KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
|
|
- Glenna Gunardi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA WASTE TO ENERGY OPSI KEBIJAKAN FISKAL UNTUK MENDUKUNG PEMANFAATAN SAMPAH/ LIMBAH SEBAGAI SUMBER ENERGI BARU TERBARUKAN 1. Pengelolaan Sampah Menjadi Energi 2. Pemanfaatan Minyak Jelantah Menjadi Energi KEPALA PUSAT KEBIJAKAN PEMBIAYAAN PERUBAHAN IKLIM DAN MULTILATERAL BADAN KEBIJAKAN FISKAL KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Desember
2 SAMPAH-MINYAK JELANTAH LINGKUNGAN KESEHATAN - ENERGI SAMPAH TPA SUWUNG, BALI SAMPAH ENERGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN SAMPAH MINYAK JELANTA H ISU KESEHATAN LINGKUNGAN KESEHATAN ENERGI PRODUKSI JELANTAH 2
3 ISU-ISU PENGELOLAAN SAMPAH & MINYAK JELANTAH Longsornya TPA Leuwi Gajah (2005) mengakibatkan kemahan sekitar 150 orang menjadi dasar penetapan Hari Peduli Sampah Nasional (21 Februari 2005) Sampah di kota Hdak dapat diolah dengan cara-cara konvensional. Sampah menumpuk dan ditaruh pada tempat pembuangan akhir (TPA). Jumlah populasi penduduk bertambah & meningkatnya akhvitas ekonomi. Luas lahan TPA terbatas. Pencemaran lingkungan. Berbahaya bagi kesehatan. Sebagai salah satu sumber energi listrik (WtE). Sampah merupakan urusan daerah. Namun, saat ini menjadi perhahan besar oleh pusat. Minyak Goreng. Pengunaan minyak goreng cenderung dipakai berkali-kali à Minyak Jelantah. Minyak jelantah dapat dikategorikan sebagai limbah. Berbahaya bagi kesehatan bila digunakan sebagai minyak goreng (Kanker, Penyempitan Pembuluh Darah, dan lainnya) Pencemaran lingkungan. Termasuk biota laut sebagai tempat akhir buangan dari sungai. Sebagai alternahf bahan untuk biodesel (WtE). 3
4 Sejak Perpres 18/2016 (PLTSa) dicabut. Revisi Perpres perlu disusun dengan mengakomodasi teknologi yang tepat dan ramah lingkungan. Rata-rata TPA yang mengelola sampah mengenakan biaya layanan pengolahan sampah (Tipping Fee). Pengenaan Tipping Fee (TF) dilakukan mengingat harga tariff listrik (feed in tariff/fit) yang akan dibeli PT PLN belum mengundang minat investor untuk mau berinvestasi pada PLTSa. WILAYAH ISU-ISU PENGELOLAAN SAMPAH KEBIJAKAN Kota Surabaya Pemkot Surabaya bekerja sama dengan swasta (PT. Sumber Organik) dalam pengelolaan sampah di TPA Benowo sejak Pengenaan Hpping fee sebesar Rp tahun 2017 Total sampah per hari: ton Pengolahan sampah menjadi energi: v Teknologi sanitary landfill kapasitas 1.65 MW. Tarif Listrik : Rp1.250 per kwh v Teknologi thermochemical (incinerator) kapasitas 9 MW. Tarif Listrik : USD 18,77 cents per kwh Kota Makasar Sampah Kota Makassar dikelola oleh Pemkot Makassar di TPA Tamangapa. Total sampah per hari ton. Pengelolaan sampah dengan sanitary landfill tahun 2011 mengalami kegagalan. Kota Surakarta Kota Surakarta sudah melakukan tender dengan swasta (PT SCMPP) untuk mengelola TPA Putri Cempo. Saat ini dalam proses kontruksi pembangunan PLTSa. Teknologi yang digunakan : Gasifikasi, kapasitas 11,9 MW. Total sampah per hari: 450 ton 4
5 PENGELOLAAN SAMPAH DI DAERAH WILAYAH KEBIJAKAN DKI Jakarta Sampah DKI Jakarta dikelola bekerjasama dengan di TPA Bantar Gebang, namun Hdak dilanjutkan pada tahun Selanjutnya dikelolan oleh PT. Jakarta ProperHndo / Jakpro (BUMD) Total sampah per hari ton Pengelolaan sampah di Jakarta akan memanfaatkan teknologi Intermediate Treatment Facility (ITF) oleh Jakpro dengan Fortum Finlandia (kapasitas ton) Jawa Barat Pengelolaan oleh Pemprov Jawa Barat atas sampah di TPPAS Legok Nangka dari Kota Bandung, Cimahi, Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Kab. Sumedang & Kab. Garut Total sampah: ton per hari. Pengenaan Tipping Fee Rp per ton tahun 2017 Sampah diolah menjadi refused derived fuel (RDF) à sebagai pengganh Batubara untuk pembangkit listrik pada industri semen. Sarbagita Pengelolaan sampah bersama di TPA Suwung antara Pemkot Denpasar, Pemkab Badung, Pemkab Gianyar, dan Pemkab Tabanan (Sarbagita) Total sampah: 800 ton per hari Pengelolaan sampah dengan sanitary landfill sejak 2004, namun terhenh mulai 3 April 2016 terkait dengan status lahan Kab. Badung (Nusa Dua), Kota Denpasar menjadi tuan rumah AM IMF WB Oktober 2018 Kota Tangerang Sampah Kota Tangerang dikelola oleh Pemkot Tangerang di TPA Rawa Kucing Total sampah per hari ton. Pengelolaan sampah menjadi energi direncanakan menggunakan teknologi insinerator dengan pola KPBU 5
6 REGULASI FEED IN TARIFF PLTSA NO REGULASI HARGA PEMBELIAN (FiT) KAPASITAS TEKNOLOGI 1. Permen ESDM 19/ Juli 2013, PLTSa, Mencabut Permen ESDM 4/ Permen ESDM 44/2015, 31 Desember 2015, PLTSa, Mencabut Permen ESDM 19/ Perpres 3/2016, 8 Januari 2016, Proyek Srategis Nasional (PSN) Rp1.250 / kwh Rp1.798 / kwh Rp1.250 / kwh Rp1.598 / kwh USD 18,77 / kwh USD 22,43 / kwh USD 16,55 / kwh USD 20,16 / kwh 10 MW 10 MW 20 MW 20 MW TM TR TM TR TT, TM TR TT, TM TR Zero Waste Sanitary Landfill Thermochemical Sanitary Landfill & Anaerob DigesHon Pembangunan PLTSa Semarang, Makassar, Tangerang = 3 Kota 4. Perpres 18/2016, 13 Feb 2016, PLTSa, dicabut dengan Keputusan MA 27 P/HUM/ Nov Permen ESDM 12/2017, 27 Jan 2017 EBT 6. Perpres 58/2017, 15 Juni 2017, PSN Perubahan Perpres 3/ Permen ESDM 50/2017, 7 Agustus 2017, EBT Mencabut Permen ESDM 12/2017 Permen ESDM 44/2015 Harga patokan pembelian TL paling Hnggi sebesar BPP setempat, kec PLTSa Percepatan Harga patokan pembelian TL paling Hnggi sebesar BPP setempat, kec PLTSa Percepatan Gasifikasi, Incinerator, Pyrolysis Sanitary Landfill, Anaerob DigesHon & Thermochemical Percepatan Pembangunan PLTSa Jakarta, Tangerang, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar = 8 Kota. Sanitary Landfill, Anaerob DigesHon & Thermochemical Permen ESDM 50/2017, Pasal 22: Pada saat Permen ini berlaku, thd pembelian TL dari PLTSa untuk program percepatan pembangunan PLTSa, ketentuan mengenai pelaksanaan pembelian dan harga tenaga listrik sesuai dengan ketentuan BADAN KEBIJAKAN yang diatur FISKAL dalam - KEMENTERIAN peraturan KEUANGAN perundang-undangan RI sebelum Permen ini diundangkan FiT yang berlaku untuk PLTSa 8 Kota : USD c 18,77 / kwh (Permen ESDM 44/2015) 6
7 PROYEK PROYEK STRATEGIS NASIONAL (PSN) DAPAT MENGGUNAKAN BERBAGAI FASILITAS & KEISTIMEWAAN SESUAI PERPRES 58/2017 (PERUBAHAN PERPRES 3/2016) 11. Percepatan Proyek non Anggaran Pemerintah 12. Penetapan Proyek Strategis Nasional 1. Penyelesaian Perizinan & Non Perizinan 37 Proyek Prioritas dari 245 PSN Energi Asal Sampah 37. Energi asal sampah di 8 kota (Jakarta, Tangerang, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, Denpasar, Makassar) 10. Penyelesaian Permasalahan Hukum 9. Percepatan Pengadaan Barang dan Jasa 8. Penyelesaian Permasalahan dan Hambatan 7. Penugasan BUMN Fasilitas Perpres No. 58/ Pemantauan Proyek oleh Sistem TI KPPIP 2. Pengaturan Tata Ruang 3. Percepatan Penyediaan Tanah 4. Pengutamaan Komponen Dalam Negeri 5. Pemberian Jaminan Pemerintah Seluruh fasilitas dalam i Perpres No. 58/2017 tentang Percepatan Pelaksanaan PSN dapat dimanfaatkan untuk memudahkan pelaksanaan pembangunan infrastruktur Jalan Tol 1. Jalan Tol Balikpapan - Samarinda 2. Jalan Tol Manado - Bitung 3. Jalan Tol Panimbang - Serang 4. Jalan Tol Trans Sumatera (8+7 ruas) 5. Jalan Tol Probolinggo - Studi Banyuwangi IFC, Jalan Tol Yogyakarta - WtE Tangerang Bawen IRR = 12% Assump`ons of the installed capacity = MW 1. Scen. FiT = c/kwh VGF = 0 2. Scen. FiT = c/kwh VGF (33%) = USD 38 Mil 3. Scen. FiT = c/kwh VGF (49%) = USD 57 Mil WtE Makassar IRR = 12% Assump`ons of the installed capacity = MW 1. Scen. FiT = c/kwh 2. Scen. FiT = c/kwh 3. Scen. FiT = c/kwh Perkeretaapian 7. Kereta Api Ekspres SHIA 8. MRT Jakarta Jalur Utara- Selatan 9. Kereta Api Makassar Pare-pare 10. LRT Terintegrasi di Wilayah Jabodebek 11. LRT di Provinsi Sumatera Selatan 12. KA Kalimantan Timur 13. Perkeretaapian Umum DKI Jakarta Tipping Fees (IDR/Ton) VGF = 0 VGF (33%) = USD 34 Mil VGF (49%) = USD 50 Mil Tipping Fees (IDR/Ton)
8 TPA BENOWO TPA PUTRI CEMPO No Uraian TPA Benowo TPA Putri Cempo 1. Investasi (USD Juta) 54,18 50,38 2. Kapasitas (MW) 9 11,9 3. BOT (Tahun) Kontrak PPA Teknologi Thermochemical Gasifikasi 5. Volume Sampah (ton per hari) Tipping Fee Tahun 2018 (Rp/ton) IRR (%) 13,19 14,1 8. PBP (tahun) 8,3 6,8 9. FiT (USD cents / kwh) 18,77 18, BPP PLN (USD cents / kwh) 6,52 6, Subsidi Listrik (USD cents / kwh) 12,25 12,23 Pemilihan teknologi akan mempengaruhi ada Hdaknya TF Pemilihan teknologi juga mempengaruhi volume Hmbulan sampah yang diolah Pemilihan teknologi mempengaruhi besarnya dukungan Pemerintah (APBN) Pembangunan PLTSa dengan teknologi gasifikasi memberi keuntungan yang besar kepada investor (IRR & PBP) PLTSa di TPA Benowo dan TPA Putri Cempo sama-sama dalam proses kontruksi. Sumber: Hasil survei BKF, 2017 Subsidi Listrik TPA Benowo SL 1,65 MW 2016: Rp2,89 M 2017 s.d. Agustus : Rp1,81 M Harga Beli PLN: USD ɇ 18,77 (Rp2.533) / kwh BPP : Rp1.036 / kwh Subsidi Listrik TPA Benowo THERMOCHEMICAL 9 MW Subsidi Listrik 2019 à 10 Kota : Rp973,6 M untuk 100 MW 2018: Rp94,47 M Harga Beli PLN: USD ɇ 18,77 (Rp2.533) / kwh BPP : Rp1.036 / kwh 8
9 MINYAK JELANTAH 9
10 ISU-ISU MINYAK JELANTAH Minyak jelantah limbah berbahaya jika dikonsumsi à mengandung zatzat yg dlm jangka panjang menimbulkan penyakit degenerahve seperh kanker, dan penyempitan pembuluh darah. PeneliHan bersama UI dan IPB menemukan zat kandungan asam, peroksida, lemak bebas dan lemak trans. Penggunaan berulang menyebabkan aksidasi asam lemak tak jenuh. Hingga kini belum ada teknologi yang dapat memulihkan sifat kimia jelantah setara dengan minyak goreng murni. Sementara itu, kehka minyak jelantah dibuang ke lingkungan (umumnya ke saluran pembuangan air dan tanah) maka akan mencemari lingkungan sekitar, termasuk biota laut sebagai tempat akhir buangan dari sungai. 10
11 INDIKATOR DAMPAK KESEHATAN (1) MENURUT PROVINSI,
12 INDIAKTOR DAMPAK KESEHATAN (2) MENURUT PROVINSI,
13 POTENSI PEMANFAATAN MINYAK JELANTAH WILAYAH Sumber Minyak Jelantah Pengelolaan Minyak Jelantah di Daerah Tantangan Pengelolaan Minyak Jelantah KEBIJAKAN Sektor komersial (Industri perhotelan, industri kuliner a.l. restoran modern/ tradisional, fast food) Sektor sosial (rumah sakit, sekolah) Sektor rumah tangga Pengolahan jelantah menjadi biodiesel (DKI Jakarta, Denpasar, Bogor, Yogyakarta) Biodiesel digunakan untuk bahan bakar Trans Pakuan di Bogor Bahan bakar mesin pabrik di Yogyakarta. Minyak jelantah memiliki nilai ekonomi, untuk pengolahan kembali dan ekspor 13
14 SIAPA YANG DAPAT DIKENAKAN Sektor komersial terdiri dari Hotel ( bintang 5/4/3), Restoran (tradisional/modern) serta Fast Food (KFC/ Mc Donald/TFC/CFC) Sektor sosial terdiri atas sekolah (SD/SMP/SMA/PT) dan Rumah Sakit (negeri/swasta) Selama ini pihak-pihak tersebut Hdak menolak menyerahkan minyak jelantahnya karena menyimpan under ground economy yg bernilai à diatur dgn Perwalikota INSENTIF & DISINSENTIF Pihak-pihak yang wajib menyerahkan minyak jelantahnya dapat diberikan mekanisme insenhf dan dis-insenhf pajak daerah à isu potensi penurunan PAD Bagi hotel dan restoran yg menyerahkan akan mendapatkan diskon pajak hotel dan restoran Sementara hotel dan restoran yang tdk menyerahkan akan mendapatkan tarif awal atau justru dikenakan tarif yang lebih mahal Hasil pengolahan biodiesel wajib digunakan untuk armada Pemda (mobil jemputan, mobil truk sampah) à menghemat belanja operasional APBD à menambal potensi penurunan PAD Jika Hdak berkenan dapat dilewatkan transmisi pengajuan perpanjangan usaha 14
15 PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Daerah, Dinas Perindustrian Daerah, Bappeda dan DPKAD Hotel, restoran, rumah sakit dan sekolah (pengumpul minyak jelantah à ekonomi biaya Hnggi) PT Pertamina Wilayah yang akan mengolah minyak jelantah menjadi biodieselà alternahf lainnya merupakan kg CSR PT Pertamina BUMD/BLUD sebagai enhtas berbadan hukum yg akan mengelola kg ini selanjutnya à tumbuhnya industri baru di daerah SETTING KEBIJAKAN PUBLIK ISU UTAMA à kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, pemanfaatan energi (RUED), industrialisasi sebagai potensi PAD REGULASI à perlu kehadiran pemerintah melalui regulasi yang dihasilkan apakah Perbup/Perwal untuk memaksa sumber-sumber penghasil jelantah menyerahkan minyak jelantahnya BISNIS PROSES à terkait dengan pola pengelolaan industri hasil pemanfaatan minyak jelantah, memanfaatkan pola sinergi pem-publik (CSO, bank sampah/bank jelantah), ke depannya dikelola dalam format BUMD/BLUD INSENTIF-DISINSENTIFà insenhf dapat dikaitkan dengan fiskal daerah (diskon pajak hotel resto) atau non fiskal daerah (dikaitkan dengan perpanjangan ijin usaha) 15
16 TANTANGAN PENGELOLAAN SAMPAH & MINYAK JELANTAH Mendorong pembangunan PLTSa, Biodiesel dan penurunan emisi TARGET EBT 25% (45 GW) TAHUN 2025 Pendapatan Negara Transfer ke Daerah Insentif Fiskal DAK Non Fisik untuk TF Mengurangi pendapatan negara Pengelolaan Asset dan SDA Belanja Pemerintah Pusat Penguatan Belanja ProdukHf EBT Peningkatan penyerapan Pembiayaan Penjaminan dan Pembiayaan melalui VGF Menimbulkan ketidakadilan bagi daerah lain KEMENTERIAN KEUANGAN RI Sanitary Landfill banyak yang mangkrak Subsidi tepat sasaran dan mengendalikan mandatory spending Komitmen Indonesia penurunan GRK 29% 2030 (314 Juta Ton CO 2 ) Sampai saat ini belum ada yang memanfaatkan KPBU dengan VGF untuk PLTSa
17 PEMBERIAN BANTUAN TIPPING FEE, SUBSIDI LISTRIK, & INSENTIF FISKAL UNTUK PERCEPATAN PEMBANGUNAN PLTSA 10 KOTA DI INDONESIA T I P P I N G F E E Alokasi TF di APBD Kota minimal 50% dari TF / ton Alokasi TF di APBD Provinsi minimal 25% dari TF / ton Bantuan APBN DAK Non Fisik maksimal 25% TF / ton Subsidi Listrik Insentif Fiskal & Non Fiskal 17
18 KESIMPULAN SAMPAH-MINYAK JELANTAH : LINGKUNGAN KESEHATAN ENERGI à BERKAH ENERGI SAMPAH MINYAK JELANTA H LINGKUNGAN KESEHATAN SAMPAH PENGELOLAAN LINGKUNGAN ISU KESEHATAN ENERGI BERKAH 18
19 KEMENTERIAN KEUANGAN Terima Kasih 19
Proyek KPBU TPPAS Regional Legok Nangka Provinsi Jawa Barat
Proyek KPBU TPPAS Regional Legok Nangka Provinsi Jawa Barat Denpasar, 24 Agustus 2017 1 Gambaran Umum Proyek PJPK : Gubernur Provinsi Jawa Barat Ruang Lingkup KPBU: Pengelolaan sampah padat perkotaan sejumlah
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 1 Outline paparan I. Potensi
Lebih terperinciSampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya
Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya Di Indonesia saat ini sampah kota yang disebut sebagai municipal solid waste atau MSW masih belum diolah secara Terpadu. Standar
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Go Green DJEBTKE 1
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI 1 1 FUEL GAS ELECTRICITY OUTLINE I. LATAR BELAKANG II. KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH III. POTENSI
Lebih terperinci2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 12 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyiapan Infrastrukt
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1228, 2017 KEMENKO-PEREKONOMIAN. Percepatan Penyiapan Infrastruktur Prioritas. Perubahan. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA DALAM MENDUKUNG INDONESIA BEBAS SAMPAH MEKANISME DAN LINGKUP PENGADAAN
OVERVIEW KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA DALAM MENDUKUNG INDONESIA BEBAS SAMPAH 2020 Disampaikan Oleh Robin A. Suryo Deputi Pengembangan Strategi dan Kebijakan OVERVIEW 1. Konsep Pengelolaan Persampahan
Lebih terperinciKerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur PLTSa RAWA KUCING
Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur PLTSa RAWA KUCING 24 Januari 2017 Daftar Isi 1. Latar Belakang Penjajakan Minat Pasar 2. Tahap
Lebih terperinciDisampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan Direktorat
Lebih terperinciBERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
No.127, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG HARGA PEMBELIAN TENAGA LISTRIK OLEH PT PLN (PERSERO) DARI PEMBANGKIT
Lebih terperinciEFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah
EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi
Lebih terperinciPERENCANAAN URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERENCANAAN URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2013 2017 DISAMPAIKAN OLEH Dr. Ir. YURIANTO, MA.M.Sc BAPPEDA PROVINSI DKI JAKARTA YOGYAKARTA, 13 AGUSTUS
Lebih terperinciRISALAH RAPAT. Pembahasan tindak lanjut RATAS PSN di Provinsi Kalimantan Timur
RISALAH RAPAT Hari/Tanggal : Kamis/15 Juni 2017 Waktu : 13.30 15.00 WIB Tempat : KPPIP Perihal : Rapat Tindak Lanjut Rapat Terbatas (RATAS) Proyek Strategis Nasional (PSN) di Kalimantan Timur Peserta :
Lebih terperinciMateri Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya
Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya Bandung, 3 Agustus 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan Nasional
Lebih terperinciInsentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan
Focus Group Discussion Pendanaan Energi Berkelanjutan Di Indonesia Jakarta, 20 Juni 2013 Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI REGULASI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI ANGIN Disampaikan oleh Abdi Dharma Saragih Kasubdit
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK BERBASIS SAMPAH DI PROVINSI DKI JAKARTA, KOTA TANGERANG, KOTA BANDUNG, KOTA SEMARANG, KOTA SURAKARTA,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK BERBASIS SAMPAH DI PROVINSI DKI JAKARTA, KOTA TANGERANG, KOTA BANDUNG, KOTA SEMARANG, KOTA SURAKARTA,
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DI PROVINSI JAMBI DR. EVI FRIMAWATY
Zumi Zola Zulkifli Gubernur Jambi JAMBI TUNTAS 2020 PEMANFAATAN LIMBAH SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DI PROVINSI JAMBI DR. EVI FRIMAWATY PROVINSI JAMBI TERLETAK DI BAGIAN TENGAH PULAU SUMATERA GAMBARAN
Lebih terperinciDEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL
RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL Dasar Hukum RUEN UU No. 30/2007 Energi UU No.22/2001 Minyak dan Gas Bumi UU No.30/2009 Ketenagalistrikan PP No. 79/2014 Kebijakan Energi Nasional Perbaikan bauran
Lebih terperinciPERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL
PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL Diskusi Panel National Integration of the Centre of Excellence Jakarta, 8 Oktober 2015 1 Daftar Isi 1. Membangun Kedaulatan
Lebih terperinciKonsep Bisnis dan Asumsi asumsi Dasar dalam Proyek Pengelolaan Sampah Kota dengan Skema Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (PPP) Bogor, 26 May 2016
Konsep Bisnis dan Asumsi asumsi Dasar dalam Proyek Pengelolaan Sampah Kota dengan Skema Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (PPP) Bogor, 26 May 2016 1 Mengapa Energi dari Sampah Siapa yang ingin memiliki
Lebih terperinciNational Summit 2009
National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 29 30 Oktober 2009 Percepatan Pembangunan Infrastruktur 2009 2014 Komisi Infrastruktur KADIN INDONESIA 1 KERANGKA PEMIKIRAN Peraturan PERUNDANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota dari Indonesia dengan luas daratan 661,52 km 2 dan tersebar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta adalah ibukota dari Indonesia dengan luas daratan 661,52 km 2 dan tersebar ±110 pulau di wilayah Kepulauan Seribu. Jakarta dipadati oleh 8.962.000 jiwa (Jakarta
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL
VISI: Terwujudnya pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan
Lebih terperinciSinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025
Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025 Disajikan oleh: Roy Bandoro Swandaru A. Pendahuluan Pemerintah telah berkomitmen
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010
RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010 Pertemuan Tahunan Pengelolaan Energi Nasional merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Pusat Data dan Informasi Energi dan
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015
Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Yth. : Para Pimpinan Redaksi dan hadirin yang hormati;
Lebih terperinciNational Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Oktober Percepatan Pembangunan Infrastruktur
National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 29 30 Oktober 2009 Percepatan Pembangunan Infrastruktur 2009-2014 Komisi Infrastruktur KADIN INDONESIA Kerangka Pemikiran Peraturan PERUNDANGAN KONDISI
Lebih terperinciMATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin)
LAMPIRAN II MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin) Isu Pokok Output yang Diharapkan Program Aksi Kerangka waktu Jaminan pasokan energi Terjaminnya pasokan
Lebih terperinciBahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN
Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Dalam Acara Rapat Kerja Nasional Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional Tahun 2015 Jakarta, 5 November 2015 INTEGRASI TATA RUANG DAN NAWACITA meningkatkan
Lebih terperinciKERJASAMA PEMERINTAH SWASTA. Rencana Proyek Infrastruktur di Indonesia BUKU PPP 2011 PROYEK SIAP UNTUK DITAWARKAN. Angkutan Udara
KERJASAMA PEMERINTAH SWASTA Rencana Proyek Infrastruktur di Indonesia BUKU PPP 2011 PROYEK SIAP UNTUK DITAWARKAN Angkutan Udara 1. Bandara Banten Selatan, Pandeglang, Banten Angkutan Laut 1. Perluasan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW.
Selasa, 1 MARET KATA PENGANTAR Klipping Media Massa adalah kumpulan guntingan berita yang kami sajikan secara rutin. Guntingan berita ini kami seleksi dari berita yang muncul di media cetak. Adapun tema
Lebih terperinciAlternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah Jakarta, 26 Oktober 2017 Outline o Kebutuhan Pembiayaan
Lebih terperinciPENURUNAN TARIF LISTRIK SEBAgAI DAmPAK TURUNNyA. David Firnando Silalahi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
PENURUNAN TARIF LISTRIK SEBAgAI DAmPAK TURUNNyA harga minyak DUNIA David Firnando Silalahi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan davidf_silalahi@djk.esdm.go.id SARI Kecenderungan penurunan harga minyak
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE UNTUK MEMENUHI TARGET KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE UNTUK MEMENUHI TARGET KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Direktur Jenderal EBTKE Rida Mulyana Panel Discussion Time To Act : Accelerate The Implementation Of Renewable
Lebih terperinciLAMPIRAN II: MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN. Isu Pokok Output yang Diharapkan Program Aksi Kerangka waktu. Jaminan pasokan energi
LAMPIRAN II: MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN Isu Pokok Output yang Diharapkan Program Aksi Kerangka waktu Jaminan pasokan energi Terjaminnya pasokan batubara Diversifikasi energi dengan meningkatkan
Lebih terperinciDisampaikan pada Seminar Membuka Sumbatan Investasi Efisiensi Energi di Indonesia: Tantangan dan Peluang Kebijakan dan Regulasi
Disampaikan pada Seminar Membuka Sumbatan Investasi Efisiensi Energi di Indonesia: Tantangan dan Peluang Kebijakan dan Regulasi Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral, Badan Kebijakan
Lebih terperinciPERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBANGUNAN ENERGI
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBANGUNAN ENERGI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Temu Konsultasi Triwulanan I - 2017 Bappenas dengan Bappeda Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sekarang ini sudah menjadi penarik tersendiri bagi penduduk luar Kota Yogyakarta dengan adanya segala perkembangan di dalamnya. Keadaan tersebut memberikan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW. Hormat kami. Tim penyusun
Sabtu Minggu Senin, 5-7 November KATA PENGANTAR Klipping Media Massa adalah kumpulan guntingan berita yang kami sajikan secara rutin. Guntingan berita ini kami seleksi dari berita yang muncul di media
Lebih terperinciOPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA
OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA Prof. Indra Bastian, MBA, Ph.D, CA, CMA, Mediator PSE-UGM Yogyakarta,25 Agustus 2014 PRODUK GAS 1. Gas alam kondensat 2. Sulfur 3. Etana 4. Gas alam cair (NGL): propana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.2 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian TPA Sumur Batu, Bantar Gebang, Kota Bekasi adalah TPA milik Kota Bekasi yang terletak di sebelah tenggara Kota Bekasi dan berdekatan dengan TPA Bantar
Lebih terperinciDRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI. Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013
DRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013 OUTLINE Kendala dan Tantangan Pembangunan Perhubungan Darat Peningkatan Sinergitas,
Lebih terperinciRENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA
RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA 1 OUTLINE 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Pendekatan dan
Lebih terperinciSTRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL
STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL SEMINAR OPTIMALISASI PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN MENUJU KETAHANAN ENERGI YANG BERKELANJUTAN Oleh: DR. Sonny Keraf BANDUNG, MEI 2016 KETAHANAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan
BAB I - PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan berkelanjutan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penggunaan energi listrik terus mengalami pertambahan seiring dengan kemajuan teknologi dan kesejahteraan masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan listrik
Lebih terperinciVisi : Semarang Kota Perdagangan dan Jasa yang Hebat Menuju Masyarakat Semakin Sejahtera. Luas Kota Semarang 373,7 Km2 16 Kecamatan 177 Kelurahan
4 JULI 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SEMARANG TAHUN 2017 Pengelolaan TPA jatibarang DI KOTA SEMARANG Luas Kota Semarang 373,7 Km2 16 Kecamatan 177 Kelurahan Visi : Semarang Kota Perdagangan dan Jasa
Lebih terperinciKPBU PENGELOLAAN SAMPAH DAN PENGOLAHAN SAMPAH MENJADI ENERGI LISTRIK
KPBU PENGELOLAAN SAMPAH DAN PENGOLAHAN SAMPAH MENJADI ENERGI LISTRIK 1 Pengelolaan Akhir Sampah untuk Meningkatkan Kualitas Lingkungan dan Menjadikan Sampah sebagai Sumber Energi Listrik Baru & Terbarukan
Lebih terperinciBAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI
BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI Waste-to-energy (WTE) merupakan konsep pemanfaatan sampah menjadi sumber energi. Teknologi WTE itu sendiri sudah dikenal di dunia sejak
Lebih terperinciBAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan
Lebih terperinciMateri Paparan Menteri ESDM
Materi Paparan Menteri ESDM Rapat Koordinasi Infrastruktur Ketenagalistrikan Jakarta, 30 Maret 2015 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan
Lebih terperinciIr. Eddon M. Moenif, MT Inspektur Ketenagalistrikan Distamben - Riau
KEBIJAKAN ENERGI BARU-TERBARUKAN POTENSI, PENGEMBANGAN DAN TARGET IMPLEMENTASI ENERGI TERBARUKAN DI PROPINSI RIAU (Kebijakan Potensi - Investasi Teknologi) Ir. Eddon M. Moenif, MT Inspektur Ketenagalistrikan
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada Indonesia Energy Roadmap 2017-2025 Jakarta, 25 Januari 2017 1 1 Daftar Isi I.
Lebih terperinciOLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011
KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN 2011 DAN 2012 OLEH : ENDAH
Lebih terperinciTUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S
TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH NAMA : PUTRI MERIYEN BUDI S NIM : 12013048 JURUSAN : TEKNIK GEOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA
Lebih terperinciRencana Kegiatan Pembinaan Penyusunan RUED
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Rencana Kegiatan Pembinaan Penyusunan RUED Workshop Nasional Kick Off Penyusunan RUED 13 Maret 2017 1 1 Landasan Perencanaan Energi Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat di Indonesia, terlebih di Bali, yang tidak memiliki sumber energi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik sangat dibutuhkan oleh penduduk dunia begitu juga oleh rakyat di Indonesia, terlebih di Bali, yang tidak memiliki sumber energi yang cukup untuk memenuhi
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan energi yang hampir tidak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan manusia pada saat ini adalah kebutuhan energi listrik. Banyak masyarakat aktifitasnya
Lebih terperinciKekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012
Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012 Kebutuhan energi dunia terus mengalami peningkatan. Menurut proyeksi Badan Energi Dunia (International Energy Agency-IEA), hingga tahun
Lebih terperinciSOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK
SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK OLEH : SATYA W YUDHA Anggota komisi VII DPR RI LANDASAN PEMIKIRAN REVISI UU MIGAS Landasan filosofis: Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam
Lebih terperinciFAQ. bahasa indonesia
FAQ bahasa indonesia Q: Apa itu PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) A: PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), atau PT PII, adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk dan berada
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN DAN KEBERPIHAKAN UNTUK MENGATASI KETIMPANGAN. 23 Oktober 2017
PEMBERDAYAAN DAN KEBERPIHAKAN UNTUK MENGATASI KETIMPANGAN 23 Oktober 2017 1 Minyak Solar 48 (Gas oil) Bensin (Gasoline) min.ron 88 Rp.7 Ribu Rp.100 Ribu 59 2 Progress dan Roadmap BBM Satu Harga Kronologis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerjasama antar pemerintah daerah merupakan suatu isu yang perlu diperhatikan saat ini, mengingat perannya dalam menentukan perekonomian lokal maupun nasional. Hal
Lebih terperinciBAB 4 Rencana Anggaran Pembangunan Sanitasi
BAB 4 Rencana Pembangunan Sanitasi Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai
Lebih terperinciPOKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No. 19 Tahun 2017) Direktur Pembinaan
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK AGENDA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI DALAM RANGKA KETAHANAN ENERGI NASIONAL
LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK AGENDA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI DALAM RANGKA KETAHANAN ENERGI NASIONAL Oleh: Hariyadi, SIP., MPP Ari Mulianta Ginting, SE., M.SE
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan kota. Angka pertumbuhan penduduk dan pembangunan kota yang semakin meningkat secara
Lebih terperinciDEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014
OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 23 DESEMBER 2014 METODOLOGI 1 ASUMSI DASAR Periode proyeksi 2013 2050 dimana tahun 2013 digunakan sebagai tahun dasar. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Penelitian ini menyajikan pengamatan di 1 bh lokasi PLTP yaitu PLTP
179 BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan. Penelitian ini menyajikan pengamatan di 1 bh lokasi PLTP yaitu PLTP Gunung Salak dan meneliti kebijakan panas bumi di kementrian ESDM, PT PLN dan Pertamina Geothermal
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009
INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan
Lebih terperinciOleh Asclepias R. S. Indriyanto Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. Disampaikan pada Forum Diskusi Sore Hari LPEM UI 5 Agustus 2010
Kebijakan Energi dan Implementasinya Tinjauan dari Sisii Ketahanan Energi Oleh Asclepias R. S. Indriyanto Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi Disampaikan pada Forum Diskusi Sore Hari LPEM UI 5 Agustus
Lebih terperinciImplementasi Perpres 67/2005 di Daerah
DIREKTORAT PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA, DEPUTI BIDANG SARANA DAN PRASARANA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Implementasi Perpres 67/2005 di Daerah Jakarta, 26 November 2007 Outline
Lebih terperinciMENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 04 TAHUN 2012
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 04 TAHUN 2012 TENTANG HARGA PEMBELIAN TENAGA LISTRIK OLEH PT PLN (PERSERO)
Lebih terperinciPROPOSAL. PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw. Waste to Energy Commercial Aplications
PROPOSAL PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw Waste to Energy Commercial Aplications PT. ARTECH Jalan Raya Narogong KM 9.3 Bekasi HP.0811815750 FAX.8250028 www.artech.co.id Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern saat ini tidak bisa dilepaskan dari energi listrik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kebutuhan tenaga listrik dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa energi listrik memiliki peran yang strategis dalam mendukung kehidupan
Lebih terperinciPOTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN Maritje Hutapea Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan
Lebih terperinciCoffee Morning dengan Para Pemangku Kepentingan Sektor Ketenagalistrikan
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN () Coffee Morning dengan Para Pemangku Kepentingan Sektor Ketenagalistrikan Ruang Samaun Samadikun Lt.
Lebih terperinciRencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi
Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi disampaikan pada Forum Sinkronisasi Perencanaan Strategis 2015-2019 Dalam Rangka Pencapaian Sasaran Kebijakan Energi Nasional Yogyakarta, 13 Agustus 2015
Lebih terperinciMEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL Oleh: Kardaya Warnika Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi
Lebih terperinciPembangunan Infrastruktur peranan sektor swasta
Pembangunan Infrastruktur peranan sektor swasta Jalan Trisakti Trisakti 1: Berdaulat dalam politik Mengedepankan identitas Indonesia sebagai negara kepulauan dalam pelaksanaan diplomasi dan membangun kerjasama
Lebih terperinciEFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH
EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH Abstrak Dalam meningkatkan rasio elektrifikasi nasional, PLN telah melakukan banyak upaya untuk mencapai target yang
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI BERDASARKAN UU NO. 21 TAHUN 2014 TENTANG PANAS BUMI SEBAGAI PILIHAN TEKNOKRATIK
IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI BERDASARKAN UU NO. 21 TAHUN 2014 TENTANG PANAS BUMI SEBAGAI PILIHAN TEKNOKRATIK (Laporan Penelitian Individu 2016) Oleh Hariyadi BIDANG EKONOMI DAN
Lebih terperinciPEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM
REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM Bahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2015- Infrastructure: Executing The Plan KEMENTERIAN ENERGI
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PENYIAPAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS
Lebih terperinciMATERI DIALOG INTERAKTIF BPLHD PROVINSI DKI JAKARTA PADA ACARA PAMERAN PEKAN LINGKUNGAN HIDUP 2013 TOPIK : MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
MATERI DIALOG INTERAKTIF BPLHD PROVINSI DKI JAKARTA PADA ACARA PAMERAN PEKAN LINGKUNGAN HIDUP 2013 TOPIK : MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM 1. Gas Rumah Kaca (GRK) adalah komponen-komponen berfasa
Lebih terperinci5 ASPEK PENGELOLAAN SAMPAH
PARADIGMA PENGELOLAAN SAMPAH DI INDONESIA 5 ASPEK PENGELOLAAN SAMPAH Ir. Sri Bebassari, M.Si. Indonesia Solid Waste Association (InSWA) PUSAT PENGEMBANGAN RISET SAMPAH INDONESIA ( PERISAI) 1 2 5 ASPEK
Lebih terperinciANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL
ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL Biro Riset BUMN Center LM FEUI Meningkatnya beban subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) belakangan ini membuat pemerintah berupaya menekan subsidi melalui penggunaan energi alternatif,
Lebih terperinci2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN PROGRAM KONSERVASI ENERGI Yogyakarta, 13 Juli 2017
KEBIJAKAN DAN PROGRAM KONSERVASI ENERGI Yogyakarta, 13 Juli 2017 DAFTAR ISI I LATAR BELAKANG II KEBIJAKAN DAN PROGRAM KONSERVASI ENERGI NASIONAL III KAMPANYE HEMAT ENERGI I MENGAPA HEMAT ENERGI? KEBUTUHAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW. Hormat kami. Tim penyusun
RABU, 20 JUNI KATA PENGANTAR Klipping Media Massa adalah kumpulan guntingan berita yang kami sajikan secara rutin. Guntingan berita ini kami seleksi dari berita yang muncul di media cetak. Adapun tema
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota dapat menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan. Salah satu efek negatif tersebut adalah masalah lingkungan hidup yang disebabkan
Lebih terperinciJAKARTA INVESTOR DAILY (18/11/2014) : Pemerintah dalam lima t
JAKARTA INVESTOR DAILY (18/11/2014) : Pemerintah dalam lima t ahun mendatang (2015-2019) mencanangkan pembangunan jalan tol sepanjang 1.000 km, jalan baru 2.650 km, dan pemeliharaan jalan 46.770 km. Pembangunan
Lebih terperincil. PENDAHULUAN Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau
l. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil aktivitas kehidupan manusia baik individu maupun kelompok maupun proses-proses alam yang
Lebih terperinciProf. Dr. Singgih Riphat
REPUBLIK INDONESIA Kementerian Keuangan POTENSI PENDANAAN UNTUK MENDUKUNG KEGIATAN REDD+ Prof. Dr. Singgih Riphat Bogor, 21 Desember 2011 LatarBelakang Kemenkeu sebagai Bendahara Negara dan Otoritas Fiskal
Lebih terperinci