BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Administrasi Kemahasiswaan UNS, 2012: 46). Mahasiswa merupakan anggota

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Administrasi Kemahasiswaan UNS, 2012: 46). Mahasiswa merupakan anggota"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar secara sah dan belajar pada salah satu Fakultas yang diselenggarakan oleh Universitas (Biro Administrasi Kemahasiswaan UNS, 2012: 46). Mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan menerapkan kemampuan tersebut di dalam lingkungan masyarakat. Monks, dkk. (1992: 283) mengatakan bahwa mahasiswa sebagai remaja akhir yang memasuki dewasa muda, yang berusia antara 17 sampai 25 tahun, harus mempunyai sikap dan tanggung jawab sebagai anggota masyarakat. Salah satu tanggung jawab dari seorang mahasiswa adalah tanggung jawab di lingkungan sosial. Mahasiswa memiliki peran dan tanggung jawab sebagai social control, yakni selain pintar di bidang akademik, mahasiswa juga harus pintar dalam bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat. Maka dari itu, mahasiswa banyak bersinggungan dengan kehidupan sosial, dan banyak berkontribusi di masyarakat sehingga mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan dalam masyarakat yang terdidik dan dapat dijadikan contoh yang baik bagi masyarakat. Selain tanggung jawab, mahasiswa juga harus memiliki sikap sebagai anggota masyarakat. Sikap merupakan fenomena kejiwaan, yang biasanya termanifestasi dalam bentuk tindakan atau perilaku (Chaer dan Agustina, 2008: 149). Triandis (dalam Chaer dan Agustina, 2008: 150) mengatakan bahwa sikap juga kesiapan bereaksi terhadap suatu keadaan atau kejadian yang dihadapi. Mahasiswa harus memiliki sikap yang baik agar dapat memberi contoh yang baik 1

2 2 pula kepada masyarakat. Sikap menurut Anderson (dalam Azhar, dkk. 2011: 37) dibagi atas dua macam yakni sikap nonkebahasaan dan sikap kebahasaan. Sikap nonkebahasaan merujuk pada sikap nonverbal. Sikap tersebut merupakan perwujudan dari tindakan atau respon terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat. Contoh sikap nonkebahasaan antara lain; sikap politik, sikap sosial, sikap estetis, dan sikap keagamaan (Chaer dan Agustina, 2008: 151). Sikap nonkebahasaan berkaitan erat dengan sikap kebahasaan. Sikap kebahasaan merujuk pada sikap verbal atau sikap berbahasa. Sikap ini berhubungan dengan wujud sikap masyarakat ketika berbahasa dalam suatu lingkungan sosial. Seperti pemilihan bahasa, penggunaan bahasa dan pemertahanan bahasa dalam suatu masyarakat tertentu. Sikap nonkebahasaan dan sikap kebahasaan dapat menyangkut keyakinan atau kognisi mengenai bahasa. Dengan demikian, sikap bahasa dapat dikatakan sebagai keyakinan terhadap bahasa dan memberikan kecenderungan terhadap seseorang untuk menggunakan bahasa yang lebih disenangi dengan cara tertentu (2008: 151). Begitu juga dengan mahasiswa, sikap bahasa mahasiswa terutama terhadap bahasa resmi atau nasional dalam berbagai penelitian menunjukkan bahwa sikap terhadap bahasa resmi menurun atau cenderung negatif. Hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial mahasiswa yang lebih banyak menghabiskan waktu di kampus bersama teman-temannya. Kemudian faktor lingkungan rumah juga memengaruhi penggunaan bahasa-bahasa, karena lingkungan rumah adalah lingkungan yang paling dekat dengan mahasiswa. Jika penggunaan bahasa resmi lebih sedikit dibandingkan bahasa lainnya maka sikap terhadap bahasa resmi akan menurun.

3 3 Fenomena ini juga terjadi di Mesir. Mesir merupakan salah satu negara di Timur Tengah yang memiliki dua varian bahasa yang saling berdampingan atau sering disebut dengan diglosia. Menurut Ferguson dalam masyarakat diglosis terdapat dua variasi dari satu bahasa yaitu variasi pertama yang disebut dengan dialek tinggi dan yang kedua disebut dengan dialek rendah (Chaer dan Agustina, 2008: 93). Murad (2007: 19) menambahkan bahwa biasanya salah satu varietas standar, bergengsi, dan formal; sementara yang lain adalah gaul, sehari-hari atau dialek. Dialek tinggi atau bahasa formal yang ada di Mesir disebut dengan bahasa Arab Fuscha (BAF) sedangkan dialek rendah yang ada di Mesir disebut dengan bahasa Arab Amiyah (BAA). BAF atau bahasa Arab Standar disebut sebagai bahasa persatuan, bahasa resmi dan bahasa baku di dunia Arab. Namun, penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari semakin jarang. Masyarakat Arab cenderung lebih banyak menggunakan BAA atau bahasa nonbaku dibandingkan BAF. Hal ini karena masyarakat menganggap BAF tidak luwes dan kurang bersahabat dengan anakanak (Tohe, 2005: 209). Seperti yang diungkapkan Farihah (dalam Tohe, 2005: 209) bahwa dalam suasana resmi masyarakat Arab menggunakan BAF, sedang dalam kehidupan sehari-hari mereka menggunakan BAA. Begitu pula yang terjadi pada mahasiswa di Mesir, mereka cenderung lebih memilih untuk menggunakan BAA dalam kehidupan sehari-hari dibandingkan BAF. Meskipun mahasiswa memiliki kemahiran dalam BAF namun mereka lebih memilih menggunakan BAA untuk berkomunikasi, baik di

4 4 lingkungan kampus untuk berkomunikasi dengan teman-teman dan dosennya maupun di lingkungan rumah. Fenomena ini berarti berhubungan dengan sikap mahasiswa terhadap bahasa Arab. Yakni sikap terhadap BAF dan sikap terhadap BAA. Sumarsono menyatakan bahwa hubungan antara sikap bahasa dan pengguna bahasa dapat positif atau negatif (Wulandari, 2012: 11). Sikap mahasiswa terhadap bahasa Arab dikatakan positif apabila memiliki tiga ciri yakni kesetiaan bahasa, kebanggaan bahasa dan kesadaran adanya norma bahasa (Garvin dan Mathiot dalam Chaer dan Agustina, 2008: 152). Jika ketiga ciri tersebut tinggi atau ada dalam diri mahasiswa, maka mahasiswa dikatakan memiliki sikap yang positif. Sebaliknya, jika ketiga ciri tersebut lemah atau bahkan tidak ada dalam diri mahasiswa, maka dikatakan memiliki sikap yang negatif. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji mengenai sikap bahasa mahasiswa yang terjadi di Arab, khususnya di Universitas Canal Suez Mesir yang merupakan salah satu Universitas di Arab. Universitas Canal Suez merupakan salah satu Universitas di Mesir yang berdiri sejak tahun Universitas ini memiliki 16 fakultas yang didistribusikan lebih dari enam cabang Universitas yang berlokasi di kota Ismailia, Port Said, Suez dan El-Arish. Saat ini, terdaftar mahasiswa yang belajar di Universitas Canal Suez di berbagai fakultas yang disediakan (scuegypt.edu.eg). Penelitian mengenai sikap bahasa telah dilakukan oleh beberapa penelitian terdahulu dengan kajian dan objek penelitian yang berbeda-beda. Berikut penelitian yang mengkaji mengenai sikap bahasa.

5 5 Mizher dan Al-Haq (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Attitudes towards Using Standard Arabic among Academic Staff at Balqa Applied University/Center in Jordan: A Sociolinguistic Study menunjukkan bahwa sikap para staf akademik Universitas Balqa Yordania terhadap bahasa Arab Standar adalah tinggi, baik sebagai bahasa pengantar maupun pertemuan sosial mereka. Sikap ini mencerminkan status arabicization yang merupakan bagian dari perencanaan bahasa dari lembaga pendidikan tinggi di Yordania dalam persaingan antara kelompok pro-arabicization dan kelompok anti-arabicization. Responden merupakan staf akademik yang berasal dari empat fakultas, yakni fakultas Teknik, Pertanian, Humaniora, dan fakultas Perencanaan. Hasil penelitian ini juga menegaskan adanya semangat untuk bebicara bahasa Arab Standar sebagai bahasa tinggi. Responden mendorong penggunaan bahasa Arab Standar dalam konteks akademik pada umumnya dan pertemuan yang diadakan di tingkat lokal dan nasional. Bahasa Arab Standar juga disukai oleh kalangan akademis Arab dalam berbagai interaksi. Wardani dkk. (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Sikap Bahasa Siswa terhadap Bahasa Indonesia: Studi Kasus di SMA Negeri 1 Singaraja. Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa SMAN 1 Singaraja mencerminkan sikap bahasa yang negatif. Hal ini dibuktikan dengan tingginya frekuensi penggunaan bahasa Indonesia ragam nonbaku dalam komunikasi di ranah formal, yang menuntut penggunaan ragam bahasa Indonesia baku dan gejala interferensi yang tampak pada tuturan siswa. Namun, dari aspek afektif sikap bahasa siswa SMAN 1 Singaraja berada pada kategori yang positif, karena siswa memiliki sikap yang positif terhadap status dan kompetensi pembicara yang menggunakan bahasa

6 6 Indonesia, daya tarik sosial dan integritas pribadi pembicara yang menggunakan bahasa Indonesia, serta daya tarik kebahasaan pembicara bahasa Indonesia. Dari aspek kognitif, siswa SMAN 1 Singaraja memiliki sikap yang netral terkait keyakinan terhadap konsep dan ide mengenai cara-cara yang sesuai dan tidak sesuai dalam menanggapi bahasa Indonesia. Wulandari (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Sikap Bahasa Siswa Kelas VII SMP N 9 Yogyakarta terhadap Bahasa Indonesia menunjukkan bahwa sikap bahasa siswa kelas VII di SMP N 9 Yogyakarta termasuk kategori baik. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan bahasa Indonesia oleh siswa untuk bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, untuk berdiskusi dengan teman, khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa menyukai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia dalam pembelajaran bahasa Indonesia karena bahasa Indonesia dianggap lebih sopan dan mudah dipahami untuk digunakan, sehingga siswa dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik meskipun tidak sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia mengingat bahasa sehari-hari siswa adalah bahasa Jawa. Berdasarkan latar belakang masalah sikap bahasa siswa dan guru tidak negatif, tapi sekedar alih kode dan campur kode. Budiawan (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Sikap Bahasa dan Motivasi Belajar Bahasa terhadap Prestasi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris Siswa SMA se-bandar Lampung menunjukkan bahwa sikap siswa terhadap bahasa Indonesia dan bahasa Inggris adalah rendah. Namun, minat terhadap kedua bahasa tersebut sebagai bahasa yang dipelajari adalah tinggi. Dibandingkan bahasa Indonesia, minat belajar dan

7 7 motivasi untuk belajar mereka cenderung lebih memilih belajar bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Murad (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Language Attitudes of Iraqi Native Speakers of Arabic: A Sociolinguistic Investigation menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap yang signifikan antara mahasiswa dan non mahasiswa terhadap bahasa Arab Standar dan bahasa Arab Irak. Mahasiswa lebih bersikap positif terhadap bahasa Arab Standar dibandingkan bahasa Arab Irak, namun sebaliknya orang Irak nonmahasiswa lebih banyak memilih menggunakan bahasa Arab Irak dibandingkan bahasa Arab Standar. Hal ini berarti sikap bahasa orang Irak nonmahasiswa lebih negatif dibandingkan mahasiswa di Irak. Faktor yang paling memengaruhi munculnya sikap ini adalah level pendidikan berbeda, sehingga pandangan dan penggunaan variasi bahasa juga sangat berbeda. Dari sejumlah penelitian yang telah dilakukan tentang sikap bahasa dapat disimpulkan bahwa sikap bahasa berhubungan dengan perilaku seseorang terhadap bahasa. Aspek kognitif, afektif dan konatif menjadi unsur penting dalam sikap bahasa. Penelitian ini akan membahas mengenai sikap bahasa mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir terhadap bahasa Arab. Oleh karena itu, penelitianpenelitian yang telah dilakukan sebelumnya sangatlah membantu penelitian ini terutama penelitian yang dilakukan di negara-negara Arab. Namun, berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini menfokuskan pada sikap bahasa yang dilakukan oleh mahasiswa di Universitas Canal Suez Mesir. Adapun penelitian sebelumnya yang dilakukan di negara Arab, sejauh pengamatan dan pencarian yang dilakukan, belum ditemukan penelitian yang mengkaji sikap bahasa di Mesir terutama di Universitas Canal Suez.

8 8 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini yakni dapat memperkaya kajian tentang sikap bahasa terhadap bahasa Arab dan juga memperkaya kajian linguistik terutama kajian sosiolinguistik. Adapun manfaat praktis dari penelitian ini yakni dapat memberi kemudahan dalam mendeskripsikan dan mengkritisi sikap bahasa terhadap bahasa Arab baik lisan maupun tulisan, dan memberi kemudahan dalam memahami mengenai sikap bahasa bagi pembaca serta dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran linguistik Arab. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dihasilkan rumusan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana kemahiran berbahasa Arab mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir? 2. Bagaimana pemilihan dan penggunaan bahasa Arab oleh mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir? 3. Bagaimana sikap bahasa mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir terhadap bahasa Arab? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan, penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan kemahiran berbahasa Arab mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir.

9 9 2. Mendeskripsikan pemilihan dan penggunaan bahasa Arab mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir 3. Mendeskripsikan sikap bahasa mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir terhadap bahasa Arab. D. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam suatu penelitian perlu dibuat mengingat luasnya permasalahan yang dapat dikaji dari berbagai aspek serta keterbatasan kemampuan peneliti. Pembatasan masalah juga dilakukan agar suatu penelitian dapat terarah dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Penelitian ini menggunakan tiga hasil kuesioner sebagai data, yang disebarkan kepada 124 (seratus dua puluh empat) mahasiswa Mesir, yakni 41 mahasiswa laki-laki dan 83 mahasiswa perempuan Universitas Canal Suez, Mesir. Kuesioner tersebut berisi 4 pertanyaan kemahiran berbahasa dan 30 situasi pemilihan dan penggunaan bahasa Arab sehari-hari. Juga 15 butir pernyataan mengenai sikap bahasa mahasiswa yang dinilai dari tiga komponen yakni kognitif, afektif, dan konatif. Adapun pendekatan yang digunakan dalam menganalisis permasalahan yakni melalui pendekatan sosiolinguistik mengenai sikap bahasa yang mencangkup tiga komponen yakni kognitif, afektif, dan konatif. E. Landasan Teori Landasan teori merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah penelitian yang menjadi dasar dalam menganalisis data penelitian. Landasan teori yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

10 10 1. Sikap Sikap menurut Fasold (2001: 147) adalah a state of readiness; an intervening variable between a stimulus affecting a person and that person s response (suatu keadaan siap, suatu variabel yang berpengaruh terhadap rangsangan yang mempengaruhi seseorang dan tanggapannya). Sikap menurut Triandis (dalam Suhardi, 1996: 22) adalah an idea charged with emotion which predisposes a class of actions to a particular class of social situations (suatu gagasan yang mengandung emosi yang mempengaruhi sekelompok tindakan terhadap sekelompok situasi sosial tertentu). La Pierre (dalam Azwar, 2013: 5) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan sedangkan Secord & Backman (dalam Azwar, 2013: 5) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat dilihat bahwa sikap dipertimbangkan sebagai suatu keadaan internal diri seorang yang timbul karena adanya stimulus dari tipe tertentu dan menjembatani respon seseorang (Williams dalam Budiawan, 2008: 27). Sikap menurut kelompok yang berorientasi pada skema triadik atau disebut juga pendekatan tricomponent mengacu pada tiga komponen yaitu kognitif, afektif dan kognitif. Sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperanan sebagai perantara antara responsnya dan objek yang bersangkutan. Respons diklasifikasikan pula dalam tiga macam, yaitu respons

11 11 kognitif (respons perseptual dan pernyataan mengenai apa yang diyakini), respons afektif (respons syaraf simpatetik dan pernyataan afeksi), serta respons perilaku atau konatif (respon berupa tindakan dan pernyataan mengenai perilaku). Masingmasing klasifikasi respons ini berhubungan dengan ketiga komponen sikapnya. Variabel independen yang dapat diukur STIMULI (individu, situasi, isu sosial, kelompok sosial, dan objek sikap lainnya). SIKAP Gambar 1. Konsepsi Skematik Rosenberg dan Hovland mengenai Sikap (Azwar, 2013: 8) Variabel intervening AFEK KOGNISI PERILAKU Variabel dependen yang dapat diukur Respons syaraf simpatetik Pernyataan lisan tentang afek Respons Perseptual Pernyataan lisan tentang keyakinan Tindakan yang tampak Pernyataan lisan mengenai perilaku 2. Komponen Sikap Mengikuti skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective), dan komponen konatif (conative) (Azwar, 2013: 23-24). Lambert (1967: ) mendefinisikan ketiga komponen tersebut sebagai berikut: a. Komponen kognitif, menyangkut pengetahuan mengenai alam sekitar dan gagasan yang biasanya merupakan kategori yang dipakai dalam proses berpikir;

12 12 b. Komponen afektif, menyangkut masalah penilaian baik, suka atau tidak suka, terhadap sesuatu atau suatu keadaan; c. Komponen konatif, menyangkut perilaku atau perbuatan sebagai putusan akhir kesiapan reaktif terhadap suatu keadaan. Sikap Kognitif Afektif Konatif Gambar 2. Komponen Sikap Sears (dalam Widyastuti, 2014: 59-61) menambahkan bahwa : a. Komponen kognitif dalam suatu sikap terdiri dari keyakinan seseorang mengenai obyek tersebut bersifat evaluatif yang melibatkan diberikannya kualitas disukai atau tidak disukai, diperlukan atau tidak diperlukan, baik atau buruk terhadap obyek. Kompleksitas kognitif adalah banyaknya pikiran dan keyakinan yang dimiliki oleh individu tentang sebuah obyek untuk disikapi. Setiap kognisi bisa berbeda dalam tingkat kepentingan. Sikap dapat berupa hal yang cukup rumit dan melibatkan sejumlah kognisi yang mempunyai perbedaan dalam hubungannya dengan inti masalah dalam komponen penilaiannya. Gambaran ini merupakan penyederhanaan yang berlebihan dari berbagai sikap dalam kehidupan nyata. Kesan tentang orang lain cenderung sederhana secara evaluatif. Tidak peduli sejauhmana mengenalnya secara

13 13 umum orang-orang cenderung menyukai atau tidak menyukainya. Komponen yang relatif sederhana ini merupakan faktor penentu perilaku yang utama. b. Komponen afektif (perasaan) dalam suatu sikap berkenaan dengan emosi yang berkaitan dengan obyek yang dirasakan sebagai hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, disukai atau tidak disukai. Beban emosional inilah yang memberikan watak tertentu terhadap sikap yaitu watak mantap, tergerak dan termotivasi. Sikap memiliki komponen emosional yang tidak dimiliki oleh keyakinan akan fakta. Sikap bila telah ditentukan jauh lebih sulit berubah dibandingkan dengan keyakinan akan fakta. Jadi jika sudah pada tahap komponen ini, penentuan sikap jauh lebih sulit diubah dibandingkan pada komponen kognitif. c. Komponen konatif (kecenderungan tindakan) dalam suatu sikap mencakup semua kesiapan perilaku yang berkaitan dengan sikap. Jika seorang individu bersikap positif terhadap obyek tertentu, maka ia akan cenderung membantu atau memuji/mendukung obyek tersebut. jika ia bersikap negatif maka ia akan cenderung untuk mengganggu/menghukum/merusak obyek tersebut. Komponen ini menyangkut kecenderungan berperilaku. Perilaku nyata sering tidak sesuai dengan sikap dan nampaknya orang dapat hidup cukup nyaman dengan ketidaksesuaian tersebut. Misalnya, banyak perokok percaya bahwa merokok itu tidak baik untuk kesehatan dan banyak yang tidak menyukai rasa nikotin. Tetapi sulit bagi mereka untuk melepaskan

14 14 diri dari kebiasaan tersebut. Perilaku merokok mereka tidak dikendalikan oleh kognisi dan penilaian negatif mereka tentang merokok. Jadi komponen perilaku dari sikap tidak selalu sesuai dengan komponen kognitif dan afektifnya. Perilaku nyata (overt behavior) dapat mengontrol komponen afektif dan komponen kognitif sikap. Orang dapat berperilaku dalam cara tertentu dan sikap mereka mungkin sejalan. Misalnya, wanita yang gemar merokok namun ketika ia sedang hamil maka ia memutuskan untuk berhenti merokok demi kesehatan janinnya. Selama sembilan bulan masa kehamilan maka wanita tersebut akan berhenti merokok. Secara bertahap mungkin ia akan percaya bahwa merokok itu berbahaya bagi kesehatan dan ia akan belajar untuk tidak menyukai bau dan rasa nikotin. Pada waktu bayinya lahir mungkin ia memiliki sejumlah kognisi mengenai keburukan merokok dan penilaian negatif tentang merokok (komponen kognitif dan komponen evaluatif). Jadi hubungan antara komponen kognitif dan afektif sikap di satu pihak dan perilaku nyata di pihak lain juga dapat berlangsung dalam satu arah. 3. Sikap Sosial dan Sikap Individual Ada dua macam sikap (attitude) menurut Gerungan (2010: ), yaitu : a. Sikap sosial adalah sikap yang dinyatakan dengan cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap objek sosial. Sikap sosial menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap suatu objek sosial, dan biasanya sikap sosial dinyatakan tidak hanya oleh seseorang, tetapi juga oleh orang lain yang sekelompok atau semasyarakat.

15 15 Misalnya, penghormatan yang berkali-kali dinyatakan dengan cara khidmat oleh sekelompok orang terhadap bendera, menunjukkan adanya sikap kelompok tersebut terhadap benderanya. Hal menjadi anggota yang baik atau anggota yang buruk dari sebuah kelompok bergantung pula kepada terdapatnya sikap-sikap positif atau negatif orang tersebut terhadap kelompok yang berangkutan. Sikap sosial menyebabkan terjadinya tingkah laku yang khas dan berulang-ulang terhadap objek sosial, dan karenanya maka sikap sosial turut merupakan suatu faktor penggerak dalam pribadi individu untuk bertingkah laku secara tertentu sehingga sikap sosial dan sikap pada umumnya bersifat dinamis yaitu merupakan salah satu penggerak internal di dalam pribadi orang yang mendorongnya berbuat sesuatu dengan cara tertentu. b. Sikap individual Berbeda dengan sikap sosial, sikap individual adalah sikap dimiliki oleh seorang demi seorang saja dan berkenaan dengan objek-objek yang bukan merupakan objek perhatian sosial. Sikap individual terdiri atas kesukaan dan ketidaksukaan pribadi atas objek, orang, binatang, dan hal-hal tertentu. Seseorang lambat-laun mungkin memperoleh sikap suka atau tidak suka kepada seorang kawan atau seorang pesaing dan terhadap peristiwaperistiwa penting dalam kehidupan orang tersebut. Sikap-sikap individual itu turut pula dibentuk karena sifat-sifat pribadi orang itu sendiri.

16 16 4. Ciri-ciri Sikap Agar dapat membedakan antara sikap, motif, kebiasaan dan lain-lain, faktor psikis yang turut menyusun pribadi orang telah dirumuskan menjadi lima buah sifat khas dari sikap, meliputi sikap sosial maupun sikap individual (Gerungan, 2010: ) : a. Sikap tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan, tetapi dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakan dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat, dan lain-lain penggerak kegiatan manusia yang menjadi pembawaan baginya dan yang terdapat padanya sejak dilahirkan. b. Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari orang; atau sebaliknya, sikap-sikap dapat dipelajari sehingga sikap-sikap dapat berubah pada seseorang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya sikap pada orang itu. c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap terbentuk dipelajari, atau berubah senantiasa berkaitan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. d. Objek sikap dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi, sikap dapat berkaitan dengan satu objek saja tetapi juga berkaitan dengan sederetan objek yang serupa.

17 17 e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membeda-bedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang. 5. Sikap Bahasa Sikap bahasa adalah segala macam perilaku tentang bagaimana bahasa diperlakukan, termasuk sikap-sikap terhadap usaha perencanaan dan pelestarian bahasa (Fasold, 2001: 148). Pendapat ini didukung oleh pernyataan yang mengungkapkan bahwa sikap bahasa berkaitan langsung dengan sikap penuturnya dalam memilih dan menetapkan bahasa (Rahayu dan Ari Listiyorini, 2009: 3). sikap bahasa ditekankan pada kesadaran diri sendiri dalam menggunakan bahasa secara tertib (Pateda, 1990: 30). Menurut Ciscel, dkk. (2000:49) sikap bahasa adalah value terhadap suatu bahasa baik dalam konteks sosio-personal maupun sosio-ekonomi yang terbentuk melalui interaksi dalam suatu komunitas bahasa. Konteks sosiopersonal yang dimaksud adalah bahasa yang terkait dengan sentimental attachment yakni bahasa dikaitkan dengan daya tarik personal seperti identitas diri maupun identitas bangsa dan juga sebagai warisan budaya sedangkan sosioekonomi terkait dengan instrumental attachment yakni bahasa dijadikan sarana untuk mendapatkan beragam kemudahan seperti misalnya kemudahan mendapatkan pekerjaan (karena menguasai bahasa tertentu) sehingga berimbas pada tingkatan ekonominya (Eastman dalam Wulandari dan Wiwiek, 2012).

18 18 Sikap bisa positif dan bisa juga negatif, maka sikap terhadap bahasa-pun demikian. Garvin dan Mathiot (dalam Chaer dan Agustina, 2008: 152) menyebutkan ciri-ciri sikap positif terhadap bahasa, yaitu: a. Kesetiaan bahasa (language loyalty) yang mendorong masyarakat suatu bahasa mempertahankan bahasanya dan apabila perlu mencegah adanya pengaruh bahasa lain. b. Kebanggaan bahasa (language pride) yang mendorong orang mengembangkan bahasanya dan menggunakannya sebagai lambang identitas dan kesatuan masyarakat. c. Kesadaran adanya norma bahasa (awareness of the norm) yang mendorong orang menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun Maka sebaliknya, jika ketiga ciri tersebut sudah melemah, hal itu berarti sikap masyarakat terhadap bahasa negatif. Sikap negatif terhadap suatu bahasa bisa terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang sudah tidak lagi mempunyai rasa bangga terhadap bahasanya, serta mengalihkan bahasa lain yang bukan miliknya. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan hilangnya rasa bangga terhadap bahasa sendiri, dan menumbuhkan pada bahasa lain, antara lain faktor politik, ras, etnik, gengsi, dan sebagainya (Chaer dan Agustina, 2008: 152). Sikap negatif terhadap suatu bahasa dapat terlihat bila di dalam perilakunya, seorang sama sekali tidak mendukung dan menjaga keberadaan bahasa tersebut. Hal itu dapat dilihat dari sikap kurang peduli, tidak mau tahu dengan perkembangan bahasa tersebut, serta tidak akan menggunakannya dalam kesempatan pembicaraan, walaupun seseorang tersebut sebenarnya mempunyai banyak kemungkinan untuk menggunakan bahasa tersebut (Karsana, 2009: 78).

19 19 6. Variasi dan Sikap terhadap Bahasa Arab di Dunia Arab Variasi dan sikap terhadap bahasa Arab merupakan pembahasan yang menarik dan telah menerima perhatian khusus dalam kajian psikologi sosial dan sosiolinguistik terutama pada pertengahan abad ke-20. Variasi ini juga menarik batas identitas suatu masyarakat, misalnya orang Mesir berbicara dengan bahasa Arab Mesir, orang Irak berbicara dengan bahasa Arab Irak (Murad, 2007: 16). Murad juga mengatakan bahwa banyak orang Arab menganggap bahwa bahasa Arab Standar sebagai penanda identitas orang Arab. Oleh karena itu, ada keyakinan kuat bahwa seseorang yang berbicara bahasa Arab (standar) ialah orang Arab. Sebagai hasilnya, bahasa Arab memiliki arti penting bagi orang Arab. Hal ini telah menjadi faktor penting yang mewakili patriotisme, kekuatan, dan nasionalisme di dunia Arab (Murad, 2007: 17). Bahasa Arab menjadi bahasa al-qur an, mempertahankan status yang unik dan luar biasa, yang ditandai dengan hormat, kekaguman, dan apresiasi. Fenomena linguistik yang ada di dunia Arab adalah koeksistensi bahasa Arab Standar (fuscha>) bersama dengan dialek nasional yang dalam bahasa Arab disebut dengan a>miyah. Biasanya, salah satu dari kedua varian bahasa tersebut adalah varietas standar, bergengsi, dan formal; sementara yang lain adalah bahasa gaul, bahasa sehari-hari atau dialek. Dalam dunia berbahasa Arab, bahasa Arab Standar digunakan dalam berbagai domain seperti media cetak, pendidikan, ritual keagamaan, dan pengaturan formal. Dialek Arab, pada sisi lain, digunakan secara ekstensif dalam sehari-hari dengan tujuan mencapai tujuan komunikasi. Sebagian besar dari penutur Arab sangat memuja bahasa Arab Standar karena bahasa Arab Standar

20 20 berhubungan dengan pengetahuan, agama, dan inspirasi. Dialek, di sisi lain, dipandang sebagai bentuk terdistorsi rendah dan tidak berpendidikan Arab (Haeri dalam Murad, 2007: 19). Dialek dipandang sebagai suatu penyimpangan dari bahasa Arab Standar dan biasanya lebih banyak digunakan oleh masyarakat yang memiliki pendidikan rendah dalam berkomunikasi. F. Data dan Sumber Data Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006: 129) sedangkan data adalah bahan jadi penelitian (Sudaryanto, 1995:9). Jika menyinggung tentang subjek penelitian, maka terdapat dua istilah yang terkait dengan subjek penelitian, yakni populasi dan sampel. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 130). Populasi penelitian ini adalah semua mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir yang masih aktif atau masih menjalankan studi di Universitas Canal Suez Mesir. Kemudian sampel pada penelitian ini adalah 124 mahasiswa yang merupakan bagian atau menjadi perwakilan dari populasi tersebut. Populasi Sebagian dari populasi Kesimpulan berlaku untuk populasi Sampel diteliti Disimpulkan Data dianalisis Gambar 3. Hubungan Populasi dan Sampel dalam Penelitian (Arikunto, 2006: 132)

21 21 Dalam analisis, data itulah yang diorakkan. Data itu dijaring dari sampel penelitian. Sebagai bahan jadi, data itu dapat diterjemahkan sebagai objek plus konteks. Data, pada hakikatnya adalah objek penelitian beserta dengan konteksnya (Sudaryanto dalam Kesuma, 2007:25). Apabila penelitian ini menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, baik pertanyaan tertulis maupun lisan (Arikunto, 2006: 129). Sumber data pada penelitian ini adalah 124 responden, yakni mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir yang dipilih secara acak sebagai sampel. Kuesioner model pertama berisi 15 (lima belas) pernyataan mengenai sikap bahasa yang disebarkan secara acak kepada 24 (dua puluh empat) responden. Responden merupakan mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir yang terdiri dari 12 (dua belas) mahasiswa laki-laki dan 12 (dua belas) mahasiswa perempuan. Kuesioner model pertama digunakan sebagai observasi penelitian dan juga digunakan untuk menjawab rumusan masalah mengenai sikap bahasa mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir yang dilihat dari tiga komponen sikap yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Kuesioner model kedua berisi 4 (empat) aspek kemahiran berbahasa bahasa Arab. Kuesioner ini disebarkan secara acak kepada 50 (lima puluh) responden yang merupakan mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir terdiri dari 8 (delapan) mahasiswa laki-laki dan 42 (empat puluh dua) mahasiswa perempuan.

22 22 Kemudian, kuesioner model ketiga berisi 4 (empat) aspek kemahiran berbahasa bahasa Arab dan 30 (empat puluh) pertanyaan tentang pemilihan dan penggunaan bahasa di lingkungan akademik, interaksi sosial, dan media. Kuesioner ini disebarkan secara acak kepada 50 (lima puluh) responden yang merupakan mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir terdiri dari 21 (dua puluh dua) mahasiswa laki-laki dan 29 (dua puluh delapan) mahasiswa perempuan. Kuesioner kuesioner model ketiga juga digunakan untuk menjawab permasalahan tentang pemilihan dan penggunaan bahasa Arab dalam ranah akademik, interaksi sosial dan media oleh mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir. Melalui sumber data tersebut, maka data penelitian ini berupa hasil kuesioner yang sudah diklasifikasikan berdasarkan skor yang telah ditentukan. G. Metode dan Teknik Penelitian Metode dan teknik penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu (1) Penyedian Data (2) Analisis Data (3) Penyajian Hasil Analisis Data. 1. Penyediaan Data a. Responden Responden adalah sampel yang diambil dari populasi. Responden penelitian ini berasal dari 124 mahasiswa penutur asli bahasa Arab di Universitas Canal Suez Mesir jurusan/ program studi Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Persia, Perhotelan, Bisnis, Akuntansi, Matematika, Sejarah, Filsafat, Geografi, Kimia, Dokter Gigi, Psikologi, Pendidikan Khusus, Pendidikan Seni dan Pendidikan IPA, meliputi 41 laki-laki dan 83 perempuan (usia: 18-49) yang kemudian terbagi menjadi tiga kali pengambilan data (lihat

23 23 pada subbab sumber data dan data). Pemilihan responden dipilih secara acak, sesuai kebutuhan penelitian menggunakan teknik sampling random (acak) yakni teknik yang memungkinkan setiap anggota populasi terpilih menjadi anggota dengan peluang yang sama (Subana dan Sudrajat, 2001: 117), sehingga dalam penelitian ini setiap anggota populasi yang terpilih mewakili populasi penelitian yakni mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir. b. Instrumen dan Prosedur Penelitian Semua responden diminta untuk mengisi Discourse Completion Test (DCT) (Blum-Kulka, 1982). Tes ini telah banyak digunakan sejak saat itu dalam mengumpulkan data (Al-Marani dan Sazalle, 2010: 67). DCT pada penelitian ini berupa kuesioner yang memodifikasi dari penelitian sebelumnya Murad (2007). Terdapat tiga model kuesioner yang dihadirkan. Kuesioner tersebut berisi 4 pertanyaan kemahiran berbahasa, 30 pertanyaan tentang pemilihan dan penggunaan bahasa Arab dan juga 15 butir pernyataan mengenai sikap bahasa mahasiswa yang dinilai dari tiga komponen yakni kognitif, asertif, dan konatif. Hasil kuesioner bervariasi sesuai dengan sejumlah faktor seperti interaksi sosial, lingkungan akademik dan media. Hasil kuesioner itulah yang dijadikan sebagai data penelitian yang kemudian dianalisis. 2. Analisis Data a. Metode dan Teknik Analisis Data Para ahli psikologi sosial telah berusaha mengukur sikap dengan berbagai macam metode dan teknik. Ada dua metode yang digunakan untuk mengukur

24 24 sikap (Fasold, 1984: 149), yakni (1) langsung (direct measure of attitudes), dan (2) tidak langsung (indirect measure of attitudes) (Rokhman, 2013: 46). Penelitian ini menggunakan metode tidak langsung (indirect measure of attitudes). Metode tidak langsung digunakan untuk memancing jawaban responden sementara dirinya tidak menyadar bahwa sikapnya sedang diteliti. Kemudian, teknik yang digunakan (Fasold, 2001: 149) adalah teknik kuesioner, yakni dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan berupa pertanyaan tertutup. Dalam pertanyaan tertutup terdapat kemungkinan jawaban yang telah ditentukan. Mereka diminta menjawab pertanyaan dengan cara memilih jawaban yang terdapat di dalam daftar (Rokhman, 2013: 46-47). b. Skor Penelitian ini menggunakan skala Likert sebagai skala untuk mengukur sikap bahasa. Skala ini paling sering digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden terhadap sesuatu objek (Husaini, 2014: 65). Meliputi empat pilihan jawaban dalam 15 pernyataan yang diberikan, yakni SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju) dengan skor atau nilai setiap pernyataan dilakukan secara apriori yakni pemberian skor secara ditentukan (Subino dalam Dingding, 2003). Jawaban responden dalam kuesioner sikap bahasa terhadap bahasa Arab untuk pernyataan positif, SS (Sangat Setuju) diberi bobot 4, S (Setuju) diberi bobot 3, TS (Tidak Setuju) diberi bobot 2, dan STS (Sangat Tidak Setuju) diberi bobot 1. Kemudian, untuk pernyataan negatif, SS (Sangat Setuju) diberi bobot 1, S (Setuju) diberi bobot 2, TS (Tidak Setuju) diberi bobot 3, dan STS (Sangat Tidak Setuju) diberi bobot 4. Skor ditentukan berdasarkan

25 25 indikasi-indikasi yang dibuat mengenai sikap bahasa berdasarkan tiga komponen sikap; kognitif, afektif, dan konatif. Hasil yang ditampilkan pada pembahasan sikap bahasa ini adalah persentase jumlah responden pada setiap respon yang dibagi dengan jumlah seluruh responden sikap bahasa. f N x 100% f N = jumlah pemilih respon = jumlah seluruh responden (data) Kemudian dihadirkan pula rata-rata (mean) setiap pernyataan untuk melihat kecenderungan pemilihan respon yakni respon positif (SS dan S) atau respon negatif (TS dan STS). Mean = (f skor) N Contoh perhitungan rata-rata pada pernyataan positif : Mean = = (14 4) + (8 3) + (0 2) + (2 1) = 3.42 Hasil tersebut menunjukkan bahwa respon pada pernyataan positif adalah positif, yakni dengan hasil 3 (skor S) Penyajian Hasil Analisis Data Data dalam penelitian ini disajikan dengan metode penyajian formal dan informal. Metode penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang, sedangkan metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993:145). Perumusan dengan kata-kata

26 26 yang dimaksud adalah penyajian data hasil analisis dengan menggunakan redaksi atau penyusunan kata yang dapat langsung dibaca dan dipahami ketika dibaca, kemudian penyajian formal disajikan dengan bentuk gambar, tabel dan diagram guna mendukung penyajian informal. H. Sistematika Penyajian Sistematika penulisan pada penelitian ini terdiri dari empat bab : Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pembahasan, pembatasan masalah, landasan teori, data dan sumber data, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penyajian. Bab kedua, ketiga, dan keempat merupakan pembahasan, atau isi dari penelitian. Pada bab kedua, dibahas mengenai Kemahiran Berbahasa Arab. Bab ini berisi tentang pembahasan empat aspek kemahiran berbahasa bahasa Arab oleh mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir. Pada bab ketiga, dibahas tentang Pemilihan dan Penggunaan Bahasa Arab. Bab ini berisi tentang pembahasan pemilihan dan penggunaan bahasa Arab oleh mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir pada ranah akademik, interaksi sosial, dan media. Pada bab keempat, dibahas tentang Sikap Bahasa Mahasiswa terhadap BAF dan BAA. Bab ini membahas mengenai sikap bahasa mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir terhadap BAF dan BAA yang dilihat dari tiga komponen sikap yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif. Bab kelima, adalah penutup. Bab ini berisi simpulan dan saran dari keseluruhan hasil penelitian.

BAB II KAJIAN TEORI. penelitian dari laporan penelitian yang relevan. Menurut Triandis (melalui Suhardi, 1996: 22) sikap didefinisikan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI. penelitian dari laporan penelitian yang relevan. Menurut Triandis (melalui Suhardi, 1996: 22) sikap didefinisikan sebagai BAB II KAJIAN TEORI Pada bab kajian teori akan dijelaskan landasan teori yang mendukung penelitian sikap bahasa siswa. Teori yang akan dijelaskan antara lain mengenai sikap, sikap bahasa, serta pembelajaran

Lebih terperinci

MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK

MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK 153 SIKAP BAHASA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MAHASISWA SEMESTER 1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV SIKAP BAHASA MAHASISWA TERHADAP BAHASA ARAB FUSCHA> DAN BAHASA ARAB A>MIYAH. keberpihakan mereka terhadap bahasa Arab A>miyah.

BAB IV SIKAP BAHASA MAHASISWA TERHADAP BAHASA ARAB FUSCHA> DAN BAHASA ARAB A>MIYAH. keberpihakan mereka terhadap bahasa Arab A>miyah. 64 BAB IV SIKAP BAHASA MAHASISWA TERHADAP BAHASA ARAB FUSCHA> DAN BAHASA ARAB A>MIYAH Sikap bahasa mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir dapat terlihat pada pemilihan dan penggunaan bahasa Arab mereka

Lebih terperinci

BAB III PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN BAHASA ARAB

BAB III PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN BAHASA ARAB BAB III PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN BAHASA ARAB Menurut Ferguson dalam masyarakat diglosis terdapat dua variasi dari satu bahasa yaitu variasi pertama disebut dengan dialek tinggi dan yang kedua disebut dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori Ibrahim (1993:125 126), berpendapat bahwa semua kelompok manusia mempunyai bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk mengacu

Lebih terperinci

SIKAP BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTA METRO PROVINSI LAMPUNG. Ratih Rahayu

SIKAP BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTA METRO PROVINSI LAMPUNG. Ratih Rahayu SIKAP BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTA METRO PROVINSI LAMPUNG Ratih Rahayu Kantor Bahasa Provinsi Lampung Jalan Beringin II No.40 Kompleks Gubernuran Telukbetung, Bandarlampung Pos-el:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Penggunaan suatu kode tergantung pada partisipan, situasi, topik, dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. lain. Penggunaan suatu kode tergantung pada partisipan, situasi, topik, dan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan seseorang dalam kehidupan mereka setiap harinya. Baik untuk komunikasi antarteman, murid dengan guru, maupun

Lebih terperinci

TEORI PERILAKU. Disusun: IY

TEORI PERILAKU. Disusun: IY TEORI PERILAKU Disusun: IY Perilaku pada hakekatnya merupakan tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan dapat dipelajari Behavior : the way that somebody behaves, especially towards

Lebih terperinci

Sikap Terhadap Bahasa Indonesia Siswa Kelas X SMAN 2 TBU dan Implikasinya. Oleh

Sikap Terhadap Bahasa Indonesia Siswa Kelas X SMAN 2 TBU dan Implikasinya. Oleh Sikap Terhadap Bahasa Indonesia Siswa Kelas X SMAN 2 TBU dan Implikasinya Oleh Wahyu Riyanti Munaris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: Wahyu_Riyanti.batrasia@yahoo.com ABSTRACT This research

Lebih terperinci

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sering digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Sebagian besar kegiatan berkomunikasi didominasi

Lebih terperinci

BAB III SIKAP (ATTITUDE)

BAB III SIKAP (ATTITUDE) BAB III SIKAP (ATTITUDE) A. Pengertian Sikap atau disebut juga dengan attitude pengertiannya adalah sikap terhadap obyek tertentu yang disertai dengan kecenderungan untuk bertidak sesuai dengan sikap terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka

Lebih terperinci

SIKAP BAHASA INDONESIA SISWA KELAS X SMA INTERNASIONAL BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA

SIKAP BAHASA INDONESIA SISWA KELAS X SMA INTERNASIONAL BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA SIKAP BAHASA INDONESIA SISWA KELAS X SMA INTERNASIONAL BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA Rizki Amalia Sholihah Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo rizkiamalias88@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

SIKAP BAHASA MAHASISWA UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA (UTM) TERHADAP BAHASA MADURA

SIKAP BAHASA MAHASISWA UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA (UTM) TERHADAP BAHASA MADURA SIKAP BAHASA MAHASISWA UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA (UTM) TERHADAP BAHASA MADURA Students Language Attitude of Madura Trunojoyo University toward Madurese YUYUN KARTINI Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini dilakukan untuk mengetahui sikap bahasa siswa kelas VII di SMPN 9

BAB V PENUTUP. ini dilakukan untuk mengetahui sikap bahasa siswa kelas VII di SMPN 9 BAB V PENUTUP A. Simpulan Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sikap bahasa siswa kelas VII di SMPN 9 Yogyakarta terhadap bahasa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

Sikap Bahasa Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris terhadap Bahasa Indonesia

Sikap Bahasa Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris terhadap Bahasa Indonesia Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia is licensed under A Creative Commons Attribution-Non Commercial 4.0 International License Sikap Bahasa Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harkat manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Multietnik tersebut sekaligus menandai banyaknya bahasa daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. harkat manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Multietnik tersebut sekaligus menandai banyaknya bahasa daerah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang digunakan manusia untuk menyampaikan pesan dan tujuan kepada orang lain. Bahasa dijadikan sebagai mediasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa yang penuh dengan dinamika. Dikatakan demikian karena memang masa remaja adalah masa yang sedang dalam tahap pertumbuhan. Ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu lainnya.

Lebih terperinci

SIKAP BAHASA SISWA KELAS VII SMP DARMA BANGSA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN

SIKAP BAHASA SISWA KELAS VII SMP DARMA BANGSA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SIKAP BAHASA SISWA KELAS VII SMP DARMA BANGSA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN Oleh Laili Apriana Karomani Wini Tarmini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung e-mail: apriliana-lely@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki fungsi yang sangat penting bagi manusia, terutama fungsi komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh manusia dan menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian 1. Variabel Penelitian Untuk menguji hipotesis penelitian, akan dilakukan pengidentifikasian variabel-variabel yang diambil dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Ari Kartini, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Ari Kartini, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa nasional mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Hal ini dibuktikan dengan disusunnya UU yang membahas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah data terkumpul dan siap diolah dan dianalisis, maka dilanjutkan dengan melakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan uji linearitas. Jika asumsi telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus informasi mengalir cepat seolah tanpa hambatan, jarak dan ruang yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di belahan

Lebih terperinci

SIKAP BAHASA MASYARAKAT DI WILAYAH PERBATASAN NTT: PENELITIAN SIKAP BAHASA PADA DESA SILAWAN, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

SIKAP BAHASA MASYARAKAT DI WILAYAH PERBATASAN NTT: PENELITIAN SIKAP BAHASA PADA DESA SILAWAN, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR SRI WINARTI: SIKAP BAHASA MASYARAKAT DI WILAYAH... SIKAP BAHASA MASYARAKAT DI WILAYAH PERBATASAN NTT: PENELITIAN SIKAP BAHASA PADA DESA SILAWAN, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (LANGUAGE ATTITUDE OF THE PEOPLE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu terdekat ini kemajuan disegala aspek kehidupan menuntut masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA

BAB III PENYAJIAN DATA BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab ini akan dideskripsikan mengenai data setiap variabel yang diukur dalam penelitian ini didasarkan hasil jawaban kuesioner yang telah diberikan kepada responden, yaitu para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Chaer (2011: 1) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi, bersifat

Lebih terperinci

KUALITAS INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI

KUALITAS INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH KUALITAS INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI OLEH : DIAN PURNAMA SARI ERA 1D009093 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan antara siswa satu dengan lain, memiliki potensi untuk tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan antara siswa satu dengan lain, memiliki potensi untuk tumbuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen penting dalam dunia pendidikan. Diadakannya layanan bimbingan dan konseling di sekolah bukan karena adanya

Lebih terperinci

PEMERTAHANAN BAHASA JAWA PADA MASYARAKAT KAMPUNG CIDADAP KABUPATEN CIREBON. Oleh. Hesti Muliawati, Rendi Suhendra, dan M.

PEMERTAHANAN BAHASA JAWA PADA MASYARAKAT KAMPUNG CIDADAP KABUPATEN CIREBON. Oleh. Hesti Muliawati, Rendi Suhendra, dan M. PEMERTAHANAN BAHASA JAWA PADA MASYARAKAT KAMPUNG CIDADAP KABUPATEN CIREBON Oleh Hesti Muliawati, Rendi Suhendra, dan M. Husen Muttaqin Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UNSWAGATI

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-I Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Merokok 1. Intensi Merokok Intensi diartikan sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku didasari oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah Sesuatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau Kajian Dialektologi dan Sikap Bahasa Minang Pada Pedagang Rantau di Jakarta 1 Erni Hastuti, 2 Teddy Oswari 1 Fakultas Sastra dan Bahasa, Universitas Gunadarma 2 Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif, yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siap pakai dan berkualitas. Berkaitan dengan itu, pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. siap pakai dan berkualitas. Berkaitan dengan itu, pendidikan diharapkan mampu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penggunaan teknologi dalam bidang pendidikan semakin meluas seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang begitu pesat menuntut untuk dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional yaitu korelasi parsial. Menurut Arikunto (2002:23) penelitian kuantitatif adalah

Lebih terperinci

STUDI KASUS SIKAP BERBAHASA INDONESIA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

STUDI KASUS SIKAP BERBAHASA INDONESIA ANAK USIA SEKOLAH DASAR STUDI KASUS SIKAP BERBAHASA INDONESIA ANAK USIA SEKOLAH DASAR I. PENDAHULUAN Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi yang dijadikan status sebagai bahasa persatuan sangat penting untuk diajarkan sejak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian dilaksanakan di tempat para atlet renang PON Jawa Barat yaitu di kolam renang Karang Setra yang beralamat di Jalan Sirnagalih No 15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu dimana manusia mempunyai perasaan, jiwa, hati dan pikiran masing-masing

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 1 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Setiap kegiatan penelitian, diperlukan langkah-langkah pengkajian untuk menentukan data yang valid. Penggunaan dari suatu metode itu sendiri harus juga

Lebih terperinci

3. MASALAH, HIPOTESIS DAN METODE PENELITIAN

3. MASALAH, HIPOTESIS DAN METODE PENELITIAN 30 3. MASALAH, HIPOTESIS DAN METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tentang masalah dan metode penelitian yang terdiri dari masalah penelitian, variabel penelitian, hipotesis penelitian, subyek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Istilah penyuluhan telah dikenal secara luas dan diterima oleh mereka yang bekerja di dalam organisasi pemberi jasa penyuluhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami siswa

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seluruh proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak

Lebih terperinci

BAB 1 SIKAP (ATTITUDE)

BAB 1 SIKAP (ATTITUDE) Psikologi Umum 2 Bab 1: Sikap (Attitude) 1 BAB 1 SIKAP (ATTITUDE) Bagaimana kita suka / tidak suka terhadap sesuatu dan pada akhirnya menentukan perilaku kita. Sikap: - suka mendekat, mencari tahu, bergabung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Babbie (Prasetyo, 2005) rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berfikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada generasi penerus bangsa yang berakar pada nilai karakter dari budaya bangsa dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir 59 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah para pemilih pemula yang tercatat dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tata kalimat, dan tata makna. Ciri-ciri merupakan hakikat bahasa, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. tata kalimat, dan tata makna. Ciri-ciri merupakan hakikat bahasa, antara lain: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu yang dikenal sebagai kata, melambangkan suatu konsep. Setiap bahasa sebenarnya mempunyai ketetapan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai kompetensi menulis argumentasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil analisis korelasi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Husni El Hilali Abstraksi Pengelolaan kelas memiliki peran yang sangat penting dalam proses pendidikan. Proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASPEK DALAM MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 BATAM

HUBUNGAN ANTARA ASPEK DALAM MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 BATAM HUBUNGAN ANTARA ASPEK DALAM MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 BATAM Destaria Sudirman Nurhaty 1, Purnama Sari 1, Notowinarto 1 1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan olahraga walaupun menguras energi namun disisi lain memiliki manfaat. berbagai aspek baik kesehatan mental maupun fisik.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan olahraga walaupun menguras energi namun disisi lain memiliki manfaat. berbagai aspek baik kesehatan mental maupun fisik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan olahraga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Kegiatan olahraga walaupun menguras energi namun disisi lain memiliki manfaat secara fisik dan psikis.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menguraikan tentang variabel penelitian, definisi operasional, metodologi pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian 53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas tentang variabel penelitian, definisi operasional, metodologi pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, populasi dan sampel penelitian,

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP BAHASA DAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS XI SMA BOSOWA INTERNATIONAL SCHOOL

ANALISIS SIKAP BAHASA DAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS XI SMA BOSOWA INTERNATIONAL SCHOOL ANALISIS SIKAP BAHASA DAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS XI SMA BOSOWA INTERNATIONAL SCHOOL ANALYSIS ON ATTITUDES AND MOTIVATION IN INDONESIAN LANGUAGE LEARNING OF XI GRADE STUDENTS IN BOSOWA

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia 1 B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami serangkaian tahap perkembangan di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah tahap remaja. Tahap

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm. 74-82 PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Penelitian yang mengangkat masalah Pemertahanan Bahasa Bali belum ada yang melakukan di daerah Gorontalo, namun peneliti menemukan di internet

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pembelajaran Problem Posing Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa adalah menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Teori Komunikasi Keluarga Pengertian Komunikasi

TINJAUAN PUSTAKA Teori Komunikasi Keluarga Pengertian Komunikasi 7 TINJAUAN PUSTAKA Teori Komunikasi Keluarga Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan suatu cara untuk memengaruhi individu agar si pemberi pesan (sender) dan si penerima pesan (receiver) saling mengerti

Lebih terperinci

Sikap. Oleh : Dra. Rahayu. G, M. Si

Sikap. Oleh : Dra. Rahayu. G, M. Si Sikap Oleh : Dra. Rahayu. G, M. Si Sikap Sikap adalah keadaan mental dan taraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons individu pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu

Lebih terperinci

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Sukanti Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam pembelajaran yaitu: (1) minat, 2) sikap, 3) konsep diri, dan 4) nilai. Penilaian afektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan peserta didik sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik, psikis dan emosinya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegangnya.

Lebih terperinci

ABSTRAK SIKAP BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS IX DAN IMPLIKASINYATERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

ABSTRAK SIKAP BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS IX DAN IMPLIKASINYATERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA ABSTRAK SIKAP BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS IX DAN IMPLIKASINYATERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Oleh Nur Fasila Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif. Menurut Babby (1995), yang dimaksud rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun kelompok. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun karakteristik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Hal ini dikarenakan data yang didapat dari penelitian berupa angka atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi merupakan tempat atau unit analisa yang dijadikan sebagai tempat pelaksana penelitian atau tempat pengumpulan data

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Konsumen Motivasi berasal dari kata latin mavere yang berarti dorongan/daya penggerak. Yang berarti adalah kekuatan penggerak dalam diri konsumen yang memaksa bertindak

Lebih terperinci

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN Keterampilan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu. Melalui komunikasi individu akan merasakan kepuasan, kesenangan atau

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggambarkan fakta, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi

III. METODE PENELITIAN. menggambarkan fakta, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi 38 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang akan digunakan penulis adalah deskriptif kuantitatif, yakni penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fakta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disemua jenjang pendidikan yang memiliki peran yang sangat penting. Dalam proses pembelajaran matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan Kontrol diri (variabel bebas) dan Perilaku

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan Kontrol diri (variabel bebas) dan Perilaku BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu faktor internal yang turut menentukan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu faktor internal yang turut menentukan keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor internal yang turut menentukan keberhasilan organisasi adalah budaya organisasi. Budaya organisasi mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif. yang diteliti (Saifudin Azwar, 2003: 5).

BAB III METODE PENELITIAN. diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif. yang diteliti (Saifudin Azwar, 2003: 5). 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh sekelompok manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, karena bahasa mengalami

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 57 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Obyek Penelitian 1. Nama dan Motto Lembaga Lembaga ini bernama Griya Baca dengan motto Berbagi Asa dan Karya, artinya setiap anak bangsa mempunyai hak dan kesempatan

Lebih terperinci