Staf Pengajar Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian USI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Staf Pengajar Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian USI"

Transkripsi

1 Uji Pengaruh Pemulsaan Terhadap Pertumbuhan Gaharu (Aquilaria malaccensis ) pada Domestikasi Jenis Di Kota Pematangsiantar Marulam MT Simarmata Staf Pengajar Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian USI marulamsimarmata@usi.ac.id Abstrak Gaharu (Aquilaria malaccensis) sebagai plasma nutfah, pada dekade terakhir ini menjadi sorotan berbagai pihak terutama terhadap produk yang dihasilkan, yaitu resin (oleoresin) yang berada di jaringan kayu yang berwarna hitam dan beraroma wangi yang biasanya disebut gubal gaharu, produk ini mempunyai nilai yang sangat tinggi terutama gubal yang mempunyai kualitas super. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemulsaan terhadap tingkat pertumbuhan tanaman, manfaat pemulsaan terhadap kondisi lahan serta pengaruh pemulsaan terhadap kegiatan waktu dan teknik pemeliharaan. Penelitian dilaksanakan pada areal Arboretum Fakultas Pertanian Universitas Simalungun selama 9 bulan, dimulai bulan Mei 2012 sampai dengan Januari Ulangan pada perancangan ini dirancang untuk setiap petak pengujian 2 jenis mulsa dan 1 petak control (tanpa mulsa) yang disusun berdasarkan Completelly Randomized Block Design (CRBD). Data yang diperoleh disusun menurut Completelly Randomized Block Design. Analisis data dilakukan dengan analisis pendugaan parameter model seperti persentase hidup tanaman, pertumbuhan jumlah daun, tinggi dan diameter tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian perlakuan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah tanaman yang hidup, pertambahan diameter batang, serta pertambahan tinggi tanaman. Ada pengaruh pengguguran daun akibat pemberian perlakuan dan penamanan Gaharu (Aquilaria malaccensis) dengan cara domestikasi jenis berdasar perlakuan dapat dilakukan dengan baik di Kota Pematangsiantar. Kata Kunci : Gaharu, Pemulsaan, Domestikasi Jenis Pendahuluan Gaharu (Aquilaria malaccensis) sebagai plasma nutfah, pada dekade terakhir ini menjadi sorotan berbagai pihak terutama terhadap produk yang dihasilkan, yaitu resin (oleoresin) yang berada di jaringan kayu yang berwarna hitam dan beraroma wangi yang biasanya disebut gubal gaharu, produk ini mempunyai nilai yang sangat tinggi terutama gubal yang mempunyai kualitas super. Dengan nilai yang sangat tinggi ini menyebabkan masyarakat dan beberapa pihak untuk melakukan perburuan pohon gaharu alam. Dengan menurunnya populasi gaharu alam khususnya jenis Aquilaria malaccensis maka dikhawatirkan akan terjadi kelangkaan jenis ini. Oleh karenaitu pada konferansi IX di bulan Nopember 1994 di Florida Amerika Serikat, para angota CITES (Convention on international Trade Endengered species of wild flora and fauna) memasukkan Aquilaria malaccensis dalam appendix II, artinya pohon terancam punah, karena itu volume perdagangannya perlu dibatasi,dan perlu dilakukan usaha untuk penyelamatan jenis dengan berbagai cara baik konservasi in situ maupun ex situ. 1

2 Uji Pengaruh Pemulsaan Terhadap Pertumbuhan Gaharu..Marulam MT Simarmata Saat ini Pusat Penelitian Geografi Terapan (PPGT-FMIPA) Universitas Indonesia (UI) sudah meluncurkan hasil penelitiannya terkait dengan rekayasa produksi kayu gaharu. Kayu gaharu yang tadinya hanya didapatkan dari alam langsung sekarang sudah dapat dbudidayakan dengan lebih seksama seperti tanaman perkebunan lain (teh, kopi, coklat, karet dll). Menyangkut kegiatan pemeliharaan pada tanaman dengan berpedoman pada teknik silvikultur assited or accelerated natural regeneration (ANR) dengan tujuan menghambat laju pertumbuhan tanaman gulma dan menambah bahan organik bagi tanah diduga akan dapat tercapai dengan melakukan pemulsaan dengan bahan organik pada tanaman. Pemulsaan terhadap tanaman diperkirakan akan meningkatkan pertumbuhan tanaman dan memberikan hasil yang lebih baik, untuk itu diperlukan suatu studi untuk itu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemulsaan terhadap tingkat pertumbuhan tanaman, manfaat pemulsaan terhadap kondisi lahan serta pengaruh pemulsaan terhadap kegiatan waktu dan teknik pemeliharaan. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan pada areal Arboretum Fakultas Pertanian Universitas Simalungun Pematangsiantar, dimulai sejak mulai bulan Mei 2012 s/d. Januari Peralatan yang digunakan antara lain : peralatan penanaman dan pemulsaan; pengukuran (meter dan jangka sorong); dan alat tulis menulis. Sedangkan bahan yang digunakan untuk mendukung penelitian ini antara lain : bibit/benih siap tanam ; mulsa organik; dan mulsa anorganik. Pengamatan pada sejumlah tanaman yang ditanam pada areal tanaman meliputi : (a) tanaman tanpa pemulsaan; (b) tanaman dengan perlakuan pemulsaan bahan organik; dan (c) tanaman dengan perlakuan pemulsaan bahan anorganik. Ulangan (replication) pada perancangan ini dirancang untuk setiap petak pengujian 2 jenis mulsa dan 1 petak control (tanpa mulsa) yang disusun berdasarkan Completelly Randomized Block Design (CRBD). Frekunsi perlakuan dilakukan sebanyak 9 kali dengan meneladani persamaan (t-1)(r-1) 15 (Hanafiah, 1991). Data yang diperoleh dari setiap petak pengujian 2 jenis mulsa dan 1 kontrol disusun menurut Completelly Randomized Block Design (CRBD) dengan 9 ulangan sebagai kelompok dan 5 tanaman sejenis perkelompok. Analisis data dilakukan dengan analisis pendugaan parameter model seperti persentase hidup tanaman, pertumbuhan jumlah daun, tinggi dan diameter tanaman. Model umum persamaan linier RAL (Steel dan Torrie, 1980) adalah : dimana : 2

3 ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2013 = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Nilai tengah umum ke-j = Pengaruh perlakuan ke-i Error pada perlakuan ke-i dan ulangan Error pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i = 1,2,3., k j = 1,2,3,, n Jika hasil analisa keragaman menunjukkan pengaruh perlakuan yang nyata, maka akan dilanjutkan dengan Uji Beda Rata-rata, dengan Uji BNT (Steel dan Torrie, 1980) : Dimana : BNT BNT = t = Beda Nyata Terkecil untuk taraf 5% dan 1% t = Nilai t pada table t untuk taraf 5% dan 1% S 2 n = Kuadrat Tengah Galat = ulangan Hasil dan Pembahasan Persentase Hidup Tanaman Hasil pengamatan sementara pada persentase hidup tanaman Gaharu (Aquilaria malaccensis) seperti diuraikan pada tabel. 1. pemulsaan terhadap jumlah hidup tanaman pada perlakuan tidak memberikan pengaruh pada kedua taraf pengujian. Persentase jumlah tanaman hidup seperti tertera pada Gambar dibawah ini. Dari data diatas, didapatkan bahwa ketiga perlakuan yang diberikan memberikan hasil yang sama yaitu didapatkan 96,3% tanaman yang hidup. Hal ini dapat dimaklumi, karena data hasil pengukuran baru tahap pertama, sehingga belum didapatkan hasil yang maksimal. Tabel 1. Rerata Tanaman Gaharu Yang Hidup Perlakuan Kelompok Jumlah Rerata P0 (Kontrol) 3,00 2,50 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 26,50 2,94 P1 (Organik) 2,50 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 26,50 2,94 P2 (Plastik) 3,00 3,00 2,50 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 26,50 2,94 Jumlah 8,50 8,50 8,50 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 79,50 8,83 Gambar 1. Histogram Jumlah Tanaman Hidup 3

4 Uji Pengaruh Pemulsaan Terhadap Pertumbuhan Gaharu..Marulam MT Simarmata Persentase Jumlah Daun Hasil pengamatan sementara pada pertambahan jumlah daun dapat dilihat pada tabel 2. pemulsaan terhadap jumlah daun tanaman pada perlakuan kelompok memberikan pengaruh yang nyata pada kedua taraf pengujian. Persentase jumlah tanaman hidup seperti tertera pada Gambar 2. Dari data diatas, didapatkan bahwa ketiga perlakuan yang memberikan pengaruh terhadap jumlah daun. Didapatkan data bahwa perlakuan yang diberikan memberikan efek pengurangan daun pada sampel penelitian. Hal ini diduga terjadi akibat tanaman melakukan penyesuaian tempat tumbuh. Hal ini didukung dengan kondisi bibit tanaman sudah mencapai umur 1 tahun, sehingga untuk proses tumbuh selanjutnya tanaman sampel mengalami stagnan pertumbuhan. Dengan demikian proses pertumbuhan tidak berjalan sehingga daun layu dan mati karena proses metabolisme tidak berjalan, hanya memanfaatkan cadangan unsur yang terdapat di dalam batang tanaman, sebelum perakaran melakukan prosesnya. Tabel 2. Rerata Pertambahan Jumlah Daun Gaharu Perlakuan Kelompok Jumlah Rerata P0 (Kontrol) -39,67-49,50-40,33-21,33-28,67-26,33-19,67-10,33-25,oo -260,83-28,98 P1 (Organik) -35,00-40,33-35,33-18,67-35,67-28,67-29,00-18,00-17,00-257,67-28,63 P2 (Plastik) -38,00-39,33-26,00-35,00-27,00-28,00-22,67-21,33-30,00-267,33-29,70 Jumlah -112,67-129,16-101,66-75,00-91,34-83,00-71,34-49,66-72,00-785,83-87,31 Gambar 2. Histogram Jumlah Pertambahan Daun 4

5 ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2013 Persentase Diameter Batang perlakuan yang memberikan pengaruh terhadap pertambahan diameter batang. Perlakuan pemakaian mulsa organic memberikan hasil Hasil sementara pengamatan pada persentase pertambahan diameter batang tanaman Gaharu (Aquilaria malaccensis) dapat dilihat pada tabel 3. pemulsaan terhadap pertambahan diameter batang tanaman pada perlakuan tidak memberikan pengaruh pada kedua taraf pengujian. Persentase jumlah pertambahan diameter batang seperti tertera pada Gambar 3. yang baik untuk pertambahan diameter batang sebesar 0,23 cm. Hal ini seiring dengan proses yang terjadi, dimana terjadi pengurangan daun pada tanaman sampel yang diikuti dengan pembesaran batang. Tanaman sampel dengan cepat melakukan penyesuaian tempat tumbuh dengan baik, ditambah perlakuan pemberian mulsa organic menjadi sumber hara bagi pertumbuhan tanaman. Dari data, didapatkan bahwa ketiga Tabel 3. Rerata Pertambahan Diamater Batang Gaharu Perlakuan P0 (Kontrol) P1 (Organik) Kelompok Jumlah Rerata 0,10 0,05 0,10 0,07 0,03 0,07 0,10 0,10 0,03 0,65 0,07 0,05 0,10 0,07 0,07 0,13 0,03 0,07 0,10 0,10 0,72 0,08 P2 (Plastik) 0,07 0,10 0,10 0,70 0,07 0,07 0,03 0,10 0,07 0,68 0,08 Jumlah 0,22 0,25 0,27 0,21 0,23 0,17 0,20 0,30 0,20 2,05 0,23 Gambar 3. Histogram Jumlah Pertambahan Diameter (cm) Persentase Tinggi Tanaman 5

6 Uji Pengaruh Pemulsaan Terhadap Pertumbuhan Gaharu..Marulam MT Simarmata Hasil sementara pengamatan pada persentase pertambahan tinggi tanaman tanaman Gaharu (Aquilaria malaccensis) dapat dilihat pada tabel 4. pemulsaan terhadap pertambahan tinggi tanaman pada perlakuan tidak memberikan pengaruh pada kedua taraf pengujian. Persentase jumlah pertambahan tinggi tanaman seperti tertera pada Gambar 4. Dari data, didapatkan bahwa ketiga perlakuan yang memberikan pengaruh terhadap pertambahan tinggi tanaman Permberian mulsa organic yang berasal dari serasauh tanaman memberikan hasil yang baik untuk pertambahan tinggi tanaman. Pertambahan rerata tinggi tanaman didapatkan pada perlakuan pemakaian mulsa organic sebesar 40,22 mm selama 2 bulan. Hal ini seiring dengan proses yang terjadi, dimana terjadi pengurangan daun pada tanaman sampel yang diikuti dengan pembesaran batang dan pertambahan tinggi tanaman. Tanaman sampel dengan cepat melakukan penyesuaian tempat tumbuh dengan baik, ditambah perlakuan pemberian mulsa organic menjadi sumber hara bagi pertumbuhan tanaman. Tabel 4. Rerata Pertambahan Tinggi Tanaman Gaharu Perlakuan P0 (Kontrol) P1 (Organik) Kelompok Jumlah Rerata 28,67 4,00 3,67 14,67 17,33 5,67 9,00 7,00 6,00 96,01 10,67 7,00 8,67 5,00 9,00 4,33 11,33 14,00 40,00 23,67 123,00 13,67 P2 (Plastik) 9,00 4,67 19,50 31,00 10,33 6,33 14,67 7,67 16,33 119,50 13,28 Jumlah 44,67 17,34 28,17 54,67 31,99 23,33 37,67 54,67 46,00 338,51 37,61 Gambar 4. Histogram Jumlah Pertambahan Tinggi Tanaman (mm) 6

7 ilmiah dosen upload : biro sistem informasi data & hubungan masyarakat@2013 penelitian ini Kesimpulan dan Saran Kesimpulan yang dapat ditarik dari bahwa pemberian perlakuan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah tanaman yang hidup, pertambahan diameter batang, serta pertambahan tinggi tanaman. Ada pengaruh pengguguran daun akibat pemberian perlakuan, serta penamanan Gaharu (Aquilaria malaccensis) dengan cara domestikasi jenis berdasar perlakuan dapat dilakukan dengan baik di Kota Pematangsiantar. Diperlukan pengamatan yang lebih panjang dalam rangka ujicoba domestikasi penanaman Gaharu di Kota Pematangsiantar. Pustaka Anonim Pengelolaan Persemaian untuk Menghasilkan Bibit Bermutu Tinggi. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian dan Pengembangan Balai Teknologi Reboisasi (BTR) Banjar Baru. Anonim Konservasi Gaharu di Kabupaten Sleman. (diunduh Agustus 2012) Anonim Gaharu Sekilas. (diunduh Agustus 2012) Anonim Gaharu. nduh Agustus 2012) Aswoko, G Tahun Gaharu Indonesia (diunduh Juni 2012) FAO Aguide to Forest Seed Handing. FAO Forestry Paper 20. Roma Hendromono, Pengaruh Media Organik dan Tanah Mineral Terhadap Mutu Bibit Pterygota alata Roxb. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam Bogor. Heyne, K Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I dan II. Badan Penelitian dan Pengmbangan Kehutanan Departemen Kehutanan RI Jakarta. Jhonson, J.D. and M.L. Cline Seedling Quality of Southern Pines. Forest Regeneration Manual. Jordan, F Nutrient Cycling in Tropical Forest Ecosystem. John Willey Sons. New York. Kareen Bahan Organik. h 2 Desember 2012) Purwowidodo Teknologi Mulsa. Dewa Ruci Press. Jakarta Rizlani, C. dan Aswandi Penanganan Bibit Gaharu Cabutan Stump. diunduh Agustus 2012) Sophie., M.M Pengawasan Mutu Benih Tanaman Hutan Diperbaharui. Duta Rimba /XXIII : Steel, R.G.D., and J.H. Torrie Principles and Procedure of Statistics. A Biometrical Approach. 2 nd ed. Mc Graw Hill, New York Supriadi, G., dan Valli, I Manual Persemaian ATA-267 Mechanized Nursery and Plantation Project in South Kalimantan (Indonesia Finladia) 7

PEMBERIAN MOLASES DAN MULSA ORGANIK PADA MEDIA TANAM PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GMELINA (GMELINA ARBOREA ROXB)

PEMBERIAN MOLASES DAN MULSA ORGANIK PADA MEDIA TANAM PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GMELINA (GMELINA ARBOREA ROXB) PEMBERIAN MOLASES DAN MULSA ORGANIK PADA MEDIA TANAM PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GMELINA (GMELINA ARBOREA ROXB) I PUTU WISARDJA I WAYAN SUKASANA KETUT TURAINI INDRA WINTEN PS Agroteknologi,

Lebih terperinci

Kata kunci : Umur pertumbuhan, Dipterocarpaceae, mersawa, Anisoptera costata Korth

Kata kunci : Umur pertumbuhan, Dipterocarpaceae, mersawa, Anisoptera costata Korth PERTUMBUHAN BIBIT MERSAWA PADA BERBAGAI TINGKAT UMUR SEMAI 1) Oleh : Agus Sofyan 2) dan Syaiful Islam 2) ABSTRAK Degradasi hutan Indonesia meningkat dari tahun ke tahun dalam dekade terakhir. Degradasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. tinggi. Keadaan ini dapat dijadikan modal Indonesia dalam menanggapi

PENDAHULUAN. tinggi. Keadaan ini dapat dijadikan modal Indonesia dalam menanggapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati sangat tinggi. Keadaan ini dapat dijadikan modal Indonesia dalam menanggapi persaingan global yang semakin

Lebih terperinci

Perancangan Percobaan

Perancangan Percobaan Fakultas/Prodi Mata Kuliah/Kode : MIPA/Statistika Semester / SKS : Genap/ 3(2-2) Deskripsi Mata Kuliah Standar Kompetensi Mata Kuliah Prasyarat : Pe Percobaan/STK222 Pe Percobaan : Mata kuliah pe membahas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaharu telah digunakan lebih dari 2000 tahun yang lalu secara luas oleh orang dari berbagai agama, keyakinan dan kebudayaan terutama di Negara-negara Timur Tengah, Asia

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Hajimena Kecamatan Natar mulai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Hajimena Kecamatan Natar mulai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Hajimena Kecamatan Natar mulai bulan November 2011 sampai Februari 2012. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehutanan yang bernilai ekonomi tinggi. Gaharu digunakan sebagai bahan baku

BAB I PENDAHULUAN. kehutanan yang bernilai ekonomi tinggi. Gaharu digunakan sebagai bahan baku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak lebih dari 15 abad yang lalu, gaharu telah dikenal sebagai produk kehutanan yang bernilai ekonomi tinggi. Gaharu digunakan sebagai bahan baku wewangian yang

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK

PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK Farida Aryani dan Sri Rustianti Fakultas Pertanian Universitas Prof. Dr. Hazairin,

Lebih terperinci

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September PENGARUH UMUR SEMAI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN DI PERSEMAIAN 1) Oleh: Agus Sofyan 2) dan Syaiful Islam 2) ABSTRAK Suren (Toona sureni Merr), merupakan jenis yang memiliki pertumbuhan cepat dan kegunaan

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PROVINSI PAPUA GUBERNUR PROVINSI PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 19 TAHUN 2004 TENTANG IJIN HAK PENGUMPULAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (IHPHH-BK) GUBAL GAHARU DAN KEMEDANGAN KEPADA CV. JAYA MANOKWARI JAYA GUBERNUR

Lebih terperinci

RESPON PEMBERIAN DOSIS PUPUK KCL DAN DOSIS PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN GAHARU (Aquilaria crassna) DI POLIBAG

RESPON PEMBERIAN DOSIS PUPUK KCL DAN DOSIS PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN GAHARU (Aquilaria crassna) DI POLIBAG Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS Volume 13 No.1, 2017 RESPON PEMBERIAN DOSIS PUPUK KCL DAN DOSIS PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN GAHARU (Aquilaria crassna) DI POLIBAG Ansoruddin

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PROVINSI PAPUA GUBERNUR PROVINSI PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 178 TAHUN 2002 TENTANG IJIN HAK PENGUMPULAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (IHPHH-BK) GUBAL GAHARU DAN KEMEDANGAN KEPADA CV. RIMBA FLORA GUBERNUR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi :

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi : METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Februari 2009. Penelitian dilakukan di rumah kaca Departemen Silvikultur Fakultas Kehutaan Institut

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN DAN DOSIS PUPUK ORGANIK AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN INDEKS MUTU BIBIT GAHARU (AQUILARIA MALACCENSIS LAMK) DI PERSEMAIAN

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN DAN DOSIS PUPUK ORGANIK AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN INDEKS MUTU BIBIT GAHARU (AQUILARIA MALACCENSIS LAMK) DI PERSEMAIAN PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN DAN DOSIS PUPUK ORGANIK AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN INDEKS MUTU BIBIT GAHARU (AQUILARIA MALACCENSIS LAMK) DI PERSEMAIAN Effect of Giving Organic Fertilizer Liquid Against

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar hutan yang ada di Indonesia adalah hutan hujan tropis, yang tidak saja mengandung kekayaan hayati flora yang beranekaragam, tetapi juga termasuk ekosistem terkaya

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PROVINSI PAPUA GUBERNUR PROVINSI PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG IJIN HAK PENGUMPULAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (IHPHH-BK) GUBAL GAHARU DAN KEMEDANGAN KEPADA CV. CAHAYA UTAMA PAPUA GUBERNUR

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014 di Greenhouse

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014 di Greenhouse III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014 di Greenhouse Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN MEDIA TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR (POC) NASA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN GAHARU (Aquilaria moluccensis)

PENGARUH PEMBERIAN MEDIA TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR (POC) NASA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN GAHARU (Aquilaria moluccensis) Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS Volume 13 No.1, 2017 PENGARUH PEMBERIAN MEDIA TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR (POC) NASA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN GAHARU (Aquilaria moluccensis) Ansoruddin

Lebih terperinci

Oleh/By : Deddy Dwi Nur Cahyono dan Rayan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa ABSTRACT

Oleh/By : Deddy Dwi Nur Cahyono dan Rayan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa ABSTRACT PERTUMBUHAN SEMAI Shorea leprosula Miq. DARI BERBAGAI POHON INDUK ASAL KALIMANTAN BARAT DI PERSEMAIAN (Growth of Shorea leprosula Miq. from Different Mother Tree of West Kalimantan in Nursery) Oleh/By

Lebih terperinci

Oleh/By : Deddy Dwi Nur Cahyono dan Rayan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa ABSTRACT

Oleh/By : Deddy Dwi Nur Cahyono dan Rayan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa ABSTRACT PERBANDINGAN SEMAI EMPAT PROVENANS Shores Gysbertsiana BURCK DI PERSEMAIAN (Growth Comparison of Four Provenances of Shorea gysbertsiana Burck in Nursery) Oleh/By : Balai Besar Penelitian Dipterokarpa

Lebih terperinci

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 6 No. 1 : 1-5 (2000)

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 6 No. 1 : 1-5 (2000) Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 6 No. 1 : 1-5 (2000) Artikel (Article) PENDUGAAN BIOMASSA POHON BERDASARKAN MODEL FRACTAL BRANCHING PADA HUTAN SEKUNDER DI RANTAU PANDAN, JAMBI Fractal Branching Model

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA DAN NAUNGAN TERHADAP MUTU BIBIT SUREN ( Toona sureni MERR.) The Effect of Media and Shading on the Seedling s Quality of Suren

PENGARUH MEDIA DAN NAUNGAN TERHADAP MUTU BIBIT SUREN ( Toona sureni MERR.) The Effect of Media and Shading on the Seedling s Quality of Suren PENGARUH MEDIA DAN NAUNGAN TERHADAP MUTU BIBIT SUREN ( Toona sureni MERR.) The Effect of Media and Shading on the Seedling s Quality of Suren ( Toona sureni Merr.) Rina Kurniaty, Budi Budiman dan/ and

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

Lebih terperinci

RESPON PEMBERIAN DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN DOSIS PUPUK NPK YARAMILA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN GAHARU (Aquilaria crassna) DI POLIBAG

RESPON PEMBERIAN DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN DOSIS PUPUK NPK YARAMILA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN GAHARU (Aquilaria crassna) DI POLIBAG RESPON PEMBERIAN DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN DOSIS PUPUK NPK YARAMILA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN GAHARU (Aquilaria crassna) DI POLIBAG Ansoruddin 1, Sri Susanti Ningsih 1, Bambang Sutresno 2 1

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2017 di Lahan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2017 di Lahan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2017 di Lahan Percobaan dan Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Kompos Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Anakan Salam (Syzygium Polyanthum) Di Persemaian

Pengaruh Pemberian Kompos Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Anakan Salam (Syzygium Polyanthum) Di Persemaian Kamaludin Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang e-mail : kamaludinkamal27@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi kompos kotoran sapi yang terbaik dalam

Lebih terperinci

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. B) DI PERSEMAIAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN Kendala

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN BENIH ASAL KALIMANTAN BARAT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Shorea leprosula DI PERSEMAIAN

PENGARUH UKURAN BENIH ASAL KALIMANTAN BARAT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Shorea leprosula DI PERSEMAIAN PENGARUH UKURAN BENIH ASAL KALIMANTAN BARAT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Shorea leprosula DI PERSEMAIAN (Effect of Seed Size From West Kalimantan on Seed Growth of Shorea leprosula in Nursery) Oleh/By :

Lebih terperinci

PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABUTAN ALAM GAHARU

PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABUTAN ALAM GAHARU PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABUTAN ALAM GAHARU ( Aquilaria malaccensis Lamk) (Auksin Effect on the Growth of Natural Breeding Scraped Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) Gusniar Purwanti,

Lebih terperinci

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN C. BIDANG KEHUTANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Inventarisasi Hutan Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam wilayah daerah.

Lebih terperinci

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN C. BIDANG KEHUTANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Inventarisasi Hutan Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam wilayah daerah.

Lebih terperinci

POLA AGROFORESTRY TANAMAN PENGHASIL GAHARU DAN KELAPA SAWIT (Agroforestry Pattern of Agarwood Species and Oil Palm)*)

POLA AGROFORESTRY TANAMAN PENGHASIL GAHARU DAN KELAPA SAWIT (Agroforestry Pattern of Agarwood Species and Oil Palm)*) POLA AGROFORESTRY TANAMAN PENGHASIL GAHARU DAN KELAPA SAWIT (Agroforestry Pattern of Agarwood Species and Oil Palm)*) Oleh/By : Suhartati 1 dan/and Agus Wahyudi 1 1 Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman

Lebih terperinci

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU (Fragraea fragarans ROXB) 1) Oleh : Agus Sofyan 2) dan Imam Muslimin 2) ABSTRAK Tembesu (Fragraea fragrans ROXB) merupakan jenis

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST) Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST) Perlakuan Persentase Hidup (%) 0% 100 25% 100 50% 100 75% 100 Total

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September )

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September ) KONSERVASI TANAH DAN AIR: PEMANFAATAN LIMBAH HUTAN DALAM REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN TERDEGRADASI 1) Oleh : Pratiwi 2) ABSTRAK Di hutan dan lahan terdegradasi, banyak dijumpai limbah hutan berupa bagian

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans, Poir) KULTIVAR KENCANA

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans, Poir) KULTIVAR KENCANA PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans, Poir) KULTIVAR KENCANA Zuchrotus Salamah 1. Suci Tri Wahyuni 1, Listiatie Budi Utami 2 1 =

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni hutan tropis sumatera yang semakin terancam keberadaannya. Tekanan terhadap siamang terutama

Lebih terperinci

BP2LHK Manabo Kampus Kreatif Sahabat Rakyat

BP2LHK Manabo Kampus Kreatif Sahabat Rakyat BP2LHK Manabo Kampus Kreatif Sahabat Rakyat GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN TEKNIK INOKULASI GAHARU oleh : Jafred E. Halawane Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manado Jl. Adipura Kelurahan Kima

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Unit Usaha Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama 4 bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA Tanggal Penyusunan 29/01/2016 Tanggal revisi - Kode dan Nama MK KA064326 Perancangan Percobaan SKS dan Semester SKS 3 Semester

Lebih terperinci

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XI No. 1 : (2005)

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XI No. 1 : (2005) Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XI No. 1 : 67-75 (2005) Artikel (Article) PENGARUH TEKNOLOGI PEMUPUKAN BERSAMA GELOMBANG SUARA (SONIC BLOOM) TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN SEMAI ACACIA MANGIUM

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PAKU BERPORI DALAM INOKULASI POHON GAHARU. (Inovasi Baru Dalam Teknologi Rekayasa Pembentukan Gubal Gaharu Yang Berkualitas)

PENGGUNAAN PAKU BERPORI DALAM INOKULASI POHON GAHARU. (Inovasi Baru Dalam Teknologi Rekayasa Pembentukan Gubal Gaharu Yang Berkualitas) PENGGUNAAN PAKU BERPORI DALAM INOKULASI POHON GAHARU (Inovasi Baru Dalam Teknologi Rekayasa Pembentukan Gubal Gaharu Yang Berkualitas) SENTOT ADI SASMUKO BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MATARAM Gaharu (agarwood)

Lebih terperinci

Oleh/By : Yana Sumarna Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165; Telp , ; Fax Bogor

Oleh/By : Yana Sumarna Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165; Telp , ; Fax Bogor BEBERAPA ASPEK EKOLOGI, POPULASI POHON, DAN PERMUDAAN ALAM TUMBUHAN PENGHASIL GAHARU KELOMPOK KARAS (Aquilaria spp.) DI WILAYAH PROVINSI JAMBI (Some Ecological Aspect, Tree Population, and Natural Regeneration

Lebih terperinci

Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN

Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN 1412-4645 EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN JATI PADA AREAL GERAKAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN Evaluation of plant growth in Teak on National Movement for

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas Peternakan dan Pertanian dan Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman Fakultas Peternakan dan Pertanian

Lebih terperinci

DEGRADASI DAN REHABILITASI HUTAN TROPIKA BASAH (KAJIAN FALSAFAH SAINS) PAPER INDIVIDU MATA AJARAN PENGANTAR FALSAFAH SAINS OLEH PRIJANTO PAMOENGKAS

DEGRADASI DAN REHABILITASI HUTAN TROPIKA BASAH (KAJIAN FALSAFAH SAINS) PAPER INDIVIDU MATA AJARAN PENGANTAR FALSAFAH SAINS OLEH PRIJANTO PAMOENGKAS DEGRADASI DAN REHABILITASI HUTAN TROPIKA BASAH (KAJIAN FALSAFAH SAINS) PAPER INDIVIDU MATA AJARAN PENGANTAR FALSAFAH SAINS OLEH PRIJANTO PAMOENGKAS IPK 14600003 PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

UJI PROVENANSI EBONI (Diospyros celebica Bakh) FASE ANAKAN

UJI PROVENANSI EBONI (Diospyros celebica Bakh) FASE ANAKAN 194 UJI PROVENANSI EBONI (Diospyros celebica Bakh) FASE ANAKAN Provenances test of Ebony (Diospyros celebica Bakh) in seedling phase Muh. Restu Abstract The study was conducted to determine growth variability

Lebih terperinci

Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) telah memasukkan cendana

Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) telah memasukkan cendana Kesesuaian Lahan Sebagai Bagian dari Solusi Pengembangan Cendana (Santalum album Linn.) di Nusa Tenggara Timur Oleh : Hery Kurniawan I. Pendahuluan Sebagai tanaman unggulan lokal dan primadona sepanjang

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. sampai panen okra pada Januari 2017 Mei 2017 di lahan percobaan dan

BAB III MATERI DAN METODE. sampai panen okra pada Januari 2017 Mei 2017 di lahan percobaan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Pelaksanaan penelitian lapang meliputi persiapan pupuk, penanaman sampai panen okra pada Januari 2017 Mei 2017 di lahan percobaan dan Laboratorium Ekologi

Lebih terperinci

PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L)

PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L) 35 PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L) EFFECTS OF AGE DIFFERENCES OF SEEDS ON GROWTH AND PRODUCTION OF PADDY RICE (Oryza sativa L) Vikson J. Porong *) *)

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG Menimbang : MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI TUMBUHAN DAN SATWA LIAR MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

* Diterima : 17 Maret 2008; Disetujui : 30 September 2009

* Diterima : 17 Maret 2008; Disetujui : 30 September 2009 PENGUMPULAN BIJI DAN PERKECAMBAHANNYA SELAMA SATU PERIODE JATUHNYA BIJI DARI POHON INDUKNYA DAN PENUNDAAN PENGECAMBAHAN BIJI Aquilaria microcarpa Baill. DI PERSEMAIAN (Seed Collection and Germination During

Lebih terperinci

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI Individual Density of Boenean Gibbon (Hylobates muelleri)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Page 1 of 9 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tumbuhan dan satwa adalah bagian dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Hutan Gaharu (Aquilaria malaccensis) pohon Aquilaria yang sangat berharga terutama karena wangi, dapat digunakan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Hutan Gaharu (Aquilaria malaccensis) pohon Aquilaria yang sangat berharga terutama karena wangi, dapat digunakan TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Hutan Gaharu (Aquilaria malaccensis) Gaharu adalah kayu wangi yang sudah diresapi resin yang dijumpai pada pohon Aquilaria yang sangat berharga terutama karena wangi, dapat digunakan

Lebih terperinci

D. 9. Ahad Fitriadi 1, Abubakar M. Lahjie 2 dan Rochadi Kristiningrum 3

D. 9. Ahad Fitriadi 1, Abubakar M. Lahjie 2 dan Rochadi Kristiningrum 3 D. 9 Produksi Kayu Bulat dan Nilai Harapan Lahan Hutan Tanaman Rakyat Gaharu (Aquilaria microcarpa) Di Desa Perangat Kecamatan Marangkayu Kabupaten Kutai Kartanegara Ahad Fitriadi 1, Abubakar M. Lahjie

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi Penelitian Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah plantlet kentang kultivar granola, nutrien Farran dimodifikasi, nutrien Otazu dimodifikasi, nutrien Hoagland

Lebih terperinci

Respon Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba) terhadap Pemupukan Lanjutan (NPK)

Respon Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba) terhadap Pemupukan Lanjutan (NPK) JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA Vol. 03 Agustus 2011 Vol. 03 No. 01 Agustus 2011, Hal. 71 77 Respon Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba) 71 ISSN: 2086-8227 Respon Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba) terhadap

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Volume 16, Nomor 2, Hal. 63-68 Juli - Desember 211 ISSN:852-8349 PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Muswita Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Owa Jawa atau Javan gibbon (Hylobates moloch) merupakan jenis primata endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 1999). Dalam daftar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Mulsa Vertikal terhadap Sifat Fisik Tanah 4.1.1 Infiltrasi Kumulatif Hasil analisis sidik ragam menunjukan pemberian mulsa vertikal tidak berbeda nyata

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini bertempat dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jl. H. R. Soebrantas KM. 15

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium silvikultur Institut Pertanian Bogor serta laboratorium Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan I. BAHAN DAN METODE 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran pada bulan Mei sampai September 2011. 1.2 Bahan dan Alat

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK UREA DAN PUPUK ORGANIK CAIR ELANG BIRU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET PB 260 (HEVEA BRASILIENSIS L.)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK UREA DAN PUPUK ORGANIK CAIR ELANG BIRU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET PB 260 (HEVEA BRASILIENSIS L.) Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 2, Oktober 2014 ISSN : 1412 6885 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK UREA DAN PUPUK ORGANIK CAIR ELANG BIRU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET PB 260 (HEVEA BRASILIENSIS L.) Kristianus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan (RSDAL)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian Fakultas Pertanian Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT Jurnal AgroPet Vol. 10 Nomor 1 Juni 2013 ISSN: 1693-9158 PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT Oleh: Endang Sri Dewi.HS. 1) RINGKASAN Peningkatan kebutuhan tomat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung dan

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian 5 2 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas: 1) Pengaruh alelopati daun dan ranting jabon terhadap pertumbuhan, produksi rimpang dan kandungan kurkumin tanaman kunyit, 2) Pengaruh pemupukan terhadap

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG 133 PROSIDING Workshop Nasional 2006 134 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG PERTAMA KESIMPULAN 1. Ramin dan ekosistemnya saat ini terancam kelestariannya. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa sebagai penjabaran dari Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

TEKNIK PENGUKURAN DIAMETER POHON DENGAN BENTUK YANG BERBEDA. Bentuk pohon Diagram Prosedur pengukuran. Pengukuran normal

TEKNIK PENGUKURAN DIAMETER POHON DENGAN BENTUK YANG BERBEDA. Bentuk pohon Diagram Prosedur pengukuran. Pengukuran normal TEKNIK PENGUKURAN DIAMETER POHON DENGAN BENTUK YANG BERBEDA Bentuk pohon Diagram Prosedur pengukuran Normal Pengukuran normal Normal pada lahan yang miring Jika pohon berada pada lahan yang miring, posisi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG (Study on Molasses as Additive at Organoleptic and Nutrition Quality of Banana Shell Silage) S. Sumarsih,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur, Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur, Jurusan III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur, Jurusan Kehutanan dan rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Waktu penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Waktu penelitian selama 2 bulan, yang dimulai Februari sampai

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ekosistemnya dalam pasal 20 ayat 1 dan 2 serta Peraturan Pemerintah No. 77

I. PENDAHULUAN. Ekosistemnya dalam pasal 20 ayat 1 dan 2 serta Peraturan Pemerintah No. 77 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kantong Semar merupakan tanaman yang unik dan langka di Indonesia. Status tanaman ini termasuk tanaman yang dilindungi berdasarkan Undang- Undang No. 5 Tahun 1990 tentang

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PENYEMPROTAN PUPUK DAUN DAN DOSIS PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Aquilaria malaccensis Lamk.

PENGARUH FREKUENSI PENYEMPROTAN PUPUK DAUN DAN DOSIS PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Aquilaria malaccensis Lamk. PENGARUH FREKUENSI PENYEMPROTAN PUPUK DAUN DAN DOSIS PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Aquilaria malaccensis Lamk. SKRIPSI OLEH JULIUS SIMARMATA 091201067 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian tentang Perkembangan Tegakan Pada Hutan Alam Produksi Dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) dilaksanakan di areal

Lebih terperinci

MANUAL PEMBANGUNAN PLOT KONSERVASI EKS-SITU JENIS-JENIS TANAMAN PENGHASIL GAHARU

MANUAL PEMBANGUNAN PLOT KONSERVASI EKS-SITU JENIS-JENIS TANAMAN PENGHASIL GAHARU MANUAL PEMBANGUNAN PLOT KONSERVASI EKS-SITU JENIS-JENIS TANAMAN PENGHASIL GAHARU Oleh: Lukman Hakim Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi

Lebih terperinci

DAMPAK PERLAKUAN PERENDAMAN TERHADAP SIFAT-SIFAT SILVIKULTUR FALOAK (STERCULIA COMOSA WALL)

DAMPAK PERLAKUAN PERENDAMAN TERHADAP SIFAT-SIFAT SILVIKULTUR FALOAK (STERCULIA COMOSA WALL) PARTNER, TAHUN 20 NOMOR 1, HALAMAN 62-72 1 DAMPAK PERLAKUAN PERENDAMAN TERHADAP SIFAT-SIFAT SILVIKULTUR FALOAK (STERCULIA COMOSA WALL) Fabianus Ranta, Fransiscus X. Dako dan dan Meylin Pathibang ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksankan di Lahan Fakultas Peternakan dan Pertanian dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksankan di Lahan Fakultas Peternakan dan Pertanian dan 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksankan di Lahan Fakultas Peternakan dan Pertanian dan di Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2000 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH DAN KEWENANGAN PROPINSI SEBAGAI DAERAH OTONOM *)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2000 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH DAN KEWENANGAN PROPINSI SEBAGAI DAERAH OTONOM *) Page 1 of 6 Penjelasan PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2000 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH DAN KEWENANGAN PROPINSI SEBAGAI DAERAH OTONOM *) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satwa liar mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk kepentingan keseimbangan ekosistem, ekonomi, maupun sosial budaya (Alikodra, 2002).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau Desa Simpang Barn Kecamatan Tampan Kotamadya Pekanbaru Propinsi Riau dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.) H.Keng) pada Tempat Sapih Politub dan Polibag 1

Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.) H.Keng) pada Tempat Sapih Politub dan Polibag 1 Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.)H.Keng). Hanif Nurul Hidayah dan Arif Irawan Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.) H.Keng) pada Tempat Sapih Politub dan Polibag 1 Hanif

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian 11 BAHAN DAN METODE Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah benih jagung hibrida varietas BISI 816 produksi PT. BISI International Tbk (Lampiran 1) dan benih cabai merah hibrida varietas Wibawa F1 cap

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

Jurnal Belantara [JBL] Vol. 1, No. 1, Maret 2018 (30-34) E-ISSN

Jurnal Belantara [JBL] Vol. 1, No. 1, Maret 2018 (30-34) E-ISSN Jurnal Belantara [JBL] Vol. 1, No. 1, Maret 2018 (30-34) E-ISSN 2614-3453 http://belantara.unram.ac.id Jurnal Belantara [JBL] Vol 1, No 1, Maret P-ISSN 2018 (30-34) 2614-7238 PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman PENDAHULUAN Latar Belakang Terdegradasinya keadaan hutan menyebabkan usaha kehutanan secara ekonomis kurang menguntungkan dibandingkan usaha komoditi agribisnis lainnya, sehingga memicu kebijakan pemerintah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pergajahan Kahan, Kecamatan Bintang Bayu Kabupaten Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari

Lebih terperinci