Sutarno Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Contact Author :
|
|
- Glenna Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 STUDY KERENTANAN GERAKAN MASSA BATUAN DAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KABUPATEN PURWOREJO (Study of Mass Movement And Critical Landslide On Purworejo District) Sutarno Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Contact Author : sutarno.uns@gmail.com ABSTRACT The objective of the research is to study of mass movement and critical landslide area and also agricultural area degradation in Purworejo. Research method use in the cheking the real condition and also deviation occuring in the field. The research result was the critical area of mass movement and landslide concentrated hilly and mountainous area spreading the nortern and eastern area at 9 Sub District Bruno, Kaligesing, Bagelen and some part of Bener, loano, Pituruh, kemiri and somepart of Purworejo City Sub District. The cause of the mass movement and critical landslide area is the very steep topography used for mixed agriculture area and high intensity rain. The protection conducted is by guidance for society to implement concervation and replanting and also to relocated the resettlement to a safety area. Keywords : topography, presipitation, mass movement/ land slide PENDAHULUAN Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Morfologi lahan di muka bumi bervariasi dari datar hingga pegunungan. Perbedaan morfologi berakibat pada gradasi suhu dan penyebaran curah hujan. Penyebaran curah hujan yang tidak merata pada morfologi dan ketinggian yang berbeda menyebabkan perkembangan tanah tempat satu dengan yang lain berbedabeda ketebalannya. Yang dimaksud daerah rawan bencana lahan longsor adalah suatu daerah yang dimungkinkan akan terjadi adanya gerakan massa batuan dan lahan serta terdegradasinya lahan pertanian. Karakteristik fisik-mekanik setiap massa batuan/ tanah terbentuk sebagai sifat bawaan (genesis). Dalam proses pembentukan suatu morfologi perbukitan termasuk lereng-lerengnya, massa batuan/ tanah menentukan ukuran geometris morfologi lereng yang dibentuknya, bisa curam atau landai. Massa batuan yang kuat dan resisten terhadap pelapukan, yakni bernilai parameter ketahanan yang tinggi mampu membentuk profil lereng yang curam dan panjang, sebaliknya massa batuan/ tanah yang berketahanan rendah hanya mampu membentuk lereng yang landai dan pendek-pendek (Zakaria 00). Tanah longsor atau gerakan tanah adalah gerakan massa batuan atau tanah pada suatu lereng karena pengaruh gaya gravitasi. Gerakan masa batuan atau tanah terjadi karena adanya gangguan terhadap kesetimbangan gaya penahan (shear strength) dan gaya peluncur (shear stress) yang bekerja pada suatu lereng. Ketidakseimbangan gaya tersebut Sains Tanah Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 9 () 0
2 diakibatkan adanya gaya dari luar lereng yang menyebabkan besarnya gaya peluncur pada suatu lereng menjadi lebih besar daripada gaya penahannya (Naryanto 0). Kekerasan dan kekuatan serta kekompakan batuan mempunyai pengaruh yang sama terhadap kemantapan lereng. Pelapukan batuan menunjukkan mudah tidaknya batuan terganggu oleh kekuatan dari luar, sehingga semakin lapuk batuan semakin rentan terhadap gerakan (Pangluar dan Nugroho,989. dalam Harjana. 99). Beberapa ahli yang lain menyebutkan faktor yang menyebabkan gerakan massa/ rawan bencana longsor (Sampurna, 976 dan Prakoso, 988) yaitu yang bersifat geologi dan non geologi. Faktor geologi adalah morfologi, struktur geologi, stratgrafi, dan jenis batuan. Faktor non geologi yaitu aktifitas manusia yang berupa pembuatan tebing jalan, penggundulan hutan, pengolahan tanah dan sebagainya. Berbagai penyebab terjadinya gerakan massa (tanah dan batuan) adalah topografi, geologi, tanah, penggunaan lahan dan iklim (curah hujan). Begitu pula kandungan air tanah pun yang terjadi akan berbeda dan mengakibatkan kepadatan penduduk yang berada diatasnya pun berbedabeda. Hal tersebut juga berdampak pada tingkat ketersediaan hara dan tumbuh tanaman berbeda pula. Tingkat kerentanan terhadap bencana longsor/ gerakan massa untuk daerah berbukit hingga bergunung akan lebih rentan. Tujuan penelitian adalah mengkaji gerakan massa (batuan dan tanah) serta daerah rawan longsor dan degradasi lahan pertanian serta arahan RLKT dan konservasinya daerah Purworejo BAHAN DAN METODE Bahan bahan yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data-data sekunder dan peta-peta seperti : peta administrasi, peta kemiringan lereng, peta perkiraan hujan, peta geologi, peta penggunaan lahan, peta jenis tanah. Penelitian dilakukan dengan uji lapang pada unit lahan yang diperoleh dari metode overlapping peta-peta: peta geologi, peta kemiringan lereng, peta perkiraan hujan, peta penggunaan lahan, peta jenis tanah. Variabel dependen atau variabel output/ variabel indogen adalah kerentaan massa batuan dan longsor lahan. Sedangkan variabel independen/ variabel eksogen (Sugiyono.007) adalah a). kekuatan batuan, b). Kemiringan lereng, c).kedalaman batuan lepas, Tabel. Kriteria Penilaian Pengharkatan Kekuatan Batuan No Klas Uji Lapang Batuan S K pecah oleh berkali-kali pukulan keras palu K pecah oleh sekali pukulan palu geologi S pecah oleh pukulan lemah palu geologi L dapat dipotong dengan pisau S L mudah dipotong dengan tangan SL = sangat lunak, L =lunak, S=sedang, K=keras, SK =sangat keras Sumber : Dackombe and Gardener. 98 Sains Tanah Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 9 () 0
3 Tabel. Kemiringan Lereng No Klas Slope % L 0-8 M 8 - AC - C -0 SC >0 L= landai; M=miring; AC=agak curam C;=agak curam; C=Curam, SC = sangat curam. Sumber : Van Zuidam, 98 dengan modifikasi Tabel. Kriteria Penilaian Kedalaman Material Lepas No Kelas Kedalaman cm SDL DL S DK SDK > < SDL=sangat dalam, DL= Dalam, S=sedang, DK =dangkal, SDK= sangat dangkal. Sumber : Zuidam, et al.979 Tabel. Kriteria Penilaian Permeabilitas Tanah No Kelas Permeabilitas cm/jam L- SL L- AL S AC AC-SC <0, 0,,0,0 6, 6,, >, L = Lambat, SL =Sangat Lambat, AL = Agak Lambat, S= Sedang, AC = Agak Cepat, SC = Sangat Cepat. Sumber : Karmono M., 98 dalam Sutrihadi 99. d).permeabilitas Tanah, e). Penggunaan Lahan, f). Curah hujan. Untuk ceking lapang digunakan acuan pedoman kriteria ukuran yang tersaji pada beberapa tabel termasuk untuk menskor hubungan antara faktor kepekaan gerakan masaa batuan dan rawan longsor lahan Tabel. Penggunaan lahan/ penutup Lahan HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Purworejo terdiri dari dataran tinggi dan dataran rendah yang terbentang antara 09 o 7 8 BT 09 o 8 0 BT dan 7 o LS dengan luas 0.8,6 ha. Kabupaten Purworejo Sains Tanah Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 9 () 0 No Penggunaan Lahan/ Penutup Lahan Hutan Perkebunan Pemukiman, sawah Kebun campuran Tegalan, semak, tanah kosong Sumber: Prakoso. 988 Tabel 6. Faktor Curah Hujan No Kelas Curah hujan (mm) R < 000 S AB B SB >00 R=rendah, S= Sedang, AB= agak besar, B= Besar, SB sangat besar. Sumber: Sutrihadi.99 Tabel 7. Tingkat kerentanan Gerakan Massa/ longsor lahan No Jumlah (harkat) Tingkat Kerentanan I II III IV V Ket KSR K R K S K T K S T 6-0 KSR=kerentanan sangat rendah KR=kerentanan rendah KS=kerentanan sedang; KT=kerentanan tinggi; KST=kerentanan sangat tinggi Sumber : perhitungan
4 Gambar. Peta Rawan Bencana Longsor dan Degradasi Lahan di Kab. Purworejo terdiri dari 6 Kecamatan dengan ketinggian tempat 0 m dpl. Kabupaten Purworejo secara garis besar terdiri dari 6 kecamatan. Pannekoek dalam Basri B.99, mengatakan bahwa morfologi zone Selatan Jawa Tengah kurang lebih berupa plato berlereng miring kearah selatan menuju laut Hindia dan sebelah utaraberbentuk tebing patahan yang telah terkikis sehingga kehilangan bentuk platonya. Zone selatan sebagian telah tertutup oleh dataran aluvial akibat adanya penenggelaman/ penurunan zone plato sampai dibawah permukaan laut. Secara garis besar daerah Purworejo dapat dibedakan menjadi dua. Pertama : Morfologi perbukitan hingga pegunungan > % menempati daerah Purworejo sebelah utara dari barat hingga ke timur dan bersambung hingga bagian timur dari utara sampai selatan. Diantaranya adalah Kecamatan Kaligesing, Kecamatan Bruno, Bagelen dan sebagian besar Kecamatan Pituruh, Kecamatan Gebang, Kecamatan Bener, Kecamatan Loano dan sebagian kecil Kecamatan Purworejo dan Kecamatan Kutoarjo bahkan pada tempat-tempat tertentu lebih dari %. Geologi daerah ini didominasi oleh batuan ini terdiri formasi breksi, formasi peniron, formasi Jonggrangan, formasi Dasit, formasi Andesit, formasi Halang, Formasi Sentolo, formasi Kebobutak. Kecamatan Kutoarjo juga ada perbukitan yang didominasi formasi Peniron. Daerah ini didominasi oleh tanahtanah latosol coklat tua dan latosol coklat kemerahan, latosol merah kekuningan serta tanah lithosol. Penggunaan lahan daerah ini adalah kebun campuran, hutan dan ladang. Kedua: Dataran rendah Purworejo menempati bagian tengah, barat dan selatan diantaranya Kecamatan Kutoarjo, Banyu Urip, Purwodadi, Butuh, Bayan, Ngombol, Grabag, sebagian Kecamatan Purworejo dan Kecamatan Kutoarjo. Dataran ini didominasi dari bahan alluvium sedangkan daerah pesisir pantai didominasi endapan pantai. Daerah penelitian bagian barat didominasi tanah assosiasi glei humus dan alluvial kelabu. Untuk dataran bagian tengah didominasi tanah alluvial kelabu, tanah latosol coklat kemerahan dan latosol coklat tua. Daerah pesisir pantai didominasi oleh tanah regosol coklat dan daerah dekat garis pantai adalah tanah regosol kelabu. Lahan daerah ini digunakan untuk sawah, pemukiman maupun kegiatan ekonomi dan jasa. Sains Tanah Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 9 () 0
5 Gambar. Hypothetical nine-unit landsurface model (Sumber : Zuidam,et al.,979 ) Secara mekanika tarjadinya pelapukan akan mengurangi terjadinya kekuatan geser batuan dan akan memacu proses gerakan massa. Dari overlapping beberapa peta kemiringan lereng, peta penggunaan lahan, peta geologi dan peta tanah dan peta hujan ditemukan peta data-data bentuk lahan dan gerakan massa batuan dan tanah longsor sementara. Untuk kajian evaluasi medan terhadap kerentanan gerakan massa tanah dan batuan/ longsor lahan digunakan unit lahan/ satuan medan. Pada penelitian ini secara garis besar kerentanan gerakan massa / longsor lahan dibedakan menjadi (lima) kelas pengharkatan. Cara penghakatan adalah sebagai berikut dari penjumlahan semua pengharkatan sejumlah nilai 0 dan nlai terendah adalah 6. Menggunakan rumus I = R/N, maka I = (0)/6 =. Dari data tersebut untuk acuan pengharkatan tentang kerentaan gerakan massa tanah/ batuan dan longsor lahan termasuk pula degradasi lahan pertanian. Selanjutnya ceking lapangan diperoleh bahwa wilayah yang rawan bencana longsor terletak didaerah Purworejo bagian utara dan bagian timur, meliputi beberapa kecamatan yaitu: Kecamatan Purworejo, Kaligesing, Loano, Bener, Gebang, Kemiri, Pituruh dan Bagelen. Daerah tersebut merupakan daerah perbukitan terkikis sedang hingga kuat pada bentukan batuan formasi Peniron, formasi Halang, batuan andesit dan formasi kebobutak. Sedikit formasi Sentolo dan formasi jonggrangan. wilayah ini memiliki kemiringan antara miring hingga sangat terjal. Untuk Kecamatan Pituruh merupakan kecamatan dengan jumlah desa terbanyak merupakan daerah paling rawan. Penyebab longsor di daerah ini adalah kemiringan lerengnya terjal hingga sangat terjal. Harjadi dan Paimin (0) menambahkan bahwa daerah Purworejo memiliki kemiringan lereng yaitu > %, hasil tersebut lebih tinggi daripada Karanganyar yang juga merupakan daerah rawan longsor. Jenis tanah didaerah ini merupakan komplek latosol dan lithosol yang mempunyai tingkatan dari peka hingga sangat peka terhadap erosi dan pengikisan. Tanah ini terbentuk dari formasi geologi Halang. Tanah jenis ini merupakan tanah gembur dan subur sehingga masyarakat lebih banyak menggunakan lahannya untuk lahan pertanian dan tegalan dan sedikit hutan sejenis. Hal tersebut juga terjadi di daerah yang penutup lahannya jarang. Zona merah berarti kawasan yang mudah terkena longsor dan mudah terdegradasi baik kecil maupun besar. Di Kecamatan Pituruh yang masuk daerah rawan longsor tinggi (Zona merah ) adalah Desa kaligondang dan Desa Somagede. Sedangkan daerah rawan longsor menengah adalah Desa Kalijereng, Sains Tanah Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 9 () 0
6 Desa Polowangi, Desa Prapak Lor, Desa Girigondo. Untuk kecamatan Bruno, zona merahnya berada di Desa Brunosari dan Desa Plipir. Untuk Kecamatan Bagelen adalah Desa Semono dan Desa Soko Agung.. Penyebab terjadinya daerah rawan longsor dan degradasi lahan pertanian lainnya adalah besarnya curah hujan yang tinggi yaitu berkisat antara mm / tahun. Besarnya curah hujan pada lahan menambah besar beban massa tanah dan batuan sehingga pada kemiringan yang tinggi akan menyebabkan tanah mudah longsor/ terdegradasi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. Daerah yang rentan terhadap gerakan massa/ potensi rawan bencana longsor dan menyebabkan terjadinya degradasi lahan pertanian ditemukan di daerah Purworejo bagian utara dan timur, dengan kemiringan lereng curam hingga sangat curam yang diikuti curah hujan yang sangat tinggi 00 hingga 00 mm/ tahun, bahkan di Kaligesing mencapai 00 hingga 00 mm/tahun (tersaji pada peta yang tergambar merah ).. Daerah tersebut mendominasi wilayah perbukitan dan pegunungan pada formasi Halang, Kebobutak, Peniron, andesit, dasit, formasi Sentolo dan Jonggrangan. Jenis tanah yang mendominasi daerah ini adalah latosol merah kuning, latosol coklat tua, latosol coklat kemerahan dan litosol. Penggunaan lahannya didominasi kebun campur, sebagian kecil hutan dan ladang dan rerumputan. Saran. Penggunaan lahan pada daerah yang memiliki kelerengan tinggi perlu ditingkatkan konservasinya yaitu kombinasi antara konservasi dengan reboisasi yang ramah lingkungan.. Perlu pendataan pemukiman yang berpotensi terjadi rawan longsor serta penyediaan areal untuk relokasi pemukiman bagi masyarakat daerah rawan terkena dampak perlu dipikirkan. DAFTAR PUSTAKA Basri B. 99. Garis Besar Geomorfologi Pulau Jawa. Terjemahan: Out Line of the Geomorphology of Java. By. Pannekoek. 99, Hal Jakarta. Dackombe R.V. and Gardener. 98. Geomorphological Field Manual. George Allen & Unwin.London. Harjadi B dan Paimin 0. Teknik Identifikasi Daerah yang Berpotensi Rawan Longsor pada Satuan Wilayah Daerah Aliran Sungai. J Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 0(): 6-7. Harjana. 99. Evaluasi Medan Terhadap Kerentaan Kerusakan Jalan Pada Jalur Jalan Antara Cilacap Dan Ajibarang Jawa Tengah. Skripsi: Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta. Naryanto HS 0. Analisis Kondisi Bawah Permukaan dan Risiko Bencana Tanah Longsor untuk Arahan Penataan Kawasan di Desa Tengklik Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. J Sains dan Teknologi Indonesia (): Sains Tanah Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 9 () 0
7 Prakoso R.988.Penerapan Foto Udara Untuk Pengkajian Gerakan Tanah Di Daerah Semarang Selatan Jawa Tengah. Thesis, Fakultas Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta Rib dan Ta Liang, 978.Recognition and Identification, in R.L. Schuster and R.J Krizek: Landslide, Analysis and Control. Natural Academic of Science. Washington Sampurna, 976.Geologi Daerah Longsor Jawa Barat. Geologi Indonesia. Majalah IAGI. Jilid /Volume No halaman - Sugiyono.007. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. Sutrihadi.99.Penggunaan Foto Udara Infra Merah Berwarna Untuk Studi Gerakan Massa Di sebagian Kulon Progo DIY. Skripsi. Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta Varnes D.J. 978.Slope Movement Type and Processes, in R.L. Schuster and R.J Krizek: Landslide, Analysis and Control. Natural Academic of Science.Washington Zakaria Z 00. Model Starlet, Suatu Usulan untuk Mitigasi Bencana Longsor dengan Pendekatan Genetika Wilayah (Studi Kasus: Longsoran Citatah, Padalarang, Jawa). J Geologi Indonesia (): 9-. Zuidam,R.A. and F.I. Van Zuidam Cancelado.979. Terrain Analysis and Classification Using Areal Photograph. Ageomorphological Approach. Enschende : ITC Sains Tanah Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 9 () 0 7
ANALISIS POTENSI KEKERINGAN GEOMORFOLOGI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN PURWOREJO
ANALISIS POTENSI KEKERINGAN GEOMORFOLOGI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN PURWOREJO Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 Pada Jurusan Geografi Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan
Lebih terperinciANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh. Catur Pangestu W
ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh Catur Pangestu W 1013034035 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015 ABSTRACT ANALISIS
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi
IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat merugikan manusia. Kebencanaan geologi mengakibatkan kerusakan infrastruktur maupun korban manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berada pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng pasifik. Pertemuan tiga
Lebih terperinciGambar 9. Peta Batas Administrasi
IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur
Lebih terperinciGERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA
GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA SURANTA Penyelidik Bumi Madya, pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Wilayah
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
50 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Fisik Kawasan Perkotaan Purwokerto Kawasan perkotaan Purwokerto terletak di kaki Gunung Slamet dan berada pada posisi geografis 109 11 22-109 15 55 BT dan 7 22
Lebih terperinciTanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala
Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang
Lebih terperinciZonasi Tingkatan Kerentanan Lahan Berdasarkan Analisis Kemiringan Lereng dan Analisis Kelurusan Sungai di Daerah Salopa, Kabupaten Tasikmalaya
Zonasi Tingkatan Kerentanan Lahan Berdasarkan Analisis Kemiringan Lereng dan Analisis Kelurusan Sungai di Daerah Salopa, Kabupaten Tasikmalaya Putra Perdana Kendilo 1, Iyan Haryanto 2, Emi Sukiyah 3, dan
Lebih terperinciPEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI
PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI 1) Ika Meviana; 2) Ulfi Andrian Sari 1)2) Universitas Kanjuruhan Malang Email: 1) imeviana@gmail.com;
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2011, dengan lokasi penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Kabupaten Bogor, Jawa
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator
32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian Daerah yang digunakan sebagai tempat penelitian merupakan wilayah sub DAS Pentung yang
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Kabupaten Bogor Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 1990, 2001, 2004, dan 2008 masih didominasi oleh lahan pertanian yaitu
Lebih terperinciBAB II KONDISI UMUM LOKASI
6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Kondisi Geomorfologi Bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses endogen adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 138mm/tahun,
Lebih terperinciTANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa
AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71
Lebih terperinciGERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT
GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT RACHMAN SOBARNA Penyelidik Bumi Madya pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG
Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN
Lebih terperinciAli Achmad 1, Suwarno 2, Esti Sarjanti 2.
ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.1, March 2016 (31-36) website: http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/geoedukasi/index 2016 Geography Education UMP and The Indonesian
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di
IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,
Lebih terperinciKAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO
Sabua Vol.6, No.2: 215-222, Agustus 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Arifin Kamil 1, Hanny Poli, 2 & Hendriek H. Karongkong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,
Lebih terperinciTINGKAT KERAWANAN LONGSORLAHAN DENGAN METODE WEIGHT OF EVIDENCE DI SUB DAS SECANG KABUPATEN KULONPROGO. Aji Bangkit Subekti
TINGKAT KERAWANAN LONGSORLAHAN DENGAN METODE WEIGHT OF EVIDENCE DI SUB DAS SECANG KABUPATEN KULONPROGO Aji Bangkit Subekti adjie_2345@yahoo.com Danang Sri Hadmoko danang@gadjahmada.edu Abstract This research
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan
Lebih terperinciJIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017
TINGKAT KERAWANAN TANAH LONGSOR DI DUSUN LANDUNGAN DESA GUNTUR MACAN KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT Khosiah & Ana Ariani Dosen Universitas Muhammadiyah Mataram Email: osynasdem01@gmail.com
Lebih terperinciPemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan
Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Yogyakarta, 21 September 2012 BAPPEDA DIY Latar Belakang UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; Seluruh
Lebih terperinciTOMI YOGO WASISSO E
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT POTENSI GERAKAN TANAH MENGGUNAKANSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI Disusun Sebagai Salah Satu
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman
Lebih terperinciDAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH
DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH Oleh : Sri Harjanti W, 0606071834 PENDAHULUAN Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan wilayah tata air dan ekosistem yang di dalamnya
Lebih terperinciBAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN
BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN 4.1 Geomorfologi Pada bab sebelumnya telah dijelaskan secara singkat mengenai geomorfologi umum daerah penelitian, dan pada bab ini akan dijelaskan secara lebih
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon
KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berkembang dari masa ke masa, konsekuensinya kebutuhan primer semakin bertambah terutama pangan. Krisis pangan saat ini sedang dialami
Lebih terperinciBAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberi gambaran baik mengenai potensi maupun permasalahan secara
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian Deskripsi daerah penelitian merupakan gambaran umum tentang daerah penelitian. Uraian mengenai gambaran umum daerah penelitian penting
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Letak dan Batas Letak suatu wilayah adalah lokasi atau posisi suatu tempat yang terdapat di permukaan bumi. Letak suatu wilayah merupakan faktor yang sangat
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI
26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan
Lebih terperinciBENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT
BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Suranta Sari Bencana gerakan tanah terjadi beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Desa Pendoworejo berada pada ketinggian 100 hingga 475 mdpl. Pada peta
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Desa Pendoworejo berada pada ketinggian 100 hingga 475 mdpl. Pada peta yang disusun oleh Novianto dkk. (1997), desa ini berada pada Satuan Geomorfologi Perbukitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Tanah longsor adalah salah satu bencana yang berpotensi menimbulkan korban jiwa masal. Ini merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia. Hal ini
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pemetaan Titik-Titik Longsor di Kabupaten Garut Pemetaan titik-titk longsor di daerah penelitian dilakukan melalui observasi langsung di lapangan. Titik-titik longsor yang
Lebih terperinciKERENTANAN PESISIR TERHADAP BENCANA TANAH LONGSOR DI BUNGUS, SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA MENGGUNAKAN METODE STORIE
Kerentanan Pesisir Terhadap KERENTANAN PESISIR TERHADAP BENCANA TANAH LONGSOR DI BUNGUS, SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA MENGGUNAKAN METODE STORIE Wisnu Arya Gemilang, Semeidi Husrin, Ulung Jantama Wisha,
Lebih terperinciANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA) Nandian Mareta 1 dan Puguh Dwi Raharjo 1 1 UPT. Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Jalan Kebumen-Karangsambung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah dari suatu tempat ke tempat lain melalui media air atau angin. Erosi melalui media angin disebabkan oleh kekuatan angin sedangkan
Lebih terperinciPemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa
Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa puguh.draharjo@yahoo.co.id Floods is one of the natural phenomenon which happened in jawa island. Physical characteristic
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI
BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir
Lebih terperinciBencana Longsor yang Berulang dan Mitigasi yang Belum Berhasil di Jabodetabek
Bencana Longsor yang Berulang dan Mitigasi yang Belum Berhasil di Jabodetabek Oleh : Baba Barus Ketua PS Mitigasi Bencana Kerusakan Lahan Sekolah Pasca Sarjana, IPB Diskusi Pakar "Bencana Berulang di Jabodetabek:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanannya. Beberapa bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik kerugian harta benda maupun korban jiwa. Hal ini mendorong masyarakat disekitar bencana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29
Lebih terperinciBAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang
BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perbandingan Data Elevasi 1. DEM dan Kontur BIG Perbandingan antara data elevasi DEM dan Kontur BIG disajikan dalam perbandingan 100 titik tinjauan elevasi yang tersebar merata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentuklahan, meliputi proses-proses yang bekerja terhadap batuan induk dan perubahanperubahan yang terjadi
Lebih terperinciGERAKAN TANAH DI CANTILLEVER DAN JALUR JALAN CADAS PANGERAN, SUMEDANG Sumaryono, Sri Hidayati, dan Cecep Sulaeman. Sari
GERAKAN TANAH DI CANTILLEVER DAN JALUR JALAN CADAS PANGERAN, SUMEDANG Sumaryono, Sri Hidayati, dan Cecep Sulaeman Sari Jalur Cadas Pangeran merupakan daerah rawan dan berisiko terhadap gerakan tanah. Dalam
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
54 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Karakteristik Umum Wilayah 3.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Secara geografis wilayah studi terletak diantara 107 o 14 53 BT sampai dengan 107 o
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Metode dalam penelitian ini adalah Studi Pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku atau laporanlaporan yang ada hubungannya
Lebih terperinciBAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI
BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI Pengetahuan tentang faktor penentu kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi akan memperkaya wawasan dan memperkuat landasan dari pengambil
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS
Lebih terperinciLongsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut seorang ilmuwan kuno yang bernama Eratosthenes Geografi berasal
8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Longsor dalam kajian Geografi Menurut seorang ilmuwan kuno yang bernama Eratosthenes Geografi berasal dari bahasa Yunani Geographia yang
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Longsorlahan merupakan perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau mineral campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Longsorlahan Longsorlahan adalah salah satu bentuk dari gerak masa tanah, batuan dan runtuhan batu/tanah yang terjadi seketika bergerak menuju lereng bawah yang dikendalikan
Lebih terperinciLETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM
LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM PETA WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG Temanggung Dalam Angka Tahun 2011 1 LETAK GEOGRAFI Kabupaten Temanggung terletak antara : 110 o 23' - 110 o 46'30" Bujur Timur 7 o 14'
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Daerah penelitian mencakup wilayah Sub DAS Kapuas Tengah yang terletak antara 1º10 LU 0 o 35 LS dan 109 o 45 111 o 11 BT, dengan luas daerah sekitar 1 640
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agribisnis merupakan usaha pertanian dari hulu hingga hilir yang mencakup kegiatan pertanian mulai dari produksi, pengolahan, dan pemasaran produk pertanian. Agribisnis
Lebih terperinciBAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro
BAB III DATA LOKASI 3.1 Data Makro 3.1.1 Data Kawasan wilayah Kabupaten Sleman yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Lebih terperinciLAMPIRAN DATA Lampiran 1. Matriks Pendapat Gabungan Berdasarkan Kriteria Faktor Utama Penyebab Banjir
LAMPIRAN DATA Lampiran 1. Matriks Pendapat Gabungan Berdasarkan Kriteria Faktor Utama Penyebab Banjir Faktor Penyebab Banjir ta 1 ta 2 ta 3 ta 4 RG VP Curah hujan 0.315 0.057 0.344 0.359 0.217 0.261 Jenis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis
IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten
Lebih terperinciBAB II KONDISI WILAYAH STUDI
II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil dan Analisis Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor Pembuatan peta ancaman bencana tanah longsor Kota Semarang dilakukan pada tahun 2014. Dengan menggunakan data-data
Lebih terperinciANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG
Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret-Agustus 2015 9 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas
Lebih terperinciDAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar 2.1 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv SARI... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... x DAFTARTABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB 1 PENDAHULUAN...
Lebih terperinciGeologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /
BAB III GEOLOGI DAERAH PERBUKITAN RUMU 3.1 Geomorfologi Perbukitan Rumu Bentang alam yang terbentuk pada saat ini merupakan hasil dari pengaruh struktur, proses dan tahapan yang terjadi pada suatu daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana longsor lahan (landslide) merupakan salah satu bencana yang paling sering terjadi di Indonesia. Longsor lahan mengakibatkan berubahnya bentuk lahan juga
Lebih terperinciV. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG
57 V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 5.1. Pendahuluan Pemenuhan kebutuhan manusia untuk kehidupannya dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian.
Lebih terperinciI. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya
I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya gravitasi. Tanah longsor sangat rawan terjadi di kawasan
Lebih terperinciKAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR. Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung ABSTRAK
9-0 November 0 KAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Jl. Flora No., Bulaksumur,Yogyakarta
Lebih terperincigeografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA
KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami jenis tanah dan sifat fisik tanah di Indonesia. F. JENIS TANAH
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371
Lebih terperinciGERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR
GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR Novie N. AFATIA Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana GeologiJl. Diponegoro No. 57 Bandung Pendahuluan Kabupaten Karanganyar merupakan daerah yang cukup banyak mengalami
Lebih terperinciBAB II. METODELOGI PENELITIAN
DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Sari... iii Kata Pengantar... iv Halaman Persembahan... vi Daftar Isi... vii Daftar Tabel... xi Daftar Gambar... xii Daftar Foto... xiii Daftar Lampiran...
Lebih terperinciKEADAAN UMUM WILAYAH
40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan,
Lebih terperinciANALISA KERUANGAN PADA KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN PURWOREJO
ANALISA KERUANGAN PADA KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN PURWOREJO Faizah Hikmawati 1, Priyono 2, Jumadi 3 1 Alumni Fakultas Geografi UMS, 2,3 Dosen Fakultas Geografi UMS Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Tromol
Lebih terperinciKEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi
KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH
LAMPIRAN III KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1452 K/10/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000 PEDOMAN TEKNIS PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH I. PENDAHULUAN Keperluan informasi
Lebih terperinciBAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Geomorfologi daerah penelitian ditentukan berdasarkan intepretasi peta topografi, yang kemudian dilakukan pengamatan secara langsung di
Lebih terperinci3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN
APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DALAM EVALUASI DAERAH RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN BANJARNEGARA (Studi Kasus di Gunung Pawinihan dan Sekitarnya Sijeruk Kecamatan Banjarmangu Kabupaten
Lebih terperinci