BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Letak dan Batas Letak suatu wilayah adalah lokasi atau posisi suatu tempat yang terdapat di permukaan bumi. Letak suatu wilayah merupakan faktor yang sangat penting dalam mengungkapkan suatu fenomena, gejala, atau masalah dalam kajian geografis. Lokasi penelitian ini terletak di Sub-DAS Logawa dapat diketahui sebagai berikut: a. Letak Atronomis Secara asrtonomis Sub-DAS Logawa terletak antara ,11 sampai ,52 BT dan ,53 sampai ,53 LS. Luas keseluruhan Sub-Daerah Aliran Sungai Logawa adalah ,82 Ha. b. Letak Geografis Wilayah Sub-DAS Logawa terletak di Kabupaten Banyumas,. Wilayahnya mencakup tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan Cilongok, dan Kecamatan Karanglewas. Sub-Das Logawa mengalir dari puncak Gunungapi Slamet hingga bermuara di Sungai Serayu dengan panjang aliran mencapai kurang lebih 25 km. Sub-Das Logawa memiliki perbatasan hidrologi sebagai berikut:

2 - Sebelah utara : Igir Puncak Gunung Slamet - Sebelah selatan : Hilir Sungai Logawa - Sebelah timur : DAS Banjaran - Sebelah Barat : DAS Tajum B. Iklim Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca di suatu wilayah dalam satu periode tertentu. Klasifikasi iklim di Sub-DAS Logawa ditentukan dari data curah. Data curah hujan ini dapat digunakan dalam menentukan iklim di Sub-DAS Logawa. Curah hujan bulanan diambil dari stasiun pengukuran curah hujan Kecamatan Baturraden sepuluh tahun terakhir yaitu dari tahun yang diperoleh dari Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Kabupaten Banymas. Schmidt-Ferguson membagi iklim menjadi 8 tipe iklim. Klasifikasi iklim yang digunakan oleh Schmidt-Ferguson didasarkan pada banyaknya bulan basah dan bulan kering selama rerata waktu tertentu, yaitu sebagai berikut. a. Bulan Basah bila curah hujan lebih dari 100 mm b. Bulan Lembab bila curah hujan mm c. Bulan Kering bila curah hujan kurang dari 60 mm Kondisi iklim yang terdapat di Sub-DAS Logawa ditentukan berdasarkan data curah hujan. Tabel 4.1 menyajikan data curah hujan bulanan tahun Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas.

3 Tabel 4.1 Tabel curah hujan bulanan tahun Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas. Tahun Sumber : Laboratorium Pengendalian Hama Dan Penyakit Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas. Ratarata No Bulan Januari ,4 2 Pebruari ,9 3 Maret ,6 4 April ,2 5 Mei ,2 6 Juni ,5 7 Juli ,5 8 Agustus ,0 9 September ,4 10 Oktober ,2 11 November ,2 12 Desember ,5 JUMLAH ,6 Bulan Basah ,0 Bulan Lembab ,6 Bulan Kering ,4 Berdasarkan Tabel 4.1 data curah hujan bulanan tahun di Kecamatan Baturraden curah hujan terbanyak adalah pada tahun 2010 sedangkan curah hujan paling sedikit adalah pada tahun Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson mendasarkan pada banyaknya bulan basah apabila curah hujan >100 mm dan bulan kering apabila curah hujan <60 mm. Tabel 4.2 menyajikan data klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson.

4 Tabel 4.2 Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt-Ferguson Tipe Iklim Nilai Q Keterangan A O < Q < 0,143 Sangat Basah B 0,143 < Q < 0,333 Basah C 0,333 < Q < 0,600 Agak Basah D 0,600 < Q < 1,000 Sedang E 1,000 < Q < 1,670 Agak Kering F 1,670 < Q < 3,000 Kering G 3,000 < Q < 7,000 Sangat Kering H 7,000 < Q Luar Biasa Kering Sumber: Ance Gunarsih Kartasapoetra, Berdasarkan tabel 4.2 klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson tipe iklim Kecamatan Baturraden adalah tipe iklim C atau Agak Basah, karena memiliki nilai Q = 0,43. dalam klasifikasi yaitu 0,333 < Q < 0,666. Gambar 4.1 menyajikan peta curah hujan Sub-DAS Logawa Kabupaten Banyumas.

5 Gambar 4.1 Peta Curah Hujan Sub-DAS Logawa (Suwarno dan Sutomo, 2014)

6 C. Kemiringan Lereng Lereng adalah kenampakan permukaan alam pada suatu beda tinggi, apabila beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan jarak lurus mendatar, akan diperoleh besarnya kelerengan (slope). Kemiringan lereng adalah faktor yang menentukan karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai. Lereng adalah faktor yang sangat penting untuk terjadinya erosi karena menentukan besarnya kecepatan dan volume air larian. Kecepatan air larian yang besar umumnya ditentukan oleh kemiringan lereng yang tidak terputus dan panjang serta terkonsentrasi pada saluran-saluran sempit yang mempunyai potensi besar untuk terjadinya erosi alur dan erosi parit (Asdak, 2010). Wilayah Sub-DAS Logawa Kabupaten Banyumas memiliki 5 kelas kemiringan lereng. Wilayah terluas adalah kelas kemiringan lereng >45% kategori sangat curam dengan luas 3.855,72 Ha, kemudian kelas kemiringan lereng 8-15% kategori landai dengan luas 3.443,46 Ha, dilanjutkan dengan kelas kemiringan lereng 15-25% kategori agak curam dengan luas 2.032,85 Ha, selanjutnya kelas kemiringan lereng 25-45% kategori curam dengan luas 1.179,54 Ha, serta dengan wilayah tersempit adalah kelas kemiringan lereng 0-8% kategori datar dengan luas 1.117,26 Ha. Tabel. 4.3 menyajikan data Klasifikasi kemiringan lereng di Sub- DAS Logawa dan Gambar 4.2. menyajikan peta kelas kemiringan lereng Sub- DAS Logawa.

7 Tabel 4.3 Klasifikasi Lereng No. Kelas Kemiriringan Kategori Luas Lereng lereng (%) Ha % 1. I 0-8 Datar 1.117,26 9,61 2. II 8-15 Landai 3.443,46 29,61 3. III Agak curam 2.032,85 17,48 4. IV Curam 1.179,54 10,14 5. V >45 Sangat curam 3.855,72 33,16 Jumlah ,24 100,00 Sumber : Gambar 4.2 Peta Kelas Kemiringan lereng Sub-DAS Logawa (Suwarno dan Sutomo, 2014)

8 Gambar 4.2 Peta Kelas Kemiringan Lereng Sub-DAS Logawa (Suwarno dan Sutomo, 2014)

9 D. Jenis Tanah Jenis tanah merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi. Kepekaan tanah terhadap erosi tergantung pada jenis tanah. Sub-DAS Logawa Kabupaten Banyumas memiliki jenis tanah yang peka terhadap erosi. Jenis tanah Latosol Coklat merupakan jenis tanah terluas yang terdapat pada Sub-DAS Logawa dengan luas Ha dengan kategori agak peka terhadap erosi, kemudian jenis tanah Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat dengan luas Ha kategori peka terhadap erosi, dilanjutkan dengan jenis tanah Asosiasi Glei Humus Rendah dan Aluvial Kelabu dengan luas Ha kategori tidak peka terhadap erosi, serta jenis tanah dengan luas paling sempit adalah jenis tanah Asosiasi Andosol dengan luas Ha kategori peka terhadap erosi. Tabel 4.4 menyajikan data jenis tanah yang terdapat di Sub-DAS Logawa dan Gambar 4.3 menyajikan peta jenis tanah Sub-DAS Logawa. Tabel 4.4 Jenis Tanah No. Luas Jenis Tanah Ha % 1. Asosiasi Glei Humus Rendah dan Aluvial Kelabu ,38 2. Latosol Colat ,06 3. Asosiasi Andosol ,03 4. Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat ,54 Jumlah , Sumber : Gambar 4.3 Peta Jenis Tanah Sub-DAS Logawa (Tri Hendra, 2015)

10 Gambar 4.3 Peta Jenis Tanah Sub-DAS Logawa (Tri Hendra, 2015)

11 E. Penggunaan Lahan Luasan penggunaan lahan di wilayah Sub-DAS Logawa Kabupaten Banyumas diambil dari data luas penggunaan lahan yang bersumber dari penelitian Tri Hendra, 2015 yang secara umum di kelompokkan menjadi 8, yaitu: a. Hutan Pengguanaan lahan hutan penyebarannya terdapat di bagian hulu Sub-DAS Logawa atau terletak di bagian utara Sub-DAS Logawa. Luas pengguanaan lahan Hutan di wilayah ini adalah 2.690,42 Ha, atau 23,13% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa. b. Kebun Penggunaan lahan kebun terdapat di sebagian besar wilayah Sub-DAS Logawa. Kebun umumnya menempati daerah berkemiringan lereng landai sampai agak terjal. Penggunaan lahan kebun di wilayah Sub-DAS Logawa adalah seluas 3.309,33 Ha, atau 28,45% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa. c. Permukiman Penggunaan lahan permukiman penyebarannya di setiap tempat, menempati daerah daerah perbukitan berelief halus hingga sedang, umumnya terkonsentrasi di sepanjang jalur jalan. Luas wilayah permukiman di wilayah ini adalah 1.884,66 Ha, atau 16,21% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa. d. Rumput Pengguanaan lahan rumput di wilayah Sub-DAS Logawa adalah 17,96 Ha, atau 0,15% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa.

12 e. Sawah Irigasi Penggunaan lahan sawah irigas pada umumnya menempati daerah dataran dan pada kaki perbukitan. Luas wilayah sawah irigasi adalah 173,66 Ha, atau 1,49% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa. f. Sawah Tadah Hujan Penggunaan lahan sawah tadah pada umumnya menempati daerah pada kaki perbukitan dan lereng perbukitan. Luas penggunaan lahan sawah tadah hujan adalah 2.527,06Ha, atau 21,73% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa. g. Semak/Belukar Penggunaan lahan semak belukar terdapat di wilayah Sub-DAS Logawa Kabupaten Banyumas adalah seluas 941,06 Ha, atau 8,09% dari dari luas wilayah Sub-DAS Logawa. h. Tegalan Penggunaan lahan tegalan di Sub-DAS Logawa adalah 51,57 Ha, atau 0,44% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa. Penggunaan lahan di Sub-DAS Logawa sebagian besar digunakan untuk Kebun dengan luas 3.309,33 Ha, terluas kedua adalah penggunaan lahan untuk Hutan dengan luas 2.690,42 Ha, dilanjutkan dengan penggunaan lahan Sawah Tadah Hujan dengan luas 2.527,06 Ha. Tabel 4.5 menyajikan luasan pengguanaan lahan di Sub-DAS Logawa dan Gambar 4.4. menyajikan peta penggunaan lahan Sub-DAS Logawa.

13 No Tabel 4.5 Luasan Penggunaan Lahan Sub-DAS Logawa Luas Bentuk Penggunaan Lahan Hektar % 1 Hutan 2.690,42 23,13 2 Kebun 3.309,33 28,45 3 Permukiman 1.884,66 16,21 4 Rumput 17,96 0,15 5 Sawah Irigasi 173,66 1,49 6 Sawah Tadah Hujan 2.527,06 21,73 7 Semak/Belukar 941,06 8,09 8 Tegalan 51,57 0,44 Jumlah ,24 100,00 Sumber : Gambar 4.4 Peta Penggunaan Lahan Sub-DAS Logawa (Tri Hendra, 2015)

14 Gambar 4.4 Peta Penggunaan Lahan Sub-DAS Logawa (Tri Hendra, 2015)

15 F. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Model Bahaya Erosi Model bahaya erosi yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah model ikonik dalam bentuk dua dimensi yaitu peta. Model Ikonik adalah suatu model yang mempresentasikan satu aspek dunia nyata dengan menggunakan satu simbol atau ikon. Simbol atau ikon yang terdapat di dalam model bahaya erosi Sub- Daaerah Aliran Sungai Logawa adalah simbol area. Area-area yang dimaksud adalah area kategori bahaya erosi sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Peta model bahaya erosi digunakan untuk memprediksi terjadinya erosi pada daerah-daerah di Sub-DaerahAliran Sungai Logawa Kabupaten Banyumas. Gambar 4.5 menyajikan Peta Model Bahaya Erosi di Sub-DAS Logawa Kabupaten Banyumas.

16 Gambar 4.5 Peta Model Bahaya Erosi Sub-DAS Logawa (Penelitian, 2016)

17 Berdasarkan Gambar 4.5 hasil overlay antara Peta Curah hujan, Peta Jenis Tanah, Peta Kemiringan Lereng dan Peta Penggunaan Lahan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis (ArcView GIS 3.3) menghasilkan 5 kategori bahaya erosi. Luas masing-masing wilayah dengan kategori bahaya erosi secara berturut-turut adalah dimulai dari kategori erosi Tinggi dengan luas 3.640,56 Ha atau 31,31% dari total luas wilayah, kategori erosi Rendah dengan luas 3.071,79 Ha atau 26,41% dari total luas wilayah, kategori erosi Sedang dengan luas 2.986,86 Ha atau 25,68% dari total luas wilayah, kategori erosi Sangat Rendah dengan luas 1.866,24 Ha atau 16,05% dari total luas wilayah, dan kategori erosi Sangat Tinggi dengan luas 63,70 Ha atau 0,55% dari total luas wilayah. Tabel 4.6 menyajikan luasan kategori bahaya erosi di Sub-DAS Logawa Kabupaten Banyumas. Tabel 4.6 Luasan Kategori Bahaya Erosi Skor Kategori Luas (Ha) % < 116 Sangat Rendah 1.866,24 16, Rendah 3.071,79 26, Sedang 2.986,86 25, Tinggi 3.640,56 31,31 > 239 Sangat Tinggi 63,70 0,55 Jumlah , Sumber: Gambar 4.5 Peta Model Bahaya Erosi (Penelitian, 2016) 2. Pembahasan Berdasarkan data hasil pemodelan bahaya erosi menunjukkan bahwa wilayah Sub-DAS Logawa memiliki wilayah yang sebagian besar rawan erosi. Faktor yang mempengaruhi erosi di Sub-DAS Logawa adalah faktor penggunaan lahan, factor kelas kemiringan lereng, faktor jenis tanah dan faktor curah hujan.

18 Wilayah dengan kategori bahaya erosi Sangat Tinggi adalah wilayah pada penggunaan lahan belukar/semak yang terletak pada kelas kemiringan lereng IV (25-45%), memiliki jenis tanah Latosol Coklat dengan kategori agak peka pada erosi, dan terletak pada wilayah dengan curah hujan tinggi yaitu >4000 mm/thn. Wilayah yang memiliki kategori bahaya erosi Tinggi adalah wilayah pada penggunaan lahan hutan. Hutan adalah penutup lahan yang mencegah terjadinya erosi. Faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya erosi adalah faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan curah hujan. Penggunaan lahan hutan di Sub- DAS Logawa terletak pada kelas kemiringan lereng V (>45%), kemudian terletak pada jenis tanah Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat yakni merupakan tanah yang sangat peka pada erosi, dan curah hujan di wilayah ini yaitu >4000 mm/thn. Wilayah dengan kategori bahaya erosi Sedang terletak pada penggunaan lahan yang bervariasi, dengan kemiringan lereng >15% atau diatas lereng kelas III, memiliki jenis tanah Latosol Coklat dengan kategori agak peka terhadap erosi, serta curah hujan yang tinggi yaitu >3000 mm/thn. Wilayah dengan kategori erosi Rendah adalah wilayah yang terletak pada kemiringan lereng >8%, dan jenis tanah agak peka terhadap erosi yaitu tanah Latosol Coklat dan sebagian kecil jenis tanah Asosiasi Andosol yang peka terhadap erosi, terletak pada curah hujan mm/thn, dan penggunaan lahan yang bervariasi. Wilayah yang masuk dalam kategori erosi Sangat Rendah adalah wilayah yang terletak pada penggunaan lahan yang bervariasi, terletak pada kelas kemiringan lereng <15%, memiliki jenis tanah yang agak peka terhadap erosi yaitu jenis tanah Latosol Coklat, dan terletak pada curah hujan tinggi yaitu mm/thn.

19 Wilayah yang masuk dalam kategori bahaya erosi Sangat tinggi hingga Sangat Rendah tidak hanya dipengaruhi oleh oleh satu faktor saja, melainkan semua faktor yang menjadi parameter pendorong terjadinya erosi yakni dilihat dari jumlah skor total yang didapat dari masing-masing faktor. Berdasarkan tabel 4.7 faktor penyebab yang paling dominan terhadap kategori bahaya erosi adalah faktor penggunaan lahan dan faktor kemiringan lereng karena masing-masing memiliki nilai factor yang sangat bervariasi. Table 4.7 menyajikan contoh hasil penskoran kategori bahaya erosi. Penggunaan Lahan Sawah Irigasi (1) Permukiman (41) Belukar/Semak (30) Hutan (19) Tegalan (70) Jenis Tanah Latosol Coklat (30) Latosol Coklat (30) Latosol Coklat (30) Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat (60) Latosol Coklat (30) Tabel 4.7 Contoh Hasil Penskoran Kelas Kemiringan Lereng 0-8% (20) 8-15% (40) 25-45% (80) >45% (100) >45% (100) Curah Hujan mm/thn (40) mm/thn (40) >4000 mm/thn (50) >4000 mm/thn (50) >4000 mm/thn (50) Sumber: Hasil Overlay Peta, Penelitian 2016 Kategori Sangat Rendah (91) Rendah (111) Sedang (190) Tinggi (229) Sangat Tinggi (250)

20 3. Validasi Model Bahaya Erosi Tabel 4.8 Validasi Model Bahaya Erosi NO GAMBAR KETERANGAN TEMPAT 1 Contoh kenampakan erosi pada kategori Sangat Rendah Desa Jipang 2 Contoh kenampakan erosi pada kategori Sangat Rendah 3 Desa Dawuhan Wetan Contoh kenampakan erosi pada kategori Rendah 4 Desa Keniten Contoh kenampakan pada kategori Rendah

21 NO GAMBAR KETERANGAN TEMPAT 5 Desa Kalikesur Validasi Model pada kategori bahaya erosi Sedang 6 Desa Rancamaya Validasi Model pada kategori bahaya erosi Sedang 7 Validasi Model pada kategori bahaya erosi Tinggi Desa Sambirata 8 Validasi Model pada kategori bahaya erosi Tinggi

22 NO GAMBAR KETERANGAN TEMPAT 9 Validasi Model pada kategori bahaya erosi Sangat Tinggi Desa Melung 10 Validasi Model pada kategori bahaya erosi Sangat Tinggi Sumber: Penelitian, 2016 G. Implementasi Dalam Pembelajaran Penelitian tentang Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Pemodelan Bahaya Erosi Di Sub-Daerah Aliran Sungai Logawa Kabupaten Banyumas dapat digunakan sebagai pengetahuan tambahan dalam kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Geografi di Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat. Penelitian ini dapat digunakan sebagai materi tambahan dalam pembahasan Kompetensi Dasar dalam Satuan Pendidikan SMA/MA. Kompetensi Dasar yang dimaksud dalam mata pelajaran Geografi adalah pada kelas X tentang penerapan materi Penelitian Geografi dan pada kelas XII tentang penerapan materi Pemetaan dan Sistem Informasi Geografis. Tabel 4.9 menyajikan Kompetensi Inti dan

23 Kompetensi Dasar kelas X dan Tabel 4.10 Menyajikan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar kelas XII: Tabel 4.9 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelas X Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Mengolah, menalar dan menyaji 4.2 Menyajikan contoh penerapan dalam ranah konkret dan ranah langkah langkah penelitian abstrak terkait dengan geografi dalam bentuk laporan pengembangan dari yang observasi lapangan. dipelajarinya di sekolah secara 4.7 Menyajikan contoh penerapan mandiri, dan mampu mitigasi dan cara beradaptasi menggunakan metode sesuai terhadap bencana alam di kaidah keilmuan. lingkungan sekitar. Sumber : Silabus SMA Kelas X Tabel 4.10 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelas XII Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi engetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. 1.1 Menghayati keberadaan dirinya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa untuk mendalami kajian ilmu dan teknologi Penginderaan Jauh, peta, serta Sistem Informasi Geografis (SIG). 4.2 Menunjukkan perilaku jujur dan bertanggung jawab dalam menyajikan contoh hasil analisis penerapan informasi geografis melalui peta dasar dan peta tematik serta Sistem Informasi Geografis (SIG). 3.2 Menganalisis pemanfaatan peta dan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk inventarisasi sumberdaya alam, perencanaan pembangunan, kesehatan lingkungan, dan mitigasi bencana. 4.2 Menyajikan contoh hasil analisis penerapan dasar-dasar pemetaan dan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam kehidupan seharihari. Sumber : Silabus SMA Kelas X

24 Pentingnya seorang Guru harus dapat menguasai semua materi dan memiliki pengetahuan yang luas. Seorang Guru dalam menyampaikan materi khususnya pada mata pelajaran Geografi harus baik, tepat, meyakinkan dan menarik untuk mempermudah para siswa dalam menangkap materi yang disampaikan. Dalam Kurikulum 2013 peserta didik dituntut agar lebih aktif dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Semakin maju teknologi pada saat ini dan saat yang akan datang seorang Guru wajib untuk dapat menguasai dan mengikuti arus kemajuan teknologinya. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran peserta didik khususnya dalam mata pelajaran Geografi. Penerapannya adalah saat peserta didik mempelajari kompetensi dasar menyajikan contoh penerapan langkah langkah penelitian geografi dalam bentuk laporan observasi lapangan bagi kelas X (sepuluh) dan menyajikan contoh hasil analisis SIG dalam bentuk peta meskipun kebanyakan dalam SMA belum dikenalkan secara mendalam mengenai SIG. Penerapan langkah langkah penelitian geografi dalam bentuk laporan observasi lapangan memudahkan peserta didik dalam membuat sebuah laporan penelitian, dengan mengetahui sistematika laporan penelitian.peserta didik ditugasi untuk mengamati sejumlah laporan yang bersifat penelitian geografi atau diminta untuk membaca artikel dari jurnal ilmu geografi.peserta didik ditugasi membaca buku teks tentang metode penelitian geografi untuk memahami sifat studi, pendekatan, metode analisis, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data geografi, serta publikasi hasil penelitian geografi. Kemudian peserta didik membuat pertanyaan mengenai sejumlah laporan penelitian geografi yang telah

25 diamati dan kemudian peserta didik wajib memberikan kesimpulan dari apa yang telah diamati. Dalam penerapannya Sistem Informasi Geografis (SIG) Peserta didik secara individu diberikan tugas untuk membuat sebuah peta perjalanan dari rumah menuju ke Sekolah dengan seperti itu peserta didik dtugasi untuk menganalisis informasi apa saja yang didapatkan setelah melakukan perjalanan dari rumah ke sekolah, ataupun secara berkelompok untuk berdiskusi menyajikan contoh hasil analisis penerapan informasi geografis melalui peta dasar dan peta tematik mencari informasi yang terdapat pada peta, dapat pula masing-masing peserta didik diberikan tugas untuk menggambar peta secara manual sesuai dengan ketentuan-ketentuan kartografi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Metode dalam penelitian ini adalah Studi Pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku atau laporanlaporan yang ada hubungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar refleksi fenomena alam yang secara geografis sangat khas untuk wilayah tanah air kita. Indonesia

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JATI PADA KERAWANAN LONGSORLAHAN DI SUB-DAS LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS

KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JATI PADA KERAWANAN LONGSORLAHAN DI SUB-DAS LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JATI PADA KERAWANAN LONGSORLAHAN DI SUB-DAS LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS Suwarno 1, Sutomo 2, dan Munandar 3 1,2 Dosen Pendidikan Geografi FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia, Pasifik dan Australia dengan ketiga lempengan ini bergerak saling menumbuk dan menghasilkan suatu

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran.

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran. 25 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran (KST) terletak di Sub DAS Kali Madiun Hulu. Secara geografis Sub-sub DAS KST berada di antara 7º 48 14,1 8º 05 04,3 LS

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Data yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini merupakan data sekunder. Data-data yang diperlukan antara lain, data hujan, peta daerah tangkapan air, peta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 50 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Fisik Kawasan Perkotaan Purwokerto Kawasan perkotaan Purwokerto terletak di kaki Gunung Slamet dan berada pada posisi geografis 109 11 22-109 15 55 BT dan 7 22

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

RISIKOBENCANA LONGSORLAHAN DISUB DAS LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS

RISIKOBENCANA LONGSORLAHAN DISUB DAS LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS RISIKOBENCANA LONGSORLAHAN DISUB DAS LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS Suwarno* dan Sutomo* Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Purwokerto Email: suwarnohadimulyono@gmail.com Abstrak Kejadian

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam tidak dapat ditentang begitu pula dengan bencana (Nandi, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. alam tidak dapat ditentang begitu pula dengan bencana (Nandi, 2007) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alam merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, oleh karena itu manusia tidak dapat dipisahkan oleh alam. Alam sangat berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Opak Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.1 menunjukan bahwa luas

Lebih terperinci

SILABUS SMA. Sumber Belajar

SILABUS SMA. Sumber Belajar SILABUS SMA Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Geografi Kelas/Semester : XII Kompetensi Inti : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan... 4 D. Manfaat...

Lebih terperinci

Ali Achmad 1, Suwarno 2, Esti Sarjanti 2.

Ali Achmad 1, Suwarno 2, Esti Sarjanti 2. ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.1, March 2016 (31-36) website: http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/geoedukasi/index 2016 Geography Education UMP and The Indonesian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, terletak di bagian selatan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di. Letak geografis Kecamatan Maja adalah sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sukahaji, Kecamatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

LAMPIRAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016 LAMPIRAN 49 LAMPIRAN I SURAT KEPUTUSAN LAMPIRAN II SILABUS GEOGRAFI SILABUS SMA Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Geografi Kelas/Semester : X Kompetensi Inti : 1. Menghayati dan mengamalkanajaran

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI

KURIKULUM 2013 KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI KURIKULUM 2013 GEOGRAFI Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013 KI dan KD Geografi untuk Peminatan Ilmu-ilmu Sosial SMA/MA 1 A. Pengertian Geografi

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH (SMA/MA) MATA PELAJARAN GEOGRAFI

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH (SMA/MA) MATA PELAJARAN GEOGRAFI KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH (SMA/MA) MATA PELAJARAN GEOGRAFI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2016 KOMPETENSI INTI DAN GEOGRAFI SMA/MA KELAS: X Tujuan kurikulum

Lebih terperinci

50. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI SMA/MA

50. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI SMA/MA 50. KOMPETENSI INTI DAN GEOGRAFI SMA/MA KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan bagian bentang alam (landscape) yang mencakup komponen fisik yang terdiri dari iklim, topografi (relief), hidrologi dan keadaan vegetasi alami (natural

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 163 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan oleh penulis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat enam terrain

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS Esti Sarjanti Pendidikan Geografi-FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuh Waluh PO.BOX. 202 Purwokerto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Model merupakan representasi dari realita. Tujuan pembuatan model adalah untuk membantu mengerti, menggambarkan, atau memprediksi bagaimana suatu fenomena bekerja di dunia

Lebih terperinci

KAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR. Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung ABSTRAK

KAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR. Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung ABSTRAK 9-0 November 0 KAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Jl. Flora No., Bulaksumur,Yogyakarta

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

SILABUS SMA. Sumber Belajar

SILABUS SMA. Sumber Belajar SILABUS SMA Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Geografi Kelas/Semester : X Kompetensi Inti : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Merden Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.3 menunjukan bahwa luas DTA

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO Iqbal L. Sungkar 1, Rieneke L.E Sela ST.MT 2 & Dr.Ir. Linda Tondobala, DEA 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian Daerah yang digunakan sebagai tempat penelitian merupakan wilayah sub DAS Pentung yang

Lebih terperinci

EVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN

EVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN EVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DAS (Daerah Aliran Sungai) Daerah aliran sungai adalah merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang

Lebih terperinci

RINGKASAN PROGRAM PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013

RINGKASAN PROGRAM PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013 RINGKASAN PROGRAM PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013 PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI LAHAN KRITIS DAN EROSI (SILKER) MENGGUNAKAN FREE OPEN SOURCES SOFTWARE FOSS-GIS ILWIS Tahun ke 1 dari

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) A714 Pembuatan Peta Daerah Rawan Bencana Tanah Longsor dengan Menggunakan Metode Fuzzy logic (Studi Kasus: Kabupaten Probolinggo) Arief Yusuf Effendi, dan Teguh Hariyanto Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. tersebut relatif tinggi dibandingkan daerah hilir dari DAS Ciliwung.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. tersebut relatif tinggi dibandingkan daerah hilir dari DAS Ciliwung. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Curah Hujan Data curah hujan sangat diperlukan dalam setiap analisis hidrologi, terutama dalam menghitung debit aliran. Hal tersebut disebabkan karena data debit aliran untuk

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Daerah Aliran Sungai 1. Wilayah Administrasi Sub-DAS Serayu untuk bendungan ini mencakup wilayah yang cukup luas, meliputi sub-das kali Klawing, kali Merawu, Kali Tulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Firman Farid Muhsoni Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo JL. Raya Telang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Ratah Timber merupakan salah satu perusahaan swasta nasional yang memperoleh kepercayaan dari pemerintah untuk mengelola

Lebih terperinci

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4.1. Latar Belakang Sebagaimana diuraikan terdahulu (Bab 1), DAS merupakan suatu ekosistem yang salah satu komponen penyusunannya adalah vegetasi terutama berupa hutan dan perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kawasan yang berfungsi untuk menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan sampai akhirnya bermuara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Biru terletak di Kabupaten Wonogiri, tepatnya di Kecamatan Purwantoro dan Kecamatan Bulukerto. Lokasinya terletak di bagian lereng

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berikut adalah metode penelitian yang diusulkan : Pengumpulan Data Peta Curah Hujan tahun Peta Hidrologi Peta Kemiringan Lereng Peta Penggunaan Lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi faktor pendukung dalam penyediaan kebutuhan air. Lahan-lahan yang ada pada suatu DAS merupakan suatu

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013 ANALISIS SPASIAL ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN KEKRITISAN LAHAN SUB DAS KRUENG JREUE Siti Mechram dan Dewi Sri Jayanti Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Lebih terperinci

Lampiran 1. Curah Hujan DAS Citarum Hulu Tahun 2003

Lampiran 1. Curah Hujan DAS Citarum Hulu Tahun 2003 LAMPIRAN 34 Lampiran 1. Curah Hujan DAS Citarum Hulu Tahun 2003 Bulan Cikapundung Citarik Cirasea Cisangkuy Ciwidey mm Januari 62,9 311 177 188,5 223,6 Februari 242,1 442 149 234 264 Maret 139,3 247 190

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Sebaran Flora dan Fauna Indonesia dan Dunia

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Sebaran Flora dan Fauna Indonesia dan Dunia RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMA : SMA Negeri 1 Mertoyudan : Geografi : XI IPS / I : Sebaran Flora dan Fauna

Lebih terperinci

ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh. Catur Pangestu W

ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh. Catur Pangestu W ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh Catur Pangestu W 1013034035 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015 ABSTRACT ANALISIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah dari suatu tempat ke tempat lain melalui media air atau angin. Erosi melalui media angin disebabkan oleh kekuatan angin sedangkan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Sabua Vol.6, No.2: 215-222, Agustus 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Arifin Kamil 1, Hanny Poli, 2 & Hendriek H. Karongkong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Wilayah BPSDA Pemali Comal

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Wilayah BPSDA Pemali Comal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal merupakan salah satu Satuan Wilayah Sungai yang ada di Pulau Jawa disamping SWS Cimanuk, SWS Serayu Bogowonto, SWS Bengawan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS KERUSAKAN DAN AGIHAN BANJIR LUAPAN SUNGAI WAWAR BAGIAN HILIR SUB DAS WAWAR DI KABUPATEN PURWOREJO

PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS KERUSAKAN DAN AGIHAN BANJIR LUAPAN SUNGAI WAWAR BAGIAN HILIR SUB DAS WAWAR DI KABUPATEN PURWOREJO i PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS KERUSAKAN DAN AGIHAN BANJIR LUAPAN SUNGAI WAWAR BAGIAN HILIR SUB DAS WAWAR DI KABUPATEN PURWOREJO Penelitian Untuk Skripsi S-1 Progam Studi Geografi

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret-Agustus 2015 9 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas

Lebih terperinci

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH Oleh : Sri Harjanti W, 0606071834 PENDAHULUAN Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan wilayah tata air dan ekosistem yang di dalamnya

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA R. Muhammad Isa r.muhammad.isa@gmail.com Slamet Suprayogi ssuprayogi@ugm.ac.id Abstract Settlement

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR..... ii DAFTAR ISI...... iv DAFTAR TABEL..... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN.... 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah. 7 C. Tujuan Penelitian......

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir tahun 2013 hingga awal tahun 2014 Indonesia dilanda berbagai bencana alam meliputi banjir, tanah longsor, amblesan tanah, erupsi gunung api, dan gempa bumi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE 1 Cindy Tsasil Lasulika, Nawir Sune, Nurfaika Jurusan Pendidikan Fisika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo e-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah pertemuan antar

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Potensi longsor di Indonesia sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2008, tercatat

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI 2.. Tinjauan Umum Untuk dapat merencanakan penanganan kelongsoran tebing pada suatu lokasi terlebih dahulu harus diketahui kondisi sebenarnya dari lokasi tersebut. Beberapa

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERTANIAN LAHAN KERING SEBAGAI PENDORONG EROSI DI DAERAH ALIRAN CI KAWUNG

PERKEMBANGAN PERTANIAN LAHAN KERING SEBAGAI PENDORONG EROSI DI DAERAH ALIRAN CI KAWUNG PERKEMBANGAN PERTANIAN LAHAN KERING SEBAGAI PENDORONG EROSI DI DAERAH ALIRAN CI KAWUNG M. YULIANTO F. SITI HARDIYANTI PURWADHI EKO KUSRATMOKO I. PENDAHULUAN Makin sempitnya perairan laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK 48. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X A. SENI RUPA 3. memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini akan memberikan gambaran wilayah studi yang diambil yaitu meliputi batas wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu, kondisi fisik DAS, keadaan sosial dan ekonomi penduduk, serta

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Lokasi penelitan ini dilakukan di wilayah Sub Daerah Aliran Ci Keruh.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Lokasi penelitan ini dilakukan di wilayah Sub Daerah Aliran Ci Keruh. 50 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitan ini dilakukan di wilayah Sub Daerah Aliran Ci Keruh. Wilayah Sub Daerah Aliran Ci Keruh ini meliputi Kabupaten Bandung yaitu Kecamatan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Intepretasi Variabel BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah paling awal dalam penelitian ini adalah penentuan lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini ditentukan dengan membuat peta daerah aliran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Panumbangan yang merupakan salah satu wilayah kecamatan di bagian Utara Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pemanfaatan Hutan Areal konsesi hutan PT. Salaki Summa Sejahtera merupakan areal bekas tebangan dari PT. Tjirebon Agung yang berdasarkan SK IUPHHK Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan menegaskan bahwa air beserta sumber-sumbernya, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berada pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng pasifik. Pertemuan tiga

Lebih terperinci

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM. APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK PEMETAAN ZONA RAWAN BANJIR DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CELENG KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR SKRIPSI OLEH: FRISCA ELIANA SIDABUTAR 031201021/MANAJEMEN HUTAN

Lebih terperinci