BAB II TELAAH PUSTAKA
|
|
- Yulia Jayadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Cashless Society Cashless Society merujuk pada gaya hidup masyarakat yang cenderung untuk melakukan transaksi keuangan sehari-hari secara non-tunai (kompas.com). Bank Indonesia memiliki pandangan redaksional yang berbeda tentang pergerseran perilaku bertransaksi non tunai. Alih-alih menggunakan istilah cashless yang berarti pergeseran perilaku yang ditandai perubahan penggunaan instrumen pembayaran dari tunai ke non tunai (oxfordictionaries.com), Bank Indonesia menggunakan istilah less-cash. Less-cash society secara harafiah dapat diterjemahkan sebagai masyarakat yang semakin sedikit memanfaatkan uang tunai dalam transaksi sehari-hari (Bank Indonesia, 2014). Transaksi yang lebih banyak mengandalkan instrumen pembayaran elektronik dibanding uang tunai menjadi salah satu indikator less cash society. Bila mengacu pada tiga tahapan menuju electronic payment saat ini Indonesia berada dalam stage 1 bulk transition, yang ditandai adanya beragam instrumen dan channel pembayaran, namun penggunanya masih terbatas (Dewi, 2014). Lebih 11
2 lanjut Susiati Dewi (2014), pejabat Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran Bank Indonesia menjelaskan untuk menuju stage 2 dan selanjutnya, terdapat empat fokus pengembangan dan perbaikan meliputi pengembangan infrastruktur, perluasan jangkauan, harmonisasi regulasi dan koordinasi antar otoritas, serta perubahan perilaku masyarakat. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan era less cash tersebut sejalan dengan semangat untuk memberikan layanan keuangan yang inklusif kepada masyarakat. Pemerintah Indonesia dalam G20 Pittsburgh Summit 2009 menyepakati perlunya peningkatan akses keuangan bagi kelompok masyarakat unbanked yang dipertegas pada Toronto Summit tahun 2010, dimana 9 prinsip pengembangan keuangan inklusif dikeluarkan, yaitu: leadership, diversity, innovation, protection, empowerment, cooperation, knowledge, proportionality, dan framework (bi.go.id). Lebih lanjut, Bank Indonesia dalam laman resminya menjelaskan bahwa keuangan inklusif adalah ketersediaan akses layanan keuangan dan produk perbankan ke masyarakat berpenghasilan rendah ataupun masyarakat yang tergolong dalam masyarakat yang belum dapat dijangkau oleh layanan perbankan baik dari sisi supply maupun demand karena adanya gap 12
3 terkait produk, sarana, harga, hingga informasi layanan perbankan, atau yang lazim disebut masyarakat unbanked. Direktur Eksekutif Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Bank Indonesia Eni V Pangabean dalam diskusi Branchless Banking Solution for Efficiency di Jakarta menyatakan bahwa Indonesia menjadi salah satu dari 7 Negara yang memiliki strategi financial inclusion, selain 23 negara di Afrika, 4 Negara di Timur Tengah, dan Rusia yang juga menerapkan strategi financial inclusion (infobanknews.com). Dalam kesempatan yang sama, Pangabean mengungkapkan strategi tersebut dijalankan karena di Indonesia rasio orang dewasa yang memiliki rekening di sektor keuangan formal atau disebut juga dengan financial inclusion index, masih tergolong rendah, yaitu hanya 19,6%. Jauh lebih rendah dari Thailand 77,7%, Malaysia 66,7%, China 63,8%, Filipina 26,5%, dan Vietnam 21,4%. Pangabean pun meyakini bahwa Branchless Banking dalam kerangka financial inclusion dapat meningkatkan akses keuangan bagi masyarakat unbanked. Oleh karenanya pemerintah mendorong terciptanya cashless society dengan penggunaan sarana teknologi seperti EDC dan telepon seluler dalam kegiatan jasa layanan system pembayaran dan 13
4 keuangan terbatas yang tidak melalui kantor fisik bank (branchless banking). Branchless banking yang merupakan bagian dari era non tunai menyediakan layanan dasar perbankan ke masyarakat tanpa memerlukan biaya yang mahal seperti membuka sebuah cabang di lokasi yang sebelumnya belum terjangkau bank. Fredline & Rauktis (2014) mengungkapkan bahwa cara untuk meningkatkan financial inclusion index tidak hanya dilakukan dengan menumbuhkan kebiasaan menabung sedini mungkin dalam keluarga, namun juga harus diiringi dengan penyediaan akses ke akun tabungan itu sendiri. Selain dapat menyediakan layanan keuangan yang inklusif, cashless society juga dapat memberikan tata kelola yang baik dalam hal transaksi keuangan. Semua transaksi dan pembayaran dalam sebuah lingkungan akan diatur secara elektronis, menciptakan catatan yang permanen bagi pihak otoritas untuk menganalisa dan melacak bila diperlukan (thenewamarican.com). Keunggulan yang bisa diciptakan dari Era non tunai tersebut dapat menekan Underground Economy, yaitu masyarakat yang melakukan transaksi ekonomi tidak melalui banking system ataupun sistem pembayaran lain sehingga sulit dideteksi dan cenderung digunakan 14
5 untuk transaksi illegal seperti yang diungkapkan Van Hope (2006) dari Vrij Universiteit Brussels, dalam kesempatannya di Seminar Internasional Toward a Less Cash Society in Indonesia. Lebih lanjut, Van Hope mengungkapkan hasil survei di Belgia, 60% transaksi Cash yang digunakan dalam underground economy adalah transaksi ilegal Theory of Interpersonal Behaviour Respon atau perilaku dari masyarakat terhadap adanya era non tunai akan dianalisa menggunakan Theory of Interpersonal Behaviour yang dikemukakan oleh Triandis (1977). Teori Triandis (1977) dibangun berdasarkan teori yang sama dengan Theory of Reasoned Action (TRA) dan Theory of Planned Behaviour (TPB) dimana perilaku manusia dapat dipelajari dan diprediksi menurut kepercayaankepercayaan yang membentuk minat yang mengarahkan suatu perilaku, hanya saja teori-teori tersebut belum memisahkan komponen afektif dan kognitif. (Karaiskos et. al., 2012). Sependapat dengan Karaiskos (2012), Bamberg & Scmidt (2003) membandingkan bila Theory of Planned Behaviour yang dikemukakan Ajzen (1991) menyatakan bahwa perilaku sosial ada dibawah kendali alam sadar seorang individu (minat) saja, TIB menawarkan model yang lebih lengkap dengan menyatakan ada faktor 15
6 kebiasaan juga dapat mempengaruhi pembentukan sebuah perilaku. Attitude Facilitating Conditions Social Factors Intention Affect Behaviour Frequency of Past Behaviour Habits Gambar 2.1: Theory of Interpersonal Behaviour (TIB), Triandis (1977) Triandis (1977) menjelaskan bahwa behaviour (perilaku) dibentuk dari tiga dimensi yaitu intention, habit, dan facilitating conditions. Lebih lanjut, penjelasan Triandis (1977) yang dikutip dalam jurnal karya Gagnon et. al. (2003) menerangkan, dari ketiga dimensi tersebut, facilitating conditions menjadi satusatunya moderator yang dapat mempermudah realisasi dari sebuah perilaku. Intention yang merepresentasikan kendali alam sadar dalam memutuskan suatu perilaku, disusun dari attitude, social factors, dan affect. Sedangkan habbit yang 16
7 merepresentasikan kendali alam bawah sadar dalam memutuskan suatu perilaku dibentuk dari perilaku berulang yang dilakukan dimasa lalu (frequency of past behaviour). Mengutip dari Stern (2000) serta Bamberg dan Schmidt (2003), Darnton (2008) memaparkan bahwa perilaku (behavioural) adalah sebuah tindakan yang didasarkan pada harapan yang akan diperoleh (kognitif), perasaan yang akan didapat (afektif), serta rutinitas yang dilakukan Tsang (2015) yang meneliti tentang intensitas pelamar kerja untuk melamar bekerja di perusahaan kecil dan menengah meneguhkan bahwa sikap (attitude) adalah perilaku kepercayaan, atau dengan kata lain adalah persepsi seorang individu terhadap hubungan antara apa yang dilakukannya, dengan keuntungan dari apa yang sudah dilakukannya. Sebuah studi di Malaysia yang dilakukan oleh Marimuthu et. al. (2011) menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara minat untuk menggunakan alat pembayaran berbentuk kartu, dengan keuntungan relatif yang didapatkannya. Tingginya minat pakai berbanding lurus dengan keuntungan relatif yang diharapkan (Walker et. al., 2002). Sikap yang melihat harapan akan keuntungan yang didapat dengan menggunakan instrumen pembayaran non tunai dalam era non tunai, mempengaruhi minat 17
8 seorang individu terhadap pembayaran non tunai. Berdasarkan hal tersebut, maka dibentuk hipotesa sebagai berikut: H1 : Sikap (Attitude) terhadap transaksi non tunai berpengaruh signifikan positif pada minat (Intention) terhadap transaksi non tunai. Faktor lingkungan sosial (Social Factors) merepresentasikan kepercayaan yang berifat normatif dari seorang individu (Karaiskos et. al., 2012). Triandis (1980) menjelaskan bahwa social factors berakar pada persetujuan interpersonal dari seorang individu terhadap komunitas yang dianutnya dalam sebuah lingkungan sosial tertentu. Hasil penelitian yang dilakukan pada aktivitas fisik seperti berburu, menunjukkan hasil yang positif tentang bagaimana komunitas yang pendapat, pemikiran, dukungan, dan penyertaannya dianggap penting dapat mempengaruhi minat seseorang (Shrestha et. al., 2012). Regulator diantaranya adalah pemerintah, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi pihak-pihak penting dalam membentuk pertimbangan masyarakat, selain dari pribadi perseorangan yang pendapatnya sangat dihargai. Gaya hidup sosialita yang menganggap trend dalam sebuah komunitas sebagai hal yang penting 18
9 untuk diikuti, juga mempengaruhi minat masyarakat terhadap era non tunai. Teori tentang kerumunan (herding) dalam sebuah lingkungan juga dianggap berpengaruh pada social factors yang membentuk perilaku non tunai. Nofsinger (2005) dalam bukunya The Psychology of Investing menunjukkan bahwa investor selalu cenderung mengikuti apa yang dilakukan investor lainnya dalam sebuah komunitas. Sebagai contoh lain, penerapan instrumen pembayaran menggunakan layanan pesan singkat / short message service (SMS) oleh Vivo Cafe salah satu cafe yang paling digemari oleh kaum muda di Australia, menjadi salah satu contoh mengapa pembayaran melalui SMS menjadi nilai transaksi pembayaran mobile terbesar tahun 2014 di Australia (Watson, 2010). Berdasarkan hal tersebut, maka dibentuk hipotesa sebagai berikut: H2 : Faktor lingkungan sosial (Social Factors) berpengaruh signifikan positif pada minat (Intention) terhadap transaksi non tunai. Affect adalah respon emosional secara langsung pada sebuah pemikiran tentang perilaku tertentu (Triandis, 1980). Respon emosional tersebut digambarkan sebagai perasaan kesuka citaan, kerelaan, kebersediaan, atau kebalikannya. Triandis menambahkan affect dalam TIB yang dikembangkan 19
10 dari TPB & TRA karena seorang individu dapat mengambil keputusan berdasarkan perasaan mereka (Moody & Siponen, 2013). Maka dari itu, dalam jurnal yang sama, juga disebutkan bahwa affect menjadi input dalam pembentukan minat seseorang. Karaiskos (2012) dalam penelitiannya tentang minat penggunaan Mobile Data Service (MDS) membuktikan bahwa affect yang diartikannya sebagai perceived enjoyment memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat para pengguna internet untuk memakai layanan MDS. Berdasarkan hal tersebut, maka dibentuk hipotesa sebagai berikut: H3 : Emosional (Affect) berpengaruh signifikan positif pada minat (Intention) terhadap transaksi non tunai. Ajzen (1991) yang teorinya (Theory of Planned Behaviour) digunakan Triandis sebagai dasar membangun teori TIB, menyatakan bahwa minat adalah faktor utama dari suatu perilaku yang ditunjukkan seorang individu. Dengan kata lain, semakin besar minat seorang individu untuk terlibat dalam suatu perilaku, semakin besar kecenderungan ia untuk benar-benar melakukan perilaku tersebut. Shrestha et al, (2012) dalam penelitiannya di Oregon mengartikan minat (intention) sebagai rencana sadar atau keputusan yang diambil oleh seorang individu 20
11 untuk menunjukkan suatu perilaku. Penelitian terhadap kegiatan fisik di sasana olahraga yang dilakukan oleh Hobbs et al, (2013) membuktikan bahwa minat berpengaruh pada keikutsertaan seorang individu terhadap suatu perilaku. Berdasarkan hal tersebut, maka dibentuk hipotesa sebagai berikut: H4 : Minat (Intention) berpengaruh signifikan positif pada respon/perilaku (Behaviour) masyarakat terhadap transaksi non tunai. Satu hal yang dilewatkan oleh teori TRA & TPB adalah dengan mengasumsikan bahwa minat membentuk perilaku tanpa menyadari bahwa perilaku tersebut bisa saja telah dilakukan secara berulang sebelumnya (Bamberg & Schmidt, 2013). Dalam jurnal yang sama, Frequency of Past Behaviour dijelaskan oleh Bamberg of Schmidt (2003) sebagai perilaku yang dilakukan secara berulang, yang tidak disadari membentuk sebuah kebiasaan (habit) seorang individu. Sependapat dengan hal tersebut Moody & Siponen (2013) menjelaskan Perilaku yang dilakukan secara berulang dan sering, dapat menjadi suatu hal yang otomatis. Berdasarkan hal tersebut, maka dibentuk hipotesa sebagai berikut: 21
12 H5: Perilaku yang dilakukan secara berulang (Frequency of Past Behaviour) berpengaruh signifikan positif pada pembentukan kebiasaan (habit). Rasio financial inclusion index masyarakat Indonesia yang masih tergolong rendah yaitu hanya 19,6% menunjukkan masyarakat masih memiliki kebiasaan untuk menyimpan uang dalam bentuk tunai (infobanknews.com). Kebiasaan (habit) memiliki arti pilihan kebiasaan yang otomatis, atau tergerak dari alam bawah sadar, yang muncul tanpa adanya instruksi dari diri sendiri (Karasikos et al, 2012). Masih dalam jurnal yang sama, pernyataan Triandis (1980) menegaskan bahwa habit adalah perilaku yang sudah terotomasi pada situasi yang telah tersedia. Sehingga habit dapat membentuk sebuah perilaku secara langsung, tanpa perlu proses pembangunan minat terlebih dahulu. Penelitian yang dilakukan oleh Moody dan Siponen (2013) tentang penggunaan internet pribadi, menunjukkan bahwa kebiasaan memberikan pengaruh yang terkuat bagi seorang individu untuk menggunakan internet. Lebih lanjut Moody dan Siponen (2013) juga menjelaskan bilamana minat dan kebiasaan berinteraksi, maka akan memberikan prediksi yang kuat akan perilaku aktual seseorang. Berdasarkan hal tersebut, maka dibentuk hipotesa sebagai berikut: 22
13 H6: Kebiasaan dapat berpengaruh signifikan positif langsung dalam membentuk perilaku bertransaksi non tunai. Facilitating Conditions adalah faktor-faktor objektif dalam sebuah lingkungan yang dapat mempermudah maupun mempersulit sebuah perilaku dilakukan, menurut penilaian tiap-tiap individu (Triandis, 1980). Facilitating Conditions dalam TIB memiliki sifat yang mirip dengan kontrol perilaku persepsian (perceived behavioural control) dalam TPB. Karena meskipun minat yang dimiliki untuk melakukan suatu perilaku sudah kuat, namun jika terdapat rintangan semisal berupa keterbatasan sumber daya, maka perilaku tersebut urung dilakukan, seperti yang dikemukakan Triandis (1980) dalam jurnal yang ditulis Karaiskos (2012). Sependapat dengan hal tersebut, Moody & Siponen (2013) menyatakan perilaku dapat terwujud tergantung pada kemampuan dan keterampilan seorang individu dalam mengatasi hambatan yang ada. Dalam era non tunai sistem yang meliputi segi perangkat lunak maupun perangkat keras, serta sumber daya listrik dan keuangan yang kurang memadai, dapat menjadi penghambat. Semakin besar sumber daya yang dimiliki seorang individu untuk 23
14 mengatasi permasalahan yang menghambat terlaksananya suatu perilaku, maka semakin besar kemungkinan perilaku seorang individu terlaksana Tsang & Wang (2015). Sumber daya kemampuan finansial yang lebih dan akses yang mudah terhadap instrumen pembayaran non tunai, dapat langsung mempengaruhi perilaku seorang individu untuk menggunakan instrumen pembayaran non tunai. H7: Ketersediaan fasilitas yang membantu (Facilitating Condition) memberikan memberikan pengaruh signifikan positif dalam proses pengambilan keputusan perilaku transaksi non tunai. 24
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak enam puluh tahun yang lalu sudah muncul pemikiran tentang Cashless society. Para pakar sudah memprediksikan adanya cashless society ketika kartu pembayaran umum
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 5.1. Kesimpulan Terbukti dalam sebuah pengambilan keputusan bertransaksi tidak hanya dipengaruhi oleh minat saja, namun juga dipengaruhi oleh kebiasaan dan juga kondisi fasilitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna jasa keuangan perbankan di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Peneliti memilih populasi pengguna jasa keuangan di
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan salah satu teknik Non-Probability Sampling, yaitu purposive sampling.
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5849 KEUANGAN OJK. Modal. BPR. Jaringan Kantor. Kegiatan Usaha. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 34). PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyediakan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh stakeholder sebagai. dasar untuk pengambilan keputusan dalam organisasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi telah berkembang dengan cepat dan mempengaruhi berbagai aspek dalam organisasi. Perubahan lingkungan bisnis menuntut organisasi untuk menyesuaikan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Financial inclusion merupakan suatu upaya yang bertujuan meniadakan segala bentuk hambatan terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan perbankan dengan
Lebih terperinci- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN WILAYAH JARINGAN KANTOR BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN MODAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi. Saat ini layanan sistem pembayaran yang melibatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menghasilkan inovasi-inovasi baru hampir diseluruh sektor perekonomian. Perkembangan sistem pembayaran merupakan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Technology Acceptance Model (TAM) TAM adalah teori sistem informasi yang memodelkan penerimaan dan penggunaan teknologi. TAM yang dikemukakan oleh Davis (Davis, 1989) merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mencegah kelemahan dari penggunaan uang tunai tersebut, kini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang selalu dibutuhkan manusia dalam kegiatan ekonomi. Uang telah lama digunakan sebagai alat pembayaran yang sah, namun penggunaan uang tunai dirasa memberikan banyak
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemajuan informasi dan teknologi yang pesat serta era globalisasi memberikan pengaruh yang besar terhadap sistem perekonomian, baik ekonomi makro maupun mikro. Di antara
Lebih terperinciTANTANGAN DAN PELUANG BAGI INDUSTRI BPR KE DEPAN
TANTANGAN DAN PELUANG BAGI INDUSTRI BPR KE DEPAN AGENDA PRESENTASI I. PERKEMBANGAN INDUSTRI BPR II. TANTANGAN DAN PELUANG INDUSTRI BPR KE DEPAN A. FINANCIAL INCLUSION B. BRANCHLESS BANKING C. MEA 2015
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
1 BAB I LATAR BELAKANG I.1 Latar Belakang Masalah Melihat perkembangan di industri perbankan, kini setiap bank berlomba untuk meningkatkan jasa dalam bentuk servis kepada masyarakat. Sebagaimana kita ketahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transaksi keuangan. Jika ditelusuri lewat sejarah sejak dulu sampai. tidak akan dapat lepas dari dunia perbankan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, bank merupakan salah satu media transaksi keuangan. Bank memberikan berbagai fasilitas dalam memudahkan proses transaksi keuangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. media layanan elektronik (e-channel) saat ini telah jauh berkembang. Bahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan teknologi yang terus berevolusi, aktivitas transaksi melalui media layanan elektronik (e-channel) saat ini telah jauh berkembang. Bahkan sudah banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Telepon seluler saat ini telah menjadi alat komunikasi serta informasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Telepon seluler saat ini telah menjadi alat komunikasi serta informasi yang memiliki peran sangat penting dalam kehidupan masyarakat dan telah berkembang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsi standar menjadi hadirnya sebuah telepon seluler pintar atau smartphone
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri telekomunikasi nasional saat ini ditandai dengan tiga tren utama (APJII, 2013). Pertama, tergesernya fitur telepon genggam atau ponsel dengan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kreatif memicu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan akselerasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kemampuan sumber daya manusia yang sangat inovatif dan kreatif memicu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan akselerasi yang tinggi. Perkembangan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberterimaan aplikasi mobile banking oleh nasabah. Penelitian ini menggunakan model
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan produk produk lainnya dalam rangka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam memajukan perekonomian negara, perbankan mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini karena bank mempunyai fungsi utama untuk menghimpun dana dari masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selain berfungsi sebagai alat tukar (medium of exchange) dan alat pembayaran yang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang menjadi latar belakang penelitian, perumusan masalah, batasan masalah, keaslian penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat yang diharapkan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memanfaatkan teknologi yang sudah di modernisasi dan juga dapat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan dan perkembangan teknologi yang diiringi dengan perkembangan sistem informasi berbasis teknologi terjadi begitu pesat di era globalisasi ini. Dengan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah nasabahnya. Bisnis inti BCA adalah perbankan transaksi dimana BCA selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri perbankan saat ini berupaya untuk meningkatkan kepuasan nasabah sehingga dapat menarik minat konsumen lebih banyak dan menjaga kesinambungan jumlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Automatic Teller Machine (ATM) dan electronic banking (e-banking)
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan layanan perbankan tidak lagi hanya dengan slogan layanan yang aman dan terpercaya, namun juga mampu memberikan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
Lebih terperinciPETA PERSAINGAN JASA KEUANGAN VS FINTECH DI ERA DIGITAL. Finansial Inclusion & Financial Technology. Widya T Harjono
PETA PERSAINGAN JASA KEUANGAN VS FINTECH DI ERA DIGITAL Finansial Inclusion & Financial Technology Widya T Harjono director@invest.co.id Pelatihan Digital Banking dan Financial Technology 18 November 2017
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu Penelitian tentang mobile banking telah banyak dilakukan oleh peneliti di berbagai negara. Adapun jenis mobile banking yang paling banyak diteliti
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. portal internet yang memungkinkan nasabah untuk menggunakan berbagai
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Online Banking Pikkarainen et. al., (2004) mendefinisikan online banking sebagai sebuah portal internet yang memungkinkan nasabah untuk menggunakan berbagai layanan perbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan lingkungan yang serba cepat dan dinamis. Organisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi, para pelaku bisnis di dunia dihadapkan pada perubahan lingkungan yang serba cepat dan dinamis. Organisasi membutuhkan teknologi informasi agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Transaksi Non-Tunai di Indonesia dalam beberapa tahun
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penggunaan Transaksi Non-Tunai di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Disatu sisi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia yang penuh dengan tantangan dan persaingan mengharuskan pada semua sektor kehidupan dan perusahaan untuk mempersiapkan diri, hal ini terjadi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Layanan online yang diberikan oleh BRI pada dasarnya terdiri dari penyediaan layanan ATM, mobile banking, phone banking, dan internet banking. Semua fasilitas
Lebih terperinciMenuju Less Cash Society Finansial Inclusion & Digital Divide
Menuju Less Cash Society Finansial Inclusion & Digital Divide Seminar Perkembangan Sistem Informasi Perbankan Di Indonesia Budi Hermana Universitas Gunadarma 24 Februari 2014 Digital + Finansial bi.go.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi utamanya bank yang sehat dan efisien. Perbankan yang efisien akan mendukung
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga intermediasi sangat berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi utamanya bank yang sehat dan efisien. Perbankan yang efisien akan mendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejalan dengan perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi, jasa pelayanan transaksi perbankan juga berkembang pesat. Guna meningkatkan pelayanan terhadap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia bisnis ritel ini, setiap saat akan berkembang sehingga menyebabkan berbagai jenis ritel bermunculan dan persaingan di dalam bisnis ritel yang sejenis
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan diuraikan beberapa teori mengenai mengenai The Unified Theory of Acceptance and Use Of Technology (UTAUT), perumusan hipotesis penelitian, dan model penelitian.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM) merupakan model yang diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disalurkan dan diinvestasikan ke sektor-sektor ekonomi yang produktif.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi membantu kelancaran sistem pembayaran dan juga sebagai lembaga atau sarana dalam pelaksanaan
Lebih terperinciHighlights May Memahami penggunaan layanan keuangan masyarakat di Indonesia 1,250 20,000. kabupaten. provinsi di wilayah timur Indonesia
Highlights May 2017 Memahami penggunaan layanan keuangan masyarakat di Indonesia 93 kabupaten 4 provinsi di wilayah timur Indonesia Jawa Timur Populasi: 38.8 juta Responden: 6,873 Wilcah: 447 desa Selatan
Lebih terperinci- 3 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 76 /POJK.07/2016 TENTANG PENINGKATAN LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN BAGI KONSUMEN DAN/ATAU MASYARAKAT I. UMUM Saat ini pengetahuan
Lebih terperinciBAB I INTRODUKSI. pembayaran mikro, kapan saja dan dimana saja dengan menggunakan smartphone
BAB I INTRODUKSI 1.1 Latar Belakang Instrumen pembayaran non tunai berupa uang elektronik, menjadi alat pembayaran alternatif yang aman dan dapat digunakan untuk transaksi pembayaran mikro, kapan saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak. Tercatat dalam statistik Bank Indonesia (2012), banyaknya perusahaan
ADLN PERPUSTAKAAN AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
Lebih terperinciekonomi Kelas X SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN K-13 A. Pengertian Sistem Pembayaran Tujuan Pembelajaran
K-13 Kelas X ekonomi SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan sistem pembayaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Teknologi saat ini semakin berkembang seiring dengan perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi saat ini semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Teknologi tidak dapat lepas dari manusia dikarenakan teknologi sudah menjadi suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. maupun untuk membantu tercapainya tujuan perusahaan. Perkembangan
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini penggunaan teknologi informasi terasa semakin dibutuhkan. Hampir semua perusahaan membutuhkan teknologi informasi, baik yang bergerak dalam bidang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dengan perkembangan teknologi informasi saat ini telah menciptakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan teknologi informasi saat ini telah menciptakan jenis-jenis dan peluang-peluang bisnis yang baru, diantaranya transaksi-transaksi bisnis makin banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemudahan bagi segala aktivitas manusia. Salah satunya perkembangan teknologi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang begitu pesat, sangat memberikan kemudahan bagi segala aktivitas manusia. Salah satunya perkembangan teknologi saat ini adalah perkembangan
Lebih terperinciJudul : Penerapan Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 untuk Menjelaskan Minat dan Penggunaan Mobile Banking
Judul : Penerapan Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 untuk Menjelaskan Minat dan Penggunaan Mobile Banking di Kota Denpasar Nama : Ni Wayan Dewi Mas Yogi Pertiwi NIM : 1306305008
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menggunakan perangkat mobile serta jaringan nirkabel (Ayo et al., 2007). Jonker
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Mobile commerce Mobile commerce adalah kegiatan transaksi yang bersifat komersial dengan menggunakan perangkat mobile serta jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa pelayanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang bertujuan menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa pelayanan lainnya. Menurut undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pengembangan sistem informasi (Venkatest et al, 2003).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan sistem informasi dalam suatu organisasi telah meningkat secara signifikan. Sejak tahun 1980-an, sekitar 50 persen modal baru digunakan untuk pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 34 provinsi. Menurut survey terakhir yang dilakukan BPS pada tahun 2010 penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepatu menjadi produk yang sangat digemari di kalangan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, setiap perusahaan sepatu bersaing menciptakan produk yang bermutu dan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pengertian Pemasaran Pengertian Manajemen Pemasaran Pengertian Jasa
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pemasaran Dasar pemikiran pemasaran sebagaimana yang dikemukakan Kotler (2010:174), dimulai dari kebutuhan dan keinginan manusia. Manusia membutuhkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keseharian kita. Begitu juga alat transportasi. Di Indonesia, terdapat tiga jenis
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi semakin berkembang pesat dan menjadi bagian penting dalam keseharian kita. Begitu juga alat transportasi. Di Indonesia, terdapat tiga jenis alat transportasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Data yang dikeluarkan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Data yang dikeluarkan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau disingkat APJII menunjukkan tingkat penetrasi Internet di Indonesia mengalami peningkatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat dewasa ini telah membuat kehidupan banyak masyarakat menjadi lebih mudah. Dalam beberapa tahun belakangan ini, internet merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik atau menggunakan komputer untuk internet banking (Gu et al. 2009;
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Electronic Banking (e-banking) hadir sebagai layanan perbankan yang berpadu dengan perkembangan teknologi. Hal ini memungkinkan pengguna untuk mengakses saldo
Lebih terperinciSambutan Peluncuran Program Desmigratif Jakarta, 11 September 2017
Sambutan Peluncuran Program Desmigratif 2017 Jakarta, 11 September 2017 Yth Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Bapak Muhammad Hanif Dhakiri Yth Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Moekti P. Soejachmoen
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Inklusi Keuangan di Indonesia Moekti P. Soejachmoen Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan Ekonomi di Indonesia yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat diakses langsung oleh nasabah pengguna mobile banking melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mobile banking atau dapat disebut juga dengan M-banking adalah suatu sistem layanan yang berfungsi untuk melakukan berbagai transaksi keuangan yang dapat diakses
Lebih terperinciAnalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adopsi dan Rekomendasi Teknologi pada Pengguna Chip-Based Electronic Money
Petunjuk Sitasi: Muslim, E., Ardi, R., & Nandari, T. P. (7). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adopsi dan Rekomendasi Teknologi pada Pengguna Chip-Based Electronic Money. Prosiding SNTI dan SATELIT
Lebih terperinciTyme Digital Bank Commonwealth Pecahkan Rekor MURI, Buka Rekening Cuma 10 Menit!
KOPI, Jakarta - PT Bank Commonwealth (Bank Commonwealth) meluncurkan Tyme Digital, platform perbankan digital onboarding pertama di Indonesia yang memungkinkan Nasabah untuk membuka tabungan dalam waktu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori terdiri dari Technology Acceptance Model (TAM), Task
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN penelitian. Bab ini menjabarkan mengenai landasan teori dan rumusan hipotesis 2.1 Landasan Teori Landasan teori terdiri dari Technology Acceptance Model (TAM),
Lebih terperinci@UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, penggunaan teknologi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, penggunaan teknologi memegang peran yang sangat penting. Hal ini dapat terlihat dari penggunaan komputer di berbagai bidang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. jasa t-bank dan variabel-variabel yang mempengaruhi kemauan nasabah tersebut.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kemauan nasabah dalam menggunakan jasa t-bank dan variabel-variabel yang mempengaruhi kemauan nasabah tersebut. Variabel-variabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kesempatan untuk mendapatkan perangkat lunak ilegal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar organisasi di semua sektor, baik industri, bisnis, maupun pemerintahan bergantung pada sistem informasi dalam menjalankan aktivitasnya. Penggunaan komputer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. canggih dikenal dengan istilah electronic banking atau disingkat e-banking. E-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi informasi yang saat ini sudah semakin maju dan canggih dikenal dengan istilah electronic banking atau disingkat e-banking. E- banking saat
Lebih terperinciA-PDF Manual Split Demo. Purchase from to remove the watermark BAB I PENDAHULUAN
A-PDF Manual Split Demo. Purchase from www.a-pdf.com to remove the watermark BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil PT Bank Central Asia Tbk. KCU Tasikmalaya PT Bank Central
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpotensi muncul banyak nya usaha jasa baru.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan usaha pada sektor jasa saat ini telah memperlihatkan kemajuan yang sangat pesat. Hal ini terjadi seiring dengan perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan
Lebih terperinciPERANCANGAN MODEL PENERIMAAN LAYANAN SMS TRACKING PT XYZ WILAYAH KOTA PALEMBANG
PERANCANGAN MODEL PENERIMAAN LAYANAN SMS TRACKING PT XYZ WILAYAH KOTA PALEMBANG Della Oktaviany Sistem Informasi STMIK GI MDP Jl. Rajawali No. 14, Palembang 30113, Indonesia e-mail: dellaoktaviany@mdp.ac.id
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Saat ini teknologi informasi semakin berkembang dengan pesat. Banyak
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini teknologi informasi semakin berkembang dengan pesat. Banyak institusi menggunakan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut dengan OJK) menyebutkan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut dengan OJK) menyebutkan dalam situsnya bahwa kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap layanan keuangan pada saat ini tidak
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.34, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Modal. BPR. Jaringan Kantor. Kegiatan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5849) PERATURAN OTORITAS JASA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan teknologi telah memberi dampak yang signifikan terhadap perkembangan layanan jasa perbankan. Jika dahulu nasabah harus berkunjung ke bank setiap kali akan
Lebih terperinciPERANCANGAN MODEL PENERIMAAN LAYANAN SMS TRACKING PT XYZ WILAYAH KOTA PALEMBANG
PERANCANGAN MODEL PENERIMAAN LAYANAN SMS TRACKING PT XYZ WILAYAH KOTA PALEMBANG Della Oktaviany Sistem Informasi STMIK GI MDP Jl. Rajawali No. 14, Palembang 30113, Indonesia e-mail: dellaoktaviany@mdp.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu sarana produksi, komputer dewasa ini sangat dibutuhkan oleh banyak organisasi. Pekerja di kantor menggunakan komputer untuk berbagai keperluan,
Lebih terperinciBAB Latar Belakang
BAB 1 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi pada saat ini, perkembangan informasi dan teknologi sangatlah maju pesat dan tidak terbatas penyebarannya. Dengan informasi yang sangat mudah di dapat membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keputusan yang tepat bagi para penggunanya. Akuntansi (SIA). SIA adalah sebuah sistem informasi yang menangani segala
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Informasi merupakan sumber daya yang tidak kalah pentingnya dengan pabrik, peralatan, dan asset perusahaan lainnya (Bodnar dan Hopwood, 2003:1 ). Di era globalisasi
Lebih terperinciAssalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi, Salam sejahtera bagi kita semua.
Keynote Speech KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN The 2nd International Forum: Towards more efficient and inclusive financial services Jakarta, 23 Oktober 2014 Assalamu alaikum Warahmatullahi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pandai-pandai menganalisis pasar dengan menggunakan handphone sebagai salah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, teknologi sangat berkembang pesat, terutama handphone. Dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, kebutuhan akan handphone sangat
Lebih terperinciEvolusi Kerangka Kebijakan Financial Inclusion. BANK INDONESIA November 2013
1 Evolusi Kerangka Kebijakan Financial Inclusion BANK INDONESIA November 2013 Kepadatan Bank LAYANAN AKSES KEUANGAN DI INDONESIA 2 Dengan melihat pertumbuhan ekonomi (PDRB)dan kinerja bank (DPK dan kredit)
Lebih terperinciPengguna Internet Indonesia BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Globalisasi dan Kemajuan Teknologi Pada era globalisasi saat ini transaksi barang dan jasa bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Mobilitas masyarakat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Minat a. Pengertian Minat Minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Era globalisasi telah menuntut segala informasi dapat diakses secara cepat dan
PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Era globalisasi telah menuntut segala informasi dapat diakses secara cepat dan praktis. Munculnya sebuah teknologi baru, khususnya di bidang teknologi informasi
Lebih terperinciBOKS 3 Survei Optimalisasi Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai Di Sulawesi Tenggara
BOKS 3 Survei Optimalisasi Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai Di Sulawesi Tenggara Salah satu tugas Bank Indonesia sesuai dengan UU No.23/1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No.3/2004 adalah mengatur
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. dan rekomendasi. Pembahasan dari masing-masing dijelaskan secara runtut sebagai
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI Bab ini membahas tentang kesimpulan penelitian, implikasi, saran, keterbatasan dan rekomendasi. Pembahasan dari masing-masing dijelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis rantai..., Muhammad Alfan Ihsanuddin, FE UI, Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar industri teknologi informasi di Indonesia dalam dekade terakhir tumbuh dengan pesat seiring dengan cepatnya perkembangan di bidang teknologi dan tingginya permintaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengambil topik pengaruh kepercayaan, kemudahan dan persepsi resiko nasabah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya yang mengambil topik pengaruh kepercayaan, kemudahan dan persepsi resiko nasabah terhadap penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh bisnis. Salah satu teknologi yang benar-benar membawa revolusi informasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran teknologi penting dalam meningkatkan kualitas layanan yang diberikan oleh bisnis. Salah satu teknologi yang benar-benar membawa revolusi informasi di masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikaji. Sejauh ini Negara memiliki dua sumber pendapatan yaitu pendapatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam mewujudkan kelangsungan dan peningkatan pembangunan nasional, masalah pembiayaan Negara menjadi hal yang sangat penting untuk dikaji. Sejauh ini Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama satu dekade terakhir, kebijakan harga BBM jenis Premium sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, pemerintah menaikkan BBM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organisasi, maka semakin besar pula kebutuhan akan informasi. Penggunaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan organisasi akan informasi akan meningkat sejalan dengan perkembangan organisasi. Semakin besar dan kompleks suatu organisasi, maka semakin besar pula
Lebih terperinciPERILAKU TRANSAKSI NON TUNAI : PENGUJIAN THEORY OF INTERPERSONAL BEHAVIOUR. Tesis
PERILAKU TRANSAKSI NON TUNAI : PENGUJIAN THEORY OF INTERPERSONAL BEHAVIOUR Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Manajemen Untuk Memperoleh Gelar Magister Manajemen Oleh: Bennardi Kusakristie
Lebih terperinciKEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENGGUNAAN E-CURRENCY DI INDONESIA
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENGGUNAAN E-CURRENCY DI INDONESIA Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah Keamanan Sistem Informasi Dosen :Irawan Afrianto M.T. Disusun Oleh : Kelas : KSI-4 10113076
Lebih terperincimandiri e-cash dan Layanan Keuangan Digital (LKD) Bank Mandiri
mandiri e-cash dan Layanan Keuangan Digital (LKD) Bank Mandiri Setiap segmen memiliki kebutuhan transaksi keuangan Kebutuhan untuk mengirimkan uang ke keluarga atau kerabat di kampung halaman Kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi saat ini berdampak ke segala aspek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi saat ini berdampak ke segala aspek kehidupan. Pemanfaatan teknologi dalam bisnis, dewasa ini semakin sering digunakan di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian TCASH (Telkomsel)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 TCASH (Telkomsel) TCASH adalah uang elektronik yang diselenggarakan oleh Telkomsel yang terdaftar dan diawasi oleh Bank Indonesia, Memiliki fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dampak positif bagi pertumbuhan e-commerce. Menurut Asosiasi. Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII, 2013), jumlah pengguna
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tren perkembangan teknologi digital di Indonesia telah membawa dampak positif bagi pertumbuhan e-commerce. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
Lebih terperinci