PENGUKURAN DISTRIBUSI INTENSITAS CAHAYA YANG DIHASILKAN KISI DIFRAKSI MENGGUNAKAN VERNIER LABPRO SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGUKURAN DISTRIBUSI INTENSITAS CAHAYA YANG DIHASILKAN KISI DIFRAKSI MENGGUNAKAN VERNIER LABPRO SKRIPSI"

Transkripsi

1 PENGUKURAN DISTRIBUSI INTENSITAS CAHAYA YANG DIHASILKAN KISI DIFRAKSI MENGGUNAKAN VERNIER LABPRO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Fisika Oleh Asriningsih NIM: PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 008

2 THE MEASUREMENT OF THE DISTRIBUTION OF LIGHT INTENSITY WHICH IS OBTAINED BY DIFFRACTION GRATING USING VERNIER LABPRO Thesis Presented As Partial Fulfillment of The Requirement to Obtain the Sarjana Sains Degree In Physic By Asriningsih NIM: STUDY PROGRAM OF PHYSIC FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGI SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 008 ii

3 iii

4 iv

5 HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN HIDUP PENUH PERJUANGAN, SEDIH DAN BAHAGIA ADALAH WARNA DALAM HIDUP Kupersembahkan untuk : Bapak Ibuku tercinta, terima kasih untuk semua yang telah beliau berikan dan terima kasih juga atas doanya hingga ananda dapat menyelesaikan tugas ini. Om Sukir dan dek Burham, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini. Mas Heru, terima kasih atas doa, dukungan dan nasehatnya selama ini. Seluruh keluarga besarku (Pak de- Bu de, Om Bibi serta sepupu-sepupuku) terima kasih atas cinta dan dukungan yang selalu diberikan untukku. Sahabat-sahabat karibku (Naning, Catrin, Yuni, Eko, Agus, Suri, Maria) terima kasih untuk berbagai cerita dan persahabatan baik dalam suka maupun duka. Sahabat-sahabat seperjuanganku ( Debora, Hari, Mamat, Lori, Ritwan, Iman, Siska, Ade ) serta anak-anak Alumni Fisika 000 dan semuanya, terima kasih karena kalian menambah warna dalam hidupku. v

6 vi

7 ABSTRAK PENGUKURAN DISTRIBUSI INTENSITAS CAHAYA YANG DIHASILKAN KISI DIFRAKSI MENGGUNAKAN VERNIER LABPRO Telah dilakukan penelitian untuk pengukuran distribusi intensitas cahaya yang dihasilkan kisi difraksi menggunakan Vernier LabPro. Jumlah celah dalam kisi difraksi yang digunakan untuk mengukur distribusi intensitas cahaya adalah 80 mm dan 600 mm. Distribusi intensitas cahaya dihasilkan dari cahaya yang dilewatkan pada kisi difraksi dengan cara memutar laser dan kisi difraksi. Dari eksperimen ini didapatkan bahwa distribusi intensitas cahaya tergantung dari sudut (θ), lebar celah (b) dan jarak antar celah (a). vii

8 ABSTRACT THE MEASUREMENT OF THE DISTRIBUTION OF LIGHT INTENSITY WHICH IS OBTAINED BY DIFFRACTION GRATING USING VERNIER LABPRO A research about the measurement of the distribution of light intensity which is produced by diffraction grating has been done by using Vernier LabPro. The number of slit in the diffraction grating which is used to measure the distribution of light intensity are 80 mm and 600 mm. The distribution of light intensity is produced from the light which is passed through the diffraction grating by turning around the laser and diffraction grating. From this experiment it is obtained that the distribution of light intensity are depended of the angle (θ), the slit width (b) and the distance of slit (a). viii

9 ix

10 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul Pengukuran Distribusi Intensitas Cahaya yang Dihasilkan Kisi Difraksi Menggunakan Vernier LabPro ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Fisika Program Studi Fisika di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini terwujud atas bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, yang telah berkenan membimbing, memberi petunjuk serta motivasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M.S selaku dosen pembimbing dan penguji, yang dengan penuh kesabaran membimbing dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dari awal hingga akhir karya tulis ini.. Ibu Ir. Sri Agustini Sulandari, M.Si selaku dosen, kaprodi Fisika dan penguji. 3. Drs. Severinus Domi, M.Si selaku dosen penguji. 4. Seluruh staf dosen dan asisten yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. x

11 5. Mas Bimo selaku staf laboratorium analisa pusat, serta Mas Sis, Mas Ngadiono dan Pak Sugito selaku staf bengkel Fisika yang telah banyak membantu kelancaran selama mengerjakan skripsi. 6. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis xi

12 DAFTAR ISI Halaman JUDUL... JUDUL... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... PERSEMBAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ABSTRACT... ABSTRAK... PERSETUJUAN PUBLIKASI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv v vi vii viii ix x xii xiv xv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Batasan Masalah... 3 D. Tujuan Penelitian... 4 E. Manfaat Penelitian... 4 F. Sistematika Penulisan... 4 xii

13 BAB II DASAR TEORI... 6 A. Gelombang B. Interferensi Cahaya... 6 C. Difraksi Cahaya D. Kisi difraksi BAB III METODOLOGI... 1 A. Tempat Penelitian... 1 B. Alat... 1 C. Rangkaian Percobaan D. Prinsip Kerja BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil B. Pembahasan... 6 BAB V PENUTUP... 9 A. Kesimpulan... 9 B. Saran... 9 DAFTAR PUSTAKA xiii

14 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Kedudukan interferensi yang saling menguatkan yang terjadi pada kisi difraksi 80 celah tiap milimeter... Tabel. Kedudukan interferensi saling melemahkan yang terjadi pada kisi difraksi 80 celah tiap milimeter... 3 Tabel 3. Kedudukan interferensi yang saling menguatkan yang terjadi pada kisi difraksi 600 celah tiap milimeter... 3 Tabel 4. Kedudukan interferensi saling melemahkan yang terjadi pada kisi difraksi 600 celah tiap milimeter... 4 Tabel 5. Perbandingan nilai sudut θ terjadinya intensitas cahaya maksimum dari teori dan eksperimen untuk kisi difraksi 80 celah tiap milimeter.. 4 Tabel 6. Perbandingan nilai sudut θ terjadinya intensitas cahaya minimum dari teori dan eksperimen untuk kisi difraksi 80 celah tiap milimeter... 5 Tabel 7. Perbandingan nilai sudut θ terjadinya intensitas cahaya maksimum dari teori dan eksperimen untuk kisi difraksi 600 celah tiap milimeter. 5 Tabel 8. Perbandingan nilai sudut θ terjadinya intensitas cahaya minimum dari teori dan eksperimen untuk kisi difraksi 600 celah tiap milimeter... 5 xiv

15 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Interferensi dua gelombang cahaya dari sumber titik S 1 dan S di titik p pada layar... 7 Gambar. Difraksi pada celah tunggal yang panjang... 9 Gambar 3. Gelombang cahaya dalam kisi difraksi Gambar 4. Set up eksperimen yang tampak dari atas Gambar 5. Set up eksperimen yang tampak dari samping Gambar 6. Grafik hubungan Intensitas Cahaya terhadap Sudut θ untuk kisi difraksi 80 celah tiap milimeter Gambar 7. Grafik hubungan Intensitas Cahaya terhadap Sudut θ yang diperbesar 13 kali untuk kisi difraksi 80 celah tiap milimeter Gambar 8. Grafik hubungan Intensitas Cahaya terhadap Sudut θ untuk kisi difraksi 600 celah tiap milimeter... 0 Gambar 9. Grafik hubungan Intensitas Cahaya terhadap Sudut θ yang diperbesar 8,5 kali untuk kisi difraksi 600 celah tiap milimeter... 1 xv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cahaya sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber cahaya paling utama di bumi adalah matahari. Cahaya merambat dalam bentuk gelombang [Giancoli, 1999]. Pada perambatannya gelombang mengalami suatu peristiwa diantaranya interferensi dan difraksi. Percobaan tentang interferensi pertama kali dilakukan oleh Thomas Young. Young memperkenalkan bahwa interferensi sebagai gejala gelombang yang terjadi pada cahaya [Tipler, 1996]. Dua gelombang cahaya yang berasal dari satu sumber cahaya akan berinterferensi di satu titik sebuah layar. Gejala-gejala interferensi dapat diamati pada lapisan tipis, cincin Newton dan interferometer Michelson. Suatu lapisan tipis dapat menghasilkan warna-warni seperti pelangi. Gejala interferensi pada lapisan tipis dapat diamati pada film tipis, lapisan tipis minyak di air dan gelembung sabun. Warna-warni tersebut merupakan akibat interferensi cahaya yang dipantulkan oleh permukaan bagian atas dan permukaan bagian bawah lapisan tipis tersebut [Sears dan Zemansky, 001]. Pada cincin Newton, teramati garis gelap dan terang secara berurutan membentuk lingkaran yang disebut dengan rumbai. Rumbai tersebut dihasilkan dari cahaya yang dipantulkan oleh permukaan kaca lengkung dengan permukaan kaca datar yang diletakkan bersentuhan [Giancoli, 1999]. Pada interferometer Michelson, teramati 1

17 rumbai interferensi. Rumbai tersebut dihasilkan dari cahaya sumber yang dilewatkan pada cermin beam spliter. Kemudian cahaya sumber yang melalui cermin beam spliter sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan diteruskan [Giancoli, 1999]. Cahaya sumber yang dipantulkan oleh cermin beam spliter tersebut akan menuju ke cermin yang dapat digerakkan. Kemudian cermin yang dapat digerakkan akan memantulkan cahaya kembali ke cermin beam spliter. Sebagian cahaya tersebut akan diteruskan dan sebagian lagi akan dipantulkan ke layar. Begitu juga dengan cahaya sumber yang diteruskan oleh cermin beam spliter akan menuju ke cermin tetap. Cermin tetap tersebut akan memantulkan cahaya kembali ke cermin beam spliter. Sebagian cahaya tersebut akan dipantulkan dan sebagian lagi akan diteruskan ke layar. Kedua berkas cahaya yang sampai di layar akan menghasilkan rumbai. Kemudian Agustin Fresnel melakukan penelitian lebih lanjut tentang interferensi dan difraksi dengan memakai teori gelombang sebagai dasar matematisnya [Tipler, 1996]. Fresnel dapat menjelaskan efek-efek interferensi dan difraksi dari gelombang cahaya tersebut [Giancoli, 1999]. Dalam praktikum fisika dasar tentang interferensi dan difraksi selama ini hanya menentukan terjadinya interferensi maksimum dan interferensi minimum [Nn, 000]. Karena keterbatasan alat yang ada, maka intensitas cahayanya belum bisa diukur. Semakin berkembangnya teknologi sensor dan komputer, maka pengukuran dalam penelitian mulai berkembang. Richard Field melakukan penelitian tentang interferensi dan difraksi dengan bantuan sensor cahaya dan komputer. Field melakukan pengukuran distribusi intensitas cahaya yang

18 3 dihasilkan kisi difraksi menggunakan Software Claris Work. Software tersebut hanya dapat dioperasikan pada komputer Appel Macinthos saja. [Field]. Dengan adanya perkembangan Software yang dapat dioperasikan disemua jenis komputer, maka penelitian ini tentang interferensi dan difraksi akan dilakukan. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran distribusi intensitas cahaya yang dihasilkan kisi difraksi menggunakan Vernier LabPro. Dengan alat bantu tersebut, distribusi intensitas cahaya yang dihasilkan kisi difraksi dapat langsung diamati di komputer. B. Rumusan Masalah Bagaimana caranya untuk mendapatkan distribusi intensitas cahaya yang dihasilkan kisi difraksi. C. Batasan Masalah a) Pengukuran dibatasi pada distribusi intensitas cahaya yang dihasilkan kisi difraksi pada 80 celah tiap milimeter dan 600 celah tiap milimeter. b) Sumber cahaya yang digunakan adalah jenis laser He-Ne dengan panjang gelombang 63,8 nanometer. c) Pencatatan dan perekaman data selama eksperimen menggunakan komputer yang dilengkapi Vernier LabPro.

19 4 D. Tujuan Penelitian a) Memahami cara perancangan alat yang akan digunakan untuk mendapatkan distribusi intensitas cahaya yang dihasilkan kisi difraksi. b) Menunjukkan distribusi intensitas cahaya yang dihasilkan kisi difraksi menggunakan Vernier LabPro. E. Manfaat Penelitian a) Memberi pemahaman bagi peneliti dalam bidang optik khususnya distribusi intensitas cahaya yang dihasilkan kisi difraksi. b) Memberikan informasi tambahan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi bahwa distribusi intensitas cahaya dapat dihasilkan dari kisi difraksi. F. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Pada bab I akan diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistemetika penulisan. BAB II Dasar Teori Pada baba II akan diuraikan tentang dasar-dasar teori pendukung dalam penelitian intensitas cahaya.

20 5 BAB III Metode Eksperimen Pada bab III akan diuraikan tentang alat-alat yang akan digunakan saat penelitian berlangsung serta langkah-langkah dalam melakukan penelitian. BAB IV Hasil Dan Pembahasan Pada bab IV akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan selama penelitian berlangsung. BAB V Penutup Pada bab V berisi kesimpulan dari hasil penelitian serta saran.

21 BAB II DASAR TEORI A. Gelombang Gelombang merupakan energi yang merambat dalam suatu medium [Prasetio, 199]. Gelombang merambatkan energinya merata keseluruh medium. Peristiwa perambatan energi dari sumber ke seluruh medium memerlukan waktu. Dalam perambatannya medium yang dilalui tidak ikut merambat. B. Interferensi Cahaya Interferensi cahaya merupakan perpaduan dua gelombang cahaya atau lebih menjadi satu di suatu titik sebuah layar. Jika suatu gelombang cahaya merambat dalam arah sumbu X persamaan gelombangnya dapat dituliskan y = Asin ( ωt kx) (1) dimana y = simpangan gelombang cahaya pada saat t dan jarak x Α = Amplitudo gelombang cahaya π k = bilangan gelombang cahaya ( k = ) λ λ = panjang gelombang cahaya sumber ω = frekuensi sudut gelombang cahaya Gelombang cahaya yang merambat dalam arah sumbu X, persamaannya adalah: y = Asin ( ωt + kx) () Jika ada dua sumber titik dan s yang terpisah sejauh a, dapat dilihat pada gambar 1. s1 6

22 7 Celah s r Layar P a s 1 θ r θ r 1 0 Gambar 1. Interferensi dua gelombang cahaya dari sumber titik s dan s di titik P pada layar 1 Gelombang cahaya dari sumber titik dan s yang berinterferensi di titik P pada s1 layar yang ditampilkan pada gambar 1, persamaannya dapat dituliskan: y 1 = Asin( ω t kr1 ) (3) dan y = Asin( ω t kr ) (4) dimana dan r adalah lintasan yang ditempuh gelombang cahaya. Gelombang r1 cahaya dari sumber titik s 1 yang berinterferensi di titik P menempuh lintasan sejauh. Dan gelombang cahaya dari sumber titik s menempuh lintasan sejauh r r1. Perbedaan lintasan dari kedua gelombang cahaya yang berinterferensi di titik P pada layar dalam gambar 1 dapat dituliskan: r = r 1 r (5) atau r = a sinθ (6)

23 8 Beda sudut fase (δ) antar kedua gelombang cahaya yang berinterferensi di titik P pada layar dapat dituliskan π δ = kr 1 kr = k( r1 r ) = k( r) = asinθ (7) λ Berdasarkan persamaan (3) dan (4) didapatkan hasil simpangan resultan ( ) gelombang cahaya adalah [Sutrisno, 1979]: y R y R ( t kr ) + A ( t kr ) = y ω ω (8) 1 + y = Asin 1 sin Sesuai dengan persamaan (5), maka persamaan (8) menjadi: 1 1 ( ) sin( ωt δ ) y R = Acos kr (9) δ 1 Dari persamaan (9), amplitudo resultan kedua gelombang cahaya dapat dituliskan: 1 ( δ ) A R = Acos (10) Intensitas cahaya sebanding dengan kuadrat amplitudo resultan gelombang cahaya. Sehingga intensitas cahaya yang dihasilkan oleh kedua gelombang cahaya yang berinterferensi di titik P pada layar adalah [Alonso dan Finn, 199]: 1 I = 4A cos δ (11) Dengan mensubstitusikan persamaan (7) ke persamaan (11), maka persamaan (11) menjadi dengan I 0 = 4A. 1 πa sinθ I = I 0 cos ( δ ) = I 0 cos (1) λ Berdasarkan persamaan (1), hasil interferensi gelombang cahaya akan maksimum bila cos 1 δ = 1 kalau δ = nπ (13)

24 9 sedangkan hasil interferensi kedua gelombang akan minimum bila cos 1 δ = 1, kalau δ = ( n + 1)π (14) dimana n adalah bilangan bulat positif atau negatif. C. Difraksi Cahaya Difraksi merupakan peristiwa pelenturan gelombang cahaya setelah melewati celah sempit. Menurut Huygens, semua titik pada muka gelombang dapat dianggap sebagai sumber gelombang cahaya yang baru, sehingga di celah terdapat sederetan titik gelombang cahaya. Setiap titik gelombang cahaya pada celah akan saling mempengaruhi satu sama lain. Jika ada celah tunggal dengan lebar celah b, dan setiap titik gelombang cahaya terdifraksi membentuk sudut θ seperti dalam gambar. Gelombang cahaya datang b Celah D C E θ F B A θ G Gelombang cahaya terdifraksi pada sudut θ Gambar. Difraksi pada celah tunggal yang panjang

25 10 Bila titik gelombang cahaya A sampai titik gelombang cahaya E yang terdifraksi membentuk sudut θ, maka beda sudut fase antar kedua gelombang cahaya tersebut adalah [Halliday, 1988]: π πb sinθ ϕ = kr 1 kr = k r = EF = (15) λ λ Gelombang cahaya yang terdifraksi mempunyai amplitudo resultan (A R ) sebesar [Sutrisno, 1979]: πbsinθ sin λ A = R A (16) πbsinθ λ Karena intensitas cahaya sebanding dengan kuadrat amplitudo, maka intensitas cahaya dari gelombang cahaya yang terdifraksi pada celah tunggal adalah [Alonso dan Finn, 199]: πb sinθ sin λ I = I 0 π sinθ (17) b λ dengan I =. 0 A D. KISI DIFRAKSI Kisi difraksi tersusun atas kumpulan celah yang berjumlah N, lebar celah b dan jarak antar celah a yang dapat dilihat pada gambar 3. Sehingga cahaya sumber yang melewati kisi difraksi akan mengalami dua peristiwa yaitu interferensi dan difraksi.

26 11 Celah a b θ Gambar 3. Gelombang cahaya dalam kisi difraksi Dengan demikian, distribusi intensitas cahaya yang dihasilkan kisi difraksi pada sudut (θ) dapat dituliskan sebagai berikut [Alonso dan Finn, 199]: = Nπa sinθ sin λ πa sinθ sin λ πbsinθ sin λ πbsinθ λ I θ I0 (18) Pada kisi difraksi, sesuai dengan persamaan (18) terjadinya interferensi maksimum pada sudut θ mengikuti persamaan berikut[alonso dan Finn, 199]: sin θ = n λ n = 0, ± 1, ±, ± 3,... (19) a Sedangkan terjadinya interferensi minimum pada sudut θ mengikuti persamaan berikut: 1 λ ( n + ) sin θ = n = 0, ± 1, ±, ± 3,... (0) a dimana n merupakan orde bilangan.

27 BAB III METODOLOGI 1. TEMPAT PENELITIA Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Fisika Modern Universitas Sanata Dharma Kampus III Paingan Maguwoharjo Depok Sleman.. ALAT a. Laser Helium Neon digunakan sebagai sumber cahaya. b. Kisi Difraksi yang digunakan adalah 80 mm dan 600 mm. c. Spektrometer digunakan untuk mengetahui sudut. d. Sensor cahaya digunakan sebagai alat pendeteksi cahaya. e. Vernier LabPro adalah suatu alat yang serbaguna untuk mengumpulkan data dalam berbagai cara di dalam ruang atau di luar ruang. Vernier LabPo dapat digunakan bersama komputer atau kalkulator grafik TI atau sistem operasi Palm TM atau sebagai pengunci data. Vernier LabPro dapat digunakan diberbagai jenis sensor diantaranya sensor cahaya. Untuk menggunakan vernier LabPro dalam komputer, dibutuhkan suatu software yaitu Logger Pro. f. Komputer digunakan sebagai alat bantu pencatat dan penampil data. 1

28 13 3. RANGKAIAN PERCOBAAN Cahaya laser He-Ne dilewatkan kisi difraksi akan mengalami peristiwa interferensi dan difraksi. Cahaya yang dihasilkan dari peristiwa interferensi dan difraksi kemudian dideteki oleh sensor cahaya. Cahaya yang dideteksi oleh sensor cahaya kemudian akan diolah oleh vernier LabPro. Data dari vernier LabPro kemudian dicatat dan ditampilkan di komputer. Jika laser dan kisi difraksi dilihat dari atas akan tampak seperti pada Gambar 4. Sedangkan laser dan kisi difraksi bila dilhat dari samping akan tampak seperti pada Gambar 5. Laser He-Ne KI SI Sensor Cahaya Vernier LabPro Piringan Spektrometer KOMPUTER Gambar 4. Set up eksperimen laser dan kisi difraksi yang tampak dari atas

29 14 Kisi Difraksi Laser He-Ne Sensor Cahaya Vernier LabPro Diputar dengan motor dari recorder Piringan Spektrometer KOMPUTER Gambar 5. Set up eksperimen laser dan kisi difraksi yang tampak dari samping 4. PRINSIP KERJA Cahaya laser He-Ne yang dilewatkan kisi difraksi akan mengalami peristiwa interferensi dan difraksi. Cahaya yang dihasilkan dari peristiwa interferensi dan difraksi kemudian di deteksi oleh sensor cahaya. Intensitas cahaya hasil dari peristiwa interferensi dan difraksi tergantung dari besarya sudut. Pada umumnya untuk mendapatkan distribusi intensitas cahaya dngan cara memutar sensor cahaya. Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan distribusi intensitas cahaya dengan cara memutar laser dan kisi difraksi. Kisi difraksi diletakkan di tengah-tengah dari piringan spektrometer. Kemudian piringan spektrometer tersebut diputar dengan motor dari recorder. Laser dan kisi difraksi diputar dengan perjalanan 180, dengan selang waktu tertentu. Pengukuran dimulai dari sudut -90 sampai 90. Pengaktifan software Logger Pro dan pemutaran piringan spektrometer dilakukan bersamaan. Di layar komputer akan tertampil grafik hubungan intensitas cahaya terhadap waktu.

30 15 Untuk mendapatkan grafik hubungan intensitas cahaya terhadap sudut, maka data waktu diubah ke dalam sudut. Cara mengubah waktu ke dalam sudut sebagai berikut: Misalkan: Selang waktu yang dibutuhkan selama perputaran 180 adalah t. Waktu pada saat t Sudut perputaran yang dilakukan adalah 180 Untuk menunjukkan sudut (θ) pada saat t menggunakan persamaan berikut: t θ = t 0 180

31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Telah dilakukan pengukuran distribusi intensitas cahaya yang dihasilkan kisi difraksi menggunakan Vernier LabPro. Dalam ekperimen ini sumber cahaya yang digunakan adalah laser He-Ne dengan panjang gelombang 63,8 nm dan kisi difraksi yang digunakan adalah 80 celah tiap milimeter dan 600 celah tiap milimeter. Sebelum kisi difraksi digunakan dilakukan pengukuran intensitas cahaya awal ( didapatkan I 8460Lux. 0 = I 0 ), dalam pengukuran ini Dari eksperimen didapatkan grafik hubungan intensitas cahaya (I θ ) terhadap sudut (θ) yang dapat dilihat pada Gambar 6, Gambar 7, Gambar 8 dan Gambar 9. Untuk kisi difraksi 80 celah tiap milimeter hasil eksperimen ditampilkan pada Gambar 6 dan Gambar 7. Untuk kisi yang lain hasil eksperimen ditampilkan pada Gambar 8 dan Gambar 9. Pada Gambar 6 dan Gambar 8 terlihat bahwa intensitas cahaya paling maksimum berada ditengah-tengah dari distribusi intensitas cahaya. Distribusi intensitas cahaya mengikuti pola difraksi, dalam Gambar 7 dan Gambar 9 terlihat bahwa dengan semakin besar sudut (θ) maka intensitas cahaya (I θ ) akan semakin melemah. Jika diperjelas masih akan tampak intensitas cahaya maksimum yang lain dengan nilai lebih rendah. Pada Gambar 6 dengan kisi difraksi 80 celah tiap milimeter terlihat ada 8 intensitas cahaya maksimum yang terdistribusi pada sudut (θ) -14,9 sampai 1,1. Besarnya nilai intensitas cahaya maksimum (I θ ) yang terjadi pada sudut (θ) dapat dilihat dalam Tabel 1. 16

32 17 Untuk n = 0, intensitas cahayanya paling maksimum. Pada Gambar 7 untuk n = ± 1, n = ± dan n = ± 4, nilai intensitas cahaya (I θ ) hampir sama. Sedangkan untuk n = 3 nilai intensitas cahayanya kecil. Untuk nilai intensitas cahaya minimum besarnya akan semakin berkurang dengan bertambah besarnya sudut (θ). Sedangkan untuk intensitas cahaya minimum dapat dilihat pada Tabel. Pada Gambar 8 untuk kisi difraksi 600 celah tiap milimeter terlihat ada 5 intensitas cahaya maksimum yang terdistribusi pada sudut (θ) - 45,0 sampai 49,1. Pada Gambar 9 terlihat jelas untuk n = ±1 dan n = ± nilai intensitas cahaya maksimum hampir sama. Besarnya nilai intensitas cahaya maksimum dan intensitas cahaya minimum yang terjadi pada sudut θ dapat dilihat dalam Tabel 3 dan Tabel 4. 17

33 18 Intensitas Cahaya (Lux) Gambar 6. Grafik hubungan Intensitas Cahaya terhadap Sudut untuk kisi difraksi 80 celah tiap milimeter Intensitas Cahaya (Lux) n = n = n = n = n = Gambar 7. Grafik hubungan Intensitas Cahaya terhadap Sudut (θ) yang diperbesar 13 kali untuk kisi difraksi 80 celah tiap milimeter 18

34 19 Intensitas Cahaya (Lux) Gambar 8. Grafik hubungan Intensitas Cahaya terhadap Sudut untuk kisi difraksi 600 celah tiap milimeter n = ,8 Intensitas Cahaya (Lux) n = 1 n = n = 0 n = Gambar 9. Grafik hubungan Intensitas Cahaya terhadap Sudut yang diperbesar 8,5 kali untuk kisi difraksi 600 celah tiap milimeter 19

35 0 Tabel 1. Kedudukan interferensi yang saling menguatkan yang terjadi pada kisi difraksi 80 celah tiap milimeter n θ (derajat) Intensitas Cahaya (Lux) -4-11,9 1,4-3 -8,9 8,6 - -6,0 04,5-1 -3,1 377, ,6 1,9 74,4 6,0 19,1 3 9,3 6, 4 1,1 16,5 0

36 1 Tabel. Kedudukan interferensi saling melemahkan yang terjadi pada kisi difraksi 80 celah tiap milimeter n θ (derajat) Intensitas Cahaya (Lux) -3-10,4,1 - -7,5 8,3-1 -4,6 0,7 0-1,6 7,3 0 1,5 66,1 1 4,5,7 7,8 4,1 3 10,8,1 Tabel 3. Kedudukan interferensi saling menguatkan yang terjadi pada kisi difraksi 600 celah tiap milimeter n θ (derajat) Intensitas Cahaya (Lux) - -45,0 16,5-1 -0,9 999, ,3 1 1,8 944,1 49,1 18,6 1

37 Tabel 4. Kedudukan interferensi saling melemahkan yang terjadi pada kisi difraksi 600 celah tiap milimeter n θ (derajat) Intensitas Cahaya (Lux) -1-33,4,1 0-1,,1 0 13,6,1 1 35,9,1 Dari eksperimen didapatkan posisi sudut θ terjadinya intensitas cahaya maksimum dan intensitas cahaya minimum, jika hasilnya dibandingkan dengan teori, didapatkan: Tabel 5. Perbandingan sudut θ terjadinya intensitas cahaya maksimum dari teori dan eksperimen untuk kisi difraksi 80 celah tiap milimeter n Teori Eksperimen ,9,9 5,8 6,0 3 8,7 9,3 4 11,6 1,1

38 3 Tabel 6. Perbandingan sudut θ terjadinya intensitas cahaya minimum dari teori dan eksperimen untuk kisi difraksi 80 celah tiap milimeter n Teori Eksperimen 0 1,4 1, ,4 7,3 10, 4,5 7,8 10,8 Tabel 7. Perban dingan sudut θ terjadi nya intensit as cahaya maksimum dari teori dan eksperimen untuk kisi difraksi 600 celah tiap milimeter n Teori Eksperimen ,3 1,8 5,3 49,1 Tabel 8. Perbandingan sudut θ terjadinya intensitas cahaya minimum dari teori dan eksperimen untuk kisi difraksi 600 celah tiap milimeter n Teori Eksperimen 0 11,4 13,6 1 36,4 35,9 3

39 4 B. Pembahasan Pengukuran distribusi intensitas cahaya yang dihasilkan kisi difraksi menggunakan Vernier LabPro. Selama percobaan, pada layar terlihat pola gelap terang secara berurutan dengan intensitas cahaya paling maksimum berada ditengah-tengah pola tersebut. Pola gelap terang yang terlihat pada layar kemudian akan dideteksi dengan sensor cahaya. Data dari sensor cahaya kemudian akan direkam dan ditampilkan di layar komputer yang dilengkapi Vernier LabPro. Dari hasil eksperimen didapatkan bahwa distribusi intensitas cahaya yang dihasilkan kisi difraksi menggunakan Vernier LabPro untuk sudut (θ) yang semakin besar nilai intensitas cahayanya akan semakin berkurang. Untuk kisi difraksi 80 celah tiap milimeter, intensitas cahaya maksimum dan intensitas cahaya minimum yang terjadi pada sudut θ dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel. Perbandingan sudut θ terjadinya intensitas cahaya maksimum dan minimum ditampilkan pada Tabel 5 dan Tabel 6. Untuk kisi difraksi 600 celah tiap milimeter, terjadinya intensitas cahaya maksimum dan intensitas cahaya minimum pada sudut θ ditampilkan pada Tabel 3 dan Tabel 4. Perbandingan posisi sudut θ terjadinya intensitas cahaya maksimum dan intensitas cahaya minimum berdasarkan teori dan eksperimen ditampilkan pada Tabel 7 dan Tabel 8. Dilihat dari hasil perbandingan posisi sudut (θ) terjadinya intensitas cahaya maksimum dan intensitas cahaya minimum berdasarkan hasil eksperimen dapat dinyatakan sesuai dengan teori. Perbandingan hasil eksprimen dan teori, selisih sudut θ terjadinya intensitas cahaya maksimum dan intensitas cahaya minimum tidak terlalu jauh menyimpang. Pada Tabel 5, selisih penyimpangan sudut θ hasil eksperimen terhadap teori untuk n = 0 4

40 5 selisihnya 0, n = 1 selisihnya berkisar 0 derajat, n = selisihnya berkisar 0, derajat, n = 3 selisihnya berkisar 0,6 derajat, dan n = 4 selisihnya berkisar 0,5 derajat. Pada Tabel 6, selisih penyimpangannya yaitu untuk n = 0 selisihnya berkisar 0,1 derajat, n = 1 selisihnya berkisar 0,1 derajat, n = selisihnya berkisar 0,5 derajat dan n = 3 selisihnya berkisar 0,6 derajat. Pada Tabel 7, selisih penyimpangan untuk n = 0 selisihnya 0, n = 1 selisihnya berkisar 1,5 derajat dan n = selisihnya berkisar 3,3 derajat. Pada Tabel 8, selisih penyimpangan untuk n = 0 selisihnya berkisar, derajat dan n = 1 selisihnya berkisar 0,5. Adanya selisih penyimpangan sudut (θ) dikarenakan dalam menentukan puncak intensitas cahaya maksimum kurang tepat. Pada Gambar 6 dan Gambar 8 dapat dilihat bahwa untuk puncak intensitas cahaya maksimum terdapat banyak titik-titik intensitas cahaya maksimum sehingga harus dipilih titik maksimum intensitas cahaya tersebut. Untuk menentukan titik intensitas maksimum hasil eksperimen, yaitu dengan cara dicari titik tengah dari lebar titik awal sampai ke titik terakhir terjadinya intensitas cahaya maksimum. Menentukan sudut (θ) dari teori yaitu untuk intensitas cahaya sesuai dengan persamaan (13). Sedangkan untuk intensitas cahaya minimum sesuai dengan persamaan (14). Pada Gambar 6 dan Gambar 8, jika dibandingkan distribusi intensitas cahaya yang dihasilkan kisi difraksi berbeda. Intensitas cahaya maksimum untuk n = 0 pada Gambar 8 nilainya lebih besar daripada Gambar 6. Pada penelitian ini didapatkan hasil distribusi intensitas cahaya yang dihasilkan kisi difraksi secara langsung di layar komputer yang telah dilengkapi Vernier LabPro. Kelebihan dari pengukuran distribusi intensitas cahaya yang dihasilkan kisi difraksi menggunakan vernier LabPro yaitu sudut (θ) dan intensitas cahaya (I θ ) dapat diukur 5

41 6 secara bersamaan. Dari persamaan (18), intensitas cahaya maksimum yang terjadi pada sudut θ dapat dibuktikan jika lebar celah b diketahui. 6

42 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan: a. Distribusi intensitas cahaya yang dihasilkan kisi difraksi dapat terukur menggunakan menggunakan vernier LabPro. b. Distribusi intensitas cahaya yang dihasilkan kisi difraksi tergantung dari besarnya sudut (θ), jarak antar celah (a) dan lebar celah (b). c. Distribusi intensitas cahaya yang sesuai dengan posisi sudut (θ) berdasarkan eksperimen dapat dinyatakan sesuai dengan teori. B. SARAN Pengukuran dilakukan pada ruang gelap, untuk menghindarkan gangguan cahaya lain yang nantinya akan mempengaruhi nilai I 0 dan pengukuran intensitas cahaya pada setiap sudut. 9

43 DAFTAR PUSTAKA Alonso Marcelo dan Finn Edward.J, 199, Dasar-Dasar Fisika Universitas, Jakarta, Erlangga. Richard Field, A Spreadsheet Simulation for a Young s Double Slits Experiment. Giancoli, 1999, Fisika, jilid, Jakarta, Erlangga. Halliday David, 1988, Fisika Jilid, Erlangga, Jakarta. Nn, 000, Buku Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I dan II. Prasetio Lea, Dra, dkk, 199, Mengerti Fisika : Gelombang, Yogyakarta, Andi Offset. Sears dan Zemansky, 001, Fisika Universitas, jilid, Jakarta, Erlangga. Sutrisno, 1979, Fisika Dasar : Gelombang dan Optik, Bandung, ITB. Tipler, 1996, Fisika untuk Sains dan Teknik, jilid, Jakarta, Erlangga.

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Interferensi Cahaya Agus Suroso (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 1 / 39 Contoh gejala interferensi

Lebih terperinci

Kompetensi. 1.Mahasiswa mampu menentukan perbedaan fasa antara dua buah gelombang. 2.Mahasiswa mampu menentukan pola gelap-terang hasil interferensi.

Kompetensi. 1.Mahasiswa mampu menentukan perbedaan fasa antara dua buah gelombang. 2.Mahasiswa mampu menentukan pola gelap-terang hasil interferensi. 04:55:45 Kompetensi 1.Mahasiswa mampu menentukan perbedaan fasa antara dua buah gelombang. 2.Mahasiswa mampu menentukan pola gelap-terang hasil interferensi. 04:56:01 Merupakan superposisi gelombang harmonik.

Lebih terperinci

INTERFERENSI DAN DIFRAKSI

INTERFERENSI DAN DIFRAKSI INTERFERENSI DAN DIFRAKSI Materi yang akan dibahas : 1. Interferensi Interferensi Young Interferensi Selaput Tipis 2. Difraksi Difraksi Celah Tunggal Difraksi Fresnel Difraksi Fraunhofer Difraksi Celah

Lebih terperinci

LAPORAN R-LAB. Pengukuran Lebar Celah

LAPORAN R-LAB. Pengukuran Lebar Celah LAPORAN R-LAB Pengukuran Lebar Celah Nama : Ivan Farhan Fauzi NPM : 0806399035 Fakultas Departemen Kode Praktikum : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam : Fisika : OR02 Tanggal Praktikum : 27 April 2009

Lebih terperinci

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma.

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma. Optika fisis khusus membahasa sifat-sifat fisik cahaya sebagai gelombang. Cahaya bersifat polikromatik artinya terdiri dari berbagai warna yang disebut spektrum warna yang terdiri dai panjang gelombang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur tim panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya tim bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Optika Fisis ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB 4 Difraksi. Difraksi celah tunggal

BAB 4 Difraksi. Difraksi celah tunggal BAB 4 Difraksi Jika muka gelombang bidang tiba pada suatu celah sempit (lebarnya lebih kecil dari panjang gelombang), maka gelombang ini akan meng-alami lenturan sehingga terjadi gelombanggelombang setengah

Lebih terperinci

Interferometer Michelson

Interferometer Michelson 1 Interferometer Michelson I. Tujuan Percobaan : 1. Memahami interferensi pada interferometer Michelson. 2. Menentukan panjang gelombang sumber cahaya dengan pola interferensi. II. Landasan Teori Interferensi

Lebih terperinci

Gejala Gelombang. gejala gelombang. Sumber:

Gejala Gelombang. gejala gelombang. Sumber: Gejala Gelombang B a b B a b 1 gejala gelombang Sumber: www.alam-leoniko.or.id Jika kalian pergi ke pantai maka akan melihat ombak air laut. Ombak itu berupa puncak dan lembah dari getaran air laut yang

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit BAB II PEMBAHASAN A. Difraksi Sesuai dengan teori Huygens, difraksi dapat dipandang sebagai interferensi gelombang cahaya yang berasal dari bagian-bagian suatu medan gelombang. Medan gelombang boleh jadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gelombang Gelombang adalah gangguan yang terjadi secara terus menerus pada suatu medium dan merambat dengan kecepatan konstan (Griffiths D.J, 1999). Pada gambar 2.1. adalah

Lebih terperinci

LAPORAN PERCOBAAN FISIKA DASAR

LAPORAN PERCOBAAN FISIKA DASAR LAPORAN PERCOBAAN FISIKA DASAR Nama : Rita Yulianda NPM : 0906489486 Group Fakultas/Departemen Nomor Percobaan Nama Percobaan : B17 : Teknik/ Teknik Kimia : OR03 : Distribusi Intensitas Difraksi Unit Pelaksanaan

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr Gelombang A. PENDAHULUAN Gelombang adalah getaran yang merambat. Gelombang merambat getaran tanpa memindahkan partikel. Partikel hanya bergerak di sekitar titik kesetimbangan. Gelombang berdasarkan medium

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN difraksi Difraksi

A. PENGERTIAN difraksi Difraksi 1 A. PENGERTIAN Jika muka gelombang bidang tiba pada suatu celah sempit (lebarnya lebih kecil dari panjang gelombang), maka gelombang ini akan mengalami lenturan sehingga terjadi gelombang-gelombang setengah

Lebih terperinci

Difraksi. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

Difraksi. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Difraksi Agus Suroso (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Agus Suroso (FTETI-ITB) Difraksi 1 / 38 Gejala Difraksi Materi 1 Gejala Difraksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar.

BAB II LANDASAN TEORI. pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kisi Difraksi Kisi difraksi adalah suatu alat yang terbuat dari pelat logam atau kaca yang pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar. Suatu

Lebih terperinci

PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG DENGAN TEKNIK DIFRAKSI FRAUNHOFER MENGGUNAKAN CELAH SEMPIT BERBENTUK LINGKARAN

PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG DENGAN TEKNIK DIFRAKSI FRAUNHOFER MENGGUNAKAN CELAH SEMPIT BERBENTUK LINGKARAN PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG DENGAN TEKNIK DIFRAKSI FRAUNHOFER MENGGUNAKAN CELAH SEMPIT BERBENTUK LINGKARAN Skripsi: Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : Diah

Lebih terperinci

ANALISIS POLA INTERFERENSI CELAH BANYAK UNTUK MENENTUKAN PANJANG GELOMBANG LASER He-Ne DAN LASER DIODA

ANALISIS POLA INTERFERENSI CELAH BANYAK UNTUK MENENTUKAN PANJANG GELOMBANG LASER He-Ne DAN LASER DIODA 26 S.L. Handayani, Analisis Pola Interferensi Celah Banyak ANALISIS POLA INTERFERENSI CELAH BANYAK UNTUK MENENTUKAN PANJANG GELOMBANG LASER He-Ne DAN LASER DIODA Sri Lestari Handayani Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

Fisika I. Interferensi Interferensi Lapisan Tipis (Gelombang Pantul) 20:12:40. m2π, di mana m = 0,1,2,... (2n-1)π, di mana n =1,2,3,...

Fisika I. Interferensi Interferensi Lapisan Tipis (Gelombang Pantul) 20:12:40. m2π, di mana m = 0,1,2,... (2n-1)π, di mana n =1,2,3,... Interferensi Interferensi Lapisan Tipis (Gelombang Pantul) 0:1:40 = k AB (k 1 AC + ) n 1 C (1) () layar maksimum;0,π,4π,6π,... minimum;π,3π,5π,... mπ, di mana m = 0,1,,... (n-1)π, di mana n =1,,3,... t

Lebih terperinci

MODUL 1 INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET

MODUL 1 INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET MODUL 1 INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET 1. Tujuan a. Merangkai Interferometer Michelson Morley dan Mach Zehnder b. Menggunakan Interferometer Michelson Morley dan Mach Zehnder untuk meneliti dan memahami

Lebih terperinci

MAKALAH. Makalah Diajukan untuk

MAKALAH. Makalah Diajukan untuk MAKALAH PENGARUH POSISI BULAN TERHADAP PERCEPATAN GRAVITASI EFEKTIF YANG DIALAMI BENDA DI PERMUKAAN BUMI Makalah Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Fisika Program Studi

Lebih terperinci

HANDOUT FISIKA KELAS XII (UNTUK KALANGAN SENDIRI) GELOMBANG CAHAYA

HANDOUT FISIKA KELAS XII (UNTUK KALANGAN SENDIRI) GELOMBANG CAHAYA YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax. 022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id HANDOUT

Lebih terperinci

MAKALAH PENJELASAN INTERFERENSI GELOMBANG

MAKALAH PENJELASAN INTERFERENSI GELOMBANG MAKALAH PENJELASAN INTERFERENSI GELOMBANG Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fisika Dasar Dosen Pembimbing: Laily Maghfirotunnisa Disusun oleh KELOMPOK 13 1. Muhammad Irfan Maulana (16611073)

Lebih terperinci

KISI DIFRAKSI (2016) Kisi Difraksi

KISI DIFRAKSI (2016) Kisi Difraksi KISI DIFRAKSI (2016) 1-6 1 Kisi Difraksi Rizqi Ahmad Fauzan, Chi Chi Novianti, Alfian Putra S, dan Gontjang Prajitno Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KD Standar Kompetensi 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan masalah.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KD Standar Kompetensi 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan masalah. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KD 1.3 1. Identitas Mata pelajaran a. Nama Sekolah : SMA N 6 Yogyakarta b. Kelas / Semester : XII (Dua belas) c. Semester : I d. Jurusan : IPA e. Mata Pelajaran :

Lebih terperinci

KELAS XII FISIKA SMA KOLESE LOYOLA SEMARANG SMA KOLESE LOYOLA M1-1

KELAS XII FISIKA SMA KOLESE LOYOLA SEMARANG SMA KOLESE LOYOLA M1-1 KELAS XII LC FISIKA SMA KOLESE LOYOLA M1-1 MODUL 1 STANDAR KOMPETENSI : 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan masalah KOMPETENSI DASAR 1.1. Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM Pengukuran Panjang Gelombang Laser

LAPORAN PRAKTIKUM Pengukuran Panjang Gelombang Laser LAPORAN PRAKTIKUM Pengukuran Panjang Gelombang Laser Nama : Ari Kusumawardhani NPM : 1406572302 Fakultas : Teknik Departemen/Prodi : Teknik Sipil/Teknik Sipil Kelompok Praktikum : 9 Kode Praktikum : OR01

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 1 BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK.1 Gelombang Elektromagnetik Energi gelombang elektromagnetik terbagi sama dalam bentuk medan magnetik dan medan listrik. Maxwell menyatakan bahwa gangguan pada gelombang

Lebih terperinci

INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET

INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET Arief Rachman Pribadi, Leni Indah Sri Fitriyani, Nabila Khrisna Dewi, Pribadi Mumpuni Adhi 10208029,10208109,10208041,10208069 Program Studi Fisika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik

Lebih terperinci

INTERFERENSI GELOMBANG

INTERFERENSI GELOMBANG INERFERENSI GELOMBANG Gelombang merupakan perambatan dari getaran. Perambatan gelombang tidak disertai dengan perpindahan materi-materi medium perantaranya. Gelombang dalam perambatannya memindahkan energi.

Lebih terperinci

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah 1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah A. y = 0,5 sin 2π (t - 0,5x) B. y = 0,5 sin π (t - 0,5x) C. y = 0,5 sin π (t - x) D. y = 0,5 sin 2π (t - 1/4 x) E. y = 0,5 sin 2π (t

Lebih terperinci

Difraksi. Dede Djuhana Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0

Difraksi. Dede Djuhana Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0 Difraksi Dede Djuhana E-mail:dede@fisika.ui.ac.id Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0 Difraksi Difraksi adalah pembelokan arah rambat gelombang yang melalui suatu penghalang yang kecil misal: tepi celah atau

Lebih terperinci

Untuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah

Untuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah JAWABAN LATIHAN UAS 1. INTERFERENSI CELAH GANDA YOUNG Dua buah celah terpisah sejauh 0,08 mm. Sebuah berkas cahaya datang tegak lurus padanya dan membentuk pola gelap terang pada layar yang berjarak 120

Lebih terperinci

Mutawafaq Haerunnazillah 15B08011

Mutawafaq Haerunnazillah 15B08011 GELOMBANG STASIONER Gelombang stasioner merupakan perpaduan dua gelombang yang mempunyai frekuensi, cepat rambat, dan amplitudo yang sama besar namun merambat dalam arah yang berlawanan. Singkatnya, gelombang

Lebih terperinci

LAPORAN R-LAB. Pengukuran Panjang Gelombang Laser

LAPORAN R-LAB. Pengukuran Panjang Gelombang Laser LAPORAN R-LAB Pengukuran Panjang Gelombang Laser Nama : Humuntar Russell N H NPM : 1106052493 Fakultas Departemen Kode Praktikum : Teknik : Teknik Mesin : OR01 Tanggal Praktikum : 19 Oktober 2012 Kelompok

Lebih terperinci

GELOMBANG MEKANIK. Gambar anak yang sedang menggetarkan tali. Gambar 1

GELOMBANG MEKANIK. Gambar anak yang sedang menggetarkan tali. Gambar 1 GELOMBANG MEKANIK Pada pembelajaran ini kita akan mem pelajari gelombang mekanik Gelombang mekanik dapat dipelajari gejala gelombang pada tali melalui Pernahkah kalian melihat sekumpulan anak anak yang

Lebih terperinci

spektrometer yang terbatas. Alat yang sulit untuk diperoleh membuat penelitian tentang spektrum cahaya jarang dilakukan. Padahal penelitian tentang

spektrometer yang terbatas. Alat yang sulit untuk diperoleh membuat penelitian tentang spektrum cahaya jarang dilakukan. Padahal penelitian tentang spektrometer yang terbatas. Alat yang sulit untuk diperoleh membuat penelitian tentang spektrum cahaya jarang dilakukan. Padahal penelitian tentang spektrum merupakan suatu hal yang penting dalam ilmu

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS )

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS ) LEMBARAN SOAL Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Prinsip Kerja Perangkat Fourier Sumber cahaya laser menghasilkan berkas cahaya berdiameter kecil dengan distribusi intensitas mendekati Gaussian. Untuk mendapatkan diameter berkas

Lebih terperinci

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII - 014 1. Dari besaran fisika di bawah ini, yang merupakan besaran pokok adalah A. Massa, berat, jarak, gaya B. Panjang, daya, momentum, kecepatan

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II.

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Kumpulan Soal Fisika Dasar II http://personal.fmipa.itb.ac.id/agussuroso http://agussuroso102.wordpress.com Topik Gelombang Elektromagnetik Interferensi Difraksi 22-04-2017 Soal-soal FiDas[Agus Suroso]

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung

Lebih terperinci

MAKALAH CEPAT RAMBAT BUNYI DI UDARA

MAKALAH CEPAT RAMBAT BUNYI DI UDARA MAKALAH CEPAT RAMBAT BUNYI DI UDARA Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Eksperimen Fisika I Dosen Pengampu : Drs. Parlindungan Sinaga, M.Si Oleh : Gisela Adelita (1305667) Rahayu Dwi Harnum

Lebih terperinci

PENGUKURAN KONSTANTA PEGAS SECARA SEDERHANA BERBASIS KOMPUTER

PENGUKURAN KONSTANTA PEGAS SECARA SEDERHANA BERBASIS KOMPUTER 210 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng & DIY, Semarang 10 April 2010 hal. 210-214 PENGUKURAN KONSTANTA PEGAS SECARA SEDERHANA BERBASIS KOMPUTER Ign Edi Santosa Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya 1. EBTANAS-06-22 Berikut ini merupakan sifat-sifat gelombang cahaya, kecuali... A. Dapat mengalami pembiasan B. Dapat dipadukan C. Dapat dilenturkan D. Dapat dipolarisasikan E. Dapat menembus cermin cembung

Lebih terperinci

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM)

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM) Disusun oleh : MIRA RESTUTI 1106306 PENDIDIKAN FISIKA (RM) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 Kompetensi Dasar :

Lebih terperinci

BAB GEJALA GELOMBANG I. SOAL PILIHAN GANDA. C. 7,5 m D. 15 m E. 30 m. 01. Persamaan antara getaran dan gelombang

BAB GEJALA GELOMBANG I. SOAL PILIHAN GANDA. C. 7,5 m D. 15 m E. 30 m. 01. Persamaan antara getaran dan gelombang 1 BAB GEJALA GELOMBANG I. SOAL PILIHAN GANDA 01. Persamaan antara getaran dan gelombang adalah (1) keduanya memiliki frekuensi (2) keduanya memiliki amplitude (3) keduanya memiliki panjang gelombang A.

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Elektromagnet - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK Interferensi Pada

Lebih terperinci

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Sifat gelombang elektromagnetik Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Pantulan (Refleksi) Pemantulan gelombang terjadi ketika gelombang

Lebih terperinci

Pengukuran Panjang Gelombang Cahaya Laser Dioda Mengunakan Kisi Difraksi Refleksi dan Transmisi

Pengukuran Panjang Gelombang Cahaya Laser Dioda Mengunakan Kisi Difraksi Refleksi dan Transmisi Pengukuran Panjang Gelombang Cahaya Laser Dioda Mengunakan Kisi Difraksi Refleksi dan Transmisi Minarni*, Saktioto, Gita Lestari Laboratorium Fotonik, Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Riau Kampus Bina

Lebih terperinci

Pembuatan Alat Ukur Pola Distribusi Intensitas Difraksi Cahaya Berbasis Mikrokontroller

Pembuatan Alat Ukur Pola Distribusi Intensitas Difraksi Cahaya Berbasis Mikrokontroller Pembuatan Alat Ukur Pola Distribusi Intensitas Difraksi Cahaya Berbasis Mikrokontroller Akhmad Yuniar, Prawito Departemen Fisika Instrumentasi, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424 akhmad_yun@yahoo.com, prawito@sci.ui.ac.id

Lebih terperinci

Review Studi Difraksi Fresnel Menggunakan Celah Bentuk Lingkaran

Review Studi Difraksi Fresnel Menggunakan Celah Bentuk Lingkaran Berkala Fisika ISSN : 1410-966 Vol 11., No., April 008, hal 39-43 Review Studi Difraksi Fresnel Menggunakan Celah Bentuk Lingkaran Arinar Rosyidah, Indras Marhaendrajaya, K.Sofjan Firdausi Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

BAB 24. CAHAYA : OPTIK GEOMETRIK

BAB 24. CAHAYA : OPTIK GEOMETRIK DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 BAB 24. CAHAYA : OPTIK GEOMETRIK...2 24.1 Prinsip Huygen dan Difraksi...2 24.2 Hukum-Hukum Pembiasan...2 24.3 Interferensi Cahaya...3 24.4 Dispersi...5 24.5 Spektrometer...5 24.6

Lebih terperinci

Bahan Kuliah Fisika Dasar 2. Optika Fisis

Bahan Kuliah Fisika Dasar 2. Optika Fisis Bahan Kuliah Fisika Dasar 2 Optika Fisis Optika Fisik (Physical Optics) Optical Interference (Intefrerensi Optik) Double-Slit Interference Thin-Film Interference Optical Diffraction (Difraksi Optik) Single-Slit

Lebih terperinci

SOAL SOAL TERPILIH 1 SOAL SOAL TERPILIH 2

SOAL SOAL TERPILIH 1 SOAL SOAL TERPILIH 2 SOAL SOAL TERPILIH 1 1. Sebuah prisma mempunyai indeks bias 1,5 dan sudut pembiasnya 60 0. Apabila pada prisma itu dijatuhkan seberkas cahaya monokromatik pada salah satu sisi prisma dengan sudut datang

Lebih terperinci

PENGARUH KENAIKAN FREKUENSI GETARAN AKUSTIK TERHADAP JUMLAH PERGESERAN FRINJI PADA INTERFEROMETER MICHELSON

PENGARUH KENAIKAN FREKUENSI GETARAN AKUSTIK TERHADAP JUMLAH PERGESERAN FRINJI PADA INTERFEROMETER MICHELSON PENGARUH KENAIKAN FREKUENSI GETARAN AKUSTIK TERHADAP JUMLAH PERGESERAN FRINJI PADA INTERFEROMETER MICHELSON Nurilda Hayani 1, Nurma Sari 2, Arfan Eko Fahrudin 2 Abstrak: Telah dilakukan penelitian tentang

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR II CINCIN NEWTON. (Duty Millia K)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR II CINCIN NEWTON. (Duty Millia K) LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR II 0 2 CINCIN NEWTON (Duty Millia K) IKO SAPTINUS 08/270108/PA/12213 GEOFISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lebih terperinci

2). Besaran Dasar Gelombang Y arah rambat ( v) A P T 0 Q S U. * Hubungan freakuensi (f) dengan pereode (T).f = n/t n = f.t dan T = t/n n = t/t

2). Besaran Dasar Gelombang Y arah rambat ( v) A P T 0 Q S U. * Hubungan freakuensi (f) dengan pereode (T).f = n/t n = f.t dan T = t/n n = t/t Modul Pembelajaran Fisika XII-IPA 1 BAB 1 GEJALA GELOMBANG A. Persamaan Dasar Gelombang 1). Pengertian Gelombang Gelombang adalah usikan yang merambat secara terus menerus. Medium yang dilalui gelombang

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi GELOMBANG BERJALAN DAN STASIONER A. GELOMBANG BERJALAN

FISIKA. Sesi GELOMBANG BERJALAN DAN STASIONER A. GELOMBANG BERJALAN FISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM KTSP 0 Sesi GELOMBANG BERJALAN DAN STASIONER A. GELOMBANG BERJALAN Gelombang adalah getaran yang merambat. Adapun gelombang berjalan merupakan suatu gelombang di mana setiap

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Panjang Koherensi Laser Menggunakan Interferometer Michelson

Penentuan Nilai Panjang Koherensi Laser Menggunakan Interferometer Michelson Penentuan Nilai Panjang Koherensi Laser Menggunakan Interferometer Mihelson Agustina Setyaningsih Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Diponegoro ABSTRACT Interferometer Mihelson method has been used

Lebih terperinci

INTERFEROMETER MICHELSON DAN CCD WEBCAM SEBAGAI PENENTU FREKUENSI GETAR OBJEK

INTERFEROMETER MICHELSON DAN CCD WEBCAM SEBAGAI PENENTU FREKUENSI GETAR OBJEK INTERFEROMETER MICHELSON DAN CCD WEBCAM SEBAGAI PENENTU FREKUENSI GETAR OBJEK Afdhal Muttaqin, Nadia Mayani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand Limau Manis, Padang, 25163 Email: allz@fmipa.unand.ac.id

Lebih terperinci

Studi Difraksi Fresnel Untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya Monokromatis Menggunakan Celah Bentuk Lingkaran

Studi Difraksi Fresnel Untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya Monokromatis Menggunakan Celah Bentuk Lingkaran Studi Difraksi Fresnel Untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya Monokromatis Menggunakan Celah Bentuk ingkaran Oleh : Arinar Rosyidah / JD 00 186 008 ABSTRAK Telah dilakukan studi difraksi Fresnel

Lebih terperinci

Pengukuran Panjang Gelombang Sumber Cahaya Berdasarkan Pola Interferensi Celah Banyak

Pengukuran Panjang Gelombang Sumber Cahaya Berdasarkan Pola Interferensi Celah Banyak Berkala Fisika ISSN : 4-966 Vol.8, No., April 5, hal 37-44 Pengukuran Panjang Gelombang Sumber Cahaya Berdasarkan Pola Interferensi Celah Banyak Heri Sugito, Wahyu SB, K. Sofjan Firdausi, Siti Mahmudah

Lebih terperinci

PENGUKURAN AKTIVITAS OPTIK PADA LARUTAN GULA

PENGUKURAN AKTIVITAS OPTIK PADA LARUTAN GULA PENGUKURAN AKTIVITAS OPTIK PADA LARUTAN GULA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Fisika Jurusan Studi Fisika Oleh : RIDWAN SEKTI NUGROHO NIM :

Lebih terperinci

STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA. 2 Foton adalah paket-paket cahaya atau energy yang dibangkitkan oleh gerakan muatan-muatan listrik

STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA. 2 Foton adalah paket-paket cahaya atau energy yang dibangkitkan oleh gerakan muatan-muatan listrik STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA NAMA : ST MANDARATU NIM : 15B08044 KD 3.1 KD 4.1 : Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahayadalam tekhnologi : merencanakan dan melaksanakan percobaan interferensi

Lebih terperinci

GETARAN DAN GELOMBANG STAF PENGAJAR FISIKA DEP. FISIKA IPB

GETARAN DAN GELOMBANG STAF PENGAJAR FISIKA DEP. FISIKA IPB GETARAN DAN GELOMBANG STAF PENGAJAR FISIKA DEP. FISIKA IPB Getaran (Osilasi) : Gerakan berulang pada lintasan yang sama Ayunan Gerak Kipas Gelombang dihasilkan oleh getaran Gelombang bunyi Gelombang air

Lebih terperinci

Gambar 1. Bentuk sebuah tali yang direnggangkan (a) pada t = 0 (b) pada x=vt.

Gambar 1. Bentuk sebuah tali yang direnggangkan (a) pada t = 0 (b) pada x=vt. 1. Pengertian Gelombang Berjalan Gelombang berjalan adalah gelombang yang amplitudonya tetap. Pada sebuah tali yang panjang diregangkan di dalam arah x di mana sebuah gelombang transversal sedang berjalan.

Lebih terperinci

GELOMBANG CAHAYA. Pikiran-pikiran tersebut adalah miskonsepsi. Secara lebih rinci, berikut disajikan konsepsi ilmiah terkait dengan gelombang cahaya.

GELOMBANG CAHAYA. Pikiran-pikiran tersebut adalah miskonsepsi. Secara lebih rinci, berikut disajikan konsepsi ilmiah terkait dengan gelombang cahaya. GELOMBANG CAHAYA PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari sering Anda mengamati pelangi. Apa yang Anda ketahui tentang pelangi? Mengapa pelangi terjadi pada saat gerimis atau setelah hujan turun dan matahari

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Dengan Menggunakan Interferometer Michelson

Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Dengan Menggunakan Interferometer Michelson Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Dengan Menggunakan Interferometer Michelson MAHASISWA : Friska Ayu Nugraheni NRP 2407 100 014 DOSEN PEMBIMBING : Ir. Heru Setijono. M.Sc NIP. 194901201976121001

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi GELOMBANG CAHAYA A. INTERFERENSI

FISIKA. Sesi GELOMBANG CAHAYA A. INTERFERENSI FISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 03 Sesi NGAN GELOMBANG CAHAYA Cahaya erupakan energi radiasi berbentuk gelobang elektroagnetik yang dapat dideteksi oleh ata anusia serta bersifat sebagai gelobang

Lebih terperinci

Halaman (2)

Halaman (2) Halaman (1) Halaman (2) Halaman (3) Halaman (4) Halaman (5) Halaman (6) Halaman (7) SOAL DIFRAKSI PADA CELAH TUNGGAL INTERFERENSI YOUNG PADA CELAH GANDA DAN DIFRAKSI PADA CELAH BANYAK (KISI) Menentukan

Lebih terperinci

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 0 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM Cahaya Cermin 0. EBTANAS-0-2 Bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dari sebuah benda setinggi h yang ditempatkan pada jarak lebih kecil

Lebih terperinci

BAB GEJALA GELOMBANG

BAB GEJALA GELOMBANG BAB GEJALA GELOMBANG Contoh. Pengertian besaran-besaran pada gelombang transversal. Pengertian panjang gelombang Gelombang air laut mendekati mercusuar dengan cepat rambat 7 m/s. Jarak antara dua dasar

Lebih terperinci

DIFRAKSI FRAUNHOFER CELAH TUNGGAL DENGAN DAN TANPA MENGGUNAKAN LENSA POSITIF SEBAGAI PEMFOKUS

DIFRAKSI FRAUNHOFER CELAH TUNGGAL DENGAN DAN TANPA MENGGUNAKAN LENSA POSITIF SEBAGAI PEMFOKUS DIFRAKSI FRAUNHOFER CELAH TUNGGAL DENGAN DAN TANPA MENGGUNAKAN LENSA POSITIF SEBAGAI PEMFOKUS Skripsi: Disusun Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Mencapai Derajat S1 Disusun oleh : Taat Guswantoro J2D

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT PERCOBAAN PENGUKURAN KOEFISIEN PEMUAIAN PANJANG LOGAM DENGAN DIFRAKSI

PEMBUATAN ALAT PERCOBAAN PENGUKURAN KOEFISIEN PEMUAIAN PANJANG LOGAM DENGAN DIFRAKSI SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21 Surakarta, 22 Oktober 2016 PEMBUATAN ALAT

Lebih terperinci

PENGUKURAN ROTASI OPTIK SPESIFIK LARUTAN GALAKTOSA, FRUKTOSA, DAN LAKTOSA

PENGUKURAN ROTASI OPTIK SPESIFIK LARUTAN GALAKTOSA, FRUKTOSA, DAN LAKTOSA PENGUKURAN ROTASI OPTIK SPESIFIK LARUTAN GALAKTOSA, FRUKTOSA, DAN LAKTOSA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Oleh: Elisabeth

Lebih terperinci

Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 10 8 m/s.

Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 10 8 m/s. CAHAYA 1. Siat Gelombang Cahaya Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 10 8 m/s. Siat2 cahaya : Dapat

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN 1

MODUL PEMBELAJARAN 1 MODUL PEMBELAJARAN Mata Peajaran : Fisika Kelas/Program : XII/IPA Semester : Topik/Materi : Gelombang Mekanik I. Petunjuk Belajar :. Baca dan pelajarilah uraian materi modul ini dengan seksama. 2. Perhatikan

Lebih terperinci

PEMBUATAN MEDIA ANIMASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA TOPIK INTERFERENSI CINCIN NEWTON BESERTA UJI COBA KEBERHASILANNYA

PEMBUATAN MEDIA ANIMASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA TOPIK INTERFERENSI CINCIN NEWTON BESERTA UJI COBA KEBERHASILANNYA PEMBUATAN MEDIA ANIMASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA TOPIK INTERFERENSI CINCIN NEWTON BESERTA UJI COBA KEBERHASILANNYA Dodi Purnomo [1.*], Made Rai Suci Shanti N.A [2], Diane Noviandini [2] [1] Program Studi

Lebih terperinci

11/4/2011 KOHERENSI. koheren : memiliki θ yang tetap (tidak berubah terhadap waktu) y 1 y 2

11/4/2011 KOHERENSI. koheren : memiliki θ yang tetap (tidak berubah terhadap waktu) y 1 y 2 11/4/011 1 11/4/011 KOHERENSI koheren : memiliki θ yang tetap (tiak berubah terhaap waktu) θ = π y 1 y θ = 0 y 1 y 11/4/011 INTERFERENSI CELAH GANDA G G T 4 T 3 T G T 1 T pusat T 1 G T T 3 T 4 Cahaya bersifat

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2 Judul Percobaan : NAMA : YONATHAN ANDRIANTO SUROSO NIM : 12300041 Jurusan Fisika Universitas Negeri Manado Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Geothermal A. TUJUAN PERCOBAAN Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika bersifat universal dan banyak kaitannya dengan kehidupan nyata. Matematika berperan sebagai ratu ilmu sekaligus sebagai pelayan ilmu-ilmu yang lain. Kajian

Lebih terperinci

ANALISA FOTO POLA DIFRAKSI ELEKTRON UNTUK PENGUKURAN JARAK ANTAR BIDANG KRISTAL KARBON

ANALISA FOTO POLA DIFRAKSI ELEKTRON UNTUK PENGUKURAN JARAK ANTAR BIDANG KRISTAL KARBON ANALISA FOTO POLA DIFRAKSI ELEKTRON UNTUK PENGUKURAN JARAK ANTAR BIDANG KRISTAL KARBON Elisabeth Dian Atmajati, Kintan Limiansih, Ign Edi Santosa Pendidikan Fisika, Universitas Sanata Dharma Paingan, Maguwohardjo,

Lebih terperinci

Difraksi Franhoufer dan Fresnel Difraksi Franhoufer Celah Tunggal Intensitas pada Pola Celah Tunggal Difraksi Franhoufer Celah Ganda Kisi Difraksi

Difraksi Franhoufer dan Fresnel Difraksi Franhoufer Celah Tunggal Intensitas pada Pola Celah Tunggal Difraksi Franhoufer Celah Ganda Kisi Difraksi Sifat dasar & Perambatan Cahaya Superposisi Gelombang Interferensi Gelombang Cahaya Difraksi Franhoufer Difraksi Franhoufer Intensitas pada Pola Difraksi Franhoufer Kisi Difraksi Difraksi Gelombang Cahaya

Lebih terperinci

Polarisasi Gelombang. Polarisasi Gelombang

Polarisasi Gelombang. Polarisasi Gelombang Polarisasi Gelombang Polarisasi Gelombang Gelombang cahaya adalah gelombang transversal, sedangkan gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Nah, ada satu sifat gelombang yang hanya dapat terjadi

Lebih terperinci

: 1. KARAKTERISTIK GELOMBANG 2. PERSAMAAN GELOMBANG BERJALAN DAN GELOMBANG TEGAK

: 1. KARAKTERISTIK GELOMBANG 2. PERSAMAAN GELOMBANG BERJALAN DAN GELOMBANG TEGAK LAMPIRAN XV SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN MATERI POKOK KELAS/ SEMESTER PENELITI LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN TES : MAN 1 PADANG : FISIKA : 1. KARAKTERISTIK GELOMBANG 2. PERSAMAAN GELOMBANG BERJALAN DAN

Lebih terperinci

3.11 Menganalisis besaran-besaran fisis gelombang stasioner dan gelombang berjalan pada berbagai kasus nyata. Persamaan Gelombang.

3.11 Menganalisis besaran-besaran fisis gelombang stasioner dan gelombang berjalan pada berbagai kasus nyata. Persamaan Gelombang. KOMPETENSI DASAR 3.11 Menganalisis besaran-besaran fisis gelombang stasioner dan gelombang berjalan pada berbagai kasus nyata INDIKATOR 3.11.1. Mendeskripsikan gejala gelombang mekanik 3.11.2. Mengidentidikasi

Lebih terperinci

PENGAMATAN PENJALARAN GELOMBANG MEKANIK

PENGAMATAN PENJALARAN GELOMBANG MEKANIK PENGAMATAN PENJALARAN GELOMBANG MEKANIK Elinda Prima F.D 1, Muhamad Naufal A 2, dan Galih Setyawan, M.Sc 3 Prodi D3 Metrologi dan Instrumentasi, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 BIDANG ILMU FISIKA

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 BIDANG ILMU FISIKA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 BIDANG ILMU FISIKA SELEKSI TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2011 SOAL TES EKSPERIMEN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2010 Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Agustus

Lebih terperinci

PENGUKURAN KONSENTRASI LARUTAN METANOL MENGGUNAKAN SINAR LASER HELIUM NEON METODE DIFRAKSI CELAH BANYAK

PENGUKURAN KONSENTRASI LARUTAN METANOL MENGGUNAKAN SINAR LASER HELIUM NEON METODE DIFRAKSI CELAH BANYAK PENGUKURAN KONSENTRASI LARUTAN METANOL MENGGUNAKAN SINAR LASER HELIUM NEON METODE DIFRAKSI CELAH BANYAK SKRIPSI Oleh: Dewi Susanti NIM 091810201004 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-31) Topik hari ini Getaran dan Gelombang Getaran 1. Getaran dan Besaran-besarannya. Gerak harmonik sederhana 3. Tipe-tipe getaran (1) Getaran dan besaran-besarannya besarannya Getaran

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDEKS BIAS MINYAK ZAITUN (OLIVE OIL) PADA BEBERAPA SUHU MENGGUNAKAN INTERFEROMETER MICHELSON SKRIPSI. Oleh

PENGUKURAN INDEKS BIAS MINYAK ZAITUN (OLIVE OIL) PADA BEBERAPA SUHU MENGGUNAKAN INTERFEROMETER MICHELSON SKRIPSI. Oleh PENGUKURAN INDEKS BIAS MINYAK ZAITUN (OLIVE OIL) PADA BEBERAPA SUHU MENGGUNAKAN INTERFEROMETER MICHELSON SKRIPSI Oleh Hanna Milkhatul Mursida 091810201022 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Difraksi (Diffraction)

Difraksi (Diffraction) Difraksi (Diffraction) Perilaku Partikel Perilaku Gelombang Pola Difraksi Difraksi (Diffraction) Difraksi adalah pembelokan cahaya dari lintasan lurusnya ketika cahaya melewati bukaan atau berada di sekitar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014. 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014. Pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium Eksperimen

Lebih terperinci

Pengukuran Panjang Gelombang Cahaya Laser Dioda Menggunakan Kisi Difraksi Refleksi dan Transmisi

Pengukuran Panjang Gelombang Cahaya Laser Dioda Menggunakan Kisi Difraksi Refleksi dan Transmisi Pengukuran Panjang Gelombang Cahaya Laser Dioda Menggunakan Kisi Difraksi Refleksi dan Transmisi G. Lestari 1, Minarni 2, Saktioto 3 1 Mahasiswa Program S1 Fisika 2 Bidang Fisika Laser 3 Bidang Fisika

Lebih terperinci

Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya

Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya Masroatul Falah Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Diponegoro ABSTRACT An interferometer

Lebih terperinci

BAB GEJALA GELOMBANG

BAB GEJALA GELOMBANG BAB GEJALA GELOMBANG 1 BAB GEJALA GELOMBANG Contoh 1.1 Pengertian besaran-besaran pada gelombang transversal 1. Pengertian panjang gelombang Gelombang air laut mendekati mercusuar dengan cepat rambat

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI COBA. Menurut medium perambatannya, gelombang

KISI-KISI SOAL UJI COBA. Menurut medium perambatannya, gelombang LAMPIRAN IV KISI-KISI SOAL UJI COBA No Indikator soal Teknik Bentuk Instrumen 1 Peserta didik menjelaskan karakteristik mekanik dan elektromagnetik Contoh Soal Menurut medium perambatannya, diklasifiikasikan

Lebih terperinci