IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Peremajaan T. ferrooxidans Peremajaan T. ferrooxidans dilakukan dengan menggunakan media cair dari Leathen et al. (1956) karena media ini merupakan media yang cocok digunakan untuk menumbuhkan bakteri ini. Hal ini disebabkan besi ferro (Fe 2+ ) yang terkandung pada media ini tidak terlalu tinggi sehingga bakteri mampu menyesuaikan diri pada media tumbuh tersebut. Pada tahap ini, kemasaman media dikondisikan pada ph Tujuan dari peremajaan T. ferrooxidans ini adalah untuk mengetahui apakah bakteri dari stok yang telah tersimpan lama masih dapat bertahan hidup atau tidak dan memperbanyak jumlah bakteri yang akan digunakan untuk tahapan penelitian selanjutnya. Isolat yang digunakan pada tahap ini merupakan isolat yang telah tersimpan selama kurang lebih satu tahun. Pada tahap peremajaan ini, galur bakteri yang diremajakan sebanyak 20 galur, 16 galur diremajakan dari isolat yang tersimpan di gliserol dan dibekukan, dan empat galur lainnya diremajakan dari isolat yang tersimpan pada media cair dan selalu digoyang tanpa dibekukan. Setiap galur T. ferrooxidans yang digunakan berasal dari lokasi berbedabeda, namun seluruh lokasi tersebut memiliki tingkat kemasaman rendah sehingga dimungkinkan terdapat bakteri T. ferrooxidans yang tumbuh. Lokasi-lokasi tersebut antara lain: Desa Selat Baru, Kecamatan Karau Kuala; Desa Betung dan Desa Petuk Bukit, Kecamatan Bukit Batu, Palangkaraya; Anjir Sampit, Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau; Anjir Pulang Pisau, perbatasan Gohong - Pulang Pisau; dan Kawah Sikidang dan Kawah Sileri, Dieng. Dari penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa oksidasi besi ferro (Fe 2+ ) pada media oleh T. ferrooxidans dapat terlihat dalam jangka waktu yang cukup lama. Oksidasi besi ferro (Fe 2+ ) menjadi besi ferri (Fe 3+ ) menunjukkan bahwa bakteri T. ferrooxidans tersebut masih dapat tumbuh. Dari 20 galur bakteri T. ferrooxidans yang diremajakan, hanya terdapat empat galur bakteri yang

2 27 mampu tumbuh dengan baik, sedangkan yang lainnya tidak berhasil tumbuh. Hasil dari tahap peremajaan T. ferrooxidans selama delapan minggu dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perubahan Warna Media akibat Oksidasi Besi Ferro (Fe 2+ ) oleh T. ferrooxidans pada Tahap Peremajaan No. Kode Kode ICBB Minggu ke APB-T APP-B APP-T AS-S AS-S BTG-B BTG-B MD-B MD-T MD-T MD-T MN-B MN-B PUT-B PUT-T PUT-T SI 6636 C ICBB SI 6663 P ICBB SI 6671 P ICBB WS 6644 C ICBB Keterangan: (-) : tidak terjadi perubahan warna (tetap bening) (+) : terjadi perubahan warna (bening kuning kecoklatan) (++) : warna semakin jelas

3 Galur bakteri yang berhasil ditumbuhkan merupakan galur bakteri yang berasal dari penyimpanan pada media cair, sedangkan bakteri yang tidak berhasil tumbuh merupakan bakteri yang berasal dari penyimpanan beku pada gliserol. Menurut Gupta et al. (1986), penyimpanan bakteri ini memang sulit dilakukan dengan cara biasa dan perlu perlakuan tertentu. Metode yang baik digunakan untuk penyimpanan bakteri T. ferrooxidans diantaranya adalah penyimpanan di dalam nitrogen cair dan digoyang atau disimpan pada carrier seperti lignit atau kalkopirit. Menurut Silverman dan Lungren (1958), T. ferrooxidans dapat disimpan selama lebih dari satu tahun pada media cair dan selalu dipindahkan ke medium baru setiap dua minggu pada suhu 28 o C dan selalu digoyangkan. Tumbuhnya bakteri T. ferrooxidans dapat diketahui dari terjadinya perubahan warna pada media cair yang digunakan dari semula berwarna bening berubah menjadi warna kuning (Gambar 1). Perubahan warna dari bening menjadi kuning disebabkan terbentuknya besi ferri (Fe 3+ ) yang dihasilkan dari proses oksidasi besi ferro (Fe 2+ ). Proses terebut dilakukan oleh bakteri pengoksidasi besi, yaitu T. ferrooxidans (Olsen, 1991). Gambar 1. Perubahan warna media peremajaan T. ferrooxidans (kiri: tumbuh; kanan: tidak tumbuh). Pada minggu pertama, T. ferrooxidans galur ICBB 9100 mulai terlihat tumbuh. Di minggu pertama ini, pada media telah terlihat adanya perubahan warna walaupun hanya sedikit. Masih sedikitnya perubahan warna ini belum

4 29 menunjukkan bahwa galur ICBB 9100 masih tumbuh dengan baik. Setelah minggu ketujuh, media pada galur bakteri ICBB 9100 ini mulai menunjukkan perubahan warna yang cukup jelas (Gambar 1) sehingga dapat diketahui bahwa bakteri dapat hidup dengan baik. Berdasarkan pada Tabel 1, media cair bakteri T. ferrooxidans galur ICBB 9098, ICBB 9099, dan ICBB 9101 mulai mengalami perubahan warna pada minggu kedua. Media cair galur ICBB 9101 mengalami perubahan warna yang cukup jelas pada minggu ketujuh, sedangkan media cair galur ICBB 9098 dan ICBB 9099 mengalami perubahan warna yang cukup jelas pada minggu kedelapan. Dari tahap peremajaan ini, dapat diketahui bahwa pertumbuhan bakteri T. ferrooxidans pada media cair ini membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar dua bulan. Tumbuhnya bakteri yang cukup lama ini disebabkan sangat rendahnya konsentrasi besi ferro (Fe 2+ ) pada media sehingga bakteri harus menyesuaikan diri terhadap media Seleksi Galur T. ferrooxidans Seleksi galur T. ferrooxidans merupakan tahapan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana bakteri mampu mengurangi kandungan sulfur pada batubara dengan kondisi terjaga. Sulfur yang dikurangi oleh T. ferrooxidans adalah sulfur yang terdapat dalam bentuk pirit (FeS 2 ). Sulfur organik tidak akan dioksidasi oleh T. ferrooxidans (Bos et al., 1985). Bakteri yang digunakan pada tahap ini merupakan bakteri dengan galur berbeda-beda yang memiliki pertumbuhan baik pada tahap peremajaan. Galur bakteri yang mampu mangurangi pirit paling banyak pada tahap ini akan digunakan untuk tahapan selanjutnya, yaitu desulfurisasi batubara dengan menggunakan bioreaktor. Pada tahap seleksi ini, proses desulfurisasi batubara hanya dilakukan di dalam botol dengan volume 300 ml dan media yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri merupakan media Leathen tanpa FeSO 4.7H 2 O. Hal ini dilakukan supaya bakteri hanya memanfaatkan pirit (FeS 2 ) yang terdapat pada batubara sebagai satu-satunya sumber energi.

5 Tahap seleksi ini dilaksanakan selama beberapa hari yang selesainya ditentukan dari telah konstannya kemasaman media. Selama tahap ini berjalan, kemasaman media diukur setiap hari untuk mengetahui penurunan ph yang diakibatkan dari aktivitas bakteri dalam mengoksidasi sulfur hingga kemasaman konstan. Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, percobaan pendahuluan ini menghabiskan waktu selama 12 hari. Kemasaman media cenderung naik secara drastis pada beberapa hari di awal perlakuan, setelah itu kemasaman hanya akan naik perlahan hingga mencapai kemasaman yang konstan. Hal ini disebabkan proses oksidasi pirit yang dipercepat oleh T. ferrooxidans lebih efektif pada awal perlakuan. Kemasaman yang meningkat disebabkan terbentuknya asam-asam dari hasil oksidasi pirit oleh bakteri (Hee et al., 1993). Sebanyak empat galur bakteri T. ferrooxidans digunakan pada tahap seleksi ini, yaitu ICBB 9098, ICBB 9099, ICBB 9100, dan ICBB Galur bakteri yang digunakan ini berasal dari lokasi di sekitar Kawah Sikidang dan Kawah Sileri Kabupaten Dieng (Gambar 2). Sampel tanah dan air yang diambil dari kawah tersebut memiliki ph antara 2-3. Kawah Sikidang dan Kawah Sileri merupakan kawah yang berada di kawasan dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah yang terbentuk dari hasil letusan gunung berapi. Kawah-kawah ini memiliki kandungan belerang yang tinggi dan kemasaman tanah dan airnya juga tinggi, sehingga menciptakan lingkungan tumbuh yang cocok bagi bakteri acidophilic seperti T. ferrooxidans. Gambar 2 adalah gambar Kawah Sikidang dan Kawah Sileri yang merupakan lokasi pengambilan isolat T. ferrooxidans: a. b. Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banjarnegara Gambar 2. Lokasi pengambilan sampel T. ferrooxidans (a. Kawah Sikidang; b. Kawah Sileri)

6 31 Dari penelitian yang dilakukan, pada Gambar 3 terlihat bahwa kandungan pirit (FeS 2 2) batubaraa pada kontrol adalah sebesar 601 ppm pada batubara yang dihaluskan dan 700 ppm pada batubara dalam keadaan kasar. Dari Gambar 3 tersebut dapat diketahui bahwa T. ferrooxidans galur ICBB 9098, ICBB 9099, ICBB 9100, dan ICBB 9101 dapat menurunkan kandungan pirit (FeS 2 ) pada batubara masing-masing hingga menjadi 219 ppm, 216 ppm, 236 ppm, dan 208 ppm dengan batubara halus. Pada batubara kasar, T. ferrooxidans galur ICBB 9098, ICBB 9099, ICBB 9100, dan ICBBB 9101 dapat menurunkan kandungan pirit (FeS 2 2) pada batubara masing-masing hingga menjadi 215 ppm, 170 ppm, 157 ppm, dan 311 ppm. Hasil pengukuran konsentrasi pirit (FeS 2 ) batubara pada tahap seleksi galur T. ferrooxidans dengan waktu inokulasi selama 12 hari dapat dilihat pada Gambar 3. FeS 2 (ppm) FeS2 kontrol (ppm) FeS2 sampel (ppm) Sampel Bakteri Gambar 3. Konsentrasi pirit (FeS 2 ) batubara padaa tahap seleksi galur T. ferrooxidans dengann waktu inkubasi 12 hari Keterangan: _H : Batubara dihaluskan _K : Batubara kasar _AU : Batubara disterilisasi Dari Gambar 3, dapat terlihat perlakuan antaraa batubara yang dihaluskan dengan batubara kasar tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap efektivitas bakteri dalam prosess desulfurisasi. Dari empat galur yang diujicoba, tiga galur, yaitu ICBB 9098, ICBB 9099, dan ICBB 9100 memiliki efektivitas yang lebih

7 tinggi pada batubara yang tetap dalam keadaan kasar, sedangkan satu galur lainnya, yaitu ICBB 9101 memiliki efektivitas yang lebih tinggi pada batubara dengan kondisi dihaluskan sehingga dalam hal ini belum dapat disimpulkan bahwa batubara yang dihaluskan dapat meningkatkan efektivitas bakteri dalam melakukan proses desulfurisasi. Pada tahap ini juga dilakukan perbandingan terhadap batubara yang disterilisasi sebelum diberikan perlakuan dengan bakteri dengan batubara yang tidak disterilisasi, namun hanya dilakukan pada galur ICBB Pada T. ferrooxidans galur ICBB 9098, kandungan pirit pada batubara yang disterilisasi hanya turun menjadi sebesar 354 ppm. T. ferrooxidans ICBB 9098 hanya menurunkan 41.05% lebih banyak dibandingkan dengan kontrol pada batubara yang dihaluskan. Apabila dibandingkan dengan sampel lainnya, sampel ini memiliki nilai desulfurisasi paling kecil. Nilai desulfurisasi T. ferrooxidans pada sampel batubara yang disterilisasi paling kecil dikarenakan proses sterilisasi menyebabkan bakteri yang sebelumnya terdapat pada batubara mati, sehingga efektivitas dari bakteri dalam proses desulfurisasi yang diperoleh hanya merupakan hasil dari T. ferrooxidans itu sendiri. Jika proses desulfurisasi melibatkan beberapa macam bakteri, nilai efektivitas yang diperoleh akan lebih tinggi dibandingkan dengan hanya melibatkan satu macam bakteri tertentu saja. Menurut Rawling et al. (1994), proses desulfurisasi batubara hanya dengan memanfaatkan kinerja dari satu bakteri saja akan mendapatkan hasil yang kurang optimal. Desulfurisasi secara kultur gabungan dengan mengaplikasikan berbagai bakteri akan mendapatkan hasil yang lebih baik Desulfurisasi Batubara dengan Bioreaktor Desulfurisasi batubara dengan menggunakan bioreaktor merupakan perlakuan utama desulfurisasi batubara yang keadaannya diusahakan mendekati lingkungan aslinya. Perlakuan ini dilakukan dengan memilih galur bakteri yang paling baik dalam melakukan proses desulfurisasi batubara pada tahap seleksi

8 33 galur. Pada tahap seleksi galur, galur bakteri yang yang terpilih karena paling baik digunakan dalam desulfurisasi batubara adalah ICBB 9100, yang dapat menurunkan kandungan batubara sebesar 77.53% pada batubara dalam bentuk kasar. Kondisi lingkungan bakteri dalam proses desulfurisasi batubara ini merupakan hal yang paling ditekankan. Kondisi lingkungan diusahakan mendekati dengan lingkungan aslinya, yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan bakteri dalam melakukan proses desulfurisasi apabila pengaplikasiannya dilakukan dengan bioreaktor. Selain kondisi lingkungan, terdapat pendekatan lain yang diterapkan untuk disesuaikan dengan keadaan lapang. Pendekatan tersebut adalah pelaksanaan desulfurisasi batubara dengan menggunakan bioreaktor ini waktunya lebih singkat jika dibandingkan pada tahap seleksi galur T. ferrooxidans, yaitu selama enam hari. Pada perlakuan utama desulfurisasi batubara, penggunaan media pertumbuhan bakteri sama seperti tahap seleksi bakteri. Batubara yang digunakan pada tahap ini merupakan batubara tanpa melalui proses sterilisasi sehingga dimungkinkan terdapat bakteri lain selain T. ferrooxidans yang terlibat dalam proses desulfurisasi ini. Pada pelaksanaanya, batubara kasar yang berbentuk bongkahan sebanyak 3.5 kg dimasukkan ke dalam bioreaktor, lalu ditambahkan media pertumbuhan cair yang telah diberi T. ferrooxidans ICBB Bioreaktor yang digunakan dalam proses desulfurisasi dapat dilihat pada Gambar 4.

9 Gambar 4. Bioreaktor yang digunakan pada desulfurisasi batubara Bioreakor tersebut dilengkapi dengan sirkulator yang berfungsi untuk meningkatkan aerasi di dalam bioreaktor. Sirkulator ini bekerja mengalirkan media cair dari bawah ke atas secara merata sehingga dapat dipastikan seluruh permukaan batubara teraliri media yang memungkinkan bakteri mampu mengurai pirit pada batubara tersebut. Aerasi yang baik pada media akan meningkatkan kinerja dari bakteri T. ferrooxidans dalam proses desulfurisasi batubara sehingga pirit yang teroksidasi akan semakin banyak jumlahnya (Anwar, 2002). Proses desulfurisasi batubara ini dilaksanakan selama enam hari. Dalam waktu enam hari, pirit yang teroksidasi oleh T. ferrooxidans ini dimungkinkan tidak hanya pirit yang terdapat pada permukaan luar batubara, namun juga pirit yang terdapat pada permukaan dalam batubara. Hal ini disebabkan bakeri T. ferrooxidans dapat mencapai pirit yang terikat pada jaringan batubara (Bos et al., 1985). Hasil penurunan konsentrasi pirit (FeS 2 ) batubara dengan menggunakan bioreaktor dapat dilihat pada Gambar 5.

10 35 FeS 2 (ppm) MOTf (Kontrol) MTf Waktu (Hari) Gambar 5. Penurunan konsentrasi pirit (FeS 2 ) batubara dengan menggunakan bioreakto Keterangan: MOT f MT f : Media tanpa T. ferrooxidans (Kontrol) : Media dengan T. ferrooxidans Dari Gambar 5, dapat diketahui bahwa kandungan pirit (FeS 2 ) yang terkandung pada batubara kontrol tanpa pengaplikas sian T. ferrooxidans hanya mengalami sedikit penurunan kandungan pirit. Kandungan pirit awal sebesar 949 ppm padaa hari pertama, berturut-turut menjadi 837 ppm, 837 ppm, dan 862 ppm pada hari kedua, keempat, dan keenam. Secara keseluruhan, pada kontrol ini kandungann pirit yang berkurang hanya sebesar 9.17% dari kandungan pirit pada batubara awal. Kandungan pirit pada batubara dengan pengaplikasian T. ferrooxidans ICBB 9100 menunjukkan hasil yang berbeda dengan kandungan pirit tanpa pengaplikasian T. ferrooxidans. Pada batubara yang diberi T. ferrooxidans, terjadi penurunann pirit yang cukup signifikan pada awal perlakuan hingga hari kedua. Batubara yang pada awalnya memiliki kandungan pirit sebesar 949 ppm, pada hari kedua kandungan pirit mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi hanya sebesar 352 ppm. Setelah hari kedua, kandungan pirit padaa batubara hanya sebesar 339 ppm pada hari keempat dan 327 ppm pada hari keenam. Dalam dua hari, pirit yang dapat dikurangi oleh bakteri T. ferrooxidans adalah sebesar 62.89%. Secara keseluruhan, bakteri T. ferrooxidans ICBB 9100 selama enam

11 hari perlakuan desulfurisasi batubara mampu menurunkan kandungan pirit pada batubara sebesar 65.51%. Berdasarkan data tersebut, penurunan kandungan pirit yang terjadi sangat kecil setelah hari kedua. Menurut Bos et al. (1985), sisa sulfur yang tidak berhasil dioksidasi oleh T. ferrooxidans disebabkan bakteri tidak mampu mencapai partikel pirit yang sangat kecil yang terikat pada matriks batubara.

I. ISOLASI MIKROBA. Pembuatan Biofertilizer & Bioaktivator PRINSIP PEMBUATAN BIOFERTILIZER 1/1/2013

I. ISOLASI MIKROBA. Pembuatan Biofertilizer & Bioaktivator PRINSIP PEMBUATAN BIOFERTILIZER 1/1/2013 MATERI KULIAH BIOLOGI TANAH JURUSAN AGROTEKNOLOGI UPNVY PRINSIP PEMBUATAN BIOFERTILIZER Pembuatan Biofertilizer & Bioaktivator Dosen Ir. Sri Sumarsih,MP. Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK) Peremajaan dan purifikasi terhadap kedelapan kultur koleksi isolat bakteri dilakukan terlebih dahulu sebelum pengujian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Bakteri Penitrifikasi Sumber isolat yang digunakan dalam penelitian ini berupa sampel tanah yang berada di sekitar kandang ternak dengan jenis ternak berupa sapi,

Lebih terperinci

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor BESI COR Pendahuluan Besi cor adalah bahan yang sangat penting dan dipergunakan sebagai bahan coran lebih dari 80%. Besi cor merupakan paduan besi dan karbon dengan kadar 2 %s/d 4,1% dan sejumlah kecil

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari bulan April hingga bulan September 2010 di Laboratorium Bioteknologi Tanah serta Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Populasi Mikroba Indigenus dalam Bahan Pembawa Kompos dan Gambut. 4.1.1. Jumlah Populasi Mikroba pada Bahan Pembawa Sebelum proses sterilisasi, dilakukan penetapan jumlah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 sampai Oktober 2012. Sampel gubal dan daun gaharu diambil di Desa Pulo Aro, Kecamatan Tabir Ulu, Kabupaten

Lebih terperinci

Pengambilan sampel tanah dari lahan tambang timah di Belitung. Isolasi bakteri pengoksidasi besi dan sulfur. Pemurnian isolat bakteri

Pengambilan sampel tanah dari lahan tambang timah di Belitung. Isolasi bakteri pengoksidasi besi dan sulfur. Pemurnian isolat bakteri Lampiran 1. Skema Kerja Penelitian Pengambilan sampel tanah dari lahan tambang timah di Belitung Isolasi bakteri pengoksidasi besi dan sulfur Pemurnian isolat bakteri Karakteriasi isolat bakteri pengoksidasi

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pembuatan pupuk cair dan karakteristik pupuk cair ini dilaksanakan dari bulan November sampai Desember 200 yang dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkandung di kawasan bekas tambang dan industri (Das et al, 2012; Hao dan

BAB I PENDAHULUAN. terkandung di kawasan bekas tambang dan industri (Das et al, 2012; Hao dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam mangan (Mn) merupakan salah satu logam berat yang banyak terkandung di kawasan bekas tambang dan industri (Das et al, 2012; Hao dan Jiang, 2015). Kandungan mangan

Lebih terperinci

ISOLASI DAN KARAKTERISASI Thiobacillus ferrooxidans DARI BERBAGAI JENIS TANAH BRAMANTYO INDRA KUSUMA EFFENDI PUTRO A

ISOLASI DAN KARAKTERISASI Thiobacillus ferrooxidans DARI BERBAGAI JENIS TANAH BRAMANTYO INDRA KUSUMA EFFENDI PUTRO A ISOLASI DAN KARAKTERISASI Thiobacillus ferrooxidans DARI BERBAGAI JENIS TANAH BRAMANTYO INDRA KUSUMA EFFENDI PUTRO A24103024 DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian bioremediasi logam berat timbal (Pb) dalam lumpur Lapindo menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas pseudomallei)

Lebih terperinci

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran Morfologi Gunung Ungaran Survei geologi di daerah Ungaran telah dilakukan pada hari minggu 15 Desember 2013. Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA MATERI KULIAH BIOLOGI TANAH UPNVY TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA Oleh: Ir. Sri Sumarsih, MP. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta Jl. Ring Road Utara, Condongcatur,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanahnya memiliki sifat dakhil (internal) yang tidak menguntungkan dengan

I. PENDAHULUAN. tanahnya memiliki sifat dakhil (internal) yang tidak menguntungkan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sulfat masam merupakan salah satu jenis lahan yang terdapat di kawasan lingkungan rawa dan tergolong ke dalam lahan bermasalah karena tanahnya memiliki sifat dakhil

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus Uji potensi

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus Uji potensi BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2016. Uji potensi mikroba pelarut fosfat dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Australia (BP.2014). Sebagian besar pertambangan batubara di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Australia (BP.2014). Sebagian besar pertambangan batubara di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dalam dunia pertambangan batubara berada pada peringkat keempat sebagai penghasil batubara di dunia setelah Cina, Amerika Serikat dan Australia (BP.2014).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non equivalent control

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Hrp -, IAA +, BPF Hrp -, IAA + + , BPF Hrp. , BPF Hrp -, IAA +, BPF + Hrp. , BPF Hrp. , BPF Hrp. Penambat Nitrogen Penambat Nitrogen

BAHAN DAN METODE. Hrp -, IAA +, BPF Hrp -, IAA + + , BPF Hrp. , BPF Hrp -, IAA +, BPF + Hrp. , BPF Hrp. , BPF Hrp. Penambat Nitrogen Penambat Nitrogen BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, FMIPA, IPB dan lahan pertanian Kampung Bongkor, Desa Situgede, Karang Pawitan-Wanaraja,

Lebih terperinci

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960 RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR Oleh DEDY BAHAR 5960 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG PROGRAM STUDY KEAHLIAN TEKNIK KIMIA KOPETENSI KEAHLIAN KIMIA

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga pada bulan Januari-Mei

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DIES NATALIS KE-52 FAKULTAS PERTANIAN UNLAM

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DIES NATALIS KE-52 FAKULTAS PERTANIAN UNLAM PROSIDING SEMINAR NASIONAL DIES NATALIS KE-52 FAKULTAS PERTANIAN UNLAM Banjarbaru, 28 September 2013 Pengelolaan Sumberdaya Lahan Sub Optimal untuk Produksi Biomassa Berkelanjutan FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh TINJAUAN PUSTAKA Penggenangan Tanah Penggenangan lahan kering dalam rangka pengembangan tanah sawah akan menyebabkan serangkaian perubahan kimia dan elektrokimia yang mempengaruhi kapasitas tanah dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Bagan Penelitian. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Lampiran 1. Bagan Penelitian. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan Penelitian K5 K7 K0 B T K2 K5 K1 K7 K4 K6 K6 K2 K4 K4 K0 K7 K1 K6 K2 K0 K1 K5 Lampiran 2. Formula Media NA Cair (Rao, 1982). Nama Bahan Jumlah Pepton 5 g Beef Ekstrak 3 g NaCl

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi. a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi. a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10 Setelah dilakukan peremajaan pada agar miring

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA MATERI KULIAH BIOTEKNOLOGI TANAH UPNVY TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA Oleh: Ir. Sri Sumarsih, MP. Jurusan Manajemen Sumber Daya Lahan UPN Veteran Yogyakarta Jl. Ring Road Utara, Condongcatur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA. 2. Pemilihan mikroba pelarut fosfat CONTOH ISOLAT DARI TANAH VERTISOL GADING GUNUNG KIDUL

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA. 2. Pemilihan mikroba pelarut fosfat CONTOH ISOLAT DARI TANAH VERTISOL GADING GUNUNG KIDUL MATERI KULIAH BIOTEKNOLOGI PERTANIAN UPNVY TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA Oleh: Ir. Sri Sumarsih, MP. FP UPN Veteran Yogyakarta Jl. Ring Road Utara, Condongcatur, Sleman, Yogyakarta Telp:

Lebih terperinci

Perancangan bioproses. By: KUSNADI,MSI.

Perancangan bioproses. By: KUSNADI,MSI. Perancangan bioproses By: KUSNADI,MSI. RANCANGAN BIOPROSES 1. Skala laboratorium: tahapan penyeleksian mikroba atau deskripsi kinerja enzim : fermentor 1-5 liter 2. Skala pilot-plan: optimalisasi kondisikondisi/variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari April 2016.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (CH 2 O)n + n O 2 n CO 2 + n H 2 O + e - (1) mikrob (CH 2 O)n + nh 2 O nco 2 + 4n e - + 4n H + (2)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (CH 2 O)n + n O 2 n CO 2 + n H 2 O + e - (1) mikrob (CH 2 O)n + nh 2 O nco 2 + 4n e - + 4n H + (2) HASIL DAN PEMBAHASAN Dinamika Eh dan ph Ketika tanah digenangi, air akan menggantikan udara dalam pori tanah. Pada kondisi seperti ini, mikrob aerob tanah menggunakan semua oksigen yang tersisa dalam tanah.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan tumbuh yang digunakan pada tahap aklimatisasi ini, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan planlet Nepenthes. Tjondronegoro dan Harran (1984) dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tumbuhan hutan yang dibudidayakan. Tanaman ini memiliki respon yang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tumbuhan hutan yang dibudidayakan. Tanaman ini memiliki respon yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tumbuhan hutan yang dibudidayakan. Tanaman ini memiliki respon yang baik sekali terhadap kondisi lingkungan hidup dan perlakuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambangan timah di Indonesia dimulai pada abad ke-18. Sejak tahun 1815 penambangan timah di pulau Bangka dilaksanakan oleh pemerintah Hindia Belanda dan berlanjut sampai PT.

Lebih terperinci

Pengambilan sampel tanah yang terkontaminasi minyak burni diambil dari

Pengambilan sampel tanah yang terkontaminasi minyak burni diambil dari BAB IH METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA-UNRI. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan November 2007 sampai

Lebih terperinci

TRANSFORMASI BESI DAN MANGAN

TRANSFORMASI BESI DAN MANGAN TRANSFORMASI BESI DAN MANGAN Besi dan mangan merupakan unsur mikro esensial untuk tumbuhan tetapi toksik pada konsentrasi tinggi. Besi dan mangan merupakan logam-logam transisi pertama dan ketiga terbanyak

Lebih terperinci

Isolasi dan Perbaikan. Kultur. Rancang Media. Rancang Media 3/3/2016. Nur Hidayat Materi Kuliah Mikrobiologi Industri

Isolasi dan Perbaikan. Kultur. Rancang Media. Rancang Media 3/3/2016. Nur Hidayat Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Isolasi dan Perbaikan Kultur 3/3/2016 Nur Hidayat Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Rancang Media 1. Buat kisaran medium dengan nutrien pembatas berbeda (misal C, N, P atau O). 2. Untuk tiap tipe nutrien

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolat Actinomycetes Amilolitik Terpilih 1. Isolat Actinomycetes Terpilih Peremajaan isolat actinomycetes dilakukan dengan tujuan sebagai pemeliharaan isolat actinomycetes agar

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

Bab IV Hasil Dan Pembahasan Bab IV Hasil Dan Pembahasan IV.1 Reaktor dan Proses Pengkomposan Skala Kecil IV.1.1 Reaktor Kompos Desain awal reaktor pengkomposan merupakan konsep sederhana dari tempat sampah biasa yang memiliki lubang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) tunggal, dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tahap Laboratorium 1. Uji Kemampuan Isolat a. Tempat dan Waktu Penelitian Uji kemampuan 40 isolat bakteri dilaksanakan di laboratorium Biologi dan Bioteknologi Tanah, Fakultas

Lebih terperinci

PENELITIAN MINERAL IKUTAN PADA LAPANGAN PANAS BUMI DAERAH DIENG, KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH

PENELITIAN MINERAL IKUTAN PADA LAPANGAN PANAS BUMI DAERAH DIENG, KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH PENELITIAN MINERAL IKUTAN PADA LAPANGAN PANAS BUMI DAERAH DIENG, KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH Mangara P. Pohan, Danny Z. Herman, Hutamadi R 1 1 Kelompok Program Peneliti Konservasi, Pusat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Alginat dari Pseudomonas aeruginusa 4.1.1. Biomassa kering P. aeruginosa Biomassa P. aeruginosa yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 0,23 1,5 g/l selama

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Pelaksanaan penelitian ini meliputi penanaman kedelai di Green house

BAB III MATERI DAN METODE. Pelaksanaan penelitian ini meliputi penanaman kedelai di Green house 13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Pelaksanaan penelitian ini meliputi penanaman kedelai di Green house Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro pada 8 Mei - 24 Juli 2015 dan penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat bahaya, pada waktu derajat keasaman 3.0. Tanah menjadi racun,

TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat bahaya, pada waktu derajat keasaman 3.0. Tanah menjadi racun, TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sulfat Masam Bahan sulfat masam terdiri atas tanah salin atau sedimen yang terdapat besi sulfida (FeS 2 ) di atas layer tanah dalam keadaan tergenang atau kondisi anaerob. Akan tetapi,

Lebih terperinci

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 2. SELALU BERHEMAT ENERGILatihan Soal 2.3

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 2. SELALU BERHEMAT ENERGILatihan Soal 2.3 SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 2. SELALU BERHEMAT ENERGILatihan Soal 2.3 1. Perhatikan bacaan di samping! Pada kalimat kedua tertulis Air menyimpan energi yang cukup Besar. Arti energi adalah... Tenaga

Lebih terperinci

Inokulum adalah bahan padat/cair yang mengandung mikrobia/spora/enzim yang ditambahkan kedalam substrat/media fermentasi

Inokulum adalah bahan padat/cair yang mengandung mikrobia/spora/enzim yang ditambahkan kedalam substrat/media fermentasi INOKULUM Inokulum adalah bahan padat/cair yang mengandung mikrobia/spora/enzim yang ditambahkan kedalam substrat/media fermentasi Kriteria inokulum untuk industri : 1. Kultur mikrobia sehat dan aktif (dalam

Lebih terperinci

HASIL. Tekstur dan komposisi tanah Hasil analisis tekstur dan komposisi bahan organik pada tabel 1 menunjukkan bahwa

HASIL. Tekstur dan komposisi tanah Hasil analisis tekstur dan komposisi bahan organik pada tabel 1 menunjukkan bahwa Analisa Reduksi Asetilen (ARA : Acetylene Reduction Assay). Sebanyak,5 ml inokulum bakteri pertama pertama dan,5 ml inokulum bakteri kedua diinokulasikan kedalam campuran 2 ml NMS cair bebas nitrogen yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari Oktober 2010

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada Bulan November 2015 hingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Kandungan Limbah Lumpur (Sludge) Tahap awal penelitian adalah melakukan analisi kandungan lumpur. Berdasarkan hasil analisa oleh Laboratorium Pengujian, Departemen

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai Maret 2011 sampai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.11. Hasil pengamatan peremajaan jamur Kultur mumi hasil isolasi laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Riau yaitu jamur Gliocladium sp. TNC73 dan Gliocladium sp.

Lebih terperinci

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan 4 Metode Penelitian ini dilakukan pada beberapa tahap yaitu, pembuatan media, pengujian aktivitas urikase secara kualitatif, pertumbuhan dan pemanenan bakteri, pengukuran aktivitas urikase, pengaruh ph,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM. Sedangkan kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan kedelai 25 sampai 30 c

PEMBAHASAN UMUM. Sedangkan kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan kedelai 25 sampai 30 c PEMBAHASAN UMUM Aqroklimat Tatas Hasil identifikasi dan interpretasi agroklimat ber- dasarkan pengamatan unsur-unsur iklim mulai tahun 1981 sampai dengan tahun 1990 menunjukkan bahwa Kebun Percobaan Unit

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH Tanah adalah salah satu bagian bumi yang terdapat pada permukaan bumi dan terdiri dari massa padat, cair, dan gas. Tanah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) dan lahan kampus Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN

LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN A. Spesifikasi Susu Skim Bubuk Oldenburger Komponen Satuan Jumlah (per 100g bahan) Air g 3,6 Energi kj 1480 Protein g 34,5 Lemak g 0,8 Karbohidrat g 53,3 Mineral

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. bakteri aerob dan facultative anaerobic bacteria untuk makanan dan materi klinis.

BAB VI PEMBAHASAN. bakteri aerob dan facultative anaerobic bacteria untuk makanan dan materi klinis. BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Media Agar Pada penelitian ini dipilih Mueller Hinton (MH) agar karena media ini telah direkomendasikan oleh FDA dan WHO untuk tes antibakteri terutama bakteri aerob dan facultative

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Desinfeksi merupakan salah satu proses dalam pengolahan air minum ataupun air limbah. Pada penelitian ini proses desinfeksi menggunakan metode elektrokimia yang dimodifikasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai Mei 2008. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) varietas Dewata F1

BAB III METODE PENELITIAN. Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) varietas Dewata F1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2012 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

3 METODE. Bahan dan Alat Penelitian

3 METODE. Bahan dan Alat Penelitian 10 tersebut memanfaatkan hidrokarbon sebagai sumber karbon dan energi (Muslimin 1995; Suprihadi 1999). Selain itu keaktifan mikrob pendegradasi hidrokarbon juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rhizobium sp. merupakan hal yang penting dalam bidang pertanian saat ini. Salah

I. PENDAHULUAN. Rhizobium sp. merupakan hal yang penting dalam bidang pertanian saat ini. Salah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman Leguminoceae merupakan tanaman yang sudah lama diketahui sebagai penyubur tanah. Simbiosis antara tanaman Leguminoceae dengan bakteri Rhizobium sp. merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014. 10 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Hutan mangrove Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Analisis

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi 1.1. Bahan Bahan yang digunakan terdiri atas biakan murni T. fuciformis dari CV. Asa Agro Corporation Cianjur, Malt Extract, Yeast

Lebih terperinci

TEKNIK DASAR KULTUR MIKROBA

TEKNIK DASAR KULTUR MIKROBA BIOTEKNOLOGI MIKROBA Teknik dasar kultur mikroba Perbaikan strain mikroba Pembuatan inokulum pupuk hayati Pertemuan ke 5 Mikroba = kel jasad hidup berukuran kecil dng kisaran ukuran sel sekitar 0,1 10

Lebih terperinci

LAMPIRAN K1.5 K4.5 K1.3 K3.3 K3.5 K4.4 K2.3 K4.3 K3.2 K5.2 K2.1 K5.3 K3.1 K4.1 K5.4 K1.2 K4.2 K5.5 K3.4 K5.1 K1.4 K2.5 K2.2 K1.1 K2.

LAMPIRAN K1.5 K4.5 K1.3 K3.3 K3.5 K4.4 K2.3 K4.3 K3.2 K5.2 K2.1 K5.3 K3.1 K4.1 K5.4 K1.2 K4.2 K5.5 K3.4 K5.1 K1.4 K2.5 K2.2 K1.1 K2. LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Penelitian K1.5 K4.5 K1.3 K3.3 K3.5 K4.4 K2.3 K4.3 K3.2 K5.2 K2.1 K5.3 K3.1 K4.1 K5.4 K1.2 K4.2 K5.5 K3.4 K5.1 K1.4 K2.5 K2.2 K1.1 K2.4 K1.7 K2.9 K4.7 K3.6 K5.9 K4.6 K5.10 K5.7

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LAHAN MARGINAL DIKALIMANTAN TENGAH SERTA POTENSINYA UNTUK KELAPA SAWIT

KARAKTERISTIK LAHAN MARGINAL DIKALIMANTAN TENGAH SERTA POTENSINYA UNTUK KELAPA SAWIT KARAKTERISTIK LAHAN MARGINAL DIKALIMANTAN TENGAH SERTA POTENSINYA UNTUK KELAPA SAWIT Oleh: Salampak Dohong Nina Yulianti Yusuf Aguswan (Universitas Palangka Raya) SEMINAR SEHARI TEKNOLOGI PEMUPUKAN KELAPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol) 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian disusun menggunakan metoda statistika rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor, dimana faktor yang diujikan adalah pengaruh konsentrasi

Lebih terperinci

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH Proses Pembentukan Tanah. Tanah merupakan lapisan paling atas pada permukaan bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan tanah untuk tempat hidup. Tumbuh-tumbuhan tidak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Lebih terperinci

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD)  HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri 11 didinginkan. absorbansi diukur pada panjang gelombang 410 nm. Setelah kalibrasi sampel disaring dengan milipore dan ditambahkan 1 ml natrium arsenit. Selanjutnya 5 ml sampel dipipet ke dalam tabung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC.

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC. 3 TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC. Tanaman M. bracteata merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang pertama kali ditemukan di areal hutan Negara bagian Tripura, India Utara, dan telah ditanam

Lebih terperinci

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat mengetahui: 1. Prinsip dasar permanganometri. 2. Standarisasi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU LAMPIRAN

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU LAMPIRAN LAMPIRAN Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian Peremajaan Bacillus Isolasi Bakteri Oportunistik Produksi Antimikrob Penghitungan Sel Bakteri Oportunistik Pengambilan Supernatan Bebas Sel Pemurnian Bakteri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya. Pelaksanaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi 4.1.1. Kakteristik Ultisol Gunung Sindur Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah disajikan pada tabel.1.

Lebih terperinci

VIII. AKTIVITAS BAKTERI NITROGEN

VIII. AKTIVITAS BAKTERI NITROGEN VIII. AKTIVITAS BAKTERI NITROGEN TUJUAN 1. Mendemonstrasikan peran mikroba dalam proses pengubahan senyawa nitrogen organik menjadi ammonia (amonifikasi). 2. Mendemonstrasikan peran mikroba dalam biokonversi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan memberikan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol (Nazir, 1999). Pada penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan dan Rumah Kaca University Farm, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Penyiapan Zeolit Zeolit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Tasikmalaya. Warna zeolit awal adalah putih kehijauan. Ukuran partikel yang digunakan adalah +48 65 mesh,

Lebih terperinci

TEKNIK PENGAMBILAN EKSTRAK CONTOH AIR TANAH PADA BEBERAPA KEDALAMAN UNTUK ANALISIS DI LAHAN SULFAT MASAM1 RINGKASAN

TEKNIK PENGAMBILAN EKSTRAK CONTOH AIR TANAH PADA BEBERAPA KEDALAMAN UNTUK ANALISIS DI LAHAN SULFAT MASAM1 RINGKASAN Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 200 TEKNIK PENGAMBILAN EKSTRAK CONTOH AIR TANAH PADA BEBERAPA KEDALAMAN UNTUK ANALISIS DI LAHAN SULFAT MASAM HUSIN KADERI Balai Peneitian Tanaman Pangan Lahan Rawa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mengandung fosfat (P) sebagai salah satu unsur hara makro yang

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mengandung fosfat (P) sebagai salah satu unsur hara makro yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mengandung fosfat (P) sebagai salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tanaman yang berperan penting dalam proses pertumbuhan,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae Dalam Ransum Terhadap Populasi Mikroba, Panjang serta Bobot Relatif Seka Ayam Kampung dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag LAMPIRAN 38 39 Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag Kadar total Satuan BF Slag Korea EF Slag Indonesia Fe 2 O 3 g kg -1 7.9 431.8 CaO g kg -1 408 260.0 SiO 2 g

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan April sampai Bulan Agustus 2013. Penelitian pengaruh penambahan edible coat kitosan sebagai anti jamur pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

Elysa Dwi Oktaviana Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, MT L/O/G/O

Elysa Dwi Oktaviana Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, MT L/O/G/O PERAN MIKROORGANISME AZOTOBACTER CHROOCOCCUM, PSEUDOMONAS FLUORESCENS, DAN ASPERGILLUS NIGER PADA PEMBUATAN KOMPOS LIMBAH SLUDGE INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU Hita Hamastuti 2308 100 023 Elysa Dwi Oktaviana

Lebih terperinci

BAB. VII. PEMBAHASAN UMUM. Konsentrasi Fe dalam Tanah dan Larutan Hara Keracunan Fe pada Padi

BAB. VII. PEMBAHASAN UMUM. Konsentrasi Fe dalam Tanah dan Larutan Hara Keracunan Fe pada Padi BAB. VII. PEMBAHASAN UMUM Konsentrasi Fe dalam Tanah dan Larutan Hara Keracunan Fe pada Padi yang Menyebabkan Berdasarkan hasil-hasil penelitian penyebab keracunan besi beragam, bukan hanya disebabkan

Lebih terperinci