KALIBRASI KADAR HARA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis) BELUM MENGHASILKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEKAT PERTUMBUHAN TERBAIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KALIBRASI KADAR HARA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis) BELUM MENGHASILKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEKAT PERTUMBUHAN TERBAIK"

Transkripsi

1 KALIBRASI KADAR HARA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis) BELUM MENGHASILKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEKAT PERTUMBUHAN TERBAIK Oleh : DEWI RATNASARI (A ) DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 SUMMARY DEWI RATNASARI. Calibration of Nutrient Content of Young Oil Palm Plant by Using the Best Growth Boundary Method. Under guidance of Atang Sutandi and Suwarno. Fertilization must be suited with nutrient availability level in soil. It can be estimated by plant analysis. Nutrient content of plant is determined by the nutrient requirement of the crop and the nutrient supplying power of the soil. The value of plant analysis in quantifying nutrient requirements depends on careful sampling and analysis and using test that are calibrated with plant response (growth and yiaeld).the aim of calibration is to describe results of plant analysis in simple terms and to make simple the process of making fertilizer recommendation according to nutrient content cathegory in plants. The growth variables used for calibration were length of frond,leaf area and average of frond number which is adjusted to plant age. Calibration result of N, P, K, Ca, Mg, Cu and Zn in young oil palm plant indicated that nutrient sufficient range (NSR) of K, P,Mg, Ca, and Zn were wider than criteria of Von Uexkull (1992) and criteria of Jhon, Jr. et al. (1991). The nutrient sufficient range of N was lower but wider than criteria of Von Uexkull (1992) and criteria of Jhon, Jr. et al. (1991). In addition, the nutrient sufficient range of Ca was more narrow compared with criteria of Von Uexkull (1992) but wider than of criteria Jhon, Jr. et al. (1991).

3 RINGKASAN DEWI RATNASARI. Kalibrasi Kadar Hara Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) Belum Menghasilkan (TBM) dengan Menggunakan Sekat Pertumbuhan Terbaik. (Di bawah bimbingan Atang Sutandi dan Suwarno). Pemberian pupuk harus disesuaikan dengan tingkat ketersediaan hara dalam tanah. Hal tersebut dapat diperkirakan dengan analisis tanaman. Kadar hara suatu tanaman ditentukan oleh kebutuhan hara tanaman dan kemampuan suplay hara dari tanah. Nilai analisis tanaman dalam menentukan kebutuhan hara tanaman tergantung pada pengambilan contoh dan analisis tanaman yang baik serta penggunaan hasil analisis yang dikalibrasi dengan respon tanaman (pertumbuhan atau produksi). Tujuan kalibrasi kadar hara tanaman adalah untuk mendeskripsikan hasil analisis tanaman dalam istilah yang mudah dimengerti dan untuk menyederhanakan proses pembuatan rekomendasi pemupukan menurut kategori kadar hara tanaman. Variabel pertumbuhan yang digunakan untuk kalibrasi hara adalah panjang pelepah, luas daun dan rataan jumlah pelepah yang terlebih dahulu dilakukan peneraan dengan data umur tanaman. Hasil kalibrasi kadar hara N, P, K, Ca, Mg, Cu dan Zn pada tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut: unsur hara K, P, Mg, Cu, dan Zn: memilki selang kecukupan hara yang lebih lebar di bandingkan dengan kriteria menurut Von Uexkull (1992) dan kriteria John, Jr. et al (1991). Selang kecukupan hara N hasil kaibrasi berada di bawah tetapi lebih lebar daripada kriteria menurut Von Uexkull (1992) dan kriteria John, Jr. et al (1991). Unsur Ca memiliki selang kecukupan hara yang lebih sempit daripada kriteria menurut Von Uexkull, tetapi lebih lebar dibandingkan kriteria John, Jr. et al (1991).

4 KALIBRASI KADAR HARA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis Guinensis) BELUM MENGHASILKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEKAT PERTUMBUHAN TERBAIK Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : DEWI RATNASARI (A ) DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

5 Judul KALIBRASI KADAR HARA TANAMAN KELAPA SAWIT BELUM MENGHASILKAN (Elaeis guineensis) DENGAN MENGGUNAKAN SEKAT PERTUMBUHAN TERBAIK. Nama Mahasiswa Dewi Ratnasari Nrp Program Studi A Ilmu tanah Menyetujui, Pembimbing 1 Pembimbing 2 Dr. Ir. Atang Sutandi, M.Si. Dr. Ir. Suwarno, M.Sc. NIP : NIP : Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. Nip : Tanggal Disetujui :

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kecamatan karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 19 Januari Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Hapidi dan Ibu Nani Sumartini. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1992 di SD Negeri 111 Karangnunggal, Tasikmalaya. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah MTS Negeri 1 Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya dan lulus pada tahun Penulis diterima di Program Studi Ilmu Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada Tahun 2004, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI).

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul KALIBRASI KADAR HARA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis) BELUM MENGHASILKAN DENGAN MENGGUNAKN METODE SEKAT PERTUMBUHAN TERBAIK ini dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapakan terimakasih kepada : 1. Dr. Ir. Atang Sutandi M.Si. selaku dosen pembimbing satu yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis. 2. Dr. Ir. Suwarno, M.Sc. selaku dosen pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis. 3. Ayah, Ibu dan adik yang telah memberikan bantuan moril maupun materil kepada penulis. 4. Semua pihak yang telah membantu sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Bogor, Maret 2009 Penulis Dewi Ratnasari

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR GAMBAR... ix 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Tujuan penelitian TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Syarat tumbuh tanaman kelapa sawit Karakteristik hara dalam tanah dan tanaman Nitrogen dalam tanah dan tanaman Fosfor dalam tanah dan tanaman Kalium dalam tanah dan tanaman Kalsium dalam tanah dan tanaman Magnesium dalam tanah dan tanaman Tembaga dalam tanah dan tanaman Seng (Zn) dalam tanah dan tanaman Analisis tanaman Serapan hara tanaman Batas kritis dan kisaran kecukupan hara BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan waktu penelitian Bahan dan alat Metode penelitian Pengamatan pertumbuhan Pengambilan sampel tanaman Penanganan dan penyiapan contoh analisis Anlisis jaringan tanaman Pengolahan data... 20

9 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan umur dengan variabel pertumbuhan terbaik Pemilihan variabel pertumbuhan terbaik KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 38

10 No DAFTAR TABEL Teks Halaman 1. Metode analisis tanaman Nilai kadar hara pada selang kurang, cukup dan tinggi Konsentrasi hara dalam daun kelapa sawit pada kondisi defisiensi, optimum dan berlebih Kriteria kecukupan hara tanaman kelapa sawit belum menghasilkan. 34 Lampiran 5. Kadar hara tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) belum menghasilkan(tbm) Pertumbuhan tertinggi tanaman kelapa sawit (Elaeis giuneensis) belum menghasilkan (TBM) Contoh perhitungan untuk menentukan nilai X1 dan X2 pada grafik unsur hara nitrogen... 47

11 DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Pengaruh suplai hara terhadap produksi dan kadar hara Hubungan antara produksi dengan kadar hara Diagram sebar hubungan produksi dengan kadar hara N daun Respon tanaman terhadap fackor pembatas Hubungan variabel pertumbuhan panjang pelepah kelapa sawit sebelum dilakukannya peneraan dengan umur tanaman Hubungan variabel pertumbuhan panjang pelepah kelapa sawit setelah dilakukannya peneraan dengan umur tanaman Hubungan variabel pertumbuhan panjang pelepah kelapa sawit dengan umur tanaman dimana umur tanaman dianggap sama Hubungan variabel pertumbuhan luas daun kelapa sawit sebelum dilakukannya peneraan dengan umur tanaman Hubungan variabel pertumbuhan luas daun kelapa sawit setelah dilakukannya peneraan dengan umur tanaman Hubungan variabel pertumbuhan luas daun kelapa sawit dengan umur tanaman dimana umur tanaman dianggap sama Hubungan variabel pertumbuhan jumlah pelepah kelapa sawit sebelum dilakukannya peneraan dengan umur tanaman Hubungan variabel pertumbuhan jumlah pelepah kelapa sawit setelah dilakukannya peneraan dengan umur tanaman Hubungan variabel pertumbuhan jumlah pelepah kelapa sawit dengan umur tanaman dimana umur tanaman dianggap sama Hubungan kadar hara nitrogen dengan parameter pertumbuhan panjang pelepah Hubungan kadar hara nitrogen dengan parameter pertumbuhan luas daun Hubungan kadar hara nitrogen dengan parameter pertumbuhan jumlah Pelepah Hubungan sebaran hara N dengan variabel pertumbuhan luas daun.. 29

12 18. Hubungan sebaran hara P dengan variabel pertumbuhan luas daun Hubungan sebaran hara K dengan variabel pertumbuhan luas daun Hubungan sebaran hara Ca dengan variabel pertumbuhan luas daun Hubungan sebaran hara Ca dengan variabel pertumbuhan luas daun Hubungan sebaran hara Cu dengan variabel pertumbuhan luas daun Hubungan sebaran hara Cu dengan variabel pertumbuhan luas daun... 30

13 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kelapa sawit (Elaeis guineesis) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan yang pengembangannya sangat pesat sejak dekade 1990-an terutama di luar pulau Jawa. Kelapa sawit dapat menghasilkan bahan-bahan dan produk- produk komersial yang dapat dimanfaatkan. Selain minyaknya dapat digunakan sebagai bahan pangan, kosmetika, obat-obatan, pelumas, semir sepatu, sabun, lilin, dan detergen; limbah kelapa sawit juga dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak dan pupuk serta bahan bakar alternatif yang sangat menjanjikan. Pengembangan kelapa sawit perlu didukung oleh pengelolaan yang tepat terutama aspek pemupukan agar produktivitasnya tetap optimal. Pemupukan merupakan salah satu bagian pemeliharaan yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit. Kebutuhan hara tanaman kelapa sawit sangat beragam terutama sekali tergantung pada potensi produksi (fungsi genetik dari bahan tanaman) dan faktor iklim.jumlah hara yang dibutuhkan tanaman dan yang harus ditambahkan dalam bentuk pupuk (organik/anorganik) tergantung pada tingkat kebutuhan haranya dan suplai hara dari tanah. Dengan kata lain, pemberian pupuk harus disesuaikan dengan tingkat ketersediaan hara dalam tanah. Hal tersebut dapat diperkirakan dengan analisis jaringan tanaman. Analisis tanaman adalah penetapan konsentrasi hara dalam tanaman atau bagian tanaman pada stadia tumbuh tertentu. Analisis tanaman didasarkan pada premis bahwa jumlah hara dalam tanaman menunjukan jumlah hara yang diserap dan secara langsung berkaitan dengan jumlah hara dalam tanah. Untuk menginterpretasikan hasil analisis tanaman diperukan kailbrasi kadar hara tanaman. Kalibrasi kadar hara adalah proses untuk mengetahui arti pengukuran kadar hara dalam istilah respon tanaman.tujuan dilakukannya kalibrasi kadar hara tanaman adalah untuk mendeskripsikan hasil analisis tanaman dalam istilah yang mudah dimengerti dan untuk menyederhanakan proses pembuatan rekomendasi pemupukan menurut kategori kadar hara pada tanah dan tanaman. Istilah yang

14 sering digunakan untuk mendeskripsikan kategori kadar hara adalah sangat rendah, rendah, sedang, dan tinggi. Metode-metode dalam kalibrasi uji tanah dan tanaman diantaranya adalah: metode kurva kontinyu, dan pendekatan peluang. Metode pendekatan peluang terdiri atas metode grafik (MG) Cate-Nelson, metode analisis ragam (MAR) Cate- Nelson dan analisis ragam yang dimodifikasi (Nelson-Anderson). Metode lain yang dipakai untuk kalibrasi kadar hara adalah dengan menggunakan metode sekat pertumbuhan atau sekat produksi terbaik. Dalam metode ini yang ditetapkan adalah selang kecukupan hara Tujuan penelitian 1. Mengetahui hubungan kadar hara pada tanah dengan pertumbuhan tanaman 2. Menetapkan kisaran kecukupan hara

15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Syarat tumbuh tanaman kelapa sawit Kelapa sawit adalah tanaman hutan yang dibudidayakan. Tanaman ini memiliki respon yang baik sekali terhadap kondisi lingkungan hidup dan perlakuan yang diberikan. Seperti tanaman budidaya lainnya, kelapa sawit juga membutuhkan kondisi tumbuh yang baik agar dapat berproduksi secara maksimal. Kondisi iklim dan tanah merupakan faktor utama di samping faktor lainya seperti faktor genetik, dan perlakuan yang diberikan (Pahan, 2007). Kelapa Sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang utara-selatan 12 derajat pada ketinggian meter di atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah mm/tahun, tidak memiliki defisit air, dan hujan merata sepanjang tahun. Masalah jalan (transport), pembakaran, pemeliharaan, pemupukan dan pencegahan erosi menjadi lebih penting pada daerah yang curah hujannnya tinggi. Di Indonesia daerah seperti ini pada umumnya berada pada ketiggian lebih dari 500 meter di atas permukaan laut, kecuali di beberapa lokasi, seperti halnya di daerah pantai Barat Sumatera. Data iklim sangat perlu sekali diketahui dan dipelajari sebaik-baiknya, karena keberhasilan beberapa pekerjaan tergantung dari iklim. Pekerjaan tersebut misalnya pembakaran pada pembukaan hutan, penggunaan herbisida, pemeliharaan parit dan jalan, pemanenan dan lainnya. Defisit air yang tinggi menyebabkan produksi turun drastis dan normal pada tahun ketiga dan keempat karena merusak perkembangan bunga sebelum anthesis dan pada bunga yang telah anthesis mengalami kegagalan matang tandan. Hal ini sering terjadi di daerah Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Timur dan beberapa lokasi lainnya dimana hampir setiap 5-6 tahun sekali timbul musim kering yang panjang (Pahan, 2007). Temperatur yang optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah pada suhu derajat Celcius, suhu terendah 18 derajat Celcius dan suhu tertinggi adalah 32 derajat Celcius. Di beberapa daerah seperti daerah Riau, Jambi, dan Suamatera Selatan pada bulan tertentu lama penyinaran matahari kurang dari 5 jam. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi, gangguan penyakit,

16 gagalnya pembakaran dan rusaknya jalan karena lambat kering. Kelembaban ratarata yang tinggi akan merangsang perkembangan penyakit. Ketinggian yang optimal adalah meter diatas permukaan laut. Pada ketinggian yang lebih akan menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan produksi jauh lebih rendah. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan (Pahan, 2007). Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podsolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Regosol, Andosol, Organosol dan Alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk tanaman kelapa sawit adalah : a. Solum tebal 80 cm. Solum yang tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efesiensi penyerapan unsur hara tanaman akan lebih baik. b. Tekstur ringan, memiliki kandungan /komposisi pasir 20-60%, debu 10-40%, dan liat 20-50%. c. Kelapa sawit dapat tumbuh pada ph 4,0-6,0, namun ph yang terbaik untuk pertumbuah tanaman kelapa sawit adalah 5-5,5. Tanah yang memiliki ph yang rendah dapat dinaikkan dengan melakukan pengapuran, namun kendala yang dihadapi pada umumnya pengapuran memerlukan biaya yang cukup tinggi. Tanah dengan ph ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut. d. Kandungan unsur hara tinggi seperti : Ratio C/N mendekati 10 dimana C 1 % dan N 0,1 %, Daya tukar unsur Mg =0,4-1,0 me/100 gram, daya tukar K =0,15-0,20 me/100 gram serta perbandingan daya tukar Mg dan K berada pada batas normal (Pahan, 2007). Di Indonesia tanah Podsolik Merah Kuning mendominasi areal perkebunan kelapa sawit. Tanah ini terbentuk pada zaman tersier dengan bahan induk batuan liat dan berpasir, solum cukup dalam dengan tekstur yang berpasir. Kondisi ini cukup baik bagi perkembangan akar dan mekanisme air, namun tingkat kesuburan kimianya tergolong rendah. Tanah Gambut atau Organosol mengandung lapisan yang terdiri atas bahan organik yang belum terhuminifikasi lebih lanjut dan memiliki ph rendah (Pahan, 2007).

17 Masalah drainase dan permukaan air tanah merupakan masalah utama. Tanah Gambut atau Organosol menjadi sangat penting pada akhir-akhir ini, mengingat areal yang baik sudah berkurang dan banyak perkebunan memperoleh jenis tanah ini terutama di daerah Riau, Jambi, Sumatera Selatan dan Kalimantan. Jenis tanah gambut potensi produksinya cukup baik dan digolongkan kedalam kelas 2 dan 3, namun masalah biaya pembangunan saluran air/ drainase yang mahal serta kemiringan tanaman masih belum bisa teratasi dengan baik terutama pada tanah gambut yang tebalnya lebih dari 2 meter (Pahan, 2007). Analisis tanaman didasarkan pada premis bahwa jumlah hara dalam tanaman menunjukkan jumlah hara yang diserap dan secara langsung berkaitan dengan jumlah hara dalam tanah (Tisdale, et al.1985). Kebutuhan hara dan kemampuan tanah menyediakan hara merupakan dasar pemilihan dosis pupuk yang tepat. Rekomendasi pemupukan yang baik diperoleh dengan evaluasi hara tanaman, salah satunya dengan melakukan analisis tanaman. Analisis tidak hanya saja menetapkan konsentrasi unsur hara dalam bagian tanaman, tetapi juga tentang keterkaitan antara kandungan hara tanaman dan pertumbuhannya. Dalam studi ini konsentrasi hara-hara dalam bagian tertentu pada tanaman ditetapkan dan digunakan sebagai petunjuk untuk menilai penyerapan hara oleh tanaman sampai saat pengambilan contoh (Ulrich dan Hills, 1973 dalam Leiwakabessy dan Sutandi, 1988). 2.2 Karakteristik hara dalam tanah dan tanaman Nitrogen dalam tanah dan tanaman Nitrogen sangat diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Pemberian pupuk nitrogen akan memberikan pengaruh yang mencolok dan cepat, terutama dalam merangsang pertumbuhan dan memberikan warna hijau pada daun. Hampir pada seluruh tanaman, fungsi nitrogen merupakan pengatur dari penggunaan unsur kalium, fosfor dan lainnya (Soepardi, 1983). Setiap tahunnya nitrogen diangkut oleh tanaman dalam jumlah sangat banyak, tetapi keberadaan N di dalam tanah sangat sedikit. Hal ini disebabkan nitrogen bersifat mudah larut dan hilang bersama air drainase, mudah menguap (volatil), sehingga pada saat tertentu ketersediaanya sama sekali tidak ada bagi tanaman (Soepardi, 1983).

18 Nitrogen tanah dibagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk anorganik dan organik. Bentuk organik merupakan bagian terbesar, sedangkan anorganik dapat ditemukan dalam bentuk NH + 4, NO - 2, NO - 3, N 2 O, NO dan gas N 2 yang hanya dapat dimanfaatkan oleh Rhizobium (Leiwakabessy, 1988). Tanaman mengambil nitrogen terutama dalam bentuk NH + 4 dan NO - 3. Ionion ini didalam tanah pertanian berasal dari pupuk N yang diberikan kedalam tanah dan bahan organik tanah. Jumlah ion tersebut tergantung dari dosis pemupukan yang diberikan serta kecepatan perombakan bahan organik tanah. Jumlah nitrogen yang dibebaskan dari bahan organik tanah ditentukan oleh keseimbangan antara faktor yang mempengaruhi mineralisasi dan imobilisasi unsur nitrogen, serta kehilangannya dari lapisan tanah (Leiwakabessy, 1988). Pemberian pupuk nitrogen yang berlebihan juga sangat merugikan. Hal ini dapat memperlambat kematangan atau fase generatif dengan tetap membantu pertumbuhan vegatatif walaupun masa masak sudah waktunya. Selain itu dapat juga menyebabkan tanaman mudah rebah karena jeraminya melunak. Namun demikian kekurangan nitrogen juga dapat merugikan karena tanaman akan tumbuh kerdil dan sistim perakarannya terbatas. Kerugian lain yang disebabkan oleh kekurangan N yaitu daun tanaman menjadi kuning atau hijau kekuningan dan cenderung cepat rontok (Soepardi, 1983). Kekurangan nitrogen akan mengakibatkan kandungan protein pada tanaman menjadi sangat sedikit, sehingga karbohidrat yang diendapkan menjadi semakin banyak dan menyebabkan sel-sel vegetatif tanaman menebal. (Tisdale, et al. 1985) Fosfor dalam tanah dan tanaman Fosfor merupakan unsur makro yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, tetapi kadarnya dalam tanaman lebih rendah dari nitrogen, kalium dan kalsium. Fosfor dinilai lebih penting dari hara kalsium, bahkan mungkin juga hara kalium (Leiwakabessy, 1988). Sumber fosfor utama yang dapat memenuhi kebutuhan tanaman yaitu : 1. Pupuk buatan ; 2. Pupuk kandang ; 3. Sisa tanaman dan pupuk hijau dan 4. Senyawa alami baik organik maupun anorganik dari kedua bahan tersebut yang sudah ada dalam tanah (Soepardi 1983).

19 Lebih jauh Soepardi (1983) mengatakan bahwa sebagian besar fosfor di dalam tanah dijumpai dalam bentuk organik dan anorganik. Senyawa fosfor anorganik yang ada didalam tanah terdiri dari senyawa kalsium dan senyawa Fe dan Al, sedangkan fosfor organik dijumpai dalam bentuk fitin dan turunannya, asam nukleat dan fosfolipida. Fitin sebagai sumber fosfat organik dapat langsung diserap oleh tanaman, sedangkan asam nukleat harus mengalami dekomposisi terlebih dahulu pada permukaan akar sebelum fosfor dapat diserap tanaman baik dalam bentuk organik maupun anorganik. Tanaman umumnya menyerap unsur fosfor dalam bentuk ion-ion monofosfat atau ortofosfat primer H 2 PO Mobilitas ion-ion fosfat dalam tanah sangat rendah retensinya sangat tinggi. Oleh sebab itu recovery rate dari pupuk fosfor sangat rendah, yaitu antara %, sedangkan sisanya % tertinggal dalam bentuk immobil, apabila tidak hilang karena erosi. Fungsi fosfor dalam tanaman secara mendetail sukar untuk diutarakan. Tetapi fungsi utama dari fosfor adalah : 1. Sebagai penyusun metabolit dan senyawa kompleks serta 2. Sebagai aktivator, kofaktor, atau mempengaruhi kerja enzim dengan mengatur banyak proses enzimatik yang berfungsi sebagai aktivator berbagai enzim. Disamping itu fosfor sering disebut sebagai kunci untuk kehidupan, karena fungsinya yang sangat sentral dalam proses kehidupan. Unsur ini berperan dalam pemecahan karbohidrat untuk energi, penyimpanan dan peredarannya di selurh tanaman dalam bentuk ADP dan ATP (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004) Kalium dalam tanah dan tanaman Kalium merupakan unsur hara yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman setelah N. Jumlah kalium yang diambil tanaman berkisar antara 50 sampai lebih dari 200 kg K/ha, tergantung dari jenis tanaman dan besarnya produksi. Kadar K dalam tanah biasanya berkisar antara % dengan ratarata 1.2%, tergantung keadaan mineral cadangan dan tingkat pelapukan tanah (Leiwakabessy, 1988). Kalium merupakan satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman. Peranan utama dari kalium adalah sebagai aktivator berbagai enzim (Soepardi, 1983).

20 Kalium sering disebut sebagai katalisator dalam proses kehidupan karena menjamin berlangsungnya reaksi-reaksi dalam tanaman relatif tidak tersedia, yang menempati bagian struktur mineral mika primer dan sekunder, serta mineralmineral feldsfatik; (2) kalium lambat tersedia yaitu kalium yang terserap di dalam kisi mineral liat seperti vermi kulit atau tipe 2:1 lainnya; dan (3) kalium cepat tersedia yang berada dalam kompleks jerapan (K-dd) dan kalium dalam larutan tanah (Brady, 1974). Leiwakabessy (1988) menyatakan bahwa kalium yang terikat pada permukaan kaloid anorganik tidak dapat dilepaskan dengan kecepatan yang sama karena memiliki tiga tapak pertukaran dengan sekat pengikatan yang berbeda juga. Secara singkat masalah kalium dapat dikelompokan menjadi: (1) pada saat tertentu sebagian besar dari unsur ini tidak tersedia bagi tanaman; (2) karena sifat mudah larut maka peka terhadap pengaruh pencucian; (3) kalium diserap dalam jumlah banyak, terutama apabila unsur ini diberikan secara berlebihan (Soepardi, 1983). Beberapa peranan kalium yang diketahui antara lain dalam; (1) pembelahan sel ; (2) fotosintesis (pembentukan karbohidrat); (3) translokasi gula; (4) reduksi nitrat dan selanjutnya sintesis protein ; dan (5) dalam aktivitas enzim. Kalium juga merupakan unsur logam yang paling banyak terdapat dalam cairan sel, yang mengatur keseimbangan antara garam dan air (tekanan osmotik) dalam sel tanaman sehingga memungkinkan pergerakan air di dalam akar tanaman (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Selanjutnya kekurangan hara kalium akan menyebabkan tanaman menjadi kurang tahan terhadap kekeringan dibandingkan dengan tanaman yang cukup kalium. Selain itu, tanaman yang kekurangan kalium juga lebih peka terhadap penyakit dan kualitas produksinya lebih jelek baik kualitas daun, buah maupun biji (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004) Kalsium dalam tanah dan tanaman Kalsium merupakan bagian dari setiap sel tanaman. Sebagian besar unsur ini terdapat dalam bentuk kalsium pekat, baik didalam maupun disepanjang

21 dinding sel tanaman. Penyebarannya didalam tanaman tidak merata. Bagian produktif yaitu bunga dan biji mengandung sedikit kalsium, sedangkan kadarnya yang tinggi terdapat dalam daun (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Kalsium diserap dalam bentuk Ca 2+ terutama melalui mass flow dan intersepsi (permukaan kontak). Kadar Ca 2+ dalam larutan tanah sangat bervariasi didaerah dengan curah hujan tinggi, kadar Ca 2+ umumnya berkisar antara 8 45 ppm dengan rata-rata 33 ppm. Sedangkan kadar Ca 2+ dalam tanaman umumnya berkisar antara 0,2 4,0 % (Leiwakabessy, 1988). Sumber kalsium dalam tanah dijumpai dalam berbagai mineral dan endapan seperta plagiokas, anortit, augit, hornblende, biotit, epidote, apatit, kalsit, dolomit, dan gipsum atau Ca-sulfat. Proses kehilangan Ca 2+ dalam larutan tanah dapat melalui : 1. diserap tanaman; 2. diambil jasad renik; 3. terkait oleh komplek adsorpsi tanah; 4, mengendap kembali sebagai endapan-endapan sekunder (terutama didaerah kering); dan 5. tercuci (terutama di daerah basah). Sedangkan faktor-faktor tanah yang sangat berpengaruh terhadap ketersediaan kalsium bagi tanaman adalah : 1.Ca total; 2. ph tanah; 3. KTK; 4. kejenuhan Ca pada komplek jerapan; 5. jenis liat; dan 6. nisbah Ca terhadap kation lain (K dan Mg dalam larutan tanah) (Leiwakabessy 1988). Peranan kalsium dalam tanaman cukup banyak. Disamping untuk penguat dinding sel, juga mendorong pada perkembangan akar, memperbaiki vigor tanaman dan kekuatan daun dalam proses pemanjangan sel. Sintesis protein dan mitosis (pembelahan sel). Kalsium ini juga penting untuk pembentukan dan berfungsinya bintil akar (Leiwakabessy, 1988). Kalsium merupakan unsur yang tidak mobil dalam tanaman, sehingga gejala kekurangan kalsium pertama kali terlihat pada bagian yang muda yaitu daun-daun muda yang baru keluar pada bagian pucuk dan titik tumbuh. Gejala kekurangan kalsium mengakibatkan akar tanaman membengkak dan menyatu. Kekutangan Ca menyebabkan daun muda sukar membuka atau keluar (Leiwakabessy, 1988).

22 Magnesium dalam tanah dan tanaman Magnesium diambil oleh tanaman dalam bentuk Mg +2. Kebutuhan akan unsur ini dipenuhi melelui aliran massa (mass flow) seperti halnya Ca +2 dan sedikit melalui intersepsi. Jumlah aliran yang diserap biasanya lebih rendah dari kalium dan kalsium. Magnesium dalam tanah berasal dari mineral-mineral primer (biotit, augit, hornblende, olivin, serpentin), mineral-mineral sekunder (klorit, ilit, monmorilonit, vermikulit) dan mineral-minneral endapan seperti dolomit dan epsonit (MgSO 4, H 2 O) (Leiwakabessy, 1988). Magnesium merupakan unsur yang mobil dalam tanaman dan akan selalu ditranslokasikan dari bagian yang lebih tua ke bagian yang lebih muda, sehingga gejala defesiensi Mg pertama terjadi kepada daun yang lebih tua. Pada beberapa spesies defisiensi mengakibatkan khlorosis diantara tulang daun, sedangkan tulang daun sendiri menjadi berwarna hijau. Pada tahap selanjutnya jaringan daun menjadi kuning kemudian coklat dan nekrotik (mati) (Tisdale dan Nelson, 1975). Selanjutnya Leiwakabessy (1988) menyatakan bahwa ketersediaan meagnesium dalam tanah dipengaruhi oleh ph, kejenuhan Mg, perbandingn dengan kation yang lain terutama kalsium dan kalium, serta tipe liat Tembaga dalam tanah dan tanaman Tembaga di alam umumnya terdapat dalam bentuk sulfida walaupun ada juga bentuk-bentuk yang kurang stabil seperti karbonat dan sulfat. Bentuk sulfida yang paling banyak adalah chalcopyrite atau (CuFeS 2 ) dengan ikatan kovalen yang kuat antara Chalcosite (Cu 2 S dan bornite (CuFeS 4 ). Gejala defisiensi mulai berkembang dari bagian yang muda dan menjalar ke bagian lain bila difesiensi makin berat pada tanaman jagung yang biasanya muncul pada tanaman muda yang berupa khlorosis pada daun yang paling muda dan pada tahap lebih lanjut ujung daun menjadi sangat kuning mati dan menggulung sedangkan daun-daun tua mengering dari ujung ke dasar daun melalui tepi seperti defisiensi kalium. Pada tingkat yang sangat parah tanaman tertekan dan tidak menjadi matang (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

23 2.2.7 Seng (Zn) dalam tanah dan tanaman Tanaman dapat mengambil unsur hara Zn dalam bentuk molekuler garam kompleks organik seperti EDTA. Pemberian garam-garam Zn yang larut maupun Zn kompleks melalui daun merupakan cara yang sering ditempuh untuk kekurangan Zn (Leiwakabesy 1988). Gejala defisiensi Zn bervariasi dari tanaman yang satu ke tanaman lainnya. Gejala yang umum terjadi adalah ; a) timbulnya daerah-daerah berwarna hijau muda, kuning atau putih diantara tulang daun terutama dan yang tua dibagian bawah, b) jaringan tersebut diatas akan mati, c) ruas atau batang tanaman memendek sehingga daun-daunnya memberikan bentuk roset, d) daun menjadi kecil, sempit dan agak tebal. Bentuknya sering tidak sempurna, e) daun-daun lebih cepat gugur, f) pertumbuhan akan tertekan, g) bentuk buah sering tidak sempurna dan kecil atau tidak berubah sama sekali (Leiwakabesy 1988) Analisis tanaman Analisis tanaman adalah penetapan konsentrasi suatu unsur dalam contoh pada bagian tertentu atau bagian tanaman yang diambil contohnya pada waktu dan tingkat morfologi tertentu. Konsentrasi unsur ini biasanya dinyatakan dalam berat kering (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Prinsip dasar dari analisis tanaman adalah berdasrkan konsentrasi hara-hara dalam tanaman sebagai nilai dari seluruh faktor yang mempengaruhinya (Aldrich, 1973). Dalam analisis tanaman terdapat beberapa hal yang saling berkaitan, misalnya hubungan antara : produksi dan konsentrasi hara, konsentrasi hara dan varietas, dan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Beberapa tujuan dilakukan analisis tanaman antara lain: mendiagnosa atau memperkuat diagnosa gejala yang terlihat, mengetahui kekurangan unsur hara sedini mungkin, mengidentifikasi masalah yang terselubung, menunjukan hara yang dapat diserap tanaman, mengetahui interaksi atau antagonisme diantara unsur hara, sebagai alat pembantu untuk mengatasi masalah (Aldrich, 1973). Analisis tanaman perananya semakin meningakat dalam perkembangan tekhnologi ekonomi produksi pertanian. Penggunaan konsep analisis tanaman sudah relatif tua. Tapi pembaharuan dan aktivitasnya meningkat cepat pada akhirakhir ini. Hal ini merupakan bagian kemajuan yang nyata atau sejalan dengan

24 perkembangan penggunaan AAS, ICP, dan peralatan lainnya. Disamping itu sumbangan dari semakin banyakanya referensi standar dari para peneliti untuk interpretasi hasil analisis tanaman membantu dalam analisis tanaman, interpretasi dengan menggunakan metode yang lebih maju dengan DRIS juga menjadikan perkembangan analisis lebih menggairahkan. Ini sudah menjadi tuntutan tekhnologi yang lebih canggih dalam peningkatan produksi pertanian dalam era pertanian yang lebih efisien dan dikembangkan. (Aldrich, 1973) Serapan hara tanaman Serapan hara oleh tanaman sangat bervariasi tergantung pada jenis tanaman, varietas dan kondisi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, misalnya : kesuburan tanah, kelembaban tanah, aerasi, tekstur, struktur tanah, penempatan pupuk dan pengaruh penyakit akar (Nelson, 1976). Selanjutnya Brady (1974) menambahkan bahwa serapan unsur hara tidak hanya tergantung pada ketersediaan unsur hara dalam tanah, tetapi ditentukan juga oleh kemampuan tanaman menyerap unsur hara dan kecepatan serapan hara oleh permukaan akar (Brady 1974). Millar (1955) mengemukakan tujuh faktor yang berpengaruh tehadap serapan hara oleh tanaman. Ketujuh faktor tersebut diantaranya : 1) jenis tanaman, 2) pengaruh hara lain atau antagonis, 3) perbedaan konsenterasi garam dalam jaringan akar dengan lingkungan luar, 4) aerasi dan respirasi tanaman, 5) ketersediaan hara dalam tanah, 6) pemupukan dan 7) tingkat kejenuhan larutan tanah. Akar tanaman memperoleh unsur hara dari berbagai sumber antara lain dari larutan tanah, ion-ion yang dapat dipertukarkan, mineral dan bahan organik terlapuk (Tisdale, et al.1985). Mekanisme intersepsi akar sebenarnya merupakan pertukaran secara langsung antara hara dengan akar. Dengan demikian semakin banyak akar yang bersentuhan dengan hara, maka akan semakin banyak hara yang tersedia. Intersepsi akar dipengaruhi oleh sistem perakaran dan konsentrasi unsur hara pada daerah perakaran (Leiwakabessy, 1988). Aliran masa terjadi apabila terjadi perbedaan potensial hidrostatik. Pergerakan unsur hara dalam aliran masa yaitu pergerakan dari larutan yang

25 berpotensial hidrostatik yang lebih tinggi ke potensial hidrostatik yang lebih rendah (Soepardi, 1983). Hara masuk kedalam akar melalui pertukaran difusi dan pergerakan senyawa carrier (Tisdale, et al. 1985). Akar tanaman mempunyai kompleks pertukaran ion seperti halnya pada tanah. Kemapuan tanaman mendapatkan hara dalam tanah tergantung pada pola perkembangan akar dan kedalaman akar (Leiwakabessy dan Sutandi, 1988) Batas kritis dan kisaran kecukupan hara Adanya sejumlah unsur hara tertentu yang penting dalam pertumbuhan tanaman telah dibuktikan oleh para ahli fisiologi tanaman. Penilaian hasil analisis atau nilai kritis, pendekatan regresi ganda, dan metode DRIS (Diagnosis and Rekomendation Integrated System) (Widjaya Adhi, 1993). Pengertian dari batas kritis hara juga mencakup keadaan difisiensi hara pada pertumbuhan maksimum, konsentrasi dimana pertumbuhan tanaman menurun dan jumlah hara terkecil dalam tanaman untuk menghasilkan produksi tinggi (Tisdale et al. 1985). Kurva produksi bersifat sigmoid dengan kenaikan pemberian hara, tetapi hubungan dengan konsentrasi hara perubahannya relatif kecil. Bila produksi dihubungkan dengan kadar hara terlihat bahwa perubahan kadar hara yang sedikit saja telah menyebabkan produksi naik lebih tinggi (Leiwakbessy dan Sutandi, 1988). Metode yang dipakai adalah dengan membandingkan status hara tanaman yang diteliti dengan tabel referensi. Apabila konsentrasi hara lebih rendah dari tabel referensi yang dipakai maka hal tersebut dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan tanaman, penurunan produksi secara kualitas dan kuantitas. Pada dasarnya metode ini hanya dapat menunjukan jenis defisiensi dalam satu kali pengamatan (Ulrich dan Hills, 1973) Ulrich dan Hills (1967) dalam Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menetapkan batas kritis pada pusat daerah transisi atau titik sebelum terjadi penurunan produksi atau perumbuhan umumnya dipakai titik belok 5-10 % dari pertumbuhan atau produksi maksimum.

26 Gambar 1. Pengaruh Suplai Hara terhadap Produksi dan Kadar Hara (Leiwakabessy dan Sutandy, 2004) Gambar 1. menunjukan bahwa kenaikan pemberian hara menghasilkan kurva produksi yang bersifat tidak linear, sedangkan pengaruhnya terhadap konsentrasi hara menghasilkan perubahan relatif kecil. Bila produksi dihubungkan dengan kadar hara terlihat jelas bahwa perubahan kadar hara sedikit saja akan menyebabkan produksi meningkat lebih tinggi (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Standar baku untuk batas kritis hara tanaman umumnya sudah banyak dibuat. Kelemahan metode ini terletak pada variasi kadar hara dengan umur, oleh karena itu, Summer (1979) dalam Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menyarankan agar dilakukan : a) pembuatan batas kritis pada berbagai umur tanaman, atau b) koreksi terhadap kadar hara sejalan dengan peningkatan berat kering dan umur tanaman, atau c) pembuatan batas kritis menjadi suatu kisaran, misal kisaran kecukupan hara. Selanjutnya Muson dan Nelson (1973) serta Dow Robert (1982) dalam Leiwakabessy dan Sutandi (2004) juga mengusulkan batas kritis berupa suatu kisaran yang dihubungkan dengan umur tanaman. Kisaran kecukupan hara merupakan pengembangan dari batas kritis, yang pertama dikembangkan untuk menganalisis status hara tanaman. Namun sekarang orang lebih banyak menggunakan kisaran kecukupan hara. Interpretasi kisaran

27 kecukupan hara diperoleh dari hubungan antara produksi atau pertumbuhan tanaman dengan kadar hara (Gambar 2) (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Gambar 2. Hubungan antara produksi dengan kadar hara (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Lengkungan pada Gambar 2 menggambarkan hubungan produksi dengan kadar hara makro dalam daun tanaman. Bentuk C pada gambar 2 disebut dengan Steenbjerg effect, yang merupakan hasil kombinasi dari kadar hara dengan pengurangan berat kering. Kesalahan interpretasi mungkin terjadi apabila kurang memahami hubungan interaksi kadar hara dengan berat kering. Identifikasi tingkat kelebihan dan keracunan hara esensial menjadi sama pentingnya dengan identifikasi tingkat defisiensi, namun sangat sedikit informasi yang detail tentang kisaran kadar hara penuh dari tingkat kurang sampai ketingkat keracunan. Penetapan kisaran kecukupan hara kebanyakan tidak berasal dari range kadar hara mulai dari defisiensi sampai keracunan, tetapi dikembangkan dari kisaran rendah, cukup dan tinggi. Kisaran rendah umumnya mendekati atau sama dengan batas kritis, sedangkan kisaran tinggi berasal dari kadar hara diatas normal, dimana kisaran cukup berada diantaranya (Jones, et al. 1991).

28 2.6. Metode Garis Batas (Boundary Line Methods) Tahap pertama dalam metode garis batas adalah penetapan standar. Satu set data yang menggambarkan hubungan antara produksi dengan kadar hara diplot ke dalam diagram sebaran seperti pada gambar 3. Gambar 3. Diagram Sebar Hubungan Produksi Dengan Kadar Hara N daun (Walworth dan Sumner, 1987) Kelompok produksi tinggi merupakan cerminan dari kondisi yang optimal,yang faktor pembatasnya sudah banyak berkurang dibanding pada kelompok produksi rendah. Keadaan ini diilustrasikan pada gambar 4 dibawah ini. Gambar 4. Respon tanaman terhadap faktor pembatas (Walworth dan Sumner, 1987)

29 Dari gambar tersebut terlihat sejumlah n faktor pembatas yang membatasi produksi pada tingkat rendah, kemudian semakin dikurangi faktor pembatas tersebut maka produksi bertambah tinggi (Walworth dan Sumner, 1987) Boundary line methods adalah metode garis batas, dimana garis membungkus diagram sebar hubungan antara produksi dan kadar hara. Garis tersebut membatasi data aktual,sehingga sangat kecil peluangnya akan ditemukannya data yang terletak di luar garis pembungkus tersebut. Garis batas ini terdapat dibagian batas sebelah kiri dan kanan sebaran data, serta mengerucut keatas, artinya semakin tinggi pertumbuhan atau produksi semakin kecil selang kadar hara atau ekspresi hara (sumbu x). Dengan kata lain semakin tinggi kadar hara semakin tinggi produksi sampai tingkat tertentu. Kemudian produksi turun kembali dengan semakin tingginya kadar hara. Penggambaran seperti ini sangat bermanfaat dalam mendiagnosis kemungkinan perolehan produksi maksimum yang konsisten dengan nilai apapun dari faktor pertumbuhan tertentu yang dapat ditentukan (Walworth, et al. 1987)

30 3.1. Tempat dan waktu penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Perkebunan kelapa sawit dengan nama kebun di antaranya adalah : Agritasari Prima, Banyu Bening Utama, Johan Santosa, Palma 1, Palma 2, Patiware, Wawasan Kebun Nusantara (WKN), Wirata Daya Bangun Persada 1 (Wirata1), Wirata Daya Bangun Persada 2 (Wirata 2), Ledo Lestari, Ceria Prima 2, dan Ceria Prima 3 yang tersebar dipropinsi Kalimantan Barat dan Riau. Penelitian dilakukan pada akhir November 2007 sampai Mei 2008 dengan cara mengambil contoh daun dan pelepah kelapa sawit belum menghasilkan (TBM). Penanganan, persiapan dan analisis contoh daun dan pelepah kelapa sawit dilakukan di laboratorium Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Bahan dan alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh daun kelapa sawit serta bahan-bahan kimia untuk analisis jaringan tanaman di laboratorium seperti HNO 3, HCl, HClO 4, H 2 SO 4 pekat, NaOH dan air destilata. Alat yang digunakan selama pengambilan contoh tanaman adalah gunting pengambil contoh dan perlengkapanya, meteran, kantong contoh, timbangan, peralatan tulis, dan golok. Peralatan yang digunakan dalam analisis tanaman adalah oven, dan peralatan laboratorium lainnya untuk analisis daun tanaman sawit Metode penelitian Pengamatan pertumbuhan Pengamatan pertumbuhan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan kelapa sawit (Elaeis guineensis) belum menghasilkan (TBM). Variabel pertumbuhan yang diamati adalah: panjang pelepah, luas daun dan jumlah pelepah.

31 Pengambilan sampel tanaman Penelitian menggunakan metode survei, yaitu dengan cara pengambilan sampel daun secara acak pada pelepah ke-3 dari 20 pohon dari setiap blok kebun. Contoh daun diambil pada bagian ekor kadal pelepah ketiga dengan cara mengambil sepasang daun pada bagian kanan dan kiri, contoh daun yang digunakan untuk sempel adalah satu pertiga di bagian tengah dari sepasang daun yang dibuang lidinya. Sampel daun yang diambil kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberikan label sesuai dengan kode blok kebun tempat diambilnya sampel tersebut. Sampel daun yang telah diambil sesegera mungkin dikeringkan dengan menggunakan alat pengering. Jumlah total contoh daun yang diambil dari beberapa lokasi tersebut adalah 286 sampel tanaman. Banyaknya jumlah contoh dimaksudkan untuk memperkecil adanya variabilitas data Penanganan dan penyiapan contoh analisis Contoh daun dibersihkan terlebih dahulu dari kontaminan (debu dan tanah) dengan menggunakan kapas, tisu, dan aquades. Selanjutnya, contoh daun di masukkan ke dalam oven pada suhu derajat Celcius. Pengeringan dilakukan untuk menghentikan reaksi enzimatik yang terjadi dalam daun, menurunkan berat kering tanaman, dan menjaga berat konstan. Contoh daun yang telah kering kemudian dihaluskan dengan menggunakan mesin penggiling guna mempercepat penghancuran pada saat analisis dan menghomogenkan jumlah contoh daun. Selanjutnya, contoh disimpan sampai dilakukan analisis jaringan tanaman. Penyiapan dan penanganan contoh tanaman dilakukan dengan sangat hati-hati, hal ini dimaksudan untuk meminimumkan terjadinya perubahan fisik dan kimia dari sampel tersebut.

32 Analisis jaringan tanaman Metode analisis jaringan tanaman secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua tahap yaitu tahap destruksi dan tahap pengukuran. Tahap destruksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengabuan basah dan pengabuan kering. Pada analisis ini menggunakan pengabuan basah dan tahapan pengukuran. Prosedur pengabuan basah dilakukan dengan cara menimbang 0,2 gram sample tanaman yang telah digiling dan dihomogenkan kemudian masukan kedalam labu takar 50 ml. Sample tanaman yang telah dimasukan kedalam labu takar kemudian diberi 5 ml HNO 3 dan HClO 4 pekat dengan perbandingan 2:1. Diamkan selama satu malam, setelah itu panaskan di atas hot plate kurang lebih satu jam sampai larut dan berubah warnanya menjadi cairan bening. Setelah cairan diangkat kemudian dinginkan dan ditera dengan cara menambahkan aquades, dan pindahkan ke dalam botol untuk diukur dengan menggunakan alat seperti Spectrofotometer. Tabel 1. Metode analisis tanaman yang digunakan adalah : Jenis Analisis Ekstraksi Pengukuran N Kjedhal, Titrasi P Pengabuan basah, Spectrofotometer K Pengabuan Basah, Flamefotometer Ca Pengabuan Basah, AAS Mg Pengabuan Basah, AAS Cu Pengabuan Basah, AAS Zn Pengabuan Basah, AAS Pengolahan data dan Penetapan Kisaran Kecukupan Hara Penetapan kisaran hara dilakukan dengan cara melihat sebaran kadar hara tertinggi dan terendah hubungannya dengan umur tanaman. Penetapan ini diperoleh berdasarkan rata-rata % kadar hara dengan standar deviasi pada umur tanaman tertentu yang sebelumnya dilakukan peneraan telebih dahulu. Peneraan dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh umur tanaman. Variabel pertumbuhan yang digunakan untuk menetapkan kisaran kecukupan hara adalah panjang pelepah, luas daun dan jumlah pelepah. Karena

33 umur tanaman bervariasi, maka terlebih dahulu dilakukan peneraan umur tanaman dengan menggunakan persamaan : Y ti = + (Y i -Ý i ) Keterangan : Y ti = parameter pertumbuhan contoh ke i (tera). Y i = parameter pertumbuhan contoh ke i. = Rataan umum contoh. Ý i = Dugaan parameter pertumbuhan dari persamaan. Pemilihan parameter terbaik dilakukan dengan cara membandingkan diagram sebar hubungan kadar hara N, P, K, Ca, Mg, Cu dan Zn dengan parameter pertumbuhan panjang pelepah, luas daun dan jumlah pelepah. Dari ketiga parameter pertumbuhan tersebut, dipilih parameter yang terbaik sebarannya didasrkan pada bentuk digram yang mengerucut ke atas (skewxess). Selang kecukupan hara diperoleh dari kalibrasi kadar hara tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) dengan menggunakan sekat pertumbuhan. Dalam kalibrasi ini, data pertumbuhan yang digunakan adalah 20 % dari 286 contoh tanaman yang digunakan. Sekat produksi membagi dua kelompok yaitu pertumbuhan tinggi dan rendah. Nilai selang kecukupan hara diperoleh dari perpotongan garis sekat produksi dengan garis batas. Garis batas dibuat dari titiktitik terluar sehingga garis yang dihasilkan sebagai garis yang menghubungkan data. Gars tersebut memisahkan antara data yang real dan non real (data pencilan), sehingga sangat kecil peluang ditemukan diluar garis tersebut. Model atau persamaan garis batas dipilih yang paling sesuai dengan titik terluar, yaitu dipilih dengan nilai R 2 (koefisien determinasi) yang paling besar. Nilai kisraran kecukupan harahasil kalibrasi, kemudian dibandingkan dengan tabel referensi kisaran keckupan hara yang telah ada. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahi apakah selang kecukupan hara hasil kalibrasi yang kita tetapkan lebih lebar atau lebih sempit dari tabel referensi kisaran kecukupan yang digunakan.

34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan tanaman merupakan resultan dari proses katabolisme dan anabolisme yang dilakukan oleh tanaman. Pertumbuhan tanaman ditentukan oleh beberapa faktor genetik dan lingkungan. Kedua faktor ini sangat menentukan kondisi hara tanaman. Keterkaitan dan keefektifan suatu faktor tumbuh selalu tergantung pada proporsi, intensitas, dan kualitas faktor tumbuh lain yang aktif pada saat itu. Dengan demikian, kadar hara yang terkandung dalam tanaman tergantung dari interaksi faktor-faktor tumbuh di atas dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Dalam penentuan kisaran kecukupan hara tahapan-tahapan yang perlu dilakukan diantaranya adalah dengan melihat hubungan umur dengan variabel pertumbuhan dalam rangka menghilangkan pengaruh umur pada variabel yang diamati. Berdaraskan variabel pertumbuhan yang telah ditera, maka dilakukan pemilhan variabel yang sesuai dengan kriteria yaitu sebaran titik-titiknya lebih terpusat dan mengerucut keatas. Selanjutnya untuk penentuan kisaran kecukupan hara dilakukan dengan cara membandingkan hasil kalibrasi kadar hara dengan standar. 4.1 Hubungan Umur dengan Variabel Pertumbuhan Variabel yang digunakan pada pengamatan ini adalah panjang pelepah, luas daun dan jumlah pelepah yang sebelumnya dilakukan peneraan. Peneraan dilakukan dengan meluruskan garis persamaan regresi antara variabel panjang pelepah, luas daun dan jumlah pelepah (y) dengan umur tanaman sejajar dengan garis x. Garis peneraan ini merupakan rataan total dari populasi data secara keseluruhan. Dengan demikian pertumbuhan atau produksi tidak lagi dipengaruhi oleh umur tanaman. Gambar diagram hubungan antara variabel pertumbuhan panjang pelepah dengan umur tanaman disajikan pada gambar 5,sedangkan hasil peneraannya dapat dilihat pada gambar 6. Gamabr diagram hubungan variabel pertumbuhan luas daun dengan umur tanaman disajikan pada gambar 8, dan peneraannya disajikan pada gambar 9, sedangkan untuk gambar diagram hubungan variabel jumlah pelepah dengan umur tanaman disajikan pada gambar 11 dan hasil peneraanya disajikan pada gambar 12.

35 Hubungan parameter pertumbuhan dengan umur tanaman (gambar 5,8 dan 11) ditunjukan dengan kurva persamaan regresi sebagai berikut : Hubungan umur (x) dengan panjang pelepah (y) dipilih model terbaik dengan melihat koefisien determinasi (R 2 ) yang terbesar yaitu : Y = - 0,1101X 2 + 9,8619 X + 34,171, R 2 yang diperoleh adalah 0,656, hubungan umur (x) dengan luas daun (y) model terbaiknya Y= -0,0005X 2 + 0,089X -0,0668 dan R 2 yang diperoleh adalah 0,5429, sedangkan untuk hubungan umur (x) dengan variabel pertumbuhan jumlah pelepah (y) model terbaiknya adalah Y = -0,0106 X 2 +1,0657 X + 8,6071, R 2 yang didapat adalah : 0,5409. Sedangkan untuk persamaan dari hasil peneraan ditunjukan oleh gambar (6,9 dan 12). Dengan melihat ketiga persamaan di atas, jelas bahwa setelah dilakukan peneraan nilai R 2 yang diperoleh adalah mendekati nol, atau dengan kata lain umur dari masing-masing tanaman sudah tidak berpengaruh lagi. Dalam hal ini umur tanaman sudah tidak lagi mempengaruhi penetapan kisaran kecukupan hara. Berikut adalah gambar hubungan variabel pertumbuhan panjang pelepah, luas daun, dan rataan jumlah pelepah y = x x R 2 = Panjang Pelepa Gambar 5. Hubungan variabel pertumbuhan panjang pelepah kelapa sawit sebelum dilakukannya peneraan dengan umur tanaman Umur

36 panjang pelepah te umur Gambar 6 Hubungan variabel pertumbuhan panjang pelepah kelapa sawit setelah dilakukannya peneraan dengan umur tanaman panjang pelepah tera umur Gambar 7 Hubungan variabel pertumbuhan panjang pelepah kelapa sawit dengan umur tanaman dimana umur tanaman dianggap sama. 6 5 y = x x R 2 = luas daun umur Gambar 8 Hubungan variabel pertumbuhan luas daun kelapa sawit sebelum dilakukannya peneraan dengan umur tanaman

KALIBRASI KADAR HARA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis) BELUM MENGHASILKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEKAT PERTUMBUHAN TERBAIK

KALIBRASI KADAR HARA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis) BELUM MENGHASILKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEKAT PERTUMBUHAN TERBAIK KALIBRASI KADAR HARA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis) BELUM MENGHASILKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEKAT PERTUMBUHAN TERBAIK Oleh : DEWI RATNASARI (A24104056) DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian lapang dilaksanakan dari bulan Januari s.d. Juli 2010. Lokasi percobaan terletak di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Ceria Prima II, Divisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Agronomis Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Agronomis Kelapa Sawit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agronomis Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) sebagai tanaman pendatang dari Afrika Barat ternyata budidayanya di Indonesia telah berkembang sangat pesat dan sampai

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH 4. Phosphor (P) Unsur Fosfor (P) dlm tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan & mineral 2 di dlm tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pd ph

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elais gueneensis) MENGHASILKAN. Oleh DEDAH ISMAYANTI A

PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elais gueneensis) MENGHASILKAN. Oleh DEDAH ISMAYANTI A PENETAPAN STATUS HARA BERDASARKAN KISARAN KECUKUPAN HARA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elais gueneensis) MENGHASILKAN Oleh DEDAH ISMAYANTI A24104044 PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut 29 TINJAUAN PUSTAKA Sumber-Sumber K Tanah Sumber hara kalium di dalam tanah adalah berasal dari kerak bumi. Kadar kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut mengandung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Di Sumatra Utara areal pertanaman jagung sebagian besar di tanah Inceptisol yang tersebar luas dan berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong komoditi sayuran buah dan sangat potensial untuk dikembangkan. Tomat memiliki banyak

Lebih terperinci

MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah

MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah Kondisi Tanah Mengalami Masalah Unsur Hara Kondisi Tanah Mengalami Masalah Unsur Hara Nitrogen: Dijumpai pada semua jenis tanah, terutama bertekstur kasar dan berkadar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) mempunyai sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang yang terbentuk dari calon akar, akar sekunder,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Buncis Sistem perakaran berbagai jenis buncis tidak besar atau ekstensif, percabangan lateralnya dangkal. Akar tunggang yang terlihat jelas biasanya pendek, tetapi pada tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara, pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara berkesinambung, untuk menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu: 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. ph Tanah Data hasil pengamatan ph tanah gambut sebelum inkubasi, setelah inkubasi, dan setelah panen (Lampiran 4) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan ph tanah.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sub pertanian tanaman pangan merupakan salah satu faktor pertanian yang sangat penting di Indonesia terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, peningkatan gizi masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Padi sawah dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu : padi sawah (lahan yang cukup memperoleh air, digenangi waktu-waktu tertentu terutama musim tanam sampai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis) bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari Afrika. Kelapa sawit di Afrika diklasifikasikan oleh Jacquin pada tahun 1763 sebagai

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Penetapan Status Kecukupan Hara N, P dan K pada Bibit Duku

PEMBAHASAN UMUM Penetapan Status Kecukupan Hara N, P dan K pada Bibit Duku PEMBAHASAN UMUM Penelitian ini secara umum bertujuan untuk membangun model pemupukan tanaman duku berdasarkan analisis daun dan mempelajari kategori tingkat kecukupan hara pada bibit duku. Cara membangun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena 17 TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Ultisol Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di beberapa lokasi daerah sebaran duku di Propinsi Jambi, di 8 (delapan) kabupaten yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten

Lebih terperinci

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU Oleh : Sri Utami Lestari dan Azwin ABSTRAK Pemilihan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Kalium Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Sawah 2.2. Fraksi-fraksi Kalium dalam Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Kalium Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Sawah 2.2. Fraksi-fraksi Kalium dalam Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Kalium Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Sawah Peranan utama kalium (K) dalam tanaman adalah sebagai aktivator berbagai enzim (Soepardi 1983). K merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam Secara teoritis lahan kering di Indonesia dibedakan menjadi dua kategori, yaitu lahan kering beriklim kering, yang banyak dijumpai di kawasan timur Indonesia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biochar (Arang hayati) Istilah Biochar pertama kali di kemukakan oleh Peter Read untuk menyebut charcoal yang digunakan untuk bahan pembenah tanah. Biochar adalah bentuk stabil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit menjadi pemimpin dalam penghasil minyak nabati dunia (2006), dengan produksi 37,1 juta ton dari buah kelapa sawit dan lebih dari 4,3 juta ton dari kernel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Karakteristik Lokasi Penelitian Tebu transgenik IPB 1 dan isogenik PS 851 ditanam di Kebun Percobaan PG Djatirorto PTPN XI, Jawa Timur. Secara administrasi, lokasi

Lebih terperinci

Table. Usual content of micronutrients in soils, and in harvested crops

Table. Usual content of micronutrients in soils, and in harvested crops Nasih widya yuwono Table. Usual content of micronutrients in soils, and in harvested crops element s kg/ha (soils) mg/kg (crops) soil/crop ratio Fe 56.000 2,0 28.000 Mn 2.200 0,5 4.400 Zn 110 0,3 366 Cu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.) 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu (Saccharum officinarum L.) Saccharum officinarum L., merupakan spesies tebu yang termasuk dalam kelas monokotiledon, ordo Glumaceae, famili Graminae, dan genus Saccharum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman dalam pot. Dari ribuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ketanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih TINJAUAN PUSTAKA Sekilas Tentang Tanah Andisol Andisol merupakan tanah yang mempunyai sifat tanah andik pada 60% atau lebih dari ketebalannya, sebagaimana menurut Soil Survey Staff (2010) : 1. Didalam

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar wilayahnya didominasi oleh tanah yang miskin akan unsur hara, salah satunya adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol 18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol Ultisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai horizon argilik atau kandik dengan nilai kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa (jumlah kation basa) pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tumbuhan hutan yang dibudidayakan. Tanaman ini memiliki respon yang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tumbuhan hutan yang dibudidayakan. Tanaman ini memiliki respon yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tumbuhan hutan yang dibudidayakan. Tanaman ini memiliki respon yang baik sekali terhadap kondisi lingkungan hidup dan perlakuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah Berdasarkan hasil analisis fisika dan kimia tempat pelaksanaan penelitian di Desa Dutohe Kecamatan Kabila. pada lapisan olah dengan kedalaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu Tegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat, tepatnya di Desa Karanglayung dan Desa Narimbang. Secara

Lebih terperinci