PROSES BAKAUA ADAT DI NAGARI LALAN KECAMATAN LUBUK TAROK KABUPATEN SIJUNJUNG ARTIKEL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSES BAKAUA ADAT DI NAGARI LALAN KECAMATAN LUBUK TAROK KABUPATEN SIJUNJUNG ARTIKEL"

Transkripsi

1 PROSES BAKAUA ADAT DI NAGARI LALAN KECAMATAN LUBUK TAROK KABUPATEN SIJUNJUNG ARTIKEL Oleh RIAN YUNIARTI NPM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2 HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH PROSES BAKAUA ADAT DI NAGARI LALAN KECAMATAN LUBUK TAROK KABUPATEN SIJUNJUNG NAMA : RIAN YUNIARTI NPM : PROGRAM STUDI : Pendidikan Sosiologi INSTITUSI : SEKOLAH TINGGI KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT Padang, Maret 2015 Disetujui Oleh: Pembimbing I Pembimbing II ( Dr. Zainal Arifin, M.Hum) (Firdaus, M.Si) 2 i

3 1 PROSES BAKAUA ADAT DI NAGARI LALAN KECAMATAN LUBUK TAROK KABUPATEN SIJUNJUNG 1 Rian Yuniarti 2 Dr. Zainal Arifin, M.Hum 3 Firdaus, M.Si Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Manusia adalah mahluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia tidak akan bisa hidup tanpa orang lain. Dalam adat-istiadat tersebut juga terdapat berbagai tradisi yang dijalankan oleh masyarakat. Tradisi merupakan gambaran sikap dan prilaku manusia yang telah berproses dalam waktu yang lama dan dilaksanakan secara turun-temurun dari nenek moyang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses bakaua adat di Nagari Lalan Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung. Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. subjek penelitian ini melalui purposive Sampling data dikumpulkan melalui 1)wawancara 2)observasi. Informan dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat. masayarakat yang bertempat tinggal dinagari Lalan. Hasil penelitian menunjunkkan bahwa proses bakaua adat adalah (1).Penentuan hari untuk pelaksanaan bakaua adat, (a) mufakat yang pertama, (b) mufakat kedua, (c) mufakat ketiga (d) mufakat keempat, (2) Persiapan pelaksanaan bakaua adat, (a) membuat undangan, (b) gotong-royong, (c) malam jago-jago, (d) menyembelih kerbau, (e) acara memasak (3) Pelaksanaan bakaua adat, (4) Acara Hiburan, (5) Acara Penutup. Kata Kunci : Proses bakaua ada 1 Student Education Program sosiologi STKIP PGRI West Sumatra Force Supervisor I and Lecturer STKIP PGRI West Sumatra 3 Supervisor II and Lecturer STKIP PGRI West Sumatra 1

4 2 THE PROSES OF BAKAUA TRADITION AT LALAN VILLAGE, KEC.LUBUK TAROK, KAB.SIJUNJUNG 1 Rian Yuniarti 2 Zainal Arifin 3 Firdaus Sosisologi Education Program STKIP PGRI West Sumatera ABSTRACT Human is social poeple who always communicate with other people to get their desire, people can not live without other people. There are kinds of tradition which is done by society. Tradition is figure of society s attitude in long time who are done regulation from old grandmother. The purpose of this research is to know Bakaua tradition at Lalan village,kec.lubuk Tarok, Kab.Sijunjung. This research uses qualitative research, design. The research uses purposive sampling to collect the data by doing 1) interview and 2) observation. Informant in this research is the head of society who are at Lalan village. Result of this research explains that there are process of Bakaua tradition such as 1)Know the days to do Bakaua tradition, (a) First speaking, (b) second speaking, (c) Third speaking, (d) Fourth speaking. (2) prepare to do Bakaua tradition, (a) Make invitation letter, (b) Working together, (c) Night care, (d) Cut buffalo, (e) cook. (3) Do Bakaua tradition, (4) Party, (5) Last party. Key word : Process of Bakaua Tradition 1 Student Education Program sosiologi STKIP PGRI West Sumatra Force Supervisor I and Lecturer STKIP PGRI West Sumatra 3 Supervisor II and Lecturer STKIP PGRI West Sumatra

5 4 PENDAHULUAN Manusia adalah mahluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia tidak akan bisa hidup tanpa orang lain. Jadi dalam masyarakat terdapat interaksi timbal balik demi tercapainya tujuan yang mereka harapkan. Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang bertempat tinggal di daerah tertentu dalam waktu yang relatif lama, memiliki norma-norma yang mengatur kehidupannya menuju tujuan yang di cita-citakan bersama dan berregenerasi (beranak pinak).( Setiadi, 2011:37) Kata masyarakat (sosial) maupun society di ambil dari bahasa latin yaitu socius yang berarti teman atau kawan arti tersebut menekankan pertemanan dan persahabatan yang kuat. Pada abad ke 19, pengertian mengenai masyarakat di kembangkan menjadi lebih cenderung ke sekelompok atau perkumpulan manusia dan komunitas yang menjadi wadah pengalaman manusia. (Plummer, 2011:24) Lubuk Tarok merupakan daerah yang masih kuat dengan adat istiadat dan berbagai bentuk tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Lubuk Tarok seperti dalam acara perkawinan membuat makanan khas Lubuk Tarok, acara makan goreng ayam. Upacara bakaua adat dan malamang, upacara dalam masa peralihan manusia (turun mandi), upacara bagi orang yang telah meninggal (kematian) seperti acara manigo (3 hari), manujuah hari (7 hari), duo kali 7 hari 2(14 hari), maampek puluah hari (40 hari) dan manyaratui hari (100 hari), dan peringatan hari-hari besar lainnya seperti Maulid Nabi, hari Raya Qurban. Tradisi adalah kebiasaan turun-temurun kelompok masyarakat berdasarkan nilai budaya bersangkutan, tradisi memperlihatkan bagaimana anggota masyarakat bertingkah laku, baik dalam kehidupan yang bersifat duniawi maupun hal-hal yang bersifat gaib dan keagamaan.(esten, 1991:26). Fungsi tradisi adalah sebagai suatu organisme spritual yang memberikan kepada manusia petunjuk dan tuntunan terus menerus ke arah pengetahuan kembali yang selalu ingat kepada sang pencipta. Tradisi (bahasa latin :traditio, diteruskan ) atau kebiasaan dalam pengertian yang paling sederhana adalah suatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik secara tertulis maupun (sering kali) lisan karena tanpa adanya ini suatu tradisi dapat punah. Tradisi merupakan gambaran sikap dan prilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun-temurun dari nenek moyang. Tradisi dipengaruhi oleh kecenderungan untuk berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu sehingga menjadi suatu kebiasaan. Tradisi adalah kebiasaan turun-temurun kelompok masyarakat berdasarkan nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Tradisi memperlihatkan bagaimana anggota masyarakat bertingkah laku, baik dalam kehidupan yang bersifat duniawai maupun terhadap hal-hal yang bersifat goib atau keagamaan (Esten, 1992:14). Jadi antara kebiasaan dengan tradisi merupakan hal-hal yang saling berkaitan karena suatu kebiasaan dapat dikatakan sebagai suatu tradisi apabila dilakukan berulang-ulang kali dan menjadi suatu kebiasaan dalam masyarakat yang tidak dapat ditinggalkan dan sudah menjadi peraturan yang harus dipatuhi dan ditaati serta dilindungi oleh masyarakat. Kebiasaan adalah tingkah laku dalam masyarakat yang kemudian dilakukan secara berulang-ulang mengenai peristiwa dan suatu hal yang sama yang diyakini bersama sebagai aturan hidup dan patut ditaati atau dipatuhi (Sebani,2012:33). Acara bakaua adat ini berupa upacara syukuran ke pada Tuhan Yang Maha Esa dan meminta agar Tuhan memberikan rezeki yang lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya dalam hal hasil pertanian. Upacara bakaua adat selain bertujuan untuk meminta agar mendapatkan hasil panen yang lebih banyak, tujuan yang paling utama adalah untuk berterima kasih kepada nenek moyang yang telah menaruko tanah dan mendoakan beliau agar di beri pengampunan, di jauhkan dari siksa kubur dan siksa api neraka. Tujuan lain dari upacara bakaua adat adalah meningkatkan tali silaturrahmi antar sesama, miningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena semua orang yang mengikuti upacara ini di anjurkan memakai pakaian muslim dan khusus bagi kaum perempuan diwajibkan memakai baju kurung yang merupakan baju kebesaran orang minangkabau. Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas maka penulis sangat tertarik untuk meneliti tentang proses bakaua adat di nagari Lalan. Proses bakaua adat ini penting untuk diteliti karena bakaua adat merupakan acara yang sangat penting dalam masyarakat dan memiliki arti dan makna tersendiri dan memiliki proses yang tersusun secara sistematis dan jika dalam pelaksanaan bakaua adat tidak mengikuti proses dan prosedur yang ada maka acara bakaua adat tidak akan bisa dilaksanakan. TUJUAN Disini penulis membatasi masalah penelitian, Dimana mengingat luasnya masalah yang tercakup dalam penulisan ini maka penulis membatasi penelitian ini tentang proses bakaua adat di Nagari Lalan Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung. Berdasarkan batasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana proses bakaua adat di Nagari Lalan Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung

6 5 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mendeskripsikan proses Bakaua Adat di Nagari Lalan Kecamatan Lubuk Tarok Kebupaten Sijunjung METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Tempat penelitian ini, di Nagari Lalan Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Informan penelitian adalah Tokoh Masyarakt Nagari Lalan. Informan yang diambil berdasarkan purposive sampling sehingga yang menjadi penelitian ini adalah sebanyak 11 orang Tokoh Masyarakat. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan obsevasi dan wawancara atau mencari data dilapangan dengan membuat catatan lapangan sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi, serta mengunakan analisis data dengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian data (display data) dan menarik kesimpulan. Lokasi penelitian dilaksanakan di Nagari Lalan Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung. Adapun alasan pemilihan lokasi, karena daerah ini merupakan salah satu daerah yang masyarakatnya masih melaksanakan acara bakaua adat, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana proses bakaua adat di Nagari Lalan. Jadwal Penulisan skripsi dilaksanakan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret HASIL PENELITIAN Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Proses bakaua adat adat yaitu: 1. Penentuan Hari Pelaksanaan Bakaua Adat. Dalam prosesi bakaua adat terdapat banyak rangkaian acara yang tersusun dan terlaksana secara sistematis, mulai dari acara penentuan hari pelaksanaan bakaua adat seperti acara rapat mencari kesepakatan untuk bakaua adat, acara persiapan pelaksanaan bakaua adat seperti membuat undangan untuk para tamu, acara gotong-royong, menyembelih kerbau, acara pelaksanaan bakaua adat atau acara puncak, acara hiburan sampai acara penutupan bakaua adat. Sebagaimana disampaikan oleh bapak Tamrin 46 tahun,penghulu suku malayu. Acara bakaua adat ko acara nan pontiang dalam nagari, mako nyo dalam melaksanaan bakaua adat ko harus sasuai jo jalur dan aturan nan ado, adoan rapek lu, rapek tu dak putuih lo sakali duduak do 4 kali lo rapek nyo lu baru bisa dilaksanakan bakaua adat ko. kalau ndak mode tu dak ka salasai acara bakaua ko de. Artinya: Acara bakaua adat merupakan acara yang penting dalam nagari, makanya dalam melaksanakan bakaua adat harus sesuai dengan aturan dan jalur yang sudah ada seperti mengadakan rapat, rapat yang diadakan tidak cukup satu kali saja tapi 4 kali rapat baru acara bakaua adat bisa dilaksanakan.kalau tidak mengikuti jalur seperti itu maka acara bakaua adat tidak akan terlaksana dengan baik. Senada dengan apa yang disampai oleh bapak Tamrin, bapak Nazwar 48 tahun, monti suku piliang juga menyatakan: Proses bakaua adat ko banyak, dek karano banyak tu prosesnyo ado urang yang dak tau gai, jan kan urang lain urang awak se banyak yang dak tau, makonyo pelajarilah proses bakaua adat tu, karano bakaua adat tanpa proses dak akan lancar do, centang parenang. Artinya: Proses bakaua adat memiliki banyak rangkaia acara, oleh karena itu ada orang yang tidak mengetahui proses tersebut, jangankan orang lain masyarakat Lalan saja banyak yang tidak mengerti.makanya pelajarilah proses bakaua adat ini, karena bakaua adat tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya proses yang baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Tamrin dan bapak Nazwar acara bakaua adat memiliki rangkaian atau susunan acara yang tidak boleh ditinggalkan salah satu dari acara tersebut karena kalau hal itu terjadi akan berakibat fatal dalam masyarakat. Adapun rangkaian acara bakaua adat adalah sebagai berikut: 1. Rapat Pertama Rapat pertama ini diadakan ketika masyarakat akan turun kesawah, sekitar sebulan sebelum acara bakaua adat dilaksanakan, rapat ini bertujuan mencari mufakat untuk mencari hari untuk bakaua adat. Mufakat atau rapat yang pertama ini diikuti oleh ampek jinih limo jo nan tuo maksudnya empat orang penghulu dan satu rajo bujang. Adapun empat penghulu disini adalah Penghulu dari masing-masing suku yang ada di Nagari Lalan yaitu suku Melayu, suku Piliang, suku Sumani dan suku Caniago. Sedangkan tempat yang digunakan untuk

7 6 melaksanakan rapat ini adalah di kantor wali Nagari Lalan. Sebagimana disampaikan oleh bapak Kaharudin 52 tahun, Penghulu suku Sumani Mufakat ko diadoan di kantua wali nagari lalan, tujuan dari mufakat ko untuak mancari kato sapakaik untuak malaksanakan bakaua adaik sedangakan urang yang terlibat yang inyo-inyo se barunyo ma. Artinya: Mufakat ini diadakan dikantor wali Nagari Lalan, tujuan dari mufakat ini adalah untuk mencari kesepakatan untuk mengadakan acara bakaua adat sedangkan orang yang terlibat adalah orang-orang yang penting saja. 2. Rapat Kedua Rapat yang kedua ini juga diadakan di kantor wali Nagari Lalan dan seminggu setelah rapat yang pertama. Pokok pembahasan dalam rapat yang kedua ini masih tentang mufakat penentuan hari untuk bakaua adat. Dalam rapat ini anggota rapatnya semakin bertambah banyak dalam artian selain diiukuti oleh ampek jinih dan rajo bujang juga dihadiri oleh kopak ambai. Adapun yang dimaksud dengan kopak ambai adalah orang yang berkedudukan dibawah Penghulu atau kedudukannya lebih rendah dari Penghulu, yang termasuk kopak ambai adalah monti, dubalang dan panito. Penghulu barasal dari kata pangka dan hulu pangka artinya keselamatan dan hulu kebenaran, pangkal dan hulu adalah sama-sama penting, maka keselamatan anak kemenakan terletak pada Penghulu dan begitu juga dengan keselamatan masyarakat banyak. Monti adalah hubungan urat antara Penghulu dengan rajo artinya orang yang menghubungkan antara Penghulu dengan rajo. Sedangkan Dubalang adalah pagar yang kokoh untuk memelihara cucu kemenakan didalam sukunya serta pemagar adat dan pusaka, sifatnya gagah dan berani menegakkan kebenaran. Pandito (malin) adalah pelita atau penderang didalam sukunya atau sering disebut palito yang akan menerangi pemakaian syarak yang disesuaikan dengan adat dan undang, pandito menjadi contoh teladan bagi anak cucu dan kemenakan dalam sukunya serta bagi masyarakat banyak. Untuk lebih jelasnya berikut tabel nama-nama Penghulu dan para kopak ambainya dari masing-masing suku. 3. Rapat Ketiga Dalam rapat yang ketiga ini orang yang mengikuti rapat atau anggota rapatnya semakin banyak dari rapat yang pertama dan rapat yang kedua. Rapat ini dihadiri oleh ampat Penghulu beserta kopak ambainya, rajo bujang, ninik mamak masing-masing suku yang ada di Nagari Lalan dan cucu kemenakan serta bundo kanduang dalam Nagari Lalan serta rapat ini diadakan seminggu setelah rapat kedua selesai. Mufakat ini diadakan dikantor wali Nagari Lalan, tujuan dari rapat ini adalah untuk membicarakan dana atau biaya yang diperlukan dalam acara bakaua adat seperti dana atau biaya untuk membeli kerbau, biaya untuk kesenian atau malam jago-jago serta biaya-biaya lain yang diperlukan dalam acara bakaua adat. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Sudirman 50 tahun, dubalang suku caniago Dalam rapek ko nan manjadi inti rapek adolah tentang mancari piti untuak dana, karano dana yang dipagunoan banyak dana untuak bali kabau, untuak malam jago-jago dan biaya nan ketekketek lainnyo. Artinya: Dalam rapat ini yang menjadi inti pembahasan adalah tentang mencari dana karena dana yang dibutuhkan dalam acara bakaua adat banyak seperti dana untuk beli kerbau, dana untuk malam jago-jago dan dana-dan tidak terduga lainnya. 4. Rapat Keempat Rapat atau mufakat yang keempat ini masih diadakan di kantor wali Nagari Lalan dan dilaksanakan tiga atau lima hari setelah rapat yang ketiga dilaksanakan, anggota rapatnya juga bertambah banyak selain Penghulu beserta kopak ambai, rajo bujang, ninik mamak, cucu kemenakan dan bundo kanduang juga dihadiri oleh tokoh masyarakat. Dalam rapat ini ada acara memilih jonang dan tuo jonang, yang memilih jonang adalah ninik mamak dari masing-masing sukunya, sedangkan tuo jonang dipilih oleh seluruh anggota rapat, memilih suara terbanyak artinya tuo jonang ini dipilh melalui musyawarah dan kesepakatan bersama seluruh anggota rapat. Selain memilih jonang dan tuo jonang, dalam rapat ini juga ada acara gatok siriah atau makan sirih, acara ini bertujuan untuk menyerahkan keris kepada tuo jonang, keris ini diserahkan oleh Penghulu. Penyerahan keris dalam acara bakaua adat berarti menyerahkan mandad atau hak kuasa kepada tuo jonang, hak kuasa disini maksudnya tuo jonang yang berkuasa dalam acara bakaua adat. Selain memilih jonang dan tuo jonang dalam rapat ini juga bertujuan mencari mufakat untuk membeli kerbau, seperti siapa yang akan pergi membeli kerbau, anggaran dana untuk membeli kerbau, biasanya kerbau dibeli oleh dua orang perwakilan dari masing-masing suku, dua oarang dari suku Melayu, dua orang dari suku Piliang, dua dari suku Sumani dan dua orang dari

8 7 suku Caniago. Uang yang digunakan untuk membeli kerbau menggunakan uang khas ninik mamak. Pembelian kerbau paling lambat empat hari sebelum acara bakaua adat dilaksanakan. 2. Persiapan Pelaksanaan Bakaua Adat. 1. Membuat Undangan. Setelah acara rapat dan mufakat selesai dilanjutkan dengan membuat undangan untuk para tamu seperti undangan untuk bupati, untuk camat dan untuk para tamu lainnya. Undangan dibuat atas nama ninik mamak dan karapatan adat nagari (KAN) dan yang membuat undangan adalah wali nagari, biasanya undangan dibuat tiga atau empat hari sebelum acara bakaua adat dilaksanakn. Setalah undangan selesai dibuat undangan tersebut diantarkan atau diberikan oleh sekretaris nagari atau langsung wali nagari yang memberikan lansung kepada orang yang bersangkutan.. Seperti yang di ungkapkan oleh bapak Nonda 45 tahun, pandito suku melayu Undangan dibuek untuak pak bupati, pak camat dan tamu-tamu nan lain,undangan ko dibuek dek pak wali awak atau ketua KAN,siap tu diagian dek sekretaris nagari atau pak wali langsuang yang maantaan undangan tu. Artinya: Undangan dibuat untuk mengundang bapak bupati, bapak camat dan tamu-tamu yang lain, undangan ini dibuat oleh bapak wali nagari atau ketua KAN, setelah undangan selesai langsung diantarkan oleh sekretaris nagari atau bapak wali nagari. 2. Gotong-royong Sehari sebelum acara bakaua adat dilaksanakan tepatnya pada hari minggu diadakan acara gotong-royong bersama mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam acara bakaua adat, seperti membuat podok-pondok (tueg-tueg). tueg-tueg merupakan pondok-pondok yang dibuat menggunakan kayu dan atapnya terbuat dari daun kelapa. Pondok akan dibuat dalam empat segi. Dalam pembuatan pondok-pondok akan dibedakan pondok mana yang untuk para petinggi-petinggi adat seperti penghulu, ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai serta bundo kanduang, selanjutnya pondok-pondok untuk para petinggi nagari seperti wali nagari, sekretaris nagari, kepala jorong dan para staf nagari, terus akan dibuat pondok-pondok untuk para tamu dan undangan seperti bupati, camat wali nagari dan kepala jorong dari nagari lain dan terakir dibuat pondok-pondok untuk masyarakat biasa dan didepan masing-masing tempat duduk tadi ditancapkan papan namanya. Selain membuat pondok juga ada persiapan lain yang perlu disiapkan seperti mempersiapkan acara panjat pinang, membersihkan tempat untuk bakaua dan hal-hal lain yang di anggap perlu, gotongroyong dilaksanakan diarena bakaua adat yaitu dilapangan sepak Bola Lalan sampai jam lima sore. 3. Malam Bajago-jago Pada malam harinya sekitar jam delapan malam diadakan acara malam bajago-jago dalam acara ini akan di adakan kesenian anak nagari seperti randai, silat,rabab dan tari piring. Acara ini bertujuan untuk memeriahkan dan lebih mengingatkan dan menekankan kepada masyarakat banyak bahwa esok hari akan ada upacara yang sangat penting bagi masyarakat, selain itu juga mengingatkan kita pada kesenian yang ada didaerah kita agar tidak luntur dan hilang seiring berkembangnya waktu. Acara malam bagajo-jagoini rentan dengan keributan, oleh karena itu semua lapisan masyarakat wajib menjaga keamanan terutama kepada tokoh pemuda agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti berkelahi, minum-minuman keras dan kejadian yang tidak terpuji lainnya. Acara jago-jago ini dilaksanakan sampai subuh atau sekitar jam lima pagi. Selain itu acara malam jago-jago ini bertujuan menentukan siapa yang akan menyembelih kerbau, berapa harga daging dan bagaimana cara pembagiannya, biasanya dalam acara bakaua adat yang menyembelih kerbau adalah salah seorang dari panito atau ninik mamak dalam suku yang ada di Nagari Lalan, sedangkan harga yang dipatok sama dengan harga daging dipasar yaitu berkisar delapan puluh ribu rupiah sampai seratus ribu rupiah perkilonya. 4. Penyembelihan kerbau Setelah melaksanakan shalat subuh sekitar jam lima tibalah saatnya untuk acara penyembelihan kerbau oleh panito atau salah seorang ninik mamak, penyembelihan ini dilaksanakan ditepi sungai dengan alasan supaya mudah membersihkan daging tersebut, setelah penyembelihan selesai maka daging dibagi-bagi dan dionggokkan untuk masing-masing suku, daging untuk suku Malayu diberikan kepada ninik mamak suku Melayu, daging untuk suku Piliang diberikan juga kepada ninik mamak suku Piliang dan begitu juga dengan suku Sumani dan suku Caniago. Selain daging yang dibagi-bagikan ada juga daging yang dilelang seperti bagian kaki, tangan, tulang rawan, hati, jantung dan sagalo pakaro dalam. Dalam leleng ini harga yang dipatok atau harga yang ditentukan paling rendah sekitar lima puluh ribu, dalam lelang ini ada yang terjual sampai tiga ratus ribu perbagiannya dan

9 8 uang hasil lelang tersebut menjadi hak milik ninik mamak atau masuk dalam khas ninik mamak. Setelah acara lelang selesai maka sekarang ninik mamak yang menjalankan tugasnya yaitu membagikan daging kepada cucu kemenakannya masing-masing. Cara pembayaran daging ini dilakukan dengan cara menyicil atau diangsur kepada ninik mamak dalam waktu paling lama satu bulan, jika dalam waktu yang ditetapkan hutang belum juga lunas maka ninik mamak yang membayar kekurangannya terlebih dahulu, jika sudah punya uang cucu kemenakan nanti mengganti uang ninik mamaknya. Selain daging yang dilelang dan dibagikan kepada cucu kemenakan ada daging yang disediakan untuk dimasak oleh bundo kandung yang nantinya akan dimakan oleh orang-orang yang ikut dalam penyembelihan kerbau. 5. Masak Daging Kerbau Setelah pembagian daging selesai maka sekarang saatnya bundo kandung menjalankan tugasnya yaitu memasak daging yang telah disiapkan, acara masak ini diadakan disalah satu surau yang ada di Nagari Lalan dan yang ikut memasak semua bundo kandung dari masingmasing suku. Setalah daging kerbau tadi selesai dimasak maka saatnya makan bersama disurau sekitar jam sepuluh atau jam sebelas siang dan yang ikut dalam acara makan bersama disini adalah para Penghulu beserta kopak ambainya, para jonang dan tuo jonang serta ninik mamak dari masing-masing suku. 3.Pelaksanaan Bakaua Adat. Setelah shalat zuhur sekitar jam dua tibalah saatnya melaksanakan acara yang ditunggu-tunggu oleh semua masyarakat atau acara puncaknya yaitu acara bakaua adat, acara dilaksakan ditempat yang telah disediakan yaitu dilapangan bola kaki Lalan. Setelah pemberian kata sambutan selesai sekang saatnya untuk melakukan doa bersama, dalam pembacaan doa ini bertujuan mengucap syukur, membaca talak bala, memasang kaua. Mamasang kaua atau bernazar adalah berjanji atau membuat nazar, dimana nazar tersebut berisikan jika hasil jika masyarakat aman tentram dan damai dalam artian alah sairing sajalan maka akan di adakan bakaua adat. Dalam bahasa adatnya Takalo aie ka dikaruah, takalo antiang ka dipatah, takalo batu ka dibaliak, pasang niek jo nazar. Artinya sebelum masyarakat mulai turun kesawah, maka masyarakat berniat dan berjanji kalau pintak lai buliah, kaua lai baambun kok padi lai manjadi sarato jo buah-buahan, cucuang kamanakan dalam nagari lai saiyo satido, sauku sakato kok ka bukik samo mandaki, kok ka lurah samo manurun kok mudiak sontak gala kok ka ilie sa angkua dayuang. Artinya jika dalam masyarakat tersebut semua yang di inginkan tercapai,tercipta hubungan yang harmonis antar masyarakat, tidak ada kesalahpahaman lagi, artinya sudah bersama-sama dalam mengerjakan segala sesuatu yang ada dalam masyarakat tersebut, maka akan di sembelih seekor kerbau. Acara di lanjutkan dengan makan bajamba atau dijamu. Dalam makan bajamba ini ada aturan dan adap nya, tidak boleh siapa yang sudah lapar bisa langsung makan, makanan tersebut akan dibagikan oleh jonang ke masing-masing orang tapi belum boleh di ganggu sebelum ada kesepakatan terlebih dahulu, jika sudah ada kesepakatan baru di mulai saling balas pasambahan makan di antara orang yang berhak seperti ninik mamak, setelah itu baru acara makan dimulai. 3. Acara Hiburan Acara hiburan disini yaitu acara panjat pinang. Panjat pinang adalah salah satu lomba tradisional yang populer pada perayaan seperti perayaan kemerdekaan, perkawinan dan acara bakaua adat pada masyarakat Lalan. Dalam acara panjat pinang sebuah pohon pinang yang tinggi dan batangnya dilumuri oleh pelumas atau oli disiapkan oleh panitia perlombaan. Di bagian atas pohon tersebut, disiapkan berbagai hadiah menarik. seperti sabun mandi, sabun cuci, sandal jepit, kaos, rokok, makanan-makanan ringan, lembaran uang bahkan ada yang hadiah besar seperti mejik com,lembaran uang seratus ribu dan lain-lain. Para peserta berlomba untuk mendapatkan hadiahhadiah tersebut dengan cara memanjat batang pohon pinang. Acara ini di ikuti oleh kaum laki-laki yaitu para remaja dan tokoh pemuda yang beranggotakan lima orang atau enam orang dari masing-masing kelompok, bagi siapa yang berhasil sampai ke puncak pinang dengan selamat, maka mereka berhak mendapatkan hadiah tersebut setelah itu di bagikan kepada semua angggota kelompoknya. Acara ini berlangsung sempai sere sekitar jam lima atau jam enam sore. 4. Acara Penutup. Sekitar jam delapan malam saatnya acara penutupan yang diadakan disurau, semua orang yang terlibat dalam persiapan bakaua adat hadir dalam acara penutupan ini. Acara ini bertujuan untuk makan bersama setelah acara bakaua adat selesai dilaksanakan, sering disebut makan kapalo kabau atau kepala kerbau selain itu acara penutupan ini juga bertujuan untuk menyerahkan uang yang didapat oleh ninik mamak dari cucu kemenakannya dari hasil penjualan daging kerbau kepada penghulu. Selain itu acara ini bertujuan untuk mengembalikan keris yang telah diserahkan kepada tuo jonang kepada penghulu serta bertujuan untuk berterimakasih dan bersyukur atau mengadakan doa selamat karena dalam melaksanakan acara bakaua

10 9 adat semua yang direncanakan berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan dan mengucap bersyukur kepada Allah SWT. KESIMPULAN Berdasarkan temuan penulis dan pembahasan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa proses bakaua adat di Nagari Lalan Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis kerjakan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: proses bakaua adat dinagari lalan (1) Tahap persiapan (mufakat pertama, mufakat dua, mufakat ketiga dan mupakat keempat, membuat dan menyebarkan undangan, gotong royong, malam jago-jago dan penyembelihan kerbau serta acara masak-masak ) (2) Acara puncak, (3) Acara hiburan, (4) Acara penutup. DAFTAR PUSTAKA Elly M. Setiadi &Usman Kolip Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial, Teori, Aplikasi dan Pemecahannya.Jakarta:Prenada Media Group. Mursal, Esten Desentralisasi Kebudayaan. Bandung: Angkara. Plummer, Ken Sosisologi:the basic.jakarta: Rajawali Perss. Sebani, Beni Ahmad Pendidikan Agama. CV Pustaka Setia: Bandung. SARAN Saran dari penulis berdasarkan data yang ditemukan dilapangan yaitu agar dalam melaksanakan bakaua adat lebih menggali lagi proses bakaua adat secara rinci dan menggali lagi makna dari memotong kerbau dalam acara bakaua adat, jangan hanya tau memakannya saja tapi juga tau makna kegiatan tersebut, selain itu agar masyarakat berpakaian sebagaimana layaknya seorang muslim yaitu pakaian yang sopan dan menutup aurat. Agar masyarakat lebih menghargai lagi jasa nenek moyang, bukan hanya pada saat acara bakaua adat tapi juga di hari lain dengan cara mengelolah dan menggarap lahan dengan baik dan benar. Selain itu agar dalam masyarakat tidak ada lagi perpecahan dan perselisihan tapi menegakkan persatuan dan kesatuan atau kedamaian dalam masyarakat. Agar kesenian yang digunakan dalam acara bakaua adat lebih ditingkatkan dan dikembangkan lagi agar tidak luntur dan semakin menyemarakkan nagari, selain itu saran penulis janganlah menilai seseorang dari luar atau penampilannya saja tapi nilailah seseorang dari hatinya dan yang terpenting adalah masyarakat lebih bersyukur lagi kepada Allah SWT yang telah memberikan rezeki kepada kita. PENUTUP Jurnal ini diolah dari skripsi dengan judul Proses Bakaua Adat dinagari Lalan Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua pembimbing serta penguji yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan jurnal ini.

11

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PELESTARIAN ADAT BUDAYA DALAM HIDUP BERNAGARI DI KOTA PADANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA AKAD NIKAH DAN BARALEK KAWIN

PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA AKAD NIKAH DAN BARALEK KAWIN PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA AKAD NIKAH DAN BARALEK KAWIN DENGAN RAHMAT ALLAH TUHAN YANG MAHA ESA WALI NAGARI SUNGAI KAMUYANG Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT Menimbang: PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT a. bahwa berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. kenegerian Rumbio Kociok Banamo Kamaruzzaman Godang Bagolau Datuk

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. kenegerian Rumbio Kociok Banamo Kamaruzzaman Godang Bagolau Datuk BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kenegerian Rumbio Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pemimpin adat kenegerian Rumbio Kociok Banamo Kamaruzzaman Godang Bagolau Datuk Ulak

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA LAMPIRAN HASIL WAWANCARA 83 LAMPIRAN Wawancara Dengan Bapak Eriyanto, Ketua Adat di Karapatan Adat Nagari Pariaman. 1. Bagaimana Proses Pelaksanaan Tradisi Bajapuik? - Pada umumnya proses pelaksanaan perkawinan

Lebih terperinci

TUJUAN DI LAKSANAKAN MALAMANG BAGI MASYARAKAT KAMPUNG TAMPUNIK NAGARI KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL

TUJUAN DI LAKSANAKAN MALAMANG BAGI MASYARAKAT KAMPUNG TAMPUNIK NAGARI KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL TUJUAN DI LAKSANAKAN MALAMANG BAGI MASYARAKAT KAMPUNG TAMPUNIK NAGARI KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL BETRI YULIANI NPM: 11070086 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam 40 BAB III PENYAJIAN DATA A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam masyarakat Pujud Data yang disajikan adalah data yang diperoleh dari lapangan yang dihimpun melalui observasi,

Lebih terperinci

Oleh: Rivzal Putra Sakti Mahasiswa Program Studi PPKn, Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Oleh: Rivzal Putra Sakti Mahasiswa Program Studi PPKn, Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako STUDI TENTANG TATA CARA MASYARAKAT TO KAILI RAI DALAM MEMPERTAHANKAN BUDAYA DAN ADAT MELALUI UPACARA NOGUNTI VO DI KELURAHAN BAIYA KECAMATAN PALU UTARA DITINJAU DARI NILAI-NILAI PANCASILA Oleh: Rivzal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Perkawinan Menurut Hukum Adat Minangkabau di Kenagarian Koto Baru, Kecamatan Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan bahkan ribuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki budaya yang berbeda-beda. Banyaknya perbedaan dari masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki budaya yang berbeda-beda. Banyaknya perbedaan dari masing-masing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang beragam dan memiliki budaya yang berbeda-beda. Banyaknya perbedaan dari masing-masing suku bangsa akan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002. Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI

RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002. Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002 Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI Menimbang : a. bahwa modal dasar pembangunan Nagari yang tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

FUNGSI TRADISI GOBA-GOBA MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI BAGI MASYARAKAT BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL

FUNGSI TRADISI GOBA-GOBA MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI BAGI MASYARAKAT BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL FUNGSI TRADISI GOBA-GOBA MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI BAGI MASYARAKAT BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL ERWIN LUTER NIM. 09070140 PROGRAM PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan

Lebih terperinci

PENYULUHAN DAN PELATIHAN PERLENGKAPAN PROSESI ADAT PERKAWINAN KANAGARIAN NAN XX KOTA PADANG

PENYULUHAN DAN PELATIHAN PERLENGKAPAN PROSESI ADAT PERKAWINAN KANAGARIAN NAN XX KOTA PADANG Program PPM KOMPETITIF Sumber Dana DIPA Universitas Andalas Besar Anggaran Rp 4.500.000 Tim Pelaksana Reniwati, Noviatri, Rona Almos, dan Khanizar Fakultas Sastra Lokasi Kota Padang, Sumatera Barat PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis mengadakan pengolahan dan menganalisis data dari hasil penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bararak adalah suatu tradisi yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala (pengangkatan) penghulu,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008 No. Urut : 06 LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau mempunyai generasi penerus yang merupakan parik paga

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau mempunyai generasi penerus yang merupakan parik paga BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Minangkabau mempunyai generasi penerus yang merupakan parik paga nagari, yang berarti generasi yang berada dalam garis depan untuk menyelesaikan berbagai masalah di

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN 1. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman terletak di antara 100º 21 00 Bujur Timur atau 0º

Lebih terperinci

FUNGSI TARI TANDUAK DALAM UPACARA BAKAWUAH DI NAGARI LATANG KECAMATAN LUBUAK TAROK KABUPATEN SIJUNJUNG

FUNGSI TARI TANDUAK DALAM UPACARA BAKAWUAH DI NAGARI LATANG KECAMATAN LUBUAK TAROK KABUPATEN SIJUNJUNG FUNGSI TARI TANDUAK DALAM UPACARA BAKAWUAH DI NAGARI LATANG KECAMATAN LUBUAK TAROK KABUPATEN SIJUNJUNG Yosi Zullyani 1, Afifah Asriati 2, Desfiarni 3 Program Studi Pendidikan Sendratasik FBS Universitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topic penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka

Lebih terperinci

KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT

KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT Dedi Mardia Fitri 1 Erianjoni, M.Si 2 Elvawati, M.Si 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT )

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) Dewifebrina 1 Dra. Fachrina,M.Si 2 Erningsih,S.Sos 3 Program

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Lebih terperinci

TRADISI MANGAKU INDUAK DAN MANIMBANG SALAH DALAM PERKAWINAN DI NAGARI TARATAK BARU KECAMATAN TANJUNG GADANG KABUPATEN SIJUNJUNG

TRADISI MANGAKU INDUAK DAN MANIMBANG SALAH DALAM PERKAWINAN DI NAGARI TARATAK BARU KECAMATAN TANJUNG GADANG KABUPATEN SIJUNJUNG TRADISI MANGAKU INDUAK DAN MANIMBANG SALAH DALAM PERKAWINAN DI NAGARI TARATAK BARU KECAMATAN TANJUNG GADANG KABUPATEN SIJUNJUNG Darfian Petra, Nurharmi, Yusrizal Program Studi Pendidikan Pancasila Dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i PERNYATAAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... viii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I. PENGANTAR... 1

Lebih terperinci

BAB III MONOGRAFI NAGARI AIR DINGIN KABUPATEN SOLOK Letak Geografis dan kependudukan Nagari Air Dingin

BAB III MONOGRAFI NAGARI AIR DINGIN KABUPATEN SOLOK Letak Geografis dan kependudukan Nagari Air Dingin BAB III MONOGRAFI NAGARI AIR DINGIN KABUPATEN SOLOK 1.1. Letak Geografis dan kependudukan Nagari Air Dingin Wilayah Nagari Air Dingin adalah salah satu Nagari yang ada di Propinsi Sumatra Barat. memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata Tahlil secara etimologi dalam tata bahasa Arab membahasnya sebagai sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti mengucapkan

Lebih terperinci

FUNGSI MALAM BAETONG DALAM UPACARA PERKAWINAN BAGI MASYARAKAT TIKU KECAMATAN TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM

FUNGSI MALAM BAETONG DALAM UPACARA PERKAWINAN BAGI MASYARAKAT TIKU KECAMATAN TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM FUNGSI MALAM BAETONG DALAM UPACARA PERKAWINAN BAGI MASYARAKAT TIKU KECAMATAN TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM Jurnal MARNI 09070325 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah 1. Geografis a. Letak Desa Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul. Memiliki luas 71,61 km 2 dan jumlah penduduk

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN BARU DALAM SUKU DI MINANGKABAU (Studi : Masyarakat Nagari Simalidu Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya) JURNAL OLEH:

KEPEMIMPINAN BARU DALAM SUKU DI MINANGKABAU (Studi : Masyarakat Nagari Simalidu Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya) JURNAL OLEH: KEPEMIMPINAN BARU DALAM SUKU DI MINANGKABAU (Studi : Masyarakat Nagari Simalidu Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya) JURNAL OLEH: PUTRI MAYA SARI 10070151 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (Strata I)

ARTIKEL ILMIAH. diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (Strata I) SASTRA LISAN MANTRA PENANGKAL BISO DI NAGARI TALANG BABUNGO KECAMATAN HILIRAN GUMANTI KABUPATEN SOLOK PROVINSI SUMATRA BARAT ARTIKEL ILMIAH diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Barat adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang memakai sistem pemerintahan lokal selain pemerintahan desa yang banyak dipakai oleh berbagai daerah

Lebih terperinci

THE TRADITION OF PACU JAWI IN SUNGAI TARAB SUBDISTRICT TANAH DATAR REGENCY OF WEST SUMATERA PROVIENCE

THE TRADITION OF PACU JAWI IN SUNGAI TARAB SUBDISTRICT TANAH DATAR REGENCY OF WEST SUMATERA PROVIENCE 1 THE TRADITION OF PACU JAWI IN SUNGAI TARAB SUBDISTRICT TANAH DATAR REGENCY OF WEST SUMATERA PROVIENCE Meza Arianti*, Dra. Bedriati Ibrahim. M.Si**, Drs. H. Ridwan Melay. M.Hum*** Mezaarianti45@gmail.com,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI

PEMERINTAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI PEMERINTAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 02/SG/2002 TENTANG PEMUNGUTAN UANG LEGES Dengan rahmat Allah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang berada di Indonesia.Provinsi Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Simpulan. Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing

BAB V PENUTUP. 5.1 Simpulan. Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing di dalamnya. Termasuk Indonesia yang memiliki kekayaan dan keragaman budaya dengan ciri khas masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sosial politik di Indonesia mulai mengalami perubahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sosial politik di Indonesia mulai mengalami perubahan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sosial politik di Indonesia mulai mengalami perubahan dari Orde Lama, Orde Baru sampai kepada reformasi seperti yang kita jalani pada saat sekarang ini.

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Upaya-upaya Lembaga Adat dalam Mencegah Kenakalan Remaja di Desa Sekijang

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Upaya-upaya Lembaga Adat dalam Mencegah Kenakalan Remaja di Desa Sekijang BAB III PENYAJIAN DATA A. Upaya-upaya Lembaga Adat dalam Mencegah Kenakalan Remaja di Desa Sekijang Guna mengetahui sejauh mana peranan lembaga adat dalam mencegah kenakalan remaja remaja di Desa Sekijang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2000 TENTANG KETENTUAN POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT Menimbang : a. bahwa perubahan paradigma

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang: a. bahwa nagari sebagai kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sangat membutuhkan adanya suatu aturan-aturan yang dapat mengikat manusia dalam melakukan perbuatan baik untuk diri sendiri dalam

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

UPACARA ADAT LEGU DOU GAM DJAI DI TIDORE. Pembimbing : Drs. Joni Apriyanto M.Hum*, H. Lukman D. KATILI S.Ag.,M.ThI* Oleh: Sofyan S.A.

UPACARA ADAT LEGU DOU GAM DJAI DI TIDORE. Pembimbing : Drs. Joni Apriyanto M.Hum*, H. Lukman D. KATILI S.Ag.,M.ThI* Oleh: Sofyan S.A. UPACARA ADAT LEGU DOU GAM DJAI DI TIDORE (Suatu penelitian di kelurahan Jaya Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan) Pembimbing : Drs. Joni Apriyanto M.Hum*, H. Lukman D. KATILI S.Ag.,M.ThI* Oleh:

Lebih terperinci

THE TRADITION OF DO A PADANG OF THE COMMUNITY KUANTAN HILIR SUBDISTRICT, KUANTAN SINGINGI REGENCY

THE TRADITION OF DO A PADANG OF THE COMMUNITY KUANTAN HILIR SUBDISTRICT, KUANTAN SINGINGI REGENCY 1 THE TRADITION OF DO A PADANG OF THE COMMUNITY KUANTAN HILIR SUBDISTRICT, KUANTAN SINGINGI REGENCY Thun Fatikhah*, Isjoni**, Tugiman*** Email: thunfatika@yahoo.com Isjoni@yahoo.com,tugiman_unri@co.id

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana SI pada Jurusan Satra Daerah Diajukan oleh : IMELDA NIM 06186002 JURUSAN

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR

ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR Wahyuningtias (Mahasiswa Prodi PGSD Universitas Jember, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN Syarif Firmansyah Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial IKIP PGRI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULANG BAWANG BARAT Menimbang : a. bahwa untuk terwujudnya

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI

PEMERINTAHAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI PEMERINTAHAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI KESATUAN NAGARI SITUJUAH GADANG NOMOR : 01/NSG/2002 Tentang PERUBAHAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA

Lebih terperinci

ARTIKEL E JURNAL. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (SI) Oleh: RISKA UTARI

ARTIKEL E JURNAL. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (SI) Oleh: RISKA UTARI UPAH PANEN PEKERJA TANI SAWAH (Analisis Sosiologi Gender Tentang Perbedaan Upah Antar Pekerja Perempuan dengan Pekerja Laki-laki dari Jenis Pekerjaan yang Sama di Nagari Riak Danau, Kecamatan Basa Ampek

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT Menimbang:a. bahwa dalam Undang - undang Nomor

Lebih terperinci

MEILIN NENCY NPM:

MEILIN NENCY NPM: STRATEGI PENDUDUK TRANSMIGRAN DALAM MEWUJUDKAN INTEGRASI DENGAN PENDUDUK ASLI DI JORONG SUNGAI TAMBANG II NAGARI SIJUNJUNG KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG ARTIKEL Diajukan Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KAMPAR HAK TANAH ULAYAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KAMPAR HAK TANAH ULAYAT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KAMPAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAMPAR NOMOR : 12 TAHUN1999 TENTANG HAK TANAH ULAYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI II KAMPAR Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

D ata A g r e g at per K e c a m ata n K a b u p aten S o l o k S e l atan

D ata A g r e g at per K e c a m ata n K a b u p aten S o l o k S e l atan D ata A g r e g at per K e c a m ata n K a b u p aten S o l o k S e l atan Jumlah penduduk Solok Selatan berdasarkan Hasil SP2010 sebanyak 144.236 orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,03 persen per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat manusia secara keseluruhan. Ajaran Islam dapat berpengaruh bagi umat manusia dalam segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau terdiri dari etnik - etnik yang memiliki kesenian

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau terdiri dari etnik - etnik yang memiliki kesenian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Riau terdiri dari etnik - etnik yang memiliki kesenian yang sangat beragam. Salah satu diantaranya adalah Kabupaten Kuantan Singingi. Kabupaten ini

Lebih terperinci

PERUBAHAN NILAI-NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NOVEL TAMU KARYA WISRAN HADI ARTIKEL ILMIAH

PERUBAHAN NILAI-NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NOVEL TAMU KARYA WISRAN HADI ARTIKEL ILMIAH PERUBAHAN NILAI-NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NOVEL TAMU KARYA WISRAN HADI ARTIKEL ILMIAH diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (STRATA 1) ALVINO PRASETYAWAN NPM

Lebih terperinci

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Oleh: Murti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Murti_tinah@yahoo.com.id Abstrak:

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 20 SERI D. 20 =================================================================

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 20 SERI D. 20 ================================================================= LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 20 SERI D. 20 ================================================================= PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK (PERDA) NOMOR : 10 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 20 SERI D. 20 ================================================================= PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 10 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

SEJARAH PERKEMBANGAN SURAU DI MINANGKABAU. Oleh: Wisran Hadi

SEJARAH PERKEMBANGAN SURAU DI MINANGKABAU. Oleh: Wisran Hadi SEJARAH PERKEMBANGAN SURAU DI MINANGKABAU Oleh: Wisran Hadi Materi Pelatihan Pemberdayaan Gerakan Kembali Ke Surau dilaksanakan oleh Biro Peberdayaan Sospora Sekretaris Daerah Prov.Sumbar 15 2/d 17 Juli

Lebih terperinci

WALI NAGARI TARATAK TINGGI KABUPATEN DHARMASRAYA PERATURAN NAGARI TARATAK TINGGI NOMOR 8 TAHUN 2017 T E N T A N G PUNGUTAN NAGARI

WALI NAGARI TARATAK TINGGI KABUPATEN DHARMASRAYA PERATURAN NAGARI TARATAK TINGGI NOMOR 8 TAHUN 2017 T E N T A N G PUNGUTAN NAGARI WALI NAGARI TARATAK TINGGI KABUPATEN DHARMASRAYA PERATURAN NAGARI TARATAK TINGGI NOMOR 8 TAHUN 2017 T E N T A N G PUNGUTAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI NAGARI TARATAK TINGGI, Menimbang

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA ABSTRACT

KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA ABSTRACT KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA Susi Susanti 1, Mila Kurnia Sari², Titiek Fujita Yusandra² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

PEMAHAMAN PASANGAN MUDA TENTANG NILAI-NILAI TRADISI MAANTA LAMANG

PEMAHAMAN PASANGAN MUDA TENTANG NILAI-NILAI TRADISI MAANTA LAMANG PEMAHAMAN PASANGAN MUDA TENTANG NILAI-NILAI TRADISI MAANTA LAMANG GOLEK DI NAGARI KOTO NAN TIGO UTARA SURANTIH KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI A. Kondisi Geografis dan Demografis 1. Keadaan Geografis Desa Muara Jalai merupakan salah satu dari Desa yang berada di Kecamatan Kampar utara Kabupaten Kampar sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik. daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik. daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa merupakan sebuah pemerintah terdepan yang berhadapan langsung dengan masyarakat dan menjalankan fungsi pemerintah secara riil di lapangan. Dalam Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

etnis- Galundi Nan Baselo. Taratak Dusun Koto Nagari. Mangumpua nan taserak manjapuik nan tatingga. benang merah

etnis- Galundi Nan Baselo. Taratak Dusun Koto Nagari. Mangumpua nan taserak manjapuik nan tatingga. benang merah SEKAPUR SIRIH Alhamdulillah, berkat rahmat dan karunia Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan narasi Buku Situs Cagar Budaya Minangkabau yang berada di Jorong Batur Sungai Jambu. Shalawat dan salam kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

Program Kekhususan HUKUM TATA NEGARA

Program Kekhususan HUKUM TATA NEGARA SKRIPSI PELAKSANAAN KEWENANGAN BADAN MUSYAWARATAN NAGARI (BAMUS) DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NAGARI PADA NAGARI KOTO MALINTANG KECAMATAN TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM Program Kekhususan HUKUM TATA

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA

KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA Oleh,, 1) Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN 37 BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN A. Gambaran Umum Desa Kombangan 1. Letak Lokasi Desa Kombangan merupakan satu desa yang berada di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, oleh karenanya manusia tidak bisa terlepas dari tanah. Tanah sangat dibutuhkan oleh setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Etnis Simalungun memiliki kebudayaan yang banyak menghasilkan kesenian daerah dan upacara adat, dan hal tersebut masih dilakukan oleh masyarakat Simalungun sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggal di desa lebih menghargai sungai. Penghargaan itu antara lain dicirikan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggal di desa lebih menghargai sungai. Penghargaan itu antara lain dicirikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ruang pemukiman pada dasarnya merupakan pencerminan budaya masyarakat setempat, dimana antara satu wilayah dengan wilayah lain dapat berbeda. Mereka yang tinggal

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2017 NOMOR 23 PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2017 NOMOR 23 PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2017 NOMOR 23 PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki masyarakat majemuk. Kemajemukan masyarakat di negara Indonesia terdiri dari berbagai etnis, suku, adat dan budaya.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kehidupan masyarakat Jawa di Dusun Jatirejo tidak dapat dilepaskan dari serangkaian kegiatan upacara yang berkaitan dengan siklus daur hidup, dimana dalam siklus daur hidup

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

Tengah atau di luar jam kerja dibayarkan di Bank persepsi yaitu Bank BRI Cabang Pariaman dengan tarif Rp ,00. (Enam Ratus Ribu Rupiah) Dapat

Tengah atau di luar jam kerja dibayarkan di Bank persepsi yaitu Bank BRI Cabang Pariaman dengan tarif Rp ,00. (Enam Ratus Ribu Rupiah) Dapat BAB IV PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 48 TAHUN 2014 TERHADAP RENDAHNYA PERSENTASE PELAKSANAAN AKAD NIKAH DI BALAI NIKAH KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN PARIAMAN TENGAH KOTA PARIAMAN 4.1. Faktor Penyebab

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA. desa, tanjung karang dulunya bernama tanjung kudorang. Nama tanjung

BAB II GAMBARAN UMUM DESA. desa, tanjung karang dulunya bernama tanjung kudorang. Nama tanjung BAB II GAMBARAN UMUM DESA A. Letak Geografis dan Demografis Desa Tanjung karang adalah salah satu dari 24 desa yang terletak pada Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar. Sebelum di sahkan sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh tentang upaya pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai Sembahyang Rebut kepada

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kecamatan Canduang 1. Kondisi Geografis Kecamatan Canduang merupakan salah satu dari beberapa kecamatan di Kabupaten Agam. Dimana wilayah ini ditetapkan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat "Terima kasih, ini uang kembalinya." "Tetapi Pak, uang kembalinya terlalu banyak. Ini kelebihannya." "Betul. Anda seorang yang jujur. Tidak banyak yang akan berbuat

Lebih terperinci

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Praktek Pewarisan Harta Pusaka Tinggi Tidak Bergerak di

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG A. Letak Geografis 1. Letak Lokasi Desa Ragang merupakan satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Waru Kabupaten

Lebih terperinci

Alam Minangkabau. Alam Minangkabau terbagi atas dua bagian, yaitu daerah. Luhak Nan Tigo dan daerah Rantau. Luhak Nan Tigo merupakan tiga daerah

Alam Minangkabau. Alam Minangkabau terbagi atas dua bagian, yaitu daerah. Luhak Nan Tigo dan daerah Rantau. Luhak Nan Tigo merupakan tiga daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara tradisional, daerah-daerah dalam pengaruh Minangkabau disebut Alam Minangkabau. Alam Minangkabau terbagi atas dua bagian, yaitu daerah Luhak Nan Tigo dan daerah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN RANGSANG BARAT DESA BOKOR PERATURAN DESA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KEAMANAN DAN KETERTIBAN

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN RANGSANG BARAT DESA BOKOR PERATURAN DESA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KEAMANAN DAN KETERTIBAN PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN RANGSANG BARAT DESA BOKOR PERATURAN DESA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KEAMANAN DAN KETERTIBAN TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG N0M0R 13 TAHUN 2005 SERI D ==================================================== PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN

Lebih terperinci