BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. Investasi syariah memiliki karakteristik yang unik karena tidak hanya

Transkripsi

1 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Investasi syariah memiliki karakteristik yang unik karena tidak hanya mempertimbangkan risk and return sebuah aset namun juga kesesuaian aset terhadap prinsip-prinsip syariah (syariah compliant). Screening pada aset keuangan syariah memunculkan persepsi umum bahwa investasi syariah akan underperform dibandingkan investasi konvensional. Penelitian komparatif kinerja saham syariah dan saham konvensional ini dilakukan untuk menguji apakah ada perbedaan kinerja saham syariah dan saham konvensional. Saham murni syariah dan saham murni konvensional Indonesia dan Malaysia digunakan sebagai sampel penelitian untuk menghasilkan perbandingan yang lebih baik. Uji non parametrik stochastic dominance (SD) dengan model Davidon Duclos (2000) digunakan agar memberikan hasil yang lebih baik dan lebih informatif. Uji parametrik dengan parameter rasio Sharpe, Indeks Treynor dan Alpha Jensen digunakan sebagai pembanding. Portofolio saham syariah murni dan portofolio saham konvensional murni Indonesia mendominasi IHSG pada hampir semua periode penelitian. Adapun portofolio saham syariah murni dan portofolio saham konvensional murni Malaysia memiliki kinerja yang sama dengan KLCI pada hampir semua periode penelitian. Hasil ini membuktikan bahwa screening saham syariah tidak mengurangi potensi diversifikasi dalam investasi saham. Hasil uji Stochastic Dominance (SD) model Davidosn Duclos (2000) menemukan bahwa portofolio 66

2 67 saham syariah Indonesia mendominasi portofolio saham konvensional pada periode keseluruhan dan non krisis namun pada periode krisis portofolio saham syariah dan saham konvensional Indonesia tidak saling mendominasi. Adapun portofolio saham syariah Malaysia mendominasi portofolio saham konvensional pada periode krisis namun pada periode pra krisis portofolio saham konvensional mendominasi portofolio saham syariah. Pada periode keseluruhan dan periode paska krisis portofolio saham syariah dan portofolio saham konvensional Malaysia tidak saling mendominasi. Dominasi saham syariah Indonesia pada periode keseluruhan terjadi di order pertama (First-order Stochastic Dominance) sedangkan dominasi saham syariah Indonesia terjadi pada order ketiga (Third-order Stochastic Dominance). Hasil ini mengindikasikan bahwa investor memiliki kesempatan meningkatkan expected wealth-nya jika mengganti portofolio saham konvensional dan portofolio pasar Indonesia yang dimilikinya dengan portofolio saham syariah Indonesia pada tahun Selama periode non krisis investor juga dapat meningkatkan expected utilitas-nya jika mengganti portofolio saham konvensional Indonesia yang dimilikinya dengan portofolio saham syariah Indonesia. Dominasi portofolio saham syariah Malayisa pada periode krisis terjadi di order ketiga (Third-order Stochastic Dominance) sedangkan dominasi portofolio saham konvensional Malaysia pada periode pra krisis terjadi di order dua (Second-order Stochastic Dominance). Hasil ini mengindikasikan bahwa investor memiliki kesempatan meningkatkan expected utilities-nya jika mengganti portofolio saham konvensional Malaysia dengan portofolio saham syariah

3 68 Malaysia selama periode krisis. Investor juga dapat meningkatkan expected wealth-nya selama periode pra krisis jika mengganti portofolio saham syariah Malaysia dengan portofolio saham konvensional Malaysia. Hasil uji SD pada portofolio saham Indonesia membuktikan hipotesis 1 diterima karena kinerja saham syariah dan saham konvensional berbeda dimana kinerja saham syariah mendominasi kinerja saham konvensional secara keseluruhan. Sebaliknya hipotesis 2 tidak terbukti karena pada waktu krisis kinerja saham syariah justru menurun sehingga kinerja saham syariah sama dengan kinerja saham konvensional. Adapun hasil uji SD pada portofolio saham Malayisa tidak bisa membuktikan hipotesis 1 karena kinerja saham syariah dan saham konvensional tidak berbeda secara keseluruhan. Namun demikian hipotesis 2 sesuai dengan hasil penelitian karena kinerja saham syariah lebih mendominasi kinerja saham konvensional pada waktu krisis dibandingkan waktu non krisis. Hasil uji SD portofolio saham syariah dan konvensional yang dibedakan atas dasar nilai kapitalisasi (firm size), rasio B/M dan beta menunjukan hasil yang tidak konsisten dengan hasil uji SD portofolio keseluruhan. Hasil ini mengindikasikan bahwa hasil perbandingan kinerja saham syariah dan saham konvensional kurang robust. Namun demikian hasil uji SD pada portofolio saham Indonesia dan Malaysia tidak jauh berbeda dengan hasil uji parametrik. Uji SD mampu memberikan informasi lebih mendalam tentang hasil perbandingan kinerja saham syariah dan saham konvensional. Berdasarkan hasil uji stochastic dominance (SD) Indonesia dan Malysia dapat disimpulkan bahwa kinerja saham syariah Indoneisa lebih baik daripada kinerja

4 69 saham konvensional secara keseluruhan. Kinerja saham syariah Indonesia lebih baik (outperform) pada waktu kondisi ekonomi bagus (bull) namun pada waktu kondisi ekonomi mengalami krisis (bear) kinerja saham syariah menurun sehingga sama dengan kinerja saham konvensional. Penurunan kinerja saham syariah Indonesia mungkin dikarenakan menurunnya return saham syariah yang drastis selama periode krisis. Sebaliknya kinerja saham syariah Malaysia secara keseluruhan sama dengan kinerja saham konvensional namun pada waktu kondisi ekonomi menurun (krisis) kinerja saham syariah Malaysia lebih baik (outperform) dibandingkan saham konvensional Malaysia. 5.2 Saran Penelitian ini menggunakan metode non parametrik stochastic dominance model Davidson Duclos (2000) dengan metode parametrik sebagai pembanding. Metode stochastic dominance merupakan metode non parametrik yang sedang dikembangkan karena memiliki banyak keunggulan dibandingkan metode parametrik. Model Davidson Duclos (2000) merupakan model uji statistik stochatistic dominance yang paling berkembang sampai saat ini karena lebih informatif dan bisa dikerjakan menggunakan software yang user friendly seperti MS excel dan Stata. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode stochastic dominance model Barret dan Donald (2003) atau model Schmid Trede (1997) sebagai pembanding. Penggunaan tabel Studentized Maximum Modulus (SMM) pada model Davidson Duclos (2000) banyak dikritik karena DD statistic belum tentu terdistribusi pada tabel Studentized Maximum Modulus yang ditabulasi oleh Stoline dan Ury (1979). Penelitian selanjutnya dapat menggunakan teknik

5 70 bootsrap untuk menentukan nilai kritis DD statistic. Data yang digunakan dalam penelitian ini hanya berasal dari dua negara, penelitian kedepan dapat menggunakan data dari berbagai negara yang memiliki saham syariah. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh investor sebagai pertimbangan dalam melakukan kebijakan investasinya. Investor yang memperhatikan prinsipprinsip syariah dalam berinvestasi dapat menginvetasikan dananya pada portofolio saham syariah dan mendapatkan return yang lebih tinggi dalam kondisi ekonomi baik (untuk saham Indonesia) maupun ekonomi buruk (untuk saham Malaysia). Investor umum dapat melakukan diversifikasi portofolio sahamnya dengan lebih baik dan dapat meningkatkan expected wealth atau expected utilities-nya.