ANALISIS PENERAPAN JUST IN TIME (JIT) PERSEDIAAN BARANG PADA PERAKITAN HOSE HYDRAULIC CV. SRIWIJAYA TEKNIK SAMARINDA SITE SANTAN BATU BARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENERAPAN JUST IN TIME (JIT) PERSEDIAAN BARANG PADA PERAKITAN HOSE HYDRAULIC CV. SRIWIJAYA TEKNIK SAMARINDA SITE SANTAN BATU BARA"

Transkripsi

1 ejournal Administrasi Bisnis, 2015, 3 (4): ISSN , ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id opyright 2015 ANALISIS PENERAPAN JUST IN TIME (JIT) PERSEDIAAN BARANG PADA PERAKITAN HOSE HYDRAULI V. SRIWIJAYA TEKNIK SAMARINDA SITE SANTAN BATU BARA Masri 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Just In Time untuk jumlah optimal kuantitas pemesanan barang pada perakitan Hose Hydraulic agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan persediaan Hose Hydraulic yang dapat mengurangi kualitas produk pada V. Sriwijaya Teknik. Alat analisis yang digunakan adalah perhitungan Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP) dan Safety Stock (SS). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah riset lapangan yang terdiri dari interview, observasi, dan riset kepustakaan. Analisis dilakukan dengan membandingkan unsur-unsur penerapan Just In Time menurut teori dan yang diterapkan oleh perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Just In Time persediaan barang dalam perakitan hose adalah frekuensi pemesanan hose sebanyak dua kali dalam setahun dengan jumlah hose yang banyak (telah ditentukan pada perhitungan EOQ), maka perusahaan akan meminimalisir biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, artinya V. Sriwijya Teknik Samarinda dapat menghemat pengeluaran biaya, dan hasil tersebut untuk semua jenis Part Number Hose Hydraulic yang ada di site Santan Batu Bara. Kata Kunci : EOQ, ROP,SS, Just In Time Pendahuluan Sektor pertambangan batu bara pun berkembangan pesat dengan produksi batu bara sebesar 327 juta ton pada tahun 2011, pada tahun 2012 permintaan batu bara, seperti di dalam negeri dan ekspor diperkirakan sama-sama meningkat. Menurut data Asosiasi Pengusaha Batu Bara (Suara Karya Jumat, 2012 April 2012), dari target produksi batu bara pada 2012 sebesar 347 juta ton, permintaan ekspor diperkiraan mencapai 266 juta ton, sementara untuk domestik sekitar 81 juta ton Dengan pesatnya pembangunan nasional dari berbagai sektor khususnya sektor pertambangan, membawa perubahan yang revolusioner bagi pelaku bisnis khususnya bagi penyedia alat berat dengan persaingan yang terus meningkat secara global. V. Sriwijaya Teknik merupakan suatu badan usaha yang 1 Mahasiswa Program S1 Ilmu Admistrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. edysupratman 18@gmail.com

2 Analisis Penerapan JIT Persediaan Barang Pada Perakitan Hose Hydraulic, (Masri) menyediakan suku cadang ( part) serta jasa service untuk produk unit alat berat seperti Unit aterpillar, Hitachi, dan Komatsu. Saat V. Sriwijaya Teknik memiliki 20 onsigment di Kalimantan Timur, salah satunya onsigment yang ada di PT. Petrosea site Santan Batu Bara. Adapun Site Santan Batu Bara merupakan Warehouse & Distribution Part Departement yang menyediakan suku cadangan serta perakitan hose. Adapun sistem kerjasama dilakukan oleh V. Sriwijaya Teknik dengan perusahaan khususnya dengan PT. Petrosea Site Santan Batu Bara dengan system kontrak selama setahun dan selama masa kontrak PT. Petrosea Site Santan Batu Bara dengan nilai kontrak selama setahun sebesar $ 300,000. Hose merupakan salah satu komponen alat berat yang digunakan sebagai coupling bentuknya seperti pipa yang fungsinya untuk mengalirkan pelumas pada alat berat. Hose Hydraulic adalah bagian dari Site Santan Batu Bara V. Sriwijaya Teknik Samarinda sebagai agen tunggal di Amerika Serikat. Dalam praktiknya, perakitan hose telah sesuai dengan konsep Just In Time, hal ini ditandai dengan perakitan hose didasarkan pada tarikan permintan yang diatur oleh system (MYBS), namun masih terdapat persediaan Hose Hydraulic yang menumpuk pada Hose serta terdapat aktivitas yang tidak bernilai tambah. Pentingnya sistem Just In Time pada V. Sriwijaya Teknik adalah strategi untuk menghilangkan waktu yang tidak bernilai bertambah ( non value added time), karena merupakan suatu pemborosan dalam produksi. Adapun manfaat Just In Time untuk V. Sriwijaya Teknik agar kuantitas produksi barang sesuai dengan permintaan customer, sehingga tidak terjadi penumpukan barang di consigment. Selama ini V. Sriwijaya Teknik belum pernah melakukan analisa Just In Time persediaan Hose Hydraulic dalam perakitan hose karena selama V.Sriwijaya Teknik berdiri untuk persediaan Hose Hydraulic di Site ditetapkan berdasarkan keputusan manajemen atau Pimpinan (Pemilik Perusahaan), sehingga standarisasi Just In Time untuk operasional penetapan biaya dan waktu tidak dapat diketahui ketetapan tersebut adalah keputusan mutlak dari Pimpinan Perusahaan dan belum pernah ada data tertulis serta penelitian secara terperinci tentang berapa lama waktu persediaan Hose yang di butuhkan dan berapa banyak biaya dibutuhkan untuk penyimpanan Hose di setiap consignment consignment V. Sriwijaya Teknik pada Perakitan Hose Hydraulic V. Sriiwijaya Teknik Samarinda Site Santan Batu Bara. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui berapa jumlah kuantitas pesanan ekonomis / Economic Order Quanttity (EOQ) yang ideal pada persediaan Hose Hydraulic di site Santan Batu Bara V. Sriwijaya Teknik? b. Untuk mengetahui berapa jumlah pesanan kembali / Reoder Point (ROP) yang ideal pada persediaan Hose Hydraulic di site Santan Batu Bara V. Sriwijaya Teknik? 833

3 ejournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 4, 2015: c. Untuk mengetahui berapa jumlah persediaan pengaman / Safety Stock (SS) yang ideal pada persediaan Hose Hydraulics di site Santan Batu Bara V. Sriwijaya Teknik d. Untuk mengetahui biaya pemesanan dan penyimpanan yang dibutuhkan pada persediaan Hose Hydraulic di site Santan Batu Bara V. Sriwijaya Teknik? Kerangka Dasar Teori Manajemen Produksi Menurut Haming dan Mahfud (2012;3-4) untuk mencapai peningkatan efeisensi persediaan, pakar manajemen operasional telah menawarkan berbagai konsep, antara lain konsep Just In Time Production System, Lean Production System, Demand Pull Production System, dan lain sebagainya. Keseluruhan konsep menawarkan cara menurunkan biaya persediaan, yaitu berproduksi dengan persediaan minimal atau dengan tanpa persediaan bahan di gudang. Manajemen Persediaan Menurut Sofyan Assauri (1978; 176) persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam pekerjaan proses produksi atau persediaan bahan baku yang menunggu penggunaanya dalam suatu proses produksi. 1) Biaya dalam Persediaan Persediaan akan menimbulkan biaya yang merupakan bagian dari harga pokok produksi. 2) Biaya pemesanan (ordering cost) Biaya pemesanan adalah biaya biaya yang dikeluarkan dalam pemesanan barang atau bahan, sejak pemesanan dilakukan hingga barang tersebut dikirim dan diserahkan serta diinspeksi di gudang. Biaya ini di luar harga barang. 3) Biaya penyimpanan (inventory carrying cost) Biaya ini bersifat variabel dan berhubungan dengan tingkat rata rata persediaan yang terdapat di gudang sehingga besar biaya tergantung dari jumlah persediaan yang ada. 4) Biaya Akibat Persediaan yang Kurang (out of stock cost) Biaya tersebut timbul sebagai akibat jumlah persediaan yang lebih kecil dari yang diperlukan. Jika persediaan kurang, dilakukan pemesanan lagi sehingga otomatis juga menimbulkan biaya tambahan. 5) Biaya Kapasitas Gudang (capacity associated cost) Pekerjaan di gudang beraneka ragam sehingga terjadi biaya kesibukan gudang, seperti: biaya lembur, biaya pemecatan dan biaya pemberitahuan gudang, dan lain-lain. Just In Time (JIT) Hansen dan Mowen (2009: 217) mendefinisikan manufaktur JIT sebagai suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan yang membutuhkan barang untuk 834

4 Analisis Penerapan JIT Persediaan Barang Pada Perakitan Hose Hydraulic, (Masri) ditarik melalui system oleh permintaan yang ada, bukan didorong ke dalam system pada waktu tertentu berdasarkan permintaan yang diantisipasi. Metode Penelitian a. Economic Order Quantity Dalam menghitung kuantitas persediaan yang optimal, model Economic Order Quantity (EOQ) merupakan model yang paling cocok dalam menentukan berapa banyak yangh harus dipesan (diproduksi) serta kapan pesanan harus dilakukan. Menurut Hansen dan Mowen (2001; ), kuantitas pesanan yang ekonomis didapat dengan rumus; Keterangan : Q = EOQ = Jumlah unit yang dipesan D = Permintaan tahunan yang diketahui P = Biaya pesanan setiap kali pesan = Biaya penyimpanan per unit untuk satu tahun b. Pemesanan Ulang / Reorder Point (ROP) Titik pemesanan ulang didapat dengan mengetahui tingkat pemakaian (rate of usage) dan waktu tunggu, maka Reorder Point dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: ROP = (LD AU) + SS Keterangan : LD = Lead Time (Waktu yang dibutuhkan) AU = Average Usage (Pemakaian Rata-rata) SS = Safety Stock (Persediaan Pengaman) c. Persediaan Pengaman / Safety Stock Safety Stock perlu dengan cara di bawah ini : SS = (MU AU) LD Keterangan : SS = Safety Stock (Persediaan Pengaman) MU = Maximun Usage (Pemakaian Maksimun) AU = Average Usage (Pemakaian Rata-rata) LD = Lead Time (Waktu yang dibutuhkan) Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian a. Data Hose 835

5 ejournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 4, 2015: Tabel di bawah ini digambarkan jumlah permintaan Hose Hydraulic yang diidentifikasikan dengan part number. Setiap part number memiliki spesifikasi yang berbeda, yaitu diameter dan harganya. Tabel Data Permintaan Hose Hydraulic persemester No Part Number Description Qty Uom 1 T24A Hose R2 ¼ (2 wire) 266,40 Mtr 2 T26A Hose R2 3/8 (2 wire) 247,90 Mtr 3 T28A Hose R2 ½ (2 wire) 304,80 Mtr 4 T212A Hose R2 ¾ (2 wire) 122,20 Mtr 5 T210A Hose R2 5/6 (2 wire) 140,40 Mtr 6 T216A Hose R2 1 (2 wire) 199,30 Mtr 7 T220A Hose R2 1-1/4 (2 wire) 97,50 Mtr 8 T224A Hose R2 1-1/2 (2 wire) 61,10 Mtr 9 T232A Hose R2 2 (2 wire) 100 Mtr 10 H5012A Hose R12 ¾ (4 wire) 52,93 Mtr 11 H4012A Hose R12 ¾ (4 wire) 135 Mtr 12 H1212D Hose R12 ¾ (4 wire) 50 Mtr 13 H5080A Hose R12 ½ (4 wire) 105,80 Mtr 14 H4010A Hose R12 5/8 (4 wire) 208,47 Mtr 15 H5016A Hose R12 1 (4 wire) 210 Mtr 16 H5020A Hose R13 1-1/2 (6 wire) 67,05 Mtr 17 H1324A Hose R13 1-1/2 (6 wire) 100 Mtr 18 H1332A Hose R13 2 (6 wire) 100,40 Mtr Sumber :data diolah b. Bahan Baku a) Hose Hydraulic b) Fitting / oupling c) Sleeve (Hose Resauble oupling) d) Stem (Hose Resauble oupling) c. Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja pada Hose Hydraulic sebanyak dua orang teknisi dan satu orang Person In harge. d. Aktivitas Proses Produksi dan Waktu Produksi ustomer membawa sampel Hose yang akan dirakit dan pesanan tersebut akan diprioritaskan. Terdapat beberapa tahapan yang dilalui dalam proses produksi Hose, yaitu : 1) Persiapan Bahan Baku 2) Tahap Pengukuran 3) Tahap Pemotongan 4) Tahap Pembersihan 5) Tahap Pemasang oupling (Sleeve) 6) Tahap Finishing menempelkan Assembly V. Sriwijaya Teknik Pembahasan Data yang digunakan untuk data hose persemester, biaya pemesanan untuk setiap kali pesan dan biaya penyimpanan per unit untuk satu tahun. 836

6 Analisis Penerapan JIT Persediaan Barang Pada Perakitan Hose Hydraulic, (Masri) No Part Number Tabel Data Permintaan Hose dan Biaya Hose Hydraulic Description Qty per semester Uom Biaya Pemesanan setiap kali pesan (Rp) Biaya penyimpanan per unit untuk satu tahun (Rp) 1 T24A Hose R2 ¼ (2 wire) 266,40 Mtr T26A Hose R2 3/8 (2 wire) 247,90 Mtr T28A Hose R2 ½ (2 wire) 304,80 Mtr T212A Hose R2 ¾ (2 wire) 122,20 Mtr T210A Hose R2 5/6 (2 wire) 140,40 Mtr T216A Hose R2 1 (2 wire) 199,30 Mtr T220A Hose R2 1-1/4 (2 wire) 97,50 Mtr T224A Hose R2 1-1/2 (2 wire) 61,10 Mtr T232A Hose R2 2 (2 wire) 100 Mtr H5012A Hose R12 ¾ (4 wire) 52,93 Mtr H4012A Hose R12 ¾ (4 wire) 135 Mtr H1212D Hose R12 ¾ (4 wire) 50 Mtr H5080A Hose R12 ½ (4 wire) 105,80 Mtr H4010A Hose R12 5/8 (4 wire) 208,47 Mtr H5016A Hose R12 1 (4 wire) 210 Mtr H5020A Hose R13 1-1/2 (6 wire) 67,05 Mtr H1324A Hose R13 1-1/2 (6 wire) 100 Mtr H1332A Hose R13 2 (6 wire) 100,40 Mtr Sumber : data diolah No Tabel Data untuk menghitung kuantitas pesanan yang ekonomis (EOQ) Part Number Sumber : data diolah Description Qty / semester Qty / tahun Biaya Pemesanan setiap kali pesan (Rp) Biaya Penyimpanan per unit untuk satu tahun (Rp) 1 T24A Hose R2 ¼ (2 wire) 266, T26A Hose R2 3/8 (2 wire) 247, T28A Hose R2 ½ (2 wire) 304, T212A Hose R2 ¾ (2 wire) 122, T210A Hose R2 5/6 (2 wire) 140, T216A Hose R2 1 (2 wire) 199, T220A Hose R2 1-1/4 (2 wire) 97, T224A Hose R2 1-1/2 (2 wire) 61, T232A Hose R2 2 (2 wire) H5012A Hose R12 ¾ (4 wire) 52, H4012A Hose R12 ¾ (4 wire) H1212D Hose R12 ¾ (4 wire) H5080A Hose R12 ½ (4 wire) 105, H4010A Hose R12 5/8 (4 wire) 208, H5016A Hose R12 1 (4 wire) H5020A Hose R13 1-1/2 (6 wire) 67, H1324A Hose R13 1-1/2 (6 wire) H1332A Hose R13 /2 (6 wire) 100,

7 ejournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 4, 2015: a. Kuantitas pesanan yang ekonomis (EOQ) didapat dengan rumus : Keterangan : Q = EOQ = Jumlah hose yang dipesan D = Permintaan tahunan yang diketahui. P = Biaya pesanan setiap kali pesan = Biaya penyimpanan hose per unit untuk satu tahun a. Hose Hydraulic (P/N. T24A) = 2 x 533 x = = 21,29 mtr b. Hose Hydraulic (P/N. T26A) = 2 x 496 x = 421, = 20,53 mtr c. Hose Hydraulic (P/N. T28A) = 2 x 610 x = 518, = 22,77 mtr d. Hose Hydraulic (P/N. T212A) = 2 x 244 x = 207, = 14,40 mtr e. Hose Hydraulic (P/N. T210A) = 2 x 281 x = 238, = 15,45 mtr f. Hose Hydraulic (P/N. T216A) 838

8 Analisis Penerapan JIT Persediaan Barang Pada Perakitan Hose Hydraulic, (Masri) = 2 x 399 x = 339, = 18,42 mtr g. Hose Hydraulic (P/N. T220A) = 2 x 195 x = 165, = 12,87 mtr h. Hose Hydraulic (P/N. T224A) = 2 x 122 x = 103, = 10,18 mtr i. Hose Hydraulic (P/N. T232A) = 2 x 200 x = 169, = 13,04 mtr j. Hose Hydraulic (P/N. H5012A) = 2 x 106 x = 90, = 9,49 mtr k. Hose Hydraulic (P/N. H4012A) = 2 x 270 x = 229, = 15,15 mtr l. Hose Hydraulic (P/N. H1212D) = 2 x 100 x = = 9,22 mtr m. Hose Hydraulic (P/N. H5080A) 839

9 ejournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 4, 2015: = 2 x 212 x = 180, = 13,42 mtr n. Hose Hydraulic (P/N. H4010A) = 2 x 417 x = 354, = 18,82 mtr o. Hose Hydraulic (P/N. H5016A) = 2 x 420 x = = 18,90 mtr p. Hose Hydraulic (P/N.H5020A) = 2 x 134 x = 113, = 10,67 mtr q. Hose Hydraulic (P/N.H1324A) = 2 x 200 x = = 13,04 mtr r. Hose Hydraulic (P/N.H1332A) = 2 x 201 x = 170, = 13,07 mtr b. Persediaan Pengaman (Safety Stock) Setelah menghitung EOQ, langkah selanjutnya adalah menghitung Persediaan Pengaman ( Safety Stock). Dari data perusahaan, waktu tunggu untuk menerima pemesananhose Hydraulic adalah 15 hari, serta dapat diketahui juga jumlah persediaan pengaman sebagai antisipasi jika terjadi permintaan yang tak terduga maupun fluktuatifnya permintaan. Selain itu terdapat informasi tingkat pemakaian pada tabel di bawah ini : 840

10 Analisis Penerapan JIT Persediaan Barang Pada Perakitan Hose Hydraulic, (Masri) Tabel Tingkat Pemakaian Hose Hydraulic (dalam satuan meter) No Part Number Hose Description Pemakaian Max Pemakaian Rata-rata 1 T24A Hose R2 ¼ (2 wire) 11,6 1 2 T26A Hose R2 3/8 (2 wire) 10 1,5 3 T28A Hose R2 ½ (2 wire) 17,36 1,3 4 T212A Hose R2 ¾ (2 wire) 16,64 2,9 5 T210A Hose R2 5/6 (2 wire) 6,6 4 6 T216A Hose R2 1 (2 wire) 12 3,4 7 T220A Hose R2 1-1/4 (2 wire) 6,8 1,7 8 T224A Hose R2 1-1/2 (2 wire) 12 1,58 9 T232A Hose R2 2 (2 wire) 1,35 1,27 10 H5012A Hose R12 ¾ (4 wire) 4,87 2,5 11 H4012A Hose R12 ¾ (4 wire) 4,64 1,3 12 H1212D Hose R12 ¾ (4 wire) 8,8 1,14 13 H5080A Hose R12 ½ (4 wire) 4,4 1,35 14 H4010A Hose R12 5/8 (4 wire) 1,39 0,45 15 H5016A Hose R12 1 (4 wire) 5,1 2,35 16 H5020A Hose R13 1-1/2 (6 wire) 4,5 2,95 17 H1324A Hose R13 1-1/2 (6 wire) 1, H1332A Hose R13 2 (6 wire) 3,25 2,46 Sumber : data diolah Safety Stock perlu dengan cara di bawah ini : SS = (MU AU) LD Keterangan : SS = Safety Stock (Persediaan Pengaman) MU = Maximun Usage (Pemakaian Maksimun) AU = Average Usage (Pemakaian Rata-rata) LD = Lead Time (Waktu yang dibutuhkan) a. Hose Hydraulic (P/N.T24A) SS = (11,6 1) x 15 = 10,6 x 15 = 159 meter b. Hose Hydraulic (P/N.T26A) SS = (10 1,5) x 15 = 8,5 x 15 = 127,5 meter c. Hose Hydraulic (P/N.T28A) SS = (17,36 1,3) x 15 = 16,06 x 15 = 240,9 meter d. Hose Hydraulic (P/N.T212A) SS = (16,64 2,9) x 15 = 13,74 x 15 = 206,1 meter 841

11 ejournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 4, 2015: e. Hose Hydraulic (P/N.T210A) SS = (6,6 4) x 15 = 2,6 x 15 = 39 meter f. Hose Hydraulic (P/N.T216A) SS = (12 3,4) x 15 = 8,6 x 15 = 129 meter g. Hose Hydraulic (P/N.T220A) SS = (6,80 1,7) x 15 = 5,1 x 15 = 76,5 meter h. Hose Hydraulic (P/N.T224A) SS = (12 1,58) x 15 = 10,42 x 15 = 156,3 meter i. Hose Hydraulic (P/N.T232A) SS = (1,35 1,27) x 15 = 0.08 x 15 = 1,2 meter j. Hose Hydraulic (P/N.H5012A) SS = (4,87 2,5) x 15 = 2,37 x 15 = 35,55 meter k. Hose Hydraulic (P/N.H4012A) SS = (4,46 1,3) x 15 = 3,16 x 15 = 47.4 meter l. Hose Hydraulic (P/N.H1212D) SS = (8,8 1,14) x 15 = 7,66 x 15 = 114,9 meter m. Hose Hydraulic (P/N.H5080A) SS = (4,4 1,35) x 15 = 3,05 x 15 = 45,75 meter n. Hose Hydraulic (P/N.H4010A) SS = (1,39 0,45) x 15 = 0,94 x 15 = 14,1 meter o. Hose Hydraulic (P/N.H5016A) SS = (5,1 2,35) x15 = 2,75 x

12 Analisis Penerapan JIT Persediaan Barang Pada Perakitan Hose Hydraulic, (Masri) = 41,25 meter p. Hose Hydraulic (P/N.H5020A) SS = (4,5 2,95) x15 = 1,55 x 15 = 23,25 meter q. Hose Hydraulic (P/NH1324A) SS = (1,78 1) x15 = 0,78 x 15 = 11,7 meter r. Hose Hydraulic (P/NH1332A) SS = (3,25 2,46) x15 = 0,79 x 15 = 11,85 meter c. Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point) Dari perhitungan EOQ, Persediaan Pengaman maka dapat diketahui perhitungan Reorder Point (ROP) sebagai berikut : ROP = (LD AU) + SS Keterangan : LD = Lead Time (Waktu yang dibutuhkan) AU = Average Usage (Pemakaian Rata-rata) SS = Safety Stock (Persediaan Pengaman) a. Hose Hydraulic (P/N.T24A) ROP = (15 x 1) = = 174 meter b. Hose Hydraulic (P/N.T26A) ROP = (15 x10) +127,5 = ,5 = 277,5 meter c. Hose Hydraulic (P/N.T28A) ROP = (15 x 17,36) +240,9 = 260, ,9 = 501,3 meter d. Hose Hydraulic (P/N.T212A) ROP = (15 x16,64) +206,1 =249, ,1 = 455,7 meter e. Hose Hydraulic (P/N.T210A) ROP = (15 x 6,6) + 39 = = 138 meter 843

13 ejournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 4, 2015: f.hose Hydraulic (P/N.T216A) ROP = (15 x 12) +129 = = 309 meter g. Hose Hydraulic (P/N.T220A) ROP = (15x6,8) +76,5 = ,5 = 178,5 meter h. Hose Hydraulic (P/N.T224A) ROP = (15x12) + 156,3 = ,3 = 336,3 meter i. Hose Hydraulic (P/N.T232A) ROP = (15 x1,35) +1,2 = 20,25 + 1,2 = 21,45 meter j. Hose Hydraulic (P/N.H5012A) ROP = (15x4,87) +35,55 = 108,6 +35,55 = 144,15 meter k. Hose Hydraulic (P/N.H4012A) ROP = (15x4,64) +47,4 = 69,6+47,4 = 117 meter l. Hose Hydraulic (P/N.H1212D) ROP = (15x8,8) x 114,9 = ,9 = 246,9 meter m. Hose Hydraulic (P/N.H5080A) ROP = (15x4,4) + 45,75 = ,75 = 111,75 meter n. Hose Hydraulic (P/N.H4010A) ROP = (15 x1,39) + 14,1 = 20, ,1 = 34,95 meter o. Hose Hydraulic (P/N.H5016A) ROP = (15 x5,1) x41,25 = 76,5+ 41,25 = 117,75 meter p. Hose Hydraulic (P/N.H5020A) ROP = (15 x 4,5) + 23,25 = 67,5 + 23,25 844

14 Analisis Penerapan JIT Persediaan Barang Pada Perakitan Hose Hydraulic, (Masri) = 90,75 meter q. Hose Hydraulic (P/NH1324A) ROP = (15 x 1,78) + 11,7 = 26,7 + 11,7 = 38,4 meter r.hose Hydraulic (P/NH1332A) ROP = (15 x3,25) + 11,85 = 48, ,85 = 60,6 meter d. EOQ untuk meminimalisir biaya Setelah menghitung kuantitas pesanan yang ekonomis (EOQ), Persediaan Pengaman (Safety Stock) dan Pemesanan Ulang (Reorder Point) maka perlu menghitung biaya pemesanan dan biaya penyimpanan agar semakin tinggi frekuensi pemesanan, maka semakin rendah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, perhitungan dengan menggunakan pendekatan / metode tabel (data di halaman Tabel Perhitungan EOQ). Dilihat dari hasil perhitungan dengan menggunakan tabel masing masing Part Number Hose Hydraulic adalah frekuensi pemesanan (pembelian) hose sebanyak 2 kali dalam setahun, setiap 6 bulan sekali dilakukan pemesanan dengan jumlah (kuantitas) hoseyang telah ditentukan (jumlah pesanan hose lebih besar), maka biaya pemesanan dan biaya penyimpanan akan semakin rendah. Penutup Jumlah (kuantitas) pesanan ekonomis (EOQ) yang ideal pada persediaan Hose Hydraulic di Site Santan Batu Bara V. Sriwijaya Teknik untuk masing masing part number adalah T24A (21,29 m), T26A (20,53 m), T28A (2 2,77 m), T212A (14,40 m), T210A (15,45 m), T216A (18,42 m), T220A (12,87 m), T224A (10,18 m), T232A (13,04 m), H5012A (9,49 m), H4012A (15,15 m), H1212D (9,22 m), H5080A (13,42 m), H4010A (18,82 m), H5016A (18,90 m), H5020A (10,67 m), H1324A (13,04 m), H1332A (13,07 m). Jumlah pesanan kembali / Reorder Point (ROP) yang ideal pada persediaan Hose Hydraulic di Site Santan Batu Bara V. Sriwijaya Teknik untuk masing masing part number adalah : T24A (174 m), T26A (277,5 m), T28A (501,3 m), T212A (455,7 m), T 210A (138 m), T216A (309 m), T220A (178,5 m), T224A (336,3 m), T232A (21,45 m), H5012A (144,15 m), H4012A (117 m), H1212D (246,9 m), H5080A (117,75 m), H4010A (34,95 m), H5016A (117,75 m), H5020A (90,75 m), H1324A (38,4 m), H1332A (60,6 m). Jumlah persediaan pengaman / Safety Stock (SS) yang ideal pada persediaan Hose Hydraulic di Site Santan Batu Bara V. Sriwijaya Teknik untuk masing masing part number adalah : T24A (159 m), T26A (127,5 m), T28A (240,9 m), T212A (206,1 m), T210A (39 m), T216A (129 m), T 220A (76,5 m), T224A (156,3 m), T232A (1,2 m), H5012A (35,55 m), H4012A (47,4 m), H1212D 845

15 ejournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 4, 2015: (114,9 m), H5080A (45,75 m), H4010A (14,1 m), H5016A (41,25 m), H5020A (23,25 m), H1324A (11,7 m), H1332A (11,85 m). Biaya pemesanan dan penyimpanan yang dibutuhkan dalam setahun pada persediaan Hose Hydraulic di site Santan Batu Bara V. Sriwijaya Teknik Samarinda untuk masing-masing part number adalah : T24A (Rp ,00), T26A (Rp ,00.), T28A (Rp ,00), T212A (Rp ,00), T210A (Rp ,00 m), T216A (Rp ,00), T220A (Rp ,00), T224A (Rp ,00), T232A (Rp ,00), H5012A (Rp ,00), H4012A (Rp ,00), H1212D (Rp ,00), H5080A (Rp ), H4010A (Rp ,00), H5016A (Rp ,00), H5020A (Rp ,00), H1324A (Rp ,00), H1332A (Rp ,00). Manajemen harus menghitung dan menggunakan tingkat pemesanan ulang (Reorder Point) agar persediaan tidak terlambat dalam hal pengiriman barang. Perhitungan EOQ dimaksudkan agar persediaan Hose Hydraulic di consigment menunjukan jumlah yang optimal sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan persediaan Hose Hydraulic. Manajemen perlu menerapkan sistem Just In Time dalam persediaan pada perakitan Hose Hydraulic dengan pengurangan aktivitas aktivitas yang tidak bernilai tambah ( Non Value Added Time) sehingga waktu proses produksi dapat lebih optimal dan proses produksi dapat ditingkatkan tanpa mengorbankan kualitas produk. Daftar Pustaka Hansen, Don R, dan Mowen, Maryanne, Akuntansi Manajerial, Buku 2, Edisi 8, Salemba Empat, Jakarta Haming, Mudifin, dan Nurnajamuddin, Mahfud, Manajemen Produksi Modern, Operasi Manufaktur dan Jasa, Bumi Aksara, Jakarta Yamit, Zulian, Manajemen Produksi dan Operasi, Ekonisia, Yogyakarta Riyanto, Bambang, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta. Sumber Internet : Andrian, Permintaan Alat Berat Akan Terus Meningkat. http// Dinisari, Mia hitra, Konstruksi Indonesia Kekurangan Alat Berat. http// Layan, Erwin, 2011 Analisis Manajemen Persediaan 846

ANALISIS EFISIENSI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN SETENGAH JADI DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITIY

ANALISIS EFISIENSI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN SETENGAH JADI DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITIY ejournal Administrasi Bisnis, 2017, 5 (4): 1128-1140 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 ANALISIS EFISIENSI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN SETENGAH JADI DENGAN METODE ECONOMIC

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA WAROENG JEANS CABANG P. ANTASARI SAMARINDA

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA WAROENG JEANS CABANG P. ANTASARI SAMARINDA ejournal Administrasi Bisnis, 2018, 6 (1): 15-27 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2018 ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) PADA PRIMED KONVEKSI DI SAMARINDA.

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) PADA PRIMED KONVEKSI DI SAMARINDA. ejournal Administrasi Bisnis, 5 (4) 2017: 1065-1075 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY)

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh : ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA Oleh : Boys Bidil Noor Fakultas Ekonomi, Univeritas 17 agustus Samarinda Email : boy.aidil@gmail.com ABSTRAKSI Penelitian ini untuk bertujuan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DALAM MENGEFISIENKAN BIAYA PERSEDIAAN PADA UMKM KUE NIKMAT RASA ABSTRAK

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DALAM MENGEFISIENKAN BIAYA PERSEDIAAN PADA UMKM KUE NIKMAT RASA ABSTRAK PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DALAM MENGEFISIENKAN BIAYA PERSEDIAAN PADA UMKM KUE NIKMAT RASA ABSTRAK Persediaan bahan baku yang cukup dapat memperlancar proses produksi serta barang jadi yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal, tetapi mencakup kawasan regional dan global sehingga setiap perusahaan berlomba untuk terus mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laju perekonomian yang semakin meningkat dan tingkat persaingan yang semakin tajam, suatu perusahaan harus lebih giat dalam mencapai tujuan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Akuntansi

Manajemen Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Akuntansi Modul ke: 12 MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi Idik Sodikin,SE,MBA,MM Manajemen persediaan Kriteria persediaan o Persediaan pada perusahaan dagang Persediaan

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TORTILA RUMPUT LAUT DI INDUSTRI RISQA MULIA DI DESA OLAYA KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TORTILA RUMPUT LAUT DI INDUSTRI RISQA MULIA DI DESA OLAYA KABUPATEN PARIGI MOUTONG J. Agroland 22 (1) : 69-75, April 2015 ISSN : 0854 641X E-ISSN : 2407 7607 ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TORTILA RUMPUT LAUT DI INDUSTRI RISQA MULIA DI DESA OLAYA KABUPATEN PARIGI MOUTONG Analysis

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara MANAJEMEN PERSEDIAAN ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara A. Pendahuluan Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam penetapan keunggulan kompetatif

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. a. Pengertian Persediaan. 2) Persediaan Barang Dalam Proses. 2) Persediaan Barang Jadi

MANAJEMEN PERSEDIAAN. a. Pengertian Persediaan. 2) Persediaan Barang Dalam Proses. 2) Persediaan Barang Jadi MANAJEMEN PERSEDIAAN a. Pengertian Persediaan Perusahaan yang melakukan usahanya dalam bidang pengolahan, komponen perusahaan merupakan komponen pokok yang harus mendapatkan perhatian secara penuh. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya perusahaan-perusahaan di berbagai bidang. Hal ini mendorong banyak pengusaha untuk lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Semua jenis perusahaan baik itu perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan perusahaan dagang memiliki persediaan sebagai aktiva lancar. Persediaan bagi perusahaan

Lebih terperinci

Proudly present. Manajemen Persediaan. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK.

Proudly present. Manajemen Persediaan. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK. Proudly present Manajemen Persediaan Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK 081-331-529-764 www.bwmahardhika.com INVENTORY MANAGEMENT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA Manajemen Persediaan Terkait dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Zulian Zamil : 2003).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Zulian Zamil : 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka melaksanakan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan rakyat, sektor yang memegang peranan penting setelah sektor pertanian adalah sektor manufaktur.

Lebih terperinci

Syukriah, Putri Narisa Lia. Jurusan Teknik Industri, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Indonesia

Syukriah, Putri Narisa Lia. Jurusan Teknik Industri, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Indonesia PENGENDALIAN PENGOLAHAN BIJI KOPI MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDERQUANTITY(EOQ) PADA PABRIK KOPERASI BAITUL QIRADH (KBQ) BABURRAYYAN TAKENGON ACEH TENGAH Syukriah, Putri Narisa Lia Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY II. 1. Persediaan II. 1. 1. Pengertian Persediaan Setiap perusahaan baik perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur selalu berusaha untuk mengadakan persediaan.

Lebih terperinci

Manajemen Operasional. Metode EOQ

Manajemen Operasional. Metode EOQ Manajemen Operasional Metode EOQ ECONOMIC ORDER QUANTITY METODE EOQ Pendekatan yang umum digunakan untuk manajemen persediaan dalam menganalisis inventory adalah dengan model EOQ (Economic Order Quantity).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di pabrik bihun jagung PT. Subafood Pangan Jaya yang beralamat di Jalan Raya Legok Km. 6 Komplek Doson, Desa Cijantra,

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Pemesanan barang merupakan kegiatan yang sangat penting pada bagian

BAB 1. PENDAHULUAN. Pemesanan barang merupakan kegiatan yang sangat penting pada bagian BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemesanan barang merupakan kegiatan yang sangat penting pada bagian pengendalian persediaan barang atau inventory control dalam suatu perusahaan atau organisasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini, dunia usaha tumbuh dengan semakin pesat. Sehingga menuntut perusahaan untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN

ANALISIS PERHITUNGAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN JURNAL Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No. 2, September 2011 Halaman 303-316 ANALISIS PERHITUNGAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN (Studi Kasus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Bahan baku merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam memperlancar proses produksi. Banyaknya yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini dimana dunia usaha tumbuh dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ Hanna Lestari, M.Eng 1 Masalah produksi merupakan hal penting bagi perusahaan karena berkaitan dengan pencapaian laba perusahaan. Jika proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen produksi terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan produksi maka dari itu sebelum mengetahui mengenai manajemen produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. maka penulis melakukan studi pustaka yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. maka penulis melakukan studi pustaka yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk membedakan penelitian sekarang dengan penelitian yang terdahulu maka penulis melakukan studi pustaka yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah persediaan merupakan salah satu masalah penting yang harus diselesaikan oleh perusahaan. Salah satu upaya dalam mengantisipasi masalah persediaan ini adalah

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Materials : Controlling, Costing, and Planning. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1

Akuntansi Biaya. Materials : Controlling, Costing, and Planning. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1 Akuntansi Biaya Modul ke: Materials : Controlling, Costing, and Planning Fakultas FEB Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Program Studi Manajemen S1 www.mercubuana.ac.id Definisi Bahan Baku adalah Bahan yang secara

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 05 Juli s/d 13 Agustus 2010 penulis melaksanakan kerja praktek di Balai Besar Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian pada penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sujarweni (2015:74), penelitian komparatif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Pengendalian Manajemen ( Management Control System ) adalah 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Pengendalian Manajemen ( Management Control System ) adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah adalah 1 Sistem Pengendalian Manajemen ( Management Control System ) proses dan struktur yang tertata secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN 10.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan Perusahaan Manufaktur pada umumnya mempertahankan 3 jenis persediaan: a. Persediaan Bahan Baku, Faktor- faktor yang

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si Program Studi Manajemen Menghindari Kerusakan Menghindari Keterlambatan

Lebih terperinci

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN INVESTASI DALAM PERSEDIAAN Persediaan (Inventory) mrpk elemen utama dari Modal Kerja karena : 1. Jml persediaan paling besar dj dibanding dg Modal Kerja lainnya 2. Aktiva yg selalu dlm keadaan berputar,

Lebih terperinci

BAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory

BAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Pengumpulan Data Untuk EOQ Dalam melakukan penelitian untuk memecahkan permasalahan di PT. Primatama Konstruksi departemen PPIC

Lebih terperinci

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY A. Penentuan Ukuran Pemesanan (Lot Sizing) Lot sizing merupakan teknik dalam meminimalkan jumlah barang yang akan dipesan, sehingga dapat

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekurangan atau kelebihan persediaan merupakan faktor yang memicu peningkatan biaya. Jumlah persediaan yang terlalu banyak akan berakibat pemborosan dalam biaya simpan,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: Fakultas EKONOMI & BISNIS Rona Tumiur Mauli Caroline Simorangkir, SE.,MM. Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Pengertian Persediaan Persediaan merupakan bagian dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT Subur mitra grafistama yang berlokasi di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT Subur mitra grafistama yang berlokasi di 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilakukan di PT Subur mitra grafistama yang berlokasi di Jl.wolter monginsidi no.70-72 Jakarta selatan. Penelitian dilakukan selama

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kain Tas 600D dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Guna Meminimumkan Biaya di CV. Kane 197 The Controlling Analysis

Lebih terperinci

Aplikasi Metode EOQ Dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku PT X

Aplikasi Metode EOQ Dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku PT X Volume 10, Nomor 1, Mei 2018, pp 30-40 Copyright 2017 Jurnal Akuntansi Maranatha, Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Maranatha. ISSN 2085-8698 e-issn 2598-4977. http://journal.maranatha.edu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deterministik, dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deterministik, dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deterministik, dengan menggunakan perhitungan angka dalam menentukan keputusan yang akan di ambil oleh

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Roti Guna Meminimumkan Biaya Persediaan Menggunakan Metode Economic Order Quantity (Studi Kasus Pada CV. Foker Cake Cimahi)

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) EOQ. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) EOQ. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) EOQ Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Sebelum penggunaan MRP, perencanaan

Lebih terperinci

BAB V PENGELOLAAN PERSEDIAAN

BAB V PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAB V PENGELOLAAN PERSEDIAAN A. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan bagian utama dari modal kerja, sebab dilihat dari jumlahnya biasanya persediaan inilah unsur modal kerja yang paling besar. Hal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan gambaran langkah-langkah secara sistematis yang dilakukan peneliti dari awal hingga akhir penelitian, sehingga pelaksanaan penelitian menjadi

Lebih terperinci

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Objektif: 12. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan jenis-jenis persediaan. 13. Mahasiswa dapat menghitung biaya-biaya dalam persediaan. 14.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Persediaan Bahan Baku 2.1.1.1. Pengertian Persediaan Persediaan bahan baku merupakan aktiva perusahaan yang digunakan untuk proses produksi didalam suatu

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG BERDASARKAN METODE EOQ DI TOKO ERA BARU SAMARINDA

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG BERDASARKAN METODE EOQ DI TOKO ERA BARU SAMARINDA ejournal Ilmu Administrasi Bisnis, 2015, 2 (1): 162-173 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2015 ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG BERDASARKAN METODE EOQ DI TOKO ERA BARU

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 12 Pokok Bahasan : Perencanaan Persediaan Dosen :

Lebih terperinci

JURNAL EKONOMI Volume 21, Nomor 3 September 2013 INVENTORY CONTROL DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUKSI ROTI PADA PABRIK ROTI BOBO PEKANBARU

JURNAL EKONOMI Volume 21, Nomor 3 September 2013 INVENTORY CONTROL DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUKSI ROTI PADA PABRIK ROTI BOBO PEKANBARU INVENTORY CONTROL DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUKSI ROTI PADA PABRIK ROTI BOBO PEKANBARU Juliana Puspika dan Desi Anita Program Studi Akuntansi, STIE PELITA INDONESIA ABSTRAK This research

Lebih terperinci

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan Petunjuk Sitasi: Fatimah, Syukriah, & Nurul, A. (2017). Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H137-142). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

ANALISA PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MIDSOLE PADA INDUSTRI SEPATU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS PADA PT.

ANALISA PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MIDSOLE PADA INDUSTRI SEPATU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS PADA PT. Available online at http://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/jkie ANALISA PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MIDSOLE PADA INDUSTRI SEPATU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS PADA PT.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN M A N A J E M E N O P E R A S I O N A L M I N G G U K E S E P U L U H B Y. M U H A M M A D W A D U D, S E., M. S I. F A K U L T A S E K O N O M I U N I V.

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

DIPONEGORO JOURNAL OF SOCIAL AND POLITIC Tahun 2013, Hal

DIPONEGORO JOURNAL OF SOCIAL AND POLITIC Tahun 2013, Hal ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEMBAKAU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EOQ (ECONOMICAL ORDER QUANTITY) GUNA MENCAPAI EFISIENSI TOTAL BIAYA PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PR. GAMBANG SUTRA KUDUS Ilham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perusahaan dagang dan industri, persediaan merupakan aktiva lancar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perusahaan dagang dan industri, persediaan merupakan aktiva lancar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada perusahaan dagang dan industri, persediaan merupakan aktiva lancar yang relatif besar di neraca dan sebagian aktivitas utama perusahaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Jessica Juventia, Lusia P.S Hartanti Program Studi Teknik Industri Universitas Pelita Harapan Surabaya, Indonesia Jessicajuventia28@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di UD. Pilar Jaya yang berlokasi di Desa Banjarejo, Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang memproduksi

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN PENDEKATAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY

ANALISIS PERBANDINGAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN PENDEKATAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY ANALISIS PERBANDINGAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN PENDEKATAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN METODE KANBAN COMPARISON OF THE ECONOMIC ORDER QUANTITY METHOD AND THE KANBAN METHOD ON RAW

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEDIAAN MIE SEDAAP PADA PT. SEGAR HARUM SAMARINDA

ANALISIS PERSEDIAAN MIE SEDAAP PADA PT. SEGAR HARUM SAMARINDA ANALISIS PERSEDIAAN MIE SEDAAP PADA PT. SEGAR HARUM SAMARINDA Zuharia Yahya, Mursidah Nurfadillah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Samarida ABSTRACT This Research aims to know the amount of supply

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN BSP MANAJEMEN PERSEDIAAN 1

MANAJEMEN PERSEDIAAN BSP MANAJEMEN PERSEDIAAN 1 MANAJEMEN PERSEDIAAN BSP MANAJEMEN PERSEDIAAN 1 Bagi kebayakan perusahaan manufaktur, persediaan merupakan bentuk investasi paling besar dalam aktiva lancar. Persediaan diperlukan agar perusahaan dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah metode deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskriptif secara sistematis,

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan

Manajemen Persediaan Manajemen Persediaan 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 A B C 20 40 60 80 100 100 80 60 40 20 Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI Persediaan Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persediaan(inventory) merupakan stok barang yang disimpan oleh suatu perusahaan untuk memenuhi permintaan pelanggan. Umumnya setiap jenis perusahaan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris, pengendalian persediaan merupakan fungsi-fungsi yang sangat penting, karena dalam persediaan melibatkan Investasi rupiah terbesarnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. masalah atas apa yang diteliti, untuk mencapai tujuan dari penelitian ini perlu

BAB III METODE PENELITIAN. masalah atas apa yang diteliti, untuk mencapai tujuan dari penelitian ini perlu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Penelitian pada dasarnya untuk menunjukkan kebenaran dan memecahkan masalah atas apa yang diteliti, untuk mencapai tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

ARTIKEL ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY EOQ PADA PERUSAHAAN KECAP MURNI JAYA

ARTIKEL ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY EOQ PADA PERUSAHAAN KECAP MURNI JAYA ARTIKEL ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY EOQ PADA PERUSAHAAN KECAP MURNI JAYA Oleh: DWI PRASTYO 13.1.01.04.0080 Dibimbing oleh : 1. Dr. M.Anas,

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan baku sangat besar sehingga tidak mungkin suatu perusahaan akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. bahan baku sangat besar sehingga tidak mungkin suatu perusahaan akan dapat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Setiap perusahaan manufaktur mempunyai bahan baku, baik itu perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Ketergantungan perusahaan terhadap bahan baku sangat besar sehingga

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini pokok bahasan yang diteliti adalah persediaan bahan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini pokok bahasan yang diteliti adalah persediaan bahan 36 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini pokok bahasan yang diteliti adalah persediaan bahan dasar berupa kertas berjenis PDAC dengan ukuran kertas A3 260 GSM pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah membuat bisnis di Indonesia sangat berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan sebuah solusi yang tepat agar dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB V ASPEK TEKNIS / OPERASI

BAB V ASPEK TEKNIS / OPERASI BAB V ASPEK TEKNIS / OPERASI A. PENGERTIAN ASPEK TEKNIS/ OPERASI Aspek teknis atau operasi juga dikenal sebagai aspek produksi. Penilaian untuk kelayakan terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEPUNG TERIGU CITARASA BAKERY PADA PT KALTIM MULTI BOGA UTAMA (KMBU) DI BONTANG.

ANALISIS PENGENDALIAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEPUNG TERIGU CITARASA BAKERY PADA PT KALTIM MULTI BOGA UTAMA (KMBU) DI BONTANG. ejournal Administrasi Bisnis, 2016, 4 (1) : 128-141 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 ANALISIS PENGENDALIAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEPUNG TERIGU CITARASA BAKERY PADA PT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Jenis sediaan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Jenis sediaan yang ada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sediaan 1 pada umumnya merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Jenis sediaan yang ada dalam perusahaan

Lebih terperinci

Yehezkiel Alianto Topowijono Devi Farah Azizah Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya

Yehezkiel Alianto Topowijono Devi Farah Azizah Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya PELAKSANAAN PENGAWASAN BAHAN BAKU LANGSUNG, KAYU SENGON KUALITAS A DAN KAYU SENGON KUALITAS B SEBAGAI UPAYA EFISIENSI BIAYA PENGADAAN BAHAN BAKU (Studi Pada Ud. Serba Guna Pare-Kediri) Yehezkiel Alianto

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Asti Widayanti S.Si M.T

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Asti Widayanti S.Si M.T MANAJEMEN PERSEDIAAN Asti Widayanti S.Si M.T Pengertian Persediaan Persediaan merupakan bagian dari modal kerja yang tertanam dalam bahan baku, barang setengah jadi, maupun berupa barang jadi tergantung

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Persediaan Pengaman. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

Manajemen Persediaan. Persediaan Pengaman. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen. Modul ke: Manajemen Persediaan Persediaan Pengaman Fakultas FEB Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Safety Stock Tujuan safety stock adalah meminimalkan terjadinya stock out dan mengurangi penambahan

Lebih terperinci

EVALUASI MANAJEMEN PERSEDIAAN PUPUK PT. ABC MENGGUNAKAN METODE EOQ. Diterima: 1 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

EVALUASI MANAJEMEN PERSEDIAAN PUPUK PT. ABC MENGGUNAKAN METODE EOQ. Diterima: 1 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016 EVALUASI MANAJEMEN PERSEDIAAN PUPUK PT. ABC MENGGUNAKAN METODE EOQ Chella Masquita Febilia 1 dan Dyah Febriantina Istiqomah 2 1 Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya, Jl. Veteran 12-16, Malang 65145,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ini dilakukan di PT.CHEETHAM GARAM INDONESIA yang berlokasi di Jl. Australia I Kav.1.3 No. 01, Kawasan Industri KIEC, Kotasari- Grogol, Cilegon, Banten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif kuantitatif. Obyek penelitian ini adalah UKM yang bergerak di sektor kuliner yaitu kafe

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO. Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO. Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2 ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2 1 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Email: iramutiara37@hotmail.com 2 Universitas Sultan Ageng

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAAN PERSEDIAAN KERTAS ART PAPER MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY UNTUK MENDAPATKAN EFISIENSI BIAYA DI UD DALLAS KEDIRI

ANALISIS PENGENDALIAAN PERSEDIAAN KERTAS ART PAPER MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY UNTUK MENDAPATKAN EFISIENSI BIAYA DI UD DALLAS KEDIRI ANALISIS PENGENDALIAAN PERSEDIAAN KERTAS ART PAPER MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY UNTUK MENDAPATKAN EFISIENSI BIAYA DI UD DALLAS KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN BAHAN BAKU UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN DI UD. ANUGERAH BERSAUDARA

ANALISA KEBUTUHAN BAHAN BAKU UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN DI UD. ANUGERAH BERSAUDARA ANALISA KEBUTUHAN BAHAN BAKU UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN DI UD. ANUGERAH BERSAUDARA Aris Setiawan Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 282A9294@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjualan merupakan kegiatan yang mempengaruhi jumlah persediaan, maka pengendalian jumlah persediaan harus diperhatikan. Jumlah persediaan yang terlalu besar ataupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Obyek penelitian ini adalah CV. Tani Jaya Perkasa yang beralamat di Dusun Gebangan RT 02 RW 02 Kelurahan Putat, Kecamatan Purwodadi, Kaubapten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi kegiatan bisnis terutama disektor industri telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi kegiatan bisnis terutama disektor industri telah BAB I PENAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada era globalisasi kegiatan bisnis terutama disektor industri telah berkembang dengan pesat, seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kondisi

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke:

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Akuntansi Biaya Modul ke: Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci