RENCANA STRATEGIS BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN (REVISI)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA STRATEGIS BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN (REVISI)"

Transkripsi

1

2

3 RENCANA STRATEGIS BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN (REVISI) BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN 2016

4

5 KATA PENGANTAR Sesuai amanat Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga pada Pasal 56 Ayat (1), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memiliki tugas melaksanakan Pengendalian Penduduk dan menyelenggarakan Keluarga Berencana. Kemudian untuk melaksanakan tugas tersebut, pada Pasal 56 ayat (2) BKKBN mempunyai fungsi antara lain a). perumusan kebijakan nasional; b). penetapan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK); c). pelaksanaan advokasi dan koordinasi; d). penyelenggaraan komunikasi, informasi, dan edukasi; e). penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi; dan f). pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi di Bidang Pengendalian Penduduk dan penyelenggaraan Keluarga Berencana. Dalam melaksanakan fungsi perumusan kebijakan nasional, BKKBN mengacu pada Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahap III periode tahun , dimana sasaran-sasaran yang harus dicapai dalam Pembangunan Bidang Pengendalian Penduduk dan KB telah ditetapkan. Sasaran RPJMN tersebut harus dapat diterjemahkan ke dalam kebijakan dan strategi implementasinya melalui berbagai output, indikator, komponen dan sub komponen pada Rencana Strategis (Renstra) BKKBN tahun Mempertimbangkan berbagai isu strategis yang berkembang saat ini, khususnya perubahan pendekatan dari money follow function menjadi money follow program, serta perubahan pendekatan perencanaan pembangunan nasional yang holistik, tematik, terintegrasi, dan spasial, maka perlu dilakukan beberapa penyesuaian pada Renstra BKKBN yang sebelumnya telah disusun dan ditetapkan melalui Peraturan Kepala BKKBN Nomor: 212/PER/B1/2015 tanggal 11 Juni Lebih lanjut dalam penyesuaiannya, BKKBN telah terlebih dahulu melakukan penyempurnaan pada Strategy Map BKKBN wide dan BSC (Balanced Score Card) BKKBN. BSC BKKBN merupakan salah satu alat untuk melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja di lingkungan BKKBN, sehingga diharapkan berbagai indikator kinerja yang tertuang di dalam Renstra dapat tercapai dengan optimal. Revisi Renstra BKKBN ini secara umum tidak merubah Sasaran Pembangunan dan indikator-indikator utama yang telah ditetapkan dalam RPJMN Revisi lebih diarahkan untuk mempertajam strategi pelaksanaan Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) agar dapat diimplementasikan dengan lebih efektif dan efisien, memiliki daya ungkit terhadap upaya pencapaian target/sasaran, berkontribusi secara langsung terhadap upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia (Nawa Cita kelima), serta dapat selalu dipantau perkembangannya dan dipertanggungjawabkan pelaksanaannya secara in-line dari RPJMN, Renstra, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja (Renja), Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK), sampai dengan Rencana Kerja Anggaran-Kementerian/Lembaga (RKA-K/L). Berkenaan dengan adanya ketentuan baru dalam pemprograman dan penganggaran berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mengamanatkan penerapan penganggaran berbasis kinerja, anggaran terpadu, dan Rencana Strategis BKKBN iii

6 Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM), maka revisi Renstra BKKBN mengacu pada ketiga pendekatan tersebut. Selanjutnya, terkait dengan perubahan kewenangan pemerintah sebagaimana tercantum dalam lampiran Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, BKKBN juga harus melakukan beberapa penyesuaian pada Renstra. Revisi Renstra BKKBN ini telah melalui beberapa langkah penyempurnaan dengan melakukan beberapa penyesuaian dan penajaman pada sasaran, outcome/output, kegiatan, IKK, Komponen dan Sub Komponen dengan melibatkan seluruh komponen internal di lingkungan BKKBN. Selanjutnya dalam implementasinya melalui Renja, ADIK dan RKA-K/L ke depan, diharapkan seluruh Unit Kerja di lingkungan BKKBN dapat mengacu pada dokumen Renstra BKKBN hasil revisi ini. Akhirnya, dengan segala upaya dari seluruh jajaran BKKBN, kami berharap agar seluruh target sebagaimana telah ditetapkan dalam dokumen Renstra BKKBN ini dapat tercapai sehingga akan menggambarkan suksesnya implementasi program KKBPK secara utuh dan menyeluruh di semua tingkatan wilayah. KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL, Surya Chandra Surapaty iv Rencana Strategis BKKBN

7 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... PERATURAN KEPALA BKKBN NOMOR 199 TAHUN iiii v vi BAB I. PENDAHULUAN Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan... 3 BAB II. VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS BKKBN Visi Misi Tujuan BKKBN Sasaran Strategis BKKBN... 9 BAB III. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Arah Kebijakan dan Strategi BKKBN Kerangka Regulasi Kerangka Kelembagaan BAB IV. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN Target Kinerja Kerangka Pendanaan BAB V. PENUTUP LAMPIRAN Lampiran 1 : Matriks Rencana Strategis BKKBN Lampiran 2 : Matriks Kerangka Regulasi Rencana Strategis BKKBN v

8

9 PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR 199 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan ketentuan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional , Kementerian/Lembaga melaksanakan program dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang dituangkan dalam Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga; b. bahwa dalam rangka pelaksanaan Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun , perlu menyesuaikan kebijakan anggaran yang berorientasi pada program dan kegiatan prioritas guna mencapai tujuan pembangunan nasional; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional tentang Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun ; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 4. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5080); Rencana Strategis BKKBN vii

10 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana dan Sistem Informasi Keluarga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 319, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5614); 7. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 10); 8. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 11); 9. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 95); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN Pasal 1 Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun yang selanjutnya disebut Renstra BKKBN, merupakan dokumen yang memuat gambaran tentang mandat, tugas, fungsi dan kewenangan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional serta peran, kondisi, tantangan, kebijakan, strategi, program dan kegiatan yang dilengkapi dengan sasaran strategis yang harus di capai serta indikator output, indikator outcome, target capaian, pendanaan, dan Indikator Kinerja Utama (IKU). viii Rencana Strategis BKKBN

11 Pasal 2 Renstra BKKBN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 memuat tentang : a. Visi; b. Misi; c. Tujuan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional; d. Sasaran Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional; e. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional; f. Arah Kebijakan dan Strategi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional; g. Kerangka Regulasi; h. Kerangka Kelembagaan; i. Target Kinerja; dan j. Kerangka Pendanaan. Pasal 3 Renstra BKKBN Tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan ini. Pasal 4 Renstra BKKBN Tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 digunakan sebagai dasar sinkronisasi kebijakan dan integrasi antara kegiatan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga dengan program dan kegiatan pemangku kepentingan dan mitra kerja. Pasal 5 Renstra BKKBN Tahun disusun sebagai pedoman setiap unit kerja di lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional dalam: a. penyusunan Program Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga ditingkat nasional; b. penyusunan Rencana Strategis Daerah yang harus dilaksanakan dalam rangka mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang; dan c. penyusunan Rencana Belanja Program Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga serta Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA). Rencana Strategis BKKBN ix

12 Pasal 6 Renstra BKKBN Tahun disusun untuk meningkatkan akuntabilitas, kualitas perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan pada umumnya dan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga pada khususnya. Pasal 7 Pada saat Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku, Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 212/PER/B1/2015 tentang Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun , dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 8 Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala Badan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 15 September 2016 KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL, Diundangkan di Jakarta pada tanggal 26 September 2016 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, SURYA CHANDRA SURAPATY WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1441 x Rencana Strategis BKKBN

13 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR 199 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN Rencana Strategis BKKBN xi

14

15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Umum Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, penduduk harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan terencana di segala bidang untuk menciptakan perbandingan ideal antara perkembangan kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta meningkatkan kualitas generasi mendatang untuk mensukseskan pembangunan. Terdapat dua hal utama yang perlu diperhatikan dalam membahas integrasi penduduk dan pembangunan. Pertama, bahwa penduduk tidak hanya diperlakukan sebagai obyek tetapi juga subyek yang berpartisipasi penuh dalam pembangunan. Kedua, ketika penduduk memiliki peran sebagai subyek pembangunan, maka diperlukan upaya pemberdayaan untuk meningkatkan kapasitas penduduk dalam pembangunan. Hal ini menyangkut pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sesuai dengan arah pembangunan Pemerintahan periode , Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merupakan salah satu Kementerian/Lembaga (K/L) yang diberi mandat untuk mewujudkan Agenda Pembangunan Nasional (Nawa Cita), terutama pada Cita ke-5 (lima) yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia melalui Pembangunan Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana. Kemudian di dalam Strategi Pembangunan Nasional (Dimensi Pembangunan), BKKBN berada pada Dimensi Pembangunan Manusia, yang didalamnya berperan serta pada upaya mensukseskan Dimensi Pembangunan Kesehatan serta Mental/Karakter (Revolusi Mental). Selanjutnya, terkait dengan integrasi penduduk dengan pembangunan diperlukan penguatan kebijakan dalam pembangunan berwawasan kependudukan. Secara garis besar, pembangunan berwawasan kependudukan adalah pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi penduduk yang ada, dimana penduduk harus dijadikan titik sentral dalam proses pembangunan. Penduduk harus dijadikan subyek dan obyek dalam pembangunan, dimana pembangunan dilaksanakan oleh penduduk dan untuk penduduk. Untuk mendukung pelaksanaan pembangunan yang berwawasan kependudukan, BKKBN harus dapat memperkuat pelaksanaan Pembangunan Bidang Pengendalian Penduduk dan KB beserta penjabarannya ke dalam program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) dengan berbagai kegiatan prioritasnya, baik dari sisi pengendalian kuantitas penduduk (perubahan jumlah, struktur, komposisi dan persebaran penduduk yang seimbang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan), maupun dari sisi peningkatan kualitasnya (melalui kontribusi terhadap upaya perwujudan norma keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera). Rencana Strategis BKKBN

16 Perkembangan selanjutnya pada tahun 2016, dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2017, Kementerian PPN/Bappenas mengembangkan program dan kegiatan prioritas pada rancangan Pembangunan Nasional. Posisi Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di dalam RKP tahun 2017 berada pada lingkup Prioritas Nasional Pembangunan Kesehatan. BKKBN memiliki kontribusi pada Pembangunan Kesehatan melalui Peningkatan Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi dengan dukungan dan kontribusi Kementerian, Lembaga serta Mitra Kerja terkait lainnya. Pada program prioritas Peningkatan Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi, BKKBN harus fokus pada pelaksanaan 5 (lima) kegiatan prioritas RKP 2017, yaitu: 1) Pelayanan KB, 2) Advokasi dan KIE KKBPK, 3) Pembinaan Remaja, 4) Pembangunan Keluarga, dan 5) Regulasi, Kelembagaan, serta Data dan Informasi. Kelima kegiatan prioritas tersebut juga harus menjadi salah satu pertimbangan dalam pengembangan rancangan program dan kegiatan prioritas di dalam revisi Renstra BKKBN Beberapa aspek penting lainnya yang harus menjadi perhatian dalam perumusan arah kebijakan dan strategi melalui pengembangan indikator kinerja dan pengembangan kegiatan prioritas beserta aspek pembiayaannya, adalah; Perubahan pendekatan perencanaan yang semula bersifat money follow function diubah menjadi money follow program. Dalam hal ini bahwa dari sisi pembiayaan, tidak seluruh fungsi harus dibiayai secara merata, melainkan harus selektif dengan mempertimbangkan prioritas program dan kegiatannya. Kementerian/Lembaga (K/L) harus dapat memangkas program yang nomenklaturnya tidak jelas dan mengutamakan pembiayaan untuk program/kegiatan yang memiliki daya ungkit terhadap upaya pencapaian target/sasaran dan memiliki manfaat yang secara langsung dapat diterima oleh masyarakat. Perubahan pendekatan perencanaan pembangunan nasional yang holistik, tematik, terintegrasi, dan spasial. Dalam konteks pendekatan holistik, Program KKBPK harus dapat dilaksanakan dengan mobilisasi seluruh potensi dan sumber daya, baik di lingkungan BKKBN maupun bersama-sama dengan Pemangku Kepentingan dan Mitra Kerja di seluruh tingkatan wilayah. Pada pendekatan tematik, Program KKBPK akan difokuskan pada tema sesuai Sasaran Pembangunan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana yang telah ditetapkan dalam RPJMN. Pada pendekatan terintegrasi, BKKBN mengembangkan keterpaduan dan sinergitas program dan kegiatan lintas sektor Program KKBPK baik dengan Pemangku Kepentingan maupun dengan Mitra Kerja di semua tingkatan wilayah. Selanjutnya terkait dengan pendekatan spasial, Program KKBPK akan lebih difokuskan pada wilayah kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan atau wilayah tertentu yang menjadi prioritas. Memperhatikan pendekatan penganggaran yang berbasis kinerja, terpadu (unified budgeting), serta mengacu pada Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM). Dalam konteks penganggaran berbasis kinerja, secara umum pengeluaran anggaran harus dapat dikaitkan dengan hasil (output) dari kegiatan yang telah dibiayai. Terkait dengan penganggaran terpadu, 2 Rencana Strategis BKKBN

17 BKKBN harus mampu mengintegrasikan perencanaan anggaran untuk seluruh jenis belanja guna mencapai hasil (output) kegiatan. Kemudian dari sisi KPJM, penetapan penganggaran berdasarkan kebijakan implikasi anggaran dalam jangka waktu lebih dari 1 tahun anggaran, atau dapat memperkirakan implikasi anggaran sesuai peta kerja (road map) dalam pengembangan program dan kegiatan di masa yang akan datang. Selain itu, dalam pengembangan indikator kinerja dan kegiatan-kegiatan prioritas juga telah mempertimbangkan aspek pemantauan dan evaluasinya. Keterkaitan antara Sasaran dan Indikator RPJMN, Renstra, untuk kemudian secara tahunan dapat mengakomodir Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Renja K/L, serta penuangannya dalam berbagai kegiatan prioritas dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) harus jelas dan dapat selalu dievaluasi perkembangannya. Dari sisi pemantauan kinerja, untuk memastikan setiap indikator telah diukur dan terdokumentasikan dengan baik, maka pada setiap awal tahun berjalan dilakukan penandatanganan perjanjian kinerja antara Kepala BKKBN dan Unit Kerja Eselon I. Sedangkan untuk Unit Kerja Eselon II, baik pusat maupun provinsi, dilakukan penandatanganan kontrak kinerja antara Kepala BKKBN dengan seluruh Eselon II. Perjanjian kinerja dan kontrak kinerja tersebut, merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban kinerja yang menjadi lingkup fungsi dan tugas BKKBN terhadap masyarakat. 1.2 Potensi dan Permasalahan Beberapa perubahan lingkungan strategis, seperti perubahan dari sisi pendekatan perencanaan pembangunan nasional yang telah dijabarkan pada sub-bab sebelumnya, pengembangan program dan kegiatan prioritas pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2017, serta adanya perkembangan peraturan perundangan, juga menjadi dasar potensi pengembangan/penyempurnaan arah kebijakan, strategi dan kegiatan prioritas pada Renstra BKKBN ini. Terkait dengan potensi pengembangan program/kegiatan yang mengadopsi kerangka program prioritas pada RKP 2017, BKKBN memiliki potensi untuk lebih berkontribusi pada Pembangunan Kesehatan melalui Peningkatan Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi. Pengembangan yang dilakukan dapat dilakukan melalui perumusan berbagai kegiatan yang secara langsung terkait dengan 5 (lima) kegiatan prioritas: 1) Pelayanan KB, 2) Advokasi dan KIE KKBPK, 3) Pembinaan Remaja, 4) Pembangunan Keluarga, dan 5) Regulasi, Kelembagaan, serta Data dan Informasi. Pengembangannya dapat dilakukan baik pada level komponen maupun pada level sub komponen untuk dituangkan di dalam Renstra BKKBN Lebih lanjut terkait Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana merupakan urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar yang kewenangannya secara konkuren telah dibagi menjadi 4 (empat) Sub Urusan yang telah diatur pembagian kewenangannya antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Pengembangan pada Renstra BKKBN ini juga harus dapat Rencana Strategis BKKBN

18 mengakomodir berbagai kegiatan prioritas yang mempertimbangkan sinergitas dari 4 (empat) Sub Urusan yang menjadi kewenangan bersama, yaitu; 1) Pengendalian Penduduk, 2) Keluarga Berencana (KB), 3) Keluarga Sejahtera, serta 4) Standarisasi Pelayanan KB dan Sertifikasi Tenaga Penyuluh KB (PKB/PLKB). Pengembangan detail pelaksanaan Sub Urusan tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah RI (PP) Nomor 18 tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Perubahan lingkungan strategis yang juga harus mendapat perhatian dalam penajaman Program KKBPK di lini lapangan, diantaranya terkait otonomi daerah. Langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan rentang kendali manajemen pelayanan Program KKBPK antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, diantaranya melalui: 1) Ketersediaan instrumen regulasi yang mendukung penuangan program dan kegiatan Pembangunan Bidang Kependudukan dan KB ke dalam program dan kegiatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; 2) Ketersediaan rancang bangun program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) yang tertuang dalam Arah Kebijakan Umum Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis Daerah (Renstrada), serta Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota; 3) Penguatan kelembagaan Pengendalian Penduduk dan KB di Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota; 4) Pendayagunaan Tenaga Penyuluh KB dan Petugas Lapangan KB (PKB/PLKB) oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, serta optimalisasi fungsi PPKBD dan Sub-PPKBD (Kader) sebagai ujung tombak pelaksana Program KKBPK di lini lapangan. Jika keempat hal tersebut dapat diintegrasikan dengan baik, maka dapat dipastikan bahwa penyelenggaraan program KKBPK di lini lapangan dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam mencapai target/sasaran yang telah ditetapkan, serta dapat memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat Indonesia. Beberapa isu strategis dan permasalahan pengendalian kuantitas penduduk, sebagaimana tertuang di dalam RPJMN Buku II (Bab II Bidang Sosial budaya) yang harus mendapat perhatian khusus adalah: a. Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan KB yang Merata untuk dapat mengatasi permasalahan pelayanan KB, antara lain: (1) Angka pemakaian kontrasepsi cara modern tidak meningkat secara signifikan, yaitu dari sebesar 56,7 persen pada tahun 2002 menjadi sebesar 57,4 persen pada tahun 2007, dan pada tahun 2012 meningkat menjadi sebesar 57,9 persen. Sedangkan pada tahun 2015 sebesar 58,9 persen (Susenas 2015) ; (2) Kebutuhan ber-kb yang tidak terpenuhi (unmet need) masih tinggi, yaitu sebesar 8,5 persen atau 11,4 persen apabila dengan menggunakan metode formulasi baru; (3) Tingkat putus pakai penggunaan kontrasepsi masih tinggi, yaitu 27,1 persen; (4) Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang cenderung menurun, dari 10,9 persen menjadi 10,6 persen (atau 18,3 persen dengan pembagi CPR modern); (5) Kualitas pelayanan KB (supply side) belum sesuai 4 Rencana Strategis BKKBN

19 standar, yaitu berkaitan dengan ketersediaan dan persebaran fasilitas kesehatan/klinik pelayanan KB, ketersediaan dan persebaran tenaga kesehatan yang kompeten dalam pelayanan KB, kemampuan bidan dan dokter dalam memberikan penjelasan tentang pilihan metode KB secara komprehensif termasuk mengenai efek samping alokon dan penanganannya, serta komplikasi dan kegagalan; (6) Jaminan pelayanan KB belum seluruhnya terpetakan pada fasilitas pelayanan KB, terutama dalam rangka sinkronisasi dengan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Kesehatan. b. Penguatan Advokasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang Program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) pelaksanaannya masih dihadapkan dengan beberapa permasalahan antara lain: (1) Masih lemahnya komitmen dan dukungan para pemangku kepentingan (stakeholders) terhadap program KKBPK terutama yang terkait dengan kelembagaan, kebijakan, perencanaan program dan penganggaran; (2) Masih tingginya jumlah anak yang diinginkan dari setiap keluarga, yaitu sekitar 2,7 sampai dengan 2,8 anak atau di atas angka kelahiran total sebesar 2,6 (SDKI 2012), angka ini belum mengalami penurunan (stagnan) dari tahun 2002; (3) Masih terjadinya kesenjangan dalam memperoleh informasi tentang program KKBPK baik antar provinsi, antara wilayah perdesaanperkotaan maupun antar tingkat pendidikan dan pengeluaran keluarga; (4) Muatan dan pesan dalam advokasi dan KIE masih perlu untuk terus dikembangkan; serta (5) Peran tenaga lapangan KB dalam konseling KB belum optimal. Berdasarkan data SDKI 2012, hanya sebesar 5,2 persen wanita kawin yang dikunjungi petugas lapangan KB dan berdiskusi tentang KB, sedangkan 88,2 persen wanita kawin tidak berdiskusi tentang KB dengan petugas KB atau provider. c. Peningkatan pemahaman dan kesadaran remaja mengenai kesehatan reproduksi dan penyiapan kehidupan berkeluarga. Hal sangat penting dalam upaya mengendalikan jumlah kelahiran dan menurunkan resiko kematian Ibu melahirkan. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja, antara lain: (1) Angka kelahiran pada perempuan remaja usia tahun masih tinggi, yaitu 48 per perempuan usia tahun (SDKI 2012), dan remaja perempuan tahun yang telah menjadi ibu dan atau sedang hamil anak pertama meningkat dari sebesar 8,5 persen menjadi sebesar 9,5 persen (SDKI 2007 dan SDKI 2012); (2) Masih banyaknya perkawinan usia muda, ditandai dengan median usia kawin pertama perempuan yang rendah yaitu 20,1 tahun (usia ideal pernikahan menurut kesehatan reproduksi adalah 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi pria); (3) terdapat kesenjangan dalam pembinaan pemahaman remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang tergambar pada tingkat kelahiran remaja (angka kelahiran remaja kelompok usia tahun); (4) Tingginya perilaku seks pra nikah di sebagian kalangan remaja, berakibat pada kehamilan yang tidak diinginkan masih tinggi; (5) Pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi dan perilaku beresiko masih rendah. d. Pembangunan keluarga melalui peningkatan pemahaman dan kesadaran fungsi keluarga. Dalam rangka pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pembinaan kelestarian kesertaan ber-kb masih dihadapkan Rencana Strategis BKKBN

20 pada beberapa permasalahan, antara lain: (1) Masih tingginya jumlah keluarga miskin, yaitu sebesar 43,4 persen dari sebanyak 64,7 juta keluarga Indonesia (Keluarga Pra Sejahtera/KPS sebesar 20,3 persen dan Keluarga Sejahtera I/KS-1 sebesar 23,1 persen (Pendataan Keluarga, BKKBN 2012); (2) Terbatasnya akses keluarga dan masyarakat untuk mendapatkan informasi dan konseling ketahanan dan kesejahteraan keluarga; (3) Pelaksanaan program ketahanan dan kesejahteraan keluarga akan peran dan fungsi kelompok kegiatan belum optimal dalam mendukung pembinaan kelestarian kesertaan ber-kb. Disamping itu, Kelompok Kegiatan (Poktan), yang terdiri dari: Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL) dan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) belum optimal dalam memberikan pengaruh kepada masyarakat akan pentingnya ber-kb/pelestarian Peserta KB Aktif (PA); dan (4) Terbatasnya materi program KKBPK dalam kelompok kegiatan serta terbatasnya jumlah dan kualitas kader/tenaga kelompok kegiatan. e. Penguatan landasan hukum dalam rangka optimalisasi pelaksanaan pembangunan bidang Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB). Penguatan landasan hukum dan penyerasian kebijakan Pembangunan Bidang Pengendalian Penduduk dan KB memiliki beberapa permasalahan, antara lain: (1) Belum seluruh kebijakan perencanaan program dan penganggaran yang terkait dengan bidang Pengendalian Penduduk dan KB dimasukan dalam perencanaan daerah (Indikator pembangunan Bidang Pengendalian Penduduk dan KB dalam RPJMN dan Renstra BKKBN ke dalam RPJMD dan Renstrada Provinsi dan Kabupaten/Kota); (2) Koordinasi pembangunan Bidang Pengendalian Penduduk dan KB dengan program pembangunan lainnya masih lemah (antara lain; koordinasi dengan program bantuan pemerintah seperti Program Keluarga Harapan/PKH, Jamkesmas/Jamkesda, Jampersal, PNPM, dan SJSN Kesehatan), serta perlunya penguatan koordinasi pelaksanaan kegiatan Bidang KKB lintas sektor (misal: Kegiatan Kampung KB). f. Penguatan Data dan Informasi Kependudukan, KB dan KS. Terdapat beberapa sumber data pembangunan kependudukan, KB dan KS, diantaranya administrasi kependudukan yang mencatat registrasi pendudukan dan registrasi vital; sensus penduduk dan beberapa survei terkait bidang kependudukan dan KB; serta data sektoral pembangunan kependudukan dan KB termasuk data-data kajian dan evaluasi pembangunan Kependudukan dan KB. Data Sektoral memegang peranan penting dalam penyusunan rencana, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan bidang KKB. Namun, data sektoral yang diperoleh melalui statistik rutin pendataan kependudukan, KB, dan keluarga belum dapat digunakan secara optimal dalam pengawasan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi program KKBPK, dikarenakan sistem pengolahan data masih kurang berkualitas. Beberapa isu strategis dan permasalahan pengendalian kuantitas penduduk sebagaimana dijabarkan di atas sesuai dengan 5 (lima) kegiatan prioritas yang telah ditetapkan di dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2017: 1) Pelayanan KB, 2) Advokasi dan KIE KKBPK, 3) Pembinaan Remaja, 4) Pembangunan Keluarga, dan 5) 6 Rencana Strategis BKKBN

21 Regulasi, Kelembagaan, serta Data dan Informasi. Sehingga upaya-upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut harus benar-benar dapat digambarkan di dalam perbaikan/revisi Rencana Strategis (Renstra) BKKBN ini. Pengembangan cakupan penggarapan Program KKBPK diantaranya juga dapat dilakukan melalui Program Tematik dan Program/kegiatan Direktif Presiden. Terkait dengan program tematik, BKKBN dapat berkontribusi dari sisi Perencanaan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) yang secara umum dapat diintegrasikan dengan berbagai kegiatan dalam lingkup peningkatan kualitas Kesehatan Reproduksi, Advokasi dan KIE Program KKBPK, lingkup pembinaan Keluarga Balita dan Anak, pembinaan Ketahanan Remaja, lingkup peningkatan kesertaan ber-kb di wilayah dan sasaran khusus (Daerah Tertinggal Perbatasan dan Kepulauan/DTPK), lingkup penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan KKBPK, serta lingkup pengelolaan Program KKBPK di Perwakilan BKKBN Provinsi. Selain itu, BKKBN juga berkontribusi pada program tematik peningkatan Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST). Dalam hal ini BKKBN dapat berkontribusi dalam pengembangan program kerjasama dan studi di negaranegara dengan mayoritas penduduk muslim yang maju dalam Program KKBPK (misal: Pakistan, Iran, Mesir). Kegiatan dukungan KSST masuk dalam kegiatan Pengembangan Kerja Sama Internasional Kependudukan dan Keluarga Berencana. Potensi yang juga dapat dikembangkan oleh BKKBN melalui Program/kegiatan Direktif Presiden adalah Kampung KB. Kampung KB merupakan salah satu potensi utama yang dapat memperkuat implementasi Program KKBPK di lini lapangan serta dapat menjadi jembatan integrasi kegiatan antara BKKBN dengan lintas Kementerian/Lembaga dan lintas sektor (Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/kota). Rencana Strategis BKKBN

22 BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BKKBN Berbagai tingkatan dalam penuangan Rencana Strategis (Renstra) BKKBN , baik pada level sasaran program (outcome), sasaran kegiatan (output), Indikator RPJMN, Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), level komponen maupun pada level sub komponen sekalipun, harus dirumuskan dengan memperhatikan keterkaitannya pada Visi dan Misi Pemerintah (Kabinet Kerja) periode Berdasarkan hal tersebut, kemudian disusun tujuan dan sasaran strategis lembaga BKKBN yang mengerucut pada upaya pencapaian Visi dan Misi Pemerintah. 2.1 Visi Pembangunan Sesuai dengan arah kebijakan Pemerintah (Kabinet Kerja) , seluruh Kementerian/Lembaga diarahkan untuk turut serta mensukseskan Visi dan Misi Pembangunan , dimana Visi Pemerintah untuk 5 (lima) tahun ke depan adalah untuk Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. 2.2 Misi Pembangunan Sebagaimana tertera dalam RPJMN , untuk mewujudkan Visi di atas adalah melalui 7 Misi Pembangunan, yaitu: 1) Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan; 2) Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan Negara Hukum; 3) Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim; 4) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera; 5) Mewujudkan Indonesia yang berdaya saing; 6) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; dan 7) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Upaya perwujudan Visi dan Misi Pembangunan tersebut, telah disusun strategi pembangunan nasional, diantaranya melalui norma pembangunan untuk membangun dan meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat, serta untuk meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran, dan produktifitas dengan memberikan perhatian khusus pada peningkatan produktivitas rakyat lapisan menengah ke bawah guna menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini kemudian didukung dengan fokus pada 3 (tiga) Dimensi Pembangunan, yaitu: 1) Dimensi Pembangunan Manusia dan Masyarakat; 2) 8 Rencana Strategis BKKBN

23 Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan; 3) Dimensi Pemerataan dan Kewilayahan. Dalam hal ini BKKBN masuk di dalam Dimensi Pembangunan yang pertama Dimensi Pembangunan Manusia dan Masyarakat. 2.3 Tujuan BKKBN Dengan berpedoman pada arah pembangunan Pemerintahan sebagaimana tertera dalam Buku I - RPJMN , BKKBN berkomitmen untuk berkontribusi dalam upaya pencapaian Visi dan Misi Pembangunan sebagaimana dijabarkan di atas dengan perumusan tujuan untuk mencapai Penduduk Tumbuh Seimbang melalui upaya penurunan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) dan perwujudan Keluarga Berkualitas. 2.4 Sasaran Strategis BKKBN Untuk memastikan tujuan BKKBN dapat tercapai, maka ditetapkan sasaran strategis BKKBN yang sesuai dengan Sasaran Pembangunan Kependudukan dan KB yang tertera pada RPJMN , yaitu: 1. Menurunnya Angka kelahiran total (TFR) 2. Meningkatnya prevalensi kontrasepsi (CPR) modern 3. Menurunnya kebutuhan ber-kb yang tidak terpenuhi (unmet need) 4. Meningkatnya peserta KB aktif yang menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 5. Menurunnya Tingkat Putus Pakai Kontrasepsi Ke-5 (lima) Sasaran Strategis tersebut kemudian akan dijabarkan di dalam Indikator Kinerja Sasaran Strategis yang akan dicapai melalui Indikator Kinerja Program dan Indikator Kinerja Kegiatan. Kemudian dalam implementasi upaya pencapaiannya dijabarkan pada level komponen sebagai penghubung dalam penuangan berbagai kegiatan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L). Rencana Strategis BKKBN

24 BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN 3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Arah Kebijakan dan Strategi Nasional dalam Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana yang tertera pada Buku I RPJMN dan yang akan menjadi fokus dalam pelaksanaan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana selama lima tahun ke depan adalah: 1. Penguatan dan pemaduan kebijakan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang merata dan berkualitas. 2. Penyediaan sarana dan prasarana serta jaminan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi (Alokon) yang memadai di setiap fasilitas kesehatan KB dan jejaring pelayanan, serta pendayagunaan fasilitas kesehatan untuk pelayanan KB. 3. Peningkatan pelayanan KB dengan penggunaan MKJP untuk mengurangi resiko drop-out maupun penggunaan non MKJP dengan memberikan informasi secara berkesinambungan untuk keberlangsungan kesertaan ber-kb serta pemberian pelayanan KB lanjutan dengan mempertimbangkan prinsip Rasional, Efektif dan Efisien (REE). 4. Peningkatan jumlah dan penguatan kapasitas tenaga lapangan KB dan tenaga kesehatan pelayanan KB, serta penguatan lembaga di tingkat masyarakat untuk mendukung penggerakan dan penyuluhan KB. 5. Advokasi program kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga kepada para pembuat kebijakan, serta promosi dan penggerakan kepada masyarakat dalam penggunaan alat dan obat kontrasepsi KB. 6. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman kesehatan reproduksi bagi remaja melalui pendidikan, sosialisasi mengenai pentingnya Wajib Belajar 12 tahun dalam rangka pendewasaan usia perkawinan, dan peningkatan intensitas layanan KB bagi pasangan usia muda guna mencegah kelahiran di usia remaja. 7. Pembinaan ketahanan dan pemberdayaan keluarga melalui kelompok kegiatan bina keluarga dalam rangka melestarikan kesertaan ber-kb dan memberikan pengaruh kepada keluarga calon akseptor untuk ber-kb. 8. Penguatan tata kelola pembangunan kependudukan dan KB melalui penguatan landasan hukum, kelembagaan, serta data dan informasi kependudukan dan KB. 9. Penguatan Bidang KKB melalui penyediaan informasi dari hasil penelitian/kajian Kependudukan, Keluarga Berencana dan Ketahanan Keluarga serta peningkatan kerjasama penelitian dengan universitas terkait pengembangan Program KKBPK. 10 Rencana Strategis BKKBN

25 3.2 Arah Kebijakan dan Strategi BKKBN Arah kebijakan dan strategi BKKBN dalam menyelenggarakan pembangunan Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dalam periode lima tahun ke depan adalah: 1. Peningkatan Akses dan Pelayanan KB yang Merata dan Berkualitas, yang dilakukan melalui strategi: a. Penguatan dan pemaduan kebijakan pelayanan KB yang merata dan berkualitas, baik lintas sektor maupun lintas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, terutama dalam sistem SJSN Kesehatan dengan menata fasilitas pelayanan KB (kemudahan akses terhadap fasilitas pelayanan KB di setiap tingkatan wilayah); b. Peningkatan penggerakan pelayanan KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP); c. Peningkatan Jaminan ketersediaan Alat dan Obat Kontrasepsi (Alokon) melalui pengadaan dan distribusi alokon (supply chain management); d. Peningkatan kualitas fasilitas pelayanan KB melalui penyediaan sarana pelayanan KB yang memadai; e. Peningkatan pelayanan akseptor KB, baik secara statis pada fasilitas kesehatan (Faskes) yang melayani KB, dan pelayanan KB secara mobile di wilayah sulit (Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan/DTPK); f. Peningkatan jumlah dan penguatan kapasitas tenaga lapangan KB (PLKB) dan tenaga medis pelayanan KB (dokter bidan), serta penguatan lembaga di tingkat masyarakat untuk mendukung penggerakan dan penyuluhan KB; g. Peningkatan promosi dan konseling Kesehatan dan Hak-hak Reproduksi; h. Penguatan konsep kemandirian ber-kb melalui peningkatan kualitas alat dan obat kontrasepsi produksi dalam negeri untuk meningkatkan kemandirian, pengembangan Advokasi dan KIE KB Mandiri serta pengembangan dalam kemandirian mengikuti SJSN Kesehatan. 2. Penguatan Advokasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) KKBPK, yang dilakukan melalui strategi: a. Penguatan kebijakan dan pengembangan strategi Advokasi dan KIE tentang Program KKBPK yang sinergi, baik lintas sektor maupun lintas Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota; b. Peningkatan Advokasi dan KIE Program KKBPK (media, audiensi dan momentum) kepada Mitra Kerja dan Pemangku Kepentingan (stakeholders) di seluruh tingkatan wilayah; Rencana Strategis BKKBN

26 c. Peningkatan Advokasi dan KIE Program KKBPK melalui berbagai media massa dan media luar ruang serta intensifikasi Advokasi dan KIE melalui media lini bawah (below the line); d. Peningkatan Advokasi dan KIE Program KKBPK melalui tenaga lini lapangan (PKB/PLKB dan PPKBD/Sub PPKBD), serta peningkatan peran serta aktif masyarakat dengan memperhatikan sasaran target yang disesuaikan dengan karakteristik sosial, budaya, dan ekonomi; e. Peningkatan penggerakan mekanisme operasional lini lapangan Program KKBPK, baik dari PKB/PLKB ke PPKBD/Sub PPKBD, maupun dari PPKBD/Sub PPKBD ke masyarakat. 3. Peningkatan Pembinaan Ketahanan Remaja, yang dilakukan melalui strategi: a. Peningkatan kebijakan dan strategi yang komprehensif dan terpadu, antar sektor dan antara pusat dan daerah, tentang KIE dan konseling Kesehatan Reproduksi Remaja dengan melibatkan orang tua, teman sebaya, toga/toma, sekolah, dengan memperhatikan perubahan paradigma masyarakat akan pemahaman nilai-nilai pernikahan dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja; b. Peningkatan fungsi dan peran, serta kualitas dan kuantitas kegiatan kelompok remaja (PIK KRR) dengan mendorong remaja untuk mempunyai kegiatan yang positif dengan meningkatkan status kesehatan, memperoleh pendidikan, dan meningkatkan jiwa kepemimpinan; c. Peningkatan pembinaan remaja tentang Generasi Berencana (GenRe); d. Pengembangan dan peningkatan fungsi dan peran kegiatan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) sebagai wahana untuk meningkatkan kepedulian keluarga dan pengasuhan kepada anak - anak remaja mereka. 4. Peningkatan Pembangunan Keluarga, yang dilakukan melalui strategi: a. Penguatan kebijakan dan pengembangan strategi dan materi yang relevan tentang pemahaman orangtua mengenai pentingnya keluarga dan pengasuhan tumbuh kembang anak, melalui: pendidikan, penyuluhan, pelayanan tentang perawatan, pengasuhan dan perkembangan anak dengan melibatkan tenaga lapangan, kader, dan masyarakat; a. Peningkatan pemahaman masyarakat tentang pentingnya Keluarga Berencana (KB) dalam peningkatan kesejahteraan keluarga; b. Peningkatan penyuluhan tentang pemahaman keluarga/orangtua mengenai pentingnya keluarga dalam peran dan fungsi Kelompok Kegiatan (BKB, BKR, BKL, dan UPPKS), serta penguatan 8 (delapan) fungsi keluarga (agama, sosial, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, pendidikan, ekonomi dan lingkungan); c. Peningkatan kapasitas tenaga lapangan dan kader serta kelembagaan pembinaan keluarga dalam hal penyuluhan tentang pemahaman fungsi keluarga dan peningkatan kerjasama lintas sektor dalam upaya meningkatkan fungsi dan peran keluarga. 12 Rencana Strategis BKKBN

27 5. Penguatan Regulasi, Kelembagaan, serta Data dan Informasi, yang dilakukan melalui strategi: a. Mengharmonisasikan dan mengusulkan amandemen peraturan perundangan agar lebih mendukung pelaksanaan program KB (Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 agar selaras dengan Undang - undang Nomor 52 Tahun 2009; Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Perimbangan Keuangan); b. Peningkatan koordinasi dalam implementasi Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 terutama pada Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; c. Penguatan Kelembagaan melalui bimbingan teknis dan pemantauan pembentukan Dinas Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana di masing-masing wilayah sesuai amanat Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 dengan landasan hukum pelaksanaan yang mengacu pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 18 tahun 2016 tentang Perangkat Daerah; d. Penyerasian dan peninjauan kembali landasan hukum/peraturan perundang -undangan Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana; e. Koordinasi terpadu lintas sektor (lintas kementerian/lembaga) terkait perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi Kegiatan Program KKBPK (misal: Kegiatan Kampung KB); f. Peningkatan koordinasi perumusan kebijakan Pembangunan Bidang Pengendalian Penduduk dan KB dengan Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota (misal: melalui forum Musrenbangda dan Musrenbangnas); g. Peningkatan kualitas data dan informasi Program KKBPK yang akurat dan tepat waktu; h. Peningkatan diseminasi, aksesibilitas dan pemanfaatan data dan informasi kependudukan terutama sensus dan survei bagi seluruh pihak, termasuk swasta dan akademisi; i. Peningkatan koordinasi, termasuk fasilitasi seluruh instansi dalam pemanfaatan data dan informasi kependudukan untuk perencanaan dan evaluasi kebijakan pembangunan. 3.3 Kerangka Regulasi Kerangka Regulasi disusun dalam rangka mewujudkan arah Program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) tahun sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana dan Sistem Informasi Keluarga, adalah terwujudnya konsistensi Kebijakan Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan tujuan: Rencana Strategis BKKBN

28 1. Mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas, dan persebaran penduduk dengan memperhitungkan daya dukung lingkungan. 2. Meningkatkan kualitas keluarga (keluarga berkualitas) sehingga tercipta rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin dengan melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil, Bahagia, dan Sejahtera (NKKBS). 3. Meningkatkan upaya mengatur kelahiran anak, jarak, usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui: promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas. 4. Menyediakan data dan informasi keluarga untuk digunakan oleh Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagai dasar penetapan kebijakan, penyelenggaraan, dan pembangunan. Ruang lingkup Peraturan Pemerintah ini meliputi tugas dan tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, kebijakan keluarga berencana, penyelenggaraan sistem informasi keluarga, pemantauan dan pelaporan, pembinaan dan pengawasan, serta pendanaan. Fokus penetapan Kebijakan Nasional Perkembangan Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga diarahkan untuk: a. Menjamin tercapainya penurunan TFR sesuai target yang ditetapkan; b. Meningkatkan kualitas penduduk dengan memanfaatkan bonus demografi; c. Memberdayakan penerapan fungsi-fungsi keluarga; dan d. Memperkuat semangat gotong royong berbasis keluarga. Pemerintah juga menetapkan program dan kegiatan penyelenggaraan pengendalian kuantitas penduduk berkaitan dengan: a. Perencanaan kependudukan; b. Penyediaan parameter kependudukan; c. Analisis dampak kependudukan; d. Kerjasama pendidikan kependudukan; dan e. Penanganan isu-isu kependudukan di daerah provinsi, kabupaten dan kota. Hal tersebut di atas dilaksanakan dengan cara memberikan pembinaan dan pemenuhan pelayanan kepada masyarakat melalui advokasi, KIE, serta penyediaan sarana dan prasarana Program KKBPK. Penyelenggaraan pengendalian kuantitas penduduk dilakukan untuk melembagakan dan membudayakan NKKBS yang dilakukan melalui Penyelenggaraan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana. Pemerintah menetapkan kebijakan nasional pembangunan keluarga yang diarahkan untuk: a. Melembagakan dan membudayakan NKKBS; b. Memberdayakan fungsi keluarga; c. Memandirikan keluarga; d. Memberdayakan kearifan lokal; e. Meningkatkan kualitas seluruh siklus hidup; 14 Rencana Strategis BKKBN

29 f. Memenuhi kebutuhan dasar masyarakat; dan g. Memberdayakan peran serta masyarakat. Kedudukan serta tugas dan fungsi Penyuluh KB (PKB/PLKB) tertuang dalam lampiran Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014, dimana pengelolaan Penyuluh KB (PKB/PLKB) merupakan kewenangan pemerintah Pusat (dalam hal ini adalah BKKBN), dan pendayagunaannya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Dalam implementasinya, selain harus mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, juga diperlukan pedoman spesifik yang lebih operasional, mulai dari penetapan standar kompetensi penyuluhan KB, penetapan Lembaga Sertifikasi Profesi Penyuluh KB sampai pada strategi dan prosedur pelaksanaannnya termasuk pembentukan asesor dan lembaga diklat terakreditasi di provinsi. Standardisasi tenaga pelayanan KB bagi petugas medis berkaitan dengan prosedur, tata cara dan kewenangan teknis medis memerlukan regulasi dan kerjasama dengan sektor/institusi terkait, agar pelaksanaannya dapat berjalan lancar dalam lima tahun ke depan. Dengan demikian, kerangka regulasi penyelenggaraan urusan Bidang Pengendalian Penduduk dan KB selama lima tahun ke depan adalah: 1. Perubahan Peraturan Presiden tentang kelembagaan BKKBN terutama terkait dengan penambahan fungsi tidak hanya yang tertera pada Undangundang Nomor 52 tahun 2009 tetapi juga melaksanakan tugas fungsi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang dalam lampiran dinyatakan bahwa Kewenangan Pemerintah dalam hal ini BKKBN meliputi: a) Pengendalian Penduduk; - Pemaduan dan sinkronisasi kebijakan pengendalian kuantitas penduduk. - Penetapan perkiraan pengendalian penduduk secara nasional. b) Keluarga Berencana (KB); - Penyusunan desain program dan pengelolaan advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi pengendalian penduduk. - Pengelolaan Tenaga penyuluh KB (PKB/PLKB). - Pengelolaan dan penyediaan alat dan obat kontrasepsi untuk kebutuhan PUS nasional. - Pengelolaan dan pengendalian sistem informasi keluarga. - Pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi kemasyarakatan tingkat nasional dalam pengendalian pelayanan dan pembinaan kesertaan ber- KB. c) Keluarga Sejahtera; - Pengembangan desain program pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Rencana Strategis BKKBN

30 - Pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi kemasyarakatan tingkat nasional dalam pembangunan keluarga melalui ketahanan dan kesejahteraan keluarga. d) Standardisasi dan Sertifikasi meliputi Standardisasi pelayanan KB dan sertifikasi tenaga penyuluh KB/petugas lapangan KB (PKB/PLKB). 2. Penetapan Peraturan Presiden tentang Penyelenggaraan Keluarga Berencana sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 87 tahun 2014 tentang perkembangan Kependudukan, Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana dan Sistem Informasi Keluarga. 3. Harmonisasi dan sinkronisasi dengan Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian terkait dalam penerapan Undang-undang Nomor 23 tahun 2014, seperangkat peraturan perundangan yang berkaitan dengan kelembagaan pengendalian penduduk dan KB di daerah provinsi dan kabupaten/kota, serta petunjuk teknis tentang nomenklatur, struktur dan tugas fungsi lembaga di daerah yang menangani Program KKBPK. 4. Penetapan peraturan Kepala BKKBN terutama dalam menerapkan Norma Standard Prosedur dan Kriteria (NSPK) program dan kegiatan pengendalian penduduk dan Keluarga Berencana di daerah provinsi dan kabupaten/kota. 5. Penetapan peraturan Kepala BKKBN terutama dalam perincian program dan kegiatan serta penganggaran di kabupaten/kota sebagai rujukan daerah dalam menerapkan struktur program dan kegiatan, indikator per kegiatan kependudukan dan KB sekaligus kode akun anggaran. 6. Penetapan peraturan Kepala BKKBN terutama dalam menerapkan Sistem Informasi Kependudukan dan Keluarga secara nasional dan di daerah. 7. Penetapan peraturan Kepala BKKBN terutama dalam menerapkan standardisasi pelayanan KB kepada tenaga Pelayanan KB. 8. Penetapan peraturan Kepala BKKBN terutama dalam menerapkan pengelolaan tenaga Penyuluh KB dan Petugas Lapangan KB. 9. Penetapan peraturan Kepala BKKBN terutama dalam menerapkan sertifikasi tenaga penyuluh KB. 10. Penetapan peraturan Kepala BKKBN terutama dalam menerapkan peraturan perundangan yang berlaku dalam rangka harmonisasi dan sinkronisasi dengan Kementerian Dalam Negeri, pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota dan kementerian terkait terutama dalam penerapan peraturan perundangan yang berlaku. 11. Penyusunan regulasi untuk mendukung pencapaian sasaran program KB di daerah, antara lain untuk mendukung pencapaian peserta KB Baru, pembinaan peserta KB aktif, kedudukan operasional penyuluh KB, penyaluran anggaran mekanisme operasional dan penggerakan KB, distribusi alokon dari kabupaten/kota ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes), serta insentif bagi tenaga lapangan KB. Rincian kerangka regulasi dapat dilihat pada Lampiran II: Matriks Kerangka Regulasi. 16 Rencana Strategis BKKBN

31 3.4 Kerangka Kelembagaan Berdasarkan ketentuan Pasal 12 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014, ditetapkan bahwa Urusan Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana adalah merupakan urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Untuk itu diperlukan penguatan kapasitas kelembagaan yang menangani penyelenggaraan urusan Bidang Pengendalian Penduduk dan KB di tingkat provinsi, dan kabupaten/kota agar dapat sepenuhnya mengacu pada ketentuan tugas dan fungsi penyelenggaraan urusan Pengendalian Penduduk dan KB sebagaimana telah ditetapkan di dalam RPJMN dan Renstra BKKBN Selain itu, dengan adanya bentuk kelembagaan Dinas Pengendalian Penduduk dan KB maka akan memudahkan saat penyusunan Program, Indikator dan Kegiatan Bidang Pengendalian Penduduk dan KB baik di dalam RPJMD, Renstrada, dan RKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penguatan fasilitasi, sosialisasi, pendampingan dan pembinaan, terutama dalam menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Dalam rangka penguatan kelembagaan Pengendalian Penduduk dan KB diperlukan beberapa langkah kegiatan, diantaranya: 1. Penguatan kapasitas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota dalam penyelenggaraan urusan Bidang Pengendalian Penduduk dan KB, minimal berkaitan dengan; a) Penguatan kapasitas yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi, klasifikasi lembaga daerah yang menangani pengendalian penduduk dan KB. b) Penguatan kapasitas infrastruktur regulasi yang mendukung operasional maupun eksistensi lembaga sebagai tindak lanjut perubahan peraturan perundangan (peraturan daerah, peraturan Bupati/Walikota atau regulasi lain) yang berfungsi menjaga kualitas dan sinergitas kebijakan dalam perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan evaluasi program. c) Penguatan kompetensi/kapasitas sumber daya manusia baik tenaga pengelola Program, tenaga pelaksana maupun tenaga masyarakat yang menyelenggarakan Program KKBPK sesuai tingkatan wilayah. d) Penguatan program dan penuangan kegiatan sebagai tindak lanjut penerapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) program KKBPK sebagai penetapan arah Kebijakan umum pembangunan di daerah, Renstrada dan Rencana Kegiatan dan Anggaran SKPD pembangunan pengendalian penduduk dan KB. e) Penguatan kapasitas dukungan sarana, prasarana dan anggaran untuk menyelenggarakan program KKBPK di kabupaten/kota, kecamatan dan desa dalam upaya menjaga kesinambungan dan keberlangsungan pelayanan pengendalian penduduk dan KB kepada masyarakat. 2. Menyelenggarakan sistem informasi keluarga yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendataan Keluarga, pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi dan pencatatan dan pelaporan pengendalian lapangan program KKBPK secara akurat dan tepat waktu. Rencana Strategis BKKBN

32 3. Memperkuat kedudukan dan peran penyuluh KB dan Petugas Lapangan KB terutama berkaitan dengan pengelolaan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun tenaga non ASN yang didayagunakan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota serta pelaksanaan sertifikasi penyuluh KB; 4. Memperkuat kedudukan hukum PPKBD, SUB PPKBD dan kader KB sebagai penerapan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, di dalam Pasal 150 dinyatakan bahwa Lembaga Kemasyarakatan Desa dibentuk atas prakarsa pemerintah desa dan masyarakat khususnya yang bertugas untuk melakukan pemberdayaan masyarakat desa, berperan serta aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dan melakukan pelayanan Program KKBPK secara langsung kepada masyarakat. 5. Memperkuat pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi kemasyarakatan dalam pengendalian pelayanan/pembinaan kesertaan ber-kb serta dalam pembangunan keluarga melalui ketahanan dan kesejahteraan keluarga. 6. Memperkuat pengendalian dan pendistribusian kebutuhan alat dan obat kontrasepsi serta pelaksanaan pelayanan KB di kabupaten/kota. 18 Rencana Strategis BKKBN

33 BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 4.1. TARGET KINERJA Berdasarkan pada Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga (K/L) , maka BKKBN menyusun Renstra dengan target kinerja dan kerangka pendanaan selama kurun waktu 5 (lima) tahun. Penyusunan Renstra BKKBN mengacu pada sasaran program (outcome), sasaran kegiatan (output) dan indikator-indikator yang telah tertuang di dalam RPJMN Kemudian pengembangan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), Komponen dan Sub Komponen juga harus mempertimbangkan upaya perwujudan tujuan BKKBN untuk mencapai Penduduk Tumbuh Seimbang melalui upaya penurunan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) dan perwujudan Keluarga Berkualitas. Selain itu, dalam penyempurnaan Renstra ini, BKKBN juga memperhatikan berbagai prioritas pembangunan yang telah dirumuskan di dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis Sasaran Strategis BKKBN adalah kondisi yang akan dicapai secara nyata oleh BKKBN mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya outcome dari beberapa program. Bentuk penjabaran tujuan strategis tersebut, BKKBN menetapkan Sasaran Strategis Tahun sebagai berikut: 1. Menurunnya Angka kelahiran total (TFR) 2. Meningkatnya prevalensi kontrasepsi (CPR) 3. Menurunnya kebutuhan ber-kb yang tidak terpenuhi (unmet need) 4. Meningkatnya peserta KB aktif yang menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 5. Menurunnya Tingkat Putus Pakai Kontrasepsi Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis BKKBN Tahun , maka BKKBN menetapkan indikator kinerja sasaran strategis sebagai berikut: Rencana Strategis BKKBN

34 Tabel 4.1 Indikator Kinerja Sasaran Strategis BKKBN Tahun INDIKATOR BASELINE TARGET 2014 TARGET KINERJA Angka kelahiran total (total fertility rate/tfr) 2,60 2,37 2,36 2,33 2,31 2,28 2,28 per WUS (15-49 tahun) 2 Persentase pemakaian kontrasepsi (modern 57,9 60,5 60,7 60,9 61,1 61,3 61,3 contraceptive prevalence rate/cpr) 3 Persentase kebutuhan ber-kb yang tidak 11,4 10,60 10,48 10,26 10,14 9,91 9,91 terpenuhi (unmet need) (%) (8,6) 4 Persentase Peserta KB Aktif (PA) MKJP 18,3 20,50 21,19 21,70 22,30 23,50 23,50 5 Tingkat putus pakai kontrasepsi (%) 27,1 26,0 25,7 25,3 25,0 24,6 24, Sasaran Program (Outcome) dan Indikator Kinerja Program Sasaran Program (Outcome) merupakan hasil yang akan dicapai dari suatu program dalam rangka pencapaian sasaran strategis BKKBN Tahun BKKBN merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) sehingga hanya mempunyai 1 (satu) Program Teknis yaitu Program Kependududukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga serta 3 (tiga) Program Generik yaitu: 1) Program Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan serta Kerjasama Internasional BKKBN; 2) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya; 3) Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BKKBN. 1. Sasaran Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) Sasaran Program (Outcome) Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga adalah Terlaksananya Program KKBPK di seluruh tingkatan wilayah. Untuk mengukur keberhasilan pencapaian hasil (outcome), maka ditetapkan Indikator Kinerja Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga sebagai berikut: - Jumlah peserta KB baru /PB (juta) - ASFR Tahun - Persentase PUS yang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang semua jenis metode kontrasepsi modern - Persentase keluarga yang memiliki pemahaman dan kesadaran tentang fungsi keluarga - Indeks Pengetahuan remaja tentang Generasi Berencana - Persentase masyarakat yang mengetahui tentang isu kependudukan - Jumlah ketersediaan data dan informasi keluarga (pendataan keluarga) yang akurat dan tepat waktu 20 Rencana Strategis BKKBN

35 2. Sasaran Program Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan serta Kerjasama Internasional BKKBN Sasaran Program (Outcome) Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan serta Kerjasama Internasional BKKBN adalah meningkatnya kualitas SDM Aparatur Penyelenggara Program, Kerjasama Internasional serta Penelitian dan Pengembangan program KKBPK. Untuk mengukur keberhasilan pencapaian hasil (outcome), maka ditetapkan Indikator Kinerja Program Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan serta Kerjasama Internasional BKKBN sebagai berikut: - Persentase peningkatan kualitas SDM Aparatur dan tenaga fungsional - Jumlah Lembaga Diklat yang terakreditasi - Jumlah kerjasama bilateral dan multilateral, lembaga penelitian dan perguruan tinggi dalam dan luar negeri di bidang KKBPK - Indeks Kepuasan hasil diklat nasional dan internasional, penelitian dan pengembangan KB, KS dan Kependudukan - Jumlah pelaksanaan kegiatan pelatihan, penelitian dan pengembangan di Provinsi 3. Sasaran Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya BKKBN Sasaran Program (Outcome) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya adalah tersedianya dukungan manajemen dalam rangka penyelenggaraan Program KKBPK. Untuk mengukur keberhasilan pencapaian hasil (outcome), maka ditetapkan Indikator Kinerja Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya sebagai berikut: - Jumlah produk hukum dan kebijakan yang dapat dipergunakan sebagai dasar penguatan pelaksanaan program pengendalian penduduk dan KB - Tingkat opini laporan keuangan oleh BPK - Jumlah dokumen perencanaan Program dan Anggaran yang mengacu pada pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah, penganggaran terpadu dan berbasis kinerja - Persentase terlaksananya pengembangan karir Aparatur Sipil Negara (ASN) yang kompetensinya sesuai dengan standar (sesuai roadmap) - Indeks kepuasan pelayanan administrasi perkantoran, kerumahtanggaan, dan pemeliharaan sarana prasarana perkantoran - Jumlah Dukungan manajemen pengelolaan program Kependudukan, KB serta Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga di Provinsi Rencana Strategis BKKBN

36 4. Sasaran Program Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BKKBN Sasaran Program (Outcome) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BKKBN adalah meningkatnya akuntabilitas pengelolaan Program KKBPK. Untuk mengukur keberhasilan pencapaian hasil (outcome), maka ditetapkan Indikator Kinerja Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BKKBN sebagai berikut: - Persentase Temuan Penyimpangan Strategis dalam Pelaksanaan Pengelolaan Program KKBPK oleh eksternal audit - Jumlah pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur di satker Perwakilan BKKBN provinsi Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan Sasaran Kegiatan adalah keluaran (output) yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran program. Sasaran kegiatan merupakan keluaran yang harus dihasilkan oleh unit kerja Eselon II dengan alat ukur tingkat keberhasilan pencapaiannya menggunakan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Sasaran Kegiatan (Output) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) untuk masing-masing unit kerja Eselon II telah disusun untuk seluruh Program dan Bidang di lingkungan BKKBN (tertera pada matrik lampiran Renstra ini) KERANGKA PENDANAAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L), Pemerintah menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahun dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara. Dokumen penyusunan anggaran yang dibutuhkan sebelum APBN ditetapkan oleh Pemerintah dan DPR, adalah RKA/KL dan Rencana Dana Pengeluaran Bendahara Umum Negara (RDP BUN). RKA-K/L merupakan dokumen rencana keuangan tahunan K/L yang disusun menurut Bagian Anggaran Kementerian/Lembaga, sedangkan RDP BUN adalah rencana kerja dan anggaran Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara yang memuat rincian kebutuhan dana baik yang berbentuk anggaran belanja maupun pembiayaan dalam rangka pemenuhan kewajiban pemerintah pusat dan transfer kepada daerah yang pengelolaannya dikuasakan oleh Presiden kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2010 juga mengatur bahwa penyusunan RKA-K/L harus menggunakan pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM), penganggaran terpadu (unified budgeting) dan penganggaran berbasis kinerja (PBK). 22 Rencana Strategis BKKBN

37 Pendanaan Sasaran Strategis Sasaran Strategis merupakan sasaran yang harus dapat dicapai oleh BKKBN melalui integrasi dan sinkronisasi berbagai kegiatan prioritas di seluruh Program, Bidang (Unit Eselon I) dan seluruh unit kerja Eselon II di lingkungan BKKBN. Sehingga kerangka pendanaan Sasaran Strategis merupakan alokasi anggaran BKKBN secara keseluruhan (total anggaran BKKBN) Pendanaan Program dan Indikator Kinerja Program Kerangka pendanaan Program di lingkungan BKKBN dibagi pada 4 (empat) Program yang terdiri dari: Tabel 4.2 Rancangan Kerangka Pendanaan Program BKKBN Tahun PROGRAM 1 Program Kependudukan KB, dan Pembangunan Keluarga 2 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya BKKBN 3 Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BKKBN 4 Program Pelatihan, penelitian dan Pengembangan serta Kerjasama Internasional BKKBN BASELINE ALOKASI ANGGARAN ALOKASI , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,2 TOTAL , , , , , , , Pendanaan Bidang dan Kegiatan Di dalam rancangan kerangka pendanaan Program, terdapat pendanaan untuk level Bidang (unit Eselon I) dan level Kegiatan (unit kerja Eselon II). Di dalam Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) terdapat 4 (empat) Bidang: Bidang Pengendalian Penduduk (DALDUK), Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR), Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) dan Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi (ADPIN). Pada Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya (DKM) terdapat 1 (satu) Bidang Sekretariat Utama (Sestama), pada Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur terdapat 1 (satu) Bidang Inspektorat Utama (Irtama), dan pada Program Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan serta Kerjasama Internasional terdapat 1 (satu) Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan (Latbang). Pada masing-masing Bidang tersebut kemudian telah dijabarkan pada level kegiatan (unit kerja Eselon II), termasuk kerangka struktur kegiatan untuk unit kerja Perwakilan BKKBN Provinsi. Pendanaan pada level kegiatan merupakan anggaran untuk mendukung keluaran (output) yang dihasilkan oleh unit kerja Eselon II yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran Program dan Bidang diatasnya. Rincian kerangka pendanaan per-bidang (unit Eselon I) dan per-kegiatan Prioritas (unit kerja Eselon II) telah tertera pada matrik lampiran Renstra ini. Rencana Strategis BKKBN

38 BAB V PENUTUP Upaya penguatan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang tergambar pada kondisi pencapaian Program KKBPK secara nasional selama lima tahun terakhir dimana target/sasaran yang telah ditetapkan belum berhasil dicapai secara maksimal. BKKBN harus lebih meningkatkan komitmen dalam pelaksanaan berbagai kegiatan prioritas baik secara internal di dalam lingkungan BKKBN sendiri, maupun dengan meningkatkan kerjasama lintas sektor (lintas K/L) serta bersama mitra kerja dan pemangku kepentingan (stakeholders) di seluruh tingkatan wilayah. Perbaikan telah dilakukan di dalam Rencana Strategis (Renstra) ini dengan telah mempertimbangkan berbagai perkembangan isu dan lingkungan strategis serta kebijakan perencanaan yang telah ditetapkan oleh Kementerian PPN/Bappenas, diantaranya; 1) Perubahan pendekatan yang semula Money Follow Function menjadi Money Follow Program, 2) Pendekatan Perencanaan pembangunan nasional yang holistik, tematik, terintegrasi, dan spasial, dan 3) Penajaman Prioritas Program dan Kegiatan Pembangunan Nasional dalam RKP Selain itu, penyempurnaan pada Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), Komponen dan Sub Komponen pada Renstra ini juga telah dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan perbaikan dan penajaman pada Balanced Score Card (BSC) BKKBN yang akan menjadi salah satu alat ukur atau alat pemantauan dan evaluasi terhadap upaya pencapaian target/sasaran yang telah ditetapkan. Dengan adanya perbaikan/revisi pada Rencana Strategis (Renstra) BKKBN ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas implementasi Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) diseluruh tingkatan wilayah, dapat memperkuat strategi pelaksanaan kegiatan prioritas dalam pencapaian target/sasaran yang telah ditetapkan, serta dapat memudahkan proses evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pencapaian kinerja/ outcome dan output BKKBN. Berbagai permasalahan yang kemudian muncul dalam proses pelaksanaan Program dan Kegiatan BKKBN ke depan merupakan tantangan bersama yang harus dihadapi melalui berbagai strategi yang dapat dikembangkan. 24 Rencana Strategis BKKBN

39 Lampiran I: Matriks Rencana Strategis (Renstra) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) No. PROGRAM/ KEGIATAN PRIORITAS BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL (BKKBN) SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/ SASARAN KEGIATAN (OUTPUT) INDIKATOR (REVISI RENSTRA DARI BSC) TERCAPAINYA PENDUDUK TUMBUH SEIMBANG 1 Angka kelahiran total (total fertility rate/tfr) per WUS (15-49 tahun) 2,60 2,37 2,36 2,33 2,31 2,28 2,28 2 Persentase pemakaian kontrasepsi (modern contraceptive prevalence rate/cpr) 57,9 60,5 60,7 60,9 61,1 61,3 61,3 BASELINE TARGET Persentase kebutuhan ber-kb yang tidak terpenuhi (unmet need) (%) 11,4 10,60 10,48 10,26 10,14 9,91 9,91 (8,6) 4 Persentase Peserta KB Aktif (PA) MKJP 18,3 20,50 21,19 21,70 22,30 23,50 23,50 ALOKASI (JUTA RUPIAH) TARGET KINERJA BASELINE PRAKIRAAN MAJU ALOKASI TOTAL ALOKASI 2015 s.d 2019 LOKASI , , , , , , ,3 BKKBN INSTANSI PENANGGUNG JAWAB/ PELAKSANA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL (BKKBN) PRIORITAS (N/B/KL) 5 Tingkat putus pakai kontrasepsi (%) 27,1 26,0 25,7 25,3 25,0 24,6 24,6 I Program Kependudukan, KB, dan Pembangunan Keluarga Terlaksananya Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga diseluruh tingkatan wilayah 1 Jumlah peserta KB baru /PB (juta) 7,6 6,84 7,15 7,43 7,39 7,33 7,33 2 ASFR Tahun 48 per per per per per per per 1000 perempuan perempuan perempuan perempuan perempuan perempuan perempuan tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun 3 Persentase PUS yang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang semua 11 (Survey RPJMN jenis metode kontrasepsi modern 2013) 4 Persentase keluarga yang memiliki pemahaman dan kesadaran tentang fungsi 5 (Survey RPJMN keluarga 2013) 5 Indeks Pengetahuan remaja tentang Generasi Berencana 48,4 (skala 0-100) 48, *Survey RPJMN 6 Persentase masyarakat yang mengetahui tentang isu kependudukan , , , , , , ,4 BKKBN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL (BKKBN) 7 Jumlah Ketersediaan data dan informasi keluarga (pendataan keluarga) yang akurat dan tepat waktu A Bidang Pengendalian Penduduk Terimplementasikanny a Kebijakan Pengendalian Penduduk dalam Perencanaan Pembangunan Pengelolaan data dan informasi kependudukan yang dimanfaatkan sebagai Basis Perencanaan Pembangunan A.1 Jumlah Pemda yang memasukkan indikator program KKBPK ke dalam RKPD - 34 provinsi; 50 Kab/Kota (9% dari 547 Kab/Kota); 20% K/L 34 provinsi; 110 Kab/Kota (20,1% dari 547 Kab/Kota); 25% K/L 34 provinsi; 170 Kab/Kota (31% dari 547 Kab/Kota); 30% K/L 34 provinsi; 240 Kab/Kota (43% dari 547 Kab/Kota); 35% K/L 34 provinsi; 300 Kab/Kota (54% dari 547 Kab/Kota); 40% K/L 34 provinsi; 300 Kab/Kota (54% dari 547 Kab/Kota); 40% K/L , , , , , , ,9 BKKBN , , , , , , ,6 PUSAT B Perencanaan Pengendalian Penduduk I.1 Jumlah sektor yang menyepakati dan memanfaatkan parameter kependudukan 8 (sektor) 8 (sektor) 10 (sektor) 12 (sektor) 14 (sektor) 16 (sektor) 16 (sektor) untuk penyusunan rencana dan pelaksanaan program pembangunan 1.1 Persentase pemerintah Provinsi dan kab/kota yang menyediakan profil Prov 50% Prov 50% (parameter dan proyeksi) penduduk dalam melaksanakan perencanaan Kab/kota 10% pembangunan daerah Prov 100% Kab/kota 15% Prov 100% Kab/kota 20% Prov 100% Kab/kota 40% Prov 100% Kab/kota 60% Prov 100% Kab/kota 60% DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK (DALDUK) Prioritas RKP (Penguatan regulasi, kelembagaan, serta data dan informasi) Pengembangan kebijakan dan strategi penetapan perencanaan pengendalian penduduk Penetapan profil (parameter dan proyeksi) penduduk Pemanfaatan data sasaran pengendalian penduduk dalam perencanaan pembangunan Peningkatan kemitraan dalam perencanaan pengendalian penduduk 1.2 Jumlah Pembinaan, Monitoring, dan Evaluasi Perencanaan 34 prov 34 prov 34 prov 34 prov 34 prov 34 prov 34 prov Pengendalian Penduduk 055 Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Program Perencanaan Pengendalian Penduduk DIREKTORAT PERENCANAAN PENGENDALIAN PENDUDUK (DITRENDUK) 2 Pemaduan Terwujudnya kebijakan 3.844, , , , , , ,4 PUSAT N Kebijakan pembangunan yang I.2 Persentase Pemda yang memasukkan indikator program KKBPK ke dalam RKPD 20% sektor; 30% sektor; 35% sektor; 40% sektor; 45% sektor; 50% sektor; 50% sektor; Prioritas RKP Pengendalian berwawasan 10% provinsi; 15% provinsi; 20% provinsi; 25% provinsi; 20% 30% provinsi; 35% provinsi; 35% provinsi; (Penguatan Penduduk kependudukan pada 5% Kab/Kota 10% Kab/Kota 15% Kab/Kota Kab/Kota 25% Kab/Kota 30% Kab/Kota 30% Kab/Kota regulasi, semua sektor di tingkat kelembagaan, pusat, provinsi dan 2.1 Persentase kabupaten/kota yang memiliki grand desain pembangunan - 40% kab/kota 60% kab/kota 80% kab/kota 90% kab/kota 100% kab/kota 100% kab/kota serta data dan Kab/Kota kependudukan informasi) Kebijakan dan strategi grand design pembangunan kependudukan tingkat kabupaten/kota Fasilitasi penyusunan grand design pembangunan kependudukan tingkat kabupaten/kota Implementasi/pemanfaatan grand design pembangunan kependudukan tingkat kabupaten/kota Pemaduan dan sinkronisasi kebijakan pengendalian penduduk kementerian/lembaga dengan kebijakan pembangunan daerah DIREKTORAT PEMADUAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENDUDUK (DITJAKDUK) 2.2 Jumlah Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Pemaduan Kebijakan 33 provinsi 33 provinsi 34 provinsi 34 provinsi 34 provinsi 34 provinsi 34 provinsi Pengendalian Penduduk 065 Pembinaan Monitoring dan Evaluasi Pemaduan Kebijakan Pengendalian Penduduk Rencana Strategis BKKBN

40 No. PROGRAM/ KEGIATAN PRIORITAS SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/ SASARAN KEGIATAN (OUTPUT) INDIKATOR (REVISI RENSTRA DARI BSC) BASELINE TARGET 2014 ALOKASI (JUTA RUPIAH) TARGET KINERJA BASELINE PRAKIRAAN MAJU ALOKASI , , , , , , ,4 PUSAT B Kerjasama Pendidikan Kependudukan Meningkatnya sinergitas penyelenggaraan pendidikan kependudukan antar lembaga pendidikan I.3 Persentase mitra kerja dan pengelola yang memiliki komitmen dalam - 100% 100% 100% 100% 100% 100% pengelolaan dan pelaksanaan pendidikan kependudukan 3.1 Persentase kerjasama penyelenggaraan pendidikan formal, non formal - 100% 100% 100% 100% 100% 100% dan informal yang melakukan pendidikan kependudukan TOTAL ALOKASI 2015 s.d 2019 LOKASI INSTANSI PENANGGUNG JAWAB/ PELAKSANA PRIORITAS (N/B/KL) Prioritas RKP (Penguatan Advokasi dan KIE KB) Kebijakan dan strategi pendidikan kependudukan Penyiapan materi pendidikan kependudukan Peningkatan dan atau pengembangan kemitraan pendidikan kependudukan Implementasi pendidikan kependudukan (desiminasi/publikasi) DIREKTORAT KERJASAMA PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN (DITPENDUK) 3.2 Jumlah Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Kerjasama Pendidikan Kependudukan 075 Pembinaan, Monitoring, Evaluasi Kerjasama Pendidikan Kependudukan 4 Analisis Dampak Tersedianya kebijakan 4.161, , , , , , ,6 PUSAT B Kependudukan pengendalian dampak kependudukan dan I.4 Jumlah kebijakan pengendalian dampak kependudukan dan model solusi Prioritas RKP model solusi strategis strategis dampak kependudukan sebagai rekomendasi pembangunan wilayah (Penguatan regulasi, kelembagaan, 4.1 Jumlah kabupaten/kota/sektor yang menginternalisasi kebijakan - 4 Provinsi 6 Provinsi 10 Provinsi, Provinsi, Provinsi, Provinsi, 330 serta data dan pengendalian dampak kependudukan ke dalam perencanaan program Kab/Kota, 6 Sektor Kab/Kota, 6 Sektor Kab/Kota, 6 Kab/Kota, 18 informasi) Sektor Sektor dan kegiatan Pengembangan Kebijakan, Strategi dan Program Pengendalian Dampak Kependudukan (berbasis sektoral, tematik dan spasial) Penguatan Kemitraan dan Pelembagaan kebijakan Dampak kependudukan DIREKTORAT ANALISIS DAMPAK KEPENDUDUKAN (DITDAMDUK) Jumlah Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pengendalian - 4 Provinsi 6 Provinsi 10 Provinsi, 110 dampak kependudukan Kab/Kota, 6 Sektor 084 Intervensi Model Solusi Strategis Pengendalian Dampak Kependudukan Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan pengendalian dampak kependudukan 10 Provinsi, 110 Kab/Kota, 6 Sektor 13 Provinsi, 110 Kab/Kota, 6 Sektor 33 Provinsi, 330 Kab/Kota, 18 Sektor B Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Meningkatnya Kuantitas dan Kualitas Pelayanan KB dan KR B.1 Jumlah PA Tambahan B.2 Persentase Peningkatan Kesertaan ber-kb di Daerah Terpencil, Perbatasan dan 122 Kabupaten 12% 24% 36% 48% 60% 60% Kepulauan Terluar (DTPK) , , , , , , ,9 BKKBN , , , , , , ,3 PUSAT N Peningkatan pembinaan kesertaan ber-kb jalur pemerintah Meningkatnya pembinaan dan kesertaan KB melalui Faskes KB pemerintah I.5 Persentase peserta KB bagi PUS yang mendapatkan jaminan ketersediaan alat , , dan obat kontrasepsi (alokon) melalui SJSN Kesehatan DEPUTI BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI (KBKR) Prioritas RKP (Peningkatan Pelayanan KB) 5.1 Persentase Faskes Jalur Pemerintah yang Bekerjasama dengan BPJS 26,7% 26,7% 45,0% 63,4% 81,7% 100% 100% Kesehatan yang Memenuhi Standar Pelayanan KB ( faskes pemerintah) Penguatan Kebijakan dan Strategi Operasional Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan KB Jalur Pemerintah yang Terintegrasi dengan BPJS Kesehatan Penguatan Penggerakan dan Pelayanan KB Peningkatan akses dan kualitas Pelayanan KB di Faskes Pemerintah II.5 Persentase faskes yang mendapatkan pemenuhan sarana, alokon sesuai dengan 24,8% (dari total standar pelayanan KB (85% dari Faskes yang diasumsikan bekerjasama asumsi faskes dengan SJSN Kesehatan sampai dengan tahun 2019 = Faskes s/d tahun yang bekerjasama dengan SJSN 2019) kesehatan/ ) 29,4% 43,3% 57,2% 71,1% 85% 85% (dari total asumsi faskes yang bekerjasama dengan SJSN kesehatan/ = Faskes di 2019) 5.2 Persentase Faskes yang Mendapat Sarana Pelayanan KB (Jumlah 46,6% 46,6% 59,9% 73,3% 86,6% 100% 100% (dari total faskes pemerintah dan swasta yang terpenuhi sarananya dibandingkan asumsi faskes dengan target faskes yang harus dipenuhi sarananya pada 2019 = teregister dalam SIM BKKBN) faskes) 094 Jaminan Ketersediaan Alokon DIREKTORAT BINA KESERTAAN BER-KB JALUR PEMERINTAH (DITJALPEM) 095 Pemenuhan Sarana Pelayanan KB III.5 Jumlah fasilitasi pembinaan kesertaan ber-kb Jalur Pemerintah 12 kali di setiap provinsi 12 kali di setiap provinsi 12 kali di setiap provinsi 12 kali di setiap provinsi 12 kali di setiap provinsi 12 kali di setiap provinsi 12 kali di setiap provinsi 5.3 Jumlah pembinaan, monitoring dan evaluasi KB Jalur Pemerintah yang 34 provinsi 34 provinsi 34 provinsi 34 provinsi 34 provinsi 34 provinsi 34 provinsi berkualitas Penguatan Mitra Kerja dalam Pembinaan Kesertaan KB Jalur Pemerintah Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Kesertaan KB Jalur Pemerintah 26 Rencana Strategis BKKBN

41 No. PROGRAM/ KEGIATAN PRIORITAS SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/ SASARAN KEGIATAN (OUTPUT) INDIKATOR (REVISI RENSTRA DARI BSC) BASELINE TARGET 2014 ALOKASI (JUTA RUPIAH) TARGET KINERJA BASELINE PRAKIRAAN MAJU ALOKASI , , , , , , ,4 PUSAT N Pembinaan standarisasi kapasitas tenaga kesehatan pelayanan KBKR Meningkatnya kapasitas tenaga kesehatan pelayanan KBKR yang terstandarisasi I.6 Persentase faskes dan jejaringnya yang memiliki tenaga kesehatan 8% terstandarisasi/kompeten dalam pelayanan KB dan KR (1 faskes yang sudah (dari total asumsi bekerjasama dengan SJSN Kesehatan memiliki 1 dokter dan atau 1 bidan faskes yang bekerjasama terstandarisasi/kompeten) dengan SJSN Kesehatan/ ) 8% 27% 47% 66% 85% 85% (dari total asumsi faskes yang bekerjasama dengan SJSN Kesehatan/ = Faskes di 2019) TOTAL ALOKASI 2015 s.d 2019 LOKASI INSTANSI PENANGGUNG JAWAB/ PELAKSANA PRIORITAS (N/B/KL) Prioritas RKP (Peningkatan Pelayanan KB) 6.1 Persentase Faskes swasta yang terakreditasi/rekognisi yang % 30% 50% 50 % dari total bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan memberikan pelayanan KB Faskes Swasta yang bekerjasama dengan BPJS pada tahun Penyediaan Kebijakan, Strategi dan Materi Informasi Pelayanan KB Jalur Swasta Peningkatan Kapasitas SDM, serta ketersediaan Alokon dan Sarana Penunjang Pelayanan KB Berkualitas di Faskes Swasta dan Jejaringnya DIREKTORAT BINA KESERTAAN BER-KB JALUR SWASTA (DITJALSWA) 103 Peningkatan Peran Serta Mitra Kerja dalam Pelayanan KB Jalur Swasta II.6 Persentase Peserta KB (PBI dan non PBI) yang dilayani di Faskes Swasta dan 58,9% (MS jejaringnya 2014) 60% 61,5% 63% 64,5% 66% 66% 6.2 Persentase terlaksananya pembinaan, monitoring dan evaluasi KB Jalur 34 provinsi 100% 100% 100% 100% 100% 34 provinsi Swasta yang berkualitas terfasilitasi pembinaan KB Jalur Swasta 104 Monitoring, Evaluasi dan Fasilitasi Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan KB Jalur Swasta , , , , , , ,1 PUSAT N Peningkatan Kesertaan KB di wilayah dan sasaran khusus Meningkatnya pembinaan kesertaan KB di wilayah dan sasaran khusus I.7 Persentase kabupaten (Kabupaten Galciltas) dan kota (Wilayah Miskin 183 Kabupaten Perkotaan) yang difasilitasi dalam pembinaan kesertaan ber KB galciltas dan 97 Wilayah Kota 12% Kab Galciltas dan 25% Wilayah Kota 24% Kab Galciltas dan 35% Wilayah kota 36% Kab Galciltas dan 45% Wilayah Kota 48% Kab Galiciltas dan 55% Wilayah Kota 60% Kab Galciltas dan 65% Wilayah Kota 60% Kab Galiciltas dan 65% Wilayah Kota Prioritas RKP (Peningkatan Pelayanan KB) 7.1 Persentase Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan terluar 122 Kabupaten dan (DTPK) dan wilayah miskin perkotaan yang difasilitasi dalam pembinaan 97 Kota (Perpres 131/2015) kesertaan ber KB 12% Kab dan 25% Kota 24% Kab dan 35% Kota 36% Kab dan 45% Kota 48% Kab dan 55% Kota 60% Kab dan 65% Kota 60% Kab dan 65% Kota Penyediaan Kebijakan, Strategi dan Materi Informasi Pembinaan Pelayanan ber-kb bagi Penduduk Miskin, DTPK dan sasaran khusus (KB Pria) Fasilitasi Pembinaan Pelayanan ber-kb bagi Penduduk Miskin dan DTPK Peningkatan Peran Mitra Kerja dalam Pembinaan Pelayanan ber- KB bagi Penduduk Miskin dan Daerah Tertinggal (termasuk DTPK) Fasilitasi Pelaksanaan Pembinaan Pelayanan KB Pria DIREKTORAT BINA KESERTAAN BER-KB JALUR WILAYAH DAN SASARAN KHUSUS (DITJALSUS) 7.2 Jumlah fasilitasi pembinaan KBKR di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan 33 Provinsi 33 Provinsi 34 Provinsi 34 Provinsi 34 Provinsi 34 Provinsi 34 Provinsi Kepulauan terluar (DTPK), wilayah miskin perkotaan, dan Sasaran Khusus (KB Pria) 114 Pembinaan, Monitoring, Evaluasi di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan terluar (DTPK), wilayah miskin perkotaan, dan Sasaran Khusus (KB Pria) 8 Peningkatan Meningkatnya Kualitas 3.667, , , , , , ,1 PUSAT N Kualitas Kesehatan Promosi dan Konseling Reproduksi Kesehatan Reproduksi I.8 Persentase faskes KB yang memiliki tenaga pelayanan KB yang memenuhi 8% 8% dari % dari % dari % dari % dari % (dari total Prioritas RKP standar dalam melaksanakan promosi dan konseling kesehatan dan hak-hak faskes faskes faskes faskes faskes (dari total asumsi asumsi faskes (Peningkatan reproduksi yang berkualitas faskes yang yang bekerjasama Pelayanan KB) bekerjasama dengan SJSN 8.1 Persentase Faskes yang memberikan informasi Kesehatan dan Hak-hak 8% dari % dari % dari % dari % dari % dari % dari Reproduksi faskes faskes faskes faskes faskes faskes faskes 121 Penyediaan Kebijakan, Strategi dan Materi Promosi dan Konseling Kesehatan Reproduksi yang Dikembangkan 122 Penyediaan Sarana dan distribusi Promosi dan Konseling Kesehatan Reproduksi di Fasilitas Kesehatan 123 Penguatan Peran Mitra Kerja yang Terlibat dalam Promosi dan Konseling Kesehatan Reproduksi di Faskes 124 Peningkatan promosi dan konseling Kesehatan Reproduksi di DTPK 125 Peningkatan Kesertaan KB PP &PK II.8 Persentase Kelompok Sasaran (poktan/bkb-bkrbkl-uppks dan PPKS) yang - 5% dari mendapatkan promosi dan konseling kesehatan, serta hak-hak reproduksi yang poktan berkualitas (memenuhi standar) 10% dari poktan 15% dari poktan 20% dari poktan 25% dari poktan 25% dari poktan DIREKTORAT KESEHATAN REPRODUKSI (DITKESPRO) Rencana Strategis BKKBN

42 No. PROGRAM/ KEGIATAN PRIORITAS SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/ SASARAN KEGIATAN (OUTPUT) INDIKATOR (REVISI RENSTRA DARI BSC) BASELINE TARGET Persentase Kelompok Kegiatan (POKTAN) yang mendapatkan informasi - 5% dari kesehatan reproduksi poktan 126 Peningkatan promosi dan konseling Kesehatan Reproduksi (di komunitas, mitra kerja, serta bagi PKB/PLKB dan PPKBD/Sub PPKBD) ALOKASI (JUTA RUPIAH) TARGET KINERJA BASELINE PRAKIRAAN MAJU ALOKASI % dari poktan 15% dari poktan 20% dari poktan 25% dari poktan 25% dari poktan TOTAL ALOKASI 2015 s.d 2019 LOKASI INSTANSI PENANGGUNG JAWAB/ PELAKSANA PRIORITAS (N/B/KL) 127 Penyediaan Sarana Promosi dan Konseling Kesehatan Reproduksi di Kelompok kegiatan C Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Meningkatnya Ketahanan Keluarga guna mewujudkan Keluarga Berkualitas 8.2 Jumlah fasilitasi pembinaan, Promosi dan Konseling Kesehatan Reproduksi 128 Monitoring, Evaluasi dan fasilitasi pembinaan, Promosi dan Konseling Kesehatan Reproduksi C.1 Persentase Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) - 17,0% 16,5% 16,0% 15,5% 15,0% 15,0% C.2 Persentase remaja perempuan tahun yang menjadi Ibu dan atau sedang 9,5% 9,45% 9,25% 9,20% 9,10% 9,00% 9,00% hamil anak pertama (SDKI 2012) C.4 Median Usia Kawin Pertama Perempuan 20,1 20,6 20,7 20,8 20, , , , , , , ,5 BKKBN DEPUTI BIDANG KELUARGA SEJAHTERA DAN PEMBERDAYAAN KELUARGA (KSPK) 9 Pembinaan 5.734, , , , , , ,5 PUSAT N Keluarga Balita dan I.9 Persentase keluarga yang mempunyai balita dan anak memahami dan 45,2% 50,2% 55,5% 60,5% 65,5% 70,5% 70,5% Prioritas RKP Anak melaksanakan pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang balita dan anak (Pembangunan keluarga) Meningkatnya Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP) keluarga balita dan anak dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak 9.1 Persentase Keluarga Balita dan Anak yang Ikut BKB 45,2% 50,2% 55,5% 60,5% 65,5% 70,5% 70,5% 131 Promosi Pembinaan Keluarga BKB 132 Penguatan Jejaring Kemitraan BKB II.9 Persentase PUS anggota BKB yang mendapat pembinaan kesertaan ber-kb 80% Data Dallap 80% 80% 80% 80% 80% 80% Okt Persentase Kelompok BKB HI yang mendapat pembinaan KKBPK - 7,5% 10% 12,5% 15% 17,5% 17,5% DIREKTORAT BINA KELUARGA BALITA DAN ANAK (DITBALNAK) 133 Peningkatan Kualitas pembinaan kelompok BKB HI 9.3 Jumlah monitoring dan evaluasi pelaksanaan Program Bina Keluarga Balita yang berkualitas 134 Monitoring dan Evaluasi Program Bina Keluarga Balita 10 Pembinaan Meningkatnya remaja 5.238, , , , , , ,0 PUSAT N Ketahanan Remaja yang mendapatkan I.10 Indeks Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) melalui Generasi 48,4 (rentang 48, Prioritas RKP pembinaan tentang Berencana (GenRe) indeks 0-100) (Pembinaan Generasi Berencana *Survey RPJMN Remaja) (GenRe) 2014) 10.1 Indeks pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi - 48, Penyusunan Kebijakan, strategi, pedoman, materi dan Administrasi 142 Penguatan Promosi dan pelembagaan Program GenRe II.10 Persentase PUS anggota BKR yang ber KB 74% dari PUS pada 2,06jt keluarga yang menjadi anggota BKR (Stat Rutin 2013) 74,0% 74,5% 75,0% 75,5% 76,0% 76,0% DIREKTORAT BINA KETAHANAN REMAJA (DITHANREM) 10.2 Persentase remaja yang mengakses PIK (dari yang pernah mendengar - 22,8% 24% 26% 28% 30% 30% tentang PIK) 143 Peningkatan Akses dan Kualitas PIK R/M 10.3 Jumlah fasilitasi pembinaan, monitoring dan evaluasi Bina Ketahanan - 34 prov 34 prov 34 prov 34 prov 34 prov 34 prov Remaja 144 Monitoring, Evaluasi dan fasilitasi Program Bina Ketahanan Remaja 11 Pembinaan Meningkatnya PSP 3.881, , , , , , ,7 PUSAT B Ketahanan keluarga lansia dan I.11 Persentase Keluarga yang mempunyai Lansia dan Rentan yang memahami 4,3% 4,3% 5,3% 8,0% 9,0% 10,0% 10,0% Prioritas RKP Keluarga Lansia rentan dalam tentang Pembinaan Ketahanan Keluarga Lanjut Usia & Rentan (Pembangunan dan Rentan pembinaan keluarga keluarga) lansia dan rentan 11.1 Persentase Keluarga yang Memiliki Lansia Ikut BKL - 8% 8% 8% 8% 8% 8% Promosi Pembinaan dan Peningkatan Akses Keluarga Lansia dan Rentan, serta Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS) Peningkatan Jejaring Kemitraan 11.2 Persentase PPKS yang Memberikan Pelayanan Komprehensif - 30% 35% 40% 45% 50% 50% DIREKTORAT BINA KETAHANAN KELUARGA LANSIA DAN RENTAN (DITHANLAN) 153 Peningkatan Kualitas PPKS 11.3 Jumlah fasilitasi pembinaan BKL dan PPKS yang berkualitas Pembinaan, Monitoring, dan Evaluasi BKL dan PPKS 28 Rencana Strategis BKKBN

43 No. PROGRAM/ KEGIATAN PRIORITAS SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/ SASARAN KEGIATAN (OUTPUT) INDIKATOR (REVISI RENSTRA DARI BSC) BASELINE TARGET 2014 ALOKASI (JUTA RUPIAH) TARGET KINERJA BASELINE PRAKIRAAN MAJU ALOKASI , , , , , , ,3 PUSAT B Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Meningkatnya pemberdayaan ekonomi KPS melalui kelompok UPPKS dalam pembinaan ber KB I.12 Persentase PUS KPS anggota kelompok UPPKS yang mendapat pembinaan 67,5% 68,5% 69,5% 70,5% 71,5% 72,5% 72,5% kesertaan ber-kb 12.1 Persentase keluarga pra sejahtera yang menjadi anggota kelompok 51% 53,40% 53,90% 54,40% 54,90% 55,40% Survei RPJMN Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Kejahtera (UPPKS) TOTAL ALOKASI 2015 s.d 2019 LOKASI INSTANSI PENANGGUNG JAWAB/ PELAKSANA PRIORITAS (N/B/KL) Prioritas RKP (Pembangunan keluarga) Pengembangan Kebijakan dan Peningkatan Promosi Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Penguatan Kerjasama dengan Mitra Kerja dalam Pembinaan Kelompok UPPKS 12.2 Persentase kelompok UPPKS yang mendapat bantuan permodalan 49,5 58,2 66,2 74,2 82,2 90,2 Databasis online DIREKTORAT PEMBERDAYAAN EKONOMI KELUARGA (DITPEMKON) 163 Pengembangan akses usaha ekonomi keluarga 12.3 Jumlah Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Program Pemberdayaan Laporan Ekonomi Keluarga yang berkualitas 164 Bidang Advokasi, Meningkatnya , , , , , , ,1 BKKBN Penggerakan dan Penghayatan Norma Informasi Keluarga Kecil D.1 Persentase wanita usia subur yang mengadopsi norma anak ideal 51,4% - 51% 60% 65% 70% 70% DEPUTI BIDANG D.2 Persentase remaja yang yang mengadopsi norma Usia Kawin ideal - 66% 68% 69% 71% 72% 72% ADVOKASI, PENGGERAKAN, D.3 Persentase potensial demand 14,7% - 14,7% 14,2% 13,7% 13,2% 13,2% DAN INFORMASI (ADPIN) D.4 Presentase Pemanfaatan data untuk perumusan kebijakan dan pengambilan % 25% 45% 60% 60% keputusan , , , , , , ,8 PUSAT N I.13 Persentase stakeholder dan mitra kerja yang mendapatkan advokasi melalui Prioritas RKP media, audiensi, dan momentum KKBPK (Penguatan Advokasi dan KIE KB) D Peningkatan Advokasi dan KIE Program Kependudukan, KB, dan pembangunan keluarga Meningkatnya komitmen stakeholders (pemangku kepentingan) dan mitra kerja serta meningkatnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap program KKBPK Pembinaan, Monitoring, dan evaluasi Program Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Persentase stakeholders/pemangku kepentingan tingkat pusat maupun provinsi dan kabupaten kota yang terpapar program KKBPK Peningkatan Advoksi Program KKBPK melalui Media Peningkatan Advokasi Program KKBPK melalui Mitra Kerja 173 Peningkatan Advokasi Program KKBPK melalui Kegiatan Momentum II.13 Persentase PUS, WUS, remaja dan keluarga yang mendapatkan informasi program KKBPK melalui media massa (cetak dan elektronik) dan media luar ruang, terutama media lini bawah (poster, leaflet, lembar balik, banner, media tradisional) 13.2 Persentase masyarakat yang memahami isi pesan program KKPBK dari 10,5 berbagai media (Survei RPJMN 2014: %PUS yg mengetahui semua jenis alat/cara KB modern) 6,7 (Survei RPJMN 2015: %PUS yg mengetahui semua jenis alat/cara KB modern) DIREKTORAT ADVOKASI DAN KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI (DITVOKKOM) 174 Peningkatan promosi dan KIE Program KKBPK melalui Media Massa Cetak dan Elektronik serta Media Luar Ruang 175 Peningkatan promosi dan KIE Program KKBPK melalui Media Lini Bawah 176 Pengembangan Kebijakan dan Dukungan Advokasi, Promosi dan KIE Program KKBPK III.13 Persentase PUS, WUS, remaja dan keluarga yang mendapatkan informasi 29,1 39,1 49,1 59,1 69,1 79,1 79,1 program KKBPK melalui tenaga lini lapangan 13.3 Persentase masyarakat yang memahami isi pesan program KKBPK dari 29,1 tenaga lini lapangan (Survei RPJMN 2014) 39,1 49,1 59,1 69,1 79,1 79, Peningkatan 4.646, , , , , , ,8 PUSAT B kemitraan dengan I.14 Persentase kerjasama antara BKKBN dengan stakeholder dan organisasi 15% 30% 45% 60% 70% 80% 80% Prioritas RKP stakeholder dan kemasyarakatan tingkat nasional dan daerah dalam implementasi program (Penguatan mitra kerja KKBPK Advokasi dan KIE KB) 14.1 Persentase mitra kerja melaksanakan program KKBPK - 30% 45% 60% 70% 80% 80% 181 Meningkatnya komitmen dan peran serta stakeholder dan organisasi kemasyarakatan tingkat nasional dan daerah yang mendukung operasional program KKBPK Peningkatan promosi dan KIE Program KKBPK melalui Tenaga Lini Lapangan Monitoring, Evaluasi dan Pembinaan Advokasi, Promosi dan KIE Program KKBPK Peningkatan peran serta pemangku kepentingan dalam penggerakkan operasional program KKBPK Peningkatan peran serta organisasi kemasyarakatan dalam penggerakkan operasional program KKBPK Pengembangan Kebijakan, Strategi dan Materi Informasi Bina Hubungan Antar Lembaga dan Kemitraan DIREKTORAT BINA HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA (DITBINHUB) Rencana Strategis BKKBN

44 No. PROGRAM/ KEGIATAN PRIORITAS SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/ SASARAN KEGIATAN (OUTPUT) INDIKATOR (REVISI RENSTRA DARI BSC) BASELINE TARGET 2014 II.14 Persentase pemerintah kabupaten dan kota yang mempunyai komitmen 40%dari 511 program KKBPK (kebijakan, kelembagaan, program, anggaran, sarana Kab/Kota prasarana, dan SDM) ALOKASI (JUTA RUPIAH) TARGET KINERJA BASELINE PRAKIRAAN MAJU ALOKASI % 55% dari 547 kab/kota 70% 80% 90% 90% TOTAL ALOKASI 2015 s.d 2019 LOKASI INSTANSI PENANGGUNG JAWAB/ PELAKSANA ( ) PRIORITAS (N/B/KL) 14.2 Jumlah Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi penguatan komitmen Mitra Kerja dan Pemangku Kepentingan Tk. Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam penggerakkan operasional program KKBPK Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program KKBPK diseluruh tingkatan wilayah 15 Peningkatan Meningkatnya kualitas 6.617, , , , , , ,2 PUSAT N Pembinaan Lini dan kuantitas Lapangan tenaga Penyuluh KB I.15 Persentase Kab dan Kota yang mempunyai Jumlah PLKB/PKB sesuai ratio yg 25 30% 40% 50% 60% 70% 70% Prioritas RKP (Penguatan (PKB/PLKB) dalam memadai (1:2 ideal) Advokasi dan pengelolaan program Jumlah SDM Lini Lapangan yang Kompeten KIE KB) KKBPK 15.1 Persentase SDM Lini Lapangan yang terampil melaksanakan tupoksi - 10% 40% 60% 80% 100% 100% 191 Pengembangan Kebijakan dalam rangka peningkatan kinerja SDM Lini Lapangan dan Mekanisme Operasional 192 Pengembangan Materi dan Sarana Prasarana Operasional Lini Lapangan 193 Peningkatan Kapasitas SDM Lini Lapangan II.15 Persentase Tenaga PKB/PLKB yang mendapatkan sertifikasi sesuai dengan 0 (8,675 PLKB/PKB standarisasi kompetensinya D3/ S1/S2 pada tahun 2014) - 10% dari jml PKB/PLKB 40% dari jml PKB/PLKB 70% dari jml PKB/PLKB 100% dari jml PKB/PLKB 100% dari jml PKB/PLKB DIREKTORAT BINA LINI LAPANGAN (DITBINLAP) 15.2 Persentase PKB/PLKB yang tersertifikasi % 40% 70% 100% 100% 194 Penyelenggaraan Sertifikasi Tenaga PKB/PLKB III.15 Persentase pelaksanaan fasilitasi Peningkatan Pembinaan program KKBPK di 33 provinsi 100% jml Lini lapangan provinsi 100% jml provinsi 100% jml provinsi 100% jml provinsi 100% jml provinsi 100% jml provinsi 15.3 Jumlah Fasilitasi Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Lini lapangan 195 Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Lini lapangan 16 Penyediaan data 4.686, , , , , , ,6 PUSAT DIREKTORAT dan informasi PELAPORAN DAN program KKBPK I Tersedianya Sistem Infomasi Keluarga program KKBPK berbasis TI sebagai pusat data informasi BKKBN Jumlah data dan informasi program KKBPK yang tersedia secara cepat, tepat, akurat, dan bermanfaat berbasis teknologi informasi Jumlah mitra kerja dan stakeholders yang melakukan pengelolaan dan pemanfaatan data dan informasi program KKBPK Indeks kepuasan pemanfaatan data dan informasi KKBPK (oleh mitra 1 dari skala 4 1 dari skala 4 2 dari skala 3 2 dari skala 4 3 dari skala 4 4 dari skala 4 4 dari skala 4 kerja, masyarakat umum, internal BKKBN, Pemangku kepentingan) N Prioritas RKP (Penguatan regulasi, kelembagaan, serta data dan informasi) 201 Pengembangan kebijakan Standarisasi Data dan Informasi Program KKBPK 202 Data dan Informasi Statistik Rutin yang dimanfaatkan 203 Peningkatan Kualitas data melalui Penguatan Sistem Pelaporan dan Statistik Rutin II.16 Jumlah tenaga pengelola yang kompeten dalam pengelolaan data dan informasi 495 orang 591 orang 591 orang 591 orang 591 orang 591 orang 2955 orang program KKBPK 16.2 Jumlah Pembinaan, monitoring dan evaluasi, serta fasilitasi Pengelolaan Data dan Informasi yang berkualitas Peningkatan kompetensi pengelola dalam pengelolaan data dan informasi Monitoring, Evaluasi dan fasilitasi Pengelolaan Data dan Informasi 17 Penyediaan Tersedianya layanan 6.295, , , , , , ,7 PUSAT B Teknologi, Sistem Teknologi Informasi dan Informasi dan I.17 Indeks Kepuasan Layanan terhadap pemanfaatan STIK 3 dari skala dari skala dari skala 1-5 3,5 dari skala dari skala dari skala dari skala 1-5 Prioritas RKP (Penguatan Dokumentasi Komunikasi (STIK) program KKBPK 17.1 Indeks Kepuasan Layanan terhadap pemanfaatan STIK - 3 dari skala dari skala 1-5 3,5 dari skala dari skala dari skala dari skala 1-5 regulasi, kelembagaan, 211 Pengembangan Sarana Prasarana Pengelolaan STIK serta data dan informasi) 212 Pembangunan dan Pengembangan Sistem Aplikasi dan Bank Data Penyebarluasan Layanan Informasi dan Dokumentasi Program KKBPK Persentase Fasilitasi Pengelolaan Data dan Informasi 214 Peningkatan kompetensi pengelola 100% 100% 100% 100% 100% 100% DIREKTORAT TEKNOLOGI, INFORMASI DAN DOKUMENTASI (DITTIFDOK) 215 Monitoring, Evaluasi dan fasilitasi Pengelolaan Data dan Informasi - 30 Rencana Strategis BKKBN

45 No. PROGRAM/ KEGIATAN PRIORITAS SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/ SASARAN KEGIATAN (OUTPUT) INDIKATOR (REVISI RENSTRA DARI BSC) BASELINE TARGET 2014 ALOKASI (JUTA RUPIAH) TARGET KINERJA BASELINE PRAKIRAAN MAJU ALOKASI Pengelolaan Terlaksananya Program KKBPK Provinsi , , , , , , ,0 Program Program Bidang DALDUK Provinsi , , , , , , ,6 Provinsi N Kependudukan, Kependudukan, Keluarga Keluarga Berencana I.18 Jumlah cakupan sinkronisasi (penyerasian) kebijakan pembangunan daerah 33 Provinsi 33 provinsi (50% dari jumlah 34 provinsi (70% 34 provinsi (75% 34 provinsi (85% 34 provinsi (100% 34 provinsi (100% Prioritas RKP Berencana, dan dan Pembangunan dengan kebijakan pengendalian kuantitas penduduk diseluruh tingkatan wilayah dari jumlah dari jumlah dari jumlah dari jumlah dari jumlah (Penguatan kab/kota) kab/kota) kab/kota) kab/kota) kab/kota) kab/kota) regulasi, Pembangunan Keluarga diseluruh kelembagaan, Keluarga Provinsi tingkatan wilayah 18.1 Persentase Kab/Kota yang mengimplementasikan kebijakan dan strategi % Kab/Kota 85% Kab/Kota 100% Kab/Kota 100% Kab/Kota serta data dan pengendalian penduduk (Grand Design, Profil/paremeter dan Proyeksi informasi) Penduduk) 221 Sinkronisasi kebijakan dan strategi penetapan perencanaan pengendalian penduduk 222 Penetapan profil (parameter dan proyeksi) penduduk Tk. Kabupaten/Kota 18.2 Persentase Kabupaten/Kota yang memanfaatkan Analisis Dampak Kab/Kota 110 Kab/Kota 110 Kab/Kota 330 Kab/Kota Kependudukan sebagai pendukung kebijakan Pembangunan Perwakilan berwawasan kependudukan BKKBN Provinsi 223 Internalisasi Kebijakan Pengendalian dampak kependudukan di (BIDANG DALDUK PROV) Kabupaten/ Kota 18.3 Jumlah pembinaan implementasi pendidikan kependudukan di Tk Provinsi dan Kabupaten/Kota (formal, non formal, informal) TOTAL ALOKASI 2015 s.d 2019 LOKASI INSTANSI PENANGGUNG JAWAB/ PELAKSANA PRIORITAS (N/B/KL) 224 Implementasi pendidikan kependudukan di Tk. Provinsi dan Kabupaten/Kota (formal, non formal, informal) 18.4 Jumlah Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi Bidang Pengendalian Penduduk 225 Peningkatan kemitraan dalam perencanaan pengendalian penduduk 226 Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi Pengendalian Penduduk Bidang KBKR Provinsi II.18 Cakupan pembinaan kesertaan ber-kb dan peningkatan kualitas pelayanan KB - 33 provinsi (100% 34 provinsi (100% 34 provinsi (100% 34 provinsi (100% 34 provinsi (100% 34 provinsi (100% yang sesuai dengan standarisasi pelayanan KB diseluruh tingkatan wilayah dari jumlah dari jumlah dari jumlah dari jumlah dari jumlah dari jumlah kab/kota) kab/kota) kab/kota) kab/kota) kab/kota) kab/kota) , , , , , , ,7 Provinsi N Prioritas RKP (Peningkatan Pelayanan KB) 18.5 Jumlah penggerakan pelayanan KB MKJP - - PB MKJP = Additional Users Additional Users Additional Additional Users ; ganti cara (PA tambahan): (PA tambahan): Users (PA (PA tambahan): ( ), tambahan): komplikasi berat (3.015), pencabutan implan dan kegagalan ( ) 230 Penggerakan dan pemantapan kesertaan ber-kb MKJP 231 Pelayanan Pencabutan Implant 18.6 Jumlah penggerakan pelayanan KB dan KR di Daerah Tertinggal, - 2 frek/th/ kab 3 frek/th/ kab 3 frek/th/ kab 3 frek/th/ kab 3 frek/th/ kab 3 frek/th/ kab Perbatasan dan Kepulauan terluar (DTPK), wilayah miskin perkotaan dan sasaran khusus 232 Peningkatan kualitas penggerakan pelayanan KBKR di di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan terluar (DTPK), wilayah miskin perkotaan dan sasaran khusus 18.7 Persentase Faskes dan jejaringnya (diseluruh tingkatan wilayah) yang - 29,4 43,3 57,2 71, bekerjasama dengan BPJS dan memberikan pelayanan KBKR sesuai dengan standarisasi pelayanan 233 Faskes KB (pemerintah dan swasta) yang memberikan pelayanan KB sesuai dengan SOP dan kesehatan reproduksi Perwakilan BKKBN Provinsi (BIDANG KBKR PROV) 18.8 Persentase Faskes yang melakukan promosi dan konseling Kesehatan - 8% 27% 47% 66% 85% 85% dan hak-hak Reproduksi di Provinsi dan Kab/Kota 234 Peningkatan promosi Kesehatan dan hak-hak Reproduksi di Provinsi dan Kab/Kota 18.9 Jumlah Pembinaan, Monitoring, evaluasi dan Fasilitasi kegiatan Bidang - 100% Kab/Kota 100% Kab/Kota 100% Kab/Kota 100% Kab/Kota 100% Kab/Kota 100% Kab/Kota KBKR di Kabupaten dan Kota 235 Pembinaan, monitoring, evaluasi dan fasilitasi KBKR di Kabupaten dan Kota Bidang KSPK Provinsi III.18 Pembinaan Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga diseluruh tingkatan 33 Prov dan Prov dan Prov dan Prov dan Prov dan Prov dan Prov dan 514 wilayah Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota Jumlah pelaksanaan sosialisasi dan diseminasi kebijakan Keluarga 33 Prov dan Prov dan Prov dan Prov dan Prov dan Prov dan Prov dan 514 Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (Pembangunan Keluarga) Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota diseluruh tingkatan wilayah 240 Sosialisasi dan diseminasi kebijakan Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga diseluruh tingkatan wilayah , , , , , , ,8 Provinsi N Prioritas RKP (Pembangunan keluarga) Persentase Kabupaten/Kota yang mengembangkan kegiatan BKB 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Holistic Integrative Rencana Strategis BKKBN

46 No. PROGRAM/ KEGIATAN PRIORITAS SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/ SASARAN KEGIATAN (OUTPUT) II Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya BKKBN Tersedianya Dukungan Manajemen Dalam Rangka Penyelenggaraan Program KKBPK 241 INDIKATOR (REVISI RENSTRA DARI BSC) Fasilitasi Penguatan dan pembinaan BKB Holistic Integrative BASELINE TARGET Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan Pembinaan Genre (PIK- 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% R/M dan BKR) 242 Pembinaan PIK R/M di Provinsi dan Kabupaten/Kota 243 Pembinaan kelompok BKR Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan pembinaan BKL 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 244 Pengembangan dan pembinaan kelompok BKL ALOKASI (JUTA RUPIAH) TARGET KINERJA BASELINE PRAKIRAAN MAJU ALOKASI TOTAL ALOKASI 2015 s.d 2019 LOKASI INSTANSI PENANGGUNG JAWAB/ PELAKSANA Perwakilan BKKBN Provinsi (BIDANG KSPK PROV) PRIORITAS (N/B/KL) Prioritas RKP (Pembinaan Remaja) Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan pembinaan PEK dan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% pembentukan kelompok UPPKS 245 Pembinaan kelompok UPPKS dan pembinaan PEK Jumlah Pembinaan, Monitoring, evaluasi dan Fasilitasi kegiatan Bidang KSPK 246 Pembinaan, Monitoring, evaluasi dan Fasilitasi kegiatan Bidang KSPK di Kabupaten dan Kota Bidang ADPIN Provinsi , , , , , , ,8 Provinsi N IV.18 Persentase Stakeholders/mitra kerja dan masyarakat diseluruh tingkatan 0% 30% 45% 60% 70% 80% 80% wilayah yang mendapat Pembinaan Advokasi dan KIE program KKBPK Jumlah Pembinaan dan sosialisasi kebijakan, strategi dan materi advokasi dan KIE pembangunan KKBPK Prioritas RKP (Penguatan Advokasi dan KIE KB) 250 Pembinaan dan sosialisasi kebijakan, strategi dan materi advokasi dan KIE pembangunan KKB Jumlah Penayangan informasi KKBPK melalui berbagai media cetak dan elektronik, media luar ruang dan seni dan budaya/tradisional 251 Penayangan informasi KKBPK melalui berbagai media cetak dan elektronik, media luar ruang dan seni dan budaya/tradisional 252 Pelaksanaan Advokasi dan KIE program KKBPK melalui mupen V.18 Persentase petugas lini lapangan (PLKB/PKB) yang mendapat Dukungan 100% dari Operasional program KKBPK PLKB/PKB Jumlah Penggerakan Pembinaan KKBPK bagi PKB/PLKB dan mitra kerja di setiap tingkatan wilayah Perwakilan BKKBN Provinsi (BIDANG ADPIN PROV) Prioritas RKP (Peningkatan Pelayanan KB) 253 Dukungan Penggerakan Pembinaan KKBPK bagi mitra kerja di setiap tingkatan wilayah Jumlah Pembinaan mekanisme operasional dalam penguatan pelayanan dasar masyarakat 254 Pembinaan mekanisme operasional dalam penguatan pelayanan dasar masyarakat 255 Monitoring dan Evaluasi penggerakan mekanisme operasional dan implementasi kegiatan Bidang ADPIN di Lini Lapangan VI.18 Jumlah wilayah yang mendapatkan dukungan pendampingan kemitraan dalam 33 prov dan 514 pembangunan KKB diseluruh tingkatan wilayah kab/kota 33 prov dan 514 kab/kota 34 prov dan 514 kab/kota 34 prov dan 514 kab/kota 34 prov dan 514 kab/kota 34 prov dan 514 kab/kota Persentase kesertaan stakeholder dan mitra kerja dalam implementasi % 100% 100% 100% program KKBPK 34 prov dan 514 kab/kota Prioritas RKP (Penguatan Advokasi dan KIE KB) 256 Peningkatan kesertaan stakeholder dan mitra kerja dalam implementasi program KKBPK VII.18 Pengelolaan Data dan informasi program KKBPK di Provinsi 2 jenis data dan 2 jenis data dan 2 jenis data dan 2 jenis data dan 2 jenis data dan 2 jenis data dan 2 jenis data dan informasi di setiap informasi di setiap informasi di setiap informasi di setiap informasi di setiap informasi di informasi di setiap prov (keluarga, prov (keluarga, RR) prov (keluarga, RR) prov (keluarga, RR) prov (keluarga, RR) setiap prov prov (keluarga, RR) RR) (keluarga, RR) Jumlah pengelolaan data dan informasi program KKBPK di provinsi Prioritas RKP (Penguatan regulasi, kelembagaan, serta data dan informasi) Peningkatan pengelolaan data dan informasi program KKBPK di provinsi Pengembangan, peningkatan kualitas dan pemanfaatan sistem informasi kependudukan dan keluarga , , , , , , ,0 BKKBN 1 Jumlah produk hukum dan kebijakan yang dapat dipergunakan sebagai dasar penguatan pelaksanaan program pengendalian penduduk dan KB 2 Tingkat opini laporan keuangan oleh BPK WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP 3 Jumlah dokumen perencanaan Program dan Anggaran yang mengacu pada pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah, penganggaran terpadu dan berbasis kinerja BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA 32 Rencana Strategis BKKBN

47 No. PROGRAM/ KEGIATAN PRIORITAS SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/ SASARAN KEGIATAN (OUTPUT) INDIKATOR (REVISI RENSTRA DARI BSC) BASELINE TARGET Persentase terlaksananya pengembangan karir Aparatur Sipil Negara (ASN) 50% yang kompetensinya sesuai dengan standar (sesuai roadmap) pengembangan SDM ALOKASI (JUTA RUPIAH) TARGET KINERJA BASELINE PRAKIRAAN MAJU ALOKASI % pengembangan SDM 55% pengembangan SDM 57% pengembangan SDM 60% pengembangan SDM 63% pengembangan SDM 63% pengembangan SDM TOTAL ALOKASI 2015 s.d 2019 LOKASI INSTANSI PENANGGUNG JAWAB/ PELAKSANA NASIONAL (BKKBN) PRIORITAS (N/B/KL) E Sekretariat Utama Terwujudnya dukungan manajemen dalam penyelenggaraan program KKBPK 5 Indeks kepuasan pelayanan administrasi perkantoran, kerumahtanggaan, dan - 3 dari skala dari skala dari skala dari skala dari skala dari skala 1-4 pemeliharaan sarana prasarana perkantoran 6 Jumlah Dukungan manajemen pengelolaan program Kependudukan, KB serta 33 prov 33 prov 34 prov 34 prov 34 prov 34 prov 34 prov Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga di Provinsi E.1 Tersedianya landasan hukum dan kebijakan yang sinergi dan harmonis antara PP87/2014 tentang pembangunan bidang kependudukan-kb dan bidang pembangunan lainnya perkembangan kependudukan, PK, KB dan Sistem informasi keluarga) Perpres tentang pedoman pelaksanaan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga Perpres tentang pedoman pelaksanaan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga Peraturan perundangan terkait dengan perkembangan program Peraturan perundangan terkait dengan perkembangan program Peraturan perundangan terkait dengan perkembangan E.2 Persentase unit kerja yang melakukan tata kelola keuangan dan BMN yang % 100% 100% 100% memenuhi standar kepatutan E.3 Persentase unit kerja BKKBN yang melakukan perencanaan program dan % 100% 100% 100% anggaran yang sesuai dengan pendekatan perencanaan pembangunan nasional program Perpres tentang pedoman pelaksanaan Pembangunan Pengendalian Penduduk dan KB serta peraturan perundangan terkait Program KKBPK , , , , , , ,2 BKKBN SEKRETARIAT UTAMA (SESTAMA) E.4 Persentase pemetaan ASN BKKBN yang sesuai dengan standar kompetensi % 100% 100% 100% E.5 Persentase pelayanan kerumahtanggan & protokol, administrasi umum dan % 100% 100% 100% pengelolaan sarana & prasarana yang sesuai dengan standar 19 Penyediaan dan Tersedianya Landasan 5.332, , , , , , ,8 PUSAT N Sinkronisasi hukum dan kebijakan I.19 Jumlah Peraturan Perundang-undangan yang terfasilitasi dan Fasilitasi Prioritas RKP Landasan Hukum yang dapat Pembentukan Kelembagaan Pengendalian Penduduk dan KB di Kabupaten/Kota (Penguatan dan Kebijakan dipergunakan sebagai regulasi, Kependudukan dan dasar penguatan kelembagaan, KB, serta pelaksanaan program 19.1 Jumlah regulasi/kebijakan program KKBPK serta data dan informasi) Pengelolaan KKBPK 301 Penyediaan regulasi/kebijakan dan materi hukum, organisasi dan Organisasi dan Tatalaksana humas BIRO HUKUM, ORGANISASI DAN 19.2 Jumlah pelaksanaan pembinaan, monitoring dan evaluasi dalam HUMAS (BIHOM) penataan Hukum,Organisasi dan Humas 302 Pembinaan dan fasilitasi kehumasan BKKBN 303 Pembinaan dan fasilitasi kasus hukum yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku 304 Monitoring, Evaluasi dan Pembinaan kelembagaan bidang pengendalian penduduk dan KB di daerah , , , , , , ,0 PUSAT KL Pengelolaan Keuangan dan BMN Terwujudnya pengelolaan keuangan dan BMN yang akuntabel untuk mencapai tingkat opini WTP I.20 Persentase Laporan Keuangan & BMN yang dapat diselesaikan tepat waktu, 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% akuntabel, kredibel dan memenuhi standar kepatutan 20.1 Jumlah satker yang melaksanakan tata kelola keuangan dan BMN sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), Sistem Pengendalian Internal (SPI) dan peraturan perundang undangan 311 Implementasi Pengelolaan Keuangan Sesuai Sistem Akuntansi Instansi 20.2 Persentase Satuan Kerja yang melaksanakan Pengelolaan Keuangan 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % dengan tingkat akurasi yang dapat dipertanggungjawabkan 312 Pengelolaan Administrasi Keuangan 20.3 Persentase Pengelolaan Pengadaan Barang dan Jasa sesuai peraturan % 100% 100% 100% perundangan 313 Peningkatan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa oleh ULP BIRO KEUANGAN DAN PENGELOLAAN BMN (BIKUB) 20.4 Persentase Barang Inventaris Tercatat pada SIMAK BMN di semua % 100% 100% 100% tingkatan yang kredibel 314 Pengelolaan BMN 315 Implementasi Pengelolaan Barang Persediaan 20.5 Jumlah Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Keuangan 42 Satuan kerja 42 Satuan kerja 42 Satuan kerja 42 Satuan kerja 42 Satuan kerja 42 Satuan kerja 42 Satuan kerja dan BMN yang dilaksanakan 316 Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Keuangan dan BMN Rencana Strategis BKKBN

48 No. PROGRAM/ KEGIATAN PRIORITAS SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/ SASARAN KEGIATAN (OUTPUT) INDIKATOR (REVISI RENSTRA DARI BSC) BASELINE TARGET 2014 ALOKASI (JUTA RUPIAH) TARGET KINERJA BASELINE PRAKIRAAN MAJU ALOKASI , , , , , , ,5 PUSAT KL Penguatan Perencanaan Program dan Anggaran Terlaksananya perencanaan program dan anggaran yang mengacu pada pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah, penganggaran terpadu dan berbasis kinerja I.21 Jumlah Perencanaan Program dan Anggaran yang mengacu pada pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah, penganggaran terpadu dan berbasis kinerja 21.1 Jumlah unit eselon II pusat dan provinsi yang merencanakan program dan anggaran yang berkualitas 321 Penyediaan kebijakan perencanaan program dan anggaran yang berkualitas yang dapat diimplementasikan TOTAL ALOKASI 2015 s.d 2019 LOKASI INSTANSI PENANGGUNG JAWAB/ PELAKSANA PRIORITAS (N/B/KL) 322 Penyediaan data basis perencanaan yang tersedia tepat waktu, lengkap, akurat berbasis Teknologi Informasi Penetapan sasaran KB (PPM PA/PB) dan KS Penyediaan perencanaan program yang berkualitas (mengacu pada pendekatan money follow program dan pendekatan holistik, terintegrasi, tematik dan spasial) BIRO PERENCANAAN (BIREN) 325 Peningkatan koordinasi kerjasama Luar Negeri dalam mendukung KKBPK 326 Pengembangan Peta strategi BKKBN dan eselon I dan score card eselon II, III dan IV 21.2 Jumlah unit eselon II pusat dan provinsi yang melaksanakan program dan anggaran sesuai dengan dokumen perencanaan Evaluasi perencanaan program dan anggaran 22 Pengelolaan 5.213, , , , , , ,6 PUSAT KL Administrasi I.22 Persentase Pengelolaan SDM Aparatur Sipil Negara yang Optimal Kepegawaian dan Pengembangan 22.1 Indeks kepuasan ASN terhadap pelayanan kepegawaian (skala 1-5) 3 (skala 1-5) 3 (skala 1-5) 4 (skala 1-5) 4 (skala 1-5) Sumber Daya 331 Penyediaan dokumen perencanaan pegawai yang berkualitas Manusia Aparatur Meningkatnya pengelolaan administrasi kepegawaian tepat waktu dan pengembangan SDM Aparatur yang kompeten 332 Monitoring dan Pembinaan Perencanaan Program dan Anggaran program KKBPK Penyediaan standar kompetensi jabatan dan profil kekuatan ASN BKKBN 333 Pelaksanaan manajemen ASN dalam menjamin sistem merit 334 Pengembangan budaya kerja Organisasi dan Pembinaan disiplin pegawai II.22 Persentase Pelayanan Administrasi Kepegawaian yang Efektif dan Efisien BIRO KEPEGAWAIAN (BIPEG) 22.2 Jumlah fasilitasi Pengelolaan Administrasi Kepegawaian dan (1pusat, 33 Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur prov) 335 Pengelolaan Administrasi Kepegawaian yang akurat dan tepat waktu 336 Penyediaan data ASN BKKBN yang akurat dan terkini melalui Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) BKKBN 34 (1pusat, 33 prov) 34 (1pusat, 33 prov) 34 (1pusat, 33 prov) 34 (1pusat, 33 prov) 337 Pelaksanaan Pembinaan, Monitoring, Evaluasi dan Motivasi ASN 23 Pelaksanaan Terlaksananya , , , , , , ,3 PUSAT KL pelayanan pelayanan administrasi I.23 Indeks Kepuasan Pelayanan Kerumahtanggaan - skala 3 (1-4) skala 3 (1-4) skala 3 (1-4) skala 4 (1-4) skala 4 (1-4) skala 4 (1-4) administrasi perkantoran, perkantoran dan kerumahtanggaan dan 23.1 Indeks kepuasan terhadap pelayanan kerumah tanggaan - skala 3 (1-4) skala 3 (1-4) skala 3 (1-4) skala 4 (1-4) skala 4 (1-4) skala 4 (1-4) pemeliharaan sarana kerumahtanggaan prasarana perkantoran yang cepat dan tepat 001 Pembayaran gaji, uang makan dan tunjangan kinerja 341 Peningkatan kualitas pelayanan kerumah tanggaan II.23 Indeks Kepuasan Pelayanan Pemeliharaan Sarana Prasarana Perkantoran - skala 3 (1-4) skala 3 (1-4) skala 3 (1-4) skala 4 (1-4) skala 4 (1-4) skala 4 (1-4) 23.2 Indeks kepuasan terhadap pelayanan pengelolaan sarana dan - skala 3 (1-4) skala 3 (1-4) skala 3 (1-4) skala 4 (1-4) skala 4 (1-4) skala 4 (1-4) prasarana perkantoran 002 Peningkatan Cakupan penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran 342 Pengelolaan sarana dan prasarana perkantoran (output 951) III.23 Indeks Kepuasan Pelayanan Administrasi Perkantoran, Keprotokolan dan - skala 3 (1-4) skala 3 (1-4) skala 3 (1-4) skala 4 (1-4) skala 4 (1-4) skala 4 (1-4) Keamanan 23.3 Indeks kepuasan terhadap pelayanan administrasi perkantoran, - skala 3 (1-4) skala 3 (1-4) skala 3 (1-4) skala 4 (1-4) skala 4 (1-4) skala 4 (1-4) keprotokolan dan keamanan 343 Pengembangan Perangkata tatalaksana administrasi umum BIRO UMUM (BIRUM) 344 Peningkatan kualitas pelayanan keprotokolan 345 Peningkatan kualitas Pelayanan keamanan kantor 346 Peningkatan kualitas pelayanan administrasi umum 34 Rencana Strategis BKKBN

49 No. PROGRAM/ KEGIATAN PRIORITAS SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/ SASARAN KEGIATAN (OUTPUT) INDIKATOR (REVISI RENSTRA DARI BSC) BASELINE TARGET Jumlah fasilitasi, pembinaan dan evaluasi Peningkatan pembinaan program serta monitoring dan evaluasi pengelolaan administrasi umum yang berkualitas ALOKASI (JUTA RUPIAH) TARGET KINERJA BASELINE PRAKIRAAN MAJU ALOKASI TOTAL ALOKASI 2015 s.d 2019 LOKASI INSTANSI PENANGGUNG JAWAB/ PELAKSANA PRIORITAS (N/B/KL) Pelaksanaan Dukungan Manajemen di Perwakilan BKKBN Provinsi 24 Program DKM Provinsi , , , , , , ,8 Sekretariat Provinsi , , , , , , ,8 Provinsi KL Terselenggaranya Dukungan Manajemen dalam pengelolaan Program Kependudukan, KB, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di Provinsi I.24 Dukungan Manajemen di Provinsi (termasuk gaji/001 dan pemeliharaan 13 bulan untuk rutin/002) 33 Prov 13 bulan untuk 33 Prov 13 bulan untuk 34 Prov 13 bulan untuk 34 Prov 13 bulan untuk 34 Prov 13 bulan untuk 34 Prov 24.1 Persentase ketepatan Pembayaran Gaji dan uang makan Pegawai (Perwakilan BKKBN Provinsi) 001 Pelaksanaan Pembayaran gaji, uang makan dan tunjangan kinerja Perwakilan BKKBN Provinsi 24.2 Jumlah penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran bulan untuk 34 Prov 002 Pelaksanaan operasional dan pemeliharaan perkantoran 24.3 Jumlah penyelenggaraan Manajemen di Provinsi (Keuangan dan BMN, Perencanaan, Kepegawaian, Umum, dan Ortala) 351 Peningkatan kualitas perencanaan program dan anggaran program KKBPK 352 Peningkatan kualitas kompentensi pegawai 353 Pengelolaan keuangan dan barang milik negara yang akuntabel, kredibel dan memenuhi standar kepatutan Perwakilan BKKBN Provinsi (BIDANG SEKRETARIAT PROV) Prioritas RKP (Penguatan regulasi, kelembagaan, serta data dan informasi) III Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BKKBN F Inspektorat Utama Meningkatnya Akuntabilitas Pengelolaan Program KKBPK Meningkatnya efektifitas, efisiensi, dan akuntabilitas pemanfaatan anggaran Peningkatan pelaksanaan NSPK dan pengelolaan organisasi dan tatalaksana Penyediaan Sarana dan prasarana perkantoran Peningkatan kualitas pelaksanaan program KKBPK provinsi (MONEV) 1 Persentase Temuan Penyimpangan Strategis Dalam Pelaksanaan Pengelolaan 25 % (dari 14 Program KKBPK oleh eksternal audit satker yang di audit eksternal) 20 % (dari satker yang diaudit eksternal) 15 % (dari satker yang diaudit eksternal) 10 % (dari satker yang diaudit eksternal) 5 % (dari satker yang diaudit eksternal) 0 % (dari satker yang diaudit eksternal) 2 Jumlah pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur di satker 33 Prov 33 prov 34 prov 34 prov 34 prov 34 prov 34 prov Perwakilan BKKBN provinsi F.1 Persentase penurunan temuan eksternal - 75% 60% 55% 50% 45% 45% F.2 Persentase Unit Kerja Yang Menerapkan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah - 75% 80% 85% 90% 95% 95% 0 % (dari satker yang diaudit eksternal) 5.369, , , , , , , , , , , , , ,0 BKKBN BKKBN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL (BKKBN) INSPEKTORAT UTAMA (IRTAMA) F.3 Persentase Satuan Kerja Mewujudkan Pembangunan Zona Intergritas Wilayah - 75% 80% 85% 90% 95% 95% , , , , , , ,5 PUSAT KL I.25 Jumlah laporan hasil pengawasan pengelolaan program KKBPK di wilayah I 14 Satker 14 Satker 14 Satker 14 Satker 14 Satker 14 Satker 14 Satker Peningkatan akuntabilitas pengelolaan program KKBPK wilayah I Terlaksananya pelaksanaan pengawasan intern yang efektif dan efisien terhadap pengelolaan program KKBPK di wilayah I 25.1 Persentase penurunan temuan audit internal wilayah pengawasan I 75% 60% 55% 50% 45% Kebijakan dan Strategi Pengawasan program KKBPK Pelaksanaan Pengawasan Intern Program KKBPK Wilayah Pengawasan I 25.2 Persentase unit kerja yang telah menyelenggarakan Sistem 75% 80% 85% 90% 95% Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) 363 Peningkatan efektifitas penyelenggaraan SPIP 25.3 Persentase unit kerja yang mendapatkan fasilitasi pembangunan Zona 75% 80% 85% 90% 95% Integritas wilayah bebas dari korupsi 364 Peningkatan Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih 25.4 Jumlah fasilitasi pengawasan pengelolaan program KKBPK di wilayah I 14 dok 14 dok 14 dok 14 dok 14 dok INSPEKTORAT WILAYAH I (ITWIL I) Terlaksananya pelaksanaan pengawasan intern yang efektif dan efisien terhadap pengelolaan program KKBPK di wilayah II , , , , , , ,5 PUSAT KL I.26 Jumlah laporan hasil pengawasan pengelolaan program KKBPK di wilayah II 14 Satker 14 Satker 14 Satker 14 Satker 14 Satker 14 Satker 14 Satker Peningkatan akuntabilitas pengelolaan program KKBPK wilayah II 26.1 Persentase penurunan temuan audit internal wilayah pengawasan II 75% 60% 55% 50% 45% Monitoring, Evaluasi dan fasilitasi pengawasan pengelolaan program KKBPK di wilayah I Kebijakan dan Strategi Pengawasan program KKBPK Pelaksanaan Pengawasan Intern Program KKBPK Wilayah Pengawasan II 26.2 Persentase unit kerja yang telah menyelenggarakan Sistem 75% 80% 85% 90% 95% Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) 373 Peningkatan efektifitas penyelenggaraan SPIP INSPEKTORAT WILAYAH II (ITWIL II) Rencana Strategis BKKBN

50 No. PROGRAM/ KEGIATAN PRIORITAS SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/ SASARAN KEGIATAN (OUTPUT) INDIKATOR (REVISI RENSTRA DARI BSC) BASELINE TARGET Persentase unit kerja yang mendapatkan fasilitasi pembangunan Zona 75% 80% 85% 90% 95% Integritas wilayah bebas dari korupsi 374 Peningkatan Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih ALOKASI (JUTA RUPIAH) TARGET KINERJA BASELINE PRAKIRAAN MAJU ALOKASI TOTAL ALOKASI 2015 s.d 2019 LOKASI INSTANSI PENANGGUNG JAWAB/ PELAKSANA PRIORITAS (N/B/KL) 26.4 Jumlah fasilitasi pengawasan pengelolaan program KKBPK di wilayah II 14 dok 14 dok 14 dok 14 dok 14 dok , , , , , , ,0 PUSAT KL Peningkatan akuntabilitas pengelolaan program KKBPK wilayah III Terlaksananya pelaksanaan pengawasan intern yang efektif dan efisien terhadap pengelolaan program KKBPK di wilayah III I.27 Jumlah laporan hasil pengawasan pengelolaan program KKBPK di wilayah III 14 Satker 14 Satker 14 Satker 14 Satker 14 Satker 14 Satker 14 Satker 27.1 Persentase penurunan temuan audit internal wilayah pengawasan III 75% 60% 55% 50% 45% Monitoring, Evaluasi dan fasilitasi pengawasan pengelolaan program KKBPK di wilayah II Kebijakan dan Strategi Pengawasan program KKBPK Pelaksanaan Pengawasan Intern Program KKBPK Wilayah Pengawasan III 27.2 Persentase unit kerja yang telah menyelenggarakan Sistem 75% 80% 85% 90% 95% Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) 383 Peningkatan efektifitas penyelenggaraan SPIP INSPEKTORAT WILAYAH III (ITWIL III) 27.3 Persentase unit kerja yang mendapatkan fasilitasi pembangunan Zona 75% 80% 85% 90% 95% Integritas wilayah bebas dari korupsi 384 Peningkatan Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih 27.4 Jumlah fasilitasi pengawasan pengelolaan program KKBPK di wilayah III 14 dok 14 dok 14 dok 14 dok 14 dok Peningkatan Terwujudnya Program Akuntabilitas pengelolaan (pengawasan) Provinsi , , , , , ,6 akuntabilitas akuntabilitas pengelolaan pelaksanaan Pengawasan Provinsi , , , , , ,6 Provinsi KL program KKBPK di pengawasan lainnya di I.28 Jumlah pelaksanaan pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur di Perwakilan BKKBN provinsi provinsi Provinsi IV Program Pelatihan, penelitian dan Pengembangan serta Kerjasama Internasional BKKBN Meningkatnya Kualitas SDM Aparatur Penyelenggara Program, Kerjasama Internasional serta Penelitian dan Pengembangan program KKBPK Jumlah peningkatan pelaksanaan pengawasan lainnya dan penerapan ZI WBK 390 Monitoring, Evaluasi dan fasilitasi pengawasan pengelolaan program KKBPK di wilayah III Peningkatan fasilitasi pelaksanaan pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur di provinsi 1 Persentase peningkatan kualitas SDM Aparatur dan tenaga fungsional 50% SDM 60% SDM 70% SDM 80% SDM 90% SDM 100% SDM 100% SDM Aparatur Aparatur Aparatur Aparatur Aparatur Aparatur Aparatur 2 Jumlah Lembaga Diklat yang terakreditasi Jumlah kerjasama bilateral dan multilateral, lembaga penelitian dan perguruan tinggi dalam dan luar negeri di bidang KKBPK 4 Indeks Kepuasan hasil diklat nasional dan internasional, penelitian dan 3 (dari skala 1- pengembangan KB, KS dan Kependudukan 4) 3,1 (dari skala 1-4) 3,2 (dari skala 1-4) 3,3 (dari skala 1-4) 3,4 (dari skala 1-4) 3,4 (dari skala 1-4) , , , , , , ,2 BKKBN Perwakilan BKKBN Provinsi (BIDANG PENGAWASAN PROV) BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL (BKKBN) 5 Jumlah pelaksanaan kegiatan pelatihan, penelitian dan pengembangan di 33 prov 33 prov 34 prov 34 prov 34 prov 34 prov 34 prov Provinsi G , , , , , , ,3 BKKBN Bidang Pelatihan, penelitian dan Pengembangan Peningkatan pendidikan dan pelatihan Bidang Kependudukan, KB serta Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga Meningkatnya kualitas pelatihan dan pemanfaatan hasil penelitian untuk penentu kebijakan Meningkatnya kesertaan pendidikan dan pelatihan SDM Aparatur Kependudukan dan KB G.1 Persentase pemanfaatan hasil penelitian dalam penentuan kebijakan program KKBPK G2 Persentase tenaga program nasional yang terlatih 55% 60% 65% 70% 75% 80% 80% G.3 Jumlah negara pengirim peserta program pelatihan internasional G.4 Persentase pegawai yang telah terpenuhi haknya mengikuti pelatihan 55% 61% 61% 61% 62% 62% 62% kompetensi G.5 Jumlah Balatbang dan UPT. Balai Diklat yang Terakreditasi , , , , , , ,8 PUSAT KL I.29 Persentase SDM Tenaga Pegawai BKKBN dan Tenaga Program Meningkat 55% 60% 65% 70% 75% 80% 80% Kualitasnya 29.1 Persentase SDM Tenaga Pegawai dan Tenaga Program yang mengikuti 55% 60% 65% 70% 75% 80% 80% pelatihan 401 Diklat Prajabatan dan Diklat Kepemimpinan DEPUTI BIDANG PELATIHAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (LATBANG) 402 Pendidikan Jangka Panjang (Bantuan Tugas belajar S1 UT, Beasiswa S2 dan S3) 403 Diklat Fungsional 404 Diklat Teknis 29.2 Jumlah Balatbang dan UPT. Balai Diklat yang terfasilitasi untuk akreditasi 405 Standarisasi Balatbang dan UPT Balai Diklat 406 Kebijakan Diklat dan Strategi Diklat (Pedoman, Kurikulum, Modul/Materi dan Media Pembelajaran) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KKBPK (PULAP) 36 Rencana Strategis BKKBN

51 No. PROGRAM/ KEGIATAN PRIORITAS SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/ SASARAN KEGIATAN (OUTPUT) 407 INDIKATOR (REVISI RENSTRA DARI BSC) Pelaksanaan Assessment dalam rangka Akreditasi Diklat BASELINE TARGET 2014 ALOKASI (JUTA RUPIAH) TARGET KINERJA BASELINE PRAKIRAAN MAJU ALOKASI TOTAL ALOKASI 2015 s.d 2019 LOKASI INSTANSI PENANGGUNG JAWAB/ PELAKSANA PRIORITAS (N/B/KL) Jejaring Kemitraan dan Kerjasama dalam Kediklatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pendidikan dan Pelatihan , , , , , , ,1 PUSAT KL I Pengembangan Pelatihan dan Kerjasama Internasional bidang Kependudukan dan KB Meningkatkan SDM Aparatur dan mitra kerja yang mengikuti pendidikan dan pelatihan Internasional serta penguatan kerjasama Internasional Jumlah SDM Aparatur yang Meningkat Kualitasnya Melalui Program Pendidikan ke Luar Negeri Jumlah SDM Aparatur dan Mitra Kerja yang Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Luar Negeri Peningkatan SDM Aparatur/ Mitra kerja melalui Pendidikan S2 dan S3 Luar Negeri Jumlah Pejabat/Staf/Mitra Kerja yang Mengikuti Kegiatan Short Training and Courses Luar Negeri Jumlah Pejabat/Staf/Mitra Kerja yang Menjadi Pembicara /Delegasi pada Pertemuan Internasional Luar Negeri PUSAT PELATIHAN DAN KERJASAMA INTERNASIONAL KKBPK (PULIN) 30.2 Jumlah Kerjasama Internasional yang dapat Diimplementasikan Pengembangan MoU yang Disepakati dalam Bentuk Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Kerjasama Internasional 31 Peningkatan Tersedianya data dan 7.075, , , , , , ,9 PUSAT KL Penelitian dan informasi hasil pengembangan KB penelitian dan I.31 Hasil Penelitian dan Pengembangan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Prioritas RKP (Penguatan dan KS pengembangan KB dan KS 31.1 Tingkat kepuasan pengguna (user) terhadap hasil penelitian KB dan KS 3,0 (skala 1-4) 3,1 (skala 1-4) 3,2 (skala 1-4) 3,3 (skala 1-4) 3,3 (skala 1-4) regulasi, - - kelembagaan, serta data dan 421 Penelitian dan pengembangan KB dan KS informasi) 422 Penyebarluasan dan pemanfaatan hasil litbang KB dan KS Peningkatan Tersedianya data dan 5.872, , , , , , ,5 PUSAT B penelitian dan informasi hasil pengembangan penelitian dan I.32 Hasil Penelitian dan Pengembangan Kependudukan Prioritas RKP (Penguatan Kependudukan pengembangan 32.1 Tingkat Kepuasan Pengguna (user) terhadap Hasil Penelitian (Indeks) 3 3 3,1 3,2 3,3 3,5 3,5 regulasi, kependudukan (skala 1-4) (skala 1-4) (skala 1-4) (skala 1-4) (skala 1-4) (skala 1-4) (skala 1-4) kelembagaan, serta data dan 431 Penelitian dan Pengembangan Kependudukan informasi) Peningkatan Penyelenggaraan Pelatihan Internasional bagi Peserta Luar Negeri di Indonesia Peningkatan kerja sama dengan mitra dan jejaring yang aktif melakukan kerjasama litbang KB dan KS Jumlah Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Penelitian dan Pengembangan KB dan KS Pengembangan SDM litbang KB dan KS Monitoring dan Evaluasi penelitian dan pengembangan KB dan KS Penyebarluasan (Penyajian/Publikasi) dan Pemanfaatan Hasil Litbang Kependudukan Pelaksanaan Program dan Kerjasama dengan Mitra dan Jejaring Litbang Kependudukan Monitoring, Evaluasi dan fasilitasi Penelitian dan pengembangan PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KB DAN KS (PUSNA) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEPENDUDUKAN (PUSDU) 33 Pelaksanaan Terselenggaranya Program Pelatihan, penelitian dan Pengembangan Provinsi , , , , , , ,9 pelatihan, kegiatan pelatihan, penelitian dan penelitian dan Latbang Provinsi , , , , , , ,5 Provinsi KL pengembangan di pengembangan di I Pegawai Provinsi Provinsi Jumlah SDM provinsi (SDM Aparatur dan tenaga Fungsional, termasuk Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana -PLKB/PKB) yang mendapatkan pembinaan dan pengembangan kapasitas Prov dan Fungsional Penyuluh Pegawai Prov dan Fungsional Penyuluh Pegawai Prov dan Fungsional Penyuluh Pegawai Prov dan Fungsional Penyuluh Pegawai Prov dan Fungsional Penyuluh Pegawai Prov dan Fungsional Penyuluh Pegawai Prov dan Fungsional Penyuluh 33.1 Jumlah Pembinaan dan Pengembangan SDM (SDM Aparatur dan tenaga Fungsional) 441 Pembinaan dan Pengembangan SDM provinsi Litbang Provinsi II.34 3 Dokumen Jumlah hasil penelitian dan pengembangan program KKBPK di Provinsi yang dimanfaatkan penelitian (KKBPK dan RPJMN) / Prov 3 Dokumen penelitian (KKBPK dan RPJMN) / Prov 3 Dokumen penelitian (KKBPK dan RPJMN) / Prov 3 Dokumen penelitian (KKBPK dan RPJMN) / Prov 3 Dokumen penelitian (KKBPK dan RPJMN) / Prov 3 Dokumen penelitian (KKBPK dan RPJMN) / Prov , , , , , , ,5 Perwakilan BKKBN Provinsi (BIDANG LATBANG PROV) B 33.2 Jumlah hasil-hasil penelitian dan pengembangan program KKBPK (KKB) yang dimanfaatkan 451 Penelitian dan pengembangan Program KKBPK Prioritas RKP (Penguatan regulasi, kelembagaan, serta data dan informasi) - Rencana Strategis BKKBN

52 Lampiran II: Matriks Kerangka Regulasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) NO ARAH KERANGKA DAN/ATAU KEBUTUHAN REGULASI URGENSI PEMBENTUKAN BERDASARKAN EVALUASI REGULASI EKSISTING, KAJIAN DAN PENELITIAN 1 Amandemen UU 52 Tahun 2009 Perubahan amandemen ini terkait dengan pengaturan kelembagaan BKKBN sebagaimana diatur dalam BAB IX. Perubahan ini berfokus pada ketepatan ukuran organisasi (right sizing) dan tumpang tindih (overlapping) tugas dan fungsi serta perubahan kewenangan pada BKKBN. UNIT PENANGGUNG JAWAB BKKBN (Para Eselon I) 2 Perpres turunan PP 87/2014 Penyusunan pedoman penyelenggaraan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga dimaksudkan sebagai pelaksanaan tindak lanjut dari PP 87/2014, adapun materi muatan yang diatur, meliputi: a. Perpres tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga b. Perka tentang Kelembagaan BKKBN c. Perka tentang Kelembagaan BKKBN Provinsi d. Perka tentang Kelembagaan Diklat e. Perka tentang KB f. Perka tentang Penelitian dan Pengembangan g. Perka tentang SDM Penelitian h. Perka tentang Sistem Informasi Keluarga 3 Perpres Kelembagaan (Perubahan Perpres no 3 dan no 4 /2013) Perubahan ini berfokus pada ketepatan ukuran organisasi (right sizing) dan tumpang tindih (overlapping) tugas dan fungsi serta perubahan kewenangan pada BKKBN. BKKBN (Kedeputian Dalduk dan Kedeputian KSPK) BKKBN (Sestama) Perundang-undangan terkait : - UU 23 tahun 2014 (Urusan Pengendalian Penduduk dan KB) - PP 87/ Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian, yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Kementerian, yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 72/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, yang telah diubah dengan perka 273/PER/B4/ Perpres Tentang Tunjangan Kinerja Dalam rangka Pelaksanaan Reformasi birokrasi di BKKBN dan untuk meningkatkan kinerja pegawai perlu mengatur dan meninjau kembali tunjangan kinerja pegawai BKKBN. BKKBN (Sestama) 5 Perka Tentang Pengelolaan dan Pendayagunaan PKB/PLKB 6 Perka tentang hasil Pemetaan Urusan Pemerintah Daerah Bidang Pengendalian Penduduk dan KB Penyusunan regulasi terkait dengan pembagian urusan pemerintahan Bidang Pengendalian Penduduk dan KB sebagaimana UU Nomor 23 Tahun 2014 Lampiran I huruf N. Penyusunan regulasi ini sebagai pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah agar berjalan efisien dan efektif sesuai dengan target yang diharapkan. BKKBN (Sestama dan kedeputian Adpin) 7 Perka tentang Pedoman Nomenklatur, Tugas dan Fungsi Dinas Pengendalian Penduduk dan KB di Daerah Provinsi dan Kab/Kota 8 Perka tentang Renstra (revisi) BKKBN (Sestama) 9 Perka tentang NSPK sesuai Sub Urusan Pengendalian Penduduk dan KB BKKBN 10 Perpres Tentang Pengelolaan dan Penyediaan Alokon 11 Perka tentang Standarisasi Pelayanan KB 12 Perpres Tentang Sertifikasi PKB BKKBN (Sestama, Kedeputian Latbang dan kedeputian Adpin) 13 Perka Tentang Pemberdayaan dan Peningkatan Peranserta Ormas dalam Program pengendalian Penduduk dan KB BKKBN (Sestama dan kedeputian KBKR) BKKBN (Sestama, kedeputian Adpin dan Kedeputian KSPK) UNIT TERKAIT/INSTITUSI Kemenkes, Setneg, Kemenkumham, Kemenkeu, Kemenpan, BKN, Kemendagri Kemenkes, Setkab, Kemenkumham Kemenkes, Setkab, Kemenkumham, Kemenkeu, Kemenpan, BKN, Kemendagri Kemenkes, Setkab, Kemenkumham, Kemenkeu, Kemenpan, BKN, Kemendagri TARGET PENYELESAIAN Tahun Tahun Tahun 2015 Tahun Tahun Rencana Strategis BKKBN

53

54

55

56

57

58

59

60 DAFTAR ISI Hal. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR... iv SISTEMATIKA PELAPORAN... vii RINGKASAN EKSEKUTIF... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 2 B. Tentang BKKBN... 5 Profil dan Sejarah Singkat... 5 Tugas, Fungsi dan Wewenang Penerima Manfaat Kedudukan dan Fungsi Struktur Organisasi Sumber Daya Dasar Hukum Harapan, Tantangan dan Peluang BKKBN BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Perencanaan Strategis Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Framework Renstra BKKBN Tujuan Strategis I Tujuan Strategis II Tujuan Strategis III Tujuan Strategis IV Rencana Aksi Upaya Pencapaian Target/Sasaran RPJMN dan Renstra BKKBN Tahun Perjanjian Kinerja B. Rencana Kerja Tahunan Pernyataan Komitmen Pencapaian Kinerja Monitoring dan Evaluasi Pencapaian Rencana Strategis Pengelolaan Kinerja dengan Pendekatan Balanced Scorecard ii

61 BAB III Akuntabilitas Kinerja A. Capaian Kinerja Organisasi B. Realisasi Anggaran C. Kinerja dan Capaian Lain BAB IV Penutup Lampiran iii

62 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Skema Grand Design RB Gambar 1.2 Pemberian Penghargaan Pengelola KB Teladan Tingkat Nasional Tahun Gambar 1.3 Penerima Manfaat BKKBN Gambar 1.4 Framework BKKBN Tahun Gambar 1.5 Struktur Organisasi BKKBN Gambar 2.1 Perjanjian Kinerja BKKBN Tahun Gambar 2.2 Penandatanganan Perjanjian Kinerja Tahun Gambar 2.3 Pelaksanaan Video Conference Gambar 2.4 Pelaksanaan Rakornas Gambar 2.5 Peta Strategi BKKBN Gambar 2.6 Struktur Pengelolaan Kinerja di BKKBN Gambar 2.7 Rencana Kerja Tahunan dalam Pengelolaan Perencanaan Strategis, Anggaran dan Kinerja Gambar 2.8 Screenshot Aplikasi QPR Gambar 3.1 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia, Gambar 3.2 ASFR Gambar 3.3 Pagu BKKBN iv

63 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Capaian IKU 1 (Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk) Tahun Tabel 3.2 Perbandingan Capaian IKU 1 (Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk) Tahun 2016 dengan Target 2019 dalam Renstra Tabel 3.3 Capaian IKU 2 (Angka Kelahiran Total (TFR) per WUS (15-49 tahun)) Tahun Tabel 3.4 Perbandingan Capaian IKU 2 (Angka Kelahiran Total (TFR) per WUS (15-49 tahun)) Tahun 2016 dengan Target 2019 dalam Renstra Tabel 3.5 Capaian IKU 3 (Persentase Pemakaian Kontrasepsi (CPR)) tahun Tabel 3.6 Persentase Pemakaian Kontrasepsi (CPR) seluruh metode dan modern Tahun Tabel 3.7 Perbandingan Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi Tahun Tabel 3.8 Perbandingan Capaian IKU 3 (Persentase Pemakaian Kontrasepsi (CPR) all method) Tahun 2016 dengan Target 2019 dalam Renstra Tabel 3.9 Perbandingan Capaian IKU 4 (CPR cara modern) Tabel 3.10 Capaian IKU 5 (Persentase Peserta KB Aktif MKJP) Tabel 3.11 Perbandingan Capaian IKU 5 (Persentase Peserta KB Aktif MKJP) Tahun 2016 dengan target 2019 dalam Renstra Tabel 3.12 Capaian IKU 6 (Persentase Peserta KB Baru MKJP) Tahun Tabel 3.13 Capaian IKU 7 (Persentase Penurunan Angka Ketidaklangsungan Pemakaian (tingkat putus pakai) kontrasepsi) Tabel 3.14 Perbandingan Capaian IKU 7 (Persentase Penurunan Angka Ketidaklangsungan Pemakaian (tingkat putus pakai) kontrasepsi) Tahun 2016 dengan target 2019 dalam Renstra Tabel 3.15 Capaian IKU 8 (Persentase kebutuhan ber-kb yang tidak terpenuhi (Unmet Need) Tahun Tabel 3.16 Persentase kebutuhan ber-kb yang tidak terpenuhi (unmet need) Tahun Tabel 3.17 Perbandingan Capaian IKU 8 (Persentase kebutuhan ber-kb yang tidak terpenuhi (unmet need)) Tahun 2016 dengan Target 2019 dalam Renstra Tabel 3.18 Capaian IKU 9 (Angka Kelahiran pada Remaja Usia Tahun (ASFR Tahun) Tahun Tabel 3.19 Perbandingan Capaian IKU 9 (Angka Kelahiran pada Remaja Usia Tahun (ASFR Tahun) Tahun 2016 dengan Target 2019 dalam Renstra Tabel 3.20 Capaian IKU 10 (Persentase kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (15-49 tahun) Tahun v

64 Tabel 3.21 Perbandingan Capaian IKU 10 (Persentase kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (15-49 tahun) Tahun Tabel 3.22 Pagu Anggaran BKKBN s.d Desember Tabel 3.23 Realisasi Anggaran BKKBN s.d Desember Tabel 3.22 Perkembangan Nilai Akuntabilitas Kinerja BKKBN vi

65 SISTEMATIKA PELAPORAN L aporan Kinerja BKKBN Tahun 2016 menjelaskan pencapaian kinerja BKKBN selama tahun 2016 dengan berbagai keberhasilan maupun hambatannya. Sistematika penyajian laporan kinerja adalah sebagai berikut: Pendahuluan Berisi penjelasan secara ringkas mengenai latar belakang; profil dan sejarah BKKBN; tugas, fungsi, dan wewenang; penerima manfaat; kedudukan dan fungsi; struktur organisasi dan dasar hukum. Perencanaan Kinerja Berisi penjelasan rencana strategis BKKBN ; visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, perjanjian kinerja, monitoring dan evaluasi pencapaian rencana strategis tahun Akuntabilitas Kinerja Berisi penjelasan pencapaian kinerja tahun 2016 beserta realisasi anggaran serta perbandingan dengan pencapaian kinerja pada akhir tahun renstra. Penutup Berisi kesimpulan atas Laporan Kinerja BKKBN tahun Lampiran Berisi data dukung atas penjelasan dalam laporan ini. vii

66 Ringkasan Eksekutif Tahun 2016 merupakan tahun kedua pelaksanaan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) Tahun Penguatan implementasi Program KKBPK (Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga), terutama yang meliputi ke-5 (lima) aspek yaitu kuantitas penduduk, kualitas penduduk, mobilitas penduduk, data dan informasi penduduk dan penyerasian kebijakan kependudukan dilakukan melalui penajaman pada tujuan dan sasaran strategis BKKBN yang bermuara pada visi dan misi pembangunan pada agenda prioritas pembangunan nomor 5 yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) merupakan lembaga pemerintah non kementerian yang berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggungjawab kepada Presiden. BKKBN bertugas melaksanakan pengendalian penduduk dan menyelenggarakan keluarga berencana. Penyusunan merupakan wujud pertanggungjawaban BKKBN kepada publik terutama masyarakat atas pencapaian sasaran strategis tahun 2016 sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis BKKBN Tahun dan Perjanjian Kinerja Tahun Penyusunan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Selain itu, untuk keperluan penyusunan laporan kinerja di lingkungan internal BKKBN, telah ditetapkan Peraturan Kepala BKKBN nomor 23/PER/B4/2012 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun dan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Renstra K/L , maka BKKBN menyusun viii

67 dan menetapkan Rencana Strategis (Renstra) BKKBN dengan target kinerja dan kerangka pendanaan selama kurun waktu 5 (lima) tahun. Untuk mencapai visi dan misi serta tujuan strategis, maka ditetapkanlah sasaran strategis BKKBN Tahun sebagai berikut: 1. Menurunnya laju pertumbuhan penduduk (LPP); 2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) per WUS (15-49 tahun); 3. Meningkatnya pemakaian kontrasepsi (CPR); 4. Menurunnya kebutuhan ber-kb yang tidak terpenuhi (unmet need); 5. Menurunnya angka kelahiran pada remaja usia tahun (ASFR tahun); 6. Menurunnya kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (15-49 tahun). Pada tahun 2016, seluruh sasaran dapat tercapai melalui 10 indikator kinerja sasaran. Pencapaian atas keseluruhan IKU tersebut yaitu sebagai berikut: 1. 5 (lima) indikator kinerja sasaran mencapai 100%; 2. 4 (empat) indikator kinerja sasaran capaiannya berkisar antara 70%-99,9%; 3. 1 (satu) indikator kinerja sasaran capaiannya berkisar 50%-69,9%. Capaian tersebut dapat diraih berkat upaya sungguh-sungguh dari BKKBN untuk memperbaiki kinerja dengan menindaklanjuti rekomendasi dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI atas Laporan Kinerja BKKBN Tahun 2015 di samping upaya-upaya lain, yaitu: - Melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja satuan kerja Eselon I dan II. Hasil evaluasi tersebut disampaikan kepada unit kerja eselon I dan II untuk dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi dan perbaikan di tahun-tahun mendatang; - Re-formulasi Peta Strategy BKKBN Tahun ; - Pembentukan dan pencanangan Kampung KB di seluruh Indonesia. Berikut adalah tabel pencapaian indikator kinerja sasaran strategis tahun 2016: No Indikator Kinerja Sasaran Persentase laju pertumbuhan penduduk (LPP) Angka kelahiran total (total fertility rate/tfr) per WUS (15-49 tahun) Target 1,27 2,36 Realisasi 1,43 2,30 (%) 88,81 102,60 3. Persentase pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/cpr) 65,2 (all method) 60,8 (all method) 93,2 ix

68 No Indikator Kinerja Sasaran a. Persentase pemakaian kontrasepsi (modern contraceptive prevalence rate/cpr) Target 61,4 (modern method) Realisasi 59,4 (modern method) (%) 96,74 b. Persentase Peserta KB Baru MKJP 75 76,4 101,86 c. Persentase Peserta KB Aktif MKJP 21,1 21,6 102,36 d. Persentase penurunan angka ketidakberlangsungan pemakaian (tingkat putus pakai) kontrasepsi. 25,7 20,6 124,75 4. Persentase kebutuhan ber-kb yang tidak terpenuhi (unmet need) (%) 10,48 15,8 66,33 5. Angka kelahiran pada remaja usia tahun (ASFR tahun) 44 per 1000 perempuan 1519 tahun 35 per 1000 perempuan tahun 125,71 6. Persentase kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (15-49 tahun) 7,0 9,1 76,92 Dukungan anggaran untuk pelaksanaan program KKBPK tahun 2016 yang dituangkan melalui APBN sejumlah Rp ,-. Kemudian, berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia nomor 4 tahun 2016 tentang Langkah-langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara TA tanggal 12 Mei 2016, BKKBN dikenakan penghematan dan pemotongan sebesar Rp ,- sehingga pagu BKKBN TA menjadi Rp ,Kemudian berdasarkan Instruksi Presiden nomor 8 tahun 2016 tentang Langkah-langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga dalam rangka Pelaksanaan APBN-P Tahun Anggaran 2016, BKKBN dikenakan penghematan (self blocking) APBN sebesar Rp ,-. Realisasi total pagu sampai dengan Desember 2016 adalah Rp ,- (93,19%). Selain dukungan APBN untuk pelaksanaan program KKBPK, BKKBN juga mendapatkan dukungan anggaran melalui DAK (Dana Alokasi Khusus) Sub Bidang Keluarga Berencana. Pada tahun 2016, BKKBN mendapatkan DAK Fisik dan DAK Non Fisik. DAK Fisik dipergunakan untuk mendanai kebutuhan fisik prasarana dan sarana pelayanan dan penyuluhan KB sedangkan DAK Non Fisik diberikan untuk mendukung operasional di Balai x

69 Penyuluhan KB tingkat kecamatan serta dukungan operasional alokon dari gudang alokon kabupaten dan kota ke fasilitas pelayanan kesehatan KB. DAK Sub Bidang Keluarga Berencana untuk tahun 2016 merupakan kelanjutan dari DAK tahun sebelumnya. Dana DAK Sub Bidang KB (DAK Fisik) Tahun Anggaran 2016 adalah sebesar Rp ,sedangkan BOKB (Bantuan Operasional Keluarga Berencana)/DAK Non Fisik sebesar Rp ,-. Secara umum DAK diarahkan untuk kabupaten dan kota tertentu dengan prioritas lokasi pada daerah tertinggal, terpencil, kepulauan dan daerah perbatasan. xi

70 Bab I Pendahuluan 1

71 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga pada pasal 11, pemerintah bertanggung jawab dalam perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga. Selanjutnya, pada pasal 53 ayat (1), disebutkan bahwa dalam rangka pengendalian penduduk dan pembangunan keluarga dengan Undang-undang ini dibentuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional yang selanjutnya disingkat BKKBN. BKKBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lembaga pemerintah nonkementerian yang berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden. Sesuai dengan arah pembangunan pemerintahan periode , Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendukung pelaksanaan Agenda Prioritas Pembangunan (Nawacita), terutama pada Agenda Prioritas nomor 5 (lima) yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia melalui Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana. Di dalam Strategi Pembangunan Nasional (Dimensi Pembangunan), BKKBN berada pada Dimensi Pembangunan Manusia, yang didalamnya berperan serta pada upaya mensukseskan Dimensi Pembangunan Kesehatan serta Mental/Karakter (Revolusi Mental). Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka BKKBN berkewajiban untuk melaksanakan akuntabilitas kinerja sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan organisasi. Sementara itu, penerapan di lingkungan internal BKKBN telah didukung oleh Peraturan Kepala BKKBN nomor 23/PER/B4/2012 tentang Pedoman Penyusunan Laporan 2

72 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Implementasi akuntabilitas kinerja diwujudkan oleh BKKBN melalui penerapan sistem perencanaan dan penganggaran serta pengukuran kinerja yang menyeluruh pada setiap tingkat unit kerja. Pelaksanaannya dimulai dengan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun , Rencana Strategis BKKBN Tahun dan Rencana Aksi Upaya Pencapaian Target/Sasaran RPJMN yang telah dilengkapi dengan Renstra Eselon I dan II, penandatanganan perjanjian kinerja serta kontrak kinerja BKKBN Pusat dan Perwakilan BKKBN Provinsi, pengukuran dan pengelolaan data kinerja berbasis BSC (Balanced Score Card) melalui sistem aplikasi Quality Processes Result (QPR) Metrics versi 15.1 serta melalui sistem pencatatan dan pelaporan. Laporan Kinerja (LK) BKKBN Tahun 2016 disusun secara berjenjang, dimulai dari penyusunan LK Unit Kerja Eselon II dan Eselon I sebagai wujud pertanggungjawaban akuntabilitas kinerja yang dikaitkan dengan anggaran serta penyusunan LK tingkat lembaga BKKBN yang menyajikan pencapaian sasaran-sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam Renstra BKKBN Tahun Gambar 1.1 Skema Grand Design Reformasi Birokrasi

73 Reformasi birokrasi telah menjadi kebijakan nasional sejak diterbitkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 15 tahun 2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi. Peraturan ini kemudian disempurnakan dengan terbitnya peraturan perundang-undangan baru yaitu Peraturan Presiden nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Dengan masih banyaknya hambatan dan tantangan yang dihadapi, Reformasi Birokrasi tahap ke-2 (dua) tetap berlanjut dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI nomor 11 tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Road Map tersebut menjadi acuan bagi BKKBN untuk melaksanakan ataupun melanjutkan program-program reformasi birokrasi. Untuk menjalankan proses reformasi di lingkungan BKKBN, sejak tahun 2011 telah dibentuk Tim Reformasi Birokrasi BKKBN yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala BKKBN nomor 131/KEP/B5/2011 tentang Tim Reformasi Birokrasi BKKBN. BKKBN telah menetapkan dokumen formal Roadmap Reformasi Birokrasi BKKBN tahun Hal tersebut merupakan wujud pelaksanaan amanat Peraturan Presiden nomor 81 tahun 2010 yang menegaskan bahwa tahun 2011 seluruh Kementerian dan Lembaga telah mewujudkan komitmen melaksanakan proses Reformasi Birokrasi secara bertahap untuk mewujudkan Visi Reformasi Birokrasi Keberlanjutan pelaksanaan reformasi birokrasi memiliki peran penting dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Hasil-hasil yang telah diperoleh dari pelaksanaan reformasi birokrasi pada periode menjadi dasar bagi pelaksanaan reformasi birokrasi pada tahapan selanjutnya ( ). Karena itu, pelaksanaan reformasi birokrasi merupakan penguatan dari pelaksanaan reformasi birokrasi BKKBN pada tahapan sebelumnya. Untuk itu, dikeluarkan Peraturan Kepala BKKBN nomor 303/PER/B4/2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi BKKBN Tahun dan Keputusan Kepala BKKBN nomor 304/KEP/B4/2015 tentang tanggal 23 Desember 2015 tentang Tim Reformasi Birokrasi BKKBN. 4

74 B. Tentang BKKBN Profil dan Sejarah Singkat Di Indonesia keluarga berencana modern mulai dikenal pada tahun Pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan dan tokoh masyarakat telah mulai membantu masyarakat. Pada tanggal 23 Desember tahun 1957 mereka mendirikan PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) dan bergerak secara silent operation membantu masyarakat yang memerlukan bantuan secara sukarela, sehingga PKBI adalah pelopor pergerakan keluarga berencana nasional. PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga-keluarga yang sejahtera melalui 3 macam usaha pelayanan yaitu mengatur kehamilan atau menjarangkan kelahiran, mengobati kemandulan serta memberi nasehat perkawinan. Pada awal dekade 1960-an, Indonesia mengalami Baby boom yang ditandai dengan ledakan tingkat kelahiran yang cukup tinggi. Di sisi lain Indonesia mengalami keadaan yang tidak menguntungkan dengan adanya kesulitan-kesulitan dibidang ekonomi. Sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat sulit direalisasikan. Situasi sulit tersebut perlahan-lahan mulai berubah setelah lahirnya pemerintah Orde Baru yang memusatkan perhatiannya kepada pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan itu pemerintah Orde Baru juga menaruh perhatian yang sangat besar terhadap masalah kependudukan. Komitmen yang tinggi tersebut ditandai dengan penandatanganan Deklarasi Kependudukan Dunia oleh Presiden Soeharto bersama-sama dengan pemimpin-pemimpin dunia lainnya pada tahun Berdasarkan hasil penandatanganan Deklarasi Kependudukan PBB Tahun 1967 oleh beberapa Kepala Negara Indonesia, maka dibentuklah suatu lembaga program keluarga Berencana dan dimasukkan dalam program pemerintah sejak pelita 1 (1969) berdasar Instruksi Presiden nomor 26 tahun 1968 yang dinamakan Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) sebagai lembaga semi pemerintah. Pada tahun 1970 ditingkatkan menjadi badan pemerintah melalui Keppres (Keputusan Presiden) nomor 8 tahun 1970 dan diberi nama BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga 5

75 Berencana Nasional) yang bertanggung jawab kepada presiden dan bertugas mengkoordinasikan perencanaan, pengawasan dan penilaian pelaksanaan Program keluarga Berencana. Melalui Keppres nomor 33 tahun 1972 dilakukan penyempurnaan struktur organisasi, tugas pokok dan tata kerja BKKBN. Dengan Keppres nomor 38 tahun 1978 organisasi dan struktur BKKBN disempurnakan lagi, dimana fungsinya diperluas tidak hanya masalah KB tetapi juga kegiatan-kegiatan lain, yaitu kependudukan yang mendukung KB (beyond family planning). Untuk melaksanakan Program Keluarga Berencana dimasyarakat, dikembangkan berbagai pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan program dan situasi serta kondisi masyarakat. Sebagai upaya menunjang keberhasilan terhadap kebijaksanaankebijaksanaan yang telah ditetapkan, BKKBN mengembangkan beberapa kebijakan dan strategi selama Pembangunan Jangka Panjang Pertama. Periode Pelita I ( ) Pada periode Pelita I ini dibentuk BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana) berdasarkan Keputusan Presiden nomor 8 tahun Pada tahun 1972 melalui Keputusan Presiden nomor 33 tahun 1972 status Badan ini berubah menjadi Lembaga Non Departemen yang berkedudukan langsung di bawah presiden. Sebagai bagian dari rencana besar pembangunan lima tahun, maka kebijakan kependudukan tak lepas dari keseluruhan kebijakan pembangunan nasional. Kebijakan pembangunan kependudukan ini ditujukan untuk mengurangi angka pertumbuhan penduduk. Inilah yang menjadi arah utama implementasi kebijakan kependudukan pada Pelita I dimana tingkat pertumbuhan penduduk relatif tinggi. Untuk itu, pendekatan yang ditempuh adalah dengan cara memasyarakatkan program penjarangan kelahiran. Meskipun demikian, pemerintah tetap menyadari arti penting dan makna strategis masalah kependudukan sebagai aset pembangunan. Jumlah penduduk yang besar merupakan sumber daya manusia terpenting bagi keberhasilan pembangunan nasional. Oleh karenanya sambil menekan tingkat kelahiran, pemerintah juga merancang berbagai program aksi guna meningkatkan kualitas penduduk termasuk didalamnya adalah 6

76 agenda untuk: (1) meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak; (2) meningkatkan kemudahan dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat; (3) meningkatkan gizi. Periode Pelita II ( ) Pada periode ini, pembinaan dan pendekatan program yang semula berorientasi pada kesehatan mulai dipadukan dengan sektor-sektor pembangunan lainnya, yang dikenal dengan Pendekatan Integritas, dengan tujuan untuk menurunkan angka kelahiran secara langsung dengan pemakaian alat kontrasepsi dan penurunan angka kelahiran secara tidak langsung melalui pola kebijakan kependudukan yang integral (Beyond Family Planning). Dalam kaitannya dengan Beyond Family Planning, pada tahun mulai dirintis Pendidikan Kependudukan sebagai pilot project. Periode Pelita III ( ) Pada awal Pelita III dikembangkan penggarapan program KB dengan pendekatan KB pedesaan di seluruh wilayah Indonesia. Kemudian dikembangkan kebijakan dan strategi operasional yang disebut Panca Karya dan Catur Bhava Utama yang bertujuan mempertajam segmentasi sehingga diharapkan dapat mempercepat penurunan fertilitas. Pada periode ini juga dikembangkan model strategi baru yang memadukan KIE dan pelayanan kontrasepsi dalam bentuk Mass Campaign, yang dinamakan Safari KB Senyum Terpadu. Periode Pelita IV ( ) Pada Pelita ini dikembangkan strategi pembagian wilayah guna mengimbangi laju kecepatan program, dikembangkan juga melalui pendekatan koordinasi aktif yaitu penyelenggaraan KB oleh pemerintah dan masyarakat lebih disinkronkan dan ditingkatkan menjadi koordinasi aktif dengan peran ganda, yaitu selain sebagai dinamisator juga sebagai fasilitator. Selain itu dilakukan pula pendekatan kualitas yaitu untuk meningkatkan kualitas petugas, sarana dan pelayanan dalam upaya menuju profesionalisme. Pada periode ini, tanggal 28 Januari 1987, dicanangkan KB Mandiri oleh Presiden Soeharto. Program KB 7

77 Mandiri dipopulerkan dengan Kampanye Lingkaran Biru (LIBI) yang bertujuan untuk memperkenalkan tempat-tempat pelayanan dengan Logo Lingkaran Biru KB. Periode Pelita V ( ) Pelita V merupakan tahapan akhir dari pembangunan jangka panjang pertama, pada tahapan ini program KB terus berupaya meningkatkan kualitas petugas atau sumberdaya manusia dan pelayanan KB. Salah satu strategi baru yang diluncurkan adalah kampanye LIMAS (Lingkaran Emas). Lingkaran Emas ini merupakan bentuk kampanye KKM (keluarga kecil mandiri) dan dalam LIMAS ini jenis kontrasepsi yang ditawarkan lebih banyak dibandingkan dengan LIBI. Pada periode ini pula ditetapkan Undang-undang nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera dan GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) tahun 1993 khususnya sub sektor Keluarga Sejahtera dan Kependudukan, sehingga kebijaksanaan dan strategi gerakan KB nasional diadakan untuk mewujudkan keluarga kecil yang sejahtera melalui penundaan usia perkawinan, penjarangan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Gambar 1.2 Pemberian Penghargaan PengelolaKB Teladan Tingkat Nasional Tahun

78 Periode Pelita VI ( ) Pada awal Pelita VI, strategi yang dilakukan adalah meningkatkan kerjasama lintas sektor dan antar instansi/institusi dalam suasana kesejajaran untuk mengefisienkan pelaksanaan program. Kerjasama dimulai sejak tahap perencanaan sampai pada pelaksanaan serta pemantauan dan evaluasi, dilandasi semangat kesetaraan, kemitraan dan saling menguntungkan. Kegiatan yang dikembangkan dalam pelaksanaan pembangunan keluarga sejahtera diarahkan pada tiga gerakan yaitu: GRKS (Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera), GKSS (Gerakan Ketahanan Keluarga), dan GEKS (Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera). Selain itu dicanangkan pula Gerakan Bangga Suka Desa yang bermakna sebagai Gerakan Pembangunan Keluarga Modern dalam suasana perkotaan di daerah pedesaan, pengenalan masyarakat pedesaan terhadap kehidupan modern tersebut lebih diperdalam dengan diluncurkannya TAKESRA (Tabungan Keluarga Sejahtera) dan KUKESRA (Kredit Usaha Keluarga Sejahtera) pada tanggal 2 Oktober Fokus kegiatan diarahkan pada pelayanan keluarga berencana dan pembangunan keluarga sejahtera, yang dilaksanakan oleh pemerintah, masyarakat dan keluarga untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat melaksanakan fungsinya secara optimal. Periode Pasca Reformasi Dari butir-butir arahan GBHN tahun 1999 dan perundang-undangan yang telah ada, Program Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu program untuk meningkatkan kualitas penduduk, mutu sumber daya manusia, kesehatan dan kesejahteraan sosial yang selama ini dilaksanakan melalui pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan keluarga dan kesejahteraan keluarga. Arahan GBHN ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) yang telah ditetapkan dengan Undang-undang nomor 25 tahun Sejalan dengan era desentralisasi, eksistensi program dan kelembagaan keluarga berencana nasional di daerah mengalami masa-masa kritis. Sesuai dengan Keppres nomor 103 tahun 2001, yang kemudian diubah menjadi Keppres nomor 09 tahun

79 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen menyatakan bahwa sebagian urusan di bidang keluarga berencana diserahkan kepada pemerintah kabupaten dan kota selambatlambatnya Desember Hal ini sejalan dengan esensi Undang-undang nomor 22 tahun 1999 (sebagaimana telah diubah menjadi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004). Dengan demikian tahun 2004 merupakan tahun pertama Keluarga Berencana Nasional dalam era desentralisasi. Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang telah disahkan pada tanggal 29 Oktober 2009, berimplikasi terhadap perubahan kelembagaan, visi, dan misi BKKBN. Undang-undang tersebut mengamanatkan perubahan kelembagaan BKKBN yang semula adalah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Visi BKKBN adalah Penduduk Tumbuh Seimbang 2015 dengan misi mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Untuk mencapai visi dan misi tersebut, BKKBN mempunyai tugas dan fungsi untuk melaksanakan pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 56 Undang-undang nomor 52 tahun Dalam rangka pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana di daerah, pemerintah daerah membentuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah yang selanjutnya disingkat BKKBD di tingkat provinsi dan kabupaten dan kota yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya memiliki hubungan fungsional dengan BKKBN (pasal 54 ayat 1 dan 2 Undang-undang nomor 52 Ttahun 2009). Peran dan fungsi baru BKKBN diperkuat dengan adanya Peraturan Presiden nomor 3 tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden nomor 103 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian; Peraturan Kepala BKKBN nomor 82/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi dan Peraturan Kepala BKKBN nomor 10

80 92/PER/B5/2011 tentang Organisasi Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana. Adanya perubahan lingkungan strategis seperti perubahan pemerintahan dengan segala perubahan perilaku manajemen kepemerintahan negara, mendorong BKKBN untuk menyesuaikan visi dan misi organisasi untuk mendukung Visi dan Misi Pembangunan Visi BKKBN adalah menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas dengan misi: 1) Mengarusutamakan pembangunan berwawasan kependudukan, (2) Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, (3) Memfasilitasi pembangunan keluarga, (4) Membangun dan menerapkan budaya kerja organisasi secara konsisten, (5) Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga. Pasca Reformasi Kepala BKKBN telah mengalami beberapa pergantian: - Pada Periode Kabinet Persatuan Indonesia, Kepala BKKBN dirangkap oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan yang dijabat oleh Khofifah Indar Parawansa; - Setelah itu digantikan oleh Prof. Dr. Yaumil C. Agoes Achir pada tahun 2001 dan meninggal dunia pada tahun 2003; - Pada tanggal 10 November 2003, Kepala Litbangkes Departemen Kesehatan dr. Sumarjati Arjoso, SKM dilantik menjadi Kepala BKKBN oleh Menteri Kesehatan Ahmad Sujudi sampai beliau memasuki masa pensiun pada tahun 2006; - Setelah itu digantikan oleh Dr. Sugiri Syarief, MPA yang dilantik sebagai Kepala BKKBN pada tanggal 24 Nopember 2006; - Sebagai tindak lanjut dari Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, di mana BKKBN kemudian direstrukturisasi menjadi badan kependudukan, bukan lagi badan koordinasi, maka pada tanggal 27 September 2011 Kepala BKKBN, Dr. dr. Sugiri Syarief, MPA akhirnya dilantik sebagai Kepala BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional); 11

81 - Pada tanggal 13 Juni 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D, Sp.Gk sebagai Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. - Pada tanggal 25 Mei 2015, Presiden Joko Widodo menetapkan dr. Surya Chandra Surapaty, MPH, Ph.D sebagai Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Tugas, Fungsi dan Wewenang BKKBN merupakan LPNK (Lembaga Pemerintahan Non Kementerian) yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Berdasarkan ketentuan pasal 56 ayat (2) Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dan ketentuan lampiran huruf (n) Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, BKKBN mempunyai tugas: Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, BKKBN menyelenggarakan fungsi: a. Perumusan kebijakan nasional, pemaduan dan sinkronisasi kebijakan di bidang KKB; b. Penetapan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang KKB; c. Pelaksanaan advokasi dan koordinasi di bidang pengendalian penduduk dan KB; d. Penyelenggaraan komunikasi, informasi dan edukasi di bidang KKB; e. Penetapan perkiraaan pengendalian penduduk secara nasional; f. Penyusunan desain Program KKBPK; g. Pengelolaan tenaga penyuluh KB/petugas lapangan KB (PKB/PLKB); h. Pengelolaan dan penyediaan alat dan obat kontrasepsi untuk kebutuhan Pasangan Usia Subur (PUS) nasional; i. Pengelolaan dan pengendalian sistem informasi keluarga; 12

82 j. Pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi kemasyarakatan tingkat nasional dalam pengendalian pelayanan dan pembinaan kesertaan ber-kb dan Kesehatan Reproduksi (KR); k. Pengembangan desain program pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga; l. Pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi kemasyarakatan tingkat nasional dalam pembangunan keluarga melalui ketahanan dan kesejahteraan keluarga; m. Standardisasi pelayanan KB dan sertifikasi tenaga penyuluh KB/petugas lapangan KB (PKB/PLKB); n. Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi di bidang pengendalian penduduk dan keluarga berencana; dan o. Pembinaan, pembimbingan dan fasilitas di bidang KKB. Selain menyelenggarakan fungsi tersebut, BKKBN juga menyelenggarakan fungsi: a. Penyelenggaraan pelatihan, penelitian dan pengembangan di bidang KKB; b. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi umum di lingkungan BKKBN; c. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab BKKBN; d. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BKKBN; dan e. Penyampaian laporan, saran dan pertimbangan di bidang KKB. Penerima Manfaat BKKBN Penerima manfaat BKKBN terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu 1) Pemangku kepentingan yang terdiri dari jajaran pemerintah, pemerintah daerah, DPR dan DPRD; 2) Mitra kerja terdiri dari berbagai unsur di luar pemerintahan baik kelembagaan, kelompok maupun perorangan, yaitu organisasi profesi, keagamaan, pendidikan, Lembaga Swadaya dan Organisasi Masyarakat (LSOM), tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, swasta, dan sebagainya. 13

83 Gambar 1.3 Penerima manfaat BKKBN Dengan masih banyaknya permasalahan yang menjadi hambatan tercapainya sasaran strategis, BKKBN tidak akan mungkin bekerja sendiri dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Peran pemangku kepentingan dan mitra kerja akan senantiasa diperlukan untuk mendukung keberhasilan program KKBPK. Dukungan dan komitmen dari pemangku kepentingan maupun partisipasi dari mitra kerja sangat penting bagi BKKBN untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat khususnya keluarga pra sejahtera dan menunjang peranan BKKBN dalam Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana untuk mendukung agenda prioritas pembangunan. Gambar 1.4 Framework BKKBN Tahun

84 Kedudukan dan Fungsi Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dalam Pasal 53 (ayat 2) BKKBN merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden. Dalam Peraturan Kepala BKKBN nomor 72/PER/B5/2011, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala BKKBN nomor 273/PER/B4/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, disebutkan bahwa BKKBN adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan. BKKBN bertugas melaksanakan pengendalian penduduk dan menyelenggarakan keluarga berencana. Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Kepala BKKBN nomor 72/PER/B5/2011 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala BKKBN nomor 273/PER/B4/2014, maka struktur organisasi BKKBN adalah sebagai berikut: 15

85 Gambar 1.5 Struktur Organisasi BKKBN Adapun penjabaran tugas masing-masing Eselon I beserta satuan kerja dibawahnya yaitu: Sekretaris Utama Tugas: Melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit kerja di lingkungan BKKBN. Satuan Kerja yang dibawahi: Biro Perencanaan; Biro Kepegawaian; Biro Keuangan dan Pengelolaan Barang Milik Negara; Biro Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat, Biro Umum Inspektorat Utama Tugas: Melakukan pengawasan intern di lingkungan BKKBN. Satuan Kerja yang dibawahi: Inspektorat Wilayah I; Inspektorat Wilayah II; Inspektorat Wilayah III Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Tugas: Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Satuan Kerja yang dibawahi: Direktorat Bina Kesertaan Keluarga Berencana Jalur Pemerintah; Direktorat Bina Kesertaan Keluarga Berencana Jalur Swasta; Direktorat Bina Kesertaan Keluarga Berencana Jalur Wilayah dan Sasaran Khusus; Direktorat Kesehatan Reproduksi. 16

86 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Tugas: Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga. Satuan Kerja yang dibawahi: Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Balita dan Anak; Direktorat Bina Ketahanan Remaja; Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan; Direktorat Pemberdayaan Ekonomi Keluarga. Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Tugas: Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang pengendalian penduduk. Satuan Kerja yang dibawahi: Direktorat Pemaduan Kebijakan Pengendalian Penduduk; Direktorat Perencanaan Pengendalian Penduduk; Direktorat Kerjasama Pendidikan Kependudukan; Direktorat Analisis Dampak Kependudukan. Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi Tugas: Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang advokasi dan penggerakan serta komunikasi, informasi, dan edukasi pengendalian penduduk, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, serta keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga. Satuan Kerja yang dibawahi: Direktorat Advokasi dan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi; Direktorat Bina Hubungan Antarlembaga; Direktorat Bina Lini Lapangan; Direktorat Pelaporan dan Statistik; Direktorat Teknologi Informasi dan Dokumentasi. Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan Tugas: Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang pelatihan, penelitian dan pengembangan pengendalian penduduk, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, serta keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga. Satuan Kerja yang dibawahi: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana; Pusat Pelatihan dan Kerja Sama Internasional Kependudukan dan Keluarga Berencana; Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan; Pusat Penelitian dan Pengembangan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Sumber Daya Dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, perlu dibangun Aparatur Sipil Negara (ASN) yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD Oleh karena itu untuk mewujudkan ASN sebagai bagian dari reformasi birokrasi, perlu ditetapkan ASN sebagai profesi yang memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit dalam pelaksanaan manajemen ASN. Dalam rangka pelaksanaan amanat Undang-undang nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan ketentuan reformasi birokrasi, BKKBN telah 17

87 melaksanakan amanat tersebut dengan melakukan penataan SDM Aparatur serta melakukan pengelolaan Sumber Daya Manusia secara profesional dimana fungsifungsi SDM dari perencanaan, analisis jabatan, rekruitmen, manajemen karir saling terintegrasi. Kebijakan dalam upaya pencapaian program antara lain peningkatan kompetensi dan kinerja pegawai ASN yang profesional dan kompeten serta pelayanan administrasi kepegawaian yang optimal. Aparatur sipil negara sebagai bagian dari reformasi birokrasi berkewajiban mempertanggungjawabkan kinerjanya. Pada tahun 2016, pengelolaan SDM yang dilaksanakan sebagai upaya untuk mendukung pelaksanaan Reformasi Birokrasi di BKKBN adalah sebagai berikut: 1. Pemberlakuan sistem merit melalui kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang ras, warna kulit, agama, asal-usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur ataupun kondisi kecacatan; 2. Pengisian jabatan struktural untuk pimpinan tinggi madya dan pratama telah dilaksanakan melalui seleksi terbuka (open bidding), dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan jabatan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 3. Melaksanakan internalisasi budaya kerja CETAK TEGAS (cerdas, tangguh, kerjasama, integritas dan ikhlas) yaitu proses menanamkan dan menumbuhkembangkan nilai atau budaya kerja menjadi bagian diri pegawai ASN di lingkungan BKKBN; 4. Penyediaan profil kompetensi SDM pegawai yang komprehensif dan terkini diwujudkan dengan melaksanakan asesmen terhadap seluruh pegawai yang dapat digunakan sebagai bahan pembahasan peningkatan karir pegawai. Sampai dengan akhir tahun 2016, jumlah SDM yang aktif di BKKBN adalah 3429 orang, sedangkan yang diperbantukan ke instansi lain sebanyak 18 orang. Berikut adalah profil demografi pegawai BKKBN: 18

88 PROFIL DEMOGRAFI PEGAWAI BKKBN TAHUN 2016 Jumlah : 3477 orang (sumber: Biro Kepegawaian BKKBN Pusat, Desember 2016) Golongan Golongan IV (14,6%) Golongan III (71,7%) Golongan II (12,6%) Golongan I (1%) 19

89 Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2015 adalah: 1. Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; 3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015; 5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ; 6. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden RI Nomor 3 Tahun 2013 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian; 7. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Kementerian sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013; 8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Reviu atas Laporan Kinerja; 9. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 72 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Kepala BKKBN Nomor 273/PER/B4/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala BKKBN Nomor 72/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional; 20

90 10. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 82 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi; 11. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 92 Tahun 2011 tentang Balai Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga berencana; 12. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 212/PER/B1/2015 tentang Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun ; 13. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 199 Tahun 2016 tentang Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun Harapan, Tantangan dan Peluang BKKBN Berdasarkan ketentuan Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, urusan pengendalian penduduk dan keluarga berencana merupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Urusan pemerintahannya terdiri atas urusan pemerintahan konkuren yaitu urusan pemerintahan yang dibagi antara pemerintah pusat, daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota. Harapan dan peluang BKKBN untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi mendapat dukungan regulasi dan komitmen Presiden RI. Dengan diundangkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 18 tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017, maka dalam rangka peningkatan kualitas penduduk dan keluarga berencana dan keluarga sejahtera, maka perumusan kegiatan dalam penyusunan RKPD Tahun 2017 harus memperhatikan Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana. Selain fokus pada strategi Program KKBPK, BKKBN juga memperhatikan perkembangan kebijakan, lingkungan strategis dan berbagai permasalahan program yang harus dihadapi saat ini antara lain stagnasi pencapaian program dan masih lemahnya implementasi Program KKBPK di lini lapangan. Berdasarkan hasil evaluasi internal yang dilakukan dan atas petunjuk Bapak Presiden Republik Indonesia, maka kemudian dirumuskan inovasi strategis untuk dapat mengimplementasikan kegiatan- 21

91 kegiatan prioritas Program KKBPK secara utuh di lapangan dalam rangka mencapai target sasaran yang telah ditetapkan serta memperluas cakupan penggarapan Program KKBPK di seluruh tingkatan wilayah. Pada tahun 2016, peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia melalui Kampung KB menjadi salah satu inovasi strategis dalam upaya realisasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan Program KKBPK secara utuh dan terintegrasi antar bidang baik internal BKKBN maupun lintas sektor di lini lapangan. 22

92 Bab 2 Perjanjian Kinerja 23

93 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Perencanaan Strategis RENSTRA (Rencana Strategis) BKKBN tahun ditetapkan melalui Peraturan Kepala BKKBN nomor 212/PER/B1/2015 tentang Rencana Strategis BKKBN Tahun Pada tahun 2016, dilakukan revisi terhadap Renstra BKKBN tahun dengan dikeluarkannya Peraturan Kepala nomor 199 tahun 2016 tentang Rencana Strategis BKKBN Tahun yang ditetapkan pada tanggal 15 September 2016 dan diundangkan pada tanggal 26 September 2016 dengan Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 nomor 1441 serta mulai berlaku pada tanggal 1 Januari Beberapa aspek penting yang mendasari adanya penyesuaian pada Renstra adalah: Perubahan pendekatan perencanaan yang semula bersifat money follow function diubah menjadi money follow program. Hal ini berarti bahwa dari sisi pembiayaan, tidak seluruh fungsi harus dibiayai secara merata, melainkan harus selektif dengan mempertimbangkan prioritas program dan kegiatannya. Perubahan pendekatan perencanaan pembangunan nasional yang holistik, tematik, terintegrasi dan spasial. Memperhatikan pendekatan penganggaran yang berbasis kinerja, terpadu (unified budgeting) serta mengacu pada Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM). Untuk penyusunan masih berpedoman pada Renstra BKKBN Tahun berdasarkan Peraturan Kepala BKKBN nomor 212/PER/B1/2015 tentang Rencana Strategis BKKBN Tahun Sedangkan Renstra BKKBN Tahun (Revisi) berdasarkan Peraturan Kepala BKKBN nomor 199 tahun 2016 tentang Renstra BKKBN Tahun akan diberlakukan pada penyusunan Laporan Kinerja BKKBN tahun

94 Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009 pasal 56 ayat (2), BKKBN memiliki 6 (enam) fungsi yang diantaranya adalah fungsi dalam perumusan kebijakan nasional. Rencana Strategis (Renstra) BKKBN Tahun merupakan kebijakan nasional yang ditetapkan melalui Peraturan Kepala BKKBN nomor 212/PER/B1/2015 tentang Rencana Strategis BKKBN Tahun sebagai dokumen perencanaan dan acuan penganggaran Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) periode Arah kebijakan dan Strategi Nasional Arah kebijakan dan strategi nasional dalam Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana yang tertera pada RPJMN Buku I dan yang akan menjadi fokus dalam pelaksanaan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana selama lima tahun ke depan adalah: 1. Penguatan dan pemaduan kebijakan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang merata dan berkualitas; 2. Penyediaan sarana dan prasarana serta jaminan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi yang memadai di setiap fasilitas kesehatan KB dan jejaring pelayanan, serta pendayagunaan fasilitas kesehatan untuk pelayanan KB; 3. Peningkatan pelayanan KB dengan menggunakan MKJP untuk mengurangi resiko drop-out maupun penggunaan non MKJP dengan memberikan informasi secara berkesinambungan untuk keberlangsungan kesertaan ber-kb serta pemberian pelayanan KB lanjutan dengan mempertimbangkan prinsip Rasional, Efektif dan Efisien (REE); 4. Peningkatan jumlah dan penguatan kapasitas tenaga lapangan KB dan tenaga kesehatan pelayanan KB, serta penguatan lembaga di tingkat masyarakat untuk mendukung penggerakan dan penyuluhan KB; 5. Advokasi program kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga kepada para pembuat kebijakan, serta promosi dan penggerakan kepada masyarakat dalam penggunaan alat dan obat kontrasepsi KB; 25

95 6. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman kesehatan reproduksi bagi remaja melalui pendidikan, sosialisasi mengenai pentingnya Wajib Belajar 12 tahun dalam rangka pendewasaan usia perkawinan, dan peningkatan intensitas layanan KB bagi pasangan usia muda guna mencegah kelahiran di usia remaja; 7. Pembinaan ketahanan dan pemberdayaan keluarga melalui kelompok kegiatan bina keluarga dalam rangka melestarikan kesertaan ber-kb dan memberikan pengaruh kepada keluarga calon akseptor untuk ber-kb; 8. Penguatan tata kelola pembangunan kependudukan dan KB melalui penguatan landasan hukum, kelembagaan, serta data dan informasi kependudukan dan KB; 9. Penguatan Bidang KKB melalui penyediaan informasi penelitian/kajian Kependudukan, Keluarga Berencana dan Ketahanan dari hasil Keluarga serta peningkatan kerjasama penelitian dengan universitas terkait pengembangan Program KKBPK. Framework Renstra BKKBN Sesuai dengan arah kebijakan pemerintah (kabinat kerja) , seluruh Kementerian/Lembaga diarahkan untuk turut serta mensukseskan visi dan misi pembangunan Visi dan misi pembangunan tersebut didukung oleh 9 (sembilan) Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita). BKKBN diharapkan dapat berpartisipasi dalam mensukseskan agenda prioritas pembangunan tersebut, terutama agenda prioritas agenda prioritas ke 5 yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. 26

96 Salah satu prioritas pembangunan nasional di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun adalah mewujudkan penduduk tumbuh seimbang. Untuk itu, BKKBN berkomitmen turut mensukseskan prioritas pembangunan nasional di dalam RPJPN dan agenda prioritas nomor 5 di dalam Nawa Cita, melalui: Visi: Menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas. Misi: 1. Mengarusutamakan pembangunan berwawasan kependudukan. 2. Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. 3. Memfasilitasi pembangunan keluarga. 4. Membangun dan menerapkan budaya kerja organisasi secara konsisten. 5. Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga. 27

97 Untuk mencapai misinya serta mewujudkan penduduk tumbuh seimbang, berkualitas dan berdaya saing, BKKBN menetapkan empat tujuan strategis yang diuraikan dalam enam Sasaran Strategis (SS) sebagai berikut: Tujuan Strategis I Penguatan tata kelola, penelitian dan pengembangan bidang Keluarga Berencana. Penguatan tata kelola, penelitian dan pengembangan bidang Keluarga Berencana ditetapkan untuk mendukung upaya peningkatan kualitas dan efektivitas Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana. Dalam rangka memperkuat implementasi Program KKBPK, diperlukan data dan informasi BKKBN yang akurat, valid, relevan dan dapat dipertanggungjawabkan. Data dan informasi tersebut diperoleh berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan bidang keluarga berencana. Data dan informasi hasil penelitian dimanfaatkan oleh pengelola program dan pembuat kebijakan dalam merencanakan, menyusun dan mengevaluasi kebijakan, strategi, program dan kegiatan yang dilakukan. Untuk mencapai tujuan ini, BKKBN telah menetapkan sasaran strategis yaitu: 28

98 Menurunnya LPP (Laju Pertumbuhan Penduduk) LPP (Laju Pertumbuhan Penduduk) merupakan angka yang menunjukkan tingkat pertambahan penduduk per tahun dalam jangka waktu tertentu. LPP berguna untuk mengetahui perubahan jumlah penduduk antar dua periode waktu. Kemajuan suatu bangsa juga diukur berdasarkan indikator kependudukan, ada kaitan yang erat antara kemajuan suatu bangsa dengan laju pertumbuhan penduduk termasuk derajat kesehatan. Bangsa yang sudah maju ditandai dengan laju pertumbuhan penduduk yang lebih kecil. Melalui sasaran strategis ini, BKKBN berkomitmen mewujudkan penduduk tumbuh seimbang sebagaimana yang diarahkan dalam Undang-undang nomor 17 tahun 2007 tentang RPJPN Tujuan Strategis II Menguatkan akses pelayanan KB dan KR yang merata dan berkualitas. Salah satu prasyarat untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia adalah dengan mewujudkan penduduk tumbuh seimbang, berkualitas dan berdaya saing dengan pengendalian kuantitas penduduk melalui Keluarga Berencana. Berbagai tantangan pelayanan KB yang masih dihadapi adalah peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan KB yang menjangkau seluruh kelompok masyarakat dan wilayah, didukung tenaga kesehatan yang kompeten dan fasilitas kesehatan yang sesuai standar, serta penguatan manajemen dan distribusi alat dan obat kontrasepsi. Untuk itu, BKKBN berupaya menguatkan akses pelayanan KB dan KR yang merata dan berkualitas, terutama dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Kesehatan. Dalam rangka pencapaian tujuan strategis ini, BKKBN telah menetapkan dua sasaran strategis, yaitu: Menurunnya angka kelahiran total (TFR) per WUS (15-49 tahun) Penduduk merupakan modal pembangunan. Dalam pembangunan, penduduk dapat menjadi aset ataupun beban. Jumlah penduduk yang besar hanya akan menjadi aset jika disertai dengan kualitas sumber daya yang baik. Di sisi lain, jumlah penduduk yang terlampau sedikit dapat menjadi masalah bagi keberlangsungan jumlah penduduk di masa depan. Oleh karena itu, angka kelahiran total (Total Fertility Rate) menjadi 29

99 sasaran strategis yang harus diperhatikan dari waktu ke waktu. Angka kelahiran merupakan salah satu komponen pertumbuhan penduduk yang bersifat menambah jumlah penduduk. Melalui sasaran strategis ini, BKKBN memastikan membuat kegiatan-kegiatan strategis yang fokus pada pengendalian jumlah penduduk. Meningkatnya pemakaian kontrasepsi (CPR) Sejak pemerintah melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) pada awal tahun 1970-an, angka kelahiran mengalami penurunan yang sangat berarti. Keberhasilan ini salah satunya didukung oleh keberhasilan peningkatan pemakaian alat dan obat kontrasepsi. Pemakaian kontrasepsi merupakan salah satu faktor antara (proximate determinant) fertilitas yang secara langsung mempengaruhi fertilitas dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi demografi, sosial, ekonomi, hukum, politik dan lingkungan. Informasi mengenai tingkat pemakaian kontrasepsi penting untuk mengukur keberhasilan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga. Melalui sasaran strategis ini, BKKBN berupaya meningkatkan pemakaian kontrasepsi guna mengendalikan angka kelahiran. Tujuan Strategis III Peningkatan pembinaan peserta KB, baik menggunakan MKJP maupun Non MKJP Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu upaya dalam Program KKBPK untuk pengendalian fertilitas atau menekan pertumbuhan penduduk yang paling efektif. Di dalam pelaksanaannya diupayakan agar semua metoda kontrasepsi yang disediakan dan ditawarkan kepada masyarakat memberikan manfaat optimal dengan meminimalkan efek samping maupun keluhan yang ditimbulkan. Metoda kontrasepsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu metoda kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan metoda kontrasepsi jangka pendek/non MKJP. Untuk mencapai tujuan ini, BKKBN telah menetapkan dua sasaran strategis yaitu: Menurunnya kebutuhan ber-kb yang tidak terpenuhi (unmet need) Unmet need merupakan kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi. Kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi didefinisikan sebagai persentase wanita kawin 30

100 yang tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi. Bagi BKKBN, estimasi ukuran dan komposisi dari populasi wanita yang kebutuhan kontrasepsinya tidak terpenuhi berguna untuk menilai sejauh mana Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga telah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Melalui sasaran strategis ini, BKKBN bertekad menurunkan angka unmet need. Menurunnya kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (15-49 tahun) Salah satu empat pilar dalam upaya safe motherhood adalah Keluarga Berencana. Program KKBPK memiliki peranan dalam menurunkan risiko kematian ibu melalui upaya pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan serta menjarangkan kehamilan. Didalamnya termasuk pula penurunan kehamilan yang tidak diinginkan. Melalui sasaran strategis ini, BKKBN berupaya menurunkan kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS melalui advokasi dan KIE program KKBPK. Tujuan Strategis IV Meningkatkan pemahaman remaja mengenai Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga tidak hanya bertanggung jawab atas pengendalian penduduk di Indonesia namun juga berupaya meningkatkan kualitas manusia sebagai sumber daya pembangunan yang merupakan prasyarat utama dalam memperbaiki derajat kesehatan rakyat. Pada pasal 47 ayat (1) Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Selanjutnya, pada pasal 48 disebutkan kebijakan pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga dilaksanakan salah satunya melalui peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan tentang kehidupan berkeluarga. 31

101 Melalui tujuan strategis meningkatkan pemahaman remaja mengenai Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, BKKBN ingin agar remaja di Indonesia memiliki pengetahuan tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi agar terhindar dari kehamilan dan melahirkan di usia remaja. Untuk mencapai tujuan ini, BKKBN telah menetapkan sasaran strategis yaitu: Menurunnya angka kelahiran pada remaja usia tahun (ASFR tahun) Fertilitas remaja merupakan isu penting dari segi kesehatan dan sosial karena berhubungan dengan tingkat kesakitan serta kematian ibu dan anak. Ibu dan anak yang berumur remaja, terutama di bawah umur 18 tahun, lebih berpeluang untuk mengalami masalah pada bayinya atau bahkan mengalami kematian yang berkaitan dengan persalinan dibandingkan dengan wanita yang lebih tua. Selain itu, melahirkan pada umur muda mengurangi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan atau mendapat pekerjaan. Melalui sasaran strategis ini, BKKBN berupaya melalui berbagai kegiatan seperti Generasi Berencana dan Bina Keluarga Remaja agar angka kelahiran pada remaja usia tahun dapat terus turun. Rencana Aksi Upaya Pencapaian Target/Sasaran RPJMN dan Rencana Strategis BKKBN Tahun Rencana aksi upaya pencapaian target/sasaran RPJMN dan Rencana Strategis BKKBN Tahun merupakan penjabaran dari Renstra BKKBN Tahun serta sebagai upaya pencapaian target/sasaran yang telah ditetapkan didalamnya. Rencana Aksi BKKBN mengacu pada arah kebijakan dan strategi yang tertera dalam RPJMN dan Renstra BKKBN Di dalam Rencana Aksi Tahun diuraikan kegiatan-kegiatan prioritas 32

102 yang dapat diimplementasikan setiap tahunnya (dalam periode ) sehingga tidak menyimpang dari program dan kegiatan yang telah dituangkan dalam Renstra BKKBN Tahun Perjanjian Kinerja Dalam tahapan perencanaan kinerja, langkah awal yang dilakukan adalah perumusan target kinerja. Target kinerja tersebut selaras dengan arah dan tujuan BKKBN yang telah ditetapkan. Target kinerja BKKBN tahun 2016 mengacu pada target yang telah ditetapkan dalam Renstra dan Rencana Aksi Upaya Pencapaian Target/Sasaran RPJMN dan Renstra Tahun , serta dengan memperhatikan pencapaian kinerja pada tahun sebelumnya dan peraturan perundang- undangan yang berlaku. B. Rencana Kerja Tahunan (RKT) Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel serta berorientasi hasil maka dilakukan penetapan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) BKKBN. RKT merupakan penjabaran atas Renstra sehingga seluruh pelaksanaan BKKBN dapat lebih terarah dan fokus terhadap pencapaian Renstra. 33

103 Pernyataan Komitmen Pencapaian Kinerja Target yang sudah ditetapkan kemudian dituangkan ke dalam dokumen perjanjian kinerja yang merupakan bentuk komitmen dan ditetapkan serta ditandatangani oleh Kepala BKKBN, Eselon I dan Eselon II. Dokumen tersebut mencakup: (1) penandatanganan Kontrak Kinerja Pusat dan Provinsi Tahun 2016; (2) Indikator Kinerja Utama dan target BKKBN Tahun 2016 yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja Tahun Gambar 2.1 Perjanjian Kinerja BKKBN Tahun

104 35

105 Gambar 2.2 Penandatanganan Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Monitoring dan Evaluasi Pencapaian Rencana Strategis Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana serta untuk mendukung tercapainya sasaran nasional sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun , maka telah ditetapkan Keputusan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional nomor 295/KEP/B1/2015 tentang Kinerja Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga Tahun Keputusan Kepala BKKBN tersebut berlaku bagi unit kerja di lingkungan BKKBN, Perwakilan BKKBN Provinsi dan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang merupakan alat ukur prestasi kinerja yang terdiri dari Indikator Kinerja dan Sasaran Kinerja pada tahun

106 Monitoring dan evaluasi kinerja merupakan hal yang rutin dilakukan di lingkungan BKKBN untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan Program KKBPK. Monitoring dan evaluasi kinerja Program KKBPK Tahun 2016 dilaksanakan setiap bulan melalui forum RADALGRAM (rapat pengendalian program) melalui fasilitasi VICON (Video Conference) yang dihadiri oleh seluruh pejabat pimpinan tinggi madya dan pratama BKKBN di pusat dan provinsi. Unit kerja di lingkungan BKKBN, Perwakilan BKKBN Provinsi dan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta wajib melaporkan hasil pelaksanaan kinerja kepada Kepala BKKBN setiap bulannya sesuai dengan tata cara pencatatan dan pelaporan yang berlaku. Monitoring dan evaluasi yang juga dilakukan terhadap variabel kontrak kinerja baik pusat maupun provinsi dilakukan berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Evaluasi kinerja perwakilan BKKBN Provinsi dilakukan dengan menghitung capaian kinerja berdasarkan Kontrak Kinerja Provinsi yang telah disepakati bersama antara Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi dengan Kepala BKKBN. Hasil evaluasi kinerja tersebut dilaporkan oleh Ditlaptik (Direktorat Pelaporan dan Statistik) dalam forum RADALGRAM serta termuat dalam: a. Laporan Umpan Balik Hasil Pelaksanaan Sub Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi dan Pengendalian Lapangan. Sub sistem ditujukan untuk mengumpulkan data dan informasi Program KKBPK Nasional dari daerah secara baku dan teratur di seluruh tanah air. Pengumpulan data 37

107 tersebut dilakukan melalui Sub Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pengendalian Lapangan (bulanan), Pelayanan Kontrasepsi (bulanan). Laporan umpan balik disusun berdasarkan laporan bulanan yang dilaporkan secara rutin setiap bulan melalui program aplikasi Statistik Rutin berbasis web dengan alamat b. Laporan Umpan Balik Hasil Pelaksanaan Sub Sistem Pencatatan dan Pelaporan Data Potensi Wilayah Program KKBPK Nasional. Laporan Umpan Balik Hasil Pelaksanaan Sub Sistem Pencatatan dan Pelaporan Data Potensi Wilayah (Semesteran) merupakan laporan ulasan umpan balik mengenai data potensi wilayah yang ada di seluruh Indonesia. c. Laporan Umpan Balik Hasil Pelaksanaan Sub Sistem Pencatatan dan Pelaporan Data Potensi Klinik KB Program KKBPK Nasional. Laporan Umpan Balik Hasil Pelaksanaan Sub Sistem Pencatatan dan Pelaporan Data Potensi Faskes KB (Semesteran) merupakan laporan ulasan umpan balik mengenai data potensi faskes KB yang ada diseluruh Indonesia. 2. Evaluasi kinerja satuan kerja eselon II pusat dilakukan dengan mengisi pencapaian kinerja dengan menggunakan aplikasi BSC dilakukan secara langsung oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan di masing-masing komponen/satuan kerja eselon II di pusat. Aspek yang dinilai meliputi 4 (empat) perspektif Balanced Scorecard yaitu perspektif pelanggan (customers), perspektif proses bisnis internal (internal business process), perspektif pembelajaran dan pengembangan (learning and growth), dan perspektif keuangan (financial). a. Nilai skor maksimal adalah 125% dari pencapaian tiap indikator; b. Penentuan nilai setiap variabel ditunjukkan dengan warna biru/hijau/kuning/merah, dengan range sebagai berikut: 38

108 Gambar 2.3 Pelaksanaan Video Conference Rapat Pimpinan Eselon I dan II BKKBN Pusat dan Perwakilan BKKBN Provinsi Evaluasi kinerja Program KKBPK untuk menilai keberhasilan maupun hambatan pencapaian kinerja yang dilaksanakan setiap bulan melalui forum rapat pengendalian program (Radalgram) dengan memanfaatkan teknologi video conference (VICON) dan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan pencapaian Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga (KKBPK). Radalgram dilaksanakan juga untuk mengevaluasi pelaksanaan Program KKBPK ditingkat lini lapangan, provinsi maupun di pusat. Dalam forum tersebut, setiap unit kerja eselon II baik di tingkat BKKBN Pusat maupun Perwakilan BKKBN Provinsi wajib melaporkan hasil pelaksanaan kinerja kepada Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional sesuai dengan tata cara 39

109 pencatatan dan pelaporan yang berlaku. Pelaksanaan Radalgram telah mengintegrasikan informasi kinerja dan keuangan sehingga pimpinan mendapatkan informasi tentang capaian kinerja dan keuangan secara berkala. Selain forum radalgram, untuk mengetahui dan mengevaluasi perkembangan program pada semester pertama dilakukan kegiatan Review Nasional. Sedangkan Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS) dilaksanakan untuk mengetahui dan mengevaluasi pencapaian program tahunan setiap awal tahun berikutnya. Selain itu untuk mengetahui perkembangan pencapaian kegiatan tiap kedeputian telah dikembangkan kegiatan monitoring melalui kegiatan Rapat Kedeputian (Rapat di lingkungan masing-masing Kedeputian Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi; Bidang Pengendalian Penduduk; Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga; Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi; Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan), Rasestama (Rapat di lingkungan Sekretariat Utama), Ratama (Rapat di lingkungan Inspektorat Utama) yang rutin dilaksanakan setiap bulan. Gambar 2.4 Pelaksanaan RAKORNAS BKKBN Tahun

110 Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga mengamanatkan kepada pimpinan kementerian/lembaga untuk melakukan pemantauan pelaksanaan Renja-KL dan RKAKL. Para penanggung jawab program diwajibkan melakukan evaluasi atas program yang menjadi tanggungjawabnya. Secara pararel, E-monev yang dilaksanakan saat ini telah memuat informasi kinerja yang dibutuhkan sebagai masukan dalam rangka penerapan perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja (Performance Based Planning and Budgeting), serta lebih lanjut untuk mengetahui kontribusi kegiatan/program terhadap pencapaian target prioritas nasional. Dalam rangka memenuhi amanat tersebut, BKKBN telah melaksanakan evaluasi pelaksanaan program dan anggaran melalui aplikasi E-Monev Pemantauan RKP dan E-Monev Kinerja Penganggaran pada unit kerja eselon II baik pusat dan provinsi yang evaluasinya dilakukan setiap triwulanan. Hasil evaluasi tersebut selalu diumpanbalikan ke unit kerja eselon II pusat dan provinsi demi menjaga kesinambungan sistem akuntabilitas kinerja BKKBN. Pengelolaan Kinerja dengan Pendekatan Balanced Scorecard di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Sistem manajemen kinerja dengan pendekatan BSC di BKKBN meliputi empat tingkatan yaitu: 1. BKKBN-Wide, level lembaga; 2. Level Eselon II (personal scorecard Pimpinan Satuan Kerja Eselon II); 3. Level Eselon III (personel scorecard Pimpinan Satuan Kerja Eselon III); 4. Level Eselon IV (personel scorecard Pimpinan Satuan Kerja Eselon IV). Penerapan manajemen kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard telah dilaksanakan sejak penyusunan Rencana Strategis Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun dan dilanjutkan ketika penyusunan Rencana Strategis Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 41

111 Tahun Penerapan manajemen kinerja dilakukan secara bertahap dan dievaluasi secara terus menerus. Gambar 2.5 Peta Strategy BKKBN Selain pengelolaan sistem pencatatan dan pelaporan statistik rutin, pengelolaan data basis kegiatan prioritas program, pelaksanaan otomasi BSC merupakan salah satu dari pemanfaatan teknologi informasi di lingkungan BKKBN. Proses otomasi dilakukan setelah pembangunan BSC selesai dilakukan. Upaya ini dilakukan agar dapat mempermudah dalam proses input data, monitoring dan evaluasi dalam mendukung pengelolaan kinerja BKKBN. Untuk mengukur keberhasilan Renstra BKKBN Tahun , BKKBN telah menggunakan suatu sistem manajemen kinerja yaitu QPR (Quality Processes Report). QPR adalah aplikasi sistem manajemen kinerja berbasis BSC (Balanced Scorecard) yang bekerja secara online dan berfungsi untuk monitor, mengukur dan mengevaluasi pencapaian kinerja BKKBN. Sistem aplikasi BSC yang dipakai di BKKBN adalah QPR (Quality Processes Result) versi 8.0 yang kemudian diperbaharui dengan versi 15.1 Software ini menggunakan aplikasi berbasis web dengan domain: jktbsc01/qpr /portal/qpr menggunakan username dan password masing-masing unit kerja. Aplikasi tersebut dapat diakses dengan 42

112 menggunakan jaringan intranet oleh pegawai BKKBN yang ditunjuk sebagai petugas administrasi BSC oleh masing-masing satuan kerja/komponen. Berikut adalah struktur pengelola kinerja di BKKBN: Gambar 2.6 Struktur Pengelolaan Kinerja di BKKBN STRUKTUR PENGELOLA KINERJA Pengembangan (PUSNA,PUSDU, BIPEG) PENGARAH Inspektur Utama PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Utama Pengelola Perencanaan Strategi (BIREN) Anggota Pengelola Penilaian Kinerja (DITLAPTIK).. Anggota Sistem Administrasi Pengelola BSC Satuan Kerja Eselon II Pusat Pengelola Pengembangan Kinerja (BIPEG) STAFF STAFF Anggota Pengelola BSC Perwkl. BKKBN Provinsi 4 Pelaksanaan evaluasi kinerja dilakukan berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data IKU dari masing-masing unit kerja eselon II pusat dikoordinir oleh masing-masing perencana komponen; 2. Perekaman BSC unit kerja eselon II pusat ke dalam aplikasi BSC meliputi kegiatan perekaman data BSC unit kerja eselon II pusat yang dilakukan awal tahun setelah pembentukan BSC unit kerja eselon II pusat yang dilakukan oleh administrator BSC BKKBN, dalam hal ini adalah Biro Perencanaan. Pada tahap ini, hasil rekaman dapat langsung terlihat dalam website BKKBN; 3. Pemasukan data pencapaian IKU/KPI unit kerja eselon II pusat ke aplikasi QPR yang dilakukan secara langsung oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan di masing-masing unit kerja eselon II di pusat; 4. Progress review realisasi pencapaian seluruh IKU/KPI oleh Biro Perencanaan selaku pengelola manajemen kinerja BKKBN. 43

113 Monitoring dan evaluasi kinerja dilaksanakan untuk menilai tingkat pencapaian dari masing-masing indikator kinerja serta kemungkinan terjadinya permasalahan atau hambatan. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan manajemen kinerja dengan pendekatan BSC dilakukan secara berkala melalui forum khusus yang dikoordinasikan oleh tim pengelola kinerja BKKBN dengan melibatkan para pengelola BSC dari semua unit kerja eselon II. Telaah kinerja dilakukan setiap tahun, yaitu pada setiap akhir tahun atau bulan Desember. Hasil telaah tersebut akan menjadi bahan masukan dalam pelaksanaan tindak lanjut sebagai upaya meningkatkan pencapaian kinerja pada periode berikutnya. Tindak lanjut dari hasil telaah kinerja adalah melakukan penyesuaian ataupun perubahan sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing satuan kerja untuk meningkatkan pencapaian kinerja pada periode yang akan datang. Mengingat output kegiatan prioritas dari masing-masing satuan kerja sudah ditetapkan untuk kurun waktu 5 (lima) tahun seperti tercantum dalam Renstra, maka yang dapat dilakukan penyesuaian atau perubahan adalah dalam penetapan inisiatif strategis maupun rincian kegiatan yang dilakukan untuk mencapai output serta IKU yang telah ditetapkan. Gambar 2.7 Rencana Kerja Tahunan dalam Pengelolaan Perencanaan Strategis, Anggaran dan Kinerja JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES Review tahunan dan Finalisasi Peta Strategi dan Scorecard tahun 2012 Jajaran Pimpinan (Eselon I) Unit Kerja Mission center Unit Kerja Service center Tim Kinerja Review Strategi per 2 bulan Review Strategi per 2 bulan Review Strategi per 2 bulan Review Strategi per 2 bulan Rapat Bulanan mengenai Review Peta Strategi dan Scorecard Rapat Bulanan mengenai Review Peta Strategi dan Scorecard STAF INDIVIDU Jajaran pimpinan Menterjemahkan Arah Kebijakan Strategi Eselon 2 menyelaraskan Peta Strategi dan Scorecard dengan Peta Strategi dan SC Coorporate BKKBN Mengkoordinasikan seluruh proses terkait Perencanaan Strategis, Anggaran, dan Kinerja Review Keuangan dan Koordinasi Proses penganggaran dan Strategi Keuangan SDM Jajaran pimpinan Mereview dan Menyetujui Peta Strategi dan Scorecard Koorporat dan Es. 2 Jajaran pimpinan menentukan Arah kebijakan Strategi tahun berikutnya Koordinasi Proses Penilaian Kinerja dengan Penetapan Tujuan Individu Koordinasi Proses Pengelolaan Kinerja Individu Penilaian Kinerja oleh Atasan Penilaian Kinerja oleh Atasan Penilaian Kinerja oleh Atasan Penilaian Kinerja oleh Atasan 44

114 Gambar 2.8 Screenshot Aplikasi QPR 45

115 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 46

116 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Selama kurun waktu tahun 2016, BKKBN terus menerus melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di lingkungan BKKBN. Untuk itu, beberapa upaya yang telah dilakukan antara lain: a. Re-formulasi Peta Strategy BKKBN ; b. Reviu Renstra dikarenakan adanya perubahan kebijakan money follow function menjadi money follow program dengan pendekatan perencanaan yang Holistik, Tematik, Terintegrasi dan Spasial; c. Revisi Renstra berdasarkan Peraturan Kepala BKKBN Nomor 199 tahun 2016 tentang Rencana Strategis BKKBN Tahun dan telah diundangkan pada tanggal 26 September 2016 dengan Berita Negara Republik Indonesia tahun 2016 nomor 1441; d. Penetapan Kinerja Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga Tahun 2017 dengan Keputusan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 201/KEP/B1/2016 tanggal 18 September 2016; e. Inspektorat Utama dengan berpedoman pada Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 25 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi APIP melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja unit kerja Eselon I dan II. Hasil evaluasi tersebut disampaikan kepada seluruh unit kerja Eselon I dan II untuk selanjutnya digunakan dalam perencanaan perbaikan. Berdasarkan perjanjian kinerja tahun 2016 yang telah ditetapkan, BKKBN berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai target yang telah ditetapkan. BKKBN menggunakan Survei RPJMN tahun 2016 sebagai sumber data pengukuran kinerja tahun Pada bab ini, akan dibahas mengenai capaian, hambatan/kendala dan upaya yang dilakukan sebagai wujud pertanggungjawaban atas perjanjian kinerja

117 serta upaya yang akan dilakukan untuk mewujudkan target pada tahun akhir RPJMN dan Renstra Sasaran Strategis 1 Menurunnya Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Sasaran strategis (SS) ini dimaksudkan agar BKKBN dapat menurunkan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia karena laju pertumbuhan penduduk berbanding lurus dengan kuantitas penduduk. Laju pertumbuhan penduduk yang meningkat akan menyebabkan pemerintah menghadapi kesulitan dalam menyediakan kebutuhan dasar penduduk seperti sandang, pangan, papan dan pekerjaan serta pendapatan rakyat. Tingkat pendapatan rendah akan menyebabkan bertambahnya pengangguran, kemiskinan dan keterbelakangan negara. Oleh karenanya, pertumbuhan penduduk harus dikendalikan agar tidak membahayakan kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Pencapaian SS I tahun 2016 sebesar 88,8%. Sasaran strategis 1 diukur melalui indikator kinerja sasaran: IKU 1 Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) IKU 1 Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga mengamanatkan bahwa penduduk harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Pada pasal 11 disebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab dalam perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga. Untuk itu, Undang-undang nomor 52 tahun 2009 mengamanatkan pemberian tanggung jawab pengendalian penduduk di Indonesia kepada BKKBN sehingga salah satu indikator sasaran yang ditetapkan adalah persentase laju pertumbuhan penduduk (LPP). Laju pertumbuhan penduduk secara sederhana terjadi adalah merupakan hasil dari jumlah angka kelahiran dikurangi dengan jumlah angka kematian. Apabila angka kelahiran tinggi sedangkan angka kematian rendah maka laju pertumbuhan penduduk akan banyak. Laju pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan tingkat 48

118 pertambahan penduduk per tahun dalam jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan sebagai persentase dari penduduk dasar. Kegunaan dari LPP ini adalah untuk mengetahui perubahan jumlah penduduk antar dua periode waktu. Laju pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan tiga metode yaitu aritmatik, geometrik dan eksponensial. Secara matematis dengan metoda aritmatik, rumus perhitungan laju pertumbuhan penduduk adalah sebagai berikut: = di mana: r Pt Po t 1 1 = Laju pertumbuhan penduduk = Jumlah penduduk tahun t = Jumlah penduduk tahun awal = Periode waktu antara tahun dasar dan tahun t (dalam tahun) Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia untuk tahun 2016 adalah 1,43 diperoleh dari data SUPAS 2015 dikarenakan data LPP hanya diperoleh melalui Sensus Penduduk (SP) dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS). Oleh karena pelaksanaan SP dilakukan 10 tahun sekali dan pelaksanaan SUPAS dilakukan 5 tahun sekali (diantara 2 waktu sensus) maka data LPP untuk tahun 2016 merujuk pada hasil SUPAS Gambar 3.1 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia,

119 Tabel 3.1 Capaian IKU 1 (Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk) Tahun 2016 IKU Target Tahun 2016 Realisasi Tahun 2016 Capaian Tahun ,27 1,43 88,8% 1. Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa capaian IKU 1- Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk pada tahun 2016 sudah tercapai sangat baik yaitu 88,8%. Laju Pertumbuhan Penduduk sangat dipengaruhi oleh tingkat kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Peran BKKBN dalam penurunan Laju Pertumbuhan Penduduk lebih berfokus pada pengendalian tingkat kelahiran. Dalam pengendalian kelahiran, BKKBN telah melakukan berbagai upaya, melalui: 1. Advokasi tentang pembangunan berwawasan kependudukan bagi pembuat kebijakan tingkat pusat dan daerah (Provinsi dan kab/kota) 2. Mengintegrasikan sasaran program pembangunan kependudukan ke dalam RPJMN dan RPJMD (Provinsi dan kab/kota) 3. Menyusun Grand Design Kuantitas penduduk tingkat provinsi dan kabupaten/kota 4. Kerjasama materi kependudukan dalam penyelenggaran pendidikan formal dan non formal 5. Menyusun profil dan parameter kependudukan 6. Internalisasi kebijakan pengendalian dampak kependudukan Jika dibandingkan dengan target 2019 dalam Rencana Strategis Tahun , persentase realisasi tahun 2016 disajikan pada tabel berikut: Tabel 3.2 Perbandingan Capaian IKU 1 (Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk) Tahun 2016 dengan Target 2019 dalam Renstra IKU 1. Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk 2015 Target Tahun ,38 1,27 1,21 1,25 1,23 Realisasi Tahun ,43 Persentase Realisasi 2016 dibandingkan Target ,6% 50

120 Dibandingkan antara realisasi tahun 2016 dengan target tahun 2019, realisasi tahun 2016 adalah 84,6%. Untuk itu, BKKBN akan berupaya meningkatkan pencapaian IKU melalui: 1. Peningkatan advokasi dan KIE dalam rangka meningkatkan komitmen dan pemahaman pembuat kebijakan; 2. Penguatan kelembagaan pengendalian penduduk dan KB di Provinsi dan Kabupaten/Kota; 3. Peningkatan dan pemerataan akses pelayanan kontrasepsi berdasarkan pendekatan wilayah dan kelompok masyarakat; 4. Peningkatan mutu pelayanan KB melalui penerapan kepatuhan standar pelayanan KB; 5. Pemenuhan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi; 6. Peningkatan peran mitra dalam mendukung program KKBPK; 7. Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana dalam melaksanakan Program KKBPK; 8. Pengembangan informasi dan pemetaan data kependudukan; 9. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan melalui pelatihanpelatihan. Sasaran Strategis 2 Menurunnya Angka Kelahiran Total (TFR) per WUS (15-49 tahun) Sasaran Strategis ini dimaksudkan agar BKKBN dapat menurunkan angka kelahiran total (TFR). Jumlah penduduk Indonesia masih besar dengan laju pertumbuhan dan jumlah pertambahan penduduk masih tinggi walaupun cenderung menurun. Tantangan bagi BKKBN adalah mengendalikan TFR yang merupakan faktor dominan dalam mempengaruhi laju pertumbuhan dan jumlah pertambahan penduduk di Indonesia. Pencapaian SS 2 tahun 2016 sebesar 102,60%. Sasaran strategis 2 diukur melalui indikator kinerja sasaran: IKU 2 Angka Kelahiran Total (TFR) per WUS (15-49 Tahun) 51

121 IKU 2 Angka Kelahiran Total (TFR) per WUS (15-49 Tahun) Angka kelahiran total (TFR) adalah jumlah anak rata-rata yang akan dilahirkan oleh seorang perempuan pada akhir masa reproduksinya apabila perempuan tersebut mengikuti pola fertilitas pada saat TFR dihitung atau rata-rata anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia suburnya. TFR merupakan pengukuran sintetis yang menyatakan fertilitas pada akhir masa reproduksi dari suatu kohor hipotetis perempuan. TFR dihitung dengan cara menjumlahkan angka kelahiran menurut umur (ASFR) kemudian dikalikan dengan interval kelompok umur (biasanya lima tahun). =5 di mana: ASFRi i=1 : angka kelahiran untuk perempuan pada kelompok umur i : kelompok umur tahun,..., dan i=7 untuk kelompok umur 4549 tahun. Perhitungan TFR tahun 2016 dilakukan melalui Survei Indikator Kinerja RPJMN Tahun Survei Indikator Kinerja RPJMN Tahun 2016 merupakan survei berskala nasional, representasi provinsi dan dilaksanakan setiap tahun. Survei bertujuan untuk mengetahui capaian indikator program KKBPK sesuai sasaran yang tertuang dalam Renstra dan RPJMN Indikator program mencakup aspek Kependudukan, Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pembangunan Keluarga. Pengambilan sampel survei RPJMN 2016 dibantu oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan menggunakan metode stratified multistages random sampling melalui pendekatan rumah tangga dan menggunakan klaster sebagai wilayah pencacahan. Wilayah sampel mencakup klaster (setingkat dusun) yang terdistribusi di seluruh provinsi di Indonesia. Berbeda dengan survei indikator kinerja Program KKBPK sebelumnya, survei RPJMN tahun 2016 merupakan survei yang pertama kali menggunakan inovasi teknologi berupa telepon pintar yang digunakan sebagai alat pengumpul data yang diadopsi dari survei Performance Monitoring and Accountability (PMA) Sebagian substansi survei ini menggunakan referensi PMA 2015 dan SDKI

122 Tabel 3.3 Capaian IKU 2 (Angka Kelahiran Total (TFR) per WUS (15-49 Tahun)) Tahun 2016 IKU Target Tahun 2016 Realisasi Tahun 2016 Capaian Tahun ,36 2,30 102,6% 2. Angka Kelahiran Total (TFR) per WUS (1549 Tahun) Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa realisasi yang didapat BKKBN untuk IKU 2 adalah 2,30. Jika dibandingkan dengan target sebesar 2,36 maka capaian IKU adalah sebesar 102,6%. Keberhasilan capaian ini didorong oleh: 1. Pengaturan kehamilan yang diinginkan; 2. Peningkatan akses pelayanan KB; 3. Peningkatan keikutsertaan pria dalam ber KB. Jika dibandingkan dengan target 2019 dalam Rencana Strategis BKKBN Tahun , realisasi tahun 2016 disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.4 Perbandingan Capaian IKU 2 (Angka Kelahiran Total (TFR) per WUS (15-49 tahun)) Tahun 2016 dengan Target 2019 dalam Renstra IKU 2. Angka Kelahiran Total (TFR) per WUS (1549 Tahun) 2015 Target Tahun ,37 2,36 2,28 2,33 2,31 Realisasi Tahun ,30 Persentase Realisasi 2016 dibandingkan Target ,13% Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa jika diproyeksikan dengan target tahun 2019 sebesar 2.28, realisasi IKU 2 telah mencapai 99,13% dari target. Untuk itu, perlu dilakukan berbagai upaya agar target 2019 dapat tercapai, diantaranya melalui: Kesertaan ber-kb pada kelompok umur tua (35 tahun ke atas) perlu terus dilakukan pembinaan walaupun pada wanita kelompok umur 35 tahun ke atas secara alami kemampuan fertilitasnya telah mengalami penurunan; Peningkatan penggarapan PUS belum ber-kb yang termasuk kelompok resiko tinggi hamil dan melahirkan, yaitu di kalangan wanita PUS tidak ber-kb umur 53

123 kurang dari 20 tahun atau umur 35 tahun dan lebih; khususnya pada wilayah provinsi dengan kesertaan KB rendah; Strategis penggarapan KIE dan pelayanan KB agar lebih memfokuskan pada segmentasi sasaran pada kelompok umur lebih muda, yaitu tahun. Kesertaan KB yang tinggi pada kelompok umur muda akan lebih berpengaruh terhadap penurunan fertilitas. Sasaran Strategis 3 Meningkatnya pemakaian kontrasepsi (CPR) Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, struktur umur muda, dan kualitas penduduk yang masih harus ditingkatkan. Upaya menekan angka fertilitas masih harus dilanjutkan hingga dapat mencapai angka 2,28 di tahun 2019 yang disertai dengan peningkatan pemakaian kontrasepsi semua cara hingga 66% dan pemakaian kontrasepsi modern hingga 61,3%. Melalui sasaran strategis ini, BKKBN harus dapat meningkatkan pemakaian kontrasepsi (CPR), karena salah satu indikator penting dalam keberhasilan Program KKBPK adalah prevalensi KB. Pencapaian SS 3 tahun 2016 sebesar 93,2%. Sasaran strategis 3 diukur melalui indikator kinerja sasaran: IKU 3 Persentase pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/cpr) IKU 4 Persentase Pemakaian Kontrasepsi Cara Modern (Modern Contraceptive Prevalence Rate) IKU 5 Persentase Peserta KB Aktif MKJP IKU 6 Persentase Peserta KB Baru MKJP IKU 7 Persentase penurunan angka ketidaklangsungan pemakaian (tingkat putus pakai) kontrasepsi 54

124 IKU 3 Persentase pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/cpr) Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan TFR adalah peningkatan CPR. Angka pemakaian kontrasepsi/cpr adalah persentase pasangan usia subur (PUS) yang sedang menggunakan alat/cara KB. Rumusnya adalah sebagai berikut: CPR = Jumlah PUS berumur tahun yang sedang berkb x 100 Jumlah PUS berumur tahun Berdasarkan Survei Indikator Kinerja RPJMN Tahun 2016, angka prevalensi pemakaian kontrasepsi (CPR) semua cara tahun 2016 adalah 60,8%. Jika dibandingkan dengan target 2016, maka pencapaian IKU ini adalah sebesar 93%. Pencapaian yang baik ini dapat terjadi karena BKKBN telah meningkatkan akses keluarga berencana baik di daerah perkotaan maupun pedesaan serta daerah DTPK. Tabel 3.5 Capaian IKU 3 (Persentase pemakaian kontrasepsi (CPR)) Tahun 2016 IKU 3. Persentase pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/cpr) Target Tahun 2016 Realisasi Tahun 2016 Capaian Tahun ,4 (all method) 60,8 (all method) 93% Tabel 3.6 Persentase Pemakaian Kontrasepsi (CPR) seluruh metode dan modern Tahun 2016 Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi (CPR) 60,8 CPR seluruh Metode 59,4 CPR Kontrasepsi Modern Tabel 3.7 Perbandingan Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi Tahun 2016 Alat/Cara KB MOW MOP IUD Implant Suntik Pil Kondom Survei Indikator Kinerja Program KKBPK RPJMN Tahun

125 Jika dibandingkan antara realisasi tahun 2016 dengan target tahun 2019, realisasi IKU ini sudah mencapai 92,1%. Tabel 3.8 Perbandingan Capaian IKU 3 (Persentase pemakaian kontrasepsi (CPR) all method) Tahun 2016 dengan Target 2019 dalam Renstra IKU 3. Persentase pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/cpr) 2015 Target Tahun ,2 65,4 66,0 65,6 65,8 Realisasi Tahun ,8 Persentase Realisasi 2016 dibandingkan Target ,1% Berdasarkan hasil ini, BKKBN akan melakukan upaya-upaya perbaikan di periode mendatang, antara lain: 1. Penguatan integrasi jaminan pelayanan KB dalam program JKN baik di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan. 2. Penurunan angka putus pakai kontrasepsi melalui pembinaan terhadap Peserta KB aktif metode kontrasepsi jangka pendek; 3. Peningkatan jumlah peserta KB baru melalui peningkatan KB pasca persalinan dan KB pasca keguguran. IKU 4 - Persentase Pemakaian Kontrasepsi Cara Modern (Modern Contraceptive Prevalence Rate) Persentase pemakaian kontrasepsi cara modern adalah persentase pasangan usia subur (PUS) yaitu pasangan suami istri berstatus kawin, istrinya berusia tahun, yang sedang menggunakan alat/cara KB modern berupa sterilisasi wanita (MOW), sterilisasi pria (MOP), Pil, IUD, Suntik, Susuk KB (Implant) dan kondom. Pengukuran IKU CPR cara modern (persen) ini dilakukan dengan membandingkan jumlah perempuan yang berstatus kawin usia tahun yang sedang menggunakan alat/cara KB modern dengan jumlah perempuan usia tahun yang berstatus kawin, sehingga secara matematis rumus untuk menghitung prevalensi kontrasepsi modern adalah sebagai berikut: 56

126 CPR = Jumlah PUS yang sedang ber KB cara modern x 100 Jumlah PUS Tabel 3.9 Perbandingan Capaian IKU 4 (CPR cara modern) Tahun 2016, 2015, 2014, dan 2013 IKU 4. CPR cara modern (persen) Target Tahun Realisasi Tahun Capaian Tahun ,7% 98,0% 100,7% % Prevalensi pemakaian alat kontrasepsi (CPR) akan berpengaruh terhadap penurunan TFR. Peningkatan CPR didukung oleh tingkat pencapaian peserta KB aktif. Upaya meningkatkan pemakaian kontrasepsi juga terkendala oleh tingginya disparitas CPR antar provinsi baik untuk semua cara maupun cara modern. Salah satu ukuran dari kualitas pemakaian (CPR) adalah angka putus pakai kontrasepsi. Alasan putus pakai antara lain karena kegagalan kontrasepsi, ketidakpuasan terhadap alat atau cara KB, efek samping, dan tersedianya alat atau cara KB. Berdasarkan Survei Indikator Kinerja Program KKBPK RPJMN Tahun 2016, realisasi pemakaian kontrasepsi cara modern pada tahun 2016 adalah 59,4% dari target 61,4% atau capaian sebesar 96,7%. Berdasarkan hasil ini, BKKBN telah berhasil meningkatkan kesertaan ber KB cara modern dan akan terus meningkatkan capaian dengan melakukan upaya-upaya perbaikan di periode mendatang, antara lain: 1. Penguatan konseling pelayanan KB melalui pelatihan tenaga kesehatan; 2. Pemenuhan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi; 3. Penguatan peran kabupaten/kota dalam mengendalikan dan mendistribusikan alat dan obat kontrasepsi sampai ke fasilitas kesehatan; 4. Keterjangkauan akses pelayanan di fasilitas kesehatan atau pelayanan bergerak di Daerah Tertinggal, Perbatasan, Kepulauan; 5. Peningkatan Advokasi dan KIE melalui media luar dan dalam; 6. Meningkatkan peran Toga dan Toma; 7. Meningkatkan peran Poktan dalam pembinaan kesertaan KB; 57

127 8. Meningkatkan kualitas keterampilan Tenaga Kesehatan dalam pelayanan KB. IKU 5 Persentase Peserta KB Aktif MKJP Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu upaya dalam Program KKBPK untuk pengendalian angka kelahiran dan menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Di dalam pelaksanaannya diupayakan agar semua metoda dan alat kontrasepsi yang disediakan dan ditawarkan kepada masyarakat memberikan manfaat optimal dengan meminimalkan efek samping maupun keluhan yang ditimbulkan. Metoda kontrasepsi menurut jangka waktu pemakaiannya dibagi atas dua kelompok, yaitu metoda kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan metoda kontrasepsi jangka pendek (Non-MKJP). Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) merupakan metoda kontrasepsi yang paling efektif untuk menurunkan angka kelahiran. Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang adalah kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama, lebih dari 2 tahun, efektif dan efisien untuk tujuan pemakaian menjarangkan kelahiran lebih dari 3 tahun atau mengakhiri kehamilan pada pasangan yang sudah tidak ingin tambah anak lagi. Jenis metoda yang termasuk ke dalam MKJP adalah kontrasepsi mantap pria dan wanita (tubektomi dan vasektomi), Implant dan IUD (Intra Uterine Device). Pemantauan terhadap pelayanan kontrasepsi mutlak diperlukan terutama capaian terhadap peserta KB aktif. Hal ini karena peserta KB aktif memiliki kontribusi besar dalam upaya menekan laju pertumbuhan penduduk. Penggunaan kontrasepsi jangka panjang secara langsung akan berdampak pada penurunan angka kelahiran dan menurunkan unmetneed. Pemerintah melalui BKKBN menekankan penggunaan MKJP bagi pasangan usia subur (PUS) untuk mengatur kelahiran maupun menghentikan kehamilan. Berdasarkan Survei Indikator Kinerja Program KKBPK RPJMN Tahun 2016, pencapaian Peserta KB Aktif MKJP di tahun 2016 adalah 21,6%. Jika dibandingkan dengan target 2016, maka pencapaian IKU ini adalah sebesar 102,4%. Beberapa hal yang mendasari keberhasilan pencapaian indikator ini antara lain: 58

128 1. Kebijakan BKKBN untuk meningkatkan KB MKJP melalui penyediaan alokon MKJP bagi seluruh PUS; 2. Pelatihan CTU IUD dan Implant bagi provider yang dilakukan secara berkesinambungan; 3. Intensifikasi promosi dan konseling IUD pasca persalinan; 4. Intensifikasi kegiatan pelayanan KB MKJP bergerak; 5. Penggerakan oleh petugas KB sebagai upaya promotif dan preventif; 6. Peningkatan peran mitra kerja khususnya TNI yang membantu memberikan KIE dan menggerakan KB MKJP. Tabel 3.10 Capaian IKU 5 (Persentase Peserta KB Aktif MKJP) Tahun 2015 IKU 5. Target Tahun 2016 Realisasi Tahun 2016 Capaian Tahun ,1 21,6 102,4% Persentase peserta KB Aktif MKJP Tabel 3.11 Perbandingan Capaian IKU 5 (Persentase Peserta KB Aktif MKJP) Tahun 2016 dengan Target 2019 dalam Renstra IKU 5. Persentase peserta KB Aktif MKJP 2015 Target Tahun ,5 21,1 23,5 21,7 22,3 Realisasi Tahun 2016 Persentase Realisasi 2016 dibandingkan Target ,6 91,9% Jika dibandingkan antara realisasi tahun 2016 dengan target tahun 2019, realisasi IKU ini mencapai 91,9%. Walaupun hasilnya sudah baik namun pencapaian target ini masih perlu upaya peningkatan oleh karena belum optimalnya promosi dan konseling kepada calon peserta KB maupun peserta KB aktif MKJP, khususnya dalam mengatasi rumor yang beredar seputar pemakaian metoda kontrasepsi jangka panjang. Berdasarkan hasil ini, BKKBN akan melakukan upaya-upaya perbaikan di periode mendatang, antara lain: 59

129 Aspek Permintaan Masyarakat: 1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang jenis-jenis KB MKJP; 2. Melakukan KIE kepada masyarakat tentang KB MKJP dan manfaatnya; 3. Penamaan konsep Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). Aspek Pelayanan: 1. Peningkatan akses pelayanan KB; 2. Pemenuhan alat dan obat kontrasepsi serta sarana penunjang pelayanan kontrasepsi; 3. Penyediaan tenaga kesehatan terlatih; 4. Meningkatkan promosi dan konseling penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang; 5. Peningkatan mutu pelayanan KB melalui peningkatan kapasitas dan keterampilan tenaga kesehatan KB. Aspek Managemen: 1. Penguatan sistem jaminan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi sampai ke tingkat fasilitas kesehatan; 2. Memantau kepatuhan penerapan standarisasi pelayanan KB melalui peningkatan peran Tim Jaga Mutu (TJM); 3. Peningkatan cakupan program pelayanan KB pasca persalinan dan pasca keguguran; 4. Pemantapan integrasi pembiayaan pelayanan KB dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN); 5. Pembinaan kesertaan ber-kb melalui optimalisasi poktan; 6. Pengalihan status PKB/PLKB dari pemerintah daerah menjadi pegawai BKKBN Pusat; 7. Penguatan kelembagaan pengendalian penduduk dan KB di Provinsi dan Kabupaten/Kota; 8. Penguatan sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan. 60

130 IKU 6 Persentase Peserta KB Baru MKJP Persentase KB Baru MKJP adalah pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan alat/obat/cara kontrasepsi MKJP dan atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat/obat/cara kontrasepsi MKJP setelah melahirkan/keguguran. Cara pengukuran: Persentase Peserta KB Baru (PB)MKJP = Jumlah PB MKJP x 100 Jumlah Target PB MKJP Berdasarkan kondisi lapangan, menurut data laporan pelayanan kontrasepsi Desember tahun 2016, persentase pencapaian peserta KB Baru MKJP adalah 76,4% dari target 75% (dari target tercapai PB MKJP) atau pencapaiannnya sangat baik yaitu 101,9%. Tabel 3.12 Capaian IKU 6 (Persentase Peserta KB Baru MKJP) Tahun 2016 IKU 6. Persentase Peserta KB Baru MKJP Target Tahun 2016 Realisasi Tahun 2016 Capaian Tahun ,4 101,9% Berdasarkan hasil tersebut, BKKBN terus berupaya meningkatkan pencapaian PB MKJP serta menjaga keberlangsungan pemakaian kontrasepsi melalui: 1. Meningkatkan kualitas pelayanan KB melalui konseling KB dan KR sehingga mengurangi rumor tentang efek samping alat kontrasepsi; 2. Meningkatkan pelatihan bagi petugas pelayanan KB dan KR; 3. Meningkatkan program KB pasca persalinan dan pasca keguguran; 4. Penguatan sistem pembiayaan pelayanan KB dalam program JKN; 5. Meningkatkan cakupan laporan dengan pendekatan kemitraan; 6. Meningkatkan peran Tim Jaga Mutu; 7. Meningkatkan pelayanan KB Mobile di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK). 61

131 IKU 7 Persentase Penurunan Angka Ketidaklangsungan Pemakaian (Tingkat Putus Pakai) Kontrasepsi Angka ketidaklangsungan pemakaian (tingkat putus pakai) kontrasepsi (Contraceptive Discountinuation Rate) adalah proporsi pengguna alat/cara KB yang tidak meneruskan suatu episode penggunaan alat/cara KB tertentu setelah suatu periode terpapar (exposure) karena berbagai alasan, seperti kegagalan atau mengalami efek samping. Keterpaparan dimulai dengan bulan awal pemakaian dan berakhir dengan penghentian atau bulan saat wawancara jika alat/cara KB masih digunakan pada saat wawancara (LDUI, 2010). Angka ketidaklangsungan pemakaian (tingkat putus pakai) kontrasepsi merupakan komplemen dari angka kelangsungan kontrasepsi (Contraceptive Continuation Rate). Artinya, CDR = 1 CR. Pada tahun 2016, data realisasi angka ketidaklangsungan pemakaian (tingkat putus pakai) kontrasepsi diperoleh dari data survei indikator kinerja Program KKPBPK RPJMN 2016 dan didapatkan realisasi tingkat putus pakai kontrasepsi tahun 2016 adalah 20,6 sehingga pencapaian adalah 124,7%. Hasil yang sudah sangat baik ini didukung oleh: 1. Pembinaan peserta KB Aktif; 2. Peningkatan penggunaan kontrasepsi metode jangka panjang; 3. Peran serta kelompok-kelompok kegiatan (POKTAN) dalam melakukan pembinaan kesertaan ber-kb. Tabel 3.13 Capaian IKU 7 (Persentase penurunan angka ketidaklangsungan pemakaian (tingkat putus pakai) kontrasepsi) Tahun 2016 IKU 7. Persentase penurunan angka ketidaklangsungan Target Tahun 2016 Realisasi Tahun 2016 Capaian Tahun ,7 20,6 124,7% pemakaian (tingkat putus pakai) kontrasepsi 62

132 Tabel 3.14 Perbandingan Capaian IKU 7 (Persentase penurunan angka ketidaklangsungan pemakaian (tingkat putus pakai) kontrasepsi) Tahun 2016 dengan Target 2019 dalam Renstra Target Tahun ,0 25,7 24,6 IKU 7. Persentase penurunan angka ketidakberlangsungan pemakaian (tingkat putus pakai) kontrasepsi 25,3 25,0 Realisasi Tahun 2016 Persentase Realisasi 2016 dibandingkan Target ,6 119,4% Jika dibandingkan dengan target tahun 2019 maka persentase realisasi tahun 2016 dibandingkan dengan target tahun 2019 adalah 119,4%. Berdasarkan hasil ini, BKKBN tetap akan terus berupaya melakukan kegiatan strategis di periode mendatang, antara lain: 1. Penggerakan konseling dan Pasca Pelayanan KB (MKJP, efek samping dan kelebihan-kekurangan alokon) dan Kespro di Faskes; 2. Penguatan substansi materi MKJP, efek samping, kelebihan dan kekurangan alokon, mitos dan fakta alokon, Kesehatan Repoduksi bagi Fasilitas Kesehatan; 3. Meningkatkan pemberian informasi tentang metode kontrasepsi melalui komunikasi interpersonal/kelompok; 4. Penggarapan segmentasi sasaran. Hal ini dikarenakan disparitas CPR antar provinsi masih tinggi; 5. Mobilisasi penggerakan lini lapangan; 6. Meningkatkan pemberian informasi tentang metode kontrasepsi melalui komunikasi interpersonal/kelompok; 7. Menjamin ketersediaan alat dan obat kontrasepsi melalui Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN); 8. Meningkatkan jangkauan pelayanan bergerak melalui Mobil Unit Pelayanan KB (MUYAN); 9. Perluasan jejaring pelayanan KB yang berkualitas; 10. Peningkatan pembinaan peserta KB Aktif. 63

133 Sasaran Strategis 4 Menurunnya kebutuhan ber-kb yang tidak terpenuhi (unmet need) Sasaran Strategis ini dimaksudkan agar BKKBN dapat memenuhi kebutuhan ber-kb masyarakat baik itu MKJP maupun non MKJP. Pencapaian SS 4 tahun 2016 sebesar 66,3%. Sasaran strategis 4 diukur melalui indikator kinerja sasaran: IKU 8 Persentase kebutuhan ber-kb yang tidak terpenuhi (unmet need) IKU 8 Persentase kebutuhan ber-kb yang tidak terpenuhi (unmet need) Kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) didefinisikan sebagai persentase wanita kawin yang tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi. Wanita yang memerlukan KB dengan tujuan untuk menjarangkan kelahiran mencakup wanita hamil yang kehamilannya tidak diinginkan waktu itu, wanita yang belum haid setelah melahirkan anak yang tidak diinginkan waktu itu, dan wanita lain yang sedang tidak hamil atau belum haid setelah melahirkan dan tidak memakai kontrasepsi tetapi ingin menunggu dua tahun atau lebih sebelum kelahiran berikutnya. Wanita yang belum memutuskan apakah ingin anak lagi atau ingin anak lagi tetapi belum tahun kapan juga termasuk kelompok ini. Wanita yang memerlukan KB untuk membatasi kelahiran mencakup wanita hamil yang kehamilannya tidak diinginkan, wanita yang belum haid dan yang sudah haid setelah melahirkan anak yang diinginkan, yang tidak diinginkan, yang tidak memakai kontrasepsi lagi. Pengukuran IKU ini dilakukan dengan cara membandingkan jumlah perempuan yang kebutuhan ber-kbnya tidak terpenuhi dengan Jumlah Pasangan Usia Subur. Ukuran ini digunakan untuk menilai sejauh mana Program KKBPK telah dapat memenuhi kebutuhan. Apabila Program KKBPK telah berhasil mengatasi kelompok unmet need KB, antara lain dengan pemberian layanan KIE dan layanan KB maka diharapkan pencapaian kesertaan ber-kb akan meningkat dan unmet need akan menurun. 64

134 Secara matematis, rumus perhitungan unmet need adalah sebagai berikut: Unmet Need = Jumlah Perempuan yang kebutuhan ber-kbnya tidak terpenuhi x 100 Jumlah Pasangan Usia Subur Berdasarkan Survei Indikator Kinerja Program KKBPK RPJMN Tahun 2016, realisasi unmet need tahun 2016 adalah 15.8 sehingga pencapaiannya adalah 66,3%. Apabila dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya, maka capaian IKU ini cenderung mengalami penurunan. Tabel 3.15 Capaian IKU 8 (Persentase kebutuhan ber-kb yang tidak terpenuhi (unmet need) Tahun 2016 IKU 8. Persentase kebutuhan ber-kb yang tidak terpenuhi (unmet need) Target Tahun ,48 Realisasi Tahun , Capaian Tahun ,3% 73,6% 62,9% 66,2% 71,4% Tabel 3.16 Persentase kebutuhan ber-kb yang tidak terpenuhi (unmet need) Tahun 2016 Kebutuhan KB Tak terpenuhi 7,5 Penjarangan 8,3 Pembatasan 15,8 Total Tabel 3.16 menunjukkan total persentase unmet need pada wanita berstatus kawin umur tahun di Indonesia adalah 15.8 persen; 8,3 persen untuk pembatasan kelahiran dan 7.5 persen untuk penjarangan. Data menunjukkan beberapa hambatan pencapaian IKU 7 yaitu unmet need meningkat seiring bertambahnya umur wanita karena wanita yang telah mencapai jumlah anggota keluarga yang diinginkannya dan mendekati akhir usia reproduksinya, dikarenakan mereka mengira bahwa mereka tidak lagi memiliki resiko untuk hamil sehingga berhenti menggunakan kontrasepsi atau tidak menggunakan kontrasepsi jangka panjang. Oleh karena itu, unmet need untuk membatasi kelahiran dan resiko kehamilan yang tidak diinginkan menjadi lebih besar pada wanita yang berusia lebih matang (wanita yang mendekati usia menopause). 65

135 Masih tingginya angka unmet need disebabkan oleh masih rendahnya pembentukan komitmen terhadap pemangku kepentingan tentang program KKBPK di sebagian besar kabupaten dan kota, terbatasnya ketersediaan alat dan obat kontrasepsi dan terbatasnya akses terhadap Pelayanan KB yang berkualitas terutama di daerah DTPK ( Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan). Jika dibandingkan dengan target BKKBN tahun 2019, capaian IKU 7 adalah 62,7%. Oleh karena diperlukan berbagai inisiatif strategi agar unmet need dapat terus diturunkan melalui: 1. Meningkatkan komitmen pemangku kepentingan tentang pentingnya program KKBPK di daerah yang angka unmet need nya masih cukup tinggi; 2. Meningkatkan dan menjamin ketersediaan alat dan obat kontrasepsi di semua wilayah; 3. Meningkatkan akses terhadap Pelayanan KB yang berkualitas terutama di daerah DTPK ( Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan). Tabel 3.17 Perbandingan Capaian IKU 8 (Persentase kebutuhan ber-kb yang tidak terpenuhi (unmet need)) Tahun 2016 dengan Target 2019 dalam Renstra IKU 8. Persentase kebutuhan berkb yang tidak terpenuhi (unmet need) 2015 Target Tahun ,6 10,48 9,91 10,26 10,14 Realisasi Tahun ,8 Persentase Realisasi 2016 dibandingkan Target ,7% Sasaran Strategis 5 Menurunnya angka kelahiran pada remaja usia tahun (ASFR tahun) Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Banyak remaja tidak cukup memiliki pengetahuan untuk menghadapi perubahan dan masalah pada masa remaja. Kesehatan Reproduksi Remaja adalah kesehatan reproduksi bagi remaja, yang perlu diketahui oleh remaja agar remaja memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya sehingga remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab tentang proses reproduksi. 66

136 Fertilitas remaja merupakan isu penting karena berhubungan dengan tingkat kesakitan serta kematian ibu dan anak. Terdapat hubungan yang kuat antara pola fertilitas ibu dengan kelangsungan hidup anak. Pada umumnya, bayi dan anak-anak mempunyai probabilitas kematian yang lebih tinggi jika mereka dilahirkan oleh ibu yang terlalu muda atau terlalu tua, jika mereka dilahirkan setelah selang kelahiran yang terlalu pendek, atau jika mereka dilahirkan pada urutan kelahiran yang tinggi. Hal ini lazim disebut 4T. Wanita hamil pada usia terlalu muda yaitu pada usia kurang dari 20 tahun mempunyai risiko tinggi karena secara fisik kondisi rahim dan panggul belum berkembang optimal sehingga dapat mengakibatkan risiko kesakitan dan kematian pada kehamilan, persalinan, nifas serta bayinya. Secara mental, wanita hamil terlalu muda belum siap menghadapi perubahan yang terjadi saat kehamilan, menjalankan peran seorang ibu yang harus mengasuh anaknya serta menghadapi masalah rumah tangga. Faktor fisik dan mental yang belum matang akan meningkatkan risiko terjadinya persalinan yang sulit dengan komplikasi medis. Oleh karena itu, SS ini dimaksudkan agar BKKBN dapat menurunkan angka kelahiran pada remaja tahun. Pencapaian SS 5 tahun 2016 sebesar 125,7%. Sasaran strategis 5 diukur melalui indikator kinerja sasaran: IKU 9 Angka kelahiran pada remaja usia tahun (ASFR tahun) IKU 9 Angka kelahiran pada remaja usia tahun (ASFR tahun) IKU ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya kelahiran dari perempuan pada kelompok umur tahun. Pengukuran IKU dilakukan dengan cara membandingkan jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok umur tahun pada tahun tertentu dengan jumlah penduduk wanita pada kelompok umur tahun pada pertengahan tahun yang sama. Rumus untuk menghitung ASFR adalah sebagai berikut: di mana: b15-19 : jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok umur tahun pada tahun tertentu. 67

137 P15-19 k : jumlah penduduk wanita pada kelompok umur tahun pada pertengahan tahun yang sama. : bilangan konstanta, biasanya Berdasarkan data Survei Indikator Kinerja Program KKBPK RPJMN Tahun 2016, ASFR tahun pada tahun 2016 adalah 35 per 1000 kelahiran. Jika dibandingkan dengan target 2016 di mana ASFR tahun adalah 44 per 1000 kelahiran, maka pencapaian pada tahun 2016 adalah 125,7%. Pencapaian ASFR menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Tabel 3.18 Capaian IKU 9 (Angka kelahiran pada remaja usia tahun (ASFR tahun)) Tahun 2016 IKU 9. Angka kelahiran pada remaja usia tahun (ASFR tahun) Target Tahun per 1000 kelahiran Realisasi Tahun per 1000 kelahiran ,7% Capaian Tahun ,8% 83,5% ,0% Gambar 3.2 ASFR Angka Kelahiran Menurut Umur (ASFR) SDKI 2012 SUSENAS 2015 SUPAS 2015 PMA 2015 SRPJMN SDKI SUSENAS SUPAS PMA ,1 128,7 97,8 55,8 13,5 2 SRPJMN Beberapa upaya yang telah dilakukan guna meningkatkan pencapaian IKU adalah: 68

138 1. Peningkatan sosialisasi program Generasi Berencana (GenRe) kepada remaja melalui berbagai saluran komunikasi, seperti media massa baik cetak maupun elektronik, media sosial, dan komunitas; 2. Substansi program GenRe telah difokuskan pada kualitas pengetahuan tentang pendewasaan usia perkawinan, menghindari seks pranikah dan napza; 3. Peningkatan sosialisasi dan KIE GenRe kepada remaja terutama tentang perencanaan usia menikah yang matang, yaitu dari aspek kesehatan, kejiwaan, sosial, ekonomi melalui berbagai media dan forum di masyarakat; 4. Sasaran kegiatan ditujukan pada remaja usia 10 sampai 24 tahun dan belum menikah melalui Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R) serta keluarga yang memiliki remaja melalui Bina Ketahanan Remaja (BKR); 5. Khusus pada PUS muda usia resiko tinggi hamil dan melahirkan, perlu pemberian KIE dan pelayanan KB, agar mereka mau ber-kb untuk tujuan penundaan mempunyai anak pertama hingga mereka memasuki usia reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan. Tabel 3.19 Perbandingan Capaian IKU 9 (Angka kelahiran pada remaja usia tahun (ASFR tahun)) Tahun 2016 dengan Target 2019 dalam Renstra Persentase Target Tahun Realisasi Realisasi IKU Tahun dibandingkan 2016 Target Angka kelahiran pada remaja usia tahun (ASFR 1519 tahun) 46 per 1000 perempuan tahun 44 per 1000 perempuan tahun 42 per 1000 perempuan tahun 40 per 1000 perempuan tahun 38 per 1000 perempuan tahun 35 per 1000 perempuan tahun 108,6% Tantangan yang dihadapi berkaitan dengan angka kelahiran pada remaja usia tahun (ASFR tahun) adalah peningkatan pemahaman dan kesadaran remaja mengenai kesehatan reproduksi, pendewasaan usia perkawinan, menghindari seks pranikah dan napza dalam rangka mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera, sehingga BKKBN akan melakukan upaya sebagai berikut: 1. Peningkatan sosialisasi program Generasi Berencana (GenRe) kepada stakeholder dan mitra kerja yang memiliki komitmen dan dan melaksanakan pembinaan 69

139 ketahanan remaja seperti GenRe goes to school, kampus dan ponpes, seminar program GenRe bersama mitra; 2. Pengembangan dan pembinaan kelompok BKR dengan mitra kerja dan stakeholder; 3. Peningkatan sosialisasi dan KIE GenRe kepada remaja terutama tentang perencanaan usia menikah yang matang, yaitu dari aspek kesehatan, kejiwaan, sosial, ekonomi melalui berbagai media dan forum di masyarakat; 4. Pembinaan peningkatan kualitas program pembinaan ketahanan remaja melalui kegiatan pembinaan dan fasilitasi program ketahanan remaja baik melalui jalur pendidikan dan jalur masyarakat. Sasaran Strategis 6 Menurunnya kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS tahun Kehamilan yang tidak diinginkan adalah kehamilan yang dialami oleh seorang wanita yang sebenarnya belum menginginkan atau sudah tidak menginginkan hamil. Kehamilan yang tidak diiinginkan dari WUS tahun adalah suatu kondisi pasangan yang tidak menghendaki adanya kehamilan yang merupakan akibat dari suatu perilaku seksual baik secara sengaja maupun tidak disengaja. Keluarga Berencana merupakan salah satu dari empat pilar dalam upaya Safe Motherhood. Melalui SS ini, BKKBN berupaya mencegah kehamilan yang tidak diinginkan untuk menurunkan risiko kematian ibu dan anak. Pencapaian SS 6 tahun 2016 sebesar 76,9%. Sasaran strategis 6 diukur melalui indikator kinerja sasaran: IKU 10 Persentase kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (15-49 tahun) IKU 10 Persentase kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (15-49 tahun) Definisi kehamilan tidak diinginkan adalah kehamilan yang tidak diinginkan sama sekali dan atau kehamilan yang tidak diinginkan pada saat itu namun dikehendaki kemudian. Bagi BKKBN, data tentang kehamilan yang tidak dihendaki sangat penting karena dapat digunakan untuk mengukur pengaruh dari upaya pencegahan kelahiran 70

140 yang tidak diinginkan terhadap fertilitas. Kehamilan tidak diinginkan berhubungan dengan meningkatnya risiko kematian ibu dan anak. Berdasarkan Survei Indikator Kinerja Program KKBPK RPJMN Tahun 2016, realisasi IKU 9 adalah 9,1 dari target 7,0 sehingga pencapaiannya adalah 76,9%. Pengukuran IKU dilakukan melalui survei. Responden wanita ditanyakan serangkaian pertanyaan untuk setiap anak yang dilahirkan serta riwayat kehamilan untuk menentukan apakah kehamilan tersebut diinginkan pada saat itu, tidak diinginkan pada saat itu namun dikehendaki kemudian atau sama sekali tidak diinginkan. Tabel 3.20 Capaian IKU 10 (Persentase kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (15-49 tahun ) Tahun 2015 IKU 10. Persentase kehamilan yang tidak diinginkan dari Target Tahun 2016 Realisasi Tahun 2016 Capaian Tahun ,1 76,9% WUS (15-49 tahun) Belum optimalnya penurunan kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS tahun dikarenakan beberapa kendala yaitu: 1. Masih adanya kesenjangan pemahaman dan perilaku tentang Kesehatan Reproduksi; 2. Kurangnya pengetahuan tentang efektifitas alat dan obat kontrasepsi; 3. Tidak adanya perencanaan tentang jumlah anak yang diinginkan; 4. Kurangnya konseling kontrasepsi; 5. Keterbatasan akses terhadap pelayanan KB; 6. Terbatasnya alat dan obat kontrasepsi. Tabel 3.21 Perbandingan Capaian IKU 10 (Persentase kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (15-49 tahun) Tahun 2016 dengan Target 2019 dalam Renstra Persentase Target Tahun Realisasi Realisasi 2016 IKU Tahun dibandingkan 2016 Target Persentase kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (15-49 tahun) 7,1 7,0 6,9 6,8 6,6 9,1 72,5% 71

141 Jika dibandingkan dengan target BKKBN tahun 2019, capaian IKU 9 adalah 72,5%. Berdasarkan hal ini, BKKBN akan melakukan: 1. Peningkatan KIE tentang Kesehatan Reproduksi; 2. Peningkatan KIE tentang efektivitas alat dan obat kontrasepsi; 3. Peningkatan promosi 2 anak cukup; 4. Peningkatan konseling kontrasepsi melalui komunikasi interpersonal; 5. Pemenuhan kebutuhan pelayanan KB serta alat dan obat kontrasepsi. B. REALISASI ANGGARAN Sebagai perwujudan pertanggungjawaban atas penggunaan anggaran tahun 2016 serta dalam rangka mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan, BKKBN melakukan penyusunan Laporan Keuangan (LK) tahun Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan APBN secara akuntabel dan termasuk pencapaian prestasi kerja atas penggunaan anggaran. Laporan keuangan disajikan sesuai Standard Akuntansi Pemerintah (SAP), yang terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN). Kemudian, laporan keuangan direviu oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebelum diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-RI). Berdasarkan Undang-undang nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-undang nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), BPK telah memeriksa Laporan Keuangan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yang terdiri dari Neraca yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2015, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk tahun yang berakhir tanggal tersebut, serta Catatan atas Laporan Keuangan. Berdasarkan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan BKKBN tahun 2015, BPK memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Dalam rangka mencapai opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) di tahun 2016, BKKBN telah melakukan langkahlangkah strategis yaitu: 72

142 1. Instruksi Kepala BKKBN melalui Surat Edaran Kepala BKKBN Nomor 2495/2016 Perihal Peningkatan Kualitas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara; 2. Keputusan Kepala BKKBN Nomor 414/KEP/B3/2016 tanggal 31 Oktober 2016 Tentang Pembentukan Tim Satgas Tindak Lanjut Penyelesaian Temuan BPK RI di Lingkungan BKKBN; 3. Mendorong peningkatan kualitas laporan keuangan dan pengelolaan BMN; 4. Mendorong pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP); 5. Meningkatkan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) mulai dari proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan. Gambar 3.3 Pagu BKKBN Pagu BKKBN (dalam juta) Jan 31-Des Anggaran untuk pelaksanaan Pembangunan Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga Nasional tahun 2016 sebesar Rp ,-. Kemudian, berdasarkan surat Menteri Keuangan nomor S-522/MK.02/2016 tanggal 23 Juni 2016 tentang Perubahan Pagu Anggaran Belanja K/L dalam APBN-P TA. 2016, terdapat perubahan pagu anggaran belanja BKKBN sehingga pagu BKKBN menjadi Rp ,-. Kemudian berdasarkan surat Menteri Keuangan nomor S-2124/AG/2016 tanggal 30 Agustus 2016 tentang Penundaan/Penangguhan 73

143 Revisi Anggaran dalam Rangka Mempercepat Penyelesaian Revisi Penghematan Belanja K/L APBN-P TA. 2016, maka BKKBN ,- sehingga pagu BKKBN mengalami blokir sebesar Rp setelah blokir adalah Rp ,-. Kemudian terdapat tambahan dana hibah dalam dan luar negeri pada Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat dan Banten serta Direktorat Bina Kesertaan KB Jalur Swasta sebesar Rp ,- sehingga total pagu akhir BKKBN sebesar Rp ,-. Sedangkan realisasi total pagu sampai dengan Desember 2016 adalah Rp ,- (93,2%). Tabel 3.22 Pagu Anggaran BKKBN s.d Desember 2016 PROGRAM/KEGIATAN BKKBN PAGU ANGGARAN SEMULA PAGU DIPA APBN-P PAGU DIPA PENGHEMATAN TAHAP II Sebagai lembaga Pemerintah Non Kementerian BKKBN mempunyai 1 (satu) Program Teknis dan 3 (tiga) Program Generik. A PROGRAM TEKNIS: I PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KB : Pengendalian Penduduk Pembinaan dan peningkatan kemandirian keluarga berencana Pembinaan Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Peningkatan Advokasi, Penggerakan dan Informasi Pengelolaan Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Provinsi B PROGRAM GENERIK, MELIPUTI: II PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TUGAS TEKNIS LAINNYA BKKBN III PROGRAM PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN BKKBN IV PROGRAM PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS APARATUR BKKBN

144 Tabel 3.23 Realisasi Anggaran BKKBN s.d Desember 2016 PROGRAM/KEGIATAN BKKBN PAGU ANGGARAN SEMULA PAGU DIPA PENGHEMATAN TAHAP II REALISASI % thd Pagu DIPA Penghematan Tahap II , , ,99 Sebagai lembaga Pemerintah Non Kementerian BKKBN mempunyai 1 (satu) Program Teknis dan 3 (tiga) Program Generik. A I 1 PROGRAM TEKNIS: PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KB : Pengendalian Penduduk 2 Pembinaan dan peningkatan kemandirian keluarga berencana ,14 3 Pembinaan Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga , , ,65 II PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TUGAS TEKNIS LAINNYA BKKBN ,08 II I PROGRAM PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN BKKBN ,38 I V PROGRAM PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS APARATUR BKKBN , B Peningkatan Advokasi, Penggerakan dan Informasi Pengelolaan Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Provinsi PROGRAM GENERIK, MELIPUTI: 75

145 C. KINERJA DAN CAPAIA`N LAINNYA Tahun 2016 BKKBN meraih beberapa capaian baik di tingkat nasional maupun internasional, yaitu: 1. Capaian di Tingkat Nasional BKKBN berupaya meningkatkan akuntabilitas atau pertanggungjawaban atas hasil (outcome) terhadap penggunaan anggaran dalam rangka terwujudnya pemerintahan yang berorientasi kepada hasil (result oriented government). Tabel 3.24 Perkembangan Nilai Akuntabilitas Kinerja BKKBN Tahun Nilai Akuntabilitas Kinerja 58,00 61,68 62,85 64,54 65,95 67,60 Predikat CC CC CC CC B B Keterangan Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Baik Baik Selain fokus pada upaya pencapaian sasaran strategis, dalam rangka mendorong reformasi birokrasi pemerintah, BKKBN juga aktif menginternalisasi program reformasi birokrasi di level organisasi. Dari hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi BKKBN Tahun 2015 oleh Kementerian PAN dan RB, BKKBN memperoleh nilai 69, Capaian di Tingkat Internasional - BKKBN telah memfasilitasi pelaksanaan OST di bidang Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga di Indonesia d e n g a n peserta yang berasal dari 21 negara (Afghanistan, Algeria, Australia, Bhutan, Bangladesh, Chad, Ethiopia, Ghana, Guinea, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Maldives, Nepal, Niger, the Philippines, Papua New Guinea, Sri Lanka, Sri Lanka dan Vietnam). Pencapaian target ini dimungkinkan dengan penguatan posisi BKKBN sebagai salah satu Center of Excellence atau rujukan dalam pengembangan program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga bagi negara Selatan-Selatan terutama terkait penguatan peran dan kerja sama organisasi. 76

146 PENUTUP 77

147 BAB IV PENUTUP merupakan wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan kinerja BKKBN di tahun 2016 berdasarkan Rencana Strategis Tahun dan Rencana Aksi Upaya Pencapaian Target/Sasaran RPJMN dan Rencana Strategis BKKBN Tahun Laporan ini sekaligus juga merupakan pertanggungjawaban atas tugas, pokok dan fungsi yang diamanatkan kepada BKKBN. Tahun 2016 merupakan tahun kedua pengukuran Rencana Aksi Upaya Pencapaian Target/Sasaran RPJMN dan Rencana Strategis BKKBN Tahun dimaksud melalui 6 Sasaran Strategis (SS) dan 10 Indikator Kinerja Sasaran. Laporan ini memberikan gambaran atas segala daya dan upaya BKKBN dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi termasuk pula hambatan dan tantangan. Secara umum Indikator Kinerja Sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja berusaha dicapai oleh BKKBN. Berdasarkan hasil pengukuran atas seluruh target kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja, tidak semua IKU mencapai target, akan tetapi capaian tersebut sudah menunjukkan perbaikan. Capaian tersebut didukung dengan pemanfaatan realisasi anggaran sebesar Rp ,- atau sebesar 93,2% dari pagu setelah blokir sebesar Rp ,-. Berbagai upaya telah dilakukan BKKBN untuk meningkatkan capaian target yang telah ditetapkan antara lain dengan melakukan perbaikan pengelolaan kinerja dan peningkatan kapasitas SDM pengelola kinerja serta perbaikan perencanaan dan penganggaran. Berbagai upaya tersebut dimaksudkan agar BKKBN dapat mencapai sasaran dan target yang telah ditetapkan dalam Renstra dan Rencana Aksi Upaya Pencapaian Target/Sasaran RPJMN. Akhirnya, laporan kinerja BKKBN 2016 diharapkan dapat memberikan informasi atas pencapaian kinerja BKKBN kepada publik dan pemangku kepentingan dalam rangka terwujudnya pemerintahan yang berorientasi pada hasil (result oriented goverment). 78

148 Lampiran 79

149 TFR Papua Bali Lampung Jawa Timur Bengkulu Jambi Kalimantan Barat Jawa Barat Sumatera Barat Sulawesi Tengah DI Yogyakarta Banten DKI Jakarta Kep. Bangka Belitung Papua Barat Gorontalo Jawa Tengah Sulawesi Utara Kalimantan Selatan Riau Sulawesi Selatan Kep. Riau Nusa Tenggara Barat Sulawesi Barat Aceh Sumatera Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Tenggara Kalimantan Tengah Maluku Utara Sumatera Utara Kalimantan Utara Maluku Nusa Tenggara Timur Indonesia CPR 0 1,72 1,83 1,86 1,91 1,91 0,00 2,00 2,01 2,09 2,11 2,12 2,16 2,20 2,21 2,27 2,22 2,33 2,36 2,39 2,39 2,41 2,42 2,48 2,48 2,51 2,54 2,58 2,78 2,83 2,93 3,00 3,06 3,19 2,30 MALUKU PAPUA BARAT PAPUA NUSA TENGGARA TIMUR SULAWESI TENGGARA KEP. RIAU SUMATERA UTARA SULAWESI BARAT ACEH SULAWESI SELATAN MALUKU UTARA DKI JAKARTA SUMATERA BARAT RIAU JAWA BARAT BANTEN KALIMANTAN UTARA KALIMANTAN TIMUR JAMBI NUSA TENGGARA BARAT JAWA TENGAH DI YOGYAKARTA BENGKULU KALIMANTAN BARAT SULAWESI TENGAH SULAWESI UTARA GORONTALO JAWA TIMUR LAMPUNG KALIMANTAN SELATAN SUMATERA SELATAN BALI KEP. BANGKA BELITUNG KALIMANTAN TENGAH INDONESIA 28,6 31,4 43,0 47,7 50,6 50,9 51,7 53,5 54,2 56,5 56,8 59,2 59,5 59,9 60,0 61,0 62,7 63,0 64,6 65,1 65,5 65,8 66,7 67,6 67,7 67,9 68,2 68,4 69,3 69,6 70,4 70,4 71,7 73,3 60,8 0 Jumlah sampel terkumpul tidak terpenuhi 80

150 Kebutuhan KB tidak terpenuhi, SRPJMN 2016 Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kep. Bangka Belitung Sumatera Selatan Kalimantan Barat Lampung Bali Gorontalo Bengkulu Banten Sulawesi Tengah Nusa Tenggara Barat DI Yogyakarta Sulawesi Utara Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat Kalimantan Timur Sulawesi Selatan Maluku Utara Kalimantan Utara Riau Jambi Aceh Sumatera Barat DKI Jakarta Sulawesi Barat Papua Sumatera Utara Kep. Riau Sulawesi Tenggara Nusa Tenggara Timur Papua Barat Maluku Indonesia 8,4 8,8 9,4 10,0 10,6 10,7 11,1 11,6 11,8 12,0 12,0 12,3 13,3 13,3 13,4 14,7 14,9 15,8 16,3 16,6 17,1 17,2 17,2 17,6 18,1 18,2 19,2 19,9 21,0 23,2 23,8 27,4 30,6 33,5 15,8 81

151 Kehamilan tidak diinginkan, SRPJMN 2016 Jambi Banten Sulawesi Tengah Maluku Utara Bali Papua Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Utara Kalimantan Barat Aceh Jawa Barat Sumatera Selatan Sulawesi Selatan Kalimantan Tengah Bengkulu Nusa Tenggara Barat Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Jawa Timur Sumatera Barat Riau Papua Sulawesi Utara Maluku Sulawesi Barat Kep. Bangka Belitung DKI Jakarta Sulawesi Tenggara Kep. Riau Jawa Tengah Lampung Sumatera Utara Gorontalo DI Yogyakarta 2,6 2,7 Indonesia 3,8 3,9 4,2 4,5 5,3 5,6 5,7 6,7 6,9 8,0 8,0 9,2 9,2 9,5 9,5 9,7 9,8 9,9 10,2 10,3 10,8 10,0 11,8 12,1 12,2 12,4 12,9 13,1 13,4 14,0 15,1 17,0 9,1 *Kehamilan tidak diinginkan hanya pada kehamilan anak terakhir dan kehamilan saat survei 82

152 83

153 No 1 2 PROSES BISNIS YANG TELAH MEMANFAATKAN TIK Proses Bisnis di BKKBN Unit Kerja Aplikasi TIK yang digunakan Proses Penyebarluasan Informasi Program KKBPK Proses Penyebarluasan Informasi Publik Direktorat Teknologi Informasi dan Dokumentasi Direktorat Teknologi Informasi dan Dokumentasi Direktorat Teknologi Informasi dan Dokumentasi Direktorat Teknologi Informasi dan Dokumentasi Direktorat Teknologi Informasi dan Dokumentasi Biro Kepegawaian, Inspektorat Wilayah 3 Proses Pelayanan Perpustakaan 4 Proses Pengadaan Barang/ Jasa 5 Proses Layanan Informasi Eksekutif 6 Proses Manajemen SDM 7 Proses Penilaian Individu Biro Kepegawaian 8 Proses Balance Score Card Proses Databasis Perencanaan Proses Pendidikan dan Pelatihan Biro Perencanaan Proses Pengaduan Masyarakat 12 Proses Dokumentasi dan Informasi Hukum 13 Proses Pencatatan Logistik 14 Proses Keuangan dan BMN Biro Perencanaan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB Biro Hukum, Organisasi dan Humas Biro Hukum, Organisasi dan Humas Biro Keuangan dan Pengelolaan Barang Milik Negara Biro Keuangan dan Pengelolaan Barang Milik Negara Situs BKKBN, Streaming, BKKBN Channel, Centralized Information System (CIS) Situs PPID (Pusat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) Pustaka BKKBN (Digital Library), Signage, Flipbook LPSE BKKBN Dashboard, GIS, Profile Desa Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia (SIMSDM), Aplikasi Presensi (Face ID and Fingerprint System), STATMAS (Status Masalah) Sistem Informasi Visum Kinerja (SIVIKA) dan Android Visum PLKB Aplikasi Balance Scored Card (BSC) Aplikasi Data Basis Perencanaan Sistem Informasi Diklat Kependudukan dan KB (SIDIKA) Pengaduan Masyarakat (DUMAS) Jaringan Dokumentasi Informasi Hukum (JDIH) Logistik Aplikasi BMN Online, Sistem Informasi Keuangan dan Barang Milik Negara (SAKURA). 84

154 No Proses Bisnis di BKKBN 15 Proses Pengendalian Lapangan Proses Kesejahteraan Keluarga Proses Laporan Klinik 18 Proses Pendataan Keluarga 19 Proses Peminjaman Ruangan Unit Kerja Direktorat Pelaporan dan Statistik Direktorat Bina Keluarga dan Anak, Direktorat Bina Ketahanan Remaja, Direktorat Bina Ketahanan Lansia dan Rentan, Direktorat Pemberdayaan Ekonomi Keluarga, dan Direktorat Bina Lini Lapangan Direktorat Pelaporan dan Statistik Direktorat Pelaporan dan Statistik Biro Umum Aplikasi TIK yang digunakan Aplikasi Pengendalian Lapangan Aplikasi Kesejahteraan Keluarga (BKB, BKR, BKL, UPPKS, PIK/R, PLKB/IMP) Aplikasi Pelayanan KB Aplikasi Pendataan Keluarga, Portal, Performance Analyzer (FELISA), Manajemen Wilayah, Manajemen Pelaksanaan Kegiatan (MPK), Posko dan Migrasi Aplikasi Peminjaman Ruang Rapat 85

155 FORMULIR PENGUKURAN KINERJA TINGKAT KEMENTERIAN/LEMBAGA Kementerian/Lembaga : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun Anggaran : 2016 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 2 TARGET REALISASI 3 4 Menurunnya Laju Pertumbuhan Penduduk 1 Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk 1,27 1,43 2 Menurunnya angka kelahiran total (TFR) per WUS (15-49 tahun) 2 Angka kelahiran total (total fertility rate/tfr) per WUS (15-49 tahun) 2,36 2,30 Meningkatnya pemakaian kontrasepsi (CPR) 3 a. PROGRAM/ ANGGARAN % KEGIATAN 1 3 % Persentase pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/cpr) 65,2 (all method) Persentase pemakaian kontrasepsi 61,4 (modern method) 60,8 (all method) 5 6 BKKBN Sebagai lembaga Pemerintah Non Kementerian BKKBN mempunyai 1 (satu) 102,6 Program Teknis dan 3 (tiga) Program Generik. A. Program Teknis: I. PROGRAM KEPENDUDUKAN 93,2 DAN KB: REALISASI , , , , , , , , , ,4 (modern moethod) PAGU 96,7 Pengendalian Penduduk Pembinaan dan peningkatan kemandirian keluarga berencana

156 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % PROGRAM/ ANGGARAN KEGIATAN PAGU (contraceptive prevalence rate/cpr) 4 Menurunnya kebutuhan ber-kb yang tidak terpenuhi (unmet need) Persentase Peserta KB Baru MKJP 75 76,4 c. Persentase Peserta KB Aktif MKJP 21,1 21,6 Persentase penurunan angka ketidakberlangs ungan pemakaian (tingkat putus pakai) kontrasepsi. 25,7 Persentase kebutuhan berkb yang tidak terpenuhi (unmet need)(%) 10, b. d. % 20,6 15,8 Pembinaan Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga 101,8 4. Peningkatan Advokasi, Penggerakan dan 102,4 Informasi 5. Pengelolaan Pembangunan Kependudukan dan 124,7 Keluarga Berencana Provinsi B. Program Generik: II. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TUGAS TEKNIS LAINNYA BKKBN 66,3 III. PROGRAM PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN BKKBN 7 REALISASI , , , , , , , , , ,

157 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % PROGRAM/ ANGGARAN KEGIATAN PAGU Menurunnya angka kelahiran pada remaja usia tahun (ASFR tahun) 5 Angka kelahiran pada remaja usia tahun (ASFR tahun) 46 per 1000 perempuan tahun 35 per 1000 perempuan tahun 6 Menurunnya kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (15-49 tahun) 6 Persentase kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (1549 tahun) 7,0 9,1 Jumlah Anggaran Tahun 2016 % : Rp ,- Realisasi Pagu Anggaran Tahun 2016 : Rp , ,7 IV. PROGRAM PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS APARATUR 76,9 BKKBN ,- REALISASI ,

158

Rencana Strategis BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN

Rencana Strategis BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN Rencana Strategis BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN 2015-2019 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL JUNI TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Dalam Undang-undang Nomor 52 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR 199 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN 2015-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MEMAHAMI ARAH PROGRAM KKBPK TAHUN

MEMAHAMI ARAH PROGRAM KKBPK TAHUN MEMAHAMI ARAH PROGRAM KKBPK TAHUN 2015-2019 Oleh: Drs. Mardiya Di era otonomi daerah, program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di tingkat Kabupaten/Kota memang menjadi kewenangan

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan terhadap kebijakan Nasional Sesuai dengan arah kebijakan Pemerintah (Kabinet Kerja) 2015-2019, seluruh Kementerian/Lembaga diarahkan untuk turut

Lebih terperinci

Rencana Kerja (Renja) Perubahan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2017

Rencana Kerja (Renja) Perubahan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2017 2.3 Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan fungsi SKPD Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan urusan Pengendalian Kependudukan dan

Lebih terperinci

2016, No ; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No

2016, No ; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No No.1441, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKKBN. RENSTRA. Tahun 2016. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR 199 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

MEMUTUSKAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS RAKORNAS KKBPK TAHUN 2017

LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS RAKORNAS KKBPK TAHUN 2017 Kepada Yth. Bupati Bengkulu Selatan Up. Sekretaris Daerah di.- MANNA LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS RAKORNAS KKBPK TAHUN 2017 I. Pendahuluan : 1. Latar Belakang Dalam rangka membangun sinergitas

Lebih terperinci

AKSELERASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK SEMESTER II TAHUN 2016

AKSELERASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK SEMESTER II TAHUN 2016 AKSELERASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK SEMESTER II TAHUN 2016 oleh: DR. Wendy Hartanto, MA (Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN) Disampaikan pada Kegiatan Review/Telaah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PENDAYAGUNAAN TENAGA PENYULUH KEPENDUDUKAN, KELUARGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA BADAN KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah adalah dalam rangka memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1232, 2017 BKKBN. Pendayagunaan Tenaga Penyuluh KKBPK. PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.319, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA WARGA NEGARA. Kependudukan. Keluarga. Keluarga Berencana. Sistem Informasi. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le No.384, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKKBN. Penyuluh KB. Standar Kompetensi. PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR KOMPETENSI PENYULUH

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1266, 2016 BKKBN. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana. Nomenklatur dan Tusi. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

Lebih terperinci

LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS KE JAKARTA TANGGAL 17 SEPTEMBER 21 SEPTEMBER 2017

LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS KE JAKARTA TANGGAL 17 SEPTEMBER 21 SEPTEMBER 2017 Kepada Yth. Bupati Bengkulu Selatan Up. Sekretaris Daerah di.- MANNA LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS KE JAKARTA TANGGAL 17 SEPTEMBER 21 SEPTEMBER 2017 I. Pendahuluan : 1. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 40 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 40 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 40 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BKKBN TAHUN Oleh: Plt. Sekretaris Utama Ipin Z.A. Husni

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BKKBN TAHUN Oleh: Plt. Sekretaris Utama Ipin Z.A. Husni ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BKKBN TAHUN 2017 Oleh: Plt. Sekretaris Utama Ipin Z.A. Husni BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL 2016 SISTEMATIKA PENYAJIAN 1 2 3 ARAH KEBIJAKAN RENCANA KERJA

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 105 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA

Lebih terperinci

BAB III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD

BAB III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD BAB III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas fungsi dan pelayanan Dinas

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGGERAKAN LINII LAPANGAN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KELURAGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA TAHUN 2014

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGGERAKAN LINII LAPANGAN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KELURAGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA TAHUN 2014 PEDOMAN PELAKSANAAN PENGGERAKAN LINII LAPANGAN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KELURAGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA TAHUN 2014 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma

Lebih terperinci

BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN IV.1. Tujuan 1. Menguatkan akses pelayanan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera yang merata dan berkualitas 2. Peningkatan pembinaan peserta KB

Lebih terperinci

URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA 4.1.12 URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA 4.1.12.1 KONDISI UMUM Pembangunan Kependudukan tidak lagi dipahami sebagai usaha untuk mempengaruhi pola dan arah demografi saja, akan tetapi

Lebih terperinci

O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3

O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pelayanan Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi Pelaksanaan Jaminan dan Pelayanan KB, Peningkatan Partisipasi

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 98 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK

Lebih terperinci

POINTERS KEYNOTE SPEECH MENTERI KESEHATAN RI PADA RAPAT KERJA NASIONAL PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KB TAHUN 2013 Jakarta, 30 Januari 2013

POINTERS KEYNOTE SPEECH MENTERI KESEHATAN RI PADA RAPAT KERJA NASIONAL PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KB TAHUN 2013 Jakarta, 30 Januari 2013 POINTERS KEYNOTE SPEECH MENTERI KESEHATAN RI PADA RAPAT KERJA NASIONAL PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KB TAHUN 2013 Jakarta, 30 Januari 2013 1. MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA 3 aspek yaitu aspek kuantitas,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGUATAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI PROVINSI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA O BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi Jaminan dan Pelayanan KB, Peningkatan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR 163 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN NOMENKLATUR, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA DI PROVINSI, KABUPATEN

Lebih terperinci

VISI, MISI DAN GRAND STRATEGI BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL

VISI, MISI DAN GRAND STRATEGI BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR : 28/HK-010/B5/2007 TENTANG VISI, MISI DAN GRAND STRATEGI BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL KEPALA BADAN KOORDINASI KELUARGA

Lebih terperinci

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi - 55-12. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA 1. Pelayanan Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi Jaminan dan Pelayanan KB, Peningkatan Partisipasi Pria, Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1. Rencana Program Dan Kegiatan SKPD Kabupaten Sijunjung Tahun 2015 Pembiayaan APBD Kabupaten Sijunjung.

DAFTAR ISI. 1. Rencana Program Dan Kegiatan SKPD Kabupaten Sijunjung Tahun 2015 Pembiayaan APBD Kabupaten Sijunjung. DAFTAR ISI DAFTAR ISI RENCANA KERJA PROGRAM/KEGIATAN (RENJA) DAN KELUARGA BERENCANA TAHUN 2015 KANTOR PEMBERDAYAAN PEREMPUAN BAB.I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum 1.3 Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KELUARGA BERENCANA

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KELUARGA BERENCANA PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KELUARGA BERENCANA 0 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penyusunan Buku Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Bantuan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

A. UMUM B. LANDASAN HUKUM

A. UMUM B. LANDASAN HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Presiden Republik Indonesia dalam berbagai kesempatan selalu menekankan pentingnya Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK), terutama pengendalian

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH SALINAN BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA

Lebih terperinci

1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi

1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi Jaminan dan Pelayanan KB, Peningkatan Partisipasi

Lebih terperinci

MATERI TELAAH PROGRAM KKBPK TAHUN 2016 BIDANG KELUARGA SEJAHTERA DAN PEMBERDAYAAN KELUARGA. Jakarta, 5 September 2016

MATERI TELAAH PROGRAM KKBPK TAHUN 2016 BIDANG KELUARGA SEJAHTERA DAN PEMBERDAYAAN KELUARGA. Jakarta, 5 September 2016 MATERI TELAAH PROGRAM KKBPK TAHUN 2016 BIDANG KELUARGA SEJAHTERA DAN PEMBERDAYAAN KELUARGA A. LATAR BELAKANG Jakarta, 5 September 2016 Penduduk merupakan asset terpenting suatu bangsa, pentingnya penduduk

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KEPALA BKKBD KAB.MINAHASA TENGGARA. Dr.SAUL E ARIKALANG,M.Kes. PEMBINA UTAMA MUDA NIP

KATA PENGANTAR KEPALA BKKBD KAB.MINAHASA TENGGARA. Dr.SAUL E ARIKALANG,M.Kes. PEMBINA UTAMA MUDA NIP KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas Kasih dan Penyertaannya, sehingga Rencana Kerja ( RENJA ) dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA, KELUARGA BERENCANA, DAN SISTEM INFORMASI KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN, WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, KELUARGA BERENCANA DAN KETAHANAN PANGAN WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MATRIKS 2.3. RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIKS 2.3. RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIKS 2.3. TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA : BADAN KOORDINASI KELUARGA BE NASIONAL (BKKBN) 2012 2013 2014 2012 2013 2014 I. PROGRAM Tercapainya penduduk Contraceptive

Lebih terperinci

2016, No menetapkan Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga tentang Rencana Strategis Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun ; Mengingat

2016, No menetapkan Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga tentang Rencana Strategis Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun ; Mengingat BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1369, 2016 KEMENPORA. Rencana Strategis. Tahun 2016-2019. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT KERJA DAERAH PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2009

RUMUSAN RAPAT KERJA DAERAH PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2009 RUMUSAN RAPAT KERJA DAERAH PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2009 Rapat Kerja Daerah Program KB Nasional (RAKERDA) Provinsi Sulawesi Barat tahun 2009 diselenggarakan tanggal 18 Maret 2009

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2017 PEMERINTAHAN. Pembangunan. Nasional. Perencanaan. Penganggaran. Sinkronisasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6056) PERATURAN

Lebih terperinci

SALINAN NOMOR TENTANG. dan. Menimbang. Dasar : 1. Negara. Provinsi. Bangkaa. Indonesia Tahun Belitung (Lembaran 4268); Indonesia.

SALINAN NOMOR TENTANG. dan. Menimbang. Dasar : 1. Negara. Provinsi. Bangkaa. Indonesia Tahun Belitung (Lembaran 4268); Indonesia. BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGAA

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Oleh; Drs. Ipin.Z.A Husni, MPA Kepala Biro Perencanaan BKKBN

Oleh; Drs. Ipin.Z.A Husni, MPA Kepala Biro Perencanaan BKKBN Oleh; Drs. Ipin.Z.A Husni, MPA Kepala Biro Perencanaan BKKBN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL Jakarta, 2 Mei 2016 KEBIJAKAN DAK T.A 2017 Mendukung implementasi Nawacita: Ketiga: membangun

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

Yang kami hormati: Assalamu alaikum wr wb; Selamat Pagi dan Salam Sejahtera, Oom swastiastu,

Yang kami hormati: Assalamu alaikum wr wb; Selamat Pagi dan Salam Sejahtera, Oom swastiastu, SAMBUTAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PADA PEMBUKAAN RAPAT KERJA NASIONAL PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA TAHUN 2013 Jakarta, 30 Januari 2013. Yang kami hormati:

Lebih terperinci

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA - 358 - L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi 1. Kebijakan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013

ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013 ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA i NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 20 TAHUN : 2016 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG STRATEGI KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI BERBASIS KOMUNITAS DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM

Lebih terperinci

Potret KB DIY dan Tantangan ke Depan

Potret KB DIY dan Tantangan ke Depan Artikel Potret KB DIY dan Tantangan ke Depan Arkandini & Mardiya Tahun 2010 yang baru saja kita lewati merupakan tahun pertama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 2014. Sama

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK, KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

Sambutan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Sambutan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Sambutan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Rapat Telaah Program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga Tahun 2016 Tema: Dengan Semangat Revolusi Mental dan Visi

Lebih terperinci

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA - 274 - L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi 1. Kebijakan dan Pelaksanaan Jaminan dan Pelayanan

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANANASIONAL

PENGUATAN KELEMBAGAAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANANASIONAL PENGUATAN KELEMBAGAAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANANASIONAL BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL 2015 ABSTRAKSI 1. Persoalan penduduk sebagai modal dasar pembangunan adalah sentral

Lebih terperinci

Visi Misi Baru, Mengembalikan Kejayaan KB?

Visi Misi Baru, Mengembalikan Kejayaan KB? Artikel Visi Misi Baru, Mengembalikan Kejayaan KB? Mardiya Ada hal penting yang disampaikan Kepala BKKBN Pusat Dr. Sugiri Syarief, MPA pada saat memberi sambutan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Program

Lebih terperinci

KAMPUNG K B OLEH DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUN DAN PERLINDUNGAN ANAK,PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA KOTA BUKITTINGGI

KAMPUNG K B OLEH DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUN DAN PERLINDUNGAN ANAK,PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA KOTA BUKITTINGGI KAMPUNG K B OLEH DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUN DAN PERLINDUNGAN ANAK,PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA KOTA BUKITTINGGI Pengertian Kampung KB adalah satuan wilayah setingkat RW, dusun atau setara,

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD BAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD 2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA 4.1.12 URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA 4.1.12.1 KONDISI UMUM Pembangunan Kependudukan tidak lagi dipahami sebagai usaha untuk mempengaruhi pola dan arah demografi saja, akan tetapi

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA BADAN KEPENDUDUKAN, KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, PERLINDUNGAN ANAK,

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 100 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT BADAN KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

29,0 (SUSENAS 2012)

29,0 (SUSENAS 2012) NO. TUJUAN BKKBN INDIKATOR TUJUAN 1 Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) TFR 2,1 - NRR=1 2 Menurunnya Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) 1,49 (2000-2010) 1,38 (2010-2015) 1,27 1,25

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cita-cita bangsa bernegara. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. cita-cita bangsa bernegara. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa bernegara.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Plt Kepala, Dr. Sudibyo Alimoeso, MA

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Plt Kepala, Dr. Sudibyo Alimoeso, MA KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, maka penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2012 BKKBN dapat diselesaikan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan baik pembangunan fisik maupun pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan baik pembangunan fisik maupun pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan disegala bidang termasuk didalamnya adalah pembangunan bidang kesehatan baik pembangunan fisik maupun pembangunan sumber daya manusia (SDM). Pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 60 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN SAMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 260 menyebutkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi tentang Penetapan Rencana Strategis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

2017, No Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi tentang Penetapan Rencana Strategis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi No.667, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPPT. Renstra. Tahun 2015-2019. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM DAN ANGGARAN

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM DAN ANGGARAN RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM DAN ANGGARAN Data Bulan Maret 2015 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL JAKARTA, 6 MEI 2015 SISTEMATIKA 1 2 CAKUPAN LAPORAN HASIL PENCAPAIAN PROGRAM KKBPK 3 4 KETERSEDIAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN,

Lebih terperinci

Oleh: (Tentativ) BKKBN. Disampaikan pada Kegiatan Review/ Telaah Program KKBPK Tahun 2016

Oleh: (Tentativ) BKKBN. Disampaikan pada Kegiatan Review/ Telaah Program KKBPK Tahun 2016 Oleh: (Tentativ) BKKBN Disampaikan pada Kegiatan Review/ Telaah Program KKBPK Tahun 2016 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jakarta, 5-6 September 2016 BKKBN MENDUKUNG AGENDA PRIORITAS

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN INSTITUSI MASYARAKAT KELURAHAN DALAM BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU

BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU SALINAN BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN DAN STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI, TATA KERJA, DAN ESELON JABATAN

Lebih terperinci

RENCANA AKSI TAHUN 2018 DP2KBP3A KABUPATEN KEDIRI

RENCANA AKSI TAHUN 2018 DP2KBP3A KABUPATEN KEDIRI RENCANA AKSI TAHUN 2018 DP2KBP3A KABUPATEN KEDIRI No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 1. Meningkatnya partisipasi 1. Persentase Peserta KB Aktif MKJP - - - 25,60% masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 41 TAHUN TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : WAHYU

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 2019

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 2019 PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 9 Organisasi / SKPD :.8.. -DINAS KELUARGA, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Halaman dari

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK,

Lebih terperinci