnya, sehingga pada kebanyakan problem sesungguhnya bukanlah warna RGB tidak bisa dikonversi dengan baik, tetapi warna terlihat kusam karena impuritas warna. 2. Warna CMYK yang terdiri atas lebih dari 2 channel akan tampil kusam. Contoh magenta 100% yellow 100% akan tampil sebagai warna merah yang pekat, tetapi menggunakan magenta 100% yellow 100% dan cyan 10% akan memberikan kesan kusam. Untuk menghindari hal itu, caranya adalah setelah mengkonversi ke CMYK, tambahkan saturasi kira-kira dengan menu Hue/Saturation di Photoshop. Tabel 3.1. Campuran Warna Warna Campuran RGB Campuran CMYK Campuran Lab Kuning terang R:255, G:255, B:0 C:0, M:0, Y:100, K:0 L:100, a:0, b:120 Jingga cerah R:255, G:128, B:0 C:0, M:40, Y:80, K:0 L:80, a:60, b:85 Hijau emerald R:0, G:180, B:0 C:80, M:0, Y:100, K:0 L:60, a:120, b:120 Violet gelap R:100, G:0, B:160 C:50, M:100, Y:0, K:0 L:30, a:60, b:60 Coklat gelap R:120, G:80, B:60 C:40, M:70, Y:80, K:15 L:40, a:20, b:20 Abu-abu netral R:128, G:128, B:128 C:45, M:40, Y:40, K:10 L:50, a:0, b:0 Dalam upaya mengurangi perbedaan konversi dari RGB ke CMK, maka saat melakukan konversi RGB ke CMYK standar Photoshop, perhitungkan gamut dari perangkat output saat melakukan Mapping warna dari RGB ke CMYK. Semua warna RGB akan dicoba Mapping ke CMYK dan tidak ada warna yang cenderung flat karena di luar gamut. Kekurangannya jika gambar asli tidak dikoreksi dengan optimal hasilnya malah akan cenderung kusam.

139 Gambar Bitmap dan Vektor Gambar Bitmap Gambar bitmap juga sering disebut juga dengan istilah raster image. Gambar dibentuk oleh sekumpulan titik yang disebut dengan pixel (picture element) dalam suatu grid. Titik-titik persegi berkumpul seperti mosaic bergabung dan memiliki warna warna tersendiri yang membentuk gambar seperti terlihat pada layar monitor. Pixel berjajar, baik vertikal maupun horizontal seperti yang terlihat pada gambar akan terlihat pada pembesaran tertentu. Gambar bitmap merupakan resolution dependent. Kualitas gambar bergantung pada banyak atau pixel yang membentuk gambar atau yang disebut dengan istilah resolusi. Ukuran yang dipakai dalam penentuan resolusi adalah dpi (dots per inch) atau ppi (pixel per inch). Resolusi gambar bitmap yang terlihat pada layar monitor menggunakan resolusi monitor 72 atau 96 ppi, meskipun gambar memiliki resolusi 300 ppi. Penentuan gambar untuk pencetakan berawal dari sini. Kebutuhan gambar berkualitas tinggi diperoleh melalui proses input gambar dari meda lain seperti scanner. Umumnya resolusi yang dibutuhkan untuk menghasilkan detail gambar yang bagus 300 ppi. Meskipun demikian ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan dalam menentukan resolusi gambar yang efektif dan efisien, yaitu berdasarkan jenis kertas yang dipakai pada hasil cetakan. Standarisasi raster atau yang lebih dikenal dengan istilah screen ruling untuk setiap jenis kertas berbeda-beda. Setelah screen ruling diketahui barulah kita menentukan resolusi gambar bitmapnya. Umumnya penentuan resolusi gambar adalah dua kali dari screen ruling. Ukuran yang digunakan adalah lpi (line per inch). Pada tabel berikut akan terlihat penentuan image resolution pada gambar bitmap. Tabel 3.2. Penentuan Resolusi Gambar Jenis Kertas Screen Ruling Image Resolution Kertas koran lpi 170 dpi (2 x 85 lpi) HVS lpi 266 dpi (2 x 133 lpi) Art paper lpi 300 dpi (2 x 150 lpi) Karena gambar bitmap sangat bergantung pada resolusi gambar (resolution dependent), sangatlah sulit bagi kita untuk melakukan pembesaran dan pengecilan pada gambar. Aktivitas tersebut akan berpengaruh pada kualitas gambar. Pada pembesaran, gambar akan membuat pixel baru dari pixel yang sudah ada sebelumnya atau yang disebut dengan istilah interpolasi. Gambar menjadi out of focus atau kabur. Sedangkan apabila kita melakukan pengecilan gambar, pixelpixel yang membentuk gambar akan berkurang dengan sendirinya. Aplikasi-aplikasi grafis yang berbasis bitmap diantaranya Adobe Photoshop Corel Photo Paint, Jasc Paint Shop Pro,

140 111 Micrografx Picture Publishier. Ulead Photolpact, dan Microsoft Paint. Umumnya format yang digunakan oleh gambar bitmap adalah BMP, GIF, JPEC/JPG, PNG, PICT (Macintosh), PCX, TIFF, dan PSD (Adobe Photoshop) Gambar Vektor Gambar vektor dibuat melalui garis, kurva dan bidang secara individual yang didefinisikan secara matematik. Setiap garis, kurva dan bidang memiliki atribut berupa stroke, fill dan color yang dapat diubah. Mengubah atribut tidak merusak atau mengurangi kualitas gambar vektor, demikian juga memodifikasi bentuk dengan tool yang ada pada aplikasi vektor, seperti skala dan rotasi. Gambar vektor tidak bergantung pada resolusi (resolution independent). Itu sebabnya, Untuk itu pembesaran dan pengecilan pada gambar vektor alam ukuran tak terbatas tidak mempengaruhi dan tidak menyebabkan gambar menjadi kabur atau out of focus. Kondisi gambar akan tetap tajam baik di layar monitor maupun kondisi gambar setelah dicetak. Keuntungan lain dari gambar vektor adalah tidak memiliki warna background saat diimpor dengan aplikasi lain. Terlihat pada gambar bintang di samping. Bintang memiliki bidang persegi berwarna putih (background) yang mengelilingi gambar bintang, sedangkan pada gambar vektor tidak. Dengan segudang keuntungannya, gambar vektor memiliki kelemahan dalam merepresentasikan gambar secara realistik seperti yang terdapat pada foto. Detail yang dihasilkan masih kalah jauh dibandingkan dengan gambar bitmap. Gambar vektor akan terlihat bagus jika diperuntukkan untuk warna-warni solid atau gradasi bukan contonous tone seperti foto.untuk itu kebanyakan vektor image digunakan untuk membuat gambar-gambar kartun yang memiliki nuansa flat atau warna-warna solid. Sekarang setiap aplikasi yang berbasis vektor telah memiliki kemampuan untuk mengolah gambar bitmap seperti layaknya aplikasi berbasis bitmap dengan memanfaatkan berbagai texture filter, transparancy dan sebagainya seperti pada aplikasi vektor. Aplikasi vektor juga memiliki kemampuan mengubah gambar vektor menjadi gambar bitmap tanpa menggunakan aplikasi konversi, seperti yang dilakukan oleh aplikasi vektor sendiri dengan tracing tool dan beberapa aplikasi lainnya. Aplikasi lain untuk konversi data, diantaranya Adobe Streamline (Win/Mac),ImpressionX (Windows), AlgoLab Photo Vektor (Win), ArtLine (Mac), AutoTrace (Win/BeOS/*nix), Integraph, LogoSpruce (Win/Mac), dan RasterVect Software (Win). Proses mengubah gambar vektor menjadi bitmap disebut dengan rasterizing tanpa mengurangi kualitas gambar saat pembesaran maupun pengecilan. Ada baiknya sebelum mengubah mengkonversi gambar tersebut, simpanlah gambar vektor terlebih dahulu di lain waktu. Konversi ini biasanya diperuntukkan untuk keperluan web design seperti yang dilakukan oleh aplikasi flash. Format yang digunakan untuk menyimpan gambar vektor, seperti ai (Adobe

141 112 Illustrator), CDR (Corel Draw), CMX (Corel Exchange), CGM computer Graphics Metafile, DRW (Micrografix Draw), DXF AutoCAD, dan WMF Windows Metafile. Yang termasuk dalam aplikasi vektor diantaranya Adobe Illustrator, Freehand, CorelDRAW, Xara, serif DrawPlus, dan Harvard Draw. 4. Imposisi Imposisi adalah tahap penggabungan beberapa halaman/film agar ketika dicetak susunan halaman sesuai dengan yang direncanakan. Imposisi atau montase dapat dilakukan secara Gambar Skema imposisi manual dan elektronik. Kelemahan dari sistem manual, yang perlu diperhatikan, antara lain : (1) perubahan dot karena harus melalui proses dikontak lagi ke pelat cetak, (2) tidak menjamin kebersihannya, (3) sering terjadi misregister atau ketidak akuratan karena kesalahan manusia, dan (4) waktu pengerjaannya memakan waktu yang cukup lama. Imposisi sistem elektronik penyusunannya secara digital. Penggunaan sistem ini hampir tidak ada kelemahannya, kecuali jika menggunakan sumber daya manusia yang kurang kompeten. Gambar Imposisi diatas layar monitor

142 113 Gambar Peletakan nomor halaman sesuai karakteristik barang cetak (brosur, majalah, dll.) yang dibuat Gambar Contoh imposisi elektronik Imposisi elektronik membutuhkan waktu yang relatif singkat karena penyusunannya secara digital, seandainya ada kesalahan penggabungan yang kurang sesuai bisa diedit secara cepat. Pengecekannya juga dapat dilihat langsung dilayar monitor. Ketepatan cetaknya dapat dipastikan register karena dikerjakan secara digital. Jika imposisi sistem manual, penggabungan film separasi dan hitam putih melalui tahapan yang berbeda, tentunya lebih lama yang film separasi. Sedangkan pada imposisi elektronik penggabungan halaman full colour dengan hitam putih tidak

143 114 berbeda dan mudah untuk dikerjakan. Software yang sering digunakan untuk melakukan imposisi seperti QuarkXtension, DK&A Imposition, Impose (Barco), Signastation (Heidelberg), dan lain-lain. 5. Memproses data digital menjadi film Pada gambar diperlihatkan proses data masuk kemudian diolah dilanjutkan di layout dan halaman di imposisi sesuai jenis pekerjaan setelah semuanya selesai, proses selanjutnya adalah melakukan proofing. Setelah dikoreksi dan dinyatakan benar, maka data digital tersebut diproses untuk dibuat film atau pelat atau dicetak dengan mesin cetak digital. Gambar Diagram proses input data-desain-imposisi-hingga pencetakan Pemrosesan data digital hingga menjadi film melalui media yang barnama RIP atau raster image processor. RIP ini sebagai penerjemah bahasa yang ada dikomputer yang berupa data digital menjadi terbaca oleh Imagesetter (lihat gambar 3.20 dan 3.21). Gambar Diagram alur proses kerja PostScript-RIP

144 115 Gambar Intregrasi text, graphics, picture, dan layout Imagesetter Proof Gambar Skema kerja dari proses data hingga menjadi film

145 Gambar Sistem digital proofing yang terkoneksi dengan mesin cetak (DCP 9000/QM-DI, Kodak/ Heidelberg) 116

146 BAB IV FOTO REPRODUKSI (FILM MAKING) dan PLATE MAKING Akselerasi teknologi di bidang prepress melaju dengan sangat cepat. Produsen mesinmesin pre-press berlomba untuk membuat mesin yang diproduksi semakin efektif dan efisien. Fenomena ini tentunya mengenakkan pelaku bisnis di bidang grafika mempunyai banyak pilihan khususnya bagi pengusaha yang bermodal besar. Konsumenpun diuntungkan, karena dari sisi waktu pengerjaannya lebih cepat, kualitas cetakan lebih baik, dan tentunya harganyapun juga bersaing. Percetakan-percetakan di Indonesia masih banyak ditemui menggunakan plate processor untuk memproses film menjadi acuan siap cetak. Karena investasi untuk menggunakan teknologi Computer to Plate sangat besar dan karakteristik pekerjaannya belum cocok untuk menggunakan teknologi tersebut. Berbeda dengan penggunaan teknologi image setter, yang digunakan untuk mentransfer data digital (dari komputer) menjadi film, masih banyak ditemui. Disamping harganya terjangkau, teknologi image setter lebih fleksibel untuk digunakan berbagai karakteristik pekerjaan, khususnya yang berkaitan dengan oplag. Sebelum teknologi image setter berkembang luas di pasaran, proses pembuatan film dari data komputer dipindahkan dulu melalui media kertas atau yang dikenal dengan Computer to Paper kemudian diproses dengan menggunakan kamera reproduksi baik itu kamera vertikal maupun horizontal untuk dipindahkan menjadi film dengan pengembangan manual atau dengan menggunakan film processor. Teknologi ini sudah semakin ditinggalkan oleh perusahaan percetakan, karena prosesnya membutuhkan waktu yang lama juga hasilnya kurang maksimal. Pembesaran titik raster (dot) menjadi semakin besar karena adanya tahapan demi tahapan yang harus dilalui. Penggunaan kamera vertikal maupun horizontal masih banyak dijumpai pada percetakanpercetakan yang mengkhususkan pada jenis atau macam cetakan yang beroplag sedikit atau cetakan-cetakan khusus, misalnya pembuatan stempel, acuan untuk foil, dan sebagainya. Untuk mengetahui teknologi ini, sebagai dasar keilmuan memahami teknologi yang berkembang pesat sekarang, dibawah ini diuraikan proses dari data yang dihasilkan komputer berupa kertas menjadi film yang siap ditransfer ke pelat cetak Gambar 4.1. Proses pembuatan film konvensional Keterangan : 1 = Model (kertas) 2 = Expose film 3 = Pengembangan film 4 = Montase film 6 = Expose pelat 6 = Pengembangan pelat 117

147 118 Model kamera dapat digolongkan menjadi 3 yaitu : a. model garis (line copy), model garis meliputi semua pekerjaan yang terbentuk dari garisgaris dan bidang-bidang dengan nada tunggal. Tidak terdapat bidang-bidang bayangbayang atau gradasi nada. Misalnya : cetak percobaan teks yang bersih atau hasil set foto, gambar coretan pena, peta-peta dan karikatur, foto-foto afdruk yang sudah diraster. b. model nada lengkap (halftone copy), model nada lengkap meliputi segala pekerjaan yang mempunyai gradasi atau variasi nada. Contohnya : semua foto orang, gedung-gedung, pemandangan dan lain sebagainya., lukisan minyak yang artistik, gambar bernada. c. model warna (colour copy), model warna meliputi semua model berwarna, baik garis maupun nada lengkap (seperti a & b). 1. Kamera Vertikal dan Kamera Horisontal 1.1. Kamera Vertikal Keterangan : 1. bidang periksa 2. papan film dengan punggung vakum 3. cupak 4. bidang obyektif 5. cermin 6. lampu 7. papan model 8. panel periksa Gambar 4.2. Skema kamera vertikal tampak samping Kamera ini terkenal dengan ukuran-ukuran sedang, berkisar antara 30 x 40 cm sampai 45 x 60 cm. pada kamera ini rel terpasang secara vertikal. Papan model berada di ujung bawah dekat lantai dan papan film berada di atas sehingga petugas dapat melihat ke bawah ke gambar pada kaca periksa. Kelebihan dari kamera vertikal ialah karena tidak banyak memakan tempat karena bentuknya yang vertikal. Lensa obyektif dan prisma kamera vertikal umumnya ada di bagian depan dan terpasang pada statif semacam tiang dan baja. Di muka statif terdapat bidang model (copy board) yang melalui penghantar dapat digerakkan naik turun dengan bantuan roda pemutar yang ada di belakang kamera. Gambar 4.3. Perspektif kamera vertikal Selain naik turun, bidang model dapat juga

148 119 digerakkan ke kiri dan ke kanan. Lampu untuk penerangan model ada di samping bidang model dan terpasang menjadi satu dengan bidang model; hal ini untuk mengatur agar jarak dengan model tetap sama sedangkan bidang yang diterangi mendapat intensitas cahaya yang tidak berubah. Di bagian belakang kamera vertikal terdapat : a. Roda-roda pemutar untuk menggerakkan bidang model dan lensa obyektif guna penyetelan ketajaman bayangan, b. Sakelar lampu, tombol untuk membuka penutup lensa dan mekamik untuk mengatur besar diafragma, c. Kaca susu bidang bayangan yang dapat dibuka semacam jendela. Keterangan : 1. papan film dengan punggung vakum 2. panel pemeriksa 3. handel pemeriksa 4. cupak 5. bidang obyektif 6. lampu 7. papan model Menyetel ketajaman bayangan menurut format dilakukan dengan jalan memutar rodaroda yang menggerakkan bidang model dan lensa. Ketajaman akan dihasilkan apabila jarak antara bidang model dan lensa serta jarak antara lensa dan bidang film sudah Gambar 4.4. Skema kamera vertikal tampak depan sesuai menurut titik api lensa. Kamera vertikal yang lebih modern sudah dilengkapi dengan skala perbandingan, sehingga untuk pengecilan maupun pembesaran yang dapat dicapai dengan kamera vertikal sangat terbatas. Gambar 4.5. Perspektif kamera vertikal

149 120 Gambar 4.6. Bidang Model Perbandingan reproduksi yang dapat dicapai umumnya berkisar antara 30% sampai dengan 150%, kecuali kamera yang lebih modern yang dilengkapi dengan dua obyektif, masingmasing berbeda titik apinya dan digunakan bergantian menurut keperluan, sehingga memungkinkan pembebasan dari 20% sampai dengan 200%. Bentuk kamera vertikal yang modern pun bermacammacam. Di samping bentuk yang tidak diuraikan di atas, ada juga bentuk almari persegi, dimana bidang model dan bidang film berhadapan di antara lensa. Bagian-bagian kamera yang pokok kamera reproduksi adalah lensa, cupak, badan kamera, papan model dan lampulampu. Dan masih banyak bagian-bagian dan perlengkapan tambahan lainnya pada kamera khusus. Gambar 4.7. Jalan sinar pada jenis kamera vertikal Lensa Lensa merupakan suatu susunan kaca-kaca optis yang tergabung membentuk satu laras Jarak titik api (Focal Length) Gambar 4.8. Macam-macam lensa Jarak titik api dinyatakan dengan inci dan menunjukkan jarak antara pusat lensa (dimana cahaya-cahaya yang dibiaskan memusat) terhadap titik api (f) suatu lensa atau sistem lensa-lensa, dimana gambar pertama dapat dilihat tajam(in focus). Gambar 4.9. Jarak titik api dengan fokus

150 Diafragma Diafragma (bukaan cahaya) terdiri dari beberapa kepingan logam yang saling menindih dalam susunan berbentuk lingkaran dan dapat digeser untuk membesarkan ataupun mengecilkan lobang, terletakdi dalam gabungan lensa. Kalau gelang pengatur diafragma digerakkan ke kanan atau ke kiri akan nampak kepingan-kepingan itu bergerak Gambar Skema penampang lintang lensa proses melebar atau menyempit, membentuk tabir bulat dengan bagian tengahnya berlobang (aperture) selebar menurut ukuran yang dikehendaki untuk memungkinkan cahaya lewat lensa. Setiap bukaan ini dinyatakan dengan f/-, misalnya f/5.6 f/8 f/11 f/16 f/22 f/32 f/45. Angka-angka itu menyatakan garis tengah bukaan diafragma sebagai bagian dari jarak titik api tersebut, misalnya lensa dengan jarak titik api 16 inci yang dibuka selebar f/32 punya panjang garis tengahnya ½ nya daripada kalau lensa dibuka penuh. Makin besar angka f/.nya makin kecil bukaannya. Untuk pengecilan atau pembesaran f/. harus berbeda-beda sehingga waktu penyinaran dapat secara relatif tetap. Gambar Cara kerja diafragma iris Shutter (penutup) Digunakan untuk mengatur waktu penyinaran dengan pertolongan pengatur waktu (timer) elektronis yang dapat disetel untuk jangka waktu sekian detik atau menit Cermin Kamera kecil yang biasa menghasilkan negatif yang terbaca terbalik. Kamera-kamera vertikal yang lebih besar menggunakan cermin untuk membalikkab gambar sehingga dapat menghasilkan negatif yang terbaca terbalik atau Gambar Cermin pembalik

151 122 yang terbaca benar sebagaimana dikehendaki Badan Kamera Badan kamera terdiri dari kaca periksa yang berguna untuk mencari ketajaman (memfokus) dan mengatur gambar sebelum menyinari film. Papan film dapat berlapis ramuan perekat pada permukaan yang rata atau dapat juga mempunyai punggung vakuum, yang akan menyedotn film rata pada permukaannya. Alat-alat pengontrol terdiri dari 2 pita baja atau sekrup yang mempunyai tanda-tanda penunjuk posisi yang benar dari lensa dan bidang model. Alat kontrol yang lain adalah pengatur waktu elektris untuk mengatur waktu penyinaran dan skakelarskakelar untuk menjalankan pompa vakuum. Gambar Kamera vertikal Gambar Tipe kamera vertical a. kamera vertical kompak b. contoh kamera kompak c. kamera vertical dengan beam deflection

152 123 Gambar Kamera vertical tampak depan Gambar Panel kamera vertikal

153 Kamera Horisontal Kamera ini berbentuk horisontal atau tegak memanjang. Berbeda dengan kamera vertikal, kamera semacam ini memerlukan tempat lebih banyak. Kamera ini mempunyai rel yang diatasnya terletak bidang model bisa digerakkan mundur maju. Bagian obyektif yang berhadapan dengan bidang model berada di atas rel yang sama dan dapat pula digerakkan maju mundur. Kamera ini mempunyai papan model geser pada sebuah ujung rel yang horisontal sedang di ujung lain terpasang papan film. Lensa dapat dipasang antara kedua ujung rel itu. Kamera horisontal dibuat dalam berbagai ukuran, menurut ukuran film terlebar yang dapat dimuat yang berkisar dari 40 x 50 cm sampai 120 x 120 cm atau lebih besar lagi. Gambar Skema jarak screening pada kamera reproduksi Bidang film kamera horisontal umumnya ada di dalam kamar gelap, sedangkan bagian lensa dan bidang model ada di luar. Seperti halnya dengan kamera vertikal, lampu penerangan dari kamera ini juga terpasang menjadi satu dengan bidang model. Kamera Gambar Skema kamera horizontal Keterangan : 1. bidang periksa 2. papan film dengan punggung vakum 3. cupak 4. bidang obyektif 5. lampu 6. papan model 7. dasar kamera 8. panel periksa vertikal maupun kamera horisontal yang modern dilengkapi dengan pompa vakum; hal ini agar film yang dipasang melekat dengan rata pada bidang film untuk mencegah penyimpangan pembentukan gambar. Untuk mengontrol ketajaman bayangan maupun ukuran, kamera ini dilengkapi Gambar Jalan sinar pada jenis kamera horizontal

154 125 dengan kaca susu (ground glass) yang dapat dibuka tutup semacam jendela. Dengan kaca susu ini bayangan gambar diperiksa dahulu ukuran dan ketajamannya, dan setelah itu kaca susu dibuka kembali, kemudian baru dilakukan pemotretan. Gambar Kamera horizontal Gambar Bagian-bagian kamera horizontal

155 126 Gambar Bagian-bagian kamera horizontal Untuk pemotretan model asli yang tembus cahaya, pemotretan dapat juga dilakukan dengan kamera horisontal, hanya dalam hal ini cahaya harus disinarkan melalui belakang bidang model setelah alas dasar hitam bidang model dilepas terlebih dahulu. Ada pula kamera horisontal yang dilengkapi dengan dua bidang model, satu untuk model tembus cahaya dan satu lagi untuk model tidak tembus cahaya yang dalam pemakaian dapat digantiganti menurut keperluan. Gambar Kamera horizontal menempati dua kamar 1.3. Persyaratan Kamera Reproduksi Mengingat banyaknya kamera reproduksi yang terdapat di pasaran yang terdiri dari bermacam-macam merk dan jenis, maka di dalam menentukan pemilihan kamera, juru

156 127 kamera terkadang bingung untuk menentukan sikap, kamera manakah yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan pekerjaannya. Untuk menentukan kamera mana yang baik, ada beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan pedoman, antara lain : a. Stabilitas konstruksi Konstruksi kamera harus sedemikian rupa, sehingga walaupun sering dipakai dalam jangka waktu yang lama, tidak terjadi keausan ataupun perubahan pada alat-alat atau bagian-bagian kamera. Hal itu dapat mengganggu pemotretan, sehingga pembuatan negatif yang berturut-turut dari satu model, menghasilkan ketajaman yang berbeda-beda pada hasil pemotretan. b. Ketepatan Bagian-bagian yang dapat bergerak, umpamanya bidang film, bidang obyektif dan bidang model, harus dengan leluasa dapat digerakkan meluncur tanpa ada speling dalam keadaan tegak lurus horisontal maupun vertikal. Di samping itu untuk mendapatkan ketetapan kembali apabila terjadi keausan, harus ada keleluasaan untuk segera dan dengan mudah dapat mengganti sesuatu suku cadang (komponen). c. Bebas Getaran Untuk mendapatkan hasil reproduksi yang tajam, sudah barang tentu kamera harus bebas dari getaran. Hal ini dapat diusahakan dengan memasang alat tahan getaran pada bagian kaki kamera atau membuat fondasi yang tahan getaran. d. Obyektif Untuk menyatakan bahwa obyektif kamera reproduksi baik, syaratnya cukup tinggi, antara lain : mempunyai daya pemisah yang sempurna, bebas dari penyimpangan bayangan, dapat mencegah penguraian warna dan bebas dari pantulan. Hanya obyektif dengan mutu terjamin serta memenuhi persyaratan itu mempunyai ciri dengan sebutan apo yang diteruskan dengan nama pabrik, umpamanya : apo ronar, apo tessar dan sebagainya. 2. Menyetel Ketajaman Bayangan Sebagaimana telah kita ketahui, dasar penyetelan ketajaman pada pengecilan maupun Gambar Menyetel ketajaman bayangan Keterangan : AB = model A B = bentuk bayangan O = sumbu optis obyektif F = titik api a = jarak bidang benda u = jarak bidang bayangan f = jarak titik api

157 128 pembesaran tergantung dari jarak antara bidang bayangan dan bidang benda; dalam hal ini perlu diperhatikan jarak titik api obyektif. Hubungan satu sama lain dapat dihitung dengan memakai rumus-rumus sebagai berikut : a. Rumus lensa : 1 f 1 1 = + a u b. Rumus perbandingan u n (pembesaran) n = a n (pengecilan) 1 c. Jarak model lensa : a = ( 1+ f n ) Jarak emulsi lensa :u = (1+n) f 3. Perbandingan Reproduksi Kekuatan cahaya yang melalui obyektif mengenai fil, ditentukan oleh perbandingan model yang akan dipotret. Apabila model akan diperkecil secara fotorafis, maka jumlah cahaya yang ada akan menyinari suatu permukaan yang kecil dari film dan sebaliknya apabila diperbesar, maka jumlah cahaya tersebut akan menyinari suatu permukaan yang besar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kalau model dalam pemotretannya diperkecil, waktu penyinaran yang dperlukan menjadi lebih pendek dan seterusnya apabila diperbesar, memerlukan waktu penyinaran yang lebih lama. Untuk mempermudah menghitung waktu penyinaran pada pengecilan maupun pembesaran maka rumus di bawah ini sangat membantu. Dalam menggunakan rumus ini terlebih dahulu dipastikan tidak adanya perubahan-perubahan pada kamera, umpamanya kekuatan cahaya (jangan mengubah jarak lampu) dan lubang diafragma (gunakan lubang diafragma yang tetap). ( n = waktu ) : ( n2 + 1) waktu1 : Dimana : waktu 1 2 = waktu penyinaran yang sudah diketahui n 1 = skala yang menjadi pedoman (100%) waktu 2 = waktu penyinaran yang dicari n 2 = perbandingan baru Sebelum menggunakan rumus, terlebih dahulu harus diketahui waktu penyinaran yang tepat pada perbandingan sama besar (100%) dengan diafragma tertentu. Bila waktu penyinaran

158 129 untuk suatu pemotretan 100% telah menghasilka negatif yang memuaskan dengan waktu 40 detik dan f 16,maka waktu penyinaran ini dijadikan pedoman untuk pemotretan-pemotretan selanjutnya. 4. Bahan Peka Gambar Struktur film Film grafika dapat dibagi dalam dua kelompok utama : a. film lith b. film nada penuh Sebelum memerinci sifat dan penggunaan kedua jenis film itu, lebih dahulu diberikan ikhtisar susunan film grafika Lapisan Pelindung Inilah lapisan tipis untuk melindungi lapisan emulsi di bawahnya terhadap kerusakan mekanis. Selain itu lapisan ini mempunyai tujuan guna mencegah timbulnya cincin Newton. Meskipun lapisan khusus ini telah ada, kadang-kadang cincin Newton itu masih dapat terjadi, misalnya bila kelembaban relatif dalam kamar gelap terlampau Gambar Struktur film tinggi dan filmnya tertekan dengan hampa udara yang terlampau kuat Lapisan Emulsi Ialah lapisan terpenting pada film dan terdiri dari butir-butir perak halo genida yang peka cahaya. Lapisan ini biasanya terdiri dari campuran beberapa jenis emulsi yang ciriciri khasnya telah ditentukan. Susunannya bervariasi menurut penggunaan filmnya :

159 130 - Emulsi yang sangat peka umumnya berbutir lebih kasar dari emulsi yang kurang peka. Dapat dikatakan bahwa makin besar butiran peraknya, makin peka emulsinya. - Emulsi yang terdiri dari kumpulan butir yang beraneka besarnya, mempunyai gradasi yang lunak. - Emulsi yang terdiri dari butir yang besarnya hampir sama, mempunyai gradasi yang keras. Pengolahan emulsi fotografi merupakan suatu pekerjaan yang meminta ketelitian dan waktu lama. Untuk itu diperlukan proses kimia yang sangat rumit. Pengolahan emulsi fotografi dapat dibagi dalam lima tahap : a. Pengendapan perak halogenida dalam selatin b. Pematangan secara fisik c. Pencucian emulsi d. Pematangan secara kimia e. Pengerjaan akhir emulsi Sudah barang tentu, bahwa untuk kemantapan emulsi, harus dikenakan persyaratan yang sangat tinggi, sehingga seorang jurupotret reproduksi waktu beralih pada nomor emulsi yang lain, tidak akan dihadapkan dengan hal-hal di luar dugaan Lapisan Substrat Adalah lapisan khusus yang gunanya untuk merekat-eratkan emulsi atau lapisan punggung (anti halo) pada lapisan dasar Lapisan Dasar Adalah lapisan film grafika yang biasanya terdiri dari triaserat atau poliester. Film triasetat tidak selalu tetap ukuran, tetapi baik sekali untuk pengerjaan hitam puih biasa. Untuk pengerjaan yang memerlukan ukuran tetap yang sangat teliti (misalnya untuk pemisahan warna, kartografi dan sebagainya) ternyata film dengan dasar poliester di dalam praktek sedemikian stabil atau mantap hingga dapat dipakai di mana-mana dengan hasil sangat baik. Karena itu, pelat kaca hanya dipergunakan dalam hal-hal yang sangat khusus. Tebal lapisan dasar berperan juga dalam membuat kopi film yang harus dibuat kopinya melalui punggung, sebaiknya lapisan dasarnya setipis mungkin. Dengan demikian gambarnya akan menjadi lebih tajam.

160 Lapisan Anti Halo Adalah lapisan khusus yang diletakkan pada punggung film grafika. Lapisan ini diwarnai dengan bahan warna tertentu yang sifat spektrumnya dipilih sedemikian, hingga sinar yang selama penyinaran menembus emulsi, semuanya diserap dan tidak dipantulkan pada sisi bawah lapisan emulsi (gejala halo!) Tebal dan sifat fisik lapisan anti halo itu ditetapkan, hingga tegangan-tegangan yang terjadi dalam lapisan emulsi, pada waktu pengerjaan akhir film dapat dikompensasi, sehingga filmnya tetap datar. Bahan warna lapisan anti halo itu akan hilang seluruhnya pada waktu pencucian. Film grafika dalam pasaran dapat diperoleh sebagai film datar dengan ukuran baku atau sebagai rol dengan bermacam ukuran panjang dan lebar. Gambar Kepekaan film terhadap cahaya 5. Bahan-bahan Kimia untuk Fotografi 5.1. Cairan Pengembang (Developer) Jika kita memotret sebuah model asli, maka gambar yang terekam pada emulsi film masih merupakan gambar yang tersembunyi (latent image). Ini berarti bahwa gambar tersebut belum Gambar Film developer in tray design

161 132 kelihatan. Untuk mengubah gambar/image tersebut menjadi suatu gambar yang dapat dilihat, gambar tersebut perlu diproses terlebih dahulu, yaitu dikembangkan/didevelop di dalam cairan pengembang. Pengembangan pada film akan mengubah atom perak dari perak hologenida yang telah terkena cahaya (tersinari), menjadi perak metalik yang hitam warnanya. Setelah pengembangan dianggap cukup, film perlu dimasukkan/ dicelupkan ke dalam cairan penghenti (stop bath), kemudian dimantapkan dan seterusnya dicuci dalam air yang mengalir lalu dikeringkan. Bahan-bahan cairan pengembang Gambar Film developer with deep tank technology Pada umumnya cairan pengembang mengandung bahan-bahan seperti berikut : Bahan Pengembang Bahan ini diperlukan untuk mereduksi bagian-bagian emulsi yang terkena cahaya. Bahan pengembang ini adalah bahan-bahan yang sangat mudah memberikan elektron di dalam reaksi. Secara sederhana reaksi yang terjadi dapat digambarkan : Ion perak Ag + + Electron = Ag/perak (hitam) Bahan-bahan yang biasa dipilih sebagai bahan pengembang adalah metol, hydroquinone dan phehidone. Bahan-bahan tersebut biasanya digunakan bersama-sama dalam campuran metolhydroquinone atau phenidone-hydroquinone, oleh karena itu apabila hydreoquinone digunakan bersama dengan salah satu dari bahan metol atau phenidone, akan memperlihatkan sifat-sifat pengembangan yang lebih baik daripada apabila digunakan sendiri-sendiri. Dengan bahan pengembang tersebut, sebuah film yang cukup mendapat penyinaran akan menghasilkan densitas bagian gelap, nada tengah dan bagian terang (shadow,mod-tone, dan highlight density) yang baik dalam waktu pemrosesan yang praktis (tidak terlalu lama) Pemercepat (aselerator) Bahan pengembang (developing agent) hanya bisa bekerja dengan aktif apabila ada di dalam cairan bahan alkali. Dengan adanya bahan alkali ini waktu pengembangan dapat

162 133 dipersingkat. Karena itu bahan alkali yang terdapat di dalam cairan pengembang dinamakan acelerator) Bahan-bahan alkali yang digunakan biasanya antara lain: Boraks (Borax) - ph9 Sodium karbonat (sodium carbonat) - ph10 Kaustik soda (caustic Soda) Gambar Diagram skematis film processor Catatan : Ph = adalah ukuran keasaman dan keahlian sesuatu bahan dan dinyatakan dengan angka 0-14 ph = 7 berarti normal ph > 7 berarti alkali Ph < 7 berarti asam Penahan (restrainer) Selama pengembangan sebagian dari perak halogenida yang tidak terkena cahaya (unexposed area) juga cenderung turut terkembangkan sebelum pengembangan mencapai tingkat yang diinginkan. Hal ini adalah tidak diinginkan dan dapat dikurangi dengan menambahkan sedikit bahan penahan dan cairan pengembang, misalnya potasium bromida. Bahan ini akan menahan aktivitas pengembangannya Pemelihara (preservative) Bahan pengembang dalam campuran air terutama dengan adanya bahan alkali, Gambar Pengembangan film secara manual

163 134 akan cepat berubah dengan warna kecoklatan, kehilangan daya pengembangnya dan akan menyebabkan pengotoran pada emulsi film. Ini disebabkan karena telah terjadi oksidasi pada cairan tersebut. Untuk mengatasi hal ini biasanya ditambahkan bahan pengawet misalnya (sodium sulphite) yang akan mencegah terjadinya oksidasi dan memelihara cairan tetap bersih Pelarut (solvent) Bahan pengembang biasanya berupa bubuk. Karena itu sebelum dapat digunakan perlu terlebih dahulu dilarutkan menjadi cairan dengan air Jenis-jenis Cairan Pengembang (Developer) Ada 2 jenis yaitu : 1. cairan pengembang untuk nada penuh (continous tone) cairan ini terdiri dari satu macam dan dapat digunakan tanpa dicampur (full strength) atau dicampur dengan air/dilemahkan menurut kebutuhan,misalnya Ilford I.D. 2, Kodak DK 50, D.11 dan sebagainya. 2. cairan pengembang untuk bahan lith cairan ini terdiri dari 2 bagian yang terpisah, dan baru dicampur sesaat sebelum digunakan. Hal ini perlu diperhatihan berhubung cairan pengembang tersebut keadaannya menjadi tidak stabil apabila telah dicampur, artinya daya kerjanya akan berangsur-angsur kurang. Ciri dari cairan pengembang jenis ini adalah bekerja kontras dan menghasilkan pinggiran batas yang tajam, misalnya Kodalith A dan B dan super developer Cairan Penghenti (Stop Bath) Cairan ini dimaksudkan untuk menghentikan/menyetop bekerjanya pengembangan. Ini digunakan pada tahapan antara pengembang dan fixing dan cairan itu akan segera menyetop dengan serempak dan merata kerja pengembangan. 2 (dua) fungsi utamanya adalah : 1. memungkinkan pengontrolan yang cermat terhadap pengembangan yang telah terjadi pada film. 2. mencegah turut terbawanya developing agents yang aktif oleh jelatin film ke dalam cairan fixer, yang mana dapat menimbulkan dicroic fog. Stop bath yang paling sederhana adalah air. Pada film yang telah dikembangkan, sisa-sisa cairan pengembangnya yang terdapat pada emulsi film sebagian besar akan terbasuh bersih apabila film dicelupkan ke dalam air untuk kira-kira ½ jam sampai 1 menit. Di sini sebenarnya proses pengembangan tidak terhenti sama sekali melainkan hanya diperlambat. Akan tetapi hal ini masih lebih baik daripada tidak digunakan stop bath sama sekali.

164 135 Apabila dikehendaki penghentian pengembangan dengan cepat, maka sebaiknya digunakan adalah cairan pengembangan yang mengandung asam. Cairan ini akan menetralisir bekerjanya bahan pengembang dengan segera dan dengan demikian menghindarkan kemungkinan terjadinya dichroic fog pada waktu film difixer. Asam yang digunakan antara lain asam asetat, asam citrat dengan kadar keasaman 2-5% Cairan untuk Fixing Bagian-bagian dari emulsi film yang tidak terkena penyinaran tidak berubah menjadi perak metalik pada waktu film dikembangkan (didevelop). Bagian ini masih mengandung lapisan perak halogenida dan masih tetap peka terhadap cahaya. Apabila dibiarkan bagian tersebut lambat laut akan menjadi hitam dan mengkaburkan seluruh gambar. Proses ini menghilangkan/membuang lapisan perak halogenida yang tidak tersinari inilah yang disebut fixing. Ada 4 (empat) jenis fixer : 1. Hypo biasa 2. Acid fixer 3. Acid hardering fixer 4. Rapid fixer Kalau hypo biasa yang digunakan untuk fixing, maka perlu digunakan acid stop bath (bukannya air) yaitu untuk mencegah terjadinya pengotoran karena oksidasi dan dichroic fog. Kadar hypo dalam cairan fixing ini biasanya antara 20-40%. Jika digunakan acid fixer, keasamannya harus dijaga agar sekedar cukup untuk menetralisasi bahan pengembang, akan tetapi tidak cukup kuat untuk memutihkan silver image dari film. Seandainya diperkirakan bahwa suhu air untuk mencuci film diakhir proses ataupun suhu pada waktu mengeringkan film adalah cukup tinggi sehingga mungkin menyebabkan rusaknya jelatin film, maka pada filter dapat ditambahkan bahan pengeras jelatin. Pada umumnya bahan tersebut adalah chrome atau potassium alum. Jika kecepatan waktu lebih diutamakan maka digunakan rapid fixer. Biasanya adalah 20% ammonium thiosulphate atau menambahkan ammnium chlorida pada fixer yang biasa Cairan Pengeras (Hardener) Fungsi dari bahan pengeras/hardener adalah : 1. untuk mengurangi menggembungnya jelatin dari emulsi film pada pemrosesan lebih lanjut. 2. meninggikan ketahanan jelatin terhadap goresan.

165 136 Bahan-bahan yang digunakan sebagai pengeras adalah potassium alum, K2SO4, Al2 (SO4),24H2O, atau chrome alum K, SO4, Cr (SO4), 24H2O dan dicampurkan pada fixer. Bahan ini apabila tergabung dengan jelatin akan meninggikan titik cair jelatin dan menambah ketahanan terhadap goresan Cairan Pelemah (Reducer) Pelamahan (reduction) adalah membuang atau mengurangi perak yang terdapat pada gambar (image) dari hasil pengembangan karena kelebihan penyinaran ( atau terlalu lama) waktu mengembangkan. Proses ini dapat diterapkan pada gambar (image) jenis garis (line), nada lengkap (halftone) dan nada penuh (contonous tone), misalnya untuk gambar-gambar yang terlalu tinggi densitasnya, terlalu kontras atau terselubung pinggirnya. Ada 3 jenis pelemah (reduction) : 1. pelemah permukaan (surface atau subtractive) jenis ini mengurangi densitas yang sama besarnya di seluruh bagian gambar, jadi tidak mengurangi kontras. Jenis ini sangat cocok diterapkan untuk gambar garis dan nada lengkap. Bahan yang digunakan adalah Farmer s reducer yang terdiri dari 2 campuran yaitu campuran A dan campuran B. 2. pelemah sebanding (propotional) jenis ini bekerja secara proporsional, artinya akan mengurangi densitas yang sama prosentasenyadi seluruh bagian gambar. Apabila besarnya prosentase pengurangan = 20% misalnya di bagian yang mempunyai densitas 1.0 akan berkurang 2, sedang di bagian yang mempunyai densitas.1 akan berkurang.02. Jenis pelemah (reducer) ini mengurangi tidak hanya densitas, tetapi juga kontras. Dengan demikian tidak cocok untuk gambar garis dan nada lengkap. 3. pelemah banding tinggi (super propotional) jenis pelemah ini akan mengurangi densitas lebih banyak (bekerja lebih kuat) di bagian yang mempunyai densitas tinggi daripada di bagian yang mempunyai densitas rendah. Ia akan menghasilkan pengurangan kontras yang banyak. Tidak cocok untuk digunakan bagi gambar garis ataupun nada lengkap. Catatan : Farmer s reducer terdiri dari 2 bagian, yaitu Bagian A dan bagian B. Bagian A : Air (hangat) cc Potassium ferisianida - 50 gram Air untuk menjadikan cc

166 137 Bagian B : Air hangat cc Potassium ferisianida gram Air untuk menjadikan cc Larutan A dan larutan B harus disimpan terpisah, dan baru dicampur sesaat akan digunakan. Untuk penggunaan harus dicampur dahulu : 1 bagian dari larutan A 4 bagian dari larutan B 15 bagian air. Apabila bekerjanya terlalu lambat, airnya dapat dikurangi menjadi 8 bagian saja Cairan Penguat (intensifier) Kadang-kadang karena keadaan dapat terjadi bahwa negatif yang dihasilkan agak kurang kehitamannya, misalnya karena kurang penyinaran waktu pemotretan atau kurang cukup waktu mengembangkannya. Dalam hal demikian negatif dapat diperbaiki dengan menggunakan cairan penguat (intensifier). Jenis penguat yang biasa digunakan antara lain penguat merkuri (mercury intebsifier). Resep dari bahan kimia tersebut adalah : Potassium bromida - 22,5 gram Merkuri khlorida - 22,5 gram Air untuk menjadikan cc Untuk menggunakannya, pertama-tama negatif harus diputihkan (bleach) terlebih dahulu dengan campuran bahan kimia tersebut diatas, kemudian dicuci bersih. Sesudah itu barulah negatif tersebut dihitamkan dengan mencelupkannya ke dalam cairan larutan sulfit (sulphite) 10%, cairan pengembang biasa atau cairan larutan aminia 10%. Gambar Film processor merk Tung Shung

167 Cara kerja filter Filter akan meneruskan cahaya dengan warna yang sama dengan warnanya sendiri dan akan menyerap berkas cahaya warna-warna yang lain. Pada fotografi pemisahan warna, umumnya dipakai tiga filter yaitu biru, hijau dan merah masing-masing untuk penyinaran terpisah-pisah. Ini menghasilkan tiga pemisahan negatif untuk pencetakan ketiga warna tinta proses kuning, magenta, dan cyan. Untuk hitam biasanya dipakai kombinasi ketiga filter. Gambar Kerja filter 6.1. Membuat negatif untuk pemisahan warna Model yang berwarna ditempatkan pada bidang model. Kemudian dibuat empat penyinaran yang terpisah, masing-masing dengan selembar film, dengan filter yang berbeda-beda (warnanya) pada lensa kamera untuk setiap penyinaran dan dengan raster yang digeser kedudukannya untuk setiap penyinaran. Gambar Sudut raster Penyinaran yang pertama, untuk negatif cyan dibuat dengan filter merah dan sudut raster 105. Penyinaran kedua, untuk negatif magenta, dibuat dengan filter hijau dan sudut raster 75. Penyinaran ketiga, untuk negatif kuning, dibuat dengan filter biru dan sudut raster 90. Sedang penyinaran keempat, untuk negatif hitam biasanya dibuat dengan tiga kali penyinaran dengan masing-masing menggunakan filter merah, hijau, dan biru pada lembaran film yang sama, sudut raster adalah 45.

168 Pemisahan Warna dengan Raster Semua yang dikatakan sebelumnya tentang reproduksi warna, mempunyai hubungan dengan reproduksi pada bahan nada penuh, untuk cetak dalam itu adalah yang paling cocok, akan tetapi teknik-teknik cetak lain memerlukan pemisahan dengan raster. Pembuatannya dapat dilakukan dengan dua cara yang berlainan : 7.1. Metode langsung Metode ini mencakup pembuatan negatif bagian nada lengkap langsung dari model berwarna dengan memakai raster garis silang atau raster kontak abu-abu dan dengan menggunakan filter. Cara kerja ini biasanya diterapkan pada reproduksi model berwarna yang sederhana. Dalam pembuatan klise koreksi nilai nada dan nilai warna dikerjakan oleh juru etsa warna pada pelat bagian. Dalam lithografi koreksi nilai nada dan nilai warna dilakukan masing-masing pada negatif bagian nada lengkap dan positif bagian nada lengkap. Dalam hal ini juru lito foto mengetsa titik-titik raster menjadi lebih kecil dengan menggunakan bahan pelemah Farmer. Gambar Metode pemisahan warna 7.2. Metode tak langsung Pada cara kerja ini mula-mula dibuat negatif nada penuh dari model berwarna. Pada negatif nada penuh itu dapat dilakukan koreksi nilai nada dan nilai warna dengan menerapkan metode masker yang modern. Untuk pembuatan klise, dari negatif nada penuh yang telah dikoreksi dibuat positif nada lengkap (positif RASTER), yang kemudian dikontak menjadi negatif nada lengkap. Cara kerja lain ialah bahwa mula-mula dari negatif nada penuh dibuat positif nada penuh dengan kontak, yang kemudian dijadikan negatif nada lengkap.

169 140 Untuk pelat kopi positif cetak ofset dari negatif nada penuh yang telah dikoreksi dapat dibuat positif nada lengkap, baik dalam kamera maupun dalam lemari kontak dengan menggunakan raster kontak. Pada positif nada lengkap itu juru lito-foto dapat dikoreksi. Untuk pelat kopi negatif cetak ofset masih diadakan satu langkah lagi, positif nada lengkap yang telah dikoreksi diubah menjadi negatif nada lengkap dengan kontak. Dalam pada itu jumlah kemungkinan untuk koreksi tambah satu lagi, sedangkan karena pengontakan positif nada lengkap, titik-titik raster dalam negatif menjadi tajam. Metode tak langsung kebanyakan lebih disukai daripada metode langsung, oleh karena pada negatif nada penuh dapat dilakukan koreksi dengan jalan foto mekanis, yang berarti penghematan waktu sangat besar Kedudukan Raster Bila tidak diadakan prajaga khusus, cetak tumpang pelat bagian nada lengkap dapat menyebabkan yang disebut moare. Pada gejala ini, terjadi pola berulang pada jarak-jarak tertentu yang terbentuk karena titiktitik raster bertumpangan secara khusus. Untuk mencegah timbulnya moare digunakan kedudukan raster yang saling berbeda pad pelat bagian seperangkat warna. Untuk reproduksi dua warna dipakai kedudukan raster : Warna gelap - 45 Warna terang - 15 Untuk reproduksi tiga warna digunakan kedudukan Gambar Produksi film separasi raster sebagai berikut : Cyan - 45 Magenta - 15 Yellow - 75 Kedudukan magenta dan kuning dapat ditukar. Kedudukan 45 selalu dicadangkan untuk warna paling gelap, oleh karena titik raster yang dalam kedudukan ini dicetakkan pada kertas, dan paling sedikit memberikan efek yang mengganggu. Pada reproduksi empat warna digunakan kedudukan raster seperti di bawah ini

170 141 Gambar Scanning head of color separation scanner Black - 45 Cyan - 15 Magenta - 75 Yellow - 0 Dalam pada itu kedudukan raster sian dan magenta dapat ditukar. Gejala moare yang timbul tidak disebabkan oleh kedudukan 0 pelat kuning, oleh karena kuning merupakan warna yang paling tidak menonjol, dan biasanya tidak mengganggu. Apabila hitam hanya merupakan pelat kerangka, maka warna yang paling menyolok dapat ditempatkan dalam kedudukan 45. Dalam penggunaan raster titik rantai, perlu diterapkan kedudukan raster yang lain. Sebelumnya harus ditentukan arah titik rantai yang merupakan poros panjang titik. Kedudukan raster pelat magenta tidak boleh 75, akan tetapi poros panjang titik untuk warna ini harus tegak lurus pada kedudukan 75. Kedudukan manapun yang diambil untuk pelat magenta dibandingkan dengan titik rantainya harus selalu tegak lurus pada kedudukan yang dipakai pada raster biasa dengan titik-titik persegi. Gambar Proses produksi dari model sampai siap di film

171 Montase film Montase adalah suatu proses menempatkan dan melekatkan secara tepat dan seksama satu atau lebih film positif atau negatif seukuran dengan pelatnya di atas landasan montase yang transparan. Dengan demikian teks dan/ atau gambar film dapat disinari pada posisi yang dikehendaki pada pelat offset. Langkah-langkah dasar adalah sebagai berikut : setelah semua film yang dibutuhkan dibuat oleh juru kamera, juru montase kemudian melekatkan film-film itu, dengan emulsi menghadap ke atas, pada selembar landasan montase yang transparan sesuai dengan imposisi halamannya, seukuran dengan pelat cetak, tepat sebagaimana dimaksudkan juru layout. Kemudian hasil montase itu dibalikkan sehingga dalam kedudukan dapat dibaca, yaitu landasan ada di atas dan sisi emulsinya ada di bawah. Hasil montase dalam kedudukan dapat dibaca ini kemudian ditaruhkan di atas pelat offset yang peka cahaya, pada mesin penyinaran pelat (bingkai pengkopi). Setelah sekian waktu tertentu disinari di bawah sumber cahaya secara intensif, pelat itu kemudian dikembangkan untuk menimbulkan teks dan/atau gambar-gambarnya dan membuat teks dan/atau gambar-gambar itu dapat menyerap tinta pada waktu pencetakan. Gambar Penempelan film saat montase Dalam membuat montase film-film harus ditempatkan dengan sisi emulsi menghadap ke atas dalam posisi tak terbaca. Kemudian, jika hasil montase itu dipasangkan pada pelat berlapisan emulsi (selama pelat itu disinari) sisi emulsi film harus dihimpit erat-erat pada lapisan pelat dalam posisi terbaca dan menghadap ke bawah. Selembar film dikatakan tidak terbaca jika sisi emulsi dalam keadaan terbaca dari kanan ke kiri (terbalik). Negatif-negatif dan positif-positif yang terbalik ini dibutuhkan untuk montase offset Montase Negatf Montase negatif adalah membuat montase yang terdiri dari film-film negatif. Montase negatif ini digunakan untuk menyinari pelat-pelat offset kerja negatif, sehingga menghasilkan teks atau gambar yang positif pada pelat. Untuk montase negatif, semua bagian yang tidak mencetak pada pelat harus ditutupi dengan kertas tak tembus cahaya atau bahan plastik. Setelah bahan tak tembus cahaya ini ditempatkan, film negatif dilekatkan pada bagian tersebut dengan bagian emulsi menghadap ke atas. Semua lubang-lubang dan guratan-guratan walaupun kecil juga tetap harus ditutupi dengan

172 143 lak dengan menggunakan kuas. Lembaran itu kemudian harus dibalik dan bagian-bagian yang mencetak harus dilubangi. Proses negatif lebih rumit terutama waktu penempatan film-film. Juga membutuhkan waktu lebih lama dan keahlian daripada proses montase positif. Keuntungannya hanya bahwa dibutuhkan satu film saja (yaitu film negatif) dab bahwa pelat kerja negatif harganya lebih murah Montase Positif Montase ini terdiri dari film-film positif dan untuk repro dibutuhkan pelat kerja positif. Lembaran montase positif mungkin terdiri dari satu atau sejumlah lembaran-lembaran film positif yang dilekatkan pada selembar plasti transparan seukuran pelat cetak. Pertama kertas layout (biasanya kertas putih) ditempatkan pada permukaan meja montase. Kemudian dibuat sketsa layoutnya ; ukuran pelat, bidang-bidang gambar/teks dan batas-batas cetak, posisi gambar/teks dan sebagainya, semuanya itu harus disketsa pada kertas layout ini. Setelah itu lembaran montase seukuran pelat cetak ditempatkan pada register untuk ditempeli sesuai dengan susunan layout itu. Film-film positifnya kemudian dapat ditempelkan, bagian emulsi di atas, bagian landasan di bawah, dengan menggunakan kertas layout sebagai pedoman. Semua titik-titik lubang dan guratan-guratan pada bidang gambar/teks harus ditutup dengan bahan lak, sedang titik-titik dan guratan-guratan di luar gambar/teks harus dihapuskan. Gambar Montase film

173 144 Keuntungan-keuntungan montase positif adalah : 1. film-film positif dapat langsung dihasilkan dari mesin set foto atau dengan menggunakan film-film positif langsung. 2. film-film positif lebih mudah (daripada film negatif) untuk ditumpang tindihkan pada register, terutama untuk pekerjaan-pekerjaan warna. seni pekerjaan tangan untuk poster dan sebagainya dapat dicatkan atau dituliskan pada lembaran transparan dan lembaran ini dapat langsung disinari di atas pelat. Keterangan : 1. tanda-tanda tengah 2. side lay (letak samping) 3. gripper (penjepit) 4. batas kemungkinan cetak 5. tanda urutan lembaran Gambar Montase 8 halaman buku

174 Drum Scanner dan Film Processor Cara pemrosesan film yang manual hingga melakukan montase seperti diatas, sudah banyak ditinggalkan oleh banyak percetakan. Disamping waktu pengerjaannya membutuhkan waktu yang lama, hasilnya juga tidak maksimal. Pada pemrosesan cara ini peluang pengembangan titik raster akan semakin besar dan faktor human error sangat tinggi. Gambar Diagram skematis pemisahan warna scanner Keterangan : 1. supply cassette 2. transport rollers 3. drum 4. drum supports 5. punch 6. blade 7. take-up cassette 8. optical and deflecting system 9. transport system 10. vibration dampers 11. photographic material 12. laser beam Gambar Bagan scanner drum

175 146 Quicksetter 460 Quasar Gambar The drum imagesetter Quasar

176 147 Imagesetter PI-M Series Film Processor Gambar The drum imagesetter and Film Processor Imagesetter Drum Imagesetter

177 Pelat cetak offset Selembar pelat offset adalah lembaran logam yang tipis ataupun lembaran kertas dimana acuan cetak yang ditintai dipindahkan ke atas silinder karet offset selama pelaksanaan offset. Setiap pelat offset punya dua daerah yang terpisah dan berbeda yaitu bagian yang tidak mencetak dan bagian gambar/teks (acuan cetak). a. Bagian yang tidak mencetak dari pelat itu tidak mengandung gambar teks atau perwujudan yang lain. Karena mempunyai sifat mengandung air, bagian ini menyerap air dan mengandung lapisan air yang tipis pada permukaannya. Ini akan menolak masuknya tinta, bila rol tinta bergulung di atasnya. b. Bagian gambar/ teks (bagian yang mencetak) pada pelat merupakan daerah cetak, yang sedikit berminyak, sehingga menolak melekatnya air, tetapi menerima melekatnya tinta. Gambar Struktur pelat cetak offset Pelat offset terbuat dari kertas, kertas berlapis plastik, seng, aluminium. Jenis-jenis utama pelat offset, antara lain : - pelat-pelat permukaan (surface plates) adalah pelat-pelat yang paling umum dipakai, terutama dengan mesin-mesin cetak yang lebih kecil dan duplikator. Pada pelat jenis ini bagian yang mencetak sepermukaan dengan bagian yang tidak mencetak. - Pelat yang dietsa dalam, dimana acuan cetaknya dietsa sampai kedalaman tertentu, sedikit dibawah permukaan bidang yang tidak mencetak. Acuan cetak pada pelat logam yang dietsa ini terisi tinta, mempunyai kemampuan mengandung tinta yang lebih besar dan daya cetak yang lebih lama daripada pelat permukaan.

178 149 Pelat cetak offset dibagi menjadi 2 (dua) yaitu pelat positif dan pelat negatif. Yang dimaksud pelat positif yaitu untuk disinari di bawah montase film positif yang menghasilkan acuan yang positif pada pelat setelah dikembangkan. Bagian yang transparan pada montasenya akan muncul sebagai bagian yang tidak mencetak di atas pelat. Sebaliknya bagian yang kelam akan muncul tercetak. Pelat negatif dimaksudkan untuk disinari di bawah montase film negatif, tetapi menghasilkan acuan cetak yang positif pada pelat setelah dikembangkan Skala Kekelabuan (grey scale) Untuk mengontrol waktu penyinaran, skala kekelabuan dapat disertakan pada potongan montasan sepanjang sisi gripper. Skala ini dapat diberikan baik pada pelat positif maupun pelat negatif Pengembangan Pelat Pelat harus dikembangkan dengan bahan-bahan kimia yang dianjurkan oleh pabrik pembuat pelat tersebut. Sesudah bahan pengembang dikenakan pada pelat, maka pelat harus bebas dari emulsi pada bagian yang tidak mencetak. Ini dikerjakan dengan sikat yang halus dan gerakan berputar sambil menekan sedikit. Sesudah pelat dikembangkan, pelat dicuci dengan air, dikeringkan dan kemjudian diberi gum. Gum ini berfungsi untuk menghindarkan oksidasi pada bidang-bidang yang tidak mencetak atau bagian yang tidak mencetak tetap peka terhadap air. Gum ini berfungsi juga mencegah pelat dari debu, tinta dan lumuran gemuk. Gambar Bak tempat pengembangan pelat

179 150 Gambar Skema permukaan pelat Berikut contoh kasus problem pelat dan cara penanganannya : Tabel 4.1. Problem pelat dan cara penanganannya Langkah Kasus Problem Kondisi film Density rendah Daya cetak turun, hasil cetak kotor. Fog (berkabut) Hasil cetak kotor, daya cetak turun. Noda, kotor Bintik pada plate Penyimpanan pelat Panas Hasil cetak kotor Kelembaban tinggi Daya cetak turun Exposure Over expose Titik menjadi kecil, daya cetak menurun Under expose Titik menjadi besar Cetak kotor, garis tepi film timbul Developer Over developed Daya cetak turun, emulsi pelat menjadi tipis. Konsentrasi tinggi Temperature tinggi Under developer Hasil cetak kotor Konsentrasi rendah Developer Singkat Salah developer Gambar hilang Corector Terlalu lama Hasil cetak kotor, non image terkikis Terlalu singkat Noda tidak hilang dengan sempurna Gum Terlalu tebal Hasil cetak kotor, emulsi pelat terangkat Terlalu tipis Hasil cetak kotor Cetak Penanganan kasar Tergores, sobek, kesulitan dalam ketepatan cetak. Tinta Keras (lama) Hasil cetak kotor, daya cetak menurun Pengencer berlebihan Hasil cetak kotor Kualitas rendah Hasil cetak kotor Kertas Debu Hasil cetak kotor Daya cetak menurun Permukaan kasar Daya cetak menurun Blanket Underlay terlalu tebal Daya cetak menurun Plate packing Underlay terlalu tebal Daya cetak menurun Form rollers Tekanan tinggi Daya cetak menurun, tergores

180 Membuat pelat dengan beberapa image Dalam proses membuat barang cetakan, sebaiknya diperhatikan apakah langkah yang kita ambil sudah efesien ataukah belum. Kadang kita harus memilih, apakah melakukan penghematan pada film, jumlah naik cetak, atau bahan/ kertas yang digunakan. Hal ini tentunya tidak terlepas dengan banyak dan sedikitnya jumlah cetakan dan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Jika didapati pekerjaan dengan oplag besar, warna cetakan sederhana (satu warna) dan ukuran/ dimensi cetakan kecil tidak sebanding dengan ukuran mesin cetak yang digunakan, kita dapat melakukan penghematan pada film dan berapa jumlah naik cetak. Dengan melihat karakter dari pekerjaan, kita dapat menentukan langkah yang terbaik untuk melakukan penghematan, antara lain : 1. Model/ desain cetakan hanya satu, film di letakkan diatas pelat dengan cara : bagian pelat yang lain ditutup dengan kertas hitam lalu diekpose, demikian seterusnya hingga ke empat model yang sama dapat diekpose dalam satu pelat. Gambar Bagian demi bagian pelat di ekpose Gambar Film yang sama diekpose dalam satu pelat

181 Model/ desain cetakan jumlahnya lebih dari satu, film yang berbeda diekpose diatas satu pelat. Jika film yang akan dicetak merupakan repeat order (order ulang) yang sudah ada filmnya, maka langkah pengekpossan yang dilakukan, dengan sistem buka tutup, sama dengan point 1. Ekpose pelat dengan berbagai karakter model yang berbeda harus diperhatikan waktu penyinaran yang ideal untuk menghasilkan kualitas image yang kita kehendaki. Gambar 4.51 memperlihatkan Gambar Berbagai image diekpose dalam satu pelat model raster dan blok dalam satu pelat. 11. Pelat cetak daur ulang Pelat bekas. Di percetakan, pelat bekas cetak yang akan didaur ulang kembali, sering tidak disimpan dengan baik oleh para operator cetak, dan sering kurang diperlakukan secara apik. Kita sering lihat sendiri bagaimana ruangan cetak seperti bak sampah depan rumah kita saja. Bekas tinta, oli mesin, kertas bekas dan lain-lain berserakan tidak teratur. Sehingga pelat bekas, termasuk juga pelat yang akan dipakai cetak ulang, sering tergores oleh benda keras, permukaan pelat cekung tidak lagi rata, terkena lemak minyak pelumas dan lain sebagainya. Hal ini dapat mempengaruhi hasil akhir dalam pembuatan pelat daur ulang, seperti pelat tergores mengakibatkan pada bagian yang tergores dapat menarik tinta, pelat cekung menjadikan emulsi pelat tidak rata, lemak minyak pelumas menimbulkan gumpalan kecil-kecil pada permukaan pelat dan terdapat titiktitik putih pada permukaan pelat (pin hole). Kejadian-kejadian seperti diatas tadi sering terjadi pada pelat daur ulang. Memang dalam pemilihan pelat bekas yang akan dijadikan pelat offset siap pakai diperlukan ketelitian agar pelat bekas tersebut layak untuk didaur ulang kembali Bahan peka cahaya atau photosensitive layer Melalui proses kimia, pelat bekas dibersihkan dari bekas-bekas tinta, lemak, emulsi (Photosensitive layer), agar mendapatkan lembaran pelat yang layak digunakan. Pelat bekas yang sudah bersih ini diproses menjadi pelat yang siap digunakan lagi. proses pembuatan pelat baru atau daur ulang, melalui proses yang sama. Dengan demikian pelat daur uloang mengalami proses electrograining dua kali. Yang terjadi pada pelat daur ulang adalah ketebalan pelat menipis, dan daya lekat lapisan peka cahaya (photosensitive layer) ini akan berkurang,

182 153 disebabkan dangkalnya akar yang melekat pada permukaan pelat. Oleh karena itu pelat daur ulang tidak dianjurkan untuk mencetak diatas druck. Gambar dibawah ini memperlihatkan perbandingan antara pelat baru dan daur ulang. Ciri-ciri pelat daur ulang, antara lain : Sering terdapat lipatan pada sisi panjang, yang disebabkan oleh penjepit pelat pada silinder. Sisi belakang pelat kusam, tidak seperti pelat yang baru Terdapat tanda register yang berlainan (karena menggunakan pelat bekas dari berbagai merek) Pada sisi panjang kadang terdapat lubang, bekas pelubang (punch register) Permukaan pelat bergelombang dan tidak semulus pelat baru. Potongan pelat tidak sama Pelat cenderung melengkung Pada bagian sudut pelat teropong (sering dilakukan oleh operator cetak dengan memotong sudut pelat agar lebih mudah kanan-kiri untuk mencari ketepatan cetak). Terlepas dari pro dan kontra pelat daur ulang, kita patut memberikan tempat khusus atas kehadiran pelat daur ulang, yang memberikan alternatif pilihan untuk berhemat karena harga ongkos cetak yang cenderung turun bebas. Gambar Graining pada pelat cetak Gambar Plate making Gambar Proses produksi dari membuat model hingga print finishing

183 154 Gambar Diagram proses transfer data file ke RIP dilanjutkan ke berbagai media (CtFilm, CtPlate, CtPress) Gambar Plate making

184 155 Gambar Contact copier Gambar Plate processor

185 156 Gambar Plate making Gambar Computer to Plate

186 BAB V KALKULASI GRAFIKA Secara etimologi kalkulasi berasal dari kata dalam bahasa Inggris Calculation yang berarti perhitungan. Kalkulasi dalam dunia grafika berarti menghitung biaya pekerjaan pencetakan. Kalkulasi biaya cetak adalah biaya untuk pekerjaan yang menyangkut kegiatan dalam proses cetak, antara lain biaya desain, setting, film, pembuatan pelat cetak, pencetakan, penjilidan, dan biayabiaya lain yang diperlukan. Fungsi kalkulasi biaya cetak buku (Mardjuki, 2001:2) dapat dirumuskan sebagai berikut: 1). Bagi percetakan berfungsi untuk : menentukan harga jual jasa grafika yang dihasilkan, mengantisipasi permintaan harga pasar, mengetahui biaya pembuatan suatu barang cetakan, mengetahui tingkat produktivitas dan keuntungan perusahaan, mengetahui tingkat pengembalian modal perusahaaan, dan 2). Bagi pelanggan/ penerbit berfungsi untuk : keperluan perencanaan anggaran biaya cetak, membuat owner estimate (OE) dan bahan negosiasi harga, mengetahui biaya cetak yang harus dikeluarkan oleh perusahaan, mengantisipasi biaya cetak pada periode mendatang. Metode kalkulasi atau perhitungan biaya cetak dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu : perhitungan biaya berdasarkan tarif per komponen cetak, dan harga pokok per jam. Pada metode perhitungan biaya berdasarkan tarif perusahaan sudah menetapkan table/ tarif harga untuk mesingmasing satuan pekerjaan ( misal : desain 1 cm = Rp. 20,-, cetak per lintasan untuk mesin cetak ½ plano Rp.17,5,- dst.). Dengan adanya penentuan tarif tersebut memudahkan, mempercepat kerja, dan memiliki keseragaman harga untuk pekerjaan yang sejenis. Metode kalkulasi harga pokok per jam biasanya digunakan di perusahaan besar di mana permesinan dan alat-alat lain digunakan secara tetap dan terus menerus serta terdapatnya petugas yang mampu menghitung pembiayaan operasional dari tiap mesin. Harga pokok ialah semua biaya yang telah dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk barang cetakan. 1. Tugas Estimator Seorang yang bertugas melakukan kalkuasi atas baya produksi dan menentukan harga jual dalam suatu percetakan disebut istimator. Estimator menempati kedudukan penting dalam perusahaan percetakan, karena struktur harga dan bisnis suatu percetakan bergantung sepenuhnya dan pertimbangan, kemampuan dan pengalamannya. Dia harus selalu peka terhadap perubahan harga dan perubahan cara kerja yang terjadi. Estimator harus pula selalu waspada terhadap 157

187 158 perkembangan semua biaya yang erat hubungannya dengan percetakan atau dengan produksi. Ia menempati kedudukan yang menentukan, disebabkan karena semua pekerjaan yang diterima oleh perusahaan selamanya harus melalui penanganan estimator terlebih dahulu. Maka kedudukannya merupakan tempat untuk mencari dan mendapatkan keseimbangan. Bila ia menghitung harga terlalu tinggi, perusahaan tidak akan mendapatkan pekerjaan. Sebaliknya bila menghitung terlalu rendah, akan terjadi kerugian, karena perusahaan tidak mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkannya. Diharapkan estimator selalu memberikan harga jual yang wajar dengan tidak melupakan semua biaya tetap, semua biaya tidak tetap serta biaya lain harus benar-benar terwakilkan dalam harga jual tersebut dan dapat mempetimbangkan keuntungan yang wajar pula untuk dapat mengembalikan ke dalam investasi. Dengan segera ia harus dapat melihat semua pembiayaan lain seperti komisi penjualan sampai kepada biaya-biaya penyerahan Mengerjakan kalkulasi yang benar mempunyai tiga prinsip dasar : 1. Semua harga harus didasarkan pada biaya nyata dan wajar. 2. Dalam harga harus sudah termasuk keuntungan wajar dan pengembaliannya kepada investasi (return on investment) 3. Semua harga tensusun dan berasal dari sesuatu prosedur yang tetap. Banyak perusahaan tiap tahun menderita kerugian, disebabkan karena : a. estimator tidak membiasakan diri dengan menggunakan pembiayaan yang nyata dan tidak pula secara tetap memasukkan biaya-biaya tak langsung dalam menghitung biaya produksi cetaknya. b. ketidakakuratan seorang estimator yang tidak secara tetap memasukkan faktor keuntungan yang wajar pada tiap pekerjaannya. Motivasi utama dan perekonomian adalah keuntungan, tanpa keuntungan sesuatu usaha mustahil dapat berhasil. Seorang istimator dapat berfungsi sebagiai tenaga pembukuan rutin atau sebagai alat dari manajemen. Sebagai tenaga pembukuan, tugasnya adalah menganalisa dan menentukan harga tiap pekerjaan dengan menggunakan tabel dan ikhtisar tarif yang telah disusun oleh manajer. Dalam hal ini Ia tidak mempertimbangkan problema penentuan biaya tertentu seperti misalnya turun naiknya harga, asuransi, penyusunan anggaran, pendistribusian anggaran ke bagianbagian yang berproduksi, dsb. Sebagai alat manajer, ia merupakan tangan dan manager, tugasnya ia harus mempelajari biaya tetap tahunan, ia harus membuat dan meneliti anggaran biaya atau mendistribusikan biaya-biaya itu

188 159 pada bagian-bagian yang berproduksi. Untuk pekerjaan ini diperlukan ketekunan dan ketelitian. Tugasnya rumit dan memerlukan pengalaman dan kemampuan untuk meniai suatu keadaan. Sehingga boleh dikatakan pekerjaan seorang estimator harus selalu didasarkan ada fakta nyata, penilaian kritis dan pengalaman yang memadai. Sangatlah merugikan bila seorang estimator bekerja berdasar kira-kira konkurensi atau pada dasar yang samara-samar Persyaratan bagi seorang Estimator. Persyaratan utama atau yang penting bagi seorang estimator adalah pengalaman praktis dalam kalkulasi dan pengalaman yang memadai tentang mekanisrne percetakan. Pengetahuan-pengetahuan yang harus dimiliki seorang estimator adalah a. Pengetahuan Teknis. Pengetahuan yang sempurna tentang proses cetak merupakan hal yang mutlak bagi seorang estimator. Karena sebelum menentukan biaya suatu pekerjaan, ia harus mengetahui terlebih dulu mengenai metode pengerjaannya yang paling efisien, alat-alat yang digunakan, kebutuhan listrik yang digunakan serta bahan apa yang diperlukan. b. Pengetahuan Matematika (ilmu berhitung) Pengetahuan matematika sederhana seperti penambahan, pengurangan, perkalian, pembagian, penjumlahan, prosentase dan semacamnya. c. Pengetahuan tentang manajemen. Pengetahuan tentang manajemen, sangat diperlukan karena tidak jarang seorang estimator diminta bantuan untuk memberi penilaian tentang manajemen atau dilibatkan dalam tugastugas eksekutif. Pengenalan berbagai problema yang dihadapi oleh seorang estimator, pengetahuan tentang ekonomi dan pemasaran akan sangat benguna bagi seorang estimator sehingga akan memahami hubungan antara penjualan, volume, harga dan keuntungan. d. Pengetahuan tentang kalkulasi. Pengetahuan ini akan memberikan pengetahuan tentang peranan dan lingkup tugas seorang estimator, demikian pula tentang perhitungan pemakalan kertas, pemakaian tinta, jam kerja mesin, dsb. 2. Proses Produksi Proses produksi merupakan peristiwa yang terdiri dari beberapa proses mulai dan persiapan sampai penyelesaian grafika. Terutama dalam mencetak buku proses produksi buku dapat menentukan kualitas fisiknya. Proses produksi buku selain dapat menentukan kualitas juga akan

189 160 menentukan biaya produksinya. Setiap estimator yang menghitung biaya cetak buku harus memahami proses produksi terlebih dahulu. Proses produksi buku dengan melalui teknik cetak ofset pada umumnya dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap produksinya. Menghitung biaya pencetakan buku dengan menggunakan teknik cetak ofset meliputi unsur/komponen biaya, antara lain: a. biaya desain isi dan kulit buku, b. biaya setting naskah, c. biaya montase isi buku, d. biaya pembuatan film negatif dan positif (isi buku cetakan hitam putih) e. biaya pembuatan film separasi (cover buku) f. biaya pembuatan pelat cetak isi, g. biaya pembuatan pelat cetak kulit, h. biaya kertas isi buku, i. biaya kertas kulit buku, j. biaya cetak isi buku, k. biaya cetak kulit buku, l. biaya penjilidan (lipat, komplit, jahit), m. biaya memotong (kertas isi, kertas kulit, dan buku) n. biaya pengepakan, o. total biaya p. keuntungan (10 20 %) q. total biaya termasuk keuntungan, r. pajak (PPn + PPh) 11,5 % s. total biaya termasuk keuntungan dan pajak, t. harga per buku, u. harga per halaman Rumus untuk Menghitung Biaya Cetak Buku Berdasarkan Tarif ( Sentot, 2001:14-17) 1. Rumus menghitung biaya desain. Jumlah desain x harga per desain 2. Rumus menghitung biaya setting Jumlah halaman setting x harga setting per halaman

190 a. Rumus menghitung biaya pemotretan dan pemrosesan film negatif atau positif (hitamputih) Jumlah halaman x luas halaman x harga film jadi per cm2 b) Rumus menghitung biaya pemotretan dan pemrosesan film separasi: Jumlah model x luas model x harga film separasi per cm 4. Rumus menghitung biaya montase: Untuk menghitung biaya montase pada awalnya estimator harus menghitung jumlah halaman dalam satu montase dengan rumus a) Selanjutnya menghitung jumlah montase untuk satu buku dengan rumus: b) c) Setelah itu menghitung biaya montase dengan rumus Jumlah montase x biaya montase per lembar 5. Rumus menghitung biaya pelat cetak: Untuk menghitung biaya pembuatan pelat cetak dapat digunakan patokan jumlah montase = jumlah pelat. Rumusnya adalah: Jumlah montase atau jumlah pelat cetak x harga pelat cetak jadi per lembar (termasuk biaya ekpose) 6. Rumus menghitung biaya kertas isi buku berdasarkan harga kertas per rim 7. Rumus menghitung biaya kertas kulit berdasarkan harga kertas per rim:

191 Rumus menghitung biaya cetak Jumlah pelat cetak x oplah cetak x harga ongkos cetak per lintasan x inschiet (%) 9. Rumus menghitung biaya melipat Jumlah katern x ongkos melipat per katern x inschiet (%) 10. Rumus menghitung biaya mengkomplit Oplah cetak x ongkos mengomplit per buku 11. Rumus menghitung biaya menjahit: Ongkos menjahit per buku x inschiet (%) atau Biaya penjilidan: Oplah cetak x jumlah halaman buku x ongkos jilid per halaman 12. Rumus menghitung biaya potong: a. Biaya potong kertas sebelum dicetak Kertas isi : Luas kertas x gramatur x jumlah halaman x oplah x inschiet x jumlah hal dalam 1 lembar plano x biaya potong/kg Luas kertas x gramatur x oplah x inschiet Kertas kulit : x jumlah hal dalam 1 lembar plano b. Oplah cetak x biaya potong per buku x biaya potong/kg 13. Rumus menghitung harga per halaman: 14. Rumus menghitung keuntungan: Total biaya + prosentase (%) keuntungan dari total biaya

192 Rumus menghitung Pajak : (Total biaya + keuntungan) + (prosentase (%) pajak dari total biaya + keuntungan 16. Rumus menghitung harga per buku: 17. Rumus menghitung harga per halaman Contoh Perhitungan Biaya Cetak Buku Berdasarkan Tarif Untuk menghitung biaya cetak buku berdasarkan tarif ini, seorang estimator perusahaan non percetakan harus menyusun terlebih dahulu tarif komponen biaya cetak. Cara menyusun komponen biaya cetak ada dua cara, yaitu: 1. Melakukan observasi ke beberapa perusahaan setting, repro, dan percetakan, untuk memperoleh data komponen biaya cetak. Dan data tersebut selanjutnya dibuat tabel harga komponen biaya cetak. 2. Menyusun tarif komponen biaya cetak dengan model perusahaan percetakan buku. Selanjutnya untuk menyusun harga-harga bahan baku antara lain kertas cetak, kawat jahit, lem, benang, dan bahan-bahan lain dapat diperoleh dengan observasi atau menanyakan harga ke para supplier penjual bahan baku grafika yang ada, sebagaimana contoh di bawah ini: Spesifikasi Buku : Ukuran buku Jumlah halaman isi + kulit Warna isi Warna kulit Kertas isi Kertas kulit Mesin Oliver 72 Penjilidan Oplah : A4 (21 x 29,7 cm) : 84 halaman : 1 warna (hitam) : 4 warna : HVS 80 gram uk. 61 x 86 cm ( Rp ,-/rim) : Ivory 2 muka 190 gsm uk. 79 x 109 cm (Rp /rim) : Maksimum ukuran kertas 51 x 71 cm : Jahit kawat : eksemplar

193 164 a. Menghitung biaya desain kulit. Contoh: - Jumlah desain = 1 - Harga desain per buku Rp ,- - Biaya desain 1 x Rp ,00 = Rp ,- b. Menghitung biaya setting naskah. Contoh: - Jumlah halaman setting = 80 halaman - Ukuran buku = A4 (21 x 29,7 cm) - Harga setting per halaman Rp ,- - Biaya setting = 80 x Rp ,00 = Rp ,- c. Menghitung biaya montase dan pemrosesan film negatif (isi buku). Contoh: - Jumlah halaman = 80 halaman - Ukuran buku = A4 (21 x 29,7 cm), naik cetak 4 halaman (44 x 59,4 cm) + inchiet 1 cm - Harga pembuatan film negatif per cm2 = Rp. 20,00 - Biaya pembuatan film negatif =45 x 60,4 x 20 lbr x Rp. 20,00 = Rp ,- d. Menghitung biaya pemrosesan film separasi (kulit). Contoh: - Jumlah model = 1 (naik 2 mata) - Ukuran model = 32 x 22 cm - Harga pembuatan film separasi per cm2 = Rp. 80,- - Biaya pembuatan film negatif = 1 x 64 x 44 x Rp. 80,- = Rp ,- e. Menghitung biaya pelat cetak isi dan kulit. Contoh: - Jumlah pelat cetak isi = 80 : 4 = 20 lbr - Jumlah pelat kulit = 4 - Harga pelat cetak per lembar = Rp ,- (max. oplah eks.) - Biaya pelat cetak = (20 + 4) x Rp ,- = Rp ,- f. Menghitung biaya kertas isi. Contoh: - Oplah cetak = eksemplar

194 165 - Jumlah halaman = 80 halaman - Prosentase inschiet = 5% - Harga kertas plano per rim = Rp ,- - 1 lembar plano berisi 16 halaman - Biaya kertas isi = eks x x 80 x 105% = Rp ,- 16 x 500 g. Menghitung biaya kertas kulit. Contoh: - Oplah cetak eksemplar - Prosentase inschiet =10% - Harga kertas plano per rim = Rp ,- - Jumlah kulit buku dalam satu lembar plano kertas = 5 lembar - Biaya kertas kulit = eks x x 110% = Rp ,- 5 x 500 h. Menghitung biaya cetak isi. Contoh: - Warna isi 1 warna - Inschiet = 5% - Jumlah pelat cetak isi = 20 - Ongkos cetak isi per lintasan Rp. 12,- - Oplah cetak = eksemplar - Biaya cetak isi = 20 x Rp. 12,- x x 105% = Rp ,- i. Menghitung biaya cetak kulit. Contoh: - Warna kulit = 4 (C, M, Y, K) - Inschiet = 10% - Jumlah pelat cetak kulit 4 - Ongkos cetak kulit per lintasan = Rp. 20,- - Oplah cetak eksemplar - Biaya cetak kulit = 4 x Rp. 20,- x x 110% = Rp ,-

195 166 j. Menghitung biaya melipat katem. Contoh: - Jumlah halaman buku = 80 halaman - Jumlah katern = 80 : 8 = 10 katern - Ongkos melipat per katern (8 halaman) = Rp. 10,- - Oplah cetak eksemplar - Biaya melipat x (10 x Rp. 10,- x 105%) = Rp ,- k. Menghitung biaya mengomplit. Contoh: - Oplah cetak eksemplar - Ongkos mengomplit per buku = Rp. 55,- - Biaya mengomplit x Rp. 55,- x 105% = Rp ,- l. Menghitung biaya menjahit. Contoh: - Oplah cetak = eksemplar - Ongkos menjahit per buku Rp. 40,00 - Biaya menjahit = x Rp. 40,- x 105% = Rp ,- m. Menghitung biaya potong ( biaya potong kertas sebelum dicetak tidak dihitung) Contoh: - Oplah cetak = eksemplar - Ongkos potong per buku Rp. 15,- Biaya memotong buku = x Rp. 15,- = Rp ,- n. Menghitung biaya pengepakan. Contoh: - Oplah cetak eksemplar - Jumlah buku dalam satu box = 300 buku - Harga box = Rp ,- Biaya pengepakan

196 167 o. Total biaya (point a. sampai dengan point n.) = Rp ,66,- p. Keuntungan (20%) = 20% x Rp ,66,- = Rp ,332,- q. Jumlah total biaya + keuntungan Rp ,992,- r. Pajak (Ppn/Pph) 11,5% = 11,5%x Rp ,992,- = Rp ,24,- s. Total biaya + keuntungan + pajak = Rp ,232,- t. Biaya produksi perbuku Rp ,232,- : eks = Rp. 4859,- Catatan: Biaya/ tarif/ harga per komponen cetak, misalnya harga kertas, biaya setting, dan lain-lainnya yang digunakan dalam contoh perhitungan biaya cetak buku adalah berdasarkan biaya/ tarif/ harga pasar pada saat perhitungan ini dibuat. Oleh karena itu perhitungan yang sebenarnya harus berdasarkan harga aktual. 3. Toeslag/ Biaya Gudang Bahan baku dan penolong biasanya tidak langsung dipakai setelah dibeli, bahan itu untuk beberapa lamanya disimpan di gudang. Oleh karena gudang itu mengeluarkan biaya, maka biaya gudang ini ditambahkan (sebagai toeslag) di atas harga bahan baku dan penolong yang dipergunakan dalam satu tahun. Jadi sebenarnya nilai bahan baku ada saat dipakainya terdiri dari: a. harga belinya b. biaya angkutnya sampai ke gudang perusahaan c. biaya selama di dalam gudang. Yang termasuk biaya gudang adalah : gaji karyawan dibagian gudang, pemeliharaan dan perbaikan gudang, biaya tempat dan biaya umum yang dibebankan kepada bagian gudang (berdasarkan prosentase). Besarnya persentasi toeslag/biaya gudang diperoleh dengan cara memperbandingkan biaya gudang dengan nilai barang yang keluar dalam satu tahun, dengan memakai rumus sebagai berikut: Biaya Gudang Nilai barang yang keluar dalam setahun x 100% toeslag/ biaya gudang Contoh: Gudang perusahaan Percetakan Ali, diperkirakan dalam tahun 2008 akan diisi bahan baku/penolong bernilai Rp ,-. Bahan-bahan itu seluruhnya dipergunakan untuk melayani order-order cetak pada tahun tersebut. Jumlah biaya gudang dalam tahun tersebut sebesar Rp ,- Berapa

197 168 prosen toeslag/biaya gudang yang akan diperhitungkan dalam tahun 2008, dengan menggunakan rumus tersebut maka toeslag/biaya gudang yang akan diperhitungkan adalah: x100% = 4.75% Biaya Ekspedisi Ekspedisi adalah pengiriman barang jadi dan percetakan kepada pemesan. Biaya ekspedisi adalah tambahan biaya untuk setiap barang cetakan untuk menutup biaya yang dikeluarkan oleh bagian ekspedisi. Biaya ekspedisi meliputi: biaya pengepakan, biaya pengiriman, biaya karyawan bagian ekspedisi, biaya tidak langsung (seperti bensin, pelumas, kertas dan lain-lain). Juga dimasukkan biaya ekspedisi; biaya pemeliharaan dan perbaikan di bagian ekspedisi, biaya tempat, penyusutan dan bunga investasi pada bagian ekspedisi. Besarnya prosentase biaya ekspedisi dihitung dengan cara memperbandingkan antara biaya ekspedisi dengan jumlah biaya produksi dalam satu tahun. Toeslag/biaya produksi ini kita tambahkan pada biaya produksi barang cetakan yang akan dikirnim. Kita anggap barang produksi kita itu dikirim di dalam satu daerah tertentu yang merupakan daerah operasional perusahaan. Apabila barang produksi itu kita kirimkan ke daerah yang jauh, maka biaya pengiriman dapat kita hitung tersendiri. Dengan demikian Rumus menghitung prosentase biaya ekspedisi adalah sebagai berikut Biaya ekspedisi (Jumlah biaya produksi dikurangi biaya ekspedisi) x 100% = biaya ekspedisi Contoh: Dalam tahun 2008 jumlah biaya produksi percetakan Ali diperkirakan mencapai Rp ,- dan jumlah biaya ekspedisi pada tahun tersebut sebesar Rp ,- berapa prosen biaya ekspedisi?, maka biaya ekspedisi Percetakan Ali dalam tahun 2008 adalah sebesar 4,17 % dengan perhitungan sebagai berikut: x 100% = 4.17% ( ) 5. Matriks Kertas Cetak Industri kertas di Indonesia, menggunakan standar yang dikenal dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) untuk ukuran dan berat kertas. Norma SNI mengacu pada ISO (International Standard

198 169 Organization) yang berkedudukan di Amerika. ISO ditetapkan sejak tahun Di Jerman, metrikasi untuk bahan baku kertas dan produk Iainnya ditetapkan oleh DIN (Dutch Standard Norma), yang ditetapkan sejak tahun Ukuran kertas pada sistem ISO menggunakan perbandingan lebar dan panjang yang tetap ialah 1: V2. Contoh: Lebar suatu ukuran kertas adalah 1189 mm maka panjangnya = 1189 x V2 = 1682 Sehingga ukuran kertas tersebut adalah 1189 x 1682 mm. Dengan sistem ISO ini telah dibuat suatu variasi ukuran yang disebut seri. Seri yang telah ditentukan adalah seri A, seri B, seri C dan seri D. Berikut ini dijabarkan beberapa variasi ukuran dan kegunaannya; 5.1. Seri A. Awalnya ditetapkan untuk ukuran kop surat a dan kertas persediaan (triming size) A 0 = 841 x 1189 mm A 1 = 594 x 841 mm A 2 = 420 x 594 mm A 3 = 297 x 420 mm A 4 = 210 x 297mm, dst. Dari ukuran-ukuran tersebut dapat dibuat ukuran kasar, yaitu ukuran untuk memperoleh potongan yang tepat terhadap potongan kertas di atas. Ukuran kasar yang dikembangkan dan ukuran di atas adalah RA 0 = 860 x 1220 mm SRA 0 = 900 x 1280 mm RA 1 = 610 x 860 mm SRA 1 = 640 x 900 mm RA 2 = 430 x 610 mm SRA 2 = 450 x 640 mm 5.2. Seri B. Ditetapkan untuk cetakan jenis poster dan produk cetakan yang besar lainnya : B0 = 1000 x 1414 mm B1 = 707 x 1000 mm B2 = 500 x 707 mm B3 = 353 x 500 mm B4 = 250x 353 mm, dst Seri C. Standar ukuran yang dibuat untuk keperluan amplop, karat pos, dan barang cetakan lain. Seri C dikembangkan sehubungan dengan sisipan seri A terhadap seri C, misalnya seri A4 dapat dimasukkan ke amplop seri C4. C0 = 917 x 1297 mm

199 170 Cl = 648 x 917 mm C2 = 458 x 648 mm C3 = 324 x 458 mm C4 = 229 x 324 mm, dst Seri D. Ditetapkan untuk barang cetakan. Dl = 771 x 1090 mm D2 = 545 x 771 mm D3 = 385 x 545 mm D4 = 272 x 385 mm, dst. Penentuan ukuran dari atas ke ukuran di bawahnya adalah dengan cara membagi panjang dan ukuran di atasnya sedangkan lebarnya tetap: Contoh dari ukuran A2 (420 x 594 mm) ke A : 2 = 297, jadi ukuran A3 297 x 420. Bila dalam pembagian terdapat angka dibelakang koma maka angka tcrsebut dihilangkan. Contoh dan A0 (841 x 1189 mm ) ke Al harusnya 841 x 594,5 mm menjadi 841 x 594 mm.

200 BAB VI ACUAN CETAK FLEKSOGRAFI DAN PAD PRINTING 1. Acuan Cetak Photopolymer Flexography Salah satu teknik cetak tinggi yang menggunakan acuan dari karet yang dipasang pada silinder penekan dan barang yang akan dicetak berupa gulungan kertas, lembar alumunium, plastik dan lain-lain dikenal dengan nama flexography. Flexography adalah metode cetak tinggi yang menggunakan mesin cetak Gambar 6.1. Prinsip kerja acuan cetak konvensional berputar (rotasi) dengan dilengkapi klise karet lentur (fleksibel) menggunakan tinta cepat menguap dan cepat mengering, yang kebanyakan diramu dengan dasar alkohol. Tinta cetak yang biasa digunakan pada mesin ini adalah tinta anilin, sehingga mesin cetak ini juga disebut mesin cetak anilin. Tinta anilin adalah cairan encer yang mengandung zat warna anilin dalam keadaan larut dan tidak membutuhkan distribusi. Mesin cetak anilin kebanyakan terdiri dari penyangga rol sederhana, satu unit cetak atau lebih dan alat pengeluaran. Mesin cetak anilin adalah mesin-mesin bersilinder dan mempergunakan penyalur kertas. Pada kebanyakan jalur kertas yang telah dicetak lalu digulung lagi. Acuan cetak anilin pada umumnya berupa blok-blok karet seperti stempel karet, yang dibungkuskan pada silinder dan silinder cetak ini berputar mengenai silinder penekan dan di antara kedua silinder itu kertas yang akan dicetak dilintaskan. Pada gambar 6.2. diperlihatkan skema gambar mesin fleksografi, dapat dijelaskan sebagai berikut : A. Bak tinta B. Cairan tinta yang encer Gambar 6.2. Skema Gambar Mesin Fleksografi 171

201 172 C. Rol tinta yang terbuat dari logam atau logam dibungkus karet, rol ini bertugas mengambil tinta dan diteruskan ke rol penghantar(d) D. Rol penghantar E. Silinder Acuan F. Acuan G. Silinder Tekan H. Bahan yang akan dicetak Pembuatan acuan cetak ada beberapa macam. Ada yang dengan cara dicungkil, vulkanisir, dan dengan etsa. Mencungkil, cara yang paling mudah dan sederhana dilakukan, dengan mencungkil pada bahan karet. Setelah dibuat gambar pada bahan karet diadakan pencungkilan satu-satu. Pada waktu menggambar harus diperhatikan bahwa gambar harus terbalik. Setelah pengcungkilan dengan pisau dapat dipasang pada pelat logam yang telah disediakan. Untuk pekerjaan ini digunakan karet yang ada bahan perekatnya. Apabila pengcungkilan dilakukan pada bahan yang dilapisi dengan kain kanvas, setelah selesai Gambar 6.3. Unit cetak fleksografi melekat pada kain (kanvas). Kemudian semuanya diangkat dan dilekatkan pada silinder cetak. Vulkanisir, untuk membuat ilustrasi atau teks dengan menggunakan tembaga. Perbedaan klise ini dengan klise cetak tinggi terletak pada bentuk gambarnya. Untuk cetak fleksografi diperlukan klise yang terbaca. Klise yang selesai dibuat ditempatkan pada alat vulkanisir dan dipanaskan dengan suhu C C. Selanjutnya, bahanbahan karet ditempatkan di atas klise, dan dalam keadaan panas karet tersebut ditekankan pada klise pengcungkilan, bagian-bagian yang tidak diperlukan dibuang dan sisanya tetap Gambar 6.4a.. Skema proses pencetakan

202 173 dengan ketinggian tertentu selama 1-1,5 menit, supaya karet menjadi lembek dan membentuk gambar sesuai dengan gambar pada klise, kemudian ditekan sepenuhnya selama 10 menit. Setelah mencapai waktu yang telah ditentukan, dikeluarkan dan dibiarkan dingin, kemuadian dapat dipasang pada silinder cetak. Etsa, pengcungkilan dan vulkanisir tidak dapat diterapkan pada pembuatan Gambar 6.4b. Skema Gambar Mesin Fleksografi acuan dengan bahan sintetis. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan etsa. Setelah didapatkan negatif, diadakan penyinaran pada pelat, kemudian dietsa. Pembuatan film untuk cetak flexografi sedikit berbeda dengan film offset. Kalau pada offset harus terbaca dari punggung film, sedangkan pada flexografi tidak terbaca. Hal ini disebabkan karena pada pada cetak offset, tinta yang seharusnya menempel pada kertas, dipindahkan dulu pada blanket kemudian dari blanket ini baru ke kertas. Sedangkan pada flexografi tinta yang menempel pada photopolymer langsung langsung dipindahkan ke kertas. Disamping itu pada flexografi diperlukan pengurangan (distorsi) ukuran pada salah satu sisi film yang searah dengan perputaran silinder, hal ini disebabkan factor plate photopolymer yang dipakai, sedangkan pada offset tidak. Pembuatan film bisa dilakukan dengan dua sistem yaitu konvensional dan elektronik. Gambar 6.5. Proses pengembangan pelat photopolymer untuk cetak fleksografi 1.1. Konvensional Dari segi peralatan, peralatan yang digunakan disini harganya relatif murah dibandingkan dengan yang elektronik, namun sistem ini sekarang sudah banyak ditinggalkan sesuai dengan perkembangan teknologi komputer Film Film yang baik yang dipakai untuk flexografi adalah film dengan permukaan mat yang disebut mat film. Dengan permukaan film yang mat ini,

203 174 maka permukaan photopolymer yang licin dapat menempel dengan sempurna dengan permukaan film ketika divacum, sehingga terhindar terjadinya penyimpangan cahaya ini dapat menyebabkan hasilnya kurang bagus terutama pada huruf-huruf yang halus, dimana hasilnya bisa menipis Kamera Ada dua jenis kamera reproduksi yang umum digunakan dalam pemotretan di kamar gelap, yaitu kamera vertical dan kamera horizontal. Kamera vertical memerlukan ruangan yang lebih kecil dan juga harganya lebih murah. Namun mempunyai keterbatasan dalam ukuran. Maksimum ukuran film yang bisa dipakai adalah sekitar 50 cm x 60 cm. Sedangkan kamera horizontal bisa mencakup bidang film yang lebih luas, harganya lebih mahal dan memerlukan ruangan yang lebih luas juga. Kamera yang baik untuk keperluan flexografi adalah kamera yang memiliki kemampuan untuk melakukan distorsi (pengurangan). Distorsi merupakan keharusan dalam proses pencetakan sistemflexografi. Seperti telah diketahui jika tidak dilakukan distorsi pada film, maka hasil cetak yang seharusnya bulat akan menjadi lonjong dan sebagainya Screen Screen diperlukan jika dalam pekerjaan yang dikerjakan itu mengandung tone. Screen itu berfungsi untuk mengubah gambar nada penuh (tone) ke gambar raster. Screen itu sendiri ada yang abu-abu dan ada yang magenta, baik negatif maupun positif dengan kehalusan yang bervariasi dari 25 garis per inch sampai dengan 200 garis per inch. Pemilihan screen dipengaruhi oleh kemampuan cetak, demikian juga bahan yang akan dicetak. Cetak flexografi untuk flexible packaging atau kertas yang permukaannya haus dapat mencetak dengan kehalusan screen sampai 150 atau 175 garis per inch, sedangkan pada corrugated biasanya kehalusan yang dipakai berkisar 65 garis per inch Kontak Printer Kadang-kadang suatu pekerjaan itu merupakan kombinasi antara line work, teks dan raster. Untuk menggabungkan semuanya ini menjadi satu lembar film yang utuh atau menggandakannya maka diperlukan kontak printer. Kontak printer ada dua jenis yaitu kontak printer gtanpa kamar gelap dan kontak Gambar 6.6. Film Processor

204 175 printer dengan kamar gelap. Perbedaan ini dikarenakan film yang dipakai yaitu daylight film dan ortho film. Kontak printer tanpa kamar gelap lebih mudah memakainya dan resiko kesalahannya lebih sedikit karena seperti namanya waktu bekerja tidak perlu di kamar gelap. Ukuran kontak printer juga bervariasi sesuai kebutuhan dari ukuran 40 cm x 50 cm sampai 150 cm x 250 cm. Kontak printer juga ada yang mempunyai kemampuan untuk melakukan distorsi dengan harga yang relatif mahal Film Processor Setelah film disinari baik dengan kamera maupun kontak printer, maka proses selanjutnya adalah pengembangan gambar. Pengembangan ini menggunakan bahan kimia yang disebut developer yang berfungsi menghilangkan lapisan pada film yang tidak terkena penyinaran. Pekerjaan ini dilakukan secara manual dengan bak atau dengan mesin. Pekerjaan manual ini memerlkan tenaga yang berpengalaman untuk menghasilkan hasil yang baik. Penggunaan film processor itu lebih mudah untuk menghasilkan hasil yang baik karena semuaya dikontrol oleh mesin itu sendiri. ada dua jenis film processor yang digunakan dalam proses linework atau screen, yaitu lith film processor dan rapid access film processor. Lith film processor sekarang sudah ditinggalkan karena prosesnya agak lambat, temperature developernya agak susah dikontrol. Saat ini hampir seluruh film processor yang ada di pasaran atau yang digunakan adalah rapid acces film processor.sistem ini sangat mudah dikontrol sehingga mendapatkan hasil yang lebih stabil dan prosesnyapun lebih cepat yaitu kurang lebih 3 menit Densitometer Alat ini sangat diperlukan dalam proses pembuatan film dan juga dalam proses cetak. Ada dua jenis densitometer yang dipergunakan, yaitu refleksi dan transparansi. Densitometer Refleksi Alat ini disamping dipakai pada proses cetak, juga dipakai dalam proses reproduksi dari model (foto) refleksi. Dalam proses reproduksi ini densitometer refleksi digunakan untuk menentukan density highlight atau shadow model, dimana density ini akan berhubungan dengan penentuan penyinaran utama dan penyinaran tambahan agar menghasilkan Gambar 6.7. Densitometer Refleksi hasil yang baik.

205 176 Densitometer Transparansi Alat dini dipergunakan untuk mengontrol density film dan raster yang dihasilkan. Density film yang umumnya diperlukan dalam proses ini adalah diatas 4.0. Jika density fim tersebut di bawah 3.0 dapat menghasilkan plat yang kurang baik karena cahaya waktu penyinaran dapat menembus density tersebut. Disamping itu densitometer ini bisa dipakai untuk mengontrol kondisi processor, apakah sudah normal Gambar 6.8. Densitometer Transparansi atau belum. Karena hasil yang baik bukan hanya diakibatkan factor penyinaran pada kamera ataupun kontak printer tetapi juga film processor Elektronik Dengan kemajuan teknologi komputer dengan segala perangkat lunaknya saat ini memungkinkan para graphic designer bekerja lebih cepat atau lebih akurat. Demikian juga pembuatan filmnya jadi lebih mudah. Peralatan yang diperlukan adalah imagesetter, film processor dan densitometer mempunyai fungsi yang sama seperti dalam sistem konvensional Imagesetter Peralatan ini harganya relatif mahal jika dibandingkan dengan kamera dengan ukuran yang sama, namun hasilnya lebih akurat dan lebih cepat dibandingkan reproduksi dengan kamera. Karena imagesetter ini berfungsi sebagai output film yang bisa menghasilkan film positif atau negatif dengan Gambar 6.9. Kapstan kehalusan raster sesuai dengan yang diinginkan. Ada 3 jenis imagesetter yang ada di pasaran pada saat ini, yaitu jenis kapstan, jenis external drum dan internal drum.

206 Kapstan Image setter ini umumnya berukuran kecil, lebar maksimum yang ada sampai saat ini adalah maximum 63 cm dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan external drum atau internal drum dalam ukuran yang sama. Dan jenis kapstan ini dapat memproses film yang panjangnya melebihi 2,5 m tanpa sambungan. Film yang digunakan disini dalam bentuk roll External Drum Imagesetter ini bisa mencapai ukuran 2m x 2,5 m. Film yang akan diexpose ditempelkan pada bagian luar dari drum. Film yang digunakan bisa berupa roll atau sheet Internal Drum Ukuran maksimum yang ada sampai saat ini adalah sekitar 80 cm x 120 cm. Dalam hal ini fil akan menempel pada bagian dalam daripada drum. Film yang dipakai umumnya bentuk roll Teknologi CtP Seiring berkembangnya teknologi, pembuatan acuan untuk cetak fleksografi tidak lagi melalui film tetapi dari komputer langsung jadi acuan atau yang dikenal dengan teknologi CtP (Computer to Pelat), teknologi ini memanfaatkan teknologi thermal pada waktu imaging. Dengan teknologi CtP ini, pembuatan pelat flekso secara digital, sehingga mampu menghasilkan pelat yang lebih konsisten dan terkontrol, yang pada gilirannya menghasilkan mutu cetak yang lebih baik. Gambar External dan internal drum Gambar Sleeve (seamless) untuk cetak fleksografi (BASF)

207 178 Gambar Diagram alur proses cetak fleksografi Dengan tidak digunakannya film berarti penghematan dalam waktu pemrosesan pelat dan meningkatnya konsistensi serta waste pelat. Teknologi ini juga mampu meningkatkan mutu cetak flekso karena konsistensi dan repeatability dari pelat yang dihasilkan. Dibandingkan dengan pembuatan pelat secara konvensional, pelat yang dihasilkan memberi berbagai keunggulan, antara lain : 1. Highlight lebih halus, reproduksi dot yang konstan menjamin peralihan antar nada yang lebih smooth tanpa terjadi dropout. 2. Jangkauan nada, reproduksi dot yang lebih tajam memperlebar jangkauan nada yang dihasilkan sehingga menghasilkan highlight yang lebih terang, warna yang lebih kaya, serta detail yang lebih terbuka pada daerah shadow.

208 Mengurangi dot gain, karena tidak menggunakan film, berarti tidak terbentuk dot gain pada waktu pembuatan pelat, yang menyebabkan daerah shadow menjadi lebih terbuka dengan detail lebih baik. Pekerjaan garis juga menjadi lebih tajam, demikian pula model diapositif akan tercetak lebih bersih Mutu Cetak Selain keuntungan yang tersebut diatas, manfaat lain ialah konsistensi dari pelat ke pelat, serta kemampuan pelat digital untuk menghasilkan lapisan tinta yang sesuai dengan menghasilakn cetakan yang bersih. Dibandingkan pelat konvensional, pelat digital mampu menghasilkan warna secara lebih cepat, memberikan kepada operator toleransi cetakan yang lebih tinggi, menyempurnakan register, serta mengurangi masa henti mesin untuk membersihkan pelat. Dengan hasil yang lebih bersih dan pelat yang lebih akurat memungkinkan mesin cetak dijalankan lebih cepat sehingga meningkatkan hasil produksi. Sistem digital memiliki keunggulan bahkan sebelum pembuatan pelat dimulai. Salah satu keunggulan bahkan sebelum pembuatan pelat dimulai, yaitu dapat memeriksa integritas dari keseluruhan file, serta melakukan manipulasi yang diiginkan di layar monitor. Pada pembuatan pelat fleksografi konvensional, film negatif merupakan titik sentral untuk melaksanakan pemeriksaan atas file, mutu dan kesalahan yang mungkin saja terjadi. Kesalahan sering disadari setelah pelat selesai dibuat atau bahkan setelah pelat tercetak. CreoScitex mengembangkan teknologi imaging thermal dengan sistem CtP ThemoFlex, secara khusus mengembangkan perangkat lunak kemasan TIFF Front End untuk memenuhi proses pengontrolan data, serta kehandalan yang Gambar CtP ThermoFlex 2630 Gambar CtP ThermoFlex 4045 dibutuhkan pada industri cetak flesografi. Dengan

209 180 TIFF Front End, dapat menjamin ketepatan pracetak dan pelat yang akan dihasilkan berdasarkan data yang sudah diraster. Ini berarti bahwa ketika imaging dilakukan cukup sekali saja. Teknologi ini juga mengoptimalkan penggunaan material, meminimalkam waktu pemrosesan serta melakukan pemindahan file secara cepat dan efisien pada keseluruhan proses. Untuk memenuhi kebutuhan akan cetak flekso, CreoScitex membuat ukuran beragam, seri platesetter ThermoFlex, antara lain : Gambar CtP ThermoFlex 5280 Gambar CtP fleksografi uk.1067mm x 1524mm (Cyrel Digital Imager, Barco/DuPont

210 181 ThermoFlex 2630 dan ThermoFlex 2630V untuk mesin cetak flekso dengan web sempit, ThermoFlex 4045 untuk mesin cetak ukuran medium dan ThermoFlex 5067 dan Themoflex 5280 untuk mesin cetak flekso berukuran besar.

211 Acuan Cetak Photopolymer Pad Printing Secara teknik pad printing merupakan proses gravure offset tidak langsung. Maksudnya bergantung kepada stensil untuk membawa gambar seperti dalam pencetakan skrin, gambar untuk mencetak terbentuk dari pelat rata (kadangkala silinder) seperti dalam pencetakan gravure. Tetapi keutuhan pelat (Cliche) ini juga sepenting dalam pad printing disebabkan takrifan stensil adalah dalam pencetakan skrin. Dalam beberapa tahun ini, beberapa pilihan pelat (cliché) baru telah tersedia dan ini telah menyebabkan kerja pemilihan untuk pelat (cliché) yang betul lebih penting. Pelat (Cliché) yang berbeda memberi keperluan yang berbeda untuk penyediaan dan penyimpanan yang patut dipatuhi untuk mendapat keputusan yang terbaik. Dengan Gambar Pelat tembaga Wedgewood Blue memahami apa pilihan pelat (cliché) yang tersedia dan membelajari bagaimana untuk menggunakan pelat ini dengan baik, akan dapat memperbaiki kualitas pada produk tercetak pad. Ada beberapa teori telah dikemukakan berkenaan dengan sejarah pad printing dan bahan yang sedang digunakan. Mesin industri standard masa kini adalah berdasar pada peralatan yang digunakan dalam Switzerland, di mana pad printing dimajukan untuk pencetakan permukaan jam dan jam tangan. Garis yang amat halus diperlukan, dan pencetakan skrin tidak dapat mengatasi garis halus secara terperinci. Pad printing dalam mesin seperti ini adalah dibuat dari gelatin, dan pelat (cliché) dibuat dari tembaga yang diukir dengan tangan. Industri keramik yang berpusat di Stroke-on-Trent England telah menggunakan proses pad printing selama 30 tahun untuk item yang lebih besar seperti pelat-pelat makan malam. Pada mulanya pelat (cliché) diukir dengan tangan. Ukiran seperti ini dimajukan dalam pengeluaran waterslide yang digunakan pada abad Beberapa tukang yang amat mahir masih menggunakan ilmu ini dalam mengukir pelat tembaga dengan mengguna peralatan unik.

212 183 Kedalaman ukiran dibuat berbeda untuk memberikan tampilan warna yang berbeda. Kadangkala, pelat (cliché) perlu diukir terlebih dahulu sebelum dikrom. Di bawah ini contoh pelat tembaga klasik Wedgewood Blue. Macam-macam pelat pad printing adalah pelat keluli, pelat keluli nipis, pelat logam unik, pelat logam terpunar, pelat terukir mekanikal dan pelat fotopolimer Pelat Keluli Kriteria utama untuk pelat (cliché) ini adalah harus keras dan rata, dengan komposisi penghabluran yang konsisten. Bahan yang digunakan untuk menghasilkan pelat ini adalah keluli tooling bergred tinggi yang dikeraskan dan ditindihkan. Proses penyinaran biasanya dijalankan dalam trade houses, meskipun ada pengguna high-volume menghasilkan pelat (cliché) keluli sendiri. Untuk mendapatkan pelat (cliché) berkualitas tinggi yang inginkan, seseorang perlu mengetahui 2 (dua) asas yaitu: (1) bagaimana plat ini dibuat? dan (2) apakah informasi yang perlu diambil? Keluli yang digunakan untuk pelat (cliché) ini adalah memiliki kekerasan optimum antara Gambar Prinsip Penyinaran Pelat Keluli Rockwell pada Scala C (Rc). Kemasan permukaan dalam mikroinci harus pada 6 CLA (centre line average, maksudnya kerataan permukaan adalah 6 mikroinci mil berdasarkan perbedaan band-width). Kedalaman sinar biasanya adalah 25 mikron (0.01 in). Hal ini untuk membedakan penggunaan pelat, seperti mencetak pada keramik sampai dengan 65 mikron dan untuk skrin tint sampai dengan 30 mikron. Pelat keluli tersinari secara kimia menghasilkan kualitas yang mampu bertahan lama, sehingga pelat tersebut dijadikan pilihan terbaik untuk pekerjaan jangka panjang dan berkesinambungan. Pelat ini dapat dihasilkan dalam berbagai ukuran untuk menyesuaikan peralatan yang tersedia. Yang paling kecil berukuran 2 x 80 x 8 mm (0.008 x 3.15 x in) untuk mencetak gambar yang berukuran 2 x 80 mm. Pelat yang terbesar berukuran 1000 x 500 x 15 mm (39.4 x 19.7 x 0.6 in). Pelat ukuran ini digunakan untuk mencetak gambar yang banyak, bukan satu gambar saja dengan menggunakan satu pad.

213 184 Gambar yang disinari secara kimia pada pelat menggunakan samada asid hidroklorik atau ferric chloride. Kemasan asid adalah hitam, sedangkan ferric chloride menghasilkan kemasan keluli berwarna. Ferric chloride adalah bahan yang terbaik untuk digunakan kerena kurang agresif dan lebih terkondisi. Ferric chloride juga menghasilkan permukaan tersinari dengan lancar dan lebih konsisten. Pelat keluli dihasilkan dengan meletakkan bagian emulsi positif film pada pelat dengan lapisan fotopeka (photosensitive). Setelah disinari (didedahkan) dengan sinar UV, bagian non gambar pada fotorintangan (photoresist) dikeraskan dan bagian gambar akan dibasuh keluar. Pelat kemudian akan dikembangkan dengan asid hidroklorik atau ferric chloride, yang akan memunculkan gambar di permukaan pelat. Suatu lapisan fotopeka digunakan pada pelat keluli dengan menggunakan peralatan yang khusus. Kekerasan dan konsisten salutan ini adalah kritikal. Pelat akan dikeringkan dan diperiksa dengan berhati-hati untuk menghindari kecacatan di bawah cahaya. Positif film akan ditempel pada lapisan Gambar Gaya Penyinaran Pelat Terskrin fotopeka, dengan bagian emulsi menyentuh dengan lapisan fotopeka. (Positif untuk pad printing menghasilkan emulsion down, maksudnya emulsi ada di bagian bawah film positif adalah rightreading). Pelat kemudian disinari dengan cahaya UV. Pada saat penyinaran, lapisan foto peka yang disinari dengan cahaya UV akan dikeraskan, manakala bagian gambar kekal lembut, seperti juga menyinari stensil pada skrin. Emulsi lembut dibersihkan pada saat developing. Gambar yang developed perlu diperiksa setiap menit, dan semua kecacatan akan dibetulkan dengan pengisi khas. Pelat diperiksa dengan hati-hati, kemudian diletakkan melalui proses penyinaran, yang akan dilakukan oleh personel yang profesional yang akan memastikan kedalaman sinar. Periksa kedalaman akhir akan dilakukan untuk mengesahkan konsisten disepanjang penyinaran gambar. Pelat (cliché) yang selesai akan dibungkus dengan kertas corrosion-inhibiting sebelum dihantarkan.

214 185 Biasanya, suatu pelat (cliché) open etch disinari dengan kedalaman 25 mikron, +2. Penyinaran yang lebih dalam dapat dicapai juga. Bagaimana, kedalaman punar yang melebihi 30 mikron dengan dakwat organik biasa boleh menyebabkan perebakan dan feathering pada gambar Gambar Schematic diagram of pad transfer printing Gambar Open system for inking the cliche in pad transfer printing tercetak. Pelat (cliché) dengan skrin tint biasanya disinari sampai dengan 30 mikron. Bagian warna pejal akan mempengaruhi kualitas gambar tercetak karena kebanyakkan dakwat mungkin akan dibuang dari pelat (cliché) oleh doctor blade atau displaced oleh pad. Gunakan skrin halus (200 garis/in. atau 80 garis/cm) dalam suatu gambar untuk melindungi masalah tanpa menurunkan kualitas gambar. Lebih dari satu gambar dapat disinari pada suatu pelat (cliché), dan kebanyakkan mesin padprinting dapat dilaraskan untuk mengambil gambar spesifik dari plat yang lebih besar. Sekiranya anda bertanggungjawab untuk mengambil keputusan pada layout pelat (cliché), pastikan gambar yang ditempatkan dalam keadaan baik semasa pad dimampat, gambar tidak akan keluar dari bagian

215 186 pelat dan mengambil dakwat berlebihan. Juga, pastikan untuk meninggalkan sela tidak kurang dari 15 mm (0.6 in.) antara ujung luaran gambar dengan ujung pelat. Seperti juga dalam pencetakan skrin, di mana inkwell adalah kritikal kepada reproduction yang sempurna, dan harus tidak meletakkan gambar terlalu dekat dengan ujung pelat (cliché). Pada saat lejang cetak, dakwat akan diambil oleh ujung depan pad dari pusatnya. Dalam keadaan seperti ini, dakwat membuat lejang cetak agak lama dari yang biasa, membenarkan untuk meletakkan gambar agak jauh dari jarak yang ditetapkan pada lejang cetak yang dipersyaratkan. Gunakan skrin tint jika ada kesempatan. Ini akan mengurangi waktu dengan nyata, khususnya pada doctor blade. Sekiranya perlu untuk mencetak pada bagian pejal warna atau hendak menggunakan doctor blade yang fleksibel incorporate dengan skrin yang amat halus (200 garin/in. atau 80 garis/cm) dalam kerja. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 6.19., skrin tint mengelakkan dakwat tercedok dari sinar oleh doctor blade, di mana merupakan masalah yang unik pada saat bagian pejal warna dilibatkan. Skrin tint mengurangkan thinning yang berlaku pada saat pad menghimpit dakwat dari bagian imej suatu pelat (cliché). Anjakan dakwat ini boleh menyebabkan lompang pada imej tercetak, seperti yang ditunjuk dalam rajah 4. Skrin yang digunakan dalam pad printing sangat halus yang tidak akan nampak pada cetakan akhir. Sekali lagi, pelat (cliché) terskrin biasanya khusus digunakan untuk aplikasi high-speed/fastchangeover. Kelemahan tunggal pelat skrin adalah tidak bisa menghasilkan garis halus. Solusinya adalah dengan menggunakan kombinasi open etch (tidak ada skrin tint) untuk menghasilkan garis halus secara terperinci. Untuk melakukan ini, bagian gambar skrin dan unscreened perlu disinari, yang mana memerlukan kemahiran dan pengalaman yang tinggi. Kualitas pada kerja dan positif film adalah kritikal. Seperti yang dijelaskan pada awal, pastikan bagian emulsi positif adalah turn pada saat film terbaca dengan betul. Seperti dengan positif yang digunakan pada pencetakan skrin, bagian gambar hitam positif perlu ditumpat banyak untuk memastikan tidak ada cahaya UV melaluinya. Dan sama pada pencetakan skrin, positif yang lemah menghasilkan cetakan yang buruk. Positif yang digunakan pada pad printing dan pencetakan skrin adalah sama. Seseorang akan mendapatkan kualitas gambar yang rendah jika terjadi pembiasan (refraction) cahaya UV pada saat penyinaran film. Apabila anda menerima pelat (cliché), anda harus mempunyai keyakinan bahwa kualitas pelat tersebut baik sesuai dengan yang anda inginkan. Kualitas yang jelek akan mempengaruhi hasil

216 187 cetakan. Periksalah ketajaman sinar sebelum menggunakan suatu pelat (cliché). Seperti yang dinyatakan sebelum ini, ketajaman yang sesuai adalah 25 mikron. Anda akan memerlukan suatu peralatan untuk melakukan pemeriksaan ketajaman sinar, yaitu mikrometer. Anda juga boleh membeli mikroskop dengan pelarasan yang fokus.. Pertama kali anda memfokuskan bagian nonimage pelat. Kemudian fokuskan bagian bawah pelat yang akan tersinari tersebut. Pelarasan fokustentukur akan memberi readout dalam mikron untuk ketajaman sinar. Mikroskop merupakan pilihan yang lebih baik karena mudah untuk memeriksa pelat (cliché) yang cacat. Mikroskop dapat digunakan untuk pelat (cliché) skrin, yang tidak dapat diukur dengan mikrometer ketajaman biasa. Sekiranya kamu tidak dapat mewajarkan pembelian mikroskop, maka kamu boleh memasukkan suatu open-etched test patch dalam positif kamu dan ukurkan patch dengan mikrometer kedalaman. Ini tidak akan memberi pembacaan yang tertakrif pada kawasan terskrin cliché, tetapi ia boleh digunakan sebagai panduan. Sekiranya anda menguji pelat (cliché) dan ketajaman sinar lebih dari tiga mikron menurut spesifikasi anda. Kebanyakkan pembuat pelat akan memberi toleransi sebanyak +2 mikron. Sekiranya pelat (cliché) anda terskrin, periksa untuk titik tinggi antara dot-dot. Gunakan mikrometer ketajaman untuk memastikan bahwa pelat (cliché) yang digunakan mempunyai ketebalan yang konsisten. Sekiranya kekurangan mikroskop atau mikrometer ketajaman, terdapat satu lagi kaedah untuk mengukur yaitu dengan memastikan kualitas pelat (cliché) sebelum pencetakan. Melakukan uji coba mencetak secara manual dengan meletakkan sebagian kecil dakwat pada pelat (cliché), jalankan doctor blade di atasnya untuk menyingkirkan dakwat dari bagian non-image, mengambil gambar pada pad, cetakannya pada suatu kertas. Tentunya anda akan melihat sedikit herotan. Juga, untuk bagian cetakan yang lebih besar, anda perlu mengulangkan tatacara ini untuk beberapa kali untuk menghantar gambar sepenuhnya. Uji coba ini tentunya tidak berhasil 100%, tetapi anda akan membelajari untuk mencari masalah sebelum menggunakan pelat (cliché) untuk pencetakan Pelat Logam Sistem pelat seperti ini mungkin sangat mahal, karena penyinaran dan permesinan yang presisi diperlukan untuk mendapatkan hasil Gambar Peralatan Pelat Jenis Drum yang diinginkan.

217 188 Alternatif lain yang dapat digunakan yaitu sistem perindeksan pelat. Dalam aplikasi tertentu, sebagian penekan dilengkapi dengan kotak nomor khas yang membenarkan nomor kode untuk mengulang dengan cepat seperti yang ditunjukkan dalam gambar Sistem ini tidak dapat mengendalikan nomor sequential. Untuk mencetak kode beberapa produk yaitu dengan mengosongkan sistem perindeksan pelat. Contoh ini menunjukkan suatu peralatan pelat (cliché) jenis drum, yang membenarkan pengguna untuk melanjutkan kode berikutnya dengan cepat. Cara menyimpan pelat (cliché) logam adalah (1) Pastikan semua jejak dakwat telah disingkirkan dari pelat (cliché). (2) Bungkuslah pelat (cliché) dengan kertas corrosion-inhibinting. (3) Simpanlah di ruangan yang kering. Yang perlu mendapatkan perhatian juga adalah cara membawa pelat (cliché) agar tidak bersentuhan antara pelat satu dengan yang lainnya karena ujung suatu pelat dapat mencacatkan permukaan pelat yang lainnya Pelat Fotopolimer Pelat fotopolimer adalah pilihan penting untuk siapa saja yang hendak menghasilkan pelat sendiri dalam rumah (in house). Pelat (cliché) pad printing fotopolimer dimajukan dari produk fotopolimer letterpress. Dibuat dari lapisan bahan fotopolimer plastik atau keluli (gambar 6.23.). Gambar Kerataan Fotopolimer Pelat seperti ini sangat ekonomis, untuk menghasilkan pelat (cliché) dalam rumah untuk jangka pendek dan kerja praktis. Pencetakan skrin telah mengambil bagian yang besar di pasaran, tetapi pad printing untuk disk gambar masih biasa. Di sini, pad printing dapat menghasilkan sampai dengan untuk empat warna bukan masalah yang luar biasa. Untuk mencapai cetakan selama ini dengan pelat (cliché) fotopolimer, kualitas dan pemprosesan yang amat berhati-hati diperlukan. Setiap kelompok bahan fotopolimer perlu diperiksa dan kadar washout perlu dipakai. Dalam ketajaman sinar akan mengubah sepenuhnya keseimbangan warna gambar tercetak. Pelat yang tidak tersinari dan disimpan dalam lingkungan humidity-regulated dapat mengelakkannya daripada menghilangkan keupayaan peleraiannya. Pengesetan pencetakan biasa memerlukan permulaan proses yang baik, tetapi tidaklah seperti situasi ini. Dengan mengikuti arahan pengilang, seseorang patut mendapat keputusan yang baik.

218 189 Keperluan lingkungan, kesehatan serta keselamatan, dan peralatan menjadikan kebanyakkan bengkel pad printing tidak pratikal untuk menghasilkan pelat (cliché) keluli tersinari sendiri. Jangka waktu pelat fotopolimer menjadi tidak konsisten. Dengan dakwat two-component, sebagai contoh, dakwat kadang-kala mempunyai kesukaran untuk membersihkan pelat setelah lejang doctor blade Apabila menggunakan pelat fotopolimer untuk menghasilkan contoh, perlu diambil perhatiannya yang ketebalan garis dalam gambar tercetak mungkin boleh ditinggikan sekiranya positif yang sama digunakan untuk menghasilkan pelat keluli untuk larian pengeluaran. Dua jenis pelat fotopolimer adalah washout air dan alkohol/air. Pelat washout air, setelah penyinaran kemudian dilakukan pengembangan gambar dengan menggunakan air tanpa bahan tambahan. Pelat jenis ini adalah environmentally friendly disebabkan polimer tak tersinari ini yang washout pada saat development adalah biodegradable. Secara mekanikal pelat fotopolimer alkohol/air lebih robust daripada polimer washout air. Tetapi pada saat menggunakan cairan washout alkohol/air, pengaliran udara yang baik diperlukan untuk melindungi pekerja dari resiko yang amat bahaya. Seperti juga dengan penggunaan pelat (cliché) keluli, skrin tint, perbedaan yang kelihatan pada penggunaan pelat (cliché) fotopolimer yaitu cara pelat ini dipasang pada mesin. Biasanya, pelat fotopolimer dipegang dalam tempat melalui pemegang pelat magnetik dengan menggunakan bolt. Ini mempermudah cara memindahkan pelat tanpa membuat cacat permukaan pelat. Doctor blade yang fleksibel dapat meminimumkan penggunaan pelat (cliché). Platemaking untuk pad printing adalah mudah dan cepat. Cara pembuatannya sama seperti pencetakan skrin atau bilik skrin. Untuk membuat kuantitas pelat yang baik, disarankan untuk menyediakan suatu unit washout automatik. Bagaimanapun, mereka membasuh pelat (cliché) secara manual dengan menggunakan pad plush suatu pad lembut dengan gentian kira-kira 4 mm (0.16 in.) panjang yang kadang-kala digunakan alternatif sebagai berus cat. Bahan dan peralatan yang digunakan untuk menggambar pelat fotopolimer adalah: Unit penyinaran cahaya UV dengan vakum Sink washout Pad plush Ketuhar (sehingga 212oF atau 100oC) Skrin tint Cairan washout Botol himpitan

219 190 Plat peka cahaya Unit penyinaran tidak semestinya besar seperti yang digunakan dalam pencetakan skrin, walaupun boleh menggunakan peralatan penyinaran yang sama untuk kedua proses ini, biasanya bengkel pad printing mempunyai unit penyinaran benchtop yang lebih kecil dengan penutup plastik fleksibel yang dipegang dengan suatu vakum (sama seperti selimut pada sistem penyinaran skrin). Gunakan skrin tint 80 garis/cm (200 garis/in.) dengan ukuran dot antara mm ( mils.) Pelat fotopolimer peka cahaya perlu dilindungi dari cahaya UV. Tingkap dan lampu perlu ditutup dengan kuning atau lutsinar film lindungan UV di ruangan di mana pelat akan dioperasikan. (sebaiknya menggunakan darkroom dengan keadaan cahaya pengaman). Simpan pelat peka cahaya dalam pembungkus light-proof, melindunginya dari lemban dan kersakan fisik. Tata cara penyinaran yang benar adalah amat mudah: 1) Keluarkan film pelindung dari pelat. 2) Letakkan pelat pada dasar vakum unit penyinaran. 3) Letakkan positif di atas, emulsi dibagian bawah. 4) Lepaskan pelindung plastik di sepanjang pelat dan positif. Pastikan tidak creases atau wrinkles pada pelindun. 5) Hidupkan vakum. Pastikan yang positif adalah licin dan ke semua gelombang udara telah disingkirkan dari bagian pelat. 6) Atur waktu dan penyinaran pelat. Eksperimen harus dijalankan untuk mendapatkan waktu penyinaran yang betul dalam bengkel. 7) Oleng balik pelindung dan pindahkan positif, kemudian bukakan unit dan matikan vakum. 8) Untuk pelat terskrin di mana skrin tint tidak dimasukkan bersama dalam artwork, letakkan positif skrin pada plat, emulsi dibagian bawah. Ulangi tata cara penyinaran di atas. 9) Untuk pelat washout alkohol/air, basahkan sepenuh pad plush dengan cairan washout. Jangan menggunakan pad plush untuk pelat washout air basuhlah pelat dengan air. 10) Basuhlah pelat kira-kira 1 menit, pastikan pad plush tidak sampai kering. Bagian tersinari polimer akan dibuang, meninggalkan bagian tersinari yang telah dipolimerkan. 11) Bilaskan pelat dengan cairan washout bersih (air) dan keringkan dengan udara termampat atau kain chamois. Gambar akan dikembangkan dengan sepenuhnya, tetapi pelat masih lembut. 12) Untuk pelat washout alkohol/air, letakkan di tempatnya yang diatur pada suhu 80 o C (176 o F) selama 15 menit untuk mengatur cairan washout yang terserap oleh polimer. Gunakan tatacara

220 191 yang sama untuk plat washout air, tetapi dipanaskan selama 30 menit. Proses pengeringan adalah untuk mempengaruhi kekuatan pelat. 13) Selesai pengeringan, sinari pelat (cliché) dalam unit penyinaran selama 2 menit tanpa positif. Ini akan mengeraskan bagian washout. Pelat fotopolimer perlu dikendalikan dan digunakan dengan berhati-hati. Simpan pelat (cliché) fotopolimer tergambar pada kelembaban kira-kira 60% dan suhu pada o C (68 72 o F) dalam tas plastik light-impermeable. Ini akan menghindarkan pelat menjadi rapuh. Gambar Mesin cetak pad 1 warna a. Sistem penintaan terbuka (TS 150/200/31, Tampoprint) b. Sistem penintaan tertutup (Pad printer PP 200, Mino Group)

221 192 Gambar Mesin cetak pad multicolor carousel (MKM 125, Morlock) Gambar Mesin cetak Pad 4 warna (TPX 500, Teca Print) Gambar Contoh produk hasil pad printing

222 BAB VII MACAM-MACAM TEKNIK CETAK 1. Sejarah Cetak-Mencetak Metode cetak-mencetak ditemukan oleh Johannes Gutenberg di Mainz, Jerman pada tahun Johannes Gutenberg hidup antara tahun Segel dan bulatan segel yang pengerjaannya menganut prinsip serupa dengan cetak blok sudah dikenal di Cina berabad-abad sebelum Gutenberg lahir dan suatu bukti menunjukkan bahwa di tahun 868 Masehi sebuah buku cetakan sudah ditemukan orang di Cina. Teks dan gambar diukirkan pada sekeping papan, tanah liat atau logam, kemudian acuan/ stempel itu ditintai, ditumpangi selembar kertas (papyrus) yang kemudian ditekan sehingga tinta dari stempel berpindah ke permukaan kertas. Sering disebut orang sumbangan terpenting Gutenberg adalah penemuannya di bidang huruf cetak yang bisa bergerak. Dalam perkara ini pun hal serupa sudah diketemukan di Cina sekitar pertengahan abad ke-11 Gambar 7.1. Johannes Gutenberg Masehi oleh seorang bernama, Pi-Sheng, karakter jenis yang dikembangkan dari tanah liat dikeraskan tetapi tidak secara total sukses. Di pertengahan tahun 1200 Masehi, karakter sejenis dari metal ( perunggu) telah dikembangkan di China dan Jepang, teks yang dikenal, yang paling tua mencetak dari jenis metal ini sampai tahun Satu abad kemudian dalam tahun 1440 Masehi, mungkin tidak acuh pada jenis yang kasar dikembangkan di Dunia Timur, Johannes Gutenberg memperkenalkan kepada film koboi/ buku koboi. Proses serupa juga sudah dikenal orang di Eropa sebelum Gutenberg. Cetak blok memungkinkan pencetakan banyak eksemplar buku tertentu. Proses ini punya satu kelemahan: karena satu set baru serta komplit dari cukilan kayu atau logam harus dibuat untuk sebuah buku, dengan sendirinya tidaklah praktis untuk mencetak berbagai macam buku. Di Eropa percetakan yang tertua menggunakan metode ini sekitar 600 tahun yang lalu. Sebelum penemuan teknik cetak seluruh buku harus ditulis tangan yang biasanya dikerjakan oleh para biarawan di biara-biara. Sebuah buku menjadi barang sangat berharga yang hanya orang yang sungguh kaya dapat memilikinya. Membaca dan menulis hanya terbatas pada segelintir orang berpendidikan. Gagasan Gutenberg adalah penggunaan huruf-tunggal yang diukirkan pada kayu yang kemudian berkembang menjadi ukiran pada bahan logam. 193

223 194 Gutenberg telah berhasil melakukan macam-macam penyempurnaan. Misalnya, dia mengembangkan metal logam campuran untuk huruf cetak, menuangkan cairan logam untuk huruf cetak blok secara tepat dan teliti, minyak tinta cetak serta alat penekan yang diperlukan untuk mencetak. Setiap huruf dan tanda-tanda harus diukir pada sebatang besi secara terbalik, yang sebelah kiri sebuah matris menjadi sebelah kanan, stempel besi ini menjadi alat penakik yang diketukkan pada selembar lempengan tembaga yang akan menjadi acuan/ matris. Matris ini kemudian ditempatkan pada alat pengecoran (dikerjakan dengan tangan). Konstruksi alat pengecoran ini sederhana namun praktis sekali. Bahan metal yang dipakai untuk dicor adalah timah putih, antimony, dan timah hitam. Huruf-huruf hasil cor ini cukup cermat dipakai untuk menyusun. Teknik cetak ini dikenal dengan istilah teknik cetak tinggi, karena bagian yang mencetak lebih tinggi daripada bagian yang tidak mencetak. Cara-cara pencetakan seperti ini, masih banyak kita temui pada percetakanpercetakan kecil di Indonesia sekitar tahun 90-an. Huruf tunggal ini dapat disusun menjadi kata atau kalimat yang setelah dipakai untuk mencetak dapat diuraikan dan disimpan kembali dalam kotak masingmasing untuk kelak dipakai lagi. Batangbatang penyusun, nampan tempat susunan huruf-huruf yang sudah disusun dan Gambar 7.2. Mesin Cetak Gutenberg malahan mesin cetak merupakan penemuan kelanjutan dari Gutenberg. Mesin cetak yang pertama yang dibentuk berdasarkan alat pemeras buah-buahan. Bahan pencetaknya ditintai dengan menggunakan tampon (sekarang rol penintaan), lembaran kertas kemudian diletakkan ke atas alat cetak yang sudah ditintai itu, dengan menekan rata kertas itu maka diperoleh sebuah hasil cetak. Sumbangan pikiran Gutenberg secara keseluruhan lebih besar dari siapa pun juga dalam hal penyempurnaan mesin cetak. Arti pentingnya terutama terletak pada keberhasilannya menggabungkan semua unsur mesin cetak menjadi suatu sistem yang efektif dan produktif. Apa yang telah dikembangkan oleh Gutenberg bukanlah sebesar sebuah alat atau penemuan akal, dan bukan sekadar serentetan penyempurnaan, melainkan suatu proses produksi lengkap. Perbendaharaan biografis mengenai diri Gutenberg sangat minim, kita hanya tahu dia lahir di Jerman sekitar tahun 1400 M di kota Mainz. Sumbangannya terhadap seni cetak-

224 195 mencetak terjadi pada pertengahan abad dan pekerjaan terbagusnya, yang disebut Injil Gutenberg, dicetak di Mainz sekitar tahun 1454 M. Anehnya, nama Gutenberg tak pernah tercantum dalam buku mana pun, tidak juga dalam Injil Gutenberg, walaupun jelas dia sendiri yang cetak dengan alat penemuannya. Gutenberg tidak pernah tampak sebagai seorang usahawan, benar-benar dia tidak punya keinginan dapat uang dari hasil penemuannya. Dia sering terlibat dengan dakwaan pengadilan yang mengakibatkan keharusan baginya membayar tebusan dalam bentuk alat-alat perlengkapannya kepada temannya bernama Johann Fust. Gutenberg wafat tahun 1468 di kota Mainz. Hidup seharihari Gutenberg sebagai tukang emas dan mengenal baik seni penulis- penulis dan pelukispelukis buku. Dia yang harus lebih banyak memecahkan banyak masalah teknis, menciptakan buku dengan nilai artistik tertinggi. Bentuk-bentuk hurufnya seperti juga barang-barang cetakannya memperlihatkan penguasaan yang pantas dipuji. 2. Prinsip dan Proses Cetak Produk khas yang sering dicetak dengan mesin cetak tinggi, antara lain : kartu bisnis, kop surat, proof, billheads, format/ blangko, poster, pengumuman, stempel, emboss dan hotleaf stamp. Mesin cetak tinggi adalah metoda pencetakan yang paling tua dengan bagian mencetak lebih tinggi dari bagian yang tidak mencetak. Penggunaan mesin cetak adalah dalam banyak hal beralih ke mesin cetak offset. Disamping kecepatannya yang lebih cepat biaya produksinya juga lebih murah. Mesin cetak tinggi masih banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang khusus seperti emboss, ril, foil, dst. Secara umum ada 6 proses cetak yang kita ketahui, antara lain : 2.1. Teknik Cetak Tinggi (Relief) adalah proses cetak menggunakan permukaan timbul/menonjol. Pada cetak tinggi huruf-huruf teks dan gambar-gambar adalah lebih tinggi dari-pada unsur-unsur yang tidak mencetak. Rol-rol tinta hanya menyentuh bagian-bagian yang tinggi dan menintainya. Tulisan dan/atau gambar-gambar kemudian dipindahkan langsung ke atas kertas atau ke atas bahan lainnya dengan tekanan yang kuat. Bentuk dasar huruf dibuat dari timah batangan yang di bagian atasnya memuat gambar huruf yang terbalik. Huruf ini akan Gambar 7.3. Batang Huruf terbaca pada hasil cetakan, yang mana terlebih dahulu gambar huruf tersebut diberi tinta. Bagian-bagian dasar huruf dapat diuraikan sebagai berikut (lihat gambar 7.3. batang huruf):

225 196 (a) Gambar huruf (type face) adalah bentuk yang agak menonjol pada bidang permukaan batang huruf. Sedangkan yang dimaksud dengan batang huruf ialah sebatang logam dengan ketinggian tertentu yang berdiri pada dua kaki huruf. Diantara kedua kaki tersebut terdapat alur kaki. (b) Korp huruf (type size) secara harfiah dapat dinyatakan bahwa : "(Korp: dari "corpus" berarti : badan 1) ". Istilah yang tertulis di atas kemudian dipakai dalam pengertian korp huruf, yang akhirnya mempunyai arti : jarak antara sisi yang ada kakinya sampai sisi seberangnya. Peranan korp huruf sewaktu dipergunakan untuk mencetak yaitu : merupakan dasar dalam pembentukan muka huruf (bayangan huruf). Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa korp huruf merupakan bagian yang akan mencetak. (c) Takik huruf (Nick/kerf) merupakan tanda sisi bawah huruf yang mempunyai fungsi untuk: - memudahkan penyusun agar letak huruf-huruf dalam susunan menjadi teratur. - Mencegah terbaliknya huruf sewaktu disusun. Selain itu takik bisa digunakan sebagai tanda pengenal berbagai ukuran huruf dan jenis huruf sehingga dapat membantu penyusun huruf sewaktu melaksanakan pendistribusian huruf. (d) Tinggi huruf (type height) maksudnya adalah tinggi batang timah (timbal), diatur dari sisi bawah/dasar kaki batang huruf sampai sisi atas atau permukaan gambar huruf. Ada 3 macam ukuran tinggi huruf yang mudah menjadi standar, yaitu ukuran tinggi : (1) Inggris dan Amerika = 23,32 mm) = 62,027 punt (pt) = 0,918 inci. (2) Perancis = 23,56 mm = 62,666 pt = 0,928 inci. (ukuran ini disebut tinggi normal) (3) Belanda dan Berlin = 24,85 mm = 66,047 pt = 0,977 inci Gbr Mesin Cetak Degel (1950) Gambar 7.5. Hand Press

226 197 Di luar standarisasi ini ada satu lagi ukuran tinggi huruf yaitu tinggi huruf Rusia = 25,10 mm = 66,8 pt = 0,989 inci. Sedangkan ukuran tinggi huruf di Indonesia menggunakans standar 24,85 mm = 66,047 pt = 0,9777 inci (e) Janggut huruf disebut juga latar huruf bawah. Pengertiannya adalah ruang di bagian bawah gambar huruf yang memiliki tongkat bawah atau huruf yang berekor seperti huruf g,j,p,q dan y. Biasanya janggut huruf mempunyai ukuran besar 1/5 (seperlima) dari korp huruf. Misalnya korp huruf 10 point maka besarnya janggut sama dengan 10 x 1/5 = 10/5 = 2 point. (f) Daging huruf (Letter Bleed) disebut juga latar huruf samping. Pengertiannya adalah ruang di bagiaan samping hambar huruf yang gunanya untuk menjaga supaya tongkat tegak dari dua huruf yang berdampingan tidak saling menyentuh. Dengan kata lain daging huruf dapat berfungsi sebagai spasi huruf (jarak antar huruf). (g) Talud huruf (Shoulder) disebut juga bahu huruf atau lengkungan huruf, yaitu sisi-sisi yang agak miring pada gambar huruf. Dengan adanya talud huruf, maka susunan huruf yang rapat (tanpa interlini), tongkat bawah hurufnya tidak saling menyentuh dengan tongkat atas huruf pada baris berikutnya. (h) Alur kaki huruf (Groofe) disebut juga bobot penghemat. Ini terdapat pada korp huruf yang besar. Tujuan dari alur kaki huruf adalah : - untuk menghemat bahan huruf. - untuk memperingan berat huruf. (i) Tanda pasak (Pin Mark) merupakan keterangan keluaran pabrik pembuat huruf. Guna tanda pasak adalah : a). sebagai tanda perdagangan b). untuk mencari dan menentukan korp huruf. Kaki huruf adalah bagian/dasar yang gunanya untuk menyangga batang huruf atau sebagai tempat bertumpunya batang huruf sewaktu dicetakan. Karena pencetakannya secara langsung, maka cetak tinggi dikatakan cetak langsung. Salah satu mesin cetak tinggi, yaitu mesin degel. Mesin degel terdiri atas 2 (dua) komponen. Komponen-komponen tersebut adalah : 1. Fundamen cetak (tempat meletakkan acuan cetaknya) yang berbentuk datar. 2. Penekannya berbentuk datar (degelnya) Gambar 7.6. Hand Press dengan Sistem Penintaan Piring

227 198 A B Huruf yang dicetak pertama A,B,C,D, dan E. C D E Gambar 7.7. Skema mesin degel Mesin degel adalah mesin yang kertas cetaknya ditekankan menyeluruh pada acuan dengan menggunakan blok logam berat. Ditinjau dari cara kerjanya dikelompokkan 4 (empat) system, yaitu : 1. Sistem Boston Gambar 6.8. Cara kerja sistem Boston Waktu bekerja sistem Boston : - Fundamen cetak (tempat meletakkan acuan tidak bergerak) - Penekannya (degelnya) bergerak : a. Membuka untuk mendapat kertas b. Menutup (menghimpit) untuk mencetak Mesin degel sistem Boston yang dikenal, antara lain : - Heidelberg Degel - Hand Press - Grafo Press - Thomson British

228 Sistem Gordon Gambar 7.9. Cara kerja sistem Gordon Waktu bekerja sistem Gordon : - Fundamen cetak bergerak a. Membuka untuk mendapatkan tinta b. Menutup untuk mencetak - Degelnya bergerak a. Membuka untuk mendapat kertas b. Menutup untuk mencetak Mesin degel yang menggunakan sistem Gordon disebut juga Mesin Gordon. 3. Sistem Gally Gambar Cara kerja sistem Gally Gambar7.10. Cara kerja sistem Gally

229 200 Waktu bekerja sistem Gally : - Fundamen cetaknya tidak bergerak - Degel bergerak : a. Membuka untuk mendapat kertas b. Sejajar dengan fundamen cetak c. Menutup (menghimpit) untuk mencetak 4. Sistem Liberty Gambar Cara kerja sistem Liberty Waktu bekerja : - Fundamen cetak bergerak : a. Membuka untuk mendapatkan tinta b. Menutup untuk mencetak - Degelnya bergerak : a. Membuka untuk mendapatkan kertas b. Menutup untuk mencetak Perbandingan system liberty dan sistem Gordon : - Degelnya sama-sama bergerak - Fundamen cetak sama-sama bergerak - Sistem Gordon, Degel dan Fundamen cetak seakan-akan terpisah - Sistem Liberty, Degel dan Fundamen cetak berada dalam 1 poros Dapat disimpulkan mesin yang paling praktis ialah mesin Boston karena yang bergerak hanya degelnya sedangkan fundamennya tetap (permanen). Ditinjau dari pemasukan kertasnya : - secara manual (oleh operator) satu persatu (hand press Gordon) - secara mekanik (otomatis) yaitu Grafo Press

230 201 Prinsip tekanan cetak pada cetak tinggi secara teknis dikerjakan dengan 3 jalan, yaitu : a. Mesin cetak tangan horisontal (handpress) dan mesin cetak tangan vertikal (degel). Mesin ini mencetak datar atas datar, berupa kerja sama antara papan besi penekan (back pressure) dan acuan cetak (teks dan gambar-gambar). Pada cetak tangan horisontal penekan dan acuan cetak terletak dalam posisi horisontal, sedang pada cetak tangan vertikal posisi penekan dan acuan cetak vertical, karena besi penekan mengepres acuan cetak dengan tekanan paralel, maka perlulah tekanan cetak yang sangat tinggi. Pada cetak tangan vertikal papan penekan bergerak kembali setelah setiap pengepresan. Pada saat yang bersamaan "acuan" ditintai dan lembaran yang telah dicetak diganti dengan yang belum dicetak (sistem Boston). Ada juga mesin-mesin yang bekerja sepenuhnya otomatis seperti platenpress Heidelberg. Sistem ini dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan kecil (jobbing work) dan dimaksud kan untuk pencetakan yang mengutamakan mutu. b. Mesin cetak cepat (highspeed press) Diketemukan tahun Sistem ini menggunakan sebuah silinder yang membawa kertas, waktu berputar ke atas acuan cetak yang datar. Karena pengepresan yang menyinggung saja, maka keseluruhan tekanan yang Gambar Landasan Mesin Cetak Silinder dibutuhkan dapat dikatakan lebih kecil. Acuan cetak bergerak ke depan ketika lembaran dengan silinder itu berputar. Sebelum acuan cetak mengenai lembaran kertas (yang hendak dicetak), rol-rol tinta menintai acuan itu lebih dahulu. Kertas yang sudah tercetak kemudian terlepas dari gripper dan lewat suatu pita pengeluaran dihantarkan ke meja pengeluaran. Mesin cetak Stop-Cylinder Dengan mesin ini silinder berputar ke muka satu kali, kemudian berhenti agar acuan cetak dapat kembali. Mesin cetak putaran-ganda (tworevolution-machine) Mesin cetak putaran-ganda (tworevolution-machine) termasuk juga dalam kelompok mesin cetak cepat. Silinder pada Gambar Mesin Cetak Silinder

231 202 mesin ini berputar selalu namun hanya pada putaran kedua selembar kertas disalurkan. Pada putaran kedua silinder terangkat ke atas sedikit agar acuan cetak dapat kembali. Mesin cetak cepat adalah mesin cetak tinggi yang paling penting. Pencetakan buku yang biasa, pekerjaanpekerjaan yang perlu mutu yang tinggi dan malahan perforasi dan pelubangan dapat dikerjakan oleh mesin ini. c. Mesin cetak rotasi Gambar Diagram Proses Pencetakan Gambar Sistem Pencetakan Langsung Untuk mesin ini acuan cetak haruslah bulat yang dibalutkan sekeliling sebuah Hinder. Silinder acuan cetak dan silinder penekan bergulung yang satu pada yang lain, kemudian di antara kedua silinder ini dilintaskan kertasnya. Untuk mesin ini dibutuhkan rol-rol kertas. Sistem cetak rotasi adalah sistem untuk pencetakan jumlah banyak dan kurang ideal untuk pencetakan bermutu. Biasanya harian-harian/majalah-majalah dicetak dengan percetakan dengan sistem ini. Sistem cetak ini dimungkinkan setelah penemuan matris kertas. Kepada matris kertas inilah kemudian dilakukan penuangan timah untuk menghasilkan acuan cetak yang melengkung (berbentuk silinder). Mesin cetak rotasi pertama kati dibangun pada tahun 1860 di New York, Amerika Serikat. Mesin cetak rotasi untuk mencetak surat kabar (bertingkat dua- kecepatan /jam. Dibawah ini dapat dilihat berbagai hal tentang mesin cetak tinggi : Gambar Batang Huruf Gambar Nomerator Gambar Menutup Acuan

232 203 Gambar Peletakan batang huruf pada siku susun Gambar Lemari Huruf dan Batang Huruf

233 204 Gambar Ruangan Cetak Tinggi beserta perlengkapannya Gambar Mesin Proof Gambar Letterpress-8x12-old-The Old Style was first made in 1884 Gambar Letterpress-12x18-new New Style was made in 1911 Gambar Tim's Model No 3 Victorian Hand Press Gambar Hand Press Gambar Heidelberg KORS

234 205 Gambar Ruangan Kerja Cetak Tinggi Gambar Proses Pencetakan

235 Gambar Produk Mesin Cetak Tinggi 206

236 207 Gambar Produk Mesin Cetak Tinggi

237 Gambar Cara kerja dan bentuk acuan 208

238 Flexographic Printing (Cetak Anilin) Proses cetak ini termasuk cetak tinggi karena bagian-bagian cetaknya lebih tinggi. Perbedaannya ialah mengenai tinta yang dipergunakannya. Tinta Anilin adalah cairan dan tidak membutuhkan distribusi. Semua mesin Anilin adalah mesin-mesin bersilinder dan mempergunakan penyalur kertas. Acuan cetaknya pada umumnya berupa blok-blok karet seperti stempel-karet, yang dibungkuskan pada silinder dan silinder cetak ini berputar mengenai silinder penekan dan di antara kedua silinder itu kertas yang akan dicetak dilintaskan. Mesin-mesin cetak Anilin dipakai untuk mencetak bahan-bahan pembungkus seperti kertas-kertas sampul, kantongan kertas, kotak-kotak karton dan bungkusan bahanbahan makanan. Pekerjaan cetakan yang menghendaki mutu yang tinggi tak dapat dicetak pada mesin-mesin Anilin Prinsip Dasar Cetak Fleksografi Cetak fleksografi adalah sistem cetak yang bentuk acuan cetaknya sama dengan acuan cetak tinggi, tetapi terbuat dari karet dan bahan tiruan lain; tinta yang digunakan cair, umumnya untuk mencetak kemasan/packaging, karton gelombang, (corrugated board), karton dan film plastik. Pengertian lain cetak fleksografi adalah cetak anilin, yaitu suatu cara untuk mencetak kertas-kertas pembungkus (kemasan) dengan mesin rotasi yang acuannya dibuat dari bahan yang kenyal (elastis/fleksibel). Cetak fleksografi pertama kali digunakan sekitar tahun 1800 di Inggris. Cetak fleksografi mengalami 3 kali perubahan nama yaitu Anilin Printing, Rubber Printing, dan Flexography. Dikatakan Anilin Printing karena tinta yang digunakan adalah tinta khusus yang encer, yaitu tinta anilin. Acuan yang digunakan berasal dari bahan karet yang kenyal, sehingga dikatakan Rubber Printing. Sedangkan pemakaian nama Flexography karena acuan yang digunakan fleksibel terbuat dari karet atau photopolymer sehingga dapat menyesuaikan bentuk silinder plat yang bulat. Karena pemanfaatannya lebih berat ke industri kemasan dan bukan ke industri penerbitan seperti halnya cetak offset, perkembangan dan kemajuan yang terjadi pada teknologi cetak fleksografi menjadi jarang terdengar. Dalam kenyataannya variasi mesin yang memanfaatkan teknologi ini jauh melampaui variasi mesin cetak offset atau rotogravure. Mesin fleksografi diciptakan dalam berbagai ukuran dan model, mulai dari ukuran mini yang dapat dipindah-pindah hingga ukuran yang besar dengan lebar beberapa meter. Mesin ini dapat dimanfaatkan untuk mencetak hampir semua jenis material, mulai dari semua jenis kertas, plastik, kantong semen, hingga karton

239 210 bergelombang. Disamping itu, cetak fleksografi juga menarik karena tintanya yang cepat mengering sehingga peningkatan produksi dapat dijangkau. Pada awalnya kualitas hasil cetak fleksografi memang lebih rendah jika dibandingkan kualitas hasil cetak offset. Resolusi cetak fleksografi juga lebih rendah (48 garis/cm, 120 lpi jika menggunakan metode produksi konvensional), dibandingkan dengan cetak offset yang mempunyai standar resolusi 60 s.d. 120 garis/cm (150 s.d. 300 lpi). Walau bagaimanapun, jika menggunakan pelat cetak modern, terutama yang diproduksi menggunakan sistem computer to plate image, dapat menghasilkan kualitas cetak yang lebih baik. Cetakan yang mempunyai resolusi 60 garis/cm sampai dengan 120 garis/cm dapat diproduksi. Penggunaan pelat cetak tipe terbaru yang mudah beradaptasi terhadap tinta dan tekanan cetak selalu dikembangkan, terutama yang berkenaan dengan unit penintaan, suatu keharusan untuk meningkatkan kualitas hasil cetak fleksografi. Penggunaan mesin cetak fleksografi mengalami perkembangan yang sangat pesat di dunia percetakan. Di akhir tahun 70'an fleksografi hanya memiliki share 10 % dengan pertumbuhan per tahun 4 % ( offset 52 %, rotogravure 28 %) namun di tahun 2006an fleksografi memiliki share 28 % ( offset turun menjadi 45 % dan rotogravure turun menjadi 20 %) dengan pertumbuhan per tahun tetap 4 %. Diperkirakan 5 tahun yang akan datang fleksografi akan memiliki share 33 %, sedangkan cetak offset turun menjadi 35 % dan rotogravure menjadi 15 % Proses Pencetakan pada Cetak Fleksografi Kekenyalan dari pelat cetak fleksografi bersamaan den gan viscositas tinta yang rendah/encer, memungkinkan digunakan untuk mencetak di atas permukaan yang tidak mudah meresap dan bergelombang untuk kemasan. Selain itu, cetak fleksografi terutama sekali cocok untuk mencetak bahan-bahan yang fleksibel seperti plastik. Pada proses pencetakan hanya memerlukan sedikit tekanan untuk memungkinkan berpindahnya tinta dari pelat cetak ke permukaan bahan cetak. Demikian juga dengan proses pencetakan fleksografi. Secara umum proses pencetakan pada fleksografi dapat f e d c a h g b Gambar Skema unit pencetakan sistem mesin fleksografi konvensional.

240 211 digambarkan sebagai berikut: Bagian-bagian pokok mesin cetak fleksografi sistem konvensional adalah: a. Bak Tinta b. Tinta c. Rol Bak Tinta d. Silinder Anilox e. Silinder Pelat f. Pelat Cetak / Acuan Cetak g. Kertas Gulungan h. Silinder Tekan Terjadinya proses pencetakan pada mesin cetak fleksografi konvensional adalah sebagai berikut: Pada bak tinta (a) terdapat tinta yang encer (b). Di dalam bak tinta terdapat rol tinta (c) yang dibuat dari logam atau logam yang terbungkus karet. Tugas rol (c) tersebut mengambil tinta dari bak tinta dan diteruskan ke rol anilox (d). Tinta pada rol anilox diterima oleh acuan cetak / pelat cetak (e) yang terpasang pada silinder pelat (f). Silinder tekan (h) akan membawa kertas gulungan (g) bertemu dengan pelat cetak / acuan cetak, dan terjadilah cetakan pada bahan tersebut. g c a f b Gambar Skema unit pencetakan mesin fleksografi sistem doctor blade Bagian-bagian pokok mesin cetak fleksografi sistem doctor blade adalah: a. Bak Tinta b. Tinta c. Silinder Anilox d. Silinder Pelat e. Silinder Pelat f. Kertas Gulungan g. Silinder Tekan Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda, akan tetapi saling mendukung satu dengan yang lain. Secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:

241 212 a. Bak tinta (ink pan) berfungsi untuk meletakkan tinta cetak yang encer. Selain tinta, di dalam bak tinta juga terdapat rol bak tinta untuk mesin fleksografi konvensional. Sedangkan pada sistem doctor blade, rol bak tinta tidak ada, tetapi diisi oleh rol anilox. b. Tinta cetak (ink), tinta cetak fleksografi menggunakan tinta khusus yang encer, yaitu tinta anilin yang cepat kering sesaat setelah menempel pada bahan cetak. Sehingga cocok untuk mencetak berbagai jenis bahan cetak. Pada cetak fleksografi, tinta cetak sangat beragam, karena cetak fleksografi terdapat banyak variabel. Satu jenis tinta tidak mungkin dapat memenuhi semua karakteristik dan aplikasi yang berbeda-beda. Untuk mencetak yang memerlukan hasil cetakan yang high gloss dengan cetakan yang memerlukan hasil cetak yang matt, tidak mungkin dihasilkan oleh satu jenis tinta, karena karakteristiknya berbeda. Tinta yang sesuai untuk satu jenis pekerjaan dihasilkan melalui kerjasama antara pencetak dan pembuat tinta dalam mengevaluasi berbagai kemungkinan yang terjadi. Untuk memilih tinta yang tepat, perlu dikenali beragai variabel yang dapat ditemui pada saat pencetakan seperti variasi dari bahan yang dicetak, jenis pelarut tinta yang diinginkan apakah berlandaskan air atau berlandaskan solvent, pigmen yang digunakan, jenis cetakan apakah cetakan permukaan (surface printing) atau cetak laminasi, warna spot/line job atau warna proses dan berbagai variabel lainnya. Seperti telah diketahui, industri kemasan menggunakan beragam bahan yang akan dicetak seperti; kertas, board, film fleksibel, foil dan film metallized. Bahan-bahan tersebut datang dalam berbagai variasi, seperti film fleksibel dapat berbentuk polyethylene, polypropylene, polyester, nylon, cellophane dan coextruded film. Karakteristik dan jenis bahan tersebut tidaka sama, sehingga dalam penentuan tinta juga bisa tidak sama. Pemilihan tinta yang akan digunakan dapat dimulai dari jenis bahan yang akan dicetak, kemudian meminta rekomendasi dari pabrik tinta. Bila tipe cetakan dianggap memiliki keunikan tersendiri, ada baiknya dilakukan percobaan terlebih dahulu sebelum tinta tersebut digunakan untuk produksi. Ada perbedaan formula antara tinta yang digunakan untuk tujuan cetak permukaan (surface printing) dengan tinta untuk tujuan cetak laminasi. Masalah utama yang akan timbul bila tinta jenis surface (surface print ink)

242 213 digunakan sebagai tinta laminasi (lamination ink) terletak pada daya rekatnya (bong strenght) yang rendah. disamping itu untuk mencegah terjadinya blocking, tinta jenis surface diberi tambahan lilin (waxes), yang akan semakin mengurangi daya rekat dari tinta tersebut. Pemakaian tinta jenis laminasi untuk pencetakan permukaan cenderung menimbulkan blocking dan menurunnya kilap (gloss) dari cetakan. Tinta laminasi tidak memerlukan gloss, karena gloss akan diperoleh dari bahan yang akan dicetak. Untuk mencetak jenis cetakan solid (line printing) menggunakan warna spot, dan pencetakan dilaksanakan dengan memberikan lapisan yang lebih tebal dibanding cetakan menggunakan tinta proses (cyan, magenta, yellow dan black) yang lebih tipis. Perbedaan ketebalan menyebabkan formulasi dari kedua jenis tinta tersebut tidak sepenuhnya sama. Untuk menghasilkan cetakan yang lebih bersih, tinta proses umumnya dikeringkan dengan cara yang lebih lambat, dibanding tinta surface. Dalam memilih tinta, hendaknya mempertimbangkan pula kegunaan akhir dari pr oduk yang dicetak. Sebagai contoh, label untuk kemasan anti beku (freeze resistant), haruslah tahan terhadap larutan atau bahan pembeku, agar tintanya tidak rontok bila kemasan tersebut dimasukkan ke dalam ruang pembeku. Pada cetak fleksografi, terdapat tiga tipe tinta yang umumnya digunakan, yaitu tinta berbasis air, tinta berbasis solven, dan tinta UV. Tinta UV mengering (cure) karena bereaksi dengan sinar ultra violet. Sebagian dari tinta berbasis air sama sekali tidak mengandung solven sehingga emisi yang dibuang ke udara amat kecil. Faktor ini kini semakin penting sejalan dengan semakin ketatnya undang-undang pencemaran udara, terutama bagi pencetakan rotogravure konvensional yang masih menggunakan tinta berbasis solven. Berdasarkan kenyataan tersebut, dewasa ini semakin banyak percetakan beralih pada tinta berbasis air, walau penggunaan t inta ini mensyaratkan penggunaan teknik yang tepat dalam mengoptimalkan performance dari mesin cetak yang digunakan. Mengoptimalkan performance dari mesin cetak berarti mencetak dengan kecepatan tinggi, cetakan yang bersih, penge ingan dan pembersihan yang singkat, warna yang kuat, serta penanganan tinta secara minimal. Jenis tinta berbasis air kini tersedia untuk hampir semua bahan, termasuk bahan yang tidak berpori, sehingga hanya sedikit sekali jenis cetakan yang tidak dapat memanfaatkannya. Untuk

243 214 memenuhi persyaratan kecepatan mesin tersebut, saat ini telah diciptakan mesin fleksografi yang mencapai kecepatan hingga 600 mpm (untuk web web) dan hingga 150 mpm untuk narrow web dengan resolusi cetak hingga 175 (dengan digital printing). Mesin flexo wide web saat ini menggunakan teknologi central imprssion sehingga Gambar 7.34 Contoh hasil cetak flexo pada kemasan popok bayi. material yang melar dapat dikerjakan dengan baik. Contoh PE untuk popok bayi, softex, tissue dan kemasan schrink wrap) (lihat gambar 7.34). c. Rol bak tinta (ink roll) pada cetak fleksografi system konvensional berfungsi untuk memindahkan tinta dari bak tinta ke rol anilox. Rol bak ini pada umumnya terbuat dari logam yang dilapisi dengan karet alam. Rol yang lembek akan lebih banyak membawa tinta jika dibandingkan dengan rol biasa atau lebih keras. Rol yang lembek tersebut akan mempengaruhi besarnya gambar karena terlalu banyak tinta, gambar jadi mengembang. Maka penggunaan rol tinta harus disesuaikan dengan keperluan barang yang dicetak. d. Rol anilox (Anilox roller) berfungsi mengambil tinta dari bak tinta untuk diteruskan ke permukaan pelat cetak sesuai dengan volume sel. Untuk menentukan rol anilox yang tepat, harus dengan mempertimbangkan berapa lpi film/photopolymer yang digunakan, dikombinasikan berapa minimum raster yang akan dicetak ( 5 %, 3 %, 2 %, dll). Anilox yang dipergunakan saat ini bersudut 60, karena luas area yang sama jumlah sel lebih banyak dibandingkan dengan sudut 45 sehingga tinta lebih rata. Rol anilox adalah elemen inti dari unit penintaan. Rol-rol dengan perbedaan banyaknya sel yang telah digunakan disesuaikan untuk memenuhi ketebalan tintanya. Rol anilox yang beredar saat ini terbuat dari krom (chrome roll) dan terbuat dari keramik (ceramic roll). Kedua jenis rol tersebut mempunyai sifat yang berbeda.

244 215 Sifat-sifat dari chrome roller antara lain: 1. harga lebih rendah 2. waktu pemakaian lebih rendah 3. kerapatan screen kurang lebih 200 sel per cm (500 sel/inch) 4. keterbatasan volume sel dengan proses produksi Sifat-sifat dari ceramic roller antara lain: 1. harga lebih mahal 2. ketahanan pemakaian lebih tinggi 3. kerapatan sreen mencapai 600 sel per cm (1500 sel/inch) 4. tingkatan lebih tinggi untuk memperoleh goresan yang detail. e. Pelat cetak berfungsi menerima tinta cetak dari rol anilox dan memindahkannya ke bahan cetak dengan bantuan silinder tekan. Pelat cetak ada yang terbuat dari karet (rabber), dan ada yang dari fotopolimer (photopolymer plate). Pelat cetak yang digunakan sekarang adalah pelat fotopolimer yang sudah dapat diproses secara digital (sama seperti CTP untuk offset). Dengan menggunakan digital plate (CDI), highlight hingga 1 % dapat dicapai. Hal ini dimungkinkan Gambar Struktur dari jenis-jenis pelat photopolymer karena dot gain yang akan terjadi pada proses cwetak akan dikompensasikan pada proses digital (pre press) tentunya setelah dilakukan cetak coba. Ada 3 jenis struktur pelat photopolymer, yaitu : 1. pelat lapisan tunggal (BASF) 2. pelat beberapa lapisan (BASF) 3. pelat untuk sistem computer to plate image (digiflex, BASF) f. Silinder pelat berfungsi sebagai tempat memasang acuan cetak. Pemasangan acuan cetak pada silinder pelat memerlukan bahan bantu yang disebut dengan sticky back. Fungsi utama sticky back adalah melekatkan pelat fotopolimer pada silinder pelat, Gambar Penampang silinder pelat dengan pelat cetak dan sticky back

245 216 menempatkan pelat pada posisi yang tepat serta menghindari bergesernya pelat pada posisi yang diinginkan dan mencegah mengelupasnya pelat dari silinder. Berbagai jenis sticky back berdasarkan tingkat kekerasan yang dibutuhkan sesuai dengan kriteria job yang akan dicetak. Sticky back keras cocok untuk cetakan solid, untuk cetakan sparasi. Sticky back yang lunak cocok untuk cetakan teks, kombinasi teks dan gambar. Bantalan sticky back yang lembut lebih baik. Terjadinya proses pencetakan pada mesin cetak fleksografi sistem doctor blade hampir sama dengan proses pencetakan pada mesin cetak fleksografi sistem konvensional, yang membedakan adalah pada pemakaian rol bak. Pada mesin cetak fleksografi sistem konvensional, menggunakan rol bak sebagai pengambil tinta dari bak tinta. Sedangkan pada mesin cetak fleksografi sistem doctor, yang mengambil tinta dari bak tinta adalah silinder anilox yang langsung dimasukkan ke dalam bak tinta. Untuk mengurangi kelebihan tinta dan mengembalikannya ke bak tinta pada silinder anilox, menggunakan doctor blade. Mesin cetak fleksografi sistem doctor blade ada yang dilengkapi dengan chamber (ruang) yang berisi cairan, sehingga disebut doctor blade chamber. Chamber tersebut berfungsi untuk mengeluarkan udara dan sisa-sisa tinta pada waktu proses pencetakan. Sistem doctor blade chamber ini ada dua macam, yaitu sistem single doctor blade chamber dan double doctor blade chamber. Pada single doctor blade chamber, hanya mempunyai satu chamber, sedangkan pada sistem double doctor blade chamber, mempunyai dua chamber. Pada sistem single doctor blade chamber dan sistem double doctor blade chamber, bentuk geometris chamber (ruang) dapat berbeda dari sistem yang satu dengan sistem yang lainnya, rancang bangun di atas menghasilkan sesuatu yang tidak konsisiten karena tinta disirkulasikan terhadap Gambar Skema unit pencetakan mesin fleksografi sistem single doctor blade chamber Gambar Skema unit pencetakan mesin fleksografi sistem double doctor blade chamber

246 217 sel hanya pada permukaan rol anilox. Sebagai akibatnya, pengisian tinta pada sel-sel anilox berlangsung tidak merata dan juga tidak mencukupi. Satu-satunya cara untuk memperbaiki pergantian tinta di sel, ialah dengan meningkatkan tekanan cairan yang ada di dalam chamber. Cara ini sesungguhnya tidak dianjurkan karena di samping akan memperpendek umur doctor blade, juga cenderung menyebabkan leaking (bocor) dan efek back doctoring pada chamber. Untuk mengatasi kekurangan di atas pada mesin cetak fleksografi, diciptakan sistem baru yaitu doctor blade inkjector. Inkjector terbentuk dari dua chamber yang dipisahkan oleh dua tonjolan kecil. Kedua chamber tersebut dihubungkan pada celah kecil (kurang dari 4 mm) yang dibentuk diantara puncak tonjolan dan permukaan dari silinder anilox yang berputar. Dengan tekanan rendah, tinta dipompakan ke chamber pertama yang berfungsi sebagai suplai chamber. Tekanan cairan yang rendah serta perputaran rol anilox, memaksa tinta mengalir secara merata mengikuti keseluruhan celah yang ada. Aliran karena tekanan ini menimbulkan tekanan hidrolik tinggi terbentuk di celah. Kecepatan aliran akan meningkat sejalan dengan meningkatnya tekanan hidrolik tersebut. Pada sistem doctor blade inkjector, dengan tekanan yang amat rendah (< 0,5 kg/cm²) tetap terbentuk di dalam kedua chamber. Ketika sel dari rol anilox melewati suplai chamber, sel-sel tersebut masih berisikan udara (hingga 80%). Tekanan yang terbentuk di celah akan memaksa tinta mengalir ke dasar sel yang akhirnya memaksa udara yang ada keluar dari sel bersama-sama dengan sisa-sisa putaran sebelumnya. Udara yang dilepaskan tersebut ditiup ke chamber pengeluaran, kemudian dibuang melalui selang bersama dengan sisa-sisa tinta. Ada dua kekuatan yang menimbulkan aliran di dalam sel-sel silinder anilox tersebut. Yang pertama tekanan hidrolik secara lokal. Namun tekanan yang diberikan hanya pada permukaan sel, betapapun kuatnya, tidak akan menimbulkan aliran. Untuk itu dibeutuhkan tekanan kedua yang terbentuk oleh rol anilox yang berputar di permukaan tinta. Tekanan yang kedua inilah yang akan menimbulkan terbentuknya arus putaran cairan di dalam sel. Adanya pusaran ini menyebabkan udara dan tinta tidak akan terperangkap di dasar sel. Pada sistem doctor blade inkjector, keluarnya udara dan sisa-sisa tinta dari celah, masuk ke chamber pengeluaran (exhaust chamber), menyebabkan tekanannya akan menurun kembali. Bentuk geometrik serta ukuran besar dari exhaust chamber akan mencegah terjadinya efek foaming dan leaking. Masalah efek foaming dan leaking ini

247 218 sering terjadi pada sistem single doctor blade chamber. Keuntungan lain dari adanya inkjector tersebut adalah adanya peningkatan mutu hasil cetakan, diantaranya density warna yang lebih konstan pada setiap kecepatan, penghematan dalam pemakaian tinta (hingga 22%), serta peninghkatan produktifitas. Inkjector mampu memberikan penintaan ke selurh lebar cetakan secara merata, bahkan pada pergantian kecepatan sekalipun, sehingga diperoleh densitas warna yang konstan. Transfer tinta yang lebih terkontrol sehingga lebih efisien, menyebabkan waktu pengeringan menjadi lebih singkat, sehingga dapat meningkatkan kecepatan cetak. Karena memberikan lingkup kerja lebih konsisten, hasil yang akan dicapai menjadi lebih terprediksi, sesuatu yang amat penting untuk pekerjaan cetak ulang (reapeat order). Inkjector mampu mencegah berbagai masalah dalam pencetakan seperti ghosting, ink foaming, dan leaking (kebocoran). Kebocoran pada doctor blade dicegah dengan menggunakan pisau kaku/rigit dengan ketebalan 0,2 atau 0,3 mm. Stabilitas dari inkjector memungkinkan penyetelan tekanan antara silinder cetak, silinder tekan dan rol anilox, dilaksanakan secara minim (kiss touch). Cara ini bukan hanya mengurangi getaran, tetapi sekaligus akan memberikan hasil cetak yang lebih bersih pada daerah putih serta mengurangi tersumbatnya silinder pelat. Untuk meningatkan daya tahan terhadap bahan-bahan kimia, inkjector diberi lapisan nikel. Menggunakan sistem Easy Wash, baik doctor blade, silinder anilox, poompa-pompa dan selang dapat dibersihkan secara otomatis dengan beragam cairan pembersih. Waktu persiapan (make ready) dapat dipersingkat karena pembersihan dapat dilaksanakan dalam keadaan inkjector tetap terpasang dan berlangsung secara amat singkat, yakni hanya sekitar 5 menit. Keunggulan ini menyebabkan mesin cetak dengan sistem inkjector sangat cocok untuk melaksanakan pekerjaan dengan oplah rendah. Keunggulan-keunggulan di atas jelas menjadi pertimbangan bagi pengguna untuk mempersingkat downtimes semakin kuat. Disamping amat bermanfaat pada waktu proses pencetakan, tekanan hidrolik yang terbentuk di celah memberi manfaat yang sama pada waktu pencucian, karena tekanan ini menyebabkan pencucian sel silinder anilox dan chamber doctor blade berlangsung lebih cepat dengan pengguanaan cairan pencuci yang lebih sedikit. Efek tambahan lainnya ialah tersumbatnya sel-sel yang merupakan ciri khas dari single doctor blade, tidak lagi menjadi masalah.

248 219 Untuk memperpanjang umur dari doctor blade dan permukaan rol anilox, inkjector dilengkapi dengan perangkat penyetel otomatis yang akan menyesuaikan tekanan antara doctor blade dengan silinder anilox. Dengan cara ini berarti tidak lagi dibutuhkan penyetelan tambahan pda waktu pencetakan, yang berarti mengurangi waktu maintenance serta meningkatkan produktifitas. Umur inkjector bisa lebih lama karena inkjector bekerja dengan tekanan yang amat rendah, sedangkan tekanan tinggi hanya terbentuk pada bagian yang dibutuhkan saja yakni di bagian celah dari chamber. Dengan cara ini doctor blade hanya menyentuh permukaan rol anilox dengan tekanan yang amat minim (kiss touch). Pada waktu rol anilox melewati chamber, tekanan minim ini secara tepat akan memotong cairan tinta tanpa merusak permukaan rol sekaligus mencegah terjadinya skating dari doctor blade dan timbulnya masalah back doctoring. Selain adanya injector pada mesin fleksografi yang dapat mencegah terjadinya masalah seperti ghosting, ink foaming, dan leaking, ada hal-hal yang perlu diperhatikan agar mendapatkan mutu yang diinginkan, yaitu penanganan / perawatan rol anilox. Untuk mendapatkan kualitas cetak yang diinginkan, rol anilox harus ditentukan kehalusan sel dari rol (LPI) tersebut dalam kaitannya dengan ketebalan tinta. Penggunaan perangkat pengukur volume cairan, pengukuran ketebalan tinta yang dialihkan oleh rol anilox, harus dilakukan secara teratur. Pengukuran dilakukan pada tiga posisi dari rol, yaitu pada bagian tengah, pada sisi operator dan pada sisi penggerak/drive. Apabila setelah diukur ada penyimpangan, maka harus segera dicuci atau diganti. Disamping itu, setiap kali selesai digunakan, mesin harus dicuci dengan bahan pencuci khusus sampai benar-benar bersih. Gambar RAVOL, perangkat pengukur ketebalan tinta rol anilox buatan APEX

249 Konfigurasi Mesin Cetak Fleksografi Mesin cetak fleksografi dirancang untuk mencetak hampir untuk semua bahan cetak. Untuk itu perlu dirancang bentuk mesin yang sesuai dengan bahan cetak. Rancangan utama mesin cetak fleksografi ada tiga konfigurasi, yaitu: a. Sistem silinder tekan sentral (unit cetak satelit) b. Desain satu garis c. Desain tipe susun/tumpuk Diagram konfigurasi mesin cetak fleksografi tersebut dapat diperlihatkan pada gambar berikut ini: a. Sistem silinder tekan sentral (unit cetak satelit) Sistem ini mempunyai keuntungan lebih baik dibanding tipe susun/tumpuk di dalam hal ketepatan cetak, dan dapat mencetak di atas semua bahan yang fleksibel / Gamabar Unit cetak satelit mesin fleksografi Contoh mesin dapat diperlihatkan seperi di bawah ini: plasik, kombinasi pada proses cetak yang berbeda. Gbr Mesin cetak flekso 8 warna dengan silinder tekan tepusat (34 DF/8-CNC, Fischer & Krecke)

250 221 Gambar Penggantian lapisan silinder pelat pada mesin fleksografi (Fischer & Krecke) Gambar Penggantian lapisan silinder pelat dengan proses silinder otomatis pada mesin flekso dengan silinder tekan terpusat (Fischer & Krecke) Gambar Mesin cetak fleksografi dengan silinder tekan terpusat dengan 8 unit cetak dengan keotomatisan tingkat tinggi (Astraflex, W&H) b. Desain satu garis Desain ini disusun secara mendatar, dengan posisi tiap-tiap unit cetak saling Gambar Skema mesin fleksografi dengan desain satu garis berdampingan dalam satu baris. Bahan cetak yang berbentuk gulungan biasanya dilewatkan diantara unit-unit

251 222 pencetakan supaya pengeringan dapat disesuaikan dengan panjang pengering yang saling berhubungan maupun tegangan gulungan dan komponen pendukung. Pada awalnya unit didisain untuk menekan biaya dalam mencetak gulungan yang terbatas, untuk cetakan label. Gambar Mesin cetak fleksografi desain satu garis terintegrasi dengan unit pemotong dan unit lipat (Lemanic 82, Bobst) Gambar Mesin cetak fleksografi untuk mencetak label dengan pengering UV dan pemotong berputar (Arsoma EM 510, Heidelberg / Gallus) Gambar Mesin cetak fleksografi untuk mencetak label dengan pemotong berputar, unit winding untuk menghilangkan pemborosan, dan mengontrol gambar (GLS-2000, Nilpeter)

252 223 Gambar Mesin cetak fleksografi untuk mencetak label dengan pemotong berputar, stasiun winding (4200, Mark Andy) c. Desain tipe susun/tumpuk Mesin cetak fleksografi tipe ini hanya digunakan untuk mencetak jenis pekerjaan yang sederhana, sebab keakuratan ketepatan cetak kurang maksimal, misalnya untuk membantu mencetak untuk memproduksi kantong/tas. Keuntungan dari desain tersebut mempunyai silinder tekan terpusat dan cocok untuk mencetak dua sisi pada gulungan. Gambar Skema mesin cetak fleksografi desain tipe susun/tumpuk Kemajuan teknologi teknik cetak fleksografi semakin berkembang dan sangat canggih. Disamping ketiga tipe tersebut di atas, terus dikembangkan jenis-jenis mesin yang lain, bahkan sudah dimodifikasi dengan mesin cetak yang lain misalnya digabung

253 224 dengan mesin cetak offset, cetak rotografur. disamping itu mesin fleksografi juga dilengkapi dengan unit pemotong, unit lipat, unit UV. Gambar Skema mesin cetak fleksografi empat warna desain tipe susun/tumpuk untuk mencetak kemasan Selain dirancang untuk jenis bahan gulungan, mesin fleksografi juga ada yang dirancang untuk mencetak lembaran. Dengan demikian pengguna mesin disediakan berbagai jenis mesin fleksografi. Mesin cetak offset lembaran (sheetfed offset) yang banyak dipakai oleh percetakan-percetakan packaging kebanyakan dilengkapi dengan unit flexo untuk proses finishing. Perangkat proses finishing yang terpasang pada bak chamber doctor dan rol screen tidak hanya mampu melapiskan (vernish/tinta khusus) merata ke atas seluruh bidang cetakan, tetapi bisa juga dipakai seperti untuk mencetak dengan ketepatan register yang memadai. Unit perangkat flexo yang dipasang di belakang rangkaian unit mesin cetak offset biasanya dipakai untuk proses pelapisan coating terpadu, melapisi hasil cetakan atau untuk menampilkan efek khusus lapisan vernis (vernis spot). Kalau unit flexo tersebut dipasang di bagian depan unit cetak offset, bisa dipakai untuk mengkondisikan lebih dulu permukaan kertas, plastik atau film yang akan dicetak. Misalnya kertas, plastik, atau film yang akan dicetak dilapisi tinta putih opaque sebagai warna dasar sebelum kemudian ditimpa dengan tinta cetak offset pada proses di bagian belakang. Proses pencetakan awal (pre-printed) iriodines tersebut mampu menghasilkan proses finishing yang menarik, yaitu untuk menciptakan efek warna putih susu (opalescent) yang kemudian dipakai sebagai dasar pencetakan image tertentu (teks atau gambar) yang akan dilakukan pada proses berikutnya. Seperti diketahui keunggulan proses cetak ofseta adalah pada kualitas cetak yang tinggi dengan biaya pra cetak dan proses penyinaran pelat cetak lebih murah. Sedangkan keunggulan proses cetak flexo adalah pada kemampuan untuk mengoleskan lapisan (vernis/tinta khusus) secara tebal ke atas permukaan lembaran bahan dengan

254 225 Gambar Mesin cetak surat kabar untuk mencetak multi warna dengan 144 unit cetak (Flexocourier, KBA) Gambar Skema mesin cetak fleksografi dengan multi silinder tekan Gambar Penggantian lapisan silinder pelat dan rol anilox pada mesin Fleksografi Gambar a. Mesin cetak fleksografi 2 warna (Soloflex, W&H) b. Silinder pelat dengan pelat cetak dan rol tinta (FlexoGold, Aurelia) teknologi aplikasi sederhana. Dibandingkan dengan cetak offset, dalam hal viscositas (kekentalan), tinta flexo lebih mirip dengan tinta rotogravure yang tipis. Tinta flexo mampu membentuk lapisan cetak yang tebal dan merata ke seluruh permukaan bahan yang dicetak. Ketebalan lapisan tinta dapat diatur dengan mengganti-ganti rol screen yang berbeda. Besarnya ukuran partikel pigment metal pada tinta cetak offset adalah 3,5 mm, paada tinta flexo dan rotogravure adalah 8 9 mm. Tujuan utama pemasangan unit cetak flexo pada cetak offset adalah untuk dapat mencetak lapisan warna putih keruh (opaque), membentuk warna blister, warna

255 226 metalik, warna opalescent serta untuk pengaburan lembaran film/plastik yang aslinya tembus pandang dan juga untuk melapiskan coating (vernis/tinta). Proses pengembangan mesin sheetfed flexo penuh (untuk proses cetak dan pelapisan coating) yang dikombinasikan dengan mesin sheetfed offset adalah kemajuan yang luar biasa. Mesin ini memiliki sistem gripper / Gambar Skema mesin cetak fleksografi 8 warna dengan silinder tekan sentral penjepit transport antar unit. Sistem ini menjamin terjadinya ketepatan register antara unit cetak yang satu dengan unit cetak berikutnya. Mesin ini juga mampu mencetak mulai lembaran tipis sampai jenis karton setebal 1,25 mm. Mesin sheetfed flexo dirancang sama persis dengan mesin cetak sheetfed offset biasa, tetapi dilengkapi dengan dua unit perangkat flexo, yang bisa dipakai sebagai mesin finishing untuk aplikasi pelapisan coating UV atau efek pelapisan lainnya. Proses pelapisan khusus seperti untuk pembuatan warna blister, pelapisan zat bau-bauan (scanted), pelapisan untuk panahan (barrier coatid) dan pelapisan untuk perekat, membutuhkan lapisan coating yang tebal. Pelapisan pigment berat untuk iriodine dan untuk menghasilkan efek metalik, bisa dilaksanakan dengan melapiskan tinta dalam jumlah tertentu dengan tepat. Untuk proses pelapisan coating yang sering berganti atau berubah, akan lebih diuntungkan kalau mengaplikasi dua macam kombinasi unit mesin pelapis coating. Unit mesin pertama untuk proses pemerataan lapisan coating, unit mesin kedua untuk proses pelapisan (vernis) UV. Sistem sirkulasi penggantian bahan Gambar Skema mesin cetak fleksografi kapasitas tinggi dengan silinder tekan terpusat dengan 8 unit penintaan (W&H)

256 227 pelapis coating yang mudah dikerjakan memungkinkan pergantian pekerjaan bisa dilaksanakan dengan cepat. Pada jenis kemasan kualitas tinggi biasanya dibutuhkan proses penyelesaian tingkat tinggi yang memerlukan beberapa kali proses pencetakan dengan unit coating/unit flexo. Satu mesin yang dipakai untuk beberapa macam proses pelapisan coating dan untuk menangani hasil cetakan dari empat sampai lima buah mesin cetak, biasanya akan menjadi penghambat produksi secara keseluruhan. Mesin sheet fed flexo yang diapakai secara offline (terlepas berdiri sendiri-sendiri), bisa dipakai sebagai introduksi yang mudah dipantau untuk memasuki sektor teknologi finishing kemasan kualitas tinggi. Dikembangkan juga mesin cetak fleksografi multi silinder. Gabungan tipe susun/tumpuk dengan tipe silinder sentral, atau gabungan tipe satu garis dengan tipe silinder sentral. Gambar Skema Unit Pencetakan Mesin Cetak Fleksografi Gulungan, dengan Silinder Pusat, 8 Warna 2.3. Teknik Cetak Dalam adalah proses cetak menggunakan permukaan yang dikerik (tenggelam) Pada cetak dalam bagian gambar didalamkan ke dalam logam acuan cetak. Bagian yang didalamkan harus mengalihkan tinta pada kertas (atau bahan lain yang dicetaki) sedang permukaan logam yang tidak digarap harus menghasilkan bagian putih pada cetakan. Dengan sendirinya sevyaktu penintaan acuan cetak tidak hanya bagian yang didalamkan saja yang menerima tinta, tetapi juga permukaannya. Jadi supaya dapat memperoleh bagian putih pada cetakan, setelah penintaan tinta harus dihilangkan dari permukaan. Bentuk cetak-dalam yang tertua ditemukan sejak abad ke-15. Ini antara lain berupa ukiran tembaga dan baja serta etsa. Pada ukiran (gravur), gambarnya yang terdiri dari garis dan/atau titik, diukirkan pada pelat logam yang datar dan licin. Tergantung dari dalam dan luasnya pengukiran dalam logam, terjadi garis-garis yang kurang atau lebih dalam, dan yang kurang atau lebih lebar, yang

257 228 menurut perbandingan dapat memuat tinta lebih sedikit atau lebih banyak, jadi juga dapat memberikan tinta kepada kertas lebih sedikit atau lebih banyak. Juga karena kerapatan penggoresan garis terjadi perbedaan nada pada cetakan, dan perbedaan itu dapat terjadi pula karena lebar dan dalamnya garis. Bila ukiran telah selesai, lalu digosok dengan tinta kaku memakai tampon. Permukaan pelat dihapus sampai bersih memakai kain kasa dan dengan pangkal kepalan tangan. Karena tegangan kuat pada alat cetak tangan, tinta dapat teralihkan dari garis-garis kepada kertas. Teknik ini masih diterapkan oleh para seniman, dengan maksud untuk membuat gambarnya yang asli. Pengukiran (gravur) juga masih diterapkan secara pertukangan untuk membuat uang kertas dan perangko, meskipun ukiran bajanya yang asli diperbanyak secara mekanis dan pencetakannya - yang karenanya disebut cetak-pelat - dilakukan pada mesin-cetak besar. Pada etsa, di atas pelat tembaga yang datar-licin di-bubuhkan yang disebut : dasar etsa, terutama terdiri dari malam (lilin). Dasar etsa itu dihitamkan dengan jelaga. Pada dasar etsa itu gambar digoreskan memakai jarum, hingga gambarnya menjadi kelihatan dalam warna tembaganya. Garis yang digoreskan diperdalam dengan pengetsaan. Menurut pengetsaan setempat yang lebili lama dan lebih dalam maka garis-garisnya juga lebih lebar, dan mengambil tinta lebih banyak. Jadi perbedaan nada terjadi kira-kira seperti pada pengukiran. Juga pencetakannya dilakukan seperti pada pengukiran. Teknik ini diterapkan oleh para seniman. Cetak dalam raster, cetak-dalam rakel dan rotogravur adalah nama-nama untuk teknikcetak yang sama. Untuk pembuatan acuan cetak digunakan fotografi dan raster, dan untuk mencetak dipakai pembawa gambar yang berputar. Cetak-dalam raster sangat cocok untuk membuat ilustrasi, majalah mingguan dan bulanan serta penanggalan (kalender) satu warna atau warna ganda, untuk mereproduksi lukisan dan gambar dan untuk mencetak bungkusan. Juga perangko sering dicetak dengan cetak-dalam raster. Percetakan yang menggunakan cetak dalam meliputi beberapa bagian. Untuk mendapat gambaran, bagaimana cara-kerjanya dalam perusahaan semacam itu, kifa akan mengikuti pembuatan suatu barang cetakan. Sebagai contoh kita ambil buku dengan ilustrasi dan teks penjelasannya. Ilustrasi, potret dan gambar diproses di bagian fotografi reproduksi, dan teksnya diproses di bagian penyusunan huruf Prinsip Dasar Cetak Dalam Cetak dalam adalah teknik cetak mencetak dengan menggunakan silinder tembaga dan bagian yang mencetak lebih dalam dari permukaan silinder pelat. Disebut cetak dalam karena tinta yang berada pada bagian-bagian yang mencetak (image area) lebih

258 229 rendah dar pada bagian yang tidak mencetak. Teknik cetak ini termasuk teknik cetak langsung karena acuan cetak langsung mengenai bahan yang akan dicetak dengan bantuan dari silinder tekan, berbeda dengan cetak offset yang acuan cetaknya tidak langsung mengenai bahan cetak. Teknik cetak dalam dibagi menjadi dua macam, yaitu rotogravure dan intaglio. Kedua teknik tersebut pada prinsipnya adalah sama yaitu sama-sama teknik cetak dalam dimana bagian yang mencetak lebih dalam dan yang tidak mencetak lebih tinggi. Keduanya dibedakan pada pembuatan pelat cetaknya. Teknik rotogravure menggunakan raster dalam pembuatan acuan cetaknya, sedangkan intaglio tidak menggunakan raster, tetapi dalam pembuatan acuan cetak menggunakan sistem etsa. Pembawa bentuk gambar atau permukaan cetak pada rotogravure umumnya terdiri dari silinder baja dengan lapisan luar yang terbuat dari tembaga dimana bentuk gambar terdiri dari jutaan sel-sel kecil dengan bermacam-macam kedalaman yang dihasilkan melalui proses elektromechanical engraving. Intaglio Engraving, sebagai metode cetak sudah dikembangkan sejak pertengahan abad 15, kemungkinan besar di Jerman. Contohnya bisa ditemukan di hiasan senjata, baju zirah, alat musik, dan benda-benda relijius. Di dalam seni grafis, penggunaan engraving berbahan tembaga pertama kali diketahui digunakan oleh Martin Schongauer. Sementara Albrecht Dürer adalah salah satu seniman intaglio terkenal. Pada abad 17 dan 18 teknik ini mencapai masa keemasannya dan kadang bahkan dipakai untuk mereproduksi gambar-gambar potret. Banyak pula ditemui perangko-perangko bernilai tinggi yang dicetak dengan teknik ini. Proses pembuatan pelat cetak intaglio yang biasanya terbuat dari tembaga atau seng digunakan sebagai bahan acuan utama, dan permukaan cetak dibentuk dengan teknik etsa, engraving, drypoint, atau mezzotint. Penggunaan pelat ini dengan menyelimuti permukaan acuan dengan tinta, kemudian tinta di permukaan yang tinggi dihapus dengan doctor blade sehingga yang tertinggal hanyalah tinta di bagian rendah. Kertas cetak kemudian ditekan ke atas pelat intaglio sehingga tinta berpindah. Etsa (chemical etching) bisa disebut salah satu proses intaglio. Proses chemical etching memungkinkan kita untuk menggunakan berbagai metal sebagai silinder, seperti zinc dan metal yang digunakan saat ini. Permukaan metal diberi soft resist, kemudian dikeruk lapisannya sehingga larutan etching dapat mengetsa permukaannya. Proses

259 230 manual ini sangat membutuhkan ketelitian, kesabaran yang tinggi, karena hasilnya sangat dipengaruhi oleh yang melakukan pekerjaan etsa. Berbeda dengan engraving, di dalam etsa pembentukan bagian rendah dilakukan dengan korosi senyawa asam sementara engraving menggunakan alat-alat mekanik untuk mendapatkan efek yang sama. Mesin ukir (engraving machine) yang bekerjanya secara elektronis untuk membuat klise garis maupun raster, pertama kali dibuat oleh Faieschild pada tahun Pada tahun 1953 Hell Company di Jerman mulai memproduksi secara massal dengan Klischograph. Cara kerjanya di atas sebuah meja yang dapat dipindah-pindahkan bahan yang akan diukir (yang berupa plastik atau senga) ditempatkan. Bagian belakang meja memuat model asli (bukan transparan). Model asli disinari dari belakang dan titik demi titik disekan. Cahaya yang dipantulkan diperkuat (amplified) dan menjalankan scorper (semacam pisau kecil). Scorper ini mengikis bagian-bagian yang tidak akan mencetak. Kecepatan scorper bergerak naik turun setiap cm dapat ditentukan, sehingga dapat menentukan lebar raster, dan juga tingkat kekontrasan warna dapat disesuaikan dengan keinginan kita. Bahkan ada kemungkinan untuk memperbaiki atau meningkatkan sebuah gambar. Mesin ukir berikutnya adalah Varioklischograph. Pengecilan dan pembesaran dapat dikerjakan serta dapat juga dipakai sebuah transparan-positif. Dengan mesin ini dapat dibuat pemisahan warna dengan menggunakan filter-filter seperi yang biasa dikerjakan. Proses engraving (mechanical engraving) dikembangkan lagi sekitar tahun 1960 di Jerman dengan menggunakan copper yang diukir dengan menggunakan berlian (industri). Proses pembuatannya dikendalikan komputer yang mengubah informasi yang dibaca menjadi getaran listrik yang disalurkan ke satu atau lebih silinder gravure. Berdasarkan dari kekuatan getaran listrik engraving head akan mengukir silinder dengan kedalaman sel (lubang kecil) yang berbeda-beda. Perbedaan kedalaman sel tersebut akan mempengaruhi perbedaan banyak sedikitnya tinta yang diambil. Sel yang dangkal akan mengl yang dihasilkan warna yang cerah, sedangkan sel yang dalam akan menghasilkan warna yang gelap. Sistem pelat photopolymer untuk rotogravure/intaglio juga telah dikembangkan. Demikian juga sistem computer-to cylinder. Dan yang terbaru telah dikenalkan sistem direct digital laser etching, dengan harapan akan mengurangi biaya pembuatan silinder rotogravure.

260 231 Gambar Pembuatan acuan pada silinder gravure dengan jarum pemahat (engraving) Gambar Mesin Pembuat Acuan untuk Mesin Rotogravure (Helio Klischograph K 406-Sprint, Hell Gravure System) Gambar Mesin Pembuat Film Cetak Rotogravure

261 232 Proses Pencetakan pada Cetak Dalam Teknik pencetakan pada cetak dalam / rotogravure termasuk teknik cetak langsung, yaitu bahan cetak langsung berhubungan dengan silinder cetak sebagai pembawa image. Berpindahnya gambar dari acuan ke bahan cetak karena adanya tekanan dari dua silinder yaitu silinder gravure dan silinder tekan. Bahan cetak berada diantara dua silinder tersebut. Struktur pencetakan dapat ditunjukkan dengan skema dibawah ini: e f g d c b a Keterangan: a. Bak tinta b. Tinta cetak c. Silinder gravure d. Bahan cetak e. Silinder tekan f. Penampang acuan cetak g. Doctor blade / Rakel Gambar Skema struktur pencetakan mesin cetak dalam Terjadinya proses cetak pada cetak dalam sebagai berikut: Pada bak tinta (a) terdapat tinta yang encer (b). Di dalam bak tinta terdapat silinder gravure (c). Tugas silinder gravur (c) tersebut mengambil tinta dari bak tinta dan diteruskan ke bahan cetak (d), dan tinta yang tidak terpakai diambil oleh doctor blade (g) dikembalikan ke bak tinta. Silinder tekan (e) akan membawa kertas gulungan (d) bertemu dengan silinder gravure, dan dengan adanya tekanan dari silinder tekan terjadilah cetakan pada bahan tersebut. Teknik cetak rotogravure ini banyak digunakan untuk mencetak kemasan permen, rokok, kotak karton lipat, alumunium foil, kemasan yang fleksibel, plastik tipis seperti

262 233 PE, PP, PET, PA, bahkan sampai mencetak produk-produk dengan tingkat keamanan yang tinggi dari upaya pemalsuan, misalnya pita cukai, uang, dan surat-surat berharga lainnya. Proses cetak rotogravure dapat membuat gambar dengan kualitas yang tinggi, kepadatan warna yang sangat baik, dan bidang padat (solid area) yang baik pula. Proses ini pada umumnya digunakan untuk mencetak produk dengan jumlah yang sangat banyak (long-run). Pada umumnya, mesin rotogravure mempunyai 4 8 silinder cetak. Masing-masing silinder menghasilkan satu warna. Karena proses pengerjaan silinder cetak cenderung lama dan mahal, oleh karena itu proses cetak rotogravure baru menguntungkan kalau untuk mencetak dengan jumlah yang sangat banyak (long run). Majalah yang diterbitkan di Amerika Serikat yang bertiras jutaan eksemplar yaitu majalah Reader s Digest dan National Geographic dicetak dengan cetak rotogravure. Tinta yang digunakan adalah jenis tinta yang mudah mengering dan biasanya mengkilat serta tahan gesekan. Hal ini disebabkan karena produk-produk yang dihasilkan sebagian besar bersentuhan langsung dengan tangan, misalnya bungkus permen, rokok, uang dan lain sebagainya. Berbagai macam varnish dan tinta emas dapat dicetakkan dengan cetak rotogravure. Salah satu pengguna teknik cetak rotogravure ini adalah PERURI. Dalam pembuatan uang kertas, PERURI menggabungkan teknik cetak offset dan cetak Rotogravure. Meski sarat dengan teknologi, ada proses dalam pencetakan uang yang dikerjakan secara manual. Seperti dalam pembuatan desain uang - yang merupakan tahap awal proses pembuatan uang. Pengerjaan desain masih menjadi tugas dan karya individu. Bahkan, dari sisi waktu, proses tersebut kadangkala memakan waktu lama. "apalagi, bila ada koreksi dari Bank Indonesia yang memberi pesanan," kata Abubakar Baay, Direktur Produksi Peruri. Meski tugas individu, para desainer bekerja secara team work. Sampai tahun 1997, tahap persiapan pembuatan uang dikerjakan secara manual. Pengerjaan desain dan pengerjaan detail unsur pengaman-garis guilloche, rosette dan relief-dikerjakan oleh dua unit kerja yang berbeda. Juga penyediaan dan pembuatan film dilakukan oleh unit kerja lainnya. Perubahan mendasar dan total menyangkut teknologi prepress di Peruri dimulai pada tahun Peruri mengaplikasikan teknologi prepress modern yang cangih dan

263 234 mutakhir yang fully computerized. Teknologi Prepress terdiri dari beberapa komputer desain, scanner, dan image setter yang terhubung satu dengan yang lain dalam sebuah jaringan (network). Selain itu dilengkapi pula dengan "high security design software" yang mampu menghasilkan beragam anti copy yang hadal dan susah dipalsukan. Resolusi yang dihasilkan image setter tersebut mencapai dpi (dot per inch). Sistem ini memungkinkan seorang desainer mampu membuat desain uang berikut unsur pengamanan yang diinginkan, bahkan sampai pembuatan filmnya. Untuk koreksi pun bisa cepat dilakukan. Dalam hal pengamanan, dengan sistem integrasi ini, Peruri bisa mengaplikasikan teknik pengamanan andal sejak desain uang dibuat. Pada proses pencetakan uang, setelah desain disepakati dan menjadi film siap cetak, terdapat tiga bagian. Masing-masing cetak offset untuk mencetak gambar dasar. Teknik offset merupakan teknik cetak uang menggunakan mesin simultan, yang memungkinkan gambar dasar muka dan belakang dicetak secara bersamaan dengan presisi tinggi. Teknik ini memungkinkan terbentuknya unsur pengaman yang disebut recto-verso atau see trough register, yaitu dua gambar tidah utuh dalam satu tempat muka belakang yang sangat presisi, jika diterawangkan akan membentuk suatu gambar utuh. Uang dicetak dengan cetak intaglio. Teknik cetak ini sifatnya unik, karena membuat uang terasa kasar bila diraba atau tacticle effect. Warna yang munculpun berkesan kuat serta menghasilkan elemen halus sampai tebal. Karena tintanya akan timbul, perlu waktu untuk pengeringan sebelum proses berikutnya. Intaglio bisa ditempatkan di bagian muka saja atau di dua sisi : bagian muka dan belakang. Interpol merekomendasikan bahwa sedapat mungkin uang kertas dicetak menggunakan intaglio di kedua sisi. Biasanya, kata Abubakar, tergantung nilai nominal uang yang dicetak. Makin mahan pecahan uang tersebut, cetak intaglio juga makin rumit. Antara cetak offset dan intaglio harus nyambung. Bila tidak, menjadi cetakan tidak register. Kepemilikan mesin intaglio tidak sembarangan. Hanya percetakan uang resmi dan menerapkan tradisi cetak uang sesuai resolusi/rekomendasi Interpol yang dapat mengoperasikannya. Tahap akhir, barulah pencetakan nomor uang. "Di sini pun, bila tidak cermat, bisa gagal," kata Abubakar. Misalnya, nomor seri tidak rata atau tidak lengkap. Tinta yang digunakan pun khusus, yang tidak dijual di pasaran umum. Pada akhir 2000, struktur permesinan Peruri yang ada di Karawang, Jawa Barat, memiliki lima lini mesin cetak uang kertas. Terdiri dari delapan unit Super Simultan,

264 235 enam unit Super Intaglio, empat unit Super Orlof Intaglio, delapan unit Super Numerota, dan lima unit Cutpak II. Mesin-mesin ini sudah mengadopsi teknologi tinggi sehingga tak diragukan lagi keandalannya dalam menghasilkan uang kertas dengan tingkat keamanan tinggi (security feature). Konfigurasi permesinan ini lebih mutakhir dibandingkan negara tetangga seperti Thailand yang masih menggunakan permesinan dengan format standar. Dampaknya, uang keluaran Peruri apabila dipalsukan, sangat sulit unutk menyamai uang aslinya. Bila ada yang menuding bahwa mesin cetak yang digunakan Peruri sudah ketinggalan zaman, tentu saja tak mendasar. Bahkan, dengan meningkatkan kemampuan satu lini mesin standar uang kertas yang berlokasi di Jakarta, Peruri siap menggarap pesanan lebih besar lagi. Peruri siap bersaing di era globalisasi. Namun, banyak yang beranggapan bahwa uang dan Peruri bagaikan dua sisi dalam mata uang itu sendiri. Padahal, Peruri tidak merencanakan pembuatan uang. "Peruri mencetak uang berdasarkan pesanan dari Bank Indonesia," kata Abubakar Baay, Direktur Produksi Peruri. Bila ada uang pecahan baru yang akan dibuat, Bank Indonesia (BI) memberitahu Peruri. Jika pesanan itu pecahan baru, tentu saja Peruri mendesain dari awal. "Namun, BIlah yang menentukanspesifikasinya," ungkap Abubakar. Dari ukuran, tema gambar, sampai warna yang diinginkan. Peruri sendiri menyiapkan satu tim desainer uang yang tugasnya, antara lain, mendesain uang. Bila diperhatikan, desain uang penuh dengan pernik serta detail unsur pengamanan yang mungkin tak pernah ada dalam jenis desain atau lukisan lain. Desain harus disetujui Dewan Gubernur BI. Tak mengherankan bila desain harus dikirim bolak-balik sampai BI memilih yang terbaik. Tak hanya uang kertas, uang logam pun mengalami proses yang sama meski desainnya tak begitu rumit. Setelah desain disetujui, para engraver harus membuat gambar kerja (pen drawing) gambar utama untuk cetak intaglio. Cetak intaglio adalah proses kedua setelah offset yang menghasilkan tacticle effect. Permukaan uang terasa kasar bila diraba. Saking detailnya, kata Abubakar, untuk intaglio engraver harus menggunkan kaca pembesar. Pembuatan gambar intaglio tak seperti menggambar biasa, namun dengan cara terbalik artinya hasil cetak yang teraba kasar dibentuk dengan mencungkil cetakannya. Satu persatu cetakan itu 'dicungkil' agar hasilnya sesuai dengan yang diinginkan, yaitu sesuai anatomi, halus dan tajam. Bila diperhatikan, gambar utama muka dan gambar belakang uang kertas memiliki

265 236 hubungan dari sisi tema. Uang seribu rupiah yang bergambar Kapitan Pattimura, misalnya, memiliki kesamaan tema dengan bagian belakangnya. Karena Pattimura dari Maluku, gambar belakangnya pun diambil dari daerah tersebut. Di situ ada gambar Pulau Maitara dan Tidore. Standar warna juga hampir sama. Misalnya, uang seratus perak biasanya berwarna merah. Lima ratus hijau, seribu biru, dan lima ribu bernuansa cokelat. Gambar Master cetakan (dengan 4 warna tinta) pada silinder gravure untuk mencetak uang kertas Untuk mengamankan uang yang dibuat, disepakati pula benang pengaman dan tanda air. Di setiap uang kertas, pasti ada benang dan tanda air. Benang pengaman yang letaknya membujur biasanya berbeda datu dengan yang lainnya. Ada yang bentuknya seperti garis lurus dan zig-zag. Ada pula benang pengaman yang keluar masuk -biasa disebut window thread- atau diimbuhi tulisan "Bank Indonesia", semuanya ditanam dalam kertas uang tersebut pada saat pembuatan kertas uang. Demikian juga mengenai tanda air. BI menentukan gambar apa yang akan dijadikan tanda air. Tanda air adalah gambar transparan yang biasanya terletak di sebelah kanan gambar muka (front side) uang. Gambar tanda air akan terlihat dengan jelas bila orang menerawangnya ke arah cahaya atau lampu. Gambar tanda air tidak selalu tidak selelu berkaitan dengan tema utama uang tersebut. Misalnya, pada pecahan seribu rupiah, potret Cut Nyak Meutia-pahlawan asal Aceh-tampil dalam tanda air. Namun, pecahan Rp , gambar utama dan gambar tanda air sama yaitu gambar Ki Hadjar Dewantara

266 237 Acuan Cetak Mesin Cetak Rotogravure Acuan cetak pada mesin cetak rotogravure terbuat dari logam tembaga yang dalam pembuatan imagenya menggunakan sistem etsa (chemical etching) atau dengan sistem ukir (engraving mechanical). Acuan cetak dari tembaga ini adalah lapisan luar dari silinder cetak yang terbuat dari baja. Struktur dari silinder gravure terdiri dari lapisan tembaga, lapisan nikel dan baja. Lapisan tembaga ini terdiri dari dua lapis, lapisan pertama adalah lapisan yang digravure dan menjadi acuan cetak, yaitu bagian yang menerima tinta cetak. Bagian yang dalam adalah bagian yang mencetak dan bagian yang tinggi adalah bagian yang tidak mencetak. Sedangkan lapisan kedua adalah sebagai lapisan dasar tembaga. Lapisan nikel adalah lapisan perekat antara lapisan tembaga dengan silinder cetak (terbuat dari baja). Ada tiga jenis variasi dari lapisan tembaga pada silinder gravure, yaitu: a. Metode lapisan tipis Metode lapisan tipis ini hanya dipergunakan untuk satu kali penggoresan. Ketebalan lapisan tembaga bagain yang digravure kurang lebih 80 µm. Keuntungan dari metode ini, satu tipe silinder gravure mempunyai ukuran diameter yang sama dan memerlukan sedikit tindakan pada permukaan sesudah proses pengeplatan dibanding dengan metode lapisan tebal. Metode ini digunakan untuk pelapisan sebanyak 35 % b. Metode kulit Ballard Metode ini sama dengan metode lapisan tipis yaitu hanya dipergunakan satu kali penggoresan. Ketebalan lapisan atas kurang lebih 80 µm, namun ada lapisan Barrier setebal 1 µm untuk lebih menguatkan lapisan tembaga atas. Metode ini digunakan kurang lebih 45 %. c. Metode lapisan tebal Metode ini mempunyai ketebalan 320 µm pada bagian yang digravure. Dengan ketebalan lapisan yang besar pada bagian yang digravure tersebut memungkinkan adanya pengulangan penggravuran pada lapisan tembaga bagian atas sampai empat kali (4 jenis pekerjaan). Setelah satu pekerjaan selesai, lapisan setebal 80 µm dihilangkan dengan menggunakan proses mekanik misalnya digerinda atau diselep. Image terlebih dulu dihilangkan. Jika lapisan tembaga yang baru digerinda akan digunakan untuk pekerjaan selanjutnya maka dilakukan penggravuran lagi. begitu seterusnya sampai 4 kali pekerjaan. Setelah silinder gravure di proses dengan sistem etsa maupun gravure, kemudian dilapisi krom untuk mengurangi kerusakan pada

267 238 waktu pemakaian. Oleh karena pemberian lapisan chrom menggunakan cairan asam hydrochloric, prioritas pekerjaan untuk menghilangkan lapisan pembawa image. Metode ini dipakai kurang lebih 20 %. Ketiga jenis lapisan tembaga pada silinder gravure dapat diperlihatkan pada gambar berikut ini: Gambar Jenis-jenis variasi dari pelat tembaga pada silinder gravure Secara garis besar, rangkaian proses untuk menyiapkan silinder engraving adalah sebagai berikut: a. Melepaskan silinder gravure yang telah digunakan dari silinder cetak rotogravure; b. Membersihkan silinder rotogravure untuk menghilangkan kotoran tinta; c. Menghilangkan lapisan krom; d. Menghilangkan lapisan tembaga pada image area, bahan kimia yang lain, yang disebabkan oleh adanya perputaran silinder atau karena proses mekanik yang lain; e. Proses menyiapkan pelat tembaga; f. Pelapisan pelat; g. Menyelesaikan permukaan silinder dengan menggunakan pengukir dari intan dengan kecepatan tinggi, dan atau dengan batu penggosok, atau dwengan pita penggosok; h. Melakukan pengetsaan atau pengukiran/graving (membuat image pada silinder gravure); i. Cetak coba atau proof;

268 239 j. Mengoreksi silinder dari kekurangan maupun kelebihannya (menurunkan atau menaikkan jumlah sel); k. Menyiapkan krom untuk proses pengeplatan; l. Pelapisan krom pada pelat cetak; m. Penyelesaian akhir pada permukaan dengan batu pengkilap tembaga atau dengan pertas abrasi; n. Menyimpan silinder yang telah selesai atau memasang secara langsung pada silinder mesin cetak rotogravure. Setelah lapisan tembaga pada silinder gravure diukir atau dietsa, permukaan silinder dapat diperlihatkan seperti gambar berikut ini: Gambar Penampang sel-sel pengukiran dengan electromechanicall ( kedalaman pengukiran maksimal) Seperti telah diketahui bahwa cetak rotogravure dapat menghasilkan cetakan yang unik (terkadang kasar bila diraba seperti pada uang kertas), dengan kualitas yang tinggi, dan dapat dilakukan pada berbagai jenis bahan cetak mulai bahan yang tipis, plastik, karton, kertas dan lain-lain. Apabila hasil dari cetakan ini diperbesar, maka akan terlihat seperti berikut ini : Gambar Hasil Cetak Rotogravure yang diperbesar dan tampak bagian tepinya yang bergerigi

269 240 Untuk mendapatkan bahan yang cocok dalam upaya mengatasi terjadinya set-off pada hasil cetak intaglio, diperoleh bahan additive yang dibuat dari campuran bahan wax, yaitu wax Poliethilen (wax PE), wax Politetrafluorethilen (wax PTFE) dan wax Carnauba. Wax PE dan wax PTFE yang digunakan sudah berupa campuran yang disebut dengan wax Polifluo. Dalam pembuatannya wax Polifluo dicampur wax Carnauba dengan perbandingan 97 % dan 3 %. Selanjutnya campuran wax ini ditambah dengan solvent dengan perbandingan 70 % wax dan 30 % solvent lalu dipanaskan sambil diaduk sampai temperatur 120 C, kemudian didinginkan perlahan-lahan sampai temperatur kamar. Bahan additive yang dibuat ini disebut anti set-off. Dalam proses cetak intaglio tinta yang akan digunakan ditambah dengan bahan additive ini sebanyak 4 %, agar hasil cetak intaglio yang didapat tidak mengalami set-off. Perkembangan Mesin Cetak Rotogravure Sejak ditemukan sekitar abad 15, perkembangan cetak rotogravure sangat pesat. Berbagai bentuk dan jenis mesin rotogravure selalu dikembangkan dan dikombinasikan dengan teknik-teknik grafika yang lain, misalnya dikombinasikan dengan mesin cetak offset lembaran, dikombinasikan dengan mesin fnishing. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang semakin menuntut suatu produk yang cepat jadi dan dengan hasil yang berkualitas. Bagian-bagian pokok unit pencetakan mesin cetak rotogravure tersebut dapat ditunjukkan dengan gambar di bawah ini. j i f f h f g f c b e d a Gambar Illustrasi Unit Pencetakan Mesin Rotogravure

270 241 Keterangan: a. Unit penintaan b. Silinder gravure c. Silinder tekan d. Doctor blade/rakel e. Peralatan untuk mengganti silinder gravure f. Pipa-pipa pengalir udara panas untuk pengering g. Pengontrol ketepatan cetak h. Gulungan bahan sebelum dicetak (unit pemasukan) i. Rol-rol pemandu jalannya bahan cetak j. Gulungan bahan hasil cetakan (unit pengeluaran) Secara singkat fungsi dari masing-masing unit tersebut adalah sebagai berikut: a. Unit penintaan Unit penintaan terdiri dari bak tinta dan tinta. Unit ini berfungsi menampung tinta yang akan digunakan untuk mencetak. Berbeda dengan unti penintaan mesin cetak offset, unit penintaan pada mesin rotogravure tidak memiliki rol bak tinta, tetapi silinder gravure langsung berada di dalam bak tinta. Tinta langsung diambil oleh acuan cetak pada silinder gravure. Banyak sedikitnya tinta yang diambil tergantung dari image yang ada pada acuan cetak. Semakin dalam goresan pada silinder maka semakin banyak tinta yang diambil. Karena silinder gravure langsung berada pada bak tinta, secara otomatis bagian yang mencetak maupun yang tidak mencetak terkena tinta. Untuk menghilangkan tinta pada bagian yang tidak mencetak, maka dilengkapi dengan doctor blade/rakel. b. Silinder gravure Silinder gravure telah dijelaskan pada bagian sebelumnya c. Silinder tekan Seperti halnya mesin cetak offset, silinder tekan pada mesin cetak rotogravure juga berfungsi untuk memberi tekanan pada bahan cetak agar tinta pada acuan cetak dapat dialihkan ke bahan cetak. Untuk menghasilkan cetakan yang baik, tekanan silinder cetak juga sangat menentukan. Tekanan dari silinder tekan ini dapat disetel sesuai dengan bahan yang dicetak, dengan melakukan perhitungan tekanan cetak lebih dulu. d. Doctor blade/rakel Doctor blade/rakel berfungsi untuk mengambil tinta pada bagian yang tidak mencetak kemudian mengembalikannya ke bak tinta, dan mengurangi kelebihan tinta pada bagian yang mencetak agar tidak terjadi pengeblokan tinta. e. Peralatan untuk mengganti silinder gravure

271 242 Untuk memudahkan dan mempercepat penggantian lapisan silinder gravure mesin cetak rotogravure dilengkapi dengan peralatan bantu khusus. Peralatan khusus tersebut dipasang pada bagian depan unit pencetakan/silinder gravure. Gambar Mesin rotogravure yang dilengkapi peralatan bantu untuk penggantian lapisan silinder gravure dan unit penintaan untuk mempercepat proses penganggantiannya (W&H) f. Pipa-pipa pengalir udara panas untuk pengering Pipa-pipa tersebut berfungsi untuk mengalirkan udara panas yang berfungsi mempercepat proses pengeringan tinta pada permukaan bahan cetak sesaat setelah terjadi proses pencetakan. Seperti diketahui bahan-bahan cetak sebagian besar adalah bahan-bahan yang berdaya serap rendah, sehingga dengan adanya udara panas tersebut untuk pencetakan warna berikutnya tidak mengalami kendala, karena wwarna sebelumnya telah kering g. Pengontrol ketepatan cetak Seperti halnya pada mesin cetak offset gulungan (web offset), untuk mengontrol ketepatan cetak dengan mengatur rol-rol pengontrol ketepatan cetak. Rol-rol ini disetel untuk menaikkan atau menurunkan posisi bahan cetak. Karena penyetelan ketepatan cetak dilaksanakan pada saat mesin dalam keadaan mencetak, sehingga penyetelan tidak pada silinder cetak, seperti kalau pada mesin cetak lembaran (sheet) yang penyetelannya dalam keadaan mesin berhenti. h. Gulungan bahan sebelum dicetak (unit pemasukan) Mesin cetak rotogravure sebagian besar dirancang untuk mencetak bahan cetak yang berbentuk gulungan (web). Unit pemasukan ini berfungsi untuk menempatkan bahan cetak yang akan dicetak. Unit ini dilengkapi alat bantu penggantian/penyambungan gulungan bahan cetak yang akan habis, sehingga proses cetak tetap berjalan tanpa

272 243 mengurangi kecepatan mesin, karena secara otomatis bahan cetak cadangan akan langsung menyambung pada gulungan sebelumnya. i. Rol-rol pemandu jalannya bahan cetak Rol-rol ini berkedudukan tetap, tidak disetel seperti rol pengontrol ketepatan cetak. Rol ini dilewati bahan cetak agar ketegangannya selalu stabil, sehingga jalannya ke unit pencetakan tidak berubah-ubah. Dengan demikian kestabilan cetakan dapat diperoleh dengan maksimal. j. Gulungan bahan hasil cetakan (unit pengeluaran) Setelah bahan dicetak pada unit pencetakan, maka hasil cetak akan menuju ke unit pengeluaran. Apabila mesin tidak dilengkapi unit tambahan atau tidak, misalnya unit cutting, folding. Jika tidak, maka hasil cetak tetap berupa gulungan. Jika mesin dilengkapi unit lainnya, misalnya unit cutting maka hasil cetak berupa lembaran. Dan jika unit tambahan berupa folding, maka hasil cetak berupa lipatan. Selain mesin rotogravure gulungan (web), mesin cetak rotogravure ada yang di buat mesin rotogravure lembaran. Struktur mesinnya sama dengan mesin cetak offset lembaran, seperti yang digambarkan seperti di bawah ini Gambar Diagram mesin cetak rotogravure lembaran multiwarna untuk bahan kemasan (Rembrant 142, KBA Gambar Mesin cetak rotogravure lembaran multiwarna untuk bahan kemasan (Rembrant 142, KBA

273 244 Pada gambar di bawah ini diperlihatkan kontruksi mesin rotogravure web yang ada. Gambar Diagram Unit Pencetakan Mesin Cetak Rotogravure, 8 Warna Gambar Diagram Struktur Unit Mesin Proof Rotogravure (KBA) Gambar Diagram Mesin Proof Cetak Rotogravure dengan 4 Unit Pencetakan

274 245 Gambar Mesin Cetak Rotogravure dengan cadangan tinta pada tangki penyuplai di bagian depan (KBA) Gambar 7.75a. Mesin Rotogravure dengan 10 unit cetak (Heliostar 2000, W&H) Gambar 7.75b. Contoh produk kemasan hasil cetak rotogravure

275 Cetak Datar / Offset / Litografi Prinsip Dasar Cetak Litografi Prinsip cetak litografi adalah adanya prinsip tolak menolak antara air dan lemak (tinta) pada acuan cetak, dimana bagian yang mencetak menarik tinta menolak air, sedangkan bagian yang tidak mencetak menarik air menolak tinta. Dinamakan cetak datar karena pada acuan cetak permukaan bagian yang mencetak dan permukaan bagian yang tidak mencetak sama tingginya. Penemu cetak lithografi adalah seorang bangsa Jerman yang bernama Alois Senefelder pada tahun Alois Senefelder hidup antara tahun 1771 sampai tahun Kata litografi berasal dari dua kata Yunani yaitu lithos yang artinya batu, dan graphein yang artinya menulis. Pada awalnya Alois Senefelder bermaksud mencoba membuat acuan cetak tinggi / letterset dari batu solnhofen atau limestone dengan menggambarinya kemudian diproses etsa. Namun setelah diproses etsa, batu solnhofen tersebut menjadi lembab dan menolak minyak. Alois Senefelder berkesimpulan cukup dengan menggambari batu dengan greas pen (tinta berbasis minyak) dan dengan menjaga kelembabannya, proses penintaan bisa dilakukan, dimana bagian bukan gambar akan menolak tinta dan bagian gambar menarik tinta. Dengan demikian proses cetak bisa dilakukan dan batu itu menjadi acuan cetaknya. Pada waktu itu proses cetak ini menjadi populer digunakan sebagai media seni. Dengan proses cetak ini banyak pelukis memproduksi lukisannya dengan melakukan pemisahan warna sampai 30 warna. Gambar Johannes Gutenberg penemu teknik cetak offset

276 247 Lithografi artinya gambar pada batu solnhofen atau limestone. Batu ini disebut batu litho, dan proses cetak yang menggunakan batu ini disebut cetak lithografi. Ada dua Lithografi, yaitu: a. Lithografi dengan air pembasah dimana pada acuan cetaknya bagian yang mencetak menarik tinta (oleophilic) dan menolak air (hydrophobic) dan bagian yang tidak mencetak menarik air (hydrophilic) dan menolak tinta. b. Lithografi tanpa air pembasah dimanan pada acuan cetaknya bagian yang mencetak menarik minyak (oleophilic) dan bagian yang tidak mencetak menolak minyak (oleophobic) Proses Pencetakan pada Cetak Offset Oleh karena cetak offset berdasarkan pada proses kimiawi yang sama seperti pada litografi yaitu saling tolak menolak antara air dan tinta, Alois Senefelder disebut juga sebagai penemu proses cetak offset. Perbedaan pokok dengan lithografi adalah penggunaan pengggunaan pelat / acuan cetak dari logam (alumunium) sebagai pengganti batu dan pemakaian tambahan silinder blanket. Teknik ini ditemukan pada tahun 1906 oleh seorang Jerman yang berimigrasi ke Amerika Serikat yang bernama Casper Herman. Sejak saat itu lithografi tidak banyak digunakan lagi kecuali untuk keperluan karya seni dan dalam jumlah kecil. Proses cetak offset adalah proses cetak tidak langsung, artinya peralihan tinta dari acuan cetak tidak langsung mengenai bahan cetak, tetapi melalui media perantara yaitu silinder kain karet (blanket cylinder) baru mengenai bahan cetak. Gambar / teks pada acuan terbaca, pada silinder blanket tidak terbaca, dan sampai bahan cetak terbaca kembali. Cetak offset dengan pembasahan (wet offset) adalah proses cetak yang melibatkan banyak komponen dengan berbagai macam proses yang saling berkaitan. Setiap komponen dan setiap prosesnya akan mempengaruhi hasil cetaknya. Oleh karena itu proses cetak offset dengan pembasahan ini bisa disebut proses cetak multi parameter. Prinsip cetak offset tersebut dapat digambarkan dengan skema proses pencetakan dibawah ini:

277 248 a c b d e f Gamabar Skema Prinsip pencetakan pada mesin cetak offset Keterangan: a. Unit penintaan b. Unit pembasahan c. Silinder pelat d. Silinder blanket e. Silinder tekan f. Bahan cetak Proses cetak Proses cetak adalah suatu tahapan pengalihan tinta dari acuan cetak ke bahan cetak dengan kecepatan dan tekanan tertentu. Unsur-unsur yang diperlukan agar proses cetak dapat berlangsung adalah : acuan cetak (pelat cetak), tinta cetak, bahan cetak dan alat/mesin cetak. Urut-urutan proses cetak Proses cetak pada dasarnya terdiri dari beberapa kejadian yang berurutan dan setiap kejadian dapat mempengaruhi hasil pada kejadian berikutnya. Adapun urut-urutan kejadian proses cetak sebagai berikut: a. Kejadian awal (sebelum proses cetak), meliputi: - Acuan cetak menerima tinta dari unit penintaan dengan tebal lapisan tinta tertentu - Bahan cetak bergerak untuk bersiggungan dengan silinder kain karet (blanket) dan lapisan tinta b. Kejadian utama (saat proses cetak), meliputi: - Lapisan tinta berhubungan dengan bahan cetak - Hubungan ini terjadi karena adanya tenaga yang digunakan untuk menekan kedua

278 249 permukaan tersebut (antara silinder tekan dengan silinder kain karet), yang disebut tekanan cetak - Hubungan tersebut terjadi dalam waktu yang singkat karena adanya kecepatan mesin cetak - Akibat dari kejadian tersebut ada lapisan tinta yang dialihkan ke permukaan bahan cetak. c. Kejadian akhir (setelah proses cetak) - Saat kejadian pengalihan sebagian tinta pada bahan cetak terjadi gejala pembelahan tinta - Sebagian lapisan tinta beralih ke permukaan bahan cetak - Sebagian lapisan tinta tetap tinggal pada kain karet/blanket Faktor-faktor yang mempengaruhi proses cetak Pengalihan tinta pada proses cetak menentukan mutu cetak secara keselurhan. Kondisi pengalihan tinta pada proses cetak sangat dipengaruhi oleh: a. Ketebalan lapisan tinta pada acuan cetak. Banyaknya tinta yang dialihkan ke permukaan bahan cetak tergantung ketebalan lapisan tinta pada acuan cetak. Ketebalan lapisan tinta disesuaikan dengan ketebalan image pada acuan cetak. Penyesuaian ketebalan tinta ini dapat diatur pada bak tinta. Banyak sedikitnya tinta yang keluar duari bak tinta disesuaikan dengan image pada acuan cetak. Cetakan blok tentunya membutuhkan lebih banyak tinta jika dibandingkan dengan cetakan teks dan raster. b. Permukaan kertas - Kehalusan permukaan bahan cetak Permukaan bahan cetak yang lebih halus/rata akan menghasilkan hubungan dengan unit pencetakan berlangsung lebih sempurna sehingga dengan lapisan tinta yang lebih tipis dapat dipindahkan dengan baik di atas permukaan bahan cetak. Jika kertas bergelombang atau mengeriting dapat terjadi kesulitan pada proses pencetakan karena kertas dicetak melalui garis singgung dua silinder yang saling menekan dengan tekanan yang relatif rendah. - Adhesi permukaan bahan cetak dengan tinta Hubungan permukaan bahan cetak dengan tinta cetak lebih banyak ditentukan oleh permukaan bahan cetaknya. Permukaan kertas yang diberi lapisan tertentu (coated

279 250 paper) daya serapnya akan lebih rendah jika dibandingkan dengan permukaan kertas yang tidak diberi lapisan tertentu (uncoated paper). - Permukaan yang kuat. Pada proses pencetakan terjadi proses pembelahan tinta dimana sebagian tinta menempel pada kertas dan sebagian lagi tetap tinggal di kain karet, maka permukaan kertas tidak boleh mudah tercabut serat-seratnya. Tercabutnya serat kertas tersebut karena tinta offset pada umumnya kental dan kaku serta kecepatan cetak yang tinggi. Jika serat mudah tercabut mengakibatkan terjadinya pendebuan atau picking c. Tekanan cetak Untuk mendapatkan hasil cetak yang baik, dibutuhkan tekanan cetak yang baik dan akurat (besarnya tekanan dapat dihitung oleh operator), sehingga dapat dilakukan pengaturan dan penyetelan tekanan cetak yang efektif. Tekanan cetak ini disesuaikan dengan tebal tipisnya kertas. Kekurangtepatan penyetelan tekanan cetak dapat mengakibatkan permasalahan pada proses pencetakan, antara lain: - Penggundulan pelat cetak - Perbesaran titik raster - Perpanjangan gambar yang diakibatkan oleh adanya pengembangan kertas - Kertas melipat pada proses pencetakan - Gambar berawan - Tinta cetak tidak dialihkan dengan sempurna - Terjadi penumpukan tinta pada pelat atau pada blanket d. Kecepatan cetak. Kecepatan cetak menentukan lamanya waktu persinggungan antara bahan cetak dengan tinta cetak. Semakin cepat perputaran mesin semakin singkat waktu persinggungan, sehingga lapisan tinta yang dialihkan semakin tipis. Untuk itu untuk mendapatkan hasil cetakan yang baik diperlukan kecermatan dalam penyetelan mesin. e. Sifat alir (reologi) tinta cetak Pada umumnya tinta cetak bersifat kaku, tidak mudah mengalir sekalipun dengan gaya beratnya sendiri. Pada proses cetak sifat alir tinta dapat berubah karena adanya tekanan, kecepatan, serta suhu ruang. Sifat alir meliputi kekentalan, nilai batas alir dan tiksotropi. Sifat ini harus disesuaikan dengan kecepatan mesin cetak sehingga tinta dapat mengalir keluar dari bak tinta dengan

280 251 cepat untuk memnuhi kebutuhan pada acuan yang sama cepatnya dengan pengmbilan tinta oleh kertas Mesin Cetak Offset Mesin cetak offset berdasarkan cara pemasukan bahan cetak yang akan dicetak, dibagi menjadi dua yaitu: a. Mesin cetak offset lembaran (sheet fed), yaitu mesin cetak yang pada unit pemasukannya menggunakan material kertas berbentuk lembaran b. Mesin cetak offset gulungan (web fed), yaitu mesin cetak yang pada unit pemasukannya menggunakan material kertas berbentuk gulungan Dari kedua jenis mesin cetak tersebut, pada umumnya terbagi dalam tiga unit utama yaitu: a. Unit pengumpan/pemasukan (feeder unit), yaitu unit yang berfungsi memasok kertas yang akan dicetak b. Unit cetak (printing unit), yaitu unit yang berfungsi untuk proses pencetakan c. Unit pengeluaran (delivery unit), yaitu unit yang berfungsi sebagai tempat keluarnya kertas setelah dicetak. Masing-masing unit tersebut secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut: Mesin cetak offset lembaran (sheet fed offset) Unit-unit pada mesin cetak offset lembaran, dapat diperlihatkan pada skema gambar berikut ini: a b c Keterangan : a. Unit pengumpan / pemasukan b.unit pencetakan Gambar Skema unit-unit pada mesin cetak offset lembaran dua warna

281 252 c. Unit pengeluaran Unit-unit pada mesin cetak offset lembaran tersebut secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut: a. Unit pengumpan / pemasukan Unit pengumpan / pemasukan pada mesin cetak offset lembaran ada dua sistem, yaitu: a.1. Sistem pemasukan tunggal (single sheet feeder). Sistem pemasukan tunggal maksudnya adalah masuknya kertas ke unit pencetakan satu persatu. Kertas dari meja penumpukan diambil satu persatu untuk dibawa ke unit pencetakan. Pada umumnya sistem pemasukan tungal ini digunakan pada mesin-mesin berukuran kecil, paling besar ukuran double folio, dan kecepatan mesinnya relatif rendah. Contoh mesinnya: Heidelberg GTO, mesin Rotaprint, Ryobi 500N, dal lain-lain. Komponenkomponen sistem pemasukan tunggal antara lain: - Meja penumpukan, untuk meletakkan kertas yang akan dicetak - Penghisap tunggal, berbentuk satu batang penghisap memanjang yang terdiri dari beberapa mulut penghisap, berfungsi untuk mengangkat kertas untuk diambil gripper dan dibawa ke unit pencetakan. - Meja penghantar, untuk dilewati kertas yang akan dicetak. Pada meja pemasukan tidak terdapat ban-ban penghantar dan tidak ada roda-roda penghantar, karena kertas dibawa oleh penjepit/gripper pemasukan. - Gripper pemasukan tunggal, untuk menjepit kertas yang diambil penghisap dan dibawa ke unit pencetakan untuk dicetak. - Penepat depan (front lay), untuk mengatur kestabilan posisi kertas sebelum dicetak agar ketepatan cetak dapat dicapai secara maksimal. - Swing gripper, untuk menjepit kertas yang dibawa gripper pemasukan dan diteruskan ke silinder tekan untuk dicetak. a b Gambar a. Skema unit pemasukan cetak offset lembaran sistem pemasukan tunggal b. Contoh unit pemasukan cetak offset lembaran sistem pemasukan tunggal (Heidelberg)

282 253 a.2. Sistem susun sirih (stream feeder) terdiri dari beberapa komponen, yaitu: Sistem pemasukan susun sirih maksudnya adalah masuknya kertas dari meja penumpukan kertas ke unit pencetakan saling susul menyusul (susun sirih). Kertas dari meja penumpukan diambil oleh penghisap secara susul menyusul membentuk susunan sirih untuk dibawa ke unit pencetakan. Ciri utama sistem susun sirih adalah, kertas dihisap dibagian belakang, sedangkan pada sistem pemasukan tunggal kertas dihisap dibagian depannya. Komponen-komponen sistem pemasukan susun sirih (stream feeder) antara lain: - Meja penumpukan kertas, yang berfungsi untuk meletakkan yang akan dicetak. - Kelompok kepala hisap (suction head), terdiri dari: Sepatu peraba ketinggian kertas yang dilengkapi penghembus udara, pelat pemisah kertas, batang penghembus pemisah kertas, penghisap angkat, penghisap angkut/penerus, engkol pemutar penghisap angkut. Kelompok kepala hisap ini fungsinya mengambil lembaran kertas dari meja penumpukan secara susul menyusul (susun sirih) menuju ke meja penghantar untuk dibawa ke unit pencetakan. - Meja penghantar, yang berfungsi untuk menghantarkan kertas yang diambil kelompok kepala hisap untuk dibawwa ke unit pencetakan. Pada meja penghantar ini terdapat beberapa alat bantu diantaranya: ban transportasi, roda-roda penghantar, roda-roda sikat penahan, penepat samping (side lay), penepat depan (front lay). - Pendeteksi kertas rangkap (double sheet detector), yang berfungsi untuk mendeteksi apabila ada kertas yang terhisap rangkap. Alat ini disetel untuk dilewati 3 lembar kertas tetap berjalan (karena kertas jalannya bersusun sirih), dan 4 lembar kertas unit transportasi berhenti (agar kertas tidak terbawa rangkap). a - b Gambar a. Skema unit pemasukan cetak offset lembaran sistem pemasukan susun sirih (stream feeder) b. Contoh unit pemasukan cetak offset lembaran sistem pemasukan susun sirih (Heidelberg)

283 254 Gambar Kelompok kepala hisap a. Diagram kepala hisap b. Pengatur angin penghisap dan penghembus c. Contoh kelompok kepala hisap pada mesin cetak offset (Heidelberg) Pada mesin cetak offset lembaran sistem pemasukan susun sirih (stream feeder), ada yang dilengkapi dengan ban penghisap pada meja penghantar seperti pada mesin cetak Speedmaster SM 74 Heidelberg. Gambar Sistem pemasukan susun sirih (stream feeder) dengan ban penghisap mesin cetak Speedmaster SM 74 Heidelberg.

284 255 b. Unit pencetakan (printing unit) Unit pencetakan terdiri dari beberapa komponen yaitu: b.1. Silinder pelat (plate cylinder), berfungsi sebagai tempat untuk memasang pelat cetak / acuan cetak. b.2. Silinder kain karet (blanket cylinder), berfungsi sebagai tempat untuk memasang kain karet (blanket) dan sebagai silinder perantara. b.3. Silinder tekan (impression cylinder), berfungsi untukmemberikan tekanan pada bahan cetak agar tinta dari silinder kain karet bisa dialihkan ke bahan cetak dengan sempurna. a b c Gambar Unit pencetakan mesin cetak offset lembaran Ketreangan: a. Silinder pelat b. Silinder kain karet / blanket c. Silinder tekan b.4. Unit pembasahan (dampening unit), berfungsi untuk memberikan kelembaban pada permukaan pelat. Dengan adanya air pembasah tersebut, bagian yang tidak mencetak tetap peka terhadap air dan tetap dapat menolak tinta. Hal ini sesuai dengan prinsip cetak offset adalah adanya tolak menolak antara air dan tinta. Tergantung dari model rancangannya, unit pembasahan umumnya terdiri dari bak air, rol bak air, semprotan air, rol-rol karet (dampening form roller, dampening ductor roller, dampening matering roller), dan rol logam berlapis chrome (dampening fountain roller, dampening oscilator roller, dampening smooting roller, dampening drum roller).

285 256 Pada unit pembasahan ini terbagi dalam dua sistem unit pembasahan yaitu contact dampening system dan non contact dampening system. Contoh dari sistem contact dampening system yaitu convensional, continous dampening system, sedangkan contoh non contact dammpening system adalah brush type, turbo, jet spray dampening system. a b c d e Gambar Unit pembasahan mesin cetak offset lembaran Gambar Macam-macam sistem pembasahan Keterangan: a. Sistem pembasahan tipe Vibrator b. Sistem pembasahan tipe Continuous c. Satu rol acuan digunakan untuk unit pembasahan dan unit penintaan d. Sistem pembasahan tipe Brush e. Sistem pembasahan Centrifugal b.5. Unit penintaan (inking unit), berfungsi untuk melapisi image pada pelat tinta dengan tinta cetak. Tinta hanya menempel pada bagian yang mencetak (image), sedangkan bagian yang tidak mencetak tidak menerima tinta / menolak tinta. Hal ini sesuai dengan prinsip cetak offset adalah adanya tolak menolak antara air dan tinta. Seperti halnya unit pembasahan, unit penintaan juga ada bermacam-macam sistem, KBA Anilox short inking unit, MAN Rolan Anilox short inking unit, WIFAG extremely short inking unit, GOSS positive feed keyless inking system, Mitsubisi Heavy Industries keyless inking system, TKS keyless inking unit.

286 257 Gambar 7.85.Sistem penintaan mesin cetak offset c. Unit pengeluaran (delivery unit) Unit pengeluaran mesin cetak offset lembaran pada umumnya terdiri dari beberapa komponen, antara lain: meja pengeluaran, gripper delivery, penata tumpukan kertas (jogger), penghembus kertas sekaligus penyemprot powder. b Keterangan: a. Meja pengeluaran b. Gripper c. Pipa penghembus c a Gambar Unit pengeluaran mesin cetak offset

287 Gambar Macam-maacam diagram mesin cetak offset 1 warna produksi Heidelberg 258

288 Gambar Macam-maacam diagram mesin cetak offset 2 warna produksi Heidelberg 259

289 Mesin cetak offset gulungan (web fed offset) Mesin cetak offset gulungan (web fed), yaitu mesin cetak yang pada unit pemasukannya menggunakan material kertas berbentuk gulungan. Seperti halnya mesin cetak offset lembaran (sheet fed offset), unit-unit pada mesin cetak offset gulungan (web offset) juga terdiri dari tiga unit pokok yaitu: unit pemasukan (feeder unit), unit pencetakan (printing unit, dan unit pengeluaran (delivery unit). c b a Gambar Skema sederhana mesin cetak offset gulungan Keterangan: a. Unit pemasukan / roll stand b. Unit pencetakan / printing unit c. Unit pengeluaran / folder unit / delivery unit Unit-unit pada mesin cetak offset gulungan tersebut secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut: a. Unit pemasukan / roll stand Unit pemasukan adalah tempat meletakkan kertas roll yang akan dicetak. Unit ini biasa disebut unwind, reel stand atau roll stand. Pada unit pemasukan terdapat beberapa komponen antara lain: a.1. Bantalan yang berada di sisi kiri dan kanan a.2. As atau batang (spindle) yang dilengkapi dengan pengencang. Pengencang tersebut berupa chack atau taji-taji yang bekerja dengan tekanan angin atau secara pneumatik. a.3. Unit rem yang bekerja dengan sistem pegas per atau dengan tekanan angin secara pneumatik.

290 261 a.4. Dancer roll dan rol penghantar (lead roller). Densoroller berinteraksi dengan unit rem, yang berfungsi untuk menjaga kestabilan tegangan bentangan kertas agar kertas tidak mengkerut pada waktu dicetak. Unit pemasukan/reel stand pada mesin cetak offset gulungan ada yang menyatu dengan unit cetak (integrated reel stand) dan ada yang terpisah dari unit cetak. Selain dilihat dari segi menyatu dan tidaknya reel stand dengan unit cetak, reel stand juga terdiri dari : jenis standart (convensional reel stand) dan jenis non-stop. Pada jenis standar (convensional reel stand), proses penyambungan gulungan kertas dilakukan pada waktu mesin berhenti, hal ini dikarenakan mesin cetak tidak dilengkapi peralatan penyambung otomatis. Pada jenis reel stand non stop, proses penyambungan kertas dilakukan tanpa memberhentikan mesin dan dikenal dengan splicer atau paster. Splicer atau paster terdiri dari dua model, yaitu: 1). Flying splicer atau plying paster, menyambung rol kertas tanpa mengurangi kecepatan mesin. Proses penyambungan kertas terjadi pada saat rol kertas pengganti dan rol kertas yang akan habis kecepatannya sama. 2). Zero speed splicer, yaitu menyambung rol kertas dalam keadaan diam. Proses penyambungan terjadi pada saat rol kertas pengganti dan rol kertas yang akan habis dalam posisi diam, sementara mesin cetak tetap berjalan dengan kertas yang tersedia pada unit fastoon. Gambar Automatic reel stand model flying paster

291 262 Gambar Automatic reel stand zero speed dengan festoon vertikal b. Unit pencetakan / printing unit Unit pencetakan adalah unit dimana terjadi proses cetak atau proses alih tinta ke bahan yang dicetak. Unit ini terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu : Silinder pelat (plate cylinder), silinder kain karet (blanket cylinder), silinder tekan (impression cylinder), unit pembasahan (dampening unit), dan unit penintaan (inking unit). b.1. Silinder pelat (plate cylinder), berfungsi sebagai tempat untuk memasang pelat cetak / acuan cetak. b.2. Silinder kain karet (blanket cylinder), berfungsi sebagai tempat untuk memasang kain karet (blanket) dan sebagai silinder perantara. Proses pencetakan pada mesin cetak offset gulungan, pada umumnya terjadi antara silinder blanket dengan silinder blanket (blanket to blanket), bahan cetak berada diantara blanket satu dengan blanket lainnya, sehingga cetakan yang dihasilkan dua permukaan bahan cetak. Disamping itu ada proses pencetakan antara silinder blanket dengan silinder tekan (blanket to impression) walaupun tidak sebanyak sistem blanket to blanket, misalnya tipe three color unit dan tipe satelit. Kontruksi unit pencetakan mesin cetak offset gulungan sangat bervariasi. Ditinjau dari susunan silinder pencetakan, ada beberapa tipe unit pencetakan, antara lain : tipe I, tipe Y, tipe U, tipe N atau arch, tipe H, tipe satelit, tipe semi satelit, tipe kombinasi. Konstruksi tersebut dapat dilihat dari skema unit pencetakan berikut ini:

292 263 Gambar Konstruksi unit pencetakan blanket to Gambar Konstruksi unit pencetakan blanket to blanket blanket tipe I (M-600, Heidelberg) tipe Y (KBA) Gambar Konstruksi unit pencetakan blanket to blanket tipe twin H (GOSS) Gambar Konstruksi unit pencetakan blanket to impression tipe twin satellite (MAN Roland)

293 264 Gambar Konstruksi unit pencetakan blanket to impression tipe satelit (MAN Roland) Gambar Konstruksi unit pencetakan blanket to impression tipe three quarter satellite (GOSS) Gambar Konstruksi unit pencetakan blanket to blanket semi satelit (WIFAG) Gambar Konstruksi unit pencetakan blanket to blanket tipe H, empat unit pencetakan (Galaxy Heidelberg)

294 265 Gambar Konstruksi unit pencetakan blanket to blanket tipe H (Universal 70 GOSS) b.3. Unit pembasahan (dampening unit), berfungsi untuk memberikan kelembaban pada permukaan pelat. Dengan adanya air pembasah tersebut, bagian yang tidak mencetak tetap peka terhadap air dan tetap dapat menolak tinta. Hal ini sesuai dengan prinsip cetak offset adalah adanya tolak menolak antara air dan tinta. Tergantung dari model rancangannya, unit pembasahan umumnya terdiri dari bak air, rol bak air, semprotan air, rol-rol karet (dampening form roller, dampening ductor roller, dampening matering roller), dan rol logam berlapis chrome (dampening fountain roller, dampening oscilator roller, dampening smooting roller, dampening drum roller). Pada unit pembasahan ini terbagi dalam dua sistem unit pembasahan yaitu contact dampening system dan non contact dampening system. Contoh dari sistem contact dampening system yaitu convensional, continous dampening system, sedangkan contoh non contact dammpening system adalah brush type, turbo, jet spray dampening system.

295 266 a b c d e Gambar Sistem pembasahan mesin cetak offset Keterangan: a. Sistem pembasahan tipe Vibrator b. Sistem pembasahan tipe Continuous c. Satu rol acuan digunakan untuk unit pembasahan dan unit d. Sistem pembasahan tipe Brush e. Sistem pembasahan Centrifugal b.4. Unit penintaan (inking unit), berfungsi untuk melapisi image pada pelat tinta dengan tinta cetak. Tinta hanya menempel pada bagian yang mencetak (image), sedangkan bagian yang tidak mencetak tidak menerima tinta / menolak tinta. Hal ini sesuai dengan prinsip cetak offset adalah adanya tolak menolak antara air dan tinta. Tergantung pada model rancangannya, pada umumnya unit penintaan terdiri dari : bak tinta, pemompa tinta, saluran penyuplai tinta, rol bak tinta, chamberded doctor blade, pisau tinta, rol anilox, rol screen, rol-rol baja (rol bak tinta, rol-rol vibrator tinta), rol-rol karet (rolrol acuan tinta, rol-rol pemindah), rol-rol plastik (rol-rol oscilator tinta, rol-rol distribusi, rolrol transfer tinta). Seperti halnya unit pembasahan, unit penintaan juga ada bermacam-macam sistem, KBA Anilox short inking unit, MAN Rolan Anilox short inking unit, WIFAG extremely short inking unit, GOSS positive feed keyless inking system, Conventional inking unit, Front

296 267 heavy inking system, Delta effect inking system, Remote inking with ink slide, Singe train inking system, Inking system with temperatur control. Di bawah ini beberapa contoh sistem penintaan mesin cetak offset: Gambar Desain unit penintaan Gambar Desain unit penintaan Roland 700 Speedmaster 102 (Heidelberg) (MAN Roland) Gambar Desain unit penintaan Rapida 104 (KB) Gambar Desain unit penintaan short inking unit

297 268 Gambar Desain unit penintaan Convertible inking unit (M-600, Heidelbwerg) c. Unit pengeluaran / folder unit / delivery unit Unit pengeluaran mesin cetak offset gulungan (web offset) adalah unit terakhir dari rangkaian proses pencetakan. Pada umumnya unit pengeluaran terdiri dari beberapa komponen yaitu: c.1. Former draw roller (roller top former) yang bersinggungan dengan draw roller (nipping roller) dan berfungsi untuk mendorong kertas di atas former menuju ke draw roller assy. c.2. Sliting knife yang berfungsi untuk memotong dan membagi kertas menjadi dua bagian. c.3. Perforating knife yang berfungsi untuk melubangi kerta agar lipatannya menjadi sempurna dan tidak terlalu tebal. c.4. Former dengan former side wall (flank) dan former nose yang berfungsi untuk membuat lipatan meamnjang pertama kali. c.5. Infeed roller dan draw roller assy untuk mendorong kertas masuk diantara silinder potong dan silinder pelipat (folding silinder) untuk dipotong dan dilipat. Pada bagian ini terdapat jarum (pin), pisau (knife), bantalan pemotong (Cutting stick) dan perforator silang (cross perforating) untuk mengurangi tebal lipatan. c.6. Silinder pelipat (Folding cylinder) yang terdiri dari tucjer blad dan jaws cylinder atau folding jaws. c.7. Spider wheels dan transport tape. Kertas yang telah terlipat keluar melalui spider wheels dan transport tape sebagai output.

298 269 Ada dua model folder pada unit pengeluaran mesinb cetak offset gulungan, yaitu: jaws folder (interaksi antara jaws dengan tucker blade), dan drum folder (interaksi antara jawws dengan filding roller). Gambar Skema unit pengeluaran (double folder unit), (MAN Roland) Gambar Skema unit jaws folder, interaksi antara cutting knife, tucker blade dan interaksi antara jaw dan cylinder ( IFRA)

299 270 Gambar Skema unit drum folder (IFRA) Gambar Skema former anrranged (IFRA) Gambar Contoh-contoh hasil lipatan mesin cetak offset gulungan

300 Ketebalan Film Tinta Cetak Perbedaan ketebalan film tinta Cetak Analog yang diwakilkan oleh 5 metode cetak; 1. Sheetfet offset (Litografi) = 1.3 micron ( mm) atau 0.05 mils 2. Web offset (Litografi) = 1.5 micron ( mm) atau 0.06 mils 3. Flexo (Relief) = 10 micron (0.010 mm) atau 0.4 mils 4. Gravure (Intaglio) = 20 micron (0.020 mm) atau 1.8 mils. 5. Screen (Stencil) = antara micron ( mm) atau mils. Perbandingan ini dilakukan diatas kertas Coated, dengan warna solid yang penuh, dalam ketebalan film yang (relatif) basah. Kualitas cetak dan komposisi material tinta. Menilik perbedaan ketebalan tinta diatas, ada beberapa hal yang bisa ditarik; 1. Secara umum semakin tipis film tinta, semakin memungkinkan untuk mencetak gambar atau image dengan ketajaman tinggi. Mesin cetak offset mempunyai gambar ketajaman yang paling tinggi, sementara mesin cetak screen terendah. 2. Proses pembuatan tinta menjadi sangat dipengaruhi oleh ketebalan tinta ini. Film tinta yang tipis pada offset membutuhkan tingkat pigmentasi lebih tinggi (untuk kekuatan warna) dibanding film tinta tebal pada Letterpress atau Flexography. Film tinta tebal mempunyai lebih banyak filler (bahan pengisi) seperti Calcium Carbonate dan Magnesium Carbonate yang sangat berguna untuk meningkatkan sifat alir tinta di bak mesin cetak Screen Printing dan Letterpress. Masalah-masalah yang timbul dalam proses pencetakan dan cara mengatasinya (disadur dari a. Masalah dan cara mengatasinya yang berkaitan dengan cetakan a.1. Dot Gain; Memahami Faktor, Proses & Solusi Dot gain adalah pembesaran diameter halftone dot. Bila suatu pola dot dari film meliputi 30% area image, maka saat tercetak area liputannya menjadi 50%, total dot gain Gambar Sumbangan dot gain dalam proes pencetakan berarti 20%. Total dot gain adalah angka perbedaan antara film negatif dan ukuran dot yang bersangkutan pada lembaran kertas cetakan. Setiap tahap mulai dari proses film, pembuatan pelat cetak, kemudian ke tahapan lanjutan cetak menjadi image akhir cetakan, semuanya menyumbang dot gain. (lihat Gambar ).

301 272 Tingkatan Dot Gain Tidak semua dot membesar dalam derajat yang sama. Area tertinggi terjadinya dot gain adalah pada mid tones (40%, 50%, 60%). Diatas rentang ini, dot-dot secara progresif bersentuhan satu dengan lainnya, jarak sisi luar membesarnya dot gain menjadi hilang. Dot gain menjadi lebih menonjol saat screen ruling menjadi lebih halus. Fenomena ini menjadi suatu faktor yang membatasi pilihan screen ruling. Gambar menunjukkan suatu contoh bagaimana dot gain berkembang/membesar, dengan screens dari suatu pola dot yang sama, sementara screen ruling menjadi lebih halus. Perkembangan Kejadian Dot Grain Dot gain di tahapan pre-press dapat terjadi pada proses pembuatan negatif dan lalu kemudian berlanjut pada pembuatan pelat cetak. Wkatu ekspose dan kontak antara negatif dan plat haruslah dikontrol dengan cermat selama diruangan pelat. Dot gain yang terjadi diarea ini harus dikontrol tidak boleh lebih dari 2%. Dot gain yang terjadi pada mesin press cetak merupakan akumulasi dari beberapa efek. Setiap kali tinta berpindah dari plate ke blanket, dan blanket ke kertas, ada suatu derajat penekanan mekanis. Semua ini pada akhirnya meningkatkan diameter fisik dari dot yang tercetak. Saat dot dipindahkan kekertas, setting tinta terjadi atas dasar proses penyerapan. Kejadian ini terjadi pada bidang lurus vertikal (diatas kertas). Disamping itu juga terjadi efek melebar, yang menyumbangkan diameter dot menjadi lebih membesar. Efek Optis Ada efek optis yang terjadi selama proses cetak berlangsung. Setelah dot dicetak ("mechanical dot"), mata akan melihat dot yang tercetak lebih besar dari ukuran sesungguhnya, efek ini disebut "Optical Dot Gain". Cahaya akan terpecah didalam kertas, beberapa cahaya akan terperangkap pada "halftone dots" dan akhirnya diserpa oleh tinta. Cahaya yang terpantul, akan mengenai dot, dan membuat semacam bayangan pada permukaan kertas. Bayangan ini dilihat oleh mata dan dengan "reflection densitometer", yaitu mempunyai efek yang sama seperti halnya mencetak suatu dot yang membesar. "Optical dot gain" dapat menjadi lebih besar lagi bila bayangan lebih nyata, dan ini tergantung opacity kertas dan permukaan kertas cetak. Dengan mengontrol kondisi material dan setting mesin, dot gain sedemikian rupa dikontrol menjadi konsisten. Dengan adanya konsistensi, dimungkinkan untuk mengurangi efek negatif yang muncul sehingga kita bisa memprediksi dot gain pada tahap scanning bila diperlukan. Pengukuran Sangat penting mengukur dot gain dari mesin cetak anda dalam kondisi cetak normal. Hal ini disebut "benchmarking". Untuk setiap warna, siapkan sebuah plat cetak dengan suatu target

302 273 "dot gain" dari suatu negative yang sudah terukur. Biasanya gunakan suatu seri dari "tone squares " berkisar dari 5% dot sampai 95% dot. Ukur plat cetak untuk menentukan "gain" yang dihasilkan saat pembuatan plat cetak. Setelah mesin cetak jalan cukup lama dan "panas" dan diatur jumlah tinta dan air yang seimbang, pasanglah pelat cetak, kemudian operasikan mesin dengan kecepatan normal. Gunakan alat densitometer, untuk mengukur dot gain atau dot area pada kertas cetakan suntuk setiap target tone. Dot gain adalah hasil dari dot area yang terukur dikurangi dengan dot area (dari area yang berkesesuaian) pada negatif. Densitometer kemungkinan besar menggunakan persamaan Murray-Davies yang dapat mengkorelasikan kesatuan densitas dari "tone square" ke ukuran dot. Beragam persamaan digunakan oleh berbagai pabrik alat densitometer. Perbedaan ini akan menyebabkan perbedaan hasil. oleh karenanya mengetahui persamaan alat densitometer sangatlah penting. Persamaan Murray-Davies equation tertera dibawah ini; (Dt adalah densitas tone dan Ds adalah densitas solid). Daftar berikut ini adalah rentang total dot gain yang khas dari cetakan kertas koran dalam urutan warna Hitam(K), Biru (C), Merah (M), dan Kuning (Y) menurut masing-masing lembaga; 1. GATF = K(25-35%) C(25-35%) M(25-35%) Y(25-35%) 2. SNAP = K(28-34%) C(28-34%) M(28-34%) Y(28-34%) 3. X-Rite = K(34%) C(33%) M(30%) Y(28%) Corp. Catatan: - Semua nilai dihitung dari midtone (50%) area. GATF - Graphic Arts Technical Foundation SNAP - Specifications for Non-Heatset Advertising. Faktor Pengaruh Setelah melakukan "benchmarking" mesin cetak, suatu waktu anda memperhatikan bahwa dot gain terlalu berlebihan dan ingin melakukan perbaikan. Dengan melakukan langkah diatas anda pasti akan bisa menemukan suatu area dimana gain terlalu berlebihan dan upaya perbaikan cukup difokuskan kesana. Variabel berikut ini ditemukan dapat mempengaruhi dot gain: 8 variabel yang mempengaruhi dot gain dengan parameternya masing-masing, antara lain : 1. Tinta; - Tack dan Viscosity - Keseimbangan tinta & air - Kekuatan pigment

303 274 - Suhu - Ketebalan tinta film (Print Density) 2. Kertas - Brightness, Whiteness, dan Opacity - Porosity / Holdout - Smoothness - Web Tension 3. Fountain Solution (ph&conductivity / Hardness dari air / Jenis sistim dampening / Formula) 4. Blangket (Compressibility / Usia / Ketegangan / Karakteristik permukaan) 5. Pelat cetak (Waktu exposure & vacuum / Cara proses / Reactions (usia, cahaya, kimia) / Ketegangan) 6. Rollers (Durometer / Settings / Glazing) 7. Kecepatan mesin cetak (tinggi/rendah) 8. Packing silinder cetak (over/under) 9. Coverage (ringan/berat) Sangat penting diperhatikan bahwa densitas tinta (ketebalan film tinta) sangat mempengaruhi dot gain. Oleh karenanya, sangat kritis memonitor dan mengontrol densitas tinta selama percetakan berlangsung, sehingga dot gain tetap konsisten sampai akhir. Mengingat banyaknya faktor penyebab, proses benchmarking harus dicek berulang kali bila setiap faktor berubah selama percetakan berlangsung. Bila mengabaikan hal ini dan menunggu beberapa faktor berubah sekaligus, maka membawa kembali ke kondisi semula yang normal menjadi sulit. a.2. Menghindari dan Mengatasi Misregister 1. Kondisikan kertas paling tidak 24 jam diruangan cetak sebelum naik cetak, dalam kondisi terbungkus rapat. 2. Periksa apakah misregister terjadi setelah "one pass" (cetak pertama untuk satu sisi) atau "two pass" (cetak kedua untuk sisi sebelahnya); bila terjadi setelah cetak kedua maka ada kemungkinan disebabkan oleh proses pencetakan yang tidak benar. 3. Periksa (1) apakah gripper mesin cetak tidak meleset, (2) apakah pelat dan blangket cetak tidak kendor. 4. Periksa apakah ada variasi ukuran kertas atau pemotongan yang tidak rata atau siku, atau juga tidak konsisten.

304 Periksa apakah kondisi kertas tidak bergelombang, melengkung, roll gembos, gulungan tidak rata dan seimbang. Masalah dan Penyebab 1. Kertas yang mositure tidak tepat terlalu kering atau terlalu basah, akan mengakibatkan dimensi yang berubah baik sebelum, selama dan sesudah cetak. 2. Pemotongan kertas yang tidak rata, siku dan konsisten akan menyebabkan gripper lolos. 3. Kondisi kertas yang tidak rata, gulungan roll yang tidak stabil dan rata menyebabkan variasi diatas mesin cetak. 4. Pelat cetak dan blanket yang tidak tepat distel atau kendor akan menyebabkan image bergeser. a.3. Menghindari dan Mengatasi Ghosting Ghosting atau berbayang, ditandai adanya bagian warna tinta cetak yang lebih muda atau terang pada bagian warna tinta cetak yang solid. Bayangan warna muda tersebut umumnya mengikuti pola dari bagian layout gambar lainnya yang umumnya berarea lebih kecil. 1. Rubah layout gambar sedemikian rupa sehingga area dengan solid warna terdistribusi dengan rata keseluruh pelat cetak 2. Cetak dengan minimum larutan pembasah 3. Atur dan set ulang antara roll cetak dengan pelat cetak menggunakan strip yang pas 4. Jangan cetak dengan warna tinta yang terlalu tipis, tambahkan varnish Masalah dan Penyebab Umumnya ditandai dari suatu area kecil cetak yang berwarna solid tercetak sebelum atau sesudah suatu area cetak warna solid yang lebih besar, dimana area cetak kecil tersebut "mencuri" atau mengambil warna tinta dari roll cetak berarea jauh lebih besar dengan warna solid pula. 1. Layout gambar cetak buruk 2. Tinta terlalu encer atau tipis saat tercetak 3. Terlalu banyak larutan pembasah yang digunakan 4. Setting roll cetak ke pelat cetak buruk, tidak pas terlalu ketat atau terlalu longgar a.4. Mengatasi Scumming Area kertas yang non-cetak yang harusnya bersih terkontaminasi tinta cetak, disebabkan area pelat cetaknya mulai menyerap tinta dan menolak air pembasah. 1. Tambah kandungan alkohol atau larutan pengganti alkohol ketingkat yang seharusnya menjadi lebih tinggi, sesuai dengan petunjuk supplier

305 Bersihkan atau rekondisi ink rollers, 3. Atur tekanan roller pembasah, atau cuci bersih dan bila perlu ganti lapisan penutup roll 4. Atur kembali tekanan mesin cetak menjadi lebih bersahabat, jangan terlalu tinggi 5. Desensitasi atau buat pelat cetak baru 6. Periksa larutan air pembasah ph dan conductivitinya; atur sekitar ph dengan conductivity sekitar 1700 mhos. - Semakin asam ph maka akan menjadi reaktif dengan terhadap lapisan anodized plat cetak. - Conductivity bila sudah meningkat lebih dari 1000 mhos dari aslinya, maka lebih bagus buat larutan pembasah yang baru. Walaupun kondisi lebih dari ini tidak selalu menyebabkan masalah demikian, namun semakin tinggi conductivity akan semakin reaktif pula sistim cetaknya. 7. Ganti tinta cetak dengan body yang lebih kaku atau kental, atau bisa tambah varnish untuk mendapatkan tinta yang bodynya lebih kaku 8. Kurangi pemakaian jumlah tinta cetak 9. Periksa kondisi blanket apakai sudah tua dan aus, gunakan blanket yang sesuai dimana mempunyai compressibility bagus 10. Periksa dan atur kembali lembar bantalan (packing) dari blangket; kemungkinan over packing sehingga terpasang kurang ketat pada silinder 11. Pelat cetak harus disimpan pada suhu ruangan tidak lebih diatas 23 o C dan kelembaban diatas 60%, diatas dari kondisi ideal akan gampang terkontaminasi 12. Periksa Baume of finisher; bacaan ideal harus sekitar 6 derajat, harap konsultasi dengan suplier. Masalah dan Penyebab Masalah utamanya timbul akibat dari fountain solution atau kandungan air pembasahnya terlalu kuat atau terlalu lemah. Tinta menjadi teremulsi atau tintanya terlalu lemah. Faktor yang perlu diperhatikan; 1. Kandungan alkohol kemungkinan terlalu rendah dalam larutan air pembasah - bila menggunakan alcohol. 2. Tinta terperangkap pada rollers larutan air pembasah atau terkontaminasi 3. Tekanan cetak terlalu tinggi 4. Body tinta terlalu encer, cair dan berminyak sehingga gampang tersebar ke area noncetak 5. Pelat cetak kurang terdesensitasi

306 ph dan conductivity larutan air pembasah tidak seimbang kemungkinan terlalu rendah ph atau terlalu tinggi conductivityny 7. Roller larutan air pembasah kurang baik; settingnya seperti terlalu ketat atau sudah aus penutupnya, bisa dicek dengan dari durometer 8. Ink rollersnya menjadi terlalu panas bisa dari tekanan yang berlebihan atau temperatur ruangan yang tinggi, bisa terjadi ink rollersnya diset terlalu ketat 9. Blangket bisa terlalu overpacked atau tidak ketat terpasang pada silinder 10. Terlalu lama menggunakan larutan pembersih roll yang berminyak 11. Tinta terlalu banyak dipakai 12. Pelat cetak negatif ter-pre-ekspose 13. Pelat cetak tersimpan pada suhu ruangan yang terlalu tinggi 14. Finsiher pelat cetak tidak secara efektif melindungi pelat cetak. a.5. Mengatasi Rubbing dan Scuffing Lapisan tinta tampak kering namun sangat gampang digosok dan tergores sehingga tinta cetaknya lepas dan atau luntur. 1. Atur keseimbangan tinta/air sedemikian rupa, dan periksa kecocokan antara tinta dan kertas dengan melihat hasil kualitas cetak apakah sesuai dengan yang ingin dicapai 2. Periksa dan atur ph dan conductivity; ph atur sekitar dan conductivity sekitar 1700 mhos (bila menggunakan campuran baru). Atau check aturan dan spesifikasi fountain solution seperti yang ditetapkan oleh supplier 3. Kurangi pemakaian tinta cetak 4. Varnish hasil cetakan, akan melindungi cetakan atau tinta cetak dari goresan 5. Tambah tinta dengan wax untuk mengurangi "drier" (larutan pengering), sebab terlalu banyak "drier" mengakibatkan pigment belum sempat "set" atau stabil terserap dikertas namun sudah terlanjur kering diatas permukaan kertas. 6. Bila tinta tidak cocok digunakan dengan kertas yang dipakai, maka ganti tintanya; contohnya tinta untuk kertas uncoated dengan kertas coated berbeda! 7. Coba kontak supllier tinta untuk minta informasi bagaimana melakukan adjustment sesuai dengan formulasi yang mereka pakai Masalah dan Penyebab Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sbb: 1. Terlalu banyak air yang terserap dalam proses cetak, dan atau kertas mengandung mositure terlalu tinggi atau lembab. 2. ph dari fountain solution (air cetak) terlalu tinggi

307 Tintanya sendiri tidak kering 4. Kertas terlalu kasar permukaannya dan gampang terkelupas 5. Terlalu banyak tinta yang tercetak 6. Tinta kurang begitu bagus formulasinya, sehingga daya tahan goresnya rendah, seperti; - kandungan larutan pengikat ("binding vehicle") nya tidak cukup banyak atau kualitasnya buruk - tinta mempunyai kandungan drier yang terlalu keras b. Masalah dan cara mengatasinya yang berkaitan dengan tinta, blangket, air pembasah, dan pelat cetak b.1. Mengatasi Mottle Dari Tinta dan Pelat Mottle dapat diidentifikasi dari rupa warna cetak yang berawan atau berkabut baik dengan bercak kecil atau besar. Jangan dikacaukan dengan permukaan kertas yang tidak rata, bisa terjadi permukaan cetak seperti bergelombang kecil-kecil namun warna tinta cetak terlihat rata dan solid. Pengenalan mottle terfokus pada warna tinta cetak, bukan pada permukaan kertas. 1. Urutan warna cetak harus dimulai dari nilai tack yang tertinggi. 2. Atur air fountain solution seminimum mungkin tanpa mengabaikan masalah scumming, pastikan cetak tetap bersih. 3. Blanket compressible harus digunakan untuk mengurangi masalah. Bila kelihatan blanket sudah aus, ganti dengan yang baru. 4. Periksa hasil cetak yang berjalan, periksa dan amati warna tinta yang mana menyebabkan mottle. Warna penyebab tersebut ditempatkan pada stasiun cetak yang terakhir. 5. Cetak pada kecepatan mesin cetak rata-rata dari mesin bersangkutan, saat melakukan upaya solusi. 6. Saat mulai mencetak 50 lembar kertas, segera cetak sisi kertas sebelahnya untuk melihat apakah ada perbedaan kualitas cetak atau tidak dengan setting yang sama. 7. Lakukan cetak dengan kertas lot lain, atau bahkan kualitas lain untuk pembanding. Masalah dan Penyebab 1. Mottle pada intinya terjadi ketidak-rataan tinta cetak diatas permukaan kertas, atau timbulnya pola cetak yang diluar gambar asli cetak. 2. Disamping masalah kertas yang tidak rata baik permukaaan, struktur coating ataupun formasi kertas, penyebab oleh tinta & proses cetak; a. Back trap mottle

308 279 b. Wet ink trap mottle c. Water interference mottle. 3. Back trap mottle disebabkan tinta dari stasiun sebelumnya terambil dari permukaan kertas oleh blanket dari stasiun berikutnya, yang mengakibatkan warna asli tercampur. 4. Wet ink trap mottle, pola kejadiannya sama seperti back trap mottle namun disebabkan oleh tinta yang masih basah. 5. Water interference mottle, disebabkan oleh terlalu banyaknya air dari fountain solution yang mempengaruhi warna asli gamabar menjadi berubah. b.2. Mengatasi Mottle " Back Trap" Bila tinta terangkut dari permukaan kertas cetak (back trap) oleh blanket lanjutan saat melewati proces cetak multi warna, maka image yang muncul akan berawan atau mottle. 1. Gunakan tinta yang lebih stabil dan normal atau lebih lambat sifat keringnya atau dengan lebih rendah tingkat solventnya. 2. Rubah urutan tinta cetak, mulai dari tinta yang densitasnya tinggi. Bila perlu gunakan tinta dengan tingkat opasitas yang tinggi. 3. Urutkan tinta mulai dari tack yang tiggi ke yang rendah; black, cyan, magenta, dan yellow. Pastikan tack yang diperoleh atau diformulasikan pabrik tinta sesuai dengan urutan warnanya. 4. Kurangi kecepatan tinta cetak dan gunakan tinta yang barus. 5. Gunakan kertas yang lain atau berbeda untuk menguji apakah mottle yang terjadi akibat baktrap atau faktor kertas. 6. Bila tack tinta yang ada tidak jelas tacknya, lakukan perubahan urutan warna dengan coba-coba bila perlu. 7. Bila memungkinkan ganti blanket dengan sifat yang lebih tahan solvent. Masalah dan Penyebab Mottle adalah variasi dari warna dan gloss pada kertas cetak, dalam hal ini disebabkab oleh faktor non-kertas, dimana warna dari blanket cetak sebelumnya mencampuri warna cetak pada blanket sesudahnya. 1. Tinta cepat kering yang mempunyai kandungan solvent yang tinggi cenderung menimbulkan masalah back trap. 2. Tinta gelap seperti cyan (biru) dan magenta (merah) bila dicetak pada unit satu dan dua, maka memungkinkan terjadinya masalah. 3. Urutan tinta cetak yang salah dimana tack yang rendah lebih duluan dari tack yang tinggi.

309 Tinta sudah menjadi kering saat terlalu lama melakukan persiapan cetak atau make ready. 5. Kertas dengan tingkat gloss sangat tinggi cenderung berpotensi menimbulkan back trap, sebab tinta tidak terserap dengan baik pada kertas. 6. Bila unit cetak warna berjarak terlalu jauh satu sama lain, pekerjaan cetak 4 warna dilakukan pada mesin cetak 8 units dimana warna satu dengan lainnya di jarakkan dengan satu unit yang kosong. 7. Tekanan blanket dan kertas yang berlebihan. b.3. Mengatasi dan Menghindari Masalah Tinta Yang Tidak Kering Tinta cetak terkadang tidak cepat kering, masih lengket atau basah dalam waktu yang tidak biasanya. 1. Ganti tinta dengan yang tahan terhadap pengaruh air. Konsultasi dengan suplier tinta untuk dibuat formulasi baru seperti misalnya menambah body gum dan agen kimia pengering. Pada saat bersamaan atur setting dari roll cetak, bila perlu tambahkan alkohol pada larutan pembasah 2. Gunakan jumlah tinta yang sedikit, namun bersamaan harus konsultasi dengan suplier tinta bagaimana meningkatkan "ink strength" supaya waran cetak tetap - tidak melemah 3. Cegah segala kotoran mencemari roll pembasah 4. Periksa ph dan Conductivity atur ph sekitar 4.5 dengan plus minus 0.2, sementara conductivity tidak melebihi 1000 mhos dari angka asal saat pencampuran larutan 5. Gunakan "spray powder" pengering untuk mencegah kerta cetak lengket satu sama lain. Bila anda mencetak kertas coated, plastik, foil yaitu dimana permukaan material mempunyai porosity yang kecil, lebih aman menumpuk kertas cetakan dalam jumlah kecil misalnya setiap cm 6. Gunakan dehumidifier - pengurang kelembapan udara misalnya; - AC (air conditioner) - jaga penggunaan air pembasah sesedikit mungkin - tambah material pemicu pengering di larutan pembasah seperti alcohol 7. Kondisikan kertas dalam ruangan cetak sebelum dicetak paling tidak 24 jam, semakin lama semakin baik 8. Roll tinta dikondisikan sedemikan rupa jangan sampai ada yang aus, bila perlu diganti, dicuci bersih supaya roll dapat mentrasfer tinta dengan baik, supaya tinta terhindar dari emulsi dengan air

310 Bila perlu ganti kertas cetak dengan sifat porositas yang mampu menyerap tinta dengan baik. Gunakan tinta cetak yang sesuai dengan jenis kertas atau material cetak. Masalah dan Penyebab Masalah utamanya timbul akibat tinta terperangkap dalam air pembasah atau teremulsifikasi bersama. 1. Lapisan film tinta yang teralu tebal atau densitasnya terlalu tinggi 2. Roll pembasah tidak rata membuat distribusi terlalu banyak 3. Stock kertas kurang poros sehingga tinta kurang terserap 4. ph terlalu besar variasi dari nilai awal, lebih dari 0.2, dan atau ph terlalu asam 5. Conductivity terlalu tinggi lebih dari 1000 mhos dari nilai awal saat pencampuran larutan 6. Tinta bukan khusus untuk kertas yang dipakai. Suplier tinta mempunyai formulasi khusus untuk setiap bahan cetak 7. Sirkulasi udara ruangan cetak buruk, kurang kering atau terlalu lembab 8. Kertas terlalu dingin, dan kertas terlalu tinggi kadar airnya 9. Roll tinta cetak salah setting mengakibatkan tinta terlalu banyak terdistribusi atau terdistribusi tidak rata 10. Kandungan kimia pengering dalam tinta kurang b.4. Mengatasi Blanket Smashes dan Pelat Rusak 1. Lembar atas dan bawah dari karton bungkus atau pallet dibuang dan diperiksa cermat sebelum cetak. Umumnya lembaran ini yang sering mengalami kerusakan saat pengiriman atau penanganan. 2. Saat meletakkan tumpukan kertas di meja cetak, periksa dari samping apakah ada penampakan kertas tidak rata atau tidak. 3. Roll sambungan kadang kala menimbulkan masalah, periksa label dan sisi roll tentang informasi sambungan, bila perlu mesin cetak diperlambat saat melewati sambungan. Masalah dan Penyebab 1. Blanket dan silinder cetak terkompres atau terjepit oleh tekanan yang berlebihan akibat material asing. 2. Material asing seperti lipatan kertas, splice sambungan (tape) yang terlalu tebal, potongan kertas, sobekan kertas, lembaran kertas terlipat dan nyangkut bersama karena disodok benda keras (fork lift), hard-slime.

311 Material asing tersebut dapat berupa material yang melekat dipermukaan kertas, material diantara lembaran tumpukan rim kertas, dan karena lipatan kertas. Kondisikondisi ini membentuk bantalan atau ganjalan diantara plat dan blanket, atau blanket dan rol silinder cetak, yang menyebabkan blanket terhantam. Gambar Blanket Smash Karena Lipatan Kertas Gambar Blanket Rusak Parah Terhempas oleh lipatan tumpukan kertas, kain putih terlihat keluar b.5. Kontaminasi Blanket Akibat Sheeting Dust 1. Cetak kertas tanpa tinta, supaya debu dapat diserap atau ditarik oleh blanket. Kemudian cetak kertas tersebut dengan tinta seperti biasa. 2. Cetak kertas tanpa tinta pada unit cetak pertama dan/atau kedua (tergantung jumlah unit cetak dan jumlah warna tinta)supaya debu dapat ditarik atau diserap, sebelum dicetak dengan tinta pada stasiun selanjutnya. 3. Pasang dan gunakan penyedot debu, ini bisa membantu mengurangi tingkat debu. 4. Usapkan sisi kertas potong yang berdebu dengan Glyserin menggunakan kain sebelum dicetak. 5. Potong atau sisir kertas untuk membuang sisi kertas yang kasar atau berdebu. Bila debu sudah masuk kedalam bagian tengah kertas, upaya ini kurang berhasil, maka gantilah kertas dengan lot atau kertas lainnya. Masalah dan Penyebab 1. Pisau potong atau roll slitting tumpul, menyebabkan serat atau coating kertas tidak terpotong bersih. Serat dan kotoran potongan kertas yang lepas atau gampang lepas akan mudah terangkat ke blanket dan nyangkut, selanjutnya menyebabkan lobanglobang kecil putih tak tercetak pada lembaran kertas sesudahnya. 2. Debu dari roll slitting mempunyai bentuk yang tidak beraturan dan berserakan diseluruh bagian lembaran kertas, tidak hanya terisolasi disisi pinggir kertas saja.

312 Debu dari pisau potong atau pisau trimming disisi luar roll kertas umumnya terisolasi di sisi pinggir lembaran kertas. Namun debu bisa terbawa ketengah lembaran disebabkan proses penumpukan lembaran kertas yang sebelumnya saling "overlapping" di mesin cutter. 4. Debu dari pisau trimming bentuknya berbentuk irisan tajam atau runcing. Sementara debu dari pisau potong, salah satu sisi potong mempunyai bentuk irisan runcing dan sisi potong lainnya dari lembaran lainnya berbentuk tidak teratur. 5. Tingkat kertas yang berdebu bisa parah dan melibatkan jumlah yang besar sehingga Gambar Fiber tercampur dengan coating tercabut dari sisi kertas yang kasar seluruh lot pemotongan kertas menjadi cacat. b.6. Kontaminasi Blanket Akibat Dampener Lint Segera hentikan proses cetak dan segera perbaiki atau ganti roll dampener (pembasah) yang baru. Masalah dan Penyebab 1. Lint adalah serat katun atau kain yang lepas dari roll dampener (pembasah) 2. Mudah diidentifikasi dari ukuran rata-rata serat yang memanjang dimana lebih dari 3 mm, bisa dipastikan datangnya dari roll pembasah bukan dari kertas. b.7. Kontaminasi Blanket Akibat Coating Lump 1. Coating lump bisa membuat cacat dan bahkan merusak plat dan blanket tergantung dari jumlah dan ukurannya, semakin banyak dan semakin besar akan semakin parah akibatnya. 2. Begitu blanket terhempas - secara visual bisa terlihat jelas, maka segeralah periksa lembaran tumpukan kertas lainnya dengan membuka lembaran. 3. Kejadian coating lump umunya sesekali saja, bila jumlah kertas yang terkena dapat diisolasi maka sisa kertas lainnya dapat terus digunakan atau dicetak. Namun bila

313 284 jumlahnya banyak dan tidak dikenali pola penyebarannya dari satu palet ke palet lainnya, segeralah hubungi distributor atau pabrik kertas untuk penggantian atau gunakan kertas lain. Masalah dan Penyebab Coating lump atau tonjolan coating kertas coated yang mengeras dipermukaan kertas bisa besar dengan ukuran 1/2 cm atau kecil sampai dengan diameter dalam milimeter. Bisa sedikit jumlahnya, namun umumnya cukup banyak dan berterbaran dipermukaan kertas. c. Masalah dan cara mengatasinya yang berkaitan dengan kertas c. 1. Mengidentifikasi Kertas Melengkung Akibat Gulungan Roll 1. Arah dari lengkungan kertas gampang diidentifikasi, yaitu melintang arah serat kertas dan melengkung kearah sisi felt atau wire tergantung pada posisi dalam saat digulung. 2. Tidak selalu kertas melengkung akibat gulungan atau "roll set" terjadi setiap lembar, kemungkinan selang seling setiap 1, 2 atau 3 lembar tergantung dari jumlah roll yang dipotong pada mesin potong. Masalah dan Penyebab 1. Kertas lembaran dipotong terlalu dekat dengan core kertas, dan atau kertas ini tidak mengalami proses "decurling" - decurling roll tidak dipakai saat pemotongan gulungan kertas. 2. Terlalu ketatnya gulungan roll kertas kadang kala tidak bisa teratasi lagi dengan proses "decurling". c.2. Menghindari dan Mengatasi Delaminasi Kertas Delaminasi kertas dapat dilihat dari kertas dapat dengan mudah terpisah dengan rata umumnya menjadi dua bagian lembar kertas. Umumnya terjadi pada kertas tebal atau karton, terlebih pada kertas karton dengan multi-layer dimana base papernya terdiri dari beberapa susunan lembar kertas. Namun tidak jarang juga kertas dengan single layer pun dapat mengalami delaminasi. 1. Kurangi tekanan tack tinta. 2. Coba cetak kertas dari pallet lainnya atau berbeda batch produksinya 3. Check atau kurangi tekanan silinder cetak, jangan sampai berlebihan. 4. Jangan bingung membedakan antara delaminasi dengan blistering; delaminasi terjadi pada unit cetak, sedangkan blistering terjadi pada oven pengering.

314 285 Masalah dan Penyebab 1. Bila internal bond dari kertas tidak bisa menahan tack, kekuatan / tekan silinder mesin cetak, maka delaminasi akan muncul. 2. Mutu kertas dibawah standar; nilai minimum internal bond yang harus dimiliki suatu kualitas kertas yang bagus tidak dipenuhi 3. Kertas tebal yang diproduksi dengan mesin kertas multi-lembaran cenderung mempunyai masalah delaminasi, terlebih bila proses penggabungan beberapa lapisan tersebut diatas mesin tidak terkontorl baik. c.3. Menghindari Cracking Saat Melipat Kertas Tebal 1. Selalu lakukan "scoring" sebelum "folding" atau melipat kertas tebal. Scoring adalah menekan permukaan kertas sepanjang garis lipatan dengan kedalaman dan lebar tertentu menggunakan semacam pisau tumpul 2. Check terlebih dahulu ketebalan kertas yang akan discoring, setel scoring sesuai dengan kertas yang akan discore dan dilipat. 3. Bila perlu lakukan uji sejumlah kecil lembar kertas terutama untuk kertas baru untuk melihat apakah setting scoring sudah tepat dan nip tekanan nip dari setting lipatan tidak berlebihan. Masalah dan Penyebab 1. Cracking yaitu pecahnya permukaan kertas (coated) umunya akibat proses pelipatan. 2. Ada 2 macam, yaitu (1) Cosmetic craking; pecahnya bersifat ringan atau kecil saja namun membuat penampilan material cetakan jadi rusak atau jelek terutama pada area cetakan yang solid dan gelap. (2) Structural craking; pecahnya parah bisa sampai ke bagian base paper, mengakibatkan material cetakan (buku, box, folder) menjadi rusak secara keseluruhan. 3. Beberapa hal yang bisa menimbulkan masalah, penting untuk diidentifikasi guna memecahkan masalah, antara lain; - Base paper; saat produksi pelapisan coating kertas dilakukan ditemukan cracking maka pasti mengakibatkan masalah struktural. - Coating; baik jumlah/berat coating dan coating color mempengaruhi felksibilitas lapisan coating. Pemilihan material pigmen, binder (latex) dan additif lainnya haruslah memberikan sifat kekenyalan terhadap lapitan. - Moisture; kertas terlalu kering mengakibatkan kertas jadih rapuh dan gampang pecah, pertahankan moisture sekitar 5.5% untuk kertas cetak offset.

315 286 - Proses cetak; hati-hati untuk segera menaikkan moisture kertas terlebih untuk jenis HSWO (heat set web offset), karena mesin cetak ini mempunyai pengering yang dapat mengakibatkan blistering. Pastikan coating kertas HSWO khusus mempunyai sifat yang gampang membebaskan uap air yang terperangkap saat pengeringan. 4. Scoring yang tidak tepat baik kedalaman maupun lebarnya, akibat tekanan nip yang terlalu berlebihan atau malah kurang. c.4. Menghindari & Mengatasi Kertas Gelombang 1. Tetaplah simpan kertas terbungkus rapat dari rapi dengan kertas bungkus. 2. Jagalah suhu dan kelembaban udara yang ideal sebisa mungkin yaitu berkisar 23 derajat C dan 50% RH. 3. Bila kertas sudah bergelombang, maka gunakan kertas lain untuk mencetak. Masalah dan Penyebab 1. Kertas bergelombang menyebabkan masalah misregistrasi, sehingga warna cetak menjadi tidak tajam dan serasi. 2. Penyebab utama karena perubahan suhu dan kelembaban yang ekstrim dari ruangan, dan perbedaan menyolok suhu dan kelembaban relatif kertas terhadap kondisi ruangan. c.5. Menghindari & Mengatasi Kertas Gelombang Pinggir 1. Simpan dan lindungi kertas dari pengaruh udara luar dengan terbungkus rapat. 2. Saat dibawa ke ruangan cetak, jangan dibuka sampai kertas terkondisi dalam standard yang ditetapkan, seperti minimum jam dalam kelembaban sekitar 50% RH. Tergantung jenis kertas, jumlah dan kondisi udara bersangkutan. 3. Bila sudah terjadi gelombang pinggir, kadang kala dengan melakukan cetak kosong dan tekanan cetak yang ringan dapat menghilangkan atau mengurangi gelombang. 4. Potong sisi yang bergelombang. 5. Letakkan kertas dekat lampu yang hangat, area ruangan yang kering dan hangat untuk mengurangi kelembaban kertas. Masalah dan Penyebab 1. Saat kertas dalam tumpukan menyerap uap air dari udara luar disepanjang sisi kertas, serat kertas akan mengembang, sementara lembar bagian tengah tetap tidak terpengaruh udara luar. 2. Karena serat kertas mengembang lebih banyak pada arah melintang, maka gelombang pinggir ditemukan pada sisi melintang serat kertas.

316 Bila gelombang pinggir parah, maka akan menyebabkan "wrinkle" - kerutan kertas - saat dicetak melewati blanket. Wrinkle ditemukan umumnya dimulai dari bagian tengah sampai kesisi belakang kertas cetakan. 4. Gelombang pinggir saat tertekan oleh blanket akan tergeser ketengah dan terus bergerak kesisi tengah kertas. Efek ini terakumulasi dari seluruh sisi kertas akan mengakibatkan jepit ditengah. Jepitan atau kerutan ini akan terus terbawa sampai bagian belakang kertas cetakan. c.6. Mengatasi Mottle Dari Kertas Kenali mottle dari warna tinta cetak yang berkabut atau berawan, dimana warna cetaknya terserap tidak rata oleh kertas. Permukaan kertas tidak rata bukannya tidak umum mempunyai warna cetak yang rata dan solid, sehingga perlu hati-hati mengamati gejala yang ada, dimana fokuskan hanya pada warna tintak cetak saja. 1. Chek formasi kertas; kertas dengan formasi tidak rata dan tidak teratur dapat menyebabkan penyerapan tinta tidak rata. 2. Cetak kertas sisi sebelahnya, kertas lot yang berbeda, atau palet lainnya untuk pembanding. 3. Kurangi packing blanket atau tekanan dari silinder cetak ("impression"), bila penampakan halftone dots-nya melebar dari seharusnya. 4. Ganti blanket konvensional dengan blanket yang "compressible", dan/atau ganti blanket yang sudah lama dengan yang baru. Bahkan bila perlu ganti plat dengan yang baru, bila sudah aus. 5. Menaikkan dan menurunkan "ink body" (tack & length); menambahkan body gum atau water resistant varnish untuk menaikkan tack, menambahkan sedikit "heatset oil" dan varnish no.00 untuk mengurangi tack. Pada intinya bertujuan untuk memperbaiki "ink hold-out" supaya tinta dapat ditahan dan diserap oleh kertas. 6. Gunakan tinta dengan color strength dan tack yang tinggi untuk kertas yang penyerapan kurang dan pada kertas uncoated yang formasinya sangat tidak rata, dengan tekanan cetak minimum. 7. Atur air dan tinta sesuai dengan kualitas kertas yang dicetak; coba kurangi air karena biasanya kebanyakan air cenderung menimbulkan mottle. 8. Gunakan kertas kualitas lain bila upaya diatas tidak berhasil. Masalah dan Penyebab 1. Mottle adalah penampakan cetak yang tidak teratur, bervariasi baik warna maupun gloss yang disebabkan penyerapan tinta yang tidak rata oleh kertas.

317 Kertas yang diproduksi tidak selalu permukaannya rata seperti yang diinginkan. Bila muncul penampakan berawan, warna berkelompok dan acak, atau mengkilat tidak rata, dimana tinta menyerap tidak rata ada kemungkinan disebabkan oleh kertas. 3. Ketidakrataan coating dan variasi permukaan coating menyebabkan mottle pada coated paper, terlebih bila terakumulasi dengan base paper dan formasi yang tidak rata. Oleh karenanya masalah mottle cenderung terjadi pada coated paper. 4. "Binder migration" dari binder material seperti latex pada kertas coated, dimana latex menembus atau menyebar tidak rata didalam kertas mengakibatkan timbulnya ruang kosong dari coating kertas, yang dapat mengakibatkan tinta terserap bervariasi. 5. Tinta dan dan proses cetak merupakan faktor besar lainnya yang menyebabkan masalah mottle. Pada intinya disebabkan; (a) tidak seimbangnya air dan tinta, (b) tidak tepatnya "ink body" (tack dan length) pada kondisi kertas yang bersangkutan baik penyerapan tinta kurang atau terlalu banyak, (c) tidak bagusnya tekanan dari blanket dan silinder cetak - umumnya terlalu ketat, blanket dan plat yang sudah aus. c.7. Mengatasi Kertas Mengkerut / Menyusut 1. Jagalah kondisi udara ruangan cetak yang ideal baik suhu dan kelembaban; 23 derajat C dan 50% RH. 2. Simpanlah kertas dalam bungkusnya dengan rapat menghindari kontak dengan udara. 3. Bila terjadi penyusutan, dalam tahapan tertentu dengan memberi kontak moisture atau kelembaban didekat tumpukan kertas akan membantu mengurangi proses penyusutan lebih jauh. Contohnya antara lain; meletakkan ember air, kain basah atau menyemprot "water spray" atau "humidifier" disekitar area. Masalah dan Penyebab 1. Umumnya terjadi karena kondisi ruangan sangat kering dibandingkan dengan kelembaban kertas. Pada negara 4 musim dimana kelembaban udara musim dingin bisa mencapai 20% RH, sementara kertas berkisar 40-50% RH, udara kering akan menghisap atau menarik moisture kertas, serat kertas akan mengkerut. 2. Tidak jarang diikuti dengan gejala kertas melengkung, bila perubahan moisture antara sisi atas dan bawah kertas tidak seimbang.

318 289 Gambar Ukuran 12x18.25" diukur tepat pada sisi kiri templat Gambar Ukuran 12x18.25" sisi kanan terdapat gap terhadap templat - terjadi penyusutan 3. Berhati-hatilah dengan kertas gramatur rendah, semakin rendah seperti 60 gsm kebawah akan semakin bermasalah. Hal ini disebabkan ratio perbandingan serat kayu terhadap filler lebih besar dibanding gramatur tinggi. c.8. Mengatasi Blistering - HSWO (Heat Set Web Offset) Blistering dapat dilihat dari kertas seperti melepuh umumnya permukaan kertas coated menggelembung entah kecil-kecil banyak atau cukup relatif besar pada satu lokasi area tinta cetak yang umunya warna hitam, dimana mempunyai ink tack tinggi. Kadang kala bisa juga gelembung udara tersebut pecah. 1. Periksa segera suhu permukaan kertas terutama saat gulungan lembaran kertas keluar dari ruang pengering, turunkan suhu pengering secara proporsional tanpa mengorbankan kualitas cetak. 2. Kecepatan mesin bisa diturunkan saat suhu diturunkan, memungkinkan uap air lebih lama keluar dari pori-pori kertas. 3. Naikkan kecepatan cetak tanpa merubah suhu pengering, memungkinkan kertas mempunyai waktu pemanasan lebih pendek. 4. Ganti tinta dengan tinctorial strength (pigmen lebih banyak) yang lebih tinggi, yang hanya membutuhkan lapisan tinta tipis dan kebutuhan suhu pemanasan rendah. 5. Bila kejadian blister terisolasi pada suatu area tertentu saja, putar posisi kertas berlawanan arah dan periksa apakah blister mengikuti pola kertas. Bila tidak, dapat disimpulkan sumber penyebab datang dari mesin cetak roll. 6. Untuk HSWO (Heat Set Web Offset) yang mempunyai sistim multi-pengering dan bertahap;.- Turunkan "line burners" dan kurangi suhu panasnya;.- Naikkan atau lebih gunakan sistim pemanasan atau pengeringan udara. 7. Pastikan menggunakan kertas dan tinta khusus HSWO, sebelum mencetak.

319 290 Masalah dan Penyebab 1. Blister terjadi karena uap air terperangkap dalam kertas, disebabkan oleh; - moisture kertas terlalu tinggi - permukaan kertas (coated) tertutup, pori-porinya tidak memungkinkan uap air panas keluar 2. Uap air menguap disebabkan oleh proses pemanasan atau pengeringan dari mesin cetak HSWO (Heat Set Web Offset), uap air yang panas mempunyai tekanan tinggi mendorong dan dapat merusak permukaan kertas, layaknya gelembung udara panas. 3. Bentuk dari blister umumnya bulat dengan sisi-sisi yang tajam berukuran 1.5 mm sampai 5 cm terlihat jelas dari samping, biasanya ditemukan pada area cetak yang solid, terlebih bila cetak bolak-balik. 4. Membedakan dengan masalah delaminasi; perhatikan dari bentuknya yang tidak teratur (tidak bulat) dan memanjang. c.9. Melakukan Scoring dan Folding (Kertas Coated) 1. Pemilihan varnish yang baik mempunyai pengaruh besar; varnish yang bersifat elastis sangat direkomendasikan, sebab akan banyak memudahkan proses scoring dan folding. 2. Kenyataannya proses pemanasan dan pengeringan baik dengan infrared atau udara panas tidak memberikan pengaruh berarti bagi proses scoring dan folding. 3. Kertas dengan varnish pada satu sisi, memberikan hasil yang terbaik untuk proses scoring dan folding. Semakin banyak lapisan varnish (maksimum 2 kali) akan memeberi hasil paling maksimal, dimana coating kertas menjadi lebih liat dan elastis sehinggak kemungkinan untuk pecah atau cracking menjadi kecil. 4. Lebar dari scoring harus ditentukan sesuai dengan ketebalan kertas. Untuk kertas tebal (paperboard) disarankan sisi muka scoring harus keluar arah lipatan, sehingga punggung scoring berada didalam lipatan. Namun kadang kala arah lipatan folding yang berlawanan memberikan hasil terbaik, oleh karenanya bila ditemui masalah dengan cara arah lipatan pertama, bisa dicoba sebaliknya. Masalah dan Penyebab Pelaksanaan scoring perlu dilakukan disebabkan oleh masalah cracking, untuk proses identifikasi ada 2 macam cracking; 1. cosmetic craking; pecahnya bersifat ringan atau kecil saja namun membuat penampilan material cetakan jadi rusak atau jelek terutama pada area cetakan yang solid dan gelap. 2. structural craking; pecahnya parah bisa sampai ke bagian base paper, mengakibatkan material cetakan (buku, box, folder) menjadi rusak secara keseluruhan.

320 291 c10. Cacat Permukaan Kertas Dari Applicator Roll Streaks Periksa permukaan kertas sebelum dan selama proses cetak. Amati pola streaknya bila memanjang, tipis dan mengkilat segera singkirkan kertas tersebut dan ganti dengan lot kertas lainnya. Masalah dan Penyebab 1. Streaks atau garis tipis yang mengkilat dan memanjang akibat applicator roll saat melakukan pelapisan coating ke basepaper rata benar disebabkan oleh aliran coating yang tidak lancar atau mulus. 2. Jumlah kertas cacat umumnya terisolasi dan sedikit, namum mempengaruhi lembaran kertas lainnya akibat pola pemotongan kertas yang multiple (2, 3 atau 4 lembar sekali potong). Sehingga pada tumpukan ream kertas mempunyai pola urutan yang sama pula sesuai urutan potong. c.11. Mengatasi Debu dan Serat Halus Kertas Syarat utama mengetahui dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan dust (debu kertas) atau lint (serat halus kertas), adalah dengan menganalisa material lepasan yang terjadi pada kertas. 1. Debu kertas bisa berupa fragmentasi serat (fiber), termasuk vessel segments, fines, atau serat itu sendiri, partikel pitch, material agen sizing, size-press starch, fillers, dan berbagain material lainnya. Saat sumber permasalah ditemukan maka solusi atas masalah debu dapat ditetapkan, dan masalah menjadi jelas. Kadang kala debu kertas diperoleh ke permukaan kertas dari roll mesin kertas atau dari "fabrics", maka sangat perlu untuk memeriksa permukaan dari wet-press, dryer, dan bagian roll calender. Material yang lengket atau tacky dari area wet-press atau dari area permulaan drum dryer kadang kala menarik fibers dan material solid dari lembaran kertas, dan material ini muncul sebagai debu kertas. 2. Jalan paling efektif mengurangi debu kertas yang disebabkan material berserat adalah dengan menaikkan derajat refining dari furnish. Dengan meningkatnya bonding dalam jaringan kertas maka dapat menahan material halus untuk tercerabut. Dilain pihak, kecenderungan debu kertas akan terjadi jika bonding kertas melemah yang timbul akibat dari penggunaan kadar filler yang tinggi. Masalah dan Penyebab Material yang gampang lepas dari permukaan kertas sangat mengganggu dan menimbulkan masalah cetak dan proses converting selanjutnya. Cara yang paling umum untuk mengevaluasi derajat masalah yang ditimbulkan adalah dengan mengusap permukaan kertas dengan kain hitam

321 292 atau menggunakan vakum udara untuk menyedot permukaan kertas dan mengumpulkan material tersebut diatas kertas saring. Salah satu alasan utama menggunakan size press dalam menghindari masalah ini adalah untuk meningkatkan kekuatan permukaan kertas dan mengurangi debu kertas. Alasan utaman ini sangat bermanfaat terlebih dengan kemajuan proses pembuatan kertas dengan proses alkaline dan tingginya tingkat kadar filler dalam berbagai jenis kertas. Namun, sangatlah penting memperhatikan proses persiapan starch, hindari terjadinya serat starch yang kurang masak (karena waktu dan suhu yang kurang) atau rekristalisasi dari starch, retrogradasi amylose dari solusi starch (terlalu lama waktu tunggu dari underivatized size-press starch, terutama bila starch dibiarkan mendingin).

322 Teknik Cetak Sablon Sejarah Cetak Sablon Cetak sablon atau cetak saring telah lama dikenal oleh bangsa Jepang sejak tahun Ketika itu, Yuzensai Miyasaki dan Zisukeo Mirose mengambangkannya dengan menyablon kain kimono beraneka motif. Penyablonan kimono ini dilatarbelakangi oleh kebo\ijakan Kaisar Jepang yang melarang penggunaan kimono bermotif tulis tangan. Pasalnya, Kaisar sangat prihatin dengan tingginya harga kimono motif tulis tangan yang beredar di pasaran. Dengan kebijakan tersebut, harga kimono dapat ditekan, dan kimono motif sablon mulai banyak digunakan masyarakat Gambar Prinsip cetak sablon Jepang. Sejak itu, teknik cetak sablon terus berkembang dan merambah ke berbagai negara. Sablon pada saat itu belum memakai kain gasa atau screen, mereka masih menggunakan teknik pencapan atau menggunakan model cetakan atau mal. Pada tahun 1907, seorang pria berkebangsaan Inggris, Samuel Simon, mengembangkan teknik sablon menggunakan Chiffon sebagai pola (form) untuk mencetak. Chiffon merupakan bahan rajut yang terbuat dari benang sutera halus. Bahan rajut inilah yang merupakan cikal bakal kain gasa untuk menyablon. Menyablon dengan cara ini, tinta yang akan dicetak dialirkan melalui kain gasa atau kain saring. Gambar yang tercetak akan mengikuti pola gambar yang ada pada kain gasa. Itu sebabnya teknik ini dikenal dengan sebutan silk screen printing, yang berarti mencetak menggunakan kain saring sutera. Konon kata sablon berasal dari bahasa Belanda yakni schablon. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata sablon didefinisikan nsebagai pola berdesain yang dapat dilukis berdasarkan contoh Pengertian Cetak Saring Cetak saring adalah teknik cetak yang acuan cetaknya tidak tinggi, tidak datar, dan juga tidak dalam, tetapi pencetakannya dikerjakan dengan menggunakan selembar layar atau kain penyaring (screen) yang dikenal dengan nama kasa sutra halus atau monyl (Sutarmo, 1983 : 5). Karena acuan cetaknya terbuat dari kasa sutra halus seperti saringan, maka proses cetak disebut cetak saring. Proses cetak ini sangat cocok untuk pekerjaan yang oplagnya kecil. Proses saringan ini dapat diterapkan pada setiap macam bentuk dan sifat benda, baik yang berbentuk datar maupun yang berbentuk bulat. Demikian pula proses cetak ini diterapkan

323 294 pada bahan benda yang meresap tinta dan tinta meresap tinta. Misalnya, pada kaca, plastik, logam, kertas, kain, dan sebagainya Alat-alat Cetak Sablon Manual Meja Cetak Meja cetak digunakan sebagai alas atau dasar dari benda yang akan disablon, meja ini dibuat dilapisi kaca. Kaca bening ini, selain berfungsi sebagai meja sablon, digunakan juga sebagi meja afdruk, proses afdruk ini membutuhkan cahaya dari arah bawah. Di bagian bawah meja sablon ditambahkan rak sebagai tempat memasang beberapa lampu neon yang berfungsi sebagai sumber cahaya ultra violet (UV). Persyaratan pembuatan meja cetak dapat diuraikan sebagai berikut : Gambar Meja sablon 1. Meja dibuat dari kayu yang kuat(misal kayu jati) atau besi baja, keadaan meja harus kokoh/ kuat tahan terhadap goncangan/ gerakan. 2. Penampang atau permukaan meja sablon harus datar dan rata. Penampang yang melengkung dan tidak rata akan mengganggu proses cetak, bahkan akan mempengaruhi kualitas sablon. 3. Mempunyai 2 susun rak, bagian bawah untuk penempatan cat (tinta) dan tengah untuk lampu penerang. Lampu ini sebagai alat kontrol warna. 4. Engsel yang mudah dipisahkan (engsel pen), kecuali jika menggunakan engsel penyekat. 5. Daun kaca tebal minimal 5mm, ketebalan kaca diperlukan untuk menahan beban di atas meja sablon saat proses afdruk, hal ini juga untuk memperkecil kemungkinan pecah. Penampang meja sablon tidak mutlak menggunakan kaca bening. Ada yang menggunakan logam, mika atau bahkan kayu. Tapi, penampang meja seperti ini tidak dapat digunakan untuk proses afdruk.

324 Catok (engsel penyekat/ penjepit screen) Catok ini sebagai lat untuk menghubungkan alat cetak (bingkai screen) dengan meja sablon. Catok ini berfungsi sebagai penggerak yang dapat menjamin kestabilan posisi hasil cetak, terutama pada tahap penyusunan warna. Gerakan-gerakan catok yang menjadikan gerak naik turunnya screen adalah tubuh catok yang melekat pada Gambar Catok punggung catok. Teknik pembuatan catok dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Bahan utama dari besi baja tebal 5mm, engsel pen harus tebal, berlubang skrup tiga buah. 2. Tebal pen peluru 1 cm (alas penyekat) 3. Drat penyekat bergaris tengah 1cm menjamin kekuatan daya sekat 4. Ruang sekat dibuat 5,5 6,5 cm 5. Pegangan pemutar dibuat dari besi beton berbentuk oval 6. Tebal pangkal penghubung pelat 1 cm (untuk menjamin kekuatan pelat-pelat sisi lainnya) Keuntungan-keuntungan menggunakan catok, antara lain: 1. Bingkai screen tetap berada pada kedudukan asal 2. Proses cetak dapat berlangsung cepat 3. Kedudukan hasil cetak tetap stabil 4. Hasil cetakan dapat stabil Bingkai Saring (Screen Frames) Bingkai saring/ bingkai screen harus dibuat dari kayu yang kuat (misal kayu jati) atau bahan aluminium, agar tahan lembab (basah), panas Gambar Bingkai saring matahari dan terhadap reaksi zat kimia. Bingkai saring digunakan untuk merentangkan kain screen. Mencetak dengan menggunakan bingkai aluminium akan mendapatkan warna dan pola gambar dengan ketepatan yang tinggi. Kelemahannya, bingkai aluminium tidak tahan terhadap soda api (kaustik) dan sodium hipochlorit.

325 296 Bingkai screen umumnya berbentuk kotak atau empat persegi panjang datar. Namun, ada juga bingkai screen yang berbentuk lengkung, bundar, setengah lingkaran, atau variasi bentuk lainnya. Bentuk ini disesuaikan dengan kontur benda yang akan menjadi bsasaran cetak sablon. Untuk mencetak benda datar seperti kertas, gunakan screen datar (flat). Untuk mencetak benda yang permukaannya melengkung seperti gelas atau drum, gunakan screen melengkung Screen (kain gasa) Screen ini berpori-pori dan bertekstur sangat halus sehingga menyerupai kain sutra. Berdasarkan tingkatan tebal tipisnya tinta sablon yang akan tercetak, kerapatan lubang pori-pori kain screen secara umumdibagi dalam 3 (tiga) macam sebagai berikut : 1. Sreen kasar (48 T 90 T) Screen kasar memiliki lubang pori-pori cukup besar sehingga mampu menyalurkan tinta dalam jumlah yang cukup banyak. Semakin banyak nomor kerapatan screen, kerapatan lubang pori-porinya semakin tinggi, dsn permukaan screennya semakin halus. Screen ini umumnya digunakan untuk menyablon bahan atau benda-benda yang banyak menyerap cat, seperti berbagai jenis kain tekstil. Sebagai contoh untuk menyablon bahan tekstil berupa handuk, selimut atau karung. Pilih screen dengan kerapatan 48 T atau 55 T. Untuk berbagai bahan jenis tekstil lain seperti kaos, spanduk, baju pilih screen dengan kerapatan 77 T (T = Thick, ketebalan benang-benang screen). Untuk sablon timbul, kaos, lem sticker floating pilih screen dengan kerapatan 62 T. Untuk sablon bedge, kain, kaos, timbul motif halus pilih screen dengan kerapatan 90 T. 2. Screen sedang (120 T 150 T) Screen sedang memiliki tingkat kerapatan lubang pori-pori agak rapat. Screen ini biasanya digunakan untuk menyablon bahan atau benda-benda yang tidak terlalu menyerap cat, seperti berbagai jenis kertas dan kulit imitasi, sebagai contoh untuk menyablon karton, seng, kayu, kulit, imitasi, kertas, bron mas pilih screen dengan kerapatan 120 T. Untuk kertas motif blok, imitasi, mika (sticker) pilih screen dengan kerapatan 150 T. 3. Screen halus (165 T 200 S) Memiliki lubang pori-pori yang sangat kecil, tingkat kerapatan lubang pori-porinya cukup tinggi, sehingga screen harus dapat menyalurkan tinta dalam jumlah sedikit. Di pasaran screen halus tersedia dengan nomor kerapatan 165 T 200 S (Small/ thin benang-benang screen tipis). Screen ini cocok untuk menyablon objek gambar yang memiliki nada lengkap, raster (halftone) dan gambar-gambar orang. Untuk sablon plastik, kertas pilih screen dengan kerapatan 180 S. Untuk sablon plastik, kertas halus pilih screen 180 T, sedangkan untuk logam, aneka barang pecah belah (piring, gelas, dan keramik) memakai screen 200 S. Ada

326 297 2(dua) jenis screen yang dibuat oleh pabrik, yaitu (1) monofilament - single strands weaved into fabric, dan (2) multifilament - multiple strands wound together like a rope, then weaved into fabric. Monofilament, sering digunakan di pencetakan komersil dan aplikasi lain, keuntungannya adalah lebih mudah untuk membersihkan dibanding multifilament. Gambar Monofilament.Multifilament sering digunakan untuk mencetak bahan tekstil, kerugiannya tinta lebih sukar untuk dibersihkan. Cocok untuk pekerjaan beroplag besar. Gambar Multifilament Ada 4 (empat) bahan yang digunakan pabrik untuk membuat screen, yaitu : sutera, kapas organdie, nilon, dan polyester. Sutera adalah material yang asli untuk membuat screen, bahan sutera sering digunakan untuk mencetak yang sentuhannya dengan seni Rakel (Squeegee) Rakel merupakan alat bantu penyaput tinta atau cat sablon untuk digunakan pada screen. Rakel umumnya terbuat dari bahan sintetik seperti polyurethane. Bahan ini cukup kuat dan tahan terhadap kelembaban udara, suhu dan macam-macam bahan kimia sablon. Fungsi rakel sebagai alat untuk mencetak yang bergerak di atas permukaan screen. Karena gerakan-gerakan rakel inilah maka gambar yang berada pada tabel screen dapat berpindah. Jenis rakel Gambar Rakel secara umum terbagi dalam dua jenis sebagai berikut : 1. Rakel lunak, digunakan untuk mencetak bahan yang membutuhkan banyak tinta. Rakel lunak juga baik untuk mencetak blok. 2. Rakel keras, cocok digunakan untuk mencetak desain gambar yang membutuhkan detail sangat halus. Menyablon dengan rakel keras dapat mencetak nada lengkap atau raster.

327 298 Rakel keras juga baik digunakan untuk mencetak teks yang sangat halus, misalnya untuk mencetak huruf atau angka yang memiliki ukuran font di bawah 7 point. Bentuk ujung rakel dibedakan menjadi 6 bentuk yaitu : 1. Rakel tumpul, menyaput tinta dalam jumlah banyak, sehingga sangat baik digunakan untuk menyablon bahan-bahan yang membutuhkan banyak tinta seperti kaos, handuk dan selimut Rakel bulat, digunakan untuk menyablon teks atau gambar dengan warna dasar kontras, misalkan menyablon warna perak di atas warna hitam juga digunakan untuk menyablon tinta yang berwarna menyala atau fluorescent Rakel lancip, digunakan untuk menyablon benda-benda yang tidak menyerap tinta seperti media kaca, plastik dan bahan yang tidak menyerap tinta lainnya. Rakel lancip juga digunakan untuk menghasilkan gambar yang sangat detail Rakel lancip dengan ujung datar, digunakan untuk menyablon pada benda yang menyerap maupun yang tidak menyerap tinta. Dengan detail gambar yang dihasilkan tetap halus, misalkan menyablon di atas keramik atau kain parasit Rakel miring, rakel jenis ini tidak jauh berbeda dengan rakel lancip, perbedaannya rakel jenis ini memindahkan tinta dalam jumlah yang sangat sedikit, jadi yang disablon adalah benda-benda yang tidak menyerap tinta Rakel kotak (persegi), digunakan untuk menyablon kertas yang bertekstur kasar. Bentuk rakel kotak memberikan tekanan yang sangat luas pada objek sablon.

328 Pelapis/ Coater Coater adalah alat yang terbuat dari alumunium yang digunakan untuk melapisi screen dengan larutan afdruk (untuk keperluan proses pembuatan film atau exposing model gambar pada screen. Coater memiliki 2 ketebalan bibir. Bibir coater yang tebal digunakan untuk membuat lapisan afdruk yang tebal. Bibir coater yang tipis digunakan untuk membuat lapisan afdruk yang tipis Rak pengeringan Alat-alat pengeringan yang pada umumnya digunakan pada cetak sablon adalah rak-rak jemur baik yang dalam keadaan lepas ataupun yang tersusun menyatu dalam bentuk-bentuk ikatan engsel. Alat Gambar Coater Gambar Alat bantu sablon, hairdryer dan handsprayer pengering yang membentuk jalurjalur tahanan berdiri bisa digunakan untuk mengeringkan seng Alat-alat penunjang lainnya yang mendukung pelaksanaan proses sablon antara lain kuas (alat poles), hairdryer, handsprayer, gelas pengukur, bejana (mangkok plastik), sendok (alat pengolah), bantalan spon, kaca polos, dan mika film Bahan-bahan sablon Bahan afdruk Bahan afdruk adalah bahan pokok untuk membuat film (klise) pada screen. Bahan ini ada yang berupa larutan, ada pula yang berupa lembaran afdruk. 1. Larutan afdruk, merupakan campuran antara emulsi dan cairan sensitizer (cairan peka cahaya). Emulsi berfungsi sebagai sebagai pelapis screen dan sensitizer berperan sebagai bahan pencampur emulsi yang bersifat peka cahaya. Umumnya perbandingan campuran emulsi dan sensitizer 9:1. Beberapa bahan afdruk yang beredar di pasaran antara lain : chromatine, ulano, autosol, super emulsion, dan uno. 2. Lembaran afdruk, merupakan bahan afdruk berupa lembaran plastik atau poliester yang dilapisi bahan peka cahaya dengan ketebalan mikron. Beberapa produk lembaran afdruk yang ada dipasaran antara lain ulano PR, direct-indirect chromatine. a. Ulano X adalah cairan kimia yang berfungsi menguatkan lapisan afdruk pada screen. Afdruk yang diberi ulano X akan kuat dan tidak mudah rontok, sehingga model gambar

329 300 berupa film yangtercetak pada screen tidak mudah rusak. Sifat ulano X mematikan larutan afdruk pada screen sehingga tidak dapat dihapus. Ulano X hendaknya digunakan untuk mencetak beroplah besar. b. Screen Laquer merupaka cairan yang digunakan untuk mengoreksi hasil afdruk film, kalau ada yang bocor. c. Kaporit atau cairan pemutih yang digunakan untuk menghapus film setelah screen selesai digunakan. d. Krim deterjen atau sabun colek digunakan sebagai peluruh sisa-sisa tinta atau minyak yang masih tertinggal pada layar screen. e. Perekat sintetik, antara lain lakban, isolasi, atau bahan perekat lainnya Tinta Cetak Tinta cetak dapat dibedakan menurut jenis tintanya, yaitu : a. Jenis Tinta berdasarkan pengencer - tinta yang berbasis air - tinta yang berbasis minyak b. Jenis Tinta berdasarkan aplikasi - tinta tekstil (tidak timbul, timbul, karet gel, super Gambar Bahan-bahan sablon white, pasta warna, dan foaming) - tinta non tekstil (kertas, plastik, kulit, logam, kaca atau keramik, kayu) Teknik Mengafdruk Mengafdruk adalah suatu rangkaian kegiatan memindahkan gambar/ tulisan dari film (positif/negatif) ke dalam screen dengan melalui penyinaran dan pencucian. Bahan bahan yang digunakan : 1. bahan pembangkit (obat afdruk) misal ulano 133 atau yang lainnya, campurlah dengan sensitizer hingga merata keseluruhannya. Kemasan bulano yang dilengkapi dengan cairan peka cahaya, berisi bahan pembangkit sebanyak 200gr. Bahan ini diolah pada saat digunakan. Pengolahan bahan pembangkit (ulano 133), dilakukan dalam kamar gelap (ruangan yang kedap cahaya). 2. bahan penghapus, misal cairan S4 dan remover 5 atau yang lainnya. Peralatan afdruk : 1. screen 2. coater sebagai alat poles bahan pembangkit 3. landasan karet busa

330 kaca tekan film, tekan 5 mm 5. film positif Langkah-langkah mengafdruk : 1. melapisi pembangkit ulano 133 ke screen 2. mengeringkan screen, gunakan alat pengering 3. menempelkan film positif diatas screen 4. menempatkan landasan karet busa dari dalam screen 5. meletakkan kaca tekan di atas screen 6. lakukan penekanan antara kaca dengan landasan terhadap film yang berada di atas screen (posisi film harus rata, penekanan ini berfungsi sebagai vacum) Proses penyinaran a. penyinaran dengan bantuan sinar matahari, dalam posisi penekanan film, screen disinarkan dengan penyinaran matahari, sebagai acuan waktu penyinaran : - cuaca terik : penyinaran 0,5 s.d. 1 menit - cuaca berawan : penyinaran 2 s.d. 5 menit - cuaca mendung : penyinaran 10 s.d. 15 menit b. penyinaran di dalam ruangan (dengan media lampu), jika lampu TL (neon) yang digunakan sebanyak 4 (empat) buah berdaya 20 watt, jarak antara lampu dan screen diatur sekitar 15 cm (carilah waktu standar penyinaran dengan melakukan beberapa kali percobaan untuk mendapatkan kualitas afdruk yang standar). - Idealnya dengan kondisi seperti tersebut diatas, waktu penyinaran 4 s.d. 5 menit - Lebih dari 5 menit --- over expose (lapisan afdruk akan mengeras, sehingga saat proses pengembangan, image pada screen tidak akan muncul). - Kurang dari 4 menit --- under expose (lapisan afdruk akan lunak sehingga obat afdruk mudah rontok saat proses pengembangan). Keterangan : a. papan lapis tebal 9mm b. lampu neon 20 watt, volatge 110 c. skakelar Gambar Meja afdruk dilihat dari atas

331 302 Dibawah ini, diuraikan langkah-langkah melakukan pekerjaan sablon manual dengan petunjuk gambar : 1. Mencampur emulsi dan sensitizer dengan perbandingan 9 : 1 hingga menjadi gel dan mengoleskannya pada luar layar screen merata (tidak ada bagian yang terlalu tebal atau tipis). Gambar Melapisi screen dengan larutan afdruk

332 Selesai pelapisan, screen dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan hairdryer atau kipas angin. Hindarkan kontak langsung dengan sinar matahari atau sinar lampu yang mengandung UV. Jika screen telah kering, lakukan penyinaran. 3. Melakukan penyinaran, susunan alat-alat penyinaran dapat dilihat pada gambar 6.1nn. Keterangan : a. Beban, kurang lebih 5 kg b. Papan busa (alat tekan) c. Alat cetak (screen) d. Film e. Kotak afdruk (penyinaran) Gambar Susunan alat-alat penyinaran Gambar Melakukan penyinaran dengan bantuan sinar matahari 4. Proses pengembangan dan memasang screen pada meja sablon Gambar Proses pengembangan dan memasang screen yang sudah di expose pada meja sablon

333 Memasang penepat sesuai kedudukan benda yang akan dicetak Gambar Memasang penepat dan mengatur kedudukan benda yang akan dicetak 6. Melakukan pencetakan Gambar Pencetakan

334 Menempatkan benda yang dicetak ke rak pengeringan Gambar Rak pengeringan 8. Melakukan penghapusan lapisan afdruk, jika acuan sudah tidak digunakan lagi Alat-alat Cetak Sablon Semi Otomatis dan Otomatis Dalam proses cetak sablon terdiri dari empat metode yaitu proses cetak rata ke rata (flat to flat), rata ke silinder (flat to cylinder), silinder ke silinder (cylinder to cylinder), dan menurut bentuk (body painting). Kemajuan dalam teknik cetak sablon antara lain adanya Computer to screen, dimana gambar digital yang ada dalam tampilan komputer dapat langsung ditransfer ke screen. Teknik cetak sablon dapat dilakukan di hampir semua benda padat, sperti : gelas, kaca, keramik, aluminium, kain, seng, mika, plastik dan kertas. Ciri-ciri hasil cetak teknik screen printing, antara lain : (1) merupakan teknik secara langsung, (2) dapat mencetak di semua material, (3) permukaan tintanya bisa diraba, (4) ada dampak sapuan dari rakel, (5) dan tinta tebal, hasilnya kasar.

335 306 Gambar Skema teknik cetak saring Gambar Proses penintaan dan pencetakan pada cetak saring Gambar Alat untuk melapisi screen dengan larutan afdruk Gambar Mesin sablon semi otomatis jenis flat-bed (Siri/ Steinmann)

336 307 Gambar Mesin sablon semi otomatis untuk permukaan bidang datar Gambar Mesin sablon kaos (Siri/ Staeinmann) Gambar a. Mesin sablon silinder (flat-round) b. Urutan pencetakan Gambar Mesin sablon semi otomatis untuk permukaan bidang lengkung Gambar Mesin sablon otomatis untuk botol, gelas, dll. dan contoh produknya

337 308 Gambar Sistem mesin sablon multicolor untuk bahan tekstil a. Diagram rotasi unit pencetakan mesin sablon b. Pegasus 12 color textile printing press with RotaMesh seamless rotary screens (Strok) Menghitung Biaya Cetak Saring (Sablon) Usaha sablon adalah usaha percetakan yang paling banyak dijumpai di masyarakat kita, karena biaya investasinya murah dan teknologinya sederhana. Kebutuhan masyarakat akan teknologi ini untuk memenuhi aktivitasnya tinggi. Hal ini karena hampir rata-rata kebutuhan akan cetakan, bisa dikerjakan dengan cetak saring, misalnya : kaos, kop surat, topi, ballpoint, gelas, dan sebagainya. Kualitas, ketepatan waktu, serta pelayanan merupakan kekuatan majunya sebuah usaha sablon, disamping harga juga menjadi pertimbangan konsumen untuk menjatuhkan pilihan. Berikut diuraikan secara sederhana perhitungan harga sablon manual berdasarkan tarif : Spesifikasi pekerjaan : - Cetak kop surat 1(satu) warna (hitam) - Kertas HVS - Ukuran Folio - Oplah 1 (satu) rim Perhitungan : - Harga kertas = Rp ,-/ rim - Biaya setting dan film = Rp ,- (harga bisa lebih murah jika konsumen menghendaki cukup dengan menggunakan kalkir) - Biaya per lintasan = Rp. 30,- - Inschiet = 5% - Biaya total (30 x 500) x 105% = Rp ,-, jumlah order semakin banyak akan mempengaruhi harga, harga bisa lebih murah. Hal ini disebabkan karena biaya setting dan film dibebankan secara merata pada jumlah order yang lebih besar. Dengan jumlah yang besar pula ongkos per lintasan cetak ada pertimbangan untuk

338 309 diturunkan, sepanjang yang masih mungkin. Tukang cetak yang sudah berpengalaman biasanya menghitung biaya dengan mengalikan nilai tertentu dengan harga bahan. Misalnya indeks yang diambil interval 2 sampai dengan 3, rumus = Harga bahan x 2. Harga kertas 1 rim = Rp ,- x 2 = Rp ,- Lihat contoh perhitungan diatas yang menggunakan perhitungan berdasarkan tarif, selisih harga hanya Rp ,-. Spesifikasi pekerjaan : - Cetak sticker ukuran 15 x 20 cm - Kertas sticker mirror coated - Jenis cetakan blok warna merah - Oplah 1(satu) rim Perhitungan : - Harga kertas mirror coated per lembar ukuran 54 x 70 cm = Rp. 1900,- - 1 lembar plano jadi 9 lembar, 1900 : 9 = 211,11 ~ 212/lembar cetak - Biaya setting + film = Rp ,- - Biaya per lintasan Rp.150,- - Inschiet = 5% - Biaya total (150 x 500) (211 x 500) x 105% = Rp ,-. Kebutuhan kertas 212 x 500 = Rp ,- x 2 = Rp ,-. Lihat contoh perhitungan diatas yang menggunakan perhitungan berdasarkan tarif, selisih harga hanya Rp. 9550,-. Selisih ini akan bisa ditekan jika mengambil indeks diatas 2; misal 2,5 atau 3.

339 Teknik Cetak Digital Teknologi cetak dewasa ini telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Berawal dari cetak konvensional (CK) berkembang kearah cetak digital (CD) yang hanya mengenal data on (1) dan off (0) yaitu yang pertama dikembangkan adalah teknologi pembuatan film atau Computer to Film (CTF), pembuatan pelat atau Computer to Plate (CTP) dan kini telah diciptakan Computer to Print atau Digital Printing. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan seakan tidak ada media yang tidak dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kebutuhan manusia. Contohnya adalah untuk cetak digital sendiri yang telah menggunakan banyak teknologi yang memiliki ciri dan kelebihan sendirisendiri seperti fotokopi termasuk digital printing yang menggunakan teknologi Xeroxgraphy, kemudian ada yang menggunakan teknologi Magnetography dan Ionography. Teknologi cetak semi digital juga dikembangkan oleh Heidelberg yaitu Direct Imaging Plate yang telah menggunakan teknologi sinar laser untuk pembentukan image pada plat khusus yang berupa gulungan. Dan satu teknologi lagi yang telah dimanfaatkan oleh Hp Indigo yaitu teknologi Elektrophotography. Teknologi ini dari namanya sudah jelas yaitu elektro atau electron menggunakan sifat elektrostatis dalam prinsip cetaknya. Baik pelat maupun blangket maupun tintanya dialiri tegangan elektrostatis untuk menimbulkan gambar pada substraite (bahan cetak). Menurut Herman, sales manager PT. Samafitro pengertian digital itu sendiri adalah gambar (image) yang tercetak pada media cetak, diproses langsung dari data digital, dengan kata lain bahwa baik desain, teks maupun gambar diproses secara elektronis melalui program DTP (desk top publishing). Tidak seperti pada proses cetak konvensional, disini tidak terdapat proses pra cetak (intermediate prepress process) dari file digital langsung ke hasil cetak. Dengan kata lain disini memerlukan film, tidak melibatkan mesin separasi film (Image Setter), tidak ada plate (tidak ada platesetter), tanpa menggunakan chemical, dan juga hamper tidak ada media cetak yang terbuang (waste). Disamping itu juga proses persiapan cetak yang relative singkat, karena tidak ada proses make ready, tidak ada proses montage pada plat, tidak ada proses penyesuaian register (register adjustment), dan juga tidak ada penyetelan warna secara manual. Proses keseluruhannya dilakukan secara digital, dan karena prosesnya sepenuhnya digital maka memungkinkan untuk mencetak berbeda pada tiap lembarnya, sehingga memungkinkan untuk memberikan informasi yang berbeda (bervariasi) pada tiap lembarnya. Cetak digital adalah semua teknologi reproduksi yang menerima data elektronik dan menggunakan titik (dot) untuk replikasi. Semua mesin cetak yang memanfaatkan komputer

340 311 sebagai sumber data dan proses cetak memanfaat prinsip titik; dimana gambar atau image pada material (kertas, plastik, tekstil dll) tersusun dari kumpulan titik-titik (kertasgrafis.com) Definisi printer, copier, press Berdasarkan mesin cetak aplikasi yang ada, maka cetak digital secara garis besar digolongkan 3 (tiga), yaitu : 1. printer - seperti; printer untuk Personal Computer (PC) 2. copier - seperti; mesin fotokopi yang dilengkapi dengan scanner 3. press - seperti; mesin cetak offset. Printer adalah semua teknologi,mesin cetak yang membuat gambar atau image pada kertas yang diambil dari data/file komputer; menghasilkan turunan cetak pertama atau cetak asli dimana setiap cetakan bisa unik atau berubah. Ciri ini memberi kemampuan personalisasi bahan cetakan. Semua dokumen bisa menjadi individual. Teknologi tinta yang dipakai bisa inkjet, waxtransfer dan toner. Copier atau mesin fotokopi, dicirikan dengan alat scanner; menghasilkan cetakan turunan kedua. Mesin fotokopi dapat menggandakan cetakan turunan pertama. Tinta yang umum dipakai adalah toner, menggunakan teknologi elektrofotografi. Gambar Struktur dasar teknologi elektrofotografi Press atau mesin cetak press, dicirikan dengan sistim mekanis yang mengandalkan penghantar (carrier) image untuk mereplikasi atau menggandakan suatu gambar yang sama ke material (kertas) cetak secara berulang dan terus menerus. Umum ditemukan pada alat cetak offset lithografi, yang memungkinkan melakukan pencetakan dalam ukuran kertas dan jumlah besar. Dalam perkembangan mesin cetak aplikasi digital, dari ke tiga kelompok tersebut berkembang mesin campuran; 1. Printer Press 2. Press Printer 3. Scanner Printer Printer Press, sering disebut sebagai alat cetak printer (dokumen turunan pertama) kualitas tinggi baik hitam putih atau warna. Kecepatan mesin printer mencapai 50 lembar per menit atau lebih, yang dilengkapi dengan belt untuk mempercepat "delivery" dan menahan kertas dengan

341 312 efek elektrik statik. Belt menggantikan fungsi roller yang sering menimbulkan masalah jamming untuk kecepatan tinggi. Alat printer ini memungkinkan membuat image yang dinamis / berubah pada photoconductor belt atau drum untuk setiap 50 lembar cetakan. Tak jarang alat printer ini dilengkapi dengan fasilitas penjilidan dan finishing. Press Printer, alat mesin cetak offset press dengan proses pembuatan penghantar image langsung diatas mesin offset - tanpa proses prepress diluar mesin cetak, yang ditambahkan dengan alat cetak printer pada bagian akhir untuk memberikan informasi yang dinamis / berubah. Biasanya alat cetak printer tambahan ini menggunakan teknologi tinta inkjet. Gambar knologi Ink jet a. continuouos ink jet b. drop on demand ink jet Scanner Printer, alat cetak printer yang dilengkapi dengan peralatan scanner. Mesin cetak ini dilengkapi jaringan yang berhubungan dengan RIP, raster image processor, memungkinkan untuk melakukan modifikasi image hasil dari scanning. Jenis informasi adalah dokumen turunan pertama, ini berbeda dengan mesin copier yang sering rancu karena sama-sama menggunakan peralatan scanner Reproduksi Informasi Untuk lebih memahami konsep digital printing, maka secara garis besar ada 2 kelompok reproduksi informasi; 1. Static printing 2. Dynamic Printing. Static Printing, proses menggandakan informasi yang sama dan tetap dalam jumlah yang besar. Untuk merubah informasi dari satu hasil cetakan harus mengeluarkan daya upaya, biaya dan jumlah cetakan yang besar yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Kita mengacu pada proses cetak tradisional seperti mesin cetak offset, dimana image carrier yaitu blanket memuat informasi yang sama dan tetap untuk sejumlah lembar cetakan. Dynamic Printing, proses menggandakan suatu informasi yang bisa berubah-ubah untuk setiap lembar cetakan. Kita bisa mengacu pada mesin copier atau fotokopi, yang dapat

342 313 menggandakan setiap lembar kertas dengan informasi berbeda tergantung pada informasi yang ingin dikopi. Berdasarkan ciri dan sifat umum diatas maka dynamic printing banyak ditemukan pada peralatan, metoda dan teknologi digital printing. Kemampuan memberikan dinamika informasi terkait erat dengan penggunaan file dan/atau komputer itu sendiri. Komputer merupakan tonggak utama digital printing. Parameter Reproduksi Informasi Secara garis besar terdapat 2 kelompok parameter yaitu; - Parameter utama dan - Parameter pelengkap untuk membedakan Static and Dynamic Printing, dan sekaligus panduan dalam menggunakan masing-masing jenis cetakan. - Parameter utama, parameter yang bersifat unik dan khas dalam membedakan static dan dynamis printing, terdiri dari; 1. Image carrier 2. Variability informasi 3. Cycle time 4. Jumlah cetakan 5. Front cost Lebih lanjut penjelasannya dapat dilihat paragraf berikut "Pendefinisian Digital Printing". Parameter pelengkap, parameter yang sifatnya terus berkembang dan berubah dimana suatu saat memungkinkan tidak adanya perbedaan berarti dan unik antara static dan dynamic printing, terdiri dari; 1. Kualitas cetakan 2. Jenis kertas 3. Ukuran kertas 4. Jenis material tinta 5. Lebih lanjut penjelasannya pada paragraf "Teknologi Peralatan Digital Printing" Pendefinisian Digital Printing Dengan memahami parameter-parameter diatas dengan gampang kita melihat dan mendefinisikan multi aspek dan nama digital printing. Dynamic printing sendiri merupakan benang merah dari istilah digital printing, dimana penggunaan file komputer dan komputer merupakan cikal bakal perkembangan digital printing. Perkembangan teknologi dari parameter-parameter utama reproduksi informasi menggiring perkembangan digital printing ke aspek-aspek, antara lain;

343 Direct Imaging; Berkaitan dengan proses pembuatan "image carrier" (pengahantar image seperti plat dan blanket) 2. Variable Printing, berkaitan dengan variable informasi 3. On-Demand Printing, berkaitan dengan jumlah cetakan, cycle time dan front cost 4. Distributed Printing, berkaitan dengan teknologi file komputer itu sendiri yang bisa dipindahkan dan disimpan 5. Digital Prepress dan Workflow, berkaitan dengan teknologi file komputer itu sendiri yang bisa dipindahkan dan disimpan Teknologi Peralatan Digital Printing Perkembangan teknologi perlatan digital printing sangat dipengaruhi oleh penggunaaan material, antara lain; - Tinta - Toner - Inkjet, dan lain-lain Kualitas cetak, kertas dan ukuran dipengaruhi oleh perkembangan teknologi diatas dan sekaligus mempengaruhi segmen pasar cetak yang ada Digital Printing Hp Indigo Dari perkembangan cetak Gambar High-speed ink jet printing system (system 6240 / color runnar scitex digital printing/ matti technology) yang telah ada dibandingkan dengan cetak konvensional, cetak digital indigo mempunyai kelebihan dan juga kekurangan sebagai akibat dari teknologi yang masih baru dan diharapkan akan terus dikembangkan agar semakin baik. Kekurangan cetak ini adalah untuk oplah cetakan (tiras) yang cukup besar tidak baik karena costnya akan semakin besar. Penghitungannya adalah perlembar tidak seperti cetak konvensional yang cost besarnya hanya diawal dan untuk biaya kertas. Selain itu ukuran dari subtraitenya masih terbatas. Untuk mesin Hp indigo masih seukuran A3+ (320 x 464 cm) tidak seperti CK yang bias seukuran apa saja bahkan ukuran terbesar yaitu ukuran plano. Kelebihan CD Hp indigo adalah merupakan solusi dari trend pasar yang semakin membutuhkan kecepatan, kepraktisan, dan kualitas yang baik.

344 315 Beberapa kelebihan dari CD hp indigo antara lain: - Short run printing, dalam skala kecil dengan kualitas yang baik cetak digital mampu mengerjakannya dengan biaya yang tidak terlalu besar. Dikerjakan dengan waktu yang relative singkat. - On demand printing, pencetakan yang dilakukan bisa dalam oplah yang relatif sedikit bahkan untuk ultimate short run (USR) yaitu hanya 1 cetakan berwarna dan sama dengan kualitas cetak offset. - Personalize printing, bisa untuk mencetak yang berbeda-beda tanpa menyediakan acuan yang berbeda pula. Cetak digital bisa langsung mengganti variable data yang diinginkan secara digital, misalnya kartu nama Threee Tecknologi of Hp Indigo 1. HP elektronik Tinta yang digunakan hp indigo adalah berbentuk liquid atau cair. Namun dalam kemasannya berbentuk pasta yang disimpan dalam can ink. Kemudian dalam penggnaaannya dicampur dengan imaging oil di dalam ink tank. Tinta ini partikelnya sangat halus ± 1-2 micron yang berbentuk tentakuler (bintang enam). Berbeda dengan tinta toner yang digunakan Xeroxgraphy atau fotokopi, partikelnya besar ± 5-6 micron sehingga detail gambarnya kurang begitu baik. Yang membedakan dengan tinta offset biasa adalah tinta hp indio dialiri dengan muatan-muatan electron yang mengakibatkan adanya tarik-menarik antara tinta dengan PIP yang juga bermuatan listrikstatis. Dengan partikel tinta yang sangat kecil maka gambar yang terbentuk akan semakin jelas dan detail. Partikel-partikel tinta hp indigo mengikuti bentuk permukaan dari substate yang dicetak sehingga tidak cetakannya akan sesuai dengan kondisi kertasnya, tidak seperti tinta toner yang menutupi seluruh permukaan kertas dan menutupi bentuk kertas terutama kertas fancy atau bertekstur sehingga keindahan dari kertas itu sendiri akan hilang. Tinta hp indigo sendiri memiliki warna yang lebih variatif. Dalam seri kedua mesin hp indigo, warna yang tersedia dalam unit penintaannya ada 5 jenis dan yang terbaru ada 7 jenis (cyan, magenta, yellow, black, orange, dan violet) yang disebut indichrome onpress. Warna onpress yang tersedia antara lain green, blue, rhodamine, bright yellow dan transparent. Untuk warna yang lain warna khusus bisa diolah sendiri dengan teknologi Ink Mixing System (IMS). Misalnya satu jenis warna Pantone dibuat dengan campuran warna tertentu dan diproses dengan alat IMS.

345 Thermal Offset Blanket yang digunakan selain dialiri dengan tegangan listrikstatis juga dipanaskan (thermal) denga suhu 165 C. Fungsinya adalah untuk mengeringkan tinta yang telah dialihkan ke substrite sehingga dalam penumpukan warnanya (trapping) baik dan juga untuk menguatkan tinta menempel di subtrait. 3. On the fly Color Switching Teknologi cetak digital hp indigo memungkinkan untuk mencetak semua warna dengan menggunakan unit cetak tunggal, yang hanya terdiri dari satu silinder pelat, satu silinder blanket, dan satu silinder imopression (tekan), atau dengan kata lain disebut dengan single station. Dalam arti setelah satu warna separasi (contoh : yellow) dibuat dan dicetak, berikutnya (warna yang berbeda, contoh magenta) juga akan dibuat dan dicetak pada bagian yang sama. Hal ini memungkinkan, dikarenakan blanket akan benar-benar memindahkan image/warna sebelumnya secara keseluruhan, tanpa meninggalkan bekas pada blanket itu sendiri. Single station ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain lebih sederhana, harga mesin yang lebih murah, ketepatan teknis yang lebih baik yang dapat diterjemahkan antara lain sebagai ketepatan registrasi yang lebih baik Digital Work Flow Of Hp Indigo 1. Tahapan pembuatan elektrostatis (electrostatic charging) pada lapisan pelat yang disebut PIP (elektrophotographic Photo Imaging Plate), yang dilakukan langsung pada imaging cylinder. Lembaran PIP yang ada di silinder plat berputar di bawah kumparan corona yang disebut scorotron. Unit scorotron tersebut berfungsi untuk menimbulkan aliran elektrostatis yang akan mengalir dan secara merata menutupi permukaan PIP. Besar tegangan atau muatannya adalah (electron) 7000 volt. 2. Tahapan penyinaran PIP oleh laser, dalam hal ini adalah laser diode, yang dikontrol oleh Raster Image Processor (RIP) yang menterjemahkan instruksi data digital menjadi on/off. Setelah dialiri dengan elektrostatis maak PIP melewati unit penyinaran dengan menggunakan laser tersebut yang berjumlah 12 mata laser (laser beam). Fungsinya adalah untuk menetralisir area yang telah dialiri listrik elektrostatis menjadi gambar image area atau bisa dikatakan mengurangi tegangan permukaan PIP yang menjadi bagian gambar menjadi -800 volt. 3. Tahapan pembentukan gambar Image development yang dilakukan oleh BID unit (Binary Ink Developer). BID disini merupakan suatu unit penintaan tersendiri, yang hanya ada pada mesin-mesin hp indigo seri II. Tinta yang teraliri elektrostatis yang

346 317 bermuatan -400 volt akan ditarik oleh bagian gambar yang bermuatan -800 volt (lebih positif daripada bagian gambar yang bermuatan volt). 4. Tahap pemindahan gambar yang telah dilakukan penintaan ke silinder blanket. Blanket disini bermuatan volt sehingga tinta bisaberpindah secara keselurihan. Blanket disini memiliki dua fungsi yaitu secara elektrostatis meindahkan tinta dari PIP ke substate dan sebagai fungsi mekanika yaitu menekan substate agar tinta bisa berpindah dengan baik. 5. Tahap pembersihan sisa tinta serta medan listrikstatis yang masih tertinggal di PIP yang dilakukan oleh Grid. Pelaksanaan penghapusan elektrostatis ini (discharge) dilakukan dengan cepat dan bersih karena juga memanfaatkan sifat tarik-menarik muatan yang berbeda. 6. Pemanasan gambar yang telah diberikan penintaan (inked image) yang dibawa oleh blanket. 7. Pemindahan gambar yang telah diberikan penintaan dan telah dipanaskan pada blanket ke media cetaknya (substate) yang ditahan oleh silinder tekan. Pada semua produk/ model mesin cetak digital hp indigo, baik teknologi maupun proses kerjanya berdasarkan pada system cetak offset secara digital (Digital Offset Colour), dengan proses cetak tersebut mampu memberikan keuntungan (benefit) antara lain mampu mencetak dengan kualitas cetak yang tinggi, kecepatan yang lebih baik, pemetaan warna yang lebih luas (Wide Colour Gamut), media cetak yang bervariasi, serta mampu untuk menghasilkan hasil cetak yang berbeda pada tiap lembarnya. Pada kesempatan ini akan dibahas fitur-fitur yang unik dari mesin cetak hp indigo, beserta teknologinya yang berbasis pada teknologi Electrophotography dan juga komparasinya dengan mesin cetak digital lain yang berbasis teknologi xerographic (dry toner), dan juga perbandingannya dengan system offset konvensional (lithography process), yang pada saat ini merupakan teknologi yang sangat mendominasi di dunia percetakan. Di samping itu, hp indigo juga mempunyai macam (range) mesin yang cukup banyak, yang sesuai untuk diaplikasikan di berbagai macam industri cetak baik untuk komersil maupun industri, seperti pada Cetak Komersial (Comersial Printer), Cetak Label (Label Printer), Cetak Kartu (Card Printer), dan lain-lain. Dengan mengaplikasikan system ini memungkinkan untuk mencetak pada bermacam-macam variasi permukaan media cetak dengan ketebalan (gsm) yang bervariasi, contoh mulai dari bahan kertas, PVC, PE, PET, BOPP, Teslin dan lain-lain). Terdapat suatu perbedaan yang signifikan antara offset konvensional dengan teknologi offset hp Indigo yaitu karakteristik dari HP ELECTROINK yang akan sepenuhnya terpindahkan dari blangket ke

347 318 media cetak tanpa meninggalkan sisa tinta pada blanket (ink splitting). Hal ini berarti bahwa dalam setiap rotasi atau putaran pada proses cetak, memungkinkan untuk mencetak warna yang berbeda, dalam hal ini disebut on the fly colour switching. Gambar Mesin cetak digital merk. Ultra 720 Lite 8H/ 12H/16H Gambar Mesin cetak digital JV3-160 SP Gambar Mesin cetak digital merk. Ultra 720 Luxury 8H/ 12H/16H

348 319 Gambar Mesin cetak ultra720t 8H 12H 16H Gambar Mesin cetak digital ultra1000skywalker4c/ 6c Gambart Mesin cetak digital ZY-Seiko printhead 6 warna Gambar Mesin Cetak ultra1000skywalker16h

349 BAB VIII PENYELESAIAN GRAFIKA/ PURNA CETAK Penyelesaian Grafika merupakan tahap terakhir atau kelanjutan dari proses cetak grafika dan membuat kelengkapan yang diperlukan oleh hasil cetak grafika. Hasil proses cetak grafika ada yang langsung selesai, tetapi ada juga yang harus dilanjutkan dengan proses penjilidan atau dijadikan barang pembungkus hasil produksi lainnya. Ada juga yang masih harus dilengkapi dengan barang lain untuk tempat penyimpanan (map) atau yang lainnya. Yang termasuk dalam penyelesaian grafika, antara lain : penjilidan, kemasan, dan kartonase. Penjilidan merupakan proses lanjutan dari hasil cetakan, setelah selesai dicetak, dilanjutkan dengan melipat, menjahit dan proses lainnya sehingga menjadi bentuk buku, majalah dan hasil lainnya. Kemasan merupakan proses lanjutan dari cetak grafika, hasil cetakan tidak dibuat buku, tetapi dibuat bungkus obat-obatan, tempat botol atau barang-barang lain, yang memerlukan kemasan. Sedangkan kartonase identik dengan segala sesuatu untuk keperluan kantor, misalkan map, doos (dus) untuk menyimpan dokumen-dokumen penting. Seiiring perkembangan teknologi kemasan dan kartonase dilakukan dengan mesin-mesin khusus. Kemasan yang semula dibuat dengan bahan kertas, kini sudah beralih ke plastik dan dikerjakan dengan teknik cetak saring untuk mencetaknya. 1. Teknik melipat kertas secara manual dan dengan mesin Melipat adalah menekuk suatu lembaran sampai 180 o, begitu seterusnya sesuai dengan jumlah lipatan yang di kehendaki. Dalam melipat kita mengenal ada beberapa cara atau sistem, yaitu : a. Sistem melipat dengan tangan memakai tulang pelipat Gambar 8.1. Melipat dengan tulang pelipat b. Sistem melipat dengan mesin memakai pisau lipat dan dua rol Gambar 8.2. Melipat dengan pisau lipat 320

350 c. Sistem melipat dengan mesin kantong lipat dan rol Gambar 8.3. Melipat dengan kantong lipat Secara teknis mesin lipat bila ditinjau dari perkembangan ada 3 (tiga) macam : 1.1. Mesin lipat pisau Teknis operasional : Gerak dua rol yang berputar berlawanan arah, dengan diatasnya terletak pisau lipat yang bergerak turun naik. Pisau lipat menjepit lembaran kertas, diantaranya dua rol yang berputar. Beberepa langkah lipat mesin lipat pisau ; Melipat satu langkah Gambar 8.4. Melipat satu langkah a. Pisau lipat menyelipkan kertas diantara dua rol. b. Dua rol yang letaknya sejajar, menyatakan bahwa mesin hanya dapat melipat satu gerak. c. Hasil lipat satu gerak. Melipat dua langkah a. Kertas dua kali dilipat dengan lipatan saling siku. b. Letak rol lipat yang siku satu sama lain. c. Hasil lipat dua gerak. Gambar 8.5. Melipat dua langkah

351 Melipat tiga langkah Gambar 8.6. Melipat tiga langkah a. Pisau lipat menyelipkan kertas diantara rol rol lipat langkah pertama, dan seterusnya. b. Posisi rol rol lipat ketiga langkah. c. Hasil lipat tiga langkah. Melipat empat langkah Gambar 8.7. Melipat empat langkah Mesin lipat pisau mempunyai keuntungan dapat melipat semua jenis kertas, khususnya untuk kerja pelipatan isi buku atau blok buku. Hanya saja, lembaran besar atau kecil dilipat dalam tempo yang sama. Sebab, gerak mesin terikat dengan gerak pisau lipat yang bergerak turun naik.

352 1.2. Mesin lipat kantong / tas Teknis operasional : Lembaran kertas dimasukkan melalui dua rol yang berputar berlawanan arah, ke dalam kantong lipat. Gambar 8.8. Skema rol-rol lipat dan kantong/tas Pada gambar 8.8. terlihat bagan rol rol mesin lipat kantong dengan 4 kantong lipat. Posisi tiga kantong tertutup. Perlipatan satu langkah, kertas mencari jalan melalui garis titik titik. Sedangkan rol rol lipat berfungsi hanya sebagai rol angkut. Jika pada B ditempatkan kantong lipat dalam mesin, kertas akan dilipat dua langkah. Begitupun bila C, kantong lipatnya difungsikan akan diperoleh tiga kali lipat, dan seterusnya. Dengan menutup dan membuka kantong, dapat dibuat kombinasi langkah lipat. Tetapi semua lipatan akan berjalan sejajar (parallel). Mesin lipat kantong, gerak di dalam kantong dapat berlangsung lebih cepat, dari pada gerak turun naik pisau lipat yang besar pada langkah pertama mesin lipat pisau. Tetapi, mesin lipat kantong tidak bisa melipat lembaran kertas yang sangat tipis atau lunak disamping itu arah serat serta kekenyalan kertas memegang peranan penting Mesin lipat kombinasi = pisau dan kantong Mesin lipat pisau mempunyai keuntungan dapat melipat semua jenis kertas, karena lembaran besar kecil dilipat dengan tempo yang sama dan jalannya mesin tetap terikat pada gerak pisau lipat yang naik turun. Mesin lipat kantong bekerja jauh lebih cepat, karena ukuran ukuran kecil dapat dilipat lebih cepat dari pada yang ukuran besar. Dengan terekanya mesin lipat kombinasi paling tidak dapat mengurangi kelemahan pada dua cara kerja mesin diatas. Gambar 8.9. Kantang lipat dan pisau lipat

353 1.4. Macam macam Bentuk Lipatan Sebelum melipat sebaiknya kita mengetahui arah serat dari kertas yang akan dilipat hal ini dikandung maksud agar setelah kertas terlipat dapat menutup dengan sempurna. Terlebih untuk seorang pewajah, sedikit banyak harus mengetahui adanya keterkaitan pekerjaannya terhadap hasil akhir (buku). Untuk mengetahui arah serat dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : a. Percobaan dengan kuku. Lembaran kertas digesek dengan menekan sedikit kedua sisinya dengan kuku ibu jari dan kuku telunjuk. Sisi yang bergelombang pendek pendek menunjukkan arah serat. Gambar Percobaan dengan kuku b. Merobek kertas sepanjang arah serat, biasanya sobekkannya lebih lurus daripada menyobek melintang Gambar Percobaan merobek kertas c. Dua potongan kertas. Memotong dua helai kertas dengan ukuran kertas sama besar ( + 5 cm ), satu helai dengan serat memanjang dan satu helai serat melintang. Pegang serta tegakkan kedua helai tadi, yang dapat berdiri kertas yang arah seratnya memanjang sedangkan kertas arah serat melintang akan cenderung melengkung.

354 Gambar Percobaan dua potongan kertas d. Membasahi kertas. Sepotong kertas persegi panjang yang dibasahi di satu sisi akan melengkung sepanjang arah serat karena seratnya memuai pada lebarnya. Gambar Percobaan membasahi kertas e. Melengkungkan karton. Arah serat dapat dicari dengan melengkungkan selembar kertas karton, tahanan yang dirasakan pada serat kurang daripada arah lintang. Gambar Percobaan dengan melengkungkan karton

355 Secara garis besar lipatan dapat digolongkan dalam 5 (lima) bentuk lipatan, yaitu : a. Lipat biasa Gambar Lipat biasa b. Lipat paralel gulung tunggal Gambar Lipat paralel gulung tunggal c. Lipat paralel gulung rangkap d. Lipat sig sag Gambar Lipat parallel gulung rangkap e. Gambar Lipat sig-sag

356 f. Lipat kombinasi (gabungan paralel dan silang) Gambar Lipat kombinasi Bagian Bagian Pokok Mesin Lipat STAHL K 52 dengan Meja Pemasukan Manual Seorang operator mesin lipat harus mengetahui spesifikasi dri mesin yang dihadapinya, agar dalam penanganan suatu pekerjaan dapat bekerja secara sistematis. Perlakuan terhadap masing masing komponen sebaiknya secara hati hati pula, karena di dalam melakukan pelipatan unsur unsur tadi terjalin suatu keterkaitan kerja satu dengan yang lain untuk mendapatkan jenis lipatan yang diharapkan, baik itu hasil lipatan yang sempuirna juga keawetan dari mesin itu sendiri. Dengan memahami bagian bagian pokok mesin lipat serta cara memperlakukannya operator tersebut dapat menghindari kesalahan kesalahan yang akan berakibat memperlambat atau menghambat jalannya suatu pekerjaan (pelipatan). Bagian bagian pokok mesin lipat STAHL K-52, antara lain : 1. Meja Pemasukan Berfungsi sebagai peletakan kertas yang akan di lipat. Meja pemasukan pada mesin lipat bila ditinjau dari macamnya ada 3 (tiga) yaitu : - Meja Pemasukan Manual, dalam memisahkan lembar demi lembar kertas untuk dilipat masih menggunakan tenaga manusia. Gambar meja pemasukan manual mesin lipat STAHL K-52. Gambar Meja pemasukan manual mesin lipat STAHL K-52

357 - Meja Pemasukan Standard (semi otomatis), dilengkapi dengan lubang lubang penghembus untuk memisahkan kertas. Kecepatan memisahkan lembaran mencapai lembar / jam. Gambar Meja pemasukan standar Gambar bagan meja pemasukan semi otomatis. - Meja Pemasukan Otomatis, dilengkapi dengan feeder head (kelompok kepala hisap) dan double sheet detector untuk menjaga agar kertas tidak terlipat rangkap (doubel) serta naik turun meja pemasukan secara otomatis pula. Kecepatan hisapan mencapai lembar / jam. Gambar Meja pemasukan otomatis STAHL-O_MAT K56/K66

358 Bagian bagian dari meja pemasukan mesin lipat STAHL K-52, antara lain : Roda jilat kertas Anleg samping kiri dan kanan, yang dilengkapi dengan baut-baut pengatur gerak halus. Pelat penyalur kertas (samping kiri dan kanan) Tombol blokir dan tombol mesin jalan. Kesikuan dan ketepatan penempatan anleg pada meja pemasukan sangat menentukan hasil kelipatan selanjutnya, apabila, posisi anleg miring bisa dipastikan lipatan akan miring pula terutama yang diakibatkan karena posisi anleg tadi. Untuk mengatasi miringnya anleg, pada samping anleg itu sendiri dilengkapi dengan baut-baut pengatur gerak halus maupun gerak gerak secara bersama-sama (kasar). Sebelum melakukan pelipatan harus diadakan penentuan, anleg mana yang akan digunakan sebagai patokan (pedoman). Sehingga diharapkan kestabilan posisi kertas pada meja pemasukan terjaga, karena pada mesin lipat STAHL K-52 belum dilengkapi penghembus ataupun penghisap tetapi masih manual lihat gambar 8.20.) menggunakan tenaga mesin manusia dalam menghantarkan kertas ke roda jilat kertas. Pengatur tekanan pada roda jilat kertas juga harus disesuaikan dengan ketebalan kertas yang akan dilipat, bila tekanan terlalu berat bisa mengakibatkan kertas terhambat masuk atau terlipat pada rol-rol lipat, begitu pula jika tekanan terlalu ringan kertas tidak akan terambil oleh roda jilat kertas sehingga kertas terlambat atau tidak akan terlipat. Disamping itu pemasangan pelat penyalur kertas juga berpengaruh besar pada kelancaran jalannya pelipatan. Bila pemasanganya terlalu ke atas kertas bisa terangkat Gambar 8.23a. 1. Pelat penyalur kertas 2. Rol pembawa kertas dan kemungkinan terjadi kertas akan menggulung pada rol lipat lihat gambar 8.23a.), pada meja pemasukan ini terdapat tombol blokir (warna merah) dan tombol untuk

359 menjalankan mesin (warna hitam). Tombol blokir ini berfungsi untuk mengantisipasi kertas yang terlipat tidak sempurna dengan cepat ataupun kertas masuk rangkap dan fungsi lain pengaman. Pemasukan sistem ini menuntut ketelitian, kecermatan dan keterampilan operator dalam menghantarkan kertas lembar demi lembar ke roda jilat kertas. Dengan begitu diharapkan permasalahan yang di akibatkan di bagian meja pemasukan dapat ditekan seminim mungkin. 2. Kantong Lipat Kantong ini terdiri dari dua pelat yang didalamnya diberi sebanyak mungkin ruang kosong dengan tujuan : a. lebih meringankan berat kantong. b. dapat mengikuti lintasan lembaran. c. mengurangi gesekan dengan lembaran. Tujuan yang terakhir yang sangat penting, sebab : sewaktu terjadi gesekan antara lembaran kertas dengan pelat baja kantong lipat apalagi bila kecepatan tinggi dimungkinkan timbul arus listrik statis. Jika terjadi situasi semacam ini kertas akan cenderung menempel ke rol sehingga jalan kertas menjadi tidak lancar. Terutama, pada kelembaban udara ruangan yang sangat rendah. Pelat harus diusahakan harus tetap licin, karena akan sangat bermanfaat pada malam hari saat mesin tidak bekerja, seluruh bagian mesin ditutup dengan kain supaya kelembaban udara tidak menimbulkan karat. Pelat kantong bagian bawah dapat digeser terhadap pelat kantong atas. Ini membuat, garis lipat pelat bawah dapat digeserkan sedikit ke rol lipat atau dijauhkan dari rol lipat. Gambar 8.23b. Lembaran harus masuk tepat ke kantong lipat

360 Penyetelan jarak dapat dilakukan dengan memutar sekerup penyetel, yang terletak di tengah tengah bagian atas kantong lipat. Penepat ini menentukan kira kira dimana akan jatuhnya lipatan. Penyetelan kembali hampir selalu diperlukan. Didalam kantong lipat terpasang penepat, sehingga lembaran kertas dapat bergeser masuk pada jarak tertentu sampai dihentikan penepat. Tetapi rol penghantar tetap berputar, membuat kertas terus tertekan ke atas mencari jalan keluar atau bergerak kea rah rol lipat. Lembaran harus masuk secara tepat ke dalam kantong lipat. 3. Rol Lipat Menyetel rol rol lipat merupakan pekerjaan yang paling penting dari keseluruhan proses pelipatan. Penyetelan rol lipat dilakukan dengan menggunakan dua jalur kertas dengan ukuran + 20 x 3 cm yang dimasukkan di kiri dan kanan rol dan diputar dengan tenaga manusia, tebal kertas disesuaikan dengan tebal kertas yang melintasinya. Tekanan rol kiri dan kanan diharapkan sama (tidak terlalu menekan dan tidak terlalu longgar). Bila terjadi penyetelan kurang sempurna atau tidak seimbang dapat mengakibatkan kertas miring. Begitu pun jika tekanan terlalu kuat disamping rol lipat cepat aus, kertas juga akan terlipat keriput. Sebaiknya penyetelan ini dilakukan tiap terjadi perubahan jenis kertas. Bila tarikan rol tidak sama merata, lipatan menjadi miring. Gambar Tekanan rol yang tidak sama Penyetelan ini dibantu dengan pengaturan tekanan secara bersama sama, dengan menempatkan sejumlah kertas yang dijepitkan pada pegas, dibawah sekerup penyetel sesuai dengan tebal kertas yang melalui rol lipat tersebut. Penempatan sejumlah kertas tersebut bertujuan untuk menstabilkan posisi rol rol Gambar Penggunaan pisau lipat

361 lipat agar tetap (konstan) pada posisinya. Gambar Penempatan sejumlah kertas disesuaikan tebal lipatan 4. Pisau Lipat Alat ini tidak memerlukan perawatan khusus. Kedudukan pisau lipat harus tepat, karena jarum jarum pisau lipat agak cepat membengkok dan bila hal ini terjadi pekerjaan pelipatan akan terganggu. Jarum itu letaknya harus tepat dalam perpanjangan pisau dan boleh mencuat dua millimeter di bawah pisau. Ujung jarum ini lebih dahulu mengenai kertas daripada pisau itu sendiri. Ujung ujung jarum menembus kertas dan menarik sehingga tidak dapat lepas waktu dilipat. Jadi ujungnya harus lurus dan tajam. Jika salah satu pisau lipat harus disetel lebih ke dalam. Ini bisa mengakibatkan pisau lipat tertangkap oleh rol lipat dan lengannya menjadi. Pada saat pelipatan, posisi pisau lipat harus "masuk" (difungsikan, bila melipat bentuk silang), sehingga pisau lipat dapat menekan kertas dengan sempurna. Hal ini dapat dilakukan dengan menekan handel pisau lipat ke bawah. Bila terjadi penggantian suku cadang / penyetelan, mesin harus digerakkan dengan putaran tangan / manual. Karena pisau lipat jatuh dengan beratnya sendiri, kemungkinan untuk bergetar menjadi lebih besar. Apalagi pada kecepatan lipat yang tinggi. 5. Pengangkutan / Transportasi Ban pengangkut yang sudah kendor atau rusak dapat mengakibatkan posisi kertas kurang dapat mengikuti kecepatan mesin. Ban ban pengangkut ini dibantu dengan pelor pelor yang terbuat dari logam dan plastik yang berguna sebagai pemberat dan pen stabil jalannya kertas. Kertas keras dan kuku cenderung meloncat kembali dari penepat, Gambar Rol dan ban pengangkut

362 disini fungsi pelor pelor sangat penting untuk menjaga lembaran tetap tegang dan mencegah pemegasan kembali. Pada kertas tipis dipakai pelor (kelereng) yang ringan dan pada kertas tebal pelor yang berat. Gambar Pemakaian pelor 6. Penepat Lintasan Alat ini biasanya diletakkan didepan pisau lipat. Kertas yang disalurkan dari rol lipat ataupun kantong lipat melalui ban ban pengakut akan menyentuh penepat yang digunakan sebagai pedoman. Bila penyetelan penepat miring hasil lipatan akan miring juga. Penepat lintasan dapat di geser maju dan mundur sesuai dengan ukuran lipatan yang dikehendaki. Pada penepat lintasan dilengkapi penepat samping kiri dan kanan, yang berfungsi agar kertas tepat pada posisi lipat. Maju mundurnya penepat lintasan dapat dilihat pada angka yang tertera. Mesin lipat STAHL K 52 hanya mempunyai 2 (dua) penepat lintasan, sesuai dengan unit silang yang ada. Gambar Penepat lintasan

363 7. Pengaturan Kecepatan Yang dimaksud kecepatan disini adalah kecepatan maksimal gerak atau langkah mesin tanpa pendapat hambatan yang berarti. Jadi, kecepatan ini dicapai tanpa dipengaruhi oleh kekurangan terampilan operator dalam menyalurkan kertas. Untuk menghindari gerak mesin agar tidak tersendat sendat dalam pengoperasiannya, dapat dilakukan : a. Memperlambat alat pengangkut Dapat dilakukan dengan transmisi, kalau lembarannya sekitar 10 cm lebih kecil dari ukuran maksimum yang dapat dilipatnya. b. Mengerem kecepatan lembaran Pemasukan lembaran tetap cepat, tetapi sebelum mencapai penepat langkah pertama (saat saat terakhir) kecepatan gerak dikurangi / diperlambat. Gambar Pengatur jarak dan kecepatan kertas 8. Meja Penerima Meja penerima merupakan peralatan tambahan yang berguna untuk menerima kuras kuras yang telah terlipat. Meja penerima ini dihubungkan arus listrik pada mesin lipat sebagai energi penggeraknya. Di bawah ini disebutkan bagian bagian meja penerima dengan model meja penerima seperti terlihat pada gambar Bagian bagiannya antara lain : 1. Meja 2. Ban ban penghantar 3. Roda penahan kertas 4. Pengatur lajunya ban ban penghantar / kecepatan ban ban penghantar 5. Bilah bilah penahan kertas 6. Tombol tombol, berurutan dari kiri ke kanan :

364 a. tombol blokir (warna merah) b. tombol mesin jalan (warna hitam) c. tombol untuk menghentikan laju ban ban penghantar (warna merah) d. tombol untuk menjalankan ban ban penghantar (warna hitam) Gambar Meja penerima Meja penerima ini dapat diatur tinggi rendahnya dengan memutar sekerup yang terletak di kaki (tiang) meja penerima Mesin Lipat STAHL K-52 dan Permasalahannya Produsen sebuah produk biasanya ingin menampilkan barang buatannya dengan memberikan semacam ciri yang khas ataupun identitas, sehingga barang yang mereka keluarkan akan dapat dengan mudah dikenal masyarakat. Begitupun dengan pabrik pembuat mesin lipat STAHL dari Jerman ini. Secara umum kita ketahui kualitas produk produk buatan Negara Jerman yang memperhatikan mutu, sehingga bila kita merawat serta mengoperasikan mesin tersebut sesuai petunjuk penggunaan mesin, keawetan akan terjamin. Dibawah ini diuraikan cara pengoperasian mesin lipat STAHL K 52 serta permasalahan apa yang dihadapi oleh seorang operator dalam melipat vel vel dengan memakai mesin lipat ini dalam melakukan pelipatan kertas. a. Penyetelan Bagian Bagian Mesin Lipat Pekerjaan penyetelan bagian bagian mesin lipat merupakan pekerjaan yang amat vital dalam menghasilkan lipatan serta kestabilan jalannya mesin lipat, disamping penyetelan tekanan rol rol lipat yang akan dibahas pada bagian berikutnya. Dalam menentukan jumlah lipatan dalam satu vel, diperhatikan kemampuan mesin lipat dan ketebalan kertas yang akan dilipat. Kertas tebal bila dilipat dengan jumlah lipatan yang banyak dapat menimbulkan kertas tidak terlipat dengan sempurna. Aturan umum kemungkinan jumlah lipatan dengan memperhatikan ketebalan kertas adalah sebagai berikut : - 1 x lipatan dipakai untuk kertas bergrammatur sampai 240 gram/m 2-2 x lipatan dipakai untuk kertas sampai 160 gram/m 2

365 - 3 x lipatan dipakai untuk kertas sampai 120 gram/m 2-4 x lipatan dipakai untuk kertas sampai 80 gram/m 2 Pemakaian kertas tipis (dibawah 80 gram/m 2 ) bisa mendapatkan lipatan yang lebih bervariasi disesuaikan dengan ukuran buku dan ukuran kertas maksimal yang dapat dilipat. Berikut contoh cara pelipatan dengan mesin lipat STAHL K 52 : - Kertas yang dilipat HVS 70 gram/m 2 (tercetak), ukuran 46 x 64 cm - Tebal buku 10 kuras - Ukuran buku bersih 14,5 x 21 cm - Sistem pengkomplitan isi buku "Vergarent" (sistem tumpuk) - Oplag buku 500 eksemplar Langkah kerja : 1. Menentukan tas/kantong dan unit silang yang dipakai. : - Tas + pisau + pisau (lipatan kombinasi). Dengan pemakaian unit-unit lipat tersebut, bentuk lipatan seperti gambar, dibawah ini : Gambar Skema lipatan Pengaturan halaman (imposisi) sistem tumpuk pada pekerjaan ini adalah sebagai berikut : Katern 1: Outside 1 4/5 8/9 12/13 16 Inside 2/3 6/7 10/11 14/15 Katern 2: Outside 17 20/21 24/25 28/29 32 Inside 18/19 22/23 26/27 30/31 Katern 3: Outside 33 36/37 40/41 44/45 48 Inside 34/35 38/39 42/43 46/47 Katern 4: Outside 49 52/53 56/57 60/61 64 Inside 50/51 54/55 58/59 62/63

366 Katern 5: Outside 65 68/69 72/73 76/77 80 Inside 66/67 70/71 74/75 78/79 Katern 6: Outside 81 84/85 88/89 92/93 96 Inside 82/83 86/87 90/91 94/95 Katern 7: Outside / / / Inside 98/99 102/ / /111 Katern 8: Outside / / / Inside 114/ / / /127 Katern 9: Outside / / / Inside 130/ / / /143 Katern 10: Outside / / / Inside 146/ / / / Melakukan penyetelan bagian bagian mesin lipat. a. Penyetelan roda penyalur kertas / roda jilat kertas, setebal kertas yang akan dilipat. b. Penyetelan rol = 1 x tebal kertas (tekanan antara rol 1 dengan rol 2). = 2 x tebal kertas (tekanan antara rol 3 dengan rol 4 dan tekanan antar rol 5 ke rol 6. Gambar Penyetelan rol

367 c. Memfungsikan kantong lipat 1, yang lain dikunci (tidak difungsikan). d. Melipat kertas yang akan dilipat (simetris) dan meletakkan di tengah tengah meja pemasukan. Sambil mengatur posisi penepatan samping (kanan kiri) dan pelat penyalur kertas. e. Penyetelan penepat kantong lipat sesuai ukuran yang dikehendaki, 32 cm. penyetelan dilakukan dengan memutar penggerak penepat yang terdapat pada bagian atas kantong lipat (pada posisi operator). Kantong lipat dilengkapi dengan : - penggerak penepat bagian kiri - penggerak penepat bagian kanan - penggerak penepat secara bersama sama penyetelan ini tidak mutlak, dapat diadakan perubahan sewaktu waktu jika terjadi lipatan miring. f. Penyetelan ban ban pengangkut. g. Bila perlu, pisau lipat 1 disetel agak ke dalam. h. Penyetelan penepat lintasan 1 dan penepat samping kanan kiri, dilakukan perubahan sewaktu waktu bila lipatan miring. Ukuran hasil lipatan = 23 x 32 cm i. Penyetelan tekanan rol lipat yang berada tepat di bawah pisau lipat 1. Tekanan rol lipat 4 x tebal kertas. j. Penyetelan kelereng kelereng (pelor pelor) penahan lembaran, disesuaikan dengan tebal tipisnya kertas. Kertas tebal menggunakan pelor yang berat, sedangkan kertas tipis pelor yang ringan. k. Bila perlu, pisau lipat 2 disetel agak ke dalam. l. Penyetelan penepat lintasan 2 dan penepat samping kanan kiri. Ukuran hasil lipatan = 16 x 23 cm m. Penyetelan tekanan rol lipat yang berada di bawah pisau lipat 2, tekanan rol lipat 8 x tebal kertas. n. Pemasangan meja penerima (ketinggian disesuaikan) o. Pengaturan kecepatan. p. Pengaturan jarak kertas. q. Bila perlu, pemasangan alat perforasi, tanda ril dan pisau potong. Gambar Perforasi, ril, dll.

368 b. Perlakuan terhadap Kertas yang akan dilipat pada Meja Pemasukan. Sebelum menempatkan kertas yang akan dilipat pada meja pemasukan sebaiknya kertas dikibas lepaskan agar lembar demi lembar kertas tidak melekat satu sama lain. Tindakan purba juga yang baik dalam praktek ialah melengkungkan aau menggulung kembali sudut sudut Gambar Perlakuan terhadap kertas lembaran kertas, sebelum diletakkan pada meja pemasukan. Alangkah baiknya bila dalam melipat disediakan busa atau kain yang telah dibasahi, disamping sebelah kanan operator. Agar jari tangan selalu dalam keadaan lembab sehingga memudahkan dalam menyalurkan kertas ke roda jilat kertas. Petunjuk perlakuan kertas pada meja pemasukan : 1. Lipatlah satu lembaran kertas dan letakkan ditengah atas meja pemasukan. 2. Mengatur posisi penepat pada meja pemasukan. 3. Meletakkan tumpukkan kertas agak menjauhi roda jilat kertas (jarak disesuaikan dengan tebal tumpukan kertas). 4. Pegang bagian belakang kertas, sambil menekan tumpukan bagian atas kertas sedikit demi sedikit. Tumpukan kertas bagian belakang ditegangkan ke atas sehingga tumpukan kertas bagian atas mendekati roda jilat kertas. Bila tumpukan kertas kurang landai, dapat dilakukan penggosokkan dengan jari tangan. 5. Mengatur kedudukan pelat penyalur kertas.

369 Gambar Perlakuan terhadap kertas yang akan dilipat pada meja pemasukan manual c. Penyetelan Dasar Tekanan Rol rol Lipat. Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya penyetelan tekanan rol rol lipat harus sama rata sehingga tidak menimbulkan kertas miring atau pengkerutan kertas. Penyetelan dasar tekanan rol rol lipat dimaksudkan agar : 1. Hasil lipatan tetap baik. 2. Tidak terjadi pengkerutan kertas. 3. Menjaga keawetan rol rol lipat. 4. Suara yang ditimbulkan enak didengar. Gambar Penyetelan tekanan rol lipat Penyetelan dasar tekanan rol rol lipat dapat menggunakan dua jalur kertas (kertas yang akan dilipat) dengan ukuran + 20 x 3 cm, ketebalan sesuai dengan tebal kertas yang melintasi rol lipat tersebut. Adapun penyetelan dasar tekanan rol kurang begitu mantap bila sekerup penyetel tekanan tidak difungsikan. Hal ini dipengaruhi karena gerak mesin lipat sehingga di khawatirkan penyetelannya akan berubah. Untuk mencegah situasi semacam ini ditempatkan sejumlah kertas (sesuai ketebalan kertas yang melintasi rol tersebut), dengan tujuan untuk menstabilkan kedudukan rol rol lipat agar tetap (konstan) pada posisinya.

370 Dari penggolongan bentuk lipatan secara garis besar yang dibahas diatas, berikut ditampilkan beraneka macam bentuk lipatan, yang dibagi dalam 2 (dua) tipe lipatan, yaitu: 1. Common Parallel Folds 4-Page Standard / Single / Half 6-Page Standard / C-Fold / Business Letter 6-Page Standard / Gate 6-Page Accordion / Z-Fold 8-Page Parallel Map 8-Page Reverse Map 8-Page Parallel / Roll 8-Page Accordion 8-Page Double / Double Parallel 10-Page Accordion 16-Page Parallel Booklet Gambar Common Parallel Folds

371 2. Common Right Angle Folds 8-Page Booklet with 2 Right Angle Folds (French Fold) 8-Page Right Angle - First Fold Short 12-Page Letter 12-Page Broadside - First Fold Short 16-Page Broadside Gambar Common Right Angle Folds

372 Dibawah ini diperlihatkan cara kerja mesin lipat melipat kertas : 1. Gambar 8.40, menjelaskan: kertas berhenti, pada penahan kertas. Pisau kertas turun, mendorong kertas untuk dilipat oleh rol-rol pelipat kertas 2. Gambar 8.41, menjelaskan: kertas berhenti pada penahan kertas yang ada dikantong lipat. Rol-rol pelipat sesuai arah putaran rol, melipat kertas. 3. Gambar 8.42, menjelaskan: kertas yang dilipat sesuai dengan arah serat kertas akan mendapatkan lipatan yang lebih baik dibanding yang lipatannya berlawanan dengan arah serat kertas. Langkah untuk mengantisipasi kejadian tersebut, jika yang dilipat kertas tebal, maka dapat dilakukan proses penge-ril-an terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dilipat dengan tangan (menggunakan tulang pelipat). Gambar Proses pelipatan kertas dengan pisau lipat

373 Gambar Proses pelipatan kertas dengan kantong lipat

374 Gambar Melipat sesuai arah serat kertas dan yang berlawanan dengan arah serat kertas

375 d. Masalah Masalah yang Timbul dalam Melipat Dalam melakukan suatu pekerjaan pasti tidak luput dari berbagai masalah. Mulai dari masalah yang ringan sampai masalah yang memerlukan penanganan secara khusus. Begitu pula dalam melipat, ditemui beraneka masalah yang diakibatkan oleh bermacam faktor. Seorang oprerator mesin lipat yang baik sedikit banyak harus mengetahui seluk beluk mesin yang dihadapi. Dikandung maksud agar jika terjadi ketidakberesan pada hasil lipatan atau masalah lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan akan segera teratasi. Untuk itu dituntut ketelitian dan kesabaran dalam bekerja terlebih pada mesin lipat STHAL K 52 yang bisa dikata masih bekerja secara manual. Secara garis besar permasalahan yang dihadapi mesin lipat STAHL K 52 dengan mesin mesin lipat kombinasi lainnya, adalah sama, terlepas dari sistem pemasukan kertas yang digunakan. Tabel 8.1. Pemecahan masalah-masalah lipat NO. MASALAH PENYEBAB 1. Terjadi pengkerutan pada hasil lipatan gulung rangkap dan sig sag. a. Susun rol, penyetelan tidak seimbang antara sisi kiri dan kanan. b. Tekanan rol rol pada unit paralel belum di setel sempurna. c. Kertas yang akan dilipat ketebalannya tidak sama d. Permukaan rol rol tertutup debu debu kertas keras. e. Penyetelan rol rol unit paralel terlalu keras tekanannya. 2. Lipatan tidak patah. a. Setelan pisau kurang turun. b. Tekanan rol ke rol terlalu ringan. PEMECAHANNYA (WAY OUT) a. Penyetelan rol diseimbangkan antara sisi kiri dan kanan. b. Tekanan rol ke rol disetel sesuai tebal kertas yang melintasinya. c. Sebaiknya dalam melihat memperhatikan ketebalan kertas. Yang dianjurkan ketebalan kertas seragam. d. Permukaan rol rol dibersihkan dengan menggunakan sikat. e. Penyetelan rol-rol disesuaikan ketebalan kertas yang melintas a. Penyetelan pisau agak masuk ke dalam, terutama untuk kertas kertas tipis. Dengan catatan pisau lipat tidak boleh tertangkap oleh rol lipat. b. Tekanan rol ke rol dibuat sedang artinya disesuaikan dengan tebal kertas yang melintasi rol tersebut.

376 NO. MASALAH PENYEBAB 3. Lipatan miring. a. Penyetelan tekanan rol antara sisi kiri dan kanan tidak seimbang (berat sebelah). b. Penepatan kantong lipat / tas tidak pada posisinya (miring). c. Penepat lintasan dan penepat samping penyetelannya belum sempurna. d. Penyetelan ban ban panghantar kurang tegang. e. Pemakaian pelor (kelereng) yang salah. 4. Kertas menggulung di rol 1 a. Penyaluran kertas dari meja pemasukan ke roda jilat kertas terlalu masuk ke dalam. 5. Kertas terlipat dobel. a. Pengibas lepasan kertas kurang sempurna. b. Cetakan masih basah. c. Operator kurang terampil dalam menyalurkan kertas. 6. Kertas pada unit silang kadang terlipat terkadang tidak. a. Setelan pisau kurang turun. b. Tekanan rol yang berada di bawah pisau lipat terlalu ringan. 7. Suara mesin tidak enak di telinga. a. Tekanan rol ke rol terlalu kuat. b. Kertas terlipat dobel. c. Kurang pelumasan. d. Ada beberapa rol yang aus. e. Cetakan masih basah, banyak tinta yang menempel di rol. PEMECAHANNYA (WAY OUT) a. Tekanan rol di seimbangkan antara sisi kiri dan kanan. b. Penepat kantong lipat disetel tepat pada posisinya c. Penepat lintasan dan penepat samping digeser atau ditepatkan pada posisinya. d. Ban ban penghantar ditegangkan. e. Disesuaikan dengan kertas yang akan dilipat. Kertas tebal memakai pelor yang berat sedang kertas tipis memakai pelor yang ringan. a. Keterampilan operator ditingkatkan. b. Diadakan pengulangan dalam mengibas lepaskan kertas. c. Ada baiknya cetakan ditunggu hingga kering. d. Keterampilan operator ditingkatkan. a. Pisau lipat di setel agak kedalam. b. Tekanan rol di sempurnakan. a. Tekanan rol di adakan penyetelan ulang. b. Diusahakan penyaluran kertas ke roda jilat kertas lembar demi lembar. c. Diadakan pelumasan sesuai petunjuk mesin : - Pelumasan harian - Pelumasan mingguan - Pelumasan bulanan d. Penggantian rol. e. Sebaiknya ditunggu hingga cetakan kering dan bila tinta menempel di rol di adakan penyikatan (pembersihan).

377 NO. MASALAH PENYEBAB 8. Pemisahan lembar demi lembar kertas kulancar (kesulitan). 9. Jenis atau bentuk lipatan tidak sesuai dengan gaya mesin lipat. a. Kertas permukaannya licin, kertas tipis. a. Pekerjaan mantase (lay out) kurang baik. PEMECAHANNYA (WAY OUT) a. Ketelitian operator dalam menyalurkan kertas ke roda jilat kertas. a. Seorang pewajah harus mengetahui gaya mesin lipat (bila jenis pekerjaannya akan dilipat dengan mesin lipat). b. Diamati pengaturan halamannya (imposisi) apakah perlu diadakan pemotongan atau dapat diatasi dengan unit silang tambahan. Dengan mengetahui masalah masalah yang timbul dalam melakukan pelipatan seoang operator mesin lipat diharapkan dapat menekan seminim mungkin kesalahan kesalahan yang diakibatkan penyetelan penyetelan yang kurang akurat (sempurna) atau ke kurang terampilan operator itu sendiri. Pada penerbitan buku masal dalam usahanya untuk menekan biaya produksi, sering terabaikan mengenai arah serat kertas. Disamping hasil akhir kurang bagus, misal : a. pada punggung buku bagian dalam bergelombang. b. buku tidak dapat menutup dengan baik. Sewaktu diadakan pelipatan bila arah serat tidak sejalan dengan lipatan pada punggung sebuah buku, maka lipatan itu dapat menutup dengan sempurna. Persaingan yang ketat dalam dunia usaha dewasa ini membawa pengaruh pula pada industri penerbitan buku, untuk menerbitkan buku terbitannya sebaik mungkin. Sehingga dapat diterima oleh masyarakat pembaca, baik itu kualitas cetakan, perwajahan bukunya, misi yang di embank dalam buku tersebut sampai pada teknik penjilidan bukunya. Perusahaan percetakan dalam menerima pekerjaan dari penerbit, tentu tidak asal mencetak begitu saja tanpa pertimbangan pertimbangan yang disesuaikan dengan kondisi atau permesinan yang ada. Setelah lembaran lembaran di cetak proses selanjutnya masuk dalam lingkup kerja penyelesaian grafika. Sekilas urut urutan pekerjaannya : 1. Pelipatan 2. Pengkomplitan a. sistem tumpuk

378 b. sistem sisipan 3. Penggabungan atau penjahitan a. sampul lunak b. sampul keras 4. Pemotongan bersih 5. Penyortiran 6. Pengepakan Dalam industri penerbitan buku perusahaan percetakan sebelum menjatuhkan pilihannya, apakah perlu dilipat dengan mesin atau pelipatan dengan tangan, memperhatikan pula apalagi buku sebagai dasar pertimbangan. Banyak perusahaan menengah ke bawah melakukan pelipatan lembaran lembaran tercetak dengan tenaga manusia. Hal ini dikarenakan mahalnya harga mesin dan jenis atau macam pesanan yang sedikit. Seperti diketahui harga tenaga manusia di Negara Negara sedang berkembang relatif masih murah, sehingga diharapkan dapat mengejar biaya produksi. Tidak sedikit pula perusahaan pembuatan buku yang telah mempunyai beberapa mesin lipat. Dengan jenis dan variasi disesuaikan dengan tujuannya masing masing, baik itu ukuran kertas yang berbeda, kecepatan kerja, apalagi buku dan seterusnya. Beberapa merk mesin lipat yang ada di pasaran, antara lain : 1. Mesin lipat merk "STAHL" 2. Mesin lipat merk "GUK" 3. Mesin lipat merk "MBO" 4. Mesin lipat merk "SHOEI STAR", dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan jaman, saat ini telah direka mesin lipat yang dilengkapi dengan penghisap kertas (sucker) untuk memisahkan lembar lembar kertas, serta penanganan mesin yang serba otomatis. Yang bertujuan untuk memudahkan operator dalam bekerja dan kecepatan yang dihasilkan memenuhi target yang di harapkan. Mesin lipat STAHL K 52 pada unit pemasukkannya masih memakai sistem pemasukan manual (tangan). Pada industri penerbitan buku, terutama perusahaan bertaraf sedang (menengah) masih banyak ditemui mesin lipat jenis ini. Sebuah perusahaan pembuatan buku yang memiliki mesin lipat jenis ini dalam menerima jenis pekerjaan diluar kemampuan mesin akan berpikir tentang alternatif alternatif lain, misalnya : 1. Menambah unit pisau (silang) tambahan, seperti di ketahui mesin lipat STAHL K 52 hanya dilengkapi dengan : - kantong lipat (unit paralel), dan

379 - 2 pisau (unit silang) 2. Bila keadaan tidak memungkinkan mengadakan kerja sama dengan percetakan lain yang memiliki kemampuan kerja sama dengan percetakan lain yang memiliki kemampuan mesin lipat lebih besar atau dilakukan pelipatan dengan tangan. Contoh khusus ; ukuran (format) kertas yang akan di lipat lebih besar dari ukuran maksimum mesin lipat STAHL K 52 yaitu : 52 x 107 cm. Oleh sebab itu peranan seorang pewajah tidak dapat diabaikan begitu saja. Seorang pewajah paling tidak harus mengetahui gaya mesin lipat, sehingga bila diadakan pelipatan tidak terjadi permasalahan yang diakibatkan karena pengaturan halaman (imposisi) yang tidak sesuai dengan gaya mesin lipat. Berkaitan pula dalam penentuan ukuran (format) kertas, disamping melihat kemampuan mesin cetak juga kemampuan mesin lipat (dengan catatan, tidak dilakukan pelipatan dengan tangan). Seperti telah diuraikan dimuka bahwa mesin lipat STAHL K 52 masih memakai sistem pemasukan tangan (manual), dengan kondisi semacam ini permasalahan permasalahan akan semakin komplek. Faktor faktor yang harus diperhatikan bila melipat dengan menggunakan mesin lipat STAHL K 52 dalam industri penerbitan buku, antara lain : 1. Waktu Penyelesaian Perhitungan waktu penyelesaian sangat erat hubungannya dengan kecepatan mesin lipat. Pencapaian kecepatan yang dianggap baik pada mesin lipat STAHL K 52 berkisar antara lembar / jam 2. Biaya Produksi Didalam suatu perusahaan biasanya dalam bekerja terdapat atau dibagi dalam beberapa tahapan / giliran kerja, hal ini dikhawatirkan bila satu jenis pekerjaan belum selesai dilipat telah diganti dengan operator lain. Sehingga penanganan mesin lipat berubah pula. Semakin lama waktu yang dibutuhkan, semakin bertambah biaya yang dikeluarkan. Baik itu biaya kelistrikan atau untuk gaji karyawan. 3. Oplag Buku Oplag buku yang besar dapat menimbulkan kejenuhan operator dalam menyalurkan kertas, banyak terjadi kertas terlipat dobel dan memerlukan waktu tambahan untuk melipat dengan tangan. 4. Keterampilan Manusia Penanganan mesin lipat STAHL K 52 dituntut ketelitian dan kesabaran, karena sistem pemasukannya masih manual. Dalam hal ini keterampilan operator sangat

380 mendukung lancar tidaknya jalan mesin lipat. Harus diperhatikan pula penyetelan yang kurang sempurna. 2. Penjilidan buku Buku adalah hasil karya tulisan seprang penulis tentang suatu topik yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, sastra dan lainnya yang lebih berhubungan dengan ilmu pengetahuan, sastra dan lainnya yang lebih dikenal dengan fiksi dan non fiksi, atau sebagai sarana untuk ditulisi, ditempel dan setelah melalui proses grafika menjadi bentuk tertentu (buku) sesuai dengan tujuan dan penggunaannya. Bagi seorang pembaca, buku yang bagus dapat diartikan bahwa isinya bagus untuk dibaca, atau karena kulit bukunya yang menarik. Bagi seorang yang ahli dalam bidang grafika, penilaian bagus mungkin dilihat dari segi perwajahan, tipografi, pencetakan dan penyelesaiannya. Meskipun demikian, antara unsur hasil karya penulisan dan unsur grafis, saling berkaitan. Sebab meskipun tulisannya bagus, kalau proses grafis tidak disesuaikan, akan mengakibatkan buku menjadi tidak baik. Penjilidan merupakan proses lanjutan dari hasil cetakan. Setelah selesai dicetak, dilanjutkan dengan melipat, menjahit dan proses lainnya sehingga menjadi bentuk buku, majalah dan hasil lainnya. Cara penjilidan buku ditentukan oleh berbagai faktor. Ada 3 (tiga) faktor yang menjadi pertimbangan, antara lain : tujuan buku, pemakaian buku, dan harga yang dapat diperuntukkan. Penjilidan buku dapat dilakukan dengan cara yang sederhana (murah) soft cover dan dapat dilakukan dengan cara mewah/lux (mahal) hardcover, tergantung dari permintaan pemesan, yang perlu diperhatikan ada 5 faktor : 1. Harga 2. Tujuan pembuatan buku 3. Waktu penyelesaian/ penjilidan 4. Tebal tipis buku 5. Tiras/oplah (jumlah buku) 2.1. Ada beberapa teknik penjilidan, diantaranya ialah :

381 1. Double loop 2. Loose Leaf

382 3. Plastic Comb 4. Perfect Binding 5. Spiral

383 6. Sewn Case Binding 7. Sewn Soft Cover 8. Velo Binding

384 9. Wire Stitching 2.2. Pelaksanaan Proses Penjilidan 1. Melipat dengan mesin lipat a. Persyaratan mesin lipat : (1) untuk mesin cetak setengah plano,minimal ukuran mesin lipat untuk setengah plano dan dapat melipat 3 kali atau 3 slah (2) untuk mesin cetak plano,minimal ukuran mesin lipat untuk ukuran plano dan dapat melipat 4 kali atau 4 slah. (3) Dapat untuk melipat secara silang, lipatan wiru, lipatan bungkus, lipatan paralel, dan lipatan kombinasi. (4) Kecepatan mesin lipat minimal vel/lembar cetakan per jam (5) Jenis mesin lipat full otomatis atau semi otomatis (6) Mesin lipat dilengkapi dengan alat perforator dan pisau. b. Persyaratan kualitas hasil lipatan (1) hasil lipatan harus siku, karena margin-margin halamannya supaya sama (2) lipatan tidak boleh terbalik karena nomor halaman tidak akan berurutan. 2. Mengkomplit, menyatukan katern/kuras dengan urut nomor halaman, bisa dibuat tanda kolasi pada punggung kuras/katern. a. Persyaratan mesin komplit : (1) kecepatan mengkomplit memadai (2) bisa otomatis maupun semi otomatis cara kerjanya (3) akurasi cukup tinggi b. Persyaratan hasil komplitan (1) Katern lengkap untuk satu judul buku

385 (2) Katern/kuras yang terkomplit tidak ada yang salah atau tidak sesuai dengan kulitnya (3) Urutan katernnya benar sehingga urutan nomor halaman bukunya benar (4) Kerapihan komplitan terjamin Gambar Mesin risocollator TC Menjilid/jahit kawat a. Persyaratan mesin jahit/jilid kawat : (1) kecepatan seimbang dengan kecepatan mesin cetaknya (2) mudah pengaturannya dan mudah penggunaannya (3) stabil pada saat penggunaannya/pengoperasiannya (4) rapih hasil jahitannya dan akurasinya terjamin b. Persyaratan hasil penjilidan dengan kawat : (1) jarak jahitan sisi kepala 4,5 cm dan 4,5 cm sisi ekor untuk buku A5 (konstan) Mesin jahit kawat seri DQ404 ini dilengkapi dengan 4 buah stitching head. Dapat menggunakan 1 sampai dengan 4 kepala dalam proses penjahitan. Mesin kawat ini mempunyai kemampuan untuk binding otomatis dan menyusun hasil penjahitan secara otamatis. Gambar Mesin Jahit Buku DQ404 Spesifikasi: Ukuran maksimum buku: 400 x 450 mm Ukuran minimum buku: 89 x 127 mm Ketebalan buku: mm Kecepatan binding: / menit Tenaga Listrik: 0.75 kw Dimensi Mesin: 2240 x 1310 x 1560 mm Berat Mesin: 420 kg

386 (2) jarak jahitan sisi kepala 7cm dan 7cm sisi ekor untuk buku A4 (konstan) (3) jahitannya rapi (4) jenis kawat yang digunakan anti karat, dan (5) diameter kawat sesuai ketebalan buku c. Persyaratan kawat jahit : (1) tidak mudah patah karena tekanan kepala jahit (2) mempunyai sifat anti karat (3) diameternya standard (4) harga relatif murah (5) kawat pipih digunakan untuk kemasan/dus/karton gelombang (6) kawat bulat digunakan untuk buku, majalah, brosur, dll. Mesin jahit kawat seri DQ402 ini dilengkapi dengan 2 buah stitching head, sehingga menjamin kelancaran dan kecepatan produksinya, bentuknya ringkas serta kokoh, tidak memerlukan ruangan yang besar, sangat cocok diperguankan pada percetakan / penerbit. Spesifikasi: Ukuran maksimum buku: 400 x 450 mm Ukuran minimum buku: 89 x 127 mm Ketebalan buku: mm Kecepatan binding: cycles / menit Tenaga Listrik: 0.55 kw Dimensi Mesin: 1000 x 600 x 1300 mm Berat Mesin: 200 kg Gambar Mesin Jahit Buku DQ Menjilid dengan lem (perfect binding) Tujuan jilid tanpa benang untuk menggantikan pekerjaan menjahit dengan cara yang lebih cepat dan murah serta baik, mesin jahit tanpa benang dapat dibedakan menjadi dua Mesin Binding Buku JBB-40 ini, terdapat dua unit lem, lem punggung dan lem samping, sehingga hasil penjilidan lebih sempurna dan kuat. Gambar Mesin Binding Buku JBB-40A Spesifikasi: Ukuran maksimum buku: 420 x 240 mm Ukuran minimum buku: 150 x 130 mm Kecepatan binding: buku/jam Ketebalan buku: 3-40 mm Tenaga Listrik: kw Dimensi Mesin: 2490 x 810 x 1172 mm Berat Mesin: 1500 kg

387 golongan : (1) punggung buku disisir kemudian direkat (lumbeck system) buku dikibaskan kirikanan dilem vynil glue. (2) Punggung buku diserut kemudian direkat, ada 2 cara : - punggung buku disisir kemudian diserut menjadi kasar lalu direkat (system martini, perfect binder) Mesin binding buku seri BBQH-40/4 ini terdapat dua unit lem, lem punggung dan lem samping sehingga hasil penjilidan lebih sempurna dan kuat. Model BBQH-40/4 ini menggunakan 4 unit binding, sehingga pekerjaan menjilid menjadi lebih cepat dan efisien. Gambar Mesin Binding Buku BBQH-40/4 Spesifikasi: Ukuran maksimum buku: 320 x 320 mm Ukuran minimum buku: 110 x 145 mm Kecepatan binding: buku/jam Ketebalan buku: 3-40 mm Tenaga Listrik: 5.2 kw Dimensi Mesin: 2747 x 1260 x 1680 mm Berat Mesin: 1400 kg - punggung buku digergaji, kemudian diserut dan direkat (system muler). 5. Menjilid dengan benang Menjahit dengan benang dimana kuras/katern buku disatukan satu demi satu menjadi blok buku dengan urut nomor halaman dengan tarikan benang tegangan yang sama Mesin jahit buku (benang) semi otomatis seri SXB- 430 ini sangat mudah pengoperasiannya. Operator hanya meletakkan buku yang yang sudah tersusun halaman-halamannya pada bagian pengantar dan mesin akan menjahit, menyimpul, dan memutuskan benang serta mengantarkannya pada bagian penampungan. Gambar Mesin Jahit Buku SXB-430 Spesifikasi: Ukuran maksimum buku: 4320 x 200 mm Ukuran minimum buku: 150 x 100 mm Kecepatan binding: / menit Jumlah maksimum jarum: 7 Tenaga Listrik: 1.22 kw Dimensi Mesin: 2300 x 2000 x 1500 mm Berat Mesin: 1000 kg diantara jahitan satu dengan yang lainnya. a. Persyaratan mesin jahit benang : (1) kecepatan mesin kerja memadai (2) kerapihan hasil kerja terjamin

388 (3) panjang pendek benang bisa diatur (4) kekuatan jahitan terjamin b. Persyaratan hasil penjilidan buku dengan benang (1) hasil jahitan rapi dan teratur (2) benang yang digunakan tidak terlalu besar dimeternya (3) hasil jahitannya padat seimbang pada sisi kepala dan sisi ekor. c. Persyaratan benang jahit (1) tidak mudah putus karena tarikan mesin jahit (2) harga relatif murah 6. Langkah berikutnya adalah melakukan pemotongan buku, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memotong buku (1) Periksalah dengan seksama bagian atas, samping dan bawah buku apakah rapi atau tidak potongannya. (2) Periksalah dengan seksama hasil potongan terutama kesikuannya dengan alat ukur penggaris siku. (3) Berilah catatan-catatan perbaikan untuk pedoman bagi operator potong. Gambar Teknik melakukan pemotongan kertas Gambar Turunnya mata pisau pada kertas

389 Gambar Prinsip pemotongan benda kerja

390 Gambar Bagian-bagian mesin potong Gambar Kelengkapan unit pemotongan (cutting line)

391 Gambar Mesin potong model 6100B, Schon & Sandt Gambar Mesin Potong RC-115DX

392 Gambar Mesin potong RM-Series 3. Finishing Proses akhir dari rangkaian produksi barang cetakan adalah finishing atau perlakuan khusus yang diminta oleh konsumen. Ada sementara pihak yang mengelompokkan ke dalam ilmu teknik cetak khusus, hal itu tidaklah perlu dipermasalahkan. Beberapa proses kerja yang dapat memperkuat dan memperindah produk cetakan selain proses penjilidan, antara lain : 1. Die cutting, beberapa tipe contoh variasi pemotongan:: 1.1. Cut Sheets or Integrated Products

393 1.2. Cartons 1.3. Window Envelopes

394 1.4. Marketing Materials 1.5. Laser Engraving Die Cuts

395 1.6. Perf Cutting or Perforating

396 2. Embossing, untuk mendapatkan kualitas emboss yang baik, ada baiknya diikuti tampilan gambar dibawah ini : a. Embossing b. Debossing Types of Embossing Blind Emboss Registered Emboss Single Level Emboss Multi-Level or Sculptured Emboss

397 Combination Emboss Pastelling Glazing Scorching

398 3. Foil Stamping, memberikan penekanan dan bantuan elemen pemanas, pelapisan warna tertentu dipindahkan pada cetakan. Warna tersebut, misalnya warna emas, perak, atau dengan hologram. 4. Laminating, diklasifikasikan dalam 2 (dua) macam bentuk cara pengerjaannya, yaitu (1) bentuk menutup benda kerja membentuk sudut/envelop (pouch) dan (2) bentuk gulungan (roll). Sedangkan metode pengerjaannya dengan sistem panas (thermal) dan sistem dingin (cold). Jenis laminating ada 2 (dua) yaitu gloss dan dob. Gloss memancarkan kesan mengkilap sedangkan dob menampilkan kesan redup/ teduh. Gambar Bahan laminasi bentuk pouch dan roll

399 5. Numbering/ numerator, memberikan kode berupa angka yang berurutan. Misalkan untuk tiket, formulir, bar code, dan sebagainya : Gambar Penomoran pada formulir dan barcode

400 6. Padding 7. Perforations, gambar dibawah menerangkan proses pengerjaan perforasi :

401

402 8. PS Tape 9. Punching

403 10. Scoring

404

405 4. Kemasan Seperti disampaikan didepan, kemasan merupakan proses lanjutan dari cetak grafika, hasil cetakan tidak dibuat buku, tetapi dibuat bungkus obat-obatan, tempat botol atau barang-barang lain, yang memerlukan kemasan. Kemasan fleksibel dapat dibentuk dari aluminium foil, film plastic, selopan, film plastic berlapis logam aluminium (metalized film) dan kertas dibuat satu lapis atau lebih dengan atau tanpa bahan thermoplastic maupun bahan perekat lainnya sebagai pengikat ataupun pelapis konstruksi kemasan dapat berbentuk lembaran, kantong, sachet maupun bentuk lainnya. Kemasan membutuhkan unsur cetak untuk mengkomunikasikan isi dari barang yang dikemas. Ada beberapa tujuan mengapa kita mengadakan unsur cetak dalam suatu kemasan yang diantaranya adalah : 1. Sebagai Promosi, dengan adanya unsur cetak diiringi dengan desain yang menarik maka unsur cetak berlaku sebagai bahan promosi karena kemasan akan kelihatan lebih menarik daripada yang tidak ada cetakan. Jadi sebaik apapun suatu produk apabila kemasannya tidak menarik, terkadang sangat mempengaruhi daya jual produk tersebut. 2. Sebagai Informasi, dengan adanya unsur cetak dalam kemasan maka cetakan dapat menginformasikan tentang keadaan barang yang ada dalam kemasan. Informasi dapat berupa jumlah, berat, macam, warna, rasa dan masa berlaku sehingga masyarakat langsung dapat mengetahui keadaan barang dalam kemasan tanpa membuka terlebih dahulu. 3. Sebagai Proteksi (pelindung), suatu kemasan terkadang juga memerlukan suatu pelindung dari segala perlakukan suatu alur produksi. Seperti kemasan kaleng sardences ini. Setelah menjadi kaleng, maka kaleng ini akan melalui alur produksi sardences yaitu berdesak-desakan diconveyor untuk diisi kemudian ditutup dan terakhir direbus (retort) dengan suhu 120 c selama 45 menit. Disini unsur cetak dapat membantu kemasan agar dapat tetap baik. 4. Sebagai Security (pengaman), suatu cetakan juga dapat sebagai pengaman kemasan. Dalam hal ini dengan mengadakan cetakan dengan berkode khusus sehingga sipemilik dapat mengetahui dengan pasti bahwa ini produk asli atau bukan. Atau yang lebih ketat lagi dapat dicetak memakai tinta security agar produknya tidak dapat dipalsukan. Hal-hal yang sebaiknya diperhatikan dikemasan, antara lain : nama/ merk, logo, nama produsen, nama produk, isi, kode warna, teks sesuai peraturan, cara pemakaian, panel harga/ bar code, warna dan hubungannya dengan produk, mudah dibaca/ terbaca, mudah dilihat/ terlihat, dan Impak dan kepribadian. Aplikasi packaging/ kemasan meliputi (1) flexible packaging (plastic film) : snack, food, dan noodles, (2) rigid packaging (rigid film/ sheet) : food container, dan (3) box packaging (corrugated, duplex paper) : carried box, display box, food box. Perlindungan diperlukan untuk sebagian atau

406 keseluruhan dari produk yang dikemas guna mendapatkan nilai tambah, untuk promosi penjualan dan kepuasaan pemilik untuk mendapatkan profit secara jangka panjang dan pendek. Hal ini berkaitan sekali dengan ketahanan kemasan. Ada dua faktor yang mempengaruhi yakni : faktor extern dan intern. Kedua faktor ini sangat erat sekali hubungannya dengan keadaan produk yang dikemas sehingga perlu mendapatkan perhatian supaya jangan terjadi hal-hal dibawah ini : - Nilai tambah produk hilang. - Kontaminasi dengan zat-zat kimia, udara dan bakteri. - Profit / Laba menurun. - Faedah yang didapat konsumen tidak sesuai. - Kerusakan / pengembalian. - Kelancaran transportasi tidak baik. Faktor Extern, yang mempengaruhi Ketahanan dari kemasan adalah : - Iklim. - Transportasi. - Gas, Air, Serangga. Faktor Intern, yang mempengaruhi Ketahanan dari kemasan adalah : - Bahan pengemasnya sendiri. - Produk yang dikemas. - Zat aktifnya. Dilihat dari kedua faktor tersebut maka dari itu sangat perlu sekali mengetahui produk yang akan dikemas, menggunakan kemasan apa dan bagaimana ketahanannya. Kemasan yang baik akan mempunyai dampak yang positif, antara lain : - Mengurangi biaya per unit. - Mempromosikan penjualan, penjualan eceran serta penerimaan produk oleh konsumen. - Meningkatkan kinerja penjualan dan keuntungan / laba. - Mengurangi limbah atau bahan terbuang pada proses pengemasan. - Menambah jangkauan pasar dan membina pasan yang baru. - Meningkatkan kenyamanan konsumen. - Mengurangi kerusakan. - Meningkatkan pengendalian pada transportasi.

407

408 BAB IX PEKERJAAN LAMINASI dan UV VARNISH Pekerjaan laminasi merupakan pekerjaan purna cetak, seperti dibahas pada bab sebelumnya, laminasi diklasifikasikan dalam 2 (dua) macam bentuk cara pengerjaannya, yaitu (1) bentuk menutup benda kerja membentuk sudut/envelop (pouch) dan (2) bentuk gulungan (roll). Sedangkan metode pengerjaannya dengan sistem panas (thermal) dan sistem dingin (cold). Jenis laminating ada 2 (dua) yaitu gloss dan dob. Gloss memancarkan kesan mengkilap sedangkan dob menampilkan kesan redup/ teduh. Tujuan laminasi adalah agar benda cetak mempunyai kesan arstistik, kesan tersebut bisa mengkilap atau dob, selain itu juga dapat melindungi dan membuat awet benda cetak. Ditinjau dari hasil pengerjaannya, laminasi ada 2 (dua) jenis, yaitu laminasi yang hasilnya kaku dan laminasi yang hasilnya lentur. Laminasi kaku sering dijumpai pada usaha foto kopi yang oplagnya rendah, digunakan untuk melaminasi benda-benda berharga, misalnya ijasah, sertifikat, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk laminasi lentur banyak digunakan untuk pekerjaan massal atau beroplag besar, misalnya etiket, dos roti, leaflet, poster, undangan, dll. Gambar 9.1. Bahan laminasi bentuk pouch dan roll 1. Laminasi dengan sistem panas (thermal) Laminasi dengan sistem panas (thermal) untuk menempelkan plastik pada benda kerja terdapat 2 (dua) metode, yaitu (1) plastik yang sudah mengandung lem, dan (2) plastik yang belum mengandung lem. Plastik yang sudah mengandung lem cara penempelannya pada benda kerja dengan menggunakan pemanas atau heater, pada umumnya suhu kerja di arahkan pada suhu 100 o C walaupun ada beberapa jenis plastik yang membutuhkan panas diatas suhu 100 o C. Penyetelan suhu ini jangan lebih dari 120 o C, karena dapat memperpendek umur rol karet silikon, sedangkan plastik yang belum mengandung lem, cara penempelannya selain dengan pemanas juga memakai solvent (cairan kimia) sebagai media untuk merekatkan plastik dengan benda kerjanya. Metode yang menggunakan cairan kimia ini, jarang ditemui di Indonesia. Selain kurang ramah lingkungan menimbulkan bau yang cukup menyengat. 379

409 1.1. Struktur mesin dan prinsip kerjanya Persyaratan teknis yang sebaiknya dipenuhi agar ketahanan dan produktivitas mesin tercapai, antara lain: (a) suhu ruangan 15 o C sampai 40 o C, (b) ruangan bebas debu, (c) kelembaban udara -20 sampai 80 %, (d) sirkulasi udara ruangan harus baik, dan (e) landasan/ lantai kerja datar dan kokoh. Mesin laminasi ini membutuhkan power listrik 220 VAC 1 phasa 8 Ampere. Penyetelan mesin meliputi : a. Pemasangan rol plastik 1. Masukkan roll plastik dan perhatikan sisi coating lem harus menghadap ke bawah. 2. Kencangkan penjepit core 3. Stel kekencangan rem dengan memutar penyetel. Gambar 9.2. Mesin laminasi sistem panas (thermal) 4. Pasang Pisau perforator jaraknya 1mm buatan PAMOR Behe Machinery Workshop dari penggir plastik. 5. Pasang pisau perforasi apabila diperlukan. 6. Pasang plastik ke panyanggah. b. Pemasangan rol plastik ke mesin. 1. Masukkan plastik sesuai arah yang ditunjukkan pada gambar A. 2. Apabila pada kertas tipis hasilnya terlalu melengkung dapat juga arah plastik mengikuti arah yang ditunjukkan gambar B. c. Pemasangan kertas 1. Naikkan selembar kertas yang akan delaminating ke atas conveyor. Geser samping pinggir register OS dan kemudian geser register GS sampai mendekati pinggir kertas (sisakan jarak 2 mm). 2. Geser register untuk menyesuaikan lebar kertas dengan plastik. d. Penyetelan tekanan rol press heater 1. Tekan gagang penekan sebelah kiri dengan tangan kiri dan putar baut sampai menekan rol heater menyentuh rol bawah, kemudian lakukan hal yang sama pada gagang penekan sebelah kanan.

410 2. Tambah putaran baut apabila diperlukan. 3. Apabila kertas jalannya miring maka tekanan rol ini tidak seimbang dan kurangi tekanan rol sebelah kiri atau kanan sampai kertas jalannya lurus. e. Penyetelan tekanan rol press puller 1. Tekanan rol puller distel dengan menurunkan gagang penekan rol puller f. Penyetelan suhu rol heater 1. Seperti telah dijelaskan dimuka suhu kerja distel 100 o C, walaupun kadang-kadang dijumpai plastik yang membutuhkan panas lebih. Jangan menyetel suhu lebih 120 o C, karena dapat memperpendek umur rol karet silikon. 2. Untuk mengubah suhu buka tutup panel digital, tekan tombol atas atau bawah untuk menaikkan atau menurunkan angka digital. 3. Tekan tombol run. Dalam keadaan stop heater tidak dapat dipanaskan. Putar potensio ke posisi nol (mesin kondisi tidak jalan). g. Penyetelan speed mesin 1. Kecepatan mesin diatur oleh potensio meter di control panel. 2. Pada kondisi tertentu diperlukan pengaturan suhu dan kecepatan mesin yang berimbang terutama sewaktu mesin dipakai untuk mengerjakan bahan-bahan kertas yang tebal. h. Penyetelan pisau perforator 1. Pisau perforator digunakan untuk memisahkan hasil laminating. Pasang posisinya +/- 2 mm dari pinggir plastik. 2. Tambahkan bandul apabila pemutusan plastiknya agak susah. 3. Angkat pisau sampai terkunci apabila tidak dipakai dan untuk menurunkan kembali tarik tombol plastik. i. Penyetelan pisau slitter 1. Pisau slitter hanya digunakan apabila plastik lebih lebar dari kertas. 2. Putar excentic untuk mengatur kedalaman pisau potong dan selalu menyetel kedalaman pisau hanya memotong dua sampai tiga lapis plastik saja. 3. Angkat pisau sampai terkunci apabila tidak dipakai dan selalu pasang tutup plastik pengaman karena dapat melukai anggota tubuh dan untuk menurunkan kembali tarik tombol plastik. j. Penggantian rol karet heater 1. Melepaskan rol karet - Matikan power mesin dan cabut kabel power dari stecker PLN. - Buka cover mesin kiri dan kanan.

411 - Lepaskan kabel listrik dari lampu IR (heater) kiri dan kanan. - Lepaskan pengunci lampu IR dan keluarkan lampu IR dari rol karet. - Lepaskan holder bearing sebelah control panel (tidak perlu melepaskan holder bearing yang ada di sebelah gigi) dan kemudian tarik rol karet ke arah control panel, angkat rol karet dan miringkan kearah gigi dan keluarkan rol karetnya. 2. Memasang rol karet - Masukkan rol karet baru dengan memiringkan rol dan masukkan ke lubang yang ada di sebelah control panal dan kemudian geser ke kanan untuk pasang ujung rolnya ke bearing. - Pasang kembali holder bearing sebelah control panel. - Masukkan kembali lampu IR dan pasang penguncinya. - Pasang kembali kabel lampu IR kiri dan kanan. - Tekan rol karet dengan rol bawah stel tekanan press di belakang mesin dan check sensor panas dan pastikan sensor menempel ke as rol sensor tidak akan bekerja dengan baik apabila tidak menempel/ kendor dan dapat menyebabkan over heating dan merusak rol karet. 2. Laminasi dengan sistem dingin (cold) Laminasi dengan sistem dingin (cold) untuk menempelkan plastik pada benda kerja dengan menggunakan lem dengan basis air, untuk mencairkan lem sesuai dengan kelekatan yang diinginkan menggunakan air untuk mencampur. Laminasi sistem dingin ini tergolong ramah lingkungan, karena tidak beracun, tidak berbau dan tidak menyebabkan polusi bagi lingkungan. Mesin laminasi ini dapat digunakan untuk melapisi benda kerja secara utuh dan melapisi benda kerja yang sebagian modelnya ada yang berlubang/ jendela (window), misalnya dos roti yang bagian tengahnya transparan yang berfungsi untuk dapat melihat benda yang ada dalam dos tersebut. Mesin laminasi model SRFM 720 seperti terlihat pada gambar 8.2 digunakan untuk melaminasi secara utuh benda kerja atau tidak ber-window. Mesin ini memakai kecepatan awal Gambar 9.3. Mesin Laminasi SRFM 720

412 yang dimasukkan yang diatur pembalik pada motor, mempunyai celah film, otomatis berhenti ketika kertasnya habis, menggulung ulang/kembali dan cepat dalam pemindahan, dll. Tabel 9.1. Spesifikasi Mesin Laminasi SRM 720 Model Lebar Maksimal Kecepatan Sistem Listrik SRM mm 40 m/mmenit 380V 50HZ atau 220V 60HZ Daya Ukuran/berat Berat Total seluruhnya 3 KW 1000 kg 2000x1220x Struktur mesin dan prinsip kerjanya Mesin ini terdiri dari alas/dasar/kaki, unit pemasukan, unit pengeleman/penempelan, alatalat pengeleman, unit laminasi, sistem kontrol listrik, cepat menggulung ulang keluar, bagian celah, dll. Prinsip kerjanya dapat dilihat pada gambar 8.3. Kertas diisi melalui meja aparat nomor 1, gulungan plastik nomor 2, rol pengatur ketebalan lem nomor 4, nomor 5 rol pengeleman yang mengantarkan lem/perekatan ke plastik, kertas akan di tekan melalui rol nomor 7 dan 8, kemudian dikirim ke gulungan nomor 11, demikian Gambar 9.4. Unit Pemasukan ( meja aparat dan tombol operasi) seterusnya. Warna merah menandai plastik laminasi yang digunakan, sedangkan warna hijau menandai benda kerja/ kertas Gambar 9.5. Bagan Mesin Laminasi SRM 720 Keterangan gambar : 1. Meja aparat 2. Rol gulungan plastik laminasi 3. Rol penghantar 4. Rol pengatur ketebalan lem 5. Rol distribusi lem 6. Tangki lem 7. Rol penggulung laminasi depan 8. Rol penggulung karet depan 9. Pisau pelobang/ penyobek 10. Rol penggulung karet belakang 11. Rol penggulung gulungan ulang 12. Rol penghantar

413 Berikut diuraikan memasang instalasi dan langkah kerja melakukan pekerjaan laminasi, sebagai berikut: (cermati gambar 8.3.) a. Bersihkan mesin tersebut hingga benar-benar bersih. b. Letakkan mesin tersebut pada lantai yang datar, dan baca dengan seksma panduan penggunaannya. Gambar 9.6. Rol gulungan plastik laminasi c. Buka peti listrik kanan, dan hubungkan ke sumber tenaga dengan baik. d. Unit Pengeleman, bersihkan tangki lem dan letakkan pada posisinya. e. Pada mesin ini, pisau pemotong/ slitter berada tetap pada keadaan berdiri pada tangkai/batangnya. Kunci pisau itu diatas plastik oleh penjepit. Posisi kanan dan kiri pada pisau berdiri ditentukan/ditetapkan oleh lokasi ring pada kedua sisi. Pegang pisau berdiri oleh tangan, perbaiki posisi penjepit pada pisau berdiri, letakkan agak berdiri dan tekan pisau ke plastik tersebut. Sesuaikan lebar plastik yang dipotong dengan bidang yang akan dilaminasi, atur/setel posisi pisau berdiri, kemudian ikat/pasang lokasi ring. Rekatkan plastik yang dipotong dengan pita. Ketika mesin ini sedang berjalan, plastik akan terpotong. Dan plastik yang terpotong akan tertinggal pada penggulung. Ketika tidak ada yang dipotong, naikkan pisau pemotong, kemudian pisau akan secara otomatis berada pada tangkai/batangnya. f. Rol Penggulung, terdapat 4 (empat) penggulung gulungan ulang dan 4 Gambar Tangkai/ batang pisau pemotong/ perforator (empat) truk pengirim. Letakkan penggulung pada truk, dorong truk tersebut ke mesin, jalankan penggulung ke celah, dan ujung dengan gigi yang mengarah pada celah mesin (mesin ini tingginya harus sama dengan truk). Gulung benda kerja (kertas) yang dilaminasi pada penggulung. Pada ujung mesin sebelah kanan, terdapat roda penghubung untuk mengatur tekanan gulungan, putaran yang searah dengan jarum jam berarti tekanannya besar, dan putaran yang berlawanan dengan arah jarum jam berarti tekanannya kecil. Atur tekanan pada nilai yang sesuai. Setelah penggulung benar-benar dilepaskan, tarik pegangan pada truk

414 dan lepaskan truk, dan potong kertas yang dilaminasi, dan tekan pada truk lainnya, pada waktu yang bersamaan, mesin ini masih berjalan normal. g. Setelah semuanya siap, langkah selanjutnya adalah menyetel kedudukan plastik pada rol-rol penghantar, jalankan plastik ini melalui batang tekanan penyeimbang nomor 3, rol nomor 4 dan nomor 5 untuk mengatur ketebalan lem, setel plastik pada rol penghantar nomor 12, kemudian menyetel ke rol penggulung gulungan ulang nomor 11, kemudian tekan rol penggulung laminasi kedepan dan belakang. Atur roda penghubung pada kedua sisi pada penggulung nomor 4 untuk mengatur ketebalan pengeleman, buat penggulung ini dekat dengan penggulung pengeleman nomor 5. Letakkan kertas pada meja aparat, jalankan motor, atur knop untuk mengatur kecepatan dan jalankan mesin pada kecepatan rendah. Buka roda penghubung kedua sisi pada penggulung nomor 4 untuk mengatur ketebalan pengeleman, atur ketebalan pengeleman dari tipis ke tebal, dan pengeleman ini bergantung pada hasil laminasi. Mengatur pipa termal, atur tegangan pada nilai yang sesuai (rata dan tidak keriput), hingga kecepatannya tinggi, mesin selanjutnya mulai bekerja pada keadaan normal. Jika kita hendak menghentikan mesin ini ketika mesin sedang berjalan, ingat bahwa waktu jeda tidak boleh terlalu lama, untuk menghindari lem pada penggulung kering. Selama operatornya istirahat, plastik harus di potong dan biarkan mesin ini berjalan dalam kecepatan rendah. Jika kita melihat ada satu sisi plastik yang lebih sempit dari pada sisi satunya, atur mur pada batang nomor 3 untuk menyeimbangkan kedua sisinya. Setelah pekerjaan ini selesai, pertama kali potonglah plastik dan biarkan plastik berjalan sampai selesai, kemudian letakkan tangki lem, nyalakan katup pada tangki, biarkan lem berhenti (mengalir ke teromol/penampung lem) dan biarkan mesin ini berjalan dengan pelan untuk saat itu, kemudian buka penggulung nomor 4 untuk mengatur ketebalan lem untuk memisahkan penggulung nomor 4 dan nomor 5. Bersihkan permukaan penggulung dengan air atau alkohol mutlak. Dan air yang kotor akan mengalir ke alur/celah penggulung yang akan diteruskan oleh teromol. Buka penggulung laminasi depan dan belakang, hentikan mesin dan matikan tombolnya Perawatan dan Pemeliharaan Ketika mesin selesai bekerja, cuci setiap permukaan penggulung, tangki lem dan pipa yang berada didalam dengan menggunakan air. Jika lem pada penggulung kering, lem tidak dapat dibersihkan dengan air, anda harus membersihkan penggulung dengan alkohol mutlak. Jangan gunakan alat-alat apapun yang berbentuk tajam untuk menggesek/menggarut permukaan gulungan, hindari permukaan penggulung ini rusak. Setelah mesin berhenti, pisahkan penggulung, hindari penggulung agar tidak rusak. Tabung bantalan penggulung gulungan ulang

415 seharusnya dilumuri dengan minyak mesin 20# dengan menggunakan tangan. Agar tahan lembab, hindari mesin ini agar tidak berkarat. 3. Melakukan Pekerjaan UV Varnish Hasil UV Varnish dengan laminasi gloss sepintas terlihat sama. Tetapi jika dicermati akan ada perbedaan, terutama pada ketebalan lapisan. Pada laminasi lebih tebal lapisannya, karena menggunakan plastik untuk melapisi cetakan, bila cetakan dilipat tajam cetakan tidak mudah rusak karena terlindungi oleh laminasi tersebut. Sedang hasil UV varnish ketebalan lapisan lebih tipis karena menggunakan bahan kimia dan penyinaran ultra-violet untuk melapisi cetakan, bila cetakan dilipat tajam cetakan lebih mudah sobek dibanding laminasi gloss. Untuk membedakan apakah itu pekerjaan laminasi atau UV varnish, dapat menggunakan benda tajam (jarum, cutter, atau benda tajam lainnya) dengan menggoreskan pada cetakan. Jika lapisan mudah terluka, berarti itu hasil dari UV varnish, sedangkan laminasi gloss lebih tahan gores karena ada lapisan plastiknya. Fungsi dari UV varnish dan laminasi gloss sama, yaitu untuk menimbulkan kesan artistik atau mewah pada cetakan, melindungi cetakan dari polusi, basah, dan kepudaran warna. Faktor yang sering dijadikan pertimbangan konsumen memilih cetakan di laminasi atau di UV varnish adalah biaya. Dengan kualitas penampilan yang relatif sama UV varnish biayanya lebih murah dibanding dengan laminasi gloss. Untuk ilustrasi perbandingan harga, dapat dilihat pada table dibawah ini : Tabel 9.2. Perbandingan harga UV, gloss, dan dob No. Jenis Pekerjaan Harga Keterangan 1. UV Varnish Rp. 0,06,-/cm Harga 2. Laminasi Gloss Rp. 0,12,-/cm menyesuaikan 3. Laminasi Dob Rp. 0,38,-/cm kondisi pasar

416 Gambar 9.8. Mesin UV (ultraviolet) Varnih seri ZHSG-1200 Spesifikasi: Lebar maksimum kertas: 1150 mm Tebal maksimum kertas: 500 g/m2 Tebal minimum kertas: 80 g/m2 Kecepatan maksimum: 60 m/min Listrik UV: 16 kw Listrik Iraser: 22 kw Dimensi Mesin: 6800 x 1600 x 1400 mm Berat Mesin: 2800 kg 3.1. Keunggulan Cetak UV Dalam cetak UV, tinta khusus dibuat sedemikian rupa sehingga mampu menerima radiasi UV, yang berfungsi mengeraskan permukaan dan mematangkan lapisan coating diatas material cetak (kertas dan plastik). Ada 3 (tiga) keunggulan dari cetak UV, antara lain : 1. Printability Hasil dari cetak UV sangat mencengangkan secara visual yang mempunyai tingkat kilap yang sangat tinggi, atau lapisan coating yang dull (redup) tergantung jenis coating yang dipakai; warna cetak lebih kuat dan kontras yang menonjolkan detil gambar, bahkan mampu dilakukan pada kertas uncoated. 2. Runnability Yang paling terpenting buat perusahaan percetakan sendiri adalah cepatnya proses percetakan turnaround anda bisa langsung melakukan cetak kedua di sisi kedua tanpa harus menunggu, kemudian proses pemotongan, pelipatan dan pengiriman ke pelanggan dalam satu tarikan pekerjaan tanpa ada waktu jeda yang berarti, ini disebabkan oleh cepatnya proses pengeringan.

417 3. Kualitas Premium Hasil akhir produk sendiri sangat bagus sebab material cetak tahan air dan tidak berbekas walau dipegang tangan yang yang lembab. Dengan memiliki cetak UV banyak perusahaan merasa mereka mempunyai suatu keunggulan usaha, sebab mereka dapat memposisikan sebagai percetakan papan atas, dimana pesaing tidak dapat melakukan apa yang mereka bisa tawarkan ke pelanggan. Jenis pekerjaan yang dilakukan dengan cetak UV umumnya adalah pekerjaan cetak multicolor seperti annual reports, brosur, material marketing, poster display dari perusahaan ditoko-toko retail. Untuk mengurangi biaya waktu dan pengulangan pekerjaan, perlu anda tetapkan standarisasi material dan semakin sedikit jumlah material juga lebih efisien dari biaya. Misalnya untuk material plastik tetapkan standar tingkat dyne yang tertentu dan tinggi untuk memastikan tidak adanya masalah tidak melekatnya tinta atau coating diatas plastik, apalagi bila anda mempunyai cetak UV hybrid yang sering gonta-ganti dari konvensional ke UV. Pastikan pula menguji setiap material yang diterima dari supplier tingkat dyne dan adhesi tinta. Dengan kepastian material diatas, anda dapat dengan yakin dan memaksimalkan kelebihan cetak UV dari sisi turnaround. Karena bila material yang jelek digunakan akan menyebabkan anda tidak bisa memanfaatkan ketepatan perencanaan produksi.

418 BAB X MELAKUKAN PEKERJAAN PON, RIL dan EMBOSS Usaha pon, ril, dan emboss banyak ditemui di industri rumah tangga (home industri), karena pelaksanaan pekerjaannya tidak memerlukan modal yang besar. Pekerjaan ini membutuhkan ketelitian dan ketekunan karena keterlibatan tenaga manusia dalam menghasilkan produknya masih cukup dominan, terlebih jika yang digunakan mesin yang masih manual atau semi otomatis, seperti hand press atau mesin degel yang belum mempunyai unit pengambilan kertas. Mesin cetak silinder juga sering digunakan untuk melakukan pekerjaan jenis ini. Produk yang dihasilkan antara lain, dos snack/ makanan, amplop, stopmap, kartu kredit, kartu nama, dan sebagainya. Berikut diuraikan, teknik mencetak pon, ril, dan emboss. 1. Pekerjaan Pon, adalah pekerjaan memotong atau mengerat kertas yang tidak mungkin dilakukan oleh mesin potong, karena bidang yang dipotong tidak beraturan atau sesuai dengan keinginan pemesan. Pekerjaan pon sering juga sebut cetak stans atau menebuk. Untuk menghasilkan pemotongan yang sempurna, proses pembuatan patern/ mal pisau pon sangat menentukan. Pembuatan acuan pisau pon diletakkan pada sebuah papan atau bingkai, acuan tebuk ini Gambar Acuan cetak pon dan ril dapat dibuat dalam bentuk persegi atau bentuk berliku. Proses pembuatannya menggunakan alat pembentuk pisau pon. Garis stans (tebuk) diukur dengan penggaris augustijn. Pisau pon yang tidak tajam akan membuat potongan kertas kurang sempurna. 389

419 390 Gambar Operator melakukan pengeponan dengan mesin Acuan cetak pon (lihat gambar 10.1) yang sudah jadi diletakkan pada bantalan/ fudamen mesin degel, lakukan penyetelan kedudukan dan kerataan tekanan cetak. Selanjutnya lakukan cetak coba, jika hasilnya sudah sesuai dengan yang diharapkan, lakukan proses pengeponan (gambar 10.2). Dalam proses pengeponan usahakan kertas jangan tertebuk rangkap, karena akan menyebabkan kertas tidak terpotong sempurna, dan juga dapat menyebabkan pisau pon cepat rusak. Acuan pisau pon yang sudah selesai digunakan, tapi ada kemungkinan digunakan lagi, lakukan pelumasan seperlunya pada mata pisaunya. Hal ini mencegah terjadinya karat dan tumpulnya pisau karena lama tidak digunakan. Hindarkan terjadinya benturan pada pisau, yang dapat mengakibatkan pisau luka atau gompil sehingga kertas tidak dapat terpotong, karena luka pada pisau tersebut. Setelah selesai melakukan pengeponan dan ril dengan mesin langkah berikutnya adalah melipat secara manual sesuai dengan pon dan ril yang terbentuk, lihat gambar Tabel Operator menun jukkan cetakan yang telah dipon dan di ril dengan menggunakan mesin

420 391 Gambar Cetakan yang telah di bentuk menjadi Dos Snack 1.1. Mengelem hasil pon secara manual dan mesin Bentuk/ hasil pon tidak selamanya memotong putus kertas. Teknik mencetak pon juga melukai/ melubangi pinggiran cetakan, tujuannya adalah untuk memperkuat ikatan lem agar tidak mudah lepas, khususnys pada kertas tebal (karton/ duplek). Dengan adanya lubanglubang berbentuk garis-garis terputus, memungkinkan lem bisa masuk kesela-sela kertas. Hal ini dapat dilihat pada pembungkus obat, makanan, mainan, dan lain sebagainya. Untuk kertas tipis tidak perlu melakukan pelubangan pada bagian yang akan dilem, misalnya dalam pembuatan amplop. Menurut fungsinya amplop penting sebagai alat pelindung surat dan benda-benda kecil lainnya yang tidak berat. Dalam segi kerahasian sebagai pengaman, penyimpanan rahasian terjamin. Ditunjau dari segi estetika apabila penyimpanaan surat itu tersampul pertanda lebih hormat sebaagi tatakrama sopan santun. Lebih-lebih bila yang kita beri surat itu lebih tua atau lebih jabatannya. Dalam pemakaian sehari-hari memang ada yang tutup amplop itu tidak dilem atau terbuka Cara mengelem pinggiran amplop manual Cara mengelem pinggiran amplop tidak dikerjakan secara lembar demi lembar pada waktu memoles lemnya. Apabila kita akan membuat amplop yang jumlahnya banyak bagi kita perlu mengejar waktu. Untuk pengeleman pinggir amplop agar mendapat hasil yang lebih cepat dan praktis mengerjakannya, adalah dengan menyusun lembaran-lembaran amplop yang telah dilipat tadi dengan cara penyusunan menurun. Setiap jalur susunan amplop yang akan dipoles dengan lem sebanyak 15 atau 20 lembar amplop, dijajarkan berhimpitan menurut batas yang akan dilem. Cara ini hanya untuk mengelem amplop surat pada bagian tutup bawahnya saja. Cara memoleskan kuas lem harus satu jalan, tidak boleh dibolak-balik berlawanan arah, kuas lem dipoleskan dari hadapan kita menuju ke arah luar. Waktu mengelem harus diberi alas kertas yang tidak terpakai, dan amplop bagian atas juga harus menggunakan tutup

421 392 penghalang lem, kondisi lem harus cair supaya rata dipoleskan. Setelah dipoles dengan kuas baru direkatkan menjadi bentuk amplop dan cara mengerjakannya satu per satu, lalu ditekan lipatannya dengan tulang pelipat atau setelah disusun dan diband lalu dipres gunanya untuk menghilangkan udara yang berada didalam lipatan amplop. Agar lebih jelas kita ulangi, bahwa setelah dilem susunan amplop yang berhimpitan tadi lalu ambil satu-satu kemudian dilipat dan direkatkan lemnya. Cara menyimpan amplop yang baru dilem, harus bertebaran, maksudnya agar cepat kering kena angin atau disusun pada rak khusus agar amplop cepat kering. Setelah amplopamplop kering, segera disusun kira-kira 10 atau 15 amplop lalu ditekan lagi lipatannya. Begitu lipatannya rapi lalu disusun dan dihitung sebanyak dalam jumlah tertentu dan diikat dengan kertas (diban) kemudian dipres siap untuk dikemas Mengelem dengan menggunakan mesin Produk yang dalam jumlah yang sangat besar dan dituntut pengerjaan yang cepat dan menuntut ketepatan dan ketelitian yang tinggi, sulit rasanya untuk dikerjakan manusia. Langkah yang tepat adalah dikerjakan dengan menggunakan mesin packaging yang memang diperuntukkan untuk ril, pon, melipat dan sekaligus melakukan pengeleman. Lem yang digunakan untuk merekatkan, biasanya dalam bentuk pasta atau cair yang mempunyai daya rekat yang kuat, karena harus mengikuti kecepatan mesin. Hasil dari pengeleman dengan mesin, langsung bisa digunakan untuk mengemas, misalnya pengeleman kemasan pasta gigi, obat, makanan, dan sebagainya. 2. Pekerjaan Ril Mengeril adalah melakukan memberi garis lekuk / ril terlebih dahulu akan diperoleh lipatan yang rata dan tajam pada macammacam karton yang sulit untuk dilipat secara biasa. Pekerjaan ril tidak melukai seperti pon, tapi menekan pada bagian yang akan dilipat dengan acuan sehingga memudahkan untuk melakukan pelipatan. Disamping untuk mendapatkan hasil yang rapi, dengan melakukan ril terlebih dahulu kertas tidak akan rusak pada bagaian yang dilipat. Terutama pada Gambar Mesin Degel dapat untuk pon, ril, dan emboss karton cetak seni yang dilicinkan,

422 393 pengerilan sangat diperlukan, untuk menghindarkan pecahnya lapisan kapur waktu melipat. Melipat karton tebal, meskipun telah diril hanya akan berhasil baik bila arah serat sejajar dengan lipatan untuk membuat garis lekuk tergantung dari tebal karton, diperlukan garis kuningan jenis halus atau jenis tebal dari 2 point, dipasangkan lebih panjang dari pada panjang lipatan. Untuk garis ril yang panjang bisa dipotongkan dari garis baja setebal 2 point. Garis-garis ini diatur dalam bingkai diatas meja penutup. Jarak garis satu dengan lainnya reglat, besarnya jarak antara garis ditepatkan sesuai dengan contoh, ruang-ruang kosong diluar garis dipenuhi dengan wit-wit aluminium dan wit besi, kemudian dipasang kunci penutup. Rongga-rongga kecil diisi reflet interlini dan karton kemudian acuan dikunci dan dimasukkan ke mesin cetak. 3. Pekerjaan Emboss Acuan cetak untuk pekerjaan ini terdiri dari 2 lempengan pelat dari baja atau kuningan setebal 16 s/d 18 mm atau bisa juga setinggi huruf (huruf Belanda tingginya 66, 047 point = ± 2, 476 cm). Bila dibuat lempengan setebal 16 mm, maka untuk menyamakan tingginya dengan tinggi huruf ditambahkan batang kayu dan karton. Untuk memperoleh gambargambar ini, model yang telah diproses menjadi film maka proses selanjutnya adalah pengetsaan dengan bahan-bahan kimia dan peralatan mesin frais. Acuan cetak yang dibutuhkan terdiri dari 2 klise yaitu stempel (gambar yang melekuk kedalam disebut juga klise betina) dan Patris (gambar yang menonjol disebut juga klise jantan), lihat gambar Cetak emboss atau pengepringan disebut juga cetak relief, disebut juga cetak timbul dan mempunyai nama lain yaitu cetak buta, karena tidak menggunakan rol tinta atau tanpa penintaan. Klise betina (stempel-nya) yang mempunyai gambar lekuk ke dalam dibuat pada Gambar Bentuk klise emboss

423 394 sebilah lempengan papan kayu yang sebelumnya dibuat gambar diatas papan tersebut. Kemudian gambar itu dikerat atau dipahat sehingga membentuk suatu acuan cetak dengan gambar yang melekuk ke dalam. Dengan memperbaiki cungkilan-cungkilan kayu melalui pahatan-pahatan yang diperhalus maka sudah siaplah acuan cetak betina atau stempel, yaitu salah satu acuan cetak untuk pekerjaan emboss. Untuk selanjutnya maka kita akan menyiapkan patris atau cetakan lawan dari acuan cetak betina ini yang disebut juga sebagai acuan cetak jantan. Untuk mempersiapkan acuan cetak jantan, maka terlebih dahulu membersihkan degel dengan spiritus. Selanjutnya dengan perekat yang mengandung sedikit air direkatkan karton manila setebal ± ½ mm, ukurannya lebih besar sedikit daripada stempelnya pada degel. Dua bagian kapur batu (gips) dan tig Gambar Hasil pabrikan teknik cetak emboss bagian kapur diaduk, lalu dicampurkan larutan gom arab kedalam adukan, sehingga terjadi campuran seperti bubur yang cukup kental. Lapisan campuran itu kira-kira setebal 3 mm diratakan diatas karton. Semuanya itu kemudian ditutup dengan kertas utra dan dioles sedikit minyak untuk mencegah bubur menempel pada stempel. Klise betina ditutup pada bingkai dan dicetakkan tepat pada lapisan bubur dengan tekanan cetak berangsur-angsur dari tekanan ringan ke tekanan cetak berangsur-angsur dari tekanan ringan ke tekanan berat. Dalam pada itu bubur yang ditutup dengan kertas sutra tadi

424 395 tertekan ke dalam bagian-bagian stempel yang mendalam dan terbentuklah suatu gambar cetak lawan (patris) daris stempelnya. Pekerjaan ini disempurnakan dengan menambah bubur pada bagian-bagian yang kurang tajam, jangan lupa tutup lagi dengan kertas sutra, bila ketajaman sudah cukup, maka mesin didiamkan dalam keadaan mencetak dan disiamkan sampai bubur patris mengering. Bubur yang tak terpakai di pinggir-pinggir patri dibuang. Selesailah sudah pembuatan acuan cetak emboss. Gambar Pengembossan dapat dilakukan dengan mesin degel Gambar Mesin emboss untuk membuat kartu (credit card, name card, identity crd, dll.)

425 BAB XI KEGIATAN PENDUKUNG KEBERHASILAN INDUSTRI GRAFIKA Grafika dikatakan sebagai mother of culture, karena peradaban manusia saat itu dapat diketahui karena adanya sesuatu yang tercetak. Dimulai dengan pictograph (bahasa gambar), ideograph (bahasa simbol), dan bahasa phonetic (simbol bunyi), buku yang dibuat dengan tulisan tangan, buku yang dicetak hingga sekarang ke dunia internet, semuanya berawal dari grafika. Industri grafika mengisi peradaban manusia dari mulai buku, surat kabar, cetakan sekuritas, packaging, dan sebagainya. Permasalahan yang sering terjadi di Indonesia berkaitan dengan grafika dan penerbitan, antara lain : keterbatasan sumber daya manusia grafika dan penerbitan, minat baca kurang optimal (masih rendah), distribusi, daya beli masyarakat, perkembangan teknologi, pemerataan industri grafika dan penerbitan, dan arus globalisasi. Industri cetak di Indonesia dibanding dengan Negara Asia lainnya seperti Cina atau India sangat jauh tertinggal, hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel Perbandingan jumlah industri cetak No. Negara Jumlah Industri Cetak Keterangan 1. Cina % percetakan di 2. India Indonesia memakai 3. Indonesia 7000 ( termasuk peralatan yang sangat pengusaha percetakan tua (>10 tahun) stempel) Persaingan usaha yang sangat ketat segala bidang, menyebabkan perusahaan/ industri grafika harus pandai-pandai menyiasati untuk dapat menarik pelanggan sebanyakbanyaknya. Pelanggan adalah faktor terpenting agar perusahaan tersebut tetap eksis dan roda usaha tetap berjalan. Untuk mendapatkan hal tersebut suatu perusahaan seyogyanya melihat potensi yang dimiliki, baik dari level yang paling rendah ke level yang paling tinggi. Upaya pemberdayaan semua lini ini sangat dibutuhkan, jika di setiap level dapat berjalan sebagaimana mestinya, niscaya perusahaan akan berkembang dengan secara maksimal. Perusahaan yang tidak peduli kepada pelanggannya, dapat dipastikan perusahaan tersebut akan mudah runtuh. Pengelolaan yang profesional sangat dibutuhkan, antara lain 396

426 397 (1) pengelolaan administrasi perkantoran dan keuangan, (2) sumber daya mesin, alat, gedung, dan sebagainya, (3) pengelolaan sumber daya manusianya, (4) pelayanan kepada konsumen, (5) kualitas, kuantitas, harga produksi/jasa, dan (6) strategi pemasarannya. Pengelolaan profesional akan membawa implikasi positif bagi kemajuan perusahaan. Beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan, agar suatu perusahaan dapat berjalan dengan baik, antara lain : 1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertumbuhan dunia usaha yang semakin pesat ini, banyak perusahaan-perusahaan baru yang didirikan sehingga persaingan antar perusahaan-perusahaan sejenis semakin pesat. Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat menentukan bagi perusahaan, manusia sebagai faktor tenaga kerja dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, serta aktif dan bersemangat dalam melaksanakan tugas, maka sangat penting dalam memberikan perhatian pada karyawannya. Salah satu upaya untuk mewujudkan perhatian tersebut adalah diterapkannya keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan, tetapi tanpa adanya perhatian dan pemeliharaan tenaga kerja, maka tujuan-tujuan perusahaan akan terhambat. Tujuan keselamatan kerja ialah sebagai berikut: a. Melindungi teriaga kerja atas hak keselamatannya dalam melaksanakan pekerjaan. b. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja. c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien. Sebagai pedoman pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja dapat merujuk pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dan Undang-Undang Nomor : 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Dalam lingkungan perusahaan, masalah keselamatan kerja adalah penting karena dengan lingkungan kerja yang aman, tenang dan tentram, maka orang yang bekerja akan bersemangat dan dapat bekerja secara baik sehingga hasil kerjanyapun memuaskan. Didalam masyarakat yang sedang membangun dan salah satu aspek pembangun adalah bidang ekonomi dan sosial, maka keselamatan kerja lebih tampil kedepan lagi, dikarenakan

427 398 cepatnya menerapkan teknologi dengan segala seginya. Dalam membangun tenaga kerja yang produktif, sehat, dan berkualitas perlu adanya manajemen yang baik, khususnya yang berkait dengan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Tujuan dari manajemen K3, antara lain (1) sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja bebas, (2) sebagai upaya pencegahan, pemberantasan penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan, dan gizi tenaga kerja, perawatan, dan (3) mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia, pemberantasan kelelahan kerja dan penglipat ganda kegairahan serta kenikmatan kerja. Faktor kesehatan dan keselamatan kerja sangat mempengaruhi terbentuknya sumber daya manusia yang terampil, profesional, dan berkualitas dari tenaga kerja itu sendiri. Penerapan kesehatan kerja yang baik akan membuat karyawan nyaman dalam menjalankan tugasnya, sebaliknya apabila lingkungan kerja kurang baik misalnya ventilasi yang kurang baik, penerangan dan kebersihan yang kurang memadai, ruangan yang sangat padat, penataan mesin/alat yang semrawut, serta suhu yang sangat panas akan mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja karyawan. Kesehatan kerja yang baik dapat membuat para karyawan merasa betah atau merasa nyaman dan terjamin kesehatannya, sehingga dapat melakukan atau melaksanakan pekerjaannya dengan baik serta di tunjang oleh keselamatan kerja yang baik pula, maka dapat dipastikan produktivitas kerja karyawan akan meningkat. Kesehatan dan keselamatan kerja yang disesuaikan dengan "sistem ergonomi" (penyesuaian beban kerja/alat kerja dengan kemampuan dan fisik pekerja), merupakan salah satu usaha untuk mencetak para buruh yang produktif dengan peningkatan SDM yang profesional dan handal. Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23 mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib Gambar Pakailah sepatu kerja diselenggarakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk

428 399 memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja. Peningkatan produktivitas dalam perusahaan adalah bertujuan diantaranya untuk mencapai tujuan dalam perusahaan, disamping itu produktivitas akan dapat meningkatkan pendapatan. Pentingnya arti produktivitas dalam meningkatkan kesejahteraan telah disadari secara universal, tidak ada jenis kegiatan manusia yang tidak mendapatkan keuntungan dari produktivitas yang ditingkatkan sebagai kekuatan untuk menghasilkan lebih banyak barang-barang maupun jasa, peningkatan produktivitas juga menghasilkan peningkatan langsung pada standar hidup yang berada dibawah kondisi distribusi yang sama dari perolehan produktivitas yang sesuai dengan masukan tenaga kerja Salah satu wujud dari memberi rasa nyaman kepada karyawan adalah dengan memberikan jaminan kepada karyawan perusahaan yang antara lain adalah : jaminan tentang pengobatan dan perawatan karena pekerjaan, tentang gaji selama sakit, tunjangan kecelakaan kerja dan lain-lain yaitu : asuransi dan tunjangan berupa uang, termasuk dengan memberikan program-program pendidikan dan pelatihan. Disamping itu perusahaan juga dapat menambah perlengkapan dan peralatan yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Dengan demikian dapatlah diketahui bahwa keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai peranan yang sangat penting di dalam usaha meningkatkan produktivitas kerja serta demi untuk mencapai target yang diharapkan perusahaan. Faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, baik dari aspek penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja, dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya: (1) Faktor fisik, yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara, dan lain-lain; (2) Faktor kimia, yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, fume, awan, cairan, dan bendabenda padat; (3) Faktor biologi, baik dari golongan hewan maupun dari tumbuh-tumbuhan; (4) Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap, dan cara kerja; (5) Faktor mental-psikologis, yaitu susunan kerja, hubungan di antara pekerja atau dengan pengusaha, pemeliharaan kerja, dan sebagainya. Untuk mencegah gangguan kesehatan dan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan agar para buruh/karyawan tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan kerja, yaitu;

429 400 (1) Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Kemudian pemeriksaan kesehatan calon pekerja untuk mengetahui, apakah calon tersebut serasi dengan pekerjaan yang akan diberikan kepadanya, baik fisik, maupun mentalnya; (2) Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk evaluasi. Apakah faktor-faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan kepada tubuh pekerja atau tidak; (3) Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kepada para buruh secara kontinu. Itu penting agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya. (4) Penerangan sebelum bekerja, agar mereka mengetahui dan mentaati peraturanperaturan, dan lebih berhati-hati; (5) Pakaian pelindung, misalnya; masker, kaca mata, sarung tangan, sepatu, topi pakaian, dan sebagainya; (6) Isolasi, yaitu mengisolasi operasi atau proses dalam perusahaan yang membahayakan, misalnya isolasi mesin yang sangat hiruk agar tidak menjadi gangguan. Contoh lain, ialah isolasi pencampuran bensin dengan tetra-etil-timah hitam; (7) Ventilasi setempat (local exhauster), ialah alat untuk menghisap udara di suatu tempat kerja tertentu, agar bahan-bahan dari suatu tempat dihisap dan dialirkan keluar. (8) Substitusi, yaitu mengganti bahan yang lebih bahaya dengan bahan yang kurang bahaya atau tidak berbahaya sama sekali, misalnya Carbontetrachlorida diganti dengan trichlor etilen, dan (9) Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara sebanyak menurut perhitungan kedalam ruang kerja. Itu bertujuan, agar kadar dari bahan-bahan yang berbahaya oleh pemasukan udara ini bisa lebih rendah mencapai Nilai Ambang Batas (NAB). Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja, tidak hanya pada perusahaan yang bergerak di bidang produksi/ pabrik atau yang berkaitan langsung dengan mesin atau alatalat berat, tetapi juga untuk perusahaan jasa atau perkantoran. Perusahaan percetakan selain bersentuhan dengan mesin-mesin cetak, juga mempunyai divisi pra cetak dan customer service (kantor pelayanan) atau perkantoran. Beberapa hal penting yang harus mendapatkan perhatian sehubungan dengan pelaksanaan K3 perkantoran, yang pada dasarnya harus memperhatikan 2 (dua) hal yaitu indoor dan outdoor, yang kalau diurai seperti dibawah ini :

430 401 Konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran serta kode pelaksanaannya, antara lain : - Disain arsitektur (aspek K3 diperhatikan mulai dari tahap perencanaan). - Seleksi material, misalnya tidak menggunakan bahan yang membahayakan seperti asbes dll. - Seleksi dekorasi disesuaikan dengan asas tujuannya misalnya penggunaan warna yang disesuaikan dengan kebutuhan. - Tanda khusus dengan pewarnaan kontras/kode khusus untuk objek penting seperti perlengkapan alat pemadam kebakaran, tangga, pintu darurat dll. (peta petunjuk pada setiap ruangan/unit kerja/tempat yang strategis misalnya dekat lift dll, lampu darurat menuju exit door). - jaringan elektrik dan komunikasi. Kualitas udara. - Kontrol terhadap temperatur ruang dengan memasang termometer ruangan. - Kontrol terhadap polusi - Pemasangan Exhaust Fan (perlindungan terhadap kelembaban udara). - Pemasangan stiker, poster "dilarang merokok". - Sistim ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam ruang (lokasi udara masuk, ekstraksi udara, filtrasi, pembersihan dan pemeliharaan secara berkala filter AC) minimal setahun sekali, kontrol mikrobiologi serta distribusi udara untuk pencegahan penyakit "Legionairre Diseases ". - Kontrol terhadap linkungan (kontrol di dalam/diluar kantor). - Misalnya untuk indoor: penumpukan barang-barang bekas yang menimbulkan debu, bau dll. - Outdoor: disain dan konstruksi tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan, dll. - Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara jika AC mati. - Pemasangan fan di dalam lift. Kualitas pencahayaan. - Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan untuk membantu menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan aman. (secara berkala diukur dengan Luxs Meter) - Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna, dekorasi dll.

431 402 - Menegembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja dengan kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat terjadinya kelelahan mata). - Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam ruang. - Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan memperhatikan warna yang digunakan. - Penggunaan lampu emergensi (emergency lamp) di setiap tangga. Kebisingan. - Idealnya ruang rapat dilengkapi dengan dinding kedap suara. - Di depan pintu ruang rapat diberi tanda " harap tenang, ada rapat ". - Dinding isolator khusus untuk ruang genset. - Hak-hal lainnya sudah termasuk dalam perencanaan konstruksi gedung dan tata ruang. Display unit (tata ruang dan alat). - Petunjuk disain interior supaya dapat bekerja fleksibel, fit, luas untuk perubahan posisi, pemeliharaan dan adaptasi. - Konsep disain dan dan letak furniture. - Ratio ruang pekerja dan alat kerja mulai dari tahap perencanaan. - Perhatikan adanya bahaya radiasi, daerah gelombang elektromagnetik. - Ergonomik aspek antara manusia dengan lingkungan kerjanya. - Tempat untuk istirahat dan shalat. - Pantry dilengkapi dengan lemari dapur. - Ruang tempat penampungan arsip sementara. - Workshop station (bengkel kerja). Hygiene dan sanitasi. Ruang kerja - Memelihara kebersihan ruang dan alat kerja serta alat penunjang kerja. - Secara periodik peralatan/penunjang kerja perlu di up grade. Toilet/Kamar mandi - Disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair. - Membuat petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan closet duduk, larangan berupa gambar dll. - Penyediaan bak sampah yang tertutup. - Lantai kamar mandi diusahakan tidak licin.

432 403 Kantin - Memperhatikan personal hygiene bagi pramusaji (penggunaan tutup kepala, celemek, sarung tangan dll). - Penyediaan air mengalir dan sabun cair. - Lantai tetap terpelihara. - Penyediaan makanan yang sehat dan bergizi seimbang. Pengolahannya tidak menggunakan minyak goreng secara berulang. - Penyediaan bak sampah yang tertutup. - Secara umum di setiap unit kerja dibuat poster yang berhubungan dengan pemeliharaan kebersihan lingkungan kerja. Psikososial Petugas keamanan ditiap lantai. Reporting system (komunikasi) ke satuan pengamanan. Mencegah budaya kekerasan ditempat kerja yang disebabkan oleh : - Budaya nrimo. - Sistem pelaporan macet. - Ketakutan melaporkan. - Tidak tertarik/cuek dengan lingkungan sekitar. - Semua hal diatas dapat diatasi melalui pembinaan mental dan spiritual secara berkala minimal sebulan sekali. - Penegakan disiplin ditempat kerja. - Olah raga di tempat kerja, sebelum memulai kerja. - Menggalakkan olah raga setiap jumat. Pemeliharaan. - Melakukan walk through survey tiap bulan/triwulan atau semester, dengan memperhitungkan risiko berdasarkan faktor-faktor konsekuensi, pajanan dan kemungkinan terjadinya. - Melakukan corrective action apabila ada hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan. - Pelatihan tanggap darurat secara periodik bagi pegawai. - Pelatihan investigasi terhadap kemungkinan bahaya bom/kebakaran/demostrasi/ bencana alam serta Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) bagi satuan pengaman.

433 404 Penggunaan Komputer. Pergunakan komputer secara sehat, benar dan nyaman, hal-hal yang harus diperhatikan : - Istirahatkan mata dengan melihat kejauhan setiap menit. - Istirahat 5-10 menit tiap satu jam kerja. - Lakukan peregangan. - Sudut lampu 45 - Hindari cahaya yang menyilaukan, cahaya datang harus dari belakang. - Sudut pandang 15, jarak layar dengan mata cm. - Kursi ergonomis (adjusted chair). - Jarak meja dengan paha 20 cm - Senam waktu istirahat Keselamatan Umum Tata Tertib dan Tanggung Jawab Suatu industri harus mempunyai tata-tertib yang telah disusun dan harus ditaati. Sebagai penanggung jawab ialah pimpinan utama suatu perusahaan atau industri. Ini berarti bahwa pimpinan utama harus bertanggung jawab kepada seluruh pekerjaannya. Urutan Latihan dan Disiplin Pribadi Tanggung jawab pimpinan utama meliputi kewajiban memberi latihan pada suatu bagian atau kesatuan tertentu yang dibentuk untuk menjadi bagian/regu keamanan, antara lain : a. Kesatuan itu harus mencukupi kebutuhan, dipilih, dan dilatih. b. Pertanggungan masing-masing harus dipisahkan tegas. c. Baik segenap pekerja maupun bagian keamanan, harus mengerti apa yang dilakukan dan dikehendaki. d. Pada setiap kecelakaan yang pernah terjadi harus diselidiki dan dipelajari, agar jangan sampai terulang lagi. e. Untuk mencegah dan mengatasi kecelakaan, lengkapilah dengan fasilitas lain. Harus diingat pula walaupun terjadi kecelakaan yang kecil atau ringan harus ditindak, diselidiki, dan diberikan pengawasan yang baik, bukannya diabaikan.

434 405 Urutan Pertanggungjawaban Urutan pertanggungjawaban keselamatan kerja, sesudah pimpinan utama ialah sebagai berikut: a. Bagian keamanan. Bagian keamanan suatu industri harus diberi latihan dan mempunyai tugas serta kewajiban: - Memberi petunjuk dan mengarahkan ke jalan yang aman. - Menerangkan mengenai pengawanan, penyelidikan dan pemeliharaan. - Memutar film, slide, atau gambar-gambar kecelakaan. - Mempelajari dan menyelidiki sebab-sebab kecelakaan. b. Instruktur. Tanggung jawab instruktur terlihat jelas yaitu bekerja dengan baik, bertugas dan kewajiban: - Memberi instruksi dengan benar, tepat, dan aman untuk tiap-tiap bagian yang akan dikerjakan. - Menyelidiki sebab terjadinya kecelakaan dan kerusakan. - Melapor segera, bilamana terjadi kecelakaan, kerusakan pada peralatan, dan mencatat peristiwa-peristiwa tersebut. c. Pekerja/Buruh/Karyawan. Kepada para pekerja atau karyawan harus selalu waspada pada waktu bekerja, karena tidak ada seorang pun yang celaka atau peralatan rusak tanpa sebabsebab. Untuk itu pekerja harus: - Menaati peraturan dan instruksi. - Memperhatikan instruksi untuk bekerja benar dan aman - Bertindak benar, tepat pada waktu terjadi kecelakaan - Segera melapor kepada instruktur bila terjadi kecelakaan, dan - Menerangkan penyebab terjadinya kecelakaan atau kerusakan Tanda Larangan dan Tanda Bahaya/Peringatan Tanda-tanda larangan atau bahaya, pada dasarnya sama dengan tanda lalu lintas jalan raya, sehingga bentuknya pun mirip, misalnya, tulisan, perintah atau larangan. 1. Larangan

435 406 Gambar Dilarang merokok Gambar lingkaran dengan diagonal berwarna merah di atas putih, berarti suatu larangan. Sebagai contoh sebatang rokok sedang menyala dengan warna hitam, berarti "Dilarang merokok". 2. Perintah Gambar putih di atas biru mempunyai arti suatu perintah, "Gunakan kaca mata", "Gunakanlah helm", "Gunakan sarung tangan", dan sebagainya. Gambar Gunakan kaca mata 3. Peringatan Gambar Sesuatu yang mudah terbakar Tanda peringatan ini berbentuk segi tiga dengan warna hitam di atas putih, sedangkan gambar nyala api di dalamnya berwarna jingga. Ini berarti, "Sesuatu yang mudah terbakar". 4. Pemberitahuan Gambar Tempat memberikan pertolongan (PPPK) Tanda/petunjuk ini berbentuk segi empat dengan gambar sebuah palang di tengah-tengah. Ini berarti tempat untuk memberikan pertolongan pada waktu terjadi kecelakaan atau PPPK. Selain petugas P3K, harus tersedia juga perlengkapan pertolongan lain atau obat-obatan yang disimpan dalam kotak P3K, misalnya: a. kapas, b. obat luka baru, perubalsem, dan c. boorwater, pembalut luka, tensoplats, dan obat-obatan yang lain.

436 Bahaya Api Api memang dibutuhkan bagi manusia. Tetapi bila api tersebut menjadi besar, maka akan sukar dikendalikan dan sangat berbahaya serta dapat menyebabkan kebakaran. a. Tanda Bahaya Karena kebakaran itu suatu malapetaka yang paling berbahaya, maka diperlukan suatu tanda/kode khusus yang berarti ada kebakaran. Karena ada tanda tersebut, maka orang-orang yang bekerja di sekitarnya dapat menyelamatkan diri atau bahkan memadamkannya. b. Tempat Berbahaya Tempat-tempat yang berbahaya bila dekat api harus diberi tanda/larangan. Misalnya, di penyimpanan bahan bakar atau yang mudah terbakar, seperti minyak, bensin, gas, dan lain-lainnya Pencegahan Pencegahan terjadinya kebakaran memang tidak mudah seperti pada teorinya. Karena penyebab utama kebakaran pada umumnya adalah kelalaian atau kelengahan seseorang, untuk itu kita harus mencegah terjadinya kebakaran dengan jalan seperti berikut : a. Kita semua harus berhati-hati terhadap api, walaupun kecil. Terutama pada saat kita membawa/menyalakan api di dekat sesuatu yang mudah terbakar. b.mencegah membesarnya kebakaran, menyingkirkan segala sesuatu yang mudah Gambar Bentuk alat pemadam kebakaran

437 408 terbakar pada waktu terjadi kebakaran, sebelum memadamkannya. Macammacam Alat Pemadam Kebakaran, antara lain : 1. Bromochlorodifluoromethane (BCF) ialah pemadam yang disiapkan dalam tabung berisi gas dan bertekanan. Pemadam seperti ini digunakan untuk cairan yang terbakar serta peralatan listrik. 2. Air, digunakan untuk memadamkan kebakaran ringan. Hindarkan pembekuan air di dalam tabung. 3. Karbon dioksid (C0 2 ), digunakan untuk memadamkan kebakaran, tetapi kotorannya jangan sampai tercampur. 4. Serbuk, digunakan untuk segala jenis kebakaran, hanya saja serbuknya mengotori tempat. Penggolongan Kebakaran a. Kelas A Memadamkan kelas A ini paling efektif ialah dengan menggunakan air atau pasirjika tidak dekat aliran listrik. b. Kelas B Pada kelas B ini digunakan untuk memadamkan cairan yang terbakar. Memadamkannya paling baik menggunakan pemadam kebakaran berisi C0 2. Dilarang menggunakan air. Pemadam ini berbentuk serbuk atau busa. c. Kelas C Kebakaran kelas C ini pada waktu nyala api masih kecil harus segera ditutup sumbernya. Bila tidak berhasil, maka hanya petugas pemadam kebakaran khusus yang boleh menangani. d. Kelas D Kebakaran kelas D ini banyak terdapat logam di dalamnya, sehingga hanya pemadam berbentuk serbuk yang paling baik. Kebakaran ini paling berbahaya dan harus petugas pemadam khusus yang memadamkannya.

438 409 Untuk kebakaran kelas C dan D hanya boleh ditangani oleh petugas pemadam yang telah terlatih. Gambar Gunakan alat pemadam kebakaran yang tepat 1.4. Keselamatan Kerja dalam Ruang Cetak Sebelum menjalankan mesin cetak, seorang operator cetak harus mempertimbangkan dan mengingat akan keamanan kerja, sehingga pekerjaan akan berjalan dengan lancar sesuai dengan perintah. Untuk perlu diperhatikan, karakteristik mesin yang dipakai, di samping lingkungan dan suasana tempat kerja. Juga harus dilihat alat pengaman atau perintang bagian yang berbahaya dan berputar serta landasan injakan operator dan kebersihan mesin cetak. Perlengkapan OperatorCetak Pada waktu bekerja, sebagai operator harus: 1. memakai pakaian kerja yang rapi dan terkancing; 2. rambut teratur dan jika rambut agak panjang harus memakai pelindung; 3. jangan menyimpan benda tajam dalam saku; 4. gunakan masker, untuk melindungi terhadap pengaruh bahan-bahan kimia; 5. gunakan sepatu; 6. gunakan sarung tangan jika perlu; dan 7. jangan memakai sesuatu yang dapat tergulung oleh rol-rol cetak yang membahayakan keselamatan diri. 8. dilarang keras bekerja sambil merokok

439 410 Gambar Gunakan masker jika bersentuhan dengan bahan kimia Kebersihan Sebelum dan sesudah bekerja, mesin cetak dan lingkungan sekitar mesin harus dibersihkan dan sedapat mungkin pakaian kerja juga dalam keadaan bersih sebelum mulai bekerja. Setelah selesai bekerja, mesin dan semua peralatan yang telah dipakai juga harus dibersihkan sebelum disimpan. Menjalankan dan Menggunakan Mesin Sebelum mengetahui keadaan mesin atau menguasainya dengan baik, janganlah mencoba-coba menggunakannya karena sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kecelakaan atau kerusakan. Maka sebagai pedoman, bekerja pada suatu mesin ialah seperti berikut : 1. Mintalah keterangan kepada orang yang lebih berpengalaman. Baca dan kuasailah buku petunjuk untuk menggunakannya. 2. Perhatikanlah bagian-bagian mana yang paling berbahaya. Perhatikan pula pengaman-pengamannya. 3. Cobalah berulang kali menghidupkan dan membiasakan. 4. Sebelum mulai mengerjakan benda kerja, telitilah sekali lagi dengan cermat bagian-bagian yang berputar, sudahkah baut-bautnya kencang/ tidak kendor. 5. Perhatikan pengaman mesin, yaitu lakukan pemblokiran mesin ketika akan memasang pelat cetak, blangket, atau pekerjaan lainnya yang membutuhkan mesin cetak berhenti. Pastikan tidak ada orang lain yang menjalankan mesin selain anda. 6. Konsentrasi pada pekerjaan, jangan melamun dan bergurau ketika sedang bekerja. Memang tidak mungkin kita menghindari segala kemungkinan bahaya yang akan terjadi, tetapi kita dapat mempelajari keadaan sekeliling pada waktu bekerja.

440 Bahaya Listrik Arus listrik selalu dapat dialirkan ke segala arah melalui benda-benda yang konduktif, misalnya, logam dan zat cair. Aliran tersebut tidak dapat kita lihat seperti halnya air yang mengalir. Karena arus listrik yang lewat itu tidak dapat langsung dilihat oleh mata kita tanpa bantuan benda-benda lain, maka hal ini berbahaya dan dapat mematikan. Untuk setiap peralatan yang menggunakan aliran listrik sangat perlu pada Gambar Matikan listrik bila sudah tidak diperlukan badannya kita hubungkan ke bumi atau ditanam, yang disebut arde. Karena, bila terjadi kebocoran arus listrik tidak mengalir ke orang melainkan langsung ke bumi. Terutama pesawat-pesawat yang bertegangan tinggi merupakan suatu keharusan. Tempat yang beraliran listrik harus kering dan bukan menghantar listrik. Seseorang dapat terkena atau bertahanan kecil, misalnya, seseorang bertangan basah atau berkeringat dapat dengan mudah terkena listrik bila menggunakan jenis peralatan yang bocor. Untuk itu, sangat berbahaya dan jangan dipergunakan. Pencegahan 1. Berilah tanda bahaya pada aliran listrik yang berbahaya, misalnya, di pagar dan sebagainya. 2. Gunakanlah bahan-bahan yang tidak sebagai penghantar listrik, misalnya, pakai sepatu. 3. Keringkanlah tangan Anda sebelum menggunakan peralatan, yang beraliran listrik Perlindungan Bahaya Listrik 1. Perlindungan Umum Perlindungan umum bahaya listrik ialah isolasi, oleh karenanya jangan sampai terjadi hubungan pendek. Instalasi listrik yang terdapat di dalam rumah harus dengan kabel yang berisolasi. Tetapi untuk kabel yang terpasang bebas di

441 412 udara tidak perlu dengan kabel yang berisolasi. Masih banyak peralatan listrik yang berisolasi, misalnya, steker, stop kontak, tombol, obeng, tang, pengukur arus atau tegangan, dan lain-lainnya. Perlindungan umum ini gunanya untuk menghindari kematian dan hubungan pendek. 2. Perlindungan Khusus Perlindungan khusus ialah untuk peralatan dan instalasi yaitu pembatas arus atau sekring. Setiap peralatan yang menggunakan sumber penggerak tenaga listrik harus diberi pembatas arus yang sesuai dengan banyaknya penggunaan. Pembatas itu berfungsi bila terjadi beban lebih, hubungan pendek arus akan terputus sehingga instalasi aman. Perlu diingat bahwa "jangan memperbesar diameter kabel pembatas arus", ini Gambar Hindarkan aliran listrik sangat berbahaya. Kabel instalasi boleh lebih besar diameternya, tetapi pembatas arus mempunyai ketentuan 20-30% lebih besar dari arus maksimum yang mengalir atau diperlukan. Gambar Serahkan pemeriksaan dan penggantian pada ahlinya

442 Hubungan Kerja Hubungan kerja yang baik antara pimpinan, staf pimpinan, dan karyawan akan menumbuhkan kepedulian dan rasa memiliki terhadap perusahaan, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas kerja. Pembagian tugas yang tepat sasaran sesuai dengan kompetensinya serta pembentukan tim kerja yang solid akan menciptakan suasana kerja yang kondusif, kreatif, dan kompetetif. Kerjasama tim kerja yang baik, misalnya komunikasi yang lancar antara bagian pra cetak dengan bagian cetak atau dengan bagian purna cetak atau dengan bagian logistik, ekpedisi atau bagian lainnya akan menciptakan situasi kerja yang saling membutuhkan. Kerjasama atau hubungan kerja tidak hanya antar bagian, tapi dalam satu bagian kerjapun harus dibangun kerjasama saling membutuhkan Pengertian Tim Kerja dan Perbedaannya dengan Kelompok Kerja Tim kerja adalah kelompok yang upaya-upaya individunya menghasilkan suatu kinerja yang lebih besar daripada jumlah dari masukan-masukan individual. Kelompok Kerja adalah suatu kelompok yang berinteraksi untuk membagi informasi dan mengambil keputusan untuk membantu tiap anggota dalam bidang tanggungjawabnya. Catatan: Suatu kelompok sebagai suatu tim tidak secara otomatis dapat meningkatkan kinerjanya. Tim yang berhasil atau berkinerja tinggi mempunyai karakteristik tertentu. Manajemen menggunakan Tim dengan harapan memperoleh peningkatan kinerja Tipe-tipe Tim Kerja Tim pada dasarnya dapat diklasifikasikan berdasarkan sasaran. Tiga tipe Tim yang lazim dijumpai dalam organisasi yaitu Tim pemecah masalah, Tim pengelolaan diri, dan Tim fungsional silang. a. Tim pemecah masalah adalah kelompok yang terdiri dari lima sampai 12 karyawan dari satu departemen yang bertemu selama beberapa jam tiap pekan untuk membahas cara-cara memperbaiki kulaitas, efisiensi dan lingkungan kerja. b. Tim pengelola diri adalah kelompok yang terdiri dari 10 sampai 15 orang yang memikul tanggungjawab dari mantan penyelia mereka. c. Tim fungsional silang adalah kelompok karyawan-karyawan dari tingkat hirarkis yang kira-kira sama, tetapi dari bidang kerja yang berlainan, yang

443 414 berkumpul untuk menyelesaikan suatu tugas, satuan tugas yang serupa dengan komite. d. Satuan tugas (task force): adalah tim fungsional silang sementara. e. Komite adalah kelompok yang tersusun atas anggota-anggota melintasi lini departemen-departemen Hubungan Tim kerja dengan kelompok Kerja Proses kelompok dapat membantu menciptakan Tim kerja yang lebih kreatif atau berkinerja tinggi, pada dasarnya dapat dilhat dari: f. Ukuran Tim Kerja, dalam merancang tim kerja yang efektif, para manajer harus menjaga agar dalam satu tim kurang dari 12 orang anggota, sebab mereka akan mendapat kesulitan untuk berinteraksi secara konstruktif dan bersepakat dalam banyak hal. Biasanya banyak orang tidak dapat mengembangkan kekohesifan, komitmen dan tanggungjawab timbal balik untuk mencapai kinerja yang tinggi. g. Kemampuan Anggota. Untuk dapat bekerja dengan efektif, suatu tim menuntut tiga tipe ketrampilan yang berlainan yaitu: 1. Tim perlu orang-orang dengan keahlian teknis 2. Tim perlu orang-orang dengan ketrampilan pemecah masalah dan pengambilan keputusan untuk mengidentifikasi masalah, membangkitkan alternatif dan membuat pilihan yang kompeten. 3. Tim memerlukan orang dengan ketrampilan mendengarkan dengan baik. Umpan balik, penyelesaian konflik dan ketrampilan antar pribadi. h. Mempunyai Suatu Komitmen pada Suatu Maksud Bersama, maksud merupakan suatu visi lebih luas daripada tujuan-tujuan spesifik. Tim yang efektif mempunyai suatu maksud bersama dan bermakna yang memberikan pengarahan, momentum dan menuangkan waktu dan upaya yang sangat benyak kedalam pembahasan, pembentukan dan persetujuan mengenai suatu maksud yang menjadi milik mereka baik secara kolektif maupun individu. Maksud bersama ini memberikan pengarahan dan bimbingan pada setiap dan semua kondisi. i. Kepemimpinan dan Struktur, tim yang berkinerja tinggi memerlukan kepemimpinan dan struktur untuk memberikan fokus dan pengarahan,

444 415 mendefinisikan dan menyepakati suatu pendekatan bersama. Syarat-syarat pemimpin dalam tim harus memenuhi peran-peran yaitu : penjelajahpromotor, pendorong-pengorganisasi, penyimpul-penghasil, pemerkuatpemelihara dan penaut Proses Komunikasi Komunikasi adalah merupakan proses memberi dan menerima informasi sampai pada pemahaman makna. Komunikasi dapat berhasil jika komunikator (sumber) menyampaikan pengertian kepada penerima. Proses komunikasi adalah langkah-langkah antara satu sumber dan penerima yang menghasilkan pentransferan dan pemahaman makna. Keterangan unsur-unsur dalam proses komunikasi, antara lain : Sumber: Sumber merupakan komunikator yaitu seseorang yang mempunyai gagasan, informasi, maksud dan tujuan berkomunikasi. Pesan: merupakan suatu produk fisik yang sebenarnya apa yang dikomunikasikan. Pengkodean: adalah suatu proses mengubah suatu pesan komunikasi menjadi bentuk simbol. Empat kondisi yang mempengaruhi pesan terkode yaitu: ketrampilan, sikap, pengetahuan dan sosial budaya. Saluran: suatu medium lewat mana suatu pesan komunikasi berjalan. Pengkodean/penguraian simbol: adalah penterjemahan ulang pesan komunikasi seornag pengirim. Penerima: seseorang yang menerima dan mengurai gagasan, informasi, maksud dan tujuan berkomunikasi. Umpan balik: adalah tautan akhir dalam proses komunikasi, mengendalikan pesan ke dalam sistem guna memeriksa kesalahpahaman. Dalam komunikasi, jika unsur-unsur tersebut di atas dilakukan dengan sembrono, semua faktor tersebut dapat menghasilkan penafsiran pesan yang berbeda dari yang dibayangkan oleh pengirim. Dalam rangka komunikasi manusiawi, kegaduhan dapat dianggap sebagai faktor yang mengganggu pesan yang dikehendaki Komunikasi dalam Organisasi a. Arah Komunikasi Desain organisasi haruslah memungkinkan terjadinya komunikasi keempat arah yaitu ke atas, kebawah (vertikal), horisontal dan diagonal. Hal ini

445 416 akan memungkinkan dalam memahami berbagai hambatan komunikasi yang efektif dalam orgasnisasi serta dapat mengatasi hambatan-hambatan yang ada. Komunikasi ke bawah: adalah komunikasi yang mengalir dari tingkat atas ke tingkat bawah dalam sebuah organisasi dan mencakup kebijaksanaan pimpinan, instruksi dan memo resmi. Komunikasi ke atas: adalah komunikasi yang mengalir dari tingkat bawah ke atas sebuah organisasi dan mencakup kotak saran, pertemuan kelompok,dan prosedur keluhan. Komunikasi horizontal: adalah komunikasi yang mengalir melintasi berbagai fungsi dalam organisasi. Bentuk komunikasi ini diperlukan untuk mengkoordinasi dan mengintergrasikan berbagai fungsi organisasi. Komunikasi diagonal: adalah komunikasi silang melintasi fungsi dan tingkat dalam organisasi. Hal ini penting dalam situasi dimana anggota tidak dapat berkomunikasi lewat saluran ke atas, kebawah maupun horisontal. b. Gravepine Jaringan (network) komunikasi adalah saluran-saluran yang merupakan tempat informasi mengalir. Jaringan komunikasi formal adalah komunikasi yang bertalian dengan tugas, proses komunikasi mengikuti rantai wewenang. Jaringan komunikasi formal melukiskan tiga jaringan kelompok kecil yaitu: rantai, roda dan semua saluran. Rantai : jaringan yang mengikuti rantai komando yang formal. Roda : jaringan yang mengandalkan pada pemimpin untuk bertindak sebagai saluran pusat untuk semua komunikasi kelompok. Semua saluran jaringan yang mengijinkan semua anggota kelompok untuk dengan aktif saling berkomunikasi. Jaringan komunikasi informal (Gravine): adalah jaringan komunikasi yang terdapat dalam organisasi dan merupakan jalan pintas yang memotong saluran formal (selentingan komunikasi). Selentingan komunikasi mempunyai tiga karakteristik utama yaitu: 1. Selentingan yang tidak terkendali oleh manajemen 2. Selentingan yang dipersepsikan oleh kebanyakan karyawan sebagai yang paling dipercaya dan andal daripada komunikasi formal yang diterbitkan oleh manajemen puncak.

446 Selentingan yang sebagian besar digunakan untuk melayani kepentingan sendiri dari orang-orang didalamnya Komunikasi antar Pribadi (Interpesonal) Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang mengalir di antara para individu secara langsung dan dalam kelompok, dan merupakan pengaruh penting atas perilaku anatar pribadi. Permasalahan yang timbul selama komunikasi berlangsung adalah perbedaan persepsi, komunikasi non verbal, dan perbedaan gaya antar pribadi dari orang-orang yang berkomunikasi Hambatan dalam Komunikasi Beberapa hambatan bagi komunikasi yang efektif yaitu kerangka acuan, menyimak secaraselektif, kata putus nilai (value judgement), kredibilitas sumber, masalah sematik, penyaringan, bahasa kelompok, perbedaan status, tekanan waktu dan beban layak (overload). Hal-hal tersebut di atas dapat juga disebut sebagai sumber kegaduhan, hal ini dapat muncul baik dalam komunikasi organisasi maupun komunikasi antar pribadi Cara-cara Memperbaiki Komunikasi dalam Organisasi Beberapa cara yang dapat digunakan: a. Melakukan tindak lanjut, yaitu usaha menemukan maksud dengan benar dan dapat diterima dengan baik. b. Mengatur arus informasi, yaitu pengaturan komunikasi guna menjamin arus informasi yang optimal kepada manajer sehingga meniadakan hambatan beban layak. c. Memanfaatkan balikan. d. Empati, yaitu kemampuan menempatkan diri dalam peran orang lain dan mengandaikan sudut pandang serta emosi orang lain. e. Pengulangan, yaitu prinsip belajar yang sudah dapat diterima, dengan maksud untuk menjamin seandainya ada satu bagian pesan yang belum dimengerti sehingga perlu ada bagian lain yang membawa pesan yang sama. f. Mendorong tercapainya rasa saling percaya. Adanya saling percaya antara manajer dan bawahan akan mendorong tercapinya komunikasi yang efektif, yaitu bawahan menilai sendiri mutu huubungan dengan atasan sesuai dengan persepsinya.

447 418 g. Penentuan waktu yang efektif. Komunikasi yang efektif dapat diperlancar dengan menetukan waktu yang tepat untuk membahas serta mengumumkan sesuatu yang penting. h. Menyederhanakan bahasa. Bahasa yang rumit adlah merupakan hambatan utama dalam komunikasi yang efektif. i. Menyimak secara seksama. Telah dikatakan bahwa untuk meningkatkan komunikasi, maka para manajer harus berusaha dapat dipahami dan memahami. Ini berarti manajer harus menyimak yang merupakan salah satu untuk mendorong seseorang untuk mengungkapkan perasaan, keinginan, dan emosinya yang sebenarnya. Tetapi manajer tidak cukup hanya mendengar, manajer harus mendengarkan dengan pemahaman. j. Memakai grapevine, yaitu saluran komunikasi yang penting yang ada di organisasi. Bagi pimpinan Grapevine seringkali menjadi sarana komunikasi yang efektif karena merupakan komunikasi tatap muka dan memungkinkan adanya balikan sehingga banyak kebutuhan psikolgis terpenuhi. Salah satu untuk memperkecil grapevine yang negatif adalah meningkatkan bentuk komunikasi yang lainnya, jikainformasi yang beredar menyangkut isyu yang relevan bagi bawahan, maka desas desus yang merusak akan kecil kemungkinannya dapat berkembang. Tim kerja menempatkan waktu lebih dan sering memerlukan pekerjaan dari individu. Tim, singkatnya memerlukan komunikasi, mengatur konflik, dan pertemuaan terus berlangsung. Maka keuntungan menggunakan tim harus menekan biaya. Dab hal itu bukan selalu merupakan suatu kasus. Dalam kesenangan menikmati keuntungan tim, beberapa manajer telah menganalnya dalam keadaan di mana pekerjaan dilakukan individu dengan baik. Tidak ada jeleknya suatu usaha yang dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang terkait pada keefektifan tim. Bagaimanapun, studi baru telah membuktikan bahwa satu hal yang benar susunan karakteristik dan mengorganisasikannya dalam modul fokus relatif. Komponen penting menciptakan keefektifan tim dapat dogolongkan dalam empat kategori umum. Kategori pertama rancangan pekerjaan. Kedua berraitan dengan komposisi tim. Ketiga adalah sumber dan kontekstual lain yang menciptakan tim menjadi efektif. Terakhir, proses variabel yang menunjukkan sesuatu yang terjadi dalam tim yang mempengaruhi efektivitas.

448 419 Keefektivan tim membutuhkan kerjasama dan menempatkan tanggungjawab bersama untuk melaksanakan tugas penting. Mereka harus lebih baik dari suatu tim hanya merupakan nama. Kelompok rancangan kerja meliputi variabel-variabel seperti kebebasan dan otonomi, keuntungan pada kegunaan pada keahlian berbeda dan talenta, kemampuan untuk menyelesaikan dan mengidentifikasi semua tugas atau produk, dan bekerja dalam tugas atau proyek yang berpengaruh secara subtansial dengan yang lain. Fakta menunjukkan bahwa karakteristik ini meningkatkan motivasi anggota dan meningkatkan efektifitas tim. Rancangan kerja ini menggambarkan motivasi karena mereka meningkatkan rasa tanggungjawab anggota dan pemilik pada pekerjaan dan karena membuat pekerjaan lebih menarik untuk dilakukan. Model Kefektifan Tim Rancangan pekerjaan: Otonomi Macam-macam keahlian Identitas tugas Kepentingan tugas Komposisi: Kemampuan Personalitas Aturan dan diversitas Ukuran Kefleksibelan Pilihan pada kelompok kerja Konteks: Sumber yang memadai Kepemimpinan Penilaian kinerja dan ganjaran Keefektifan Tim Proses: Tujuan secara umum Tujuan khusus Kemajuan tim Konflik Kemalasan prosespros sosial Gambar Model keefektifan tim

449 420 Komunikasi dari atas kebawah mengalir (berjalan) dari pucuk pimpinan keberbagai jenjang yang ada dibawahnya, berisi pesan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pimpinan. Dalam bentuknya yang nyata sebagian besar isi pesan yang disampaikan berupa instruksi atau perintah yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas organisasi yangantara lain mencakup: tugas apa yang harus dilaksanakan, siapa yangharus melaksanakan, dimana, kapan dan bagaimana cara melaksanakannya. Kecuali itu komunikasi dari atas kebawah dapat pula berupa petunjuk, pengarahan, penjelasan, tegoran dan permintaan laporan. Sebagian besar komunikasi dari atas kebawah disampaikan lewat saluran formal misalnya pertemuan-pertemuan atau rapatrapat resmi, konferansi-konferensi, dan juga dalam bentuk komunikasi tulisan. Pada gambar 1 komunikasi dari atas kebawah mengalir direktur kepada kepala bagian A dan B selanjutnya, dari kepala bagian A mengalir kepada kepala seksi C dan D sedangkan dari kepala bagian B mengalir kepala seksi E dan F. Berbagai arah komunikasi dalam organisasi Direktur Kepala Bagian A Kepala Bagian B KASI C KASI B KASI E KASI F Keterangan: Gambar Arah komunikasi dalam organisasi : Komunikasi vertikal dari atas kebawah : Komunikasi dari bawah ke atas : Komunikasi horizontal : Komunikasi diagonal

450 421 Komunikasi dari bawah ke atas berlangsung antara jenjang yang satu dengan jenjang lain yang tingkatannya lebih tinggi. Komunikasi jenis ini pada umumnya dimaksudkan untuk: 1. Memberikan umpan balik apakah pesan-pesan yang diterima dari pimpinan (atasan) sudah diterima dan dapat dimengerti. 2. Menyampaikan informasi yang diperlukan oleh atasan (misalnya laporan). 3. Menyampaikan pertanyaan-pertanyaan, keluhan dan juga untuk menyatakan kepuasan maupun ketidakpuasan. 4. Menyampaikan saran-saran dalam rangka penyempurnaan tugas-tugas dalam pengembangan organisasi. Komunikasi menyamping atau horizontal ialah prose penyampaian pesan-pesan dari anggota yang satu kepada anggota yang lain yang kedudukannya dalam jenjang organisasi setingkat. Komunikasi horizontal dapat berjalan menyamping kekiri dan dapat pula ke kanan. Komunikasi seperti itu perlu dilakukan dalam rangka koordinasi antar teman sejawat. Kecuali itu dapat pula dimanfaatkan untuk saling memperoleh informai yang dapat membantu memperbaiki dan memperlancar pelaksanaan tugas masing-masing anggota. Komunikasi horizontal dapat berlangsung secara formal, misalnya rapat-rapat kepala bagian, dan dapat pula berlangsung secara informal, mislnya pada saat makan siang dikantin. Pada contoh gambar 1 komunikasi horizontal berlangsung antara kepala bagian A dengan kepala bagian B, atau kepala seksi C dengan kepala seksi D, atau kepala seksi E dengan kepala seksi F. Berdasarkan penelitian, ternyata para pimpinan cukup banyak menghabiskan waktunya untuk mengadakan komunikasi horizontal. Jumlah waktu yang digunakan untuk berkomunikasi dengan cara itu menduduki urutan kedua banyaknya (12 jam seminggu), sedikit dibawah waktu yang digunakan untuk berkomunikasi kebawah, yaitu 13 jam seminggu. Komunikasi diagonal ialah komunikasi yang berlangsung antara seorang anggota dengan anggota lain yang kedudukannya dalam organisasi yang berbeda. Komunikasi itu berlangsung menyilang. Jadi, seseorang mungkin berkomunikasi dengan orang lain yang kedudukannya lebih tinggi atau mungkin lebih rendah dari dirinya sendiri dan mereka itu berada pada bagian yang berbeda. Sebagai contoh, pda gambar 1 komunikasi diagonal dapat saja berlangsung antara kepala seksi C dengan kepala bagian B, atau kepala bagian A dengan kepala seksi E dan seterusnya. Komunikasi

451 422 diagonal bertujuan untuk saling tukar informasi guna memecahkan masalah yang pemecahannya memerlukan masukan dari berbagai sumber. Sumber-sumber informasi semacam itu adakalanya berasal dari bagian lain yang jenjangnya berbeda. Karena sifatnya yang seperti itulah maka komunikasi diagonal umumnya bersifat informal. Dengan hubungan kerja dan komunikasi yang baik, diharapkan proses produksi tidak mengalami hambatan. Saling menghargai dan mengerti tanggungjawab masingmasing merupakan keberhasilan komunikasi. Semua komponen berperan aktif mewujudkan hubungan kerja yang baik. Pimpinan yang dapat menempatkan diri secara tepat akan berdampak sangat baik bagi produktivitas karyawan, begitupun karyawan yang dapat memahami peran dan tanggungjawabnya akan sangat membantu keterlaksanaan pencapaian tujuan perusahaan. 3. Strategi Komunikasi dalam Mengikat Pelangan Pelanggan adalah raja, pernyataan tersebut tidaklah berlebihan. Untuk menarik pelanggan kita harus menggunakan segala upaya yang terbaik agar pelanggan tetap setia kepada produk atau jasa yang kita hasilkan. Pelanggan harus mendapatkan yang terbaik karena sebenarnya dialah yang menggaji kita. Gambar Ilustrasi memperlakukan pelanggan secara profesional

452 423 Pimpinan harus selalu belajar, baik itu melalui buku, majalah, koran, seminar, televisi, atau belajar langsung ketika berhadapan dengan konsumen. Belajar merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari, dengan belajar kita dapat memahami berbagai macam karakteristik orang dan pengetahuan dalam rangka memperlancar proses komunikasi untuk mendapatkan pekerjaan dan kemungkinan membuka peluang baru. Sulit dibayangkan ketika ada seorang pelanggan yang sebenarnya sangat potensial, ketika kita diajak berkomunikasi tidak nyambung, karena keterbatasan pengetahuan yang kita miliki. Atau kita merasa pandai dengan berlagak sok pintar yang membuat pelanggan menjadi risih, karena hal-hal yang kita sampaikan tidak ada gunanya bagi dia. Apapun tipe, model, atau gaya seorang konsumen, mereka harus kita layani sebaikbaiknya dengan tetap berpegang pada tujuan organisasi. Kita harus menghormati mereka, melayani adalah suatu roh yang kuat, yang menjadikan unit produksi sekolah menjadi maju dan berkembang dengan baik. Ada jargon yang bisa kita gunakan sebagai kiat untuk melayani konsumen Jadikan Pelanggan sebagai Teman. Makna yang terdalam dari jargon ini, yaitu : 1. Pelanggan merasa dihormati keberadaannya. 2. Menjadikan konsumen yang memberikan order sebagai pelanggan militan. Beberapa hal yang perlu dipahami dalam berkomunikasi dengan pelanggan, yaitu : (1) latar belakangnya (darimana asalnya, pendidikan, apa profesinya), (2) menggunakan bahasa yang baik, (3) mampu menjadi pendengar yang baik, (4) memiliki wawasan yang luas, (5) memiliki kepribadian yang menarik, (6) rendah hati, dan (7) pandai menjaga perasaan pelanggan. Tips keberhasilan dalam membangun usaha, antara lain : T Tanggung Jawab U Ulet T Tekun T Teliti T Tulus Hati I Ilahi

453 424 Gambar Ilustrasi keberhasilan membangun usaha Manusia boleh merencanakan, berusaha dengan keras, tekun, dan seterusnya. Tapi perlu dipahami secara tulus, keberhasilan mencapai tujuan adalah ranah atau keputusan Ilahi. Jika kita berhasil, itu merupakan kurnia Tuhan yang patut disyukuri, tetapi jika gagal mungkin Tuhan meminta kita untuk instropeksi dan berusaha lebih maksimal lagi. Pandangan yang memutarbalikkan, yang selalu berkata kegagalan itu adalah nasib atau takdir saya. Pandangan tersebut adalah Salah Besar atau lebih tepatnya Benar-benar Salah. Bagaimana mereka dapat mengatakan itu, kalau hanya malas, tidak mau bekerja tekun, dan tidak mau bekerja keras, apakah mereka dapat kaya?. Kaya atau berhasil adalah keputusan pribadi. Jika ingin berhasil rencanakan dan proseslah mulai dari sekarang Melayani dengan Hati Konsep melayani dengan hati, timbul dari keprihatinan penulis, yang mencermati keadaan bangsa kita saat ini. Pengaruh gaya hidup hedonisme telah melanda hampir di setiap lini kehidupan. Segala sesuatu yang dilakukan selalu dikaitkan dengan harta benda

454 425 dan kekuasaan. Tidak bisa kita pungkiri, bahwa setiap manuia membutuhkan alat yang namanya uang. Dengan uang kita bisa mendapatkan sesuatu yang kita inginkan dengan mudah, dengan uang kita mendapatkan kemewahan dunia. Uang akan sangat bermakna manakala kita yang mengendalikannya, tapi akan sangat berbahaya jika uang ada dihati. Kalau segala sesuatu selalu di ukur dengan uang, manusia akan menjadi srigala bagi manusia yang lain atas nama uang. Persahabatan, persaudaraan, hormat-menghormati menjadi sesuatu yang jauh dari kehidupan kita. Faktor terpenting dari konsep melayani dengan hati adalah bekerja dengan maksimal dan tanpa pamrih. Apapun yang dilakukan dengan sungguh hati akan menghasilkan sesuatu yang baik. Kadang pernyataan itu begitu mudah dinyatakan, tapi sangat berat dilaksanakan. Melayani dengan hati adalah perpaduan unsur logika, cara berpikir ilmiah, intuisi, dan hati. Ada beberapa cara yang dapat diterapkan, jika kita ingin menerapkan konsep ini, antara lain : 1. Sempatkan waktu menit dalam sehari untuk hening dan menenangkan pikiran, menyadari bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang seyogyanya harus saling mengasihi. 2. Memahami secara subtansi tujuan perusahaan dan masukkan pemahaman itu dalam alam bawah sadar kita. 3. Mengisi otak dengan banyak membaca tentang wirausaha, kisah orang-orang sukses, kepemimpinan dan buku-buku tentang manajemen hati. 4. Mencintai pekerjaan dan bekerjalah tanpa pamrih. 5. Jangan mudah putus asa, dan rendah hati. 6. Mintalah pembimbingan Tuhan disetiap akan mengambil kebijakan. Percayalah dengan segenap hatimu, Tuhan tidak akan meninggalkanmu berjalan sendirian Mengembangkan Intuisi dengan Analisis Pasar Perusahaan sebaiknya mengetahui dinamika pasar sesuai dengan bidang yang sedang ditekuni. Sangat sulitlah produk/ jasa yang kita hasilkan dapat diterima oleh konsumen, jika kebijakan yang dibuat bertentangan dengan kemauan pasar. Perkembangan bisnis percetakan sangat cepat, disamping mesin-mesin cetak yang semakin modern, jumlah pemainnya juga semakin banyak. Dengan bermunculnya

455 426 usaha-usaha baru di bidang percetakan, kita harus menyikapi secara hati-hati dan cerdas. Hal yang harus diperhatikan, diyakini, dan dijalankan ketika menjalankan sebuah usaha adalah kualitas, kuantitas, waktu, dan pelayanan maksimal, itu merupakan syarat yang tidak bisa ditawar. Komitmen itu sebagai landasan untuk mengembangkan usaha agar seluruh komponen yang ada bersinergi untuk mengupayakan sesuatu yang terbaik buat kelangsungan usaha. Langkah awal sebagai data, ketika kita akan mengambil sebuah kebijakan yang berorientasi pada pasar, antara lain : 1. Mengetahui secara umum domisili/ alamat percetakan yang ada di sekitar perusahaan (dari level kelurahan, kecamatan, hingga kota/ kabupaten) yang mempunyai kualifikasi sama dengan yang dimiliki perusahaan. 2. Mengetahui secara umum domisili/alamat percetakan yang mempunyai kualifikasi lebih rendah/ lebih tinggi dari perusahaan. 3. Mengetahui secara umum berapa harga cetak untuk jenis pekerjaan yang banyak dibutuhkan konsumen, misalnya: (a) harga cetak per rim folio/ kuarto untuk cetakan hitam putih, dicetak dengan menggunakan mesin mini ofset, (b) harga per pelat untuk cetakan separasi dengan ukurun folio, A3, ½ plano, sampai 1 plano, (c) berapa minimal order yang diterapkan oleh kebanyakan percetakan untuk menentukan harga cetak, dan (d) harga per print untuk berbagai ukuran mesin cetak. 4. Menganalisa percetakan-percetakan yang dapat memberi harga cetak murah (berapa jumah tenaganya, berapa gaji karyawannya, bagaimana sistem kerjanya, bagaimana kualitas cetaknya, dsb.). Begitupun percetakan yang harga cetaknya relatif lebih mahal. 5. Mengetahui secara umum harga jenis-jenis bahan yang digunakan untuk mencetak (pelat, tinta, kertas, dsb.). 6. Melakukan kajian secara menyeluruh sumber daya yang kita miliki. 7. Memberi nama pada perusahaan yang mudah diingat, agar konsumen dapat dengan mudah mengenal dan mengingat institusi kita. 8. Ikut berperan aktif dalam organisasi atau asosiasi agar perusahaan kita dikenal oleh banyak komunitas.

456 427 Dengan menggunakan data diatas, diharapkan kita dapat mengambil keputusan yang berpihak kepada kepentingan perusahaan dan konsumen pengguna produk. Misalnya ketika kita akan menentukan harga cetak, dengan informasi-informasi yang ada dapat digunakan sebagai data, pilihan terbaik dan resiko minimal, tentunya itu yang kita ambil. Data yang patut dipertimbangkan, antara lain: 1. Perhitungan harga cetak dengan mempertimbangkan biaya penyusutan mesin, biaya tetap, biaya tidak tetap dan lain sebagainya yang dilakukan berdasarkan teori yang ada. 2. Perhitungan harga cetak per print yang didasarkan pada perhitungan percetakan lain (jumlah cetak minimal, 500 print/ pelat, 3000 print/ pelat, 5000 print/ pelat dan seterusnya disesuaikan dengan jenis mesin cetaknya). 3. Perhitungan harga cetak yang kita tentukan sendiri berdasarkan pada kondisi unit produksi sekolah dan tetap memperhatikan mekanisme pasar. Dari ketiga data tersebut diatas, faktor pelayanan sangat berpengaruh besar pada keyakinan konsumen, untuk mencetakkan ditempat kita. Kebijakan yang tidak berorientasi pada pasar sebaiknya segera ditinggalkan agar perusahaan semakin mendapat tempat di hati konsumen cetak, antara lain : 1. Melayani konsumen dengan semau gue (menempatkan konsumen sebagai orang yang membutuhkan kita). 2. Menentukan harga cetak dengan tidak mempertimbangkan persaingan pasar yang semakin kompetitif. 3. Mekanisme pelayanan konsumen yang terlalu birokratis (tersentral hanya kepada satu orang saja). 4. Kurang peka terhadap keluhan konsumen. 5. Kualitas cetakan yang rendah dan waktu pengerjaan yang lamban. 6. Lamban menghadapi masalah (jika terjadi cetakan salah yang diakibatkan oleh kesalahan kita, penanganan kita yang berbelit-belit mengakibatkan konsumen jera untuk mencetakkan lagi).

457 Kombinasi antara Analisis Pasar dan Intuisi Intuisi menurut Rorty dalam Mutis mempunyai empat arti pokok, yaitu : (1) sebagai firasat atau keyakinan tanpa pembuktian yang tidak didahului dengan penalaran atau penyimpulan, (2) sebagai pengetahuan tanpa didasarkan pada penalaran dan langsung mengenai kebenaran sebuah pernyataan, (3) sebagai pengetahuan langsung mengenai sebuah konsep, dan (4) pengetahuan tanpa pernyataan (tanpa kata). Masih dalam Mutis, Westscott menyebutkan komponen kunci dari intuisi adalah pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki sepanjang hidup kita, kita tak henti-hentinya membuat keputusan-keputusan yang rumit tanpa sadar menyaring sejumlah besar informasi yang telah kita peroleh. Lebih lanjut Kehoe (2004 : 46-47) menyebutkan Henry Mintzberg, penulis Harvard Business Review menyatakan bahwa eksekutif perusahaan sering berpedoman pada intuisi. Ia menyimpulkan bahwa kesuksesan tak hanya bersandar pada konsep dangkal pemikiran yang disebut rasio, tapi juga pada logika dan intuisi yang kuat. Pendiri CNN dan miliuner Ted Turner berkata, cita-cita dan intuisi bekerja bersama-sama. Para ahli mengatakan bahwa informasi yang masuk dalam alam sadar kurang dari satu persen. Alam sadar hanya mengetahui dan mengerti pengalaman pribadi dan pengetahuan anda, sedang alam bawah sadar selalu terhubung dengan seluruh sistem dan punya akses ke seluruh sistem energi intuisi. Dicontohkan oleh Mutis (1995 : 13) penemu walkman, yakni mendiang Akio Morita, presiden direktur Sony Corporation. Ia menemukan produk ini, didasarkan pada intuisi bahwa orang-orang yang olahraga lari pagi tentu membutuhkan hiburan dengan suara yang segar, kekuatan intuisinya itu memberikan hasil yang menakjubkan. Intuisi bisa saja menjadi kurang efektif jika kurang ada pemahaman yang mendalam tentang subyek yang akan dijawab, dan kurang ada kesempatan untuk mempertajam intuisi sendiri. Disisi lain, analisis ilmiah dalam penataan bisnis yang baik dapat dilakukan di mana saja sejauh dimungkinkan memperoleh data yang relevan dan kalau tak punya data yang tepat pada waktu yang tepat, analisis ilmiah dalam bisnis bisa mubazir.

458 429 Intuisi yang berkembang dengan baik dapat membuat seseorang menjadi kreatif dan inovatif. Kreatif dan inovatif sangat diperlukan untuk mengembangkan suatu usaha sehingga tidak mengalami kejenuhan atau bahkan mandeg. Keberanian untuk mengambil keputusan merupakan sesuatu yang dibutuhkan agar roda usaha dapat berjalan dengan baik. Keputusan yang didasari dengan analisis pasar yang cermat serta intuisi yang tajam sesuai situasi dan konteks bisnis akan menghasilkan keputusan yang tepat dan menguntungkan. Analisis pasar yang akurat dikombinasikan dengan intuisi dan disertai dengan doa yang kuat, niscaya perusahaan akan dapat berkembang dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Tanggung jawab, tulus, kerja keras, berani, setia pada pekerjaan, kunci sukses menjalankan sebuha usaha. 4. Strategi Pemasaran Istilah strategi pemasaran dapat dirumuskan sebagai suatu tindakan penyesuaian untuk mengadakan reaksi terhadap situasi lingkungan tertentu (baru dan khas) yang dapat dianggap penting, dimana tindakan penyesuaian tersebut dilakukan secara sadar berdasarkan pertimbangan yang wajar. Perencanaan strategi pemasaran terdiri dari : a. Pembagian wewenang kerja beserta tanggung jawabnya masing-masing. Berkaitan dengan siapa yang merencanakan dan melaksanakan. b. Lokasi Kegiatan Berkaitan dengan dimana suatu jenis usaha atau suatu bidang usaha dilaksanakan. c. Waktu Berkaitan dengan unsur kapan dalam penentuan suatu kebijakan. d. Pelaksanaan tindakan yang terperinci Berkaitan dengan bagaimana penjabaran dari tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut:

459 430 SITUASI BARU DAN KHAS ANALISIS PERTIMBANGAN STRATEGI PERENCANAAN STRATEGI SIAPA? DIMANA? KAPAN? BAGAIMANA? PENGAWASAN Gambar Bagan perencanaan strategi pemasaran Usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk membiasakan diri secara teratur dalam memilih pasar beserta produk apa yang akan dipasarkan berdasarkan pertimbangan pada situasi lingkungannya. Faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian adalah segi-segi kekuatan dan kelemahan perusahaan, tujuan apa yang akan dicapai, seberapa jauh kemampuan dana yang tersedia serta kebiasaan dan kegiatan perusahaan pada saat ini. Untuk lebih memudahkannya lagi, maka pada bagan dibawah ini dapat dilihat beberapa kaitan antara strategi pemasaran dengan situasi umum perusahaan. SITUASI UMUM PERUSAHAAN STRATEGI MARKETING ATAU STRATEGI PRODUK/PASAR SITUASI MARKETING MIX TAKTIK MARKETING Gambar Bagan kaitan antara strategi pemasaran dengan situasi umum perusahaan

460 431 Dalam bagan tersebut di atas, kita melihat adanya strategi kombinasi unsur-unsur pemasaran, biasanya lebih dikenal dengan istilah strategi marketing mix. Ini merupakan suatu strategi yang menyangkut koordinasi antara: 1. Product, yakni bagaimana karakteristik dan ciri-ciri suatu produk ditetapkan. 2. Promotion, yakni bagaimana koordinasi cara-cara promosi digunakan. 3. Price, yakni bagaimana kebijaksanaan penetapan harga diputuskan. 4. Place, yakni bagaimana cara pendistribusian produk dilaksanakan Beberapa Cara Pendekatan Strategi Pemasaran A. Pendekatan strategi pemasaran yang berhubungan dengan faktor-faktor ekstern, pendekatan ini sangat bergantung pada penekanannya. Penekanan pada faktor konsumen Penekanan pada struktur persaingan Penekanan pada situasi pasar B. Pendekatan strategi pemasaran yang berhubungan dengan tujuan perusahaan Tujuan perusahaan adalah memperoleh laba sebesar-besarnya. Hal ini dapat dicapai dengan menekan biaya atau dengan memperbesar hasil penjualan (omzet). Pendekatan pada penekanan biaya, dapat dilakukan melalui dua hal yaitu: 1) Mencoba untuk menerapkan teknik-teknik produksi baru yang akan dapat menghemat biaya. 2) Menggabungkan beberapa segmen pasar, sebab cara yang demikian akan dapat juga menghemat biaya pemasaran. Pendekatan pada memperbesar hasil penjualan, dapat dilakukan dengan cara memperbesar volume penjualan sedangkan harga tetap tidak berubah. Hal ini dapat dilakukan melalui pendekatan strategi pertumbuhan bagian pasar. Dengan demikian hasil penjualan akan bertambah, akan tetapi kemampuan perusahaan dapat menurun sampai sedemikian rendahnya dan dana-dana akan meningkat sedemikian tingginya. C. Pendekatan strategi pemasaran yang bersifat menyeluruh Pendekatan daya tarik pasar atau pendekatan posisi usaha merupakan pendekatan yang menggabungkan berbagai macam faktor di dalam suatu kerangka pemikiran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

461 432 Tabel Pendekatan-pendekatan strategi Dasar Penekanan Faktor-faktor ekstern - Konsumen - Persaingan - Pasar - Teknologi - Kombinasi unsur-unsur pasar dan persaingan Dasar Pendekatan - Strategi efektivitas dan segmentasi pasar - Penempatan bersaing - Pendekatan permintaan dan siklus kehidupan suatu produk (PLC) - Pendekatan teknologi - Strategi bagian pasar Faktor-faktor intern - Menekan biaya serendahrendahnya (minimalisasi) - Menambah hasil penjualan sebanyak-banyaknya (maksimalisasi) dengan meningkatkan volume penjualan. - Menambah hasil penjualan sebanyak-banyaknya dengan menaikan harga penjualan Semua faktor - Stategi efisiensi dan countersegmentasi pasar - Strategi pertumbuhan, strategi bagian pasar dan strategi pertumbuhan menyeluruh - Segmentasi pasar, strategi efektivitas dan pendekatan margin Pendekatan daya tarik pasar/posisi usaha 4.2. Peranan Customer Service Representative di Industri Percetakan Peran dan pekerjaan dari Customer Service Representative (CSR) adalah sangat penting, mereka adalah garda depan perusahaan, mereka adalah wajah dari perusahaan. Secara tradisional CSR menjalankan fungsi pekerjaan yang umumnya dilakukan ole sales representative, manajer dan atau bahkan manajer produksi. Secara mendasar pekerjaan CSR adalah menjembatani antara customer dan plant (bagian produksi) setelah order diterima oleh perusahaan. Peran ini mengurangi pekerjaan sales representative di bagian produksi dalam follow-up order dan komunikasi detil dengan pelanggan untuk pekerjaan cetak. Yang pada akhirnya mendorong sales representative lebih fokus untuk mencari pelanggan dan order diluaran. CSR pada saat yang bersamaan

462 433 juga mengurangi beban manajer produksi dari pekerjaan berkomunikasi dengan pelanggan yang memakan waktu. CSR sendiri mensyaratkan orang dengan tingkat kesabaran dan ketelitian yang tinggi dilengkapi dengan skill yang bagus dibidang komunikasi dan organisasi dengan banyak orang. Mereka tentunya harus melengkapi diri dengan pengetahuan yang cukup tentang proses produksi. Syarat terakhir ini mutlak karena mereka sebagain CSR harus bisa meladeni dan menanggapi isu yang terjadi dan kondisi yang baku di ruang produksi cetak, karena kalau tidak maka CSR tidak akan mendapatkan dukungan yang baik dan nyaman dari operator cetak. Tidak umum anda menemui CSR dipercetakan kecil yang biasanya semua jenis pekerjaan dilakukan secara paralel oleh satu orang, biasanya dilakukan oleh sales representative atau malah manajer produksi. Tidak gampang untuk menentukan kapan suatu percetakan memerlukan CSR, di US secara umum bila suatu percetakan mempunyai bisnis tahunan sekitar $1,5 juta atau kurang lebih $120 ribu perbulan (1 milyar rupiah), maka umumnya percetakan tersebut menggunakan CSR. Bagi kita di Indonesia, tentunya nilai konversi ke rupiah tidak bisa dipukul rata, anda dengan cerdik harus melakukan penyesuaian dengan berbagain kriteria berikut ini. Kriteria bisa berdasarkan besaran suatu order, jumlah rata-rata order dalam satu plant dalam satu waktu, dan bahkan kebutuhan melakukan komunikasi dengan pelanggan. Untuk hal terakhir ini bila pekerjaan cetak sangat detil dan ordernya memberi profit yang besar maka sah-sah saja dibutuhkan seorang CSR. Sepanjang profit suatu pekerjaan atau sekelompok order dapat menutupi gaji CSR dan saat bersamaan sales representative dan manajer produksi bisa lebih memberi sumbangan besar berupa order tambahan dan efisiensi produksi, maka keputusan menggaji seorang CSR patut diambil. Bila percetakan anda mempunyai order yang berulang-ulang, jumlah besar, dan order lebih menjadi proses penerimaan order belaka, maka perlu menata ulang sistim sales marketing dengan mendapat dukungan CSR, kemudian mengalokasi sales representative mencari pelanggan baru dan menargetkan manjer produksi mencari jalan atau sistim mengurangi biaya produksi untuk memaksimalkan profit dari order tersebut.

463 Faktor-faktor yang Menghambat Laju Keberhasilan Industri/ Perusahaan Grafika Persaingan dunia usaha yang kompetitif, mau tidak mau merubah paradigma lama, yang menempatkan konsumen sebagai orang yang membutuhkan kita. Konsumen adalah orang yang seharusnya kita layani secara professional, tanpa konsumen mustahil perusahaan akan bisa bertahan lama. Hal melayani konsumen adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar. Seluruh komponen yang ada di perusahaan, dari pegawai yang paling rendah hingga pucuk pimpinan, harus bahu-membahu dalam mendorong tercapainya tujuan perusahaan. Selain pengelolaan yang professional, yaitu (1) pengelolaan administrasi perkantoran dan keuangan, (2) sumber daya mesin, alat, gedung, dan sebagainya, (3) pengelolaan sumber daya manusianya, (4) pelayanan kepada konsumen, (5) kualitas, kuantitas, harga produksi/jasa, dan (6) strategi pemasarannya juga perlu dicermati pula hal-hal yang menghambat laju perusahaan, antara lain : 1. Penampilan atau performance perusahaan yang apa adanya, yang membuat konsumen tidak nyaman, misalnya : a. tidak adanya ruang tamu/ tunggu yang nyaman b. penempatan barang/ benda yang semrawut 2. Pelayanan yang semau gue, antara lain : a. ketika konsumen datang ke perusahaan lambat dalam pelayanan b. memasang wajah yang kurang bersahabat dalam melayani konsumen c. kompetensi customer service yang kurang/ rendah 3. Kualitas dan ketepatan waktu tidak sesuai perjanjian a. Dalam membuat kesepakatan waktu pengerjaan, alangkah bijaksananya dipertimbangkan faktor toleransi jika ada kesalahan teknis. Jadi seandainya terjadi kesalahan dalam proses pengerjaan, masih ada waktu untuk melakukan perbaikan. Sehingga waktu yang disepakati tidak terlampaui. b. Komunikasi yang tidak terarah. Komunikasi yang baik dan subtansial akan menjauhkan dari kesalahan komunikasi. Sehingga tidak terjadi perintah yang tidak sesuai dengan permintaan konsumen.

464 435 c. Tidak memperdulikan konsistensi kualitas. Seluruh komponen perusahaan harus sadar kualitas. Apapun alasannya tujuan akhir dari produk yang kita hasilkan adalah kualitas. Perlu adanya pelatihanpelatihan teknis dan non teknis agar pegawai tidak lalai terhadap kualitas pekerjaan. d. Terlambat dalam pengerjaan order. Waktu pengerjaan yang sesuai dengan permintaan konsumen akan menambah kepercayaan konsumen semakin meningkat. Pola pelayanan yang menginformasikan terlebih dulu bahwa pekerjaan akan atau sudah selesai sangat baik dilakukan. Hal ini membuat konsumen akan nyaman atau khawatir kalau pekerjaannya tidak dikerjakan, terlambat, atau tidak jadi sesuai kesepakatan. 4. Bidang pekerjaan yang spesialis Semakin bervariasi bidang yang dikerjakan oleh sebuah perusahaan akan berdampak positif terhadap pelayanan kepada konsumen. Konsumen tidak perlu susah-susah membawa ke perusahaan lain untuk pengerjaan lanjutan, misalkan dalam proses pembuatan buku, ada pekerjaan laminasi dob, ril, foil, lipat, jilid hard cover/ soft cover, dan lain-lain. Perusahaan yang dapat melayani secara tuntas akan membuat konsumen merasa nyaman, yang pada gilirannya akan memberikan order lagi ke perusahaan. Seandainya perusahaan belum mampu menjadi perusahaan mandiri, ada baiknya bekerjasama dengan perusahaan lain untuk mendukung kelancaran pengerjaan order. 5. Tidak adanya patokan harga Ada baiknya dalam memberikan harga kepada konsumen yang rasional dan tidak berubah-ubah. Harga bukan merupakan satu-satu komponen yang membuat konsumen lari dari perusahaan kita. Ada sebagian konsumen yang tidak mempermasalahkan harga, dengan syarat pekerjaannya kualitasnya baik dan tepat waktu. Penempatan posisi perusahaan di hati para konsumen, tergantung bagaimana perusahaan tersebut menempatkan diri. Jika mengharapkan pada posisi yang mempunyai daya tawar tinggi, hal-hal yang berkaitan dengan (a) kualitas, (b) pelayanan maksimal, (3) ketepatan waktu, dan (c) promosi harus mendapat porsi yang lebih.

465 Tidak adanya pelayanan purna jual Yang dimaksud purna jual ini berkaitan dengan pelayanan perusahaan sampai pada divisi pengiriman. Jika terjadi barang cetakan rusak sebelum diterima konsumen, perusahaan harus berbesar hati untuk mengganti sejumlah kerusakan yang ditimbulkan. Begitupun jika dalam proses pengerjaan order, terjadi kesalahan yang diakibatkan karena kesalahan pegawai. Pihak perusahaan tidak sepatutnya bebelit-belit atau mengulur-ngulur waktu untuk menggantinya. Kesigapan perusahaan untuk segera memberi kepastian kepada konsumen akan meningkatkan kepercayaan konsumen pada perusahaan. 7. Berkutat pada lingkungan pergaulan yang sempit Alangkah baiknya jika perusahaan terlibat aktif dalam berbagai organisasi yang sejenis, sehingga perusahaan mudah dikenal masyarakat. Perlu adanya pengelolaan yang cerdas dan simpatik ketika perusahaan melibatkan diri dalam organisasi. Selain keuntungan mendapatkan order, dampak negatif yang biasanya sering timbul dengan aktif dalam organisasi, antara lain (a) banyak orang/ institusi yang mengajukan proposal/ sumbangan, dan (b) adanya berbagai kegiatan yang membutuhkan peran serta perusahaan berupa uang atau yang lainnya. Untuk menghindari penyalahgunaan keuangan perusahaan yang tidak sesuai dengan peruntukkan, perlu adanya manajemen keuangan yang terukur. Sehingga tidak muncul pencampuradukan kepentingan yang mengakibatkan perusahaan kolap. 6. Menerapkan Standar Kualitas Persaingan dunia usaha dewasa ini semakin ketat dan diwarnai dengan perubahan orientasi dari ekonomi produksi ke ekonomi pasar. Persaingan tidak hanya pada produktivitas dan rendahnya harga tetapi lebih pada mutu atau kualitas, kenyamanan, kemudahan, ketepatan, waktu, dan pelayanan. Faktor utama yang menentukan bonafiditas suatu perusahaan adalah mutu barang dan jasa yang dihasilkan. Produk atau jasa yang bermutu adalah yang sesuai dengan keinginan konsumen. Sedangkan mutu itu sendiri yaitu keseluruhan ciri atau karakteristik produk atau jasa dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Karena dalam hal ini, mutu memiliki dua perspektif, yaitu perspektif produsen dan konsumen. Bila kedua sisi tersebut disatukan, maka kesesuaian antara keduanya dapat tercapai. Maka dari itu mutu

466 437 memerlukan proses perbaikan yang terus-menerus (continuous improvement process) sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan kepada konsumen yang dapat dilihat dari mutu produk yang dihasilkan. Untuk menganalisis karakteristik kualitas produk pada industri manufaktur meliputi performance (kesesuaian produk dengan fungsi utama produk), feature (ciri khas produk), reliability (kepercayaan pelanggan terhadap produk), conformance (sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang ditetapkan), durability (tingkat keawetan produk), serviceability (kemudahan memperbaiki dan memperoleh komponen produk), aesthetic (daya tarik produk), perception (fanatisme konsumen terhadap merek karena reputasi produk). Untuk menghasilkan mutu produk terbaik diperlukan pengawasan yang maksimal selama proses produksi sehingga apabila ada kesalahan atau cacat produk masih bisa diperbaiki sebelum produk akhir. Dengan begitu dapat meminimalisir cacat produk dan juga menekan biaya produksi yang dikeluarkan untuk mengganti produk yang cacat. Mutu tak hanya berpatok pada industri manufaktur tetapi juga pada industri jasa. Adapun ukuran mutu industri jasa yaitu communication (hubungan antara penerima dengan pemberi jasa), credibility (kepercayaan penerima jasa terhadap pemberi jasa), security (keamanan terhadap jasa yang ditwarkan), knowing the costumer (pemahaman terhadap kebutuhan dan harapan penerima jasa), tangibles (ukuran atau standarisasi dalam pemberiaan pelayanan), reliability (konsistensi dalam memenuhi janji para penerima jasa), responsiveness (tanggapan terhadap kabutuhan dan harapan penerima jasa), competence (kemampuan dalam memberikan jasa), access (kemudahan untuk dihubungi oleh penerima jasa), courtesy (kesopanan, respek, perhatian, dan kesamaan dalam hubungan personil). Manajemen yang baik akan berpengaruh pada mutu produk/ jasa yang dihasilkan. Manajemen merupakan seluruh kegiatan organinasi yang melibatkan penyusunan dan pencapaian tujuan, penilaian prestasi, dan pengembangan suatu filosofi dalam melaksanakan kegiatan yang memberi keyakinan terhadap keberadaan organisasi di tengah suatu sistem sosial di mana organisasi itu berada (Harahap, 2001:4). Manajemen dalam menjalankan roda organisasi memiliki tugas dan fungsi untuk merealisir tujuan organisasi yang dibebankan kepadanya. Terry dalam harahap merumuskan fungsi organisasi POAC yaitu : planning, organizing, actuating, dan controlling. Manajemen yang selalu berjalan sesuai rel organisasi akan membawa kepada mutu dan produktivitas.

467 Mengirimkan Hasil Cetakan (Ekspedisi) Keseluruhan proses produksi adalah mengirimkan hasil cetakan kepada konsumen dalam keadaan yang baik. Sebelum dikirim barang cetakan dikemas terlebih dulu untuk menghindari kerusakan dan tercerai berainya barang cetakan. Perlu diperhatikan, apakah pengiriman hanya perlu diikat saja, dibungkus rapi dengan kertas pembungkus yang ada, atau dibungkus dengan spasifikasi pembungkus yang telah dipersyaratkan. Barang cetakan yang akan dikirim perlu dilengkapi surat jalan agar barang tersebut ada identitasnya. Hal-hal yang sebaiknya diketahui sebelum mengirimkan barang cetakan : 1. Barang cetakan yang dikirim sudah sesuai dengan surat perintah pengiriman barang. 2. Kondisi barang cetakan yang akan dikirim dalam keadaan baik. 3. Kemasan yang kokoh sesuai dengan karakteristik barang yang dikirim. 4. Nama dan alamat pengiriman jelas. 5. Jika barang yang akan dikirim lebih dari satu macam, beri kode tertentu agar tidak terjadi salah kirim. 6. Dilengkapi dengan surat jalan dan tanda terima barang. Jika pengiriman harus melalui jasa pos, tanyakan kepada petugas berapa hari barang tersebut sampai ketujuan. Hal ini berkenaan dengan ketepatan waktu yang telah disepakati dengan pemesan. Pengiriman yang menggunakan mobil dengan bak terbuka harus dilengkapi dengan kain penutup atau terpal yang tahan terhadap air. Hal ini menghindari bila sewaktu-waktu terjadi hujan. Mobil yang tidak layak jalan jangan digunakan atau sebaiknya diperbaiki dulu, sehingga tidak memperlambat durasi pengiriman. Ciri pelayanan yang baik adalah konsumen puas dengan produk dan cara kerja kita. Bagian ekspedisi ini merupakan salah satu bagian penentu keberhasilan melayani konsumen. Apa jadinya jika semua yang dilakukan sudah maksimal, tapi barang cetakan tidak sampai ke konsumen, rusak karena ceroboh dalam pengangkatan, hilang, atau terlambat sampai ke tangan konsumen. Kemungkinan itu tidak terjadi jika dalam perencanaan pengiriman barang memperhatikan aspek-aspek diatas.

468 Gambar Perkiraan pasar media cetak dan prediksi penggunaan media dimasa yang akan datang 439

TEKNIK GRAFIKA DAN INDUSTRI GRAFIKA JILID 2

TEKNIK GRAFIKA DAN INDUSTRI GRAFIKA JILID 2 Antonius Bowo Wasono, dkk. TEKNIK GRAFIKA DAN INDUSTRI GRAFIKA JILID 2 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

Metode Produksi Grafika

Metode Produksi Grafika Modul ke: 02Fakultas Desain dan Seni Kreatif Metode Produksi Grafika KONSEP DESAIN GRAFIS Hapiz Islamsyah Program Studi Desain Produk KONSEP DESAIN GRAFIS Seorang desainer grafis harus memiliki pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE KERJA PRAKTEK

BAB III METODE KERJA PRAKTEK BAB III METODE KERJA PRAKTEK 3.1 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Praktek Kerja Industri dilakukan mulai tanggal 20 januari 2011 sampai dengan 20 maret 2011. Pelaksanaan kerja paraktek ini tidak mengikuti

Lebih terperinci

Metode Produksi Grafika

Metode Produksi Grafika Modul ke: Metode Produksi Grafika APAKAH GRAFIKA ITU Fakultas Teknik Perencanaan Dan Desain Program Studi Desain Grafis Sudarman SA, ST. AMd graf Ir. Gatot Sigiarto Apakah grafika itu Grafika berasal

Lebih terperinci

BAB III METODE KERJA PRAKTEK

BAB III METODE KERJA PRAKTEK BAB III METODE KERJA PRAKTEK 3.1 Waktu dan Lokasi Kerja praktek industri dilaksanakan di : Nama perusahaan Divisi : CV. Sinar Jaya Printing : Pra Cetak (Pre Press) Tempat : Jl. Kali Kepiting Jaya IV No.

Lebih terperinci

atas dua bagian besar

atas dua bagian besar Secara garis besar teknologi cetak terbagi atas dua bagian besar Teknologi Cetak dengan acuan Cetak Permanen (konvensional Printing) Teknologi Cetak Tanpa Acuan Cetak Permanen (Non Impact Printing) Teknologi

Lebih terperinci

SOAL UJIAN UTS METODE REPRODUKSI GRAFIKA 1 SOAL PILIHAN GANDA (25 SOAL)

SOAL UJIAN UTS METODE REPRODUKSI GRAFIKA 1 SOAL PILIHAN GANDA (25 SOAL) SOAL UJIAN UTS METODE REPRODUKSI GRAFIKA 1 SOAL PILIHAN GANDA (25 SOAL) 1. Di Cina sebelum tahun 220 M yaitu pada masa Dinasti Han telah ditemukan sebuah teknik cetak yang jugs dinamakan dengan istilah:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN EVALUASI

BAB IV HASIL DAN EVALUASI BAB IV HASIL DAN EVALUASI 4.1 Prosedur Kerja Praktek Pelaksanaan kerja praktek di Perusahaan CV. Sinar Jaya Printing dilakukan dalam waktu tiga bulan yang keseluruhannya di lakukan di bagian pra cetak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN EVALUASI

BAB IV HASIL DAN EVALUASI BAB IV HASIL DAN EVALUASI 4.1 Prosedur Kerja Praktek Pelaksanaan kerja praktek di CV Sinar Jaya Printing dilakukan dalam waktu dua bulan (tujuh minggu) yang keseluruhannya di lakukan di tiga departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE KERJA PRAKTEK. : Surat Kabar Harian Radar Tarakan. Tempat : Jalan Mulawarman ( Depan Bandara Juwata Tarakan )

BAB III METODE KERJA PRAKTEK. : Surat Kabar Harian Radar Tarakan. Tempat : Jalan Mulawarman ( Depan Bandara Juwata Tarakan ) BAB III METODE KERJA PRAKTEK 3.1 Waktu dan Lokasi Kerja praktek dilaksanakan di : Nama Perusahaan Divisi : Surat Kabar Harian Radar Tarakan : Layout Halaman Berita Tempat : Jalan Mulawarman ( Depan Bandara

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN

BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN Dalam implementasi desain, kegiatan yang terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Tahap persiapan 2. Tahap implementasi konsep desain 3. Separasi warna 4. Montage 5.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN...5 RUANG LINGKUP PEKERJAAN...

DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN...5 RUANG LINGKUP PEKERJAAN... KURIKULUM EDISI 2004 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN...5 1. KOMPETENSI UMUM...5 2. KOMPETENSI KEJURUAN...6 RUANG LINGKUP

Lebih terperinci

TEKNIK GRAFIS JILID 3 SMK. Pujiyanto

TEKNIK GRAFIS JILID 3 SMK. Pujiyanto Pujiyanto TEKNIK GRAFIS KOMUNIKASI JILID 3 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada Departemen

Lebih terperinci

REPRODUKSI GRAFIKA FDSK Desai Produk

REPRODUKSI GRAFIKA FDSK Desai Produk Metode Produksi Grafika Modul ke: REPRODUKSI GRAFIKA Fakultas 03FDSK Hapiz Islamsyah Sudarman SA, ST. AMd graf Program Studi Desai Produk Ir. Gatot Sugiarto. B.Sc Ir. Kamil Rusdi Abdullah, M.Si YANG

Lebih terperinci

Perhitungan Biaya Cetak PRINTING PROSES - VCD 018

Perhitungan Biaya Cetak PRINTING PROSES - VCD 018 Perhitungan Biaya Cetak PRINTING PROSES - VCD 018 ALOKASI TATAP MUKA 1st week 2nd week 3rd week 4th week 5th week 6th week 7th week 8th week - Digital Input - Graphic Software - Kertas - Sablon & Digital

Lebih terperinci

TUGAS PRAKARYA: SABLON

TUGAS PRAKARYA: SABLON TUGAS PRAKARYA: SABLON Pengertian Sablon Kata sablon berasal dari bahasa Belanda yaitu schablon yang merupakan suatu teknik cetak-mencetak suatu desain grafis dengan menggunakan kain gasa atau biasa disebut

Lebih terperinci

METODE KERJA PRAKTEK. dari tanggal 16 Januari sampai dengan 16 Maret 2011.selama 2 bulan

METODE KERJA PRAKTEK. dari tanggal 16 Januari sampai dengan 16 Maret 2011.selama 2 bulan 9 BAB III METODE KERJA PRAKTEK 3.1 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan kerja praktek dilakukan hampir selama dua bulan mulai dari tanggal 16 Januari sampai dengan 16 Maret 2011.selama 2 bulan diharapkan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE KERJA PRAKTEK. Kerja praktek dilaksanakan di : Nama perusahaan : CV. Petemon Grafika. : Bagian Pracetak

BAB III METODE KERJA PRAKTEK. Kerja praktek dilaksanakan di : Nama perusahaan : CV. Petemon Grafika. : Bagian Pracetak BAB III METODE KERJA PRAKTEK 3.1 Waktu dan Lokasi Kerja praktek dilaksanakan di : Nama perusahaan : CV. Petemon Grafika Divisi Tempat : Bagian Pracetak : Jl. Petemon Kali No. 43, Surabaya Kerja praktek

Lebih terperinci

Macam-macam Teknik Cetak. Reprografika Dkv216

Macam-macam Teknik Cetak. Reprografika Dkv216 Macam-macam Teknik Cetak Reprografika Dkv216 Prinsip dasar percetakan Percetakan pada dasarnya adalah memindahkan obyek gambar dengan proses: Gambar desain (konsep) Film (media pemindah) Inking (proses

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2013 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK GRAFIKA

KISI UJI KOMPETENSI 2013 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK GRAFIKA KISI UJI KOMPETENSI 2013 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK GRAFIKA Kompetensi Keahlian : 1. Persiapan Grafika 2. Produksi Grafika Kompetensi Utama Pedagogik Kompetensi Inti Kompetensi Guru Mapel Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, pada saat itu hanya berbentuk susunan huruf yang disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, pada saat itu hanya berbentuk susunan huruf yang disebut dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Grafika menurut sejarah berasal dari bahasa Yunani yang berarti huruf atau lambang. Awal perkembangannya sekitar tahun 3.000 SM proses cetak dilakukan pertama

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI INDUSTRI

PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI INDUSTRI Bambang Suhardi PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI INDUSTRI JILID 1 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN EVALUASI

BAB IV HASIL DAN EVALUASI BAB IV HASIL DAN EVALUASI 4.1 Prosedur Kerja Praktek Pelaksanaan kerja praktek di CV. Lintas Nusa berlangsung dalam waktu dua bulan (kurang lebih 8 minggu) dan proses kerja praktek dilakukan pada bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Desain Desain Grafis berasal dari 2 buah kata yaitu Desain dan Grafis, kata Desain berarti proses atau perbuatan dengan mengatur segala sesuatu sebelum bertindak atau merancang.

Lebih terperinci

Metode Produksi Grafika

Metode Produksi Grafika Modul ke: Metode Produksi Grafika LETTERPRESS PRINTING Fakultas Teknik Perencanaan Dan Desain Program Studi Desain Grafis Sudarman SA, ST. AMd graf Ir. Gatot Sigiarto Ir. Kamil Rusdi A, M.Si. Letterpress

Lebih terperinci

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PERSIAPAN GRAFIKA

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PERSIAPAN GRAFIKA KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PERSIAPAN GRAFIKA No Inti Guru Standar Guru (SKG) Guru Mata (IPK) 1. Pedagogik Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUN PERUSAHAAN

GAMBARAN UMUN PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUN PERUSAHAAN 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan CV. Bayu Mandiri berdiri sejak tahun 2002, dimulai dengan usaha kecilkecilan yang terletak di Jl. Prambanan No. 3 saat itu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tersebut sudah mempunyai 5 mesin, yaitu 3 mesin cetak offset (2 mesin 2

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tersebut sudah mempunyai 5 mesin, yaitu 3 mesin cetak offset (2 mesin 2 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan CV. Petemon Grafika berdiri sejak tahun 2010, dimulai dengan usaha percetakan offset yang terletak di Jl. Petemon Kali No. 43 saat itu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semakin berkembangnya teknologi saat ini membuat persaingan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semakin berkembangnya teknologi saat ini membuat persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya teknologi saat ini membuat persaingan dalam dunia industri grafika, khususnya di Indonesia, diharapkan selalu mencari informasi dan pengalaman

Lebih terperinci

Jurnal PrintPack Vol. 1 No. 1 Februari 2017

Jurnal PrintPack Vol. 1 No. 1 Februari 2017 PENGARUH KUANTITAS AIR PEMBASAH PADA PROSES CETAK OFFSET Mohammad Djazman Addin Suryana Program Studi Teknik Grafika, Politeknik Negeri Media Kreatif PSDD Makassar e-mail : addinsuryana@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

WARNA PERSIAPAN GRAFIKA GRAPHIC DESIGN

WARNA PERSIAPAN GRAFIKA GRAPHIC DESIGN WARNA PERSIAPAN GRAFIKA GRAPHIC DESIGN SMK Negeri 4 Malang Jl. Tanimbar 22 Malang 65117Telp. ( 0341) 353798,Fax (0341) 353798 E-mail : surat@smkn4-mlg.info Definisi Warna Warna adalah salah satu elemen

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN

BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN Dalam implementasi desain, kegiatan yang dilakukan terdiri dari tahapan sebagai berikut: 1. Tahap Pesiapan, 2. Tahap Implementasi Konsep ke Dalam Desain, 3. Pembuatan Plate menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE KERJA PRAKTEK. Nama perusahaan : PT. Krisanthium Offset Printing. : Jl. Rungkut Industri III/19 Surabaya Jawa Timur.

BAB III METODE KERJA PRAKTEK. Nama perusahaan : PT. Krisanthium Offset Printing. : Jl. Rungkut Industri III/19 Surabaya Jawa Timur. BAB III METODE KERJA PRAKTEK 3.1 Waktu dan Lokasi Kerja praktek dilaksanakan di : Nama perusahaan : PT. Krisanthium Offset Printing Divisi Tempat : Design. : Jl. Rungkut Industri III/19 Surabaya Jawa Timur.

Lebih terperinci

BAB III METODE KERJA PRAKTEK

BAB III METODE KERJA PRAKTEK BAB III METODE KERJA PRAKTEK 3.1 Waktu dan Lokasi Kerja praktek dilaksanakan di : Nama perusahaan : PT. Krisanthium Offset Printing Divisi Tempat : Repro : Jl. Rungkut Industri III/19 Surabaya Jawa Timur.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUN PERUSAHAAN. CV. Bayu Mandiri berdiri sejak tahun 2002, dimulai dengan usaha kecilkecilan

BAB II GAMBARAN UMUN PERUSAHAAN. CV. Bayu Mandiri berdiri sejak tahun 2002, dimulai dengan usaha kecilkecilan BAB II GAMBARAN UMUN PERUSAHAAN 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan CV. Bayu Mandiri berdiri sejak tahun 2002, dimulai dengan usaha kecilkecilan yang terletak di Jl. Prambanan No. 3 saat itu perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE KERJA PRAKTEK. : Jl. Prambanan No. 09 Surabaya, Jawa Timur

BAB III METODE KERJA PRAKTEK. : Jl. Prambanan No. 09 Surabaya, Jawa Timur BAB III METODE KERJA PRAKTEK 3.1 Waktu dan Lokasi Kerja praktek ini dilaksanakan di : Nama Perusahaan Divisi Tempat/ alamat : CV. Bayu Mandiri : Post press : Jl. Prambanan No. 09 Surabaya, Jawa Timur Kerja

Lebih terperinci

TEKNIK PERKAYUAN JILID 1

TEKNIK PERKAYUAN JILID 1 Budi Martono dkk TEKNIK PERKAYUAN JILID 1 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada Departemen

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN. 2. Tahap Implementasi konsep ke dalam desain

BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN. 2. Tahap Implementasi konsep ke dalam desain BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN Dalam implementasi desain, kegiatan yang dilakukan terdiri dari tahapan sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan 2. Tahap Implementasi konsep ke dalam desain 3. Separasi Warna 4.

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. kualitas cetaknya yang meliputi kemasan dan brosur.

BAB III ANALISA. kualitas cetaknya yang meliputi kemasan dan brosur. BAB III ANALISA 3.1 Studi Eksisting Maksud dari studi eksisting ini adalah sebagai acuan atau tolak ukur bagi tugas akhir. Acuan tersebut berupa desain artwork, layout, jenis cetak hingga kualitas cetaknya

Lebih terperinci

TEKNIK PENGELASAN KAPAL JILID 2

TEKNIK PENGELASAN KAPAL JILID 2 Hery Sunaryo TEKNIK PENGELASAN KAPAL JILID 2 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada

Lebih terperinci

BAB IV PROSES DAN TAHAPAN PRODUKSI

BAB IV PROSES DAN TAHAPAN PRODUKSI BAB IV PROSES DAN TAHAPAN PRODUKSI 4.1. Definisi Proses Produksi Proses produksi dapat didefinisikan sebagai satu kegiatan dengan melibatkan tenaga manusia, bahan serta peralatan untuk menghasilkan produk

Lebih terperinci

10/27/2013 NAMA KELOMPOK : 1. RUDI YUSUF F ( ) 2. GENDRY C ( ) 3. BIMO L ( )

10/27/2013 NAMA KELOMPOK : 1. RUDI YUSUF F ( ) 2. GENDRY C ( ) 3. BIMO L ( ) NAMA KELOMPOK : 1. RUDI YUSUF F (1300022034) 2. GENDRY C (1300022031) 3. BIMO L (1300022021) 1 Printer Ink jet adalah printer yang memberikan cetakan dengan cara menyemprotkan titik titik tinta yang bermuatan

Lebih terperinci

Makalah. Penyelesaian. dan Pelapisan. Oleh: Azrilla Salsabilla DG 2B

Makalah. Penyelesaian. dan Pelapisan. Oleh: Azrilla Salsabilla DG 2B Makalah Penyelesaian dan Pelapisan Oleh: Azrilla Salsabilla DG 2B DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI...ii KATA PENGANTAR...iii BAB 1 PENDAHULUAN...1 I. Latar Belakang II. Perumusan Masalah III. Tujuan

Lebih terperinci

Membuat output image menggunakan printer.

Membuat output image menggunakan printer. Membuat output image menggunakan printer www.bambangherlandi.web.id Fungsi utama Fungsi utama dari printer adalah untuk melakukan proses pencetakan susunan yang telah dikerjakan dengan menggunakan komputer

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN EVALUASI. kurang lebih lima minggu yang keseluruhannya dilakukan di bagian redaksi.

BAB IV HASIL DAN EVALUASI. kurang lebih lima minggu yang keseluruhannya dilakukan di bagian redaksi. BAB IV HASIL DAN EVALUASI 4.1 Prosedur Kerja Praktek Pelaksanaan kerja praktek di Majalah Al Falah dilakukan dalam waktu kurang lebih lima minggu yang keseluruhannya dilakukan di bagian redaksi. Waktu

Lebih terperinci

1.1 Intensitas. 1.2 Luminansi. 1.3 Lightness. 1.4 Hue. 1.5 Saturasi

1.1 Intensitas. 1.2 Luminansi. 1.3 Lightness. 1.4 Hue. 1.5 Saturasi 1.Definis Warna Dalam ilmu fisika warna didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik cahaya, sedangkan dalam bidang ilmu seni rupa dan desain warna didefinisikan sebagai pantulan tertentu dari cahaya

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN DUA DIMENSI NON PROJEKSI

MEDIA PEMBELAJARAN DUA DIMENSI NON PROJEKSI MEDIA PEMBELAJARAN DUA DIMENSI NON PROJEKSI Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga Fakultas Teknik UNY Email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Kompetensi yang ingin dicapai Menyebutkan macam-macam

Lebih terperinci

KRIYA KULIT JILID 2 SMK. I Wayan Suardana, dkk.

KRIYA KULIT JILID 2 SMK. I Wayan Suardana, dkk. I Wayan Suardana, dkk. KRIYA KULIT JILID 2 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada Departemen

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. 3.1 Brosur Pesaing Maksud dari studi eksisting ini adalah sebagai acuan atau tolak ukur bagi

BAB III ANALISA. 3.1 Brosur Pesaing Maksud dari studi eksisting ini adalah sebagai acuan atau tolak ukur bagi BAB III ANALISA 3.1 Brosur Pesaing Maksud dari studi eksisting ini adalah sebagai acuan atau tolak ukur bagi tugas akhir. Acuan tersebut berupa desain artwork, layout, jenis cetak hingga kualitas cetaknya

Lebih terperinci

Bidang Studi Keahlian :Teknik Grafika Kompetensi Keahlian : Produksi Grafika

Bidang Studi Keahlian :Teknik Grafika Kompetensi Keahlian : Produksi Grafika Bidang Studi Keahlian :Teknik Grafika Kompetensi Keahlian : Produksi Grafika Kompetensi Inti Guru (SK) Kompetensi Guru Mapel (KD) Indikator Esensial Materi Pokok Menerapkan peraturan dilingkungan sekolah,

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 2 2017 ISSN 1412-7350 REDUKSI PRODUK CACAT PADA KEGIATAN PENCETAKAN Nismah Panjaitan 1*, Dini Wahyuni 1, Mangara Tambunan 1 1 Departemen Teknik Industri; Fakultas

Lebih terperinci

BAB X REPRODUKSI PETA & REVISI PETA

BAB X REPRODUKSI PETA & REVISI PETA BAB X REPRODUKSI PETA & REVISI PETA 1. Umum Suatu hal yang biasa bila didalam reproduksi peta selalu dibuat lebih dari satu copi. Jumlah copi yang dibutuhkan tergantung dari jenis peta. Untuk peta perencanaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 6 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan CV. Lintas Nusa merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa percetakan yang terletak di Jl. Kalidami No. 51 Surabaya. Pada

Lebih terperinci

BAB III METODE KERJA PRAKTEK. Pelaksanaan kerja praktek dilakukan hampir selama dua bulan mulai dari

BAB III METODE KERJA PRAKTEK. Pelaksanaan kerja praktek dilakukan hampir selama dua bulan mulai dari BAB III METODE KERJA PRAKTEK 3.1 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan kerja praktek dilakukan hampir selama dua bulan mulai dari tanggal 15 Desember 2010 sampai dengan 15 Februari 2011. Pelaksanaan kerja ini mengikuti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Dwi Putra Korinton berdiri sejak tahun 1990 dan telah melayani customer selama 20 tahun lebih. Perkembangan laju ekonomi yang semakin kompetitif,

Lebih terperinci

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran.

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran. Proses Sumber Persiapan gagasan Sketsa Pengalaman Ide atau Gagasan Karya Pewarnaan Konsultasi BAB I I I Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN Media Teknik massa Pencetakan A. Implementasi Teoritik

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI AWAL (KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL) PAKET A -B

KISI-KISI UJI KOMPETENSI AWAL (KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL) PAKET A -B KISI-KISI UJI KOMPETENSI AWAL (KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL) PAKET A -B MATA PELAJARAN JENJANG PEND. : TEKNIK GRAFIKA : SMK Kompetensi Utama Kompetensi Pedagogik St. Inti/SK Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada zaman modern, internet menjadi bagian dari kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada zaman modern, internet menjadi bagian dari kehidupan manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern, internet menjadi bagian dari kehidupan manusia dimanapun tempatnya maupun siapapun penggunanya serta apapun tujuan penggunaanya baik dunia bisnis

Lebih terperinci

Aplikasi Komputer PERANGKAT KERAS (HARDWARE) Sulis Sandiwarno, S.Kom.,M.Kom. Sistem Informasi. Modul ke: Fakultas FASILKOM.

Aplikasi Komputer PERANGKAT KERAS (HARDWARE) Sulis Sandiwarno, S.Kom.,M.Kom. Sistem Informasi. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Aplikasi Komputer Modul ke: PERANGKAT KERAS (HARDWARE) Fakultas FASILKOM Sulis Sandiwarno, S.Kom.,M.Kom Program Studi Sistem Informasi Pengantar Perangkat Keras (Hardware) Komputer Komputer adalah peralatan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PENGENDALIAN PRODUKSI GRAFIKA

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PENGENDALIAN PRODUKSI GRAFIKA 35 Dinamika Teknik Januari PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PENGENDALIAN PRODUKSI GRAFIKA Antono Adhi, S. Adi Susanto Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang DINAMIKA TEKNIK Vol.

Lebih terperinci

Trend of Digital Workflow. By: Anne Dameria - Link & Match Graphics

Trend of Digital Workflow. By: Anne Dameria - Link & Match Graphics Trend of Digital Workflow By: Anne Dameria - Link & Match Graphics 1 Trends at Our Customers (Graphics art Industry) Higher Print Quality. Shorter production cycles & later deadlines. Prices for print

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN

BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN 4.1 Tahap Persiapan Pada tahap ini yang dilakukan adalah : 1. Pengumpulan materi yang digunakan sebagai bahan untuk menyusun atau membuat kemasan dan brosur Maya Bakery yang

Lebih terperinci

TEKNIK GRAFIKA DAN INDUSTRI GRAFIKA JILID 2

TEKNIK GRAFIKA DAN INDUSTRI GRAFIKA JILID 2 Antonius Bowo Wasono, dkk. TEKNIK GRAFIKA DAN INDUSTRI GRAFIKA JILID 2 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

TEKNIK GRAFIKA DAN INDUSTRI GRAFIKA JILID 2

TEKNIK GRAFIKA DAN INDUSTRI GRAFIKA JILID 2 Antonius Bowo Wasono, dkk. TEKNIK GRAFIKA DAN INDUSTRI GRAFIKA JILID 2 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

3.1.1 Sejarah Perusahaan

3.1.1 Sejarah Perusahaan 48 BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Matahari Abadi adalah perusahaan percetakan yang melayani jasa percetakan seperti : brosur, kop surat, amplop,

Lebih terperinci

Metode Produksi Grafika

Metode Produksi Grafika Modul ke: Metode Produksi Grafika CAMERA REPRODUKSI & PEMOTRETAN Fakultas Teknik Perencanaan Dan Desai Program Studi Desain Grafis Sudarman SA, ST AMd graf Ir. Gatot Sigiarto Ir. Kamil Rusdi A, M.Si. CAMERA

Lebih terperinci

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional A. G. Tamrin TEKNIK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG JILID 2 SMK TUT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN EVALUASI. Pelaksanaan kerja praktek di Evan Cards dilakukan dalam waktu

BAB IV HASIL DAN EVALUASI. Pelaksanaan kerja praktek di Evan Cards dilakukan dalam waktu BAB IV HASIL DAN EVALUASI 4.1. Prosedur Kerja Praktek Pelaksanaan kerja praktek di Evan Cards dilakukan dalam waktu kurang lebih dua bulan (sebelas minggu) yang keseluruhannya dilakukan di bagian bagian

Lebih terperinci

PENGANTAR APLIKASI KOMPUTER

PENGANTAR APLIKASI KOMPUTER Perangkat yang digunakan untuk memasukkan data atau memberikan perintah kepada komputer untuk melakukan suatu proses. Komputer hanya dapat menerima data atau perintah dalam bentuk sinyal listrik digital.

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN

BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN Dalam implementasi desain, kegiatan yang dilakukan terdiri dari tahapan sebagai berikut 1. Tahap Pesiapan, 2. Tahap Implementasi Konsep ke Dalam Desain, 3. Pembuatan Plate menggunakan

Lebih terperinci

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teori Penulis menjadikan burung hantu sebagai sumber tema dalam penciptaan karya seni karena burung hantu memiliki beragam

Lebih terperinci

Jurnal PrintPack Vol. 1 No. 1 Februari 2017

Jurnal PrintPack Vol. 1 No. 1 Februari 2017 PENGARUH TEKANAN MATA PISAU TERHADAP JENIS JENIS STIKER UNTUK MESIN DIGITAL CUTTING JINKA TYPE 721 PADA CV. LIMA EMPAT TUJUH M. Nasruddin Palipui Program Studi Teknik Grafika, Politeknik Negeri Media Kreatif

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS STIKER VISA DAN VAUCER VISA KUNJUNGAN SAAT KEDATANGAN

SPESIFIKASI TEKNIS STIKER VISA DAN VAUCER VISA KUNJUNGAN SAAT KEDATANGAN 2012, No.710 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

Bab 7. Mencetak Gambar. 103 Menggunakan Print Preview

Bab 7. Mencetak Gambar. 103 Menggunakan Print Preview Bab 7 Mencetak Gambar Jika Anda sudah selesai mendesain, tentu saja Anda ingin juga untuk mencetaknya dalam bentuk kertas. Atau, kalau Anda seorang profesional, tentu ada langkah lebih lanjut, yaitu membawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN EVALUASI

BAB IV HASIL DAN EVALUASI BAB IV HASIL DAN EVALUASI 4.1. Prosedur Kerja Praktek Pelaksanaan kerja praktek di CV. Wins Samanta Offset Printing dilakukan dalam waktu kurang lebih 1 bulan yang keseluruhannya dilakukan di bagian produksi

Lebih terperinci

I. Produk Sablon Kertas

I. Produk Sablon Kertas {jcomments on}sablon kertas adalah salah satu jenis ketrampilan cetak sablon, yang termasuk kedalam kelompok Cetak Sablon Basis Minyak, dengan memahami cetak sablon kertas maka akan sangat mudah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN 39 A. Skema proses Berkarya BAB III METODE PENCIPTAAN PRA - IDE EKSTERNAL MELIHAT, MENGAMATI IDE (GAGASAN) INTERNAL : MEMORI KENANGAN PENGALAMAN STUDI PUSTAKA: BUKU, KORAN, INTERNET KONTEMPLASI (PERENUNGAN)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Kerja praktek yang telah dilaksanakan dan diselesaikan penulis di : 2. Divisi : Pracetak/prepress dan pasca cetak/postpress

BAB IV PEMBAHASAN. Kerja praktek yang telah dilaksanakan dan diselesaikan penulis di : 2. Divisi : Pracetak/prepress dan pasca cetak/postpress BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisa Sistem Kerja praktek yang telah dilaksanakan dan diselesaikan penulis di : 1. Nama perusahaan : CV. Wins Samanta 2. Divisi : Pracetak/prepress dan pasca cetak/postpress 3.

Lebih terperinci

BAB VIII PENYELESAIAN GRAFIKA/ PURNA CETAK

BAB VIII PENYELESAIAN GRAFIKA/ PURNA CETAK BAB VIII PENYELESAIAN GRAFIKA/ PURNA CETAK Penyelesaian Grafika merupakan tahap terakhir atau kelanjutan dari proses cetak grafika dan membuat kelengkapan yang diperlukan oleh hasil cetak grafika. Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE KERJA PRAKTEK

BAB III METODE KERJA PRAKTEK BAB III METODE KERJA PRAKTEK 3.1 Waktu dan Lokasi Kerja praktek dilaksanakan di : Nama perusahaan : CV. Indah Makmur Divisi Tempat : Pre-press : Jl. Klampis Semolo Timur VI/14 AB 151 Surabaya Jawa Timur.

Lebih terperinci

KIAT MEMILIH MESIN CETAK OFFSET LEMBARAN PENDAHULUAN

KIAT MEMILIH MESIN CETAK OFFSET LEMBARAN PENDAHULUAN KIAT MEMILIH MESIN CETAK OFFSET LEMBARAN PENDAHULUAN Perkembangan dunia grafika demikian pesat seiring dengan perkembangan teknologi computer, dimana belakangan ini banyak mesin-mesin cetak yang sudah

Lebih terperinci

BAGIAN 7 PROSES DAN PROSEDUR DALAM PEMBUATAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

BAGIAN 7 PROSES DAN PROSEDUR DALAM PEMBUATAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL BAGIAN 7 PROSES DAN PROSEDUR DALAM PEMBUATAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL Pada bagian ini akan dibahas secara lebih mendalam hal-hal yang berkaitan dengan proses dan prosedur dalam pembuatan iklan dan komunikasi

Lebih terperinci

Adobe Photoshop CS3. Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop

Adobe Photoshop CS3. Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop Adobe Photoshop CS3 Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop Mengapa Photoshop? Adobe Photoshop adalah perangkat lunak yang menjadi standar dalam industri digital imaging. Sekarang, memiliki keahlian dalam menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENCIPTAAN. Dari definisi tentang proses penciptaan kreativitas terdapat tahapantahapan

BAB III METODOLOGI PENCIPTAAN. Dari definisi tentang proses penciptaan kreativitas terdapat tahapantahapan 48 BAB III METODOLOGI PENCIPTAAN A. Kerangka Kerja Penciptaan Dari definisi tentang proses penciptaan kreativitas terdapat tahapantahapan untuk mewujudkan kreativitas, tahapan-tahapan proses penulis dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN & DESAIN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN & DESAIN BAB III METODOLOGI PENELITIAN & DESAIN 3.1 Studi Eksisting Maksud dari studi eksisting ini adalah sebagai acuan atau tolak ukur bagi Proyek Akhir. Adapun pembelajaran dari wawancara pemilik usaha, kompetitor

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan Daerah Aneka industri jasa Medan didirikan pada tahun 1985 berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) No. 26 tahun 1985 tanggal 27 Juli

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN 28 BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Pemilihan Ide Pengkaryaan Bagan 3.1. Proses berkarya penulis 29 Seni adalah manifestasi atau perwujudan keindahan manusia yang diungkapkan melalui penciptaan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK GAMBAR MESIN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK GAMBAR MESIN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK GAMBAR MESIN BAB I ALAT MENGGAMBAR YATIN NGADIYONO KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB I ALAT MENGGAMBAR

Lebih terperinci

TEKNIK JILID 2 SMK. Suparno

TEKNIK JILID 2 SMK. Suparno Suparno TEKNIK GAMBAR BANGUNAN JILID 2 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada Departemen

Lebih terperinci

KAOS DIGITAL PRINTING

KAOS DIGITAL PRINTING KAOS DIGITAL PRINTING UNTUK TSHIR DIGITAL PRINTING UKURAN PRINT KAOS DESIGN SENDIRI Kini, kaos dengan gambar yang keren bukan hanya milik merk terkenal, karena Anda dapat membuatnya sendiri tanpa biaya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Digital Scoring System adalah sebuah Software scanner periksa nilai ujian dari lembar jawaban komputer (LJK) dengan teknologi computer graphic dan image recognition yang memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulainya era globalisasi memicu perkembang teknologi dibidang grafika

BAB I PENDAHULUAN. dimulainya era globalisasi memicu perkembang teknologi dibidang grafika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat dan dimulainya era globalisasi memicu perkembang teknologi dibidang grafika (sumber: Jurnal Indonesia

Lebih terperinci

4. Kegiatan Belajar 4 : Peripheral PC dan Setting Peripheral. a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran

4. Kegiatan Belajar 4 : Peripheral PC dan Setting Peripheral. a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran 4. Kegiatan Belajar 4 : Peripheral PC dan Setting Peripheral a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran 1) Peserta diklat mampu menjelaskan peralatan yang dibutuhkan dalam menyambung/memasang peripheral. 2) Peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang sangat pesat. Dimulai dari proses pre-press, press, hingga post

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang sangat pesat. Dimulai dari proses pre-press, press, hingga post BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia grafika pada perjalanannya telah mengalami banyak kemajuan yang sangat pesat. Dimulai dari proses pre-press, press, hingga post press. Membicarakan

Lebih terperinci

JILID 1 SMK. Anni Faridah, dkk

JILID 1 SMK. Anni Faridah, dkk Anni Faridah, dkk PATISERI JILID 1 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada Departemen

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR Zulkifli Dosen Tetap Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Email : Zulladasicupak@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. tugas akhir. Acuan tersebut berupa desain artwork, layout, jenis cetak hingga. kualitas cetaknya yang meliputi kemasan dan brosur.

BAB III ANALISA. tugas akhir. Acuan tersebut berupa desain artwork, layout, jenis cetak hingga. kualitas cetaknya yang meliputi kemasan dan brosur. BAB III ANALISA 3.1 Studi Eksiting Tujuan dari studi eksiting ini adalah sebagai acuan atau tolak ukur bagi tugas akhir. Acuan tersebut berupa desain artwork, layout, jenis cetak hingga kualitas cetaknya

Lebih terperinci

Berikut ini contoh jenis-jenis peripheral dengan berbagai tugasnya:

Berikut ini contoh jenis-jenis peripheral dengan berbagai tugasnya: Peripheral Komputer Peripheral merupakan semua peralatan yang terhubung dengan komputer. Berdasarkan kegunaannya periferal terbagi dua yaitu: 1. Peripheral utama (main peripheral) yaitu peralatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN DESAIN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN DESAIN 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN DESAIN 3.1 Studi Eksisting Studi Eksisting merupakan pembelajaran, penelitian dan penghimpunan data benar keberadaannya di lokasi secara fisik (Dewi A., 2011). Maksud

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Landasan Teori Berdasarkan pada teori yang didapatkan dari perkuliahan Program Studi DIII Komputer Grafis dan Cetak STIKOM Surabaya, terdapat beberapa teori atau materi yang

Lebih terperinci