PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PENURUNAN NILAI AKTIVA TETAP PEMBANGKIT PT PELAYANAN LISTRIK NASIONAL BATAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PENURUNAN NILAI AKTIVA TETAP PEMBANGKIT PT PELAYANAN LISTRIK NASIONAL BATAM"

Transkripsi

1 PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PENURUNAN NILAI AKTIVA TETAP PEMBANGKIT PT PELAYANAN LISTRIK NASIONAL BATAM TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Program Diploma III Oleh: ASTRI LINASMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN MANAJEMEN BISNIS POLITEKNIK NEGERI BATAM 2013

2

3

4

5

6 DAFTAR ISI Halaman Judul i Halaman Orisinalitas.. ii Lembar Pengesahan iii Kata Pengantar... iv Lembar Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah.. v Daftar Isi vi Daftar Tabel... viii Daftar Gambar ix Daftar Lampiran. x Abstrak... xi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penelitian... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengakuan dan Pengukuran Penurunan Nilai Indikasi Penurunan Nilai Penentuan Kerugian Penurunan Nilai Pencatatan Penurunan Nilai Pembalikan Penurunan Nilai Definisi Aktiva Tetap 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Metodologi Penelitian Obyek Penelitian Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Data Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan Produk Perusahaan dan Perkembangan Volume Penjualan Struktur Organisasi Perusahaan BAB IV PEMBAHASAN Penurunan Nilai Aktiva Tetap Pembangkit PT PLN Batam Pengakuan Penurunan Nilai Aktiva Tetap Pembangkit PT PLN Batam vi

7 4.1.2 Pengukuran Penurunan Nilai Aktiva Tetap Pembangkit PT PLN Batam Pengukuran Nilai Aktiva Tetap Pembangkit Berdasarkan PSAK Nomor Pengakuan Penurunan Nilai Aktiva Tetap Pembangkit Berdasarkan PSAK Nomor Pengukuran Pengakuan Penurunan Nilai Aktiva Tetap Pembangkit Berdasarkan PSAK Nomor Perbedaan Pengakuan dan Pengukuran Penurunan Nilai Aktiva Tetap Pembangkit PT PLN Batam dan PSAK Nomor BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran.. 37 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

8 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Daftar Produksi Energi Bruto Pembangkit Sekupang I Tahun 2012 (dalam KWh).. 28 Tabel 4.2 Laporan instalasi mesin bagian pembangkit Sekupang I tahun viii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Menentukan Uji Penurunan Nilai.. 12 Gambar 3.1 Logo Bright PLN Batam Gambar 3.2 Perkembangan Volume Penjualan Tiga Tahun Terakhir Gambar 3.3 Struktur Organisasi Bright PT PLN Batam Gambar 4.1 Laporan Posisi Keuangan Bagian Aset Tidak Lancar Tahun Gambar 4.2 Laporan Laba Rugi Bagian Beban Usaha dan Pos Keuangan Lain-lain Tahun ix

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Laporan Magang x

11 ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Astri Linasmi : Akuntansi : Pengakuan dan pengukuran penurunan nilai aktiva tetap pembangkit PT Pelayanan Listrik Nasional Batam Tugas akhir ini membahas mengenai pengakuan dan pengukuran penurunan nilai aktiva tetap pada pembangkit listrik PT PLN Batam. Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengakuan dan pengukuran tersebut telah sesuai menurut PSAK Nomor 48. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode kuantitatif yaitu menggambarkan, mengumpulkan, merumuskan, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan masalah. Hasil penelitian menyarankan bahwa pengakuan dan pengukuran penurunan nilai pembangkit listrik harus sesuai dengan PSAK Nomor 48 agar tidak menyesatkan pengguna informasi, mengingat PT PLN telah memasuki pasar bursa tahun ini. Kata kunci: Pengakuan, pengukuran, penurunan nilai. xi

12 ABSTRACT Name Study Program Title : Astri Linasmi : Accounting : Recognition and measurement of impairment of fixed assets PT Pelayanan Listrik Nasional Batam power plant. This thesis explores the recognition and measurement of impairment of fixed assets in PT PLN Batam power plant. This thesis aims to determine whether the recognition and measurement of compliance in accordance with PSAK No. 48. The method used is descriptive analysis methods and quantitative methods that describe, gather, formulate, classify, and interpret the problem. The results suggest that the recognition and measurement of impairment of the power plant shall be in accordance with PSAK No. 48 in order not to mislead the users of information, considering PT PLN has entered the stock market this year. Keyword: Recognition, measurement, impairment. xii

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan perlu mengetahui perkembangan kegiatan usahanya dari waktu ke waktu agar dapat diketahui apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran serta perlu juga mengetahui keadaan keuangan pada saat tertentu. Hal ini dapat dilihat melalui laporan pertanggungjawaban pimpinan perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut dapat digunakan untuk menilai hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan pada masa yang lalu dan juga dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk membuat kebijakan pada masa yang akan datang. Saat ini Indonesia yang diwakili oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) sedang melakukan proses konvergensi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). Proses konvergensi ini dilakukan sebagai bukti komitmen Indonesia yang diwakili pemerintah Indonesia dalam memenuhi kesepakatan forum G-20, hasil pertemuan pemimpin negara G20 pada saat London Summit tanggal 2 April 2009, di mana penyusun standar harus bekerja sama dengan regulator untuk menyusun satu standar akuntansi global yang berkualitas tinggi. (IAI, 2012 : 9) Dengan dilakukannya proses konvergensi IFRS ini, entitas-entitas bisnis yang memiliki akuntabilitas publik harus menerapkan SAK yang sebagian besar sudah konvergen dengan IFRS. Salah satu dari entitas bisnis yang berakuntabilitas 1

14 2 publik adalah BUMN dan tentu saja termasuk anak perusahaannya karena laporan keuangan anak perusahaan harus dikonsolidasikan dengan entitas induknya. Khusus untuk BUMN, penggunaan SAK yang berterima umum di Indonesia diwajibkan dalam instruksi Menteri Negara BUMN RI nomor SE-05/MBU/2009. Salah satu dari pengaturan dalam SAK yang harus diterapkan oleh perusahaan adalah pengaturan dalam PSAK Nomor 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset. PSAK Nomor 48 (revisi 2009) ini menggantikan PSAK Nomor 48 (1998): Penurunan Nilai Aset, dan bersumber dari IAS 36: Impairment of Assets yang berlaku efektif 1 Januari PSAK Nomor 48 (revisi 2009) berlaku efektif per 1 Januari Dalam sejarah perkembangan akuntansi, penurunan nilai merupakan metode pelengkap depresiasi yang digunakan dalam model biaya (historical cost model). Hal ini dikarenakan metode depresiasi tidak mencerminkan perubahan nilai kini dari aset (Kvaal, 2005 : 8). Wiecek dan Young (2009 : 317) menjelaskan bahwa tujuan penyajian sumber daya ekonomik di laporan posisi keuangan sebagai berikut: A i y co omic o c p d o i m of financial position as key information for users. The assumption in evaluating these assets is that they are reported on this statement as no more than the amount the entity can recover from their use or sale. Pernyataan di atas menyebutkan bahwa nilai aset yang dilaporkan dalam laporan keuangan diasumsikan tidak melebihi nilai aset yang dapat dipulihkan melalui pemanfaatan atau penjualan aset tersebut. Nilai jual aset atau nilai pemanfaatan aset yang lebih rendah dari nilai tercatat menunjukkan bahwa aset tersebut nilainya telah menurun, atau dalam kata lain aset tersebut mengalami

15 3 penurunan daya untuk menghasilkan aliran masuk manfaat ekonomik di masa depan. Jika hal demikian terjadi, maka nilai tercatat aset harus diturunkan hingga sebesar nilai terpulihkannya (dicatat rugi penurunan nilai). Tujuan dari hal ini adalah agar nilai aset yang disajikan di laporan posisi keuangan tetap mencerminkan kewajaran sumber daya ekonomik yang dikuasai oleh entitas, sehingga informasi yang disajikan ini tidak menyesatkan (mislead) para pengguna laporan keuangan dalam melakukan pengambilan keputusan. PSAK Nomor 48 (revisi 2009) mensyaratkan agar aset-aset yang terkena pengaturan dalam PSAK tersebut diuji penurunan nilai ketika terdapat indikasi penurunan nilai. Tujuan dari uji penurunan nilai dan penurunan nilai adalah agar aset-aset yang disajikan dalam laporan posisi keuangan mencerminkan sisa potensi jasa secara wajar. Penyajian yang wajar (fair presentation) unsur-unsur dan pos-pos dalam laporan keuangan adalah salah suatu karakteristik kualitatif informasi keuangan yang diutamakan dalam IFRS. Tahap selanjutnya adalah perhitungan jumlah terpulihkan. Kesalahan dalam dua tahap ini akan berdampak pada under/overstated rugi penurunan nilai yang harus diakui, dan tentu saja ini akan berdampak pada under/overstated kinerja keuangan dan nilai aset di laporan posisi keuangan. PSAK Nomor 16 tentang aset tetap menjelaskan bahwa aset tetap dinilai sebesar harga perolehan atau nilai revaluasi terakhir dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan penurunan nilai. PSAK Nomor 19 tentang aset tidak berwujud menyebutkan hal yang sama. Bahkan disebutkan goodwill tidak diperbolehkan lagi untuk diamortisasi, tetapi diturunkan nilainya. PSAK Nomor 55 tidak

16 4 menyebutkan penyisihan piutang untuk piutang yang tidak dapat ditagih, tetapi sebagai penurunan aset keuangan. Untuk meningkatkan produksi yang diharapkan perusahaan dengan kualitas yang baik, maka diperlukan kemampuan manajemen dalam mengelola faktor-faktor produksi yang ada dalam perusahaan tersebut. Salah satu aset yang perlu dikoordinir oleh perusahaan, baik yang bergerak dalam bidang industri maupun jasa adalah keberadaan aktiva tetap yang merupakan bagian penting dari keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan. Melihat begitu pentingnya peranan aktiva pembangkit di dalam setiap kegiatan operasi perusahaan, maka Penulis tertarik untuk memperdalam pengetahuan mengenai penurunan nilai aktiva tetap. Untuk itu Penulis mengambil judul PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PENURUNAN NILAI AKTIVA TETAP PEMBANGKIT PADA PT PELAYANAN LISTRIK NASIONAL BATAM. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimanakah pengakuan dan pengukuran penurunan nilai aktiva tetap pembangkit pada PT Pelayanan Listrik Nasional Batam. b. Apakah pengakuan dan pengukuran penurunan nilai aktiva tetap pembangkit pada PT Pelayanan Listrik Nasional Batam sudah diterapkan sesuai dengan PSAK Nomor 48.

17 5 1.3 Batasan Masalah Agar penelitian ini dapat lebih mengarah pada tujuan yang diharapkan, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian, sebagai berikut: a. Batasan Lapangan Penelitian dilakukan penulis sesuai dengan topik penelitian yaitu PT Pelayanan Listrik Nasional Batam, Jalan Engku Putri No. 3 Batam Centre. Tepatnya di bagian akuntansi aktiva tetap, serta pembuat laporan keuangan. b. Batasan Data 1) Data Primer Data ini diperoleh dengan jalur peninjauan langsung ke PT Pelayanan Listrik Nasional Batam dalam bentuk wawancara dan observasi, dilakukan untuk memperoleh daftar aktiva tetap pembangkit dan pencatatan penurunan nilai aktiva tetap pembangkit. 2) Data Sekunder Data ini diperoleh dari perusahaan atau dari berbagai literatur laporan keuangan, seperti: sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi perusahaan. 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah tersebut di atas, tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pengakuan dan pengukuran penurunan nilai aktiva tetap pembangkit pada PT Pelayanan Listrik Nasional Batam.

18 6 b. Untuk mengetahui apakah pengakuan dan pengukuran penurunan nilai aktiva tetap pembangkit pada PT Pelayanan Listrik Nasional Batam sudah diterapkan sesuai dengan PSAK Nomor Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap hasil penelitian yang telah penulis lakukan ini dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak berikut: a. Bagi Perusahaan Sebagai masukan positif yang diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk digunakan atau tidaknya pengakuan dan pengukuran penurunan nilai aktiva tetap yang telah penulis ujikan. b. Bagi Pihak Lain Menjadi bahan referensi untuk kalangan umum sebagai sumber informasi penelitian, bahan perbandingan antara satu teori dengan teori lainnya dengan tujuan dapat mengembangkan daya pikir yang sistematis, serta sebagai bahan pembelajaran. c. Bagi Penulis Mendapat tambahan pengetahuan serta mendalami pengetahuan yang telah dimiliki khususnya mengenai pengakuan dan pengukuran penurunan nilai aktiva tetap serta pengetahuan lainnya yang tidak penulis dapatkan di kampus.

19 7 1.6 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Dalam bab ini diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Waktu dan Tempat Penelitian, serta Sistematika Penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini dijelaskan tentang teori-teori, hasil penelitian orang lain dan publikasi umum yang berhubungan dengan masalahmasalah penelitian. Bab III Metodologi Penelitian dan Gambaran Umum Perusahaan Pada bab ini diuraikan tentang Objek Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Metode Analisis Data, dan Gambaran Umum Perusahaan. Bab IV Pembahasan Dalam bab ini diuraikan tentang apa, bagaimana dan mengapa hasil penelitian ini diperoleh (jawaban atas rumusan masalah). Bab V Penutup Pada bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan atas hasil penelitian dan saran yang penulis tujukan untuk pihak perusahaan, kampus, dan pihak-pihak lain yang terkait.

20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengakuan dan Pengukuran Penurunan Nilai IAI (2012: 48:12) memberi penjelasan pengakuan rugi penurunan nilai sebagai berikut: Jika, dan hanya jika, jumlah terpulihkan aset lebih kecil dari jumlah tercatatnya, maka jumlah tercatat aset diturunkan menjadi sebesar jumlah terpulihkan. Penurunan tersebut adalah rugi penurunan nilai. Rugi penurunan nilai segera diakui dalam laba rugi, kecuali aset disajikan pada jumlah direvaluasian sesuai dengan PSAK lain (misalnya, sesuai dengan model revaluasi di PSAK 16: Aset Tetap). Setiap rugi penurunan nilai aset revaluasian diperlakukan sebagai penurunan revaluasi sesuai dengan PSAK lain. Sedangkan pengukuran hanya berlaku jika jumlah estimasi rugi penurunan nilai lebih besar dari jumlah tercatat aset yang terkait, maka entitas mengakui liabilitas jika, dan hanya jika, hal ini disyaratkan oleh PSAK lain. Kemudian setelah pengakuan rugi penurunan nilai, beban penyusutan (amortisasi) aset disesuaikan di periode mendatang untuk mengalokasikan jumlah tercatat aset revisian, setelah dikurangi nilai residu (jika ada), secara sistematis selama sisa umur manfaatnya. (IAI, 2012: 48:12) Menurut Ankarat (2012: 280), penurunan nilai (impairment) adalah suatu aset yang diturunkan nilainya bilamana jumlah yang dicatatkannya melebihi jumlah yang dapat dipulihkan/diperoleh kembali. Menurut Kieso, et al (2011: 571), aset jangka panjang berwujud diturunkan nilainya ketika perusahaan tidak dapat memperoleh kembali jumlah tercatat baik dengan menggunakan aset tersebut ataupun dengan menjualnya. 8

21 9 Rugi penurunan nilai didefinisikan dalam PSAK Nomor 48 sebagai, Suatu jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah tercatat suatu aset atau unit penghasil kas atau jumlah terpulihkannya. Sedangkan yang dimaksud jumlah terpulihkan suatu aset atau unit penghasil kas adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakainya (IAI, 2012, p. 48:2). Menurut IAI (2012: 48:3), pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai apakah terdapat indikasi aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, maka entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. 2.2 Indikasi Penurunan Nilai Menurut IAI (2012: 48:4), dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai, entitas minimum mempertimbangkan, halhal berikut ini: a. Informasi dari sumber eksternal 1) Selama periode tersebut, nilai pasar aset telah turun secara signifikan lebih dari yang diekspektasikan sebagai akibat dari berjalannya waktu atau pemakaian normal. 2) Perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hukum tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat aset dikaryakan, yang berdampak merugikan terhadap entitas, telah terjadi selama periode tersebut, atau akan terjadi dalam waktu dekat. 3) Suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar dari investasi telah meningkat selama periode tersebut, dan kenaikan tersebut mungkin akan

22 10 mempengaruhi tingkat diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai pakai aset dan menurunkan jumlah terpulihkan aset secara material. 4) Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya. b. Informasi dari sumber internal 1) Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset. 2) Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang berdampak merugikan sehubungan dengan seberapa jauh, atau cara, aset digunakan atau diekspektasikan akan digunakan. Perubahan ini termasuk dalam hal aset menjadi tidak digunakan, rencana untuk menghentikan atau restrukturisasi operasi yang di dalamnya aset digunakan, rencana untuk melepas aset sebelum tanggal yang diekspektasikan sebelumnya, dan penilaian ulang umur manfaat aset dari tidak terbatas menjadi terbatas. 3) Terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi aset lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang diekspektasikan. 2.3 Penentuan Kerugian Penurunan Nilai Adapun penentuan kerugian penurunan nilai sebagai berikut: a. Menelaah kejadian atau perubahan situasi atas kemungkinan terjadinya penurunan nilai. b. Jika hasil penelaahan menunjukkan penurunan nilai maka pengujian tentang kemampuan pemulihan akan diterapkan. Jika jumlah arus kas bersih masa depan yang diharapkan dari aktiva jangka panjang lebih kecil dari jumlah tercatat aktiva maka suatu penurunan nilai telah terjadi.

23 11 c. Dengan mengasumsikan terjadi penurunan nilai, kerugian penurunan nilai adalah jumlah dimana nilai aktiva lebih besar daripada nilai wajar aktiva. Nilai wajar adalah nilai pasar atau nilai sekarang. Nilai wajar dikurangi biaya penjualan dan nilai pakai dari suatu aset tidak selalu perlu ditentukan dua-duanya. Jika salah satu jumlahnya melebihi jumlah tercatat aset, maka aset tersebut tidak mengalami penurunan nilai dan estimasi jumlah lainnya tidak perlu dilakukan. Penentuan nilai wajar dikurangi biaya penjualan suatu aset mungkin dapat dilakukan meskipun jika aset tersebut tidak diperdagangkan dalam pasar aktif. Namun, kadang tidak mungkin untuk menentukan nilai wajar dikurangi biaya penjualan karena tidak terdapat dasar untuk membuat suatu estimasi yang dapat dipercaya atas jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan aset dalam transaksi antara pihak-pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan. Dalam kasus ini, entitas dapat menggunakan nilai pakai aset sebagai jumlah terpulihkan. Jika tidak terdapat alasan untuk meyakini bahwa nilai pakai aset secara material melebihi nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan, nilai wajar aset dikurangi biaya penjualan dapat digunakan sebagai jumlah terpulihkan. Ini akan sering terjadi dalam hal aset dimiliki untuk dilepaskan. Hal ini dikarenakan nilai pakai aset yang dimiliki untuk dilepaskan sebagian besar akan merupakan hasil bersih dari pelepasan, karena arus kas masa depan dari pemakaian lebih lanjut atas aset sampai aset tersebut dilepas biasanya dapat diabaikan. Jumlah terpulihkan ditentukan untuk suatu aset individual, kecuali aset tersebut tidak menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen dari

24 12 aset-aset atau kelompok aset lain. Dalam hal ini, jumlah terpulihkan ditentukan untuk unit penghasil kas yang mencakup aset tersebut, kecuali: a. nilai wajar dikurangi biaya penjualan aset tersebut lebih besar dari jumlah tercatatnya; atau b. nilai pakai aset tersebut diestimasikan mendekati nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan, dan nilai wajar dikurangi biaya penjualan tersebut dapat ditentukan. c. Carrying Amount Compared to Recoverable Amount Higher of Fair Value Less Cost to Value-in-Use Gambar 2.1 Menentukan Uji Penurunan Nilai Bukti terbaik dari nilai wajar aset dikurangi biaya penjualan adalah harga dalam suatu perjanjian penjualan yang mengikat yang dibuat dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang independen, disesuaikan dengan biaya tambahan yang dapat dikaitkan secara langsung dengan pelepasan aset. Apabila tidak terdapat perjanjian penjualan yang mengikat namun aset diperdagangkan di pasar aktif, nilai wajar dikurangi biaya penjualan adalah harga pasar aset dikurangi biaya pelepasan aset tersebut. Harga pasar yang tepat biasanya adalah harga penawaran kini. Jika harga penawaran kini tidak

25 13 tersedia, harga dari transaksi terakhir dapat menjadi dasar untuk mengestimasi nilai wajar dikurangi biaya penjualan, sepanjang tidak terdapat perubahan yang signifikan dalam kondisi ekonomi antara tanggal transaksi tersebut dengan tanggal ketika estimasi tersebut dibuat. Apabila tidak terdapat perjanjian penjualan yang mengikat atau pasar aktif untuk aset, nilai wajar dikurangi biaya penjualan didasarkan pada informasi terbaik yang ada untuk menggambarkan jumlah yang dapat diperoleh entitas, pada akhir periode pelaporan, dari pelepasan aset dalam transaksi antara pihak-pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan setelah dikurangi biaya pelepasan. Dalam menentukan jumlah tersebut, entitas mempertimbangkan hasil dari transaksi terkini untuk aset serupa dalam industri yang sama. Nilai wajar dikurangi biaya penjualan tidak menggambarkan suatu penjualan yang dipaksakan, kecuali manajemen terdorong untuk menjual segera. Biaya pelepasan aset, selain dari yang sudah diakui sebagai kewajiban, dikurangkan dalam menentukan nilai wajar dikurangi biaya penjualan. Contoh biaya-biaya ini adalah biaya hukum, materai dan pajak transaksi sejenis, biaya pemindahan aset, dan biaya tambahan langsung untuk menjadikan aset dalam kondisi siap dijual. Namun, imbalan akibat pemutusan hubungan kerja (seperti dijelaskan di PSAK Nomor 24) dan biaya terkait dengan pengurangan atau reorganisasi bisnis setelah pelepasan aset bukan merupakan biaya tambahan langsung untuk pelepasan aset.

26 Pencatatan Penurunan Nilai Jika penurunan nilai telah terjadi dan rugi penurunan nilai telah ditentukan, maka jurnal penyesuaiannya sebagai berikut: Rugi Penurunan Nilai xxx - Akumulasi Depresiasi Peralatan - xxx Kemudian rugi penurunan nilai dilaporkan dalam laporan laba rugi bagian penghasilan dan beban di luar usaha sebagai kerugian. Selain meng-kreditkan akumulasi depresiasi, perusahaan juga dapat meng-kreditkan peralatan untuk mengurangi jumlah tercatat aset tersebut. Yang harus diperhatikan kemudian ialah setelah mengakui kerugian dan penurunan nilai aktiva, biaya depresiasi untuk periode yang akan mendatang harus disesuaikan agar mencerminkan alokasi nilai tercatat yang telah direvisi, setelah dikurangi nilai sisa, selama periode sisa manfaat. 2.5 Pembalikan Penurunan Nilai Pembalikan penurunan nilai diakui sebagai penghasilan sampai sebesar penurunan nilai yang pernah terjadi. Kelebihan setelah itu tidak boleh diakui baik sebagai penghasilan maupun sebagai surplus revaluasi. Bentuk jurnal penyesuaiannya sebagai berikut: Akumulasi Depresiasi Peralatan xxx - Keuntungan Pembalikan Penurunan Nilai - xxx

27 Definisi Aktiva Tetap Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012: 16:5), aset tetap adalah aset berwujud yang: a. dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan b. diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Menurut Baridwan (2000: 22), aktiva tetap adalah aktiva-aktiva yang dapat digunakan lebih dari satu periode seperti tanah, gedung-gedung, mesin dan alatalat, perabot, kendaraan, dan lain-lain. Sedangkan menurut Safri (2002: 20), aktiva tetap adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan. Dari berbagai definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aktiva dapat disebut aktiva tetap apabila memiliki karakteristik yaitu berwujud fisik, bersifat permanen, digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali, serta memiliki nilai manfaat lebih dari satu tahun.

28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Metodologi Penelitian Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan secara langsung oleh penulis pada waktu dan tempat penelitian sebagai berikut: Tanggal : 11 Februari Mei 2013 Waktu Tempat : WIB s/d WIB : Kantor Pusat PT Pelayanan Listrik Nasional Batam, Jalan Engku Putri No. 3, Batam Centre Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Wawancara (interview) Teknik pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan maupun tulisan terkait pengakuan dan pengukuran penurunan nilai pembangkit listrik Sekupang I. 16

29 17 2) Dokumentasi (documentation) Merupakan teknik pengumpulan data dengan mencatat data yang sudah ada pada objek penelitian dan kemudian mempelajari kebijakan perusahaan, sejarah perusahaan yang terkait dengan penurunan nilai pembangkit listrik Metode Analisis Data Metode yang digunakan adalah metode analisa deskriptif yaitu menggambarkan apa adanya mengenai suatu variabel pada saat penelitian dibahas dan dianalisis, sehingga mendapat suatu kesimpulan. Penulis juga menggunakan metode kuantitatif dengan cara mengumpulkan data, merumuskan, mengklasifikasikan serta menginterpretasikan sehingga memberikan gambaran atau keterangan yang jelas mengenai masalah yang dihadapi perusahaan. 3.2 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perusahaan Kiprah pengelolaan ketenagalistrikan untuk melayani kebutuhan listrik masyarakat Batam awalnya dilakukan oleh Pertamina, tepatnya pada tahun Kala itu Pertamina dipercaya sebagai instansi pertama yang mengelola daerah industri Pulau Batam. Bermodalkan PLTD yang memiliki daya pasang cukup rendah, 2x188 KvA, pada saat itu listrik hanya bisa dirasakan oleh Pertamina dan perumahan karyawannya saja. Seiring dengan perkembangan Batam yang mulai meningkat, akhirnya tahun 1976 pemerintah Indonesia membentuk Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (OPDIPB) untuk mengelola kota yang berbentuk

30 18 Kalajengking ini dimana Kepala OPDIPB diserahkan ke tangan Menteri Penertiban Aparatur Pembangunan, JB Sumarlin. Sejak itu semua proyek yang dikelola Pertamina diambil alih oleh OPDIPB, termasuk pengelolaan ketenagalistrikan. Bisnis ketenagalistrikan saat itu dikelola Unit Pelaksana Teknis Otorita Batam (UPT OB). Kapasitas pembangkit pun masih rendah, hanya sebesar 17,5 MW. Setelah tugas JB Sumarlin usai, tepat pada tahun 1978 Ketua Otorita Batam dipegang oleh Prof Dr Ing Bj. Habibie. Dalam pimpinan Habibie, Batam sudah mulai diarahkan sebagai kota industri. Listrik sebagai kebutuhan vital dalam industri dan kalangan usaha, yang sudah tentu membutuhkan pasokan listrik. Mulai saat itu dilakukan pembangunan PLTD di Sekupang dan Batuampar. Total daya terpasang pada periode sebesar 45,5 MW dan disalurkan ke daerah Sekupang dan Batuampar. Perkembangan Batam kala itu pun tak dapat terbendung lagi. Investorinvestor asing sudah mulai melirik potensi yang ada di Batam. Tak pelak lagi kalau Otorita Batam saat itu cukup kewalahan mengelolanya, sehingga satu persatu dilepas, termasuk bisnis ketenagalistrikan. Akhirnya pada 1 Januari 1993 berdasarkan kesepakatan pemerintah dan OB, pengelolaan ketenagalistrikan diserahkan ke PT PLN (Persero) Wilayah Khusus Batam. Berdasarkan keputusan Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN selaku Pemegang saham PT PLN (Persero) dalam surat Nomor S-23/M- PM-PBMUN/2000 tanggal 23 Agustus 2000, pada tanggal 3 Oktober 2000 status PT PLN (Persero) Wilayah Khusus Batam berubah menjadi PT Pelayanan Listrik Nasional Batam (PT PLN Batam) dengan status sebagai anak perusahaan PT PLN

31 19 (Persero), yaitu unit mandiri yang mengelola kelistrikan dari hulu sampai hilir. Dan pada Juni 2008 PT PLN Batam melakukan rebranding menjadi B right PLN Batam. Sampai dengan akhir 2011, B right PLN Batam memiliki kapasitas terpasang 373 MW dan daya mampu 300 MW dengan beban puncak 259 MW. Di sisi produksi, sejak tahun 2004 b right PLN Batam menerapkan fuel mix strategy, dan sampai dengan tahun 2011 komposisi pemakaian energi primer tercatat sebesar 95.19% menggunakan bahan bakar gas dan 4.81% berbahan bakar minyak Profil Perusahaan PT PLN Batam sebagai pemegang izin usaha ketegalistrikan untuk umum dengan wilayah kerja Batam, Rempang dan Galang, senantiasa berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan dengan senantiasa menyediakan listrik dan keandalanya merupakan upaya yang terus dilakukan PT PLN Batam. Kepuasan pelanggan adalah komitmen PT PLN Batam. Indeks Customer Satisfaction (ICS) tahun 2008 direncanakan sebesar 75% dan di tahun-tahun berikutnya akan lebih ditingkatkan lagi. Melayani kebutuhan listrik yang andal, ekonomis dan berkesinambungan, itulah yang senantiasa diupayakan PT PLN Batam. Sejalan dengan upaya PLN Batam untuk secara berkelanjutan memberikan layanan terbaik bagi konsumen, memberi nilai maksimal kepada para pemegang saham dan meningkatkan kualitas karyawan, sejak awal tahun 2007, PLN Batam telah melaksanakan berbagai langkah internal kearah perubahan Corporate

32 20 Branding yang sejalan dengan perkembangan situasi pasar di Batam, Indonesia dan regional. Visi dan misi dari PLN Batam telah dipertajam agar semakin sesuai dengan situasi dan peluang bisnis dan semangat PLN Batam sebagai perusahaan yang terus menerus berupaya menuju profesionalisme yang lebih tinggi dan berorientasi profit dan sehat tanpa subsidi. Untuk mendukung upaya penajaman misi dan visi ini, logo PLN dipertajam sesuai dengan konsensus internal PLN Batam dan dukungan dari PLN Persero. Logo ini telah disosialisasikan secara internal dan akan diluncurkan secara eksternal sehingga dapat secara efektif digunakan untuk mendukung kinerja PLN Batam. Aspek-aspek legalitas seperti nama perusahaan dan anggaran dasar tidak berubah sehingga yang berubah adalah tingkat profesionalisme yang lebih tinggi dan menjadi institut yang lebih baik. Adapun hasil rebranding PT PLN Batam adalah sebagai berikut: Gambar 3.1 Logo Bright PLN Batam Visi "Menjadi perusahaan energi yang utama di Indonesia"

33 21 Misi Kami menyediakan tenaga listrik secara efisien dan andal serta jasa lainnya dalam bidang energi untuk meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi masyarakat melalui pelayanan yang terbaik dan bertumpu pada sumber daya manusia. Tujuan Perusahaan Menyediakan tenaga listrik dan energi lainnya. Nilai Perusahaan (Corporate Values): Perhatian dalam tindakan (Attentive in our action) Cerdas dalam pekerjaan kita (Briliant in our work) Pengertian dalam pikiran kita (Considerate in our thinking) Dapat diandalkan dalam perilaku kita (Dependable in our behavior) Janji Perusahaan (Corporate Promise): Ahli dalam bidangnya (Experts in this field) Selalu berprestasi dalam pekerjaannya (Excel in what we do) Melampaui harapan pelanggan (Exceed customer satisfaction) Dengan sumberdaya manusia yang berprestasi (Exceptional staff) Menjadi contoh bagi para pesaing (Example for other company)

34 Produk Perusahaan dan Perkembangan Volume Penjualan Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan, PT PLN Batam memiliki dua segmen usaha yaitu: 1. Penyediaan energi listrik meliputi aktivitas pembangkitan, penyaluran, distribusi, penjualan dan pembelian. 2. Kegiatan usaha lainnya meliputi konsultasi, pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber energi, pemberian jasa operator dan pengaturan, pembangunan, pemasangan dan pengembangan teknologi kelistrikan. Realisasi penjualan tenaga listrik tiga tahun terakhir yaitu: 1. Tahun 2010: MWh 2. Tahun 2011: MWh 3. Tahun 2012: MWh Perkembangan Volume Penjualan Tiga Tahun Terakhir Gambar 3.2 Perkembangan Volume Penjualan Tiga Tahun Terakhir

35 16

36 3.2.4 Struktur Organisasi Perusahaan Gambar 3.3 Struktur Organisasi Bright PT PLN Batam

37 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Penurunan Nilai Aktiva Tetap Pembangkit PT PLN Batam Pengakuan Penurunan Nilai Aktiva Tetap Pembangkit PT PLN Batam Pembangkit PT PLN Batam terdiri dari berbagai sumber energi/tenaga, baik dari tenaga gas, mesin gas, sampai tenaga diesel. Meningkatnya harga diesel belakangan membuat Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) jarang digunakan lagi. Hal ini akan berpengaruh pada nilainya yang menurun karena mengalami keusangan atau kerusakan. Secara akuntansi, berkurangnya daya karena telah digunakan dalam kegiatan upaya normal diakui dalam proses pembebanan (charge) biaya dan menjadi beban depresiasi. Sedangkan berkurangnya daya karena kejadian selain kegiatan normal diakui dalam proses pembebanan biaya dan menjadi rugi penurunan nilai. Dalam penelitian yang dilakukan penulis, telah diketahui bahwa PT PLN Batam belum pernah melakukan uji penurunan nilai serta melakukan pengakuan rugi penurunan nilai. Hal tersebut dapat dilihat dalam Laporan Laba Rugi dan Laporan Posisi Keuangan tahun 2012 yang tidak menyajikan akun rugi penurunan nilai aktiva tetap pembangkit ataupun akun yang setara dengannya. 24

38 25 ASET ASET TIDAK LANCAR Aset tetap setelah dikurangi Akumulasi penyusutan Sebesar Rp Tahun 2012 dan Rp tahun Pekerjaan dalam pelaksanaan Investasi pada entitas asosiasi Piutang pihak berelasi setelah Dikurangi bagian jatuh Tempo dalam satu tahun Aset tidak digunakan dalam operasi Rekening bank dan deposito berjangka Dibatasi penggunaannya Beban ditangguhkan Aset tidak lancar lain Jumlah Aset Tidak Lancar Gambar 4.1 Laporan Posisi Keuangan Bagian Aset Tidak Lancar Tahun BEBAN USAHA Pembelian tenaga listrik Bahan bakar dan pelumas Penyusutan Kepegawaian Pemeliharaan Lain-lain Jumlah Beban Usaha POS KEUANGAN DAN LAIN-LAIN BERSIH Penghasilan bunga Beban bunga dan keuangan ( ) ( ) Lain-lain bersih Pos Keuangan dan Lain-lain Bersih Gambar 4.2 Laporan Laba Rugi Bagian Beban Usaha dan Pos Keuangan Lain-lain Tahun 2012

39 Pengukuran Penurunan Nilai Aktiva Tetap Pembangkit PT PLN Batam Disyaratkan bahwa minimal setiap tahun, perusahaan harus melakukan uji penurunan nilai kemudian membandingkan antara jumlah estimasi rugi penurunan nilai dan jumlah tercatat aset yang terkait. Dalam penelitian dan wawancara yang dilakukan penulis, PT PLN Batam tidak melakukan pengukuran penurunan nilai terhadap pembangkit Sekupang I. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya dokumen-dokumen yang terkait dengan uji penurunan nilai. 4.2 Penurunan Nilai Aktiva Tetap Pembangkit Berdasarkan PSAK Nomor 48 Pada bab sebelumnya penulis telah mengemukakan bahwa IFRS cukup menekankan karakteristik kualitatif penyajian wajar. Jika dikaitkan dengan aset, maka aset seharusnya disajikan secara wajar di laporan posisi keuangan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas kewajaran atas penyajian aset adalah dengan dilakukannya uji penurunan nilai jika terdapat indikasi bahwa aset mengalami penurunan nilai. Hal ini sesuai dengan pernyataan PSAK Nomor 48 yang menyatakan bahwa pada setiap akhir pelaporan, entitas menilai apakah terdapat indikasi aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, maka entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. (IAI, 48:9) Pengaturan di atas mencerminkan bahwa penyajian wajar dalam laporan keuangan tahunan merupakan karakteristik kualitatif informasi yang cukup

40 27 penting. Sehingga pada setiap akhir periode pelaporan perlu dilihat apakah terdapat indikasi penurunan nilai. Pada bab sebelumnya penulis telah menjabarkan beberapa pertimbangan dalam menilai adanya indikasi penurunan nilai berdasarkan PSAK Nomor 48 paragraf 12, baik informasi dari sumber eksternal maupun internal perusahaan. Daftar indikasi tersebut hanya contoh dari beberapa yang sering terjadi. Entitas dapat menentukan indikasi lain terjadinya penurunan nilai Pengakuan Penurunan Nilai Aktiva Tetap Pembangkit Berdasarkan PSAK Nomor 48 Setiap akhir periode pelaporan, entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi, entitas harus mengukur nilai terpulihkan aset. Jika nilai terpulihkan tersebut lebih rendah dari nilai tercatat aset, maka entitas harus menyesuaikan nilai aset tersebut dan mengakui kerugian penurunan nilai. Entitas memberikan pengungkapan yang memadai atas penurunan nilai tersebut. Saat menilai indikasi penurunan nilai, entitas mempertimbangkan faktor ekternal dan internal. Faktor eksternal adalah faktor di luar entitas yang mengindikasikan dan mempengaruhi penurunan nilai aset seperti penurunan nilai pasar aset yang sangat signifikan melebihi penurunan nilai akibat pemakaian atau berlalunya waktu, perubahan lingkungan seperti teknologi, ekonomi, suku bunga pasar dan lingkup operasi entitas.

41 28 Salah satu laporan yang menunjukkan adanya indikasi penurunan nilai pembangkit Sekupang I adalah laporan produksi energi, pada laporan tersebut dapat dilihat jumlah produksi yang dihasilkan pembangkit Sekupang I. Dan berikut adalah laporan produksi bruto energi pembangkit listrik Sekupang I tahun 2012: Tabel 4.1 Daftar Produksi Energi Bruto Pembangkit Sekupang I Tahun 2012 (dalam KWh) Bulan Jumlah Produksi Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November - Desember - Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa produksi listrik meningkat dari bulan Januari hingga puncaknya pada bulan Juni, kemudian mengalami penurunan sampai akhirnya tidak berproduksi lagi pada akhir tahun Hal ini

42 29 menunjukkan bahwa pembangkit tersebut mengalami penurunan kinerja sehingga nilainya turun secara signifikan akibat pemakaian dan berlalunya waktu. Pengujian adanya indikasi penurunan nilai merupakan tahapan awal dalam menentukan penurunan nilai. Jika tidak terdapat indikasi, maka aset tidak mengalami penurunan nilai sehingga tidak perlu melakukan pengukuran penurunan nilai. Namun jika aset tersebut memiliki indikasi penurunan nilai, maka dalam pengukuran penurunan nilai dapat dipastikan bahwa nilai tercatat lebih tinggi daripada nilai terpulihkan. Khusus untuk aset tidak berwujud yang memiliki masa manfaat tidak terbatas dan yang belum digunakan, entitas langsung melakukan pengujian atas penurunan nilai. Entitas tidak perlu melakukan pengujian ada tidaknya indikasi namun langsung membandingkan antara nilai tercatat dan nilai terpulihkan setiap tahun. Pengujian penurunan nilai seperti di atas dilakukan kapan saja dalam periode tahunan, dengan syarat dilakukan pada saat yang sama setiap tahunnya. Kerugian penurunan nilai pada periode berikutnya dapat dipulihkan. Pemulihan aset dilakukan sebesar nilai tercatat aset pada periode tersebut (nilai tercatat pada periode tersebut jika tidak terjadi penurunan nilai). Kecuali untuk goodwill, penurunan nilai yang telah dilakukan tidak dapat dipulihkan. Pemulihan penurunan nilai diakui dalam laporan laba rugi sebagai keuntungan yang disajikan dalam laporan laba rugi periode berjalan.

43 Pengukuran Penurunan Nilai Aktiva Tetap Pembangkit Berdasarkan PSAK Nomor 48 Setelah ditemukan indikasi penurunan nilai adalah menentukan nilai terpulihkan, entitas harus menghitung nilai wajar aset dan biaya penjualan aset atau nilai pakai aset. Kedua nilai tersebut tidak harus tersedia semuanya. Jika salah satu nilai lebih besar dari nilai tercatat, maka tidak perlu dilakukan proses penurunan nilai berikutnya. Artinya nilai terpulihkan akan menghasilkan nilai yang lebih tinggi dari nilai tercatat sehingga tidak terjadi penurunan nilai. Dalam kondisi lain, nilai pasar aset sulit dilakukan karena tidak ada dasar untuk menentukan nilai pasar. Entitas dapat menggunakan nilai pakai sebagai nilai terpulihkan. Namun sebaliknya jika entitas tidak meyakini nilai pakai aset, maka nilai wajar dikurangi biaya penjualan digunakan sebagai nilai terpulihkan. Penentuan nilai terpulihkan dilakukan untuk aset secara individual, kecuali aset tersebut tidak menghasilkan arus masuk independen dari aset lain. Untuk aset yang arus kasnya baru dapat ditentukan dalam satu kelompok aset, penentuan jumlah terpulihkan dilakukan untuk satu kelompok aset yang menghasilkan arus kas, yang disebut sebagai unit penghasil kas. Kaidah menentukan nilai wajar mengikuti hirarki umum penentuan nilai wajar mulai dari menggunakan harga dalam perjanjian penjualan mengikat, pasar aktif, nilai pasar aset pada transaksi terkini dan nilai pasar aset serupa. Standar tidak menjelaskan perlunya penilai untuk menentukan nilai wajar dalam penurunan nilai, namun entitas dapat menggunakan informasi penilai untuk menentukan nilai wajar jika harga pasar aktif tidak tersedia.

44 31 Biaya penjualan adalah seluruh biaya untuk melepaskan aset tersebut. Contoh biaya penjualan adalah biaya hukum, biaya pajak transaksi, biaya pemindahan, biaya tambahan untuk menjadikan aset dalam keadaan siap dijual. Namun biaya pemutusan hubungan kerja dan biaya terkait reorganisasi bisnis setelah pelepasan aset bukan bagian dari biaya penjualan. Nilai pakai adalah nilai kini arus kas di masa depan yang diharapkan akan diperoleh entitas dari pemakaian aset tersebut. Untuk memperoleh nilai pakai langkah yang harus dilakukan adalah mengestimasi arus kas masuk dan arus kas keluar di masa depan dari pemakaian dan pelepasan aset serta menerapkan tingkat diskonto yang tepat atas arus kas masa depan tersebut. Estimasi arus kas masa depan harus memperhatikan faktor ketidakpastian, kondisi ekonomi, tingkat dan suku bunga. Asumsi yang digunakan dalam proyeksi harus mencerminkan estimasi terbaik manajemen mengenai kemungkinan yang akan terjadi selama penggunaan aset tersebut. Estimasi arus dan tingkat diskonto harus menggambarkan asumsi yang konsisten mengenai kenaikan harga yang dikaitkan pada inflasi umum. Tarif diskonto yang digunakan mencerminkan penilaian pasar atas nilai waktu uang dan risiko spesifik. Diskonto yang digunakan mencerminkan tingkat pengembalian yang disyaratkan investor jika mereka memilih suatu investasi yang menghasilkan arus kas dengan jumlah, waktu, profil risiko yang sama dengan aset tersebut. Berikut merupakan arus kas yang diharapkan akan diperoleh dari pembangkit Sekupang I lima tahun mendatang:

45 32 (Perkiraan arus kas masuk-arus kas keluar per KwH) x Total produksi energi bruto 2012: (Rp1.200 Rp450) x KwH = Rp Perkiraan arus kas masuk dan keluar penulis dapatkan dari manajemen PT PLN Batam. Nilai arus kas masuk sebesar Rp1.200 didapat dari perkiraan harga listrik per Kwh yang dihasilkan dari pembangkit, dan arus kas keluar didapat dari biaya pelepasan pembangkit tersebut. Nilai ini merupakan estimasi terbaik dari perusahaan karena mencerminkan kemungkinan yang akan terjadi selama penggunaan aktiva, dengan memperhatikan faktor ketidakpastian, kondisi ekonomi, tingkat dan suku bunga. Dari nilai arus kas tersebut kemudian dinilaikinikan untuk menentukan nilai pakainya dan diketahui bahwa tarif diskonto yang ditetapkan perusahaan sebesar 5%. Tarif diskonto merupakan perkiraan dari manajemen setelah disesuaikan dengan tarif diskonto BI sebesar 4,9% pada bulan Desember Present Value = Rp Jadi, nilai pakai pembangkit Sekupang I tersebut sebesar Rp Hal ini berada di bawah nilai tercatat berdasarkan laporan instalasi mesin sebesar Rp Berikut adalah tabel nilai tercatat pembangkit Sekupang I

46 33 dalam laporan instalasi mesin (daftar aktiva tetap mesin pembangkit) PT PLN Batam. Tabel 4.2 Laporan instalasi mesin bagian pembangkit Sekupang I tahun 2012 Harga Perolehan (Rp) Penyusutan (Rp) Nilai Buku (Rp) Nomor dan Nama Aktiva /300.06/93 Unit Storage Tank 400 ton 874/300.06/93 Unit Daily Tank 877/310.04/93 Unit Lub Oil Tank 876/310.07/93 Unit Generator 880/310.09/93 Unit Panel Diesel 881/310.09/93 Unit Panel Exiter 0959/ / M- 02/12/0 Temperatur Sensor Type TH Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa pembangkit Sekupang I terdiri dari beberapa elemen seperti unit storage tank, unit daily tank, unit lub oil tank, unit panel diesel, unit panel exiter, dan temperature sensor yang mana elemen-elemen ini adalah elemen pendukung agar mesin pembangkit berfungsi dengan baik. Maka dari itulah elemen-elemen ini harus dimasukkan ke dalam perhitungan karena pembangkit tidak dapat digunakan tanpa adanya hal ini.

47 34 Diketahui bahwa jumlah nilai tercatat atau nilai buku untuk pembangkit sekupang I sebesar Rp Dalam praktik tidak mudah menghitung nilai pakai suatu aset. Arus kas entitas dihasilkan dari kegiatan operasi yang merupakan gabungan dari sumber daya entitas yang tidak mudah untuk dipisahkan kontribusinya. Untuk aset investasi di perusahaan asosiasi atau anak perusahaan, arus lebih mudah untuk diidentifikasi, namun aset secara individu atau kelompok aset sulit untuk mengidentifikasi dan menghitung arus kas. Sebagai contoh arus kas angkutan pariwisata tidak dapat dilepaskan dari fungsi pemasaran dan kesediaan sumber daya pendukung. Terkadang sulit untuk menentukan secara spesifik arus kas dari sumber daya pendukung, aktivitas tidak langsung dan aktivitas yang dimanfaatkan bersama beberapa aset. Entitas akan menentukan nilai terpulihkan dengan memilih nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya penjualan atau nilai pakai. Dalam kondisi khusus, jika tidak tersedia keduanya atau tersedia namun nilainya tidak dapat diandalkan, maka nilai yang tersedia dan dapat diandalkan tersebut merupakan nilai terpulihkan. Kemudian untuk menentukan apakah aset mengalami penurunan nilai atau tidak dengan membandingkan nilai tercatat dengan nilai terpulihkan. Jika nilai tercatat lebih rendah dari nilai terpulihkan, aset tidak mengalami penurunan nilai. Entitas akan mengakui penurunan nilai sebesar selisih nilai tercatat dengan nilai pakai. Aset akan disesuaikan atau diturunkan nilainya sebesar nilai pakai. Kerugian penurunan nilai disajikan dalam laporan laba rugi periode berjalan.

48 35 Entitas harus mengungkapkan aset yang mengalami penurunan nilai dalam catatan atas laporan keuangan. Untuk pencatatan kerugian penurunan nilai aktiva tetap pembangkit Sekupang I, telah diketahui bahwa nilai pakainya sebesar Rp Sedangkan nilai tercatat berdasarkan laporan instalasi mesin sebesar Rp Hal ini merupakan penurunan nilai karena nilai tercatat lebih tinggi daripada nilai pakai. Kerugian penurunan nilai harus segera diakui setelah mengetahui jumlah ini. Berdasarkan hitungan sebelumnya maka dapat diketahui: Kerugian penurunan nilai = Nilai tercatat Nilai pakai Kerugian penurunan nilai = Rp Rp Kerugian penurunan nilai = Rp berikut: Sedangkan pencatatan kerugian penurunan nilai dapat dilihat pada jurnal Rugi penurunan nilai Rp Akumulasi depresiasi Sekupang I Rp Penurunan nilai untuk unit penghasil kas dalam bentuk investasi pada anak perusahaan atau investasi asosasi dialokasikan ke aset dari unit penghasil kas tersebut. Penurunan nilai pertama kali dialokasikan untuk menurunkan nilai goodwill, jika masih tersisa akan dialokasikan prorate atas aset tetap atau aset tidak berwujud selain goodwill yang dimiliki entitas.

49 Perbedaan Pengakuan dan Pengukuran Penurunan Nilai Aktiva Tetap Pembangkit PT PLN Batam dan PSAK Nomor 48 Secara teoritis penulis dapat mengemukakan bahwa terdapat banyak sekali perbedaan pengakuan dan pengukuran penurunan nilai aktiva tetap pembangkit PT PLN Batam dan PSAK Nomor 48. Perbedaannya dapat penulis uraikan sebagai berikut: 1. PT PLN Batam tidak melakukan penilaian apakah terdapat indikasi pembangkit Sekupang I mengalami penurunan nilai. 2. Jika terdapat indikasi, maka sebaiknya PT PLN Batam segera mengukur nilai terpulihkan pembangkit tersebut. 3. Dalam mengukur nilai terpulihkan, entitas harus menghitung nilai wajar aset dan biaya penjualan aset atau nilai pakai (tidak harus tersedia semuanya). Kemudian nilai terpulihkan tersebut dibandingkan dengan nilai tercatat pembangkit. 4. Jika nilai terpulihkan lebih rendah daripada nilai tercatat, maka nilai pembangkit tersebut harus disesuaikan dan mengakui kerugian penurunan nilai. 5. Pengungkapan yang memadai pada laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan diperlukan atas penurunan nilai tersebut.

50 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab IV, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Dalam hal pengakuan, PT PLN Batam tidak melakukan penilaian apakah pembangkit terindikasi mengalami penurunan nilai. Pada laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan juga tidak ditemukan pos akun yang tepat untuk mencatat nilai penurunan. Artinya pengungkapan yang memadai juga tidak dilakukan atas penurunan nilai pembangkit tersebut. 2) Sedangkan dalam hal pengukuran, PT PLN Batam tidak mengukur nilai terpulihkan pembangkit, menghitung nilai wajar aset dan biaya penjualan aset atau nilai pakai, lalu membandingkan dengan nilai tercatat. 3) Terdapat ketidaksesuaian hal ini dengan PSAK Nomor 48 yang mensyaratkan agar pada setiap akhir pelaporan, entitas menilai aset-aset jika terdapat indikasi mengalami penurunan nilai. 5.2 Saran Penyajian yang wajar (fair presentation) unsur-unsur dan pos-pos dalam laporan keuangan adalah salah suatu karakteristik kualitatif informasi keuangan yang 37

51 38 diutamakan dalam IFRS. Sebaiknya PT PLN Batam pada setiap akhir periode pelaporan harus melakukan review apakah aset tetap pembangkit yang dimiliki mengalami penurunan nilai. Penurunan nilai ini akan membuat aset tersebut mencerminkan manfaat ekonomi di masa depan dan tidak akan dicatat melebihi potensi manfaat ekonomi yang akan diterima entitas di masa mendatang, sehingga aset-aset yang disajikan dalam laporan posisi keuangan mencerminkan sisa potensi jasa secara wajar.

52 DAFTAR PUSTAKA Ankarat, Nandakumar. (2012). Memahami IFRS: Standar Pelaporan Keuangan Internasional. Alih bahasa: Priyo Darmawan. Jakarta: Indeks. Baridwan, Zaki. (2000). Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE-UGM. Ikatan Akuntansi Indonesia. (2012). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Kieso, Jerry J. Weygandt and Terry D. Warfield. (2011). Intermediate Accounting: IFRS Edition. Canada: John Wiley & Sons Canada, Ltd. Kvaal, Erlend. (2005). Topics in Accounting for Impairment of Fixed Assets. Series of Dissertations 3/2005. Oslo: BI Norwegian School of Management. Martani, Dwi. (2012). Akuntansi Keuangan Menengah: Berbasis PSAK, buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Safri, Sofyan H. (2002). Akuntansi Aktiva Tetap. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Wiecek, Irene M. and Nicola M. Young. (2009). IFRS Primer: International GAAP basics. Canada: John Wiley & Sons Canada, Ltd. 39

53

54

55

56

57

58

59

60

61

PENURUNAN NILAI ASET (ASSET IMPAIRMENT)

PENURUNAN NILAI ASET (ASSET IMPAIRMENT) PENURUNAN NILAI ASET (ASSET IMPAIRMENT) Dalam sejarah perkembangan akuntansi, penurunan nilai merupakan metode pelengkap depresiasi yang digunakan dalam model biaya (historical cost model). Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan selalu berusaha untuk mencapai tujuannya. Untuk menunjang tercapainya tujuan itu, setiap perusahaan mempunyai aktiva tetap tertentu untuk memperlancar

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. PENURUNAN NILAI AKTIVA Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf

Lebih terperinci

6/4/2012. Tujuan dan Ruang Lingkup. Tujuan dan Ruang Lingkup. Tujuan dan Lingkup PSAK 48

6/4/2012. Tujuan dan Ruang Lingkup. Tujuan dan Ruang Lingkup. Tujuan dan Lingkup PSAK 48 Tujuan dan Ruang Lingkup (revisi 2009) - Penurunan Nilai Aset IAS 36: Impairment Tujuan : Menetapan prosedur agar aset dicatat tidak melebihi jumlah terpulihkannya impairment. Aset dikatakan k melebihi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap merupakan aset yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas usaha dan sifatnya relatif tetap atau jangka waktu perputarannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori - teori 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi a. Pengertian Konvergensi Konvergensi dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk menyatukan pandangan/ perspektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan operasi. Diperlukan sejumlah modal untuk melakukan kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan operasi. Diperlukan sejumlah modal untuk melakukan kegiatan usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang tujuan kegiatannya dijalankan adalah untuk menambah kekayaan pemilik melalui keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Entitas Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut sebagai fokusnya.

Lebih terperinci

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PENDAHULUAN Tujuan dari penyusunan Pedoman Akuntansi Pesantren adalah untuk memberi panduan akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selain itu, bab ini juga menguraikan tentang rumusan masalah yang menjadi

Lebih terperinci

PSAK TERBARU. Dr. Dwi Martani. 1-2 Juni 2010

PSAK TERBARU. Dr. Dwi Martani. 1-2 Juni 2010 Akuntansi Keuangan serta Workshop PSAK Terbaru" 1 PSAK TERBARU Dr. Dwi Martani Tiga Pilar Standar Akuntansi 2 Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) SAK-ETAP Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik Standar akuntansi

Lebih terperinci

d1/march 28, sign: Catatan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan

d1/march 28, sign: Catatan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Desember 2012 dan 2011, serta 1 Januari 2011/31 Desember 2010 serta 1 Januari 2010/31 Dese 2009 1 Januari 2011 / Catatan 2012 2011 *) 31 Desember 2010 *) ASET

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan. Sebagai suatu organisasi yang berorientasi profit maka pendapatan mempunyai peranan

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPARATIF KEBIJAKAN AKUNTANSI PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH KONVERGENSI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN GLOBAL

ANALISIS KOMPARATIF KEBIJAKAN AKUNTANSI PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH KONVERGENSI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN GLOBAL ANALISIS KOMPARATIF KEBIJAKAN AKUNTANSI PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH KONVERGENSI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN GLOBAL DISUSUN OLEH : DANNISA APRILIA 21211733 Latar Belakang Arus perkembangan informasi yang

Lebih terperinci

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASI Per (Tidak Diaudit) ASET 31 Desember 2010 ASET LANCAR Kas dan Setara Kas Piutang Usaha Pihak Ketiga Piutang Lainlain Pihak Ketiga Persediaan Bersih Biaya Dibayar di

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) SAK ETAP yaitu standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia yang bertujuan untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan. a. Definisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Rerangka Teori dan Literatur 2.1.1. Pengertian Bank Pada Pasal 1 (Butir 2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) SAK-ETAP merupakan suatu standar akuntansi yang disusun untuk mengatur pelaporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi keuangan Akuntansi memegang peranan penting dalam entitas karena akuntansi adalah bahasa bisnis (bussnines language). Akuntansi menghasilkan informasi

Lebih terperinci

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA Daftar Isi Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Untuk Periode yang Dimulai dari 18 Desember 2012 (Tanggal Pendirian) sampai dengan 31 Desember 2012 Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Laba

Lebih terperinci

Dalam Ekonomi Hiperinflasi

Dalam Ekonomi Hiperinflasi ED PSAK No. Agustus 0 exposure draft Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Pelaporan Keuangan Dalam Ekonomi Hiperinflasi Exposure draft ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan rangkuman kinerja perusahaan untuk melaporkan setiap aktivitas yang dilakukan, mulai dari aktivitas operasional, investasi, dan pembiayaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. atau mempertanggungjawabkan. bersangkutan dengan hal-hal yang dikerjakan oleh akuntan dalam

BAB II LANDASAN TEORITIS. atau mempertanggungjawabkan. bersangkutan dengan hal-hal yang dikerjakan oleh akuntan dalam BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Akuntansi Menurut Suwardjono (2013:4), mengatakan: kata akuntansi berasal dari kata bahasa inggris to account yang berarti memperhitungkan atau mempertanggungjawabkan.

Lebih terperinci

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) DAFTAR ISI Halaman Surat Pernyataan Direksi Laporan Auditor Independen

Lebih terperinci

PT SURYA TOTO INDONESIA Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 30 Juni 2010 dan 2009 ( Dalam Rupiah )

PT SURYA TOTO INDONESIA Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 30 Juni 2010 dan 2009 ( Dalam Rupiah ) 1 UMUM a. Pendirian Perusahaan PT. Surya Toto Indonesia Tbk. ("Perusahaan") didirikan tanggal 11 Juli 1977 dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1, tahun 1967 berdasarkan akte yang dibuat

Lebih terperinci

PSAK 66 PENGATURAN BERSAMA

PSAK 66 PENGATURAN BERSAMA PSAK 66 PENGATURAN BERSAMA Agenda 1. 2. 3. 4. Standar Pengaturan Bersama PSAK 66 Pengaturan Bersama Ilustrasi Pengaturan Bersama Diskusi PSAK 39 Kerjasama Operasi BOT BTO Perkembangan PSAK PSAK 12 Pengendalian

Lebih terperinci

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 14 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Akuntansi Keuangan 2 - Departemen

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Manfaat Implementasi SAK ETAP Dengan mengimplementasikan SAK ETAP di dalam laporan keuangannya, maka CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 13 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1. 2. 3. 4. Pajak dalam LK Pajak dan Akuntansi Akt.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pendapatan Menurut Keiso, Weygandt, Warfield (2008 :516), Pendapatan ialah arus masuk aktiva dan penyelesaian kewajiban akibat penyerahan atau produksi barang, pemberian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Warren (2013 : 9), mendefinisikan akuntansi diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK Ruang Lingkup Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum(general purpose financial statemanet) bagi

Lebih terperinci

30 Juni 31 Desember

30 Juni 31 Desember LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 30 Juni 2012 dan 31 Desember 2011 30 Juni 31 Desember ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 73102500927 63710521871 Investasi 2072565000 1964636608 Piutang usaha - setelah

Lebih terperinci

PSAK 24 IMBALAN KERJA. Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita Dicky Andriyanto

PSAK 24 IMBALAN KERJA. Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita Dicky Andriyanto PSAK 24 IMBALAN KERJA Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita 2015271115 Dicky Andriyanto 2015271116 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2016 I. PENDAHULUAN 1.

Lebih terperinci

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan IAS 18 Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates, and Error Dwi Martani Latar Belakang o Tujuan o Menentukan kriteria

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Akuntansi Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi tentang kinerja entitas di masa lalu, namun juga menyajikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi tentang kinerja entitas di masa lalu, namun juga menyajikan informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi yang cukup bagi pengguna laporan keuangan agar mampu membuat keputusan. Untuk itu, laporan keuangan tidak

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per ASET 1. Kas 1,006,682 2. Penempatan pada Bank Indonesia 28,278,459 3. Penempatan pada bank lain 995,529 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga 11,252,065

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per ASET 1. Kas 812,569 2. Penempatan pada Bank Indonesia 18,614,633 3. Penempatan pada bank lain 937,662 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga 14,970,202 a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per ASET 1. Kas 763,897 2. Penempatan pada Bank Indonesia 17,811,575 3. Penempatan pada bank lain 821,027 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga 15,640,624 a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per ASET 1. Kas 817,450 2. Penempatan pada Bank Indonesia 14,707,850 3. Penempatan pada bank lain 1,024,926 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga 21,249,382

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per ASET 1. Kas 811,193 2. Penempatan pada Bank Indonesia 16,209,137 3. Penempatan pada bank lain 958,138 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga 14,690,209 a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per ASET 1. Kas 900,330 2. Penempatan pada Bank Indonesia 18,075,294 3. Penempatan pada bank lain 1,047,351 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga 17,006,341

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH SULAWESI TENGGARA PER NOVEMBER 2014 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH SULAWESI TENGGARA PER NOVEMBER 2014 (dalam jutaan rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN PER NOVEMBER 214 NO POSPOS 3Nov14 ASET 1 Kas 65,634 2 Penempatan pada Bank Indonesia 259,792 3 Penempatan pada bank lain 969,24 4 Tagihan spot dan derivatif 5 Surat Berharga a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 9.601.772 2. Penempatan pada Bank Indonesia 37.086.352 3. Penempatan pada bank lain 14.455.137 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 11.253.358 2. Penempatan pada Bank Indonesia 39.954.020 3. Penempatan pada bank lain 19.876.744 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 16,585,317 2. Penempatan pada Bank Indonesia 38,046,361 3. Penempatan pada bank lain 22,931,445 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 10,417,472 2. Penempatan pada Bank Indonesia 37,972,458 3. Penempatan pada bank lain 19,313,423 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 11,609,497 2. Penempatan pada Bank Indonesia 34,482,395 3. Penempatan pada bank lain 26,093,132 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 10,260,695 2. Penempatan pada Bank Indonesia 32,182,944 3. Penempatan pada bank lain 26,766,738 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 138,248 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,967,265 3. Penempatan pada bank lain 488,298 4. Tagihan spot dan derivatif 577 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 124,877 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,489,384 3. Penempatan pada bank lain 394,768 4. Tagihan spot dan derivatif 74,842 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 97,734 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,540,949 3. Penempatan pada bank lain 1,189,868 4. Tagihan spot dan derivatif 5,950 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 88,246 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,217,499 3. Penempatan pada bank lain 334,458 4. Tagihan spot dan derivatif 1,286 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 106,921 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,652,083 3. Penempatan pada bank lain 560,019 4. Tagihan spot dan derivatif 4,903 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 89,341 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,106,222 3. Penempatan pada bank lain 284,267 4. Tagihan spot dan derivatif 23,154 5. Surat berharga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Pengertian PSAK Menurut PSAK No. 1, paragraf 5, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan Interpretasi yang disusun oleh Dewan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 30 April 2015 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 30 April 2015 (dalam jutaan rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per POS POS ASET 1. Kas 9,558,560 2. Penempatan pada Bank Indonesia 29,945,266 3. Penempatan pada bank lain 11,401,461 4. Tagihan spot dan derivatif 289,029 5. Surat berharga a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuntansi Akuntansi sering disebut sebagai bahasanya dunia usaha karena akutansi akan menghasilkan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang menyelenggarakannya dan pihak

Lebih terperinci

a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode. VIII.1 ASET TETAP A. Definisi 01. Aset tetap adalah aset berwujud yang: a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan

BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS III.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan PT MMS didirikan di Jakarta berdasarkan Akta No.14 tanggal 4 Oktober 1989 dari Notaris Winnie Hadiprojo, SH., notaris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan mencatat informasi keuangan perusahaan pada periode tertentu. Laporan keuangan digunakan untuk berbagai pihak seperti investor, karyawan,

Lebih terperinci

Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP

Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP Nia Herlina Program Studi Akuntansi STIE STEMBI, niaherlina01@gmail.com Abstrak Tujuan_Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Standar

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 224,190 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,800,906 3. Penempatan pada bank lain 4,231,976 4. Tagihan spot dan derivatif 1,609,369 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Mei 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Mei 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 237,020 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,908,323 3. Penempatan pada bank lain 1,921,142 4. Tagihan spot dan derivatif 1,739,857 5. Surat

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN. ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN (Skripsi) OLEH Nama : Veronica Ratna Damayanti NPM : 0641031138 No Telp :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan Untuk mengetahui pengertian yang jelas mengenai aktiva tetap tanaman menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa

Lebih terperinci

30 September 31 Desember Catatan

30 September 31 Desember Catatan LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 30 September 2012 dan 31 Desember 2011 30 September 31 Desember ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 2e, 4, 30, 33 59998597270 63710521871 Investasi 2c, 5, 30, 33 2068611000

Lebih terperinci

PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows. Presented by: Dwi Martani

PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows. Presented by: Dwi Martani PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows Presented by: Dwi Martani LAPORAN ARUS KAS Informasi arus kas entitas berguna sebagai dasar untuk menilai kemampuan entias dalam menghasilkan kas

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Maret 2015 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Maret 2015 (dalam jutaan rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per POS POS ASET 1. Kas 5,374,013 2. Penempatan pada Bank Indonesia 31,512,280 3. Penempatan pada bank lain 14,945,090 4. Tagihan spot dan derivatif 307,493 5. Surat berharga a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 30 Juni 2015 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 30 Juni 2015 (dalam jutaan rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per POS POS ASET 1. Kas 9,134,566 2. Penempatan pada Bank Indonesia 34,496,155 3. Penempatan pada bank lain 22,493,707 4. Tagihan spot dan derivatif 382,694 5. Surat berharga a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Mei 2015 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Mei 2015 (dalam jutaan rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per POS POS ASET 1. Kas 7,865,997 2. Penempatan pada Bank Indonesia 29,029,040 3. Penempatan pada bank lain 11,808,807 4. Tagihan spot dan derivatif 345,490 5. Surat berharga a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Agustus 2016 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Agustus 2016 (dalam jutaan rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per POS POS ASET 1. Kas 9,015,682 2. Penempatan pada Bank Indonesia 28,511,260 3. Penempatan pada bank lain 8,817,063 4. Tagihan spot dan derivatif 355,914 5. Surat berharga a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 30 November 2015 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 30 November 2015 (dalam jutaan rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per POS POS ASET 1. Kas 8,367,939 2. Penempatan pada Bank Indonesia 43,335,672 3. Penempatan pada bank lain 16,358,311 4. Tagihan spot dan derivatif 502,287 5. Surat berharga a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Desember 2015 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Desember 2015 (dalam jutaan rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per POS POS ASET 1. Kas 12,743,510 2. Penempatan pada Bank Indonesia 53,594,535 3. Penempatan pada bank lain 14,785,223 4. Tagihan spot dan derivatif 440,701 5. Surat berharga a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 29 Februari 2016 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 29 Februari 2016 (dalam jutaan rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per POS POS ASET 1. Kas 8,551,098 2. Penempatan pada Bank Indonesia 48,089,004 3. Penempatan pada bank lain 18,544,208 4. Tagihan spot dan derivatif 421,243 5. Surat berharga a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Juli 2016 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Juli 2016 (dalam jutaan rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per POS POS ASET 1. Kas 9,762,611 2. Penempatan pada Bank Indonesia 27,519,215 3. Penempatan pada bank lain 14,355,749 4. Tagihan spot dan derivatif 473,504 5. Surat berharga a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Maret 2016 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Maret 2016 (dalam jutaan rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per POS POS ASET 1. Kas 6,963,277 2. Penempatan pada Bank Indonesia 42,505,449 3. Penempatan pada bank lain 12,638,342 4. Tagihan spot dan derivatif 362,823 5. Surat berharga a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 30 April 2016 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 30 April 2016 (dalam jutaan rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per POS POS ASET 1. Kas 9,174,040 2. Penempatan pada Bank Indonesia 34,340,092 3. Penempatan pada bank lain 9,077,578 4. Tagihan spot dan derivatif 341,311 5. Surat berharga a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Januari 2016 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Januari 2016 (dalam jutaan rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per POS POS ASET 1. Kas 8,744,461 2. Penempatan pada Bank Indonesia 48,412,052 3. Penempatan pada bank lain 14,375,728 4. Tagihan spot dan derivatif 401,164 5. Surat berharga a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 30 Juni 2016 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 30 Juni 2016 (dalam jutaan rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per POS POS ASET 1. Kas 15,302,342 2. Penempatan pada Bank Indonesia 30,308,056 3. Penempatan pada bank lain 14,428,332 4. Tagihan spot dan derivatif 478,045 5. Surat berharga a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Juli 2015 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Juli 2015 (dalam jutaan rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per POS POS ASET 1. Kas 12,528,094 2. Penempatan pada Bank Indonesia 34,604,279 3. Penempatan pada bank lain 15,335,026 4. Tagihan spot dan derivatif 442,433 5. Surat berharga a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Mei 2016 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Mei 2016 (dalam jutaan rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per POS POS ASET 1. Kas 9,484,995 2. Penempatan pada Bank Indonesia 27,978,079 3. Penempatan pada bank lain 11,812,215 4. Tagihan spot dan derivatif 282,408 5. Surat berharga a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 30 September 2015 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 30 September 2015 (dalam jutaan rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per POS POS ASET 1. Kas 8,644,894 2. Penempatan pada Bank Indonesia 43,561,182 3. Penempatan pada bank lain 13,408,004 4. Tagihan spot dan derivatif 590,691 5. Surat berharga a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Oktober 2015 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk Per 31 Oktober 2015 (dalam jutaan rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per POS POS ASET 1. Kas 8,188,181 2. Penempatan pada Bank Indonesia 42,983,961 3. Penempatan pada bank lain 18,925,908 4. Tagihan spot dan derivatif 460,993 5. Surat berharga a.

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut :

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut : Lampiran IV Peraturan Bupati Bungo Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP I. DAFTAR ISTILAH Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 November 2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 November 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN POS POS ASET 1. Kas 20.057.179 2. Penempatan pada Bank Indonesia 75.083.342 3. Penempatan pada bank lain 15.603.121 4. Tagihan spot dan derivatif 3.646 5. Surat berharga a. Diukur

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

No. POS - POS Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)

No. POS - POS Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo) LAPORAN POSISI KEUANGAN (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS ASET 1. Kas 8,109 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,176,767 3. Penempatan pada bank lain 670,146 4. Tagihan spot dan derivatif 15,095 5. Surat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (PSAK), yang semula mengacu pada United States Generally Accepted

BAB 1 PENDAHULUAN. (PSAK), yang semula mengacu pada United States Generally Accepted BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia telah melakukan konvergensi International Financial Reporting Standard (IFRS) terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), yang

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH SULAWESI TENGGARA PER JANUARI 2015 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH SULAWESI TENGGARA PER JANUARI 2015 (dalam jutaan rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN PER JANUARI 215 NO POSPOS 311215 ASET 1 Kas 88,155 2 Penempatan pada Bank Indonesia 3,451 3 Penempatan pada bank lain 551,73 4 Tagihan spot dan derivatif 5 Surat Berharga a. Diukur

Lebih terperinci

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN Laporan No. AR/L-099/12 Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi PT Sidomulyo Selaras Tbk Kami telah mengaudit laporan posisi keuangan konsolidasian PT Sidomulyo Selaras Tbk

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. POS POS ASET. Kas 64,702 2. Penempatan pada Bank Indonesia,08,576 3. Penempatan pada bank lain 92,692 4. Tagihan spot dan derivatif 6,037 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. POS POS ASET. Kas 597,305 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,332,008 3. Penempatan pada bank lain,66,280 4. Tagihan spot dan derivatif 2,04 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. POS POS ASET. Kas 632,766 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,363,488 3. Penempatan pada bank lain 2,037,470 4. Tagihan spot dan derivatif 3,082 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. POS POS ASET. Kas 630,298 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,878,077 3. Penempatan pada bank lain,242,250 4. Tagihan spot dan derivatif 2,959 5. Surat berharga,432,22

Lebih terperinci