Tengah atau di luar jam kerja dibayarkan di Bank persepsi yaitu Bank BRI Cabang Pariaman dengan tarif Rp ,00. (Enam Ratus Ribu Rupiah) Dapat
|
|
- Lanny Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 48 TAHUN 2014 TERHADAP RENDAHNYA PERSENTASE PELAKSANAAN AKAD NIKAH DI BALAI NIKAH KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN PARIAMAN TENGAH KOTA PARIAMAN 4.1. Faktor Penyebab Rendahnya Jumlah Pasangan Yang Melaksanakan Akad Nikah di Balai Nikah Setelah Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 di KUA Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman. Dalam pandangan Islam perkawinan itu bukanlah hanya urusan perdata semata, bukan pula urusan keluarga semata dan budaya, tetapi masalah dan peristiwa agama. Oleh karena itu perkawinan dilakukan untuk memenuhi perintah Allah dan Sunnah Rasulullah dan dilaksanakan sesuai dengan perintah Allah dan petunjuk Rasulullah. Juga bukan untuk mendapatkan ketenangan hidup sesaat, tetapi untuk selama hidup. Adapun beberapa tahapan atau proses yang dilalui dalam pelaksanaan perkawinan, diantaranya adalah ta aruf, peminangan, perkawinan, dan walimah. Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, tata cara perkawinan mulai dari pernyataan kehendak calon pengantin sampai dengan penerimaan akta nikah diatur dalam Pasal 2. Begitupun KHI mengatur mengenai pencatatan perkawinan dalam proses perkawinan dalam Pasal 5. (UU RI No. 1/1974 tentang Perkawinan dan KHI 2007, 1). Adapun tata cara pelaksanaan perkawinan ini diatur dalam Peraturan Perundang-undangan Pasal 12 Undang-undang Perkawinan. Pasal ini tidak mengurangi ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1946 jo Undang-undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk. Adapun tata cara pelaksanaannya ditentukan lebih lanjut di dalam Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan yng dikaitkan dengan adanya pengumuman kehendak perkawinan. Menurut ketentuan Pasal 10 PP No. 9 Tahun 1975 ditegaskan 64
2 65 bahwa (Himpunan Peraturan Perundang-undangan tentang Perkawinan 175): 1. Perkawinan dilangsungkan setelah hari ke sepuluh sejak pengumuman perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah seperti yang dimaksud dalam Pasal 8 PP ini. 2. Tata cara perkawinan dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. 3. Dengan mengindahkan tata cara perkawinan menurut masingmasing agamanya dan kepercayaannya itu, maka perkawinan harus dilaksanakan di hadapan PPN dan dihadiri oleh dua orang saksi. Mengenai pelaksanaan perkawinan ini pemerintah telah mengeluarkan sebuah Peraturan Pemerintah (PP) No. 48 Tahun 2014 tentang Biaya atau Tarif Pencatatan Nikah yang diberlakukan untuk masyarakat yang ingin melaksanakan perkawinan di balai nikah atau di luar balai nikah. Setelah penulis meneliti, apa sebenarnya yang melatarbelakangi penyebab rendahnya persentase pelaksanaan akad nikah yang dilaksanakan di balai nikah KUA Kecamatan Pariaman Tengah setelah diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 tersebut. Berdasarkan data-data pada bab sebelumnya dan juga hasil wawancara dengan narasumber maka penulis dapat menganalisis bahwa sebenarnya pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2014 ini, berjalan kurang efektif karena ketika pelaksanaan pernikahan di luar KUA atau di luar jam kerja penghulu masih mendapatkan rokok 1-2 bungkus dari tuan rumah setelah akad pernikahan selesai, pemberian ini dipahami oleh masyarakat sebagai tanda ucapan terima kasih pihak keluarga kepada penghulu dan bukan gratifikasi. Setelah diberlakukannya PP Nomor 48 Tahun 2014 pemberian rokok kepada penghulu tidak diperbolehkan karena termasuk gratifikasi. Namun dalam biaya pencatatan pernikahan KUA Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman sudah berjalan secara efektif, hal ini bisa dibuktikan dengan di gratiskannya atau tanpa biaya ketika melaksanakan pernikahan di balai nikah KUA Kecamatan Pariaman Tengah, dan pembayaran pelaksanaan pernikahan di luar KUA Kecamatan Pariaman
3 66 Tengah atau di luar jam kerja dibayarkan di Bank persepsi yaitu Bank BRI Cabang Pariaman dengan tarif Rp ,00. (Enam Ratus Ribu Rupiah) Dapat diartikan bahwa suatu kebijakan pemerintah dianggap efektif apabila para implementator tunduk pada aturan atau prosedur yang telah digariskan, bertindak berdasarkan apa yang telah ditentukan sebelumnya. (PP No. 48 Tahun 2014). biaya Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014, yang mengatur pencatatan pernikahan di luar atau di dalam balai nikah KUA, dari pihak KUA dan masyarakat telah menjalankan peraturan dengan baik. Dilihat dari pihak KUA yang tidak menarik tarif apabila ada pasangan yang ingin menikah di KUA, dan dari pihak masyarakat membayar Rp ,00 (Enam Ratus Ribu Rupiah) ke Bank BRI cabang Pariaman ketika ingin melakukaan pernikahan di luar KUA. Walaupun demikian masih banyak dari masyarakat atau pasangan pengantin yang akan melangsungkan perkawinan memilih untuk melakukan perkawinan di luar balai nikah meskipun harus membayar biaya sebesar yang telah ditentukan oleh Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2014 ini yaitu sebesar Rp ,00. (Enam Ratus Ribu Rupiah). Setelah dilakukan penelitian ke KUA sebagai pihak terkait yang menyelenggarakan Peraturan Pemerintah ini dan melakukan wawancara pada Tanggal 14 Maret 2017 yang hasilnya sebagai berikut: 1. Kami sebagai pihak yang menjalankan peraturan yang telah ditetapkan sudah memberikan kemudahan bagi masyarakat kita dalam melangsungkan pernikahan, aturan ini (PP No. 48 Tahun 2014) sangat kami dukung karena selama ini kantor kami dianggap angker karena yang melakukan pernikahan disini hanya orang-orang yang tertangkap basah oleh masyarakat dan mereka yang melakukan tindakan asusila, dalam arti lainnya pemerintah kembali memperbaiki nama lembaga kami yang semula di bilang tempat nikah urang tatangkok, urang basalingkuahlah bahkan sampai para pezina gai lah kecek masyarakat banyak ko itu pandangan mereka selama ini. kami sangat bersyukur atas hadirnya PP ini, yang merubah pandangan masyarakat terhadap kantor kami selama ini. Bahkan, kami selalu menganjurkan kepada calon pengantin agar melakukan pernikahan di balai nikah yang telah kami fasilitasi dengan sepaket pelaminan seperti layaknya
4 67 ruangan pesta di rumah mereka. Akan tetapi mereka lebih memilih melakukan pernikahan di rumah mereka atau di Masjid dengan membayar biayanya sebesar Rp ,00 (Enam Ratus Ribu Rupiah) dengan alasan kami lebih nyaman di rumah pak KUA. (Kepala KUA 2017). Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh pihak KUA di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya kehadiran PP ini disambut hangat oleh pihak KUA sebagai tanda kepedulian pemerintah pusat kepada kondisi KUA selama ini. Kemudian dari hasil wawancara di atas terdapat beberapa hal yang menjadi alasan kenapa terjadi rendahnya minat masyarakat untuk melaksanakan pernikahan disana, hal ini sama dengan apa yang dipaparkan oleh responden yang ke dua yang penulis wawancara di lapangan. Lebih lanjut penulis juga mencari informasi kepada responden kedua yaitu Kepala Desa setempat tentang apa yang menjadi alasan bagi calon pengantin untuk lebih memilih nikah di rumah daripada di KUA, pada Tanggal 16 Maret 2017 sebagai berikut: 2. Sepanjang pengetahuan kami alasan masyarakat kita untuk memilih melakukan pernikahan di luar Kantor Urusan Agama itu adalah karena mereka memiliki pandangan yang berbeda dengan pihak KUA, kalau bahasa minangnya bia lah kami nikah di rumah, bia lah kami mambayiah gai daripado di kantuah, soalnyo keluarga kami nikah dari dulu tu di rumah jo nyoh, ndak pernah pai-pai ka kantuah tu doh. Nikah di kantuah tu namo kami jo keluarga kami lo yang jadi perbincangan masyarakat beko, padahal kami nikah lai baniniak mamak jo kato mufakat gai nyoh. Itu lah alasan kenapa mereka lebih memilih nikah di rumah walaupun harus membayar, dan masalah prosedur atau perizinan di sini tetap seperti biasa. Kami memberikan surat rekomendasi pemberitahuan keinginan menikah ke pihak keluarga atau calon pengantin agar di proses lebih lanjut di KUA kecamatan. (Kepala Desa 2017). Dari penjelasan pihak pemerintahan desa di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendapat yang sama seperti yang dipaparkan oleh responden pertama banyak alasan kenapa calon pengantin itu lebih memilih melaksanakan pernikahan di luar balai nikah KUA tersebut walaupun pelaksanaan nikah di balai nikah KUA itu sudah di gratiskan. Hal ini senada dengan apa yang di paparkan oleh seorang Tokoh Masyarakat merangkap
5 68 Labai di daerah setempat, beliau memaparkan kepada penulis (17 Maret 2017) berikut kutipannya: 3. Muniang raso alasan calon pengantin tu mamiliah nikah di rumah karano urang-urang tu ndak nio jadi bahan gunjiangan dek masyarakat banyak ko doh. Apo sebab, karano urang yang manikah di kantuah KUA tu hanyolah urang-urang yang kedapatan babuek yang indak-indak di kampuang, mangkonyo langsuang di arak ka kantuah KUA tu. Apolagi zaman kini ko lah canggih, tuan rumah kadang badunsanak banyak gai, apolagi kalau lah baralek tu urang rantau gai pulang sadoe mah, lah pasti jo indak ka tamuek di kantuah tu nyoh. (Muniang Labai 2017). Penjelasan responden di atas sama halnya dengan penjelasan responden lainnya yang mengatakan bahwa masih banyak pengaruh sosial yang dipandang dalam masyarakat apabila melaksanakan pernikahan di balai nikah KUA tersebut. Untuk lebih jelasnya penulis juga menanyakan alasan apa yang membuat responden yaitu calon pengantin itu lebih memilih nikah di luar KUA daripada nikah di balai nikah KUA kepada beberapa calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan, pada Tanggal 24 maret 2017 berikut adalah kutipannya: 1. Kami sebagai calon pengantin mempunyai beberapa alasan yang sama dengan orang-orang yang sebelumnya yang sudah lebih dahulu menikah dibandingkan kami, pertama, kami memilih nikah di rumah karena kami merasa lebih nyaman dan lebih afdol kalau mengucapkan ijab qabul itu di rumah kami dengan di saksikan oleh orang banyak, niniak mamak, alim ulama, labai, serta sanak saudara kami ke dua belah pihak. Sedangkan kalau kami melakukan ijab qabul di KUA rasanya tidak afdol dan tidak nyaman karena kondisi KUA tersebut sama-sama kita ketahui dengan kata lainnya alah tampek sampik, bakupik-kupik, dunsanak ndak bisa mancaliak, alun beko pandangan masyarakat ka kami lai, apalagi jarak tempuh yang lumayan jauh, banyak hal yang kami pertimbangkan. Yang ke dua kami merasa kalau nikah di KUA itu sangat tidak sesuai dengan zaman kami, kami anak muda masak nikah di KUA. Yang ke tiga, kalau nikah di kantor kami direpotkan harus mengurus banyak surat-surat administrasinya, itu terlalu rumit, kalau di luar kantor kami hanya direpotkan dengan membayarkan biaya itu ke Bank. (Sriwahyuni dan Deni Kurniawan 2017).
6 69 2. Kami melangsungkan akad nikah ini di rumah karena pelaksanaan akad nikah di rumah itu lebih nyaman dan dapat dilihat orang banyak apalagi kami dari keluarga yang sangat banyak rami kami badunsanak ndak mungkin rasonyo nikah di KUA ko doh, tampek nyo ketek disiko nyoh ba a caro ee ka barami-rami disiko (Dona Sunarti dan Erizal 2017). 3. Kalau menurut kami kehadiran peraturan yang menggratiskan biaya pencatatan pernikahan yang dilaksanakan di balai nikah KUA ini sangat bagus, akan tetapi peraturan ini tidak memperhatikan dari segi fasilitas tempat dilangsungkannya akad nikah. Bisa kita bayangkan bila melaksanakan akad nikah di balai nikah pada hari yang bagus dan tanggal yang bagus menurut niniak mamak dan disana terdapat pula beberapa pasangan yang menentukan hari yang sama maka terjadilah antrian panjang di balai nikah ini, nah kami ingin mengantisipasi kejadian seperti ini maka, kami memilih untuk melangsungkan akad nikah di rumah saja karena tidak perlu antri lama-lama itulah alasan kami kenapa kami lebih memilih yang berbiaya daripada yang gratis (Novita dan Andre 2017). 4. Alasan kenapa kami ingin akad nikah itu di rumah adalah karena rumah kami jauh dari Kantor KUA kami banyak badunsanak kendaraan ka KUA ko pun kami ndak ado, kalo di sewa lo kendaraan ka KUA ko samo jo tibo ee nyoh ndak jadi juo kami nikah gratis doh mambayiah juo jadi ee walaupun yang di KUA gratis yang mambayiah sewa oto ka KUA ko kan kami juo jadi ee, ndak mungkin pak KUA mambayiahan oto untuak kami sakeluarga doh, mangko dari itu kami labiah mamiliah nikah di rumah jo lah.(tasrif dan Della 2017). 5. Masalah yang sangat sering terjadi di sini adalah antrinya pasangan yang ingin melangsungkan akad nikah di balai nikah KUA, terkadang dalam sehari itu ada 6 pasangan yang akan menikah di hari yang sama dan waktu yang sama dan itu tidak efesien bagi kami yang baru ingin membangun rumah tangga. Fasilitas sangat tidak memadai.( Rozi dan Mila 2017). 6. Nikah gratis itu memang bagus dan itu akan menghemat pengeluaran kami sebagai tuan rumah, namun ada hal yang sangat penting yaitu ijab qabul, kami ingin ketika ijab qabul itu di ucapkan orang banyak harus tau dan ikut serta menjadi saksi atas terjadinya sebuah ikatan dua belah pihak, nah sementara kita sama-sama tau kalau KUA ini tempat menampung orang banyak itu tidak ada, mau di suruh duduk dimana nanti tamu-tamu kami yang sebanyak ini apalagi zaman sekarang itu jarang kami dengar orang
7 70 melangsungkan pernikahan di KUA belum lagi masalah gunjingan negatife masyarakat yang akan kami dengar, dek harok nikah gratis bia lah basampik sampik di KUA tu, baharago bana dek ee pitih 600 ribu tu, sakali dalam saumuah iduik nyoh ndak lo urang banyak dapek mancaliak ee nikah tu doh, yo lah jadi jaguang bana mah, kira-kira seperti itulah sindiran masyarakat kepada kami.(silvia dan Badrisul, SE 2017). Seperti yang telah dipaparkan oleh para responden di atas yang menjadi alasan utama yang banyak penulis temukan di lapangan pada umumnya adalah masalah fasilitas pelayanan publik yang tidak memenuhi standar kenyamanan masyarakat untuk melaksanakan pernikahan di balai nikah KUA Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman tersebut. Kemudian di lihat dari sudut pelayanan administrasinya menurut pendapat para responden, itu sangat rumit dan berbelit-belit apalagi sosialisasi PP gratis nikah di balai nikah KUA ini belum optimal pensosialisasiannya khususnya kepada masyarakat yang masih awam dengan aturan perundang-undangan. Kemudian dari penjelasan para responden di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa, pelaksanaan pernikahan di balai nikah kantor KUA banyak mendapatkan imeg negatif meskipun masyarakat menyambut hangat lahirnya peraturan pemerintah ini. Kemudian ini juga dipengaruhi oleh adat budaya turun temurun masyarakat setempat Upaya yang Dilakukan Pihak Kantor Urusan Agama terhadap Kondisi Rendahnya Persentase Pelaksanaan Akad Nikah di Kantor Urusan Agama Setelah Berlakunya PP Nomor 48 Tahun Kantor Urusan Agama yang merupakan salah satu lembaga yang mengawasi dan pelaksana atas Undang-undang Perkawinan khususnya atas pencatatan perkawinan sangat susah sekali memberikan pemahaman terhadap masyarakat bahwa melaksanakan dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku sangat baik sekali dan mempunyai keuntungan tersendiri bagi masyarakat khususnya seorang wanita akan
8 71 tetapi, sebahagian masyarakat peraturan ini sengaja tidak dipilih dikarenakan beberapa alasan yang telah penulis paparkan sebelumnya, oleh karena itu untuk menghindari rendahnya pelaksanaan akad nikah di balai nikah yang berlarut-larut maka Kepala Kantor Urusan Agama yang merupakan penegak hukum atau pelaksana Undang-undang tentang perkawinan melakukan beberapa upaya untuk memberikan terobosan ilmu kepada masyarakat guna meningkatkan kesadaran hukum terhadap apa yang telah diundang-undangkan di negara Indonesia ini. (Kepala KUA Kec. Pariaman Tengah 2017). Adapun beberapa upaya yang dilakukan pihak KUA dalam menanggulangi rendahnya minat masyarakat yang ingin melaksanakan pernikahan gratis di balai nikah diantaranya adalah: 1. Memberikan pemahaman kepada masyarakat awam dalam bentuk wirid dan penyuluhan bahwa nikah yang dilaksanakan di KUA merupakan anjuran dari pemerintah dan untuk meringankan beban biaya pencatatan pernikahan dan sangat menguntungkan bagi ke dua belah pihak. 2. Menyurati pemerintah desa dan kelurahan jikalau ada pasangan yang ingin melengkapi administrasi kepemerintahan supaya disarankan atau diberitahukan agar mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. 3. Kepala KUA mengadakan penyuluhan atau sosialisasi tentang berlakunya PP No. 48 Tahun 2014 ini terhadap pemuka-pemuka masyarakat dan bekerjasama dengan pemerintahan kecamatan dan pemerintahan desa atau kelurahan khususnya terhadap niniak mamak yang ikut serta dalam memberikan keizinan bagi kemenakannya untuk melakukan atau melangsungkan pernikahan. 4. Pegawai Pejabat Pencatat Nikah (P3N) memberikan pencerahan kepada seluruh kalangan masyarakat dalam bentuk wirid dan pengajian yang berkaitan dengan hukum keluarga dan pelaksanaan
9 72 Undang-undang Perkawinan serta PP No. 48 Tahun 2014 supaya tidak ada lagi pandangan negatif jika pernikahan dilangsungkan di balai nikah KUA. 5. Melakukan rapat koordinasi dengan pemerintahan kecamatan dan dihadiri oleh seluruh pejabat pemerintah desa atau kelurahan setiap dua kali dalam satu bulan. (Kepala KUA Kec. Pariaman Tengah 2017). Dari beberapa upaya yang dilakukan KUA Kecamatan Pariaman Tengah dalam menerapkan peraturan tersebut sangat kecil sekali keberhasilannya dikarenakan beberapa kendala yang ditemukannya seperti: 1. Kurangnya simpati atau minat masyarakat dalam mengikuti program penyuluhan dan sosialisasi peraturan tersebut dikarenakan masyarakat beranggapan bahwa menghadiri program ini hanya buang-buang waktu saja yang tidak menghasilkan uang. 2. Tidak adanya biaya langsung dari pemerintah pusat dan daerah dalam mengadakan penyuluhan dan sosialisasi peraturan tersebut sehingga Kepala KUA tidak bisa memberikan biaya transportasi kepada tamu undangan yang datang sekaligus makan siangnya. 3. Adanya pengaruh adat di kalangan masyarakat itu sendiri dalam hal perkawinan, karena dimana berlangsung atau tidaknya sebuah perkawinan atau pernikahan tergantung kepada keizinan Niniak Mamak. 4. Tidak adanya kewenangan KUA dalam mencampuri urusan perkawinan secara adat walaupun ketetapan dan ketentuan adat itu bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 5. Adanya ketakutan dari Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) itu sendiri dalam menghimbau pelaksanaan akad nikah yang dilakukan di luar balai nikah KUA itu secara keras dan tegas
10 73 karena beliau tidak mempunyai wewenag tentang hal itu.(kepala KUA Kec. Pariaman Tengah 2017) Analisis Penulis Berdasarkan data-data pada bab sebelumnya dan juga hasil wawancara dengan narasumber maka penulis dapat menganalisis bahwa faktor yang melatarbelakangi rendahnya persentase pelaksanaan akad nikah di balai nikah KUA Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman setelah berlakunya PP No. 48 Tahun 2014 yang pertama adalah; banyak anggapan atau asumsi masyarakat pariaman bahwa melakukan ijab qabul di KUA itu terdapat hal-hal yang berimeg negatif karena paradigma masyarakat masih sama dengan kebanyakan orang-orang pariaman yang kental dengan adat budayanya. Ke dua, calon pengantin merasa tidak nyaman dengan kondisi fasilitas yang dimiliki oleh balai nikah KUA tersebut yang kurang memadai, dengan kondisi ruangan pelayanannya kecil, atap sudah rusak dan terlihat kurang terawat serta kurang menarik minat masyarakat untuk melaksanakan pernikahan disana. Pada dasarnya pandangan suatu perkawinan dari segi agama suatu segi yang penting dalam agama, perkawinan itu dianggap suatu lembaga yang suci. Upacara perkawinan adalah upacara yang suci, yang mana kedua pihak dihubungkan menjadi pasangan suami isteri atau saling meminta untuk menjadi pasangan hidupnya dengan mempergunakan nama Allah SWT, maka mereka harus bisa merasa senyaman mungkin untuk melakukan ijab qabul yang sangat sakral tersebut yang dilakukan hanya sekali seumur hidup, tentu mereka menginginkan suasana yang nyaman dan yang terbaik. Kemudian yang ke tiga selain masalah fasilitas yang telah dipaparkan sebelumnya, menurut analisis penulis, masyarakat masih banyak yang beranggapan bahwa melaksanakan pernikahan di kantor KUA itu rumit dan sulit serta biaya transportasi yang cukup tinggi membuat masyarakat enggan untuk melaksanakan pernikahan di sana, meskipun aturan tarif biaya nikah itu telah diatur oleh pemerintah dengan menerbitkan Peraturan
11 74 Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014, apalagi dengan jarak tempuh yang cukup jauh membuat pihak keluarga merasa repot. Adapun mengenai upaya yang dilakukan pihak KUA agar persentase pelaksanaan akad nikah di balai nikah itu meningkat setelah berlakunya PP No. 48 Tahun 2014 menurut analisis penulis setelah penulis melihat problematika yang terjadi di lapangan pada dasarnya adalah sosialisasi yang dilakukan belum optimal dijalankan oleh pihak KUA, sesuai dengan surat edaran Menteri Agama tentang pensosialisasian PP ini dengan kata lain, pensosialisasian PP ini dilakukan setengah hati oleh pihak KUA karena terkendala oleh biaya transportasi yang tidak mencukupi, dan mengakibatkan masih banyak masyarakat yang berasumsi bahwa pernikahan yang dilakukan di KUA itu memiliki permasalahan yang sangat rumit dan urusan administrasinya sangat berbelit-belit. Maka dari itu masyarakat masih banyak yang memilih untuk melaksanakan pernikahan di luar balai nikah meskipun mereka harus dibebankan oleh biaya yang cukup tinggi.
BAB IV PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN PONDOK SUGUH KABAPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU
BAB IV PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN PONDOK SUGUH KABAPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU 1. Penyebab Dicatatnya Pernikahan di Bawah Umur di Kantor Urusan Agama Kecamatan Pondok
Lebih terperinciSIMULASI PELAKSANAAN AKAD NIKAH
SIMULASI PELAKSANAAN AKAD NIKAH OLEH : H. MAHMUD FAUZI BIDANG URAIS & BINSYAR KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROPINSI JAWA TIMUR I. PENDAHULUAN Pernikahan yang dinyatakan sebagai sunnatullah ini merupakan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa perkawinan yang oleh masyarakat disebut sebagai peristiwa yang sangat penting dan religius. Arti perkawinan sendiri ialah ikatan lahir batin antara seorang
Lebih terperincimenikah akan membentuk keluarga yang sakinah, mawadah warahmah. Dalam pernikahan yang berlandaskan al- Qur an dan Sunnah. Tata cara tersebut antara
Latar Belakang Masalah Dalam Islam setiap orang diwajibkan untuk menikah. Karena dengan menikah akan membentuk keluarga yang sakinah, mawadah warahmah. Dalam Islam juga telah diberikan konsep yang jelas
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI UMUM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA NIKAH DAN EFEKTIVITAS PENERAPANNYA
BAB III DESKRIPSI UMUM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA NIKAH DAN EFEKTIVITAS PENERAPANNYA A. Latar belakang ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 tentang Biaya Nikah
Lebih terperinciBAB III FAKTOR-FAKTOR PENINGKATAN PELAKSANAAN AKAD NIKAH DI KUA SEDATI KABUPATEN SIDOARJO
BAB III FAKTOR-FAKTOR PENINGKATAN PELAKSANAAN AKAD NIKAH DI KUA SEDATI KABUPATEN SIDOARJO A. Gambaran Umum KUA Sedati Kabupaten Sidoarjo 1. Profil Kantor Urusan Agama (KUA) Sedati Kantor Urusan Agama (KUA)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan kepada umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENCATATAN PERKAWINAN ANAK ANGKAT DI KUA KEC. SAWAHAN KOTA SURABAYA
BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENCATATAN PERKAWINAN ANAK ANGKAT DI KUA KEC. SAWAHAN KOTA SURABAYA A. Analisis Proses Pencatatan Perkawinan Anak Angkat di KUA Kec. Sawahan Kota Surabaya Sebagaimana disebutkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PERKAWINAN DAN PENCATATAN PERKAWINAN ANAK ADOPSI DI KUA KEC. PRAJURIT KULON KOTA MOJOKERTO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PERKAWINAN DAN PENCATATAN PERKAWINAN ANAK ADOPSI DI KUA KEC. PRAJURIT KULON KOTA MOJOKERTO A. Analisis Pencatatan Perkawinan Anak Adopsi di KUA Kec. Prajurit
Lebih terperinciBAB IV. Pelaksanaan perkawinan telah diatur di dalam UU No. 1 Tahun Pasal 12 yang berbunyi bahwa tata cara pelaksanaan perkawinan diatur
BAB IV ANALISIS MAS}LAH}AH MURSALAH TETANG MENIKAH DI KANTOR URUSAN AGAMA A. Efektivitas menikah di Kantor Urusan Agama Kabupaten Mojokerto Kawasan Selatan Pelaksanaan perkawinan telah diatur di dalam
Lebih terperinciMENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki
MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki Perkawinan atau pernikahan merupakan institusi yang istimewa dalam Islam. Di samping merupakan bagian dari syariah Islam, perkawinan memiliki hikmah
Lebih terperinciBAB III PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN BIAYA NIKAH DI KUA WILYAH GRESIK UTARA
BAB III PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN BIAYA NIKAH DI KUA WILYAH GRESIK UTARA A. Diskripsi Wilayah Kantor Urusan Agama (KUA) Kabupaten Gresik Kantor Urusan Agama (KUA)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berpasang-pasangan, menjadikan manusia laki-laki berpasangan dengan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial dimana memiliki sifat saling membutuhkan, karena sejak lahir manusia telah dilengkapi dengan naluri untuk senantiasa
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Perkawinan Menurut Hukum Adat Minangkabau di Kenagarian Koto Baru, Kecamatan Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Biaya Administrasi Perkawinan di Kantor Urusan Agama Kecamatan
BAB V PEMBAHASAN A. Biaya Administrasi Perkawinan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Tulungagung Kabupaten Tulungagung Pernikahan di Indonesia secara formal telah diatur Pemerintah dengan diberlakukannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan sakral dalam kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari kehidupan manusia
Lebih terperinciINSTRUKSI MENTERI AGAMA R.I. NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENINGKATAN PELAYANAN PERNIKAHAN PADA KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN
INSTRUKSI MENTERI AGAMA R.I. NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENINGKATAN PELAYANAN PERNIKAHAN PADA KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka Pelaksanaan Peraturan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr
BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr A. Analisis terhadap proses penyelesaian wali adhal di Pengadilan Agama Singaraja Nomor.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON A. Analisis Hukum Islam terhadap Alasan KUA Melaksanakan Pernikahan dengan Menggunakan Taukil Wali Nikah via Telepon Setelah mengetahui
Lebih terperinciBAB III AKTA NIKAH DALAM LINTAS HUKUM. A. Akta Nikah dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974
BAB III AKTA NIKAH DALAM LINTAS HUKUM A. Akta Nikah dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Perkawinan merupakan institusi kecil yang sangat penting dalam masyarakat. Eksistensi institusi ini adalah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis mengadakan pengolahan dan menganalisis data dari hasil penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencatatan perkawinan dalam pelaksanaannya diatur dengan PP No. 9 Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II Pasal 2 ayat (1) PP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan dalam pandangan Islam adalah sesuatu yang luhur dan sakral, bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah Rasulullah. Sebab di
Lebih terperinciSIMPULAN DAN SARAN. dengan hasil pengetahuan tidak tahu, mengeluarkan sikap tidak setuju dan
VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat terhadap kebijakan kementerian agama dalam pelaksanaan peraturan akad nikah
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Implementasi merupakan suatu kajian mengenai kebijakan yang mengarah
IV. GAMBARAN UMUM A. Implementasi Kebijakan Implementasi merupakan suatu kajian mengenai kebijakan yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman dahulu hingga kini, karena perkawinan merupakan masalah yang aktual untuk dibicarakan di dalam maupun
Lebih terperinciBAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.
42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi
Lebih terperinciBAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN PERJANJIAN PRANIKAH PASCA PERKAWINAN (Studi Kasus di Desa Mojopilang Kabupaten Mojokerto)
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN PERJANJIAN PRANIKAH PASCA PERKAWINAN (Studi Kasus di Desa Mojopilang Kabupaten Mojokerto) A. Analisis Hukum Islam Terhadap Perjanjian Pranikah Dalam hukum
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan
BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan Syariat Islam telah menjadikan pernikahan menjadi salah
Lebih terperinciBAB LIMA PENUTUP. sebelumnya. Dalam bab ini juga, pengkaji akan mengutarakan beberapa langkah
BAB LIMA PENUTUP 5.0 Pendahuluan Di dalam bab ini, pengkaji akan mengemukakan kesimpulan yang diperoleh daripada perbahasan dan laporan analisis kajian yang telah dijalankan daripada babbab sebelumnya.
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. kesimpulan serta saran yang berhubungan dengan hasil penelitian. telah ditetapkan dan Administrasi Pernikahan adalah proses pencatatan
BAB VI PENUTUP Pada bab V telah diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang pelasanaan pelayanan administrasi pernikahan pada kantor urusan agama kecamatan tualang kabupaten siak. Dalam bab ini akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencatatan perkawinan sangat penting dalam kehidupan berumah tangga, terutama bagi kaum perempuan. Hal ini merupakan upaya pemerintah untuk melindungi hak-hak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perempuan pastilah yang terbaik untuk mendampingi lelaki, sebagaimana
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan diciptakan Allah untuk mendampingi lelaki, demikian pula sebaliknya. Ciptaan Allah itu pastilah yang paling baik dan sesuai buat masingmasing. Perempuan pastilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 5. Ibid, Pasal 2 ayat (1) 3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan ketetapan pemerintah dalam Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 2 ayat (2) dan KHI Pasal 5 ayat (1) : Setiap perkawinan harus dicatat.1 Hal ini
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA
59 BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA A. Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perkawinan di bawah Umur Tanpa Dispensasi Kawin Perkawinan ialah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. penelitian kepustakaan seperti buku-buku, dokumen-dokumen, jurnal, dan lainlain
59 BAB IV ANALISIS DATA Setelah penulis menguraikan setiap bab yang memiliki hubungan dengan judul skripsi penulis, maka penulis akan menganalisa data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan ujung tombak Kementerian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan ujung tombak Kementerian Agama di bidang keagamaan di Daerah. Ia menempati posisi yang sangat strategis, karena letaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon) Dimana memiliki sifat yang saling membutuhkan, karena sejak lahir manusia telah dilengkapi dengan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah peneliti melakukan penelitian dan mengolah data hasil observasi
126 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah peneliti melakukan penelitian dan mengolah data hasil observasi dan hasil wawancara pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab V ini peneliti akan mengambil
Lebih terperinciBAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA A. Penyajian Data 1. Profil Desa Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di desa Gunung Batu Besar Kecamatan Sampanahan Kabupaten Kotabaru, yang memiliki
Lebih terperinci2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,
Pendahuluan Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam masyarakat. Di dalam agama islam sendiri perkawinan merupakan sunnah Nabi Muhammad Saw, dimana bagi setiap umatnya dituntut untuk mengikutinya.
Lebih terperinciBAB III PENENTUAN WALI HAKIM DI KUA KEC. TAYU KAB. PATI. 21 KUA Kecamatan yang ada di Kabupaten Pati, yang
BAB III PENENTUAN WALI HAKIM DI KUA KEC. TAYU KAB. PATI A. Profil KUA Kec. Tayu Kab. Pati Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tayu merupakan salah satu dari 21 KUA Kecamatan yang ada di Kabupaten Pati,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi
1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelanggaran kawin sasuku pada masyarakat Minangkabau dianggap sebagai perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi lokasi penelitian ini terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian merupakan suatu estafet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpenting mental atau psikis seseorang. Artinya, calon suami dan istri harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti ingin menikah dengan pasangan yang dicintainya. Pernikahan harus didasari oleh kesiapan yakni fisik, material dan yang terpenting mental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup saling berdampingan dengan manusia yang lain sebagaimana sifat manusia sebagai makhluk sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kantor Urusan Agama (KUA) adalah instansi Departemen Agama yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kantor Urusan Agama (KUA) adalah instansi Departemen Agama yang bertugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Departemen Agama kabupaten/kota di bidang urusan agama islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan untuk meneruskan keturunan. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang sangat dianjurkan untuk melakukannya. 1 Sebab pernikahan merupakan suatu prosesi yang dapat menghalalkan hubungan biologis
Lebih terperinciKAJIAN YURIDIS PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MUNGKID NOMOR PERKARA 0019/Pdt.P/2012/PA. Mkd TENTANG ITSBAT NIKAH DALAM MENENTUKAN SAHNYA STATUS PERKAWINAN
KAJIAN YURIDIS PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MUNGKID NOMOR PERKARA 0019/Pdt.P/2012/PA. Mkd TENTANG ITSBAT NIKAH DALAM MENENTUKAN SAHNYA STATUS PERKAWINAN Mochammad Didik Hartono 1 Mulyadi 2 Abstrak Perkawinan
Lebih terperinciFENOMENA NIKAH MASSAL DAN KORELASI TERHADAP ISBAT NIKAH ( Titik Singgung Wewenang 2 in 1 Pengadilan Agama dengan Kementerian Agama )
FENOMENA NIKAH MASSAL DAN KORELASI TERHADAP ISBAT NIKAH ( Titik Singgung Wewenang 2 in 1 Pengadilan Agama dengan Kementerian Agama ) Oleh : Mhd. Habiburrahman. SHI 1 A. Pendahuluan Kesadaran masyarakat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUIKUM ISLAM TERHADAP NIKAH SIRRI ONLINE
BAB IV ANALISIS HUIKUM ISLAM TERHADAP NIKAH SIRRI ONLINE A. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pelaksanaan Nikah Sirri Online Setelah mengetahui praktek pelaksanaan nikah sirri online yang marak terjadi
Lebih terperinciBAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN
BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN Menurut Imam Asy-Syathibi jika aturan/hukum itu membawa kepada kemaslahatan, maka aturan /hukum itu harus dijadikan sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN IMPLIKASI HUKUM PERKAWINAN AKIBAT PEMALSUAN STATUS CALON SUAMI DI KUA
BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN IMPLIKASI HUKUM PERKAWINAN AKIBAT PEMALSUAN STATUS CALON SUAMI DI KUA KECAMATAN SUKODONO MENURUT KHI DAN FIQIH MADZHAB SYAFI I 1. Analisis Implikasi Hukum perkawinan
Lebih terperinciP U T U S A N SALINAN
P U T U S A N SALINAN Nomor :133 /Pdt.G/2008/PA.Slk. BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang memeriksa dan mengadili perkara Cerai Gugat
Lebih terperinciMam MAKALAH ISLAM. Paradigma Baru Pelayanan KUA Bidang Perkawinan
Mam MAKALAH ISLAM Paradigma Baru Pelayanan KUA Bidang Perkawinan 22, September 2014 Makalah Islam Paradigma Baru Pelayanan KUA Bidang Perkawinan Asep Rohadian,Lc (Penghulu KUA Ciampea Kabupaten Bogor)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu amalan sunah yang disyari atkan oleh Al- Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, segala sesuatu
Lebih terperinciBAB IV PENERAPAN SIMKAH ONLINE DI KUA KOTA SURABAYA DALAM PERSPEKTIF PMA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENCATATAN NIKAH
BAB IV PENERAPAN SIMKAH ONLINE DI KUA KOTA SURABAYA DALAM PERSPEKTIF PMA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENCATATAN NIKAH A. Mekanisme SIMKAH Online di KUA Kota Surabaya dalam Perspektif PMA Nomor 11 Tahun
Lebih terperinciWALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG
WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI
Lebih terperinciPUTUSAN Nomor : 1262/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
PUTUSAN Nomor : 1262/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat
Lebih terperinciLAMPIRAN HASIL WAWANCARA
LAMPIRAN HASIL WAWANCARA 83 LAMPIRAN Wawancara Dengan Bapak Eriyanto, Ketua Adat di Karapatan Adat Nagari Pariaman. 1. Bagaimana Proses Pelaksanaan Tradisi Bajapuik? - Pada umumnya proses pelaksanaan perkawinan
Lebih terperinciPUTUSAN Nomor 015/Pdt.G/2014/PA.Mtk
PUTUSAN Nomor 015/Pdt.G/2014/PA.Mtk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Mentok yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara tertentu dalam persidangan
Lebih terperinciBAB III PROFIL DAN PEMBAHASAN. Kantor Urusan Agama (KUA) yang bertempat di Jl. Putting Marga
14 BAB III PROFIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Kantor Urusan Agama Way Tenong Kantor Urusan Agama (KUA) yang bertempat di Jl. Putting Marga Pekon Mutar Alam kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat, berfungsi
Lebih terperinciBAB III PERKAWINAN SIRI DI INDONESIA. A. Upaya Pemerintah Dalam Menangani Maraknya Perkawinan Siri
BAB III PERKAWINAN SIRI DI INDONESIA A. Upaya Pemerintah Dalam Menangani Maraknya Perkawinan Siri Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, merupakan suatu upaya pemerintah untuk mengatasi keanekaragaman,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENETAPAN PA SIDOARJO NOMOR. 94/PDT.P/2008/PA.SDA TENTANG PERUBAHAN NAMA SUAMI DALAM PERKAWINAN
BAB IV ANALISIS PENETAPAN PA SIDOARJO NOMOR. 94/PDT.P/2008/PA.SDA TENTANG PERUBAHAN NAMA SUAMI DALAM PERKAWINAN A. Analisis Terhadap Dasar pertimbangan Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim Dalam Penetapan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perceraian (Putusan. Banyuwangi) perspektif UU No.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. HASIL PENELITIAN 1. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perceraian (Putusan Perkara Nomor 1061/Pdt.G/2016/PA.Bwi di Pengadilan Agama Banyuwangi) perspektif UU No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan sangat dianjurkan dalam Islam, terutama bagi mereka yang secara lahir dan batin telah siap menjalankannya. Tidak perlu ada rasa takut dalam diri setiap muslim
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor 0736/Pdt.G/2012/PA.Kbm Bismillaahirrahmaanirrahiim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
1 P U T U S A N Nomor 0736/Pdt.G/2012/PA.Kbm Bismillaahirrahmaanirrahiim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kebumen yang memeriksa dan mengadili perkara Cerai Talak pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkawinan, sebuah tindakan yang telah disyari atkan oleh Allah SWT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peminangan atau pertunangan merupakan pendahuluan dari sebuah perkawinan, sebuah tindakan yang telah disyari atkan oleh Allah SWT sebelum adanya ikatan suami
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan
BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH A. Isbat Nikah 1. Pengertian Isbat Nikah Kata isbat berarti penetapan, penyungguhan, penentuan. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan
Lebih terperinciPutusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di
79 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TIDAK DITERAPKANNYA KEWENANGAN EX OFFICIO HAKIM TENTANG NAFKAH SELAMA IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI PUTUSAN NOMOR:1110/Pdt.G/2013/PA.Mlg) Putusan di atas merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang dimaksud dengan "ijab
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya
BAB IV ANALISIS A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya Mahar merupakan kewajiban oleh suami terhadap istri yang harus diberikan baik dalam atau setelah dilakukan akad nikah.
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 2202/Pdt.G/2011/PA.Kbm Bismillaahirrahmaanirrahiim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : 2202/Pdt.G/2011/PA.Kbm Bismillaahirrahmaanirrahiim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kebumen yang memeriksa dan mengadili perkara Cerai Talak pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup
Lebih terperinciBAB III PERKAWINAN DI BAWAH ANCAMAN TERHADAP KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS
40 BAB III PERKAWINAN DI BAWAH ANCAMAN TERHADAP KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS A. Proses Terjadinya Kawin di bawah Ancaman Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas di Desa Klapayan Kecamatan Sepulu Kabupaten
Lebih terperinciB. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan
A. Latar Belakang Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-nya. Ikatan suci ini adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menganjurkan manusia untuk hidup berpasang-pasangan yang bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan yang terinstitusi dalam satu lembaga yang kokoh, dan diakui baik secara agama maupun
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
1 2 TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi Penelitian di Pengadilan Agama Kota Gorontalo) Nurul Afry Djakaria
Lebih terperinciIZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA
3 IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA Oleh : Alip No. Mhs : 03410369 Program Studi : Ilmu Hukum UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Lebih terperincimelakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada hamba- Nya melalui hasil pernikahan guna meneruskan kehidupan selanjutnya. Secara umum anak adalah seorang
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA RUMAH KOS
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : BUPATI BANYUWANGI, a. bahwa guna
Lebih terperinciبسم الله الر حمن الر حیم
P U T U S A N Nomor : /Pdt.G/2014/PA Ppg بسم الله الر حمن الر حیم DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasir Pengaraian yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada
Lebih terperinciTENTANG DUDUK PERKARA
1 P U T U S A N Nomor : 1598/Pdt.G/2011/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kebumen yang memeriksa dan mengadili perkara perdata Cerai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan salah satu sunatullah yang berlaku pada semua mahluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dengan naluri mahluk, dan masing-masing
Lebih terperinciBAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7
BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENGAKUAN SEBAGAI UPAYA PEMBUKTIAN DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NO. 0758/PDT.G/2013 TENTANG PERKARA CERAI TALAK A. Analisis Yuridis Terhadap Pengakuan Sebagai
Lebih terperinciPUTUSAN. Nomor : 0840/Pdt.G/2010/PA.Pas DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN
PUTUSAN Nomor : 0840/Pdt.G/2010/PA.Pas qvºrû spºrû tûû qt± DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah akad yang sangat kuat ( mitsaqan ghalidzan) yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah akad yang sangat kuat ( mitsaqan ghalidzan) yang dilakukan secara sadar oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk keluarga
Lebih terperinci...Humas Kanwil Kemenag Prov. Jabar
PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENCATATAN NIKAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa untuk memenuhi tuntutan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk hidup bersama dengan sesamanya. Manusia dilahirkan untuk saling melengkapi satu dengan yang lain,
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,
WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa dalam mewujudkan rumah kos sebagai
Lebih terperinciBAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Tentang Pendapat Beberapa Kepala KUA di Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin Tentang Taukil Wali Bil Kitabah. 1. Responden I a. Identitas Responden Responden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
Lebih terperinciPENCATATAN NIKAH, TALAK DAN RUJUK MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1/1974 DAN PP. NO. 9/1975. Yasin. Abstrak
PENCATATAN NIKAH, TALAK DAN RUJUK MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1/1974 DAN PP. NO. 9/1975 Yasin Abstrak Apabila ternyata dari hasil penelitian itu terdapat halangan perkawinan atau belum dipenuhi syarat-syarat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk menjalankan kehidupannya. Selain membutuhkan orang lain manusia juga membutuhkan pendamping hidup.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri dari ribuan pulau yang dipisahkan oleh lautan, menjadikan negara ini memiliki etnis serta
Lebih terperinciBAB II PASAR AIR TIRIS
BAB II PASAR AIR TIRIS A. Letak Geografis dan Demografis Kelurahan Air Tiris Air Tiris merupakan ibu kota dari Kecamatan Kampar, Kecamatan Kampar merupakan satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar dengan
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : /Pdt.G/2014/PA Ppg بسم الله الر حمن الر حیم DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : /Pdt.G/2014/PA Ppg بسم الله الر حمن الر حیم DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasir Pengaraian yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada
Lebih terperinciPUTUSAN. Nomor 0053/Pdt.G/2013/PA.Pkp DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
PUTUSAN Nomor 0053/Pdt.G/2013/PA.Pkp DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalpinang yang memeriksa dan mengadilli perkara tertentu pada tingkat pertama dalam persidangan
Lebih terperinciSecara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling
A. Latar Belakang Masalah Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling membutuhkan dan cenderung ingin hidup bersama. Berdasarkan sifatnya manusia sebagai makhluk
Lebih terperinci