RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN KABINET TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN KABINET TAHUN"

Transkripsi

1 RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN KABINET TAHUN SEKRETARIAT KABINET 2012

2 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Dalam rangka mencapai sasaran pembangunan nasional secara menyeluruh, setiap lembaga pemerintah dituntut untuk menerapkan manajemen strategis. Hal ini dilaksanakan untuk mengantisipasi permasalahan dan perubahan yang muncul sebagai upaya mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, aspek perencanaan strategis mempunyai peranan yang sangat penting dalam manajemen strategis. Dinamika perkembangan lingkungan strategis yang sangat cepat mempengaruhi kondisi organisasi dalam upaya pencapaian tujuan. Perubahan yang terjadi harus disikapi secara cermat agar organisasi mampu bertahan dan berhasil mencapai tujuan yang dicitacitakan. Kemampuan suatu organisasi menyikapi potensi perubahan yang akan terjadi, akan menentukan tingkat keberhasilan organisasi itu sendiri di masa yang akan datang. Sekretariat Kabinet sebagai salah satu lembaga pemerintah, wajib menerapkan manajemen strategis dengan menetapkan perencanaan strategis yang disusun secara periodik dan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang ada. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, Kementerian/Lembaga (K/L) dalam menyelenggarakan kegiatannya, berkewajiban menyusun Rancangan Renstra dengan berpedoman pada Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Adapun tata cara penyusunan Renstra-K/L diatur dalam Peraturan Menteri Negara

3 Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Dengan ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2010 tentang Sekretariat Kabinet dan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kabinet perlu melakukan penyempurnaan Renstra Sekretariat Kabinet, termasuk unit kerja di lingkungan Sekretariat Kabinet. Penyempurnaan Renstra Sekretariat Kabinet tersebut telah diselesaikan pada bulan Februari Selanjutnya, masing-masing Kedeputian di lingkungan Sekretariat Kabinet, termasuk Deputi Bidang Persidangan Kabinet dituntut untuk membuat Renstra dengan berpedoman pada Renstra Sekretariat Kabinet. 1. Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Deputi Bidang Persidangan Kabinet a. Kedudukan Deputi Bidang Persidangan Kabinet adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Sekretariat Kabinet di bidang persidangan kabinet yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris Kabinet. Deputi Bidang Persidangan Kabinet dipimpin oleh Deputi. b. Tugas Deputi Bidang Persidangan Kabinet mempunyai tugas membantu Sekretaris Kabinet dalam penyelenggaraan, pengadministrasian dan pengelolaan sidang-sidang kabinet maupun rapat atau pertemuan yang dipimpin atau dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden serta penyampaian publikasi dan pengoordinasian tindak lanjut hasil sidang, rapat atau pertemuan tersebut, dan pengumpulan, pengolahan dan pelayanan informasi dan hubungan kemasyarakatan serta 2

4 kelembagaan dan protokol yang terkait dengan kegiatan kabinet. c. Fungsi Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Persidangan Kabinet menyelenggarakan fungsi: 1) penyelenggaraan urusan administrasi dan penyiapan bahanbahan sidang kabinet maupun rapat atau pertemuan yang dipimpin dan/atau dihadiri Presiden dan/atau Wakil Presiden; 2) penyusunan risalah dan pendokumentasian, pendistribusian dan publikasi hasil sidang kabinet maupun rapat atau pertemuan yang dipimpin dan/atau dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden; 3) penyelenggaraan urusan pendokumentasian hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan sidang kabinet maupun rapat atau pertemuan yang dipimpin dan/atau dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden; 4) penyelenggaraan hubungan kemasyarakatan dan kelembagaan yang berkaitan dengan kegiatan kabinet; 5) penyelenggaraan protokol persidangan dan kegiatan Sekretaris Kabinet; dan 6) pelaksanaan fungsi-fungsi lain yang diberikan oleh Sekretaris Kabinet d. Struktur Organisasi Bidang Persidangan Kabinet terdiri dari: 1) Asisten Deputi Bidang Materi Persidangan Asisten Deputi Bidang Materi Persidangan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan-bahan sidang kabinet, penyiapan bahan-bahan rapat atau pertemuan yang dipimpin dan/atau dihadiri Presiden dan/atau Wakil Presiden. 3

5 2) Asisten Deputi Bidang Pelaksanaan dan Pelaporan Persidangan Asisten Deputi Bidang Pelaksanaan dan Pelaporan Persidangan mempunyai tugas penyelenggaraan protokol persidangan dan kegiatan Sekretaris Kabinet, penyusunan risalah dan pendokumentasian, pendistribusian dan publikasi hasil sidang kabinet maupun rapat atau pertemuan yang dipimpin dan/atau dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden, penyelenggaraan urusan pendokumentasian halhal yang berkaitan dengan pelaksanaan sidang kabinet maupun rapat atau pertemuan yang dipimpin dan/atau dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden dan rapat kerja Sekretaris Kabinet dengan Dewan Perwakilan Rakyat, serta pelaporan dan dukungan persidangan. 3) Asisten Deputi Bidang Hubungan Kemasyarakatan dan Kelembagaan Asisten Deputi Bidang Hubungan Kemasyarakatan dan Kelembagaan mempunyai tugas melaksanakan hubungan kemasyarakatan dan kelembagaan yang berkaitan dengan kegiatan kabinet dan Sekretariat Kabinet 2. Tujuan dan Sasaran Strategis Periode Tahun dan Komponen strategis organisasi Deputi Bidang Persidangan Kabinet dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sesuai Rencana Strategis Sekretariat Kabinet (Renstra Setkab) Tahun dan yang telah disempurnakan dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Tujuan Strategis Pada Renstra Setkab Tahun yang disempurnakan pada tahun 2009, salah satu tujuan strategis 4

6 Sekretariat Kabinet, yaitu Meningkatnya pelayanan penyelenggaraan dan administrasi sidang kabinet, pengurusan dokumen serta tata usaha di lingkungan Sekretariat Kabinet. Sedangkan tujuan strategis Sekretariat Kabinet pada Renstra yang telah disempurnakan, salah satunya adalah Meningkatnya kualitas penyelenggaraan Sidang Kabinet. b. Sasaran Strategis Sasaran strategis yang ingin dicapai Deputi Bidang Persidangan Kabinet merupakan penjabaran misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Hal tersebut menggambarkan apa yang ingin dihasilkan dalam periode setiap tahun selama 5 (lima) tahun. Keberhasilan tersebut direncanakan serta dirumuskan secara terukur dan spesifik untuk memberikan fokus pada penyusunan kegiatan dan alokasi sumber daya yang dimiliki Sekretariat Kabinet dalam kegiatan tiap tahun. Sasaran strategis yang ditetapkan dalam Renstra Setkab Tahun yang telah dilakukan pengelompokan, yaitu antara lain Meningkatnya kualitas pelayanan sidang kabinet. Sedangkan dalam Renstra Setkab tahun yang disempurnakan tahun 2010, sasaran strategis Setkab antara lain Terwujudnya peningkatan kecepatan dan ketepatan penyiapan bahan wicarasidang kabinet serta pendistribusian hasil risalah sidang kabinet kepada peserta sidang 3. Capaian Kinerja Periode Tahun dan Tahun 2010 Guna mengetahui apakah tujuan dan sasaran strategis telah dicapai maksimal, terdapat tolok ukur yang dapat digunakan, antara lain melalui penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) dan penetapan indikator-indikator sasaran yang mendukung pen gukuran pencapaian sasaran. IKU Setkab Tahun 2009 yang ditetapkan melalui Peraturan Seskab Nomor : 5

7 PER.151/SESKAB/X/2009 antara lain Tingkat kecepatan pembuatan dan dan distribusian risalah sidang kabinet. Sedangkan IKU Setkab tahun 2010 ditetapkan oleh Peraturan Seskab Nomor : PER.2/SESKAB/III/2010, yaitu antara lain Tingkat kecepatan dan tingkat ketepatan penyiapan bahan wicara sidang kabinet dan pendistribusian risalah sidang kabinet. Sebagian besar capaian kinerja tahun 2010 melebihi 100%, antara lain disebabkan oleh terdapat beberapa realisasi sasaran yang jauh melebihi target sasaran yang telah ditetapkan. Selain itu, terdapat indikator yang pada awal penetapan targetnya dilakukan secara konservatif, mengingat adanya kesulitan dalam memperkirakan jumlah target. Pengukuran kinerja tersebut merupakan proses pengukuran atas output dan outcome yang dihasilkan suatu program dan proses penilaian kemajuan pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh Sekretariat Kabinet. Capaian kinerja merupakan gambaran dari pencapaian sasaran yang dijabarkan melalui pelaksanaan program dan kegiatan. Pengukuran capaian pelaksanaan program dan kegiatan juga didukung melalui penetapan indikator-indikator kegiatan. Rata-rata besaran capaian kinerja Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet setiap tahunnya selama Tahun adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Persentase Capaian Kinerja Tahun Tahun Persentase Capaian Kinerja ,5 Kategori Capaian Kinerja Sangat Baik Sangat Baik 6

8 Sedangkan, untuk pelaksanaan IKU Kedeputian Bidang Persidangan dan Pengolahan Data pada tahun 2010 yang telah berubah menjadi Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet pada tahun 2011 adalah sebagai berikut: Sasaran Strategis Indikator Sasaran % capai an Target Anggaran Realisasi anggaran % serapan anggaran Akuntabilitas keuangan % penghema tan dana % efisiensi efektivitas Terwujudnya peningkatan kecepatan dan ketepatan penyiapan bahan wicara sidang kabinet serta pendistribusian hasil risalah sidang kabinet kepada peserta sidang Tingkat kecepatan penyiapan bahan wicara sidang kabinet Tingkat ketepatan penyiapan bahan wicara sidang kabinet Tingkat kecepatan pendistribusian risalah kabinet sidang 158% Rp % % Rp Rp % 8.36% 4.21% EFEKTIF Rp % 8.36% 4.21% EFEKTIF Tingkat ketepatan pendistribusian risalah sidang kabinet 110,56 % Penetapan Penilaian kategori capaian kinerja Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet tersebut di atas, dilakukan dengan menggunakan kategori pencapaian kinerja sebagai berikut: Tabel 1.3 Kategori Capaian Kinerja No Rentang Capaian Kinerja 85 % % 70 % - < 85 % 55 % - < 70 % < 55 % Kategori Capaian Kinerja Sangat Baik Baik Sedang Kurang Baik Sumber: Modul 4 Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Lembaga Administrasi Negara,

9 Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet merupakan unit kerja eselon I di Sekretariat Kabinet yang berfungsi untuk memberikan pelayanan secara langsung kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam hal persidangan kabinet. Sehingga, permasalahan yang terjadi umumnya terkait kurang bersinerginya unit-unit lembaga kepresidenan dalam mendukung kerja Presiden dan Wakil Presiden serta peningkatan SDM dalam mendukung kinerja Presiden dan Wakil Presiden. 4. Reformasi Birokrasi Sebagai unit kerja eselon I di lingkungan Sekretariat Kabinet, Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet juga melakukan proses Reformasi birokrasi. Reformasi Birokrasi ini tentunya disesuaikan dengan tugas dan fungsi yang telah tertuang pada Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kabinet. Reformasi Birokrasi yang dilaksanakan pada Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet dilaksanakan agar mendukung pencapaian kinerja secara profesional, handal, cepat dan tepat. Penggerak reformasi birokrasi harus berdaya tahan tinggi terhadap tantangan dan hambatan, serta memiliki daya dobrak dan kreativitas untuk melaksanakan program-program terobosan baik secara horizontal maupun vertikal. Reformasi birokrasi yang telah, sedang dan akan dilakukan di Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet, Sekretariat Kabinet adalah sebagai berikut: a. Bidang Kelembagaan Penajaman tugas dan fungsi unit-unit eselon II di lingkungan Sekretariat Kabinet dimaksudkan agar masingmasing unit memiliki peran penting dalam penyelenggaraan pengelolaan dan pengendalian manajemen kabinet sehingga 8

10 dilakukan upaya penyempurnaan organisasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kabinet. Peraturan Sekretaris Kabinet dimaksud juga guna mengarahkan organisasi untuk meningkatkan efektivitas kinerja di lingkungan Sekretariat Kabinet. Tugas dan Fungsi Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet juga merupakan pengembangan dan langkah antisipatif terhadap dukungan pelayanan yang akan diberikan kepada Presiden dan/atau Wakil Presiden terkait dengan pelaksanaan Sidang Kabinet. b. Bidang Ketatalaksanaan Pelaksanaan reformasi birokrasi di bidang ketatalaksanaan di Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet yakni dengan membuat standar Pelayanan untuk mewujudkan kinerja yang baik dan pelayanan prima dalam mendukung pelayanan yang akan diberikan kepada Presiden dan/atau Wakil Presiden terkait dengan pelaksanaan Sidang Kabinet. Standar Pelayanan yang dibuat dengan memberikan penjelasan yang jelas, terukur dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. c. Bidang Sumber Daya Manusia Reformasi birokrasi yang dilakukan dalam bidang sumber daya manusia pada Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet dilaksanakan dengan cara menyusun analisis jabatan fungsional yang berada di bawah eselon IV, yang kemudian menghasilkan peta jabatan, uraian jabatan, dan spesifikasi jabatan. 9

11 d. Bidang Sistem Informasi Manajemen Reformasi Birokrasi di bidang Sistem Informasi Manajemen pada Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet dilaksanakan dengan mengembangkan sistem informasi manajemen yang mendukung kebutuhan data dan informasi yang dapat disajikan secara cepat dan tepat kepada pengguna. Sistem Informasi manajemen saat ini masih dalam proses pengembangan bersama unit lain di Sekretariat Kabinet yaitu Sistem Informasi Sidang Kabinet. B. Potensi dan Permasalahan Analisis internal bertujuan untuk mengetahui potensi maupun kelemahan atau permasalahan sehingga dapat menentukan faktorfaktor kunci keberhasilan dalam organisasi. Hasil analisis tersebut bersama dengan arahan strategi organisasi digunakan untuk menetapkan sasaran, perumusan strategi, dan implementasinya. Guna mengetahui isu-isu penting bagi organisasi, diperlukan suatu analisis lingkungan strategis yang menganalisis organisasi mencakup lingkungan internal berupa kekuatan dan kelemahan organisasi, dan lingkungan eksternal berupa peluang dan tantangan. Kekuatan dan peluang merupakan potensi yang dapat dikembangkan dalam rangka memperkuat organisasi, sedangkan kelemahan dan tantangan merupakan permasalahan yang perlu diantisipasi agar organisasi dapat terus berkembang. Untuk itulah, Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet melaksanakan Analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) dalam menetapkan dan mencapai tujuan serta sasaran, dengan penjelasan sebagai berikut: 10

12 1. Kekuatan (Strengths) Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet mempunyai kekuatan untuk dapat berkembang menjadi organisasi yang profesional dan handal, yaitu: 1) Visi dan misi organisasi yang jelas; 2) Komitmen yang kuat dari pimpinan dan seluruh staf untuk mewujudkan visi dan misi organisasi; 3) Jumlah SDM yang dapat ditingkatkan kompetensinya melalui pendidikan dan pelatihan struktural, teknis, dan fungsional; 4) Tersedianya dokumen hasil-hasil sidang kabinet, rapat dan atau pertemuan yang dipimpin oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden yang mendukung penelaahan dalam rangka memberikan analisis kebijakan kepada Presiden; 5) Kesempatan mengikuti pendidikan yang ditawarkan oleh pihak/lembaga pemerintah yang lain untuk kepentingan pengembangan SDM Sekretariat Kabinet; 2. Kelemahan (Weaknesses) Di samping potensi-potensi yang dimiliki Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet yang dapat mendukung menjadi organisasi yang profesional dan handal tersebut, Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet perlu mewaspadai kelemahan-kelemahan yang sampai saat ini masih ada dalam organisasi untuk segera melakukan pembenahan. Kelemahan-kelemahan tersebut adalah sebagai berikut: a. Tugas dan Fungsi yang masih beririsan dengan unit eselon II lain di lingkungan Sekretariat Kabinet; b. Hasil pemantauan dan evaluasi implementasi kebijakan dan program pemerintah belum dimanfaatkan secara optimal; c. Penentuan waktu Sidang Kabinet yang masih di luar kontrol Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet; 11

13 d. Peningkatan kemampuan dan penempatan SDM belum sesuai kebutuhan organisasi; e. Standar Pelayanan belum dilaksanakan secara optimal; f. Sarana dan prasarana belum terpenuhi sesuai kebutuhan; g. Sistem Informasi Sidang Kabinet belum sepenuhnya dikembangkan. 3. Peluang Organisasi (Opportunities) Dinamika lingkungan eksternal yang cepat berkembang masih memberikan peluang-peluang yang memungkinkan Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet berkembang. Peluangpeluang tersebut adalah sebagai berikut: 1) Undang-Undang Pelayanan Publik yang memperkuat landasan lembaga pemerintahan untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat; 2) Komitmen nasional untuk melaksanakan reformasi birokrasi dan pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN); 3) Pengembangan dan kemajuan teknologi informasi yang cepat dan dinamis dalam mendukung pengembangan e-government di setiap instansi pemerintah; 4) Dukungan kebijakan tentang penerapan tata pemerintahan yang baik (good governance) di semua lini dan tingkatan pada semua kegiatan; 5) Pengembangan mekanisme dan kesempatan partisipasi masyarakat dalam aktivitas proses penyelenggaraan atau pengawasan pelayanan publik; 6) Dukungan kerja sama dan koordinasi dengan unit di lingkungan Istana Kepresidenan dan kementerian/lembaga serta pihak lain di luar pemerintahan seperti masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, dan dunia usaha. 12

14 4. Ancaman Organisasi (Threats) Di samping peluang-peluang yang ada, perubahan lingkungan eksternal dapat mengancam keberadaan organisasi, terutama apabila organisasi tidak segera memperbaiki diri. Ancaman terhadap organisasi Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet adalah sebagai berikut: a. Tingkat kepercayaan masyarakat yang masih rendah terhadap birokrasi Pemerintah; b. Krisis keuangan global yang berdampak pada menurunnya ekonomi masyarakat dan negara; c. Pemberitaan yang bersifat negatif terhadap pelaksanaan kebijakan pemerintah. 13

15 BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN KEDEPUTIAN BIDANG PERSIDANGAN KABINET A. Visi Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 12 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan ketentuan Pasal 1 angka 15 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Dalam lampiran Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga ditegaskan bahwa visi memberikan gambaran konsistensi kinerja Kementerian/ Lembaga selama 5 (lima) tahun mendatang serta gambaran menyeluruh mengenai peranan dan fungsi suatu organisasi. Dalam kaitan tersebut, perumusan visi Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet dilakukan dengan mengacu pada tugas dan fungsi Sekretariat Kabinet sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2010 tentang Sekretariat Kabinet adan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan tata Kerja Sekretariat Kabinet. Perumusan visi tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai keadaan yang diharapkan Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet ke depan dengan memperhatikan Undangundang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun mengenai peranan dan fungsi suatu organisasi.

16 Gambaran mengenai keadaan yang tercermin dalam visi tersebut sebagai berikut: Menjadi Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet yang profesional dan handal dalam mendukung kegiatan kabinet dan Sekretariat Kabinet. Visi tersebut mengandung pengertian bahwa Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet merupakan salah satu unit kerja di lingkungan Sekretariat Kabinet yang strategis dan dapat diandalkan untuk membantu Presiden dan Wakil Presiden dalam melaksanakan tugas sehari-hari sebagai kepala pemerintahan dalam bentuk pemberian dukungan kegiatan kabinet dan Sekretariat Kabinet secara cepat dan tepat. Adanya visi ini diharapkan Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet akan mampu mengantisipasi berbagai tantangan di masa depan sekaligus meningkatkan kualitas kinerja secara maksimal dalam rangka memberikan dukungan saran kebijakan dan administrasi kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam menjalankan kekuasaan selaku kepala pemerintahan. Visi Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet merupakan penyempurnaan dari visi periode sebelumnya. Rumusan visi Sekretariat Kabinet Tahun adalah Unit kerja yang handal dalam memberikan dukungan administrasi secara cepat dan tepat kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan. B. Misi Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet Sesuai ketentuan Pasal 1 angka 13 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan ketentuan Pasal 1 angka 16 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 14

17 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Perumusan ini diperlukan untuk memberi gambaran kepada seluruh pegawai dan stakeholders mengenai peran Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet termasuk berbagai hasil yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Perumusan misi Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet ini sekaligus berfungsi sebagai landasan kerja yang harus diikuti oleh seluruh pegawai sesuai dengan tugas pokok dan fungsi organisasi. Rumusan misi Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet adalah sebagai berikut: 1. Melaksanakan penyiapan materi sidang kabinet, rapat atau pertemuan yang dipimpin dan/atau dihadiri Presiden dan/atau Wakil Presiden. 2. Melaksanakan penyelenggaraan dan pendokumentasian sidang kabinet, rapat atau pertemuan yang dipimpin dan/atau dihadiri Presiden dan/atau Wakil Presiden. 3. Melaksanakan hubungan kemasyarakatan dan kelembagaan terkait kegiatan kabinet dan Sekretariat Kabinet. Pernyataan misi tersebut menegaskan bahwa Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet diharapkan akan lebih mampu menghasilkan kinerja yang professional dan handal sehingga dapat memberikan kepuasan yang tinggi kepada pihak yang berkepentingan terutama kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam menjalankan tugas pemerintahan. 15

18 C. Tata Nilai Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet Sesuai karakteristik tugas yang harus dilaksanakan, maka nilainilai yang dikembangkan organisasi Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet adalah sebagai berikut: 1. Profesional, mengandung arti memiliki wawasan yang luas dan dapat memandang masa depan, memiliki kompetensi di bidangnya, mengembangkan potensi dan kapasitas diri, etos kerja berprestasi, serta menjunjung tinggi etika profesi. Dalam hal ini profesional bersangkutan dengaan profesi yang memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankan profesi tersebut; 2. Handal, mengandung arti produk layanan atau hasil analisis yang dihasilkan oleh Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet memiliki atau memberikan manfaat nilai yang optimal kepada para pemangku kepentingan (stakeholders); 3. Integritas, mengandung arti kualitas, sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran; 4. Akuntabilitas, mengandung arti setiap keputusan, kegiatan, dan hasilnya dapat dipertangggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 5. Transparan, mengandung arti keterbukaan, yaitu membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi dan rahasia negara; 6. Efektivitas, mengandung arti tepat sasaran; 7. Efisiensi, mengandung arti kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang minimal; 16

19 8. Daya tanggap, mengandung arti memiliki kecepatan respons, inisiatif, dan kepekaan yang tinggi. Nilai nilai tersebut diharapkan menjadi budaya, ciri khas, dan karakter organisasi. Nilai-nilai budaya organisasi yang melekat pada Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet tersebut menjadi hidup dan bermakna apabila dilaksanakan oleh pejabat dan pegawai di lingkungan Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet. Oleh karena itu, nilai-nilai tersebut diharapkan menjadi budaya kerja organisasi yang dilaksanakan oleh setiap anggota organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. D. Tujuan Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet Dalam lampiran Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga disebutkan antara lain bahwa tujuan dan sasaran disusun berdasarkan hasil identifikasi potensi dan permasalahan yang akan dihadapi pada langkah sebelumnya dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi Kementerian/Lembaga. Dalam hal ini, perumusan tujuan dan sasaran Sekretariat Kabinet dilakukan setelah memperhatikan berbagai potensi dan permasalahan yang dihadapi sebagaimana telah diuraikan dalam bab sebelumnya guna merealisasikan visi dan misi sebagaimana tersebut di atas. Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang ingin dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) atau 5 (lima) tahun. Dengan diformulasikan tujuan, maka Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet dapat secara tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam 17

20 mencapai misinya. Berdasarkan misi di atas maka keberhasilan Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet dapat diukur dari keberhasilan dalam mewujudkan tujuan, yaitu Meningkatnya kualitas dalam penyelenggaraan kabinet dan Sekretariat Kabinet. Tujuan Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet ini mempunyai keterkaitan erat satu sama lain dengan kedeputian lain dan dalam pelaksanaannya merupakan tanggung jawab dari masing-masing kedeputian di lingkungan Sekretariat Kabinet. E. Sasaran Strategis Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 17 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan. Dalam hal ini maka penetapan sasaran diperlukan untuk memberikan fokus pada penyusunan kegiatan dan alokasi sumber daya yang dimiliki Sekretariat Kabinet, yang perwujudannya dilakukan melalui berbagai program dan kegiatan. Dalam sasaran Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet Tahun digambarkan beberapa hal yang ingin dicapai pada setiap tahun selama 5 (lima) tahun ke depan dengan rumusan yang terukur dan spesifik, yang pencapaiannya dilakukan secara gradual dengan mempertimbangkan berbagai aspek khususnya ketersediaan anggaran. Ada tiga sasaran Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Terwujudnya peningkatan kualitas penyiapan materi sidang kabinet, rapat atau pertemuan yang dipimpin dan/atau dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden. 18

21 2. Terwujudnya peningkatan kualitas penyelenggaraan dan hasil-hasil sidang kabinet, rapat atau pertemuan yang dipimpin dan/atau dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden. 3. Terwujudnya peningkatan kualitas penyelenggaraan hubungan kemasyarakatan dan kelembagaan. Penerjemahan/pengukuran dari 3 (tiga) sasaran Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet adalah bahwasanya Pengelolaan dalam hal ini menyangkut proses penyelenggaraan sidang kabinet mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, sampai dengan pendokumentasian serta pendistribusian hasil sidang kabinet. Untuk mencapai sasaran tersebut dibutuhkan koordinasi, sinkronisasi, dan kerja sama yang optimal, baik antar pegawai di Kedeputian Bidang Persidangan Kabinet maupun di lingkungan Sekretariat Kabinet serta dengan instansi lain. Indikator yang digunakan untuk mengukur sasaran tersebut adalah sebagai berikut: a. Tingkat kecepatan dan ketepatan penyelesaian briefing sheet. Salah satu tugas dan fungsi Sekretariat Kabinet adalah memberikan dukungan pemikiran kepada Presiden selaku Kepala Pemerintahan. Sejalan dengan hal tersebut, maka Presiden perlu mendapatkan bahan dan informasi yang lengkap dan akurat guna memberikan arahan/petunjuk maupun pengambilan keputusan/ kebijakan. Bahan dan informasi tersebut disusun dalam sebuah naskah dokumen (briefing sheet), yang isinya memuat intipokok dan analisa terkait materi yang dibahas sesuai dengan bidangnya masing- 19

22 masing, yaitu bidang politik, hukum dan keamanan; perekonomian, dan kesejahteraan rakyat. Briefing sheet dibuat dengan kecermatan dalam menganalisa berdasarkan materi/topik yang dibahas dan referensi lainnya untuk memberikan pendapat atau pandangan. Intinya, isi dan materi briefing sheet merupakan pendapat staf yang akan dimanfaatkan Presiden sebagai bahan referensi untuk memudahkan dalam memberikan arahan/petunjuk kepada peserta sidang kabinet, rapat atau pertemuan terkait materi yang dibahas. Dengan demikian, melalui dokumen (briefing sheet) inilah yang akan dimanfaatkan Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagai bahan referensi guna memberikan arahan/petunjuk maupun pengambilan keputusan/kebijakan secara cepat dan cermat. Penyusunan briefing sheet dilakukan dalam hal Kementerian/Lembaga Non Kementerian telah mengirimkan bahan materi (paparan) dalam tenggat waktu 2-3 hari sebelum sidang kabinet, rapat atau pertemuan dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Artinya, briefing sheet disusun dalam kondisi sidang kabinet, rapat atau pertemuan dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Dalam hal pelaksanaan sidang kabinet, rapat atau pertemuan yang penyelenggaraannya bersifat mendadak (mendesak), maka penyusunan briefing sheet tidak dapat dilakukan mengingat keterbatasan waktu. Penyelenggaraan sidang kabinet, rapat atau pertemuan yang sifatnya mendesak tersebut sering terjadi, karena Presiden mempunyai kewenangan penuh untuk menetapkan penyelenggaraan sidang kabinet, rapat atau pertemuan secara mendadak mengingat permasalahan yang memerlukan pengambilan keputusan yang bersifat segera. Penentuan indikator kecepatan tersebut di atas diperlukan untuk mengukur kecepatan waktu penyelesaian penyusunan naskah 20

23 briefing sheet, yaitu selama 2 hari. Metode penghitungan capaian kinerja outcome kecepatan penyelesaian briefing sheet yang digunakan adalah sebagai berikut: Σ (waktu penyelesaian briefing sheet 1 + waktu penyelesaian 2 + ) n n = jumlah penyusunan briefing Sedangkan penentuan indikator ketepatan diperlukan untuk mengukur ketepatan jumlah naskah briefing sheet yang terselesaikan. Metode penghitungan capaian kinerja outcome ketepatan penyelesaian briefing sheet yang digunakan adalah sebagai berikut: realisasi jumlah briefing sheet yang terselesaikan x 100% target jumlah briefing sheet yang diselesaikan b. Tingkat Kecepatan Pendistribusian bahan materi paparan sidang kabinet. Indikator sasaran ini merupakan perubahan dari indikator pada tahun 2012 yakni tingkat ketepatan pendistribusian bahan materi paparan sidang kabinet. Pergeseran pengukuran indikator dari ketepatan menjadi kecepatan adalah merupakan kebijkan pimpinan yang ingin agar kegiatan pendistribusian diukur berdasarkan tingkat kecepatannya. Agar pengukuran terhadap kinerja dalam pendistribusian bahan materi paparan menajdi lebih mudah. Disamping itu, pengukuran yang dilakukan berbadasarkan tingkat kecepatan menjadi lebih mudah dan masuk akal dibandingkan dengan tingkat ketepatan. Sebagai indikator baru, Asisten Deputi bidang Materi Persidangan menargetkan waktu toleransi yang harus dicapai dalam melakukan kegiatan pendistribusian bahan paparan sidang kabinet 21

24 kepada para peserta sdiang kabinet pada saat sebelum sidang kabinet dilaksanakan adalah selama 1 jam. Untuk mengukur capaian target dari indikator tingkat kecepatan pendistribusian bahan materi sidang kabinet sebagai berikut: realisasi tingkat kecepatan pendistribusian bahan sidang kabinet Target tingkat kecepatan pendistribusian bahan sidang kabinet X 100% c. Persentase penyelesaian hasil sidang kabinet secara tepat waktu. Hasil sidang kabinet yang digunakan sebagai rujukan bagi para peserta sidang kabinet dalam mengambil kebijakan di kementerian/ lembaga masing-masing adalah risalah sidang kabinet. Ukuran kinerja yang terkait dengan penyelesaian hasil sidang tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penyusunan Risalah sidang kabinet; 2. Pengiriman Risalah kepada para peserta sidang. Penyusunan risalah sidang kabinet ini dapat diukur berdasarkan sejak dimulainya sidang sampai dengan keluarnya nomor Sekretaris Kabinet untuk sidang kabinet tertentu. Berikut metode penghitungan dimaksud: (hari penyelesaian risalah 1 + hari penyelesaian risalah 2 + ) X 100% n n = jumlah risalah sidang kabinet Sedangkan, pengiriman risalah sidang kabinet dihitung sejak 22

25 penyelesaian di internal Kedeputian Persidangan Kabinet sampai diterimanya dokumen tersebut oleh para peserta sidang. Metode penghitungannya adalah sebagai berikut: (hari pengiriman risalah 1 + hari pengiriman risalah 2 + ) n = jumlah risalah sidang kabinet yang dikirim n X 100% Setelah proses tersebut dihitung masing-masing, persentase penyelesaian didapatkan dengan melakukan kumulasi terhadap keduanya dan membandingkan dengan target awal yang ingin dicapai pada saat tolok ukur ini ditetapkan. Metode penghitungannya adalah sebagai berikut: (persentase rerata penyusunan risalah + persentase rerata pengiriman risalah ) n = jumlah risalah sidang kabinet yang dikirim n Sehingga, pada setiap akhir tahun akan didapatkan persentase secara keseluruhan berapa nilai dari persentase penyelesaian hasil sidang kabinet. d. Tingkat kepuasan peserta sidang kabinet terhadap penyelenggaraan sidang kabinet. Untuk mengukur kepuasan peserta sidang terhadap penyelenggaraan sidang kabinet dapat dilakukan dengan cara menyampaikan beberapa pertanyaan atau survei kepada peserta sidang. Pertanyaan tersebut antara lain mengenai kepuasan 23

26 terhadap pengiriman undangan, konfirmasi jadwal sidang, dan lainlain. Survei tingkat kepuasan peserta sidang kabinet akan dilakukan dua kali setiap enam bulan, yaitu pada bulan Juli dan bulan Desember. Hasil survei dapat digunakan sebagai data untuk membuat laporan kinerja tengah tahun dan akhir tahun. Metode penghitungan target indikator tersebut adalah sebagai berikut: (nilai kepuasan pada pertanyaan 1 + nilai kepuasan pada pertanyaan 2 + ) n = jumlah pertanyaan n Setelah mendapatkan rerata dari survei yang disampaikan kepada peserta sidang tersebut maka dapat dihitung persentase tingkat kepuasan peserta sidang dengan mengacu pada penilaian berikut: No. Rentang Nilai Kepuasan Kategori Nilai % % Sangat Baik A % - < 85 % Baik B % - < 70 % Sedang C 4. < 55 % Kurang Baik D e. Persentase penyelesaian informasi secara substansi yang disebarluaskan pada sistem informasi secara tepat waktu. Penentuan indikator ini salah satu tugas dari Deputi Bidang Persidangan Kabinet dalam melaksanakan kegiatan peliputan dan penyebarluasan informasi kegiatan kabinet dan Sekretariat Kabinet. 24

27 Penyelesaian berita yang cepat, lengkap dan akurat merupakan tuntutan bagi humas, agar berbagai program dan kebijakan pemerintah dapat dengan segera diinformasikan kepada masyarakat. Indikator kinerja outcome Persentase penyelesaian informasi secara substansi yang disebarluaskan pada sistem informasi secara tepat waktu dapat menjadi acuan dan diharapkan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Bahkan dengan kualitas sumber daya manusia yang semakin meningkat, informasi kegiatan kabinet dan Sekretariat Kabinet dapat dengan cepat disajikan ke publik melalui media online website Setkab.go.id. Metode penghitungan yang digunakan untuk mengukur target indikator tersebut adalah: Terkait dengan perhitungan capaian kinerja persentase penyelesaian informasi secara substansi yang disebarluaskan pada sistem informasi secara tepat waktu, maka metode penghitungan capaian kinerja outcome berupa persentase waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan berita peliputan untuk dimuat pada website menggunakan metode sebagai berikut: Σ (waktu penyelesaian berita 1 + waktu penyelesaian berita 2 +..) x100% n = jumlah berita n Kinerja yang diharapkan dari indikator ini adalah agar penyelesaian berita hasil peliputan mengenai kegiatan kabinet dan Sekretariat Kabinet dapat dengan cepat dan lengkap diselesaikan dan diinformasikan kepada publik melalui website.setkab.go.id. f. Kecepatan penyelesaian rekomendasi hasil pendampingan pada kunjungan kerja Komisi II DPR RI. Kegiatan pendampingan dengan Komisi II DPR RI merupakan bagian dari tugas Sekretariat Kabinet dalam rangka menjaga dan 25

28 memelihara hubungan dan kerjasama yang baik antara Sekretariat Kabinet dengan Komisi II DPR RI sebagai mitra kerja. Kegiatan ini dilakukan pada saat masa reses persidangan DPR RI yang berupa kunjungan kerja kebeberapa daerah. Kunjungan kerja ini dimaksudkan sebagai bentuk komunikasi anggota Dewan dalam rangka menyerap aspirasi dari konstituennya. Kegiatan kunjungan kerja bersama Komisi II DPR RI ini dimaksudkan untuk mendapatkan masukan, bukan hanya bagi DPR RI akan tetapi juga bagi pemerintah dalam mendapatkan informasi mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi di daerah dan juga implementasi hasil-hasil pembangunan. Dengan demikian akan terdapat kesamaan pandangan antara pemerintah dengan DPR RI dalam menyikapi berbagai persoalan yang terjadi di daerah. Hasil yang diharapkan dari kegiatan kunjungan kerja bersama anggota DPR RI tersebut adalah berupa laporan yang di dalamnya berisikan berbagai persoalan yang ada di daerah dan implementasi hasil pembangunan, serta rekomendasi sebagai bahan masukan bagi pimpinan dalam menentukan kebijakan selanjutnya. Metode penghitungan capaian kinerja outcome menggunakan metode sebagai berikut: Σ (hari penyelesaian rekomendasi 1 + hari penyelesaian rekomendasi n = jumlah kali penyelesaian laporan n 26

29 BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Visi Indonesia 2014 adalah Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan. Visi ini menjadi arah jangka menengah yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia melalui penetapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Kerangka Visi Indonesia 2014 dapat dijelaskan sebagai berikut: Kesejahteraan rakyat adalah terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Demokrasi adalah terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia. Sedangkan keadilan adalah terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia. Untuk mencapai visi Indonesia 2014 tersebut maka disusun rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi, yang dikenal dengan Misi Pembangunan Misi Pembangunan periode diarahkan untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, aman dan damai, serta meletakkan fondasi yang lebih kuat bagi Indonesia yang adil dan

30 demokratis, sehingga Misi Pembangunan tahun tersebut adalah: Misi 1 : Misi 2 : Misi 3 : Melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera Memperkuat pilar-pilar demokrasi Memperkuat dimensi keadilan di semua bidang Selanjutnya dalam rangka mempertajam misi-misi tersebut dan dengan mempertimbangkan permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia dewasa ini maupun dalam lima tahun mendatang, perlu disusun arah kebijakan umum pembangunan nasional Arah kebijakan dan strategi disusun sebagai suatu pendekatan dalam memecahkan permasalahan penting dan mendesak untuk segera dilaksanakan dalam kurun waktu jangka menengah serta memiliki dampak yang besar terhadap pencapaian sasaran nasional serta sasaran strategis kementerian/lembaga, dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Arah kebijakan umum untuk melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia yang sejahtera. Indonesia yang sejahtera tercermin dari peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dalam bentuk percepatan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengurangan kemiskinan, pengurangan tingkat pengangguran yang diwujudkan dengan bertumpu pada program perbaikan kualitas sumber daya manusia, perbaikan infrastruktur dasar, dan terpeliharanya lingkungan hidup secara berkelanjutan. 2. Arah kebijakan umum untuk memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan penguatan yang bersifat kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban umum, penghapusan segala macam 26

31 diskriminasi, pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia serta kebebasan yang bertanggung jawab. 3. Arah kebijakan umum untuk memperkuat dimensi keadilan dalam semua bidang termasuk pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan kesenjangan pembangunan antar daerah (termasuk desa-kota), dan pengurangan kesenjangan jender. Keadilan juga hanya dapat diwujudkan bila sistem hukum berfungsi secara kredibel, bersih, adil dan tidak pandang bulu. Demikian pula kebijakan pemberantasan korupsi secara konsisten diperlukan agar tercapai rasa keadilan dan pemerintahan yang bersih. Pada hakikatnya Pembangunan Nasional dilakukan secara menyeluruh di berbagai bidang kehidupan masyarakat. Menurut Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional , arah dan kebijakan perencanaan pembangunan nasional dikelompokkan ke dalam sembilan bidang pembangunan, yaitu: 1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama; 2. Bidang Ekonomi; 3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; 4. Bidang Sarana dan Prasarana; 5. Bidang Politik; 6. Bidang Pertahanan dan Keamanan; 7. Bidang Hukum dan Aparatur; 8. Bidang Wilayah dan Tataruang; 9. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Sebagai lembaga pendukung Presiden dan Wakil Presiden, Sekretariat Kabinet merupakan instansi pemerintah yang mempunyai tugas antara lain memberikan dukungan staf, administrasi, teknis dan pemikiran kepada Presiden selaku Kepala Pemerintahan. Sekretariat Kabinet turut mendukung mensukseskan kebijakan pembangunan nasional tersebut. 27

32 B. Arah Kebijakan dan Strategi Sekretariat Kabinet Peran Sekretariat Kabinet dalam arah kebijakan pembangunan jangka menengah nasional adalah sebagaimana tergambar dalam Peraturan Presiden tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis Sekretariat Kabinet C. Arah Kebijakan dan Strategi Kedeputian Persidangan Kabinet Peran Kedeputian Persidangan Kabinet sebagaimana tergambar dalam Rencana Strategis Sekretariat Kabinet Tahun Sesuai dengan peran Kedeputian Persidangan Kabinet sebagaimana dalam Rencana Strategis Sekretariat Kabinet Tahun tersebut, arah Kebijakan Kedeputian Persidangan Kabinet selama 5 (lima) tahun ke depan secara garis besar adalah sebagai berikut: Arah Kebijakan 1 Optimalisasi pemberian dukungan kebijakan dan program kepada Presiden Optimalisasi pemberian dukungan kebijakan kepada Presiden sangat dipengaruhi oleh kejelasan lingkup tugas dan fungsi serta struktur organisasi untuk mendukung tugas dan fungsi tersebut. Langkah pertama untuk meningkatkan kualitas dukungan administrasi yang diberikan Kedeputian Persidangan Kabinet kepada Presiden dan Wakil Presiden perlu dimulai dengan penataan tugas dan fungsi lembaga. Penajaman tugas fungsi unit-unit, peneraan ulang beban tugas antarunit, dan penyesuaian struktur yang mewadahinya akan mengoptimalkan kinerja antarunit. Penataan diperlukan dengan 28

33 memperhatikan batasan bahwa dukungan administrasi yang diberikan Kedeputian Persidangan Kabinet adalah dalam lingkup tugas Presiden selaku kepala pemerintahan atau penyelenggara kekuasaan pemerintahan. Selanjutnya, penataan perlu melihat kondisi existing organisasi terutama yang terkait dengan tugas dan fungsi pengembangan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM), pengadministrasian dokumen persidangan, hubungan kemasyarakatan, dan evaluasi kinerja serta keseimbangan tugas dan fungsi unit-unit di lingkup Lembaga Kepresidenan. Selain itu, penataan tersebut harus pula memperhatikan keberadaan unit kerja sebagai bagian dari lembaga kepresidenan. Arah Kebijakan 2 Mewujudkan kelembagaan dan ketatalaksanaan yang efektif Kelembagaan dan ketatalaksanaan yang efektif sangat menunjang bagi terciptanya budaya kerja dalam rangka peningkatan kinerja suatu organisasi. Oleh karena itu, peningkatan efektivitas organisasi perlu dilaksanakan pula dengan memperhatikan dan melakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan Sekretariat Kabinet. Penataan tugas dan fungsi dengan sendirinya berpengaruh kepada prosedur kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan tugas tersebut. Penyempurnaan prosedur kerja yang telah ada juga diperlukan dalam rangka mendorong peningkatan capaian reformasi birokrasi yang telah berjalan selama ini di lingkungan Kedeputian Persidangan Kabinet. Penyempurnaan prosedur kerja internal semata tidak cukup untuk meningkatkan kualitas pemberian dukungan administrasi. Untuk 29

34 itu perlu pula diperjelas dan ditingkatkan kualitas keterhubungan antara prosedur internal unit kerja di lingkup Sekretariat Kabinet khususnya dan Istana Kepresidenan umumnya dengan prosedur yang dimiliki oleh para stakeholders Sekretariat Kabinet di bidang persidangan kabinet. Arah Kebijakan 3 Terwujudnya SDM yang profesional dan berkualitas Kompetensi SDM perlu ditingkatkan untuk memberikan pelayanan yang prima kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam memperoleh dukungan adminstrasi mengenai pelaksanaan dan dokumen persidangan yang berkualitas dan terfokus kepada prioritas pembangunan 5 (lima) tahun ke depan dan pembangunan jangka panjang. Di samping itu, peningkatan kompetensi juga untuk menyesuaikan keterampilan SDM dengan perkembangan teknologi dan metode pelaksanaan pekerjaan yang dikembangkan pada Kedeputian Persidangan Kabinet 5 (lima) tahun ke depan dalam rangka mendukung adminstratif pelaksanaan persidangan. Untuk pemenuhan kebutuhan jangka pendek dilakukan peningkatan kuantitas dan kualitas pelatihan terutama di bidang keprotokolan, pelatihan komputer, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan kemampuan bahasa Inggris. Sebagai investasi untuk pemenuhan kebutuhan jangka panjang, peningkatan kompetensi dilakukan melalui peningkatan secara proporsional kuantitas pendidikan S2 dan S3 baik yang dibiayai dengan anggaran Sekretariat Kabinet maupun dengan bantuan pihak lain. Dukungan Adminstrasi dapat diberikan dengan cepat dan tepat jika dilakukan oleh SDM dengan kompetensi yang tepat. Untuk meningkatkan kualitas saran kebijakan yang diberikan kepada 30

35 Presiden dan Wakil Presiden perlu dilakukan reassessment dan reposisi SDM sesuai kompetensinya. Reposisi dilaksanakan dengan semangat pemberdayaan SDM, bukan eliminasi, dan diutamakan penerapannya di antara SDM yang telah mendapat peningkatan kompetensi melalui diklat. Dalam rangka pelaksanaan ketiga arah kebijakan di atas, perlu dirumuskan strategi guna pencapaian tujuan dan sasaran Kedeputian Persidangan Kabinet. Strategi Kedeputian Persidangan Kabinet dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan difokuskan kepada 3 (tiga) aspek manajemen organisasi yang memerlukan prioritas penanganan, yang dikelompokkan sebagai berikut: 1. Aspek Kelembagaan Berdasarkan arah kebijakan pertama, pada awal periode 5 (lima) tahun ke depan perlu diselesaikan penataan kembali tugas fungsi dan struktur organisasi dengan prinsip bagi habis tugas dalam rangka pemberian dukungan kebijakan. Pada tahun pertama, dilakukan evaluasi terhadap tugas, fungsi, dan struktur organisasi, dengan mengidentifikasi kondisi existing organisasi dibandingkan dengan tugas dan fungsi, kemudian dianalisis untuk merumuskan gap. Dari hasil analisis tersebut dirumuskan kebutuhan penataan tugas, fungsi, dan struktur organisasi. Pada tahun kedua, kelembagaan sesuai hasil evaluasi sudah terbangun dan dilengkapi dengan sarana prasarana kerja yang dibutuhkan. Kelembagaan baru tersebut perlu di re-evaluasi dari waktu ke waktu, terutama selama paruh kedua periode 5 (lima) tahun. 2. Aspek Tata Laksana Seiring dengan langkah penataan kelembagaan di atas, dilakukan penyempurnaan prosedur kerja, dengan melakukan 31

36 evaluasi prosedur kerja yang ada. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, dilakukan penambahan dan penyempurnaan prosedur kerja dalam rangka pemberian dukungan kebijakan yang menjadi acuan bagi pelaksanaan kerja. Penetapan prosedur kerja (diformalkan) dengan mengikuti Peraturan Sekretaris Kabinet pada tahun pertama segera diikuti dengan rinciannya yang selanjutnya dari waktu ke waktu dire-evaluasi dan disesuaikan dengan kebutuhan. Pada tahun pertama dilakukan penjajakan kerja sama peningkatan kualitas prosedur kerja dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan tugas fungsi Kedeputian Persidangan Kabinet. Pada tahun selanjutnya diikuti dengan pengikatan kerja sama atau penetapan prosedur kerja bersama, dan pembangunan sarana prasarana pendukung prosedur kerja. Monitoring dan evaluasi yang ketat terhadap setiap tahapan kerja sama perlu dilakukan dari waktu ke waktu. 3. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) Pada tahun pertama dari periode 5 (lima) tahun ke depan dilakukan assessment secara komprehensif kebutuhan pendidikan dan pelatihan (diklat) SDM dan disusun perencanaan diklat untuk kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan. Berdasarkan hasil assessment kebutuhan diklat dan penataan kelembagaan Sekretariat Kabinet, dilakukan evaluasi kompetensi seluruh jabatan struktural dan nonstruktural. Pada tahun selanjutnya, dilakukan reposisi SDM sesuai dengan kompetensi yang telah ditingkatkan melalui diklat, terutama reposisi SDM pada unit-unit penyelenggara tugas pemantauan pelaksanaan kebijakan pemerintah. Terkait dengan perencanaan diklat, pada tahun pertama dilakukan perencanaan penganggaran pembiayaan diklat dengan 32

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2010-2014 DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET 2012 SEKRETARIAT

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG DUKUNGAN KERJA KABINET TAHUN

RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG DUKUNGAN KERJA KABINET TAHUN RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG DUKUNGAN KERJA KABINET TAHUN 2015-2019 SEKRETARIAT KABINET 2015 i KATA PENGANTAR Dengan ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2015 tentang Sekretariat Kabinet

Lebih terperinci

DUKUNGAN SARAN KEBIJAKAN BIDANG EKONOMI SECARA TEPAT WAKTU DAN TEPAT ISI

DUKUNGAN SARAN KEBIJAKAN BIDANG EKONOMI SECARA TEPAT WAKTU DAN TEPAT ISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG PEREKONOMIAN 2010 2014 DUKUNGAN SARAN KEBIJAKAN BIDANG EKONOMI SECARA TEPAT WAKTU DAN TEPAT ISI Kata Pengantar Rancangan Rencana Strategis (Renstra) Deputi bidang

Lebih terperinci

A. Rencana Strategis Kementerian Sekretariat Negara 2010-

A. Rencana Strategis Kementerian Sekretariat Negara 2010- A. Rencana Strategis Kementerian Sekretariat Negara 2010-2014 Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2010-2014 terakhir disempurnakan dengan Peraturan Menteri Sekretaris Negara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh i KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Rencana Strategis (Renstra) merupakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS

VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS - 26 - II VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS A. Visi Sekretariat Wakil Dalam rangka memberikan dukungan teknis, administrasi dan analisis dalam menyelenggarakan kekuasaan negara guna menyukseskan

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2012-2014 SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Perkembangan

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET 2010 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Good Governance pada hakekatnya merupakan kepemerintahan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) ASISTEN DEPUTI BIDANG MATERI PERSIDANGAN 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka melaksanakan amanah Inpres Nomor 7 Tahun 1999, Asisten Deputi Bidang Materi

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA 2012 Kedeputian Pelayanan Publik Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan

Lebih terperinci

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN 3.1 Arah Strategi dan kebijakan Nasional Arah strategi dan kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Melanjutkan pembangunan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang LKj Asisten Deputi Bidang Politik dan Hubungan Internasional 2014 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan kewajiban bagi instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu prasyarat penting

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Sejarah Singkat Obyek Penelitian Sekretariat Wakil Presiden sebagai lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Sekretaris

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2015 2019 SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2016 DAFTAR ISI Kata Pengantar..... Daftar Isi......

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Wasit Saronto

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Wasit Saronto 1 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Hubungan Kemasyarakatan dan Kelembagaan Tahun 2014 disusun sebagai bentuk komitmen untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tujuan dan sasaran strategis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GAMBAR... 3 KATA PENGANTAR... 4 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GAMBAR... 3 KATA PENGANTAR... 4 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GAMBAR... 3 KATA PENGANTAR... 4 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 BAB I PENDAHULUAN... 7 A. Latar belakang... 7 B. Gambaran Organisasi... 8 C. Gambaran aspek

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.33, 2015 ADMINISTRASI. Sekretariat. Kabinet. Organisasi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010 2014 BPS KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW 2.1.

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis BAB II Renstra Tahun 2015 2019 merupakan panduan pelaksanaan tugas dan fungsi pada periode 2015 2019 yang disusun berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Renstra Tahun 2010

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK Melayani Informasi, Memajukan Negeri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu prasyarat penting dalam

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF disusun untuk menyajikan informasi tentang capaian komitmen kinerja yang telah diperjanjikan Sekretariat Kabinet kepada kepada pimpinan dan stakeholders selama tahun 2015. Laporan Kinerja

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT KABINET 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja (LKj) Asisten Deputi Bidang Pelaksanaan dan Pelaporan

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 014 Asisten Deputi Bidang Pendidikan, Agama, Kesehatan, dan Kependudukan Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 Kata Pengantar Dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Pembaharuan tata kelola pemerintahan, termasuk yang berlangsung di daerah telah membawa perubahan dalam berbagai dimensi, baik struktural maupun kultural. Dalam hal penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH.

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH. KATA PENGANTAR Penyusunan Renstra (Rencana Strategis) Badan Pengawasan Mahkamah Agung RI Tahun 200 204, dimaksudkan guna mencapai tujuan dan sasaran strategis dalam rangka pencapaian visi dan pelaksanaan

Lebih terperinci

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan ( REVISI I ) KATA PENGANTAR Rencana Strategis Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA) 205 209 merupakan turunan dari Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan Kota Madiun merupakan dokumen perencanaan strategis untuk memberikan

Lebih terperinci

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN KEPUTUSAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : /KEP.GUB/BAPPEDA-2/2012 TANGGAL : 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi sebagai titik tolak pembenahan sistem sosial politik di tanah air semakin

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. KONDISI UMUM SEKARANG DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN Perubahan peraturan di bidang pemerintahan daerah yang berdampak pada bidang kepegawaian membutuhkan antisipasi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG KEMARITIMAN

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG KEMARITIMAN SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG KEMARITIMAN 2015-2019 DEPUTI BIDANG KEMARITIMAN 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945

Lebih terperinci

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU,

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA buku 1 PEDOMAN pengajuan dokumen usulan reformasi birokrasi kementerian/lembaga Peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 7 tahun 2011 kementerian pendayagunaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BAPPEDA KABUPATEN LAHAT Sumber daya Bappeda Kabupaten Lahat

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN Pusat Data dan Teknologi Informasi

LAPORAN KINERJA TAHUN Pusat Data dan Teknologi Informasi LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 Pusat Data dan Teknologi Informasi KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN 2015

RENCANA KERJA TAHUN 2015 RENCANA KERJA TAHUN 2015 SEKRETARIAT DPRD PROVINSI SUMATERA SELATAN JL. KAPTEN A. RIVAI PALEMBANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Tahun Anggaran 2015 adalah Rencana Operasional

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN KABINET

LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN KABINET LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN KABINET SEKRETARIAT KABINET 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja (LKj) Deputi Bidang Persidangan Kabinet Tahun 2014 disusun sebagai bentuk

Lebih terperinci

1.1. Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 5 DAFTAR ISI. Hal BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN Visi Misi

1.1. Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 5 DAFTAR ISI. Hal BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN Visi Misi KATA PENGANTAR Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan strategik merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan lingkungan

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 5 2010 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M SEKRETARIAT DAERAH KEPUTUSAN SEKRETARIS DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : 188.4/747/Org./X/2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) SEKRETARIAT DAERAH KOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

RENCANA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN BLORA TAHUN 2014

RENCANA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN BLORA TAHUN 2014 RENCANA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN BLORA TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BLORA DAFTAR ISI Hal BAB I : PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Landasan Hukum... I-1 1.3. Maksud dan Tujuan...

Lebih terperinci

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

PENGADILAN NEGERI SAMBAS

PENGADILAN NEGERI SAMBAS PENGADILAN NEGERI SAMBAS RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2010-2014 KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirahim Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI BALI RENCANA STRATEGIS TAHUN

PEMERINTAH PROVINSI BALI RENCANA STRATEGIS TAHUN PEMERINTAH PROVINSI BALI RENCANA STRATEGIS TAHUN 2013-2018 BIRO KEUANGAN SETDA PROVINSI BALI 2015 i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i ii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Maksud dan Tujuan..

Lebih terperinci

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di Indonesia sebagai Negara terbesar keempat dari jumlah penduduk, memiliki peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Saat Ini telah melaksanakan program reformasi birokrasi pada periode 2005-2009. Sampai saat ini program reformasi birokrasi masih terus berlanjut, dan telah memberikan manfaat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan dukungan staf, pelayanan administrasi, dan dukungan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi a. Visi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) sebagai bagian integral dari Pemerintah Kuantan Singingi

Lebih terperinci

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN 2010 2014 A. PENDAHULUAN Program Legislasi Nasional (Prolegnas) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR INSPEKTUR, Drs. Zat Zat Munazat, M.Si NIP Inspektorat Kabupaten Garut

KATA PENGANTAR INSPEKTUR, Drs. Zat Zat Munazat, M.Si NIP Inspektorat Kabupaten Garut Renstra Inspektorat Kabupaten Garut Tahun 2014-2019 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

P a g e 12 PERENCANAAN KINERJA. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lingga BAB. II

P a g e 12 PERENCANAAN KINERJA. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lingga BAB. II BAB. II PERENCANAAN KINERJA Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam system akuntabilitas

Lebih terperinci

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses B A B I P E N D A H U L UA N A. LATAR BELAKANG Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan melalui langkah-langkah strategis

Lebih terperinci

Governance) diperlukan adanya pengawasan yang andal melalui sinergitas

Governance) diperlukan adanya pengawasan yang andal melalui sinergitas BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Untuk mencapai terselenggaranya manajemen pemerintahan yang efisien dan efektif menuju terwujudnya kepemerintahan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT KOTA TANGERANG TAHUN 2014-2018 A. Latar Belakang RPJMD Kota Tangerag tahun 2014-2018 adalah merupakan tahapan ke- III dalam rangka mewujudkan Visi Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci